You are on page 1of 13

BUNGA RAMPAI PERKEMBANGAN MUATAN LOKAL PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP (MULOK PLH) TINGKAT PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

DI SULAWESI TENGGARA (STUDI KASUS KOTA KENDARI DAN KAB. WAKATOBI) OLEH

YAYASAN FOCIL INDONESIA

DIDUKUNG OLEH

YAYASAN WWF INDONESIA

2011

Kata Pengantar Kecenderungan laju kerusakan lingkungan setiap tahun terus bertambah. Baik dilihat dari segi fisik maupun non-fisik. Kecenderungan ini timbul dari berbagai sudut pandang dimana menjadi masalah bersama di seluruh belahan bumi ini yang juga memberikan dampak buruk bagi kehidupan umat manusia. Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan pengaruh dari dampak tersebut. Mulai dari upaya fisik hingga upaya non-fisik sering dilakukan. Dunia pendidikan merupakan sarana dalam memberikan perubahan pola pikir dan sikap bagi generasi muda dalam melihat masa depan. Pendidikan formal dan non-formal telah dikembangkan oleh pemerintah dan pengambil kebijakan yang lain dalam memberikan citacita terhadap peningkatan sumberdaya manusia bangsa ini. Sejalan dengan itu, berbagai langkah telah dilakukan dalam upaya penyadartahuan semua unsur masyarakat dalam hal ini peserta didik terhadap isu-isu lingkungan Pendidikan lingkungan hidup (PLH) di Sulawesi Tenggara dikembangkan dengan menggunakan pendekatan monolitik atau PLH yang berdiri sendiri sebagai sebuah mata pelajaran yang dikenal dengan sebutan mata pelajaran muatan lokal (Mulok). Jenis muatan lokal ini disesuaikan dengan isu-isu dan main subjek pembangunan daerah itu sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut, maka untuk kota kendari dinamakan dengan Mata Pelajaran Mulok Pendidikan Keterampilan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Mulok PKPLH) dan Kabupaten Wakatobi disebut dengan Mulok Kelautan. Perkembangan dari PLH di Sultra ini tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan kontribusi dari berbagai unsur baik pemerintah, lembaga non-pemerintah (NGOs), swasta dan dunia usaha. Selanjutnya, perlu kiranya setiap perkembangan kegiatan dan komitmen bersama dari semua unsur di atas menjadi terdokumentasi sehingga kiranya di kemudian hari menjadi cerita tersendiri. Penyusunan bunga rampai perkembangan Mulok PLH tingkat pendidikan dasar dan menengah di Kendari dan Wakatobi diharapkan mampu menjadi peta bersama guna mengembangkan kegiatan PLH yang lebih efektif dan efisien. Tanpa peta bersama, setiap pelaku akan mengembangkan caranya sendiri-sendiri yang pada akhirnya bermuara pada business as usual dan bottle neck problem implementasi PLH. Peta bersama ini kemudian bisa dijadikan sebagai pemahaman bersama (common understanding) tentang situasi PLH terkini. Hal ini penting untuk mendistribusikan sumberdaya implementasi PLH secara lebih efektif dan efisien. Kendari, Desember 2011 La Ode Wahidin Direktur Eksekutif

Bab 1. Sejarah Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di Sulawesi Tenggara Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)1, termasuk kegiatan pelatihan dan peyadartahuan, merupakan hal kritis untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Oleh sebab itu, PLH mesti dilaksanakan untuk semua usia dan untuk semua tingkatan pendidikan (UNESCO, 1977). Dalam prakteknya, PLH tidak saja merupakan kegiatan di dalam sekolah dan universitas semata, namun juga melibatkan serangkaian kegiatan di luar satuan pendidikan formal. Dalam hal ini, peran LSM dan media massa sangat jelas, baik untuk menjembatani kerjasama pihak-pihak yang terkait dalam pendidikan formal (antara sekolah, orang tua dan pemerintah), maupun dengan pihak-pihak berkepentingan lainnya (lembaga donor dan perusahaan swasta). Dalam bentuk formal, pelaksanaan PLH tertuang dalam bentuk kurikulum monolitik (Muatan Lokal) dan atau terintegrasi ke setiap mata pelajaran. Di Sulawesi Tenggara, khususnya di Kota Kendari dan Kab. Wakatobi, PLH dilaksanakan dalam bentuk Mulok. Ini karena kedua wilayah otonom terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang memiliki keanekaragaman multikultur (adat istiadat, tata cara, bahasa, kesenian, kerajinan, keterampilan daerah, dll.) Keanekaragaman tersebut harus dilestarikan dan dikembangkan dengan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa melalui upaya pendidikan. Selanjutnya pengenalan keadaan lingkungan, sosial, dan budaya setempat kepada peserta didik memungkinkan mereka untuk lebih mengakrabkan diri dengan lingkungannya. Pengenalan dan pengembangan lingkungan melalui pendidikan diarahkan untuk menunjang peningkatan kualitas sumber daya manusia yang pada akhirnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik. Tambahan pula, kebijakan yang berkaitan dengan dimasukkannya program Mulok dalam Standar Isi kurikulum dilandasi kenyataan bahwa kedua wilayah di atas terdiri atas berbagai beranekaragam kondisi geografis, sumber daya alam, dan masyarakat (sumber daya manusia) dengan latar belakang sejarah dan kebudayaan yang bervariasi. Standar Isi yang disusun secara terpusat tidak mungkin dapat mencakup beranekaragam mata pelajaran Mulok. Sementara itu, secara non-formal praktek PLH banyak dilakukan oleh beberapa LSM lokal di Sulawesi Tenggara, maupun oleh media cetak dan elektronik utama dan warga. (mainstreaming dan citizen media). Bentuk kegiatannya beragam, dari advokasi kebijakan pendidikan, pelatihan dan workshop, pendampingan sekolah hijau, penerbitan newsletter dan sisipan artikel PLH pada koran lokal, peringatan hari-hari lingkungan, studi lapangan dan sejumlah kegiatan luar sekolah/kampus lainnya hingga pada upaya menjembatani kerjasama antara komunitas sekolah dengan pihak swasta dan lembaga donor. Secara objektif, kegiatan yang diprakarsai oleh LSM dan media massa tersebut lebih mampu menjangkau kelompok target yang lebih luas, meski dengan hasil yang bervariasi. Sebagai suatu proses, cakupan dan strategi implementasi PLH terus mengalami perubahan-perubahan, menyesuaikan pada dinamika ekologi, sosial, budaya dan ekonomi di wilayah masing-masing dan juga perubahan pada wilayah regional dan global. Sebagai contoh adalah dekade pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (Decade on Education for Sustainable Development) sebagai salah satu capaian pada pertemuan tingkat dunia
PLH adalah proses untuk membantu orang-orang melalui pendidikan formal dan non-formal untuk memperoleh pemahaman, keterampilan, dan nilai yang memungkinkan mereka untuk berperan aktif dalam pengembangang keberlanjutan ekologi dan keharmonisan sosial (ASEAN Secretariat, 2001, p1).
1

tentang pembangunan berkelanjutan (World Summit on Sustainable Development) yang diselenggarakan di Johannesburg, Afrika Selatan pada 2002. Dekade yang dimulai 2005 ini bagaimanapun telah memperluas konsep PLH dan mempertegas rasionalisasi kerjasama diantara aktor lokal, regional dan internasional serta mencakup multi aspek kehidupan. Perubahan seperti di atas semestinya bisa direspon dan diadaptasikan sedemikian rupa oleh setiap pelaku PLH di Sulawesi Tenggara. Sayang sekali, hingga saat ini hampir tidak ada upaya untuk mendeskripsikan sekaligus memetakan gambaran besar dari setiap praktek PLH yang ada. Kondisi ini bagaimanapun mempengaruhi proses adaptasi dan implementasi PLH di masa yang akan datang. Penyusunan bunga rampai perkembangan Mulok PLH tingkat pendidikan dasar dan menengah di Kendari dan Wakatobi diharapkan mampu menjadi peta bersama guna mengembangkan kegiatan PLH yang lebih efektif dan efisien. Tanpa peta bersama, setiap pelaku akan mengembangkan caranya sendiri-sendiri yang pada akhirnya bermuara pada business as usual dan bottle neck problem2 implementasi PLH. Peta bersama ini kemudian bisa dijadikan sebagai pemahaman bersama (common understanding) tentang situasi PLH terkini. Hal ini penting untuk mendistribusikan sumberdaya implementasi PLH secara lebih efektif dan efisien. 1.1. PLH dalam Sistem Pendidikan Formal di Sultra (kebijakan, kurikulum, saranaprasarana, pelatihan guru, jumlah guru mulok, sertifikasi, alokasi budget dari sekolah, pemerintah dsb)

Secara formal, Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dalam bentuk Muatan Lokal (Mulok) di Sulawesi Tenggara mulai diperkenalkan pada tahun 2002 melalui program Care International. Bentuk kegiatannya terdiri dari pelatihan dan workshop guru serta pengembangan kurikulum tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP). Cakupan materi ajarnya mencakup keberadaan empat ekosistem utama Sulawesi Tenggara, yaitu hutan, sungai, laut dan savanah. Salah satu output dari program ini adalah diterbitkannya Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Sulawesi Tenggara Nomor 117/123/PP/1996 tentang Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Dasar, dimana Pendidikan Lingkungan Hidup menjadi salah satu Mulok Pilihan untuk SD dan SMP se Sulawesi Tenggara. Setelah berjalan tiga tahun, program ini kemudian dilanjutkan oleh WWF Indonesia (melalui program Strengthening the Education and Outreach Networks for Environment and Natural Resource Governance in Sulawesi), COREMAP dan LIPI serta Operation Wallacea (Opwal) Trust pada 2006 - 2011. Dalam prakteknya, WWF Indonesia menggandeng Yayasan FOCIL Indonesia untuk wilayah Kendari dan Wakatobi, Coremap dan LIPI berkegiatan di Wakatobi, dan terakhir Opwal Trust di Pulau Buton (Kab. Buton dan Kota Bau-Bau). Pada 2006, COREMAP dan LIPI memfokuskan kegiatan mereka untuk tingkat SMA. Kegiatannya berupa pelatihan guru dan produksi kurikulum dan bahan ajar yang disusun oleh
2

Business as usual dan bottle neck problem artinya bahwa praktek PLH akan berputar-putar pada bentuk kegiatan dan permasalahan lama yang sangat bisa menjadi penghalang bagi setiap pelaku PLH untuk mencapai hasil kegiatan yang lebih baik. Yaitu untuk menciptakan tatatan masyarakat yang berbudaya lingkungan dan berjiwa sosial tinggi.

Tim LIPI dan COREMAP Jakarta. Sementara itu, OPWAL Trust mengembangkan kurikulum dan bahan ajar untuk tingkat SD/MI, melatih guru-guru dan memfasilitasi penerbitan majalan dinding lingkungan di beberapa SMP dan SMA se Pulau Buton. Fokus materinya adalah tentang Hutan Lambusango sebagai salah satu paru-paru dunia. WWF Indonesia bersama Yayasan FOCIL Indonesia juga mengembangkan kegiatan serupa di Kendari dan Wakatobi. Di Kendari, Mulok yang dikembangkan adalah pendidikan keterampilan dan pengelolaan lingkungan hidup (PKPLH) dan Mulok kelautan di Wakatobi. Bila pada 2006 2008, satuan pendidikan yang terlibat hanya SD/MI dan SMP/MTSn, maka sejak akhir 2008, tingkat SMA/MA juga mulai diikutsertakan. Bentuk kegiatannya mencakup kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler meliputi pelatihan dan workshop guru, penyusunan kurikulum dan bahan ajar, advokasi kebijakan pemda dan sekolah serta implementasi Mulok tersebut di masing-masing sekolah. Sementara itu, kegiatan ekstrakurikulernya mencakup kegiatan lapang, pelatihan penulisan artikel ilmiah populer di media cetak, pembuatan majalah dinding sekolah, siaran di radio, dan sebagainya. Secara legal, implementasi Mulok PLH tingkat pendidikan dasar menengah di Kendari dan Wakatobi berlandaskan pada beberapa peraturan nasional, propinsi dan kota/kab. Diantaranya adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Undang Undang Republik Indonesia No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi; Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetesnsi Lulusan; Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006; Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 Tahun 2007 tentang Perubahan Permendiknas Nomor 24 Taun 2006; Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan; Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian; Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana Prasarana; Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses; Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Sulawesi Tenggara Nomor 117/123/PP/1996 tentang Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Dasar; Keputusan Walikota Kendari Nomor 1555 Tahun 2008 tentang Pengesahan Muatan Lokal Pendidikan Keterampilan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PKPLH) Tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah (Negeri dan Swasta) Kota Kendari; Keputusan Bupati Wakatobi Nomor 211 tahun 2011 tentang Penetapan Kurikulum Muatan Lokal Kelautan pada Tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah atau Sederajat di Kabupaten Wakatobi; dan Kesepakatan Bersama antara Kepala Badan Lingkungan Hidup dengan Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kota Kendari Nomor: 415.4/175/2011 dan Nomor: 421/795/2011

13.

14.

15.

tentang Pengembangan Muatan Lokal (Mulok) Pendidikan Keterampilan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PKPLH) Kota Kendari; Terkait dengan penyusunan dan pengembangan kurikulum Mulok, maka pada akhir 2006, FOCIL Indonesia menginisiasi terbentuknya Jaringan Guru Hijau (JGH) Kendari dan Jaringan Guru Biru (JGB) Wakatobi. Anggota jaringan ini adalah para guru Mulok di daerah masing-masing. Bentuk kegiatannya antara lain memfasilitasi diskusi kelompok terbatas, menyusun standar isi kurikulum dan mengembangkan bahan ajar, mengorganisir pelatihan dan workshop bagi guru Mulok, mengorganisir kegiatan siswa di luar sekolah serta turut mengadvokasi kebijakan pemerintah daerah terkait dengan implementasi mata pelajaran Mulok di daerah masing-masing. Khusus pelatihan dan workshop guru, hingga saat ini tercatat 25 orang guru di Wakatobi dan 30 orang guru di Kendari yang telah mengikuti rangkaian kegiatan tersebut. Beberapa bentuk pelatihan dan workshop yang telah mereka selenggarakan antara lain: (1) Workshop Pengembangan Kurikulum Pendidikan Lingkungan Hidup (1) Workshop Formalisasi Mulok PKPLH Kota Kendari (2) Pelatihan Guru Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup SeKota Kendari dan Kab. Wakatobi (3) Workshop Sertifikasi Guru Penetapan Standar Isi Tingakt TK-SMA/SMK dan Sinergi Implementasi Mulok PKPLH antara Dinas Pendidikan Nasional dan Badan Lingkungan Hidup Kota Kendari, (4) Workshop Perencanaan Strategis, Penyusunan Program Kegiatan dan Pembuatan Proposal Jaringan Guru Hijau Kota Kendari (5) Penyusunan dan Perbaikan Instrumen Dasar (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) Kurikulum Muatan Lokal (Mulok) Pendidikan Keterampilan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PKPLH), (6) Workshop Finalisasi Kurikulum Mata Pelajaran Mulok PKPLH Kota Kendari dan Mulok Kelautan Wakatobi. Kendari telah diinisiasi sejak tahun 2006 hingga awal 2010, perkembangan implementasi Mulok di seluruh sekolah Kendari dan Wakatobi belum merata atau dengan kata lain belum terlaksana dengan baik. Ini disebabkan karena beberapa faktor internal dari jaringan guru dan FOCIL Indonesia, serta beberapa faktor eksternal. Beberapa faktor internal dimaksud antara lain kebijakan sekolah (visi-misi sekolah, SK/Edaran PKPLH Sekolah, SK tentang kebersihan Sekolah, Peningkatan Kapasitas Guru PKPLH, SK Sosialisasi Mulok PKPLH, SK Hemat Listrik, Air dan ATK, Anggaran PKPLH dalam RAPBS), Kurikulum Mulok PKPLH (Pengembangan bahan ajar, bahan ajar mandiri, metode pembelajaran, kegiatan kurikuler), Media PLH (madding sekolah, KIR, Hemat Air, Listrik, ATK, dan Olah Sampah). Sementara itu, jumlah guru Mulok PKPLH dan Mulok Kelautan, Kebijakan Pemerintah Daerah, kemitraan bersama pemerintah, LSM, dan Swasta merupakan beberapa faktor eksternal. Oleh karena itu, sejak tahun 2010, telah dilakukan sejumlah strategi untuk mengatasi sejumlah persoalan di atas. Beberapa diantaranya adalah dengan mengaktifkan kembali kelompok kerja guru dan mengintensifkan komunikasi dengan otoritas pengambil kebijakan pendidikan di daerah masing-masing. Adapun beberapa hasilnya antara lain: Advokasi kebijakan Mulok PKPLH Kota Kendari dan Mulok Kelautan Wakatobi, kerja kelompk guru-guru mulok PKPLH dan mulok kelautan Wakatobi, mendukung kegiatan Screening Film The Mirror Never Lies di Wakatobi dan Kendari, Student Outdoors Activities (Kendari Movic Clinic 2011, Monitoring Pertumbuhan Mangrove di Tomia oleh Siswa-siswa SMP dan Inisiasi Konservasi Umbi-umbian Lokal Kaledupa oleh Siswa-siswa SMP, Wakatobi), Advokasi Sekolah Adiwiyata (Seminar dan Studi Banding), Layout Bahan Ajar Mulok Kelautan Wakatobi dan Mulok PKPLH Kota Kendari, Partisipasi Guru Mulok Kelautan Wakatobi dalam pertemuan UNESCO APEID 2011, Student outdoors Activities (pengenalan keanekaragaman hayati Suaka Margasatwa Tanjung Peropa bagi siswa SMPN 2 dan SMPN 17 Kendari), Workshop Finalisasi Kurikulum Muatan Lokal PKPLH

Kota Kendari dan Mulok Kelautan Wakatobi, dan Workshop Rencana Strategi Bisnis Focil Indonesia 2011. Salah satu output positif yang dihasilkan oleh kedua jaringan guru di atas adalah standar isi kurikulum dan bahan ajar Mulok yang dapat dilihat pada bagian lampiran dokumen ini. 1.2. Aktivitas PLH oleh LSM di Sultra

Opwal Trust di Lambusango; memfasilitasi pengembangan bahan ajar untuk mendukung kurikulum mata pelajaran muatan lokal pendidikan lingkungan tingkat sekolah dasar dan menengah di Kabupaten Buton dan Kota Bau-Bau sejak tahun 2008. Yayasan Bahari di Kendari pada tahun 2004-2006 aktif mengajak siswa (i) ke lingkungan pantai dan laut. Mereka banyak belajar tentang keanekaragaman hayati pada perairan pantai dan laut. Yayasan Teras di Kendari menggelar beberapa kali pelatihan pengelolaan sampah kota dengan melibatkan pelajar di Kota Kendari dari tahun 2007-2008. ALPEN (Aliansi Perempuan Indonesia Sulawesi Tenggara) di Kendari bekerjasama dengan AYAD (Australian Youth Ambassador for Development) sejak 2009 hingga 2011 menggelar Green Road To School (GRTS). Bentuk kegiatannya antara lain talkshow di bidang persampahan dan kunjungan ke lapangan termasuk melakukan kegiatan penghijauan.

Bab 2. Partnership antara Sekolah dengan Pemerintah, Universitas, Media, dan Pelaku Usaha 2.1. Partnership antara Sekolah dengan Pemerintah Provinsi / Kota / Kab;

Bentuk-bentuk kegiatan partnership yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota berupa peningkatan kapasitas guru-guru mata pelajaran, hanya saja dalam memberikan penguatan terhadap pendidikan lingkungan hidup belum banyak dilakukan. Saat ini hanya terdapat bahan ajar Mulok PKPLH kelas VI dan kelas VII yang dicetak oleh pemerintah Kota Kendari sedangkan pada pemetintahan Kab. Wakatobi belum terlalu cukup signifikan dukungannya. Harapannya di kemudian hari terdapat banyak partisipasi dari pemerintah daerah dan sekolah untuk mendukung program-program sekolah yang berkaitan dengan pendidikan lingkungan hidup. Beberapa kegiatan yang mungkin dapat dilakukan di kemudian hari adalah memperbanyak aktivitas pelatihan guru terkait pendidkan lingkungan hidup dan aktivitas-aktivitas siswa yang banyak dilakukan di luar sekolah. 2.2. Partnership antara Sekolah dengan Universitas;

Bentuk partnership yang dilakukan oleh pihak universitas yang ada di Sulawesi Tenggara dalam mendukung kegiatan pendidikan adalah melalui program KKP/PKL mahasiswa. Aktivitas yang sering dilakukan sepanjang tahun. Mahasiswa yang terlibat sebagai bagian dari pengabdian kepada masyarakat dengan mengembangkan pembelajaran di ruang kelas bersama guru mata pelajaran tetap dari sekolah tersebut. Selain itu, bentuk partnership yang bisa dilakukan oleh pihak universitas dengan pihak sekolah adalah dalam hal penelitian yang berkaitan dengan peningkatan kualitas belajar siswa dan guru. Peluang yang dapat dibuat di kemudian hari adalah penelitian yang mengarah pada peningkatan kesadaran peserta didik terhadap pendidikan lingkungan hidup. Selain itu, Kegiatan-kegiatan kemahasiswaan baik di tingkat fakultas maupun universitas, misalnya lomba cepat tepat program studi, kesenian, bela diri dan sebagainya. 2.3. Partnership antara Sekolah dengan Media Massa

Partnership yang dibangun oleh sekolah dengan media massa ialah sejak 2006 hingga 2008 terdapat pada setiap bulan terdapat kolom yang menceritakan kegiatan siswa baik tingkat SD, SMP, dan SMA serta para guru mereka. Selanjutnya bentuk kemitraan yang lain yaitu bila sekolah mempunyai masalah ataupun kemajuan atau informasi yang memberikan pencitraan baik terhadap sekolah sering dimuat dalam surat kabar lokal. Sehingga informasi seperti ini kemudian menjadi inspirasi bagi sekolah yang lain yang mau melakukan yang sama. 2.4. Partnership antara Sekolah dengan Pelaku Usaha;

Berbagai kegiatan yang sering dilakukan oleh pelaku usaha dengan pihak sekolah. Keterlibatan mereka sering berkaitan dengan pendanaan kegiatan kesiswaan dan bentuk partisipasi bantuan dari dunia usaha kepada pihak sekolah dalam bentuk CSR. Namun ini belum terlalu banyak dilakukan, harapannya dikemudian hari sekolah dapat menjadi wadah dari yang dapat menjembatani informasi dunia usaha dengan dunia pendidikan.

Bab 3. Organisasi Guru Pengajar Mulok PLH 3.1. Jaringan Guru Hijau (JGH) Kota Kendari Nama Visi Misi : : Jaringan Guru Hijau Kota Kendari Mewujudkan Keanggotaaan Jaringan Guru Hijau Yang Inovatif, Berahlak Mulia, Serta Berwawasan Lingkungan

: 1. Meningkatkan kompetensi pengurus dan anggota jaringan guru hijau kota kendari dalam hal implementasi muatan lokal (mulok) Pendidikan Keterampilan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PKPLH 2. Mengembangkan perangkat kurikulum mulok PKPLH sesuai dengan tuntutan zaman, berdasarkan pada kebutuhan siswa dan pembangunan Kota Kendari 3. Menggalang partisipasi dan kerjasama di antara komunitas sekolah dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam implementasi Mulok PKPLH, dan 4. Menciptakan lingkungan sekolah yang lebih berwawasan lingkungan. Program Kerja : 1. Mengorganisir seminar, workshop dan paket-paket pelatihan untuk guru Mulok PKPLH 2. Membentuk dan mengaktifkan kelompok kerja guru (KKG) dan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) Mulok PKPLH di setiap kecamatan 3. Melaksanakan program sekolah hijau secara berkesinambungna, termasuk menggelar lomba antar sekolah secara regular 4. Memberikan penghargaan kepada guru dan pemerhati pendidikan di Kota Kendari yang berjasa dalam hal pengembangan Mulok PKPLH 5. Mengadvokasi pelaksanaan kebijakan Pemerintah Kota Kendari terkait dengan Mulok PKPLH Alamat : Jl. Budi Utomo No. 1 Kendari 93121 Sulawesi Tenggara, Indnesia Kontak Person : Drs. H. Minehajje Telp : (0401) 3191136; 085342222282 Email : jghkendari@gmail.com Facebook: JGH KENDARI (under construction) Blog : http//jghkendari.blogspot.com

3.2.

Jaringan Guru Biru (JGB) Kab. Wakatobi Nama Visi Misi : Jaringan Guru Biru (JGB) Kab. Wakatobi : Menjadikan Muatan Lokal (Mulok) Kelautan Sebagai Dasar Pembangunan Sumberdaya Manusia di Kab. Wakatobi : 1. Meningkatkan kompetensi pengurus dan anggota Jaringan Guru Biru Wkaatobi; 2. Menjadikan Mulok Kelautan sebagai mata pelajaran inti pada tingkat SD, SMP, SMA/K negeri dan swasta di Wakatobi;

3.

4.

Terus mengembangkan kurikulum Mulok Kelautan berdasarkan pada perkembangan kebutuhan siswa dan pembangunan daerah Wakatobi; dan Menggalang partisipasi dan kerjasama para pihak dalam rangka implementasi Mulok Kelautan.

Program Kerja: 1. Menyediakan paket-paket pelatihan terhadap guru-guru mulok kelautan seperti pelatihan metode pembelajaran, pembuatan bahan ajar dan lembar kerja siswa dan sebagainya; 2. Melakukan advokasi terhadap kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Wakatobi khususnya yang terkait dengan implementasi Mulok Kelautan; 3. Memfasilitasi komunitas nelayan, pelaku usaha pariwisata lokal dan tokoh-tokoh adat Wakatobi untuk menjadi pengajar tamu di sekolahsekolah; 4. Mengorganisir pertemuan guru mulok antar pulau minimal sekali dalam enam bulan untuk mendapatkan masukan konstruktif terkait dengan pelaksanaan Mulok Kelautan yang lebih baik; 5. Membentuk dan mengaktifkan kelompok kerja guru (KKG) dan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) di setiap kecamatan; dan 6. Memfasilitasi para anggota jaringan untuk mendapatkan sertifikasi guru Mulok Kelautan. Alamat : Desa Ollo Kecamatan Kaledupa, Kab. Wakatobi Kontak Person : Bapak Maaruji, MPd (085656543123 E-mail : barata_JGB@yahoo.com

Lampiran A. Landasan pengembangan muatan lokal Pendidikan Lingkungan Hidup di Kota Kendari dan Wakatobi; B. Dokumentasi pelaksanaan Mulok PKPLH (Kota Kendari) dan Mulok Kelautan (Wakatobi);

Profil Yayasan FOCIL Indonesia Nama Visi : Yayasan Focil Indonesia :

Pendidikan dan Pembangunan yang Berkelanjutan Untuk Semua di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Indonesia Timur

Misi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Mengembangkan kualitas sumberdaya manusia di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kampanye pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan Mengembangkan model alternatif pendidikan dan pembangunan yang berkelanjutan Pengembangan kewirausahaan sosial bagi kemandirian dan keberlanjutan lembaga Pengembangan jejaring dan pasar Pengembangan Lumbung Data

Goal : 1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan aksi masyarakat agar lebih bertanggung jawab 2. Meningkatkan partisipasi stakeholder dalam mengontrol kebijakan terkait pengelolaan lingkungan 3. Memberikan rujukan informasi dan terapan terkait pendidikan lingkungan hidup 4. Mengembangkan unit usaha komersil untuk mendukung kemandirian finansial. 5. Memperluas mitra dan kerja sama multi pihak. 6. Mempermudah kontrol, menjadi sumber informasi, referensi dan pengambilan kebijakan Lembaga

Sejarah Singkat Focil Indonesia didirikan secara resmi oleh beberapa pecinta dan praktisi pendidikan lingkungan hidup pada tanggal 10 Mei 2005 di Kendari, Sulawesi Tenggara. Focil Indonesia adalah lembaga nirlaba non pemerintah dan non politik yang memusatkan perhatian pada prinsip dan praktek pendidikan bagi keberlanjutan pembangunan khususnya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil kawasan timur Indonesia. Focil Indonesia berupaya menyusun dan mengkaji konsep, kebijakan dan rencana aksi pendidikan bagi keberlanjutan pembangunan dan merealisasikannya ke dalam program kolaboratif dan komprehensif bersama dengan multi pihak.

Struktur Lembaga Focil Indonesia 2012-2014 Penasehat Utama Badan Pendiri : Prof. Ir. H. Budimawan, DEA, PhD : David Nix, PhD : Briptu Rachmat Hidayat, S.Pi Maruf, SP Makmur Rantas : : Yamin : Zulfatri Randi : Nining : : Upik eL Rahman : Wahid

Badan Pengurus Ketua Sekretasi Bendahara Divisi 1. Kampanye 2. FEEC

Pengalaman Kerja Pelaksanaan Program Penguatan Jaringan Pendidikan Untuk Tata Kelola Sumberdaya Alam dan Lingkungan Secara Alami di Sulawesi Tenggara 20062011 Fasilitator Workshop Pendidikan Lingkungan Hidup Alam Sultra, Media Belajar Tiada Batas. Kendari 2006 2. Produksi Modul Pendidikan Lingkungan Pesisir bagi siswa SD dan SMP se Sulawesi Tenggara 2005-2006 3. Pemantauan Program Bangun Praja Lingkungan (ADIPURA) Sulawesi Tenggara 20052007 4. Fasilitator Pelatihan Pendidikan Lingkungan Hidup bagi guru-guru SMP se Kabupaten Wakatobi 2006 5. Fasilitator Juranalis Trip Menuju Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Kota Kendari 2006 6. Fasilitator Jurnalis Trip dan Jambore Lingkungan Hidup bagi siswa SMP dan SMU Kota Kendari. 2006 7. Fasilitator program sekolah dan komunitas hijau : implementasi model pengelolaan sampah terpadu berbasis sekolah dan masyarakat 2005-2007 8. Produksi Serial Komik Lingkungan Pesisir. 2006 9. Fasilitator program pengembangan taman karang yang dikelola oleh anak Suku Bajau, Tolaki dan Bugis di Kec. Tapulaga Kab. Konawe Sulawesi Tenggara sebagai lokasi pendidikan terumbu karang bagi anak. 2006 10. Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup Melalui Muatan Lokal Tingkat SD-SMP di Kota Kendari dan Kab. Wakatobi, Sulawesi Tenggara .20062010 11. Membantu pemerintah Kota Kendari dalam menghijaukan ruang terbuka. 2008-2011 12. Pengembangan pembangunan pusat pendidikan lingkungan hidup dan budaya Sulawesi Tenggara Focil Environmental Education Centre 2011. 1.

13. Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup Melalui Muatan Lokal Tingkat SD-SMP dan SMA di Kota Kendari dan Wakatobi melalui serial workshop 2011. 14. Mendukung Mewujudkan Sekolah Adiwiyata Melalui Studi Banding dan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Sekolah di Kota Kendari 2011.

You might also like