You are on page 1of 74

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pada dasarnya perbankan syariah sudah hadir semenjak tahun 1960an, yaitu pada saat berdirinya Mit Ghamr Bank di Mesir sebagai pilot project. Semenjak itu, beberapa bank yang berbasiskan syariah mulai bermunculan, apalagi setelah berdirinya Islamic Development Bank pada tahun 1975 (Ascarya, Yumanita Diana, Rokhimah S. : 2009). Selanjutnya Joharris (2007) dalam Ascarya, Yumanita Diana, Rokhimah S. (2009) memprediksi bahwa lebih dari 276 lembaga keuangan Islam di dunia ini, yang tersebar pada lebih dari 70 negara, mulai dari London, New York, Zurich hingga Timur Tengah, Afrika serta Asia dengan nilai kapitalisasi lebih dari US$ 13 Miliar. Di Indonesia sendiri, kenaikan pertumbuhan aset bank syariah dalam tahun 2011 sudah mencapai 45% dari tahun 2010 (www.zonaekis.com). Hal ini mengindikasikan adanya tren positif pertumbuhan industri perbankan syariah di Indonesia. Namun demikian, masa depan perbankan syariah akan sangat bergantung kepada kemampuannya untuk merespon perubahan dalam dunia keuangan. Fenomena globalisasi dan revolusi teknologi informasi menjadikan ruang lingkup perbankan syariah sebagai lembaga keuangan telah melampaui batas perundang-undangan suatu negara. Implikasinya adalah sektor keuangan menjadi semakin dinamis, kompetitif dan kompleks.
1

Perbankan syariah sebagaimana halnya perbankan konvensional pada umumnya merupakan lembaga intermediasi keuangan yakni lembaga yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat lain yang membutuhkan dalam bentuk kredit atau pembiayaan. Dalam Khotibul Umam, Karina Dwi Nugrahati P dan Sekar Ayu (2010) Bank merupakan lembaga yang eksistensinya membutuhkan adanya kepercayaan dari masyarakat. Mengingat bahwa perbankan merupakan lembaga keuangan yang menekankan pada prinsip kepercayaan, maka dalam rangka meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah diperlukan adanya pelaksanaan prinsip tata kelola perusahaan yang baik atau yang lebih dikenal dengan prinsip good corporate governance (GCG). Lukviarman dan Kasri (2009) juga menyatakan bahwa bank syariah diartikan sebagai bank yang terikat pada etos dan sistem nilai Islam dan diatur, dengan tambahan good corporate governance (tata kelola perusahaan) dan aturan manajemen resiko, oleh prinsip-prinsip yang berdasarkan pada hukum Islam (syariah). Dari pengertian tersebut jelaslah terlihat bahwa penerapan prinsip GCG pada praktik perbankan syariah menjadi suatu keniscayaan bagi suatu institusi perbankan syariah yang ditujukan kepada adanya tanggung jawab publik terkait dengan kegiatan operasional bank syariah yang diharapkan benar-benar mematuhi ketentuan-ketentuan syariah. Bank Syariah dan lembaga keuangan syariah merupakan suatu bentuk perusahaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang surplus dana
2

(kelebihan dana) dengan pihak yang minus dana (kekurangan dana) yang sesuai dengan prinsip syariah Islam. Di sisi lain, sebagai Lembaga Keuangan Islam, Bank Syariah tidak lepas dari kewajiban untuk berperan sebagai agen kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan memajukan tanggung jawab sosial dalam operasional perbankan syariah dan tidak hanya sebagai unsur pelengkap sebuah kegiatan bisnis. Tanggung jawab sosial perbankan syariah mulai mendapat perhatian khusus dari lembaga non-profit internasional AAOIFI (Accounting and Auditing for Islamic Financial Institution) dengan mengeluarkan exposure draft no.7 tentang kewajiban pelaksanaan, pelaporan dan pengungkapan tanggung jawab sosial Lembaga Keuangan Islam serta hal-hal yang dirasa perlu untuk dilakukan dalam kaitannya terhadap kesejahteraan stakeholders. Tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan oleh bank syariah memiliki keunikan karena sesungguhnya masyarakat tidak mengalami eksternalitas akibat keberadaan bank syariah, namun justru mendapatkan manfaat dari tanggung jawab sosial perusahaan ini (Wijaya, 2011) . Dengan demikian, hal ini turut mendorong implementasi tujuan syariah (maqashid) oleh bank syariah sebagai sebuah institusi. Menurut Robbins dan Coulter (2005) dalam Arifian (2011) tanggung jawab sosial perusahaan dibedakan menjadi dua pandangan, yaitu pandangan klasik dan pandangan sosial ekonomi. Pandangan klasik berpendapat bahwa satu-satunya tanggung jawab sosial manajemen adalah memaksimalkan laba atau memaksimalkan hasil finansial bagi para pemegang saham. Sementara itu, pandangan sosial ekonomi
3

adalah pandangan yang menyatakan bahwa tanggung jawab sosial manajemen bukan sekadar menghasilkan laba tetapi juga mencakup melindungi dan meningkatkan kesejahteraan sosial. Adanya dorongan-dorongan bagi perusahaan untuk menerapkan CSR,

menyebabkan perusahaan menggunakan konsep CSR ini sebagai kunci untuk mendapatkan legitimasi masyarakat (Oliver, 1991; Haniffa dan Coke, 2005; Ani, 2007 dalam Nurkhin 2009). Namun demikian, untuk melaksanakan CSR perusahaan harus mengeluarkan sejumlah biaya yang tidak sedikit. Biaya CSR ini sering kali menjadi kendala karena pada akhirnya akan menjadi beban yang akan mengurangi pendapatan. Hal ini diperkuat oleh Giannarakis dan Theotokas (2011) bahwa CSR dianggap sebagai ancaman terhadap kelangsungan perusahaan karena adanya tambahan biaya sosial. Akibat dari hal tersebut, pelaksanaan CSR akan berpengaruh pada profitabilitas perusahaan. Pentingnya profitabilitas dalam pelaksanaan CSR juga diungkapkan oleh Heinze (1976) dalam Hackstone dan Milne (1996) yang menjelaskan bahwa profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Oleh karena itu, perusahaan haruslah dalam tingkat profitabilitas yang tinggi untuk memberikan keluwesan manajemen dalam mengungkapkan CSR (Nurkhin, 2009).
Sebuah perusahaan yang hendak mempertimbangkan melakukan pengungkapan sosial tentu akan memperhatikan sisi finansialnya dulu, dalam hal ini profitabilitas yang tinggi merupakan suatu langkah untuk keputusan jangka panjang. Kiroyan (2006) dalam
4

Sayekti dan Wondabio (2007) menyatakan bahwa dengan menerapkan CSR, diharapkan perusahaan akan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang. Hal tersebut mengindikasikan, ketika perusahaan berada dalam profitabilitas yang tinggi, perusahaan tentu akan mempertimbangkan kelangsungan profitabilitas tersebut agar dalam jangka panjang perusahaan selalu mendapatkan profit yang tinggi. Konsekuensi logisnya ialah semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan, maka semakin besar pengungkapan informasi sosial (Bowman dan Haire, 1976 dan Preston, 1978 dalam Hackston dan Milne 1996).

Tidak banyak penelitian yang mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial pada perbankan syariah. Tetapi sudah cukup banyak hasil riset yang beragam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR perusahaan di Indonesia. Belkaoui (1989) dalam Anggraini (2006) menyatakan bahwa ada hubungan positif antara pengungkapan sosial dengan visibilitas politis, dimana perusahaan besar yang cenderung diawasi akan lebih banyak mengungkapkan informasi sosial dibandingkan perusahaan kecil. Kemudian, Farook dan Lanis (2005) dalam Nurkhin (2009) menemukan bahwa Islamic governance (sebagai proksi corporate governance di bank syariah) terbukti berpengaruh positif secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Khomsiyah (2003) mengungkapkan semakin tinggi indeks persepsi corporate governance , maka semakin tinggi pula tingkat pengungkapan informasi. Hal ini dikarenakan adanya wujud tanggung jawab manajemen kepada stakeholders yang menggunakan laporan keuangan.

Namun Novita dan Djakman (2009); Barnae dan Rubin (2005) dalam Nurkhin (2009) menyatakan bahwa kepemilikan institusional dan kepemilikan asing sebagai proksi dari corporate governance tidak memiliki hubungan dengan pengungkapan CSR. Penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial juga dikaitkan dengan profitabilitas sebuah perusahaan. Sembiring (2005) dalam Nurkhin (2009) menghasilkan temuan bahwa profitabilitas tidak terbukti secara signifikan terhadap pengungkapan CSR. Hal ini juga sejalan dalam penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2006), yang tidak menemukan hubungan profitabilitas dengan pengungkapan informasi sosial. Hasil di atas berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Nurkhin (2009); Hossain dkk (2006) yang menemukan hasil bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Dari hasil penelitian yang beragam tersebut, maka penulis ingin mengangkat judul penelitian PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN

PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA.

1.2 Rumusan masalah Rumusan masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini yaitu : a. Apakah variabel corporate governance berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial? b. Apakah variabel profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perbankan syariah ?

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan dalam penelitian, maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : a. Untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh variabel corporate governance terhadap tanggung jawab sosial perbankan syariah. b. Untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh profitabilitas terhadap tanggung jawab sosial perbankan syariah.

1.4 Batasan Masalah Agar penelitian yang dilakukan tidak terlalu luas dan lebih terarah, maka penulis membatasi permasalahan yang ada sebagai berikut: a. Objek penelitian adalah perbankan syariah yang ada di Indonesia.

b. Konsep

corporate

social

responsibility

diukur

dalam

indeks

hasil

modifikasian dari exposure draft no.7 tentang Corporate Social Responsibility Lembaga Keuangan Islam. c. Kriteria profitabilitas yang dipakai adalah menggunakan proksi Return On Equity (ROE) dan Return On Assets (ROA). d. Kriteria corporate governance yang dipakai adalah kepemilikan institusional dan komposisi dewan komisaris perusahaan.

1.5 Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : a. Bagi Perbankan Syariah Memberikan sumbangan pikiran tentang pentingnya

pertanggungjawaban sosial yang diungkapkan dalam laporan keuangan tahunan perbankan syariah. b. Bagi Investor Hasil penelitian ini dapat membantu para investor dalam proses pembuatan keputusan investasi yang akan diambil. c. Bagi Masyarakat Memberikan wacana sebagai pengontrol atas perilaku-perilaku perbankan syariah dan semakin meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak-hak yang harus diperoleh. d. Bagi lembaga pembuat peraturan / standar
8

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi penyusun standar akuntansi lingkungan dan sebagai masukan dalam meningkatkan kualitas standar dan peraturan yang sudah ada. e. Bagi pihak akademisi Hasil penelitian ini semoga dapat menjadi referensi bagi penelitian yang selanjutnya.

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ini ditulis secara sistematis dengan dibagi menjadi 5 bab, dimana masing-masing bab menjelaskan tentang hal-hal sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan Bab ini akan menguraikan tentang hal-hal dasar yang harus dilakukan dalam penelitian seperti : latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : Kajian Pustaka Bab ini berisi urainan mengenai landasan teoritik sebagai dasar dalam pembahasan teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, penelitian-penelitian terdahulu serta berisi tentang pengembangan hipotesa yang diperlukan dalam penelitian ini. BAB III : Metode Penelitian

Bab ini akan berisi penjelasan mengenai definisi dan pengukuran variabel, model penelitian serta sumber dan metode pengumpulan data. BAB IV : Analisis dan Pembahasan Bab ini menjelaskan tentang analisis data, temuan empiris yang diperoleh dalam penelitian ini, hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. BAB V : Penutup Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, saran-saran untuk penelitian selanjutnya serta

keterbatasan-keterbatasan dalam melakukan penelitian ini.

10

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini peneliti akan melakukan pembahasan tentang tinjauan pustaka yang akan kita sajikan untuk menjelaskan landasan teori yang menjadi dasar teoritis dari penelitian ini. Bab ini juga akan menguraikan tentang penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan untuk mendukung penelitian ini. Selanjutnya dalam bab ini juga akan dijelaskan tentang pengembangan hipotesa yang dilakukan untuk dapat menarik hipotesa yang dapat disimpulkan.

2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Teori Stakeholder Dewasa ini, perusahaan tidak hanya sekedar bertanggung jawab terhadap para pemilik (shareholders), namun bergeser menjadi lebih luas yaitu sampai pada ranah sosial kemasyarakatan yang selanjutnya disebut corporate social responsibility (CSR). Hal itu sebagai implikasi karena banyaknya tuntutan dari masyarakat akibat negative externalities dan ketimpangan sosial yang terjadi sebagai dampak operasional perusahaan (Harahap, 2002 dalam Sulistiyanti, 2010). Pertanggungjawaban perusahaan yang semula hanya diukur sebatas indikator ekonomi yang ditunjukkan dalam laporan keuangan, kini harus bergeser dengan mempertimbangkan faktor-faktor sosial yang merupakan kinerja sosial.

11

Berdasar pada asumsi dasar stakeholders theory, perusahaan tidak dapat melepaskan diri dari operasinya dengan lingkungan sosial sekitarnya. Perusahaan perlu menjaga legitimasi stakeholders serta mendudukkannya dalam kerangka kebijakan dan pengambilan keputusan, sehingga dapat mendukung dalam pencapaian tujuan perusahaan yaitu stabilitas usaha dan jaminan going concern (Adam.C.H, 2002 dalam Norhadi 2009). 2.1.2 Teori Legitimasi Perusahaan perlu melakukan operasional usaha dengan menjaga

keseimbangan lingkungan fisik maupun psikis serta keseimbangan harapan antara perusahaan sebagai pihak economic rational dengan lingkungan dan masyarakat. Besarnya kesenjangan harapan masyarakat dapat menimbulkan kesenjangan legitimasi, sehingga memunculkan reaksi masyarakat terhadap perusahaan baik secara aktif maupun pasif. Untuk mengurangi kesenjangan legitimasi tersebut, perusahaan perlu melakukan seperangkat strategi legitimasi, seperti meningkatkan tanggung jawab sosial (social responsibility) dan keterbukaan berupa pengungkapan sosial (Sulistiyanti, 2010). 2.1.3 Tanggung Jawab Sosial Perbankan Syariah 2.1.3.1 Pengertian dan Konsep Tanggung Jawab Sosial Perbankan Syariah Suhandari (2007) dalam Untung (2008) menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi

12

dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Sebuah tanggung jawab sosial entitas bisnis mulai berkembang pada tahun 1950an. Prinsip yang menjiwai tanggung jawab sosial pun berkembang dari prinsip derma (charity) dan prinsip perwalian (stewardship) pada tahun 1950an menjadi konsep pemangku kepentingan (stakeholders) (Solihin, 2008). Prinsip Derma (charity) sebagai konsep tanggung jawab sosial muncul sebagai inisiasi dari kesadaran pribadi pemimpin perusahaan untuk berbuat sesuatu kepada masyarakat. Dan prinsip perwalian (stewardship) dijelaskan oleh Post.et.al (2002) dalam Solihin (2008) yaitu perusahaan merupakan wali yang dipercaya oleh masyarakat untuk mengelola berbagai sumber daya. Oleh karena itu, perusahaan harus mempertimbangkan dengan seksama berbagai kepentingan dari para pemangku kepentingan yang dikenai dampak keputusan dan praktik operasi perusahaan. Berdasarkan prinsip perwalian, perusahaan diharapkan untuk melakukan aktivitas yang baik, tidak hanya untuk perusahaan tetapi juga untuk lingkungan sekitarnya. Kemudian dalam teori stakeholder, perusahaan harus dapat menempatkan stakeholder dalam kedudukan yang semestinya dalam pengambilan keputusan, termasuk dalam pengambilan kebijakan tanggungjawab sosial dan pengungkapannya. Dalam sebuah Lembaga Keuangan Islam, tanggung jawab sosial sudah semestinya melekat dalam operasional bisnisnya. Hal ini didukung oleh pernyataan Sulaiman (2005) dalam Muhammad (2010) bahwa individu, atas nama perusahaan,
13

juga seharusnya bertanggung jawab kepada masyarakat walaupun akuntabilitas utamanya adalah untuk Allah. 2.1.3.2 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perbankan Syariah Satu hal yang dapat dilakukan oleh sebuah entitas bisnis dalam membantu masyarakat adalah dengan tanggung jawab sosial. Seorang ekonom Milton Friedman bahkan berkata bahwa tanggung jawab sosial dapat meningkatkan profit perusahaan. Dalam perspektif Islam, CSR yang dilakukan oleh organisasi bisnis atau Lembaga Keuangan Islam dipandang lebih sebagai manfaat daripada biaya. Etika bisnis Islam telah memberikan dimensi yang berbeda dan cara strategis yang penting untuk berpikir tentang karya amal (Abu Sulaiman, 1976 dalam Hassan & Salma, 2009). Selanjutnya Hassan dan Salma (2009) menerangkan bahwa komitmen kuat dari Islam yang menjunjung keadilan dan persaudaraan menuntut organisasi bisnis turut mengurus beberapa kebutuhan masyarakat. Hal ini dikuatkan dari Firman Allah SWT Allah memusnahkan praktek riba dan menumbuhkembangkan sedekah.. (Al Quran:2, ayat 276) dan Hadis Shahih Muslim Dengan belanja dalam amal, kekayaan tidak berkurang... Dengan kata lain pengorbanan yang dikeluarkan untuk masyarakat akan kembali kepada entitas bisnis dengan manfaat / ganjaran yang lebih besar.

14

Menurut etika bisnis Islam, orang kaya bukan pemilik sebenarnya dari kekayaan mereka, mereka hanya perwakilan pemelihara harta di dunia. Dan mereka harus menyedekahkan sebagian hartanya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat miskin (Naqvi, 1981 dalam Hassan dan Salma 2009). Hal inilah yang menuntut sebuah entitas bisnis, khususnya perbankan syariah yang bernafaskan Islam, wajib untuk membantu masyarakat sebagai salah satu unsur stakeholder melalui tanggung jawab sosial. Yang selanjutnya tanggung jawab sosial ini diungkapkan agar terjadi pemenuhan kebutuhan informasi dari para pemangku kepentingan Lembaga Keuangan Islam Pengungkapan tanggung jawab sosial ini dapat terkandung dalam sebuah laporan CSR yang terpisah dari laporan tahunan ataupun laporan khusus yang ditargetkan untuk masyarakat umum. Pengungkapan tanggung jawab sosial juga perlu dilakukan secara

komprehensif dan dirancang sedemikian rupa agar dapat dimengerti oleh masyarakat umum. (paragraf 30, statement of financial accounting AAOIFI) 2.1.4 Good Corporate Governance dan Tanggung Jawab Sosial Perbankan Syariah Terdapat berbagai macam definisi corporate governance yang dicetuskan oleh para pakar. The Organization Of Economic Corporation and Development (OECD) mendefinisikan corporate governance sebagai serangkaian hubungan antara

15

manajemen perusahaan, pengurus, pemegang saham, dan semua pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (stakeholder). (Chapra, ed.terjemah, 2008)

Maka dari pengertian diatas menurut OECD secara umum ada empat prinsip utama dalam penerapan corporate governance sehingga pengawasan dapat berjalan baik yaitu : ( John Pieris, Nizam Jim : 2007 dalam Asytuti 2010 )

1. Fainess, yaitu perlakuan yang seimbang anatar pemegang saham, managemen, stake holder lainnya 2. Tranparansi , yaitu pengungkapan informasi dan laporan keuangan, kinerja perusahaan dan informasi-informasi lainnya mengenai perusahaan yang relevan, akurat dan tepat waktu 3. Akuntabilitas, yaitu akuntabilitas manajemen terhadap stakeholders melalui pengawasan yang efektif dan perimbangan kekuasaan antara manajer, pemegang saham, board of directors, dan auditor 4. Tanggung jawab. Yaitu tanggung jawab sosial perusahaan sebagai anggota masyarakat terhadap masyarakat meliputi tanggung jawab pematuhan hukum dan pengakuan kebutuhan sosial masyarakat.

Perbankan syariah ataupun lembaga keuangan syariah dengan menjunjung embel syariah pada namanya, tidak menjamin bahwa lembaga tersebut telah menjalankan good corporate governance dalam lembaganya. Sebuah studi penelitian tentang pelaksanaan corporate governance yang dilakukan oleh IRTI di perbankan

16

syariah diberbagai negara menunjukkan pelaksanaan corporate governance belum terlaksana dengan baik. Penerapan good corporate governance terbukti di dalam penelitian dibeberapa lembaga keuangan syariah di dunia muslim dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada bank syariah. Kegagalan dalam penerapan prinsip syariah akan membuat nasabah pindah ke bank lain sebesar 85%. (Ahmad M Umer Chapra dan Habib Umar, : 2002 dalam Asytuti, 2010). Chapra (2002) menjelaskan bahwa peningkatan corporate governance dalam sistem keuangan Islam mutlak untuk dilakukan, karena nasabah memerlukan jaminan keamanan dana, return yang kompetitif, pelayananan yang memuaskan dan adanya kemudahan akses. Sedangkan bagi bank sendiri penyaluran dana kepada masyarakat memerlukan jaminan dengan tingkat pengembalian yang kompetitif. Dari tabel Peran Kunci Dalam Corporate Governance Lembaga Keuangan Syariah yang dirumuskan oleh Chapra, diketahui ada beberapa sisi stakeholders yang terlibat dalam pelaksanaan corporate governance, yaitu : a. Sisi Lingkungan : sistem ekonomi,keuangan dan hukum, pemerintah (undangundang dan regulasi bagi LKS), system akuntansi. b. Sisi Lembaga Publik : pengawas, asosiasi perbankan c. Sisi Kelembagaan : pemegang saham, dewan direksi, senior manajemen, audit internal, karyawan, dewan pengawas syariah. d. Sisi lainnya : deposan, auditor eksternal, audit syariah.

17

Mr.Wolfenson (Presiden Bank Dunia) secara eksplisit menyatakan tujuan corporate governance adalah untuk mewujudkan keadilan kepada seluruh stakeholders melalui penciptaan transparansi, akuntabilitas dan peningkatan nilai wajar atas penyertaan stakeholders. Hal ini tentunya sejalan dengan tujuan pengungkapan tanggung jawab sosial. Faktor-faktor corporate governance juga dikorelasikan dengan tingkat

pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan. Ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit, kualitas auditor eksternal, dan struktur kepemilikan berkorelasi positif dengan pengungkapan CSR (Haniffa dkk, 2005; Sembiring, 2005; Anggraini, 2006; Sayekti, 2006;) (Sayekti dan Wondabio, 2007). Novita dan Djakman (2008) menghubungkan kepemilikan asing dan kepemilikan institusional. Farook dan Lanis (2005) mengkorelasikan antara corporate governance dengan pengungkapan CSR pada bank Islam dengan ukuran Islamic Governance Score dan hasilnya menunjukkan adanya korelasi positif. Sehingga hipotesis penelitian yang dikemukakan adalah sebagai berikut : H1: Corporate Governance Berpengaruh Signifikan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perbankan Syariah Di Indonesia.

18

2.1.5 Profitabilitas Dan Tanggung Jawab Sosial Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Munawir, 2004). Bila perusahaan ingin tetap hidup untuk dapat tumbuh dan berkembang, maka perusahaan harus memperoleh laba. Menurut Hanafi dan Halim (2007), ada tiga ukuran rasio profitabilitas, yaitu: profit margin, return on asset (ROA), dan return on equity (ROE). ROA yang semakin besar menunjukan kinerja yang semakin baik, karena menunjukan tingkat pengembalian yang semakin besar. Meskipun laba mempunyai fungsi penting dalam pertumbuhan perusahaan, tetapi suatu perusahaan tidak dapat dikatakan berhasil hanya dengan berorientasi pada laba. Return on equity juga merupakan indikator profitabilitas yang penting, karena return on equity merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam rangka melakukan tugasnya yakni menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi para pemilik modal. Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2007;74), Return on equity merupakan rasio untuk mengukur seberapa banyak keuntungan (laba) yang menjadi hak pemilik modal sendiri. Sedangkan menurut Susan Irawaty (2006;61), Return on equity atau yang sering disebut dengan rate of return on net worth, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan tersebut.

19

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan, bahwa return on equity adalah rasio yang digunakan oleh para investor untuk melihat sejauh mana perusahaan dapat memberikan keuntungan di masa yang akan datang. Richardson et.al. (2001) dalam Lindrianasari (2007) telah melakukan observasi terhadap pengungkapan sosial perusahaan dan diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan lingkungan dengan cost of capital. Dia berargumen lebih lanjut bahwa sesungguhnya perusahaan akan melakukan pengungkapan yang lebih baik pada saat profitabilitas perusahaan semakin baik. Sebelumnya Pava dan Krausz (1996) dalam Lindrianasari (2007), juga telah melakukan penelitian serupa, dan memberikan penjelasan bahwa sesungguhnya informasi yang dungkapkan oleh perusahaan tidak akan membuat perusahaan kehilangan stakeholdersnya. Keterkaitan profitabilitas dan didasari oleh dampak negative dari operasional perusahaan. Perusahaan yang hanya memaksimalkan profit untuk kepentingan pemilik menyebabkan adanya tuntutan untuk memperhatikan masyarakat yang juga menanggung beban dampak negatif perusahaan (Kartadjumena Eriana, Hadi Dudi Abdul, Budiana Novan : 2011 dalam Arifian 2011). Tetapi hal tesebut mungkin terjadi pada perusahaan yang kegiatan operasional utamanya terkait dengan lingkungan. Sedangkan untuk perbankan syariah sendiri mungkin lebih terkait dengan pandangan yang dikeluarkan oleh Belkaoui dan Karpik (1989), dalam Sembiring

20

(2005) yaitu pengungkapan tanggung jawab sosial paling baik diekspresikan dengan pandangan bahwa tanggapan sosial yang diminta dari manajemen sama dengan kemampuan yang diminta untuk membuat suatu perusahaan memperoleh laba. Manajemen yang sadar dan memperhatikan masalah sosial juga akan memajukan kemampuan yang diperlukan untuk menggerakkan kinerja keuangan entitas bisnis. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan memberikan keluwesan kepada manajemen untuk melaksanakan dan mengungkapkan CSR. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas rendah akan sangat mempertimbangkan pelaksanaan dan pengungkapan CSR, karena khawatir akan mengganggu operasional perusahaan. Senada dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Fernandez dan Souto (2009); dan Karaibrahimoglu (2010) dalam Giannarakis dan Theotokas (2011) menunjukkan bahwa proyek-proyek CSR perusahaan menurun karena krisis keuangan. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial (Kartadjumena Eriana, Hadi Dudi Abdul, Budiana Novan : 2011). Sehingga hipotesis yang diajukan adalah : H2 : Profitabilitas Berpengaruh Signifikan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perbankan Syariah Di Indonesia.

21

2.2 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


Corporate Governance (+) Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perbankan Syariah (+)

Profitabilitas

2.3 Penelitian Terdahulu Pengarang dan Tahun Publikasi Sembiring (2003) Tujuan Penelitian
Meneliti determinan pengungkapan CSR di perusahaan Indonesia

Variabel yang digunakan Profitabilitas, umur perusahaan, EPS, ukuran perusahaan, kepemilikan publik, tingkat leverage

Hasil Penelitian
Ukuran perusahaan berdampak positif secara signifikan sedangkan EPS, kepemilikan publik dan tingkat leverage berdampak negatif secara signifikan.

Anggraini (2006)

Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial

kepemilikan manajemen, leverage, ukuran perusahaan,

Profitabilitas, ukuran perusahaan dan leverage tidak berpengaruh

22

Hossain dkk (2006)

dalam laporan tahunan Untuk meneliti luas dan sifat pelaporan sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan untuk menjelaskan pengaruh dari corporate governance dan profitabilitas terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial dengan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol.

Nurkhin (2009)

tipe industri, profitabilitas ukuran perusahaan, profitabilitas, anak perusahaan multinasional, audit firm dan tipe industri kepemilikan institusional, komposisi dewan komisaris independen dan profitabilitas (ROE)

signifikan profitabilitas mempunyai pengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial Komposisi dewan komisaris independen dan profitabilitas terbukti secara signifikan berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Mutrovina (2009)

Untuk menganalisis pengaruh dari karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial

Ukuran perusahaan (size), profitabilitas, profile, ukuran dewan komisaris, dan leverage

Pratiwi (2009)

Untuk mengetahui

ukuran perusahaan,

Profitabilitas dan profile tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, sedangkan variabel yang berpengaruh signfikan adalah ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris dan leverage Ukuran

23

pengaruh ukuran perusahaan, tipe industry, profitabilitas, ukuran dewan komisaris dan leverage terhadap pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan.

tipe industry, profitabilitas, ukuran dewan komisaris dan leverage

Muhammad (2010)

Untuk mengetahui persepsi user dan preparer laporan keuangan terhadap praktik pelaporan sosial perbankan Islam di Malaysia

persepsi user, persepsi preparer, dan pelaporan sosial dalam perspektif Islam.

perusahaan, tipe industri, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, dan leverage secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan informasi pertanggungjawab sosial perusahaan. Para stakeholder perbankan Islam di Malaysia memiliki pandangan positif terhadap praktik pelaporan sosial dalam perspektif Islam.

24

BAB.III METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab tiga ini peneliti akan melakukan pembahasan mengenai metodologi penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini. Metodologi penelitian ini meliputi pembahasan mengenai populasi dan sampel yang akan digunakan serta membahas mengenai cara dalam melakukan pengambilan sampel. Selain itu dalam bab ini juga membahas mengenai data panelitian yang diperoleh. Setelah itu dilakukan pembahasan mengenai model penelitian yang digunakan, identifikasi variabel yang digunakan, hipotesis operasional yang akan dilakukan serta pada bab ini juga akan menjelaskan mengenai metode analisa data yang akan digunakan.

3.1 Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh perbankan syariah yang tercatat pada daftar Bank Indonesia. Sedangkan pemilihan sampel yang dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Perbankan Syariah (diwakili oleh Bank Umum Syariah) yang telah melaporkan laporan keuangannya pada tahun 2010. Alasan pemilihan tahun 2010 adalah bahwa pada tahun tersebut telah berlaku Undang-Undang No. 11/33/PBI/200

25

tanggal 7 Desember 2009 dan Surat Edaran (SE) BI No.12/13/DPbS tanggal 30 April 2010 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah terutama Pasal 62 dan Pasal 63 mengenai kewajiban Bank untuk menyampaikan laporan pelaksanaan GCG kepada BI dan stakeholder lainnya. Kemudian, sembilan (9) bank yang menjadi sampel, kesemuanya melaporkan laporan pada tahun 2010. Selain itu, untuk melihat dinamika perubahan dan dampak yang secara sederhana tidak bisa dilihat pada data cross-section murni maka digunakan juga sampel khusus pada Bank Muamalat dan Bank Syariah Mandiri yang akan dimasukkan ke dalam data panel, yang berjangka waktu antara tahun 2003 sampai dengan 2010. b. Bank Syariah tersebut mengungkapkan laporan CSR (atau setidak-tidaknya mengungkapkan informasi CSR) dalam laporan tahunan yang dapat diakses

melalui website Bank Syariah yang bersangkutan. Artinya, informasi yang terdapat dalam laporan tahunan tersebut adalah accestable. c. Bank syariah yang memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.

26

Tabel 3.1 Proses Pengambilan Sampel Kriteria Sampel Jumlah Bank Syariah Jumlah Bank Syariah (BUS dan UUS) yang terdaftar pada Bank Indonesia tahun 2007-2010 Jumlah bank syariah yang termasuk Bank Umum Syariah Jumlah Sampel yang digunakan dalam penelitian (Bank Umum syariah yang melaporkan laporan keuangan dan laporan GCG/Manajemen) 11 9 34

3.2 Data dan Sumber Data Dalam penelitian ini data yang akan digunakan adalah data sekunder. Dimana, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan dan laporan GCG bank syariah yang dipublikasikan untuk periode 2003 sampai dengan 2010. Data laporan tahunan ini digunakan untuk memperoleh data mengenai pengungkapan tanggung jawab sosial bank syariah.

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.3.1 Variabel Dependen; Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan pengungkapan informasi terkait dengan aktivitas tanggung jawab sosial suatu entitas bisnis. Pengungkapan

27

tanggung jawab sosial diukur dengan proksi CSRDI (corporate social responsibility disclosure index) berdasarkan indikator yang diintisarikan dari aspek-aspek pengungkapan Exposure Draft on Governance Standard of Islamic Financial Institution No.7. Indikator GSIFI No.7 dapat diklasifikasi menjadi sepuluh fokus pengungkapan, yaitu tanggung jawab dewan pengawas syariah (DPS), informasi produk, manajemen zakat, penyaluran sumber dan penggunaan dana qardh, kegiatan amal dan sosial, transaksi non halal, sumber daya insani, masyarakat atau komunitas, aspek lain yang melibatkan masyarakat, keterlambatan pembayaran dan/klien bangkrut. Pengukuran CSRDI mengacu pada penelitian Haniffa dkk (2005) dalam Sayekti dan Wondabio (2007), yang menggunakan content analysis dalam mengukur variety dari CSRDI. Pendekatan ini pada dasarnya menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrument penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Rumus perhitungan CSRDI adalah sebagai berikut:


CSRDIj =

(1)

Keterangan: CSRDIj Xij : Corporate Social Responsibility Disclosure Index Bank Syariah j, : dummy variable: 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak diungkapkan.
28

Dengan demikian, 0 CSRDIj 1.

3.3.2 Variabel Independen Corporate governance Kepemilikan institusional diukur dengan proksi jumlah kepemilikan saham oleh investor institusi terhadap total jumlah saham yang beredar. Sedangkan komposisi dewan komisaris diukur dengan proksi jumlah keanggotaan yang berasal dari luar perusahaan (outside directors) atau komisaris independen terhadap keseluruhan jumlah anggota dewan komisaris. Profitabilitas Profitabilitas dalam penelitian ini akan menggunakan proksi return on equity (ROE) seperti Hakston dan Milne (1996) dan return on asset (ROA) yang digunakan oleh Mutrovina (2009). ROE dan ROA dipilih karena merupakan alat yang dapat menggambarkan kemampuan profitabilitas perusahaan. ROE dan ROA dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut; Return on equity (ROE) =
 

Return on asset (ROA) =

 

29

3.4 Metode Analisa data Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam dua model regresi, yaitu model regresi linier berganda dan model regresi data panel. 3.4.1 Metode Regresi Linier Berganda Untuk data cross-section (data bank syariah pada tahun 2010) yang diuji dengan model regresi linier berganda akan dijelaskan sebagai berikut : 3.4.1.1 Analisa Uji Klasik, yang meliputi : y Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah adanya hubungan spesifik (mendekati sempurna) antar variabel independen, sehingga model regresi yang diperoleh tidak valid untuk memprediksi nilai variabel independen. Diagnosis untuk mengetahui adanya multikolinearitas adalah menentukan nilai Variance Inflaction Factor (VIF). Indikator adanya multikolinearitas adalah apabila nilai VIF mendekati 8-10 (Hair, Jr. et.al,. 1995 dalam Mutrovina 2009). y Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah pada model regeresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain. Alat statistik yang digunakan untuk mendeteksi masalah ini adalah dengan melihat pola titik-titik pada scatter plot, apabila titik menyebar

30

secara acak dan tidak membentuk pola, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas ataupun sebaliknya. (Mutrovina, 2009) y Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam metode regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2009). Model regresi yang baik adalah data yang berdistribusi normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak mengunakan dua cara yaitu melalui analisis grafik dan analisis statistik. y Uji Autokorelasi Digunakan uji statistik dari Durbin Watson untuk mendeteksi apakah ada serial korelasi (Autokorelasi) atau tidak dalam data time series yang digunakan. Serial korelasi adalah problem dimana dalam sekumpulan observasi untuk variabel tertentu antara observasi yang satu dengan yang lain ada hubungan atau korelasi. Langkah awal pendeteksian ini adalah mencari nilai d dari analisis regresi dan selanjutnya mencari nilai d1 dan du pada tabel dengan kriteria (Imam Ghozali, 2009). Pengambilan Keputusan ada tidaknya autokorelasi: a. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi. b. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi positif.

31

c. Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien korelasi autokerelasi lebih kecil dari pada nol, berarti ada autokorelasi negatif. Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

3.4.1.2 Pengujian Hipotesis y Metode Regresi Linear Berganda Metode regresi linear berganda, yaitu metode yang digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukur atau rasio dalam suatu persamaan linier (Indriantoro dan Supomo, 2002). Variabel independen dalam penelitian ini adalah ROA,ROE, kepemilikan institusional dan komposisi dewan komisaris. Sedangkan variabel dependennya adalah indeks pengungkapan tanggung jawab sosial perbankan syariah. Model regresi berganda yang digunakan sebagai berikut : CSRDI = 0 + 1 INTS + 2 KDK + 3 ROE + 4 ROA+ 5 SIZE + e Dimana: CSRDI INTS KDK ROE ROA = corporate social responsibility disclosure = kepemilikan institusional = komposisi dewan komisaris = return on equity = return on asset

32

SIZE TIPE 0 1,..., 4 e

= ukuran perusahaan = tipe industri = intercept = koefisien regresi = error

Uji signifikansi parameter individual (Uji stastistik t) Menurut Ghozali (2005) uji stastistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 ( =5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut : 1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 2. Jika nilai signifikan 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

Uji signifikansi simultan (Uji stastistik F) Menurut Ghozali (2005) uji stastistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan

33

dengan menggunakan significance level 0,05 ( =5%). Ketentuan peneriman atau penolakan hipotesis adalah sebagi berikut : 1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara simultan ketiga variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 2. Jika nilai signifikan 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi signifikan). Ini berarti secara simultan ketiga variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. y Koefisien Determinasi Koefisien determinasi ( R2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi berada di antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-varibel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005).

34

3.4.2 Model Regresi Data Panel Selanjutnya akan digunakan pengujian khusus pada data panel (data Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat periode 2003-2010) dengan menggunakan model regresi data panel. Berikut penjabaran langkah pengujian untuk data panel : 3.4.2.1 Model regresi dalam bentuk log linier Adapun model regresinya dalam bentuk log linier adalah sebagai berikut :

LogYit = Keterangan : Yit 0


1, 2, 3,

logX1it +

logX2it +

logX3it +

logX4it + eit

= corporate social responsibility disclosure = Konstanta = Koefisien variabel independent = kepemilikan institusional = komposisi dewan komisaris = return on equity = return on assets = error

X1it X2it X3it X4it e

35

Secara umum untuk mengestimasi model regresi dengan data panel, dapat menggunakan beberapa model pendekatan yaitu pendekatan Common Effect, Fixed Effect, dan Random Effect. Koefisien Tetap Antar Waktu dan Individu (Common Effect) Estimasi Common Effect merupakan teknik yang paling sederhana untuk mengestimasi data panel. Hal ini karena hanya dengan mengkombinasikan data time series dan data cross section tanpa melihat perbedaan antara waktu dan individu, sehingga dapat menggunakan metode OLS dalam mengestimasi model data panel. Dalam pendekatan estimasi ini, tidak diperhatikan dimensi individu maupun waktu. Diasumsikan bahwa perilaku data antar wilayah sama dalam berbagai kurun waktu. Dengan mengkombinasikan data time series dan data cross section tanpa melihat perbedaan antara waktu dan individu, maka model persamaan regresinya sama dengan persamaan awal, yaitu : LogYit = 0 + logX1it + logX2it + logX3it + logX4 it + eit

Slope Konstan Tetapi Intersep Berbeda Antar Individu (Fixed Effect) Pendekatan estimasi Common Effect sangat jauh berbeda dengan kenyataan yang ada, karena karakteristik antar daerah sangat berbeda. Cara yang paling

36

mudah untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan mengasumsikan intersep antar daerah berbeda sedangkan slope antar daerah tetap sama. Pendekatan estimasi ini biasa disebut dengan model regresi Fixed Effect. Teknik model Fixed Effect menggunakan variabel dummy untuk mengetahui perbedaan intersep antar daerah ketika mengestimasi data panel. Model Fixed Effect dengan variabel dummy dapat ditulis sebagai berikut : LogYit = 0 + + .. + eit Estimasi dengan Pendekatan Random Effects Pada model Fixed Effect terdapat kekurangan yaitu berkurangnya derajat kebebasan ( degree of Freedom ) sehingga akan mengurangi efisiensi parameter. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dapat menggunakan pendekatan estimasi Random Effects. Pendekatan estimasi Random Effect ini menggunakan variabel gangguan ( error terms ). Variabel gangguan ini mungkin akan menghubungkan antar waktu dan antar daerah. Penulisan konstanta dalam model Random Effects tidak lagi tetap tetapi bersifat random sehingga dapat ditulis dalam model sebagai berikut : LogYit = 0i + logX1it + logX2it + logX3it + logX4it + eit logX1it + logX2it + logX3 it + D1it + D2it + D3it

37

3.4.2.2 Pemilihan Teknik Estimasi Regresi Data Panel Terdapat tiga pendekatan dalam mengestimasi regresi data panel yang dapat digunakan yaitu model dengan metode Common Effect, model Fixed Effect, dan model Random Effect. Untuk mengetahui metode yang paling baik untuk digunakan adalah dengan cara : 1. Melihat uji statistik F untuk memilih model Common Effect (tanpa variabel dummy ) atau dengan model Fixed Effect. 2. Melilih model tanpa variabel dummy atau dengan model Random Effect dengan menggunakan uji Langrange Multipler (LM). 3. Membandingkan antara model Fixed Effect atau Random Effect yang lebih baik untuk digunakan dengan menggunakan uji Hausman. 3.4.2.3 Pengujian Hipotesis y Metode Regresi Linear Berganda Metode regresi linear berganda, yaitu metode yang digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukur atau rasio dalam suatu persamaan linier (Indriantoro dan Supomo, 2002). Variabel independen dalam penelitian ini adalah ROA,ROE, kepemilikan institusional dan komposisi dewan komisaris.

38

Sedangkan variabel dependennya adalah indeks pengungkapan tanggung jawab sosial perbankan syariah. y Uji signifikansi parameter individual (Uji stastistik t) Menurut Ghozali (2005) uji stastistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 ( =5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut : 3. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 4. Jika nilai signifikan 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. y Uji signifikansi simultan (Uji stastistik F) Menurut Ghozali (2005) uji stastistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 ( =5%). Ketentuan peneriman atau penolakan hipotesis adalah sebagi berikut :

39

3. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara simultan ketiga variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 4. Jika nilai signifikan 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi signifikan). Ini berarti secara simultan ketiga variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. y Koefisien Determinasi Koefisien determinasi ( R2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi berada di antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-varibel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005).

40

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

4.1 Deskripsi Data Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder yang didapat dari dua sumber yaitu : studi pustaka dan dari basis data atau internet. Jenis data yang digunakan adalah data cross section bank syariah di Indonesia tahun 2010 dan data panel dua bank syariah yaitu Bank Muamalat dan Bank Syariah Mandiri yang terbentuk dari tahun 2003 sampai tahun 2010. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui, dan memberikan bukti empiris seberapa besar pengaruh dari profitabilitas dan corporate governance terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perbankan syariah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data cross section (untuk data cross section bank syariah tahun 2010) dan regresi data panel (untuk data panel BSM dan Bank Muamalat tahun 2003-2010). Penggunaan dua jenis data ini karena sampel yang dapat digunakan tidak cukup banyak sehingga difungsikan agar dapat memaksimalkan output yang diperoleh dari penelitian. 4.2 Analisis Data Cross Section 4.2.1 Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif memberikan suatu gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), deviasi standar

41

dari

masing-masing

variabel

penelitian.

Hasil

analisis

deskriptif

dengan

menggunakan e-views dari variabel-variabel penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Hasil Analisis Data Sembilan Bank Syariah Tahun 2010 ROA Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Observations Sumber : data diolah
Keterangan: CSRI : Corporate Social Responsibility Indeks ROA : Return on Asset ROE : Return On Equity KI : Kepemilikan Institusional KDK : Komposisi Dewan Komisaris

ROE 699.7778 241.0000 2681.000 128.0000 850.4762 9

KI 97.87778 100.0000 100.0000 85.90000 4.680753 9

KDK 61.77778 67.00000 100.0000 30.00000 19.82283 9

CSRI 1.505694 1.432836 3.300000 0.700000 0.782792 9

103.2222 100.0000 190.0000 35.0000 51.3414 9

Hasil analisis deskriptif diatas menunjukkan bahwa jumlah sampel (N) dari penelitian ini ada 9. Dari 9 sampel ini nilai variabel return on assets (ROA) yang terkecil adalah 35 persen dan nilai return on assets (ROA) yang terbesar adalah 190 persen dengan nilai rata-rata sebesar 103,22. Nilai deviasi standar sebesar 51,34. Pada variabel return on equity, nilai ROE yang terkecil adalah 128 persen dan nilai return on equity yang terbesar adalah 2681 persen dengan nilai rata-rata sebesar 699,78. Nilai deviasi standar sebesar 850,48.

42

Pada variabel kepemilikan institusional, nilai yang terkecil adalah 85,9 persen, dan nilai yang terbesar adalah 100 persen. Nilai rata-rata Kepemilikan Institusional adalah sebesar 97,8 persen dengan nilai standar deviasi 4,68 persen. Kepemilikan institusional sebesar 100% menunjukkan bahwa keseluruhan saham entitas bank syariah yang beredar dimiliki oleh lembaga keuangan dan atau institusi yang terkait secara keuangan. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2010 di beberapa bank, seperti Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, BNI Syariah, BRI Syariah, BCA Syariah, dan Bank Jabar Banten Syariah. Pada variabel komposisi dewan komisaris, nilai yang terkecil adalah 30 persen dan nilai yang terbesar adalah 100 persen dengan nilai rata-rata 61,7 persen. Nilai deviasi standar sebesar 19,82 persen. Nilai 100 persen menunjukkan bahwa keseluruhan dewan komisaris di suatu bank syariah keseluruhan adalah komisaris independen. Pada variabel pengungkapan CSR (CSRI), nilai yang terkecil adalah 0,7 dan nilai yang terbesar adalah 3,3 dengan nilai rata-rata sebesar 1,5. Nilai deviasi standar sebesar 0,78. Besarnya indeks menunjukkan besarnya pengungkapan tanggung jawab sosial oleh perusahaan.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas memiliki distribusi normal atau tidak. Suatu model regresi
43

yang baik adalah dimana datanya berdistribusi normal atau mendekati normal. Distribusi normal dalam penelitian ini dideteksi dengan menggunakan analisis grafik normal probability plot, dan analisis statistik parametrik Jacque-Bera (JB). Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Berdasarkan hasil dari uji normalitas pada penelitian ini dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penyebaran data mendekati normal atau memenuhi asumsi normalitas. Berikut tampilan normal probability plot dan hasil Jacque-Bera yang ditunjukkan dalam Gambar 4.1 dan tabel 4.2
Gambar 4.1 Normal Probability Plot

44

Dengan melihat tampilan grafik Normal P-Plot dapat disimpulkan bahwa pola distribusi data mendekati normal. Hal tersebut terlihat dari sebaran titik-titik pada grafik mendekati garis diagonal.
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Dengan Jacque-Bera (JB)
ROA Skewness Kurtosis Jarque-Bera Probability Observations 0.564470 2.221852 0.705008 0.702926 9 ROE 1.580385 4.278749 4.359624 0.113063 9 KI -2.154202 6.069588 10.49427 0.005263 9 KDK 0.367450 2.955039 0.203287 0.903352 9 CSR 1.351162 4.179961 3.260574 0.195873 9

Berdasarkan uji statistik JB, nilai statistiknya 3,2605 dengan probabilitas cukup kecil yaitu 0,1958 atau 19,58%. Nilai statistik JB cenderung besar dan tidak signifikan terhadap nilai probabilitasnya, maka disimpulkan bahwa model regresi ini berdistribusi normal.

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Multikolinearitas dapat dilihat dengan membandingkan nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Multikolinearitas terjadi jika nilai Tolerance < 0,10 atau nilai VIF > 10.

45

Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Collinearity Statistics Model 1 ROA ROE KI KDK Tolerance .455 .190 .431 .298 VIF 2.200 5.276 2.321 3.359

a. Dependent Variable: CSR

Sumber : data yang telah diolah Keterangan: CSRI : Corporate Social Responsibility Indeks ROA : Return on Asset ROE : Return On Equity KI : Kepemilikan Institusional KDK : Komposisi Dewan Komisaris

Hasil perhitungan GS, FS, GR, TYPE, LSIZE dan ROA pada tabel 4.6 menunjukkan nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model regresi penelitian ini adalah terbebas dari multikolinearitas atau dapat dipercaya dan obyektif.

46

4.2.2.3 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Regresi yang bebas dari autokorelasi dengan menggunakan DurbinWatson test jika memenuhi syarat du < d < 4 du. Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi-Durbin-Watson Test Model Summaryb Adjusted R Square .674 Std. Error of the Estimate .44704 DurbinWatson 2.527

Model 1

R .915a

R Square .837

a. Predictors: (Constant), KDK, ROA, KI, ROE b. Dependent Variable: CSR Nilai DW (d) sebesar 2,527 dibandingkan dengan nilai tabel Durbin-Watson dengan nilai signifikasi 5%, jumlah sampel 9 (n) dan jumlah variabel independen 4 (k=4), maka di tabel Durbin-Watson akan didapat nilai batas bawah (dl) sebesar 0,296 dan nilai batas atas (du) sebesar 2,588. Hasil perbandingan menunjukkan nilai DW 2,527 lebih besar dari 1,412 (4-du) dan lebih kecil dari 3,707 (4-dl) sehingga memenuhi syarat 4 du d 4 dl. Hal ini dapat disimpulkan tidak ada masalah autokorelasi.

47

4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Penelitian ini menggunakan cara dengan pengujian statistik yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, pengujian yang dilakukan adalah dengan menggunakan Breusch-Pagan. Selain itu juga digunakan sketergram untuk melihat pola yang terbentuk antara residual kuadrat dengan setiap variabel independen atau dengan nilai prediksi variabel dependen atau dengan variabel waktu. Jika sketegram tidak mempunyai pola tertentu atau acak maka diduga tidak ada heteroskedastisitas, begitu pula sebaliknya.

Tabel 4.5 Uji Breusch-Pagan


Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey

F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS

1.891397 5.887318 0.810193

Prob. F(4,4) Prob. Chi-Square(4) Prob. Chi-Square(4)

0.2761 0.2077 0.9371

Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares

48

Date: 01/03/12 Time: 11:49 Sample: 1 9 Included observations: 9

Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C ROA ROE KI KDK

0.161268 0.181688 -0.015179 -0.002541 0.001536

0.915634 0.094469 0.008831 0.010643 0.003023

0.176127 1.923248 -1.718798 -0.238743 0.508261

0.8688 0.1268 0.1608 0.8230 0.6380

R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)

0.654146 0.308293 0.092485 0.034214 12.30509 1.891397 0.276106

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat

0.088818 0.111202 -1.623354 -1.513785 -1.859804 2.086266

Gambar 4.2 Scatterplot

49

Dari gambar scatterplot di atas, dapat dilihat penyebaran sketegram tidak membentuk suatu pola tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengujian bebas dari heteroskedastisitas.

4.2.3 Hasil Uji Hipotesis 4.2.3.1 Hasil Uji Regresi Tabel 4.6 Hasil Uji Regresi
Dependent Variable: CSR Method: Least Squares Date: 01/03/12 Time: 11:46 Sample: 1 9 Included observations: 9

Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

ROA ROE KI KDK C

-1.155116 0.112204 0.183351 -0.056328 -12.55336

0.456626 0.042685 0.051442 0.014612 4.425797

-2.529674 2.628633 3.564204 -3.854936 -2.836407

0.0647 0.0583 0.0235 0.0182 0.0470

R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic

0.836935 0.673869 0.447036 0.799364 -1.875211 5.132511

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat

1.505694 0.782792 1.527825 1.637394 1.291375 2.527473

50

Prob(F-statistic)

0.071099

Sumber : data yang telah diolah Berdasarkan uji statistik regresi yang telah dilakukan dapat disusun persamaan matematis dari penelitian ini sebagai berikut : CSRDI = 0 + 1 INTS + 2 KDK + 3 ROE + 4 ROA + e
Berdasarkan hasil uji regresi terlihat juga bahwa variabel kepemilikan institusional (KI) dan komposisi dewan komisaris (KDK) sebagai proksi dari corporate governance menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap variabel dependennya (CSRI). Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas signifikan untuk KI dan KDK yang masing-masing sebesar 0,0235 (sig. <0,05) dan 0,0182 (sig. <0,05). Sementara untuk variabel return on assets (ROA) dan return on equity (ROE) sebagai proksi dari profitabilitas menunjukkan hubungan yang tidak signifikan terhadap variabel CSRI. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas tidak signifikan untuk ROA dan ROE masingmasing sebesar 0,0647 dan 0,0583 (sig. >0,05).

4.2.3.2 Hasil Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk menguji seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb Adjusted R Model R R Square Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

51

.915a

.837

.674

.44704

2.527

a. Predictors: (Constant), KDK, ROA, KI, ROE b. Dependent Variable: CSR

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat besar nilai adjusted R2 sebesar 0,674 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 67,4%. Hal ini berarti 67,4% pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dipengaruhi variabel return on asset, return on equity, kepemilikan institusional, komposisi dewan komisaris. Sisanya 32,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.2.3.3 Hasil Uji Statistik Simultan (F test) Berdasarkan hasil uji Anova atau uji F pada tabel 4.6 terlihat bahwa nilai Fhitung sebesar 5,133 dan nilai sig sebesar 0,071. Dengan menggunakan tingkat (alfa)

0,05 atau 5%, maka H0 gagal ditolak dan H1 berhasil ditotak. Penolakan H1 dibuktikan dengan hasil perhitungan bahwa nilai sig (0,071) > dari (alfa) = 0,05,

sehingga dapat disimpulkan bahwa return on asset, return on equity, kepemilikan institusional dan komposisi dewan komisaris, secara bersama-sama (simultan) tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

52

Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik F (F-test)

ANOVAb Sum of Squares Regression Residual Total 4.103 .799 4.902

Model 1

df 4 4 8

Mean Square 1.026 .200

F 5.133

Sig. .071a

a. Predictors: (Constant), KDK, ROA, KI, ROE c. Dependent Variable: CSR

4.2.3.4 Hasil Uji Regresi Parsial (Uji t) Uji t digunakan untuk mengetahui hubungan signifikansi dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan untuk mendeteksi lebih lanjut manakah diantara keempat variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perbankan syariah. Berdasarkan tabel 4.6 dari keempat variabel independen yang dimasukkan dalam model dengan signifikansi 5% dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan
institusional (KI) dan komposisi dewan komisaris (KDK) berpengaruh signifikan terhadap variabel CSRI, sedangkan variabel return on assets (ROA) dan return on equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel CSRI.

53

4.2.3.5 Pengujian Hipotesis Pengujian Hipotesis pertama (H1) Variabel kepemilikan institusional (KI) pada tabel 4.10 memiliki nilai t sebesar 3,564 dan nilai sig sebesar 0,0235. Nilai sig (0,0235) < (0.05), ini berarti variabel KI signifikan pada level 5% . Kemudian variabel komposisi dewan komisaris (KDK) pada tabel 4.10 memiliki nilai t sebesar-3,85 dan nilai sig sebesar 0,0182. Nilai sig (0,0182) < (0.05), ini berarti variabel KDK juga signifikan pada level 5%. Dua variabel tersebut merupakan proksi dari corporate governance, sehingga H1 diterima. Dapat disimpulkan bahwa corporate governance secara statistik berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perbankan syariah. Pengujian Hipotesis kedua (H2) Variabel return on assets (ROA) pada tabel 4.10 memiliki nilai t sebesar 2,529 dan nilai sig sebesar 0,0647. Nilai sig (0,0647) > (0.05), ini berarti variabel ROA tidak signifikan pada level 5% . Kemudian variabel return on equity (ROE) pada tabel 4.10 memiliki nilai t sebesar 2,628 dan nilai sig sebesar 0,0583. Nilai sig (0,0583) > (0.05), ini berarti variabel ROE juga tidak signifikan pada level 5%. Dua variabel tersebut merupakan proksi dari profitabilitas, sehingga H2 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa profitabilitas secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perbankan syariah.

54

4.2.4 Interpretasi Hasil Pengaruh Corporate Governance Terhadap Pengungkapan CSR Perbankan Syariah. Hipotesis pertama yang diajukan menyatakan bahwa diduga variabel corporate governance berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR pada perbankan syariah. Dan hipotesis ini ternyata dapat diterima sesuai dengan hasil statistik yang telah dijelaskan di atas. Hasil ini penelitian ini serupa dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Nurkhin (2009), Mutrovina (2009), dan Pratiwi (2009), yang mana dalam penelitiannya menyebutkan bahwa komposisi dewan komisaris (yang merupakan proksi dari corporate governance) berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sebuah entitas bisnis. Penerapan CSR oleh suatu entitas bisnis tak terkecuali perbankan syariah, merupakan bentuk komitmen entitas bisnis berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan dengan tetap mengedepankan peningkatan kualitas hidup karyawan beserta keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas yang nantinya akan diaplikasikan melalui strategi entitas bisnis yang bersangkutan, apakah berorientasi stakeholders atau berorientasi shareholder. Stakeholder orientated companies (STKOC) merupakan suatu perusahaan yang berorientasikan stakeholders, yang mana perusahaan ini akan lebih mengutamakan pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang berkepentingan ini juga
55

termasuk kepada masyarakat. Manajemen yang baik akan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik pula dalam melayani stakeholders nya. Salah satu caranya yaitu melalui pelaksanaan, peningkatan dan pengungkapan tanggung jawab sosial. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan CSR Perbankan Syariah Hipotesis kedua yang diajukan menyatakan bahwa diduga variabel profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR pada perbankan syariah. Dan hipotesis ini ternyata ditolak, melihat dari hasil statistik yang diperoleh. Hasil ini penelitian ini serupa dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Anggraini (2006) dan Mutrovina (2009), yang mana dalam penelitiannya menyebutkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap

pengungkapan tanggung jawab sebuah entitas bisnis. Hal ini mungkin terjadi karena latar belakang data cross section (tahun 2010) yang diuji, dari sembilan bank syariah yang menjadi sampel, lima bank syariah mempunyai umur kurang lebih 2 tahun. Dengan umur yang relatif sangat muda ini, bank syariah belum berfokus pada kegiatan sosial dan pengungkapannya. Bank syariah lebih tertuju pada peningkatan kemampuan sektor keuangan, brand awareness dan juga pengembangan jaringan untuk lebih dapat menjangkau konsumen. Terdapat juga kemungkinan adanya argumentasi bahwa ketika entitas bisnis memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan. Sebaliknya, pada saat tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para

56

pengguna laporan akan membaca good news kinerja entitas perusahaan. Good news ini dapat berupa aktivitas-aktivitas sosial lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan.

4.3 Analisis Data Panel 4.3.1 Statistik Deskriptif Berdasarkan hasil analisis deskripsi statistik, maka di dalam Tabel berikut akan ditampilkan karakteristik sampel yang digunakan didalam penelitian ini meliputi: jumlah sampel (N), rata-rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai minimun serta standar deviasi untuk masing-masing variabel. Tabel 4.9 Hasil Analisis Data Panel (BSM dan BMI tahun 2003-2010)
ROA Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Observations Cross sections 1.643750 1.655000 2.860000 0.990000 0.573479 16 2 ROE 11.60000 9.325000 22.28000 2.410000 8.624823 16 2 KI 100.0000 100.0000 100.0000 100.0000 0.000000 16 2 KDK 43.25000 45.00000 50.00000 33.00000 7.425182 16 2

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah pengamatan pada dua bank syariah (BSM dan Bank Muamalat) dalam penelitian ini sebanyak 18 observasi (2 cross section dan 8 time series).

57

Berdasarkan perolehan data diketahui bahwa nilai rata-rata ROA sebesar 1,6437%. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik, rata-rata ROA dua bank tersebut selama tahun 2003-2010 berada pada tingkat 1,6437%. nilai deviasi standar Size adalah sebesar 0,573479%. Dengan nilai minimum variabel ROA sebesar 0.99% dan nilai maksimum sebesar 2,86%. ROE diperoleh rata-rata sebesar 11,6%. Sementara standar deviasi sebesar 8,624% menunjukkan simpangan data yang relatif kecil, karena nilai yang lebih kecil dari pada mean-nya yaitu sebesar 11,6%. Dengan kecilnya simpangan data, menunjukkan bahwa data variabel ROA relatif baik. Dengan nilai minimum adalah sebesar 2,41% dan nilai maksimum 22,28%. Variabel kepemilikan institusional (KI) diperoleh rata-rata sebesar 100%. Dengan deviasi standar sebesar 0%. Dan nilai minimum sebesar 100% dengan nilai maksimum sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan kepemilikan saham dua bank syariah di atas pada tahun 2003-2010 dimiliki oleh institusi lain dan atau lembaga keuangan yang terkait. Variabel komposisi dewan komisaris (KDK) diperoleh rata-rata sebesar 43,2%. Dengan deviasi standar sebesar 7,425%. Dan nilai minimum sebesar 33% dengan nilai maksimum sebesar 50%.

4.3.1.1 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Indikator pengungkapan tanggung jawab sosial menurut Exposure Draft GSIFI No.7 terdiri dari dua kategori utama yaitu mandatory conduct dan voluntary
58

conduct. Dua bagian utama ini terbagi menjadi 11 tema utama dan dipecah kembali ke dalam 30 item pengungkapan. Gambaran tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan adalah seperti yang terlihat dalam tabel berikut. Tabel 4.10 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial BSM dan BMI
Bank Bank Muamalat Indonesia Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Bank Syariah Mandiri 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Jumlah 16 15 19 19 19 19 21 21 21 21 21 21 21 24 24 24 Nilai 0,533 0,500 0,633 0,633 0,633 0,633 0,700 0,700 0,700 0,700 0,700 0,700 0,700 0,800 0,800 0,800

Dari data tersebut diketahui bahwa tingkat pengungkapan CSR Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah yang terbesar dan tertua, termasuk cukup baik. Nilai minimum pengungkapan yang ada adalah 0,5, dan nilai yang tertinggi adalah 0,8, yang berarti 80% dari 30 item pengungkpan diungkapkan oleh bank syariah. Nilai minimum berada pada Bank Muamalat pada tahun 2004 dan nilai tertinggi pengungkapan ada pada Bank Syariah Mandiri pada tahun 2008-2010.

59

4.3.2 Pemilihan model 1. Uji F : Digunakan untuk memilih antara model Common Effect ataukah Model Fixed Effect H0 : Memilih Model Common Effect, jika nilai probabilitas F statistiknya tidak signifikan pada 5% H1 : Memilih Model Fixed Effect, jika nilai probabilitas F statistiknya signifikan pada 5% Tabel 4.11 Uji Signifikansi Fixed Effect
Dependent Variable: CSR? Method: Pooled Least Squares Date: 12/29/11 Time: 20:41 Sample: 2003 2010 Included observations: 8 Total panel observations 16 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance Variable ROA? ROE? KI? KDK? Fixed Effects BMI--C BSM--C R-squared -0.019726 -0.191490 0.777192 Mean dependent var 0.679167 Coefficient 0.033453 -0.003638 0.009765 -0.001394 Std. Error 0.022315 0.001493 0.003911 0.000682 t-Statistic 1.499164 -2.436935 2.496711 -2.045498 Prob. 0.1560 0.0288 0.0256 0.0601

60

Adjusted R-squared S.E. of regression Log likelihood Durbin-Watson stat

0.665787 0.049193 39.74704 0.756208

S.D. dependent var Sum squared resid F-statistic Prob(F-statistic)

0.085093 0.024199 11.62721 0.001341

Sumber: olahan eviews7 Uji ini menggunakan nilai probabilitas F, bila nilai probabilitas F statistiknya signifikan pada 5%, maka model yang digunakan adalah Model estimasi Fixed Effect, sebaliknya bila nilai probabilitas F statistiknya tidak signifikan pada 5%, maka model yang digunakan

adalah model estimasi Common Effect. Nilai F statistik dari perhitungan menggunakan E-views adalah sebesar 11,62 dengan probabilitas F statistiknya 0.001341 signifikan pada 5%, sehingga secara statistik Ho ditolak dan menerima H1, maka model yang tepat digunakan adalah model estimasi Fixed Effect. 2. Uji Hausman : Digunakan untuk memilih model yang terbaik antara Fixed Effect dan Random Effect. Tetapi pada saat pengujian hausman dilakukan dengan menggunakan eviews 7, output uji tidak dapat ditampilkan. Kemungkinan besar hal ini terjadi karena data yang sangat terbatas (data cross section yang hanya 2 bank). 3. Setelah uji hausman tidak dapat dilakukan, disimpulkan bahwa penelitian ini akan menggunakan model estimasi regresi Fixed Effect dalam menganalisis pengaruh variabel independen corporate governance dan

61

profitabilitas terhadap variabel dependen luas pengungkapan CSR pada bank syariah di Indonesia tahun 2003-2010.

4.3.3 Pengujian Hipotesis untuk Data Panel 4.3.3.1 Analisis Regresi Berganda Data Panel Pengujian hipotesis data panel dilakukan dengan menggunakan teknik regresi dengan pendekatan model estimasi Fixed Effect. Hasil pengolahan data sekunder dengan menggunakan software Eviews 7 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.12 Hasil regresi berganda model Fixed Effect
Dependent Variable: CSR? Method: Pooled Least Squares Date: 12/29/11 Time: 20:41 Sample: 2003 2010 Included observations: 8 Total panel observations 16 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance Variable ROA? ROE? KI? KDK? Fixed Effects BMI--C -0.019726 Coefficient 0.033453 -0.003638 0.009765 -0.001394 Std. Error 0.022315 0.001493 0.003911 0.000682 t-Statistic 1.499164 -2.436935 2.496711 -2.045498 Prob. 0.1560 0.0288 0.0256 0.0601

62

BSM--C R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Log likelihood Durbin-Watson stat

-0.191490 0.777192 0.665787 0.049193 39.74704 0.756208 Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid F-statistic Prob(F-statistic) 0.679167 0.085093 0.024199 11.62721 0.001341

Sehingga dapat disusun model regresi sebagai berikut : Log CSRIit =


5D1i 0

1logROA1it+

2 logROE2it +

3 logKI3it

4logKDK4it

+ eit

4.3.3.2 Uji Statistik untuk Data Panel Untuk menguji hipotesis pada penelitian ini digunakan statistik t dan statistik F. Uji statistik t digunakan untuk menguji signifikansi secara parsial yaitu masingmasing variabel independen berpengaruh signifikan ataukah tidak terhadap variabel dependen pada tingkat signifikansi =5 persen. Uji statistik F digunakan untuk

menguji signifikansi secara simultan yaitu secara bersama-sama apakah variabel independen (ROA, ROE, KI dan KDK) berpengaruh signifikan ataukah tidak terhadap pengungkapan CSR pada dua bank syariah di Indonesia tahun 2003-2010 pada tingkat signifikansi =5 persen. a. Uji F (Uji Simultan)

63

Pada tabel 4.10 pengujian secara simultan (uji F), dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel ROA, ROE, KI, dan KDK secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap pengungkapan CSR. Tabel 4.13 Hasil Uji F Data Panel
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Log likelihood Durbin-Watson stat 0.777192 0.665787 0.049193 39.74704 0.756208 Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid F-statistic Prob(F-statistic) 0.679167 0.085093 0.024199 11.62721 0.001341

Berdasarkan tabel 4.13 didapatkan nilai F statistik sebesar 11,62721 dengan nilai signifikansi 0,001341 lebih kecil dari 0,05, maka dapat diketahui bahwa secara simultan ada pengaruh signifikan antara ROA, ROE, KI dan KDK terhadap pengungkapan CSR pada dua perbankan syariah di Indonesia periode tahun 20032010. b. Uji t (Uji Parsial) Pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel bebas (ROA, ROE, KI, dan KDK) berpengaruh signifikan ataukah tidak terhadap pengungkapan CSR pada Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia tahun 2003-2010 pada tingkat signifikansi =5 persen secara terpisah atau parsial. Berikut hasil pengujian hipotesis uji t:

64

Tabel 4.14 Hasil Pengujian Uji t


Dependent Variable: CSR? Method: Pooled Least Squares Date: 12/29/11 Time: 20:41 Sample: 2003 2010 Included observations: 8 Total panel observations 16 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance Variable ROA? ROE? KI? KDK? Fixed Effects BMI--C BSM--C -0.019726 -0.191490 Coefficient 0.033453 -0.003638 0.009765 -0.001394 Std. Error 0.022315 0.001493 0.003911 0.000682 t-Statistic 1.499164 -2.436935 2.496711 -2.045498 Prob. 0.1560 0.0288 0.0256 0.0601

Berdasarkan tabel 4.11 di atas hasil dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Pengaruh return on asset terhadap pengungkapan CSR perbankan syariah. Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,1560 > 0,05. Hal ini berarti bahwa ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial bank syariah. Menurut Gray, et al, (1995)
dalam Sembiring (2005) disebabkan karena pengungkapan tanggung jawab sosial

65

perusahaan tidak berhubungan dengan profitabilitas dalam periode yang sama, tetapi mungkin berhubungan dengan laba periode yang lalu (lagged profit).

2) Pengaruh return on equity terhadap pengungkapan CSR perbankan syariah. Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,0288 < 0,05, maka disimpulkan bahwa ROE berpengaruh signifikan terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial. 3) Pengaruh kepemilikan institusional terhadap pengungkapan CSR perbankan syariah. Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,0256 < 0,05, maka disimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. 4) Pengaruh komposisi dewan komisaris terhadap pengungkapan CSR perbankan syariah. Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,0601 > 0,05. Hal ini berarti bahwa komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial bank syariah.

4.3.3.3 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) untuk Data Panel Koefisien determinasi digunakan untuk menguji seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

66

Tabel 4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi

R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Log likelihood Durbin-Watson stat

0.777192 0.665787 0.049193 39.74704 0.756208

Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid F-statistic Prob(F-statistic)

0.679167 0.085093 0.024199 11.62721 0.001341

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat besar nilai adjusted R2 sebesar 0,6657 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 66.57%. Hal ini berarti 66.57% pengungkapan tanggung jawab sosial Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat dipengaruhi variabel kepemilikan institusional, komposisi dewan komisaris, return on assets, dan return on equity. Sisanya 33,43% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Standar Error of Estimate (SEE) menunjukkan nilai 0,049193, hal ini menunjukkan nilai yang kecil sehingga dapat disimpulkan model regresi layak digunakan untuk memprediksi variabel dependen.

67

4.3.4 Interpretasi Hasil Data Panel Pengaruh Corporate Governance Terhadap Pengungkapan CSR Perbankan Syariah. Hipotesis pertama yang diajukan menyatakan bahwa diduga variabel corporate governance berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR pada perbankan syariah. Ternyata setelah adanya pengujian data panel, hipotesis pertama ini ditolak. Penolakan hipotesis ini dikarenakan salah satu proksi dari profitabilitas yaitu komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh siginifikan terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial (nilai signifikansi sebesar 0,1560 > 0,05). Struktur kepemilikan institusional umumnya bertindak sebagai sebagai pihak yang mengawasi entitas bisnis. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen (Faizal, 2004 dalam Arif, 2006 dalam Nurkhin, 2009). Tabel 4.14 menunjukkan hasil uji t untuk kepemilikan institusional yang menunjukkan nilai signifikansi 0.0256 yang berarti di bawah taraf signifikansi 0,05 (5%). Hal ini mencerminkan bahwa kepemilikan institusional yang terdiri dari

perusahaan perbankan, asuransi, dana pensiun dan asset management di Indonesia sudah mempertimbangkan tanggung jawab sosial sebagai salah satu kriteria dalam melakukan investasi, sehingga para investor institusi ini juga cenderung menekan perbankan syariah untuk mengungkapkan CSR secara detail dalam laporan tahunan perbankan syariah.
68

Spicer (1978) dalam Nurkhin 2009, menyatakan bahwa secara lebih dalam, bank dan investor institusi telah membuktikan bahwa penelitian sosial merupakan salah satu faktor penting dalam keputusan investasi mereka. Sehingga, tanggung jawab sosial yang tinggi akan meningkatkan akses perusahaan terhadap sumber modal (Monika dan Hartanti, 2008 dalam Nurkhin 2009). Beralih kepada variabel komposisi komposisi dewan komisaris. Berdasarkan teori agensi, dewan komisaris dianggap sebagai mekanisme tertinggi dalam pengendalian intern, yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Berdasarkan tabel 4.14, variabel komposisi dewan komisaris memiliki nilai signifikansi 0.0601 (6,01%) yang berarti berada di atas taraf signfikansi 0,05 (5%). Hal ini menunjukkan bahwa komposisi dewan komisaris pada Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat selama tahun 2003 sampai dengan 2010 tidak berpengaruh signifikan dalam pengungkapan tanggung jawab sosial entitas bisnisnya. Penemuan di atas memberikan arti bahwa dewan komisaris independen yang dimiliki oleh dua bank syariah (BSM dan BMI) belum memiliki peran yang signifikan dalam pelaksanaan CSR dan kebijakan pengungkapannya. Belum signifikannya peran dewan komisaris ini, kemungkinan terkait dengan keberadaan komisaris independen yang belum dapat memberikan pengaruh terhadap aktivitas bank syariah. Hasil ini berbeda dengan yang ditunjukkan oleh data cross section, dimana variabel komposisi dewan komisaris dan kepemilikan institusional berpengaruh
69

signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal ini dapat terjadi karena dalam data panel, terdapat adanya variabel-variabel lain (33,43%) di luar penelitian yang mempengaruhi pengungkapan CSR.

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan CSR Perbankan Syariah Hipotesis kedua yang diajukan menyatakan bahwa diduga variabel profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR pada perbankan syariah. Hipotesis ini ternyata ditolak, melihat dari hasil statistik data panel yang diperoleh. Hasil ini penelitian ini serupa hasil dari data cross section dan juga dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Anggraini (2006) dan Mutrovina (2009), yang mana dalam penelitiannya menyebutkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sebuah entitas bisnis. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Hackston dan Milne dalam Sembiring (2003). Hasil penelitian ini berhasil mendukung teori legitimasi yang menyatakan profitabilitas berpengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal ini, menurut Gray, et al, (1995) dalam Sembiring (2005) disebabkan karena pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan tidak berhubungan dengan profitabilitas dalam periode yang sama, tetapi mungkin berhubungan dengan laba periode yang lalu (lagged profit).

70

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Pengungkapan aktivitas/tanggung jawab sosial perbankan syariah perlu dilakukan sebagai wujud tanggung jawab dan bentuk komunikasi entitas bisnis terhadap para stakeholder-nya mengenai kinerja dan kondisi perbankan syariah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh corporate governance dan profitabilitas terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perbankan syariah di Indonesia. Variabel corporate governance diproksikan melalui kepemilikan institusional dan komposisi dewan komisaris. Sedangkan variabel profitabilitas diproksikan melalui return on assets dan return on equity. Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan menggunakan regresi berganda, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dalam data dan pengujian cross section (sembilan bank syariah pada tahun 2010), terdapat kesimpulan sebagai berikut : a. Secara parsial variabel corporate governance dengan proksi kepemilikan institusional dan komposisi dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial bank syariah. b. Secara parsial variabel profitabilitas dengan proksi return on assets dan return on equity tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perbankan syariah.

71

c. Secara bersama (simultan) variabel corporate governance dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perbankan syariah. 2. Dalam data dan pengujian panel (data Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat pada tahun 2003-2010). a. Faktor return on assets tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada dua perbankan syariah (BSM dan BMI). Hal ini berarti bahwa besar kecilnya return on assets bank syariah tidak mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan dua bank syariah tersebut. Hal ini menurut Gray, et al, (1995) dalam Sembiring
(2005) disebabkan karena pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan tidak berhubungan dengan profitabilitas dalam periode yang sama, tetapi mungkin berhubungan dengan laba periode yang lalu (lagged profit).

b. Faktor return on equity berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat. Artinya bahwa besar kecilnya ukuran perbankan syariah akan mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan kedua bank tersebut. c. Faktor kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial pada Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat. Artinya bahwa besar kecilnya kepemilikan institusional perbankan syariah akan mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan kedua bank tersebut.
72

d. Faktor komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat.

5.2 Keterbatasan Penelitian ini mempunyai keterbatasan diantaranya, yaitu : 1. Terdapat banyak variabel yang dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh tanggung jawab sosial perbankan syariah, namun dalam penelitian ini hanya empat variabel yng digunakan yaitu, variabel independen: ROA, ROE, kepemilikan institusional, dan komposisi dewan komisaris; serta satu variabel dependen, yaitu CSR. Sehingga untuk penelitian selanjutnya perlu adanya penambahan variabel-variabel independen yang lain agar mampu menjelaskan lebih banyak informasi sosial yang diungkapkan. 2. Data yang tersedia relatif sangat terbatas, sehingga untuk pengujian data panel hasil dari pengujian hausman tidak dapat terbaca.

5.3 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas saran yang diajukan peneliti adalah: 1. Bagi penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan variabel,

memperpanjang periode atau rentang waktu penelitian sehingga lebih diketahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap CSR pada perbankan syariah di Indonesia.
73

2. Untuk perbankan syariah, agar dapat meningkatkan tanggung jawab sosial dan mengungkapkannya pada laporan tahunan.

74

You might also like