Professional Documents
Culture Documents
Disusun untuk memenuhi Penugasan Kelompok Diklat Metode Penelitian Percobaan dan Pengolahan Data
a
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh suhu ekstraksi temulawak (Curcuma xanthorrhiza) terhadap kandungan kurkuminoid dan air pada serbuk hasil ekstraksi serta tingkat suhu ekstraksi optimum. Ektraksi dilakukan dengan metode soxhlet mengunakan pelarut aseton pada suhu 60oC, 70oC, 80oC, 90oC, 100oC. Kandungan kurkumonoid diukur dengan spektofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 420 nm. Data dianalisis dengan ANOVA pada taraf kepercayaan = 0,05, dilanjutkan dengan Uji Duncan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan kandungan kurkumiod tertinggi diperoleh pada suhu 100oC dan yang terendah pada suhu 70oC. Sedangkan kandungan air tertinggi pada suhu 60oC dan terendah pada suhu 100oC. Berdasarkan hasil analisis data statistik, kondisi suhu ekstraksi serbuk temulawak tidak berpengaruh secara terhadap nilai rata-rata kandungan kurkuminoid dan kandungan kadar air yang dihasilkan. Dalam penelitian ini juga tidak diperoleh suhu optimum untuk ekstraksi serbuk temulawak. Kata kunci: kurminoid, Curcuma xanthorrhiza, suhu, kadar air PENDAHULUAN
Temulawak merupakan tanaman obat berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1 m tetapi kurang dari 2 m, berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap. (Anonim 1. 2007) Rimpang induk dapat memiliki 3-4 buah rimpang. Warna kulit rimpang cokelat kemerahan atau kuning tua, sedangkan warna daging rimpang oranye tua atau kuning. Rimpang temulawak terbentuk di dalam tanah pada kedalaman sekitar 16 cm. Tiap rumpun umumnya memiliki 6 buah rimpang tua dan 5 buah rimpang muda. (Anonim 1. 2007; Anonim 6. 2008). Manfaat temulawak terutama diperoleh dari kurkuminoid yang merupakan senyawa aktif dalam rimpang tanaman dari familia Zingiberaceae. Salah satu anggota Familia ini adalah Curcuma xanthorrhizae, yang lebih dikenal sebagai temulawak (Anonim 1. 2007; Purnomowati, Sri. 2008). Di Indonesia satu-satunya bagian yang 1
dimanfaatkan adalah rimpang temulawak untuk dibuat jamu godog. Komposisi kimia dari rimpang temulawak adalah protein pati sebesar 29-30%, kurkumin 12 %, dan minyak atsirinya antara 6-10%. Daging buah (rimpang) temulawak mempunyai beberapa kandungan senyawa kimia antara lain berupa fellandrean dan turmerol atau yang sering disebut minyak menguap. Kemudian minyak atsiri, kamfer, glukosida, foluymetik karbinol. Temulawak mengandung minyak atsiri seperti limonina yang mengharumkan, sedangkan kandungan flavonoida-nya berkhasiat menyembuhkan radang. Minyak atsiri juga bisa membunuh mikroba. Buahnya mengandung minyak terbang (anetol, pinen, felandren, dipenten, fenchon, metilchavikol, anisaldehida, asam anisat, kamfer), dan minyak lemak.( Anonim 5. 2008). Manfaat kurkuminoid antara lain sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu makan, anti oksidan, pencegah kanker, dan anti mikroba. (Purnomowati, Sri. 2008) Untuk mendapatkan kurkuminoid dari rimpang temulawak, dilakukan ekstraksi dengan metode Soxhlet. Dalam suatu pemisahan yang ideal oleh ekstraksi pelarut, seluruh zat yang diinginkan akan berakhir dalam suatu pelarut sedangkan zatzat yang tidak diinginkan berada pada pelarut yang lain. Ekstraksi ganda merupakan salah satu teknik pemisahan yang lebih akurat dibandingkan ekstraksi tunggal (Anonim 4. 2008; Distantina, Sperisa ; Wulan, Dwi Hastuti Asta. 2002). Pengambilan senyawa organik metabolit sekunder yang terdapat pada bahan alam padat yang lebih umum menggunakan metode sokletasi. Pada prinsipnya metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat dalam bahan alam tersebut. Metode sokletasi mempunyai keunggulan dari metode lain, karena melalui metode ini penyaringan dilakukan beberapa kali dan pelarut yang digunakan tidak habis (didinginkan melalui pendinginan) dan dapat digunakan lagi setelah hasil isolasi dipisahkan (Anonim 4. 2008; Distantina, Sperisa ; Wulan, Dwi Hastuti Asta. 2002). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu ekstraksi temulawak (Curcuma xanthorrhiza) terhadap kandungan kurkuminoid dan kadar air pada serbuk hasil ekstraksi serta tingkat suhu ekstraksi optimum.
METODE PENELITIAN Rimpang temulawak dikecilkan sampai ketebalannya 5 7 mm, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 50
0
menggunakan pengayak 200 mesh. Serbuk temulawak diekstraksi dengan metode Soxhlet menggunakan pelarut aseton. Temulawak dihaluskan dalam lumpang, kemudian serbuk temulawak ditempatkan dalam kertas saring dan dimasukkan ke tempat sampel pada radas Soxhlet. Selanjutnya ditambahkan 50 ml aseton ke dalam labu bulat 250 ml dan radas dihubungkan dengan kondensor dan dialirkan air. Radas Soxhlet dinyalakan dengan suhu ekstraksi 60, 70, 80, 90 dan 100 0C. Ekstrak dipekatkan dengan penguap putar dan ditimbang untuk menentukan rendemen, kemudian analisis kandungan kurkuminoid diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm. Kadar air pada ekstrak juga diukur sebagai variabel respon.
RANCANGAN PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan pemberian suhu ekstraksi temulawak yang berbeda (60, 70, 80, 90 dan 100 0C). Perlakuan diulang 5 kali. Satuan percobaannya adalah 1 set alat Soxhlet, dengan satuan pengamatan serbuk ekstrak rimpang temulawak. Variabel respon yang diamati adalah kadar kurkuminoid dan kadar air ekstrak rimpang temulawak.
ANALISA DATA Data hasil penelitian dianalisis dengan ANOVA pada selang kepercayaan 95%. Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1). Kadar kurkuminoid ekstrak rimpang temulawak H0 : Tidak ada pengaruh suhu terhadap rata-rata kadar kurkuminoid ekstrak rimpang temulawak. H1 : Ada pengaruh suhu terhadap rata-rata kadar kurkuminoid ekstrak rimpang temulawak. 2). Kadar air ekstrak rimpang temulawak H0 : Tidak ada pengaruh suhu terhadap rata-rata kadar air ekstrak rimpang temulawak. H1 : Ada pengaruh suhu terhadap rata-rata kadar air ekstrak rimpang temulawak.
Apabila H0 dalam penelitian ditolak, maka dilakukan uji Duncan pada selang kepercayaan 95 % untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Suhu terhadap Kadar Kurkuminoid Dari percobaan yang dilakukan diperoleh data tentang kandungan
kurkuminoid dan kandungan air dalam ekstrak rimpang temulawak (Tabel 1).
Keterangan :
Dari hasil peneletian diperoleh rata-rata kadar kurkuminoid yang berbeda pada berbagai suhu eksatrakasi (Tabel 2).
Dari nilai rata-rata kadar kurkuminoid pada berbagai suhu, diketahui bahwa kadar kurkuminoid ekstrak temulawak tertinggi diperoleh pada suhu ekstraksi 100 0C. Sedangkan kadar kurkuminoid ekstrak temulawak terendah di peroleh pada suhu ekstraksi 70 0C. Keragaman data pada suhu 60 0C paling besar, hal ini dapat diketahui dari besar nilai simpangan bakunya (Tabel 2 dan Gambar 1).
80.00
21
70.00
Kadar Kurkuminoid
60.00
50.00
40.00
30.00
Suhu
Berdasarkan Gambar 1. diketahui bahwa sebaran data terbesar dari kadar kurkuminoid diperoleh pada suhu 60 0C, karena boxplot pada suhu 60 0C paling besar. Sebaran data terkecil diperoleh pada suhu 90 0C. Pada suhu 100 0C, terdapat outliers pada data ke-21, tetapi data tersebut tidak berpengaruh pada kehomogenan ragam antar perlakuan (Gambar 2).
70
Kadar Kurkuminoid
60
50
40
30
Dalam penelitian ini diketahui bahwa ragam antar perlakuan homogen. Hal ini dapat dilihat dari nilai uji homogenitas (Levenes test) yang menujukkan nilai Sig. lebih besar dari 5% (Tabel 3)
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept+Perlakuan
Keterangan H0 : Ragam antar perlakuan homogen H1 : Ragam antar perlakuan tidak homogen
Berdasarkan asumsi tersebut disimpulkan bahwa H0 diterima, karena nilai sig lebih besar dari 5% (0.065). Dalam penelitian ini diketahui bahwa galat tersebar normal (Gambar 3). Hal ini dapat dilihat dari nilai uji normalitas yang menujukkan nilai Sig. lebih besar dari 5%, yaitu 0.454 (Tabel 4).
Residual for Y1
Statistic .962
Shapiro-Wilk df 25
Sig. .454
Expected Normal
-1
-2 -20 -10 0 10 20 30
Observed Value
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
suhu
berpengaruh
pada
kadar
kurkuminoid. Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai signifikansi pada ANOVA lebih kecil dari nilai 5% (Tabel 5). Selain itu dapat disimpulkan bahwa model rancangan penelitian sudah tepat, namun ada faktor-faktor lain yang tidak terukur lebih berpengaruh pada kadar kurkuminoid ekstrak temulawak. Hal ini dapat dilihat dari nilai R-Squared dan Adjusted R-Squared yang lebih kecil dari 50% (Tabel 5).
Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan, kemudian dilakukan uji lanjut dengan Duncan test. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa rata-rata kadar kurkunioid pada suhu 70 0C tidak berbeda nyata dengan suhu 60 0C , 80 0C dan 90 0C tetapi berbeda nyata dengan suhu 100 0C. Sedangkan rata-rata kadar kurkunioid pada suhu 90 0C tidak berbeda nyata dengan suhu 100 0C (Tabel 6).
N 5 5 5 5 5
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 93.200. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000. b. Alpha = .05.
Berdasarkan uji lanjut ternyata pengaruh suhu tidak signifikan terhadap ratarata kadar kurkuminoid. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pengujian ANOVA tidak dapat dijadikan acuan pada kasus ini. Selain itu dapat disimpulkan juga bahwa faktor-faktor lain yang tidak terukur lebih berpengaruh pada pengujian ini. Hal ini dapat diketahui juga dari data hasil pengujian regresi (Tabel 7).
Pada Tabel 7. disebutkan bahwa nilai R-Squared untuk persamaan regresi kadar kurkuminoid sebesar 39% dan Adjusted R-Squared sebesar 36,3%, ini berarti bahwa 36,3% faktor suhu berpengaruh pada kadar kurkuminoid dan 63,7% adalah faktor-faktor lain yang tidak diketahui. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah adanya perbedaan proses ekstraksi dengan metode Soxhlet serta kalibrasi spektrofotometer yang kurang optimal.
Model 1
t .371 3.834
(Constant) Suhu
Berdasarkan Tabel 8. diketahui bahwa suhu berpengaruh terhadap kadar kurkuminoid. Dari nilai koefisien beta (), maka dapat dibuat model persamaan regresi hubungan suhu ekstraksi dengan rata-rata kandungan kurkuminoid sebagai berikut: Y = 3,96 + 0,504 X Dari persamaan regresi tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai suhu ekstraksi maka nilai kandungan kurkuminoid juga semakin tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu berpengaruh terhadap kandungan kurkuminoid meskipun secara statistik tidak signifikan. Kandungan kurkuminoid
tertinggi diperoleh pada suhu 100 0C, dan yang terendah pada suhu 70 0C. Dari pengujian yang dilakukan belum ditemukan suhu optimum ekstraksi (Gambar 4).
Estimated Marginal Means of Kadar Kurkuminoid
60.00
55.00
50.00
45.00
40.00
Suhu
Pengaruh suhu pada proses ekstraksi rimpang temulawak berbanding lurus dengan kandungan rata-rata kurkuminoid yang dihasilkan, di mana semakin tinggi suhu ekstraksi maka kadar kurkuminoid semakin besar. Namun terjadi pengecualian pada suhu 70 0C, di mana kadar kurkuminoid menurun dibandingkan pada suhu 60
0
C.
B. Pengaruh Suhu terhadap Kadar Air Dari hasil peneletian diperoleh rata-rata kadar air yang berbeda pada berbagai suhu eksatrakasi (Tabel 9). Tabel 9. Rata-rata kadar kadar air
Descriptive Statistics Dependent Variable: Kadar Air Suhu 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 Total Mean 34.4000 30.4000 28.0000 25.6000 21.6000 28.0000 Std. Deviation 3.78153 2.60768 2.64575 3.84708 3.50714 5.35413 N 5 5 5 5 5 25
10
Dari nilai rata-rata kadar air pada berbagai suhu, diketahui bahwa kadar air pada serbuk ekstrak temulawak tertinggi diperoleh pada suhu ekstraksi 60 0C. Sedangkan kadar air terendah di peroleh pada suhu ekstraksi100 0C. Keragaman data pada suhu 90 0C paling besar, hal ini dapat diketahui dari besar nilai simpangan bakunya (Tabel 9 dan Gambar 5).
40.00 5
35.00
Kadar Air
30.00 1
25.00
20.00
Suhu
Berdasarkan Gambar 5. diketahui bahwa sebaran data terbesar dari kadar kurkuminoid diperoleh pada suhu 90 0C, karena boxplot pada suhu 90 0C paling besar. Sebaran data terkecil diperoleh pada suhu 90 0C. Pada suhu 60 0C, terdapat outliers pada data ke-1 dan ke-5, dan pada suhu 100 0C terdapat outliers pada data ke-24, tetapi data tersebut tidak berpengaruh pada kehomogenan ragam antar perlakuan (Gambar 6).
11
35.00
Kadar Air
30.00
25.00
20.00
Dalam penelitian ini diketahui bahwa ragam antar perlakuan homogen. Hal ini dapat dilihat dari nilai uji homogenitas (Levenes test) yang menujukkan nilai Sig. lebih besar dari 5% (Tabel 10) Tabel 10. Uji homogenitas kadar air
a Levene's Test of Equality of Error Variances
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept+Perlakuan
Keterangan H0 : Ragam antar perlakuan homogen H1 : Ragam antar perlakuan tidak homogen
Berdasarkan asumsi tersebut disimpulkan bahwa H0 diterima, karena nilai sig lebih besar dari 5% (0.793). Dalam penelitian ini diketahui bahwa galat tersebar normal (Gambar 7). Hal ini dapat dilihat dari nilai uji normalitas yang menujukkan nilai Sig. lebih besar dari 5%, yaitu 0.113 (Tabel 11).
12
Residual for Y2
Statistic .935
Shapiro-Wilk df 25
Sig. .113
Expected Normal
-1
Observed Value
Hasil penelitian menunjukan bahwa suhu berpengaruh pada kadar air. Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai signifikansi pada ANOVA lebih kecil dari nilai 5% (Tabel 12). Selain itu dapat disimpulkan bahwa model rancangan penelitian sudah tepat. Hal ini dapat dilihat dari nilai R-Squared dan Adjusted R-Squared yang lebih besar 50% (Tabel 12).
13
Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan, kemudian dilakukan uji lanjut dengan Duncan test. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa rata-rata kadar air pada suhu 100 0C tidak berbeda nyata dengan suhu 90 0C, suhu 90 0C tidak berbeda nyata dengan suhu 80 0C, suhu 80 0C tidak berbeda nyata dengan suhu 70 0C, suhu 70 0C tidak berbeda nyata dengan suhu 60 0C. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antar perlakuan (Tabel 13.).
Tabel 13. Uji lanjut dengan metode duncan test kadar air
Kadar Air Duncan Suhu 100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 Sig.
a,b
.071
.267
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 11.040. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000. b. Alpha = .05.
Berdasarkan uji lanjut ternyata pengaruh suhu tidak signifikan terhadap ratarata kadar air. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pengujian ANOVA tidak dapat dijadikan acuan pada kasus ini. Selain itu dapat disimpulkan juga bahwa faktor-
14
faktor lain yang tidak terukur kurang berpengaruh pada pengujian ini. Hal ini dapat diketahui juga dari data hasil pengujian regresi (Tabel. 14).
Tabel 14. Nilai R Square Adjusted untuk persamaan regresi kadar air
Model Summaryb Model 1 R R Square .820a .672 Adjusted R Square .657 Std. Error of the Estimate 3.13410
Pada Tabel 14. disebutkan bahwa nilai R-Squared untuk persamaan regresi kadar air sebesar 67,2% dan Adjusted R-Squared sebesar 65,7%, ini berarti bahwa 65,7% faktor suhu berpengaruh pada kadar air dan 34,3% adalah faktor-faktor lain yang tidak diketahui. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah adanya perbedaan proses ekstraksi dengan metode Soxhlet serta kalibrasi spektrofotometer yang kurang optimal.
Model 1
(Constant) Suhu
t 14.530 -6.859
Berdasarkan Tabel 15. diketahui bahwa suhu berpengaruh terhadap kadar air. Dari nilai koefisien beta (), maka dapat dibuat model persamaan regresi hubungan suhu ekstraksi dengan rata-rata kandungan kurkuminoid sebagai berikut: Y = 52,32 - 0,304 X Dari persamaan regresi tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai suhu ekstraksi maka nilai kandungan air menjadi semakin rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu berpengaruh terhadap kandungan air meskipun secara statistik tidak signifikan. Kandungan air tertinggi diperoleh pada
15
suhu 60 0C, dan yang terendah pada suhu 100 0C. Dari pengujian yang dilakukan belum ditemukan suhu optimum ekstraksi (Gambar 8).
Estimated Marginal Means of Kadar Air
34.00
32.00
30.00
28.00
26.00
24.00
22.00
Suhu
Pengaruh suhu pada proses ekstraksi rimpang temulawak berbanding terbalik dengan kandungan rata-rata air yang dihasilkan, di mana semakin tinggi suhu ekstraksi maka kadar air semakin besar.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data statistik, kondisi suhu ekstraksi serbuk temulawak tidak berpengaruh secara terhadap nilai rata-rata kandungan kurkuminoid dan kandungan kadar air yang dihasilkan. Dalam penelitian ini juga tidak diperoleh suhu optimum untuk ekstraksi serbuk temulawak.
16
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1. 2007. Curcuma xanthorrhiza (Temulawak): Morfologi, Anatomi dan Fisiologi. http://toiusd.multiply.com/journal/item/240/Curcuma_xanthorrhiza_Temulawak _-_Morfologi_Anatomi_dan_Fisiologi. (31 Agustus 2008) Anonim 2. 2008. Curcuminoids. http://en.wikipedia.org/wiki/Curcuminoids. (31 Agustus 2008) Anonim 3. 2008. Kurkuma (kunyit). http://www.spiritia.or.id/li/pdf/LI740.pdf. (31 Agustus 2008) Anonim 4. 2008. Soxhlet extractor. http://en.wikipedia.org/wiki/Soxhlet. (31 Agustus 2008) Anonim 5. 2008. Tanaman Obat Indonesia: Temulawak (Curcuma xanthorrhiza, Roxb.). http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=129. (31 Agustus 2008) Anonim 6. 2008. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza, Roxb.). http://www.pusri.co.id/budidaya/obat/temulawak.pdf. (31 Agustus 2008) Anonim 7. 2008. Temulawak. http://id.wikipedia.org/wiki/Temu_lawak. (31 Agustus 2008) Distantina, Sperisa ; Wulan, Dwi Hastuti Asta. 2002. Pengaruh suhu terhadap ekstraksi minyak temulawak berbentuk slab menggunakan pelarut etanol. Ekuilibrium : majalah ilmiah teknik kimia ; 1 (1) 2002: 28-31 Muryati, Sardjono ; Kusdarmiyati, Luki ; Sofiarto, Toto. 2002. Pengaruh lama penyimpanan terhadap kualitas serbuk minuman temulawak. Bulletin Penelitian dan Pengembangan Industri ; 29 2002: 32-37 Purnomowati, Sri. 2008. Khasiat Temulawak: Tinjauan literatur tahun 1980 -1997. http://www.indofarma.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=21 &Itemid=125. (31 Agustus 2008) Sanusi, Mustari. 2002. Diversifikasi produk pengolahan temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) di Sulawesi Selatan. Majalah Farmasi dan Farmakologi = Journal of Pharmacy and Pharmacology : 6 (1) 2002: 400-405 Sembiring, Bagem Br ; Ma'mun ; Ginting, Edi Imanuel. 2006. Pengaruh kehalusan bahan dan lama ekstraksi terhadap mutu ekstrak temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb). Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ; 17 (2) 2006: 53-58
17
Sukrasno ; Fidrianny, Irda ; Yuniarti, Niar. 2003. Pengaruh penyimpanan rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) terhadap kandungan kurkuminoid. Acta Pharmaceutica Indonesia ; 28 (2) 2003: 50-57 Warsito ; Utomo, Edi Priyo ; Soebiantoro ; Adi, Prasetyo. 2001. Analisis komponen non-volatil dalam kunir, temulawak dan jahe dengan metode kromatografi lapis tipis. J Natural : 5 (1) 2001: 37-42
UCAPAN TERIMA KASIH Kepada Widyaiswara atas segala bimbingannya: Bagus Sartono, Utami Dyah Syafitri, Alfian A. Hadi, La Ode Abdurrahman, Dian Kusumaningrum, Rahmatullah Sigit
18
PENGARUH SUHU EKSTRAKSI TERHADAP KANDUNGAN KURKUMINOID DAN AIR PADA SERBUK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza)
Group
Budi Nugroho (PDII) Daniel P. Malau (P2 Metalurgi) Fendy Rokhmanto (P2 Metalurgi) Nur Laili (P2 Biologi)
Diklat Metode Penelitian Dan Pengolahan Data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2008
19