You are on page 1of 17

TUGAS MAKALAH

ARTI PENTING GEOSTRATEGIS INDONESIA

OLEH :
ALIF YANUR BIDIN 105070200111021

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2010

P age |1

ARTI PENTING GEOSTRATEGIS INDONESIA

A. LATAR BELAKANG

Geostrategi diartikan sebagai metode atau aturan-aturan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan melalui proses pembangunan yang memberikan arahan tentang bagaimana membuat strategi pembangunan dan keputusan yang terukur dan terimajinasi guna mewujudkan masa depan yang lebih baik, lebih aman dan bermartabat. Bagi bangsa Indonesia, geostrategi diartikan sebagai metode untuk mewujudkan cita-cita proklamasi, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, melalui proses pembangunan nasional. Berkembangnya geostrategi Indonesia sangat terkait erat dengan hakikat terbentuknya bangsa Indonesia yang terbentuk dari berbagai macam etnis, suku, ras, golongan, agama bahkan terletak dalam territorial yang terpisahkan oleh pulau-pulau dan lautan.

Oleh karena itu, prinsip-prinsip nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Kesatuan sejarah, yaitu bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dalam suatu proses sejarah, sejak zaman pra-sejarah, kerajaan, Sumpah Pemuda sampai proklamasi, dan kemudian membentuk

P age |2

bangsa dan negara Indonesia.

2. Kesatuan nasib, yaitu segenap unsur bangsa berada dalam suatu proses sejarah yang sama dan mengalamai nasib yang sama, yaitu dalam penderitaan penjajahan dan kebahagiaan bersama.

3. Kesatuan kebudayaan, yaitu beraneka ragam kebudayaan tumbuh dan berkembang dan secara bersama-sama membentuk kebudayaan nasional Indonesia.

4. Kesatuan wilayah, yaitu segenap unsur bangsa Indonesia berdiam di segenap wilayah territorial yang dalam wujud berbagai pulau dengan lautannya.

5. Kesatuan asas kerokhanian, yaitu adanya kesatuan ide, tujuan, citacita yang tersimpul dalam dasar filosofis negara Indonesia Pancasila.

Maka geostrategi Indonesia diperlukan dan dikembangkan untuk mewujudkan dan mempertahankan integritas bangsa dan wilayah tumpah darah negara Indonesia, mengingat kemajemukan bangsa Indonesia serta sifat khas wilayah tumpah darah negara Indonesia, maka geostrategi Indonesia dirumuskan dalam bentuk Ketahanan Nasional.

P age |3

Luas seluruh wilayah Indonesia mencapai 5.193.252 Km dengan jumlah pulau kurang lebih 17.504 pulau besar dan kecil. Wilayah Indonesia sendiri
0 0 0 0

terletak di daerah khatulistiwa dengan kordinat 95 BT- 141 BT dan 6 LU-11 LS. Dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa menjadikan Indonesia salah satu negara terbesar di dunia. Luas wilayah dan jumlah penduduk yang besar di satu sisi menjadi potensi keunggulan tersendiri. Posisi Indonesia disebut strategis karena berada dalam persilangan dunia, diapit oleh dua benua Australia-Asia, dan dua samudera Hindia-Pasifik, sehingga wilayah Indonesia menjadi lintasan bagi wilayah tersebut. Kondisi geografis ini mengharuskan adanya sistem pertahanan yang kuat dan merata. Jika terjadi situasi perang, posisi strategis ini membutuhkan kerja ekstra dalam mempertahankannya. Rentang wilayah yang begitu luas dan jumlah pulau yang mencapai ribuan memberi banyak pintu masuk bagi musuh. Dengan demikian dibutuhkan sistem pertahanan berteknologi canggih guna mengawasi wilayah pertahanan dan mendeteksi secara dini keberadaan ancaman. Di samping itu, dibutuhkan jumlah personil yang cukup dan sebanding dengan besarnya wilayah yang hendak dijaga. Dengan memperhatikan kondisi demografis dan geografis, komponen cadangan diperlukan sebagai sistem pengganda komponen utama saat kondisi tertentu.

Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki geopolitik yang khas. Letak geografis yang strategis membutuhkan blue-print pertahanan yang handal untuk mengelola dan menjaga keunggulan negara (nation advantages)

P age |4

bagi kemakmuran bangsa. Potensi konflik dengan negara lain bukan tidak mustahil. Dalam kerangka ini, Badgley telah mengidentifikasikan enam sumber konflik antarnegara di Asia (lihat Tabel di bawah).1 Beberapa di antaranya releven untuk kondisi geopolitik Indonesia.

Gambar Sumber Konflik Menurut Badgley 1. Pertikaian karena perbatasan 2. 2. Ikatan etnis yang multy territorial identity 3. Perlawanan minoritas etnik dan agama. 4. Perebutan wilayah oleh kekuatan-kekuatan besar untuk memperoleh kontrol strategis. 5. Kompetisi baru kekuatan besar (dalam bidang komunikasi, industri manufaktur, agrikultur, dan industri militer) seperti Jepang, Republik Rakyat China, India, dan Korea. 6. Propaganda mercusar glory phobia para pemimpin atau aggrandizment.

B. MASALAH Isu konflik kawasan menjadi salah satu parameter dalam penyusunan konsep pertahanan negara. Hingga kini banyak negara yang terlibat dalam konflik yang terkait dengan teritorial. Beberapa kasus yang menonjol antara lain perselisihan wilayah Kashmir antara India dan Pakistan, permasalahan di Semenanjung Korea terkait dengan proliferasi nuklir, konflik Laut Cina Selatan,
1

Badgley. Asian Developement: Problem and Prognosis (1971) dalam Purbo.S. Suwondo. Negara Kepulauan Indonesia dengan Wawasan Nusantara (2004)., hlm. 5.

P age |5

hingga konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja. Dengan sifat interkoneksitas antar wilayah di masa sekarang ini, konflik kawasan secara langsung dan tidak langsung akan menyebabkan ketegangan di dalam kawasan tersebut. Geostrategis Indonesia juga telah mengundang kekuatan-kekuatan besar untuk menanamkan kontrolnya secara mendalam di Nusantara. Contoh menyakitkan ialah lepasnya Timor Timur menjadi negara sendiri. 2 C. PEMBAHASAN

Indonesia sendiri telah merasakan pahitnya konflik perbatasan, ketika kepulauan Sipadan dan Ligitan telah berpindah tangan menjadi bagian wilayah Malaysia. Ujian yang hampir sama juga tengah tertuju pada persoalan Pulau Atol Ambalat, juga dengan Malaysia. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki sejumlah pulau terdepan yang rentan diambil alih negara tetangga. Konflik perbatasan tersebut selayaknya dipahami sebagai posisi simalakama strategisnya geopolitik Indonesia, dan tentu hal tersebut membutuhkan sistem pertahanan yang melibatkan secara aktif segenap komponen candangan yang dimiliki. Geostrategis Indonesia juga telah mengundang kekuatan-kekuatan besar untuk menanamkan kontrolnya secara mendalam di Nusantara. Contoh menyakitkan ialah lepasnya Timor Timur menjadi negara sendiri. Proses ini ditandai oleh begitu berperannya kekuatan-kekuatan besar agar mereka
2

Pada saat pengintegrasian Timor Timur pun aspek geostrategis Indonesia berperan signifikan. Negaranegara besar mendorong Indonesia untuk melakukan proses tersebut. Lihat Julious Pour. Benny Moerdani: Profil Prajurit Negarawan (Jakarta: Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman. 1993)

P age |6

memperoleh kontrol strategisnya atas wilayah tersebut. Kasus tadi telah menyadarkan betapa pentingnya keutuhan wilayah nasional sebagai sebuah bangsa. Hal tersebut mendorong Indonesia untuk menyiapkan suatu sistem pertahanan yang kokoh dan lebih dini, agar Indonesia tidak lagi kehilangan wilayah teritorialnya. Kiranya dalam situasi tersebut komponen cadangan menjadi sangat penting artinya dan mendesak untuk dikelola. Kompetisi raksasa ekonomi baru yang mengeruk nilai lebih Indonesia juga terjadi karena daya tarik geostragis tersebut. Jumlah penduduk yang sangat besar membuat perusahaan multinasional raksasa ekonomi seperti Jepang, Korea, India dan Republik Rakyat Cina berlomba-lomba menjadikannya sebagai bangsa pasar potensial. Begitu pula sumber daya alam yang melimpah, telah menempatkan Indonesia sebagai sasaran potensial untuk mengeruk keuntungan oleh perusahaan multinasional pertambangan dan perkebunan. Ironisnya banyak negara asal perusahaan multinasional tersebut yang menerapkan kebijakan ekonomi ambivalen, justru di era pasar bebas ini. Pada satu sisi, negara raksasa ekonomi tersebut mendorong perusahaan multinasionalnya untuk melakukan ekspansi besar-besaran ke negara lain, terutama ke Indonesia; tetapi pada sisi lain mereka justru berlomba-lomba memproteksi bahkan menyubsidi dan melakukan kebijakan dumping harga untuk melindungi produk industri strategisnya. Tentu saja, hal tersebut secara langsung menimbulkan ketegangan antarnegara. Tidak jarang persaingan perusahaan mutlinasional berimbas pada konflik antarnegara. Dari sudut ini, dinamika ekonomi antar perusahaan

P age |7

multinasional dan antarnegara tersebut berpotensi ringkih bagi stabilitas dalam kawasan. Dalam kerangka ini, arti pentingnya penggunaan sumber daya alam dan buatan bagi komponen cadangan dapat diletakkan. Bila atas nama pasar bebas saja, perusahaan multinasional tersebut dapat menambang dan mengolah sumber daya alam dan buatan Indonesia; mengapa untuk kepentingan mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah nasional, negara tidak diberikan kewenangan tersebut. Bahkan seharusnya kewenangan tersebut jauh lebih besar. Karena, penggunaan sumber daya alam, buatan, dan yang mengawakinya tersebut digunakan semata-mata dalam kondisi perang demi mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah nasional. Sumber konflik yang berpotensi menyumbang terhadap instabilitas dalam-kawasan, sebagaimana diidentifikasi Badgley, dapat diperpanjang. Sampai saat ini Thailand-Kamboja dan India-Cina misalnya, masih didera oleh konflik perbatasan. Begitu pula perlawanan berbasis agama masih menjadi warna utama konflik dalam-kawasan. Sebagai contoh ialah gerakan emansipasi muslim Moro di Philipina selatan dan muslim Patani di selatan Thailand. Bahkan saat ini situasi dalam-kawasan dihadapkan pada potensi konflik baru, yang bersumberkan pada propaganda mercusuar para pemimpin negara yang ingin memerluas pengaruh ekonomi dan politiknya (glory phobia atau aggrandizment). Begitupula dengan keamanan lintas negara menjadi salah satu prioritas penting dalam menjamin stabilitas nasional. Sementara itu, potensi

P age |8

ketidakamanan lintas negara bisa dilihat dari masih tingginya tingkat perompakan dan penyanderaan kapal-kapal di perairan Somalia, Laut Cina selatan dan Selat Malaka. Juga dengan penyelundupan senjata, terorisme internasional, trafficking, illegal fishing, dan illlegal loging lintas batas negara telah menjadi ancaman nyata bahkan dapat memicu konflik antarnegara. Jelas, soal ketidakamanan lintas negara adalah ancaman langsung terhadap kedaulatan negara. Kompleksitas ancaman memerlukan persiapan cegah tangkal yang sistemik dengan mengintegrasikan semua potensi kekuatan bangsa dalam sebuah sistem pertahanan yang handal. Oleh karena itu, arti pentingnya potensi ketidakamanan lintas negara di atas berkonsekuensi harus diprioritaskannya kebijakan cegah tangkal dan strategi pertahanan Indonesia yang komprehensif. Dalam kerangka inilah, komponen cadangan menjadi salah satu pilar strategi pertahanan Indonesia yang komprehensif tersebut. 1. Problematika Choke-Point Maritim

Dibandingkan dengan jumlah personal TNI Angkatan Laut, luas wilayah Indonesia yang dua pertiganya adalah lautan, memiliki potensi ancaman maritim yang luar biasa besar terhadap keamanan dan pertahanan nasional. Idealnya jumlah personil pertahanan maritim ini berbanding lurus dengan peningkatan alutsista. Pun, secara bertahap jumlah alutsista TNI AL yang proporsional tentu dapat terwujudkan di masa mendatang. Sejalan dengan itu jumlah personil TNI AL juga akan bertambah. Hal ini dapat dilihat sebagai problematika tersendiri bagi pertahanan nasional di bidang maritim. Dalam kerangka inilah, komponen

P age |9

cadangan berfungsi strategis bagi meningkatnya kekuatan pertahanan nasional di bidang maritim. Dengan keberadaan komponen cadangan, jumlah personil pertahanan maritim akan berlipat ganda. Marinir misalnya, dapat

melipatgandakan kekuatan cegah-tangkal dan pertahannnya itu, karena mendapat pasokan tambahan personil dari komponen cadangan. Potensi ancaman maritim di atas jauh lebih besar karena Indonesia memiliki tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) dan beberapa choke points yang strategis bagi kepentingan global, seperti di Selat Sunda, Selat Lombok, dan Selat Makassar. Indonesia harus menerimanya karena ALKI dan beberapa choke points tersebut merupakan keputusan bersama masyarakat internasional melalui Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) tahun 1982. Pengamanan ALKI serta seluruh choke points tersebut merupakan agenda strategis, tidak hanya bagi kepentingan nasional Indonesia tetapi juga untuk masyarakat internasional.3 Khusus bagi keberadaan sistem pertahanan nasional di bidang maritim, nilai strategis ALKI dan beberapa choke points tersebut membutuhkan pengawasan yang ketat, sehingga segala hal yang dapat mengganggu keamanan dan kedaulatan negara dapat terdeteksi. Langkah preventif yang cepat dan akurat adalah kemestian. Dalam kerangka mempertahankan kedaulatan matra laut nusantara, kekuatan komponen cadangan berfungsi strategis. Dukungan komponen cadangan dapat memperkuat komponen utama mengingat jumlah komponen yang terakhir ini sangat terrbatas.

Dephan. Buku Putih Pertahanan Negara, 2008., hlm. 16-17.

P a g e | 10

2. Mempertahankan Kedaulatan Udara

Arti penting komponen cadangan dalam bidang dirgantara menjadi sangat penting pada situasi perang, mengingat jumlah personil dan alusista TNI AU sangat berbatas. Pada sisi lain, Indonesia memiliki rentang wilayah udara yang sangat luas dan bernilai strategis bagi kekuatan dirgantara negara asing. Pesawat tempur asing sering kali memasuki wilayah Indonesia, baik dalam kerangka mengendalikan wilayah dirgantaranya sendiri maupun dalam rangka menuju ke beberapa pangkalan militer mereka yang berada di dalam wilayah khatulistiwa. Wilayah udara Indonesia juga adalah jalur tercepat dan terpendek bila menuju ke titik konflik.4 Dengan demikian, kekuatan pertahanan udara Indonesia membutuhkan kecanggihan teknologi alutsista agar secara dini mampu mendeteksi kehadiran kekuatan dirgantara asing tersebut. Pada sisi lain, wilayah udara Indonesia dapat berfungsi sebagai jalur efektif dan cepat dalam melakukan konsolidasi sistem pertahanan nasionalnya, bila didukung oleh sistem alusista yang memadai. Dengan sejumlah pesawat yang memadai misalnya, kekuatan dirgantara Indonesia dengan cepat dapat mengirimkan bantuan dan melipatgandakan pertahanan nasionalnya (baik secara personil, senjata, maupun fasilitas pendukung lainnya) ke sejumlah wilayah pertahanan di kala perang. Meski jumlahnya jauh lebih kecil dari pada matra darat, komponen utama pertahanan nasional amat memerlukan kehadiran dan dukungan komponen
4

Eko Prasojo. F-18 Hornet, NSS, dan Hegemoni AS. Dalam Kompas 22 Juli 2003.

P a g e | 11

cadangan matra udara. Pada situasi perang, komponen utama membutuhkan komponen cadangan matra udara untuk mengendalikan wilayah udara, kepentingan navigasi, transportasi udara, dan penggunaan wilayah udara lainnya untuk kepentingan pertahanan.5 Pada saat perang, bandara perintis, nasional, maupun internasional berfungsi sebagai fasilitas strategis. Bandara-bandara tersebut beserta para pengelolanya menjadi sarana mobilitas pesawat-pesawat tempur dalam rangka meningkatkan konsolidasi pertahanan nasional. Pesawat tempur terbang dan mendarat di bandara. Dari bandara itu pula, pesawat tempur nasional mengirimkan personil tambahan dan peralatan perang yang lain. Oleh karena begitu pentingnya peran lapangan terbang tersebut di saat perang, maka komponen cadangan matra udara mesti mampu meningkatkan penjagaan agar lapangan terbang tersebut tidak menjadi sasaran sabotase kekuatan musuh. Secara lebih teknis, untuk mendukung kemampuan TNI AL, komponen cadangan matra udara ini akan lebih difokuskan sebagai pendukung komponen utama, khususnya dalam menopang sistem logistik, komunikasi, dan Air Force infrastructure development support. Itu artinya penyelenggaraan komponen pendukung matra udara ini diarahkan untuk menyiapkan semua perlengkapan sipil agar mampu secara cepat beralih fungsi (shifting functions) bila dipergunakan untuk operasi militer dalam kondisi perang. 3. Implikasi Kemandirian Politik Bebas Aktif

Dephan, Buku Strategi Pertahanan Negara. Op Cit., hlm. 19.

P a g e | 12

Di saat negara lain terikat dalam fakta pertahanan tertentu, Indonesia tetap konsisten menganut politik bebas aktif. Politik bebas aktif mensyaratkan ketidakberpihakan kepada kelompok/negara-negara tertentu. Meski demikian secara organisasional, dalam trakat ASEAN yang di dalamnya dibentuk ASEAN Regional Forum (ARF) (sebagai forum dialog multilateral negara-negara Asia Pasifik yang membahas masalah-masalah stabilitas), Indonesia memiliki kerja sama politik dan keamanan. Dengan negara tetangga. ARF maupun turunannya Treaty of Amity and Cooperation (TAC) belum menjadi pakta pertahanan. Artinya, hingga sekarang Indonesia belum dan tidak memiliki kerjasama bilateral (dan multilateral) ketika menghadapi perang. Padahal, kerjasama kekuatan regional semacam itu sangat berarti ketika salah satu anggota pakta pertahanan tersebut diserang. Seketika anggota lainnya akan mengirimkan bantuan kekuatan militernya. Dengan demikian, bila mana Indonesia masuk ke dalam situasi perang maka secara mandiri, tanpa dukungan personil dari negara lain, Indonesia harus menghadapi sendiri agresi musuh yang datang dari luar. Sungguh pun demikian, sebagai negara dengan penduduk hampir mencapai 250 juta jiwa, Indonesia berlimpah sumber daya manusia yang berpotensi untuk memiliki kecakapan bela negara dengan baik. Bila kita melihat ke belakang sejalan dengan perubahan geopolitik dan pergantian pemerintahan Republik Indonesia dari Orde Lama ke Orde Baru, berimplikasi secara signifikan terhadap geostrategi yang diterapkan pemerintah. Penghentian konfrontasi dengan negara tetangga Malaysia, masuk kembalinya Indonesia menjadi angota PBB pada tanggal 28 September 1966, dan

P a g e | 13

pembentukan ASEAN pada bulan Agustus 1967 menandai perubahan geostrategis dimaksud. Pada sisi lain, perubahan geostrategi pertahanan regional Indonesia juga mendorong pembentukan Zone of Peace and Freedom Naturally (ZOFAN) dan South East Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ). Kerjasama militer regional Indonesia dengan negara tetangga ASEAN hanya sebatas latihan bersama, tidak pernah membentuk pakta pertahanan yang sifatnya permanen. Pakta pertahanan secara umum beranggotakan beberapa negara dengan komitmen bahwa ancaman keamanan terhadap satu angotanya merupakan tangung jawab semua anggota lainya untuk membantu. Bukan tidak ada pakta pertahanan di Asia Tenggara. Singapura, Thailand, Philipina dan Amerika Serikat membuat pakta pertahanan SEATO (South East Asia Treaty Organizations. Di selatan Australia, 35 Newzeland dan USA membentuk ANZUS (Australia, New Zealand, United State Treaty). Hingga sekarang pun, Indonesia belum dan tidak memiliki kerjasama bilateral (dan multilateral) dalam sebuah pakta pertahanan dengan negara manapun. Kemandirian Indonesia dalam menyusun sistem pertahanannya sendiri atas azas kemandirian menjadi sebuah keniscayaan. Akan tetapi hal tersebut mensyaratkan kemampuan Indonesia untuk mampu mendayagunakan segenap potensi pertahanannya secara efektif dan sinegis. Komponen cadangan dengan sendirinya adalah sarana untuk mencetak warga negara yang siap diperbantukan untuk bela negara ketika diperlukan.

P a g e | 14

D. KESIMPULAN Keberhasilan Ketahanan Nasional Indonesia Untuk mewujudkan keberhasilan ketahanan nasional setiap warga negara Indonesia perlu: 1. Memiliki semangat perjuangan bangsa dalam bentuk perjuangan fisik yang disertai keuletan dan ketangguhan tanpa kenal menyerah dan mampu mengembangkan kekuatan nasional dalam rangka menghadapi segala tantangan, ancaman, gangguan, dan hambatan, yang datang dari luar maupun dari dalam.

2.

Sadar dan pedulu akan pengaruh-pengaruh yang timbul pada aspek edeologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan sehingga warganegara Indonesia dapat mengeliminir pengaruh tersebut.

Demikianlah letak pentingnya pengaruh aspek Pertahanan dan Keamanan Nasional dalam mewujudkan cita-cita nasional, terutama kea rah terwujudnya masyarakat yang berkeadilan dan berkemakmuran. Hal ini sangat penting sekali terutama pada kondisi bangsa Indonesia yang sedang melakukan reformasi di berbagai bidang dan kondisi bangsa yang sedang mengalami krisis multidimensional dewasa ini.

P a g e | 15

E. DAFTAR PUSTAKA

Badgley. Asian Developement: Problem and Prognosis (1971) dalam Purbo.S. Suwondo. Negara Kepulauan Indonesia dengan Wawasan Nusantara (2004)., hlm. 5. Pada saat pengintegrasian Timor Timur pun aspek geostrategis Indonesia berperan signifikan. Negara-negara besar mendorong Indonesia untuk melakukan proses tersebut. Lihat Julious Pour. Benny Moerdani: Profil Prajurit Negarawan (Jakarta: Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman. 1993). Julious Pour. Benny Moerdani: Profil Prajurit Negarawan (Jakarta: Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman. 1993) Dephan. Buku Putih Pertahanan Negara, 2008., hlm. 16-17. Eko Prasojo. F-18 Hornet, NSS, dan Hegemoni AS. Dalam Kompas 22 Juli 2003. Dephan, Buku Strategi Pertahanan Negara. Op Cit., hlm. 19. Zubaidi, Achmad & Kaelan, 2007, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, Penerbit Paradigma, Yogyakarta. Armawi, Armaeidi, 2006, , Geostrategi Indonesia, Makalah pelatihan Dosen kewarganegaraan 2006, Dikti Suraaya.

P a g e | 16

Suradinata,, 2005, Hukum Dasar geopoliti dan Geostrategi Dkeutualam Kerangka Keutuhan Negara NKRI, suara bebas, jakarta

You might also like