You are on page 1of 16

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Pengajaran Sosiologi Antropologi Dosen Pengampu : Drs. HM. Haryono, M.Si

Disusun Oleh : KELOMPOK VII YENI SUSANTI OKTA HADI N. RATIH YULITA RIESKA NARTA DIAH R. (K8408064) (K8408050) (K8408096) (K8408098)

PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) A. PENDAHULUAN Percepatan arus informasi dalam era globalisasi dewasa ini menuntut semua bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan dan strateginya agar sesuai dengan keperluan dan tidak ketinggalan zaman. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan baik pengelola maupun penyelenggara khususnya guru dan kepala sekolah. Oleh karena itu, semenjak Indonesia memiliki kebebasan untuk menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak bangsanya, maka semenjak itu pula pemerintah menyusun kurikulum. Dalam hal ini, kurikulum dibuat oleh pemerintah pusat secara sentralistik. Adanya kurikulum yang dibuat secara sentralistik ini, maka setiap satuan pendidikan diharuskna untuk melaksanakan dan mengimplementasikannya sesuai dengan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan yang disusun oleh pemerintah pusat menyertai kurikulum tersebut. Berbagai kasus menunjukkan kurangnya pemahaman guru dan kepala sekolah terhadap kurikulum, bahkan tidak sedikit guru yang tidak tahu kurikulum. Mestinya sebuah kurikulum baru menghadirkan refleksi yang positif pada praksisnya. Perubahan kurikulum dari kurikulum tahun 2004, yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang dikembangkan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 bukanlah sesuatu yang menakutkan. Kurikulum apapun yang akan dikembangkan haruslah mampu mencapai tujuan pendidikan nasional seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 yang berbunyi Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam pemberlakuan kurikulum pendidikan bukannya menghapuskan kurikulum pendidikan yang ada, tetapi dilakukan perbaikan. Kurikulum 1994 tidak dihilangkan tetapi diperbaiki (Assa, 2006 dalam Isjoni, 2009). KTSP menjadi bahan perbincangan hangat sepanjang tahun 2006, yaitu sejak dikeluarkannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22, 2, dan 24 Tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006. Dimana erdasarkan peraturan tersebut, KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan

kurikulum agar lebih familiar dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan dan diharapkan memiliki tggung jawab yang memadai. Pemberlakuan KTSP pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian sekolah. KTSP merupakan kurikulum yang sesuai dengan dinamika kehidupan di Indonesia sekarang ini dikaitkan dengan isu-isu seperti globalisasi dan otonomi daerah. Akan tetapi,pelaksanaan KTSP menuntut banyak hal dari sekolah dan masyarakat seperti profesionalisme, kreativitas, kemadirian gurudan kepala sekolah serta keterlibatan masyarakat. Pelaksanaan KTSP juga menuntut banyak hal dari pemerintah seperti perencanaan pendidikan yang baik dan terarah, penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, dan birokarasi/prosedur administrasi yang sederhana. KTSP juga menuntut partisipasi dan kepedulian masyarakat. Dengan persiapan yang matang dan sesuatu yang kondusif, KTSP berpeluang besar untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi yng diharapkan. B. PEMBAHASAN 1. LANDASAN PENYUSUNAN KURIKULUM Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dalam kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasanlandasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berakibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia. Dalam hal ini, Nana Syaoodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan utama dalam pengembangan kurikulum yaitu ; (1) filosofis, (2) psikoloogis, (3) sosial-budaya, dan (4) ilmu pengetahuan dan teknologi. a. Landasan Filosofis Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulu. Sama halnya seperti dalam filsafat pendidikan, kita mengenal pada berbagai aliran filsafat seperti parenialisme, essensialisme, eksistensialisme, progresivisme, dan rekontruksivisme. Parenialisme, lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran, dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Essensialisme, menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian

pengetahuan dan ketrampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Eksistensialisme, menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Progresivisme, menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Rekonstruktivisme, merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. b. Landasan Psikologis Minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum, yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Sedangkan psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. c. Landasan Sosial-Budaya Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, ketrampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat. Israel Scheffer (19970 mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban pada masa yang akan datang. Dengan demikian, kurikulum yang dikembangan sudah seharusnya mempertimbangkan, merespon dan berlandaskan pada perkembangan sosial-budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks local, nasional maupun global. d. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori bar uterus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang. Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasawarsa terakhir telah bberpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya.

Perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengatisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia. 2. DARI KBK KE KTSP Dunia pendidikan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini diramaikan oleh isu pergantian kurikulu. Kurikulum yang berlaku sampai tahun 2006 adalah kurikulum 1994. Kurikulum ini mengalami penyempurnaan dan hasil penyempurnaan ini adalah kurikulum 2004 atau juga dikenal dengan sebutan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Ketika KBK ramai dibicarakan dan muuncul buku-buku pelajaran yang disusun berdasarkan kurikulum ini, muncul Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau kurikulum 2006 yang merupakan penyempurnaan dari KBK. KTSP mulai diberlakukan secara berangsur-angsur pada tahun ajaran 2006/2007. Perubahan kurikulum pada dasarnya memang dibuthkan manakala kurikulum yang berlaku (current curriculum) dipandang sudah tidak efektif dan tidak relevan lagi dengan tuntutan dan perkembangan zaman dan setiap perubahan akan mengandung resiko dan konsekuensi tertentu. Perubahan kurikulum yang berskala nasional memang kerapkali mengundang sejumlah pertanyaan dan perdebatan, mengingat dampaknya yang sangat luas serta mengandung resikoyang sangat besar. Apalagi kalau perubahan itu dilakukan secara tiba-tiba dan dalam waktu yang singkat serta tanpa dasar yang jelas. Namun dalam konteks KTSP, perubahan kurikulum pada tingkat sekolah justru perlu dilakukan secara terus menerus. Dalam hal ini, perubahan tentunya tidak harus dilakukan secara radikal dan menyeluruh, namun bergantung kepada data hasil evaluasi. Mungkin cukup hanya satu atau beberapa aspek saja yang perlu dirubah. Departemen pendidikan Nasional melalui BNSP yang merupakan lembaga mandiri, professional dan independen dengan mengemban misi guna mengembangkan, memantu, dan mengevaluasi pelaksanaan standar nasional pendidikan ini mungkin bermaksud mempertegas pelaksanaan KBK dengan membuat produk baru yang dinamakan KTSP sekarang. Dalam arti, KTSP ini tetap memberikan tekana pada pengembangan kompetensi siswa. KTSP hanya diberlakukan bagi sekolah yang telah siap menerapkan

kurikulum ini. Kesiapan sekolah dalam memberlakukan KTSP ditandai dengan ketersediaan sarana dan prasarana, pengalaman menerapkan KBK, dan rasio siswa, karena pengalaman dalam menerapkan KBK dapat dijadikan bekal dalam menerapkan KTSP yang ditetapkan oleh Kepala Sekolahdan harus diketahui oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi. Kehadiran KTSP bisa jadi merupakan kabar baik bagi sekolah-sekolah yang telah siap, dan menjadi momok bagi sekolah yang belum siap, hal itu tergantung dari kesiapan sekolah masing-masing. Sebagian sekolah khawatir karena kekurangan sarana prasarana. Sedangkan sekolah yang sudah siap dalam hal sarana dan prasarana, tidak akan menjadi kendala yang berarti. Dalam mempersiapkan kegiatan belajar dan mengajar guru harus menyiapkan empat perangkat awal yaitu ; (1) program tahunan, (2) program semester, (3) silabus, dan (4) rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). RPP ini adalah penjabaran silabus yang didesain lebih sederhana, lengkap, dan operasional dalam satu tatap muka (2 jam pelajaran). Bagi tenaga pendidik yang professional dan memiliki keinginan untuk maju dan dinamis dalam menyikapi perkembangan teknologi dan tuntutan masyarakat, aplikasi KBK dan KTSP dapat dijadikan sebagai pembelajaran yang lebih menyenangkan. Hal tersebut dapat dilihat dari : a) Pengembangan KBK dan KTSP cenderung menggunakan metode kontekstual, yaitu mengaitkan materi dengan kondisi nyata di masyarakat (belajar melalui pengalaman). Peserta didik yang memiliki kemampuan lebih dalam kecakapan dan ketrampilan tertentu dapat dipraktikkan langsung.
b) Kebiasaaan belajar yang berupa teori-teori bahasa dan sastra sudah mulai

ditinggalkan. Pembelajaran bahasa dan sastra dikembalikan pada hakikat bahasa sebagai sarana komunikasi. Sebelum KBK dan KTSP, pelajaran sastra hanya berisi nama-nama sastrawan beserta karya-karyanya, aliran-aliran sastra serta unsureunsur intrinsic/ekstrinsik sastra.
c) Pekerjaan guru berupa koreksi hasil kerja siswa sedikit berkurang, karena banyak

pencapaian kelulusan melalui praktek. Kegiatan guru banyak terkonsentrasi pada persiapan pembelajaran, pembuatan format nilai, table penilaian proses, remedial dan lain-lain. d) Pelaksanaan KBK dan KTSP cenderung lebih banyak menggunakan media sebagai sumber bahan belajar.

Tentunya masih banyak kemudahan-kemudahan yang disuguhkan oleh KBK dan KTSP ini. Namun juga tidak menutup kemungkinan adanya beberapa hambatan yang menjadi kendala berhasil tidaknya pelaksanaan KBK dan KTSP ini. Hal itu dapat ditunjukkan pada :
a) Kebingungan para guru yang sudah merasa cocok dengan Kurikulum 1975,

Kurikulum 1984, dan Kurikulum 1994. Pendidik cenderung konservatif dan pendidik lansia cenderung tersiksa dengan KBK dan KTSP. b) Sikap apriori terhadap kebijakan pemerintah menyangkut pemberlakuan KBK dan KTSP, desentralisasi pendidikan, otonomi penyelenggara pendidikan, dan munculnya permasalahan lain. c) Ada beberapa materi yang klasifikasi kompetensi dasarnya tumpang tindih dan kabur. d) Ada beberapa istilah yang dinilai lucu dan ambigu. Misalnya bentuk evaluasi diganti dengan jenis tagihan, menyimak diganti mendengarkan. e) Banyak guru yang belum paham betul dengan konsep KBK dan KTSP ini, bahkan pengawas sebagai narasumberpun tidak bisa memberikan solusi kesulitan guru. f) Instrument evaluasinya pun masih sering diperdebatkan mulai dari penulisan soal yang benar, cara menilai, dan menuangkan dalam buku laporang pendidikan. g) Sumber daya manusia yang sudah termakan usia dan kurang professional, mahalnya pendidikan, gaji dibawah UMR, dan kebijakan tidak populer dari yayasan penyelenggara pendidikan. 3. KTSP DAN OTONOMI PENDIDIKAN Kebijakan KTSP berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Target dari kebijakan ini adalah tahun 2010 seluruh sekolah harus sudah melaksanakan KTSP sejak mulai diterapkan tahun ajaran 2007. KTSP berlaku bagi sekolah standar nasional maupun sekolah nasional berstandar internasional. Beberapa cirri terpenting dari KTSP adalah sebagai berikut : a) KTSP menganut prinsip fleksibilitas. Setiap sekolah diberi kebebasan menambah empat jam pelajaran tambahan perminggu, yang bisa diisi dengan apa saja baik yang wajib atau muatan lokal. b) KTSP membutuhkan pemahaman dan keinginan sekolah untuk mengubah kebiasaan lama yakni ketergantungan pada birokrat. Peluang bagi sekolah untuk mengurus sendiri tidak hanya manajemen sekoolah tetapi juga rutinitas akademis.

c) Guru kreatif dan siswa aktif. Kurikulum 1994 menghendaki guru lebih kreatif,

namun aktivitas guru sebatas mengajarkan apa yang sudah ditetapkan dalam kurikulu. Sementara dalam Kurikulum 2004 atau KBK, siswa dituntut lebih kreatif. Guru harus bisa memaksa siswa untuk memberi feedback dalam setiap pembelajaran. KTSP menggabungkan keduanya. d) KTSP dikembangkan dengan menganut prinsip diversifikasi. Artinya dalam kurikulum ini standar isi dan standar kompetensi lulusan yang dibuat BSNP itu dijabarkan dengan memasukkan muatan local, yakni local provinsi, local kabupaten/kota, dan local sekolah.
e) KTSP sejalan dengan konsep desentralisasi pendidikan dan manajemen berbasis

sekolah (school-based management). Komite sekolah harus bersama guru dalam mengembangkan kurikulum.
f) KTSP tanggap terhadap perkembangan IPTEK dan seni.

g) KTSP beragam dan terpadu. Walaupun sekolah diberikan otonomi dalam pengembangannya, ujung-ujungnya ada Ujian Nasional (UN) juga. Seyogyanya tidak ada masalah bagi sekolah karena yang diujikan adalah kompetensi dasar. Pengembangan kurikulum menggonggong, guru-guru berlalu dengan kulturnya. Aliran konstruktif menawarkan solusi untuk menyulap suasana belajar secara berani dan mendobrak kejumudan kurikulum lewat tujuh ayat pendidikan sebagai berikut : a) Kurikulum disajikan secara utuh, yakni menekankan konsep besar lalu diikuti konsep-konsep kecil. b) Kegiatan kurikuler mengandalkan sumber-sumber data primer dan juga materimateri buatan yang bermakna. c) Siswa diperlakukan sebagai pemikir muda yang belajar merumuskan teorinya sendiri. d) Guru mengajar secara interaktif, yakni antara lain dengan kepandaian menerjemahkan lingkungan sekitar sehingga dapat dipahami siswa. e) Guru mencari tahu sudut pandang siswa untuk memahami kadar pengetahuan siswa saat ini untuk dijadikan pijakan bagi pelajaran yang akan datang.
f) Siswa bekerja dalam kelompok. Ini berbeda dengan kelas-kelas tradisional dimana

siswa secara mandiri. Justru dalam kelompoklah mereka bersosialisasi dan berkolaborasi, sehingga secara kolektif memperoleh pencerahan lewat social reconstructivism.

g) Penilaian pembelajaran siswa dilakukan secara terintegrasi dalam pengajaran dan dilakukan lewat observasi guru terhadap proses belajar siswa dalam kelompoknya dan dengan mencermati portofolio siswa. 4. KEGIATAN PEBELAJARAN BERBASIS KTSP KTSP memberikan kebebasan yang besar kepadasekolah untuk menyelenggarakan program pendidikan yang sesuai dengan (1) kondisi lingkungan sekolah, (2) kemampuan peserta didik, (3) sumber belajar yang tersedia, dan (4) kekhasan daerah. Dalam program pendidikan ini, orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif. Ppengembangan dan penyususnan KTSP merupakan proses yang kompleks dan melibatkan banyak pihak seperti guru, kepala sekolah (konselor) dan komite sekolah. Karena KTSP dikembangkan dan disusun oleh satuan pendidikan atau sekolah sesuai dengan kondisinya masing-masing, setiap sekolah mempunyai kurikulum yang berbeda. Dengan demikian, bahan ajar yang digunakan juga mempunyai perbedaan. Maka guru harus mandiri dan kreatif. Guru harus menyeleksi bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran agar sesuai dengan kurikulum sekolahnya. Dalam KTSP guru juga diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran. Guru perlu memanfaatkan berbagai metode pembelajaran yang dapat membangkitkan minat, perhatian dan kreativitas peserta didik. Karena dalam KTSP guru berfungsi sebagai fasilitator dan pembelajaran berpusat pada peserta didik, metode ceramah perlu dikurangi. Metode-metode lain seperti diskusi, pengamatan, Tanya jawab perlu dikembangkan. Sejalan dengan pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher oriented) ke pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student oriented), maka peran guru dalam proses pembelajaran pun mengalami pergeseran salah satunya adalah penguatan peran guru sebagai motivasi. Beberapa petunjuk umum bagi guru dalam rangka meningkatkan motivasi belajar sisiwa (Wina Senjaya, 2008 dalam Isjoni, 2009) : a) Menjelaskan tujuan yang ingin dicapai Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham kearah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa tentang tujuan dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.

b) Membangkitkan minat siswa Beberapa cara dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa, diantaranya : Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa. Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa. Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi. c) Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar Siswa hanya dapat belajar dengan baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari rasa takut. d) Berikan pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa. Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikan pujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaan. e) Berikan penilaian Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadimotivasi yang kuat untuk belajar. f) Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa. Siswa butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan memberikan komentar positif. g) Ciptakan persaingan dan kerjasama Persaingan yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. Melalui persaingan siswa dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik. KTSP disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a) Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia b) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik. c) Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan d) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional e) Tuntutan dunia kerja f) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni g) Agama h) Dinamika perkembangan global i) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan j) Kondisi sosial budaya masyarakat setempat

k) Kesetaraan gender l) Karakteristik satuan pendidikan 5. PENGEMBANGAN DAN PENGAYAAN KTSP Didalam KTSP, struktur kurikulum yang dikembangkan mencakup tiga komponen, yaitu : (1) Mata Pelajaran, (2) Muatan Lokal, dan (3) Pengembangan Diri. Penggunaan istilah pengembangan diri dalam kebijakan kurikulum memang relative baru. Dibawah bimbingan guru maupun orang lain yang memiliki kompetensi dibidangnya, kegiatan pengembangan diri dapat pula dilakukan melalui kegiatankegiatan diluar jam efektif yang bersifat temporer, seperti mengadakan diskusi kelompok, permainan kelompok, bimbingan kelompok dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifat kelompok. Selain dilakukan melalui kegiatan yang bersifat kelompok, kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan pula melalui kegiatan mandiri. Disbanding pengurangan jumlah dengan jam kurikulum setiap sebelumnya, minggunya, dalam KTS terjadi efektif naun dengan adanya

pengembangan diri maka sebetulnya aktivitas pembelajaran diri siswa tidaklah berkurang. Siswa justru akan lebih disibukkan lagi dengan berbagai kegiatan pengembangan diri yang memang lebih bersifat ekspresif, tanpa terkengkang di dalam ruangan kelas. Pengembangan diri disekolah merupakan salah satu komponen penting dari struktur KTSP yang diarahkan guna terbentuknya keyakinan, sikap, perasaan, dan citacita para peserta didik yang realistis, sehingga pada gilirannya dapat mengantarkan peserta didik untuk memiliki kepribadian yang sehat dan utuh. Untuk mencapai tujuan dan prinsip-prinsip pembelajaran tidak jarang dijumpai adanya peserta didik yang memerlukan tantangan berlebih untuk mengoptimalkan perkembangan prakarsa, kreativitas, partisipasi, kemandirian, minat, bakat, ketrampilan fisik, dan sebagainya.untuk mengantisipasi potensi lebih yang dimiliki peserta didik tersebut, setiap satuan pendidikan perlu menyelenggarakan program pembelajaran pengayaan. Secara umum pengayaan dapat diartikan sebagai pengalaman atau kegiatan peserta didik yang melampaui persyaratan minimal yyang ditentukan oleh kurikulum dan tidak semua peserta didik dapat melakukannya. Pembelajaran pengayaan berupaya mengembangkan ketrampilan berpikir, kreativitas, ketrampilan memecahkan masalah, eksperimentasi, inovasi, penemuan, ketrampilan seni, ketrampilan gerak, dan sebagainya.

Ada tiga jenis pembelajaran pengayaan, yaitu : a) Kegiatan eksplanatori yang bersifat umum yang dirancang untukdisajikan kepada peserta didik. b) Ketrampilan proses yang diperlukan oleh peserta didik agar berhasil dalam melakukan pendalaman dan investigasi terhadap topic yang diminati dalam bentuk pembelajaran mandiri. c) Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik yang memiliki kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahan masalah nyata dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau pendekatan investigative/penelitian ilmiah. Agar pemberian pengayaan tepat sasaran maka perlu ditempuh langkahlangkah sistematis, yaitu (1) mengidentifikasi kelebihan kemampuan peserta didik, dan (2) memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran pengayaan.
6. PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN KTSP

Seperti telah diungkapkan sebelumnya, KTSP mempunyai tujuan yang mulia untuk mencerdasakan bangsa dengan meningkatkan peran pengelola, guru, dan komite sekolah ditingkatkan. Namun, tujuan mulia ini tidak akan tercapai jika pihakpihak ini tidak menyadari hakikat dan tujuan pembelajaran. Ada sejumlah saran yang kiranya dapat menjadi pertimbangan bagi pengelola pendidikan : a) Guru sebagai pelaksana pembelajaran perlu terus-menerus mengembangkan diri,memperkaya ilmu pengetahuan. b) Pengelola sekolah perlu meningkatkan pemanfaatan perpustakaan. c) Peran guru tidak lagi menjadi penceramah melainkan menjadi fasilitator. Dengan cara ini peserta didik akan terus-menerus dipacu untuk berusaha mencari informasi secara aktif. d) Peserta didik perlu didorong untuk berani bertanya, mengungkapkan pendapat, dan mampu menjadi pendengar yang baik ketika orang lain berbicara. e) Komite sekolah perlu dilibatkan dalam kegiatan belajar mengajar. KTSP sesungguhnya lebih mudah, karena guru diberi kebebasan untuk mengembangkan kompetensi siswanya sesuai dengan lingkungan dan kultur daerahnya. KTSP juga tidak mengatur secara rinci kegiatan belajar mengajar (KBM)

di kelas, tetapi guru dan sekolah diberi keleluasaan untuk mengembangkannya sendiri sesuai dengan kondisi murid dan daerahnya. 7. KTSP SEBAGAI PEMBELAJARAN VISIONER Guru merupakan pengembang kurikulum bagi kellasnya yang akan menterjemahkan,menjabarkan, dan mentransformasikan nilai-nilai yang terdapat dalamkurikulum kepada pelajar. Langkah pertama yang dilakukan oleh guru dalam mengembangkan RPP adalah mengidentifikasi dan mengelompokkan kompetensi yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi kompetensi, yaitu : Hendaknya menggunakan unsure proses dan produk

Bersifat spesifik dan dinyatakan dalam bentuk perilaku nyata

Mengandung pengalaman belajar yang diperlukan untuk mencapai kompetensi tersebut. Pembentukan kompetensi seringkali memerlukan waktu yang relative lama, harus realistis dan dapat dimaknai sebagai kegiatan atau pengalaman belajar tertentu. Harus komprehensif, artinya berkaitan dengan visi dan misi sekolah. Langkah kedua, adalah dengan mengembangkan materi standar. Materi standar merupakan bahan pembelajaran berkenaan dengan jawaban atas, apa yang harus dipelajari oleh pelajar untuk membentuk kompetensi ?. dan pembentukan kompetensi. Langkah ketiga, menentukan metode. Penentuan metode pembelajaran erat kaitannya dengan pemilihan strategi pembelajaran yang paling efisien dan efektif dalam memberikan pengalaman belajar yang diperlukan untuk membentuk kompetensi dasar. Langkah keempat, merencanakan penilaian. Sejalan dengan KTSP yang berbasis kompetensi, penilaian hendaknya dilakukan berdasarkan apa yang dilakukan oleh pelajar selama proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran berbasis KTSp mencakup tiga hal, yaitu pre test, pembentukan kompetensi dan post test. a) Pre Test (tes awal) Fungsi pre test ini antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut : Untuk menyiapkan pelajar dalam proses belajar Materi standar merupakan isi kurikulum yang diberikan kepada pelajar dalam proses pembelajaran

Untuk mengetahui tingkat kemajuan pelajar Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki pelajar Untuk mengetahui darimana seharusnya proses pembelajaran dimulai, kompetensi dasar mana yang telah dikuasai pelajar serta kompetansi dasar mana yang perlu mendapat penekanan dan perhatian khusus. b) Pembentukan Kompetensi Pembentukan kompetansi merupakan kegiatan inti dari pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu bagaimana komponen dibentuk pada pelajar, dan bagaimana tujuan-tujuan belajar direalisasikan. Metode dan strategi belajar mengajar yang kondusif perlu dikembangkan, misalnya metode inkuiri, discovery, problem solving, dan sebagainya. Dengan metode dan strategi tersebut diharapkan setiap pelajar dapat mengembangkan kompetensi dasar dan potensinya secara optimal. c) Post Test Fungsi post test antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut ; Untuk mengetahui tingkat penguasaan ppelajar terhadap kompetensi yang telah ditentukan Untuk mengetahui kompetansi dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai oleh pelajar, serta kompetensi dan tujuan-tujuan yang belum dikuasai. Untuk mengetahui pelajar yang perlu mengikuti kegiatan remedial, dan yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan, serta mengetahuii tingkat kesulitan belajar yang dihadapi. Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi yang telahh dilaksanakan, baik terhadap perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi. 8. PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KTSP Pada prinsipnya KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan memperhatikan UU No. 20 Tahun 2003 pasal 36 : Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional

Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan pelajar Kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyususnan kurikulum yang dibuat oleh BNSP. Pada prinsipnya juga, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL. KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dibawah koordinasi dan supervise pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar provinsi untuk pendidikan mennengah. KTSP dikembangkan berdasarkan prinsi-prinsip sebagai berikut : a) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki potensi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. b) Beragam dan terpadu Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama,suku, budaya,adat istiadat, status sosial, ekonomi dan gender.
c) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Kurikulum

dikembangkan

atas

dasar

kesadaran

bahwa

ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. C. PENUTUP KTSP merupakan startegi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP juga merupakan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan dan keikutsertaan masyarakat dalam rangka mengefektifkan

proses belajar mengajar di sekolah. KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan pengetahuan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. KTSP adalah salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan, dan keperluan masingmasingnya. Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian wewenang (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Pengembangan KTSP yang beragam mengacu kepada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. KTSP sangat potensial untuk mendukung paradigma baru managemen berbasis sekolah dalam konteks otonomi daerah dan sentralisasi pendidikan Indonesia. Dengan semangat otonomi itu, sekolah bersama dengan komite sekolah dapat secara bersama-sama merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi lingkungan sekolah. D. DAFTAR PUSTAKA Isjoni. 2009. KTSP Sebagai Pembelajaran Visioner. Bandung : Penerbit Alfabeta

You might also like