You are on page 1of 9

ASKEP KEDARURATAN PADA MATERNITAS ANTENATAL

KELOMPOK I Indah Juwita Sari Leni Sartika M.Wahyudin Nurlida Putri Pebri Ahlan Ahadiat Puji Lestari Ratna Taufik Reza Oktriana

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIJAYA HUSADA BOGOR

KEDARURATAN ANTENATAL Kedaruratan pada wanita hamil membutuhkan satu perhatian khusus. Pertama, ada dua pasien yang terlibat, ibu dan anak. Kedua,janin memiliki resiko terbesar, pada keadaan apapun yang memperburuk perfusi uteroplasental seperti hipovolemia, hipotensi baring,payah jantung atau hipoksemia. Adapun penyulit kehamilan pada masa antenatal sebagai berikut : A. Penyulit Setengah Masa Kehamilan Pertama

1.

Hiperemesis Gravidarum ( Muntah yang sukar di atasi ) Mual muntah berlebihan sehingga mengganggu pekerjaan sehari hari dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah merupakan gangguan yan g paling sering ditemui pada kehamilan trimester 1, kurang lebih 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu. Sekitar 60 sampai 80 % multi gravid mengalami mual muntah namun gejala ini terjadi lebih berat hanya pada satu diantara 1000 kehamilan. Etiologi
Endokrin Psikosomatis alergi

Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut ini ;
Kehamilan ganda, Stres antigen baru janin - dan Faktor predisposisi seperti primi gravid, molahidatidosa, dan kehamilan ganda.

- khoriolisorganic seperti allergi masuknya vilikhorialis dalam sirkulasi, perubahan Faktor metabolic akibat kehamilan dan resistensi ibu yang menurun - HCG dan estrogen Faktor psikologi
Meningkat motalitas GIT menurun berawalan dengan

Molahidatidosa

kirang support sosial

plasenta, vebi

antigen ibu

Merangsang muntah

Hiperemisis Gravidarum

Intake Absorbs HCL

output Dehidrasi

Penurun an cairan gg. KH Gg. nutrisi iritasi saluran cerna hipokalemi ekstrasel keseimbangan gg.rasa dan Mobilita nyaman hati elektrolit plasma Energi menurun nyeri ulu si lemak Intolera protein Imbalan Kelemahan hemokonsentr dijaring nsi ce asi aktivitas an BB menurun Ketosis dara
Suplai O2 dan nutrisi transplasenta

elektrolit Alkosis resoirat ori

Resiko perubahan nutrisi pada fetal

2. Nyeri Abdomen / Pelvis dengan pervagina Penyebab tersering bagi nyeri abdomen dan pelvis dalam 20 minggu pertama adalah abortus spontanea. Diagnosis tepat merupakan kunci dalam pengobatan pasien nyeri abdomen / pelvis akut dan pendarahan pervagina. Bila nyeri pasien ini di garis tengah dan kejang, pendarahan

minimum, serta TTV stabil maka pasien dapat di bawa ke rumah sakit dengan infus intravena. Tetapi bila di duga kehamilan ektopik atau rupture kista korpus luteum, maka dapat timbul pendarahan yang bermakna. Pasien harus di bawa ke rumah sakit dengan infuse 500ml Ringer Laktat intra vena per jam. Pakaian antisyok bermanfaat dalam pengontrolan pendarahan selama perjalanan, bila nyeri berikan analgesic. Bekuan darah yang di keluarkan dari vagina harus di periksa.

3. Sinkop Penyebab sinkop tersering pada masa setengah masa kehamilan adalah hiperventilasi. Mula-mula pasien merasa perestesi sekitar mulut baal pada tangan dan kadang kadang sensasi kekurangan napas menyertai mual. Gejala ini sering di mulai di tempat yang ramai. Bila pasien yang sembuh dari sinkop dengan TTV dalam batas normal, biasanya hanya memerlukan ketentraman hati. Bila TTV abnormal, maka pasien harus di rumah sakit kan untuk mendikteksi hipoglikemia dan menyinggirkan penyakit jantung. Sering meminta pasien menghirup kembali karbon dioksida yang akan dapat menghilangkan dengan segera masa hiperventilasi berulang. B. Penyulit Setengah Masa Kehamilan Kedua Pada keadaan darurat yang menyangkut wanita dalam setengah kehamilan kedua, maka pertimbangan harus di berikan dalam membawa pasien ke rumah sakit yang menyediakan

rentang perawatan intensif perinatal yang penuh. Tindakan umum penting dalam perawatan gawat darurat : a. Pertahankan Jalan Napas yang Adekuat dan Oksigen untuk menjamin transfer oksigen yang maksimum ke plasenta b. Bila mungkin, jaga ibu dalam posisi baring miring utuk mencegah hipotensi baring . c. Pertahankan volume sirkulasi darah yang adekuat d. Pantau DJJ,DJJ normal 120 160 per menit.Bradikardi / Takikardi harus di anggap gawat janin. 4. Pendarahan Pendarahan pasien yang banyak / lebih dari darah haid harus di anggap banyak dalam bagian kedua masa kehamilan. Pendarahan harus di badakan dari darah semu ( Bloodyshow ) yang merupakan secret lender berdarah yang sering terlihat di akhir masa kehamilan. Kira - kira sepertiga kasus pendarahan disebabkan oleh plasenta previa, tempat sebagian atau seluruh servik ditutupi oleh plasenta yang terletak rendah. Biasanya pendarahan ini tanpa nyeri dan banyak sekali. Sepertiga kedua biasanya disebabkan oleh pemisahan premature plasenta yang berimplantasi normal ( Solusio plasentae ). Keadaan ini dapat dibedakan dari rasa nyeri, kontraksi uterus dan nyeri tekan uterus. Sepertiga kasus ketiga biasanya disebabkan oleh pendarahan dari tepi plasenta atau dari pembuluh darah peto plasenta abnormal yang melewati servik ( vasa previa ). kasus pendarahan kehamilan lanjut. Ini dapat mengakibatkan lepasnya plasenta letak rendah yang membuat pendarahan hebat. Pemeriksaan manual hanya diperbolehkan di kamar operasi. 5. Pecahnya ketuban dan partus premature Sekitar satu dalam sepuluh wanita hamil akan mengalami pecahnya ketuban sebelum mulainya partus. Ketuban pecah dini tidak selalu berarti kelahiran premature. Bahaya penyulit ini adalah prolapsus tali pusat dan infeksi yang menyebabkan amnionitis serta

kemungkinan sepsis janin dan pneumonia. Sekret vagina seperti air tanpa nyeri merupakan gejala pecahnya ketuban yang biasa. Keadaan lain yang dapat menyerupai bocoran cairan amnion adalah inkontinensia stress urina yang tak jarang terjadi dalam setengah bagian akhir kehamilan , vaginitis atau servisitis dengan kehilangan cairan yang banyak dari vagina. Semua pasien pada setengah bagian kedua masa kehamilan yang mengeluh kehilangan cairan dari vagina harus dianggap menderita pecahnya ketuban sampai diagnosis dapat ditegakan atau disingkirkan oleh pemeriksaan vagina dengan speculum steril. Deteksi denyut jantung janin diantara 120 160 / menit tanpa diselerasi dibawah 100 denyutan per menit, menyingkirkan penutupan tali pusat yang bermakna. Tidak perlu pemeriksaan tambahan sampai pasien dapat dinilai dengan speculum untuk menegakkan diagnosa. Masa laten antara pecahanya ketuban dan mulainya partus lebih dari 24 jam pada kebanyakan pasien yang belum mencapai usia kehamilan 36 minggu. Waktu ini bermanfaat dalam mengatur transportasi ibu ke fasilitas perinatal yang adekuat. Bila partus belum mulai maka pasien dapat diangkut dengan mobil tanpa pembantu perawat khusus. Bila partus telah dimulai atau bi;la ada tanda amnionitis ( demam, nadi ibu > 100 x / menit,Djj > 160 x atau nyeri tekan uterus ), ibu harus dibawa oleh alat angkutan yang layak dengan pengawasan terus menerus oleh tenaga terlatih. Dalam kasus dimulainya kontraksi uterus, maka obat untuk menghambat partus dapat di pertimbangkan oleh dokter yang kemudian merawat pasien ini. Kadang kadang alcohol intravena diberikan dalam situasi perjalanan darurat. Larutan etil alcohol 10 % dalam dekstrosa 5% diberikan dengan kecepatan 15 ml/kg berat badan ibu dalam waktu 2 jam ( dosis pembebanan ), yang diikuti infus penunjang dengan kecepatan 1,5 mg/kg/jam. Biasanya pasien akan tersedasi dan somnolen; kadang-kadang ia teragitasi atau bahkan mengamuk. Kadang-kadang inkontinensia urina menjadi masalah serta bisa timbul hipotensi, mual dan muntah. Pasien harus diberikan 30 ml antasida sebelum infuse alcohol dan ditempatkan dalam posisi dekubitus lateral kiri atau kanan untuk memaksimumkan aliran darah uterus dan untuk mencegah aspirasi bila muntah. Bila pasien menjadi bodoh, infuse alcohol harus

dihentikan. Obat penghambat persalinan lainnya hanya boleh diberikan setelah konsultasi dengan dokter 6. Kejang Preeklamsia, suatu penyakit dengan sebab tak diketahui yang terjadi pada wanita hamil, yang mengakibatkan vasospasme generalisata dan menyebabkan hipertensi, proteinuria, edema, dan dalam bentuk terberatnya, edema serebri, kejang ( saat ini disebut eklamsia ) kematian janin dan kadang-kadang kematian ibu. Kejang eklamsia jarang terjadi tanpa tanda preeklamsia lainnya. Kemungkinan diagnosis lainnya adalah epilepsi idiopatik, thrombosis atau perdarahan susunan saraf pusat, hipoglikemia dan kelebihan dosis obat. Seperti pasien kejang lainnya, wanita hamil yang menderita kejang harus segera dinilai untuk membantu saluran pernafasan yang terbuka serta ventilasi dan sirkulasi yang adekuat. Bila salah satu tindakan ini terancam, maka tindakan standar untuk mengoreksinya harus segera diberikan, termasuk memiringkan kepala, menyokong dagu, mengisap secret atau muntahan, memasang jalan pernafasan, intubasi endotrakeal, pemberian oksigen, infuse cairan intravena atau bahkan resusitasi kardiopulmoner bila diperlukan. Bila kejang berulang, diazepam ( valium ) merupakan obat terpilih, 5mg intraven. Contoh darah semua pasien kejang diambil untuk pemeriksaan elektrolit, dan gula darah atau analisa obat, tanda-tanda vitalnya sering dipantau dan dimulai infus ringer laktat intravena. Ia harus segera dibawa kerumah sakit. Bila terdeteksi hipertensi dan pasien dicurigai menderita eklamsia, 4 gr magnesium sulfat dalam larutan 20% , disuntikan intravena perlahan-lahan dalam 10 menit. Bila perjalanan kerumah sakit lebih dari 1 jam, maka pemberian magnesium sulfat diteruskan dengan kecepatan harus 1 g/jam. Kateter foley harus dimasukan ke vesika urinaria untuk memantau pengeluaran urina sampai tiba dirumahsakit. Reflex tendo profunda harus sering diperiksa. Bila reflex hiperaktif atau jika klonus kaki ada, maka dosis magnesium sulfat per jam dapat dinaikan sampai 2 g atau lebih : bila reflex menurun, maka dosis harus diturunkan. Karena obat ini hamper seluruhnya diekskresikan oleh ginjal, maka ia harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan penurunan pengeluaran ginjal.

You might also like