You are on page 1of 3

BAB I PENDAHULUAN I.

1 Latar Belakang Penyakit Ginjal Kronik atau yang lebih sering disebut Gagal Ginjal Kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel yang berasal dari berbagai penyebab. Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak massa nefron ginjal. Bila proses penyakit tidak dihambat, maka pada semua kasus seluruh nefron akhirnya hancur dan diganti dengan jaringan parut. Meskipun penyebabnya banyak, gambaran klinis gagal ginjal kronik sangat mirip satu dengan yang lain (Price dan Wilson, 2006). Berdasarkan data US Renal Data System tahun 2000, diabetes dan hipertensi bertanggung jawab terhadap proporsi gagal ginjal yang paling besar, terhitung secara berturut-turut sebesar 34% dan 21% dari total kasus. Sedangkan pada tahun 1967, glomerulunefritis kronik dan pielonefritis kronik merupakan penyebab dari dua pertiga kasus gagal ginjal (Price dan Wilson, 2006). Diabetes Melitus (DM) sering juga dikenal dengan nama kencing manis merupakan kumpulan gejala yang timbul pada diri seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2005). Di Indonesia, jumlah penyandang DM semakin tahun semakin menunjukkan peningkatan yang sangat tinggi. Pada tahun 2000, jumlah penyandang di Indonesia sebanyak 8,4 juta jiwa dan diperkirakan akan mencapai angka 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 nanti. Hal tersebut mengakibatkan Indonesia berada di peringkat keempat jumlah penyandang DM di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Cina menurut Reputrawati dalam Rachmawati (2008).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia pada tahun 2003, diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun adalah sebesar 133 juta jiwa. Dengan prevalensi DM pada daerah urban sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar 7,2%, maka diperkirakan pada tahun 2003 terdapat penyandang diabetes sejumlah 8,2 juta di daerah urban dan 5,5 juta di daerah rural. Selanjutnya, berdasarkan pola pertambahan penduduk, diperkirakan pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk yang berusia di atas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM pada urban (14,7%) dan rural (7,2%) maka diperkirakan terdapat 12 juta penyandang diabetes di daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural (Shahab, 2006). Komplikasi kronis diabetes melitus (DM) terutama disebabkan gangguan integritas pembuluh darah dengan akibat penyakit mikrovaskuler dan makrovaskuler. Komplikasi tersebut kebanyakan berhubungan dengan perubahan-perubahan

metabolik, terutama hiperglikemia. Kerusakan vaskuler merupakan gejala yang khas sebagai akibat DM, dan dikenal dengan nama angiopati diabetika. Makroangiopati (kerusakan makrovaskuler) biasanya muncul sebagai gejala klinik berupa penyakit jantung iskemik dan pembuluh darah perifer. Adapun mikroangiopati (kerusakan mikrovaskuler) memberikan manifestasi retinopati, nefropati dan neuropati. Saat ini 25% penderita gagal ginjal yang menjalani dialisis disebabkan oleh karena Diabetes mellitus teritama DM tipe II oleh karena DM tipe ini lebih sering dijumpai (Shahab, 2006; Suyono, 2009) Metformin adalah Obat Anti Diabetik Oral (OADO) pilihan pertama pada DM tipe II dan memiliki banyak keuntungan, diantaranya yaitu mengurangi komplikasi makrovaskular dari DM. Metformin merupakan golongan biguanid yang bekerja dengan mengurangi produksi glukosa (glukoneogenesis) dari hepar dan

meningkatkan penggunaan insulin pada jaringan perifer serta mengurangi asam lemak bebas yang merupakan salah satu substansi dalam proses glukoneogenesis. Penggunaan metformin dibatasi pada pasien dengan penurunan fungsi renal karena

beberapa teori mengutarakan bahwa metformin dapat menyebabkan asidosis laktat. Diduga pula berkembangnya asidosis laktat pada pasien yang mendapatkan metformin karena adanya faktor risiko tertentu terutama penyakit iskemia jantung, gangguan fungsi ginjal dan penyakit hati pada pasien diabetes. Tetapi isu prevalensi dan faktor penyebab pasti masih belum dapat dijelaskan dari penelitian-penelitian sebelumnya, sedangkan beberapa survei berskala besar mengidentifikasi tidak adanya kasus asidosis laktat pada para pengguna metformin (Nye & Herrington, 2011)

I.2 Rumusan Masalah 1. Obat Anti Diabetik Oral (OADO) mana yang aman untuk digunakan pada pasien dengan penyakit ginjal kronik yang disertai Diabetes Mellitus? 2. Sejauh mana metformin dapat diberikan pada pasien dengan penyakit ginjal kronis?

I.3 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui sebatas mana metformin dapat diberikan pada pasien gagal ginjal kronik yang disertai dengan DM.

I.4 Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan ini adalah untuk mengetahui cara pemberian terapi yang tepat, terutama untuk pasien gagal ginjal kronik yang merupakan komplikasi jangka panjang dari penyakit metabolik DM.

You might also like