You are on page 1of 11

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Peran industri pertanian dan jasa pertanian dalam pembangunan pertanian nasional semakin penting. Sebab industri pertanian merupakan masa depan pembangunan nasional. Terutama sektor pertanian. Perkembangan gaya hidup, pendapatan per kapita, teknologi pertanian maupun liberalisasi perdagangan global berpengaruh pada peningkatan peran industri pertanian dalam pembangunan. Menguatnya peran industri pertanian dalam pembangunan akan memberikan keuntungan bagi para petani, buruh tani, pelaku usaha pertanian (agribisnis) serta semua tenaga kerja yang berhubungan dengan sektor tersebut.. Dampaknya bagus buat semua pihak dan tenaga kerja pertanian, karena akan mendapatan nilai tambah secara ekonomi. Tanaman membutuhkan CO2 untuk pertumbuhannya. Peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfir akan merangsang proses fotosintesis, meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produktivitas pertanian tanpa diikuti oleh peningkatan kebutuhan air (transpirasi). Sebaliknya, kenaikan suhu di permukaan bumi mempunyai pengaruh yang "kurang menguntungkan" terhadap pertanian, sebab dapat mengurangi bahkan menghilangkan pengaruh positif dari kenaikan CO2. Fenomena pemanasan global telah memberikan dampak pada berubahnya tatanan iklim dunia yang saat ini telah kita rasakan dampaknya secara global. Perubahan iklim global (global climate change) telah memberikan dampak nyata disemua sisi kehidupan masyarakat di Indonesia dan di dunia pada umumnya. Salah satu penyebabnya adalah peningkatan emisi Gas Rumah Kaca yang mendorong terjadinya peningkatan suhu bumi. Berdasarkan data dan keterangan dari beberapa lembaga dan peneliti iklim dan cuaca, perubahan iklim global telah mempengaruhi pertanian dan perikanan dunia. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika juga menerangkan bahwa telah terjadi penyimpangan cuaca di Indonesia sebagai akibat dari anomali suhu permukaan laut
1

yang cenderung hangat. Anomali ini juga terjadi di beberapa negara diantaranya Pakistan, Cina dan Rusia. Banyak sekali petani yang mengalami gagal panen akibat kondisi iklim dan cuaca yang tidak menentu. Produktivitas tanaman menurun. Kualitas hasil panen juga turun. Serangan hama dan penyakit meningkat. Jadwal dan pola tanampun mengalami perubahan. Kondisi ini diperparah karena sebagian besar petani merupakan petani tradisional yang mana iklim dan cuaca merupakan faktor penentu sekaligus pembatas keberhasilan usaha mereka. Kenikan produksi beras tidak sesuai harapan. Produksi 2010 ditargetkan meningkat 3,22 persen dibandingkan tahun 2009, tetapi realitasnya hanya naik 1,17 persen. Akibatnya, harga beras di pasar cenderung naik karena pasokan tidak sesuai dengan permintaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Produksi Menurut Sofjan Assauri (2004: 11) produksi merupakan proses yang mengubah inputs dengan menggunakan sumber-sumber daya untuk menghasilkan outputs yang berupa barang dan jasa. Eddy Herjanto (2003:3) menyebutkan produksi sebagai suatu kegiatan yang berhubungan dengan penciptaan/pembuatan barang, jasa, atau kombinasi melalui proses transformasi dari masukan sumber daya produksi menjadi kelauaran yang diinginkan. Jadi produksi adalah perubahan bentuk sesuai dengan yang telah direncanakan di mana di dalamnya terlibat faktor-faktor produksi sehingga terjadi penambahan fungsi guna dan akhirnya terjadi penambahan nilai.

B. Industri Pertanian
3

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Industri pertanian, yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang diperoleh dari hasil kegiatan pertanian. Misalnya industri padi atau beras.

C. Perubahan Iklim Iklim didefinisikan sebagai berikut :

Sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya (World Climate Conference, 1979).

Konsep abstrak yang menyatakan kebiasaan cuaca dan unsur-unsur atmosfer disuatu daerah selama kurun waktu yang panjang (Glenn T. Trewartha, 1980).

Peluang statistik berbagai keadaan atmosfer, antara lain suhu, tekanan, angin kelembaban, yang terjadi disuatu daerah selama kurun waktu yang panjang (Gibbs,1987).

Adapun perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia (Kementerian Lingkungan Hidup, 2001). Perubahan fisik ini tidak terjadi hanya sesaat tetapi dalam kurun waktu yang panjang. LAPAN (2002) mendefinisikan perubahan iklim adalah perubahan rata-rata salah satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu. Sedangkan istilah perubahan iklim skala global adalah perubahan iklim dengan acuan wilayah bumi secara keseluruhan. IPCC (2001) menyatakan bahwa perubahan iklim merujuk pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau pada variabilitasnya yang nyata secara statistik untuk jangka waktu yang panjang (biasanya dekade atau lebih). Selain itu juga diperjelas bahwa perubahan iklim mungkin karena proses alam internal maupun ada kekuatan eksternal, atau ulah manusia yang terus menerus merubah komposisi atmosfer dan tata guna lahan.

BAB III ARTIKEL

BAB IV PEMBAHASAN Prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan beberapa lembaga lain, seperti International Research Institute for Climate and Society (IRI), Colombia University (Amerika Serikat) menunjukkan peluang terjadinya iklim basah (La Nina) masih sangat tinggi sampai Februari-Maret-April 2011 (82 persen), bahkan sampai Maret-April-Mei 2011 (62 persen). Masih segar dalam ingatan masyarakat, tahun 2009, Indonesia mengalami iklim kering (El Nino) walau tidak seekstrem seperti tahun 1997, 2002, dan 2007. Pertemuan suhu muka laut yang sangat dingin di Samudra Pasifik (Daerah Nino 3.4) dan suhu perairan Indonesia yang hangat diperkirakan akan menimbulkan curah hujan dengan intensitas tinggi di Indonesia, bahkan sampai musim panen raya 2011.

Perubahan iklim yang dimaksud adalah perubahan setiap parameter iklim, seperti perubahan cuaca ekstrem, curah hujan, arah angin, dan sebagainya. Perubahan curah hujan yang sangat anomali seperti saat ini akan mengganggu aktivitas pertanian terutama padi dan palawija. Genangan air berlebihan meningkatkan peluang rawan banjir di persawahan menjadi 3 persen dan peluang puso (biji hampa) sampai 14 persen. Sementara, musim kering ekstrem akan meningkatkan peluang kekeringan dipersawahan menjadi 8 persen dan peluang puso sampai 2 persen. Secara keseluruhan, perubahan iklim ekstrem berpeluang menurunkan produksi pangan sampai 10 persen (Irsal Las dan kawan-kawan, 2009) jika negara tidak melakukan apa-apa. Estimasi tersebut belum mempertimbangkan ancaman lain karena perubahan iklim ekstrem juga akan memunculkan wabah hama dan penyakit tanaman. Pemanasan global karena meningkatnya konsentrasi karbon dioksida di udara dalah salah satu bentuk dari perubahan iklim karena terganggunya aktivitas tanaman dan pepohonan untuk menambat karbon. Dalam konteks makro, sektor pertanian seharusnya mampu menjadi solusi adaptasi bukan hanya dianggap penyebab perubahan iklim. Seperti yang terjadi di Demak, diperkirakan produksi beras turun 5 sampai 10 persen dari target produksi tahun ini. Pada 2010 ini pemerintah menargetkan produksi beras 102.490 ton atau naik 5 persen dari 2009 sebanyak 97.610 ton. Serangan wereng dan tikus pada musim tanam pertama dan kedua mengakibatkan 872 hektar tanaman padi rusak ringan, sedang, berat, dan puso. Selain itu cuaca yang selalu berubah-ubah juga menyebabkan tanaman padi tidak berproduksi maksimal dan terjadi perubahan pola tanam di sejumlah daerah di Kabupaten Demak. Produksi gabah kering panen per hektar rata-rata turun 20 persen. Dalam kondisi normal, satu hektar tanaman padi rata-rata menghasilkan 5, 4 ton gabah kering panen. Pada awal Juli 2010, Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan angka ramalan (aram 2) produksi beras 2010 menjadi 40, 9 juta ton dengan kenaikan 1, 17 persen atau cukup jauh dari target peningkatan 3, 22 persen yang dicanangkan pemerintah pada periode 2010-2014. Apabila produksi meningkat sesuai target, pada tahun 2010 akan ada surplus produksi beras sebanyak 5,6 juta ton. Namun, karena produksi hanya naik 1, 17 persen, maka hanya akan ada surplus 2, 04 juta ton. Tipisnya surplus produksi ini memengaruhi situasi pasar beras yang tercermin dari cenderung tingginya harga beras saat ini. Kinerja
7

pertumbuhan produksi beras tersebut menurun dibandingkan angka 6, 75 persen pada 2009. Menteri Pertanian memberikan signal akan memberikan rekomendasi impor beras untuk memperkuat stok nasional. Impor ini dilakukan sebagai bentuk kewaspadaan mengingat pangan merupakan masalah sangat penting dan warga Indonesia sudah terlanjur bergantung pada beras. Pada era perubahan iklim ini, masa depan pertanian Indonesia tidak dapat hanya mengandalkan perencanaan dan implementasi kebijakan sebagaimana biasa. Pembangunan pertanian ke depan memerlukan ketepatan kombinasi aplikasi sains dan inovasi teknologi yang berbasis presisi dan objektivitas dengan kearifan lokal berdasar prinsip adaptabilitas, kemanfaatan, dan kemashlahatan. Di tingkat percobaan, para peneliti telah banyak menghasilkan inovasi varietas baru berbasis bioteknologi konvensional dan modern adaptif perubahan iklim. IPB misalnya, telah menghasilkan beberapa produk unggulan inovasi. Beberapa varietas unggul tanaman pangan, hortikultura, dan buah-buahan tropika telah dihasilkan oleh para peneliti/pemulia IPB. Varietas tersebut sebagian telah dilepas oleh Menteri Pertanian diantaranya varietas unggul padi rawa yang mampu menghasilkan 4,2 ton gabah per hektar. Selain itu, varietas unggul kentang DEA, merupakan kentang olahan yang mampu menghasilkan 27-32 ton per hektar. Selain itu juga terdapat dua produk unggulan inovasi IPB di bidang pupuk hayati dan juga diversifikasi produk pangan. Divesifikasi pangan ini apabila terus berjalan bisa mengurangi ketergantungan konsumsi beras orang Indonesia. Pola diversifikasi pangan yang pertama bisa dengan melakukan diversifikasi tanaman atau komoditas. Tujuannya untuk mendapatkan nilai jual komoditas yang lebih tinggi. Bisa juga dengan meningkatkan nilai tambah dari komoditas yang diusahakan. Dengan demikian, pendapatan akan meningkat dan mendorong pola konsumsi pangan berubah. Kedua, melakukan diverrsifikasi konsumsi, termsuk mengajak masyarakat untuk mengonsumsi pangan nonberas berbahan baku lokal. Untuk itu perlu adanya inovasi produk pangan olahan berbahan baku lokal yang bisa diterima pasar yang memiliki kekhasan, praktis, menarik dilihat, dan menggoda untuk disantap.. Di tingkat kebijakan, kejelasan posisi Indonesia untuk lebih promotif terhadap penggunaan bioteknologi, terutama yang dihasilkan di dalam negeri, amat sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan, perkebunan, hortikultura,
8

dan sebagainya. Muara dari perubahan kebijakan ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat Indonesia. Di tingkat lebih aplikatif, pemerintah telah mengembangkan kegiatan yang mengarah pada adaptasi perubahan iklim, seperti Sekolah Lapang Pengelola Pertanian Terpadu, Sekolah Lapang Perubahan Iklim, Sistem Tanam Benih Langsung, dan sebagainya. Namun, daya jangkau program tersebut terbatas, belum menyentuh seluruh 17, 8 juta rumah tangga petani pangan di Indonesia. Sistem penyuluhan cara lama seperti latihan dan kunjungan perlu disempurnakan dan dikombinasikan dengan teknik pendampingan dan pemberdayaan petani dengan peta jalan yang lebih sistematis. Penyuluh pertanian tidak sekedar menunjuk orang untuk memberikan pengarahan kepada petani, penyuluh juga perlu dibekali kemampuan serta akses perkembangan informasi cuaca dan teknologi. Kini momentum yang tepat untuk memperbaiki kerja sama pemerintah (pusat dan daerah) dengan perguruan tinggi dan lembaga penelitian di seluruh Indonesia yang merupakan sumber informasi sains dan teknologi. Hubungan yang cenderung transaksional perlu diubah menjadi hubungan yang fungsional untuk membantu petani dan mempersiapkan kapasitas petani dan pelaku lain meghadapi era perubahan iklim. Dengan menjadi mitra, petani merasa terbantu, bukan sekedar objek kajian dan pembinaan. BAB V RINGKASAN Banyak petani yang mengalami gagal panen karena tidak mampu mengatasi kondisi iklim dan cuaca yang tidak menentu. Turunnya produksi akibat serangan hama, anomali iklim, serta banjir dan kekeringan juga menjadi salah satu bukti lemahnya antisipasi pemerintah. Produktivitas tanaman menurun. Kualitas hasil panen juga turun. Serangan hama dan penyakit meningkat. Jadwal dan pola tanampun mengalami perubahan. Kondisi ini diperparah karena sebagian besar petani merupakan petani tradisional yang mana iklim dan cuaca merupakan faktor penentu sekaligus pembatas keberhasilan usaha mereka. Pada era perubahan iklim ini, masa depan pertanian Indonesia tidak dapat hanya mengandalkan kebijakan perlindungan
9

dari

pemerintah

sebagaimana

biasa.

Pembangunan pertanian ke depan memerlukan ketepatan kombinasi aplikasi sains dan inovasi teknologi yang berbasis presisi dan objektivitas dengan kearifan lokal berdasar prinsip adaptabilitas, kemanfaatan, dan kemashlahatan.

DAFTAR PUSTAKA Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi, edisi revisi. Jakarta: LPFE-UI Godam. 2006. Pengertian, Definisi, Macam, Jenis dan Penggolongan Industri di Indonesi Perekonomian Bisnis, (http://organisasi.org/pengertian_definisi_macam_jenis_dan_penggolongan_ind ustri_di_indonesia_perekonomian_bisnis, diakses tanggal 24 November 2010). Kompas. 21 September 2010. Produksi Padi Tak Mencapai Target. Hlm 19. Kompas. 9 Oktober 2010. Peningkatan Tak Capai Target. Hlm 17. Komps. 14 Oktober 2010. Jadikan Industri sebagai Penghela Diversifikasi. Hlm 18.

10

______,

Pengertian

Iklim

dan

Perubahan

Iklim,

(http://iklim.dirgantaradiakses

lapan.or.id/index.php? option=com_content&view=article&id=79&catid=43&Itemid=77, tanggal 24 November 2010).

11

You might also like