Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH R. MAULANA LUTFI W.J. 07711155 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA TAHUN AJARAN 2007
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Fraktur atau patah tulang adalah masalah yang akhir-akhir ini sangat banyak menyita perhatian masyarakat, pada arus mudik dan arus balik hari raya idulfitri tahun ini banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang sangat banyak yang sebagian korbannya mengalami fraktur. Banyak pula kejadian alam yang tidak terduga yang banyak menyebabkan fraktur. Sering kali untuk penanganan fraktur ini tidak tepat mungkin dikarenakan kurangnya informasi yang tersedia contohnya ada seorang yang mengalami fraktur, tetapi karena kurangnya informasi untuk menanganinya Ia pergi ke dukun pijat, mungkin karena gejalanya mirip dengan orang yang terkilir. II. Tujuan Tujuan di buatnya artikel ini adalah untuk mengetahui : 1. definisi dari fraktur 2. etiologi fraktur 3. bagaimana cara mendiagnasis fraktur 4. dan mengetahui tentang cara pengobatan fraktur
( Purwoko Susi, 2007, Pertolongn Pertama dan RJP Pada Anak, Edisi 4, Cetakan Pertama. PT. ARCAN. Jakarta)
ETIOLOGI Sebagian besar patah tulang merupakan akibat dari cedera, seperti kecelakan mobil, olah raga atau karena jatuh. Patah tulang terjadi jika tenaga yang melawan tulang lebih besar daripada kekuatan tulang. Jenis dan beratnya patah tulang dipengaruhi oleh: 1. 2. 3. 4. Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang Usia penderita Kelenturan tulang Jenis tulang. Dengan tenaga yang sangat ringan, tulang yang rapuh karena osteoporosis atau tumor bisa mengalami patah tulang. http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php? idktg=3&judul=Patah%20Tulang&iddtl , 2007 ) DIAGNOSIS 1. Anamesis Bila tidak ada riwayat ( pernah mengalami patah tulang ), berarti fraktur patologis. Trauma harus terperinci kapan terjadinya, di mana terjadinya, jenisnya, berat-rinagn trauma, arah trauma, dan posisi pasien atau ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma). Jangan lupa untuk
meneliti kembali trauma di tempat lain secara sistematik dari kepala, muka, leher, dada, dan perut. 2. Pemeriksaan umum Dicari kemungkinan komplikasi umum seperti syok pada fraktur pada multiple, fraktur pelvis, fraktur terbuka; tanda-tandasepsis pada fraktur terbuka yang mengalami infeksi. 3. Pemeriksaan status lokalis Tanda-tanda klinis pada fraktur tulang panjang: a. Look, cari apakah terdapat: 1. Deformitas, terdiri dari penonjolan yang abnormal, angulasi, rotasi, dan pemendekan 2. Functio laesa (hilangnya rasa). 3. Membandingkan ukuran panjang tulang. b. Feel, apakah terdapat nyeri tekan. Pemeriksaan sumbu tidak dilakukan lagi karena akan menambah trauma. c. Move, untuk mencari: 1. Krepitasi, terasa bila fraktur digerakkan. 2. Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan yang aktif maupun pasif. Ciri-ciri patah tulang antara lain: 1. Situasi sekitar menimbulkan dugaan bahwa telah terjadi cedera (tulang mencuat keluar kulit) 2. Terasa nyeri yang menusuk pada area cidera 3. Terjadi pembengkakan, ini disebabkan oleh darah dan cairan tubuh lain yang mengumpul di sekitar area cidera 4. Kelainan bentuk, kadang-kadang kepatahan tulang menyebabkan bentuk yang tidak biasa atau pembengkokan dari bagian tubuh. 5. Hilangnya kemampuan gerak, penderita mungkin bisa sedikit mengerakkan bagian yang cidera, tetapi tidak bisa mengerakkan secara penuh.
( Purwoko Susi, 2007, Pertolongn Pertama dan RJP Pada Anak, Edisi 4, Cetakan Pertama. PT. ARCAN. Jakarta.) PENGOBATAN Tujuan dari pengobatan adalah untuk menempatkan ujung-ujung dar patah tulang supaya satu sama lain saling berdekatan dan untuk menjaga agar mereka tetap menempel sebagai mana mestinya. Proses penyembuhan memelukan waktu minimal 4 minggu, tetapi pada usia lanjut biasanya memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah sembuh, tulang biasanya kuat dan kembali berfungsi. Pada beberapa patah tulang, dilakukan pembidaian untuk membatasi pergerakan. Dengan pengobatan ini biasanya patah tulang selangka (terutama pada anakanak), tulang bahu, tulang iga, jari kaki dan jari tangan, akan sembuh sempurna. Patah tulang lainnya harus benar-benar tidak boleh digerakkan (imobilisasi). Imobilisasi bisa dilakukan melalui: 1. Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang. 2. Pemasangan gips : merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah 3. Penarikan (traksi) : menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota gerak pada tempatnya. Sekarang sudah jarang digunakan, tetapi dulu pernah menjadi pengobatan utama untuk patah tulang pinggul. 4. Fiksasi internal : dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang. Merupakan pengobatan terbaik untuk patah tulang pinggul dan patah tulang disertai komplikasi. Imobilisasi lengan atau tungkai menyebabkan otot menjadi lemah dan menciut, karena itu sebagian besar penderita perlu menjalani terapi fisik.
Terapi dimulai pada saat imobilisasi dilakukan dan dilanjutkan sampai pembidaian, gips atau traksi telah dilepaskan. Pada tulang tertentu ( terutama patah tulang pinggul ), untuk mencapai penyembuhan total, penderita perlu menjalani terapi fisik selama 6-8 minggu ayau kadang lebih lama lagi..
( Moh. Kartono, 2005, Pertolongan Pertama, Cetakan Kesembilanbelas. PT. Gramedia Pusaka Utama. Jakarta )
PENUTUP
I. Daftar Pustaka Kartono, Moh. 2005. Pertolongan Pertama, Cetakan Kesembilanbelas. PT. Gramedia Pusaka Utama. Jakarta. Susi, Purwoko. 2007. Pertolongn Pertama dan RJP Pada Anak, Edisi 4, Cetakan Pertama. PT. ARCAN. Jakarta. http://www.medicastore.com.html, Oktober 2007 http://www.humanhealth.com.html, 12 Juni 2007 2007. Zoledronic Acid Secondary Prevention of Fractures, 357: 1861-1862.
J. Photochem Photobiol B. 2007. TheEeffect of Association of NIR Laser Therapy BMPS, and Guided Bone Regeneration on Ttibial Fractures Treated with Wire Ostesysnthesis: Raman Spectroscopy study.