You are on page 1of 6

Eko Surojo, dkk.. Pengaruh Temperatur den WaMu Austempering pada Pmses ...

Hasilnya menunjukkan bahwa proses austempering antara lain akan menghasilkan fasa austenit. Fraksi fasa austenit ini dapat berkurang jika setelah proses austempering material tersebut mengalami pengejaan diigin. Fraksi austenit yang terbentuk setelah austempering dan pembahan fraksi austenit setelah pengejaan dingin dipengaruhi oleh komposisi k i i a , temperatur dan waktu austempering. Faktor-faktor tersebut selanjutnya akan mempengaruhi sifat mekanik material h a i l austempering baik sebelum dan sesudah pengej a m dingin. Analisa pengaruh sbuktur mikro dan sifat mekanik besi cor nodular yang dilakukan oleh Kenawy dkk (2001) menunjukkan bahwa sifat mekanik (kekuatan kekerasan, dan keuletan) besi cor nodular dipengaruhi oleh fraksi fasa ferit atau perlit dari matrik dan besamya ukuran grafit. J i i fraksi fasa perlit semakii tinggi maka kekuatan dan kekerasan juga akan semakin tinggi. Selanjutnya jika ukuran grafit semakin besar maka kekuatan dan keuletan besi cor nodular akan semakin rendah. Penelitian yang dilakukan Bonsjak dkk (2001) menunjukkan adanya pengaruh unsur paduan terhadap transformasi bainit di &lam proses austempering. Pada tmmsformasi tahap pertama, paduan Ni dan Mo mempengaruhi kadar karbon di dalam austenit. Sedangkan pada transformasi tahap kedua, unsur paduan tersebut mempenganrhi pengintian dan pertumbuhan ferit dan karbida. Putatunda dan Gadicheria (2000) meneliti sifat fracture toughness pada material ADI. Hasilnya menunjukkan bahwa fracture toughness dipengaruhi oleh fraksi fasa austenit dan kandungan kadar karbon yang berada di austenit. Fracture toughness mencapai harga optimum pada fraksi austenit 30-36 %. Fracture toughness juga meningkat dengan semakii tingginya kadar karbon di austenit. METODA PENELITlAN Secara garis besar, tahapan peuelitian yang akan dilakukan mengikuti diigram alii gambar 1. Bahan baku yang digunakan untuk membuat spesimen uji dilebur dan kemudian dituang ke dalam cetakan 'FY Block" (JIS G5502). Spesimen cor "Y Block" selanjutnya dipotong menjadi balok-balok kecil dengan ukuran 10 x

10 x 10 mm untuk dijadikau spesimen uji. Pengujian spesimen meliputi 2ji h m s Brine11 dan pengamatan struktuz mikro (metalografi). Paramater proses austempering yang meliputi temperatur (T) austenisasi, waktu (t) austenisasi, temperatur dan waktu austempering divariasikan sesuai dengan gambar 1. Proses austenisasi dilakukan list& menggunakan tungku tahanan sedangkan proses austempering menggunakan media pendimgin campuran garam 50 % NaNO, dan 50 % KNO3. Agar campuran garam tersebut berada dalam keadaan cair maka garam ditempatkan dalam suatu wadah yang dipanaskan (menggunakan pemanas tahanan listrik) dan dapat diiontrol temperaturnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Raw Material

Dari pengujian komposisi kimia diperoleh data sebagai berikut : C=3,31-Si=2,52-Mn=0,45-

P=0,017-S=0,008-C~,4-Cu=0,27-Mo=0,01Mg=0,03-V=0,197 (dalam % berat). Sedangkan gambar struktw mikro spesimen sebelum dilakukan proses austempering diperliiatkan pada gambar 2. Berdasarkan gambar 2 ditunjukkan bahwa sbuktur mikro yang terlihat terdii dari grafit bulat dan matrik. Matrik yang terbentuk adalah ferit dan perlit, dimana prosentase matrik ferit lebii tinggi bila dibandingkan dengan matrik perlit. Matrik ferit memiliki sifat ulet dan lunak sedangkan matrik perlit memiliki kekerasan yang lebii tinggi tetapi getas. Kekerasan raw material 176 BHN. Pengaruh Temperatur Austempering Raw material yang telah mengalami austempering, dilakukan pengambilan data yang bempa gambar struktw mikro dan angka kekerasan. Data yang diperoleh tersebut ditampilkan pada gambar 3,4,5,6, clan 7

Dr ketiga gambar yaitu gambar 3, 4, dan 5 ai


diperliiatkan stNktur mikro yang terdii dari matrik ausferit. Pada temperatur 3 0 0 ' ~terliiat struktur mikro bempa matrik ausferit yang halus dengan fasa austenit sisa. Pada temperatur ini kandungan austenit sisa yang terlihat relatif sediiit dibandiigkan dengan kandungan fasa a s h l a r ferit.

You might also like