You are on page 1of 21

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI LANSIA DI PANTI WREDA

Oleh Angger Windu Apriyoga Elia Bolly Kusriyanti Luciana Aih Kartikasari Suci Arti Hanifah Yuli Astuti

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS BANDUNG 2012

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Ada beberapa perubahan yang terjadi pada lansia. Perubahan tersebut mempengaruhi berbagai aspek hidupnya. Sebagai contoh adalah perubahan hidup sosialnya. Perubahan sosial yang dapat dialami lansia adalah perubahan status dan perannya dalam kelompok atau masyarakat, kehilangan pasangan hidup, serta kehilangan system dukungan dari keluarga, teman dan tetangga (Ebersole, dkk., 2005). Pada masa lansia, individu dituntut untuk dapat bersosialisasi kembali dengan kelompoknya, lingkungannya dan generasi ke generasi . Sosialisasi berarti lansia meningkatkan kemampuan untuk berpartisipasi dalam kelompok sosialnya (Atchley & Barusch, 2004). Kemampuan sosialisasi ini akan lebih dirasakan oleh lansia yang tinggal dalam suatu tempat khusus seperti panti werdha. Ketidakmampuan bersosialisasi dalam lingkungan yang berbeda dari kehidupan sebelumnya merupakan suatu stressor yang cukup berarti bagi lansia. Lansia yang tinggal dalam suatu panti wredha sangat perlu mendapatkan intervensi keperawatan khususnya yang berkaitan dengan masalah psikososial. Hertamina (1996) menyataan bahwa lansia merasa kesepian karena cukup banyak waktu luang yang tidak dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan. Kesepian dapat mengakibatkan lansia mengalami depresi, mudah terserang penyakit, gangguan pola makan dan pola tidur, menderita sakit kepala serta muntah-muntah (Stuart & Sundeen, 2007., Lync, 1997., Peplau, Russel & Cuntrona, 1997). Tindakan keperawatan yang dilakukan pada masalah ini adalah latihan keterampilan sosial training (SST), Cognitive-Behavioral Therapy, shyness Groups (peplau dan Pearlman 1982). Setelah kami berdinas beberapa hari di panti werdha, kami menemukan masalah mengenai sosialisasi. Ada beberapa lansia yang sukar bergaul dengan sesama lansia di panti ini. Dengan demikian, kelompok

tertarik untuk mengadakan terapi aktivitas kelompok sosialisasi, dengan harapan para lansia dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap.

B. TUJUAN 1. Tujuan umum Klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap. 2. Tujuan khusus a. Klien mampu memperkenalkan diri b. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok c. Klien mampu bercakap cakap dengan anggota kelompok d. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan e. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain. f. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan. g. Klien dapat mengekspresikan perasaan melalui gambar dan mampu menceritakan pada kelompok.

C. METODE PENULISAN Metode penulisan dalam makalah ini menggunakan metode kepustakaan dengan mencari sumbersumber makalah berupa buku-buku referensi dan searching internet.

D. SISTEMATIKA PENULISAN    Bab I. Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang, Tujuan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II. Tinjauan Teoritis. Bab III. Penu.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. PERUBAHAN PADA LANSIA 1. Perubahan-perubahan fisik Jumlah sel sedikit dan ukurannya lebih besar, proporsi protein pada sel menurun mengakibatkan tergangguanya mekanisme perbaikan sel. Otak menjadi lebih kecil dan atrofi, saraf panca indra mengecil sehingga terjadi berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin. Pada sistem kardiovaskuler terjadi perubahan elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung untuk memompa darah berkurang. Pada sistem respirasi, otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan, aktivitas dari silia menurun, paru-paru kehilangan elastisitas dan kemampuan pegas dinding dada, kekuatan otot pernafasan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Pada sistem pencernaan, terjadi kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun, peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi. Pada sistem endokin, produksi hampir semua hormom menjadi terganggu. Aktivitas tiroid, basal metabolisme rate dan daya pertukatan zat menjadi menurun. Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, menurunnya mekanesme proteksi kulit. Terjadi perubahan pada sistem musculoskeletal: tulang kehilangan densitas dan makin rapuh, persendian membesar, kaku, discua intervertebralis menipis dan terdapat kifosis. Terjadi perubahan pada sistem genitaourinaria. Unit terkecil dari ginjal mengecil dan menjadi atrofi, aliran darah keginjal menurun sampai 50 %. Fungsi tubulus berkurang, sehingga kemampuan mengkonsentrasiakan urine berkurang. Vesika urinaria, secara umum dengan bertambahnya usia kapasitas kandung kemih menurun. Terjadi penurunan kapasitas kandung

kemih sampai 200 ml yang akan menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat. Sehubungan dengan faktor usia, seorang wanita akan mengalami perubahan yang disebut menopause. Kapasitas reproduksi menurun dan organ kelamin menjadi atrofi. Pada awalnya, menstruasi menjadi tidak teratur dan tidak lancar, darah haid yang keluar sangat sedikit atau sangat banyak. Muncul gangguan vasomotoris berupa penyempitan atau pelebaran pembuluh darah. Mengeluh pusing atau sakit kepala, keluar keringat terus-menerus dan terjadi neuralgia atau gangguan syaraf (Nugroho, 1992, cit, Wardhana. I, 2003 dalam Henny Sularesti, 2005).

2. Perubahan mental a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa. b. Kesehatan umum c. Tingkat pendidikan d. Keturunan (Herediter) e. Lingkungan

f. Gangguan Memory g. I.Q.

3. Perubahan psikososial a. Pensiun b. Merasa atau sadar kematian c. Perubahan dalam cara hidup. Yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan e. Penyakit kronis dan ketidakmampuan f. Kesepian kronis dan ketidakmampuan

g. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian h. Kehilangan hubungan dengan teman-taman dan famili i. Kehilangan kekuatan dan ketegapan fisik

4. Perubahan spiritual a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. b. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-hari. c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Flower, 1978. Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara memberi contoh cara mencintai dan keadilan (Nugroho, 1999).

B. TEORI SOSIALISASI 1. DEFINISI SOSIALISASI Berikut beberapa definisi mengenai sosialisasi: Peter L. Berger: Sosialisasi adalah proses dalam mana seorang anak belajar menjadi seseorang yang berpartisipasi dalam masyarakat. Yang dipelajari dalam sosialisasi adalah peran-peran, sehingga teori sosialisasi adalah teori mengenai peran (role theory). Robert M.Z. Lawang: Sosialisasi adalah proses mempelajari nilai, norma, peran dan persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan seseorang dapat

berpartisipasi secara efektif dalam kehidupan sosial. Horton dan Hunt: Suatu proses yang terjadi ketika seorang individu menghayati nilai-nilai dan norma-norma kelompok di mana ia hidup sehingga terbentuklah kepribadiannya. Dalam proses sosialisasi terjadi paling tidak tiga proses, yaitu: (1) belajar nilai dan norma (sosialisasi), (2) menjadikan nilai dan norma yang dipelajari tersebut sebagai milik diri (internalisasi), dan

(3) membiasakan tindakan dan perilaku sesuai dengan nilai dan norma yang telah menjadi miliknya (enkulturasi).

2. FUNGSI SOSIALISASI a) Bagi individu: agar dapat hidup secara wajar dalam

kelompoK/masyarakatnya, sehingga tidak aneh dan diterima oleh warga masyarakat lain serta dapat berpartisipasi aktif sebagai anggota masyarakat. b) Bagi masyarakat: menciptakan keteraturan sosial melalui

pemungsian sosialisasi sebagai sarana pewarisan nilai dan norma serta pengendalian sosial.

3. MACAM-MACAM SOSIALISASI 1. Berdasarkan berlangsungnya: sosialisasi yang disengaja/disadari dan tidak disengaja/tidak disadari. Sosialisasi yang disengaja/disadari: Sosialisasi yang dilakukan secara sadar/disengaja: pendidikan, pengajaran,

indoktrinasi, dakwah, pemberian petunjuk, nasehat, dll. 2. Sosialisasi yang tidak disadari/tidak disengaja: perilaku/sikap sehari-hari yang dilihat/dicontoh oleh pihak lain, misalnya perilaku sikap seorang ayah ditiru oleh anak laki-lakinya, sikap seorang ibu ditiru oleh anak perempuannya, dst. a) Menurut status pihak yang terlibat: sosialisasi equaliter dan otoriter. Sosialisasi equaliter berlangsung di antara orang-orang yang kedudukan atau statusnya relatif sama, misalnya di antara teman, sesama murid, dan lain-lain, sedangkan sosialisasi otoriter berlangsung di antara pihak-pihak yang status/kedudukannya berbeda misalnya berlangsung antara orangtua dengan anak, antara guru dengan murid, antara pimpinan dengan pengikut, dan lain-lain.

b) Menurut tahapnya: sosialisasi primer dan sekunder. Sosialisasi primer dialami individu pada masa kanak-kanak, terjadi dalam lingkungankeluarga, individu tidak mempunyai hak untuk memilih agen sosialisasinya, individu tidak dapat

menghindar untuk menerima dan menginternalisasi cara pandang keluarga Sosialisasi sekunder berkaitan dengan ketika individu mampu untuk berinteraksi dengan orang lain selain keluarganya. c) Berdasarkan partisipatoris. Apabila mengacu pada cara-cara yang dipakai dalam sosialisasi, terdapat dua pola, yaitu represif, dan partisipatoris. Sosialisasi Represif menekankan pada: 1) penggunaan hukuman, 2) memakai materi dalam hukuman dan imbalan, 3) kepatuhan anak pada orang tua, 4) komunikasi satu arah (perintah), 5) bersifat nonverbal, 6) orang tua sebagai pusat sosialisasi sehingga keinginan orang tua menjadi penting, dan 7) keluarga menjadi significant others. d) Sedangkan sosialisasi partisipatoris menekankan pada 1) individu diberi imbalan jika berkelakuan baik, 2) hukuman dan imbalan bersifat simbolik, 3) anak diberi kebebasan, 4) penekanan pada interaksi, 5) komunikasi terjadi secara lisan/verbal, 6) anak pusat sosialisasi sehingga keperluan anak dianggap penting, dan 7) keluarga menjadi generalized others. caranya: sosialisasi represif dan sosialisasi

4. TAHAP-TAHAP SOSIALISASI George Herbert Mead menjelaskan bahwa diri manusia berkembang secara bertahap melalui interaksinya dengan anggota masyarfakat yang lain, mulai dari play stage, game stage, dan generalized other. Tahap 1: Preparatory y Dalam tahap ini individu meniru perilaku orang-orang yang ada di sekitarnya, tetapi belum mampu memberi makna apapun pada tindakan yang ditiru. y Merupakan peniruan murni.

Tahap 2: Play Stage Play Stage, atau tahap permainan, anak mulai memberi makna terhadap perilaku yang ditiru. Mulai mengenal bahasa. Mulai mendefinisikan siapa dirinya (identifikasi diri) sebagaimana definisi yang diberikan oleh significant other. Significant other merupakan orang yang secara nyata penting bagi seseorang dalam proses sosialisasi. Bagi anak-anak dalam tahap play stage, orangtua merupakan significant other. Bahkan, anak-anak tidak dapat memilih siapa significant othernya!Ketika ada yang menyapa: Hi, Agus, maka anak mengerti: Oh aku Agus. Hi, Pintar. Oh, aku pintar. Bodoh banget kamu. Oh, aku bodoh banget, dan setertusnya. Definisi diri pada tahap ini sebagaimana yang diberikan oleh significant other. Tahap 3 Game Stage y Tahap ini berbeda dari tahap permainan, karena tindakan meniru digantikan dengan tindakan yang disadari. y Tidak hanya mengetahui peran yang dijalankannya, tetapi juga peran orang lain dengan siapa ia berinteraksi. y Bisakah Anda membedakan antara bermain bola dengan pertandingan sepakbola? Bermain bola dapat dilakukan oleh anak-anak pada yang telah mengalami sosialisasi

tahap play stage, tetapi bertanding sepakbola baru dapat

dilakukan oleh anak-anak yang telah mengalami sosialisasi pada tahap game stage. Mengapa demikian? Karena dalam

pertandingan sepakbola ada prosedur dan tatacara yang harus ditaati. Anak-anak akan memahami tentang prosedur dan tatacara apabila telah mengalami sosialisasi pada tahap game stage. Tahap 4: Generalized Other Pada tahap ini individu telah mampu mengambil peran yang dijalankan oleh orang-orang dalam masyarakatnya, ia telah mampu berinteraksi dan memainkan perannya dengan berbagai macam orang dengan status, peran dan harapan yang berbeda-beda dalam masyarakatnya.

5. AGEN-AGEN SOSIALISASI Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi. Dapat juga disebut sebagai media sosialisasi. Jacobs dan Fuller (1973), mengidentifikasi empat agen utama sosialisasi, yaitu: (1) keluarga, (2) kelompok pertemanan, (3) lembaga pendidikan, (4) media massa. (5) peran dan pengaruh dari lingkungan kerja.

Keluarga sebagai agen/media sosialisasi 1. Keluarga merupakan satuan sosial yang didasarkan pada hubungan darah (genealogis), dapat berupa keluarga inti (ayah, ibu, dan atau tanpa anakanak baik yang dilahirkan maupun diadopsi), dan keluarga luas, yaitu keluarga yang terdiri atas lebih dari satu 2. keluarga inti yang mempunyai hubungan darah baik secara hirarkhi maupun horizontal. Nilai dan norma yang disosialisasikan di keluarga adalah nilai norma dasar yang diperlukan oleh seseorang agar nanti dapat

berinteraksi dengan orang-orang dalam masyarakat yang lebih luas. Pihak yang terlibat (significant other): Pada keluarga inti: ayah, ibu saudara kandung, pada keluarga luas: nenek, kakek, paman, bibi, pada masyarakat menengah perkotaan sejalan dengan meningkatnya partisipasi kerja perempuan: baby sitter, pembantu rumah tangga, petugas pada penitipan anak, guru pada play group, dll.

Kelompok pertemanan sebagai agen/media sosialisasi Dalam lingkungan teman sepermainan lebih banyak sosialisasi yang berlangsung equaliter, seseorang belajar bersikap dan berperilaku terhadap orang-orang yang setara kedudukannya, baik tingkat umur maupun pengalaman hidupnya. Melalui lingkungan teman sepermainan seseorang mempelajari nilai-nilai dan normanorma dan interaksinya dengan orangorang lain yang bukan anggota keluarganya. Di sinilah seseorang belajar mengenai berbagai keterampilan sosial, seperti kerjasama, mengelola konflik, jiwa sosial, kerelaan untuk berkorban, solidaritas, kemampuan untuk mengalah dan keadilan. Di kalangan remaja kelompok sepermainan dapat berkembang menjadi kelompok persahabatan dengan frekuensi dan intensitas interaksi yang lebih mantap. Bagi seorang remaja, kelompok persahabatan dapat berfungsi sebagai penyaluran berbagai perasaan dan aspirasi, bakat, minat serta perhatian yang tidak mungkin disalurkan di lingkungan keluarga atau yang lain. Peran positif kelompok sepermainan/persahabatan: Memberikan rasa aman dan rasa yang dianggap penting dalam kelompok yang berguna bagi pengembangan jiwa Menumbuhkan dengan baik kemandirian dan kedewasaan Tempat yang baik untuk mencurahkan berbagai perasaaan: kecewa, takut, kawatir. Suka ria, dan sebagainya, termasuk cinta.

Merupakan tempat yang baik untuk mengembangkan ketrampilan sosial: kemampuan memimpin, menyamakan persepsi, mengelola konflik, dan

sebagainya Tentu saja ada peran kelompok persahabatan yang negatif, seperti perilaku-perilaku yang berkembang di lingkungan delinquen (menyimpang), misalnya gang.

Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian Kepribadian atau personalitas dapat didefinisikan sebagai ciri watak seorang individu yang konsisten memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khas. Kepribadian merupakan organisasi dari faktorfaktor biologis, psikologis dan sosiologis, yang unsurunsurnya adalah: pengetahuan, perasaan, dan naluri. 1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan unsur yang mengisi akal-pikiran seseorang yang sadar, merupakan hasil dari pengalaman inderanya atau reseptor organismanya. Dengan pengetahuan dan kemampuan akalnya manusia menjadi mampu membentuk konsep-konsep, persepsi, idea atau gagasan-gagasan. 2. Perasaan Kecuali pengetahuan, alam kesadaran manusia juga mengandung berbagai macam perasaan, yaitu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilainya sebagai positif atau negatif. Perasaan bersifat subjektif dalam diri manusia dan mampu menimbulkan kehendak-kehendak. 3. Dorongan naluri (drive) Naluri merupakan perasaan dalam diri individu yang bukan ditimbulkan oleh pengaruh pengetahuannya, melainkan sudah

terkandung dalam organisma atau gennya.

BAB III PERSIAPAN

A. PENGERTIAN SOSIALISASI Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya (http://id.shvoong.com).

B. TUJUAN SOSIALISASI 1. memberikan keterampilan kepada seseorang untuk dapat hidup bermasyarakat. 2. mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara efektif 3. membantu mengendalikan fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat. 4. Membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan

kepercayaan pokok yang ada di masyarakat.

C. PERSIAPAN KLIEN 1. Menyiapkan diri untuk mengikuti acara TAK 2. Klien menggunakan pakaian yang sopan dan rapi

D. PERSIAPAN PERAWAT 1. Menyiapkan tempat untuk TAK 2. Menyiapkan konsumsi untuk peserta 3. Mempersiapkan klien untuk ikut dalam acara TAK

E. PERSIAPAN LINGKUNGAN 1. Ventilasi baik 2. Penerangan cukup

3. Suasana tenang

4. Pengaturan posisi tempat duduk (setting)

BAB IV PELAKSANAAN TAK

A. PENGORGANISASIAN 1. Leader (pemimpin) Angger W. 1) Memimpin jalannya therapy aktivias kelompok 2) Merencanakan, mengontrol dan mengatur jalannya therapy 3) Menyampaikan materi sesuai TAK 4) Memimpin diskusi kelompok

2. Co Leader Elia Bolly 1) Membuka acara 2) Mendampingi leader 3) Mengambil alih posisi jika leader blocking 4) Menyerahkan kembali posisi kepada leader 5) Menutup acara diskusi

3. Fasilitator Kusriyanti Suci Luciana Asih 1) Ikut serta dalam kegiatan kelompok 2) Memberikan stimulus/motivasi pada peserta lain untuk

berpartisipasi aktif 3) Memberikan reinforcemen terhadap keberhasilan peserta lainnya 4) Membantu melakukan evaluasi hasil 5) Menjadi role model.

4. Observer Yuli Astuti 1) Mengamati jalannya kegiatan sebagai acuan untuk evaluasi 2) Mencatat serta mengamati respon klien selama TAK berlangsung 3) Mencatat peserta yang aktif dan pasif dalam kelompok serta klien yang drop out.

5. Tugas Peserta 1) Mengikuti seluruh kegiatan 2) Berperan aktif dalam kegiatan 3) Megikuti proses evaluasi

B. PERSIAPAN LINGKUNGAN DAN WAKTU 1. Tempat Ruang tamu Panti Wreda Caritas 2. Waktu a) Jumat, 20 Januari 2012 b) Pukul 09:00 s/d 10:00

C. PERSIAPAN Klien yang mengikuti kegiatan berjumlah 6 orang, sedangkan sisanya sebagai cadangan jika klien yang ditunjuk berhalangan. Adapun namanama klien yang akan mengikuti TAK serta pasien sebagai cadangan yaitu: Klien peserta TAK : 1. Ny. M 2. Ny. S 3. Ny. U 4. Ny. P 5. Tn. H 6. Ny. I

7. Tn. D 8. Ny. Y

D. PERSIAPAN ALAT 1. Tape recorder 2. Kertas A4 3. Pensil tulis 4. Pensil warna 5. Meja 6. Kursi

E. SKEMA RUANG TERAPI O Co K F K L F K K K F K

Keterangan:

L O

: Leader : Observer

F K

: Fasilitator

Co
: Co Leader

: Klien

F. RENCANA KEGIATAN

1. Persiapan a) Membuat kontrak dengan klien tentang TAK yang sesuai dengan indikassi b) Menyiapkan alat dan tempat bersama

2. Pembukaan (fase orientasi) a) Perkenalan: salam terapeutik 1) Salam dari terapis kepada klien 2) Terapis dan klien memakai papan nama b) Evaluasi/validasi 1) Menanyakan perasaan klien saat ini 2) Menanyakan masalah yang dirasakan c) Kontrak 1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mendengarkan musik 2) Terapis menjelaskan aturan main berikut: a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis b) Membuat kontrak waktu c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

d) Proses kegiatan (fase kerja) 1) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu: 2) Terapis membagikan name tag untuk tiap klien

e) Evaluasi (fase terminasi) 1) Sharing persepsi (evaluasi)

a) Leader mengeksplorasi perasaan lansia setelah mengikuti TerapiAktifitas Kelompok. b) Leader memberi umpan balik positif kepada lansia, berupa pujian atas keberhasilan kelompok c) Leader meminta lansia untuk menyebutkan hal positif atau kesukaan lansia yang lainnya secara bergantian. d) Leader memberi umpan balik positif berupa pujian kepada lansia yang sudah menjawab atas pertanyaan dari leader. f) Kontrak yang akan datang 1) Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang 2) Menyepakati waktu dan tempat. g) Penutup Observer membaca hasil observasi

G. EVALUASI Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja, Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Formulir evaluasi terlampir.

H. PROGRAM ANTISIPASI MASALAH 1. Memotivasi klien yang tidak aktif selama TAK. Member kesempatan klien menjawab sapaan perawat/terapis. 2. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit a. Panggil nama klien b. Menanyakan alas an klien meninggalkan permainan c. Member penjelasan tentang tujuan permainan dan menjelaskan bahwa klien dapat meninggalkan kegiatan setelah TAK selesai atau klien mempunyai alas an yang tepat. 3. Bila klien lain yang ingin ikut: Minta klien tersebut untuk meminta persetujuan dari peserta yang terpilih

I. Peraturan Kegiatan 1. Peserta diharapkan mengikuti seluruh acara dari awal hinggga akhir 2. Peserta diharapkan menjawab setiap pertanyaan yang diberikan dalam kertas 3. Peserta tidak boleh berbicara bila belum diberi kesempatan; perserta tidak boleh memotong pembicaraan orang lain 4. Peserta dilarang meninggalkan ruangan bila acara belum selesai dilaksanakan 5. Peserta yang tidak mematuhi peraturan akan diberi sanksi : a. Peringatan lisan b. Dihukum : Menyanyi, dan Menari. c. Diharapkan berdiri dibelakang pemimpin selama lima menit d. Dikeluarkan dari ruangan/kelompok

DAFTAR PUSTAKA

Proposal Terapi Aktifitas kelompok (TAK) Mengenal Tanaman Obat. Oleh Sysnawati Nanang. 2012. [http://www.scribd.com/]. Diambil pada17 Januari 2012

Proposal TAK di Panti Wredha. Oleh: Artyani Putri Binta. Februari 2011. [http://artyaniputribinta.blogspot.com/]. Diambil pada17 Januari 2012

TAK gerontik. Oleh: Maya Kurniasari. Sabtu, 5 Februari 2011. [http://meongnoque.blogspot.com/]. Diambil pada17 Januari 2012

You might also like