You are on page 1of 13

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH KUAT TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT INFLASI DALAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG: INDONESIA

TAHUN 1997-2011
Galuh Muhamad Iqbal SAS
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

galuhsas@yahoo.co.id

Abstract: in the introduction to this paper tries to describe the journey Indonesia from 1945 until 1998. Then describe a negative impact on Indonesia, the political situation was chaotic and the impact of the Asian crisis. Indonesia's economy at that time many disorders, such as high inflation rate 82.3% in 1998. On the contents we will knowing what factors affect the rate of inflation in the short and long term, such as Gross Domestic Product (GDP), Exchange Rate (Rupiah to Dollar), Changes in money supply (M2), Export, Import and wage labor industry (under supervisor ) and results in the analysis using the approach to ECM (Error Correction Model).
Keyword: Consumer Price Index, Gross Domestic Product, Exchange Rate (Rupiah to Dollar), M2, Export, Import, Industrial wages (under supervisor).

PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu Negara berkembang yang berada di kawasan Asia tenggara. Sejak di proklamasikannya kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia hingga sekarang masih saja banyak mengalami berbagai permasalahan, baik itu permasalahan politik maupun permasalahan ekonomi. Salah satu contoh besar dari permasalahan politik yang pernah muncul di Indonesia, terjadi sekitar akhir tahun 1997 menjelang awal tahun 1998. Banyak aksi yang dilakukan oleh masyarakat dan mahasiswa yang menuntut Presiden Soeharto pada saat itu, agar turun dari jabatannya sebagai Presiden, dan akhirnya tuntutan itu terkabul tepatnya pada taggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto resmi mengundurkan diri dari jabatanya tersebut. Seiring dengan permasalahan tersebut, Indonesia mengalami permasalahan ekonomi yang sangat besar. Salah satu penyebabnya adalah Krisis yang terjadi di ASIA timur, yang berawal

dari penurunan mata uang Baht (mata uang Thailand), yang berlanjut pada terjadinya gejolak nilai tukar. Krisis tersebut sangat berdampak negatif pada kondisi perekonomian Indonesia. Tingkat inflasi Indonesia pada tahun 1998 mencapai angka tertingginya yaitu 82.3%1. Angka inflasi yang tinggi tersebut adalah permasalahan yang sangat besar bagi suatu Negara. Karena tingkat inflasi yang tinggi membawa banyak dampak negatif bagi sebuah perekonomian suatu Negara. Dampak negatif dari tingkat Inflasi yang tinggi, salah satunya yaitu menurunnya daya beli masyarakat Indonesia terhadap barang dan jasa yang tersedia di pasaran, ujungnya banyak perusahaan yang gulung tikar. Fenomena laju inflasi sekarang ini terus diredam oleh pemerintah melalui pengendalian inflasi dari kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Melalui kebijakan moneter tersebut, diharapkan tidak terjadi lagi fenomena inflasi yang terjadi pada tahun 1998 dimasa sekarang maupun dimasa depan. Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat inflasi khusunya dalam jangka pendek dan jangka panjang, maka dapat dirumuskan sebuah kebijakan yang tepat oleh Bank Indonesia agar tingkat inflasi yang rendah dapat tercapai. Oleh karena itu peper ini akan mencoba menjelaskan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh kuat terhadap perubahan tingkat inflasi dalam jangka pendek dan jangka panjang.

LANDASAN TEORI Menurut Frederick S mishkin (2006) Inflasi merupakan suatu keadaan dimana terjadinya kenaikan harga-harga secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut sebagai inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada sebagian besar dari harga barang-barang lain. Inflasi juga diartikan sebagai suatu keadaan karena terlalu banyak jumlah uang beredar. Kondisi inflasi menurut Samuelson (1998), berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu: 1. Creeping Inflation, yaitu laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan harga berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama. 2. Galloping Inflation, yaitu ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat
1

Dilihat dari data Consumer Price Index: All Items for Indonesia di Main Economic Indicator OECD 2010

akselerasi yang arrinya harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya. 3. Hyper Inflation, yaitu inflasi yang paling parah dengan dtandai dengan kenaikan harga sampai 5 atau 6 kali dan nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.

Metode Pengukuran Inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi menurut Nopirin (1987) salah satunya Consumer Price Index (CPI), yaitu Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebutuhan hidup. Dinegara berkembang inflasi lebih banyak disebabkan karena adanya ongkos produksi yang tinggi, yang meliputi ongkos pekerja, bahan baku, dan biaya impor barang-barang capital atau intermediate goods. Sehingga inflasi yang terjadi lebih bersifat cost-pust inflation daripada demand-pull inflation. Model dasar varibel-variabel makro yang digunakan untuk mengestimasi determinan tingkat inflasi menurut Cheng Hoon Lim dan Laura Papi (1997) studi kasus di Turki dalam jangka panjang (1) dan jangka pendek (2) adalah2: (1)

Dimana: P= Persentase perubahan harga, E= Perubahan riil Exchange Rate, M= Perubahan jumlah uang beredar, W= Perubahan upah riil, Px= exogenous price of export, Pr= exogenous imported input price,ECM= dan = disturbance error

(2)

Dimana:

= tingkat inflasi, ECM, the error correction term, Di, i= e,m,w, represent the

respedtive deviation of the actual real exchange rate, public sector deficit and real wage from

Di kutip dari papernya yang berjudul An Econometric Analysis of the Determinants of Inflation in Turkey.

their long run equilibrium, Zt is a vector of other exogenous variables such as changes in real government expenditure, and vt is the residual.

METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dan satu variabel terikat yaitu Perubahan Consumer Price Index dan enam variabel bebas yaitu Constant Price Gross Domestic Product, Exchange Rate (Rupiah terhadap Dollar), Perubahan Jumlah uang beredar (M2), Export, Import dan Upah buruh Industri (dibawah mandor). Rentang waktu data yang digunakan yaitu dalam basis kuartalan, dari tahun 1997 kuartal pertama sampai dengan tahun 2011 kuartal kedua. Data sekunder ini bersumber pada BPS (Badan Pusat Statistik), St Louis fed dan Internatioanal Financial Statistics yang dikeluarkan oleh International Monetary Fund. 2. Metode Analisis Data3 a. Uji stasioneritas Uji Akar-Akar Unit (Unit Root Test) Uji akar-akar unit ini dimaksudkan untuk menentukan stasioner tidaknya sebuah variabel. Data dikatakan stasioner bila data tersebut mendekati rata-ratanya dan tidak terpengaruh waktu. Apabila data yang diamati dalam uji akar-akar unit (Unit Root Test) ternyata belum stasioner maka harus dilanjutkan dengan uji derajat. Uji kointegrasi adalah uji ada tidaknya hubungan jangka panjang antara variable bebas dan terikat, uji ini merupakan kelanjutan dari uji akar-akar unit (Unit Root Test) dan uji derajat integrasi (Integration Test). b. Model Error Correction Model Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Model yang digunakan adalah Error Correction Model (ECM), persamaannya mengunakan tranformasi melalui Log ialah:

CPI = C(1) + C(2)*LER + C(3)*LM2 + C(4)*LWAGE + C(5)*LX + C(6)*LM + C(7)*GDP Atau, ( I ) CPI= 0 + 1 LER + 2 LM2 + 3 LWAGE + 4 LX + 5 LM + 6 GDP + et
3

Dilihat dari Pengenalan Menu Eviews 4.1 Oleh Dr. Nelmida, SE., M.Si

D(CPI) = C(1) + C(2)*D(LER) + C(3)*D(LM2) + C(4)*D(LWAGE) + C(5)*D(LX) + C(6)*D(LM) + C(7)*D(GDP) + C(8)*RESID01(-1) Atau, ( II ) CPI = 0 + 1 LER + 2 LM2 + 3 LWAGE + 4 LX + 5 LM + 6 GDP

+ 7 CEt-1 + et Dimana: CPI = Perubahan Consumer Price Index (Inflasi) LER = Exchange Rate (Rupiah terhadap Dollar) LM2 = Perubahan Jumlah Uang Beredar (M2) LWAGE = Upah buruh Industri (dibawah mandor) LX = EXPORT LM = IMPORT GDP = Constant Price Gross Domestic Product CEt-1 = koreksi kesalahan (residual lag 1 dari persamaan awal)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Error Correction Model (ECM) merupakan model yang digunakan untuk mengoreksi persamaan regresi antara variabel-variabel yang secara individual tidak stasioner agar kembali ke nilai equilibriumnya di jangka panjang, dengan syarat utama berupa keberadaan hubungan kointegrasi diantara variabel-variabel penyusunnya. 1. Uji Stasioneritas:

Tabel 1 Uji Akar-Akar Unit (Unit Root Test): Level Variabel CPI ADF Test Statistic -4.487320 Critical Value Keterangan 1% -3.5501 5% -2.9137 10% -2.5942 Stasioner

GDP Ler LM2 Lwage Lx Lm

-3.284193 -6.493322 -2.861051 -1.300059 -2.585771 -1.819972

-3.5501 -3.5501 -3.5501 -3.5501 -3.5501 -3.5501

-2.9137 -2.9137 -2.9137 -2.9137 -2.9137 -2.9137

-2.5942 -2.5942 -2.5942 -2.5942 -2.5942 -2.5942

Stasioner Stasioner Stasioner Tidak Stasioner Tidak Stasioner Tidak Stasioner

Keterangan pada Tabel 1 adalah sebagai berikut: Variabel CPI sudah stasioner pada derajat level (ADF Test statistic < nilai critical value), variabel GDP sudah stasioner pada derajat level (ADF Test statistic < nilai critical value) dan, variabel LER sudah stasioner pada derajat level (ADF Test statistic < nilai critical value). variabel LM2 sudah stasioner pada derajat level (ADF Test statistic < nilai critical value). variabel LWAGE tidak stasioner pada derajat level (ADF Test statistic > nilai critical value). variabel LX tidak stasioner pada derajat level (ADF Test statistic > nilai critical value). variabel LM tidak stasioner pada derajat level (ADF Test statistic > nilai critical value). Data yang diamati dalam uji akar-akar unit (Unit Root Test) ternyata ada yang belum stasioner, diantaranya LM2, LWAGE, LX, dan LM maka dilanjutkan dengan uji derajat itegrasi 1st Difference pada Tabel 2. Tabel 2 Uji Derajat Integrasi: 1st difference Variabel ADF Test Critical Value Keterangan

Statistic Lm Lwage Lx -4.277348 -4.504148 -3.731707

1% -3.5523 -3.5523 -3.5523

5% -2.9146 -2.9146 -2.9146

10% -2.5947 -2.5947 -2.5947 Stasioner Stasioner Stasioner

Keterangan pada Tabel 2 adalah sebagai berikut: variabel LM sudah stasioner pada derajat 1st differences (ADF Test statistic < nilai critical value), dan variabel LWAGE sudah stasioner pada derajat 1st differences (ADF Test statistic < nilai critical value). variabel LX sudah stasioner pada derajat 1st differences (ADF Test statistic < nilai critical value). Tiga variabel yang tidak stasioner pada derajat level namun stasioner pada tingkat diferensi pertama besar kemungkinan terjadi kointegrasi yang berarti terdapat hubungan jangka panjang antara keduanya. Di sini akan digunakan uji Johansen pada Table 3.

Tabel 3 Unrestricted Cointegration Rank Test: CPI GDP LM LM2 LWAGE LX Hypothesized Eigenvalue No. of CE(s) None ** At most 1 ** At most 2 ** At most 3 * At most 4 At most 5 At most 6 0.653538 0.586217 0.568538 0.370887 0.244447 0.122183 0.001490 Statistic 204.8775 145.5185 96.10337 49.03118 23.07833 7.381251 0.083504 Critical Value 124.24 94.15 68.52 47.21 29.68 15.41 3.76 Critical Value 133.57 103.18 76.07 54.46 35.65 20.04 6.65 Trace 5 Percent 1 Percent

Keterangan pada Tabel 3 adalah sebagai berikut:


Trace test indicates 4 cointegrating equation(s) at the 5% level Trace test indicates 3 cointegrating equation(s) at the 1% level

2. Model Error Correction Model Jika data yang dianlisis tidak stasioner pada derajat level tapi saling berkointegrasi, berarti ada hubungan jangka panjang antara kedua variabel tersebut sehingga diperlukan adanya koreksi dengan model ECM.

Tabel 4 Regresi dalam Jangka Panjang Variable C LER LM2 LWAGE LX LM GDP Coefficient -61.11295 2.581870 0.382151 9.294648 0.314001 -0.020011 -2.309233 Std. Error 43.53987 4.895600 0.137437 6.302785 12.77347 11.44550 0.365137 t-Statistic -1.403609 0.527386 2.780557 1.474689 0.024582 -0.001748 -6.324298 Prob. 0.1665 0.6002 0.0076 0.1464 0.9805 0.9986 0.0000

CPI = -61.11295327 + 2.581870065*LER + 0.382151338*LM2 + 9.294648118*LWAGE + 0.3140013776*LX - 0.02001072563*LM - 2.309232996*GDP

Keterangan pada Tabel 4 adalah sebagai berikut: Dalam jangka panjang variable LER tidak memiliki hubungan dengan CPI, dan tidak significant, artinya ketika ada kenaikan 1% pada LER (melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar), hal tersebut tidak akan mempengaruhi tingkat inflasi. Dalam jangka panjang variable LM2 memiliki hubungan positif dengan CPI, artinya ketika ada kenaikan 1% pada LM2 (jumlah uang beredar meningkat), maka akan mempengaruhi tingkat inflasi sebesar 0.382151%. Dalam jangka panjang variable LWAGE tidak memiliki hubungan dengan CPI, dan tidak significant, artinya ketika ada kenaikan 1% pada LWAGE (upah buruh industry dibawah mandor meningkat), hal tersebut tidak akan terlalu mempengaruhi tingkat inflasi. Dalam jangka panjang variable LX tidak memiliki hubungan dengan CPI, dan tidak significant, artinya ketika ada kenaikan 1% pada LX (export), hal tersebut sangat tidak akan mempengaruhi tingkat inflasi.

Dalam jangka panjang variable LM tidak memiliki hubungan dengan CPI, dan tidak significant, artinya ketika ada kenaikan 1% pada LM (import), hal tersebut sangat tidak akan mempengaruhi tingkat inflasi. Dalam jangka panjang variable GDP memiliki hubungan negatif dengan CPI, artinya ketika ada kenaikan 1% pada GDP (perubahan dalam persen), maka akan mempengaruhi penurunan tingkat inflasi sebesar -2.309233%. Tabel 5 Regresi dalam Jangka Pendek Variable C D(LER) D(LM2) D(LWAGE) D(LX) D(LM) D(GDP) RESID01(-1) D(CPI) = Coefficient 0.073773 -13.01687 0.565619 -7.203090 -0.699461 9.516623 -1.452992 -0.528954 Std. Error 0.485428 3.796337 0.113699 9.395865 8.262099 7.756457 0.245045 0.112501 13.01687454*D(LER) 0.6994608906*D(LX) + + t-Statistic 0.151976 -3.428798 4.974705 -0.766623 -0.084659 1.226929 -5.929486 -4.701783 Prob. 0.8798 0.0012 0.0000 0.4470 0.9329 0.2257 0.0000 0.0000 -

0.07377344038

0.5656186802*D(LM2) 9.51662304*D(LM)

7.20308972*D(LWAGE)

1.452992123*D(GDP) - 0.5289535283*RESID01(-1)

Keterangan pada Tabel 5 adalah sebagai berikut: Dalam jangka pendek variable LER memiliki hubungan negatif dengan CPI, artinya ketika ada kenaikan 1% pada LER (melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar), hal tersebut akan mempengaruhi tingkat inflasi sebesar -13.01687 %. Dalam jangka pendek variable LM2 memiliki hubungan positif dengan CPI, artinya ketika ada kenaikan 1% pada LM2 (kenaikan jumlah uang beredar), hal tersebut akan mempengaruhi tingkat inflasi sebesar 0.565619 %. Dalam jangka pendek variable LWAGE tidak memiliki hubungan dengan CPI,dan tidak significant. Dalam jangka pendek variable LX tidak memiliki hubungan dengan CPI, dan tidak significant.

Dalam jangka pendek variable LM tidak memiliki hubungan dengan CPI, dan tidak significant. Dalam jangka pendek variable GDP memiliki hubungan negatif dengan CPI, artinya ketika ada kenaikan 1% pada GDP (perubahan dalam persen), maka akan mempengaruhi penurunan tingkat inflasi sebesar -1.452992 %. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan data Perubahan Consumer Price Index (Inflasi) dan enam variabel bebas yaitu Constant Price Gross Domestic Product, Exchange Rate (Rupiah terhadap Dollar), Perubahan Jumlah uang beredar (M2), Export, Import dan Upah buruh Industri (dibawah mandor). Dengan rentang waktu data yang digunakan dalam basis kuartalan, dari tahun 1997 (kuartal pertama) sampai dengan tahun 2011 (kuartal kedua). Maka dihasilkanlah kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil estimasi diatas menunjukan nilai koefisien ECT signifikan pada = 5% bahkan pada level = 1% juga, dan negatif sebesar -0.528954 sehingga model ini telah memenuhi kriteria persamaan jangka pendek (ECM). Nilai koefisien ECT negatif dan signifikan berarti volatilitas pada jangka pendek pengaruhnya semakin kecil ketika menuju equilibrium jangka panjang. 2. Dalam jangka panjang variable LM2 (perubahan jumlah uang beredar) dan GDP (Perubahan Gross Domestic Product) sangat berpengaruh kuat dalam mempengaruhi tingkat inflasi yang ditunjukan oleh perubahan Consumer Price Index. Kenaikan 1% pada LM2 akan berpengaruh sebesar 0.382151% dengan angka probabilitasnya 0.0076 terhadap kenaikan tingkat Inflasi. Sementara kenaikan 1% pada GDP, akan mempengaruhi penurunan tingkat inflasi sebesar -2.309233%. Jadi dalam jangka panjang variabel yang kuat mempengaruhi peningkatan ataupun penurunan tingkat inflasi adalah perubahan jumlah uang beredar (LM2) dan Perubahan Gross Domestic Product (GDP). 3. Dalam jangka pendek variable LER (Exchange Rate Rupiah terhadap Dollar), LM2 (kenaikan jumlah uang beredar) dan GDP (Perubahan Gross Domestic Product) sangat berpengaruh kuat dalam mempengaruhi tingkat inflasi yang ditunjukan oleh perubahan Consumer Price Index. Kenaikan 1% pada LER (melemahnya nilai tukar

rupiah terhadap dollar), hal tersebut akan mempengaruhi tingkat inflasi sebesar 13.01687 % dengan angka probabilitasnya sebesar 0.0012. Dan kenaikan 1% pada LM2 (kenaikan jumlah uang beredar), akan mempengaruhi peningkatan tingkat inflasi sebesar 0.565619 %. Sementara kenaikan 1% pada GDP (perubahan dalam persen), maka akan mempengaruhi penurunan tingkat inflasi sebesar -1.452992 %. Jadi dalam jangka pendek variabel yang kuat mempengaruhi peningkatan ataupun penurunan tingkat inflasi adalah perubahan jumlah uang beredar (LM2) dan Perubahan Gross Domestic Product (GDP) serta Exchange Rate Rupiah terhadap Dollar (LER). 4. Dari hasil penelitian menggunakan data periode 1997-2011 (dalam bentuk kuartal), akhirnya kita dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat inflasi khusunya dalam jangka pendek dan jangka panjang. Oleh karena itu maka dapat dirumuskan sebuah kebijakan yang tepat oleh Bank Indonesia agar tingkat inflasi yang rendah dapat tercapai, dan terbukti tingkat inflasi Indonesia pada bulan april tahun 2011 hanya sebesar 5,5 %.

DAFTAR PUSTAKA Engle, Robert F. Granger, C, W, J (1987): Co-Integration and Error Correction: Representation, Estimation, and Testing. Econometrica, Vol. 55, No. 2. (Mar., 1987), pp. 251276. Gujarati, N. Damodar (2003): Basics Econometrics. Fourth Edition, New York: McGrawHill-Inc.

Lim, H, Cheng and Pappi Laura (1997): An Econometric Analysis of the Determinants of Inflation in Turkey. IMF Working Paper, International Monetary Fund.

Mishkin, Frederic S (2006): The Economics of Money, Banking and Financial Markets. Seven Edition, USA, The Harper Collins Series in Economics.

Nopirin (1992): Ekonomi Moneter Buku ke 2, Yogyakarta: BPFE.

Sidaoui, Jose. Capistran, Carlos. Chiquiar, Daniel and Francia, R. Manuel (.): On the predictive content of the PPI on CPI inflation: the case of Mexico. BIS PAPER No. 49

Winata, Cecep dan Kurniasih, Augustina (.): Kajian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stabilitas Perekonomian Indonesia Sebagai Small Open Economy : Pendekatan Vector Autoregressive (Var) Universitas Mercu Buana.

LAMPIRAN 1

100 80 60 40 20 0 -20 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 CPI

10 5 0 -5 -10 -15 -20 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 GDP

10.0 9.6 9.2 8.8 8.4 8.0 7.6 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 LER

6.5 6.0 5.5 5.0

70 60 50 40

5.7 5.6 5.5 5.4 5.3

30 4.5 4.0 3.5 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 LM 5.2 20 10 0 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 LM2 5.1 5.0 4.9 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 LWAGE

6.5 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0 3.5 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 LX

You might also like