You are on page 1of 9

Akuntansi dan Muhasabah dalam Kehidupan Manusia

Oleh Agus Widarsono


Staf Pengajar Program Studi Akuntansi Fakultas Pendidikan Ekonomi & Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia (UPI BHMN) Bandung Kampus Isola, Jl. Setiabudhi 229 Bandung Jabar.

I. Pendahuluan Manusia sudah ditakdirkan tidak dapat berdiri sendiri, diciptakan secara berpasang-pasangan terhimpun dalam berbagai suku ras (QS. Arruum : 21). Hal ini menunjukan bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain, saling melengkapi diantara keduanya. Secara hakikat Allah SWT meciptakan manusia demikian dan ditempatkan di muka Bumi dengan perantaraan Nabi Adam sebagai manusia pertama untuk tercipta suatu kedamaian. Inilah tugas manusia sebagai khalifah. Manusia diserahi tugas dan tanggung jawab untuk mengelola, memanfaatkan, memelihara seluruh apa yang terkandung di muka bumi dan isinya dengan tujuan untuk dijadikan sebagai pengabdian dan tujuan ibadah kepada sang Khaliq. Karena Allah menegaskan bahwa Manusia dan Jin diciptakan semata-mata hanya untuk beribadah kepada-Nya. Diawali dengan saling merasa membutuhkan dan harus saling melengkapi agar tercipta keseimbangan, maka manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya terutama untuk tujuan melangsungkan kehidupan dilakukan suatu muamalah, yang semuanya telah diatur oleh Allah SWT. Salah satu bentuk muamalah tersebut adalah perdagangan; pertukaran barang dan jasa. Allah SWT, dengan kekuasaanya yang tiada terbatas menurunkan wahyu dalam QS. Al-Baqarah 282 untuk mengatur cara-cara ber-muamalah

Akuntansi dan Muhasabah dalam kehidupan manusia

yang baik, yaitu meliputi pencatatan mengenai utang piutang yang jelas dan sistematis agar tidak terjadi kekacauan. Dalam riwayat Nabi SAW, dicontohkan juga mengenai hal cata-mencatat dalam muamalah ini. Inilah sebenarnya awal pertama timbul dalam kehidupan manusia istilah Akuntansi, tata buku, pembukuan. Catatan kecil ini hanya ingin menggambarkan bagaimana akuntansi, tata buku ataupun pembukuan namanya- ada dalam kehidupan manusia dan tidak bisa dilepaskan darinya. Iman dan keyakinan kita yang sesuai tuntunanya mengatakan bahwa segala amal baik dan jelek kita dicatat oleh Allah SWT, sebagai pemilik kita semua, yang harus dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kelak pada saat menghadap-Nya, oleh seluruh umat manusia. Inilah sebenarnya esensi dari tulisan ini, bahwa dalam kehidupan manusia didunia, ia bermuamalah dengan melakukan catatan yang baik

(akuntansi), dan sebenar-benarnya pula amalan seluruh kegiatan manusia dicatat oleh Allah SWT.

II. AKUNTANSI DALAM KEHIDUPAN MANUSIA DAN MUHASABAH Barangkali sampai saat ini kita tidak habis pikir, bahwa ada catatan sejarah ilmu pengetahuan yang terlewatkan dalam pemikiran cendikiawan muslim. Hal itu darimanakah asl double entry bookoeeping yang sekarang dipakai kalangan perusahaan dan pekerja akuntansi? Dapat kita cermati sebeanrnya peradaban Islam yang pertama sudah memiliki Baitul Mal yang merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai Bendahara Negara serta menjamin kesejahteraan social. Masyarakat muslim sejak itu telah memiliki jenis akuntansi yang disebut Kitabat alamwal (pencatatan uang). Dipihak lain istilah akuntansi telah disebutkan dalam beberapa karya tulis umat Islam. Tulisan ini muncul lama sebelum double entry ditemukan olah Lucas Pacioli di Italia pada tahun 1949. Ironis sekali, seringkali kita kini mendengar kata akuntansi dari orang-orang disekitar kita. Terkadang kita tahu akuntansi karena seringnya mendengar kata akuntansi tersebut ditelinga, tanpa mengetahui secara pasti

Akuntansi dan Muhasabah dalam kehidupan manusia

apa sebenarnya akuntansi. Sehingga tidkalah heran bila banyak orang salah dalam menempatkan kata akuntansi tidak sesuai dengan arti sebenarnya. (Wawan Sukmana, 2001). Hakikat akuntansi sebenarnya akhirnya

menentukan dan mengihitung untung rugi. Mulai dari eksekutif, sampai pada pedagang kecil, tu muda, jika melakukan jual beli yang berpikir tentang untung rugi, sampai-sampai di warung-warung atau di took-toko ada istilah Akontan, entah artinya apa, apakah sekedar ikkut-ikutan, ataukah artinya tidak kontan, ataukah yang punya took atau warung berprofesi sebagai seorang akuntan. Banyak literature yang mengungkapkan arti akuntansi, misalny dalam kamus akuntansi yang disusun Siegel (1996) mengungkapkan pengertian akuntansi dalam dua pengertian yaitu pertama bahwa akuntansi meliputi disiplin ilmu termasuk auditing, perpajakan, analisis laporan keuangan, akuntansi keuangan, akuntansi biaya, dan lain-lain. Sedangkan pengertian yang kedua yakni proses pencatatan, pengukuran, interpretasi dan komunikasi data keuangan. Selanjutnya APB (Accounting Principles Board) mendefinisikan. Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, yang digunakan dalam memilih diantara beberapa alternatif. Sedang AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) mendefinisikan akuntansi sebagai suatu proses pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya. Dari pengertian diatas dapat tersirat tujuan utama akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi atau informasi keuangan yang tentu saja banyak dibutuhkan oleh orang-orang yang berkepentingan terhadapnya. Al-Quran adalah kitab suci umat Islam yang telah menjadi sumber hokum dalam mengatur kehidupan manusia. Al-Quran adalh sumber nilai.

Akuntansi dan Muhasabah dalam kehidupan manusia

Agama pada umumnya, dan Islam pada khususnya, adalah sebuah konstruksi nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut kemudian disusun oleh para ulama dari waktu ke waktu yang kemudian dijadikan pedoman perilaku kehidupan. Jika kita cermati Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 282, Allah SWT memerintahkan untuk melakukan penulisan secara benar atas segala transaksi yang pernah terjadi selama melakukan muamalah. Dari hasil penulisan tersebut dapat digunakan sebagai informasi untuk menentukan apa yang akan diperbuat oleh seseorang. Ayat ini dapat ditafsirkan dalam konteks akuntansi, utamanya berkaitan dengan organisasi atau teorinya. Akuntansi menurut Islam memiliki bentuk yang sarat dengan nilai keadilan, kebenaran dan pertanggungjawaban. Akuntansi merupakan salah satu bidang kehidupan dan merupakan bagian dari ilmu. (Nur Hidayat, 2000). Dengan demikian akuntansi tak dapat dipisahkan atau dilepaskan dari kehidupan manusia. Dalam rangka membangun suatu kerangka kehidupan yang sesuai dengan nilai yang sebenar-benarnya, maka akuntansi dalam pelaksanaanya hendaklah dirujukan pada nilai-nilai yang ada dalam Al-Quran. Sehubungan dengan hal diatas, bahwa hidup manusia berada dalam dua posisi perilaku, yaitu pasif dan aktif. Pasif berarti bahwa manusia akan selalu menerima kodrat apa yang telah digariskan oleh Allah. Sedangkan aktif berarti bahwa manusia harus selalu berikhtiar dalam menjalani hidup untuk mencapai kemenangan (falah) di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, tatkalaj kita hidup di alam rahim, sama sekali kita tidak berpikir dan melakukan usaha untuk mencari sekaligus mencapai kesejahteraan hidup di dunia. Sebab, hidup di dunia ini merupakan nasib pemberian Allah. Walaupun begitu, kita diwajibkan untukberikhtiar sesuai dengan tuntunan dan kehendak Allah, yaitu melalui ajaran-ajaran agama Islam. Hal ini penting, sebab nasib hidup manusia sepenuhnya adalah kekuasaan Allah. Nasib hidup manusia di dunia harus diupayakan, dalam rangka mencapai kesejahteraan hidup di akhirat yang kekal dan abadi. Kita semua diberikan hak dan kesempatan untuk mencapainya. Hal ini dapat dicapai apabila manusia mengikuti petunjuk-Nya,

Akuntansi dan Muhasabah dalam kehidupan manusia

namun sebaliknya apabila manusia ingkar kepada-Nya, maka siksa Allah yang ditimpakan kepada manusia lebih pedih. Seluruh amal perbuatan manusia sejak lahir sampai mati akan selalu dicatat oleh malaikat Allah, yaitu malaikat Rakib di sebelah kanan manusia dan malaikat Atid di sebelah kiri manusia. Ditegaskan dalam firman Allah : Yaitu ada malaikat yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat pekerjaan-pekerjaan itu, mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. Kedua malaikat itulah yang mencatat amal perbuatan manusia selama hidupnya, yang tidak satupun perbuatan atau amal manusia terlewatkan pencatatanya, apakah itu berupa amal kebaikan atau amal buruk. Firman Allah mengaskan : (Ingatlah) ketika mencatat dua (malaikat) yang mencatat, duduk di sebelah kanan dan di sebelah kiri. Tidaklah diucapkan suatu perkataan melainkan ada di sisinya (malaikat) pengawas yang hadir. Catatan amal manusia oleh dua malaikat tersebut akan dijadikan bahan pertanggungjawaban manusia kepada Allah pada hari akhirat atau penghisaban/pengadilan (hari perhitungan amal manusia). Pada saat inilah manusia akan mendapatkan pembalasan sesuai dengan amal perbuatan selama masa hidupnya. Orang yang beriman dan beramal baik selama hidupnya, pada masa hisab (mizan) akan menerima catatan atau laporan keberuntungannya dengan tangan kanan, sedangkan orang yang amal perbuatanya selam hidup di dunia tidak baik atau bahkan ia kafir kepada Allah, ia akan menerima catatan atau laporannya dengan tangan kiri. Pada saat penyerahan buku catatan kepada orang-orang yang berbuat baik, maka berkata Allah :Ambilah, bacalah kitabmu ini.! (QS. Al-Haaqqah : 19). Pada ayat lain, Allah memerintahkan : Bacalah bukumu, cukuplah engkau sendiri pada hari ini menghitung (amal)mu (QS. Al-Israa : 14). Hal demikian inilah yang disebut dengan Muhasaba an Al-amal.

Akuntansi dan Muhasabah dalam kehidupan manusia

Demikian gambaran perhitungan (hisab atau akuntansi) Allah yang dikenakan kepada manusia dalam menjalankan transaksi kehidupan. Ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan masalah hisab, pada intinya adalah mengandung nilai-niali yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan akuntansi. Berkaitan dengan kata muhasaba di atas, menurut Attiya (1984 :32), dinyatakan kata arab yang berarti akuntansi adalah muhasabah (hisab). Kata ini muncul 48 kali dalam Al-Quran. Sementara Muhammad Khir yang dikutip oleh Harahap (1997 : 276) disebutkan bahwa istilah hisab ditemukan 109 kali dalam Al-Quran. Akar kata muhasabah adalah Kha, Sin, Ba., dengan bentukverbalnya hasaba dan bentuk lainnya yahsaba yang berarti menghitung (to compute) atau mengukur (to measure). Kata muhasaba (akuntansi) berkaitan dengan ihtisab dan citranya dikaitkan dengan pencatatan perbuatan seseorang secara terus menerus sampai pada pengadilan akhirat dan melalui timbangan (mizan) sebagai alat dan Tuhan sebagai Akuntan. Al-Quran dalam Surat Al-baqarah 282, memberikan rambu-rambu prinsip umum yang harus diikuti dalam bermuamalah. Prinsip-prinsip umum ini secara tegas dinyatakan dalam firman Allah, yang artinya sebagai berikut : Hai orang-orang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah seorang penulis diantara kamu menulisnya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang berutang itu mengimlakkan apa yang ditulis itu, dan hewndaklah ia bertaqwa kepad Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikit pun daripada utangnya. Jika yang berutang itu orang yang lemah akal atau lemah keadaanya atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah wakilmya yang mengimlakkan dengan jujur dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang laki-laki diantara kamu Terjemahan ayat tersebut diatas secara tegas Allah mengajarkan kepada manusia, bahwa apabila manusia melakukan kegiatan muamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, maka ia harus melakukan pencatatan. Dalam konteks inilah Al-Quran mengajarkan agar seluruh transaksi pinjam

Akuntansi dan Muhasabah dalam kehidupan manusia

meminjam atau jual-beli dilakukan penulisan transaksinya. Jika demikian maka akuntansi merupakan hal penting dalam setiap transaksi perdagangan. Lebih-lebih lagi, proses perdagangan atau transaksi di masa sekarang telah mengalami pergeseran. Artinya, budaya transaksi dengan sistem kredit saat ini banyak dilakukan disamping adanya transaksi perdagangan secara tunai. Dengan demikian, proses pencatatanya harus dilakukan untuk kredit dan tunai dan dicatat dengan baik pula. III. SIMPULAN Diawali dengan saling merasa membutuhkan dan harus saling melengkapi agar tercipta keseimbangan, maka manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya terutama untuk tujuan melangsungkan kehidupan dilakukan suatu muamalah, yang semuanya telah diatur oleh Allah SWT. Salah satu bentuk muamalah tersebut adalah perdagangan; pertukaran barang dan jasa. Allah SWT, dengan kekuasaanya yang tiada terbatas menurunkan wahyu dalam QS. Al-Baqarah 282 untuk mengatur cara-cara ber-muamalah yang baik, yaitu meliputi pencatatan mengenai utang piutang yang jelas dan sistematis agar tidak terjadi kekacauan. Dalam riwayat Nabi SAW, dicontohkan juga mengenai hal catat-mencatat dalam muamalah ini. Inilah sebenarnya awal pertama timbul dalam kehidupan manusia istilah Akuntansi, tata buku, pembukuan. Akuntansi merupakan salah satu bidang kehidupan dan merupakan bagian dari ilmu. Dengan demikian akuntansi tak dapat dipisahkan atau dilepaskan dari kehidupan manusia. Dalam rangka membangun suatu kerangka kehidupan yang sesuai dengan nilai yang sebenar-benarnya, maka akuntansi dalam pelaksanaanya hendaklah dirujukan pada nilai-nilai yang ada dalam Al-Quran. Hidup manusia berada dalam dua posisi perilaku, yaitu pasif dan aktif. Pasif berarti bahwa manusia akan selalu menerima kodrat apa yang telah digariskan oleh Allah. Sedangkan aktif berarti bahwa manusia harus selalu

Akuntansi dan Muhasabah dalam kehidupan manusia

berikhtiar dalam menjalani hidup untuk mencapai kemenangan (falah) di dunia dan akhirat. Seluruh amal perbuatan manusia sejak lahir sampai mati akan selalu dicatat oleh malaikat Allah, yaitu malaikat Rakib di sebelah kanan manusia dan malaikat Atid di sebelah kiri manusia. Catatan amal manusia oleh dua malaikat tersebut akan dijadikan bahan pertanggungjawaban manusia kepada Allah pada hari akhirat atau penghisaban/pengadilan (hari perhitungan amal manusia). Orang yang beriman dan beramal baik selama hidupnya, pada masa hisab (mizan) akan menerima catatan atau laporan keberuntungannya dengan tangan kanan, sedangkan orang yang amal perbuatanya selam hidup di dunia tidak baik atau bahkan ia kafir kepada Allah, ia akan menerima catatan atau laporannya dengan tangan kiri. Hal demikian inilah yang disebut dengan Muhasaba an Al-amal. Kata muhasaba (akuntansi) berkaitan dengan ihtisab dan citranya dikaitkan dengan pencatatan perbuatan seseorang secara terus menerus sampai pada pengadilan akhirat dan melalui timbangan (mizan) sebagai alat dan Tuhan sebagai Akuntan. Demikian gambaran perhitungan (hisab atau akuntansi) Allah yang dikenakan kepada manusia dalam menjalankan transaksi kehidupan.

Akuntansi dan Muhasabah dalam kehidupan manusia

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI,

, Al-Quran dan terjemahannya.

Muhammad, 2002, Pengantar Akuntansi Syariah. Jakarta: Salemba Empat M.K. Attiya, 1984, Accounting of the company and the bank for the Islamic Organization (Muhasaba syarikat wa musarif Al-Mizan AlIslami), Alexandria: Daral-Jamiat Al-Misliya. Nur Hidayat, 2001, Akuntansi Syariah : konsep dan realitas dengan pendekatan SAK,. Tasikmalaya : Artikel Pos Akuntansi FEUNSIL. Siegel G. Joel and Shim K. Joe, 1996, Dictionary of accounting term. Barrons educational series Inc. Sofyan Syafri Harahap, 1997, Akuntansi Islam, Jakarta : Bumi Aksara. Wawan Sukmana, 2001, Dimana Akuntansi berada ?. Tasikmalaya : Artikel Pos Akuntansi FE-UNSIL.

Akuntansi dan Muhasabah dalam kehidupan manusia

You might also like