You are on page 1of 9

PRAKTIKUM 05 PEMERIKSAAN SGOT (Serum Glutsmin Oksaloasetat Transaminase)

A. No. Praktikum B. Hari, tanggal C. Judul D. Tujuan

: 05 : Rabu, 23 November 2011 : Pemeriksaan SGOT : Untuk mengetahui kadar SGOT di dalam darah seseorang secara fotometris

E. Metode Pemeriksaan F. Prinsip

: Modifikasi IFCC : NADH dioksidasi menjadi NAD+, menghasilkan penurunan absorbansi pada 340 nm yang secara langsung sebanding dengan aktivitas GOT

(Glutamin Oksaloasetat Transaminase) Pada sampel G. Reaksi :


GOT

L-Aspartat + 2-oxoglutarate

Oxaloacetate + L-Glutamate
MDH

Oxaloacetate + NADH + H+

L-Malate + NAD+

*ket

GOT : Glutamat Oksaloasetat Transaminase MDH: Malat Dehidrogenase NAD+ : Nicotinamide Adenin Dinucleotide NADH : NAD tereduksi

H. Parameter

1. Metode Pengukuran : Kinetik 2. Panjang Gelombang : 340 nm 3. Suhu 4. Linearitas 5. Faktor : 37C : Sampai 940 U/L pada Hitachi 911 : 1745

I.

Alat

1. Rak tabung reaksi ukuran 12 75 mm 2. Rak tabung reaksi 3. Mikropipet 200 l, 100 l 4. Yellow tip 5. Sentrifus 6. Spektrofotometer

J.

Bahan

: Sampel serum dari : Nama Usia Jenis kelamin : Monika Lestari P. : 19 tahun : Perempuan

K. Reagen

1. Reagen GOT DIALAB : a. Reagen 1 (R1) Tris, pH 7,8 L-Aspartat MDH LDH b. Reagen 2 (R2) 2-Oxoglutarate NaOH 12 mmol/L 0,18 mmol/L 0,16 mmol/L 240 mmol/L 600 U/L 1200 U/L

(Reagen kerja : 4 bagian Reagen 1 dan 1 bagian Reagen 2) 2. Aquadest

L. Dasar Teori Hati merupakan organ padat yang terbesar yang letaknya di rongga perut bagian kanan atas. Organ ini mempunyai peran yang penting karena merupakan regulator dari semua metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Tempat sintesa dari berbagai komponen protein, pembekuan darah, kolesterol, ureum dan zat-zat lain yang sangat vital. Selain itu, juga merupakan tempat pembentukan dan penyaluran asam empedu serta pusat pendetoksifikasi racun dan penghancuran (degradasi) hormon-hormon steroid seperti estrogen. Pada jaringan hati, terdapat sel-sel Kupfer, yang sangat penting dalam eliminasi organisme asing baik bakteri maupun virus. Karena itu untuk memperlihatkan adanya gangguan faal hati, terdapat satu deretan tes yang biasanya dibuat untuk menilai faal hati tersebut. Perlu diingat bahwa semua tes kesehatan mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang berlainan, maka interpretasi dari hasil tes sangat dipengaruhi oleh hal-hal tersebut. Karena faal hati dalam tubuh mempunyai multifungsi maka tes faal hatipun beraneka ragam sesuai dengan apa yang hendak kita nilai. Untuk fungsi sintesis seperti protein, zat pembekuan darah dan lemak biasanya diperiksa albumin, masa protrombin dan cholesterol. Fungsi

ekskresi/transportasi, diperiksa bilirubin, alkali fosfatase. -GT. Kerusakan sel hati atau jaringan hati, diperiksa SGOT(AST), SGPT(ALT). Adanya pertumbuhan sel hati yang muda (karsinoma sel hati), alfa feto protein. Kontak dengan virus hepatitis B yaitu; HBsAg, AntiHBs, HBeAg, anti HBe, Anti HBc, HBVDNA, dan virus hepatitis C yaitu; anti HCV, HCV RNA, genotype HCV (Widjaja, 2010). SGPT atau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT

lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya. SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau

spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis. Nilai rujukan untuk SGPT/ALT adalah : Laki-laki Perempuan : 0 - 50 U/L : 0 - 35 U/L (Kee,2007) SGOT singkatan dari Serum Glutamic Oxaloacetic

Transaminase, sebuah enzim yang secara normal berada di sel hati dan organ lain. SGOT dikeluarkan kedalam darah ketika hati rusak. Level SGOT darah kemudian dihubungkan dengan kerusakan sel hati, seperti serangan virus hepatitis. SGOT juga disebut aspartate aminotransferase (AST). Sedangkan SGPT adalah singkatan dari Serum Glutamic Piruvic Transaminase, enzim ini banyak terdapat di hati. Dalam uji SGOT dan SGPT, hati dapat dikatakan rusak bila jumlah enzim tersebut dalam plasma lebih besar dari kadar normalnya. Pada percobaan yang digunakan kontrol negatif adalah mencit yang diberikan paraffin cair saja sebagai pembawa. Kontrol positif adalah mencit yang diberikan CCl4 dan kelompok uji adalah mencit yang diberikan CCl4 dan Obat yaitu Silimarin. CCl4 digunakan sebagai kontrol positif karena dapat merusak sel hati. Mekanismenya dalah CCl4 akan dimetabolisme oleh enzim sitokrom P450 dalam hati menjadi CCl3 * yang radikal. CCl3 radikal ini kemudian berikatan pada sel hepatosit pada organ hati sehingga membran hati berubah permeabilitasnya (meningkat). Berubahnya membran sel hati ini dapat menimbulkan dua macam konsekuensi. Pertama zat zat dari dalam sel keluar dengan bebas sehingga hati mengalami pengkerutan dan terjadi nekrosis. Sebaliknya zat-zat yang berada diluar sel hati juga dapat masuk dan

menyebabkan hati menjadi besar dan terjadi apoptosis. Pada hewan uji, selain diberikan CCl4 juga diberikan Silimarin, silimarin digunakan sebagai hepatoprotektor karena dapat menekan peningkatan enzim-enzim transaminase dan pencegahan pengausan glutation hati. Maka seharusnya sesuai teori diatas, SGOT dan SGPT dari kontrol negatif paling kecil, kontrol positif paling besar dan uji silimarin diantara keduanya. Data SGOT dapat menyimpang karena ada kemungkinan mencit sedang mengalami gangguan juga pada organ selain hati, karena sebenarnya SGOT terdapat di hampir seluruh tubuh, berbeda dengan SGPT yang spesifik pada hati (Widodo, 2010).

M. Prosedur Kerja Reagen Kerja (WR) : 4 bagian R1 + 1 bagian R2 800 l R1 + 200 l R2

Pipet ke dalam tabung reaksi Reagen Kerja (WR) Sampel

Volume pada suhu 37 1000 l 100 l

Homogenkan , baca absorbansi terhadap udara setelah 1 menit dan jalankan timer. Baca absorbansi lagi setelah tepat 1, 2, dan 3 menit (340 nm)

N. Nilai normal SGOT (Referensi DIALAB) Laki-laki Perempuan : < 37 U/L : < 31 U/L

O. Hasil 1. 2. 3. 4. 5. Absorbansi 1 (setelah 1 menit inkubasi) = 0,621 Absorbansi 2 (setelah 1 menit) Absorbansi 3 (setelah 2 menit) Absorbansi 4 (setelah 3 menit) Hasil pada alat SGOT = 0,602 = 0,588 = 0,575 = 26,53 U/L = 27 U/L 6. Faktor = 1745

GOT (U/L)

= A/min konsentrasi standar (mg/dl) = = = = 1745

 1745  1745

 1745

= 0,0153 1745 = 26,75 U/L = 27 U/L P. Pembahasan Pada praktikum kali ini, dilakukan pemeriksaan SGOT (erum Glutamat oksaloasetat Transaminase atau dikenal pula dengan AST (Aspartat Transaminase) dengan metode pemeriksaan
+

modifikasi IFCC. Pada

prinsipnya NADH dioksidasi menjadi NAD yang menyebabkan penurunan absorbansi pada panjang gelombang 340 nm secara fotometrik sebanding dengan aktivitas GOT pada sampel. Metode pengukuran yang digunakan adalah kinetik (delay = 60 s; Meas = 180 s) pad suhu 37 .

Sampel yang digunakan adalah serum/plasma (EDTA/Heparin) yang stabil pada suhu -20 selama sedikitnya 3 bulan atau dapat disimpan pada

suhu tertentu yang lebih tinggi dengan konsekuensi kehilangan aktivitas enzimatiknya, yaitu 2-8 selama 3 hari (< 8 % aktivitas) dan 15-25

selama 3 hari ( <10% aktivitas enzimnya). Reagen yang digunakan terdiri dari 2 jenis (Reagen 1 dan Reagen 2). Jika dilakukan pengerjaan sampel secara substrate start, reagen digunakan secara terpisah, namun jika digunakan prosedur sample start seperti pada pemeriksaan kali ini, harus dibuat reagen kerja yang terdiri dari 4 bagian reagen 1 dan 1 bagian reagen 2 (800 L R1 dan 200 L R2). Reagen kerja baiknya dibuat untuk pemakaian jangka pendek, karena hanya dapat bertahan / stabil pada suhu 2-8 hari. Pada pemeriksaan ini, tidak digunakan standar tetapi faktor telah ditentukan sesuai dengan panjang gelombang dan suhu saat pemeriksaan. Dalam pemeriksaan ini, panjang gelombang yang digunakan adalah 340 nm pada suhu 37 hingga faktornya diketahui 1745. Perubahan absorbansi yang selama 4 minggu atau pada suhu 15-25 selama 5

terbaca adalah 0,016 hingga setelah dikalikan dengan faktor, didapat hasil kadar SGOT adalah 28 U/L (Dalam batas normal). Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah : 1. Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitas obat atau kimia) 2. Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT) 3. Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis biliaris.

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium : 1. Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar 2. Trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena dapat meningkatkan kadar 3. Hemolisis sampel 4. Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin, karbenisilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, mitramisin,

spektinomisin, tetrasiklin), narkotika (meperidin/demerol, morfin, kodein), antihipertensi (metildopa, guanetidin), preparat digitalis, indometasin (Indosin), salisilat, rifampin, flurazepam (Dalmane), propanolol (Inderal), kontrasepsi oral (progestin-estrogen), lead, heparin. 5. Aspirin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar.

Q. Kesimpulan Dari praktikum yang dilakukan, diketahui kadar SGOT dari serum sdri. Monika Lestari P. (Perempuan, 19 tahun) adalah 27 U/L (dalam batas normal).

R. Daftar Pustaka

Kee, Joyce LeFever. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, EGC, Jakarta. Riswanto. 2009. SGOT. Diunduh pada tanggal 27 November 2011 dari: http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/sgpt-serum-glutamicpyruvic.html

Widjaja, Suwandhi. 2010. Tes Faal Hati. Diunduh pada tanggal 27 November 2011 dari: http://www.medistra.com/index.php?option=com_content&view=articl e&id=106

Widodo, Wahyu Eko. 2010. SGOT. Diunduh pada tanggal 27 November 2011 dari: http://farmasi07itb.wordpress.com/2010/10/27/tes-hepatitis-dengansgot-sgpt/

You might also like