You are on page 1of 5

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah. Kekayaan alam tersebut dapat dijadikan aset yang sangat berharga. Bila ditinjau dari senyawa kimia bahan alam yang terkandung di dalamnya, dapat dikembangkan sebagai sumber obat tradisional. Obat tradisional dapat berasal dari alam, baik dari tumbuhan, hewan maupun bahan-bahan mineral. Sejak zaman dahulu masyarakat sudah mengenal dan memakai tumbuhan berkhasiat obat sebagai salah satu upaya penanggulangan kesehatan. Pengetahuan tentang tumbuhan obat merupakan warisan budaya bangsa yang turun temurun, sehingga perlu dilestarikan dan dikembangkan. Salah satu komponen kimia yang berkhasiat obat serta dapat dijadikan aset nasional adalah minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan zat yang beraroma khas dan mudah menguap. Minyak atsiri banyak terdapat pada bagian tumbuhan seperti daun, buah, biji, kayu, dan akar (Sastrohamidjojo, 1987). Salah satu tumbuhan yang mengandung minyak atsiri dan banyak terdapat di Indonesia adalah suku Malvaceae, diantaranya adalah rosella (Hibiscus sabdariffa). Bunga rosella yang direbus dengan air diakui berkhasiat sebagai peluruh kencing dan merangsang keluarnya empedu dari hati (koleretik). Selain itu juga dapat menurunkan tekanan darah (hipotensif), mengurangi kekentalan darah, dan meningkatkan peristaltik usus. Khasiat lainnya yang telah dikenal adalah sebagai antikejang (antispasmodik), mengobati cacingan (anthelmintik), dan sebagai antibakteri. Ekstrak bunga H.sabdariffa Linn. juga dapat

menurunkan absorbsi alkohol, sehingga dapat mengurangi efek yang ditimbulkan akibat minum alkohol. Salah satu catatan menyatakan bahwa bunga H.sabdariffa Linn. bermanfaat bagi penderita arteriosklerosis dan sebagai antiseptik usus. Daun rosela dapat mengobati kaki pecah-pecah dan luka bakar ringan, mempercepat pematangan bisul sekaligus bersifat melembutkan kulit (emolient). Lotion yang dibuat dari daun rosela digunakan untuk mengobati luka. (Daryanto, 2008) Menurut penelitian pendahuluan, kandungan terbesar dalam rosela adalah campuran asam sitrat dan asam malat yang dapat mencapai 13%. Kandungan kimia lainnya adalah anthosianin yaitu gossipetin (suatu hidroksiflavon) dan hibiscin. Hibiscin merupakan pigmen utama yang terdapat dalam kelopak bunga. Pada H.sabdariffa Linn. juga terkandung vitamin C, protein, hibiscetin, sabdaretin, delphinidin dan flavonol glukosida hibiscritin.

H.sabdariffa Linn. juga mengandung sejumlah asam amino yang sangat penting bagi tubuh. Asam amino yang terdapat dalam tanaman ini di antaranya arginin, sistin, histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptopan, tirosin, valin, asam aspartat, asam glutamat, glisin, serin, prolin (Maryani,2005; Morton,1987). Pada bagian bunga mengandung minyak atsiri sebesar 95,6%, pada bagian biji mengandung 20,3-21%, sedangkan pada bagian daun belum pernah diisolasi minyak atsirinya sehingga mempunyai potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri dapat menimbulkan kerugian yang tidak sedikit, sehingga perlu ada upaya pengendalian penyakit bakterial. Penanganan yang dilakukan secara umum untuk mengendalikan penyakit bakterial adalah dengan penggunaan bahn-bahan kimia seperti kalium permanganat (KMnO4 ) dan metilen blue, penggunaan antibiotik serta vaksinasi. Penggunaan bahan-bahan kimia dan antibiotik dapat mengurangi kematian akibat penyakit bakterial dan menghindari infeksi akut. Akan tetapi, penggunaan antibiotik secara terus menerus dapat menimbulkan dampak negatif, selain residu dalam tubuh, antibiotik dapat menyebabkan munculnya generasi bakteri yang resisten (Tim, 1994). Pada saat ini telah banyak dijumpai fenomena resistensi bakteri penyebab infeksi terhadap obat-obat antibakteri. Hal ini mendorong para peneliti untuk mulai

mengembangkan dan menemukan obat baru yang efektif dan relatif aman. Salah satu alternatifnya adalah dengan menggali dan mengembangkan obat terutama yang berasal dari bahan alam khususnya tumbuhan (Tim, 1994). Beberapa penelitian tentang uji aktivitas antibakteri minyak atsiri pada tumbuhan telah banyak dilakukan. Aktivitas antibakteri minyak atsiri disebabkan karena minyak atsiri mengandung senyawa yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri. Komponen minyak atsiri yang mengandung gugus fenol seperti carvacrol, geraniol, menthol, terpinen-4-ol, linalol, kamfor, 1,8-sineol, menthon, D-limonen dan -pinen memiliki

aktivitas antibakteri terhadap Haemophilus influenza, Streptococcus pyogens, Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus dan Eschericia coli (Inouye et al., 2001). Aktivitas antibakteri minyak atsiri dipengaruhi oleh komposisi dan kosentrasi minyak atsiri serta jumlah dan jenis bakteri (Yuksel et al, 2006). Pada tanaman rosella telah dilakukan penelitian uji antibakteri ekstrak metanol, etanol dan air bunga rosella terhadap Staphylococcus auerus dan Escherichia coli. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri patogen seperti Shigella dysenteriae dan Bacillus cereus sampai saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakt (Jawetz et al, 2005). Bacillus cereus merupakan bakteri penyebab keracunan makanan, diare, infeksi

mata, dan meningitis (Jawtz et al, 2005). Shigella disenteriae adalah kuman patogen usus yang telah lama dikenal sebagai agen penyebab penyakit disentri basiler (Karsinah dkk, 1994). Penelitian tentang uji aktivitas antibakteri minyak atsiri rosella belum pernah dilakukan. Minyak atsiri terdapat pada hampir di semua bagian tumbuhan seperti akar, batang, buah, bunga, biji, dan daun, dalam rangka usaha pengembangan minyak atsiri serta pemanfaatannya sebagai obat tradisional maka perlu dilakukan penelitian untuk pendayagunaan potensi sumber daya hayati tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi, mengidentifikasi komponen kimia dan mengetahui potensi antibakteri minyak atsiri bunga dan daun rosella (H.sabdariffa Linn) dibandingkan dengan antibiotik sintetik yaitu amoksisilin dan kloramfenikol terhadap Shigella dysenteriae dan Bacillus cereus. Sehingga, hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan bukti ilmiah untuk mengembangkan antibiotik baru dari bahan alam khususnya minyak atsiri bunga dan daun rosella (H.sabdariffa Linn).

B. Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Kadar minyak atsiri dari suatu tumbuhan dipengaruhi oleh daerah tempat tumbuh serta pengambilan bagian tertentu dari tumbuhan. Pada umumnya rosella dapat tumbuh di daerah terbuka, sedangkan dalam pengambilan bagian tertentu dari tumbuhan harus spesifik. Hal ini dikarenakan setiap bagian tumbuhan memiliki kandungan senyawa yang berbeda. Bagian tumbuhan rosella terdiri atas akar, batang, bunga, biji, dan daun. Minyak atsiri tersusun atas senyawa volatil, sehingga diperlukan suatu metode yang tepat dalam mengisolasinya. Isolasi minyak atsiri dari suatu bahan alam dapat dilakukan denagn cara ekstraksi dan destilasi. Metode destilasi dapat dilakukan dengan menggunakan destilasi dengan air (Stahl distillation), destilasi dengan uap dan destilasi dengan uap dan air. Destilasi stahl merupakan destilasi yang mudah dan efisien karena alat yang digunakan sederhana dan murah, tetapi diperlukan perbandingan yang tepat antara pelarut dan bahan yang akan didstilasi untuk menghindari terjadinya kegosongan dan hidrodifusi. Keuntungan isolasi minyak atsiri dengan destilasi uap adalah suhu dapat dijaga kostan 100oC tetapi perpanjangan waktu penyulingan dapat menyebabkan penggumpalan bahan sehingga minyak atsiri tidak dapat terisolasi secara sempurna. Sedangkan isolasi minyak atsiri dengan destilasi uap dan air, suhu dan tekanannya dapat disesuaikan dengan bahan yang akan didestilasi lebih baik tetapi alat yang digunakan lebih rumit dan mahal.

Komponen minyak atsiri sebagian besar berupa golongan monoterpen dan sesquiterpen, oleh karena itu diperlukan suatu metode yang efektif untuk mengidentifikasi senyawa kimia tersebut. Identifikasi komponen minyak atsiri dapat dilakukan dengan cara analisis data dari : Kromatografi Lapis Tipis (KLT), Spektrometer Inframerah, UV-Vis dan Kromatografi Gas-Spektrometer Massa. Hasil analisis dari KLT dan Spektrometer Inframerah hanya memberi sedikit informasi karena minyak atsiri merupakan campuran dari senyawa golongan terpenoid yang dikenal tidak terlalu banyak mengandung gugus fungsi. Identifikasi minyak atsiri dengan UV-Vis jarang dilakukan karena struktur senyawa golongan terpenoid tidak menyerap sinar UV-Vis. Sedangkan dari hasil analisis Kromatografi Gas-Spektrometer Massa akan diperoleh informasi mengenai komposisi dan struktur komponen minyak atsiri. Minyak atsiri dari beberapa tumbuhan mempunyai aktivitas biologis sebagai antibakteri terhadap bakteri patogen. Tumbuhan rosella mempunyai manfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti infeksi saluran kemih, kaki pecah-pecah dan luka bakar ringan, bisul dan infeksi saluran pencernakan, sehingga diperlukan suatu bakteri patogen yang khas dan sesuai dengan tempat hidupnya. Bakteri patogen dibedakan menjadi dua kelompok yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram positif. Beberapa bakteri gram negatif adalah Enterobacter cloacae, Shigella dysenteriae, Legionella pneumophila, Proteus mirabilis, Pseudomonas aeruginosa, Moraxella catarrhalis, Haemophilus parainfluenza, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, sedangkan bakteri gram positif adalah Enterococcus faecalis, Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Streptococcus pyogenes. Untuk mengetahui aktivitas antibakteri diperlukan suatu metode yang mudah dan efisien antara lain dapat dilakukan dengan metode difusi dan dilusi. Metode difusi merupakan metode yang mudah dan efisien. Pada metode difusi, dasar pengamatannya adalah terbentuk atau tidaknya zona hambatan di sekeliling cakram atau silinder yang berisi zat antibakteri. Pada metode dilusi padat, dasar pengamatannya didasrkan pada kekeruhan dengan mengukur serapannya dengan spektrofotometri. Uji potensi suatu zat antibakteri bertujuan untuk mengetahui kekuatan antibakteri sampel bila dibandingkan terhadap suatu zat pembanding yaitu antibiotik lain. Berbagai jenis antibiotik sintetik telah dikembangkan untuk melawan penyakit infeksi. Antibiotik sintetik yang sering digunakan antara lain golongan -laktam. Antibiotik -laktam seperti ampisilin, amoksisilinm dan kloramfenikol merupakan antibiotik yang berspektrum luas yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.

2. Batasan Masalah a. Bagian tanaman rosella yang akan digunakan adalah bunga dan daunnya, yang diperoleh dari Karanganyar. b. Isolasi minyak atsiri dilakukan dengan metode destilasi Stahl. c. Identifikasi komponen minyak atsiri dari bunga dan daun rosella dilakukan dengan menggunakan analisis data GC-MS. d. Pengujian aktivitas antibakteri minyak atsiri bunga dan daun rosella terhadap dua bakteri yaitu Shigella dysenteriae dan Bacillus cereus. e. Pengujian aktivitas antibakteri pada minyak atsiri dilakukan dengan metode difusi dengan penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM). 3. Rumusan Masalah a. Berapa kadar minyak atsiri bunga dan daun rosella dengan metode destilasi Stahl? b. Komponen kimia apa saja yang dapat diketahui dalam minyak atsiri bunga dan daun rosella, dari analisis data GC-MS? c. Bagaimana aktivitas antibakteri minyak atsiri bunga dan daun rosella terhadap Shigella dysenteriae dan Bacillus cereus?

C. Tujuan Penelitian 1. Menentukan kadar minyak atsiri bunga dan daun rosella dengan metode destilasi Stahl. 2. Mengetahui komponen kimia minyak atsiri bunga dan daun rosella dari analisis data GC-MS. 3. Mengetahui aktivitas antibakteri minyak atsiri bunga dan daun rosella terhadap Shigella dysenteriae dan Bacillus cereus.

D. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi industri obat tradisional dengan memberikan informasi tentang komponen kimia serta aktivitas minyak atsiri bunga dan daun rosella sebagai antibakteri terhadap bakteri Shigella dysenteriae dan Bacillus cereus.

You might also like