You are on page 1of 5

Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011 (SNIPS 2011) 22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Efektifitas Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) pada Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Cahaya di Kelas VIII SMP Negeri 2 Muara Padang
Nely Andriani*, Imron Husaini, dan Lia Nurliyah
Diterima 25 Mei 2011, direvisi 23 Juni 2011, diterbitkan 2 Agustus 2011 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang efektivitas penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing pada mata pelajaran fisika pokok bahasan cahaya di kelas VIII SMP Negeri 2 Muara Padang. Efektivitas ditinjau berdasarkan aktivitas selama proses pembelajaran. Subjek penelitian yaitu siswa kelas VIII yang berjumlah 34 orang Tehnik Pengumpulan data menggunakan observasi untuk melihat keterlaksanaan proses pembelajaran . Dari analisa data diperoleh bahwa pada tahap pelaksanaan aktivitas siswa mencapai 100 % sedangkan pada tahap penutup (evaluasi) hanya mencapai 67 %. Secara keseluruhan diperoleh keterlaksanaan pembelajaran 88,7% dan persentase keaktifan siswa 73,3 %. Hal ini menunjukkan pembelajaran inkuiri terbimbing berhasil diterapkan untuk meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran fisika . Kata-kata kunci: inkuiri terbimbing, aktivitas Pendahuluan Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu [1]. Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat suatu proses yang menjadi inti kegiatan belajar disebut dengan pembelajaran yang menitikberatkan pada keterlibatan siswa dalam mempelajari sesuatu, tak terkecuali dalam mata pelajaran fisika. Karakteristik IPA (fisika) pada materi pembelajaran di SMP memfokuskan pada benda tak hidup, mulai dari benda tak hidup yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari seperti air, tanah, udara, batuan dan logam, sampai dengan benda-benda luar bumi dalam susunan tata surya dan sistem galaksi di alam semesta. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di SMP Negeri 2 Muara Padang, materi yang diterima oleh siswa berasal dari guru sebagai pusat informasi dan buku pegangan yang digunakan. Metode yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar yaitu metode ceramah dan terkadang diselingi dengan diskusi.. Permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya semangat siswa untuk belajar dan rendahnya pemahaman siswa dalam mempelajari fisika. Salah satu cara yang digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Dengan menggunakan model pembelajaran ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk berpikir sendiri, berdiskusi dan menganalisa dalam tahap-tahap penyajian masalah, pengumpulan data, pelaksanaan eksperimen, pengorganisiran data dan perumusan penjelasan sehingga dapat menemukan konsep berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang efektifitas penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) pada mata pelajaran fisika pokok bahasan cahaya di tinjau berdasarkan aktivitas selama proses pembelajaran. Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih aktif dalam belajar fisika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa dan memberikan masukan bagi guru mengenai model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran fisika dan dapat meningkatkan mutu pendidikan sekolah khususnya pada mata pelajaran IPA-fisika. Teori Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided inquiry) yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa [2]. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa.

ISBN xxx-x-xxxx-xxxx-x

http://portal.fi.itb.ac.id/cps/

Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011 (SNIPS 2011) 22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa yang mempunyai kemampuan berpikir rendah tetap mampu mengikuti kegiatankegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai intelegensi tinggi tidak memonopoli kegiatan. Pernyataan dan pertanyaan pengarah selain dikemukakan langsung oleh guru juga diberikan melalui pertanyaan yang terdapat dalam LKS (Lembar kerja Siswa). agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang disodorkan oleh guru. Piaget mengemukakan bahwa model inkuiri adalah model yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin mencari jawaban sendiri serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, kemudian membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan siswa lainnya [3]. Menurut Karli dan Yuliarianingsih (2003) Sintaks model pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut [4] a. Penyajian masalah atau menghadapkan siswa pada situasi teka teki. Pada tahap ini guru membawa situasi masalah kepada siswa. Permasalahan yang diajukan adalah masalah yang sederhana yang dapat menimbulkan keheranan. Hal ini diperlukan untuk memberikan pengalaman pada siswa, biasanya pada tahap ini dengan menunjukan contoh fenomena ataupun demonstrasi. Pengumpulan dan verifikasi data, siswa mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang mereka lihat dan alami pada tahap penyajian masalah. Eksperimen. Pada tahap ini, siswa melakukan eksperimen untuk menguji secara langsung. Kegiatan yang dilakukan berupa pengujian secara langsung mengenai hipotesis atau teori yang sudah diketahui sebelumnya. Peran guru dalam tahap ini adalah untuk memperluas informasi yang telah diperoleh. Tahap keempat adalah mengorganisir data dan merumuskan penjelasan. Pada tahap ini, guru mengajak siswa merumuskan penjelasan, kemungkinan besar akan ditemukan siswa yang mendapatkan kesulitan dalam mengemukakan informasi yang diperoleh yang berbentuk uraian penjelasan. Siswa-siswa yang demikian

e.

didorong untuk dapat memberi penjelasan yang tidak begitu mendetail. Tahap kelima adalah mengadakan analisis tentang proses inkuiri. Pada tahap ini, siswa diminta untuk menganalisis pola-pola penemuan mereka yang berupa kesimpulan. Tahap ini siswa dapat menuliskan kekurangan dan kelebihan selama kegiatan berlangsung dan dengan bantuan guru diperbaiki secara sistematis.

Aktivitas siswa adalah keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung, secara aktif baik fisik, mental, maupun emosional dari siswa itu sendiri [5]. Diedrich menyusun daftar yang berisi delapan macam kegiatan yang dilakukan siswa pada saat pembelajaran. Kegiatan tersebut meliputi aktivitas visual, lisan (Oral activities), mendengarkan (Listening activities), menulis (Writing activities), menggambar (Drawing ctivities), Aktivitas berfikir (Mental activities), Aktivitas gerak (Motion activities), Aktivitas emosi (Emotional activities). Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2 18 Februari 2010 di kelas VIII.2 SMP Negeri 2 Muara Padang dengan materi cahaya yaitu perambatan cahaya, pemantulan cahaya dan pembiasan cahaya, serta pembentukan bayangan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen tanpa kelas pembanding. Tehnik pengumpulan data menggunakan observasi, yaitu: observasi aktivitas siswa selama kegiatan berlangsung dan observasi keterlaksanaan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh 3 observer Hasil dan diskusi Data hasil observasi aktivitas siswa dan keterlaksanaan model pembelajaran terdapat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa persentase pada kemunculan setiap indikator tidak mencapai 100%, walaupun begitu aktivitas siswa pada setiap pertemuan yang semakin meningkat ini memperlihatkan antusias siswa yang semakin meningkat dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan. Karena antusias siswa semakin tinggi sehingga untuk kegiatan penutup tidak terlaksana dengan maksimal yang mengakibatkan kemunculan deskriptor lebih sedikit. aktivitas siswa mengalami peningkatan walaupun tidak signifikansi.

b.

c.

d.

ISBN xxx-x-xxxx-xxxx-x

http://portal.fi.itb.ac.id/cps/

Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011 (SNIPS 2011) 22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa.


Indikator Observasi Pendahuluan Deskriptor Observasi Datang waktu tepat Pertemuan ke- / Jumlah deskriptor yg muncul 1 2 3 4 31 31 32 33

Tabel 2. Data Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran.


Pertemuan ke- / Jumlah deskriptor yg muncul 1 2 3 4 3 3 3 3

Indikator

Deskriptor

mempersiapkan alat tulis dan buku pelajaran fisika yang digunakan Mencatat tujuan pembelajaran Membaca buku panduan atau buku pelajaran fisika Memperhatikan penjelasan guru Inti Mengamati penyajian bahan/ demonstrasi Melakukan percobaan berdasarkan LKS yang tersedia melakukan diskusi kelompok dan diskusi kelas menjawab pertanyaan guru yang disampaikan secara lisan Mengerjakan soal-soal fisika dengan menulis Penutup Dapat mengungkapkan kembali apa yang telah dipaparkan di dalam kelas Mendengarkan penjelasan guru tentang rangkuman materi yang dipelajari Bertanya pada guru tentang penjelasan yang kurang jelas Mmengambil kesimpulan dari pembelajaran Memaparkan evaluasi dari kegiatan yang dilakukan

26

26

27

30

20

21

22

24

24

25

27

29

31

31

32

33

28

29

27

32

31

31

32

33

31

31

32

33

16

17

18

19

21

22

23

24

14

15

16

18

22

23

25

26

21

23

24

26

20

21

23

25

15

17

18

18

Kegiatan menyampaikan tujuan Pendahu- pembelajaran luan melakukan tanya jawab dalam rangka mengeksplorasi pengetahuan awal, pengalaman, dan ideide siswa dengan materi yang akan diajarkan membentuk kelompok belajar siswa terdiri dari 5 -6 orang memberikan penjelasan tentang tahap-tahap model pembelajaran inkuiri terbimbing Kegiatan membimbing siswa agar Inti mengetahui tujuan dari Tahap demostrasi yang Penyaji- dilakukan an Mengajaksiswa Masalah membuat prediksiprediksi tentang fenomena yang akan dipelajari. Tahap mengarahkan siswa Pengum- menemukan konsep pulan pada kegiatan demostrasi. dan Verifikasi membimbing siswa data dalam memberikan jawaban Tahap menjelaskan alat dan Ekspebahan yang digunakan rimen dalam percobaan membimbing siswa melakukan percobaan dan bekerja sama dalam kelompok kecil Tahap membimbing siswa Merumus melakukan diskusi -kan kelompok untuk penjelas- menemukan solusi dari an percobaan yang telah dilakukan mengarahkan siswa selama penyajian hasil percobaan dan diskusi kelompok Tahap melakukan koreksi dan Analisis penguatan dari hasil Proses percobaan siswa yang Inkuiri telah didiskusikan. bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Kegiatan menganalisis proses Penutup pembelajaran inkuiri berupa kelebihan dan kekurangan Memberi arahan untuk pembelajaran selanjutnya

Pada pertemuan pertama dengan materi perambatan cahaya, aktivitas siswa yang

ISBN xxx-x-xxxx-xxxx-x

http://portal.fi.itb.ac.id/cps/

Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011 (SNIPS 2011) 22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

mencapai lebih dari 50% kemunculannya adalah aktivitas emosi, aktivitas menulis, aktivitas mendengarkan, visual sedangkan aktivitas lisan dan berfikir masih kurang Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa melaksanakan kegiatan sehingga mengalami kesulitan terutama pada tahap pengumpulan dan verifikasi data, tahap organisir data dan merumuskan penjelasan serta tahap analisis. Pada ketiga tahap tersebut siswa masih merasa bingung dalam menjawab pertanyaan dan proses diskusi tidak berjalan sesuai dengan rencana sehingga diperlukan bimbingan lebih dari guru. Pada pertemuan kedua dengan materi pemantulan cahaya, siswa sudah mampu menyampaikan pendapatnya dan bertanya ketika ditemukan kesulitan. Pada pertemuan ketiga dengan materi pembentukan bayangan pada cermin lengkung, siswa sudah mampu menyampaikan pendapatnya dan bertanya ketika ditemukan kesulitan dan aktivitas berfikir dimana mampu membuat gambar berdasarkan kegiatan pada tahap eksperimen yang dilakukan. Pada pertemuan keempat dengan materi pembiasan cahaya, siswa semakin menunjukkan perubahan bukan hanya aktivitas yang sudah tercapai pada pertemuan sebelumnya tetapi juga menunjukkan aktivitas lisan dan berfikir dimana siswa mampu menjawab pertanyaan dan berdiskusi dalam kelas. Pada pertemuan ini peranan guru cukup baik karena seluruh peranan guru sudah terlaksana walaupun pada salah satu peranan masih terlihat belum optimal pada kegiatan akhir. Pada pertemuan akhir pembelajaran yang dilakukan tahapan sudah terlaksana walaupun masih terdapat kekurangan dari pelaksanaan tahapan-tahapan tersebut. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan antusias siswa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan siswa menjadi fokus dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun beberapa kekurangan dari model pembelajaran inkuiri terbimbing ini, diantaranya adalah suasana kelas menjadi ramai, hal itu memungkinkan mengganggu proses belajar dan konsentrasi siswa, dalam proses pembelajaran terutama pada kegiatan diskusi belum optimal karena posisi duduk siswa pada saat diskusi menyulitkan siswa untuk diskusi. Hal itu merupakan kelemahan fungsi guru dalam mengelola kelas sehingga dalam penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dibutuhkan pengelolaan kelas yang baik artinya dituntut kinerja yang ekstra bagi guru untuk bisa mengendalikan kelas dalam kegiatan pembelajaran serta membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk mendapatkan hasil yang maksimal pada tiap fase

pembelajarannya. Jika hal itu dapat terlaksana dengan baik maka proses belajar mengajar yang dilakukan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing baik dari aspek kognitif maupun antusias yang dilakukan siswa (aktivitas siswa) dapat menghasilkan hasil yang memuaskan. Berdasarkan tabel keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing oleh guru di atas terlihat pada indikator tahap pelaksanaan (kegiatan inti) mencapai persentase 100%, artinya pada fase ini telah terlaksana kegiatan pembelajaran dengan sangat baik. Hal ini dikarenakan fase-fase pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru masih dapat dipahami dan dilaksanakan dengan baik. Pada indicator kegiatan pendahuluan pada pertemuan pertama 100% sedangkan pertemuan selanjutnya 75% dikarenakan ada beberapa Klasifikasi yang tidak terlaksana saat guru menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing ini yaitu dalam pembentukan kelompok hanya dilakukan pada pertemuan awal sehingga persentase kecil pada pertemuan selanjutnya. Sedangkan pada indicator kegiatan penutup pada awal pertemuan hanya 33% meningkat pada pertemuan selanjutnya menjadi 67%, hal itu dikarenakan waktu yang digunakan sangat terbatas sehingga pada tahap evaluasi tidak terlaksana dengan baik. Jadi, secara keseluruhan keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dikatakan baik. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif diterapkan dalam mata pelajaran fisika pokok bahasn cahaya di SMPN 2 Muara Padang dan memerlukan disiplin dalam menggunakan waktu yang telah dialokasikan, misalnya memberikan batasan waktu saat praktikum, diskusi, agar tahapan-tahapan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Referensi [1] Trianto Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif Kencana, Jakarta, 2009, p15-16 [2] Prudent, Agung. 2009. Model-model Pembelajaran Inkuiri. http://www.agungprudent.wordpress.com/ [Diakses tanggal 19 Juli 2009] [3] Mulyasa, E.Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan PT. Remaja Rosdakarya. Bandung 2005.p 205 [4] Yogaswara, Yoga. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains

ISBN xxx-x-xxxx-xxxx-x

http://portal.fi.itb.ac.id/cps/

Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011 (SNIPS 2011) 22-23 Juni 2011, Bandung, Indonesia

Siswa pada Pembelajaran Fisika di SMA. Skripsi . UPI Bandung. [5] Imron, Ali. Pembinaan Guru di Indonesia. Malang: Balai Pustaka. 1995 p.107 Nely Andriani*
Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya nelyandriani@yahoo.co.id

Imron Husaini
Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya

Lia Nurliyah
SMAN 1 Tanjung Lago Selatan Banyuasin 2, Sumatera

ISBN xxx-x-xxxx-xxxx-x

http://portal.fi.itb.ac.id/cps/

You might also like