You are on page 1of 45

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih baik. Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Depkes RI, 2002). Masalah kesehatan masyarakat di Indonesia masih banyak, salah satunya adalah anemia. Anemia adalah penyakit yang ditandai oleh rendahnya kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah sehingga mengakibatkan fungsi dari Hb untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh tidak berjalan dengan baik. Kasus anemia di Indonesia, umumnya terjadi karena kekurangan zat besi. Persoalan zat besi masih menjadi persoalan serius bagi Indonesia karena kekurangan zat besi memainkan andil besar terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia. Diperkirakan 20% sampai 80% anak di Indonesia menderita anemia gizi besi. (Sutaryo dalam Republika, 2009) Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga di Indonesia tahun 2001 prevalensi anemia pada remaja sekitar 26,5%. Jenis dan besaran masalah gizi di 1

Indonesia tahun 2001-2003 menunjukkan 3,5 juta remaja dan WUS menderita anemia gizi besi (Sutaryo dalam Republika, 2009). Dampak yang ditimbulkan anemia gizi besi ini, terutama pada anak sekolah antara lain adalah kesakitan dan kematian meningkat, pertumbuhan fisik, perkembangan otak, motorik, mental dan kecerdasan terhambat, daya tangkap belajar menurun, pertumbuhan dan kesegaran fisik menurun serta interaksi sosial kurang. Bahkan anemia dapat menurunkan produktivitas kerja hingga 20%. Keadaan ini tentu memprihatinkan bila menimpa anak-anak Indonesia yang akan menjadi penerus pembangunan (Depkes RI, 2005). Salah satu masalah serius yang menghantui dunia kini adalah konsumsi makanan olahan. Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya setelah dewasa dan berusia lanjut. Kekurangan besi dapat menimbulkan anemia dan keletihan kondisi yang menyebabkan mereka tidak mampu merebut kesempatan bekerja. Remaja memerlukan lebih banyak besi dan wanita membutuhkan lebih banyak lagi untuk mengganti besi yang hilang bersama darah haid. Dampak negatif kekurangan mineral sering tidak kelihatan sebelum mereka mencapai usia dewasa (Arisman, 2004). Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan merupakan salah satu institusi dimana semua komponen didalam nya terdiri dari wanita. Diketahui bahwa sebagian besar mahasiswi belum pernah memeriksakan Hb nya karena kesibukan perkuliahan dan merasa tidak mengalami gangguan kadar Hb. Untuk itu perlu diadakan suatu penelitian kepada mahasiswi Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan

Kebidanan menyangkut masalah Hb, sampai sejauhmana motivasi dan sikap mahasiswi kebidanan terhadap pemeriksaan Hb nya sendiri. Pentingnya penelitian ini diadakan mengingat sebagai seorang mahasiswi yang nantinya akan berhubungan langsung dengan masyarakat akan memberikan nasehat dan penyuluhan tentang kesehatan yang harus di mulai dari diri sendiri. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya gambaran motivasi dan sikap mahasiswa kebidanan tentang periksa Hb. Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka pertanyaan

penelitian yang timbul adalah : 1. Bagaimana gambaran motivasi mahasiswa kebidanan tentang periksa Hb ? 2. Bagaimana gambaran sikap remaja mahasiswa kebidanan tentang periksa Hb?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Diperolehnya gambaran motivasi dan sikap mahasiswa kebidanan tentang periksa Hb. 2. Tujuan khusus a. Diketahuinya gambaran motivasi mahasiswa kebidanan tentang periksa Hb b. Diketahuinya gambaran sikap mahasiswa kebidanan tentang periksa Hb

D. Manfaat penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Bagi Poltekkes Jambi Diharapkan dapat digunakan sebagai informasi untuk meningkatkan motivasi mahasiswa agar memulai pemeriksaan pada diri sendiri. 2. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan masukan untuk pengembangan penelitian tentang masalah kesehatan remaja yang lebih lanjut dengan variabel yang berbeda E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional untuk mengetahui gambaran motivasi dan sikap mahasiswa kebidanan tentang pemeriksa haemoglobin di Poltekkes Jambi kota Jambi tahun 2010. Poltekkes

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi kebidanan

Kemenkes Jambi. Sampel penelitian menggunakan estimasi dengan alokasi sampel porposional (Ariawan, 1998:63). Jumlah sampel penelitian adalah 72 orang, dimana pengambilan sampel secara acak berdasarkan porposi masing-masing kelas. Analisis data yang digunakan secara univariat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja 1. Pengertian Masa Remaja (Adolesence) Masa remaja adalah masa yang penting dalam perjalanan kehidupan manusia, karena merupakan jembatan antara kanakkanak yang bebas dan masa dewasa yang bertanggung jawab. Pada masa ini ditandai pula dengan perubahanperubahan yang belum siap diterima oleh remaja itu sendiri dan lingkungannya (keluarga dan masyarakat), sehingga tidak jarang hal itu menimbulkan masalah. (Depkes RI, 1995:27) Menurut World Health Organization (WHO 1994), remaja sebagai individu yang sedang mengalami peralihan secara berangsurangsur mencapai kematangan seksual, jiwanya berkembang dari jiwa kanakkanak menjadi dewasa dan keadaaan ekonomi beralih dari ketergantungan menjadi relatif mandiri (Depkes RI, 1995:3) Remaja merupakan kelompok masyarakat yang berada pada kelompok usia 1124 tahun dan mengalami perubahanperubahan yang bersifat psikologis, fisik dan fisiologis (Setiawan, 1998:1). Remaja merupakan peralihan dari anakanak menuju dewasa kurang lebih umur 12 24 tahun (Wahid, 1996:i), remaja sebagai individu yang mengalami peralihan secara berangsurangsur.

Menurut Freud yang dikutip didalam Kartono (1995:186) menggambarkan usia remaja sebagai usia yang penuh badai dan tekanan, suatu tahapan ketika sifatsifat manusia yang baik dan buruk tampil secara bersamaan. Anna Freud membagi usia remaja dibagi menjadi empat tahapan, yaitu : a. Masa Juvenile Suatu tahapan usia yang terletak antara masa anak dan masa pra remaja, perkembangan intelektual berkembang sangat cepat, dan seorang anak mulai mempunyai perhatian terhadap lawan jenisnya. b. Masa Pra Remaja Masa dimana seorang anak secara pasti beranjak keluar dari lingkungan keluarga dan belajar mengenal berbagai manusia di dunia luar, tetapi ia belum sepenuhnya terlepas dari orang tua. c. Masa Remaja Awal Dalam masa ini kebutuhan sosial seorang remaja adalah

mengembangkan hubungan yang semakin mendalam, ia mulai merasakan perkembangan kebutuhan interpersonal yaitu kebutuhan untuk

mendapatkan kepuasan birahi yang dicoba untuk diintegasikan dengan kebutuhan interpersonal lainnya yaitu kebutuhan akan rasa aman. d. Masa Remaja Akhir Pada masa ini remaja telah mencapai kemampuan untuk

mengembangkan citacita sesuai dengan pengalaman dan pendidikannya, ia sudah mampu mengarahkan nafsu genitalnya menjadi hubungan interpersonal yang ia sesuaikan dengan budaya, kesempatan, dan

persahabatan dengan seseorang yang ia anggap sesuai. Pada tahap ini seorang remaja sudah berkembang menjadi seorang manusia yang utuh. Menurut Depkes RI. (2003:68), segmentasi pelayanan kesehatan peduli remaja dibagi menjadi tiga bagian : 1) Remaja tidak bermasalah Seluruh remaja baik yang tidak berperilaku berisiko dan tidak mempunyai masalah. Kelompok ini merupakan bagian tebesar dari remaja yang membutuhkan pengetahuan mengenai masalah

kesehatan reproduksi dengan benar sehingga keputusan yang diambil sudah diketahui resikonya. 2) Remaja berisiko Remaja yang pernah melakukan perilaku yang berisiko bagi kesehatan seperti merokok, minum-minuman keras, menggunakan narkoba dan melakukan seksual di luar nikah. 3) Remaja bermasalah Remaja yang telah melakukan perilaku berisiko dan sudah mengalami dampaknya, atau remaja yang mengalami tindakan kekerasan. Faktorfaktor yang diduga menjadi penyebab masalah remaja antara lain adanya perubahanperubahan biologik dan psikologik yang akan memberikan dorongandorongan tertentu, sering kali tidak diketahui oleh remaja itu sendiri. Orang tua kurang siap untuk memberikan informasi yang benar dan tepat tentang pendidikan seks, berbagai kendala

diantaranya ketidaktahuan dan anggapan disebagian besar masyarakat bahwa pendidikan seks adalah tabu (Depkes RI, 1993:2). Remaja adalah sekelompok orang yang berada dalam masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Masa ini lazim disebut pubertas yang ditandai perubahan fisik yang cukup mencolok pada laki-laki maupun perempuan. Selain itu perubahan juga terjadi pada pikiran perasaan dan perilaku. (http://kespro.info/krr/materi/remaja.htm) Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Pada masa peralihan tersebut sering timbul permasalahan penyimpangan perilaku seksual sebagai akibat adanya tekanan dari dalam maupun dari luar. Tekanan dari dalam (internal) adalah tekanan dari dalam diri remaja sebagai pengaruh fungsi hormonal dan emosi, sedangkan tekanan dari luar (eksternal) adalah tekanan yang berasal dari luar diri remaja seperti tekanan kelompok sebaya, orang tua dan sosial (http://www.Kespro.com). Mendefenisikan remaja untuk masyarakat Indonesia sama sulitnya dengan menetapkan defenisi remaja secara umum. Walaupun demikian sebagai pedoman umum kita dapat menggunakan batasan usia 1124 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan pertimbangan sebagai berikut (http://www.kespro.com) : a. Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai nampak (kriteria fisik). Pada usia tersebut mulai ada, tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti tercapainya

identitas diri, tercapainya puncak perkembangan kongenitif maupun moral. b. Batasan usia 24 tahun merupakan batasan maksimal, yaitu untuk memberikan peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua. c. Dalam defenisi di atas status perkawinan sangat menentukan seseorang yang sudah menikah pada usia berapa pun dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa penuh. Karena itu defenisi remaja disini dibatasi khusus untuk yang belum menikah. 2. Perkembangan Remaja Menurut Widjanarko (1999:9) bahwa pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat pada bentuk fisik, hormonal dan mental emosional, sering kali perubahanperubahan ini belum siap diterima oleh remaja dan lingkungannya. Sehingga dapat mengakibatkan timbulnya masalah, seharusnya setiap remaja memahami perubahan yang terjadi dalam dirinya dan setiap remaja, perlu memahami pergaulan yang sehat antara pria dan wanita. Ada beberapa perkembangan psikologis remaja agar kita lebih biasa memahami jiwa remaja diantaranya adalah (Hamalik, 1990:134) a. b. c. d. e. Pembentukkan konsep diri Perkembangan intelengensi Perkembangan peran sosial Perkembangan peran seksual Perkembangan moral dan religi

10

Dalam proses penyesuaian ini menuju kedewasaan ada 3 tahap perkembangan remaja (Hamalik, 1990:135) a. Remaja awal, seseorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan yang menyertai perubahan itu. b. Remaja madya, pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan senang kalau banyak yang menyukainya c. Remaja akhir, tahap ini masa konsolidasi menuju periode dewasa.

B. Hemoglobin 1. Pengertian Hemoglobin. Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk bulat yang terdiri dari 4 subunit. Setiap subunit mengandung satu bagian heme yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida. Heme adalah suatu derivat porfirin yang mengandung besi. Polipeptida itu secara kolektif disebut sebagai bagian globin dari molekul hemoglobin. Ada dua pasang polipeptida didalam setiap molekul hemoglobin (Cuningham 2006:313). Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan hemoglobin yang rendah dengan demikian mengindikasikan anemia (Manuaba, 1998:145). Pengertian lain hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Hemoglobin mempunyai afinitas terhadap oksigen dan dengan oksigen itu

11

membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Paath, et al, 2004:134). Hemoglobin (kependekan: Hb) merupakan molekul protein di dalam sel darah merah yang bergabung dengan oksigen dan karbon dioksida untuk diangkut melalui sistem peredaran darah ke tisu-tisu dalam badan. ion besi dalam bentuk Fe+2 dalam hemoglobin memberikan warna merah pada darah. Dalam keadaan normal 100 ml darah mengandungi 15 gram hemoglobin yang mampu mengangkut 0.03 gram oksigen. (dari Wikepedia, 2009)

2. Pengukuran Hemoglobin Terdapat beberapa cara bagi mengukur kandungan hemoglobin dalam darah, kebanyakannya dilakukan secara automatik oleh mesin yang direka khusus untuk membuat beberapa ujian terhadap darah. Di dalam mesin ini, sel darah merah diceraikan untuk mengasingkan hemoglobin dalam bentuk larutan. Hemoglobin yang terbebas ini dicampur dengan bahan kimia yang mengandungi cyanide yang mengikat kuat dengan molekul hemoglobin untuk membentuk cyanmethemoglobin. Dengan menyinarkan cahaya melalui larutan

cyanmethemoglobin dan mengukur jumlah cahaya yang diserap (khususnya bagi gelombang antara 540 nanometer), jumlah hemoglobin dapat ditentukan. Aras hemoglobin biasanya ditentukan sebagai jumlah hemoglobin dalam gram (gm) bagi setiap dekaliter (100 mililiter). Aras hemoglobin normal bergantung kepada usia, awal remaja, dan jantina seseorang itu. Aras normal adalah :

12

a. Baru lahir : 17-22 gm/dl b. Usia seminggu : 15-20 gm/dl c. Usia sebulan : 11-15gm/dl d. Kanak-kanak: 11-13 gm/dl e. Lelaki dewasa: 14-18 gm/dl f. Wanita dewasa: 12-16 gm/dl g. Lelaki separuh usia: 12.4-14.9 gm/dl h. Wanita separuh usia: 11.7-13.8 gm/dl Paras hemoglobin yang rendah merupakan satu keadaan yang dikenali sebagai anemik. Terdapat beberapa sebab berlakunya anemia. Sebab utama biasanya kehilangan darah (kecederaan teruk, pembedahan, pendarahan kanser kolon), kekurangan vitamin (besi, vitamin B12, folate), masalah sum-sum tulang (penggantian sum-sum tulang oleh barah, pemendaman oleh rawatan dadah chemotherapy, kegagalan buah pinggang (ginjal)), dan hemoglobin tidak normal (anemia sel sabit). Paras hemoglobin yang tinggi pula terdapat dikalangan mereka yang tinggal di kawasan tanah tinggi dan perokok. Pendehidratan menghasilkan kadar hemoglobin tinggi palsu yang hilang apabila kandungan air bertambah. Sebab lain adalah penyakit paru-paru, sesetengah ketumbuhan, masalah sum-sum yang dikenali sebagai polycythemia rubra vera, dan penyalahgunaan hormon erythropoietin (Epogen) oleh ahli sukan bagi tujuan meningkatkan prestasi dalam acara sukan masing-masing (dari Wikepedia, 2009)

13

C. Anemia 1. Definisi Anemia Anemia adalah suatu keadaan tubuh yang ditandai dengan defisiensi pada ukuran dan jumlah eritrosit atau pada kadar haemoglobin yang tidak mencukupi untuk fungsi pertukaran O2 dan CO2 diantara jaringan dan darah (http://www.suaramerdeka.co.id/cetak-berita.asp?id=175364&kat-id=105& edisi=Cetak). Anemia adalah kadar haemoglobin dalam darah kurang dari 12g/100 ml, baik pria maupun wanita (Prawirohardjo, 2005). Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar Hb di bawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr% pada trimester 2 (Saifuddin,2002). Anemia dalam kehamilan adalah dimana kadar hemoglobin dibawah 10gr% (Prawirohardjo,2005). Menurut standar pelayanan kebidanan (2001) anemia pada ibu hamil dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau Hb < 10gr% pada trimester II. 2. Etiologi a. Menurut Stright (2001) penyebab anemia adalah : 1) Defisiensi nutrisi, defisiensi besi atau anemia megablastik

yang mencakup defisiensi asam folat dan defisiensi B12. 2) 3) Kehilangan darah akut dan kronis Hemolisis (misal : anemia sel sabit, thalasemia, atau

glukosa 6 fosit dehidrogense) b. Menurut Farrer (2001) ada tiga penyebab anemia, yaitu :

14

1)

Defisiensi zat besi

Anemia defisiensi besi bisa disebabkan oleh asupan zat besi dari makanan yang tidak memadai, absorsi yang jelek, hiperemesis, kehilangan darah haid yang banyak, kehamilan yang sering dan berkalikali. 2) Defisiensi asam folat

Sebagian besar wanita hamil yang beresiko adalah para wanita yang memiliki riwayat perdarahan ante partum atau retardasi pertumbuhan pada bayinya, wanita-wanita dengan kondisi sosial ekonomi yang buruk, wanita dengan kehamilan kembar. 3) Talasemia minor

Pada keadaan ini terdapat sintesis hemoglobin yang abnormal sehingga menurunkan jumlah sel darah merah dan menimbulkan hemolisis dini. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Anemia Faktor yang mempengaruhi timbulnya anemia secara garis besar dikelompokkan menurut Depkes RI, (1995) sebagai berikut : a. Sebab langsung 1) Ketidakcukupan makanan

Kurangnya zat besi didalam tubuh disebabkan oleh : a) Kurang makan sumber makanan yang mengandung zat besi. b) Makan cukup namun yang dimakan biovailibilitas besinya rendah sehingga jumlah zat besi yang diserap kurang. c) Makanan yang dimakan mengandung zat penghambat penyerapan besi.

15

2)

Infeksi penyakit

Beberapa infeksi penyakit memperbesar resiko menderita anemia. Infeksi itu umumnya adalah cacingan, dan malaria. b. Sebab tidak langsung Perhatian terhadap wanita rendah di keluarga,wanita didalam keluarga masih kurang diperhatikan dibandingkan dengan laki-laki. Contohnya : Kurangnya perhatian dan kasih sayang keluarga terhadap wanita dan anak wanita. Misalnya penyakit pada wanita atau penyakit yang terjadi pada waktu kehamilan dianggap sebagai suatu hal yang wajar. c. Sebab mendasar 1) Pengetahuan dan pendidikan yang rendah

Anemia gizi lebih sering terjadi pada kelompok penduduk yang berpengetahuan dan berpendidikan rendah. Kelompok ini umumnya : a) faktor lainya b) Kurang mempunyai akses mengenai Kurang memahami kaitan anemia dengan

informasi anemia dan penanggulangannya c) Kurang dapat memilih bahan makanan

yang bergizi, khususnya yang mengandung zat besi relatif tinggi dan d) kesehatan yang tersedia. 2) Ekonomi yang rendah Kurang dapat menggunakan pelayanan

16

Anemia gizi juga lebih sering terjadi pada golongan ekonomi yang rendah, karena beberapa hal berikut : a) Kelompok penduduk ekonomi rendah

kurang mampu membeli makanan sumber zat besi karena harganya relatif mahal. b) Kurang mempunyai akses terhadap

layanan kesehatan yang tersedia. 3) Status sosial wanita yang masih rendah di masyarakat

Beberapa contoh dari masih rendahnya status wanita dibandingkan lakilaki adalah sebagai berikut : a) Rata-rata pendidikan wanita lebih rendah

dari laki-laki. Hal ini terjadi antara lain karena anggapan bahwa anak perempuan tidak perlu sekolah yang tinggi. b) Adanya kepercayaan yang merugikan

seperti pantang makanan tertentu, mengurangi makan setelah trimester III agar bayinya kecil sehingga mudah melahirkan. 4) 5) Lokasi geografis yang buruk Anemia gizi juga lebih mudah terjadi pada daerah

geografis yang buruk, yaitu lokasi yang menimbulkan kesulitan dari segi pendidikan dan ekonomi. Seperti daerah terpencil. 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Darah Faktor yang mempengaruhi pembentukan darah adalah sebagai berikut:

17

a. dari makanan terdiri dari : 1) Protein, glukosa, dan lemak

Komponen (bahan) yang berasal

2) Vitamin 12, B6, asam folat dan vitamin 3) Elemen dasar, Fe, ion, cu, dan Zink b. c. terhadap bahan yang diperlukan d. Umur sel darah merah (eritrosit) Pembentukan darah, sumsum tulang Kemampuan resorbsi usus halus

terbatas sekitar 120 hari. Sel-sel darah merah yang sudah tua dihancurkan kembali menjadi bahan baku untuk membentuk sel darah yang baru (Manuaba, 1998). 5. Makanan Sumber Zat Besi Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Zat besi secara alamiah diperoleh dari makanan (Depkes RI, 1995). Zat-zat anti anemia : a. Asam Folat

Sumbernya sayuran berwarna hijau, hati, ikan, daging, buah-buahan. Kebutuhan sehari 50-100 mg. Dikonsumsi bersama zat besi jika wanita anemia. Mengurangi resiko defek tabung neural jika dikonsumsi sebelum konsepsi dan selama 6 minggu pertama kehamilan. b. Zat Besi (Fe)

18

Diperlukan pada kehamilan, 30 mg elemen besi tiap hari ( 150 mg Besi sulfat, 300 mg besi glukonat atau 100 mg besi fumarat). Zat besi paling baik dikonsumsi diantara waktu makan bersama dengan jus jeruk. Dalam

makanan, besi terikat sebagai ferro kompleks, tetapi dalam lambung diubah menjadi ferro klorida, resorpsi hanya berlangsung dalam duodenum, dalam lingkungan asam netral garam ferro lebih mudah larut. Kebutuhan besi sehari 1-2 mg.

c.

Vitamin B12

Sumber vitamin B12 adalah makanan dari hewan, hati, daging, telur, susu. Kebutuhan sehari 2-5 mg d. Suplemen Vit.C

Diminum sebanyak 250 mg/hari bersama dengan makanan, dapat meningkatkan absorpsi besi nonhem, mungkin meningkatkan absorpsi suplemen besi dan mungkin sebagai profilaktik untuk perdarahan pascapartum. 6. Suplemen Tablet Tambahan Darah Tablet Tambah Darah (TTD) adalah suplemen zat gizi yang mengandung 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat (sesuai rekomendasi WHO). Tablet tambah darah bila diminum secara teratur dan sesuai aturan dapat mencegah dan menanggulangi anemia gizi. 7. Penyebab Anemia

19

Sumsum tulang membuat sel darah merah. Proses ini membutuhkan zat besi, dan vitamin B12 dan Asam folat. Eritropoictin (Epo) merangsang membuat sel darah merah. Anemia dapat terjadi bila tubuh kita tidak membuat sel darah merah secukupnya. Anemia juga disebabkan kehilangan atau kerusakan pada sel tersebut. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan anemia : a. Kekurangan zat besi, vitamin B12 atau asam ginjal b. Kerusakan pada sumsum tulang atau ginjal c. Kehilangan darah akibat perdarahan dalam atau siklus haid perempuan d. Penghancuran sel darah merah (anemia hemolitik) (http:// spiritia. Orid/li/bacali.php?) Kebutuhan ibu selama kehamilan ialah 800 mg besi, di antaranya 300 mg untuk janin plasenta dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu. Dengan demikian ibu membutuhkan tambahan sekitar 2 3 mg besi/hari. Perlu diingat ada beberapa kondisi yang menyebabkan difisiensi kalori besi, misalnya infeksi kronik, penyakit hati dan thalassemia (Saifuddin,2002). Efek samping berupa gangguan perut pada pemberian besi oral menurunkan kepatuhan pemakaian secara massal, ternyata rata-rata hanya 15 tablet yang dipakai oleh wanita hamil (Saifuddin, 2002)

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manusia 1. Pengetahuan

20

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bwah perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmojdo. 2003:121). Ini selaras dengan pendapat Klangie (1994) dalam Aryanti (2003:51) menyatakan semakin kurang pengetahuan kesehatan secara umum semakin besar pula kegiatan-kegiatan yang dilakukan tergolong merugikan kesehatan. Penelitian yang dilakukan Nirmala (2004:47) ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan perilaku pemberian ASI secara dini. Ibu yang memiliki pengetahuan baik akan terdorong untuk memberikan ASI dini kepada bayinya, sedangkan ibu dengan pengetahuan kurang baik akan cenderung untuk tidak menyusui bayinya secara dini. 2. Sikap Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo 1997:130-131). Newcomb seorang ahli psikologi yang dikutip Notoatmodjo menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Menurut Kwick (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (1997:123), sikap merupakan suatu kecendrungan dalam melakukan tindakan terhadap suatu objek, yaitu menyenangi atau tidak menyenangi suatu objek tersebut. Sedangkan menurut Chappman (1991:1) berpendapat bahwa sikap adalah cara seseorang

21

mengkomunikasikan suasana hatinya pada orang lain, atau cara seseorang melihat sesuatau mental. Adapun pendapat dari Widayatun (1999:218), tentang sikap yaitu suatu keadaan mental dan sarag yang didapat melalui pengalaman dan memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkait. Allport (1959) yang dikutip oleh Notoatmodjo (1997:131) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok, yakni : a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c. Kecendrungan untuk bertindak (trinto be have) Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni (Notoatmodjo, 1997:132). a. Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). b. Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap ibu karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bawah orang menerima ide tersebut. c. Menghargai (Valuving)

22

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. d. Bertanggung jawab (Responding) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu hanya mau memberikan ASI saja kepada bayinya selama 6 bulan. 3. Kerangka Teori Sebagai bahan acuan dalam penelitian, kerangka teori perilaku kesehatan yang digunakan adalah teori Green dalam (Notoatmodjo, 1993:102-103) sebagai berikut : a. Faktor predisposing Faktor ini merupakan antesenden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Adapun yang termasuk kedalam faktor tersebut, pengetahuan, sikap, keyakinan, demografi (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dll) dan nilai-nilai. b. Faktor Enabling (pemungkin) Faktor ini merupakan anteseden terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Adapun yang termasuk pada faktor ini adalah keterampilan, sumber daya pribadi dan sumber daya komuniti, sarana dan prasarana. c. Faktor Reinforcing (penguat) Faktor ini merupakan penyerta perilaku yang memberikan ganjaran, inisiatif atau hukuman atas perilaku dan peran bagi menetap atau lenyapnya perilaku

23

tersebut. Adapun yang termasuk kedalam faktor ini adalah manfaat sosial dan jasmani. Gambaran nyata ataupun tidak nyata yang tidak pernah diterima oleh pihak lain (vicarious re-wards) undang-undang, peraturan. Kerangka tersebut bisa kita lihat sebagai berikut :

24

Bagan 2.1 Kerangka Teoritis

Faktor predisposisi Pengetahuan Motivasi Nilai Sikap (variabel demografi tertentu)

Faktor pemungkin : Ketersediaan sarana kesehatan Akses sarana kesehatan Prioritas/komitmen masyarakat/pemerintah terhadap kesehatan

2 Perilaku Kesehatan 5 3 4

Faktor penguat : Keluarga Teman Guru Pengalaman Petugas kesehatan Dukungan sosial

Sumber : Green L.W.Et.Al (Ilyas, 1980:120)

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL


A. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori pada Bab II, kerangka konsep pada penelitian ini disesuaikan dengan teori Green (1980:120) bahwa perilaku remaja dalam pemeriksaan Hb dipengaruhi oleh beberapa faktor, namun tidak semua variabel dalam penelitian ini yang diteliti diantaranya faktor predispocing untuk kepercayaan dan nilai-nilai tidak di teliti karena merupakan perilaku tertutup yang tidak dapat langsung dilihat. Faktor enabling (pemungkin) untuk tersedianya sarana kesehatan tidak diteliti karena sarana kesehatan sudah tersedia, priorias dan komitmen

masyarakat/pemerintah terhadap kesehatan tidak diteliti karena hasilnya akan sulit untuk diukur. Faktor Reinforcing (penguat) peran petugas kesehatan yang, keluarga, teman, pengalaman kerja dan dukungan sosial tidak diteliti karena dianggap tidak mempengaruhi perilaku remaja dalam memeriksakan Hb secara langsung. Variabel yang diteliti adalah pengetahuan dan sikap karena variabel tersebut dianggap dapat mewakili dalam pelaksanaan pemeriksaan Hb remaja dan merupakan fenomena yang sering terjadi dilapangan, dan mengingat keterbatasn waktu dan dana yang dimiliki oleh peneliti. Untuk itu lebih jelasnya kerangka konsep penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:

25

26

Bagan 3.1 Kerangka Konsep penelitian Motivasi Sikap Pemeriksaan Hb

B. Definisi Operasional N o 1. Variabel Pemeriksaan Hb Definisi Operasional Tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa untuk memeriksakan Hb dalam jangka waktu maximal 6 bulan Cara Alat Skala Hasil Ukur 1: Baik 0: Kurang baik Cara Alat Skala Hasil Ukur 1: Tinggi 0: Rendah Cara/Alat/Skala/Hasil Ukur : Wawancara : Kuisioner : Nominal

Jika memeriksa Hb Jika belum memeriksa Hb : Wawancara : Kuesioner : Ordinal cut off point median < median

2.

Motivasi

Segala sesuatu yang dapat mendorong seseorang melakukan tindakan pemeriksaan Hb, yaitu pentingnya pemeriksaan Hb, Kesempatan memeriksa Hb, Info tentang Hb, ketidaknyamanan dan khawatir. Tanggapan responden terhadap pemeriksaan Hb dan gejala anemia

3.

Sikap

Cara Alat Skala Hasil Ukur 1: Positif 0: Negatif

: Wawancara : Kuesioner : Ordinal cut off point Median < Median

27

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Karena hanya menggambarkan tentang variabel, gejala atau keadaan (Arikunto, 2006:234) yaitu mengenai gambaran motivasi dan sikap mahasiswa kebidanan dalam melakukan pemeriksaan Hb.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kampus Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi

tahun 2010, penelitian ini dilakukan pada bulan Januari s/d Oktober 2010. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Arikunto (2006:94) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Berdasarkan pengertian diatas dapat simpulkan bahwa populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa kebidanan yang berjumlah 282 orang. 2. Sampel a. Besar sampel Menurut Arikunto (2006:131) sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti dalam suatu penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan

28

29

cara stratified random sampling yaitu sampel yang dihitung dari jumlah besaran populasi yang tersedia, dengan perhitungan menggunakan rumus Ariawan (1998:64).

n=
Keterangan : n N

2 1 / 2

P(1 P) N
2 1 / 2

( N 1) + Z

P(1 P)

= Jumlah Sampel minimum yang dibutuhkan = Jumlah Populasi (282) = Nilai baku (1,96) = Proporsi pencapaian (0,5) = Presisi (10% atau 0,1)
n= 1,96 2.0,5(0,5) 282 0,12 ( 282 ) +1,96 2.0,5(0,5)

Z
P d

1 / 2

n=

270 ,832 3,7704

n =71 ,83

= dibulatkan menjadi 72

b. Tehnik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dalam setiap strata (kelas) dengan perhitungan seperti di bawah ini: Jumlah Siswa 81 orang 81 orang 120 orang Besaran sampel Tiap kelas 81/282 x 72 = 21 orang 81/282 x 72 = 21 orang 120/282 x 72 = 30 orang

No 1. 2. 3. I II III

Tingkat

30

Jumlah D. Metode Pengumpulan Data

282 orang

72 orang

Data yang digunakan adalah data primer yang dilakukan dengan cara pengisian kuesioner oleh responden. Pengumpulan data dalam penelitian ini dibantu oleh 2 orang teman yang telah dilatih. E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian ini yang digunakan adalah kuesioner, menggunakan pertanyaan terstruktur untuk mengambil data tentang motivasi dan sikap mahasiswa kebidanan tentang pemeriksaan Hb F. Pengolahan Data Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah melalui tahapan, sebagai berikut : 1. Editing a. Memeriksa kelengkapan data yaitu memeriksa kelengkapan semua pertanyaan yang diajukan. b. Memeriksa kesinambungan data yaitu memeriksa apakah ada keterangan data yang bertentangan antara satu dengan yang lainnya. c. Memeriksa apakah semua pertanyaan tidak ada yang sama. 2. Coding Memberikan kode pada setiap data yang ada. 3. Scoring Untuk variabel motivasi : Skor diberikan berdasarkan berapa point jawaban dibagi dengan banyaknya jumlah soal (pembilang dibagi penyebut).

31

Bila skor median diberikan motivasi tinggi sedangkan skor < median diberikan motivasi rendah. Untuk variabel sikap dapat diukur dengan menggunakan Skala Likert, Untuk sikap positif diberikan skor 1 ( median) diberikan skor 0 (< median). 4. Entry data Data yang telah diperiksa dan diberi kode dimasukkan ke dalam program komputer untuk dianalisa. 5. Clearing Dilakukan untuk memastikan bahwa keseluruhan data sudah dientry dan tidak terdapat kesalahan dalam memasukkan data sehingga siap untuk dianalis. sedangkan sikap negatif

G. Analisis Data Analisis data dilakukan secara univariat yaitu menyederhanakan atau memudahkan interpretasi data ke dalam bentuk penyajian baik bentuk tekstuler maupun bentuk tabuler menurut variabel yang diteliti. Selain itu analisis univariat juga bertujuan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dari setiap variabel yang diteliti.

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Kualitas Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui pengisian kuesioner untuk mendapatkan data tentang motivasi dan sikap mahasiswa kebidanan tentang pemeriksaan Hb Tahun 2010. Data jumlah mahasiswa diperoleh dari data yang dimiliki oleh Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan tahun 2010 yang meliputi data mahasiswa reguler tanpa mengambil data mahasiswa program khusus. Survey awal dilakukan pada Bulan Agustus 2010. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 17 s/d 21 September 2010. Data yang diperoleh penulis tergantung dari kejujuran dan kemampuan responden dalam memahami dan mengerti setiap pertanyaan yang diajukan. Data dianalisis dengan menggunakan analisis univariat guna menggambarkan distribusi frekuensi masing-masing variabel.

B. Distribusi Motivasi dan Sikap Mahasiswa Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan Dalam Melakukan Pemeriksaan Hb Tahun 2010. 1. Distribusi Gambaran Pemeriksaan Hb Mahasiswa Kebidanan Hasil penelitian terhadap pemeriksaan haemoglobin pada mahasiswa

Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan tahun 2010 dibagi menjadi dua bagian yaitu mahasiswa yang pernah pemeriksaan Hb dan mahasiswa yang tidak

32

33

pernah melakukan pemeriksaan Hb. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.1. berikut : Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pemeriksaan Haemoglobin di Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan tahun 2010 Distribusi f 4 68 72 % 5,6 94,4 100

No 1 2

Pemeriksaan Hb Melakukan Pemeriksaan Hb Tidak Melakukan Pemeriksaan Hb Jumlah

Berdasarkan tabel diatas maka diketahui sebagian besar mahasiswa Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan tahun 2010 (94,4%) tidak melakukan pemeriksaan Hb. Hanya sebagian kecil (5,6%) yang melakukan

pemeriksaan Hb.

2.

Gambaran Motivasi Mahasiswa Kebidanan tentang Pemeriksaan Hb Gambaran Motivasi Responden tentang pemeriksaan Haemoglobin

sendiri diperoleh dari jumlah 72 responden dengan menjawab 10 pertanyaan pada kuesioner motivasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa 70 responden (97,2%) akan segera memeriksakan Hb jika mengalami gangguan haid seperti anemia, 68 responden (94,4%) menganggap penting untuk periksa Hb secara rutin. Selanjutnya 35 responden (48,6%) tidak termotivasi untuk mendapatkan informasi tambahan tentang Hb dari media lain seperti Internet, 31 responden (43,1%) juga tidak

34

termotivasi untuk mendapatkan informasi pentingya pemeriksaan Hb dari orang tua dosen dan teman. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini : Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi dalam Melakukan pemeriksaan Haemoglobin di Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan tahun 2010 (n=72) Distribusi Ya Tidak f % f % 68 94.4 4 5.6 51 58 70 37 45 50 41 53 46 70.8 80.6 97.2 51.4 62.5 69.4 56.9 73.6 63.9 21 14 2 35 27 22 31 19 26 29.2 19.4 2.8 48.6 37.5 30.6 43.1 26.4 36.1

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

PERNYATAAN Menganggap penting untuk periksa Hb secara rutin Selalu ingin untuk memeriksa Hb periksa Hb dapat menjadi suatu pengetahuan tentang kesehatan Mengalami gangguan selama masa haid seperti anemia maka akan segera periksa Hb Mendapatkan informasi tambahan tentang Hb dari media lain seperti Internet Akan melakukan pemeriksaan ulang Hb ke tempat lain jika diketahui hasilnya tidak memuaskan Periksa Hb karena banyak mahasiswa lain juga periksa Hb Mendapatkan informasi pentingya pemeriksaan Hb dari orang tua dosen dan teman Mengalami ketidaknyamanan sewaktu pemeriksaan Hb Merasa khawatir jika tidak diperiksa Hbnya

Setelah dilakukan skoring dari 10 pertanyaan didapatkan nilai skor minimal 3 dan maksimal 10, dengan cut off point median sebesar 7, kemudian dikategorikan menjadi 2, yaitu motivasi tinggi jika skor > median (7), motivasi rendah skor <

median (7). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram 5.2 .

35

Diagram 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi dalam Melakukan pemeriksaan Haemoglobin di Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan tahun 2010 (n=72)
79.2%

20.8% Tinggi Rendah

Berdasarkan tabel diatas maka diperoleh distribusi frekuensi motivasi sebanyak 57 responden (79,2%) memiliki motivasi tinggi dan 15 responden (20,8%) memiliki motivasi rendah tentang pemeriksaan Haemoglobin sendiri.

36

3.

Gambaran Sikap Mahasiswa Kebidanan tentang Pemeriksaan Hb Gambaran sikap mahasiswa tentang periksa Hb sendiri diperoleh

berdasarkan pengisian kuesioner oleh 72 responden. Berdasarkan hasil penelitian 36 responden (40,9%) setuju bahwa anemia pada ibu hamil karena kadar Hb yang kurang, 31 responden (35,2%) setuju bahwa anemia disebabkan ibu kurang makan sayuran hijau, protein dan susu, 19 responden (21,6%) setuju bahwa letih, lesu dan kurang nafsu makan merupakan suatu tanda anemia, 12 responden (13,6%) setuju bahwa Anemia dapat dicegah dengan mengkonsumsi tablet besi, 14 responden (15,9%) setuju bahwa Pemeriksaan anemia dengan melihat keadaan konjungtiva, 16 responden (18,2%) setuju bahwa anemia dapat menggangu pertumbuhan dan perkembangan janin, 9 responden (10,2%) setuju bahwa tablet besi harus diberikan kepada ibu hamil sedini mungkin, hanya 2 responden (2,3%) setuju bahwa anemia yang terjadi pada ibu hamil merupakan penyakit keturunan, 6 responden (6,8%) setuju

bahwa anemia pada kehamilan akan terjadi pada semua ibu hamil, tapi hanya 4 responden (4,5%) yang setuju bahwa anemia pada ibu hamil akan sembuh dengan sendirinya, tidak ada yang setuju bahwa anemia dapat ditularkan dari satu ibu hamil ke ibu hamil yang lain, dan akhirnya 7 responden (8,0%) yang setuju bahwa anemia akan mengakibatkan perdarahan pada saat bersalin. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut :

37

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap dalam Melakukan pemeriksaan Haemoglobin di Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan tahun 2010 (n=72) No Pernyataan Distribusi
SS % S % TS % STS % 0

1 Saya akan meminum obat tambah darah 1x sehari selama haid 2 Saya akan minum obat tambah darah tersebut pada malam saja 3 Menurut saya kurangnya kadar Hb mempengaruhi kualitas belajar 4 Setelah minum tablet tambah darah, stamina menjadi kembali pulih 5 Pemeriksaan Hb pada mahasiswa cukup dengan melihat keadaan konjungtiva 6 Jika Hb saya kurang saya cukup makan makanan hijau saja 7 Jika teman ada yang kurang Hb maka saya yang akan memeriksa Hbnya 8 Kurang kadar Hb hanya terjadi jika sedang haid saja 9 Semua mahasiswa mempunyai peluang sama mengalami Hb rendah 10 Untuk meningkatkan kadar Hb tidak perlu dengan mengkonsumsi tablet besi saja.

37 51.4 34 47.2

1.4

26 36.1 30 41.7 14 19.4 23 31.9 25 34.7 22 30.6 30 41.7 38 52.8 28 38.9 38 52.8 26 36.1 39 54.2 22 30.6 40 55.6 3 6 5 9 4.2 8.3 6.9 12.5

2 2 1 0 2 1 3 1 2

2.8 2.8 1.4 0 2.8 1.4 4.2 1.4 2.8

16 22.2 43 59.7 10 13.9 26 36.1 37 51.4 20 27.8 43 59.7 8 7 11.1 9.7

Setelah dilakukan skoring dari 10 pertanyaan didapatkan nilai skor minimal 21 dan maksimal 40, kemudian dikategorikan menjadi 2, sikap negatif jika skor < median (31) dan sikap positif jika skor > median (31). Dari hasil distribusi jawaban responden diperoleh frekuensi jawaban responden memiliki distribusi tidak normal, sehingga digunakan median. Distribusi frekuensi sikap didapatkan 28 responden (38,9%) memiliki sikap negatif, dan 44 responden (61,1%) memiliki sikap positif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut :

38

Diagram 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap dalam Melakukan pemeriksaan Haemoglobin di Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan tahun 2010 (n=72)

61.1%

38.9%
Negatif Positif

BAB VI PEMBAHASAN

Keterbatasan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif karena hanya menggambarkan suatu keadaan yang terjadi pada suatu populasi tanpa menghubungkan dengan keadaan lain. Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan kuesioner untuk melihat gambaran motivasi dan sikap mahasiswa kebidanan tentang pemeriksaan Hb sendiri, responden yang diteliti pada umumnya bersikap baik dan bekerjasama dengan peneliti, sehingga pengumpulan data berlangsung dengan lancar. Penelitian ini memiliki keterbatasan seperti tingkat pengetahuan responden sebagian besar telah baik sehingga dapat dengan mudah menjawab isi kuesioner. Selain itu tingkat keseriusan responden merupakan kendala sebab responden merupakan teman dari penulis sendiri.

B. Hasil Penelitian 1. Gambaran pemeriksaan Haemoglobin Mahasiswa Kebidanan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak melakukan pemeriksaan Haemoglobin sendiri. Namun masih ada sebagian kecil yang telah melakukan pemeriksaan Hb nya. Hal ini diduga karena kelalaian mahasiswa tentang pentingnya melakukan pemeriksaan Hb.

39

40

Perlunya melakukan pemeriksaan haemoglobin pada wanita atau remaja putri berguna untuk mengetahui seberapa besar konsentrasi zat besi dalam darah. Zat besi merupakan komponen utama pembentuk haemoglobin dimana berfungsi untuk mengikat oksigen dan menyalurkanya keseluruh jaringan tubuh. Pada masa kehamilan diperlukan konsentrasi Hb tak kurang dari 11 gr% yang berguna untuk ibu dalam menghadapi persalinan. Anemia adalah kadar haemoglobin dalam darah kurang dari 12g/100 ml, baik pria maupun wanita (Prawirohardjo, 2005:452). Penelitian Dian Gunatmaningsih (2007), menunjukkan

kejadian yang signifikan terhadap tidak melakukan pemeriksaan kadar Hb dengan kejadian Anemia pada remaja di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes. Melalui hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dapat menguntungkan mahasiswa dalam menjalani proses pembelajaran yang ada di Poltekkes. Dengan kadar hemoglobin yang cenderung normal, maka mahasiswa mempunyai modal kesehatan yang cukup baik untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran. Hal ini dapat dipahami karena apabila seseorang mempunyai kadar hemoglobin yang normal, maka dia mempunyai ketahanan atau kemampuan untuk berkonsentrasi dengan lebih baik. Namun demikian, dari hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden tidak memeriksa hemoglobin sehingga tidak mengetahui keadaan anemia. Apabila kondisi seperti ini terus berlangsung, maka mereka akan mengalami hambatan untuk melaksanakan proses belajar dan mengajar yang baik, karena kesehatan mereka akan cenderung mengganggu. Kondisi ini

41

hendaknya mendapatkan perhatian serius bagi setiap mahasiswa. Pihak akademik hendaknya berusaha memberikan fasilitas gratis bagi mahasiswa untuk
dapat memeriksa Hb sendiri di kampus.

2. Gambaran Haemoglobin

Motivasi

Mahasiswa

Kebidanan

terhadap

pemeriksaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian mahasisa telah memiliki motivasi yang tinggi tentang pemeriksaan Haemoglobin. Hal ini ditunjukkan dengan menganggap penting periksa Hb secara rutin. Sebagian besar mahasiswa memiliki motivasi selalu ingin memeriksa Hb, jika mengalami gangguan haid, melihat teman ingin periksa Hb dan merasa khawatir jika tidak periksa Hb tetapi tidak dapat terlaksana, karena padatnya jadwalnya perkuliahan di Poltekkes Kemenkes Jambi. Kemudian umumnya mahasiswa dapat memperkirakan kadar Hb nya sendiri dengan mengamati keadaan konjungtiva. Jika dianggap terlalu pucat diperkirakan terjadi anemia begitu pula sebaliknya. Motivasi menurut Notoatmodjo (2005:120) merupakan kekuatan dorongan yang menggerakan kita untuk berprilaku tertentu. Motivasi akan berhubungan dengan hasrat, keinginan, dorongan dan tujuan. Selanjutnya masih menurut Notoatmodjo motivasi adalah interaksi antara perlakuan dan lingkungan sehingga dapat meningkatkan, menurunkan atau mempertahankan perilaku. Tingginya motivasi mahasiswa dalam melakukan pemeriksaan Hb antara lain disebabkan karena pengaruhnya terhadap kesehatan yang begitu kuat dan karena mahasiswa mengetahui segala sesuatu tentang Hb sejak di bangku kuliah.

42

Menurut Widayatun (1999:114) bahwa bentuk motivasi ada yang disebut ekstrinsik yaitu motivasi yang timbul atau terdorong oleh individu lain atau motivasi yang datang dari luar individu yang bersangkutan. Dalam hal ini motivasi esktrinsik lebih dominan pada mahasiswa yang memeriksakan Hb di kampus jika peralatan dan sarana tersedia, karena seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa tinggi rendahnya pemeriksaan Hb oleh mahasiswa diakibatkan oleh dorongan kepentingan kesehatan diri sendiri. Idealnya jika motivasi mahasiswa pada pemeriksaan Hb di kampus terlaksana, maka sudah tidak ada lagi mahsiswa yang tidak memeriksakan Hb nya, akan tetapi dalam hal ini masih belum terdapat sarana yang menunjangnya. 3. Gambaran Haemoglobin Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 72 mahasiswa yang diteliti masih terdapat sebagian kecil responden yang memiliki sikap negatif tentang periksa Hb sendiri dan sebagian besar responden memiliki sikap positif tentang periksa Hb sendiri. Sikap negatif tentang pemeriksaan Hb oleh responden ditunjukan dengan sikap tidak setuju bahwa kurangnya kadar Hb dapat mengganggu kualitas belajar, bahwa kurangnya Hb terjadi pada saat haid dan tidak setuju bahwa semua mahasiswa memiliki peluang sama untuk menderita kekurangan Hb. Perbedaan sikap ini disebabkan karena adanya perbedaan pemahaman tentang periksa Hb di kalangan mahasiswa. Hal ini didukung oleh pendapat Sikap Mahasiswa Kebidanan terhadap pemeriksaan lebih

43

Notoatmodjo (1997) yang menyatakan sikap adalah merupakan suatu reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek Pendapat tersebut didukung oleh Allport (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (1997) sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu, kepercayaan (keyakinan) terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek, dan kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Sikap negatif yang ditunjukkan oleh mahasiswa terutama pada sikap yang masih tidak setuju jika teman ada yang kurang Hb maka mahasiswa yang akan memeriksa Hbnya, tidak setuju bahwa kurang kadar Hb hanya terjadi jika sedang haid saja. Hasil penelitian diatas dapat menunjukkan bahwa sikap positif dapat dijadikan dorongan untuk menggerakkan seseorang agar melaksanakan pemeriksaan Hb sendiri karena sudah tahu cara dan persedurnya, sedangkan sikap negatif akan menghasilkan tindakan yang tidak sesuai dengan pemeriksaan Hb karena takut di jadikan bahan percobaan. Mahasiswa yang bersikap negatif, kemungkinan disebabkan oleh tingakat pengetahuan tentang Hb dan anemia sudah baik sehingga dengan penilaian luar seperti melihat konjungtiva saja. Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu perlu adanya peningkatan pemahaman yang diberikan secara benar dan berlangsung secara terus menerus,

44

sehingga pemahaman yang diberikan kepada mahsiswa tersebut dapat diikuti secara benar.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Hasil pembahasan penelitian tentang Motivasi dan Sikap ibu hamil tentang periksa Hb sendiri dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebagian besar responden belum melakukan pemeriksaan Hb. 2. Sebagian besar responden memiliki motivasi tinggi terhadap pemeriksaan Hb sendiri meskipun masih ada yang bermotivasi rendah. 3. Sebagian besar responden sudah memiliki sikap positif terhadap pemeriksaan Hb sendiri

Saran 4. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi Diharapkan agar dapat memberikan pengarahan serta anjuran kepada

setiap mahasiswa agar dapat memeriksa Hb sendiri di kampus maupun pada instansi kesehatan lainya. Jika di mungkinkan perlu disediakan saran dan peralatan guna memeriksa Hb sendiri.

5.

Bagi Peneliti lain Agar dapat melakukan penelitian selanjutnya dengan variabel dan disain yang berbeda.

45

You might also like