Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
There are many significant achievements in treatment and preventive measures, the
prevalence on diabetes has risen exponentially. An increasing number of people are using
dietary and herbal supplements. A glucomannan has been purified partially from
Amorphophallus oncophyllus (in Indonesia calls iles-iles or porang) with using
combination between alcohol 95% and heating at 55ºC.
Twenty rats (170-210 gram) were fed stock diet for one week and induced with alloxan
20 mg/kg weight to become hyperglycaemic rats. After treated with alloxan, blood sugar
of those rats were increased became from 200 mg/dl until 600 mg/dl. Four groups of five
animals were then fed one of the three diets : basal; basal with glucomannan 2.5%; basal
with glucomannan 5%; and basal with glucomannan 10% for three weeks period. The
effect of feeding glucomanan were shown after 15 days that blood sugar was decreased
from 492 mg/dl and became 200 mg/dl after treated with glucomannan 10%. The effect
was also shown on the amount of langerhans island and β cells. The amounts of
langerhans island were 0.2; 1.7; 2.2; and 1.8 for 0; 2.5%; 5%; and 10% glucomannan
respectively and β cells were 15.7; 33.3; 37.3 and 45.7 for 0; 2.5%; 5% and 10%
glucomannan. This research also showed that there were no significant different on
feeding using 2.5%, 5% and 10% glucomannan for giving affect to the hyperglycaemic
rats.
This research was supported by Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi through Hibah
Fundamental fund in 2006
PENDAHULUAN
Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat Indonesia maka perubahan pola makanan
menjadi hal yang umum, munculnya berbagai jenis fast food yang relative kurang baik
untuk kesehatan menyebabkan timbulnya beberapa penyakit seperti obesitas, kolesterol
tinggi, arterisclerosis. Sejalan dengan hal tersebut muncul pula berbagai alternative obat
dan suplemen untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Penelitian mengenai khasiat tanaman sejenis iles-iles yang berasal dari Jepang yaitu
Amorphopallus konjac telah banyak dilakukan dan di klaim memiliki khasiat sebagai
penurun obesitas, Kholesterol dan gula darah dalam tubuh. Akan tetapi penelitian
mengenai jenis Amorphophallus oncophillus (iles-iles) yang merupakan tanaman khas
Indonesia masih sedikit dilakukan dari segi khasiat iles-iles tersebut terhadap tubuh dan
sifat fisiko kimianya apabila digunakan sebagai functional food. Penelitian ini
diharapkan dapat mendukung dan meningkatkan nilai iles-iles tersebut sebagai salah satu
tanaman yang berpotensi sebagai obat/jamu.
Umbi dan tepung iles-iles diperoleh dari Saradan kabupaten Madium kemudian diekstrak
glukomannan dengan metode penggilingan dan dimurnikan dengan metode alcohol,
dikeringkan untuk dijadikan tepung iles-iles murni. Tepung iles-iles tersebut dianalisis
sifat fisiko kimianya.
Beberapa penelitian dalam bidang medis menyatakan bahwa konsumsi tepung iles-iles
(konjac flour) dapat menurunkan gula darah, menurunkan tekanan darah serta kadar
kolesterol. Menurut Blackburn et al (1984) mekanisme iles-iles dalam menurunkan
kandungan glukosa adalah diakibatkan oleh kemampuannya menurunkan absorpsi
glukosa dalam usus halus (intestine). Laboratorium David Jenkins di Universitas Toronto
(Vuksa et al, 1989) melakukan uji terhadap 9 orang pengidap penyakit diabetes terhadap
biskuit yang disubtitusi dengan tepung konjac dengan yang tidak disubtitusi. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata (99%) nilai indeks glikemia
antara yang disubtitusi (37±5). dengan yang tidak disubtitusi (94±8). Tepung konjac
dapat menurunkan respon glikemia hingga 70-75% jauh lebih tinggi dibanding dengan
gum guar atau pektin yang juga dilaporkan dapat menurunkan respon glikemia sebesar
30-35% (Wolever, 1985).
METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat
Bahan baku yang digunakan adalah umbi iles-iles kuning (Amorphophallus onchopyllus)
yang diperoleh dari daerah Jawa Timur. Bahan kimia yang digunakan yaitu Natrium
bisulfit, Alkohol 95%, aquadest, tikus sparague dawley jantan dengan berat ± 170-210 gr,
umbi iles-iles, natrium bisulfit, etanol 96%, NaCL fisiologis, alkohol 70%. Selain itu juga
diperlukan alloxan, sekam, ransum standar, ransum perlakuan. Pada akhir penelitian
diperlukan organ pankreas,larutan pengawet (formalin), asam asetat glasial, alkohol
dengan konsentrasi bertingkat (70%, 80%, 90%, 95%, alkohol absolut I, II, III), xylol I,
II, III, parafin cair I, II, dan III. Selain itu juga diperlukan air kran, pewarna
Hematoxylin-Eosin, entelan, pemucat Hematoxylin (HCL 0,5% dalam alkohol 70%) serta
bahan perekat preparat (neophren : toluen = 1 : 9), Na 2HPO4.12H2O, NaH2PO4.2H2O,
NaCL, NaOH, HCL, timerosal, deionized water, cairan Bouins, Sodium Bisulfite 5%,
Chromium Hematoxylin, Phloxine 0,5%. Phosphotungstic Acid 5%, Potasium
Permanganat.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, Mortar, timbangan analitik, Rotary
shaker, Fin mill, pemanas listrik, saringan, kain saring, gelas piala, oven, alumunium foil,
pompa vacuum, dan Centrifuse. Sedangkan alat-alat yang dipergunakan untuk analisa
adalah HPLC, timbangan, pisau, wadah plastik (baskom), oven, blender, saringan 200
mesh, gelas piala, termometer, pengaduk, kain saring, hot plate, magnet stirer, timbangan
analitik, alat pemeliharaan tikus (kandang metabolik, botol minum, wadah ransum,
gunting, kapas steril, suntikan), timbangan untuk menimbang berat badan tikus,
glukometer smart scan beserta stripnya untuk mengukur kadar glukosa darah, alat
pengamatan histologi pankreas (gelas objek, gelas penutup, mikrotom), sonde lambung,
dan alat-alat untuk pewarnaan histologi.
Pembuatan tepung iles-iles
Pembuatan tepung iles-iles dimulai dari penerimaan umbi yang dilanjutkan dengan
melakukan penimbangan umbi. Setelah itu umbi dikupas kulitnya dengan menggunakan
pisau untuk dipisahkan bagian kulitnya dan daging buah, kemudian kulit dan daging buah
tersebut masing-masing ditimbang kembali. Daging buah kemudian diiris-iris dengan
ketebalan 0,5cm, setelah dilakukan pengirisan kemudian bahan di pisahkan untuk tahap
selanjutnya bahan (A) tanpa perlakuan perendaman dalam larutan Natrium Bisulfit,
bahan (B) yang di beri perlakuan perendaman dalam larutan Natrium Bisulfit, dengan
konsentrasi (B1) 1500 ppm dan (B2) 3000 ppm masing-masing selama 15 menit, setelah
itu dilakukan penirisan terendam semua kemudian bahan ditiriskan kurang lebih 15
menit.
Irisan umbi iles-iles yang telah ditiriskan dari masing-masing perlakuan ditebarkan diatas
loyang alumunium, untuk dikeringkan didalam oven dengan suhu 80°C selama 8 jam.
Setelah bahan kering seperti keripik kemudian bahan didinginkan sampai mencapai suhu
kamar. Kemudian bahan tersebut digiling untuk membuat tepung iles-iles menggunakan
blender kemudian disaring dengan ayakan berukuran 100 mesh.
Ekstraksi Glukomannan
Tepung dimasukkan kedalam gelas piala yang berisi Air dengan perbandingan 30ml/gr
kemudian dipanaskan menggunakan pemanas listrik dengan suhu 45oC dengan
pengadukan tetap selama 1 jam, setelah bahan menjadi gel bahan ditiriskan pada suhu
ruang, kemudian ditambahkan alkohol 96% dengan perbandingan 1:2, kemudian diaduk
kembali, kemudian bahan disaring dengan menggunakan kain saring, setelah itu bahan
ditebarkan pada kertas alumunium foil, kemudian dimasukkan kedalam oven dengan
suhu 60oC selama 48 jam sampai bahan menjadi kering. Kemudian bahan di giling
dengan blender untuk membuat tepung glukomannan.
Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan setiap tiga hari sekali selama 16 hari. Hasil
pengukuran kadar glukosa darah untuk masing-masing kelompok dapat dilihat pada Tabel
1. menurut Soegondo, et al. (2004), kriteria diagnostik Diabetes Melitus adalah memiliki
kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) lebih dari 200 mg/dl. Berdasarkan hal
tersebut, tikus yang digunakan dalam penelitian ini dikategorikan menderita DM setelah
diinduksi dengan alloxan, apabila kadar glukosa darahnya mencapai 200 mg/dl atau
lebih. Jika kadar glukosa darah tikus DM pada penelitian ini menurun atau kadar glukosa
darahnya berada pada kisaran di bawah 200 mg/dl, maka tikus tersebut dapat dikatakan
telah sembuh dari pengaruh alloxan sebagai penginduksi penyakit DM.
Keterangan :
TG : Tepung Glukomanan
Semua tikus pada penelitian ini disuntik dengan alloxan. Pada kelompok kontrol
kadar glukosa darahnya > 200 mg/dl hingga hari ke- 16, kelompok ini hanya diberi
ransum standar dan air minum. Pada kelompok tepung glukomanan 2,5% kadar glukosa
darah dapat mencapai keadaan normal pada hari ke- 6. Sedangkan pada kelompok tepung
glukomanan 5%, kadar glukosa darah menjadi normal pada hari ke-12. Pada kelompok
tepung glukomanan 10% kadar gklukosa darah bersifat fluktuatif, meskipun kadar
glukosa darahnya bisa mencapai normal pada hari ke- 15. Hal ini mungkin karena dosis
pemberian tepung glukomanan yang terlalu tinggi, meskipun belum ada literatur yang
menyebutkan bahwa tepung glukomanan dapat menyebabkan efek toksik bila dikonsumsi
terlalu banyak.
Analisis Histologi Jaringan Pankreas
Sel α
Sel β
Pengaruh pemberian tepung glukomannan pada tikus Sparaque Dawley yang telah
diinduksi dengan alloxan menunjukkan hasil yang baik. Perlakuan pemberia
glukomannan secara nyata berpengaruh terhadap penurunan kadar glukosa darah,
peningkatan jumlah pulau Langerhans dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Peningkatan jumlah sel β berhubungan dengan jumlah insulin yang dapat dihasilkan.
Semakin meningkat jumlah sel β dalam pulau Langerhans, akan meningkatkan kadar
insulin yang dihasilkan. Insulin dalam jumlah yang cukup akan menjaga kadar glukosa
darah pada kisaran normal, sehingga mencegah terjadinya kondisi hiperglikemia
(diabetik). Peningkatan dosis pemberian glukomannan tidak berbeda nyata terhadap
penurunan kadar glukosa darah. Hal tersebut menunjukkan bahwa dosis TG sebesar
2.5% sudah dapat memberikan pengaruh terhadap kesembuhan tikus DM. Hal diatas
menunjukkan bahwa potensi iles-iles local (Amorphophallus oncophillus) tidak kalah
baiknya seperti juga tanaman konjak (Amorphophalus konjac) yang berasal dari Jepang.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1984. Guide to The Care and Use of Experimental Animals. Volume II.
Canadian Council on Animal Care, Ottawa.
Backer, A. and Brink, R.C.D.B. 1968. Flora of java. Vol III. Wolters Noodroff.
Gronongen.
Boelhasrin., Sudana dan Budiman, T. 1970. Iles-iles dan penggunaannya dalam
teknologi. Acta Pharmaceutica I : 1-5
BPS. 1999. Journal ekspor statistik perdagangan luar negeri Indonesia. Vol 2: 1029-
1038
BBIHP. 2001. Glukomannan : polimer alami asal iles-iles. Seminar Prospek polimer
alami untuk industri pangan, kosmetika dan farmasi (Januari 2001).
Blackburn, N.A., Redfern,J.S., Jargis, H., Holgate, A.M., Haning, I., Scarpello, J.H.B.,
Johnson, I.T. and Read, N.W. 1984. The mechanism of action of guar gum in
improving glucose tolerance in Man Clinical Science. 66: 329-336
Cooperstein, S,J.,and Watkins, D. 1981. Action of Toxic Drugs on Islet Cell : In S.J.
Cooperstein, Dudley Watkins (ed) The Islet of Langerhans Biochemistry,
Phisiology, and Pathology. Academic press. New York.
Dunn., J. Shaw., H. L. Sheehan., M.D. Manc., MRCP, N.G B. Mc Letchie., dan M.B.
Glasg. 1943. Necrosis of Islet of Langerhans Produced Experimentally. Lancet 1 :
484-497.
Doi, K., Matsuura, M., Kawara, A., Uenoyama, R and Baba, S. 1981. Effect of
glukomannan (Konjac Fiber) on glukose and lipid metabolism in normal and
diabetic subject. Genetic Evironmental interaction in diabetes melitus. Proceedings
of the third symposium on diabetes melitus in Asia and Oceania. Excerpta Medica
Amsterdam.
Doi, K. 1995. Effect of konjac fiber (glucomannan) on glucose and lipids. Eur. J. of.
Clin. Nutr. 49: 190-197.