You are on page 1of 28

BAB I PENDAHULUAN A.

Gambaran Umum Penyakit Lambung(Gaster) adalah organ berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri rongga abdomen di bawah diafragma. Semua bagian kecuali bagian kecil terletak pada bagian sisi garis tengah. Regia-regia lambung terdiri dari bagian-bagian jantung, fundus, badan organ dan bagian pilorus. Factor resiko kanker gaster antara lain infeksi Helicobakter pilori, diet tinggi nitrat (nitrosamine) sebagai pengawet, makanan yang diasap dan diasinkan, perokok, atrofi lambung. Di samping itu ada juga factorfaktor resiko yang mempermudah yaitu Seks, kanker gaster pada pria 2 kali lebih sering daripada perempuan, Umur, kebanyakan kanker lambung pada umur 50-70 tahun dan jarang dibawah umur 40 tahun,Alcohol, Operasi lambung sebelumnya, dan polip lambung. Mulanya pasien sering sakit kepala dan nyeri ulu hati. Riwayat maag 3 thn terakhir. Benjolan di perut bagian atas sejak 2 bulan yang lalu kemudian MRS dengan diagnosis TU.Gaster Sups.Melagnancy. Setelah menjalani operasi sering merasakan sebah. B. Data Dasar Pasien 1. Identitas pasien N a m a U m u r Pekerjaan Agama Pendidikan Alamat Ruang Rawat Diagnosa Medis 2. Data subyektif : Tn. Anto : 49 tahun : Petani : Islam : SD : Bone : Lontara II Atas : Tumor Gaster Susp.Melagnancy

a. Keluhan utama Tn. Anto masuk rumah sakit dengan keluhan utama perut terasa penuh disertai nyeri habis operasi. b. Sosial ekonomi dan lingkungan Pasien adalah seorang petani, beragama islam dan tidak mempunyai anak. Pendidikan terakhir SD. c. Kebiasaan makan Makan nasi 3x sehari, dengan porsi sedang, 350 gr nasi perhari, tapi tidak teratur, kadang terlambat makan, sehingga sering mengalami penyakit maag, Pasien jarang makan ikan, Makan sayur 2x sehari, 200 gr, Buah 3x dalam seminggu sebanyak 1 buah dalam sehari, seperti pepaya, pisang, Sering minum soda ketika sakit kepala 3 btl/mggu, Tidak memiliki pantangan serta alergi makanan. 1. Data obyektif a. Data antropometri BB = 49kg TB =165 cm Umur= 49 kg IMT= BB/TB2 = 49/1.652 = 18 kg/m2 (Gizi Kurang) BBI=(TB-100)-10%(TB-100) =(165-100)-10%(165-100) =(65)-10%(65) =65-6,5=58.5

b. Pemeriksaan laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium pasien sebelum intervensi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Intervensi Pemeriksaan GDS Hb(mg/dl) Ureum Kreatinin SGOT SGPT Albumin Asam Urat Natrium Kalium Protein Total Klorida
Hasil

Hasil Pemeriksaan Laboratorium Sebelum Normal 140mg/dl 13-16 10-50 mg/dl <1,3 mg/dl <38 u/L <41 u/L 3,5-5 1,4-5,7 136-145 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L 6,6-8,7gr/dl 97-111mmol/L Ket N

126 8.5 46 0,4 394 438 2,7 4,0 147 3,7 6,1 119

N N

N N

Sumber: Data Sekunder 2011 c. Pemeriksaan Fisik Klinis Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Fisik Klinis Sebelum Intervensi Jenis Pemeriksaan Keadaan Umum Kesadaran BAK BAB Tensi Nadi Respirasi Suhu Baik Sadar Lancar Lancar 140/100 mmHg 84x/menit 20x/menit 36,6C Hasil

Sumber: Data Sekunder 2011 d. Riwayat Makan Data konsumsi makanan pasien sebelum intervensi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Daftar menu Recall 24 jam sebelum intervensi Waktu Menu Bahan Brt ( gr ) Pagi bubur saring Beras giling Daging sapi Telur ayam Tahu Kacang ijo Labu siam susu peptisol Snack Siang susu entramix bubur ikan masak tempe sayur bayam pisang Snack Mlm susu entramix bubur Beras giling Ikan segar Telur ayam Kacang panjang Snack susu entramix Beras giling Ikan segar Tempe kedele murni Bayam Pisang ambon 15 15 25 25 8 13 24 30 30 25 20 20 20 15 20 15 20 15 30

Sumber: Data Primer 2011

Tabel 4 Asupan Zat Gizi Sebelum Intervensi Energi Protein Lemak (gr) 22,9 40 57,3 KH (gr) 134 284 47.2 (Kkal) (gr) Asupan 924,53 45,99 Kebutuhan 1806 77 % asupan 51,2 59,73 Sumber: Data Primer Terolah 2011 e. Skrining Gizi Tabel 5. Hasil Skrining Gizi Terhadap Pasien No 1 2 3 4 5 6 7 Perubahan BB Nafsu makan kurang Kesulitan mengunyah/& menelan Mual dan muntah Hipoalbumin Anemia Alergi/intoleransi zat Gizi Indikator Hasil + + + -

BAB II PENENTUAN MASALAH GIZI DAN PROBLEM CLUE A. Diagnosis Gizi 1. Domain intake Tabel 6. Distribusi diagnosa berdasarkan domain intake Problem Asupan makanan kurang Etiologi nafsu makan yang menurun akibat rasa nyeri dan rasa sebah NI.2.1 Asupan makanan/minuman yang kurang/lebih kecil dibanding kebutuhan normal yang disebabkan oleh nafsu makan yang menurun akibat rasa nyeri dan rasa sebah yang ditandai oleh data intake sebelum intervensi: E:1046,6 Kal(46,5 %) P: 53,7 gr ( 56,6 %) L: 30 gr( 52,7 %) K: 141 gr( 41,7 %) Sign Recall 24 jam E:1046,6 Kal(46,5 %) P: 53,7 gr ( 56,6 %) L: 30 gr( 52,7 %) K: 141 gr( 41,7 %)

Problem -Status Gizi Kurang -Albumin -Protein Total -Hb NI.5.1

Etiologi keadaan katabolik yang lama, serta malaborbsi

Sign Hb: 8,5 gr/dl Protein Total:6,1gr/dl Albumin: 2,7 gr/dl IMT: 18 kg/m2 (Gizi Kurang)

Meningkatnya kebutuhan dari zat gizi spesifik dibandingkan dengan referensi standar yang disebabkan karena keadaan katabolik yang

lama, serta malaborbsi, yang ditandai dengan: Hb: 8,5 gr/dl Protein Total:6,1gr/dl Albumin: 2,7 gr/dl IMT: 18 kg/m2 (Gizi Kurang) 2. Domain Klinik Tabel 7. Distribusi diagnosa berdasarkan domain klinik Problem SGOT SGPT NC.2.2 Etiologi Gangguan fungsi ginjal, dan hati Sign *SGOT : 394 u/l *SGPT: 438 u/l

Perubahan kemampuan untuk mengeluarkan produk sisa metabolisme disebabkan Gangguan fungsi ginjal, dan hati akibat perubahan biokimia Ditandai oleh: *SGOT : 394 u/l *SGPT: 438 u/l B. Diagnosis Medis Tumor Gaster Susp.Melagnancy

BAB III RENCANA TERAPI GIZI A. Rencana Asuhan Gizi 1. Tujuan diet

Memberikan makanan yang adekuat untuk: 1. Membantu meningkatkan BB untuk mencapai Status Gizi Normal. 2. Membantu meningkatkan kadar albumin, protein total, dan Hb hingga mencapai mencapai normal. normal. 3. Menurunkan kadar SGOT dan SPGT dalam darah hingga 2. Prinsip / Syarat Diet 1. Energy sesuai dengan kebutuhan. 2. Protein tinggi, 17% dari total energi, untuk perbaikan dan pemeliharaan jaringan tubuh pasca operasi. 3. Lemak cukup, 23% dari total energi sebagai sumber energy, menghemat penggunaan protein untuk sintesis protein. 4.Karbohidrat, 60% dari total energy. Dibutuhkan lebih banyak karena berfungsi untuk menyediakan energy bagi tubuh, dan menghemat penggunaan protein. 5. Konsumsi vitamin utamanya vitamin A, C, E yang berfungsi sebagai aktioksidan. 6. Memberikan makanan yang kaya akan sumber Fe untuk meningkatkan Hb. 7. Hindari makanan yang merangsang saluran cerna. 8. Diberikan dalam porsi kecil tapi sering.

3. Perencanaan Kebutuhan Energi & Zat Gizi -Kebutuhan Energi (Harrist Bennedict) BEE=66+(13,7xBBI)+ (5xTB)- (6,8xU) =66+(13,7x58.5)+ (5x165)-(6.8x49) =66+801.45+825-333.2 = 1359,3 kkal Faktor Aktivitas Tidur =1,00 x 13,5/24=0,56 Jalan = 2,37 x 2,5/24= 025 Duduk=1,08 x 4,75/24=0,21 Berdiri=1,17x3,25/24= 0,16+ 1,18 Faktor Stress: 1,4(Post Operasi) TEE=BEExFAxFS =1359,3x1,18x1,4 = 2246 kkal P= (17%xTEE):4 = 0.17x2246 kkal = 382 kkal : 4 = 95 gr L= (23%xTEE):9 = 0.23x2246 kkal = 517 kkal : 9 = 57 gr K=(60%xTEE) =0,6 x 2246 kkal =1348 kkal : 4 = 337 gr
9

4. Rencana motivasi dengan penyuluhan konsultasi a. Judul : TKTP b. Materi : -Tujuan pemberian diet. -Makanan yang perlu dikonsumsi dan yang perlu dibatasi. -Memberikan informasi yang benar mengenai pola hidup sehat. c. Tujuan : Agar pasien & keluarga: -Dapat menjalankan diet yang dianjurkan dengan benar -Mengerti tentang makanan yang boleh, dibatasi dan dihindari untuk dikonsumsi. -Mengerti tentang pola hidup sehat. c. Waktu : -Edukasi diberikan setiap kali kunjungan -Penyuluhan 25 menit
d. Metode e. Alat peraga

: Konseling dan Penyuluhan kepada pasien dan keluarga pasien : leaflet

5. Rencana Monitoring dan Evaluasi A. Antropometri Penimbangan BB awal dan akhir intervensi B. Biokimia Setiap ada pemeriksaan biokimia (Hb, Albumin, SGOT, SGPT, Protein Total) C. Fisik/klinis Keluhan umum Suhu Tensi Nadi D. Dietary Intake/hari E. Edukasi

10

Kepatuhan pasien menjalani diet yang diberikan serta kepatuhan keluarga pasien dala hal membantu pasien menjalankan diet yang memberikan makanan/minuman kepada sedang di jalaninya dengan

pasien sesuai yang dianjurkan. Serta memahami pola hidup sehat. A. Implementasi Asuhan Gizi 1. Diet Pasien Pada pasien diberikan diet Diet Pasca Bedah (Prinsip:TKTP). TKTP ini dengan tujuan untuk mengupayakan agar status gizi pasien bisa normal, dan untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tubuh pasien. 2. Susunan menu Perencanaan susunan menu sehari adalah sebagai berikut : Table 8 . Contoh Perencanaan Menu Pagi Bubur Ikan pallumara Pepes Tempe Sayur bening Buah Snack Susu Bubur Kacang Ijo Siang Bubur Semur Daging Telur BB. Tomat Tahun BB.Kuning Sup Syuran Buah Snack Mlm Jus Pepaya Bubur

11

Kakap BB.Tomat Tempe Bacem Sayur Bening Buah

Tabel 9. Distribusi makanan sehari Waktu Menu Bahan Brt ( gr ) Pagi bubur ikan palumara Beras giling Bandeng Minyak kelapa sawit pepes tempe sayur bening Tempe kedele murni Bayam Jagung segar kuning Kacang panjang buah Snack susu entramix bubur kacang ijo Kacang ijo Gula aren Santan peras, dengan air Siang bubur semur daging Beras giling Daging sapi Kecap Minyak kelapa sawit telur bb.tomat Telur ayam Tomat masak Pisang ambon 40 40 2.5 40 25 20 20 100 30 20 15 5 50 50 10 3 50 10

12

Minyak kelapa sawit tahu bb.kuning Tahu Minyak kelapa sawit sup sayuran Buncis Wortel Kentang Kacang merah buah snack jus pepaya Pepaya Gula pasir Mlm bubur kakap bb.tomat Beras giling Kakap Tomat muda Minyak kelapa sawit tempe bacem Tahu Gula aren Minyak kelapa sawit sayur bening Labu siam Kacang kedele basah buah Pisang ambon Apel

3 40 3 30 25 25 25 100

100 10 50 50 8 3 50 5 5 30 25 100

13

BAB IV TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan tentang Tumor Gaster susp.Malignancy a.

Pengertian Lambung(Gaster) adalah organ berbentuk J, terletak pada bagian

superior kiri rongga abdomen di bawah diafragma. Semua bagian kecuali bagian kecil terletak pada bagian sisi garis tengah. Regia-regia lambung terdiri dari bagian-bagian jantung, fundus, badan organ dan bagian pilorus. a. Bagian jantung lambung adalah area di sekitar pertemuan esofagus dan lambung (pertemuan gastroesofagus). b. Fundus adalah bagian yang menonjol ke sisi kiri atas mulut esofagus. c. Badan lambung adalah bagian yang terdilatasi di bawah fundus yang membentuk dua pertiga bagian lambung. d. Bagian pilorus lambung menyempit di ujung bawah lambung dan membuka ke duodenum. Fungsi lambung terdiri dari penyimpanan makanan, produksi kismus, digesti protein, produksi mukus, produksi faktor intrinsik (glikoprotein, vitamin B12 dan absorpsi. Tumor Gaster terdiri dari tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak lebih jarang daripada tumor ganas. Tumor jinak didapatkan pada autopsi berkisar antara 0,2 - 0,4 % dan jarang ditemukan di bawah umur 55 tahun. Tumor ganas didapatkan 10 kali lebih banyak daripada tumor jinak. Tumor ganas yang terbanyak adalah adenokarsinoma dan tumor ini menempati urutan ketiga tumor saluran cerna di Amerika Serikat setelah tumor kolon dan Pankreas. Tumor jinak dibagi atas tumor jinak epitel (benigna epithelial tumor) dan tumor jinak non epitel. Neoplasma jaringan ikat yang banyak ditemukan adalah tumor otot polos. Perangai tumor ini sulit diramalkan, dan sulit dibedakan antara tumor ganas dan jinak berdasarkan kriteria
14

histologis. Salah satu gambaran yang mengarah ke jinak ialah ukurannya yang kecil, berkapsul, aktivitas mitolik yang rendah dan tidak ditemukan nekrosis. Sedangkan menurut Sjamsuhidayat (2005 : 555) tumor jinak yang tersering ditemukan adalah polip dan leiomioma yang dapat membentuk adenomatosa hiperplastik, atau fibroid. Leiomioma yang merupakan tumor jinak otot polos lambung tidak bersimpai sehingga sulit dibedakan dari bentuk yang ganas (leiomiosarkoma) gambaran klinis dapat terjadi pada semua kelompok umur dan umumnya tumor ini tidak memberikan gejala klinis, kalaupun ada hanya berupa nyeri yang tidak sembuh dengan antasid. Pemeriksaan fisik tidak menemukan sesuatu kelainan, bila ditemukan kelainan perlu dipikirkan adanya karsinoma. Neoplasma Malignancy (Cancer lambung) yang ditemukan di lambung, biasanya adenokarsinoma, meskipun mungkin merupakan limfoma malignansi. Diketahui bahwa cancer lambung 2 kali lebih umum terjadi pada pria daripada wanita dan lebih sering terjadi pada klien yang mengalami anemia pernisiosa. Meskipun tidak ada faktor etiologi khusus yang dihubungkan dengan ca lambung, banyak faktor yang tampak berhubungan dengan perkembangan penyakit ini seperti inflamasi lambung kronik, anemia pernisiosa, ulkus lambung, bakteri Helicobacter Pylori dan faktor keturunan. b. Etiologi Menurut Brunner and Suddarth (2002 : 1078) penyebab tumor gaster dimulai dari gastritis kronis menjadi atropi dan metaplasia intestinal sampai displasia premaligna, telah diketahui sebagai prekursor tumor gaster. Sejumlah mekanisme yang mungkin menghubungkan antara H. pylori dengan tumor gaster. Infeksi yang berlangsung lama menyebabkan atrofi kelenjar dan menurunnya produksi asam secara bertahap. Menurut Underwood (2000 : 440) yang menjadi penyebab tumor gaster adalah diet tinggi makanan asap, kurang buah-buahan dan sayuran dapat

15

meningkatkan

risiko

terhadap

tumor

lambung.

Faktor

lain

yang

berhubungan dengan insiden kanker lambung mencakup inflamasi lambung, anemia pernisiosa, aklorhidria, ulkus lambung, bakteri H. pylori, keturunan dan golongan darah A. Factor resiko kanker gaster antara lain infeksi Helicobakter pilori, diet tinggi nitrat (nitrosamine) sebagai pengawet, makanan yang diasap dan diasinkan, perokok, atrofi lambung. Di samping itu ada juga factor-faktor resiko yang mempermudah : 1. Seks, kanker gaster pada pria 2 kali lebih sering daripada perempuan. 2. Umur, kebanyakan kanker lambung pada umur 50-70 tahun dan jarang dibawah umur 40 tahun. 3. Alcohol. 4. Operasi lambung sebelumnya. 5. Polip lambung 6. Sindrom Kanker familial . c. Patofisiologi Kebanyakan kanker gaster adalah adenokarsinoma (90 99%), yang lain limfoma, leiomiosarkoma, adenoxanthoma dan lain-lain. Kebanyakan lokasi tumor pada daerah atropilorik, kurvatura minor lebih sering daripada kurvatura mayor. Karsinoma gaster berasal berasal dari perubahan epitel pada membrane mukosa gaster, yang berkembang pada bagian bawah gaster, sedangkan pada atrofi gaster didapatkan bagian atas gaster dan secara multisenter. Karsinoma gaster terlihat beberapa bentuk: 1. Seperempatnya berasal dari propia yang berbentuk fungating dan tumbuh ke lumen sebagai massa. 2. Seperempatnya berbentuk tumor yang berulserasi 3. Massa yang tumbuh melalui dinding menginvasi lapisan otot. 4. Penyebarannya melalui dinding yang dicemari penyebaran pada permukaan (8%)

16

5. Berbentuk linitisplastika (10 15%) 6. Sepertiganya karsinoma berbagai bentuk di atas Kanker dapat terjadi pada semua bagian lambung tetapi lebih sering ditemukan pada sepertiga distal. Kebanyakan kanker-kanker lambung adalah adeno karsinoma dan terjadi dalam bentuk-bentuk polypoid, ulseratif atau infiltratif. Bentuk ulseratif merupakan bentuk yang paling sering terjadi dan mungkin menampakkan gejala-gejala semacam ulkus peptikum, yang karenanya sering kali memperlambat diagnosis dan mendorong pasien untuk mengobati sendiri. Tumbuhnya kanker pada pintu masuk atau pintu keluar lambung dapat menimbulkan tanda-tanda obstruksi esofagus dan pilorus (nyeri ulu hati dan cepat kenyang). Pada umumnya bagaimanapun tanda-tanda awal dari kanker lambung tersebut tidaklah nampak. Kanker lambung dapat menyebar secara langsung melalui dinding lambung jaringanjaringan yang berdekatan, ke pembuluh limfe, ke kelenjar limfe regional di lambung, ke organ-organ perut lain dan cenderung menyebar ke arah intraperitoneal. Prognosis tergantung pada dalamnya invasi dan tingkatan metastasis. d. Pemeriksaan Penunjang pemeriksaan tumor gaster meliputi : 1. Pemeriksaan fisik : berat badan, anemia, adanya massa. 2. Perdarahan tersembunyi dalam tinja (occult blood) : tes benzidin. 3. Sitologi dengan gastrofiberskop. 4. Rontgenologik : posisi (terlentang, tengkurap dan oblik, serta kompresi). 5. Gastroskopi : pemotretan isi lambung. 6. Gastrobiopsi : pengambilan jaringan secara visual pada lesi. 7. Fosfor radio aktif dan CT scanning. e. Komplikasi komplikasi dari tumor gaster adalah sebagai berikut :

17

1. Perforasi 2. Hematemesis 3. Obstruksi pada bagian bawah lambung dekat pilorus 4. Adhesi 5. penyebaran pada berbagai organ seperti hati, pankreas dan kolon. f. Penatalaksanaan Menurut Brunner and Suddarth (2002 : 1081) tidak ada pengobatan yang berhasil menangani karsinoma lambung kecuali mengangkat tumornya. Bila tumor telah menyebar ke area lain yang dapat di eksisi secara bedah, penyembuhan tidak dapat dipengaruhi. Pada kebanyakan pasien ini paling efektif untuk mencegah gejala seperti obstruksi dapat diperoleh dengan reaksi tumor. Bila gastrektomi subtotal radikal dilakukan, puntung lambung di anastomosikan pada yeyenum, seperti pada gastrektomi untuk ulkus. Bila gastrektomi total dilakukan kontinuitas gastrointestinal di perbaiki dengan anastomosis pada organ vital lain seperti hepar, pembedahan dilakukan terutama untuk tujuan paliatif dan bukan radikal. Pembedahan paliatif dilakukan untuk menghilangkan gejala obstruksi dan disfagia. Untuk pasien yang menjalani pembedahan namun tidak menunjukkan perbaikan, pengobatan dengan kemoterapi dapat memberikan kontrol lanjut terhadap penyakit dan paliasi. b.Tinjauan tentang Post Laparotomi Laparatomy merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen. Ditambahkan pula bahwa laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan obgyn. Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan tenik insisi laparatomi ini adalah herniotomi, gasterektomi, kolesistoduodenostomi, hepatorektomi, splenoktomi, apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dfan fistuloktomi. Sedangkan tindkan bedah obgyn yang sering dilakukan dengan tindakan laoparatomi adalah berbagai jenis operasi pada uterus,

18

operasi

pada

tuba baik

fallopi,

dan

operasi total,

ovarium,

yang

meliputi pelvic,

hissterektomi,

histerektomi

radikal,

eksenterasi

salpingooferektomi bilateral. Ada 4 cara insisi pembedahan yang dilakukan, antara lain:
a. Midline incision : Metode insisi yang paling sering digunakan, karena

sedikit perdarahan, eksplorasi dapat lebih luas, cepat di buka dan di tutup, serta tidak memotong ligamen dan saraf. Namun demikian, kerugian jenis insis ini adalah terjadinya hernia cikatrialis. Indikasinya pada eksplorasi gaster, pankreas, hepar, dan lien serta di bawah umbilikus untuk eksplorasi ginekologis, rektosigmoid, dan organ dalam pelvis.
b. Paramedian, yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah ( 2,5 cm),

panjang (12,5 cm). Terbagi atas 2 yaitu, paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi pada jenis operasi lambung, eksplorasi pankreas, organ pelvis, usus bagian bagian bawah, serta plenoktomi. Paramedian insicion memiliki keuntungan antara lain : merupakan bentuk insisi anatomis dan fisiologis, tidak memotong ligamen dan saraf, dan insisi mudah diperluas ke arah atas dan bawah
c. Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas,

misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy. d. Transverse lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian bawah 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi appendectomy Ada banyak indikasi dilakukannya laparatomi, dibawah ini akan

dipaparkan, diantaranya :
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam). Trauma abdomen didefinisikan

sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk). Dibedakan atas 2 jenis yaitu : Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) yang disebabkan oleh : luka

19

tusuk, luka tembak. Dan jenis kedua yaitu trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritoneum) yang dapat disebabkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (sit-belt).
2. Peritonitis. Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane

serosa rongga abdomen, yang diklasifikasikan atas primer, sekunder dan tersier. Peritonitis primer dapat disebabkan oleh spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hepar kronis. Peritonitis sekunder disebabkan oleh perforasi appendicitis, perforasi gaster dan penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon (paling sering kolon sigmoid), sementara proses pembedahan merupakan penyebab peritonitis tersier.
3. Sumbatan pada usus halus dan besar (Obstruksi). Obstruksi usus

dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup. Penyebabnya dapat berupa perlengketan (lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau pada jaringan parut setelah pembedahan abdomen), Intusepsi (salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus), Volvulus (usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi), hernia (protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen), dan tumor (tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus). 4. Apendisitis mengacu pada radang apendiks, suatu tambahan seperti kantong yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum.

20

Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah obstruksi lumen oleh fases yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi. 5. Tumor abdomen 6. Pancreatitis (inflammation of the pancreas) 7. Abscesses (a localized area of infection) 8. Adhesions (bands of scar tissue that form after trauma or surgery) 9. Diverticulitis (inflammation of sac-like structures in the walls of the intestines) 10. Intestinal perforation 11. Ectopic pregnancy (pregnancy occurring outside of the uterus) 12. Foreign bodies (e.g., a bullet in a gunshot victim) 13. Internal bleeding Post op atau Post operatif Laparatomi merupakan tahapan setelah proses pembedahan pada area abdomen (laparatomi) dilakukan. Dalam Perry dan Potter (2005) dipaparkan bahwa tindakan post operatif dilakukan dalam 2 tahap yaitu periode pemulihan segera dan pemulihan berkelanjutan setelah fase post operatif. Proses pemulihan tersebut membutuhkan perawatan post laparatomi. Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang di berikan kepadaklien yang telah menjalani operasi pembedahan abdomen

21

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Monitoring 1. Monitoring Diet Pasien Tabel 10. Distribusi Monitoring Asupan Makanan Pasien Hari I 2/11/201 1 II 3/11/201 1 Uraian Asupan Kebutuhan % Asupan Asupan Kebutuhan % Asupan Asupan Zat Gizi Energi Protein Lemak (kkal) 1507,8 2246 67 1732 2246 77 72 (gr) 57,8 95 60,9 64,9 95 68,3 64.6 (gr) 34,3 57 60 51,4 57 90 75 KH (gr) 250 337 74 256 337 76 75

Rata-rata asupan Selama studi kasus

Sumber : Data Primer Terolah, 2011 berlangsung, pasien mengalami peningkatan namun asupannya masih kurang dari segi asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat. Hal ini disebabkan oleh rasa sebah yang dirasakan oleh pasien. Jika dirata ratakan, asupan makan pasien selama 2 hari intervensi yaitu untuk asupan energi (72%), asupan protein (64.6%), asupan lemak (75%) dan asupan karbohidrat (75%). Nafsu makan pasien berkurang sejak pasien masuk rumah sakit akibat rasa nyeri dan rasa sebah, sehingga menyebabkan asupan makan pasien kurang. Untuk mengatasi hal tersebut maka pasien diberikan diet TKTP dengan porsi kecil tapi sering, frekuensi pemberian makanan 3 x makanan utama dan 2 x makanan

22

selingan,

bentuk makanan lunak. Kemudian dijelaskan manfaat

diet tersebut kepada pasien serta keluarganya, dijelaskan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan/dibatasi kemudian pasien diberikan leaflet. Edukasi yang diberikan ternyata memberikan hasil yang baik, terlihat asupan makanannya pun sudah mulai bertambah. Dapat dilihat pada grafik di bawah ini: 2. Monitoring Pengukuran Antropometri Tabel 11. Distribusi Perkembangan Data Antropometri Pasien Parameter BB TB IMT Status Gizi Sebelum intervensi 49 kg 165 cm 18 Gizi Kurang Setelah intervensi 49 kg 165 cm 18 Gizi Kurang

Sumber : Data Primer Terolah, 2011 Selama dilakukan intervensi selama 2 hari, hasil monitoring menunjukkan bahwa tidak ada perubahan pada berat badan maupun tinggi badan pasien. 3. Monitoring Pemeriksaan Fisik/Klinik Adapun perkembangan pemeriksaan fisik/klini pasien yang meliputi tekanan darah, suhu, pernapasan dan nadi tidak dapat dimonitor karena tidak terdapat dalam rekam medis pasien selama intervensi.

23

4. Monitoring Pemeriksaan Laboratorium Tabel 12. Distribusi Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan Sebelum Intervensi Setelah intervensi Hb(mg/dl) SGOT SGPT Albumin Natrium Protein Total Klorida 8.5 394 u/L 438 u/L 2,7 147 mmol/L 6,1 gr/dl 119 mmol/L -

Sumber : Data Sekunder Terolah, 2011 Tidak ada hasil pemeriksaan laboratorium selanjutnya, jadi tidak melakukan monitoring terhadap perkembangan nilai laboratorium pasien. B. Hasil Motivasi Diet Pasien 1. Perkembangan Pengetahuan Gizi Pasien dan penjaga pasien, sebelum pelaksanaan intervensi belum pernah mendapatkan edukasi terkait dengan masalah gizi. Terapi edukasi yang diberikan dengan metode penyuluhan gizi yang dilakukan selama 1 hari sebelum pelaksanaan intervensi dan diskusi yang dilakukan setiap hari selama 3 hari intervensi menunjukkan hasil yang baik, dimana penjaga pasien dan pasien merespon dengan baik apa yang kami sampaikan terkait diet yang dianjurkan, terlihat penjaga pasien yang mendampingi pasien sedikit demi sedikit mulai memahami dan mengetahui tentang diet pasca bedah(prinsip TKTP). 2. Sikap Dan Perilaku Pasien Terhadap Diet Hasil recall konsumsi 24 jam sebelum pelaksanaan intervensi menunjukkan bahwa asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat

24

pasien pasien.

kurang

dari

kebutuhan

berdasarkan

hasil

perhitungan

kebutuhan yang disesuaikan dengan jenis diet yang diberikan pada Penyuluhan gizi dan diskusi dapat memberikan motivasi pasien dan penjaga pasien untuk menjalankan terapi diet yang dianjurkan dengan baik dan benar. Hal ini terlihat dari sikap positif dan perilaku pasien terhadap anjuran diet. C. Evaluasi asuhan gizi pasien 1. Konsumsi energi dan zat gizi pasien Grafik 1. Presentase Asupan Zat Gizi Hasil monitoring evaluasi asupan energi dan zat gizi selama studi kasus didapatkan data bahwa terjadi peningkatan asupan dibanding sebelum intervensi yaitu asupan energy dari 46,5% menjadi 76%, protein dari 56,6% menjadi 68,3%, lemak dari 52,7% menjadi 90% dan karbohidrat dari 41,7% menjadi 76%. Hal ini disebabkan karena pasien mulai menyadari pentingnya asupan makanan setelah menjalani operasi untuk proses penyembuhan bekas operasi. Hal tersebut terlihat oleh karena pasien yang sudah ada kemajuan makan, dengan hanya menyisakan sedikit makanan rumah sakit. diagnosa gizi NI-2.1 masih perlu ditegakkan. Dengan demikian, pasien patuh terhadap diet yang dianjurkan, tetapi belum mampu menghabiskan semua makanan yang diberikan berhubungan masih terasa nyeri pada bagian perutnya. 2. Evaluasi status gizi Selama studi kasus tidak terjadi perubahan status gizi. Sejak awal sebelum intervensi hingga akhir intervensi berat badan pasien masih 49 kg dengan tinggi 165 cm, dengan status gizi Kurang. Untuk menaikkan BB pasien harus meningkatkan kembali Namun peningkatan tersebut belum mencapai kebutuhan standar untuk itu

25

asupan makanannya agar lebih meningkat lagi. Untuk itu diagnosa gizi NI-5.1 masih perlu ditegakkan. Oleh karena itu pada saat terapi edukasi pasien diberi motivasi agar mau meningkatkan asupan makanannya. 3. Perkembangan Pengobatan Yang Berhubungan Dengan Gizi Pengobatan yang berhubungan dengan gizi tidak terpantau selama studi kasus dilaksanakan. 4. Perkembangan Terapi Diet Terapi diet yang diberikan sejak awal intervensi hingga akhir intervensi tidak berubah karena dari hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan setiap hari tidak terdapat identifikasi masalah baru baik dari pemeriksaan antropometri, fisik/klinis maupun laboratorium sehingga terapi diet tetap yaitu Diet pasca bedah (Prinsip TKTP) dengan energi 2246 kal dan protein 94,41 gr, lemak 57 gr, dan karbohidrat 337 gr dengan konsistensi makanan lunak. Berdasarkan hasil evaluasi makanan pasien selama intervensi diketahui bahwa asupan makanan pasien mengalami peningkatan dibanding sebelum intervensi.

26

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan


1. Pasien didiagnosa Tumor Gaster Susp.Malignancy ,Post.

Laparotomy, 2. Jenis diet yang diberikan adalah Diet Pasca Bedah (Prinsip TKTP) dengan konsistensi makanan lunak.
3. Berdasarkan pengukuran antropometri IMT pasien tetap 18 berarti

pasien dalam keadaan status gizi kurang, sehingga diagnose gizi NI-5.1 belum tertangani.
4. Ada peningkatan asupan energi dan zat gizi pasien setelah

dilakukan intervensi dibandingkan sebelum intervensi, tetapi peningkatannya belum mencapai standar ketubuhan. Untuk itu diagnosa gizi NI-2.1 belum tertangani. A. Saran
1. Terapi

diet dan edukasi gizi harus terus dilakukan untuk

memberikan motivasi pada pasien dan keluarganya sehingga pasien tetap menjalankan diet yang diberikan. 2. Rencana asupan pasien harus diberikan secara bertahap, tidak boleh sekaligus, karena hal ini dapat dimuntahkan pasien. 3. Pemeriksaan antropometri, fisik-klinis dan laboratorium harus tetap dipantau untuk melakukan identifikasi masalah gizi sedini mungkin.

27

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Anonym, 2011. Tumor Gaster, di download http://kireihimee.blogspot.com/ pada tanggal 25 November 2011. Anonym, 2011. Post Op Laparatomy. di download http://semangateli.blogspot.com. pada tanggal 25 November 2011. Gayuh, 2011, Tumor Gaster, di download http://denfirman.blogspot.com/ pada tanggal 25 November 2011. Yustini, DCN, M.Kes. 2009. Translate International Dietetic & Nutrition Terminology (IDNT) Reference Manual. Instalasi Gizi RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo. Makassar.

28

You might also like