You are on page 1of 1100

Tiraikasih Website http://kangzusi.

com/

Oleh : Tjan ID sumber : dimhad scan djvu oleh LYF (dimhad) convert & edit doc/txt :jilid 1 oleh aaa, jilid 2-dst Abu Keisel Ebook pdf oleh : Dewi KZ http://kangzusi.com/ atau http://dewi.0fees.net/ Jilid 1 : Jago pedang yang dikhianati kekasih Di SUATU JALAN bukit yang sepi nun jauh di sana, dibawah rembulan yang redup, lamat-lamat tampak dua sosok manusia sedang berlarian dengan langkah tergesa-gesa. Menanti mereka semakin mendekat, tampaklah kalau dua orang itu adalah seorang nenek berambut putih yang sedang menggandeng tangan seorang bocah cilik. Sambil berlari kencang, tiada hentinya nenek berambut putih itu berpaling kebelakang memandang kearah belakang dengan sinar mata gugup, panik dan ketakutan. Sekilas pandangan saja, dapat diketahui kalau mereka sedang menghindarkan diri dari suatu persoalan atau pengejaran dari sementara orang. Tapi bila dilihat dari langkahnya yang lamban serta perawakan tubuhnya yang telah menua, bisa diketahui pula jika dia bukan seorang manusia persilatan, melainkan seorang nenek biasa yang berhati baik. Didepan sana terbentang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sebuah hutan bambu yang amat lebat, melihat itu bagaikan sipenjelajah gurun pasir yang bertemu dengan tanah hijau, wajah nenek itu segera berseri, dengan cepat dibopongnya bocah itu kemudian sambil mengerahkan sisa tenaga yang dimilikinya, dia kabur masuk ke dalam hutan dengan napas tersengal. Setelah berada didalam hutan, nenek itu kembali berpaling dan celingukan beberapa waktu lamanya ke tempat luaran sana, kemudian itu baru ia hembuskan napas panjang dan meletakkan sibocah ketanah. Sambil duduk kelelahan. ia berkata: "Aaaaiii. masih untung Thian melindungi kita dan lolos dari mulut harimau, mari kita beristirahat sebentar!" Baru selesai sinenek bergumam, mendadak dari belakang tubuhnya berkumandang suara seram yang kedengarannya mendirikan bulu roma orang. mendengar suara itu si nenek segera berpaling... Mendadak ia menjerit tertahan saking kaget dan takutnya. "Aaaah..." Entah sejak kapan, ternyata dibelakang tubuhnya telah berdiri berjajar tiga orang bersenjata golok yang mengenakan kain kerudung hitam diatas wajahnya. Ditengah jeritan kaget sinenek, dari balik hutan secara beruntun muncul lagi empat lima orang berkerudung hitam. Ia tak berani berayal lagi, buru-buru dibopongnya tubuh bocah itu ingin menerjang ke luar dari kepungan, siapa tahu baru saja ia bangkit berdiri, dua orang manusia telah muncul dihadapannya dan menghadang jalan pergi nya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tergetar keras perasaan sinenek setelah menjumpai empat penjuru penuh dengan musuh. hatinya menjadi dingin separuh, buru-buru ia menjatuhkan diri berlutut, lalu sambil menangis pintanya: "Kumohon kepada hohan sekalian agar mengampuni selembar jiwa bocah ini, keluarga Suma tinggal seorang sauya ini saja, dia masih kecil dan tak tahu urusan, kumohon kepada kalian kasihanilah selembar jiwanya." Sambil berkata, air mata nenek itu jatuh bercucuran dengan amat derasnya.. sungguh mengenaskan sekali keadaannya. Siapa tahu yang diperoleh sebagai penggantinya adalah gelak tertawa licik yang mendekati kalap. Terdengar salah seorang diantaranya berkata; "Toaya sekalian bertugas disini memang bertujuan untuk melenyapkan keturunan Suma Tiong Ko, kau sinenek jelek yang sudah hampir mampus. untuk menyelamatkan diri saja belum tentu sanggup, masih berani benar memikirkan keselamatan orang lain, lebih tak usah banyak ngebacot lagi!" Mendengar perkataan itu, sinenek bertambah gelisah, sambil menangis tersedu-sedu kembali pintanya, "Ooohhh... hohan sekalian, kalau mau membunuh, aku saja! Kumohon kepada kalian agar suka mengampuni selembar jiwanya, berbuatlah sedikit kebajikan!" "Mengampuni jiwanya? Berbuat kebajikan? Hmmn Toaya tak pernah memikirkan soal tetek bengek semacam itu, toaya hanya tahu setia pada tugas tidak tahu apa artinya memberi

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pengampunan dan apa artinya berbuat kebaikan, enyah kau dari sini! Kalau tidak, terhitung kau sendiripun kujagal sekalian!" Sehabis mendengar kata kata yang sama sekali tiada harapan itu, si nenek berambut putih itu menangis semakin menjadi, tampal ia memeluk bocah itu makin kencang, isak tangisnya juga makin nyaring menggema di dalam hutan itu. Si bocah yang berada dalam pelukannya itu melototkan sepasang matanya yang jeli, dia mengawasi terus lelaki bersenjata golok disekeliling tempat itu dengan penuh kebencian, dan balik sorot matanya yang masih polos, jelas terlihat tiada perasaan jeri atau ketakutan yang terpancar keluar. Mendadak terdengar salah seorang lelaki itu membentak keras, tubuhnya bergerak ke muka menghampiri nenek itu, kemudian sambil mendorong tubuh nenek itu kebelakang, makinya kalang kabut. Kasihan si nenek yang telah lanjut usia itu, kena didorong oleh lelaki tadi, bagaikan mabuk arak saja tubuhnya segera mundur beberapa langkah dengan sempoyongan, begitu terjatuh ketanah, dia mengaduh tiada hentinya.. Kemudian sambil mengayunkan goloknya ke bocah itu, lelaki berkerudung itu tertawa seram. "Heeh .. . heeh ...bocah keparat, kau jangan salahkan kalau Toayamu berhati kejam!" Selesai berkata dia lantas mengayunkan goloknya membacok tubuh bocah tersebut. Melihat majikan mudanya terancam bahaya disaat yang kritis inilah mendadak ia menubruk ke atas bocah itu dan melindunginya dengan menggunakan tubuh sendiri.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jeritan ngeri yang memilukan hati segera berkumandang dari mulut nenek itu, percikan darah segar segera berhamburan mengotori sekujur badan lelaki itu. Ketika semua orang berpaling ketempat kejadian maka tampaklah ayunan golok dari lelaki itu sudah menembusi perut si nenek sehingga ususnya pada keluar semua... Kasihan si nenek yang setia membela majikannya sampai mati, demi keselamatan majikan mudanya dia rela mengorbankan nyawanya. Lelaki berkerundung itu segera mendengus dingin, sambil membersihkan goloknya dan noda darah, dia mencaci maki kalang kalut: "Nenek jelek, nenek sialan, tampaknya kau memang sudah bosan hidup, pingin mati saja" Seraya berkata dengan gemas dia lantas menendang mayat si nenek yang masih menindih diatas tubuh bocah itu sehingga mencelat ke tempat jauh sekali dari sana. Betul betul perbuatan orang pembunuh keji yang membunuh orang tak berkedip, kekejaman, kebuasan dan kebrutalannya sukar dilukiskan dengan kata kata. Bocah itu melirik sekejap kearah mayat si nenek yang mati demi menyelamatkan jiwanya itu, kemudian menangis tersedu sedu, Melihat itu dengan gusar lelaki berkerundung tersebut membentak keras : "Menangis, menangis terus! Hm, hayolah menangis sampai puas. beritahu pada raja akhirat nanti, akulah yang telah mengirimmu Pulang ke sana . !" Begitu selesai berkata, goloknya kembali diayunkan kedepan untuk membacok batok kepala bocah itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Disaat yang amat kritis inilah, dari tengah udara berkumandang suara pekikan yang nyaring memekikkan telinga. Tampak sesosok bayangan manusia dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat telah meluncur masuk ketengah arena, kemudian tampak cahaya putih berkelebat lewat, serentetan jeritan ngeri yang memilukan hati segera berkumandang memecahkan keheningan. Dengan perasaan terkesiap kawanan jago berkerundung yang berada disekeliling tempat tu berpaling, entah sejak kapan tahu tahu di tengah arena telah bertambah dengan seorang busu setengah umur yang memegang sebilah pedang. Sementara itu, si lelaki berkerundung yang telah menyiapkan bacokan mautnya terhadap bocah tadi, kini sudah tewas ditanah. Seketika itu juga suasana dalam hutan itu menjadi gempar, serentak semua orang menyebarkan diri ke empat penjuru dan bersiap siaga mengurung busu setengah umur itu rapat rapat. busu berusia setengah umur itu kira-kira telah berusia empat puluh tahun, matanya tajam dengan wajah yang tampan, dibawah janggutnya memelihara segumpal jenggot kambing, pakaiannya ringkas dan nampak sangat gagah sekali. Dengan sorot matanya yang tajam dia memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian dengan dingin ujarnya: "Kawanan tikus! Apakah kalian ingin membunuh orang sampai keakar-akarnya?" Tak seorang manusiapun yang menjawab, semua orang bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sampai lama kemudian, salah seorang diantaranya baru berkata. "Orang she Wan, lebih baik kau jangan mencampuri urusan orang lain, apakah kau berani menanggung peristiwa yang berlangsung pada hari ini?" Lelaki setengah umur itu menatap tajam pembicaraan tersebut lekat lekat, lalu sahutnya : "Iya,aku Wan Liang akan menanggungnya seorang diri. jika kalian tidak puas, silahkan maju bersama-sama, kalau tidak, cepat sipat ekor dan pergi dari sini!" Suaranya nyaring dan bertenaga penuh, selesai berkata ia lantas mengawasi orang-orang disekitar tempat itu dengan sinis. Mendadak terdengar beberapa kali bentakan nyaring berkumandang memecahkan keheningan, lelaki berkerudung yang berada disekeliling tempat itu serentak maju bersama dan mengayunkan golok mereka untuk membacok tubuh Wan Liang. Sungguh hebat manusia yang bernama Wan liang itu. melihat sergapan dari kawan lelaki berkerudung itu. dia tertawa dingin lalu berpekik keras, suara nyaring menjulang tinggi sampai keangkasa. Mendadak sepasang bahunya digetarkan sambil melejit keudara dengan menggunakan suatu gerakan tubuh yang cepat bagaikan sambaran kilat dia meluncur mengitari sekeliling tempat itu .... Seketika itu juga timbul di arena pertarungan tampak serentetan cahaya putih berkelebat lewat, bagaikan kupu kupu yang terbang diantara bebungaan, dia meluncur kesana kemari dengan lincahnya. Dalam waktu singkat jeritan ngeri yang memilukan hati berkumandang memecahkan keheningan, bayangan manusia berkelebat, cahaya putih

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyambar, jeritan ngeri segera bergema memecah keheningan. Tahu tahu ditengah arena telah bertambah dengan enam sosok mayat yang membujur di tanahSisanya yang dua orang segera melarikan diri terbirit-birit meninggalkan tempat kejadian. Busu setengah umur yang mengaku bernama "Wan Liang" itu tetap berdiri tenang ditempat semula seakan akan tak pernah terjadi suatu peristiwa apapun, dengan napas tenang, wajah tidak berubah, dia berdiri tertawa disitu. Akhirnya ia menatap bocah tersebut dan menegur sambil tertawa: "Nah, kau merasa terkejut sekali dengan peristiwa ini?" Sampai sebesar itu, belum pernah bocah tersebut menyaksikan mayat mnnusia yang bergelimpangan serta pertarungan yang begitu sengit sejak tadi ia sudah berdiri tertegun disitu dengan tubuh kaku. Menanti Wan Liang menegur, dia baru tersadar kembali dari lamunan, dengan cepat ia menjatuhkan diri berlutut sambil berkata: "Oooh . Pousat yaya terima kasih atas pertolonganmu itu sehingga membuat aku..." Menyaksikan kejadian itu, Busu setengah umur itu segera memegang perutnya sambil tertawa terbahak-bahak, suara tertawanya yang keras segera menelan ucapan bocah itu berikutnya. Selesai tertawa, ia baru berkata: "Hayo bangun, tak usah mengucapkan kata kata yang tak berguna lagi..." Sembari berkata dia lantas membangunkan bocah itu dan diperhatikan sejenak. Tampak bocah itu berwajah tampan dengan bibir yang merah serta dua baris gigi yang putih. pada hakekatnya dia merupakan seorang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bocah yang amat menarik. Wan Liang segera menepuk nepuk bahu bocah itu kemudian menghela napa panjang, pikirnya. "Bocah ini benar benar amat kasihan dan menyenangkan. aku bisa menolongnya, hal ini merupakan suatu kemujuran. Kalau dilihat dari potongan badannya, jelas dia merupakan bahan bagus unutk berlatih silat... tapi apa mungkin aku bisa membawanya pergi?" berpikir sampai disitu. dia telah bersiap siap membalikkan badannya untuk pergi, tapi ketika dilihatnya bocah itu menangis dengan begini sedihnya ia lantas menghela napas panjang. pikirnya dihati: "Wan Liang wahai Wan Liang . . menolong orang lain merupakan kewajiban bagi setiap umat manusia, apakah kau tega membiarkan bocah yang tak tahu urusan ini mesti berdiam di sini dihembus angin dingin?" Berpikir sampai disini, tanpa terasa busu berusia pertengahan itu mundur beberapa langkah lagi, mendesak ia mendongakkan kepalanya berpekik nyaring, lalu membalikkan badan berlalu dari sana. Dalam waktu singkat tampak bayangan tubuhnya berkelebat lewat dan lenyap dibalik hutan sana. Sinar rembulan yang redup kini telah menembusi hutan menyoroti si bocah yang berada disana seorang diri. ia sedang mendekan diatas tubuh nenek tersebut sambil menangis tersedu-sedu. "Thio popo... Thio popo... " gugamnya terus menerus. -ooo)(00000)(000BUKIT CIAT THIAN Hong menjulang tinggi keangkasa dan berdiri angker diantara bukit-bukit yang lain. Waktu itu matahari sudah tenggelam kelangit barat mendatangkan sinar yang kemerah-merahan, kemudian awan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

gelappun mendekati tanah perbukitan itu dan menyelimuti seluruh jagad. Tebing Goan Gwat Peng berbentuk sebuah topi yang datar menutupi puncak Ciat Thian Hong. Diatas tanah datar tersebut duduk berkerumun beberapa orang, ada yg berdiri, ada yang berbincang bincang, ada pula yang sedang memandang ketempat kejauhan. Tiba tiba dari tanah datar dipuncak bukit itu berkumandang datang dua kali pekikan nyaring, menyusul kemudian tampak dua sosok bayangan manusia dengan kecepatan seperti angin puyuh melayang turun di atas tanah datar itu, gerakannya cepat dan mengagumkan sekali. Bayangan manusia itu seperti dari seorang pria dan seorang wanita, usia mereka diantara tiga empat puluh tahunan Begitu tiba ditempat tujuan, mereka mengawasi sekejap sekeliling tempat itu. kemudian si pria berkata sambil tertawa terbahak-bahak: "Haaahhh. . . haaahhh. . Haaabbh.... rupanya kalian sudah berdatangan lebih awal, aaiii ... tiga orang saudara dari bukit Tiang pek san-pun telah jauh-jauh berangkat kemari, sungguh tak kusangka, oooh .... masih ada Kang pangcu dari sungai kuning juga telah datang.... selamat berjumpa, selamat bejumpa. rasanya tidak sia-sia perjalanan aku orang she Siau hari ini" Selesai berkata dia lantas menyalami setiap orang yang hadir disana dan mengajaknya berbincang-bincang sebentar. Sementara itu, seorang kakek berambut putih telah datang menghampiri kedua orang itu, lalu sambil menjura katanya. "Siau tayhiap berdua telah datang terlambat, membuat kami harus menunggu dengan cemas, sewaktu datang tadi apakah kalian berdua telah melihat dia?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang yang berbicara tadi adalah Pangcu dari perkumpulan Tiang Ciau Pang disungai kuning Kang Hong Siang adanya. dia berusia tujuh puluh tahun dan mempunyai anak buah sebanyak ribuan orang lebih. boleh dibilang perkumpulannya merupakan perkumpulan paling besar, paling tangguh dan paling berpengaruh didalam dunia persilatan dewasa ini. Lelaki she Siau itu segera tertawa ter-bahak2, "Haaaahh haaah haaah .. tampaknya Kang tangkeh seorang yang terburu napsu, kalau waktunya belum sampai, mana mungkin dia akan datang lebih awal? Lagi pula malam ini kita telah menanti kedatangannya disini, apakah kita mesti kuatir dia lagi kelangit?" Ternyata sepasang suami istri ini adalah Bi Kun Lun (Kun lun indah) Sian Wie Goan dan Siau Hu Yong(Hu Yong Tertawa) Chin lan eng dua orang jago yang dianggap sebagai pemimpin dunia persilatan dewasa ini. Dalam pada itu, rembulan sudah berada di angkasa membuat suasana diatas tanah datar dipuncak bukit itu nampak agak terang, semua orang segera berkumpul ke tengah lapangan tersebut. Bi Kunlun Siau Wie Goan mendongakkan kepalanya memandang waktu, kemudian ujarnya dengan wajah berseri: "Waktunya sudah tiba, murgkin orang She Wan akan mengingkari janjinya.." Belum selesai dia berkata, mendadak dari tengah udara telah berkumandang datang suara pekikan panjang yang amat nyaring.... Mendengar pekikan tersebut, semua orang menjadi tertegun, pada saat itulah tampak sesosok bayangan hitam secepat kilat telah meluncur ditengah udara lalu melayang turun ke tanah.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Serta merta semua orang mundur beberapa langkah dengan terperanjat. Dengan manisnya orang itu segera melayang turun ke atas permukaan tanah. "Haaahhh... haaahhh . .. haaahhh . . . aku orang she Wan sudah datang terlambat, bila kalian harus menunggu agak lama, harap suka dimaafkan" katanya lantang. Rupanya orang yang baru datang itu adalah si busu berusia pertengahan Wan Liang. Tampak sekulum senyum, menghiasi bibirnya. Dia berdiri ditengah arena dengan angkuh dan mengawasi setiap orang disekitar arena dengan pandangan tajam, akhirnya sorot mata tersebut berhenti diatas tubuh Bi Kun-lun Siauw Wie Goan. Mendadak paras mukanya berubah menjadi amat serius, katanya sambil tertawa dingin : "Hmm. ...hmm.....sudah kuduga kalau permainan ini merupakan sandiwara hasil ciptaanmu, Siau Wie Goan, kuberitahu kepadamu, aku Wan Liang bersikap cukup baik kepadamu, menganggap kau sebagai saudara sendiri siapa tahu kau si manusia munafik berwajah manusia berhati binatang, apa maksudmu merusak nama baikku? Bahkan pada hari ini telah mengundang jago-jago dari golongan putih dan golongan hitam untuk menungguku disini, masa kau anggap aku tidak tahu kalau tujuanmu adalah menginginkan batok kepalaku ini....? Hm, sekarang aku orang she Wan sudah datang memenuhi janji, akan kulihat permainan setan macam apa lagi yang bisa kau tunjukkan kepadaku?" Sekulum senyuman manis selalu saja menghiasi ujung bibir Bi Kun Lun Siau Wie Goan, katanya dengan santai : "Saudara Wan, kau salah paham, berbicara dari hubungan persahabatan kita ini, masa aku tega melakukan perbuatan semacam ini kepadamu? Tindak tandukmu itu hanya dalam hati kecilmu yang tahu, sekalipun aku Siau Wie Goan ingin melindungi dirimu juga tidak mungkin bisa mewujudkan keinginanku tersebut ..."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar perkataan itu, Wan Liang menjadi gusar sekali sehingga dari balik matanya memancar cahaya berapi api yang penuh diliputi kegusaran, sambil menggigit bibir serunya "Siau Wie Goan, kau merampas cinta dan menjebak temanmu itu ketempat yang memalukan, bahkan secara diam diam menghubungi kawanan jago dari golongan hitam dan putih untuk bersama sama menyerang diriku, sekarang masih bisanya mengucapkan kata kata yang sok gagah, hmm ... kau anggap aku orang she Wan adalah seorang bocah berusia tiga tahun yang bisa kau tipu mentah mentah .. .. " Belum habis dia berkata. Bi Kun Lun Siau Wie-Goan telah menimbrung lagi: "Sekarang sudah bukan saatnya berdebat mempersoalkan masalah itu lagi, malam ini begitu banyak teman yang telah berada disini, mereka sudah menunggu dengan tak sabar. sedangkan aku orang she Siau cuma kebetulan saja ikut menghadiri pertemuan ini, bila kau merasa ada persoalan, sampaikan saja kepada mereka!" Setelah berhenti sebentar, dengan wajah penuh senyuman dia melanjutkan: "Wan heng, mari ku perkenalkan beberapa orang teman kepadamu, dia adalah Kang pangcu, ketiga orang bersaudara itu datang dari Tiang Pek San, dan dia ini adalah ketua Go Bi Pay..." "Aku orang she Wan sudah tahu.terima kasih banyak atas perkenalanmu, aku she Wan sudah lama mengenal mereka, buat apa kita mesti banyak berbicara lagi." Lotoa dari Tiang Pek Sam Sat(Tiga Malaikat bengis dari Tiang Pek San) Li Gi segera tertawa dingin tiada hentinya, lalu berkata: "Bagus, bagus... tampaknya ucapan dari jago pedang angin puyuh memang cukup cepat dan tegas. nama besarmu bukan cuma nama kosong belaka. jauh-jauh kami datang kemari

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tentu saja bukan dikarenakan ingin bersilat lidah belaka. mari biar aku orang she Li yang mencoba kepandaian silatmu lebih dulu." Selesai berkata ia lantas meloloskan sebilah golok dan bersiap siap untuk melancarkan serangan. Kit Hong Kiam Khek Wan Li cukup sadar akan keadaan yang dihadapinya, selesai itu diapun telah bertekad untuk menghadapi masalah tersebut dengan pertaruhan selembar jiwanya. maka begitu dilihatnya Lotoa dari Tiang Pek Sam Sat, si bintang berkepala sembilan Li Gi telah meloloskan senjatanya tanpa sungkan sungkan lagi diapun segera mencabut keluar pedang Kit Hong Kiam yang tersoren dibelakang punggungnya. Terdengar suara dentingan yang amat nyaring menggema memecahkan keheningan menyusul kemudian terlihat cahaya biru memancar ke empat penjuru. Si Bintang berkepala sembilan logi segera meloloskan pedangnya daridalam sarung kemudia serunya tertawa: "Pedang bagus!" Setelah memegang senjatanya, Kit Hong Kiam khek Wan Liang segera menggetar pelan senjata mestikanya itu, ditengah udara segera muncul tiga kuntum bunga pedang yang menyilaukan mata. Demonstrasi jurus Bwe Hoa Sam Long (Tiga Kuntum Bunga Bwee melompat) tersebut dengan cepat memancing pujian semua orang. Sebenarnya tujuan dari Kit Hong Kiam Khek Wan Liang bukan untuk memamerkan kepandaiannya, tapi kejadian ini justru telah membangkitkan amarah dari bintang berkepala sembilan Li Gi. Tampak sepasang matanya melotot besar dengan memancarkan cahaya kebuasan. ditatapnya wajah Kit Hong

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiam Khek Wan Liang dengan penuh kegusaran, kemudian sambil tertawa seram katanya, "Orang she Wan, lebih baik jangan menjual lagak lagi disini. mari kita tentukan kemampuan kita diujung senjata!" Begitu selesai berkata, goloknya segera diputar kencang, lalu membacok ketubuh Kit Hong Kiam Khek Wan Liang dengan mempergunakan jurus Soat Kay Hoan-San (salju menyelimut Hoa san). Kit Hong Kiam Khek Wan Liang merupakan seorang tokoh sakti dalam dunia persilatan dewasa ini, ilmu pedangnya sangat lihay sekali, meski belum sampai setahun dia terjun kedalam dunia persilatan, akan tetapi nama besarnya telah menggetarkan seluruh kolong langit. Ilmu pedangnya yang telah mencapai puncak kesempurnaan itu boleh dibilang merupakan seorang jago pedang paling tangguh selama seratus tahun belakangan ini. Ketika dilihatnya golok Kiu Tau Siu Li Gi membacok datang, sambil mendengus dingin dia miringkan kepalanya kesamping dan mengegos dari ancaman tersebut, kemudian dengan cekatan dia mundur sejauh satu kaki lebih dari tempat semula. "Li tangkeh!" ujarnya dengan lantang, "kalau hanya mengandalkan kemampuanmu seorang masih ketinggalan jauh sekali, mengapa kalian bertiga tidak maju bersama sama saja?" Cemoohan yang bernada mengejek ini kontan saja membuat paras muka Kiu tau siu Li Gi menjadi merah padam. kegusarannya makin membara, bentaknya keras : "Keparat she Wan, serahkan selembar jiwa anjingmu!" Seusai bekata bagaikan anjing gila dia menubruk kedepan. goloknya diayun ke udara dan membacok batok kepala Kit Hong Kiam Khek Wan Liang secara keji.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pada saat itulah dari dalam arena kembali melompat keluar dua sosok bayangan manusia sambil mengayun golok masing masing. mereka menyerang Kit Hong Kiam Khek secara ganas. Tak bisa disangkal lagi, kedua orang itu bukan lain adalah loji dan losam dari Tiang Pek Sam Sat, Pia Mia Siu(Binatang beradu jiwa )Li Khing, dan Liat hwe Siu(binatang berangasan) Li Hiong. Kit Hong Kiam Khek Wan Liang menjadi girang. setelah dilihatnya ketiga orang itu turun tangan bersama, tanpa terasa ia mendongakan kepalanya dan berpekik nyaring, menyusul kemudian sambil menerjang kemuka, dia mengembangkan permainan ilmu pedang Kit Hong Kiam Hoatnya untuk melancarkan serangan balasan. Tiang Pek Sam Sat bukan manusia sembarangan. mereka sudah terkenal dalam dunia persilatan, sudah banyak kejahatan yang mereka lakukan, kekejamannya bukan kepalang, tak sedikit manusia yang tewas ditangan mereka. Dalam kalangan Liok lim, mereka dikenal sebagai jago kelas satu yang disegani banyak orang, Akan tetapi bila dibandingkan dengan kehebatan Kit Hong Kiam khek, maka kemampuan mereka itu boleh dibilang masih selisih jauh sekali. Tak selang berapa saat kemudian, empat orang yang berada diarena pertarungan itu sudah saling bergebrak sebanyak sepuluh gebrakan lebih. Mendadak Tiang Pek Sam Sat berpekik aneh, tubuh mereka melejit setinggi satu kaki lebih, kemudian dengan membentuk satu garis, tiga bilah golok mereka dengan posisi segitiga, terbagi menjadi atas, kiri dan kanan bagaikan sebuah jalan mengurung tubuh Kit Hong Kiam Khek. Menghadapi ancaman tersebut, Kit Hong Kiam khek Wan Liang mendengus dingin, dengan jurus Ki-hwee liau-thian (mengangkat obor membakar langit) pedangnya diangkat

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

diatas kepala.sepasang matanya mengawasi ketiga kuntum bunga golok yang meluncur tiba dari tengah angkasa itu dengan seksama .... Dengan kecepatan bagaikan sambaran petir ketiga kuntum bunga golok yang meluncur datang dari tengah angkasa itu telah tiba dalam sekejap mata . ... Traaaang benturan senjata yang amat nyaring berkumandang memecahkan keheningan, menyusul kemudian terdengar suara jeritan ngeri yang memilukan hati bergema, bayangan manusia segera berpisah, loji dari Tiang Pek Sam Sat, si binatang beradu jiwa Li Kheng telah terkapar ditanah dalam keadaan tak bernyawa lagi. Dan sebaliknya si binatang berkepala sembilan Li Gi dan si binatang berangan Li Hong segera melejit kesamping untuk menghindarkan diri, kemudian tanpa berpaling lagi mereka kabur menyematkan diri dari tempat tersebut. Sehabis melukai ketiga orang lawannya Itu, Kit Hong Kiam Khek Wan Liang berdiri tenang seakan-akan tak pernah terjadi sesuatu apapun, ia berdiri ditempat dengan senyum dikulum, lalu sambil tersenyum tegurnya : "Sekarang, tiba giliran siapa" Bi Kun lun Siau Wie Goan maju dua langkah kedepan, lalu sahutnya sambil tertawa seram : "Atas kesudian beberapa orang sahabat yang hadir di arena malam ini untuk mempercayai diriku, aku telah diangkat menjadi pemimpin mereka sesungguhnya tujuan kami mengundang kehadiran saudara Wan kemari, tak lain adalah berharap kau suka meluluskan satu permintaan kami." "Apakah permintaan kalian itu?" tanya Kit Hong Kiam Khek Wan Liong sambil tertawa dingin. "Minta kepadamu untuk selamanya mengundurkan diri dari dunia persilatan..." jawab Bi Kun Lun Siau Wie Goan tegas. "Kalau tidak . . ?" Wan Liang balik bertanya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Terpaksa aku harus berbuat kasar kepadamu" Baru selesai Bi Kun Lun Siau Wie-Goan mengutarakan kata katanya, Siau Hu Yong Cian Lan Eng yong berada disampingnya telah menukas dengan wajah sedingin es "Wie-Goan buat apa banyak bicara dengannya, waktu sudah tidak pagi lagi." Begitu mendengar ucapan tersebut, seketika itu juga Kit Hong Kiam Khek merasakan sorot matanya memancarkan cahaya berapi, dia tak menyangka kalau kekasih yang dicintainya, kini telah berubah menjadi seorang manusia sekeji ini. Tak tahan lagi, akhirnya dia mencaci maki dengan penuh kegusaran : "Perempuan rendah, . sekalipun sudah menjadi setan, aku orang she Wan ingin mendahar darah dan dagingmu!" Siau Hu yong Chin Lan Eng segera tertawa terkekeh-kekeh dengan jalangnya : "Heehh... . heeehhh. ,.. Wan tayhiap yang sok suci dan sok gagah, memangnya kau anggap bisa menelan aku Lan eng dengan begitu saja ? Malam ini, bila kau bisa meninggalkan tempat ini dalam keadaan selamatpun sudah merupakan suatu kemujuran bagimu" Saking marahnya Kit Hong Kiam Khek Wan Liang sempat tertawa nyaring, suaranya ibarat monyet monyet di selat Wi sia yang berpekik bersama, suaranya penuh kepedihan. kesedihan, seperti menjerit, seperti menangis, mengerikan sekali kedengarannya. Begitu selesai tertawa, mendadak ia melotot besar, mencorong sinar tajam dari balik matanya, sambil menggertak gigi bentaknya. "Aku orang she Wan tidak percaya kalau kau si perempuan rendah bisa memiliki kemampuan untuk menahanku disini, malam ini aku orang she Wan datang dengan membawa tekad

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

untuk beradu jiwa, tapi setelah mendengar perkataan itu, aku orang she Wan justru tak akan mati, ingin kulihat apa yang bisa kau lakukan terhadap diriku?" Baru selesai Kit Hong Kiam Khek Wan Liang berkata, mendadak terdengar suara seseorang yang tua tapi nyaring bergema datang. "Omitohud!" Dari sudut tanah lapang itu pelan pelan berjalan mendekat seorang pendeta tua. Kit Hong Kiam Khek Wan Liang segera berpaling sekejap ke arahnya, ternyata orang itu adalah Leng Kong taysu, ciangbujin dari partai Go bi .. .. Dengan langkah pelan Leng kHong toysu berjalan ketengah arena, kemudian tegurnya: "Wan tayhiap, sejak berpisah baik baikkah kau? Mengingat hubungan persahabatan kita selama beberapa tahun, pinceng ingin menasehatimu dengan sepatah kata: Turutilah anjuran dari Siau tayhiap, sejak detik ini mengundurkan diri dari keramaian dunia persilatan dan jangAn muncul kembali dalam keramaian dunia!" "Mengapa? Persoalan dari aku orang she Wan hanya aku sendiri yang bisa memutuskan. Hari ini, mengapa taysu malah berkomplot dengan kaum munafik untuk menghadapi aku?" Malam ini, Kit Hong Kiam Khek Wan Liang sudah cukup menyadari akan situasi yang dihadapinya, diapun tahu kesalahan pahaman umat persilatan kepadanya tak mungkin bisa dijelaskan dalam sepatah kata saja, oleh karena itu sikap maupun caranya berbicara pun turut berubah menjadi agak keras dan ketus. Tapi dengan demikian. hal ini justru telah telah membangkitkan kemarahan umum dari semua jago lihay yang berkumpul diarena hari ini.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Belum sempat Leng KHong taysu menjawab pertanyaan itu, ketua Tiang Ciu Pang dari sungai kuning Kang Hong Siang telah membentak dengan penuh kegusaran: "Orang she Wan, yakinkah kau dapat mengundurkan diri dengan selamat..?" "Soal ini tidak perlu kau risaukan!" jawab Kit Hong Kiam Khek Wan Liang sinis. "Bagus sekali!" ketua Tiang ciau pang Kang-Hong Siang tertawa lebar, "rupanya kau orang she Wan, seorang manusia tak tahu diri, hm... kau anggap kepandaian yang kau miliki sudah terhitung sangat liehay? Siapa tahu lohu dapat memenuhi harapanmu itu". Begitu selesai berkata dia segera menggerakkan sepasang bahunya dan bergerak kedepan dengan kecepatan luar biasa, belum tiba pada sasarannya, sebuah pukulan dahsyat yang disertai desingan angin tajam telah di lontarkan keatas tubuh Kit Hong Kiam Khek. Sebelum peristiwa ini, antara Kang Hong Siang dan Wan Liang memang sudah pernah terikat oleh suatu perselisihan, kin begitu musuh besar saling bertemu,tanpa terasa lagi Padam seluruh wajahnya, tanpa banyak berbicara lagi pertarungan sengit segera berkobar. Padahal keadaan seperti ini justru merupakan apa yang dihadapkan oleh Kit Hong Kiam Khek Wan Liang, sebab berbicara soal kemampuan. dia masih sanggup untuk mengungguli setiap orang yang hadir diarena bila pertarungan dilangsungkan satu lawan satu. Tapi orang kuno pernah berkata. Sepasang tangan susah menghadapi empat tangan, hohan sukar menahan kerubutan orang banyak Andai kata belasan orang jago lihay yang hadir sekarang menyerang bersama sama, betapapun lihaynya ilmu silat yang dimiiki Kit Hong Kiam Khek Wan Lang, toh lebih banyak ancaman bahayanya daripada keuntungan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Maka diapun segera menggunakan sistim memecah belah kekuatan lawan untuk mengobarkan kemarahan mereka satu demi satu, kemudian membereskan pula mereka satu demi satu, sehingga dengan demikian, akan makin melemah kekuatan lawannya. Tatkala serangan dari Kang Hong Siang di lancarkan datang, Kit Hong Kiam Khek Wan Liang juga tak sungkan sungkan lagi, pedang mustikanya segera diayunkan ke udara membentuk serentetan bianglala yang amat menyilaukan mata, lalu dengan Jurus Khong Ciok Say "burung merak mementangkan sayap" pedangnya membuat selapis kabut pedang yang tebal untuk membendung lebih dulu ancaman dahsyat lawan, setelah itu sambil berpekik nyaring tubuh berikut pedangnya melebur menjadi satu mulai mengembangkan permainan ilmu pedang Kit Hong Kiam hoat yang telah didalaminya selama dua puluh tahunan itu. "Sreeet, sreseet, sreeet....." tiga buah serangan berantai di lancarkan secara beruntun memaksa Kang pangcu yang menjagoi sungai Huang Ho ini terdesak mundur sejauh satu kakiBelum lagi dirinya berdiri tegak, suatu pekikan nyaring kembali berkumandang, pedangnya dengan menciptakan selapis cahaya tajam langsung membabat batok kepala Kang Hong Siang dengan 'Liu tian ciau ka' "kilat dan guntur menjadi satu". Pada hakekatnya serangan tersebut dilancarkan dengan kecePatan yang amat sukar diikuti dengan pandangan mata, mimpipun Kang Hong Siang tidak mengira kalau ilmu pedang Kit Hong Kiam yang amat termashur itu mengandung jurus ampuh yang mematikan. Menanti ia menyadari tibanya cahaya biru didepan mata, keadaan sudah terlambat, tanap terasa ia menjerit kaget: "Habislah riwayat ku kali ini!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan cepat ia memejamkan matanya menantikan datangnya kematian. Di saat yang kritis itu. mendadak dari tengah arena meluncur dua sosok bayangan hitam kemudian menyusul dari arena itu berkumandanglah suara bentrokan senjata yang amat nyaring... Tiba tiba saja Kang Hong Siang merasakan munculnya segulung angin pukulan yang dahsyat itu menghantarnya keluar dari arena dan jatuh terkapar ditanah. Menanti dia dapat kembali, tampaklah Leng Khong toysu dan Bi Kun Lun Siau Wie Goan telah menyelamatkan selembar jiwanya barusan. sementara itu, Bi Kun Lun Siau Wie Goan telah menjadi naik pitam, dia itu lantas membentak dengan nyaring: "Saudara sekalian malam ini dia tak boleh dibiarkan pergi lagi dalam keadaan hidup.: Selesai berkata dia segera meloloskan pedang nya lebih dulu. Kawanan jago lainnya juga meloloskan senjata masing masing, hanya Leng kong taysu, ketua dari Go bi pay saja yang menggulung bajunya sehingga kelihatan lengannya yang kekar, ia tidak mempergunakan senjata tajam,. Menyaksikan situasi yang terbentang ada di depan mata itu, seketika itu juga Kit Hong Kiam Khek Wan Liang merasakan hatinya turut menjadi tegang, dia cukup tahu kalau kawanan jago yang hadir di arena sekarang terdiri dari jago jago golongan putih maupun hitam, sebagian besar jago jago itu merupakan kelas satu dalam dunia persilatan, bukan berarti suatu pekerjaan gampang untuk melarikan diri dari kepungan dengan selamat.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tampak sorot matanya itu terakhir berhenti diatas tubuh Bi Kun Lun Siau Wie Goan, dibalik sorot matanya itu terpancar keluar rasa benci dan dendam yang amat tebal. Selama ini Bi Kun Lun Siau Wie Goan hanya tertawa dingin tiada hentinya, sedang istrinya Siau Hu Yong Chi Lan Eng tertawa jalang, tampaknya mereka sengaja berbuat demikian untuk membangkitkan kemarahan dari Kit Hong Kiam Khek Wan Liang agar lebih cepat turun tangan untuk menentukan mati hidup mereka. Benar juga, Kit Hong Kiam Khek segera masuk perangkap, dengan sorot mata yang berapi-api seperti binatang buas. dia memandang ke kiri kanan dengan garangnya, persis seperti seekor harimau yang sedang mengincar mangsanya. Anehnya, sekalipun kawan jago tersebut sudah begitu lama melakukan pengepungan, namun tak seorangpun diantara mereka yang maju untuk melancarkan serangan Tapi hal inipun tak bisa disalahkan. Kit Hong Kiam Khek Wan Liang sudah termashur dipersilatan sebagai seorang jagoan yang amat dahsyat. bagaimanapun banyaknya kawanan jago yang mengurungnya, tak urung mereka dibikin tercekat juga oleh kegagahan lawannya. It ci hoa kim (pedang satu huruf) Yu liang gi dari Thian cong pay tak dapat menahan sabarnya lagi, mendadak ia membentak keras. "Apalagi yang mesti dinantikan?" Begitu selesai berkata (bunga kuncup baru mekar), kemudian dengan membawa sambaran angin tajam membacok tubuh Wan Liang. Begitu It Ci hoa Kiam Yu liang gi mempelopori serangan tersebut, To gan sinkun (malaikat sakti bermata tunggal) Cong Eng hui yang berada disebelah kanannya segera menggerakkan senjata andalannya Siang coa kou (sepasang kaitan ular) untuk menyerang Kit Hong Kiam Khek.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu dua orang itu sudah melibatkan diri dalam pertempuran, serentak puluhan orang jago lihay lainnya turut melepaskan pula serangan-serangan. Walaupun Kit Hong Kiam Khek Wan Liang sudah bertekad untuk melangsungkan pertarungan sengit, setelah menyaksikan kejadian itu, tak urung naik pitam juga dibuatnya, dia segera membentak gusar: "Bedebah, kalian benar-benar tak tahu malu !" Pedang Kit Hong Kiamnya segera berubah dengan jurus Ban Hong jut ciau (selaksa lebah keluar sarang), secepat kilat dia menerjang It ci hoa Kiam Yu Liang Gi, tapi sampai ditengah jalan, nendadak dia marubah jurus serangannnya menjadi Thian ho ta sia (sungai langit tumpah kebawah) dengan kecepatan tinggi ia berganti menususk pergelangan tangan dari To Gan sinkun Cong Eng hui. Jurus serangan ini sekilas pandangan seperti terdiri dari dua gerakan, padahal diantara maju mundurnya terbentuk selapis cahaya tajam yang bersambungan, It-ci hoa-Kiam Yu Liang gi. si jagoan pedang dari Thiamcong-pay itu segera merasakan pandangan matanya menjadi kabur, sementara dia mundur dengan gugup, pedang sakti dari Kit Hong Kiam Khek telah berganti arah mengancam To gan-sinkun. Dipihak lain To Gan sinkun Cong Eng hui mimpipun tak pernah menduga kalau Kit Hong Kiam Khek bakal mempergunakan taktik suara ditimur menyerang kebara unutk memperdaya dirinya, menanti desingan angin pedang sudah tiba didepan badan, untuk menghindar tak sempat lagi. Tahu tahu ujung pedang Wan Liang secepat kilat sudah menyambar diatas pergelangan tangannya secara telak. Mendadak terdengar To gan sinkun Cong Eng hui menjerit keras, tubuhnya mundur beberapa langkah dengan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sempoyongan, sambil memegangi pergelangan tangannya yang terluka dia mengundurkan diri dari arena pertarungan. Beberapa macam gerakan itu dilakukan dalam waktu singkat, meski panjang untuk diceritakan. padahal kecepatannya ibarat sambaran cahaya berkilat saja. Dalam waktu singkat seluruh arena telah diliputi kilatan golok dan pedang serta suara teriakan yang memekakan telinga, diantaranya terdengar beberapa kali jeritan ngeri serta teriakan kesakitan. Dalam sekejap mata, Kit Hong Kiam Khek Wan Liang telah dikepung musuh dari empat penjuru, semua musuh yang dihadapinya rata rata merupakan jagoan kelas satu, walaupun ia sudah mengerahkan segenap kepandaian yang dimilikinya untuk melawan, namun setiap saat dia mesti menghadapi rintangan yang cukup berat. Betul dia tangguh dan berilmu tinggi, tapi mungkinkah dia untuk menghadapi kerubutuan puluhan orang sekaligus. Ternyata Bi Kun Lun siau Wie Goan cukup licik, setiap kali melancarkan serangan dia selalu meninggalkan beberapa bagian tenaga murninya. sikap tersebut seakan-akan hendak memberi kesempatan bagi Kit Hong Kiam Khek untuk mengatur naps, tapi bagi pandangan orang yang pintar maka tindakan semacam ini justru menunjukkan kelicikan, seakanakan dia merasa tidak puas sebelum menyaksikan Wan Liang mati kelelahan dan kehabisan tenaga. Kit Hong Kiam Khek Wan Liang cukup memahami keadaan tersebut, maka diapun khusus mencari Siau Wie Goan sebagai sasarannya, jurus serangan demi jurus serangan semuanya dibacokkan ketubuh Bi kun lun. Tak selang setengah perminum teh kemudian sekujur badan Kit Hong Kiam Khek sudah penuh dengan luka bacokan , darah segar telah membasahi seluruh badannya, namun dia masih tetap melawan dengan gagah beraninya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau Hu Yong Chin Lan Eng katanya saja turut ambil bagian dalam kerubutan tersebut, tapi dia lebih tepat kalau dibilang membantu mencaci maki. Perempuan jalang yang tak tahu malu ini sembari melancarkan serangan, ia selalu melontarkan kata kata cemoohan dengan kata yang kotor dan cabul untuk merangsang kegusaran Wan Liang. Bahkan boleh dibilang setiap kata yang diucapkan olehnya terasa bagiakan sebilah pisau yang menembusi perasan Wan Liang, membuat ia merasa amat menderita. Begitulah disamping harus melakukan perlawanan matimatian terhadap ancaman yang datang dari kawanan jago lihay, Kit Hong Kiam Khek Wan Liang juga harus menaan sakit hatinya akibat cemoohan orang, batinnya mengalami penderitaan, siksaan yang amat sangat ini membuat jago tua ini teringat untuk mati. Tapi baru saja ingatan untuk mati melintas didalam benaknya, napsu untuk hidup serta bara api dendam yang membara dalam bati semakin berkobar, dengan cepat ingatan mana melintas dalam benaknya, diam-diam dia pun berpikir : "Aku tak boleh mati, bagaimanapun juga aku harus tetap hidup lebih lanjut !" Begitu ingatan mana melintas lewat, tiba-tiba ia mendongakkan kepalanya sambil berpekik nyaring, segenap sisa tenaga dalam yang di milikinya dihimpan menjadi satu, dengan mennjejakkan kakinya ketanah. Dia melambung tinggi dua kaki lebih ke tengah udara, kemudian berjumpalitan, pedang menciptakan berkuntum bunga pedang yang bagaikan hujan gerimis menyelimuti tubuh semua orang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Waktu itu para jago bertarung dengan penuh napsu, menyaksikan ia melambung keudara. serentak semua orang mengangkat goloknya ke atas pula. "Omitohud" seru Leng Khong taysu dari Go Bi Pay menyusul dibelakang tubuh Wan Liang, dia melejit pula ketengah udara sambil melancarkan sebuah pukulan. Bila digencet dari atas dan bawah, bagaimanapun lihaynya ilmu silat yang kau miliki, rasanya sulit juga untuk menghindarkan diri dari ancaman tersebut. Kit liong-Kiam-kek Wan Liang memang cukup lihay, tubuhnya yang baru melesat sejauh satu kaki dari permukaan tanah itu mendadak menghentikan gerakan badannya, lalu dengan ilmunya Sia Khong Teng sin (Menghentikan badan ditengah udara) dia menahan gerakan tubuhnya, kemudian pedanga yang sebenarnya hendak membacok kebawah itu diangkat keatas secara tiba-tiba. Dengan meringankan tubuh Liu Im ti (Tangga awan berjalan) yang amat liehay itu, tubuhnya melejit keudara, saat itulah dia bertemu dengan sergapan yang dilepaskan Leng Khong taysu dari atas kebawah. Kit Hong Kiam Khek Wan Liang sangat membenci kawanan jago silat yang menganggap dirinya pendekar tapi kenyataannya berbuat sewewenang wenang, tanpa berpikir panjang lagi pedangnya dengan manggunakan jurus Thian khong lui hee (guntur menggelegar dari tengah angkasa) langsung membabat sepasang kaki Leng Kong taysu. Kasihan Leng khong taysu yang terlalu memandang enteng lawannya itu, tatkala menyaksikan pedang saktinya menyambar kebawah, tubuhnya sudah tak sanggup lagi untuk melejit keudara. Jeritan ngeri yang memilukan hati segera berkumandang memecahkan keheningan. kaki Leng Hong taysu tahu-tahu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sudah terpapas kutung menjadi dua bagian, orangnya pun segera ribih terkapar keatas tanah dan jatuh tak sadarkan diri. Bi Kun Lun Siau Wie Goan yang pertama menemukan peristiwa ini, sambil membentak gusar tubuh berikut pedangnya segera melebur menjadi satu, kemudian meluncur kearah mana Kit Hong Kiam Khek terjatuh tadi. Sayang keadaan sudah terlambat. tubuh Kit Hong Kiam Khek telah lenyap dibawah tebing Goan Gwat Peng tersebut. -Bagian PertamaSENJA TELAH menjelang tiba, matahari sore dengan membawa sisa cahayanya telah bersembunyi dibalik bukit, angin berhembus kencang menggugurkan dedaunan yang mengering. Dalam suasana beginilah, lamat lamat terdengar suara derap kaki kuda yang lemah diiringi suara gemerisik berkumandang datang diri bawah bukit sana .... Tak lama kemudian, dari balik tikungan bukit muncul seekor kuda kurus yang bernafas memburu dan tubuh penuh dengan pasir, di-atas kuda tadi duduk seorang lelaki setengah umur yang berpakaian dengan warna luntur. sebilah pedang antik tersoren dipinggangnya, tapi wajahnya murung dan sedih. . Dengan termangu dia duduk diatas pelana sambil membawa sinar mata ke tempat sana. Dalam pangkuannya sebelah depan duduk pula bocah berumur lima, enam tahun yang berwajah tampan dengan bibir yang merah serta dua baris gigi berwarna putih. Kuda itu, dengan susah payah berjalan maju ke depan. Mendadak terdengar bunyi burung yang ber-kaok kaok, ketika lelaki setengah umur itu mendongakkan kepalanya tampaklah seekor burung gagak sedang bertengger diatas dahan sambil berbunyi tiada hentinya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan rasa segan lelaki setengah umur itu menarik kembali sinar matanya yang sayu, kemudian tertawa dingin, gumamnya: "Binatang sialan, kaupun dapat mewartakan suasana murung bagi diriku .. . ." Tiba tiba kuda kurus itu terkulai lemas dan roboh terkapar keatas tanah .... Dengan tubuh terkejut lelaki setengah umur itu menyambut tubuh si bocah dan melompat turun dari atas pelana. Sungguh cepat gerakan tubuhnya, tampak bayangan abu abu berkelebat lewat, lelaki setengah umur itu sudah melayang turun ke atas tanah. Tangannya yang satu menahan tali lesnya, sementara tangan yang lain mengelus bulu surai kuda tersebut sambil ujarnya dengan penuh perhatian : "Siau hek, kau terlalu lelah, mari kita istirahat sebentar, menanti kesehatan tubuhmu sudah pulih kembali kita baru lanjutkan perjalanan ini... " "Aaai... kau pasti akan menggerutu kepada ku sebagai majikan yang tak pernah memikirkan tentang dirimu, padahal aku sendiri pun merasa murung dan sedih, coba bayangkan, Hanya setahun, dalam setahun yang singkat, kau dan aku telah berubah ... bukankah begitu? Siau hek..." Kuda kurus yang bernama "Siau hek" itu seakan akan mengerti dengan perkataan dari majikannya, dia meringkik tiada hentinya seperti lagi menghela nafas. Lelaki berusia pertengahan itu segers menepuk nepuk leher si kuda menitahkan kepadanya untuk beristirahat. lalu sambil duduk di sampingnya, dengan penuh kasih sayang dia membelai bulu surai kuda itu seraya katanya"Kau bertambah kurus Siau hek, untung kau dan aku tak usah menempuh badai lagi. teringat tahun berselang, kita masih termasyur sampai dimana-mana, kapankah kita pernah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menjadi anjinga yang dikejar kejar orang? Apakah inilah balas jasa yang harus kita terima bagi perjuangan kita selama sepuluh tahun?" Gumamam tersebut segera menyentuh perasaan sedih yang mencekam perasaan lelaki setengah umur itu, dia separti merasakan tekanan batin yang amat hebat tapi tak sanggup untuk mengutarakannya keluar, selesai berkata ternyata dia mendekam diatas tengkuk si Siau hek dan menangis tersedu sedu .... Air mata yang panas meleleh keluar membasahi pipinya dan menembusi pakaiannya, tiap air mata berarti setetes darah, suatu persoalan. Yaa, selama sepuluh tahun berjuang, menanamkan kebaikan dan kebajikan bagi manusia tapi hasil yang diperolehnya hanya cemoohan dan dendam kesumat, bahkan kekasih yang di cintai bagaikan nyawa sendiripun telah meninggalkan pelukannya berpindah ke pelukan orang-lain. Yang lebih mengenaskan lagi adalah ia lari ke dalam pelukan seorang lelaki yang sebetulnya merupakan sobat karib yang dianggap bagaikan saudara kandung sendiri, tak heran kalau dia jadi sedih dan melelehkan air mata. "Hayo bangun Siau hek! Kita sudah hidup miskin dan terdesak, tiada sesuatu kenangan yang bisa diingat kembali" Ucapan semacam itu entah sudah diulang beberapa kali, dan sslalu diucapkan dalam keadaan kecewa dan sedih Siau hek segera menggerakkan lehernya sambil meringkik panjang, tiba tiba ia bangkit berdiri. Mula mula lelaki itu membimbing bocah itu terlebih dulu, kemudian ia baru naik keatas punggung kudanya dan melanjutkan perjalanannya menelusuri jalan. Waktu itu sudah bulan sembilan, angin musim gugur berhembus kencang menggugurkan dedaunan dan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menggoyangkan dahan serta ranting, membuat suasana jadi bertambah suram dan gelap .... Ditengah keheningan yang mencekam hanya ada derap kaki kuda serta deruan angin kencang yang membelah bumi, suasana semacam ini membuat pendekar itu merasa dirinya makin kesepian, makin terasing dari keramaian dunia. Ternyata lelaki setengah umur itu tak lain adalah Kit Hong Kiam Khek Wan Liang yang pernah menggetarkan seluruh dunia. Apakah dia benar benar telah mengundurkan diri dari keramaian dania persilatan? Berapa tahun berselang, baik jago dari golongan putih maupun golongan hitam segera akan mengacungkan jempolnya bila menyinggung tentang Kit Hong Kiam Khek Wan Liang. Tapi sekarang, apa sebabnya dia bisa berubah menjadi begitu mengenaskan dan menyedihkan? Dia sesungguhnya lagi menghindarkan diri dari apa? Sedang menantikan apa? Waktu itu, setelah dari tebing Koan jit peng Kit Hong Kiam Khek telah jatuh tak sadarkan diri. Orang bilang: Siapa menanam kebaikan dia akan mendapat kebaikan Kit Hong Kiam Khek Wan Liang pernah menolong nyawa seorang bocah didalam sebuah hutan yang lebat, akhirnya selembar jiwanya ditolong pula oleh bocah kecil itu. Ketika Kit Hong Kiam Khek Wan Liang tersadar kembali dari pingsannya dan melihat si bocah kecil yang duduk disampingnya, seketika itu juga keinginan untuk hidup segera tumbuh dalam hatinya, dia bertekad hendak hidup lebih jauh, bertekad hendak mencari kecepatan uniuk membalas dendam, membalas sakit hati.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Maka sambil memaksakan diri dia mengambil obat dari sakunya, lalu menitahkan kepada bocah itu untuk mengobatinya. Bocah itu adalah putra dari Suma Tiong-yu, seorang pembesar setia dari Pemerintah asa itu, selain cerdik juga berbakat bagus, oleh karena itu ia dapat melaksanakan perawatan yang baik untuk menyembuhkan luka dari lelaki tersebut. Berhubung kedua orang itu sama sama hidup sebatang kara maka timbul perasaan simpatik diantara kedua belah pihak. Kit-Hong-Kiam-kek Wan Liang merasa marah karena difitnah orang dan dikucilkan dari dunia persilatan, sebaliknya Suma Thian-yu, si bocah itu telah kehilangan kedua orang tua nya dan tak punya tempat tinggal lagi. Maka dari itu, Kit Hong Kiam Khek Wan Liang segera mengambil keputusan untuk mengajaknya melakukan perjalanan bersama. Setelah beristirahat selama beberapa hari dibawah bukit Ciat thian Hong, sambil berusaha menghindarkan diri dari pengejaran Bi Kun Lun Siau Wie Goan, diapun berusaha menyembuhkan luka nya. Ternyata setelah sehat kembali, Kit Hong kiam Khek Wan Liang merasakan pukulan batin yang amat berat membuatnya berusaha untuk menghindarkan diri dari kenyataan, sering merasakan tersentuh hatinya dan sedih, padahal penderitaan yang dialaminya masih jauh ketinggalan bila dibandingkan dengan apa yang diderita bocah kecil itu. Suma Thian yu pernah bermaksud untuk belajar silat dari Kit Hong Kiam Khek Wan Liang namun permintaan itu ditolak olehnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Perlu diketahui, selama hidupnya Kit Hong Kiam khek Wan Liang selalu terbenam dalam ilmu silat, maka masa depannya menjadi hancur tak karuan, sini dia merasa muak terhadap Segala macam perselisihan dau pembunuhan dalam dunia persilatan Mengingat apa yang telah dialaminya selama ini, sudah tentu dia tak ingin menyaksikan bocah itu mengalami nasib yang sama seperti diri nya, tak heran kalau permintaan bocah itu di tolak tegas-tegas. Waktu malam sudah kelam, angin berhembus kencang membuat suasana amat mengerikan. Setelah melewati sebuah gunung yang tinggi, didepan muncul sebuah bukit kecil yang diliputi kabut tebal,lama sekali Kit Hong Kiam khek Wan Liang memperhatikan bukit tersebut, akhirnya dia bergumam lagi kepada si kuda Siau-hek "Sudah sampai siau Hek, didepan sanalah bukit Gi Im Hong masih ingatkah kau? Enam tahun berselang aku pernah memberitahukan kepadamu dikemudian hari aku akan mengajaknya berdiam dibukit ini tak kusangka enam tahun kemudian, kami benar-benar telah kembali kesini, bukit Gi im hong masih tetap seperti dulu, tapi di. . ," Dengan sedih dia menghela napas panjang, semua kemurungan yang memenuhi dadanya selama inipun buyar mengikuti helaan napas tersebut. Tanpa terasa bayangan tubuh Siau Hu yong Chin Lan eng melintas kembali dalam benaknya, wajahnya yang menawan, senyumnya yang manis, dan suaranya yang begitu merdu. Sumpah setianya masih mendengung dalam telinganya, cinta kasihnya yang dalam serasa masih menyelimuti dadanya, tanpa terasa Wan Liang menjadi melamun, terbuai oleh lamunan nya yang indah.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hingga burung gagak berbunyi memecahkan kesunyian, ia baru tersadar dari lamunannya Puncak Gi Im Hong terletak dalam propinsi Oulam dalam deretan pegunungan Kil ih san, puncak itu menjulang tinggi ke angkasa dikelilingi banyak bukit lainnya. "Rumah" dari Kit Hong Kiam Khek Wan Liang terletak dipunggung bukit terjal tersebut, yaitu didalam sebuah gua kuno yang dikelilingi oleh semak belukar. Gua itu ditemukan Kit Hong Kiam Khek Wan Liang pada enam tahun berselang, ketika ia sedang menemani Siau hu yong Chin San eng berpesiar ketempat itu, waktu itu mereka telah bekerja keras hampir sebulan lamanya untuk mendandani gua itu, bahkan menyiapkan pula alat perlengkapan rumah tangga sebagai tempat mereka berdiam dikemudian hari. Tapi, perubahan manusia sukar diduga siapa sangka enam tahun kemudian, yang datang kembali ke gua hanya seorang pendekar pedang yang murung dan sedih. Yaa, siapakah yang dapat menduga perubahan nasib yang bakal menimpa dirinya ? Kit Hong Kiam Khek Wan Liang dengan mengajak Yu Ji dan kuda kurus menuju kedepan gua. ternyata ia tak berani masuk kedalam, semua benda yang berada disana hanya akan membangkitkan kenangan dan kesedihan di dalam hatinya saja. Tiba didepan gua, lamat lamat Wan Liang mengendus bau harum tubuh dari kekasihnya, andaikata yang masuk kedalam rumah- mereka sekarang adalah mereka berdua, tentu indah sekali suasananya ketika itu. . .Angin gunung berhembus kencang membuat Yu ji merasa kedinginan setengah mati, tanpa terasa dengan gigi beradu pintanya kepada Wan Liang;

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Paman, aku kedinginan; bagaimana kalau kita imasuk untuk beristirahat ?" Mendengar perkataan itu, Kit Hong Kiam Khek Wan Liang baru tersentak bangun dari lamunannya.ia melirik sekejap kearah Yu ji, benar juga ia telah mengkerut menjadi satu dan gemetar tiada hentinya. Dengan perasaan hati yang kecut Wan Liang segera membawanya melompat turun dari atas kuda, dengan cepat ia menemukan tombol rahasia pembuka pintu, setelah mengikat kudanya didahan pohon, dia membopong bocah itu masuk kedalam gua. Ruangan gua itu sangat luas, setelah melalui gerbang, mereka melewati sebuah lorong yang panjang satu kaki, didalam terdapat ruangan-ruangan gua yang terang benderang. pada langit-langit gua itu penuh terdapat mutiara yang digunakan sebagai alat penerang. Kit Hong Kiam Khek Wan Liang segera menurunkan Suma Thian yu keatas tanah, kemudian melangkah masuk kedalam pintu sebelah kanan. Baru saja melangkah maju setengah tindak, mendadak ia menjerit tertahan dengan penuh lain kaget: "Haaaah?" Seperti orang kalap ia menerjang masuk keruang dalam. Suma Thian yu dibikin tertegun oleh tindak tanduknya yang aneh itu, dia cepat memburu kedalam ruangan dan mengintip dengan rasa ingin tahu Tampak Kit Hong Kiam Khek sedang berdiri termangu memegang sebuah kotak kayu yang berukir indah, matanya mendelong sementara tangannya yang memegang kotak tersebut gemetar tiada hentinya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lama kemudian, ia baru membuka kotak itu, ternyata didalamnya berisi secarik kertas... Dengan wajah pucat, bibir gemetar keras dan mata melotot besar, lama sekali Kit Hong kiam khek Wan Liang tertegun, akhirnya dia merobek robek kertas itu, membanting kotak kayu itu ketanah dan menyumpah dengan penuh kegusaran: "Perempuan lonte, kamu benar benar perempuan lonte yang tidak tahu malu, watakmu memang watak lonte, melihat orang lain lantas tertarik, bukan cuma menyia nyiakanku, kaupun memaki aku . .. Hmm! Kau perempuan berhati busuk seperti ular beracun, kau anggap perbuatanmu itu akan membuatku marah dan mampus? Haaahhh . . . .haa ha ha haa.....aku justru tak akan mampus, lihat saja nanti..." Dalam gelak tawa yang amat keras itulah segenap amarah dan rasa bencinya dilampiaskan keluar, suaranya mengerikan sekali, seperti orang tertawa dan juga bagai orang menangis seperti berteriak, lalu seperti monyet yang berpekik, membuat tiap orang yang sempat mendengarkan suara tertawanya itu menjadi bergidik. Dalam waktu singkat seluruh cahaya dalam gua itu bagaikan bergoncang keras, seperti ada gempa bumi yang tiba tiba melanda tempat itu, membuat Yu ji yang berada didepan pintu pun merasakan sukmanya serasa melayang meninggalkan tubuh, bulu kuduknya pada bangun berdiri, tangan kakinya gemetar keras. Jilid 2. Yu-ji, Pewaris muda Bu Tong Pay DAN tiba-tiba suara tertawanya berhenti, seperti sebuah bola yang kehabisan udara tiba-tiba dia menjatuhkan diri diatas meja dan menangis tersedu sedu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam waktu singkat rasa gusar yang membara kini berubah menjadi keheningan dan kesedihan, dari sini dapat diketahui betapa rumitnya pertentangan batin yang sedang melanda didalam hati. Sampai lama kemudian Wan Liang baru menghentikan tangisnya dan mendongakkan kepala, kebetulan ia saksikan Suma Thian yu sedang berjongkok hendak memungut giok bei retak yang melompat keluar dalam kotak kayu itu. Hawa amarah yang selama ini mencekam perasaannya mendadak saja meledak dengan suara menggelegar bentaknya keras-keras: "Yu ji, jangan pungut benda itu!" Suma Thian yu amat terkejut, merah padam wajahnya karena jengah, dengan cepat ia letakkan kembali giok bei yang dipunggutnya ketempat semula, kemudian Siap meninggalkan tempat itu. Dalam pada itu, kemarahan kit hong kiam kek Wan Liang telah mereda, pelan-pelan dia berkata lagi: "Yu ji, ambil benda itu! Ia menandakan hati paman telah retak, bawalah, aku percaya, waktu dapat mengobati luka paman yang sudah parah ini." Suma Thian-yu benar benar dibikin pusing dan tak habis mengerti oleh sikap pamannya yang luar biasa itu, untuk sesaat dia tak tahu harus memungut benda itu atau jangan. Melihat kejadian itu, Wan Liang segera berseru kembali: "Apa yang kau sangsikan lagi. Biarpun diatasnya telah bertambah dengan sebuah bekas retakan, namun tidak mengurangi kecemerlanganannya yang asli, Yu ji, kau masih muda, sekarang tak akan kau pahami keadaan tersebut, sekalipun ku utarakan hal yang sesungguhnya belum tentu kau akan mengerti, biarkan waktu yang menjelaskan kesemuanya ini kepadamu! Seusai berkata, kembali dia menghela napas. Berapa banyak yang diketahui Suma thian yu? Dalam benaknya yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

masih polos dia merasa bahwa mainan giok bei yang terletak ditanah itu sangat indah, tentu saja ia tak tahu kalau dibalik mainan giok bei itu sebenarnya tersimpan suatu kenangan yang indah juga memedihkan hati, sekalipun diatasnya diliputi kesedihan dan awan gelap namun cahaya aslinya masih tetap bersinar terang. Suma Thian yu tidak sangsi lagi, dengan sangat berhati-hati ia memungut benda itu dari atas tanah lalu menyimpannya kedalam saku. Yu ji amar menyukainya, meski diatasnya telah bertambah dengan sebuah celah yang cukup dalam. Pelan-pelan kit hong kiam kek berjalan keluar, ditatapnya Suma Thian yu sekejap, kemudian tegurnya: 'Kau sudah lapar? Apakah ter biasa makan rangsum kering?" "Ehmm..! Suma Thian yu mengiakan, padahal dia tak tahu apa yang disebut rangsum kering, jangankan melihat bentuknya, mendengar namanya pun belum pernah. Wan Liang berjalan kesamping Siau Hek, dari dalam kantung kulitnya ia mengeluarkan sebungkus rangsum kering, sambil di angsurkan ke tangan Suma Thian yu katanya: Untuk sementara waktu makanlah rangsum kering ini untuk menahan lapar, kalau menginginkan air, diatas dinding yang dibelakang tubuhmu terdapat mata air yang agak dingin airnya, jangan diminum sekaligus, lebih baik kumurkan dulu dimulut, kemudian baru ditelan kalau tidak, badanmu bisa tak tahan." Suma Thian yu segera membuka bungkusan kertas itu, ternyata yang dimaksudkan sebagai rangsum kering adalah kerak nasi yang mengeras bagai batu, tanpa terasa keningnya berkerut dan agak lama dia ragu untuk memakannya. Tapi, ketika ia teringat disampingnya berdiri si paman berwatak aneh yang sedang mengawasi gerak geriknya, maka tanpa berpikir panjang lagi ia segera menggigitnya. Sebab kalau dia ragu, berarti memberitahukan kepada paman itu kalau dia bukan seorang anak yang tahan uji.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitulah, setelah menggigit sepotong dia memakanrnya dengan lagak seakan-akan enak, malah sambil makan dia berkata. Eeehmm...enak sekali rasanya, paman, mengapa kau tidak turut makan..? Sejak permulaan hingga sekarang, kit hong kiam kek Wan Liang mengawasi terus gera-gerik bocah itu, melihat keuletan sibocah tersebut, saking terharunya air matanya jatuh bercucuran, katanya kemudian dengan suara parau. Nak, kau memang hebat sekali, dengan usiamu begitu muda, ternyata kau begitu ulet, tahan uji dan mempunyai semangat besar untuk mengendalikan diri, masa depan mu pasti cemerlang. Sewaktu mengucapkan perkataan itu, sekulum senyuman segar menghiasi wajahnya. Ketika Yu ji mendongakkan kepalanya dan menemukan senyuman menghiasi wajah paman nya, dia menjadi tertegun. Semenjak berkenalan dengan pamannya, baru pertama kali ini dia menyaksikan orang itu tertawa, segera pikirnya: "Ternyata paman bukan orang yang menakutkan! senyuman itu begitu ramah dan menawan hati" Berpikir sampai disitu, tanpa terasa ia lantas menubruk kedalam pelukan Kit hong kiam kek Wan Liang sambil berseru: "Paman.... Kit hong kiam kek Wan Liang memeluk tubuh suma Thian yu erat erat, saking terharunya dia sampai tak sanggup mengucapkan sepatah katapun, sampai lama, lama sekali, sambil membelai tubah Yu ji, dia bergumam lirih. "Yu ji, kau ... kau masih kedinginan? "Masih sedikit, paman" "Selewatnya berapa hari, paman akan mengajarkan semacam sim hoat tenaga dalam untuk mengusir hawa dingin, bersediakah kau untuk mempelajarinya...?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar kabar itu, Suma Thian yu menjadi girang setengah mati, dengan wajah berseri segera sahutnya: "Sungguh paman? Ohh, paman, kau betul-betul sangat baik kepadaku, tak kusangka kalau paman bersedia mengajarkan kepandaian ilmu silat kepadaku" Kit hong kiam kek wan Liang mengelengkan kepalanya berulang kali, sambil tertawa getir ujarnya: Bukan, bukan begitu, aku hanya akan mengajarkan tenaga dalam saja untuk mengusir hawa dingin" "Mengapa? Sejak mengetahui kalau pamannya dapat terbang, Suma Thian yu merasa kagum sekali, maka betapa kecewanya dia setelah mengetahui kalau pamannya tidak berhasrat untuk mewariskan kepandaian tersebut bepadanya. Buru-buru dia berseru lagi: Yu ji ingin terbang, terbang ke angkasa dengan bebas, hidup bahagia, mengapa paman tidak bersedia mengajarkannya kepadaku?" "Anak baik" kata Kit hong kiam kek wan Liang sambil menghela napas, "aku tidak berharap kaupun mengikut jejak hidup dari paman, kalau kuterangkan sekarang mungkin kau belum dapat memahaminya, waktu itu kalau paman tidak belajar silat, bagaimana mungkin kualami nasib yang tragis seperti apa yang kualami sekarang. Aaaai.... untuk menyesalpun sudah tak sempat lagi buat paman, mengapa pula aku harus menyeret mu untuk terjun pula kedunia seperti ini? Berbicara sampai disitu, diamatinya Yu ji beberapa saat, dirabanya tulang badan sekujur badannya, lalu berguman. Tapi... mengapa pula aku harus menyia-nyiakan bakat yang begini baiknya untuk berlatih silat? Tapi setelah termenung beberapa saat, kembali dia menggelengkan kepalanya berulang kali sambil melanjutkan:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tidak, aku tak bisa berbuat demikian hal ini harus disalahkan apa sebabnya aku bisa menerima nasib setragis ini" Dengan kebingungan Suma thian yu memandang tingkah laku Wan Liang yang sangat aneh, kemudian tanyanya dengan tercengang: Paman, apa yang sedang kau katakan? "Ahh...tidak" Kit hong kiam kek Wan liang menyambut, dengan perasaan apa boleh buat dia melanjutakan, "aku rasa lebih baik pu satkan saja semua pikiianmu untuk memperoleh kesuksesan dibidang satra, dikemudian hari kau bisa menyamai ayahmu, menjadi pembesar yang berpangkat tinggi, sukakah kau akan pangkat tinggi?" Suma Thian yu segera menggelengkan kepalanya berulang kali, tak tahu apa yang meski dijawab, padahal dia sendiri pun tidak begitu mengerti apa yang dimaksudkan dengan sastra, dan apa pula yang dimaksudkan dengan ilmu silat, dalam keadaan begitu, bayangkan saja, bagaimana mungkin dia bisa menentukan pilihannya untuk menjawab. Walau demikian, perasaan yang bersembunyi didalam hatinya berbicara bahwa dia enggan menjadi pembesar, sebab kehidupan semacam itu terlampau terikat, tidak bebas. Kembali Kit hong kiam kek Wan Liang berkata: "Jangan banyak curiga, andaikata paman bersedia melepaskan ilmu silat untuk mengejar bidang sastra, sejak dahulu aku telah merebut gelar Congkoan, kau anggap paman tidak mengeri akan Su siu ngo keng?" "Tidak, tidak, Yu ji bukan berpendapat demikian, hanya saja Yu ji merasa malas untuk mempelajarinya....." "Sekarang, waktu sudah tidak pagi, malam ini kau boleh berada bersama paman, aku lihat kaupun sudah cukup lelah, lebih baik pergi-beristirahat lebih dulu"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Keesokan harinya, ketika Suma Thian yu terbangun dari tidurnya, ia tidak menemukan pamannya berada dalam kamar, cepat-cepat bocah itu bangun sambil lari keluar. Baru tiba dimulut gua, dia saksikan Kit hong klam kek wan Liang sedang berjalan masuk sambil menenteng pedang. Dengan suara keras Yu ji segera berteriak, "Paman, pagi benar kau sudah bangun, Yu ji mengira kau sudah pergi meninggalkan tempat ini!" Kit hong kiam kek wan Liang segera tersenyum. Anak bodoh, mana paman akan meninggalkan dirimu seorang diri? Di sini adalah rumah ku, sekarang merupakan ruman kita, mengapa tanpa sebab aku harus pergi meninggalkan tempat ini?" Yaa, benar. Tempat ini adalah rumah kita, paman," apakah setiap hari kau tentu akan bangun tidur sepagi ini?" "Ehmm, udara pagi membantu manusia untuk menyehatkan badan, dikemudian hari kaupun tak boleh malas tidur terus, setiap pagi harus bangun iebih awal lagi" Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan, "Mari kita perbaiki sedikit pintu luar gua ini, daripada membiarkan orang jahat berhasil memasuki tempat ini "Bagaimana cara memperbaikinya?" "Sederhana sekali, asal kita sumbat pintu gua yang pertama, lalu membuka pintu gua yang lain, hal ini akan beres" Dengan kecerdasan dan ilmu silat yang dimiliki Kit hong kiam kek, tak selang beberapa lama kemudian pekerjaan mereka untuk memindahkan pintu gua tersebut dapat berjalan dengan lancar. Sambil menepuk-nepuk bajunya membersihkan dari debu, Wan Liang berkata dengan penuh rasa percaya pada diri sendiri: "Siau wi goan, wahai Siau wi goan, sekali pun kau lebih licikpun tak akan berhasil menemukan aku Wan Liang!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kemudian kepada Yu ji yang berada disampingnya dia berpesan. Yu ji, selanjutnya kau pun tak boleh bermain-main disini, mengerti?" "Mengapa?" dengan perasaan tak mengerti dia membelalakan matanya lebar-lebar dan bertanya keheranan, "kalau tidak bermain di sini, aku harus bermain dimana?" Masuk keluar lewat pintu belakang, disitu merupakan gua bagian belakang, didepan gua adalah hutan bambu yang amat luas, pagi hari kalau kau suka bermain, bermainlah disitu, tapi kau harus ingat dengan pesan paman, jangan membiarkan jejak kita diketahui orang, mengerti? Suma Thian yu masih tidak habis mengerti tapi dia tak berani bertanya lebih jauh, sebab dia cukup menyadari bahwa watak pamannya ini aneh sekali, sekali salah bertanya bisa jadi akan mengakibatkan datangnya dampratan atau teguran marah. Malam musim gugur adalah malam yang dingin, terutama sekali ditempat ketinggian puncak Gi im hong di bukit Kiu ih san, boleh dibilang tempat itu tidak cocok untuk dihuni manusia maupun binatang. Oleh karena itu, bukan saja Kit hong kiam kek Wan Liang telah mewariskan tenaga dalamnya kepada Yu ji, lagi pula diapun mengeluarkan empat butir pil Ku goan cing wan yang selama ini dianggapnya sebagai mestika yang melebihi nyawa sendiri untuk Yu ji telan, bahkan membantunya pula untuk menembusi jalan darah penting dalam tubuhnya. Setelah lewat beberapa bulan lamanya, tubuh Suma Thian yu yang lemah kini menjadi kekar dan kuat, terutama sekali udara disitu memang berjalan lancar. Dalam waktu singkat, tiga tahun sudah berlalu tanpa terasa, kecuali mempunyai dasar tenaga dalam yang kuat, Yu ji hanya pandai ilmu sastra dan ilmu sejarah, karena selain

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kepandaian itu, Kit hong kiam kek Wan Liang tidak mengajarkan ilmu pedang kepadanya. Padahal didalam kenyataannya usaha Kit hong kiam kek Wan Liang hanya sia-sia belaka sebab setiap kau dia keluar untuk berlatih pedangnya, suma Thian yu selalu mengintip secara diam-diam dan menyerap kepandaian tersebut sedikit demi sedikit. Dalam dua tahun saja, seluruh jurus pedang Kit hong kiam hoat yang paling diandalkan oleh Kit hong kiam kek Wan Liang telah ber hasil dicuri semua oleh Suma Thian yu. Pada dasarnya Suma Thian yu adalah seorang bocah yang cerdik dan mempunyai bakat bagus untuk belajar silat, dia pun mempunyai ingatan yang luar biasa, tiap kali berhasil menyadap suatu jurus pedang pada malam harinya, maka dipagi harinya kemudian ia mencoba untuk melatih diri. Meski begitu, dalam kenyataanya Kit hong kiam kek sendiri sama sekali tidak memahami akan rahasia tersebut. Mungkin inilah yang dinamakan takdir, bila takdir menghendaki demikian, siapakah yang bisa membantahnya lagi? Suatu hari Suma Thian yu bermain main seorang diri ke dalam hutan bambu diluar gua, setiap kali keluar dari guanya, dia selalu menuruti pesan dari Wan Liang untuk mgmeriksa dahulu sekeliling tempat itu, bila tidak menemukan manusia yang mencurigakan, ia harus kabur keluar dari gua secepat cepatnya menuju kehutan bambu. Bagaikan pencuri saja, Suma Thian yu selalu berpaling dengan curiga untuk memperhatikan apakah pamannya Wan Liang membuntuti atau tidak, kemudia dia akan lari kebelakang sebuah batu besar, mengambil sebuah pedang yang terbuat dari bambu dan melatih diri dengan amat tekun.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah pedang bambu ada ditangan, Suma thian yu mulai melatih ilmu pedang Kit hong kiam hoatnya dari awal sampai akhir, semua jurus serangan dirangkaikan menjadi satu dan menyerangnya dengan kecepatan tinggi, sebentar menyerang sebentar bertahan sebentar meninggi sebentar merendah, ketika mencapai pada puncaknya, hampir saja seluruh bayangan tubuhnya lenyap dari pandangan mata. Seorang bocah cilik yang berusia delapan tahun ternyata sanggup membawakan ilmu Pedang kit hong kiam hoat yang pernah mengemparkan dunia persilatan itu dengan begitu hafal dan matang, seandainya dia tidak berbakat bagus, mana mungkin hal ini dapat dilakukan? Setiap kali melatih diri, Suma Thian yu selalu akan termenung sampai lama sekali, ada kalanya dia membuat garis-garis ditanah untuk memecahkan perubahan jurus serangannya, setelah itu garis- garis itu akan dihapus dengan kaki dan mulai berlatih lagi agak awal. Semangat dan keuletan semacam ini betul-betul sesuatu yang luar biasa sekali. Hari ini Suma thian yu keluar dari guanya itu jauh lebih itu, dalam gua tak ada persoalan yang harus dikerjakan, muka diapun menggunakan waktu yang paling baik untuk melakukan penyelidikan kemudian melatih ilmu pedang curiaannya itu bersungguh-sungguh. Tatkala dia selesai berlatih dan baru saja akan kembali kedalam gua, mendadak dari belakang tubuhnya terdengar suara seseorang yang serak tua sedang memuji: Ilmu pedang bagus! Ilmu pedang bagus! Betul-betul luar biasa sekali......" Mendengar teguran itu, Suma Thian yu menjadi tertegun, dia mengira jejaknya ketahuan pamannya, dengan cepat dia berpaling kebelakang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tapi dengan cepat dia merasa terkejut, ternyata hutan itu sepi dan kosong, tak nampak sesosok bayangan manusia pun berada disana. Mungkinkah aku telah salah mendengar? Aaaaah, tidak mungkin, tidak mungkin aku salah mendengar, kalau tidak.....aaah, jangan-jangan di sini ada setannya...." Teringat akan setan, tanpa terasa bulu kuduknya pada bangun berdiri, hawa dingin pun segera menyerang ke dalam ulu hatinya. "Bocah, aku berada disini! suara yang parau tua itu kembali berkumandang datang. Mendengar seruan tersebut, dengan cepat Suma Thian yu berpaling tapi dengan cepat dia menjerit kaget: "Aahh! Ternyata diatas batu cadas raksasa itu, entah sejak kapan telah duduk seorang kakek yang amat gagah. Tampak kakek itu memakai baju pendeta yang berwarna abu-abu, jenggotnya sepanjang dada, ketika berkibar terhembus angin kelihatan menambah kewibawaannya. Suma Thian yu segera tertarik oleh kelihaian yang mengagumkan itu, meski dia merasa kakek itu ramah dan amat simpatik, tapi dia masih tetap berdiri termangu disitu sambil mengawasi dengan mulut melongo. Sampai lama sekali, dia baru bisa menegur. Siapakah kau orang tua?" Dengan ramah kakek itu mengape kearahnya lalu ujarnya sambil tersenyum manis: Mari, kemarilah, kau tak usah takut bocah! Seakan akan mempunyai suatu daya pengaruh yang besar tak terbantahkan, tak sadar Suma Thian yu berjalan mendekatinya, tapi sepasang matanya masih menampikkan sorot mata takut.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan cepat kakek berambut putih menjulurkan tangannya untuk membelai rambut Suma Thian yu, lalu sambil tertawa katanya. Bocah, siapakah namamu? Darimana kau pelajari ilmu pedang tersebut?" Dengan hormat sekali Suma Thian yu menjawab. Aku bernama Suma Thian yu, ilmu pedang ini... Tiba-tiba dia merasa rikuh untuk mengatakanya keluar, yaa, bagaimanapun juga kepandaian tersebut diperoleh dengan jalan mencuri, bagaimana mungkin dia dapat berterus terang kepada orang lain? Melihat bocah itu ragu-ragu untuk menjawab, kakek berambut putih itu segera tertawa terbahak-bahak. "Haaahhh.... haahhh.... haaahhh....tak usah malu, dengan usiamu yang begitu muda, kau bisa mencuri belajar demi kepentingan pribadi, hal mana boleh dibilang sesuatu yang luar biasa, juga menunjukkan hasratmu untuk maju Mendengar perkatan itu, Suma Thian yu merasakan hatinya bergetar keras, segera pikirnya: Darimana dia bisa tahu kalau aku belajar dengan mencuri? Jangan-jangan dia adalah dewa? Berpikir sampai disitu, tanpa terasa merah padam selembar wajahnya karena jengah, tanpa terasa dia menundukkan kepalanya rendah-rendah. Kembali kakek berambut putih itu berkata: Bocah, tiada sesuatu yang perlu dijengahkan, semua persoalanmu cukup kupahami, kau tahu sudah berapa lama aku datang kemari? Ketika di tunggunya sebentar dan tidak melihat, Yu ji menjawab, dia menyambung katakatanya lebih jauh: "Aku sudah semenjak tiga hari berselang memperhatikan gerak gerikmu, dengan usiamu yang begitu muda tapi tekun melatih diri, dikemudian hari kau pasti akan berhasil dengan sukses"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan mulut membungkam Suma Thian yu mendengar perkataan itu tanpa berbicara, dia hanya merasakan kakek ini terlampau misterius, pada hakekatnya seperti dewa dalam dongeng, tanpa terasa timbul rasa hormatnya kepada kakek itu. "Bocah, beritahu kepadaku, siapakah orang yang berdiam bersamamu didalam gua itu! tanya si kakek lebih jauh, "jangan takut, aku bu kan orang jahat....." ....." dengan cepat Suma Thian yu menggelengkan kepalanya berulang kali tanpa menjawab, tak sepatah katapun yang diutarakan keluar dari mulutnya. "Bagus sekali!, bagus sekali, tak mau menjawab tak apalah kakek berambut putih itu tertwa terbahak-bahak dan mengganguk memuji. Yu ji segera mendongakkan kepalanya memandang ke arah kakek itu dengan pandang menyesal, sorot mata itu seakanakan sedang memberi-tahukan kepada si kakek bahwa dia tak dapat menjawab sejujurnya. Tampak kakek itu bisa memahami maksud hati diri Yu ji, sambil tertawa dia lantas manggut-manggut. "bocah, kau tak usah berbicara lagi, aku cukup memahami maksud hatimu itu, apa yang kau lakukan memang benar, aku tak dapat menyalahkan dirimu" Setelah mendengar perkataan dari kakek itu, Suma Thian yu merasa semakin rikuh sehingga selembar wajahnya berubah menjadi merah padam seperti kepiting rebus. "Bocah, inginkah kau untuk mempelajari ilmu silat yang luar biasa?" mendadak kakek itu mengalihkan pokok pembicaraannya ke soal lain. "Ingin..... Dapatkah kau hidup menderita?" tanya si kakek lebih jauh. Dapat, aku dapat, apakah kau orang tua bersedia memberi pelajaran ilmu silat padaku? Kakek berambut putih itu segera tertawa terbahak-bahak.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Haah....haah...tulang belulang lohu sudah hampir mengering, mana mungkin aku bisa memberi pelajaran Kepadamu, lagipula akupun tak tahu harus menggunakan kepandaian apa saja untuk memberi pelajaran Kepadamu!" Mendengar jawaban tersebut, Yu ji menjadi tertegun, lalu dengan keheranan dia bertanya. "Kalau begitu....." Belum habis dia berkata, kakek berambut putih itu sudah menukas kembali: "Besok pagi kau boleh datanglagi kesini, tapi ingat jangan kau ceritakan pertemuan kita pada hari ini kepada siapun, termasuk orang dalam gua itu, mengerti?" Yu ji turut perintah" dengan hormat sekali Suma Thian yu segera membungkukan badannya memberi hormat. Siapa tahu ketika mendongakkan kepalanya lagi, bocah itu segera menjerit kaget. Rupanya sikakek berambut putih yang semula berada didepan matanya itu kini sydah lenyap tak berbekas. Tampaknya dikala dia menganggukan kepalanya tadi, kakek itu sudah pergi meninggalkan tempat itu, sedemikian cepat gerakan tubuh nya sehingga sukar rasanya untuk di percayai. Dengan termangu-mangu Suma Thian yu memandang ketempat kejauhan sana, sementara benaknya masih dipenuhi oleh semua gerak-gerik, tingkah laku, serta setiap patah kata yang dilakukan kakek itu. Dalam hati kecilnya mulai diliputi perasaan curiga, terutama sekali kata sikakek menjelang kepergiannya tadi, seakan-akan si kakek itu sudah tahu kalau orang yang menghuni didalam gua itu adalah Kit hong kiam kek Wan Liang. Tanpa terasa Suma Thian yu menjadi agak takut, dia tak tahu kakek berambut putih tadi seorang kawan atau lawan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia hanya merasa bahwa kemunculan kakek berambut putih itu kelewat aneh, dan kepergiannya juga terlampau misterius. "Siapakah dia?" tanpa terasa Suma Thian yu bergumam seorang diri. Yaa, siapakah dia? Siapakah kakek yang aneh itu? Mungkinkah dia adalah orang yang bermaksud jahat terhadap Kit hong kiam kek Wan Liang? Mungkinkah dia adalah seorang musuh paman nya yang sedang mengincar keselamatannya? Atau orang ia. lewat secara kebetulan saja? Atau mungkin dia memang benar-benar ada niat untuk memberi pelajaran ilmu silat kepadanya? Pelbagai ingatan yang berkecamuk dalam benaknya itu, membuat Yu ji jadi termangu-mangu. Bagian Kedua MUSIM panas kembali telah menjelang tiba. Setiap pagi, dari dalam hutan bambu disebelah barat puncak Gi im hong di bukit Kiu ih san, selalu muncul segulung cahaya pedang yang menyambar-nyambar. Cahaya tersebut dipancarkan dari pedang Suma Thian yu setiap kali dia melatih kepandal silatnya. Cuma sekarang dia sudah bukan Yu ji yang dulu, waktu terasa berlalu dengan begitu cepat, delapan tahun sudah lewat tanpa terasa, dari seorang bocah yang manis, kini Suma Thian yu telah berubah jadi seorang pemuda tampan. Tatkala dia telah selesai melatih ilmu pedang Kit hong kiam hoat nya, sambil menarik kembali pedang bambunya dia lantas bergumam: Heran, mengapa suhu belum juga datang? Aahh benar, dia orangtua telah berkata kalau hari ini kedatangannya akan sedikit terlambat

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sambil berkata dengan menentang pedang bambu, pelanpelan dia berjalan keluar dari hutan bambu itu. Tatkala baru tiba ditepi hutan, mendadak... "Sreeett setitikk cahaya emas menyambar kearahnya dari depan sana. Suma thian yu menjadi amat terperanjat, sambil menekuk kaki kirinya dan menarik kebelakang secara tiba-tiba tubuhnya melesat ke belakang dengan gerakan datar, kemudian setelah melihat kearah benda itu, pikirnya dengan geli. "Aaaah... benda kecil ini hanya mengagetkan hati ku saja, aku masih mengira ada senjata rahasia yang di sambit datang" Ternyata benda kuning tersebut adalah ekor ular kecil yang berwarna kuning emas, panjangnya kurang lebih satu depa dan seluruh badannya memancarkan cahaya emas seandainya ular itu tak bergerak di tanah, orang pasti akan mengiranya sekeping emas. tatkala ular emas itu menyaksikan Suma thian yu dapat menggegos seranggannya dengan gampang dan sedikitpun tidak gugup, dengan cepat dia sadar kalau telah berjumpa dengan musuh tangguh, cepat-cepat ia melarikan diri keluar hutan. Walaupun Suma Thian yu dibesarkan diatas gunung, tapi baru pertama kali ini dia saksikan ular kecil seindah ini, tanpa terasa timbul sifat kekanak-kanakannya, tanpa memikirkan tentang ancaman mara bahaya lagi, dia segera melakukan pengejaran dari belakang. Delapan tahun melatih diri dengan tekun, apa lagi mendapat petunjuk dari guru yang pandai, ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Suma Thian yu sekarang boleh dibilang sudah mencapai tingkatan yang luar biasa sekali... Tampak tubuhnya melejit ketengah udara lalu mengejar dari belakang tubuh ular emas tersebut.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bagaikan dibelakang tubuhnya ada matanya, ternyata ular emas itupun merasa kalau Suma Thian yu sedang mengejar dirinya, mendadak dia melingkarkan tubuhnya menjadi satu hingga berbentuk gelang, kemudian menggelinding sejauh dua kaki lebih dari tempat semula dengan suatu gerakan yang amat cekatan. Tatkala Suma Thian yu menyaksikan mahluk kecil itu pandai sekali berkelit dan melarikan diri, timbul perasaan ingin tahu dan gembira nya didalam hati dia merasa semakin tertarik dengan binatang tersebut. Sebenarnya asal dia sambit binatang itu dengan batu, niscaya ular emas itu akan terbunuh, tapi dia tak tega berbuat begitu, ia merasa kalau bisa ditangkap hidup-hidup, sudah pasti makhluk kecil itu merupakan kawan bermain yang menyenangkan. Maka selangkah demi selangkah dia mengejar terus dengan ketat. Akhirnya ular berwarna emas itu telah lari menuju kedepan sebuah gua, Suma Thian yu yang menyaksikan kejadian itu menjadi amat gelisah, kuatir ular emas itu lari kedalam gua sehingga lebih sukar untuk menangkapnya. Maka kakinya lantas menjejak tanah, kemudian seluruh tubuhnya melambung ketengah udara bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya dia menerjang kearah mana ular emas itu melarikan diri. Si ular emas itupun cukup licik, ternyata ia melejitkan tubuhnya lalu sambil membabatkan ekornya ketanah, secepat kilat ular tadi menyusup kedalam semak belukar disamping gua tersebut. Tindakannya ini sama sekali diluar dugaan Suma Thian yu, maka ketika ia menyadari akan hal ini, keadaan sudah terlambat, ular emas tadi telah menyusup masuK kebalik semak belukar.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Buru-buru Suma Thian yu melayang turun keatas tanah dan memeriksa sekeliling semak tersebut, namun bayangan tubuh dari ular emat tadi sudah lenyap tak berbekas. Akhirnya dengan gemas bercampur dongkol didepakdepakan kakinya keatas tanah sambil menghela napas. "Benar-benar seekor binatang yang licik, sebenarnya saya hanya ingin mengajakmu bermain, siapa tahu kau ketakutan..." Tapi pemuda itu enggan menyerah dengan begitu saja, dengan cepat dia mengambil sebatang ranting pohon dan menghantam kesana kemari di sekeliling semak tersebut, dalam anggapannya asal ular emas kecil itu masih bersembunyi disana, niscaya dia akan kabur keluar. Siapa tahu walapun sudah dibongkar sekian lama ternyata tiada hasilnya barang sedikitpun, akhirnya dengan hati mendongkol dia mema tahkan ranting pohon tersebut sembari menyumpah. Ingat saja, bila kena kutemukan lagi dikemudian hari, pasti tak akan kuampuni dirimu. Mendadak satu ingatan melintas didalam benaknya, Suma Thian yu segera memandang sekejap kedalam gua, lalu gumamnya. Jangan-jangan dia kabur kedalam gua? Berpikir sampai disitu, tanpa ragu-ragu lagi dia berjalan menuju ke depan gua, tapi melihat keadaan gua tersebut ia menjadi tertegun. Semak yang lebat telah tumbuh diluar gua itu sehingga hampir saja menutupi seluruh gua tadi, menengok dari luar, keadaan dalam gua itu gelap gulita dan terasa menyiarkan bau amis yang menusuk hidung. Dalam keadaan demikian, betapapun besarnya nyali Suma Thian yu, tak urung hatinya agak keder juga, dia menjadi

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sangsi untuk me lanjutkan perjalanannya memasuki gua tersebut. Seandainya dalam gua itu berdiam binatang buas atau ular beracun, bukankah tindakannya memasuki gua tersebut akan sangat membahayakan keselamatan jiwanya, apalagi kalau ular emas itu sudah terlanjur kabur, untuk menangkapnya kembali pun bukan suatu pekerjaan yang mudah. Berpikir demikian, dengan putus asa dia lantas memandang sekejap ke arah depan gua. Mendadak dia seperti teringat akan sesuatu, dengan girang serunya kemudian: "Aaah, ada akal, kali ini kau simakhluk kecil jangan harap bisa lolos lagi!" Tampak pedang bambunya diayunkan keatas semak didepan gua itu dengan sepenuh tenaga, seketika itu juga semua rumput dan ilalang sudah terpapas bersih, apalagi setelah di injak-injak, tak selang berapa saat kemudian, depan gua itu menjadi rata dan suasana didalam gua itupun menjadi lebih terang. Tindakannya ini bukan khusus untuk membuat terangnya suasana dalam gua saja, setelah terjadinya kegaduhan barusan, andaikata didalam gua tersembunyi binatang buas atau ular beracun, niscaya binatang-binatang itu sudah kabur keluar. Tapi sudah sekian lama ia menunggu, ternyata didalam gua tenang-tenang saja tanpa terjadinya suatu peristiwa, hal ini membuktikan kalau didalam gua itu memang tidak terdapat makhluk beracun atau binatang buas. Dengan memberanikan diri Suma Thian yu lantas melangkah masuk kedalam gua itu. Mendadak ia menangkap suara rintihan yang sangat lemah berkumandang datang dari dalam gua itu, suara tersebut

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bagaikan rintihan kesakitan dari sejenis binatang, tapi menurut dugaannya, sudah jelas suara tersebut bukan suara manusia. Bau apek didalam gua tersebut amat tebal, hal ini merupakan bukti kalau tempat itu sudah lama tak pernah dijamah manusia sehingga udaranya lembab, tapi darimana datangnya suara rintihan tersebut. Delapan tahun melatih diri dengan tekun tenaga dalam yang dimiliki Suma Thian yu sekarang telah membuat pemuda tersebut bisa memandang ditempat kegelapan, kini dia sudah memperhatikan keadaan dalam gua, namun tiada sesuatupun yang berhasil ditemukan, semen-tara suara aneh tadi masih saja berkumandang tiada hentinya. Maka dari dalam sakunya dia mengeluarkan korek api dan membuat alat penerangan yang diangkat keatas, ketika ia mencoba memeriksa sekitar tempat itu, hatinya semakin keheranan ternyata di tempat itu tidak dijumpai apa-apa, gua itu kosong melompong. Anehnya, suara yang sangat aneh itu masih saja berkumandang datang dari dalam gua itu. Jika tiada benda, tiada makhluk, darimana datangnya suara aneh itu? Tanpa terasa peristiwa ini membuat Suma Thian yu tidak habis mengerti, untuk sesaat lamanya dia berdiri termangu disitu sambil termenung, kemudian atas dorongan rasa ingin tahu yang tebal, dia melanjutkan kembali perjalanannya memasuki gua itu. Cahaya api yang berada ditangannya membuat suasana dalam gua itu menjadi terang. Mendadak Suma Thian yu menemukan dinding gua yang datar dan licin itu penuh didapati tonjolan-tonjolan serta lekukan-lekukan yang sangat aneh, tapi oleh karena sudah berusia lama hingga diatasnya sudah dilampiri oleh debu dan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pasir, seandainya tidak diperiksa dengan seksama sulit rasanya uniuk menemukan rahasia tersebut. Buru-buru Suma Thian yu menggosoknya dengan tangan, setelah pasiur dan debu itu hilang, diatas dinding tersebut segera muncul sebuah ukiran berbentuk manusia. Penemuan ini segera saja membuat pemuda itu kegirangan sampai lupa daratan, buru-buru dia membersihkan dinding yang lain dari debu dan pasir, setiap kali dia selesai membersihkan sebuah tonjolan maka muncul pula sebuah ukiran berbentuk manusia. Bentuk ukiran dari manusia-manusia itu ada yang berbentuk duduk atau berukir secara hidup dan indah. Suma thian yu tahu kalau ukiran manusiadibuat oleh kepandaian silat yang maha sakti, sudah pasti disinilah seorang tokoh silat jaman dahulu kala meninggalkan ilmu silatnya, Selama delapan tahun terakhir ini, dia seringkali mendengar suhu serta paman Wan nya membicarakan kejadian semacam ini. Kejadian ini boleh dibilang merupakan suatu penemuan yang tak terduga, andaikata dia juga tahu kalau ular kecil berwarna emas itu merupakan raja ular yang paling beracun di didunia ini, sampai matipun dia tak akan berani untuk mengejarnya, dan mungkin dia pun tak akan terpancing sampai di dalam gua kuno ini.. Sementara dia sedang berdiri sambil memperhatikan bentuk gaya dari ukiran tersebut, mendadak terendus bau harum yang menyegarkan muncul dari balik gua itu, bau itu harum sekali, seperti bunga anggrek, seperti juga bau buah yang matang, tapi yang pasti bau harum tersebut membuat sekujur badannya segera segar kembali. Dalam sekejap mata pula bau busuk yang semula menyelimuti gua itu tersapu lenyap hingga tak berbekas.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tapi suara aneh tadi bergema semakin nyaring daripada tadi, untuk sesaat lamanya Suma Thian yu menjadi lupa dengan ukiran di atas dinding yang baru saja ditemukannya itu. Dengan langkah lebar dia lantas berjalan masuk kedalam gua menghampiri sumber dari suara aneh tersebut. Tapi, walaupun Yu ji telah menggeledah seluruh isi gua itu, alhasil dia tidak berhasil menemukan sesuatu apapun yang mencuri-gakan, hal ini membuatnya semakin tertegun dan keheranan. Dalam pada itu bahan penerangan yang di bawanya sudah hampir habis, dia lantas membuang sisa obornya ke tanah dengan harapan akan pergunakan sisa waktu yang amat sedikit itu untuk mengingat ingat gerakan aneh yang tertera diatas dinding. Siapa tahu, pada saat itulah suatu peristiwa aneh kembali terjadi di depan matanya. Tatkala sisa obor itu dibuang ke atas tanah, tiba-tiba saja ia temukan disudut dinding gua itu tumbuh sebatang rumput liar yang kecil dan pendek, tanpa terasa ia teringat kembali dengan bau harum semerbak yang diendusnya tadi, janganjangan bau harum tadi berasal dari rumput liar ini?". Ternyata dugaannya memang benar, sewaktu dia membungkukkkan badannya mendekati rumput liar tersebut, bau harum semerbak yang terendus makin menebal, sebaliknya suara eneh yang kedengaran tadipun makin lama semakin bertambah nyaring. Tampak olehnya rumput liar itu terbagi menjadi tiga daun, bentuk daunnya seperti pedang dengan panjang sejari tangan, warnanya merah darah. Sejak kecil Suma Thian yu memang dipelajari nama dan bentuk pelbagai rumput dan tumbuhan aneh dari kit hong

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kiam kek Wan Liong, meski begitu, ternyata dia tidak mengetahui nama dari rumput aneh dijumpainya sekarang. Dasar sifat kanak-kanakanya belum hilang, ternyata Suma Thian yu memetik selembar daun pedang tersebut dari tangkainya dan dien-dus dekat lubang hidungnya. Siapa tahu, begitu daun tadi tersentuh oleh tangan Suma Thian yu, tiba-tiba saja daun tadi menjadi layu dan bau harumnya pun seketika itu juga lenyap tak berbekas. Kenyataan ini membuat Suma Thian yu semakin tercengang. Bukankah daun itu masih segar sewaktu dipetik? Mengapa begitu tersentuh dengan tangannya lantas layu dan mati? Setelah mengalami pengalaman tersebut, dia tak berani bertindak gegabah lagi, ia tahu tumbuhan aneh semacam ini merupakan suatu tumbuhan yang amat langka, menyianyiakan selembar daun yang di lakukannya barusan sudah merupakan pantangan yane besar, jika sisa yang tinggal dua lembar itu harus disia-siakan belaka, hal ini benar benar merupakan suatu tindakan yang patut disesalkan. Maka diapun membungkukkan badan dan menjilat daun berbentuk pedang itu dengan lidahnya. Baru saja ujung lidahnya menyentuh daun tersebut, mendadak... , "Weees!" diiringi suara yang pelan, segulung cairan segar segera meleleh keluar lewat lidahnya masuk ke dalam perut. Seketika itu juga sekujur badannya gemetar keras, rongga badannya terasa merekah besar, apalagi ketika cairan tadi masuk ke dalam perutnya, pemuda itu segera merasakan tubuhnya seakan-akan terjerumus ke dalam gudang es yang dingin sekali. Tak terlukiskan rasa kaget yang dialami Suma Thian yu, buru-buru dia duduk bersila sambil bersemadi, ilmu Ciong

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

goan sim hoat ajaran Kit hong kiam kek Wan Liang segera dikerahkan untuk mengelilingi seluruh badannya. Tak lama kemudian hawa dingin tadi lenyap tak berbekas, dia segera merasakan sekujur badannya menjadi lebih enteng dan segar. Dasar pemuda yang pintar, lagipula memang berbakat alam, dengan cepat ia sadar kalau benda yang dihisapnya adalah suatu benda yang amat langka, maka dengan kilat ia membungkukkan badannya lagi dan menempelkan lidahnya keatas daun terakhir yang masih tersisa. Kali ini, tatkala caiian tersebut masuk kedalam tubuhnya, bukan saja membuat badannya saja bergetar keras, seluruh lidahnya kontan menjadi kaku bercampur gatal, segulung cairan panas secepat kilat menerjang masuk melalui rongga mulut dan mengalir ke dalam perutnya. Begitu hawa panas tadi berjumpa dengan hawa dingin yang berada dalam perutnya, seketika itu juga terjadi suatu reaksi yang sangat hebat, seketika itu juga Yu ji merasakan perutnya seperti mau meledak, rasa sakit yang melilit perutnya tak terlukiskan dengan kata-kata, buru-buru dia memejamkan matanya untuk mengatur pernapasan. Tak lama kemudian, semua penderitaan yang dialaminya itu telah hilang tak berbekas, aliran hawa panas itupun dengan melewati pusar bergerak naik keatas menuju Khi hay hiat, lalu seperti seekor tikus yang terjang kesana terjang kemari secara beruntun menembusi jalan darah Im ciau, Hun sui, Kian it, ki ciau dan Thim liong ki hiat. Kemudian setelah berhenti cukup lama didalam jalan darah Tham tiong hiat, Yu ji merasakan hawa panas menyengat sekujur badannya membuat peluh jatuh bercucuran menbasahi sekujur tubuhnya. Dengan cepat pemuda itu tahu kalau ilmu Ciong goan sim hoat ajaran paman Wannya masih belum mampu untuk

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengusir hawa panas dalam tubuhnya itu untuk bergerak lebih ke atas. Maka dengan cepat dia mencoba untuk menggabungkan ilmu Hu siang sin kang ajaran dari kakek berambut putih itu dengan kepandaian ajaran paman Wannya, ternyata ilmu gabungan ini luar biasa sekali, akhirnya hawa panas yang menyengat badan itu berhasil menembusi jalan darah Tham tiong hiatnya mencapai jalan darah Hoa kay hiat diatas ubunubun, kemudian setelah mengitari tubuhnya sekali lagi hawa panas tadi mengalir kembali ke dalam pusar. Bagaikan baru lolos dari beban berat, Suma Thian yu meng hembuskan napas panjang, dan sambil menyeka keringat, ketika angin berhembus lewat, dia merasakan tubuhnya sangat enteng sekali seperti tak berbobot lagi. Kebetulan pada waktu itu api obor sudah, padam, tinggal sisa cahaya kuning yang redup tapi suasana dalam gua itu justru terasa makin terang benderang, hal ini membuat Thian yu semakin keheranan. Padahal, darimana dia bisa tahu kalau hal tersebut justru merupakan kasiat dari ke dua lembar daun berbentuk pedang itu? Sementara dia masih kebingungan, mendadak dari atas langit langit gua berkumandang suara batuan yang retak, diikuti permukaan tanah di mana ia berpijak bergoncang keras. Tanpa terasa pemuda itu segera menjerit kaget: "Aaah, gempa bumi!" Bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya dia lantas melejit keluar dari dalam gua, baru saja tubuhnya mencapai pintu gua, dari belakang tubuhnya berkumandang suara gemuruh yang amat memekakan telinga. Dengan cepat Suma Thian yu berpaling, apa yang terlihat membuat ia terkejut sehingga peluh dingin bercucuran.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sungguh berbahaya!" pekiknya dalam hati. Ternyata gua itu tak sanggup menahan getaran gempa yang amat dahsyat itu sehingga runtuh kebawah. Memandang reruntuhan batu gunung yang menimpa gua itu, Suma Thian yu menghela napas panjang gumamnya: "Sayang sekali, kepandaian sakti yang tertera dalam gua itu akan punah dengan begitu saja. Kalau takdir telah berkata demikian siapa yang bisa membantah? Coba kalau Suma Thian yu sehari lebih awal menemukan gua itu, bukankah ilmu silat maha sakti yang tertera diatas dinding akan berhasil dipelajarinya? Tapi, andaikata sehari lebih awal dia temukan gua itu, belum tentu dia akan menjumpai rumput mestika tersebut. Ya,jika takdir telah mengatur segala sesuatunya, siapa pula yang bisa membantah? Kini, gua kuno tersebut sudah rata dengan tanah, namun goncangan diluar masih berlangsung terus dengan dahsyatnya, pohon bertum bangau, batu cadas bergulingan, seluruh jagad seakan berubah menjadi mengerikan, bagaikan hari kiamat sudah hampir tiba. Menyaksikan bencana alam yang sedang berlangsung itu, mendadak Suma Thian yu teringat dengan gurunya, diamdiam ia berpekik dalam hati kecilnya: "Aduh celaka, suhu pasti sedang menanti dengan hati yang amat gelisah....." Berpikir demikian, cepat-cepat dia melejit ketengah udara, lalu secepat kilat dia meluncur kedepan menembusi hutan bambu yang lebat. Tapi begitu sampai didalam hutan bambu, ternyata gempa bumi telah berhenti, sedang diatas batu cadas besar itupun tampak seorang kakek berambut pulih sedang duduk dengan tenang disana.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menghadapi serangkaian peristiwa yang beruntun itu, Suma Thian yu benar-benar dibuat kebingungan tak karuan, pikirnya: "Jangan-jangan aku berada impian? Atau mungkin gempa bumi itu hanya tipuan? Sementara dia diliputi oleh perasaan curiga dan tidak habis mengerti, mendadak terdengar kakek berambut putih menegur: "Kau telah pergi kemana? Sudah hampir setengah jam lamanya aku menantikan kedatanganmu" Dengan cepat Suma Thian yu menghampiri gurunya, lalu sambil berlutut jawabnya dengan agak gagap: ""Tecu tahu salah, aku... " Belum habis pemuda itu menyelesaikan kata-katanya, si kakek berambut putih itu telah menjerit tertahan, lalu tanyanya dengan keheranan: Apa yang telah kau jumpai? Cepat katakan kepadaku dengan berterus teriang..." Tentu saja Suma Thian yu tak berani berbohong, dia lantas membeberkan bagaimana ia menemukan ular beracun, bagaimana masuk ke dalam gua dan bagaimana dia salah makan daun liar.... Kakek berambut putih itu mendengarkan semua penuturan dengan seksama, menanti anak muda itu telah menyelesaikan kata-katanya, sambil tertawa kakek itu baru berkata: "Suatu penemuan aneh, betul-betul suatu penemuan aneh, ini baru cerita besar, suatu peristiwa yang besar sekaii. Yu ji, penemuan aneh seperti ini bukan setiap orang dapat mengalaminya, akupun tak usah menguatirkan keselamatanmu lagi. Mulai sekarang, urat Jin meh dan tok meh dalam tubuhmu sudah tembus, tenaga dalammu telah mencapai puncak kesempurnaan, asal kau bersedia melatih diri beberapa saat lagi, tak sulit untuk membawamu mencapai puncak kesem-purnaan yang tak terhingga"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu hanya termanggu seperti tidak memahami perkataan tersebut, namun kakek rambut putih itu tidak ambil perduli, kemudian dia berkata lebih lanjut. "Tahukah kau, rumput Jiar apakah yang telah kau makan itu?" Tecu tidak tahu. "Rumput itu dimakan Jin sian kiam lan, meskipun kau hanya berhasil makan dua lembar saja, hal sudah merupakan suatu kejadian yang luar biasa, daun yang tengah membantumu untuk menembusi nadi Jin meh dan tok-meh dalam dada, sedang dua lembar lainnya, yang satu bisa membuat orang melihat dalam kegelapan seperti ditempat terang, sedang yang lainnya berkhasiat kebal racun, tampaknya daun yang terbuang sia-sia itu adalah rumput kebal racun, tapi ada satu hal tak usah kau kuatir, yakni tangan kirimu sudah kebal terhadap segala macam serangan beracun. Mengetahui kalau lengan kirinya kebal terhadap segala macam racun, tanpa terasa dia bertanya dengan wajah keheranan: "Mengapa suhu!" Kakek berambut putih itu segera tersenyum. "Nak, apakah kau lupa bahwa daun itu kau petik dengan tangan kirimu? Tatkala tanganmu menyentuh daun kebal racun tersebut, sari racun tersebut telah menyusup masuk kedalam kulit badanmu, itulah sebabnya daun itu dengan cepat menjadi layu, tapi justru karena itu, telapak tangan kirimu menjadi menyerap sari daun tersebut yang menyebabkan lengan itu menjadi kebal terhadap racun. Suma Thian yu yang mendengar ucapan tersebut menjadi amat keheranan, sudan barang tentu rasa girangnya tak terlukiskan dengan kata-kata.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sampai lama kemudian, kakek berambut putih itu baru bertanya lagi: "Yuji, sudah berapa tahun kau mengikuti diriku? Sudah delapan tahun suhu! Betul, sudah delapan tahun kakek berambut putih itu meng-angguk, selama delapan tahun ini, apa saja yang telah kau pelajari? Mendengar pertanyaan itu, Suma Thian yu segera menundukkan kepalanya dan tak berani menjawab. Si kakek berambut putih itu cukup tahu akan tabiat bocah itu yang suka merendah dan sedikupun tidak angkuh, maka sambil tertawa ramah katanya lagi: "Yu ji, tahukah kau siapa nama gurumu? Suma thian yu memandangi gurunya dengan termangu, kemudian menggelengkan kepalanya dengan cepat. Tecu yang tak berbakti sama sekali tak tahu siapa nama suhu..." "Hal ini tak menyalahkan dirimu kata kakek berambut putih itu sambil mengelus jenggotnya dan tertawa, "aku tak pernah menyinggung soal ini kepadamu, tahukah kau mengapa aku tidak memberitahukan hal ini kepadamu? Yu ji tak tahu!" "Menerima murid mudah, mendidik murid sukar, andaikata aku menghasilkan seorang murid yang tak becus bukankah hal ni hanya akan menambah dosa bagi umat persilatan? Setelah berhenti sebentar, kakek berambut putih itu menyambung lebih jauh. "Selama delapan tahun ini aku selalu dan tiap saat mengamati tabiat serta gerak gerikmu, kuketahui kemudian bahwa kau adalah seorang yang polos, jujur dan setia, sedikitpun tidak mempunyai sifat angkuh, kau memang tidak memalukan menjadi muridku"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kembali dia berhenti menarik napas panjang, kemudian melanjutkan. "Hari ini aku baru secara resmi menerima sebagai murid, kau harus tahu tingkat kedudukkanmu dalam dunia persilatan sekarang adalah sangat tinggi, dikemudian hari jika kau sudah berpisah dariku untuk turun kegunung dan be kelana dalam dunia persilatan, ingatlah selalu bahwa manusia itu adalah sederajat, jangan anggkuh, jangan takabur, bersikaplah jujur kepada orang, ingatlah selalu dengan ajaran Nabi, dengan begitu kau baru bisa mengamalkan baktimu untuk umat manusia, mengerti?. Dengan hati yang tulus Suma Thian yu menerima nasehat itu, sahutnya dengan hormat: "Tecu menerima perintah" Kakek berembut putih itu segera tertawa lebar, katanya lagi: "Tahun ini aku telah berusia sembilan puluh tahun, orang persilatan menyebutku Put Go cu, artinya belum bisa menyadari ajaran agama To yang sebenarnya. Perguruanku bersumber dari Bu tong pay, sekarang Hian cing tojin adalah keponakan muridku atau juga kakak seperguruanmu, jadi orang jujur dan bijaksana, berbicara soal ilmu silat dia terhitung jago nomor satu dunia persilatan, bila kau telah berjumpa dengannya nanti, harap kau bersikap jujur dan tulus hati kepadanya." Ketika mengetahui kalau gurunya adalah ketua pendekar besar yang nama besarnya telah menggetarkan dunia persilatan pada enam puluh tahun berselang, hatinya merasa gembira sekali sehingga untuk sesaat lamanya hanya menjadi ternganga dan tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Perlu dimengerti, Put Go cu adalah seorang pendekar besar yang paling kosen dari partai Bu tong semenjak perguruan ini didirikan, sejak berusia delapan belas tahun ia terjun dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dunia persilatan, dengan mengandalkan sebatang hud tim (kebutan) dia malang melintang dalam dunia persilatan tanpa tandingan,bersama dengan Tan Pak cu mereka berdua disebut Tionggoan ji cu. Ilmu pukulan Tay cing to liong ciang yang amat termashur dalam partai Bu tong sekarang, tak lain adalah hasil ciptaan dari kakek itu. Semenjak mengundurkan diri dari dunia persilatan, Put Go cu menemukan puncak Gi im hong sebagai tempat pertapaannya, siapa tahu selama berkelana dia tak menerima murid, kemudian ia telah menemukan seorang ahli waris yang kesetiannya bisa diandalkan. Kiranya sewaktu Kit hong kiam kek Wan liang mengajak Suma Thian yu datang ke bukit itu, secara kebetulan kedatangan mereka diketahui Put Go cu yang meneliti bentuk badan Suma thian yu segera berkesimpulan kalau bocah ini amat berbakat untuk belajar silat. Hanya saja pada waktu itu dia mengira Suma thian yu sebagai murid Kit hong kiam kek, maka ia tak berani bertindak secara gegabah. Kendatipun demikian, setiap hari Put Go Cu selalu datang disekitar tempat itu untuk mengawasi keadaan dari bocah itu. Lama kelamaan, akhirnya ia berhasil menemukan rahasianya, dia tahu kalau Kit hong kiam kek Wan Liang tak lebih hanya memeliharanya tanpa bermaksud untuk menerimanya menjadi murid. Kenyataan ini justru amat cocok dengan keinginan Put go cu, maka dia pun segera memunculkan diri dan menerimanya menjadi murid. Selama delapan tahun, disamping harus berlatih Bu siang sin kang, Suma Thian yu juga melatih ilmu pukulan Tay cing to liong ciang, meski hanya delapan tahun, ia telah berhasil

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mendapatkan semua kepandaian dari Put Go cu, yang kurang sekarang tinggal kematangannya. Sudah barang tentu, siapa tak akan mengira kalau jago tua tersebut tinggal dibukit Gi im hong, lebih tak menyangka kalau dia bakal menerima seorang murid yang begitu muda, jodoh semacam ini boleh dibilang merupakan kemujuran Yu ji. Lama sekali Put Go cu memperhatikan wajah Yu ji, kemudian ia baru berkata lagi: "Yu ji, sekarang aku sudah tak mempunyai kepandaian apa-apa lagi untuk diajarkan kepadamu, satu-satunya harapanku sekarang melihat kau menjadi tenar, memberi bantuan kepada umat manusia dan berbakti untuk dunia persilatan, gunakanlah kebenaran untuk menundukkan orang, jangan menggunakan pedang untuk menaklukkan orang, kau harus tahu, dunia persilatan merupakan gudang orang pintar, diatas gunung masih ada gunung, diatas manusia pandai masih ada manusia pandai yang lain, dengan kepandaian yang kau miliki sekarang, meski cukup tangguh kemampuanmu, tapi kalau tidak baik-baik melatih diri, tak akan lama kau bisa tenar dalam dunia persilatan......." Setiap patah kata dari Put Go cu merupakan nasehat yang tiada tara harganya, dengan hati yang tulus Suma Thian yu mendengarkan dengan seksama, diam-diam dia mengingat semua perkataan itu didalam hati. "In su!" ujarnya kemudian, "Yu ji pasti akan melaksanakan pesan kau orang tua dengan bersungguh hati, pasti akan kuhadapi orang dengan cinta kasih dan menyelamatkan umat manusia dari penindasan." "Bagus sekali, aku selalu percaya dengan watakmu, mulai besok kau tak usah datang kemari lagi. "In su, kau orang tua........"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tak usah banyak bicara lagi tukas Put go cu hambar "aku cukup mengetahui maksud hatimu, kau berharap agar aku jangan meninggal kan dirimu bukan! "Betul!" Suma Thian yu manggut-manggut, wajahnya penuh dengan air mata membuat pandangan matanya menjadi kabur. Dengan cepat Put Go cu menghibur: Di dunia ini tiada perjamuan yang tak buyar, asal dalam hatimu selalu teringat dengan perkataanku, meski terpisah oleh samudra yang luas, sesungguhnya aku tak berbisah dari hati mu. Anak bodoh, kau sudah bukan anak kecil lagi, setelah belajar silat kaupun harus terjun ke dunia persilatan untuk melatih diri, asal kau bersedia melakukan perbuatanperbuatan yang bermanfaat bagi umat manusia, membantu kaum lemah dan menegakkan keadilan, aku sudah merasa puas sekali." Setelah berhenti sebentar, ia menambahkan: "Kalau ilmu silat hanya dipendam terus di atas pegunungan yang sepi, maka kepandaian tersebut tersebut ibarat barang yang tak berguna, apalagi kau toh masih ada dendam keluarga yang harus dituntut balas Menyinggung kembali soal dendam keluarga, Suma Thian yu segera merasakan darah yang beredar dalam tubuhnya bergolak keras, tadi dia masih merasa berat hati untuk meninggalkan gurunya, tapi sekarang keadaannya menjadi berbeda, api dendam telah membara dalam dadanya, pada saat ini dia malah berharap bisa terbanh meninggalkan tempat itu. Memandang hawa amarah yang mulai menyelimuti wajah Suma Thian yu, Put Go cu menggelengkan kepalanya secara diam-diam sambil menghela napas panjang. Jilid 3. Kitab pusaka yang tidak ada tulisannya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dunia persilatan yang banyak urusan dan banyak kesulitan, kini telah bertambah lagi dengan seorang bintang pembuluh, napsu mem- bunuh yang berkobar didada orang ini kelewat besar!" Berpikir sampai disitu, dia lantas bertanya, "Siapakah musuh besarmu ?" Sebenarnya Suma Thian-yu sudah terjerumus dalam pengaruh api dendam yang membara, mendengar perkataan itu dia menjadi tertegun lalu menghela napas panjang, dan sahutnya : Hingga kini tecu masih belum tahu siapa musuh besarku Tampaknya Pu Go cu juga merasa agak tercengang oleh kejadian tersebut, masa siapakah musuh besar pembunuh ayahnya juga tidak di Ketahui? Dengan cepat dia mendesak lebih jauh: Dunia luas, kemana kau hendak mencari musuhmu?" Apakah sedikit jejakpun tidak kau temukan? "Tidak" Suma Thian yu menghela napas Panjang. Ketika peristiwa itu terjadi, tecu baru berusia lima tahun, akupun dibopong oleh Thio popo untuk melarikan diri, oleh karena itu siapakah pembunuh ayahku belum kuketahui" "Hm, apa yang pernah dikatakan Thio popo" Dia hanya pernah berkata pada tecu bahwa musuh besarku adalah seorang penjahat pemetik bunga (Jai hoa cat) yang berhasil buron dari penjara, namanya kurang jelas, suhu, apakan kau tahu siapakah penjahat pemetik bunga tersebut? Put Go cu termenung dan berpikir sebentar, kemudian sahutnya: "Aaahh jumlahnya terlalu banyak, sulit bagiku untuk mengingat ingat begitu banyak orang, untung saja masih ada setitik cahaya terang ini, cepat atau lambat pasti akan berhasil kau temukan orangnya"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selesai berkata, dia memandang sebentar keadaan cuaca, kemudian katanya lagi kepada Suma Thian yu: "Waktu sudah tidak pagi lagi, kaupun harus pulang, tapi sebelum perpisahan ini aku inun sekali menyaksikan hasil latihanmu selama de lapan tahun ini, ilmu pedang Kit hong kiam hoat telah berhasil kau ketahui inti sarimu pukulan Tay cing to liong pat si ajaranku itu satu kali" Mendengar perkataan itu, Suma Tian yu segera merasakan semangatnya bangkit kembali, sahutnya. "Tecu terima perintah!" Menyusul kemudian dia melompat ke tengah lapangan dan memberi hormat dulu kepada Put Go cu, kemudian tenaga dalamnya dihimpun kedalam telapak tangan dan sejurus demi sejurus dimainkan depan penuh semangat. Dalam waktu singkat seluruh arena telah di liputi oleh deruan angin pukulan yang memekikkan telinga, demikian dahsyatnya permainan tersebut sehingga bayangan tubuhnya hampir saja tidak terlihat lagi. put Go cu yang menyaksikan kejadian itu merasa gembira sekali, apalagi setelah mengetahui betapa pesatnya kemajuan yang telah dicapai muridnya itu, tanpa terasa ia lantas mendongakkan kepalanya sambil tertawa terbahak-bahak. Tu ji, berhenti!" mendadak Put Go cu mera bentak keras. "Suhu, apakah tecu salah ?" Put Go cu segera menggelengkan kepalanya berulang kali. Tidak, tidak salah, aku merasa gembira sekali setelah menyaksikan hasil yang berhasil kau capai itu" Suma Thian yu tidak memahami apa yang dimaksudkan gurunya, mendengar perkataan itu, dia lantas bertanya. Cepatlah pulang pulang, dalam gua telah terjadi peristiwa" tukas Put Go cu cepat. "Apa?" Suma Thian-yu menjerit keras saking kagetnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Put Gho cu tidak menjawab pertanyaan itu, dia segera menarik tangan Suma Thian-yu sambil serunya dengan gelisah: "Cepat, hayo cepat berangkat, kalau terlambat kau tak akan sempat melihat pamanmu lagi" Sementara pembicaraan berlangsung, kedua orang itu sudah melayang sejauh satu kaki lebih, kemudian dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat meluncur ke arah gua kuno tersebut. Hingga detik itu, Suma Thian yu masih tertegun dan tidak habis mengerti, dia tak tahu apa gerangan yang sebenarnya telah terjadi. Selama sepuluh tahun berdiam disitu, puncak Gi im hong selalu berada dalam keadaan tenang, bayangan musuh yang selalu dikuatirkan Kit hong kiam kek Wan Liang tak pernah muncul disana, dia yakin hal ini mungkin disebabkan perubahan pintu guanya, atau mungkin juga dia sudah dilupakan oleh umat persilatan. "Tapi, siapa tahu..... Ketika Put Go cu dan Suma Thian-yu berdua tiba didepan gua, pemandangan yang terbentang dihadapan mereka membuat kedua orang itu merasakan tubuhnya bergetar keras. Ternyata dalam mulut gua itu penuh dengan tanda darah yang mem basahi hampir semua lapangan yang berada disitu, rumput-rumput telah berubah menjadi merah, tiga sosok mayat yang bermandikan darah terkapar kaku disitu. Dengan cemas Put Go cu segera berseru: "Kau cepat masuk ke dalam gua! Waktu itu Suma Thian-yu sudah kehilangan pegangan, mendengar perkataan itu dengan cepat dia menyelinap masuk kedalam gua.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Namun baru saja masuk ke gua, mendadak kakinya terikat oleh sesuatu benda sehingga hampir saja kakinya jatuh terjungkal ke atas tanah, ketika ia mengamati benda itu, ternyata dia adalah bangkai Siau-hek, si kuda kurus yang setia kepada majikannya. Sementara itu Put Go cu jaga telah masuk ke dalam gua, menyaksikan pemandangan yang terbentang didepan mata itu, ujarnya dengan sedih: "Jangan gugup, jangan panik, anak Yu! Yang penting sekarang adalah mencari pamanmu. Selesai berkata, mereka berdua segera melakukan pemeriksaan keseluruh gua, namun tak dijumpai bayangan tubuh dari Kit hong kiam kek. Suma Thian yu semakin gugup bercampur gelisah, gumamnya berulang kali. "Aduh celaka, aduh celaka...." "Tampaknya Put Go cu pun merasakan kalau gelagat tidak menguntungkan, buru-buru dia menarik tangan suma thian yu dan mengajak nya keluar, seluruh bukit telah diperiksa namun bayangan tubuh dari Kit hong kiam kek Wan Liang belun juga ditemukan. Perasaan hati mereka dewasa ini berat bagaikan dibanduli barang seberat ribuan kati, terutama Suma Thian-yu, dia merasakan jantung nya berdebar debar keras, seakan-akan hendak melompat keluar dari rongga dadanya saja.... Pemuda itu sudah mendapat firasat jelek, sudah pasti paman Wan nya mengalami nasib tragis, sejak kematian Siauw hek dan ditemukannya tiga sosok mayat didepan gua, tak bisa disangkal lagi suatu pertarungan sengit pasti telah berlangsung disana, dan besar kemungkinannya paman Wan telah mengalami musibah dalam pertarungan itu. Berpikir sampai disini, Suma Thian yu sema kin gugup dan panik, kalau bisa dia ingin cepat cepat menemukan paman Wan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bagaikan orang kalap saja dia segera melepaskan diri dan cekalan tangan Put Gho cu, kemudian sambil lari ke depan, teriaknya ber ulang kali: "Paman, paman, kau berada di mana.... "Paman! Paman....." Dia berteriak dengan sekuat tenaga, sambil berteriak sembari berlari, semua jalan di telusuri tanpa tujuan. Tapi tiada jejak apapun yang berhasil ditemukan, tidak terdengar pula suara jawaban. Habis sudah, habis sudah sekarang, paman lelah lenyap tak berbekas... habis sudah sekarang!" "Paman, Yu ji berada disini, paman...kau berada dimana....?" Put Go cu yang menyaksikan kejadian itu turut merasakan hatinya menjadi kecut, dia kuatir kesedihan yang memuncak akan berakhir dengan isi perut yang terluka, buru buru serunya: Yuji, Yu ji,.. hati-hati dengan kesehatan badanmu, pamanmu tak bakal tertimpa kejadian apa apa." Ucapan tersebut tentu saja terbatas pada menghibur saja, sebab bahkan Put Go cu pribadipun tidak berani menjamin kalau kit hong kiam kek tak tertimpa kejadian apa apa. Mendadak terdengar Suma Thian-yu menjerit kaget, dengan kecepatan tinggi dia melesat kedalam hutan sebelah depan sana dan meluncur kebawah sebatang pohon. Ketika Put Go cu turut menyusul ke situ tampaklah Suma Thian yu sedang memeluk seorang kakek yang berpelepotan darah, orang itu tak lain adalah Kit-bong-kiam kek Wan Liang. Put Go cu tak berani berayal lagi, buru-buru dia berjongkok sambil menguruti dada Wan Liang, kemudian mengambil keluar buli-buli kecil dari sakunya dan mengeluarkan sebutir pil berwarna kuning.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan cekatan dia membuka mulut Kit hong kiam kek dan menjejalkan obat itu keda lam mulutnya, kemudian diapun membantunya untuk menguruti kembali dadanya. Tak lama kemudian put Go cu menghentikan usahanya, sambil menghela napas dia mengelengkan kepalanya berulang kali. "Aaaai......lukanya kelewat parah, bajingan itupan amat kejam, tak dengan cara sekeji ini dia melukai dirinya, sekalipun ada obat mestika, paling-paling hanya akan memperpanjang kehidupannya beberapa waktu saja" Mendengar perkataan itu, Suma thian yu merasakan hatinya dingin separuh, dengan sedih dia menundukkan kepalanya, lalu sambil me-meluk tubuh paman Wan nya ia menangis tersedu-sedu. "Paman...ooh paman... dengarkah kau suara panggilanku? Paman...aku adalah Yuji...Yuji yang paling kau sayang, dengarkah kau... paman" "Jangan berteriak lagi" cegah Put Go cu dengan cepat, "sebentar dia akan mendusin, kalau bisa jangan membuat hatinya sedih" Benar juga, tak lama Put Go cu menyelesaikan katakatanya, Kit hong kiam kek Wan liang segera menggerakkan badannya dan membuka matanya lebar-lebar, tapi kemudian menutup kembali. Setelah lewat beberapa saat lagi dia baru membuka matanya yang telah pudar dan memandang sekejap kearah Yu ji, sambil menahan rasa sakit katanya: "Aku sudah tak sanggup lagi, nak, paman sudah tua ... aaai, dia kelewat kejam....dia..... "Paman, jangan banyak berbicara lagi," buru-buru suma Thian yu berseru, "kau pasti akan sembuh kembali, beristirahatlah dengan tenang, kau pasti akan sembuh kembali."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kit hong kiam kek Wan Liang mengerutkan dahinya menahan rasa sakit yang luar biasa, pelan-pelan suma Thian yu membaringkannya ke tanah, tapi dengan susah payah Kit hong kiam kek berusaha menahan tubuhnya dan meronta bangun, ujarnya sambil menggelengkan kenapanya berulang kali : "Nak, aku salah.... aku.... aku tidak baik....baik... memelihara dirimu.... semua urusanmu telah ku.... kuketahui.... aduh, aduuh... apakah Locianpwe ini adalah gurumu....? Suma Thian yu segera mengangguk, sahutnya dengan jujur. Benar paman, Yu ji, paman, tahukah kau bahwa Yu ji tak seharusnya mengelabuhimu" Pelan-pelan Kit hong-kiam-kek Wan Liang mengangguk, sahutnya sambil tertawa getir. "Nak, paman tak akan menyalahkan dirimu, tidak seharusnya paman me......melarang kau untuk...untuk belajar ilmu silat" Ketika secara tiba-tiba dia menyaksikan Put Go cu berjalan masuk dari tepi hutan, tanpa terasa bisiknya dengan lirih. "Siapa dia? Tak heran kalau Kit hong-kiam-kek wan Liang tidak kenal dengan Put Go cu, sebab ketika Kit hong kiam kek wan Liang terjun kedalam dunia persilatan, Put Go cu telah mengundurkan diri dari keramaian dunia persilatan Dengan suara rendah dan hormat Suma Thian yu menjawab: "Dia orang tua adalah Put Go cu, nama yang sesungguhnya tidak Yu-ji ketahui" Begitu mengetahui kalau guru dari Suma Thian yu adalah Put Go cu, salah seorang dari Tionggoan Jicu yang amat termasyhur itu, Kit hong kiam kek Win Liang merasa tertegun, kemudian dengan perasaan lega bisiknya lirih :

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Inilah rejekimu nak, paman terlalu gembira, sangat gembira sekali......... Berkata sampai disitu, mendadak tubuhnya mengejang keras dan muntah darah segar. Suma Thian yu yang menyaksikan kejadian itu menjadi terperanjat sekali, buru-buru teriak nya: "Suhu cepat kemari, pamanku sudah parah keadaannya....." Baru habis dia berkata, Put Go cu yang sedang meronda ditepi hutan itu telah melayang datang, sambil membangunkan kepala Kit hong kiam kek dan menekan nadinya, diam-diam menghela napas sambil menggelegnkan kepalanya. "Aaai, tampaknya ia sudah tak bisa bertahan lagi" Sembari berkata dia lantas mengerahkan tenaga dalamnya untuk menguruti nadinya, tak lama Kemudian Kit hong kiam kek Wan Liang membuka kembali matanya. Setelah memandang sekejap kearah Suma thian yu dan Put Go cu, katanya sambil tertawa getir. "Locianpwee, boanpwe sudah tak sanggup lagi untuk bertahan, tidak kusangka akhirnya aku harus tewas di tangan perempuan rendah itu, mati bukan sesuatu yang menakutkan, tapi jika dendam sakit hati ini belum terbalas......penasaran rasanya hatiku Ia lantas berpaling kearah Suma thian yu, kemudian lanjutnya. "Yu ji, paman mati penasaran, setelah... setelah sampai dalam dunia persilatan, jangan... jangan kau sebut naa... nama dari paman tak akan ada orang yang bi... bisa mengampuni dii.... dirimu Berbicara sampai disitu. dia seperti teringat akan sesuatu, sekujur badannya gemetar keras, mukanya berubah menjadi merah, sambil miringkan badannya dan menuding ke arah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pedangnya yang tergelecak empat kaki dihadapannya, dia berkata. "Sebenarnya pedang itu ingin kuhadiahkan kepadamu, tapi jika kau membawa pedang tersebut malah justru akan mendatangkan ketidak beruntungan saja.....' Tatkala Suma Thian yu menyaksikan kesegaran Kit hong kiam kek Wan Liang tiba-tiba pulih kembali, ucapan yang diutarakan juga ti dak terputus-putus lagi, dia mengira lukanya sudah membaik, hatinya, menjadi girang sekali. Paman kau pasti akan menjadi baik, teriaknya dengan gembira "bukankah kau sudah merasa agak baikan sekarang?" Kit hong kiam kek segera menggelengkan kepalanya berulangkali, sahutnya sambil tertawa rawan. "Anak bodoh, terlampau sedikit yang kau ketahui, ingat... ingat de.. dengan ke.. kelicikan kebusukan dunia persilatan... Ketika berbicara sampai disitu, tiba-tiba hatinya terasa amat sakit, dengan memaksakan diri ia berusaha untuk mengendalikan rasa sakit tadi lalu berkata lebih jauh. Bila bertemu de...dengannya.... Siauhu yong .... kau... kau mesti.... Belum habis dia berkata, mendadak sekujur badannya mengejang keras, sepasang matanya dipejamkan rapat-rapat dan seorang jago pedang yang amat termashyur dalam dunia persilatan pun telah mengakhiri hidupnya. Dia sebenarnya masih ingin meninggalkan pesan-pesannya, banyak persoalan yang harus ditinggalkan, tapi mampukah dia mengutarakan semua isi hatinya itu? Seorang pendekar besar telah mengakhi hidupnya disebuah bukit yang terpencil, jauh dari keramaian dunia. Apa yang berhasil diperolehnya? Susah payah hidup didunia, mengandalkan kepandaian silatnya menumpas kaum penjahat, tapi apakah yang berhasil diraihnya atas jerih payahnya?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menyaksikan paman Wannya berpulang ke alam baka, Suma thian yu merasa sedih sekali, dia segera memeluk jenasahnya dan menangis tersedu-sedu. Put Go cu adalah seorang jago yang sudah lama mengasingkan diri dari keramaian dunia, terhadap segala persoalan dia memandang ham bar, soal mati hiduppun bukan masalah besar baginya, tapi sekarang toh menundukkan juga kepalanya dengan wajah sedih. "Bu liang siu hud" bisiknya lirih. Perasaan hatinya yang tenang kini mulai bergejolak lagi, entah ia sedih karena kematian pendekar besar itu? Ataukah merasa terharu menyaksikan nasib Suma thian yu yang mengenaskan? Sampai lama, kemudian, Put Go cu baru berkata lagi: "Anak Yu, tak usah menangis, ia tak akan mendengar suara isak tangismu lagi, orang yang sudah matipun tak akan bisa hidup kem bali, apa gunanya meui menangis? Kau harus teguhkan hatimu dan melakukan suatu pekerjaan besar yang menggemparkan dunia persilat an sehingga tak sampai menyia-nyiakan harapannya." Ketika mendengar ucapan tersebut, Suma thian yu bukannya berhenti menangis, dia makin sedih. Ia terkenang kembali kejadian dimasa lalu, yakni pada sepuluh tahun berselang, waktu itu ada suatu ketika dia takut kepada pamannya yang berwatak aneh ini, dia membencinya, karena dia tidak mengerti. Teringat Wan Liang pernah berkata begini kepadanya: "Kau masih muda, bagaimanapun juga yang kau pahami masih terlampau sedikit." Yaa, benar, dia memang mengetahui sedikit tentang pamannya itu, mengetahui secara sepintas saja.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siapa tahu ketika Suma thian yu sudah mulai merasa betapa kasih dan ramahnya paman Wan, ternyata paman Wan telah pergi mening galkannya untuk selamanya, padahal Thian yu masih membutuhkan banyak petunjuk tentang kehidupan didunia ini tapi siapa yang akan memberi petunjuk kepadanya? Berpikir sampai disini, tanpa terasa air matanya kembali jatuh berlinang. Dia tahu, mulai sekarang dia akan menjadi anak tanpa sanak tanpa keluarga dan tanpa rumah. Sewaktu Thio Popo membawanya meninggalkan rumah dulu, dia masih belum tahu apa menderitanya "tak punya rumah", kini nasib jelek menimpa dirinya tanpa terasa, bagaimana mungkin kejadian ini tidak membuat sedih dan mencucurkan air mata.? Bagian KETIGA "BANGUNLAH Thian-yu" tiba tiba Put Gho cu memecahkan kesunyian, "cepat kubur jenasah pamanmu, karena suatu persoalan aku tak dapat tinggal kelewat lama disini" Dengan air mata bercucuran Suma thian yu bangkit berdiri dari atas tanah, lalu memandang sedih ke arah Put Gho cu, sepasang mata nya yang merah telah basah oleh air mata. Put Gho cu tak tega menyaksikan kajadian itu, segera hiburnya: "Kesempatan dimasa datang masih amat panjang, suatu ketika kita murid dan guru pasti akan berjumpa lagi, sepeninggal aku nanti, cepatlah kebumikan jenasah pamanmu, tinggalkan tempat ini dan ingat baik baik pesan terakhir dari pamanmu, dunia persilatan penuh de ngan mara bahaya, lebih baik kau jangan kelewat menonjolkan diri, dalam menghadapi semua persoalan pun harus berhati-hati"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sembari berkata dia membelai rambut pemuda itu dengan lembut, setelah memperhatikannya beberapa lama, ia baru berkata: "Nah, aku pergi dulu! Selesai berkata, tampak sepasang bahunya bergerak, tahutahu dengan kecepatan luar biasa dia lenyap dari pandangan mata Yu ji. Bagaikan baru bangun dari impian, buru-buru Suma thian yu berlutut dan menyembah tiga kali, katanya: "Suhu diatas, tecu tak akan menyia-nyiakan harapanmu" Ketika ucapan tersebut diucapkan, Put Gho cu mungkin sudah berada setengah li jauhnya dari tempat tersebut. Setelah Put Gho cu pergi, Suma Thian yu gera memungut pedang Kit hong kiam milik paman Wan yang tergeletak di tanah, lalu sambi1 memandang ujung pedang, itu gumannya: "Paman, kau orang tua tak akan pernah mati, Thian yu pasti akan mempergunakan pedang ini untuk membangun kembali nama besar serta kegagahan kau orang tua seperti dimasa lalu. "Paman, sekalipun dunia persilatan amat berbahaya dan penuh dengan siasat, Thian yu juga akan menelusurinya demi membalaskan dendam bagi sakit hatimu. "Beristirahatlah dengan tenang paman, berbaringlah disini dengan segala kedamaian, tak usah kuatir, tiada sesuatu yang ber harga untuk kau orang tua pikirkan, tak lama kemudian di dalam dunia persilatan akan muncul kembali seorang Kit hong kiam kek (jago pedang angin puyuh), dialah Thian yu, juga merupakan duplikat dari kau orang tua!" Sambil berkata dia mendongakkan kepalanya memandang awan tebal di angkasa, awan yang melayang jauh di udara dan tak mungkin bisa diraba seperti juga meraba impian. Suasana disekeliling tempat itu serasa begitu, seakan-akan keadaan pun turut berduka cita atas meninggalnya pendekar besar itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mungkin gempa bumi yang terjadi tadi merupakan pertanda datangnya nasib buruk paman? Kalau memang begitu, ooh... betapa agungnya paman" "Yaa, paman memang seorang yang agung gumam Suma thian yu dengan suara lirih. Kemudian ia mempergunakan pedangnya untuk menggali liang dan membaringkan jerazah Kit hong kiam kek kedalam liang tersebut, tak selang beberapa saat kemudian disitu telah bertambah dengan sebuah kuburan baru, seorang pendekar besarpun beristirahat untuk selamanya disana, yaa untuk selama-lamanya... Dengan termangu Suma thian yu memperhatikan kuburan tersebut, tanpa bicara, sorot matanya kaku dan tak bersinar, tanpa berkedip memandang keatas pusara, sementara titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya. Ia tak perlu berkat apa-apa lagi, tiada orang yang mendengarkan suaranya lagi. Dia berdoa, diam-diam dan secara bersungguh-sungguh... Pikirannya amat kalut seakan dia jauh dari dunia ini, jauh dari mmasyarakat tanpa sanak, tanpa keluarga, yang ada hanya keheningan bukit yang mencekam seluruh jagad. Lama...lama sekali...akhirnya dia bangkit berdiri, baru saja akan membalikan badan, tiba-tiba.... Dua sosok bayangan manusia entah sendiri kapan telah berdiri dibelakangnya, mereka datang tanpa suara berdiri disitu tanpa bergerak membuat Suma thian yu benar-benar merasa terperanjat sekali. Padahal dengan kepandaian silat yang miliki sekarang, secarik daun yang jatuh dari jarak sepuluh kakipun dapat didengar olehnya dengan jelas, tapi mengapa dia tak mendengar apa-apa akan kehadiran kedua orang itu?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah menenangkan hatinya, Suma thian yu baru memperhatikan kedua orang itu dengan seksama, mereka berdua adalah kakek berusia kira-kira lima puluh tahun yang berwajah serupa, kedua-duanya mengenakan jubah panjang hitam. Waktu itu, kedua orang kakek tersebutpun sedang mengawasi Suma Thian-yu tanpa berkedip, mereka hanya berdiri mematung disana tanpa bergerak barang sedikitpun juga. Satu-satunya perbedaan yang terdapat pada kedua orana kakek itu adalah diatas pipi sebelah kiridari kakek yang ada disebelah kanan terdapat sebuah tahi lalat sebesar kacang kedelai. Bila dilihat dari raut wajah kedua orang ini, tampaknya bukan termasuk orang jahat, agak lega juga Suma Thian yu menjumpai hal ini. Buru buru dia menjura seraya menegur: "Entah ada urusan apa cianpwee berdua datang kemari?" Kedua orang Kakek itu tidak menjawab, hanya senyuman hambar menghiasi bibirnya', mereka tidak bersuara pun tidak bergerak. Suma Thian yu lantas mengira kedua orang itu kalau bukan bisu tentu tuli, maka dengan suara yang lebih keras serunya: "Entah ada urusan apa cianpwe berdua.... Belum habis dia berkata, tiba-tiba terdengar kakek bertahi lalat hitam disebelah kanani itu menukas dengan suara lembut. "Kau tak usah bertanya lagi, aku sudah tahu kuburan siapakah itu.... " Sambil berkata ia lautas menuding ke arah gundukan tanah baru di belakang Suma Thian yu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu tidak kenal dengan kedua, orang kakek itu, mendengar mereka berdua langsung menanyakan soal kuburan pamannya begitu bertemu, dikiranya kedua orang ini ada sangkut pautnya dengan orang jahat pembunuh pamannya, kontan saja amarahnya berkobar. "Ada kepentingan apa kau menanyakan tentang persoalan ini?" bentaknya kemudian. Dua orang kakek itu tidak menjadi gusar lantaran peristiwa tersebut, malah justru tertawa bodoh. Dengan suara yang tenang dan halus kakek bertahi lalat itu segera bertanya lagi: Yang berada didalam sana tentunya orang mati bukan? Siapakah orang mati itu? Geli dan mendongkol Suma thian yu dihadapkan pertanyaan bloon semacam itu, dengan cepat dia berpikir: "Aaah, jangan-jangan kedua orang ini cuma orang bodoh? karena berpendapat demikian maka tanpa terasa anmarahnya menjadi reda, dengan suara lembut ia menyahut: Orang mati siapakah yang berada disitu, tak usah kalian urus, aku rasa andaikata kalian mempunyai urusan penting lainnya, lebih baik cepatlah tinggalkan tempat ini" Mendengar ucapan mana, kedu orang kakek itu segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak, suaranya keras hingga memantul diseluruh hutan. Sedemikian kerasnya suara tertawa tersebut akhirnya Suma thian yu merasa tak tahan, dengan suara keras jeritnya: "Hey, apa yang kau tawakan? Menjemukan" Dua orang kakek itu menghentikan suara tertawanya kemudian memandang bodoh ke arah Suma Thia yu, setelah itu katanya: "Bocah muda, masih kecil sudah berangasan sekali, lain kali pasti sukar mendapat bini! Selesai berkata, lagi lagi mereka tertawa terbahak-bahak.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pada hakekatnya Suma Thian yu dibikin kebingungan setengah mati oleh tingkah lakunya kedua orang itu. coba kalau Kedua orang itu tidak bermaksud jahat kepadanya, niscaya dia sudah memburu kedepan untuk menghajar mereka berdua. Hmm, rupanya kaliau berdua ada maksud untuk memperolok orang? Apa yang lucu? Kalau ada orang mati seharusnya turut berduka cita. masa kalian malah tertawa tergeletak di depan kuburan seseorang yang baru saja mati..." Teguran dari Suma Thian yu ini amat keras tapi tidak pantas untuk dipakai menegur orang yang berusia lanjut, semestinya, dua orang Kakek itu akan mencak-mencak kegusaran setelah mendengar teguran itu, siapa tahu apa yang kemudian terjadi justru merupakan kebalikannya. Terdengar kakek bertahi lalat disebelah kanan itu segera berkata: Perkataan bocah ini benar juga, kita memang seharusnya bersedih hati, hei hiante, mari kita bersedih hati!" Begitu selesai berkata, ternyata ia benar-benar menangis tersedu sedu, disusul kemudian oleh kakek yang ada disebelah kirinya. Dalam waktu singkat, isak tangis mereda telah menyelimuti seluruh angkasa. Menyaksikan dua orang kakek sinting yang sebentar tertawa sebentar menangis ini, suma thian yu menggelengkan kepalanya berulang kali sambil menghela nafas panjang: Cukup, cukup.. . tangisan kalian berdua sudah cukup, asal..." cegahnya dengan cepat. Dua orang kakek itu segera berhenti menangis, seperti merasa sayang sekali dengan butiran air matanya, begitu berhenti menangis, air mata merekapun berhenti mengalir.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nah bocah cilik" kata kakek bertahi lalat itu kemudian, "permintaanmu telah kulakukan dengan baik, sekarang gantian kami bersaudara yang ingin memohon kepadamu" Tingkah laku yang kocak dan tata bahasa kedua orang kakek yang halus segera mendatangkan perasaan simpatik dalam hati Suma Thian yu, maka diapun segera mengangguk. "Baiklah, asal bisa kulakukan pasti akan ku lakukan, katakanlah terus terang" "Nah begitu baru anak pintar, kakek bertahi lalat itu tertawa, "sekarang aku hendak bertanya dulu, kau tinggal dimana?" "Buat apa kau menanyakan tentang soal ini! "Tak usah kaugubris, jawab saja pertanyaan ku itu! "Maaf, sebelum kuketahui asal usul kalian berdua yang sebenarnya, jangan harap bisa mendapat jawaban dariku" "Wah, itu tak benar namanya" desak kakek bertahi lalat dengan cepat, "bukankah kau sendiri yang telah berjanji akan melakukan permintaanku, jangan kuatir, kami berdua bukan penjahat" Suma thian yu segera menggelengkan kepalanya berulang kali. "Siapa yang akan mempercayai ucapanmu? Kalau di lihat dari cara kalian yang datang secara sembunyi-sembunyi saja sudah diketahui kalau kamu berdua agak tidak beres, masa aku tidak boleh curiga?" Mendengar perkataan itu, si kakek bertahi lalat tersebut segera manggut-manggut memuji, sambungnya cepat: "Baiklah, kubatalkan pertanyaanku ini dan sekarang jawab saja kepada kami siapakah orang yang telah tiada ini?" "Maaf, pertanyaan inipun tak dapat kujawab" "Waah... aneh betul kau ini. kalau tidak ingin berterus terang katakan saja secara blak-blakan. Hei, bocah cilik, sebenarnya apakah maksudmu?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tidak karena apa apa, hanya sepatah kata bisa kujawab, aku tidak memahami maksud tujuan kalian berdua. Kakek bertahi lalat itu segera garuk-garuk kepala yang tak gatal, lalu sambil berpaling ke arah kakek yang lain, dia berseru: "Hiante, lebih baik kita jangan mencampuri urusan lagi, mari kita pulang saja dan tidur" Kakek kedua ini macam orang bisu saja, sejak muncul sampai sekarang ia tak berbicara sepatah katapun, kakaknya menangis, diapun menangis, kakaknya tertawa, diapun tertawa, sekarang kakaknya hendak pergi ternyata dia pun benar-benar membalikkan badan dan pergi semua tingkah lakunya sungguh tidak habis di-mengerti. Yaa, manusia aneh! Kedua orang itu betul-betul aneh, meski dalam dunia terdapat banyak urusan aneh, namun belum pernah di jumpai manusia seaneh kedua orang ini. Sebelum pergi, kakek bertani lalat ini sempat berpaling dan tertawa bodoh kepada Suma Thian yu seraya berkata: "Hei bocah, sekalipun kau tidak bilang aku juga tahu, kami berbuat begini tak lain Cuma ingin mengetahui apakah kau bisa tutup mulut memegang rahasia atau tidak, padahal suhumu itu sudah memberitahukan semuanya ini kepadaku, setelah berjumpa hari ini, hah ... haah.... ternyata apa yang dikatakan memang tidak bohong! Berbicara sampai disini, dia lantas bersama adiknya berjalan seenaknya menuju ke hutan. Waktu itu suma thian yu tak sempat berpikir untuk memberitahu asal usul kedua kakek tersebut karena pertama dia sedang sedih, kedua diapun sudah dibikin pusing oleh ulah kedua kakek kembar itu. Tapi setelah mendengar perkataan terakhir si kakek bertahi lalat, hatinya kontan bergetar keras, pikirnya cepat. Heran, darimana ia bisa kenal dengan suhuku?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Baru saja ingatan tersebut meiintas dalam benaknya, satu ingatan lain secepat kilat telah melintas dalam benaknya, dengan suara lantang segera bentaknya. "Cianpwee berdua, harap tunggu sebentar" Waktu itu, kedua orang kakek kembar tersebut telah tiba ditepi hutan, mendadak mereka berhenti, kemudian sambil membalikkan ba-dan, satu dari kiri yang lain dari kanan mereka bersama-sama berjalan balik, sementara senyuman bloon masih menghiasi bibirnya. Dengan seksama Suma Thian yu segera mengamati wajah kedua orang kakek itu begitu merasa dugaannya tak meleset dan tahu kalau mereka adalah tokoh persilatan yang pernah disingung suhunya, diam-diam ia menyesali dirinya yang bermata tak berbiji hingga hampir saja menyia nyiakan suatu kesempatan bagus. Buru-buru dia berlutut ketanah, lalu berseru. "Locianpwee berdua, harap kalian suka memaafkan Thian yu yang punya mata tak berbiji sehingga berbuat kurang ajar kepada kalian, atas kesalahanku tadi, mohon cianpwee berdua sudi memaafkan" Hiiii hiiii hiiii... kau hilang apa bocah cilik?" kakek hertahi lalat itu tertawa terkekeh-kekeh, apa itu cianpwe? Aku tidak mengerti, siapa sih cianpwe mu itu? Suma Thian yu tahu kalau manusia aneh semacam mereka adalah manusia manusia yang tak suka akan segala adat istiadat dan tata cara yang menjemukan, meski demikian, sebagai searang angkatan muda, ia tidak ingin bersikap kurang hormat, maka ia bertanya dengan hormat: Benarkah Locianpwe berdua adalah... " Kakek bertahi lalat itu segera menggoyangkan tangannya berulang kali mencegah dia berbicara lebih jauh, ujarnya:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bukan, bukan, apakah hanya di karenakan persoalan ini saja kau undang kami kemari?" Belum habis dia berkata, si kakek disebelah kiri yang bersikap macam orang bisu itu sudah menepuk bahu rekannya, kemudian menuding ke luar hutan, anehnya dia tetap membungkam dalam seribu bahasa. Si Kakek bertahi lalat itu segera berpaling dan tertawa, sahutnya tak sabar: "Sudah tahu adikku, kawanan anjing cilik itu belum pergi bukan? baik, mari kita pergi!" Kepada Suma Thian yu lanjutnya: Hei bocah, kita jumpa lagi malam nanti!" Nadanya amat terburu-buru seperti sudah tidak sabar untuk menunggu suatu persoalan sehingga begitu selesai berkata, buru-buru dia sudah membalikkan badan dan berlalu dari situ. Tapi kasihan sekali, langkahnya justeru sedemikian lambannya hingga selangkah demi selangkah persis seperti langkah seorang nenek berusia delapan puluh tahunan. Tapi anehnya, gerakan tubuh yang nampak sangat lamban itu justru cepat sekali bagaikan sambaran kilat, hanya didalam sekejap mata saja ia sudah lenyap dari pandangan sianak muda itu. Memandang arah lenyapnya bayangan tubuh kedua orang itu, Suma Thiau yu menggelengkankepalanya berulang kali sambil bergumam: "Manusia aneh, benar-benar manusia aneh! Malam kembali menyelimuti seluruh angkasa dan meninggalkan keheningan yang luar biasa, terutama sekali ditengah pegunungan yang jauh dari keramaian manusia. Bukit Kiu gi san kembali diliputi oleh keheringan yang mati, seram dan menggidikkan hati.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu masih ingat dengan ucapan yang diutarakan kedua orang manusia aneh itu menjelang kepergiannya tadi, maka dia telah menelusuri seluruh bukit, semak belukar, sejak kentongan pertama sampai tengah malam, tapi ia gagal menemukan jejak dari kedua orang manusia aneh tersebut. Ia sangat gelisah, tapi tak bisa menyalahkan kepada pemuda ini, bagaimana tidak? Sewaktu akan pergi meninggalkannya tadi kedua orang manusia aneh itu hanya mengatakan "kita jumpa lagi malam nanti, tanpa menerang kan waktunya, maupun tempat pertemuan, pada hal bukit Kiu gi san begitu besar, kemana dia harus pergi mencarinya? Manusia aneh memang selalu berwatak aneh, bila ia tak ingin berjumpa denganmu, meski kau jelajahi seluruh bukit juga tak akan menemukan nya, sebaliknya bila ia ingin bertemu dengan dirimu, sekalipun kau kabur keujung langit, dia tetap akan muncul juga dihadapanmu. Justru karena alasan inilah, akibatnya Suma Ghian yu mesti lari semalaman suntuk tanpa hasil, meski badan sudah basah kuyup namun hasilnya tetap nihil. Akhirnya dengan kecewa dia duduk dibawah sebatang pohon siong sambil bergumam: Aaii, tampaknya aku tertipu, tahu begini aku tak akan kemari untuk dihembus angin barat laut sambil menahan kedinginannya." Sambil mengomel dia mengambil sebutir batu kecil dari atas tanah, lalu ditimpuk secara gemas kedalam hutan sana. "Sialan, aku tak akan mencari lagi, anggap saja aku sedang sial!" omelnya lagi. Batu yang ditimpuk kedalam hutan bagaikan tenggelam ke dasar samudera saja, hilang lenyap dengan begitu saja, kemudian disusul suara seorang bergema dari balik hutan:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aduuuh .... sialan, manusia kurang ajar darimana yang tak punya mata, apakah tidak tahu kalau dalam hutan ada orangnya? Aduuh biyung ... sakit betul kepalaku!" Suma Thian yu terperanjat sekali setelah mendengar perkataan itu, buru-buru dia melejit ke udara dan melesat ke dalam hutan. Dari situ ia saksikan ada dua orang kakek sedang keluar bersama dari balik pepohonan. Dan begitu mengetahui siapakah kedua kakek itu, Suma Tnian yu bersorak kegirangan : Ohh cianpwee, rupanya kau?" Dari balik hutan berjalan keluar sepasang kakek berbaju hitam, dengan pandangan kebodoh-bodohan mereka sedang mengawasi wajah Suma Thian yu tanpa berkedip, kemudian terdengar kakek bertahi lalat itu mengomel: "Hei bocah, rupanya kau sudah tak sabar untuk menanti sejenak lagi? Anak muda sudah tak bisa bersabar, ketemu orang memanggil cian pwe, cianpwe melulu, sungguh menjemukan" Tertebak jitu isi hatinya, merah padam selembar wajah Suma Thian yu karena jengah, sungguh menyesal hatinya. Lama kemudian ia baru berkata agak tergagap. "Entah ada persoalan apakah cianpwee menyuruh Thian yu datang kemari? "Siapa yang suruh kau kemari?" bentak kakek bertahi lalat itu, "anak muda tidak belajar baik, justru senang berbohong, aku toh hanya mengatakan akan bertemu lagi entar malam, siapa yang menyuruh kau kemari?" Sekali lagi paras muka Suma Thian yu berubah jadi merah padam sesudah mendengar teguran itu, ia tersipu-sipu hingga tak bisa menjawab, sedangkan didalam hati pikirnya:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Wu san sian gi siu (Sepasang kakek tolol dari bukit Wu san) betul-betul terhitung manusia paling aneh didunia ini, coba kalau suhu tidak berpesan agar menahan sabar terhadap manusia semacam ini, aku benar-benar segan untuk berurusan dengan mereka!" Baru saja dia berpikir sampai disitu, mendadak kakek bertahi lalat itu telah membentak gusar: "Bocah, kau jangan memikirkan akal busuk dalam hatimu, kesabaran dapat menghindari segala malapetaka, kau tahu hal ini bukan suatu pekerjaan yang mudah untuk dilaksanakan! Bila kau tak memiliki kesabaran tersebut, lebih baik cepatlah tinggalkan tempat ini! Suma Thian yu merasa amat terperanjat, segera pikirnya: "Sungguh lihay, jangan jangan diatas mukaku tertera tulisan besar? Kalau tidak, mengapa ia dapat menebak suara hatiku secara jitu?" Berpikir sampai disitu, buru-buru dia berkata: Boanpwe tidak berani." Menyaksikan tampang pemuda yang macam monyet kepanasan itu, kakek bertahi lalat tersebut segera tertawa lebar. "Haah...haaah.... kalau bicara tidak sejujurnya, si bocah tidak bisa diajar, hiante mari kita pergi saja!" Selesai berkata kedua orang itu segera membalikkan badan siap pergi meninggalkan tempat itu. Suma Thian yu menjadi amat gelisah setelah menyaksikan peristiwa tersebut, buru-buru dia maju beberapa tindak kedepan menghadang dihadapan kedua kakek tersebut, kemudian sambil menjatuhkan diri berlutut katanya: "Locianpwe, jangan pergi dulu, boanpwe masih ada urusan hendak dilaporkan Kakek bertahi lalat itu segera membalikan badannya sambil melototkan matanya besar-besar, serunya dengan gusar.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Huuh..... dasar bertulang lunak, maunya belajar merangkak macam anjing budukan. Hmm.. Seorang lelaki sejati tak akan sembarangan berlutut! Mendengar ucapan tersebut, tidak menunggu lebih lama lagi Suma Thian yu segera melompat bangun, kemudian dengan wajah serius. Diam-diam kakek bertahi lalat itu mangut-manggutlalu berpaling dan memandang adiknya yang berada disamping, tampak kakek itu pun turut manggut-manggut . Seolah-olah telah mendapat ijin, kakek itu berpaling kembali kearah Suma thian yu sambil katanya: "Hei bocah, apa tujuanmu memohon sesuatu kepada lohu?" Agak tertegun Suma Thian yu mendapat pertanyaan tersebut untuk sesaat lamarya dia tak sanggup menjawab. "Yaa, benar! Karena apakah aku memohon kepadanya?" Tiada suatu permintaan bukan? kakek bertahi lalat itu tersenyum, bagus sekali! Tapi lohu menyuruh kau menghadap justru karena aku hendak memohon sesuatu kepadamu Selama boanpwe sanggup untuk melaksanakannya, pasti akan kulaksanakan dengan sebaik-baiknya Dia mengira kakek itu hendak menanyakan kembali persoalan yang menyangkut diri paman Wan, dulu ia belum memahami asal usul kakek ini, maka rahasia tidak dibocorkan, tapi sekarang, setelah tahu kalau kakek ini adalah seorang pendekar sejati yang berilmu tinggi, ia lantas berpendapat bahwa tiada pentingnya untuk merahasiakan hal tersebut. Maka dia telah bersiap-siap, jika seandainya kakek itu bertanya kembali tentang paman Wan maka diapun akan menjawab dengan sejujur nya. Kakek bertahi lalat itu segera berseri wajahnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sungguh?" dia berseru, "ahaa .. . kalau begitu tak salah lagi pilihanku, aku tahu dengan bakat serta kecerdasanmu, sudah pasti tak akan muncul persoalan apa-apa" Dari dalam sakunya dia lantas mengeluarkan secarik kertas yang telah berwarna kuning lantas diserahkan kepada Suma thian yu sambil katanya berseru menjawab. "Dalam tiga hari, kau mesti memahami isi tulisan yang tertera diatas kertas ini, kalau tidak jangan harap bisa meninggalkan bukit kiu gi san barang setengah langkahpun." Suma Thian yu menerima kertas kuning itu dan memperhatikannya sekejap, mendadak ia berseru dengan wajah tercengang. Kertas ini...." Kertas ini berisikan ranasia ilmu silat yang maha sakti, bukankah kau gila silat?Kertas ini kutemukan beberapa hari berselang diatas bukit ini, sayang lohu tak becus dan tak sanggup memahami rahasia dari kepandaian silat tersebut, maka sekarang kuberitahukan kepada mu agar dalam tiga hari harus bisa menyelesaikan apa yang lohu perintahkan, beranikah kau untuk mencobanya?" Setelah termenung sejenak, akhirnya dia berkata. Boanpwe bersedia untuk mencoba, tapi aku tidak mempunyai keyakinan untuk pasti berhasil Tidak bisa! teriak kakek bertahi lalat ini dengan gusar, tanpa suatu keyakinan, pekerjaan apapun tidak akan berhasil dilaksanakan, bisa juga mesti dkerjakan, tidak bisa juga mesti dilakukan, pokoknya kau tak boleh putus asa, tak boleh berhenti ditengah jalan, mengerti? Ucapan tersebut dengan cepat menimbulkan perasaan anti pati dalam hati Suma thian yu, dia merasa kakek ini terlalu berlagak, memaksa orang lain untuk menuruti kemauannya sehingga menimbulkan perasaan jemu bagi yang mendengarkan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah termenung sejenak, akhirnya ia berkata: "Pentingkah kertas ini bagimu? Seandainya boanpwe tidak bersedia atau tidak bisa, apa pula yang bisa kau lakukan?" Tidak mau harus mau, tidak bisa harus bisa, tiga hari kemudian kita berdua akan kembali sahut si kakek bertahi lalat sambil menarik wajahnya. Dia segera melemparkan kertas itu kehadapan Suma Thian yu, kemudian sambil membalikkan badannya bagaikan hembusan angin melun- cur masuk ke dalam hitan, sekejap kemudian bayangan tubuh kedua orang itu sudah lenyap dari pandangan. Suma Thian yu ingin menghalangi kepergian mereka, tapi terlambat, akhirnya sambil gelengkan kepalanya dia menghela napas panjang. "Aaaai.... dasar orang aneh tetap orang aneh....masa memaksa orang untuk melakukan pekerjaan yang tak ingin dilakukan olehnya?" Diambilnya kertas itu dan diperiksnya dengan seksama, kemudian dibalik dan diteliti bagian yang lain, namun itu segera berdiri tertegun. Kitab pusaka apakah itu? Ternyata kertas itu kosong melompong sama sekali tak ada isinya baik cuma satu huruf maupun sebuah garispun. Dengan gemas dia lantas menyumpah: "Sialan, lagi-lagi aku tertipu, aaai.... Wu san siang gi memang manusia manusia yang gemar menggoda orang, baik! Tiga hari kemudian, bila aku tidak merobek-robek kertas itu di hadapan mereka, aku tak akan bernama Suma Thian yu!" Sambil berkata diapun masukkan kertas itu ke dalam sakunya, suatu perasaan sedih karena dipermainkan orang segera menyelimuti perasaannya, dia ingin menangis, ingin menggunakan kesempatan itu untuk melampiaskan keluar semua kekesalan yang mencekam perasaannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia mendongakkan kepalanya memandang bintang yang bertaburan di angkasa, lalu memandang sungai dan daratan rendah dibawah bukit, pemuda itu merasa ia tak boleh tinggal dalam bukit terus menerus, sebagai seorang lelaki, ia harus berkelana ke mana-mana, harus mencari pengaman dan memperjuangkan suatu karya yang besar bagi sejarah hidupnya. Apalagi dendam orang tuanya yang belum dibalas, sakit hati paman Wan juga belum di tuntut.... "Aku harus pergi!" Lama kemudian ia baru mengucapkan kata-kata tersebut. Tapi dengan cepat ia teringat kembali kalau janji pertemuannya tiga hari mendatang belum dipenuni, entah baeaimana pun, janji tetap janji, ia tak ingin mengingkar janji, dia ingin menuntut suatu keadilan dari orang yang telah mempermainkan dirinya, Wu san sian gi. Sepasang manusia bodoh dari bukit Wu san merupakan sepasang pendekar yang bernama besar dalam dunia persilatan, mereka berdua adalah saudara sekandung. Kakek bertahi lalat adalah kakaknya Ma Khong Sian dengan julukan Tay gi siu (kakek bodoh pertama), sedangkan adiknya ji gi siu (kakek bodoh kedua) Khoug Bong, jangan dilihat dia seperti orang bisu, sesungguhnya kakek ini merupakan seorang jago pendebat yang pandai sekali bersilat lidah. Usia Wa san siang gi telah mencapai enam puluh tahun, sepanjang hidupnya mereka selalu berjiwa pendekar, menolong kaum yang lemah dan membabat kaum alim, nama besarnya sudah termasyur diseluruh dunia persilatan. Sejak terjun ke arena persilatan, kedua orang ini selalu muncul bersama, bahkan lagaknya macam orang bloon, padahal Toa gi siu Khong Sian yang berlagak bodoh adalah seorang yang amat cerdas, sedang Ji gi siu Khong Bong yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berlagak macam orang bisu adalah seorang pendebat yang pandai bersilat lidah. Sekalipun demikian, mereka gemar berlagak seperti orang bloon, bahkan sewaktu berada di hadapan Suma Thian yu, gerak gerik mereka macam orang yang terkena oleh sebuah penyakit ingatan. Berapa hari berselang, ketika kedua orang kakek itu sedang berpesiar di lembah Ong im kok di bukit Kiu gi san, tanpa sengaja mereka telah menemukan kertas kulit itu, sebagai manusia yang berpengalaman luas, dalam sekilas pandangan saja mereka sudah tahu kalau kertas kulit ini bukan benda sembarangan. Mereka tahu kalau kertas kulit itu bukan berisikan ilmu silat maha sakti peninggalan dari seorang tokoh silat dimasa lampau, tentulah secarik peta rahasia yang berisikan harta karun, maka kertas itupun segera disimpan kedalam saku. Dengan watak Wu san siang gi yang tawar terhadap nama serta keuntungan meterial, penemuan tersebut tidak dianggap kelewat serius, mau ilmu silat juga boleh, barang mestika juga boleh, mereka berdua sama-sama merasa tidak tertarik. Mereka berpendapat tujuan belajar silat adalah untuk menyehatkan badan dan menjauhkan diri dari segala macam penyakit, bukan bertujuan untuk mencari nama atau kedudukan, harta kekayaan pun dipakai untuk menolong kaum miskin, bukan uniuk mencari keuntungan bagi kepentingan sendiri. Oleh karena itu, mereka berdua berhasrat untuk mencari seseorang yang dapat dipercaya dan menghadiahkan kertas kulit yang ditemukan itu kepadanya, dari pada membiarkanya hingga terjatuh ketangan kaum sesat dan menimbulkan kerugian bagi umat persilatan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Karena itulah mereka lantas mencari Suma thian yu yang jujur dan dapat dipercaya dan menyerahkan kertas itu kepadanya untuk dise lidiki. Dengan tanpa tujuan Suma thian yu berjalan kesana kemari diatas bukit Kui gi san, pelbagai ingatan berkecamuk dalam benaknya sampai pikirannya belum dapat juga menjadi tenang kembali. Bagaimanapun juga dia adalah seorang bocah yang berusia enam belas tahun, lagi pula tak pernah terjun kedunia persilatan, padahal begitu luas, kemanakah dia harus pergi sekarang? Mendadak terdengar suara benturan nyaring, Plaak entah dari mana datangnya segulung kertas, ternyata dengan tepat menghantam diatas kakinya. Suma thian yu merasa amat terkejut cepat-cepat dipungutnya kertas itu dan diperiksa isinya. Terbaca diatas kertas itu terasa beberapa huruf yang berbunyi demikian: Hati yang tenteram dapat menjernihkan pikiran, Pikiran yang jernih dapat menemukan kesimpulan, batas waktu tiga hari akan berlalu dengan singkat, harap pergunakan setiap detik sebaik-baiknya. Dibawah surat itu tidak dicantumkan tangan, tapi dalam sekilas pandang saja, Suma thian yu mengetahui kalau surat itu ditulis oleh Wu san siang gi, itu berarti kemurungan serta kegelisahan yang mencekam perasaanya semalam diketahui semua oleh kedua orang kakek tersebut. Atau dengan perkataan lain, kedua orang kakek itu tentu berada disekeliling sana sambil mengawasi gerak-geriknya setiap saat. Berpikir sampai disitu, peluh dingin segera membasahi badannya, karena ngeri buru-buru teriaknya:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Locianpwe, harap segera menampilkan diri , boanpwe hendak berbicara dengan mu Baru selesai dia berkata, tiba-tiba terdengar suara yang amat lirih berkumandang disisi telinganya. Tiada pekerjaan yang sukar didunia, yang penting adalah kemauan. Maksud hatimu dapat lohu mengerti, kau harus tahu tinggi persoalan yang sukar didunia ini, yang penting asal kau ada kemauan dan dan bersedia untuk berjuang, dengan begitu masalah besar baru dapat tercapai. Jangan kau lihat kertas itu tidak berhuruf, sesungguhnya adalah Bu Khek. Pembicaran tersebut dilakukan orang kakek tersebut dari berapa li jauhnya dari tempat itu, demonstrasi ilmu menyampaikan suara yang amat sempurna ini segera membuat Suma Thian yu merasa kagum sekali. Mendengar kata "Bu khek" yang diutarakan Wu san siang gi, Suma Thian yu yang cerdas tiba-tiba saja teringat dengan perkataan dari gurunya Put Gho cu: "Bu khek menimbulkan unsur panas dan dingin. Unsur panas dan dingin atau Tay khek akan menimbulkan Ji gi, akan menimbulkan Sam cay lalu menjadi Bu siu, lalu dari Bu siu menjadi ngo heng, lak hap, jit seng dan akhir nya menjadi pat kwa...." Maka bila mendengar kata Bu khek yang di ucapkan kakek itu, jangan-jangan diatas kertas tanpa kata ini sesungguhnya tersimpan suatu rahasia yang amat besar? Memikir sampai disini, satu ingatan segera terlintas dalam benaknya, rasa percaya pada diri sendiripun muncul kembali, buru buru dia mengeluarkan kertas itu dan diperiksanya dengan seksama. selang berapa saat, ia menggelengkan kepala berulang kali sambil menghela napas panjang, gumamnya: "Wahai Thian yu. .. benarkah kamu begitu bodoh, tak becus, tak punya kemampuan?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan gemas di cengkeramnya kertas itu lalu beranjak pergi meninggalkan tempat itu. Baru berjalan sepuluh langkah, mendadak dari arah bawah bukit sana berkumandanglah suara pekikkan nyaring yang amat memekikkan telinga, ia tertegun dan segera berpaling kearah sana, tampaklah dua sosok bayangan hitam dengan kecepatan bagai hembusan angin bergerak mendekat. Sekejap mata berkumandang kembali suara keras bergema tinggi ke angkasa, mendengar pekikan itu Suma Thian yu tertegun, cepat ia mendongakkan kepalanya, tahu-tahu dua sosok bayangan manusia telah muncul dihadapannya. Menyaksikan kejadian itu, diam-diam Suma Thian yu menggerutu dalam hatinya; Sungguh cepat gerakan tubuh orang ini! Ingatan tersebut baru lewat, sipendatang tadi telah melayang turun dihadapan mukanya. Orang yang disebelah kiri adalah seorang kakek berusia lima puluh tahunan, bermata garang bermulut lebar, bertelinga tikus dan memelihara jenggot hitam yang panjang, dia memakai jubah pendeta dengan sebilah pedang tergantung dipunggungnya, tapi rambutnya yang panjang dibiarkan terurai panjang, sehingga tampangnya amat tak sedap dilihat. Orang kedua adalah seorang lelaki berusia empat puluh tahunan, berwajah persegi dengan mata seperti mata elang, hidung membengkak besar, mulut model paruh, berpakaian ringkas dan membawa senjata sepasang martil besar, tampangnya sangat garang. Begitu sampai disitu, kedua orang iut dengan keempat buah mata bajingannya mengawasi Suma thian yu sekejap lalu mendengus dan segera melanjutkan kembali perjalanannya ke depan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu menjadi melongo menyaksikan tingkah laku kedua orang yang tak dikenalnya itu, ia tak habis mengerti mengapa kedua orang itu muncul secara tergesa-gesa, berhenti sebentar dihadapan nya, lalu setelah mendengus berlalu pula dengan tergesa-gesa? Yang lebih aneh lagi, selama dua hari belakangan ini hampir semua orang yang dijumpainya adalah manusiamanusia persilatan yang serba aneh dan mencengangkan. Setelah termanggu-manggu berapa saat lamanya, pemuda itu melanjutkan kembali perjalanannya menuruni bukit itu, sembari berjalan benaknya berputar terus memikirkan kertas tanpa kata yang konon berisi ilmu silat lihay itu. Tak terasa sampailah anak muda itu ditepi sebuah selokan dengan air yang jernih dan deras. Pikiran yang kusut selama beberapa hari belakangan ini serta badannya yang penat, membuat pemuda itu murung, amat kusut dan sedih, tanpa terasa ia duduk ditepi sungai dan mengawasi air yang mengalir dengan termangu. Entah berapa lama sudah lewat, akhirnya keheningan itu dipecahkan oleh berkumandangnya suara pekikan keras dikejauhan sana. Dengan perasaan terkejut Suma Thian yu berpaling, dari kejauhan sana ia saksikan dua sosok bayangan manusia sedang meluncur datang dengan kecepatan tinggi. Tak usah diamati lebih jauh pun ia dapat mengenalinya sebagai dua orang manusia kejam yang pernah dijumpainya tadi. Begitu sampai disitu, kedua orang manusia buas itu melangkah kedepan menghampiri Suma Thian yu, mereka baru berhenti setibanya satu kaki di depan pemuda tersebut, sementara keempat biji matanya mengawasi terus pedang dipunggung pemuda itu tanpa berkedip.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jilid 4 TIBA-TIBA lelaki setengah umur itu membentak keras: "Hei, bocah cilik! Apa hubunganmu dengan she Wan tersebut?" Suma thian yu mambalikan badannya dan melirik sekejap kearah orang itu dengan pandangan dingin, lalu sahutnya: "Tak usah kau urus! Jawaban ini bukan menggusarkan lelaki setengah umur itu, dia malah tertawa terbahak-bahak dengan seramnya, sambil menuding kearah Suma thian yu katanya kepada tosu tua itu: "Coba kau lihat! Bocah keparat ini benar-benar tak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi, ternyata dia berani bersikap kurang ajar kepada kaum tua, heehh... heehh,.. heehh..." Suma thian yu merasa gusar sekali menyaksikan sikap hina lawannya, dengan cepat ia melompat bangun kemudian bentaknya: "Hei, apa yang kau tertawakan? jangan cengar-cengir dihadapanku. Lelaki setengah umur itu segera menarik kembali senyumannya dan berhenti tertawa. Hmm, bocah cilik, apa Hubunganmu dengan orang she Wan? Cepat katakan..hardiknya kembali. "Sauya justru tak mau menjawab, mau apa kau? dengan nada yang lebih ketus Suma thian yu menyahut. Ucapan tersebut segera menggusarkan lelaki setengah umur itu, sorot matanya memancarkan kebuasan, hawa napsu membunuhpun menyelimuti seluruh wajahnya, dengan menyeramkan dia membentak: "Hei bocah, orang she Wan itu pun tak berani bersikap kurang ajar dihadapanku, kau sibocah kunyuk yang masih berbau air tetek berani kurang ajar kepadaku? Hmm, benarbenartak tahu diri

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bukannya takut, Suma Thian yu malah selangkah demi selangkah maju kedepan menghampiri kedua orang itu. Kagum sekali sitosu tua itu menyaksikan keberanian orang, segera katanya pula: Hei bocah muda, lohu tak tega membunuhmu, asal pedang yang kau gembol diserahkan kepadaku, kau segera akau kulepaskan." Mendengar itu, Suma Thian yu mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. Haaah.... haaahh..... rupanya pedang inilah yang kau incar, apa susahnya? Sembari berkata dia lantas meloloskan pedang Kit hong kiam peninggalan paman Wan nya dan disodorkan kedepan, katanya lagi sam bil tertawa dingin: "Pedang ini sudah berada ditangan sauya sekarang, nih ambillah sendiri........" Tiba-tiba terdengar seseorang membentak nyaring. Bocah muda lihat serangan. Tosu tua itu mengayunkan pedangnya dari bawah keatas dengan jurus Sit gou huang gwat (badak sakti menengok rembulan) dan menu suk tenggorokan Suma Thian yu. Si anak nuda itu berilmu tinggi dan bernyali besar, ketika menyaksikan pedang lawan menusuk ke arah dadanya, dia miringkan kepalanya sambil membuang bahunya kesamping, lalu tertawa nyaring. Denean cepat gerakan tubuhnya dirubah, pedang Kit hong kiam kek menusuk balik ketenggorokan tosu tua tersebut dengan jurus Ciong liong ji hay (naga sakti masuk samudera). "Kalau diberi tanpa membalas, tidak sopan namanya!" dia berseru. Tindakannya yang tenang dalam menghadapi bahaya dan serangannya yang cepat daLam perubahan, mau tak mau membuat lelaki setengah umur yang menyaksikan jalannya pertarungan itu diam-diam bersorak memuji. He. tarungan segera berlangsung d* nya. roareka berdua saling m?n*

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pertarungan segera berlangsung dengan serunya, mereka berdua saling menyerang dan saling mendesak, semua ancaman dilakukan dengan cepat lawan cepat, dengan cepat menaklukkan cepat. Dalam waktu singkat tiga puluh gebrakan sudah lewat, ternyata kekuatan mereka berdua seimbang. Bagi Suma Thian yu, meski pertarungan kali ini adalah penarungannya yang pertama, tapi oleh karena latihannya teratur dan tekun, maka sewaktu di praktekkan ia sama sekali tidak gugup atau tegang, malahan semua ancaman di lakukan secara tepat dan sempurna. Tosu tua itu makin bertarung semakin kaget pikirnya kemudian: "Sewaktu orang she Wan itu masih hidup, namun kemampuannya sudah mencapai taraf yang begitu hebat, kalau dibiarkan hidup niscaya dia akan merupakan ancaman besar dikemudian hari, aku tak boleh membiarkan ia hidup terus! Berpikir begitu, gerakan tubuhnya tiba-tiba berubah, serangan yang dilancarkanpun makin lama semakin dahsyat. Lambat laun Suma Thian yu kena dikurung kembali oleh gerakan ilmu pedang lawan yang amat dahsyat itu. Mendadak Suma Thian yu berpekik, pedang Kit hong kiamnya di rubah menjadi gerakan Kian hou in liang (harimau muncul naga ber- sembunyi), telapak tangan kirinya di ayunkan kemuka cepat, pedangnya di iringi kilauan cahaya tajam langsung meluncur ke tubuh tosu tua itu. Di tengah jeritan mana, tampak bayangan orang saling memisah dan mundur kebelakang. Suma Thim yu telah bendiri kembali ditempatnya semula dengan wajah tidak berubah, sikapnya sangat tenang seakanakan tak pernah terjadi sesuatu apapun. Sebaliknya keadaan dari tosu tua itu mengerikan, jubah sebelah kirinya telah robek sebagian oleh sambaran pedang Kit hong kiam, dibawah ketiak kirinya telah bertambah dengan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sebuah jalur luka yang memanjang, darah segar bercucuran amat deras. Waktu itu dia sedang mundur dengan sempoyongan. Walaupun berhasil dengan serangannya, Suma thian yu tidak melakukan pengejaran lebih jauh, dari sini dapat diketahui betapa mulia dan bajiknya pemuda ini, dia tidak ingin mencari keuntungan disaat orang sedang tak siap atau berada diposisi lemah. Lelaki setengah umur yang menonton jalannya pertarungan itu dari samping arena maju memayang tosu tua itu buru-buru tegurnya: "Tidak pernah menduga bukan It tim totiang?" "Tidak mengapa, tak kusangka bocah keparat itu sangat lihay, Sim kong! Bereskan dia, jangan biarkan dia hidup" Ternyata lelaki setengah umur itu bersama Hek hong hou (harimau angin hitam) It im kong sedangkan tosu tua itu adalah It tim tootiang dari partai Hoa san. Perlu diketahui, suhu dan si Harimau angin malam Sim Kong adalah seorang gembong iblis kelas satu dari golongan Liok- lim dewasa ini, dia merupakan seorang manusia yang paling disegani baik oleh golongan putih maupun golongan hitam. Asal orang mendengar nama Hoat Kang-si (si mayat hidup) Ciu Jit hwe, bulu kuduknya pasti pada bangun berdiri Karena ngeri Si Mayat hidup Ciu Jit hwe mempunyai tiga orang murid, murid yang pertama adalah Hek hong hou (Harimau angin hitam) Sim kong murid kedua bernama Cing bin kui (setan muka hijau) kang Tham, sedang murid yang ketiga adalah seorang perempuan, mereka menyebutnya Yan tho hoo (Gadis cantik bunga tho) Hoo hong, selain b banyak sudah kejahatan yang telan dilakukan, merekapun memiliki segenap kepandaian silat dari Si Mayat hidup Ciu Jit hwe. 000O000

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

IT TIM TOJIN termasuk jago pedang nomor satu pula didalam partai Hoa san pay, ia sudah mempunyai pengalaman selama puluhan tahun dalam permainan ilmu pedang, orang ini pun merupakan seorang tosu Siluman yang sukar dihadapi. Tak heran kalau Suma Thian yu menjadi tertegun sesudah mendengar pembicaraan mereka, mimpipun dia tak menyangka kalau lelaki se tengah umur itu tak lain adalah Hek hong hou yang termasyur itu. Setiap kali paman Wan membicarakan soal dunia persilatan dengannya, dia selalu menyinggung pula tentang kebuaasan serta keganasan Sim Kong, bahkan selalu berpesan kepadanya agar berhati hati bila bila suatu hari bertemu dengannya. Seperminuman teh kemudian, Hek hong hou Sim kong telah selesai membalut luka yang diderita It tim tojin, dengan sorot mata yang memancarkan sinar kebuasan, selangkah demi selangkah dia maju mendekati Suma thian yu dan berhenti satu kaki dihadapannya. Tiba-tiba dia tertawa seram, katanya: Bocah keparat, toaya akan menggunakan tangan telanjang untuk mencoba kelihayan Kit hong kiam hoat yang tersohor itu, nah lancarkan seranganmu! Suma thian yu tidak sungkan-sungkan lagi, dengan alis berkernyit, dia tusuk jalan darah Kiu wi hiat diatas dada Hek hong hou Sim kong dengan jurus Im liong tham jiu (naga mega merentangkan cakar). Serangan yang bagus! seru Hek hong hou Sim kong sambil tertawa dingin. Sepasang tangannya segera direntangkan dengan juris Hiong ciau kian sui (ular ganas mengunting air), ia tangkis datannya serangan pedang itu dengan tangan telanjang. Suma thian yu tak menyangka kalau musuhnya bakal menghadapi serangan tersebut dengan tangan kosong belaka, ia jadi terperanjat. Taak! ketika pedang dan lengan saling beradu ternyata lengan si harimau angin hitan Sim Kong sama sekali tidak menderita cedera apa-apa, sebaliknya lengan kanan Suma

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tihan yu yang menggenggam pedang tergetar keras sampai kesemutan, telapak tangan menjadi panas, hampir saja pedangnya terlepas dari genggaman. Kejadian ini semakin mengejutkan hati Suma Thian yu, cepat-cepat dia menarik kembali pedangnya sambil melompat mundur. Ketika matanya dialihkan kewajah lawan, di lihatnya si harimau angin hitam Sim Kong sedang memandangnya sambil tertawa dingin, wa jahnya diliputi oleh sikap sinis dan menghina. Suma Thian yu menjadi sedih sekali, hatinya terasa sakit bagaikan diiris-iris dengan pisau, sedihnya bukan kepalang ia tak menyangka sudah sepuluh tahun belajar ilmu dan akhirnya nyaris terluka ditangan orang pada gebrakan yang pertama, rasa malu dan menyesal bercampur aduk menjadi satu. Si Harimau angin hitam Sim kong segera tertawa seram, ejeknya: Bocah keparat, hari ini toaya akan menyuruh kau menyerah dengan hasil takluk, ayolah! Bagi seorang laki-laki, kepala boleh dipenggal namun harga diri tak boleh digadaikan, dengan menggertak gigi, Suma thian yu segera membentak keras: Bajingan busuk, aku akan beradu jiwa denganmu, serahkan nyawa anjingmu! Sreet! sreet! sreet! Secara beruntun ia lepaskan tiga buah serangan berantai yang amat dahsyat. Namun si harimau angin hitam sim kong masih tetap berlagak pilon, seakan-akan serangan ini dianggap enteng saja, tampak tubuhnya berkelit kekiri menggegos kekanan, dengan amat mudah sekali dia telah meloloskan diri dari serangan itu. Bocah keparat ejeknya dengan tertawa dingin, lebih baik berlatihlah sepuluh tahun lagi, saat itu boleh datang lagi untuk bertarung melawanku. Nah, hati-hati, toaya akan menyuruh kau minum air

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendadak bayangan tubuh Hek hong hou lenyap tak berbekas, sementara Suma thian yu masih tertegun, tiba-tiba dadanya terasa menjadi kencang, ketika ia merasakan ada suatu ancaman bahaya, sayang keadaan sudah terlambat, segulung angin pukulan yang dahsyat telah mendorong tubuhnya hingga terjengkal kebelakang. Baru saja ia menjejakkan kakinya untuk melompat kedepan, tahu-tahu kakiknya terasa dingin dan....Byuuur seluruh badannya tercebut ke danau. Padahal ilmu silat yang dimiliki Suma thian yu terhitung tangguh, cuma sayang pengalamannya masih cetek, sedang Hek hong hou Sim kong adalah seorang jago yang tangguh, sepanjang hidupnya entah sudah berapa banyak pertarungan sengit dialaminya, karena itu baik dibidang pengalaman maupun taktik, ia sepuluh kali lipat lebih hebat dari Suma thian yu. Tak heran kalau begitu pertarungan berlangsung, dia lantas memilih posisi yang lebih menguntungkan dengan memaksa Suma thian yu membelakangi sungai, dengan tanah dekat sungai yang gembur tanpa disadari keadaan tersebut melemahkan posisi kekuatan yang dimiliki pemuda itu sebesar tiga bagian lebih. Kasihan Suma Thian yu yang tak tahu keadaan yang sebenarnya, dia mengira ilmu silat sendiri yang tak becus. Begitu tercebur ke dalam air, Suma Thian yu segera menjejakkan kakinya dan muncul kembali dipermukaan air, ia saksikan Hek hong hou Kim Kong sedang tertawa terpingkalpingkal. Ia memandang searahnya dengan wajah mengejek, sedangkan It tim tojin yang terlukapun sekarang ikut tertawa tergelak. Suma Thian yu merasa sedih sekali tanna terasa air matanya jatuh bercucuran membasahi pipinya, sambil menggigit bibir dia bersiap sedia naik kembah ke daratan untuk beradu jiwa dengan lawan. Tapi ingatan lain segera melintas dalam benaknya, dia merasa kemampuannya masih selisih jauh bila dibandingkan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan musuhnya, naik ke atas daratan untuk melanjutkan pertarungan berarti hanya mencari penyakit buat diri sendiri, tapi kalau tidak naik ke daratan, dia merasa sukar untuk menelan penghinaan tersebut dengan begitu saja.... Pelbagai ingatan sagera berkecamuk didalam benaknya, sekarang dia tidak sangsi lagi, dia harus pergi meninggalkan tempat itu, sekalipun dianggap sebagai pengecut dia juga harus pergi, karena dia tak ingin mampus dengan begitu saja. Seorang lelaki yang ingin membalas dendam tiga tahun pun belum terlambat, asal bukit nan hijau,kenapa dia kuatir kekurangan kayu bakar,? Maka sekali lagi ia menyelam kedalam air dan tak muncul kembali. Dengan amat tenang kedua orang manusia bengis itu menunggu ditepi sungai, tapi setelah tunggu punya tunggu Suma Thian yu belum juga menampakkan diri, mereka segera berseru tertahan: Kita tertipu!" Hek hong-hou Sim Kong yang melongok ke air lebih dulu, ketika bayangan tubuh dari Suma Thian yu tidak ditemukan, dia segera men- depak-depakkan kakinya sambil menyumpah: "Bocah keparat, sialan kau! Hmm, sekalipun kau kabur keujung langit, suatu ketika kau pasti akan terjatuh kembali ke tangan toaya!" It tim tojin yang terluka ikut memburu ke tepi sungai memandang air sungai yang tenang, ia berkata: Tampaknya bocah keparat itu pandai ilmu berenang, tampaknya hari ini kedatangan kita sia-sia belaka, sialnya pedang mustika itupun di bawa kabur keparat tersebut, waah, bagaimana pertanggung jawabku nanti kepada guruku? "Hmm, keenakan buat keparat itu, baiklah, untuk sementara waktu pedang Kit hong kiam itu biar disimpan olehnya, tapi cepat atau lam bat pedang itu pasti terjatuh kembali ketangan kami. Mari berangkat, kita menuju kehilir, mungkin keparat itu sudah berenang menuju kearah sana. Sambil membimbing It tim tojin, dia segera melakukan pengejaran menuju kearah hilir.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Benarkah Suma Thian yu menuju kehilir? Ternyata pemuda itu belum pergi jauh, dia masih berada dalam air didekat tempat kejadian, hanya saja membunyikan diri dibalik tumbuhan gelaga yang amat lebat, dengan menahan napas dia bersembunyi terus disana sampai kedua orang itu pergi meninggalkan tempat itu. Ketika kedua orang manusia bengis itu pergi, dia baru menampakkan diri dari tempat persembunyiannya dan naik keatas daratan, kemudian dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dia kabur meninggalkan tempat itu. Sekarang dia sudah basah kuyup, terhembus angin gunung yang dingin, tubuhnya segera mengigil karena kedinginan, dengan sedih tubuhnya berbaring diatas tanah membayangkan kembali pendidikan paman Wan nya selama sepuluh tahun, didikan gurunya selama delapan tahun, ternyata semua yang diharapkan gagal total, baru tejun kearena untuk pertama kalinya, dia harus menderita kekalahan secara mengenaskan.... Makin dipikir hatinya makin sedih, wajahnya menjadi amat murung dan kesal. Mendadak ia teringat kembali pada kertas tanpa kata yang masih berada dalam sakunya. aahh... habis sudah, habis sudah, sudah pasti kertas kulit itu sudah basah kuyup... Sambil berkata dia memandang gulungan kertas yang berada dalam genggamannya, karena binggung dia sampai tak mempunyai keberanian untuk membuka kertas itu dan diperiksa isinya. Saking gelisahnya dia menangis tersedu-sedu, kini batas waktu yang ditentukan tiga hari tinggal dua hari, tapi bukan saja ia tak dapat membongkar rahasia dibalik kertas tanpa kata itu, bahkan kertasnya menjadi kumal, bagaimana mungkin dia dapat memberikan pertanggungan jawabnya kepadi Wu san Siang gi nanti?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Thian yu wahai Thian yu, kenapa nasibmu seburuk itu? Aaai.... sudahlah, biar aku menerima semua penderitaan tersebut" Sambil berkata dia lantas membuka genggaman tangannya dengan sangat berhati hati, ternyata kertas itu sudah melekat menjadi satu karena terendam dalam air. Dengan sangat berhati-hati Sama Thian yu segera memisahkan kertas yang melekat itu satu persatu, mendadak ia menjerit kaget. "Aaaaah...! Sepasang matanya segera memancarkan cahaya tajam, sementara kemurungan yang mencekam pikirannya tadi seketika lenyap tak berbekas. Rupanya diantara kertas yang kosong tadi, kini sudahmuncul beberapa buah garis hitam. Penemuan ini segera menggirangkan hati Suma thian yu, bagaikan menemukan harta pusaka saja, dia bersorak sorai kegirangan. Buru-buru dia menggunakan kukunya untuk mengorek lapisan lilin yang melekat diatas kertas tersebut. Lambat laun garis garis hitam tadi kini telah berubah menjadi sebaris tulisan. Jantung Suma thian yu pun ikut berdebar keras mengikuti munculnya sebarisan tulisan itu. Akhirnya dia melompat bangun dan berjingkak-jingkrak seperti orang gila, semua kemurungan yang semula mencekam perasaannya, kini sudah lenyap tak berbekas, dia berterima kasih kepada Hek hong hou sekarang, betapa tidak? seandainya ia tidak mendorongnya sehingga tercebur kedalam air, bagaimana mungkin rahasia dari kertas tanpa kata itu dapat diketahui olehnya? "Aku telah menemukannya, aku telah menemukannya..." seperti orang gila Suma Thian yu berteriak-teriak keras. "Hei bocah, apa yang telah kau temukan? suara seorang kakek menegur secara tiba-tiba.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar teguran tersebut, dengan terperanjat Suma Thian yu segera berpaling, tapi dengan copat dia berdiri tertegun. Entah sedari kapan, dibelakang tubuhnya berdiri seorang pengemis tua yang berambut kusut dan pakaian compangcamping tak karuan... Cepat-cepat Suma thian yu masukan kertas itu ke dalam sakunya, kemudian menyahut: Aaah, aku cuma main-main, tidak ada apa-apa" Pengemis tua itu segera memejamkan matanya, lalu tertawa tarbahak-bahak. "Ha ha ha ha.....bocah, kau tak usah membohongi aku, kertas apa yang berada dalam genggamanmu itu ?" "Oooh, tadi rfcu telah kehilangan sebuah surat, tapi sekarang telah kutemukan kembali Oooh kau adalah anaknya Wan Liang? kembali pengemis tua itu bertanya. Suma Thian yu merasa keheranan, selama beberapa hari belakangan ini, setiap orang yang dijumpainya selalu menanyakan soal paman Wan padanya, mungkinkah paman Wan telah menyalahi begitu banyak orang? Kalau tidak, mengapa begitu banyak orang yang datang menanyakan dirinya dan mencari jejaknya? "Ada urusan apa kau bertanya tentang dirinya? Dia orang tua sudah tiada, dia adalah pamanku Ooh, tidak apa-apa, oleh karena aku sipengemis tua menyaksikan pedang yang kau bawa itu adalah miliknya maka aku menjadi teringat akan dirinya dan bertanya kepadamu" Setelah berhenti sebentar, dia bertanya lagi. "Hei bocah, siapakah namaamu? Suma Thian yu menyaksikan pengemis tua itu berwajah gagah dan berwibawa, meski memakai pakaian yang kotor dan penuh tambalan, namun tidak menutupi kegagahannya, dengan cepat dia menduga kalau pengemis tua inipun seorang pendekar lihay.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Maka dengan suara yang tulus dan hormat, sahutnya: "Boanpwe she Suma bernama Thian yu "Oooh....... dimanakah rumahmu?" "Aku tak punya rumah!" Teringat rumah, tanpa terasa Suma Thian yu menjadi amat sedih sekali hampir saja air matanya jatuh bercucuran. Apa hubunganmu dengan Suma Tiong ko?" "Dia adalah mendiang ayahku, mengapa lo cianpwee menanyakan soal ini?" Pengemis tua itu tidak menjawab, dia hanya mengawasi Suma Thian yu dari atas kepala sampai kakinya dengan seksama, sekulum senyuman segera tersungging diujung bibirnya. Sementara itu Suma thian yu berusa untuk mengingat-ingat siapakah gerangan pengemis tua itu, maka diingatnya kembali wajah serta ciri khasnya setiap jago persilatan yang pernah didengar dari paman Wan nya itu, akhirnya dia teringat dengan seseorang, dengan sikap lebih menghormat, pemuda itupun bertanya: Locianpwe, apakah kau she wi....? Aahh sudah lupa, aku si pengemis tua sudah melupakan nama serta julukan kusendiri Dari sini bisa diketahui kalau pengemis ini tak lain adalah she wi yang dimaksudkan Suma thian yu tadi. Sebahgai seorang yang cerdas, tentu saja Suma thian yu mengetahui akan hal itu, buru-buru dia membungkukkan badanya untuk memberi hormat, lalu ujarnya; Maafkan kalau boanpwe punya mata tapi tidak berbiji, dari mulut suhiku boanpwe tahu kalau locianpwe adalah seorang pendekar gagah dan besar, sungguh beruntung hari ini boanpwe bisa bertemu muka, kejadian seperti ini merupakan suatu kemujuran bagiku Ciiss, kaupun suka akan segala macam adat istiadat, apa itu locianpwe ...locianpwe, huuh, sungguh aku si pengemis tua jadi jemu, kalau kau tak segera meluruskan punggungmu,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jangan salahkan kalau aku si pengemis tua akan menggebuk orang... Rupanya ternyata pengemis tua ini adalah Siau yau kuy atau penge mis yang hidup senang Wi Kian, umurnya sudah tua tapi masih suka berkelana kesana kemari tanpa aturan, ia merupakan seorang lawan paling tangguh dari kawanan iblis dari golongan hitam. Siau yau kuy Wi Kian amat membenci segala macam kejahatan, setiap penjahat yanp terjatuh ketangannya, jarang sekali ada yang bisa lolos dalam keadaan hidup. Kepandaian yang paling diandalkan adalah, Tan ci kang dan Kui goan khi kang, dihari-nari biasanyadiapun menciptakan Siau yau pang hong yand dikombinasikan dengan ilmu toya penggebuk anjingnya, kepandaian tersebut amat lihay dan disegani banyak orang. Semenjak Sian yau kay menampakkan diri, Suma Thian yu lantas mengingat-ingat siapa gerangan tokoh persilatan ini, akhirnya dia dapat menginggat juga akan diri Siau yau kay ini. Sementara itu, Siau yau kay sedang mengangkat tongkat Ta kau pangnya sambil berlagak mau memukul, sedang dimulut dia bertanya: "Bocah, barang apa yang berada dalam saku mu? Basanya bukan hanya sepucuk surat biasa, bukan? Hayo cepat jawab, kalau tidak aku si pengemis segera akan membereskan dirimu! Suma Thian yu menjadi tertegun setelah mendengar perkataan itu, dia tahu kalau hal ini tak bisa dirahasiakan lagi, maka diambilnya kertas tanpa kata itu dan disodorkan kehadapan Sian yau kay seraya berkata: Yaa, kertas ini memang bukan sepucuk surat melainkan selembar kitap pusaka yang berisikan ilmu silat maha sakti, silahkan locian pwe periksa. Seraya berkata dia lantas menceritakan secara ringkas bagaimana berhasil menjumpai Wu san siang gi siu, bagaima tercebur keair dan lantaran bencana jadi untung dengan ditemukannya rahasia kitab tanpa kata itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah mendengar penuturan tersebut, Siau yau kay Wi Kian segara tertawa, ujarnya: "Nak, simpan baik-baik benda itu, aku sipengemis bukan bermaksud untuk mendapatkan nya, melainkan hanya ingin tahu saja. Sebab benda mustika semacam ini biasanya hanyaakan diperoleh oleh mereka yang berjodoh, sekarang kau berhasil mendapatkannya, ini berarti kau punya jodoh, dikemudian hari hasil yang kau peroleh tentu hebat, simpanlah baik-baik dan jangan diperlihatkan kepada orang lain. Locianpwe, mengapa ilmu silat si lelaki she Sim itu begitu lihaynya? Hek hong hou atau harimau angin hitam Sim kiong atau setan muka hijau Sam Tham serta Yan too hoa atau perempuan cantik bunga too ho Hong adalah jago-jago lihay dari golongan Liok lim yang sangat iihay, kecuali kalah dengan berapa orang gembong iblis, ilmu silat mereka boleh dibilang sudah terhitung tangguh Berbicara sampai disini, Siau yau kay berhenti sebentar untuk menelan air liur kemudian sesudah berhenti sejenak, lanjutnya lebih jauh. Terutama si Mayat hidup, gembong iblis ini cukup pusingnya banyak orang, jangankan aku sipengemis tidak mampu mengalahkan dia, biar empek bodohmu berdua juga hanya mampu bertarung seimbang, aai...dalam dunia persilatan dewasa ini timbul suasana yang memedihkan yang tragis, hawa sesat dan dan hawa iblis sudah merajai dunia persilatan, sementara kawanan pendekar yang mengaku dirinya orang putihpun sudah berbondong-bondong menyeberang ke golongen sesat, coba bayangkan sendiri suasana begini pantas untuk disedihkan atau tidak? Suma Thian yu segera merasa hatinya terdengar keras sesudah mendengar perkataan itu, dengan cepat serunya. "Locianpwee, setelah mendengar perkataan itu, aku menjadi keheranan, apakah dalam dunia persilatan sudah tidak terdapat lagi seorang lelaki sejati yang mau menjunjung

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tinggi keadilan dan kebenaran dalam dunia persilatan serta melenyapkan kaum durjana serta kaum iblis dari muka bumi?" "Siapa? Siapa yang bersedia memikul tanggung jawab yang amat berat ini? Sekalipun ada, mereka juga tak tahu bagaimana mesti turun tangan. Misalnya saja seserti paman Wan mu itu, dia terasing dalam dunia persilatan karena menjunjung kebenaran dan keadilan, tapi tiada orang yang mau memahami citacitanyaitu, setelah ada contoh yang nyata, aai...siapakah yang sudi mengorbankan diri lagi meneruskan cita-cita luhurnya itu? Aku Suma Thian yu pasti akun berusaha keras untuk melanjurkan cita-cita luhur paman Wan yang belum terselesaikan itu, sekalipun harus terjun ke lautan api atau menyerempet bahaya, aku tak akan menolak, aku pasti akan lenyapkan kaum durjana dari muka bumi dan menegakkan kembali keadilan serta kebenaran dalam dunia persilatan!" Siau yau kay memuji tiada hentinya sehabis mendengar perkataan itu, tanpa terasa ia memperhatikan pemuda itu beberapa kejap lagi, kemudian katanya: Nak, kegagahanmu sungguh mengangumkan, tapi...aaii, bukanya aku si pengemis tua ini hendak menghinamu, dengan kepandaian silat yang kau miliki sekarang, meski kau terhitung juga seorang jago pilihan dari golongan muda tapi kalau ingin di bandingkan dengan angkatan yang lebih tua, kepandaian silatmu masih ketinggalan jauh sekali." Setelah berhenti sesaat, dia berkata lebih jauh. Dengan usia kamu yang begitu muda sudah sepantasnya bila kau mencari guru yang pandai lari serta belajar ilmu silat yang lebih hebat, sehingga begitu munculkan diri, kepandaianmu akau mengejutkan setiap orang." Suma Thian yu merasa sangat tidak puas setelah mendengar perkataan itu, ia merasa sudah tak dapat berdiam lebih lama lagi disitu, betul melatih diri di gunung yang sepi dapat mendidik disiplin yang tinggi baginya, tapi dia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

harus segera melaksanakan cita-citanya serta tugas yang di bebankan kepadanya. Ia memang tidak sangsi terhadap perkataan dari Siau yau kay, sebab apa yang dialami barusan dimana tubuhnya simpai tercebur dalam air sudah merupakan suatu bukti yang nyata, Siau yau kay yang berpengalaman luas, sekali pandang ia dapat menebak isi hatinya, maka sambil tertawa katanya. "Nak, sewaktu muda dulu, aku si pengemis juga mempunyai watak seperti kau, itulah seperti kau, itulah sebabnya penderitaan yang baru kualami amat banyak, bila kau bersikeras ingin turun gunung, tentu saja aku si pengemis tua tak akan menghalangi mu, tapi kau harus mampu menyentuh ujung bajuku didalam sepuluh gebrakan" Ucapan tersebut segera dirasakan oleh Suma Thian yu sebagai suatu penghinaan terhadap kemampuannya, dia merasa dengan mengandal kan ilmu Kit hong kiam hoat seria Lay cing to liong pat si yang telah dipelajarinya selama belasan tahun, mustahil dia tak mampu menyentuh ujung baju lawan. Maka dengan cepat dia memutar otaknya mencari jalan, sementara diluarnya dia berkata dengan wajah tak berubah. "Boanpwee tak berani" "Kau tak berani? Hmm, Aku si pengemis tua tak akan membiarkan kau menganggur dengan seenaknya" Selesai berkata tampak bayangan manusia berkelebat lewat, "plaak.!" bahu kanan Suma Thian yu sudah terhajar telak. "Hayo balas! teriak Siau yau kay dengan lantang, hei bocah apakah kau hanya akan berdiri melulu disitu untuk menantikan kema-tianmu...?" Karena tanpa sebab dirinya dihajar orang, tentu saja Suma Thian yu mandah menyerah, buru buru dia mengembangkan permainan jurus silat Tay cing To liong pat si untuk menghadapi serangan lawan. Siau yau kay segera tersenyum begitu dilihatnya Suma Thian yu melancarkan serangan balasan, mendadak dia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

memutar badannya kencang sambil berkelit kesamping, setelah itu diapun mengambangkan ilmu meringgankan tubuhnya yang sempurna menerobos kesana kemari bagaikan kupu kupu yang terbang diantara aneka bunga, sebentar kekekiri sebentar ke kanan, tiada hentinya ia berPUtar mengelilingi tubuh Suma Thian yu. Semakin bertarung, Suma Thian yu merasa semakin bersemangat, serangan demi serangan yg dilancarkan dengan ilmu Tay cing to liong pai si dikembangkan semakin gencar dan kuat, bahkan diepaskan secara beruntun tanpa henti. Namun anehnya, setiap kali serangannya sudah hampir menyentuh tubuh lawan, tiba-tiba saja bayangan tubuh lawan hilang tak berbe kas, bahkan sebagai balasannya dia seringkali merasa dijawil orang dari belakang punggungnya atau ditiup tengkuknya, akan tetapi bila dia membalikkan badan untuk menyerang, tahu-tahu bayangan tubuh lawan hiiang lagi. Pertarungan semacam ini pada hakekatnya tidak mirip lagi sebagai suatu pertarungan, melainkan mirip joged kera saja, bagaimanapun Suma thian yu mengerahkan segenap tenaga dan kemampuannya untuk melancarkan serangan, dia selalu tak mampu mengapa-ngapakan lawannya. Dalam waktu singkat, sepuluh jurus sudah lewat, dengan wajah sedih Suma Thian yu segera menghela napas, dia mengendorkan kembali tangannya dan menundukkan kepala dengan air mata bercucuran. Menyaksikan kejadian itu, Siau ya kau segera tertawa terbahak bahak, "Haaa..haaa.. haaa.. tak usah bersedih hati bocah muda, de ngan usiamu yang begitu muda ternyata sudah memiliki kemapuansetaraf ini, hal mana sudah merupakan sesuatu yang luar biasa, aku si pengamis tua ingin bertanya kepadamu, siapa gerangan yang telah mewariskan ilmu pukulan Tay cing to liong ciang tersebut kepadamu." "Ilmu itu diajarkan oleh guru boanpwee, Put Gu cu!" Aaah, dia masih hidup? seru Siau yau kay tercengang, kemudian gumamnya lagi, tak heran kalau kau lebih tangguh

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dari Wan liong, rupanya orang itulah yang telah mewariskan kepandaian silatnya kepadamu "Locianpwee, Thian yu tidak ingin turun gunung lagi, mohon kau orang tua sudilah kiranya mewariskan sedikit kepandaian kepadaku agar memperbaiki kemampuan boanpwee yang amat minim ini." pinta Suma Thian yu kemudian dengan wajah murung. "Haaah ...haaah .. .haaah. .. aku si pengemis memang berwatak malas, selamanya tak pernah mengajar orang lain, ditambah pula aku orangnya suka lari kesana kesini, kalau menyuruh aku tinggal disisni untuk mengajar murid, jangan toh setahun, seharipun aku bisa mampus kekeringan. "Tapi "Aku tahu, kau merasa putus asa bukan? Padahal dengan kepandaian silat yang kamu miliki sekarang, semestinya tak bakal kalah ditangan si harimau angin hitam Sim kong, aku curiga dengan peristiwa terceburnya engkau kedalam air... sebab menurut penilaianku, ketidakbecusan dirimu, semestinya kalian bisa bertarung seimbang! "Tidak ! Aku tak mampu mengalahkan dia, bahkan bayangan tubuhnya pun tak sempat ku lihat, tahu-tahu aku sudah tercebur ke dalam air, jangankan mengalahkan, berbicara seimbang saja tak mungkin" "Kau keliru anak muda" ucap Siau yau kay cepat "dilihat dari sinnar matamu, seharusnya kau sudah memiliki tenaga dalam sebesar enam puluh tahun hasil latihan, sepantasnya tak mungkin bisa kalah di tangan Sim Kong, apalagi ilmu pedang Kithong kiam hoat dan Tay cing lo liong pat si merupakan ilmu sakti didalam dunia persilatan, salah saja diantara kepandaian tersebut sudah cukup untuk menjagoi dunia peralatan, aku lihat.... mungkin hal ini disebabkan kurang tahu dalam menghadapi lawan, seandainya aku sipengemis tua tahu kalau kau sudah menguasahi ilmu Tay cing lo liong pat si, aku benar benar tak berani sesumbar dengan mengatakan akan melayanimu sebanyak sepuluh jurus.!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah mendengar penjelasan dari Siau yau kay, dan melihat pengemis itu tidak bermaksud mencemooh dirinya, tanpa terasa rasa percaya pada diri sendiri muncul kembali dalam benak Suma Thian yu, buru-buru dia menceritakan kembali apa yang dialaminya. Mendengarkan penuturan itu, Siau yau kay mengelus jenggotnya sambil tersenyum, setelah itu katanya: "Nah itulah dia, tak heran kalau dikalahkan. Baiklah, aku sipengemis tua akan berbuat baik kepadamu untuk mengajarkan ilmu langkah Ciok tiong luan poh tersebut untukmu, anggap saja tanda mata atas penemuan kita ini" Sembari bcrkata, dia lantas merentangkan sepasang lengannya dan mundur sejauh satu kaki. Tiba tiba nampaklah Siau yau kay Wi Kian menggerakkan tubuhnya dengan cepat, terasa bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu dia sudah berkelebat kian kemari dengan kecepatan bagai sambaran petir, namun gerakkan tersebut tak pernah lebih dari wilayah seluas lima langkah. Suma Thian yu segera memusatkan segenap pikiran dan perhatiannya untuk mengikuti gerakan tadi, namun dia menggelengkan kepalanya berulang kali sambil menghela napas, sebab ia sama sekali tidak berhasil menyaksikan rahasia dari ilmu langkah tersebut. Hal ini membuat pemuda itu diam-diam menyumpahi kebodohan dirinya. Dalam waktu singkat Siau yau kay itu telah selesai melakukan ilmu langkah Ciok tiong luan poh tersebut dan balik kehadapan Suma Thian yu, tanyanya: "Bagaimana? Sudah kau lihat jelas? Dengan perasaan menyesal Suma thian yu menggelengkan kepalanya berulang kali, dengan wajah merah padam seperti kepiting rebus, sahutnya tergagap. Boanpwe bodoh, tak berhasil kusaksikan rahasia dari ilmu langkah tersebut" "Anak bodoh, masa karena soal itu saja harus bersedih hati? Bila sekilas pandangan saa kau sudah dapat menangkap

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

rahasia ilmu langkah tersebut, lantas apa artinya ilmu rahasia tersebut? bagaimana perasaanmu ketika berhadapan dengan aku si pengemis tua tadi?" "Benar-benar sukar diraba gerakannya, tak dapat ditangkap bayangannya, bagaikan sedang mengejar angin menangkap bayangan saja" puji Suma Thian yu tanpa berpikir panjang lagi. "Padahal aku bisa berbuat demikian karena mengandalkan ilmu langkah tersebut" kata Sian yau kay menerangkan, "nak, kau harus baik-baik melatih diri, bila ada jodoh kita akan bersua lagi dikemudian hari. Sekarang, aku si pengemis tua hendak pergi mencari empek bodohmu itu" Selesai berkata, tampak bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu bayangan tubuh dari Siau yau kay sudah lenyap tak berbekas. Kejadian ini sekali lagi membuat sepasang mata anak muda itu terbelalak lebar-lebar dengan mulut melongo. Sampai lama kemudian, dia baru bergumam: "Untuk memahami saja tak bisa, bagaimana mungkin bisa dilatih? Sekalipun dewa juga tak mungkin bisa memahami ilmu langkah semacam itu bila Cuma memandang dalam sekejap mata saja! Berpikir demikian, pelan-pelan dia berjalan turun gunung, tapi sewaktu melewati tempat dimana Siau yau kay mendemonstrasikan ilmu serakan tubuhnya itu, mendadak..... "Aaaah!" dia menjerit kaget. Tampak diatas permukaan tanah telah muncul enam belas buah bekas telapak kaki yang amat dalam, setiap telapak kaki itu mendesak dalam tanah sedalam setengah depa, rumput yang semula tumbuh diatas bekas telapak kaki itu, kini sudah melayu dan dan mati membuat Suma Thian yumerasa terkejut sekaligus keheranan. Penemuan mana tentu saja membuat Suma thian yu merasa amat berterima kasih, buru-buru dia berpaling kearah mana Siau yu kay melenyapkan diri dan menjura dalam, katanya:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Terima kasih banyak locianpwc atas petunjukmu! Kemudian dengan perasaan gembira, penuh rasa percaya pada diri sendiri, selangkah demi salangkah dia mulai melatih diri dengan mengikuti bekas telapak kaki yang sudah ada. Seringkali kejadian yang ada di dunia ini memang aneh sekali, sesuatu pekerjaan yang mungkin sederhana nampaknya, kadangkala justru semakin sukar untuk dipelajari. Ketika Suma thian tu menyaksikan keenas belas bekas telapak kaki yang tertera diiatas tanah itu, pada mulanya dia mengira asal dilatih maka kepandaian itu mudah untuk dikuasahi, siapa tahu begitu kakinya mulai menginjak diatas bekas telapak kaki tersebut, ia menjadi kebingungan. Anak muda itu tak tahu bagaimana mesti bergerak mengikuti bekas telapak kaki itu, sebab keenam belas buah bekas telapak kaki itu semuanya mirip "langkah pertama", juga mirip "langkah terakhir". Suma Thian yu yang cerdik, kontan saja terjerumus dalam suasana bingung yang amat tebal. Tapi, semakin sukar persoalan yang dihadapi, semakin mengobarkan rasa ingin tahu dari Suma Thian yu, dia tahu suatu pekerjaan yang makin sukar dicapai, biasanya semakin hebat bila telah diketahui, apalagi waktu yang tersedia baginya tak terbatas. Maka dengan seksama dia lantas mulai menyelidiki kepandaian tersebut dengan sabar. Sekali gagal dicoba untuk kedua kalinya, gagal lagi dicoba lagi, sekali demi sekali dia berusaha terus menerus pantang menyerah......... Kegagalan memang merupakan guru yang baik dan pangkal dari kesuksesan, tanpa kegagalan darimana mungkin datangnya kesuksesan, kalau tidak pernah merasakan getirnya kegagalan, mana mungkin bisa merasakan nikmatnya kesuksesan? Sang surya telah terbit diufuk timur, lambat laun bergeser ketengah angkasa, dan akhirnya tenggelam dilangit barat. Maka kegelapan malampun menyelimuti kembali bukit Kiu gi san, angin gunung yang dingin berhembus kencang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendadak diantara hembusan angin kencang terdengar suara Suma Thian yu yang sedang bersorak sorai. Aku telah berhasil...ooh, Thian! Aku telah berhasil, ha ha ha ha.... Lembah Cing im kok ditengah fajar yang menjelang tiba, diliputi kabut yans amat tebal, hari itu merupakan hari yang amat indah. Sang surya bagaikan panglima perang yang ampuh menaklukan iblis kegelapan, munculkan diri diufuk timur dan memancarkan sinar ke emas-emasan menyoroti seluruh jagad. Namun Suma Thian yu masih tertidur nyenyak dibalik rerumputan, semalam dia kelewat gembira, kelewat lelah, sudah seharian penuh dia melatih ilmu tersebut, meski pada langkah kelima ia berhasil menemukan kunci rahasia dari ilmu langkah tersebut, tapi dia sendiri telah kelelahan. Sekalipun lelah, namun perasaan yang mendekam didalam hatinya adalah perasaan yang manis dan hangat, sehingga walaupun sedang tidur nyenyak, sekulum senyum manis masih sempat menghiasi ujung bibirnya. Disaat ia sedang tidur dengan nyenyak inilabh tampak dua sosok bayangan manusia berwarna hitam muncul ditempat itu dan berhenti dihadapannya. Mendadak terlihat sebatang buluh dmasukan kedalam lubang hidung Suma Thian yu dan menkilik-kiliknya berulang kali, kontan saja sianak muda itu bersin dan melompat bangun dari tidurnya. Begitu ia membuka matanya, maka tampaknya dua orang kakek telah berdiri dihadapannya. Locianpwe, rupanya kalian!" serunya keras. Ternyata yang datang tak lain adalah Siang gi siu (sepasang kakek bodoh) dari bukit wu san, buru-buru Suma Thian yu menjura dan memberi hormat, katanya: "Boanpwe tak tahu akan kedatangan cianpwe berdua, harap cianpwe berdua sudi memaafkan keteledoran boanpwe yang molor terus.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Toa gi siu (sikakek bodoh pertama) Khong sian tertawa terkekeh kekeh, lalu berkata: "Heeeeehh.....heeeeehh.......heeeeehh....siapa tak tahu dia tak bersalah, kau tak usah banyak adat Kemudian setelah menggelengkan kepalanya berulang kali, dia melanjutkan. "Seandainya disini muncul seekor ular beracun, atau muncul seorang malaikat bengis, apakah kau anggap masih bisa hidup segar bugar? ....Dengan cepat Suma Thian yu menundukkan kepalanya rendah-rendah. "Kemana larinya kertas tanpa kata itu? Apakah kau telah berhasil memecahkan rahasianya?" tanya Toa gi siu Khong Sian dengan wajah serius. "Ya, sudah berhasil kupecahkan rahasianya Suma Thian yu bersorak gembira. Cepat-cepat dia merogoh ke dalam sakunya untuk mencari kitab itu, tapi sesaat kemudian dengan perasaan terkejut, paras mukanya berubah hebat, serunya lagi: "Aduh celaka, ke mana larinya kertas itu?" Rupanya kertas yang semula berada dalam sakunya itu, kini sudah lenyap tak berbekas. "Hayo ganti! Kau harus mengganti! Suusah payah kutemukan mestika yang tak ternilai harganya itu, tapi sekarang kau menghilangkannya, hayo cepat cari sampai ketemu, kalau tidak ku penggal batok kepalamu!" Dengan kemarahan yang meluap-luap, Toa gi siu Khong Sian berteriak-teriak. Suma Thian yu menjadi gelisah setengah mati bagaikan semut diatas kuali panas, peluh dingin bercucuran deras, wajahnya memucat bagaikan mayat, semalam dia masih memeriksanya sekali lagi, hari ini kenapa bisa lenyap tak berbekas?" "Bocah keparat, mengapa bisa hilang? Hayo cepat jawab, cepat cari sampai ketemu!" lagi-lagi Toa gi siu Khong Sian berteriak dengan marah.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Berada dalam keadaan seperti ini, apa lagi dapat diucapkan Suma Thian yu? Terpaksa dia mengiakan berulang kali dan beranjak untuk pergi. Pada saat itulah, Ji gi siu (kakek bodoh ke dua) Khong Bong yang selama ini membungkam terus, berseru dengan cepat: "Tunggu sebentar!" Kau hendak mencarinya ke mana?" "Yaa, betul juga perkataan ini!" pikir Suma Thian yu setelah mendengar perkataan itu, dia lantas berhenti. Kemana ia mesti mencari kini? Kalau dicuri orang selagi dia tidur nyenyak, pencuri itu pasti sudah kabur meninggalkan tempat itu, kemana ia mesti mengejarnya? Berpikir sampai disitu, dia menjadi tertegun, lalu dengan wajah tersipu ia menundukkan kepalanya rendah-rendah, seandainya disitu ada lubang maka ia pasti sudah menerobos masuk untuk menyembunyikan diri. Tiba tiba si Kakek bodoh kedua Khong Bong mengayunkan tangan kanannya seraya berkata: "Disini terdapat selembar, apakah milikmu? Suma Thian yu segera berpaling, begitu melihat kertas tersebut adalah kertas miliknya yang hilang, buru-buru sahutnya: "Benar! benar! Benar...." Melihat tingkah laku sang pemuda itu, Wu san siang gi segera memegangi perut sendiri sambil tertawa terpingkal pingkal, tertawa sampai air matapan turut jatuh bercucuran Selesai tertawa, Toa gi siu Khong Sicu baru berkata: "Inilah sebuah pelajaran yang sangat berharga bagimu, kau harus selalu waspada dan berhati-hati dalam menghadapi setiap persoalan. Ketahuilah dunia persilatan itu amat berbahaya dengan manusia yang licik dan keji, sedikit saja lengah maka akibatnya bencana besar akan tiba, bencana paling kecil adalah rusak nama badan terluka, kalau bencana besar.... nyawamu pasti akan terbang ke akherat, ingatlah baik-baik pelajaran ini. ingatlah baik baik!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu segera mengiakan berulang kali, sekarang dia baru mengerti kalau tindakan Wu san gi siu mempermainkan dirinya, sebetulnya mempunyai arti yang mendalam. Tanpa terasa dia menjadi terharu sekali dan menerima nasehat tersebut dengan perasaan yang tulus. Ji gi siu Khong Bong segera menyerahkan kertas tersebut ketangan Suma Thian yu, lalu tanyanya. "Apakah berbasil kau pahami?" Ya, boanpwee telan memahami rahasia dari kertas tanpa kata ini, tapi isi kertas itu..." Secara ringkas dia lantas bercerita tentang pengalaman yang dijumpainya semalam, dimana ia berjumpa dengan Siau yau kay Wi kian. bagaimana menerima warisan ilmu langkah dan sebagainya..... Mendengar kisah tersebut, dengan wajah serius Toa gi siu Khong Sian berkata: Aku sudah mengetahui semua kejadian itu, pengemis tua itu sudah menceritakan segala sesuatunya kepadaku, kalau tidak begitu, darimana aku bisa tahu kalau kau sedang bersembunti disini dan molor? Kau bisa lupa makan lupa tidur dan berusaha terus untuk mempelajari dan menekuninya, semangat semacam ini memang pantas dihargai. Ketahuilah, ilmu langka Ciok tiong luan poh cap lak tui (enam belas langkah kacau pembingung sukma) meski tak sedap kedengarannya, tapi tak terkirakan manfaatnya, kepandaian itu merupakan kepandaian yang paling diandalkan sipengemis untuk ber kelana dalam dunia persilatan, asal kau dapat memahaminya, sekalipun berjumpa dengan iblis tua dari dunia persilatan, kendatipun tak sanggup mengalahkannya, paling tidak kau masih sanggup untuk menghindarkan diri dari setiap ancaman Suma Thian yu merasa gembira sekali, dia tak mengira kalau hanya dalam sehari saja sudah memperoleh petunjuk yang sangat berharga dari seorang tokoh persilatan yang amat lihay, apalagi mewariskan kepandaian rahasianya, kejadian ini

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

betul-betul merupakan suatu perkah yang sangat besar bagi dirinya. Akan tetapi dia tidak pernah berpikir lebih mendalam lagi, mengapa orang lain bersedia mewariskan kepandaian andalannya itu kepada dia? Apa sebenarnya tujuan orang itu? Mungkinkah hal ini hanya dikarenakan dia menarik perhatiannya? Tanggung jawab yang di bebankan diatas pundaknya dari hari kehari semakin bertambah berat, namun ia masih belum merasakan nya, dunia persilatan yang penuh pembunuhan, dunia yang penuh noda sedang menggapai kearahnya, dia harus bertanggung jawab untuk meredakan badai pembunuhan yang sedang melanda dunia persilatan, menegakkan keadilan dan kebenaran dalam masyarakat, bayangkan saja betapa berat dan pentingnya tugas serta tanggung jawabnya. "Nak, tahukah kau apa yang tercantum didalam kitab tersebut?" Terdengar Tay gi siu Khong Sian bertanya. Entahlah, meskipun boanp telah berhasil membongkar rahasia ker tas tanpa kata itu, namun belum sempat untuk membaca apalagi mempelajari isi kitab tersebut "Tak usah dibaca lagi, kertas ini hanya selembar kertas rongsok yang tak yang tak berguna "Apa? Cianpwee bilang kertas ini palsu? Aah, mana mungkin? "Sebenarnya aku pun berpendapat demikian kata Toa gi siu Khong Sian, kemudian sambil berpaling kearah Ji gi siu Khong Bong, kata nya. Hiante, lebih baik kau saja yang menerangkan suma Thian yu segeras mengalihkan sorot matanya keewajah Ji gi siu Khong Bong, dia buru-buru ingin tahu rahasia yang kerada dibalik kertas tanpa kata tersebut. "Apalagi yang mesti dibicarakan? palsu ya palsu apa lagi yang musti dijelaskan? sahut Ji gi siu Khong Bong cepat. Kemudian setelah berhenti sejenak, ia melanjutkan:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Semoga saja lembaran yang asli jangan sampai terjatuh ketangan iblis, kalau tidak, kebenaran dan keadilan pasti akan diinjak-injak, dunia persilatan tak pernah akan menjadi tenang kembali!" Setelah mendengar perkataan itu, Suma Thian yu dibuat semakin kebingungan setengah mati, ditatapnya wajah si kakek bodoh kedua Khong Bong, kemudian sambungnya: "Locianpwee, dapatkah kau memberi penjelasan lebih jauh?" "Boleh saja. Cuma selesai lohu berbicara nanti, kembali ada sebuah tugas yang hendak kuserahkan kepadamu, dan kau tak boleh me nolak tugas tersebut." Haai, lagi-lagi sebuah tugas." pikir Suma Thian yu didalam hati kecilnya. Namun diluarnya dengan cepat dia menjawab. "Baik, boanpwee akan melaksanakannya dengan baik." Ia tak pernah mempertimbangkan akibatnya karena sekarang dia hanya ingin mengetahui rahasia di balik kitab tanpa kata tersebut. Si Kakek bodoh kedua Khong Bong manggut-manggut, ujarnya kemudian: "Ditinjau dari apa yang tercantum dalam kitab ini, dapat dikelahui bahwa isinya adalah sejenis kitab maha sakti peninggalan Ku hay siansu, seorang pendeta lihay yang hidup pada empat ratus tahun berselang, kitab itu bernama Kun tun kan kun huan siu cinkeng dan merupakan sebuah kitab pusaka yang sudah pasti merupakan sejenis kepandaian yang luar biasa akan tetapi... " Berbicara sampai disitu, dia sengaja berhenti sebentar, seakan akan hendak menggoda Suma Thian yu. Ketika itu pemuda tersebut sedang mendengarkan dengan seksama, ketika orang tua itu berhenti berbicara, segera dia membuka mulut hendak bertanya, tapi dengan cepat Ji gi siu Khong Bong telah berkata lebih dahulu: "Tapi kenyataannya jauh berbeda sekali, tulisan yang tercantum didalam kertas ini adalah tulisan bahasa Han,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

padahal Ku hay siansu adalah seorang Tibet, sekalipun sudah berkelana cukup lama didaratan Tionggoan, namun sepatah kata tulisan Han pun tidak dipahami olehnya. Dan sini dapat diketahui kalau kertas ini adalah barang palsu" Dengan wajah termangu-mangu Suma Thian yu mendengarkan penje-lasan tersebut, sementara Tay gi siu Khong Sian manggut-manggut de ngan perasaan puas, tanyanya lagi: "Hiante, menurut dugaanmuu, mungkinkah Cinkeng tersebut sudah keluar dari tanah?" "Tentu saja sudah keluar dari tanah, bahkan telah diambil orang. Sudah pasti orang itupun seorang yang licik, kalau tidak, tak mungkin dia menirukan Cinkeng asli untuk membuat sebuah yang palsu! "Kalau begitu orang itu pintar sewaktu bodoh sesaat? tanya Toa gi siu Khong sian. Ya, tentu saja cerdik! "Tapi aku anggap orang itu merupakan seorang yang 'paling bodoh." ucap Toa gi siu Kong Sian sambil menggelengkan kepalanya berulang kali. "Setelah ia berhasil mendapatkan kitab yang asli, mengapa harus membuat yang palsu? Bukankah ibarat melukis ular di beri kaki?" "Benar! Inilah sebabnya orang itu boleh dibilang seseorang yang paling pintar, tetapi juga seseorang yang paling bodoh." Ji gi siu Khong Bong menyatakan setujunya pula dengan pernyataan tersebut. Ketika selesai mengucapkan perkataan tersebut, mendadak dengan wajah serius Ji gi siu Khong Bongberpaling kearah Suma thian yu, kemudian katanya: "Bocah, sekarang kau telah mendengar habis semua perkataanku, maka kaupun harus segera melaksanakan sebuah tugas yang amar sulit, yakni setelah turun gunung nanti, bila kau berhasil mendengar kalau kitab pusaka tersebut telah muncul, maka kau harus berusaha dengan sepenuh tenaga untuk melindungi kitab pusaka itu agar tidak sampai terjatuh kembali ketangan orang-orang laknat, mengerti?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baik, boanpwee akan turut perintah!" jawab Suma Thian yu dengan wajah bersungguh-sungguh. Tapi ketika ia teringat akan dendam keluarga, sakit hati paman Wan dan kini ditambah lagi tugas berat tersebut, timbul perasaan yang sangat berat didalam hatinya. Tiba-tiba Ji gi siu Khong Bong menuding kearah kitab pusaka palsu ditangan Suma Thian yu, lalu berkata: "Lebih baik kitab palsu itu dirobek saja, toh disimpan juga tak ada gunanya Suma Thian yu memperhatikan sekejap kertas tersebut. sesungguh nya dia hendak merobeknya seketika itu juga, tapi ingatan lain seakan melintas dalam benaknya, bagaimanapun juga ia telah bersusah payah sebelum berhasil menemukan rahasia kitab itu, kalau belum dilihat isinya sudah dirobek, rasanya hal ini amat disayangkan. Jilid 5 Maka dia menyimpan kitab tersebut kedalam sakunya, kemudian baru berkata kepada sepasang kakek bodoh dari bukit Wu san itu. "Cianpwe berdua, besok boanpwe hendak meninggalkan bukit Kiu gi san untuk melacaki jejak musuh besarku, sebagai seorang anak yang berbakti, boanpwe merasa berkewajiban untuk membalaskan dendam bagi sakit hati orang tuaku, entah cianpwe berdua masih ada petunjuk apa yang hendak disampaikan?" Sambil tertawa, Toa hi siu Khong Sian manggut-manggut, sahutnya: "Bakti kepada orang tua memang merupakan soal utama yang paling penting, bila kau bisa berbakti kepada orang tua maka seluruh penjuru dunia dapat kau lewati, aku tahu kau polos dan jujur, hatimu penuh welas kasih dan mulia, dikemudian hari pasti berhasil, menciptakan suatu pekerjaan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

besar, tapi dunia persilatan amat berbahaya, maka berhatihatilah dalam mencari kawan. Baru selesai Toa gi siu Khong Sian berkata, Ji gi siu Khong Bong telah menyambung: Walaupun dewasa ini dunia persilatan diliput oleh tabir iblis dan hawa sesat, suasana macam ini tak akan bisa bertahan lama, se jak dulu sampai sekarang, kejahatan tak pernah bisa menenangkan kebenaran, bagaimana pun brutalnya perbuatan kaum iblis dan manusia laknat, suatu ketika mereka pasti akan tertumpas habis. Berbuatlah kebajikan dan kemuliaan bagi umat manusia, mesti harus mendaki bukit golok, menyeberangi samudera api, walaupun harus menembusi sarang naga dan gua harimau, tapi perbuatanmu tidak menyalahi hukum alam dan suara hati, majulah pantang mundur, kendatipun akhirnya harus mati demi membela kebenaran, kau akan mati sebagai seorang pahlawan" Dengan perasaan yang tulus Suma Thian yu menerima semua nasehat itu dengan hati yang bersungguh-sungguh, hingga kini dia baru me ngetahui sejelas-jelasnya watak dari sepasang kakek bodoh tersebut. Diam-diam timbul perasaan kagum didalam hatinya, ia berpikir. "Benar-benar terlalu agung, orang yang benar-benar cerdas memang mirip bodoh, mengapa aku tidak mempergunakan ucapan mereka sebagai pedoman hidupku?" Setelah menyampaikan nasehatnya kepada Suma Thian yu, Sepasang kakek bodoh dari bukit Wu san sama sekali tidak menantikan jawaban nya, mereka segera membalikkan badan dan berlalu dari situ, dalam waktu singkat bayangan tubuh mereka berdua sudah lenyap tak berbekas. Memandang bayangan punggung kedua orang kakek itu, Suma Thian yu merasa seakan-akan kehilangan buah mutiara yang tak ternilai harganya dan merasa murung dan sedih. Sekali lagi ia hidup menyendiri dialam semesta yang begini luas, sampai kapan keadaan seperti ini baru akan berakhir?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sementara dia masih termenung, mendadak dari kejauhan sana terdengar suara pekikan nyaring berkumandang memecahkan kesunyian. Suma Thian yu merasa amat terperanjat setelah mendengar suara pekikan tersebut, dengan perasaan tertegun pikirnya: "Heran, mengapa selama beberapa hari ini bukit kiu gi san jadi begini ramai? Satu rombongan baru lewat, rombongan lain menyusul datang, mungkinkah dibukit ini telah ditemukan suatu benda mestika ?" Sementara dia masih termenung, suara pekikan tersebut sudah semakin mendekat, bahkan jumlahnya tidak hanya satu. Suma Thian yu sudah terbiasa mendengar suara pekikan tersebut, dia acuh tak acuh, bahkan sambil berpaling dia memejamkan matanya seperti orang hendak tidur. Tiba-tiba terlintas satu ingatan didalam benaknya, mengapa tidak mempergunakan kesempatan itu untuk memeriksa isi kitab pusaka palsu itu? Berpikir demikian, dia lantas merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan kertas tersebut dan dipegang dalam tangan. Tiba-tiba terdengar suara bentakan keras: "Hei bocah muda, benda apakah yang sedang kau pegang itu?" Sungguh tak disangka suara pekikan yang kedengarannya masih jauh tadi, tahu-tahu dihadapan mukanya telah melayang turun seorang kakek berusia tujuh puluh tahun, berperawakan tinggi besar, bercambang, bermata besar, beralis tebal dan bermulut lebar. Orang itu ber tampang menyeramkan sekali. Suma Thian yu mencoba untuk memeriksa sekeliling tempat itu, ketika dilihatnya tak ada orang lain selain kakek itu, apalagi orang itu pun bermuka bengis dan menyeramkan, maka timbul satu ingatan dalam benaknya untuk

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mempermainkannya dengan menggunakan kitab pusaka palsu tersebut. Dengan suara nyaring dia lantas berkata. "Aku tak dapat memberitahukan kepadamu, sebab benda ini adalah sebuah mestika yang tak ternilai harganya!" Sambil berkata dengan wajah tersenyum mengejek dia melirik sekejap kearah kakek itu, kemudian sengaja menyimpan kertas tadi ke dalam saku. Setelah itu dengan senyuman aneh menghiasi diujung bibir, dia berkata lebih jauh: "Padahal sekalipun kuberitahukan kepadamu juga tak mengapa, kertas ini isinya adalah ilmu silat peninggalan dari Ku hay Siansu! Mendengar perkataan itu, paras muka kakek tersebut berubah hebat, mencorong sinar buas dari balik matanya, dia sepera membentak "Kau tidak membohongi aku? Bawa kemari!" Nadanya keras dan bersifat memerintah, seakan-akan pemuda itu sudah sepantasnya untu menyerahkan kitab pusaka itu kepadanya. Huh...apa yang kau andalkan untuk memerintahku berbuat demikian? kitab ini toh aku yang menemukan, kenapa harus kuserahkan lagi kepada orang lain. Heeh, heeh, heh sungguh menggelikan!" "Lohu ingin bertanya kepadamu, apakah kitab tersebut adalah kitab pusaka Kun tun kan kun huan siu Cinkeng?" nada suara dari kakek tersebut menjadi jauh lebih lembut. "Aduuh ...dari maka kau bisa tahu?" Suma Thian yu purapura merasa terkejut, padahal dalan hati kecilnya dia geli sekali. Selama hidup belum pernah dia permainkan orang iain seperti apa yang dilakukannya saat ini, ia merasa apa yang telah dilakukannya benar-benar amat memuaskan hatinya. Seandainya Suma Thian yu tahu kalau kakek yang berada dihadapannya sekarang adalah salah seorang dari Ci san su mo (empat iblis dari bukit Ci san), Jit ci to (pencoleng berjari

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tujuh) Tam Yu yang pernah menderita kekalahan ditangan gurunya Put Gbo cu dimasa lalu, niscaya dia tak akan berani mempermainkan kakek itu. Terdengar pencoleng berjari tujuh Tam yu tertawa terbahak-bahak dengan bangganya. "Haah...haah....haah...bersusah payah aku mencari kesana kemari, akrhirnya berhasil kutemukan tanpa susah payah, nampaknya saat lohu untuk unjuk gigi sudah tiba. Nah bocah muda, oleh karena kitab pusaka itu berhasil kau temukan, maka lohu bersedia mengampuni selembar jiwamu, cepat serahkan kitab tersebut kepadaku!" Suma Thian yu sudah menduga akan sikap dari kakek tersebut, maka dia tidak marah atau pun merasa kaget, pelanpelan dia menarik ke luar kitab itu hirgga muncul separuh dari balik sakunya, kemudaan berkata lagi. "Tidak ada pekerjaan yang semudah itu di kolong langit, tinggalkan dulu nama besarmu, saya ingin tahu cukup pantaskah kau menerima pusaka ini" Mendengar perkataan itu, si Pencoleng berjari tujuh Tam Yu tertawa seram. Haah...haah....haah....bocah keparat, tak heran kalau kau berani bersikap kurangajar kepadaku, rupanya kau belum tahu siapakah diri ku ini? Lohu she Tam bernama Yu. Coba nilailah apakah aku pantas untuk mendapatkan kitab pusaka yang berada ditanganmu itu? Haah....haah..." Suma Thian yu tertawa tergelak lagi setelah mendengar nama tersebut, bila kau tidak menyebutkan namamu itu, mungkin aku masih akan menyerahkan kitab tersebut kepadamu, tapi setelah mengetahui siapa gerangan dirimu itu...Hmm, sauya tak sudi untuk menyerahkan kepadamu" "Kenapa?" teriak si Pencoleng berjari tujuh dengan gusar, "bocah keparat, tampaknya arak kehormatan kau tak mau, arak hukuman kau pilih. Sebentar jika kau sudah merasakan kelihayanku, jangan lagi berkaok minta ampun" Suma Thian Yu kembali tertawa keras.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tak dapat menyerahkan kepadamu karena kau adalah bekas panglima yang kalah di tangan Put Gu cu locianpwe, kalau nyawamu saja berhasil ditemukan secara untunguntungan, mana ada hak bagimu untuk mendapatkan kitab pushka tersebut?" Mendengar ucapan tersebut, si Pencoleng berjari tujuh Tam Yu menjadi tertegun, kemudian dari malu dia menjadi gusar, serunya: "Bocah keparat, apa hubunganmu dengan siluman tosu itu?" Apa hubunganku dengannya lebih baik tak usah kau campuri, dan kaupun tidak berhak untuk mengetahuinya, lebih baik jangan semba rangan berpikir. Maaf, sauya tak dapat menemani lebih lama lagi." Selesai berkata, dengan langkah lebar dia lantas berlalu dari tempat itu. Namun tiba-tiba terdengar suara bentakan keras menggelegar di udara. "Berhenti !" Tampak sesosok bayangan manusia dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat berlelebat lewat dari atas kepala Suma Thian yu dan menghadang perginya, Suma Thian yu segera memicingkan mata dan membentak dengan nada sinis: "Bagaimana? Ingin merebut dengan kekerasan ?" "Betul, lohu memang ingin berbuat demikian "Hmm! Bagaimanapun juga pencoleng memang berjiwa kerdil dan tak becus, sekali menjadi bajingan selamanya tetap bajingan, apakah kau tidak malu? Hmm, terhadap seorang pemuda pun menggunakan cara kekerasan...." "Heeeh....heeeh....heeeh.... bocah keparat, tak kusangka kau memiliki selembar bibir yang pandai bersilat lidah, selamanya lohu tak doyan dengan permainan semacam ini lebih baik segera serahkan kitab tersebut ke padaku." "Huuuh, kau belum berhak!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu ucapan terakhir diutarakan, tampak bayangan manusia berkelebat lewat dan Plok sebuah tempelengan keras telah bersarang di atas pipi kakek tersebut. Paras muka si Pencoleng berjari tujuh Tam Yu berubah hebat, mukanya merah padam seperti babi ppnggang, dengan suara yang meng geledek bentaknya keras-keras. "Bocah keparat, kau ingin mampus?" Sepasang lengannya diayunkan kedepan melancarkan bacokan semen-tara tubuhnya ikut menubruk kemuka bagaikan harimau lapar menerkam domba, mengerikan sekali keadaannya. Suma Thian yu sudah mempunyai perhitungan yang cukup matang dalam menghadapi keadaan tersebut, ia tidak gugup ataupun panik, menanti sepasang kepalan lawan sudah berada setengah depa dihadapan nya, mendadak dia menyelinap kesamping, kemudian mengembangkan ilmu langkah Ciok tiong tuan poh cap lak sui yang dipelajari dari Sisu yau kay wi Kian semalam. Baru saja sepasang lengan si Pencoleng berjari tujuh Tam Yu mengayun kedepan, mendadak serasa bayangan manusia berkelebat lewat, sementara ia masih tertegun, mendadak tengkuknya seperti dihembus orang. Dengan perasaan terkejut buru-buru dia memutar badannya secepat kilat, kemudian tangan dan kakinya hampir bersamaan waktunya me nendang ke tubuh Suma Thian yu keras-keras. Sayang dia cepat, Suma Thian yu lebih cepat lagi, baru saja lengannya mencapai setengah jalan, kembali tengkuknya dihajar orang sehingga terasa linu, panas dan perih. Dengan terjadinya peristiwa itu, semangat si Pencoleng berjari tujuh Tam Yu menjadi dingin separuh, dia sadar bahwa pada hari ini telah bertemu dengan musuh tangguh, tak ampun peluh dingin segera bercucuran keluar membasahi tubuhnya. Tapi sifat rakusnya dan keinginannya untuk mendapat mestika membuat dia lupa akan keselamatan akan jiwanya diri

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sendiri, dengan mata gelap si Pencoleng berjari tujuh Tam Yu mengeluarkan ilmu Thian sai ciang andalannya untuk melancarkan serangan pukulan dahsyat untuk menggurungseluruh badan Suma thian yu. Semenjak mempelajari ilmu langkah Ciok tiang luan poh, rasa percaya diri Suma Thian yu terbadap kemampuan sendiri semakin bertambah, pada hakekatnya ia seperti telah berubah menjadi seseorang yang lain, entah serangan dahsyat macam apapun yang telah digunakan si Pencoleng berjari tujuh Tam yu untuk mendesak musuhnya, ia selalu gagal untuk mendesak lawannya. Sedangkan Suma Thian yu justru berputar kian kemari bagaikan kupu kupu yang menari ditengah bebungahan, setiap ada kesempatan dia selalu menowel, meraba, mencakar, mencubit seluruh badan kakek tersebut. Tak selang berapa saat kemudian, keadaan si Pencoleng berjari tujuh Tam Yu sudah lemas seperti seekor ayam jago yang kalah bertarung, seluruh badannya basah kuyup oleh keringat, mukanya pucat pias, napasnya ngos-ngosan seperti kerbau, mengenaskan sekali keadaannya Sambil berputar terus kian kemari, Suma Thian yu segera mengejek sambil tertawa: "Bagaimana? Terbukti bukan kalau kau masih belum cukup mampu untuk mendapatkan kitab ini?" Berbicara sampai disitu, mendadak gerakan tubuhnya berubah, mendadak ia menerobos masuk ke dalam, kemudian tangannya mencongkel ke muka... Jeritan ngeri yang memilukan hati segera berkumandang dari mulut si pencoleng berjari tujuh Tam Yu. "Kali ini aku hanya mencongkel sebelah matamu saja sebagai peringatan, lain kali aku harap kau jangan menganiaya kaum muda lagi dengan semaunya sendiri" seru Suma Thian yu. Selesai berkata, pasang kakinya segera menjejak permukaan tanah dan tubuhnya melambung keudara,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kemudian diringi suara pekikan panjang yang penuh nada gembira, secepat kilat dia turun dari bukit tersebut. Sampai lama kemudian, pekikan itu masih saja bergema ditengah hutan. Bersamaan waktunya dengan lenyapnya bayangan tubuh Suma Thian yu di ujung jalan sana, dari atas bukit melayang turun tiga sosok bayangan hitam yang langsung menghampiri si pencoleng berjari tujuh Tam yu yang terluka. Dalam waktu singkat ketiga orang itu sudah berada ditempat kejadian, seorang diantaranya segera memeluk tubuh si pencoleng berjari tujuh Tam Yu sambil berteriak: "Suhu, suhu, kenapa kau orang tua? Siapa yang telah turun tangan sekeji ini kepadamu?" Pencoleng berjari tujuh Tam Yu membuka matanya yang tinggal sebelah dan mengawasi pendatang tersebut, lalu sahutnya dengan sedih: "Sudah pergi, bocah keparat itu sudah pergi, dia telah mendapatkan kitab pusaka Kun tun dan kun huan siu cinkeng dari Ku hau sian siau, muridku, kau tak boleh bertindak gegabah, kau bukan tandingan bocah keparat tersebut" Ketika dua orang kakek lainnya mendengar ucapan tersebut, ternyata tanpa memperdulikan Si Pencoleng berjari tujuh Tam Yu yang sedang terluka, mereka segera berseru cepat: "Tam Yu, maaf! Begitu selesai berkata, kedua orang itu segera melejit ketengah udara dan meluncur ke arah dimana Suma Thian yu melenyapkan diri dengan kecepatan luar biasa. Si Pencoleng berjari tujuh Tam Yu yang terluka dan menyaksikan kepergian kedua orang itu segera berseru dengan penuh kebencian: "Tak berperasaan tak memperdulikan kesetiaan antar persaudaraan, baik, selama aku orang she Tam masih hidup, tak akan kulepaskan kalian berdua. Heehh... heehh... kalian berani kesitu tak lebih hanya akan menghantar kematian

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan percuma, tetapi memang paling baik jika kalian bisa segera melaporkan diri kepada raja akhirat." Ternyata kedua orang itu adalah Sam yap koan mo serta Coa tau jin mo, kedua orang ini pun termasuk anggota Ci san su mo, jadi sebenarnya adalah saudara angkat sipencoleng berjari tujuh Tam yu sendiri. Dalam pada itu, sepeninggal dari lembah Cing im kok, Suma Thian Yu melanjutkan perjalanannya dengan kecepatan luar biasa. Tapi tak berapa jauh dia berjalan, mendadak dari arah belakang terdengar suara pekikkan aneh bergema tiada hentinya, Suma Thian yu mengira si pencoleng berjari tujuh yang melakukan pengejaran, maka sengaja ia perlambat larinya. Dalam sekejap mata, dari arah belakang terdengar suara ujung baju tersampokangin bergema tiba.... Dengan perasaan terkejut Suma Thian yu segera berpikir: Heran, kenapa bukan cuma seorang! Baru saja ingatan tersebut melintas lewat didalam benaknya, mendadak dari arah belakang terdengar seseorang membentak keras: "Hei bocah muda, berhenti kau!" Suma Thian yu segera menghentikan tubuhnya dan berpaling, tampak olehnya dua orang kakek berdandan aneh sedang menyusul tiba dengan kecepatan luar biasa. Kehadiran kedua orang kakek yang tak dikenal itu amat mencengangkan hatinya, tapi dia tahu pendatang pendatang tersebut tidak bermaksud baik, mungkin juga disebabkan kitab pusaka palsu tersebut, maka tegurnya dengan cepat: Ada urusan apa kalian berdua datang kemari?" Salah seorang diantaranya adalah seorang kakek berusia tujuh puluh tahun, menggunakan pakaian dengan tiga warna yang berbeda dan berwajah seram, dilihat dari dandanannya dapat diketahui kalau orang itu adalah Sam yap koay mo (Iblis aneh tiga daun) pentolan dari Ci san su mo.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Disampingnya adalah seorang kakek berusia enam puluh tahunan, memakai baju panjang model orang desa, bermata tikus, hidung pesek, kumis melintang dan kepala berbentuk segitiga, tak disangkal lagi dia adalah manusia paling buas dari Ci san su mo, Coa tou jin mo atau manuusia iblis berkepala ular Sim moay him adanya. Dengan suara sedingin es, Sam yap koay mo segera menegur: "Bocah keparat, kau tak usah berlagak bodoh lagi, setelah melukai adik angkatku, apakah kau masih ingin mungkir? Hmm, tak kusangka seorang bocah busuk yang masih berbau tetek berani bertindak sekejam itu, heeeh.....heech....heeeh.....tiada lain, asalkau serahkan kitab itu yang disakumu itu kepada kami, segala sesuatunya akan kuanggap impas dan tidak dipermasalahkan lagi, tapi kalau tidak..." "Haaah...haahh...haahh..kalau kitab pusska ttu tidak kuserahkan, apakah kalian hendak membalas dendam bagi sakit hati adik angkatmu itu? kata Suma Thian yu sambil tertawa terbahak-bahak. "Betul! Ucapanku selamanya kupegang teguh asal kau mau serahkan kepada kami, kamipun tak akan mengingkari janji" "Ciiss, manusia tak tahu malu dengus Suma Thisn yu dengan wajah sinis, ia memandang hina terhadap watak orang yang rendah, "bersa habat dengan manusia macam kau, sungguh mengenaskan sekali rasanya...sayang Put Gho cu locianpwe tidak membereskan kalian dimasa lalu, sayang sungguh amat sayang!" Seraya berkata dia segera menggelengkan kepalanya dan menghela napas panjang, sikapnya yang memandang rendah musuhnya seakan-akan tak akan pandang sebelah matapun terhadap kemampuan musuhnya itu. Sam Yap Koay mo menjadi naik darah setelah mendengar perkataan itu, sepasang matanya berubah menjadi merah membara, tulang belu langnya bergemerutukan nyaring, tibatiba ia membentak keras:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bocah keparat, serahkan nyawamu!" Telapak tangannya segera diayunkan kedepan, segulung angin pukulan yang maha dahsyat dengan cepatnya menggulung tubuh Suma Thian yu. Menghadapi ancaman tersebut, pemuda itu mendengus dingin, sepasang bahunya bergerak dan mundur sejauh satu kaki lebih, kemudian pedangnya di loloskan dan......."Criiing!" pedang Kit hong kiam sudah dihunus dari sarungnya. "Setan tua yang tak tahu malu" teriaknya lantang, "tampaknya kau belum mengetahui akan kelihayan sauya? Tidak sukar bila kau mengi nginkan kitab pusaka itu, asal bisa menangkan satu jurus saja ditangan sauya, kitab tersebut akan kupersembahkan kepadamu. Mendengar perkataan itu, Sam yap Kuay mo tertawa terkekeh-kekeh dengan seramnya. Heeeh......heeeh.....heeeh.....dengan mengandalkan kepandaian mu juga berani berbicara sesumbar? Betul-betul manusia tak tahu diri, baik, lohu akan memenuhi pengharapanmu itu" Selesai berkata dia lantas bergerak maja ke depan dengan jurus Gi san tiam hay (menggeser bukit membendung samudera) dia bacok tu buh bagian bawah dari Suma Thian yu. Anak nuda itu tertawa panjang, pedangnya segera didorong sejajar dada, tanpa gugup barang sedititpun juga pedang itu diputar dite ngah jalan menusuk keatas dan mengancam dada Sam yap koay mo dengan jurus Tan hong tian yang (burung hong menghadap matahari). Melihat datangnya ancaman tersebt, Sam yap koay mo nampak agak tertegun,kemudian sambil tertawa seram katanya. Rupanya kau adalah ahli waris dari bajingan anjing budukan she Wan terebut, ini lebih bagus lagi, lohu akan membekukmu hidup-hidup untuk menerima pahala sehingga tidak sia-sia perjalananku kali ini"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Berbicara sampai disitu, dia lantas menggapai kesamping, si Manusia iblis berkepala ular segera melompat maju kedepan, dasar memang bermuka tebal, ternyata gembong iblis dari Liok lim ini telah bekerja sama untuk mengerubuti pemuda berusia enam belas tahun itu. Suma Thian yu dihadapkan dua orang gembong iblis sekaligus bukannya merasa heran malah sebaliknya tertawa panjang, menyusul kemudian gerakan tubuhnya berubah dan dia segera mengembangkan ilmu langkah Ciat tiong luan poh cap lak tui untuk melayani musuhnya. Dalam waktu singkat seluruh arena sudah dipenuhi oleh bayangan manusia yang berkelebat kesana kemari menerjang keluar dari ke pungan kedua orang itu. Sam yat koay mo serta Coa tau jin mo hanya merasakan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu mereka sudah kehilangan bayangan tubuh lawan, dengan perasaan terkejut mereka segera berpaling ke samping. Tampaklah Suma Thian yu sudah berdiri di luar arena dengan sekulum senyuman dingin menghiasi ujung bibirnya. "Aku lihat lebih baik kalian berdua melatih diri selama sepuluh tahun lagi sebelum datang mencoba sauya mu lagi, sekarang maaf kalau sauya tak akan melayani lebih lama lagi" demikian ia berseru. Selesai berkata, dengan gerakan tubuh yang cepat ia berlalu dari sana. Tentu saja kedua orang iblis tersebut tidak bersedia melepaskan musuhnya dengan begitu saja, melihat kejadian itu mereka berpekik ke ras lalu melakukan pengejaran. Suma Thian yu termenung sebentar, kemudian secara tibatiba menghentikan gerakan tubuhnya, sambil membalikkan badan ia berseru dengan tertawa terbahak-bahak: "Haaah..... haaah......haaah.....tidak sulit bila kalian ingin mendapatkan kitab pusaka itu asal kamu berdua bisa menangkan satu jurus atau setengah gerakan saja dalam seratus jurus gebrakan, tanpa banyak berbicara kitab tersebut akan segera kuserahkan kepada kalian, cuma,.......

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Berbicara sampai disita, dia berhenti sebentar, lalu sambil melirik sekejap ke arah dua orang iblis tersebut, lanjutnya: "Kitab pusaka itu cuma ada selembar, bagaimana cara kalian berdua untuk membaginya secara adil?" Si Manusia iblis berkepala ular Sim Moay him mendengus dingin. "Hmm, bocah keparat, kau lak usah mencoba untuk mengadu domba kekuatan kami berdua, aku orang she Sim bukan manusia sebangsa itu, lohu tidak mau kitab pusaka itu tapi pedangmu itu akan kurampas." Suma Thian yu menunjukkan wajah sinis, "Hmm, dimulut saja berbicara soal kegagahan dan kebenaran, padahal siapa tahu dalam hati kecilnya? Lebih baik tak usah banyak bicara lagi, mau turun tangan lebih baik cepatlah turun tangan!" Begitu selesai berkata, pedang Kit hong kiamnya segera menyapu tubuh Coa toa jin mo dengan jurus Lip sau ngo gak (menyapu rata lima bukit), sementara jari tangan kirinya bagaikan tombak menotok tubuh Sam yap koay mo. Agak tertegun juga kedua orang iblis tersebut ketika dilihatnya Suma Thian yu berani melawan mereka berdua bersama-sama, segenap kepandaian silat yang dimilikinya segera dikeluarkan untuk mendesak musunnya. Dalam waktu singkat, ketiga orang itu sudah bertarung sebanyak dua puluh gebrakan, menang kalah masih belum bisa ditentukan sedang kekuatan mereka nampak seimbang. Sambil bertarung melayani serangan-serangan dari kedua orang iblis tersebut, diam-diam Suma Thian yu merasa gembira, ternyata ilmu langkah Ciok tion luan pah cap lak tui yang diwariskan Siau yau kay kepadanya memang terbukti lihay sekali, bila pertarungan semacam ini dilangsungkan lebih jauh maka sampai besokpun kedua orang iblis tersebut tak akan mampu berbuat apa-apa kepadanya. Maka diapun lantas berseru. Aduuh....aku sudah tak mampu lagi, lebih baik aku mengaku kalah saja!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar seruan tersebut, kedua orang iblis itu segera menghentikan serangannya. Suma Thian yu segera merogoh kedalam sakunya dan mengeluarkan kertas kuning itu, kemudian katanya: "Apa yang sauya ucapkan selama kupegang teguh, sekarang terbukti aku tak mampu untuk mengalahkan kalian berdua, maka terpaksa kitab pusaka ini harus kuserahkan kepada kalian, cuma ada syaratnya. Apa syaratnya! teriak kedua orang ituham pir berbareng. "Setelah berhasil mendapatkan kitab pusaka nanti, kalian dilarang mengejar sauya lagi, kalau tidak kitab ini akan sauya robek seketika ini juga" Sambil berkata, Suma Thian yu segera berlagak hendak merobek kertas tersebut. Suma Thian yu tersenyum, dia lantas merogoh kedalam sakunya dan mengeluarkan kitab tadii, kemudian ujarnya. "Agar adil, sauya akan menguji secara jujur, disini terdapat sebiji mata uang, bila kalian bisa menebak secara jitu ditangan sebelah manakah mata uang itu kugenggam, maka kitab pusaka itu akan menjadi milik siapa, bagaimana?" Kedua orang itu segera menyatakan akur, maka Suma Thian yu memperlihatkan mata uang tersebut, setelah digoyangkan berulang kali dia melemparkannya ke udara, setelah di sambut dengan kedua belah tangan, tangan mana dipisahkan kekiri dan kekanan kemudian di sodorkan kedepan dua orang iblis tersebut seraya berkata. "Nah, siapa yang akan menebak lebih dulu? "Toako, kau saja yang menebak lebin dulu kata si Manusia iblis berkepala ular Sim Moay. Sam yap Koay mo tertawa seram, diapun tidak sungkansungkan segera menuding tangan kiri Suma Thian yu sambil berseru. "Tangan kiri!" Suma Thian yu pura-pura menghela napas panjang, sambil membuka tangannya dia berseru:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aaah, sayang, tebakanmu salah, yang betul ada ditangan kanan, terpaksa kitab ini harus kuserahkan kepada adik angkatmu!" Betapa mendendamnya Sam yap koay mo sewaktu dilihatnya kitab pusaka tersebut diperoleh adik angkatnya, Manusia iblis berkepala ular, sekalipun satu ingatan keji segera melintas dalam benaknya, namun wajahnya sama sekali tak berubah, bagaikan persoalan itu tak pernah dipikirkan didalam hati, ia berkata sam bil tertawa: Lote, kionghi atas keberhasilanmu, asal tak sampai jatuh ketangan orang lain, loko turut merasa gembira" Kemudian sambil menarik muka katanya kepada Suma Thian yu: Bocah keparat, serahkan cepat, jangan mencoba bermaksud jahat, kemudian kau boleh pergi dan sini. Tapi ingat, hati-hati kalau sampai bertemu dikemudian hari, lohu tak akan berbelas kasihan lagi kepada dirimu" Suma Thian yu segera berpikir: "Huuh, siapa yang takut kepadamu? Dengan mengandalanmu kepandaianmu itu, meski berlatih sepulun tahun lagipun, sauya tak akan merasa kuatir. Pelan-pelan dia letakkan kertas itu kebawah kakinya, kemudian sambil melejit keudara dia berlalu dari situ dengan kecepatan luar biasa. Sambil berkelebat pergi kembali Suma Tian yu berpekik nyaring, sekali lagi dia telah mempermainkan manusia bengis dan meninggalkan bibit bencana untuk mereka. Tak bisa disangkal lagi, sepeninggalnya dari tempat itu, pasti akan terjadi perang urat syaraf antara kedua orang iblis tersebut, membayangkan apa bakal terjadi antara mereka berdua, pemuda itu tertawa sendiri, tertawa puas. Dengan membawa sekulum senyuman yang cerah karena sehabis mempermainkan iblis keji, pemuda itu melanjutkan kembali perjalanannya ke depan. Entah berapa banyak bukit tinggi dan tebing curam yang telah dilewati.....

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Malam, telah mencekam seluruh jagad. Malam itu adalah sebuah malam yang gelap gulita, tiada rembulan diangksa kecuali beberapa bintang yang mengerdipkan sinarnya seperti lirikan anak nakal. Setelah melalui suatu perjalanan yang amat panjang. Suma Thian yu mulai merasakan juga badannya letih, diapun duduk diatas sebuah batu besar untuk melepaskan lelahnya. Selesai bersemedi mengatur pernapasan, rasa lelahnya pelan pelan hilang dan badan terasa segar kembali. Mendadak ditengah keheningan malam yang mencekam sekeliling tempat itu dia seperti mendengar suara rintihan lirih bergema dari kejauhan sana. Suma Thian yu merasakan sekujur badannya bergetar keras, ia segera mendusin kembali dan lamunannya, dengan suatu gerakan kilat dia melompat bangun lalu memperhatikan dengan seksama. Tapi suasana disekitar itu menjadi sepi. "Aneh" dia segere bergumam, "sudah terang kudengar suara rintihan, kenapa secara tiba-tiba bisa lenyap tak berbekas? Zungkinkah aku telah salah mendengar?" Mustahil kalau dia salah mendengar, karena dengan tenaga dalam yang dimilikinya sekarang, ketajaman pendengarannya amat diandalkan, bunga yang jatuh berapa puluh kaki dari situpun dapat ia dengar dengan jelas. Sementara dia masih termenung, mendadak terdengar suara rintihan tersebut kembali berkumandang datang. Mendadak Suma Thian yu menggerakkan tubuhnya dan melesat kedalam hutan disisi tebing sebelah sana dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat. Setelah masuk kedalam hutan dan menyaksikan pemandangan di sekitar lempat itu, darah panas yang menggelora dalam tubuhnya merasa mendidih, amarahnya memuncak, apa yang terpapar didepan matanya sekarang benar-benar merupakan suatu pemandangan yang mengerikan sekali.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ternyata ditengah tanah lapang dalam hutan tersebut, nampak mayat bergelimpangan disana, bahkan disitupun penuh dengan kutungan kaki atau potongan lengan, darah kental telah menggenangi seluruh permukaan tanah. Suasana disekeliling tempat itu sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, hanya angin gunung yang meaehembus menderu-deru, Bangkai kuda, mayat manusia, membuat suasana menjadi seram, mengerikan dan mendirikan balu roma orang. Suma Thian yu adalah seorang pemuda yang berjiwa pendekar, benci segala kejahatan dan bernyali besar, tapi setelah menyaksikan pe mandangan yang terpapar didepan matanya, tak urung bergidik juga hatinya. Namun dia masih tetap berusaha untuk menenangkan hatinya, ia berusaha untuk menekan perasaan kaget, gugup dan seramnya, kemudian selangkah demi selangkah menelusuri mayat yang bergelemparan di tanah dan berusaha menemukan sumber dari suara rintihan tersebut. Dia berdoa semoga berhasil menemukan salah seorang korban kekejian itu dalam keadaan hidup, agar perbuatan biadab tersebut terkubur bersama jasad. Agaknya Yang Maha Kuasa telah mengaturkan segala sesuatu bagi umatnya, apa yang di harapkan ternyata tidak sia-sia..... Akhirnya Suma Thian yu berhasil menemukan sesosok tubuh manusia sedang menggeliat diantara tumpukan mayat yang hancur dengan darah kental yang berceceran ditanah. Menolong orang brgaikan menolong api, penemuan tersebut membuat Suma Thian yu buru-buru berjalan mendekati korban tersebut. Rupanya dia adalah seorang lelaki setengah umur yang berperawakan tinggi besar dan bermuka cambang, darah kental masih mengotori bibirnya, tapi ia masih bernapas meski berada dalam keadaan tak sadar.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu segera meraba dada lelaki setengah umur tersebut, terasa hawa hangat masih ada sedang debarang jantungnya lemah sekali. "Untung saja masih bisa tertolong! Buru-buru dia membopong tubuh lelaki setengah umur, membangunkannya, kemudian dari dalam sakunya mengeluarkan sebuah pil Ku goan cing wan peninggalan dari Kit hong kiam kek Wan Liang semasa hidupnya dan dijejalkan kedalam mulut lelaki tersebut. Dengan mengikuti air liur, pil tersebut segera hancur dan mengalir masuk kedalam perut. Dan tak selang beberapa saat kemudian, laki-laki setengah umur itu sudah menggerakkan badannya, diatas wajahnya yang pucat terlintas warna merah dadu, pelan-pelan dia membuka madanya yang sayu dan memandang sekejap kearah Suma Tnian yu, sorot mata itu penuh dengan pancaran rasa terima kasih yang amat tebal. Namun sejenak kemudian, ia memejamkan kembali matanya dan memperdengarkan suara rintihan. Menyaksikan keadaan itu, Suma Thian yu segera menyadari kalau lelaki setengah umur itu sudah menderita luka dalam parah, nyawanya amat krins dan tak mungkinbisa disempuhkan hanya mrngandalkan khasiat obat. Maka diapun bersila dan mengerahkan tenaga dalamnya, kemudian sambil menempelkan telapak tangannya keatas jalan darah Mia bun hiat di tubuh lelaki itu, ia salurkan hawa sakti Bu siang sinkang untuk membantu lelaki itu. Segulung hawa panas yang menghangatkan badan segera mengalir lewat jalan darah Mia bun hiat dan menyusup kedalam tubuh lelaki itu. Sejak makan buah mestika Jin sian kiam lan jalan darah penting Jiu meh dan tok meh yang berada dalam tubuh Suma Thian yu telah tem bus, kesempurnaan tenaga dalam yang dimilikinya sekarang sudah tidak bisa ditandingi oleh umat persilatan lainnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tak sampai seperminum teh, seluruh wajahnya telah basah oleh keringat hawa panas mengguap dari atas ubun-ubunnya, betul juga, paras laki-laki setengah umur itu dari pucat pasi kini berubah menjadi merah padam kembali. Terdengar orang itu merintih dan memuntahkan darah yang berwarna hitam, begitu darah hitam tersebut keluar, rasa menderita pun segera lenyap, orang itu sadar kembali dari pingsan Tampak orang itu segera melompat bangun, kemudian sambil menyembah didepan anak muda itu seruny: "Tio Ci bui dari Sin liong piau kiok mengucapkan banyak terima kasih atas budi pertolongan siauhiap." Buru-buru Suma Thian yu menyingkir kesamping untuk menghindarkan diri, lalu katanys tersipu sipu. "Aaah, saling menolong di kala orang sedang mengalami kesulitan sudah merupakan kewajiban dari setiap umat persilatan, kebetulan saja aku lewat disini, buat apa mesti ucapkan terima kasih? Perkataan Tio cianpwe terlalu berlebihan" "Boleh saya tahu siapakah nama siauhiap? "Boanpwe Suma Thian yu!" Ternyata Tio Ci hui yang terluka ini adalah saudara angkat dari cong piautau perusshaan ekspedisi Si liong-piaukiok di kota Heng-ciu yang disebut orang Mo im sin-liong (naga sakti penggosok awan) dalam masa berkelananya dalam dunia persilatan, dengan dua puluh empat jurus ilmu pena pembetot sukmanya sudah amat tersohor dalam dunia persilatan, orang persilatan menjulukinya sebagai Si Berewok berpena baja. Si Berewok berpena baja Tio Ci-hui yang menyaksikan tuan penolongnya masih begitu muda, diam-diam timbul perasaan malu dan menyesal dalam hati kecilnya. Katanya, enghiong kebanyakan muncul dan kaum muda, ketika dilihatnya orang itu mana usianya muda juga tak bersikap sombong atau tinggi hati, kenyataannya mana membuat hatinya makin kagum lagi. Buru-buru dia berseru kembali:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Suma siauhiap masih muda tapi berjiwa be sar, kegagahanmu benar benar amat mengagumkan, terimalah sebuah persembahanku lagi." Seraya berkata, sekali lagi dia menjatuhkan diri berlutut. Tindakkan tersebut kontan saja membuat Suma Thian yu menjadi amat gelisah, saking gelisahnya, selembar wajahnya berubah menjadi merah padam lantaran tersipu-sipu, sambil membangunkan si Brewok berpena baja, serunya cepat: "Tio cianpwe, kau kelewat sungkan, apalah artinya sedikit bantuan yang kuberikan? Dengan sikap yang menaruh hormat sahut si Berewok berpena baja: "suma siauhiap berkali kali menyebutku sebagai cianpwe, akupun merasa tak berani untuk menerimanya. Andaikata kau tiak menampik keinginanku, tolong janganlah memanggil cianpwe lagi kepadaku, bagaimana sebut saja aku sebagai saudara Tio? Menyaksikan ketulusan dan kesungguhan hati orang, Suma Thian yu pun tidak bersikeras lagi, sahutnya kemudian: "Saudara Tio, bila kau menghendaki demikian, baik, thian yu akan menuruti perintah. <ooOoo> TATKALA si Berewok berpena baja menyaksikan sikap menghormat kepadanya, iapun tak sungkan lagi, dia tahu bila ia sendiri selalu bersikap hormat, hal mana justeru membuat suasana akan bertambah canggung, asal budi kebaikan tersebut dibalas pada suatu saat, rasanya hal itupun tidak terlalu berlebihan. Apalagi dia menyaksikan suma Thian berwajah tampan dan menawan hati, hal mana semakin menimbulkan perasaan simpatik didalam hatinya. Ketika Suma Thian yu menyaksikan Berewok berpena baja Tio Ci hui hanya mengawasinya dengan termanggu, dengan cepat dia menegur:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Saudara Tio, silahkan beristirahat sebentar, kemudian kita harus membereskan mereka yang telah tewas Mendengar ucapan tersebut, si Berewok berpena baja Tio Ci hui merasa tertegun, hatinya merasa sedih sekali. Selama ini dia selalu cekatan dan pandai bekerja dalam dunia persilatan, kali ini dia mendapat tugas lagi untuk mengawal barang penting menuju ke Kwang-say kota Kiongshia, sebelum berangkat kakak angkatnya Mo im sin liong telah berpesan bahwa barang kawalan mereka kali ini amat penting artinya, sebab berhasil atau tidak sangat mempengaruhi nama baik perusahaan mereka. Maka sengaja dia mengundang si Berewok berpena baja Tio Ci hui dengan memimpin sejumlah jagoan kelas satu untuk berangkat me lindungi mestika yang tak ternilai harganya. Sepanjang jalan menuju keselatan, tak nyana sewaktu berjalan sampai di wilayah Kiu gi san telah terjadi peristiwa tragis, bukan cuma barang kawalannya kena dibegal, bahkan dia pun kena dipecun-dangi secara mengenaskan sekali. Memandang mayat-mayat yang tergelepar memenuhi seluruh tanah, si Berewok berpena baja Tio Ci hui menghela napas panjang Setelah mengalami peristiwa berdarah ini, dia tak tahu bagaimana harus mempertanggung jawabkan diri terhadap kakak angkatnya Mo im-sin liong, coba kalau bukan ditolong oleh pemuda yang berada didepan mata sekarang, mungkin diapun akan kehilangan selembar jiwanya ditengah bukit yang terpencil ini. Teringat akan hal-hal yang memedihkan hatinya, dia segera mera-sakan hatinya bergejolak keras, air matanya bercucuran dan seluruh badannya gemetar keras. Suma Thian yu yang turut menyaksikan kejadian itu, diamdiam ikut merasa berduka, pikirnya: "Selama aku masih hidup, aku berte kad akan membantu Sin liong piau kiok untuk menemukan kembali barang kawalan yang di begal orang......."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Berpikir sampai disitu, dia lantas menghibur si Berewok berpena baja Tio Ci bui dengan suara lembut. "Saudara Tio, kejadian toh sudah berlangsung, disedihkan juga tak ada gunanya, asal kita bisa menemukan sebuah titik terang saja, biar pembegal-pembegal itu kabur keujung langitpun, aku percaya duduknya perkara pasti akan terbongkar juga......Sekarang keadaan ma sih belum terlambat, mengapa kau tidak menmbangkitkan semangatmu untuk melakukan sesuatu usaha yang lebih bersemangat. Si Berewok berpena baja Tio Ciu hui segera manggutmanggut, sahutnya kemudian: "Apa yang Suma siauhiap katakan memang benar, cuma pembegal pembegal itu hampir semuanya mengenakan kain kerudung hitam serta tidak meninggalkan jejak apapun, kalau dibilang sungguh memalukan, mereka semua rata-rata berilmu tinggi, orangnya banyak lagi, aku Tio Ci hui betul-betul tak berdaya dan tak berkemampuan untuk menahan salah seorang saja diantara mereka" Sambil berkata wajahnya menunjukkan perasaan menyesal, kecewa, sedih dan menyalahkan diri. Suma Thian yu adalah seorang yang cerdas, begitu mendengar pembegal-pembegal tersebut berkerudung, lagipula terjadi dibukit Kiu gi san, satu ingatan dengan cepat muncul dalam benaknya, dia tahu peristiwa ini pasti luar biasa, siapa tahu ada hubungannya dengan ke matian paman Wannya yang mengenaskan...... Teringat akan paman Wan, hatinya merasa sedih sekali, raut wajah penuh kasih sayang yang telah memelihara dan mendidiknya selama sepuluh tahun segera muncul kembali dalam benaknya, dia tidak dapat mengendalikan rasa pedih dalam hatinya lagi, sambil mengepal tinju dan mendongak ke angkasa, lirihnya: "Aku hendak membalas dendam ..." Waktu itu si Berewok berpena baja Tio Ci hui sedang tercekam dalam kesedihan, ketika secara tiba tiba dilihatnya pemuda di hadapannya menunjukkan wajah gusar dengan hawa pembunuhan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyelimuti wajahnya, bahkan menggumam hendak membalas dendam, terkejutlah dia, diam diam pikirnya dengan perasaan bergidik: "Betul betul amat tebal hawa pembunuhan yang menyelimuti wajahnya, kalau dilihat dari keadaannya, dia mempunyai asal usul yang amat mengenaskan atau suatu pengalaman hidup yang memedihkan hatinya, jikalau tidak, mana mungkin dia menunjukkan emosi yang be gitu besar dan mengerikan?" Tiba-tiba terdengar burung gagak berkaok. Kedua orang itu segera tersentak kembali dari lamunan masing masing. Suma Thian yu memperhatikan suasana malam yang mencekam sekeliling tempat sekejap, lalu ujarnya kepada siberewok berpena baja: "Saudara Tio, malam sudah semakin kelam, mari kita harus selesaikan pekerjaan yang paling penting" Maka kedua orang itupun menggunakan pedang masingmasing membuat liang lahat.... Tak selang berapa lama kemudian, mereka telah menyiapkan tiga belas buah liang lahat. Yaa, angka tiga belas, suatu angka yang di anggap membawa sia. Sambil membopong mayat-mayat rekannya yang telah kaku, satu persatu siberewok berpena baja memasukkan jenasah-jenasah tersebut ke dalam liang lahat, dalam keadaan demikian, dia tak dapat membendung rasa sedihnya lagi sehingga menangis tersedu-sedu. Manusia adalah mahkluk berperasaan, walaupun kedudukan si Berewok berpena baja dalam perusahaan Sik liong piaukiok amat tinggi, namun dia adalah seorang yang berjiwa terbuka, dalam waktu-waktu biasa dia tak pernah membedakan hubungan tingkat kedudukan, pergaulannya dengan para piausu itu amat akrab, sehingga bukan saja ia dicintai juga dihormati oleh semua orang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kini, mereka telah meninggalkan dunia ini, akan beristirahat untuk selamanya ditengah bukit yang terpencil dan jauh dari keramaian manusia, untuk selama-lamanya..... Tak heran kalau dia menangis semakin sedih setelah menyaksikan rekan-rekan senasib sependeritaanya seperi harus berpisah untuk selamanya. Siapa bilang enhiong tidak melelehkan air mata? Mesti mereka baru akan mengucurkan air mata bila keadaan sudah amat memedihkan. Kesedihan yang muncul dari dalam hati sanubari pun merupakan kesedihan yang paping mencekam perasaan, Suma Thian yu mulai terpengaruh juga oleh suasana yang mengharu itu sehingga tanpa terasa titik air mata pun turut jatuh berlinang. Pekerjaan akhirnya diselesaikan dalam suasana yang penuh kesedihan dan kedukaan... Ditengah bukit, dalam lapangan yang luas, kini telah bertambah dengan tiga belas buah kuburan baru, disanalah tiga belas orang piau su yang setia sampai mati beristirahat untuk selamanya. Suma Thian yu mendongakkan kepalanya memandang kegelapan malam yang semakin mencekam, kabut telah menyelimuti permukaan, pakaian merekapun telah basah, ia tahu fajar tak lama lagi akan menyingsing, buru-buru dia berjalan mendekati si Berewok berpena baja. Waktu itu si Berewok berpena baja berdiri termangu-mangu didepan kuburan sambil menahan rasa sedih yang luar biasa. Orang yang sedih selamanya memang paling gampang menaruh simpatik dan memahami kesedihan orang lain. Suma Thian yu menepuk bahu siberewok berpena baja pelan, lalu hiburnya dengan lembut: "Saudara Tio, harap kau tak usah bersedih hati lagi, sekalipun peristiwa ini terjadi diluat dugaan, janganlah kau bawa kesedihan menuju ke hal-hal yang negatip. Asal kita bisa melacak peristiwa ini sehingga duduknya perkara menjadi

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jelas, dan kita pun bisa membalas kan dendam untuk mereka, aku yakin arwah sahabat-sahabat ini dialam baka pasti akan terhibur juga" Setelah mendengar kata-kata hiburan dari Suma Thian yu tersebut, si Berewok berpena baja Tio Ci hiu menghentikan isak tangisnya, sa hutnya kemudian dengan suara parau: Baik, selama Tio Ci hui masih hidup. aku pasti akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk membunuh kawanan pembegal berkerudung itu untuk membalaskan dendan bagi ketiga belas saudara ini Sekalipun harus naik kebukit golok atau meyeberangi lautan minyak mendidih, aku Sama Thian yu pasti akan membantu dengan segala kemampuan yang kumiliki" Janji sianak muda itu dengan bersungguh sungguh. Nadanya selain tulus wajahnyapun serius, sama sekali tidak bersikap pura-pura. SiBerewok berpena baja Tio Ci hui merasa terharu sekali, dia tak menyangka kalau pemuda tersebut bukan saja amat membenci kejahatan juga suka membantu orang, dia bersyukur karena dalam usahanya membalas dendam dan merebut kembali barang kawalan yang dibegal, ia telah memperoleh bantuan dari seorang tokoh yang gagah dan lihay. Sehingga hal mana membuat hatinya yang sedih merasa agak terhibur juga, sambil menjura serunya. Terima kasih banyak atas bantuan siauhiap, selumnya aku Tio Ci hui atas nama seluruh anggota perusahaan Sin liong piaukiok mengu capkan banyak-banyak terima kasih kepadamu Aaah, saudara Tio terlalu sungkan, bagikmu persoalan semacam ini sudah merupakan suatu kewajiban" Kemudian setelah berhenti sejenak, lanjutnya lebij jauh: "Mari kita pergi! Fajar sudah hampir menyingsing, luka dalam yang saudara Tio derita baru baru sembuh, kau harus mendapat banyak waktu untuk beristirahat

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Si Berewok berpena baja Tio Ci hui manggut-manggut, dia mengambil kembali pena bajanya lalu memandang sekejap kearah tiga belas buah kuburan itu dengan termangu, akhirnya dia bergumam: "Saudara-saudaraku, beristirahatlah dengan tenang disini!" Sekalipun aku Tio Ci hui harus mengorbankan jiwa, badan harus hancur remuk, pasti aian membalaskan dendam untuk kalian! Selesai bergumam, bersama Suma Thian yu berangkatlah dia meninggalkan tempat itu. Angin dingin menghembus lewat mengibar ujung baju, suasana ditempat penjuru tampak gelap gulita. Inilah saat-saat menjelang rintangnya fajar. Bila fajar hampir menyingsing, kadangkala saat-saat terakhir itulah merupakan saat yang paling gelap.... Mereka berdua segera mencari sebuah gua untuk beristirahat, karena tubuh memang sudah penat, tak lama kemudian merekapun tertidur nyenyak sekali. Bangun dari tidurnya, sinar matahari sudah memancar masuk kedalam gua, buru-buru mereka berdua mengisi perut dengan rangsum sambil bersiap siap untuk melanjutkan perjalanan lagi. Terdengar Suma Thian yu berkata: Saudara Tio, mari kita berangkat! Baru saja ucapan terakhir diutarakan, tiba-tiba dari luar gua terdengar seseorang menegus sambil menyeringai menyeramkan. "Heehh.. heehh...heehh...tidak sukar kalau ingin pergi, tapi tinggalkan dulu pedang Kit hong kiam tersebut! Mendengar perkataan tersebut, Suma Thian yu maupun si Berewok berpena baja merasa tertegun, mereka heran kenapa kehadiran orang itu sama sekali tidak diketahui oleh mereka? Itu berarti orang tersebut tentu mempunyai aeal usul yang luar biasa. Tanpa terasa kedua orang itu bersama-sama berpaling kearah mana berasalnya suara tersebut.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Didepan depan gua tampak berdiri seorang manusia aneh berbaju hitam yang mengenakan kain kerudung, sepasang matanya yang nampak dari luar memancarkan cahaya tajam yang menggidikkan. Si Berewok berpena baja Tio Ci hui yang menjumpai kehadiran manusia berkerudung itu, tanpa mengucapkan sepatah katapun segera bertindak lebih dulu, diam-diam ia menghimpun tenaga dalamnya lalu dengan gaya harimau lapar menerkam domba, sebuah pukulan dahsyat yang di sertai tenaga penuh langsung di ayunkan ke tubuh manusia aneh berkerudung itu. Serangan tersebut dilancarkan dengan mempergunakan segenap tenaga dalam yang dimiliki si Berewok berpena baja Tio Ci hui, maksudnya ingin membunuh, manusia aneh berkerudung hitam itu tertawa dingin, sepasang tangannya masih lurus kebawah dan sama sekali tidak menggubris atau pun berkelit kesamping. kalau dilihat dari sikapnya itu, dia seakan akan tak memandang sebelah matapun terhadap si Bere wok berpena baja. Waktu itu si Berewok berpena baja Tio Ci hui baru sembuh dari luka parahnya, melihat sikap lawannya yang begitu memandang hina, amarahnya kontan saja membara, api untuk membalas dendam membangkitkan suatu kekuatan besar dalam tubuhnya. Begitu serangan pertama belum berhasil, bagaikan seekor burung raksasa dia keluar dari gua tersebut. Pada saat yang bersamaan pula Suma Thian yu melompat keluar juga dari dalam gua. Si Berewok berpena baja Tio Ci hui belum mengalami keadaan seperti ini, sikap memandang rendah yang diperlihatkan manusia aneh berkerudung itu membuat amarahnya semakin membara, tampak rambutnya pada berdiri, tiba-tiba ia menerjang kedepan manusia aneh berkerudung itu, kemudian sepasang telapak tangannya didorong kedepan, sekali lagi tampak segulung angin pukulan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang termaha dahsyat menghantam atas tubuh manusia aneh berkerudung itu. Menyaksikan datangnya ancaman, manusia aneh berkerudung itu pun mengayunkan pula telapak tanganya untuk menyambut datangnya serangan tersebut, ketika dua gulung angin pukulan dahsyat saling bertemu satu sama lainnya, tiba-tiba saja....."Blaaamm suatu benturan dahsyat menimbulkan hembusan angin puyuh yang menerbangkan batu serta pasir. Sepasang bahu manusia aneh berkerudung itu tampak bergetar sedikit, ujung bajunya berkibar kencang, sebaliknya si Berewok berpena baja Tio Ci hui kena terhantam mundur sejauh tiga langkah dengan sempoyongan, dia bersusah payah sebelum berhasil berdiri tegak. Suma Thian yu yang menyaksikan jalannya pertarungan itu dari sisi arena dapat melihat keadaan tersebut dengan lebih jelas lagi, dia tahu ilmu silat yang dimiliki manusia aneh berkerudung itu masih setingkat lebih lihay dibandingkan dengan kepandaian silat yang dimiliki Tio Ci hui, diam-diam dia merasa gelisah. Begitu berhasil berdiri tegak, tiba tiba si Berewok berpena baja meloloskan senjata andalannya dari belakang punggung, tangan ka nannya diayunkan kedepan, pena dengan hembusan angin dahsyat segera meluncur kedepan menotok tubuh manusia aneh berkerudung tersebut, bentaknya dengan penuh kegusaran: "Pembegal yang tak tahu malu, serahkan nyawa anjingmu! Sejak kedua buah pukulannya gagal menimbulkan sesuatu kerugian bagi musuhnya, amarah dalam dada si Berewok berpena baja sudah berkobar, maka sekarang dia lantas mengembangkan ilmu pena Ji cap si si Thi pit hoat (dua puluh empat jurus ilmu pena baja) yang amat termashur itu dengan harapan bisa merobohkan musuhnya itu. Dalam suasana ini, rasa ingin menangnya membara amat dahsyat dalam dadanya, segenap perhatian maupun tenaganya tertuju kedepan, dia bertekad hendak mengalahkan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

musuhnya, itulah sebabnya tenaga serangan yang dipergunakan pun amat besar. Mencorong sinar tajam dari balik mata manusia aneh berkerudung hitam itu, tampaknya dia sudah dapat menebak maksud hati siBerewok berpena baja tersebut, setelah tertawa seram tubuhnya melejit keudara untuk menghindarkan dari ancaman tersebut, kemudian dari udara sebuah pukulan dilancarkan keatas kepala Si Berewok berpena baja dengan jurus Hu im sip gwat (awan tebal menutupi rembulan). Bagaimanapun juga, si berewok berpena bajaTio ci hui memang tak malu disebut jagoan lihay didalam dunia persilatan, sudah belasan tahun lamanya dia melatih diri dalam permain baja tersebut, baik ilmu tenaga maupun dalam Ilmu tenaga luar telah berhasil mencapai puncak kesempurnaan. Maka begitu dilihatnya manusia aneh berkerudung hitam itu menerkam kebawah sambil melancarkan serangan, buruburu dia melompat keatas sambil melepaskan tusukan dengan pena bajanya. Berada ditengah udara, kekuatan manusia aneh berkerudung hitam itu sangat berkurang banyak, buru-buru dia pergunakan jurus To yu cian hui (membalikkan sayap terbang ke depan) buru-buru melayang tiga kaki ke depan---Begitu berhasil mendesak lawan, si Berewok berpena baja memutar pena ditangan kanannya membentuk lapisan bayangan senjata yang sangat tebal, sekali lagi dia menerjang kearah manusia aneh ber kerundung hitam tersebut. Dalam teori ilmu silat, yang menjadi faktor utama adalah mengendalikan musuhnya, maka setelah melayang turun kebawah, manusia aneh berkerundung hitam itu segera mengayunkan kembali tangannya berusaha untuk merebut posisi yang lebih menguntungkan. Jilid 6

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

suma thian yu yang menyaksikan jalannya pertarungan dari sisi arenapun tak berani bersikap santai waktu itu, dengan sorot mata yang tajam, dia mengawasi terus jalannya pertarungan dengan harapan andaikan siberewok berpena baja tak sanggup mempertahankan diri, maka dia akan membantu setiap saat. Dalam pada itu, pertempuran yang berlangsung ditengah arena sudah mencapai puncak keseruanya. Si Berewok berpena baja dengan mengandalkan pena bajanya memainkan serangkaian serangan berantai untuk mendesak lawannya, sedangkan manusia aneh berkerudung hitam pun memainkan sepasang telapak tangan kosongnya untuk menahan datangnya serangan pena lawan. Dalam waktn singkat, seluruh arena telah dipenuhi oleh bayangan manusia serta angin pukulan yang menderu deru, lima kaki di sekitar arena diliputi oleh debu dan pasir yang berterbangan memenuhi angkasa, pertarungan tersebut benar-benar merupakan suatu pertarung an yang jarang sekali dijumpai kehebatannya. Mendadak terdengar manusia aneh berkerudung hitam itu meraung gusar, sepasang telapak tangannya melancarkan serangkaian yang berantai, dalam waktu singkat dia sudah melepaskan tiga buah serangan dahsyat yang kesemuanya menggunakan jurus jurus mematikan, kontan saja si Berewok berpena baja kena di desak sampai mundur sejauh satu kaki lebih dari tempat semula. Mempergunakan kesempatan itu, si berewok berpena baja segera mundur tiga langkah dan kemudian ia menarik napas panjang-panjang danmenghimpun segenap tenaga dalam yang dilatihnya selama puluhan tahun ini keujung senjatanya. Begitu senjata pena baja itu digetarkan kembali ditengah udara, dalam dalam waktu seluruh angkasa seraya dilipati oleh angin puyuh yang dahsyat, bayangan pena yang berlapis-lapis hampir seluruhnya mengurung tubuh manusia aneh berkerudung hitam itu rapat-rapat.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Merasakan tenaga kurungan yang semakin besar menggencet tubuhnya, kemarahan manusia aneh itu semakin membara, tubuhnya segera melompat kedepan, tiba-tiba dengan suatu gerakan cepat tangannya menghantam kedepan dadanya si Berewok berpena baja dengan jurus Lip pei thay san (mencabut keluar bukit Thay san.) Segulung kekuatan yang maha dahsyat bagai hancurnya bendungan, langsung saja meluncur kedepan dengan kekuatan yang mengerikan. Menanti si Berewok berpena baja menyaksikan datangnya ancaman tersebut, untuk menghindar sudah tak sempat lagi, tanpa terasa dia menjerit kaget: "Habis sudah riwayatku kali ini!" Sepasang telapak tangannya segera didorong kedepan, sambil memejamkan mata dia menanti saat kematianrya tiba. Siapa tahu disaat yang keritis itulah tiba-tiba terdengar suara bentakan keras menggema yang pecahkan keheningan, segulung angin pukulan teah menyambar kedepan, lalu seorang pemuda tampan tahu- tahu sudah berada dihadapnnya. Si berewok berpena baja hanya merasakan pandangan matanya menjadi kabur, seluruh badannya tahu-tahu sudah didorong oleh segulung tenaga lembut yang halus hingga tergeser lima depa kesamping, sementara tenaga pukulan lawan yang maha dahsyat itu sudah menyambar lwat sisi tubuhnya. Blaam terdengar benturan suara keras menggelegar memecahkan kesunyian, sebatang pohon siong yang berada dibelakangnya sudah tumbang keatas tanah. Si berewok berpena baja Tio Ci-hui menjadi amat terperanjat, mukanya pias seperti mayat, matanya terbelalak lebar dan mulutnya terngangga. Si berewok berpena baja Tio Ci-hui hampir tidak percaya dengan apa yang dilihat, ternyata orang yang mendorong tubuhnya kesamping dan menyelamatkan jiwanya tak lain adalah Suma Thian yu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tapi yang paling terperanjat bukan dia melainkan manusia aneh berkerudung hitam itu, dia percaya serangan yang dilancarkannya ba rusan sudah pasti dapat berhasil mengalahkan Tio Ci hui, siapa tahu dari tengah jalan telah muncul seorang Thia Kau kiai, bukan saja usahanya sia-sia belaka, dia sendiri malah kena tergetar mundur. Kontan saja seluruh hawa amarahnya dilampiaskan keatas tubuh Suma Thian yu, hawa pembunuhan dengan cepat menyelimuti wajahnya, dengan wajah penuh kegusaran teriaknya. "Bocah busuk, kau pandai sekali menyergap orang....... "Haaaa.....haaah......haaah, menyergap orang. Hmm, masih bisanya berkata begitu, untuk menjegal dirimu, buat apa mesti menggunakan cara main sergap?" Ucapan yang amat takabur ini kontan saja membuat si Berewok berpena baja menjadi terkesiap, matanya terbelalak lebar dan mengawasi Suma thian yu tanpa berkedip, dia kuatir sianak muda itu akan menderita kerugianbesar. Walaupun sudah dua kali nyawa si berewok berpena baja ditolong oleh Suma Thian yu, namun sebelum menyaksikan kelihayan dari anak muda tersebut dengan mata kepala sendiri, dia tak percaya kalau bocah tersebut memiliki kemampuan yang amat lihay. "Seorang bocah muda berusia enam tujuh belas tahun, berapa besarkah kemampuan yang bisa dimilikinya?" demikian dia berpikir. Tapi seringkali kenyataan bisa berbeda jauh dengan apa yang diduga dalam harinya. Seketika itu juga suasana dalam arena berubah menjadi luar biasa heningnya, inilah saat-saat terakhir menjelang berlangsungnya suatu badai yang amat dahsyat. Selama ini manusia aneh berkerudung hitam itu cuma membungkam diri dalam seribu bahasa, sementara sepasang matanya yang dingin bagaikan es mengawasi pedang Kit hong kiam yang tersoren dipunggung Suma Thian yu tanpa berkedip.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menyaksikan keadaan tersebut, Suma Thian yu segera memecahkan kesunyian itu lebih dulu, katanya: "Pencoleng berkerudung, tidak sulit jika kau menginginkan pedangku ini, cuma harus dilihat dulu apakah kau memiliki kemampuan tersebut, asal kau sanggup menangkan satu jurus dari sauya, pedang ini tanpa syarat akan kupersembahkan kepadamu, kalau tidak, hari ini sauya ingin merenggut pula selembar nyawamu. Menyinggung soal pedang Kit hong kiam, tanpa terasa arak muda itu terbayang kembali paman Wan nya yang dikasihi. Mendadak hawa amarah berkobar didalam dadanya, ia tak sanggup mengendalikan dirinya lagi, dengan mata melotot besar dia segera mencabut keluar pedang Kit hong kiamnya lalu diiringi suara gemerinciug nyaring, serentetan cahaya tajam kehijau-hijauan memancar ke empat penjuru. Melihat itu, tanpa terasa manusia aneh berkerudung itu berseru memuji: "Betul-betul sebilah pedang bagus" Berdiri dibawah sinar fajar dengan pedang terhumus, Suma Thian yu nampak sangat gagah dan penuh memancarkan sinar kewibawaan. Si Berewok berpena baja dapat menyaksikan raut wajah Suma Thian yu penuh diliputi hawa pemenuhan yang sangat tebal, tahukah dia kalau pemuda itusedang diliputi oleh amarah yang membara?. Tampaknya manusia aneh berkerudung hitam pun tahu kalau musuhnya bukan sembarangan musuh, dia tak berani memandang enteng lawannya, pelan-pelan pedangnya pun diloloskan keluar. Suatu pertarungan yang amat seru pun segera akan berlangsung didepan mata. Suma Thian yu yang muda dan berjiwa panas tak dapat menahan diri lebih dulu, dia berpekik gusar, tenaga dalamnya disalurkan ke dalam lengan kanan, kemudian pedangnya di putar dengan jurus sin liong jut im (naga sakti keluar dari mega) tampak selapis bunga pedang yang amat menyilaukan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mata langsung menusuk kearah tenggorokan manusia berkerudung tersebut..... "Serangan bagus!" seru manusia berkerudung itu sambil berkelit kesamping. Tangan kanannya dengan memainkan jurus Hek coa jut tong (ular hitam keluar dari guaj menyergap jalan darah Sian ki niat didalam tubuh Suma Thian yu, pedangnya dilancarkan bersamaan dengan gerakan tubuhnya. Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu dia sudah kehilangan bayangan dari Suma Thian yu. Sementara dia masih tertegun, mendadak dari sisi badannya terdengar seseorang tertawa nyaring. "Sauya berada distni! Betapa gusarnya manusia aneh berkerudung hitam itu karena merasa dipermainkan, sambil berpekik nyaring tubuhnya berputar arah, pedangnya dengan jurus Ya wan heng tok (sampan kecil menyeberang sungai) membabat pinggang Suma Thian yu. Belum kagi serangan itu tiba, Suma thian yu sudah merasakan desingan angin tajam yang menyambar tiba, ia tak berani berayal, denga ilmu langkah Ciok yiong koan poh ia menyelinap kesamping, memakai jurus Hoa sui hong siau (Bunga berterbangan mengikuti angin) ia menyelinap kebelakang tubuh manusia aneh berkerudung hitam itu sambil tertawa dingin. Padahal manusia aneh berkerudung hitam itu sudah merasa kalau serangannya dilancarkan dengan cepat dan tepat, baru saja ujung pedangnya hampir menusuk ditubuh lawan, tahu-tahu bayangan tubuhnya lenyap tak berbekas, disusul terdengar pihak lawan tertawa dingin dari belakang. Rasa kagetnya tak terlukiskan dengan kata, buru-buru pedangnya dimainkan dengan gencar. Sreet! Sreeet! Sreeet! Secara beruntun dia melancarkan tiga buah serangan kilat dengan jurus-jurus Kan kun to cuan (dua berputar balik), Khi koan tian hong (bianglala memancar diangkasa), Po im kian jit (menyingkap awan melihat matahati).

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tampak selapis cahaya bintang yang menyilaukan mata, disertai cahaya pedang yang berkilauan dengan cepat mengurung Suma thian yu dalam kepungan kabut pedang. Sekarang, Suma Thian yu baru merasakan kelihayan lawannya, buru buru ia salurkan ilmu Bu siang sia kang dari perguruannya kedalam permainan pedang, selapis bunga pedang diciptakan memenuhi angkasa, lalu disertai desingan angin tajam langsung menyapu kedepan. Setika itu juga tampaklah dua belah menari-nari diangkasa, cahaya tajam berkilauan memenuhi angkasa, bunga pedang menyusul kemana-mana, pertarungan yang sedang berlangsung benar-benar merupakan suatupertarungan yang amat sengit. Selama ini si Berewok berpena baja Tio Ci hui hanya menyaksikan jalannya pertarungan dari sisi arena, selama ini dia amat menguatir kan keselamatan jiwa Suma Thian yu, bahkan mengucurkan peluh dingin baginya. Akan tetapi setelah menyaksikan kelihayan yang dimiliki pendekar cilik ini, dia baru merasa terkejut bercampur girang, sekarang dia sudah tak bisa membedakan lagi mana yang Suma thian yu dan mana si manusia berkerudung. Kecuali dua sosok bayangan manusia yang saling menyambar dibalik kabut pedang yang tebal, ia hampir boleh dibilang tidak melihat apapun. Makin bertarung Surna Thian yu merasa makin perkasa, rasa ingin menang hampir menyelimuti seluruh benaknya. Mendadak dia berpekik nyaring, seluruh badannya melejit ketengah udara, pedang Kit hong kiamnya menciptakan selapis cahaya tajam yang amat menyilaukan mata, dengan cepatnya lapisan cahaya itu mengurung seluruh badan manusia berkerudung itu. Bagaikan bayangan iblis yang menempeli lawan, manusia berkerudung hitam itu selalu berputar kesana kemari, kekiri kekanan mengikuti gerakan dari Suma Thian yu. Yang seorang adalah manusia aneh berkerudung hitam, sedang yang lain adalah seorang pemuda berwajah tampan,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

saat itu mereka berdua sudah bertarung sampai titik keadaan yang paling kritis, terlihat lapisan cahaya perak berkilauan dan amat menusuk pandangan. Makin bertarung manusia aneh berkerudung hitam itu semakin ter peranjat, ia tidak nyangka kalau kepandaian silat yang dimiliki pemuda itu begitu dahsyat, pada hakekat merupakan musuh paling tangguh yang pernah dijumpainya, seketika itu juga mencorong sinar keraguan dari balik matanya. Diam-diam dia lantas berpikir. Bocah keparat ini bertarung hanya mengandalkan pedang Kit hong kiam yang memainkan ilmu pedaog Kit hong kiam hoat, sudah jelas dia merupakan murid dari Wan Liang. Kalau dilihat usianya yang muda, ternyata ilmu silatnya sepuluh kali lipat lebih hebat dari pada Kit hong kiam Wan Liang, bukankah kejadian ini sangat aneh? Hari ini, kalau ia tidak kubunuh, sudah pasti dikemudian hari akan jadi bibit bencana bagi diriku sendiri....." Berpikir sampai disitu, dia lantas berpendapat bahwa "menghajar ular tidak mati, bibit bencana tidak ada habisnya, siapa tahu kkarena pikirannya harus bercabang, permainan pedangnya menjadi lamban. Hal mana segera memberikan peluang baik sekali bagi Suma Thian yu. Dengan pedang Kit hong kiamnya digetarkan keras, tubuhnya melompat kedepan sambil melakukan sebuah sapuan kilat, selapis cahaya pedang memancar keempat penjuru, menanti manusia aneh berkerudung hitam itu sudah kena disambar lepas oleh cukilan pedang Suma Thian yu. Dengan cepat terlihatlah selembar wajah yang amat tampan sekali muncul dari balik kain tersebut. Peristiwa ini sama sekali diluar dugaan, mimpipun manusia aneh berkerudung hitam itu tak menyangka kalau gerakan lawan bisa secepat itu, buru-buru dia melancarkan sebuah bacokan kilat, kemudian sepasang bahunya bergerak dan lalu ia melejit ketengah-tengah udara, dalam beberapa lompatan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

saja dia sudah mencapai puluhan kaki dan lenyap dari pandangan mata. Tindakan yang sangat tiba-tiba ini diluar dugaan siapapun, ternyata manusia aneh berkerudung hitam itu bukan kabur lantaran kalah, melainkan justru karena kain kerudungnya kena disambar hingga terbuka. Panjang untuk diceritakan, cepat didalam kenyataaan, sejak terjadinya peristiwa kain kerudung yang tersingkap sampai tindak melarkan diri, semuanya dilakukan dalam waktu singkat, sehingga si Berewok berpena baja Tio Ci hui yang berdiri disisi arena tak sempat melihat jelas paras muka yang sebetulnya dari manusia berkerudung itu. Begitu berhasil menyingkap kain kerukdung lawan, tiba-tiba Suma Thian yu merasakan ada segulung tenaga pukulan yang menyergap tubuhnya, buru-buru dia miringkan kesamping untuk menghindarkan diri. Tampak serangan tersebut dilancarkan manusia berkerudung itu dalam keadaan gusar, angin pukulan itu sedemikian dahsyatnya se hingga sebatang pohon yang berada dibelakang Suma Thian yu terhajar sampai patah dan roboh ke tanah. Melihat kesempatan untuk membalas dendam segera akan berakhir, buru-buru Suma Thian yu berseru keras. "Kejar! Dengan kecepatan bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya, dia langsung melejit ke depan. Si Berewok berpena baja yang menyaksikan rekannya melakukan pengejaran, diapun dengan perasaan bingung ikut melakukan penge jaran pula dari belakang. Ditengah pegunungan sepi, terlihatlah tiga sosok bayangan manusia secepat sambaran kilat melakukan kejar mengejar, bagaikan tiga gulung asap hitam, mereka meluncur cepat ke muka. Makin kabur manusia berkerudung itu semakin cepat, bagaikan kuda liar dia berlarian tiada hentinya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sambil menggigit bibir, Suma Thian yu segera mengejardari belakangnya dengan ketat. Lima kaki, tiga kaki, satu kaki.... Tampaknya Suma Thian yuskan berhasil menyusul dibelakang tubuh manusia aneh berkerudung hitam itu, seakan akan mempunyai mata dipunggungnya, mendadak dia merentangkan sepasang tangannya, kemudian bagaikan seekor burung elang raksasa, dengan kecepatan luar biasa menerebos masuk kedalam hutan. Tanpa berpikir panjang lagi Suma Thian yu segera melejit ketengah udara dengan jurus Cing cian tui hong (Comberet hijau mengejar angin) diapun ikut mengejar kedalam hutan. Orang persilatan mempunyai pantangan yang besar, yakni bila bertemu hutan jangan. Namun Suma thian yu sama sekali tidak memperdulikan tantangan tersebut. Begitu masuk kedalam hutan, dia segera kehilangan jejak dan dari manusia aneh berkerudung hitamitu, untuk sesaat Suma Thian yu menjadi sangsi... Tiba-tiba terdengar suara bentakan keras bergema dari dalam hutan, tiga titik cahaya disertai dengan angin tajam, dengan berpen car dalam posisi segitiga langsung meluncur ke arah Suma Thian yu. Suma thian yu adalah seorang anak mada yang belum berpengalaman, mimpipun dia tak menyangka kalau manusia berkerudung hitam itu bakal melancarkan serangan mematikan seperti ini, menanti dia sadar akan datangnya bahaya, tiga batang pian beracun telah muncul didepan mata. "Aaah...!" serunya kaget. Dalam keadaan yang amat berbahaya, Suma Thian yu segera ber tindak cepat, dengan gerakan Gi kiong ciu pon (menggeser posisi maju berlangkah) badannya melejit lima depa ke samping. Sreet! Sreet! Sreet! tiga batang pian terbang telah meluncur lewat dari sisi tubuhnya dan menghajar diatas dahan pohon disebelah kanan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kalau dibilang berbahaya, keadaan yang dihadapinya saat itu benar-benar berbayaha sekali, sedikit saja meleset bisa mengakibat kan pisau beracun menembusi ulu hatinya. Peluh dingin bercucuran membasahi seluruh badan Suma Thian yu, sejak dilahirkan dari rahim ibunya, belum pernah ia alami kejadian seperti ini, kontan saja amarahnya berkobar. Dengan cepat ia melejit keudara sambil menerjang kearan mana datangnya sergapan tersebut, berada ditengah udara dia berpekik pan jang, sepasang telapak tangannya didorong ke depan melepaskan sebuah pukulan dahsyat. Seketika itu juga terdengarlah suara gemuruh yang amat memekikkan telinga dalam hutan tersebut, lalu beberapa batang pohon siong bertumbangan ke atas tanah. Serangan yang dilancarkan Suma Thian yu dalam keadaan gusar ini telah disertakan tenaga Bu siang sin kang yang maha dahsyat, kehebatannya benar-benar mengerikan sekali. Tapi, suasana didalam hutan tersebut masih tetap senyap tak kedengaran sedikit suarapun, sementara bayangan tubuh dari manusia aneh berkerudung hitam itu sudah lenyap. Sambil mendepak-depakkan kakinya keatas tanah dengan gemas, Suma Thian yu bergumam: "Bajingan licik yang berotak anjing........hitung-hitung nasibmu memang lagi mujur!" Pada saat itulah, si Berewok berpena baja Tio Ci-hui telah sampai pula ditempat tujuan. Kepada rekannya yang baru tiba itu, Suma Thian yu menggelengkan kepalanya berulang kali, rasa kecewa terlintas di atas wajahnya. Sudah kabur!" dia bergumam sambil menghela napas. "Suma Hiante, tindakanmu melakukan pengejaran tadi sungguh mencemaskan hatiku! Tahukah kau, mereka adalah manusia-manusia laknat yang berhati busuk, perbuatan keji seperti apa saja dapat mereka lakukan, lain kali jika bertemu lagi dengan peristiwa semacam ini, kau harus berhati-hati lagi" Mendengar perkataan itu, Suma Thian yu segera teringat kembali dengan tindakan yang baru saja dilakukan, berbicara

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang sesungguh nya andaikata didalam hutan tadi benarbenar sudah disiapkan musuh dalam jumlah banyak, bisa jadi dia menderita kerugian yang amat besat. Maka dengan perasaan menyesal katanya: "Tadi aku hanya dibikin jengkel oleh keadaan hingga mata gelap, lain kali aku pasti akan bertindak lebih hati-hati lagi" Ketika berbicara sampai disitu, mendadak ia teringat akan sesuatu, segera serunya: Tio toako, sungguh tampan wajah orang itu Apa? Kau berhasil melihat jalan raut wajah orang itu? seru si Berewok berpena baja cepat. "Yaaa, walaupun hanya sikejap mata, namun aku dapat melihat jelas raut wajah orang itu. "Berapa besar usianya? "Antara empat puluh tahunan "Bagaimanakah tampangnya?" "Bermata jeli, beralis mata lentik, hidung mancung dan mulut lebar......." "Bermata jeli, beralis mata lenting, hidung mancung dan mulut lebar, mungkinkah dia? Si Berewok berpena baja Tio Cihui segera bergumam pelan. Siapakah dia? Tio toako.... buru-buru Suma Thian yu bertanya. "Aaaah, tak mungkin" kembali si Berewok berpena baja Tio Ci hui menggelengkan kepalanya berulang kali, mustahil bisa dia, yaa dia adalah seorang Kuncu, seorang lelaki sejati" "Siapakah dia Tio toako? Siapa yang kau maksudkan?" melihat si Berewok berpena baja bergumam tiada hentinya, timbullah perasaan ingin tahu di dalam hati Suma Thian yu. "Hiante, kau tak usah bertanya, aku hanya salah bicara saja. Orang itu bernama besar dan berkedudukan terhormat di dalam dunia persilatan, dia adalah seorang pemimpin dunia persilatan yang paling dihormati orang selama sepuluh tahun terakhir ini." Siapakah dia?" "Bi ku lun (Kun lun indah) Siau wi goan!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Oleh karena anak muda itu mendesak terus menerus, terpaksa si Berewok berpena baja ini harus menyebut juga nama tersebut. Tetapi selang beberapa saat kemudian, dia berkata lebih jauh: "Raut wajah Siau Tayhiap mirip sekali dengan orang kau jumpai itu, maka aku telah salah menduga akan dirinya. Siau Wi goan? Suatu nama yang amat dikenal...... sehabis mendengar perkataan dari si Berewok berpena baja, Suma Thian yu ber pikir terus tiada hentinya. Dia merasa seperti pernah mendengar nama itu, ia berusaha keras untuk menemukan siapa gerangan dia. Akhirnya dia teringat, bukankah nama tersebut adalah nama yang seringkali di sumpahi dan dimaki-maki paman Wan? Yaa, benar! Paman Wan malah pernah berkata begini: "Siau Wi goan wahai Siau Wi goan! Bagaimanapun licikmu, tak mungkin kau akan berhasil menemukan aku orang she Wan" Kejadian itu sudah berlangsung lama sekali, waktu itu ia dan paman Wan baru selesai membenahi gua mereka. Maka selapis hawa pembunuhan yang menakutkan dengan cepat menyelimuti wajah Suma Thian yu, darah panas segera mendidih dalam dadanya, iapun merasa menyesal. Ia menyesal mengapa membiarkan manusia aneh berkerudung hitam itu lolos dari pengejarannya, andaikata waktu itu dia berhasil membekuknya, bukankah semua kecurigaan tersebut dapat dipecahkan? "Suma hiante, mengapa kau?" Ketika si Berewok berpena baja menyaksikan paras muka Suma Tbian yu berubah aneh, dia segera ber tanya dengan wajah tercengang. Suma Thianyu sedang termenung sambil mutar otaknya keras-keras, cepat-cepat ia menjawab: "Aaaah, tidak apa-apa!" Masih sedih?" "Yaa, benar

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia tak ingin membocorkan rahasia tersebut, terutama sekali rahasia antara paman Wan dengan Siau Wi-aoan. Tentu saja alasan yang terutama adalah karena dia belum memahami secara keseluruhan akan rahasia tersebut, ia kuatir tindakannya yang kelewat terburu-buru justru akan ditertawakan orang. Apa lagi kalau didengar dari ucapan si Berewok berpena baja Tio Cu hui terhadap Siau Wi goan mendekati rasa hormat yang berlebihan, dia merasa antipatik yang diperlihatkan bisa mencurigai orang itu, bahkan akan mempersulit usahanya untuk membongkar perbuatan jahat yang dilakukan Siau Wi goan. Si Berewok berpena baja Tio Ci bui belum lama berkenalan dengan Suma Thian yu, tentu saja dia tak dapat meraba jalan pikiran dari sianak muda itu. Dengan nada menghibur, dia lantas berkata: "Adikku, biarkan saja pencoleng itu kabur, lain kali bila kitasampai menemukannya kembali, jangan kita biarkan mereka lolos, mari kita pergi sekarang Suma thian yu segera menyarungkan kembali pedangnya kedalam sarung, kemudian ia memetik sekuntum bunga, mengendusnya pelan-pelan dan jalan mengikuti si berewok berpena baja. Bagian Ketujuh Perusahaan Sin Liong piaukiok terletak diujung jalan Heng yang dalam kota Heng ciu, bangunannya menempati areal tanah seluas puluhan hektar, dinding pekarangannya terbuat dari batu hijau, disisi pintu gerbang berdiri sepasang patung singa batu yang berat nya mencapai puluhan ribu kati. Setiap orang orang persilatan yang datang di kota Heng ciu, kebanyakan akan berkunjung keperusahan Sin liong piaukiok untuk menyambangi cong piauiaunya "Mo im sin liong (naga sakti penggosok awan) Wan Kiam Cu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seakan-akan siapa saja yang bisa berkunjung ketempat itu, maka sekeluarnya dari sana maka kedudukkannya akan terasa lebih tinggi dan terhormat... Hari itu, ketika cong piautau Mo im sin liong Wan kiam ciu sedang berancang-bincang dengan seorang tetamu yang datang ber kunjung, tiba-tiba dari luar pintu muncul anak buahnya yang segera memberi laporan: "Cong piautau, Tio piautau telah kembali! Mendengar si adik angkatnya telah pulang, Ko im sin liong Wan Kiam ciu merasa girang sekali, segera serunya: "Ehmm, sampaikan padanya setelah menyelesaikan urusan, suruh datang kemari, oh yaa, benar, beritahu kepadanya sepanjang jalan dia tentu amat lelah..... Mendengar perkataan itu, buru-buru orang itu berseru lagi: Lapor cong piautau, Tio piautau pulang sendirian, dia datang hanya ditemani orang pemuda. "Apa?" mendengar 'aporan itu, dengan terkejut Mo im sin liong Wan Kiamciu melompat bangun, tak sempat minta maaf kepada tamunya lagi, buru-buru dia lari keluar. Para ramunya yang menjumpai kejadian itu segera tahu kalau disana telah terjadi suatu peristiwa. Karena itulah mereka bersama sama ikut memburu keluar pintu gerbang. Begitu sampai didepan pintu, Mo im sin liong Wan Kiamcu saksikan adik angkatnya si Berewok berpena baja Tio Ci hui berdiri didepan pintu dengan wajah sedih dan murung, dibelakangnya mengi kuti seorang pemuda berwajah tampan. Buru-buru dia menegur: "Hiante, sebenarnya apa yang telah terjadi?" Berjumpa kakak angkatnya, si Berewok berpena baja merasa bagaikan bertemu sanak sendiri, rasa sedih yang tibatiba mendekam perasaannya membuat ia tak bisa mngendalikan diri lagi. Ia segera memeluk saudara angkatnya dengan air mata berlinang, tak sepatah katapun yang bisa diucapkan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Melihat itu, Mo im sin liong Wan Kiam ciu segera berkata lagi: "Hiante, aku sudah tahu, apakah barang kawalanmu dibegal orang?" Si Berewok berpena baja manggut-manggut tanpa menjawab. "Tidak mengapa" hibur Wan Kiam ciu cepat, "sebagai seorang lelaki kita harus dapat menghadapi setiap perubahan, bisa diambil bisa pula dilepas, kau sudah lelah, beristirahatlah dulu, kemudian baru pelan-pelan menceritakan kisah tersebut kepadaku Cong piautau dari perusahaan Sin liong piau kiok memang seorang lelaki yang hebat dan berjiwa besar. Suma Thian yu yang berdiri dibelakang Si Berewok berpena baja Tio Ci hui diam-diam merasa kagum sekali. Pelan-pelan Si Berewok berpena baja mendongakkan kepalanya, lalu dengan mata merah katanya sedih. Toako, siaute tak becus, ternyata tak mampu melindungi barang kawalan tersebut, yang lebih tak beruntung lagi, mereka telah gugur semua ditangan musuh Dia lantas menceritakan semua kisah kejadian itu dengan jelas, ketika berbicara tentang ketiga belas saudara yang tewas, Tio Ci hui tak dapat membendung air matanya lagi. Selesai mendengar laporan tersebut, Mo im sin liong wan Kiam cie menunjukkan pula rasa sedih yang tebal, butiran air mata tampak mengembang dalam kelopak matanya, tapi dia masih berusaha keras untuk menahannya agar jangan meleleh keluar. Sampai lama kemudian, Wan Kiam ciu baru berkata. Hiante, aku telah membuatmu susah selama ini, cepatlah rawat lukamu, kau harus lebih mengutamakan kesehatan badanmu.... Kemudian sambil menjura ke arah Suma Thian yu, lanjutnya:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Siauhiap, terima kasih banyak atas bantuanmu, siauhiap tentu merasa lelah bukan, silahkan mengikuti Tio hiante masuk kedalam untuk beristirahat!" Saking terharunya si Berewok berpena baja melelehkan air mata dengan deras, tentu saja dia rikuh untuk pergi beristirahat. Tiga belas saudara telah gugur, sepasukan kereta barang telah hilang....akhirnya ia tertunduk dengan sedih, titik air mata jatuh bercucuran membasahi seluruh wajahnya. Mo im sin liong Wan Kiam ciu tidak menghalanginya untuk menangis, dengan membawa perasaan sedih dia berjalan masuk keruang da lam, sebelum berlalu, pesannya kepada kasir. "Turunkan bendera perusahaan, naikkan bendera berduka cita! Bendera berduka cita merupakan bendera yang dinaikkan untuk mengenang para piaucu yang tewas, setiap kali ada yang jatuh korban dalam setiap perjalanan, cong piautau pasti akan memerintahkan sang kasir untuk mengganti bendera perusahaan dengan bendera segitiga pertanda duka cita Malam itu seluruh perusahaan berada dalam suasana hening, setelah cong piautau memerintahkan orang untuk mengatur para tamu untuk tidur, dia mengurung diri dalam kamar baca dan berjalan mondar mandir semalaman suntuk dengan perasaan sedih. Keesokan harinya, ketika Mo im sin liong Wan Kiam ciu sedang berada dalam lamat-lamat tidur, mendadak ia mendengar suara hiruk pikuk dari luar, Wan kiam ciu segera tersadar kembali dari tidurnya. Baru saja dia akan melangkah keluar dari kamar, seorang pegawainya telah lari mendekat sambil berteriak: Aduuh celaka... Cong.... Cong piautau panji duka cita dicuri orang.... Diam-diam Mo im sin liong Wan Kiam merasa tertegun, tapi dia masih berusahau untuk mempertahankan ketenangannya, sambil mengulapkan tangannya dia berseru:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Pergilah kau! Aku akan segera menyusul..." Sepeninggal pegawainya, Mo im sin liong Wan Kiam ciu mendongakkan kepalanya dan menghela napas panjang, pelbagai pikiran serasa berkecamuk didalam benaknya, ia tidak habis mengerti siapa gerangan manusia aneh berkerudung hitam itu? Mengapa pula mereka bermusuhan dengannya? Tatkala Mo im sin liong Wan Kiam ciu tiba ditengah lapangan, ditengah lapangan sudah penuh kerumunan ratusan orang pegawai dan puluhan orang piausu, diantaranya terdapat pula jago-jago persilatan yang kebetulan berkunjung kesana. Tatkala semua orang menyaksikan cong piautaunya munculkan diri, suasana menjadi hening, sorot mata semua orang ditujukan kearahnya dan setiap orang membungkam diri dalam seribu bahasa. Dengan senyuman getir menghiasi wajahnya, Mo im sin liong Wan kiam ciu pelan-pelan berjalan ketengah arena dan manggut-manggut kepada setiap orang yang dijumpainya. Saat itulah, seorang kakek munculkan diri dari kerumunan orang banyak dan berjalan menuju kehadapan Wan Kiam ciu, setelah memberi hormat katanya: "Lapor cong piautau, pagi tadi ketika Hui lam keluar hendak menaikkan bendera, tiba-tiba dijumpai panji duka cita itu sudah hilang, sementara diujung tiang bendera telah ditemukan sebatang panah, silahkan congpiau memeriksanya" Mendengar laporan itu, Mo im sin liong wan Kiam ciu mendongakkan kepalanya, benar juga, di pucuk tiang bendera itu telah sebatang anak panah. Melihat itu, katanya sambil tersenyum: Sim suhu, mundurlah dulu Menanti piausu yang bernama Sim Hui lam mundur, Mo im sin liong wan Kian ciu melakukan perondaan ke seluruh lapangan, kemudian baru berkata dengau suara lantang: "Saudara sekalian, sejak didirikan hingga kini perusahaan kita sudah bercokol selama dua puluh tahun lamanya, berkat

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bantuan dari saudara sekalian, perusahaan kita baru berhasil mencapai sedikit kemajuan seperti hari ini, lohu yakin tak pernah menyalahi sobat sobat dari dunia persilatan, siapa tahu berapa hari berselang barang kawalan kita dibegal orang, kemarin panji duka cita juga dicuri orang, rejeki tidak tiba berbareng, bencana tidak jalan sendiri, jelas hal ini merupakan suatu pembicaraan dan suatu tantangan buat kita, yang patut disesalkan hingga kini, kita masih belum mengetahui dengan jelas siapa gerangan musuh kita tersebut." Ketika berbicara sampai disitu, mendadak terdengar seseorang berseru keras. Kalau begitu pembegal itu berkerudung?, Pelan-pelan Mo im sin liong wan Kian ciu mengangguk, sambungnya lebih jauh: "Benar! Mereka adalah sekawanan pencoleng berkerudung hitam, tanpa kita ketahui siap mereka, mana mungkin kita bisa turun tangan untuk melacaki jajaknya? Setelah lohu berpikir keras semalaman suntuk, akhirnya aku berhasil menarik dua kesimpulan" Berbicara sampai disini, dia berhenti sejenak untuk memandang orang-orang yang berada dihadapannya, setelah itu sambungnya lebih jauh: "Pertama kita tutup pintu perusahaan untuk mencari jejak pencoleng, kedua melanjutkan usaha ini sambil menantikan perubahan selanjutnya" begitu ucapan tersebut diutarakan, suasana menjadi gempar, masing masing saling berbisik membicarakan persoalan itu, ada yang setuju gegasan pertama ada pula yang menyetujui gagasan kedua, untuk sesaat suasana menjadi kacau balau tak karuan. Mo im sin liong sama sekali tidak melakukan tindak pencegahan apa-apa, sebab ia sendiripun tidak tahu harus memilih yang manakah diantara kedua macam gagasan tersebut. Ditengah suasana yang hiruk pikuk, mendadak terdengar seorang pemuda berseru dengan lantang:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Harap saudara sekalian sedikit tenang!" Suara yang menggeledek itu kontan saja membuat suasana dalam arena berubah menjadi tenang kembali, serentak semua orang berpaling kearah pemuda itu. Ternyata pemuda itu tak lain adalah Suma Thian yu yang diajak datang bersama si Berewok berpena baja Tio Cihui kemarin. Mo im sin liong Wan Kiam ciu memperhatikan Suma Thian yu sekejap, lalu tanyanya dengan suara lembut: "Siauhiap, apakah kau mempunyai suatu pendapat?" Suma Thian yu segera menjura, kemudian sambil menuding kearah tiang bendera itu katanya: Asal panah tersebut dapat kita ambil, rasanya tidak sulit untuk mengetahui siapakah musuh kita itu" Mendengar perkataan itu, Mo im sin liong wan Kiam ciu menjadi tertegun, ia mendongakkan kepalanya lalu membungkam dalam seribu bahasa. Perlu diketahui tiang bendera itu tingginya paling tidak mencapai dua puluhan kaki bukan suatu pekerjaan yang sudah untuk memanjat naik ke puncak tiang setinggi itu. Mendadak dari tengah arena berkumandang suara teguran yang amat merdu: "Siauhiap, apakah kau berniat untuk menggajak kami bergurau? Atau mentertawakan kami yang tak mampu naik ke atas?" Mendengar ucapan tersehat, Suma Thian yu segera berpaling, tapi dengan cepat ia menjadi tertegun. Ternyata dari tepi arena berjalan keluar seorang gadis berbaju hijau yang cantik rupawan, kulit tubuhnya putih halus, usianya enam belas tahun, mukanya bulat telur dengan hidung yang mancung, bibir yang kecil dan mata yang jeli. Boleh dibilang dia adalah seorane gadis yang cantik rupawan, membuat Suma Thian yu menjadi tertegun dan lupa untuk menjawab. Tiba-tiba terdengar Mo im sin liong Wan Kiam ciu menegur keras:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Anak Lan, jangan kurangajar!" Dengan cepat Suma Thian yu menjadi tersadar kembali, segera pikirnya: Ternyata dia adalah putri kesayangan dari Wan cong piautau, tak heran kalau kecantikannya bagaikan bidadari dari kahyangan" Maka dia lantas menjura kepada nona itu sembari berkata: "Nona telah salah paham, aku hnya bermaksud baik saja" "Hmmm! Maksud baik? nona itu menggigit bibirnya kencang kencang, "tolong tanya, dari mana kau bisa tahu kalau dengan mengambil panah tesebut maka kita akan mengetahui siapakah musuh kita itu? Aku hanya berpendapat demikian, karena..... Belum habis dia berkata, terdengar Mo im sin-Iiong telah menukas sambil tertawa. "Saudara sekalian, lupakan saja persoalan hari ini, apalagi kesempatan sebaik ini juga sukar ditemukan, mengapa tidak kita gunakan kesempatan ini untuk menggunakan suatu perlombaan? Secara tiba-tiba Mo im sin-Iiong Wan Kiam cui mengucapkan perkataan itu apalagi dalam suasana seperti ini. Kontan saja semua orang dibikin kebingungan setengah mati, semua orang tidak tahu rencana apakah yang terselip di balik kesemuanya itu? Setiap orang dengan wajah keheranan bersama-sama menunggu ia melanjutkan kembali kata-katanya. Menyaksikan semua orang merasa keheranan, Mo im sin liong Wan Kiam ciu segera tertawa terbahak-bahak. "Haaahh.....haahh......haahh apakah kalian keheranan? Kalian pasti mengira lohu sedang mencari gara-gara dalam suasana seperti ini bukan? jangan curiga, ilmu silat memang melupakan suatu kepandaian yang harus dipacu untuk maju, mengapa kita tidak manfaatkan kesempatan ini untuk menyelenggarakan suatu perlombaan untuk memperebutkan panah? Selain sebagai hiburan juga untuk mengendorkan pikiran yang sudah penat dan lelah!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagus sekali! mendengar usul itu, semua orang segera bersorak sorai dengan gembira. Hanya siberewok berpena baja Tio Gi-hui seorang yang memandang Wan Kiam ciu sambil termangu-mangu, dia cukup mengetahui watak dari kakak angkatnya ini, mustahil dia bisa melakukan perbuatan semacam ini dalam suasana dan keadaan semacam ini, maka dalam hati kecilnya dia lantas berpikir: "Jangan jangan dia mencurigai Suma siaute? Kalau tidak, mungkin ia sudah mengetahui kalau ada musuh yang telah menyelundup dibalik kawanan manusia yang hadir sekarang? Si Berewok berpena baja Tio Gi-hui memang tak malu disebut sebagai seorang jago kawakan dalam dunia persilatan, ternyata apa yang dipikirkan Mo im sin liong Wan Kiam ciu telah memerintahkan pegawai pegawainya untuk membereskan lapangan, menyiapkan meja per jamuan dan memerintahkan koki untuk menyiapkan hidangan dan arak. Tak selang berapa saat kemudian, sekeliling lapangan sudah dipenuhi oleh meja kursi, yang tersisa hanyalah tanah lapang seluas lima kaki dengan tiang bendera itu sebagai pusatnya. Buru-buru Mo im sin liong mempersilahkan para tamu untuk duduk, sedangkan dia bersama putri kesayangannya duduk di meja utama disebelah timur. Suma Thian yu duduk bersama dengan si berewok berpena baja Tio Ci hui.... Setelah duduk, dengan suara lirih si Berewok berpena baja Tio Ci hui segera berbisik kepada Suma Thian yu: "Hiante, selama berada disini, berhati-hatilah dalam pembicaraan maupun gerak gerik "Kenapa?" tanya pemuda itu keheranan. "Kau harus tahu, kelewat menunjukkan kelihayanmu hanya akan menuncing rasa dengki orang lain" Si Berewok berpena baja Tio Ci hui hanya bisa berkata demikian, karena dia sendiripun tidak mengerti apa maksud yang sebenarnya dari kakak angkatnya itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah semua orang duduk dan hidangan di keluarkan, Mo im sin liong Wan Kiam ciu segera mengangkat cawannya sambil bangkit ber diri, kemudian kepada semua orang serunya; Saudara sekalian, mari kita keringkan secawan arak, perusahaan kami tak pernah menerima kunjungan kunjungan yang begitu banyak dari tamu-tamu agung seperti hari ini, adapun didalam peryelenggaran pertemuan ini, lohu selain ingin menyelenggaraan permaian perebutan anak panah, akupun ingin sekali menyaksikkan saudara sekalian bisa memberikan pertunjukan yang menarik." Ucapan tersebut mempunyai arti yang mendalam, beberapa orang diantara mereka yang berperasaan tajam segera dapat menangkap maksud lain dibalik ucapan tersebut, masingmasing lantas membicarakannya dengan suara berbisik-bisik. Selesai berkata, Mo im sim liong segera meneguk habis isi cawannya, kemudian memandang sekeliling tempat itu sambil menantikan reaksi. Dalam waktu singkat, dari meja sebelah barat telah berdiri seseorang, sambil menjura orang itu berseru: Cong piauiau, siauloji akan turun kearena paling dulu. Ternyata orang itu adalah piausu Sim Hui lam. Sambil menggulung bajunya dia menuju ketengah arena, setelah memberi hormat katanya: "Sobat darimanakah yang ingin memberi petunjuk kepadaku?" Sim Hui lam merupakan seorang piausu yang paling sombong dan tinggi hati dalam perusahaan tersebut, walaupun dia cuma seorang jagoan dari kelas dua, namun dihari-hari biasa dia sering membentak-bentak anak buahnya atau mendamprat anak buahnya dengan kata kasar, sebab itu banyak orang yang tak senang kepadanya. Sudah banyak tahun dia bekerja dalam perusahaan, tetapi belum pernah naik pangkat, maka begitu ada kesempatan untuk memamerkan kepandaiannya, tentu saja dia tak akan melepaskan kesempatan tersebut dengan begitu saja.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu sampai ditengah arena, semua orang segera berbisik membicarakan persoalan itu, sayang tak seorangpun yang menampakan diri. Melihat tiada orang yang menanggapi tantangannya itu, dia menjadi rikuh sendiri, dan akhirnya sambil menjura kepada Cong piautaunya dia berkata. Cong piautau, bagaimana kalau Hui lam mainkan serangkai ilmu pukulan saja untuk menghibur para tamu?" Belum sempat Mo im sin liong menjawab, sesorang telah melayang turun ketengah arena, kemudian sahutnya: "Tidak perlu, biar aku saja yang menemanimu bermain beberapa gebrakan....." Sim Hui lam segera berpaling, ternyata orang itu adalah seorang lelaki setengah umur yang berbaju perlente, sekilas pandangan saja dapat diketahui kalau dia adalah tamu yang berkunjung semalam, buru buru dia menjura sambil bertanya. "Tolong tanya siapakah nama saudara? Kalau kau bersedia untuk bermain beberapa geb rakan, hal ini lebih baik lagi" Lelaki setengah umur itu menjura untuk membalas hormat, lalu sahutnya. Aku she Kang bernama Pun san, orang persilatan menyebutku sebagai Cha gi sui (tikus bersayap), silahkan Sim suhu memberi petunjuk" Kalau begitu maaf..." kata Sim Hui lam sambil menjura. Dengan jurus Hek hou tou sim (harimau hitam mencuri hati) mendadak kepalan kanannya disodokkan ke perut si Tikus bersayap Kang Pun san. Kang Pun san tertawa nyaring, dengan cepat dia memutar badannya menghindar, kemudian dengan jurus Hay see sian sian (membunuh ular didasar laut) ia balas menumbuk jalan darah Tay yang hiat ditubuh Sim Hui lam. Bagaimanapun juga kalau orang orang dari kelas dua yang sedang melakukan pertunjukan, pertarungan mereka meski nampaknya tegang dan seru, padahal bagi orang yang ahli, pertarungan itu ibaratnya perkelahian anak kecil sedikitpun tidak menarik hati.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wan Pek lan, putri kesayangan Mo im sin liong wan Kiam ciu yang berada disamping ayahnya segera tertawa, serunya. Huuh... .pada hekekatnya seperti tombak melawan tombak mainan, sama sekali tak ada gunanya, ayah! Cepat suruh mereka berhenti, jangan membuat perusahaan kita betul-betul sampai kehilangan muka." Baru saja ucapan gadis tersebut selesai diucapkan, mendadak terdengar Sim Hui lam yang berada ditengah arena menjerit kesaki tan: "Aduuuuh......" Kemudian sambil memegangi perut sendiri, tubuhnya roboh ketanah, mukanya pucat dan peluh dingin jatuh bercucuran dengan derasnya. Si tikus bersayap Kang Pun san tertawa tergelak-gelak seraya bsrseru: "Maaf, maaf......!" "Bagaikan seorang pemenang yang hebat, dia berdiri ditengah arena dengan kepala di angkat dada dibusungkan, tampaknya seperti lagi menunggu orang kedua terjun kearena. Sikap kekanak-kanakan semacam itu sungguh menggelikan sekali. Agak mendongkol juga Wan Pek lan menjumpai sikap orang tua itu, buru-buru serunya kepada ayahnya: Ayah, bagaimana kalau Lan ji yang turun kearena untuk membereskan dia....? "Baik!" sahut Mo im sin liong Wan Kiam ciu sambil mengangguk, "cuma ingat, pertarungan ini hanya terbatas sampai saling menutul, jangan sampai membuat kesalahan dengan tamu." Wan Pek lan bersorak gembira, bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya dia melesat ketengah udara, kemudian bagaikan burung merak membentangkan bulu-bulunya, dia melayang turun ditengah arena.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Gerakan tubuhnya indah dan lincah, segera disambut oleh para jago dengan tempik sorak yang gegap gempita. Mo im sin liong Wan Kiam ciu yang menyaksikan gerakan tubuh puterinya amat indah sehingga mendapat pujian dan tepuk tangan orang banyak, dalam hatinya merasa girang sekali, sepasang matanya sampai menyipit karena senyuman yang kelewat tebal diwajahnya, lama sekali mulutnya yang tertawa belum juga dirapatkan. Dengan gerakan Kim ki tok lip (ayam emas berdiri disatu kaki), Wan Pek lan berdiri dingin arena, kemudian sambil tertawa dia berkata kepada si Tikus bersayap Kang Pun san: "Kang tayhiap, boanpwee ingin sekali memohon petunjuk beberapa jurus darimu, harap tayhiap suka banyak mencari petunjuk" Semenjak menyaksikan ilmu meringankan tubuh nona Wan yang lincah dan cepat tadi, diam-diam si Tikus bersayap Kang Pun san telah merasa gelisah sekali, terutama setelah mendapat tantangan, diam diam dia mengeluh didalam hati. Tapi, dengan watak Kang Pun san yang sombong, takabur dan berlagak sok tentu saja tak mungkin baginya untuk mengundurkan diri dengan ketakutan, bagaimanapun juga, dia harus menghadapi kenyataan tersebut sambil menggertak gigi. Maka setelah balas memberi hormat, dia menyambut dengan suara agak tergagap. Aku orang she Kang beruntung dapat berkenalan dengan nona, kejadian ini benar-benar merupakan suatu keberuntungan buat aku orang she Kang...." Sembari berkata, diapun memasang kuda-kuda yang rendah dengan sepasang kepalan disiapkan didepan dada, agaknya dia sudah bersiap siaga menghadapi lawan. Sesungguhnya nona Wan merasa muak sekali terhadap kawanan manusia yang sok berjual lagak seperti ini, melihat sikap lawan, dia sengaja berdiri seenaknya sambil berkata dengan suara dingin. "Silahkan!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Si Tikus bersayap Kang Pun san pun merasa amat mendongkol menyaksikan sikap menghina dari nona Wan, dengan perasaan marah yang berkabar dia berseru pula. Maaf aku orang she Kang akan menyerang dulu" Dengam jurus Ji yan jut ciau (burung walet keluar sarang), kepalan tangan kiri menekan kedada lawan, sementara tangan kanan mem babat payudaranya. Bertarung melawan orang, terutama seorang pria berhadapan dengan wanita, maka menyerang payudara anak gadis merupakan suatu pantangan yang besar. Pada dasarnya Kang Pun snn cuma seorang manusia kelas tiga, lagi pula jarang sekali berkelana didalam duuia persilatan, dalam gelisahnya ia sudah melupakan pantangan tersebut. Tapi kawanan jago berpengalaman yang menyaksikan kejadian itu, kontan saja menjadi marah-marah sambil menyumpah. Terlebih-lebih nona Wan sendiri, kemarahannya kontan memuncak, sepasang matanya mengawasi ancaman tersebut lekat-lekat, kemudian secara tiba-tiba ia membentak keras: Roboh kau! Tampak sepasang lengannya diayunkan kemuka secepat sambaran petir, kontan saja si tikus bersayap seakan-akan benar-benar be tumbuh sayapnya, seluruh badannya mencelat sejauh satu setengah kaki lalu...."Buk!" badan nya terjatuh keras keras diatas tanah. Bagaikan anjing budukan yang baru terserang penyakit parah, sampai lama sekali ia belum juga bisa merangkak bangun. Tempik sorak yang gegap gempita kembali berkumandang diseluruh angkasa, ditengah sorak sorai tersebut, nona Wan menjura ke empat penjuru, lalu mengulumkamkan senyuman manis dan merayu....... Pada saat itulah, mendadak terdengar suara panjang yang menyakitkan telinga menggema dari meja sebelah barat, menyusul kemudian tampak seseorang menampakkan diri dengan berjumpalitan ditengah udara, kemudian meayang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

turun tepat lima enam langkah dihadapan nona Wan. Nona Wan mencoba untuk memperhatikan pendatang itu, ternyata dia adalah seorang lelaki berusia tiga puluh tahun, berperawakan setinggi enam depa, memelihara jenggot hitam dan berdandan sebagai Busu, sebiiah pedang tersoren dipunggungnya. Begitu turun ke arena, dia segera meujura sambil memperkenalkan namanya: "Aku adalah Ban Hoan kiam (pedang selaksa bunga) Tan Sim dari Thiam cong pay, sengaja datang untuk memohon petunjuk dari nona." Ketika Nona Wan menyaksikan potongan wajah orang ini tidak memuakkan, rasa mendongkolnya seketika hilang separuh, tapi begitu mendengar orang itu menggunakan nama Thiam cong pay untuk menakut nakuti orang, seketika itu juga hatinya jadi tak senang kembali, segera tanyanya dengan cepat: "Kau hendak beradu senjata? Ataukah beradu tangan kosong belaka?" "Kedua duanya sama saja" sahut Ban hoa kiam Tan Sim dari Thiam cong pay sambii tersenyum, "toh tujuan dari pertandingan silat yang di selenggarakan ayahmu hari ini hanya bertujuan untuk menghibur hati, aku lihat lebih baik kita beradu tangan saja" Mendengar ucapan tersebut nona Wan termenung sejenak, dan baru berkata: "Sudah lama kudengar pihak Thiam cong pay termashur di dunia persilatan karena ilmu pedangnya, lama sudah boanpwe mengagumi hal itu, apalagi kesempatan macam ini jarang kita jumpai, oleh karena itu boanpwe berharap bisa meminta petunjuk dalam ilmu pedangnya saja, harap Tan tayhiap sudi memberi muka padaku" Ban hoa kiam Tan Sim adalah adik seperguruan dari It ci hoa kiam (pedang satu huruf bunga) Yu Liang Gi, wataknya memang tidak menentu terutama sifat ingin menang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar sanjungan dari nona Wan, hatinya menjadi gembira, paras mukanya ikut pula berubah-ubah, segera sahutnya: "Senjata tak bermata, seandainya nona terjadi apa apa......." Tidak menunggu dia menyelesaikan kata-katanya, dengan cepat nona Wan berseru kembali: "Dalam suatu pertarungan, tak urung kedua belah pihak mungkin akan menderita luka, jika boanpwee sampai menderita cidera, hal itu merupakan kesalahanku sendiri yang belajar silat tak becus, mana mungkin aku bakal menyalahkan Tan tayhiap? Harap kau jangan menampik keinginanku ini." Ucapan dari nona Wan itu amat tepat dan beralasan sekali, karena sehabis mendengar ucapan tersebut, Ban hoa kiam Tan Sim segera berpaling kearah Mo im sin liong Wan Kian ciu, Wan cong piautau seperti meminta persetujuannya. Tentu saja Wan Kiam ciu segera manggut-manggut sambil tersenyum tanda setuju. Melihat Mo im sin liong telah memberikan persetujuannya, pelan-pelan Ban hoa kiam Tan Sim meloloskan pedang nya dari sarung. "Criiing!" berbareng dengan dilolosnya senjata tersebut, tampak cahaya putih memancar Keempat penjuru dan amat menyilaukan mata. Melihat itu, serentak semua orang berteriak memuji. "Sebilah pedang bagus! Ban hoa kiam Tan Sim makin gembira hatinya karena dipuji orang banyak, pedangnya segera digetarkan ketengah udara menciptakan selapis cahaya pedang yang amat tebal, tapi sekejap mata kemudian kabut pedang itu tahu-tahu lenyap tak berbekas. Sekali lagi para jago yang menyaksikan demonstrasi itu bersorak sorai memberikan tepuk tangan yang ramai, kesemuanya ini membuat Ban hoa kiam Tan Sim merasa senang sekali. Nono Wan sendiri hanya meloloskan pedangnya dengan suatu gerakan yang sederhana, kemudian sambil

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menggenggam pedangnya ia turut menikmati demonstrasi Ban hoa kiam Tam Sim yang sedang kegirangan itu. Dalam nada itu, Suma Thian ya yang duduk disamping Si pena baja bercambang Tio Ci hui bertanya dengan suara lirih: Tio toako, bagai manakah kepandaian ilmu pedang yang dimiliki nona Wan..? "Pertunjukan bagus segera akan berlangsung, hiante mengapa kau mesti terburu napsu?" sahut sipena baja bercambang Tio Ci hui dengan suara lirih. Kontan saja Suma Thian yu merasakan wajahnya berubah menjadi merah padam dan panas sekali, buru-buru dia mengalihkan kembali perhatiannya ketengah arena. Si pena baja bercambang Tio Ci hui melirik sekejap kearah sipemuda itu, kemudian tertawa: Orang bilang: Cinta yang mendalam, membuat perhatian semakin menebal. Tindakan Suma Thian yu yg begitu menaruh perhatian terhadap nona Wan kelihatan amat menyolok, mungkinkah secara diam-diam sianak muda itu telah jatuh cinta kepada sinona? Tidak! Perlu diketahui, partai Thiam cong pay ketika itu amat termashur karena ilmu pedangnya yang lihay, terutama beberapa puluh tahun belakangan ini, boleh dibilang banyak sekali jago lihay dari pihak Thiam cong pay yang bermunculan, diantaranya nama It ci hoa kiam Yu Liang gi paling termashur. Oleh karena itu, Suma Thian yu segera menarik kesimpulan kalau adik seperguruan dari Yu Liang gi ini pastilah seorang jago yang cu kup lihay pula, padahal nona Wan begitu lemah gemulai, mungkinkah dia sanggup menghadapi kelihayan dari seorang jago pedang kenamaan? Sementara itu pertarungan ditengah arena sudah mulai berkobar, nona Wan dengan menggunakan jurus Cay hong tian ci (burung hong mementang sayap) melepaskan sebuah tusukan mendatar keatas jalan daran Hoa kay hoat di tubuh Ban hoa kiam Tan Sim.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ban hoa kiam Tan Sim sebagai seorang jagoan dari Thiam cong pay, tentu saja bukannya manusia sembarangan, melihat datangnya ancaman tersebut, ia segera tertawa dingin. Jilid 7 : Dewi burung hong Wan Pek lan SUATU SERANGAN yang amat baik!" Mendadak kaki kanannya mundur kebelakang lalu menyelinap kesamping meloloskan diri dari tusukan lawan, kemudian pedangnya dengan jurus Bei lui cut hong (bunga mawar baru mekar) pedangnya secepat sambaran petir menusuk jalan darah Ki kiat dan Kian li hiat ditubuh nona Wan....... Dia lincah, ternyata nona Wan lebih lincah dia cepat, nona Wan jauh lebih cepat lagi. Perlu dlketahui, jurus serangan pertama dilancarkan nona Wan tersebut pada hakekatnya merupakan suatu pancingan terhadap mu suhnya, maka sewaktu musuhnya beikelit, tibatiba ujung pedangnya berputar memainkan jurus Ji lay ciang tiau (Ji lay menaklukkan rajawali) untuk menusuk ketubuh lawan secepat kilat. "Weeesss.... tahu-tahu ujung pedang itu sudah menusuk ke arah tenggorokan Tan Sim. Melihat datangnya ancaman tersebut, mau tak mau Ban hoa Kiam Tan Sim bermandi peluh dingin juga karena terperanjat. Sungguh hebat manusia yang bernama Tan Sim ini, buruburu dia menggunakan gerakan jembatan gantung untuk menjatuhkan diri ke belakang, kemudian sambil menarik perutnya sambil melompat bangun pedangnya menggunakan jurus Seng kay tu jin (putik bunga baru me kar) secara beruntun melepaskan tiga buah serangan berantai. Sreeeet! Sreeeeet! Sreeeet!" angin serangan yang tajam bagaikan amukan ombak samudra serentak menggulung ke atas tubuh nona Wan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekalipun nona Wan merupakan seorang ahli silat, toh dia merasa tak tahan juga menghadapi serangan lawan yang beruntun, cepat-cepat dia mundur sejauh empat langkah ke belakang untuk meloloskan diri dari ancaman tersebut. Tapi dengan terjadinya peristiwa ini, maka hal tersebut segera membangkitkan pula perasaan ingin menang didalam hati nona Wan. Sebagai putri kesayangan cong piautau, tentu saja nona itu merasa kejadian yang baru di alaminya merupakan suatu kejadian yang amat memalukan, maka dia bertekad untuk merebut kembali keadaan tersebut dari lawannya. Terdengar gadis itu berpekik nyaring, lalu pedangnya menggunakan gerakan Po hong pat ta (angin puyuh meryapu delapan penjuru) dan tubuhnya menggunakan gerakan Hwesio hong luo liu (angin puyuh menggoyangkan liu) segera meneroros masuk kedalam pertahanan lawan, setelah itu secara beruntun dia lancarkan empat buah serangan berantai, serangan demi serangan, jurus demi jurus dilancarkan secara gencar dan amat dahsyat. Ban hoa kiam Tan Sim hanya merasakan cahaya pedang yang berada didepan matanya amat menyilaukan mata dan desingan angin dingin menyayat badan, untuk sesaat dia menjadi gugup dan tak sempat melihat jelas ancaman lawan, serta merta dia melompat mundur kebelakang untuk berusaha menghindarkan diri dengan, tindakannya itu dia justeru terjebak kedalam perangkap nona Wan, mendadak terdengar nona Wan berpekik nyaring, ujung bajunya berkibar terhembus angin, secepat kilat pedangnya menusuk ke tubuh lawan. Selama hidup belum pernah Ban hoa kiam Tan Sim menyaksikan gerakan tubuh secepat ini, menanti dia sadar kalau nana Wan sedang menerjang tiba, waktu sudah terlambat. Dalam keadaan begini, dia segera terpekik nyaring. "Mampus aku kali ini!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Belum habis teriakan itu bergema, terdengar suara baju yang robek kemudian sirapnya cahanya pedang Nona Win telah berdiri ditengah arena dengan senyum dikulum. "Maaf, maaf!" katanya. Ban hoa kiam Tan Sim masih saja berdiri dengan wajah kebingungan, sampai-sampai pakaian bagian dadanya yang robek memanjangpun sama sekali tidak dirasakan olehnya, sungguh mengenaskan sekali keadaannya. Menanti semua jago mentertawakannya, Ban hoa kiam Tan Sim baru tahu kalau baju bagian dadanya sudah robek, tentu saja rasa malunya bukan alang kepalang. Dalam keadaan begini, setebal tebalnya muka, diapun merasa rikuh untuk tinggal disitu lebih lama lagi, terpaksa sambil menjura katatanya : "Ilmu pedang yang nona miliki sungguh hebat sekali, aku orang she Tan benar-benar merasa kagum sekali, dikemudian hari bila ada kesempatan lagi aku pasti akan memohon petunjuk lebih jauh, maaf, aku mohon diri lebih dulu! Tanpa memberi hormat lagi kepada semua orang, dia segera membalikkan badan dan berlalu dari sana. Kepergian Ban hoa kiam Tan Sim dalam ke adaan gusar sekarang, pada akhirnya akan menimbulkan banyak sekali halhal yang tak di inginkan, cuma kesemuanya itu terjadi dikemudian hari.... Sementara itu, Nona Wan merasa girang sekali setelah secara beruntun berhasil menangkan dua orang jago, baru saja dia akan meng gunakan kesempatan itu untuk mundur kembali ke tempat semula, mendadak ia mendengar ayahnya sedang berbisik dengan menggunakan ilmu menyampaikan suaranya: "Lan-ji, sekarang kau boleh mengumumkan permainan lain yang lebih bermutu!" Setelah mendengar peringatan dari ayahnya lewat ilmu menyampaikan suara, nona Wan baru teringat kembali dengan tujuan yang terutama dari ayahnya sewaktu menyelenggarakan pertemuan ini.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Maka dia lantas menuju kembali ketengah arena dan menjura keempat penjuru, setelah itu katanya: "Cianpwee sekalian, tadi ada seorang tamu yang menemukan diatas tiang bendera terdapat sebatang anak panah tersebut sebagai bahan permainan, mari kita lihat siapa yang dapat mengambil turun anak panah tersebut, tentu saja dia pula pemenangnya, dan sebagai pemenang tentu saja ada hadiahnya" Selesai berkaca dia memandang sekejap lagi sekeliling arena, kemudian melanjurkan; "Cianpwe manakah yang hendak mendemonstrasikan ilmu meringankan tubuhnya paling dulu?" Seraya berkata dia lantas mengundurkan diri ke samping. Pada saat itulah, si Pena baja bercambang Tio Ci hui berbisik lirih kesisi Suma thian yu. "Hiante, lebih baik dapat mempertahankan ketenanganmu sambil menunggu terjadinya segala perubahan" Mengapa?" tanya Suma Thian yu keheranan. "Pokoknya asal kau turuti perkataanku, hal ini tak bakal salah lagi, bagaimanakah hasil dari peristiwa ini, kau akan segera mengetahui dengan jelas "Apakah Wan cong piautau mempunyai suatu rencana?" "Sett.. jangan keras keras" buru-buru Tio Ci hui mencegahnya berbicara lebih jauh. Semenjak nona Wan mengemukakan usulnya, hingga kini masih belum nampak ada seorang manusiapun yang menempakkan diri, agaknya semua orang tidak berani menunjukkan kejelekannya. Padahal berbicara sebenarnya, untuk mencapai tiang bendera setinggi ini, seandainya seseorang tidak memiliki ilmu meringankan tubuh yang tiada taranya di dunia ini, mustahil hal tersebut dapat dilakukan olehnya..." Melihat tiada orang yang maju, Nona Wan merasa girang sekali, buru-buru serunya dengan lantang. "Kalian kelewat sungkan dan terlalu memandang luar biasa persoalan begini saja! Biar boanpwe mendemontrasikan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kejelekan lebih dulu seandainya gagal, barulah mohon cianpwe sekalian sudi mewakiliku Seraya berkata dia lantas membetulkan pakaiannya sambil bersiap sedia melakukan lompatan. Perlu diketahui, sejak kecil nona Wan sudah mendapat didikan dari ilmu ayahnya Mo im-sin liong untuk mendalami ilmu silat maupun ilmu meringankan tubuh, kepandaian yang dimilikinya waktu itu boleh dibilang sudah mencapai ke tingkatan yang amat sempurna. Selama ini Mo im sio liong wan kiam ciu memang termashur didalam dunia persilatan ilmu pukulan Hu mo ciang hoat serta ilmu meringankan tubuh Mo im sin hoat yang luar biasa. Kata orang begitu ayahnya begitu pula anak nya. Sejak kecil nona Wan sudah amat gemar mempelajari ilmu merinuankan tubuh, ditambah lagi ramainya bakatnya bagus dan otaknya memang encer, maka kemajuan yang diperolehnya boleh dibilang cepat sekali. Itulah sebabnya orang menghormatinya sebagai Bi hong siancu (Dewi burung hong cantik) Tampaknya gadis itu meloloskan pedangnya dan mengencangkan ikatan tali pinggangnya kemudian setelah bersiap menghimpun tenaga dia menjejakan kakinya keatas tanuh dan meluncur bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya dengrn gerakan Ii hong cong thian (burung bangau menerjang angkasa). Sekali lompatan, tubuhnya telah mencapai belasan kaki tinggi nya, ketika gerakannya sudah hampir berhenti, mendadak sepasang kakinya menyambar tiang bendera tersebut, kemudian dengan meminjam tenaga pantulan tersebut badannya melayang dua kaki lagi, kini tinggal lima kaki lagi untuk mencapai puncak tiang bendera tersebut. Sementara itu tempik sorak dan sorak-sorai yang gegap gempita telah berkumandang dari bawah, bahkan adapula hadirin yang sudah bangkit dari tempat duduknya sambil memuji.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dibawah tempik sorak yang gegap gempita, tubuh nona Wan melompat naik satu kaki lagi. Sayang pada saat itulah hawa murni dalam pusarnya habis terpakai, kecuali sepasang tangan nya segera menyambar tiang bendera itu dan melanjutkan dengan jalan merangkak, tiada cara lain lagi bagi nona itu untuk melanjutkan usahanya untuk mencapai puncak tiang bendera dan mengambil turun panah tersebut. Beratus-ratus pasang mata para jago yang berada dibawah tiang bendera segera berdebar keras, semua orang merasa tegang dan bersama sama mengikuti gerak gerik si nona itu Sayang nona Wan tidak melakukan hal itu, mendadak dia berjumpalitan dan meluncur lagi kebawah dengan kepala dibawah kaki diatas. Beberapa orang diantara jago yang bernyali kecil segera berteriak kaget. "Oooooh, berbahaya...! Siapa tahu baru saja jeritan itu dilontarkan nona Wan telah berjumpalitan kembali dengan kaki dibawah kepala diatas, dengan selamat melayang turun kembali ke tanah tanpa menimbulkan sedikit suarapun. Meski tugasnya tak terselesaikan, namun perbuatannya itu mendapatkan pujian dan tepuk tangan yang ramai. Bi hong siancu Wan Pek lan segera menju kepada para hadirin dengan wajah tersipu-sipu, kemudian mengundurkan diri ke tempat duduknya semula. Setelah menghibur putrinya, pelan-pelan Mo im sin liong wan Kiam ciu bangkit meninggalkan tempat duduk, kemudian berjalan menuju ke tengah arena. Seketika itu juga suasana dalam arena menjadi hening dan sepi, karena semua orang mengira Mo ini sin liong wan Kiam ciu hendak turun tangan sendiri, maka seluruh perhatian orang tertuju kepadanya. Ada diantara mereka yang belum pernah menyaksikan kelihayan ilmu silat Wan congpiau tau, segera timbul harapan dapat menyaksikan kelihayan jagoan tersebut

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mo im sin hong wan Kiam ciu memperhatikan sekejap sekeliling arena, lalu dengan suara dalam dan berat ujarnya. "Saudara sekalian, kamu semua adalah sahabat karib aku Wan Kiam ciu, karena itu lebih baik akupun berbicara secara terus terang. Berapa hari berselang, barang barang kawalan dari perusahaan kami telah dibegal orang, semalam kantor kamipun kemasukan orang, dua peristiwa yang memalukan ini boleh dibilang baru pertama kali ini dialami oleh perusahaan kami, sudah beberapa kali aku memutar otak untuk mencari tahu sebab kesalahanku ini tak aku yakin menyalahi sahabat dari manapun, oleh karena itu kurasa dibalik kesemuanya ini tentu ada hal-hal yang tak beres Berbicara sampai disitu dia berhenti sebentar, pelan-pelan serot matanya dialihkan kepada wajah Suma thian yu, kemudian kemudian sambungnya: Aku rasa orang yang melakukan pembegalan itu sudah pasti teman baru dari dunia persilatan, kalau tidak siapa pula yang berani menyusahkan aku orang she Wan? Untung saja setiap persoalan pasti ada waktunya untuk terbongkar secara tuntas, karenanya aku mohon bantuan dari sobat sekalian untuk bersama-samaku menyelidiki persoalan ini disamping mohon petunjuk. Sekarang, marilah kita lanjutkan permainan tadi, bila saudara sekalian enggan untuk menunjukkan kejelekan, bagaimana kalau aku orang she Wan saja yang menunjuk orangnya? Baru saja Mo im sin liong Wan kiam ciu menyaksikan perkataannya, dari arena segera terdengar suara teriakkan orang yang menyatakan persetujuannya. Mo im sin liong Wan kiam ciu segera tersenyum, dia memandang kearah Suma thian yu lalu berkata: "Kumohon Suma siauhiap sedia memberi petunjuk! Kau adalah orang pertama yang menemukan anak panah dipuncak tiang, karena itu mohon Suma siauhiap sudi menunjukkan pula kebolehanmu. Nah, saudara sekalian mari kita bertepuk tangan untuk siauhiap kita ini!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Diam-diam Suma Thian yu agak tertegun juga ketika dilihatnya Mo im sin liong Wan Kiam cu menunjuk kearahnya, satu ingatan dengan cepat melintas dalam benaknya: "Jangan-jangan dia mencurigai aku sebagai orang yang membegal barang dan meningga1kan tanda panah dipuncak tiang? Yaa,benar, sewaktu berbicara tadi, dia selalu memandang kearahku. Meski dalam hati ia berpikir demikian, tanpa terasa pemuda itu berdiri juga, ujarnya sambil menjura: Aku hanya mengerti sedikit kepandaian kasar saja, tak berani menunjukkan kejelekanku dihadapan orang "Aaah... Suma sauhiap terlalu sungkan" seru Mo im sin liong Wan Kiam ciu sambil tertawa, "pertemuan semacam ini jarang bisa di jumpai, jang Tio Ci hui, mengapa siauhiap narus menampik?" Begitu Mo im sin liong Wan Kiam ciu selesai berbicara, seorang lo piasu segera bangkit berdiri seraya berkata: Apakah Suma sauhiap tidak memandang sebelah mata kepada kami? Bagaimana watak Wan cong piautau bukankah kau ketahui,, apakah dia kurang memberi pelayanan kepadamu? Ucapan lo piasu ini agak emosi dan bernada keras, sama sekali tidak mirip sikap seorang tuan rumah kepada tamu. Suma Thian yu sepera mengalihkan sorot matanya kewajah si piausu itu, setelah meman dang sekejap dingan sorot mata dingin, dia menyahut cepat: "Andaikata aku tidak memiliki kepandaian apa-apa, bukankah hal ini sama artinya dengan memberi kesulitan kepada orang lain? Piasu tua itu mempunyai kedudukan setingkat dibawah Sipena baja bercambang Tio ci hui, tapi karena wataknya yang beranggasan, pandangannya yang sempit, maka orang menyebutnya sebagai Boan thian hui (terbang memenuhi angkasa) Ya Nu. Boan thian hui Ya Nu kontan saja tertawa dingin setelah mendengar perkataan dari Suma thian yu, serunya:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Suma siauhiap, dihadapan orang lebih baik jangan berbohong, kau bisa menemukan anak anah dipuncak tiang, hal ini menunjukkan kalau kau memiliki ketajaman mata yang melebihi orang lain, masa kau tidak memiliki kemampuan untuk mencapai puncak tiang tersebut? Mendengar perkataan itu, Suma Thian yu segera tertawa terbahak-bahak. ""Hahahaha......apa susahnya kalau hanya soal itu? Aku masih dapat melihat kalau diujung anak panah itu terikat secarik kertas! Begitu ucapan tersebut diutarakan, suasana dalam arena menjadi gaduh, semua orang segera mengalihkan sorot matanya kepuncak tiang benderu itu, tapi seiain kabut tipis ternyata mereka tidak berhasil menyaksikan apa-apa. Mo im sin liong Wan Kiam ciu segera tertawa dingin, tibatiba sindirnya: "Bila dugaan lohu tidak meleset, Suma siau biap pasti dapat melihat pula isi surat tersebut." Sudah jelas kalau ucapan itu mengandung suatu nada ejekan dan suatu peringatan, tentu saja Suma Thian yu dapat menangkap pula arti lain dari perkataan itu. Hatinya makin mendongkol lagi, dengan cepat dia berpikir: "Aku Suma Thian yu bukan seorang manusia yang takut urusan, kalau toh kau bersikap begitu kasar kepadaku, mengapa pula aku harus bersikap sungkan terhadap dirimu?" Berpikir demikian, dia lantas berkata: Wan cong piutau mempunyai maksud yang mendalam sekali, sayang aku tidak memahami maksud ucapan Wan cong piautau yang sebenarnya. Baiklah, kalau toh semua orang memaksa aku untuk mempamerkan kejelekan, aku menurut saja" Sembari berkata pelan-pelan dia berjalan menuju ketengah arena. Sementara itu beratus pasang mata para jago telah ditujukan kepadanya, di antara sekian banyak orang, yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

paling merasa kuatir adalah si Pena baja bercambang Tio Ci hui. Dia cukup mengetahui jelas watak dari Suma Thian yu, bahkan sekarang tak langsung menyangkut pula dirinya sendiri. Tapi bagaimana pun kuatirnya dia, kenyataan kini sudah mulai terbentang didepan mata. Suma Thian yu tiba ditengah arena, dia berdiri sambil membusungkan dada dan tidak menunjukan perasaan takut, sambil menatap tiang bendera itu ia berpekik keras memekikkan telinga yang mendengar. Ditengah suara pekikken nyaring yang mekikkan telinga, mendadak nampak Suma Thian yu melompat ketengah udara setinggi dua puluh kaki lebih, sewaktu tenaganya sudah hampir mengendor, tiba tiba sepasang kakinya saling bertumpukan satu sama lainnya. Ternyata dia telah mengeluarkan ilmu Liu im ti (tangga menuju awan) yang sudah lama punah. Dengan gerakan tubuh seperti inilah tubuhnya melambung ketengah udara dan ternyata mampu melampaui puncak tiang bendera. Di tengah sorak para jago yang gegap gempita, Suma Thian yu sudah berputar satu lingkaran dipuncak tiang bendera itu lalu melayang turun kembali ketanah. Ketika mencapai tanah, wajahnya tidak berubah, napas tak memburu, tapi di tangannya telah bertambah dengan sebatang anak panah. Suasana di arena yang tiba-tiba hening bagaikan mati dengan cepat menjadi gaduh kembali oleh suara suara sorak sorai yang mem memekikkan telinga, tak lama setelah pemuda itu berhasil mencapai tanah. Demonstrasi kepandian silat yang dilaku kau Suma thian yu ini selain membuat semua orang tertegun, bahkan Wan kiam ciu sendiri pun terbelalak dengan mara melotot besar, dia benar-benar dibuat terkesiap oleh kelihayan lawannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sepasang mata Wan Pek hong yang jeli dan lembut seakan-akan terhisap oleh suatu kekuatan besar, ternyata diapun turut menatap wajah Sama Thian yu lekat-lekat. Tentu saja perbuatannya dengan pandangan yang begitu mesrah tak diketahui oleh siapapun. Sambil membawa anak panah itu, Suma Thian yu segera mempersembahkan anak panah iadi kehadapan Mo im sin liong Wan Kiam ciu. katanya kemudian: "Untung saja aku tidak membuatmu kecewa Mo im sin liong Wan Kiam ciu segera menerima anak panah tersebut, benar juga diujungnya terikat segulung kertas. Dengan cepat kertas itu, ternyata isinya berbunyi demikian: "Uang kawalan sudah diterima, waktu membayar tiada batasnya Dibawah tulisan itu terlukiskan sebuah topeng muka setan. Selesai membaca tulisan itu, dengan gemas Mo im sin liong menggumpal kertas sebut menjadi satu kemudian membantingnya ketanah, setelah itu sambil tertawa seram katanya : Waktu membayar tiada batasnya!. Hmm, benar-benar suatu ucapan yang tekebur, asal aku Wan Kiam ciu masih bisa hidup, uang terbegal pasti akan kucari sampai ketemu Berbicara sampai disitu, dengan sorot mata yang tajam dia mengawasi wajah Suma Thian yu lekat-lekat, kemudian ujarnya dingin : "Siauhiap, merepotkan dirimu saja. Tapi, apakah siauhiap dapat mengisahkan kembali apa yang telah kau jumpai waktu itu? Sejak semula Suma Thian yu sudah menaruh perasaan tak puas terhadap Wan Kiam ciu ta pi setelah dia membayangkan kembali seandai nya dia yang menjadi Mo im sin liong dan menghadapi keadaan seperti itu, apakah dia tak akan bersikap semacam itu pula? Cuma saja, dia merasa amat penasaran kalau dirinya dianggap mempunyai hubungan dengan para pembegal barang kawalan tersebut.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu segera mendongakkan kepa lanya memandang wajah Mo im sin liong kemudian secara ringkas dia menceritakan kembali apa yang telah dijumpainya waktu itu. Sambil mendengarkan dengan seksama, diam-diam Mo im sin liong Wann Kiam ciu mengawasi terus perubahan wajah dari Suma Thian yu, me nanti pemuda itu menyelesaikan ceritanya, dia baru menarik kembali sorot matanya seraya berkata: "Siauhiap, benarkah ceritamu itu?" "Tentu saja sebenarbenarnya "Ooooh .... tolong tanya apa sebabnya manusia berkerudung itu munculkan diri lagi didepan mulut gua? Apakah setelah membegal barang kawalan kami, diapun tak mau melepaskan nyawa Tio hiante?" Pertanyaan hu diajukan amat lihay, karena Suma Thian yu sama sekali tak mampu untuk menemukan alasan si manusia berkerudung itu mencari dirinya, maka setelah ditanya balik oleh Wan Kiam ciu, diam-diam Suma Thian yu menjadi amat terperanjat. Untuk melanjutkan rasa curiga tersebut, Suma Thian yu terpaksa harus membuka rahasia diri nya dengan berkata: "Manusia berkerudung itu munculkan diri karena hendak merampas pedangku ini!" Setelah ucapan tersebut diutarakan, semua orang baru mulai memperhatikan pedang yang digembolnya itu. Tampaknya Mo im sin liong Wan kiam ciu ingin mengetahui persoalannya sampai jelas, ia segera mendesak lebih jauh: "Tolong tanya pedang apakah yang siauhiap gembol itu?" Suma Thian yu merasa semakin tak senang hati, tapi sahutnya juga dingin: "Kit hong kiam" "Kit hong kiam? Mo im sin liong Wan Kiam ciau menjerit kaget, "rupanya kau adalah ahli waris dari Kit hong kiam kek Wan Liang, maaf maaf......." Walaupun dimulut dia berkata begitu, namun wajah Wan Kiam ciu sudah diliputi hawa amarah.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu selesai berkata, dia segara berpaling dan melotot sekejap kearah Pena baja bercambang Tio Cihui dengan penuh kegusaran, te riaknya kemudian ; "Hiante, apakah kau sudah mengerti?" Sejak melihat Suma Thian yu terjun kearena tadi, si Pena baja bercambang Tio Ci hui su dah merasa amat panik seperti duduk dikursi beracun saja, dia kuatir kalau sampai Suma Thian yu menjadi naik pitam oleh kesalahpahaman tersebut. Maka ia makin terkesiap lagi setelah ditegur oleh kakak angkatnya dengan gusar, tahu kalau urusan telah berkembang ma kin runyam, terpaksa sambil menggerttk gigi keras dia bangkit berdiri sambil menyahut: "Aku tahu!" Mendengar itu, kemarahan Mo im sin liong Wan Kiam ciu tak terkendalikan lagi, segera bentaknya keras-keras, "Mengapa kau berkenalan dengan kaum pembegal?" Si Pena baja bercambang Tio Ci hui sendiripun dibuat naik pitam setelah mendengar tuduhan kakak angkatnya yang tanpa dasar, baru saja dia akan membantah, mendadak terde ngar Suma Thian yu berpekik keras, dengan sorot mata tajam dia melotot gusar kearah Wan Kiam ciu, kemudian serunya: "Wan tayhiap, kalau berbicara harap sedikit tahu diri, jangan menfitnah orang semaunya sendiri, kau harus tahu kalau menfitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan! Dalam hal apa aku Suma Thian yu mirip pembegal? Aku harap kau bisa memberi keterangan yang jelas kepadaku!" Mo im sin liong Wan Kiam ciu yang merasa dirinya ditegur seorang pemuda ingusan didepan orang banyak, menjadi turut naik darah, dengan mata melotot besar bentaknya keras: "Kit hong kiam kek Wan liang merupakan musuh umat persilatan, kaum pencoleng yang rendah martabatnya, kau anggap dirimu bisa baik sampai seberapa jauh?" Benar-benar suatu peristiwa yang tak disangka seorang pimpinan umat persilatan yang dianggap orang sebagai lelaki

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sejati ternyata mencaci maki seorang bocah yang baru terjun kedalam dunia persilatan dihadapan umum. Agaknya Wan kiam ciu sudah tidak dapat mengendalikan perasaan gusarnya lagi: Suma thian yu bukan seorang pemuda yang suka dimaki orang, apalagi orang menghina paman Wan yang dihormatinya, hal ini membuatnya semakin tak tahan. Apalagi bila membayangkan saat kematian paman Wan nya dalam keadaan mengenaskan, darah panas didalam dadanya serasa mendidh. Dengan suara menggeledek ia segera membentak keras: "Bajingan tua, tutup bacot anjingmu!" Telapak tangan yang penuh berisikan tenaga dalam segera diayunkan ke tubuh Mo im sinliong Wan kiam ciu dengan kekuatan yang sangat mengerikan hati. Berada dalam keadaan seperti ini, dia tak cepat mempertimbangkan lagi apakah disekeliling tempat itu penuh dengan anak buah Mo in sin liong Serangan yang dilancarkan Suma Thian yu dengan kekuatan penuh ini segera meluncur ke depan dengan amat dahsyatnya. Betul Mo im sin Iiong Wan Kiam ciu merupakan seorang pendekar besar dari utara dan sejalan sungai besar yang berilmu tinggi namun setelah menyaksikan datangnya angin pukulan yang begitu dahyat, hatinya terkesiap juga dibuatnya, cepat-cepat ia menyingkir kesamping untuk meloloskan diri. "Blaaaamm.....!" terdengar suara benturan keras yang memekakkan telinga menggelegar memecahkan keheningan. Debu dan pasir segera beterbangan memenu hi angkasa, semua orang membelalakkan mata nya lebar-lebar dengan mulutnya melongo, sa king kagetnya semua orang sampai melompat bangun dari tempat duduknya. Menanti pasir dan debu sudah sirap dan semua orang dapat melihat jelas pemandangan disekeliling tempat itu, jeritan kaget sekali lagi bergema memecahkan keheningan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ternyata permukaan tanah dimana Mo im sin liong Wan kiam cui berdiri telah muncul sebuah liang sedalam satu depa dengan luas lima depa, suatu daya pukulan yang menggidikan hati. Dengan adanya kenyataan ini, mau tak mau semua orang harus memperbaharui kembali penilaian mereka terhacap kemrmpuan Suma thian yu ini. Pada saat itulah, tiba tiba dari tengah udara melayang sesosok tubuh manusia. Menanti Suma Thian yu melihat jelas paras muka orang itu, dihadapsnnya telah bertambah dengan seorang piausu tua, dia tak lain adalah Boan thian hui Ya Nu. Begitu munculkan diri, dia segera menjura kepada Wan Piautau, setelah itu katanya. "Cong piautau, membunuh ayam buat apa menggunakan golok kerbau? Untuk membereskan seorang bocah ingusan, tak usah kau turun tangan sendiri, lebih baik lohan saja yang mewakilinya!" Mo im siu liong Wan kiam ciu sebagai seorang pimpinan, tentu saja merasa kurang leluasa untuk bertarung pada babak pertama, maka dia segera menangguk tanda setuju dan mengundurkan diri kebelakang. Tindakan tersebut sedikit banyak menunjuk kan pula kelemahan dalam hatinya serta perasaan takutnya tapi orang lain tak akan mengetahui akan hal ini. Setelah melancarkan serangan dengan kekuatan dahsyat tadi, Suma Thian yu merasa sedikit agak menyesal, karena pena baja berecambang Tio ci-hui barangkali telah menasehati nya agar bersabar dan jangan kelewat memper lihatan kehebatannya. Akan tetapi setelah menyaksikan sikap Boan thian hui Ya Nu yang begitu takabur dan sombong, api kegusaran yang telah padam, kini mulai berkobar kembali dalam dadanya. Boan thian hui Ya Nu memang benar-benar sombong sekali, dengan amat takabur serunya:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bocah keparat, cabut keluar pedang Kit hong kiam mu, aku ingin tahu apakah murid ajaran dari Wan Liang adalah seorang manusia tiga kepala enam langkah?" Sembari berkata ia sembari melepaskan senjata sam ciat kun (petungan beruas tiga) nya sambil mempersiapkan diri. Biasanya orang yang dapat memainkan sanjata sam ciat kun merupakan seorang jagoan silat yang berilmu tinggi, Boan thian hui Ya Nu bisa menduduki kursi ketiga dalam perusahaan Sin liong piaukiok, tentu saja kedudukan tersebut bukan diraih secara untung-untungan. Suma thian yu memandang sinis sikap Boan thian hui, setelah memandang sekejap kearahnya, dia lantas berkata: "Dengan dirimu aku tak pernah punya dendam dan sakit hati, buat apa kita muski saling bertarung dengan menggunakan kekerasan? Maaf aku sedikit jual mahal, bagaimana kalau kumohon petunjuk darimu dengan menggunakan tangan kosong saja?" Boan thian hui Ya Nu adalah seorang manusia yang sombong dan takabur, tapi dia tak mengira kalau lawannya lebih takabur dari pada dirinya, kontak hawa amarahnya memuncak. Bocah keparat, kau sudah bosan hidup rupanya? Atau mungkin kau memandang rendah diriku? Bentaknya keraskeras. Kedua-duanya bukan! Jawaban dari Suma thian yu yang dingin dan angkuh. Ucapan tersebut tak ayal lagi merupakan sebuah bom atom yang segera mengubah suasana tegang menjadi makin panas. Pertama-tama Boan thian hui Ya Nu tak bias menahan diri dulu, sambil maju kedepan, tongkatnya dengan jurus pau lui ki ciau (guntur dahsyat menyerang ular) langsung menghantang tulang leng kay kut ditubuh Suma thian yu. Seandainya berganti dengan seseorang berjiwa gagah, tak mungkin mereka akan menghadapi lawannya yang masih muda apalagi yang bertangan kosong itu dengan menggunakan senjata.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dasar Boan thian hui Ya Nu memang seorang yang bermuka tebal, dia sama sekali tidak ambil peduli akan hal itu, baginya yang penting serangan tersebut akan mengenai sasarannya secara telak. Dengan cekatan Suma thian yu berkelit kesamping untuk menghindarkan diri, kemudian sindirnya: Orang she Ya, dalam tiga jurus aku akan menyuruhmu melepaskan senjata Sam ciat kun! Kentut busuk! teriak Boan thian hui Ya Nu dengan sekujur badan bergetar keras, coba kau rasakan serangan ku ini lagi! Sembari berkata, dengan jurus Im hong huang sau(angin dingin menyapu hebat) dia langsung menyapu pinggang Suma thian yu. Sianak muda ini sudah merasa kalau persoalan yang dihadapi hari ini tak bias diselesaikan dengan begitu saja, maka ditunggunya toya itu hamper mengenai tubuhnya, dia baru merendahkan tubuhnya kesamping, ayunan tongkat Boan thian hui Ya Nu persis menyambar lewat dua inci diatas batok kepala pemuda itu. Ilmu gerakan tubuh patah tulang yang didemontrasikan oleh Suma Thian-yu ini benar-benar tepat sekali, selain indah juga mendatangkan tempik sorak dari segenap jago lainnya. Ditengah sorak-sorai yang gegap gempita, tiba-tiba tampak sesosok bayangan manusia berkelbat lewat, lalu terdengar seseorang membentak amat nyaring: "Lepas tangan!" Ketika semua orang berpaling, tampak Boan thian hui Ya Nu sedang mengaduh kesakitan, badannya mundur beberapa langkah dengan sempoyongan, dengan susah payah ia baru dapat berdiri tegak, sedangkan senjata Sam ciat kun-nya telah terbuang entah kemana. Ketika memandang lagi kearah Suma thian yu, tampat pemuda itu masih berdiri diarena dengan senyum dikulum, seakan-akan tak pernah terjadi suatu peristiwa apapun, sedangkan senjata Sam ciat kun milik Ya Nu kini sudah berpindah ketangannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Perubahan itu berlangsung terlalu cepat, sedemikian cepatnya membuat semua orang tak sempat melihat jelas bagaimana caranya Sam ciat kun itu bisa berpindah tangan, mereka tak percaya bahkan Ya Nu sendiripun tak habis mengerti. Padahal kalau dibicarakan kagi, kejadian ini bukanlah suatu kejadian yang aneh, sejak Suma thian yu berhasil mempelajari ilmu Ciat tiong puan poh cap lak tui dari Siau yau kay Wi kian, daya kemapuannya didalam melakukan serangan menjadi satu kali lipat lebih dahsyat daripada dalam keadaan biasa. Dalam pada itu, suara tepuk tangan kembali berkumandang gegap gempita dalam arena, walaupun Suma thian yu dianggap sebagai pembegal, tapi keindahan gerakan tubuhnya membuat orang bersorak sorai tanpa terasa. Boan thian hui Ya Nu benar-benar merasa malu sekali, karena mendapat malu dihadapan orang banyak, sepasang matanya berubah menjadi merah padam penuh rasa benci, setelah melotot sekejap kearah pemuda itu dengan gusar, selangkah demi selangkah dia maju kedepan dan menghampirinya.... Jelas dia sudah merasa gusar sekali. Bagaikan seekor harimau buas yang sedang mementangkan cakar dan gigi taringnya siap menerkam mangsa..... "Ya Nu, mundur!" tiba-tiba dari tengah arena berkumandang suara bentakan nyaring. Dengan jelas Boan thian hui Ya Nu mendengar kalau teriakan itu berasal dari congpiautau nya, tapi dia berlagak seakan-akan tidak mendengar, ia sudah diliputi oleh hawa amarah sehingga tak dapat mengendalikan diri lagi. Melihat wajah orang yang menyeringaiseram, diam-diam Suma thian yu pun merasa terkesiap, buru-buru dia mempersiapkan diri menghadapi segala kemungkinan yang tak di inginkan, ia tahu Ya Nu merasa amat gusar hingga kehilangan sifat kemanusiaannya, besar kemungkinan dia akan beradu jiwa dengannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Makin lama semakin bertambah dekat, kini Ya Nu sudah dua tiga langkah dihadapan mukanya, menyaksikan sikap lawan yang menyeringai seram, Suma thian yu merasakan jantungnya berdebar keras, sementara puluhanorang lainnya juga merasakan hatinya berdebar keras.... Suatu pertarungan sengit dengan cepat akan berkobar, bila sampai meledak bisa dibayangkan keadaannya pasti mengerikan sekali.... Disaat yang amat kritis itulah..... Mendadak sesosok bayangan manusia berkelbat lewat, Mo im sin liong Wan kiam ciu yang berada dimeja utama tadi tahu-tahu sudah melayang turun diantara kedua orang itu, kepada Boan thian hui Ya Nu katanya dengan nada menghibur: "Adik Ya, mundurlah kau, biar aku yang mengatur tempat ini!" Menyaksikan Mo im sin liong telah menampilkan diri, terpaksa Boan thian hui Ya Nu mengundurkan diri dengan membawa rasa benci yang mendalam. Sebelum meninggalkan tempat itu, dengan perasaan tidak terima katanya kepada Suma Thian yu: "Bocah keparat, selama gunung nan hijau, air tetap mengalir suatu ketika pasti akan tiba saatnya bagi kita untuk melakukan perhitungan ini....." Suma Thian yu tidak menanggapi ucapan tersebut, dia hanya memandang sekejap ke arah Ya Nu dengan pandangan sinis, sementara senyuman dingin yang menghiasi ujung bibirnya semakin menebal. Paras muka Mo im sin liong Wan Kiam ciu berubah menjadi dingin seperti es, bentaknya dengan suara ketus: "Suma siauhiap, lohu tidak pernah kenal de ngan dirimu, berjumpa pun baru kali ini, ten tu saja tak bisa dibilang mempunyai ikatan dendam atau sakit hati, tolong tanya mengapa kau berbuat demikian?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mo im sin liong Wan Kiam ciu mengutarakan ucapan tersebut tanpa ujung pangkal yang jelas, kontan saja Suma Thian yu dibikin kehe ranan, dia segera bertanya: "Wan tayhiap, apa yang kau maksud?" "Asal dalam hati kau mengerti akupun tak usah mengumumkannya lagi secara blak-blakan" Tentu saja Suma Thian yu tahu kalau yang dimaksudkan adalah soal pembegalan barang kawalan, dengan suara dingin dia segera me nyambut: "Sudah lama kudengar Wan tayhiap pandai membedakan mana yang benar dan mana yang salah, setiap persoalan dihadapi dengan otak yang dingin, tak lahunya apa yang kujumpai hari ini berbeda sekali dengan keadaan yang sebetulnya, tolong tanya dimanakah letak ke tidak beresan diriku...?" Untuk sesaat Mo im sin liong Wan Kiam ciu tak dapat menjawab penanyaan itu, setelah ter menung sesaat dia pun lantas berkata: "Kalau toh Siauhiap enggan untuk mengaku secara berterus terang, jangan salahkan kalau LOHU terpaksa harus bertindak kasar. Kalau ber tanya soal ketidak beresanmu, pertama asal usul siauhiap tidak jelek, kaupun menyusup kedalam perusahaan kami dan setelah barang kawalan kami dibegal, kedua darimana siauhiap bisa tahu kalau diujung anak parah yang menancap dipuncak tiang bendera ada surat nya, berdasarkan dua hal ini terbukti sudah kalau siauhiap terlibat dalam perisimatiwa ini" Mendengar perkataan itu, Suma Thian yu segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. "Hah...haah... haah... keterangan yang dikatakan Wan tayhiap selain memaksakan sesuatu alasan tanpa dasar, juga menggelikan sekali, aku toh muridnya Kit hong kiam Seng, siapa bilang kalau asal usulku tidak jelas? Menolong orang yang di begal orang juga merupakan suatu kejadian yang wajar, apa yang dicurigakan? Kalau dibilang mengapa aku bisa menyaksikan kertas surat yang berada dipanah dipuncak tiang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bendera, hal ini berdasarkan ketajaman mata seseorang, sesungguhnya juga bukan merupakan sesuatu yang aneh, kalau atas dasar hal hal diatas maka kau lantas menuduh aku sebagai pencoleng, maka kenyataan ini benar-benar menggelikan sekali" Setelah berhenti sebentar, dia berkata lebih jauh: "Bilamana Wan tayhiap ingin mengecek ketajaman mataku, dengan senang hati aku akan melayani keinginanmu itu" Semua tuduhan Mo im sin liong Wan kiam cui kena ditangkis semua hingga ludes, sepantasnya kalu dia mempercayai perkataan lawan. Siapa tahu Wan kiam cui sudah mempunyai perhitungan sendiri, maka dari malunya dia menjadi marah, bukan saja dia tidak menerima tantangan Suma thian yu, malah sebaliknya membentak keras: "Lohu tak punya banyak waktu untuk melayani dirimu, sudah, tak usah banyak bacot lagi" Setelah kenyataan berubah menjadi begini, sadarlah Suma thian yu kalau pihak lawan memang berniat mencari garagara, maka sambil tertawa dingin ujarnya: "Mengakunya saja seorang congpiautau, ke nyataannya apa yang dikatakan tak lebih hanya ucapan anak berusia tiga tahun, aku bukanlah seorang manusia yang takut urusan, asal Wan tayhiap ingin bertarung, katakan saja terus terang, mau terjun ke kuali berisi minyak atau naik ke bukit golok, aku akan melayani semua tantanganmu itu" Sampai kini, Suma thian yu baru menanggapi ucapan musuhnya dengan suara yang kasar. Tapi dengan begitu pula, suasana yang semula tenang segera diliputi kembali oleh kobaran api peperangan. Dalam waktu singkat, beberapa orang piausu telah bermunculan diri pula ke dalam arena dan mengepung Suma thian yu rapat-rapat. Mimpipun Suma thian yu tidak menyangka kalau Sin liong piaukiok yang terkenal sebagai suatu perubahan orang-orang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kaum lurus bisa bertindak memalukan seperti ini, tanpa terasa dia mendonggaakkan kepalanya sambil berpekik nyaring. Mendadak dia mencabut keluar pedangnya...."Criiiing!" cahaya biru memancar amat menyilaukan mata, tahu-tahu dia sudah meloloskan pedang Kit hong kiam yang amat tajam itu. Dalam marahnya, Mo im sin liong Wan Kiong cui juga meloloskan pedang mestikanya. Si Pena baja bercambang Tio Ci hui yang selama ini menonton saja dari sisi arena segera menampilkan diri ke tengah lapangan setelah menyaksikan keadaan bertambah runyam, sambil berlarian teriaknya keras-keras: "Saudara sekalian, jangan bertarung dulu, dengarkanlah perkataanku!" Walaupun kedudukan Si Pena baja bercambang Tio Ci hui dalam perusahaan setingkat dibawah Wan kiam ciu, tapi berhubung dia adalah seorang yang jujur dan setia kawan, maka semua orang menaruh hormat kepadanya. Seruannya itu segera ditanggapi semua orang, kecuali Wan Kiam ciu seorang, hampir semua orang mundur beberapa langkah dan memberi jalan lewat baginya. Setibanya didepan Wan Kiam ciu, Si Pena baja bercambang Tio Ci hui menjura dalam-dalam, kemudian katanya. "Toako, kau telah memfitnah orang baik, Suma siauhiap tidak bersalah, apalagi diapun me naruh budi kepadaku. "Cuuuh, apakah gurunya Wan Liang tidak ber salah?" jengek Mo im sin liong wan Kiam ciu sambil meludah. Belum sempat si Pena baja bercambang Tio Ci bui sempat mengucapkan sesuatu, Suma Thian yu telah berkata lebih dulu. "Benar, dia orang tua memang tidak bersalah, justru karena dalam dunia persilatan penuh dengan manusiamanusia yang tak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, maka dia orang tua baru mati penasaran...." Selapis hawa nafsu membunuh dengan cepat menyelimuti wajah Mo im sin liang Wan Kian ciu, si Pena baja bercambang Tio Ci hui menyaksikan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

keadaan makin kritis, buru-buru dia memberi tanda kepada Suma Thian yu seraya berkata: "Suma Hiantit, bersabarlah dulu, memandang diatas wajahku, tinggalkanlah tempat ini! Tak ada gunanya memperebutkan persoalan yang sama sekali tak ada gunanya ini" Ketika mengucapkan perkataan tersebut na danya setengah merengek, hal ini membuat Suma Thian yu merasa amat terharu, pikirnya: "Meninggalkan tempat inipun ada baiknya juga, toh dengan dua tiga patah kata mustahil bagiku untuk menyadarka kembali bajingan tua yang keras kepala ini" Walaupun dia ingin pergi, ternyata orang lain tidak membiarkannya pergi. Sambil tertawa dingin Mo im sin liong wan Kiam ciu berkata: "Sekalipun perusahaan Sin liong piaukiok bukan sarang naga gua harimau, tempat inipun bukan tempat yang bisa di datangi dan ditinggalkan orang dengan semaunya sendiri, bila siauhiap tak memberikan suatu pertanggungan jawab kepadaku hari ini, jangan harap kau bisa pergi meninggalkan tempat ini barang selangkahpun." Si Pena baja bercambang Tio Ci cui jadi gelisah sekali, buru-buru serunya lagi kepada Wan Kiam Ciu: "Toako, sekalipun tidak memberi muka ke pada pendeta, paling tidak aku harus menghargai Sang Buddha, aku bersedia menanggung se mua barang kawalan yang hilang, hanya saja kumohon kalian jangan berkeras kepala terus, biarkanlah urusan selesai dulu sampai disini!" Dengan sorot mata penuh amarah Mo im sin liong Wan Kiam ciu melotot sekejap kearah Tio Ci hui, lalu dia membalikkan badan dan tanpa mengucapkan sepatah katapun masuk ke ruang dalam. Tindakan ini sama sekali diluar dugaan semua orang, siapapun tak tahu permainan busuk apakah yang sedang di persiapkan, sehingga se mua orang segera berbisik-bisik lirih.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan cepat si pena baja bercambang Tio-Ci cui berpaling lagi kearah Suma Thian yu seraya berkata: "Hiante, cepat kamu tinggalkan tempat ini, cepat atau lambat persoalan ini pasti akan menjadi terang kembali, walaupun sekarang kau di tuduh orang, tapi tak usah putus asa, lapangkan dadamu, mengerti?" Dengan mata berkaca-kaca, Suma Thian yu mengangguk, setelah menjura dalam-dalam katanya: "Tio toako, budi kebaikkanmu tak akan aku lupakan untuk selamanya, asalkan kau bersedia mempercayai diriku, aku percaya orang lain tak akan mampu untuk melukai diriku." Setelah menyarungkan kembali pedangnya, dia berkata lebih jauh: "Di kemudian hari, budi kebaikan ini pasti akan kubalas." Kemudian dia menjejakkan kakinya ke atas tanah dan secepat kilat melompat keluar dari pagar pekarangan rumah. Dalam sekejap mata saja, bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata. Dengan mata berkaca-kaca, si Pena baja ber cambang Tio Ci cui memperhatikan bayangan punggungnya hingga lenyap dari pandangan, kemudian dia baru menyeka air matanya mem bentur dengan tempat duduk Bi hong siancu Wan Pek lan, dia berseru tertahan, ternyata bayangan tubuh nona wan sudah lenyap dari pandangan. Si Pena baja bercambang Tio Ci hui cukup mengetahui watak dari Wan Peklan, karena dia lah yang sering bermain dengan nona itu sejak si nona masih kecil, begitu dilihatnya nona Wan tak ada di tempat, dia lantas menduga kalau gadis itu sudah menyusul Suma Thian yu, tak terlukiskan rasa gelisah hatinya setelah mengetahui akan hal itu. Dia tahu, Wan peklan tentu tidak terima akan persoalan tadi sehingga kepergiannya niscaya akan menimbulkan keonaran baru. sebenarnya dia hendak masuk kedalam untuk melaporkan kejadian ini kepada Wan kiam cui, tapi teringat kalau Wan kiam cui sedang marah, ia merasa bila hal ini dilaporkannya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kepada Wan kiam cui, besar kemungkinan kalau hal ini akan menimbulkan amarahnya, sebab itu diapun menahan diri. Sementara itu, Suma Thian yu telah meninggalkan kantor perusahaan Sin liong piaukiok dengan perasaan berat, murung dan kesal. Orang bilang: Siapa yang berbaik hati dia akan memperoleh yang baik pula. Tapi apa yang dialami justru merupakan kebalikanya, maka sambil melanjutkan perjalanan dengan kepala tertunduk, pikirnya diam-diam: "Besar kemungkinan paman Wan yang kusayangi dan mengalami nasib seperti apa yang ku alami sekarang, karena salah paham akhirnya dia menjadi dibenci orang. aaii.... kalau memang begitu, sungguh mengenaskan sekali nasibnya....." Setelah meninggalkan kota, didepan mata terbentang sebuah tanah perbukitan, waktu itu matahari sedang bersinar dengan teriknya, Suma thian yu berjalan terus tanpa berhenti, sekarang sepeser uang pun tak dimiliki, pakaian dan uang yang dimilikinya masih tertinggal dikantor Sinl liong piaukok, bagaimana dia akan melanjutkan hidupnya dikemudian hari? Sementara dia masih murung, sampailah pemuda itu dibawah sebatang pohon besar, dia segera duduk disana sambil memejamkan matanya rapat-rapat.... Mendadak terasa segulung angin berhembus lewat, dengan perasaan terkejut dia segera membuka matanya, tampak sesosok bayangan hitam dengan kecepatan luar biasa sedang meluncur ke arahnya. Dalam keadaan gugup, dia tidak memikirkan lebih jauh lagi, buru-buru disambutnya bayangan hitam tersebut dengan sepasang tangannya, ternyata benda itu adalah sebuah bungkusan besar, yang lebih mengherankan lagi, buntalan tersebut ternyata miliknya. Sementara dia masih tertegun, mendadak dari belakang tubuhnya berkumandang suara tertawa merdu yang amat

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sedap didengar, dengan cepat Suma thian yu membalikkan badannya kemudian menjerit kaget: "Aaaaah, rupanya kau!" "Siapakah orang itu?" Ternyata dia tak lain adalah putri kesayangan dari Mo im sin liong Wan kiam cui, yakni si Dewi burung hong Wan Pek lan. Sambil menarik kembali senyumannya, si dewi burung hong berkata dengan wajah bersungguh-sungguh: "Bawalah serta buntalanmu itu, aku memang khusus datang kemari untuk mengirimkannya bagimu" "Oooh, terima kasih nona Wan" Seraya berkata dia lantas mengambil buntalan tersebut dan siap meninggalkan tempat itu. Tampaknya ia sudah merasa penasaran sekali terhadap keluarga Wan, maka setelah bertemu dengan gadis itu, dia mengurungkan niatnya untuk beristirahat. Belum lagi berapa langkah, mendadak terdengar nona Wan membentak lagi: "Suma siauhiap, harap tunggu sebentar!" "Ada apa nona Wan? Dengan perasaan terperanjat Suma thian yu berpaling seraya bertanya. "ada sesuatu persoalan kumohon petunjukmu" "Persoalan apa?" tanya Suma thian yu. Si Dewi burung hong berjalan mendekat dengan wajah kemalu-maluan, lalu berkata: "Aku ingin memohon beberapa petunjuk ilmu silatmu!" Dengan wajah berkerut bercampur keheranan, Suma thian yu memandang sekejap kearah Wan Pek lan, kemudian tanyanya keheranan: "Nona Wan, apa maksudmu? apakah ayahmu yang memerintahkan kepadamu untuk menahan aku disini?" "Soal ini tak usah kau urusi, aku sudah lama mendengar orang bilang tentang kelihayan ilmu pedang Kit hong kiam hoat, karena itu aku ingin sekali memohon petunjukmu"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nona Wan, buat apa kau mendesak orang terus-menerus? Aku sedang merasa kesal, lebih baik urungkan saja niatmu itu" Sepasang alis mata si Dewi burung hong Wan Pek lan segera berkenyit sesudah mendengar perkataan ittu, serunya sambil tertawa dingin: "Siauhiap, apakah kau tidak memandangsebelah matapun terhadap diriku?" "Tidak, aku tidak berniat bertarung melawan dirimu, lebih baik kau urungkan saja niatmu itu!" Jauh-jauh si dewi burung hong Wan Pek lan menyusul kesana, tujuannya tak lain adalah untuk memnta petunjuk ilmu silat dari anak muda tersebut, tekadnya itu sudah bulat, tak perduli apapun yang dikatakan Suma thian yu, dia sama sekali tidak ambil peduli. Sambil menarik muka dan melototkan sepasang matanya, ia membentak nyaring: "Sekalipun tak mau juga harus mau, kalau tidak, jangan harap kau bisa meninggalkan tempat ini" Suma thian yu yang melihat si nona menghadang jalan perginya, dia lantas tahu kalau pihak lawan memang datang dengan sesuatu maksud tertentu, maka setelah menghela napas panjang, katanya: "Aku Suma thian yu merasa tak pernah bersalah pada langit, tak pernah bersalah pada manusia, sungguh tak kusangka kalian mengejarku terus-menerus, nona, kumohon kepadamu, sukalah melepaskan sebuah jalan bagiku" Menyaksikan wajah Suma thian yu yang mengenaskan dan perkataan yang memilukan, Bi hong siancu Wan Pek lan segera tertawa geli, katanya dengan marah: "Kalau dilihat dari tampangmu yang mengenaskan, seakanakan telah dianiaya orang saja, aku toh hanya bermaksud untuk meminta petunjuk saja kepadamu tanpa mengandung maksud lain" Mendengar perkataan itu, dengan keheranan Suma thian yu segera bertanya: "Mengapa harus bertarung dengan ku?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aai, kau ini benar-benar....." Setelah berhenti sejenak, gadis itu berkata lebih lanjut: Karena kau tangguh, maka aku baru memohon petunjuk darimu, hal ini hanya suatu permohonan saja, mengapa kau berusaha menampik dengan pelbagai alasan?" "Permohonan? Aku tidak mengenal segala macam hal seperti itu" "Jadi maksudmu, kau tak ingin bertarung melawan diriku?" "Benar nona Wan!" jawaban dari Suma thian yu itu tegas dan bersungguh-sungguh. Si nona Wan segera meloloskan pedangnya sambil membentak: "Baik, akan kulihat apakah kau akan turun tangan atau tidak!" Pedangnya diputar suatu lingkaran busur, kemudian dengan jurus Long li cian ciau (membunuh naga ditengah ombak) langsung membacok batok kepala Suma Thian yu. Ternyata Suma Thian yu mengatakan tidak bertarung tetap tidak bertarung, buru-buru dia miringkan kepalanya sambil menghindar ke samping, setelah itu teriaknya kaget: "Kau....." Belum sempat dia melanjutkan kata-katanya, bacoka pedang dari Bi hong siancu Wan Pek lan telah menyambar tiba, terpaksa dia harus mundur selangkah lagi ke belakang. "Kau benar benar...." "Ya, aku benar-benar hendak mengajakmu bertarung!" Sembari berkata dia mendesak maju ke muka sambil melancarkan bacokan, ia sama sekali tidak memberi kesempatan kepada lawannya untuk berganti nafas, bahkan secara beruntun melancarkan tiga buah serangan berantai yang semuanya ditujukan ke jalan darah kematian di tubuh Suma Thian yu. Waktu itu Suma Thian yu tidak bersenjata, dia didesak terus sampai mundur berulang ka li, dalam waktu singkat pemuda itu sudah ter jerumus dalam posisi yang berbahaya sekali.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam keadaan begini, dia tak dapat menahan diri lagi menghadapi ancaman maut, tanpa berpikir panjang lagi dia berpekik nyaring kemudian tubuhnya melejit setinggi satu kaki ke tengah udara. Ditengah jalan pedangnya ditarik kembali dan secara tibatiba mengeluarkan gerakan tubuh Yau cu huan sin (burung belibis membalikkan badan) pedangnya berubah menjadi beratus-ratus kuntuk bunga pedang dan mengurung bersama ketubuh Bi hong Siancu dengan jurus Ciang liong ji hay (naga sakti masuk ke laut). Inilah salah satu jurus penolong yang ampuh dari ilmu pedang Kit hong kiam hoat. Waktu itu Bi hong Siancu sedang risau kare na lawannya belum juga meloloskan pedangnya, tak terlukiskan rasa girang dalam hatinya ketika menyaksikan Suma Thian yu menghunus pedangnya sambil melancarkan serangan balasan, teriaknya dengan segera: "Akan kulihat kau bisa berkeras kepala sampai kapan!" Sembari berkata, buru-buru pedangnya berputar membentuk selapis kabut senjata yang menyelimuti kepalanya, dia telah bersiap siaga untuk menyambut datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras guna mencoba sampai dimanakah ketangguhan lawannya. Siapa tahu Suma thian yu tidak bertindak seperti apa yang diharapkan, mendadak dia merubah jurus serangan ditengah jalan, kemudian melayang turun kembali ke tanah, bentaknya dingin, "Nona Wan, kau kelewat mendesak orang" Menyaksikan pemuda itu menarik kembali serangannya sambil melayang turun ke tanah, Bi hong siancu Wan Pek lan kuatir kalau ia menyimpan kembali pedangnya kedalam sa rung, maka terhadap perkataan dari Suma Thian yu dia tak ambil peduli. Mendadak gadis itu membentak nyaring, pedangnya memapas ringgung lawan dengan jurus Thian li hui ko atau malaikat perempuan memutar tombak.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu benar-benar mendongkol luar biasa, tanpa terasa pergelangan tangannya digetarkan lalu mengayunkan pedangnya dengan jurus yang diandalkan ialah Im liong tham jiau (naga mega mementangkan sayap) ujung pedangnya seperti cakar naga yang di ayunkan kedepan langsung menotak jalan darah Cian Keng hiat dibahu lawan. Bi hong siancu Wan Pek lan merasa amat gembira, akhirnya apa yang di harapkan terwujud karena pancingannya berhasil menjebak lawan, tanpa terasa semangatnya berkobar dia pun mengembangkan pelajaran silat dari ayahnya untuk melepaskan serangan keji. Jilid 8 : Tuduhan keji Tak selang beberapa saat kemudian, kedua orang itu sudah saling bertarung sepuluh gebrakan lebih, sepanjang pertarungan itu berlangsung, Suma Thian yu selalu mengalah dan berbelas kasihan dalam serang-serangannya, anehnya Bi hong siancu pun seakan-akan mempunyai pandangan yang sama, dia pun selalu berbelas kasihan didalam melancarkan serangannya. Sekilas pandangan pertarungan yang berlangsung antara kedua orang itu tampaknya amat seru, padahal dalam hati masing-masing sudah ada perhitungannya, pertarungan mereka berlangsung amat santai dan tidak saling membahayakan jiwa masing-masing. Lama-kelamaan kedua orang ada kalanya mereka berdua sempat bertanya-tanya sendiri, buat apa mereka berdua harus saling bertarung? Akhirnya Bi hong siancu Wan Pek-lan yang tertawa merdu lebih dulu, pedang mestikanya diputar kencang menciptakan selapis hujan pedang yang tebal dan langsung mengancam jalan darah Tiong teng hiat dan Tham tiong kiat ditubuh lawan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ditengah pekikan nyaring gadis itu, Suma Thian yu tersadar pula dari lamunannya, tak terlukiskan rasa kagetnya melihat ujung pedang lawan tahu-tahu sudah berada didepan dada. xx X xx SIANAk MUDA itu membentak nyaring, Pedang Kit hong kiamnya diputar untuk menangkis pedang lawan dengan jurus Sik poh thian keng (batu hancur langit terkejut), menggunakan kesempatan itu ia menerobos masuk kedepan dan menusuk jalan darah Tham tiong hiat dan tiong teng hiat si nona tersebut. "Tidak sopan kalau suatu pemberian tidak dibalas dengan pemberian lain...!" serunya. Berbareng dengan seruan itu, terdengar Bi hong siancu menjerit keras lalu mundur beberapa langkah dengan sempoyongan dan akhirnya roboh terkapar diatas tanah. Menyaksikan kejadian itu, Suma Thian yu amat terkejut, buru-buru dia menyimpan pedangnya dan lari kesisi Bi hong siancu sambil tanyanya dengan gelisah: "Nona Wan, apakah kau terluka?" Bi hong siancu Wan Pek lan berdiam kaku seperti patung, sepasang matanya terpejam rapat-rapat, napasnya memburu dan kelihatan menderita sekali... Suma Thian yu makin cemas setelah menyaksikan kejadian ini dengan perasaan bingung, buru-buru serunya: "Nona Wan, nona Wan...'" Melihat Wan Pek lan belum juga membuka matanya, dia tak dapat mengindahkan ucapan yang mengatakan "antara lelaki dan perempuan ada batas-batasnya lagi, dengan cepat dia melakukan pemeriksaan. Tampak napasnya teratur, matanya terpejam rapat dan mukanya merah segar, walaupun sudah diperiksa sekian lama, tidak dijumpai gejala-gejala aneh dibalik denyutan nadi lawan,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kesemuanya ini segera menimbulkan perasaan curiga dalam hatinya. Padahal Bi hong siancu Wan Pek lan sama sekali tidak terluka, apa yang dilakukan sekarang tak lebih hanya berpurapura belaka. Berbicara yang sesungguhnya, maksud tujuan dan tindakan yang dilakukannya ini amat dalam selain hendak menyelesaikan pertarungan yang sama sekali tak berguna itu, diapun ingin mencari tahu sampai dimanakah watak dan perangai dari Suma thian yu. Dengan sepasang mata setengah terpejam, diam-diam dia melirik dan mengikuti gerak-gerik Suma thian yu dengan seksama dari pagi hingga sekarang, kini ia baru berkesempatan untuk menyaksikan wajah Suma Thian yu dengan jelas. Melihat tampangnya yang gagah dan ganteng, makin dilihat dia merasa makin tertarik, tanpa terasa pikirnya dalam hati: "Aaah, mustahil dia tersangkut dalam peristiwa pembegalan barang kawalan, ooh Thian! Hal ini mustahil bisa terjadi! Ayah pasti telah salah menuduh orang baik!" Berpikir sampai disitu, jantungnya serasa berdebar amat keras. Pada waktu itulah dia merasa telapak tangan Suma Thian yu yang panas dan hangat telah ditempelkan diatas dadanya padahal sejak dewasa selain ibunya hampir tak pernah ada orang yang pernah menyentuh badanrya, apalagi meraba diatas sepasang payudaranya. Tapi sekarang, orang yang meraba payudaranya adalah seorang lelaki, seorang pemuda tampan yang gagah dan mempunyai daya tarik, apalagi merupakan orang yang dicintainya, bayangkan saja bagaimana mungkin hatinya tidak menjadi mabuk?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia menjadi mabuk, mabuk seperti terbang di angkasa, perasaan semacam ini belum pernah dialaminya sepanjang hidup, dia ingin menampik namun tak tega untuk melepaskan kenikmatan seperti itu, keadan semacam ini amat mengenaskan, juga amat manis dan mesra.... Tapi perempuan tetap perempuan, terutama sekali gadis remaja yang mulai mengenal arti kata cinta, bagaimanapun cintanya kepada pemuda itu toh sepasang matanya segera membuka kembali, ia tidak membiarkan pihak lawan meraih keuntungan kelewat lama. Pada dasarnya Suma Thian yu adalah seorang pemuda paling bodoh didunia ini, kecuali merasa gelisah, dia sama sekali tak dapat menekan kobaran emosi dalam hatinya. Begitu melihat Bi hong siancu mendusin, rasa girangnya melebihi sekeluarga miskin yang secara tiba-tiba menemukan sebuntalan emas murni, dengan cepat dia bersorak gembira. "Nona Wan, kau tidak apa-apa bukan?" Bi hong siancu Wan Pek lan menutup mulutnya rapat-rapat dan menggelengkan kepalanya berulang kali. Suma Thian yu yang melihat gadis itu mendusin kembali, tak terlukiskan rasa girangnya ia menghembuskan napas panjang lalu berkata: "Waah....hampir saja aku dibikin kaget setengah mati, terima kasih banyak, kau tidak terluka apa-apa!" Sebetulnya perkataan semacam itu tak pantas diutarakan keluar, jika ada pihak ketiga hadir disitu, ia pasti akan merasa perkataan mana kelewat mesra, padahal tindakan dari Suma Thian yu ini tak lebih merupakan suatu perbuatan yang mendekati ketolol-tololan. Bi hong siancu Wan Pek lan sengaja menegur dengan suara keras. "Huuh, masa kau merasa kuatir? Hmm, mungkin kau bertambah gembira bila menyaksikan aku mati!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Perkataan semacam inipun tidak seharusaya diutarakan, tapi pada dasarnya kedua orang itu memang berwatak aneh, setelah saling ribut sekian lama, akhirnya mereka malah merasakan kemesraannya. Kau berani mengatakan dialam semesta ini tiada sesuatu kekuatan besar yang mengatur segala-galanya? Sesungguhnya Malaikat cinta mengatur bagi mereka berdua segala sesuatunya, apakah kau ingin membantah? Kecuali kalau kau mempunyai kekuatan lainnya itu lain cerita. Suma thian yu mengira gadis itu masih masih marah, dengan wajah minta maaf dia berkata: "Aku sama sekali tidak bermaksud demikian, maaf jika aku membuatmu terjatuh, harap kau sudi memaafkan." Pada dasarnya anak gadis memang lebih perasa dari pada kaum lelaki, lagi pula hati mereka lebih lembek. Melihat wajah Suma Thian yu yang mengenaskan itu, Bi hong siancu Wan Pek lan tak jadi curiga, cepat ia menyahut: "Kesemuanya ini gara-gara aku mencoba unjuk kepandaian, sehingga akibatnya kau dibikin terperanjat, apakah kau menyalahkan aku?" "Aah, mana, mana..." buru buru Suma Thian yu menyahut, "asal kau tidak terluka, aku merasa girang sekali " "Mengapa sih kau begitu menaruh perhatian kepadaku?" Bi hong siancu balik bertanya. "Karena... karena..." Suma Thian yu mengulangi perkataan tersebut sampai beberapa kali tanpa berhasil untuk melanjutkannya. "Aku tahu kau tak punya alasan bukan?" "Ehmmm...!" "Ya, memang banyak kejadian yang berlangsung secara wajar, tiada suatu bentuk alasan, yang pasti, aku rasa sesuatu yang nyata di dunia ini selamanya tak beralasan, bukankah begitu?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Maaf nona, aku merasa kagum sekali kepadamu yang melebihi orang lain" "Jangan nona, nona melulu, aku toh bukan tak punya nama, mengapa kau selalu memanggil dengan nama tersebut?" ketika mengucapkan perkataan tersebut, nadanya tersipu-sipu. "Ahh betul, tolong tanya siapakah nama nona?" buru-buru sianak muda itu bertanya. "Aku bernama Pek lan, ketika masih kecil orang memanggilku Lan ji, kau boleh memanggil aku sebagai adik Lan!" "Adik Lan..." Suma Thian yu segera memanggil, tapi kata selanjutnya dia tak sanggup untuk melanjutkan. Waktu itu, Suma Thian yu merasa amat gembira sekali selama bergaul dengan Wan PeK lan, tapi kalau ditanya menpapa, dia sendiripun tak mampu untuk mengucapkan sesuatu. Itulah sebabnya manusia dinamakan mahkluk yang berperasaan, yang terpenting manusia bukan rumput atau binatang, manusia adalah mahkluk yang berperasaan. Kadangkala perasaan semacam itu baru bisa tumbuh dan meningkat mencapai pada puncaknya bila manusia yang berlawanan jenis bertemu. Ada orang bilang: Hubungan manusia antara manusia terdapat semacam daya tarik menarik, hal ini tak lain adalah perasaan. Waktu berlalu dengan cepatnya, dalam suasana yang santai karena berbincang dan bergurau, tanpa terasa matahari telah bergeser kearah barat, langit diliputi oleh cahaya keemasemasan. Bi hong siancu Wan Pek lan mendongakkan kepalanya dan memandang keadaan cuaca sekejap, kemudian suaranya dengan terkejut.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aaah, matahari sudah condong kebarat, aku harus segera pergi dari sini. Entah mengapa, sewaktu mendengar gadis itu hendak pergi, Suma Thian yu segera merasa hatinya kosong dan kecut, ditatapnya nona Wan dengan wajah termangu, dia seperti hendak mengucapkan sesuatu, namun akhirnya niat itu diurungkan. Padahal Bi hong siancu sendiripun tak ingin berpisah dengan pemuda tersebut, buru buru ia mengusulkan. "Engkoh Yu, bagaimana kalau kita kembali?" "Kembali? Kembali kemana?" tanyanya. "Ke rumahku!" sahut Bi hong siancu. "Ah, bukankah hal itu sama dengan mengantar diriku kembali ke mulut harimau?" "Tak mungkin, aku akan membujuk ayahku, dia pasti dapat memahami kesulitanmu. "Terima kasih atas maksud baikmu, sayang aku masih ada urusan penting yang tak dapat ditunda lagi, lebih baik kita berpisah dulu sampai disini, moga-moga kita akan bersua kembali dimasa mendatang" kata Suma Thian yu. Berbicara sampai disitu dia lantas bangkit berdiri dan sekali lagi memandang sekejap kearah Bi hong siancu. Bi hong siancu yang melihat dia hendak pergi, hatinya menjadi amat gelisah, buru-buru dia bertanya: "Engkoh Yu, kau bermaksud hendak pergi ke mana?" kata Bi hong siancu sedih. "Bagi seorang lelaki, cita-citanya berada di empat penjuru, seluruh jagad bisa dijadikan rumahnya, oleh karena itu, kemana aku sampai, disitulah aku akan berada" "Apakah kau akan kembali lagi kemari?" "Tentu akan kembali, menanti sampai fitnahan terhadap diriku sudah jadi jelas sekali." "kalau selamanya tak pernah menjadi jelas kembali...?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Itu berarti selama hidup aku tak akan menginjakkan kakiku kembali ke perusahaan Sin liong piaukiok." jawab Suma Thian yu. "Sungguh?" selesai mengucapkan perkataan itu, sepasang matanya telah basah oleh air mata, menyusul kemudian dua baris air mata jatuh berderai membasahi pipinya. Suma Thian yu merasakan hatinya menjadi kecut, setelah menghembuskan napas hiburnya. "Aku pasti kembali untuk menengokmu, asalkan kau benarbenar menyukai aku kembali kemari" "Tidak, kau bohong! Aku tahu kau sedang menghiburku, kau tak mungkin akan kembali lagi..." Berbicara sampai disitu ternyata dia menangis terisak dengan amat sedihnya. Menangis semacam senjata yang ampuh bagi kaum wanita, air mata juga merupakan semacam taktik untuk mencapai pada tujuannya, seperti juga Suma Thian yu sekarang, dia dibikin melumer juga hatinya oleh isak tangis dan air mata yang jatuh bercucuran. Seketika itu juga sang pemuda tersebut menjadi gelagapan sendiri dengan perasaan panik, untuk sesaat dia tak berhasil menemukan kata-kata yang cocok untuk menghibur hati gadis she Wan tersebut, karena itu dengan mata terbelalak dia hanya bisa memandang dengan wajah kebingungan. Sementara itu, satu ingatan tiba tiba melintas dalam benaknya: "Jangan-jangan nona Wan jatuh hati padaku." Berpikir sampai disitu, tanpa terasa dia memandang sekejap kearahnya, siapa tahu makin dilihat dia merasa hal itu makin benar, tanpa terasa jantungnya berdebar keras. Buru-buru dia maju kedepan dan memegang bahu si nona, lalu hiburnya dengan suara lembut. "Aku pasti akan kembali untuk menengokmu, asal hatimu tak akan berubah untuk selamanya"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Perkataan itu benar benar sangat manjur, pelan-pelan Bi hong siancu mendongakkan ke palanya dan memandang sekejap kearahnya dengan pandangan mata yang merah, kemudian dengan wajah tersipu-sipu menundukkan kepalanya rendah-rendah. Sementara mereka berdua merasa berat hati untuk saling berpisah.... Dari arah jalan raya sana terdengar suara derap kaki kuda yang amat ramai berkumandang dari kejauhan sana yang makin lama semakin mendekat. Agak tertegun Bi hong siancu mendengar suara itu, dia segera memasang telinga baik-baik, mendadak serunya tertahan: "Aduh celaka, ayahku telah menyusul kemari" "Dari mana kau bisa tahu?" "Apa kau tak mendengar suara bel itu? suara yang berasal dari kuda tunggangan milik ayah" Kemudian dengan cepat serunya kepada Suma Thian yu. "Cepat lari, mereka sudah datang, kalau keburu terkurung, bisa berabe juga akhirnya!" Mendengar itu, Suma Thian yu segera terta wa terbahakbahak. "Haah haah haah. Aku Suma Thian yu adalah seorang manusia yang tak akan mencari gara-gara bila tiada urusan, dan tidak takut menghadapi setiap kejadian bila menjumpai urusan, kalau toh mereka sudah datang, memangnya bisa menelanku hidup-hidup?" Terkesiap jnga Bi hong Siancu setelah mendengar perkataan itu, buru buru pintanya dengan nada setengah merengek: "Engkoh Yu, kumohon kepadamu sudilah kiranya untuk menghindarkan diri lebih dahulu, ayahku bukan seorang manusia yang bisa diusik dengan begitu saja, demi kau, juga karena aku, cepatlah pergi meninggalkan tempat ini!" "Kalau aku pergi, bukankah hal ini akan di tertawakan orang?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Darimana mereka bisa tahu kalau kau berada bersamasamaku?" Baru saja Bi hong siancu menyelesaikan kata-katanya, mendadak dari tengah udara berkumandang suara gelak tertawa yang menyeramkan, mendengar itu kedua orang tersebut menjadi terkesiap dan segera berpaling. Tampak dua bayangan manusia dengan kecepatan luar biasa meluncur turun dihadapan kedua orang itu. Suma Thian yu mencoba untuk mengawasi orang itu dengan seksama, ternyata dia tak lain adalah Boan thian hui Ya Nu bersama seorang manusia berusia empat puluh tahun. Begitu berjumpa dengan kedua orang itu, buru-buru Bi hong siancu memberi hormat seraya berkata: "Paman Ya, mengapa kaupun datang kemari?" "Hmm, bukankah semuanya ini gara-gara kau?" Eeh, kenapa kau bisa berada bersama anjing lelaki ini?" Begitu Boan thian hui Ya Nu menyaksikan Suma Thia yu, hatinya kontan menjadi panas kembali, mungkin inilah yang dikatakan dalam pepatah sebagai: "Dua orang musuh besar saling berjumpa, sepasang matapun ikut memerah" Suma Thian yu tentu saja tidak mau menunjukan kelemahannya, dengan cepat dia berseru: "Hmm, prajurit yang pernah kalah, kau masih punya muka untuk datang mencariku, huuh sunggah tak tahu malu" Ternyata Boan thian hui Ya Nu tidak menjadi marah sebaliknya malahan tertawa. Anjing cilik, keparat terkutuk, kita berjum pa lagi, mari, mari, kuperkenalkan kau dengan sahabatku ini, dia adalah Sang tayhiap" Suma Thian yu mencoba untuk mengamati orang iyu, tampak wajahnya hijau membesi seperti baru saja sembuh dari suatu penyakit yang sangat parah, mendadak dia teringat akan seseorang, tanpa terasa tanyanya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apakah orang ini yang disebut Cing bin kui (setan muka hijau) Seng Tham?" "Setan muka hijau adalah suatu kata makian, Suma Thian yu sengaja berkata demikian dengan maksud untuk menyindir lawannya. Siapa tahu manusia bermuka hijau itu tertawa seram setelah mendengar seruan tersebut, sahutnya: "Benar, bocah keparat, tampaknya kau cukup tahu akan diriku, aku memang bernama setan muka hijau, sedang kau sebentar lagi akan berubah menjadi setan muka putih" Belum sempat Suma Thian yu menjawab, dari tengah udara telah berkumandang lagi tiga kali suara pekikan panjang. Mendengar suara pekikan tersebut, paras muka Bi hong siancu Wan Pek lan berubah menadi pucat pias, segera serunya: "Ayahku datang " Betul juga, dari hadapan mereka segera muncul tiga sosok bayangan manusia, dalam sekejap mata bayangan tersebut sudah tiba di depan Suma Thian yu, orang yang berada di tengah itu sudah membentak dengan penuh kegusaran sebelum kakinya mencapai tanah: "Perempuan rendah, kau berani pagar makan tanaman, diam-diam bersekongkol dengan, kaum laknat!" Mendengar ayahnya melontarkan makian yang keji dan amat tak sedap didengar itu, kontan saja Bi hong siancu menangis tersedu-sedu. Suma Thian Yu adalah seorang lelaki yang berjiwa kesatria, dia amat membenci watak Mo im sin liong Wan Kiam ciu. Sambil menggerakkan tubuhnya dia segera menerjang kehadapan Wan Kiam ciu, kemudian serunya sambil menuding: "Wan tay hiap, aku benar-benar merasa malu untukmu, tindakanmu itu sungguh lebih rendah daripada binatang,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

darimana kau bisa tahu kalau putriku bertindak pagar makan tanaman? "Dia membelai dirimu, hal ini merupakan suatu fakta!" bentak Mo im sin liong Wan Kiam ciu dengan gusar. Mendengar ucapan tersebut, Suma Thian yu segera tertawa terbahak bahak. "Haahhh...haahh... hahh... Wan tayhiap, di depan orang yang jujur tak usah berbicara bohong, apa maksud kedatanganmu sudah aku pahami, aku orang she Suma akan menerimanya satu persatu ....." Dalam pada itu, Boan thian hui ya Nu menimbrung dari samping. "Cong piautau, buat apa mesti ribut dengannya? Lebih baik dibunuh saja habis perkara" Si manusia berbaju hijau yang berada disampingnya seperti takut tidak kebagian kesempatan saja, tiba-tiba ia menyerobot maju ke lalu sambil tertawa dingin serunya: "Anjing keparat, Toaya akan melengkapi keinginanmu itu!" Seraya berkata dia lantas mengayunkan telapak tangannya menghantam dada Suma Thian yu. Melihat datangnya bacokan tersebut, Suma Thian yu miringkan badannya lalu berkelit ke samping, katanya sambil tertawa: "Selamanya sianya enggan membunuh prajurit tak bernama" Gagal dalam serangannya yang pertama, si setan muka hijau Sang tham maju kedepan sembari melancarkan sebuah pukulan lahi, dampratnya dengan penuh kegusaran: "Bangsat, kau pingin mampus rupanya?" Tenaga pukulan yang amat dahsyat segera dilontarkan kedepan sehingga menimbulkan deruan angin tajam yang amat memekikkan telinga. Jarak kedua dua belah pihak cuma lima langkah, begitu si setan muka hijau Sang tham mengayunkan telapak tangannya, Suma thian yu segera merasakan datangnya hembusan angin dingin yang mencekam perasaannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan perasaan terkesiap dia lantas melayang kesamping untuk menghindarkan diri, dengan mempergunakan ilmu Ciok tiong luan poh sin hoat ajaran si pengemis yang suka berpelancong cong Wi Kian, tampak ujung bajunya terhembus angin dan tahu-tahu dia sudah berdiri satu kaki dari posisi semula ... Begitu Suma Thian yu mendemontrasikan ge rakan tubuh yang amat indah, Bi hong siancu segera bersorak memuji. Tampak pemuda itu segera mengejek si setan muka hijau: "Sauya tak akan bersedia untuk bertarung melawan setan tanpa nama, mengerti?" "Anjing keparat" kontan saja setan muka hijau Sang tham mencaci maki kalang kabut, "Toaya bernama Sang Tham, ingat baik-baik namaku agar kalau sudah mampus mengetahui siapa pembunuhmu, cepat lolosan pedangmu!" Sebetulnya Suma Thian yu memang tidak mempunyai kesan baik terhadapnya, apalagi setelah mendengar kalau dia adalah murid kedua dari si mayat hidup Ciu Jit hwee atau adik seperguruan dari si macan angin hitam Sim Kong, kemarahannya segera berkobar. Sengaja ejeknya dengan suara yang sinis: Sang Tham? Sayang seribu kali sayang, sauya belum pernah dengar nama Sang Tham berkumandang dalam dunia persilatan" Berbicara sampai disitu dia lantas sedekap tangan dan tertawa terkekeh-kekeh, seolah-olah dia sama sekali tak pandang sebelah matapun ternadap si setan muka hijau Sang Tham. Perlu di ketahui, si setan muka hijau Sang tham adalah seorang manusia yang liar dan membunuh orang tanpa berkedip, mendengar perkataan itu bukannya menjadi gusar malah tertawa tergelak, suaranya menusuk pendengaran dan tak sedap didengar... Selesai tertawa, mendadak sepasang mata nya yang buas dan tajam bagaikan sembilu itu yang menembusi hati, ia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengawasi wajahnya Suma Thian yu tanpa berkedip, membuat anak muda itu bergidik, pikirnya: "Amat luar biasa tenaga dalam orang ini!" Walau Sang Tham menduduki urutan kedua dalam perguruan si mayat hidup Ciu Jit hwee, namun usianya jauh diatas usia kakak sepergu ruan si harimau angin Sim Kong, sebab mayat hidup Ciu Jit hwee mengutamakan urutan dalam penerimaan muridnya tanpa mempersoalkan perbedaan usia diantara mereka. Sampai di manakah kepandaian silat dari harimau angin hitam Sim Kong, sewaktu be-ada di lembah Cing im kok yang lalu, sudah pernah dirasakan oleh Suma thian yu dan terbukti memang luar biasa. Benar, kekalahannya yang dideritanya tempo hari hanya terbatas pada soal pengalaman dan pengetahuan, namun kekalahan tersebut diterimanya dengan hati yang tulus. Dalam pada itu, si setan muka hijau Sang tham telah meloloskan sebilah pedang lengkungberbentuk kaitan dari punggung nya, kemudian serunya setelah tertawa seram: "Hehehehe.....bila toaya telah membegalmu, kau toh akan mengenali diriku?" Seraya berkata, pedang kaitan berbentuk bulan sabit direntangkan kedepan, kemudian sambil bergerak maju kedepan, dia membacok tubuh Suma thian yu dengan jurus Hek coa jui tong (ular hitam keluar dari gua). Suma Thian yu memang berniat untuk mempermainkan setan muka hijau, menghadapi ancaman tersebut ternyata ia tidak meloloskan pedang Kit hong kiamnya. Dengan sepasang mata yang tajam dia mengawasi pedang kaitan tersebut lekat lekat kemudian setelah tertawa dingin ejeknya: "Setan tua, dalam sepuluh gebrakan aku akan menyuruh kau memperlihatkan wujud sebenarnya!" Baru selesai dia berkata, pedang kaitan dari Setan muka hijau Sang Tham telah menusuk tiba, tampaknya beberapa inci lagi segera akan menyentuh ujung baju Suma Thian yu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pada saat itulah mendadak Suma Thian yu mendengus dingin, menyusul bayangan tubuh nya berkelebat lewat dan tahu-tahu sudah lenyap dari pandangan mata. Gagal dari serangannya yang pertama, mendadak setan muka hijau Sang Tham merasakan datangnya dengusan dingin yang bergema dari belakang tubuh, buru-buru dia membalikkan badannya, seketika itu juga terasa hawa dingin menembusi tulang belakangnya, ternyata Suma Thian yu sudah menyelinap kebelakang punggungnya. Kontan saja sifat buas dari setan muka hijau berkobar dalam dadanya, pedang kaitan berbentuk sabitnya dengan jurus Heng Sau gian kun (menyapu rata selaksa prajurit)segera menyapu kedepan mengikuti berputaran badan-nya kemudian pedang itu ditusuk kemuka de ngan kecepatan bagaikan sambaran kilat. Siapa tahu baru saja sepasang bahunya bergerak, tampak ada bayangan hitam berkelebat lewat, tahu-tahu dia sudah kehilangan lagi bayangan tubuh dari Suma Thian yu. Kali ini, setan muka hijau Sang Tham bertindak lebih cerdik, ketika senjatanya mencapai setengah jalan, tiba-tiba tubuhnya berputar kencang dan membacok kebelakang punggung. Di dalam anggapannya, serangan yang dilancarkan kali ini pasti akan berhasil telak, sekalipun Suma Thian yu licik juga tidak akan lolos dari serangan pedangnya yang aneh tapi sakti itu. Maka itu, bersamaan dengan berputarnya sang badan, dalam hati kecilnya dia tertawa dingin tiada hentinya. Siapa tahu selicik-liciknya dia, orang lain tidak lebih bodoh. Suma Thian yu tahu-tahu sudah berdiri disisinya sambil bertepuk tangan dan bersorak sorai. "Hooree... rupanya kau sedang menghantam si angin busuk," ejeknya sambil tertawa tergelak, "sauya toh berada disini, kenapa angin tak berdosa yang di hajar? Nah, sekarang sudah lewat tiga jurus, masih ada tujuh jurus lagi untuk memaksamu menunjuk wujud aslimu!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selama hidup belum pernah setan muka hijau Sang Tham di perlakukan orang dengan cara macam ini, kontan saja berteriak dengan penuh kegusaran: "Bocah keparat, serahkan nyawamu!" Menyusul teriakan itu tubuhnya bergerak kedepan bagaikan orang kalap, sambil menciptakan selapis cahaya pedang dia menyerang secara membabi buta. Mo im sin liong Wan Kiam ciu yang selama ini hanya melihat jalannya pertempuran dari tepi arena, sesungguhnya tak pandang sebelah matapun terhadap si setan muka hijau. Oleh sebab itu menang kalah Sang tham boleh dibilang tiada sangkut pautnya pula dengan dia, akan tetapi setelah menyaksikan Sang thsm mulsi nekad dan siap beradu jiwa, ia menjadi amat gelisah, teriaknya tanpa sadar: "Saudara sekalian, maju bersama!" Selesai berkata ternyata dia menerjang lebih dahulu kedalam arena, disusul kemudian oleh dua orang piausu dan Boan thian hui ya Nu. Bi hong siancu Wan Pek lan menjadi gelisah sekali setelah menyaksikan kejadian tersebut, berdiri disitu dia lantas berteriak penuh kegelisahan. "Oooh Thian, sungguh memalukan sekali perbuatan kalian!" Yang dimaksudkan sebagai orang yang memalukan tentu saja perbuatan dari ayahnya yang main kerubut serta menyerang kaum muda, sebagai seorang cong piautau ternyata dia menggunakan sistem pertarungan roda berputar untuk meng-giliri seorang bocah cilik, bila kabar ini tersiar keluar, nisciya hal mana akan sangat memalukan dan merosotkan pamornya di depan mata umum. Waktu itu Suma Thian yu sedang merasa gembira karena berhasil menangkan San Tham, melihat kawanan musuhnya menyerang bersama, dia segera berpekik dengan suara yang amat nyaring, dengan suatu kecepatan luar biasa dia mencabut keluar pedang Kit hong kiam yang tiada tandingannya dikolong langit itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu pedang Kit hong kiam diloloskan, dari empat penjuru sudah menyambar tiba lima macam senjata tajam. Dalam repotnya Suma Thian yu segera mengeluarkan jurus Ya can pat hong atau berta rung malam delapan penjuru untuk memunahkan ancaman lawan dengan kekerasan. Waktu itu kemarahannya telah berkobar, buru-buru dia menghimpun tenaga dalamnya sambil memutar pedang, secara beruntun dia lepaskan dua kali serangan berantai untuk mendesak mundur lima orang yang mengerubutinya sampai beberapa langkah, kemudian bentaknya pada Wan Kiam cu dengan kobaran emosi: "Wan tayhiap, dendam ini akan kuingat selalu dihati, suatu ketika aku orang she Suma pasti akan berkunjung lagi ke Sin liong piauliok untuk menentukan mati hidup bersamamu!" Selesai berkata, dia berpekik nyaring, sepasang kakinya menjejak tanah dan melambung ke tengah udara kemudian dengan kecepatan luar biasa melesat ke dalam hutan lewat dibelakang tebing. Melihat pemuda itu melarikan diri, tentu saja Mo im sin liong enggan untuk melepaskan dengan begitu saja, sambil membentak pendek, kakinya menjejak tanah dan segera mengejar dengan kecepatan tinggi. Keempat orang lainnya tak mau ketinggalan, serentak mereka melakukan pengejaran dengan kecepatan tinggi. Tak lama kemudian Suma Thian yu telah tiba ditepi hutan. Mo im sin liong Wan Kiam ciu yang berada dibelakangnya segera membentak keras: "Bocah keparat, jangan kabur! Tinggalkan dahulu selembar nyawamu!" Belum habis dia berkata, Suma Thian yu telah menembusi hutan dan menyelinap dibalik dedaunan. Tentu saja Mo im sin liong tak rela melepakan mangsanya dengan begitu saja, dia segera memberi tanda kepada rekanrekannya agar melanjutkan pengejaran tersebut. Mendadak dari balik hutan brkumandang suara pekikan areh yang amat nyaring....

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar pekikan tersebut, Mo im sin liong Wan Kiam ciu menjadi tertegun, ketika ia mendongakkan kepalanya, tampak tiga sosok bayangan manusia sedang melesat keluar dari dalam hutan dan melayang turun dihadapan mereka, persis menghadang jalan pergi orang-orang itu.! Melihat siapa yang datang Boan thian hui Ya Nu segera menjerit kaget. "Aaah, pencoleng berkerudung!" Betul, disitu telah muncul tiga orang manusia berkerudung, ketiga orang itu menutupi wajahnya dengan kain berwarna hitam dengan jubah berwarna hitam pula, selain sepasang matanya yang berkilauan tajam, boleh dibilang tak terlihat bagaimanakah mimik wajahnya ketika itu. Begitu berjumpa dengan manusia berkerudung itu, kemarahan Mo im sin liong Wan kiam ciu semakin memuncak, tanpa bertanya merah atau hijau lagi, segera bentaknya keras-keras: "Siapa yang berada didepan sana? Mengapa menghadang jalan pergi kami?" "Toayamu hendak menghalangi jalan pergi mu, mau apa kau?" sahut manusia berkerudung yang ada ditengah dengan dingin. "Siapakah kau?" "Orang yang telah membegal barang kawalan perusahaan kalian" jawab orang itu dingin. "Wan piautau, membunuh adalah suatu perbuatan yang dilakukan hanya dengan mengangkat tangan, mengapa kau mesti melakukan pembunuhan terhadap seorang bocah cilik?" "Apa sangkut pahutnya antara bocah keparat dengan kalian?" "Ooh, soal itu mah lebih baik tak usah di campuri Wan piautau, bocah itu sudah kubawa pergi, kalau punya kemampuan minta sajalah kepadaku!" Selama hidupnya Mo im sin liong Wan Kiam ciu hidup diujung golok, begitu rnenrtengar ke tiga orang itu mengaku sebagai pembegal barang kawalannya dan mereka pula yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

telah menyelamatkan Suma Thian yu, kontan saja marah, ssgera dia menerjang ke muka dan melepaskan sebuah bacokan ke tubuh orang itu. "Kiam ciu!" terdengar orang berkerudung itu membentak keras, "masih ingin hidupkah kau?" Ketika mendengar teguran tersebut, Mo im sin liong Wan Kiam ciu yang sedang memasang gaya untuk melancarkan serangan menjadi agak terhenti, kemudian ia berdiri termangu-mangu ditempat semula dengan perasaan terkesiap. "Suara orang ini sangat kukenal... sebenarnya siapakah dia?" demikian ia berpikir. Sementara dia masih termenung, terdengar orang itu berkata lagi: "Kiam ciu, matikan saja keinginanmu itu, lebih baik pulang saja ke rumah....." Mendengar perkataan itu, mendadak Mo im sin liong Wan Kiam ciu teringat akan seseorang, paras mukanya segera berubah hebat, tapi dengan cepat ia menggelengkan kepalanya untuk menyangkal kembali jalan pemikiran tersebut, tanyanya sambil mendongakkan, kepala "Siapakah kau? Dapatkah aku mengetahuinya?" "Sesaat sebelum ajalmu tiba, aku pasti akan menyingkap kain kerudung ini untuk memperlihatkan wajah asliku kepadamu!" Mendengar perkataan tersebut, Mo im sin liong Wan Kiam ciu segera mendongakkan kepalanya dan tertawa panjang. "Haaah....haaah....haaah....sungguh beruntung kita bisa saling bersua muka pada hari ini, bersusah susah aku mencari jejakmu akhirnya berhasil ditemukan tanpa bersusah payah. Bila kalian bertiga tidak segera menyerahkan barang kawalan kami yang dibegal, jangan harap kalian bisa keluar dari sini dengan keadaan hidup!" Berbicara sampai disitu, dia lantas memberi perintah kepada para piausunya. "Bekuk mereka semua!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siapa tahu belum selesai dia berkata, mendadak terdengar ke tiga orang manusia berkerudung itu tertawa tergelak bersama. Ketika Wan Kiam ciu mendongakkan kepalanya, dengan perasaan kaget segera jeritnya: "Aaaah" Ternyata ke empat orang pembantu yang dibawanya telah berdiri mengintari dibelakang tubuhnya dengan berjajar, sambil megang senjata, meraka mengawasi kearahnya dengan senyuman licik menghiasi bibirnya. Merasakan gelagat tidak beres, dengan perasaan terkesiap, Mo im sin liong segera bertanya: "Kalian..." Belum habis dia berkata, Boan thian hui Ya Nu telah menyela sambil tertawa licik. Wan congpiautau, kau terkejut? Siapa suruh kau pikun dan tolol, jangan salahkan jika kamipun bertindak pagar makan tanaman, heeh...heeeh..., hari ini adalah hari kematianmu, cuma bila kan bersedia menyerahkan perusahaan Sin liong piaukiok kepadaku, tentu orang she Ya pun bisa berbelas kasihan dengan mengampuni selembar jiwamu." Ternyata Boan thian hui Ya Nu telah bersekongkol dengan kawanan penyamun berkerudung itu, tentu saja si Setan muka hijau Sang Tham pun diundang datang secara khusus untuk membantu pihak mereka. Mimpipun Mo im sin liong Wan Kiam ciu tidak menyangka kalau mata-matanya berada dalam tubuh perguruan sendiri, melihat masa jayanya sudah lewat, diam-diam ia menghela napas panjang, akhirnya setelah mengambil keputusan didalam hati, katanya sambil tertawa sedih: "Ya Nu! Lohu bersikap sangat baik kepada mu, siapa tahu kau adalah seorang manusia yang berpakaian binatang. Pepatah kuno memang berkata benar: Tahu orangnya, tahu mukanya belum tentu tahu hatinya... Ternyata lohu sudah salah menilai dirimu, tidak sulit bila kau menginginkan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

perusahaan ini, cuma kau mau mesti bertanya dulu kepada pedangku ini, jika dia setuju, tentu saja lohu akan menyerahkan de ngan sepasang tangan terbuka..." Setan muka hijau Sang Tham tertawa seram. "Heehh...heeehh...heehh.,. kematian sudah berada didepan mata, buat apa mesti banyak ber bicara lagi? Toaya akan segera mengirim dirimu lebih dulu untuk pulang kerumah kakek moyangmu" selesai berkata, pedang kaitan berbentuk bulan sabitnya diayunkan ke muka menusuk tenggorokan wan Kiam ciu. Mo im sin-liong wan Kiam ciu tertawa seram, pedangnya dengan jurus Sau soat hee ciat (Membersinkan salju dibawah rumah) menangkis datangnya ancaman pedang kaitan tersebut, menyusul kemudian dengan jurus Sin liong ji hay (naga sakti masuk samudra) secepat kilat dia menusuk ke ulu hati setan muka hijau Sang Tham. Boan thian hui Ya Na paling mengetahui kemampuan yang sebetulnya dari Wan Kiam cui, dia kuatir setan hijau Sang Tham terkecoh, maka sambil memutar senjata Sam ciat kunnya ia terjun pula ke arena pertarungan, suatu pertarungan sengit dengan cepat berkobar..... Mo im sin liong wan Kiam ciu dengan megandalkan ilmu pedang Hu mo kiam hoat serta Mo im sin hoatnya yang lihay pernah menjagoi utara dan selatan sungai besar, meski sekarang diharuskan berhadapan langsung dengan dua orang musuh tangguh, dia masih dapat memberikan perlawanan-nya dengan gigih, dia kuatir dikerubuti orang banyak, maka begitu turun tangan dia lantas melancarkan ancaman dengan jurusjurus dahsyat dan mematikan. Benar juga, tak lama kemudian si setan muka hijau Sang Tham keok lebih dulu, menyusul kemudian Boan thian hui Ya ikut terpapas kutung sebuah jari tangan-nya. Tiga orang manusia berkerudung yang berada disamping arena dan melihat gelagat tidak menguntungkan, dengan cepat membentak keras dan bersama-sama terjun ke arena pertarungan, dengan demikian situasinya segera berubah, Mo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

im sin liong kena terdesak sehingga mundur kebelakang berulang kali........ Sepasang tangan sulit melawan empat tangan, seorang gagah sukar melayani gerombolan monyet, apalagi usia Mo im sin liong San Kiam ciu telah mencapai enam puluh tahunan, setelah bertarung sekian lama ia makin tak kuasa menahan diri. Pada mulanya dia masih dapat memutar senjatanya dengan leluasa, tapi lama-kelamaan akhirnya makin keteter dan tak sanggup menahan diri lebih lanjut. Paras muka Mo im sin liong berubah menjadi merah padam bagaikan darah, sepasang matanya merah berapi-api, pakaian yang dikenakan olennya kini telah bertambah dengan beberapa buah lubang, hingga detik ini dia benar-benar kehabisan tenaga dan berada diambang kematian. Tampak giginya saling bergemerutukan keras, mendadak ia berjongkok lalu sambil membentak nyaring, sepasang lengan-nya diluruskan kemuka dan tubumenerjang keudara dan berusaha untuk melompat keluar dari arena dengan mengerahkan sisa kekuatan yang dimilikinya. Boan thian hui Ya Nu yang mendendam karena jarinya dipapas kutung, tentu saja tak akan membiarkan dia melarikan diri dengan begitu saja, sambil memberi tanda kepada semua orang, serentak mereka melompat ke muka dan menubruk bersama ketubuh Mo im sin liong Wan kiam cui. Tujuh macam senjata bagaikan titik air hujan berbareng membacok kearah tubuh lawan. Tampaknya Mo im sin liong Wan Kiam akan terjerumus kedalam bahaya maut dan tak mungkin jiwanya bisa tertolong lagi... Disaat yang amat kritis itulah mendadak dari tengah udara berkumandang suara pekikan nyaring yang memekikkan telinga, menyusul kemudian terlihat sesosok bayangan manusia berwarna hitam masuk ke dalam arena dengan kecepatan luar biasa.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seketika itu juga terdengar suara benturan senjata yang amat ramai disusul jeritan kesakitan bergema memenuhi angkasa, diantara ba yangan manusia berkelebat lewat, tujuh delapan sosok bayangan manusia tahu-tahu sudah roboh rerkapar diatas tanah sambil mengaduh kesakitan. Ditengah arena pertarungan, kini telah berdiri seorang kakek berwajah segar yang sangat berwibawa, ditangannya menggenggam sebuah senjata kebutan dan berdiri disitu sambil tersenyum. Waktu itu sebenarnya Mo im sin liong sudah memejamkan matanya siap mati, ketika tiba-tiba muncul seorang bintang penolong dari atas langit, ia merasa terkejut sekali, buru-buru melompat bangun, kemudian dengan hormat dia menjura seraya berkata: "Berkat bantuan dari saudara, kuucapkan banyak terima kasih atas pertolonganmu!" "Cepat-cepatlah pulang, kuatirnya kalau terjadi sesuatu peristiwa yang diluar dugaan!" Mendengar perkataan itu, Mo im sin liong merasa amat terkejut, satu ingatan dengan cepat melintas dalam benaknya, kemudian jeritnya kaget: "Aah, jangan-jangan aku sudah terkena siasat memancing harimau turun gunung?" Kakek itu mengangguk dan tersenyum, lalu ia tidak bicara lagi. Mo im sin liong Wan kiam cui merasa gelisah sekali, buruburu tanyanya lebih jauh: "Tolong tanya siapakah namamu agar budi kebaikan ini bisa kubalas dikemudian hari!" "Cepatlah pergi! Tak ada gunanya menanyakan soal itu kepadaku, lebih baik segera pulang keperusahaan Piaukiok untuk menyelamatKan bencana" kembali kakek itu tegsenyum! Mo im sin liong Wan Kiam ciau tidak bertanya lebih jauh, dia segera menjura kemudian melompat pergi meninggalkan tempat itu, dalam beberapa langkah saja dia sudah lenyap dari pandangan mata.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sepeninggal Mo im sin liong, kakek itu baru mengalihkan sorot matanya dan mengawasi ketujuh orang pencoleng yang tergeletak ditanah lalu sambil mengibaskan senjata kebutannya, ia berkata : "Semuanya cepat bangun! Sudah tak becus macam gentong nasi, masih berani berlagak sok pendekar" Seakan-akan memiliki kewibawaan yang luar biasa, ketujuh orang pencoleng yang sedang merintih diatas tanah itu segera merangkak bangun kemudian dengan empat belas matanya yang memancarkan sinar takut bercampur merengek, mereka bersama-sama mengawasi tubuh kakek tersebut. Si kakek segera tersenyum, katanya. "Lohu paling benci dengan segala macam permainan rendah dan busuk seperti ini, berbicara dari perbuatan yang kalian lakukan, sebetulnya tak seorangpun tak boleh dibiarkan hidup, tapi mengingat kalian belum melakukan kejahatan besar, maka sengaja kuampuni jiwa mu sekali ini saja, bila lain kali sampai terjatuh kembali ketangan lohu, tak akan seenteng ini yang bakal kuberikan" Berbicara sampai disitu, ditatapnya ketujuh orang itu dengan pandangan tajam, kemudian bentaknya lebih lanjut. Mengapa tidak segara enyah dari sini? Apakah ingin menunggu sampai lohu yang menghantar keberangkatan kalian?" Meski suaranya halus namun memancarkan semacam kewibawaan yang membuat orang tak berani melanggarnya. Hoan thian hui Ya Nu berangkat duluan disusul lima orang lainnya, tinggal seorang manusia berkerudung yang masih tetap tinggal disitu sambil mengancam: "Toaya tak akan melupakan peristiwa yang berlangsung hari ini dengan begitu saja, tinggalkan namamu, dikemudian hari pasti akan kubalas pemberianmu pada hari ini" Kembali kakek itu tertawa terbahak-bahak setelah mendengar ucapan tersebut.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagus, punya keberanian, punya semangat, lohu paling suka dengan manusia semacam kau, baik! Jika kau ingin membalas peristiwa hari ini, silahkan saja datang ke telaga Tong ting yu untuk mencari Heng see Cinjin..." Mengetahui kalau kakek yang berada dihapannya kali ini adalah Heng see Cinjin yang nama besarnya sudah termashur dalam dunia persilatan sejak puluhan tahun berselang, manusia berkerudung itu tak berani banyak berbicara lagi. dia segera membalikkan badan dan segera melarikan diri terbiritbirit meninggalkan tempat itu. Memandang bayangan hitam yang semakin menjauh dari pandangan mata itu. Heng see Ciajin tertawa terbahak-bahak, kemudian selesai tertawa bentaknya dengan suara rendah. "Bocah, sekarang kau sudah boleh keluar." Baru selesai dia berkata, dari dalam hutan terdengar sesorang menyahut lantang: "Aku telah datang!" Sesosok bayangan manusia melayang keluar dari balik pepohonan, setelah berputar satu lingkaran diudara, dengan entengnya dia melayang turun di muka Heng see Cinjin. Ternyata orang itu tak lain adalah si pendekar cilik Suma Thian yu. Begitu mencapai permukaan tanah Suma Thian yu segera berkata dengan hormat: "Rupanya cianpwee, maaf bila boanpwee punya mata tak berbiji." Heng see Cinjin segera tertawa terbahak-bahak. "Haaah, haaah, haaah, sudah kau dengar namaku. Bocah, siapakah gurumu?" "Guruku adalah Put gho chu." Mengetahui kalau guru Suma Thian yu adalah Put Gho cu yang angkat nama bersamanya tak terasa Heng see Cinjin tertawa bergelak. Tapi secara tiba-tiba dia menghentikan kembali gelak tertawanya, kemudian setelah melirik sekejap kearah pedang yang tersoreng dipunggung Suma Thian yu, katanya agak tercengang. Dari mana kau dapatkan pedang itu?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hadiah dari paman boanpwee, Kit hong kiam Wan Liang." "Ehmm, bagaimana dengan dia? Sekarang dia berada dimana?" "Dia seorang tua telah tiada." "Sudah mati?" paras muka Heng see Cinjin berubah hebat, "apa yang menyebabkannya kema tian-nya?" Begitu teringat dengan kematian paman Wan nya yang mengenaskan, sepasang mata Suma thian yu berubah menjadi merah padam, titik air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya, sampai lama kemudian ia baru berusaha untuk menekan kesedihan yang mencekam dalam dadanya. Kemudian secara ringkas dia menceritakan kisah kematian Wan Liang yang mengenaskan itu kepada Heng see Cinjin, kemudian secara ringkas mengisahkan pula apa yang telah dialaminya di perusahaan Sin liong piaukiok. Heng see Cinjiu mendengarkan dengan seksama, kemudian sambil mengdongakkan kepalanya dia menghela napas panjang. "Aaai... sakit hati tenggelam ke dasar samudra, tiada saat untuk membuktikan kebersihan diri lagi" "Sungguhkah dugaan dari locianpwee itu? "Ehhmm ...kau tahu manusia macam apakah Bi kun lun Siau Wi goan yang menjadi musuh bebuyutannya paman Wan?" Suma Thian-yu menggelengkan kepalanya berulang kali. BoanPwee kurang jelas, mohon kau sudi memberi penjelasan" "Aaai....siancay, kalau persoalan ini saja tidak kau pahami, bagaimana mungkin fitnahan yang menimpa Wan Liang bisa terselesaikan dengan baik...?" Selesai berkata, Heng see Cinjin segera duduk bersila dan mempersilahkan pula kepada Suma Thian yu untuk duduk, kemudian katanya. "Nak, kau duduklah dulu, akan kujelaskan semua perangai yang sebenarnya dan Siau Wi goan"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian-yu segera duduk. Pada saat itulah mendadak ia teringat kembali dengan bencana yang menimpa perusahaan Sin liong piau kiok, buru-buru katanya: "Locianpwee, bagaimana dengan keadaan di Sin liong piaukiok?" "Anak bodoh, apa sangkut pautnya persoalan ini dengan dirimu? Mereka amat membencimu sehingga kalau bisa makan dagingmu dan menghirup darahmu, buat apa kau mesti memperhatikan dirinya? " "Tapi...... Melihat sikap Suma Thian yu yang murung dan penuh perasaan cemas, diam-diam Heng see Cinjin memuji atas kebesaran hati dan sifat kependekaran dari pemuda itu, katanya sambil tertawa: "Bencana bisa dihindari, bagaimana dengan kekesalan? Nak, tak usah kau pikirkan tentang masalah itu, dengarkan dulu perkataanku. Sudah pasti wan Kiam ciu si manusia tolol itu dapat dibantu" Mendengar ucapan mana, Suma Thian yu segera berpikir lagi didalam hati: "Menunggu kau menyelesaikan kata katanya, mungkin Sin liong piaukiok sudah hancur menjadi puing-puing yang berserakan?" Walaupun dia berpikir demikian, toh perasaannya agak tenang banyak, karena setelah Heng see Cinjin berkata demikian, sudah pasti ia telah mengatur suatu rencana yang matang. Sementara itu Heng see Cinjin telah memandang sekejap ke arah Suma Thian yu, lalu berkata. "Nak, orang yang hendak kau cari adalah pemimpin kalangan putih dari dunia persilatan dewasa ini, andaikata dia adalah musuh umum dari dunia persilatan saat ini, lohu yakin usahamu itu pasti akan segera berhasil, sa yang Bi kun lun Siau Wi goan adalah seorang yang dianggap sebagai seorang Kuncu, seorang enghiong hohan dari dunia persilatan, bila kau berani mencarinya, berarti kau sedang menantang seluruh

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

umat persilatan untuk berduel, akibatnya tak bisa dibayangkan dengan kata-kata. Mendengar sampai disitu, Suma Thian yu segera bertanya dengan perasaan gugup: "Kalau begitu, harapan dari boauwe ini tak mungkin bisa terwujud....?" "Aku rasa demikian, kecuali kalau kau memiliki suatu kepandaian yang luar biasa" Berbicara sampai disitu, Heng see Cinjin berhenti sejenak, kemudian melanjutkan : "Cuma, manusia tak akan menangkan takdir, kebenaran pasti akan ditegakkan, asal kau dapat menemukan suatu bukti dari kejahatan yang telah dilakukan Siau Wi goan, tentu saja hal ini akan mempermudah dirimu untuk mempermudah dirimu untuk melaksanakan tugas tersebut" "Jadi locianpwee menganggap dia adalah seorang yang baik?" "Hanya bisa mengatakan demikian, karena dia tidak mempunyai bukti yang menunjukkan kalau telah melakukan kejahatan" Suma Thian-yu merasakan hatinya sakit sekali, katanya kemudian dengan cepat: "Dia adalah orang jahat! Dia adalah pemimpin dari rombongan penyamun berkerudung itu!" "Aku memang pernah mendengar berita tersebut" kata Heng see Cinjin hambar, "tapi kalau sesuatu kejadian belum dibuktikan dengan mata kepala sendiri, hal mana tak dapat diper caya dengan begitu saja" Suma Thian yu menjadi sangat gelisah, serunya lagi dengan cemas. Hal 57 dan 58 hilang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma thian yu seorang yang cerdas, mendengar perkataan itu, kecurigaan-nya lenyap, kemurungan dan kekesalan yang semula menyelimuti wajahnya pun lenyap, dengan perasaan terima kasih, dia awasi Heng See cinjin tak berkedip, sepatah katapun tak sanggup diucapkan karena haru. Melihat itu Heng see Cinjin segera berkata sambil tersenyum: "Orang yang baik selalu dilindungi Thian, persoalanmu kali ini hanya ada rasa kejut tiada bahaya, semoga kau dapat maju dengan gagah berani...." "Terima kasih atas petunjuk dari cianpwee, seru Suma Thian yu sambil bangkit dan mengucapkan rasa terima kasihnya. Heng see cinjin mengulapkan tangannya menyuruh dia duduk, dan katanya lagi: "Mereka segera akan datang, mari kita duduk dan menanti sejenak!" "Siapa mereka?" tanya Suma Thian yu dengan rasa keheranan. "Sebentar kau akan mengerti, buat apa mesti terburu napsu?" Berbicara sampai disitu, Heng see cinjin segera memasang telinga dan mendengarkan dengan seksama, kemudian ia segera tertawa terbahak-bahak. "Haah...haah....haah...mereka sudah datang, cara kerja kedua orang setan cillk ini benar-benar cepat sekali!" Suma Thian yu tidak tahu permainan macam apakah yang hendak dilakukan Heng see cinjin ini, untuk sesaat dia menjadi kebingungan setengah mati dan cuma bisa mengawasi kakek itu dengan wajah termangu. Heng see Cinjin segera menuding keatas tebing, lalu tertawa terbahak-bahak. "Haah... haah... haah...coba lihat, bukankah mereka telah datang?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu segera berpaling, mengikuti arah yang ditunjuk Heng see Cinjin, tampak ada dua sosok bayangan manusia sedang meluncur mendekat dengan kecepatan luar biasa. Cukup dilihat dari gerakan tubuh mereka, dapat diketahui kalau kedua orang itu adalan jago-jago persilatan nomor wahid dari kolong langit... Dalam waktu singkat, kedua orang itu sudah melayang turun disamping mereka, ternyata ke dua orang itu adalah muda mudi yang berusia antara tujuh delapan belas tahun. Begitu mencapai diatas permukaan tanah, muda mudi itu segera melayang turun ke tanah dan menyembah kepada Heng see Cinjin sembari melapor: "In su, tugas yang dibebankan kepada kami telah diselesaikan, cuma sayang kami gagal untuk melindungi Mo im sin liong Wan Kiam ciu Wan cong piautau" "Apa? Wan congpiautau telah tertimpa suatu musibah?" Setelah menjerit kaget, dengan gusar Heng see Cinjin segera menegur sepasang muda mudi itu: "Bodoh! Bagaimana pesanku pada kalian? Masa urusan sekecil inipun tidak bisa dibereskan secara tepat? Begitu masih ingin membicarakan masalah besar lainnya? Ternyata sepasang muda mudi ini adalah murid kesayangan dari Heng see cinjin, mereka adalah saudara sekandung, yang lelaki bernama Thia Cian, yang perempuan Thia Yong. Sejak kecil dua saudara ini hidup sengsara karena di tinggal mati kedua orangnya, oleh Heng see Cinjin mereka pun di bawa pulang kebukit Kun san dipelihara disana. Oleh karena kedua orang itu mempunyai bakat yarg baik untuk berlatih silat, timbul perasaan sayang Heng see Cinjin kepada mereka, sejak kecil kepandaian silatnya telah diberikan kepada mereka berdua.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Perlu di ketahui Heng see Cinjin adalah kakak seperguruan Leng gho Cinjin ketua partai Kun lun dewasa ini, ilmu silatnya lihay sekali. Berhubung adik perguruannya Leng gho Cin jin sombong dan kemaruk akan nama dan kedudukan, sedangkan dia hambar akan nama dan kedudukan, seringkali kedua orang bersaudara perguruan ini bentrok berselisih paham, akhirnya diapun menyerahkan kedudukan ciangbun jin tersebut kepada Leng gho Cinjin. Sedangkan dia sendiripun berkelana dalam dunia persilatan, selain mengasingkan diri diapun memusatkan segenap perhatiannya untuk mendidik anak muridnya. Oleh karena itu, begitu terjun kedalam dunia persilatan, dua bersaudara Thia segera menjadi tenar dan menggemparkan dunia persilatan, semua orang menyebut mereka sebagai Thi pit suseng (sastrawan berpena baja) dan Toan im siancu. Sementara itu Thi pit suseng Tnia Cian sedang berkata dengan nada menyesal: "In su, dalam melindungi keselamatan jiwa Wan congpiautau, tecu berdua memang tidak berkemampuan, justru karena kami datang tepat pada waktunya, maka Sin Liong piauklok baru selamat dari jurang kehancuran" Suma Thian yu menjadi gelisah sekali setelah mendengar kalau Wan cong piantau menderita luka parah, baru saja Thi pit suseng Thian Cian menyelesaikan kata-katanya, dengan cepat dia telah bertanya: "Apakah jiwanya terancam bahaya?" Jilid 9 : Mengusut pencoleng berkerudung Dengan cepat Thi pit suseng Thia Cian menggelengkan kepalanya berulang kali.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sukar untuk diramalkan, tapi nampaknya memang terancam jiwanya" "Si tua bangka tolol dan bodoh itu sudah sepantasnya merasakan sedikit penderitaan, kalau tidak, mana mungkin ia dapat membedakan yang baik dan yang buruk" Kemudian kepada Thi pit suseng Thia Cian kembali bertanya. "Cian ji, siapakah yang telah melakukan pembantaian terhadap perusahaan pengawal barang itu?" "Tecu tidak tahu, konon mereka adalah segerombolan penyamun berkerudung" "Aaaah, lagi-lagi gerombolan penyamun kerudung!" gumam Suma Thian-yu seorang diri, kemarahan-nya makin membara. Tampaknya Heng see cinjin sudah mempunyai perhitungan dalam hatinya, ia berkata kemudian: "Sudah kuduga sejak semula, begitupun lebih baik, kalau tidak demikian, lama-kelamaan Sin liong piaukiok bakal dikuasahi pula oleh mereka...." Dalam pada itu, Toam im siancu Thio Yong yang berada disamping, telah menimbrung: "In su, bencana yang menimpa perusahaan Sin liong piaukiok tak akan berakhir sampai disini saja!" "Kenapa?" "Tecu mendengar ada seorang pencoleng berkerudung yang mengancam akan datang lagi sesaat sebelum meninggalkan tempat itu" "Sungguhkah perkataanmu itu?" tanya Heng see cinjin dengan perasaan terperanjat. "Benar Insu, tecu pun ikut mendengar ancaman tarsebut" sambung Thi pit suseng Thia Cian dengan cepat. Paras muka Heng see cinjin segera berubah menjadi amat serius, katanya kemudian: "Bajingan yang menggemaskan, selama lohu masih hidup didunia ini, aku pasti akan menghadapi mereka sampai titik darah yang peng habisan" Setelah berhenti sejenak, terusnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Anak Cian, apakah orang-orang dari perusahaan piaukiok itu pada mengetahui kejadian ini?" "Yaa, mereka semua mengetahui" "Kalau begitu aku bisa berlega hati, setelah terjadinya peristiwa yang menimpa mereka ini, tentu mereka akan bertindak lebih seksama dan waspada" gumam Heng see cinjin kemudian. Setelah Suma Thian yu mendengar pembicaraan mereka, hatinya merasa semakin gelisah, bagaimana sikap Mo im sin liong Wan Kiam cui terhadapnya, asal dia masih memiliki kemampuan maka dia bertekad hendak menyelamatkan bencana tersebut. Maka kepada Heng see cinjin katanya. "Locianpwe, aku ingin sekali pergi ke Sin liong piaukiok untuk melihat keadaan, entah bolehkah aku kesitu?" Heng see cinjin segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Suma Thian yu dengan ramah, lalu ia balik bertanya: "Kau berani kesana?" "Berani saja, memangnya mereka masih bisa membenci aku? Atau berbuat sesuatu yang tak menguntungkan bagiku?" "Soal ini sukar untuk dikatakan, nak, ketahuilah kesalahan paham Mo Im sin liong Wan Kiam ciu terhadap dirimu sudah kelewat mendalam, bila kau kembali kesitu maka hal mana hanya akan menambah kesulitan saja bagimu." Mendengar perkataan itu, Suma Thian yu segera tertawa dengan penuh rasa percaya pada diri sendiri, sahutnya. "Aah, tidak mungkin, asal aku merasa tak pernah melakukan suatu perbuatan yang melanggar kebenaran, sekalipun mereka menaruh kesalahan paham terhadap boanpwee, hal mana juga tak menjadi soal" Melihat pemuda itu bersikeras hendak pergi juga, terpaksa Heng see cinjin harus mengangguk untuk menyetujuinya. Suma Thian yu segera berpamitan kepada Heng see cinjin bertiga, kemudian sambil membalikkan badan dia balik ketempat semula.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Waktu itu senja telah tiba, kota Hong ciu telah dipenuhi oleh cahaya lentera yang berwar na warni, setelan menempuh perjalanan sekian waktu, akhirnya sampailah Suma Thian yu di depan perusahaan Sin liong piaukiok... Waktu itu pintu masih terbuka lebar, enam orang lelaki bersenjata golok dan tombak berdiri didepan pintu, ketika menyaksikan Suma Thian yu muncul dintu, serentak mereka berteriak keras. "Setan cilik, mau apa kau datang kemari?" Suma Thian yu menjura dan tertawa, sahutnya. "Harap toako suka melapor ke dalam, katakan kalau ada seorang manusia yang bernama Suma Thian yu ingin berbicara dengan Tio piautau" Salah seorang lelaki kekar itu melotot sekejap ke arah Suma Thian yu dengan gusar, ke mudian sambil berjalan balik kedalam ruangan, gumamnya kemudian. "Akan kulihat apakah kau masih punya nyawa untuk pulang kerumah nanti..." Tak lama setelah masuk ke dalam, lelaki kekar itu telah muncul kembali diiringi oleh Pena baja bercambang Tio Ci hui. Begitu melihat kemunculan si Pena baja bercambang Tio Ci hui, dengan langkah cepat Suma Thian yu menyongsong kedatangannya, lalu beireru denean gembira. "Tio toako..." Tampak paras muka Pena baja bercambang Tio Ci hui suram tak bersinar, seolah-olah dia menyimpan suatu kedukaan yang amat besar, tegurnya dengan nada hambar. "Hiante, mau apa kau balik lagi kemari?" Suma Thian yu semakin tercengang menyaksikan paras muka si Pena baja bsrcambang Tio Ci hui yang sangat aneh itu, buru-buru tanyanya lagi dengan keheranan. "Tio toako, mengapa kau? Kalau kulihat wajahmu yang murung dan suram, jangan-jangan telah terjadi sesuatu ditempat ini?" Maksud Suma Thian yu, dia menanyakan spakah Wan Kiam ciu telah tewas karena luka dalam yang dideritanya, tapi si

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pena baja bercambang Tio Ci hui telah salah mengartikan sebagai kepura puraan anak muda itu dalam peristiwa penyerbuan musuh tangguh terhadap perusahaan mereka. Kontan saja paras mukanya berubah hebat, serunya penuh kegusaran. "Hiante, dihadapan orang jujur tak usahlah berlagak, kau bisa saja membohongi semua orang yang ada didunia ini, tak seharusnya membohongi aku Tio Ci hui!" Suma Thian yu tertegun mendengar ucapan itu, buru-buru dia bertanya lagi: "Toako apa maksudmu?" Si Pena bajo bercambang Tio Ci hui melotot dengan penuh kegusaran, serunya dingin. "Mengapa kau tidak masuk dan melihat sendiri?" Selesai berkata dia lantas membalikkan badan dan berjalan masuk ke dalam. Dengan penuh keheranan Suma Thian yu segera mengikuti pula di belakangnya masuk ke dalam perusahaan tersebut. Dalam pada itu, rasa ingin tahu sudah timbul dalam hati kecilnya, didalam anggapannya Bi hong siancu Wan Pek lan sepantasnya keluar untuk menyambut kedatangannya begitu mendengar akan kehadirannya, tapi sekarang mengapa dia malahan menghindarkan diri? Mungkinkah sampai sekarang mereka masih menaruh kecurigaan terhadap dirinya? Berpikir sampai disitu, dia melewati sebuah tanah lapangan, tampak olehnya mayat-mayat berserakan diatas tanah, sekelompok penolong sedang mengobati kaum terluka yang tergeletak ditanah pula, pemandangannya mengenaskan sekali. Sementara itu, si Pena baja bercambang Tio Ci hui yang barjalan didepan masih tetap membungkam dalam seribu bahasa, dalam keadaan seperti ini mau tak mau timbul juga kecurigaan di dalam hati Suma Thian yu. Sesudah melewati tanah lapang, didepannya terbentang sebuah pagar bambu, Pena baja bercambang membuka pintu pagar dan membawa Suma Thian yu masuk ke dalam.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Disitu merupakan sebuah kebun bunga setelah melewati sebuah jalanan kecil, terbentang sebuah bangunan rumah yangmungil dan indah. Degan wajah serius Pena beja bercambang Tio Ci hui melanjutkaa perjalanannya masuk ke dalam, Suma Thian yu terpaksa harus mengikuti di belakangnya dengan mulut membungkam Tak lama kemudian, sampailah mereka didalam sebuah kamar tidur yang cukup besar dan luas. Pena baja bercambang Tio Ci hui berpaling dan memerintahkan Suma Thian yu agar menunggu sebentar diluar, sedang dia sendiri masuk kedalam. Tak selang berapa saat kemudian, pintu kamar terbuka, seorang gadis cantik memunculkan diri. Sepasang mata dara itu sudah berubah menjadi merah membengkak, noda air mata masih menghiasi wajahnya, sungguh mengibakan hati keadaannya, membuat orang yang meman dang makin lama semakin kasihan. Dara manis tersebut tak lain adalah kekasih hati Suma Thian yu sendiri Bi hong sian cu (Dewi burung hong) Wan Pek lan. Begitu berjumpa gadis itu, Suma Thian yu segera berseru tertahan, "Adik Lan..." Bi hong siancu Wan Pek lan segera menempelkan jari tangannya didepan bibir memberi tanda agar berbicara jangan keras-keras, kemudian ujarnya dengan sedih. "Mau apa kau balik lagi kemari? Cepatlah pergi!" Ucapan tersebut bagaikan sebaskom air dingin yang diguyurkan keatas kepala Thian yu, kobaran api cintanya yang membara kontan berubah menjadi dingin dan mem beku, hatinya seperti ditusuk tusuk dengan pisau tajam, sakitnya bukan kepalang. Menyaksikan paras muka Suma Thian yu berubah menjadi hebat, Bi hong siancu Wan Pek lan tertawa dingin lagi, katanya lebih jauh.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau...kau...anjing geladak berwajah manusia berhati binatang, mau apa datang ke mari? Cepat enyah dari hadapanku!" Paras muka Suma Thian yu berubah membesi oleh ucapan tersebut, segera teriaknya, "Apa...apa maksudmu berkata demikian? Kau... kau telah berubah, adik Lan, benarkah kau tidak memahami perasaan hatiku?" "Hmm... apa maksudku memangnya tidak kau pahami? Kau angap aku Wan Pek lan merupakan seorang bocah yang buru berusia tiga tahun?" "Baik, sebelum kau berbicara, akupun tidak akan pergi! Akan kulihat bagaimana cara untuk mengusirku!" kata Suma Thian ya pula dengan wajah penuh kegusaran. Baru saja Wan Pek lan hendak membantah, dari dalam ruangan telah berjalan keluar Pena baja bercambang Tio Cu hui. Begitu membuka pintu lebar- lebar, dia lanas berteriak ke arab Suma Thian yu penuh ke gusaran: "Coba kau lihat! Perbuatan siapakah ini?" Suma Thian yu berpaling, paras mukanya segera berubah hebat, ternyata di atas pemba ringan berbaring seorang kakek yang bertubuh penuh luka, paras mukanya pucat pias, napasnya amat lemah dan keadaannya mengerikan sekali. Suma Thian yu segera memejamkan matanya rapat-rapat, dia merasa tak tega menyaksikan adegan semacam itu. Dengan cepat Pena baja bercambang Tio Ci hui telah merapatkan kembali pintu kamarnya, lalu memberi tanda kepada Suma Thian yu dan Bi Hong siancu Wan Pek Lan agar keluar dari sana. Setibanya ditengah tanah lapang, Pena baja bercambang Tio Ci hui baru berkata dengan suara dalam: "Thian yu, katakan kepadaku berterus terang apa hubunganmu dengan manusia berkerudung itu?" "Tio toako, kau anggap aku Suma Thian yu adalah seorang pencoleng?" Suma Thian yu balik bertanya dengan melotot,.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalau bukan begitu, mengapa kau datang untuk melakukan penyelidikan lagi?" "Melakukan penyelidikan?" Suma Thian yu membentak semakin gusar. "Thio toako, hari ini aku datang demi keselamatan perusahaanmu, dengan ucapan toako tersebut, bukankah sama artinya dengan kau menilai orang mengguna kan hati picik seorang siaujin" "Thian yu, ketika kau dikerubut dan melarikan diri, siapa yang telah menolong dirimu?" tanya Pena baja bercambang Tio Ci hui lagi penuh kegusaran. "Seorang tokoh silat yang lihay" "Hmm...bukankah mereka adalah tiga orang penjahat berkerudung? Bagus, perbuatanmu memang bagus sekali sengaja bertarung melawan manusia berkerudung, malammalam meninggalkan surat diatas tiang bendera, lalu purapura berkelahi melawan Boan Thian hui dan akhirnya merayu nona Wan, tampaknya semua peristiwa tersebut telah kau atur secara sempurna sekali!" Tak terlukiskan pedihnya hati Suma Thian yu setelah mendengar perkataan itu, dari apa yang telah diucapkan ia dapat menarik kesimpulan kalau Pena baja bercambang Tio Ci hui pun menaruh kesalahan paham kepadanya. Tanpa terasa dengan kepedihan yang amat tebal dia mengalihkan sorot matanya ke wajah Bi hong siancu Wan Pek lan, seolah-olah. dia ingin mencari tahu perasaan hatinya lewat wajah gadis itu. Apa lacur, paras muka Bi hong siancu Wan Pek lan pun berubah amat serius, hawa pembunuhan yang amat tebal telah menyelimuti seluruh wajahnya, sepasang matanya melotot amat besar. Menyaksikan kesemuanya itu, Suma Thian yu menghela nafas panjang, kepada Pena baja bercambang Tio Ci hui katanya: Tio toako, kalian salah paham, aku Suma Thian yu berani bersumpah kepada langit bawa aku bukan manusia rendah yang terkutuk semacam itu, tapi soal mau percaya atau tidak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terserah kepadamu, lebih baik Thian yu mohon diri saja lebih dahulu" Selesai menjura dalam-dalam, dia membalikan badan dan siap meninggalkan tempat itu. "Tunggu sebentar!" tiba-tiba Bi hong siancu Wan Pek lan membentak dengan nyaring. "Ada urusan apa? Nona Wan?" Suma Thian yu segera berpaling. Ketika Bi hong siancu Wan Pek lan mendengar Suma Tbian yu merubah panggilan kepadanya sebagai "nona Wan" perasaan yang tak puas itu semakin memuncak hawa amarahnya berkobar, dengan kening berkerut dan tertawa dingin tiada hentinya dia berseru: "Boleh saja kalau ingin pergi, tapi tinggalkan dulu selembar jiwamu...!" "Tinggalkan selembar jiwamu?" Suma Thian yu balik bertanya dengan keheranan, mengapa? "Mengapa? Hmm, membunuh ayah merupakan suatu peristiwa yang besar, dendam sakit hati ini lebih dalam dari samudra, bayar dulu selembar wajah ayahku!" bentak si nona gusar. Mendengar perkataan tersebut, Suma Thian yu segera menengadah dan tertawa terbahak bahak, suaranya pilu dan memedihkan hati, seakan-akan dia hendak mengeluarkan semua ke sedihan, kemurungan dan kekesalan yang mencekam dalam dadanya. Selesai tertawa dia melotot besar, mencorong sinar tajam yang menggidikan hati dari balik matanya, setelah memandang sekejap kedua orang itu, dia berkata: Thian yu sudah lama tidak memikirkan soal mati hidupku lagi, bila ingin merenggut nyawaku, silahkan saja turun tangan" Kemarahan Bi hong siancu Wan Pek lan benar-benar telah memuncak, tanpa berpir panjang lagi dia meloloskan pedangnya, kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dia melepaskan sebuah tusukan kilat keulu hati anak muda tersebut. Suma Thian yu berdiri tegak dengan wajah tenang, terhadap datangnya ancaman tersebut dia bersikap seakanakan tidak melihat, perasaan hatinya waktu itu sangat kalut, ia ingin mati saja daripada dituduh melakukan perbuatan yang tak benar, apalagi kalau bisa mati di ujung pedang kekasihnya, hal ini dirasakan lebih memenuhi harapannya. Oleh karena itu, dia memejamkan matanya menantikan saat kematiannya tiba. Tampaknya ujung pedang Bi hong Siancu Wan Pek lan segera akan menyentuh dada Suma Thian yu, Pena baja bercambang Tio Ci hui juga telah bersiap untuk berteriak..... Disaat yang amat kritis itulah mendadak Bi hong siancu Wan Pek lan menarik kembali serangannya, lalu membuang pedang itu ketanah. Sesudah menghela napas panjang, dengan wajah murung dan sedih dia berkata. "Engkoh Yu, pergilah kau! Mulai detik ini Sin liong piauktok tidak mengharapkan kehadiranmu disini!" Seusai berkata, tanpa memungut kembali pedangnya, dia lantas membalikkan tubuhny dan berjalan pergi dari sana. Dengan sepasang mata berkaca-kaca Suma Thian yu memperhatikan bayangan punggung Bi hong siancu Wan Pek lan hingga lenyap dari pandangan mata, kemudian tanpa berbicara apa-apa, dia pun membalikkan badan menuju kepintu gerbang. Pada saat itulah, dengan air mata bercucuran membasahi pipinya, Pena baja bercambang Tio Ci berkata sedih: "Hiante, harap tunggu sebentar!" Suma Thian yu berpaling dan menyahut pelan "Toako, emas murni tidak takut dibakar, aku akan menggunakan waktu untuk membuktikan kebersihanku!" Kemudian tanpa menggubris diri Pena baja bercambang Tio Ciu hui lagi, dia lantas membalikan badan dan berlalu dari situ.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Melihat bayangan punggung Suma Thian yu yang semakin menjauh, Pena baja bercambang Tio Ci hui mmerasakan suatu kekosongan dan kesedihan yang mencekam perasaan-nya. Ia merasa sedih sekali, karena hingga kini dia masih belum dapat membuktikan manusia macam apakah Suma Thian yu itu. Tatkala bayangan punggung Suma Thian yu telah lenyap dari pandangan-nya, tiba-tiba ia menghembuskan napas panjang, lalu berguman: "Entah orang lain menganggap kau sebagai penjahat, aku Tio Ciu hui masih tetap mempercayaimu sepanjang masa" Sayang Suma Thian yu sudah tidak mendengar perkataan itu lagi, meski demikian dia boleh cukup berbangga hati Sebab yang paling berharga dan paling mulia bagi seseorang yang hidup didunia ini adalah dipercayai orang dengan perasaan yang tulus. Dengan membawa perasaan kesal, masgul dan murung, pelan-pelan Suma Thian yu berjalan meninggalkan perusahaan Sin liong piaukiok, meninggalkan kota Heng Ciu. kala itu rembulan telah bersinar ditengah awang-awang, suasana amat sepi, hening, tak kedengaran sedikit suarapun. Berjalan seorang diri di tengah keheningan malam, Suma Thian yu bagaikan seorang pelancong yang sedang menikmati keindahan malam tapi siapa pula yang bisa menduga bagaimana kah perasaan hatinya waktu itu....? Manusia paling gampang berkhayal bisa berada seorang diri, apa lagi kalau baru saja mengalami suatu percobaan hidup yang berat... Sudah barang tentu tak terkecuali pula bagi Suma Thian yu, dia teringat akan rumah, teringat orang tua sendiri, asal usulnya serta paman Wan.... dia membayangkan pula tragedi yang menimpanya hari ini... Makin di pikir rasa sedihnya makin memuncak, sampai akhirnya sambil berjalan dia me nangis tiada hentinya. Ada kalanya dia ingin sekali menangis sepuas-puasnya, ada kalanya ingin mengakhiri hidupnya, tapi bila teringat sakit

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hati pamannya Wan nya yang belum terbalas, dendam keluarga belum terbalas, semua kesedihan segera berubah menjadi amarah... Maka, diapun teringat akan manusia berhati binatang, Bi kun lun (kun lun indah) Siau wi goan. Berhasil menemukan orang itu, berarti dapat menghilangkan kecurigaan yang mencekam hatinya, dapat pula membalaskan sakit hati paman Waa nya. Begitu teringat akan Bi kun lun Siau wi goan, Suma Thian yu segera merasakan semangatnya kembali berkobar, dengan langkah tegap dia berjalan kemuka, langkahnyapun makin lama makin cepat. Ujung dari kegelapan adalah terbitnya fajar, tapi sesaat yang paling gelap. Kokokan ayam bergema dikejauhan sana, membelah kegelapan malam yang mencekam, lambat laun diufuk timur pun secerca cahaya. Akhirnya sinar matahari yang berwarna keemas-emasan pun memandar keempat penjuru dan menyinari seluruh jagad. Suma thian yu telah menuruni bukit, berjalan melalui sawah dan menuju ke sebuah dusun yang jelek dan miskin. Seekor anjing berwarna kuning lari keluar dari dusun dan pelan-pelan menghampiri Suma thian yu. Ketika tiba dihadapan Suma Thian yu, mendadak kaki depannya menjadi lemas, tubuhnya segera berguling ke atas tanah, Suma Thian yu amat terperanjat, dia segera memeriksa dengan seksama, tapi apa yang kemudian terlihat membuatnya tertegun. Ternyata anjing itu sudah memuntahkan darah hitam yang kental dan bau busuk, ia sudah mati dalam keadaan yang mengerikan, Suma Thian yu berjalan menghampiri, lalu setelah menghela napas dan menggelengkan kepalanya berulang kali, dia melanjutkan per jalanannya kedepan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Belum lagi berjalan empat langkah, kembali tampak olehnya seekor anjing buas menerjang keluar dari balik pintu sebuah gedung. Suma Thian yu tertegun dan segera menyingkir ke samping jalan sambil mengawasi anjing itu lekat-lekat. Tampak anjing buas itu memantangkan mulutnya lebarlebar dan menerjang ke depan Suma Thian yu dengan ganasnya. Berada dalam keaadaan seperti ini, mau tak mau Suma Thian yu harus bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tak diingin kan, tenaga dalamnya disalurkan dan bilamana perlu dia hendak membunuh anjing tersebut. Siapa tahu, belum lagi mencapai berapa kaki, anjing buas itu sudah meraung keras kemudian roboh tergeletak keatas tanah. Rasa tegang yang semula mencekam Suma Thian yu segera lenyap tak berbekas, dia men coba untuk mengawasi lebih seksama, ternyata anjing buas itu sudah mati dengan darah me ngalir keluar dari ke tujuh lubang indranya, keadaannya persis anjing pertama. Bila terjadi suatu peristiwa aneh, kejadian yang pertama mungkin saja merupakan suatu kebetulan, tapi bila terjadi untuk kedua kalinya, jelas kejadian mana bukan terjadi tanpa sebab. Dengan cepat Suma Thian yu menerjang masuk kedalam gedung Itu, tapi apa yang kemudian terlibat membuatnya menjerit kaget. "Aaaaah!" "Apa yang telah dilihatnya?" Seluruh gedung dalam keadaan sepi, hening seperti kuburan, suasananya begitu mengerikan membuat bulu kuduk orang pada bangun berdiri saja. Waktu itu, seharusnya merupakan saat orang bangun tidur, tapi disini tak nampak sesosok bayangan manusiapun, seakan-akan disitu sudah tidak berpenghuni lagi. Suma Thian yu melangkah lebih jauh ke dalam gedung itu, belum lagi berapa latakah, di tepi jalan ditemui sesosok mayat

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

membusuk yang terkapar disitu, usus dan isi perutnya telah berhamburan keluar, keadaannya mengeri kan sekali. Sebagai pemuda yang cerdas, suma Thian yu segera dapat merasakan gejala yang tak beres disitu, buru-buru dia menghampiri kamar yang terdekat, tapi begitu dibuka, sekali lagi ia menjerit kaget, "Aaaah!" Buru-buru dia mengundurkan diri dengan wajah memucat, tangannya dipakai untuk menutupi wajahnya, ia betul-betul tak tega untuk mendongakkan kepala. Ternyata apa yang dilihat didalam ruangan itu hanya penuh dengan mayat yang bergelimpangan dimana-mana, keadaannya sangat mengerikan, ada yang tua, ada yang muda, ada yang laki, ada pula yang perempuan. Di alam semestakah? Atau di nerakakah tempat pembantaian yang kejam dan tak berperi kemasiaan? Sejak dilahirkan di dunia ini, belum pernah Suma Thian yu mengalami kejadian yang begitu mengenaskan, entah bagaimanapun dia tak tega untuk memandang lebih jauh, tapi bisa diduga olehnya bahwa semua anggota perkampungan telah dibantai orang secara keji. Siapakah orang-orang itu? Siapa pula pembunuhnya? Apa sebabnya orang-orang itu terbunuh? Mengapa pembunuhnya begitu kejam dan tak berperi kemanusiaan? Setelah menjumpai persoalan sebelumnya, kini dihadapkan pula dengan adegan seram seperti itu, bisa dibayangkan bagaimanakah pe rasaan Suma Thian yu sekarang. Tanpa berpikir panjang lagi, dia sepera membalikan badan dan lari keluar dari situ. Mendadak terdengar suara orang terbatuk-batuk. Menyusul kemudian seseorang berseru dari belakang: "Kau...berhenti!, berhentilah kau...!" Suma Thian yu tercekat sesudah mendengar seruan itu, dia merasa seakan-akan muncul segulung hawa dingin yang merembas melalui punggungnya dan terus naik keatas.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan cepat dia membalikan badannya, kontan bulu kuduknya pada bangun berdiri lantaran kaget, mulutnya ternganga lebar, tak sepotong suarapun yang sempat dilontarkan. Ternyata didepan pintu kamar kedua telah berdiri seorang kakek berjubah hitam yang berambut panjang dan berwajah penuh darah. waktu itu dia sedang menggape dengan lemas, sorot matanya yang sayu dan tak jauh dari kematian memandang lurus tewajah Suma Thian yu tanpa berkedip. Begitu rasa kagetnya berhasil dikuasahi, pelan-pelan Suma Thian yu berjalan kedepan, lalu sambil memayang kakek itu tanyanya: "Lotiang, kobarkan sedikit semangatmu, cepat beritahu kepadaku, apa yang sebenarnya telah terjadi?" Kakek sekarat itu menggerakan kelopak matanya, air mata darah jatuh berlinang membasahi pipinya, dengan suara parau dia berbisik. "See...sekelompak manusia...manusia berkerudung tee...telah ...memm...membunuh seluruh ang...anggota perkampungan ii...ini..." Ketika berbicara sampai disitu, sekujur badannya gemetar keras, seolah-olah napasnya hampir putus, buru-buru Suma Thian yu membimbing kakek itu dan menempelkan telapak tangannya dipunggungnya, lalu menyalurkan hawa murni untuk menunjang hidup kakak itu. Setelah mendapat bantuan tenaga dari sianak muda itu, kesegaran kakek sekarat itu su dah berubah membaik, tampak dia berpaling dan memperhatikan Suma Tbian yu sekejap, kemudian katanya. "Sungguh menggemaskan, sungguh menggemaskan, hanya gara-gara sebutir mutiara, mereka telah pergunakan cara yang keji dan ter kutuk ini untuk membunuhi kami rakyat jelata yang tak pandai bersilat, tapi, sekalipun mereka berbutat demikian......." Ketika berbicara sampai disitu, sekujur badan kakek itu bergoncang keras lalu menjerit.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Lepaskan tanganku, aku amat kesakitan!" Agak tertegun Suma Thian ya selelah mendengar ucapan tersebut, dia segera melepaskan cekalannya. Kakek itu berseru terahan, lalu memuntahkan segumpal riak kental bercampur darah. Suma Thian yu amat terperanjat, buru-buru dia berusaha untuk memayangnya kembali, tapi kakek itu sudah roboh, nyawanya sudah me layang meninggalkan raganya. Untuk kesekian kalinya Suma Thian yu menyaksikan sesosok nyawa meninggalkan raga nya, tak terlukiskan perasaan pedih yang men cekam perasaannya ketika itu. Dia membaca doa dengan hormat, kemudian membalikkan badan dan beranjak pergi, sekarang ia lebih bertekad lagi untuk mencari Bi kun lun Siau Wi goan dan membalas dendam. Ketika meninggalkan dusun kecil itu, Suma Thian yu merasakan hatinya bertambah berat, ia berusaha untuk mencari tahu siapa otak yang mendalangi organisasi perampok berkerudung tersebut. Ia pun tak habis mengerti, mengapa orang-orang itu membantai rakyat tak bersalah yang tinggal dalam perkampungan tersebut hanya gara gara sebutir mutiara saja? Sampai dimanakah pentingnya mutiara itu? Serentetan pertanyaan yang penuh kecurigaan dan tanda tanya itu membentuk sebuah simpul mati didalam benaknya. Ia merasa teka-teki ini baru bisa dipecahkan bila dia berkunjung sendiri kekota Tiang an dan menjumpai Siau Wi goan. Suatu hari, sampailah Suma Thian yu di kota Tiang an, waktu itu tengah hari baru saja lewat, manusia yang berlalu lalang ditengah jalan bagaikan ikan yang berenang dalam sungai. Sesudah menanyakan alamat Bi kun lun Siau wi goan dari orang jalan, dengan cepat Suma Thian yu berhasil menemukan alamat yang di cari tersebut...

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pendekar besar yang memimpin dunia persilatan baik untuk golongan putih maupun golo ngan hitam ini berdiam diujung gang Li gi keng, dikedua belah sisi pintu gerbang terbentang dinding pekarangan raksasa yang sangat tinggi dan kekar, sepasang singa batu besar berada ditepi pintu, bangunannya mentereng, gayanya penuh wibawa. Setelah lama berdiri di depan pintu gerbang seorang lelaki kekar baru munculkan diri dan merghampiri Suma Thian yu sambil menegur. "Engkoh cilik, apakah kau sedang mencari orang?" "Betul, aku hendak menyambangi Siau tayhiap" jawab Suma Thian yu dengan sopan. Mengetahui kalau Suma Thian yu hendak me nyambangi majikannya,tanpa terasa lelaki itu memperhatikan tamunya sekejap lagi, ia mera sa pemuda ini gagah perkasa, tampan dan kekar, ia lantas tahu kalau orang itu bukan manusia sembarangan. Maka sambil tersenyum katanya lagi. "Engkoh cilik, ada urusan apa kau mencari Siau tayhtap?" "Tolong saudara sudi melaporkan, katakan saja aja seorang dari luar desa she Suma yang ingin menyambangi" Lelaki berpakaian ringkas itu segera mengiakan dengan sopan, lalu masuk ke dalam. Sementara itu, Suma Thian yau sedang berpikir didalam hati: "Kalau dilihat dari sikap centengnya yang sopan santun dan tahu peraturan, orang tidak akan mengira kalau Siau wi goan adalah seorang manusia bengis yang berhati buas, lebih baik aku menggunakan tata kesopanan lebih dulu sebelum menggunakan kekerasan, kemudian baru me mutuskan menurut situasi" Sementara dia masih termenung, lelaki berpakaian ringkas itu sudah munculkan diri, setelah menjura dalam-dalam kepada Suma Thian yu, katanya: "Majikan kami mempersilahkan engkoh cilik masuk!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kemudian dengan sikap yang amat menghormat, dia mempersilahkan tamu untuk masuk. Setelah mengucapkan beberapa patah kata merendah, Suma Thian yu baru mengikuti lelaki itu masuk keruang dalam. Sepanjang jalan, yang di jumpainya hanya jago-jago persilatan saja, ketika orang- orang itu menjumpai kehadiran Suma Thian yu, hampir rata-rata menunjukkan wajah tertegun. Menanti Suma Thian yu sudah lewat, mereka baru berbisik bisik membicarakan peristiwa tersebut. Suma Thian yu berlagak seolah olah tidak merasa, bahkan dihati kecilnya sempat memuji Bi kun lun Siau Wi goan yang pandai menjamu tamunya. Lelaki kekar itu mengajak Suma Thian yu menusuki ruangan tengah, tepat di muka ruangan tergantung sebuah papan nama terbuat dari kayu yang bertuliskan: "JIN HONG LIU WAN" Artinya: Perbuatan bajik sampai di mana-mana. Selain hurufnya terbuat dari emas, gaya tu lisan-nya yang juga kuat bertenaga, tampaknya di tulis oleh seorang kenamaan. Suma Thian yu mendongakkan kepalanya memandang sekejap, kemudian baru mengikuti lelaki itu menuju ke ruang dalam. Sesaat sebelum melangkah masuk ke ruang tengahv mendadak sorot matanya melintas di atas wajah lelaki setengah umur yang duduk di kursi utama itu, hatinya kontan tertegun, Pe kiknya kemudian di hati. Kenal amat wajah orang ini! Bukankah dia adalah... ehmm, betul! Yaa dialah orangnya! Benar benar memang dia" Rupanya setelah melihat wajah lelaki setengah umur yang duduk dikursi utama itu tiba-tiba saja dia teringat dengan manusia berkeru dung yang kain kerudungnya kena disingkap itu, kedua-duanya berparas tampan dan gagah, sekarang Suma Thian yu merasa teka-teki mana betul-betul sudah terbongkar.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam pada itu, lelaki setengah umur tadi sudah meninggalkan tempat duduknya seraya menjura, kemudian sambil tertawa terbahak-bahak dia berkata. "Haaahhh...haaahhh...haaahhh keda tangan Suma siauhiap di rumahku benar-benar merupakan suatu kehormatan, silahkan duduk! Silahkan duduk !" Seorang pelayan segera datang menghidangkan air teh dan dipersembahkan kehadapan Suma Thian yu. Sedang anak muda itu diam-diam berpikir. "Sesudah datang kemari, aku harus bersikap sewajar mungkin coba kulihat permainan busuk apakah yang hendak mereka gunakan" Maka tanpa sungkan diapun duduk, lalu setelah menerima cawan air teh, katanya kepada lelaki setengah umur itu sambil tersenyum. "Secara kebetulan aku lewat sini, sudah lama ku dengar akan kebajikan Siau tayhiap, itulah sebabnya sengaja aku berkunjung kemari" "Aaah, mana, mana" Bi kun lun Siau Wi goan tersenyum, "siauhiap terlalu memuji, Wi goan tak lebih cuma seorang kuli silat yang kasar, aku tidak memiliki kebajikan apa-apa, un tuk pandangan siauhiap tersebut, Wi goan mengucapkan terima kasih lebih dulu" Kemudian setelah berhenti sejenak dan memandang sekejap sekeliling arena, katanya lebih jauh. "Kunjungan Suma siauhiap benar-benar merupakan suatu kejadian yang luar biasa, marilah kuperkenalkan dengan saudara-saudara lain yang berada disini" Mula-mula dia perkenalkan kepada Suma Thian yu lebih dahulu, setiap ucapan maupun sikapnya amat menyanjung dan menghormati Suma siauhiap, walaupun Suma Thian yu juga tahu kalau lawan adalah seorang yang pandai bicaramanis, tetapi manusia memang seorang makhluk yang aneh. Meski Suma Thian yu tahu kalau dia sengaja disepak, namun dalam hati kecilnya justru merasa puas sekali.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selesai memperkenalkan Suma Thian yu kepada rekanrekannya, kemudian Siau Wi goan pun memperkenalkan empat orang tamu yanfcg berada di sekeliling tempat itu. Orang pertama adalah seorang tosu tua berjenggot merah yang berusia tujuh puluh tahunan, dia adalah guru Bi Kun un Siau Wi qoan yang disebut Leng gho Cinjin, menjabat pula sebagai ciang bunjin partai Kun lun. Orang kedua adslah seorang perempusn muda berusia dua puluh lebih, tiga puluh kurang. Bi kun lun Siau Wi toan hanya mengatakan dia she Ho bernama Hong, tanpa memperkenalkan gelarnya. Namun Suma Thian yu cukup mengenali perempuan itu sebagai murid ketiga dari mayat hidup Ciu Jit bwee yang berjulukan Yan tho hoa(Bunga tho indah). Orang ke tiga berwajah tampan dan gagah, dia bernama Cun gan siu cau (sastrawan berparas ganteng) Si Kok seng. Suma Thian yu merasa amat menaruh hati terhadap pemuda ini sejak pandangan yang pertama, diapun paling menaruh kesan baik kepadanya. Orang yang diperkenalkan paling akhir adalah seorang kakek berbaju sastrawan, ternyata dia seorang ahli ilmu pedang yang paling top dari partai Tiam cong yang disebut orang It ci hoa kiam (pedang bunga satu huruf) Yu-Liang gi. Setelah mengucapkan kata-kata sungkan, suasana dalam ruangan pun bertambah luwes, karena diantara ke empat orang itu Suma Thian yu hanya menaruh kesan baik terhadap Cun gan siucay Si Kok seng, maka dia pun lantas bertanya kepadanya. "Saudara Si, boleh aku tahu nama gurumu?" Melihat pertanyaan dari Suma Thian yu amat kasar, mulamula Cun gan siucay Si Kok seng agak tertegun, kemudian sahutnya: "Sejak kecil aku gemar belajar ilmu silat, tiap sampai di suatu tempat akupun mempela jari semacam kepandaian, itulah sebabnya se tiap orang yang pernah memberi pelajaran

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ke padaku kuanggap sebagai guruku, Suma siuahiap coba bayangkan saja, bagaimana caraku untuk menjawab pertanyaanmu itu?" Suma Thiauyu terpaksa mengiakan dan tidak bertanya lebih jauh. Pada saat itulah, Bi kun lun Siau Wi goan baru bertanya kepada Suma Thian yu: "Siauhiap, tolong tanya ada urusan apakah kau berkunjung kemari?" Tanpa berpikir panjang, Suma Thian yu segera menjawab: "Aku memang mempunyai beberapa persoalan yang ingin ditanyakan kepada Siau tayhiap, hanya tak kuketahui apakah Siau tayhiap bersedia untuk membertahukan kepadaku atau tidak?" Diam-diam Bilun lun Siau Wi goan agak terkejut setelah mendengar perkataan itu, kemudian iapun tertawa terbahakbahak. "Ha ha ha ha ha......boleh, tentu saja boleh, kita toh bukan orang luar, apapun yang ingin siauhiap tanyakan, harap ditanyakan secara blak-blakan. "Siau tayhiap, tahukah kau kalau barang kawalan dari perusahaan Sin liong piaukiok telah dibegal orang?" Siau Wi goan pura pura terkejut, sambil menggeleng tanyanya: "Aaaah...... Wi goan tak tahu akan berita ini, tolong tanya kapan dibegalnya?" Meskipun orang tak mau mengaku, Suma Thian yu juga tak sampai mengumbar amarahnya, dia berkata lebih jauh: "Kalau begitu, tentu saja Siau tayhiap juga tak tahu bukan jika Wan cong piautau telah menderita luka parah dan jiwanya terancam mara bahaya: Sebelum Bi kun lun Siau Wi goan sempat menjawab, It ci hoa kiam Yu Liang gi dari Tiam cong pay yang berada disisinya telah menimbrung:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hei, ucapan siauhiap tersebut seakan-akan membawa nada teguran, apakah kau menaruh curiga kalau Siau tayhiap tersangkut dalam pe ristiwa ini?" Bi kun lun Siau Wi goan segera tertawa terbahak-bahak. "Ha ha ha ha ha......ucapan saudara Yu kelewat berat, selama ini Wi goan tak pernah menuduh orang dengan kata yang bukan-bukan apalagi siauhiap toh bertujuan baik!" Sampai disitu dia lantas berpaling kearah Suma Thian yu sambil bertanya. "Benarkah Wan congpiautau telah terluka parah dan jiwanya terancam? Aaai....siapakah telah turun tangan sekeji itu terhdapnya?" "Konon segerombolan perampok berkerudung jawab Suma Thian yu langsung dan tanpa berusaha untuk merahasiakan. Paras muka Bi kun lun Siau Wi goan berubah amat serius setelah mendengar perkataan itu, katanya kemudian: "Oooh, rupanya perbuatan dari perampok berkerudung! Ehmm, Wi goan memang sudah lama mendengar orang bilang kalau dalam du nia persilatan telah muncul suatu organisasi besar semacam ini, selain jejaknya sukar di buntuti, cara kerjanya pun bersih tanpa me ninggalkan jejak, sayang Wi goan tak berhasil menyelidiki sarang mereka." Berbicara sampai disini, ia sengaja bertanya kepada gurunya Leng gho Cinjin: "Suhu, pernahkah kau mendengar hal ini?" Leng gho Cinjin segera manggut-manggut. "Yaa, dengar sih pernah dengar, hanya tak pernah kujumpai saja orangnya." Rasa curiga timbul kembali dalam hati Suma Thian yu, bila berbicara soal tampang Bi kun lun Siau Wi goan, dia jujur dan gagah, caranya berbicara sopan dan tahu tata cara, tidak gampang marah, pada hakekatnya boleh di bilang berhati bajik. Tapi, kenyataan sudah terbentang didepan mata, pesan paman Wan sebelum ajalnya serta peringatan dari Heng si

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Cinjin, semuanya mengatakan Siau Wi goan sebagai pentolan perampok. Dengan kejadian tersebut, Suma Thian yu menjadi serba salah dan tak tahu apa yang mesti dilakukan. Mendadak satu ingatan melintas didalam benaknya, ia teringat pula akan pembantaian brutal yang terjadi dalam dusun kecil gara-gara sebutir mutiara itu, ia bertekad untuk mencari kesimpulan dari persoalan mana melalui jejak mutiara itu. Maka diapun mengalihkan pokok pembicaraan ke soal lain, pertanyaan tersebut tak pernah diajukan lagi, justru hal mana sangat ber kenan dihati Bi kun lan, semua pertanyaan segera dijawab bahkan sikapnya bertambah luwes dan halus. Malam itu, Suma Thian yu diminta oleh Siau goan untuk tetap tinggal disana seusai per jamuan, Siau Wi goan menitahkan kepada Cun pan siucay Si Kok seng untuk menemani Suma Thian yu berjalan-jalan menikmati keindahan alam. Diam-diam Suma Thian yu merasa amat girang, sebab dia menganggap hanya dengan ber buat demikianlah ia bisa mempelajari situasi gedung keluarga Siau sambil sekalian mencari tahu kabar berita tentang mutiara tersebut. Kedua orang itu berjalan, menuju kelapangan, tiba-tiba Suma Thian yu bertanya: "Saudara Si, apakah kau dengar kalau ada semacam benda mesttka yang telah munculkan diri?" "Apakah kitab pusaka? Kitab pusaka tanpa kata?" Cun gan siucay Si Kok seng balik ber tanya. "Bukan, bukan benda itu, tapi mestika lain-nya?" "Aku belam pernah mendengarnya, Suma siauhiap, dapatkah kau memberitahukan kepadaku?" "Konon didalam dunia persilatan telah muncul sebutir mutiara Ya beng cu yang tak ternilai harganya" "Mutiara Ya beng cu?" ulang Si Kok seng dengan terperanjat", kapan munculnya?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sudah muncul, dan kini sudah dirampok oleh perampok berkerudung!" sambil berkata Suma Thian yu melirik sekejap kearah Si Kok seng dengan ujung matanya. Tampak paras muka Si Kok seng berseri, kontan ia mendamprat: "Perampok sialan, tampaknya gerak gerik mereka sudah makin merajalela." Dan pembicaran tersebut, Suma Tbian yu tahu kalau lagilagi dia kebentur dinding alias gagal total, sekalipun ditanyakan lebih jauh juga tak akan menghasilkan apa- apa, maka ia pun mengurungkan niatnya semula. Mereka berdua segera melanjutkan perjalanannya, mengajaknya pergi ketempat itu. Dilihat dari sini, dapat ditarik kesimpulan kalau Bi kun lun Siau Wi goan benar-benar se orang manusia yang sangat licik dengan tipu muslihat yang berbahaya, itu berarti dia harus selalu berwaspada terhadap dirinya. Tapi, justru karena soal ini pula Suma Thian yu jadi lebih bertekad untuk membongkar teka teki itu sehingga tuntas dan terungkap seluruhnya. Begitulah, sambil berbincang bincang sambil berjalan-jalan, makin berbicara makin cocok rasanya, sehingga hampir boleh dibilang masing-masing pihak merasa sayang karena baru berjumpa sekarang. Suatu ketika, Si Kok seng mohon diri lebih dulu untuk kembali kekamarnya. kini tinggal Suma Thian yu seorang. Kesempatan semacam ini boleh dibilang merupakan sebuah peluang yang baik sekali, ketika Suma Thian yu menyaksikan didepan sana terdapat cahaya yang memancar keluar dari sebuah ruangan, tanpa sadar ia berjalan meng hampiri ruangan itu. Tapi, ketika ia baru melangkah naik keatas anak tangga, mendadak dari balik ruangan, terdengar seorang perempuan sedang berteriak minta tolong: "Tolong, tolong! Oooh.....tolooong"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu amat terperanjat sesudah mendengar teriakan itu, sifat pendekarnya seperi timbul, dengan cepat dia lari menghampiri mulut jendela. Tapi pada saat yang bersamaan, dari belakang tubuhnya berkumandang suara tertawa di ngin, lalu seseorang menegur: "Bocah keparat, rupanya kau adalah pencoleng yang bekerja diwaktu malam." Agak tertegun Suma Thian yu mendengar seruan itu, cepat dia membalikkan badan, entah sedari kapan dua orang kakek telah ber diri dibelakang tubuhnya sedang mengawasi kearahnya penuh kegusaran. Suma Thian yu sangat gelisah, ia tahu kalau pihak lawan salah paham, maka ujarnya: "Kalian berdua salah paham, cepat! Pencolengnya masih berada didalam, mari kita tengok bersama-sama!" "Heeh...heeh...heeh...bocah keparat, kau tak usah berlagak pilon lagi" jengek kedua orang kakek itu sambil tertawa seram, dengan mata kepala sendiri lohu melihat kau berbuat terkutuk, sekarang masih ingin mungkir lagi? Hayo jalan! Segera menjumpai majikan!" Seraya berkata dua orang itu satu dari kiri yang lain dari kanan segera bertindak hendak menggusur dengan kekerasan. Suma Thian yu merasa tak pernah melakukan perbuatan salah, diapun tak takut mengha dapi tuan rumah, maka serunya dengan dingin. "Tak usah merepotkan kalian, aku masih mempunyai kaki untuk berjalan sendiri" Mendengar itu, dua orang kakak tersebut segera berjalan satu di muka yang lain dibelakang dan menggusur Suma Thian yu menuju ke ruang tengah. Diluar dugaan, ruangan tengah sudah hadir banyak orang, tapi tidak kelihatan Bi kun lun dan Cun gan siucay dua orang. Begitu Suma Thian yu muncul dalam ruangan depan, dari balik ruangan segera muncul Leng gho Cinjin. Jenggot merahnya yang panjang tampak bergerak tanpa hembusan angin, mukanya diliputi hawa pembunuhan, begitu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berjumpa dengan Suma Thian yu, ia segera menggebrak meja sambil memaki: "Anjing keparat, tak nyana tampangmu ganteng tapi nyatanya seorang Cay hoa cai (pen jahat pemetik bunga), padahal tuan rumah bersikap cukup baik terhadapmu" Begitu dilihatnya situasi, tidak beres, buru-buru Suma Thian yu memantah. "Locianpwee, kau telah menaruh kesalahan paham terhadapku, aku Suma Thian yu bukanlah manusia rendah seperti apa yang kau tu-duhkan, harap lakukan pemeriksaan lebih dulu dengan seksama" Leng gho Cinjin sama sekali tidak menggubris ucapan itu, begitu Suma Thian yu selesai bicara, kontan dia membentak dengan gusar. "Kentut anjing! Semua fakta sudah ada didepan mata, kau anggap pinto menuduh tanpa dasar?" Berbicara sampai disitu, dia lantas menitahkan orang untuk mengundang Bi kun lun Siau Wi goan dihalaman belakang. Setelah itu makinya lebih jauh. "Bocah keparat, apa yang hendak kau katakan lagi? Peraturan rumah tangga yang berla ku disini amat ketat, dengan dosa yang kau lakukan tiada ampun lagi bagimu. Sekarang cepat kau kutunggi lengan kananmu sendiri kalau tidak, jangan harap kau bisa tinggalkan rumah keluarga Siau pada hari ini barang setengah langkah pun" Setelah menyaksikan keadaan yang terbentang didepan mata, terutama sikap lawan yang tidak mencari tahu lebih dulu siapa salah siapa benar, Suma Thian yu segera sadar, dia mengerti kalau dirinya sudah terjebak ke dalam perangkap musuh yang licik. Maka sambil membusungkan dada, ujarnya dengan wajah bersungguh sungguh. "Locianpwee, berulang kali kau menuduh Thian yu sebagai manusia berdosa, bahkan pe nyesalanpun tak diberi, tampaknya hal ini me rupakan sebagian dari rencana keji yang telah kalian persiapkan. Hmm! Dihadapan orang jujur lebih

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

baik tak usah berbohong, bila ingin beradu kepandaian, Suma Thian yu tak akan berkerut kening" "Haah...haah...haah... punya semangat punya keberanian, pinto paling suka dengan pemuda semacam ini" Dia sepera memberi tanda, It ci hoa kiam (pedang bunga satu huruf) Yu Liang gi dari partai Tiam cong segera melompat ke hadapan Suma Thian yu, lalu berkata. "Lohu ingin mencoba sampai dimanakah kehebatan ilmu pedangmu!" Sementara berbicara, pedang yang digembolnya segera diloloskan dari sarung. Suma Thian yu mendengus dingin, tiba-tiba dia mencabut keluar pedang Kit hong kiamnya dari sarung, cahaya biru yang menyilaukan mata segera memancar keempat penjuru. Begitu melihat pedang mestika yang berada ditangan anak muda itu, kontan saja It ci hoa kiam Yu Liang gi menjerit kaget. "Haah....? Kit hong kiam....?" Jeritan tersebut segera memancing perhatian segenap orang yang hadir didalam ruangan itu, serentak semua orang mengalihkan sorot mata nya keatas pedang mestika ditangan Suma Thian yu. Leng gho Cinjin turut tertawa seram sesudah menyaksikan kemunculan pedang Kit hong kiam tersebut, segera jengeknya. "Heeh...heeh...heeh...rupanya kau adalah murid pencoleng, tak heran kalau kaupun manusia bajingan, kawan-kawan, ringkus bangsat kecil ini!" Bagaikan segerombol kawanan lebah, kawanan jago yang berada dalam ruangan segera mengurung Suma Thian yu ditengah arena. Tapi, pada saat itulah It ci hoa kiam Yu Liang gi membentak dengan suara lantang. "Harap tunggu sebentar saudara sekalian, berilah kesempatan buat aku orang she Yu untuk mencoba sampai

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dimanakah kelihayan dari ilmu pedang Kit hong kiam hoat yang menggetarkan dunia persilatan itu!" Oleh bentakan mana, serentak semua jago mundur satu langkah ke belakang, namun mereka tidak mengendorkan posisi pengepunggannya. Kemarahan yang berkobar didalam dada Suma thian yu waktu itu ibaratnya gunung berapi yang meletus, sekarang ia sudah mengerti kenapa paman Wan nya sampai dituduh yang bukan-bukan oleh orang lain, hal mana menambah berkobarnya api kemarahan dalam dadanya. Dengan jurus Tui huang wang gwat (mendorong jendela melihat rembulan), pedang kit hong kiamnya melepaskan sebuah tusukan ketubuh It ci hoa kiam, tapi baru sampai di tengah jalan mendadak berganti jurus menjadi gerakan Gwat gi seng sia (rembulan bergeser bintang berpindah), kali ini dia tusuk tenggorokan orang dengan kecepatan bagaikan anak panah yang terlepas dari busur. Walaupun dua jurus serangan yang berbeda namun bergabung menjadi satu, dibalik serangan-nya terdapat perubahan kosong yang merupakan tipuan yang tak terduga sebelumnya. Dalam partai Tiam cong, It ci hoa kiam Yu liang gi terhitung juga pedang paling top, selain lihay dalam limu pedang, orangnya juga licik dan pintar. Sekarang, ia harus tercekat perasaannya se telah menyaksikan dua serangan Suma Thian yu yang dilancarkan dalam satu gerakan bersama, buru-buru kaki kirinya bergeser, pedang nya diputar mengikati gerakan badan. Kali ini secara hebat ia berhasil membendung jurus serangan pertama dari Suma Thian yu, lalu mengikuti gerakan mana dengan jurus Hong Ki im yong (angin berhembus awan meng gulung) dia ciptatan pelbagai lapis bunga pe dang untuk mengurung sekujur tubuh lawan. Tiba-tiba Suma Thian yu berpekik panjang, pedangnya berubah menjadi Lui tian ciau kat(guntur dan petir

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bersusulan), secepat sambaran kilat, dia tembusi lapisan pedang Yu liang gi dan langsung menusuk ke ulu hatinya. Kekuatan mereka berdua boleh dibilang seimbang, sulit untuk membedakan mana yang ampuh dan mana yang lemah, sebab disatu pihak merupakan jagoan kenamaan dari partai Tiam cong, dilain pihak merupakan ahli waris dari Wan tayhiap. "Taaang ...! mendadak terdengar suara senjata tajam yang saling beradu, cahaya pedang ditengah arena segera lenyap tak membekas, lalu bayangan manusia melintas, Suma Thian yu telah melompat keluar dari arena pertarungan. Maai, maaf.....ujarnya sambil menjura dan senyuman menghiasi ujung bibirnya. Pada mulanya It ci boa kiam Yu Liang gi masih merasa kebingungan dan tidak habis mengerti menunggu ia menggerakan lengannya dan sepotong kain bajunya tahu-tahu terlepas dari lengan dan jatuh ketanah, ia baru tahu apa yang telah terjadi. Dengan wajah merah padam karena jengah, It ci hoa kiam Yu Lianeg gi menundukan kepalanya rendah-rendah dan segera mengundurkan diri dari arena pertarungan. Leng gho Cinjin tidak menyangka kalau Yu Liang gi sebagai seorang jago pedang kenamaan bisa menderita kalah di tangan seorang pemuda ingusan yang baru terjun kedunia persilatan. Rasa malu bercampur gusar segera berkecamuk menjadi satu dalam benaknya, kepada kawanan jago yang lain, dia berseru. "Saudara-saudara sekalian, hayo turun tangan dan bekuk bajingan muda itu...!" Pada saat itulah, mendadak dari sudut berkumandang suara pekikan panjang yang nyaring, ketika,semua orang berpaling tampaklah Bi kun lun dengan membawa Cun gan siu cay melangkah masuk kedalam arena. Suasana diarena segera menjadi gempar, mereka seolah-olah sudah lupa dengan perintah yang diturunkan Leng gho Cinjin semula. "Setelah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

melangkah masuk kedalam arena, Bi kun lun Siau wi goan segera menghardik semua orang agar jangan ribut, kemudian dengan senyum dikulum dia menjura kearah Suma Thian yu sambil memohon maaf: "Suma Siauhiap, semua kesalahan Wi goan, tidak sepantasnya kuterbitkan begini banyak kesulitan bagimu, salah paham-salah paham se muanya ini hanya suatu kesalahan paham belaka. Kemudian setelah tertawa nyaring, katanya lebih jauh. "Harap kau sudi memaklumi, andaikata sihian le tidak pergi memberi kabar kepadaku, mung kin bencana yang bakal terjadi akan besar sekali. haaa...haah...haaahh...." Rasa benci Suma thian yu benar-benar sudah merasuk ketulang sum-sum, bagaimanapun penjelasan dari Bi kun lun, tak mungkin bisa meredakan rasa rasa ketidak puasannya. Tampak dia menarik kembali pedangnya, lalu berpamitan pada Bi kun lun Siau Wi goan. "Atas pelayananmu yang baik, aku tak akan melupakan untuk selamanya. Biarlah aku mohon diri lebih dulu, untung masa mendatang masih panjang, biarlah kebaikanmu itu kubayar dikemudian hari saja." Kemudian setelah mengucapkan pula beberapa parah kata perpisahan dengan Cun gan siu cay Si Kok seng, dia membalikkan badan siap meninggalkan tempat itu. Siapa tahu kawanan jago liehay yang mengepung di sekeliling tempat itu masih menghadang jalan pergi Suma Tbian yu, mereka dengan sorot mata yang merah membara karena amarah menatap anak muda itu lekat-lekat, seakanakan mereka adalah sekelompok ular berbisa yang siap memagut..... Melihat hal itu, Suma Thian yu tertawa dingan sambil mendongakan kepalanya dia menerjang maju terus kedepan. Tiba-tiba dari muka sana muncul seorang kakek kurus ceking bermata tikus berhidung elang yang menghadang jalan perginya dengan golok dilentangkan didepan dada, lalu menegur.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bocah keparat, tempat ini bukan tempat yang bisa diganggu seenaknya, boleh saja bila kau ingin meninggalkan tempat ini, tapi ditinggalkan dulu sedikit tanda mata, congkel lebih dulu kedua biji matamu, kemudian baru pergi" "Haaahh...haaaha...haaaha...kau ingin mencongkel mataku...? Huuuh, jangan mimpi" Suma Thian yu tertawa tergelak. Kakek ceking itu semakin melotot dengan buas, goloknya diangkat siap membacok. Tapi saat itulah kembali Bi kun lun Siau wi goan membentak keras. "Saudara Cian, jangan bertindak gegabah, biarkan saja dia pergi!" Buru-buru kakek ceking she Ciang itu menarik kembali goloknya, setelah melotot sekejap kearah suma Thian yu dengan angkuh, dia mundur selangkah seraya berkata. "Hmm, enakan keparat ini!" Suma Thian yu berjalan kehadapannya, lalu tertawa angkuh pula. "Maaf!" katanya. Seusai beikata dia lantas melangkah pergi dari situ, Suma Tbian yu memang bernasib jelek, berulang kali dia harus dituduh orang ka rena salah paham, rasa pedih yang mencekam perasaannya betul-betul tak terlukiskan dengan kata-kata. Sekarang ia sudah menaruh perasaan muak yang amat sangat terhadap dunia yang sangat indah ini. Belum jauh meninggalkan kota Tiang an, bintang sudah bertaburan diangkasa, kegelapan malam telah menyelimuti seluruh jagad, orang yang berlalu lalang dijalan semakin sedikit. Dalam keadaan seperti inilah mendadak dari arah belakang ber kumandang suara derap kaki kuda yang ramai, suara tersebut kedengarannya janggal sekali dalam suasana begini. Lambat laun suara derap kaki kuda itu semakin mendekat, Suma Thian yu tahu kalau dibalik kesemuanya itu pasti ada

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sesuatu yang tak beres. Diam-diam dia menghimpun tenaganya sambil bersiap-siap siaga menghadapi se gala kemungkinan yang tak di inginkan. Pada saat itulah, suara bentakan nyaring telah berkumandang lagi dari belakang. Suma Thian yu mengira Bi kun lnn Sian Wi goan telah melakukan pengejaran dari belakang, hawa pembunuhan segera menyelimuti seluruh wajahnya, dengan cekatan dia meloloskan pedang Kit hong kiam yang tersoren di-punggung seraya membalikkan badan, kemudian menghadang jalan pergi pendatang tersebut ditengah jalan. Tak berapa saat kemudian, dari depan sana muncul lima ekor kuda jempolan yang di larikan kencang kencang, penunggangnya adalah perampok perampok berkerudung hitam. Kalau tidak melihat masih mendingan, begitu menyaksikan kemunculan kawanan pencoleng tersebut, kontan saja amarahnya berkobar, dia berpekik panjang, suaranya menggaung jauh ketengah udara dan menggetarkan seluruh pepohonan yang tumbuh di sekeliling tempat itu. Tampak tubuhnya melejit ketengah, pedang Kit hong kiamnya menciptakan segulung kabut pedang berwarna putih, lalu menyergap kelima orang penunggang kuda berkerudung itu. Tindakan gegabah semacam ini sebetulnya merupakan pantangan yang paling besar bagi umat persilatan, sesunguhnya Suma Thian yu pun memahami akan hal ini, tapi... bagaimaaa mungkin dia bisa membendung rasa mangkel dan kobaran amarah yang telah dipendamnya selama banyak tahun? Tindakan mana rupanya diluar dugaan kelima orang penunggang kuda berkerudung itu, meski tugas mereka kali ini adalah menyergap Suma Thian yu, namun mereka tidak berharap terjadinya pembunuhan yang tak berarti. Tapi sekarang, setelah menyaksikan Suma Thian yu muncul bagaikan malaikat yang datang dari kahyangan, serentak lima

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

orang itu membentak pendek, kemudian bagaikan ledakan mercon, mereka menyusup keempat penjuru untuk menyelamatkan diri. Terdengar suara ringkikan kuda yang meloloskan senjata tajam masing-masing. Sebenarnya Suma Thian yu mengharapkan suatu hasil yang baik dalam gebrakan yang pertama, tapi begitu gagal dengan serangan yang pertama, tubuhnya ikut melayang turun keatas tanah, dengan cepat dia dikepung kelima orang pencoleng berkerudung itu dari empat penjuru. 0ooo0 Jilid 10 Terdengar dia mendengus dingin, dengan sorot mata memancarkan cahaya tajam, bentaknya sembari menggertak gigi: "Apakah kedatangan kalian berlima untuk merenggut nyawa sauya? Turutilah nasehatku, sipat ekor dan pulang saja kerumah dengan tenang, laporkan kepada Siauw Wi goan, begitu aku orang she Suma berhasil menemukan bukti yang nyata, pasti akan kubasmi keluarga Siau dengan darah" Baru selesai dia berkata, terdengar orang yang berada di paling depan telah tertawa dingin tiada hentinya. "Hehehehe....bocah keparat, tinggalkan pedang mestika milikmu, kalau tidak hari ini ditahun depan adalah hari ulang tahun kematian mu yang pertama!" Suma Thian yu segera menyodorkan pedang Kit hong kiamnya kedepan setelah mendengar perkataaa itu, katanya sambil tertawa angkuh: "Nih, sauya persembahkan dengan kedua belah tanganku, ambillah sendiri!" Ketika manusia berkerubung tersebut menyaksikan perbuatan lawannya, dia masih mengira Suma Thian yu benarbenar berhasrat untuk menyerahkan pedang itu kepadanya, ia lantas maju beberapa langkah kedepan siap menerima sodoran mana.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba Suma Thian yu membentak nyaring: Sambutlah!" Pedangnya meluncur kedepan seperuti anak panah yang terlepas dari busurnya, pedang Kit hong kiam tersebut langsung menyambar kewajah penjahat berkerudung itu. Meryusul gerakan mana seluruh tubuh Suma Thian yu ikut pula menerjang maju kemuka. Tampaknya pedang itu segera akan menyambar ditubuh lawan, manusia berkerudung itu menjerit kaget, buru-buru dia berkelit kesamping. Disaat yang amat singkat inilah Suma Thian yu menggerakkan tangannya untuk membacok pergelangan tangan lawan sambil membentak. "Tinggalkan dahulu lenganmu!" Menyusul jeritan ngeri yang memilukan hati, seperti burung yang kena bidikan saja, manusia berkerudung itu melejit kebelakang. Sayang tubuhnya sempoyongan beberapa langkah, setelah itu roboh terjengkang ke tanah dan tak sanggup berdiri lagi. Diatas tanah tinggal sebuah lengan yang terpaksa, darah kental membanjiri permukaan tanah dan menyusup ke dalam. Setelah berhasil meraih kemenangan dalam pertarungan pertama, kemarahan Suma Thian yu agak mereda, dia memandang sekejap manusia berkerudung yang terpapas lengannya itu, kepada keempat orang rekan-nya ia berseru sambil tertawa dingin. "Siapa lagi yang ingin maju untuk mengantar kematian?" Ketika mendengar tantangan tersebut, keempat orang manusia berkerudung itu serentak mengayunkan goloknya dan maju menerjang dari empat penjuru, dilihat dari gerakan tubuh mereka, jelas kalau orang-orang itu adalah jagoan kelas satu dalam dunia persilatan. Kendatipun demikian, Suma Thian yu yang bernyali besar sama sekali tak memandang sebelah matapun terhadap mereka.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia berdiri dengan segenap perhatiannya dihimpun menjadi satu, ditunggunya sehingga senjata tajam ke empat orang itu hampir mengenai tubuhnya.... Disaat yang amat kritis itulah tiba-tiba dari balik keheningan berkumandang suara bentakan gusar yang amat nyaring: "Mundur!" Menyusul kemudian, terlihat sesosok bayangan hitam meluncur datang secepat sambaran kilat dan langsung menyerbu ke dalam arena pertarungan. Mendengar bentakan tersebut, keempat manusia berkerudung itu segera mengundurkan diri dan memberi sebuah jalan lewat. Pendatang itu menancapkan kakinya ditanah setelah pencoleng-pencoleng berkerudung itu mengundurkan diri, begitu sampai dia lantas menegur: "Suma siaubiap, Wi goan telah datang terlambat, kau tidak terluka bukan?" Ketika Suma Thian yu mendongakkan kepalanya, dia segera mengenali orang itu sebagai Bi kun lun Siauw Wi goan, maka dengan perasaan mendongkol sahutnya: "Terima kasih atas bantuan yang datang tepat pada waktunya, Siau tayhiap, mengapa ke datanganmu begitu kebetulan?" Ucapan mana mengandung maksud ganda, dia menuduh Bi kun lun lah yang telah bermain gila secara diam-diam. Bi kun lun Siau Wi goan berlagak seolah-olah tidak mendengar, bukan saja tidak gusar, malahan tertawa seram. "Suma siauhiap, tampaknya kesalah pahamku terhadap Wi goan sudab kelewat mendalam! Ketahuilah semua persoalan yang ada didunia ini tak akan terungkap sebelum peti mati di buka, aku Wi goan betul-betul bermaksud baik kepadamu, tapi nyatanya malah mendapatkan kesalahan paham belaka, padahal orang-orang ini sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan Wi goan!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Padahal penjelasan dari Bi kun lun Siau Wi goan tersebut berlebih-lebihan sehingga tak ubahnya seperti menampar mulut sendiri. Suma Thian yu merasa geram sekali setelah mendengar perkataan itu, tapi justeru karena demikian, dia semakin merasa yakin kalau Bi kun lun Siau Wi goan adalah seorang pentolan pencoleng yang licik dan sangat berbahaya. Menghadapi manusia semacam ini, jalan yang terbaik adalah menjauhi dan jangan sampai terkena pelet, kalau tidak maka akibatnya sukar dibayangkan mulai sekarang, Suma Thian yu adalah seorang manusia yang cerdas dengan bakat yang luar biasaa, sekilas pandangan saja dia sudah dapat menduga sampai kesitu, maka sambil tertawa dingin katanya: "Kalau mememang begitu, akulah yang kelewat curiga, terima kasih atas bantuanmu, biarlah kubayar dikemudian hari saja" Selesai berkata dia lantas ber berjalan melalui sisi Bi Kun lun Siau Wi gon dan berlalu dari situ.. Belum lagi dua langkah, mendadak dari belakang punggungnya berkumandang datang suara desingan angin pukulan yang sangat kuat langsung menyergap jalan darah Pek hwee hiat di punggungnya. Sebenarnya Suma Thian yu berprinsip sebelum berhasil memegang bukti yang nyata tentang kejahatan yang telah dilakukan Bi kun lun Siau Wi goan, dia enggan untuk ribut atau bentrok dengan manusia tersebut, apa lagi kalau sampai terjadi bentrokan secara kekerasan. Orang bilang: Cocok atau tidaknya seserang dalam pergaulan ditentukan dalam sepa tah kata, dia tahu banyak berbicara dengan manusia licik hanya akan mendatangkan kesulitan dan kerugian bagi dirinya sendiri, oleh sebab itu dia berusaha menjauhi. Maka sambil menahan rasa mangkel dalam hatinya, dia siap berlalu meninggalkan tempat itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siapa sangka disaat dia membalikkan badan siap meninggalkan tempat itu, tiba-tiba dari belakang punggungnya mendesing datang segulung hawa pukulan yang langsung menyergap jalan darah Pek hwee hiat di belakang benaknya... Dalam perkiraan Suma Thian yu, serangan terkutuk yang rendah dan tak tahu malu itu dilakukan Bi kun lun Siau Wi goan, saking gemasnya sepasang gigi sampai saling bergerutukan keras. Cepat-cepat ia menghimpun tenaga dalam ajaran pamannya Kit hong kiam kek Wan Liang yakni ilmu Jiong goan sim hoat untuk me lindungi seluruh badan, setelah itu telapak tangannya didorong keatas menyongsong datangnya serangan pembokong itu. Dan begitu merasa kalau serangannya sudah dihadapi, Suma Thian yu segera bergeser kekiri lalu berputar dengan ujung kaki sebagai as untuk berganti arah, himpunan tenaga dalam yang telah dipersiapkan ditangan kanan itu secepat kilat dibabat kebelakang menghantan tubuh musuhnya, sementara tubuhnya turut berputar pula menangkis, berputar dan menyerang yang dilakukan Suma Thian yu meski panjang untuk diceritakan, padahal ketiga macam gerakan itu dilakukan hampir pada saat yang bersamaan. Menanti dia sempat melihat jelas paras muka lawannya, orang itu sudah kena terhajar oleh serangan dahsyatnya itu sampai mencelat sejauh satu kaki lebih dan jatuh tak sadarkan diri dengan sikap terlentang. Diluar dugaan ternyata orang itu bukan Bi kun lun Siau Wi goan seperti apa yang diduga semula melainkan seorang pencoleng berkeru dung kain hitam. Selama hidup Suma Thian yu paling benci dengan perbuatan menyergap yang dilakukan dari belakang, kemarahannya segera berkobar, sambil membentak tubuhnya menerjang kearah pencoleng berkerudung yang sudah tergeletak itu siap melakukan pukulan yang mematikan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bi kun lun Siau Wi goan sendiri berdiri termangu-mangu disitu tak tahu apa yang meski dilakukan. Dalam situasi seperti ini, keadaannya yang paling mengenaskan, mau turut campur tak bisa, tidak turut campur bagaimana? Dalam pada iiu, tiga orang manusia berkendung lainnya jaga tak berani bertindak secara sembarangan karena kehadiran Siau Wi goan disitu, terpaksa mereka harus mengorbankan jiwa rekannya tanpa bisa berbuat banyak. )o(X)o( TAMPAKNYA kepalan sakti dari Suma thian yu segera akan menghantam diatas kepala pencoleng berkerudung itu, serentak semua orang memejamkan matanya rapat-rapat karena tak tega menyaksikan peristiwa yang amat mengerikan itu. Pada dasarnya Suma Thian yu memang berhati welas kasih, begitu muncul keinginan-nya untuk mengampuni jiwa orang, ia lantas tak tega untuk melanjutkan niatnya semula untuk melakukan pembunuhan. Dari serangan memukul segera diubah menjadi serangan mencakar.... Kraaas!" terdengar suara kain yang robek, akhirnya kain kerudung hitam orang yang terluka itu terbakar dan muncullah raut wajah aslinya. Manusia berkerudung yang terobek kain kerudungnya adalah seorang kakek kurus ceking bermata tikus berhidung elang, dia tak lain adalah kakek ceking yaug telah menghadang jalan pergi Suma Thian yu ketika berada di tanah lapang gedung keluarga Siau tadi. Setelah mengetahui siapa gerangan orang yang dihadapi, Suma Thian yu segera tertawa seram "Haaah...haah....haaah, nampaknya aku Suma Thian yu memang tidak salah melihat orang" Kemudian sambil mengangkat tangan kakek ceking itu, ujarnya lagi kepada Bi kun lun Siau Wi goan dengan lantang:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Siau tayhiap, bukankah orang ini adalah anak buahmu?" Dikala Suma Thiar yu merobek kain kerudung orang itu itu tadi, Bi kun lun Siau Wi goan sudah meraia gelisah bercampur gusar. Dia gelisah karena jejaknya ketahuan dan kuatir Suma Thian yu membocorkan rahasia tersebut keluar sehingga mempengaruhi nama baiknya dikemudian hari. Dia marah karena kakek itu sudah merusak rencana yang telah disusunnya dengan susah payah. Apalagi sesudah mendengar pertanyaan dari Suma Thian yu ibaratnya orang yang langsung mengorek luka dalam tubuhnya, benar-benar tak sedap perasaannya ketika itu. Tanpa terasa timbul niat jahat didalam hatinya, sambil menghindarkan diri dari tanggung jawab sahutnya: "Tentu saja kenal, keparat tua ini adalah tamu yang datang menyambangi Wi goan kemarin, sungguh tak kusangka dia adalah seorang manusia berhati keji, seorang komplotan dari perampok berkerudung yang kejam itu, harap Suma sauhiap jangan marah, kuperiksa orang ini dengan seteliti mungkin" Sembari berkata dia berjalan mendekati Suma thian yu, sementara sinar matanya memancarkan cahaya kebuasan yang membuat anak muda itu terkesiap dan segera menghimpun tenaganya bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan Kasihan kakek bertubuh kurus berhidung elang itu, dia sudah jatuh tak sadarkan diri, mukanya pucat pasi seperti mayat, dalam sekilas pandangan saja dapat diketahui bahwa luka dalam yang dideritanya cukup parah. Bi kun lun Siauw Wi goan telah berjalan menuju ke hadapan Suma Thian yu, akan tetapi memandang keadaan si kakek kurus yang kempas-kempis dengan lemah, dia segera berseru sambil menggelengkan kepalanya berulang kali. "Kalau dilihat keadannya yang begitu lemah, agaknya tidak enteng luka yang diderita olehnya, berarti jaraknya dengan kematian pun tidak jauh, lebih baik dibunuh saja!" Sudah barang tentu Suma Thian yu tak ingin memberi kesempatan kepada Bi kun lun untuk menghilangkan saksi

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hidup ini, baru saja dia berusaha untuk mencegah perbuatnya itu, mendadak terasa cahaya perak berkelebat lewat lalu.. "Craaap! Menanti Thian yu memeriksa kembali, di atas dada kakek ceking itu sudah menancap sebatang peluru perak sepanjang empat inci yang menembusi tubuh tersebut. Atas peristiwa ini, Suma Thian yu menjadi teramat gusar, ia lepaskan cekalannya terhadap kakek ceking itu kemudian membalikkan tubuhnya. Ternyata perbuatan tersebut hasil perbuatan dari tiga orang perampok berkerudung yang lain, saat itu ketiga orang perampok berkerudung tadi telah menggotong rekannya yang terluka dan melarikan diri menuju kehutan. Suma Thian yu tidak rela membiarkan kawanan penjahat tersebut melarikan diri, tak sempat memberi kabar kepada Bi kun lun lagi, dia segera menggerakan tubuhnya, bagai anak panah yang terlepas dari busurnya, secepat kilat dia menyusul dibelakang kawanan perampok berkerudung tersebut. Melihat itu, Bi kun lan Siau Wi goan menjadi gelisah, buruburu ia turut mengejar sambil berteriak: "Suma siauhiap, harap tunggu sebentar." Namun Suma Thian yu berlagak seolah olah tidak mendengar, malah dia mempercepat gerakan tubuhnya menyusul sampai di tepi hutan. Tapi ke empat perampok berkerudung tadi sudah melarikan diri dan lenyap dari pandangan mata. Sementara itu, Bi kun lun Siau Wi goan telah menyusul pula ke situ, terdengar ia berkata: "Suma Siauhiap, musuh yang kabur jangan dikejar, bila mereka sampai terjatuh kembali ke tangan Wi goan dikemudian hari, pasti akan kukuliti tubuhnya kemudian kucincang badan nya" Pelan-pelan Suma thian yu membalikan badannya lalu menatap sekejap wajah Bi kun lun Siau Wi goan dengan wajah diliputi hawa pembunuhan, ia sama sekali tidak terpengaruh oleh ucapan mana. "Hmmm, terlalu keenakan kawanan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

perampok tersebut gumamnya dingin, pokoknya selama Thian yu masih dapat bernafas, pasti akan kubasmi kawanan manusia laknat itu sampai akar-akarnya" Kemudian setelah memandang sekejap ke lima ekor kuda jempolan yang tertinggal disitu. "Siauhiap, bagaimana kalau dari ke lima kuda jempolan yang tertinggal ini Siauhiap hanya membawa pulang empat ekor dan tinggalkan seekor untukku?" Bi kun lun Siau Wi goan menjadi teramat gusar setelah mendengar perkataan itu, dengan nada berat dia segera menegur: "Apa-apaan kau ini? Apakah kau mencurigai aku punya hubungan dengan kawanan perampok berkerudung itu? Bila siauhiap tetap tak bisa memahami kenyataan yang sebenarnya, tindakanmu itu benar-benar tak bisa dimaafkan...." Suma thian yu berpaling dengan pandangan sinis lalu tertawa dingin. "Heeehh...heeeh...heeeh...aku rasa dihati masing-masing sudah mempunyai pandangan sendiri, sekarang memang tak perlu kau akui, toh suatu saat akan tiba juga saatnya untuk membongkar semua rahasia ini" Selesai berkata dia membalikkan badan dan segera berlalu dari sana... Sikapnya yang sinis dan memandang hina terhadap orang lain ini, kontan saja membangkitkan rasa gusar yang membara didalam hati Bi kun lun Siau Wi goan. Tahukah apa sebabnya orang ini selalu bersabar dan berusaha keras untuk menghindari suatu bentrokan secara langsung dengan Suma Thian yu...? Sebab dia kuatir jejak dan rahasianya ter bongkar, asal dia bertarung melawan Suma thian yu, niscaya semua rahasianya bakal terbongkar... Sekalipun demikian, kesabaran orang ada batas-batasnya, sindiran dan ejekan Suma thian yu yang dilontarkan berulang kali membuat seorang manusia yang tak berperasaan akan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

marah, apalagi orang itu adalah Bi kun lun Siau Wi goan seorang pemimpin dunia persilatan dewasa ini? Mendadak terdengar ia membentak penuh amarah: "Berhenti!" Tiba-tiba dia meloloskan pedangnya dari sarung, sorot matanya tajam bagaikan sembilu, ketika pedang tersebut digelarkan maka tampaklah getaran cahaya pedang dari ujung senjata tersebut memancar keluar tiada hentinya. Mendengar suara bentakan tersebut, Suma Thian yu segera berhenti, apa lagi ketika mendengar suara lawan meloloskan pedang, menggunakan kesempatan dikala bukannya membalikkan diri, dia turut meloloskan pula pedang Kit hong kiamnya. Suasana menjadi tegang dan seram, kedua belah pihak dengan senjata terhunus berdiri saling berhadapan dalam jarak hanya sepuluh langkah belaka. Sambil menggertak gigi menahan diri Bi kun lun Siau Wi goan memaki dengan geramnya: "Bocah keparat, kau kelewat menghina orang! Apakah kau anggap Siau Wi goan adalah seorang manusia yang dapat dihina dan dipermain kan seenak hatimu sendiri? Hari ini, bila kau tidak memberi penjelasan yang terang, jangan harap bisa pergi meninggalkan tempat ini!" "Orang she Siau!" Suma Thian yu balas mengejek, "kenyataan telah tertera didepan mata, apakah kau bermaksud untuk menyangkal lagi? Jika kau ingin mengetahui dengan jelas, ehmm, tak ada salahnya kuterangkan kepadamu. Yang jauh tak usah dibicarakan, aku hanya ingin tahu hari ini kau sebagai pemimpin dunia persilat an, apa lagi dalam gedungmu terkumpul begitu banyak jago lihay, mengapa sewaktu sauya dikepung kepung bangsat berkerudung kau bisa muncul secara tiba-tiba untuk membantu?" Berbicara sampai disitu dia berhenti sebentar, kemudian melanjutkan lebih jauh.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kalau toh....kau berniat untuk membantu, mengapa kau biarkan diriku disergap orang? Mengapa kau berpeluk tangan belaka membiarkan kawanan manusia laknat itu melarikan diri, bukan saja tidak mengejar, malahan membentak diriku agar berhenti, apakah kau tidak merasa bahwa tindakanmu itu sangat mencurigakan? Kini setelah menyaksikan anak buahmu melakukan tindakan yang salah sehingga jejaknya ketahuan, lagi-lagi kau membunuh orang untuk menghilangkan saksi, bahkan terhadap perbuatan keji kawanan perampok berkerudung itu pun kau tidak memberikan reaksi apa-apa, bukankah kesemuanya ini semakin memperlihatkan jiwamu yang memang sudah busuk? Hmmm, kau jangan menganggap aku sebagai seorang bocah yang baru berusia tiga tahun, jangan kau anggap semua perbuatanmu itu bisa mengelabuhi diriku dan membuatku bodoh selalu! Tatkala selesai mendengar perkataan tersebut, mendadak Bi kun lun Siau Wi goan mendongakkan kepalanya dan berteriak gusar, suara teriakan yang dipancarkan dengan disertai tenaga yang sempurna itu kontan saja menggetarkan seluruh penjuru dunia dan membuat daun serta ranting jatuh berguguran keatas tanah. Seusai berteriak dia berkata sambil tertawa dingin: Hanya berdasarkan beberapa persoalan yang tetek bengek ini kau ingin menfitnah aku Siau wi goan? Bocah keparat, mengapa kau tidak renggut sekalian selembar nyawaku?" "Betul, betul, persoalannya sekarang adalah aku belum berhasil mendapatkan bukti yang nyata!" Bi kun Iun Siau wi goan semakin naik pitam sesudah mendengar jawaban mana, teriaknya lagi: Selama ini lohu tidak menganggapmu sebagai kawanan percoleng, aku menerima dengan segelas kehormatan, bersikap baik kepada mu, siapa sangka kau bocah keparat ternyata hanya manusia yang tak tahu diri, kau telah membalas kebaikanku dengan perbuatan keji. Baik lah untuk memperpanjang umurku selama beberapa puluh tahun lagi, lohu akan mengalah sepuluh jurus untukmu, begitu sepuluh

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jurus sudah lewat, terpaksa harus dilihat bagaimanakah nasibmu nanti" Seandainya Suma Thian yu tidak mendengar perkataan itu, keadaannya masih mendingan, begitu mendengar ucapan mana, dia mendongakkan kepalanya dan berpekik nyaring, ditatapnya Bi kun lun Siau Wi goan dengan sorot mata setajam sembilu. "Orang she Siau, kau betul-betul latah dan gila!" serunya dengan suara lantang, kau hendak mengalah sepuluh jurus untukku? Hmm kau anggap aku hanya seorang bocah cilik? Terus terang kuberitahukan kepadamu, sewaktu berada diluar gua tempo hari, apakah kau berhasil menangkan setengah jurus dariku?" Setelah keadaan berubah menjadi begini rupa, Suma thian yu dipaksa untuk membuka kartu. Kontan saja ucapan mana membuat Bi kun lun Siau Wi goan menarik napas dingin, paras mukanya berbuat hebat, tapi sejenak kemudian telah pulih kembali seperti sediakala. Hanya saja... kali ini selapis hawa napsu membunuh telah menyelimuti seluruh wajahnya. Sebetulnya Suma Thian yu berbicara demikian, tujuannya adalah memancing reaksi dari Bi kun lun Siau Wi goan, begitu menyaksikan musuhnya berubah muka, dia menjadi terang dan mengerti, tak terlukiskan rasa gembira dalam hatinya sekarang. Sekali pun demikian, dia masih membutuhkan suatu bukti yang nyata dan berada didepan mata sebelum anak muda tersebut dapat membunuh Siau Wi goan. Orang bilang: "Seorang Kuncu membalas dendam, tiga tahun pun belum terhitung terlambat" kematian paman Wan yang begitu mengenaskan hingga kini belum dapat diungkap olehnya secara jelas, maka dia harus menahan diri dan bertindak sangat berhati-hati, sebab sedikit salah melangkah, bisa jadi dia akan dianggap musuh umum oleh umat persilatan. Sebaliknya Bi kun lun Siau Wi goan sendiripun berperasaan serba bertentangan, di samping dia ingin memperalat pemuda

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ini, tetapi dipihak lain dia pun kuatir anak muda ini akan merusak dan menghancurkan semua rencana yang telah disusunnya selama ini. Mumpung kini berada ditengah alas yang sepi dan tiada manusia lain, apa salahnya kalau pemuda ini dibunuh saja agar tidak menmbulkan bibit bencana dikemudian hari? Berpikir sampai disitu, napsu membunuh yang berkobar dalam dada Siau Wi goan makin menjadi, tampak dia maju ke depan berapa langkah, lalu ujarnya: "Bocah muda, lohu sudah hidup setua ini, namun belum pernah dihina dan disindir orang dengan seenaknya seperti saat ini, bila aku tidak meringkus kau pada hari ini, tentunya kau anggap di dunia ini sudah tiada orang pan dai lagi!" Suma Thian yu tertawa sinis. "Hmmm, dengan kemampuan yang kau miliki itu, kau hendak membereskan aku?" Seraya berkata pedang Kit hong kiamnya diangkat sejajar bahu, lalu tangan kananya bergerak ke atas, dengan jurus Ciong liong jiu hay (naga sakti masuk ke laut) pedangnya seperti seekor naga sakti menyodok jalan darah Ki kan hiat ditubuh Bi kun lun. Selama ini Bi kun lun Siau Wi goan mengawasi terus ujung pedang lawannya, begitu menyaksikan ujung pedang tersebut menusuk ke bawah teteknya, mendadak ia bergerak dan melejit ke samping tambil berseru keras: "Jurus pertama!" Suma Thian yu menjadi amat gusar menyaksikan musuhnya hanya menghindar tidak membalas, ia segera menarik kembali pedangnya dan tidak melancarkan serangan lagi. Bi kun lun Siau Wi goan kelihatan agak tertegun tatkala menyaksikan lawannya menarik kembali serangannya, dengan perasaan tercengang bercampur gusar ia segera membentak. "Kenapa kau? Bocah keparat, sudah dibikin ketakutan?" Suma Thian yu mendengus dingin, setengah memaki teriaknya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Orang she Siau, kau tak usah sombong dan berlagak sok, dengan mengandalkan kemampuan yang kau miliki itu, masih belum berhak bagimu untuk mengalah untukku, jika ingin bertarung, hayolah kita bertarung secara blak-blakan dan bertempur sampai titik darah penghabisan, kalu ingin bermain pura-pura mah, hmmm, sauya tidak cocok denagn selera permainan seperti itu!" Bi kun lun Siau Wi goan kembali tertawa terkekeh-kekeh. "Hehehehehe.... rupanya begitu, aku masih mengira kau takut menghadapi diriku! Beginipun ada baiknya juga, aku orang she Siau akan menyempurnakan keinginanmu itu...." Ketika ucapan terakhir masih berada dibibir, Siau Wi goan telah menggerakkan pedang nya dan menyerang dengan jurus Ci kou thian bun (mengetuk langsung pintu langit), tampak serentetan cahaya hijau meluncur kedepan dan menusuk tubuh Suma Thian yu dengan kecepatan luar biasa. Ditinjau dari gerakan tubuhnya ini, tidak sulit untuk diketahui betapa cepat dan sempitnya jalan pikiran Bi kun lun Siau Wi goan, dia hanya maunya mencari keuntungan belaka, buktinya sementara pembicaraan masih berlangsung, ia sudah menyergap orang secara tiba-tiba. Kecuali berhadapan dengan seseorang yang berkepandaian silat sangat lihay, biasanya cara menyergap semacam ini akan menda-tangkan suatu hasil yang amat baik. Untung saja kewaspadaan Suma Thian yu masih tetap tinggi, sekalipun sedang berbicara namun ia telah bersiap siaga menghadapi se gala kemungkinan yang tak diinginkan. Selama menghadapi manusia licik macam Bi kun lun Siau Wi goan, orang memang selalu berprinsip "meski manusia tak berniat melukai harimau, harimau justru ada niat melukai manusia". Maka begitu pedang Siau Wi goan menusuk datang, dia lantas berteriak lantang: "Sebuah serangan yang amat bagus!" Mendadak ia membalikan tangannya mainkan jurus Long kian sin ciau (ombak menggulung ular sakti).

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pedang Kit hong kiamnya seperti segulung ombak dahsyat langsung menyapu kedepan dan mengetarkan pedang Bi kun lun Siau Wi goan sehingga tergetar dari posisi semula. Menyusul kemudian pedangnya berubah menjadi gerakan Im liong tham jiau (naga yang mementangkan cakar) langsung mencengkeram jalan darah kit hou hiat diatas tenggorokan Bi kun lun. Bagi seorang jago silat, begitu serangan dilancarkan maka akan diketahui apakah musuhnya berisi atau tidak. Serangan Suma thian yu didalam menghadapi ancaman bahaya ini betul-betul amat hebat, bukan setiap jago silat yang mempergunakannya dengan sempurna. Bi kun lun Siau Wi goan cukup mengetahui mutu suatu serangan, sebagai pemimpin dunia persilatan, tentu saja ia enggan menerima kerugian yang berada didepan mata. Menyaksikan kejadian tersebut, buru-buru dia menarik kembali pedangnya untuk mengutamakan keselamatan sendiri, setelah itu teriaknya dengan perasaan terkejut! "Aaaah, ilmu pedang kit hong kiam hoat!" Sementara berseru, tubuhnya telah melepaskan diri dari kurungan kabut pedang yang dipancarkan oleh Suma thian yu, siapa tahu Suma Thian yu memang berhasrat memberi pelajaran yang setimpal untuk Bi kun lun sehingga ia tahu diri. Tiba-tiba ia berpekik nyaring, pedang Kit hong kiamnya diputar menciptakan selapis bayangan pedang yang memenuhi angkasa, bagaikan benduangan sungai Huang ho yang jebol, dengan amat dahsyatnya langsung mengurung ketubuh Siau Wi goan. Bagi jago lihay yang bertarung, yang menjadi pantangan terbesar adalah memecahkan perhatian. Bi kun lun Siau Wi goan menjerit kaget, hawa murninya yang terkumpul segera membuyar sebagian besar, ditambah pula Suma thian yu dengan serangan berantainya, ia kena di desak sampai mundur terus berulang kali.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekilas pandangan ia seperti didesak mundur, padahal ia justru manfaatkan kesemppatan tersebut untuk menghimpun kembali hawa murninya disamping mencari titik kelemahan di tubuh Suma Thian yu sehingga dapat mempersiapkan serangan balasan yang mematikan" Begitu turun tangan Suma Thian yu berhasil mendesak mundur seorang jago silat yang memimpin dunia persilatan dewasa ini, semangat bertarungnya segera berkobar, ia berpekik berulang kali lalu pedang Kit hong kiamnya dengan jurus Liong teng kiu siau (naga melompat kelangit sembilan) ia langsung menggorok tengkuk Bi kun lun. Mendadak Bi kun lun Siau goan melejit ke udara dengan gerakan elang raksasa menentang sayap, pedangnya berputar secepat kilat dengan jurus Ceng lui kan hong (guntur bergetar angin terbendung) dia lepaskan serangan balasan untuk menyongsong datangnya ancaman tersebut. "Traaang!" ketika sepasang pedang saling bertemu ditengah udara, terdengarlah suatu benturan nyaring yang memekakkan telinga, akibatnya kedua orang itu sama-sama terdorong mundur sejauh satu langkah. Bi kun lun Siau Wi goan yang lihay, tidak menggubris apakah senjatanya cedera atau tidak, dia menerjang lagi kedepan melakukan tubrukan, dengan jurus Cuan im si gwat (menembusi awan mengejar rembulan) dengan membawa desingan angin serangan yang tajam ia langsung menusuk jalan darah Tham tiouw hiat di bagian tengah dada antara kedua tetek Suma Thian yu..... Sudah barang tentu Suma Thian yu tak berani mengendorkan perhatiannya dalam menghadapi ancaman tersebut, buru-buru dia me ngembangkan permainan ilmu pedang Kit hong kiam hoat ajaran paman Wan nya untuk melayani serangan musuh. Begitulah, sebentar kedua orang itu bergu mul menjadi satu, sebentar lagi berpisah, situasi pertarungan yang berlangsung kian lama kian bertambah seru, keadaannya benar-benar sangat mengerikan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kedua orang ini, yang satu adalah pendekar besar dari golongan putih dan hitam sedangkan yang lain adalah seorang pendekar yang baru muncul di dunia persilatan, pertarungan yang kemudian berkobar sungguh menggetarkan sukma setiap orang. Pertarungan sengit macam ini sulit dijumpai dalam dunia persilatan, kedua orang itu sama-sama mengeluarkan pelbagai jurus simpanan-nya untuk berusaha membunuh lawannya. Sementara itu Bi kun lun Wi goan makin bertempur makin terkejut, dia cukup mengetahui akan kelihayan ilmu pedang kit hong kiam hoat tersebut, sewaktu kit hong kiam kek Wan liang masih termashur dikolong langit dulu, dia pernah bersahabat karib dengan Bi kun lun Wi goan, mereka sering berkelana bersama sehingga kedua belah pihak sama-sama mengetahui keunggulan dan kelemahan lawan-nya. Tapi kini permainan pedang Kit hong kiam hoat dari Suma thian yu berbeda dengan permainan yang pernah dilakukan Wan liang dahulu, tak heran kalau Siau WI goan dibikin terperanjat sekali. Kalau dilihat dari gerakan tubuh Suma Thian yu, nampak kalau permainan itu ajaran dari Kit hong kiam kek Wan Liang, tapi yang berbeda adalah tenaga dalamnya justru setingkat masih diatas kemampuan Wan Liang pribadi.... Kejadian ini sama artinya dengan Wan Liang telah muncui kembali di dalam dunia persilatan. Sementara ingatan mana melintas dalam benak Bi kun lun Siau Wi goan, sambil bertarung ia pun bertanya: "Apa hubunganmu dengan Wan Liang? Cepat katakan!" "Guruku!" jawab Suma Thian yu singkat. Suma Thian yu memang sengaja membohonginya, sekalipun dikatakan Wan Liang adalah gurunya juga tak salah, memang ilmu pedang kit hong kiam hoat tersebut didapatkan dengan cara mencuri belajar, namun yang dia pelajari toh ilmu dari Kit hong kiam kek Wan Liang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siapa tahu Bi kun lun Siau Wi goan segera tertawa nyaring sesudah mendengar perkataan itu, sambil melompat keluar dari arena pertarungan, serunya cepat: "Mengapa tidak kau terangkan semenjak tadi?" "Sekalipun kukatakann, apa gunanya?", melihat orang itu melompat keluar dari arena, Suma Thian yu segera berniat untuk menghadapi siasat lawan dengan siasat pula. Terdengar Bi kun lun Siau Wi goan tertawa terbahakbahak. "Haah...haaah...haaah...apakah gurumu berada dalam keadaan baik-baik?" Sebelumnya Suma Thian yu hendak mengatakan kalau gurunya telah meninggal dunia, tapi ingatan lain segera melintas dalam benaknya, dia merasa tak perlu berbicara sejujurnya menghadapi manusia licik seperti itu. Maka sahutnya kemudian dengan lantang: "Berkat kemurahan Thian, Beliau berada dalam keadaan sehat wal'afiat seperti sedia kala!" Bi kun lun Siau Wi goan segera memperlihatkan sikap seakan-akan merasa gembira sekali. "Apakah dia pernah menyinggung tentang aku?" tanyanya. "Ehmm... " Suma Thian yu hanya mengiakan saja. "Apa yang dia katakan?" Siau Wi goan seperti ingin mengetahui sejelas-jelasnya, ia lan tas menunjukkan sikap seakan-akan sangat ramah. Suma Thian yu berlagak serius, jawabnya: "Setiap kali dia orang tua menyinggung tentang kau, dia pasti akan mencaci maki dirimu kalang kabut, dikatakan kau adalah iblis paling keji yang ada didunia ini! Dikatakan pula binimu yang tak tahu malu itu adalah seorang perempuan jalang yang kebusukan hatinya melebihi ular berbisa!" Mimpipun Bi kun lun Siau Wi goan tidak menyangka kalau Suma Thian yu dapat mengucapkan kata-kata makian sekeji ini, kontan saja amarahnya memuncak, dengan mata melotot besar dan menggertak gigi menahan diri, bentaknya keraskeras:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bocah keparat! Kalau ingin berbicara, sedikitlah tahu diri, apakah kau sudah bosan hidup?" Kembali dia menerjang ke muka, pedangnya diayunkan kedepan melepaskan serangan lagi dengan jurus Han Bwee tu luan (Bunga BWee mengeluarkan sari) dia tusuk dada Suma Thian yu. Mencorong sinar tajam dari balik mata anak muda itu, dia membentak pendek, langkah Ciok tiong luan poh ajaran Siau yau kay Wi Kian segera digunakan, tampak ujung baju terhembus angin, tahu-tahu dia sudah menyelinap ke belakang punggung Bi kun lun, sementara pedang Kit Hong kiamnya bagaikan cahaya pelangi menusuk jalan darah Ki tong hiat di belakang punggung lawan. Kemarahan Suma Thian yu telah memuncak dia merasa bukan cara yang tepat untuk mengulur waktu dengan manusia semacam ini karena itu serangan yang kemudian di lancarkan langung ditujukan kebagian mematikan ditubuh lawan. Begitu Suma Thian yu gunakan ilmu gerakan tubuh Cok liong luan poh, gerakan tubuhnya menjadi bertambah cepat, menanti Bi kun lun Siau Wi goan menjumpai bayangan tubuh Suma Thian yu telah lenyap dari pandangan dan hawa dingin dari tusukan pedang sudah tiba dipunggungnya, dia baru menjerit kaget. "Mati aku kali ini!" Dengan sedapat mungkin dia menerjang maju kemuka, maksudnya adalah mencari kesempatan hidup ditengah keputus asaan. Tapi Suma Thian yu mengikuti terus bagaikan bayangan, ujung pedangnya sudah menempel diatas bajunya. Disaat yang amat kritis itulah, tiba-tiba terdengar suara bentakan keras berkumandang memecahkan keheningan. Sesosok bayangan tubuh yang bergerak cepat, dengan membawa segulung tenaga pukulan yang dahsyat bagaikan angin puyuh langsung membacok Giok seng kun dibelakang benak Suma Thian yu, sungguh dahsyat dan mengeri kan sekali ancaman mana.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma thian yu merasa terperanjat sekali, ia tahu bila pedangnya dilanjutkan penusukan-nya kedepan, niscaya Bi kun lun Siau Wi goan tewas diujung pedangnya, akan tetapi sebagai resikonya diapun akan terhajar mati oleh serangan yang datangnya dari arah belakang itu. Berada dalam keadaan seperti ini, terpaksa dia harus mengutamakan keselamatan sendiri lebih dulu, kemudian baru soal membalas dendam. Cepat-cepat pedangnya ditarik kembali, kemudian kakinya bergeser dan sekali berkelebat ia sudah melompat keluar dari arena pertempuran. Atas kejadian mana, Bi kun lun Siau Wi goan segera lolos dari lubang jarum kematian, selembar jiwanya berhasil diseret keluar dari dalam neraka. Disaat Suma Thian yu berdiri tegak, ia saksikan ditengah arena bertambah dengan seorang pemuda berbaju hijau, orang itu adalah Cun gan siu cay Si Kok seng. Sambil tertawa Suma Thian yu berseru: "Oh, rupanya saudara Si, sungguh hebat tenaga pukulanmu, nyaris batang leherku kena kau tebas kutung!" Sambil tersenyum buru-buru Cun gan siacay Si Kok seng menjura dan meminta maaf, katanya: "Bilamana siaute telah bertindak ceroboh harap saudara Suma sudi memaafkan!" Kemudian sambil berpaling kearah Bi lun lun Sau Wi goan, ia berkata pula: "Kalian berdua adalah sama-sama orang sendiri mengapa harus saling bertarung?" Bi kun lun Siau Wi goan tidak mengucapkan barang sepalah katapun, mendadak dia membalikan badan dan berlalu dari sana. Memandang bayangan punggung Bi kun lun Siau Wi goan yang menjauh, Cun gan siucay Si Kok seng menggelengkan kepala sambil menghela napas panjang, kepada Suma Thian yu katanya: "Tabiat orang itu memang sangat aneh, saudara Suma, buat apa kau mesti ribut dengannya?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu tidak menggubris ucapan mana, waktu itu dia sedang berdiri dengan pelba gai persoalan berkecamuk didalam benaknya. Apa yang barusan dikatakan Si kok seng, pada hakekatnya sama sekali taterdengar olehnya... Pelan-pelan Cun gan siucay Si Kok Seng mendekati Suma Thian yu, lalu dengan sikap yang menghormat tanyanya. "Saudara Suma, kau masih marah kepadaku?" Suma Thian yu berseru tertahan, buru-bu sahutnya dengan nada minta maaf: "Tidak, tidak...! Aku sedang memikirkan suatu persoalan ..." "Persoalan apakah itu? Bolehkah diberitahukan kepadaku?" Si Kok seng bertanya lebih jauh. "Tolong tanya bagaimanakah hubungan saudara Si dengan Siau tayhiap....? "Soal ini...kami hanya pernah berjumpa beberapa kali saja, buat apa kau menanyakan tentang soal ini?" "Bagaimana watak orang itu?" Sambil bertanya, kali ini Suma thian yu memperhatikan perubahan wajah dan sikap Cun gan siaucay Si kok seng. Cun gan siucay Si Kok seng termenung dan mempertimbangkannya sejenak, setelah itu baru sahutnya. "Menurut hasil pengamatan siaute selama banyak waktu, aku rasa dia adalah se orang yang jujur, periang, suka berteman, ramah dan rendah diri, satu satunya kejelekan yang dimiliki adalah wataknya yang berangasan, saudara Suma, kau bertanya begini teliti tentang dirinya apakah kau menaruh curiga terhadap orang itu?" Ketika mendengar perkataan tersebut, tanpa terasa Suma Thian yu melirik dan memperhatikan beberapa kejap Cun gan siau cay Si Kok seng, melihat wajah orang itu menunjukkan kejujuran, dia pun menyahut dengan suara hambar: "Ooh, tidak apa-apa, aku hanya bertanya sambil lalu saja." "Saudara Suma, aku lihat belum tentu demikian, apakah kau mempunyai suatu rahasia yang sulit dibicarakan? Walaupun kita baru bersahabat beberapa hari, sesungguhnya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kita merasa saling mencocoki satu sama yang lainnya, anggap saja diriku sebagai saudara sendiri, bila kau mempunyai kesulitan, utarakan kepada ku, asal siauje sanggup membantumu, sudah pasti akan kubantu dirinu dengan sekuat tenaga" "Aaah, tidak apa-apa" Suma Thian yu menyangkal berulang kali, "terima kasih banyak atas perhatian saudara Si, kebaikanmu itu tak akan kulupakan untuk selamanya..." Cun gan siaucay Si Kok seng mengerti, sekalipun ditanyakan lebih jauh juga tak bakal mendapatkan suatu hasilpun, maka diapun mengalihkan pokok pembicaraan ke soal lain, tanyanya: "Saudara Suma, kau bermaksud hendak kemana?" "Aku mengembara tak menentu, empat samudra sebagai rumahku, dan kau...?" "Sama saja, bila ksu tak keberatan, bagaimana kalau kudampingi dirimu sepanjang perjalanan?" "Akan kusambut dengan senang hati" jawab Suma thian yu ringkas. Maka berjalanlah kedua orang itu menuruni bukit. Sepanjang jalan Cun gan Siucay Si Kok seng seperti ada maksud untuk membaiki anak muda tersebut, semua pembicaraannya amat santai dan persoalan apapun dibicarakan. Setiap kali melalui suatu tempat, dia pasti menerangkan riwayat jago yang bercokol di sana serta keadaan daerah disekitarnya, diantaranya dia pun membicarakan pula sedikit tentang sembilan partai besar dan beberapa orang jago yang menonjol dari golongan rimba hijau. Tapi ada satu hal yang tak pernah dibicira kan Cun gan siucay selama ini, yakni asal usul serta perguruannya. Setiap kali Suma Thian yu menanyakan soal ini, Cun gan siucay Si Kok seng selalu menye lamurkan dengan masalah lain, akibatnya lama kelamaan hal ini menimbulkan kecurigaan di dalam hati Suma Thian yu, oleh karena itu Suma Thian yu sendiripun selalu menghindarkan diri bila berbicara soal

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

riwayat hidupnya serta tanggung jawab serta tugas yang terbeban di atas bahunya... Hari itu mereka berdua tiba di kota Siau Kwan, hari sudah gelap dan burung terbang kembali ke sarangnya, suasana remang mendatangkan perasaan murung bagi siapa pun. Dari kejahuan mereka berdua menyaksikan munculnya sebuah dusun dengan asap yang mengepul, tanpa terasa Suma Thian yu teringat kembali akan pemandangan yang mengerikan dari perkampungan yang anggota keluarganya dibantai tempo hari, sehingga tanpa terasa dia menghembuskan napas panjang... Dengan perasaan ingin tahu, terdengar Cun gan Siucay Si kok seng segera bertanya: "Saudara Suma, mengapa kau menghela napas? Kulihat sepanjang jalan kau selalu berkeluh kesah, apakah dalam hatimu terdapat ke murungan dan kesedihan yang tak terungkapkan?" "Tidak, aku hanya teringat akan suatu peristiwa berdarah yang mengerikan sekali..." jawab Suma Thian yu sambil menggeleng. "Peristiwa apa sih yang begitu kau risaukan?" Suma Thian yu menuding perkampungan di depan sana, lalu menjawab: "Perkampungan itu telah memancing luapan perasaanku, karena disanalah kusaksikan suatu adegan pembunuhan yang mengerikan sekali." Secara ringkas dia lantas menceritakan apa saja yang telah disaksikan olehnya dalam per kampungan mana kepada Cun gan Siaucay Si Kok seng, diantaranya dia sempat mencaci maki pula perbuatan biadab dari kawanan perampok berkerudung itu. Mendengar penuturan mana, parat muka Cun gan siaucay Si Kok seng berubah hebat, ia me mandang ke tempat kejauhan, lalu pelan-pelan berkata:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ooooh....rupanya begitu, tak heran kalau malam itu kau menanyakan soal mutiara, rupa nya kau mencurigai perbuatan tersebut dilaku kan oleh Siau tayhiap?" "Benar! Hingga kini aku masih mencurigai pembunuh keji itu adalah Siau Wi goan" Berbicara sampai disitu, Suma Thian yu segera memperhatikan wajah Si Kok seng lekat-lekat, sebab tujuannya berkata demikian memang ingin mengetahui reaksi lawan. Cun gan Siucay Si Kok seng termenung beberapa saat lamanya, kemudian baru berkata: "Seandainya kalau perbuatan terkutuk ini dilakukan olehnya aku pasti akan membabalaskan dendam bagi sukma penasaran yang tewas dalam perampungan tersebut. Suma heng, bila kau dapat memberitahukan keadaan waktu itu dengan lebih jelas, hal mana akan lebih baik" Berbicara sampai disitu, dia lantas menunjuk kan wajah marah, alis matanya berkenyit dan menggertak gigi menahan emosi. Semenjak kecil Suma Thian yu sudah hidup ditengah gunung yang jauh dari keramaian dunia, segala macam kelicikan dan kebusukkan manunia masih asing baginya, maka setelah merasakan ucapan Si Kok seng yang gagah perkasa itu, ia dibuat terharu sampai tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Dengan cepatnya pula segala macam kecurigaan yang semula dilimpahkan atas diri Si Kok seng, seketika lenyap sebagian besar, bahkan menyesal telah mencurigai rekannya itu. Cun gan siaucay Si Kok seng mengikuti terus perubahan sikap lawannya secara diam-diam, setelah mengetahui perubahan dari orang itu, diam-diam ia tertawa geli, ia merasa menang, permainan caturnya telah berhasil menguasai posisi yang strategis, itu berarti usahanya untuk mengendalikan Suma Thian yu dikemudian hari akan berjalan lebih mudah, hingga tugas yang dibebankan kepadanya pun bisa dilaksana kan dan tercapai pada apa yang diharapkan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitulah, mereka berdua telah memasuki kota Siau kwan dan mencari sebuah rumah makan yang kecil ditepi jalan. Sepanjang perjalanan kedua orang itu sudah merasa lapar, maka tanpa dibilang mereka ber dua sama-sama membelok kedalam rumah makan tersebut. Baru saja melangkah masuk kedalam pintu, dari balik ruangan berjalan keluar dua orang manusia, ketika empat orang saling bersua, masing-masing mundur selangkah dengan ter peranjat. Ketika mendongakkan kepalanya Suma Thian yu segera mengenali orang itu sebagai Thi pit suseng (sastrawan berpena baja) Thi bersaudara. Tak terasa lagi dia segera berteriak gembira. "Ooeh...rupanya saudara Thia, hidup manusia memang sering bertemu dilain tempat, meng apa kalian berdua bisa muncul disini?" Ketika Thi pit suseng Thia Cuau melihat orang itu adalah Suma Tbian yu, diapun segera tertawa terbahak-bahak. "Haaah... haaahh....haaahh....kami belum lama tiba disini, eeeh..bukankah kau pergi keperusahaan Sin liong piaukiok? Mengapa bisa muncul dikota jelek dan sepi seperti ini?" "Tapi... panjang sekali untuk diceritakan" sahut Suma Thian yu sambil menghela napas, "tempat ini bukan tempat yang cocok untuk ber bincang-bincang, bila Thia toako tak ada urusan penting, bagaimana kalau kita duduk kembali sambil berbicara?" "Begitupun baik juga!" berbicara sampai disitu, Thi pit suseng Thia Cuan segera mengalihkan sorot matanya kearah adiknya. Tuan im siancu Thia Yong tertawa manis hingga kelihatan dua baris giginya yang putih, nampak dia manggut-manggut. "Duduk sebentar lagipun tak ada salahnya" Maka mereka berempat masuk kembali kedalam rumah makan. Oleh Suma Thian yu, Cun gan siucay Si Kok seng segera diperkenalkan kepada Thia bersaudara.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sedangkan Cu gan Siucay segera menaruh kesan yang baik begitu berjumpa Toan im sian cu dalam pandangan yang pertama. Untuk memperlihatkan sikapnya yang hangat, dia segera memaksakan diri untuk mentraktir, ia memanggil pelayan dan memesan sayur yang mahal harganya. Tentu saja dalam rumah makan sederhana semacam ini, tak mungkin bisa menyiapkan sayur yang mahal harganya itu. Padahal Cun gan siucay Si Kok seng berbuat demikian bukan bermaksud untuk memperli hatkan kedudukannya saja. Thi pit suseng Thia Cuan merasa tidak sabar menyaksikan kejadian tersebut, segera selanya: "Sudahlah, hantar saja beberapa macam sayur seadanya!" Pemilik warung itu adalah seorang kakek berambut putih, dia segera mengiakan berulang kali, kemudian tanyanya: "Apakah perlu arak?" "Tentu saja" sahut Cun gan siucay Si Kok seng lagi, "asal ada arak bagus yang berumur sepuluh tahun keatas, boleh bawa kemari!" Pemilik warung itu mengiakan berulang kali dan segera berlalu dari situ. Menanti pemilik warung itu sudab berlalu, Cun gan Siucay Si Kok seng baru berpaling dan ujarnya kepada Toan im siancu Thia Yong sambil tertawa: "Nona Thia sudah terbiasa dengan hidangan disini?" "Bagus sekali" jawab Toan im siancu Thia Yong tersenyum hingga nampak sepasang lesung pipinya yang manis. Menyaksikan senyuman si nona, Cun gan sisucay Si Kok seng segera merasakan jantung nya berdebar keras, ia seperti merasa mendapat berkah yang tak ternilai harganya, Thit pit suseng Thia Cuan merasa sangat tak puas menyaksikan kejadian itu, dia merasa pemuda ini licik dan tidak jujur, suka merayu dan tidak setia, akan tetapi berhubung orang itu adalah rekan seperjalanan Suma Thian yu maka iapun merasa sungkan untuk mengumbar amarahnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Perjamuan itu berlangsung sangat meriah, sepanjang perjamuan Suma Thian yu lebih ba nyak berbincang bincangdengan Thi pit su seng Thia Cuan daripada dengan lainnya. Sedangkan Cun gun siaucay Si Kok seng dengan taktik merayunya berbicara tiada henti nya dengan Toan im siancu Thia Yong, dia bertanya ini itu tiada habisnya membuat si nona kadangkala merasa bosan dan muak... Akan tetapi, setiap Kali Toan im siancu mencari kesempatan untuk mengajak Suma Thian yu berbicara, dia selalu dibuat sakit hati oleh jawaban sang pemuda yang amat tajam. Dasar watak kaum gadis memang keras kepala dan ingin menang sendiri, ditimbang jalan pikirannya sempit, apa yang hendak di kerjakan selalu berusaha mencapai sukses, kalau tidak maka dia akan berjalan sebaliknya meski tahu kalau jalan itu salah. Itulah sebabnya, kendatipun Thia Yong merasa muak dan bosan berbincang-bincang dengan Cun gan siaucay Si Kok seng, namun untuk memenuhi tuntutan pembalasan dendamnya terhadap Suma Thian yu, ia harus menyabar kan diri dan melayani pertanyaan Si Kok seng dengan sikap berpura-pura hangat..... Di dalam perkiraannya semula, cara terse but pasti akan memancing rasa cemburu dan perhatian dari Suma Thian yu, siapa tahu pe muda itu berlagak seakan- akan tidak melihatnya, bahkan berbincang-bincang dengan asyik nya... Menyaksikan rencana dan usahanya mengalami kegagalan total, Toan im siatcu Thia Yong merasakan hatinya hancur lebur, mendadak ia menggebrak meja dan bangku berdiri. "Aku akan pergi dulu!" teriaknya keras-keras. Oleh tindakan yang amat mendadak dari si nona, tiga orang lain-nya merasa amat terperanjat. Padahal waktu itu Cun gan siaucay Si Kok seng sedang berbicara dengan asyik, sekali, tidak menyangka kalau gadis itu bakal bertindak seperti ini, kontan saja pemuda itu dibuat ter tegun dan memandang wajahnya kebingungan, ia tak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

habis mengerti didalam hal apakah dia telah melakukan kesalahan terhadap gadis itu. Padahai Suma Thian yu sendiripun berpendapat demikian, dia memandang wajah Toan im siancu Thia Yong dengan sikap tertegun, tindakan si nona yang amat tiba-tiba ini benarbenar tidak dipahami olehnya. Thi pit suseng Thia Cuan paling memahami tabiat dari adiknya ini, apalagi sejak kecil dialah yang merawat adiknya ini, maka semua tindak tanduknya Thia Cuan yang paling me mahami. Tampak dia turut bangkit berdiri, lalu ter tawa terbabakbahak. "Haaah...haah...haah... baik, berangkat....." Berangkat, memang waktu sudah tidak pagi, kita masih harus berangkat ke kota San tin untuk mencari penginapan" Keempat orang itu berangkat meninggalkan warung dan masing-masing mengerahkan ilmu meringankan tubuh yang sempurna berangkat menuju kekota San tin dengan cepat. Sepanjang jalan, Cun gan siucay Si Kok seng ada niat untuk memperlihatkan kebolehannya dia selalu memimpin di paling muka bahkan kerap kali berpaling dan berseru kepada tiga orang rekannya agar berjalan lebih cepat. Suma Thian yu yang menyaksikan kejadian itu, diam-diam merasa geli, tanpa terasa dia pun memandang rendah diri Si Kok seng. Semenjak Thi pit suseng Thia Cuan berjumpa dengan Suma Thian yu, dia seperti telah menemukan teman yang mencocoki hatinya saja, sepanjang jalan selalu berada disampingnya bahkan berbincang dan bergurau dengan amat leluasa. Pada saat itulah Thi pit suseng berbisik kepada Suma thian yu: "Suma hiante, bagamanakah hubungan persahabatanmu dengan Si Kong seng?" xXx

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"TAK BISA dibilang sangat akrab" jawab Suma Thian yu, "kami hanya bertemu secara kebetulan, untuk mengurangi kesepian sepanjang jalan maka kami memutuskan untuk melakukan perjalanan bersama "Ooooh...Thi pit suseng Thia Cuan mengiakan, lalu membisiknya, "orang ini tidak jujur dan berjiwa munafik, sudah pasti bukan manusia baik-baik, hiante, kau harus selalu waspada dan bersiap-siap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan "Siaute pun berpendapat demikian" Suma Thian yu manggut-mauggut, "terutama sekali atas riwayat dan asal usulnya, hingga kini ma sih menjadi sebuah tanda tanya besar". Sambil melanjutkan perjalanan, secara ring kas dia lantas mengisahkan perkenalannya dengan Si Kok seng. Thi pit suseng Thia Cuan hanya membungkam diri dalam seriba bahasa, sorot matanya yang memandang kaku kedepan, lalu mempercepat langkahnya dan menyusul dibelakang Cun pan siaucay Si Kok seng dengan ketat. Setelah melalui sebuah hutan yang lebat, sampailah mereka di kota Han san tin. Can gan siucay Si Kok seng yang berlarian kencang didepan mendadak menghentikan ge rakan tubuhnya, lalu sambil berpaling kearah tiga orang dibelakangnya dia berkata: "Untuk menyingkat jalan, bagaimana jika kita menembusi hutan lebat di depan sana?" Thi pit suseng Thia Cian buru-buru meng goyangkan tangannya mencegah: "Jangan, jangan, siapa yang sudah bosan hidup, dialah yang akan menembusi hutan lebat itu". Mendengar perkataan tersebut, Suma Thian yu segera bertanya dengan wajah tercengang: "Apakah di dalam hutan itu terdapat ancaman bahaya yang amat besar...?" "Selama sepuluh tahun terakhir ini, setiap orang yang hendak pergi ke Kota Han san tin dari Siau kwan, pasti akan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

melingkari hutan lebat ini, mengenai apa sebabnya aku kurang begitu tahu." Cu gan siucay Si Kok seng yang berada didepan, segera tertawa terbahak-bahak sesudah mendengar ucapan itu, katanya: "Benarkah ada kejadian seperti ini? Aku orang she Si justeru tak percaya dengan segala tahayul!" Sambil berkata dia membalikkan badan dan meninggalkan jalan raya umuk lari ke arah hutan lebat itu. Toan im siancu Thia Yong ada maksud untuk memanasi hati Suma Thian yu, ia segera mem buat muka setan kepada kakaknya dan anak muda itu, kemudian setelah mendengus dingin katanya: "Hmmm.....aku tak sudi menjadi pengecut macam kalian berdua!" Selesai berkata dia menyusul di belakang Cun gan siucay Si Kok seng dan lari menuju kearah hutan. Melihat adiknya mengumbar napsu, Thi pit suseng menjadi sangat gelisah, segera teriaknya: "Adik Yong! Kembali, adik Yong.... " Belum habis dia berseru, mendadak..... Dari arah depan sana terdengar Cun gan siau cay Si Kok seng menjerit kaget dan melompat mundur kebelakang, disusul Toan im siancu Thia Yong menjerit kaget pula sambil menyingkir kesamping. Thi pit suseng Thia Cuan dan Suma Thian yu merasa amat terperanjat setelah mendengar suara jeritan itu, serentak mereka meluncur ke depan dengan kecepatan tinggi. Tiba dihadapan Cun gan siucay Si Kok seng, apa yang kemudian terlihat membuat kedua orang itu mundur selangkah dengan paras muka berubah hebat. Ternyata mereka menyaksikan sebuah tugu disisi hutan... sebuah tugu peringatan yang terbuat dari tulang-tulang tengkorak manusia, diatas tugu itu terlukiskan:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kembali! Maju lebih kemuka berani mati" Ketujuh huruf itu amat besar dan semuanya tersusun oleh tulang manusia yang memutih. Sesudah hilang rasa kagetnya, dengan mendongkol Cun gan siucay Si Kok seng meludah, teriaknya. "Manusia jadah dari manakah yang berani menggunakan benda-benda semacam itu untuk menakut-nakuti aku? Hmm, aku Si Kok seng justru ingin mencobanya..." Nama Si Kok seng yang diucapkan terakhir sengaja diucapkan dengan sangat nyaring. Begitu selesai berkata, mendadak telapak tangannya diayunkan kedepan, segulung angin pukulan yang sangat dahsyat dengan cepat meluncur kedepan. "Braaak...!" susunan tugu yang terbuat dari tulang belulang itu segera hancur berantakan dan berserakan diatas tanah. Thi pit suseng Thia Cuan merasa amat terperanjat setelah menyaksikan kejadian ini, baru saja ia hendak mencegah perbuatan mana, tugu tulang belulang itu sudah hancur remuk, tak kuasa lagi dia menghela napas panjang, ia sadar bakal celaka. Selang beberapa saat mereka menanti, namun suasana dalam hutan tetap sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun. Kenyataan ini membuat Si Kok seng makin takabur, buruburu serunya kepada tiga orang yang lain: "Serbu saja! Mari kita langsung menyerbu kedalam hutan tersebut!" Selesai berkata dia lantas berjalan paling depan memasuki hutan itu, di susul oleh Toan im siancu. Thi pit suseng kuatir adiknya menjumpai mara bahaya, maka dia lantas mengajak Suma Thian yu menyusul dipaling belakang. Baru saja ke empat orang itu memasuki hutan, mendadak terdengar suara tertawa dingin yang mengerikan berkumandang memecahkan keheningan, disusul kemudian

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

suara pekikan aneh muncul dari empat penjuru dan menggema diseluruh hutan. Thi pit suseng Thia Cuan sudah berpengalaman didalam menghadapi beratus-ratus kali pertarungan, pengalamannya luas sekali, begi tu menyaksikan suasana gelap yang menyelimuti hutan tersebut, ia sudah mendapat firasat jelek, apa lagi setelah mendengar suara pekik kan aneh itu, tanpa terasa bulu kuduknya bangun berdiri. Buru-buru teriaknya dengan suara keras: "Si siauhiap, jangan bertindak gegabah, kau harus berhatihati...." Sembari berkata dia lantas melayang kesamping adiknya Toan im siancu dan diam-diam bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan. Mendadak terdengar Cun gan siucay Si Kok seng menjerit kaget, suara kaget itu berasal dari lima kaki dihadapan mereka. Suma Thian yu yang pertama-tama menerjang kedepan setelah mendengar seruan kaget itu, dengan suatu gerakan yang cepat dia melayang turun diatas tubuh Si Kok seng. Mendadak pandangan matanya terasa silau, ternyata didepannya terdapat sebuah tanah kosong seluas dua puluh kaki, waktu itu api membara dengan terangnya menyinari sekitar tempat itu Ditengah hutan muncul sebuah tanah lapang, kejadian ini sudah cukup mengherankan hati orang, apa lagi kalau tanah lapang itu terang benderang seperti disiang hari saja, hal ini lebih aneh lagi, tanpa sadar ke empat orang itu merasakan jantungnya berdebar keras. Jilid : 11

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

TOAN-IM Siacu Thian Yong yang amat teliti, dengan menyapu sekejap sekeliling arena tersebut, mendadak ia menjerit kaget: "Aaah, kalian lihat, benda apakah itu?" Dengan perasaan terkesiap semua orang segera berpaling kearah mana yang ditunjuk nona Thia, kemudian serentak mereka menjerit kaget. Ditengah jeritan kaget inilah, mendadak tampak empat sosok bayangan manusia melompat keluar dari kegelapan dari bergerak mendekat dari empat penjuru tanah lapang itu. Sebenarnya kejadian apakah yang membuat keempat jago muda mudi itu menjerit kaget. Ternyata Toan im siancu Thia Yong telah menemukan sesosok mayat yang digantung di atas dahan sebatang pohon besar disudut sebelah barat. Setelah keempat orang itu berjalan mendekat, Suma Thian yu lah yang pertama-tama menjerit kaget. "Aaah, dia adalah Kang Pun san!" Thi pit suseng Thia Cuan berpaling, lalu bertanya dengan nada tercengang: "Hiante kau kenal dia?" "Benar, dia adalah Cha gi sut tikus bersayap) Kang Pun san, waktu ia dikalahkan oleh nona Wan dalam perusahaan Sin liong piau kiok, sungguh tak sangka ia telah tewas disini" Cun gan siucay Si Kok seng mendongakkan kepalanya dan memperhatikan jenazah si tikus bersayap Kang Pun san beberapa saat, kemudian jengeknya sambil tertawa seram: "Hehehehehe......gentong nasi seperti ini memang sudah sepantasnya mampus, aku orang she Si berada disini, ingin kulihat siapa yang berani mengusik diriku!" Baru selesai dia berkata, mendadak terdengar suara dengusan dingin yang lirih bergema memecahkan keheningan. Menyusul kemudian sesosok bayangan hitam meluncur keluar dari balik hutan, bagaikan seilas cahaya kilat mengitari angkasa lalu lenyap.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Semua orang merasakan pandangan matanya jadi silau, belum sempat mereka menyaksikan bayangan hitam itu, tibatiba Cun gan siucay Si Kok seng menjerit ngeri, seluruh tubuhnya bergetar keras dan segera roboh terjengkang kearas tanah. Peristiwa itu terjadinya sangat mendadak, tiga orang lainnya tak sempat memberi bantuan, jalan darah Si Kok seng sudah tertotok dan jatuh tak sadarkan diri. Suma Thian yu menerjang maju kedepan, menyaksikan kejadian itu ia merasa gusar sekali, kearah dalam hutan bentaknya penuh keguiaran: "Setan alas, darimanakah yang berada didalam hutan? Kalau punya keberanian hayolah munculkan diri, kalau beraninya hanya main sem bunyi dan menyergap orang secara diam-diam, hal ini bukan perbuatan seorang enghiong hohan....." Baru selesai Suma Thian yu memaki, mendadak terdengar tiga kali suara pekikan nyaring dikumandang dari tiga arah yang berbeda, suaranya nyaring seperti lolongan srigala, se perti juga jeritan kuntilanak, terutama sekali ditengah kegelapan, suasananya terasa menggidikkan hati setiap orang yang mendengarnya. Ditengah suara pekikan yang aneh itulah mendadak terdengar tiga kali desingan angin tajam membelah angkasa, ditengah arena tahu-tahu sudah bertambah dengan tiga orang kakek berbaju hitam. Dua orang diantaranya ternyata dikenal oleh Thi pit suseng Thia Cuan, sambil tertawa tergelak, segera serunya: "Aku mengira siapa yang datang, ternyata kalian dua orang tangkeh dari Tiang-pek san, tampaknya kalau orang sudah mendapat jodoh maka dimanapun selalu bertemu, kembali kita bersahabat lagi dengan mesrah" Diri ketiga orang kakek berbaju hitam itu, orang yang berada disebelah kanan adalah lotoa dari Tiang pek sam sat (tiga malaikat bengis dari bukit Tiang pek) yang disebut Kiu tau siu (binatang berkepala sembilan) Li Gi, yang disebelah kiri

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

adalah kakek kurus bercambang, dia adalah losam Liat hwee siu (binatang berapi membara) Li Hiong, sedangkan orang yang berdiri ditengah are na itu berambut sepanjang punggung, memakai gelang berbentuk rembulan diatas kepalanya, berusia enam puluh tahunan, mata besar alias mata tebal, hidung besar mulut besar dan bertampang seperti singa, dia membawa tongkat berbentuk rembulan, mukanya bengis dan menyeramkan. Orang ini merupakan iblis paling keji dan paling ganas dalam dunia liok lim dewasa ini orang menyebutnya sebagai Hui cha cuncu (Rasul garpu terbang) Kiong Lui. Garunya Sip hiap jin mo (Manusia iblis penghisap darah) Pi Ciang hay merupakan jago paling lihay dalam kalangan iblis, bersama Hoat seng si (Mayat kaku hidup) Ciu Jit hwee mereka disebut Ih Lwe ji mo (sepasang iblis dari kolong langit). Waktu itu, binatang berkepala sembilan Li Gi menatap sekejap ketiga orang itu dengan sorot mata buas, lalu ujarnya: "Apakah kalian bertiga tidak kenal tulisan?" "Kalau kenal kenapa? Kalau tidak kenal kenapa pula?" Suma Thian yu balik bertanya. Kiu tausiu Li Gi mengawasi Suma Thian yu dengan sorot mata setajam sembilu, kemudian tanyanya penuh kegusaran: "Siapa kau? Apakah sudah bosan hidup?" "Hmm, dengan mengandalkan tampangmu semacam ini, kau masih belum pantas untuk menanyakan nama sauyamu!" "Li lote" pada saat itulah terdengar Hui cha cun cu Kiong Lui berkata dengan suara dingin, "jagal saja dia kan beres? Buat apa mesti banyak bersilat lidah dengan dirinya? Kiu tau siu Li Gi tertawa seram, tulang belulang diseluruh tubuhnya bergemerutuk keras, mukanya berubah menjadi merah padam, sepasang lengannya menjadi merah membara, agaknya dia siap sedia melancarkan serangan. Thi pit suseng Thia Cuan melompat ke depan dan berdiri diantara Li Gi dengan Suma Thian yu, lalu sambil tertawa terbahak-bahak serunya:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hiante, harap jangan marah, serahkan saja setan tua itu kepadaku... Dalam perkirarn Kiu tau siu Li Gi, Suma Thian yu masih muda dan gampang diroboh kan, baru saja dia akan memberi pelajaran kepada sang pemuda, siapa tahu dari tengah jalan muncul seorang Tuia Kau kim. Melihat kemunculan Thi pit suseng, terkesiaplah hatinya, dia tahu kalau musuhnya yang ini sangat tangguh. Tapi setelah berada dalam keadaan demikian terpaksa ia harus bulatkan tekad untuk meng hadapinya. Sambil membentak keras, sepasang telapak tangannya melancarkan sekuah pukulan yang dahsyat menghantam tubuh Thi pit suseng. Melihat serangan yang begitu berbahaya dari lawannya, meledak hawa amarah dalam dada Thia Cuan, telapak tangan yang satu digunakan untuk menyapu ke bawah, sementara telapak tangan yang lain digunakan untuk membacok ke atas, dengan jurus Siang hong tiau yang (sepasang burung hong menghadap mata hari) dia sambut datangnya ancaman lawan dengan sepasang tangannya berbareng. "Blaaammm...!" terdengar suara ledakan keras menggema memecahkan keheningan, tiga dua gulung angin serangan itu saling ber tubrukan di tengah udara terjadilah pusingan angin yang menyebar ke empat penjuru. Terdesak oleh sisa angin pukulan itu, masing-masing pihak terdorong mundur selangkah ke belakang. Kiu tausiu Li Gi tidak menyangka kalau tenaga dalam yang dimiliki lawan begitu sempurna, termakan oleh pukulan yang memaksa nya mundur, dia terkejut bercampur mendongkol. Baru saja tubuhnya dapat berdiri tegak, mendadak dia berpekik nyaring, tubuhnya seperti elang raksasa menerjang ke tengah udara, sepasang tangannya diluruskan ke depan, kesepuluh jari tangannya dipentangkan lebar-lebar, dengan jurus Ciang ing phu toh (Elang sakti menerjang kelinci) dia lansung mencengkeram batok kepala Thi pit suseng Thia Cuan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebagai murid kesayangan dari Heng si Cin jin, Thia Cuan memiliki ilmu silat yang tinggi serta warisan langsung dari Kun lun-pay, begitu menyaksikan Kiu tau siu Li Gi menerjang ke bawah dengan dahsyatnya, ia sama sekali tidak menjadi gugup, dengan memperkuat posisi kuda-kudanya, dengan jurus Kiau cong ki ku (memukul genta menghantam tambur) sepasang tangannya bersama-sama di sodok ke depan menghajar tubuh Li Gi. Jurus serangan ini merupakan salah satu jurus yang dahsyat dari empat macam kepandaian Kun lun kim hoat. Hui cha cun cu Kiong Lui yang menonton jalan-nya pertarungan dari sisi arena menjadi tetegun oleh kejadian itu, mendadak bentaknya keras-keras. "Tahan!" Sepasang telapak tangan dua orang yang sedang bertarung sudah terlanjur di lancarkan, dihentikan jelas tak sempat lagi, disaat Kiong Lui membentak keras itulah, ditengah udara kembali terjadi suatu bentrokan keras yang menimbulkan suara ledakan dahsyat. Menyusul kemudian tampak debu dan pasir beterbangan memenuhi angkasa, udara menja di gelap dan Kiu tau siu Li Gi mendengus ter tahan, tubuhnya seperti bintang yang jatuh roboh ke tanah, mukanya pucat pias seperti mayat, ujung bibirnya basah oleh noda darah. Thi pit suseng Tia cuan sendiri, walaupun terpengaruh juga oleh gelombang angin sera ngan itu, namun dia tetap sehat wal'afiat seperti sedia kala, pelan-pelan dia bangkit berdiri kemudian ditatapnya Hai cha cun ca Kiong Lui tanpa berkedip. Kiong Lui mendeham beberapa kali, kemudian dengan seorang tua yang berpengalaman dia bertanya: "Aoa hubunganmu dengan Bi kun lun Siau Wi goan?" "Aku sama sekali tidak kenal dengan orang ini" jawab Thia Cuan tegas. "Bocah keparat, kau berani mengelabuhi aku? Hmmm, melihat gerakan tubuhmu jelas semuanya merupakan kepandaian silat aliran Kun lun pay, padahal Bi kun lun Siau

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wi goan adalah murid kesayangan dari Leng-go cinjin, ketua Kun lun pay sekarang, masa kau tidak kenal dirinya?" Mendengar perkaraan tersebut, Thi Pit suseng segera memperhatikan Hui cha cun cu se kejap kemudian balik bertanya: "Maaf, kalau mataku buta, tolong tanya siapakah nama besarmu?" "Bocah keparat, mengingat usiamu masih muda dari tak tahu urusan, aku enggan ribut denganmu, setiap jago persilatan yang berkelana dalam dunia persilatan hampir semuanya kenal dengan lohu, masa kau tidak tahu?" Berbicara sampai disitu dia berkerut kening, kemudian sambil menuding keujung hidung sen diri serunya: Suma Thian yu paling benci dengan sikap latah dan takabur semacam ini mendengar, per kataan tersebut ia mendengus dingin, matanya memandang sinis dan senyuman dingin menghiasi ujung bibirnya. Hui cha cun cu Kiong Lui dapat menyaksikan sikap sinis anak muda tersebut, mendadak sepasang matanya melotot besar, sinar buas me mancar keluar, sesudah tertawa seram, serunya: "Bocah keparat, kau tidak puas?" Suma Thian yu memandang sekejap wajah Kiong Lui dengan pandangan sinis, kemudian tertawa terbahak-bahak. "Habahahahana......belum pernah sauya dengar seorang manusia she Kiong dalam dunia persilatan, mungkin kau hanya seorang pra jurit tak bernama yang rendah kedudukannya. Tapi lantaran malu mengakui hal tersebut, maka sengaja kau pakai kata-kata yang mem buat untuk menggertak?" Padahal setelah mendengar lawannya she Kiong tadi, Suma Thian yu sudah mengerti siapa gerangan orang yang dihadapinya, tapi dia sengaja mengejek, maksudnya adalah untuk memancing kemarahan musuhnya yang latah dan takabur ini.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Betul juga, Hui cha cun cu Kiong Lui kontan dibuat mencakmencak karena kegusaran, selapis hawa pembunuhan yang amat tebal dengan cepat menyelimuti seluruh wajahnya, ia maju selangkah mendekati anak muda itu, kemudian toya berbentuk bulan sabitnya diayun ke pinggang lawan dengan jurus Heng sau jian kun (menyapu rata seribu prajurit). "Bila kau ingin mampus, lohu akaa memenuhi keinginanmu itu!" makinya sambil menahan geram. Gembong iblis kenamaan memang berbeda dengan kawanan jago lainnya, ayunan toya tersebut paling tidak mempunyai kekuatan sebesar lima ratus kati, jangankan tubuh Suma Thian yu terdiri dari darah dan daging, sekali pun terdiri dari baja aslipun tak sanggup menahan pukulan mana. Tatkala Suma Thian yu menyaksikan ayunan senjata Hou tou pang berbentuk bulan sabit itu amat gencar dan cepat, buru-buru dia melejit ke tengah udara. "Weess! diiringi desingan angin tajam yang kuat, senjata toya Hou topang berbentuk bulan sabit itu menyambar lewat hanya beberapa inci dibawah kaki anak muda tersebut. Begitu serangan toyanya mengenai sasaran yang kosong, Hui cha cun cu Kiong Lui segera menahan tubuhnya dan menarik kembali senja ta Hou topang berbentuk bulan sabit yang di ayunkan ke muka tadi. Setelah itu dia mempertinggi serangannya satu depa lebih ke atas, kali ini yang diancam adalah pinggang lawan. Suma Thian yu tahu lihay terpaksa dia gunakan ilmu bobot seribu, membawa tubuhnya melayang turun kebawah, senjata Hou to pang berbentuk bulan sabitnya menyapu bagian bawah tubuh dengan membawa desingan angin tajam. Berhubung tenaga serangannya begitu dahsyat, dimana serangannya menyambar lewat secara lamat-lamat Suma Thian yu merasakan kulit badannya amat sakit. Dalam pada itu, Liat bwee siu Li Hiong sudah melompat kehadapan Toan im siancu Thia Yang, telapak tangannya segera diayunkan ke depan melancarkan sebuah bacokan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menanti lengannya diayunkan kedepan itulah dia baru membentak. "Budak rendah! loya akan menemanimu bergembira!" Toan im siancu Thio Yong menduga sampai disitu, melihat serangan yang datang begitu dahsyat ibarat bukit Thay san yang menindih kepala, dengan perasaan terperanjat ia menyingkir kesamping, gadis itu tak berani menyambut ancaman mana dengan kekerasan. Begitu lolos dari ancaman, Toan im siancu Thin Yong meloloskan sembilan pedang mestika dari pinggangnya lalu sebelum Lian hWee siu li hiong menyerang lagi, ia sudah mengembangkan jurus-jurus mautnya sambi1 menerjang kedepan. Tatkala Thi pit suseng Thia Cun menyaksikan adiknya sudah terjun ke arena pertarungan, tanpa terasa ia memusatkan seluruh perhatiannya mengikuti jalannya pertarunan, tangannya meraba diatas gagang pedang dan siap memberi penolongan bilamana perlu, Dipihak lain, Suma Thian yu yang bertarung dengan tangan kosong menghadapi toya Hou to pang berbentuk bulan sabit sudah mulai tak sanggup menahan diri, bayangkan saja Hui cha cun cu sebagai tokoh kelas satu dalam dunia Liok lim dewasa ini, baik lwekang maupun gwakangnya boleh dibilang sudah mencapai tingkat yang sempurna, toya Hou to pang seberat berapa ratus kati yang berada dalam permainannya ringan bagaikan toya kayu, selain serangannya berat, gerakgeriknya juga enteng, gesit dan cekatan. Sejak terjun ke dunia persilatan, belum pernah Suma Thian yu menghadapi mu suh setangguh ini, untuk sesaat dia dibikin geleng kepalanya oleh gerakan tubuh orang yang aneh dan cekatan, belum mencapai sepuluh gebrakan, ia sudan keteter hebat dan hanya sangaup menangkis belaka. Beraba dalam situasi yang kritis dan tegang seperti ini, mendadak ia berpekik nyaring, tu-buhnya melejit lima kaki ke tengah udara dengan gaya burung bangau terbang ke angkasa, pedangnya segera dicabut keluar dari sarung.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Serentetan cahaya biru memancar keempat penjuru dan amat menusuk pandangan mata. Suma Thian yu memainkan selapis kabut pe dang berwarna biru untuk melindungi badan, bagaikan sebuah jala perangkap ikan yang besar dan datang dari langit, dengan cepat tubuh Hui cha cun cu dikurung rapat. Hui cha cun cu Kiong Lui terhitung seorang gembong iblis yang sukar dihadapi, dia mendongakkan kepalanya memperhatikan sekejan ancaman lawan, kemudian setelah tertawa dingin jengeknya: "Hehehehenehe...... kiranya kau adalah ahli waris dari orang she Wan" Sambil berkata tongkat Hou to pang nya di angkat keatas dan diputar bagaikan sebuah roda kereta, diantara perputaran yang kencang itulah pelan-pelan dia menyongsong bayangan pedang yang diciptakan Kit hong kiam tersebut. Dalam waktu singkat terdengar dua kali ben turan keras ditengah udara, pedang dan tongkat Hou to pang telah saling membentur keras hingga menimbulkan percikan bunga api. Menggunakan kesempatan dikala pedangnya bentrok dengan toya lawan, Suma Thian yu segera melayang turun keatas tanah, sebaliknya Hui cha cun cu Kiong Lui kena tertekan oleh kekuatan lawan hingga kakinya amblas tiga inci kadalam tanah, namun ia tetap berdiri tak bergerak. Dengan mengandalkan serangan tersebut, Suma Thian yu segera mengembalikan posisi nya yang terdesak menjadi lebih mantap, pedangnya segera berputar sambil melancarkan serangan gencar, dengan Kiong Lui segera ber lempur sengit. Selama ini Thi pit suseng hanya berpeluk belaka sambil menonton jalannya petrarungan massal, dia tidak berani membantu karena kuatir menimbulkan suatu pertarungan massal, dia dapat melihat bahha kepandaian silat yang dimiliki kedua belah pihak berada dalam keadaan seimbang, dia pun mengerti menang kalah tidak bisa di temukan dalam waktu singkat, maka dia sendiripun tak kelewat terbaru napsu untuk turun tangan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kurang lebih seperminuman teh kemudian empat orang yang sedang bertarung sengit di tengah arena teiah berhasil menentukan siapa menang siapa kalah. Toan im siam cu yang melancarkan serangan berantai mendesak musuhnya habishabisan, kalau di lihat dari keadaan si Liat hwee sin Li hiong sekalian, tampaknya tiga jurus kemudian ia tentu keok. Di pihak lain keadaan pertarungan antara Suma Thian yu melawan Hui cha cun cu justru merupakan ke balikannya, kini anak muda tersebut hanya memiliki sisa kekuatan untuk mempertahankan diri belaka, ia tak memiliki tenaga lagi untuk mempertahanan diri, ia tak memiliki tenaga untuk melancarkan serangan balasan. Sedangkan Kiong Lui sendiri justru makin bertarung semakin perkasa, senjata pentungan Hou to pangnya tak pernah mengendor sedikit pun, serangan demi serangan dilancarkan se cara gencar dan semuanya membawa deruan angin tajam yang memekikkan telinga, semua ini membuat suasana dalam arena pepertarungan berubah lebih mengerikan. Thi pit suseng Thia Cian yang menyaksikan peristiwa ini menjadi sangat gelisah, dengan suara dalam ia lantas memrmembentak: "Tahan!" Suaranya keras bagaikan guntur yang membelah bumi disiang hari bolong, Liat bwee siu Li Hiong segera melepaskan dua buah serangan berantai dan melompat mundur lebih duluan. Tentu saja Toan im siancu tak ingin membangkang perintah kakaknya, sambil menarik kembali pedangnya ia membentak: "Hmmm, keenakan kau si setan tua!" Dihak lain, Hui cha kun cu Kiong Lui seakan tak mendengar suara bentakan itu, bukan nya berhenti dia malah melancarkan serangan-nya makin gencar, senjata Hou to pang nya dengan membawa deruan angin tajam membacok seluruh tubuh Suma Thian yu secara bertubi-tubi.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah melalui pertarungan yang seru, sesungguhnya Suma Thian yu sudah kehilangan banyak tenaga, kepalanya terasa pening dan badannya lemas tak bertenaga. Suara bentakan dari Thi pit suseng barusan baginya ibarat sebaskom air dingin yang diguyurkan keatas kepalanya, segera membuatnya sadar kembali, cepat dia mengembankaan gerakan tubuhnya dan meloloskan diri dari kepungan lawan. Hai cha cun cu Kiong Lui tak rela melepas kan usaha yang berhasil dicapainya selama ini, senjatanya kembali diputar membelah angkasa dengan jurus kay san to liu (membuka bukit air mengalir), kali ini dia membacok jalan darah Pek bwee hiat dibelakang kepala Suma Thian yu. Menyaksikan peristiwa tersebut, Thi pit su seng Thia Cuan segera berkerut kening, menda dak ia berpekik nyaring...... Tampak ujung bajunya berkibar terhembus angin kemudian tubuhnya menerjang kedepan secepat kilat, sepasang telapak tangannya dilontarkan kedepan, secara keras lawan keras, dia menggetar pergi senjata Hou to pang lawan, kemudian menghadang jalan pergi Kiong Lui. Melihat itu, Hui cha cun cu Kiong Lui menghimpun tenaga dalamnya sambil membentak keras: "Orang sbe Thia, jadi kau ingin mencari keuntungan dalam air keruh. Bagus sekali, hmm! Seandainya lohu tidak teringat kalau kau masih punya hubungan dengan Bi kun lun (Kun lun indah), kau anggap nyawamu masih bisa dipertahankan hingga sekarang? Hmm, mung-kia sedari tadi sudah berpulang ke alam baka" Thi pit suseng Thia Cuan tertawa terbahak-bahak. "Haaah...haaah...haah... terima kasih banyak atas kebaikanmu, cuma sayang toaya sama se kali tidak ada sangkut pautnya dengan Siau Wi goan, selain itu akupun tidak saling mengenal dengannya, bila kau menginginkan nyawaku, lebih baik ambillah dengan mengandalkan pandaian silatmu sendiri."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suaranya datar, tidak tidak meninggikan kepala merendahkan derajat sendiri dibalik kelembutan terdapat nada keras, ucapan mana sege ra membungkamkan mulut gembong iblis itu. Tapi justeru karena hal tersebut, dari malu nya si gembong iblis itu menjadi naik darah, dia segera tertawa dingin tiada hentinya: "Heeeh...heeeh...heeeh... barang siapa berani masuk hutan harus mampus, kau tidak menyaksikan jenasah diatas pohon itu? Inilah contoh yang paling baik bagi mereka yang bersikeras ingin melanggar peraturanku, berbicara dan cara tindak tanduk kalian semua, sebetulnya hanya ada satu jalan kematian saja. Akan tetapi berhubung lohu mempunyai sumpah yang mengatakan bahwa setiap sahabat Bi kun lun akan kulepas, maka kau boleh pergi dari sini, tapi bocah keparat yang menggemaskan ini tak boleh meninggalkan tempat ini barang setengah langkah pun. Yang di maksudkan sebagai bocah keparat tak lain adalah Suma Thian yu. Pada dasarnya Suma Thlan yu adalah seorang bocah yang berjiwa keras dan tinggi hati, mendadak dia membalikkan tubuhnya sambil tertawa mengejek, katanya: "Dengan mengandalkan kepandaianmu itu kau hendak menahan aku disini? Lebih baik gerakkan lagi senjata rongsokanmu itu, sauya akan melayanimu untuk bertarung seratus gebrakan. Suma Thian yu rugi didalam tenaga dalam yang tak berhasil melampaui kesempurnaan Kiong Lui, maka dia mengusulkan untuk ber tarung sebanyak seratus gebrakan dalam permainan ilmu pukulan. Siapa tahu Hui cha cun cu Kiong Lui malah tertawa terbahak-bahak dengan seramnya "Hehehebebehe....memang hal itu paling bagus, bocah keparat, hari ini aku akan suruh kau menderita kekalahan secara puas lahir batin, kemudian aku akan menggantungmu hidup-hidup diatas pohon agar ditonton semua orang!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan lemah gemulai Toan im siancu dihadapan Hui cha cun cu, lalu serunya: "Jika kau berani, mengganggu seujung ram butnya, Thia Yong yang pertama-tama akan beradu jiwa paling dulu denganmu, sampai wak tunya jangan salahkan lagi kalau nona tidak mengenal ampun!" Sambil berkata dia lantas menggeserkan ba dannya dan berdiri disamping Suma Tbiau yu. Mencorong sinar bengis dari balik mata Kiong Lui, sambil mementangkan mulutnya yang lebar dia membentak: "Lebih baik kalian bertiga maju bersama, dalam sepuluh gebrakan bila aku gagal meng hancur lumatkan kalian, dengan tangan terbuka lohu akan menghantar kalian pergi dari sini!" Benar-benar suatu ucapan yang amat sesumbar. Bayangkan saja ke tiga orang muda mudi itu adalah jagojago pilihan dari kaum muda, Thia si hengte (dua bersaudara Thia) telah memperoleh warisan langsung dari Heng si cinjun, sedangkan Suma Thian yu mendapat warisan keluarganya, kesempurnaan mereka terhitung jagoan nomor wahid dikolong langit. Untuk bertarung satu lawan satu, mungkin saja mereka masih belum sanggup, tapi kalau tiga orang bekerja sama, belum tentu ia sanggup merobohkan mereka dalam sepuluh gebrakan saja. Diatas wajah mereka bertiga serentak terlintas perasaan memandang rendah yang amat sinis. Dalam sekilas pandangan saja Hui cha cun cu Kiong Lui sudah dapat menembusi jalan pemikiran ke tiga orang lawannya, mendadak ia melemparkan senjata Hou to pang nya ke depan kaki Liat hwee siu Li Hiong, kemudian sambil menggulung bajunya hingga nampak lengan yang kekar, berbulu dan berotot besar itu, ia bersiap sedia melancarkan serangan. "Perkataan seorang lelaki sejati berat bagaikan bukit karang", dalam sepuluh gebrakan kemudian kalian pasti akan mampus diatas genangan darah segar!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu tidak banyak bicara, segera menghimpun segenap tenaga dalamnya kedalam lengan, lalu sambil menggunakan ilmu pukulan Tay cing to liong ciang ajaran gurunya Put gho cu, dia membacok tubuh Kiong Lai dengan jurus Ci kou thian bun (mengetuk pintu langit selatan). Toan im siancu tidak ambil diam, dari samping ia menyerang dengan jurus Im liong tham jiau (naga sakti mementang cakar), ketika sampai ditengah jalan, dia mengubah serangan pu kulannya menjadi cengkraman dan mencengkeram belakang kepala lawan. Hanya Thi pit suseng seorang yang tidak berkutik, dia masih menanti serangan balasan dari Hui cha cun cu dengan tenang, untuk kemudian melancarkan serangan dahsyat bila kesempatan baik telah tiba. Serangan yang dilancarkan Suma Thian yu maupun Thia Yong sesungguhnya cuma serang an tipuan belaka, sekilas pandangan serangan mana kelihatannya cepat seperti sambaran kilat, sesunguhnya dibalik ancaman mana tersembunyi dua gerakan lain yang dipersiapkan untuk mundur. Benar-benar lihay Hui cha cun cu ini, agaknya ia telah berhasil menebak jitu suara hati kedua orang lawannya, menghadapi ancaman tersebut ia tidak menjadi gugup atau panik. Ditunggunya serangan lawan hampir menca pai tubuhnya ketika secara tiba-tiba dia memutar tubuhnya melancarkan serangan balasan, jurus serangannya ganas dan mengerikan, seakan-akan dia bermaksud memanah dua ekor burung dalam sekali bidikan. serangan yang berkelebat secepat sambaran kilat, tahutahu sudah tiba di depan Thia Yong. Mendadak Thi pit suseng membentak nyaring, tubuhnya menerobos masuk kedalam arena kemudian telapak tangannya diayunkan ke muka membabat jalan darah Leng tay hiat di punggung Hui cha cun cu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Waktu itu sesungguhnya Hui cha cun cu Kiong Lui sedang bersyukur karena serangannya akan segera berhasil mencapai sasaran, mendadak dia merasakan tibanya desingan angin tajam dari arah belakang, kenyataan tersebut kontan membuatnya menjadi tertegun. Berada dalam keadaan begini harus mengesampingkan dulu kedua orang musuhnya yang berada didepan, ia membalikkan badan dan melepaskan serangan balasan. Serangan ini dilepaskan dalam keadaan gusar, tenaga dalam yang disertakan benar-benar luar biasa dahsyatnya. Ketika Thi pit suseng Thia Cuan termakan oleh sapuan tangan pukulan itu, badannya sege ra mundur beberapa langkah dengan sempoyongan, dadanya terasa sakit sekali, sadarlah dia bahwa isi perutnya telah terbakar. Masih untung Hui cha cun cu Kiong Lui masih teringat akan sumber perguruannya serta hubungan-nya dengan Siau Wi goan, coba kalau tidak begitu, asal dia menambah tenaga serang annya dengan dua bagian tenaga saja, niscaya Thi pit suseng sudah tewas seketika. Begitu Thi pit suseng mundur kebelakang, kini didalam arena tinggal Suma Thian yu serta Toan im siancu yang sudah lelah karena kehabisan tenaga, tak selang dua gebrakan kemudian, Toan im siancu mengalami nasib seperti kakaknya, isi perutnya menderita luka dan roboh terduduk diatas tanah. Dengan demikian tinggal Suma Thian yu seorang yang harus berjuang mempertahankan diri, diam-diam ia mengertak giginya keras-keras, secara beruntun dia melepaskan tiga buah serangan berantai masing-masing dengan jurus Kun kun to coan ( Dunia diputar balik) Kui seng ti to (Bintang kejora jatuh jumpalitan) dan Sian hong sau soat ( Angin berpusing menyapu salju), semuanya merupakan jurus penolong dari ilmu pukulan Tay cing to liong ciang. Betapa hebatnya serangan itu bisa dilihat dari Hui cha cun cu Kiong Lui yang tak berani menyongsong serangan itu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan kekerasan, secars beruntun dia mengegos sebanyak tiga kali, kemudian melompat sejauh satu kaki lebih. Tampaknya dari sepuluh gebrakan yang di janjikan kini tinggal dua gebrakan lagi, bila Hui cha can cu Kiong Sui gagal merobohkan musuhnya, terpaksa dia harus menghantar lawan-lawannya ini untuk berlalu dari daerah terlarang itu. Mendadak Hui cha cun cu Kiong lui berpekik nyaring, tubuhnya melejit setinggi tiga kaki ketengah udara, bagaikan seekor naga bengis meninggalkan samudra, dengan membawa deruan angin puyuh dia menyambar keatas kepala Suma Thian yu. Thi pit suseng Thia Cuan yang menyaksikan peristiwa itu segera melupakan tenaga dalam yang dideritanya, sambil berpekik nyaring degan membawa luka dia menerjang ke arah Suma Thian yu. "Hiante, cepat mundur! Dia telah menggunakan Pek lek si hun ciang (Pukulan geledek pembetot sukma)!" Baru selesai Thi pit suseng berseru, di tengah angkasa telah bergema suara geledek yang menggelegar dengan nyaringnya. Ketika Suma Thian yu mendongakkan kepala, dia jadi terperanjat, wajah berubah pucat, tak sempat memandang sekejap lagi, dia sudah me lesat kesamping untuk menghindarkan diri. Disaat yang amat kritis inilah, ditengah udara berkumandang pekikan nyaris yang memekakkan telinga, lalu seperti sekilas cahaya yang membuyarkan awan hitam, petikan nyaring ter sebut seketika itu juga menawarkan suara gemuruh guntur yang mengelegar diangkasa. Semua orang yang semula tertegun oleh suara guntur, dengan cepat merasakan hatinya menjadi tenang kembali, untuk sesaat mereka seperti melupakan tragedi yang sedang terjadi didepan mata. Ketika memandang lagi kearah Hui cha cun cu, seketika itu dia sedang mengayunkan sepasang telapak tangannya dan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

secepat kilat meng hantam tubuh Suma Thian yu, siapa tahu pada saat itulah suatu kejadian aneh telah berlangsung. Tampaknya suara pekikkan nyaring yang membetot sukma itu telah mengacaukan pikiran Hui cha chun cu, tampak tubuhnya buru-buru berjumpalitan di tengah udara, lalu sepasang telapak tangannya segera ditarik kembali, seperti barung yang hinggap dia atas tanah, dengan entengnya dia melayang turun kembali kepermukaan tanah. Sementara semua orang masih tertegun, sesosok bayangan manusia nampak berkelebat lewat dari balik hutan, hanya sekejap kemudian, tahu-tahu ditengah arena telah berdiri seorang bocah lelaki berusia sebelas dua belas tahunan. Heran! Mungkinkah suara pekikan tadi berasal dari bocah lelaki yang masih ingusan ini? Kalau memang begitu, bukankah bocah lelaki ini adalah seorang bocah ajaib didunia ini? Tapi rasanya hal ini mustahil, tak bisa masuk akal, hal ini mana mungkin bisa terjadi? Seorang bocah lelaki yang masih berusia sebelas dua belas tahunan, masih bersifat kekanakkanakkan, bagaimana mungkin bisa memiliki ilmu silat yang begitu lihaynya? Tapi cahaya kilat yang terlibat tadi sudah jelas merupakan bayangan tubuh dari bocah ini selain dia siapa lagi? Tampak sepasang kening bocah lelaki itu menonjol tinggi sekali, dia sedang berdiri ber tolak pinggang sambil mencaci maki: "Kiong Lui, lagi-lagi kau membuat kejahat an disini", seandainya aku tidak datang tepat waktunya, kembali ada jiwa yang akan mela. yang disini, hmmm...! Apakah kau sudah melu pakan dengan kata-katamu tempo hari...?" Sungguh menggelikan sekali keadaan Hui cha cun cu Kiong Lui yang telah berusia enam puluh tahunan itu, kalau tadi sikapnya garang angkuh dan jumawa sekali, maka setelah berjumpa dengan bocah lelaki itu, keadaannya berubah seperti tikus berjumpa kucing, sikapnya menghormat dan tunduk sekali.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Semua orang lantas mengalihkan perhatian nya kewajah bocah itu, tampak dia mengena kan baju berwarna putih bersih, rambutnya di gulung menjadi satu, matanya besar lagi bulat, wajahnya menarik dan menyenangkan, kecuali itu tidak terlihat sesuatu gejala lain yang istimewa. Akan tetapi sikap Hui cha cun cu Kiong Lui bagaikan sedang menghormati dewa pujaannya saja, dengan sikap yang amat menghormati dia berkata: "Sobat kecil, kenapa sudah lama kau tidak bermain kemari? Lohu sangat rindu kepadamu!" "Huuuuh, siapa yarng kesudian bermain disini?" Ibuku bilang kau adalah telur busuk terbesar didunia ini, ia melarangku bermain denganmu" sahut bocah lelaki itu terus terang. Suma Thian yu yang mendengar perkataan itu menjadi amat geli sekali sehingga tak tahan ia tertawa terkekeh. Mendadak bocah lelaki itu berpaling, sepasang matanya melotot besar dan memancarkan sinar berkilauan. "Benar-benar lihay sekali tenaga dalam orang ini, entah bagaimana cara berlatih?" anak muda itu segera berpikir. Sementara itu sibocah telah memperlihatkan dua baris giginya yang putih bersih sambil menegur: "Siapa yang bernama Suma Thian yu?" Agak tertegun Suma Thian yu mendengar pertanyaan itu, setelah termangu sesaat buru-buru sahutnya: "Akulah orangnya" Bocah lelaki itu segera mengamati Suma Thian yu sekejap, kemudian katanya: "Tak heran kalau ibuku mencarimu, nih! Disini ada sepucuk surat untukmu, ambil dan bacalah sendiri!" Suma Thian yu makin terperanjat lagi sete lah mendegar perkataan itu, buru-buru dia menyambut surat itu dan dibuka lalu dibaca isi-nya, diatas surat itu hanya tercantum beberapa huruf yang berbunyi: "Datanglah segera selesai membaca surat ini"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dibawahnya tidak nampak tanda tangan atau kode tertentu dari penulis surat itu. Dengan wajah termangu Suma Tnian yu mengawasi wajah si bocah itu lekat-lekat, pelbagai ingatan segera berkecamuk didalam be naknya membuat dia terasa pusing umuk memikirkannya. Siapakah bocah ini? Siapa pula ibunya? Ada urusan apa dia khusus datang kesitu untuk mencarinya? Siapa musuh besanya? Apa sangkut pautnya dengan dirinya? Serentetan pertanyaan tersebut membuat Suma Thian yu menjadi sangat murung dan tak tahu apa yang mesti dilakukan, untuk sesaat dia menjadi gelagapan hingga tak sepatah katapun sanggup diutarakan. Sambil tertawa cekikikan bocah lelaki itu segera menegur: "Bila kau selesai membaca, mari kita segera berangkat!" "Tolong tanya sobat kecil, kita akan kemana?" Suma Thian yu segera bertanya: "Tentu saja ke rumahku!" Sambil menyahut bocah itu segera menarik tangan Suma Thian yu dan siap berlalu dari situ. Mendadak terdengar Hui cha cun cu Kiong Lui membentak keras: "Tungqu sebentar! Sobat kecil, dia masih berhutang kepada lohu....!" Bocah lelaki itu segera berpaling, mencorong sinar tajam dari matanya, setelah menatap sekejap wajah Kiang Lui dengan gusar, serunya kembali: "Kau kuatir tidak bisa menagih kembali? Hutang apa sih? Biar aku saja yang membayarkan baginya" "Oooh, tidak, tidak!" Hui cha cun cu segera menampik, asal sobat kecil telah mengambil alih hutang tersebut, tentu saja lohu tak bisa berkata apa-apa lagi, sekembalinya kerumah nanti, sampaikan salamku untuk ibumu!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bocah lelaki itu mendengus dingin, ia segera berlalu meninggalkan hutan tersebut. Tiba-tiba dua bersaudara Thia berpekik nysring, kedua orang itu segera melompat ke depan dan menghadang jalan pergi bocah itu. Sambilmenjura Th i pit suseng Thia Cuan segera menegur: "Tolong tanya sobat cilik, siapa namamu dan dimana rumahmu?" Dengan tak sadar bocah lelaki itu menukas: "Kau takut aku akan melalapnya hidup-hidup? Paling cepat sebulan paling lambat dua bulan, tanggung dia dapat berjumpa lagi dengan kalian berdua" Walaupun usia bocah lelaki ini masih muda, namun caranya berbicara seperti orang dewasa, sehingga dua bersaudara Thia pun turut merasa keheranan. Dengan cepat Toan im-siancu Thia Yong bertanya: "Dimanakah rumah kediamanmu?" Kali ini si bocah lelaki itu tertawa cekikikan. "Tak usah kuatir, bukan aku yang berhak menjadi mak comblang, dua bulan kemudian dia pasti akan mengunjungi kalian berdua di bukit Kun san telaga Tong ting ou". Begitu bocah lelaki itu selesai berkata, se lembar wajah Toan im-siancu Thia Yongpua turut berubah menjadi merah padam seperti apel yang masak, dia lantas mendesis dan berseru sambil melotot: "Hmmm, tampaknya kau mencari penyakit!" Sambil berkata dia lantas mengayunkan telapak tangannya menghantam wajah bocah lelaki itu. Suma Thian yu yang menyaksikan kejadian ini segera berseru dengan amat gelisah: "Nona Thia......" Belum habis dia berkata, bocah lelaki itu telah membentak pula dengan suara keras: "Ayo berangkat! Tempat ini bukan tempat yang aman" Kalau dibicarakan sesungguhnya sukar masuk diakal, Suma Thian yu hanya melihat bocah kecil itu mengangkat

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lengannya, tahu-tahu seluruh badan Toan im siancu sudah melayang ditengah udara seperti selembar daun yang ter hembus angin puyuh, tahu-tahu ia sudah dikirim ke sisi badan kakaknya... Dengan demikian, kendatipun Toao im sian cu Thia Yong lebih bina1 dan wataknya lebih aneh pun, mau tak mau dia harus merasa kagum dan tunduk terhadap bocah itu. Buru-buru dia memberi tanda kepada kakaknya dan berlalu dari situ. Melihat kejadian tersebut, wajah bocah lelaki itu nampak berseri, dia memarik tangan suma thian yu dan menembusi hutan itu. Kali ini mereka tidak bergerak ke arah bukit Han-san melainkan justru berbalik ke jalan kecil, semua jalanan yang mereka lalui sebagian besar adalah jalan perbukitan yang sempit dan curam. Untung saja Suma Thian yu memiliki ilmu silat yang hebat. Ilmu meringankan tubuhnya pun amat sempurna, dengan begitu dia masih bisa membuntuti selalu lima langkah di belakang bocah lelaki itu. Sekarang Suma Thian yu baru benar-benar dapat menyaksikan kesempurnaan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki bocah lelaki itu, jangan dilihat bocah itu bergerak dipaling de pan, namun langkahnya enteng dan cepat hing ga kalau dilihat dari tempat kejauhan, sepa sang kakinya seakanakan tidak menempel di atas tanah. Diam-diam Suma Thian yu menghela napas panjang, pikirnya: "Diluar langit masih ada langit, diatas ma nusia masih ada manusia, tampaknya soal ilmu silat memang tiada tara dalamnya" Apa yang di katakan orang kuno memang tidak salah, setinggi-tingginya sebuah bukit, tentu ada bukit lain yang jauh lebih tinggi, selihay-lihaynya kepandaian seseorang, sudah pasti ada orang lain yang jauh lebih lihay daripadanya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bayangkan saja berapa usia bocah lelaki yang masih bau kencur ini? Tapi dalam kenyataan-nya, baik ilmu lwekang, gwakang maupun ginkang semuanya telah mencapai puncak kesem purnaan, sekalipun sejak berada dalam kandungan ibunya dia sudah mulai melatih diri, belum tentu kepandaian silatnya bisa mencapai tingkatan demikian hebatnya. Bila ditinjau dari kepandaian silat yang di miliki bocah ini, bisa dibayangkan pula sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang di miliki ibunya? Tapi dalam dunia persilatan belum pernah terdengar nama seorang jagoan perempuan semacam itu, siapakah dia? Sambil berlarian menempuh perjalanan be nak Suma Thian yu dipenuhi oleh pelbagai per soalan yang memusingkan kepalanya, terutama sekali dalam surat tersebut tidak dicantumkan nama maupun tanda tangan, mungkinkah bocah ini salah mencari orang? Malam itu udara gelap gulita, tiada rembulan, hanya bintang yang betebaran memenuhi angkasa. Walaupun Suma Thian yu memiliki kepandaian untuk melihat dalam kegelapan, tapi saat itu dia tak sanggup melihat pemandangan yang berada satu kaki dihadapannya, hal ini membuat hatinya diam-diam merasa amat gelisah. Sebenarnya dia ingin bertanya kepada bocah itu ke manakah mereka hendak pergi, tapi dia pun kuatir ditertawakan oleh pihak lawan, padahal kalau tidak ditanyakan hatinya terasa amat kesal dan gugup. Mendadak bocah lelaki yang sedang berlarian di muka berpaling seraya berseru: "Sudah hampir sampai, bagaimana kalau kita mempercepat sedikit perjalanan kita?" Selesai berkata, tanpa menunggu persetujuan dari Suma Thian yu lagi dia lantas menghimpun tenaga dalamnya dan berganti gerakan tubuh, kali ini dia menempuh perjalanan dengan meng gunakan ilmu meringankan tubuh Pat pah kan cian (delapan langkah mengejar comberet).

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tentu saja Suma Thian yu tak berani berayal pula, buruburu dia menghimpun tenaga murnuinya dan mengembangkan ilmu meringankan tubuh Leng kong siu tok yang sangat lihay itu, bagaikan peluru yang melejit kedepan, ia mengejar lawannya dengan ketat. Tiada hentinya bocah lelaki didepan itu ber paling dan melihat apakah Suma Thian yu ber hasil menyusulnya atau tidak, namun sepanjang jalan dia tak pernah berbicara lagi walau se patah kata pun, hal mana semakin menambah misteriusnya suasana. Setelah menempuh suatu perjalanan yang cukup panjang, menembusi beberapa bukit, entah oerapa jauh sudah mereka berjalan akhirnya terdengar bocah lelaki itu bersorak gembira: "Sudah sampai, didepan sana adalah rumahku" 000O000 WAKTU ITU Suma Thian yu sudah kehabisan tenaga, dengan badan lemas, napas tersengkal-sengkal, seluruh badannya basah kuyup oleh keringat, membuatnya untuk sesaat tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Menyaksikan keadaan itu, si bocah lelaki itu segera berkata sambil tertawa cekikikan: "Tampaknya aku telah membuatmu kepayahan, padahal waktu kedatangan kita masih terlambat setengah kentongan daripada waktu telah kutetupkan sebelumnya!" Ucapan tersebut tak ubahnya menyindir ketidak becusan Suma Thian yu dalam melakukan perjalanan, kontan saja paras muka anak mu da itu berubah menjidi merah sebentar, hijau sebentar, panas sebentar, dingin sebentar, rasanya tak terlukiskan dengan kata kata. Sedemikian jengahnya pemuda itu, sehingga seandainya disana terdapat sebuah lubang gua, niscaya dia sudah menerobos masuk ke dalam untuk menyembunyikan diri. Dengan cepat dia berpaling ke arah puncak bukit didepan sana, mendadak ia tidak menjumpai rumah seperti yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dikatakan bocah uu, kecurigaan segera timbul, sambil meman dang wajah si bocah itu tanyanya agak terdengung: "Sobat cilik, dimana rumahmu?" "Itu dia, dibelakang bukit sana" jawab si bocah sambil menunjuk kedepan sana. Suma Thian yu melihat tempat yang ditunjuk adalah bukit didepan sana, hatinya lantas menjadi lega, akan tetapi sewaktu tidak menjum pai jalan tembus disitu, keningnya lantas ber kerut dan wajahnya memperlihatkan rasa ke sulitan. Ternyata antara tempat dimana mereka ber ada sekarang dengan bukit yang berada dise berang sana dipisahkan oleh sebuah jurang yang lebarnya kurang lebih tiga puluh kaki, jangankan manusia, sekalipun binatang juga belum tentu bisa melampauinya. Orang hanya mungkin mencapai puncak seberang bila dia menuruni lembah jurang itu le bih dulu, atau bila dia bersayap dan sanggup terbang melampauinya. "Bagaimana cara kita menyeberang kesana?" dengan perasaan tercengang akhirnya Suma Thian yu berseru. "Tentu saja ada caranya, harap kau kau jangan kelewat terburu napsu" sahut si bocah cepat. Diam-diam Suma Thian yu berpikir lagi: "Kau punya cara apa? Memangnya bisa ter bang menyeberangi jurang ini? Kalau memang demikian, bukankah dia sudah menjadi dewa bukan manusia lagi...?" Sementara itu terdengar sibocah sedang ber gumam seorang diri. "Ing ji memang cukup binal, tahu kalau aku bakal datang terlambat, dia tak mau menunggu aku sebentar lagi, hmmm, sebentar aku harus menghukum dia" Ketika Suma Thian yu mendengar dikebut kannya nama "Ing ji", dia semakin keheranan, segera pikirnya lagi: "Mungkinkah bocah lelaki ini masih mempunyai seorang adik perempuan yang lebih kecil?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sementara dia masih berada dalam keadaan bingung dan tidak habis mengerti... Mendadak bocah kecil itu berpekik nyaring kearah bukit disebrang sana, suara pekikannya amat nyaring memekikan telinga, seperti suara genta dari kuil yang menggaung diseluruh tanah perbukitan, nyaring, keras dan mengagumkan. Cukup dilihat dari kemampuannya berpekik nyaring, jika seseorang tidak memiliki tenaga dalam sebesar enam puluh tahun hasil latihan, jangan harap ia bisa berbuat demikian. Diam-diam Suma Thian yu menghela napas panjang, suatu perasaan rendah diri segera muncul dihati kecilnya. Begitu suara pekikan tersebut sirap, dari seberang bukit sana berkumandang suara pekikan burung hong, kemudian tampak seekor burung raksasa berwarna hijau terbang mendekat. Dengan cepat Suma Thian yu menjadi mengerti, rupanya yang dimaksudkan sebagai "Ing-ji" adalah burung yang sedang melintasi jurang sekarang, atau dengan perkataan lain, burung tersebutlah sebagai sarana angkutan untuk menyeberangi jurang itu. Dalam waktu singkat burung yang berwarna warni itu sudah melintasi dua buah puncak bukit, tampaknya ia seperti ada maksud untuk mempermainkan si lelaki tersebut, sambil terbang merendah dan berputar beberapa kali, dia berkaok tiada hentinya. Menyaksikan kejadian itu, dengan perasaan geli bercampur mendongkol bocah itu membentak: "Ing-ji, waktu sudah siang, mengapa kau tidak segera turun? Apakah kau menunggu sampai kubekuk batang lehermu nanti?" Ing ji masih saja berkaok sambil putar kian kemari, tampaknya ia makin sengaja tak mau melayang turun kebawah. Akhirnya dengan marah bocah itu berteriak: "Jika kau tidak turun lagi, lihat saja nanti sekembalinya dari sini akan kulaporkan kepada ibu agar kau dihukum!" Menurut aturan, Ing ji pasti akan menuruti perkataan itu dan melayang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

turun kebawah, sekalipun dia hendak berubah, paling tidak ulahnya tak akan sampai menggusarkan majikan mudanya. Suma Thian yu adalah seorang pemuda yang cerdas, ia segera merasakan ada sesuatu yang tak beres, sepasang matanya yang tajam dengan cepat menyapu sekejap sekitar sana, akhirnya dia menjerit kaget: "Aaaah, coba lihat, apakah itu?" Mendengar seruan tersebut, si bocah itu segera berpaling, paras mukanya kontan berubah. Ternyata diatis batang pohon raksasa dibelakang mereka berdua, melingkar seekor ular raksasa sebesar baskom, kepalanya berbentuk segitiga, sepasang matanya seperti lampu lentera dan memancarkan cahaya bengis, kalau dilihat dari sikap dan gayanya, tampaknya ular itu sudah bersiap sedia melancarkan sergapan kearah mereka berdua. Dengan marah bocah itu segera membentak: "Rupanya binatang keparat ini yang sedang mengacau, tak aneh kalau Ing-ji tak berani turun kebawah..." Sambil berkata telapak tangan-nya segera diayunkan kedepan menghantam ular beracun itu, angin pukulan yang menderu-deru langsung menghajar tubuh binatang tadi. Siapa tahu ular beracun itu amat cekatan, dia segera miringkan kepalanya menghindarkan dirinya dan menyusul kemudian sambil mementangkan mulutnya dia menyemburkan segumpal kabut tebal. "Hati-hati ada racunnya" Suma Thian y menjerit kaget, lalu sambil mencabut keluar pedangnya serunya lagi kepada bocah itu, "sobat kecil, seranglah dia agar menjadi marah, tapi hatihati dengan semburan udara beracun-nya" Sambil berkata dia mengeluarkan dua butir pil anti racun dan menyerahkan sebutir kepada si bocah sebelum sebutir yang lain ditelan ke perut, kemudian dia baru menjejak tanah melejit ke udara, dari atas dahan pohon itulah dia mengayunkan pedangnya membacok ekor ular rersebut.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Si bocah yang berada dibawah segera mele paskan pukulan dahsyat pula ke atas kepala ular beracun itu setelah menyaksikan Suma Thian yu turun tangan. Menghadapi ancaman dari muka dan belakang, ular beracun itu berpekik marah, matanya yang buas makin memancarkan sinar tajam, tanpa perdulikan ancaman terhadap ekornya, "Weesss" mendadak ia melejit ke depan dengan kecepatan bagaikan anak panah yang terlepas dari busjrnya, lalu mementangkan mulutnya lebar-lebar dan menyemburkan kabut beracun yang berbau busuk. Mimpipun si bocah itu tak menyangga kalau ular beracun itu tidak takut dengan ancaman pukulannya, begitu terkena semburan kabut beracun tersebut, kendatipun ia sudah menelan pil anti racun, toh kepalanya terasa pusing juga, dengan sempoyongan tubuhnya mundur ke belakang. Disaat pikiran si bocah sedang bercabang inilah, secepat angin ular beracun itu mener jsng ke depan. Bocah lelaki itu menjerit kaget, lalu mundur ke belakang. Lihay sekali ular beracun itu, ekornya segera disapu kedepan dan mentalkan tubuh bocah itu. "Blaaam!" bocah itu segera terbanting keras-keras diatas tanah, mssih untung tempat dimana ia terjatuh adalah tanah berumput, kalau tidak, niscaya pantatnya akan robek. Sementara itu, Suma Thian yu telah menerjang kebawah berbareng dengan kebasan ekor ular beracun itu, pedangnya langsung menembusi punggung binatang itu. Sepantasnya dengan tertusuknya punggung si ular, paling tidak binatang itu, akan terluka, namun kenyataannya bukan sajs tidak mati malahan justru menimbulkan sifat buas dan garang dari ular raksasa tersebut. Terdengar ular raksasa itu berpekik kesakitan, tubuhnya bergulingan diatas tanah, ekornya dikibaskan keatas dan segera menggurung ke tubuh Suma Thian yu. Menghadapi ancaman tersebut, Suma Thian yu berlagak seolah-olah tidak melihatnya, secara berputar dia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

melepaskan tiga buah tusukan berantai yang semuanya di tujukan kebagian mematikan ditubuh sang binatang. Dengan kejadian ini, sifat buas si ular raksasa itu makin menjadi, sambil mementangkan taringnya dia menyemburkan kabut beracun yang makin tebal mengurung seluruh tubuh anak muda tersebut. Suma Thian yu makin menggila, secara beruntun dia melepaskan tujuh delapan buah serangan tubuh ular itu. Termakan oleh bscokan pedang Kit Hong kiam yang tajam, seketika itu juga si ular beracun itu terbelah menjadi tiga bagian, tetapi ular itu belum mati juga. Padahal berada dalam keadaan seperti ini, asal bagian "tujuh inci" dari ular yang mematikan itu kena di gencet, niscaya ular beracun itu akan mati seketika. Sayang Suma Thian yu merasa asing terhadap keadaan semacam itu, dia tidak mengerti rahasia tersebut, oleh sebab itu dia harus menggorbankan tenaganya untuk berjuang mati matian. Akibatnya bukan saja dia gagal membinasakan ular beracun itu, malah sebaliknya karena kelewat lama terkurung oleh kabut beracun si ular, meluruh tubuhnya menjadi kaku dan akhir nya jatuh tak sadarkan diri. Begitu dia roboh kebetulan tubuhnya jatuh vdiatas perut ular itu, dengan cepat si ular raksa sa itu membalikkan badan sambil mementangkan mulutnya lebar-lebar siap menerkam tubuh anak muda tersebut. Disaat yang amat kritis inilah, menndadak dari tengah udara berkumandang suara pekikak burung hong yang amat nyaring. si Ing-ji me nutup kembali sepasang sa yapnya dan secepat kilat menukik kebawah serta menotol bagian "tujuh inci" dari ular beracun itu. Sementara itu ular beracun itu sedang memusatkan perhatiannya untuk menelan Suma Thian yu, mimpipun dia tak menyangka kalau "Belalang menubruk comberet, burung nuri mengincar dari belakang" tiba-tiba saja bagian dari "tujuh inci" nya terasa amat sakit, darah sege ra menyembur keluar dari

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mulutnya, lalu sete lah mengejang beberapa saat, tubuhnya roboh menindih diatas badan Suma Thian yu. Ular beracun itu paling tidak berbobot lima ratus kati lebih, begitu jatuh menindih badan Suma Thian yu yang sedang pingsan, si anak muda itu segera muntah darah segar. Ing-ji seperti pahlawan yang menang perang segera mentangkan sayapnya terbang keangkasa dan berpekik kegirangan. Dalam pada itu, si bocah lelaki tersebut sudah mengatur napas dan mendesar keluar hawa beracun yang mengeram didalam tubuhnya, melihat si ular raksasa tersebut menindih diatas badan Sumi Thian yu, dengan cepat dia memburu mendekat, lalu bekerja keras menyingkirkan bangkai ular raksasa itu. Kemudian dia memanggil Ing ji, membopong tubuh Suma Thian yu keatas punggung ular itu dan diiringi pekikan nyaring, Ing-ji menye berangkanmereka kepuncak sebelah depan. Selama ini Suma Thian yu berada dalam keadaan tidak sadar, bagaimanakah cara mereka menyeberangi jurang tersebut, boleh dibilang dia sama sekali tidak tahu. Tatkala pemuda itu sadar kembali dari pingsannya, dia merasakan tubuhnya sudah dibaringkandidalam sebuah rumah kecil yang rapat dan tak tembus angin. Dengan cepat dia melompat bangun, tapi kepalanya terasa pusing sekali, dia segera roboh dan tertidur kembali. Dalam keadaan setengah sadar setengah tidak, dia seperti mendengar pintu kamar dibuka orang, lalu bocah lelaki itu berjalan ke dalam ruangan. Suma Thian yu segera mendongakkan kepalanya, ternyata bocah lelaki itu adalah bocah yang membawanya ke sana. Maka sambil memaksakan diri untuk duduk, segera tegurnya: "Tolong tanya dimanakah aku sekarang?" "Di rumahku!" sahut bocah itu sambil membelalakkan matanya lebar-lebar. "Sudah berapa lama aku tertidur?" kembali Suma Thian yu bertanya?"bagaimana caraku menyeberang ke mari?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bocah lelaki itu tertawa cekikikan. "Ing-ji yang membopongmu kemari" "Oooh" sambil berkata Suma Thian yu beru saha untuk bangkit berdiri. Siapa tahu begitu ia berdiri, seketika itu juga kepalanya terasa pusing sekali, ia menjadi sempoyongan dan hampir saja roboh ter jengkang keatas tanah. Buru-buru bocah lelaki itu memayangnya lalu berseru dengan cemas: Hawa racun yang mengeram dalam tubuh mu belum hilang, lebih baik berbaringlah dulu, ibuku segera akan tiba" Suma thian yu menurut dan membaringkan tubuhnya lagi, pada saat itulah tirai pintu ter singkap dan masuk seseorang. Suma Thian yu merasakan pandangan msta nya menjsdi silau, tahu-tahu seorang perempuan cantik jelita telah berdiri dihadapannya. Suma thian yu merasakan pandangan mata nya menjadi silau, dengan cepat dia amati perempuan itu lebih seksama. Ternyata perempuan itu berusia tiga puluh tahunan, berwajah bulat telur, beralis lentik, bermata jeli, hidung mancung dan bibir yang kecil mungil, ia benar-benar cantik sekali. Dengan cepat dia menyadari kalau perempuan cantik jelita ini tak lain adalah 'ibu' yang dimaksudkan bocah lelaki itu. Buru-buru dia melompat bangun sambil menjura. "Berkat pertolongan anda, aku merasa berterima kasih sekali". Perempuan cantik itu tertawa hingga nampak sepasang lesung pipinya yang indah, katanya: "Berbaringlah lebih dulu. bila ada persoalan lebih baik kita bicarakan nanti saja". Kemudian kepada si bocah katanya pula: "Liong ji, cepat ambil kuah jinsom itu dan bawa kemari". Liong-ji segera berlalu dengan cepat, tak selang berapa saat kemudian dia sudah muncul kembali dalam ruangan dengan membawa se mangkuk kuah jinsom.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Perempuan cantik itu menerima mangkuk tersebut dan segera disuapkan kemulut Suma Thian yu, kemudian sambil menyuruh pemuda itu ber baring kembali, tangannya yang halus, lembut dan hangat itu ditempelkan diatas dadanya, segulung hawa murni lantas menyusup masuk ke dalam tubuhnya. Dalam keadaan setengah sadar setengah tidak Suma thian yu merasakan ada segulung hawa panas mengalir melalui dada dan terus masuk ke pusar, kemudian mengalir ke sepasang kakinya sedang dari sepuluh jari kakinya terbuang keluar. Tak selang beberapa saat kemudian, Suma Thian yu merasakan semangatnya berkobar kembali, ia merasa sesar, terutama kuah jinsom yang barusan diteguknya kini sudah mulai menyebar keseluruh hadan, tubuh yang semula lemahpun kini telah pulih kembali. Selama hidup belum pernah Suma Thian yu menjumpai cara penyembuhan semacam ini, dari sini dapat ditarik kesimpulan kalau tenaga dalam yang dimiliki perempuan cantik ini benar-benar telah mencapai puncak kesempurnaannya. Ketika Liong ji menyaksikan mukanya berubah menjadi merah dadu, sadarlah dia kalau hawa racunnya telah punah, dia bersorak gembira dan lari menghampiri ke sisi Suma Thian yu, serunya sambil menarik tangan anak muda itu: "Terima kasih langit, terima kasih bumi akhirnya kau toh sembuh kembali, ayo bangun. Mari kita bermain-main diluar sana" "Liong-ji!" perempuan cantik itu segera membentak, "jika kau nakal lagi, hati-hati kalau lbu menghajarmu, kini kesehatan badan siauhiap baru saja pulih, dia harus beristirahat be berapa hari lagi sebelum benar benar sembuh" Liong ji menjulurkan lidahnya sambil membuat muka setan, lalu, secara diam-diam menyingkir kesamping perempuan cantik itu dan tak berani berbicara lagi.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sambil tersenyum perempuan cantik itu berkata lagi kepada Suma Thian yu: "Tahukah kau apa sebabnya kuundang kemari?" Dengan cepat Suma Thian yu menggeleng. "Boanpwe tidak tahu, harap diberi petunjuk" "Kau merasa keheranan bukan? Apa sebab nya tanpa sebab tanpa musabab Liong ji mengundangmu berkunjung ke gua Hui liong tong?" Berbicara sampai dlsitu, perempuan cantik itu lantas menuding kearah Liong ji seraya berkata: "Dia adalah putraku, Gak Kun liong, bocah ini mengikuti nama marga orang tuaku" Suma Thian yu hanya mendengarkan dengan tenang, sedang dihati kecilnya merasa keheran sebab sudah setengah harian lamanya perempuan cantik itu berbicara, namun dia belum pernah menyinggung tentang alasannya mengundang ia kesitu. Agaknya perempuan cantik itu dapat menebak suara hati orang, dia dapat menangkap kecurigan dalam hati kecil Suma Thian yu, maka ujarnya lagi: Jilid : 12 Pernahkah kau mendengar nama Kau ih li (perempuan berbaju putih)... "Boanpwe berpengetahuan cetek, tidak me ngetahui tentang nama tersebut..." sahut pe muda itu cepat. "Tentu saja kau tak mengetahui, orang per silatan pun jarang sekali mengetahui nama ter sebut, Kau ih li adalah julukanku ketika aku masih melakukan perjalanan dalam dunia persilatan dulu. Dua puluh tahun berselang, aku pernah melakukan pengembaraan didunia persi latan serta melakukan beberapa macam peker jaan yang menggemparkan masyarakat, tapi akhirnya aku dibelenggu oleh suatu persoalan yang mana membuatku putus asa sehingga akhir nya balik kebukit ini".

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah berhenti sejenak, perempuan itu berkata lebih jauh: "Sejak itu aku bersumpah tak akan turun gunung lagi, suhuku pun memperingatkan kepadaku agar tidak meninggal gua ini lagi, sebab mendapat pukulan batin yang berganda datang nya ini, seluruh pikiran dan perhatianku hana kucurahkan untuk mendidik Liong-ji, kini ilmu silat yang dimiliki Liong-ji sudah mencapai delapan sembilan bagian kepandaianku, yang masih kurang baginya hanya pengalaman serta kesempurnaannya belaka" "Berapa hari berselang, kebetulan guruku berpesiar kemari, dia telah meninggalkan beberapa tugas kepadaku yang mengatakan bahwa berapa hari lagi akan lewat seorang yang ber nama Suma Thian yu hendak pergi ke bukit Han san, aku ditugaskan untuk menahanmu lama berapa hari di sini... Sedang mengapa sebabnya dia orang tua datang kemari aku sendiripun kurang begitu jelas" Beberapa patah perkataan itu semakin membuat Suma Thian yu keheranan, akhirnya dengan perasaan tercengang dia bertanya: "Tolong tanya cianpwe, siapakah nama guru mu itu?" Hui Hong tongcu( pemilik gua naga terbang) perempuan berbaju putih Gak Say bwee menyahut: "Dia bernama Cang liong, orang persilatan menyebutnya sebagai Cang Iiong lo sian jin" Begitu mendengar nama julukan tersebut kontan saja Suma Thian yu berseru tertahan: "Oooh..... rupanya tokoh persilatan itu" Ternyata Cang liong lo sian jin adalah se orang pendekar aneh yang sudah termashur dan menggemparkan dunia persilatan sejak enam puluh tahun berselang, berbicara soal tingkatan kedudukannya dalam dunia persilatan serta soal tingkatan ilmu silatnya, mungkin tiada orang yang bisa menandingi kelihayannya. Lo sianjin ini sudah berusia seratus tahun lebih, dia pun sudah amat menguasai ilmu aga ma Buddha maupun ilmu silat, kepandaian silat yang dimilikinya begitu sempurna hingga dalam sekali kebasan tangannya saja, dia mampu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

untuk membunuh orang dari jarak sepuluh kaki, meniup patah ranting pohon dari jarak jauh, menotok jalan darah diudara kosong dan melukai orang dengan pedang terbang. Sewaktu dia berhasil membunuh Cuan San ji sat (dua malaikat bengis dari bukit Cuan san) dilembah Cui im kok bukit Lu san dengan pe dang terbangnya, oleh umat persilatan dia di sebut sebagai dewa pedang nomor wahid dari dunia persilatan. Selama hidupnya Cang liong Lo-Sianjin ha nya menerima seorang murid saja yakni Hui liong tongcu, konon dia masih mempunyai hu bungan famili dengan Lo-sianjin tersebut, soal apakah hubungan mereka itu, tidak seorang manusiapun yang tahu. Hui liong Tongcu Gak Say-bwee adalah se orang perempuan yang gemar akan ketenangan oleh sebab itu semua pekerjaan yang dia laku kan tak pernah disinggung kepada orang lain, semuanya dikerjakan secara diam-diam tanpa menimbulkan berita, keadaannya ibarat 'naga sakti yang nampak kepalanya tak kelihatan ekornya'. Orang persilatan yang tahu kalau dalam dunia persilatan terdapat seorang Pendekar perempuan yang bernama Kau ih li, merekapun tahu kalau pendekar perempuan itu suka meno long orang tanpa pamrih, karena mereka hanya tahu nama tak parnah melihat orangnya, oleh sebab itu semua orang hanya menyebut nya sebadai Kau ih li. Kau ih li Gak Say-bwe pernah terlibat dalam jaring percintaan, siapa tahu setelah melahir kan Liong-ji, suaminya mati karena sakit, di tambah pula dia memang sudah bosan berkelana didalam dunia persilatan, maka dia lantas mengundurkan diri dari keramaian dunia dan kembali kegua Hu liong tongnya ini. Itulah sebabnya diantara orang persilatan, kecuali beberapa orang tokoh silat dari angkat an tua, pada hakekatnya tak seorangpun yang mengetahui asal usulnya yang sebenarnya. Dari gurunya Put Gho cu, Suma Thian yu mendapat tahu kalau dalam dunia persilatan ter dapat seorang pendekar aneh

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang bernama Cong liong Lo sianjin, oleh karena itu setelah mengetahui nama dari gurunya Hui liong Tong cu, dia merasakan hatinya bergetar keras, tan pa terasa diapun mempunyai penilaian yang berbeda lagi terhadap perempuan cantik itu. "Tak heran kalau Liong-ji dengan usianya yang masih begitu muda ternyata memiliki ke pandaian silat yang luar biasa, ternyata ibunya adalah anak murid dari Cang liong lo sianjin demikian ia berpikir. Sementara Suma Thian yu masih berbincang-bincang dengan mereka ibu dan anak, mendadak dari depan sana berkumandang beberapa kali suara pekikan burung hong. Dengan cepat Hui liong tongcu Sak Say hwe berseru: "Liong ji, ada tamu agung tiba, cepat keluar dan menyambut kedatangannya" "Gak Kun liong segera menarik langan Suma Thian yu sambil berseru: "Engkoh Thian yu, bagaimana kalau kau ikut aku?" Hui liong Tongcu Gak Say hwee segera tertawa geli, serunya: "Tampaknya kau sudah memperoleh rekan yang cocok, kalau begitu ajaklah dia serta" Suma Thian yu segera melompat bangun, rasa pening yang semula mendarat di kepalanya kini tersapu lenyap, setelah menjura kepada Hui liong tongcu, katanya: "Terima kasih banyak cianpwe atas pengobatanmu!" "Pergi, pergi, orang sudah hampir tiba didepan gua!" desak Gak Say hwee cepat. Agaknya Gak Kun liong seperti amat terbu ru-buru, sambil menarik tangan Suma Thian yu, seperti segulung angin puyuh dia lari ke arah mulut gua.... Belum lagi mereka berdua sampai di mulut gua, dari luar sana kedengaran suara serak se orang tua sedang berseru: "Tamu agung sudah datang, masih belum ada orang yang datang menyambut, beginikah cara si hwesio gundul itu mengajarkan kalian menerima tamu...?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu mendengar suara tersebut, Gak Kun Hong segera berteriak: "Aai, rupanya si pengemis tua yang datang!" Sambil berseru dia lantas memburu kemulut gua. Baru saja mereka berdua meninggalkan gua, tampak bayangan manusia depan mata, tahu-tahu seorang pengemis tua sudah muncul dihadapan mereka. Begitu melihat paras muka pendatang itu, Suma Thian yu turut berteriak keras: "Oooh, rupanya Wi Lo-cianpwe yang datang". Siapa sebenarnya yang telah datang? Dia memang tak lain adalah Siau yau kay (penge mis yang suka pelancongan) Wi Kian yang su dah menggetarkan seluruh dunia persilatan! Dengan wajah cemberut, tanpa memandang sekejap pun kearah Suma Thian yu, pengemis itu langsung mencengkeram arah baju Gak Kun liong, kemudian mencaci maki kalang kabut "Bocah cilik! Apa yang pernah aku si pengemis tua katakan kepadamu? Setelah mendengar suaraku, mengapa kau masih bersembunyi disini, apakah kau takut kulalap dirimu?" "Oooh....engkoh pengemis, kau jangan marah, hadiah yang kau janjikan untukku sudah kau bawah belum?" tegur Gak Kun liong sambil tertawa cengar cengir. Begitu mendengar ucapan mana, Siau yau kay Wi Kian segera melepaskan cengkeraman-nya dan bergumam sambil menepuk kening sendiri: "Aduh celaka, sudah setua ini, kenapa aku begitu pelupa?" "Waaah... tidak bisa jadi, tidak bisa jadi, kau membohong saja, aku tak akan memper kenankan kau masuk. Siau yau Kay Wi Kian menjadi amat gelisah, kembali dia berseru: "Bocoh cilik, kau harus menunggu dengan sabar, baiklah, aku si pengemis akan pergi dulu, pasti akan kubawa hadiahnya bila datang lagi nanti...." Sambil berkata, dia lantas membalikkan badan siap berlalu dari tempat itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menyaksikan kejadian ini, dengan gugup Gak Kun liong mencegah: "Tak usah, tak usah, pokoknya lain kali mesti kau ingat baik-baik, ibu sedang menung gu kau di dalam, masuklah kedalam" Sambil mengangkat bahu, Siau yau kay wi Kian membuat muka setan, kemudian katanya lagi sambil membalikkan badan: "Tak usah yaa tak usah, lain kali aku si pengemis tua tentu akan mengintai baik-baik" Selesai berkata dia lantas berjalan menuju kedalam gua, sedang Suma Thian yu dan Gak Kun liong mengikuti dibelakangnya. Sekarang Suma Thian yu baru berkesempatan untuk memperhatikan keadaan di dalam gua Hui liong tong, namanya saja sebuah gua, pada hal mulut guanya saja mirip gua, sedang dalamnya mana lebar, besar lagi, tiang besar yang penuh ukiran dengan dinding yang gemerlapan tak kalah indahnya dengan ruang besar keluarga kaya. Didalam sana penuh bergelantungan lukisan-lukisan orang kenamaan, ditengah ruangan terdapat selembar meja berkaki delapan yang terbuat dari batu dengan delapan buah kursi batu, diatasnya berjajar tempayan yang berisi buah-buah segar. Kedua sisi ruangan tengah adalah kamar tamu, disebelah kiri adalah kamar tidur Suma Thian yu, sedangkan sebelah kanannya mungkin merupakan kamar tidur Gik Say hwe dengar putranya. Untuk sesaat Suma Thian yu dibuat tertegun oleh berbagai barang yang ada disana, tanpa terasa dia mulai berpikir bagaimana caranya barang-barang tersebut dipindah ke dalam sana dan siapa yang membuatnya? Rasa ingin tahu membuat dia terjerumus kedalam lamunan. Sementara itu Siau yau kay Wi Kian sudah masuk kedalam ruangan, bagai kan pulang ke rumah sendiri saja dia langsung menuju ke kursi utama dan duduk disana, teri aknya keras:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hei bocah, cepat kau buatkan air teh, mengapa kau masih belum juga masuk kedalam?" Gak Kun liong segera mencibirkan bibirnya membuat muka setan, sahutnya setengah meng ejek: "Aduh, besar amat lagakmu, aku sengaja tak mau buatkan air teh untukmu, mau apa kau? Tunggulah saja sampai hadiahnya diberikan kepadaku, pasti akan kubuatkan sepoci air teh wangi untukmu" Mendengar perkataan itu, Siau yau kay wi Kian tertawa terbahak-bahak, suaranya keras hingga menggetarkan seluruh ruangan tersebut, Ditengah gelak tertawa itulah, pintu kamar sebelah kiri terbuka dan muncullah seorang perempuan muda berparas cantik. Dengan wajah penuh senyuman, Hui liong Tongcu Gak Say bwee berjalan ke depan Siau yau kay Wi Kian dan menjura dalam-dalam, lalu ujarnya amat lembut: "Putraku memang nakal sekali, harap Wi tayhiap sudi memakluminya" "Mana, mana, kalau seorang bocah tidak nakal, keberhasilannya dikemudian hari tentu amat terbatas, kalau seorang sudah jadi goblok, kau suruh dia nakal pun belum tentu ia bisa nakal. Berbicara sampai disitu, dia lantas merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan sebuah bungkusan kecil, sambil disodorkan kehadapan Liong-ji, katanya: "Nih, hadiah dari aku si pengemis tua, ayo buatkan air teh untukku!" Melihat hadiah tersebut, Gik Kun liong membelalakan mata lebar-lebar, lama kemudian dia baru berseru: "Terima kasih!" Dia segera lari ke ruangan dalam, tampaknya setelah menerima hadiah, dia lantas mem buatkan air teh untuk tamunya. Memandang bayangan punggung Liong-ji yang lenyap di balik gua sana, Hui liong Tongcu menggelengkan kepalanya berulang kali sambil menghela napas panjang, katanya:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Semenjak kecil bocah ini kehilangan orang tuanya, ditambah lagi sudah terbiasa kumanja, akhirnya jadilah watak tidak takut langit tidak takut bumi, aku sungguh menguatirkan dia!" Siau yau kay Wi Kian terbahak-bahak. "Haaah...haaah...haaah... bocah ini berbakat baik, berhati mulia, masa depannya pasti cemer lang, buat apa kau meski menguatirkan keselamatan jiwanya?" Mendengar perkataan itu, Hui liong Tongcu Say bwee baru merasa sedikir agak tenang. Sejak datang sampai kini, Siau yau kay sama sekali tidak mengajak Suma Thian yu bicara barang sepatah katapun, hal ini membuat anak muda itu seperti tersingkirkan dan berdiri disamping dengan kepala tertunduk dan wajah tersipu-sipu. Dalam sekias pandangan saja, Hui liong tongcu Gak Say bwee dapat melihat akan hal itu, kepada Wi Kian segera ujarnya: "Sauhiap ini adalah..." "Aku tahu" tukas Siau yau kay Wi Kian dengan dingin, kemudian kepada Suma Thian yu serunya, "mengapa kau berkomplot dengan orang membegal barang kawalan Sin Hong piauklok?" Rupanya Siau yau kay Wi Kian bersikap dingin terhadap Suma Thian yu karena dia salah paham terhadap anak muda itu, dianggapnya dialah yang telah berkomplot dengan kawanan perampok berkerudung untuk membegal dan menyerbu Sin Hong pioukiok. Agak tertegun Suma Thian yu setelah mendengar perkataan itu, dia segera melompat bangun, kemudian dengan gagahnya dia membantah: "Locianpwe, kau anggap Thian yu adalah seorang manusia rendah yang terkutuk dan tak tahu malu?" "Justru karena kau tidak mirip, maka aku si pengemis tua baru dapat ber sabar hingga kini, coba kalau tidak, sekali hajar kubinasakan di rimu semenjak tadi" teriak Siau yau kay Wi Kian dengan ludah yang muncrat kesana-kemari.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Secara ringkas Suma Thian yu menceritakan keadaan yang dialaminya ketika itu, kemudi an bercerita pula bagaimana dia berkunjung kerumah Sin kun lun Siau Wi goan hingga akhirnya lari kesana. Dengan tenang Siau yau kay mendengarkan penuturan tersebut hingga selesai, pelan-pelan bawa amarahnya mengendor. Pada saat itulah Gak Kun liong telah cul sambil menghidangkan air teh. Terdengar Siau yau-kay Wi Kian berkata: "perjalanan yang jauh akan memperlihatkan kekuatan kuda, persoalan yang lama memperlihatkan watak manusia. Bagaimanakah ke adaan yang sebenarnya tak lama kemudian ba kal terbongkar, sampai waktunya akan diketahui siapa benar siapa salah" Baru saja Siau yau kay Wi Kian menyelesaikan perkataannya, mendadak berkumandang suara tertawa dingin, suara itu meski rendah dan lemah akan tetapi setiap orang yang bera da dalam gua itu bisa mendengar dengan jelas sekali. Hui liong Tongcu Gak Say bwe tanpa ber paling tertawa tergelak, lalu tegurnya: "Aaaah rupanya dua orang empek bodoh telah berkunjung kemari, bila tidak disambut dari kejauhan, harap sudi dimaafkan" Mendengar ucapan mana, semua orang segera berpaling ke arah mulut gua, entah sedari kapan, dimulut gua sudah berdiri dua orang kakek. Begitu melihat siapa yang datang, Suma Thian yu segera bersorak kegirangan: "Aaah, locianpwe!" Benar juga, ternyata yang datang adalah Wu sao siang gi siu (sepasang kakek bodoh dari bukit Wu san) seperti juga tempo hari, dalam kemurculan mereka kali ini, raut wajah ke dua orang itu tetap dingin kaku, tidak berbi cara tidak tertawa, keadaan mereka ibaratnya dua sosok manusia yang terbuat dari kayu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hui liong Tongcu Gak Say bwee sebagai tuan rumah segera bangkit dan menyambut kedatangan mereka, setelah memperasilahkan ke dua orang tamunya duduk, baru sapanya sambil ter tawa: "Angin apakah yang membawa kalian berdua kemari?" "Angin pengemis!" jawab Tay gi siu Khong Sian sambil menuding Siau yau kay. "Angin pengemis?" Hui liong Tongcu tertegun sesudah mendengar perkataan itu. Belum pernah ia mendengar tentang angin pengemis, hingga jari tangan Tay gisu menuding ke arah Siau yau kay, ia baru memahami apa yang dimaksudkan, maka ujarnya lagi sambil tersenyum. "Ooh, rupanya kau sejalan, mengapa Oi tay hiap sudah masuk begini lama namun ia tak pernah menyinggung tentang kalian berdua?" "Huu, siapa yang sudi melakukan perjalanan bersama mereka berdua? Hmm, tak tahu malu" sela Siau yau kay Wi Kiam cepat, selamanya aku si pengemis tua melakukan perjalanan seorang diri, sedang kalian berjalan meng ikuti dibelakang pantat aku si pengemis tua, memangnya itu berarti melakukan perjalanan bersama? Hmm, tak tahu malu!" Kemudian setelah tertawa terkekeh-kekeh, ujarnya lagi kepada Tay gi siu Khong sian: "Bagaimana? Apakah urusan itu sudah diselesaikan?" "Urusan apa?" Tay gi su berlagak bodoh. "Tentu saja urusan Sin liong piau kiok" "Kapan sih kau serahkan urusan itu kepadaku?" "Hmmm, sekalipun tanpa kalian berdua, aku si pengemis tua sama saja bisa menyelidiki persoalan ini sampai tuntas" Tay gi siu Khong Sian tertawa terbahak: "Haahh...haah...haah... itu namanya tak usah di suruh mengaku sendiri, biniku, kita kan melakukan perjalanan bersama....?" Merasa dirinya salah berbicara hingga rahasianya terbongkar, Siau yau kay Wi Kian turut mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Manusia-manusia berilmu tinggi ini memang kebanyakan berwatak aneh, bila berjumpa selalu di sertai dengan suara ribut atau cekcok, andaikata orang lain tidak memahami watak mereka yang sebenarnya, mendengar ucapan mereka yang bernada panas serta saling menyindir itu, niscaya hati mereka akan berdebar karena kuatir. Dengan wajah bersungguh-sungguh Tay gi si Khong Sian berkata: "Semua perkataan dari bocah ini adalah benar dan nyata, peristiwa diperusahaan Sin liong piau kiok bukan dia yang melakukan, Siau yau Kay Wi Kian segera manggut-manggut, "Aku percaya bukan dia yang melakukan, saudara Kiong, sebenarnya bajingan keparat manakah yang melakukan perbuatan ini?" Tay gi siu Khong Sian kembali mengelengkan kepalanya berulang kali. "Tahuku, mereka adalah perampok berkerudung!" Sambil mengepali sepasang tinjunya dan menggebrak meja, Siau yau kay Wi Kian berseru lagi: "Aku, sipengemis tua akan menyelidiki peristiwa ini sampai tuntas!" Ketika kedua orang itu selesai berbicara Suma Thian yu segera manfaatkan kesempatan itu untuk bangkit berdiri, katanya sambil menjura dalam dalam-dalam: "Boanpwe ucapkan banyak-banyak terima kasih atas kesudian cianpwe membersihkan namaku" Siapa tahu Tay gi siu Kiong Sian yang memandangi Suma Thian yu segera melototkan matanya lebar-lebar, kemudian dengan nada gusar tegurnya . "Kau bocah keparat yang tak becus, masih punya muka untuk berjumpa denganku?" Ucapan tersebut ibaratnya guntur yang mem belah bumi disiang bati bolong, seketika itu juga membuat Suma Thian yu menjadi amat terperanjat. Dia tak menyangka kalau satu gelombang belum mereda, gelombang lain telah muncul kembali.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Baru saja kecurigaan Siau yau kay terhadap Suma Thian yu dibikin terang, sekarang Tay gi siu Khong Sian telah mendamprat anak muda itu lagi dengan marah. Tampak Suma Thian yu berdiri termangu-mangu sambil memandang Tay gi siu dengan tercengang, ia tidak mengerti perbuatan salah apakah yang telah dilakukan olehnya. Melihat Suma Thian yu membungkam, Tay gi siu Khong Sian makin naik darah, sambil mencengkeram baju pemuda itu, bentaknya lagi. "Ke mana perginya kitab Cinkeng tersebut?" Mendengar soal Kitab pusaka tanpa tulisan paras muka Suma Thian-yu berubah hebat, segera pikirnya: "Habis sudah riwayatku kali ini, tanggung seperangkat tulang badanku bakal rontok semua...." Dengan gugup dia menyahut: "Telah kuhadiakan kepada Sam yap koay mo!" "Apa? Telah kau serahkan kepada iblis buas itu? Kau anak tolol, cucu kura-kura, manusia goblok semacam kau tak bisa diampuni dengan begitu saja...." Selesai berkata, tangannya segera diayunkan kedepan dan..."Plok!" sebuah tamparan yang amat keras bersarang diatas pipi Suma thian yu, membuat kepalanya pusing tujuh keliling, matanya berkunang-kunang dan wajahnya merah separuh. Siau yau kay Wi Kian yang menyaksikan kejadian ini merasa tak tega, buru-buru cegahnya: "Tay gi pak, lepaskan dia, kalau ada urusan mari kita bicarakan secara pelan-pelan, buat apa sih kau mesti berbuat macam monyet kena terasi saja." Dengan gemas dan mendongkol Tay gi siu Khong Sian membanting Suma Thian yu keras-keras ketanah, lalu serunya dengan keras: "Tahukah kau betapa pentingnya benda itu?" "Aaah, apa sih pentingnya sebuah kitab pusaka palsu" Suma Thian yu segera membantah. "Telur busuk, benda itulah baru benda yang asli!" teriak Tay gi siu Khong sian dengan mata mendelik.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Haaah!" Suma Thian yu menjerit kaget, mukanya berubah menjadi hijau membesi untuk sesaat lamanya dia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, kembali Tay gi siu Khong sian berkata: "Coba kau menuruti perkataanku dari merobek nya, mana mungkin terjadi peristiwa seper ti hari itu? Aku minta kau menggantinya. Sambil berkata, kembali Tan gi siu Khong Sian mengayunkan tangannya siap menampar wajan Suma Thian yu lagi. Mendadak dan luar gua berkumandang suara gelak tertawa yang amat nyaring, disusuli seseorang berseru dengan suaranya yang tua tapi amat nyaring: "Tak usah kuatir bocah, benda itu barang palsu" Beberapa orang tokoh persilatan yang hadir dalam gua sama-sama tertegun setelah mendengar perkataan itu, sedangkan Hui im tongcu Gak say bwe segera melayang keluar lebih dahulu dari dalam gua. Gak Kun liong Juga turut bersorak dengan gembira: "Hore, sucou datang!" Buru-buru dia mengikuti dibelakang ibunya memburu keluar dari gua tersebut. Ketika para jago melihat Gak Kun liong ikut keluar, mereka baru berpaling kemulut gua. Tampak bayangan manusia berkelebatan lewat, semua orang hanya merasakan pandangan manyanya menjadi silau tahu-tahu seorang kakek berkepala botak tapi berjenggot warna perak telah muncul dalam gua. Siau yau kay Wi kian yang selamanya acuh tak acuh dan berbuat semuanya sendiri, kini menunjukkan pula sikap yang hormat dan serius setelah Berjumpa dengan tokoh tua tersebut, "Aaah, kami tak tahu kalau locianpwe akan nadir, kami tidak menyambut dari terapat jauh harap sudi dimaafkan" buru-buru serunya dengan wajah serius.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pendeta tua berjenggot perak itu manggut-manggut kepada setiap orang yang berada dalam gua sambil tertawa, kemudian ujarnya: "Silahkan duduk, semuanya tak usah banyak adat" Sejak kemunculan pendeta tua berjenggot perak itu, Gak Kun liong tak pernah melepas kan genggaman tangannya, meski orangnya kecil bocah ini memang berotak setan, terdengar ia berseru! "Sucou, jika kau orang tua ingin datang, mengapa tidak kau kabarkan terlebih dulu kepada Liong Ji, gara-gara ini aku sampai gelisah selama beberapa hari. Pendeta tua berjenggot perak itu membelai rambut Gak Kun liong dengan penuh kasih sayang, ujarnya sambil tertawa ramah: "Lain kali aku pasti akan memberitahukan kepadamu lebih dulu, tapi aku lihat kau bukan buru-buru ingin berjumpa dengan sucou, kau hanya ingin cepat-cepat menerima hadiah dari sucou!" Merah padam selembar wajah Gak Kun liong sesudah mendengar perkataan itu, sambil menyembunyikan wajahnya dalam pelukan pendeta tua itu, katanya manja: "Sucou hanya beraninya menganiaya anak kecil, sucou jahat, aku toh tidak minta hadiah kepadamu, sekalipun ingin minta, terpaksa hanya minta kepada sucou untuk mengajarkan kepandaian kepadaku?" Pendeta tua itu tertawa terbahak-bahak. "Haah...haah...haah... nah coba lihat, belum disuruh kau toh sudah mengaku sendiri" Kontan seluruh ruangan diramaikan oleh gelak tertawa yang ramai, sehingga Gak Kun liong menjadi tersipu-sipu dan tak berani men dongakkan kepalanya lagi: Sementara itu, Ji gi siu Khong Bong telah bertanya kepada pendeta tua itu dengan hormat: "Locianpwe, tadi kau mengatakan bahwa kitab cinkeng itu palsu, benarkah hal ini?" Pendeta tua itu tersenyum.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sesungguhnya yang dimaksudkan sebagai Kitab pusaka tanpa kata adalah sejilid kitab yang palsu tapi nyata, kitab pusaka yang palsu dan nyata selalu menggunakan yang palsu men jadi benar, yang asli menjadi palsu, dibilang asli dia asli, dibilang palsu dia palsu, sampai akhirnya tergantung pada siapa yang berjodoh dengan kitab pusaka itu. saat itulah asli paltu nya baru diketahui" Semua orang dibuat kebingungan setengah mati oleh perkataan itu, tapi mereka mengerti kalau dibalik ucapan mana sesungguhnya tersimpan suatu rahasia yang amat sulit, tapi bila rahasia mana bisa dipahami, dalam sekali artinya. Suma Thian yu merasakan hatinya bertambah berat setelah mendengar ucapan pendeta tua itu, seandainya kitab pusaka itu asli, padahal dia sendiri yang menyerahkan kepada manusia iblis berkepala ular Sim Moay hing, maka dosanya ini sulit untuk ditebus lagi. Sebaliknya bila cinkeng itu palsu, berarti yang asli ada didunia ini, dia pernah berjanji kepada sepasang kakek bodoh dari Wu san untuk menemukan kembali kitab pusaka itu dan melindunginya hingga tidak sampai terjatuh ke tangan musuh, hal ini berarti dia harus memikul tanggung jawab yang berat, suatu kesalahan bertindak bisa berakibat dia menyesal sepanjang masa. Beberapa orang jago lihay yang hadir di arena pun diamdiam sedang mencelah ucapan dari pendeta tua itu. Sebagaimana diketahui, pendeta berjenggot perak ini merupakan seorang tokoh silat yang berkedudukan sungguh amat tinggi didalam dunia persilatan, baik jago dari golongan hitam maupun dari golongan putih semuanya menaruh hormat kepadanya, bagi orang persilatan, nona Cong liong ceng sama halnya dengan nama Kwan-im, Pusat bagi rakyat awam. Dalam pada itu, Cong liong Losiansu telah mengalihkan sorot matanya ke wajah Suma Thian yu, mendadak ia menemukan setitik noda darah yang melekat dipakaian bagian dada anak muda tersebut, ketika noda darah itu terkena

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pantulan sinar matahari, ternyata membiaskan setitik cahaya tajam yang menyilaukan mata. Cong liong Losiansu segera berseru tertahan, kemudian serunya: "Hei bocah, darimana datangnya noda darah diatas dadamu?" Suma Thian yu tertegun setelah mendengar pertanyaan itu, sebelum sempat menjawab, Gak kun liong yang berada disisinya telah menjawab lebih dulu. "Socou, itulah kenangan yang diperoleh sewaktu membunuh ular beracun . Sambil berkata Gak Kun liong lantas mengi sahkan kembali peristiwa pertarungan dengan ular beracun tadi. Selesai berkata sapasang matanya segera di alihkan kewajah sucounya seperti menunggu be berapa patah kata pujian darinya. Siapa tahu paras muka Cong liong lo siansu berubah menjadi amat serius setelah mendengar perkataan itu, segera tegurnya: "Apakah kepala ular itu..... segera tegurnya: "Apakah kepala ular itu sudah dipukul sampai hancur?" "Belum" Gak Kun long segera menggeleng. Paras muka Cong liong Lo siansu berubah aneh sekali, kembali dia berseru cemas: "Cepat, kita ambil mutiara dikepala ular itu" Sambil berkata, tangan yang satu menyambar Suma thian yu, tangan yang lain mengepit Gak Kun liong, dia segera beranjak lebih dulu meninggalkan gua. Para jago lainnya baru sadar setelah mendengar perkataan dari pendeta tua itu, buru-buru mereka turut menyusul dari belakang. Tiba diluar gua, terdengar Hui im tongcu Gak say bwe berkata sambil tertawa: "Waah, kita tak bisa menyebrang kesana..." Ketika semua orang mengalihkan perhatian-nya kedepan, benar juga,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tampak pendeta tua itu telah menyeberang ke lembah seberang dengan menumpang burung hong. Sementara itu, Cong liong lo siancu yang baru saja menyeberangi jurang,dari tempat kejauhan secara lamatlamat Suma Thian yu telah menyaksikan ada beberapa sosok bayangan manusia berada diatas puncak seberang. Sebelum dia mengucap sesuatu, Cong liong lo siansu telah berseru dengan cemas: "Aduh celaka, kawanan penjahat telah mendahului kita." Ing ji yang membawa mereka menyeberangi jurang agaknya mengerti perkataan manusia, mendadak ia menukik kebawah dan menyambar keatas puncak bukit dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat. Sebelum Ing ji berhenti, ketiga orang penumpangnya sudah berlompatan sendiri keatas tanah. Gak Kun liong yang paling gelisah, dia yang pertama-tama memburu kesisi bangkai ular beracun itu, ketika di lihatnya kepala sang ular sudah hancur berantakan, dia segera berteriak: "Sucoa mutiara ularnya sudah dilarikan orang!" Ketika Cong liong Losiansu dan Suma Thian yu memburu pula kesitu, betul juga, mereka saksikan mutiara dalam kepala ular beracun itu sudah lenyap tak berbekas. Pendeta tua itu menghela napas panjang, ujarnya kemudian sambil menggeleng. Sudah, sudahlah, ternyata benar-benar sudah dicuri orang, sayang kalau sampai mustika berharga itu terjatuh ketangan orang jahat, aaai, aaai, takdir, takdir, kalau takdir berkata demikian, apa yrng bisa kita lakukan? Mari kita kembali saja" Suma Thian yu segera maju sambil berseru. "Locianpwe, bagaimana kalau kami kejar penjahat itu?" "Tak usah dikejar lagi, penjahat itu sangat lihay tak mungkin ia bisa terkejar, bagaimanapun juga lolap sudah tahu siapa yang mencuri mutiara ular itu, masa kita takut ia bisa kabur ke langit?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Siapa? Suocu siapa yang telah melarikan mutiara ular itu? Gak Kun liong rmendesak dengan perasaan mendongkol. "Bila ditinjau dari bentuk badan bayangan hitam yang sedang melarikan diri tadi, sudah pasti dia adalah Hui cua Cung cu Kiong Lai. Setelah berhenti sebentar, pendeta tua itu melanjutkan: "Sampah masyarakat itu merupakan satu-satunya murid dari Sin hiat jin mo (Manusia iblis menghisap darah), ilmu silatnya sangat lihay, kepandaian andalannya adalah Pek lek si hun ciang (Pukulan geledek pembetot sukma), keampuhannya ilmu pukulan ini boleh di bilang merupakan salah satu kepandaian ampuh dikalangan hitam, tapi kalau dibanding kan dengan ilmu pukulan Luan si im hong ciang (pukulan angin dingin bangkai busuk) dari Hoat si si (Mayat hidup) Ciu Jit hui, akan terlihat mana yang lebih jelek dan mana yang lebih unggul" Gak Kun liong dan Suma Thian yu menja di tertarik sekali setelah mendengar cerita itu, ketika dilihatnya pendeta itu berhenti sejenak, dengan cepat dia menyambung: "Kenapa? Cepat beri penjelasan Cong liong lo siansu sengaja mendehem untuk membasahi kerongkongannya dengan air ludah kemudian pelan-pelan melanjutkan: Ilmu pukulan angin dingin bangkai busuk amat beracun sekali, barang siapa yang bertarung melawannya terkena sapuan ancin pukulannya, maka seluruh badannya akan membusuk, bahkan hanya menyerempet dikulit badan pun akan berakibat suatu pembengkakan seperti tersengat api sebelum akhirnya membusuk pula, oleh sebab itu dia menjadi satu-satunya orang yang bisa menandingu Hui cha Can cu. Maka Manusia iblis penghisap darah Pi-Ciang hay pun menitahkan anak muridnya untuk mencari ular beracun yang telah berusia seribu tahun, sebab ular itu pasti memiliki mutiara penolak racun yang berkhasiat bagi tubuhnya, asal mutiara penawar racun itu telah berhasil di dapatkan, berarti dia dapat bertarung lagi dengan si Mayat hidup Ciu jit hwe

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tanpa kuatir keracunan lagi" Berbicara sampai disitu, dia berhenti sejenak, lanjutnya dengan tertawa ramah: "Siapa tahu Hui cha cun cu Kiong Lui yang menjadi nelayan yang beruntung, bukankah hal inipun merupakan suatu takdir?" "Tidak bisa!" teriak Gak Kun liong dengan perasaan tidak puas, "aku pasti akan mencari nya sampai ketemu, engkoh Thian yu, mari kita pergi mencarinya untuk membuat perhitungan!" "Kau yakin dapat menangkan dia?" tanya Cong liong lo siancu dengan perasaan tak puas. "Tentu saja dapat menangkan dia dengan pasti, engkoh Thian yu, bukankah tempo hari dia hanya bisa membiarkan aku membawamu pergi dari sini...?" "Benar" Suma Thian yu manggut-manggut sambil mengiakan. Cong liong lo siansu tertawa panjang. "Haaahh...haaah... haaah... ini yang dinamakan si rase takut dengan keganasan harimau, dia bukan takut kepadamu, melainkan jeri terhadap kepandaian silat ibumu, maka dia baru mengalah tiga bagian kepadamu, seandainya kau benarbenar bisa mengalahkan dia, buat apa dia menjadi seorang jago kelas wahid dalam kalangan rimba hijau?" Taktik memanasi hati orang yang digunakan Cong liong lo siansu ini ibaratnya api yang bertemu minyak, kontan saja membuat Gak kun liong yang pada dasarnya bersifat ingin menang merasa terbakar hatinya, dia segera melompat bangun, lalu sambil menarik tangan Suma Thian yu siap melakukan pengejaran. Mendadak terdengar suara pekikan burung hong bergema memecahkan keheningan, Cong liong lo siansu segera berseru: "Long ji, buat apa mesti tergesa-gesa macam orang takut tak kebagian makanan, coba lihat ibumu telah datang, dia pasti mempunyai cara yang baik untuk mengatasi persoalan ini."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Baru selesai dia berkata, dari tengah udara telah kedengaran suara hembusan angin tajam, kemiiian tampak Ing-ji dengan membawa Hui im tongcu dan Siau yau kay Wi Kian telah melayang turun ke atas tanah. Begitu bertemu dengan ibunya, Gak kun liong segera menubruk kedalam pangkuannya sambil berseru manja: "Ibu, kau harus mencarikan akal bagiku" "Ada urusan apa Liong-ji?" Hui im Tongcu tidak mengerti akan peristiwa yang barusan terjadi, maka dia bertanya dengan perasaan tercengang. Secara ringkas Cong liong lo siansu menceritakan apa yang telah terjadi. Siau yau kay Wi Kian yang berada disisinya dengan capat berseru penuh semangat: "Hiiih...hiihh...hiiih...biasanya kasus semacam ini paling cocok dengan seleraku, bagaimana kalau aku sipergemis tua yang menemanimu membuat keramaian?" Suma Thian yu merasa girang sekali setelah mendengar Siau yau kay menyanggupi untuk menemaninya, sementara Gak Kun liong juga telah melepaskan diri dari pelukan ibunya dan berlari menghampiri sipengemis sambil mere ngek agar cepat membawa mereka pergi. Menyaksikan kemanjaan putranya, tanpa terasa Hui im Tongcu menggelengkan kepalanya berulang kali sambil menghela napas, ka tanya: "Aaai, kalau bocah sudah terbiasa dimanja, di kemudian hari entah siapa yang bisa mengurusi nya?" Cong liong lo siansu hanya tersenyum belaka tanpa menjawab. Berapa saat kemudian dia baru berpaling kearah Suma Thian yu seraya berkata: "Anak Yu, kaupun boleh ikut, perduli berhasil atau tidak, kau harus kembali kesini!" Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali dia menambahkan:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Setelah kau kemari nanti, ada tugas yang jauh lebih penting lagi hendak kuserahkan ke padamu" "Baik!" Suma Thian yu mengiakan, Kemudian bersama Siau yau kay dan Gak Kun liong berangkat meninggalkan bukit tersebut. Siau yau kay wi kian langsung membawa kedua orang pemuda itu menuju ke bukit Han san, sepanjang jalan dengan tiada jemu-jemunya Siau yau kay wi kian menanyai Suma Thian yu terus-menerus tentang masalah perusahaan Sin liong piaukiok dan perselisihan-nya dengan congpiautau mereka Mo im si liong Wan Kiam ciau. Untuk kesekian kalinya Suma thian yu mengulangi kembali kisah kejadian tersebut, dan akhirnya diapun dengan perasaan jemu ia balik bertanya: Locianpwe, sebenarnya apa hubungan mu dengan Wan congpiautau?" "Aku si pengemis tua adalah susioknya" kini Siau yau kay baru mengutarakan indentitas yang sebenarnya. Ooh....." dalam hatinya Suma Thian yu lantas berpikir, "tak heran kalau dia mendamprat ku habis-habisan begitu bersua muka denganku tadi, rupanya mereka mempunyai hubungan yang begitu akrab!" Tatkala matahari sudah mulai tenggelam, sampailah ketiga orang itu didepan hutan yang amat lebat, Siau yau kay Wi Kian lantas memanggil kedua orang pemuda itu dan membisik kan sesuatu kepada mereka, kemudian baru meneruskan perjalanan menembusi hutan. Dan setelah keluar dari hutan, Siau yau kay telah berseru: "Sudah beres! Kita boleh melaksanakan tugas seperti apa yang direncanakan Lo siang, masing-masing harus berjaga pada posnya masing-masing, tak boleh kemaruk akan pahala sehingga menggagalkan rencana kita ini" Seusai berkata, mereka bertiga segera sama-sama menyusup masuk kedalam hutan, bagaikan memasuki daerah tak bertuan, begitu berada dalam hutan, mereka bertiga lantas memencarkan diri. Ditengah kegelapan malam, tampak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tiga sosok bayangan manusia terbagi menjadi tengah kiri dan kanan bersama-sama menerjang masuk kedalam hutan. Tiba ditepi tanah lapang ditengah hutan, Siau yau kau Wi Kian tidak maju lagi, sambil berdiri ditengah lapangan tersebut, dia lantas berteriak teriak macam orang gila. "Hari ini ada arak hari ini mabuk, besok ada kesulitan besok baru murung. Bila masuk istana iblis dianggap istana malaikat, angkat cawan minum bersama bidadari..." Belum habis dia bergumam, terdengar dua kali bentakan nyaring bergema memecahkan keheningan, lalu nampak dua titik cahaya tajam yang disertai dengan suara-suara desingan angin tajam langsung menyambar ke tubuh Siau yau kay wi kiam. Menyaksikan kejadian tersebut, diam-diam Siau yau kay merasa amat girang, pikirnya: "Anjung keparat, masuk jebakan kalian!" Baru saja ingatan tersebut lewat, dua macam senjata rahasia itu sudah muncul di depan mata. Siau yau kay segera berteriak kesakitan: "Aduuh mak, habis sudah riwayat aku si pengemis tua!" Entah gerakan apa yang dipergunakan, tahu-tahu senjata rahasia yang meluncur datang itu lenyap bagaikan batu yang tenggelam di tengah samudra, punah tak berbekas, tapi pada saat yang bersamaan pula Siau yau kay telah rubuh terjungkal ke atas tanah. Tiba-tiba bergema suara gelak tertawa yang amat nyaring berkumandang memecahkan ke heningan, tampak dua sosok bayangan manusia bagaikan sambaran petir cepatnya telah mela yang turun didepan mata. Terdengar salah seorang diantaranya segera mencaci maki kalang kabut. "Pengemis busuk yang tak punya mata, tidak dilihat dulu tempat apakah ini, hmm, memangnya dianggap setiap orang boleh memasuki tempat ini sekehendak hati sendiri?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sambil berkata dia lantas membungkukkan badan sambil memeriksa apakah Siau yau kay Wi Kian sudah mati atau belum. Siapa tahu, baru saja dia membungkukkan badannya, mendadak terdengar pengemis itu tertawa dingin, seperti mayat yang bangkit kembali, tahu-tahu Wi kian mengebaskan ujung bahunya ke depan... Orang itu segera mendengus tertahan dan roboh terkapar ke atas tanah.... Bersamaan waktunya, Siau yau kay Wi kian juga melompat bangun, serunya sambil tertawa terbahak-bahak: "Haah...haah...haah... berani melukai orang segera sembunyi, kalian memang pantas mampus!" Selesai berkata, dia mengawasi wajah ke dua orang itu dengan lebih seksama, kemudian sambil menjerit kaget dia berteriak: "Aduuh mak, rupanya kalian berdua dari Tiang pek san, waduh, kelewat besar keonaran yang ku buat kali ini, berapa butir batok kepala aku si pengemis tua bisa ludas terpenggal nanti" Selesai berkata buru-buru dia melarikan diri ke luar hutan. Rupanya orang yang melepaskan senjata rahasia tadi adalah Kiu tau siu (bintang berkepala semblan) Li Gi serta Liat hwee siu (bintang berapi) Li Hiong dua orang, yang tergeletak diatas tanah sekarang adalah Liat hwee siu Li Hiong. Di dalam kegelapan tadi, Kiu tau siu Li Gi tidak dapat melihat jelas pendatang tersebut, tapi kini setelah mengetahui kalau pengemis tua yang mereka sergap tak lain adalah Siau yau kay yang disegani setiap orang, kontan sa ja mereka menghembuskan napas dingin. Tak heran kalau mereka tak berani melakukan pengejaran meski menyaksikan Siau yau kay melarikan diri. Tampaknya Siau yau kay akan segera keluar dari hutan itu, mendadak dari dalam hu tan bergema suara bentakan rendah: "Lihat serangan!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Beberapa titik cahaya tajam yang disertai desingan angin tajam segera meluncur kedepan dan menyergap tubuh Siau yau kay. Wi Kian memang sangat lihay, menyaksikan datangnya sergapan senjata rahasia, tanpa gugup barang sedikitpun jua, dia membuang tubuhnya kebelakang dengan gerakan jembatan gantung, lalu menghimpun tenaga dalamnya kedalam dan melayang mundur dari situ dengan gerakan datar, lalu setelah berhasil berdiri tegak segera ejeknya: "Waaah, untung tidak sampai mampus!" Mendadak dari balik hutan melayang keluar sesosok bayangan manusia, meminjam cahaya bintang Siau yau kay segera mengamati wajah orang itu lebih seksama, ternyata dia adalah orang pemuda yang berwajah amat tampan. "Bocah, kalau dilihat tampangmu yang begitu tampan, sungguh tak kusangka kalau hatimu kejam, orang muda sudah belajar berbuat kalau sudah dewasa nanti mau jadi apa kau?" Siau yau kay berpura-pura mendamprat: Pemuda ganteng itu sesungguhnya tak lain adalah Cun gan siucay (sastrawan berparas tampan) Si Kok seng, pemuda bermuka manusia berhati binatang ini sesungguhnya hendak menghantar Suma Thian yu serta dua bersauda ra Thia kedalam hutan dan meminjam kekuatan Hui cha Cun cu hendak membasmi mereka bertiga, maka begitu sampai dalam hutan dia lantas melaporkan namanya dan memberi kabar kepada Hui cha Cun cu akan kehadiran-nya. Kemudian sambil berlagak menghancurkan tugu dan mencaci maki, dia memancing kehadiran Hui cha Cun cu, sedang dia sendiri berlagak seakan-akan jalan darahnya tertotok dan roboh tak sadarkan diri ditanah.... Dengan tindakan mana, selain bisa menghin darkan diri dari tugas, diapun dapat mencuci bersih kejahatannya, sayang perhitungan manusia takkan menangkan takdir, akhirnya Suma Thian yu berhasil ditolong oleh Gak Kun liong sedang dua bersaudara Thia pun berhasil lolos pula dengan selamat,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan demikian rencana busuknya mengalami kegagalan total. Dalam pada itu, Cun gan siuacay Si kek seng yang menyaksikan pengemis tua itu sanggup memunahkan sergapan-nya secara mudah, dengan cepat ia menjadi sadar bahwa pengemis tua ini mustahil datang tanpa membawa suatu maksud tertentu. Maka diapun tanpa sungkan- sungkan meloloskan pedangnya, kemudian sambil berdiri empat langkah dihadapan Siau yau kay Wi Kian, serunya dengan suara lantang: "Pengemis busuk, jalan ke sorga tidak kau tempuh, jalan ke neraka justru kau terjang, nampaknya kau sudah bosan hidup sehingga sengaja datang kemari untuk menghantar nyawa mu" Baru selesai pemuda iblis itu berkata, Kiu tausiu Li Gi yang kuatir rekannya kelewat memandang enteng lawan segera memberi peringatan: "Si hiante, dia adalah Siau yau kay yang bernama besar, kau tak boleh bersikap kelewat gegabah!" Sekarang Cun gan siaucay Si Kok seng baru terkesiap, dia tidak mengira kalau pengemis tua yang sama sekali tidak punya keistimewaan apa-apa ini sesungguhnya adalah Siau yau kay Kian yang disegani dan ditakuti setiap orang, diamdiam ia menarik napas dingin. Tapi rasa jerinya itu hanya disembunyikan dalam hati, sedang diluaran ia lantas berseru sambil tertawa dingin: "Aku mengira siapa yang begitu bernyali berani membuat keonaran disini, rupanya hanya pengemis busuk yang dibenci oleh setiap orang, sungguh beruntung sauya bisa bersua denganmu hari ini, mumpung ada kesempatan aku hendak memberi pelajaran kepadamu, agar kau tahu bahwa diluar langit masih ada langit, diatas manusia masih ada manusia pandai lain-nya" Sedemikian jumawa dan takaburnya perkataan itu, membuat Kiu tau siu Li Gi yang berdiri tenang disisinya turut bergidik hingga bulu kuduknya pada bangun berdiri, peluh dingin segera jatuh bercucuran membasahi seluruh tubuhnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau yau kay Wi Kian menengadah dan tertawa tergelakgelak. "Haah...haah...haah... bagus, bagus sekali, hari ini aku si pengemis tua memang ingin membuka mataku, mari, mari, lebih baik kalian berdua maju bersama saja, dengan tangan kosong akan kulayani kalian berdua sebanyak tiga ratus gebrakan. Semhari berkata, telapak tangannya segera diayunkan kedepan dengan jurus Liong su yu hay (naga berpesiar ke empat samudera), sasa rannya adalah Can gan siucau Si Kong seng, tapi sewaktu sampai ditengah jalan, dia memutar gerakannya dan merubah pukulan menjadi serangan jari, kali ini dia mengancam jalan darah Tiong teng hiat di depan dada Kiu tau siu Li Gi. Dalam satu jurus mempunyai dua kegunaan yang berbeda, kontan saja mendesak Si Kok seng dan Li Gi harus turun tangan memberikan perlawanan. Terdengar dua kali bentakan gusar bergema memecahkan keheningan, Si kok seng telah mengayunkan pedangnya dengan jurus Lan kang to cay (Membendung sungai mengeringkan samudra), dia menyerang dari sisi sebelah kanan, sementara Kiu tau siu Li Gi mengangkat goloknya membacok dari sebelah kiri. Tujuan Siau yau kay yang sebetulnya tak lain hanya ingin membelenggu kedua orang itu, jadi sama sekali tiada maksud membunuh mereka. Maka diapun mengembangkan ilmu langkah Ciok tiong luan pon hoat untuk berputar-putar mengitari mereka berdua. Dalam waktu singkat seluruh arena sudah dipenuhi dengan bayangan manusia yang sebentar bergerak kekanan, sebentar kekiri, se bentar keatas dan sebentar lagi kebawah, hal mana membuat dua orang bajingan itu berkaok-kaok kegusaran. Sambil bertarung mempermainkan ke dua orang itu, Siau yau kay mulai merasa kuatir, apa sebabnya hingga kini Hui cha Cun cu belum juga menampakkan diri, coba kalau tujuannya bukan untuk memancing kemunculan Hui cha Cun

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

cu, kedua orang bajingan ini tak akan mampu bertahan sebanyak sepuluh gebrakan. Dalam pada itu, Gak Kun liong dan Suma Thian yu berdua, satu dari kiri yang lain dari kanan secara terpisah telah menyelundup masuk kebelakang hutan, sebab tempat tinggal Hui cha Cun cu terletak dibelakang hutan tersebut. Sesuai dengan rencana yang telah disusun oleh Siau yau kay, sementara pengemis itu ber kaok-kaok memancing kemunculan musuh, Suma Thian yu dan Gak Kun liong berdua akan menyelundup kedalam rumah dan menyelesaikan tugas mereka. Taktik suara ditimur menyerang dibarat ini bernama pula siasat memancing harimau turun gunung, kelihayannya luar biasa sekali. Tanpa menjumpai hadangan apapun Gak Kun liong telah berhasil menyusup masuk ke dalam hutan, tampak sepuluh kaki selewatnya jalan kecil itu dia akan sampai dirumah kediaman Hui cha Cun cu. Disaat tubuhnya baru mencapai jalanan kecil inilah, mendadak dari jalan berkumandang suara tertawa dingin yang amat mengerikan. Mendengar suara tertawa tersebut, Gak Kun Hong mundur satu langkah kebelakang, mendadak dari sisi jalan ia saksikan sesosok bayangan manusia menampakkan diri dan menghadang jalan perginya. Gak Kun liong segera angkat kepalanya, tapi ia jadi tertegun setelah mengetahui siapa gerangan orang itu, pikirnya: "Heran, mengapa setan tua ini belum lari kesana?" Dengan suara lantang diapun menegur: "Kiong Lui, hampir saja mengejutkan hati ku! Kenapa kau bersembunyi seorang diri ditepi jalan? Apakah menyambut kedatanganku?" Ternyata orang yang menghadang jalan pergi Gak Kun liong adalah Hui cha Cun cu Kiong Lui. Tampak ia meludah, kemudian serunya dingin:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jawab dulu, mengapa kau malam-malam datang kemari? Apakah kaupnn sengaja datang dari gua Hui im tong untuk menyambut kedatangan ku?" Gak Kun liong melototkan sepatang matanya yang besar dan bulat itu sambil menyahut. "Aku hendak mencarimu untuk bermain, sekalian hendak memberitahukan satu hal kepadamu" "Hmm, mencari aku hendak bermain? Masa membawa orang?" Hui cha Cun cu Kiong Lui mendengus dingin. Membawa siapa?" Gak Kun liong mencibir. "Sipengemis busuk itu. Mau mungkir?" Setelah mendengar kalau gembong iblis tersebut hanya menyebut Siau yau kay seorang, Gak Kun liong segera tahu kalau jejak Suma Thian yu belum ketahuan, kontan hatinya merasa lega. Sambil menggigit bibir dia lantas berpikir sejenak, akhirnya dia berhasil menemukan suatu siasat bagus, katanya cepat: "Ibuku tak suka kalau aku pergi jauh, setiap kali ia tentu mengutus orang untuk mengikutiku, apa boleh buat" "Heeeh...heeeh...heeeh...bocah, lohu toh bukan anak berusia tiga tahun, kau ingin mengelabuhi ku? Tadi kau bilang hendak menyampaikan sebuah kabar untukku, cepat katakan" seru Hui cha Cun cu sambil tertawa licik. "Coba lihat, galak amat kau ini! Ya sudahlah, aku tak ingin main, tak ingin bicara lagi, selamat tinggal!" Selesai berkata dia lantas membalikkan badai dan kabur dari situ. Menyaksikan hal itu Hui cha Cun cu segera membentak gusar, kemudian sambil mengejar, dia mencengkeram kerah baju Gak Kun liong. "Bocah keparat! Sebelum mengemukakan alasannya, jangan harap kau bisa meloloskan diri dari sini!" dampratnya. Merasakan datangnya desingan angin dingin dibelakang tubuhnya, Gak Kun liong segera merendah sambil melejit kesamping, teriaknya: "Hei, kau ingin bertarung?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Aku ingin memberi pelajaran kepada mu, mau apa kau?" Sambil berseru, Hui cha Cun cu mencengkeram batok kepala Gik Kun liong lagi dengan jurus Cong eng phu toh (elang sakti menerkam kelinci). Gik Kun liong sendiripun bukan manusia sembarargan, meski usianya masih muda, ke pandsian silatnya telah mendapat warisan langsung dari ibunya, baik dalam soal tenaga dalam, maupun soal ilmu meringankan tubuh, kepandaiannya tidak kalah dari seorang jago kelas satu dalam dunia Persilatan. Padahal Hui cha cun cu Kiong Lui sendiripun menaruh perasaan was-was terhadap Gak kun liong, semua serangan yang dilancarkan boleh dibilang tidak menggunakan tenaga penuh, dengan begitu ia justru termakan oleh siasat Gak kun Liong. Tampak bocah itu melompat kekiri mengegos kekanan, gerakan tubuhnya sangat aneh, dia selalu berputar mengitari sekeliling Hui cha cun cu sambil menggoda. Sebagai manusia yang berpengalaman, dalam sekalian pandangan saja Hui cha Cun cu sudah mengetahui kalau bocah ini mempunyai sesuatu maksud tertentu, tanpa terasa bentaknya dengan gusar: "Bocah keparat, cepat katakan rencana busukmu, kalau tidak, jangan salahkan kalau lohu akau bertindak keji kepadamu" Memukul anjingpun harus melihat pemiliknya, Gak Kun liong memang dasarnya cerdik, diapun pandai menduga setiap persoalan yang bakal terjadi, dari ucapan lawan dia tahu kalau musuh hanya gertak sambal belaka. Sambil cengar-cengir segera sahutnya: "Aku toh sudah bilang, hendak mencarimu untuk diajak main, suruh kau menebak dulu toh bukan persoalan? Padahal aku memang hendak memberitahu kepadamu, aku telah mem bunuh seekor ular beracun" "Kentut!" Hui cha Cuncu membentak gusar, "apa sangkut pautnya antara ular beracun denganku? Kau ingin mempermainkan lohu?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aduuh mak, kenapa sih kau galak amat?" Aku dengar kau sedang berusaha keras untuk mencari ular beracun berusia seribu tahun, maka sengaja kusampaikan berita ini kepadamu, sepantasnya kau berterima kasih atas jerih payahku ini. Sekarang kau malah galak amat kepadaku, hmm, lihat saja nanti, akan ku laporkan kepada ibuku agar kau diberi pelajaran yang setimpal" Mendengar ucapan mana, Hui cha Cun cu merasakan jantungnya berdebar keras, tapi setelah dipikir kembali, dia merasa bocah itu jelas lagi membohonginya, mana mungkin ular beracun ditemukan secara gampang...? Kontan saja dia mencaci maki penuh kemarahan: "Keparat, hukuman mati boleh dihindari tapi hukuman hidup jangan diharap bisa dihindari, aku tak doyan dengan permainan begitu, kau harus ditempeleng atas kebohongan mu itu" Gak Kun liong tahu, sewaktu berbicara penjagaan lawan pasti menendor, buru-buru dia menerobos kedepan sambil mengayunkan telapak tangannya. "Plaaaaakkkk!" sebuah tamparan keras menghajar telak diatas pipi Hui cha Cun cu, membuat dia berkaok-kaok kesakitan. Dalam marahnya Hui cha Cun cu segera men dorong pula sepasang lengannya kedepan dan melepaskan sebuah pukulan yang maha dahsyat. Gak Kun liong bukan anak bodoh, dengan cepat dia berkelit kesamping, bukan mundur ia justru menyerobot maju kemuka dan memotong dada Kiong Lui, kepalan-nya yang digenggam kencang lantas dihantamkan keras-keras, kemudian dia menerobos kebelakang punggung musuhnya lewat bawah ketiak. "Hei, sauya berada disini!" teriakannya sambil bersorak kegirangan. Secara beruntun Hui cha Cun cu harus menderita dua kali pukulan, bisa dibayangkan be tapa gusarnya orang itu, dari malu dia jadi naik darah sambil memutar badan, sebuah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pukulan dengan tenaga sebesar lima bagian segera dilontarkan kemuka. Gak Kun liong sedang asyik bertarung, tentu saja dia jeri menghadapi ancaman semacam itu, hawa murninya segera dihimpun ke dalam telapak tangan dan siap menyongsong datangnya ancaman lawan dengan keras lawas keras. "Blaaaamm!" suatu ledakan keras menggelegar diangkasa. Akibat dari bentrokan tersebut, kedua belah pihak samasama tergetar keras badannya, tapi tidak sampai menimbulkan cedera apapun. Atas kejadian tersebut, Hui cha Cun cu makin naik darah, ia segera menerkam lagi kemuka dan membacok dada Gak Kun liong dengan jurus Im liong tham- ciau (naga sakti mementang cakar). Tiba-tiba dari tengah hutan sana berkumandang dua kali jeritan ngeri yang menyayatkan hati. Hui cha Cun cu menjadi tertegun, tanpa terasa gerak serangannya menjadi terhenti. Gak Kun liong segera tertawa terbahak-bahak, ejeknya: "Hahahahahaha....... bagus sekali! Rupanya kedua ekor anjing budukan itu sudah dibikin mampus" Selesai berkata dia lantas ngeloyor pergi meninggalkan tempat itu. Menyaksikan keadaan tersebut, Hui cha Cun cu menjadi teramat gusar, sambil menggertak gigi menahan diri makinya: "Bocah keparat, rupanya kau memang sengaja datang mencari gara-gara, bagus, bila kubiarkan kau lolos dari hutan ini sekarang, mu lai hari ini aku bukan she Kiong lagi". Seraya berkata dia lantas mengejar sampai lima langkah dibelakang Gak Kun liong. Menghadapi kejaran tersebut, Gak Kun liong sama sekali tidak berpaling, dia malah menyusup masuk ketengah lapangan ditengah hutan dan persis menyongsong kedatangan Siau yau kay Wi Kian. Tolong, tolong, dibelakang ada srigala buas!" buru-buru ia berteriak minta tolong.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau yau kay Wi Kian menyelinap melalui sisi Gak Kun Hong dan segera menghadang dihadapan Hui cha Cun cu, lalu tegurnya sambil tertawa terbahak-bahak: "Selamat bersua kembali saudara Kiong, aku harap kau sehat sehat selalu selama ini, kena pa kau bisa pindah ke tempat semacam ini?" Kemarahan Hui cha Cun cu makin membara setelah bertemu dengan Siau yau kay Wi Kian, tanpa banyak cincong dia lantas mendamprat: "Sudah pasti kau si pengemis busuk yang membuat rencana busuk ini, ayo jawab, mau apa kau malam-malam datang kemari?" "Aduuh...kita kan orang sendiri, mengapa sih galak amat? Saudara Kiong, usia kita sudah tua, kenapa sifat berangasanmu belum juga berkurang?" Sambil berkata Siau yau kay menunggu berita Suma Thian yu dengan tenang, bagaimana pun juga Suma Thian yu sudah masuk ke dalam hutan, tapi hingga kini belum nampak juga munculkan diri, kejadian ini akhirnya membuat dia merasa membuat dia merasa kuatir sekali. Betul Kun liong sudah menahan lawan untuk sesaat lamanya dan kini berganti Siau yau kay yang menghadang, sekalipun cara bertarung semacam ini merupakan suatu pertarungan dengan cara bergilir, namun bukan berarti tak boleh. Akan tetapi, keadaan semacam ini dibiarkan berlangsung terlalu lama lagi, dan Suma Tnian yu belum juga berhasil, pada akhirnya ke dua belah pihak pasti akan jatuh korban. Sementara pembicaraan berlangsung, Hui cha Cun cu pun mengawasi anak buahnya yang tergeletak ditanah, tatkala dilihatnya Tiang pek siang tat dan Si Kok seng mendengkur semua dengan begitu nyenyak, amarahnya langsung saja berkobar lagi, segera bentaknya: "Pengemis busuk, bagus sekali perbuatanmu, hari ini kalau ada kau berarti tak ada aku, kita harus bertarung sampai salah satu mampus" Seraya berkata, ia lantas melancarkan serangan dengan jurus Huang hong cian bong (angin puyuh

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menggulung puncak), dan diantara deruan angin pukulan yang memekikkan telinga, segulung angin serangan dahsyat langsung me nerjang ketubuh Siau yau kay. Siau yau kay yang diancam segera tertawa terkekeh-kekeh, tangan yang sebelah dilintang kan didepan dada sementara telapak tangan yang lain siap melancarkan serangan, kepada Gak Kun liong serunya: "Liong-ji, tunggu aku diluar hutan sana!" Sementara berbicara, angin pukulan lawan telah meluncur datang, Siau yau kay segera mengegos kesamping lalu berkelit dengan gerakkan amat cepat. jilid : 13 Pengemis sakti yang pernah malang melintang dalam dunia persilatan karena ilmu langkah Ciok tiong luan poh cap lak tui nya ini benar-benar memiliki tenaga dalam yang amat lihay, akan tetapi lawannya Hui cha Cun cu Kiong Lui sendiri pun merupakan gembong iblis nomor satu dari golongan Liok lim, apalagi suhunya si Manusia iblis penghisap darah, dia merupakan raja iblis yang disebut Kay si siang mo (sepasang iblis sakti dari jagad) bersama mayat hidup. Begitu bertarung, kedua belah pihak sama sama mengeluarkan ilmu pukulan berat, Hui cha Cun cu. mengembangkan ilmu pukulan Pek lek si hun ciang nya yang maha dahsyat dan satu jurus demi satu jurus meneter musuhnya secara pasti. Seketika itu jaga seluruh angkasa diliputi angin puyuh yang menderu-deru, seperti ombak dahsyat yang menghantam tepian, kelihayannya benar-benar mengerikan. Tujuan yang terutama dari Siau yau kay Wi Kian tak lain adalah memberi waktu yang cukup buat Suma Thian yu untuk melaksanakan tugasnya, sebab itu dia selalu menghindari yang berat menghadapi yang ringan, menghindari kenyataan menyongsong yang kosong, dengan mengandalkan ilmu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

gerakan tubuhnya yang sakti dia berusaha memunahkan sebagian besar dari ancaman yang tiba. Seperti seekor kupu-kupu yang terbang di antara aneka bunga, sebentar ke atas sebentar ke kiri dan sebentar lagi ke kanan, sambil berkelit dia selalu mengejek dan mencemooh guna mengacaukaa pikiran musuh. Tapi, Hui cha Cun cu pun seorang manusia yang amat lihay, dalam sekilas pandangan saja ia sudah bisa menduga maksud tujuan Siau yau kay, tanpa terasa pikirnya: "Kedatangan kedua orang ini tidak seperti mencari balas, diapun tidak berniat bertarung melawanku, mungkinkah kedatangan mereka mempunyai suatu rencana tertentu? Tidak, tak mungkin, aku tidak memiliki sesuatu yang bisa di incar orang dengan siasat liciknya!" Semakin dipikir dia merasa makin bingung dan tak habis mengerti, sudah jelas tahu jika orang datang karena sesuatu tujuan, tetapi tak bisa diduga apa tujuannya, hal mana kontan saja membuat hatinya kesal bercampur mendongkol. Sementara pertarungan antara kedua orang itu masih berlangsung, mendadak terdengar suara pekikan nyaring bergerai memecahkan keheningan, meski suaranya tak keras tapi mengalun tiada hentinya di tengah udara. Mendengar suara pekikan tersebut, Siau yau kay merasakan semangatnya berkobar kembali, diam-diam ia girang karena Suma Thian yu telah berhasil hingga tidak siasia kedatangan mereka kali ini, tanpa terasa diapun turut berpekik nyaring. Mendadak gerakkan tubuhnya berubah, sepasang tangannya diayunkan berulang kali melepaskan tiga buah pukulan berantai, sedemikian cepatnya serangan yang dilancarkan memaksa Hui cha Cun cu terdesak mundur sejauh beberapa langkah. Siapa tahu Siau yau kau segera menarik kembali serangannya begitu berhasil mendesak Kiong Lui, serunya sambil tertawa keras "Maaf aku si pengemis tua harus mohon diri lebih dulu!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu selesai berkata, tubuhnya sudah melompat keluar dari hutan, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya telah lenyap dibalik keeelapan... Hui cha Cun cu yang dikacau orang masih berdiri termangu-mangu dengan perasaan tidak mengerti, dia tak tahu apa gerangan yang sedang dilakukan musuhnya itu, karena ingin tahu, akhirnya dia menjejakkan kakinya ke tanah dan ikut mengejar keluar hutan. Begitu tiba di hutan, disitu tak nampak sesesok bayangan manusiapun, suasana di keliling sana masih tetap sepi tidak ada manusia siapapun, tanpa terasa serunya sambil mendepakkan kakinya berulang kali: "Pengemis busuk, kuperingatkan kepadamu, bila kita bersua lagi dikemudian hari, saat itulah merupakan saat ajalmu, coba akan kulihat kau bisa berbuat gila sampai kapan!" Selesai berkata dia lantas kembali ketanah lapangan dan menyadarkan rekan-rekannya, ternyata rekannya tiada yang cedera, mereka banya ditotok saja jalan darahnya. Dengan kejadian ini, Hui cha Cun cu semakin dibikin kebingungan dan tidak habis mengerti. Mendadak satu ingatan melintas dengan cepat dalam benaknya, kemudian terdengar ia menjerit kaget: "Aduuuh, jangan-jangan karena benda mestika itu! )-)-)-)-)-)-) sementara itu, Siau yau kay Wi Kian yang mendengar suara pekikan nyaring dari Suma Tnian yu, segera meninggalkan Hui cha Cun cu Kiong Lui dan melayang keluar dari hutan. Diri kejauhan sana dia menyaksikan ada dua sosok bayangan manusia yang kecil sedang menuju kedepan. Siau yau kay tak berani berayal lagi, dia segera mengerahkan ilmu meringankan tubuh Leng khong siu tok melakukan pengejaran secepat kilat dari belakang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hanya didalam beberapa kali lompatan saja, ia berhasil mendahului dua orang tersebut, begitu sampai dia lantas menegur: "Bocah, kau telah berhasil? "Untung tidak gagal, cuma ada sebutir!" sahut Suma Thian yu dengan wajah berseri, "Setan cilik, tentu saja hanya sebutir, dari mana datangnya dua butir? seru Siau yau kay setengah girang setengah mendamprat. Sambil berjalan Gak Kun liong pun mulai menggerutu. Engkoh Thian yu, cara kerjamu amat lamban, sama sekali tak bisa cekatan, masa hanya mengambil sebutir mutiara saja membutuhkan waktu sampai setengah hari? Hampir saja selembar nyawaku melayang" Sambil tertawa Suma Thian yu menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya: "Tahukah kau, gembong iblis tersebut telah menyembunyikan mutiara tersebut dengan amat rahasia sekali, setelah memeras otak setengah harian lamanya, aku baru berbasil mengorek-nya keluar dari atas dinding ruangannya" Mendengar perkataan itu, Siau yau kay segera berpikir sejenak, lalu katanya: "Aaah, tidak mungkin, masa sedemikian cepatnya dia menyembunyikan benda itu? Kecuali kalau sebelumnya dia sudah tahu kalau kami bakal datang ke sana" Dengan wajah serius Suma Thian yu kembali berkata: "Perduli amat, pokoknya tugas kita kali ini telah berhasil dengan lancar, mari kita memberi laporan. Aah, betul, aku belum sempat mengucapkan terima kasih kepada kalian berdua!" Begitulah sambil berbicara sambil berjalan, tanpa terasa ketiga orang iitu sudah tiba diatas puncak bukit. Gak Kun liong segera bersuit nyaring ketebing seberang sana memberi tahu kepada si burung hong untuk menjemput mereka.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tak lama kemudian dari bukit seberang terdengar suara pekikan dari Ing ji. Mendadak terdengar Siau yau kay Wi Kian berbisik lirih: "Sett! tenang sedikit, aku seperti mendengar suara ujung baju terhembus angin, jangan-jangan gembong iblis itu merasa mutiaranya hilang dan menyusul kemari?" Suma Thian yu dan Gak Kun liong segera memasang telinga dan mendengar suara ujung baju terhembus angin berkumandang datang. Dengan wajah gelisah Gak Kun liong lantas berseru: "Waah bagaimana baiknya? Ing ji masih belum juga datang kemari...? Apa yang kita takuti?" sahut Siau yau kay tenang, "paling baik lagi kalau dia berani menyusul kemari, aku si pengemis tua memang ingin memberi sedikit pelajaran kepadanya" Sementara pembicaraan berlangsung, mendadak terdengar tiga kali pekikan aneh berkumandang datang dari punggung bukit. Gak Kun liong dengan perasaan makin gelisah mengawasi bukit seberang tanpa berkedip, dia berharap Ing ji bisa segera sampai disana. Mendadak dari tengah udara berkumandang suara pekikan burung hong, Gak Kun liong segera menari nari sambil berteriak: "Nah sudah datang, Ing ji sudah datang" Baru selesai dia berkata dari belakang punggung mereka telah berkumandang datang suara gelak tertawa yang amat mengerikan. Dengan cepat Gak Kuu liong berpaling, tanpa terasa dia menjerit kaget: "Aaaah !" Apa yang diduga Siau yau kay memang tepat sekali, Hui cha Cun cu Kiong Lui dengan memimpin Kiu tau siu Li Gi dan Liat bwe siu Li Hiong telah muncul dihadapan mereka. Siau yau kay segera mendengokkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Haah...haaah...haaah...kalau sudah bermusuhan, dunia kok rasanya amat sempit, dimana saja kita selalu bersua kembali, hei orang she Kiong, kita memang sudah ditakdirkan untuk berjumpa terus, bagus, sebelum mampus kita tak usah buyar. Hui cha Cun cu melotot musuh-musuhnya dengan sorot mata penuh kebencian, dia menggerakkan bahunya melayang kehadapan ke tiga orang itu, kemudian bentaknya gusar: Bangsat sialan, pengemis busuk, siapa yang sudah melarikan mutiaraku?" Akhirnya sorot mata penuh kebencian itu berhenti diatas wajah Suma Thian yu, kembali bentaknya: "Pasti kau. Ayo jawab!" Sekulum senyum hambar menghiasi raut wajah Suma Thian yu, dia tak sudi menjawab pertanyaan itu. Hui cha Cun cu yang berpengalaman tentu saja dapat menyaksikan sikap lawannya, sinar kebuasan dan rasa benci yang mencorong ke luar dari balik matanya makin menjadi, tanpa berkedip barang sekejappun dia menatap wajah Suma Thian yu lekat-lekat, kemudian selangkah demi selangkad berjalan mendekati anak muda tersebut. Gak Kun liong yang menyaksikan kejadian tersebut merasakan hatinya semakin gelisah, buru-buru dia lari kesisi tubuh Suma Thian yu dan siap membantunya. Tapi Liat hwe siu Li Hiong segera memburu kedepan dan menyerobot didepan Gak Kun liong dengan menghalangi jalan perginya. Makin lama Hui cha Cun cu semakin mendekati mereka, mendadak ia berhenti lalu sambil mengulurkan tangannya dia berseru: Bawa kemari setan licik, ayo serahkan mutiara itu padaku! "Kalau ingin turun tangan, silahkan saja turun tangan sendiri..." jengek Suma Thian yu sambil tertawa sinis. Hui cha Cuncu menjadi amat gusar, teriaknya mendadak: "Kau anggap lohu tak berani?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seraya mengancam sekali lagi dia mendekati Suma Thian yu sampai dua langkah. Tanpa disadari Suma Thian yu mundur dua langkah kebelakang, kini tubuhnya telah berada di tepi jurang, bila dia mundur selangkah lagi, niscaya tubuhnya akan terjerumus kedalam jurang, terkubur di dasar lembah. Siau yau kay Wi Kian yang menyaksikan kejadian ini menjadi amat kuatir, peluh dingin bercucuran membasahi seluruh tubuhnya, buru-buru dia memperingatkan: "Yu ji, jangan mundur lagi!" Mendengar peringatan tersebut, Suma Thian yu manggutmanggut, dengan mempergunakan sisa sorot matanya dia melirik kebelakang. Wouw! Sungguh mengerikan, dibelakang tubuhnya telah terbentang jurang yang tak nampak dasarnya. Suma Thian yu segera merasakan peluh dingin bercucuran membasahi seluruh tubuhnya, bulu kuduk pada bangun semua. Hui cha Cun cu Kiong Lui memperdengarkan suara tertawa liciknya yang mengerikan, lalu serunya: "Keparat busuk, kenapa mutiara itu tidak segera kau serahkan, apakah kau sudah bosan hidup?" Suma Thian yu mendengus dingin. "Hmm, jika kau berani maju selangkah lagi, sauya akan gugur bersama mutiara ini" Sebenarnya Suma Thian yu hendak menggunakan ancaman tersebut sebagai gertak sambal, siapa tahu Hui cha Cun cu tidak memakan gertakan tersebut, dia malah mendongakkan kepalanya dan segera tertawa seram. "Heeh...heehh...heehh.. bagus sekali, biar lohu menyempurnakan keinginanmu itu!" Seraya berkata, dia lantas mengayunkan telapak tangannya dan membacok tubuh Suma Thian yu. Waktu Itu Suma Thian yu sudah berdiri di tepi jurang, jangankan melancarkan serangan, sekalipun menggerakan tubuhpun bisa akan berakibat marabahaya yang mengancam.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Maka ketika menyaksikan datangnya ancaman dari Hui cha Cun cu, dia lantas menghela napas panjang dan sambil memejamkan matanya melompat turun kedalam jurang. Siau yau kay dan Gak Kun liong yang menyaksikan itu segera menjerit kaget. "Ooooohh, Thian yu!" Karena tak tega, mereka berdua pun segera memejamkan matanya rapat-rapat. Keadaan yang dihadapi Suma Thian yu waktu itu memang saat kritis dan berbahaya sekali, kendatipun ada malaikat yang berada di sana belum tentu bisa menyelamatkan jiwanya. Bayangkan saja, si anak muda itu sudah di desak hingga berada ditepi jurang, seandainya orang bermaksud untuk memberi bantuan, bisa jadi pihak lawan akan melancarkan sergapan dengan mempergunakan peluang tersebut, akibatnya belum lagi orang lain tertolong, dia sendiri akan menjadi korban. Oleh sebab itu, kendatipun Siau yau kay memiliki kepandaian silat yang maha sakti, dia cuma dapat membiarkan Suma Thian yu terkubur di bawak jurang. Tapi, pada akhirnya pada suatu peristiwa di luar dugaan telah terjadi. Hidup di dunia ini, kadangkala memang bisa terjadi suatu peristiwa aneh yang sama sekali tak terduga. Suma Thian yu meloncat mundur kebelakang, ia bertekad untuk bunuh diri, sebab bagaimanapun jua mestika tersebut tak dapat dibiarkan terjatuh ketangan musuh, daripada berakibat seperti dalam peristiwa kitab tanpa kata dulu, Siapa tahu baru saja tubuhnya meninggalkan tebing, mendadak dari belakang tubuhnya ber kumandang suara pekikan burung Hong yang keras sekali. Menyusul kemudian terasa segulung angin kencang berembus lewat, tubuh Suma Thianyu yang sedang meluncur kebawah itu sudah disambar oleh suatu benda yang lunak, kemudian pelan-pelan dibawa terbang membumbung ke angkasa.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu menjadi gembira sekali sesudah menyaksikan peristiwa tersebut, segera pekiknya: "Aku tertolong, aku sudah tertolong! Oooh, terima kasih langit, terima kasih bumi, terima kasih Ing ji! Ditengah jeritan kaget semua orang, Ing ji telah membawa Suma Thian yu terbang jauh melampaui puncak tebing dan berpekik gembira tiada hentinya. Mendengar suara pekikan itu, Gak Kun liong mendongakkan kepalanya, apa yang kemudian terlihat membuatnya turut berpekik nyaring: "Horeee.....engkoh Yu sudah tertolong!" Dia segera menjejakan kakinya ketanah kemudian melambung keudara dan melompat naik ke atas punggung Ing ji. Tak terlukiskan rasa gusar dan mendongkol Hui cha Cun cu setelah dilihatnya Suma Thian yu berhasil meloloskan diri dari mara bahaya, bahkan tertolong, rambut dan jenggotnya pada berdiri kaku saking marahnya, sambil berpekik nyaring telapak tangannya segera diayunkan ke udara, melepaskan sebuah pukulan dahsyat ke tubuh burung hong tersebut. Ing ji adalah seekor burung hong yang berperasaan tajam, dia memahami watak manusia, menyaksikan datangnya serangan dari Hui cba Cun cu, dia lantas berpekik nyaring, lalu sepasang sayapnya dikembangkan dan dikibaskan berulang kali. Angin puyuh yang menderu-deru, pasir dan batuan beterbangan memenuhi angkasa, daun dan ranting beterbangan membuat pemandangan terasa kabur..... Hui cha Cun cu maupun Tiang pek siang sat tak kuasa menahan deruan angin pukulun yang amat kuat tadi, masingmasing lantas menutup muka sambil menyembunyikan diri kesisi pohon, lalu memeluk batang pohon erat-erat, kuatir kalau tubuh mereka terseret oleh angin puyuh sehingga tercebur kedalam jurang. Gak kun liang segera bertepuk tangan sambil bersorak sorai, teriaknya kepada Siau yau-kay:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Cianpwe cepat naik! Siau yau kay pun sadar, bila sekarang tidak pergi, sebentar pasti akan menjumpai banyak kesulitan, maka dia lantas menjejakkan kakinya ketanah dan melompat naik ke atas punggung Ing ji. Menanti ketiga penumpangnya sudah duduk baik-baik, Ing ji menutup kembali sayapnya dan meluncur ketengah udara, suara pekikan panjang menggema diudara menyayat suasana. "Bocah keparat, Hui cha Cung cu Kiong Lui kontan saja mencaci maki kalang kabut setelah menyaksikan ketiga orang itu melarikan diri, "lohu akan menunggu terus disini, akan kulihat sampai kapan kau baru muncul kembali disini." Benar juga, ternyata Kui cha Cun cu Kiong Lui menunggu terus disitu sampai kemunculan Suma Thian yu dikemudian hari, hanya ini kejadian dikemudian hari, jadi tak perlu dibicarakan sekarang. Ketika Siau yau kay bertiga tiba kembali dalam gua, Hui im Tangcu Gak Say hwe yang menyongsong paling dulu, dia lantas menegur: "Sebenarnya apa yang telah terjadi, mengapa Ing ji pergi sekian lama baru kembali?" Siau yau kay Wi Kian tertawa panjang. Kalau dibicarakan panjang sekali ceritanya, ambil sepoci arak lebih dulu, setelah lolos dari kematian, aku si pengemis tua harus minum sampai mabuk." Sementara itu Ceng lion- Li siansu juga turut munculkan diri, dibelakangnya mengikuti Sian gi siu dari Wu san, melihat mereka bertiga pulang dengan selamat, segera tegurnya sambil tertawa: "Bagaimana dengan hasil perjalanan kalian? Tentunya melalui suatu pertempuran yang amat sengit bukan!" Gik Kun liong segera menarik ujung baju Cong liong lo siansu sambil berseru manja: "Sucou, orang she Kiong itu menganiaya Liong-ji, kau orang tua harus membalaskan sakit hatiku ini!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Cong liong Lo siansu hanya tersenyum belaka, lama kemudian ia baru bertanya kepada Suma Thian yu atas hasil perjalanannya. Secara ringkas Suma Thian yu lantas mengisahkan pengalaman yang baru saja dialaminya, lalu dari sakunya mengeluarkan sebuah bungkusan kain hitam dan menyerahkan kepada lo siansu tersebut. Cong liong Lo siansu menerima bungkusan kain hitam itu dan membuka pembungkusnya, seketika itu jua seluruh ruangan berubah menjadi terang benderang bermandikan cahaya. Haaah....Ya kong cu! pekik Lo siansu kaget. Semua orang menjadi gembira sesudah mendengar pekikan itu dan sama-sama mengalihkan perhatiannya, betul juga, ternyata mutiara tersebut adalah sebutir Ya kong cu yang amat sukar ditemukan di dunia ini. Setelah mengamati sejanak, Cong liong lo siansu berkata sambil menggeleng. "Thian yu, kau sudah salah ambil, benda ini bukan Han kong cu anti racun yang diperoleh dari benak ular beracun" Seluruh tubuh Suma Thian yu mendingin setelah mendengar ucapan ini, buru-buru bantanya: "Thian yu telah menggeledah seluruh ruangan, disitu hanya ada benda itu saja, tak kutemukan mestika lainnya" Waaah, aneh sekali" gumam Cong liong lo siansu, "masa bukan dia yang mengambil mutiara anti racun dari ular beracun tersebut? Atau mungkin disembunyikan ditempat lain?" Gak Kun liong yang teliti lantas berpiki pula dengan seksama, akhirnya dia berseru: Benar, Kiong Lui si setan tua ini memang tidak melarikan mutiara anti racun tersebut!" Dari mana kau bisa tahu? Cong liong lo-siansu seperti sengaja hendak mencari tahu. Secara ringkas Gak Kun liong lantas mengisahkan pertarungannya melawan Hui cha Cun cu, dan akhirnya dia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pun mengisahkan pula ba gaimana Hui cha Cun cu menuntut kembali mutiaranya. Setelah dianalisa dan diselidiki kembali secara seksama, akhirnya semua orang berkesimpulan bahwa Kiong Lui memang tidak tahu menahu tentang mutiara anti racun itu. Cong liong lo siansu segera bergumam: "Lantas, siapa yang melakukan hal ini? Selain dia, orang lain tak akan bermanfaat mendapat mntiara anti racun itu, mungkinkah sudah dilarikan oleh si Mayat hidup?" Diantara sekian jago yang hadir sekarang, kecuali Cong liong Lo siansu beserta Suma Thian yu, Gak Kun liong, yang lain tak sempat melihat bayangan pungung dari pencuri mutiara tersebut, oleh sebab itu siapapun merasa kurang leluasa untuk menimbrung. Dengan demikian soal mutiara anti racun pun menjadi sebuah teka teki bisu yang tak terjawab, siapapun tak tahu mutiara mana telah terjatuh ke tangan siapa. Cong liong Lo siansu segera menyerahkan kembali mutiara Ya kong cu tersebut ke tangan Suma Thian yu kemudian katanya: "Bagaimana kalau kita kembalikan saja mutiara ini kepadanya? "Jangan! Suma Thian yu berseru keras. Mendengar ucapan ini, semua orang tertegun dan menatap ke arth Suma Thian yu dengan keheranan. "Kenapa? tanya Siang gi siu dari Wu san ketus. Tentu saja jangan dikembalikan kepadanya" teriak Suma Thian yu dengan perasaan mendongkol, "coba bayangkan sendiri Ya beng cu ini di dapatkan dengan mengorbankan seratus butir batok kepala manusia, apakah kita harus menyerahkan kembali dengan begitu saja kepadanya? Semua orang masih belum memahami ucapan Suma Thian yu, Siau yau kay yang berangasan cepat menegur: "Hei, bocah, kau berbicara jangan berbelit-belit, blak-blakan saja, tak perlu di putar balikkan"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Merah padam selembar wajah Suma Thian yu karena jengah, secara ringkas diapun mengisahkan kembali kejadian yang dialaminya dalam dusun yang dilaluinya tempo hari, sebagai akhir kata dia menambahkan: "Pada mulanya Thian yu mengira perbuatan tersebut dilakukan oleh pencoleng berkerudung, atau pasti ada sangkut pautnya dengan Bi kun lun Siau Wi goan maka sewaktu tiba di keluarga Siau, secara diam-diam kuperhatikan hal ini, akhirnya aku gagal menemukan sesuatu jawaban, sama sekali tak kusangka kalau perbuatan ini ternyata hasil karya dari Kiong Lui, bayangkan saja, apakah aku harus menyerahkannya dengan begitu saja?" "Benar!" Gan Kun liong yang pertama-tama menyatakan persetujuannya. Kau yakin kalau mutiara ini adalah mutiara yang hilang dari dusun tersebut?" tanya Tay gi siu Kiong Sian pula dengan suara tegas. "Thian yu tidak berani memastikan tapi b lum pernah kudengar dikolong langit terdapat dua macam Ya beng cu yang sama bentuknya" Jawaban dari Suma Thian yu ini sangat diplomatis, membuat Tay gi siu jadi tergagap dan tak mampu menjawab. Gak Kun liong turut tertarik, dia segera menimbrung pula: "Engkoh Yu, tahukah kau kalau Hui cha Cun cu itu sejalan dengan Siau Wi goan?" "Soal ini...aku kurang begitu tahu" ""Benar! Perampok berkerudung itu sudah pasti bukan Hui cha Cun cu" desak Gak Kun liong. Didesak oleh beberapa patah kata tersebut Suma Thian yu dibikin terdesak sehingga tak sanggup menjawab, padahal apa yang dia katakan tadipun hanya merupakan suatu dugaan belaka. Bantahan dan Gak Kun liong inipun tak lebih hanya suatu perumpamaan yang mendua-duga juga. Hui im Tongcu Gak Say bwe yang selama ini hanya membungkam, segera turut menimbrung:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Buat apa kita mesti memperdebatkan persoalan seperti ini? Thian yu, simpanlah dulu, benda macam begini tak boleh sampai terjatuh ke tangan orang jahat, sedang mengenai Kiong Lui, aku paling jelas dengan tabiatnya, jadi tindakanmu menyerobot mutiara nya bukanlah suatu perbuatan yang salah. "Mengapa ibu? tanya Gik Kun liong tidak habis mengerti. "Cerewet!" tegur Hui im Tongcu Gak Say bwe cepat, kemudian baru menerangkan, "antara Bi kun lun Siau Wi goan dengan Kiong Lui sesungguhnya mempunyai hubungan persaudaraan, nah, sekarang sudah jelas bukan?" Hingga disitu, semua orang baru memahami duduk persoalan yang sebenarnya, perdebatan nya dengan Suma Thian yu pun dengan cepat diakhiri sampai disitu pula. Siang gi siu dari Wu San lantas bangkit dan menghampiri Hui im Tongcu, membisikkan sesuatu disisi telinganya, tampak Gak Say bwe segera tersenyum sambil manggut-manggut. Menyusul kemudian Tay gi siu menjura kepada semua orang seraya berkata: "Kami akan mohon diri lebih dulu, bila urusan telah selesai, kita pasti akan bersua kembali" Kemudian sambil berpaling kearah Suma Thian yu, lanjutnya dengan wajah serius: "Thian yu, kau harus baik-baik mengingat perkataanku, setiap saat mencari tahu jejak kitab Cin keng tersebut". Begitulah, mereka berdua lantas berlalu setelah menyampaikan pesannya, seperti sepulung hembusan angin, bayangan tubuh mereka lenyap diluar gua sana. Siau yau kay Wi Kian segera memohon diri Pula ketika dilihatnya dua orang tokoh aneh itu sudah pergi, tapi Hui im Tongcu segera menahannya sambil berkata: Kau toh tiada urusan penting apa-apa, kenapa mesti terburu- buru.... Siau yau kay menggelengkan kepalanya berulang kali, ucapnya sambil tertawa lebar:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kehadiranku disini hanya merupakan suatu beban yang berat, apalagi setelah berapa hari tidak mengemis, rasanya kantongku sudah mulai kosong" Kemudian setelah memberi hormat kepada Cong liong 1o siancu, katanya kepada Suma Thian yu sambil tertawa mesteris: "kesempatan baik sukar ditemukan, baik-baiklah memanfaatkan nya..." Selesai berkata, dia lantas beranjak meninggalkan gua tersebut. Menyaksikan mereka semua berlalu dari situ, Suma Thian yu segera merasakan satu hal dia merasa orang-orang itu seperti menyim pan suatu rahasia yang besar. Nyatanya mereka datang depan begitu saja, pergipun dengan begitu saja hingga seakan mereka hanya kebetulan lewat dan menyamangi tempat itu, padahal siapa yang menduga kalau dibalik kesemuanya itu sebetulnya terjalin suatu buhungan batin yang erat! Waktu berlalu dengan cepatnya, dalam waktu singkat tiga puluh hari sudah lewat. Suatu hari, pagi-pagi sekali Cong liong lo siansu sudah berada ditanah lapang dibelakang gua sana. Seorang bocah berusia sebelas, dua belas tahun dan seorang pemuda berusia delapan sembilan belas tahun sedang melangsungkan suatu pertarungan yang amat seru, kedua belah pihak sama-sama saling menyerang dan saling menyergap dengan gencarnya. Di tepi lapangan, berdiri pula seorang nyonya muda yang berparas amat cantik. Saat itulah, Cong liong lo siansu berjalan ke sisi nyonya muda tersebut dengan langkah pelan, kemudian ujarnya sambil tertawa: Selama satu bulan ini, kemajuan yang berhasil diraih kedua orang ini sungguh mengagumkan, tidak sia-sia lolap membuang banyak tenaga untuk mereka berdua"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hui im tongcu hanya mengawasi terus Kedua orang yang sedang bertarung itu, mendengar ucapan mana, ia tidak berpaling, hanya sahutnya: "Liong ji jauh lebih bodoh dan bebal, coba kau lihat, bukankah Thian yu belum menggunakan segenap tenaga yang dimilikinya?" "Soal ini tak bisa disalahkan, hibur Cong liong lo siansu, liong ji baru berumur berapa? Janganlah mengharapkan terlalu tinggi, kalau tidak kecewamu akan makin besar. Anak kecil sudah dapat mencapai tingkatan sehebat ini, sesungguhnya hal ini sudah terhitung luar biasa" "Berhenti!" tiba-tiba Hui Im Tongcu berteriak keras. Dua orang yang sedang bertarung segera melompat mundur setelah mendengar teriakan tersebut, sambil membawa pedang masing-masing mereka berjalan kehadapan Cong liong lo siansu kemudian sapanya sambil memberi hormat: "Selamat pagi!" Cong liong lo siansu membelai rambum Gak kun liong dan berkata sambil tertawa ramah: Liong ji, kau harus beristirahat dulu, biar engkoh yu mu berlatih lebih dulu Kemudian perintahnya kepada Suma siauhiap: Thian yu, cepat kau latih kembali ilmu pukulan Sian po hwe hong ciang tersebut! Suma Thian yu segera mengiakan, sambil membawa pedangnya dia berjalan menuju ke tengah lapangan, kemudian setelah memberi hormat kepada kakek itu, satu jarus demi satu jurus dia mulai melatih ilmu silatnya dari awal sampai akhir. Ilmu pukulan sian po hui hong ciang (pukulan angin berpusing) merupakan ilmu andalan yang paling dibanggakan Cong liong lo siansu sepanjang hidupnya, kali ini Suma Thian yu dapat melatihnya dengan enteng, ringan, cepat luwes dan bertenaga, jurus demi jurus di lepaskan seperti air sungai huang ho yang mengalir tiada hentinya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Betapa gembiranya Cong liong lo siansu menyaksikan kelihayan bocah tersebut berlatih, dia tertawa terbahak-bahak tiada hentinya, kemudian sambil berpaling kearab Gak Say bwe, ujarnya: "Coba kau lihat, bagaimana hasil latihannya itu? Asal bocah ini diberi waktu yang cukup untuk melatih diri, tak sulit untuk menjadi seorang jagoan nomor wahid dikolong langit" Hui im tongcu Gak Say bwee ikut merasa gembira sekali. Selesai melatih ilmu pukulan Sian po hui hong ciang, kembali Suma Thian yu melatih ilmu pedang Bu beng kiam hoat yang sekali lagi mendapat sambutan hangat. Ketika pemuda itu selesai berlatih, Cong liong Lo siansu memanggilnya menghadap, lalu berkata dengan gembira: "Tampaknya kau berlatih dengan tekun dan rajin sehingga dapat mencapai kesuksesan seperti hari ini, sebentar kau boleh memberes kan buntalanmu untuk turun gunung, penuhi janjimu di bukit Kun san, kemudian selesaikan sebuah tugas yang akan kusampaikan padamu" Sejak disuruh berdiam dalam gua Hui im tong, Suma Thian yu belum pernah memahami maksud tujuan yang sebenarnya, kini dia baru terceranjat sesudah mendengar perintah Cong liong lo siansu, tanpa terasa wajahnya menunjukkan kesangsiannya. Dalam sekilas pandangan saja, Cong liong lo siansu sudah dapat menebak jalan pemikiran pemuda itu, sambil tersenyum dia segera berkata: "Dunia persilatan dewasa ini sudah berada diambang pintu badai pembunuhan yang paling mengerikan sepanjang seratus tahun belakangan ini, tak sampai berapa tahun kemudian, banjir darah sudah pasti akan melanda seluruh dunia persilatan, tapi ini, sudah merupakan takdir, tiada orang yang sanggup menyelamatkan badai pembunuhan berdarah itu. "Aku masih ingat ketika berusia delapan tahun dulu, dunia persilatan juga pernah dilandai badai pembunuhuhan berdarah, banyak jago persilatan yang terlibat dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

peristiwa tersebut dan tewas secara mengerikan, kini sekejap mata seratus tahun sudah lewat, dan sekarang badai pembunuhan itu kembali mengancam kita, kita" bahkan badai kali tampaknya timbul akibat dari munculnya kitab tanpa kata, berdasarkan tafsiran inilah maka lolap lantas mengambil keputusan untuk mewariskan segenap kepandaian silat yang kumiliki kepadamu agar kau bisa bertanggung jawab untuk menolong sesama umat manusia dari kehancuran" Berbicara sampai disitu, Cong liong lo siansu berhenti sejenak, kemudian setelah memandang sekejap sekeliling tempat itu, bisiknya lagi dengan suara rendah: "Setelah menghadiri pertemuan dibukit Kun san, kau harus seorang diri berangkat ke Lhasa ibu kota Tibet, disebelah utara kota Lhasa terdapat sebuah kuil yang bernama Phutara si, dari situlah kau dapat mulai menyelidiki sumber mula dari kitab pusaka tersebut, seandainya kitab itu belum sampai terbawa ke daratan Tionggoan, berarti badai pembunuhan ini bisa ditolong, kalau tidak, yaa... umat persilatan harus menghadapi situasi tersebut dengan lebih perihatin." Sampai disini, Suma Thian yu baru mengerti apa sebabnya Hui Im Tongcu mengundangnya kesitu, tanpa terasa hatinya bertambah murung dan berat.... Menyaksikan pembahan wajah anak mnda tersebut, Cong liong lo siansu segera membentak gusar: "Jadi kau segan ke situ?" Bukan, bukan begitu... " sahut Suma Thian yu tanpa berpikir panjang lagi "sekali pun boanpwe harus terjun ke lautan api pun, aku rela melaksanakannya, apalagi cuma melakukan perjalanan jauh saja" "Kau bohong, perubahan wajahmu telah mem beritahukan segala sesuatunya itu kepadaku" "Locianpwe, kau harus tahu, sejak kecil Thian yu sudah kehilangan orang tuaku, dendam kesumat keluargaku belum terbalas, kemudian berkat kebaikan hati paman Wan, aku dipeliharanya sampai menginjak dewasa, sebelum meninggalkan paman Wan telah berpesan kepadaku untuk

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

membalaskan dendam baginya, kemudian Wu san siang gi menyerahkan tugas kepadaku untuk melindungi kitab pusaka tanpa kata, ditambah lagi teka teki soal mutiara anti racun yang terjadi berapa waktu berselang, semua tugas tersebut kini sudah menjadi beban ku, hanya sayang semua tugas mana tak satupun yang bisa kulaksanakan dengan baik, tiap kali teringat akan hal ini aku menjadi amat sedih sekali, maka..." "Aku mengerti, sekilas pandangan persoalan didunia ini beribu ribu macam corak, padahal keunggulannya hanya satu, seperti apa yang kau ucapkan barusan, tampaknya persoalanmu se-muanya merupakan persoalan yang pelik, padahal jika dianalisa kembali satu persatu, semuanya akan berubah menjadi soal sepele yang bisa diselesaikan secara gampang!" Mendengar ucapan tersebut, Suma Thian yu termenung beberapa saat lamanya, ia segera menemukan kalau perkataan itu memang benar, serta merta perasaannya pun menjadi lebih terbuka. Tengah hari itu, dengan perasaan berat hati Suma Thian yu harus mohon diri kepada Cong liang lo siansu dan Hui im Tongcu, ke mudian dihantar oleh Gak Kun liong dengan menumpang Ing ji berangkatlah pemuda meninggalkan gua Hui im tong. Selama hampir sebulan penuh, Gak Kun liong selalu bergaul dengan Suma Thian yu, baik siang atau malam, hubungan mereka boleh bilang sudah amat akrab, sebetulnya Suma Thian yu melarang dia menghantarnya ke puncak seberang, tapi bocah itu bersikeras hendak menghantarnya. Ketika Ing ji terbang sampai ditengah jalan, mendadak burung itu berpekik keras, kemudian hanya berputar-putar saja disekitar tempat itu tanpa ada maksud melayang turun. Gak Kun liong yang menyaksikan kejadian itu segera berteriak: "Ing ji, apa yang terjadi? Apakah di depan sana ada ancaman mara bahaya?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ing ji mengerti pertanyaan majikannya, dia manggut berulang kali sambil berpekik nyaring. Suma Thian yu segera memuji kecerdasan burung itu, katanya: "Ing ji, banyak terima kasih atas pemberitahuanmu, tak mengapa, terbang saja terus, kami masih sanggup untuk menghadapi ancaman bahaya macam apapun Setelah mendengar ucapan Suma Thian yu itu, Ing ji baru berpekik gembira, ia lantas mengembangkan sayapnya dan menukik kebawah. Dalam waktu singkat, Ing ji sudah hinggap dipuncak seberang, sambil melompat turun ketanah, Suma Thian yu menjura kepada Gak Kun liong sambil berkata: Adik Liong, pulanglah lebih dulu, bila urusanku telah selesai pasti akan kembali lagi kemari untuk berkumpul lagi denganmu "Janji yaa, jangan bohong". "Tentu saja, aku pasti akan memenuhi janji Baru selesai dia berkata, mendadak terdengar tiga kali pekikan aneh berkumandang memecahkan keheningan, menyusul kemudian tampak bayangan manusia berkelebat lewat, dalam waktu singkat dari belakang tubuh Suma Thian yu sudah muncul tiga orang kakek. Begitu ketiga orang itu munculkan diri, mereka segera mengurung rapat-rapat Suma Thian dan Gak Kun liong. Sekilas pandangan saja Suma Thian yu segera mengenali mereka sebagai Hui cha Cun cu yang datang bersama Tiang pek ji sat, buru buru ujarnya kepada Gak Kun liong: "Adik Liong, cepat pergi, biar aku seorang diri yang menghadapi mereka bertiga" "Tidak, aku ingin mati hidup bersama kau, bila ada rejeki kita nikmati bersama, kalau ada susah kita tanggulangi bersama, kini kau menemui kesulitan, masa aku harus pergi seorang diri?" seru Gak kun liong cepat. Menyaksikan Gak Kun liong begitu bersikeras dengan pendiriannya, Suma Thian yu ingin menghibur dirinya dengan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

beberapa patah kata, tapi musuh uangguh keburu sudah dekat, apa lagi mereka semua memandang kearahnya dengan penuh kegusaran. Akhirnya pemuda itu memutuskan untuk tidak banyak berbicara lagi, bagamanapun juga kehadiran Gak Kun liong memang banyak membantu baginya menghadapi lawan. Maka sambil tersenyum dia mengangguk. Baiklah, untuk kali ini kukabulkan, tetapi jangan Untuk lain kali." Gak Kun liong bersorak kegirangan, dia segera melompat turun dari punggung burungnya itu sambil menepuk kepala Ing ji, ujarnya: Ing ji untuk sementara waktu beristirahat lah dulu diatas pohon, kau tidak boleh turut serta dalam keramaian ini lhoo..." Hui cha Cun cu semakin naik darah lagi setelah menyaksikan sikap Suma Thian yu yang masih sempat tertawa dan bergurau kendati pun mereka sudah dikepung rapat, sikap semacam itu pada hakekatnya sama dengan tidak memandang sebelah mata pun terhadap mereka. Tanpa banyak berbicara ladia maju sambil melepaskan sebuah pukulan, teriaknya dengan gusar: "Bangsat... akan aku lihat kau bisa tertawa sampai kapan?" Suma Thian yu berdiri membelakangi Hui cha Cun cu ketika merasakan sambaran angin tajam dari balik punggung, buruburu dia mengeluarkan ilmu langkah Ciok tiong luan poh in hoat untuk mengegos ke samping, tidak nampak bahunya bergerak, tahu-tahu orangnya sudah berpindah posisi. Setan tua" seru pemuda itu kemudian sambil tertawa, "keadaanmu sekarang memang mirip sekali dengan anjing penjaga pintu. aai... tak kusangka kau memiliki kesabaran yang begitu besar, satu bulan penuh kau tetap mengeram terus disini, semangatmu yang tinggi sungguh membuat hatiku merasa amat kagum" Baru selesai dia berkata, tiba-tiba terdengar lagi suara bentakan keras menggelegar diangkasa:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Boocah keparat. Raja akhirat sedang menggapai tangannya kepadamu... Suma Thian yu sudeh menduga kalau serangan yang dilancarkan itu paling tidak mengandung tenaga pukulan sebesar delapan bagian, lagipula kekejiannya mengerikan, tanpa pikir panjang dia membalikkan badan menerjang ke samping Hui cha Cun cu, kemudian serunya sambit tertawa cekikikan: Hai, anjing budukan penjaga pintuku, tampaknya kalian belum akan puas sebelum sampai di sungai Huang ho, ingin merebut kem-bali mutiara itu? heh...hee..lebih baik urungkan saja niatmu itu" Seraya berkata, tangan kanannya segera memainkan jurus Hui so-sui hong (serat terbang terhembus angin) untuk mencubit pelan di bawah ketiak Hui cha Cun cu. Cubitan mana tentu saja membuat Kiong Lui kegelian, dia sampai mencak-mencak kegusaran Sambil berkaok-kaok dia melompat ke belakang sebatang pohon, ketika muncul kembali, tangannya telah bertambah dengan sebatang senjata toya berbentuk bulan sabit. Dengan garangnya orang itu menerjang ke muka, kemudian sambil memutar senjata Hou to pangnya dia membacok batok kepala pemuda itu dengan jurus Sam yang kay tay (Sam yang membuka air). Toya Hou to pang tersebut paling tidak mencapai berat enam lujuh puluh kati, ditambah kekuatan sewaktu membacok hingga total jenderal kekuatannya mencapai lima ratus kati lebih. Kendatipun Suma Thian yu memiliki tenaga yang amat sempurna, toh ia tak berani menyambut datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras. Buru-buru dia mengigos kesamping, kemudian balas melancarkan sebuah sodokan untuk menotok jalan darah Hian ki hiat lawan. Meskipun Hui cha cun cu tidak menyangka kalau dalam waktu satu bulan yang singkat, Suma Thian yu telah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

memperoleh kemajuan pesat dalam kepandaian silatnya, melihat kelihayan permainan tangan kosongnya, dia benarbenar merasa terperanjat sekali. Hanya berpisah berapa hari, namun Suma Thian yu yang sekarang bukan lagi Suma Thian yu yang dulu. Kini, Suma Tnian yu sudah merupakan seorang tokoh persilatan muda yang berilmu sangat tinggi. Menyaksikan datangnya sambaran tangan Suma Thian yu yang begitu cepat bagaikan sambaran petir, sudah bareng tentu Hui cha Cun cu tak berani berayal, cepat-cepat dia menarik kembali senjatanya kemudian melompat mundur sejauh setengah kaki lebih dari posisi semula. Hei orang she Kiong seru Suma Thian yu dengan suara lantang, lebih baik dengarkan saja anjuranku, jangan memikirkan soal mutiara ya kongcu lagi, sebab hanya dengan cara itu saja selembar nyawamu baru dapat diselamatkan, jikalau sauyamu sampai marah hmmm, kau bisa menyesal sekali... Kalau tak mendengar ucapan itu masih mendingan, berigu selesai mendengar ucapan mana kemarahan Hui cha Cun cu benar-benar tidak dilukiskan dengan kata-kata. Sambil membentak keras, senjata Hou to pangnya diputar kencang menciptakan selapis bayangan tebal yang menyelimuti seluruh tubuhnya, menyusul kemudian secepat kilat menyodok tubuh Suma Thian yu, bentaknya keras: "Ayo, maju semua! Tiang pek ji sat tak ambil diam, serentak mereka mempersiapkan senjata masing-masing dan maju mengerubuti Suma Thian yu. Gak Kun liong kecil orangnya, besar nyalinya menyaksikan kedua orang malaikat bengis itu maju bersama, serentak diapun meloloskan pedangnya, lalu dengan jurus Kay san to hu (mebuka bukit mencari sumber air) tangan kananya menyerang Li hiong, sementara tangan kirinya membabat si mahkluk berkepala sembilan Li Gi, semuanya dilepaskan dengan kecepatan yang mengagumkan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiang pek ji sat bukan manusia sembarangan, mereka tak sudi bertarung melawan Gak kun liong, kedua orang itu segera berpisah kekiri dan kekanan menghindarkan diri dari serangan Gak kun liong, kemudian maju lagi menyerang Suma thian yu. Marah juga Suma thian yu menyaksikan serangan dari kedua orang itu, dia jadi nekad, sambil mundur dua langkah, pedang Kit hong kiamnya segera diloloskan dari sarungnya. begitu senjatanya diloloskan, segera berkumandang pekikan nyaring yang menggerincing. Liat hwe siu Li hiong, orang ketiga dari Ting pek sam sat hanya merasakan cahaya biru berkelebat lewat didepan matanya, tahu-tahu dia merasakan dadanya menjadi dingin sekali, diiringi dengan jeritan ngeri, tubuhnya segera roboh terkapar ditanah bermandikan darah segar. Semenjak mempelajari ilmu Bu beng kiam hoat, baru pertama kali ini Suma Thian yu mempergunakannya untuk menghadapi lawan. Siapa tahu baru saja pedangnya diloloskan dan satu ayunan ringan melintas, seorang jago lihay dari kalangan Liok lim telah roboh binasa diatas tanah. Kenyataan tersebut segera membuat Suma Thian yu berdiri tertegun ditempat, dia menjadi lupa kalau disitu masih ada dua orang musuh tangguh yang harus dihadapi. Ketika Kiu tau siu Li Gi mendengar adik nya menjerit ngeri, dengan cepat ia berpaling, tahu-tahu dijumpainya Li Gi sudah terkapar tewas dengan tubuh bermandikan darah, peristiwa ini segera membuat hatinya sakit. Dengan mata merah membara, dia membentak keras, kemudian goloknya segera diayunkan kedepan dan membacok kearah samping dengan jurus Hong toan lo siong (angin memotong pohon siong). Sementara itu Suma Thian yu masih berdiri bodoh ditempat tanpa berkutik, tampaknya ujung golok Li Gi segera akan menembus pinggangnya. Dengan perasaan terkejut Gak Kunliong menjerit:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hati hati engkoh Yu! Mendadak Suma Thian yu tersadar kembali dari lamunannya, serta merta dia memutar pedangnya untuk menangkis, setelah itu perge langan tangannya membalik ke bawah, cahaya biru kembali berkelebat lewat. Terdengar Kiu tau siu Li Gi menjerit kesakitan kemudian tu buhnya roboh terjengkang ke tanah. Pada hakekatnya Suma Thian yu tidak sempat melihat jelas apa yang terjadi, tapi secara beruntun dia telah membunuh dua malaikat bengis, hal ini membuatnya tertegun. Ketika berpaling kembali, tampaknya olehnya Kiu tau siu Li Gi seperti babi yang baru disembelih, bergulingan diatas tanah sambil merintih tiada hentinya. Tak jauh dari sisi tubuhnya tertinggal sebuah lengan kanan yang menggenggam golok. Memandang semua pemandangan yang tertera didepan mata, Suma Thian yu merasa seakan-akan berada dalam impian saja, hanya dalam satu bulan ilmu pedangnya telah menperoleh kemajuan yang pesat, dalam sekali gebrakan saja secara beruntun dia berhasil meroboh kan dua orang jago lihay dari kalangan Liok-lim. Hal ini serasa dalam impian saja, sukar untuk dipercaya. Bahkan Hui cha Cun cu pun merasa terkesiap setelah menyaksikan peristiwa ini, segulung hawa dingin segera menyusup lewat punggungnya membuat ia merasa bergidik, sambil menggenggam senjata toya Hou lo pangnya, dia cuma berdiri kaku ditempat, lupa melepaskan serangan lagi. Pulang saja kau! kata Sama Thian yu kemudian hambar, "suatu ketika, aku akan membalaskan dendam bagi seratus jiwa yang melayang dalam dusun tersebut, ingat, hari ini ku ampuni jiwamu karena aku telah mendapatkan mutiara mustika itu dari tanganmu, maka aku tak tega untak membunuhmu..." Hui cha Cun cu adalah seorang manusia luar biasa kalau dia disuruh untuk mengaku kalah sebelum bertempur, maka lebih baik mampus saja dalam pertarungan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Betul dia sudah tahu kalau ilmu pedang Suma Thian yu sangat lihay, tanpa bertanding pun sudah diketahui siapa lebih tangguh siapa lebih lemah, tapi kalau dia disuruh lari terbiritbirit hanya berdasarkan sepatah katalawan, jangankan dia terhitung gembong iblis termashur dalam kalangan liok lim, sekalipun seorang keroco yang tak bernama pun tak akan sudi melakukan perbuatan yang memalukan itu. Hui cha Cun cu segera mementangkan sepasang matanya yang tajam dan penuh pancaran sinar kebencian itu, kemudian setelah melotot sekejap kearah Suma Thian yu, katanya dingin: "Bocah keparat, kau tak usah takabur lebih dulu, mari kita tentukan kelibayan masing-masing dalam permainan tangan kosong!" Begitu selesai berkata, dia segera membuang senjata tongkat Hou tong pang nya ketanah. Suma Thian yu segera menyarungkan kembali pedangnya ke dalam sarung sambil bersiap menghadapi serangan lawan. Hui cha Cun cu memang tak malu disebut seorang gembong iblis yang licik dan berbahaya, dia ingin mengandalkan kesempurnaan tenaga dalamnya yang mencapai enam puluh tahun hasil latihan untuk mengejar Suma Thiat yu yang masih ingusan. Kedua belah pihak saling berhadapan tanpa bergerak, selang beberapa saat kemudian Hui cha Cun cu baru membentak keras, dengan jurus Sin jut kui meh (malaikat muncul setan menghilang) yang disertai dengan tenaga sebesar enam bagian, dia menghajar pemuda tersebut. Suma Thian yu merentangkan sepasang tangannya dipisahkan kesebelah samping, dengan jurus Po im kiam jit (menyingkap awan melihat matahari) dia punahkan serangan musuh, lalu membentak dengan marah: "Kau benar-benar keras kepala dan tak tahu diri, baik, mengingat dihari-hari biasa supaya tak punya dendam maupun sakit hati dengan mu hari ini aku masih akan memberi satu kesempatan kepadamu untuk hidup, tapi jika

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kau belum juga mau mengerti, hmmm kalau begitu jangan salahkan lagi sepasang telapak tangan ku tak kenal ampun lagi...... Berbicara sampai disitu, telapak tangan kirinya segera melakukan tangkisan keatas, sementara telapak tangan kananya seperti anak panah yang terlepas dari busurnya langsung menyodok jalan darah Hian ki hiat didada Hui cha cun cu dengan kecepatan luar biasa. 00o00 00o00 Lagi-lagi Hui cha cun cu dibikin terperanjat oleh kelincahan gerak tubuh Suma thian yu, terutama sekali kesanggupan anak muda itu menutup diri dari sergapannya, kemudian melancarkan serangan balasan. Secara beruntun dia mundur tiga langkah, lalu dengan jurus Ban hong jut cau (selaksa lebah keluar dari sarang), dia hantam tenggorokan pemuda itu. Suma thian yu mendegus dingin, dia mengegos kesamping dengan cepat, menyusul kemudian sebuah pukulan balasan dihantamkan ke tubuh kiong lui keras-keras. Serangan itu sekilas pandangan tampak lembuk lagi lunak, namun cepatnya tak terlukiskan dengan kata-kata. Menyaksikan kejadian tersebut, Kiong Lui segera tertawa terkekeh-kekeh dengan seramnya. "Bocah keparat, tampaknya kau sudah terjepit sekarang...hmm, lebih baik menyerah saja untuk menerima kematian, daripada harus mampus dengan tubuh tercincang!" Sambil mengerahkan tenaga dalamnya dia melakukan tangkisan. Siapa tahu setelah terjadi penangkisan itu kiong Lui merasakan tubuhnya bergetar keras, cepat-cepat dia mundur kebelakang untuk menyelamatkan diri. "Sungguh lihay!" pekiknya dalam hati. Walaupun dia berhasil meloloskan diri dari ancaman lawan, namun keadaannya benar-benar amat mengenaskan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ayo, sambut lagi sebuah pukulan ku ini!" seru Suma thian yu sambil tertawa dingin. Telapak tangan kanannya kembali diayunkan kemuka menciptakan berlapis-lapis bayangan tangan yang segera menyelimuti seluruh angkasa dan mengurung tubuh lawan. Berulang kali dipaksa dibawah angin, Hui cha cun cu sudah dibikin gusar sekali, bulu dan rambutnya sampai berdiri semua bagaikan kawat, apalagi menyaksikan keangkuhan pemuda itu, kemarahannya menjadi-jadi. Sambil membentak keras, tiba-tiba saja dia merubah gerakan tubuhnya, kali ini dia gunakan dua jurus penolong dari ilmu Po to pak an(ombak dahsyat memecah ditepian) dan Hu kong keng im (cahaya kilat lintasan bayangan) untuk melepaskan bacokan maut, bersamaan waktunya dia melejit pula ke tengah udara. Suma thian yu tak berani memandang enteng musuhnya setelah pihak lawan mengeluarkan jurus mautnya, terutama sekali sesudah pihak musuh melambung ke angkasa, biasanya gerakan itu pasti akan dilanjutkan dengan serangan maut lainnya. Cepat-cepat dia pusatkan seluruh perhatiannya kesatu titik, hawa Kui goan sim hoat pun disalurkan ke seluruh bagian badan, lalu dengan menghimpun tenaga pukulan Bu siang sinkang dalam telapak tangan, dia bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan. Baru selesai Suma Thian yu melakukan persiapan, di tengah udara sudah berkumandang suara gemuruhnya guntur memekikkan telinga. Rupanya Hui cha Cun cu iah mengeluarkan ilmu pukulan andalannya yakni Pek lei si hun ciang untuk menghadapi lawan, berbareng dengan menggemanya geledek, terlihat dua kilasan cahaya kilat yang disertai desingan angin tajam menghantam kearah kepala lawan. Suma Thian yu pernah merasakan kelihayan dari Pek lek si hun ciang lawan, dia cukup mengetahui kelihayan musuhnya,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

coba kalau tempo hari tidak ditolong Gak Kun liong, mungkin ia sudah tewas sedari dulu. Akan tetapi, semenjak dia mempelajari ilmu Sian po hui hong ciang hoat ajaran Cong liong lo siansu, semangatnya berkobar lagi, walaupun ia belum pernah mencoba sampai dimana kekuatan pukulan tersebut, namun rasa percayanya pada diri sendiri meningkat. Sambil tertawa hambar, tenaga Bu siang sinkangnya dilontarkan melalui telapak tangan dan menyongsong datangnya ancaman lawan. "Blaaamm...." ketika dua gulung angina pukulan yang menderu-deru bagaikan angin pukulan yang berbenturan satu sama lainnya, ledakan dahsyat menggelegar disusul beterbangan-nya pasir dan debu. Akibat dari benturan itu, tubuh Hui cha cun cu terpental sejauh beberapa kaki dan terbanting keras-keras diatas tanah. Suma Thian yu sendiri pun mundur beberapa langkah dengan sempoyongan sebelum akhirnya dia berhasil berdiri tegak. Paras muka Hui cha Cun cu pucat pias seperti mayat, rasa kaget dan tercengang menghiasi wajahnya, untuk sesaat ia jadi tertegun. Akhirnya sambil merangkak bangun dari atas tanah, serunya dengan nada penuh kebencian" "Bocah keparat, selama gunung nan hijau, air tetap mengalir, hutang ini tak akan kulupakan untuk selamanya, sampai jumpa lagi lain kesempatan!" Tanpa berpaling lagi, dia lantas melarikan diri terbirit-birit meninggalkan tempat itu. Menyelamatkan diri dalam keadaan yang mengenaskan boleh dibilang baru pertama kali dilakukan Kiong Liu selama hidupnya, masih untung Suma Thian yu berbaik hati dengan mengampuni jiwanya, coba kalau tidak, sudah pasti dia akan mampus sedari tadi. Tapi justeru karena kewelas kasihannya ini, dikemudian hari gembong iblis tersebut justru mengakibatkan banyak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kematian yang mengenaskan bagi umat persilatan lainnya, tentu saja hal ini sama sekali diluar dugaaan anak muda tersebut. Melihat Kiong Liu sudah melarikan diri, Gak Kun liong segera bersorak kegirangan, sambil lari ke sisi Suma Thian yu, serunya dengan wajah berseri: "Engkoh Thian yu, sungguh hebat pukulanmu tadi, apa sih namanya?" Suma Thian yu sendiri pun tidak habis mengerti mengapa dia berhasil mengalahkan gembong iblis tersebut dalam sekali pukulan, mendapat pertanyaan tersebut segera sahutnya sambil tertawa hambar: "Bu siang sinkang!" "Bu siang sinkang? Aaaah, betul, aku pernah mendengar ibu bercerita, konon dalam dunia persilatan terdapat seorang pendekar yang bernama Put Gho cu, diakah yang mengajarkan ilmu tersebut kepadamu?" "Yaa, betul, dia adalah guruku" "Tak heran kalau begitu lihay, lain kali kau mesti mengajarkan ilmu tersebut kepadaku, mau bukan?" "Tentu, asal adik Liong senang, sekalipun hatiku yang kau maui juga akan kuberikan" "Ooeh engkoh Thian yu, kau memang sangat baik, selama hidup Liong ji akan berterima kasih terus kepadamu" Suma Thian yu mengalihkan pandangannya keatas langit, setelah melihat waktu dia memandang pula dua sosok jenasah yang tergeletak ditanah, katanya kemudian sambil menghela napas: "Bu beng kiam hoat benar-benar memiliki kekuatan yang luar biasa, aku menyesal serang anku tadi telah mengakibatkan mereka berdua satu mati satu terluka parah" "Aah, mereka kan orang jahat yang senang berbuat bejat, matipun masih untung" "Tapi mereka toh tak ada dendam kesumat apapun dengan diriku?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aiai, sudahlah, tak usah dibicarakan lagi, engkoh Thian yu, kau harus berangkat, semoga sepanjang jalan selamat dan sukses selalu" Gak kun liong segera memanggil Ing ji dan menunggang burungnya dia balik kembali kepuncak seberang. Memandang bayangan punggung nya hingga lenyap dari pandangan, Suma thian yu baru berbisik pelan: "Adik liong, kaupun harus baik-baik menjaga diri" Ketika ucapan tersebut diutarakan, Gak kun liong mungkin sudah sampai di gua Hui im tong. Setelah berpisah dengan Gak kun liong, seorang diri Suma thian yu berangkat meninggalkan bukit Han san menuju ke kota tong sia. Perjalan yang ditempuh amat jauh, tempat yang dilalui melulu tanah perbukitan yang tinggi, akhirnya Suma thian yu membeli keledai untuk melanjutkan perjalanan. Keledai tak bisa lari cepat, pemuda itupun tidak terburuburu melanjutkan perjalanan, maka memanfaatkan kesempatan itu, dia menikmati pemandangan alam yang indah disepanjang jalan. Dari situ menuju Tong ting ou paling tidak membutuhkan waktu dua puluh hari jika perjalanan ditembuh dengan cara begini, tapi justru dia akan sampai ketempat tujuan persis sebelum waktu yang ditetapkan oleh dua bersaudara Thia. Suatu pagi, dia meninggalkan Lu teng berangkat kekota Tong sia, tiba-tiba awan gelap menyelimuti seluruh angkasa membuat udara menjadi gelap gulita. Melihat hujan deras segera turun, Suma thian yu menjadi amat gelisah, dia segera larikan keledainya cepat-cepat untuk menuju kesebuah hutan didekatnya. Mendadak terdengar bunyi guntur menggelegar disusul sambaran kilat yang tajam, lalu hujan pun turun amat deras. Hujan turun begitu deras dan keras, agaknya membuat keledai itu ketakutan sambil berpekik nyaring tahu-tahu binatang itu lari kencang menuju keatas gunung.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian ya ikut merasa terkejut, cepat-cepat dia memeluk leher keledai kencang-kencang dan membiarkan binatang tersebut berlarian tanpa tujuan. Hujan turuu semakin deras... Kini Suma Thian yu telah basah kuyup oleh derasnya air hujan. Suatu ketika, mendadak keledai itu berpekik nyaring sambil menyambar kepuncak bukit, dengan perasaan terkejut Suma Thian yu mendongakan, kepalanya, tiba-tiba dia melihat ada sebuah rumah kayu muncul dibalik bukit sana. Rupanya kesanalah keledai itu berlarian. Suma Thian yu menjadi amat kegirangan. Sambil menepuk kepala keledainya dia memuji berulang kali. "Wahai keledai, kau memang pintar, mari kesana untuk berteduh dari hujan keparat ini" Keledai itu berpekik nyaring, secepat terbang dia lari kearah rumah kayu tersebut. Baru sampai didepan rumah kayu itu, mendadak dari balik rumah terdengar suara bentakan nyaring menggelegar memecahkan keheningan: "Lihat serangan!" Menyusul kemudian muncul tiga titik cahaya bintang yang menembusi kabut hujan dan menyambar tiba. Suma Thian yu sangat terkejut, cepat-cepat dia menarik tali lesnya kuat-kuat. Sambil meringkik panjang, keledai itu segera mengangkat kakinya keatas dan bergeser setengah kaki dari posisi semula. Tiga titik cahaya tajam itu dengan membawa desingan angin tajam, menyambar lewat persis disisi telinga Suma Thian yu dan melesat kedepan.... Suma Thian yu sendiri kena digoncang pula oleh lejitan keledai tersebut hingga terjatuh ketanah. Bersamaan waktunya, mendadak pintu rumah dibuka dan muncul kepala seorang gadis muda.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Walaupun hujan masih turun dengan derasnya, namun Suma Thian yu dapat mengenali perempuan itu sebagai Yan tho hoa (bunga tho indah) Ho Hong yang pernah dijumpainya di rumah Bi kun lun Siau Wi goan tempo hari. Begitu mengetahui siapakah perempuan itu, Suma Thian yu segera melompat naik lagi keatas punggung keledainya dan siap berlalu dari tempat tersebut. Jilid : 14 Mendadak dari arah belakangnya berkumandang suara tertawa cekikikan yang amat genit, disusul perempuan itu berseru: "Hei, saudara cilik, kau lagi marah rupanya? Kemarilah, coba kau lihat hujan begitu deras, apakah kau tak ingin berteduh sebentar sebelum pergi?" Waktu itu Suma Thian yu sudah basah kuyup ketimpa air hujan, apa lagi setelah mendengar kata-kata yang genit itu, kontan saja ia menjadi merinding dan berdiri semua bulu kuduknya. "Hujan ini pasti turun terus tiada hentinya" demikian dia berpikir, "aah, perduli amat, lebih baik aku berteduh lebih dulu disini, toh ia tak bakal bisa melahap diriku!" Berpikir sampai disitu, dia lantas membalikkan keledainya dan pelan pelan berjalan mendekati rumah kayu tersebut. Sambil keledainya Suma Thian yu berteduh dibawah emper rumah, di dalam ruangan keliahatan api membara dengan hangatnya, Ho Hong sedang mengeringkan tubuhnya. Waktu itu si Bunga tho indah Ho Hong hanya mengenakan seperangkat baju yang amat tipis, selain itu didalamnya tidak memakai apa-apa, dengan begitu terlihat amat jelas seluruh anggota tubuhnya yang terlarang, terutama payudaranya yang montok dengan putingnya yang memerah. Terkesiap hati Suma Thian yu setelah menyaksikan kejadian tersebut, dia merasa tubuhnya seperti tersambar

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

aliran listrik bertegangan tinggi saja, kontan membuat semua anggota badannya kaku. Buru-buru ia duduk bersila sambil memusatkan seluruh perhatian nya kesatu titik, lalu mulai memejamkan mata dan mengatur napas. Kontan saja perbuatannya itu disambut gelak tertawa cekikikan dari si Bunga tho indah Ho Hong, rupanya dia kegelian. Aduh ... kau memang perjaka yang masih suci, kenapa, kenapa sih? Memangnya seluruh tubuhku tumbuh duri beracunnya? Suma Thian yu tidak menghiraukan ucapan lawan, dia hanya memusatkan terus perhatiannya ke satu titik dan mengatur nafas. Dalam waktu singkat hawa dingin yan semula mencekam tubuhnya, kontan saja lenyap hingga tak berbekas. Tiba-tiba Bunga tho indah Ho Hong berjalan mendekati pemuda itu dengan langkah yang lemah gemulai, kemudian sambil tertawa genit katanya: "Lepaskan pakaianmu yang basah, biar ku keringkan sebentar, setelah kering nanti baru kau kenakan lagi, kalau tidak, kau bisa masuk angin "Tidak usah, terima kasih" tampik Suma Thian yu dengan nada dingin dan kaku. Jangankan beranjak, mata pun tak pernah memandang ke arah perempuan tersebut. Menyaksikan sikap dingin anak muda itu, Si Bunga tho indah Ho Hong segera memutar otaknya, kemudian berseru tertahan: Aaah, benar, aku lupa kalau belum mengenakan pakaian, tak heran kalau tak berani memandang kearahku, saudara cilik, kau jangan mentertawakanku Selesai berkata ia lantas bersembunyi dibelakang pintu dan mengenakan kembali pakaiannya yang telah kering, dalam waktu singkat dia sudah muncul kembali dengan pakaian yang rapi.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma thian yu benar-benar merasa muak menyaksikan tingkah lakunya yang tengik, genit dan menjemukan itu. Bunga tho indah Ho Hong sudah amat mashur dalam dunia persilatan sebagai seorang perempuan genit berwajah cantik, boleh dibilang hampir sebagian besar umat persilatan mengenalinya. Sangat banyak jago termashur yang terpikat oleh kegenitannya itu sehingga tunduk seratus persen dibawah telapak kakinya. Hal ini disebabkan pertama, Si Bunga tho indah Ho Hong memang dilahirkan dengan selembar mulut yang pandai merayu, kedua, ilmu silatnya amat lihay dan sakti, itulah sebabnya banyak sekali pemudapemuda yang terpikat olehnya. Padahal watak Si Bung tho indah Ho Hong sendiri tidak termasuk jahat, ia bisa mempunyai nama buruk semua hari ini, semuanya tak lain adalah hasil didikan gurunya. Bayangan saja, murid yang di didik Si Mayat Hidup Hoat Si si, bagaimana mungkin bisa menjadi baik? Si Mayat Hidup Ciu jit hwe merupakan pentolan iblis dalam golongan iblis, ilmu silat yang dimilikinya boleh dibilang tiada taranya didalam dunia persilatan. Dibawah didikannya, dia mempunyai tiga murid, dua diantaranya adalah Hek hong hou (harimau angin hitam) Lim Kang dan Kim bin kui (setan muka hijau) Siang tham. Kedua orang itu merupakan jago-jago lihay dulu dalam kalangan Liok lim. mereka sudah banyak melakukan kejahatan dan membunuh orang tak terhitung jumlahnya. Si Bunga tho indah Ho Hong adalah seorang gadis yang baik. hingga kini dia masih tetap suci bersih tanpa noda, hanya sayang sekali sekuntum bunga teratai yang tumbuh diatas lumpur, bagaimana bisa menjaga nama baiknya? Orang tak ada yang percaya kalau gadis ini masih suci bersih.... Dikolong langit ini memang terdapat banyak kejadian yang tragis, Si Bunga tho indah Ho Hong hanya satu diantara sekian banyak kejadian lainnya. Selama ini, dia selalu berusaha untuk maju selalu berusaha untuk kembali kejalan yang bersih dan lurus, akan tetapi

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ucapan manusia dan lingkungan hidup bagaikan benteng baja yang kuat, selalu saja menghalangi jalan perginya. Maka dia selalu putus asa, mulai kecewa, mulai berbuat sewenang-wenang dan kian terjerumus........ Sampai pada akhirnya dia sendiripun menjadi buta, buta untuk membedakan mana yang benar. Ada kalanya dia berjalan kearah yang benar, tapi ada pula saatnya dia berjalan kearah yang salah. Bagi seorang perempuan, apa pula yang bisa dia perbuat? Bertarung melawan lingkingan? Menghadapi ucapanucapan cabul dengan kasar? Atau dia harus berjuang untuk mencapai kedudukan tinggi....? Tidak, tidak mungkin seorang perempuan bisa berbuat demikian, perempuan hanya tahu bagaimana mencintai dan dicintai, ia tak kan mengerti tentang bagaimana cara melanjutkan hidup. Ia seringkali bergumam begini: "Burung gagak di dunia ini semuanya hitam, lelaki, mereka hanya tahu memuaskan napsu, mereka tak tahu bagaimana perasaan seorang wanita, hmmm bila aku Ho Hong manfaatkan kelebihanku, apa sulitnya untuk menaklukkan mereka dibawah telapak kakiku?" Akhirnya ucapan tersebut menjadi prinsip hidupnya selama ini, tak heran kalau dia pun mencoba merayu dan menggaet hati Suma Thian yu, setelah dia bertemu dengannya. Siapa tahu Suma Thian yu adalah lelaki sejati yang tahan uji, hatinya setenang air, di tambah lagi ia tidak gemar bermain perempuan. Menyaksikan pemuda itu sama sekali tak terpikat oleh bujuk rayunya, Bunga tho indah Ho Hong semakin penasaran, diam-diam dia menyumpai pemuda itu sebagai lelaki palsu, tapi iapun segera menyusun rencana untuk menyiapkan sebuah perangkap. Kau benar-benar tak takut dingin? Bunga tho indah Ho Hong menegur sambil tertawa, ooohh, mengerti aku

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sekarang, lantaran aku ada disini maka kau enggan melepaskan pakaianmu bukan? Sambil berkata ia melirik sekejap kewajah pemuda itu, siapa tahu semakin dipandang makin tertarik, dia ingin sekali menjatuhkan diri kedalam pelukannya dan merasakan kehanggatan tubuhnya, walau hanya sebentar saja. Tapi dia lantas berpikir kembali, tindakan yang terlampau tergesa-gesa bisa mengakibatkan kegagalan total, maka kembali ujarnya sambil tertawa: Duduklah dulu disini, aku akan mengambilkan kayu bakar diluar sana Ia melompat keluar dan lenyap dibalik pintu itu. Suma Thian yu masih tetap duduk kaku ditempat tanpa berkutik, sepatah katapun tidak berbicara, kepergian Ho Hong pada hakekatnya tidak memancing perhatiannya. Siapa pula yang menduga jikalau saat itu Suma thian yu sedang melakukan suatu percobaan, mengeringkan pakaiannya dengan pancaran hawa murninya, disaat Ho Hong sedang mengoceh tiada hentinya tadi, ia sudah memejamkan mata sambil mengatur napas bahkan tak selang beberapa saat kemudian dia sudah berada dalam semedinya. Tak selang beberapa saat kemudian, tubuhnya makin lama makin mengering, penemuan ini tentu saja amat menggirangkan hati Suma thian yu. Ketika Ho hong berlalu, pakaiannya telah mengering, tapi dia hanya membuka matanya sambil memandang keluar jendela saja, ia sedang berpikir sampai kapan hujan tersebut baru akan berhenti. Mendadak tampak bayangan manusia berkelebat lewat diluar jendela, mula-mula Suma thian yu mengira si Bunga tho indah Ho Hong telah kembali, maka dia segera memejamkan matanya rapat-rapat. Siapa tahu segera terdengar lagi suara panggilan yang lirih: Adik hong, adik Hong...."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Merasakan keadaan tak beres, buru-buru Sum thian yu melompat bangun dan menyembunyikan diri dibalik tempat kegelapan. Tak lama kemudian terlihat seseorang berjalan masuk kedalam ruangan itu. Dia bermuka hijau bertaring panjang, bajunya panjang berkembang-kembang, dalam sekilas pandangan saja dapat dikenalinya sebagai si setan muka hijau Siang Tham. Ketika masuk kedalam ruangan, Siang Tham tidak melihat Suma Thian yu, dia hanya berseru tertahan sambil berguman: Heran, Sumoay telah pergi kemana? Pada saat itulah Ho Hong masuk dari pintu depan, ketika gadis itu menyaksikan ji-suhengnya berada disana, dengan gusar segera menegur: Mau apa kau datang kemari? Siapa suruh kau kemari? Mana dia? Rupanya dia tidak melihat Suma Thian yu berada disitu, maka pertanyaan tersebut lantas ditujukan kepada kakak seperguruannya. Melihat Ho Hong munculkan diri, Setan muka hijau Siang Tham segera tertawa terkekeh-kekeh, ujarnya seram: "Adik Hong, aku sudah mencarimu dengan susah payah... " "Uuuh, siapa kesudian denganmu? damprat Ho Hong marah, "enyah kau, cepat enyah dari sini!" Dampratan itu membuat si Setan muka hijau Siang Tham tertegun, lalu sambil menarik muka ia berkata: "Apa maksudmu? Kau telah berubah, berubah sekali, apakah aku sebagai kakakmu tak boleh datang kemari mencarimu? Apa lagi kita toh masih......" "Plaaaak!" belum habis dia berkata, pipi kanannya sudah ditampar Ho Hong keras-keras, kemudian terdengar gadis itu berteriak: "Tutup mulutmu, tak ussh banyak ngebacot lagi disini

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lima jari tangan yang merah membengkak segera tertera diatas wajah Setan muka hijau Siang Tham, karena kesakitan dia berkaok kaok keras: "Perempuan rendah, kau berontak? Kau berani melawanku?" teriaknya amat gusar. "Mau apa kau datang kemari?" teriak Ho Hong sambil menuding kearah hidungnya, "dahulu aku toh sudah memberitahukan kepadamu, jika tak ada urusan kau dilarang kemari, masih belum mengerti kau?" "Perempuan rendah, kau tak usah takabur, seandainya aku orang she Siang tidak teringat kalau kau adalah saudara seperguruanku, sudah sejak tadi tubuhmu kuhancurkan menjadi berkeping-keping!" Hmm, orang lain mungkin takut kepadamu, tapi Ho Hong tidak memandang sebelah mata pun kepadamu, kuberitahukan kepadamu, mulai hari ini hubungan kita putus sampai disini Perempuan rendah, akan kulihat kau bisa bertahan sampai kapan.... seru setan muka hijau Siang Tham dengan seram, tanpa banyak membuang waktu, dia berlalu dari situ. Tapi belum lagi dua langkah, mendadak ia menyaksikan bayangan manusia bergerak di sudut ruangan, dengan cepat dia seperti menyadari akan sesuatu, sambil tertawa seram ia membalikan tubuhnya lagi. "Heeh...heeh... heeh...aku heran, apa sebabnya kau berubah menjadi begitu dingin dan tak berperasaan kepadaku, rupanya lagi menyembunyikan lelaki, hmm! Bagus, bagus sekali, hari ini ada kau tiada diriku Dia lantas merogoh ke dalam sakunya dan membalikkan tubuh sambil mengayunkan tangan. Dua titik cahaya tajam dengan kecepatan luar biasa langsung meluncur ketubuh Suma thian yu yang berada di sudut ruangan. Bunga tho indah Ho Hong menjerit kaget setelah menyaksikan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kejadian tersebut, dia mau menolong sayang keadaan terlambat. Tampaknya dua batang senjata rahasia tersebut akan menghajar tubuh Suma Thian yu, mendadak pemuda itu mengebaskan ujung bajunya, kemudian sambil tertawa tertawa terbahak-bahak munculkan diri dari tempat persembunyian. Dua batang senjata rahasia yang dilepaskanSiang tham tadi, kini lenyap tak berbekas bagaikan batu yang tenggelam ditengah samudra. Setelah mengetahui kalau pemuda yang menampakkan diri adalah Suma Thian yu, mau tak mau si Setan muka hijau Siang Tham merasa terkesiap, tapi ia segera tertawa licik: Oooh, rupanya kau si bocah keparat." Kemudian sambil melotot ke arah Ho Hong dengan sorot mata buas, dampratnya lagi amat kasar: Perempuan rendah, pagar makan tanaman, kau berani menyeleweng dengan pria ini? Bagus, jika tidak kuberi pelajaran hari ini, mulai sekarang aku tidak memakai nama marga Siang lagi Selesai berkata, sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan ketubuh Ho Hong. Walaupun bunga tho indah Ho Hong menempati urutan ketiga, ilmu silatnya justru hanya dibawah si harimau angin hitam Lim kang, kendatipun begitu, diapun tak ingin menyalahi Siang tham lagi, maka begitu melihat datangnya serangan, buru-buru tubuhnya mengegos ke samping. Si Setan muka hijau Siang Tham cukup mengetahui akan tabiat dari sumoaya-nya ini, gagal dengan serangan pertama, dia tak berani menyerang untuk kedua kalinya, semua amarahnya kontan saja dilampiaskan ke tubuh Suma Thian yu. Sambil maju kemuka, teriaknya penuh amarah: Bocah keparat, serahkan selembar nyawamu! Dengan jurus Kay san to liu (membuka bukit mencari air) dia bacok tubuh Suma Thian yu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sejak dikerubuti Siang Tham tempo hari, Suma thian yu sudah menaruh dendam kepadanya, dan dendam itu belum pernah lampiaskan, maka setelah bersua kembali kini, tak heran kalau matanya berubah menjadi merah membara. Jika Suma Thian yu tak membuat perhitungan dengannya, keadaan masih mendingan, sekarang justru dia yang datang membuat gara-gara, boleh dibilang iblis ini sedang mencari penyakit untuk dirinya sendiri. Suma thian yu segera mengebaskan bajunya kedepan, Bu siang sinkang dengan berubah menjadi hawa sakti tanpa wujud langsung meluncur ke muka, sekilas pandangan nampaknya enteng, padahal dibalik semuanya itu justru tersembunyi suatu kekuatan yang luar biasa. Kasihan setan muka hijau Siang Tham, begitu sempat tenaganya menjawil ujung baju lawan, tubuhnya sudah terpental ke belakang seperti layang-layang yang putus talinya. Blaaammm! setelah membentur diatas dinding ruangan, ia roboh terkapar di tanah. Dalam suatu gerakan yang ringan, ternyata Suma Thian yu berhasil merobohkan murid ke dua dari si Mayat hidup Ciu Jit hwee, kejadian mana segera menimbulkan perasaan girang dan murung baginya. Ia girang karena ilmu silat yang dimiliki nya sekarang sudah mencapai tingkat yang luar biasa, itu berarti harapannya untuk membalas dendam menjadi besar, tapi diapun murung karena musuhnya kian bertambah banyak, sudah pasti kejadian mana akan menimbulkan bencana dikemudian hari. Ketika Suma Thian yu menyaksikan disitu telah terjadi keributan, sedang hujan diluar rumahpun telah berhenti, dia merasa kalau tidak pergi sekarang, mau menunggu sampai kapan lagi? Dia segera menggerakkan tubuhnya dan bagaikan segulung asap ringan, pemuda itu sudah menyelinap keluar lewat jendela, kemudian melompat naik ke punggung keledainya dan berlalu dari situ.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menanti Bunga tho indah Ho Hong hendak menghalanginya, Suma Thian yu sudah lenyap dibalik bukit sana. Sambil menahan geramnya, gadis itu mendepak-depakkan kakinya berulang kali keatas tanah, sumpahnya: Lelaki sialan, sok alim, hmm! Selama aku Ho Hong masih hidup, tak akan pernah kulepaskan dirimu!" Kemudian sambil berpaling kearah Setan muka hijau yang tergeletak semaput ditanah, dia menyumpahinya pula dengan geram: Hmmm, semuanya ini gara-gara si setan mampus.... Dengan geramnya dia menghampiri orang itu kemudian ditendang keras-keras untuk melampiaskan rasa dongkolnya. Setan muka hijau Siang Tham menjerit kesakitan dan sambil melompat bangun, tapi ketika tak menjumpai Suma thian yu berada disitu, buru-buru tanyanya: Kemana perginya anjing cilik itu?" Hmmm, manusia macam kau juga ingin di sebut seorang hohan, orang itu sudah kabur, mau apa kau? Mendengar pemuda itu melarikan diri, Setan muka hijau Siang Tham segera meluncur keluar dari ruangan dengan kecepatan tinggi, kemudian bersuit keras-keras. Tak selang berapa saat kemudian, dari dalam hutan bermunculan belasan orang perampok berkerudung. "Sasaran kita telah kabur, mari kita kejar!" teriak Siang Tham kemudian keras-keras. Diiringi oleh gerombolan perampok berkerudungnya serentak mereka menuruni bukit itu dan melakukan pengejaran. Tak lama sepeninggal rombongan perampok itu, Bunga Tho indah Ho Hong juga menutup rumahnya dan berlalu dari situ. Setelah meninggalkan rumah kayu itu, Suma Thian yu melarikan keledainya beberapa waktu sebelum memperlambat perjalanannya. Pe ristiwa yang baru saja dialaminya membuyarkan kegembiraan dalam hatinya, ia tak berniat lagi untuk menikmati pemandangan alam disepanjang jalan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendadak dari arah belakang berkumandang suara derap kaki kuda yang ramai. Keledainya segera mengikik panjang dan turut berlariang kencang ke depan. Tapi Suma thian yu cukup menyadari bahwa kuda-kuda yang muncul dari belakang merupakan kuda jempolan yang dapat berlari kencang, tak mungkin keledai miliknya sanggup menggunguli mereka, satu ingatan segere melintas dalam benaknya, cepat-cepat dia membelokkan arah lari keledainya kesisi jalan dan menyembunyikan diri dibelakang sebatang pohon besar! Tak selang berapa saat kemudian, di tengah muncul sebelas ekor kuda jempolan yang dilarikan secepat angin. Menati rombongan orang-orang itu sudah lewat, Sama Thian yu baru menjalankan kembali keledai menyusul dibelakang orang-orang tadi. Kota Tong sia dibangun dikaki bukit Tay piat san, meskipun agak terpencil namun kotanya sangat ramai, tempat itu merupakan tempat pertemuan untuk jago-jago silat yang bermukim disekitar sana. Ketika matahari baru tenggelam dilangit barat,t ditengah jalanan kota Tong sia muncul serombongan penunggang kuda, penunggangnya adalah manusia-manusia berpakaian ringkas warna hitam yang menggembol senjata berbentuk aneh. Sebagai pemimpinnya adalah seorang lelaki bermuka hijau, bertaring panjang dan mengenakan jubah panjang berkembang-kembang, tampaknya dia merupakan pemimpin rombongan tersebut, ketika tiba didepan rumah makan Kun eng lo, ia memberi tanda agar berhenti. Tak salah lagi, mereka adalah gerombolan perampok bertopeng yang dipimpin setan muka hijau Siang Tham. Setelah turun dari kudanya, setan muka hijau Siang Tham memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, seorang anak buahnya segera datang berbisik: "Bocah keparat itu tidak berada dalam kota".

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dari mana kau bisa tahu?" Sejak masuk kota hingga sekarang, belum pernah kami jumpai orang yang dimaksudkan Setan muka hijau Siang tham berpikir sejenak, kemudian katanya lagi: Mungkinkah dia sudah berada jauh didepan? Tidak mungkin, dua pukuh li didepan sana merupakan bukit yang sunyi, disana tidak ada rumah penduduk Bagus, bagus sekali. Setan muka hijau kembali tertawa, asal kau dapat mengerjakan dengan baik, toaya pasti memberi hadiah untukmu, sekarang bawalah tiga orang saudara dan lakukan pemeriksaan didepan sana, bila ada kabar segera laporkan kepadaku Lelaki itu nampak ragu sejenak, tapi akhirnya dengan perasaan apa boleh buat dia mengajak tiga orang rekannya untuk berangkat melaksanakan tugas tersebut. Sementara Setan muka hijau Siang Tham sendiri dengan mengajak keenam sisa perampok memasuki loteng kun eng lo. Tak lama setelah Siang Tham naik loteng, diujung jalan sana muncul seekor keledai yang berjalan pelan-pelan menuju kearah rumah makan Kun eng lo pula. Diatas keledai duduk seorang pemuda, dia tak lain adalah Suma thian yu, jago muda kit. Ketika Suma Thian yu tiba didepan pintu ruakan Kun eng lo dan melihat begitu banyak kuda jempolan di tambat disana, hatinya merasa agak bergetar keras, tanpa terasa berhenti sejenak dan mengintai ke dalam ruangan. Ketika tidak di jumpai seraut wajahpun yang dikenal, pemuda itu baru turun dari keledainya dan mendekati rumah makan itu. Mendadak dari sisi tubuhnya terasa berhembus lewat angin tajam, kemudian terlihat ada seseorang yang menumbuk bahunya dengan sempoyongan, menanti Suma Thian yu mundur dengan terkejut, sesosok bayangan manusia sudah lenyap dibalik kegelapan sana.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma thian yu menggelengkan kepalanya sambil mengrerutu, baru akan menambat tali les keledainya ditempat parkir, tiba-tiba pemuda itu menemukan secarik kertas putih dibawah kakinya, dengan perasaan terkejut diambilnya kertas itu cepat-cepat. Meminjam sinar lentera yang memancar dari balik rumah makan, Suma thian yu membuka gulungan kertas itu dan segera dibacanya. Ternyata diatas kertas itu hanya dicantumkan beberapa huruf yang berbuntu demikian: Siang Tham ada didalam, hati-hatilah dengannya! Dibawahnya tidak nampak tanda tangan penulis surat itu, tapi gaya tulisannya sangat kuat dan bertenaga. Suma thian yu segera termenung beberapa saat lamanya, ia tak habis mengerti siapa gerangan yang yang memberi peringatan tersebut kepadanya....? Terpaksa surat itu dimasukkan kedalam sakunya, kemudian dengan membusungkan dada dia berjalan masuk ke dalam rumah makan tersebut. Seorang pelayan munculkan diri menyambut kedatanggannya, kemudian sambil terbungkuk-bungkuk katanya sambil tertawa: Tuan, maaf tuan, tempat kami sudah penuh, silahkan mencari ditempat lain saja... Suma Thian-yu memandang sekejap kesekeliling ruangan, memang benar, disitu sudah tiada tempat kosong, mendadak sorot matanya bertemu dengan Setan muka hijau Siang Tham yang sedang duduk disudut sebelah kiri, seketika itu juga niatnya bersantap menjadi hilang. Aaah tidak mengapa, biar aku mencari tempat dilain tempat saja sahutnya cepat. Mungkinkah Suma Thian yu merasa takut terhadap gembong iblis itu sehingga dia memutuskan untuk mengundurkan diri saja dari situ. Keliru bila anda beranggapan demikian, Suma Thian yu bukan seorang pengecut, dia tak akan berbuat demikian.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Berbicara soal silat atau soal sastra, Suma Thian yu tidak akan memandang sebelah mata pun terhadap kawanan perampok itu, tapi sejak terjun ke dalam dunia persilatan, dia memang sudah berprinsip "Tiada urusan tak akan mencari urusan, ada urusan tak akan takut menghadapi kematian", karenanya bila keadaan tidak terlalu memaksa, dia segan mencari urusan dengan orang lain. Baru saja dia hendak membalikkan badan meninggalkan tempat itu, mendadak terdengai Siang Tham berteriak keras: Hei, pelayan, cepat tahan orang itu!" Cepat pelayan itu lari keluar dan menarik tangan Suma Thian-yu, serunya: ""Maaf tuan, hamba tak tahu kalau tuan adalah tamu terhormat dari toaya tersebut, harap kau sudi memaafkan, silahkan, silahkan duduk didalam, silahkan!" Aku tidak kenal dengan orang itu tampik sang pemuda sambil menggeleng, dia segera menurun keledainya dan berlalu. Sementara itu, si setan muka hijau Siang tham sudah muncul didepan pintu, sambil menggapai kearah Suma Thian yu, katanya: Lote, bagaimana sih kau ini, sudah kami siapkan sebuah tempat untukmu, mengapa kau malah pergi dengan begitu saja?" Kalau di dengar dari nada suaranya sudah jelas adalah nada suara seorang teman yang akrab, ia tidak habis mengerti permainan setan apakah yang sedang di persiapkan iblis itu. Setelah berpikir sejenak, ia memutuskan untuk masuk dulu melihat keadaan sebelum mengambil tindakan selanjutnya. Maka sambil tertawa tawa katanya. "Haah....haaah....haa....rupanya saudara Siang juga berada disini, bagus sekali, jika begitu siaute akan meneguk secawan arak dulu sebelum berangkat." Setelah tiba ditempat duduk, Si setan muka ujau Siang Tham baru berbisik lagi:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selesai bersantap, kita berjumpa jagi diluar kota, selama disini lebih baik bersabar dulu, pemilik rumah makan ini bukan manusia yang gampang dihadapi Suma thian yu tertawa hambar, pikirnya geli: Kalau memang begitu, hal ini akan lebih baik lagi, sauya memang kuatir jika kau mencari gara-gara disini Ketika selesai menyelesaikan kata-kata tadi, sekulum senyuman licik kembali menghiasi bibir si Setan muka hijau, dia mengambil dua cawan arak dan menyodorkan secawan untuk Suma Thian yu, kemudian katanya lagi sambil tertawa: Tak disangka kita bisa minum arak bersama pada hari ini, mari, kita keringkan cawan arak! katanya kemudian. Suma Thian yu tidak sungkan-sungkan lagi, ia menggangkat cawan araknya dan meneguknya. Baru saja cawan itu akan menempel dibibirnya, terasa ada cahaya tajam berkelebat lewat, kemudian ....praaang...cawan arak yang berada digenggamannya sudah tersambar oleh senjata rahasia tersebut. Sambil menjerit kaget Suma Thiin yu melompat mundur beberapa langkah, tapi sebagian bajunya sudah keburu basah oleh tumpahan arak. Dengan perasaan kaget pemuda itu meraba bajunya yang basah, tapi begitu menyentuh ke atas pakaiannya, kembali wajahnya berubah hebat, ternyata pakaian tersebut telah berubah menjadi hijau kebiru biruan, jelas didalam arak tersebut ada racunnya. Perlu diketahui, telapak tangan kiri Suma Thian yu pernah mengisap sari daun anti racun Jiu sian kiam lan, bukan saja dapat dipakai untuk memeriksa apakah sesuatu benda ada racun nya atau tidak, lagi pula dapat dipakai untuk menghadapi serangan racun. Pada mulanya ia tidak menaruh curiga kalau setan muka hijau Siang Tham bakal meracuninya, sebab itu meski berhadapan sebagai musuh, dia tidak berusaha untuk melakukan pencegahan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siapa tahu ketika Siang Tham keluar ruangan menyambut kedatangan Suma Thian yu tadi, ia telah memerintahkan anak buahnya mencampuri arak tersebut dengan racun. Suma Thian yu sama sekali tidak menyangka kalau Si setan muka hijau Siang Tham sebagai seorang jagoan lihay dalam golongan Liok lim bisa berbuat curang dengan tindakan yang begitu pengecut dan memalukan, hawa amarahnya kontan berkobar, dengan mata melotot bentaknya keras-keras: "Siang Tham, rupanya karena alasan inilah kau jadi ternama dalam dunia persilatan? Hmm, benar-benar tidak kusangka, anak murid didikan mayat hidup Ciu Jit-hwee pandainya cuma mencampuri arak orang dengan racun!. Hari ini aku Thian yu baru benar-benar mengenali manusia macam kau. Bila kau memang orang gagah, ayoh kita bereskan persoalan ini diluar kota saja!" Selesai berkata dia lantas membalikkan badan berlalu dari situ. Mendadak dari depan tubuhnya muncul seorang kakak berbaju biru, belum lagi orangnya sampai, gelak tertawanya sudah bergema diruangan. Haah...haah...haahh...engkoh cilik, bila dirumah makan kami terjadi persoalan maka peristiwa itu menjadi tanggung jawab kami. Baik, bila ada urusan, mari kita bicarakan lagi dihalaman belakang sana" Suma Thian yu agak tertegun, ia tidak habis mengerti terhadap ucapan orang yang sama sekali tak dikenalnya itu, tanpa pikir pan jang segera serunya sambil tertawa dingin: "Heeehh...heeeh...heeeh...bagus, bagus sekali, jadi kelau begitu kaulah yang meracuni arakku tadi? Tolong tanya siapa namamu?" Ucapan ini sebaliknya malah membuat kakek berbaju biru itu tertegun, dia berpaling dan menatap wajah Setan bermuka hijau Siang Ttam lekat-lekat, kemudian dengan wajah serius serunya: "Apakah kau yang meracuni saudara cilik ini?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sejak menyaksikan kemunculan kakek berbaju biru itu, sikap setan muka hijau Siang Tham telah berubah menjadi munduk-munduk, kini dia menjura dalam-dalam, lalu katanya sambil tertawa: Locianpwe, heeh...heeeh...sudah banyak tahun kita tidak berjumpa, apakah kau orang tua.... Tak usah banyak biacar, kaukah yang telah meracuni arak saudara cilik itu? kembali kakek berbaju biru itu membentak dengan wajah marah. Agaknya wajah setan muka hijau Siang Tham tahu kalau dia tidak bisa menghindar kagi, sambil tertawa licik sahutnya: Aaahh, semua ini gara-gara perbuatan beberapa orang saudaraku, ketika aku tak ada disitu, rupanya mereka telah mencampuri arak dengan obat pemabuk, mungkin mereka kelewat memandang tinggi Suma siauhiap sehingga timbul niatnya untuk mengajak saudara ini bergurau Suma thian yu melotot gusar, baru saja dia hendak mengucapkan sesuatu, sikakek berbaju biru itu sudah berkata lagi sambil tertawa dingin tiada hentinya. Siang tayhiap, harap saudara yang meracuni saudara ini, kau undang untuk menjumpai diriku Setan muka hijau Siang Tham segera mendehem beberapa kali. Buu...buat apa kau mesti bertindak serius? Chin locianpwe, dengan Tangkeng kami toh sudah saling mengenal, apalagi hubunganmu dengannya.... Tak usah banyak bicara, rumah makan Kun eng lo bukan suatu tempat yang bisa dikacau ketenanggannya oleh siapapun, seorang lelaki berani berbuat berani bertanggung jawab, cepat kau tunjukkan orang itu untuk diberi hukuman yang setimpal, kalau tidak, terpaksa lohu harus berbuat kurang sopan terhadap Kiang tayhiap Baru saja kakek berbaju biru itu menyelesaikan perkataannya, tampak suatu bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu seorang lelaki setengah umur berwajah bengis telah melompat bangun.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan senyuman angkuh menghiasi wajahnya, lelaki itu menuding keujung hidung sendiri, lalu menjawab: Toayalah yang telah meracuni racun itu, mau apa kau? memangnya kau bisa melahap toayamu bulat-bulat? Kau tidak bohong? bentak kakek berbaju biru itu dengan gusar, sinar matanya bersinar tajam, jangan menanggung dosa buat orang lain, yang lohu cari sekarang adalah kenyataan, aku tak ingin sampai salah membunuh orang tak salah! Omong kosong! Dengan andalkan sekerat tulangmu itu, memangnya kau mampu untuk membunuh toaya mu? Baru saja lelaki buas tersebut berbicara demikian, segera tampak olehnya bayangan manusia berkelebat lewat, menyusul kemudian seluruh badan sakit sekali sehingga tak kuasa lagi dia menjerit dengan suara menggidikan hati: Aduuuh..... Menanti Suma Thian yu dan Si setan muka hijau Siang Tham dapat melihat jelas apa yang terjadi, lelaki buas itu sudah tewas dengan mata melotot keluar dan mulut mengeluarkan busa. Menyaksikan hal ini, diam-diam Suma Thian yu menghembuskan napas dingin, pikirnya: "Entah dengan cara apa kakek itu turun tangan? Ilmu silat apa yang dia pergunakan? Mengapa lelaki buas ini bisa mampus menyerupai orang yang terserang penyakit parah? Dari atas sampai bawah tubuhnya sama sekali tidak ditemukan cedera apapun?" Sementara itu, Si setan muka hijau Siang Tham juga merasa terperanjat sekali setelah menyaksikan anak buahnya tewas dalam sekali ayunan tangan kakek berbaju biru itu. Tapi untuk membela anak buahnya, terpaksa dia menegur dengan suara dingin: Chin locianpwe, kau menghukum mati orang ini, apakah tindakanmu tak terlampau kelewat batas?? Bila peristiwa hari ini sampai terdengar Tongkeh kami, aku percaya kau tak akan mampu untuk memikulnya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kakek berbaju biru itu swgera tertawa panjang: Orang she Siang, kau sudah tak punya kesempatan lagi untuk pulang kerumah dan menyampaikan laporan, tongkehmu juga tak akan bisa berbuat apa-apa kepada lohu... Setan muka hijau Siang Tham menjadi gusar gekaii sampai mencak mencak seperti monyet terbakar jenggotnya, dia segera menghantam meja keras-keras. Blaamm...! diiringi suara nyaring, meja itu kena terhajar sampai pecah menjadi dua bagian, cawan dan mangkuk yang berada diatasnya pun ikut hancur berantakan. Kakek berbajubiru itu Cuma tertawa dingin tiada hentinya, dia tak menjadi gusar, meskipun suara pembicaraannya juga tidak terlalu besar, namun setiap patah kata dapat kedengaran sekali, hingga menggema diseluruh ruangan dan mendengung tiada hentinya... selama ini, Suma Thian yu cuma menonton dari sisi arena, pada mulanya dia mengira kakek itu satu komplotan dengan setan muka hijau Siang Tham, tapi setelah menyaksikan lelaki buas tersebut terbunuh, kemudian menyaksikan pula sikap permusuhan kakek itu terhadap setan muka hijau, dengan cepat dia dapat menyimpulkan kalau antara si kakek dengan setan muka hijau sebetulnya merupakan musuh yang tak mungkin bisa hidup damai. Walaupun demikian, Suma Thian yu belum juga berhasil menduga siapa gerangan kakek itu, tapi yang pasti bukan manusia sembarangan dapat memiliki ilmu silat dengan tenaga dalam yang demikian sempurna. Sayang sekali, sekalipun Suma Thian yu sudah memeras otaknya habis-habisan, dia toh belum berhasil juga untuk menduga siapa gerangan kakek berbaju biru itu. sementara dia masih berpikir dengan perasaan tak mengerti, kakek berbaju biru itu telah berkata: Siang Tham, tempat ini untuk berdagang, tidak cocok untuk bertarung, mari kita bertemu dihalaman belakang saja, asal kau dapat memperlihatkan beberapa jurus kepandaian yatg bisa membangkitkan rasa kagum lohu, persoalan hari ini

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

akan kubikin selesai sampai disini saja. Jika tidak, kau harus membayar semua kerugian yang kuderita! Suara pembicaraan kakek berbaju biru itu masih tetap diutarakan dengan suara rendah, namun setiap patah katanya membawa kewibawaan yang mengerikan, seolah-olah sesuatu kekuatan yang membuat setiap orang tak sanggup melawan. Mendengar ucapan tersebut, Setan muka hijau Siang tham segera tertwa tergelak: Haah...haah...haah...orang she Chin, toaya pun tak akan bersikap demikian sungkan kepadamu apabila tidak memandang diatas wajah putrimu, kau tak usah berlagak besar dengan menggandalkan pengaruh putrimu untuk menggertak aku, untuk menghadapi kau, toaya tak usah turun tangan sendiri, ayoh berangkat, kau boleh memimpin jalan buat kami....! Sehabis mendengar perkataan setan muka hijau Siang tham yang sama sekali tidak memberi muka kepada orang itu, kakek berbaju biru itu tertawa tergelak karena gusar, suara tertawanya keras dan meyeramkan membikin orang lain bergidik, tanpa banyak berbicara lagi dia segera membalikkan badan dan berlalu sari situ. Setan muka hijauSiang tham tak ketinggalan, dia ikut pula dibelakangnya, sementara segenap anak buahnya turut beranjak kebelakang setelah rombongan itu lewat semua, pikirnya: Siapakah putri si kakek ini? mengapa dia bisa ditakuti oleh penjahat-penjahat keji macam Siang tham? kalau didengar dari nada pembicaraan setan muka hijau, tampaknya putri kakek inipun seorang pendekar perempuan, kalau tidak, mengapa Siang tham bersikap begitu menghormat terhadap kakek itu? Sambil berpikir Suma thian yu beranjak dan melangkah kehalaman belakang rumah makan Kun eng lo tersebut. Ternyata dihalaman belakang sana terdapat sebuah tanah lapang untuk berlatih silat yang luasnya mencapai dua puluh kaki.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Empat penjuru tanah lapang tersedia sederat rak senjata yang diatasnya terletak pelbagai macam senjata berbentuk aneh, tapi jenisnya teratur rapi sekali. Pada jenis yang terdepan terdapat tombak panjang, tombak ular, tombak api, tombak lengkung. Diatas rak nomor dua terletak jenis golok diantaranya terdapat jenis golok bulat sabit, golok besar, golok bergerigi. Pada rak nomor tiga tersedia jenis toya, kemudian jenis panah, jenis pedang serta berbagai macam jenis senjata lain yang aneh-aneh bentuknya. Diam-diam Suma thian yu menghela naps panjang setelah menyaksikan kesemuanya itu. "Sudah pasti orang ini merupakan seorang yang gemar berteman orang persilatan, kalau tidak, mustahil dengan kemampuan seorang, dia bisa mengumpulkan senjata begini banyak. Sebentar aku harus memperhatikan gerakan tubuhnya agar kesempatan baik ini jangan sampai kulewatkan dengan begitu saja" Dalam pada itu, suasana dalam arena sudah menjadi tegang, si Setan muka hijau dengan diiringi lima orang lelaki kekar berdiri disisi kanan arena, sedangkan kakek berbaju biru itu berdiri seorang diri dihadapannya. Waktu itu, si kakek sedang berkata sambil tertawa: Siang Tham, diatas rak senjata sudah tersedia berbagai macam senjata, terserah kau ingin memilih yang mana saja! Toaya ingin mencoba kelihayanmu dalam permainan ilmu telapak tangan... sahut sisetan muka hijau dengan wajah bengis. kakek berbaju biru itu segera tertawa nyaring: Hahahahahaha.....dapat merasakan sampai dimanakah kelihayan Hu si im hong ciang yang pernah menggetarkan dunia Liok lim, hal ini merupakan keinginan lohu dalam hidup ku ini, Siang tayhiap, silahkan saja melancarkan serangan" "Sekilas perasaan bangga sempat menghiasi wajah si setan muka hijau siang tham, dia segera berseru: Toaya tak akan sungkan-sungkan lagi

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selesai berkata, tidak tampak bagaimana dia turun tangan, dengan jurus kim pa liok jiau (macan kumbang emas mementang cakar), dia lepaskan sebuah cengkeraman maut ketubuh kakek berbaju biru itu. Mendapat ancaman semacam itu, kakek berbaju biru itu tak berani berayal, buru-buru ia menangkis dengan tangan kirinya, kemudian tubuhnya berputar setengah lingkaran, sementara tangan kanannya langsung menghantam ke perut lawan dengan jurus Sin liong ji hay atau Naga sakti masuk ke laut. Dua gerakan tersebut dipergunakan hampir bersamaan waktunya, hingga sekilas pandangan seakan-akan berasal dari satu jurus saja, sedemikian cepatnya sehingga sukar dibayangkan dengan kata-kata. Serangan bagus!" Setan muka hijau Siang Tham berseru keras. Bagaikan sebatang pohon liu yang lemas, tubuhnya bergoyang sedikit saja ke samping lalu melompat mundur dua langkah, kemudian dengan jurus To thian hoan jit atau mencuri langit berganti hari, secepat kilat dia membabat tubuh kakek berbaju biru itu. Ketika sampai di tengah jalan, dia agak berhenti sejenak, lalu lengannya yang sudah terlanjur disodok keluar menyelinap secepat kilat dengan suatu gerakan yang luar biasa, diamenyerang kakek yang berbaju biru itu. Serangan mana meski di lancarkan dengan dua kekuatan yang berbeda dan waktu yang berbeda pula, namun bisa sampai disasaran-nya pada waktu yang hampir bersamaan. Ternyata kakek yang berbaju biru itu cukup tahu keadaan, buru- buru dia membentak keras, segenap tenaganya disalur ke tangan, gerakan tubuhnya tiba-tiba berubah, dengan mengembangkan ilmu pukulan yang maha dahsyat dia melepaskan serangkaian pukulan secara gencar. Suma Thian yu yang menonton jalannya pertarungan dari sisi arena dan menyaksikan jalannya gerakan tubuh dan jurus pukulan dari kakek berbaju biru itu, dia segera menjerit kaget.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Aaah...." Tetapi sampai ditengah jalan, seruan mana segera ditarik kembali cepat-cepat, dengan hati berdebar keras, pikirnya kemudian: Kenapa dia mempergunakan ilmu pukulan Bu tong pau? Mungkinkah kakek mempunyai hubungan yang erat dengan pihak bu tong pay.....? Apa yang diduga Sama Thian yu memang benar, kakek berbaju biru ini memang merupakan jagoan lihay dari Bu tong pay, sejak empat puluh tahun berselang dia sudah termashur dalam dunia persilatan sebagai Bu tong tay hiap Chin Lenghui. Dulu, dengan mengandaikan serangkaian ilmu pedang Bu tong kiam hoat dan dua belah bilah pisau terbang, dia pernah menggetarkan sungai utara maupun selatan daratan Tionggoan, banyak manusia yang menjadi keder dan ketakutan hanya mendengar namanya saja. Chin Leng hui hanya mempunyai seorang putri, istrinya sendiri berpulang ke dalam baka setelah melahirkan putrinya. Tampak kematian istrinya itu merupakan pukulan batin yang sangat berat bagi pendekat tersebut, dalam kecewanya dia lantas mengundurkan diri dari keramaian dunia persilatan dan hidup mengasingkan diri dibukit Tay-hoa san, sehari-hari kerjanya hanya mendidk dan memelihara putrinyasehingga menanjak dewasa. Itulah sebabnya orang lantas menyebutnya Tay hoa kitsu (pertapa dari bukit Tay hoa san). Dihari-hari biasa, dia membawa tugas rangkap, sebagai ibu yang baik dan sebagai guru yang disiplin, dia hendak mendidik putrinya Chin lan eng menjadi seorang pendekar perempuan yang perkasa dan disegani banyak orang. Siapa tahu, pada usia empat belas tahun putri kesayangannya telah hilang lenyap tak berbekas, dalam keadaan demikian terpaksa Chin Leng hui melepaskan niatnya untuk mengasingkan diri, dia muncul kembali dalam dunia persilatan untuk mencari putri kesayangannya, setelah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bersusah payah mencari kian kemari, akhirnya Chin leng hui berhasil juga menemukan putrinya, tapi waktu itu purtinya sudah bukan menjadi miliknya lagi, karena putrinya telah menjadi istri Bi kun lun (Kun lun indah) Siau Wi goan. Dalam sedihnya, Chin Leng hui lantas membuka rumah makan Kun eng lo disitu, bila di kala senggang diapun melatih ilmu tenaga dalam dan tenaga luarnya secara tekun, di samping secara diam-diam menyelidiki tingkah laku puterinya Chin Lan eng. Sungguh tidak beruntung, dari mulut banyak sahabat serta jago jago persilatan yang sering kali melewati tempat itu, dia mendapat tahu kalau putrinya adalah seorang perempuan siluman yang selalu cabul, jalang, juga kejam. Kenyataan itu hampir saja membuat Chin Leng bui mati karena kegusaran, beberapa kali dia berniat membuyarkan usahanya itu dan hidup mengasingkan diri di tempat terpencil untuk menghindarkan diri dari segala kenyataan yang pahit itu. Tapi, diapun berharap bisa bertemu lagi dengan putrinya, mencaci makinya habis-habisan, memutuskan hubungan kekeluargaan, kemudian ia baru dapat mengasingkan diri dengan tenang. Namun sejak dia mendirikan rumah makan Kun eng lo hingga kini, delapan tahun sudah lewat, tapi putrinya Chin Lan eng tak pernah pulang kerumah walau hanya sekalipun, padahal dia sangat berharap bisa bersua muka dengan putrinya itu. Kadangkala dia berpesan kepada sobat lamanya, bila bersua dengan putrinya, mereka diminta untuk menasehati putrinya itu agar pulang kerumah. Perasaan orang tua itu pada anaknya memang mulia, bagaimanapun kesalahan yang dilakukan putrinya, dia pasti akan memaafkannya bila mulai pada saat itu ia bisa bertobat dan mau kembali kejalan yang benar.....

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam suasana yang serba salah dan serba bertentangan batin inilah, Tay hoa kit cu Chin leng hui melanjutkan hidupnya sampai delapan tahaun lebih. Hari ini, secara tiba-tiba setan muka hijau Siang tham muncul dirumah makannya, sebetulnya dia ingin menitip pesan kepada Siang tham untuk putrinya, siapa sangka sebelum niatnya terkabul, Siang tham sudah melakukan perbuatan terkutuk dan memalukan lebih dulu dalam rumah makannya. Sebagai pemilik rumah makan yang bijaksana, lagi sebagai Bu tong tay hiap yang selalu menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran, tentu saja ia tak dapat berpeluk tangan belaka menbiarkan kaum durjana berbuat sewenang-wenang dalam rumah makanannya. Maka dia segera menampilkan diri untuk menghadapi anak murid gembong iblis nomor wahid dikolong langit itu, baginya tindakan tersebut boleh di bilang merupakan suatu kerugian yang besar sekali. Sebab seandainya berita ini sampai terdengar oleh Hoat si si (mayat hidup) Ciu Jit hwee, guru Siang Tham, sudah pasti rumah makan Kun eng lo tak bakal akan melewati kehidupan yang lebih tenang lagi. Tapi, orang persilatan mengutamakan kebenaran dan keadilan, sekalipun tindakan mana akan menimbulkan bencana besar, hal tersebut tak pernah akan dipikirkan olehnya. Tay hoa Kitsu Chin Leng hui merupakan adik perguruan dari Hiang ciang totiang Bu tong pay saat ini, terhitung pula sebagai keponakan murid Put Gho cu, dia merupakan seorang jagoan pedang yang terhitung paling menonjol dalam perguruannya. Itulah sebabnya Setan muka hijau Siang Tham tak berani menantangnya untuk bertarung deagan ilmu pedang, sebaliknya menantangnya beradu tanpan kosong, dengan akalnya yang licik Siang Tham bermaksud hendak meraih keuntungan dari tindakannya itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tenaga dalam yang dimiliki kedua orang itu tak selisih banyak, tidak heran kalau pertarungan pun bisa berlangsung dengan keadaan seimbang dan seru sekali. Sekarang Setan muka hijau Siang Tham telah mengeluarkan ilmu silat andalannya, ilmu Hu si im hiong ciang untuk menghadapi ilmu pukulan Bu tong pay yang termashur karena keganasan-nya. Berbicara tentang setan muka hijau Siang Tham, seharusnya setelah ilmu pukulan angin dingin bangkai membusuknya digunakan, maka angin pukulan yang terpancar keluar semestinya dingin menggidikkan hati, namun saat ini dia tak sampai mengerahkan tenaga dalamnya, apalagi menyalurkan bawa dinginnya ke ujung tangan. Kalau tidak, asal tersentuh oleh angin dinginnya itu, meski tubuh yang terdiri dari baja pun akan membusuk juga, apalagi tubuh yang terdiri dan darah daging? Tuy hoa Kitsu sendiri pun tidak menggunakan segenap kekuatan yang dimilikinya, dia tetap menggunakan tenaga sebesar berapa bagian saja untuk menghadapi musuhnya. Suma Thian yu sebagai seorang jagoan lihay, tentu saja dapat menyaksikan kejadian tersebut dengan jelas, sejak dia mengetahui kalau ilmu silat yang digunakan kakek berbaju biru adalah ilmu pukulan Bu tong pay, rasa kagum dan hormatnya terhadap kakek ini makin bertambah. Mendadak terdengar suara tertawa dari tengah arena. Haaah.....haahh....haah.... maaf Siang tayhiap, maaf Ketika Suma thian yu mengalihkan sorot matanya ketengah arena, nampak kakek berbaju biru itu dengan wajah tidak berubah dan napas tidak tersengal telah keluar arena dengan senyum dikulum. Sebaiknya paras muka setan muka hijau Siang tham berubah pucat pias, dia berdiri kaku seperti orang bodoh. Di atas pakaian yang dikenanakan kini sudah muncul dua lobang sebesar jari tangan, tak bisa disangkal itulah pertanda dari keberhasilan kakek berbaju biru itu menyarangkan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

serangannya, coba kalau ia tak berbelas kasihan, mungkin jiwanya sudah direnggut sedari tadi. Siang tham menundukkan kepalanya memandang sekejap keatas lubang diatas pakaiannya, lalu dengan sepasang mata merah membara dan gigi saling gemerutukan, dia berseru sambil tertawa seram: Orang she Chin, terima kasih atas pengampunanmu itu, kebaikan budimu akan selalu ku ingat dalam hati, suatu ketika aku orang she Siang pasti akan datang lagi untuk menantangmu bertarung lima puluh gebrakan Tay hoa kitsu Chin Leng hui tersenyum ramah. "Siang tayhiap buat apa pertarungan kita mesti diakhiri dengan jatuhnya korban? Dilihat dari sikapmu yang tidak mengeluarkan ilmu angin dingin bangkai busuk, hal tersebut menunjukkan kalau hatimu tidak begitu jahat, lohu tahu bila pertarungan ini dilangsungkan lebih jauh, lohu sudah pasti menderita kalah Setan muka hijau Siang Tham kembali tertawa seram. "Heeeh...heeeh...heeeh...toaya memang mempunyai watak yang selalu sangat aneh, bila ada yang baik pasti akan kukejar terus hingga dapat, misalkan saja aku sudah tahu kalau ilmu Tay cing to liong ciang milik Chin tayhiap telah menggetarkan seluruh kolong langit, tapi sebelum aku merasakannya, terasa berat hatiku untuk berlalu dengan begitu saja. Oleh sebab itu aku berharap Chin tayhiap sudi memandang diatas wajah guruku untuk memenuhi keinginan hati ku ini Dari ucapan lawan yang sama sekali tak mau menyudahi persoalan tersebut sampai di situ saja, Tay hoa Kitsu Chin Leng hui tahu kalau musuhnya berniat untuk mencari garagara lebih jauh, dia segera tertawa terbahak bahak. "Haaah....hhaaah.... jikalau kau memang menghendaki demikian, tentu saja aku tidak bisa menampik keinginanmu itu, terpaksa lohu akan mampertatuhkan selembar jiwaku untuk memenuhi keinginan Siang tayhiap

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selapis hawa licik dan keji segera menghiasi wajah setan muka hijau Siang tham, serunya sambil tertawa dingin: Aku orang she Siang mengucapkan banyak terima kasih kepadamu Dia lantas menitahkan kepada anak buahnya agar mengundurkan diri dari situ. Kalian segera mundur keluar arena, sebelum mendapat perintahku, siapapun dilarang memasuki arena ini". Sementrara itu Tay hoa Kitsu Chin Leng hui telah melangkah masuk pula kedalam arena, sewaktu dilihatnya Suma Thian yu masih berdiri didalam arena, sambil tersenyum ujarnya: "Sobat cilik, harap kaupun mengundurkan diri tepi arena, ilmu pukulan bawa dingin mayat membusuk merupakan pukulan yang amat beracun. Dimana angin dingin menyambar, tiada tumbuhan yang bisa hidup dan tiada makhluk yang dapat bernyawa, aku harap sobat cilik bisa bertindak lebih berhati-hati lagi Mendengar pertanyaan itu, dengan penuh rasa terima kasih Suma Thian yu memandang sekejap kearah Tay hoa Kitsu, kemudian sahut nya dengan amat hormat: "Aku akan menurut Tay hoa Kitsu Chin Leng hui tersenyum dan manggutmanggut, dia lantas berjalan kedalam arena dan berhenti enam kaki didepan setan muka hijau Siang Tham, setelah menghimpun tenaganya, sambil tersenyum dia berkata lembut: "Silahkan!" Siang Tham melirik sekejap kearah Chin Leng hui dengan senyum angkuh menghiasi bibirnya, mendadak ia menerjang kemuka sambil membentak nyaring: "Rasakan pukulanku ini! Tangannya segera diayunkan kemuka, desingan angin tajam segera menderu-deru di angkasa, daerah seluas dua kaki disekitar arena dengan cepat diliputi hawa dingin yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menggidikkan, membuat orang merasa sesak napas dan tak tahan. Tay hoa Kitsu merupakan pendekar besar yang amat menonjol dalam perguruan Bu tong pay, Bu siang sinkang miliknya juga telah mencapai kesempurnaan, begitu dirasakan datangnya serangan hawa dingin musuh, cepat dia mendorong telapak tangan-nya kemuka seperti jurus Soat hong wu sou (salju melapis kabut menggulung), menggunakan tenaga sebesar enam bagian dia sambar datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras. Blaaamm....!" suatu ledakan keras yang memekakkan telinga segera berkumandang memecahkan keheningan. Ketika dua gulungan tenaga yang berlawanan jenis itu saling membentur diangkasa, hawa panas dan hawa dingin itu segera menimbulkan putaran angin puyuh yang memancar keempat penjuru. Para penonton yang berada ditepi arena dan kebetulan tersambar sisa angin itu segera merasakan tubuhnya menjadi sakit dan pakaiannya berkibar kencang. Akan tetapi, dua orang yang berada diarena itu masih tetap berdiri tegak sekokoh batu karang, cedera sedikitpun tidak. Setan muka hijau yang menyaksikan kejadian tersebut, segera mendengus dingin, mendadak tubuhnya bergerak lagi, dengan mengembangkan ilmu pukulan hawa dingin mayat hidup, dia lepaskan serangkaian serangan berantai untuk meneter Chin leng hui habis-habisan. Angin tajam menderu-deru mengikuti setiap gerakan dan setiap jurus yang dipancarkan hawa dingin seperti musim salju yang mencekam menderu-deru diudara dengan membawa desingan angin yang memekikkan telinga, sungguh mengerikan sekali keadaannya. Tay hoa Kitsu Chin Leng hui tak berani berayal, buru-buru ia mengembangkan ilmu pukulan Tay cing to liong pat si ciptaan Put Gho cu untuk menyambut datangnya ancaman tersebut.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu yang menyaksikan Chin leng hui mulai memper-gunakan ilmu pukulan cing to liong ciang untuk menghadapi musuh nya, dia segera menaruh perhatian lebih besar. Tampak Leng hui dengan gerakan menotok, menghantam, mencengkeram, membacok mengembangkan seluruh jurusjurus ampuhnya, dia bergerak secepat kelinci, bertahan sekokoh batu karang, semua inti sari dari Tay Cing to liong pat si dipergunakan secara beruntun. Sambil menonton jalannya pertempuran, Suma Thian yu mulai mencocokan dengan berhati-hati semua jurus yang digunakan kakek itu dengan apa yang telah dipelajarinya. Sebagaimana diketahui, semenjak ia mempelajari ilmu sakti tersebut, sampai kini belum pernah dia saksikan orang lain menggunakan ilmu pukulan semacam itu untuk menyerang musuh yang tangguh. Sekarang Chin Leng hui telah mengeluarkan kepandaian tersebut, hal ini justru memberi kesempatan kepada Suma Thian yu untuk mencoba kemampuan sendiri. Sekalipun Tay cing to liong pat si cuma terdiri dari delapan gerakan, namun kedelapan gerakan tersebut justru digunakan secara beruntun tiada hentinya, sehingga sejak dimulai sampai kini seakan-akan dia tak pernah mempergunakan jurus yang sama. Begitulah, mereka berdua saling menyerang dengan amat gencarnta, tiga puluh gebrakan kemudian, keadaan masih tetap berimbang dan kekuatan mereka tak ada yang lebih unggul daripada musuhnya. Suma Thian yn yang menyaksikan pertarungan itu ikut pula merasakan pandangan matanya jadi kabur, tanpa terasa dia ikut menggerak-gerakan tangannya pula dari sisi arena. Mendadak terdengar suara pekikan nyaring dari tengah arena pertarangan. Dengan terkejut Suma Thian yu menghentikan gerakan tangannya dan berpaling, ternyata Setan muka hijau Siang Tham sudah dibikin berkobar amarahnya, kini pukulan hawa

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dingin bangkai busuknya telah dikerahkan hingga mencapai delapan bagian. Dengan demikian, serangan demi serangan yang dilancarkan Tay hoa kitsu Chin leng hui seolah-olah tersumbat, bahkan posisinya kian lama kian bertambah lemah. Suma Thian yu amat terkesiap setelah menyaksikan kejadian itu, dengan perasaan kuatir dia maju beberapa langkah. Ternyata Chin Leng hui sudah kena terkurung dibawah serangan musuh yang menderu-deru seperti angin puyuh, posisinya kini diantara mati dan hidup. Bahkan sampai akhirnya, dia cuma bisa menangkis belaka tanpa sanggup melancarkan serangan balasan. Begitu berhasil dengan serangan balasannya, Setan muka hijau Siang Tham segera tertawa seram, mukanya menyeringai amat seram, sikapnya amat sombong, setelah melepaskan serangkaian serangan lagi, dia mulai menyindir dengan sinis: Orang she Chin, sekarang kau dapat merasakan kelihayan toayamu bukan....? Hmm, terus terang kuberitahukan kepadamu, selewat nya tiga gebrakan lagi, jika kau belum mau menyerah maka toaya akan suruh kau mampus diatas genangan darah!" Seusai berkata, dengan jurus Po hong cuan tin (angin puyuh menggulung pohon) dia lepaskan sebuah pukulan ke muka, kemudian serunya sambil tertawa seram: Jilid : 15 "Jurus pertama!" Walaupun Tay hoa Kitsu Chin Leng-hui memiliki ilmu silat yang amat lihay, namun sulit juga baginya untuk menghadapi serangan angin dingin yang menusuk tulang itu, apalagi sejak pertarungan berlangsung, ia sudah menderita kerugian yang amat besar dalam tenaga dalamnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tak heran kalau ia menjadi terperanjat setelah merasakan datangnya angin dingin yang dilepaskan musuh, cepat-cepat dia menghimpun segenap tenaga dalamnya siap sedia melakukan serangan nekad untuk beradu jiwa. Siapa tahu, baru saja dia menggerakan bahunya, Suma Thian yu telah membentak keras: "Kan kun to coan (memutar balik jagad)! Mendengor itu Tay hoa kitsu tertegun, tak sempat berpikir panjang lagi dia membalikkan badan sambil memutar kepalan, ditengah jaian ia merubah gerakannya menjadi jurus Kan kun to coan Kalau dibicarakan memang aneh sekali, begitu serangan tersebut dilancarkan, ternyata angin pukulan musuh yang menyergap tiba menyambar dari samping, sama sekali tidak menyebabkan cedera. Sementara Chin Leng hui masih terkejut bercampur keheranan, si Setan muka hijau Siang Tham sudah membentak lagi: "Jurus kedua! Baru saja seruan itu bergema, ditengah udara telah bergema lagi suara deruan tajam yang memekikkan telinga. Chin Leng-hui terkesiap, sewaktu mendongakkan kepalanya, segulung angin puyuh seperti sebuah jaring yang terpentang lebar langsung mengurung ke atas batok kepalanya. Waktu itu, Chin Leng hui sudah kehabisan tenaga dan lelah sekali, meski menyaksikan datangnya ancaman yang hebat, dia tak mampu berbuat apa-apa lagi, tanpa terasa sambil menarik napas dingin dia memejamkan mata siap menerima kematian. Untung disaat yang paling kritis, mendadak Suma Thian yu berteriak lagi: "Sian hong sau soat (angin puyuh menyapu salju), Kui seng ti to (bintang kejora menendang bintang)!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kasihan Chin Leng hui, dia berubah seperti seorang boneka saja, tanpa berpikir panjang dia segera turun tangan melakukan apa yang didengarnya itu. Mula-mula dia menggunakan jurus Sian hong sau soat untuk menampik lenyap hawa dingin musuh yang menyambar datang dari atas, menyusul kemudian tangan dan kakinya digunakan bersama menggunakan jurus Kai seng ti to untuk menyerang Si Setan muka hijau. Untuk diceritakan kembali memang sangat panjang, tapi keadaan pada waktu itu berlangsung dalam sekejap mata, seakan-akan dua ge rakan digunakan bersama-sama. Apa lagi Tay hoa kitsu sudah puluhan tahun lamanya mendalami ilmu Tay cing to liong ciang, dan dengan begitu diberi petunjuk, dia segera mempergunakannya dengan lancar. Msmpipun si setan muka hijau Siang Thau-'Bk menyangka kalau beberapa patah kata oari uma Thiin yu itu dapat merubah Chin Lerg hui yarj berada diposisi kalah menjadi menang. Seteleh menyadari kalau ujung kaki musuh telah berada didepan tenggorokannya, dia baru terperanjat dan buru-buru membalikkan tubuhnya untuk menghindarkan diri. Pada saat yang bersamaan pula, Suma Thian yu melompat masuk pula ketengah arena, tidak terlalu kemuka tidak pula terlalu kebelakang, persis berada diantara Chin Leng hui dan Siang Tham berdua. Sambil bergendong tangan dan tertawa, pemuda itu lantas berseru: "Kalian berdua memang seimbang dan sebanding, sungguh hebat pertarungan kalian, benar-benar hebat sekali. Sementara itu Setan muka hijau Siang Tham agak gelisah juga melihat Suma Thian yu tampilkan diri, tapi diluarnya dia tetap mempertahankan wajahnya yang menyeringai seram, serunya: "Bocah keparat, kau berani mengacau pertarungan kami, apakah tanggung jawab ini hendak kau pikul seorang diri?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu segera tertawa terbahakbahak: "Haaaaah....haaaah....haaahh pertarungan ini bisa berkobar gara-gara urusan kita berdua, sudah sepantasnya kalau persoalan inipun diselesaikan juga oleh kita berdua, bagaimanapun jua orang itu adalah tuan rumah yang memperingatkan kita, tentu saja tak bisa dikatakan dendam atau sakit hati. Wahai orang she Siang, jika kau ingin memperlihatkan kekuatanmu, perlihatkan saja kepada sauya, tak bakal sauyamu akan berkerut kening atau bersikap sungkan kepadamu! Dengan ucapan mana, sudah jelas anak tersebut sedang menantang untuk bertarung, Setan muka hijau yang berpengalaman tentu saja dapat mendengarnya. Tapi dia memang seorang manusia yang licik dan banyak tipu muslihatnya, sebagai orang yang cerdas, ia tak ingin menerima tantangan dari seseorang yang berkepandaian silat jauh lebih tinggi darinya. Kontan saja dia tertawa dingin, serunya: "Saat sekarang bukan saat yang tepat untuk bertarung, apalagi toaya masih ada urusan lain, kita bersua lagi setengah bulan kemudian di telaga Tong ting oh!" Selesi berkata, dia lantas memberi tanda kepada anak buahnya dan buru-buru melarikan diri. Suma Thian yu sama sekali tidak menghalangi kepergian mereka, dia merasa sepantasnya untuk mengalah sedikit kepada pihak yang lebih lemah, apalagi musuh sudah berjanji akan bertemu lagi ditelaga Tong ting oh setengah bulan lagi, apakah dia bisa kabur ke langit? Tapi setelah kepergian Setan muka hijau, dengan cepat dia teringat pula akan satu hal, diam-diam pikirnya kemudian dengan wajah tertegun. "Mengapa Siang Tam menjanjikan pertemuan ditelaga Tong ting oh setengah bulan kemudian? Padahal, waktu itu adalah saat janjiku dengan dua bersaudara Thia, masa si setan muka hijau sudah tahu kalau aku hendak pergi kemana sekarang?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sementara dia masih melamun, mendadak dari belakang tubuhnya berkumandang suara dari Chin Leng Hui. "Sauhiap, banyak terima kasih untuk petunjukanmu, terimalah salam hormat dari lohu Ucapan mana telah memotong lamunan Suma thian yu, cepat dia berpaling kebelakang, kebetulan waktu itu Chin Leng hui sedang menjura dalam-dalam. Sambil menjerit kaget Suma Thian yu menyingkir ke samping, kemudian sambil menggoyangkan tangannya berulang kali dia berseru: "Suheng, jangan bersikap demikian, bisa membuat siaute merasa malu..." Suheng!" ketika dua patah kata itu meluncur masuk ke dalam telinga Chin Leng hui, dia merasa terperanjat sekali, dengan wajah terperanjat dan keheranan ditatapnya pemuda itu lekat-lekat, kemudian tanyanya: "Mungkinkah Siauhiap telah salah melihat orang?" Sauma Thian yu tersenyum. "Tak heran kalau suheng tak tahu, tolong tanya apa sebutan suheng terhadap Put Gho cu? Dia adalah susiokku, apa maksud siauhiap menanyakan persoalan ini...? sahut Chin Leng hui. Dia orang tua adalah guruku" "Aaah, rupanya begitu." Chin Leng hui segera berseru tertahan, tidak heran kalau siauhiap bisa menyebutkan jurusjurus ampuh dari Tay cing to liong ciang." Sesudah berhenti sejenak, dengan wajah berubah dia mengawasi Suma Thian yu beberapa kejap, lalu bertanya denpan nada tercangang: "Maaf bila lohu akan mengajukan suatu pertanyaan yang tak layak kepadamu, selama ini suisiok tak pernah menerima murid, bahkan semenjak empat puluh tahun berselang sudah lenyap dari dunia persilatan bagaimana caranya sehingga siauhiap bisa berkenalan dengannya? Suma Thian yu tertawa.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pertanyaan suheng memang benar, ia orang tua masih hidup di dunia ini." Secara ringkas dia lantas menceritakan kisahnya sewaktu bertemu dengan Put Gho cu dan bagaimana diangkat menjadi murid. Selesai mendengar penuturan tersebut, Tay hoa Kitsu tertawa panjang, kemudian sambii menggenggam tangan Suma Thian yu kuat kuat dan berseru hangat: Hiante, maafkan suheng yang berpandang cupat, harap kau jangan mentertawakan kebodohanku ini, tolong tanya siapa nama hiante?" Suma Thian yu segera menyebutkan nama nya, sedangkan Chin Leng hui juga memperkenalkan diri, mereka berdua segera merasakan kecocokan satu dengan lainnya, kendati pun usianya terpaut jauh namun mereka merasa soal umur bukan suatu halangan. Tay hoa Kitsu mempersilahkan Suma Thian yu mengunjungi kamar bacanya, kemudian memerintahkan orang menghidangkan sayur. Berdua berbincang dengan amat cocok, benar-benar suatu pertemuan yang sangat menggembirakan kedua belah pihak. Sementara mereka berdua sedang terbincang-bincang, mendadak dari luar jendela berkumandang yang amat lirih, pertama-tama Suma Thian yu yang merasakan hal tersebut paling dulu, dia segera menyambar sebatang sumpit dan langsung diayunkan ke atas. "Bajingan laknat, turun kau!" bentaknya keras-keras. Sumpit itu meluncur ke udara dengan kecepatan tinggi dan langsung menembusi jendela, Suma Thian yu tidak tinggal diam, dia turut melejit pula dengan kecepatan tinesi, bahkan sama cepatnya dengan daya luncur sumpit itu. Tay hoa Kitsu merasa sedikit agak lambat daripada Suma Thian yu, namun diapun tidak tinggal diam, bagaikan segulung hembusan angin tubuhnya meluncur keluar jendela. Tapi setibanya diluar situ, Suma Thian yu segera berseru dengan keheranan:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aneh, sudah jelas kudengar orang berjalan malam sedang lewat diatas atap rumah, mengapa tak nampak sesosok bayangan manusiapun? jangan-jangan aku telah salah dengar? Chin Leng hui hanya membungkam dalam seribu bahasa, padahal dia sama sekali tidak mendengar apa-apa, tentu saja sulit baginya untuk turut mengemukakan pendapat. "Hiante! ujarnya kemudian, "mungkinkah Siang tham si keparat itu masih belum puas dan dia balik lagi kemari? Dengan cepat Suma Thian yu menggeleng. Ilmu meringankan tubuh yang di miliki oirang itu tidak sedemikian hebatnya, sudah pasti gembong iblis yang lebih lihay darinya yang telah datang berkunjung" Ketika Tay hoa Kitsu Chin Leng hui mendengar ucapan tersebut, diam-diam ia menarik nafas dingin, kalau dilihat dari mimik wajah Suma Thian yu, jelas dia bukan berbohong tapi jejak musuh tak nampak, atas dasar apa ia berkata demikian? Suma Thian yu mencoba untuk memeriksa sekejap sekeliling tempat itu, namun tak nampak hasilnya, sambil menggeleng katanya kemudian: Mungkin ada orang yang kebetulan melewati tempat ini, lebih baik kita kembali kekamar saja!" Mereka berdua melayang masuk lagi kedalam kamar baca lewat jendela, meskipun Chin Leng hui merasakan hati tersebut penuh tanda tanya, tapi berhubung Suma Thian yu adalah seorang yang berjiwa lurus, ilmu silatnya tinggi dan tidak mirip manusia yang suka mengunggulkan diri maka peristiwa mana tak sampai menimbulkan kecurigaan Chin Leng hui. Coba kalau berganti orang lain, dia pasti akan mengajukan setumpuk pertanyaan. Sekembalinya dalam ruangan dan baru saja akan duduk, tiba-tiba Suma Thian yu menjerit kaget lagi, sembari menuding ke tiang dalam ruangan, serunya tertahan: "Suheng, coba lihat, benda apakah itu?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mengikui arah yang ditunjuk, Chin Leng hui berpaling, tapi diapun segera menjerit kaget: "Aaaah..." ooOoo 00o00 TERNYATA diatas tiang ruangan tertancap sebatang peluru perak, pada ujung senjata peluru itu terikat pita berwarna merah dan biru, sedang diujungnya menancap selembar kertas. Sewaktu Tay hoa kitsu Chin Leng hui menjumpai senjata peluru perak itu, jantungnya terasa berdebar keras, paras mukanya berubah untuk sesaat dia hanya memandang benda itu dengan termangu, seakan akan lupa untuk mengambilnya. Suma Thian yu yang menyaksikan kejadian itu turut merasa tertegun, buru-buru dia melompat ke depan dan mencabutnya keluar, kemudian setelah melepaskan kertas itu dari ujung peluru perak dia serahkan kertas tadi ke tangan Chin Leng hui. Tay hoa Kitsu hanya menyambut surat itu tanpa mencoba untuk memeriksanya, air mata justru meleleh membasahi wajahnya, setelah menghembuskan napas panjang, dia baru membuka kertas tersebut untuk diperiksa isinya. Tingkah laku Chin Leng hui yang sangat aneh itu mengandung rasa tercengang bagi Suma Thian yu, tiada hentinya dia awasi perutahan mimik wajahnya itu. Kasihan Tay hoa Kitsu, sambil memandang kedepan dengan termangu, air matanya jatuh bercucuran membasahi wajahnya, sementara tangannya yang menggenggam kertas itupun gemetar tiada hentinya. Akhirnya dia membuka kertas itu dan membaca isinya, mendadak terdengar kakek itu mencaci maki dengan gusar: Perempuan rendah, perempuan terkutuk! Dengan gemas dia meremas kertas itu kemudian dibuang ke atas tanah, persis didepan kaki Suma Thian yu, oleh pemuda itu dipungutnya surat mana ialu dibaca isinya: "Ayah,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mulai detik ini, hubungan kita sebagai anak dan ayah putus sampai disini, segala perbuatanku adalah tanggung jawabku sendiri, sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan mu, bila kau berani mencampuri berarti kau ingin mengundang bencana kematian bagimu sendiri. Siang Tham pergi dengan membawa dendam, ia pasti akan mengundang gurunya untuk menuntut balas, dendam sudah berada di ambang pintu, lebih baik pindah saja untuk menyelamatkan diri. Tertanda: Lan-eng" Selagi membaca surat itu, dengan marah Suma Thian yu merobek surat itu sampai hancur kemudian makinya dengan gusar: "Perempuan rendah yang lebih memalukan daripada binatang, selama aku suma Thian yu masih hidup didunia ini, tak akan kuampuni jiwamu dengan begitu saja!" Baru selesai anak muda itu berkata, tiba-tiba dari atap rumah berkumandang suara tertawa licik yang amat sinis, suara tersebut kian lama kian bertambah jauh meninggalkan tempat itu. Ketika Suma Thian yu memburu keluar, suasana telah menjadi hening dan di sekirar sana tak tampak sesosok manusia pun. Dengan gemas dia lantas mendepak-depakkan kakinya diatas tanah sambil menyumpah: Perempuan rendah, bila aku tak dapat memenggal batok kepalamu, bagaimana mungkim aku bisa menghiburarwah paman Wan dialam baka! Mendadak terasa desingan angin berkumandang dari belakang, ternyata Tay hoa Kitsu sudah melompat naik keatas atap rumah, dibawah cahaya rembulan tamoak wajahnya yang penuh keriput itu sudah dinodai oleh air mata yang belum mengering. Suma Thian yu mengerling sekejap ke arahnya, kemudian pelan-pean berkata: Dia telah pergi, pergi meninggalkan tempat ini!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Yaa, selamanya tak akan kembali lagi, aaaai....." Tay hoa Kisu menghela napas sedih. Setelah menghela napas panjang, dari matanya yang memerah, air mata kembali jatuh berlinang. Selang berapa saat kemudian, dia baru berguman lagi: Sia sia saja jerih payah lohu selama ini, aaai! Dengan susah payah kudidik, kupelihara dirinya, tapi dia tak tahu perasaan, tak ingat budi buat apa aku mesti tinggal disini terus! Buat apa aku mesti tetap hidup didunia yang penuh kenangan ini.... Suma Thian yu hanya membungkam dalam seribu bahasa, untuk sesaat dia tak dapat menemukan perkataan yang cocok untuk menghi bur hatinya, perasaan semacam itu memang amat menyiksa batin, tapi adakah obat yang mujarab bisa menyembuhkan luka hati Chin Leng- hui yang telah tercabikcabik haacur itu? Dengan menahan siksaan dan penderitaan hidup, dia melanjutkan perjuangan hidupnya didunia ini, karena dia masih mempunyai ha rapan, harapan itulah yang merupakan tenaga dorong baginya untuk melanjutkan hidup. Tapi, ketika harapannya telah pudar dan hancur tak berwujud, apa artinya lagi baginya untuk melanjutkan hidup? Tay hoa Kitsu Chin Leng hui hidup dalam harapan, ketika ia meninggalkan bukit Tay hoa san untuk terjun kembali kedalam dunia persilatan, apa yang menjadi tumpuan harapannya? Tidak lain dia berharap bisa jumpa muka dengan purtinya. Kini harapannya telah pudar, pukulan batin tersebut ibarat sebuah kapak besar yang membacok hatinya yang membuat dia akhirnya putus asa...." Mari kita turun!" lama kemudian, Chin Leng hui baru berbisik pelan. Pelan-pelan Suma Thian yu melompat turun kebawah, disusul oleh Chin Leng hui, kemudian mereka bersama-sama masuk kekamar baca. Dengan tubuh lemas Tay hoa Kitsu berkata:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku lelah sekali, malam ini kau boleh beristirahat saja di tempat ini, maaf kalau suheng tak bisa menemani kau lebih jauh." Seusai berkata dia lantas masuk ke ruang tidurnya. Sepeninggal kakek itu, Suma Thian yu merasakan pikirannya sangat sukar untuk tidur, pikirannya seakan-akan terkalutkan terus oleh masalah Chin Lan eng. Ditinjau dari isi surat serta pembicaraan antara Setan muka hijau dengan Tay h0a kitsu, dia telah memahami apa hubungan antara Chin Leng bui dengan Chin Leng eng, tibatiba dia merasakan timbulnya suatu perasaan gusar yang sangat aneh didalam hatinya. Selang sesaat kemudian, dia mengambil pena dan meninggalkan beberapa pesan dimeja, kemudian segera berangkat meninggaikan tempat itu menuju kebalik kegelapan sana. Dia tahu Chin Lin eng tak bakal pergi kelewat jauh, maka sepanjang jalan dia mengejar secara ketat, sama sekali tidak berhenti sejenakpun. Angin malam berhembus sepoi membangkitkan kesegaran ditubuh orang, Suma Thian yu merasakan pikirannya menjadi jernih. Sementara perjalanan masih dilangsungkan, mendadak terdengar suara bentakan nyaring berkumndang memecahkan keheningan: "Berhenti! Dengan terkesiap Suma Thian yu menghentikan langkahnya, dia mengira Siau bu yong Chin Lan eng yang telah munculkan diri, buru-buru badan-nya berkelit empat langkah ke samping lalu mencabut pedangnya, sambil bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan. Dari bilik kegelapan tiba-tiba muncu; sesosok bayangan manusia, dia adalah seorang perempuan. Begitu mengetahui siapa yang muncul, Suma Thian yu segera menegur dengan dingin: Ooh, rupanya kau, ada urusan apa kau mencariku?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Rupanya yang munculkan diri adalah si bunga tho indah Ho Hong. Terdengar dia tertawa, kemudian serunya: "Oooh... masa begitu dingin sikapmu kepadaku, baru berjumpa sudah marah-marah, kesalahan apa sih yang telah kulakukan terhadap dirimu....? Sambil berkata, dengaa lemah gemulai dia berjalan menghampiri Suma Thian yu, kemudian katanya sambil tertawa genit. "Kau ini memang galak sekali, bisanya cuma membentak orang, mengapa tidak segera kau simpan kembali pedangmu itu, siapa sih yang akan bertarung melawanmu?" Merah padam selembar wajah Suma Thian yu oleh perkataan tersebut, dengan amat rikuh dia kembali menyimpan pedangnya, lalu berktata pelan: Ditengah malam buta begini kau telah menghalangi jalan pergi sauya mu, sebenanarnya apa maksud dan tujuanmu?" Hmm, orang baik disangka jahat, kau memang manusia tak punya perasaan, lelahi bodoh lelaki tak punya otak, aku toh bersikap baik sekali kepadamu, masa kau kasar kepadaku? Hmmm!" Kita tak pernah mempunyai hubungan apa-apa, dalam ha1 apakah Thian yu pernah berhutang budi kepadamu?" Si bunga to indah Ho Hong segera melotot besar, serunya dengan amat gusar: Dimuka loteng Kun eng lo meninggalkan surat peringatan, dengan sumpit menghancurkan awan arak beracun, sekarang memberi petunjuk lagi padamu, apakah semuanya ini kurang? Tergerak hati Suma Thian yu setelah mendengar ucapan tersebut, tanpa terasa dia memandang wajah Ho Hong beberapa kejap lagi, akan tetapi teringat kalau setiap orang yang berbuat tentu mempunyai suatu tujuan, maka dengan perasaan was was dia berkata: "Apa sebenarnya maksud berbuat demikian? "Apakah setiap orang yang menolong mesti mempunyai sesuatu maksud tertentu?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Soal itu mah harus ditentukan menurut jenis manusianya sahut Suma Thian yu, apalagl kau kini munculkan diri untuk memberi peringatan lagi kepadaku, coba katakan apa sebab nya?" "Orang lain hendak memenggal batok kepalamu mengerti? Terus terang kuberitahukan kepadamu, Siau hu yong Chin Lang eng telah mempersiapkan jaring langit untuk membekukmu dalam keadaan hidup dan mengirimmu kedalam kuil berminyak, dengan maksud baik ku peringatkan dirimu, siapa tahu sebagai penggantinya aku malah dituduh yang bukan-bukan, apakah hatimu memang terbuat dari baja?" Suma Thian yu sama sekali tidak terpengaruh hatinya oleh ucapan mana, malah sebaliknya dia bertanya: "Itu aneh namanya, bukan membantu orang sendiri mengapa kau malah membantu orang lain? Aku benar-benar tidak memahami maksud hatimu itu Orang bodoh!" Si bunga tho indah Ho Hong mendamprat, "berbicara dengan manusia patung macam kau, benar-benar aku merasa sial delapan turunan, kau mau pergi bergegaslah pergi, akan kulihat kepalamu bergelinding diatas panggung pemenggalan kepala" Melihat gadis itu marah, Suma Thian yu menjadi tak tega, buru-buru ia menjura seraya berkata: "Terima kasih banyak atas peringatan itu, biar kesemuanya itu kuterima dalam hati, lain kali budi kebaikanmu itu pasti akan kubalas Selesai berkata dia lantas membalikkan badan, dan terlalu dari tempat itu. Melihat pemuda itu berlalu dengan begitu saja, saking gemasnya si bunga tho indah sampai menggertak giginya keras-keras, diam diam ia menyumpah: Setan alas, siapa yang kesudian dengan balas budimu? Manusia patung, goblok, tak punya perasaan" Kemudian sambil memandang bayangan punggung Suma Thian yu yang pergi jauh dia bergumam lagi:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Betul-betul orang itu tolol, aku tak percaya kalau kau tidak mengerti soal cinta, hmm! Perempuan memang makhluk yang aneh, terhadap orang yang dicintainya mereka selalu bersikap mengalah, sekalipun pihak lawan melakukan tindakan yang paling berdosa, mereka seakan-akan bisa memakluminya. Sementara itu Suma Thian yu, telah meninggalkan si bunga tho indah Ho Hong dengan perasaan jauh lebih ringan, dengan mempercepat langkanya dia bergerak menyelusuri sebuah jalan kecil ditengah kedelapan. Baru melewati sebuah tikungan, mendadak didepan jalan sana ditemukan sebuah obor yang ditancapkan ditengah jalan. Melihat hal tersebut Suma Thian yu menjadi tertegun, lalu sambil menperlambat langkahnya dia berpikir: "Mungkinkah apa yang dikatakan memang benar?" Sementara dia masih berpikir, tiba-tiba berkumandang suara keleningan ditengah udara yang bergema memecahkan keheningan, menyusul kemudian sekilas cahaya perak berkelebat lewat secepat angin dan meluncur kedepan kaki Surra Thian yu. Serta merta Suma Thian yu melompat mundur dua langkah, ketika ia melirik sekejap ketempatnya berdiri tadi, ternyata disitu menan cap sebatang anak panah bersuara. Setelah menyaksikan panah bersuara itu, Suma Thian yu malah merasakan hatinya menjadi tenang kembali, dia segera berpikir: "Apa yang di ucapkan si bunga tho indah ternyata sudah terwujud menjadi kenyataan. tampaknya perempuan rendah she Chin itu sedang menunggu disekitar tempat ini Tak lama setelah panah bersuara itu muncul tanpa menimbulkan sedikit suara pun dari sekeliling arena bermunculan kembali sepuluh orang perampok bertopeng yang segera mengurung pemuda itu rapat-rapat. Begitu tahu siapa yang muncul, Suma Thian yu segera tertawa panjang, segera katanya:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalian ingin merampok aku, ataukah khusus untuk mencari gara-jaia dengan Suma Thian yu? Lelaki-lelaki bertopeng itu seakan-akan bisu semua, mereka hanya melototkan matanya yang buas tanpa mengucap seaarah kata. Suma Thian yu bukan orang bodoh, dia segera menyadari akan sesuatu, cepat tanyanya: "Mana pemimpin kalian? Mengapa tak kalian suruh dia muncul guna menjawab pertanyaanku?" Baru selesai dia berkata, dari belakang tubuhnya telah berkumandang suara tertawa yang amat menygeramkan: "Heeeh...heee...bocah keparat, toaya tahu kalau kau rudin tidak punya uang sepeser pun, oleh karena itu aku khusus datang untuk memenggal batok kepalamu ini!" Suma Thian yu segera tertawa panjang, tanpa berpaling dia mengejek sinis: "Berapa sih harga batok kepalaku ini?" Baru selesai dia betkata, desingan angin tajam telah menyambar keatas kepalanya. Suma Thian yu segera merendahkan sebagian tubuhnya, sewaktu berpaling kembali di hadapannya telah muncul seorang kakek. Dengan seksama Suma Thian yu mengawasi orang itu, tampak orang tadi berpakaian ringkas warna hitam, tangannya membawa sebilah golok besar, usianya antara lima puluh tahun, berwajah kukoy, sekilas pandangan dapat diduga kalau dia adalah seorang sampah masyarakat. Tiba-tiba terdengar kakek itu berkata dengan suara dingin: "Sudah lama kudengar orang bilang Kit hong kiam hoat merupakan ilmu pedang yang sudah termashur dalam dunia persilatan, kebetulan lohu pun sudah lama ingin menjaja1 kelihayannya, malam ini aku meski mendemonstrasikan beberapa jurus lebih dulu sebelum dapat pergi dari sini" Hmm, aku pikir bukan hanya persoalan itu saja bukan?" Suma Thian yu balas mengejek dengan sinis, "mengapa kau

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tak menyuruh pe rempuan rendah she Chin itu untuk maju sekalian? Mendengar perkataan itu, paras muka kakek itu berubah hebat hawa napsu membunuh dengan cepat menyelimuti wajahnya, dia segera membentak amat gusar: "Tutup mulutmu bocah keparat, kalau tidak, lohu akan memotong lidahmu..... Suma Thian yu sudah tahu kalau kakek yang berada dihadapannya merupakan manusia yang berhati keji, dan segera tertawa menghina: Hmm, asal kau sanggup memetik batok kepala sauya, lidahku boleh kau cabut setiap saat, buat apa mesti risau? Kalau tidak mendengar ucapan tersebut keadaan masih mendingan, begitu mendengar, amarah segera membara dalam benak kakek ini, sambil meraung gusar, goloknya langsung ditusukkan ke ulu hati Suma Thian yu dengan jurus Hek ho to sim (harimau hitam mencuri hati). Suma Thian yu sama sekali tidak gugup, ketika ujung golok tersebut tinggal setengah depa dari tubuhnya, dia segera menggunakan ilmu langkah Ciok tiong luan poh sin hoat untuk berkelit. Diantara kibaran ujung bajunya bayangan manusia tampak berkelebat lewat, tahu-tahu dia sudah lenyap dari hadapan kakek tersebut. Sementara kakek itu masih terkejut bercampur tertegun, Suma Thian yu kembali berseru dari belakang tubuhnya: "Diujung pedang sauya tak pernah membunuh manusia yang tak punya nama, cepat sebutkan namamu untuk menerima kematian! Kakek itu menarik napas dingin, sambil membalikkan tubuh dia lepaskan sebuah bacokan golok kearah pinggang Suma Thian yu dengan jurus Cian hee sau soat (menyapu salju dibawah atap). "Dengan dasar apa kau ingin mengetahui namaku? bentaknya sangar gusar.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kembali Suma Thian yu melompat kesamping untuk menghindarkan diri. Kalau toh memang begitu, sauya segan untuk menemani kua lebih jauh... Kemudian dengan suatu gerakan yang ssngat manis dia mengundurkan diri kesamping tanpa menggubris kakek itu lagi, keadaan mana mirip sekali dengan kanak-kanak yang sedang bermain, sama sekali tidak memandang sebelah matapun terhadap si kakek. Dengan geramnya kakek itu menerjang kemuka, lalu membentak keras-keras: "Bocah keparat, kau punya mata tak berbiji, sampai Yap Cu kim toaya dari Hun san pun tidak kenal, buat apa kau berkelana didalam dunia persilatan...?" Goloknya segera diayunkan kebawah dengsn membawa deruan angin tajam, langsung membacok batok kepala Suma Thian yu. Hmm, aku masih mengira kau adalah seorang manusia berkepala tiga berlengan enam macam apa, rupanya hanya bajingan tua yang tak punya nama Sebelum habis ucapan tersebut diutarakan, bacokan golok lawan sudah diayunkan kebawah, dalam keadaan begini mau tak mau jago muda tersebut harus berkelit kesamping. Ternyata kakek ini adalah seorang caycu dari bukit Hu san, seperti apa yang diduga Suma Thian yu, dia memang seorang manusia yang tak punya nama dalam dunia persilatan. Setelah beberapa kali serangannya tidak mendatangkan hasil yang diinginkan, amarah Yap Cu kim semakin menjadi, sambil berkaok-kaok dia mengayunkan goloknya menciptakan selapis bayangan tajam yang menyelimuti angkasa, lalu mengurung seluruh badan Suma Thian yu. Menghadapi kekalapan orang, Suma Thian yu masih tetap melayani dengan tangan kosong belaka, mengembangkan ilmu langkah Ciok tiong luan poh sin hoat nya dia mulai berkelabatr kesana kemari diantara kilauan cahaya golok,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tubuhnya bergerak begitu indah tak kalah indahnya dengan kupu-kupu yang berterbangan diantara aneka bunga. Kasihan Yap Cu kim, seperti mengambil rembulan dari air, setiap kali ayunan goloknya hampir mengena ditubuh sasarannya, tahu-tahu bayangan lawan lenyap tak berbekas. Seperti hendak menangkap kelinci yang licik atau menangkap ikan leihi yang lincah, sekalipun Yap Cu kim telah membuang segenap tenaga dan pikirannya, namun usahanya tetap sia sia belaka. Tidak selang berapa saat kemudian, napas Yap Cu kim sudah ngos ngosan seperti napas kerbau, peluh dingin bercucuran deras, wajahnya pucat dan ia betul-betul lemas sekali. Suma Thian yu yang menyaksikan kejadian ini kontan saja tertawa terbahak-bahak. Haaah...haah...haah...orang she Yap, lebih baik pulang saja ke sarangmu dan tidak usah muncul-muncul lagi ke sini, manusia semacam kau itu, meskipun kau sudah belajar sepuluh tahun lagi juga tak usah berharap bisa menjawil seujung baju sauyamu" Orang persilatan kebanyakan lebih mengutamakan soal harga diri dari pada soal lain, kini Yap Cu kim disindir dan dihina didepan puluhan oring anak buahnya, bagaimana mungkin dia bisa menahan diri? Saking gusarnya semua rambutnya pada berdiri kaku, diiringi bentakan nyaring, tubuh berikut goloknya langsung menerjang kemuka seperti orang kalap, goloknya juga dibacokan secara membabi buta. Teriaknya sambil menggigit bibir kencang-kencang: Bocah keparat, lohu akan beradu jiwa denganmu!" Suma Thian yu tertawa seram: "Heehh...heehh...heehh... siapa sih yang kesudian beradu jiwa denganmu? Kau masih belum pantas untuk mengajakku berbuat demikian! Sambil berkata sekali lagi dia berpekik nyaring, ditengah pekikan tubuhnya berkelebatan secepat kilat menerobos lewat dari bawah ketiak Yap Cu kim.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendadak terdengar Yap Cu kim mendengus, tubuhnya roboh seperti batang pohon yang tumbang ke tanah, tanpa sempat bersuara lagi dia roboh terkapar ditanah. Begitu Yan Cu kim roboh, kawanan perampok bertopeng yang berada disekitar tempat itu menjadi panik, masingmasing mundur beberapa langkah kebelakang. Dua puluh sinar mata ketakutan bersama-sama dialihkan kewajah Suma Thian yu dan mengawasi gerak gerik pemuda itu tanpa berkedip. Dengan tajam Suma Thian yu memandang sekejap keseluruh arena, kemudian tegurnya: Cepat gotong dia pergi!' Baru selesai ucapan ilu diutarakan, mendadak suara tertawa merdu berkumandang dari dalam hutan dan memancar masuk kedalam telinga Suma Thian yu: "Tak usah, terima kasih banyak, nyonya mudamu bisa menyelesaikan sendiri persoalan tersebut!" Suma Thian yu tertegun, baru saja dia akan berpaling, mendadak matanya terasa silau, ketika diamati kembali, dihadapannya telah muncul seorang wanita yang cantik jelita. Belum pernah Suma Thian yu bertemu dengan perempuan semacam itu, tapi dalam hatinya ia punya perhitungan sendiri, dia tahu kalau orang baru saja munculkan diri ini adalah perempuan paling jahat dalam dunia persilatan Siau bu yong (Bunga bu-yong cantik) Chin Lan eng adanya. Apa yang diduga Suma Thian yu memang benar, orang yang baru saja munculkan diri itu adalah perempuan paling cabul di dunia Chin Lan eng. Sementara itu dengan sorot mata yang jeli dia sedang menatap wajah Suma Thian yu, setelah diamati lama sekali, ia baru menegur: Tadi kau yang bernama Suma Thian yu?" "Ya, sauya orangnya" jawab pemuda itu. Kau yang membunuh orang ini?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia tidak kubunuh, tapi suruh dia berisitrahat dahulu, kalau tidak, dia bisa mampus Karena kehabisan tenaga, bila sampai begitu kaulah yang bakal kerepotan Chin Lan eng segera menggigit bibirnya, sambil memutar biji matanya, kemudian kembali dia berkata: Betul, termasuk mayatmu nanti, aku memang bakal dibikin kerepotan sekali" Ucapan yang tiada ujung pangkalnya tersebut disambut tertawa oleh Suma Thian yu, setelah itu diliriknya Chin Lan eng sekejap denGan Pandangan sinis dan menghina, lalu kataNya lagi: Jika harus ditambah denGan kau, mungkin tiada orang yang akan mengurusi jenasah "Bocah keparat tajam amat lidahmu, nyonya muda datang kemari bukan untnk mencabut nyawamu, melainkan ingin mengundangmu untuk iurut serta dalam gerakan kami dan bersama-sama mencari kekayaan dan kegembiraan hidup. Oooh rupanya begitu, kalau begitu bicarakan saja setelah siauya mati nanti, sekarang masih kelewat pagi untuk dibicarakan "Asal kau menyanggupi, selain nyawamu selamat, kaupun dapat hidup gembira, coba bayangkan saja, sekali tepuk dua lalat, apa kau tak ingin? Pikirkan tiga kali sebelum diputuskan. Suma Thian yu tertawa panjang. "Haaah...haahh...haahh...nyawa sauya tak usah pakai jaminan, lagipula kau juga belum tentu bisa melindunginya. Tak usah banyak berbicara lagi, kalau ingin mengambil batok kepalaku, silahkan saja mencabut pedang mu dengan segera!" Paras muka Chin Lan eng segera berubah menjadi serius sekali, bentaknya kemudian: Kau benar-benar seorang marusia yang tak tahu diri, dengan kepandaian kucing kaki tiga yang kau miliki sekarang sudah pingin melayani nyonya mudamu? Terus terang kuberitahukan kepadamu, Wan Liang adalah contoh terbaik untukmu, kau merasa mampu untuk mengungguli dia? Kembali Suma Thian yu mendengus sinis.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Soal ini kaupun tak usah kuatir, sauya percaya masih sanggup untuk menangkan perempuan rendah macam kau, soal yang lain, ter paksa aku harus maju selangkah demi selangkah" Chin Lan eng menggertak gigi keras-keras untuk menahan rasa gusarna yang tak alang kepalang, mukanya dingin seperti es, katanya dengan menahan geram: Bocah keparat, nyonya muda akan memenuhi harapanmn itu!" Selesai berkata, dia lantas mengayunkan tangannya, segera tampak angin puyuh menderu-deru dan langsung menyambar ke tubuh pendekar muda tersebut. Jangan dilihat ayunan tersebut sangat ringan, sesungguhnya kekuatan yang disertakan hebat sekali, belam lagi serangannya tiba, Suma Thian yu telah merasakan datangnya hawa panas yang menghantam tubuhnya, sakit sekali terasa di badan. Suma Thian yu tak berani berayal, buru-buru dia berkelit kesamping sambil membentak keras: "Perempuan rendah, malam ini sauya akan merenggut selembar nyawamu..." Mendadak dia mencabut pedangnya, kemudian terdengar suara gemerincingan nyaring, cahaya biru berkilauan di angkasa, rupanya ia loloskan pedang Kit hong kiam. Chin lan eng merasakan hatinya tertegun setelah menyaksikan Suma Thian yu meloloskan pedangnya, bayangan tubuh dari Kit hong kiam kek Wan Liang segera muncul kembali didepan mata. Tiba-tiba hawa amarah menggelora di dalam dada Chin Lan eng, dia seakan-akan telah menganggap Suma Thianyu sebagai Wan liang, tiba-tiba saja pedang Ching kong kiam dicabut ke luar. Begitu senjata telah berada ditangan, tanpa berpikir panjang lagi dia menusuk tenggorokan Suma Thian yu dengan jurus Liong yu su hay (naga sakti di empat samudra).

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Membiarkan kau tinggal didunia hanya akan menimbulkan bibit bencana saja, lebih baik kau mampus saja!" bentaknya keras-keras. Begitu tahu kalau perempuan itu menyerang dengan ilmu pedang aliran Bu tong pay, Suma Thian yu terkesiap, orang bilang: Seorang jagoan berisi atau tidak, akan diketahui dalam sekilas pandangan. Kenyataannya Chin Lan eng bisa mencabut pedang dan menyerang dengan kecepatan luar biasa. Sayang sekali musuh yang dihadapinya sekarang tak lain adalah Suma Thian yu yang berilmu silat sangat tinggi. Terdengar Suma Thian yu tertawa ringan kemudian ujarnya: "Suatu permainan pedang yang bagus, sayang sekali kau telah salah sasaran" Ujung pedangnya segera dicukil keatas menyusul gerakan mendatar kemuka, dengan satu jurus dua gerakan yang merupakan jurus ampuh dan ilmu pedang Kit hong kiam hoat, di babat pertahanan musuh. Semua orang hanya merasakan cahaya biru amat menyilaukan mata, tahu-tahu dia sudah mengancam jalan darah Cian keng hiat diatas bahu Chin Lan eng. Kalau Chin Lan eng bergerak cepat maka dia bergerak lebih cepat lagi, bila Chin Lai eng ganas, dia lebih ganas lagi, pada hakekatnya kawanan perampok berkerudung yang menonton jalannya pertarungan dari sekitar arena tak dapat melihat dengan jelas bagaimana kedua orang itu bergebrak dan beberapa jurus sudah lewat. Suma Thian yu membenci atas kesadisan dan kekejaman Chin Lang eng terutama kecabulan serta kebejatan moralnya, oleh sebab itu begitu turun tangan dia telah mempegunakan ilmu pedang Kit hong kiam hoat ajaran paman Wan nya, sudah jelas dia bermaksud untuk membangkitkan amarah lawan. Benar juga, paras muka Chin Lan eng segera berubah hebat, buru buru dia mengembangkan permainan jurus

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pedang Tay cing kiam hoat aliran Bu tong pay untuk menyongsong datangnya ancaman lawan. Selama itu partai Bu tong termasyur dalam dunia persilatan karena pedangnya Tay cing kiam hoat pun termasuk ilmu simpanan dari perguruan terebut, bisa diketahui betapa sempurna dan hebatnya jurus jurus serangan itu. Sejak kecil, dibawah bimbingan ayahnya, Tay hoa kitsu Chin Leng hui yang teliti dan seksama, boleh dibilang Chin Lan eng telah memperoleh inti sari dari ilmu pedang tersebut apa lagi setelah mendapat petunjuk dari seorang gembong iblis, ilmu silatnya telah memperoleh ilmu pelajaran yang amat pesat. Walaupun mempergunakan serangkaian ilmu pedang yang sama, namur dalam permainan-nya jauh lebih tangguh daripada permaiman ayahnya sendiri.... Sayang sekali perempuan ini berjiwa bejad dan bermoral jelek, coba kalau tidak, Bu Tong pey bisa memiliki seorang jago perempuan yang begini tangguh, pada hakekatnya merupakan suatu kelebihan yang boleh dibanggakan. Begitulah, pertarungan berlangsung selama seperminum teh lamanya, makin bertarung Chin Lang eng merasa semakin terkejut, mimpipun dia tak menyangka kalau pemuda lemah lembut dan masih berbau tetek ini sesungguhnya sudah msncapai ke tingkatan yang begitu lihay. Tapi yang paling membuatnya terkejut bercampur keheranan adalah kemampuan ilmu silatnya yang jauh berlipat-lipat kali 1ebih hebat bila dibandingkan deagan keampuhan Kit hong kiam kek Wan Liang dimasa lampau. Padahal, dia mana mengerti kalau berbicara soal tingkat kedudukan maka Suma Thian yu masih terhitung susioknya, sudah barang tentu dengan bekal ilmu silat aliran Bu tong pay yang benar-benar dikuasai olehnya itu, pertarungannya melawan Chin Lan eng pada hakekatnya seperti bermain dengan kanak-kanak saja. Bayangkan saja, belum lagi perempuan tersebut melancarkan serangannya, pihak lawan sudah memahami

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jurus serangan apakah yang bakal dipergunakan, kalau sampai begini keadaannya, maka perta-rungan apa lagi yang harus diselenggarakan? Pepatah kuno bilang: Tahu diri tahu lawan setiap pertarungan pasti menang. Sekarang Suma Thian yu sudah menguasai penuh jurusjurus serangan lawannya, apalagi yang perlu dia kuatirkan lagi?" Oleh karena itu dia bertarung dengan amat santainya, setiap jurus dibalas dengan jurus, setiap gerakan dihadapi dengan gerakan, pada hakekatnya dia tak perlu berpikir lagi dengan otaknya. Atau bila menggunakan kata-kata yeng lebih latah lagi, bahkan Suma Thian yu bisa menyebutkan nama-nama setiap jurus serangan yang dipergunakan perempuan itu. Sampai pada akhirnya, ketika Chin Lan eng benar-benar sudah tak sanggup menahan diri, Suma Thian yu baru berubah pikiran, dengan kening berkerut umpatnya sembari melancarkan serangan balasan: "Perempnsn rendah, hatimu kejam seperti ular beracun, justru karena kesadisanmu maka Wan Liang mati penasaran, hari ini sauya aksn membalaskan dendam baginya, aku hendak membuat malu dirimu agar rasa marahku bisa terlampiaskan, hati-hati! Aku akan mencomot rambutmu!" Sambil berkata, tak tampak gerakan apa yung dipergunakan olehnya, tahu-tahu cahaya biru berkelebat di susul menyambarnya bayangan manusia, tahu-tahu Suma Thian yu sudah berdiri di belakang Chin Lan eng sambil tertawa terbahak-bahak, sambil menggenggam segumpal rambut ditangan kirinya, serunya: "Perempuan rendah,inilah pembalasan bagi usahamu untuk membunuh Wan Liang..... hati-hati! Sekarang aku hendak memotong telinga mu yang sebelah kiri! Mendadak bayangan tubuh Suma thian yu lenyap tak berbekas, di susul kemudian berkumandangnya suara jeritan kesakitan dari tengah arena.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Chin Lan eng dengan memegangi telinga sebelah kirinya dengan tangan kiri, mundur beberapa langkah dengan sempoyongan, darah kental tampak meleleh keluar melalui sela-sela jari tangannya. Sementara ditangan Suma Tbian yu telah bertambah dengan sepotong telinga yang penuh berpelopotan darah, katanya sambil tertawa: "Perempuan rendah, inilah hukuman bagi penghiatanmu terhadap ayah kandungmu sendiri!" Sambil berkata, dengan sepasang mata yang mencorongkan sinar tajam, dia mengawasi Chin Lan eng tanpa berkedip, kemudian sambil tertawa dingin serunya: Perhatikan baik-baik! Kali ini, aku he dak menebas hidungmu!" Sembari berkata dia menerjang maju sambil memutar pedangnya, sekali lagi dia menusuk kearah tubuh Chin Lan eng. Sungguh menggelikan sekali, Chin Lan eng yang dihair-hari biasa selalu angkuh dan tinggi hati, sekarang berubah bagaikan seekor domba yang menunggu untuk dijagal, dia sudah kehilangan sama sekali kemampuannya untuk memberi perlawanan. Menyaksikan kesemuanya itu, hancur leburlah perasaan hatinya, sambil memutur pedangnya menciptakan serentetan pedang berwarna hijau, dia sambut datangnyu ancaman tersebut, ia bersiap sedia untuk menebus aib yang di terimanya itu dengan kematian. Tampaknya ujung pedang Suma Thian yu sudah hampir mengenai ujung hidung Chin Lan eng. Mendadak.... "Tunggu sebentar!" suatu bentakan keras berkumandang memecahkan keheningan. Suara bentakan itu ibarat guntur yang membelah bumi disiang hari bolong, amat memekikkan telinga.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan perasaan terkesiap Suma thian yu segera melompat mundur selangkah sambil menarik kembali serangannya. Sesosok bayangan manusia dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat segera melayang turun ke tengah arena. Begitu mengetahui siapa yang datang, amarah Suma Thian yu segera berkobar kembali, darah yang mengalir dalam tubuhnya serasa mendidih, serunya dengan penuh kegusaran: Ooooh, rupanya kau! Inilah yang dinamakan: Dicari sampai sepatu jebol tidak ketemu, akhirnya dijumpai tanpa membuang tenaga, Hadiah pukulan darimu tempo hari, sampai sekarang sauya masih belum melupakannya...!" Siapa yang telah munculkan diri ? Ternyata dia bukan lain adalah gembong iblis yang bernama besar dalam kalangan Liok lim, Hek bong hon (Harimau angin hitam) Lim Kong adanya, tidak heran kalau Suma Thian yu menjadi naik pitam. Sebaliknya si Harimau angin hitam Lim Kong yang menjumpai Suma Tian yu munculkan diri dihapannya, tanpa terasa dia lantas mendongakkan kepalanya dan tertawa seram. Kemudian sambil memicingkan sepasang mata sehingga berubah menjadi satu garis, serunya sambil tertawa dingin: "Bocah cilik, jadi kau belum mati tenggelam? Heeehhh... heeebh . .. toaya mengira kau sudah menjadi isi perut ikan dalam dasar sungai ....!" Ucapan yang sinis dan menghina itu pada hakekatnya seperti tak memandang sebelah mata pun terhadap anak muda tersebut. Suma Thian yu semakin naik pitam, dia menggertarkan pedangnya siap ditusukkan ke depan, tapi ingatan lain segera melintas, untuk menghadapi manusia licik seperti ini, dia tak ingin bertindak secara gegabah, sebab kejadian tempo hari merupakan pelajaran pahit baginya, dia tak ingin membuat kesalahan lagi.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Berpikir demikian, buru-buru dia menekan hawa amarah yang membara didalam dadanya, sambil menurunkan kembali pedangnya di berkata: "Orang she Lim, tampaknya malaikat elmaut lah yang menghantar kau kemari, lebih baik gorok saja lehermu sendiri, daripada sauya mesti repot-repot turun tangan, kalau tidak... hmm! Perempuan rendah itu merupakan contoh yang paling baik!" Harimau angin hitam Lim Koag tertawa seram dengan kerasnya. Heeeh...heeeh...bocah keparat, anggap saja tempo hari kau bernasib baik, tapi kali ini, jsngan harap kau bisa lolos lagi dalam keadaan selamat, kalau ingin mengumpat, umpatlah sampai puas, kalau tidak, kau tak akan memperopeh kesempatan lagi untuk bersuara...! Sembari berkata, pelan-pelan dia berjalan menghampiri Suma Thian yu, sorot matanya memancarkan sinar kelicikan dan kebuasan, sehingga membunt siapa pun akan bergidik bila melihatnya. Sekuat tenaga Suma Thian yu mencoba untuk menekan hawa amarah yang berkobar didalam dadanya dan mengulumkan sekulum senyuman diujung bibirnya, dia menatap wajah sihanmru angin hitam itu tanpa berkedip, menanti pihak musuh sudah berada lima langkah deri hadapannya, dia baru berkata: Cabut keluar senjatamu? Apakah kau ingin menyerah saja uutuk menerima kematian? Harimau angin hitam Lim Kong tertawa seram: Heeehh...heeeh...heeehh...untuk menghadapi seorang bocah keparat macam kau, tidak perlu bagiku untuk mencabut keluar senjatja tajamku, dengan tangan kosongpun loaya masih tetap mampu untuk mengirimmu pulang kelangit!" Mendengar perkataan mana, Suma Thian yu segera mendongakkan kepalanya dsn berpekik nyaring, pedangnya disarungkan kembali, dengan sorot mata berkilat dia tertawa hambar.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baiklah" katanya kemudian, "akan sauya layani dirimu itu dengan tangan kosong belaka! Selesai berkata, dia lantas menggulung ujung bajunya sehingga kelihatan lengannya yang putih dan berotot, sikapnya amat santai dan berdiri seenaknya sendiri, seakanakan dia tak memandang sebelah matapun terhadap lawannya ini. Sikap acuh seperti ini biasanya hanya bisa membangkitkan amarah bagi pemuda yang baru terjun kedalam dunia persilatan dan bersifat berangasan, terhadap harimau angin hitam Lim Kong yang kenamaan, apa lagi sebagai seorang perampok ulung, tentu saja hal mana tak akan menimbulkan reaksi apapun. Sebagai murid pertama dari si Mayat hidup Ciu Jit hwee, kesempurnaan ilmu silat maupuun tenaga dalam yang dimiliki Lim Kong tentu saja sudah luar biasa sekali, dalam menghadapi musuhnya, dia sama sekali tidak terpengaruh oleh ejekan, cemoohan maupun umpatan lawan. Suma Thian yu yang cerdik tentu saja dapat memahami akan hal ini, tapi kalau dia tidak berbuat demikian, maka rasa gusar dan mendongkol yang mencekam perasaannya semakin menghimpit dadanya, dia hendak memanfaatkan kesempatan tersebut untuk melampiaskan rasa mangkelnya itu keluar. Sekali lagi Lim Kong maju selangkah kedepan, tiba-tiba lengan kirinya berputar kencang dengan jurus Tot mang jut tong (ular be racun keluar gua), kemudian dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat menyodok ke dada pemuda itu. Dengan cekatan Suma Thian yu menekuk pinggangnya kesamping, dengan pandangan yang tajam dia mengawasi datangnya lawan itu tanpa gugup. Siapa tahu ketika kepalan tersebut sampai ditengah jalan, mendadak Lim Kong berubah jurus, lalu bentaknya keraskeras: Roboh kau...! Telapak tangan kirinya membentuk gerakan busur ditengah udara lalu dibacokkan ke bawah, seperti guntur menghajar

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tambur, dia menghantam tulang leng kay kut pada ubun-ubun Suma Thian yu. Memghadapi ancaman maut itu, Suma Thian yu sama sekali tidak gugup, dengau menghimpun tenaga dalamnya dia tangkis datangnya ancaman mana sambil menyahut: ""Belum tentu!" Telapak tangan kirinya diangkat keatas untuk melakukan tangkisan, sementara telapak tangan kanannya bagaikan sebilah pisau langsung menebas kedepan dengan kecepatan luar biasa. Sreeet...!" desingan angin tajam membelah angkasa, hampir saja bacokan itu menyentuh pakaian didepan dada Lim Kong. Untung si Harimau angin hitam Lim Kong bukan manusia sembarangan, begitu dilihatnya angin pukulan lawan hampir menyentuh tubuhnya, mendadak ia berputar setengah lingkaran kaki kanannya melepaskan tendangan dengan jurus Kui seng ti to (binatang kejora menantang bintang) langsung menyodok ketubuh anak muda tersebut. Mereka berdua sama-sama merupakan jagoan kelas satu didalam dunia persilatan dewasa ini, dalam waktu singkat bayangan kepala dan angin tendangan menyelimuti seluruh angkasa Dalam pertarungan yang amat seru itu hanya nampak dua sosok bayangan manusia yang bergabung menjadi satu hingga untuk sesaat sukar untuk membedakan mana Lim Kong dan mana Suma Thian yu. Dalam pada itu, Siau hu yong (Hu yong indah) Chin Lan eng yang terluka dan berdiri disisi arena, hatinya merasa remuk rendam karena amat sedih, apalagi setelah teringat bahwa rambutnya putus separuh, telinga kirinya terpapas dan wajahnya menjadi jelek, hatinya sakit bagaikan diiris-iris, saking sedihnya ingin sekali dia mati seketika. Manusia memang makhluk yang suka akan keindahan, apalagi dia adalah seorang perempuan cantik.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Buat Siau hu yong Chin Lan eng, dia lebih suka tewas diujung pedang lawan daripada kehilangan panca inderanya, bayangkan saja bila seorang perempuan yang cantik jelita, kini berubah menjadi perempuan yang kehilangan telinga sebelah, penderitaan dan aib yang dialaminya itu mana mungkin bisa ditahan dengan begitu saja? Luka ditelinga kirinya telah dibubuhi obat dan kini darah sudah tidak mengucur lagi, namun sepasang mata Chin Lan eng telah berubah menjadi mengerikan sekali, kekejaman dan kesediaannya tercermin jelas diatas wajahnya, dia mengawasi terus wajah Suma Thian yu tanpa berkedip. Sementara pertempuran sengit ditengah arena masih berlangsung dengan hebatnya, diam-diam Chin Lan eng merogoh kedalam sakunya mengambil sesuatu dengan cepat dipersiapkan dalam genggaman. Pada ssat itulah, mendadak dari tengah arena berkumandang dua kali bentakan nyaring, bayangan manusia nampak saling berpisah. Lim Kong muadur sejauh dua langkah kebelakang, begitu sepasang kakinya menempel permukaan tanah, ia segera melejit kembali ke tengah udara, kemudian bagaikan burung elang yang menembusi langit ia meluncur tinggi ke udara. Lompatannya ini paling tidak mencapai ketinggian lima kaki lebih, sewakiu Suma Thian yu mengalihkan pandangannya ke depan, ia segera menjadi terkesiap. Buru-buru hawa murni ysug berada dalam tangan disalurkan ke dalam sepasang telapak tangannya, dia bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan. Sejenak kemudian. Harimau angin hitam Lim Kong membentak nyaring, tubuhnya berputar dengan kepala di bawah kaki diatas, sepasang lengannya mendadak direntangkan kesamping. Awan gelap yang amat tebal diiringi udara yang dingin merasuk tulang segera menyelimuti angkasa, bagaikan angin puyuh yang muncul dari langit, diiringi suara geledek yarg

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

memekikkan telinga langsung menghantam batok kepala Suma Thian yu dengan dahsyat. Inilah ilmu pukulan Hu si im hong ciang (pukulan angin dingin mayat membusuk) yang amat termashur dalam dunia persilatan. Suma Thian yu merasakan hatinya bergidik, diiringi bentakan nyaring, dengan, menghimpun tenaga dalamnya sebesar sepuluh bagian kedalam sepasang lengan, dia sambut datangnya ancaman tersebut. Siapa tahu, disaat dia sedang memusatkan seluruh perhatiannya untuk menghadapi harimau angin hitam Lim Kong, mendadak terdengar suara bentakan nyaring bergema memecahkan keheningan, angin puyuh menderu-deru, lalu terlihat tua titik cahaya bintang yang berkilauan dengan membentuk posisi segitiga langsung menyambar ke arah pinggangnya. Suma Thian yu merasa amat terkejut, segulung hawa dingin segera muncul dari punggungnya dan menembus sampai keatas, rupanya serangan angin pukulan hawa dingin mayat busuk dari Harimau angin hitam Lim Kong sudah menyambar datang seperti ombak dahsyat, yang menghantam tepian pesisir... Dengan begitu, Suma Thian yu menjadi terjepit dipesisi yang tidak menguntungkan, dia harus mengbadipi dua musuh sekaligus dua dipaksa berada dalam keadaan bagaikan menunggang dipunggung harimau. Untuk menghindari pukulan telapak tangan saja sudah payahnya setengah mati, ditambah, lagi harus menghadapi serangan senjata rahasia, keadaannya menjadi bertambah kritis. Dalam keadaan terancam, tiba-tiba muncul sebuah akal cerdik dalam benaknya, dengan cepat ia menjatuhkan diri kebelakang dan mengelinding kesamping dengan gerakan Lan jui ta kun (keledai malas berguling guling)....

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seketika itu juga terdengar suara benturan keras menggelegar di angkasa, angin pukulan dari Lim Kong sudah menghajar secara telak diatas permukaan tanah. 00o00 Tapi, pada saat inilah mendadak Suma thian yu merasakan sisi lambungnya seperti terpagut oleh sengatan lebah beracun, kakinya sakit bukan kepalang, sadarlah pemuda ini bahwa dia telah kerkena senjata rahasia. Suma hian yu cukup mengetahu bahwa Siau hu yang Chin lan eng adalah seorang perempuan kejam yang berhati buas, senjata rahasia yang dipergunakan juga pasti dibubuhi racun yang jahat. Dengan cepat dia mengerahkan tenaga dalam nya untuk melindungi jalan darah, kemudian sambil melompat mundur serunya: Sakit hati ini pasti kubalas, ingat saja budak rendah, Suma thian yu pasti akan menguliti tubuhmu hidup-hidup! Seraya berkata, seperti segulung angin puyuh saja, ia segera berlalu dari situ. Tentu saja si harimau angin hitam Lim Kong tak akan melepaskan Suma thian yu dengan begitu saja, dia menggerakkan tubuhnya, lalu bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya melakukan pengejaran dari belakang. Mewndadak terdengarSiau hu yong Chin Lan eng membentak sambil terawa: Lim toako, bajingan yang rudin tak usah dikejar anjing budukan tak perlu diusir, biar kan saja dia pergi! Harimau angin hitam Lim Kong segera menghentikan gerakan tubuhnya, kemudian bertanya dengan wajah tercengang: Apakah hal ini tidak terlalu keenakan buat keparat itu? Siau hujin, gara-gara kewelasan hatimu saat ini, bisa jadi dikemudian hari akan memancing datangnya banyak bibit bencana buat kita semua!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Chin Lan eng tertawa terkekeh-kekeh dengan liciknya: Heeeh...heeeh...heeeh...Lim toako, kau terlalu memikirkan hal yang bukan-bukan, bila keparat itu bisa hidup melewati fajar nanti, hal mana sudah merupakan kemujuran baginya" Kemudian setelah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh: "Seandainya senjata rahasia ku tidak berhasil melukainya, menang kalah masih sukar di tentukan, selain daripada itu, bagaimana mungkin aku dapat melampiaskan rasa malu dan kerugian yang kualami malam ini?" Mendengar ucapan tersebut, Harimau angin hitam Lim Kong lalu tertawa terbahak-bahak. "Haahh...haah...haahh...sudah lama aku dengar akan kelihayan jarum beracun Hok teng ang tok ciam milik Siau hujin, konon begitu mengenai orangnya lantas keracunan hebat dan modar, rupanya raja akhirat sudah mulai menggapaikan tangan kearahnya? Siau hu yong Chin Lao eng segera menggelengkan kepalanya berulang kali, sahutnya: Senjata rahasia yang berhasil bersarang ditubuh bocah keparat itu sama sekali tidak di beri Hok leng ang melainkan cuma selaksa racun yang umum! "Heeeh...heeeh...heeeh, sekalipun begitu, aku rasa hal inipun sudah cukup membuat bocah keparat tersebut untuk terbang kembali keneraka" Beracara sampai disitu, kembali Lim Kong tertawa terbahak bahak dengan seramnya. ooOoo SUMA THIAN YU SADAR, kalau dia sudah keracunan, maka sambil berlari kencang meninggalkan tempat ini, dia mencabut keluar jarum yang lembut bagaikan rambut itu, lalu menggenggam mulut lukanya dengan tangan kiri agar darah jangan sampai mengalir ke luar terus.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah melakui perjalanan yang cukup jauh mendadak ia merasa luka pada lambungnya sudah tidak terasa sakit lagi, dia pun mencari sebuah batu untuk duduk dan beristirahat. Ketika pakaiannya di lepas dan mulut luka nya diperiksa, maka segera dijumpainya selain titik merah kecil seperti bekas tertusuk jarum yang masih tersisa diatas lambungnya itu, dia sama sekali tak merasakan sesuatu gejala yang aneh, pelanpelan hatinya pun mulai merasa amat lega dan tentram. Akan tetapi sewaktu dia mengangkat tangan kirinya, tibatiba saja dijumpai segumpal darah kental menempel diatas telapak tangan kirinya itu, ketika diendus segera tercium bau busuk yang amat menusuk hidung, busuknya bukan main. Dengan cepat Suma Thian yu menjadi sadar kembali apa gerangan yang telah terjadi, tanpa tersa serunya: Ooohh... rupanya aku telah ditolong oleh telapak tangan kiriku ini. Chin Lan eng, hai Cbin Lan eng... kau gagal untuk mencelakai diriku. Dengan cepat dia melompat bangun dan balik kembali ketempat semula, ia bermaksud untuK mencari Chin Lan eng dan membuat perhitungan dengannya.... Sebagaimana diketahui, telapak tangan kiri Suma Thian yu ini tidak mempan terhadap berbagai macam racun, ketika perutnya terluka tadi, dia telah memegang mulut lukanya dengan telapak tangan kirinya, rupanya disaat itulah semua racun keji yang mengeram didalam tubuhnya telah terhisap oleh daun Jin sian kiam lan sehingga bersih sama sekali. Coba kalau Suma Thian yu mengetahui akan kelebihan yang dimilikinya ini, tak mungkin dia akan melarikan diri dari arena pertarungan. Menanti dia sudah sampai kembali ketempat bekas pertarungan tak sesosok bayangan manusia pun yang nampak. Memandang kegegapan yang mencekam sekeliling tempat itu, Suma Thian yu segera terbayang kembali peristiwa yang berlangsung belum lama berselang, tanpa terasa kembali gumamnya:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Perempuan berhati busuk, tak heran kalau paman Wan tewas ditanganmu. Selama aku Thian yu masih bisa hidup, pasti akan kubunuh bajingan tersebut dengan telapak tanganku sendiri" Dengan langkah yang ringan dan cepat, dia lantas balik kembali menuju kearah loteng Kun eng lo. Tapi baru sampai ditengah jalan, mendadak ia seperti teringat akan sesuatu dan segera berhenti, kemudian dia balik kembali menuju ke tempat bekas pertarungan. Sampai setengah harian lamanya dia melakukan pencarian di atas tanah, akhirnya ditemukan juga dua batang jarum lebah beracun yang digunakan oleh Chin Lan eng tadi dan dengan sangat berhati-hati sekali disimpan kedalam sakunya, kemudian mengurungkan niatnya kembali ke rumah makan Kun eng lo, dia segera berangkat menuju ke arah telaga Tong ting ou. Jilid 16 Suatu hari sampailah Suma Thian yu dikota Tiang-an-gi di dalam propinsi Ou lam. Tiang an gi terletak hanya dua hari perjalanan dari telaga Tong tin ou, menurut perhitungan Suma Thian yu masih ada berapa hari lagi menjelang tanggal lima belas, maka dia pun menginap dalam sebuah rumah penginapan di kota Tian an gi tersebut. Rumah penginapan itu bernama Gwat kek can, pelayanannya sangat baik, lingkungannya amat sepi dan indah, membuat orang merasa kerasan sekali tinggal disitu, tak heran kalau hanya saudagar yang berdiam dikota tersebut. Suma Thian yu mendapat sebuah kamar yang terletak dipaling ujung ruang sebelah timur. Sementara itu senja sudah menjelang tiba, banyak pelancong dan saudagar yang pulang ke penginapan untuk beristirahat, hanya Suma Thian yu seorang yang tak ada

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

urusan dan duduk dekat jendela sambil memandang kolam di luar kamarnya. Mendadak dari luar pintu penginapan sana terjadi kegaduhan, pertama-tama Suma Thian yu tidak begitu menaruh perhatian, siapa tahu suara gaduh tadi makin lama terdengar semakin ramai. "Kalian buka penginapan toh bermaksud mencari uang, asal aku si pengemis tua punya uang, mengapa tak boleh menginap disini? Suma Thian yu segera merasa suara itu sangat dikenal olehnya, buru-buru dia membuka pintu dan melongok keluar. Dan terlihatlah segerombolan manusia sedang mengurung seorang pengemis tua yang berpakaian compang-camping. Dalam sekilas pandangan saja Suma Thian yu dapat mengetahui orang itu sebagai Siau yau kay Wi Kian adanya. Sebetulnya ia Ingin maju melerai, tapi setelah berpikir sejenak dia urungkan niatnya itu, siapa tahu pengemis tua itu hendak menggunakan akal muslihat apa lagi untuk mengatasi persoalannya. Dalam pada itu, seorang pelayan sedang berdiri sambil tertawa paksa: Tuan cin sin ya, penginapan kami benar-benar sudah penuh dan tiada kamar lain, harap kau mencari kamar penginapan yang lain saja! Siau yau kay Wi Kian segera menggelengkan kepalanya berulang kali sambil berseru! Tidak bisa, kalian semua adalah kawanan anjing yang punya mata bila melibat uang, sudah jelas di dalam sana masih ada tiga buah kamar kosong, masa kau hendak membohongi aku si pengemis tua? Kalau aku tak mau pergi, kau mau apa?" Tangannya segera merogoh kedalam saku dan meraba beberapa saat kemudian dengan berhati-hati sekali dia mengeluarkan seuntai mata uang tembaga dan diperlihatkan kepada pelayan itu kemudian serunya:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Coba keu lihat, bukankah aku si pengemis tua mempunyai uang?" Selesai berkata, seakan akan kuatir kalau ada orang hendak merampas uangnya saja, dengan cepat ia te1ah menyimpannya kembali sementara sepasang matanya segera mengawasi wajah semua orang dengsn sikap was-was dan curiga. Untuk masa itu, seuntai mata uang tembaga hanya bisa dipakai untuk makan satu kali, tentu saja masih kurang kalau hendak dipakai untuk membayar penginapan. Oleh sebab itu para pelancong dan saudagar yang mengerumuni tempat itu segera tertawa terbahak-bahak karena geli. Salah seorang diantaranya dengan cepat berseru dengan suara dingin seperti es: "Hei engkoh tua, apa kau cuma mempunyai uang sebanyak itu? Siau yau kay manggut-manggut, serunya dengan wajah serius: "Kenapa? Uang sebanyak, inipun masih cukup untuk menginap selama delapan atau sepuluh hari disini" sekali lagi semua orang tertawa terbahak-bahak sesudah mendengar perkataan itu, seseorang kembali berseru dari sisi arena: Pelayan, enyahkan saja pengemis edan itu dari situ, tampaknya pengemis ini memang sengaja hendak mencari gara-gara! Bagaimanapnu jua, pelayan itu tak ingin terjadinya keributan di rumah penginapannya, maka sambil tertawa paksa dan menjura berulang kali, katanya: "Oooh, dewa hartaku yang baik, harap kau sudi berbuat kebaikan, janganlah mengacau lagi di sini, bila kau ribut terus disini, usaha kami bisa bubar! Bila kau ingin sangu, katakan saja berterus terang, kami bersedia memberi sedikit sangu untukmu" Kembali Siau yau kay Wi Kian berteriak teriak keras:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Huuh, kau si anjing budukan jangan kelewat menghina, aku si pengemis tua tidak butuh uang, aku hanya ingin menginap disini. Tak usah kuatir, anak angkatku segera akan keluar, dia pasti akan membayar rekeningku" Ketika semua orang mendengar kalau dia mempunyai anak angkat disitu, tak kuasa lagi segera tertawa terbahak bahak. Pelayan itu segera menepuk dahi sendiri sambil berteriak keras: "Oh Thian! seorang pengemis tua saja sudah cukup membuatku pusing, bila ditambah dengan seorang anak angkatnya lagi, waah... bisa berabe jadinya Kemudian sambil menjura lagi katanya: Oooh lo yaya, kumohon kepadamu pergilah dari sini, sekarang lagi waktunya para tamu berdatangan, kemarilah lagi nanti saja" Baru saja Siau yau kay akan menjawab, dia menyaksikan Suma Thian yu sedang berjalan keluar. Padahal sejak tadi ia sudah melibat kalau Suma Thian yu memasuki rumah penginapan tersebut, maka dia segera datang kemari mencarinya. Terdengar ia berseru sambil bertepuk tangan: Nah, sudah datang, sudah datang! Anak angkat aku si pengemis tua telah datang untuk membayar rekening" Ketika semua orang mendengar perkataan itu, serentak mereka berpaling keerah pintu, tapi disana tak nampak bayangan pengemis. Suma Thian yu melanjutkan langkahnya menuju kemuka penginapan, begitu Siau yau kay melihat pemuda itu sudah munculkan diri, kembali dia berteriak gembira: Bagus sekali! Aku si pengemis tua sudah hampir setengah harian lamanya mencarimu, rupanya kau sedang tidur enak disini, lihat saja aku akan menghajarmu atau tidak!" Semua orang turut berpaling, ketika dilihat pengemis tua itu sedang berbicara dengan seorang pemuda tampan berpakaian perlente, semua orang lain mengira pengemis tua

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

itu indah tak beres otaknya sehingga kerjanya hanya menggoda orang. Pelayan itupun mengalihkan sorot matanya yang keheranan kearah Suma Thian yu, lalu diperhatikan dari atas hingga ke bawah dengan seksama. Suma Thian yu segera mendorong orang-orang yang berada disekitar situ agar minggur kemudian sambil menjura kepada pengemis tua itu, katanya dengan sopan: "Bila aku tidak menyambut kedatangan lo-cianpwe dari jauh, harap kau sudi memaafkan" Begitu ucapan tersebut diutarakan semua orang semakin dibikin kebingungan dan tidak habis mengerti, mereka malah menganggap Suma Thian yu ikut gila. Buru-buru pelayan itu berkata kepada Suma Thian yu dengan ramah dan sopan: Apakah kek-koan kenal dengan dia? Sambil bersenyum suma Thian yu manggut-manggut. Yaa, kenal, harap siapkan hidangan dan arak berusiasepuluh tahun, aku hendak menjamu sahabatku ini, rekeningnya akan ku bayar sekalian nanti Melihat Suma thian yu bersedia untuk membayar, pelayan itu hanya bisa menggelengkan kepala sambil menghela napas, dia segera masuk kedalam untuk mempersiapkan hidangan. Sementara mereka yang menonton keramaian pun segera pada bubar tapi dari dalam rumah penginapan itu mulai terdengar suara kasak kusuk orang membicarakan kejadian ini Setelah Siau yau kay duduk, Suma thian yu baru bertanya dengan sikap hormat Cianpwe, mengapa kau pun sampai disini? Siau yau kay segera tertawa cekikikan. Rahasia langit tak boleh bocor, mari kita minum arak dulu sebelum kuceritakan keadaan yang sebenarnya Suma thian yu pun tidak bertanya lebih jauh, mereka berdua segera bersantap sambil berbincang-bincang, mempergunakan kesempatan itu, thian yu membeberkan kejadian yang dialaminya selama beberapa hari ini.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika Siau yau kay Wi kian mendengar Suma thian yu berhasil memapas rambut Chin lan eng dan memapas sebuah telinganya, dengan gembira ia segera mengebrak meja sembari berseru: "Suatu tindakan yang amat bagus! Kita memang wajib menegakkan keadilan serta kebenaran bagi umat persilatan! Gebrakan meja itu segera mengagetkan semua tamu yang kebetulan sedang bersantap, hampir semua orang mengalihkan sorot matanya kearah mereka, bahkan ada pula yang menggelengkan kepalanya sembari menyumpah kalang kabut: Orang gila, benar-benar sudah tak ada orang yang bisa menolongnya lagi... Setelah arak dihidangkan, dan beberapa cawan sudah masuk ke dalam perut Siau yau kay Wi kian segera meletakkan cawan araknya ke meja sambil bergumam: "Aneh, mengapa dia belum juga datang? "Siapa? Siapa yang kau maksudkan? tanya Suma Thian yu dengan wajah tercengang. Siau yau kay tertawa cekikikan, dengan misterius dia melirik sekejap ke arah Suma Thian yu, kemudian katanya: "Tali jodoh seribu li hanya tergantung disatu titik, aaai... sulit juga menjadi seorang mak comblang..." Ucapan itu bagaikan orang yang sedang bergumam, hal ini membuat Suma Thian yu menjadi kebingungan setengah mati, dia merasa perkataan dari pengemis tua itu ngawur seakanakan dibalik kesemuanya itu masih tersimpan semacam rahasia. Sebagai pemuda yang berjiwa mulia, dia tak ingin mendesak orang untuk mengungkapkan semua rahasianya, karena orang lain tidak mengungkapkan hal tersebut, maka dia pun tidak mendesak lebih jauh. Maka sambil mengangkat cawan araknya, dia meneguk seorang diri.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suatu ketika dia mengalihkan sorot matanya ke depan pintu, mendadak pandangan matanya terasa kagum lalu sarunya tertahan: "Aaaaah!" Bukan cuma dia saja yang merasa terkejut bercampur keheranan, hampir semua tamu yang berada dalam ruangan sama-sama merasa ka get dan menghela napas tiada hentinya, sorot mata mereka pun sama-sama dialihkan kearah pintu. Rupanya dari depan pintu berjalan masuk seorang gadis yang wajah cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, dia berusia enam tujuh belas tahunan, memakai baju berwarna kuning dengan ikat pinggang berwarna hijau mata yang jeli, hidungnya yang mancung dan bibirnya yang mungil membuat gadis itu nampak begitu cantik dan amar mejawan hati. Tak heran kalau semua orang yang hadir disitu sama sama merasa terkejut dan mengira ada bidadari yang turun dari kahyangan, tanpa berkedip barang sekejap pun mereka semua mengawasinya lekat-lekat. Menghadapi kemunculan gadis centik itu, tiba-tiba saja dalam hati semua orang timbul suatu ingatan yang aneh, mereka berharap gadis itu berjalan menuju kedepan meja mereka. Tapi gadis itu hanya memindang sekejap sesekeliling ruangan, kemudian dengan lemah gemulai berjalan menuju ke meja yang ditempati pengemis tua itu. Ketika tersenyum, terlihatlah sepasang lesung pipinya yang indah dan mempesona hati. Ia memberi hormat kepada pengemis tua itu, lalu katanya: Harap dimaafkan bila kau orang tua harus menunggu terlalu lama" Kemudian ia mengambil tempat duduk didekat pengemis tua itu. Dengan kejadian ini, maka suara helaan napas dan seruan keheranan sekali lagi kerkumandang dalam ruangan itu. pada hakekatnya kejadian ini merupakan suatu peristiwa yang sangat aneh, seorang pengemis tua ternyata

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menantikan kedatangan seorang gadis cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, pada hakekatnya peristiwa ini merupakan suatu kejadian yang aneh dan hampir saja membuat semua orang merasa bagaikan sedang bermimpi di siang hari bolong. Tiga manusia yang berbeda duduk di meja yang sama, betul-betul suatu perpaduan yang amat tak sedap. Setelah duduk, gadis itu menundukkan kepalanya rendahrendah lalu melirik sekejap kearah Suma Thian yu dengan wajah tersipu-sipu, setelah itu baru ujarnya: Rupanya kau pun berada disini? Kapan datangnya? "Hari ini baru sampai" jawab Suma Thian yu dengan wajah tersipu-sipu pula, bisa bertemu dengan nona ditempat ini, sungguh merupakan kejadian yang menyenangkan. Siau yau kay Wi kian yang menyaksikan kejadian tersebut segera tertawa terbahak-bahak. haah...haah...haah...kalau tidak berjodoh bagaimana bisa berjumpa? Kalian berdua tak usah berlagak malu lagi, mari! Kita keringkan dulu secawan arak! "Nona Wan, apakah kau masih marah padaku?" tanya Suma Thian yu kemudian. Gadis itu tak lain adalah putri kesayangan dari Mo im sin liong (naga sakti dari mega) Wan kiam ciu, congpiautau dari perusahaan Sin liong piaukiok di kota Heng ciu Bi hong siancu (Dewi burung hong) Wan Pek lan adanya. Ketika mendengar pertanyaan dari Suma thian yu itu, merah padam selembar wajah Wan pek lan karena malu, sahutnya dengan suara tergagap: Aaahhh, itu mah hanya suatu kesalahan paham belaka, Susiok Coa telah memberi penjelasan dan kami tahu kalau siauhiap bersih! Siapakah Susiok Coa mu itu? tanya Suma thian yu dengan wajah tercengang. Bi hong siancu Wan pek lan segera berpaling kearah Siau yau kay Wi kian lalu sahutnya: Dia orang tualah adanya!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekarang Suma thian yu mengerti, tanpa terasa ia berseru: Tak heran kalau locianpwe marah-marah pada waktu itu, rupanya diantara kalian mempunyai hubungan yang sangat akrab Bpcah, kau jangan keburu bersenang hati! damprat Siau yau kay Wi kian dengan gusar, seandainya terbukti kalau kau adalah pembunuhnya, masa aku si pengemis tua akan melepaskan dirimu dengan begitu saja? Ketika Bi hong siancu Wan Pek lun menanyakan kaadaan yang sebenarnya kepada pemuda itu, secara ringkas Suma Thian yu segera menceritakan semua peristiwa yang dialaminya termasuk Siau yau kay mengejarnya ke gua Hui im tong dan menuntut pertanggungan jawab darinya. Selesai mendengar cerita mana, dengan perasaan tak tentram tenteram Bi hong siancu Wan Pek lan memandang sekejap kearah Suma thian yu dengan pancaran sinar cinta yang mendalam, katanya: Semuanya ini gara-gara kejelekanku, hampir saja aku menuduh orang baik, tentunya kau tidak menjadi gusar bukan? Suma thian yu tertawa getir, kemudian ujarnya dengan nada bersungguh-sungguh: Berbicara menurut keadaan pada waktu itu, siapapun akan menaruh curiga kepadaku, selama ini aku masih merasa kuatir kalau Tio toako masih marah terus kepadaku! Wan pek lan tersenyum. ketajaman mata paman tio memang sungguh mengagumkan, dari seluruh piasu yang ada dalam perusahaan, Cuma dia seorang yang memahami perasaanmu, gara-gara peristiea tersebut, dia telah telah bentrok dengan ayahku sehingga kedua belah pihak merasa sama-sama tidak senang bagaimana sekarang....? buru-buru Suma thian yu bertanya. Ia sudah pergi meninggalkan perusahaan Apa? seru Suma thian yu terkejut.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau yau kay Wi kiam yang berada disamping segera menukas dengan nada dingin: Biarkan saja dia pergi, kalau harus mengendon terus dalam perusahaan, pada hakekatnya seperti orang berbakat yang dipendam, bagaimanapun juga tak bisa menonjol dan menjadi besar, cita-cita seorang lelaki berada diempat penjuru, bila ia mau mengembara ketempat luaran, kemungkinan besar malah akan dijumpai suatu kemukjijatan Suma thian yu tahu, ucapan Siau yau kay tersebut mengandung suatu makna yang amt mendalam, ia bisa berkata demikian, pasti dikarenakan suatu pertimbangan maka hatinya pun menjadi lega. Malam itu Suma thian yu minta dua kamar lagi untuk beristirahat kedua orang itu. Keesokan harinya, ketika Suma Thian yu bangun dari tidurnya, ia menyaksikan Siau yau kay Wi Kian sudah pergi entah kemana, kamarnya ditinggilkan dalam keadaan kosong. Sewaktu Bi hong siancu menjumpai Siau yau kay sudah pergi, sekulum senyuman tersungging diujung bibirnya. Perempuan memang mahkluk yang amat tajam perasaannya, Wan Pek lan memang cerdik, dengan cepat dia mengetahui kaku Wi locianpwe ada niat untuk menjodohkan mereka berdua, hatinya jadi merasa amat berterima kasih. Siau yau kay Wi kian dengan susah payah mengajak Wan Pek lan datang kesitu kemudian menyerahkannya kepada Suma Thian yu, dia pergi tanpa pamit, rupanya segala sesuatu yang hendak dilakukannya itu telah diatur dengan rapi sekali. Kalau dibicarakan memang sungguh mengangumkan sekali, sepanjang hidupnya dia selalu berkelana dalam dunia persilatan, urusannya banyak dan repot sekali, kenyataannya dalam kesibukan tersebut dia masih sempat mengurusi cinta muda mudi, hingga dibilang, sebenarnya hal ini merupakan suatu tindakan yang luar biasa. Bisa dibayngkan pula betapa berterima kasihnya Wan Pek lan setelah menyaksikan kesemuanya itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Berbeda dengan Suma Thian yu, dia masih sedikit kebingungan oleh hilangnya Siau yau kay, dia berusaha keras untuk menemukan jejak pengemis tua itu, bayangkan sendiri, apakah perbuatannya ini tidak menggelikan...? Setelah membayar rekening, berangkatlah kedua orang itu meninggalkan kota Tiang an gi menuju ke kota Gak ciu. Sepanjang jalan mereka selalu berpesiar dan menikmati keindahan alam, didampingi seorang gadis yang cantik seperti Bi hong siancu, sedikit banyak Suma thian yu jauh merasa lebih riang dan gembira. Setelah kesalapahaman diantara mereka dapat diatasi, hubungan muda mudi ini semakin akrab, setiap kali Suma thian yu terbayang kembali peristiwa mesranya dengan Wan pek lan tempo hari, dimana mereka bermesraan dengan hangatnya, dalam hati kecilnya selalu timbul pertanyaan kapankah keadaan seperti ini bisa berulang kembali..... Padahal Wan pek lan sendiripun berperasaan sama, seringkali ia memperhatikan ketampanan wajah kekasih hatinya, suatu perasaan gembira yang belum pernah dialaminya sebelumnya selalu menyelimuti perasaannya. Gak yang lo terletak diluar kota Gak ciu, pesis ditepi telaga Tong ting cu. Waktu itu, diatas loteng berdiri sepasang muda mudi yang sedang menikmati keindahan alam disekelilingnya. Tampakk gadis itu memandang ketempat kejauhan sana, lalu katanya: Engkoh thian yu, masih berapa jauhkah dari tempat ini sampai dibukit Kui san? Kalau sekarang juga berangkat maka senja nanti sudah sampai, Cuma kita tak tahu di manakah dua saudara berdiam, sehingga kalau harus dicari, kita masih membutuhkan banyak waktu Rupanya sepasang muda mudi ini tak lain Suma Thian yu dan Bi hong siancu Wan pek lan yang sedang datang memenuhi janji.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Memandang air telaga nan hijau dan dihembus angin yang semilir semilir, Wan Pek lan menarik napas panjang-panjang, memandang ti ik bayangan putih dikejauhan sana, tanpa terasa katanya: "Kalau bisa menumpang angin seribu li, memecahkan ombak selaksa pal, ooh.. betapa asyiknya waktu itu! Apakah adik Lan ingin menumpang sampan untuk menyelusuri telaga kenamaan ini?" Ehmmm..." Belum habis berkata, Suma Thian yu sudah menarik tangan Wan Pek lan yang putih dan diajak turun dari loteng, kemudian menuju ke tepi telaga dan menyewa sebuah sampan untuk berpesiar ke tengah telaga. Sekulum senyuman manis menghiasi ujung bibir Wan Pek lan, hatinya terasa berdebar keras, karena keadaan mereka sekarang bagaikan sepasang kekasih yang sedang berpacaran ditengah telaga. Makin lama mereka meninggalkan Gak yang lo semakin jauh... Semenjak kecil Wan Pek lan selalu dikurung dalam kamar dan tak pernah keluar dari rumah, kepergiannya kali ini boleh dibilang merupakan perjalanan jauh pertama kali yang dilakukan olehnya, memandang burung manyar yang terbang diatas telaga serta kapal layar yang bersimpang siur di kejauhan sana, dia merasa gembira sekali. Mendadak dia menyaksikan ada sebuah perahu sekang bergerak mendekati perahu mereka dari belakang, segera bisiknya: Engkoh Thian yu, dari belakang sana ada sebuah kapal sedang mengejar kita, mari kita beradu kecepatan dengan mereka, coba dilihat siapa yang bergerak lebih cepat" Suma thian yu berhenti mendayung sambil berpaling, paras mukanya segera berubah hebat, segera serunya: Siapa bilang kalau mereka sedang mengajak kita beradu kecepatan? Mereka datang untuk menangkap orang" Menangkap siapa? Apakah perahu pemerintah?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menyaksikan kepolosan Wan Pek lan yang menyenangkan itu, Suma Tnian yu segera tertawa terbahak-bahak. "Haaaahh...haaaahh...haaah... mereka datang mencari kita" "Mencari kita...?" "Benar adik lan!" Dengan perasaan tercengang Wan Pek lan berpaling dan memperhatikan sekejap perahu yang sedang melakukan pengejaran itu, dengan cepat ia saksikan ada dua orang lelaki kekar yang memegang golok berdiri diujung geladak. Pada ujung tiang perahu itu tergantung sebuah panji segi empat yang bertuliskan huruf Tong amat besar. Dengan perasaan tercengang Wan pek lan segera berseru: "Perlambang apa sih huruf Tong itu? Suma Thian yu berpaling dan melihat sekejap lagi, kemudian sahutnya cepat: "Penyamun dari telaga Tong ting ou, kalau bukan tentunya sama dari suatu partai atau suatu perkumpulan. Ehhmm" Wan Pek lan mengiakan, sementara sepasang matanya masih saja mengawasi perahu yang mendekat itu tanpa berkedip, pelbagai pikiran serasa berkecamuk didalam benaknya. Mendadak, dari atas perahu itu berkumandang suara keleningan yang sangat ramai. Ketika Wan Pek lan mendongakkan kepalanya, tanpa terasa ia menjerit kaget: "Aaah..... Dengan cepat Suma Thian yu berpaling, hatinya segera terasa terkesiap, rupanya dari atas geladak perahu itu sudah penuh berisi lelaki-lelaki bersenjata lengkap yang sedang mengawasi Suma thian yu berdua tanpa berkedip. Dalam waktu singkat, perahu itu sudah semakin mendekati sampan kecil yang ditumpangi oleh Suma thian yu itu, tapi gelombang yang besar dengan cepat memisahkan kembali kedua perahu itu sejauh setengah kaki lebih. Pada saat itulah, dari ujung geladak perahu itu muncul seorang kakek berjubah panjang, kepada Suma Thian yu dia segera berseru keras:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hei, apakah kau she Suma? Suaranya nyaring sekali, meski angin berhembus kencang namun suara pembicaraannya masih kedengaran jelas sekali dalam pendengaran Suma Thian yu, dari sini dapat disimpulkan kalau tenaga dalam yang dimiliki kakek itu sudah mencapai puncak kesempurnaan. "Yah, memang akulah orangnya! jawab Suma Thian yu cepat. Tenaga dalam yang sengaja dipancarkan untuk menembusi suara angin dan gelombang dengan cepat membawa suara tersebut hingga kesisi telinga lawan. Perahu itu segera menurunkan jangkar,kemudian terdengar kakek berjubah panjang itu membentak lagi: "Lohu mendapat perintah untuk menangkap siauhiap, harap kau sudi memberi muka agar mengikuti lohu pergi dari sini, tanggung kau ntak akan menderita kerugian barang seujung rambutpun Suma Thian yu segera meletakkan dayungnya dan bangkit berdiri kemudian sahutnya: Sayang sekali aku masih ada urusan hendak pergi dari sini, tolong sampaikan saja kepada Pangcu kalian, setelah urusan dibukit Kun san selesai, aku pasti akan mengunjungi markas kalian Ketika mendengar suara jawaban tersebut, kakek itu nampak tertegun, kemudian tanyanya dengan perasaan tercengang: Apakah Sianuhiap kenal dengan pangcu kami? Suma Thian yu tertawa terbahak bahak. Haah...haaahh...haahh...nama besar Kang pangcu sudah termashur di seantero jagad, siapa bilang kalau aku tidak mengetahui akan nama besarnya?" Kalau memang begitu, bagaimana kalau siauhiap silahkan naik ke atas perahu? Terima kasih, aku rasa tidak usah, biarlah maksud baikmu itu kuterima didalam hati saja"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seusai berkata, Suma Thian yu segera mengambil dayungnya dan mendayung sekuat tenaga, perahu itu segera meluncur kembali sejauh satu kaki lebih ke depan. Mendadak...... Suara petikan yang amat nyaring berkumandang datang dari arah perahu besar itu. Mula-mula Suma Thian yu mengira kalau kakek itu bermaksud hendak menangkapnya hidup-hidup, maka dia segera berpaling, tetapi setelah mengetahui apa yang terjadi, diam-diam dia semakin terkejut lagi. Ternyata diatas geladak perahu tersebut telah berdiri si Setan bermuka hijau Siang tham. Terdengar Setan bermuka hijau Siang Tham tertawa keras dengan seramnya. Heeh...heeeh...heeeh...bocah keparat, apakah kau ingin kabur dengan begitu saja? Hmmm, telaga Tong ting ou akan menjadi tempat untuk mengubur jenazahmu!" Setelah tertawa seram lagi dengan kerasnya, dengan suara dingin dia melanjutkan: Orang yang bisa terkubur didasar telaga ini bukan manusia sembarangan apalagi disisimu didampingi oleh seorang bocah perempuan yang begitu cantik heeehh...heeehbh..." Bi hong siancu Wan Pek lan serentak melompat bangun sesudah mendengar perkataan itu, sepasang matanya melotot besar, kemudian bentaknya dengan suara nyaring: "Anjing keparat, bila kau berbicara tidak senonoh lagi, jangan salahkan bila nona akan memotong lidahmu!" Bukan gusar, setan muka hijau Siang Tham menjadi tertawa sehabis mendengar perkataan itu, suara tertawanya seperti tangisan monyet diselat Wushia, membua tsiapapun yang mendengarnya merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri. Selesai tertawa, dia lantas membentak dengan gusar: "Kematian sudah berada diambang pintu, kau masih berani bersikap liar... baik, toaya akan suruh kau merasakan sedikit pelajaran lebih dulu!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kemudian sambil mengulapkan tangannya dia membentak: "Lepaskan panah!" Seketika itu hujan panah memenuhi seluruh angkasa dan bersama-sama menyambar tubuh Suma thian yu berdua. Menyaksikan datangnya ancaman tersebut, Suma Thian yu menjadi terperanjat sekali, cepat-cepat dia mendayung perahunya lagi sehingga meluncur satu kaki kedepan, serunya kemudian kepada Wan pek lan: Adik Lan, dapatkah kau mendayung? Biar aku yang menghadapi serangan mereka Sembari berkata dia lantas menyerahkan dayung tersebut kepada Wan pek lan. Sementara itu bidikan anak panah yang pertama sudah terjatuh semua kedalam air, tak sebatangpun yang mencapai pada sasarannya.... Sekuat tenaga Wan pek lan mendayung, sekali lagi sampan itu meluncur satu kaki lagi kedepan, kini jaraknya dengan perahu besar itu menjadi enam kaki lebih. Mendadak terdengar suara keleningan berkumandang lagi dari atas perahu besar itu, hujan panah sekali lagi meluncur kedepan menembusi angkasa. Buru-buru Suma thian yu mengebaskan ujung bajunya kedepan, segulung angin pukulan yang amat dahsyat dengan cepat menyambar kedepan. Ketika lapisan anak panah tersebut tiba didepan sampan tersebut, seakan akan membentur pada selapis dinding baja yang sangat kuat saja, anak panah itu pada rontok dan jatuh semua ke dalam air. Menggunakan kesempatan yang sangat baik itulah Wan Pek lan segera mendayung sampan-nya dan mundur kembali dari situ. Akan tetapi perahu besar itupun segera mengangkat jangkarnya dan melakukan pengejaran dengan kecepatan luar biasa. Hujan anak panah masih saja meluncur datang tiada hentinya, tapi setiap kali tiba didepan pemuda tersebut, anak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

panah tersebut semuanya rontok ke dalam air dan sama sekali tidek berfungsi lagi. Namun Suma Thian yu sendiripun bukan manusia yang terdiri dari kawat tulang besi, lama kelamaan dia kehabisan tenaga juga, apabila keadaan seperti ini harus dilangsungkan lebih jauh, sekalipun tidak terpanah, paling tidakpun akan mati kelelahan. Wan pek lan mengetahui kalau cara tersebut bukan suatu cara yang baik, maka ia segera berkata: Engkoh thian yu, mari kita menyerbu keatas saja, rupanya mereka hendak membuat kau letih lebih dulu, kemudian baru menangkap kita dalam keadaan hidup-hidup! Ucapan tersebut dengan cepat menyadarkan pemuda itu dari impian-nya. Suma thian yu merasa apa yang diucapkan itu memang benar, maka dia segera berseru: Adik lan, dayung perahu itu dan sambut kedatangan mereka! Dengan sepenuh tenaga Wan pek lan mendayung sampan itu kuat-kuat, sampan itupun seperti ikan terbang saja segera meluncur kedepan dan menyongsong kedatangan perahu besar tersebut. Hujan panah semakin bertambah gencar sedangka Suma thian yu harus memutar telapak tangan tiada hentinya. Sesudah bersusah payah sekian waktu, akhirnya berhasil juga mereka menembusi pertahanan lawan dan mencapai tepi perahu besar itu. 000O000 Mendadak dari atas perahu berkumandang suara bentakan yang amat nyaring: Berhenti!" Hujan panah segera berhenti, disusul kemudian setan muka hijau Siang Tham menampakkan diri dari balik ruang perahu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah menggelengkan kepalanya berulang kali sambil mengawasi sekeliling tempat itu, dia menyeringai seram, lalu serunya: Bocah keparat apakah kau sudah merasa takluk? Baik! Menyerah saja tanpa memberikan perlawanan, memandang diatas wajah bocah perempuan itu, toaya bersedia mengampuni selembar jiwa anjingmu itu! Rupanya setan muka hijau Siang Tham mengira kedua orang itu hendak menyerahkan diri keatas perahu, padahal Suma Thian yu sudah membenci setan muka hijau Siang tham itu sehingga merasuk kedalam tulang sum-sumnya, terutama akan kekejian dan kelicikan manusia itu. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, dia merogoh kedalam sakunya dan mengambil sesuatu benda, kemudian dengan sepenuh tenaga di sentilkan kearah depan. Seketika itu juga nampaklah serentetan cahaya perak yang kecil dan lembut langsung menyambar kearah tenggorokan setan muka hijau Siang Tham tersebut. Waktu itu setan muka hijau Siang Tham sedang gembira atas keberhasilannya, tentu saja dia tidak pernah menyangka kalau Suma ThiaO yu akan bertindak demikian. Baru saja dia menyaksikan datangnya sambaran cahaya perak kearahnya, tahu-tahu ancaman sudah berada didepan mata, sambil men erit kaget, buru-buru dia melompat mundur ke belakang. Weeesss.....!dengan membawa desingan angin tajam, cahaya perak itu segera menyebar lewat dari sisi telinganya. Kebetulan sekali dibelakang tubuhnya sendiri adaseorang kakek, tak ampun lagi cahaya perak tadi segera menghajar diatas jalan darah oian keng hiat dari kakek itu. Terdengar jeritan yang menyayatkan hati segera berkumandang memecahkan keheningan, tubuhnya segera roboh kebelakang dan tewas seketika itu juga. Sementara itu setan muka hijau Siang Tham sudah berhasil berdiri tegak kembali, setelah dilihatnya kakek tua itu tewas

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dalam keadaan mengenaskan, timbul rasa mendongkol bercampur dendam dihati kecilnya. Belum sempat dia menurunkan perintah untuk melancarkan serangan dengan anak panah lagi, mendadak dari sampan kecil teraebut sudah berkumandang suara prkikan nyaring yang memekikan telinga. Berbareng dengan berkumandangnya suara pekikan nyaring tersebut, tampak sesosek bayangan manusia secepat sambaran kilat menerjang ke atas perahu. Tampak bayangan manusia itu berkelebatan lewat dan tahu-tahu sudah berdiri tegak diatas geladak tepat dihadapannya, orang itu bukan lain adalah Suma Thian yu. "Bocah keparat, serahkan nyawa anjing mu! Setan muka hijau Siang Tham segera membentak gusar. Serangan yang amat dahsyat segera dilontarkan ke depen, segulung angin puyuh dengan cepat menyambar dan menggulung ke tubuh lawan. Pada saat itulah di tengah udara kembali berkumandang suara bentakan nyaring, bagaikan bidadari yang baru turun dari kahyangan, tahu-tahu Bi hong siancu Wan Pek lan sudah turun pula diatas geladak perahu tersebut. Dalam keadaan demikian, si Setan muka hijau Siang Tham tidak sempat untuk mengubris Wan Pek lan lagi, dengan amat kalapnya dia langsung menerjang ke anak muda tersebut. Suma Thian yu mendengus dingin tubuhnya seperti segulung angin lembut segera menyapu ke depan. Dalam pada itu, puluhan orang lelaki kekar yang berada diatas perahu tersebut tanpa menanti perintah lagi masingmasing menggerakkan goloknya membacok tubuh Wan Pek lan. Sebagai seorang gadis yang berilmu tinggi, sudan barang tentu Wan Pek lan tidak akan membiarkan dirinya menjadi korban bacokan lawan, dengan suatu gerakan yang indah dia bergerak diantara ayunan berpuluh bilah golok mestika tersebut, kemudian dimana jari tangan nya menyambar, suara

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jeritan ngeri yang menyayatkan hati pun berkumandang saling susul menyusul. Pertarungan antara Suma Thian yu dengan setan muka hijau Shian Tham pun berlangsung dengan seimbang. Seran muka hijau Shiang Tham merasa membenci sekali terhadap Suma Thian yu karena tanpa mengeluarkan suara peringatan apa pun si anak muda itu telah melancarkan sergapan dengan senjata rahasia untuk melukai orangnya. Oleh sebab itu begitu turun tangan dia lansungg mengeluarkan jurus serangan mematikan untuk meneter lawannya, angin pukulan mayat busuk yang maha dahsyat pun digunakan hingga mencapai pada puncaknya. Tadi, Suma thian yu melakukan sergapan dengan senjata rahasia tanpa memberi pemberitahuan terlebih dahulu, karena pertama, dia sangat membenci atas diri setan muka hijau Siang tham, kedua ia pun ingin memecahkan perhatian musuh, agar dia mempunyai kesempatan untuk merebut naik keatas perahu. Begitulah, pertarungan segera berkobar dengan serunya, kedua belah pihak saling menyerang dan saling bertahan dengan sepenuh tenaga, siapapun tidak berhasil menemukan titik kelemahan yang bisa di manfaatkan. Wan Pek lan yang menghadapi kawanan lelaki bermuka bengis itu sudah bertempur hingga mencapai pada puncaknya, sekalipun pada mulanya dia masih perkasa, tapi begitu waktu semakin berlarut, pertahanan nya pun ikut menjadi goyah pula. Menyaksikan kejadian tersebur, diam-diam Suma Thian yu merasa amat gelisah, dia segera menggertak gigi kencang kencang, lalu me nyalurkan tenaga dalamnya ke dalam telapak tangan, setelah itu sambil melancarkan serangan dengan ilmu Sian po hui hong ciang ajaran Cong liong lo siansu, dia melepaskan suatu sergapan maut. Siang tham! bentaknya dengan penuh kegusaran, sauya akan segera menghantar kau untuk pulang kealam baka!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tampak suara guntur dan kilatan cahaya menderu-deru ditengah angkasa, angin puyuh menyapu seluruh jagad, bagaikan munculnya segulung angin puyuh berbentuk naga sakti, serangan tadi langsung menggulung ke tubuh si setan muka hijau Siang Tham. Betapa terperanjatnya setan muka hijau Siang tham menghadapi ancaman itu, keringat dingin segera jatuh bercucuran membasahi seluruh tubuhnya, wilayah seluas sepuluh kaki disekeliling tempat iu pun segera terkurung dalam pengaruh angin serangan dari Suma thian yu. Menyaksikan kesemuanya itu, si setan muka hijau Siang tham menjadi gugup dan gelagapan setengah mati, untuk meloloskan diri sudah tentu tidak sempat lagi, akhirnya dia menghela napas panjang dan memejamkan matanya sambil menantikan datangannya saat kematian. Disaat yang amat kritis inilah... Mendadak terdengar lagi suara pekikan nyaring amat keras berkumandang memecahkan keheningan. Ketika mendengar suara pekikak nyaring tadi, Suma thian yu turut berpaling, tapi dia segera mundur dua langkah dengan perasaan terkejut.... Sebenarnya posisi si setan muka hijau Siang tham pada saat itu sudah amat kritis sekali, tapi berhubung munculnya suara pekikan secara tiba-tiba dan Suma thian yu mundur beberapa langkah dengan sigap, setelah mendengar pekikan itu, maka secara otomatis Setan muka hijau Siang tham terhindar lolos dari bahaya maut..... Walaupun tak sampai menemui ajalnya, namun akibat dari peristiwa tersebut, setan muka hijau Siang tham bermandikan keringat dingin juga sangking kagetnya. Mendadak kedua orang itu saling berpisah kesamping, sesosok bayangan manusia secepai sambaran petir segera meluncur tiba dan melayang turun di atas geladak perahu. Dengan sorot mata yang tajam, Suma Thian yu segera mengawasi wajah orang itu lekat lekat.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ternya orang ini adalah seorang lelaki berusia empat puluh tahunan, bermata tikus, berhidung bajing, kepala botak tak berambut dan memakai pakaian ringkas yang mahal harganya, dilihat dari kelicikan dan kesadisan yang menghiasi wajahnya, siapapun akan mengetahui bahwa dia bukan manusia baik-baik. Suma Thian yu memperhatikan orang itu beberapa saat, rasa curiga segera berkecamuk dalam benaknya, dia pikir usia orang ini paling banter baru empat puluh tahunan, tapi mengapa bisa memiliki kesempurnaan tenaga dalam diatas enam puluh tahun hasil latihan, kejadian ini sungguh membuat orang lain tidak mempercayai dengan begitu saja. Wajah setan muka hijau Siang Tham segera berseri karena gembira setelah mengetahui siapa yang datang, sammbil tertwa terbahak-bahak segera serunya: "Saudara Bian, kebetulan sekali kedatanganmu, musuh ku ini agak kelewat atos! ketika mendengar perkataan tersebut, pendatang itu segera menatap wajah Suma Thian yu, dia tahu kalau si setan muka hijau Siang tham adalah seorang manusia yang termasyur punya nama besar dalam kalangan hitam kalau toh dia mengatakan kalau musuhnya ter lampau tangguh, maka hal ini tak bakal salah lagi. Akan tetapi setelah meneliti wajah Sama Thun yu yang dianggap nya masih ingusan tersebut, dengan cepat pikirannya berubah, dia merasa ucapan dari si Setan muka hijau Siang Tbam itu kelewat dibesar-besarkan dari keadaan yang sesungguhnya, sehingga tanpa terasa lagi dia mendengus dingin. "Himm, memangnya dia mempunyai kepala tiga lengan enam? Atau bisa terbang kelangit menerobos ke dalam tanah?" Mendengar perkataan tersebut buru-buru Setan muka hijau Siang Tham menjawab:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Musuh kita ini adalah duri bagi kelompok mata kita, harap Bian heng jangan melepaskannya dengan begitu saja, lagi pula..." Berbicara sampai disitu, si setan muka hijau yang licik segera mengereling sekejap kearah Bi hong siaucu Wan Pek lan. Sesudah mendengar ucapan tersebut, pendatang she Bian itu baru memperhatikan kalau diatas perahu terdapat seorang gadis yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, kontan saja dia membuka mulutnya lebar-lebar sehingga air liur pun turut menetes keluar. "Tentu saja, tentu saja" sehutnya kemudian sambil tertawa licik, "masa aku akan membiarkan si bocah perempuan ini terlepas dengan begitu saja?" Sementara kedua orang gembong iblis itu masih bercakapcakap, Suma Thian yu telah memutar otak untuk memikirkan siapa gerangan orang tersebut, karenanya dia tidak begitu memperhatikan terhadap apa yang diucapkan pendatang tersebut barusan. Berbeda dengan Wan Pek lan yang semenjak tadi sudah kehabisan sabarnya, dia melompat kedepan dan menuding hidung orang tersebut sembari mengumpat: Hey bajingan keparat, babi bertamparg jelek! Kalau berbicara sedikitlah tahu diri, hmm, lihat, nona akan memberi pelajaran kepadamu!" Seusai berkata dia lantas melancarkan sebuah bacokan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat. Orang itu nampak tertegun, lalu tidak nampak gerakan apa yang digunakan olehnya, tatkala serangan dari Wan Pek lan sudab hampir mengenai tubuhnya dan nyaris orang itu teriuka parah, tahu-tahu bayangan manusia berkelebat lewat dan lenyap dari pandangan mata. Bentakan gusar dari Bi hong siancu Wan Pek lan tadi segera menyadarkan kembali Suma Thian yu dari lamunannya, dia tertegun juga setelah menyaksikan gerakan tubuh lawan yang begitu aneh, tanpa terasa serunya keras:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Adik Lan, cepat mundur, orang tak bisa di hadapi dengan begitu....!" Maksud baik Suma thian yu itu tidak memperoleh tanggapan yang selayaknya dari Wan pek lan bahkan gadis tersebut sama sekali tidak menggubrinya barang sekejap. Sebagaimana diketahui, perempuan adalah mahluk yang aneh, biasanya perempuan paling suka menjaga nama baik, apabila kau melarangnya atau memberi peringatan kepadanya, maka dia akan menganggap kau sedang menghinanya atau memandang rendah dirinya. Dalam keadaan demikian, walaupun dia tahu kalau bukan tandingan dari musuhnya, namun mereka akan nekad juga mencari gara-gara. Begitulah dalam keadaan Bi hong siancu Wan Pek 1an sekarang, terdengar dia membentak nyaring, kemudian sepasang lengannya dikem bangkan dan menggunakan jurus Hui yan keng hong (Burung walet naga sakti) tubuhnya meluncur ke depan dan menerjang musuhnya. Orang itu benar-benar licik dan cabul, dia sengaja memancing musuhnya untuk mendekat, begitu kepalan dari Wan Pek lan sudah hampir mengenai dadanya, mendadak dia merendahkan tubuhnya untuk menghindarkan diri dari serangan lawan, sementara telapak tangannya pada saat yang bersamaan membabat ke buah dada Wan Pek-lan dengan kecepatan luar biasa. Gagal dengan serangannya, tahu-tahu Wan Pek lan menyaksikan pukulan musuh sudah berada didepan mata. Dalam terkesiapnya, buru-buru dia menjatuhkan diri ke belakang, kemudian mundur dari posisi semula, kendatipun serangan maut musuhnya berhasil dihindari, tak urung dia bermandi peluh karena tegang dan paniknya. Sumu Thian yu mengerti, apabila dia tidak segera menampakkan diri, niscaya Wan Pek lan akan terjatuh ke tangan musuh.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Maka sambil menggerakkan badannya dia berdiri diantara Wan Pek lan dengan orang itu, kemudian sambil tertawa hambar dan melirik sekejap wajah orang itu tegurnya: "Hebat amat kepandaian silatmu, siapa namamu? Orang itu tak sudi menatap lawannya, dia hanya mengerling sekejap kearah Suma thian yu kemudian menyahut: Selamanya toaya mu tak pernah berganti nama, aku adalah Bian Pun Ci dari bukit Ci san! Mendengar nama Bian pun ci, Suma thian yu segera terperanjat, segera serunya: Oohh, rupanya Bian tayhiap, aku benar-benar tak mengira kalau kau dari bukit Ci san Rupanya gembong iblis bermata tikus berhidung barongsay dan bertam[ang jelek ini tak lain adalah sian Wi coa (Ular berekor bersuara) Biang Pun ci, seorang sampah masyarakat dari lembah hijau. Setiap orang persilatan yang menyinggung nama sian Wi coa Biang Pun ci hampir semuanya mengutuk dan menyumpahinya. Perlu diketahui, Biang Pun ci adalah seorang lelaki yang paling suka merusak kehormatan kaum wanita, banyak anak gadis atau istri orang yang dinodai olehnya, bukan diperkosa saja bahkan semuanya dibuinuh secara keji. Memperkosa" adalah kejahatan nomor satu didunia bagi orang yang belajar silat, "perempuan merupakan pantangan yang paling besar, itulah sebabnya setiap pendekar yang merasa memiliki ilmu silat tangguh, pasti akan berusaha untuk membunuh dan membasmi kaum durjana yang melakukan kejahatan tersebut. Apa mau dikata, ilmu silat yang dimiliki Siang wi coa3 Bian Pun ci sangat lihay, kepandaian silat yang dimiliki, bukan cuma sakti dan aneh, bahkan mengandung berbagai bisa yang amat keji.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ituulah sebabnya walaupun berulang kali dia kena dikepung, tapi selalu saja berhasil lolos dengan mengandaikan ilmu beracunnya. Kesemuanya itu membuat bajingan besar ini bertambah sombong dan takabur, kejahatan yang dilakukan juga semakin brutal, bahkan berpuluh kali lipat lebih menggila. Begitulah, sebagi manusia yang tinggi, Siang Wi coa Bian Pun ci menjadi amat bergembira setelah menegar kata-kata sanjungan dari Suma thian yu itu. Setelah tertawa terkekeh-kekeh dengan seramnya, diapun berseru dengan suara keras: Biasanya orang yang mengetahui nama toayamu bukan manusia sembarangan, siapa nama gurumu? Agak mendongkol juga Suma Thian yu menghadapi ucapan lawan yang begitu sombong dan tak tahu adat itu, sahutnya kemudian dengan dingin seperti es: Apabila kusebutkan nama guruku, mungkin kau akan jatuh semamput karena kaget, asalkan mampu menangkan satu jurus atau setengah gerakan dariku, pasti akan kusebutkan nama guruku" Siang wi coa Bian Pun ci meludah dengan gemas lalu dengan wajah penuh amarah serunya: Bocah keparat, atas dasar apa kau berani berkata begitu takabur? Bukan toayamu sengaja omong besar, kalau harus bertempur dengan bocah ingusan macam kau, tak usah mempergunakan sepasang tangan pun toaya sanggup untuk bermain-main dengan dirimu! Suma thian yu sendiri pun merupakan seorang pemuda yang tinggi hati, kalau tidak mendengar masih mendingin, begitu mendengar ucapan yang amat takabur itu kontan saja dia terttawa terbahak babak, dengan cepat dia melompat kehadapan Bian Pun ci, kemudian dengan jurus Siang liong ciong cu (sepasang naga berebut mutiara) dia mencongkel sepasang mata lawan. Siang wi coa Bian Pun ci tertawa ringan, dengan cekatan dia berkelit kesamping, kemudian jengeknya dengan sinis:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dengarkan baik-baik bocah keparat, toaya akan mengalah sepuluh jurus untukmu! Suma Thian yu menjadi naik darah, teriaknya kemudian: "Aku orang she Suma belum pernah sudi menerima kebaikan dari orang lain meski satu jurus pun, orang she Bian, kalau kau memang seorang lelaki sejati, ayo kita bertempur mati-matian, sebelum ada yang mampus jangan berhenti! Begitu mendengar disebutkannya nama Suma, Siang wi coa Bian Pun ci menjadi amat terkesiap, mendadak sepasang matanya melotot besar lalu sambil menatap wajah si anak muda dengan gusar, tegurnya keras-keras: "Benar, sauya mu dari keluarga Suma, kenapa? Menjadi ketakutan? Mencolong sinar tajam dari balik mata Siang wi coa Bian Pun ci sesudah mendengar ucapan tersebut, mendadak ia tertawa terbahak-bahak dengan kerasnya: "Haaah...haaah...haahh...bocah keparat, tampaknya takdir sudah menentukan kalau usiamu harus berakhir sampai hari ini, sehingga Thian mengirimmu ke hadapan toaya, hutang piutang kita ditahun tahun yang lalu pun harus diperhitungkan sekarang, heee... heeeeh..." Thian yu menjadi kebingungan setengah mati setelah mendengar perkataan lawannya, ia tahu kalau musuhnya tidak bermaksud baik tapi tidak memahami maksud dari perkataan musuhnya itu. Sambil tertawa dingin dia lantas berseru: Orang she Bian tak usah banyak berbicara lagi, waktu yang kita punyai sudah tidak banyak lagi, ayo kita tentukan saja siapa saja lebih kuat melalui pertarungan!" "Bagus tepat sekali! Udulmu itu memang cocok dengan selera toaya!" Jawaban dari Siang wi coa Bian Put ci ini diucapkan dengan sombong dan amat jumawa. Tidak banyak berbicara lagi, dia lantas menvabut keluar sebuah senjata tajam dari pinggangnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Terkesiap juga Suma Thian yu setelah menyaksikan bentuk dari senjata tajam itu. Rupanya senjata tajam yang digengam oleh Siang wi coa Bian Pun ci pada saat ini berbentuk golok bukan golok pedang bukan pedang, seperti tali tapi seperti ruyung, diam-diam segera pikirnya: Aneh betul senjata tajam yang digunakan oleh orang ini, mungkin hanya Siang wi coa Bian Pun ci seorang yang menggunakan senjata tajam macam ini didalam dunia persilatan dewasa ini!" Jangan dilihat senjata lembek itu seperti tali, padahal merupakan sebuah senjata sakti yang luar biasa setali, senjata itu bernama Boan liong to. Seluruh bagian dari senjata ini terbuat dari baja asli, seandainya seseorang tidak memiliki tenaga dalam dan tenaga luar yang sempurna, jangan harap bisa mempergunakan senjata itu. Apabila berada ditangan orang biasa, Boan liong to tersebut hanya berupa sebuah tali baja belaka, akan tetapi apabila sudah berada di tangan seorang jagoan Liok lim yang amat lihay seperti Bian Pun ci, maka bukan saja dapat digunakan sebagai ruyung yang bersifat lembek, bisa pula digunakan sebagai pedang yang bersifat keras. Tak heran kalau Suma Thian yu menjadi terkejut bercampur keheranan setelah melihat senjata tersebut. Menjumpai si anak muda itu terperanjat dengan mata yang terbelalak lebar, Siang wi coa Bian pun ci menjadi bangga sekali, ia segera mendongakkan kepalanya dan tertawa: "Haaah.....haaahh.....haaah......bocah keparat, cabut keluar pedangmu! Di saat Siang wi coa mencabut keluar senjata Boan liong to nya tadi, Suma Thian yu telah membalikkan tangannya menggenggam gagang pedang, maka begitu Bian Pun ci selesai berkata, segera terdengar suara dentingan yang amat nyaring, tahu-tahu pedarg Kit hong kiam yang amat tajam itu sudah diloloskan keluar.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Berkilat sepasang mata Siang wi coa Bian Pun ci sesudah menjumpai pedang mestika yang berada ditangan sianak muda itu, setelah tertegun beberapa saat lamanya, diam-diam dia memuji: "Pedang bagus! Kemudian, dia lagi-lagi tertawa sambil berseru: Hee...hee...hee...rupanya kau adalah ahli waris dari orang she Wan itu, inilah yang dinamakan sudah dicari kemanamana sampai sepatu pun jebol masih belum ketemu, akhirnya berhasil ditemukan tanpa membuang tenaga, hari ini toaya akan menagih hutang lama berikut rentennya, harap kau suka bersiap-siap untuk membayar kepadaku!" Sudah seringkali Suma Thian yu bertemu dengan jago-jago persilatan dan mendapat tahu sedikit tentang peristiwa lama yang menyangkut paman Wan Liang nya, dia sering merasa sedih, bahkan adakalanya bertanya kepada diri sendiri, mengapa Wan liang bisa dimusuhi oleh semua jago dari dunia persilalatan? Tetapi menurut analisanya selama sepuluh tahun belakangan ini, terbukti kalau Wan Liang sama sekali tidak punya salah, apalagi setelah bertemu dengan musuh-musuh seperti Siang wi coa Bian pun ci dan sebangsanya, sehingga hal mana semakin membangkitkan amarah dan perasaan penasarannya. Tiba-tiba saja paras mukanya berubah menjadi hijau besi, mencorong sinar gusar dari balik matanya, sambil membalikkan pergelangan tangannya, pedang Kit hong kiam tersebut dengan disertai angin tajam secerat kilat meluncur kedepan memmbabat tubuh Bian Pun Ci, si gembong iblis cabul itu. Bian Pun ci cukup cekatan dan licik jadi orang, dan lagi ilmu silat yang dimilikinya memang sangat lihay. Menyaksikan datangnya cahaya tajam yang muncul didepan mata, dia sama sekali tidak gugup atau panik, sambil menggeserkan badan nya, dia mundur dua langkah ke

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

samping, lengannya segera berputar sambil menyodok ke depan. Golok mautnya dengan jurus Hou leng cay bun (harimau muncul dimulut gudang) menyambar kedepan tapi ketika tiba ditengah jalan, mendadak dia memutar pergelangan tangannya lagi, dengan jarus Huan lay kun thian (membalik guntur menggulung langit) membacok tubuh Suma Thian yu. Dalam satu jurus dengan dua gerakan dan yang dipergunakan bersama sama, penampilan ilmu sakti oleh Siang wi coa Bian Pun ci kontan saja membuat para jago yang berada disekeliling tempat itu menjerit kaget. Bagi seorang ahli, dalam sekali gebrakan sudah diketahui ada atau tidak, ditinjau dari sini bisa diketahui kalau nama besar yang dimiliki oleh Siang wi coa dalam kalangan Liok lim selama ini bukan berhasil diraih karena untung-untungan saja. Se menjak Suma Thian yu memperoleh petunjuk dari Cong liong lo sianjin, ilmu silat maupun ilmu pedang yang dimilikinya sudah memperoleh kemajuan yang amat besar. Ketika dilihatnya Bian pun ci telah mengeluarkan ilmu simpanannya, diapun tidak berani berayal lagi, pedang Kit hong kiamnya segera menyapu dihadapan wajahnya, menyusul bentakan pendek, selapis bayangan pedang yang menyelimuti seluruh angkasa langsung mengurung tubuh Bian Put ci. Begitulah, masing-masing pihak segera mengembangkan segenap kepandaian silat yang dimilikinya untuk bertarung dengan sengit, untuk beberapa saat penarungan berlangsung amat ketat, menang kalah juga sukar untuk di tentukan. Sejak awal sampai akhir, Suma Thian yu hanya mempergunakan ilmu pedang Kit hong kiam hoat yang berhasil disadapnya dari pa an Wan nya dulu, ilmu pedang ini sudah menggetarkan dunia persilatan semenjak puluhan tahun berselang, dahulu Siang wi coa Bian Pun ci nyaris pernah termakan oleh ilmu pedang tersebut.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Waktu itu, setelah Bian Pun ci menderita kekalahan diujung pedang lawan, dengan membawa rasa dendam ia jauh meninggalkan daratan Tionggoan untuk mencari guru pandai. Siapa tahu kembalinya ke daratan Tionggoan kali ini, bukan saja tak berhasil membalas dendam atas aib yang pernah diterimanya dulu, bahkan musuh besar Wan liang sudah berpulang ke alam baka. Sementara dia merasa murung dan kesal karena sakit hatinya tak terbalas, tanpa sengaja dia telah berjumpa dengrn ahli waris dari Win Liang ditelaga Tong-ting ou ini, bayangkan saja, bagaimana mungkin Siang wi coa Bian Pun ci akan melepaskan kesempatan yang sangat baik untuk membalas dendam ituu dengan begitu saja? Tampak dia memainkan golok Boan liong to nya dengan mengerahkan seluruh kepandaian silat yang dimilikinya, kontan saja dia memaksa Suma Thian yu harus berputar-putar dengan repot. Untuk beberapa saat lamanya cahaya golok bayangan pedang menyelimut seluruh angkasa. Tak selang beberapa saat kemudian, kedua orang itu sudah bergebrak sebanyak tiga puluh jurus lebih, tapi kedua belah pihak tetap bertahan secara gigih, siapapun tak bisa menentukan siapa yang lebih tangguh dan siapa yang lemah. Sembari melakukan pertarungan yang sengit, diam-diam Siang wi-coa Bian Pun ci merasa terkejut oleh kenyataan yang terbentang dihadapan matanya sekarang. Padahal musuh yang sedang dihadapinya sekarang baru berusia tujuh delapan belas tahun apabila pemuda ingusan seperti inipun tak mampu diringkus, bagaimana mungkin dia bisa menancapkan kakinya lagi didalam dunia persilatan? Selain itu, sudah puluhan tahun lamanya dia mendalami ilmu golok terebut, sekalipun selama ini sudah banyak musuh tangguh yang pernah dihadapinya, tapi belum pernah ia jumpai musuh muda yang begini ganas seperti hari ini.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bahkan dia berpendapat kalau kehebatan Kit hong kiam Wan Liong dimasa lalu pun belum mampu melampaui kelihayan pemuda tersebut sekarang. Tidak heran kalau Siang wi coa Bian Put ci merasa terkejut bercampur tidak percaya. Yaa siapa yang menduga kalau Suma Thian yu sudah mendapat petunjuk dari beberapa orang tokoh persilatan yang amat lihay, se hingga dia memiliki beberapa macam aliran ilmu silat yang berbeda beda, kemudian secara tidak sengaja salah makan Jiu siam kiam lan yang langka sehingga tenaga dalamnya sudah mencapai puncak kesempurnaan. Dengan bekal ilmu silat yang begitu hebatnya, mana mungkin Siang wi coa Bian Put ci dapat menaklukannya? Jilid 17 DlTENGAH pertarungan sengit yang berlangsung, kedua belah pihak kembali bertarung sepuluh gebrakan lebih, semakin pertarungan berlangsung, Siang wi coa Bian Pun ci merasa makin terkejut. Akhirnya dia menjadi nekad, goloknya di tangan kanan segera diangkat sambil melancarkan bacokan tipuan, kemudian tubuhnya mundur beberapa langkah dan merogoh kedalam sakunya. Setelah itu sambil tertawa dingin dengan suara yang menyeramka, pergelangan tangannya bergetar dan dia melemparkan golok Boan liong to tersebut keluar. "Bocah keparat, serahkan selembar nyawa mu!" bentaknya keras-keras. Aneh memang kalau dibicarakan, ketika golok Boan liong to itu dilontarkan, ternyata bagaikan seutas tali saja senjata tersebut menari-nari ditengah udara. Suma Thian yu menjadi tertegun, baru saja dia mengangkat pedangnya untuk mencongkel, mendadak golok Boan liong to yang meliuk-liuk itu sudah berada dihadapannya, bahkan mengembang menjadi besar sekali.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ujung golok tersebut dengan kecepatan luar biasa menyambar keaepan wajah Suma Thian yu. Menghadapi keadaan seperti ini, Suma Thian yu menjerit kaget, cepat pedang Kit hong kiam itu diputar kencang menciptakan selapis jaring pedang yang tebal dihadapannya Dalam pada itulah, baru saja pedang tersebut membentuk jaring pedang yang kuat, golok Boan liong to terssbut sudah meluncur datang Blaam, blaaaamm...!" suara ledakan keras yang memekikkan telinga bergema memecahkan kebeningan. Termakan oleh tangkisan Suma Thian yu yang begitu rapat, golok Boan liong to itu melejit keudara dan langsung menyambar ke tubuh Setan muka hijau Siang Tham yang sedang menonton jalannya pertarungan dari sisi areaa. Setan muka hijau Siang Tham sama sekali tidak menduga akan datangnya ancaman itu, buru-buru dia menjatuhkan diri dengan gerak kan keledai malas menggelinding untuk meloloskan diri dari ancaman bahaya maut.... Pada saat itulah, terdengar jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumanding dari belakang tubuhnya. Menanti Setan muka hijau Siang Tham berpaling, dia saksikan seorang lelaki kekar sudah mampus ditembusi golok Boan liong to itu sehiagga ususnya berhamburan ketanah. Semua peristiwa ini berlangsung dalam waktu singkat. Baru saja Suma Thian yu berhasil meloloskan diri dari serangan maut tersebut, mendadak dia merasakan pandangan matanya menjadi silau dan tiga titik cahaya bintang sudah menyambar ke hadapan wajahnya... Rupanya Siang wi coa Bian Put ci memang licik dan berhati keji, ketika goloknya disambit ke arah musuh tadi, sebenarnya dia hanya bermaksud untuk memecahkan perhatian lawan padahal senjata maut yang dipersiapkan untuk merenggut nyawa Suma Thian yu menyambar dari arah berlawanan. Siasat yang keji, licik dan berbahaya ini sungguh menggidikkan hati orang, coba kalau jago kelas dua yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menghadapi keadaan ini, niscaya dia sudah mampus termakan oleh siasat busuk tersebut. Sayang sekali musuh yang dihadapinya adalah Suma Thian yu yang tangguh, bukan saja dia telah mengawasi sekeliling tempat itu dengan seksama, telinganya juga menangkap semua suara yang datang dari delapan penjuru. Baru saja Siang wi coa Bian Pun ci mengayunkan tangannya, dia sudah merasakan hal tersebut, maka simbil berpekik nyaring, pedangnya diputar menggunakan jurus Po hong pat ta (angin puyuh menyambar ke delapan penjuru). Kemudian sepasang bahunya bergerak dan menggunakan ilmu langkah Ciong tiong luan poh untuk menembusi serangan senjata raha sia tersebut untuk menerjang makin ke depan. "Bajingan cabul, serahkan batok kepalamu!" bentaknya. Dengan jurus Liu seng kan gwat (bintang kejora mengejar rembulan) secepat petir menyapu ke muka. Mimpipun Siang wi coa Bian Pun ci tidak menyangka kalau gerakan tubuh dari Suma Thian yu begitu cepat dan lincah, baru saja ia mendeagar suara bentakan lawan, tahu-tahu dadanya sudah terasa dingin dan perih. Tak ampun lagi dia menjerit kaget, peluh dingin jatuh bercucuran membasahi seluruh rubuhnya, cepat-cepat dia melayang mundur sejauh satu kaki lebih dengan gerakan mendatar. Ketika ia memeriksa dadanya, ternyata di situ telah bertambah dengan luka yang memanjang, darah kental masih bercucuran dengan amat derasnya. Suma Thian ya ingin maju kedepan untuk melepaskan tusukan, menjadak ia mendengar suara gemerincing di atas geladak, ketika me nengok, ternyata disitu terdapat sebuah lencana emas yang gemerlapan tajam. Dalam pada itu, siang wi coa Bian Pun Ci baru saja berhasil berdiri tegak, melihat lencana emas yang berada di lantai, dia segera meraba dada sendiri, saat itulah baru diketahui kalau lencana itu adalah miliknya sendiri.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Namun berada dalam keadaan demikian, ia tak sempat untuk mengambilnya lagi, sepasang kakinya segera menjejak tanah dan melejit ketengah udara. Sewaktu melewati disamping lelakiyang mati penasaran tadi, dia cabut keluar golok Boan liong to, setelah itu sambil berpaling dan melotot gusar kearah Suma thian yu, serunya: "Bocah keparat! Selama bukit nan hijau, air tetap mengalir, lihat saja pembalasanku nanti! Ucapan terakhir baru diutarakan. Siang wi coa Bian Pun ci sudah melompat turun ke sampan kecil dibawah perahu besar itu, kabur terbirit-birit. Setan muka hijau Siang Tham yang menyaksikan pembantu utama nya sudah melarikan diri dari sana, tentu saja dia tak berani berdiam diri lebih lama lagi disana, apalagi setelah Suma Thian yu mendemonstrasikan ilmu saktinya barusan, boleh dibilang nyalinya sudah dibikin rontok. Mendadak dia mengundurkan diri ke ujung buritan perahu, kemudian dengan gerakan yau cu huan sin (burung belibis membalikkan badan) cepat-cepat dia menceburkan diri ke air dan melarikan diri. Suma Thian yu yang berjiwa besar, selamanya tak sudi mengejar musuh yang telah melarikan diri, maka dia balik ke tempat semula den membungkukkan badannya untuk mengambil kembali lencana emas tersebut, tanpa diperiksa lebih seksama lagi, dia masukkan ke dalam saku dan dianggapnya sebagai tanda mata atas kemenangannya terhadap Siang wi coa Bian Pun ci. Sementara itu, kawanan lelaki kekar bersenjata yang masih tertinggal diatas perahu, sudah dibikin ketakutan setengah mati oleh kehebatan Suma Thian yu yang ibarat malaikat dari langit itu, mereka mendekam dengan tubuh menggigil, mulut membungkam, bahkan bernapas keras keraspun tak berani. Menyaksikan kesemuanya itu Suma thian yu merasa geli didalam hati kecilnya, maka sambil menuding ke arah bukit Kun san, pe-rintahnya kepada orang-orang itu:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Cepat jalankan perahu menuju ke bukit Kun san, jangan mencoba untuk membangkang!" "Baik!" jawab para lelaki itu hampir bersamaan. Jangkarpun di naikan dan perahu melanjutkan perjalanannya menuju ke arah bukit Kun san. Karena tertunda oleh pertarungan sengit itu ketika perahu tiba dibukit Kun san, matahari sudah tenggelam ke langit barat, saat orang memasang lampu penerangan. Setelah meninggalkan perahu besar itu, Suma Thian yu memerintahkan kepada orang-orang itu untuk pergi, kemudian sambil menggandeng tangan Bi hong siancu Wan Pek lan yang halus dan lembut, mereka bersama-sama berangkat menuju ke bukit Kun san. Sejak kecil sampai seusia dewasa sekarang belum pernah Bi hong siancu Wan Pek lan menyaksikan pertarungan sesengit hari ini, sampai sekarang jantungnya masih saja berdebar dengan kerasnya. Engkoh Thian yu, aku benar-benar merasa kagum sekali kepadamu" lama kemudian Bi hong siarcu baru dapat mengutarakan kata-kata yang sudah lama terpendam dalam hati nya itu. "Apa yang kau kagumi? tanya Suma Thian ya keheranan. Selembar wajah Bi hong siancu Wan Pek lan segera berubah menjadi merah padam karena jengah, dia segera melengos ke arah lain, lalu jawabnya agak terrsipu-sipu: "Kepandaian silatmu amat hebat, berbicara yang sesungguhnya, belum pernah kusaksikan pertarungan yang begitu serunya seperti apa yang berlangsung tadi" Hal ini tak bisa menyalahkan gadis itu, sejak kecil Bi hong siancu Wan Pek lan sudah dipingit didalam rumah, tak sekali pun dia melangkah keluar dari halaman rumahnya, walaupun saban hari berlatih silat, yang menjadi 1awan latihan juga hanya suhu-suhu dalam perusahaan, tentu saja berbeda sekali dengan pertarungan sungguhan yang berlangsung hari ini. Suma Thian yu segera tersenyum.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau terlalu memuji, dilain waktu peristiwa semacam ini masih akan banyak kau jumpai Bi hong siancu hanya membungkam dalam seribu bahasa, padahal dalam hati kecilnya sudah lama timbul benih cintanya terhadap Suma Thian yu, tak heran kalau dia merasakan kuatir sekali menyaksikan kekasih hatinya sedang mempertaruhkan nyawa. Perjalanan berlangsurg terus tanpa berhenti sementara malam sudah menjelang tiba, kini seluruh bukit Kun san sudah diliputi kegelapan yang luar biasa. Mendongakkan kepalanya sambil memandang bukit Kun san dihadapan matanya, Suma Thian yu menghela napas panjang, katanya lagi: "Adik Lan, ke mana kita harus menemukan dua bersaudara Thia? Yaa, sejak tadi aku memang ingin menanyakan soal ini kepadamu" Sekali lagi Suma Thian yu menghembuskan napas panjang. "Seandainya tidak berjumpa dengan setan muka hijau tadi, mungkin saat ini kita sudah sampai di tempat tujuan dua bersaudara Thia pun pasti akan menunggu disini aku pikir mereka pasti akan menyumpahi aku karena mengingkar janji, karenanya pergi karena mendongkol" Agaknya Bi hong siancu juga berpendapat demikian, seandainya dua bersaudara Thia memang sudah mendongkol, lantas ke manakah mereka harus mencari dua saudara itu di tengah bukit Kun san yang begini luasnya... Mendadak Bi hong siancu menjerit kaget, sambil menuding ke arah punggung bukit, serunya kepada Suma Thian yu dengan perasaan cemas: Engkoh Thian yu, coba kau lihat apakah itu? Ketika Suma Thian yu menengok ke depan, dia menyaksikan ada setitik cahaya api sedang bergerak gerak di depan sana. Anak muda tersebut lantas berpikir:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jangan-jangan orang yang sedang melakukan perjalanan di depan sana adalah dua saudara Thia!" Berpikir sampai di situ dia meajadi girang sekali, sambil menggandeng tangan Bi hong siancu, segera serunya: Adik Lan, mari kita kejar!" Dengan mengerahkan ilmu meringankan tu buh yang sempurna, ke dua orang itu segera meleset ke depan dengan cepatnya. Bagaikan segalung hembusan angin, ke dua orang itu sudah tiba di punggung bukit, tapi cahaya api yang terlihat tadi kini sudah lenyap tak berbekas. Dengan perasaan tercengang Suma Thian yu segera celingukan memandang sekejap kesekeliling tempat itu, kemudian gumamnya: Aneh, kenapa cahaya api itu bisa lenyap tak berbekas? Agaknya Bi hong siancu juga merasakan sesuatu yang tak beres, segera bisiknya Jangan-jangan cahaya api setan?" Cahaya api setan? gumam pemuda itu, tidak mungkin, adik Lan, kita mengejar kemari sepanjang jalan, bukankah cahaya api itu selalu berkedip kedip?" Ya. benar!" Hal ini membuktikan kalau cahaya api tersebut bukan api setan. disamping itu api setan hanya berkedip tak menentu, apa lagi melayang kesana kemari." Lantas benda apakah itu?" tanya Bi hong siancu dengan perasaan tak habis mengerti. Dengan cepat Suma Thian yu menggelengkan kepalanya berulang kali. "Entahlah, aku sendiri pun tak tahu" Baru selesai dia berkata, mendadak dari lembah depan sana terlihat ada cahaya api yang berkedip lalu lenyap. Suma Thian yu segera menjerit kaget: "Adik Lan, berada disana! Menanti Bi hong siancu menengok kedepan sana, lembah tersebut sudah gelap kembali.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mana engkoh Yu? Tidak ada apa-apa di situ, mungkin engkoh Thian yu salah melihat, serunya kemudian dengan perasaan ragu. Tidak mungkin" sembari berkata, Suma Thian yu segera bergerak lebih dahulu menuju ke dalam lembah sana. "Adik Lan, ayolah ikuti aku!" Bi hong siancu Wan Pek lan membuntuti dengan kencang di belakang pemuda tersebut menuju ke dasar lembah. Tiba didasar lembab, suasana ditempat itu gelap gulita sehingga untuk melihat ke lima jari tangan sendiripun tak bisa. Suma Thian yu yang pernah makan Jin sian kiam lan masih bisa melihat keadaan dalam kegelapan seperti ditengah hari saja berbeda sekali dengan Bi hong siancu. Terpaksa dia menarik tangan Suma Thian yu sambil berkata: "Engkoh Thian yu, aku takut, apakah kau membawa korek api?" Setelah mendengar ucapan tersebut, Suma Thian yu baru sadar dan segera menyumpahi kecerobohan sendiri sehingga hanya dia yang dipikirkan tanpa menggubris keadaan dari gadis tersebut. Mska dia lantas menggendeng tangan Bi hong siancu dan selangkah demi selangkah berjalan menuju ke dalam lembah situ. Semakin berjalan ke depan, Wan Pek lan merasa semakin terkejut dan ketakutan, akhirnya tak tahan lagi dia bertanya dengan nada tercenganh: "Engkoh thian yu, apakah kau menyaksikan bintang cahaya tadi muncul disini? Benar dan tak bakal salah lagi!" Kalau begitu, apakah dua bersaudara Thia berdiam di dasar lembah ini?" SFekali lagi perkataan tersebut menyadarkan kembali Suma Thian yu, sekalipun pertanyaan yang diajukan tanpa maksud tertentu, tapi justru hal mana mendatangkan peringatan dan kewaspadaan bagi sang pemuda.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Yaa, mana mungkin dua bersaudara Thia bisa berdiam di dasar lembah yang begini gelap gulita? Apalagi sekalipun cahaya api yang terlihat itu adalah sebuah cahaya api dari dua bersaudara Thia, setelah dikejar sekian waktu oleh Suma Thian yu dan Wan Pek lan, seharusnya dua bersaudara Thia mengetahui akan hal ini. Mengapa mereka justru mempertahankan mereka? Apakah dua bersaudara Thia ada maksud untuk mempermainkan Suma Thian yu? Tidak! Sudah pasti dibalik kesemuanya ini terdapat hal-hal yang mencurigakan. Tak mungkin cahaya bintang yang terlihat tadi adalah cahaya obor yang dibawa oleh dua bersaudara Thia. Suma Thian yu termenung beberapa saat lamanya, akhirnya dia memutuskan suatu kesimpulan, yang sudah pasti yang dihadapinya sekarang merupakan serangkaian persoalan yang sangat mencurigakan hati..... Bi hong siancu merasa amat gelisah dan tak tenang, tapi lantaran Suma Thian yu tidak melakukan satu gerakan terpaksa dia pun hanya membungkam diri dalam seribu bahasa. Akhirnya Suma Thian yu bersuara juga, kata nya: "Adik Lan, mungkin semacam binatang liar atau ular beracun atau mungkin juga binatang buas?" "Aku pikir sudah pasti ada setan atau siluman nya disini" seru Bi hong siancu tiba-tiba. Ketika mengucapkan begitu, punggungnya terasa menjadi dingin dan bulu kuduknya pada bangun berdiri. Suma Thian yu pun segera merasakan bulu kuduknya pada berdiri semua, pikirnya: "Seandainya manusia yang kujumpai atau binatang buas, mungkin masih gampang untuk dihadapinya, paling banter kalau tak mampu me lawan bisa kabur, bagaimana kalau makhluk itu setan atau iblis? bisa banyak bahayanya daripada rejeki....."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sementara dia masih berpikir, terdergar Bi bong siancu Wan Pek lan berkata lagi: Engkoh Thian yu, lebih baik kita pulang saja!" Mendengar perkataan itu, Suma Thian yu segera tertawa terbahak bahak. "Haah...haah...haaah...adik Lan nyalimu kelewat kecil, asal aku berada disampingmu, biarkan saja kalau ada setan atau siluman, masih agak baikan kalau mereka tidak muncul, kalau berani datang, akan kugunakan pedang Kit hong kiam untuk meringkus mereka semua" Kaum lelaki yang seringkali mempunyai keberanian dan kekuatan nya didepan kekasih hatinya, ada orang bilang: Pria adalah mahkluk yang paling suka menonjolkan diri didepan lawan jenisnya. Malam yang gelap semakin gelap, hawa seram yang mendirikan bulu roma berhembus lewat tiada hentinya, ditambah lagi dengan ca haya tajam yang muncul dan lenyap secara aneh tadi, membuat suasana disitu terasa bertambah mengerikan. Sekalipun Suna Thian yu memiliki ilmu silat yang lihay, tak urung harus menunjukkan pula perasaan sangsi dan was was, hanya saja berhubung sedang berada didepan kekasihnya Wan Pek lan, maka rasa seram itu tak sampai di ungkapkan. Akhirnya ucapan yang gagah perkasa dari Suma Thian yu itu berhasil merontokan rasa takut Wan Pek lan, gadis itu merasa seperti mempunyai tulang punggung, maka rasa ngeri yang semula mencekam perasaannya pun kini tarsapa lenyap. Kembali mereka berdua meneruskan perjalanannya menuju kedalam lembah, setelah melalui sebuah tikungan dan berjalan kurang lebih dua kaki lagi, mendadak Suma Thian yu menjerit kaget: "Aaah...!" Bi hong siancu Wan Pek Tan yang berada dibelakangnya kontan saja menjadi merinding, buru-buru tanyanya: "Ada urusan apa, engkoh Thian yu?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Keadaan Wan Pek lan saat ini ibaratnya orang buta yang sedang berjalan, sekalipun dia pernah melatih ilmu memandang dalam kegelapan, sayang sekali lembah tersebut terlampau gelap sehingga benda apapun tidak terlihat olehnya. Ketika mendengar si anak muda itu menjerit, dia mengira Suma Thian yu sudah tertimpa bencana, dalam kagetnya dia lantas menarik tubuh anak muda tersebut semakin kencang. Dengan suara lembut Suma Thian yu lantas berkata: "Adik Lan apakah kau dapat melihat batu peringatan di depan sana? Di mana?" Dari dalam sakunya Suma Thian yu segera mengeluarkan mutiara Ya beng cu pemberian dari Cong liong lo siangjin tersebut. (Yang benar berhasil diperoleh dengan mencurinya di rumah Hui cha cun cu). Begitu Ya beng cu tadi dikeluarkan, maka empat penjuru sekeliling tempat itu pun menjadi terang benderang bermandikan cahaya. Pada mulanya Bi hong siancu merasa tertegun, kemudian dengan gembira dia segera bersorak. "Engkoh Thian yu, mengapa tidak kau keluarkan mutiara ini sedari tadi!" Bikin aku seperti orang buta yang sedang berjalan saja! Suma Thian yu segera menyerahkan mutiara Ya beng cu tersebut ke tangan Bi hong siancu kemudian sambil menuding tugu peringatan-depan sana: Adik Lan, kita sudah salah memasuki daerah terlarang!" Dengan meminjam cahaya yang memantul keluar dan mutiara Ya-beng cu tersebut, Wan Pek lan dapat menyaksikan keadaan disekitar sana dengan jelas, hatinya kontan tercekat dan air mukanya berubah hebat. Ternyata dihadapan mereka berdaa terpancang sebuah kayu besar yang tertera beberapa huruf dengan besarnya, tulisan ini berbunyi demikian: "SIAPA YANG MEMASUKI LENBAH INI MATI".

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kayu peringatan ini berbeda bentuknya dengan batu peringatan yang pernah dijumpai pemuda tertebut diluar hutan bukit Han san, namun nada suaranya sama. Bi hong siancu Wan Pek lan yang menyaksikan kejadian saat ini, paras mukanya segera berubah menjadi pucat pias seperti mayat, cepat-cepat dia membenakan kepalanya diatas dada Suma Thian yu, kemudian katanya penuh ketakutan: "Engkoh Thian yu, bagaimana sekarang? Apakah kita sudah memasuki lembah tersebut? Suma Thian yu berjalan kedepan sambil menengok jauh kemuka sana, tampak olahnya jalan dalam selat itu amat sempit, sekalipun dia sudah pernah makan Jin sian kiam lan, tapi sorot matanya hanya mampu menangkap pemandangan yaag berada sekitar dua kaki dari ha dapannya, sedang pemandangan selewatnya itu hanya bisa di lihat secara lamatlamat saja. Oleh sebab itu dia hanya bisa melihat kalau tempat itu merupakan sebuah lembah yang di tengahnya terdapat sebuah jalan kecil beralas batu dengan semak belukar dikedua belah sisinya. Dilihat dari hal ini, bisa diketahui kalau di ujung lembah tersebut berdiam seorang tokoh persilatan yang berwatak aneh, atau kalau tidak, orang itu tentu merupakan seorang gembong iblis! ooo0ooo SELESAI memeriksa keadaan di depan sana Suma Thian yu segera berkata kepada Wan Pek lan: "Adik Lan, jangan takut, sekarang kita belum memasuki lembah terlarang itu!" Kemudian sambil menuding ke depan sana, barulah dianggap memasuki lembah! Dengan wajah yang pucat dan diliputi rasa takut yang tebal, Bi hong siancu Wan Pek lan berseru lagi: "Engkoh Thian yu, lebih baik kita balik saja!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu tersenyum. Adik Lan, kalau nyalimu begitu kecil, bagaimana mungkin bisa berkelana dalam dunia persilaitan dan peroleh nama besar? Orang kuno bilang: Kalau sudah datang, mengapa tak dilihat? Apa sebabnya kalau kita menerjang kedalam sana untuk melihat keadaan?" "Jangan! Aku takut!.. " seru Wan pek lan sambil menggelengkan kepala berulang kali. "Hes, adik Lan, apa yang kau takuti, kalau tidak memasuki sarang harimau, bagaimana mungkin bisa mendapatkan anak macan? Aku pikir, lebih baik kita masuk ke dalam sana sembari menengok jagoan darimana kah yang berdiam disini" Sambil berkata, Suma Thian yu segera menarik tangan Wan Pek lan dan diajak menyerbu kedalam lembah tersebut. wan Pek lan bertindak sangat berhati-hati sekali, dengan membawa perasaan hati yang tak tenang, selangkah demi selangkah dia mengikuti anak muda tersebut, padahal hatinya berdebar keras sekali. Menyaksikan wajah si nona yang diliputi perasaan seram dan ketakutan itu Suma Thian yu segera tertawa lebar. Haaaah...haaahh....haaahh...adik Lan, jikalau keadaanmu begini terus, terpaksa aku harus balik kembali, masa ada orang hendak melalap dirimu? Wan Pek lan sendiri pun merasa keberanian sendiri kelewat lemah, tapi sekalipun dia berusaha untuk tidak merasa takut apa mau di kata hatinya semakiu bertambah tegang. Akhirnya dia harus menelan air liur sembari memberanikan diri untuk melanjutkan perjalanannya ke depan. Mendadak Suma Thian yu menghentikan langkahnya dan tidak meneruskan perjalanannya lagi, ketika Wan Pek lan mengangkat mutiara Ya beng cu nya tinggi-tinggi sembari menengok ke depan, tanpa terasa lagi ia menjerit kaget: "Aduh celaka!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu terkesiap, dia segera menggenggam pergelangan tangan Wan Pek lau kencang-kencang, lalu katanya: Adik Lan, apa yang perlu ditakuti? Itu mah cuma setumpuk tengkorak manusia, masa kau menjadi ketakutan seperti ini? Ayo berangkat! Dengan mengangkat tangannya yang gemetar, Wan Pek lan menuding ke arah depan, serunya: "Coba kau lihat... bukan... bukankah diatas sana ada tulisannya... ?" "Benar, tulisan itu berbunyi: BEGINILAH CONTOHNYA. Artinya tempat ini merupakan peringatan yang terakhir, apabila berani maju sengkah lagi maka tumpukan tengkorak itu adalah contoh yang paling baik untuk kita" Wan pek lan segera menarik baju Suma Thian yu sambil merengek untuk kembali, berada dalam keadaan demikian terpaksa dengan perasaan apa boleh buat Suma Thian yu menghela napas panjang dan membalikkan badan untuk mengundurkan diri dari situ. Mendadak........ Dari belakang tubuh mereka berkumandang suara tertawa seram yaug amat mengerikan hati. Suma Thian yu berdua segera merasakan punggungnya dialiri hawa dingin, seluruh tubuh mereka bergetar keras, apalagi setelah membalikkan badan dan menyaksikan apa yang tertera dihadapannya, kedua orsng itu kembali menjerit kaget. "Aaaah...!" Ternyata pada tujuh delapan langkah dihadapan mereka sekarang, entah sejak kapan lelah berdiri seorang kakek berambut panjang yang berwajah bengis dan mengerikan, dia sedang mementangkan mulutnya yang lebar sambil tertawa dingin tiada hentinya. Jangankan ditengah bukit yang gelap mendadak muncul manusia aneh semacam itu, walaupun ditengah hari bolong

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pun orang akan merasa bergidik sesudah bertemu dengan manusia seperti ini. Dengan perasaan kaget Suma Thiaa yu segera mundur dua langkah, lain bentaknya keras-keras "Siapa kau?" Makhluk tua itu melotot besar dengan mulut yang melebar, serunya sambil tertawa geram: "Heeeh, heeeh, heeeh, pertanyaan ini seharusnya lohu lah yang mengajukan, siapakah kau bocah muda? Setelah mendengar kakek aneh itu dapat berbicara, Suma Thian-yu merasa agak lega hatinya, maka dia berseru lagi: "Berbicara pun ada yang duluan ada yang belakangan, kau belum menjawab pertanyaan ku, bagaimana mungkin aku dapat menjawab pertanyaanmu itu? Seluruh wajah makhluk tua itu berbulu panjang, mendadak dari balik matanya yang buas mencorong keluar sinar setajam sembilu, ditatapnya wajah Suma Thian yu lekat-lekat, seperti lidah ular berbisa yang sedang mencari mangsanya. Menghadapi keadaan seperti ini, Suma Thian yu menjadi bergidik, berdiri bulu kuduknya. Lama sekali, makhluk tua itu baru berkata dengan suara yang menggidikkan hati: Lohu hidup dengan makan daging manusia, orang menyebutku sebagai Si jin ong (Raja pemakan manusia), sedang nama yang sebenarnya sudah lama sudah tidak dipakai lagi, sehingga nama tersebut menjadi terlupakan sama sekali.... Si jin ong? Suatu nama yang terasa asing. jangankan Suma thian yu berdua belum pernah mendengarnya, sekalipun dalam duania persilatan juga tidak terdapat manusia seperti ini. Suma Thian yu segera tertawa tebahak-bahak. "Haaah...haaah...haaahh...maaf kalau aku tak dapat mengenali mu, ternyata kau adalah Si jin mo (iblis pemakan manusia), maaf, maaf...

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendadak makhluk tua itu membalikan sepasang matanya sehingga biji matanya lebih banyak putihnya daripada hitamnya keadaannya waktu itu tak berbeda dengan setan gantung hidup, sungguh menggidikkan hati orang yang melihatnya. Setelah mengawasi kedua orang itu secara bergantian, akhirnya sorot mata tersebut berhenti diwajah Bi hong siancu Wan pek lan, dan menatapnya tanpa berkedip. Menggelikan sekali keadaan Wan pek lan, pada hakekatnya dia sudah dibikin pusing tujuh keliling karena kagetnya, bahkan seluruh tubuhnya seakan tertotok jalan darahnya, mutiara Ya beng cu tersebut masih terangkat tinggi-tinggi tapi wajahnya tertegun, matanya terbelalak dan mulutnya melongo, dia seperti berdiri bodoh disana. Pada saat itulah, mahluk tua itu mementangkan mulutnya lebar lebar, kemudian setelah tertawa seram katanya: "Ditengah malam buta begini, secara beruntun kalian berdua sudah menembusi dua buah tempatku, sudah pasti kedatangan kalian disertai maksud tertentu, dan sudah pasti kedatangan kalian disertai maksud tertentu, juga ada yang diandalkan, nah! Sekarang katakan, ada urusan apa kalian datang mencari lohu?" Setelah berhasil menenangkan hatinya yang bergolak, Suma Thian yu menjura, sahutnya: "Malam ini boanowee mempunyai janji dengan seseorang untuk bertemu di bukit ini, tapi karena ditengah jalan terjadi musibah sehingga kedatangan kami terlambat, orang yang kami janjikan itu tidak di temukan, akhirnya kami menyaksikan ada setitik cahaya muncul disini, itulah sebabnya kami pun muncul disini, jadi kedatangan kami bukan disengaja apa lagi mencari diri cianpwe!". Dengan memicingkan matanya makhluk tua itu mendengarkan Suma Thian yu menyelesaikan perkataannya, setelah itu katanya: "Kalau toh kedatangan kalian tanpa sengaja setelah membaca peringatan di kayu itu seharusnya berhenti, apa lagi

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

setelah melihat tulang tengkorak, seharusnya kembali mengapa kau jutru memasuki daerah terlarang secara sengaja? Suma Thian yu segera dipojokkan sehingga tak mampu memberikan jawaban lagi, dia terbungkam dalam seribu bahasa. Sementara itu Bi hong siancu wan Pek lan yang berada disisinya telah berhasil juga mengatasi rasa takut dalam hatinya, dia segera menimbrung: Pada mulanya kami hanya terdororg oleh rasa ingin tahu, karena munculnya sinar tersebut kelewat aneh, kemudian setelah melihat tengkorak yang berserakkan disini, kami baru bermaksud untuk balik toh sampai sekarang belum lagi menginjak daerah terlarangmu? Dengan sorot mata yang tajam makhluk tua itu mengawasi kembali wajah wan Pek lan tanpa berkedip, menanti gadis itu sudah me nyelesaikan perkataannya, dia baru tertawa. Heeh...heeh...heehh... bocah, kau memang memasuki tempat ini tanpa sengaja, tapi dia ada maksud untuk mencari gara-gara, kalau toh sudah berani berbuat, tidak sepantasnya kalau mundur secara pengecut. Hari ini, jangan kalian berdua dapat meninggalkan tempat ini kecuali......" "Kecuali kenapa?" buru-buru Bi hong siancu bertanya. Makhluk tua itu tertawa secara licik, kemudian sambil menyeringai seram katanya: Kecuali kalau aku bersedia menghadiahkan sebuah mustika untukku...!" Sembari berkata, sepasang matanya segera mengawasi mutiara Ya beng cu yang berada di tangan Wan Pek lan itu. Suma Thian yu segera memahami maksud hatinya itu, tanpa terasa dia mendongakkan keepalanya sambil tertawa nyaring. Haaah...haaah...haaah... rupanya kau tak lebih seorang pencoleng yang ingin membegal harta milik orang? Tidak sulit bila kau menginginkan mutiara Ya beng cu ini, tapi sebelumnya harus memperlihatkan dahulu beberapa jurus

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

seranganmu, asal aku merasa puas tentu saja akan ku serahkan dengan begitu saja, kalau tidak...hmm! Jangan mimpi!" Mendengar ucapan tersebut, makhluk tua itu segera membentak dengan suara gusar: Bocah keparat, rupanya kau masih belum tahu siapakah diriku ini...?" Tidak nampak gerakan apa yang digunakan tahu-tahu makhljuk tua itu sudah melejit ke tengah udara, lalu sepasang tangannya di rentangkan lebar-lebar, sepuluh gulung desingan angin tajam pun segera mengurung tubuh Bi hong siancu dengan kaitanya. Terdengar Bi hong siancu menjerit kaget, serta merta dia mundur kebelakang. Siapa tahu justeru karena dia mundur, hal ini justru memberi kesempatan yang sangat baik bagi makhluk tua itu untuk melancarkan serangan lebih lanjut. Sums Thian yu menjadi terperanjat sekali setelah menyaksikan peristiwa itu, pikirnya: "Aduh celaka!" Menyusul kemudian, dia lantas membentak kerss: "Adik Lan, menubruk ke depan! Sembari berseru, dia turut menerjang pula ke depan, sebuah pukulan yang dahsyat segera di tolak ke depan dan mengirim tubuh Bi hong siancu sampai sejauh satu kaki lebih, sedang dia menggantikan kedudukan Wan Pek lan tadi dan menyambut kedatangnya kesepuluh desingan angin jari tadi. Waktu itu, Suma Thian yu telah mengerahkan Bu siang sin kang yang dimilikinya untuk menyambut serangan musuh, tatkala ancaman lawan sudah hampir mengenai batok kepalanya, mendadak jago muda kita berjongkok, kemudian dengan tangan sebelah memainkan jurus Pah ong tou to (raja lain menyinggih pagoda) dia lepaskan sebuah pukulan dengan Bu siang sin kang untuk menyongsong datangnya ancaman lawan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Berhubung peristiwa itu berlangsung amat mendadak, makhluk tua itu tak menyangka kalau anak muda tersebut memiliki ilmu silat yang amat tinggi, maka menghadapi kejadian tersebut, makhluk tua itu sama sekali tidak berganti jurus. Dua gulung tenaga yang maha dahsyat itu segera saling bertemu di tengah udara. "Blaaammmmmmm....!" Suatu benturan nyaring yang amat memekikkan telinga segera berkumandang mencekam keheningan. Tubuh si makhluk tua yang sedang melancarkan serangan ke bawah itu segera dikirim sejauh lima langkah lebih dari posisi semula oleh sisa benturan ke dua gulung tenaga raksasa itu, tubuhnya segera mundur dengan sempoyongan, mukanya hijau membesi dan sama sekali tiada warna darah, akhirnya dengan perasaan tak percaya dia mengawasi musuhnya dengan mata terbelalak. Suma Thian yu sendiripun menderita kerugian akibat dari benturan mana, sekarang dia sedang tertunduk di tanah dengan wajah memucat, hatinya terasa amat sedih. Begitu berhasil berdiri tegak, mahkluk tua itu segera mengawasi anak muda tersebut tanpa berkedip, kemudian bentaknya gusar: Bocah keparat, tidak kusangka kalau kau memiliki kepandaian silat yang begitu tangguh jauh di luar dugaan semula... Kau pun hebat juga!" sahut Suma Thian yu sembari melompat bangun dari atas tanah. Makhluk tua itu mendonggakkan kepala dan kembali tertawa seram, suaranya amat tak sedap didengar, seperti gembira seperti sedih, seperyi tertawa seperti juga menangis. Selesai tertawa, dengan sepasang mata yang dingin bagaikan es, dia mengawasi wajah Suma Thian yu lekat-lekat, lama kemudian baru pelan-pelan ujarnya: "Bocah keparat, tahukah kau sudah berapa tahun lohcu berdiam ditempat ini?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku toh bukan apa-apa mu, dari mana bisa tahu?" "Betul, makanya aku hendak memberitahukan kepadamu, sudah tiga puluh tahun lamanya aku berdiam disini, selama ini entah berapa banyak manusia yang telah mampus dalam lembah pemakan manusia ini" "Aku toh tidak mengawasimu sepanjang tahun, darimana mungkin bisa mengetahui segala tetek bengek urusanmu itu? Ehmmm...." kembali makhluk tua itu bercerita dengan asyik nya, "paling tidak ada empat ribu orang yang sudah terkubur disini, diantaranya entah berapa banyak yang merupakan jago-jago berilmu tinggi" Ketika mendengar ucapan tersebut, Suma Thian yu menjadi tercengang dan tidak habis mengerti, segera tanyanya dengan ragu ragu: "Buat apa kau memberitahukan segala sesuatunya itu kepadaku? Hmm, sengaja membual dan sok gagah, apa kau anggap kesemuanya itu bisa menggertak aku sehingga membuat aiu jadi ketakutan?" Waktu itu si makhluk tua tersebut sedang bercerita dengan asyik, ketika kena disemprot oleh Suma Thian yu, kontan saja amarahnya memuncak. Dengan sinar mata yang buas dan wajah yang menyeramkan, dia segera mengayunkan telapak tangannya melepaskan sebuah pukulan dahsyat. Terasa desingan angin tajam menderu-deru, segulung angin puyuh yang amat hebat langsung saja mengurung tubuh anak muda itu. Waktu itu Suma Thian yu sudah membuat persiapan yang matang, dia sama sekali tidak gugup atau gelagapan menghadapi lawan. Sepasang ujung bajunya segera dikebaskan keluar, hawa pukulan Bu siang sin kang pun turut mengalir keluar kerika dua gulung kekuatan besar itu sekali lagi saling membentur di tengan udara, terjadilah ledakan dahsyat yang mengerikan sekali.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bukan saja bumi turut bergoncang, batu berguguran dan pasir beterbangan, keadaannya mengerikan sekali. Terseret oleh sisa kekuatan yang memancar ke empat penjuru, tubuh kedua orang itu bergoncang keras sekali, ujung bajunya sampai berkibar terhembus angin. Dua kali gagal merobohkan lawannya, mau tak mau makhluk tua itu harus memeriksa pemuda ingusan yang terada dihadapannya sekali lagi. Selang beberapa saat kemudiau, sambil tertawa seram dia baru berseru lantang: "Bocah keparat, kau merupakan satu-satunya musuh tangguh yang pernah kujumpai selama puluhan tahun ini, kesempatan yang baik sukar ditemukan, mari kita mencoba sekali lagi, asalkan kau tak sampai kena kurobohkan dalam jangka waktu seratus gebrakan saja kalian berdua dapat pergi dari sini dengan selamat, lohu pun akan menghadiahkan sebuah mestika untuk kalian, bahkan sejak kini akan kuhapus larangan yang terpasang di depan lembah sana" Suma Thian yu memahami maksud ucapan lawannya, maka dengan cepat dia bertanya lagi: "Dan mulai sekarang tak akan makan daging manusia lagi? "Ehmmmm!" Suma Thian yu menjadi amat gembira, segera serunya: "Baik, aku akan melempar batu-batu untuk memancing datangnya batu kemala, aku akan berusaha dengan segala kemampuan" Mendengar Suma Thian yu mengartikan permintaannya, selapis hawa kegirangannya segera menghiasi wajah makhluk tua itu, inilah senyuman pertama yang disaksikan Suma Thian yu sejak mereka berdua memasuki lembah tersebut .... Dari sini, bisa disimpulkan kalau dia adalah seorang iblis yang kecanduan ilmu silat. Mendengar kalau ke dua orang itu hendak bertarung, Bi hong siancu merasa jantungnya berdebar keras, dia ingin mencegah pertarungan itu, tapi setelah dipikir kembali, apalagi setelah ditinjau dari adu kekuatan yang barusan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berlangsung, dia dapat menyimpulkan kalau kekasihnya sama sekali tidak kalah dengan lawan. Maka dari itu ucapan yang sudah berada diujung bibirnya itu segera ditelan kembali. Makhluk tua itu segera menyingkirkan rambutnya yang panjang kesamping sehingga nampak wajahnya yang penuh bulu, kemudian sambil menyeringai seram, serunya: "Hei bocah, kau yang menghitung, kita membatasi hanya seratus jurus saja! Selesai berkata dia segeri menyerbu kedepan Suma Thian yu dan menyerang tubuh bagian bawah pemuda itu dengan jurus Tui san tian-hay (mendorong bukit membendung samudra). Menghadapi ancaman yang datangnya secara tiba-tiba itu, Suma Thian yu tidak mundur, sebaliknya malah maju, dengan penyerangan menggantikan pertahanan dia memunahkan datangnya ancaman tersebut dengan jurus Si gou wang gwat (radak memandang rembulan) Jurus pertama! Bi hong siancu segera berteriak keras. Makhluk tua itu tertawa seram, seluruh tubuhnya melejit ke udara dengan jurus It hok cong thian (bangau sakti menembusi langit) ketika berada satu kaki dari permukaan tanah sepasang lengannya membuat gerakan saling menyilang ditengah udara, kemudian setelah masing-masing membentuk gerakan setengah lingkaran, dengan jurus Cong eng poh toh (elang ganas menubruk kelinci) dia terkam tubuh Suma Thian yu secara ganas... Makhluk tua itu memang bersifat buas, rasa irinya amat besar, dia paling benci kalau ada jagoan persilatan yang mampu menandinginya, itulah sebabnya serangan yang dilancarkan kini semuanya ganas dan tak mengenal ampun! Jangan, dililat jurus serangan yang digunakannya jurusjurus biasa, namun kedahsyatannya tak bisa dipandang enteng. Mengikuti datangnya gerakan tersebut, Suma Thian yu segera melayang mundur kebelakang, kemudian dengan jurus

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Khong ciok kay tian atau burung merak mementang sayap dia tangkis datangnya serangan tersebut. Bi hong siancu amat menguatirkan keselamatan kekasihnya, untuk sesaat matanya menjadi terbelalak dan mulutnya melongo, untuk sementara waktu dia lupa untuk menghitung. Sambil melancarkan serangan, makhluk tua itu segera memperingat kan dengan lantang: Hei bocah, sudah jurus ke tiga!" Dia seperti mengutirkan Wan Pek lan lupa untuk menghitung jurus serangan yang dipakai maka setiap kali melepaskan satu serangan, makhluk tua itu segera memberi peringatan. Sistim pertarungan yang begini aneh ini bukan saja tak pernah dijumpai, mungkin didengar pun belum pernah. Suma thian yu telah memusatkan segenap perhatiannya untuk menghadapi musuh, dia tahu hasil pertarungan malam ini bukan cuma menyangkut keselamatan bagi dia dan Wan pek lan saja, bahkan menyangkut pula entah berapa ribu jiwa manusia yang tanpa sengaja tersesat dalam lembah terlarang ini. Oleh sebab itu semua serangan dilancarkan dengan mantap dan berhati-hati sekali, jurus disusul dengan jurus, semuanya menggunakan ilmu Tay kim to liong pat ciang ajaran Put Gho cu. Semua pukulan dilepaskan secara mantap dengan perhitungan yang matang, sedikit pun tak berani mempunyai ingatan untuk memandang enteng lawannya. Dari sini dapat disimpulkan kalau Suma Thian yu adalah seorang pendekar muda yang berjiwa besar dan berwatak mulia, dia merasa semua persoalan yang menyangkut jiwa orang banyak merupakan masalah penting Yng harus diutamakan. Mendadak terdengar Bi hong siancu berseru keras: "Jurus kelima puluh!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Merdengar itu, makhluk tersebut segera berpekik keras berulang kali, gerakan tubuh segera berubah, ujung bajunya berkibar kian kemari, segulung angin ruyuh dengan kekuatan dua ratus kati langsung menyapu tubuh Suma Thian yu. "bocah keparat!" teriaknya sambil menahan geram, "kau benar benar hebat, sudah lima puluh gebrakan kita bertarung, belum juga ketahuan hasilnya, selama puluhan tahun baru bertemu tiga orang yang lain, kauadalah orang ke empat yang bisa melawanku melebihi lima puluh jurus.... Suma Thian yu turut tertawa panjang. "Haaahh...haaaahh... kemungkinan besat kau akan bertemu dengan satu satunya orang yeng bisa mengalahkan kau selama tiga puluh tahun terakhir ini pada hari ini" "Mengalahkan aku?" Heeehh... heeeeh...masih terlampau awal untuk berkata demikian jengek makhluk tua itu dengan nada mencemooh, aku nasehati kepadamu lebih baik jangan bermimpi disiang hari bolonglagi! Suma Thian yu tertawa keras, mendadak gerakan tubuhnya ikut berubah, kali ini dia mengembangkan gerakan langkah Cok liong luan ka cap lak poh untuk bergerak kian kemari, lalu dengan jurus To thian huan jie (mencuri berganti waktu) untuk mengancam jalan darah Ki bun hiat ditubuh mahkluk tua itu. Si Makhluk tua tersebut hanya merasakan pandangan matanya menjadi kabur, tahu-tahu pihak lawan sudah menerobos masuk dari sisi tubuhnya, hal ini membuatnya cepat-cepat menghindar dengan tergopoh-gopoh.... Siapa tahu Suma Tian yu berbuat demikian dengan maksud memancing musuhnya untuk perangkap, begitu musuh mundur, tiba-tiba saja dia membentak kerat: Lihat serangan! Dengan jurus Seng gi im pian (bintang bergeser awan berubah), ditengah udara segera berkumandang suara guntur menggelegar dengan kerasnya, disusul kemudian segulung angin pukulan yang tajam dengan membawa suara desingan tajam langsung menggulung tubuh si makhluk tua tersebut...

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jurus serangan ini tak lain adalah satu jurus dari ilmu pukulan Sian Po hong cian ajaran Cong liong lo sianjin, kedahsyatannya luar biasa, dimana angin pukulan itu menyambar, pasir dan debu ikut berhamburan ke mana-mana. Sejak dulu hingga sekerang, belum pernah makhluk tua tersebut menyaksikan ilmu pukulan seindah ini, dia tak berani menyambut dengan kekerasan, cepat tubuhnya melompat mundur sejauh dua kaki lebih dari posisi semula. "Blaaaammmmm! Ketika angin pukulan yang dilancarkan Suma Thian yu menghantam di atas batu karang pada bukit tersebut, kontan saja batu dan pa sir berguguran, seluruh permukaan bergoncarg keras, keadaannya seperti dilanda oleh gempa bumi saja. Bi hong siancu menjadi termangu menyaksikan kedahsyatan kekasihnya, tanpa terasa ia memuji: Sebuah ilmu pukulan yang amat dahsyat, jurus yang keenam puluh enam! Saking girangnya sampai dia menyebutkan jurus serangannya lebih banyak dari keadaan yang seharusnya, tapi waktu itu si mahkluk tua pun sedang dibikin terperana oleh kedahsyatan lawannya, sehingga ia tidak merasakan hal tersebut, tentu saja diapun tidak mengajukan protesnya atas kesalah mana. Diam-dian Suma Thian yu merasa girang, dia makhluk tua tersebut sudah dibikin ketakutan hingga pecah nyali dan sejak kini tak akan berani untuk melakukan serangan lagi. Siapa tahu, setelah debu berterbangen dan suara menjadi sirap mendadak terdengar suara gemerutuknya tulang belulang yang amat nyaring.... Tampaknya makhluk tua tersebut telah menghimpun hawa sesatnya secara diam-diam dan berencana untuk melancarkan sebuah serangan maut untuk merebut kemenangan. Betul juga, setelah terdengarnya suara gemerutukan nyaring itu, mendadak terdengar mahkluk tua itu membentak dsngan keras:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kaupun boleh merasakan sebuah pukulan ku ini! katanya kemudian. Begitu ucapann tersebut selasai diutarakan, Suma Thian yu segera merasakan nafasnya menjadi sesak, tubuhnya yang bergerak ke depan pun seakan-akan dihisap oleh sesuatu kekuatan yang maha dahsyat, kesemuanya ini kontan saja membuat hatinya terkesiap., Buru-buru dia menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya dan mengeluarkan ilmu bobot seribu untuk menahan gerakan ba-dannya. Pada saat intulah terasa ada segulung angin pukulan yang lembut dan halus menyambar kedepan menyambar kehadapan tubuhnya. Suma Thian yu amat terperanjat, dengan gerakan Yau cu huan sin (burung belibis membalikan badan) seluruh tubuhnya melejit ke samping untuk menghindarkan diri dan ternyata ia tak mampu untuk melancarkan perlawanan. Baru saja tubuhnyta meluncur ketengah udara, segulung hawa dingin telah menyambar lewat dan suara gemuruh yang keras dan memekikkan telinga pun menggelegar dari arah belakang. Dengan cepat Suma Thian yu membalikkan badannya, dengan cepat ia menjulurkan lidahnya karena kagum. Rupanya batuan cadas yang berada dibelakang tubuhnya itu, kini sudah kena tersapu hingga rata dengan tanah, tak sebutir batupun yang kelihatan. Bi hoig siancu sendiripun merasakan jantungnya berdebar keras, pekiknya didalam hati: Ooohh, sungguh berbahaya!" Kemudian teriaknya dengan lantang sekali: "Jurus ke enam puluh tujuh!" Makhluk tua iiu kelihatan gembira sekali setelah menyaksikan Suma Thian yu sama sekali tak mempunyai kepandaian sakti untuk membendung serangan mautnya tadi, sambil mengulumkan senyuman yang angkub dan bangga, ejeknya:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagaimana? Apakah nyalimu sudah dibikin pecah karena ketakutan.....? Suma Thian yu segera mendengus dingin. "Hmmmm. kalau permainan kucing kaki tiga sih tak akan bikin keder orang lain, lebih baik kau jangan mencobah untuk ngomong besar lagi....! Makhluk tua tersebut selamanya sombong, tinggi hati dan tak pernah memandang sebelah matapun terhadap orang lain, begitu mendengar Suma thian yu memakinya sebagai ilmu silat kucing kaki tiga saja, kontan saja dari malu ia menjadi marah, sambil berkaok-kaokpenuh kegusaran, teriaknya keraskeras: Bagus sekali bocah keparat, kau kelewat menghina orang, hari ini kalau ada kau tak akan ada aku! Berbicara sampai disitu, dia lantas melomp[at kehadapan pemuda tersebut, kemudian....weeeass! weeesss! weeess! secara beruntun ia lancarkan tiga buah serangan berantai yang semuanya dahsyat dan luar biasa. Dengan mengeluarkan ilmu langkah Ciok liong luan poh ajaran dari Siau yau kay Wi kian secara mudah sekali Suma thian yu berhasil memunahkan ancaman tersebut satu per satu, kemudian teriaknya dengan suara lantang: Sekarang sudah tujuh puluh gebrakan! Jika pertarungan macam begini dilangsungkan terus, seratus juruspun belum tentu akan ketahuan siapa yang unggul dan siapa yang kalah, bagaimana kalau kita berganti acara saja? Tidak bisa, seratus juruspun belum habis, mana boleh berganti acara....? Kembali mahkluk itu itu melancarkan beberapa gerakan untuk memunahkan ancaman lawan, kemudian melepaskan pula dua buah jurus serangan untuk meneter musuhnya. Suma Thian yu segera berseru dengan suara lantang: Sisanya bagaimana kalau kita selesaikan dengan menggunakan senjata tajam saja? Senjata tajam? Selama hidup belum pernah lohu mempergunakan senjata tajam untuk bertarung!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu benar-benar didesak sehingga apa boleh buat, terpaksa ia menghimpun hawa murninya dari Tan tiam kedepan dada, kemudian dengan jurus Peng lui san lian (guntur menggelegar petir menyambar) secepat kilat membacok tubuh mahkluk tua tersebut. Menyusul kemudian, kakinya dengan jurus Kui seng ti to(Bintang timurmenentang bintang kejora) dia tendang tubuh bagian bawah mahkluk tua tersebut. Serangan berantai yang maha dahyat tersebut kontan saja membuat si mahkluk tua itu kerepotan setengah mati, sambil berkaok-kaok karena kegusaran, dia melancarkan pula serangan sergapan balasan secara nekad.... Bi hong siancu yang menyaksikan batas seratus jurus sudah hampir berakhir menjadi kegirangan, sebab selama ini Suma thian yu tidak pernah memperlihatkan gejala akan kalah, hatinya makin mantap dan rasa percaya diri pun tumbuh. Jurus ke tujuh puluh enam! teriaknya keras-keras. Mendengar itu, mahkluk itu itu segera memprotes, umpatnya: Bocah perempuan sinting, kau jangan ngawur, sekarang baru jurus ketujuh puluh lima! Wan pek lan yang merasa bahwa kekasihnya pasti akan berhasil memenangkan pertarungan ini, nyalinya bertambah besar, dia segera membantah pula: Tadi, didalam pukulan tendangan dipakai dua jurus serangan, kenapa? Apa tidak benar? Sementara pembicaraan berlangsung, kedua orang itu kembali terlibat dalam pertempuran yang sengit, dan masingmasing sudah bertarung tiga gebrakan lagi, maka Wan pek lan buru-buru berteriak dengan suara lantang: Jurus kedelapan puluh! Sekarang, mahkluk tua ini sudah mempunyai hitungan, dia tahu, bila pertarungan tersebut dilangsungkan lebih jauh, jangankan masih sisa dua puluh jurus, sekalipun masih ada seratus jurus pun belum tentu dapat mengungguli lawannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Cemas dan mendongkol membuatnya makin naik darah, segera bentaknya dengan penuh kegusaran: "Bocah keparat, tidak ku sangka kalau kau bisa melewati delapan puluh gebrakan dengan lancar, mari, mari, mari! Lohu akan melanggar kebiasaan dengan menganggap delapan puluh jurus sebagai sembilan puluh lima jurus, segenap kepandaian silat yang lohu miliki akan dipergunakan dalam lima jurus yans terakhir ini aku akan membuat hatimu takluk seratus persen! Haaahh...haaah... haahh... tinggal lima jurus saja...? seru Suma Thian yu sambil tertawa terbahak-bahak, "bukankah hal ini akan menguntungkan diriku?" "Menguntungkan memang cuma kau akan segera membuktikan sendiri, betulkah kau merasa beruntung atau tidak? Kembali Suma Thian yu tertawa ringan. Baiklah, daripada membangkang, lebih baik aku akan menurut saja, lima jurus serangan dahsyatmu akan kusambut semuanya! Makhlus tua tersebut tidak berbicara lagi, telapak tangan kirinya segera diayunkan kemuka, segulung angin pukulan berhawa lembut segera meluncur kedepan. Suma Thian yu pun segera melontarkan pula sebuah pukulan dengan ilmu pukulan Sian po hwee hong ciang yang maha dahsyat itu. Siapa tahu, disaat kedua gulung angin pukulan itu saling membentur satu sama lainnya, tiba-tiba terdengar makhluk tua itu tertawa terbahak bahak sambil menjengek: "Pukulan yang inilah baru merupakan seranganku yang sesungguhnya." Seusai berkata, telapak tangan kanannya membentuk gerakan satu lingkaran ditengah udara, lalu ditolak kedepan. Segulung hawa pukulan yang dingin merasuk tulang langsung saja mengurung seluruh badan Suma thian yu. Menghadapi ancaman bahaya yang berada didepan mata, Suma Thian yu sama sekali tidak gugup, dalam bahaya dia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mencari selamat lantaran telapak tangan kanannya sudah keburu di dorong kedepan dan tak leluasa untuk menarik kembali, terpaksa dia menggunakan telapak tangan kanannya untuk menahan serangan, sementara telapak tangan kirinya dengan menghimpun tenaga sebesar delapan bagian sudah melancarkan bacokan secepat kilat. Dengan begitu, kedua orang tersebut jadi saling melontarkan serangan dengan mempergunakan sepasang telapak tangan, empat telapak tangan yang saling menempel membuat empat gulung aliran listrik yang saling membentur pada jarak tiga langkah. Dalam waktu singkat seluruh angkasa sudah dipenuhi oleh desingan angin tajam, mereka berdua saling mengerahkan tenaga dalam untuk melakukan perlawanan. Pertarungan adu kekerasan seperti ini hanya akan berlangsung jika orang yang terlibat dalam pertrungan adalah jago-jago berilmu tinggi, sebab pertarungan seperti ini selamanya mempertaruhkan jiwa raga mereka sendiri. Tapi hanya dengan jalan ini pula orang baru bisa mengetahui sempurna atau tidaknya tenaga dalam seseorang, disamping itu bisa pula membuat isi perut musuh hancur berantakan termakan serangan maut itu hingga akhirnya tewas. Namun pertarungan semacam inipun merupakan pertarungan yang sangat menghamburkan tenaga, orang luar tak pernah akan berhasil mencegah berlangsungnya pertarungan tersebut kecuali secara kebetulan datang seorang jago lihay yang berilmu jauh lebih tinggi dari mereka berdua, kalau tidak, mereka berdua baru dapat dilerai apabila salah satu diantara mereka sudah tewas. Bi hong siancu yang sebenarnya sudah merasa makin kuatir lagi, memandang dua orang yang saling berhadapan dengan mata terpejam dan peluh membasahi tubuh mereka itu, dia tahu kalau pertarungan sudah meningkat dari posisi yang sangat gawat.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam keadaan demikian, apabila salah satu pihak berpikiran bercabang sehingga serangan hawa murninya mengendor, sudah pasti tenaga dalam musuh akan segera menyusul masuk ke dalam isi perutnya dan berakibat kematian baginya. Bi hong siancu benar-benar merasakan hatinya berdebar keras, dengan perasaaa kuatir teriaknya tiba-tiba: Hei, bila pertarungan semacam ini dilangsungkan lebih jauh, akhirnya sudah pasti ada salah satu pihak yang akan tewas, ayo cepat hentikan serangan kalian, jangan bertarung lagi..... Tapi ketika dilihatnya kedua belah pihak tetap berdiam diri, seakan-akan tidak mengubris perkataannya, bahkan dari ubun-ubun mereka memanancar keluar kabut berwarna putih, hatinya semakin gelisah lagi. Dengan cepat satu ingatan melintas dalam benaknya, segra teriaknya keras-keras: "Hei, makhluk tua, Kau suruh aku menghitung dengan cara bagaimana? Bukankah lima jurua terakhir sudah lewat?" Sekalipun dia sudah berteriak sekeras-kerasnya, atau mungkin sampai putus lidahnya sekalipun, hal tersebut tak akan mempengaruhi keadaan dalam arena. Sebab pertarungan yang sekarang sedang meningkat pada keadaan paling gawat dan setiap saat bisa mengakibatkan kematian yang fatal bagi mereka yang lengah. Waktu itu, paras muka Sama Thian yu dari hijau membesi telah berubah menjadi pucat pias, butiran keringat sebesar kacang kedelai telah membasahi jidatnya dan mengucur kebawah. Sedangkan keadaan dari si makhluk tua itu pun tak jauh berbeda, seluruh tubuhnya basah kuyup oleh keringat, bibirnya terkatup kencang-kencang dsan wajahnya menunjukan penderitaan. Apabila keadaan seperti berlangsung lebih lanjut maka kedua belah pihak akan sama-sama terluka dsn bahkan bisa jadi akan berakibat kematian untuk mereka berdua.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bi hong siancu Wan Pek lan nampak gelisah sekali bagaikan semut dalam kuali panas, tapi apa pula yang bisa dilakukan olehnya dalam keadaan seperti ini? Jangankan dia tidak berkemampuan untuk memisahkan kedua orang ini, bahkan bila ia bertindak secara gegabah pun bisa jadi akan menimbulkan bencana kematian bagi dirinya. Pepatah kuno mengatakan: Bila ada dua harimau yang bertarung, salah satu diantaranyaa akan terluka. Di dalam dunia persilatan, tak mungkin akan terdapat dua orang manusia yang mempunya ilmu silat seimbang, terutama sekali dalam tenaga dalam, tak mungkin hasil yang dicapai orang yang satu akan sama dengan orang yang lain. Jilid 18 Tahun ini, makhluk tua tersebut sudah berusia tujuh puluh tahun lebih, kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki sekarang pun paling tidak masih diatas enam puluh tahun hasil latihan. Sebaliknya, meski usia Suma Thian yu baru tujuh delapan belas tahunan, tapi berhubung sejak kecil sudah memperoleh guru pan dai dan sejak kecil pula melatih ilmu Kui goan sim hoat, kemudian minum obat Ku ciang sin yok, maka dasar tenaga dalam yang dimiliki nya boleh dibilang kuat sekali. Ketika berada dalam gua dan salah makan daun Jin sian kiam lan, tenaga dalamnya telah bertambah dengan pesat, sehingga mencapai enam puluh tahun hasil latihan lebih, sebab itulah meski beradu tenaga-tenaga dalam dengan si makhluk tua sekarang, kekuatan mereka tetap berimbang satu sama lainnya. Walaupun demikian, akhirnya toh akan muncul juga saat untuk menentukan siapa yang lebih tangguh dan siapa yang lebih lemah, disaat itulah yang tangguh bakal muncul sebagai pemenangnya, sedangkan yang lemah akan menemui ajalnya. Mendadak.....

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dari atas bukit Kun san berkumandang suara seruling yang mengalun tiba mengikati hembusan angin, suara yang mengalun menembusi lembah bergema pula ke dalam telinga kedua orang tersebut. Ternyata aneh sekali, kedua orang itu segera merasakan semangatnya menjadi segar kem bali dan kekuatannya seperti beratus kali lipat lebih besar keadaan semula. Pelan-pelan makhluk tua itu membuka sepasang matanya, dari balik sorot matanya itu terpancar keluar perasaan bingung dan tidak habis mengerti. Tak selang berapa saat kemudian, dari arah punggung bukit sana muncul setitik bayangan hitam yang secapat sambaran petir meluncur masuk kedalam lembah Si jin kok. Suara seruling yang mengalun diudara pun menyusul bayangan hitam yang meluncur tiba itu bergema makin keras. Bi hong siancu Wan Pek lan segera mengangkat kepalanya sambil memandang ke depan, tampak olehnya setitik cahaya hitam secepat kilat meluncur kedalam lembah. Tak sempat lagi bagi Bi hong siancu untuk menegur, tahutahu dihadapan mukanya telah berdiri seorang kakek berdandan seorang tosu, bersamaan dengan munculnya tosu tua itu pun suara seruling tadi menjadi sirap dan hilang. Tampak tosu tua itu memperhatikan sekejap kearah Bi hong siancu, kemudian sambil tertawa terbahak-bahak serunya: "Haaaah...haaaa...haaaa... kalian berdua harus segera menghentikan permainan yang tak bermanfaat ini!" Sembari berkata, seruling bambu ditangannya segera ditutul pelan ketengah-tengah orang yang sedang bertempur itu. "Criiitt...!" dari mulut seruling menyembur kelur segulung hawa pukulan berwarna putih dan menyambar ketubuh dua orang yang sedang bertarung tadi. Kedua orang itu segera merasakan udara di sekeliling tubuhnya membuyar dan tubuh mere ka yang sempoyongan pun segera melompat mundur kebelakang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menanti si makhluk tua itu dapat berdiri tegak, sorot matanya segera dialihkan kewajah tosu tua yang baru muncul itu dan menatapnya lekat-lekat, sampai lama sekali dia tak mengucapkan sepatah kata pun. Sedangkan Suma Thian yu segera menjura sembari berseru: "Cianpwe, kedatanganmu tepat sekali, untung saja selembar jiwa boanpwe masih bisa diselamatkan!" Ternyata orang yang barusan munculkan diri itu adalah Heng si Cinjin, gurunya dua bersaudara Thia yang mempunyai janji dengan anak muda tersebut. Sambil mengelus jenggotnya, Heng si Cinjin segera tertawa terbahak-bahak. "Haah...haah...haah...baru berapa hari tidak bersua, tenaga sinkang yang dimiliki Suma siauhiap sudah memperoleh kemajuan yang amat pesat, sungguh mengagumkan, sungguh menggembirakan, mungkin kau telah memperoleh suatu penemuan aneh bukan?" Merah padam selembar wajah Suma Thian yu karena jengah, cepat-cepat dia mengangguk. "Aaah, cianpwee terlalu memuji, boanpwee hanya berilmu cetek" Setelah berbasa-basi sebentar, Heng si Cinjin pun mengalihkan kembali sorot matannya ke wajah manusia aneh tersebut, dengan gusar dia menegur: "Rupanya kaulah yang berbuat ulah disini, baik-baik menjadi ciangbunjin partai Mao san buat apa kau lari ketempat seperti ini untuk memakan daging menusia? Sebenarnya apa mak sud dan tujuanmu yang sebenarnya?" Begitu berjumpa dengan Heng si Cinjin, mahkluk tua itupun nampak terperanjat, tapi segera jawabnya dengan marah: "Urusan ini merupakan persoalan pribadi lohu sendiri, orang lain tak usah mencampurinya" Heng si Cinjin segera tertawa terbahak-bahak. "Haah...haaah...haaah...Hu hok, setiap umat persilatan yang menyinggung soal bukit Kun san di telaga Tong tin,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mereka akan segera teringat pula dengan nama Pinto, sekarang kau makan daging manusia disini, bila orang lain mengetahui akan persoalan ini, mereka masih mengira pintolah yang membuat ulah dengan mencelakai sesama umat manusia" Ternyata makhluk tua itu merupakan ciangbunjin angkatan ke sembilan belas dari partai Mao san yang bernama Hu Huk cu, tapi baru setahun menjabat sebagai ketua, dia telah menyerahkan jabatan sebagai ketua tersebut kepada sutenya Hu Yan cu, sementara dia sendiri mengembara didalam dunia persilatan. Banyak orang mengira Hu Hok cu sudah bosan dengan kehidupan keduniawian dan mengggundurkan diri hidup menyendiri, padahal yang benar Hu Hok cu memrunyai maksud tujuan yang lain, secara rahasia sekali dia memasuki bukit Kun san dan menyembunyikan diri disitu untuk berlatih ilmu silat. berhubung didalam kitab pusaka yang diperolehnya untuk melatih semacam ilmu sesat dibutuhkan kekuatan dari sari manusia, maka untuk meyakinkan ilmu tersebut orang yang bersangkutan harus memakan daging manusia setiap harinya. Hu Hok cu yang memperoleh kitab pusaka mana menjadi kegirangan setengah mati, dia segera meninggalkan kedudukannya sebagai Ciangbujin dan menyembunyikan diri disitu, bukan saja suasana diseputar sana dibikin menyeramkan, dia pun mendirikan batu peringatan dan menjadikan daerah tersebut sebagai daerah terlarang. Apabila malam hari sudah tiba, dia pun akan muncul dari daerah terlarangnya untuk memancing saudagar atau orang orang persilatan guna memasuki lembah Si jin kok, disanalah korbannya dibunuh dan daging mereka disantap. Selama tiga puluh tahun ini, entah berapa banyak sudah manusia yang menemui aja1nya disini, namun ilmu silat yang dimiliki pun tidak memperoleh kemajuan yang pesat sekali. Siapa sangka, malam ini dia telah bertemu dengan lawan tandingnya, bukan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

saja dipecundangi, bahkan nyaris nyawanya akan turut melayang. Sementara itu, Ha Hak cu merasa gusar sekali setelah mendengar umpatan dari Heng si Cinjin tersebut, sambil tertawa seram segera teriaknya keras-keras: "Tosu, selama tiga puluh tahun ini, mengapa kau tak pernah melangkah masuk kedalam lembahku ini?" Heng si Cinjin tertawa bergelak. "Haaaaa...haaaaa...haaaa, selama ini pinto mengira apa yang tersiar dalam dunia persilatan sebagai berita bohong yang ada maksud untuk merusak nama pinto beberapa tahun yang berselang itu, pinto pun pernah melakukan pemeriksaan disini, namun tidak berhasil menemukan gua ini" Sambil tertawa, Hu Hok ca menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya kemudian: "Malam ini mengapa pula bisa muncul disini?" "Ditengah kegelapan malam aku sering kali mendengar suara gemuruh dan suara ledakan keras, setiap kali pula pinto pasti muncul untuk melakukan penyelidikan, akhirnya setelah melakukan pengintaian berulang kali, kutemukan kehadiranmu disini, tentu saja aku tak pernah menyangka kalau Si jin ong (raja pemakan manusia) yang paling ditakuti orang dalam dunia persilaian bukan lain adalah dirimu" Tatkala Hu Hok cu mengetahui bahwa orang persilatan merasa ketakutan karena dia pemakan manusia, bukan saja berita mana tidak membuat merasa malu atau rendah diri, sebaliknya dia malah menari-nari dengan girangnya, bahkan sambil tertawa terbahak-bahak berteriak sekeras-kerasnya: "Aku telah berhasil! Aku telah berhsil! Tentu saja sikap macam orang gila ini membuat Heng si Cinjin dan Suma Thian yu menjadi kebingungan setengah mati, mereka tidak habis mengerti apa sebabnya orang itu jadi sinting. Lama kemudian, Hu Hok cu baru menghetikan tariannya macam orang gila itu dan menunjukkan wajah berseri-seri.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Toyu! katanya kemudian, "lohu tidak akan tinggal disini lagi, sekarang nama lohu sebagai Si jin ong (raja pemakan manusia) sudah termashuur diseluruh koloog langit, haahh...haahh...haahh... tidak lama kemudian, lohu akan menjadi raja dan pemimpin dari seluruh dunia persilatan baik diutara maupun selatan "Ada kalanya, disaat seseorang sedang kecanduan sesuatu, bisa jadi dia akan lupa makan dan tidur hingga sikap maupun gerak geriknya menjadi berubah seperti orang gila. Demikian pula halnya dengan Hu Hok cu yang memusatkan segenap perhatiannya itu untuk mempelajari Mo Kang, kesadaran jalan pikiran maupun gerak-geriknya sudah berbeda sekali dengan manusia biasa. Orang lain mengumpatnya sebagai Si jin ong sebaliknya dia malah nampak kegirangan, seakan-akan orang lain sudah dibikin ketakutan oleh nama besarnya itu, bahkan yang lebih sinting lagi, dia ingin mengandalkan ilmu silat yang tercantum dalam kitab pusakanya untuk merajai kolong langit. Padahal dia seperti lupa kalau Suma Thian yu yang dihadapinya malam ini belum lagi bisa dkalahkan, bahkan disana telah muncul seorang jago lihay yang berilmu silat beberapa kali lipat lebih hebat daripada kepandaiannya yakni Heng si Cinjin. Dua orang manusia ini saja tak mampu dihadapi, tapi dia sudah melamun ingin menjadi seorang pemimpin dunia persilatan, bukankah hal ini kedengarannya lucu dan menggelikan? Tatkala Heng si Ciniin mendengar ucapan nya yang membual itu seketika itu juga dia menggelengkan kepalanya berulang kali sambil menghela napas, dipandangnya Hu hok cu sekejap dengan sorot mata penuh welas kasih, kemudian ujarnya: Hu hok, apakah kau tidak merasa jalan pemikiranmu itu menggelikan? Terlampau lucu dan kenak-kanakan? Kekanak-kanakan? Hmmm! Siapa yang bilang kalau aku si bodoh? Hu hok cu balik bertanya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hmmm, ingin meninggalkan lembah Si Jin kok dengan begitu saja? Apakah kau tidak merasa kalu tindakanmu ini kelewat awal? bentak Heng si cianjin lagi. Hu hok cu segera melotot gusar, dengan penuh rasa penasaran bentaknya juga: Kau berani memandang hina lohu? Betul! Jawaban dari Heng si cinjin ini diutarakan dengan suara tegas dan keras. Bagus sekali, rupanya kau sudah pernah mencicipi empedu macam hati singa sehingga berani menantang lohu? Mari, mari lohu akan membuktikan dahulu apakah kau mampu atau tidak! Selesai berkata, dengan jurus Im yang jut tong(Im yang mulia bergerak) dia langsung membacok tubuh Heng si cinjin. Menghadapi ancaman tersebut, Heng si Cinjin seakan-akan tak sudi memandangnya barang sekejap pun, diantara berkibarnya ujung baju, tahu-tahu dia sudah melayang ke samping untuk menghindarkan diri, setelah itu jengeknya: "Huuuh, masih ketinggalan jauh! Dicemooh orang, amarah Hu Hok cu semakin memuncak, sepasang telapak tangannya diayunkan kian kemari bagaikan orang gila, dia telah mengelirkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk secara beruntun melepaskan empat lima buah pukulan. Seperti juga yang pertama tadi, kembali Heng si Cinjin mempergunakan kelincahan tubuhnya untuk berkelebat kian kemari ditengah pukulan-pukulan musuhnya, bahkan selama inipun dia sama sekali tidak melancarkan serangan balasan. "Ha Hok!" kembali dia mengejek, makan daging manusia tidak akau mambuat ilmu silat mu memperoleh kemajuan pesat, menurut pendapat pinto, tiga puluh tahun berselang kau sudah begini, tapi keadaanmu sekarang malah justru bertambah parah! Heng si cinjin sengaja berkata demikian karena dia mempuryai tujuan yang baik, yakni berharap agar Hu hok cu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mau bertobat dari kejahatannya itu, melepaskan jalan sesat dan kembali kejalan yang benar. Terutama sekali untuk melepaskan ilmu sesat nya dengan mempelajari ilmu lurus, dengan demikian mengurangi bahayanya mati secara mengenaskan. Benarkah ilmu siht yang dimiliki Hu Hok cu saat ini jauh lebih payah ketimbang tiga pulah tahun berselang? Tentu saja tidak, sebaliknya, kepandaian silat yang dia miliki sebarangsudah mencapai tingkatan yang luar biasa, bahkan boleh dibilang merupakan salah satu gembong iblis yang patut disegani oleh setiap orang. Tapi apa sebabnya kemampuan yang hebat ini seolah-olah tak mampu berkembang, bahkan tak berhasil meraih keuntungan apa-apa? Sesungguhnya kejadian ini tiada sesuatu yang aneh seperti, yang telah diketahui tadi, tatkala Heng si Cinjm muncul disana tadi, Hu Hok cu sedang beradu tenaga dalam melawan Suma Thian yu, akibat dari pertarungan itu, hawa murninya telah menderita kerugian yang besar sekali, inilah yang menjadi penyebab uta rna mengapa serangannya seperti tak berfungsi lagi. Tapi perkataan dari Heng si Cinjin tersebut ibaratnva sebilah pisau tajam yang langsung menembusi ulu hati Hu Hok-cu. membuat hatinya terasa begitu sakit sehingga sukar dilukiskan dengan kata kata... Tampak sepasang mata orang itu melotot besar, dengan menghimpun sisa kekuatan yang dimilikinya untuk melindungi badan, sepasang telapak tangannya segera dilontarkan ke muka melepaskan pukulan yang maha dahsyat. Sekalipun hanya mempergunakan sisa kekuatan yang dimiliki, kenyataannya serangan mana masih merupakan satu ancaman yang serius. Mau tak mau Heng si Cinjin harus merasa terkesiap juga, dia tahu apabila kesempatan yang sangat baik ini tidak segera dimanfaatkan untuk melumatkan ambisi dan kesombongan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

gembong iblis tersebut, sudah pasti orang ini akan menjadijadi kesombongan dan kesadisannya dikemudian hari. Buru-buru dia menghimpun hawa murninya secara diamdiam, sementara wajahnya masih menunjukan sikap yang halus dan lembut, dengan sebuah kebasan yang mengerahkan tenaga sebesar tujuh bagian, ia sambut datangnya ancaman lawan.... Seketika itu juga ke dua gulung tenaga pukulan tersebut saling membentur satu sama lainnya ditengah udara. Mendadak.... Blaaammm...! Suatu benturan keras yang mamt memekikkan telinga berkumandang memecahkan kesunyian Menyusul kemudian, dari tengah arena bergema suara jeritan ngeri yang amat menggidikan hati... Akhhhh....! Sesosok bayangan manusia bagaikan kayang-layang yang putus talinya segera terlempar ke tengah udara. Suma Thian yu yang menyaksikan kejadian tersebut segera berpekik nyaring, tubuhnya melejit ke tengah udara dan langsung menyambar ke arah mana bayangan hitam itu jatuh. Baru saja anak muda itu melayang turun ke atas tanah, bayangan hitam tadi sudah meluncur jatuh dari atas dengan kecepatan yang luar biasa... Suma Thian yu segera mementangkan lengan-nya untuk memeluk tubuh berbobot seratus kati lebih itu dengan suatu tangkapan. Orang itu memang Ha Hok cu, sekarang paras mukanya nampak pucat pias seperti mayat, keadaannya tak jauh berbeda dengan sesosok mayat saja... Pelan pelan Suma Thian yu meletakkan tubuh Hu Hok cu ke atas tanah dan membiarkaa dia duduk, kemudian ia baru mengundurkan diri ke hadapan Heng si Cinjin dan berdiri serius disana. Setelah berhasil menghajar tubuh Ha Hok cu tadi, sesungguhnya Heng si Cinjin merasa menyesal, setelah dijumpai Suma thian yu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menolong jiwa Hu hok cu, tak kuasa lagi sambil mengelus jenggot ia tertawa. Haaaaa...haaaaa...haaaaa...suatu perbuatan yang tepat sekali, suatu perbuatan yang tepat sekali. Hal ini menuajukkan kalau jiwamu mulia dan arif bijaksana, masih muda sudah menyayangi sesamanya, betul-betul suatu penampilan yang mengagumkan." Merah padam selembar wajah Suma Thian yu karena jengah, dia tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Mendadak dari arah dalam lembah itu berkumandang suara isak tangis yang memilukan hati. Dengan cepat Heng si Cinjin berpaling, ternyata yang menangis adalah Hu Hok cu. Kontan saja kejadian ini membuat ke tiga orang itu tertegun-tegun karena keheranan, memang jarang sekali dijumpai peristiwa yang luar biasa seperti ini, tak heran kalau ketiga orang itu menjadi tertegun dan melongo. Siapa tahu tangis Hu Hok cu semakin lama semakin menjadi-jadi, bahkan akhirnya dia malah menangis sambil berteriak teriak, air mata dan ingus bercampur aduk membuat tubuhnya kelihatan bertambah mengenaskan. Suara isak tangis itu mengalun dan menggema diseluruh lembah, membuat suasana serasa menggidikkan hati. Tampaknya Hu Hok cu ingin menggunakan kesempatan menangis itu untuk melampiaskan keluar semua kesedihan, kekesalan dan kemu-rungan yang mengganjal dadanya selama ini. Heng ci Cinjin menjadi tak tega juga akhirnya, pelan-pelan dia berjalan kehadapan Hu Hok cu, lalu tegurnya: Toyu, apa yang membuatmu menangis tersedu-sedu?" Enyah kau! Enyah kau dari sini, kau tak usah menggubris diriku lagi...!" Seperti anak kecil saja, gerak geriknya nampak lucu dan menggelikan. Seorang kakek yang sudah lanjut usia ternyata menangis tersedu sedu macam anak kecil yang mau menetek saja,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

masih untung ke jadian aneh sudah sering kali di jumpai kawanan jago silat, sehingga tiada yang luar biasa. Coba kalau peristiwa ini berlangsung ditengah jalan, orang bisa tertawa geli. Heng si Cinjin segera bertanya: Hu hok apakah kau merasa perjuangan selama tiga puluh tahun ini cuma sia sia belaka?" Di korek luka hatinya, Hu hok cu merasa semakin sedih hingga air matanya jatuh berderai seperti sungai huang bo yang jebol tang gulnya, sambil menangis tersedu, umpatnya: "Kau anjing gila, enyah! Cepat enyah semua dari hadapanku!" Selagi berkata kembali dia memeluk tanah sambil menangis lagi dengan teramat sedih. Bi hong siancu yang menyaksikan keadaan tersebut segera berbisik kesisi telinga Suma thian yu: "Mengapa kau tak memanfaatkan kesempatan ini untuk memasuii gua dan coba memeriksa dari mana datangnya beberapa titik cahaya bintang yang terlihat tadi? Suma thian yu merasa usul tersebutada benarnya juga, maka tanpa berpikir panjang lagi dengan mengandalkan kemampuannya untuk melihat dalam kegelapan, dalam beberapa lompatan saja ia sudah menerobos ke dalam gua tersebut. Tatkala Heng si Cinjin menyaksikan si anak muda itu menerobos masuk kedalam gua sebenarnya dia berniat untuk menghalangi ke inginannya itu, sayang terlambat, oleh sebab itu terpaksa dia hanya berdiri dihadapan Ha Hok cu sambil bersiap siaga memberi bantuan kepada Suma Thian yu apabila diperlukan. Sementara itu Suma Thian yu sudah menerobos kedalam gua, berhubung waktunya singkat dan kuatir Hu Hok cu yang sudah keburu menangis dan menyadari kalau dia masuk kedalam gua, maka ia bertindak dengan kecepatan luar biasa. Pertama, dia tak ingin terjadinya kesulitan yang tak diinginkan, kedua, diapun kuatir membangkitkan kemarahan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

makhluk tua sehingga melakukan perbuatan jahat yang lebih banyak. Dalam Perkiraan SUma Thian yu, benda ini sudah pasti mutiara Ya beng cu atau sebangsanya, maka dengan cepat dia menuju ke ruang dalam untuk memeriksa lebih seksama. Tapi begitu mengetahui apa yang terlihat, hampir saja si anak muda itu tertawa terbahak-bahak. Siapa bilang kalau cahaya berkilauan itu merupskan Ya beng cu atau sebangssnya? Ternyata benda itu tak lebih hanya sebuah botol yang berisikan kunang-kunang dalam jumlah banyak. Sambil meaggelengkan kepalanya berulang kali, Suma Thian yu benar benar dibikin gemas bercampur penasaran. Kemudian dia pun menemukan setumpuk buku diatas meja batu itu, namun disana tiada sesuatu apapun yang perlu diperiksa, tahukalau tiada hasil apapun, dia bersiap-siap untuk mengundurkan diri dari dalam gua tersebut. Baru saja akan melompat keluar dari mulut gua, mendadak dari sisi tubuhnya terasaada desingan angin berhembus lewat. Begitu merasakan datangnya desingan angin tersebut, dengan sigap Suma Thian yu melompat tiga langkah kebelakang, ketika berpaling pemuda itu segera menarik napas dingin. Rupanya entah sedari kapan, disisi tubuhnya telah bertambah dengan seekor srigala raksasa yang tinggi tubuhnya hampir separuh manusia..... Sepasang mata serigala raksasa tersebut memancarkan cahaya aneh, tanpa menimbukan sedikit suarapun menyusup ke samping tubuhnya siap melakukan terkaman. Kalau dibicarakankan memang aneh sekali, ternyata srigala raksasa itu tidak melolong pun tidak mengeluarkan suara apaapa, coba kalau tidak merasakan datangnya desiran angin tadi, siapapun tentu akan mengira srigala tersebut sebagai sebuah patung srigala saja. Tampaknya serigala itu sudah memperoleh pendidikan yang sangat ketat meski melotot gusar kearah Suma Thian yu,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

namun sama sekalai tidak melancarkan tubrukan, ia Cuma berjalan kearah depan gua dan menghadang jalan perginya. Apabila Suma thian yu ingin keluar dari gua tersebut, maka dia harus membunuh srigala raksasa itu lebih dulu sebelum berhasil menyerbu keluar, tapi dengan demikian, sudah pasti tindakannya itu akan mengejutkan Hu Hok cu yang berada diluar gua, dan akhirnya tak akan terlukiskan lagi. Sekarang keadaan dari Suma Thian yu ibaratnya menunggang dipunggung harimau, tetap duduk sudah, mau turunpun tak bisa. Apalagi setelah dilihatnya srigala raksasa yang melotot penuh kebuasan itu tidak melakukan tubrukan, tidak pula mengundurkan diri, sebaliknya justru berjongkok didepan gua sambil menjulurkan lidahnya yang panjang dan berwarna merah itu. Dilihat dari sikapnya mana, sudah jelas dia sedang menunggu sampai Suma thian yu beranjak lebih dahulu. Kejadian semacam ini benar-benar merupakan suatu peristiwa yang memusingkan kepala, tak bisa disangkal lagi, apabila dia mela kukan suatu tindakan, sudah pasti srigala raksasa itu tidak akan melepaskan dia dengan begitu saja, tapi andaikata harus bertahan lebih jauh, sampai kapan urusan itu baru selesai...? Setelah berpikir sekian lama, akhirnya Suma Thian yu merogoh kedalam sakunya dan mengeluarkan kerak nasi yang tidak habis termakan dan dilemparkan keluar gua melalui samping srigala raksasa tersebut. Dia berharap, srigala raksasa itu akan tertarik oleh kerak nati tersebut dan keluar dan gua. Siapa tahu, srigala raksasa itu sama sekali1 tidak menggubris, behkan memandang sekejap pun tidak, dengan begitu, Suma Thian yu menjadi gelisah sekali. Dia mencoba untuk merogoh kedalam sakunya dan mencari sesuatu benda yang bisa digunakan untuk menimpuk, akhirnya setelah mencari sekian lama dia berhasil menemukan sebuah benda yang keras sekali.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika benda itu diambil keluar, ternyata tak lain adalah lencana miling Siang wi coa Bian pun ci yang diperolehnya sewaktu bertarung diperahu besar dalam telaga Tong ting ou belum lama berselang. Begitu lencana emas dikeluarkan, cahaya keemas-emasan segera memancar keempat penjuru, menggunakan kesempatan inilah Suma thian yu mengamati benda tersebut dengan lebih seksama. Tampak olehnya diatas lampengan lencana emas itu terukir seekor naga hijau yang sedang mementangkan sayapnya. Ditengah-tengah lingkaran yang dikitari lukisan tadi, terukir dua huruf besar yang berbunyu SUMA. Menyaksikan hal tersebut Suma thian yu merasakan hatinya terkesiap, buru-buru dia membalik pada lempengan lencana yang lain, hatinya semakin terkesiap, paras mukanya berubah hebat dan segulung hawa panas muncul dari pusarnya dan menerjang ke atas tenggorokan. Rupanya permukaan lencana tadi berukir beberapa huruf yang berbunyi demikian: Kenang-kenangan untuk Thian yu pada usia satu tahun: LIONG SIANG HONG WU Ayahmu: Tiong-ko" Menyaksikan kesemuanya itu, Suma Thian yu merasakan darah panas dalam tubuhnya bergolak keras, dia segera bergumam: "Bu... bukankah benda ini milikku, aaah! Dia....dia adalah musuh besarku.....dia .... dia..... dia..." Bergumam sampat disltu, dia seolah-olah lupa kalau didepan gua menunggu srigala raksasa yang siap menerkamnya, mendadak saja dia menerjang keluar dari situ. Begitu Suma Thian yu menggerakan tubuhnya, srigala raksasa itu segera mengangkat tubuhnya dan mempergunakan cakar depannya yang tajam bagaikan pisau untuk mencengkeram dada Suma Thian yu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam keadaan begini, Suma Thian yu tidak mau membuang waktu lagi, sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan diatas kepala srigala raksasa itu. Dimana angin pukulannya meluncur, terdengar suara desingan yang memekikkan telinga menggulung kemuka. Serta merta srigala raksasa itu miringkan kepalanya untuk menghindar, kemudian tubuhnya menggelinding kesamping untuk meloloskan diri.... Memanfaatkan kesempatan yang sangat baik itulah, tanpa membuang waktu lagi Suma thian yu segera menerjang keluar dari gua tersebut. Begitu melangkah keluar dri gua tersebut, dari arah belakang kembali terasa munculnya dua gulung angin serangan yang menekan arah punggungnya, angin serangan mana menyambar kearah belakang batok kepala serta tengkuknya. Dengan cekatan Suma thian yu maju selangkah, kemudian sambil membalikkan badan melepaskan pukulan, seketika itu juga terasa segulung angin pukulan yang maha dashyat menggulung kearah srigalaraksasa tersebut. Srigala raksasa itu memang hebat, gaya tubuhnya yang semula berdiri tegak seperti mnausia itu mendadak menggelinding kesamping, setelah itu sekali lagi melakukan tubrukan. Dalam pada itu, Hu hok cu telah berhenti menangis, ketika ia mengangkat kepalanya menyaksikan serigala kesayangannya sedang menerkam orang, kemudian dilihatnya pula Suma thian yu berdiri tak jauh dari gua tersebut, dia mengira pemuda itu hendak berusaha untuk memasuki gua itu. Kontan amarahnya berkobar dan membara didalam benaknya, dengan penuh amarah bentaknya: "Siau hek! Jangan biarkan dia kabur! "Siau hek" mungkin merupakan nama dari serigala raksasa tersebut...

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar seruan mana, serigala raksasa, itu melompat ke udara semakin tajam, serangan demi serangan yang dilancarkan secara bertubi-tubi pun dilepaskan makin dahsyat, cakarnya yang tajam seolah olah sudah siap sedia digunakan untuk mencabik-cabik tubuhnya. Tahu kalau tindak tanduknya ketahuan banyak orang, Suma thian yu merasa perlu untuk bertindak lebih jauh, yang penting sekarang adalah membunuh srigala raksasa tersebut lebih dahulu. Maka menghadapi serangan srigala raksasa, kali ini dia tak berkelit lagi, begitu sepasang cakar srigala tersebut meluncur tiba, dia segera menyambar salah satu cakarnya tersebut dan mencengkeramnya erat-erat, tapi pada saat yang bersamaan cakar yang lain menyambar datang pula. Si anak pumada itu menjadi amat terperanjat, dia berusaha untuk menghindarkan diri, tapi berhubing tangannya yang sebelah masih menggenggam cakar srigala tersebut, dia tak sempat untuk menghindarkan diri lagi, tak ampun tangannya segera bertambah dengan jalur luka yang segera mengeluarkan darah. Amarah tak bisa dibendung lagi dalam dada Suma thian yu, dengan suara penuh kegusaran dia membentak: Pingin mampus rupanya kau! Sambil menahan rasa sakit, dia mengangkat tubuh srigala raksasa itu kemudian dilemparkan kedepan. Bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya, srigala raksasa itu segera meluncur kedepan menumbuk dinding gua. Hu Hok cu yang menyaksikan peristiwa tersebut menjadi terperanjat sekali, jeritnya: Siau Hek! Seperti orang kalap saja dia melompat kemana si serigala raksasa tersebut jatuh, sayang sekali kedatangannya terlambat setengah langkah, tatkala ia tiba disitu, serigala raksasa tersebut sudah menumbuk di atas dinding gua dengan menimbulkan suara keras.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tidak ampun lagi, pecahlah batok kepala srigala raktasa itu, isi benaknya berhamburan kemana mana dan mampas seketika itu. Melihat serigala kesayangannya mati, Hu Hok cu kembali naik darah, sepasang matanya merah membara seperti kobaran api dengan muka memerah dan menyeringai seram, dia membentak keras. "Bocah keparat, bayar kembali selembar nyawa dari Siau Hek untukku....! Sembari berseru dia menerjang kehadapan Suma thian yu, kemudian sepasang telapak tangannya dengan jurus Siang hong tiau yang (sepasang hong menghadap matahari) dengan memisah kekiri dan kekanan langsung menghantam kepala Suma thian yu. Serangan yang dilancarkan dalam keadaan gusar dan nekad ini benar-benar disertai dengan kukuatan yang luar biasa sekali. Kendatipun Suma thian yu memiliki ilmu silat yang amat lihay, akan tetapi diua tak berani memandang enteng, buruburu sepasang telapak tangannya dirangkap didepan dada dan dilontarkan kedepan, kali ini dia menyerang dengan sembilan bagian dari ilmu Bu siang sinkang yang dikombinasikan dengan Kui goan sim hoat. Dengan disertai suara deruan angin pukulan yang memeakkan telinga, angin serangan tersebut segera meluncur kearah depan. Mendadak terdengar suara benturan keras yang mememikkan telinga menggema memecahkan keheningan, dua gulung angin pukulan itu saling membentur lalu menyebar keempat penjuru. Ha hok cu mendengus tertahan dan mundur beberapa lagkah dengan sempoyongan, setelah itu jatuh tertunduk diatas tanah dan memuntah kan darah kental, untuk beberapa saat dia tak mampu untuk bangkit berdiri lagi.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu berhasil merobohkan Hu Hok cu, Suma Thian yu tidak ambil perduli apakah dia sudah tewas atau belum, segera ditariknya tangan Bi hong saiancu Wan pek lan sambil berseru: "Adik Lan, cepat kita kejar dia!" "Mengejar siapa?" tanya Bi hong siancu Wan Pek lan dengan wajah tercengang. "Sekarang waktunya sudah tak banyak lagi, kita tak boleh memandangnya lagi, ditengah jalan nanti akan kuceritakan kesemuanya ini kepadamu....! Saking marah dan membaranya api dendam dalam dadanya, pemuda itu seolah-olah lupa kalau disisinya masih berdiri seorang Bu lim cianpwe yang merupakan juga tuan penolongnya, yakni Heng si Ciajin. Untung saja sikap Bi hong siancu jauh lebih tenang, dia segera menggandeng tangan Suma Than yu dan memberi kerliogan mata kepadanya antuk memberitahu kepadanya bahwa Heng si cinjin masih berada disitu, maka seandainya mereka hendak pergi pun harus minta ijin dahulu kepadanya. Sekarang, Suma Thian yu baru mendusin dan sadar kembali akan kekilafannya, dengan wajah menyesal dia lantas menjura kepada Heng si injin sembari berkata: "Locianpwe sekarang boanpwe masih ada suaut urusan penting yang harus segera di selesaikan dan apabila sikapku kurang sopan harap kau sudi memaafkan" Sambil mengelus jenggotnya, Heng si Cinjin tertawa, katanya kemudian: Haaaaahhh, bukankah kau mempunyai janji dengan kedua orang muridku? Mengapa kau buru-buru ingin memohon diri? Sebenarnya apa yang telah terjadi? Buru-buru Suma Thian yu membungkukan badannya, sambil menyahut: "Sekarang, boanpwe telah mengetahui siapakah musuh besar pembunuh ayahku, maka aku harus mencarinya dengan segera, sebab takutnya dia sudah keburu menghilang sehingga sulit untuk di temukan kembali!

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siapakah musuhmu itu?" "Siang wi coa Bian pun ci! Bajingan cabul!" Heng si Cinjin segera tertawa lebar. "Haaa...haa...haa...hiantit tak usah kelewat terburu napsu, setiap persoalan janganlah dilakukan dengan tergesa-gesa, besok pun masih ada waktu untuk mencarinya? Mencari dia pada hari ini, atau mencarinya besok toh sama saja? Aku kuatir kalau bajingan cabul itu sudah keburu melarikan diri! Sekali lagi Heng si Cinjin tertawa tawa. "Haaa...haa...Lohu jamin kalian pasti dapat saling bersua muka, mari kita pulang dulu!" Sebenarnya Suma Thian yu masih merasa agak keberatan, tapi untuk memberi muka kepada cianpwee tersebut diapun merasa kurang baik uutuk menolak kebaikannya, bisa dibayangkan betapa kalut dan gelisahnya perasaan pemuda tersebut sekareng. Agaknya Heng si Cinjin dapat menduga apa yang sedang dipikirkan dalam hati kecil pemuda itu, dia tersenyum dan tidak berbicara lagi. Pelan-pelan dia berjalan menghampiri Hu Hok cu, kemudian membungkukkan badab dan memeriksa keadaan lukanya, setelah itu berguman seorang diri. "Masih untung keadaannya tidak terlampau parah sehingga selembar jiwa tuanya masih bisa diselamatkan, kalau dia sampai mati, terlalu keenakan buat bajingan tua ini" Berbicara sampai disitu, dia berjalan kembali ke samping Suma Thian yu dan berkata lebih jauh. "Biarkan saja dia merasakan penderitaan akibat dari ulah sendiri, orang ini membunuh orang tanpa berkedip, kejahatan yang dilakukan olehnya pun sudah kelewat banyak, biarkan dia merasakan siksaan dan penderitaan tersebut selama sisa hidupnya didunia ini Waktu itu Suma Thian yu hanya memikirkan bagaimana caranya untuk membalas dendam terhadap Siang wi coa Bian Pun ci, terhadap mati hidup Ha Hok cu boleh di bilang sama

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sekali tak menggubris, maka ketika Heng si Cinjin menyelesaikan perkataannya, dia pun hanya mengiakan dengan begitu saja. Heng si Cinjin tahu kalau pikirannya waktu itu sedang kalut, maka sambil tersenyum katanya lagi: "Hiantit, segala sesuatunya sudah diatur oleh Yang kuasa, bila kau hendak mencarinya, belum tentu orang itu ditemukan, pepatah kuno pernah bilang: Ada niat menanam bunga, bunga tak mau tumbuh, tiada maksud menanam poaon liu, pohon liu menganak rimba. Bila kau bersedia mengikuti lohu, tanggung besok pagi kau akan berhasil menemukan dirinya.... Walaupun ucapan tersebut tidak mengartikan sesuatu secara tegas, namun secara lamat-lamat mengandung suatu makna yang mendalam, Suma Thian yu tahu kalau Heng si Cinjin tak mungkin akan sembarargan berbicara tanpa sesuatu dasar yang kuat, maka tanpa terasa hatinya menjadi jauh lebih lega. Mereka bertiga segera berangkat meninggalkan lembah Si jin kok tersebut, Heng si cinjin berjalan di paling depan sebagai penunjuk jalan, dengan mengerahkanilmu meringankan tubuh Heng im lin sui (berjalan di mega air mengalir), mereka bergerak lebih duluan. Suma Thian yu serta Bi hong siancu segera mengikuti terus dibelahkangnya seperti bayangan, jarak mereka hanya selisih empat langkah dan bersama-sama bergerak kearah bukit Kun san. Sambil menghentikan perjalanannya, Heng si cinjin berpaling seraya berkata: Rupanya arak Cuan telah menantikan kedatangan kita! Suma Thian yu menengok kedepan, betul juga, tampak dua sosok bayangan manusia secepat sambaran kilat sedang meluncur kearah mereka berada. Didalam sekejap mata saja kedua sosok bayangan manusia itu sudah tiba didepan mereka bertiga, ternyata mereka tak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lain adalah Thi Pit suseng (sastrawan pena baja), Thia Cuan dan adiknya. Menyaksikan gurunya datang membawa Suma Thian yu, dia segera bersorak sorai kegirangan: "Suma Hianti, aku bersusah payah mencari mu kemanamana, mengapa baru muncul pada saat ini?" Kemudian kepada gurunya, Heng si Cinjin kembali tanyanya dengan hormat: Insu, dari mana kau orang tua bisa tahu kalau mereka akan berkunjung kemari?" Kebetulan saja, kebetulan saja! Panjang untuk diceritakan, mari kita kembali dulu ke rumahh gubuk Buru-buru Suma Thian yu mengenalkan mereka dengan Bi hong siancu dan susana pun menjadi ramai. Sementara itu Toan im siancu dengan penuh seksama, ditatapnya gaids itu dari atas sampai bawah, makin dilihat terasa semakin cantik, sehingga akhirnya timbul perasaan malu terhadap diri sendiri, tak heran kalau Suma thian yu tidak begitu tertarik kepada dirinya selama ini. Yaa, perasaan anak gadis memang jauh lebih halus dan cermat, gampang dipermainkan oleh emosi. Ketika Toan im siancu menyaksikan Suma thian yu membawa serta Wan pek lan, hatinya segera menjadi kecut dan sedih, tapi untung hanya sebentar saja dan kemudian menjadi tenang lagi. Tak lama kemudian, sampailah mereka berlima ditengpat kediaman Heng si cinjin. Ternyata tempat itu merupakan tiga buah rumah kecil yang terbuat dari kayu, dibelakang menjulang tebing karang yang tinggi, sedangkan di depan rumah serbentang sebuah tanah lapangan yang luasnya sepuluh kaki. Ketika Suma thian yu tiba ditanah lapangan tersebut, dan menyaksikan pemandangan alam yang terbentang depan matanya, dia segera menghela napas sambil memuji: Benar-benar sebuah tempat pertapan yang amat indah dan tenang, apabila aku pun bisa mengundurkan diri dari

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dunia persilatan dan mengasingkan diri disini, tidak sia sia hidupku selama ini" Heng si Cinjin mengelus jenggotnya dan tertawa nyaring. "Menyaksikan terbitnya matahari disini akan menimbulkan suatu kedamaian dihati, semua pikiran keduniawian serasa hilang lenyap dengan begitu saja dikala matahari tenggelam dilangit barat sana, maka diujung langit situ akan muncul sebuah ikat pinggang langit yang memancarkan sinar keemasan, semuanya menimbulkan kesan yang mendalam bagi yang memandangnya, jika malam sudah tiba dan keheningan malam mencekam seluruh jagad, maka kedamaian dan ketenangan akan muncul dan menyelimuti kembali hati kita semua" "Ya, kehidupan manusia didunia ini memang bagaikan sebuah impian yang aneh! kata Suma Thian yu. Heng si cinjin segera mendongakkan kepalanya memandang cuaca, lalu katanya lagi: Masih ada seperempat jam sebelum tibanya saat matahari akan terbit, hiantit, mari kita duduk bersila disini, setelah berjuang semalaman suntuk, kau harus beristirahat lebih dahulu! Sementara itu Thi pit Suseng Thia Cuan sangat berharap didalam perjumpaan ini, mereka dapat berbincang-bincang sampai puas, maka dia merasa kurang setuju dengan usul gurunya itu. Heng si cinjin yang berpandangan tajam, sekilas pandangan saja ia dapat menebak jalan pikirannya, maka sambil tertawa katanya kemudian: Cuan ji, tahukah kau baru saja siauhiap lolos dari ancaman bahaya? Sekalipun kau ingin berbincang-bincang dengannya, toh tidak usah dilakukan pada saat ini juga Mendengar perkataan tersebut, Thi pit suseng menjadi terkejut sekali, segera tanyanya: Kenapa? Apakah Thian yu telah berjumpa dengan si setan tua tersebut.....?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bukan, yang dia jumpai adalah gembong iblis yang jauh lebih ganas dan lebih dahsyat daripada si setan tua tersebut" "Siapakah orang itu Insu?" sela Toan im siancu Thia Yong dari samping. Heng si Cinjin tersenyum. Sekarang, lebih baik jangan ditanyakan dahulu" tukasnya. Toan im siancu yang ketanggor batunya menjadi terbungkam dan segera duduk bersila untuk mengatur napas. Begitulah, mereka berlima segera duduk bersila untuk bersemedi menurut ajaran perguruan masing-masing. Suma Thian yu segera manfaatkan pula kesempatan tersebut untuk mengaturnapas, tidak selang berapa saat kemudian dia sudah berada dalam keadaan lupa akan segala galanya. Waktu pun berlalu dengan begitu saja tanpa meninggalkan bekas. Akhirnya, dari kejahuan sana terdengar suara ayam berkokok tanda fajar telah menyingsing. Matahari pun seakan-akan baru bangun dan tidurnya dan memancarkan cahaya keemas-emasannya keseluruh jagad. Diatas puncak bukit Kun san, ditengah sebuah tanah lapang yang luas duduk bersila lima orang, ketika fajar mulai menyingsing, mereka pun turut membuka mata masingmasing. Hengsi si Cinjin mengangkat kepalanya sambil memandang cahaya keemas-emasan yang murcul diballk bukit sana, kemudian ujarnya sembari tertawa. "Hianit, matahari telah terbit!" Benar juga, matahari telah terbit dan memancarkan sinarnya keempat penjuru dunia. Suma thian yu berjalan kesisi tanah lapang, memandang keindahan alam yang terbentang dihadapannya, tanpa terasa ia menarik napas panjang-panjang sambil bergumam: Ooh, betapa indahnya pemandangan alam disini, betapa agungnya alam semesta ini

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sementara itu, Bi hong siancu Wan Pek lan telah berjalan kesisinya dan bersandar diatas lengannya dengan penuh kemesraan. Toan im siancu Thia Yong yang menyaksikan kejadian itu merasakan hatinya menjadi kecut dan sedih sekali, katanya kemudian: Adik Lan, bagaimana kalau kita bermain main dibelakang bukit sana!" Agaknya Toan im siancu bermaksud untuk mengajak Bi hong siancu pergi, sehingga dengan demikian akan mengurangi perkembangan hubungan diantara mereka berdua. Perempuan, ya, perempuan! Perempuan memang makhluk yang cantik, tapi gampang cemburu. Bi hong siancu Wan Pek lan sama sekali tidak mempunyai sesuatu maksud apapun, mendengar ajakan tersebut, dia segera menyambuti dengan gembira: Bagus sekali! Engkoh Thian yu, apakah kau akan ikut bersama kami....? Memandang bukit yarg menjulang dikejahuan sana, Suma thian yu menggeleng. Tidak, adik Lan, aku hendak menikmati keindahan alam dari disini, kau pergilah sendiri. Bi hong siancu segera menarik tangan Toan im ciancu dan berkata sambil tertawa manis. Indahkah pemandangan alam dibelakang bukit sana? Ditempat itu tumbuh berbagai bunga yang indah dan harum, disitu pun terdapat kelinci dan kijang, bagaimana kalau kita menangkap beberapa ekor diantaranya? Mendengar kalau ditempat tersebut amat menarik hati, Wan Pek-lan menjadi girang sekali, tidak menunggu lebih lama lagi dia segera berjalan lebih dulu. Thia Yong yang menjumpai kepolosan dan kesucian Wan Pek-lan, menjadi menyesal sekali, ia merasa jiwa serta pandangan sendiri ke lewat sempit.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Maka setelah dilihatnya Wan Pek-lan berlalu lebih dulu, buru-buru dia menyusul dari belakang. Thi pit suseng Thia Coan yang menyaksikan adiknya Thia Yong dapat bergaul akrab dengan nona Wan, sudah tentu ikut merasa gem bira, tentu saja dia tak tahu kalau Thia Yong justsu menggunakan tipu muslihat untuk mengajak Wan Pek lan berlalu dari situ. Sepeninggal mereka berdua, Thi pit suseng Thia Coan baru berjalan mendekat Suma Thian yu sambil bertanya: Hiante, apa kau menyukainya? "Apa, menyukai siapa? tanya Suma Thian yu sambil tersentak kaget dari lamunannya. "Menyukai alam disini?" Oooh, betul, pemandangan disini amatlah indah. Siapakah yang dapat melupakan keindahan seperti ini? "Bila kau tidak merasa tempat ini terlalu jelek, selanjutnya kita boleh hidup bersama-sama disini?" "Thia heng, kau terlalu baik, aku pasti akan mengasingkan diri ditempai yang sangat indah ini Sembari berkata dia lantas menggenggam tangan Thia Cuan erat-erat. Thi pit Suseng memang sudah tahu kalau anak muda ini adalah seorang yang amat perasa dan mudah emosi. Tatkala Thia pit Suseng Thia Cuan menanyakan peristiwa yang telah menimpanya semalam, tanpa merahasiakan sesuatu apapun Suma thian yu segera menceritakan bagaimana dia datang memenuhi janji, bagaimana bertemu dengan setan muka hijau, salah memasuki lembah Si jin kok dan bertemu dengan Hu hok cu. Kemudian sebagai akhir kata, dia bertanya lagi: Suhumu berkata, hari ini kalau bisa berjumpa muka dengan Siang wi coa, sungguhkah perkataan ini? Thi pit suseng segera manggut-manggut, sahutnya: Panjang sekali untuk diceritaka, Hiante, kemarin Thi heng pun bertemu dengan setan muka hijau dan Siang wi coa berdua, tanpa mengucapkan sepatah katapun kami segera

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bertarung, akhirnya kami berjanji akan berduel lagi hari ini, itulah sebabnya mereka sudah pasti akan datang kemari untuk memenuhi janji Mendengar ucapan mana, Suma Thian yu segeral mengepalkan tinjunva kencang-kencang, darah panas serasa mendidih dalam tubuhnya seolah-olah Siang wi coa Bian pun ci telah berdiri dihadapan mukanya sembari menyeringai. Rupanya, ketika kemarin ketika dua bersaudara turun gunung untuk menyambut kedatangannya Suma Thian yu, kemudian si anak muda tersebut sedang bertarung diatas perahu. Ketika dua bersaudara Thia yang lama menunggu belum juga melihat kedatangan Suma thian yu, mereka pun segera berjalan jalan di sekitar telaga sambil menikmati keindahan alam. Pada saat itulah sepasang manasia bengis yang sedang melarikan diri itu kabur pula sampai disana, dalam perjumpaan yang tak ter duga, mereka segera melangsungkan pertarungan saru. Siang wi coa yang kehilangan lencana emasnya, merasa kuatir apabila Suma Thian yu mengetahui rahasai sebenarnya dan menyerang kesitu, dia tidak berniat untuk melangsungkan pertarungan tersebut dan berjanji dengan dua bersaudara Thia untuk melanjutkan pertarungan pada hari ini. Menanti dua bersaudara Thia lembali kesana, Suma thian yu sudah sampai lebih dahulu dan memasuki lemba Si jin kok, sehingga terjadi pertarungan sengit tersebut. Untung saja Heng si cinjin segera mengetahui adanya pertarungan dalam lembah itu dan menyusul kesana, coba kalau bukan demikian, mungkin Suma thian yu tak pernah akan pernah tiba disana selamanya. Begitulah setelah mendengar penuturan tersebut, Suma Thian yu menjadi paham akan duduknya persoalan, dia segera mohon maaf berulang kali. Sementara kedua orang itu masih bercakap-cakap dengan gembira, dari belakang rumah terdengar suara orang tertawa

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

cekikikan, tak selang beberapa kemudian Toan im siancu dan Wan pek lan telah muncul dengan membawa seekor kelinci, Mendadak..... Dari bawah bukit sana bergema beberapa kali suara pekikan yang nyaring. Mendengar suara pekikan tersebut, Thi pit suseng Thia Cuan segera berkata: Hiante, untuk sementara waktu kau dan nona Wan silahkan masuk dulu kedalam ruangan" "Mengapa?" tanya Suma Thian yu dengan perasaan tidak habis mengerti. "Seandainya Siang wi coa menyaksikan kau hadir disini dan sebelum dia bertarung sudah melarikan diri, bukankah kesempatan yang sangat baik ini akan terbuang sia-sia? Bila ingin mengejarnya lagi mungkin akan jauh lebih sukar daripada ke langit." Apa yang dikatakan Thia Cuan ini memang betul dan Suma Thian yu merasa tepat sekali, maka dia lantas mengajak Bi hong siancu bersembunyi dahulu di dalam rumah. Heng si Cinjin juga pelan-pelan bangkit berdiri dan berjalan menuju ke ujung lapangan sana. Suara pekikan nyaring segera bergema dari mulut bukit sana.... Bersamaan dengan berkumandangnya suara pekikan nyaring yang membelah angkasa itu, tampaklah tiga sosok bayangan manusia bagaikan tiga batang anak panah yang terlepas dari busurnya menembusi angkasa dari ujung langit sana dan meluncur ketengah arena dengan gerakan Peng sah lok eng (burung manyar melayang dipasir). Mana cepat, enteng, tidak menimbulkan suara lagi, kesempurnaan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki orangorang itu menunjukan kalau ilmu silat mereka meraka tidak lemah. Menyaksikan kehadiran ke tiga orang itu, Hng si Cinjin segera tertawa nyaring, katanya:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Haaah...haah...haaah...sepagi ini kalian bertiga telah mengunjungi bukit kami, bila tidak menyambut kedatangan kalian dari kejauhan harap sudi dimaafkan, entah ada petunjuk apakah kalian bertiga datang kemari? Ketiga orang itu tak lain adalah Siang wi coa (ular berekor nyaring) Bian pun ci, Kim bin kui (setan muka hijau) Siang Tham serta toa suhengnya Hek hong hou (harimau angin hitam) Lim Kong. Mendapat teguran tersebut, si Harimau angin hitam Lim Kong segera tertawa seram, pertama-tama dia yang buka suara lebih dahulu. Oooh, rupanya cianpwae yang sedang bertapa disini, wah, tampaknya aku sudah mengusik ketenanganmu! Kalau begitu, dua orang pemuda tersebut adalah anak muridmu?" Haah...haah...haah..betul, mereka adalah murid-muridku, bila perbuatan mereka kemarin telah menuugeu kalian, harap sudi di maafkan" ucap Heng si Cinjin sambil tertawa nyaring. Ahhh, mana, mana, kita hanya salah paham saja" Harimau angin hitam Lim Kong tertawa dingin, kalau toh mereka adalah murid cianpwee, ini berarti bukan orang luar lagi, baiklah kami mohon diri saja... Seusai berkata, dia lantas memberi tanda kepada si Setan muka hijau dan ular berekor nyaring setelah itu membalikkan badan dan siap berlalu dari situ. Mendadak Heng si cinjin tertawa tergelak lagi, katanya: Waaah, rupanya kalian bertiga menganggap asing diriku, sudah bersusah payah datang kemari, mana kalian harus pulang dengan tangan hampa? Bagi orang persilatan, menjajal kepandaian hanya bertujuan untuk mengejar kemajuan, asalkan pertandingan terbalas saling menutul belaka, apa salahnya untuk diselenggarakan? Apalagi yang menantang kalian adalah muridku, tentu saja Pinto tak leluasa untuk turut campur. Mari, mari, mari... kalian bertiga tak usah pergi lagi, kalian memang sepantasnya untuk berhubungan lebih akrab, biar pinto bertindak sebagai saksinya saja

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sungguh gembira hati si harimau hitam Lim Kong setelah mendengar janji Heng si Cinjin yang tak akan mencampuri urusan tersebut, ia memandang sekejap ke arah kedua orang itu, kemudian sambil membalikkan badan dan tertawa dingin serunya: Jika cianpwe memang berniat begituh, biarlah kami turut perintah saja Cuma, sebelum pertandingan dimulai harus dijanjikan dulu, andaikata salah satu pihak sampai salah turun tangan hingga menyebabkan pihak yang lain cedera, bagaimana jadinya?" Bajingan ini memang licik, bermaksud tak baik, berhati busuk dan berbahaya sekali, rupanya dia ingin mencari posisi yang lebih menguntungkan dalam pembicaraan mana, sehingga bila Thia bersaudara menderita cedera nanti, diapun bisa memberikan pertanggungan jawabnya. Mendengar ucapan mana, diam-diam Heng si cinjin mendengus, kemudian ia mendongak an kepalanya dan tertawa panjang: "Haaaahhhh.... haaaahhh.... haaaahhh bila pertarungan mulai terjadi, memang tak urung akan menjadikan salah satu pihak ce rera, bila hal ini terjadi maka hanya bisa disalahkan kepandaian sendiri yang kurang becus, masa orang lain dapat disalahkan? Walaupun sudah mandengar ucapan tersebut, kecurigaan yang terpampang diwajah si harimau angin hitam Lim kong belum juga hilang, tampaknya dia masih curiga kalau perkataan dari Heng si Cinjin tersebut bukan timbul dari hati yang jujur. Thi pit suseng (sastrawan berpana baja) Thia Cuan menjadi habis sudah kesabarannya, dengan kening berkerut dan mata melotot karena gusar, serunya dingin: Lim tayhiap, kau begitu menguatirkan tentang masalah tersebut bahkan berpikir yang teliti, memanga ya kau kuatir kalau sampai guruku turun tangan mencampuri urusan ini bila kalian sampai melukai aku orang she Thia?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Diluarnya si Harimau angin hitam Lim Kong menggoyangkan tangannya berulang kali menyatakan tidak, padahal menang begitulah maksud hati yang sesungguhnya. Sebagai pemuda yang berpengalaman, sudah barang Thi pit suseng dapat mengetahui akan hal ini, tanpa terasa dia berseru lagi sambil tertawa dingin: Soal itu mah tak asah ku kuatirkan, ucapan seorang lelaki sejati lebih berat daripadabukit karang, kami bukan bangsa manusia yang berbicara mencla-mencle dan suka menjilat ludah sendiri Banyak berbicara yang tak berguna tak ada gunanya" sela si ular berekor nyaring Bian pun ci dari samping. "Lim toako, apa sih maksud kedatangan kita kemari? Memangnya hanya untuk bersilat lidah belaka?" Betul, daripada bersilat lidah lebih baik bersilat tangan" sanbung Toan im siancu cepat, "dalam santapan siang hari ini memang paling baik kalau dihidangkan sop tulang ular" Ucapan mana berarti ganda dan kontan saja mendamprat si ular berekor nyaring hingga berkaok-kaok kegusarannya. Dalam amarahnya, dia segera membentak: "Lonte busuk, toaya akan mencoba kekuatan mu lebih dulu, lihat serangan..... Berbareng dengan selesainya perkataan itu, sebuah serangan dahsyat segera dilontarkan. Ditengah udara segera berkumandang deruan angin puyuh yang menyambar-nyambar, angin yang menderu membuat pasir dan debu beterbangan diangkasa dan langsung menyambar tubuh bagian bawah Toan im siancu. Thia yong segera melejit ke tengah udara lalu meluncur datar ke depan, serangan telapak tangannya berubah menjadi serangan jari dan secepat kilat balas menotok tubuh si ular berekor nyaring. Di pihak lain, si Sitan muka hijau Siang Tham juga habis sudah kesabarannya, dia menerobos ke hadapan Thi pit suseng lalu mem bentak nyaring:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mari, kitapun bermain beberapa gebrakan untuk mengisi waktu senggang, harap Thia tayhiap melancarkan serangannya "Sungguh bangga hatiku bisa mencoba kepandaian silat Siang tayhiap yang termashur dan cukup menggetarkan dunia persilan itu, apun tak usah menyimpan kepandaian mu lagi, silahkan memberi petunjuk dengan segenap kemampuan yang kau miliki" Sambil berkata, dia lantas berdiri seenaknya sendiri sambil membuka seluruh pertahanannya, dia bersiap sedia menghadapi serangan dahsyat dari musuhnya itu. Melotot besar sepasang mata si setan muka hijau Siang Tham, sambil menyeringai seram katanya: Maaf aku orang she Siang! Selesai berkata, entah dengan gerakan apakah dia melancarkan serangan tahu tahu orangnya sudah menerobos ke hadapan Thia Cuan dan mencengkeram alat kelamin orang. Dengan jurus Lik pit mong hou (membacok keras harimau buas) Thi pit suseng mengunci tubuh bagian bawahnya, mendadak ia menyak sikan tangan kiri si Setan muka hijan Siang Tham menghantam ke arah dadanya.... Dalam repotnya Thia Cuan melakukan tangkisan ke atas sambil melepaskan sebuah tendangan mengarah tenggorokan musuh. Gerakan tubuhnya amat cepat bagaikan sambaran angin, serangan yang digunakan juga merupakan ilmu simpanan dari Heng si Cinjin, kelihayannya bukan alang kepalang. Siang Tham amat terperanjat, tanpa terasa serunya kaget: Sungguh ilmu gerakan tubuh yang indah! Tubuhnya segera berputar seperti roda kereta, dia menyelinap kebelakang punggung Thia Cuan lalu dengan jurus Si ting si eng (Si Ting memanah rajawal) dia bacok punggung anak muda tersebut. Merasakan datangnya desingan angin tajam dibelakang punggungnya, Thi pit suseng Thia Cuan tak berani bertindak ayal, mendadak dia maju selangkah ke depan, lalu dengan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jurus Tah ong kay kiong (raja lalim mementang gendawa) melepaskan sebuah serangan balasan kearah depan. Begitu pertarungan berkobar, kedua belah pihak menggunakan segenap kepandaian silat yang dimilikinya, dalam waktu singkat angin pukulan bayangan kaki saling menggulung dengan dahsyatnya, ditengah arena hanya nampak dua gulung bayangan putih yang sebentar kekiri sebentar kekanan, sebentar meninggi sebentar merendah, saling bertarung dengan serunya. Pertarungan yang berkobar antara Toan im siancu melawan si ular berekor nyaring Bian pun ci juga berlangsung seimbang, namun bagaimanapun juga kesempurnaan Toan im siancu masih jauh dari sasaran, pengalamannya meski luas toh sulit untuk bertarung lebih lama, lambat laun dia mulai keteter dan berada dalam posisi yang amat berbahaya. Heng si Cinjin menjadi sangat kuatir hingga mengucurkan keringat dingin setelah menyaksikan peristiwa tersebut, namun dia sudah terlanjur berbicara, sehingga sulit baginya untuk terjun lagi kedalam arena guna mengatasi kesulitan mana. Sebagai seorang angkatan tua dari dunia persilatan, apa yang telah diucapkan lebih berat dari bukit karang, sekalipun muridnya bakal tewas dalam pertarungan itupun, dia tidak bisa berbuat banyak untuk mengatasi keadaan mana. Memang berat untuk melaksanakan "pegang janji" semacam itu, sebab kadang kala pengorbanannya lebih parah daripada nyawa. Mendadak terdengar Toan im sianeu menjerit kaget, tubuhnya melompat mundur beberapa langkah dengan wajah pucat pias, rambutnya kusut dan tubuhnya agak menggigil. Tanpa sadar Heng si Cinjin maju beberapa langkah kedepan, tapi dengan cepat dia berhenti kembali, perasaannya waktu itu sungguh kesal dan masgul. Mau mercampuii urusan itu tak bisa, mau turun tangan membantu lebih tak mungkin, apa mau dikata, kepandaian

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

silat dari murid kesayangannya masih setengah tingkat dibawah kemampuan lawannya, hal tersebut membuatnya jadi amat mengenaskan sekali dan tak tahu bagaimana caranya untuk mengatasi keadaan tersebut. Jilid 19 MENDADAK terdengar Si ular berekor nyaring berpekik nyaring, seluruh tubuhnya melejit ke tengah udara, sepasang telapak tangannya berubah menjadi serangan cakar, dengan sepuluh jari tangan yang dipeatangkan lebar-lebar, ibarat burung elang meaerkam kelinci, dia langsung saja menerjang ke atas tubuh Toan im siancu. Nampaknya keadaan Toan im siancu jadi amat kritis dan keselamatan jiwanya terancam. Di saat yang sangat gawat itulah, mendadak berkumandang suara pekikan nyaring dari dalam rumah kayu itu, disusul kemudian nampak dua sosok bayangan manusia melesat keluar lewat jendela seperti anak panah yang terlepas dari busurnya. Bayangan manusia yang pertama muncul kedepan dengan kecepatan yang luar biasa, sementara bayangan yang lain mengikuti dibe lakangnya dengan gerakan yang tak kalah ce patnya. Begitu menyaksikan kemunculan orang ter-sebut, Heng si Cinjin tahbu kalau bintang penolongnya telah muncul, semua perasaan risau dan masgul yang semula menyelimuti perasa annya, kini tersapu lenyap hingga tak berbekas. Tampak bayangan manusia yang muncul di tengah arena terlebih dahulu tadi sama sekali tidak merubah gerakan badannya, dia langsung menerobos ke tengah tengah antara si Uarr berekor nyaring Bian Pun ci dengan Toan im siancu berdua. "Blaammm....!" suatu benturan keras berkumandang memecahkan keheningan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Angin pukulan yang dilepaskan si Ular ber ekor nyaring seolah-olah membentur diatas sebuah dindiig yang tebal saja. angin pukulan-nya segera mental balik dan mendorong tubuhnya hingga tergetar mundur sejauh beberap langkah dengan sempoyongan. Dengan bersusah payah dia harus menjaga keseimbangan tubuhnya, sebelum pada akhirnya berhasil mengendalikan tubuhnya secara dipaksakan. 00O00 00O00 MENGGUNAKAN kesempatan yang sangat baik itulah Toan im siancu segera menjatuh kan diri berguling ke samping tubuh gurunya, jantung serasa berdebar keras, andaikata Suma Thian yu tidak muncul pada saatnya untuk me nyelamatkan selembar jiwanya, mungkin dia sudah tewas semenjak tadi. Waktu itu, sebenarnya si ular berekor nyaring Bias Pun ci masih diliputi perasaan ter kejut barcampur kaget, ketika ia mendongak kan kepalanya dan mengetahui kalau orang yang menyelamatkan Thia Yong barusan tak lain adalah musuh bebuyutannya, dia menjadi amat terkesiap, diam-diam dia mengeluh. Suma Thian yu dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu memandang sekejap ke arah si Ular berekor nyaring, kemudian sapanya: "Bian tayhiap, kalau bukan jodoh tak akan bertemu, kau kaget? Tidak menyangka kalau aku yang datang bukan?" Si Ular berekor nyaring Bian Pun ci tertawa seram. "Heeehh... heeeh... aku mengira siapakah yang bernyali harimau sehingga berani mengginggu pekerjaan toaya. rupanya kau si bocah keparat. Kebetulan sekali kita saling bersua kembali, aku memang sedang risau karena tak bisa menemukan jejakmu didunia ini, tak nyana kalau kau malah menghantar diri sendiri kehadapanku...." Dipihak lain, ketika si Harimau angin hitam Lim Kong menyaksikan kemunculan Suma Thian yu disitu, serta merta

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dia meninggalkan lawannya Thi pit suseng dan bergeser ke arah Suma Thian yu. Bi hong siancu Wan Pek lan pun segera turut munculkan diri pula disisi arena. Dari dalam sakunya Suma Thian yu mengeluarkan lencana emas tersebut, kemudian tanyanya dengan gusar: "Bian tayhiap, darimana kau dapatkan lencana emas tersebut?" Paras muka si ular berekor nyaring Bian Pun ci berubah hebat begitu menyaksikan lencana emas tersebut, tapi sesat kemudian telah menjidi tenang kembali, dia tertawa dingin lalu serunya dengan nada yang menyeramkan: "Heehhh.....heeehh.... heeeehh....benda itu merupakan benda milik toanya, kau tak usah mengurus darimana kuperoleh benda terebut...." Betul-betul orang iblis yang berakal licik Bian Pun ci masih pandai berlagak pilon lagi. Melotot gusar sepasang mata Suma Thian yu setelah mendengar ucapan itu, dengan wajah memerah bentaknya lagi: "Memangnya benda itu milikmu pribadi?" "Soal itu tak usah kau tanyakan, sebab kau tidak berhak untuk menyelidiki aku" Suma Thian yu segera membalikkan telapak tangannya memperlihatkan tulisan yang terukir diatas lencana emas mana, kembali dia berseru dengan lantang: "Bajingan keparat! Kau anggap anak muda gampang diiipu? Terus terang kuberitahukan kepadamu, benda ini milik sauya, ditinjau dari munculnya benda tersebut ditanganmu, ber arti kaulah yang membunuh orang tua ku, kau lah yang telah membakar rumahku, ayo mengaku!" Si Ular berekor nyaring Bian Pun ci tertawa seram. "Heeehh...heeehh...kalau memang toaya yang melakukan, mau apa kau? Memangnya kau sanggup melalap diriku bulatbulat?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hawa amarah Suma Thian yu sudah tidak terbendung lagi, sambil tertawa panjang dia menubruk kemuka dengan jurus Oh hou pu yo (harimau lapar menerkam domba), dia langsung mencengkeram wajah si Ular berekor nyaring Bian Pun ci. Serangan yang dilancarkan oleh Suma Thian yu dalam keadaan gusar ini dilakukan dengan kecepatan luar biasa dan jurus serangan yang amat dahsyat sekali, menanti Bian Pun ci menyadari akan bahaya, cakar maut tersebut sudah muncul dihadapannya. Dengan gugup Biaan Pun ci menyingkir kesamping, sekalipun berhasil meloloskan diri dari cengkeraman itu toh dadanya yang kena tersambar, lamat-lamat tera sa sakit. Gagal dengan serangannya yang pertama, tentu saja Suma Thian yu tak sudi melepaskan musuhnya dengan begitu saja, dia maju ke de pan, serangan cakarnya berubah menJadi pukulan telapak tangan dan langsung membacok tubuh musuh. Ketika berlangsungnya pertarungan sengit diatas perahu besar ditengah telaga Tong ting ou kemarin, dia telah menderita kerugian yang cukup parah. Orang kuno bilang: Sekali terpagut ular, selama hidup ngeri dengan tali. Begitu pula keadaannya dengan si ular berekor nysring Bian Pun ci sekarang, baru saja Suma Thian yu melepaskan pukulannya, Bian Pun ci sudah melompat mundur dengan terbirit birit karena ketakutan. Keadaan mana tak ubahnya seperti semacam permainan dia selalu berusaha keras untuk menghindari bentrokan langsung dengan anak muda tersebut. Dengan begitu, Suma Thian yu malah berhasil menduduki posisi diatas angin dan berada dipihak yang memotori serangan. Pertarungan antara jago lihay, paling pantang kalau keadaan dikuasai lawan, apalagi Suma Thian yu memiliki kepandaian silat yang luar biasa. Begitu berhasil merebut posisi yang menggun tungkan, dia segera mengembangkan ilmu Tay kim to liong ciang yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

amat lihay itu serta melepaskan serangkaian serangan berantai yang meluncur bagaikan gulungan ombak di sungai Tiangkang. Dalam waktu singkat angin pukulan menderu deru, bayangan tangan berlapis-lapis, seperti gulungan awan hitam yang menyelimuti seluruh angkasa, si ular berekor nyaring Bian Pun ci segera terjerumus dalam kepungan musuh. Si Harimau angin hitam Lim Kong yang menonton jalannya pertarungan dari sisi arena, dengan cepat menyadari betapa berbahayanya keadaan rekannya itu diam diam dia menghimpun hawa murninya, lalu sambil berpekik nyaring dia menerjang masuk ke arena pertarungan. Begitu orangnya tiba, sepasang lengannya memainkan dua kuntum bayangan kepalan yang menerobos diantara tubuh kedua orang itu, bentaknya keras-keras: "Tahan!" Waktu itu, si ular berekor nyaring Bian Punci yang terjerumus dalam kepungan sedang gelisah dan berusaha untuk melepaskan diri dari kepungan lawan, maka begitu menyaksikan si Harimau angin hitam Lim Kong menyerbu ke tengah arena, dia segera manfaat-kan kesempatan tersebut untuk meloloskan diri dari kepungan lawan yang dahsyat. Suma Thian yu naik darah apalagi setelah menyaksikan Harimau angin hitam Lim Kong mencampuri pertarungan mereka, serta merta semua amarahnya dilimpahkan ke atas tubuh orang ini. Dengan mempergunakan ilmu Heng toan wu san (awan memotong bukit Wu) dia bacok tubuh Lim Kong keras-keras: "Pingin mampus!" bentak si harimau angin hitam Lim Kong dengan penuh amarah. Sepasang lengannya yang menerobos ke depan dipisahkan ditengan jalan, lalu dengan jurus Yu ma hun tiong (kuda liar membelah hulu) dia tahan serangan musuh dengan kekerasan, kemudian sambil mendesak kehadapan Suma Thian yu serunya:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sebelum urusan menjadi jelas, lebih baik jangan menyerang secara mem babi buta, sebenarnya apa maksudmu?" Mendengar perkataan tersebut Suma Thian ya tidak melancarkan serangan lagi, dia berdiri tegak disana dan menyahut dengan suara sedingin salju. "Bukti sudah berada disini, masa kalian hendak mungkir? Orang she Lim apabila kau hedak mencampuri urusan ini, sauya akan sekalian memperhitungkan dirimu, sekalian boleh maju bersama-sama untuk menghadapi ku" Si Harimau angin hitam Lim Kong adalah manusia cerdik yang amat 1icik, sudah beberapa kali dia mencoba kepandaian silat dari Su ma Thian yu, dan dia cukup menyadari bahwa pertarungan satu lawan satu tak mungkin bisa mereka ungguli. Sebaliknya bila mereka harus maju bertiga, kecuali pihak lawan masih terdapat dua bersaudara Thia, disitu pun berdiri seorang tokoh dunia persilatan yang lihay, berbicara soal jumlah orang maupun kekuatan nyata, mereka masih bukan tandingan orang. Maka dia pun lantas mengambil keputusan untuk angkat kaki dan kabur saja dari situ. Pepatah bilang: Selama gunung masih hijau, tak usah kuatir kehabisan kayu bakar. Bagi seorang lelaki sejati, asal masih bisa bernapas setiap saat masih ada kesempatan untuk membalas dendam. Begitulah, setelah mengambil pertimbangan dalam hatinya, maka dengan wajah yang aneh dan tertawa licik, Lim Kong si harimau angin angin hitam itu segera berkata: "Siauhiap, kau jangan memfitnah orang semaunya sendiri, maksudku apakah kau tidak salah mencari sasaran?" "Heeh... heeh... heeh... omong kosong! Bukti yang nyata sudah berada di depan mata, masa dapat salah lagi? Orang she Lim, kau tak usah menggunakan siasat untuk kabur, sau ya mu bukan seorang bocah berusia tiga tahun yang gampang ditipu dengan semaunya sendiri, mengerti?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Paras muka si Harimau anngin hitam Lim Kong tampak amat tenang, katanya segera sambil tertawa seram: "Siauhiap, cara kerjamu terlalu kaku, kalau menuduh orang pun sekehendak hatinya sendi ri, kau anggap dia yang telah membantai keluarga Suma...?" "Bukti sudah berada didepan mata, tak usah kau banyak ngebacot lagi...tukas suma Thian yu. "Seandainya masih ada orang lain?" jengek Si harimau angin hitam Lim Kong sambil tertawa dingin. "Jelas hal ini tidak mungkin!" "Seandainya aku dapat menyebutkan nama orang itu? Apa yang hendak kau lakukan?" harimau angin hitam Lim Kong mendesak terus lebih jauh. Suma Thian yu segera mendongakkan kepa lanya dan tertawa terbahak bahak. "Haah...haaah... haah... kau adalah orang diluar garis, bagaimana mungkin bisa mengetahui akan hal ini? Seandainya masih ada orang lain, mengapa orang she Bian itu jadi gelagapan dan tak mampu menjawab?" Si Harimau angin hitam Lim Kong tertawa seram pula. "Siauhiap hanya pintar sesaat, bodoh dilain waktu, seandainya Bian Pun ci bersedia menjawab, apakah kau akan mempercayainya?" Mendengar perkataan tersebut, Suma Thian yu segera berpikir di dalam hatinya: "Perkataan ini memang masuk diakal juga, coba lihat dulu apa yang dia katakan sebelum mengambil keputusan lebih jauh.." Sementara dia masih termenung, si harimau angin hitam Lim Kong telah berkata lebih jauh: Orang yang melakukan pembantaian terhakan orang tuamu dan membakar perkampungan Suma keh ceng tempo hari adalah Sip hiat jin mu (manusia iblis penghisap darah) Pi Ciang hay, waktu itu Bian Pun ci sedang terjebak dalam keadaan bahaya, Sip hiat jin mo lah yang telah menolong selembar jiwanya"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Berdebar keras jantung Suma Thian yu setelah mendengar perkataan itu, paras mukanya segera berubah hebat, cepat bantahnya: "Mengapa lencana emas tersebut bisa terjatuh ketangan orang she Bian tersebut?" Toaya yang kena ditawan merasa peristiwa tersebut sebagai suatu aib besar" sambung si Ular berekor nyaring Bian Pun ci dengan cepat, "lencana emas itu ku minta dari Sip hiat jit mo sebagai kenang- kenangan" Mendengar ucapan mana, sekali lagi Suma thian yu tertawa terkekeh kekeh. "Heeh... heehh... heehh... orang she Bian, perkataanmu yang pertama sangat bertentangan dengan ucapanmu yang terakhir, kau mengatakan bahwa tertawanmu merupakan aib, kalau toh dendammu berhasil di balas, mengapa pula harus meninggalkan lencana emas tersebut sebagai kenangan? Apakah tindakan seperti ini tidak melanggar suatu kebijaktanaan?" Berbicara sampai di situ, sepasang matanya segera melotot besar, mencorong sinar tajam dari balik matanya, sambil menahan rasa geram sepera benraknya keras-keras: Bajingan keparat, menurut pengakuanmu Sip hiat jin mo adalah dalangnya, sauya pasti akan menyelidiki persoalan ini sampai tuntas untuk membuktikan kebenaran dari pengakuan mu hari ini, tapi... meski hukuman mati bisa dihindari, jangan harap kau bisa lolos dari hukuman hidup!" Si Ular berekor nyaring Bian Pan ci segera mendongakkan kepalanya dan tertawa seram. "Heeh... heeh... heeehh... bocah keparat, kau anggasp toaya benar-benar jeri kepadamu?? Aku orang she Bian adalah seorang lelaki jantan, kalau memang ada kepandaian, ayolah dikeluarkan semua!" Suma Thian yu tidak banyak berbicara lagi dia segera membalikkan tangannya mencabut pedang yang tersoren di punggung.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Criiing...!" diiringi suara dentingan nya ring, tahu-tahu dalam genggamannya telah ber tambah dengan sebilah pedang sepanjang tiga depa, itulah pedang mestika Kit hong sin kiam. Paras muka si ular berekor nyaring Bian Pun ci berubah amat serius setelah menyaksikan pedang Kit hong sin kiam tersebut, dengan perasaan bergetar keras pikirnya: "Rupanya kau adalah ahli waris dari orang she Wan, tak heran kalau dia begitu sombong dan takabur, hmmm! Memangnya orang she Wan tersebut bisa menggertak aku?" Sementara dia menggerutu dihati, mendadak terdengar Suma Thian yu membentak keras: "Bajingan busuk, bila tahu diri cepat cokel keluar sebuah biji matamu, hari ini sauya akan membuka jaring dan untuk sementara waktu tak akan membunuhmu, apabila sauya telah berhasil menemukan Sip hiat jin mo dan mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya, hmm, sekalipun kau hendak bersembunyi sampai diujung langitpun jangan harap bisa lolos dari pengejaranku!" "Hmm, bocah busuk, siapa yang bakal hidup siapa yang bakal mati masih sukar untuk diduga, kau anggap dengan mengandalkan ucapan tersebut lantas bisa menggertak toaya?" Selesai berkata, dari dalam sakunya dia mencabut keluar pedang Boan liong to andalannya. Begitu golok mestika sudah berada dalam genggaman, tampaknya nyali si ular berekor nyaring Bian pun ci pun turut menjadi lebih besar, sikap sombongnya yang semula tak nampak kini menghiasi kembali paras mukanya, senyuman dingin menghiasi ujung bibirnya. Mendadak dia tertawa aneh, golok Boan liong to nya menciptakan selapis cahaya tajam yang langsung membacok ke tubuh Suma Thian yu, bentaknya dengan suara aneh: "kalau bukan kau tentu aku, mari kita berduel lebih dulu!" Suma Thian yu yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi geli, pikirnya diam-diam:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tidak meringkus nyawamu pun sudah merupakan suatu kemujuran bagimu, sekarang masih berani berlagak sok buas dihadapanku... hmmmm, bedebah yang tak tahu diri!" Sementara dia masih termenung, serangan ujung golok lawan sudah menusuk datang. Suma Thian yu segera mengawasi mata golok tersebut lekat-lekat, menanti cahaya berkilat dari ujung golok itu, mendadak dia membentak dengan suara keras: "Lepas golok!" Berbareng dengan suara bentakan itu, bayangan manusia lenyap dari pandangan, menyusul kemudian terdengar suara dengusan tertahan bergema memecahkan kebeningan. Golok Boan liong to yang semula berada di tangan si ular berekor nyanns Bian Put ci, tahu-tahu sudah terlepas dari genggaman dan mencelat ke udara. Si Uiar berekor nyaring Bian Pun ci merasakan sekujur tubuhnya bergetar keras, dengan perasaan terkejut bercampur tercengang, buru-buru dia melompat ke samping. Tentu saja Suma Thian yu tak akan melepaskan kesempatan yang sangat baik itu dengan begitu saja. sambil tertawa panjang serunya dengan lantang: "Kena!" Tampak cahaya pedang Kit hong kiam berkelebat lewat, menyusul kemudian terdengar si ular berekor nyaring Bian Pun ci menjerit kesakitan..... Begitu berhasil dengan serangannya, Suma Thian yu tidak mendesak lebih jauh, ia segera mundur kembali keposisinya semula dengan sekulum senyuman kemenangan menghiasi ujung bibirnya. Ketika berpaling kearah si ular berekor nyaring Bian Pon ci, tampak sepassng tangannya menutupi wajahnya rapat-rapat sementara da-rah segar bercucuran dengan deras, rupanya dia sudah kehilangan sebuah biji mata sebelah kirinya. Bian pun ci memang seorang yang hebat, dia tidak mengeluh atau merintih, sambil me nutupi matanya dengan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tangan sebelah, ia ber jalan ketempat golok Boan liong to nya jatuh dan memungutnya, Kemudian sambil membalikan mata, dengan mata tunggalnya yang mencorongkan sinar ke bencian ibarat ular beracun sedang mencari mangsa, dia melotot sekejap kearah Suma Thian yu dengan gusar, lalu tanpa menyapa si Harimau angin hitam Lim Kong dan si setan muka hijau Siang Tham lagi, dia segera membalikkan badan dan berlalu dari situ dengan kecepatan luar biasa. Kepergian si ular berekor nyaring Bian Pun ci yang membawa perasaan dendam ternyata menimbulkan badai pembunuhan berdarah da lam dunia persilatan di masa mendatang, ke jadian ini tentu saja tak pernah diduga oleh Suma Thian yu. Sementara itu, si Harimau angin hitam Lim Kong yang menyaksikan Suma Thian yu berhasil melukai Bian Pun ci hanya didalam sekali gebrakan saja, kontan hatinya menjadi terkesiap, dalam keadaan demikian dia tak berani berdiam disana lebih lama lagi. Buru-buru dia menjura kepada Heng si Cin jin, kemudian katanya: "Aku akan mohon diri lebih dulu, apabila selama ini aku mengganggu ketenangan mu, harap sudi dimaafkan" Selesai berkata, dia lantas menarik tangan adik seperguruannya si Setan muka hijau dan segera berlalu dari situ. Si Harimau angin hitam Lim Kong adalah seorang jagoan yang terhitung tokoh kelas satu dalam dunia persilatan, kalau dimasa lalu dia pernah mendorong Suma Thian yu hingga tercebur ke dalam selokan, maka kali ini tiba gilirannya yang kabur terbirit-birit seperti anjing kena digebuk. Padahal dalam kenyataannya dia amat jeri terhadap Heng si Cinjin, orang bilang: manusia punya nama, pohon punya bayangan. Heng si Cinjin adalah seorang pendekar be sar pada generasi yang lalu, nama besarnya sudah termasyur sampai di

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mana-mana dan menggetarkan dunia persilatan, boleh dibilang setiap umat persilatan yang berada di dunia ini mengetahui tentang kelihayannya. Si harimau angin hitam Lim Kong mempuryai janji dengan Thia si kakak ber adik, sama sekali tak menyangka kalau kedua orang muda mudi itu murid Heng si Cinjin. Maka dari itulah, setelah dilihatnya keadaan tidak menguntungkan, dia segera angkat kaki dan melarikan diri terbirit birit. Disamping itu, penampilan ilmu gerakan tubuh yang dilakukan Suma Thian yu tadi amat hebat dan melebihi keampuhannya dimasa lampau, baik dalam dalam ilmu pukulan ataupun dida lam ilmu pedang, hampir semuanya dapat menjagoi dunia persilatan, terutama sekali kepandaiannya dalam menangkis golok mestika Bian pun ci dan gerakannya mencongkel biji mata rekannya, boleh dibilang cukup membuatnya terbelalak dengan jantung berdebar keras. Dia segera sadar, apabila sekarang tidak angkat kaki untuk menyelamatkan diri, bisa jadi nanti akan menemui kesulitan besar Padahal kemenangan yang berhasil diraih Suma Thian yu tadi hanya merupakan semacam pertaruhan saja, seandainya dia tak memiliki dasar tenaga dalam yang sempurna dan ilmu silat yang tinggi, sulit untuk mencapai tingkatan tan seperti itu. Andaikata ilmu silat yang dimiliki si ular berekor nyaring Bian Pun ci lebih hebat setingkat lagi, sudah dapat di pastikan Suma Thian yu akan mendapat malu dan kehilangan muka. Begitulah, sambil memandang ke tiga orang iblis bengis itu pergi jauh, semua orang tertawa terbahak-bahak. Thi pit suseng Thia Cuan segera berjalan ke sisi Suma Thian yu dan menepuk bahunya sambil memuji: "Hiante, sungguh hebat gerakan tubuhmu, In heng MERASA tak mampu untuk mengejar ke lihayanmu itu"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aaah, kemenangan tersebut kuraih secara uamaguntungan saja, boleh dibilang kemenangan yang diperoleh dengan menyerempet bahaya" sahut Suma Thian yu sambil tetap merendah. Toan im siancu juga segera maju ke depsn sambil mengucapkan rasa terima kasihnya atas pertolongan yang telah diberikan pemuda tersebut kepadanya. Suma Thian yu segera mengucapkan beberapa patah kata merendah. Sementara semua orang sedang berbincang-bincang dengan gembira, mendadak terdengar Heng si Cinjin berseru. "Hiantit, kau tertipu!" Suma Thian yu segera berpaling, lalu tanyanya dengan wajah tercengang dan tidak habis mengerti: "Sungguh? Dalam hal apa aku tertipu?" Heng si Cinjin tersenyum. "Apakab hiantit percaya dengan apa yang diucapkan oleh Bian Pun ci dengan Lim Kong tadi?" "Setengah percaya setengah tidak, asal aku berkunjung ketempat tinggal Sip hiat jin mo dan menanyakan persoalan ini kepadanya, bu kankah masalahnya akan menjadi jelas?" Heng si Cinjin segera tertawa terbahak-bahak: "Haaaaaa... haaaaah... haaaaaa... apakah tidak pernah kau bayangkan bahwa gurunya si harimau angin hitam Lim Kong dengan Sip hiat jin mo selama ini tidak akur hubungannya, bahkan selalu saja saling bermusuhan? Sudah jelas Lim Kong sengaja melimpahkan bibit bencana tersebut kepada orang lain agar kau menghadapi Sip hiat jin mo dengan sepenuh tenaga, sementara mereka akan menjadi nelayan beruntung yang tinggal memungut hasil nya?" Mendengar keterangan mana, Suma Thian yu menjadi sadar kembali, kontan saja keningnya berkerut dan sorot matanya berlilat, seakan-akan ia hendak mengejar musuhnya pada saat itu juga. Heng si Cinjin yang menyaksikan kejadian itu, segera berkata lagi sambil tertawa:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hiantit, lagi-lagi kau mengidap penyakit yang anEH, masa bagi orang muda, selamanya terburu napsu dan tidak sabaran, bahkan kadangkala melakukasn pekerjaan semaunya sen diri tanpa berpikir panjang, akhirnya sering kali akan menyesal sepanjang masa. Makanya dalam menghadapi persoalan apapun, kau harus mencari bukti yang jelas lebih dahulu sebelum melakukan tindakan lebih jauh" Berbicara sampai disitu, dia berhenti sejenak, kemudian sambungnya lebih jauh: Bagi orang persilatan, yeng terpenting adalah "kesetiaan kawan", asal kau sudah mempunyai buku yang jelas, maka jangan kuatir kalau tiada orang yang bersimpatik kepadamu. Sampai pada waktunya, orang-orang pasti akan membayar usahamu itu dan harapanmu untuk membalas dendam pasti akan terwujud. Ambil misalnya seperti Bi kun lun Siau wi goan, meski orang persilatan yang menyanjungnya dan membela dia amat banyak, tidak sedikit pula yang menentangnya dan berusaha untuk melenyap kannya dari muka bumi, maka dari itu didalam mengimbil segala tindakan terutama untuk melenyapkannya, kau harus bertindak ber hati-HATI, jangan sampai menimbulkan kemarahan orang banyak, sebab kalau sampai demikian maKA kau akan terjerumus dalam posisi seorang diri, kau akan mengalami nasib seperti pamanmu Wan Liang, dimana akhirnya harus mati dalam keadaan mengenaskan. Ucapan tersebut diutarakan dengan kata-kata yang tegas, membuat Suma Thian yu merasa terharu sekali. Dalam hati kecilnya dia mengambil keputusan bila urusan di Tibet telah beres, dia akan berangkat ke bukit Soat-san untuk men cari Sip hiat jin mo. kemudian melaksanakan rencananya untuk membalas dendam. Demikianlah Suma Thian yu berdiam selama bebarapa hari dipuncak bukit Kun san, tapi berhubung dia sangat memikirkan perjalanannya ke Tibet sehingga makan tak enak tidur tak nyenyak, akhirnya dia memohon diri kepada Heng si Cinjin untuk melanjutkan perjalanannya mennju ke Tibet..

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bi hong siancu Wan Pek lan tak dapat melawan bujukan dari Toan im siancu sehingga akhirnya mengambil keputusan untuk tetap tinggal disana, Thi pit suseng Thia Cuan segera berjanji berapa waktu kemudian akan meng ajek mereka berdua untuk menantikan kepulangan Suma Thian yu. Padahal Cong liong Lo sian jin telah ber pesan kepada Suma Thian yu ketika hendak meninggalkan gua Hui im tong tempo hari, bahwa perjalanannya menuju ke Tibet hanya boleb dilakukan oleh dia seorang diri dan tidak diperkenankan mengajak orang lain, berhubung urusan itu menyangkut rahasia langit, orang yang terlalu banyak malah lebih mudah menimbulkan hal-hal diluar dugaan. Atas dasar alasan itulah, Suma Thian yu tak berani memaksa Bi hong siancu untuk mendampinginya. Dikala Bi hong siancu Wan pek lan harus berpisah dengan Suma Thian yu, tentu saja merasa berat hati dan sedih sekali, sebab bagi manusia, berpisah dengan kekasih memang merupakan suatu peristiwa yang berat hati. Akibatnya Toan im siancu harus menahan kekecutan hatinya menyaksikan adegan mana, ia merasa sedih dan perasaannya serasa saling bertentangan satu sama lainnya. Hari ini, udara yang menyelimuti jalan raya menuju ke kota Siang yang amat panas, matahari bersinar terik seperti hendak menyengat badan, orang yang berlalu lalang pun amat sedikit. Di depan pintu sebuah warung ditepi jalan Ku khing, tampak beberapa orang saudagar sedang duduk melepaskan lelah, mereka seakan-akan merasa tak tahan dengan udara panas yang amat menyengat badan itu... Saat itulah dari kejauhan sana nampak sese orang berjalan mendekat dengan langkah yang gontai, diatas dadanya seakan akan digantungi dengan batu cadas seberat ribuan kati. Setiap kali berjalan beberapa langkah, tubuhnya seakanakan terperosok kemuka dengan sempoyongan, seakan-akan harus bersusah payah untuk mempertahankan langkahnya saja.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Beberapa orang saudagar yang sedang duduk didepan warung itu serentak berpaling menyaksikan keadaain orang itu, salah seorang diantaranya berkata: "Orang itu sudah hampir roboh, hai Lim loji, bagaimana kalau kita kesana untuk memayang tubuhnya?" Yang disebut "Lim loji" adalah seorang kakek yang berusia lima puluh tahunan, tampak dia mengangkat cawan air tehnya dan menghirup setegukkan lalau sahutnya sambil menggeleng: "Lebih baik masing-masing orang mengurusi persoalan sendiri dan tak usah mencampari urusan oranglai, bagi kita yang sering melakukan perjalanan jauh, kalau bisa tidak mencampuri urusan orang, hal mana lebih baik lagi" Orang yang menujukan usul tadi segera mendengus: "Hmm, kalau setiap orang yang berada dikolong langit mempunyai mental seperti kau semua, jadi apakah dunia kita ini?" "Lo kang", seru Lim loji dengan perasaan mendongkol, "kau tidak tahu apa lihat kau memang tidak terbiasa melakukan perjalanan jauh, ketahuilah berkelana dalam dunia persi latan bukan suatu pekerjaan yang gampang. Tempo hari, lohu pun seperti juga kau seka rang, suka mencampuri urusan orang lain, me rasa tidak terima kalau menyaksikan hal-hal yang tak adil, aku turun tangan menolong seorang nyonya yang sedang terluka parah, akibatnya terjadi suatu peristiwa yang hampir saja mengorbankan selembar nyawa tuaku." "Mengapa?" orang she Kang itu ikut menimbrung dengan perasaan amat amat tertarik. Baru saja kakek Lim hendak menjawab, tampaklah orang yang berada di tengah jalan itu sudah sampai didepan mereka dengan keadaan lemah dan napas tersengal-sengal, kemudian diiringi suara nyaring dia terjatuh ke tanah dan merintih tiada hentinya. Semua orang yang menyaksikan keadaan orang itu, nyaris nasi mereka muntah keluar.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ternyata dia berusaha enam puluh tahunan, mengenakan pakaian compang camping dengan kepala mengenakan ikat kepala sebagai seorang sastrawan, tubuhnya penuh dengan salep obat dan bau busuk menyebar kemana-mana, sepatunya nya terbuat dari kain dengan beberapa ekor lalat menempel disekitarnya, ini menandakan kalau sepatunya berbau busuk sekali. Kalau kau mengatakan dia sebagai pengemis, sesungguhnya tidak mirip sebab seorang pengemis tidak akan mengenakan pakaian ber dandan seorang sastrawan. Kalau dibilang dia adalah seorang sastrawan, rasanya hal ini seperti suatu penghinaan buat kaum sastrawan lainnya. Perlu diketahui, pada masa itu orang lebih memandang tinggi mereka yang tahu tentang sastra daripada ilmu silat asalkan kau mengetahui dua huruf saja maka kau akan disanjung orang, apabila jika kau adalah seorang sastra wan yang menguasahi seni dan sastra, bisa jadi setiap orang akan menyanjungmu setinggi langit. Beberapa orang saudagar itu sudah terbiasa melakukan perjalanan ke utara maupun selatan sungai besar, pengalaman mereka amat luas dan banyak kejadian aneh yang pernah dijumpainya, namun belum pernah mereka menyak sikan manusia seaneh kakek tersebut. Dengan suara lirih saudagar she Kang itu membisik kepada ketiga orang rekan lainnya: "Orang ini sudah hampir mati, kalau diiihat dari tampangnya entah sudah berapa hari dia menderita kelaparan, mari kita membuat keba jikan dengan memberikan makanan padanya. Mendengar perkataan tersebut, kakek Lim segera menggoyangkan tangannya berulang kali sambil mencegah: "Jangan, jangan bertindak sembarangan, apakah kau menganggap perkataanku tadi sebagai angin yang berlalu? Kalau kau sudah tak ingin hidup lagi, berikanlah hidangan tersebut kepadanya!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang she Kang itu berusia empat puluh tahunan, meski kaya namun jadi orang sosial dan suka membantu kaum lemah, kendatipun kakek Lim memberi peringatan berulang kali, namun dia sama sekali tidak ambil perduli. Diambilnya semangkuk nasi, diberi berapa macam sayur dan dihantar kedepan sastrawan rudin itu sembari berseru: "Lotiang, makanlah nasi ini untuk menanggal perutmu yang sedang lapar..." Sastrawan tua itu berhenti merintih dan mengawasi orang she Kang itu sekejap, kemudian dengan perasaan berterima kasih diterimanya nasi tersebut dengan tangan gemetar, kemudian dilahapnya dengan amat rakus. Tak selang berapa saaat kemudian, hidangan tersebut sudah tersapu lenyap hingga tak berbekas. Selesai bersantap, dengan susah payah dia merangkak bangun dari tanah dan meletakan mengkuk dan sumpit itu kemeja, kemudian serunya dengan parau: "Arak, aku minta arak!" Menyaksikan kejadian itu, si kakek lim segera tertawa terbahak-bahak, segera jengeknya: "Sudah diberi nasi, masih minta arak, orang ini benar benar kebangetan sekali, rupanya semua harta kekayaannya dibikin ludas oleh arak...." Kemudian sambil berpaling ke arah lelaki setengah umur she Kang itu dan berkata lebih jauah: "Bagaimana? Lo Kang, lebih baik jangan mencampuri urusan orang lain, daripada mencari kesulitan bagi diri sendiri" Seusai berkata, dia lantas menunjukkan sikap yang gembira menyaksikan kesusahan orang. Saudagar she Kang itu Jin hoo, dia memang seorang yang sosial dan berhati mulia, hatinya merasa sangat tak puas sesudah mendengar perkataan dari kakek Lim. Sambil menggebrak meja, dia memesan sepoci arak dan segera ujarnya kepada sastrawan rudin itu: "Botiang, silahkan duduk, minumlah arak sebelum pergi!" Sastrawan rudin itu tidak sungkan-sungkan, dia segera duduk, mengangkat poci arak ter

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sebut dan diteguk dengan lahapnya. Dalam waktu singkat seluruh isi poci tersebut telah berpindah ke dalam perut. Kakek Lim yang menyaksikan kejadian tersebut hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil menghela napas, diam-diam dia mengomeli Kang jin hoo yang dianggapnya mencari penyakit buat diri sendiri. Sehabis meneguk arak, sastrawan tua itu menyeka mulutnya dan berkata kepada Kang Jin-hoo: "Lote, aku lihat pada bagian Ing thong mu sudah menghitam, itu berarti bencana sudah berada didepan mata, untung kau menjamuku bersantap pada hari ini, tanggung semua bencana akan hilang lenyap dengan sendirinya...." Kang Jin hoo menjadi antipatik sesudah men dengar ucapan si sastrawan tua yang dianggapnya perkataan orang gila itu namun dia tidak sampai mengumbar hawa amarahnya. Berbeda dengan kakek Lim, dia segera menyindir lagi: "Sialan-sialan......orang berhati bajik tidak memperoleh balasan yang baik...." Belum selesai dia berkata, sastrawan tua itu sudah membalikkan kepalanya dan melotot sekejap kearah kakek Lim, kemudian serunya dengan lantang: "Lote, kau jangan tertawa dulu, selamanya 1ohu hidup sebagai tukang ramal, aku bisa membaca nasib orang secara tepat sekali, Kalau dari raut muka lote, kau tak akan bisa hidup melebihi umur empat puluh sembilan tahun!" Kontan saja kakek Lim menggebrak meja sambil melompat bangun, senbari menuding wajah sastrawan rudin tersebut, umpatuya: "Telur busuk tua! Tahun ini lohu berusia empat puluh sembilan tahun, hidupku makmur harta kekayaanku berlimpah ruah, hmm, bila kau berani sembarangan berbicara lagi, jangan salahkan bila kupencet dirimu sampai mampus. "Mau percaya atau tidak terserah kepadamu sendiri, tapi sejak dulu hingga kini, bila ada orang menganiaya orang lain dengan mengandalkan harta kekayaannya, maka umurnya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

akan dipotong separuh, apabila lote ingin hidup melebihi hari ini.... kecuali..." Belum selesai ucapan tersebut diutarakan, ka kek Lim sudah mencengkeram ujung baju sastrawan tua itu dan mendorongnya kebelakang. Sungguh kasihan sastrawan rudin yang ting gal kulit pembungkus tulang itu, dia jatuh terduduk diatas tanah dan merintih kesakitan tiada hentinya. Kang Jin hoo segera memayang bangun sastrawan tua itu, lain omelnya pada kakek Lim: "Lim loji, apakah kau tidak merasa kalau perbuatanmu itu kelewatan batas... ? Coba lihat, betapa kasihannya orang ini, masa kau masih begitu tega untuk mendorongnya? Coba kalau aku tahu bahwa kau orangnya kejam dan berpikiraan picik, tak mungkin akan melakukan perjalanan serombongan denganmu" "Kalau keluar rumah berjumpa dengan kejadian yang tidak mujur seperti ini, jangan harap dagangannya bisa berjalan dengan lancar, aku lihat kau sudah dipengaruhi oleh siluman iblis" damprat kakek Lim mendongkol. Sementara pembicaraan berlangsung, dari arah jalan raya sana berkumandang suara derap kaki kuda yang amat ramai mendekati tempat tersebut. Sementara itu, Keng Jin-hoo sedang memayang tubuh sastarawan tua itu masuk kedalam ruangan, sementara kakek Lim juga sudah masuk ke dalam sebuah ruangan rumah makan, dalam waktu singkat dihadapan mereka semua telah muncul empat ekor kuda jempolan. Terdengar suara kuda meringkik kemudian suara derap kaki kuda itupun terhenti, nampak empat sosok bayangan manusia melayang turun ke atas tanah. Begitu menyaksikan raut wajah ke empat orang itu, beberapa orang saudagar itu merasakan hatinya tercekat. Ternyata ke empat orang yang baru turun dari kuda itu semuanya mengenakan pakaian ringkas dengan senjata masih tersoren di pinggangnya, kalau dilihat dari tampang mereka,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sudah jelas kalau orang-orang itu adalah para perampok yang biasa hidup dengan membegal harta kekayaan para saudagar kaya. Selangkah demi selangkah ke empat orang lelaki bengis itu berjalan menuju ke rumah makan. Salah seorang diantara mereka segera berteriak lantang kearah ke empat saudagar yang masih berada di dalam ruangan: "Hei, apakah kalian berempat sudah kenyang? Ayo cepat menyingkir dan serahkan tempat duduk kalian kepada toaya sekalian!" Sembari berkata dia lantast memimpin tiga orang lelaki bengis lainnya berjalan masuk ke dalam ruangan, dengan suatu gerakan cepat dia mencengkeram tubuh kakek Lim dan melemparnya ke tengah jalan. Kasihan kakek Lim yang lemah tak berkemampuan apa-apa itu, setelah kena dibanting keraskeras, dia harus merangkak bangun dari tanah seperti seekor anjing. Kang Jin hoo menjadi ketakutan setengah mati setelah menyaksikan kakek Lim mendapat susah, buru-buru dia bangkit berdiri meningglkan tempat duduknya. Dua orang saudagar yang 1ain pun buru-buru meninggalkan tempat duduk masing-masing. Lelaki buas bercambang itu segera tertawa terkekeh-kekeh. "Nah, begitu baru benar, kalau tidak tua bangka tersebut merupakan contoh yaug paling tepat." Sementara itu, kakek Lim yang terbaring diatas tanah sudah dapat mengendalikan rasa sakitnya, dia segera melompat bangun kemu dian secara diam-diam menyelinap ke kebelakang punggung lelaki bercambang itu dan langsung menghadiahkan sebuah pukulan keras. Walaupun lelaki bercambang itu dapat melihat datangnya serangan dari kakek Lim, ter nyata dia tidak menghindar ataupan berkelit, ia membiarkan tubuhnya termakan pukulan tersebut. Kakek Lim tak lebih hanya seorang saudagar, berapa besarkah kekuatan yang dimiliki olehnya?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Blaaammm bersamaan dengan bergemanya suara benturan, terdengar jeritan ngeri yang memilukan hati berkumandang memecahkan keheningan, kakek Lim segera terlempar mundur sejauh satu kaki lebih, ia berkelejetan dulu beberapa kali, kemudian tubuhnya membujur kaku ditanah dan tak pernah berkutik lagi. Kasihan kakek Lim, selembar jiwanya turut melayang meninggalkan raganya. Ternyata ramalan dari sastrawan tua itu tepat sekali, apa yang dikatakan memang tepat dan benar. Sebenarnya lima hari lagi kakek Lim akan genap berusia empat puluh sembilan tahun, tapi, siapa sangka kalau datang bencana yang merenggut selembar jiwanya? Melibat kakek Lim terbunuh, Kang Jin hoo merasa tidak terima, dia segera berjalan men dekati lelaki bercambang itu, kemudian tegur nya dengan suara lantang: "Saudara, tolong tanya mengapa kau besikap begitu keji dan sama sekali tak berperikemanu siaan? Kau toh telah mengerti bahwa orang itu bertubuh lemah dan sudah lanjut usia? Se kalipun dia telah menyalahi saudara, toh tidak seharusnya kau bunuh dirinya? kau toh tahu bahwa jiwa manusia itu berharga sekali? Sia pa membunuh orang dia harus membayar pula dengan nyawa sendiri, ayo ikut kami menuju ke pengadilan!" Mendengar ucapan tersebut, lelaki bercambang itu segera tertawa seram, disusul kemudian ke tiga orang lelaki buas lainnya turut terbahak-bahak pula. Selesai tertawa, lelaki buas itu berkata lagi: "Tampaknya sepasang matamu sudah buta? Mengapa, tidak kau tanya-tanya dulu siapakah Thong tiu tay siu (Tay-siu berkepala tembaga) Oh Si-thian? Hendak menyeret ku ke pengadilan? Hmmmm.... sungguh menggelikan se kali, tampaknya toaya perlu untuk mengirim kau menuju ke akhirat seperti juga tua bangka tadi, agar dia tahu bagaimanakah akibatnya bila suka mencampuri urusan orang"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selasai berkata, dia lantas menangkap tubuh kang Jin hoo dan mengangkatnya tinggi-tinggi seperti lagi menangkap seekor anak ayam saja, kalau dilihat dari sikapnya, dia seperti hendak melemparkan pula tubuh kang Jin hoo ketengah jalan. Mendadak terdengar seseorang membentak keras: "Hohan, tunggu sebentar!" Tampak sastrawan rudin itu berlarian menuju kehadapan Tay sui berkepala tembaga Oh Si thian, kemudian rengeknya dengan wajah memelas: "Hohan, kumohon kepadamu agar jangan melukainya, dia adalah tuan penolong dari aku si tua rudin, berbuatlah kebaikan dan ampuni lah selembar jiwanya!" Tay sui berkepala tembaga Oh Si thian tidak ambil perduli ucapan tersebut, mendadak ia membentak gusar: "Enyah kau dari sini!" Serta merta dia melemparkan tubuh Kang Jin hoo ke tengah jalan. Menyaksikan kejadian tersebut, si sastrawan rudin itu tahu akan bahaya, dia siap menggerakkan tubuhnya untuk melakukan terkaman ke arah depan.... Mendadak tampak sesosok bayangan manusia meluncur ke sisi tubuh Kang Jin hoo dengan kecepatan luar biasa, tahutahu tubuh Kang Jin hoo sudah diterima oleh seorang pemuda tampan. 00O00 00O00 SAKING kagetnya mungkin Kang Jin hoo sampai jatuh pingsan, ternyata dia sama seka li tak tahu bagaimana ceritanya sehingga dia dapat diselamatkan orang lain, menanti dia merasakan tubuhnya sedang berada dalam rang kulan seorang pemuda, dia bahkan mengira sedang bermimpi disiang hari bolong. Ketika sastrawan rudin itu menyaksikan Kang Jin hoo sudah tertolong, hatinya menjadi sangat lega, maka sambil berlagak terperanjat dia berjalan menghampiri pemuda itu, lalu serunya:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Oooh, terima kasih kepada langit, terima kasih kepada bumi, saudara cilik, untung kau datang tepat pada waktunya, kalau tidak tuan penolongku ini pasti sudah mati, terima kasih langit, terima kasih saudara cilik....!" Tay sui kepala tembaga Oh Si thian menjadi tak senang hati setelah dilihatnya buruannya ditolong orang, dengan kening berkerut dia melompat ketengah jalan raya, lalu bentaknya keras-keras: "Bocah keparat! Siapakah kau? Berani benar bermain gila dengan taysui ya mu, Hmmm. Lebih baik jangan cari penyakit buat diri sendiri, ayoh cepat serahkan dia kepadaku!" Pelan-pelan pemuda itu menurunkan Kang Jin hoo keatas tanah, kemudian sambil tersenyum dia menuding kearah kakek Lim yang sudah putus nyawa itu, lalu tanyanya: "Apakah kematian orang ini merupakan hasil karyamu?" "Betul, memangnya kau tak puas?" jengek taysui kepala tembaga Oh Si thian dengan angkuh. "Dendam sakit hati apakah yang terjalin antara kau dengan dirinya....?" kembali pemuda itu bertanya. "Masa untuk membunuh orang pun harus terikat dulu oleh dendam sakit hati? Omong kosong, hei bocah keparat, terus terang toaya memberitahukan kepadamu, asal toaya merasa tidak berkenan dihati, semuanya harus dibikin mampus. Jika kaupun ingin mencampuri urusan ini, kaupun akan kumasukkan dalam hitungan" Taysui kepala tembaga Oh Si thian memang sudah terbiasa berbuat semena-mena dan membunuh orang tanpa berkedip, dia terhitung seorang gembong iblis yang disegani banyak orang. Begitu selesai berkata, dia segera maju kedepan menghampiri Kang Jin hoo, saudagar itu sudah merasakan sukmanya seraya meninggalkan raganya, apalagi menyaksikan Taysui kepala tembaga Oh Si thian selangkah demi selangkah mendekatinya, dia merasa semakin ketakutan sehingga pucat pias selembar wajahnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pemuda tersebut segera menarik lengan Kang Jin hoo dan membawanya kebelakang punggung nya, kemudian dengan sikap yang amat tenangia berdiri dihadapan Oh Si thian, katanya dengan suara dingin: "Kalau toh kau boleh membunuh orang se cara sembarangan, hal ini lebih bagus lagi, selama ini sauya mengira hanya seseorang yang mempunyai dendam kesumat saja yang boleh membunuh seseorang, jadi akupun boleh mem bunuh orang secara sembtrangan bukan?" Taysui barkepala tembaga tidak menjawab, dia masih maju ke depan selangkah demi selangkah, hanya kali ini dia mendekati Suma Thian yu. Sepasang matanya yang memancarkan cahaya bengis dan keji seakan-akan hendak menelan si anak muda itu bulat- bulat. Si anak muda segara merentangkan tangan nya dengan sikap yang angker, bentaknya nyaring: "Kau tak boleh maju lagi, kalau tidak, kau sendiri yang akan menjidi roh gentayangan di akhirat!" Dengan angkuhnya Tay sui berkepala tembaga Oh Si thian mendongakkan kepala sambil tertawa seram. "Heeeh...heeeh...heeeh... jangan mengigau se perti orang bodoh, toaya akan menjadi peran tara untuk mengantarmu pulang ke langit, jum pai saja raja akherat yang kau cintai itu!" Sebuah bacokan keras yang disertai dengan tenaga dahsyat segera dilontarkan ke tubuh pe muda tersebut. Si pemuda itu tertawa dingin, pada hakekatnya dia tak memandang sebelah matapun ter hadap taysui kepala tembaga, ejeknya agak sinis: "Bagus sekali kedatanganmu, ayo seranglah lebih hebat!" Tubuhnya berputar secara tiba-tiba seperti gasingan, sementara tangannya menyambar tubuh Kang Jin hoo yang berada dibelakang tubuhnya keluar dari sisi arena, setelah itu dia melompat kembali ketengah arena pertarungan. Gerakannya pergi maupun datang, semuanya dilakukan dengan kecepatan luar biasa.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pemuda itu melayang ke tanah dengan enteng, kemudian ujarnya kepada Kang Jin hoo: "Sudah pernah melihat joget ketek (monyet)" Aku adalah ahli didalam mendidik monyet bermain, saksikan saja dari samping, bila kurang menarik harap kau sudi memaafkan" Selesai berkata, dia lantas melirik kearah Taysui kepala tembaga sambil mengejek lagi: "Hei, kau tak usah sungkan-sungkan, keluarkan saja segenap kekuatan yang kau miliki, bila ada jurus tangguh, silahkan dicobakan ke tubuh sicu coutiong mu, jangan lupa aku akan menyuruhmu berjoget seperti monyet...." Taysu kepala lembaga adalah seorang manusia bengis yang mempunyai nama besar di seputar ham leng, menyinggung soal Oh Si-thian, siapapun tak berani membangkang perintahnya. Sejak terjun ke dunia persilatan hingga kini, belum pernah ia jumpa anak muda yang berani mencabut kumis harimau seperti apa yang diakukan si anak muda tersebut sekarang. Tak heran kaiau dia menjadi naik darah setelah mendengar perkataan itu, cambangnya pada berdiri kaku seperti sebuah sikap, matanya melotot penuh kegusaran, dengan suara menggeledek segera bentaknya: "Bocah keparat, rupanya kau sudah makan empedu beruang? Jadi kau kepingin mencoba kelihayaaku? Bagus, lihat serangan!" Selesai berkata, dengan jurus Hek coa jut tong (ular keluar dari gua), dia langsung melancarkan sebuah bacokan ke arah depan. Si anak muda itu segera menggerakkan sepasang bahunya dan menyelinap ke belakang tubuh Taysui kepala tembaga sekalian dihembusnya segulung udara ke belakang tengkuk lawan. Taysui kepala tembaga hanya merasakan bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu tengkuknya terasa dingin, serta merta dia membalikkan tubuhnya sambil

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

melancarkan sebuah serangan kedepan, teriaknya penuh amarah: "Manusia yang tak tahu diri, keparat sialan, kau ingin mampus rupanya....." Si anak muda itu tertawa cekikikan, sekali lagi dia mengegos ke belakang tubuh Oh Si thian lalu menowel pantatnya keras-keras. Mungkin karena kegelian, kontan saja Oh Si thian mencak-mencak macam monyet lagi berjoget, tentu saja tindak tanduknya itu menimbulkan gelak tertawa orang banyak. Sambil tertawa mengejek, pemuda itu berseru lagi: "Bagaimana? Enak bukan? Kau memang monyet yang lincah dan pandai berjoget!" Taysui kepala tembaga Oh Si thian benar-benar naik pitam karena dipermainkan orang, secara beruntun dia melancarkan tiga buah se rangan dahsyat yang semuanya di sertai dengan desingan angin pukulan yang menderu-deru, dia mengurung seluruh tubuh pemuda ter sebut rapat-rapat. Anak muda itu tertawa, dia tetap tersenyum dikulum sementara tubuhnya bergerak ke sana kemari dengan lincah, pada hakekatnya sama sekali tidak memandang sebelah matapun terhadap jurus mematikan dari lawannya. Sembari mengegos ke samping, serunya ke mudian sambil tertawa: "Aduh mak... monyet ini memang tak bisa tenang, mari, mari... bagaimana kalau ke tiga orang rekannya turut serta pula dalam pesta joget ini?" Agaknya Taysui kepala tembaga cusup memahami keadaan situasi yang sedang dihadapinya, mendengar ucapan mana, buru-buru dia memberi tanda kepada ke tiga orang lelaki bengis lainnya agar terjun pula dalam pertarungan tersebut. Ke tiga orang itu mengiakan dan masing-masing meloloskan senjata sambil membentak nyaring, kemudian satu dari kiri, satu dari kanan dan yang lain dari tengah bersamasama menyerbu ke dalam arena dan mengepung si anak muda itu rapat-rapat.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Walaupun dikerubuti banyak orang, pemuda itu tidak menjadi gentar, malah sebaliknya tertawa terbahak-bahak. "Haaah... haaah... haaah... begini baru benar! Empat ekor monyet bermain bersama-sama, nah ini baru ramai namanya!" Berbicara sampai disitu, dia lantas berpaling kearah para hadirin diseputar sana dan serunya lagi: "Coba kalian perhatikan baik-baik, aku menginginkan ke empat monyet ini berbaringbersama-sama!" Selesai berkata, tubuhnya segera melompat dan berkelebat seperti kupu-kupu ditengah aneka bunga, empat kali jeritan kesakitan segera berkumandang memecahkan keheningan, bagaikan kena tenung saja tahu-tahu keempat lelaki bengis itu sudah roboh terjungkal keatas tanah. Pemuda itu melayang balik ke tengah arena, memandang empat lelaki bengis yang tergeletak ditanah, serunya kepada para saudagar itu sambil bertepuk tangan: "Coba kalian saksikan, bukankah keadaanya mirip sekali dengan monyet?" Agaknya sastrawan rudin itu sudah melupakan mara bahaya yang berada dihadapan matanya, dia segera bertepuk tangan sambil berteriak: "Bagus sekali! Permainan yang menyenangkan! Engkoh cilik kau memang seorang ahli di dalam mendidik monyet berjoget, mereka memang mirip sekali dengan monyet-monyet ingusan" Mendengar tepuk tangan tersebut, anak muda tersebut ikut merasa gembira, dengan cepat dia menepuk bebas jalan darah dari beberapa orang itu, ke empat lelaki bengis itu pun segera sadar kembali, rupanya jalan darah mereka telah tertotok. Amarah yang meluap-luap agaknya membuat Taysui kepala tembaga Oh Si thian menjadi lupa segala-galanya, diapun tidak memikirkan sampai dimanakah kelihayan lawan, begitu jalan darahnya terbebas, kontan saja dia membentak gusar: "Bocah keparat, kau benar-benar seorang manusia yang tak tahu diri, taysui akan beradu jiwa denganmu!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sepasang kepalannya digetarkan kencangdan segera mengembangkan serangkaian serangan gencar. Si anak muda itu masih tetap bersikap amat santai, serunya sambil tertawa terbahak-bahak. "Haaah...haaaah...haaah, mana ada monyet bisa berbicara? Waah, betul-betul suatu kejutan bagi dunia persilatan!" Sembari berkata, btubuhnya bergerak lagi kian kemari dengan mengerahkan ilmu silat maha saktinya, secara beruntun dia berhasil menghindarkan diri dari tiga buah serangan dahsyat. Menyaksikan gerakan tubuhnya yang dapat berubah-ubah dengan begitu hebatnya, si taysui kepala tembaga Oh Si thian segera teringat akan sesuatu, kemudian bentaknya keraskeras: "Bocah keparat, bila kau punya keberanian, ayoh cobalah untuk merasakan kepandaian menerjang dengan batok kepalaku ini!" Mendengar perkataan itu, sang pemuda agak tertegun, kemudian tanyanya dengan keheranan: "Apa sih kegunaan batok kepalamu itu?" Taysui berkepala tembaga segera tertawa. "Heeeh...heeeh...heeh...asal kau dapat menyambut tiga kali terjangan toayamu dengan batok kepala ini, toaya akan mengaku kalah" Sekarang si anak muda itu baru menyadari akan sesuatu, mendadak sifat kekanak-kanakkannya muncul kembali, dia tertawa dan manggut-manggut. "Yaa, memang sebuah ide yang bagus sekali, suatu rencana yang sangat jitu, sauya memang ingin mencoba batok kepalamu yang konon sekeras tembaga ini" Perlu diketahui, taysui kepala tembaga memiliki sebuah ilmu kebal yang dapat mengubah kepalanya sekeras baja, sebuah pohon sebesar pelukan akan roboh menjadi dua apabila kena ditubtuk oleh kepalanya itu. Karena kehebatannya inilah maka orang persilatan menyebutnya sebagai Taysui berkepala tembaga.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Oh Si thian merasa amat gembira setelah menyaksikan anak muda itu menyanggupi tantangannya, dia segera berpikir: "Bocah busuk, lihat saja nanti! Toaya akan menumbuk perutmu sampai jebol!" Berpikir demikian, sambil berpekik nyaring tubuhnya melesat kedepan bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya dan langsung menerjang tubuh pemuda tersebut. Sambil bertolak pinggang, pemuda itu menyambut datangan serangan tersebut sambil membusungkan dada. "Blaammm..." suatu benturan keras terjadi. Batok kepala Taysui berkepala tembaga tahu-tahu sudah menumbuk di atas lambung anak muda tersebut secara telak. Siapa tahu, baru saja kepala itu menumbuk di atas lambung, dengan cepat Oh Si thian merasakan kalau gelagat tidak menguntungkan, dia seperti menumbuk diatas segumpal kapas yang sangat empuk, sama sekali tidak berkekuatan apaapa. Menyusul kemudian daya tekanan yang muncul semakin lama semakin bertambah kuat, kepalanya yang keras seperti tembaga itu seakan-akan terhisap kuat-kuat diatas perut pemuda tersebut sehingga sama sekali tidak bisa berkutik lagi. Taysui berkepala tembaga menjadi sangat terperanjat, dia berusaha untuk membetot kepalanya dengan sepenuh tenaga, sayang sekali kendatipun dia telah mengerahkan segenap kekuatan yang dimiliki pun, kepalanya seolah-olah berakar disana, sama sekali tak mampu dilepaskan kembali. Menyaksikan pola musuhnya, si anak muda itu tertawa terbahak-bahak. "Haaah...haaah...haah...sauya masih mengira kau betulbetul seorang manusia berkepala tiga berlengan enam, tak tahunya cuma bisa ilmu silat kucing kaki tiga saja! Mari! Silahkan kalian menyaksikan semua, aku akan menyuruh monyet ini memanggilku yaya" Sembari berkata pemuda tersebut segera menjepit kepalanya itu lebih keras lagi.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kontan saja Taysui berkepala tembaga menjerit kesakitan, suara jeritannya seperti ayam yang akan disembelih, keringat jatuh bercucuran dengan derasnya. Setelah menyiksanya setengah mati kembali pemuda itu berkata sambil tersenyum. "Ayo cepat memanggil yaya kepadaku dan minta ampun kalau tidak, sauya tak akan kenal ampun lagi dan menghancur lumatkan batok kepalamu itu" Sudah puluhan tahun lamanya Taysui berkepala tembaga Oh Si thian malang melintang dalam dunia persilatan tanpa menjumpai musuh tangguh, hal tersebut menimbulkan kesombongan hatinya. Bayangkan saja, bagaimana mungkin dia akan bersedia minta ampun terhadap seorang pemuda ingusan yang masih berbau tetek itu? Melihat kebandelan musuhnya, si anak muda itu tertawa dingin, kembali dia mengerahkan dalamnya untuk menjepit batok kepala orang itu, kontan Oh Si-thian menjerit ngeri, karena kesakitan luar biasa... Melihat pemimpinnya di siksa, tiga orang lelaki lainnya segera mengayunkan golok masing-masing dan menerjang ke arah si anak muda itu. Menghadapi serangan dari ke tiga lawan-nya, pemuda itu tertawa panjang, mendadak dia menghentakkan perutnya ke depan Tubuh si Taysu berkepala tembaga Oh Si thian segera meluncur ke depan bagaikan arak panah yang terlepas dari busurnya. Kalau di bilang kebetulan, peristiwa tersebut memang kebetulan sekali, tubuh Oh Si thian yang meluncur ke muka seperti anak panah itu segera menerjang ke atas tubuh para lelaki buas yang sedang menerjang datang itu. "Blaaam!" lelaki buas yang berada dipaling depan tak mampu untuk menghindarkan diri dan segera tertumbuk secara telak.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jeritan ngeri yang menyayatkan hati berku mandang memecahkan keheningan, mampuslah manusia laknat tersebut dalam keadaan mengerikan. Oh Si thian sendiripun tewas dengan kepalanya hancur berantakan, isi benaknya berceceran di tanah. Berakhirlah riwayat dari gembong iblis yang sudah banyak melakukan kejahatan dan membunuh orang tanpa berkedip ini. Jild : 20 SIAPA MENANAM kebajikan dia akan memetik buah kebajikan, siapa menanam benih kejahatan, dia akan mamperoleh buah kejahatannya. Melihat pemimpin dan rekannya sudah tewas seketika, dua orang lelaki buas lainnya menjadi ketakutan setengah mati, serasa sukma meninggalkan raga saja, mereka tak berani berdiam lebih lama lagi disitu, serentak kedua orang itu melompat naik ke atas pelana kuda dan melarikan diri terbiritbirit. Ular tanpa kepala tak akan berjalan, dan lagi bagi manusia kurcaci seperti itu, begitu ketemu batunya, mereka segera melarikan diri terbirit-birit untuk menyelamatkan diri. Melihat kawanan penjahat itu sudah kabur, dengan perasaan lega sastrawaa rudin itu tertawa terbahak-bahak, serunya: "Agung, agung, engkoh cilik ini telah berbuat kebajikan untuk umat manusia, budi kebaikan ini pasti akan dibalas dengan kebaikan pula... lohu tanggung umur dan rejekimu pasti akan bertambah, haah... haah... haah ulat dalam perutku sudah mulai kambuh lagi, waah... celaka, celaka... Kepada Kang Jin hoo dia lantas berseru: "Saudara, ucapan lohu betul bukan? Kini hawa hitam yang menyelimuti wajahmu telah hilang, mulai kini kau akan sukses dan lancar selalu. Tentang jenazah kakek Lim, suruh si pelayan untuk menguburnya"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kang Jin hoo sesera menurut dan menyuruh orang untuk membereskan jenasah orang-orang itu. Seusai melakukan semua pekerjaan itu, sastrawan rudin itu kembali berkata: "Dia tak percaya kalau tak bisa hidup melebihi usia empat puluh sembilan tahun, coba kau lihat bagaimana akhirnya? Kalau selama hidupnya banyak melakukan kebaikan, sudah pasti bencana akan berubah menjadi rejeki. Hiih...hiih... saudara Kang, mana araknya?" Sastrawan rudin itu memang betul-betul berhati keras seperti baja, walau pun baru saja menyaksikan pembunuhan seram berlangsung didepan matanya ternyata niatnya untuk minum arak sama sekali tak berkurang. Kang Jin hoo yang baru lolos dari kematian tentu saja amat bersyukur dengan nasibnya yang beruntung, buru-baru dia menjura sambil mengucapkan terima kasih kepada sastrawan rudin itu, kemudian berterima kasih pula kepada si anak muda itu: "Terima kasih banyak atas bantuan dari siauhiap, budi kebaikan ini tak akan kulupakan untuk selamanya, bagaimana kalau kuhormati siauhiap dengan secawan arak?" Pemuda itu tersenyum dan mengangguk, dia masuk kedalam kedai dan mencari tempat duduk. Sementara itu sastrawan rudin tadi sudah mengambil tempat duduk, mengangkat poci arak dan meneguk dengan lahapnya. Dengan sangat hormat Kang Jin hoo memenuhi sebuah cawan arak, kemudian setelah meneguk habis isinya, dia bertanya: "Siauhiap, tolong tanya siapa namamu?" "Aku she Suma bernama Thian yu!" Mendengar nama tersebut, mendadak sastrawan rudin menggebrak meja sambil berteriak. "Aduuuh celaka, telah bertemu dengan binatang pembunuh kecil...!" Mendengar seruan mana, Kang Jin hoo serta Suma thian yu segera berpaling dengan wajah tercengang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tempak sastrawan rudin itu meneguk araknya lebih dulu, kemudian bergumam lagi: "Perjalanan menuju ke Tibet penuh dengan harimau buas dan srigala lapar, bila si anak domba hendak kesana.... sudah pasti banyak bahaya dan bencana sepanjang jalan, bila aku, lebih baik tak usah dikerjakan, pulang ke rumah jauh lebih enakan!" Kang Jin hoo tidak memahami arti dari perkataan itu, dia menganggap ucapan tersebut sebagai perkataan orang gila. Lain halnya dengan Suma Thian yu ucapan tersebut didengar olehnya sebagai guntur yang membelah di siang hari bolong, sekujur tubuhnya bergetar keras dan paras mukanya berubah hebat. "Lotiang, tolong tanya siapa namamu?" tegurnya kemudian. Sastrawan rudin itu memicingkan matanya, kemudian tertawa cekikikan. "Harimau buat apa berkulit, manusia kenapa mesti bernama, aku si rudin tak punya nama" Selesai berkata, kembali dia meneguk arak dengan rakusnya. Menyaksikan kesemuanya itu, Suma thian yu segera berpikir dalam hati: "Heran, mengapa perkataan dari kakek ini begitu aneh, seakan-akan dia tahu kalau aku hendak pergi ke See ih. Masa dia benar-benar mempunyai kemampuan untuk meramal halhal yang akan datang?" Berpikir sampai disitu, mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya, buru-buru dia bertanya lagi: "Lotiang, tadi kau mengatakan kalau aku telah melakukan suatu kebajikan, apa sih yang kau maksudkan?" Sastrawan rudin itu berlagak seperti menghitung dengan jari tangannya, lantas sahutnya: "Sebenarnya Oh Si thian dan konco-konconya hendak membegal harta kekayaan dari mereka berempat, tapi kau telah membereskan dirinya, ini berati kau telah menolong tiga lembar jiwa manusia. Sebaliknya bila kau lepaskan Oh Si thian,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

maka puteri seorang kepala kampung yang bernama Ing kit ceng didekat sini pasti akan ternoda olehnya" "Bayangkan saja, sekalipun telah melakukan sebuah pekerjaan kebajikan, sudah pasti dalam perjalananmu selanjutnya hanya ada rasa kaget tanpa bahaya maut" Suma Thian yu menjadi makin kaget dan tertegun, buruburu dia bertanya lagi: "Lotiang pandai menghitung rahasia langit, bersediakah kau memberi petunjuk kepadaku?" Tampaknya sastrawan rudin itu tak berani menerima pujian tersebut, ia segera tertawa terbahak-bahak. "Haaah... haaah... haah... kau menganggapku sebagai dewa? Waa sungguh menggelikan, kalau kau ingin menanyakan soal masa depan mu, maka aku hanya bisa bilang banyak bencana banyak kesulitan, persoalan yang di hadapi bertumpuk-tumpuk, hanya dengan keteguhan hati yang besar dan keteguhan jiwa yang perkasa, semua bencana itu baru bisa diatasi, kalau tidak bencana akan datang bertubitubi dan kau bisa pergi tak akan kembali lagi" Setiap perkataan dari sastrawan rudin itu seakan-akan penuh makna yang mendalam, ketika Suma thian yu memikirkan dalam-dalam, hatinya serasa makin terperanjat lagi. Tentu saja ucapan tersebut tak akan dipahami oleh manusia seperti Kang Jin hoo dan rekan-rekannya... Terdengar Suma Thian yu berkata lagi: "Bagaimana pula penjelasanmu dengan perjalanan menuju Tibet penuh harimau buas dan serigala kelaparan?" "Haaaahhh... haaaaah itu mah rahasia langit yang tak boleh dibocorkan dengan begitu saja...." Tiap kali berbicara, sastrawan rudin itu seakan-akan seperti menunjukkan asal usuknya, sayang Suma thian yu hanya memperhatikan soal misinya menuju ke Tibet kali ini, sehingga soal tersebut tak terpikirkan sama sekali olehnya. Begitu selesai berbicara, sastrawan rudin itu bangkit berdiri dan berjalan dengan gontai karena mabuk, tiba diluar warung,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dia berhenti sejenak, disamping seekor kuda kemudian berkata: Perjalanan masih jauh, punakan kuda untuk menggantikan kaki, lohu akan berangkat dulu" Selesai berkata, seperti orang gila dia ber jalan pergi meninggalkan tempat itu, ternyata arah yang dituju adalah arah yang sama dengan perjalanan yang bakal ditempuh Suma Thian yu. Memandang bayangan punggungnya yang menjauh, Suma Thian yu menggelengkan kepalanya berulang kali sambil bergumam: "Manusia aneh, manusia aneh.....entah siapakah dia...?" "Yaa, aku pun belum pernah menjumpai tukang ramal yang begitu hebat sepertu ini, jangan-jangan ada dewa yang sedang turun dari kahyangan?" sambung Kang Jin hoo dari samping. Ucapan itu segera mengingatkan Suma Thian yu akan sesuatu, dia segera bangkit berdiri, kemudian melompat ke atas kuda dan berlalu dari sana, tapi baru berapa langkah, dia menarik kembali tali les kudanya dan membalikkan arah. Pemuda itu balik kembali kedepan warung, kemudian menerkam jenazah dari Oh Si thian berdua ke atas kuda yang lain, setelah itu buru-buru berangkat meninggalkan tempatitu sambil menuntun kuda lain yang mengangkut jenazah. Tak selang berapa saat kemudian, sampailah pemuda itu di sebuah bukit. Bukit itu bernama Wi san, keadaannya amat gersang dan tak nampak sedikit tumbuhan pun, kendaannya tak jauh berbeda dengan kepala botak seorang kakek. Dengan menelusuri jalan kecil, Suma Thian yu berjalan terus menuju ke atas puncak bukit, disitulah dia menurunkan jenazah Oh Si thian dengan berhati-hati sekali. Mendadak, diri belakang tubuhnya berkumandang suara tertawa dingin, dengan perasaan terkesiap Suma Thian yu berpaling, ia saksikan seorang penebang kayu berambut putih telah muncul disana.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mengetahui kalau hanya penebang kayu, Su ma Thian yu merasa agak lega, dia tidak mem perdulikan orang itu dan melanjutkan pekerjaannya untuk menurunkan jenasah ke dua. Mendadak terdengar penebang kayu tua itu membentak keras: "Bocah muda, di siang hari bolong begini membawa jenasah ke atas bukit, sudah pasti kau adalah sebangsa pencoleng, jangan kubur jenasah itu di sini!" Kembali Suma Thian yu berpaling dan melihat tukang penebang kayu itu sekejap. Ia merasa orang itu berwajah gagah dan alim, tangannya membawa sebuah kampak kecil dan menimbulkan kesan simpatik bagi yang memandangnya. Maka dengan hormat dia menyahut: "Aku hanya mendapat titipan orang untuk mengubur mereka disini, jangan salah paham, aku bukan orang jahat" Penebang kayu tua itu tertawa terbahak-bahak. "Haah... haah... haah... soal itu mah lohu tidak ambil perduli, kalau ingin mengubur jenazah, silahkan untuk berpindah ketempat lain" "Mengapa?" "Tidak mengapa, bukit ini adalah wilayahku" Buru-buru Suma Thian yu mengangkat jenazah itu ke atas pelana kuda lagi. Mendadak terdengar penebang kayu itu berkata lagi: "Lohu bersedia untuk membicarakan suatu barter denganmu, apakah kaupun bersedia?" "Barter? Barter apa?" "Soal ini tergantung apakah kau bersedia atau tidak?" "Asalkan masuk diakal dan bisa diterima, maka aku bersedia....." "Kau serahkan kedua sosok mayat itu kepadaku, lohu akan menghadiahkan semacam mestika kepadamus bahkan mewariskan pula satu ilmu silat kepadamu" Suma Thian yu menjadi tercengang setelah mendengar perkataan itu, segera tanyanya dengan wajah keheranan:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Buat apa kau minta kedua jenasah tersebut?" "Soal ini tak usah kau ketahui, cukup kau jawab bersedia tidak untuk melakukan barter ini?" "Maaf, bila kau tidak menjelaskan, akupun tak dapat memenuhi harapanmu itu" jawab Suma Thian yu tegas. Mendadak Penebang kayu tua itu berkerut kening, kemudian bentaknya penuh kegusaran: "Tampaknya kau tak mau diberi arak kehor matan sebaliknya memilih arak hukuman, padahal bila lohu menginginkan kedua sosok mayat tersebut, bisa kuperoleh seperti merogoh barang dalam saku sendiri, bila kau tak menyerahkannya kepadaku jangan harap kau bisa meninggalkan bukit gundul ini setengah langkahpun...." Suma Thian yu segera tahu kalau dia telah bertemu dengan gembong iblis, tak mungkin persoalan hari ini bisa diselesaikan secara mudah. Diam-diam ia menjadi gelisah sekali, katanya kemudian: "Biarlah aku menguburnya ditempat lain, buat apa mesti menjadi marah hanya dikarenakan persoalan kecil?" Penebang kayu tua itu tertawa seram. "Heeeh...heeeh...heeeh...terlambat bila sekarang akan pergi, selamanya ucapan yang sudah lohu utarakan tak pernah dijilat kembali, tiada orang yang berani pula memenangkanku, bila kau ingin hidup, cepat enyah dari sini, kalau sampai menunggu aku berubah pikiran, jangan harap kau bisa pergi lagi dari tempat ini" Suma Thian yu tentu saja bukan seorang manusia yang takut urusan, tapi oleh karena dia selalu memikirkan tentang sastrawan rudin yang misterius maka dia tak ingin mencari banyak urusan. Coba kalau menuruti wataknya yang tidak takut menghadapi kesulitan, sudah pasti tantangan dari penebang kayu itu akan dihadapi dengan kasar. Begitu selesai menaikkan kembali kedua sosok mayat tersebut, dia segera putar badan dan beranjak pergi dari situ.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bocah keparat, rupanya kau ingin mampus" bentak penebang kayu tua itu sambil tertawa dingin. "Belum tentu" jengek Suma Thian yu. Kakek penebang kayu itu segera menggerakan bahunya, tanpa menggeserkan sepasang kakinya, tahu-tahu dia sudah menghadang jalan pergi anak muda tersebut. kemudian sambil mengayunkan kapak kecilnya dan mencorongkan sinar hijau dari balik matanya, dia menatap wajah Suma Thian yu lekat-lekat, serunya: "Eeeh, keparat, tahukah kau apa hubungan lohu dengan taysui berkepala tembaga itu?" "Biar dia anak mu juga, aku tak ambil peduli!" "Telur busuk!" bentak kakek penebang kayu itu gusar. Mendadak dia menerjang ke muka, kampaknya langsung diayunkan ke depan membacok tubuh Suma Thian yu. Bagi seorsng ahli silat, dalam sekali gebrakan saja akan mengetahui berisi atau tidak, jangan di lihat kakek penebang kayu itu sudah lanjut usia, ternyata gerak geriknya masih lincah, jurus serangannya lihay. Walaupun serangan yang dilancarkan olehnya itu kelihatan biasa tanpa suatu keanehan, namun bacokan kapaknya justru disertai dengan tenaga bacokan yang luar biasa. Suma Thian yu adalah seorang pemuda yang tinggi hati, kendati pun dia tahu kalau musuhnya lihay, namun dia tetap mendengus dingin dan melancarkan sebuah gerakan untuk menghindar kesamping. Betapa gembiranya kakek penebang kayu itu melihat gerakan mana, dia merasa bocah itu masih cetek kepandaian silatnya dan gampang dibekuk. Maka sambil tertawa seram, kesepuluh jari tangannya dipentangkan lebar-lebar dan meng gunakau ilmu Eng jiau kang yang sangat lihay tersebut, dia segera mencengkeram tubuh Suma Thian yu. "Aduuh, habis sudah nyawaku!" teriak Suma Thian yu dengan perasaan kaget.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sepasang tangannya segera digerakkan keatas untuk menangkis, sementara tubuhnya mundur beberapa lamgkah dengan sempoyongan. Kakek penebang kauu itu makin gembira lagi, dengan mengerahkan tenaganya dia ma ju menyerang lagi, bentaknya keras-keras: Bocah keparat, siapa yang telah membunuh Oh Si thian?" Sekali lagi Suma Thian yu mundur beberapa langkah ke belakang, kemudian sahutnya: "Seorang temanku!" "Siapa? Ayo bilang!" desak kakek penebang, kayu itu sambil maju ke depan. "Orang itu tak bernama, dia hanya memakai baju sastrawan yang sudah robek-robek, berusia tujuh puluh tahunan...." "Aaaah, rupanya makhluk tua itu, bocah keparat, kemanakah dia telah pergi?" "Aku sendiripun tak tahu!" Sungguh menggelikan sekali, ternyata iblis tua itu tidak menyadari kalau dirinya telah di tipu habis-habisan. Yaa, hal ini tak bisa menyalahkan diri, dalam anggapannya Suma Than yu ibaratnya seekor burung yang belum lengkap bulu sayapnya, untuk menghindari serangannya amat payah, bagaimana mungkin pemuda semacam ini bisa berilmu tinggi?" Setelah mengetahui kalau murid kesayangannya mati ditangan sastrawan rudin itu, kakek penebang kayu itu tidak melancarkan serangan gencar lagi. "Bocah keparat" katanya kemudian, "cepat beritahu kepadaku, makhluk tua itu sudah menampakan diri dimana?" Menyaksikan orang itu bertanya setengah mencelah, Suma Thian yu seeera merasakan ha tinya tergerak, sahutnya cepat: "Aku berjumpa dibawah bukit sana, setelah menghabisi nyawa Oh Si thian diapun pergi entah kemana" Paras muka kakek penebang kayu itu berubah hebat, buru-buru dia bertanya lagi:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sungguhkan perkataanmu itu?" "Ehmm...!" jawab Suma Thian yu dingin. Mendadak.... Dari tengah udara berkumandang suara gelak tertawa yang amat nyaring, disusul kemudian terdengar seseorang berseru dengan sua ranya yang parau: "Bocah cilik, kau harus mampus! Berani betul membohongi orang dan memfitnah lohu. Tahu kalau hatimu jahat, sejak tadi lohu sudah membacokmu sampai mampus" Bersamaan dengan berkumandangnya ucapan tersebut, diatas pucuk bukit itu telah muncul seorang kakek mabuk yang berjalan mendekati arena pertarungan dengan langkah sempoyongan. Begitu menyaksikan kehadiran orang itu, si kakek penebang kayu tersebut merasa amat terkejut, buru-buru dia melompat keluar dari arena pertarungan sambil membentak: "Makhluk tua, ternyata kau tidak melupakan janji kita pada dua puluh tahun berselang, hal ini menandakan kalau tenaga dalammn selama dua puluh tahun terakhir ini mengalami kemajuan pesat, kionghi, kionghi...." Orang yang barusan munculkan diri itu tidak lain adalah si sastrawan rudin yang dijumpai di warung siang tadi. Sambil menggelengkan kepala dan tertawa terkekeh-kekeh, sastrawan rudin itu berkata: "Bisa melihat sobat lamaku masih segar bugar, lohu merasa gembira sekali, bila daya ingatanku masih bagus, bukankah hari ini adalah saat perjanjian kita?" "Haaah...haah...haah... kau memang memiliki daya ingatan yang mengagumkan, benar, memang hari ini. Sejak pagi tadi lohu sudah menantikan kedatanganmu dirumah, siapa tahu muridku yang berbuat keonaran diluaran telah mati dibunuh dan jenasahnya akan dikubur disini, bagi lohu peristiwa ini benar-benar rupakan suatu kejadian aib bagiku" "Hei makhluk tua, aku ingin bertanya kepadamu, apa dendam sakit hati muridku padamu? Mengapa kau begitu tega membunuhnya?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika mengucapkan perkataan tersebut, wajah kakek penebang kayu itu diliputi kegusaran dan emosinya berkobarkobar. Sastrawan rudin itu memicingkan matanya, kemudian tertawa terbahak-bahak. "Haaahh... haaah... haaah... berhutang nyawa dia harus membayarnya dengan nyawa pula, kejadian semacam ini sudah lumrah dan sewajarnya. Muridmu Oh Si thian telah membunuh seorang saudagar tanpa sebab musabab, dosanya amat besar, sudah sepantas nya kalau dia mumpus untuk menebus dosa-dosanya itu...." Kakek penebang kayu itu makin naik pitam, ia tertawa seram dengan kerasnya, suaranya seperti jeritan setan ditengah malam buta, sehingga membuat bulu kuduknya pada bangun. Begitu selesai tertawa, dia segera melotot gusar kearah sastrawan rudin itu, kemudian sambil menuding ke arah mayat muridnya, dia berkata: Makhluk tua, mau memukul anjing lihat dulu pemiliknya, kau toh sudah tahu kalau dia adalah murid kesayanganku, sekalipun perbuatan-nya tak benar, juga tidak seharusnya kau membinasakan dirinya. Baik! kalau toh kau melupakan dendam sakit hatimu dulu, hari ini lohu akan melayanimu sampai dimana pun jua." Sastrawan rudin itu segera tertawa dengan penuh kegembiraan, serunya: "Hal ini harus disalahkan muridmu cuma gentong nasi yang tidak berguna, tombak dari lilin yang tak mampu menahan diri, kalau sudah kena di banting orang sampai mampus, kau harus menyalahkan siapa lagi?" Kakek penebang kayu itu tampak tertegun sehabis mendengar ucapan itu, tanyanya cepat: "Menurut perkataanmu itu, siapa yang telah membunuhnya?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendapat pertanyaan ini, si sastrawan rudin itu baru merasa kalau ia telah salah berbicara, hatinya menjadi amat sedih. Baru saja akan menjawab, mendadak Suma Thian yu yang berada disampingnya telah berkata: "Akulah yang telah membunuhnya!" Dengan cepat kakek penebang kayuitu berpaling, dari balik matanya yang memerah telah mencorong keluar sinar tajam yang menggidikkan hati, bentaknya segera dengan gusar: "Kau? Kau yang membunuhnya? Lobu tak percaya, kau tak usah memikul dosa orang lain!" "Tidak, memang akulah yang telah membinasakan muridmu, ketika muridmu itu menubruk perutku dengan kepalanya, aku pun menghen-takan perut ku, siapa tahu dia lantas mampus dengan begitu saja. Bila kau tidak percaya silahkan kau periksa keadaan lukanya" Sekali lagi Kakek penebang kayu itu tertawa seram. "Heeehh...heeeh...heeeh... bocah keparat, dengan tampang seperti kau pun bisa mengalahkan muridku? Hmm, siapa yang percaya? Sekali lagi lohu peringatkan kepadamu, bila kauingin mencari penyakit buat diri sendiri, lohu pasti akan memenuhi keinginanmu itu" Mendadak sastrawan rudin itu menjengek dari samping, katanya sambil tertawa tergelak: "Tua bangka celaka, kau memang pandai mengucapkan kata-kata yang tak sedap didengar, memangnya kau anggap murid kesayanganmu itu berbobot? Huuh sudah tak becus belagak jadi Hohan lagi?" "Tutup bacotmu..!" bentak kakek penebang kayu itu gusar. Aai bocah keparat ini mampu untuk menyambut pukulan lohu, pasti aku percaya dengan perkataannya, kalau tidak.... hmm... terpaksa hutang berikut bunganya ini harus kutagih dari tanganmu!" "Tiga pukulan?" sastrawan rudin itu berlagak kaget.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Wah... aku saja tak mampu untuk menerimanya, apa lagi dia? Bukankah kau hendak menyuruh dia mencari kamatian buat diri sendiri?" "Bagaimana? Sepasang mata lohu belum kemasukan pasir bukan?" jengek gakek penebang kayu itu sambil tertawa berkakak seram. "Mahkluk tua, kau harus membayar ganti atas selembar nyawa muridku itu" Suma thian yu merasa dirinya dipandang rendah oleh lawannya, mendadak serunya lantang: "Aku sanggup menerima dua pukulanmu!" Begitu ucapan tersebut diutarakan, bukan cuma kakek penebang kayu itu saja yang tercengang, bahkan sastrawan rudin itupun merasa terperanjat. "Kau? Kau sibocah sudah edan? Kau tahu siapakah dia? Dia adalah Jit Tok siu (Kakek tujuh racun) Kwa Lun yang termashur itu. Dengan modal apa kau hendak menyambut pukulan Jit tok ciangnya yang maha dahsyat itu?" Begitu mendengar nama Jit tok siu, sekujur badan Suma thian yu bergetar keras, paras mukanya berubah hebat, diamdiam dia mengeluh didalam hati: "Jit tok siu Kwa Lun gembong iblis paling beracun dalam dunia persilatan, bukan saja tenaga dalam maupun tenaga luarnya sudah tingkatan yang paling sempurna, ilmu pukulan Jit tok ciang yang di milikinya cukup membuat paras muka orang berubah hebat. Sekarang, Suma Thian yu baru merasa agak menyesal, menyesal karena tindakannya yang terlalu terburu-buru. Sementara dia masih memutar otak untuk mencari akal guna menghadapi serangan lawan, Jit tok siu Kwa Lun telah berjalan menuju ke hadapan Suma Thian yu, bahkan sambil memandang anak muda tersebut ia tertawa seram nada hentinya. Sekali lagi Suma Thian yu mengawasi wajah Jit tok siu lekat-lekat, dia merasa wajah orang ini mencerminkan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

seseorang yang lurus, tapi mengapa hatinya justru begitu keji dan buas? Tak salah kalau orang mengetahui, apabila ingin menilai seseorang, janganlah hanya menilai dari wajahnya. Sementara itu si sastrawan rudin itu pun ikut merasa sangat gelisah sekali setelah di lihatnya ke dua orang itu yang telah saling berhadapan muka, tanpa sadar dia menggeserkan tubuhnya pelan-pelan kesamping Suma Thian yu, kemudian bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan. Dengan cepat Suma Thian yu berhasil mengendalikan pikiran dan perasaannya, walaupun berhadapan dengan musuh tangguh, dia masih kelihatan gagah dan tenang. Mau tak mau sikap gagahnya ini menimbulkan, perasaan kagum juga hati sastrawan rudin itu, ia malai berpikir, janganjangan si anak muda ini memang memiliki ilmu silat tingkat tinggi? Mendadak Jit tok siu tertawa seram, kemudian ujarnya dengan suara yang menggidikan hati: "Sebelum pertarungan dimulai, aku hendak berkata dulu kepadamu, asal kau mampu untuk menyambut seranganku ini, maka lohu akan menghadiahkan sebuah benda mustika dan mewariskan satu jurus ilmu silat kepadamu, sebaliknya bila kau mampus secara mengerikan, jangan salahkan kalau aku tertindak keji" "Tak usah banyak bicara lagi, silahkan kau lancarkan ketiga buah pukulanmu itu!" seru Suma thian yu cepat. Jit tok siu tertawa seram: "Kalau begitu, sambutlah!" Telapak tangannya segera di lontarkan kedepan, segulung hawa pukulan yang panas sukar ditahan bagaikan baranya api langsung berhembus ke tubuh Suma Thian yu. Dibalik baranya api yang menggelora inilah sesungguhnya terkandung tujuh macam racun yang sangat jahat. Menyaksikan itu, sastrawan rudin tersebut segera berteriak berulang kali:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Racun! Racun! Racun!" Baru saja Suma Thian yu hendak melawan pukulan itu dengan telapak tangan kanannya, begitu mendengar peringatan dari sastrawan rudin tersebut, satu ingatan dengan cepat melintas dalam benaknya, cepat-cepat dia menarik kembali telapak tangan kanannya lalu menyongsong pukulan musuh dengan telapak tangan kirinya. "Kembali!" bentaknya pendek. Sungguh aneh sekali, begitu angin pukulan dari Suma Thian yu berhembus lewat, pukulan beracun dari Jit tok siu itu seakan-akan bertemu dengan tandingannya, seketika lenyap tak berbekas. Jit tok siu Kwa Lun menjadi terkejut sekali, mendadak ia mengayunkan kembali telapak tangannya ditengah udara segera muncul desingan angin tujuh warna, seakan-akan pelangi di angkasa, secepat kilat menyerbu tubuh Suma Thian yu. Seperti juga pertama kali tadi, dengan menghimpun dua bagian tenaga murninya kedalam telapak tangan kiri, dia sambut datangnya serangan itu keras-keras. "Blaaaaaamm!" Ketika dua gulungan angin pukulan itu bertemu diudara, pusaran angin berpusin segera menyambar ke empat penjuru, sedangkan cahaya tujuh warna itupun lenyap tak berbekas. Dua kali serangan beruntunnya menemui kegagalan, hal mana membuat Jit tok siu Kwa Lun menjadi malu bercampur gusar, segera bentaknya keras-keras: "Bocah keparat, serahkan selembar nyawamu!" Mendadak ditengah udara berkumandang sua ra mencicit yang sangat aneh, kemudian muncul beribu cahaya merah yang menyambar tubuh Suma Thian yu bagaikan hujan deras. Sastrawan rudin itu tahu lihaynya serangan itu, mendadak ia menjerit kaget: "Aaah... ulat beracun! Cepat mundur!" ooo^^ooo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam keadaan begini, Suma Thian yu hanya ingin menghindarkan diri dari mara bahaya saja, dengan cepat dia menambahi tenaga pukulan pada tangan kirinya dengan dua bagian tenaga lagi, kemudian dengan menghimpun tenaga pada tangan kanan, dia lepaskan sebuah pukulan dengan ilmu Sian po hwee ajaran Cong liong Lo sianjin. Dua gulung angin pukulan seperti sapuan angin puyuh menderu-deru di angkasa, ketika dua gulung kekuatan tersebut saling membentur, segera berkumandanglah suara ledakan yang memekikkan telinga. Suma Thian yu memang cekatan, begitu sepasang telapak tangannya melepaskan pukulan, tubuhnya menggunakan kesempatan tersebut menghindar kebelakang dan meloloskan diri dari lingkaran cahaya yang berbahaya itu. Mimpipun Jit tok siu tak pernah menyangka kalau Suma thian yu mampu untuk menghadapi tiga buah pukulannya, bahkan melancarkan sebuah serangan balasan yang mengetarkan sukma. Menanti dia menyadari apa yang telah terjadi, seluruh tubuhnya sudah terlempar ke udara dan meluncur ke belakang seperti layang-layang putus tali. Masih untung Jit tok siu adalah seorang jago silat keramaan, kendtipun sedang berada dalam bahaya, dia tak sampai gugup. Dengan cepat dia berjumpalitan beberapa kali ditengah udara, kemudian melayang turun ke atas tanah dengan selamat. Namun, setelah adanya pelajaran ini mau tak mau Jit tok siu Kwa lun harus memperbaharui penilaiannya terhadap Suma Thian yu, di samping itu diapun yakin kalau muridnya memang tewas ditangan si anak muda ini. Selama hidup belum pernah sastrtwan rudin itu pernah menyaksikan gerakan tubuh sede mikian indahnya, terutama sekali kesanggupan Suma Thian yu untuk melawan racun, hal tersebut membuatnya menjadi gelagapan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Berbicara sesungguhnya, sastrawan rudin sendiripun masih mengandalkan semacam ilmu silat barunya untuk menghadapi Jit tok siu kalau tidak ingin menderita kekalahan, siapa sangka kalau pemuda itu malah bisa menghadapi lawannya secara begitu mudah. Dua puluh tahun berselang, mereka sudah pernah bertarung selama tiga hari tiga malam, waktu itu si sastrawan rudin tersebut kalah satu gebrakan dari lawannya, masih untung Jit tok siu sendiripun sudah kehabisan tenaga hingga selembar jiwanya bisa lolos dari ancaman. Sesungguhnya dia memang seorang pendekar dunia persilatan, oleh sebab dia pandai meramal dan lagi sikapnya ugal-ugalan, maka orang persilatan menyebutnya sebagai Sin sian siang su (Peramal dewa). Si peramal dewa ini she Yu bernama Seng si, tiada orang yang mengetahui asal usulnya, namun kepandaian silatnya amat hebat. Belum sampai dua tahun dia berkelana dalam dunia persilatan, namanya menjadi tenar dan jarang ada yang bisa menandingi kepandaian silatnya itu. Karena itulah ketenarannya menimbulkan kemarahan dari Jit tok siu Kwa Lun yang waktu itu merupakan seorang gembong iblis dari golongan Liok lim, dia menentang si Dewa peramal itu untuk bertarung. Namun hasil dari pertarungan itu, si Dewa peramal dikalahkan oleh lawannya dalam suatu pertarungan yang alot. Sebelum pergi, Dewa peramal menentang untuk bertarung lagi dua puluh tahun mendatang. Kebetulan hari ini sudah saatnya untuk bertarung lagi melawan Jit tok siu. Kebetulan pula sebelum berangkat kemari, si Dewa peramal telah bertemu dengan Cong liong Lo siancu dan mengetahui kalau tokoh sakti ini mempunyai seorang murid yang bernama Suma Thian yu sedang dalam perjalanan menuju Tibet. Cong liong Lo siansu berpesan kepadanya agar sepanjang jalan melindungi muridnya ini.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Oleh sebab pesan itu pula, ketika Dewa peramal berhasil menjumpai Suma Thian Yu, diapun memberi petunjuk dengan kata- katanya. Dalam pada itu, Jit tok siu dibikin malu bercampur gusar setelah kekalahannya, ia segera berkata agak tersipu: "Bocah keparat, kau memang hebat dan mampu menerima tiga buah pukulan lohu, pa dahal jarang ada orang yang mampu berbuat demikian. Seperti apa yang telah kukatakan tadi, aku akan menghadiahkan sebuah benda mestika kepadamu, sedang soal jurus silat, aku pikir dengan kepandaianmu sekarang, hal ini tak usah lagi" Sembari berkata dia mengambil sebutir mutiara kecil dari sakunya dan disodorkan kehadapan Suma Thian yu. Ketika pemuda itu mencoba mengamati, mutiara tersebut amat tajam, karenanya sambil menggeleng katanya: "Terima kasih banyak, aku...." Belum selesai dia berkata, Dewa peramal telah menukas: "Bocah, terimalah, orang lain toh menghadiahkan benda itu dengan hati tulus." Suma Thian yu masih kelihatan sangsi untuk menerima. Si Dewa peramal segera menegur lagi: "Eeeh, mengapa masih sangsi?" Mendengar ucapan tersebut, Suma Thian yu mengira watak Jit tok siu memang aneh dan tak boleh ditampik pemberiannya, maka dia segera menerima mutiara tersebut seraya berkata: "Terima kasih banyak!" Kemudian dimasukkan kedalam sakunya. Si Dewa peramal Yu Seng si segera berpaling ke arah Jit tok siu, kemudian katanya seraya tertawa: "Babak berikutnya adalah peraturan diantara kita berdua!" "Apakah dia adalah muridmu?" Jit tok siu Kwa Lun segera menuding ke arah anak muda itu. "Bukan!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mengetahui kalau Suma thian yu bukan muridnya si Dewa peramal, Jit tok siu Kwa Lun baru merasakan hatinya lega, sambil tertawa dia lantas manggut-manggut. "Bagaimana jika seperti cara kita pada dua puluh tahun berselang?" "Boleh sih boleh, hanya waktunya terlalu lama, kita harus satu cara, sekarang kau boleh mengajukan satu persoalan dan kita saling ber gantian mengajukan soalnya, bagaimana?" Mendengar perkataan itu si Dewa Peramal Yu Seng si segera tertawa terbahak-bahak. "haaah...haaah...haah... bagaimana kalau kita beradu racun saja?" Ucapan mana kontan membuat Jit tok siu tertegun, dia saama sekali tidak menyangka kalau musuhnya akan beradu racun dengannya. Kontan saja dia mendonggakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. "Hei mahkluk tua, kau ada maksud untuk mengejekku? Bertanding racun denganku sama saja mencari penyakit buat diri sendiri, lebih baik yang serius saja, jangan sok menganggap pertarungan ini seperti mainan kanak-kanak!" SI Dewa peramal Ya Seng si sama sekali tidak tergetar hatinya, malah ujarnya lagi sambil tertawa: "Kau mengira lohu sedang bergurau? Kau adalah raja racun di dunia ini, sedang lohu akan menantangmu dengan racun pula, bukan kah hal ini sangat adil?" Hampir saja Jit tok siu Kwa Lun tidak percaya dengan pendengaran sendiri, kembali dia bertanya: "Bagaimana cara pertarungan itu akan langsungkan?" "Aku membawa dua botol teh racun Ban tek cha, setiap orang harus minum sebotol, coba kita saksikan siapa yang akan keracunan lebih dulu. Bagaimana? Permainan ini sangat mencocoki selera mu bukan?" Mula-mula Jit tok siu Kwa Lun agak tertegun, menyusul kemudian dia tertawa terbahak-bahak seperti orang gila: "Haah...haah...haah... sudab edan rupanya dirimu itu? Dengarkanlah nasehat lohu, lebih baik jangan dicoba, teh Ban

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tok cha merupakan racun paling ganas di dunia ini dan tiada obat yang bisa menawarkan racun tersebut, bila teh beracun itu diminum maka kita semua akan mampu mampus, boleh saja kalau kau sudah bosan hidup, tapi lohu masih belum ingin mampus dengan begitu cepat....!" Mendengar perkataan ini, Si Dewa Peramal segera mendongakkan kepala dan tertawa terbahak-bahak. "Haaah...haaah...haaahh... katanya saja kau adalah cikal bakalnya racun, tak tahunya takut minum teh beracun Ban tok cha....! Huuh, asal kau mau mengaku kalah, kita hapus pertarungan ini" Jit tok siu Kwa Lun tertawa seram. "Omong kosong, asal kau berani meneguk, lohupun berani pula untuk meneguk racun itu" Dari dalam sakunya si Dewa peramal Yu Seng si mengeluarkan dua buah bool kecil yang sama bentuknya, kemudian sambi1 menyodorkan kedua botol itu kedepan Jit tok siu, katanya: "Silahkan kau untuk memilihnya dulu!" Jit tok siu Kwa Lun mengambil sebuah diantaranya, kemudian berseru: "Harap kau dulu yang minum!" Tanpa sangsi si Dewi peramal Yu Seng si membuka penutup botol itu dan meneguk isinya sampai habis, paras mukanya sama sekali tidak berubah. Menanti si Dewa peramal telah menghabiskan botol teh beracun itu, jit tok siu Kwa Lun baru tertawa licik. "Makhluk tua, kau tertipu, lohu tak lebih hanya menganjurkan kepadamu untuk menghabiskan isi racun itu agar selekasnya berangkat ke akhirat" Menyaksikan perbuatan munafik dari lawannya itu, Si Dewa peramal Si Seng yu menjadi gusar bukan main, mendadak alis matanya berkernyit dan sekujur tubuhnya gemetar keras, wajahnya menunjukkan perasaan tersiksa yang luar biasa. Menyaksikan hal ini, Jit tok siu Kwa Lun tertawa tergelak, dengan bangganya dia menjengek:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mahkluk tua, siapa membunuh orang, dia harus membayar pula dengan nyawanya, lohu akan mengambil nyawamu sebagai ganti nyawa muridku, bukankah itu adil namanya?" Selesai berkata kembali dia tertawa terbahak-bahak dengan gembiranya. Suma thian yu sambil membentak keras, ia meloloskan pedangnya, kemudian membacok tubuh Jit tok siu dengan mengunakan jurus Gwat gi seng sia (rembulan bergeser bintang beralih). "Wahai setan tua!" dia membentak nyaring, "kau jangan keburu merasa bangga lebih dulu, giliran selanjutnya adalah kau!" Agak tertegun juga Jit tok siu Kwa Lun ketika melihat Suma Thian yu maju melancarkan serangan, ia tidak menangkis maupun berkelit sambil mundur berapa langkah dan memungut kembali kapak kecilnya, ia tertawa licik. "Bocah keparat, silahkan kau pun pergi mampus!" Kapaknya dengan jurus Ciu siu gan Siu (tukang kayu menebang pohon) balas menyerang ketubuh Suma Thian yu. Jangan dilihat gerak serangan itu amat kaku dan sederhana, pada hal dibalik kesederhanaan tersebut justru mengandung tenaga dalam yang luar biasa. Belum lagi serangan kapak itu tiba, dihadapan tubuh Suma Thian yu telah diliputi selapis hawa dingin yang luar biasa. Suma Thian yu mengira Jit tok siu akan memancarkan tujuh racunnya di balik serangan kapak tersebut, tanpa terasa hatinya menjadi bergetar keras. Cepat-cepat dia memutar pedang Kit hong kiamnya, menciptakan suatu pertahanan yang amat tebal untuk menciptakan suatu pertahanan yang tangguh, dengan cara itu dia hendak mem bendung serangan dari Jit tok siu. Mendadak terdengar si Dewa peramal berpekik nyaring, tubuhnya berkelebat lewat bagaikan sambaran petir, lalu menerjang ketengah antara kedua orang itu. Sepasang telapak tangannya dilontarkan kemuka dan...."Blammm!" ditengah suatu ledakan keras yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

memekikkan telinga, Jit tok siu maupun Suma thian yu samasama kena dipaksa untuk mundur sejauh beberapa langkah. "Haaah...!" begitu Jit tok siu Kwa Lun tahu kalau orang tersebut adalah Dewa peramal, dia menjerit kaget. Dengan nada menyindir, si Dewa peramal Ya Seng si berseru sambil tertawa terbahak-bahak: "Kau merasa terperanjat bukan? Kwa Lun, yang tertipu bukan aku, melainkan kau si bajingan tua yang rendah dan tak tahu malu." "Betul-betul mengejutkan" seru Jit tok siu Kwa Lun sambil menyeringai seram, "Jadi kau ini belum mampus?" "Tentu saja tak akan mampus, masa minum air bisa mampus? Jangan nakut-nakuti orang! "Aaah, jadi isi botol itu cuma air?" Jit tok siu Kwa Lun makin terperanjat. Begitu selesai berkata, si Dewa peramal segera tertawa terbahak-bahak, sedangkan Suma thian yu juga ikut merasa lega, sehingga ia tertawa terpingkal pingkal. Sudah barang tentu Jit tok siu Kwa Lun tak percaya dengan begitu saja, tapi diapun cukup mengetahui tentang kelihayan dari racun Bak tok cha tersebut, andaikata si Dewa peramal benar-benar meneguknya, sudah pasti dia akan mampus. Namun kenyataannya, dia masih mampu untuk melancarkan serangan dengan begitu dahsyat, dari sini bisa disimpulkan kalau dia memang cuma minum air biasa. Semakin dibayangka, Jit tok siu merasa hatinya merasa makin tak karuan, seolah-olah bocah yang merasa salah sehingga tak sepatah katapun mampu diucapkan. Untuk sesaat lamanya suasana diarena menjadi hening, lama kemudian, akhirnya Jit tok siu Kwa Lun membanting kapak kecilnya keatas tanah, lalu dengan wajah tersipu karena malu dia berkata: "Aku mengaku kalah, baik soal kecerdasan maupun tenaga dalam, lohu kalah semua dari mu. Tiga tahun kemudian, lohu pasti akan datang minta petunjuk lagi!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selesai berkata, dia membalikan badan dan berlalu dari situ, hanya didalam beberapa kali lompatan saja, bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata. Menanti Jit tok siu Kwa Lun sudah pergi jauh, Suma thian yu berdua baru menggali liang dan menguburkan dua sosok jenazah tersebut. Kemudian, Suma Thian yu baru memberi hormat kepada si Dewa peramal sembari berkata: "Locianpwe, maafkanlah boanpwe yang punya mata tak berbiji sehingga tidak mengenali diri cianpwe.." "Haah...haah... haah... bocah cilik, lohu paling benci dengan segala adat istiadat serta tata cara kesopanan, sebagai seorang lelaki sejati, sudah seharusnya bersikap terbuka dan tidak terikat adat" Buru-buru Suma Thian yu mengiakan dengan hormat. Dewa peramal Yu Seng si kembali mengamati Suma Thian yu beberapa saat lamanya, kemudian berkata lagi: "Jika di lihat dari tampangmu jelas kau adalah seorang pemuda yang jujur dan berperasaan halus, tapi kau harus tahu, perjalananmu menuju tibet kali ini penuh dengan kesulitan dan rintangan, aku berharap kau bersikaplah lebih bijaksana dan jangan terlalu melakukan pembunuhan. Sayang lohu masih ada urusan penting sehingga tak dapat menemani kau sepanjang jalan, nah, aku hendak berangkat duluan" Begitu selesai berkata, bagaikan sambaran kilat cepatnya, ia berlalu dari situ. Jangan dilihat gerak-geriknya semacam orang mabuk, dalam sekejap mata bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata. Suma Thian yu segera turun dari gunung dan menemukan kembali kudanya, kemudian melanjutkan perjalanan lagi menuju ke arah barat. Dari sini sampai di Tibet, perjalanan masih amat jauh dan mercapai berpuluh laksa li, jangankan dia sedang memikul tugas berat, bagi mereka yang berpesiar pun akan merasa jemu. Apalagi setelah mendengar peringatan dari Dewa peramal, perasaannya makin berat dan masgul...

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekalipun ia tak tahu apa yang harus di la kukan olehnya di wilayah Tibet, namun dia percaya Cong liong Lo sian jin pasti mempunyai sesuatu maksud tertentu, atau mungkin sedang mencoba keuletannya, atau mungkin juga ia sedang di perintahkan untuk melakukan suatu perjalanan untuk mencari pengalaman. Suatu hari, sampailah Suma thian yu disuatu daerah dalam Propinsi San say yang bernama Liong swan kwan. Tiba-tiba kaki depan kuda tungganggannya menjadi lemas dan terperosok kedepan. Dengan perasaan terperanjat Suma Thian yu melompat dari atas pelana kudanya dan melayang turun keatas tanah. Mendadak dari samping jalan berkumandang suara pujian keras: "Ilmu gerakan tubuh yang bagus!" Begitu melayang turun ketanah, Suma thian yu segera berpaling, tampak olehnya seorang pengemis tua sedang duduk lebih kurang dua kaki dihadapannya, waktu itu si pengemis tersebut sedang mengangkat buli-buli araknya dan meneguk dengan lahap. Begitu mengetahui siapakah pengemis tersebut, Suma thian yu segera bersorak gembira: "Wi locianpwe, rupanya kau orang tua pun berada disini!" Bertemu dengan sobat sekampung memang merupakan obat rindu bagi seorang pengembara, rasa gembira yang mencekam perasaan Suma Thian yu saat ini boleh dibilang tak terlukis kan dengan kata-kata. Selama hampir setengah bulan ini, dia selalu menempuh perjalanan seorang diri, dia seolah-olah berubah menjadi bisu saja karena tak ada orang yang bisa diajak berbicara. Tapi sekarang, secara tiba- tiba saja dia bertemu dengan Siau yau kay Wi Kian, keadaan ini ibaratnya orang yang menemukan pedang hijau ditengah gurun pasir. Siapa tahu paras muka Siau yau kay Wi Kian amat serius dengan sorot mata yang dingin seperti es dia menatap wajah anak muda itu lekat-lekat.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu menjadi tertegun, segera pikirnya: "Aaah... keadaan tidak beres, apa yang telah terjadi? Jangan-jangan terjadi lagi kesalahan paham?" Sementara dia masih berpikir-pikir, mendadak terdengar Siau yau kay Wi Kian membentak gusar: "Kemari, kau manusia berhati binatang!" Suma Thian yu menjadi sangat gelisah, dia tahu kalau manusia berwatak aneh ini kembali menaruh kesalahan paham terhadapnya. Dalam keadaan demikian, dia tak berani berayal lagi, dengan cepat dia berjalan menuju kehadapan Siau yau kay, kemudian tanya-nya dengan hormat: "Wi locianpwe, tolong tanya boanpwe telah melakukan kesalahan apa?" Dengan wajah penuh amarah, Wi Kian membentak keras: "Kau telah membawa Wan pek lan kemana? Ayo cepat jawab sejujurnya" "Ooooh, rupanya karena dia" "Apa? Kau bilang apa?" "Rupanya locianpwe sedang marah karena nona Wan tidak melakukan perjalanan bersama boanpwe?" "Benar, aku ingin bertanya kepadamu, sekarang dia bereda di mana?" "Di rumah Heng si Cinjin!" "Telur busuk! Kau berani mengelabuhi aku? Aku si pingemis tua tidak gampang di tipu tahu? Hmmm! Benar-benar tahu orangnya tahu wajahnya tak tahu hatinya, tidak kusangka kau berwajah bagus tapi berhati busuk seperti iblis. Bocah muda, anggap saja aku si pengemis tua telah salah melihatmu" Untuk sesaat Suma Thian yu benar-benar kebingungan dan tidak habis mengerti, cepat tanyanya dengan kegerahan: "Locianpwe, apa sih maksud dari perkataanmu itu? Boanpwe benar-benar tidak habis mengerti" Kontan saja Siau yau kay wi Kian melototkan sepasang matanya dengan gusar, mendadak dia melompat bangun dan segera meng

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ambil sepucuk sampul surat dari sakunya, kemudian sambil disodorkan kehadapan pemuda itu, dia berseru: "Coba kau lihat, benda apakah ini?" Suma Thian yu menerima sampul tersebut dan untuk sesaat merasa sangsi dan tak berani membuka sampul itu. "Buka sampul itu, didalamnya berisi semua bukti dari perbuatan jahatmu itu!" bentak Siau yau kay lagi. Buru-buru Suma Thian yu membuka sampul surat itu, ternyata isi sampul itu adalah se gumpal rambut dan beberapa lembar kuku. Dengan perasaan tidak habis mengerti, kembali Suma Thian yu bertanya: "Apa hubungannya benda-benda tersebut dengan diri boanpwe...?" "Bocah keparat benda itu adalah rambut dan kuku Wan Pek lan.....! umpat pengemis itu lagi dengan marah. Benarkah itu? Buat apa dia mengirimkan benda-benda itu kepada locianpwe? Apakah dia telah mencukur rambut menjadi pendeta perempuan?" Mendengar ucapan tersebut, Siau yau kay Wi Kian benarbenar amat gusar, dengan mata melotot dan wajah berubah menjadi merah membara, dia membentak gusar. "Bocah keparat, kau tak usah berlagak pilon, akan kulihat kau bersedia mengaku atau tidak!" Begitu ucapan terakhir diutarakan, angin pukulan sudah menyambar datang dengan kecepatan tinggi. Sebenarnya Suma Thian yu ingin berkelit kesamping, tapi setelah berpikir sejenak, dia merasa dirinya tidak bersalah, mengapa harus menghindarkan diri dari pukulan itu? Karena berpendapat demikian, maka dia urungkan niatnya untuk berkelit dan menyong song datangnya pukulan tersebut dengan begitu saja. Plaaaaak! Sebuah tamparan keras bergema memecahkan keheningan, pipi Suma thian yu sudah kena dihajar telak sehingga

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kepalanya pusir tujuh keliling dan pandangan matanya berkunang kunang, sebuah bekas lima jari tangan yang merah membengkak muncul diatas wajahnya. Menyaksikan hal ini, Siau yau kay menjadi tak tega sendiri, dia tidak melancarkan serangan lebih lanjut, bahkan berdiri dengan wajah kebingungan. Rupanya oleh karena pemuda itu tidak menghindar dan dipukul diam saja, hal tersebut membuat kemarahan dari Siau yau kay wi Kian berkurang setengah. Setelah kemarahan pengemis tua itu mereda, Suma Thian yu baru berkata: "Sudah pasti locianpwe menaruh salah paham, hubungan boanpwe dengan nona Wan sangat baik dan cocok, tidak akan mungkin dia akan mencukur rambutnya menjadi Pendeta" "Siapa yang bilang kalau dia menjadi pendeta? Tanda tersebut merupakan lambang dari kematian, mengerti kau?" "Apa? Suma thian yu menjerit kaget, dia telah mati? Tidak mungkin, sewaktu boanpwe meninggalkan dia, gadis itu masih segar bugar bahkan masih bergurau dengan nona Tosn dan saling menyebut saudara, mana mungkin dalam sebulan yang singkat dia telah ketimpa bencana?" "Kau berani menjamin?" "Yaa, kalau dia tertimpa musibah, sudah seharusnya dua bersaudara Thia pun mengalami nasib yang sama!" Berbicara sampai disini, secara ringkas Suma Thian yu menceritakan keadaan yang dialaminya waktu itu kepada Siau yau kay, bahkan mengatakan pula bahwa dua bersaudara Thia berjanji akan melindungi keselamatan dari Wan pek lan. Seusai mendengar penuturan tersebut, Siau Yau kay menjadi setengah percaya setengah tidak, dengan sorot mata yang tajam dia mengawasi wajah Suma Thian yu lekat-lekat seakan-akan ingin tahu apakah pemuda itu jujur atau tidak. Rupanya setelah meninggalkan Suma Thian yu dan Wan pek lan tempo hari, Siau yau kay Wi Kian melanjutkan pengembaraannya menjelajahi dunia persilatan, berapa hari berselang mendadak ia menerima sepucuk surat yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

didalamnya tercantum secarik kertas, dimana diterangkan kalau Bi hong siancu Wan pek lan telah tertimpa musibah, pembunuhnya adalah Suma Thian yu. Mendenar berita buruk itu, hampir saja Siau yau kay Wi Kian jatuh semaput saking gusarnya, kontan saja dia mencaci maki Suma Thian yu habis-habisan, bahkan pada saat itu juga berangkat ke wilayah Tibet dan bermaksud mencegat ditengah jalan. Kebetulan pula Suma thian yu memang sedang dalam perjalanan melewati tempat itu, hingga bertemulah mereka berdua. Mereka berdua segera saling menuturkan pengalaman masing-masing, pada saat itulah Suma thian yu baru tahu kalau ada orang sengaja hendak mencelakainya. Sudah barang tentu Siau yau kay tidak percaya perkataan Suma Thian yu dengan begitu saja, namun dia pun tak berani menuduh dialah pembunuhnya, untuk beberapa saat dia menjadi bingung dan diletakkan dalam posisi yang serba runyam. Begitulah, untuk beberapa saat mereka ber dua hanya berdiri saling berhadapan disitu dengan mulut membungkam, untung saat itu mendekati senja sehingga tiada orang yang menempuh perjalanan disitu, dengan demikian sikap mereka pun tak sampai memancing perhatian orang lain. Lama kemudian, tampaknya Siau yau kay telah mengambil suatu keputusan, katanya kemudian kepada Suma Thian yu dengan suara dingin: "Jangan lupa, kau tak akan lolos dari tanganku, bila Wan pek lan benar-benar mengalami sesuatu, kau lah yang harus bertanggung jawab!" "......"Suma Thian yu merasa pikirannya amat kalut, untuk sesaat lamanya ia tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Mendadak terdengar Siau yau kay membentak keras: "Siapa?" Menyusul bentakan itu, tubuhnya melesat ke dalam hutan di tepi jalan sana.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menanti Suma Thian yu menyadari akan hal itu, pengemis tua itu sudah memasuki hutan. Dalam keadaan demikian, anak muda itu tak berani berayal lagi, dia pun segera membuntuti dibelakangnya. Baru saja tubuhnya tiba di tepi hutan, mendadak tampak sebuah benda disambit keluar dari dalam hutan langsung diarahkan ke atas wajahnya. Serta merta Suma Thian yu menerima beda itu, ternyata benda tersebut tak lain adalah sampul surat tadi. Suma Thian yu tak sempat memeriksa isinya lagi, kembali dia melesat ketengah udara. Mendadak dari dalam hutan berkumandang suara tertawa dari Siau yau kay: "Bocah muda, lohu telah bertemu dengan sobat karibku dan akan berangkat lebih dulu, aku minta kau cari jejak Wan Pek lan, sampai ketemu." Ketika ucapan terakhir diutarakan, mungkin orangnya sudah berada setengah li dari situ. Suma Thian yu menjadi masgul, murung dan tak karuan perasaannya. Sebab tanpa sebab tanpa musabab dia telah bertemu dengan Siau yau kay di situ, baru saja dia bergembira karena akan memperoleh teman seperjalanan, siapa tahu yang diperoleh hanya rasa yang memurungkan hatinya saja. Meninggalkan kota Liong Swan kwan, didepan sana terbentang pegunungan Ngo tay San. Waktu itu hari sudah malam, Suma Thian yu yang dibebani dengan berbagai persoalan yang memusingkan kepala itu menjadi kemalaman di tengah jalan. Kuda yang diperoleh dari warung makan tempo hari, kini di tinggal di kota Liong swan kwan karena tak mampu melanjutkan perjalanan lagi, terpaksa dia harus menelusuri kegelapan dengan berjalan kaki. Belum lama dia meninggalkan kota Liong Swan kwan, perjalanan anak muda itu sudah dikuntil orang. Jilid : 21

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

SEBAGAI SEORANG jagoan yang berilmu tinggi, sudah baraag tentu penguntilen tersebut tak akan lolos dari ketajaman pende ngarannya, sayang pikiran dan perasaannya waktu itu sedang kalut, sehingga bal ini sama sekali tak diketahui olehnya. Si anak muda itu masih saja melanjutkan perjalanannya dengan kepala tertunduk dan pikiran kalut. Diri kejauhan sana terdengar suara auman harimnu yang amat nyaring, di tengah kegelapan malam begini, suara tersebut mendatang kan perasaan bergidik bagi siapa pun yang men dengarnya. Bukit Ngo tay san memang tersohor sebagai penghasil harimau di daratan Tionggoan, itu berarti suara auman harimau tersebut ber kumandang dari bukit di depan sana. Suma Thian ya agak sangsi, kendatipun dia memiliki ilmu silat yang sangat lihay, bukan suatu pekerjaan yang gampang untuk menda-tangi bukit Ngo tay san seorang diri, tapi untuk menuju ke daerah Shia say, orang harus melalui jalanan tersebut, karena hanya jalan ini yang tersedia. Sementara dia masih sangsi dan tak tahu apa yang harus dilakukan, mendadak dari arah belakang terasa bergemanya suara desingan angin tajam. Begitu mendengar suara tersebut, dengan sigap Suma Thian yu miringkan badannya kesamping, segulung angin dingin segera menyambar tiba. Suma Thian yu memang berilmu tinggi, ke tajaman pendengarannya luar biasa, sepasang matanya juga dapat melihat dalam kegelapan, dengan suatu gerakan jumpalitan, ia menyambut datangnya sambaran angin tajam tersebut, rupanya sebatang peluru tembaga. Dari arah belakang berkumandang lagi sua ra pekikan nyaring seperti pekikan monyet, dengan perasaan terkejut Suma Thian yu ber paling, dia menyaksikan ada sesosok bayangan hitam sedang meluncur datang dari arah belakang dengan kecepatan luar biasa.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menyaksikan kehadiran orang tersebut, Suma Thian yu merasakan hatinya terkesiap, belum sempat ia menegur pihak lawan telah ber seru lebih dulu: "Kau yang bernama Suma Thian yu?" "Benar!" jawab pemuda yang ditanya itu. Sambil menjawab, Suma Thian yu menga mati pendatang tersebut dengan seksama. Dia adalah seorang kakek berusia delapan puluh tahunan yang memakai jubah panjang berwarna-warni, mukanya bulat seperti rembulan yang sedang penuh, keningnya tumbuh sebuah bisul besar, sorot matanya tajam berkilat, siapapun akan mengetahui bahwa ia adalah seorang jago lihay yang berilmu tinggi. Setelah mendehem beberapa kali, orang itu menegur kembali: "Kau yang mengundang aku kemari?" "Tidak!" cepat Suma Thian yu menggeleng, aku sama sekali tidak kenal denganmu, kenapa mesti mengundangmu kemari?" Dari sakunya tiba-tiba kakek itu mengeluarkan sepucuk surat, lalu serunya lebih lanjut: "Bukankah surat ini adalah surat tantangan bertempur darimu?" Lagi-lagi sepucuk surat, Suma Thian yu merasa dirinya sial, sial delapan turunan. Baru saja dia ribut dengan Siau yau kay gara-gara sepucuk surat, sekarang kakek tersebut mengeluarkan kembali sepucuk sampul surat yang persis sama dengan surat pertama, janganjangan isi surat itu pun berisi rambut dan kaku perempuan? Sementara pikirannya berputar, dia menyahut dengan cepat: "Aku tak pernah menulis surat kepada siapa pun, tidak kuketahui apa yang lotiang maksud kan" "Omong kosong, bukankah kaupun sedang meremas sepucuk surat? Tak usah kau terang kan lagi, lohu juga tahu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kalau sampul surat tersebut persis sama dengan surat yang kau tunjukan kepadaku" Sekali lagi Suma Thian yu merasakan hatinya bergetar keras, sekarang dia baru sadar kalau tangannya masih meremas surat dari Siau yau kay tersemu, buru-buru dia membantah. "Surat ini bukan milikku, orang lain yang menyerahkan kepadaku" "Bawa kemari!" bentak makhluk tua itu dingin, "lohu akan memeriksanya..." Tanpa terasa Suma Thian yu menyodorkan surat tersebut ketangannya, makhluk tua tersebut membandingkan kedua sampul tersebut dengan seksama, kemudian seteiah tertawa seram serunya: "Bocah muda! Kau masih ingin menyangkal? Sudah jelas benda ini milikmu, hei, aku ingin bertanya sekali kepadamu, sudah lama lohu tak pernah mencampuri urusan dunia persilatan lagi, sudah empat puluh tahun aku hidup mengasingkan diri dan belum pernah ada orang berani menantangku bertempur, nyali mu benar-benar besar sekali, berani betul kau menyuruh orang menghantar surat tersebut kepadaku dan menyuruhku menunggu di kaki bukit Ngo tay san, bukankah kejadian ini menggelikan sekali?" Suma Thian yu semakin kebingungan lagi se tuduh mendengar perkataan tersebut, tak kuasa lagi dia menghela napas panjang, diam-diam dia hanya mengeluh akan nasib sendiri yang kurang beruntung. Sejak turun gunung hingga sekarang rasanya belum pernah dijumpainya suatu peristiwa yang bisa berkenan dalam hatinya. Maka dengan suara nyaring dia bertanya: "Bolehkan aku tahu siapa namamu?" "Bocah muda, pandai benar kau berlagak pilon? Bagaimana? Setelah bertemu dengan lohu lantas mangkerat dan ketakutan?" "Terus terang saja aku tidak mengengetahui tentang surat tantangan tersebut, lagipula aku pun tidak mengenalmu,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bagaimana mungkin bisa mengirim surat untuk menantangmu? Bukankah kejidan ini sangat aneh dan aneh dan tidak sesuai dengan keadaan pada umumnya? Apalagi surat tersebut juga bukan tulisanku." Mahkluk tua itu segera tertawa dingin. "Hmmm, lohu sudah terbiasa menganggur hingga malas untuk menggerakkan badan, coba kalau murid ku tidak keluar rumah, malam ini kau akan cukup merasakan penderitaan." Berbicara sampai disini, makluk tua tersebut berhenti sejenak, kemudian sambungnya lebih jauh: "Kalau toh kau berani menantangku untuk bertarung, sekarang, mengapa malah mundur ketakutan? Orang bilang: Yang datang tidak bermaksud baik yang bermaksud baik tak akan datang. Bocah muda, aku tahu kau pasti memiliki kepandaian silat yang luar biasa tapi lohu tak ingin menganiaya kaum muda, apalagi melancarkan serangan secara sembarangan. Begini saja, lohu akan duduk disini, sedangkan engkau bolehlah menyerang sekehendak hati mu sendiri, kau pun tak usah berbelas kasihan, lakukan saja seranganmu dengan sepenuh tenaga, tapi kau harus tahu, malam ini adalah malam terakhir dari perjalananmu di dunia ini!" Selama hidup belum pernah Suma Thian yu menghadapi situasi seperti ini, tapi kalau didengar dari nada pembicaraan makhluk tua tersebut dapat diketahui kalau dia adalah seorang jago lihay yang memiliki kepandaian silat sangat tinggi. Hanya saja, selama ini dia tak mau mengerti, mengapa ia bisa menyalahi makhluk tua tersebut? Maka sekali lagi dia bertanya dengan hormat: "Tolong tanya siapa nama cianpwe? Aku pikir, diantara kita berdua tentu sudah terjadi kesalahan paham" "Salah paham? Tak mungkin, orang yang menghantar surat itu masih berada disekitar sini, dia pun sudah jelas memberitahukan ke pada lohu kalau kau akan tiba disini malam ini juga!" "Dapatkah kau mengundangnya kemari?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tentu saja dapat, tapi hal ini bisa dilakukan setelah kita selesai bertarung" "Aku tak berani" "Tak berani? Bocah muda, kau anggap lohu ini manusia macam apa? Sembarang bisa dipermainkan orang dengan begitu saja?" "Aku sama sekali tak bermaksud untuk mem permainkan cianpwe, kalau tak percaya, pertemukan aku dengan si penghantar surat tersebut, persoalan pasti akan menjadi beres dengan sendirinya" Mendengar perkataan tersebut, makhluk tua itu tertawa terbahak-bahak, kemudian sambil duduk bersila diatas tanah, ujarnya dingin: "Segera lepaskan seranganmu, kalau tidak, lohu akan menghancur lumatkan tubuhmu!" Suma Thian yu menghela napas panjang, perasaannya seperti di tindih dengan sebuah batu cadas yang berat sekali, dia merasa amat murung dan kesal, banyak kesulitan yang rasanya sukar untuk diutarakan keluar. Akhirnya dia mengambil suatu keputusan kepada makhluk tua itu, katanya: "Bila kau bersikeras menuduhku, yaa... apa boleh buat, kesalahan paham ini tak mungkin bisa dibuat jelas hanya dengan sepatah dua patah kata saja. Aku bersedia menuruti permintaanmu itu, cuma sebelum pertarungan berlangsung, bolehkah aku mengetahui siapa nama besar mu?" Sekali lagi makhluk tua itu mendongakkan kepa1anya sambil tertawa seram. "Heeeh...heeh... tampaknya sebelum melihat peti mati kau tak akan menitikkan air mata, baiklah, lohu akan memberitahukan kepadamu, agar kau bisa mampus dengan mata yang meram kencang." Kemudian setelah mengamati Suma Thian yu sekejap, pelan-pelan dia berkata: "Lohu bernama Pi... Ciang... Hay."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu mendengar nama Pi Ciang Hay, paras muka Suma Thian yu berubah amat hebat, tercekat perasaannya dan tanpa terasa dia men jerit kaget dengan suara keras: "Kau.... kau adalah Sip hiat jin mo (manusia iblis pengisap darah) yang termashyur namanya itu?" Rupanya kakek aneh itu bukan lain adalah gemboang iblis yang paling tersohor namanya dalam dunia persilatan, sip hiat jin mo Pi Ciang hay adanya. Sejak enam puluh tahun berselang, iblis tersebut sudah termashur sekali namanya dalam dunia persilatan, kejahatan serta kekejiannya sudah tersiar luas sampai ketempat kejauhan. Semasa masih mudanya dulu, dia paling gemar melakukan perbuatan menghisap darah dengan jarum perak, perbuatan tersebut sedemikian keji dan buasnya, sehingga banyak umat persilatan yang membencinya. Dengan jarum perak untuk mengisap darah korbannya, iblis tersebut memanfaatkan darah manusia untuk memupuk kekuatannya guna menyempurnakan ilmu pukulan Pek lek si hun ciang (pukulan geledek pembetot sukma) yang di yakininya. Setelah ilmu tersebut dapat dikuasai, kehebatannya makin menjadi-jadi, hampir boleh dibilang seluruh dunia persilatan telah dikuasai olehnya. Pada saat yang hampir berurusan, di dalam dunia persilatan muncul pula seorang gembong iblis yang bernama mayat hidup Ciu Jit hwee. Kemunculan iblis ini segera menim bulkan suasana yang makin kalut dalam dunia persilatan, belum sampai dua tahun kemunculannya dalam dunia persilatan, nama busuknya sudah jauh melebihi Sip hiat jin mo. Ilmu silat yang dimiliki kedua orang ini sama-sama lihaynya, kalau ilmu pukulan pek-lek si hun Ciang lebih mengutamakan kekuatan yang bersifat keras, maka ilmu pukulan Hu si im hong ciang dari si mayat hidup Ciu Jit Hwe lebih mengutamakan sifat dingin yang lembut.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kedua orang ini sudah pernah saling bentrok satu sama lainnya, alhasil kekuatan mereka berdua berimbang, cuma kalau berbicara dalam hal kekejiannya, maka teranglah ilmu pukulan angin dingin pembusuk mayat atau Ho si im hong siang masih jauh lebih mematikan orang. Pertarungan yang berakhir seri ini membuat kedua orang iblis tersebut menjadi sahabat, tapi persahabatan antar sesama gembong iblis tentu saja bukan persahabatan yang sejati, yang benar mereka saling memanfaatkan kesempatan yang ada untuk saling merobohkan lawan. Selama hidupnya, manusia iblis penghisap darah Pi Ca hui hanya menerima seorang murid, yakni Hit cha cui cu si rasul garpu terbang kiong Lui. Dibawah bimbingan yang seksama dari iblis tersebut, Kiong Lui berhasil menguasani enam tujuh bagian ilmu silat dan Sip hiat jin mo tersebut.... Hanya sayangnya Kiong Lui tidak memiliki bakat yang terlalu bagus, sehingga kepandaian-nya tak bisa mencapai tingkat kesempurnaan, disaat iblis tersebut mengetahui kalau muridnya hanya kayu lapuk yang berukir berukir indah, hatinya benar-benar sengsara dan gusar, sayang sekali menyesal tak ada gunanya, diapun hanya bisa menyesali diri sendiri. Demikianlah, ketika Suma Thian yu mengetahui siapakah musuhnya ini, dia merasa amat terkesiap, diam-diam pekiknya dihati: Banyak kejadian didunia ini memang aneh rasanya, membuat orang sukar untuk menduganya, sesungguhnya Suma Thian yu sedang berangkat menuju ke Tibet, siapa tahu banyak persoalan justru dijumpai disaat seperti ini, bahkan musuh yang dijumpai pun kebanyakan adalah gembong iblis. OOWOO TIBA-TIBA Suma Thian yu teringat akan sesuatu, bukankah dia hendak mencari Sip hiat jin mo ini untuk membuktikan soal

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kematian orang tuanya? Tak disangka sama sekali, orang yang hendak dicarinya itu kini bisa muncul didepan mata. Sudah jelas kejadian ini bukan suatu kebetulan saja, melainkan sudah diatur oleh seseorang, justru karena Sip hiat jin mo Pi ciang hay mendapat surat pemberitahuan dari seseorang, maka dia mengetahui dengan jelas akan jejak anak muda tersebut. Terdengar Sip hiat jin mo Pi Ciang hay tertawa seram, lalu ujarnya dengan suara lantang: "Bocah keparat, kau tak usah berlaga pilon lagi, bila kau tidak kenal dengan lohu, mengapa menantangku untuk berduel disini?" "Aku benar-benar tidak kenal denganmu, selain itu aku pun tak pernah bermaksud menantangmu bertarung, tapi kebetulan sekali, aku memang ada maksud menyambangmu sekalian meminta petunjuk darimu" "Meminta petunjukku?" Manusia iblis penghisap darah Pi Ciang hay tertawa terbahak bahak, "mengapa tidak kau katakan ingin minta petunjuk ilmu silat dari ku?" "Tidak, aku hanya minta keterangan kepadamu untuk, membuktikan suatu berita" jawaban dari Suma Thian yu amat tegas. Ucapan tersebut segera menarik perhatian si Manusia iblis pengisap darah tersebut, dengan kening berkerut dia berseru: "Membuktikan tentang suatu berita?" "Aku she Suma bernama Thian yu, ayahku Tiong lo, tolong tanya kenalkah kau dengan ayahku?" Dengan cepat Manusia iblis pengisap darah Ti Ciang hay menggelengkan kepalanya berulang kali, tanyanya agak tercengang: "Buat apa kau menanyakan tentang persoalan ini? Lohu hanya dikenal orang, selamanya tak pernah mengenal orang lain" Sungguh jawaban ini merupakan suatu jawaban yang sangat takabur. Maksudnya dia tak mau kenal dengan orang lain saja.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalau begitu, bajingan keparat itulah yang sengaja menipu aku" seru Suma Thian yu kemudian. "Hei bocah muda, kau tak usah bergumam melulu, bila ada persoalan, katakan saja dengan cepat, kalau tidak, lohu sudah tak sabar unuk menunggu lebih jauh!" bentak Manusia iblis penghisap darah Pi Ciang hay tak sabar. "Tolong tanya, apakah Suma Tiong ko tewas di tanganmu?" Sekali lagi Manusia iblis penghisap darah Pi Ciang hay mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. "Orang yang mampus di tanganku sudah tak terhitung jumlahnya, kalau suruh kuingat satu per satu, waah sulit sekali! Bocah muda, seandainya lohu yang membunuhnya, apa yang hendak kau lakukan?" Sepasang mata Suma Thian yu melorot besar dan memancarkan sinar yang amat tajam, katanya dengan cepat. "Kalau begitu kau mengakui kalau ayahku mati di tanganmu? Kau juga yang menghancurkan gedung keluarga ku serta menghadiahkan lencana emas kepada si Ular berekor nyaring?" Mendengar ucapan mana, Sip hat jin mo Pi Ciang hay kembali menjadi tertegun dan kemudian serunya agak tercengang: "Hei lencana emas apa yang kau maksudkan? Lohu tak mengerti, apalagi lohu hanya membunuh orang, tidak pernah membakar rumah atau menghadiahkan sesuatu pada orang lain" Suma Thian yu segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak, katanya: "Kalau begitu kau telah ditipu dan dibodohi orang lain dengan seenaknya, benar-benar suatu berita yang luar biasa, seorang gembong yang tersohor namanya dalam dunia persilatan ternyata dipermainkan orang." Tutup mulutmu! Jangan kau lanjutkan olok-olokmu itu, cepat kau katakan siapa yang berani mencabuti kumis harimau itu?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia adalah si ular berekor nyaring Bian pun ci yang bernama amat tersohor dalam dunia persilatan." Suma Thian yu memang berniat adu domba, maka dia sengaja menyebutkan nama "si ular berekor nyaring" itu dengan suara yang amat nyaring. Betul juga, Marusia iblis penghisap darah itu segera naik darah, rupanya gembong iblis ini memiliki sebuah kelemahan yakni dia suka dirinya berada dikedudukan paling tinggi, dia tidak berharap ada orang yang melebihi dirinya, apalagi kalau sudah dilangkahi orang, seringkali hal tersebut akan menimbulkan ambisinya yang menyala-nyala. Terdengar dia bertanya dengan gelisah: "Siapakah Bian Pun ci itu? Cepat beritahu kepadaku!" Diam-diam Suma Thian yu merasa amat kegirangan setelah menyaksikan kemarahannya memuncak, namun dia berlagak hambar, sahutnya pelan: Dia mah seorang jagoan yang amat tersohor, asal kau berkelana didalam dunia persilatan, siapa saja tentu akan mengenali dirinya...." Belum selesai dia berkata, Manusia iblis penghisap darah telah membentak lagi dengan gusar: "Omong kosong, kau tak usah mengucapkan kata-kata yang tak terguna lagi, cepat beritahu kepadaku, sekarang berada dimana dia?" Kau lupa dengan orang yang menghantarkan surat kepadamu itu? Dia adalah pembantu Bian pun ci. Asal kau menanyakan persoalan ini kepadanya, maka segala sesuatunya akan menjadi terang" Pemuda ini memang hebat, apalagi tindakannya yang balik mengigit orang betul-betul rupakan suatu langkah yang jitu. Dengan begitu selain ia dapat menghilangkan kesalah pahaman Manusia iblis penghisap darah dengannya, diapun bisa mengetahui siapakah yang telah mempermainkan dirinya ini.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan sorot mata buas, Manusia iblis Penghisap darah Pi ciang hay menoleh sekejap kearah Suma thian yu, kemudian serunya: "Kau jangan meninggalkan tempat ini secara sembarangan, aku percaya kau tak bakal bisa lolos dari cengkeramanku!" Dalam sekali berkelebat saja bayangan tubuhnya tahu-tahu sudab lenyap dari pendangan mata. Menyaksikan kesempurnaan ilmu meringankan tubuhnya ini, Suma thian yu harus menjulurkan lidahnya sambil berpikir: "Benar-benar sebuah ilmu meringankan tubuh yang amat lihay, nama besar orang ini sungguh bukan nama kosong belaka" Tentu saja dia tak akan pergi dengan begitu saja, karena dia ingin tahu siapakah pengacau yang telah menfitnah dirinya berulang kali. Tak selang berapa saat kemudian, Manusia iblis penghisap darah Pi Ciang hay telah balik kembali dengan mengapit seseorang dibawah ketiaknya, dia langsung melayang turun dihadapan Suma Thian yu. Suma Thian yu mencoba mengamati orang itu, ternyata sama sekali tidak di kenal. Sementara dia masih termenung dengan wajah tertegun, orang itu sudah dilepaskan oleh Manusia iblis pengisap darah dari kempitannya. Apa yang dilakukan orang muda itu? Ternyata dia merangkak ke hadapan Suma Thian yu, kemudian sambil berlutut, seraya merengek-rengek: "Sauya, tolonglah hambamu, hamba telah menyampaikan surat tersebut kepadanya, tapi dia malah menahan diri hamba, ooooh sauya tolonglah hamba dan balaskan sakit hati hamba ini" Mendengar ucapan tersebut, Suma Thian yu menjadi amat terkesiap, bajingan ini sungguh amat licik, ternyata dia pun pandai melimpahkan bencana ke tubuh orang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saking tertegunnya, untuk beberapa saat Suma Thian yu jadi tergagap dan tak sanggup mengucapkan sepatah kata pun. Manusia iblis pengisap darah Pi Ciang hay pun agak tertegun sesudah mendengar perkataan tersebut, menyusul kemudian teriaknya dengan suara menyeramkan: "Bocah keparat! Apa lagi yang hendak kau katakan sekarang? Heeeh, heeeh, hari ini bila aku tidak mencincang tubuhmu sehingga hancur berkeping-keping, sulit rasanya untuk melampiaskan rasa mangkel dalam hatiku" "Eeeh, eeeh, tunggu dulu." seru Suma Thian yu sambil menggoyangkan tangannya berulang kali, "aku sama sekali tidak mengetahui siapakah orang ini!" Baru selesai dia berkata, tiba-tiba orang tersebut sudah berteriak kembali. "Sauya, tegakah kau mengorbankan hamba? Dalam hal apakah hamba telah berbuat salah kepada sauya? Ooh sauya! Mengapa kau tak bersedia menolongku? Sauya, berbuatlah baik hati." "Keparat sialan! Siapa yang menjadi sauya mu? Aku ingin bertanya kepadamu, siapa yang suruh kau mengantarkan surat tersebut?" "Sauya, mengapa kau pelupa? Bukankah kau yang suruh suruh aku mengantarkan kemari?" seru orang itu keras-keras. Menyaksikan kelicikan orang itu, Suma Thian yu benarbenar merasa gusar bercampur mendongkol, kalau bisa, dia ingin sekali menghajar lawannya tersebut sampai mampus. Sementara itu, Manusia iblis penghisap darah Pi Ciang hay juga mulai tidak percaya dengan Suma Thian yu, dengan gusar ia membentak nyaring: "Bocah keparat! Bagus sekali perbuatanmu, ayo cepat serahkan selembar nyawamu!" Seusai berkata dia lantas maju ke muka sambil melepaskan sebuah bacokan ke tubuh Suma Thian yu. Jangan dilihat serangan yang dilancarkan olehnya ini kelihatannya sederhana dan lembut padahal kekuatan yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

disertakan di dalam serangan tersebut benar-benar amat dahsyat. Dengan cekatan Suma Thian yu melompat mundur sejauh satu kaki lebih, kemudian cegahnya: "Eeeei, tungu dulu! Kesalahan pahammu kelewat mendalam, selain itu kau pun sudah tertipu" "Betul, aku memang tertipu, tertipu oleh aksi licik kau si bocah keparat!" bentak Manusia iblis pengisap darah sambil menerjang maju lebih kedepan. Sembari berkata, telapak tangannya segera diayunkan keatas siap melancarkan serangan. Mendadak, dari sisi jalan dibalik hutan, berkumandang suara jenggekan seseorang diiringi suara tertawa dingin: "Heeeh... heeehh... heeehh... kalau orang sudah tua, maka semakin tua semakin, bertambah pikun, tua bangka she Pi, aku lihat makin tua kau semakin tak becus saja" Manusia iblis pengisap darah Pi Ciang hay menjadi tertegun setelah mendengar perkataan itu, dia urungkan niatnya untuk melancarkan serangan dan segera berpaling, ternyata disisi jalan telah berdiri seorang pengemis tua. Orang yang munculkan diri itu bukan lain adalah Siau yau kay Wi Kian adanya. Melihat datangnya bintang penolong, Suma thian yu menjadi kegirangan setengah mati. Sementara itu, Siau yau kay Wi Kian telah berjalan menghampiri Manusia iblis penghisap darah, lalu sambil tertawa terkekeh-kekeh katanya: "Sudah empat puluh tahun kita tak bersua, rupanya sobat masih segar seperti sedia kala, cuma kalau sedang menghadapi persoalan lebih baik diselidiki dulu sampai jelas, jangan sembarangan menuduh orang lain, perbuatanmu sekarang sungguh menggelikan, sungguh mengenaskan!" Setelah menyaksikan kemunculan Siau yau kay Wi Kita, mendengar pula perkataan tersebut, Manusia iblis penghisap darah menjadi naik darah, teriaknya keras-keras:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Lagi-lagi kau yang mencampuri urusan kami, hmmm! Apa sih yang kau pahami?" Pengemis tua itu tertawa terkekeh-kekeh lagi. "Aku paling paham tentang persoalan ini, terus terang saja aku si pengemis tua pun hampir tertipu oleh cucu kura kura ini, aku pun hampir saja salah menuduh orang baik" Sembari berkata dia lantas menuturkan pengalamannya dimana dalam sampul surat di beri kuku dan rambut perempuan. Setelah itu, sambil mencengkeram orang tadi, ujarnya: "Ayo jawab siapa yang menitah kau melakukan perbuatan ini? Kalau kau bersedia menjawab dengan sejujurnya, berarti kau akan mengurangi hukumannya, kalau tidak, hmmm! Malam ini kau akan merasakan penderitaan yang paling hebat!" "Sauya kami yang suruh!" teriak orang itu sambil menuding ke arah Suma Thian yu. "Ploook!" Siau yau kay Wi Kian menempeleng orang itu keras-keras, kemudian umpat nya: "Siapa bilang dia punya rumah dan menjadi sauya? Ayo jawab, siapa yang suruh?" "Dia yang suruh, mengapa kalian tak mau mempercayai aku?" seru orang tersebut sambil menangis. "Baik! Kalau memang begitu, coba kau sebutkan, siapakah nama sauya mu itu?" Orang tersebut menjadi tertegun setelah mendengar ucapan mana, dia melongo dan tergugup, tak sepatah kata pun yang sanggup diuta-rakan keluar. Manusia iblis penghisap darah Pi Ciang hay yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi termanggu sendiri, pikirannya juga turut berguncang keras. "Plaaakk!" sekali lagi Siau yau kay Wi Kian menghajar orang itu keras-keras. "Bukankah dia adalah sauya mu? Mengapa kau tidak mengenali namanya?" ia membentak, "bajingan keparat anjing

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

busuk, aku si pengemis tua harus memberi pelajaran lebih dulu kepadamu" Seraya berkata, dia tangkap lengan kanan lelaki tersebut, kemudian ditariknya keras-keras. Jeritan ngeri yang memilukan hati segera berkumandang memecahkan keheningan, lengan tangan lelaki itu segera tertarik hingga patah. Peluh sebesar kacang kedelai segara jatuh bercucuran membasahi seluruh wajahnya, dia nampak amat menderita. Manusia iblis penghisap darah pun sudah menyadari akan ketidakberesan persoalan tersebut, dia pasti tahu ada orang yang sedang bermain gila dengannya. Maka dengan amarah yang memuncak, dihampirinya orang itu, lalu bentaknya keras: "Siapakah kau? Apa hubunganmu dengan si Ular berekor nyaring Bian Pun Ci?" Sambil menggigit bibir menahan rasa sakit lelaki itu bungkam seribu bahasa. Manusia iblis penghisap darah Pi Ciang hay segera menggetarkan tangannya, orang itu menjerit kesakitan lagi, suaranya keras bagaikan ayam hendak disembelih, hijau membesi, hampir saja dia akan jatuh tak sadarkan diri. Ayo bicara!" bentak Manusia iblis penghisap darah lagi dengan sorot mata memancar kan suatu sinar kebuasan, "akan lohu lihat, kau bersedia menjawab atau tidak?" Sambil berkata, dia bersiap sedia membetot tubuhnya lagi. "Jangan, jangan...! Aku akan menjawab, aku akan menjawab! Dia adalah majikan hamba! seru lelaki itu ketakutan. "Sekarang dia berada di mana?" "Dia berada bersama-sama dengan si Mayat hidup Ciu Jit hwee locianpwee!" Nama "si Mayat hidup" tersebut segera di terima oleh Manusia Iblis penghisap darah bagaikan tiga bilah pisau belati yang menancap di ulu hatinya, dia segera meraung gusar:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Rupanya orang itu adalah ahli waris bajingan tua tersebut, anjing keparat! Kau tak bisa diampuni!" Telapak tangannya segera diayun ke depan. "Blaamm!" tak sempat menjerit kesakitan lagi, lelaki kasar itu mampus dengan batok kepala hancur dan benaknya tercecer di mana-mana, karena dari itu tentu saja selembar jiwanya melayang keakhirat untuk melapor diri kepada raja akhirat. Manusia iblis penghisap darah benar-benar merupakan iblis yang membunuh orang tanpa berkedip, selesai menghabisi nyawa lelaki tersebut, dengan sikap seakan-akan tak pernah terjadi suatu apapun, ia berpaling kepada Suma Thian yu seraya berkata: "Bocah, hampir saja kau menjadi setan penasaran...!" Suma Thian yu merasa sangat tidak puas dengan perkataan itu, dihati kecilnya dia men damprat: "Omong kosong, kau bedebah tua kelewat sombong, memangnya kau anggap sauya takut kepadamu?" Sekalipun dalam hatinya berpikir demikian, tentu saja perkataan tersebut tidak sampai di utarakan keluar, maka diapun hanya membungkam dalam seribu bahasa. Menyaksikan duduknya persoalan sudah jelas, Siau yau kay Wi kian tahu kalau berada disitu kelewat lama, sama sekali tak ada manfaatnya, maka sambil menarik tangan Suma Thian yu, serunya: "Ayo berangkat, mau apa lagi mengendon disini? Memangnya menunggu digebuk?" Selesai berkata, dia lantas berpamitan dengan Manusia iblis penghisap darah, kemudian sambil menarik tangan Suma Thian yu ber lu dari situ... Ternyata Manusia iblis penghisap darah sama sekali tidak menghalangi kepergian mereka, gembong iblis ini memang berwatak sangat aneh, asal orang lain takut kepadanya, hal ini sudah cukup, tapi jangan sekali-kali mencoba untuk mengancamnya, diapun tidak akan sembarangan mengusik orang lain.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Disiniiah letak kebaikan atau kelebihannya, sepanjang hidup dia selalu tergila-gila oleh ilmu silat, berusaha untuk melatih diri dengan sebaik- baiknya, tentu saja sasaran yang diincar kursi pemimpin dunia persilatan. Walaupun ambisinya itu mendekati kekejaman, namaun hal inipun mengurangi napsunya untuk membunuh orang. Berbeda dengan si mayat hidup Ciu Jit hwee, dia mengandalkan ilmu silatnya untuk menekan orang, menerima murid secara besar-besaran dan mencari komplotan untuk memperluas pengaruhnya, walaupun tujuannya tak berbeda dengan Manusia iblis penghisap darah, tapi cara yang digunakan justru berbeda. Siau yau kay Wi kian cukup memahami wataknya ini, dia segera menarik tangan Suma thian yu sambil berkata: "Mahkluk tua itu tak boleh diusik, bila kau berjumpa lagi dengannya dikemudian hari,kalau bertemu berusahalah cepatcepat pergi, kalau tidak, sepuluh orang macam kau pun akan habis juga ditangannya" Suma thian yu menjadi curiga sekali, dengan cepat dia bertanya: "Memangnya dia mempunyai tiga kepala enam lengan? Murid kesayangannya pun tak lebih hanya begitu saja, memangnya dia memiliki kemampuan seberapa hebatnya?" "Bocah,kau tahu apa?" damprat Siau yau kay, "kau anggap Pi Ciang hay hanya berbernama kosong belaka? Suhumu Put Gho cu pun paling-paling hanya bisa bertarung seimbang dengan-nya, itupun terjadi pada lima puluh tahun berselang, apalagi aku si pengemis tua..." "Tapi dia nampaknya tidak memiliki sesuatu yang melebihi orang biasa, masa kepandaian silatnya amat dahsyat?" Siau yau kay Wi Kian segera tertawa terbahak-bahak. "Haaah...haahh... haaah... mau percaya atau tidak terserah padamu, tapi kalau perangaimu tidak di rubah, dikemudian hari masih banyak penderitaan yang kau alami. Anak muda memang begitulah, wataknyn tak takut langit tak takut bumi, tapi kau harus ingat, setinggi-tingginya gunung, masih ada

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang lebih tinggi lagi, sehebatnya manusia masih ada yang masih ada yang lebih hebat lagi, dunia begini luas, dunia persilatan begitu lebar, orang pintar berada dimana-mana, bila kau hendak menilai orang dari tampang wajahnya, sudah jelas perbuatan itu keliru besar. Kau harus perhatikan, bukan manusia yang bertubuh kasar saja yang hebat, seringkali hebat juga mereka yang bertampang aneh dan dan sama sekali tak sedap dipandang" Ucapan tersebut benar-benar merupakan suatu pelajaran yang amat berharga dan bernila tinggi, dengan seksama dan penuh ketekunan dia menerima pelajaran mana, wajahnya nampak terharu sekali. Ketika ia mencoba untuk mengingat kembali semua tokoh aneh yang pernah dijumpainya, memang tak salah lagi, apa yang diucapkan memang benar, seperti misalnya Wi san siang gi, Sin sian siancu dan Siau yau kay sekalian, semuanya bertampang jelek dan tak sedap dalam pandangan, tapi mereka semua justru merupakan jago-jago kenamaan dalam dunia persilatan. Ketika mereka berdua tiba dibawah bukit Ngo tay san, kabut kegelapan telah menyelimuti seluruh jagad. Tiba-tiba Siau yau kay Wi Kian berkata: "Bukit ini tidak baik dilewati, ada baiknya kita mengambil jalan berputar saja" "Mengapa? tanya Suma Thian yu terperanjat" "Aaaahh, kau ini selalu pingin bertanya, masa aku si pengemis tua akan mempermainkan dirimu?" "Oooh, tidak, tidak, boanpwe hanya bertanya karena rasa ingin tahu saja" "Baiklah, kalau memang begitu ambillah keputusan sendiri!" Selesai berkata dia membalikkan badannya sambil melayang ke tengah udara, menanti Suma Thian yu sadar kembali, bayangan tubuh si pengemis tersebut sudah lenyap tak berbekas" Suma Thian yu memang seorang pemuda yang keras kepala, melihat Siau yau kay sudah berlalu, dia pun berpikir.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Walaupun orang bilang Ngo tay san penuh dengan binatang buas, engapa aku harus takut dengan binatang binatang tersebut?" Karena berpendapat demikian, dia pun melanjutkan perjalanannya memasuki hutan yang lebat tersebut. Waktu itu hari sudah gelap, angin berhembus lewat membawa suara pekikan binatang buas. Daun dan ranting bergoyang kian kemari menimbulkan suara gemerisik, batuan cadas yang berserakan dimana-mana seakan-akan berubah menjadi setan yang sedang mementangkan cakarnya. Dalam keadaan begini, walaupun dihari-hari biasa dia bernyali besar, sekarang toh merasa bergidik juga. Suasana disekeliiing tempat itu gelap gulita, malam yang pekat telah menyelimuti seluruh jagad. Tiba-tiba muncul setitik cahaya lirih dari balik celah-celah ranting dan daun. Walaupun hanya setitik cahaya saja, namun Suma Thian yu seakan-akan menemukan harta karun, gembiranya bukan main, dengan cepat dia melesat menuju ke arah mana berasalnya cahaya tersebut. Setelah menembusi hutan belukar, di depan sena muncul sebuah api unggun, tapi Suma Thian yu tidak berani maju mendekat ketempat itu, dengan cekatan dia melompat keatas pohonu dan menengok ke arah api unggun tadi. Dengan cepat dia menyaksikan disisi api unggun duduk seorang pemuda.... Binatang buas takut dengan cahaya api, rupanya pemuda itu menggunakan kobaran api untuk mengusir binatang buas, diam-diam Suma Thian yu mengagumi akan kecerdasan nya. Tempat di mana Suma thian yu menyembunyikan diri sekarang persis dibelakang punggung pemuda itu. Begitu mendekati pemuda disisi api unggun tadi, Suma thian yu semakin berhati-hati lagi dalam tindak tanduknya. Dalam keheningan yang mencekam seluruh jagad itulah, tiba-tiba terdengar pemuda itu seperti bergumam seorang diri.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Setelah sampai disini, mengapa sang tamu tidak turun untuk berbincang-bincang dan mengusir keheningan?" Suma Thian yu amat terperanjat, pekiknya dihati. "Sempurna amat tenaga dalam yang dimiliki orang ini, tampaknya pemuda ini memiliki kepandaian silat yang sangat lihay" Berpikir sampai disitu, dia lantas melayang turun dari atas pohon, begitu mencapai tanah segera ujarnya kepada pemuda tersebut sembari menjura. "Permisi saudrara, aku sedang tersesat jalan sehingga mengganggu ketenangan saudara, untuk itu harap kau sudi memaafkan" Sambil berkata, dia memperhatikan pemuda itu sekejap, tampak anak muda tersebut mempunyai wajah yang tampan dengan bibir merah dan gigi putih bersih, matanya jeli, alis mutanya lentik usianya dua puluhan dan memakai baju model sastrawan, dandanan itu mudah menimbulkan kesan baik bagi siapapun. Pemuda itu memejamkan matanya rapat-rapat kendatipun Suma Thian yu telah berada dihadapannya, dia pun tidak membuka mata nya, hanya ujarnya hambar: "Silahkan duduk, bila pelayananku ditengah gunung kurang baik, harap kau sudi memaafkan" "Aaaah, mana, mana. Boleh aku tahu siapa nama saudara?" Aku bernama Chin Siau dan saudara?" Sewaktu berbicara ia masih tetap memejamkan mata rapatrapat, hal ini membuat Suma Thian yu segera berpikir: "Jangan jangan dia buta?" Berpikir demikian, buru-buru dia menjawab. "Aku she Suma bernama Thian yu, harap saudaraka sudi memberi banyak petunjuk" Ketika mendengar nama "Suma Thian yu", mendadak pemuda sastrawan itu membuka matanya lebar-lebar dan memperhatikan Suma Thian yu sekejap, kemudian sahutnya dingin:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Oooh, rupanya Suma siauhiap, sudah lama kudengar nama besarmu...." "Aaah, saudara kelewat sungkan, dimanakah rumah saudara?" "Aku tak punya rumah, empat samudra adalah rumahku" jawaban dari Chin Siau ini dingin sekali dan kaku. "Ooohh, begitu pula denganku" Suma thian yu merasakan pula hatinya amat sedih, dia merasa timbulnya suatu perasaan "senasib sependeritaan" dengan pemuda ini. Sejak awal sampai sekarang, sikap maupun paras muka Chin Siau tetap kaku dan dingin, kecuali sedang berbicara, pada hakekatnya tiada anggota badan lainnya yang bergerak, seakan-akan dia mengenakan topeng kulit, sudah pasti orang ini merupakan manusia berdarah dingin. Setelah mendengar perkataan dari Suma thian yu itu, paras muka Chin Siau sama sekali tidak menunjukkan perubahan apapun, katanya dingin: "Ooooh, kau pun tiada rumah? Tentunya hatimu merasa sedih dan murung bukan?" Pertanyaan yang diucapkan sangat tiba-tiba ini aneh sekali nadanya, sehingga menimbulkan suatu perasaan yang aneh pula bagi siapa pun yang mendengar. "Yaa, aku merasa sedih, murung sehingga pada hakekatnya tak bergairah untuk hidup" "Perasaan Suma siauhiap persis seperti apa yang kualami, tolong tanya bencikah kau dengan musuh yang telah menyebabkan kematian orang tuamu dan musnahnya keluargamu?" "Tentu saja dendam kesumat itu lebih dalam dari samudra, siapa pun akan merasa bencinya sampai menusuk ketulang sumsum" Mendadak mencorong sinar tajam dari balik mata Chin Siau, dengan suara yang dingin, kembali dia bertanya: "Kalau memang begitu mengapa kau harus membunuh orang lain dan merasuk kedalam keluarga lain?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku?" dengan terkejut Suma Thian yu balik bertanya, "kapan sih aku melakukan perbuatan keji itu?" Dengan sorot mata setajam sembilu, Chin Siau mengawasi Suma thian yu lekat-lekat, kemudian tegurnya: "Coba kau lihat kuburan siapakah itu?" Mengikuti arah yang ditunjuk Suma Thian yu berpaling, sebuah gundukkan tanah baru berada dua kaki didepan mata. Semenjak makan daun Jin Sian kiam lan, sepasang mata Suma Thian yu bisa dipakai untuk melihat dalam kegelapan, maka walaupun kuburan tersebut berjarak dua kaki, dia masih dapat membaca tulisan yang tertera diatas batu nisan tersebut: "Disini disemayamkan ayah tercinta Chin Ki kim" Di bawahnya tertulis: "Yang berduka cita anak yang tak berbakti, Chin Siau" Selesai, membaca tulisan itu, dengan pandangan bingung dan tidak habis mengerti Suma thian yu menengok ke wajah Chin Siau, kemudian tanyanya agak ragu: "Kuburan ayahmu?" Chin Siau berpekik nyaring dengan nada suara yang amat sedih, mencorong sinar penuh benci dari balik matanya, dengan gusarnya dia membentak keras: "Dia kan korban diujung pedangmu, masa kau hendak menyangkal?" Mendenger perkataan itu bergetar keras, perasaan Suma thian yu, buru-buru dia menggoyangkan tangannya berulang kali, serunya: "Kau, kau salah paham, aku tak kenal dengan ayahmu Chin Ki kim, apalagi akupun tidak pernah membunuh orang yang tidak bersalah!" Mendadak Chin Siau melompat bangun, lalu diambilnya sebilah pedang dari tanah, ketika tangannya menarik gagang pedang tersebut... "Cring!" di iringi suara nyaring dan pancaran sinar tajam keempat penjuru, pedang itu sudah tertarik setengah depa dari sarung.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Pedang bagus!" Suma Thian yu menjerit kaget setelah menyaksikan senjata tersebut. Kemudian sambil menggoyangkan tangannya berulang kali, serunya lagi: "Tunggu dulu, jangan mencabut pedangmu lebih dulu, kalau ada urusan lebih baik kita bicarakan secara baik-baik" "Bagaimana? Kau takut? heeeh, heeeh, malam ini akan ku suruh engkau rasakan bagaimana hebatnya ilmu pedang Bu bok kiam hoat (ilmu pedang tanpa mata). Mendengar nama ilmu pedang Bu bok kiam hoat, terkesima hati Suma Thian yu, dia menjerit kaget: "Jadi kau adalah ahli waris dari Bu bok ceng (pendeta tak bermata)?" Chin Siau tertawa angkuh. "Heeeh...heeh...heeeh...benar, tak nyana kena1 juga dengan Pendeta tak bermata, aku rasa disaat kau sedang membantai keluarga Chin tempo hari, tentunya tak pernah menyangka bukan kalau dia masih mempunyai putra yang berhasil lolos dari musibah tersebut?" "Chin heng, jangan kelewat kukuh dengan pendirian yang salah" kata Suma Thian yu dengan wajah serius, kalau ingin melakukan sesuatu, haruslah pandai membedakan mana yang benar dan mana yang salah, bila membunuh orang baik-baik, kau bisa menyesal sepanjang masa" Berbicara sampai disitu, dia berhenti sejenak, lalu sambungnya kembali lebih jauh: "Andaikata aku benar-benar telah melakukan pembunuhan tersebut, masa aku akan takut menghadapi pembalasan dendammu?" "Kalau begitu, cabut pedangmu!" seru Chin Siau sambil tertawa dingin tiada hentinya. Dengan cepat Suma Thian yu menggelengkan kepalanya berulang kali. "Aku tidak mempunyai ikatan dendam itu atau sakit hati dengan saudara, mengapa kita mesti bertarung menggunakan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kekerasan? Bila ada persoalan, mari dibicarakan secara baikbaik, suatu ketika urusan toh akan beres dengan sendirinya" Chin Siau berkerut kening, mendadak dia mencabut keluar pedangnya, tampak cahaya tajam berkilauan memenuhi angkasa, pedang yang berada ditangannya telah menyambar di udara membiaskan cahaya tajam. Setelah menghumus pedangnya, dia membentak lagi dengan suara sedingin salju: "Toaya akan menghitung sampai tiga, bila kau belum juga mencabut pedang, jangan salahkan toaya akan membunuh orang yang tak bersenjata!" "Satu... dua..." Dia berhenti sejenak sambil memandang kearah musuhnya, menyaksikan Suma Thian yu masih tetap berdiri tak bergerak, dia segera berseru lagi: "Tiga!" Begitu selesai berseru, cahaya tajam berkilauan di angkasa, secepat sambaran kilat dia melepaskan sebuah tusukan ke tubuh Suma Thian yu. Siapa tahu, pada saat itulah menda dak terdengar Suma Thian yu tertawa panjang, ujung bajunya berkibar terhembus angin dan tahu-tahu bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata. Chin Siau menjadi tertegun, cepat dia memandang sekejap sekeliling arena, tapi tak nampak sesosok bayangan manusia pun disitu. Kejadian ini membuat hatinya tertegun, diam-diam dia lantas berpikir: "Jangan-jangan dia telah melarikan diri?" Mendadak dari belakang tubuhnya berkumandang suara pekikan nyaring, mendengar suara tersebut, Chin Siau menjadi terkesiap, dengan perasaan bergidik ia membentak gusar: "Pingin mampus rupanya kau!" Dengan jurus Huan si cian ciau (membalikkan badan membabat ular) dia memutar badan sambil melancarkan bacokan, cahaya kilat segera berkelebat lewat dan membabat ke arah mana berasalnya suara Suma thian yu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Untuk kesekian kalinya Suma thian yu mengeluarkan kembali ilmu langkah Ciok liong loan poh nya untuk menghindarkan diri. Tampak sepasang bahunya bergerak, tahu-tahu dia sudah menyusup kehadapan Chin Siau, bentaknya keras-keras: "Kau betul-betul keras kepala dan tak bisa di didik, padahal aku bermaksud baik tapi nyatanya cuma serangan amarah darimu.... sekalipun kau menyaksikan dengan mata sendiri pun, tidak seharusnya kau bertindak begitu gegebah!" Gagal dengan ke dua serangannya, Chin Siau terperanjat sekali, namun setelah sorot matanya terbentur dengan kuburan ayahnya yang berada tak jauh dari situ, amarahnya segera berkobar kembali, sambil berpekik nyaring dia menerjang maju ke muka. Pedangnya dengan jurus Lu im si gwat (awan lewat menutup rembulan) secara beruntun melancarkan tiga buah tusukan kilat mengancam tiga buah jalan darah penting ditubuh Suma thian yu. Tanpa sebab tanpa musabab Suma thian yu harus menghadapi gangguan seperti ini, kemarahannya kontan memuncak, mendadak dia berpekik nyaring, pedangnya dicabut keluar, lalu dengan memainkan tiga jurus pertolongan dari ilmu pedang Bu beng kiam hoat ajaran Cong liong lo sian jin, dia melakukan perlindungan diri. Seketika itu juga tampak cahaya tajam memancar kemanamana, bunga pedang mencapai beribu kuntum bagaikan selembar kabut pedang yang amat besar menghadang lima depa dihadapannya dan membentuk kabut tebal yang begitu rapat sehingga tidak tertembusi. "Traaangg... traaangg...!" tiba-tiba berkumandang suara benturan nyaring yang memekikkan telinga. Ketika cahaya tajam lenyap, ke dua orang itu sama-sama melompat mundur sejauh tiga ltlangkah lebih, kemudian dengan wajah agak masgul, pekiknya dihati: "Betul-betul ilmu pedang bagus!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Usia mereka berdua hampir seimbang, tampangnya juga sama-sama ganteng, lagipula ilmu pedang yang digunakan masing-masing memiliki keistimewaan sendiri, kesemuanya ini membuat Suma Thian yu menaruh perasaan sayang terhadapnya. Agaknya Chin Siau mempunyai perasaan yang sama, dari tingkah laku serta cara Suma Thian berbicara, dia dapat merasakan kejujuran dan kemuliaan hati orang. Akhirnya dengan perasaan ragu ia menegur: "Kau benar-benar tidak melakukan perbuatan tersebut?" "Tentu saja, apakah kau anggap aku adalah seorang manusia yang gemar membunuh? Suma thian yu balik bertanya. "Tahu orangnya tahu wajahnya belum tentu tahu hatinya, siapa tahu kalau kau memang seorang manusia buas yang gemar memubunuh manusia!" Suma Thian yu manggut-manggut. "Yaa, masuk diakal, memang masuk diakal, aku tidak berharap kau bisa memahami perasaanku, tapi paling tidak harus memahami dulu hal ikhwal dari persoalan ini, bila kau percaya denganku, harap kau membeberkan semua peristiwa tersebut kepadaku" Dengan sorot mata tajam, Chin Siau mengwasi Suma Thian yu beberapa saat lamanya, kemudian berkata dengan suara dingin: "Duduk! Sewaktu aku berbicara nanti, kau tak usah nimbrung!" Pelan-pelan pemuda itu duduk bersila, lalu menuturkan riwayat hidupnya. Sejak berusia sembilan tahun Chin Siau sudah meninggalkan rumah, dia dibawa pergi oleh seorang pendeta agung dari dunia persilatan yakni Bu bok ceng. Sejak meninggalkan rumah, sepuluh tahun sudah lewat tanpa terasa. Ramahnya terletak didusun Pek siang cun, hanya tiga li dari bukit Ngo tay san.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Baru dua hari berselang dia pulang Kerumah, ketika sampai di depan pintu rumahnya, segala sesuatu yang berada disana telah berubah. Gedung yang semula megah ketika dia meninggalkan rumah dulu, kini telah berubah jadi setumpukan puing-puing yang berserakan, mayat bergelimpangan dimana-mana, keadaan itu mengenaskan sekali. Waktu itu Chin Siau sempat muntah darah dan jatuh tak sadarkan diri, setelah sadar kembali baru dia mengubur keluarganya lalu dengan mengikuti pesan dari ayahnya dulu, dia mengubur jenazah ayahnya dibukit Ngo say san. Sebetulrya dia bermaksud untuk berjaga disisi kuburan ayahnva selama tiga hari, malam ini merupakan malam yang pertama, tak tahunya dia telah berjumpa dengan Suma Thian yu. Ketika diketahui kalau pemuda yang muncul bernama "Suma Thian yu", hatinya menjadi tercekat, dia lantas teringat kembali dengan pesan ayahnya sebelum ayahnya mati.... Suma Thian yu merasa amat terharu sesudah mendengar penuturan tersebut, dengan wajah serius tanyanya kemudian: "Jadi saudara Chin bersikeras menuduh kalau peristiwa berdarah yang terjadi saat itu merupakan hasil karyaku?" Di sisi jenasah ayahku tertinggal kata peringatanmu, itulah sebabnya aku tahu kalau kau yang melakukan kesemuanya ini" sahut Chin Siau dengan air mata membasahi wajahnya. "Aaah, masa ada kejadian seperti ini?" Suma Thian yu menjerit kaget dengan wajah tercengang, sudah jelas perbuatan ini merupakan perbuatan busuk orang yang sengaja menfitnah orang lain...." "Yaa, bisa jadi demikian" "Aku dengan ayahmu tak pernah saling mengenal, dulu tiada dendam, belakangan inipun tiada sakit hati, lagipula hari ini baru sampai ditempat ini, bagaimana mungkinperistiwa yang terjadi beberapa hari berselang ada sangkut pautnya dengan diriku?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Inikan menurut perkataanmu tanpa saksi, bagaimana mungkin aku dapat mempercayainya dengan begitu saja?" "Hingga sekarang, apakah saudara Chin masih mencurigai diriku?" "Lebih baik percaya daripada sama sekali tidak!" Sikap dari Chin Siau ini sungguh membuat hati orang jadi sedih, tapi kalau keluarganya yang terbunuh, kesedihan yang mencekam perasaan hatinya betul-betul tak akan tertahan oleh siapa saja. Dengan kening berkerut, Suma thian yu menghela napas panjang, katanya kemudian: "Kalau memang saudara Chin berpendapat demikian, akupun tak akan membantah, silahkan saja kau turun tangan apabila ingin membalas dendam bagi kematian orang tuamu" Chin Siau tertawa tergelak. "Haaah...haaahh...haah...siapa yang berani menghalangi niatku untuk membalas dendam? Bila masa berkabungku selama tiga hari sudah lewat, aku bisa menyelidiki peristiwa ini sampai tuntas, apabila kaulah pembunuhnya, hmm! Aku akan menyuruh kau merasakan siksaan yang terkeji didunia ini" "Setiap saat kunantikin petunjukmu" kata Suma Thian yu cepat. Kemudian setelah menyarungkan kembali pe dangnya dan menjura, dia berkata lebih jauh: "Berhubung aku masih ada urusan, maaf kalau harus minta diri dulu, sekembaliku dari Tibet nanti, pasti akan kulewati lagi tempat ini dan sampai waktunya aku akan menuruti saja keinginanmu" "Bagus sekali, sampai waktunya akan kutunggu kedatanganmu di tempat ini" Suma thian yu tidak memperdulikan lawannya lagi, dia membalikkan badan dan segera berlalu dari situ. Sepeninggal Suma Thian yu, Chin Siau merasa hatina serba salah, jalan pemikirannya saling bertentangan, bagaimana pun juga dia tetap nmenaruh curiga, sebab dilihat dari penampilan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu, sudah jelas dia tidak mirip dengan seorang gembong iblis yang membunuh orang tanpa berkedip.... Tapi diapun merasa kalau Suma thian yu merupakan orang yang paling dicurigai, sebab seandainya tiada suatu urusan, bagaimana mungkin dia akan melewati tempat itu? Dengan pikiran kacau dia duduk terpekur disisi api unggun sambil memejamkan matanya rapat-rapat. Mendadak.... Dari belakang tubuhnya berkumandang suara gemersak yang keras seolah-olah ada ular yang sedang menggeser mendekat. Sebagai seorang jago yang berilmu tinggi, Chin Siau sama sekali tidak dibikin ketakutan, tubuhnya sama sekali tidak bergerak. Konon pendeta tak bermata adalah seorang pendeta yang berasal dari negeri asing, ilmu pedang yang dipelajarinya bukan Kung fu dari daratan Tionggoan, melainkan dari negeri Hu siang (kini Jepang). Seperti namanya si Pendeta tak bermata adalah seorang pendeta buta, namun ilmu silat nya sangat lihay, terutama sekali permainan ilmu pedang butanya, hakekatnya menjagoi se luruh dunia persilatan. Berhubung dia memang berbakat lagipula amat cerdik, setibanya didaratan Tionggoan dia segera mempelajari ilmu pedang dari pelbagai aliran yang ada didaratan Tionggoan, kemudian meleburnya menjadi satu dan digabungkan dengan ilmu pedang asalnya. Dengan kepandaian seperti ini, tak heran kalau kemajuan yang berhasil dicapainya amat pesat. Umat persilatan hanya mengetahui kalau di daratan Tionggoan telah muncul seorang jago pedang bernama Pendeta tak bermata, cara kerjanya jujur, bijaksana dan selalu membantu kaum lemah, oleh sebabitu banyak jago menyebutnya sebagai Pendeta berjiwa pendekar. Namun orang yang mengetahui asal usulnya yang sebenarnya boleh dibilang sedikit sekali. Selama hidup,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pendeta tak bermata hanya menerima seorang murid saja, yakni Chin Siau. Semenjak berumur sembilan tahun, Chin Siau sudah ikut belajar ilmu silat, sepuluh tahun lamanya dia mendalami kepandaian gurunya, kini boleh dibilang ia telah berhasil menguasai delapan sembilan bagian dari kepandaian gurunya. Dengan kepandaiannya itu, dia berhasil menempatkan dirinya sebagai seorang jago pilihsn diantara angkatan muda. itulah sebabnya dia merasa amat terperanjat setelah melangsungkan pertarungan sengit melawan Suma thian yu, pemuda itu merupakan satu-satunya musuh tangguh yang pernah dijumpainya sejak dia turun gunung. Dalam pada itu, suara gemercik yang datang dari arah belakang terdengar makin bertambah nyaring, bahkan makin lama suaranya semakin mendekati dirinya. Chin Siau memperhatikan suara itu dengan seksama, setelah menentukan arahnya dengan tepat, mendadak ia membentak keras, cahaya kilat berkelebat lewat, Chin Siau telah mengayunkan pedangnya melepaskan bacokan maut kearah mana berasalnya suara tersebut. Jerit kesakitan berkumandang memecahkan keheningan. Ternyata bukan ular besar yang sedang ber jalan mendekati, melainkan seorang manusia. Dengan cepat Chin Siau membalikkan badan nya, kurang lebih empat kaki di belakang tubuhnya tergeletak sesosok tubuh manusia, dia adalah seorang lelaki setengah umur yang se pasang kakinya sudah putus, darah bercucuran keras, dan tubuhnya bergulingan ke sana kemari menahan rasa sakit. Chin Siau menjadi tertegun setelah menyaksikan kejadian tersebut, dia menira ada seekor ular besar yang sedang mendekatinya, ternyata suara tersebut berasal dari langkah kaki seorang penyamun. Pelan-pelan dia bangkit berdiri dan berjalan mendekati orang tersebut, kemudian sambil menatap lelaki bergolok yang sedang berguling-guling diatas tanah kesakitan, bentak nya penuh amarah:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Siapah kau? Mengapa menyusup kebelakang tubuh sauya? Rupanya kau ingin mencelakai sauya?" Dengan sepasang kaki terpapas kutung, lelaki itu hanya mengerang kesakitan sambil berguling kian kemari, dalam keadaan begini, tentu saja dia tak mampu menjawab pertanyaan tersebut. Menyaksikan kejadian itu, dari sakunya Chin Siau mengekuarkan sebuah bungkusan obat dan ditaburkan disekitar mulut luka pada kakilelaki yang terpapas kutung itu. Obat itu sungguh amat mujarab, tak selang beberapa saat kemudian darah telah berhenti mengalir dan rasa sakitpun jauh berkurang. Melihat musuhnya sudah dapat berbicara, Chin Siau baru mengajukan pertanyaannya lagi: "Siapa yangg menitahkan kau untuk mencelakai sauya?" "Maaf, aku telah salah mengincar orang" sahut lelaki itu sambil menatap muka lawannya. "Salah mengincar orang?" Chin Siau bertanya dengan wajah tercengang. "Benar! Toaya mengira kau adalah bocah keparat she Suma" "Oooh..." Chin Siau semakin tertegun, "mengapa kau hendak membunuh Suma Thian yu?" "Aku bersumpah hendak membunuh anjing keparat tersebut, bagaimanapun juga, sebelum aku berhasil mencingcang tubuhnya sehingga hancur berkeping-keping belum puas rasanya hatiku untuk melampiaskan rasa dendam sakit hatiku" Mendengar ucapan tersebut, Chin Siau segerara merasakan hatinya bergetar keras, api amarah yang semula sudah hampir padam kini berkobar kembali, buru-buru dia bertanya: "Beritahu kepadaku, perbuatan jahat apakah yang telah dilakukan olehnya?" Menyaksikan mimik wajah Chin Siau tersebut, diam-diam lelaki kekar itu tertawa seram, buru-buru sahutnya: "Keparat itu memperkosa istriku, membunuh seluruh anggota keluargaku... "

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jilid : 22 BELUM HABIS DIA berkata, tiba-tiba Chin Siau telah membentak dengan penuh kegusaran: "Apa? Sungguhkah perkataanmu itu?" "Sungguh, buat apa aku mesti membohongi mu?" jawab lelaki tersebut sambil berlagak amat sedih. Hawa amarah segera membara didalam dada Chin Siau, kontan saja dia menyumpah: "Oooh Thian, aku Chin Siau telah tertipu" Orang she Suma, bila aku tidak berhasil mencincang tubuh mu sehingga hancur berkeping-keping, aku bersumpah tak akan hidup sebagai manusia!" Mendadak perkataanya itu terhenti oleh isak tangis yang menyedihkan dari lelaki tersebut. Dengan perasaan tercengang Chin Siau segera bertanya: "Hei, mengapa kau menangis?" Dengan air mata bercucuran lelaki itu mengeluh: "Oooh... sepasang kakiku... aku tak dapat membalas dendam lagi....uuuh.... uuhhh.... uuuhhh...." Sembari berkata, kembali dia menangis tersedu-sedu. Chin Siau menjadi ikut bersedih hati setelah menyaksikan kejadian itu, hatinya menjadi sakit seperti diiris-iris dengan pisau tajam, dengan cepat dia cengkeram bahu lelaki itu, kemudian berseru dengan suara yg terharu: Toako, maafkanlah aku, semuanya ini memang aku yang salah sehingga melukaimu, tapi kau tak usah kuatir, aku Chin Siau bertekad akan memenggal batok kepala bocah keparat itu untuk menebus dosa-dosaku ini...." Mendengar janji tersebut, buru-buru lelaki itu tertawa gembira, serunya cepat: "Oooh, sungguh? Aku benar-benar berterima kasih sekali kepada mu..." Kembali Chin Siau menghibur lelaki tersebut dengan katakata yang halus, kemudian dengan mengurungkan niatnya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

untuk menunggui kuburan selama tiga hari, dengan membawa pedangnya dan menjuru kepada lelaki tersebut, dia segera melakukan pengejaran kearah mana perginya Suma Thian yu tadi. Lelaki tersebut memandang bayangan punggung Chin Siau sehingga lenyap tak berbekas kemudian baru tertawa terbahak-bahak. "Haahh... haaahh... haaah... bocah keparat she Suma, kali ini mampus kau" Mendadak dari belakang tubuhnya berkumandang suara tertawa merdu seseorang, disusul seseorang berkata: "Kho Gi, bagus sekali perbuatanmu, sekembalinya ke markas nanti aku harus baik-baik memberi hadiah kepadamu, sepasang kakimu juga berusaha disembuhkan kembali" Ternyata lelaki itu bernama Kho Gi, segera berpaling, tampak seorang perempuan muda cantik yang kehilangan sebuah telinga serta berambut pendek karena terpapas pedang telah berdiri dibelakang tubuhnya...! "Terima kasih banyak hujin" buru-buru Kho Gi berseru, "sekalipun sepasang kaki Kho Gi kutung, hal ini tak perlu dipikirkan, asal selanjutnya hujin bersedia mengangkat diriku keatas, selama bidup Kho Gi sudah berterima kasih sekali kepadamu" Sesungguhnya perempuan muda yang berparas cantik itu bukan orang lain, dia adalah perempuan berhati keji bagaikan ular berbisa Siau hu yong (hu yong tertawa) Chin Lan eng. Tampak Chin Lan eng kegirangan setengah mati, sambil tertawa terbahak-bahak dia berseru: "Haah...haah...haah dengan demikian, nyonya besar akan duduk menonton harimau berkelahi, menyaksikan mereka saling gontok-gontokan sendiri haaah...haaah...haaah...haaaah...." Rupanya semenjak rambutnya dipapas dan telinganya dikutungi oleh Suma thian yu, Siau Hu yong Chin lan eng membenci pemuda itu sehingga merasuk ketulang sum-sum,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

selama ini dia selalu mengawasi gerak-gerik Suma thian yu secara diam-diam. Pertarungan di telaga Tong ting, jebakan dari bukit Kun sau sebagian besar adalah hasil rencana busuk dari Siau hu yong Chi lan eng. Menyusul kemudian ketika mereka saksikan Suma Thian yu meninggalkan bukit Kun san, Siau hu yong dan si Ular berekor nyaring Biau Pun ci segera menyusun rencana busuk lain-nya untuk menghajar Suma Thian yu habis-habisan. Mereka sengaja mengirim surat kepada Siau yau kay Wi Kian serta Manusia iblis penghisap darah dengan harapan ke dua orang tokoh persilatan itu bisa membunuh pemuda tersebut, namun usaha mereka mengalami kegagalan total. Akhirnya timbul rencana mereka untuk mempergunakan siasat menyiksa diri, tentu saja pembicaraan antara Suma thian yu dengan Chin Siau berhasil disadap pula oleh Siau hu yong sehingga dia lantas memerintahkan Kho gi untuk melakukan serangan terhadap Chin Siau. Kasihan Kho gi, dia tak lebih hanya merupakan seorang korban demi ambisi orang lain. Sebagai pemuda yang kurang pengalaman dan gampang percaya dengan perkataan orang lain, Chin Siau tak berpikir panjang lagi setelah mendengar perkataan tersebut, dia segera berangkat mencari Suma thian yu untuk dibunuhnya. Dalam pada itu, Kho gi sedang merasa gembira sekali setelah mendengar pujian dari Chin lan eng, dia seolah-olah lupa kalau sepasang kakinya telah terpapas kutung dan menjadi cacad untuk selamanya. "Hujin, kita tak usah mengejar bocah keparat itu lagi?" serunya kemudian. "Toh sudah ada si tolol itu! Memangnya bocah keparat itu bisa terbang kelangit?" Baru selesai Siau Hu yong Chin lan eng berkata, mendadak seseorang membentak penuh kegusaran:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Perempuan rendah, harimau lebih keji daripada ular berbisa, kau perempuan laknat, perempuan rendah berhati busuk!" berbarengn dengan seruan tersebut, tampak bayangan manusia meluncur datang ketengah arena dengan kecepatan bagaikan sambaran petir. Paras muka Siau Hu yong Chin lan eng berubah hebat setelah mngetahui siapa yang datang, tiba-tiba teriaknya tertahan: "Aaah.....kau" Orang itu berusia enam puluh tahunan dan berjubah panjang warna biru, ia berjenggot hitam dan berwajah gagah, dalam sekilas pandangan saja dapat dikenali kalau dia adalah pemilik rumah makan Kun eng lo yang disebut orang Tay Hoa kitsu (pertapa dari Tay hoa) Chin leng hui adanya. Begitu tampil ditengah lapangan, Chin leng hui segera menuding Siau Hu yong sambil mengumpat: "Perempuan rendah, dalam keluarga Chin bisa tumbuh tumor ganas macam kau, kejadian tersebut sungguh merupakan aib bagi leluhur kita, ayo cepat berlutut dan minta ampun!" Siau hu yong Chin Lan eng mendengus dingin, katanya dengan nada sombong: "Hmmm, hubungan kekeluargaan diantara kita telah putus, kau tidak berhak untuk mencampuri urusanku lagi, lebih baik jangan berkaok-kaok lagi disini!" Chin Leng hui tertawa seram saking gusarnya, tiba-tiba ia merasa napasnya menjadi sesak, dadanya sakit sekali, tampaknya darah yang mengalir telah tersumbat. Tak ampun dia muntah darah segar, kemudian agak sempoyongan dia mundur sejauh beberapa langkah. Timbul perasaan iba dalam hati kecil Siau Hu yong Chin lan eng setelah menyaksikan keadaan itu, ditariknya tangan Kho gi sembari berkata: "Mari kita pergi saja! Jangan menggubris orang gila ini lagi!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sepasang kaki Kho gi telah kutung, dia tak mampu bergerak sendiri, maka Siau Hu yong Chin lan eng segera menghampirinya dan pelan-pelan berlalu dari situ. Anak yang berani dengan orang tuanya merupakan suatu kejadian yang tragis, apalagi bagi orang tua yang mengalaminya bisa di bayangkan betapa hancurnya perasaan Tay hoa kitsu menyaksikan ulah putrinya. Melihat perempuan itu beranjak pergi, segera bentaknya dengan amat gusar: "Berhenti, jangan meninggalkan tempat ini!" Siau hu yong Chin lan eng berhenti, kemudian sambil berpaling tegurnya dingin: "Mau apa kau? Tak usah berlagak pilon lagi, maksudku toh sudah cukup kau pahami" "Lohu mengerti, kau memang binatang yang berhati buas, aku menghendaki nyawamu!" seru Tay hoa kitsu Chin Leng hui sambil tertawa mengenaskan. Sewaktu mengucapkan perkataan itu, air mata bercucuran membasahi wajah Chin leng hui, betapa hancurnya orang itu melihat ulah putrinya. Chin Leng eng bermaksud untuk membantah ucapan mana, namun secara tiba-tiba ia mendengar bergemanya suara lirih dari balik kegelapan, niat tersebut segera diurungkan, katanya kemudian dingin: "Tak ada manfaatnya banyak berbicara dengan kau, sampai jumpa lain kesempatan!" Dia segera mengempit tubuh kho gi dan segera terbang berlalu dari situ, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya telah lenyap dari pandangan mata. Tay hoa kitsu Chin leng hui meraung gusar, ia menjejakkan kakinya ke atas tanah lalu melejit ke udara, dia berniat untuk menyusul di belakang tubuh Chin Lan eng. Mendadak bayangan manusia berkelebat lewat, seorang pengemis tua tahu-tahu sudah berdiri menghadang dihadapannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam sekilas pandangan saja, Chin Leng hui segera mengenali orang itu sebagai Siau yau kay Wi kian, amarahnya langsung saja ber kobar, tanpa banyak berbicara segera hardiknya: "Hei, mengapa kau menghadang jalan pergi ku?" Siau yau kay tertawa terbahak-bahak, dia berkelit ke samping sambil ujarnya: "Oooh kalau begitu salah! Silahkan kau meneruskan pengejaran mu, aku si pengemis tua pasti tak akan menghalangi niatmu ini" Tay hoa Kitsu Chin Leng hui sama sekali tidak menggubris Siau yau kay, dia benar-benar bermaksud untuk meneruskan pengejaran terhadap Siau hu yong. Melihat hal ini, Siau yau kay Wi Kian segera tertawa terbahak-bahak. "Haaahh... haaah... haaahh... bila kau sudah bosan hidup, lebih baik menggorok leher sendiri saja dengan pedangmu tak usah membuat malu didepan orang lain" Tay hoa Kitsu Chin Leng hui tertegun, lalu dia merasa sangat tidak puas dengan sindiran dari Siau yau kay tersebut tegurnya ketus: "Apa maksudmu berkat demikian?" Siau yau kay Wi kian menggelengkan kepalanya berulang kali lalu menghela napas panjang. "Mepersembahkan tubuh yang berguna untuk santapan harimau dan srigala, apakah tindakan semacam itu benar? Chin lote, kau jangan mengira putri kesayanganmu itu tak mampu melakukan perbuatan semacam itu, lebih-lebih jangan kau anggap karena mempunyai hubungan darah dengan mu maka dia akan berbelas kasihan kepadamu! Dia sedang mempersiapkan jebagan agar kau masuk perangkap, bila kau ingin mengorbankan dirimu, pergi sajalah kesana!" Tay hoa kitsu sadar kembali dari impian setelah mendengar perkataan itu, semakin dipikir dia merasa semakin mendongkol, makin mendongkol hatinya pun makin mendendam, buru-buru tanyanya:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Memangnya kau suruh aku membiarkan dia berfoya-foya dan bersenang-senang terus sekehendak hati sendiri?" "Ya, kecuali begini memang tiada cara lain, bila kau ingin memberi pelajaran kepadanya, lebih baik nantikan saja hingga kedatangan Suma siauhiap dari Tibet!" "Mengapa?" "Rahasia langit tak boleh dibocorkan, bila saatnya telah datang segala sesuatunya akan terwujud sendiri" "Bagaimana sekarang? Apa yang kulakukan?" Kasihan si pendekar dari Bu tong pay ini, saking dibuat pusingnya oleh ulah putrinya, sampai-sampai dia sendiripun tak tahu apa yang barus diperbuat. Siay yau kay tertawa terbahak-bahak. "Hah... hah... hah... kembali saja ke bukit Tay hoa san, bila saatnya membutuhkan tenagamu telah tiba, aku pasti akan mengundang mu untuk turun gunung" "Tapi...." "Apakah kau belum puas? Atau ada sesuatu yang belum selesai kau laksanakan?" tukas Siau yau kay Wi Kian cepat. "Tidak! Aku cuma menguatirkan keselamatan Suma siauhiap, aku kuatir dia akan menjumpai banyak kesulitan!" Kembali Siau yau kay Wi kian tertawa panjang setelah mendengar perkataan itu. "Haaah... haaaah... haaaah orang budiman akan selalu dilindungi Thian, soal ini tak perlu kau kuatirkan!" Tay hoa kitsu Chin leng hui tidak bicara apa-apa lagi, dia mengikuti saran dari Siau yau kay dan bebar-benar kembali ke Tay hoa san untuk bertapa. oooo0oooo SETELAH meninggalkan Chin Siau, Suma thian yu menempuh perjalanan siang malam melewati bukit Ngo tay san dan menuju kearah Tibet. Sepanjang jalan dia merasakan hatinya amat risau dan berat, yaa memang begitulah bila banyak kejadian tragis

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menimpa seseorang seringkali sikap maupun perasaannya akan turut berubah juga. Terutama sekali pengalaman yang dialami Suma thian yu amat istimewa, kecuali dendam kesumat dari keluarga sendiri, diapun harus memikul tanggung jawab dari pamannya yakni Kit hong Kiam kek Wan liang serta semua kejadian besar yang sedang berlangsung didalam dunia persilatan sekarang. Pelbagai macam peristiwa yang menimpanya membuat pengalamannya turut bertambah pula, sudut pandangannya terhadap pelbagai masalah dan watak manusia ikut pula berubah, satu satunya yang tidak turat berubah hanya lah budinya yang luhur. Hari ini, tibalah dia dikota Hak li seng, ko ta ini kecil sekali dan terletak dibawah kaki bukit Gou ciok san, sebab tempat yang boleh di ibararkan sarang naga gua harimau. Meskipun kota itu kecil, penduduknya amat banyak, kota tersebut merupakan kota perda gangan yang amat ramai. Kebetulan hari ini merupakan hari besar untuk kota tersebut, suasana disana bertambah ramai, manusia yang berlalu lalang banyak sekali. Ketika Suma Thian yu tiba dikota tersebut, yang tampak olehnya adalah lelaki perempuan yang berpakaian warnawarni, dengan dandanan yang mencolok, seakan-akan wayang dalam panggung opera. Rumah-rumah dihiasi dengan indah, orang-orang yang berada disitu pun berseri, penuh dengan dihiasi senyuman. Suma Thian yu segera mengerti, rupanya di kota itu sedang diselenggarakan pesta besar. Sebagai seorang pemuda macam dia, tentu saja perasaan ingin tahu menyelimuti hatinya, niatnya untuk melanjutkan perjalanan segera diurungkan, dia mengambil keputusan untuk menginap dirumah penginapan kota itu semalaman. Baru saja berpaling untuk beristirahat, pelayan muncul didepan pintu sambil menegur:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kek koan, apakah kau tidak kekota untuk melihat keramaian?" Sambil tertawa Suma thian yu menggeleng. "Aku masih lelah setelah menempuh perjalanan jauh, sekarang hanya ingin beristirahat dahulu" "Begitupun baik juga, pulihkan dulu kondisi badan, malam nanti baru menonton panggung Lui tay" "Panggung Lui tay?" dengan perasaan kaget bercampur keheranan Suma Thian yu mengulangi perkataan itu. Tampaknya pelayan itu berhasil mendapat kesempatan untuk mencari uang persen, dia segera mengandalkan selembar bibirnya yang pandai bicara untuk menarik perhatian orang, katanya kembali: "Aaah, rupanya kau belum tahu? Hari ini adalah hari peringatan kota kami, diluar kota depan kuil Hui bong si telah didirikan panggung lui tay untuk mengadakan pertandingan ilmu silat seperti juga tahun berselang, yang mengikuti perlombaan ini banyak sekali, sehingga diluar kuil orang pada berjubel. Kek koan kedatanganmu memang kebetulan sekali, tanggung kau bakal menonton sampai puas!" "Yaa betul, aku memang bernasib mujur sahut Suma Thian yu hambar. Kembali pelayan itu tertawa cekikikan. "Cuma kau harus memesan tempat bila ingin kebagian tempat duduk, cuma kau tak usah kuatir, soal ini mah bukan masalah, asal kek koan bersedia mengeluarkan sedikit uang, sudah tentu hamba akan mencarikan tempat duduk paling depan, hiih...hiih...hiiih..." Sembari berkata, dia lantas menunjukan sikap menanti persen. Mendengar itu, Suma thian yu tertawa terbahak-bahak. "Haaah... haaah... haaah... kalau soal itu mah tentu saja tak ada persoalan, aku pasti akan memberi persen untukmu" Pelayan itu bertambah semangat, wajahnya berseri, senyuman menghiasi wajahnya, dengan cepat ceritanya kembali:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tahun lalu toa kongcu dari Thio wangwee dihajar orang sampai menjadi cacad, konon tahun ini ji kongcu yang akan naik ke panggung lui tay menggantikan kedudukannya, malah dia telah mempersiapkan jago-jago dari luar untuk membalas dendam atas aib yang di derita keluarganya tahun berselang, maka aku yakin tahun ini suasananya tentu bertambah ramai" Suma Thian yu hanya mengiakan. "Hamba ingin mengajukan satu permohonan, apakah kek koan bersedia memenuhinya?" kembali pelayan itu berkata. "Soal apa? Katakan saja" Sambil tertawa cekikikan pelayan itu berbisik: "Kek koan! Kau tidak tahu, meski hamba bekerja sebagai pelayan disini, sesungguhnya pernah pula belajar silat, hamba paling suka menyaksikan pertandingan silat semacam itu, bila kek koan tidak menampik, malam ini hamba bersedia mendampingimu, sekalian menjadi penunjuk jalan bagimu..." "Kebetulan sekali!" "Sungguh? Ooh, bagus sekali, cuma....." Berbicara sampai disini sengaja dia berhenti sejenak dan memandang sekejap kearah Suma thian yu dengan licik. "Masih ada soal apa lagi?" tanya pemuda itu cepat. "Majikan hamba melarang hamba untuk meninggalkan rumah penginapan ini...." "kalau begitu, kau tak usah ikut" "Aaah, mana boleh jadi? Asal kek koan bersedia mintakan ijin untuk hamba, tauke pasti akan mengabulkan" "Kalau begitu, siapa yang bertugas di dalam rumah penginapan ini.....?" "Masih ada orang lain, Kek koan tak usah kuatir" "Bila mereka semua seperti kau, bukankah berabe jadinya" "Soal ini...." Pelayan itu menjadi terpojok dan tak mampu untuk menjawab lagi.... Suma thian yu segera tertawa terbahak-bahak, sambil memukul pantat pelayan itu, serunya:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sudahlah, keluar sana! Pokoknya nanti malam kau pasti akan kuajak" Dengan wajah berseri, pelayan itu segera berlalu meninggalkan tempat itu. Setelah beristirahat cukup, semua rasa lelah ditubuh Suma thian yu pun menghilang, setelah bersantap malam dan menyampaikan pesan kepada pemilik penginapan, dia mengajak pelayan itu menuju keluar kota. Pelayan itu amat gembira, sambil menempuh perjalanan, tiada hentinya dia mengisahkan keadaan tentang panggung lui tay tersebut kepada Suma thian yu, dengan begitu si anak muda itupun banyak mengetahui tentang peristiwa tersebut. Tiba didepan kuil Hui hong si, betul juga mereka saksikan sebuah panggung lui tay yang tingginya satu kaki dengan lebar sepuluh kaki terbentang didepan mata, pada kedua belah sisi panggung diberi pagar yang memanjang. Di atas panggung terbentang sebuah papan nama yang bertuliskan: GI BU HUI YU artinya: Dengan ilmu silat menjalin persahabatan. Tulisan itu ditulis dengan gaya tulisan yang kuat dan indah, dalam sekilas pandangan saja orang akan tahu kalau tulisan itu berasal dari penulis kenamaan. Sementara dikedua belah sisinya tergantung sepasang "Lian", yang berada disebelah kanan bertuliskan: KUN TA THIAN HEE ENG HIONG artinya: Dengan tinju menjumpai orang gagah didunia. Nadanya latah, gampang buat orang naik darah. Suma thian yu bertanya kepada pelayan itu: "Manusia macam apa sih ji kongcu dari Thio Wangwee itu?" "Rupanya kek koan adalah katak dalam air, masa nama thio suhu, Thio cu dari kota Hek seng jin saja tidak kenal?" "Thio cu? Aku belum pernah mendengar nama orang ini!" Pelayan itu segera menggelengkan kepalanya sambil menghela napas, katanya kemudian:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aaaii...tak heran kalau kau tak tahu, dilihat dari dandananmu macam pelajar, bagaimana mungkin bisa mengetahui urusan dalam dunia persilatan? kau tahu, Yhio cu adalah seorang tokoh silat yang mempunyai asal usul luar biasa, dikota ini saja mempunyai murid sebanyak lima ratus orang. Berbicara sesudahnya, hambapun pernah berlatih ilmu silat selama tiga tahun dibawah bimbingannya, bukan hamba sengaja mengibul, sepuluh orang lelaki macam kek koan pun tak akan hamba pandang sebelah matapun" "Ooooh...tentu saja, tentu saja...." Suma thian yu tertawa. Mendengar sanjungan tersebut, si pelayan semakin bangga, dengan wajah berseri dia berkata lagi: "Thio suhu kami ini disebut orang Hui Thian hou (harimau terbang dari luar angkasa), kepandaian, silatnya seperti harimau buas sungguhan, siapa pun merasa takut bila bersua dengan-nya, terutama sekali kepandaian silat yang di miliki ayahnya, konon dalam sekali gebukan saja seekor harimau dapat dihajar sampai mampus, katanya dia mempelajari ilmu sebangsa Thi cah ciang" "Oooh... sungguh lihay, apakah malam nanti dia pun akan naik ke atas panggung?" "Coba kau lihat, bukankah mereka telah datang?" tiba-tiba pelayan itu menunjuk kearah pintu kuil. Ketika Suma Thian yu mengalihkan sorot matanya ke depan, betul juga, dari balik pintu kuil berjalan keluar serombongan manusia di antaranya terdapat pendeta, tosu, lelaki perempuan, tua maupun muda, jumlahnya hampir mencapai tiga puluhan orang. Yang berjalan paling depan adalah seorang kakek berusia enam puluh tahunan mengenakan jubah seorang hartawan, dia beralis tebal, mata besar, hidung besar, mulut lebar, wajahnya menampilkan kelicikan serta hawa sesat. Pelayan itu segera berbisik:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Orang itulah Thio Wangwee, sedangkan orang yang berjalan dibelakangnya adalah suhu hamba, si harimau terbang Thio cu!" Suma Thian yu mencoba untuk mengawasi orang tersebut, tampak si harimau terbang Thio Cu mengenakan pakaian ringkas dengan mantel berwarna merah, wajahnya menunjukan kelicikan dan hawa sesat, usianya tiga puluh tahun, gerak geriknya membikin orang mau muntah rasanya..... Rombongan tersebut langsung menuju ke barak sebelah timur, mereka berjalan sambil bergurau, sikapnya amat santai. Mungkin lantaran waktunya belum tiba, maka barak sebelah barat masih berada dalam keadaan kosong. "Hei, mengapa barak sebelah barat masih kosong melompong?" dengan keheranan Suma thian yu segera menegur. "Barak itu dipersiapkan bagi orang-orang Hok siu cun, tahun lalu putra sulung Thio wang wee menderita kekalahan ditangan putrinya kepala dusun Hok siu cun" "Seorang lelaki kalau sampai menderita kekalahan ditangan seorang wanita, apakah hal ini tidak sangat memalukan?" "Sttt!" buru-buru pelayan itu menempelkan jari tangannya ke atas bibir, kemudian setengah berkisik peringatnya, "kalau berbicara semaunnya sendiri, salah-salah nyawamu pun akan ikut melayang" Suma thian yu tidak banyak bicara lagi, bersama pelayan itu mereka duduk dikursi yang telah disediakan bagi penonton. Lambat laun penonton yang menyaksikan jalannya pertandingan berbondong-bondong memenuhi lapangan. Mendadak terdengar pelayan itu berseru: "Aaah, sudah datang, mereka sudah datang! Oooh, mengapa begini banyak yang mereka ajak tahun ini?" Ketika Suma thian yu berpaling, tampaklah dari sudut lapangan bermuncullan serombongan lelaki kekar yang bersenjata sangat lengkap, sebagai pemimpinnya adalah seorang gadis cantik bercelana hijau dan menyoren pedang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dipunggung, rambutnya yang panjang terurai sepundak hingga mendatangkan kesan manis. Tanpa terasa timbul kesan baik dalam hati Suma thian yu terhadap nona itu. Sambil memimpin anak buahnya gadis itu langsung menuju kebarak sebelah barat dan mengambil tempat duduk. Beberepa waktu kemudian berkumandang suara genta yang amat nyaring, suara tersebut berasal dari panggung lonceng di belakang kuil Hui hong si. Bersama dengan berkumandangnya suara genta itu, Hui thian hoa berjalan keluar dari barak timur, setelah melepaskan mantel merah nya, dia menuju ketengah panggung, lalu sambil mnenjura kepada para hadirin, katanya dengan lantang: "Untuk kesediaan saudara sekalian..... untuk menghadiri pertemuan kali ini, aku Thio Cu mengucapkan banyak-banyak terima kasih. Tahun yang lalu, nasib dari kami Hong seng tinkurang beruntung sehingga menderita kekalahan ditangan pihak Hok siu ceng, untuk kekalahan mana kami akan berusaha untuk merebutnya kembali ditahun ini, untuk hal mana kami mohon dulungan sert semangat dari hadirin sekalian" Kemudian setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan: "Tahun ini berbeda sekali dengan tahun kemarin, aku orang she Thio sengaja mengundang beberapa orang sahabat dari luar dusun untuk ikut meramaikan suasana disini, oleh se bab itu selain pertarungan kami dengan pihak Hok siu cun, bila di antara kalian ada yang berkepandaian, silahkan untuk naik kepanggung luy tay serta turut menyemarakkan pertandingan ini. Bagi yang berhasil unggul akan disediakan hadiah sebesar lima puluh tahil emas, semoga saudara sekalian tidak menyianyiakan kesempatan baik ini." Selesai berpidato, dia lantas berpaling kebarak sebelah barat dan serunya: "Hohan manakah dari pihak Hok siu cun yang akan tampil untuk bertarung Dengan cepat muncul seorang lelaki setengah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

umur dari barak sebelah barat, setelah melompat ke atas panggung, sahutnya: "Aku bernama Oh Hui hou, kali ini khusus kemari untuk memohon petunjuk dari Thio suhu" "Suatu keberuntungan bagi aku orang she Thio bila Oh suhu bersedia memberi petunjuk" kata Hui tian hou tertawa nyaring. Pelan-pelan dia maju menghampiri Oh hui hou, lalu serunya: "Silakan!" "Suhu!" tiba-tiba dari barak timur melompat seseorang, "untuk membunuh ayam mengapa meski memakai golok kerbau, biar tecu saja yang memeri pelajaran kepadanya!" Orang itu hanya seorang lelaki kekar yang berusia masih muda. Pelayan yang duduk di samping Suma Thian yu segera berbisik: "Kek koan! Orang ini murid tertua dari Thio Suhu" Suma thian yu manggut-manggut lalu mengawasi orang itu sekejap, lalu pikirnya: "Orang ini sembrono dan takabur, sudah pasti berada dipihak yang kalah!" Belum habis ingatan itu melintas, pertarungan tengah berlangsung diatas panggung. Suma thian yu benar-benar tidak tertarik untuk menyaksikan jalannya pertarungan, sebab pertarungan yang berlangsung itu, dalam pandangannya seperti kucing yang berkelahi, sedikitpun tiada daya tariknya. Berbeda sekali dengan pelayan itu, dia asyik mengikuti jalannya pertandingan, saban kali tangannya yangmengepal ikut membuat gerakan, ketika ditemuinya Suma thian yu memejamkan matanya rapat-rapat, ia segera menegur dengan keheranan: "Kek koan, kau benar-benar kutu buku, mengapa tidak menonton jalannya pertandingan?" "Aaahh, ngeri, aku tidak berani melihat." Mendengar itu, si pelayan segera tertawa.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Haah...haah...haaah dasar... aai..!" Tiba-tiba dari atas panggung Lui Tay berkumandang jerit kesakitan yang memilukan. Cepat-cepat pelayan itu mendongakan kepalanya, kemudian dengan terkejut serunya: "Aduh celaka! Sungguh menggemaskan!" Ternyata Oh Hu hou telah berhasil mengajar lelaki kekar itu sehingga terpelanting dari atas parggung lui tay, setelah muntah darah, orang itu tak sadarkan diri. Dengan demikian kemenangan berhatil diraih oleh pihak Hok siu cun yang berada dibarak sebelah barat, tepik sorak yang gegap gempira sepera mengiringi kemenangan tersebut. Sebaliknya paras muka Hui thian hou Thio cu berubah amat tak sedap setelah menyaksikan murid tertuanya dipukul jatuh dari panggung lui tay, dengan cepat dia melompat kedepan Oh hu hou kemudian bentaknya amat gusar: "Bagus sekali Kung fu mu, lhatlah pelajaran dari toayamu!" Dengan jurus Hek Hok to sim (harimau hitam mencari hati) dia jotos hidung Oh hu hou. Sambil mendengus, Oh hu hou mengegos kesamping, begitu lolos dari ancaman, segera teriaknya: "Aku bernama Hu hou (penakluk harimau), sejak dilahirkan memang berkemampuan menghajar harimau, sebentar lagi akan kubuat si ahrimau terbang berubah menjadi anjing buduk-kan yang merangkak ditanah" Mendengar ejekan mana, Hui thian hou Thio cu berkoakkaok gusar, segenap tenaganya segera dikerahkan, sambil meraung gusar dia mainkan jurus Sian jin ci tok (dewa sakti menunjuk jalan), tetapi sampainya ditengah jalan segera merubah kepalan-nya menjadi serangan jari, dengan sebuah totokan kilat dia menotok jalan darah tam liong hiat di tubuh Oh hu hoa. Rupanya saking amarahnya dia telah menunjukkan kepandaian silat yang sesungguhnya. Melihat hal itu, Suma Thian ya segera bergumam:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Memang lumayan juga kepandaiannya, sayang tak akan berhasil mencapai kemenangan" "Aah, kau ini mengerti apa? Jangan sembarangan berbicara" tegur pelayan itu tak senang hati. Suma Thian yu tertawa terbahak-bahak, sambil menepuk bahu pelayan itu serunya: Cepat lihat, suhumu berhasil meraih kemenangan!" Cepat-cepat pelayan itu mendongakkan kepalanya, namun ia segera menjerit kaget: "Aah! Habis sudah kali ini!" Rupanya Hui thian hou Thio Cu telah terkurung di tengah lapisan bayangan dari Oh Hui hoa sehingga posisinya sangat kritis, tak heran kalau pelayan itu menjerit kaget. Sambil tersenyum Suma Thian yu berseru: "Buat apa kau mesti gelisah? Suhumu pasti akan unggul" Sementara pelayan itu masih ragu mendadak dari atas panggung kedengaran orang berseru: "Maaf!" Ternyata Oh Hu hou terhajar sehingga terjungkal dari atas panggung Lui tay. Pelayan itu menjadi kegirangan setengah mati, dia segera melompat bangua sambil bertepuk tangan dan bersorak sorai. Berhasil memenangkan pertarungan itu, dengan angkuhnya Hui tian hou Thio Cu berseru ke arah barak sebelah barat: "Aku orang she Thio mohon petunjuk dari nona Yap" Baru selesai dia berkata dari barak sebelah barat nampak sesosok bayangan manusia berwarna hijau melayang ke tengah udara. Sementara semua orang masih terkejut bercampur keheranan, tahu-tahu diatas panggung telah bertambah dengan seorang gadis yang cantik dan bertubuh ramping. Sambil mendengus dingin pelayan itu berseru: "Sok amat gaya dari lonte itu, hmmm, tahun ini dia bakal merasakan kegetiran" Sementara itu Suma Thian yu pun sedang mengawasi gadis itu lekat-lekat, dia merasa nona itu memancarkan sinar

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kegagahan dan kejujuran, sudah jelas kalau dia memiliki ilmu silat lihay. Ternyata nona ini adalah putri kesayangan dari kepala kampung Hok siu cun yang bernama Yap Cai cui, tentang asal usul perguruan-nya, amat jarang yang mengetahui. Menyaksikan nona Yap sudah tampil keatas panggung, Hui thian hou Thio Cu mengerutkan alis matanya yang tebal, kemudian setelah tertawa dingin katanya: "Tahun lampau kakak ku telah menerima sebuah hadiah pukulan dari noan, atas pemberian tersebut aku orang she Thio tak pernah melupakannya, maka dari ini, mumpung ada kesempatan yang sangat baik, aku ingin menuntut keadilan dari nona" Yap Cui cui tertawa ringan. "Bila pertarungan berlangsnng, soal luka atau mampus adalah sesuatu kejadian lumrah, bila mana Thio suhu mampu mengalahkan aku, sudah pasti akupun tak akan menggerutu kepadamu, sudahlah, tak usah berbicara lagi, silakan turun tangan!" Hui thian hou Thio cu meraung keras, sepasang telapak tangannya segera digerakkan bersama, satu menyerang tubuh bagian atas sementara yang lain meraih ke arah 'rahasia' diantara belahan paha si nona....belahan paha si nona. Serangan yang cabul dan tak tahu malu ini segera memancing siulan dan teriakan marah penonton. Yap Cui cui sendiripun sangat mendongkol setelah menyaksikan serangan tersebut, dia segera mengegos kesamping, lalu dengan jurus Siang liong pau cu (Sepasang naga memeluk tiang) menangkis datangnya ancaman mana. Gagal dengan jurus serangan yang pertama, Hui thian hou memutar pergelangan tangannya menggunakan jurus Suit tee lau gwat (mendulang rembulan didasar air). Jurus serangan ini lebih cabul dan tak tahu malu lagi, karena sementara telapak tangan kanannya menyerang tubuh bagian atas, maka telapak tangan kirinya mencengkeram bagian 'rahasia' dari si nona di bawah tubuh.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seorang jago silat yang tulen tidak akan menggunakan jurus serangan semacam ini untuk menghadapi kaum wanita. Tapi Hui thian hou Thio Cu memang dasarnya seorang lelaki hidung bangor yang suka bermain perempuan, oleh sebab itu meski sedang bertempur, ia tak pernah melupakan watak cabulnya itu. Melihat hal mana, Yap Cui cui melotot besar, kemudian bentaknya keras-keras: "Pingin mampus rupanya kau!" Tidak nampak gerakan apa yang dipakai, ujung bajunya saja yang terlihat terhembus angin lalu terdengar Hui thian hou Thio Cu menjerit kesakitan, seluruh tubuhnya terlempar ketengah udara bagaikan layang-layang putus benang, tubuhnya terlempar keluar dari atas punggung lui tay langsung terjauh ketengah para penonton. Suasana diarena menjadi sangat gaduh, menyusul kemudian meledak tempik sorak yang gegap gempita. Menggelikan sekali keadaan Hui thian hou Thio Cu waktu itu, dia telah berubah menjadi anjing terbang yang mencium tanah. Dari barak sebelah timur segera melompat keluar dua orang manusia, seorang segera melompat turun dari panggung memburu ke arah mana Hui thian hou Thio Cu terjerembab, sedangkan yang lain menuju ketepi panggung dan menjura kepa Yap Cui cui tambil berseru: "Hebat sekali kepandaian silat nona, aku Mao san it tim ingin sekali memohon petunuk dari nona" Begitu mendengar nama 'Mao san it tim' Suma thian yu segera mendonggakkan kepalanya, betul juga, orang itu adalah It tim tojin. Tampaknya yap Cui cui terparanjat juga setelah mengerti kalau lawannya adalah It tim tojin, sambil tertawa paksa segera ujarnya: "Totiang ingin bermain tangan kosong atau bermain pedang?" It tim tojin segera tertawa seram.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Haaah...haah...haah... ini namanya sudah tahu masih berpura-pura tanya" ejeknya, "masa kau tidak tahu dengan mengandalkan apakah Mao san pay bisa menggetarkan dunia persilatan? Tentu saja mempergunakan ilmu pedang" Sewaktu mengucapkan perkataan tersebut, sikapnya sangat congkak dan takabur, seolah-olah dialah seorang jagoan lihay yang tak terkalahkan dari dunia persilatan. Hal ini tak bisa disalahkan, sebab bila seorang jagoan macam It tim tojin harus muncul disebuah dusun macam Hok seng cun, sudah barang tentu kepandaian silatnya bisa dianggap sebagai nomor wahid. Namun dia lupa kalau diantara hadirin masih terdapat pula jago-jago lihay, ucapannya yang kelewat takabur itu kontan saja menimbulkan perasaan geli dihati mereka. Yap Cui cui tertawa merdu kemudian sambil berlagak terkejut, serunya tertahan: "Ooh...! Rupanya totiang ingin beradu pedang, wah, malah kebetulan kalau begitu! Baiklah, boanpwe akan mengiringi keinginan mu itu....!" "Cabut pedangmu!" bentak It tim totiang dengan suara dingin, sedang ia sendiri pun segera meloloskan pedangnya dari punggung. Yap Cui cui tidak sungkan-sungkan lagi, cepat dia meloloskan pedangnya lalu membentak keras: "Boanpwee akan menyerang dulu!" Dengan jurus Cong liong ji hay (naga sakti masuk samudra) dia menggetarkan bunga pedangnya dan langsung menusuk jalan darah Tiong hong hiat. It tim tojin tertawa seram, dengan posisi kaki senaknya, dia berdiri menanti, tatkala ujung pedang sudah tinggal satu depa dihadapannya, tiba-tiba saja pedangnya berubah menjadi jurus Ya ma hun si (kuda liar mementangkan bulu suri), pelanpelan menangkis ancaman musuh, menyusul kemudian dengan jurus Cu to hui liong (menerjang sampai disarngnya) menusuk jalan darah Ki bun hiat dibawah buah dada si nona.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Merah dadu selembar wajah Yap Cui cui karena jengah, segera bentaknya dengan gusar: "Pingin mampus rupanya kau....!" Sembari berseru dia mundur setengah langkah, menyusul kemudian menyerobot kedepan sambil melepaskan serangkain serangan. "Sreet! Sreet! Sreet!" secara beruntun dia melancarkan tiga jurus serangan pedang, semuanya digunakan jurus serangan yang mematikan. Sekalipun It tim totiang terhitung jagoan pedang kelas satu dari Mao san pay, toh terdesak juga sehingga mundur sejauh tiga langkah, terdengar ia berpekik aneh lalu tertawa seram, sambil mengembangkan ilmu pedang Mao san pay, serentak serangan balasan segera dilancarkan kembali. Pelayan yang berada dibawah panggung menjadi berdebar ketakutan, dengan tegang ia menarik tangan Suma thian yu sambil berseru: "Kek koan, kau takut?" "Takut sekali! Tentu saja aku takut! Tidak kah kau lihat seluruh tubuhku sedang gemetar?" Betul juga, sekujur tubuhnya sedang gemetar. Dengan sepasang gigi yang saling beradu, pelayan itu berkata kembali: "Menurut pendapatmu siapa yang bakal memenangkan pertarungan kali ini?" "Tentu saja tosu yang dikirim oleh suhumu itu!" "Darimana kau bisa tahu?" dengan perasaan tidak habis mengerti pelayan itu bertanya. Suma Thian yu merasa dia telah salah bicara, maka buruburu serunya: "Tentu saja, coba kau lihat bukankah usianya jauh lebih tua?" Alasan tersebut segera berhasil mengelabuhi si pelayan itu, mengetahui kalau It tim totiang bakal merebut kemenangan, dia nampak jauh lebih tenang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sementara itu pertarungan yang sedang berlangsung ditengah panggung sudah mencapai puncaknya, menang kalah segera akan diketahui dalam beberapa saat lagi. Sekalipun Cui cui memiliki kepandaian silat yang luar biasa, bila dibandingkan dengan It tim totiang yang berpengalaman tentu saja masih terpaut lebih jauh. Kini dia hanya bisa menangkis belaka dengan bersusah payah, pada hakekatnya tidak berkepandaian untuk membalas, keringat telah membasahi seluruh tubuhnya sedang napasnya pun terengah-engah. It tim totiang memang tak malu disebut sebagai jagoan lihay dari Mao san pay, semakin bertarung dia nampak semakin perkasa, jurus-jurus serangan yang dipergunakan juga sema kin ganas tak berperi kemanusiaan, hampir semuanya ditujukan kejalan darah penting ditubuh lawan. "Bocah perempuan" ejeknya kemudian, "menginggat kau masih muda, wajahmu cantik lagi, aku sengaja berbalas kasihan kepadamu, asal kau bersedia mengikuti toaya pulang ke rumah, tanggung kau akan terjamin hidupmu dan melewati kehidupan yang paling berbahagia di dunia ini...." Yap Cui cui gusar sekali sampai seluruh tubuhnya gemetar keras, sambil membentak gusar cahaya pedangnya digetarkan keluar, setetika itu juga bayangan pedang menyelimuri seluruh angkasa, serangan yang dahsyat itu bersama-sama tertuju ke tubuh It tim totiang. Menyaksikan hal ini, It tim totiang mendengus dingin, pedangnya segera memainkan jurus Hong cuan-jian im (angin berhembus membuyarkan awan) menyerang tubuh Yap Cui cui yang sedang menerjang kemuka. Tiba-tiba saja Yap Cui cui merasakan cahaya pedang dirinya menjadi lenyap kemudian serentetan hawa pedang yang menusuk tulang sudah menyergap kearah tenggorokannya. Tak terlukisan perasaan terkejutnya menghadapi ancaman semacam ini, segera pekiknya: "Mampus aku kali ini..!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia memejamkan matanya siap menantikan ajalnya. Disaat yang kritis itulah.... Tiba-tiba dari bawah panggung berkumandang suara pekikan nyaring, kemudian tampak sesosok bayangan manusia meluncur meluncur keatas panggung dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, sambil meluncur ke atas, serunya keras: "Berbelas kasihanlah diujung pedangmu!" Mendengar pekikan tadi, It tim totiang menjadi tertegun sehingga gerakan pedangnya melamban, belum sempat dia berbuat sesuatu tahu-tahu segulung angin lembut sudah mendorong tubuhnya sahingga mundur sejauh beberapa langkah. Dengan cepat dia mendongakkan kepalanya tahu-tahu diatas panggung telah bertambah dengan seorang pemuda berpakaian sastrawan. Waktu itu, sebenarnya Yap Cui cui mengira dirinya pasti akan tewas, siapa tahu dari tengah udara muncul seorang bintang penolong yang telah menyelamatkan jiwanya. Setelah rasa kagetnya hilang, dia melihat penolongnya adalah seorang pemuda yang berwajah amat tampan, tergetar keras pedangnya, sambil menjura katanya kemudian: "Atas pertolongan anda, budi kebaikan ini tak akan kulupakan untak selamanya" Kemudian agak tersipu-sipu dia kembali kearah barak sebelah barat.... Suma Thian yu yang berada dibawah panggungpun merasa sangat terkejut setelah menyaksikan kemunculan pemuda sastrawan itu, tanpa terasa gumamnya: "Mengapa dia pun bisa muncul disini? Jangan-jangan dia khusus datang kemari untuk mengejarku?" Si pelayan yang mendengar gumaman ini segera menimbrung dengan rasa tercengang: "Kek koan, apa kau bilang? Dia mengejarmu? Apakah kau kenal dengan dirinya?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu menggelengkan kepalanya sambil membungkam dalam seribu bahasa, maka pelayan itupun tidak bertanya lagi. Ternyata orang yang berada diatas panggung sekarang adalah Chin Siau, tampak dia berdiri disitu dengan amat gagahnya. Dengan dandanannya sebagai seorang pelajar ditambah pula dengan tingkah lakunya yang halus dan teratur, siapa pun tak akan menyangka bahwa pemuda selembut ini memiliki kepandaian silat tinggi. Akan tetapi kenyataan telah terbentang didepan mata, cukup dari gerakan tubuhnya saja, setiap orang sudah dibuat kagum setengah mati. Yaa, siapakah diantara mereka yang hadir sekarang dapat melakukan gerakan macam ini? It tim tojin yang menyaksikan penampilan pemuda tersebut membuat daging gemuk yang sudah hampir berada dimulut terlepas kembali, jadi naik darah, bagaimana mungkin dia bisa tahan membiarkan hal semacam itu terjadi? Dengan suara yang menyeramkan dia lantas membentak: "Bocah muda, kau terlalu suka mencampuri urusan orang lain, kau harus tahu, banyak mencampuri urusan orang hanya akan menimbul kan bencana kematian bagi diri sendiri, Toaya menasehati kepadamu lebih baik janganlah mengorbankan diri demi seorang wanita, terlalu besar kerugian mu itu...." Chin Siau bersikap dingin dan kaku, setelah mendengar ucapan mana, sahutnya hambar: "Bukankah tujuan mendirikan panggung lui tay ini untuk saling menguji kepandaian?" Tapi bagaimanakah kenyataannya? Totiang berusaha untuk membinasakan lawanmu, apakah beginikah peraturan dari di dirikannya panggung lui tay?" "Kurang ajar, darimana kau bisa tahu jika toaya bermaksud hendak membinasakan dia?" bentak It tim totiang dengan gusar. Chin Siau mendengus dingin.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hmmm! Sudah lama kukagumi kelihayan dari ilmu pedang aliran Mao san pay, sungguh beruntung aku bisa menyaksikan sendiri, hal ini, apabila totiang tidak menampik, tolong berilah sedikit petunjuk kepadaku sehingga maksud hatiku dapat terpenuhi" Begitu ucapan tersebut diutarakan, para hadirin berbisikbisik memperbincangkan kejadian ini. Sang pelayan pun berkata pula sambil menghela napas: "Mungkin sastrawan itu terkena penyakit kurang beres pikiran nya, apa dia sudah bosan hidup sehingga pingin mencari kematian bagi diri sendiri? Mau berguru mah boleh saja, tapi jangan sembarangan macam dia itu" Suma Thian yu tertawa terbahak-kahak. "Haaah...haahh...hei pelayan, bagaimana kalau kita bertaruh? Aku tebak pemuda itu pasti dapat menangkan pertarungan ini" "Boleh boleh saja, cuma aku tak ingin merebut keuntungan dari mu kek koan, aku lihat kita tak usah bertaruh saja nanti kalau aku menang, orang akan menuduhku membohongimu!" Sekali lagi Suma Thian yu tertawa terbahak-bahak. "Haah... haah... haaah... asal aku senang siapa yang dapat menghalanginya?" Kemudian sambil memperlihatkan jari tangannya, dia berseru: "Bagaimana kalau bertaruh lima tahil perak saja?" Kali ini sang pelayan yang tertawa tergelak. "Haaahh... haaahh... haaahh.... lima tahil perak? Sepuluh kali lipat lebih pun aku berani, kek koan, bagi kalian yang berduit, lima tahil bukan seberapa, tapi kalau ingin kalahpun harus kalah dengan puas, jika tahu sudah pasti akan kalah tapi tetap bertaruh, itu mah namanya..." "Sudahlah, jangan banyak berbicara lagi, cepat kau lihat!" Sementara itu It tim tojin sudah mengangkat pedangnya sambil bersiap sedia melakukan serangan, wajahnya menyeringai seram, sekulum senyuman angkuh menghiasi bibirnya, kemudian pedang itu digerakan kedepan, nampaknya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

seperti melamban tapi sesungguhnya mengandung suatu perubahan yang luar biasa. Sebagaimana diketahui, Chin Siau belum lama turun gunung, sedikit sekali jago persilatan yang mengenali dirinya, oleh karena itu baik jagoan di barak sebelah timur maupun yang berada disebelah barat merasa kuatir juga bagi keselamatan jiwanya. Padahal tujuan Chin Siau sejak turun gunung adalah angkat nama dan menggetarkan dunia perrsilatan. Oleh sebab itu dia bersikap amat tenang meski menyaksikan It tim tojin mengerakkan pedangnya, ia sama sekali tak berkutik, serunya sambil tertawa dingin. "Totiang, maaf kalau aku akan berbicara takabur, sekarang aku hendak merebut tusuk konde mu itu" It tim totiang membentak gusar, pergelangan tangannya segera diputar lalu melancarkan sebuah tusukan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, umpatnya: "Bocah keparat, kau kelewat kurang ajar!" "Hmmmm...hmmmm... buktikan saja kekurang ajaran ku ini!" jengek Chin Siau sambil tertawa sinis. Begitu habis berkata, cahaya tajam berkelebat lewat dari punggungnya, kemudian setelah cahaya pedang berputar ditengah gelak tertawa nyaring Chin Siau telah mundur kembali ke belekang. It tim totiang hanya merasakan pangdangannya menjadi kabur, lalu pihak lawan sudah mundur kembali. Sesudah agak tertegun, ia lantas membentak gusar: "Bocah keparst, kau ketakutan? Jangan kabur dulu, agar di kemudian hari jangan suka mencampuri urusan orang lain lagi!" Chin Siau segera mendonggakkan kepalanya lalu tertawa terbahak-bahak. "Haaah...haah...haaah.. totiang, kau suka bergurau, lihat saja dulu rambutmu!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar ucapan mana, It tim totiang segera memeriksa ikatan rambutnya, siapa tahu begitu tersentuh, rambutnya segera terurai berantakan.... Gelak tertawa yang sangat ramai dengan cepat meledak dan memecahkan keheningan, sebagian diantaranya ada yang mengumpat: "Dasar tosu bau yang tak tahu malu!" Suma Thian yu berpaling kearah pelayan itu lalu tegurnya pula sambil tertawa: "Bagaimana? Mengaku kalah saja, serahkan lima tahilmu!" Tidak bisa, menang kalah toh belum ketahuan, kejadian ini tidak bisa masuk hitungan" seru sang pelayan mendongkol. "Kalau begitu, mari kita saksikan kejadian selanjutnya!" Tiba-tiba dari atas panggung terdengar suara bentakan marah dari It tim totiang: "Aku akan beradu jiwa denganmu!" Pedangnya langsung dibacok kemuka secara garang, jurus serangan dari Mao san kiam hoat turut dikembangkan pula melancar- kan serangkaian serangan gencar. Menghadapi kekalapan orang, kembali Chin Siau tertawa tergelak: "Haaah...haaah... kau tahu diri, tampaknya aku harus membuat mu malu, hati-hati dengan jubah pendetamu....!" Bersama dengan selesainya ucapan itu, kembali cahaya takam menyambar lewat, tahu-tahu jubah pendeta yang dikenakan It tim tojin telah robek menjadi dua bagian. Sorak sorai berkumandang lagi memecahkan keheningan. It tim totiang sangat penasaran, kejadian yang menimpanya berulang kali membuatnya semakin panas hati, ia mulai berkaok-kaok macam anjing menyalak, kemudian secara ganas mengayunkan pedangnya berulang kali. "Sreet! sreet! sreet! secara beruntun dia melepaskan serangan berantai. Amat sayang serangan itu tak berhasil mengenai sasarannya, bahkan menyentuh ujung rambut orang pun tak mampu, sebaliknya justru bertambah marah lagi.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Totiang!" sambil tertawa Chin Siau lantas bersrru, "Bagaimanah kalau kau ganti dulu jubahmu sebelum kita melanjutkan pertarungan ini? Kesannya aku telah menangkan kau kalau keadaan seperti ini dibiarkan berlangsung lebih lanjut" Sejak keluar dari kandungan ibunya, belum pernah It tim tojin mendapat hinaan seperti ini, tak heran kalau amarahnya meledak-ledak, tubuh berikut pedangnya segera menerjang kembali kearah Chin Siau. Serta merta Chin Siau mengegos kesamping setelah melihat orang itu menerkam macam anjing gila, kemudian pedangnya diputar dan mengetuk bahu tosu itu dengan gagang pedangnya. Tak ampun lagi It tim totiang menjerit ke-sakitan, tubuhnya segera roboh terjengkang dan tak sanggup berkutik lagi. Dengan demikian Chin Siau berhasil meraih kemenangan, suatu kemenangan yang diperoleh dengan santai, gembira dan tidak usah mengucurkan setitik keringat pun. Langsung saja Suma Thian yu menyodorkan tangannya kehadapan pelayan penginapan itu sambil berseru: "Mana uangnya, lima tahil perak persis, setengah pun tak boleh kurang!" Padahal gaji pelayan itu sebulan belum mencapai enam tahil, menyaksikan Suma Thian yu menyodorkan tangannya menagih janji, dengan bermuram durja, terpaksa merogoh kedalam sakunya dan mengeluarkan lima tahul perak. Sembari diserahkan ke tangan orang, dia mengeluh: "Huuuh....dasar lagi sial, ditambah lagi tosu bau itu cuma gentong nasi yang tak becus, huuuh.... tahu kalau dia tak mampus, aku tak akan menjagoi dia!" Suma Thian yu tertawa terbahak-bahak, tanpa sungkan diambilnya uang tersebut, kemudian pikirnya sambil tertawa geli: "Inilah pelajaran baginya kalau banyak mulut, akan ku lihat lain kali dia berani banyak bacok lagi atau tidak...."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sementara itu, dengan robohnya It tim tojin dari atas panggung, dari barak sebelah timur segera melompat naik seorang nenek berambut putih. Nenek ini berusia enam puluh tahun tua renta dengan wajah yang peyot, pelan-pelan dia menghamniri It tim tojin lalu membimbingnya mundur kebarak sebelah timur, setelah itu sambil menghampiri Chin Siau katanya: "Engkoh cilik, kepandaianmu sungguh hebat, lo nio ingin meminta pelajaran darimu" Chin Siau cukup berhati-hati, walaupun ia tidak melihat nenek itu membawa senjata, namun dari sorot matanya yang tajam bagaikan sembilu ia tahu kalau nenek tersebut merupakan seorang jagoan yang berilmu sangat tinggi. Terkesiap juga hatinya menghadapi tantangan itu, buru-buru sehutnya dengan cepat: "Permintaanmu pasti akan kuturuti, tolong tanya kau ingin bertarung dengan pedang ataukah...." "Tentu saja bertarung dengan pedang!" "Tapi kau...." "Kau tak usah kuatir seru nenek berambut putih itu sambil tertawa. Sembari berkata, dia lantas mengambil pedang milik It tim tojin dari atas tanah, kemudian ujarnya: "Bukankah ini pedang?" "Bolehkah aku tahu siapa nama mu?" Nenek berambut putih itu tertawa terbahak-bahak. "Haah... haah... haaa... lo nio tak punya nama, tapi aku berdiam bukit Ci san, orang-orang menyebutku sebagai Jian jiu lo sat (iblis wanita bertangan seribu)" Agak tertegun Chin Siau sesudah mendengar nama tersebut, tanpa terasa serunya: "Oooh, rupanya kau adalah satu di antara Ci san su mo (empat iblis dadi bukit Ci san) si iblis wanita bertangan seribu, sudah lama kukagumi nama besarmu, sungguh beruntung kita dapat bersua pada hari ini"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah mengetahui kalau nenek berambut putih itu adalah iblis wanita bertangan seribu Siau Bwee ci, hatinya malahan terasa tenang, sebab gurunya pernah berkata, asal dia dapat mengalahkan satu satu saja diantara empat iblis bukit Ci san maka namanya akan tersohor dengan cepat. Sementara dia masih termenung, Jin jiu lo sat Siau Bwee ci telah berkata sambil tertawa dingin: "Tak usah berkerut kening, selama hidup lo nio paling benci dengan manusia yang belum apa-apa sudah minta ampun, lebih baik kita tentukan menang kalah diujung senjata" "Silakan!" sahut Chin Siau cepat. Kemudian ia pejamkan matanya rapat-rapat sambil berdiri seenaknya sendiri, pedangnya diluruskan ke depan dan siap menunggu serangan dari musuh. Melihat musuhnya berdiri sambil memejam kan mata, Jian jiu lo sat Siau Bwee ci menganggap kejadian ini sebagai sikap memandang rendah musuh terhadap dirinya, membara amarah didalam dadanya, dengan gusar bentaknya keraskeras: "Lihat serangan!" Dengan jurus Wan hong tiau yang (burung hong menghadap matahari) dia tusuk tubuh Chin Siau. Menghadapi datangnya ancaman tersebut, chin Siau bersikap tenang, ia menunggu sampaipedang musuh hampir menempelditubuhnya, kemudian baru mengegos ke samping untuk meloloskan diri dari ancaman tersebut. Sementara itu, pelayan penginapan yang berada dibawah panggung jadi mendongkol sekali melihat sikap jumawa Chin Siau, langsung umpatnya: "Bajingan ini sungguh takabur, mana berkelahi sambil memejamkan mata.... haah....! Mampus baru rasa..." "Bagaimana kalau kita bertaruh lagi?" tiba-tiba kata Suma Thian yu sambil tertawa. "Bagus sekali!" sorak sang pelayan dengan gembira, "bagaimanah kalau kali ini kita bertaruh sepuluh tahil?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sepuluh tahil?" Suma thian yu menjulurkan lidahnya sambil membuat muka setan, kemudian sambil tertawa getir terusnya, "aahh, aku jadi sungkan, bila kau sampai kalah lagi kan berabe jadinya?" "Aaah, kalau cuma sepuluh tahil mah bukan apa-apa bagiku" seru pelayan itu sambil mencoba meyakinkan lawan taruhannya. Sementara itu pertarungan diatas panggung lui tay telah berlangsung dengan sengitnya, Ci san su mo sudah lama termashur, mereka pernah menggetarkan sungai telaga semenjak empat puluh tahun berselang, kendatipun, pada akhirnya dibikin keok oleh "Put Gho cu, namun kekalahan mana tidak mempengaruhi pamor mereka dimata umat persilatan lainnya. Dengan mengandalkan sebilah pedang, dia betul-betul memperlihatkan kelihayannya, dimara serangannya dilancarkan, angin serangan segera menderu-deru. Dengan waktu singkat seluruh panggung lui tay tersebut telah dilapisi oleh hawa pedang yang amat tebal. Tak selang berapa saat kemudian, yang terlihat ditengah arena tinggal dua gulung cahaya putih yang sebentar kekiri sebentar ke kanan, sebentar ke atas sebentar lagi ke bawah, angin serangan yang menderu-deru membuat keadaan sungguh menegangkan. Terbelalak mata para hadirin yang ikut menyaksikan jalannya pertarungan itu, saking terpesonanya mereka sampai melongo, untuk sesaat mereka tak dapat membedakan mana yang Jian jiu lo sat dan mana yang Chin Siau. Diantara sekian banyak penonton, si pelayan penginapan itu yang terhitung paling tegang, sepuluh tahil perak bukan suatu jumlah yang kecil bagi pandangannya. Tiba-tiba Suma Thian yu menyodorkan kembali tangannya ke hadapan pelayan itu: Dengan gugup sang pelayan segera berseru: Jilid : 23

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mau apa kau?" "Uang, mana uangnya? Sepuluh tahil perak" "Omong kosong" seru sang pelayan cepat, "atas dasar apa kau menagih uang dariku? Toh Jian jiu lo sat belum kalah?" "Atau kita lipat gandakan jumlah taruhannya menjadi dua puluh tahil perak?" "Boo,aaii, jangan.. Jangan!" Baru habis si pelayan itu berkata,Chin Siau yang berada diatas panggung telah berseru sambil tertawa panjang: "Maaf, maaf!" Jian jiu lo sat Siau Bwee ci dengan rambut putih yang awut-awutan tak karuan mundur beberapa langkah dengan langkah sempoyongan, wajahnya hijau membesi sementara diatas lengan-nya bertambah dengan sebuah mulut luka yang memanjang, darah kental bercucuran keluar dengan amat derasnya. Dengan sorot mata memancarkan sinar buas, dia berseru kemudian sambil menggertak lagi: "Bocah keparat, tinggalkan namamu, selama hayat masih di kandung badan, lo nio pasti akan membalas dendam atas sakit hati hari ini" Chin Siau tersenyum. "Aku she Chin bernama Siau, setiap saat akan kunantikan petunjuk saudara" Pelan-pelan jian jiu lo sat mengundurkan diri dari atas panggung. Sementara Suma Thian yu yang berada di bawah panggung segera menengok ke arah sang pelayan yang bermuram durja sambil berkata: "Kasihan aku melihat keadaanmu, bayar saja satu tahil perak" "Ooh, tuan, kasihanilah hambamu, kini dalam sakuku hanya tinggal satu tahil, masa kau tak tahu? kata sang pelayan sambil tertawa getir.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mau kau bayar atau tidak terserah, aku bisa memotongnya dari uang persen nanti" "Betul.. betul.. memang paling baik kalau dipotong dari persenku nanti" seru sang pelayan dengan gembira. Mendadak ia teringat akan sesuatu, kembali tanyanya: "Tuan mengapa kau bisa menduga hal-hal yang belum terjadi..?" "Karena aku pandai meramal, orang menyebutku poan sian (setengah dewa), aku dapat melihat hal yang sudah lewat maupun akan datang, apakah kaupun ingin meramalkan nasib mu?" "Terima kasih banyak, aku tidak mempunyai uang untuk berbuat begitu" Sementara dua orang itu masih berbicara dengan asyik, dari barak sebelah timur telah berjalan keluar seseorang. Setelah melirik sekejap kearah wajah orang itu, sang pelayan segera bersorak gembira: "Hooree...akhirnya Thio Wengwee menampilkan diri" Suma Thian yu memperhatikan sekejap wajah Thio Wangwee, kemudian ujarnya. "Tua bangka ini lebih-lebih tak becus lagi" "Darimana kau bisa tahu?" "Mau percaya atau tidak terserah kepadamu, bila kurang puas kita boleh bertaruh lagi" "Oooh, Poan sian ya, hamba tidak berani lagi.." seru sang pelayan dengan wajah memelas. Sementara itu Thio wangwee telah berjalan menuju keatas panggung, setelah menjura dia berkata: "Chin siauhiap memang luar biasa sekali, kesempatan baik semacam ini jarang bisa kujumpai, lohu ingin sekali memohon petunjukmu" Dengan cepat Chin Siau menggeleng. "Aku ingin sekali meminjam panggung ini untuk mengajak seorang teman bertanding, sedang pertarungan diantara kita lebih baik ditunda dulu, toh diantara kita tak ada dendam kesumat ataupun perselisihan apapun jua"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Boleh saja!" Thio wangwee tertawa sambil manggutmanggut, "tapi siapakah yang hendak Chin siauhiap tantang untuk bertarung?" Dengan suara lantang Chin Siau segera berseru kearah para hadirin: "Orang yang kutantang untuk bertarung adalah dia!" Sembari berkata, dia lantas menuding kearah Suma Thian yu yang duduk dibawah panggung. Ucapan tersebut dengan cepat menimbulkan kegaduhan yang luar biasa, serentak semua orang berpaling kearah Suma Thian yu. "Aku?" Suma Thian yu berseru pula sambil menunjuk keujung hidung sendiri, "ini... ini... tidak mungkin, tidak mungkin ...masa aku harus mengorbankan selembar jiwaku sendiri?" Dalam pada itu, suasana dalam arena pun telah terjadi kegaduhan, sedangkan pelayan penginapan itu tertawa terbahak-bahak pula sembari berseru: "Haaah... haaaha.... kejadian ini benar-benar merupakan suatu peristiwa yang lucu, dia toh tak pandai silat, masa diajak bertanding!" Chin Siau yang berada diatas panggung segera berseru lagi sambil tertawa: "Heeeh... heeh... heee... memangnya kau hendak menunggu sampai sauya turun ke bawah menyeretmu kemari?" Berubah hebat paras muka pelayan itu setelah mendengar perkataan tersebut, cepat dia menarik tangan Suma Thian yu sembari berkata: "Bagaimana baiknya sekarang? Kau tak mampu bersilat, kepergianmu kesitu sudah pasti akan mati, aaaai.... mengapa sih kau membuat gara-gara dengannya?" "Ssstt, bukankah kau pernah belajar ilmu silat selama tiga tahun?" bisik Suma Thian yu kemudian, "bagaimana kalau kau saja yang mewakiliku? Kuberi hadiah seratus tahil perak"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Waaah, tidak bisa....tidak bisa. Nyawaku tak bernilai seratus tahil perak." Mendengar itu, Suma Thian yu menghela napas panjang. "Aaiii... baiklah, kalau orang lagi susah memang susah mencari teman, baiklah, aku memang lagi bernasib buruk!" Dia lantas beranjak dan pelan-pelan mendekati panggung, kemudian dipandangnya sekejap panggung yang tingginya satu kaki lebih itu, kemudian serunya agak gelisah: "Waah begitu tinggi panggung ini, bagaimana caraku untuk naik keatas?" Ucapan ini segera disambut gelak tertawa nyaring oleh semua hadirin, tapi ada pula yang berkeringat dingin menguatirkan jiwanya. Pelayan itu segera berlari menghampirinya, kemudian berseru: "Naiklah dengan tangga, jangan gugup, dia tak bakal membinasakan dirimu" Suma Thian yu menurut dan memanjat dengan anak tangga, ini semua membuat sang pelayan jadi ketakutan, serunya dihati: "Oooh Thian, bisa mampus dia kali ini..." Sementara itu Suma Thian yu sudah naik keatas panggung. Begitu melihat musuhnya sudah naik, Chin Siau segera tertawa dingin sambil berseru: "Kau tak usah berlagak pilon lagi, memangnya kau anggap caramu ini bisa menarik simpatik orang?" Suma Thian yu tersenyum. "Cepat amat langkah kaki saudara Chin, ternyata kau bisa menyemarakkan pula keramaian disini, tolong tanya ada urusan apa kau mengundangku kemari?" "Tidak usah banyak omong!" hardik Chin Siau sambil melotot penuh kegusaran, "cabut pedangmu dan kita tentukan siapa diantara kita berdua lebih jagoan!" Cepat-cepat Suma Thian yu menggelengkan kepalanya berulang kali.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa salah pahammu belum juga mereda?" Chin Siau mendengus dingin. "Hmmm! Memperkosa anak Istri orang, membantai keluarga petani, kau manusia jahanam sampah masyarakat, hari ini aku orang she Chin sengaja kemari untuk menegakkan keadilan dan kebenaran bagi dunia persilatan" Suma Thian yu tertegun setelah mendengar ucapan itu, tanpa terasa ia bertanya: "Saudara Chin, apa yang sebenarnya kau maksudkan?" "Lebih baik kau berterus terang saja, kenalkah kau dengan manusia yang bernama Kho Gi?" "Tidak kenal!" Jawab Suma Thian yu tegas. "Baik kalau toh kalau tidak mengenal siapa-siapa, tentunya cukup kenal dengan pedang sauya ini bukan?" "Yaa aku kenal sekali benda tersebut merupakan pedang mestika milik Bu bek ceng (pendeta buta). Chin Siau segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak tiada hentinya . "Haaaah... haaah... kalau memang begitu kau boleh mati dengan mata meram serta menjadi sukma yang hilang diujung pedang kenamaan!" "Saudara Chin kau jangan selalu memojokan posisi orang, ketahuilah aku Suma Thian yu bukanlah seorang lelaki pengecut yang takut menghadapi kematian, apabila kau mendesak diriku terus menerus, jangan salahkan kalau kesabaranku akan hilang" "Memang inilah yang kunantikan, cabut pedangmu!" Suma Thian yu merasa sedih sekali karena difitnah orang tanpa bisa membantah, namun peristiwa tersebut sudah berkembang lebih jauh, enggan bertarung pun sukar rasanya, pelan-pelan dia meloloskan pedang Kit hong kiamnya dari belakang punggung. Beribu pasang mata yang berada dibawah punggung Lui tay bersama-sama ditujukan ke tubuh mereka, apalagi disaat Suma Thian yu meloloskan pedangnya, beribu-ribu buah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jantung berdebar dengan kerasnya, perasaan tak tenang mencekam hati mereka. Setelah menyaksikan Suma Thian yu meloloskan pedangnya, Chin Siau segera berkata sambil tertawa dingin: "Heeh...heeh...heeeh... hari ini hanya ada seorang diantara kita yang boleh hidup, kalau bukan kau yang mampus, akulah yang mati!" "Buat apa sih pertarungan diantara kita mesti menjurus ke pertarungan serius? Toh diantara kita tiada ikatan dendam ataupun sakit hati apa pun? Bukankah tujuan Pi bu (bertanding ilmu silat) hanya unuk menjalin persahabatan?" Chin Siau sama sekali tidak menegubris ucapan lawan, mendadak ia berpekik nyaring, pedangnya dengan jurus Siau ci lam san (Sambil tertawa menuding Lam san) secepat kilat menusuk ketubuh Suma Thian yu. Suma Thian yu bersikap tenang sekali, ketika dilihatnya ujung pedang sudah semakin mendekat, dia menggerakan kepalanya mengegos ke samping, kemudian dengan menggunakan ilmu gerakan tubuh Luan tek luan poh dia menghindarkan diri. Siapa tahu tujuan Chin Siau melancarkan serangan tersebut hanya bermaksud memancing lawan, begitu melihat Suma Thian yu berkelit, mendadak saja pedangnya melancarkan serangan dengan jurus To tnian huan jit (mencuri hari berganti waktu). Diiringi desingan angin tajam, dia membabat pinggang pemuda kita. Agak tertegun Suma Thian yu menyaksikan kejadian ini, sekuat tenaga dia melejit ketengah udara. "Weeess...!" pedang Chin Siau menyambar lewat persis dibawah kakinya, boleh dibilang ancaman itu nyaris membabat kutung sepasang kakinya. Lompatan Suma Thian yu ketengah udara tersebut tak dapat disangkal lagi memberikan kesempatan kepada lawan untuk menempati posisi yang lebih menguntungkan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sudah barang tentu Chin Siau tidak menyia-nyiakan kesempatan baik tersebut dengan begitu saja, mendadak pedangnya memainkan jurus serangan Sian tong siau hio (Bocah dewa memasang hio) ia langsung membabat tubuh Suma Thian yu yang masih berada ditengah udara . Mimpi pun si pelayan rumah penginapann tersebut tak pernah menyangka kalau Suma Thian Tu merupakan pendekar muda yang memiliki ilmu silat sangat lihay, begitu dilihatnya pemuda itu sanggup bertarung dengan hebatnya, ia menjadi terbelalak dan duduk melongo seperti patung. Waktu itu, Suma Thian yu sedang merasa amat terperanjat setelah menyaksikan datangnya tusukan Chin Siau yang begitu hebat, berada diudara mustahil bagi jago kita untuk berkelit, dalam keadaan begini ia berpekik dihati: "Habis sudah riwayatku kali ini!" Kalau orang berada dalam ancaman bahaya maut biasanya akan timbul suatu kekuatan tak terduga yang kadang kala diluar pemikiran manusia sehat, keadaan tersebut bisa disebut kekuatan indera ke enam dari manusia. Sementara itu, pedang Chin siau sudah ditusuk ke atas persis menyongsong datangnya tubuh Suma thian yu yang sedang meluncur ke bawah, seandainya serangan tersebut sampai mengenai sasarannya dengan telak, niscaya isi perut Suma Thian yu akan berhamburan kemana-mana dan sukmanya melayang. Berada dalam keadaan berbahaya, tiba-tiba Suma Thian yu menarik napas panjang, dengan mengeluarkan ilmu meringankan tubuh Liu im ti (tangga awan berjalan) yang merupakan semacam kepandaian sakti yang sudah lama punah dari dunia persilatan, tiba-tiba saja dia melayang naik ke udara dua depa lebih tinggi. Oleh sebab perubahban ini dilakukan mendadak, otomatis serangan Chin Siau yang nampaknya pasti akan berhasil menembusi tubuh lawan-nya itu menjadi mengenai sasaran kosong.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

00O00 ooOoo Sama Thian yu tertawa nyaring, tubuhnya berjumpalitan berulang kali ditengah udara lalu melayang turun ke atas tanah, meski amat berbahaya namun keindahannya luar biasa. Kontan saja gerakan tersebut memancing tempik sorak yang gegap gempita dari semua hadirin dibawah panggung. Tempik sorak dan tepuk tangan yang gegap gempita tersebut tak disangka lagi merupakan suatu sindiran dan ejekan bagi Chin Siau, dengan amarah yang semakin membara, segera bentaknya: "Anjing geladak, serahkan jiwa anjingmu!" Diiringi bentakan nyaring, pedangnya melepaskan serangan lagi dengan jurus Hong sau lok yap (angin berhembus daun berguguran), secepat kilat langsung membacok ke tubuh musuh. Setelah ada pengalaman pertama, Suma Thian yu tak berani melambung lagi ketengah udara, pedang Kit hong kiamnya di getarkan kesamping untuk menangkis ancaman itu, lalu bersiap sedia mempergunakan ilmu pedang Bu beng kiam hoat untuk meraih kemenangan. Mendadak satu ingatan melintas dibenaknya, ia berpikir demikian: "Bila Chin Siau kurobohkan, sudah pasti kesalahan paham ini akan semakin mendalam, yaa, mengapa tak kumanfaatkan kesempatan baik ini untuk kabur dari sini? Buat apa aku mesti ngotot terus? Kalau sampai terperangkap oleh siasat musuh kan berabe?" Berpikir demikian hawa murni yang semula telah dihimpun tiba-tiba di buyarkan, serunya kemudian: "Chin heng, ilmu pedangmu sangat hebat, aku menyerah kalah saja, bila dilain saat ada kesempatan, kita boleh berduel kembali." Dengan cepat dia melejit ketengah udara kemudian melayang turun dari panggung, dengan suatu gerakan yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

cekatan dia menyelinap diantara kerumunan orang banyak dan lenyap tak berbekas. Tentu saja Chin Siau tidak akan membiarkan dia kabur dengan begitu saja, sambil membentak gusar dia turut melejit keudara dan siap melakukan pengejaran. Siapa tahu dari barak sebelah timur muncul belasan orang lelaki kekar yang segera menghadang jalan perginya, salah seorang diantarsnya yang berdandan pendeta membentak dengan suara keras seperti geledek: Orang she Chin, tidak gampang untuk kabur, dengan begitu saja, kau mesti tahu kota Hok seng tin bukan tempat yang bisa di datangani dan ditinggalkan semau sendiri, kalau ingin pergi boleh saja, tapi tinggalkan dulu beberapa jurus kepandaian saktimu" Ucapan tersebut semakin mengobarkan hawa amarah Chin Siau, jauh-jauh berangkat dari bukit Ngo tay san, tujuannya adalah untuk mengamati Suma thian yu. Padahal tujuannya merobohkan It tim tojin dan Jian jiu lo sat tadi bukan lain adalah untuk memancing Suma Thian yu naik ke psnggung, kini Suma Thian yu sudah kabur, apa gunanya dia tetap tinggal disana? Sekarang dia dikepung oleh kawanan manusia tersebut, kejadian ini sama artinya dangan memberitahukan kepadanya bahwa Suma Thian yu berasal dari satu golongan dengan mereka. Pandangan semacam ini menyebabkan dia semakin yakin kalau Suma Thian yu adalah manusia sebangsa kawanan sampah masyarakat tersebut. Apa lagi penghadangan dari orang-orang itu sekarang bisa diartikan pula sebagai pembelaan terhadap pemuda itu serta memberi kesempatan kepadanya untuk melarikan diri. Ya, kesalahan paham yang terjadi didunia ini kadangkala memang terbentuk karena suatu keadaan yang kebetulan. Chin Siau amat membenci Suma Thian yu, maka hawa amarahnya segera dilampiaskan pada kawanan manusia tersebut.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tanpa sangsi lagi pedangnya segera diputar, secepat angin puyuh dan secepat kilat menyerang hweesio tersebut. Sebenarnya kepandaian silat yang dimiliki pendeta itu cukup tangguh, namun serangan yang dilancarkan lawan kelewat cepat, tidak sempat lagi baginya untuk menghindarkan diri, tahu-tahu batok kepalanya sudah berpisah dengan badan. Berhasil dengan serangannya, Chin Siau me nyerang lebih jauh seperti banteng terluka, pedangnya menari kian kemari seperti naga sakti yang sedang bermain d udara, dimana cahaya perak berkelebat lewat, jeritan ngeri yang menyayat hati segera berkumandang susul menyusul. Setelah Chin Siau berhasil membinasakan beberapa orang jagoan tersebut, rekan-rekan lainnya dari komplotan itu mulai jeri, serentak mereka mundur kebelakang dan berusaha untuk menyelamatkan diri. Setelah belasan orang itu sudah kabur semua, Chin Siau baru berlalu dari sana, tapi tatkala dia sudah keluar dari kuil Hut hong si, bayangan tubuh dari Suma Thian yu sudah tak tampak lagi. Untuk beberapa saat lamanya dia berdiri termenung, kemudian sumpahnya dihati. "Biarpun kau akan kabur ke ujung langit, aku Chin Siau bersumpah akan mengejarmu sampai dapat!" Pertarungan dipanggung Lui tay yang diselenggarakan di kota Hok Seng tin setahun se kalipun berakhir dalam suasana yang tidak gembira, pihak Hok seng tin di barak sebelah timur untuk kesekian kalinya menderita kembali kekalahan secara mengenaskan. 000o000 000o000 MUSIM GUGUR sudah berlangsung, angin puyuh yang amat kencang berhembus di daratan tinggi Tibet. Kuil Buddha disebelah timur laut kota Lhasa berada dalam keadaan tertutup rapi, dinding pekarangan setinggi beberapa

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kaki dikelilingi pepohonan cemara yang lebat, semuanya seolah-olah gemetar karena kedinginan. Waktu itu senja sudah menjelang tiba, matahari senja yang memancarkan sinar kemerah-merahan sudah mulai menyembunyikan diri di balik daratan tinggi Tibet. Kegelapan malam yang seram mulai menyelimuti angkasa, angin pvyuh yang berhembus menderu-deru menggoncangkan pohoncemara raksasa dan menggugurkan dedaunan yang mulai layu. Kesemuanya itu mendatangkan suasana seram dan ngeri disekitar kuil Budhala si. Tiga kali dentingan genta bergema membelah kegelapan yang hening.... Tampaknya para pendeta yang berdiam diri dalam kuil tersebut sedang bersembahyang malam. Dalam keadaan seperti inilah, dari sudut ruangan sana muncul seseorang yang berjalan mendekati pintu kuil dengan langkah amat lambat. Ketika mencapai tiga langkah lagi dari depan pintu kuil, mendadak orang itu roboh terjengkang keatas tanah. Ketika dialamati lebih seksama, maka dapat diketahui bahwa dia adalah seorang pemuda yang menyoren sebilah pedang dipunggungnya dia baru berusia delapan sembilan belas tahunan. Sungguh aneh, mengapa diwilayah Tibet yang terpencil bisa muncul seorang pemuda semacam ini? Kemunculanuya sendiri sudah menarik perhatian orang, apalagi muncul didepan kuil Buddhala si, hal ini lebih mengherankan lagi. Dengan menggunakan sepenuh tenaga yang dimilikinya pemuda itu merangkak ke depan pintu kuil, lalu dengan kepalanya yang lemas tak bertenaga dia mengetuk pintu kuil beberapa kali, lalu ia roboh ke tanah dan tidak berkutik lagi. Daun kering berguguran dari tengah udara dan menutupi tubuh pemuda tersebut, tidak selang berapa saat kemudian seluruh badan pemuda itu sudah tertutup oleh daun kering.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendadak dari tempat kejauhan sana terdengar suara langkah kaki manusia yang berjalan mendekat, lalu tak selang berapa saat kemudian didepan pintu kuil telah muncul rombongan peronda. Sebagai pemimpin dari rombongan itu adalah seorang pendeta berjubah putih yang berusia empat puluh tahunan. Tatkala ia menjumpai seseorang terkapar d depan pintu kuil tertutup daun kering, dia menjerit kaget dan buru-buru membangunkan pemuda tersebut. Tampak paras muka pemuda itu pucat pias, napasnya amat lirih dan keadaannya sangat lemah. Buru-buru ia memanggil para anak buahnya untuk menolong pemuda itu sambil membukakan pintu. Mendadak salah seorang diantara pendeta itu berkata kepada pemimpinnya: "Toan suheng, asal usul orang ini tidak jelas, kita jangan sembarangan membawanya masuk, kalau sampai hongtiang menegur nanti bagaimana jadinya?" Dengan wajah serius pendeta itu menjawab: "Menolong selembar nyawa sama artinya dengan berbuat kebajikan tujuh puluh kali, apalagi kita sebagai murid Buddha mengutamakan welas asih, entah siapapun orangnya yang penting kita mesti selamatkan dulu nyawanya" Selesai berkata ia membuka pintu dan memerintahkan agar pemuda tersebut di gotong masuk. Pendeta itu bernama It hok taysu, dia adalah murid angkatan ketiga dari kuil Buddhala si, sebagai seorang pendeta senior, hatinya bajik dan penuh perasaan welas asih, dia pun cukup memahami perasaan setiap orang yang dihadapinya, maka ia cukup di segani orang. It hok taysu langsung membawa pemuda itu menuju ke ruang tamu kemudian setelah menutup pintu ia beranjak menuju ke ruangan hongtiang..... Tak lama sstelah kepergian It hok taysu, mendadak pemuda itu melompat bangun dan berguman sambil tertawa rendah:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Salah siapa kalau bertindak kurang hati-hati? Kali ini kalian akan terkena perangkapku, Suma Thian yu" Dengan cepat dia menyelinap kedepan pintu dan menengok kekiri kanan, tatkala ada orang mendekati ruangan itu buruburu dia kembali keruang dalam dan berlagak setengah mati. Rupanya sejak meninggalkan kota Hok seng tin, siang malam Suma Thian yu menempuh perjalanan tiada hentinya, sehingga tiga hari berselang ia sudah tiba dikota Lhasa. Sesampainya dikota tersebut setiap malam ia pasti melakukan pengintaian disekitar kuil Buddhala si, namun oleh sebab penjagaan disekitar tempat itu sangat ketat ibaratnya sarang naga dan harimau, terpaksa ia mesti menahan diri berulang kali. Dasar memang cerdas, akhirnya dia berhasil menemukan siasat untuk berlagak seolah-olah setengah mati, ternyata siasat ini termakan dan dia berhasil memasuki kuil tersebut. Begitulah, baru saja Suma Thian yu membaringkan diri, It hok taysu sudah berdiri di depan pintu. Pendeta itu segera berjalan menghampiri Suma Thian yu. mengguruti sebentar seluruh badannya dan memeriksa dengusan napasnya, setelah itu dia baru membangunkan anak muda tersebut. Pelan-pelan Suma Thian yu membuka matanya dan memandang sekejap ke arah It hok taysu dengan pandangan terkejut, kemudian serunya tertahan: "Aaah, mengapa aku bisa berada disini?" It hok taysu tertawa ramah. Pinceng justu ingin bertanya kepada sicu, siapakah namamu dan ada urusan apa datang kemari?" Suma Thian yu pura-pura mengawasi It hok taysu beberapa saat lamanya, lalu agak sangsi dia berkata: "Tolong tanya toa suhu, kuil manakah ini?" "Buddhala si!" Wajah Suma Thian yu segera berseri, serunya kegirangan:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Terima kasih langit, terima kasih bumi, akhirnya aku sampai juga ditempat tujuan!" Seraya berkata ia bangkit dari pembaringan dan siap turun. Buru-buru It hok taysu membimbingnya bangun seraya berkata: "Sicu, kau belum sembuh dari sakitmu, lebih baik jangan sembarangan bergerak, bila ada persoalan, dibicarakan dengan berbaring pun tak mengapa " Suma Thian yu segera makan siasat tersebut dengan begitu saja, dengan duduk ditepi pembaringan ia berkata: "Toa suhu aku tidak mengapa, terima kasih atas kebaikan hatimu yang bersedia menolong ku, bila suatu waktu ada kesempatan, budi kebaikanmu ini pasti akan ku balas" It hok taysu tersenyum. Sicu tak usah sungkan-sungkan, sudah menjadi kewajiban seorang pendeta untuk menolong sesama manusia! apalagi pertolongan ini tak seberapa, kau tak usah memikirkannya dihati. Cuma sincu belum menjawab pertanyaan tadi" "Oohh, aku she Tan bernama Thian yu, berasal dari wilayah Shoa say" It hok taysu menggut-mangut. "Jika kudengar dari nada pembicaraanmu serta keadaanmu yang mengenaskan, agaknya ada sesuatu hal yang mengganjal dihatimu, bolehkah aku mengetahuinya?" Suma Thian yu segera menghela napas panjang, dengan wajah memelas dia berkata: "Aku dicelakai orang, seluruh anggota keluargaku dibunuh orang dan tak bisa hidup aman didaratan Tionggoan, oleh sebab itu terpaksa aku mesti kabur kemari dengan harapan hong-tiong suka menerimaku ditempat ini. Sewaktu datang tadi, bahkan aku dihadang dan dikejar-kejar musuh, harap taysu sudi melindungi aku" Sambil berkata dia bersiap sedia untuk menjatuhkan diri berlutut...

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

It hok taysu segera membimbingnya bangun dan mencegah dia berlutut, ujarnya sambil menggelengkan kepalanya berulang kali. "Sicu tak boleh berbuat demikian, bila pinceng telah berjumpa dengan hongtiang nanti, pasti akan kuusahakan agar keinginanmu terkabul!" Sembari berkata dia mengeluarkan sebuah botol Kecil dan menuang tiga butir pil hitam yang segera diberikan kepada Suma Thian yu, katanya: Sekarang, harap sicu menelan ketiga butir ini lebih dulu, beristirahatlah semalam, nanti pinceng akan mengajakmu untuk bersua dengan hongtiang" Sepeninggal It hok taysu, Suma Thian yu mulai merasa tidak tenteram, perasaannya saling bertentangan dan menderita sekali. Penampilan dari It hok taysu amat ramah dan bijaksana, selain ramah orangnya pun saleh, padahal dia datang dengan membawa maksud tertentu, tindakan tersebut dirasakan olehnya sebagai tindakan yang rendah dan memalukan. Tapi cong liong lo sinjin telah berpesan wanti-wanti bahwa perjalanannya kali ini akan berpengaruh terhadap keamanan dalam dunia persilttan dimasa mendatang. Akhrnya setelah termenung beberapa saat lagi, dia menelan ke tiga butir pil itu lalu duduk bersila sambil mengatur pernapasan. Entah berapa lama sudah lewat, dari luar sana terdengar dua kali kentongan, menyusul kemudian suasana dicekam oleh keheningan yang luar biasa. Suma Thian yu kembali berpikir: "Mungkin saat ini para pendeta sudah naik ke pembaringan untuk beristirahat, inilah saat yang terbaik bagiku untuk segera bertindak..." Buru-buru dia bangun dari pembaringannya dan siap untuk kebawah.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendadak terlihat olehnya ada sesosok bayangan marusia berkelebat lewat didepan jendelanya kemudian lenyap dari pandangan. Suma Thian yu sangat terkejut, sebenarnya dia ingin menyembunyikan diri ke belakang pembaringan, tapi ia berpikir kembali, tindakkan semacam itu malah justru gampang menimbulkan kecurigaan orang.... Akhirnya dia mengambil keputusan untuk membuka pintu dan berjalan keluar. Betul juga, dibelakang pohon sana berdiri seorang pendeta yang sedang mengawasi gerak-geriknya dengan seksama. "Ooooh, sungguh berbahaya..!" pekik Suma Thian yu dalam hati, "seandainya aku bertindak gegabah tadi, sudah pasti semua rahasia penyaruan ku akan terbongkar" Berpikir demikian, dia sengaja berjalan menuju ke tempat persembunyian pendeta itu, lalu dengan wajah ramah tanyanya: "Taysu, bolehkah aku tahu dimana letak kakus?" Mula-mula pendeta itu agak tertegun ketika menyaksikan suma Thian yu berjalan mendekatinya, ia baru merasa lega setelah mendengar pertanyaan itu. Di sana...!" sahutnya agak tersipu-sipu. Selesai menjawab dia pun berlalu dari situ, mungkin merasa rikuh karena perbuatannya mengawasi gerak-gerik orang tertangkap. SUma Thian yu melangkah ke arah kakus, melihat pendeta itu sudah pergi, diam-diam ia merasa gelisah sekali, kembali pikirnya: "Mungkin sulit bagiku untuk berhasil pada malam ini, aai, mengapa aku mesti berdiam terus disini? Seandainya rahasiaku ketahuan, mungkin akan sulit sekali bagiku untuk pergi meninggalkan tempat ini." Pikir punya pikir akhirnya dia mengambil keputusen, entah apapun yang terjadi, malam ini dia harus menemukan pagoda tempat penyimpanan kitab.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Masalahnya sekarang tinggal bagaimana caranya memanfaatkan kesampatan yang ada dengan sebaik-baiknya, sehingga perjalanan kali ini tidak pulang dengan tangan kosong. Berpikir demikian, ia menjadi nekad untuk mempertaruhkan jiwanya. Dari kakus ia tidak kembali kekamarnya melainkan secara diam-diam menguntil di belakang hweesio tersebut. Untung sekali ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya sangat sempurna, sehingga gerak-geriknya sama sekali tidak menimbulkan sedikit suara pun. Pendeta itupun sama sekali tidak merasa kalau dirinya sedang dikintil, ia masih melanjutkan perjalanannya dengan tenang. Dengan sepasang matanya yang tajam, Suma Thian yu mencoba mengawasi sekejap sekeliling tempat itu, kemudian setelah yakin kalau disekitar sana tak ada orang, dia melompat ke belakang pendeta itu dan segera menotok jalan darah bisunya. Kemudian dia menyerat hwesio itu menuju ke kamarnya dan dibaringkan diatas pembaringan lalu setelah membebaskan jalan darah bisunya dan menekan lehernya, ia bertanya: "Beritahu kepadaku, dimanakah tempat penyimpanan kitab!" Pendeta itu sama sekali tidak nampak gugup atau cemas, malah dengan tenangnya ia menuding ke luar jendela sambil menyahut: "Diatas pagoda sana, di bawah gardu genta, persisnya ruangan yang masih bercahaya lentera" Kemudian setelah mengawasi tubuh Suma Thian yu dengan seksama, ia berkata lagi: "Namun jangan harap kau bisa memasukinya, kalau Cap pwee lohan si dalam kuil Siau lim si termashur sebagai kuil yang paling sukar di tembusi, maka ruang penyimpan kitab dari kuil kami merupakan lembah kematian. Apa bila kau

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sudah bosan hidup, silahkan saja mencoba, cuma, janganlah menyesal setelah nasi menjadi bubur nanti." Suma Thian yu mendengus dingin, ia menotok jalan darah tidur pendeta itu, melepaskan jubahnya dan menutupi badan hweesio itu dengan kain selimut. Sedang dia sendiri segera mengenakan jubah pendeta tersebut dan beranjak pergi. Waktu itu semua cahaya lentera di dalam kuil sudah padam, tinggal setitik cahaya lemah dari ruang penyimpan kitab yang masih berkedip, memandang dari kejauhan, cahaya tersebut mirip dengan sebuah bintang. Agaknya sinar itu sengaja di dipasang untuk memancing perhatian Suma Thian yu. Dengan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki pemuda tersebut, tanpa mengalami kesulitan, ia sudah berada di depan gardu genta. Tak selang berapa saat kemudian pemuda itu sudah melejit ke udara naik ke atap gardu genta itu seperti seekor kucing, begitu mencapai puncaknya, dengan jurus Hee to kim kou (kaitan emas jungkir kebawah) sepasang kakinya segera menggaet pinggiran atap rumah dan mengintip kedalam ruang penyimpanan kitab. Dalam ruangan waktu itu hanya tampak seorang pendeta tua berbaju pendeta berwarna emas sedang duduk mengantuk di situ. Memandang berbagai macam kitab yang memenuhi ruangan itu, diam-diam Suma Thian yu tertawa geli, pikirnya: "Hwesio itu kelewat membual, masa ruangan semacam inipun di samakan dengen ruang Cap pwee lohan si dari kuil Siau Lim si, apa tak membual selangit? Bila aku Suma Thian yu tidak berhasil memperoleh kitab terebut, percuma saja aku hidup didunia ini" Berpikir demikian, diam-diam dia mengerahkan tenaga dalamnya keujung jari kemudian melepaskan sebuah sentilan dari kejauhan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pendeta tua yang selang mengantuk ini seperti kena disambar aliran listrik bertegangan tinggi, setelah tubuhnya bergetar keras, ia segera tertidur nyenyak. Suma Thian yu segera melepaskan kaitannya dan melayang masuk kedalam ruang penyimpanan kitab itu. Siapa tahu baru saja sepasang kakinya mencapai permukaan tanah, mendadak terdengar suara tertawa digin yang rendah dan berat bergema memecahkan keheningan. Dengan terkejut Suma Thian yu berpaling, tampak olehnya pendeta tua yang sudah ditotok jalan darah tidurnya tadi, kini sedang duduk disitu sambil memandang kearahnya dengan senyum dikulum. Bahkan sambil tertawa pendeta tua itu menegur: "Engkoh cilik, besar amat nyalimu, kau tadi meminjam nyali siapa sih?" Suma Thian yu merasakan hatinya terkesiap dan diam-diam menarik napas dingin, jelas kalau pendeta tua tersebut sudah ditotok jalan darah tidurnya, mengapa ia dapat membebaskan pengaruh totokan tersebut? Mungkinkah ilmu silat yang dimiliki pendeta tua itu sudah mencapai pada puncak kesempurnaan. Sementara dia masih termenung dengan perasaan kaget, terdengar pendeta tua itu membentak lagi: "Hei, kau ini tuli? Atau bisu? Mengapa tidak mendengarkan perkataan lolap?" Agak terkejut juga Suma thian yu, buru-buru dia menjawab: "Kedatangankn kemari sama sekali tidak bermaksud jahat toa suhu...." Pendeta tua berbaju kuning itu mendengus dingin, tukasnya dengan cepat: "Tidak bermaksud jahat? Menyerang orang dari belakang pun tidak termasuk perbuatan jahat?" "Aku kan cuma menotok jalan darah dari toa suhu, tak berniat untuk melukaimu...."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Haahaahahaa... berani menyelundup masuk, baik, sebagai lelaki sejati, kuanjurkan kepada mu tidak usah beralasan terus, berani berbuat beranilah bertanggung jawab, lolap sebagai seorang pendeta yang mengutamakan welas kasih boleh saja membuka sebuah jalan kehidupan kepadamu, kalau tidak, dengan mengandalkan kepandaian silatmu itu, jangan harap bisa meninggalkan kuil ini dengan leluasa!" Suma Thian yu merasa sangat tidak puas, dia berseru: "Kalau tiada kepentingan, orang tidak akan mengunjungi Sam poo tian dengan susah payah, aku berangkat dari daratan Tionggoan, dengan melewati jalan yang jauh dan kesukaran yang tak sedikit sampai kemari, bila tidak berkeyakinan bisa keluar masuk dari kuil ini dengan leluasa, mengapa aku kemari?" Ketika mendengar ucapan tersebut, pendeta tua itu segera mendongakkan kepalanya dan berpekik nyaring. Bigitu keras suara pekikan tersebut sehingga menggetarkan lubang telinga orang, dari sini dapat disimpulkan kalau tenaga dalam yang di miliki pendeta tua ini paling tidak sudah mencapai seratus dua puluh tahun hasil latihan. Dingin separuh hati Suma Thian yu setelah mendengar suara pekikan tersebut ia tahu kalau sekarang tidak turun tangan, mau menunggu sampai kapan lagi? Baru saja ingatan tersebut melintas lewat, mendadak terdengar suara gemuruh yang amat keras berkumandang memecahkan keheningan, tahu-tahu dari atas ruangan muncul sebuah terali besi yang mengurung ruangan penyimpanan kitab tersebut secara ketat. Selesai tertawa tergelak, pendeta tua itu membentak lagi penuh kegusaran: "Sicu, bila ada persoalan, debatlah besok pagi saja!" Sehabis berkata, dia mengebaskan sepasang ujung bajunya ke muka, dua gulung angin pukulan yang sangat kuat segera menyambar keatas tubuh Suma Thian yu. Serta merta Suma Thian yu menghindarkan ke belakang dan mengundurkan diri ke tepi jendela, ia tahu usahanya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

malam ini menemui kegagalan total, maka dia memutuskan untuk meninggalkan kuil tersebut lebih dulu kemudian baru mencari kesempatan lagi di masa mendatang. Berpikir demikian, ia pun mengundurkan diri dari jendela dan melompat naik keatas atap. Tapi baru saja kakinya melayang keatas atap rumah, kembali hatinya terkesiap. "Habis sudah nyawaku kali ini!" pekiknya dihati. Entah sejak kapan, ternyata seluruh kuil itu sudah bermandikan cahaya lentera, diatas atap rumah dimana ia berada sekarang, tampak beratus-ratus orang pendeta berdiri disitu dengan golok terhunus ditangan. Menyaksikan pemandangan semacam itu, Suma Thian yu sadar bahwa pertahanan musuh tangguh bagaikan dinding baja, jangan lagi manusia, burungpun sukar untuk melewati tempat tersebut. Tanpa terasa ia menghela napas panjang dan melepaskan jubah kependetaannya, lalu serunya keras keras: "Aku menyerah kalah!" Seorang lelaki yang pintar adalah seorang lelaki yang bisa mengetahui keadaan, kalau ditinjau dari situasi yang terbentang didepan mata sekarang, dapat disimpulkan kalau pihak lawan telah mempersiapkan penjagaan secara matang terperinci dan menurut perencanaan yang sempurna. Berada dalam keadaan seperti ini, seandainya dia sampai berani berbuat secara gegabah lagi, niscaya jiwanya akan turut melayang dalam ruangan tersebut. "Yaa, mengapa aku tidak memakai siasat untuk meloloskan diri dari ancaman bahaya untuk kemudian mencari kesempatan lain untuk turun tangan? demikian ia berpikir. Sementara dia masih berpikir, tampak dua orang pendeta sudah menyerobot kehadapanya, Suma Thian yu mengenali seorang diantara nya sebagai It hok taysu. Dengan wajah diliputi amarah, It hok taysu segera mendamprat begitu sampai didepan anak muda itu:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tan siahiap, pinceng sudah tahu kalau kau adalah seorang mata-mata, besar amat nyalimu, mengapa tidak kau tanyakan dulu kepada orang lain kuil Buddha ini adalah tempat apa! Kau betul-betul tidak tahu diri, ketahuilah kau sudah menelan tiga butir pil yang merupakan obat pemabuk berkadar paling tinggi, apabila kau mengerahkan hawa murnimu maka daya kerja obat tersebut akan menyebar ke seluruh badan yang berakibat kau akan tertidur pulas. Hamm... sekarang kau sudah mengerti bukan kuil Budhala si adalah tempat yang rawan bagi manusia sebangsa kau!" Suma Thian yu merasakan badannya sangat menderita setelah mendegar perkataan dari pendeta itu, hingga kini dia baru menyadari kalau pengalamannya kelewat rendah, tapi harus bersukur karena tidak memberikan perlawanan dengan kekerasan, kalau tidak entah bagaimana akibatnya. Dengan suara dingin ia lantas berkata: "Oooh, tampanya toa suhu cuma seorang manusia yang berlagak sok alim dan mulia, kalau begitu aku telah salah menduga orang baik..." It hok taysu segera tertawa terbahak-bahak. "Haahaahaahaa... gunakanlah cara yang sama untuk menghadapi orang yang sama, ini menurut nasehat para ulama dulu. Kau berniat jahat dengan mengincar kitab pusaka milik kami, haruskah kami melayanimu dengan segala hormat?" Bantahan ini kontan saja membungkamkan Suma Thian yu sehingga tak mampu berkata-kata lagi, ia mengakui kesalahan memang berada dipihaknya, orang lain berbuat demikinu pun demi kepentingan sendiri, jadi tak dapat sembarangan menuduh sebagai berniat tak baik kepada dirinya. Berpikir demikian, diam-diam ia menggertak gigi dan memejamkan matanya tanpa berkutik lagi. It hok taysu berjalan ke sisi Suma Thian yu sambil menggenggam lengan pemuda itu, katanya: "Setiap keputusan hanya ditentukan oleh Hongtiang, sedangkan pinceng tak mampu mengambil keputusan,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terpaksa Tan siauhiap harus menemani pinceng untuk menghadap Hongtiang. Turutilah perkataan pinceng, tak usah memberikan perlawanan, karena berbuat demikian cuma akan menggali kuburan bagi diri sendiri" Suma Thian yu yang menyaksikan situasinya sangat tidak menguntungkan bagi dirinya, tentu saja tidak akan melakukan perlawanan, bahkan boleh dibilang ingin melawanpun tak ada gunanya, terpaksa dia mengikuti It hok taysu melayang turun keatas permukaan tanah lalu masuk ke ruangan hongtiang. Dibelakang mereka berdua mengikuti pula serombongan pendeta yang berjubah kuning, merah, abu-abu dan putih, semuanya memasuki ruangan Hongtiang dengan wajah serius. Begitu masuk ke ruangan hongtiang, Suma Thian yu segera menyaksikan seorang pendeta tua berjubah cerah, beralis putih dan berwajah keren bercahaya duduk ditengah ruangan. Pendeta tua ini tidak lain adalah ketua kuil Buddhala si di Tibet yang disebut orang Keng sim taysu. Suma Thian yu masuk kedalam ruangan di iringi para pendeta, tampak kawanan padri ini segera menyebarkan diri dan mengurung sekeliling ruangan rapat-rapat, kini cuma Suma Thian yu seorang yang berdiri tegak ditengah ruangan. Setelah semua pendeta itu duduk, Keng sim taysu segera merangkap tangannya didepan dada sambil memuji keagungan Buddha, pujian ini disambut pula oleh para pendeta lainnya dengan hal yang sama. Kacau balau tak karuan perasaan Suma Thian yu setelah menyaksikan kejadian ini, dia merasa seperti seorang murid yang mendapat hukuman, atau seorang tertuduh yang sedang menantikan keputusan pengadilan, hatinya murung, sedih dan menderita dan tak terlukiskan lagi dengan kata-kata. Agaknya mereka hendak menunggu sampai datangnya sang fajar sebelum memulai dengan pemeriksaan, Coba bayangkan saja waktu yang begitu panjang dan lama harus dilewati dengan perasaan apa..... Mendadak dari depan pintu berjalan masuk seorang pendeta tua berjubah kuning, sewaktu Suma Tnian yu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berpaling, ternyata pendeta itu tak lain adalah pendeta tua yang ditemui dalam ruang penyimpanan kitab tadi... Tampak pendeta itu berjalan menuju kehadapan Keng sim taysu, kemudian lapornya: "Omintohud, lapor hongtiang, sukhong telah mendusin, ia sama sekali tidak cedera kecuali jalan darah tidurnya yang tertotok" Keng sim taysu menggerakkan matanya yang lembut dan menggangguk tersenyum. "Keng ken taysu, kau boleh mundur dulu!" Pelan-pelan dia mengalihkan sorot matanya kewajah Suma Thian yu, setelah mengawasinya beberapa saat, dengan nada serius dia mulai menegur: "Sicu, sesungguhnya apa maksudmu memasuki kuil kami? Kalau dilihat dari gerak-gerikmu, nampaknya bukan kemari untuk menuntut balas, lalu apa maksud tujuanmu? Lolap tidak habis mengerti dengan perbuatan mu ini, atau mungkin kau berniat mencuri kitab pusaka dari kuli kami?" "Betul!" jawab Suma thian yu, "terus terang saja, aku memang kemari untuk mencuri kitab pusaka" Begitu pengakuan tersebut diberikan, semua pendeta yang berada dalam ruangan itu sama-sama menjadi terperanjat, semenjak kuil buddhala si di dirikan, belum pernah ada orang yang memiliki nyali sebesar ini untuk datang mencuri kitab, bahkan berani mengakui maksud tujuannya secara berterus terang. Mencorong sinar tajam dari balik mata Keng sim taysu setelah mendengar perkataan itu, ditatapnya Suma thian yu sekejap, kemudian bertanya lagi: "Kejujuran sicu benar-benar patut dihargai, kau berani datang kemari untuk mencuri kitab pusaka, tentu ada yang kau andalkan bukan? Siapakah gurumu?" Suma Thian yu mendongakkan kepalanya balas menatap wajah Keng sim taysu, walaupun empat mata saling bertemu, namun pemuda tersebut sama sekali tidak terpengaruh oleh kewibawaan dan kekerenan pendeta tua itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Keberanian serta kegagahan semacam ini, mau tak mau membuat Keng sim taysu merasa kagum sekali. Pelan-pelan Suma Thian yu menjawab: "Guruku adalah Put gho cu!" "Put gho cu? Ehmm...sebuah nama yang sangat kukenal!" keng sim taysu manggut-manggut, "namun lolap sudah tak bisa menginggat kembali siapakah dia, apakah sicu datang mencuri kitab atas perintah dari gurumu?" "Tidak! Guruku sudah lama tidak mencampuri urusan keduniawian lagi, aku datang kemari sebenarnya atas perintah dari Cong liong lo sian jin!" Begitu mendengar nama "Cong liong lo sian jin", paras muka Keng sim taysu berubah hebat, hatinya terasa bergetar keras, dengan cepat ia bertanya: "Dia orang tua masih hidup didunia ini? Kau tidak membohongi lolap...?" "Tidak, aku tak pernah berbohong!" Lama sekali Keng sim taysu mengamati wajah pemuda itu tanpa berkedip, kemudian ia baru berkata: "Cong liong locianpwee memang mempunyai hubungan yang cukup akrab dengan kuil kami, mengapa dia tak datang sendiri kemarih melainkan mengutusmu untuk melakukan pencurian? Aku rasa hal ini tak mungkin terjadi. Petugas, tangkap pencuri kecil yang berbohong ini. Baru selesai Keng sim taysu berkata, tiga orang pendeta tua berjubah kuning telah menggurung Suma Thian yu dalam posisi segitiga. "Tunggu dulu!" bentak Suma Thian yu setelah menyaksikan kejadian ini, "kalian tak boleh memfitnah orang semaunya sendiri tanpa membedakan mana yang benar dan mana yang salah!" Keng seng taysu beserta dua orang pendeta tua berjubah kuning lainnya merupakan tiga orang pelindung kuil Buddhala si, bersama Keng sim taysu terhitung saudara seperguruan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kalau berbicara soal urutannya, maka setelah Keng seng taysu adalah Keng khong tayu dan paling akhir adalah Keng ken taysu. Terdengar Keng seng taysu membentak dengan suara sedingin salju: "Siau sicu asal kau mampu untuk menembusi barisan dari kami bertiga maka apapun yang kau inginkan akan segera kau peroleh, kalau tidak, disinilah tempat tinggalmu yang terakhir!" Suma thian yu segera berpekik nyaring: "Baik aku akan menuruti perintah!" Seraya berkata, telapak tangannya segera diayunkaa kedepan, diam-diam dia sertakan pula empat bagian tenaga pukulan Hai po sian hong cian kearah Keng ken taysu. Angin pukulan yang menderu segera berputar seperti angin berpusing yang menyapu jagad, dengan membawa tenaga angin tajam langsung menerjang tubuh Keng ken taysu. Mungkin Sama Thian yu menganggap usia Keng ken taysu paling muda, maka dialah yang paling gampang dihadapi. Bagi Keng ken taysu, tindakkan tersebut boleh dibilang merupakan suatu penghinaan, tidak jauh-jauh, cukup pukulan yang dilancarkan ke arahnya saja paling tidak menandakan bahwa musuh menganggapnya sebagai pihak yang terlemah. Tampak Keng ken taysu tertawa nyaring, telapak tangannya diayunkan pula kedepan melepaskan sebuah pukulan untuk menyongsong datangnya serangan lawan. Menyusul kemudian, tubuhnya ikut menerjangke depan sambil melancarkan sebuah pukulan lagi, kali ini dia menghantam ke ubun-ubun pemuda tersebut. Tujuan Suma Thian yu menang untuk memancing musuh, dia yakin dengan ilmu langkah Ghok liong loan poh cap lak poh nya Siau yau kay, ia masih sanggup untuk menghindari serangan ke tiga orang tersebut. Maka gerakan tubuhnya segera berubah, kali ini dia menyelinap ke sisi Keng khong taysu lalu membacok tubuhnya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan jurus Ha hou ciang liong (mengandalkan harimau menaklukan naga). Keng khong taysu tertawa nyaring, ia tidak menghindar atau pun berkelit, sepasang telapak tangannya dipergunakan berbareng satu dari atas yang lain dari bawah serentak diayunkan kemuka melepaskan dua gulung angin pukulan yang sangat keras. Dengan cepat suma Thian yu melayang kembali ke hadapan Keng ken taysu, telapak tangan kirinya melepaskan sebuah pukulan udara kosong, kemudian sambil membalikkan badan ia melancarkan serangan kembali kearah keng ken taysu dengan jurus Tiau hou ji san (memancing harimau meninggalkan bukit). Siasat suara ditimur menghantam kebarat ini segera mendatangkan hasil yang diharapkan. Tiba-tiba Keng seng taysu tertegun, kemudian sambil miringkan badan, sepasang telapak tangannya dipakai bersama untuk melancar-kan serangan balasan. Begitulah, Suma Thian yu seorang diri harus bertarung melawan tiga orang sekaligus, disamping mempergunakan ilmu langkahnya yang sakti, dia pun menandingi serangan musuh dengan jurus-jurus yang tersembunyi. Dalam waktu singkat, dua puluh gebrakan sudah lewat, namun kedua belah pihak masing-masing tetap bertarung seimbang. Keng sim taysu yang mengikuti jalannya pertandingan itu, diam-diam hatinya merasa terperanjat, terutama sekali setelah menyaksi-kan sang pemuda lemah yang bertarung melawan ketiga orang pelindung hukumnya, ternyata makin bertarung semakin gagah dan perkasa. Mendadak terdengar suara Keng seng teysu berpekik nyaring, sepasang lengannya diputar membentuk gerakan melingkar ditengah udara kemudian secepat burung yang terbang diudara menyerang ke arah Suma Thian yu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sicu, hebat amat kepadaianmu, terpaksa lolap mesti memper-gunakan ilmu silat yang lebih hebat" serunya keraskeras. Benar juga, angin pukulan yang dilancarkan kali ini benarbenar disertai tenaga serangan yang menggidikkan hati. Suma Thian yu segera mengambil keputusan pula dihati, dengan mengerahkan ilmu Hwee po sian hong ciang ajaran Cong liong lo sian jin, dia sambut datangnya serangan lawan. "Blaaammm... blaaammmm... Ledakan keras yang menggetarkan seluruh ruangan bergema memecah keheningan, seluruh tiang dalam ruangan hongtiang itu bergoncang keras, atap beterbangan dan angin puyuh yang maha dashyat langsung menggulung ke tubuh tiga orang pendeta tersebut. Mendadak terdengar Keng sim taysu membentak keras: "Cepat kabur!! Hui po sian hong ciang tak boleh dilawan dengan kekerasan!" Begitu ucapan tersebut diutarakan, tampak tiga sosok bayangan manusia meluncur keudara. Serentak semua pendeta yang berada didalam ruangan itu kabur keluar ruangan untuk menghindarkan diri. Suatu ledakan keras yang memekikkan telinga segera bergema memecahkan keheningan, sebagian dinding ruangang Hongtiang tersebut jebol sehingga muncul sebuah lubang besar, angin puyuh itu hilang lenyap setelah berada diluar ruangan. Serangan yang dilancarkan Suma Thian yu kali ini telah pergunakan tenaga dalam hasil latihannya selama sepuluh tahun, dia baru berbuat demikian karena merasa jiwanya terancam. Namun setelah serangan di lepaskan, mendadak ia merasa penat sekali, semangatnya bertambah merosot, kakinya menjadi lemas dan setelah sempoyongan akhirnya roboh terungkal ketanah. ooo0ooo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

SEBAGAIMANA di ketahui, dia sudah dicekoki tiga butir pil oleh It hok taysu yang ternyata adalah obat pemabuk, oleh sebab dia harus mengerahkan tenaga dalamnya, maka sebagai akibatnya daya kerja obat itu menyebar keseluruh tubuhnya yang menyebabkan dia roboh tak sadarkan diri. Entah berapa jam kemudian, ketika dia membuka matanya kembali, ternyata ia menemukan dirinya sudah berbaring didalam kamar tidurnya semula. Sedangkan disamping pembaringannya berdiri It hok taysu beserta dua orang pendeta setergah umur yang mengenakan jubah berwarna putih.... Melihat pemuda itu mendusin, It hok taysu dengan senyuman dikulum segera berkata: "Sicu, apakah kau sudah merasa agak enakan dengan kesehatan tubuhmu?" "Terima kasih banyak atas perhatian mu, aku sudah sembuh dan tidak kekurangan sesuatu apa pun" "Hongtiang senantiasa menantikan kedatangan sicu" ucap It hok taysu lagi sambil tertawa. Suma Thian yu segera berpaling kejendela seraya berseru: "Hei, jam berapa sekarang? Apakah Hongtiang belum beristirahat?" It hok taysu segera tertawa terbahak-bahak. "Haaahaahaaaa...... beberapa saat lagi fajar akan menyingsing, sicu sudah tidur seharian penuh, justru karena Hongtiang menguatirkan keselamatanmu, ia belum beristirahat sampai sekarang!" Cepat Suma thian yu melompat bangun dan membereskan bajunya, lalu bersama It hok taysu menuju ruangan Hongtiang. Kali ini dalam ruangan hanya hadir empat orang pendeta tua, selain Keng sim taysu cuma tiga orang penting lainnya yang hadir...

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan perasaan berat dan masgul, Suma Thian yu berjalan menuju kehadapan Keng sim taysu, lalu dengan wajah serius berkata: "Taysu, harap kau suka memaafkan kecerobohanku!" "Sicu memang benar-benar murid Cong liong locianpwee" ucap Keng sim taysu dengan senyum dikulum, "semalam aku memang sengaja menitahkan ketiga orang sesepuh ini untuk membuktikan kebenaran tersebut!" Suma Thian yu baru memahami duduknya persoalan setelah mendengar perkataan itu, yaa, bagaimanapun juga semakin tua jahe akan terasa semakin pedas. Maka dengan sikap yang menghormat dia menjawab: "Aku tidak berniat berbohong, sesungguhnya aku kemari karena masalahnya menyangkut suatu musibah besar yang akan terjadi tak lama kemudian, dan musibah tersebut sangat ber pengaruh terhadap kehidupan umat persilatan pada umumnya. Oleh sebab keadaan yang makkn mendesak, terpaksa aka mesti menempuh cara yang berbahaya ini. Padahal aku tidak berniat merampok atau mencuri, maksudku hanya ingin menyelidiki nasib dari sejilid kitab pusaka" "Sebetulnya nasib kitab pusaka apa yang sedang sicu selidiki?" tanya Keng sim taysu sambil tersenyum. "Kitab pusaka Kun tun kan kun huan siu cin keng!" Ucapan itu segera mengundang seruan kaget dari Keng sim taysu beserta ketiga orang pelindung hukumnya. "Kitab pusaka Kun tun kan kun huan siu cin keng?" Keng sim taysu mengulang, "jadi sicu kemari karena kitab tersebut?" "Betul" Keng sim menghela napas. "Aaai, sia-sia saja sicu menempuh perjalanan jauh dengan susah payah kemari, sebab kitab pusaka yang dibuat oleh toa supek ku Ku hay sinsu sebetulnya tidak disimpan dalam kuil kami!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sungguh tidak keliru perkataan Toa suhu?" Suma Thian yu bertanya kaget, semangatnya yang semula berkobar-kobar seketika menjadi lenyap seperti terguyur air sebaskom. "Kitab pusaka itu sudah berada didaratan Tionggoan, mengapa sicu tidak mencarinya di daratan Tionggoan saja? Datang kemari cuma membuang waktu saja dengan percuma" Segera timbul kecurigaan dihati Suma Thian yu setelah mendengar perkataan itu, agak tercengang ia balik bertanya: "Toa suhu, kalau toh kitab pusaka itu sudah beredar di daratan Tianggoan, mengapa toa suhu tidak mengirim orang untuk mencarinya kembali?" Keng sim taysu menghela napas panjang, katanya berterus terang: "Lebih baik jangan ditanya lagi, pulang saja ke Tionggoan, lolap beserta segenap pendeta dari kuil ini memberi jaminan dengan kehormatan kami bahwa kitab tersebut sudah tidak berada dalam kuil kami lagi, soal lain maaf tak dapat kukatakan" "Toa suhu, tahukah kau kalau kitab tersebut terbagi menjadi dua bagian, satu yang asli dan satu lagi yang palsu?" desak Suma thian yu lebih lanjut. "Tidak, kitab pusaka itu cuma sejilid saja" "Sejilid? bukan selembar?" Dengan wajah serius dan bersungguh-sungguh, keng sim taysu segera berkata: "Apakah sicu curiga kalau lolap sedang berbohong?" "Ooohh, tidak....tidak...! Aku tak berani menuduh demikian, sebab kitab itu sebetulnya sudah kudapatkan, kemudian lantaran karena kitab itu palsu, maka kuserahkan kepada Sam yap koay mo, adapun kedatanganku kemari tidak lain adalah untuk membuktikan kebenaran dari kitab tersebut!" Keng sim taysu segera menanyakan lebih jauh tentang keadaan yang sebenarnya. Dengan berterus terang, Suma thian yu menceritakan semua pengalaman yang dialaminya mengenai kitab pusaka tersebut kepada Keng sim taysu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba Keng sim taysu berteriak keras: "Aaaah, kalau begitu sicu tertipu! Kitab tersebut sebetulnya kitab yang asli!" "Dari mana kau bisa tahu?" agak tegang Suma Thian yu bertanya. Keng sim taysu berpaling dan serunya kepada Keng Khong taysu: "Keng Khong sute, ambil kemari botol air Biau heng sui!" Setelah Keng Khong taysu berlalu untuk melaksanakan perintah, Keng sim taysu baru berpaling ke arah Suma Thian yu, dia berkata lebih jauh: "Lembar kertas kulit itu halus dan licin, sedemikian licinnya sehingga tak bisa ditulis dengan tinta bak, tapi dengan pisau kecil, tulisan dapat diukir diatas lembaran kertas tadi, lalu pada lapisan depannya diberi selembar kertas putih yang diberi tulisan yang kacau dan dilapisi pula dengan lilin. "Justru karena kekacauan-nya itu orang tidak akan melihat sebuah tulisan pun disana, tapi jika lilinnya dibuang maka akan terbacalah huruf-hurufnya. Mungkin karena hal itu Wu san siang gi siu mengira kitab itu palsu, padahal kitab tersebut adalah kitab yang asli!" Bagaikan disambar guntur disiang hari bolong, Suma Thian yu meraskan hatinya hilang separuh dan hampir saja jatuh semaput, serunya tak tahan: "Oooh, bagaimana baiknya ini? Thian, aku telah mencelakai orang banyak...." Tanpa terasa titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya, sedang tubuhnya gontai tak menentu, nampaknya pemuda tersebut mendapat pukulan batin yang sangat berat. Keng seng taysu menjadi sangat terperpanjat setelah menyaksikan kejadian ini, sambil membimbingnya ia terseru: Jilid : 24 "SICU tak perlu kuatir, sebab segala sesuatu yang terjadi di dunia ini sudah diatur oleh takdir, sejak dulu barang mestika

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hanya akan diperoleh bagi mereka yang berjodoh, sekalipun Sam yap koai mo berhasil memperoleh kitab pusaka tersebut, oleh karena dia tidak mengetahui rahasianya, maka benda tersebut sama artinya dengan benda yang tak berguna, kecuali memusnahkan-nya, tak mungkin ada cara lain yang dapat di tempuh." Suma Thian yu mengira ucapan itu hanya kata-kata menghibur dari Keng ken taysu, karenanya penderitaan serta rasa masgulnya sama sekali tidak berkurang. Keng sim taysu yang bermata jeli dapat menebak hati Suma Thian yu, namun dia tidak menegur atau menghiburnya, seakan-akan tak pernah terjadi sesuatu apapun, ia duduk tenang disamping. Tak lama kemudian Keng Khong taysu sudah muncul kembali didalam ruangan. Dengan wajah berseri Keng sim taysu segera berkata: "Sicu, kecurigaanmu kini sudah hilang, nah, Keng Khong, berikan botol air Biau heng sui tersebut kepada siauhiap" Keng khong taysu menyodorkan botol kecil itu kehadapan Suma Thian yu, kemudian katanya: "Harap kau suka menyimpannya baik-baik sebab air obat ini dapat membantumu untuk memperoleh kepandaian sakti" Seraya bertata, dia pun mengajarkan bagaimana caranya mempergunakan air tersebut. Air didalam botol kecil itu nampaknya saja biasa tapi bila dibubuhkan diatas kertas, maka kertas itu akan robek sehingga terlihat tulisan yang tertinggal didalamnya. Suma Thian yu menerima air Biau heng sui itu dengan perasaan terharu, sambil menjura dalam-dalam pada Keng sim taysu, katanya: "Terima kasih banyak toa suhu, budi kebaikan ini entah sampai kapan baru dapat terbalas" Setelah berhenti sejenak, mendadak ia seperti teringat akan sesuatu, tanyanya: "Toa suhu, bila kitab pusaka tersebut berhasil kuperoleh, apakah harus kukembalikan kemari?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Keng sim taysu tertawa terbahak-bahak. "Benda mestika hanya akan diperoleh bagi mereka yang berjodoh, lolap merasa tak punya jodoh dengan benda itu dan tak berani memikirkannya. Apalagi toa supek lolap Ku hay siansu pernah berpesan agar kami tidak terlibat dalam perebutan tersebut, karena nya sicu boleh memperoleh benda mana sebagai hadiah" Sekali lagi Suma Thian yu menjura dalam-dalam kemudian baru berpamitan. Gara-gara ulahku, kuil taysu sudah kubuat tak tenang, untuk itu mohon maaf yang sebesar-besarnya, dan budi kebaikan kalian tak pernah akan kulupakan" Diiringi It hok taysu, berangkatlah pemuda itu meninggalkan kuil Budhala si. Dengan perasaan minta maaf It hok taysu berkata secara tiba-tiba: "Tan siauhiap, apakah kau masih mendendam kepada pinceng karena sudah memabukkan dirimu?" Suma Thian yu merasa tidak enak hati sendiri karena sudah berbohong selama ini cepat-cepat ujarnya: "Lapor taysu, aku she Suma bukan she Tan, bila selama ini sengaja kurahasiakan namaku, harap taysu sudi memaafkan" Mendengar ucapan mana, It hok taysu segera tertawa terbahak-bahak. "Haa... haa... haaa... siapa yang tidak tahu dia tak bersalah, kita tak ada yang berhutang kepada siapa.... !" Suma Thian yu pun mendongakkan kepalanya sambil tertawa terbahak-bahak, sambil menggenggam tangan It hok taysu dengan terharu serunya: "Taysu kau terlalu baik, Kebesaran jiwamu membuatku terharu, Thian yu pasti akan berusaha mengambil kebaikanmu demi kesejahteraan umat persilatan" Sambil tertawa It hok taysu menggelengkan kepalanya berulang kali, sahutnya:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Suma siauhiap tak usah menempeli emas diwajah pinceng, apakah perbuatanmu ini tidak akan membuatku kehilangan muka, kemudian sambil memandang ke tempat kejauhan, dia menghela napas sedih sembari berkata lagi: "Sinar fajar sudah mulai menyingsing, pinceng harus segera melakukan sembahyang pagi, biar kuhantar siauhiap sampai di sini saja, moga-moga kau dapat menjaga diri baik-baik" "Harap taysu baik-baik pula menjaga diri" kata Suma Thian yu pula sementara air matanya bercucuran membasahi seluruh wajahnya. Cepat-cepat dia berpaling ke arah lain dan segera berangkat meninggalkan kuil Budhala si. Menanti bayangan punggung pemuda itu sudah lenyap dari pandangan mata, It hok taysu baru kembali ke kuil. Sepanjang jalan Suma Thian yu merasa hatinya girang tak terlukiskan sebab per jalanannya kali ini tidak sia-sia, selain memperoleh sebotol air Biau heng sui, dia pun banyak memperoleh penjelasan tentang kitab pusaka Kun tun kan kun huan siu cin keng. Paling tidak ia merasa berlega hati sebab kitab tersebut di tangan Sam yap koay mo hanya ibarat kertas tak berguna, bayangkan saja tanpa air biau heng yok sui, bagaimana mungkin dia dapat memperoleh isi dari kitab pusaka tersebut! Dengan membawa perasaan yang gembira dan mengayunkan langkah yang ringan ia berjalan keluar dari pintu kota Lhasa. Diluar kota Lhasa terbentang sebuah hutan yang lebat, jalan raya disitu memang diapit oleh pepohonan yang sangat lebat. Sambil bersiul dan menikmati keindahan alam, Suma Thian yu menempuh perjalanan nya dengan santai. Yaaa, saat ini perasaan Suma thian yu memang diliputi kegembiraan yang luar biasa, terutama sekali sesudah mengetahui kalau kulit kertas tersebut adalah sebuah kitab pusaka yang dicari, ia semakin gembira lagi.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menurut rencana, setibanya di daratan Tionggoan nanti, dia akan mencari sam yap koay mo serta Coa tau jin mo kemudian merebut kembali kitab pusaka itu. Jika kepandaian silat yang berada di dalam kitab pusaka itu sudah berhasil dipelajari, bukan saja dendam sakit hatinya akan terbalas, sakit hati pamannya pun akan dilunasi. manusia memang mahkluk yang aneh, sewaktu berangkat dari Tionggoan menuju ke Tibet, Suma thian yu merasa perjalanan amat jauh dan tidak sampai sampai, sebab dia merasa tidak memiliki keyakinan dengan keberhasilan perjalanannya, dia kehilangan rasa percayanya pada diri sendiri serta harapan. Berbeda sekali dalam perjalanan kembalinya dari Tibet ke tionggoan, kali ini dia membawa pengharapan yang besar, pulang dengan perasaan gembira, maka perjalanan pun terasa jauh lebih cepat. Mosha adalah nama suatu tempat terpenting yang harus dilewati bagi orang dalam perjalanan Tibet menuju ke Kimkhong. Suatu hari, sampailah Suma thian yu di kota Mosha. Sewaktu memasuki pintu kota, tiba-tiba dari arah depan sana muncul seorang pemuda. Dengan ketajaman mata yang dimiliki Suma Thian yu, dalam sekilas pandangan saja dapat mengenali pemuda tersebut sebagai Chin Siau, terkesiap hatinya, buru-buru dia membalikkan badannya dan mengurangkan niatnya masuk kedalam kota. Siapa tahu pihak lawan telah mengetahui jejaknya, baru saja Suma Thian yu membalikan badan, mendadak terdengar Chin Siau membentak keras: "Bocah keparat, jangan kabur dulu!" Suma thian yu sama sekali tidak jeri kepadanya, melainkan kuatir kalau kesalahan paham tersebut tak dapat dihilangkan sehingga mengakibatkan terjadinya pembunuhan yang tak berguna.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Apalagi dia sudah terlalu banyak menanamkan bibit permusuhan, jika dia mesti menghadapi si pendeta buta lagi, berarti dia mesti menghadapi seorang musuh yang amat tangguh. Bukan begitu saja, bahkan kesalahan paham orang persilatan terhadap dirinya akan semakin sukar dihilangkan. Oleh karena itu kecuali menyingkir rasanya tiada cara lain yang bisa dipergunakan lagi. Tanpa berpaling dia menelusuri jalan ke cil dan buru-buru menjauhi tempat tersebut. Bagaikan sepotong besi semberani saja, dengan ketat Chin Siau mengejar tiada hentinya dibelakang pemuda itu, bahkan sambil mengejar teriaknya berulang kali: "Bocah keparat! Kalau kau memang bernyali jangan kabur, saat kematianmu sudah tiba, pokoknya kau mesti membayar nyawa sekeluarga yang telah kau bunuh itu!" Suma Thian yu sama sekali tidak menggubris, malah kabur semakin cepat. Begitulah, yang satu kabur yang lain mengejar, mereka saling berkejar kejaran ba gaikan bermain petak umpat. Lambat laun ujung jalan kecil sudah sampai, dihadapan mereka terbentang sebuah hutan belukar yang sangat lebat. Suma thian yu yang berlarian dimuka kelihatan agak sangsi sejenak, namun akhirnya dia menerobos masuk ke dalam hutan dengan kecepatan tinggi. Chin Siau yang mengejar dibelakangnya pun seakan-akan sudah lupa atas pantangan untuk mengejar ke dalam hutan, tanpa berpikir panjang dia mengejar masuk. Di dalam keadaan begini, Suma Thian yu tidak memilih arah lagi, dia hanya tahu pergi secepatnya menjahui musuh. Mendadak pandangan matanya menjadi terang, didepan mereka terbentang sebuah bukit yang gundul dengan batuan karang yang tajam, bentuknya seperti kuburan sedangkan batuan yang mencuat ke sana ke mari bagaikan batu nisannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma thian yu berhenti sejenak untuk memperhatikan sekeliling tempat itu, mendadak ia jumpai batu peringatan yang terpasang disebelah kanan. Ketika diamati, maka tampak olehnya batu peringatan tersebut berbunyi demikian: "Lembah lebah beracun, pendatang harap berhenti!" Suma Thian yu tertawa terbahak-bahak, dengan cepat dia menjejakkan kakinya menerobos masuk kedalam tanah perbukitan tersebut. Chin Siau yang menyusul dari belakang serentak menghentikan langkahnya di tepi hutan sambil berteriak keras: "Hei bocah keparat! Mengapa kau lebih suka mampus diujung sengatan lebah beracun daripada mati diujung pedang aku orang she Chin?" Suma Thian yu segera menghentikan langkahnya, lalu sembari berpaling dan tertawa terbahak-bahak jengeknya: "Saudara Chin, diantara kita belum pernah terjalin permusuhan apapun, hari ini tanpa sebab tanpa musabab mengapa kau mengejar diriku terus menerus? Thian yu bukan manusia yang takut urusan, tapi aku tak ingin melakukan pembunuhan yang tak berguna, bersediakah kau untuk mendengarkan perkataanku?" "Orang she Suma, kau tak usah banyak berbicara yang bukan-bukan, jemu aku mendengarnya, bila punya keberanian, ayo keluar dari dari sana dan kita bereskan dengan pertarungan" bentak Chin Siau penuh kegusaran. Suma Thian yu segera menghela napas panjang. "Aai.....kalau toh urusan ini tak bisa diselesaikan secara baik-baik, silahkan saudara Chin masuk kemari." "Hmm, kau anggap lembah lebah beracun bisa membuat aku orang she Chin menjadi takut?" Begitu selesai berkata, dia lantas melejit ke udara dan melompat kehadapan Suma thian yu sambil meloloskan pedangnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pelan-pelan Suma Thian yu meloloskan pula pedangnya, kemudian sambil tertawa getir ia berkata. "Saudara Chin sampai hari ini apakah kau masih tetap menuduh aku sebagai musuh besar pembunuh ayahmu? Kau keliru besar, kekeliruan yang runyam, aku berani bersumpah tak pernah melakukan perbuatan yang merugikan orang banyak, bila kau ingin berduel boleh saja, andaikata aku sampai tewas diujung pedangmu nanti, aku harap kau suka menyelidiki masalah ini bagiku hingga duduknya persoalan menjadi jelas" "Inikah pesan terakhir mu?" tanya Chin Siau dengan suara sedingin salju. "Betul! Harimau mati meninggalkan kulit, manusia mati meninggalkan nama, bagi orang persilatan, nama adalah masalah yang amat penting melebihi segala-galanya. Seandainya aku adalah manusia yang benar-benar rendah seperti apa yang kau bayangkan, buat apa aku mesti merengek kepadamu?" "Sebab kau takut mati, hanya jalan merengek baru bisa membebaskan dirimu dari kematian" Chin Siau seperti binatang berdarah dingin saja, menjawab dengan ketus. "Ooh, kalau begitu kau menganggap aku takut kepadamu?" seru Suma thian yu kemudian sambil tertawa nyaring. "Kalau bukan begitu, mengapa kau harus menghindar dan memohon pengampunan dariku?" Tanpa terasa Suma thian yu mendongakkan kepalanya dan tertawa nyaring, suaranya keras memekikkan telinga sehingga seluruh angkasa mendengung keras dan menggema sampai dimana-mana. Selesai tertawa, dengan sorot mata yang memancarkan cahaya tajam, dia menatap wajah Chin Siau lekat-lekat, kemudian serunya: "Saudara Chin, silahkan kau lancarkan seranganmu, tak usah sungkan-sungkan, silahkan menyerang seluruh bagian mematikan tubuhku, dalam sepuluh gebrakan mendatang aku akan membuatmu takluk...".

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Chin Siau meraung gusar, pedangnya disodokkan datar kemuka dengan jurus jit gwat cing kong (matahari rembulan berebut cahaya), sedemikian cepatnya serangan ttersebut bagaikan serentetan cahaya tajam yang menembusi angkasa. Suma Thian yu merasakan pandangan matanya menjadi kabur, tahu-tahu dia merasa cahaya pedang lawan yang berhawa dingin sudah menyentuh pundaknya. Dalam terkesiapnya dia mengegos kesamping lalu meluncur ke arah luar arena. Kepandaian silat andalan dari Chin Siau adalah ilmu pedang Tay hap kok dan ilmu silat negeri asing, gurunya Bu bok ceng merupakan seorang jago pedang kenamaan, dia adalah pencipta ilmu pedang mata buta yang termasyur. Disaat hendak melancarkan serangannya Chin Siau selalu memejamkan matanya rapat-rapat, dia selalu mempergunakan pen dengarannya yang tajam untuk mengawasi gerak-gerik lawannya. Berbicara dari tenaga dalam yang dimilikinya sekarang, entah seekor nyamuk, entah selembar daun yang lewat disisinya, tak pernah ada yang terlepas dari pengawasan-nya. Ilmu pedang semacam ini boleh dibilang merupakan sejenis ilmu pedang yang maha dahsyat dan luar biasa. Suma Thian yu sudah terlanjur mengatakan akan menaklukan musuhnya dalam sepuluh gebrakan, dia tak berani berayal lagi, dengan mengembangkan ilmu pedang Bu beng kiam hoat ajaran Ciong liong lo sianjin, ia lancarkan beberapa serangan balasan. Cahaya tajam memancar kemana-mana, angin serangan menderu-deru, dua lapis cahaya pedang yang menyilaukan mata sebentar kedepan sebentar lagi kebelakang, sebentar kekiri sebentar lagi kekanan, hanya didalam sekejap mata saja delapan jurus serangan telah dilancarkan. Melihat tinggal dua jurus lagi, Chin Siau segera tertewa terbahak-bahak. "Haa...haaa...haaa...tinggal dua jurus lagi, bocah keparat, rupanya kaupun punya gentong nasi belaka

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu tertawa nyaring, mendadak seluruh tubuhnya melejit ketengah udara, pedangnya bergetar keras dan mengembangkan cahaya yang amat menyilaukan mata, bagaikan titiran hujan deras senjata tersebut mengurung seluruh tubuh Chin Siau. "Hanya satu jurus inipun sudah cukup untuk merenggut nyawamu...!" seru Thian yu nyaring. Betapa terkesiapnya Chin Siau setelah menyaksikan datangnya ancaman tersebut, ternyata dibalik selapis cahaya pedang terselip pula kekuatan maha dahsyat yang menekan kearahnya. Terdesak oleh keadaan, Chin Siau segera mengeluarkan jurus Ki hwee liau thian (mengangkat obor membakar langit), diam-diam segenap tenaga dalamnya disalurkan keujung pedang lalu digetarkan kearah depan. Bentrokan nyaring bergema memecahkan keheningan, menyusul kemudian terdengar jerit kesakitan. Chin Siau mundur dengan sempoyongan. Pakaian pada bahu kirinya robek besar dan muncul sebuah mulut luka sepanjang tiga inci, darah segar mengucur keluar tiada hentinya. Pada saat yang bersamaan Suma Thian yu melayang turun pula keatas tanah, katanya sambil menjura: "Terima kasih atas kebesaran jiwa Chin heng!" Mimpi pun Chin Siau tidak menyangka kalau Suma thian yu memiliki ilmu pedang yang tiada tandingannya di kolong langit, dengan kekalahannya yang begini tragis ini, maka dia merasa tak punya muka lagi untuk hidup terus disitu. Setelah tertawa sedih, dia menyimpan kembali pedangnya dan kabur kearah lembah. Menyaksikan pemuda itu bukan menuju keluar lembah, sebaliknya malahan memasuki lembah terlarang tersebut, dengan terkejut Suma Thian yu berseru: Saudara Chin, jangan masuk lebih kedalam, tempat tersebut adalah lembah lebah beracun!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sayang sekali keadaan sudah terlambat, karena Chin Siau sudah tidak nampak lagi bayangan tubuhnya. Suma Thian yu tak berani berayal, cepat dia menjejakkan kakinya ketanah, kemudian secepat kilat meluncur masuk juga kedasar lembah tersebut. Tatkala tiba didasar lembah, tibatiba seluruh udara dipenuhi oleh suara dengungan yang amat nyaring, ketika Suma Thian yu mendongakkan kepalanya, terlihat ada sekelompok lebah beracun sedang menerjang kearahnya dengan dahsyat. Serentak Suma Thian yu meloloskan pedangnya, menjumpai datangnya terjangan dari kawan lebah tersebut, ia membentak keras, pedangnya digetarkan menciptakan selapis cahaya tajam dan menyambar kawanan lebah tersebut. Didalam waktu singkat puluhan ekor lebah beracun telah berguguran ditanah. Suma Thian yu sangat menguatirkan keselamatan jiwa Chin Siau, memanfaatkan kesempatan tersebut dia melirik kesamping. Tampak olehnya Chin Siau sedang maju sempoyongan kearah lapisan hutan yang amat lebat itu, keadaannya tidak berbeda dengan orang yang sedang mabuk arak. Dari situ dapat diketahui bahwa dia sudah terluka oleh sengatan lebah beracun. Suma Thian yu segera berpekik nyaring, dia melejit keudara sambil memutar pedangnya menciptakan selapis kabut pedang yang berkilauan, sementara telapak tangan kiri nya melepaskan pula segulung pukulan yang maha dahsyat. Dalam waktu singkat serombongan besar lebah-lebah beracun itu sudah pada mati di ujung pedangnya, ada pula yang takut oleh tenaga pukulanya yang maha dahsyat, serentak membubarkan diri. Dengan cepat Suma Thian yu mengeluarkan ilmu meringankan tubuh Pat poh kan sian (delapan langkah mengejar comberet) nya yang lihay, cukup didalam berapa kali lompatan saja ia sudah berhasil mengejar kehadapan Chin Siau.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Rupanya Chin Siau yang menerobos masuk kedasar lembah bertindak kurang cermat dan terlampau gegabah sehingga tak ampun tubuhnya tersengat lebah beracun. Racun yang ganas dan cepat menyebar seluruh badannyn dan menggerogoti per tahanan tubuhnya, lambat laun dia menjadi lemah dan kehabisan tenaga. Menyadari ancaman bahaya yang mengincar keselamatan jiwanya, dengan sekuat tenaga Chin Siau mengerahkan sisa kekuatan yang dimilikinya untuk meloloskan diri. Baru saja dia bersyukur karena berhasil lolos dari pengejaran kawanan lebah beracun itu, mendadak tampak olehnya Suma Thian yu melayang turun tepat dihadapan mukanya. Merasa jalan perginya terhadang, meluap hawa amarah Chin Siau, dengan sorot mata membara dan menggertak gigi menahan benci, umpatnya keras-keras:"Bocah keparat, kau enggan melepaskan aku?" Tanpa menjawab sepatah katapun jua se cepat kilat Suma Thian yu menotok tiga buah jalan darah penting di tubuh Chin Siau, kemudian sambil menggertak gigi lagi masuk kedalam hutan lebat itu. Setibanya didalam hutan, Suma Thian yu mencari suatu tempat yang kosong dan se cepatnya membaringkan Chin Siau ketanah, tangan kirinya cepat ditempelkan ke atas mulut luka bekas sengatan lebah beracun, dan menghisapnya dengan tenaga dalam. Kalau dibicarakan memang aneh kedengarannya, berbareng dengan hisapan tersebut, segumpal darah kental yang membawa bau busuk yang sangat amis menyembur keluar dari tubuh Chin Siau, tatkala menyentuh telapak tangan kiri Suma Thian yu, segera berubah menjadi segumpal air hitam dan meleleh ketanah. Dengan berhati-hati sekali Suma Thian yu mengobati lukanya itu, lebih kurang seperminum teh kemudian paras muka Chin Siau berubah menjadi memerah kembali.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Melihat usaha pertolongan mulai berhasil, Suma Thian yu pun membebaskan kembali pengaruh totokannya. Ketika Chin iau mendusin, orang pertama yang terlihat olehnya adalah Suma thian yu, mendadak dia melompat bangun sambil berteriak gusar: "Bocah keparat, bagus amat perbuatanmu? Kalau kau memang jantan, bunuhlah aku!" "Eeh...aku toh sudah menyelamatkan jiwa saudara Chin, kenapa kau malah mengumpatku?" Suma Thian yu tersenyum. "Bocah keparat yang tak tahu diri, kau tak usah membuat pahala untukku, percuma aku orang she Chin tak sudi menerima budi kebaikanmu itu!" "Plaaak!" Suma Thian yu menampar wajah Chin Siau keraskeras, lalu bentaknya gusar: "Kau manusia yang tak punya liangsim, seandainya aku berniat membunuhmu, hal ini bisa kulakukan dengan mudah sekali bagaikan membalikan telapak tangan, buat apa jiwamu mesti kuselamatkan? Dengarkan Perkataanku baik-baik, orang yang membunuh ayahmu adalah orang-orang dari Hek bin pang yang sedang merajalela dalam dunia persilatan dewasa ini, dan kau telah dibodohi mereka untuk bermusuhan dengan Bila kau adalah manusia yang pintar dengan pikiran yang wajar, semestinya segala persoalan kau pikirkan tiga kali sebelum bertindak, mengapa kau percaya dengan perkataan orang dengan begitu saja?" "Kau mempunyai bukti apa yang menunjukkan bahwa pihak Hek bin pang yang melakukan pembunuhan ini?" bantah Chin Siau. "Justru karena duduk persoalannya belum jelas, maka aku selalu berusaha menghindarimu, sebelum masalahnya menjadi je las aku tak ingin berbicara denganmu" "Kalau toh demikian, bagaimana pula dengan masa ah perkosaan yang kau lakukan terhadap perempuan-perempuan muda dari keluarga Kang serta menghabisi seluruh anggota keluarganya?" "Keluarga Kang? Keluarga Yang mana?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Chin Siau tertawa seram, "orang she Suma, kau tak usah berlagak pilon, permainan semacam itu sudah ku kenali, buat apa mesti kau ulangi taktik yang sama?" Secara ringkas dia lantas menceritakan bagaimana dia mengalami pelbagai kejadian setelah kepergian Suma Thian yu dari bukit Ngo tay san tempo hari.... Setelah itu dia balik bertanya: "Bagaimana kau hendak membantah?" Dengan wajah serius Suma Thian yu meng gelengkan kepalanya berulang kali, sahut nya sambil menghela napas: "Aaai, nasibku benar-benar sangat buruk, dimana-mana selalu difitnah orang, aku tak ingin membantah apapun, sebab aku memang tak kenal dengan manusia she Kang tersebut." Chin Siau segera bangkit berdiri, setelah melototi Suma Thian yu sekejap, dia berseru: "Hadiah tusukanmu pada hari ini... tidak pernah akan kulupakan, selama gunung nan hijau, air tetap mengalir, bila kita bersua kembali, saat itulah kematianmu akan tiba!" Kemudian tanpa berpaling lagi dia turrun dari bukit tersebut. Memandangi bayangan punggungnya, Suma Thian yu kembali merasakan hatinya seakan-akan diselubungi selapis bayangan hitam, dia lupa memanggil Chin Siau, padahal memanggilpun percuma karena kesalah pahaman kedua belah pihak kelewat mendalam dan tak mungkin bisa diselesaikan dengan sepatah dua patah kata saja. Saat ini, dia seakan-akan sudah kehilangan kegembiraan, api harapan yang baru saja timbul seketika padam oleh perkataan dari Chin Siau tersebut, dia merasa terbuai kembali ketepi jurang keputus asaan. Entah berapa lama dia termenung, dalam pandangan matanya seolah olah muncul banyak sekali iblis berwajah seram yang me narik, meraung dan mengejek dihapannya, dia benci, dia amat membenci. Akhirnya ia tak kuasa menahan diri lagi, pedang Kit hong kiam nya segera diloloskan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pekikan nyaring yang menusuk pendengaran memancar keluar dari mulutnya menyusul kemudian terdengar dia meraung gusar: "Setan iblis, aku akan beradu jiwa dengan kalian!" Ditengah gelak tertawa yang menyeramkan,pedangnya diputar kencang dan membelah bayangan semu yang muncul dihadapan mukanya. Tapi bayangan bayangan semu yang mengelilingi sekitarnya masih saja berteriak, menjerit sambil tertawa seram. Kesedihan yang melampaui batas membuat kesadaran Suma Thian yu menjadi kalut dan menghilang. Pada mulanya bayangan semu yang menari-nari dihadapannya hanya berapa gelintir, namun lambat laun semakin bertambah hingga akhirnya bayangan yang muncul dihadapannya hanyalah bayangan dari musuh-musuhnya. Suma Thian yu mengembangkan permainan Kit hong kiam hoatnya dengan membacok kekanan membabat ke kiri, mencukil keutara menyayat keselatan. Tapi semua bayangan tersebut tidak pernah membuyar, ketika ia mendesak kemuka bayangan itu mundur ke belakang, lambat laun dia mulai menyerbu masuk kedalam hutan belantara. Setiap babatan pedang Kit hong kimm di lancarkan, sebatang bambu segera roboh ke tanah, bayangan semu yang muncul dihadapan-nya juga turut lenyap sebuah. Akhirnya Suma Thian yu peroleh kemenangan, disaat semua bayangan semu dihadapan matanya lenyap, kesadarannya pulih kembali, tetapi semua tulang belulangnya terasa linu dan sakit, saking lelahnya dia sampai roboh terjengkang keatas tanah. Saat itulah dia baru menemukan dirinya telah balik kembali kesisi lembah lebah beracun. Selisihnya hanya sedikit sekali, asal Suma Thian yu maju selangkah lagi dan masuk kedalam lembah maka pemandangan yang semakin aneh akan bermunculan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Empat sekeliling merupakan pepohonan besar yang berusia ribuan tahun dengan bukiit karang ditengahnya, antara bukit dan hutan merupakan sebuah selat sempit yang mungkin dulunya berupa sebuah sungai, tapi air surgai yang mengering membuat tempat tersebut berubah menjadi sebuah lembah. Didalam lembah tersebut berdiam beribu ekor lebah beracun, yang paling aneh lagi lebah-lebah beracun itu selalu hidup didalam lembah dan tak pernah terbang ke luar hutan atau terbang kebukit karang yang gundul. Suma Thian yu duduk diantara perbatasan antara lembah dengan hutan, disitu dia tak usah kuatir diserang lebah beracun. Adakalanya seregu kecil lebah beracun melintas dihadapan matanya, namun tak seekorpun yang menyerang pemuda itu. Bayangkan saja, bukankah hal ini aneh sekali? Ketika pikiran dan kesadaran Suma thian yu menjadi jernih kembali, dia baru menemukan bahwa baru saja dia mendapat impian yang menakutkan dan berakibat dia kehabisan tenaga dan lemas. Serta merta pemuda itu duduk bersilah di lantai sambil mengatur pernapasan, berapa saat kemudian kekuatan tubuhnya baru pulih kembali sedia kala. Ingatan demi ingatan baru mulai melintas di dalam benaknya, dia mulai memperhatikan lebah-lebah beracun yang terbang melintas di hadapan mukanya. Ketika ia jumpai lebah-lebah beracun dalam lembah itu tak pernah berani terbang melewati perbatasan lembah, dengan wajah berseri segera guman-nya: "OOhh, rupanya di dalam lembah ini berdiam seorang gembong iblis, akan kulihat manusia macam apakah yang memiliki kepandaian sedemikian hebatnya sehingga dapat mengendalikan lebah-lebah beracun tersebut....." Dengan pedang Kit hong kiam terhumus, dia menelusuri sisi hutan dan selangkah demi selangkah memasuki lembah itu, tiba-tiba ia jumpai serombongan besar lebah beracun bergerombol disitu bagaikan selapis awan hitam.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan cepat Suma Thian yu menghentikan langkahnya sambil melongok sekejap ke dalam lembah, lebih kurang dua kaki dihadapannya ia saksikan ada seorang manusia setengah telanjang sedang berbaring di situ. Melihat kejadian terseeut, Suma Thian yu menjadi sangat terkejut, timbul kembali sifat ksatrianya untuk menyelamatkan orang tersebut dari ancaman, tanpa berpikir panjang dia langsung menerjang kearah orang itu. Siapa tahu baru saja dia melangkah masuk ke dalam lembah, kawanan lebah beracun yang berada di angkasa itu memisahkan diri menjadi dua rombongan dan disertai suara berisik satu rombongan menyerang Suma thian yu sementara rombongan lain melayang ketubuh kakek setengah telanjang itu. Berpuluh ribu ekor lebah beracun bersama-sama menempel ditubuh kakek itu sehingga tinggal sepasang matanya saja yang nampak. Suma Thian yu ingin menolong orang itu secepatnya, sambil berpekik panjang pedangnya diputar menciptakan berlapis-lapis cahaya sinar yang menciptakan selapis jaring pedang yang melindurgi seluruh badannya, kemudian dengan suatu kecepatan luar biasa menyerang kawanan lebah beracun itu. Ketika kawanan lebah beracun itu menyerang hingga kehadapannya, binatang-binatang tersebut segera terhenti diluar la pisan cahaya pedang itu. Mengetahui bahwa kawanan lebah tersebut tak sanggup menyerang kedalam, Suma Thian yu melejit kedepan dan menerjang ke sisi si kakek yang sedang berbaring diatas tanah itu sembari teriaknya: "Jangan bergerak, akan kubantu kau untuk membebaskan diri dari kurungan" Pedang Kit hong kiam nya dibabat mendatar kedepan membuat beratus-ratus ekor lebah menempel di tubuh kakek itu rontok ketanah, menyusul kemudian sebuah pukulan angin

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dingin yang menusuk tulang menerjang ke depan dada kakek setengah telanjang tersebut... Dalam waktu singkat kawanan lebah beracun itu tersapu bersih oleh angin serangannya itu. Suma Thian yu menjadi girang serengah mati, cepat dia berjongkok disamping tubuh kakek itu berniat menariknya bangun. Siapa tahu pada saat itulah terdengar suara tertawa itu berasal dari sikakek setengah telanjang tersebut. Betapa terkejutnya Suma Thian yu, dengan cepat dia menahan diri sambil melom pat mundur sejauh beberapa langkah. Sambil tertawa seram kakek yang berbaring ditanah itu melompat bangun, matanya yang hijau tajam nampak mengamati wajah Suma thian yu tanpa berkedip. "Manusia liar dari mana yang berani mencari gara-gara dilembah lebah beracun?" hardiknya sambil menyeringai, "ayo cepat berlutut untuk menerima kematian!" Suma thian yu hanya menjerit kaget, dia menjerit bukan lantaran ucapan si kakek setengah telanjang tersebut, melainkan kekebalan si kakek terhadap sengatan lebah beracun. Apakah dia tak takut lebah? Betul-betul suatu kejadian yang sangat aneh. Tanpa terasa dia memperhatikan sekejap kakek setengah telanjang itu, dia berusia tujuh puluh tahunan, berwajah penuh codet, berewok dan rambutnya kaku, bulu dadanya tebal, potongannya selain aneh juga menyeramkan. Mendadak kakek setengah telanjang itu merentangkan tangannya ketengah udara, serombongan lebah beracun segera terbang hinggap diatas telapak tangannya itu. Menyaksikan hal mana, Suma thian yu menjadi paham, rupanya kakek aneh tersebut tak lain adalah Raja lembah lebah beracun. Berpikir demikian, diapun mengamati kawanan lebah beracun tersebut dengan lebih seksama akhirnya dia berhasil menyaksikan sesuatu kejanggalan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendadak terdengar kakek setengah telanjang itu berseru sambil tertawa seram: "Manusia liar, ayo cepat berlutut, kau anggap masih bisa keluar dari lembah ini dalam keadaan hidup?" "Aku hanya secara kebetulan lewat disini" ujar Suma Thian yu dengan wajah serius, "justru karena melihat nyawamu terancam dan tak tega membiarkan tubuhmu disengat lebah beracun, aku khusus kemari untuk menolongmu, siapa tahu kau tak cuma mem balas air susu dengan air tuba, hendak membunuhku lagi. Bayangkan sendiri, sebenarnya kau ini manusia atau hewan?" Kakek setengah telanjang itu tertawa seram. "Anak jadah aku adaIah dewa yang turun dari kahyangan untuk menguasahi lembah lebah beracun, entah manusia entah hewan, asal berani melangkah masuk kedalam lembah ini maka dia tak boleh dibiarkan hidup terus. Barusan kau telah membunuh beribu ekor anak buahku, hanya dengan jalan melumat tubuhmu dan memberikannya seba gai mangsa lebah baru dapat melampiaskan, rasa benciku" Suma Thian yu memperhatikan kakek itu dengan seksama, semakin dipandang dia merasa kakek itu semakin tak mirip dengan orang jahat, akhirnya sambil tertawa hambar dia berkata: "Tolong tanya cianpwee, apakah kau masih punya peraturan lain yang bisa mengampuni kesalahanku yang tak disengaja ini?" "Tidak ada!" kakek setengah telanjang itu menggeleng. Suma thian yu adalah pemuda yang cerdik dan cekatan, menghadapi manusia liar seperti ini dia hanya boleh menghadapi dengan sikap menghormat dan mengalah, dengan begitu dia baru lolos dari ancaman bahaya. Maka ujarnya sambil tersenyum: Seandainya aku bisa melakukan suatu pekerjaan untuk menebus dosa atau menukar dosa dengan sesuatu benda misalnya?" "Tidak ada!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sikap kakek setengah telanjang itu masih tetap seperti sedia kalah, angkuh dan kaku seakan-akan dia memang benar-benar dewa dari kahyangan. Suma Thian yu tertawa terbahak-bahak: "Haaa... haaa... haaa... aku benar-benar sudah dipecundangi, tak disangka telah salah melihat orang!" "Hei, apa yang kau tertawakan?" bentak kakek setengah telanjang itu keheranan, "kematian sudah berada didepan mata, apa lagi yang perlu kau tertawakan?" "Katanya saja dewa dari kahyangan yang di tugaskan menjadi Tay ong (Raja) di lembah lebah beracun, nyatanya tidak bisa membuat peraturan, apakah hal ini tidak lucu?" Mendengar perkataan tersebut, si kakek setengah telanjang itu tertegun, kemudian setelah termenung sejenak dia tertawa tertawa terbahak-bahak: "Haaaa... haa... haaa... benar, sebagai tay ong memang dapat membuat pe raturan, peraturan apa yang harus kubuat?" Suma Thian yu semakin geli lagi setelah menyaksikan ketololan si kakek tersebut pikirnya: "Manusia liar ini benar-benar menggelikan sekali, baru saja sikapnya garang dan mengerikan, tapi sekarang dia malahan jinak dan halus.... nampaknya ucapan Khong cu memang benar bila kita bersikap manis budi, biar manusia biadap pun bisa di bikin takluk...." oOoooooooooo BERPIKIR demikian, diam-diam pemuda itu membuat suatu tekad, dia hendak manfaatkan kesempatan tersebut untuk menjinakkan manusia liar tersebut. "Tay ong" katanya kemudian sambil tersenyum, "kalau toh kau sanggup memimpin begitu banyak panglima langit lebah beracun, sudah jelas kau adalah seorang manusia yang pintar dan hebat, sayang sekali kawanan panglima langit tersebut hanya bisa men celakai orang dan tak bisa menolong orang,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

akibatnya orang hanya akan mengumpat tay ong dan tiada yang bersedia menghormati mu" "Apa? Siapa yang berani mengumpat aku?" Suma Thian yu tertegun dan diam-diam mengeluh: "Aduh celaka, seandainya sampai menggusarkan manusia liar ini, entah bagaimanakah akibatnya...?" Berpikir demikian, buru-buru katanya: "Ketika aku datang kemari, sepanjang jalan kudengar banyak penduduk yang mengeluh dan mengomel, katanya lebah bera cun milik Tay ong itu banyak mencelakai orang" Ucapan itu tidak saja menggusarkan kakek setengah telanjang itu, sebliknya dia malah tertawa terbahak-bahak: "Haaah... haaa... haa... hahahaa... sunggahkah perkataanmu itu? Ada orang menyebut Tay ong kepadaku? Haa... hahah... aku harus meninggalkan tempat ini, aku hendak menguasai mereka semua!" Sambil berteriak dan menari-nari dia mencak-mencak dalam lembah tersebut. Suma Thian yu semakin gelisah setelah mendengar orang itu hendak meninggalkan lembah tersebut, cepat teriaknya: "Tay ong, jangan, kau jangan meninggalkan lembah ini" Serentak si kakek setengah telanjang itu menghentikan tariannya, sambil menunjukkan wajah gusar, bentaknya keras: "Siapa berani membangkang perintahku harus dibunuh!" Seraya berkata telapak tangannya dihadapkan ke langit, seketika itu juga nampak dua rombongan lebah berkumpul dan berterbangan disekeliling tempat itu. Dengan pandangan gusar kakek setengah telanjang itu berseru kembali: "Anak jadah, asal kau dapat menjelaskan maksud dari perkataanmu itu, aku bersedia mengampuni jiwamu, kalau tidak, cukup sebuah komando dariku, kulit badanmu tak akan ada yang utuh" Muak rasa hati Suma Thian yu menyaksikan kakek aneh yang wataknya luar biasa ini, tapi ingatan lain segera melintas lewat dia merasa bila manusia aneh ini bisa dibawa ke jalan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang benar, niscaya hal ini merupakan suatu kebahagiaan bagi semua orang, maka diapun menyabarkan diri. Maka sambil tertawa paksa dia berkata: "Seandainya tay ong sampai meninggalkan lembah ini, semua panglima langit mu akan kehilangan pemimpin dan berkelana kemana-mana, bisa jadi mereka akan mengigit orang dan merugikan masyarakat, seandainya peristiwa ini sampai terjadi, niscaya nama besarmu akan hancur, itulah sebabnya harap Tay ong sudi berpikir tiga kali sebelum bertindak!" "Tak usah banyak berbicara, ayo cepat berlutut untuk menerima kematian!" bentak kakek setengah telanjang itu gusar. Bersamaan dengan selesainya perkataan itu, lebah-lebah beracun yang bergerombol ditengah udara itu menukik kebawah dengan kecepatan tinggi dan menyerang batok kepala Suma Thian yu. Suma Thian yu membentak keras, pedang Kit hong kiamnya diputar menciptakan selapis bunga pedang. Kali ini lebah-lebah beracun tersebut bersikap cukup cerdik, seolah-olah mengetahui akan kelihayan dari ilmu pedang musuhnya, serentak mereka menyebar keempat penjuru kemudian membalik arah dan menyerang kembali. Bila Suma Thian yu sampai teledor dalam keadaan seperti ini, atau cahaya pedang nya sedikit teledor, segera rombongan lebah beracun itu menerjang masuk. Dengan demikian, Suma Thian yu menjadi kerepotan sekali, disamping harus meng hadapi serbuan kawanan lebah tersebut, ia pun harus berjaga-jaga terhadap sergapan si kakek telanjang yang mungkin akan memanfaatkan kesempatan tersebut. Dalam keadaan demikian si anak muda itu segera menjejakkan kakinya ketanah dan kabur meninggalkan lembah lebah beracun tersebut. Kalau dibicarakan memang sangat aneh, kawanan lebah beracun itu hanya mengejar sampai perbatasan lembah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mereka, tak seekorpun diantaranya yang berani terbang melewati batas tersebut. Suma Thian yu segera berdiri ditepi hutan itu sambil serunya kepada kakek setengah telanjang tersebut: "Tay ong lebah beracun, kau cuma panas disebut raja dalam lembahmu, bila ke luar dari sini maka keadaanmu seperti harimau masuk kota, mengenaskan sekali keadaannya" Kakek setengah telanjang itu berjalan maju kedepan dan berhenti lima langkah dihadapan Suma Thian yu, kemudian sambil tertawa terbahak-bahak katanya: "Oh... betapa gagahnya gayamu bisa masuk keluar dari lembah lebah beracun seperti memasuki daerah tak bertuan saja, tapi pernahkah kau pikirkan bahwa lembah lebah beracun adalah tempat kuburan mu?" Suma Thian yu tidak memahami apa arti dari ucapan kakek setengah telanjang itu, dia balik bertanya dengan nada tercengang: "Apakah kau hendak keluar dari lembah mu untuk membekukku kembali?" Kakek selengah telanjang itu tertawa seram, dia mengalihkan sorot matanya kearah belakang Suma thian yu, kemudian sambil menyeringai seram katanya: "Tentu saja ada orang yang akan menghantar domba gemuk kehadapanku, asal kau berpaling segala persoalan akan menjadi jelas dengan sendirinya" Bergidik hati Suma Thian yu setelah mendengar perkataan tersebut, dia kuatir kakek setengah telanjang itu memakai tipu daya, cepat dia berpaling, tapi paras mukanya segera berubah hebat, jeritnya kaget: "Aaaa........!" Apa yang sebenarnya telah terlihat olehnya sehingga pemuda itu sangat terkejut. Rupanya dibelakang tubuhnya sekarang telah bertambah dengan seorang kakek berambut kusut yang mempunyai bulu tebal diseluruh badannya, disisi kakek itu mendekam seekor

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

harimau belang yang sedang mengawasi gerak-geriknya dengan buas. Memandang perubahan wajah dari Suma Thian yu tersebut, si kakek setengah telanjang tersebut kembali tertawa terbahak-ba hak. "Bagaimana anak jadah? Lebih baik melangkah masuk kedalam lembah lebah beracun saja, kalau tidak... heeh...heheh.... aku lihat si harimau belang di belakangmu kebetulan lagi kelaparan" Baru saja kakek setengah telanjang itu menyelesaikan katakatanya, mendadak terdengar si kakek aneh yang berada di belakang tubuhnya telah membentak dengan suara yang menyeramkan" "Hei bocah, kau jangan mencoba untuk meloloskan diri, setelah berada di daerah kekuasaanku, kau harus menuruti segala perintahku..." Agak lega Suma thian yu setelah mendengar perkataan tersebut, dia mengira kakek aneh tersebut berniat menolong dan melindungi jiwanya, dengan girang dia berseru: "Kau bersedia menolongku?" Kakek menyeramkan itu kembali tertawa keas: "Dalam kamus hidupku tak pernah mengenal arti kata menolong, aku hanya tahu lebih baik seseorang mati diterkam harimau daripada mati disengat lebah beracun, oleh sebab itu kau tak usah kesitu, kalau toh harus mati, lebih baik mati didalam perut harimauku saja." Sekali lagi Suma Thian yu merasakan hatinya tegang, dia mendongkol bercampur ge lisah, akhirnya setelah menghela napas panjang, diputuskan akan beradu jiwa saja. Mendadak satu ingatan melintas lewat dalam benaknya, kemudian sambil tertawa ia berkata: Kalian berdua tak perlu berebut sendiri aku bersedia mati, hanya saja........" "Hanya saja kenapa?" ke dua orang kakek itu bertanya bersama.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu memandang sekejap lebih dulu ke arah kakek setengah telanjang itu, kemudian menatap pula kearah si kakek aneh sebelum pelan-pelan berkata: "Seekor kuda mustahil mempunyai dua pelana, seorang gadis tidak mungkin menikah dengan dua orang pria, aku hanya mempunyai sesosok tubuh, padahal kalian berdua sama-sama menginginkannya, bagaimana ini persoalan bisa diselesaikan?" Baru selesai Suma Thian yu berkata, kedua manusia aneh tersebut telah menyahut bersama sambil tertawa terbahakbahak: Haaah...haah.....haah..., soal itu mah tidak perlu kau risaukan, kita bagi seorang setengah kan urusan menjadi beres" Tergetar keras perasaan Suma Thian yu setelah mendengar ucapan itu, diam-diam dia mengeluh. Semula dianggapnya kedua orang itu tak lebih cuma manusia liar yang bodoh dan tak punya otak, dengan dua tiga patah kata hasutan saja dia sudah dapat mengadu domba mereka, sedang dirinya akan duduk sambil menyaksikan dua harimau saling bertarung. Siapa sangka kedua orang manusia aneh itu tidak mudah terperangkap, malahan gelagatnya semakin merugikan pihaknya. Terpaksa dia menggeserkan tubuhnya kesamping sambil memperkokoh posisinya, lalu katanya sambil tersenyum dia berkata: "Siapakah di antara kalian berdua yang akan maju lebih dulu?" Kakek setengah telanjang itu memandang sekejap kearah si kakek aneh, kemudian bertanya: "Hu hou sia san (dewa sesat penakluk harimau), locu boleh menyebrangi perbatasanmu?" Manusia aneh berambut kusut dan berbulu yang bernama dewa sesat penakluk ha rimau itu segera membentak gusar:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tak bisa! Siapapun dilarang menginjak kan kakinya diwilayahku, tunggu saja sampai kubunuh dirinya baru kita bagi mayatnya menjadi dua bagian!" Mendadak dari tengah udara bergema suara pekikkan nyaring, ditengah pekikkan tersebut terdengar seseorang berseru dengan suara yang nyaring: "Hitung aku dalam bagian, kita bertiga bagi rata si bocah tersebut." Dari kejauhan nampak sesosok bayangan manusia meluncur datang dengan kecepatan luar biasa dan melayang turun tepat di hadapan Suma thian yu. Tiga orang tersebut sama-sama terkejut, tapi begitu mengetahui siapa yang datang, Suma Ihian yu segera berseru dengan girang: "Cianpwee, rupanya kau?" Pendatang tersebut mengenakan pakaian compangcamping dengan model seorang sastrawan, wajahnya rudin dan mengenaskan, tak salah lagi dia adalah Sin sian siang su (peramal dewa) Yu Seng si. Sebagaimana diketahui, tokoh aneh dari dunia persilatan ini mendapat tugas dari Ciong liong losianjin untuk melindungi Suma Thian yu, tapi dia datang terlambat sehingga belum tahu kalau perjalannya ke Tibet telah berhasil dengan sukses. Tak terlukiskan rasa gusar Dewa sesat penakluk harimau ketika melihat munculnya orang ketiga dalam kesempatan tersebut, bentaknya-keras keras: "Setan malaikat dari mana yang berani membuat keonaran disini? Ayo cepat berlutut minta ampun, kau ingin mampus rupa nya?" Sin sian siangsu tertawa terkekeh-kekeh. "Heeeh...heeeh...heeeh... apakah san tayong berdua tidak merasa menurunkan gengsi dan martabat sendiri dengan saling berebut mangsa disini? Aku si orang perantauan mempunyai sebuah cara yang baik untuk menyelesaikan persoalan ini, entah bagaimana pendapat kalian?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tergerak hati si Dewa sesat penakluk harimau maupun pemilik lembah lebah beracun sotelah mendengar ucapan itu. Dari gusar si Dewa sesat penakluk hari mau menjadi gembira, katanya: "Harap kau jelaskan caranya, aku pasti akan menyetujuinya" "Bagaimana kalau kita bagi tiga saja korban tersebut? batok kepala bocah ini buat harimau, tubuhnya buat lebah beracun sedang sepasang kakinya untukku" "Tutup mulut!" tukas Dewa sesat penakluk harimau dengan gusar, "sekali lagi kau berani berbicara kurobek mulut busukmu itu..!" "Baik...baiklah, tak boleh bicara yaa sudah, bila kalian berdua memang keberatan, lebuh baik hadiahkan saja seutuhnya kepadaku" Kakek setengah telanjang itu jadi naik pitam, sambil berpaling kearah rekannya dia berseru: "Rupanya kakek celaka ini berniat mencari gara-gara, Dewa sesat, lebih baik dia pun sekalian ditahan" Sebelum Dewa sesat penakluk harimau sempat menjawab, Sin sian siangsu telah berkta lagi sambil tertawa terbahakbahak. "Betul, betul, aku mengerti, bocah itu dihadiahkan kepada lebah beracun sedang kan aku si tua bangka untuk harimau, dengan begitu kedua belah pihak sama-sama peroleh hasil dan sama-sama gembira, kesulitan yang dihadapi tay ong berduapun akan beres dengan sendirinya?" Sementara Suma Thian yu masih tercengang oleh perkataan tersebut, mendadak dari sisi telinganya terdengar ada suara bi sikan seperti suara nyamuk: "Hiantit, kedua orang siluman tua ini sama-sama merupakan manusia pengacau masyarakat dan pengracun dunia, mereka tak boleh dibiarkan hidup, sebentar kau boleh pusatkan semua perhatianmu untuk mengawasi gerak-gerik si kakek setengah telanjang itu, selain lebah beracun hasil

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pemeliharaannya, kepandaian silat yang dimiliki biasa saja, tak ada yang perlu dikuatirkan. Suma Thian yu baru memahami duduk persoalan setelah mendengar bisikan dari Sin sian siangsu yang berbicara dengan mempergunakan ilmu menyampaikan suara tersebut. Mendadak terdengar suara auman harimau dari sisi si Dewa sesat penakluk hari mau. Dengan cepat Sin sian siangsu berpaling lalu serunya sambil tertawa terbahak-bahak: "Bagaimana? Mengapa tidak turun tangan degan segera? Aku sudah tak sabar untuk menanti terus" Sembari berkata, dia berlagak seakan-akan siap meninggalkan tempat tersebut. Siapa tahu si Dewa sesat penakluk hari mau malahan tertawa terbahak-bahak: Haaa...haaa...kalau ingin pergi, silahkan pergi, asal kau dapat berjalan melebihi seratus langkah, kamu berdua boleh meninggalkan tempat ini dengan selamat" Mendadak Sin sian siangsu menghentikan langkanya, sambil melejit ketengah udara, dalam sekali lejitan tiga kaki sudah dicapainya, kemudian sambil menarik napas panjang, sepasang tangannya diayunkan ke muka menyerang kedua ekor harimau belang yang mendekam disisi Dewa sesat penakluk harimau. Serangan yang dilancarkan oleh Sin sian siangsu kali ini telah mempergunakan tenaga dalam sebesar sepuluh bagian, semula Dewa sesat penakluk harimau mengira serangan tersebut ditujukan ke arahnya, dia baru terkejut setelah mengetahui bahwa serangan mana ditujukan kearah sepasang harimaunya. Dengan perasaan gelisah ia lantas membentak: "Terkam!" Mendapat perintah tersebut kedua ekor harimau itu mengaum gusar dan menerjang ke muka dari kiri dan kanan. Baru saja kedua ekor harimau itu mementangkan cakarnya, angin serangan dari Sin sian siangsu sudah mengenai

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tubuhnya secara telak. Diiringi rintihan kesakitan kedua ekor harimau itu bergulingan ke atas tanah tapi dengan cepat telah melejit kembali sambil melancarkan terjangan berikut. Dewa sesat penakluk harimau segera mengejek sambil tertawa seram: "Tua bangka celaka, kau jangan belagak sok pintar, percuma saja kelicikan otakmu itu. Sepasang panglimaku ini sudah berpengalaman dalam beratus kali pertempuran, kalau hanya angin pukulan biasa mah tak akan mengapa-apakan mereka. Heee... heehe... inilah yang dinamakan mencari penyakit buat diri sendiri!" Beberapa kali Sin sian siansu berhasil menyarangkan pukulannya ketubuh sepasang harimau tersebut, tapi saban kali tak mendatangkan hasil apapun kecuali harimau-harimau itu terdorong mundur, mereka tak menderita cedera sama sekali. Suma Thian yu yang menyaksikan kejadian ini segera dapat menangkap gelagat kurang baik, tiba-tiba ia berteriak keras: "Cianpwe, kalau ingin menangkap bajingan, lawan dulu pentolan-nya, kau hadapi saja siluman tua itu, biar aku yang menghadapi sepasang harimaunya. Dengai cepat dia melompat kemuka dan menerobos dari samping Sin sian siangsu untuk menggantikan kedudukannya. Sementara itu, seekor harimau buas telah melompat keudara dan menerkam kearahnya dengan ganas. Sesungguhnya Suma Thian yu sendiripun hanya bermaksud mencoba-coba, dia sendiripun tak mempunyai keyakinan untuk berhasil. Telapak tangan kirinya dengan menghimpun tenaga sebesar delapan bagian mendadak melepaskan pukulan dengan ilmu Hui poo sian hong ciang, serangan yang tajam segera meluncur kemuka. "Blaaammm...!" suatu benturan keras terjadi, menyusul kemudian harimau itu terbanting keras-keras ketanah, napasnya mendengus ngos-ngosan dan empat kakinya menghadap kelangit.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma thian yu tidak berani berayal lagi, begitu pukulan dilepaskan, tangan kanan-nya meloloskan Kit hong kiam dari sarungnya sambil meluncur kemuka secepat kilat. Begitu tiba dimuka harimau yang terbaring tadi, pedangnya langsung ditusukan kedepan. Harimau tersebut meraung kesakitan, perutnya segera robek dan usus serta darah berhamburan kemana-mana. Pada saat itulah, harimau yang lain telah menerkam dari belakang tubuhnya. Tak terlukiskan rasa kaget Suma Thian yu ketika merasakan datangnya sergapan dari belakang, pedangnya yang digenggam erat-erat mendadak terasa seperti terhisap oleh sesuatu kekuatan sehingga sama sekali tak mampu bergerak. Dengan perasaan tergetar keras dia membuang pedang sambil melejit kesamping, kemudian sambil membalikan telapak tangan dia lepaskan sebuah serangan dengan jurus Jiau hui pie pa (mengayun alat pie pa) yang disertai tenaga sebesar delapan bagian. Berhubung jarak harimau tersebut terlampau dekat, ayunan tangannya itu persis menghantam benak harimau tersebut. Suma thian yu merasakan telapak tangan-nya menjadi kaku dan buru-buru ditarik kembali, lalu cepat-cepat dia berpaling. Sungguh aneh sekali, harimau itu seperti tertidur secara tiba-tiba, tanpa mengeluarkan sedikit suarapun tahu-tahu sudah roboh diatas tubuh harimau pertama. Dalam waktu singkat Suma Thian yu berhasil membunuh dua ekor harimau buas, bukan cuma Sin sian siangsu saja yang terperanjat, si Dewa sesat penakluk harimau sendiripun dibikin sampai terbelalak dengan mulut melongo, untuk beberapa saat dia seperti lupa untuk naik darah. Padahal Suma Thian yu sendiripnn tidak habis mengerti dengan keadaan tersebut, dia tak tahu darimanakah datangnya kekuatan dan keberanian tersebut. Ketika dilihatnya dua ekor harimau tersebut sudah tergeletak kaku ditanah, dia baru bisa bersyukur dihati.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sin sian siangsu menjadi sangat gelisah terutama setelah melihat Suma thian yu menerbitkan bencana besar. Dengan cepat dia melompat kesisi pemua itu, kemudian bisiknya lirih: "Cepat bereskan pedangmu dan meninggalkan tempat ini, kalau sampai terlambat bisa jadi kita tak dapat pergi!" "Kenapa?" "sekarang jangan banyak bertanya, cepat laksakan saja menurut apa yang aku ucapkan!" Menyaksikan kecemasan orang, Suma thian yu segera menendang bangkai harimau, mengambil kembali pedangnya dan segera siap berlalu dari tempat kejadian. Siapa tahu pada saat itulah terdengar si Dewa sesat penakluk harimau berpekik nyaring. Sin sian siangsu segera menarik tangan sang pemuda sambil berseru lagi dengan gugup: "Ayo cepat pergi, apakah kau ingin berdiam disitu sambil menunggu saat kematian?" Tanpa berpikir banyak, dia menarik tangan Suma Thian yu dan diajak melarikan diri dari situ. Sambil tertawa seram si Dewa sesat penakluk harimau berteriak nyaring: Sayang terlambat sudah, sekeliling hutan ini sudah terkepung rapat-rapat, kalau ingin pergi, silahkan saja terbang kelangit!" Bersamaan dengan selesainya perkataan itu, dari balik hutan bergema suara lolongan srigala dan auman singa yang makin lama semakin mendekat, agaknya suara-suara tersebut sedang mengepung mereka dari empat penjuru. Dalam terdesaknya Suma Thian yu peroleh akal bagus, dia menarik tangan Sin sian siangsu sambil berseru: Mari kita terjang dari lembah lebah beracun!" Sin sian singsu tertegun dan tidak menjawab. Menyaksikan sikap serba salah dari rekan-nya, buru-buru Suma Thian yu berseru lagi: "Kau cukup menghadapi siluman tua setengah telanjang itu, sedang lebah beracun-nya biar aku yang hadapi"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sembari berkata mereka berdua melompat masak kedalam lembah tersebut. Dari arah belakang kedengaran si Dewa sesat penakluk harimau berseru sambil tertawa terbahak-bahak: "Haaa...haaa. ..percuma, jalan kesitupun hanya merupakan jalan kematian" Ketika mereka berdua menerjang masuk kedalam lembah, si kakek setengah telanjang telah menghadang dihadapan mereka. Sin sian siangsu tertawa terkekeh-kekeh, dia melejit kesamping dan menerobos kesisi tubuh kakek setengah telanjang itu, sebuah sodokan segera dilancarkan.

Jilid : 25 PADA DASARNYA SI KAKEK setengah telanjang itu hanya seorang manusia biasa, dia terpaut jauh sekali bila dibandingkan dengan lawannya, tidak heran kalau dalam satu gebrakan saja sudah tertotok. Walaupun kakek setengah telanjang itu sudah roboh, namun lebah beracun yang tak terhitung jumlahnya itu tetap berdatangan secara bergerombol, mereka menyerang secara ganas dan mengerikan. Suma Thian yu bergerak lebih dulu, dengan pedang ditangan kanan, pukulan yang dahsyat ditangan kiri, semua perintang di sapu serentak. Perlu di ketahui, telapak tangan kiri pernah direndam dalam cairan mestika sian kiam lan, itulah sebabnya betapapun beracun lebahlebah tersebut, tak satupun yang bisa mengapa-apakan dirinya. Sin sian siangsu yang mengikuti dibelakangnya, di samping melepaskan pukulan untuk mengusir lebah, diam-diam diapun ter kejut atas kelihayan ilmu silat Suma Thian yu. Hingga mereka keluar dari perbatasan lembah, lebah-lebah beracun tersebut baru menghentikan pengejarannya. Kedua orang itu menghembuskan napas lega, ketika berpaling tampak oleh mereka kawanan binatang buas peliharaan si Dewa sesat penakluk harimau telah melintasi daerah perbatasan dan memasuki

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

wilayah lembah. Siapa sangka begitu kawanan binatang buas itu melewati perbatasan, kawanan lebah beracun yang berada di wilayahnya segera melancarkan serangan secara besar-besaran. Tak ampun lagi banyak korban berjatuh di kedua belah pihak. Suma Thian yu segera bertepuk tangan sambil berteriak: Bagus, bagus sekali, ini namanya saling bunuh membunuh, mari kita saksikan pertunjukkan bagus ini, kesempatan semacam ini jarang bisa dijumpai, kita tak boleh kehilangan kesempatan sebaik ini." Sin sian siangsu yang berpengalaman lebih luas mendadak berteriak kaget: "Aduh celaka, andaikata kakek setengah telanjang itu sudah di sadarkan kembali mungkin sulit bagi kita untuk meloloskan diri!" Mendengar perkataan tersebut Suma Thian yu segera berpaling, betul juga, si Dewa sesat penakluk harimau telah membebaskan pengaruh totokan pada kakek setengah telanjang tersebut. Seandainya jalan darah kakek setengah telanjang itu sudah bebas, niscaya diakan bekerja sama dengan dewa sesat penakluk harimau untuk menggabungkan binatang peliharaan mereka guna menyerang bersama. Dalam serangan gabungan antara manusia dengan binatang ini, biar ada seratus orang Suma Thian yu maupun Sin sian siangsu pun jangan harap bisa lolos dari hutan seratus binatang dan lembah lebah beracun ini dalam keadaan selamat. Menyadari betapa gawatnya keadaan tersebut, Suma Thian yu segera mengajak Sin sian siangsu untuk kabur dari lingkungan daerah tersebut dan kabur menuju ke jalan semula. Baru saja dua orang itu memasuki hutan, suara auman yang gegap gempita telah bergema dari belakang, agaknya seratus ekor hewan buas tersebut sudah mulai melancarkan pengejaran. Dalam keadaan seperti ini, kedua orang itu semakin tak berani tinggal lebih lama mereka kabur makin kencang dan akhirnya berhasil lolos dari pengejaran. Sin sian siangsu tidak berhenti meski mereka sudah lolos dari wilayah berbahaya, malahan langkahnya semakin dipercepat lagi. Lebih kurang tiga li kemudian mereka baru memperlambat larinya, kemudian sambil menggelengkan kepala dan menghela napas panjang gumamnya:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Oooh, sungguh berbahaya, untung kedua lembar jiwa kita masih bisa dipungut kembali dari pintu neraka." Suma Thian yu tertawa ringan. "Aah, tak mungkin sedemikian parah, mengapa boanpwee tidak merasakan sama sekali kalau baru lolos dari bahaya maut?" Sekali lagi Sin siau siangsu menghela napas panjang: "Tahukah kau mengapa aku masuk hutan lebat?" "Mungkin kau tahu kalau boanpwee sedang menjumpai mara bahaya?" Sin sian siangsu cepat menggeleng, sambil menuding ke arah sebuah dusun tak jauh dari situ dia berkata: "Semalam aku menginap di dusun itu, dari orang dusun kuperoleh keterangan tentang segala sesuatu diseputar hutan itu, mendengar cerita mana aku jadi gembira, maka sejak fajar tadi aku tinggalkan dusun itu dan melakukan penyelidikan kesini" "Bukankah kau bisa masuk ke sana dengan lancar dan kembali dengan selamat?" Apa sih yang menakutkan?" tukas Suma Thian yu tidak habis mengerti. Sin sian siangsu segera tertawa. "Kau hanya tahu satu tak tahu dua, sesungguhnya lembah lebah beracun mau pun hutan seratus binatang bukan daerah aman "Apa sih yang menakutkan?" tegurnya. "Hmm, kau terlalu polos, ketahuilah di dalam hutan ini berdiam lima orang kakek khas yang berhati kejam dan berperangai aneh, yang baru saja kita jumpai hanya dua diantaranya, bila tiga orang lainnya munculkan diri pula, kita pasti akan mampus!" "Masih ada tiga orang? Tiga orang yang mana?" tanya Suma Thian yu keheranan. "Bila hari sudah gelap, ke tiga orang lainnya akan segera menampakkan diri, bukit gundul dimana kau berdiri tadi adalah Tok coa nia atau Tebing ular berbisa, seringkali ular beracun bermunculan bila malam hari sedang hutan lebat yang kita telusuri barusan adalah Tok go kong lim (hutan kelabang beracun), sedangkan hutan lebat disebelah barat adalah Tok ci cu lim atau Hutan laba laba beracun, pokoknya setiap sudut dari wilayah tersebut ditempati oleh seorang gembong iblis!" Berubah paras muka Suma Thian yu setelah mendengar perkataan itu, badannya jadi dingin separuh, sekarang dia baru memahami

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

betapa rawannya keadaan mereka waktu itu. Menyaksikan perubahan wajah Suma Thian yu, Sin sian siangsu segera tertawa terbahak-bahak. "Haaah...haaah...haaah... kau ingin sekali lagi menyerempet bahaya?" Suma Thian yu mendongakkan kepalanya memandang langit yang mendekati senja, buru-buru sahutnya: "Tidak usah...tidak usah.. " "Haaah...haah...haah... sekarang kau baru merasa takut?" "Kalau dipikirkan kembali, bergidik rasanya hatiku, sampai sekarang pun bulu kudukku masih pada berdiri!" Suma Thian yu memang 1agi kesepian dalam perjalannya, bisa bersua dengan manusia macam Sin sian siangsu, boleh dibilang banyak duka mestapa yang bisa dihilang kan. Malam itu mereka habiskan dalam perjalanan diiringi sendang gurau dan pem bicaraannya yang asyik. Keesokan harinya... Mereka berdua telah tiba dibawah bukit Jit yang san. Sambil menuding kearah tanah perbukitan didepan sana, Sin sian siangsu berseru: "Kau ingin mendaki bukit itu untuk menyaksikan pemandangan indah...?" "Apa sih yang indah?" "Di atas bukit itu ada gua air, gua itu penuh dengan misteri dan sudah banyak umat persilatan yang mengunjungi tempat itu tapi banyak pula yang lenyap setelah melakukan penyelidikan" Mendengar cerita itu, Suma Thian yu segera menerima tawaran tersebut. Terdengar Sin sian siangsu berkata lagi: "Aku tahu kalau kau sangat tertarik oleh ceritaku, tapi ingat setibanya disana maka kita harus bertindak menurut keadaan, tak boleh gegabah, sebab sudah beratus-ratus jago yang menemui ajalnya ditempat itu. Dengan langkah berhati-hati berangkatlah mereka ke arah bukit. Baru tiba di kaki bukit, mereka menyaksikan sebuah tugu peringatan didirikan orang dengan tulisan tulisan besar yang amat menyolok dipandang: "Gua air Jit yang tong adalah gua siluman, harap para pelancong berhati-hati!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mungkin peringatan tersebut didirikan oleh penduduk disekitar bukit tersebut setelah banyak korban berjatuhan disana. Suma Thian yu mendengus dingin, tanpa banyak bicara dia meneruskan langkahnya menuju ke atas bukit. Sin sian siangsu yang menjumpai sikap anak muda tersebut menjadi cemas, dengan ketat dia mengikuti terus dibelakangnya. Jalan bukit itu amat sempit dan sukar dilalui, tapi kedua orang itu sebagai jago lihay dunia persilatan bukan merupakan masalah, dengan muda semua perjalanan dapat ditempuh. Baru saja menaiki subuah tebing, mendadak Suma Thian yu menghentikan langkahnya sambil menjerit kaget: "Aaaaii!!" Dengan cepat dia meluncur naik keatas sebuah pohon yang tumbuh dihadapannya. Ternyata diatas pohon itu tergantung secarik kain putih, diatas kain itu masih nampak noda darah. "Apa yang kau temukan?" Sin sian siangsu segera menghampirinya sambil menegur. "Chin Siau pasti berada disekitar tempat ini!" seru Suma Thian yu setelah meneliti kain tersebut. "Chin Siau? Siapakah Chin Siau itu?" "Dia adalah seorang jago lihai dari Bong kok kiam jiu (aliran pedang bermata buta)" Secara ringkas dia lantas menceritakan pengalamannya bersama Chin Siau di bukit Ngo tay san. Sin sian siangsu tertawa nyaring. "Berdasarkan secarik kain kau bisa menduga akan dia, hal ini menunjukkan kalau kau memang seorang yang cermat, cuma...." "Pakaian yang dikenakan pernah tertusuk oleh pedangku, berdasarkan hal ini aku lantas menduga kalau dia berada disini" Selesai berkata, dia lantas menarik tangan Sin sian siangsu untuk melanjutkan perjalanan mendaki bukit. Sebuah tebing kembali sudah dilalui, selama ini Suma Thian yu selalu memperhatikan keadaan disekelilingnya, jangan-jangan masih ada kain seperti itu yang tertinggal. Apa yang diduga ternyata tidak salah, di samping tebing dia jumpai secarik kain yang sama, hanya kain tersebut tidak dinodai oleh percikan darah. "Jangan-jangan saudara Chin sudah menjumpai bahaya maut!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

gumam Suma thian yu kemudian sambil memungut cuwilan kain itu dari atas tanah. Sin sian siangsu tertawa panjang. "Aku lihat, kau kelewat membayangkan yang bukan-bukan, seandainya dia memang sudah terkena musibah, darimana dia punya waktu untuk meninggalkan kainnya sebagai tanda? Aku lihat, bisa jadi hal ini merupakan bagian dari rencana busuknya untuk memancing kau masuk perangkap!" Meskipun dalam hatinya Suma Thian yu tidak setuju pada pendapat tersebut, tetapi dia juga tidak membantah, maka berangkatlah kadua orang itu meneruskan perjalanan-nya. Ketika mencapai tebing yang ketiga, Sin sian siangsu kembali berkata: "Hati-hati, tebing di depan sana adalah gua air yang termasyur dalam dunia persilatan" Sebenarnya ucapan mana dimaksudkan untuk memberi peringatan agar pemuda itu waspada, siapa tahu Suma Thian yu justru tertawa panjang sambil melejit ke muka dengan kecepatan tinggi. Sin sian siangsu yang menyaksikan kejadian ini, terpaksa harus mengikuti dibelakangnya sambil berteriak: "Jangan bertindak gegabah, pikirlah tiga kali sebelum bertindak dalam segala hal!" Belum habis perkataan ini diutarakan, Suma Thian yu telah tiba di atas puncak tersebut dan tiba-tiba saja terdengar ia menjadi kaget: "Aaaah! Cepat kemari..." Sing sian siangsu segera melejit ke tengah udara dan meluncur ke depan dengan kecepatan luar biasa, tapi dengan cepat dia menjerit pula dengan nada kaget: "Aaaah!" Rupanya diatas tebing itu tumbuh berderet pepohonan besar, jumlahnya mencapai dua puluhan batang lebih, waktu itu, diatas setiap batang pohon tergantung sesosok mayat. Diantara mayat mayat tersebut ada kaum lelaki, ada kaum wanita, ada yang tua ada pula yang muda, tapi semuanya mengenakan pakaian ringkas dan bersenjata, jelas orang-orang persilatan. Memandang adegan yang terbentang di depan mata, tanpa terasa kedua orang itu menghembuskan napas dingin. Sambil menggelengkan kepala serta menghela napas dalam-dalam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sin sian siangsu berkata: "Aaai, kalau manusia sudah bejat moral, dia selalu membantai orang seperti membantai binatang, betul-betul neraka ditengah alam manusia, hiantit, menurut perkiraanku disini pasti hidup seorang iblis yang suka membunuh orang seperti membabat rumput dan dapat membunuh orang tanpa berkedip mata" Suma Thian yu mencoba untuk memeriksa mayat-mayat tersebut dengan seksama, dia mencoba untuk mendapat tahu apakah Chin Siau terdapat diantara korban korban pembunuhan itu, ternyata tidak ada, Chin Siau bukan termasuk korban pembunuhan keji. Sambil menuding kebelakang deretan pepohonan itu Sin sian siangsu berkata: Didepan sana adalah gua air, bisa jadi sahabatmu itu sudah menyerempet bahaya dan masuk kesana. Habis sudah kesabaran Suma Thian yu setelah mendengar perkataan ini, cepat-cepat serunya: "Cianpwee, mari kita segera masuk, aku kuatir dia telah tertimpa bencana!" Baru selesai perkataan itu diucapkan, mendadak.... Ditengah keheningan yang mencekam sekeliling tempat itu, berkumandang suara pekikan nyaring yang amat menggidikkan hati, suaranya seperti jeritan kuntilanak ditengah malam buta membuat bulu kuduk orang pada bangun berdiri, menyeramkan. Baik Sin sian siangsu maupun Sama Thian yu kedua duanya samasama merasa terkejut, ditengah gugupnya cepat mereka membalikkkan badan dan berusaha menahan gerak laju mereka secara paksa. Tiba-tiba pandangan matanya terasa kabur dan...Sreeet, sreeet...." tiga sosok bayangan manusia berkelebat lewat dihadapan mereka. Ternyata mereka terdiri dari dua orang lelaki dan seorang wanita yang berdandan sangat aneh. Orang pertama merupakan seorang kakek berusia enam puluhan yang telanjang bagian atasnya, dia kurus sekali sehingga tinggal kulit yang membungkus tulang, namun di tangannya memegang sebuah tongkat dengan diujung tongkat itu berukirkan sebuah kepala ular. Orang kedua juga seorang kakek, usianya hampir sebaya yaitu enam puluh tahunan, bagian rawan dari tubuhnya saja yang di tutup dengan beberapa lembar daun, dia membawa pula sebuah tongkat, hanya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pada ujungnya berukir seekor kelabang. Orang ketiga adalah seorang nenek, dia berusia lima puluh tahunan dengan perut yang buncit, tubuh bagian atasnya ditutup dengan selembar kain sutra yang tipis sementara didalam genggamannya membawa sebuah kipas bambu, diatas kipas menempel sepasang laba laba. Sin sian siangsu yani cukup berpengalaman dalam dunia persilatan kuatir kalau Suma thian yu tidak mengenali asal usul beberapa orang itu, buru-buru serunya ke mudian sambil tertawa tergelak. "Ooh...rupanya tay ong bertiga yang sudah lama termashur namanya dalam dunia persilatan tapi, heran, mengapa kalian ber tiga bisa muncul dibukit Jit yang san ini?" Si kakek bertongkat kepala ular itu menjawab dingin: "Kami khususnya datang untuk menyambut kalian! Kalau toh kalian berdua sang gup memasuki lembah lebah beracun dan hutan seratus binatang, hal mana membuktikan kalau kepandaian silat yang kau miliki cukup hebat, sayang kami bertiga kebetulan tak hadir disana, itulah sebabnya kami tak bisa turut menyambut, harap sudi dimaafkan. Sin sian siangsu tertawa terbahak bahak: Haaa... haaaa...ucapan kalian bertiga terlalu serius, kami berdua tak lebih hanya kuli silat kasaran yang kebetulan saja lewat disini, kami memang sedang menyesal lantaran tak bisa menjumpai kalian bertiga, setelah perjumpaan hari ini terbukti sudah bahwa apa yang kami dengar selama ini memang benar" 000O000 TERNYATA si kakek yang membawa tongkat terkepala ular itu adalah pemimpin dari Tok coa nia (tebing ular beracun) yang disebut orang sebagai Tok coa mo ong (Raja iblis ular beracun). Kakek kedua yang membawa tongkat berkepala kelabang adalah pemimpin dari Go kong lim (hutan kelabang) yang disebut orang Go kong mo ong (Raja iblis kelabang), Sedangkan si nenek tak lain adalah Ci cu mo poo (Nenek iblis laba laba). Ketiga orang gembong iblis ini bersama Pek siu ong (Raja seratus binatang) dari hutan Pek siu lim yaitu Hu hon sia sian dan Tok hong

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mo ong (Raja iblis lebah beracun) disebut orang Khong ciong mo ong (lima raja dari pedalaman) sedangkan orang persilatan menyebut mereka sebagai Mang huang ngo mo (lima iblis dari daerah liar). Mereka termashur karena peliharaannya yang beracun, setiap orang memiliki sejenis binatang peliharaan yang selain beracun juga amat jahat dan berbahaya. Seperti misalnya si Raja iblis lebah beracun, didalam lembahnya terdapat beribu-ribu ekor lebah beracun yang semuanya berada dalam kendali dirinya. Begitu pula dengan ke empat rekannya, mereka semua merupakan orang-orang pedalaman yang masih liar dan gemar sekali melakukan kejahatan. Yang beruntung adalah kelima orang ini tak pernah bersatu, mereka masing-masing berusaha untuk menjadi raja dan tak mau saling bekerja sama, coba kalau mereka saling bersatu padu, niscaya dunia persilatan akan dibikin obrak-abrik. Adapun binatang andalan mereka adalah Lebah beracun, laba laba beracun, ular be racun, kelabang beracun dan macan kumbang hitam. Tapi kalau dibicarakan kembali memang cukup aneh, sebab binatang tandingan dari ular beracun sesungguhnya adalah kelabang, sedang tandingan dari kela bang adalah macan kumbang hitam, sebaliknya tandingan dari macan kumbang hitam adalah lebah beracun, tapi lebah beracun sendiri takut dengan laba laba, sedang laba laba takut dengan ular beracun dan begitu seterusnya. Ketika semalam Suma Thian yu memasuki hutan wilayah mereka, kebetulan sekali Raja iblis ular beracun dan raja iblis kelabang beracun sedang menyambangi nenek iblis laba laba beracun dihutan sebelah utara, oleh sebab itu dia hanya menjumpai raja iblis seratus binatang dan raja iblis lebah beracun, coba kalau bukan demikian tak bisa dibayangkan bagaimanakah nasib dari Suma Thian yu serta Sin sian siangsu. Menanti ketiga raja iblis itu mendapat laporan kalau hutan mereka diserbu orang dan segera berangkat kebukit Jit yang san yang memang bersatu dengan hutan sebelah utara, waktu itu Sin sian siangsu dan Suma Thian yu sedang menuju pula kesitu, akibatnya mereka saling berjumpa disini. Sementara pembicaraan berlangsung, sorot mata si raja iblis ular beracun mengawasi wajah Suma Thian yu tiada hentinya. Sebab dari

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mulut Hu hou sia sian yang baru saja diselamatkan, dia mendapat tahu kalau kepandaian silat yang dimiliki anak muda tersebut lihay sekali. Itulah sebabnya begitu saling berjumpa pun mengawasi anak muda tersebut dengan seksama. Dasar anak muda yang masih berdarah panas, merasa diamati terus oleh orang lain, timbal perasaan muak dan kesal dihati Suma Thian yu, dengan cepat dia menegur: "Hei, bila kalian bertiga ada maksud tertentu untuk menghadang jalan pergi kami, ayo cepat diutarakan sekarang juga, kalau tidak, lebih baik menyingkir saja, aku masih ada urusan lain harus segera berangkat ke gua Jit yang tong" Raja iblis ular beracun tertawa seram. "Bocah keparat kau datang mencari kematian atau mengiringi kematian? Kau tahu, siapakah pemilik gua Jit yang tong itu? Kalau ingin menghantar kematianmu disitu, lebih baik tinggalkan dahulu kepandaianmu sebelum terkubur selamanya digua air tersebut!" Mengetahui kalau gua air tersebut mempunyai pemilik lain, sekali lagi Suma Thian yu merasakan hatinya bergetar keras, apa bila terbayang Chin Siau kena dibekuk pemilik gua air tersebut, hatinya bertambah gelisah. Tiba-tiba terdengar Sin sian siangsu berkata: "Kalian bertiga semuanya adalah jago-jago yang merajai suatu daerah, buat apa sih mesti ribut dengan kami? Apalagi kedatangan kami kemari hanya untuk mencari seorang teman saja, buat apa kalian mesti memojokkan orang lain?" Mendengar perkataan mana, si Raja iblis ular beracun segera membuat sebuah garis lurus diatas tanah dengan tongkat kepala ularnya, setelah memberi tanda kepada kedua orang rekannya, mereka bertiga sama-sama mundur kebelakang garis lurus tadi. Kemudian sambil tertawa seram dia baru berkata: "Barang siapa tidak takut, ayo maju dan langkahi garis lurus yang kubuat ini." Sin sian siangsu mengerutkan dahinya dan ragu sejenak, sebelum ia sempat berbuat banyak barang sesuatu hal, Suma Thian yu tertawa nyaring dan melangkahi garis lurus tersebut. Sin sian siangsu menjadi tertegun, tetapi dengan cepat dia menyusul dibelakangnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah tertawa seram, Raja iblis ular beracun segera mengacungkan ibu jari sembari berkata: "Punya nyali, benar-benar punya nyali, aku sangat kagum, aku kagum sekali, biar aku yang memberi pelajaran dulu padamu!" Tongkat kepala ularnya segera diayunkan kedepan, diiringi deruan angin serangan yang maha dahsyat dia langsung menyerang jalan darah Yu bun hiat di bawah tetek Sin Sian siangsu. Sesungguhnya Sin sian siangsu termasuk seorang jago yang banyak humor dan berwatak aneh, dihari-hari biasa dia paling segan melakukan pembunuhan, lagipula orangnya sabar dan bersedia mengalah kepada siapa saja. Walaupun demikian, kesabaran orang itu ada batas-batasnya, setelah didesak dan dipojokkan berulang kali, habis juga akhir nya kesabaran orang ini. Sambil tertawa dingin dia balas maju ke depan, sepasang lengannya digerakkan kekiri dan kanan melepaskan serangan dan tangkisan bersama kemudian, dengan kecepatan bagaikan kilat, kepalan kanannya menyodok kedada si raja iblis ular beracun. Betapa terkejutnya si raja iblis ular beracun setelah menghadapi ancaman itu, tongkatnya ditarik dengan cepat sambil buru-buru mundur kebelakang, menyusul kemudian dia memutar tongkatnya melakukan per tarungan pertarungan keras melawan keras. Di pihak lain, si nenek iblis laba laba beracun tidak menganggur pula, sambil menggoyangkan kipas bambunya dia menerjang kehadapan Suma Thian yu, lalu katanya sambil tertawa terkekeh kekeh: "Hei bocah, biar lo nio menemanimu bermain-main sebentar!" Kipas bambunya segera dikebaskan kemuka, segulung hawa panas yang menyengat badan cepat berhembus keatas wajah Suma Thian yu. Sejak berpengalaman di lembah lebah beracun dan hutan seratus binatang, Suma thian yu sudah cukup mengerti tentang ke mampuan ke lima iblis tersebut, dalam per tarungan asal dia bisa berhati-hati dalam mengawasi jurus serangan, maka kemenangan tentu berhasil diraih dengan mudah. Itulah sebabnya ketika melihat serangan pertama dari si nenek iblis laba laba beracun ditujukan hendak melukainya dengan racun, ia menjadi sangat mendongkol.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba tangan kirinya dibalik keatas, kelima jari tangannya membentuk kaitan dan memancarkan segenap tenaga dalamnya melewati ujung ujung jari itu. Tangan kanannya tidak menganggur pula, dengan cepat dia meloloskan pedang Kit hong kiamnya. Begitu senjata tersebut dicabut dari sarungnya bergemalah suara dentingan nyaring disusul pancaran sinar biru ke empat penjuru, dalam waktu singkat sebuah serangan telah dilepaskan. Mimpipun si nenek iblis laba laba beracun tidak menyangka kalau lawannya seorang pemuda ingusan bisa melancarkan serangan sedemikian cepatnya, dalam waktu singkat dua jurus serangan telah dilepaskan berbareng dengan kekuatan yang maha dahsyat. Ketika ia merasakan hawa beracunnya terbendung, tahu-tahu cahaya tajam sudah menyambar tiba. Untung saja si nenek iblis laba laba beracun bukan termasuk manusia lemah, kipas bambunya cepat dikibaskan kekiri dan kanan. "Weesss... weeess... weesss..." Secara beruntun dia lepaskan pula tiga buah serangan berantai yang kesemuanya ditujukan keatas jalan darah penting ditubuh Suma Thian yu. Menghadapi ancaman yang begitu berbahaya, Suma Thian yu sama sekali tidak gugup ataupun gelisah, pedangnya diputar membentuk lingkaran cahaya berwarna biru dan serentak berhasil mematahkan keti ga serangan kipas dari nenek iblis laba laba beracun itu. Menyusul kemudian pedangnya diputar sambil mendesak kedepan, memaksa si nenek iblis tersebut harus mundur dua langkah dari posisi semula. "Hei nenek peot!" seru pemuda itu kemudian sambil menarik kembali serangannya, apakah aku cukup berhak untuk mengunjungi gua air Jit yang tong?" Agaknya si nenek iblis laba laba beracun masih tertegun karena kena didesak mundur oleh pemuda itu, mendengar pertanyaan mana, tanpa disadari dia menyahut: "Cukup, cukup!" "Kalau begitu, aku tidak akan melayani dirimu lebih jauh" seru sang pemuda sambil menjura. Kepada Sin sian siangsu masih terlibat dalam pertarungan dia berseru pula:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Cianpwee, kita harus segera berangkat!" Belum selesai dia berkata, mendadak terdengar raja iblis kelabang beracun telah membentak nyaring: "Bocah keparat, masih ada yayamu yang belum kau layani!" Tubuhnya bergerak secepat angin, didalam waktu singkat dia sudah menerobos maju kehadapan Suma Thian yu. pada saat itulah si nenek iblis laba laba beracun baru mendusin kembali dari lamunannya, melihat sikapnya yang memalukan tanpa mengucapkan sepatah katapun dia menyusul dibelakang raja iblis kelabang beracun menuju kehadapan anak muda tersebut kemudian serunya: "Lo nio belum mau menganku kalah, tidak gampang kau ingin pergi dari sini" Memandang kebandelan kedua orang musuhnya, Suma Thian yu hanya bisa tertawa getir, apalagi bila teringat keliaran dan kebuasan manusia-manusia buas tersebut, dia ingin sekali memberi pelajaran yang setimpal kepada orang-orang itu! Dengan sorot mata yang tajam, diawasinya sekejap kedua orang itu, kemudian dia memandang pula kearah Sin sian siangsu dan raja iblis ular beracun yang sedang bertarung sengit. Segera terlihat olehnya betapa cepatnya gerak serangan dari gembong iblis itu, semua serangannya dilancarkan seperti orang kalap, namun sayang tiada bermanfaat. Cukup dalam sekilas pandangan, Suma Thian yu telah memahami kemampuan dari makhluk-makhluk tua tersebut, diam-diam ia tertawa geli. Bentaknya kemudian dengan lantang: "Tahan! cianpwee mundur dulu... aku mempunyai sebuah usul yang sangat bagus!" Pada dasar Sin sian siangsu memang tak bertindak keji terhadap kawanan manusia liar itu, ia banyak menggunakan segala kelincahan tubuhnya saja untuk memberi peringatan kepada mereka, mendengar seruan tersebut, dengan cepat dia melompat mundur dari arena pertarungan..... Menanti semua orang sudah menghentikan serangannya, Suma Thian yu baru berkata dengan lantang: "Bila aku kelewat takabur, harap tay ong bertiga jangan marah, agar lebih berhemat waktu, silahkan kalian bertiga menyerang bersama saja, andaikata aku sampai kalah, biar aku pun cepat menyerah.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan pertarungan seperti ini, pasti suasananya akan bertambah ramai, entah bagaimana dengan pendapat tay ong bertiga?" Racun iblis ular beracun mendengus dingin, biji mata sesatnya berputar kian ke mari, lalu jawabnya: "Bagus sekali, cuma sampai waktunya nanti kau jangan menuduh kami bertiga orang tua mempermainkan seorang bocah, yang minta begini adalah kau sendiri....." "Oooh, jangan kuatir, aku berbicara atas dasar kemauan sendiri, tentu saja aku tak bakal menyalahkan siapa pun" kata Suma thian yu sambil tertawa terbahak-bahak. Sin sian siansu menjadi sangat gelisah setelah menyaksikan kejadian ini, cepat timbrungnya dari samping: "Hiantit, kau....." Sebelum ucapan tersebut selesai diutarakan, Suma Thian yu kembali telah menukas: "Ciaupwee tak usah kuatir, aku sudah mempunyai rencana yang cukup matang" Menyaksikan kekerasan kepala pemuda itu, Sin sian siangsu hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil menghembuskan napas panjang, dia segera mengundurkan diri dari arena. Si raja iblis kelabang beracun sungguh merasa mendongkol sekali, sepasang giginya sampai menggertak keras, sepasang matanya memancarkan sinar mata berapi-api dan mengawasi Suma Thian yu dengan penuh amarah dan tak berkedip. Tiga orang gembong iblis ini biasanya malang melintang ditakuti orang, belum pernah mereka dicemooh bahkan dipandang rendah seperti hari ini. Bisa dibayangkan sampai dimanakah amarah mereka bertiga setelah bertemu de ngan jago muda yang tidak takut langit tidak takut bumi ini, kalau bisa mereka ingin sekali menggigit dan menelan suma Thian yu ke dalam perut. Dalam pada itu, si raja iblis ular be racun telah membisikkan sesuatu ke sisi telinga raja iblis kelabang beracun, kemudian bentaknya kepada Suma Thian yu: "Anak muda, aku mempunyai sebuah usul bagus, bersediakah kau untuk menerimanya?" "Asalkan kalian bertiga mengusulkan, aku pasti akan menyanggupi tanpa berkerut kening"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, Sin sian siangsu yang berdiri diluar arena merasakan tubuhnya bergetar keras, pekik nya tanpa terasa dihati: "Aduh celaka, habis sudah kali ini." Si Raja iblis ular beracun mendongakkan kepalanya sambil berpekik nyaring, begitu selesai berpekik, dari sakunya dia mengeluarkan seekor ular kecil yang berwarna kuning emas. Menyaksikan ular kecil ini, tiba-tiba saja Suma Thian yu teringat kembali dengan ular kecil berwarna emas yang pernah di jumpa dipuncak di im hong tempo hari, gelisah hatinya. Sebab dari gurunya Put gho cu dia mendapat tahu akan kelihayan ular emas kecil ini. Si raja iblis ular beracun segera tertawa bangga setelah menyaksikan paras muka Summa Thian yu berubah menjadi pucat pias, katanya setengah mengejek: "Bagaimana? Kau merasa takut? Hei, bocah keparat, aku merasa bertanding ilmu silat kurang merangsang napsu, mari kita beradu racun saja, pasti pertandingan ini lebih merangsang dan gembira!" Suma Thian yu berusaha keras mengendalikan rasa ngerinya, dengan menunjukan sikap acuh tak acuh dia bertanya: "Bagaimana cara kita bertanding?" Raja iblis ular beracun tertawa seram. "Bila kau beranggapan cara bertanding ini kurang adil, tentu saja kau tak perlu memaksakan diri" Suma Thian yu tertawa terbahak: "Haaa...haaa...kalau hanya seekor ular emas yang begitu kecil mah tak akan bisa menakuti aku, cuma sauyapun mempunyai sebuah syarat" "Apa syaratmu?" "Kita harus bertanding dua babak, babak pertama diusulkan kalian bertiga sedang babak kedua haruslah aku yang mengajukan persoalan, ini baru adil namanya, entah bagaimana pendapat kalian bertiga?" "Boleh sih boleh saja, pokoknya kami setuju" Tentu saja mereka bertiga setuju, karena dalam perkiraan mereka, baru dalam babak pertama saja Suma Thian yu sudah bisa dibikin mampus, mana mungkin dia berkesempatan untuk bertarung pada babak yang kedua atau selanjutnya? Suma Thian yu tertawa misterius, ujarnya kemudian:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Pembicaraan telah usai, silahkan kalian mengajukan pertanyaan...!" Raja iblis ular beracun tertawa seram, ular emas kecilnya diletakkan ditangan ki rinya dan membiarkan tangan tersebut di pagut satu kali, kemudian dengan wajah tak berubah dia berkata sambil tertawa seram. "Sekarang tiba giliranmu" Sin sian siangsu yang menyaksikan kejadian mana, merinding sekujur badannya buru-buru dia berkata: "Hiantit, jangan bertindak gegabah" Suma thian yu tertawa terbahak-bahak, dia tidak menggubris nasehat dari rekannya itu malah menyambut ular emas tadi dengan tangan kirinya. Memandang tingkah laku pemuda itu, Raja iblis ular racun memperdengarkan gelak tertawa seramnya yang penuh dengan kebanggaan. Mendadak ular kecil itu melejit kedepan dan memagut telapak tangan kiri Suma thian yu. Pemuda itu hanya merasakan telapak taegan kirinya menjadi kaku, menyusul kemudian sama sekali tak menunjukkan gejala apa-apa. Sepanjang kejadian tersebut berlangsung si raja iblis ular beracun hanya membelalakan matanya sambil mengawasi setiap perubahan yang terjadi. Dikala ular itu menggigit lengan lawan, dia tak dapat membendung rasa girang dihatinya, sehingga tertawa terbahak-bahak. Tapi gelak tawa tersebut segera terhenti ditengah jalan dan berganti menjadi pekikan aneh yang menyerupai isak tangis. Ternyata ular emas yang menggigit lengan kiri Suma Thian yu itu segera mengejang keras dan tak berkutik lagi. Suma Thian yu melirik sekejap ke arah ular kecil tersebut dengan pandangan sinis lalu menyodorkan bangkai itu kehadapan raja iblis ular beracun sembari berkata: "Benar-benar tak berguna, aku pikir ular emas ini ular palsu barang kali, masa begitu tak dapat, hanya menggigit sekali sudah tak Berkutik?" "Apa sudah mati?" Sambil menjerit kaget raja iblis ular beracun menerima kembali ular emasnya, ke mudian menangis tersedu-sedu seperti anak kecil. Suma Thian yu sama sekali tak menggubris ulah musuhnya, sambil

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berpaling kearah Raja iblis kelabang beracun, dia berkata: "Tay ong, apakah kau ingin memperlihatkan pula kelihayanmu?" Dengan sorot mata kaget bercampur heranan si raja iblis kelabang beracun mengawasi wajah anak muda itu tanpa berkedip, sementara dihati kecilnya dia berpikir: "Entah setan atau manusiakah dia? Kalau setan mengapa dia berbentuk manusia? Kalau manusia, mengapa mempunyai kepadaian yang begitu dahsyat? Hmm mungkin saja dia memang kebal terhadap racun ular...kelabang adalah tandingan ular beracun bila kau tidak takut ular, tentu kau takut dengan kelabang" Berpendapat demikian dari sakunya dia lantas mengeluarkan seekor kelabang berkaki seratus. Kelabang dari jenis ini meru pakan kelabang yang beracun sekali, barang siapa terpagut niscaya akan tewas seketika. Sejak dilahirkan hingga begini dewasa, belum pernah Suma Thian yu menyaksikan kelabang berkaki seratus yang begini aneh dan mengerikan hati, merinding sekujur badan nya karena seram, hawa dingin nerambat ketubuhnya membuat bulu kuduknva pada bangun berdiri. Tadi, dia berhasil menahan racun ular karena telapak tangan kirinya mengandug cairan mestika Jio sian kiam len ci tapi sekarang dia tidak tahu apakah cairan mestika itu masih mampu untuk menahan racunnya si kelabang beracun atau tidak. Raja iblis kelabang beracun tertawa dingin, pikirnya lagi dengan nada amat bangga: "Nah, ini dia, bocah keparat ini tentu jeri dengan kelabang, heeh, heeh, heeh, bila aku berhasil kali ini, pasti aku akan menjadi pemimpin semua orang!" Berpikir denemikian, dengan mengikuti cara yang semula, dia mem biarkan kelabang tersebut menggigit tubuhnya sendiri, kemudian baru menyodorkan kehadapan Suma Thian yu. Diam-diam Suma Thian yu berdoa, kemudiua menyalurkan segenap hawa murninya ke telapak tangan kiri guna berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan yang bisa terjadi, andaikata cairan Jin sian kiam lan ci tidak manjur, dia akan mempergunakan tenaga dalam nya yang sempurna untuk mendesak keluar sisa racun dari tubuhnya. Betitulah, selesai mengerahkan hawa murni nya dengan sangat berhati-hati dia menerima kelabang beracun itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Raja iblis kelabang beracun tertawa seram dia letakkan kelabang beracun itu ke atas telapak tangan Suma Thian yu. Dengan gesit kelabang tadi melompat keatas telapak tangan pemuda itu dan menggigitnya. Suma Thian yu sama sekali tidak bergerak, sorot matanya yang tajam mengawasi kelabang diatas tangannya tanpa berkedip, sementara peluh sebesar kacang kedelai jatuh bercucuran dengan derasnya. Raja iblis kelabang beracun sendiripun mengikuti perkembangan selanjutnya dengan perasaan tegang, jantungnya berdebar keras serasa mau melompat keluar dari rongga dadanya.... Dalam pada itu, si raja iblis ular beracun telah menghentikan pula isak tangisnya, dia turut mengawasi adegan tersebut dengan perasaan berdebar. Mendadak...... Suma Thian yu memperdengarkan suara pekikan yang nyaring sekali. Semua orang terperanjat, pekikan itu ibarat guntur yang membelah bumi disiang hari bolong, serentak semua orang mengalihkan sorot matanya ke arah telapak tangak Suma Thian yu. Mendadak terdengar raja iblis kelabang beracun menjerit keras, dengan cepat tubuhnya menerjang ke depan Suma Thian yu sementara kepalanya langsung diayunkan ke tubuh pemuda tersebut. "Bocah keparat" teriaknya gusar "ayo ganti seekor kelabang untuk ku!" Agaknya kelabang beracun berkaki seratus andalannya telah menyusul nasib dari ular emas kecil tadi mampus ditangan lawan. Suma Thian yu tertawa sambil berkelit kesamping, dia menyodorkan bangkai kelabang tersebut ke depan Raja iblis kelabang beracun, kemudian ujarnya: "Jangan terburu napsu, bukankah di dalam hutan kelabangmu penuh dengan kelabang, apa sih artinya kematian seekor kelabang mengapa kau tidak berpikir, aku Suma Thian yu hanya ada satu didunia ini, bila mati tak bakal muncul lagi ke duanya....." Lalu kepada nenek iblis laba laba beracun dia berkata pula: "Hei si nenek, sekarang tiba giliranmu, apakah kau mempunyai permainan baru?" "Betul!" si nenek mengangguk. "Apakah pelajaran yang diterima ke dua orang itu masih belum

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

cukup sebagai contoh soal bagimu?" kembali Suma Thian yu tertawa. Nenek iblis laba beracun mendengus dingin, umpatnya: "Setan cilik, kau tak usah takabur, lo nio sudah mengetahui siasat busukmu itu, dua kali pertarungan tadi kau selalu menghadapi serangan dengan telepak tangan kiri, ini menunjukkan kalau telapak tangan kirimu telah di rendam dengan obat penawar racun. Mari, mari, lo nio akan menukar dengan cara lain saja" Dari atas kipas bambunya dia menangkap seekor laba laba, kemudian ujarnya sambil terkekeh-kekeh: "Lihatlah permainanku ini!" Suma Thian yu dibuat terkejut juga setelah mendengar ucapan dari si nenek iblis itu, diam-diam pikirnya: "Lihay amat nenek ini!" Dalam pada itu, si nenek iblis laba laba beracun telah menggenggam laba labanya dan diiringi tertawa seram dia telan laba laba tersebut kedalam perut, sebagai bukti, dia malah memperhatikan mulutnya kepada anak muda tersebut. Muak perut Suma Thian yu menyaksikan adegan tersebut, nyaris isi perutnya ikut tumpah keluar. Pemuda itu segera menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya kemudian: "Dalam babak ini aku mengaku kalah saja, berbicara sesungguhnya, aku tidak mempunyai keberanian untuk menelan laba laba tersebut. Maaf, permainan orang pedalaman yang liar seperti ini tak berani kucoba ikuti" Nenek iblis laba laba beracun segera mendongakkan kepalanya dan tertewa seram, suaranya mengerikan seperti jeritan setan, buat siapapun yang mendengarkan merasakan hatinya jeri dan tak enak. Seusai tertawa, sambil menuding ke arah Suma Thian yu kembali dia berkata: "Setan cilik, aku akau melanggar kebiasaan ku, asal kau bersedia berlutut dan menyembah tiga kali kepadaku, akan kuijinkan kau untuk meninggalkan bukit Jit yang san ini, kalau tidak, hmmmm...! Semenjak berhasil menangkan dua babak pertama, kepercayaan Suma Thian yu terhadap diri sendiri semakin bertambah kuat, sesungguhnya dia tidak menandang sebelah matapun ter hadap laba laba beracun itu, namun kalau dia disuruh menelannya, ia benar-

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

benar tak berani untuk mencobanya. "Hei si nenek, kau jangan kelewat memojok kan orang" kata Suma Thian yu kemudian, "aku bukannya takut dengan laba labamu itu, hakekatnya aku tak ingin mencari gara-gara denganmu, bila kau menginginkan aku telan binatang, biar kita ambil jalan tengah dengan menyudahi pertarungan ini dengan seri saja, toh lebih baik kita sudahi saja masalah ini sampai disini saja!" "Tidak bisa, kau masih belum berhak untuk mengajukan usul! bentak nenek iblis laba laba beracun sambil menggelengkan kepalanya berulang kali. "Kalau begitu, aku harus melaksanakan janjiku?" "Benar!" jawaban dari si nenek iblis ini teramat tegas. Tak kuasa lagi Suma Thian yu mendongakkan kepalanya dan tertawa nyaring, dengan cepat dia mengangsurkan tangan kirinya ke hadapan nenek iblis tersebut. Dari atas kipas bambunya nenek iblis menangkap seekor laba laba dan diserahkan ke tangan anak muda itu, tanpa ragu Suma Thian yu segera memencet laba laba itu sampai mati lalu setelah diletakkan berapa saat diatas telapak tangan kirinya, menanti kadar racun sudah berkurang, ia baru menelannya. Namun ketika sorot matanya membentur dengan gumpalan laba laba itu, dia menjadi ragu kembali. Memandang sikap dari Suma thian yu, si nenek iblis laba laba beracun tertawa penuh kebanggan. Dia mensanggap hal ini merupakan kemenangan baginya, dia mengira inilah penampilannya yang melebihi orang lain, paling tidak ia sanggup membuat lawan mengalami kesulitan. Suma Thian yu mendongkol sekali menyaksikan kesombongan lawan, segera pikirnya. "Hutan golok, kuali berisi minyak mendidih pun sanggup kulakukan, masa aku tak berani menelan seekor laba laba kecil yang sudah di punahkan kadar racunnya?" Berpikir, demikian, tanpa ragu-ragu lagi dia lantas menelan laba laba tersebut kedalam perut. Nenek Iblis laba laba beracun menjadi tertegun setelah menyaksikan kejadian mana, sebelum ia sempat berbicara sesuatu, Suma Thian ya telah berkata lebih dulu: "Hei si nenek, sauyamu telah berhasil menyelesaikan ketiga

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

permintaan kalian, dan menangkan semua pertarungan ini, sekarang tiba giliran sauyamu untuk mengajukan persoalan" Ketiga orang gembong iblis itu segera berdiri tertegun belaka sambil mengawasi Suma thian yu, mereka menganggap pemuda ini sebagai malaikat yang baru turun dari kahyangan. Yang lain jangan dibicarakan, seandainya si raja iblis ular beracun disuruh menelan laba laba beracun, atau si nenek iblis laba laba beracun disuruh menerima gigitan dari kelabang beracun niscaya mereka akan tewas dengan segera. ATau dengan perkataan lain ketiga orang itu sama-sama tak akan mampu untuk menyelesaikan pertarungan ini, tapi pemuda yang berada dihadapan mereka sekarang sanggup menyelesaikan semua tugas itu secara baik, jelss hal semacam ini diluar kemampuan orang biasa. Raja iblis ular beracun benar-benar takluk, terdengar ia berkata dengan cepat: "Masuklah kedalam, orang yang hendak kau cari belum mati" Suma Thian yu gembira sekali mendengar perkataan itu. "Terima kasih" serunya kemudian. Siapa tahu si Raja iblis kelabang berseru secara tiba-tiba: "Bocah keparat, kau jangan pergi dulu, kalau akan pergi, bayar dulu kerugian yang kami derita" "Hah! ganti rugi apa?" tanya Suma thian yu kaget. "Seekor ular emas, seekor kelabang berkaki seratus dan dua ekor laba laba beracun!" Mendengar perkataan tersebut Suma thian yu segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terba hak-babak: "Seandainya selembar jiwaku sampai melayang, siapa pula yang akan membayar ganti rugi kepadaku?" Kemudian sambil mengalihkan pandangan matanya ke wajah nenek iblis laba laba beracun, dia bertanya: "Apakah kau minta ganti rugi dariku?" "Tentu Saja!" Suma thian yu segera berpaling pula kearah raja iblis ular beracun sambil bertanya lagi: "Dan kau?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Raja iblis ular beracun nampak agak ragu, akhirnya dia menjawab agak tergagap: "Ter.....terserah...." Suma Thian yu manggut-manggut. "Kalau toh kalian bertiga begitu liar, terpaksa aku harus membayar ganti kerugian kepada kalian, nah siapa yang akan maju duluan?" Raja iblis kelabang beracun melompat kedepan Suma Thian yu, telapak tangan-nya di silangkan didepan dada, sementara tongkatnya membuat gerakan setengah lingkaran diudara lalu dihantamkan kearah kepala lawan sambil membentak gusar: "Setan cilik, locu akan mencabut nyawamu!" Amarah Suma Thian yu benar-benar sudah mencapai pada puncaknya, pedang Kit hong kiamnya diputar menciptakan selapis cahaya bianglala biru yang amat menyilaukan mata, kemudian.... "Kraaakkk!" tongkat berkepala kelabang milik raja iblis kelabang beracun sudah terpapas kutung menjadi dua bagian. Suma Thian yu memang berniat untuk menghabisi nyawa musuhnya, dengan cepat pedang Kit hong kiamnya diputar menggunakan jurus Ciong liong hong ji hay (naga masuk samura) secepat sambaran petir menusuk keperut musuh. Jeritan ngeri yang memilukan hati segera berkumandang dari mulut raja iblis kelabang beracun, perutnya robek dan ususnya mengalir keluar, toyanya yang tinggal separuhpun terjatuh ke tanah. Sambil memegangi perutnya yang robek dan wajah pucat pias, sekujur badannya gemetar keras, akhirnya dia roboh, dia tak pernah bangun kembali. Sehabis membereskan 1awannya, Suma Thian yu berpaling ke arah nenek iblis laba laba beracun, lalu bentaknya lagi: "Apakah kau masih bermaksud untuk menuntut ganti rugi?" Bergidik sekujur badan nenek iblis itu selesai melihat keampuhan sang pemuda yang menghabisi nyawa raja iblis kelabang beracun dalam sekali ayunan pedang, dia tak berani banyak berkutik lagi. Suma Thian yu tidak memberi kesempatan lagi kepada lawannya, dengan cepat dia menerobos kedepan nenek iblis, pedang Kit hong kiamnya dengm jurus Tui san tiam hay (mendorong bukit membendung samudra) membacok ke muka. Cahaya biru berkelebat lewat, sebelum si nenek iblis sempat melakukan sesuatu tindakan, tahu-tahu sebuah lengannya sudah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terpapas kutung menjadi dua bagian. Diiringi jerit kesakitan yang memilukan hati, nenek itu segera membalikkan badannya dan melarikan diri terbirit-birit. Suma Thian yu menarik kembali pedangnya, kepada si raja iblis ular beracun katanya: "Kau boleh pergi! Tapi ingat dengan pelajaran yang kau saksikan hari ini, bila dikemudian hari sikapmu masih tetap kejam dan tak berperikemanusiaan, inilah contoh yang paling baik untukmu" Pada mulanya si raja iblis ular beracun mengira Suma Thian yu tidak akan melepaskan pula dirinya setelah terdengar ucapan tersebut hatinya baru merasa lega. Buru-buru dia menjura kepada Suma Thiah yu, kemudian membalikkan badan dan berlalu dari situ, dalam waktu singkat bayangan tubuh nya sudab lenyap dari pandangan mata. Memandang bayangan punggung orang itu, Suma Thian yu menghela napas panjang seraya berguman: "Moga-moga saja si raja iblis lebah beracun dan Ha hou sia sian dapat meniru sikap raja iblis ular beracun. Belum habis dia bergumam, terdengar Sin sian siangsu yang benda dibelakangnya telah menukas: "Hiantit, kau telah melanggar sebuah pantangan besar, masa depanmu selanjutnya akan banyak menjumpai bahaya maut" "Maksud ciaopwee...." tanya Suma Thian yu tercengang. "Aaai..." Sin sian siangsu menghela napas panjang, "menghadapi manusia liar seperti mereka kau hanya boleh menaklukan hati mereka dengan kata-kata, bukan dengan kekerasan. Mereka adalah manusia tak berbudaya yang tidak memandang penting arti kehidupan, dengan dibiarkannya mereka berlalu, itu berarti kau telah mengundang banyak kesulitan dikemudian hari" "Mengapa?" Suma Thian yu balik bertarya, "bukankah sewaktu berlalu tadi, si raja iblis ular beracun telah menunjukkan sikap yang begitu munduk dan hormat?" "Haaaah... haah.... haaah...ini merupakan suatu firasat yang salah dari hiantit, tahukah kau mengapa aku enggan melakukan pembunuhan? Misalkan saja, ketika aku menghadapi dua ekor harimau milik Hu hou sia sian dilembah lebah beracun serta dalam menghadapi si Raja iblis ular beracun tadi, aku selalu berusaha untuk mempertahankan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

suatu selisih jarak dengan tidak mau mencelakai mereka. Bahkan terhadap binatang peliharaan mereka pun aku sama saja enggan mengusiknya, mengertikah kau?" "Boanpwee bodoh dan tidak memahami teori tersebut" "Daerah dimana kita berada sekarang merupakan daerah kekuasaan mereka" Manusia memang makhluk yang aneh, asalkan saja seorang ibu yang mengetahui anaknya berbuat kesalahan, andaikata anaknya di hukum mati, mereka pasti akan penasaran dan berusaha membelanya. Demikian juga dengan keadaan mereka, sekalipun raja iblis ular be racun sekalian terhitung manusia liar toh mereka mempunyai hubungan batin satu sama lainnya, apakah mereka rela membiarkan rekan nya diusik orang? Bila kejadian tersebut sampai menimbulkan amarah mereka sehingga turun tangan bersama, biar ada sayappun mungkin sulit bagi mu untuk melepaskan diri, mengerti?" "Aku mengerti" "Bagus sekali, kalau begitu mari kita berangkat, mumpung mereka belum sempat melakukan pengejaran kemari" "Chin Siau masih berada diangan orang, kita harus menolongnya secepat mungkin, bisa jadi selembar jiwanya terancam bahaya maut. Apa lagi bila kita tidak memasuki sarang harimau bagaimana mungkin bisa berhasil dengan sukses" Mendengar ucapan mana, diam-diam Sin sian siangsu mengagumi keberanian pemuda ini, diapun semakin kagum dengan kegagahan dan kesetiaan kawan-nya. "Hiantit, aku benar-benar takluk kepadamu" kata Sin sian siangsu kemudian sambil manggut-manggut, "terus terang saja, biarkan harus mengorbankan selembar jiwa tua ku, aku takkan menampik maksud baikmu itu, ayo berangkat, kita terjang kedalam!" Kedua orang itu segera menembusi hutan dan masuk kedalam sebuah rimba yang lebat. Anehnya hutan itu sangat teratur, bahkan besar kecilnya pun tidak jauh berbeda. Mendadak Sin sian siangsu menarik tangan Suma Thian yu sambil berbisik. "Hiantit, tunggu dulu, jangan sampai tersesat, kalau sampai terjebak oleh perangkap musuh, bisa berabe kita" Suma Thian yu dapat merasakan juga kalau keadaan rada kurang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

beres, dengan cepat dia amati sekejap sekeliling tempat itu, mendadak pada jarak tiga kaki disebelah kiri terlihat sebuah kain panjang yang berkibar terhembus angin. Tanpa berpikir panjang lagi dia melejit dan meluncur ke situ dengan kecepatan bagai kan anak panah yang terlepas dari busur. "Cianpwe, cepat kemari" teriaknya keras-keras, "gua air tersebut terletak didepan sana!" Dalam dua kali lompatan saja Sin sian siangsu sudah tiba didepan Suma Thian yu, mengikuti arah yang ditunjuk oleh pemuda itu, benar juga, dia saksikan sebuah gua muncul di tengah hutan. Dengan seksama Sin sian siangsu memperhatikan sekejap keadaan disekeliling itu, lalu sambil menggelengkan kepalanya dia berkata: "Kita sudah tertipu, gua itu bukan Jit yang sui tong!" "Dari mana kau bisa tahu?" tanya Suma thian yu dengan wajah tercengang. "Sederhana sekali, didepan gua Sui yang jit tong semestinya berdiri sebatang pohon siong, gua itu berada persis pada bagian akarnya...." "Mengapa cianpwee bisa mengetahui begitu jelas?" pemuda itu bertanya sambil tertawa hambar. Pertanyaan itu segera menimbulkan kesan kurang baik bagi Sin sian siangsu, dia merasa Suma Thian yu kelewat cerewet, segera tegurnya dengan marah: "Bila kau tidak percaya, turun saja sendiri untuk membuktikan keberaran dari perkataanku" Suma Thian yu tahu, pertanyaan yang ber lebihan darinya telah menimbulkan amarah dari kakek tersebut, maka diapun lantas bertanya: "Harap cianpwee sudi memberi petunjuk, bila kita tidak bertindak cepat, sampai terlambat Chin Siau bisa terancam bahaya" "Ikutilah aku, sepanjang jalan tak usah banyak bertanya, kedua, bila menjumpai kejadian apapun harus minta persetujuan dariku sebelum melakukan suatu tindikan" Suma Thian yu mengiyakan berulang kali, dia tak berani berayal lagi dan berdua memasuki hutan menuju kearah gua. Siapa tahu, biarpun sudah berjalan dua jam lamanya, mereka masih belum berhasil juga menemukan mulut masuk menuju ke gua Jit yang sui tong itu. Suma Thian yu jadi habis ke sabarannya, tapi dia enggan banyak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menimbrung, apa lagi selama ini Sin sian siangsu membungkam terus tanpa berbicara, terpaksa dia harus menahan diri sambil mengikutinya. Tapi lama kelamaan habis sudah kesabaran Suma Thian yu, mendadak dia bertanya: "Ciancwee, bukankah kau bilang mulut masuk menuju ke gua terletak pada bagian akar pohon siong?" "Ehmm...!" jawab Sin sian siangsu sekenanya, dia seperti lagi memusatkan segenap pikirannya untuk menemukan jalan tembus. "Aku lihat hutan ini seperti diaturr menurut berisan Pat kwa, susunannya sangat teratur" "Hmmm, memang benar" Kalau kita mesti berjalan terus dengan cara ini harus berjalan sampai kapan? Padahal senja telah tiba, bila malam sudah menjelang, mana mungkin kita bisa melanjutkan perjalanan?" "Dicoba saja, aku pikir tak menjadi soal" kembali jawaban dari Sin sian siangsu acuh tak acuh. "Mengapa kita tidak berusaha mencari jalan lain?" "Cara apa? Kecuali memecahkan barisan apakah meski memasuki tanah...!" Sin sian siangsu nampak amat kesal. "Biarpun masuk ketanah mustahil, kita kan bisa terbang kelangit...?" "Hei, jangan bergurau saja, masa dalam keadaan beginipun kau masih berniat untuk bergurau?" Biar kecil orangnya, besar sekali otak licik Suma Thian yu, sekali lagi dia tertawa. "Pohon siong yang berusia seribu tahun pasti tinggi menjulang ke angkasa, kalau kita menuju kepuncaknya, bukankah dengan cepat tempat tersebut akan ditemukan?" Mendengar perkataan itu Sin Sian Siansu segera berseru tertahan. "Aah, benar, suatu siasat yang bagus, suatu pemikiran yang sangat jitu" Dia lantas menepuk bahu Suma Thian yu sambil barkata lagi: "Hiantit, kau memang punya aksi bagus, yang tua begini memang sungguh tak becus, mengapa tidak kau katakan dari tadi? Bikin aku menjadi gelisah saja" "Aah, boanpwe hanya teringat secara tidak sebgaja saja...." Sin sian siangsu tidak banyak berbicara lagi, buru-buru dia menjejakkan kakinya ke tanah dan melejit ke puncak pohon dengan gerakan It bok

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ciong thian (burung bangau ter bang ke udara) Betul juga, tak jauh dari tempat itu, mereka menyaksikan sebuah pohon siong yang amat besar. "Itu dia!" Sin sian siangsu segera barteriak kegirangan, "disitu pohon yang kita cari, ayo cepat turun!" Tapi Suma Thian yu menggelengkan kepalanya berulang kali, ceegahnya: "Cianpwee, kita tak perlu turun, kalau kita berjalan melewati puncak pohon, bukankah keadaannya akan lebih gampang?" Sin sian siangsu yang mendengar perkataan ini menjadi kagum sekali atas kecerdasan otak pemuda itu. Begitulah, mereka berdua segera mergerahkan ilmu meringankan tubuh Cau sang hui (terbang diatas rumput) dan meluncur kearah pohon siong tadi dengan melalui puncak pohon. Suatu ketika, mendadak Suma Thian yu menjerit kaget: "Aah, tahan!" Bagaikan burung elang yang menyambar kelinci, dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat dia segera meluncur kebawah. Sin sian siangsu dengan mengerahkan pula ilmu meringankan tubuh ceng sah lok eng (burung manyar hinggap dipasir) melompat turun pula keatas tanah. Ternyata mereka saksikan seorang kakek sedang bersiap sedia membunuh seorang pemuda, dan pemuda itu bukan lain adalah musuh Suma Thian yu, Chin Siau. Ketika mendengar bentakan tadi, si kakek tersebut kelihatan kaget dan berdiri melongo, saat itulah dua sosok bayangan manusia telah meluncur turun dengan kecepatan tinggi. Begitu mencapai permukaan tanah, Suma Thian yu langsung berjalan menuju kehadapan Chin Siau. Waktu itu sepasang tangan Chin Siau terikat kencang dan kesadarannya hampir punah, secepat kilat Suma Thian yu membebaskan belenggunya, membebaskan totokan jalan darahnya dan mengeluarkan dua butir pil sambil melancarkan peredaran darahnya. Chin Siau membuka matanya lebar-lebar, ketika menjumpai Suma thian yu, mendadak dia mencaci maki:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jilid : 25 PADA DASARNYA SI KAKEK setengah telanjang itu hanya seorang manusia biasa, dia terpaut jauh sekali bila dibandingkan dengan lawannya, tidak heran kalau dalam satu gebrakan saja sudah tertotok. Walaupun kakek setengah telanjang itu sudah roboh, namun lebah beracun yang tak terhitung jumlahnya itu tetap berdatangan secara bergerombol, mereka menyerang secara ganas dan mengerikan. Suma Thian yu bergerak lebih dulu, dengan pedang ditangan kanan, pukulan yang dahsyat ditangan kiri, semua perintang di sapu serentak. Perlu di ketahui, telapak tangan kiri pernah direndam dalam cairan mestika sian kiam lan, itulah sebabnya betapapun beracun lebah-lebah tersebut, tak satupun yang bisa mengapa-apakan dirinya. Sin sian siangsu yang mengikuti dibelakangnya, di samping melepaskan pukulan untuk mengusir lebah, diam-diam diapun ter kejut atas kelihayan ilmu silat Suma Thian yu. Hingga mereka keluar dari perbatasan lembah, lebah-lebah beracun tersebut baru menghentikan pengejarannya. Kedua orang itu menghembuskan napas lega, ketika berpaling tampak oleh mereka kawanan binatang buas peliharaan si Dewa sesat penakluk harimau telah melintasi daerah perbatasan dan memasuki wilayah lembah. Siapa sangka begitu kawanan binatang buas itu melewati perbatasan, kawanan lebah beracun yang berada di wilayahnya segera melancarkan serangan secara besarbesaran. Tak ampun lagi banyak korban berjatuh di kedua belah pihak. Suma Thian yu segera bertepuk tangan sambil berteriak: Bagus, bagus sekali, ini namanya saling bunuh membunuh, mari kita saksikan pertunjukkan bagus ini, kesempatan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

semacam ini jarang bisa dijumpai, kita tak boleh kehilangan kesempatan sebaik ini." Sin sian siangsu yang berpengalaman lebih luas mendadak berteriak kaget: "Aduh celaka, andaikata kakek setengah telanjang itu sudah di sadarkan kembali mungkin sulit bagi kita untuk meloloskan diri!" Mendengar perkataan tersebut Suma Thian yu segera berpaling, betul juga, si Dewa sesat penakluk harimau telah membebaskan pengaruh totokan pada kakek setengah telanjang tersebut. Seandainya jalan darah kakek setengah telanjang itu sudah bebas, niscaya diakan bekerja sama dengan dewa sesat penakluk harimau untuk menggabungkan binatang peliharaan mereka guna menyerang bersama. Dalam serangan gabungan antara manusia dengan binatang ini, biar ada seratus orang Suma Thian yu maupun Sin sian siangsu pun jangan harap bisa lolos dari hutan seratus binatang dan lembah lebah beracun ini dalam keadaan selamat. Menyadari betapa gawatnya keadaan tersebut, Suma Thian yu segera mengajak Sin sian siangsu untuk kabur dari lingkungan daerah tersebut dan kabur menuju ke jalan semula. Baru saja dua orang itu memasuki hutan, suara auman yang gegap gempita telah bergema dari belakang, agaknya seratus ekor hewan buas tersebut sudah mulai melancarkan pengejaran. Dalam keadaan seperti ini, kedua orang itu semakin tak berani tinggal lebih lama mereka kabur makin kencang dan akhirnya berhasil lolos dari pengejaran. Sin sian siangsu tidak berhenti meski mereka sudah lolos dari wilayah berbahaya, malahan langkahnya semakin dipercepat lagi.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lebih kurang tiga li kemudian mereka baru memperlambat larinya, kemudian sambil menggelengkan kepala dan menghela napas panjang gumamnya: "Oooh, sungguh berbahaya, untung kedua lembar jiwa kita masih bisa dipungut kembali dari pintu neraka." Suma Thian yu tertawa ringan. "Aah, tak mungkin sedemikian parah, mengapa boanpwee tidak merasakan sama sekali kalau baru lolos dari bahaya maut?" Sekali lagi Sin siau siangsu menghela napas panjang: "Tahukah kau mengapa aku masuk hutan lebat?" "Mungkin kau tahu kalau boanpwee sedang menjumpai mara bahaya?" Sin sian siangsu cepat menggeleng, sambil menuding ke arah sebuah dusun tak jauh dari situ dia berkata: "Semalam aku menginap di dusun itu, dari orang dusun kuperoleh keterangan tentang segala sesuatu diseputar hutan itu, mendengar cerita mana aku jadi gembira, maka sejak fajar tadi aku tinggalkan dusun itu dan melakukan penyelidikan kesini" "Bukankah kau bisa masuk ke sana dengan lancar dan kembali dengan selamat?" Apa sih yang menakutkan?" tukas Suma Thian yu tidak habis mengerti. Sin sian siangsu segera tertawa. "Kau hanya tahu satu tak tahu dua, sesungguhnya lembah lebah beracun mau pun hutan seratus binatang bukan daerah aman "Apa sih yang menakutkan?" tegurnya. "Hmm, kau terlalu polos, ketahuilah di dalam hutan ini berdiam lima orang kakek khas yang berhati kejam dan berperangai aneh, yang baru saja kita jumpai hanya dua diantaranya, bila tiga orang lainnya munculkan diri pula, kita pasti akan mampus!" "Masih ada tiga orang? Tiga orang yang mana?" tanya Suma Thian yu keheranan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bila hari sudah gelap, ke tiga orang lainnya akan segera menampakkan diri, bukit gundul dimana kau berdiri tadi adalah Tok coa nia atau Tebing ular berbisa, seringkali ular beracun bermunculan bila malam hari sedang hutan lebat yang kita telusuri barusan adalah Tok go kong lim (hutan kelabang beracun), sedangkan hutan lebat disebelah barat adalah Tok ci cu lim atau Hutan laba laba beracun, pokoknya setiap sudut dari wilayah tersebut ditempati oleh seorang gembong iblis!" Berubah paras muka Suma Thian yu setelah mendengar perkataan itu, badannya jadi dingin separuh, sekarang dia baru memahami betapa rawannya keadaan mereka waktu itu. Menyaksikan perubahan wajah Suma Thian yu, Sin sian siangsu segera tertawa terbahak-bahak. "Haaah...haaah...haaah... kau ingin sekali lagi menyerempet bahaya?" Suma Thian yu mendongakkan kepalanya memandang langit yang mendekati senja, buru-buru sahutnya: "Tidak usah...tidak usah.. " "Haaah...haah...haah... sekarang kau baru merasa takut?" "Kalau dipikirkan kembali, bergidik rasanya hatiku, sampai sekarang pun bulu kudukku masih pada berdiri!" Suma Thian yu memang 1agi kesepian dalam perjalannya, bisa bersua dengan manusia macam Sin sian siangsu, boleh dibilang banyak duka mestapa yang bisa dihilang kan. Malam itu mereka habiskan dalam perjalanan diiringi sendang gurau dan pem bicaraannya yang asyik. Keesokan harinya... Mereka berdua telah tiba dibawah bukit Jit yang san. Sambil menuding kearah tanah perbukitan didepan sana, Sin sian siangsu berseru: "Kau ingin mendaki bukit itu untuk menyaksikan pemandangan indah...?" "Apa sih yang indah?" "Di atas bukit itu ada gua air, gua itu penuh dengan misteri dan sudah banyak umat persilatan yang mengunjungi tempat

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

itu tapi banyak pula yang lenyap setelah melakukan penyelidikan" Mendengar cerita itu, Suma Thian yu segera menerima tawaran tersebut. Terdengar Sin sian siangsu berkata lagi: "Aku tahu kalau kau sangat tertarik oleh ceritaku, tapi ingat setibanya disana maka kita harus bertindak menurut keadaan, tak boleh gegabah, sebab sudah beratus-ratus jago yang menemui ajalnya ditempat itu. Dengan langkah berhati-hati berangkatlah mereka ke arah bukit. Baru tiba di kaki bukit, mereka menyaksikan sebuah tugu peringatan didirikan orang dengan tulisan tulisan besar yang amat menyolok dipandang: "Gua air Jit yang tong adalah gua siluman, harap para pelancong berhati-hati!" Mungkin peringatan tersebut didirikan oleh penduduk disekitar bukit tersebut setelah banyak korban berjatuhan disana. Suma Thian yu mendengus dingin, tanpa banyak bicara dia meneruskan langkahnya menuju ke atas bukit. Sin sian siangsu yang menjumpai sikap anak muda tersebut menjadi cemas, dengan ketat dia mengikuti terus dibelakangnya. Jalan bukit itu amat sempit dan sukar dilalui, tapi kedua orang itu sebagai jago lihay dunia persilatan bukan merupakan masalah, dengan muda semua perjalanan dapat ditempuh. Baru saja menaiki subuah tebing, mendadak Suma Thian yu menghentikan langkahnya sambil menjerit kaget: "Aaaaii!!" Dengan cepat dia meluncur naik keatas sebuah pohon yang tumbuh dihadapannya. Ternyata diatas pohon itu tergantung secarik kain putih, diatas kain itu masih nampak noda darah. "Apa yang kau temukan?" Sin sian siangsu segera menghampirinya sambil menegur.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Chin Siau pasti berada disekitar tempat ini!" seru Suma Thian yu setelah meneliti kain tersebut. "Chin Siau? Siapakah Chin Siau itu?" "Dia adalah seorang jago lihai dari Bong kok kiam jiu (aliran pedang bermata buta)" Secara ringkas dia lantas menceritakan pengalamannya bersama Chin Siau di bukit Ngo tay san. Sin sian siangsu tertawa nyaring. "Berdasarkan secarik kain kau bisa menduga akan dia, hal ini menunjukkan kalau kau memang seorang yang cermat, cuma...." "Pakaian yang dikenakan pernah tertusuk oleh pedangku, berdasarkan hal ini aku lantas menduga kalau dia berada disini" Selesai berkata, dia lantas menarik tangan Sin sian siangsu untuk melanjutkan perjalanan mendaki bukit. Sebuah tebing kembali sudah dilalui, selama ini Suma Thian yu selalu memperhatikan keadaan disekelilingnya, janganjangan masih ada kain seperti itu yang tertinggal. Apa yang diduga ternyata tidak salah, di samping tebing dia jumpai secarik kain yang sama, hanya kain tersebut tidak dinodai oleh percikan darah. "Jangan-jangan saudara Chin sudah menjumpai bahaya maut!" gumam Suma thian yu kemudian sambil memungut cuwilan kain itu dari atas tanah. Sin sian siangsu tertawa panjang. "Aku lihat, kau kelewat membayangkan yang bukan-bukan, seandainya dia memang sudah terkena musibah, darimana dia punya waktu untuk meninggalkan kainnya sebagai tanda? Aku lihat, bisa jadi hal ini merupakan bagian dari rencana busuknya untuk memancing kau masuk perangkap!" Meskipun dalam hatinya Suma Thian yu tidak setuju pada pendapat tersebut, tetapi dia juga tidak membantah, maka berangkatlah kadua orang itu meneruskan perjalanan-nya. Ketika mencapai tebing yang ketiga, Sin sian siangsu kembali berkata:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hati-hati, tebing di depan sana adalah gua air yang termasyur dalam dunia persilatan" Sebenarnya ucapan mana dimaksudkan untuk memberi peringatan agar pemuda itu waspada, siapa tahu Suma Thian yu justru tertawa panjang sambil melejit ke muka dengan kecepatan tinggi. Sin sian siangsu yang menyaksikan kejadian ini, terpaksa harus mengikuti dibelakangnya sambil berteriak: "Jangan bertindak gegabah, pikirlah tiga kali sebelum bertindak dalam segala hal!" Belum habis perkataan ini diutarakan, Suma Thian yu telah tiba di atas puncak tersebut dan tiba-tiba saja terdengar ia menjadi kaget: "Aaaah! Cepat kemari..." Sing sian siangsu segera melejit ke tengah udara dan meluncur ke depan dengan kecepatan luar biasa, tapi dengan cepat dia menjerit pula dengan nada kaget: "Aaaah!" Rupanya diatas tebing itu tumbuh berderet pepohonan besar, jumlahnya mencapai dua puluhan batang lebih, waktu itu, diatas setiap batang pohon tergantung sesosok mayat. Diantara mayat mayat tersebut ada kaum lelaki, ada kaum wanita, ada yang tua ada pula yang muda, tapi semuanya mengenakan pakaian ringkas dan bersenjata, jelas orangorang persilatan. Memandang adegan yang terbentang di depan mata, tanpa terasa kedua orang itu menghembuskan napas dingin. Sambil menggelengkan kepala serta menghela napas dalam-dalam Sin sian siangsu berkata: "Aaai, kalau manusia sudah bejat moral, dia selalu membantai orang seperti membantai binatang, betul-betul neraka ditengah alam manusia, hiantit, menurut perkiraanku disini pasti hidup seorang iblis yang suka membunuh orang seperti membabat rumput dan dapat membunuh orang tanpa berkedip mata"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu mencoba untuk memeriksa mayat-mayat tersebut dengan seksama, dia mencoba untuk mendapat tahu apakah Chin Siau terdapat diantara korban korban pembunuhan itu, ternyata tidak ada, Chin Siau bukan termasuk korban pembunuhan keji. Sambil menuding kebelakang deretan pepohonan itu Sin sian siangsu berkata: Didepan sana adalah gua air, bisa jadi sahabatmu itu sudah menyerempet bahaya dan masuk kesana. Habis sudah kesabaran Suma Thian yu setelah mendengar perkataan ini, cepat-cepat serunya: "Cianpwee, mari kita segera masuk, aku kuatir dia telah tertimpa bencana!" Baru selesai perkataan itu diucapkan, mendadak.... Ditengah keheningan yang mencekam sekeliling tempat itu, berkumandang suara pekikan nyaring yang amat menggidikkan hati, suaranya seperti jeritan kuntilanak ditengah malam buta membuat bulu kuduk orang pada bangun berdiri, menyeramkan. Baik Sin sian siangsu maupun Sama Thian yu kedua duanya sama-sama merasa terkejut, ditengah gugupnya cepat mereka membalikkkan badan dan berusaha menahan gerak laju mereka secara paksa. Tiba-tiba pandangan matanya terasa kabur dan...Sreeet, sreeet...." tiga sosok bayangan manusia berkelebat lewat dihadapan mereka. Ternyata mereka terdiri dari dua orang lelaki dan seorang wanita yang berdandan sangat aneh. Orang pertama merupakan seorang kakek berusia enam puluhan yang telanjang bagian atasnya, dia kurus sekali sehingga tinggal kulit yang membungkus tulang, namun di tangannya memegang sebuah tongkat dengan diujung tongkat itu berukirkan sebuah kepala ular. Orang kedua juga seorang kakek, usianya hampir sebaya yaitu enam puluh tahunan, bagian rawan dari tubuhnya saja yang di tutup dengan beberapa lembar daun, dia membawa

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pula sebuah tongkat, hanya pada ujungnya berukir seekor kelabang. Orang ketiga adalah seorang nenek, dia berusia lima puluh tahunan dengan perut yang buncit, tubuh bagian atasnya ditutup dengan selembar kain sutra yang tipis sementara didalam genggamannya membawa sebuah kipas bambu, diatas kipas menempel sepasang laba laba. Sin sian siangsu yani cukup berpengalaman dalam dunia persilatan kuatir kalau Suma thian yu tidak mengenali asal usul beberapa orang itu, buru-buru serunya ke mudian sambil tertawa tergelak. "Ooh...rupanya tay ong bertiga yang sudah lama termashur namanya dalam dunia persilatan tapi, heran, mengapa kalian ber tiga bisa muncul dibukit Jit yang san ini?" Si kakek bertongkat kepala ular itu menjawab dingin: "Kami khususnya datang untuk menyambut kalian! Kalau toh kalian berdua sang gup memasuki lembah lebah beracun dan hutan seratus binatang, hal mana membuktikan kalau kepandaian silat yang kau miliki cukup hebat, sayang kami bertiga kebetulan tak hadir disana, itulah sebabnya kami tak bisa turut menyambut, harap sudi dimaafkan. Sin sian siangsu tertawa terbahak bahak: Haaa... haaaa...ucapan kalian bertiga terlalu serius, kami berdua tak lebih hanya kuli silat kasaran yang kebetulan saja lewat disini, kami memang sedang menyesal lantaran tak bisa menjumpai kalian bertiga, setelah perjumpaan hari ini terbukti sudah bahwa apa yang kami dengar selama ini memang benar" 000O000 TERNYATA si kakek yang membawa tongkat terkepala ular itu adalah pemimpin dari Tok coa nia (tebing ular beracun) yang disebut orang sebagai Tok coa mo ong (Raja iblis ular beracun).

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kakek kedua yang membawa tongkat berkepala kelabang adalah pemimpin dari Go kong lim (hutan kelabang) yang disebut orang Go kong mo ong (Raja iblis kelabang), Sedangkan si nenek tak lain adalah Ci cu mo poo (Nenek iblis laba laba). Ketiga orang gembong iblis ini bersama Pek siu ong (Raja seratus binatang) dari hutan Pek siu lim yaitu Hu hon sia sian dan Tok hong mo ong (Raja iblis lebah beracun) disebut orang Khong ciong mo ong (lima raja dari pedalaman) sedangkan orang persilatan menyebut mereka sebagai Mang huang ngo mo (lima iblis dari daerah liar). Mereka termashur karena peliharaannya yang beracun, setiap orang memiliki sejenis binatang peliharaan yang selain beracun juga amat jahat dan berbahaya. Seperti misalnya si Raja iblis lebah beracun, didalam lembahnya terdapat beribu-ribu ekor lebah beracun yang semuanya berada dalam kendali dirinya. Begitu pula dengan ke empat rekannya, mereka semua merupakan orang-orang pedalaman yang masih liar dan gemar sekali melakukan kejahatan. Yang beruntung adalah kelima orang ini tak pernah bersatu, mereka masing-masing berusaha untuk menjadi raja dan tak mau saling bekerja sama, coba kalau mereka saling bersatu padu, niscaya dunia persilatan akan dibikin obrakabrik. Adapun binatang andalan mereka adalah Lebah beracun, laba laba beracun, ular be racun, kelabang beracun dan macan kumbang hitam. Tapi kalau dibicarakan kembali memang cukup aneh, sebab binatang tandingan dari ular beracun sesungguhnya adalah kelabang, sedang tandingan dari kela bang adalah macan kumbang hitam, sebaliknya tandingan dari macan kumbang hitam adalah lebah beracun, tapi lebah beracun sendiri takut dengan laba laba, sedang laba laba takut dengan ular beracun dan begitu seterusnya. Ketika semalam Suma Thian yu memasuki hutan wilayah mereka, kebetulan sekali Raja iblis ular beracun dan raja iblis

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kelabang beracun sedang menyambangi nenek iblis laba laba beracun dihutan sebelah utara, oleh sebab itu dia hanya menjumpai raja iblis seratus binatang dan raja iblis lebah beracun, coba kalau bukan demikian tak bisa dibayangkan bagaimanakah nasib dari Suma Thian yu serta Sin sian siangsu. Menanti ketiga raja iblis itu mendapat laporan kalau hutan mereka diserbu orang dan segera berangkat kebukit Jit yang san yang memang bersatu dengan hutan sebelah utara, waktu itu Sin sian siangsu dan Suma Thian yu sedang menuju pula kesitu, akibatnya mereka saling berjumpa disini. Sementara pembicaraan berlangsung, sorot mata si raja iblis ular beracun mengawasi wajah Suma Thian yu tiada hentinya. Sebab dari mulut Hu hou sia sian yang baru saja diselamatkan, dia mendapat tahu kalau kepandaian silat yang dimiliki anak muda tersebut lihay sekali. Itulah sebabnya begitu saling berjumpa pun mengawasi anak muda tersebut dengan seksama. Dasar anak muda yang masih berdarah panas, merasa diamati terus oleh orang lain, timbal perasaan muak dan kesal dihati Suma Thian yu, dengan cepat dia menegur: "Hei, bila kalian bertiga ada maksud tertentu untuk menghadang jalan pergi kami, ayo cepat diutarakan sekarang juga, kalau tidak, lebih baik menyingkir saja, aku masih ada urusan lain harus segera berangkat ke gua Jit yang tong" Raja iblis ular beracun tertawa seram. "Bocah keparat kau datang mencari kematian atau mengiringi kematian? Kau tahu, siapakah pemilik gua Jit yang tong itu? Kalau ingin menghantar kematianmu disitu, lebih baik tinggalkan dahulu kepandaianmu sebelum terkubur selamanya digua air tersebut!" Mengetahui kalau gua air tersebut mempunyai pemilik lain, sekali lagi Suma Thian yu merasakan hatinya bergetar keras, apa bila terbayang Chin Siau kena dibekuk pemilik gua air tersebut, hatinya bertambah gelisah. Tiba-tiba terdengar Sin sian siangsu berkata:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalian bertiga semuanya adalah jago-jago yang merajai suatu daerah, buat apa sih mesti ribut dengan kami? Apalagi kedatangan kami kemari hanya untuk mencari seorang teman saja, buat apa kalian mesti memojokkan orang lain?" Mendengar perkataan mana, si Raja iblis ular beracun segera membuat sebuah garis lurus diatas tanah dengan tongkat kepala ularnya, setelah memberi tanda kepada kedua orang rekannya, mereka bertiga sama-sama mundur kebelakang garis lurus tadi. Kemudian sambil tertawa seram dia baru berkata: "Barang siapa tidak takut, ayo maju dan langkahi garis lurus yang kubuat ini." Sin sian siangsu mengerutkan dahinya dan ragu sejenak, sebelum ia sempat berbuat banyak barang sesuatu hal, Suma Thian yu tertawa nyaring dan melangkahi garis lurus tersebut. Sin sian siangsu menjadi tertegun, tetapi dengan cepat dia menyusul dibelakangnya. Setelah tertawa seram, Raja iblis ular beracun segera mengacungkan ibu jari sembari berkata: "Punya nyali, benar-benar punya nyali, aku sangat kagum, aku kagum sekali, biar aku yang memberi pelajaran dulu padamu!" Tongkat kepala ularnya segera diayunkan kedepan, diiringi deruan angin serangan yang maha dahsyat dia langsung menyerang jalan darah Yu bun hiat di bawah tetek Sin Sian siangsu. Sesungguhnya Sin sian siangsu termasuk seorang jago yang banyak humor dan berwatak aneh, dihari-hari biasa dia paling segan melakukan pembunuhan, lagipula orangnya sabar dan bersedia mengalah kepada siapa saja. Walaupun demikian, kesabaran orang itu ada batasbatasnya, setelah didesak dan dipojokkan berulang kali, habis juga akhir nya kesabaran orang ini. Sambil tertawa dingin dia balas maju ke depan, sepasang lengannya digerakkan kekiri dan kanan melepaskan serangan dan tangkisan bersama kemudian, dengan kecepatan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bagaikan kilat, kepalan kanannya menyodok kedada si raja iblis ular beracun. Betapa terkejutnya si raja iblis ular beracun setelah menghadapi ancaman itu, tongkatnya ditarik dengan cepat sambil buru-buru mundur kebelakang, menyusul kemudian dia memutar tongkatnya melakukan per tarungan pertarungan keras melawan keras. Di pihak lain, si nenek iblis laba laba beracun tidak menganggur pula, sambil menggoyangkan kipas bambunya dia menerjang kehadapan Suma Thian yu, lalu katanya sambil tertawa terkekeh kekeh: "Hei bocah, biar lo nio menemanimu bermain-main sebentar!" Kipas bambunya segera dikebaskan kemuka, segulung hawa panas yang menyengat badan cepat berhembus keatas wajah Suma Thian yu. Sejak berpengalaman di lembah lebah beracun dan hutan seratus binatang, Suma thian yu sudah cukup mengerti tentang ke mampuan ke lima iblis tersebut, dalam per tarungan asal dia bisa berhati-hati dalam mengawasi jurus serangan, maka kemenangan tentu berhasil diraih dengan mudah. Itulah sebabnya ketika melihat serangan pertama dari si nenek iblis laba laba beracun ditujukan hendak melukainya dengan racun, ia menjadi sangat mendongkol. Tiba-tiba tangan kirinya dibalik keatas, kelima jari tangannya membentuk kaitan dan memancarkan segenap tenaga dalamnya melewati ujung ujung jari itu. Tangan kanannya tidak menganggur pula, dengan cepat dia meloloskan pedang Kit hong kiamnya. Begitu senjata tersebut dicabut dari sarungnya bergemalah suara dentingan nyaring disusul pancaran sinar biru ke empat penjuru, dalam waktu singkat sebuah serangan telah dilepaskan. Mimpipun si nenek iblis laba laba beracun tidak menyangka kalau lawannya seorang pemuda ingusan bisa melancarkan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

serangan sedemikian cepatnya, dalam waktu singkat dua jurus serangan telah dilepaskan berbareng dengan kekuatan yang maha dahsyat. Ketika ia merasakan hawa beracunnya terbendung, tahutahu cahaya tajam sudah menyambar tiba. Untung saja si nenek iblis laba laba beracun bukan termasuk manusia lemah, kipas bambunya cepat dikibaskan kekiri dan kanan. "Weesss... weeess... weesss..." Secara beruntun dia lepaskan pula tiga buah serangan berantai yang kesemuanya ditujukan keatas jalan darah penting ditubuh Suma Thian yu. Menghadapi ancaman yang begitu berbahaya, Suma Thian yu sama sekali tidak gugup ataupun gelisah, pedangnya diputar membentuk lingkaran cahaya berwarna biru dan serentak berhasil mematahkan keti ga serangan kipas dari nenek iblis laba laba beracun itu. Menyusul kemudian pedangnya diputar sambil mendesak kedepan, memaksa si nenek iblis tersebut harus mundur dua langkah dari posisi semula. "Hei nenek peot!" seru pemuda itu kemudian sambil menarik kembali serangannya, apakah aku cukup berhak untuk mengunjungi gua air Jit yang tong?" Agaknya si nenek iblis laba laba beracun masih tertegun karena kena didesak mundur oleh pemuda itu, mendengar pertanyaan mana, tanpa disadari dia menyahut: "Cukup, cukup!" "Kalau begitu, aku tidak akan melayani dirimu lebih jauh" seru sang pemuda sambil menjura. Kepada Sin sian siangsu masih terlibat dalam pertarungan dia berseru pula: "Cianpwee, kita harus segera berangkat!" Belum selesai dia berkata, mendadak terdengar raja iblis kelabang beracun telah membentak nyaring: "Bocah keparat, masih ada yayamu yang belum kau layani!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tubuhnya bergerak secepat angin, didalam waktu singkat dia sudah menerobos maju kehadapan Suma Thian yu. pada saat itulah si nenek iblis laba laba beracun baru mendusin kembali dari lamunannya, melihat sikapnya yang memalukan tanpa mengucapkan sepatah katapun dia menyusul dibelakang raja iblis kelabang beracun menuju kehadapan anak muda tersebut kemudian serunya: "Lo nio belum mau menganku kalah, tidak gampang kau ingin pergi dari sini" Memandang kebandelan kedua orang musuhnya, Suma Thian yu hanya bisa tertawa getir, apalagi bila teringat keliaran dan kebuasan manusia-manusia buas tersebut, dia ingin sekali memberi pelajaran yang setimpal kepada orangorang itu! Dengan sorot mata yang tajam, diawasinya sekejap kedua orang itu, kemudian dia memandang pula kearah Sin sian siangsu dan raja iblis ular beracun yang sedang bertarung sengit. Segera terlihat olehnya betapa cepatnya gerak serangan dari gembong iblis itu, semua serangannya dilancarkan seperti orang kalap, namun sayang tiada bermanfaat. Cukup dalam sekilas pandangan, Suma Thian yu telah memahami kemampuan dari makhluk-makhluk tua tersebut, diam-diam ia tertawa geli. Bentaknya kemudian dengan lantang: "Tahan! cianpwee mundur dulu... aku mempunyai sebuah usul yang sangat bagus!" Pada dasar Sin sian siangsu memang tak bertindak keji terhadap kawanan manusia liar itu, ia banyak menggunakan segala kelincahan tubuhnya saja untuk memberi peringatan kepada mereka, mendengar seruan tersebut, dengan cepat dia melompat mundur dari arena pertarungan..... Menanti semua orang sudah menghentikan serangannya, Suma Thian yu baru berkata dengan lantang: "Bila aku kelewat takabur, harap tay ong bertiga jangan marah, agar lebih berhemat waktu, silahkan kalian bertiga

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyerang bersama saja, andaikata aku sampai kalah, biar aku pun cepat menyerah. Dengan pertarungan seperti ini, pasti suasananya akan bertambah ramai, entah bagaimana dengan pendapat tay ong bertiga?" Racun iblis ular beracun mendengus dingin, biji mata sesatnya berputar kian ke mari, lalu jawabnya: "Bagus sekali, cuma sampai waktunya nanti kau jangan menuduh kami bertiga orang tua mempermainkan seorang bocah, yang minta begini adalah kau sendiri....." "Oooh, jangan kuatir, aku berbicara atas dasar kemauan sendiri, tentu saja aku tak bakal menyalahkan siapa pun" kata Suma thian yu sambil tertawa terbahak-bahak. Sin sian siansu menjadi sangat gelisah setelah menyaksikan kejadian ini, cepat timbrungnya dari samping: "Hiantit, kau....." Sebelum ucapan tersebut selesai diutarakan, Suma Thian yu kembali telah menukas: "Ciaupwee tak usah kuatir, aku sudah mempunyai rencana yang cukup matang" Menyaksikan kekerasan kepala pemuda itu, Sin sian siangsu hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil menghembuskan napas panjang, dia segera mengundurkan diri dari arena. Si raja iblis kelabang beracun sungguh merasa mendongkol sekali, sepasang giginya sampai menggertak keras, sepasang matanya memancarkan sinar mata berapi-api dan mengawasi Suma Thian yu dengan penuh amarah dan tak berkedip. Tiga orang gembong iblis ini biasanya malang melintang ditakuti orang, belum pernah mereka dicemooh bahkan dipandang rendah seperti hari ini. Bisa dibayangkan sampai dimanakah amarah mereka bertiga setelah bertemu de ngan jago muda yang tidak takut langit tidak takut bumi ini, kalau bisa mereka ingin sekali menggigit dan menelan suma Thian yu ke dalam perut. Dalam pada itu, si raja iblis ular be racun telah membisikkan sesuatu ke sisi telinga raja iblis kelabang beracun, kemudian bentaknya kepada Suma Thian yu:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Anak muda, aku mempunyai sebuah usul bagus, bersediakah kau untuk menerimanya?" "Asalkan kalian bertiga mengusulkan, aku pasti akan menyanggupi tanpa berkerut kening" Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, Sin sian siangsu yang berdiri diluar arena merasakan tubuhnya bergetar keras, pekik nya tanpa terasa dihati: "Aduh celaka, habis sudah kali ini." Si Raja iblis ular beracun mendongakkan kepalanya sambil berpekik nyaring, begitu selesai berpekik, dari sakunya dia mengeluarkan seekor ular kecil yang berwarna kuning emas. Menyaksikan ular kecil ini, tiba-tiba saja Suma Thian yu teringat kembali dengan ular kecil berwarna emas yang pernah di jumpa dipuncak di im hong tempo hari, gelisah hatinya. Sebab dari gurunya Put gho cu dia mendapat tahu akan kelihayan ular emas kecil ini. Si raja iblis ular beracun segera tertawa bangga setelah menyaksikan paras muka Summa Thian yu berubah menjadi pucat pias, katanya setengah mengejek: "Bagaimana? Kau merasa takut? Hei, bocah keparat, aku merasa bertanding ilmu silat kurang merangsang napsu, mari kita beradu racun saja, pasti pertandingan ini lebih merangsang dan gembira!" Suma Thian yu berusaha keras mengendalikan rasa ngerinya, dengan menunjukan sikap acuh tak acuh dia bertanya: "Bagaimana cara kita bertanding?" Raja iblis ular beracun tertawa seram. "Bila kau beranggapan cara bertanding ini kurang adil, tentu saja kau tak perlu memaksakan diri" Suma Thian yu tertawa terbahak: "Haaa...haaa...kalau hanya seekor ular emas yang begitu kecil mah tak akan bisa menakuti aku, cuma sauyapun mempunyai sebuah syarat" "Apa syaratmu?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kita harus bertanding dua babak, babak pertama diusulkan kalian bertiga sedang babak kedua haruslah aku yang mengajukan persoalan, ini baru adil namanya, entah bagaimana pendapat kalian bertiga?" "Boleh sih boleh saja, pokoknya kami setuju" Tentu saja mereka bertiga setuju, karena dalam perkiraan mereka, baru dalam babak pertama saja Suma Thian yu sudah bisa dibikin mampus, mana mungkin dia berkesempatan untuk bertarung pada babak yang kedua atau selanjutnya? Suma Thian yu tertawa misterius, ujarnya kemudian: "Pembicaraan telah usai, silahkan kalian mengajukan pertanyaan...!" Raja iblis ular beracun tertawa seram, ular emas kecilnya diletakkan ditangan ki rinya dan membiarkan tangan tersebut di pagut satu kali, kemudian dengan wajah tak berubah dia berkata sambil tertawa seram. "Sekarang tiba giliranmu" Sin sian siangsu yang menyaksikan kejadian mana, merinding sekujur badannya buru-buru dia berkata: "Hiantit, jangan bertindak gegabah" Suma thian yu tertawa terbahak-bahak, dia tidak menggubris nasehat dari rekannya itu malah menyambut ular emas tadi dengan tangan kirinya. Memandang tingkah laku pemuda itu, Raja iblis ular racun memperdengarkan gelak tertawa seramnya yang penuh dengan kebanggaan. Mendadak ular kecil itu melejit kedepan dan memagut telapak tangan kiri Suma thian yu. Pemuda itu hanya merasakan telapak taegan kirinya menjadi kaku, menyusul kemudian sama sekali tak menunjukkan gejala apa-apa. Sepanjang kejadian tersebut berlangsung si raja iblis ular beracun hanya membelalakan matanya sambil mengawasi setiap perubahan yang terjadi. Dikala ular itu menggigit lengan lawan, dia tak dapat membendung rasa girang dihatinya, sehingga tertawa

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terbahak-bahak. Tapi gelak tawa tersebut segera terhenti ditengah jalan dan berganti menjadi pekikan aneh yang menyerupai isak tangis. Ternyata ular emas yang menggigit lengan kiri Suma Thian yu itu segera mengejang keras dan tak berkutik lagi. Suma Thian yu melirik sekejap ke arah ular kecil tersebut dengan pandangan sinis lalu menyodorkan bangkai itu kehadapan raja iblis ular beracun sembari berkata: "Benar-benar tak berguna, aku pikir ular emas ini ular palsu barang kali, masa begitu tak dapat, hanya menggigit sekali sudah tak Berkutik?" "Apa sudah mati?" Sambil menjerit kaget raja iblis ular beracun menerima kembali ular emasnya, ke mudian menangis tersedu-sedu seperti anak kecil. Suma Thian yu sama sekali tak menggubris ulah musuhnya, sambil berpaling kearah Raja iblis kelabang beracun, dia berkata: "Tay ong, apakah kau ingin memperlihatkan pula kelihayanmu?" Dengan sorot mata kaget bercampur heranan si raja iblis kelabang beracun mengawasi wajah anak muda itu tanpa berkedip, sementara dihati kecilnya dia berpikir: "Entah setan atau manusiakah dia? Kalau setan mengapa dia berbentuk manusia? Kalau manusia, mengapa mempunyai kepadaian yang begitu dahsyat? Hmm mungkin saja dia memang kebal terhadap racun ular...kelabang adalah tandingan ular beracun bila kau tidak takut ular, tentu kau takut dengan kelabang" Berpendapat demikian dari sakunya dia lantas mengeluarkan seekor kelabang berkaki seratus. Kelabang dari jenis ini meru pakan kelabang yang beracun sekali, barang siapa terpagut niscaya akan tewas seketika. Sejak dilahirkan hingga begini dewasa, belum pernah Suma Thian yu menyaksikan kelabang berkaki seratus yang begini aneh dan mengerikan hati, merinding sekujur badan nya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

karena seram, hawa dingin nerambat ketubuhnya membuat bulu kuduknva pada bangun berdiri. Tadi, dia berhasil menahan racun ular karena telapak tangan kirinya mengandug cairan mestika Jio sian kiam len ci tapi sekarang dia tidak tahu apakah cairan mestika itu masih mampu untuk menahan racunnya si kelabang beracun atau tidak. Raja iblis kelabang beracun tertawa dingin, pikirnya lagi dengan nada amat bangga: "Nah, ini dia, bocah keparat ini tentu jeri dengan kelabang, heeh, heeh, heeh, bila aku berhasil kali ini, pasti aku akan menjadi pemimpin semua orang!" Berpikir denemikian, dengan mengikuti cara yang semula, dia mem biarkan kelabang tersebut menggigit tubuhnya sendiri, kemudian baru menyodorkan kehadapan Suma Thian yu. Diam-diam Suma Thian yu berdoa, kemudiua menyalurkan segenap hawa murninya ke telapak tangan kiri guna berjagajaga terhadap segala kemungkinan yang bisa terjadi, andaikata cairan Jin sian kiam lan ci tidak manjur, dia akan mempergunakan tenaga dalam nya yang sempurna untuk mendesak keluar sisa racun dari tubuhnya. Betitulah, selesai mengerahkan hawa murni nya dengan sangat berhati-hati dia menerima kelabang beracun itu. Raja iblis kelabang beracun tertawa seram dia letakkan kelabang beracun itu ke atas telapak tangan Suma Thian yu. Dengan gesit kelabang tadi melompat keatas telapak tangan pemuda itu dan menggigitnya. Suma Thian yu sama sekali tidak bergerak, sorot matanya yang tajam mengawasi kelabang diatas tangannya tanpa berkedip, sementara peluh sebesar kacang kedelai jatuh bercucuran dengan derasnya. Raja iblis kelabang beracun sendiripun mengikuti perkembangan selanjutnya dengan perasaan tegang, jantungnya berdebar keras serasa mau melompat keluar dari rongga dadanya....

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam pada itu, si raja iblis ular beracun telah menghentikan pula isak tangisnya, dia turut mengawasi adegan tersebut dengan perasaan berdebar. Mendadak...... Suma Thian yu memperdengarkan suara pekikan yang nyaring sekali. Semua orang terperanjat, pekikan itu ibarat guntur yang membelah bumi disiang hari bolong, serentak semua orang mengalihkan sorot matanya ke arah telapak tangak Suma Thian yu. Mendadak terdengar raja iblis kelabang beracun menjerit keras, dengan cepat tubuhnya menerjang ke depan Suma Thian yu sementara kepalanya langsung diayunkan ke tubuh pemuda tersebut. "Bocah keparat" teriaknya gusar "ayo ganti seekor kelabang untuk ku!" Agaknya kelabang beracun berkaki seratus andalannya telah menyusul nasib dari ular emas kecil tadi mampus ditangan lawan. Suma Thian yu tertawa sambil berkelit kesamping, dia menyodorkan bangkai kelabang tersebut ke depan Raja iblis kelabang beracun, kemudian ujarnya: "Jangan terburu napsu, bukankah di dalam hutan kelabangmu penuh dengan kelabang, apa sih artinya kematian seekor kelabang mengapa kau tidak berpikir, aku Suma Thian yu hanya ada satu didunia ini, bila mati tak bakal muncul lagi ke duanya....." Lalu kepada nenek iblis laba laba beracun dia berkata pula: "Hei si nenek, sekarang tiba giliranmu, apakah kau mempunyai permainan baru?" "Betul!" si nenek mengangguk. "Apakah pelajaran yang diterima ke dua orang itu masih belum cukup sebagai contoh soal bagimu?" kembali Suma Thian yu tertawa. Nenek iblis laba beracun mendengus dingin, umpatnya:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Setan cilik, kau tak usah takabur, lo nio sudah mengetahui siasat busukmu itu, dua kali pertarungan tadi kau selalu menghadapi serangan dengan telepak tangan kiri, ini menunjukkan kalau telapak tangan kirimu telah di rendam dengan obat penawar racun. Mari, mari, lo nio akan menukar dengan cara lain saja" Dari atas kipas bambunya dia menangkap seekor laba laba, kemudian ujarnya sambil terkekeh-kekeh: "Lihatlah permainanku ini!" Suma Thian yu dibuat terkejut juga setelah mendengar ucapan dari si nenek iblis itu, diam-diam pikirnya: "Lihay amat nenek ini!" Dalam pada itu, si nenek iblis laba laba beracun telah menggenggam laba labanya dan diiringi tertawa seram dia telan laba laba tersebut kedalam perut, sebagai bukti, dia malah memperhatikan mulutnya kepada anak muda tersebut. Muak perut Suma Thian yu menyaksikan adegan tersebut, nyaris isi perutnya ikut tumpah keluar. Pemuda itu segera menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya kemudian: "Dalam babak ini aku mengaku kalah saja, berbicara sesungguhnya, aku tidak mempunyai keberanian untuk menelan laba laba tersebut. Maaf, permainan orang pedalaman yang liar seperti ini tak berani kucoba ikuti" Nenek iblis laba laba beracun segera mendongakkan kepalanya dan tertewa seram, suaranya mengerikan seperti jeritan setan, buat siapapun yang mendengarkan merasakan hatinya jeri dan tak enak. Seusai tertawa, sambil menuding ke arah Suma Thian yu kembali dia berkata: "Setan cilik, aku akau melanggar kebiasaan ku, asal kau bersedia berlutut dan menyembah tiga kali kepadaku, akan kuijinkan kau untuk meninggalkan bukit Jit yang san ini, kalau tidak, hmmmm...! Semenjak berhasil menangkan dua babak pertama, kepercayaan Suma Thian yu terhadap diri sendiri semakin

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bertambah kuat, sesungguhnya dia tidak menandang sebelah matapun ter hadap laba laba beracun itu, namun kalau dia disuruh menelannya, ia benar-benar tak berani untuk mencobanya. "Hei si nenek, kau jangan kelewat memojok kan orang" kata Suma Thian yu kemudian, "aku bukannya takut dengan laba labamu itu, hakekatnya aku tak ingin mencari gara-gara denganmu, bila kau menginginkan aku telan binatang, biar kita ambil jalan tengah dengan menyudahi pertarungan ini dengan seri saja, toh lebih baik kita sudahi saja masalah ini sampai disini saja!" "Tidak bisa, kau masih belum berhak untuk mengajukan usul! bentak nenek iblis laba laba beracun sambil menggelengkan kepalanya berulang kali. "Kalau begitu, aku harus melaksanakan janjiku?" "Benar!" jawaban dari si nenek iblis ini teramat tegas. Tak kuasa lagi Suma Thian yu mendongakkan kepalanya dan tertawa nyaring, dengan cepat dia mengangsurkan tangan kirinya ke hadapan nenek iblis tersebut. Dari atas kipas bambunya nenek iblis menangkap seekor laba laba dan diserahkan ke tangan anak muda itu, tanpa ragu Suma Thian yu segera memencet laba laba itu sampai mati lalu setelah diletakkan berapa saat diatas telapak tangan kirinya, menanti kadar racun sudah berkurang, ia baru menelannya. Namun ketika sorot matanya membentur dengan gumpalan laba laba itu, dia menjadi ragu kembali. Memandang sikap dari Suma thian yu, si nenek iblis laba laba beracun tertawa penuh kebanggan. Dia mensanggap hal ini merupakan kemenangan baginya, dia mengira inilah penampilannya yang melebihi orang lain, paling tidak ia sanggup membuat lawan mengalami kesulitan. Suma Thian yu mendongkol sekali menyaksikan kesombongan lawan, segera pikirnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hutan golok, kuali berisi minyak mendidih pun sanggup kulakukan, masa aku tak berani menelan seekor laba laba kecil yang sudah di punahkan kadar racunnya?" Berpikir, demikian, tanpa ragu-ragu lagi dia lantas menelan laba laba tersebut kedalam perut. Nenek Iblis laba laba beracun menjadi tertegun setelah menyaksikan kejadian mana, sebelum ia sempat berbicara sesuatu, Suma Thian ya telah berkata lebih dulu: "Hei si nenek, sauyamu telah berhasil menyelesaikan ketiga permintaan kalian, dan menangkan semua pertarungan ini, sekarang tiba giliran sauyamu untuk mengajukan persoalan" Ketiga orang gembong iblis itu segera berdiri tertegun belaka sambil mengawasi Suma thian yu, mereka menganggap pemuda ini sebagai malaikat yang baru turun dari kahyangan. Yang lain jangan dibicarakan, seandainya si raja iblis ular beracun disuruh menelan laba laba beracun, atau si nenek iblis laba laba beracun disuruh menerima gigitan dari kelabang beracun niscaya mereka akan tewas dengan segera. ATau dengan perkataan lain ketiga orang itu sama-sama tak akan mampu untuk menyelesaikan pertarungan ini, tapi pemuda yang berada dihadapan mereka sekarang sanggup menyelesaikan semua tugas itu secara baik, jelss hal semacam ini diluar kemampuan orang biasa. Raja iblis ular beracun benar-benar takluk, terdengar ia berkata dengan cepat: "Masuklah kedalam, orang yang hendak kau cari belum mati" Suma Thian yu gembira sekali mendengar perkataan itu. "Terima kasih" serunya kemudian. Siapa tahu si Raja iblis kelabang berseru secara tiba-tiba: "Bocah keparat, kau jangan pergi dulu, kalau akan pergi, bayar dulu kerugian yang kami derita" "Hah! ganti rugi apa?" tanya Suma thian yu kaget.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Seekor ular emas, seekor kelabang berkaki seratus dan dua ekor laba laba beracun!" Mendengar perkataan tersebut Suma thian yu segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terba hak-babak: "Seandainya selembar jiwaku sampai melayang, siapa pula yang akan membayar ganti rugi kepadaku?" Kemudian sambil mengalihkan pandangan matanya ke wajah nenek iblis laba laba beracun, dia bertanya: "Apakah kau minta ganti rugi dariku?" "Tentu Saja!" Suma thian yu segera berpaling pula kearah raja iblis ular beracun sambil bertanya lagi: "Dan kau?" Raja iblis ular beracun nampak agak ragu, akhirnya dia menjawab agak tergagap: "Ter.....terserah...." Suma Thian yu manggut-manggut. "Kalau toh kalian bertiga begitu liar, terpaksa aku harus membayar ganti kerugian kepada kalian, nah siapa yang akan maju duluan?" Raja iblis kelabang beracun melompat kedepan Suma Thian yu, telapak tangan-nya di silangkan didepan dada, sementara tongkatnya membuat gerakan setengah lingkaran diudara lalu dihantamkan kearah kepala lawan sambil membentak gusar: "Setan cilik, locu akan mencabut nyawamu!" Amarah Suma Thian yu benar-benar sudah mencapai pada puncaknya, pedang Kit hong kiamnya diputar menciptakan selapis cahaya bianglala biru yang amat menyilaukan mata, kemudian.... "Kraaakkk!" tongkat berkepala kelabang milik raja iblis kelabang beracun sudah terpapas kutung menjadi dua bagian. Suma Thian yu memang berniat untuk menghabisi nyawa musuhnya, dengan cepat pedang Kit hong kiamnya diputar menggunakan jurus Ciong liong hong ji hay (naga masuk samura) secepat sambaran petir menusuk keperut musuh.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jeritan ngeri yang memilukan hati segera berkumandang dari mulut raja iblis kelabang beracun, perutnya robek dan ususnya mengalir keluar, toyanya yang tinggal separuhpun terjatuh ke tanah. Sambil memegangi perutnya yang robek dan wajah pucat pias, sekujur badannya gemetar keras, akhirnya dia roboh, dia tak pernah bangun kembali. Sehabis membereskan 1awannya, Suma Thian yu berpaling ke arah nenek iblis laba laba beracun, lalu bentaknya lagi: "Apakah kau masih bermaksud untuk menuntut ganti rugi?" Bergidik sekujur badan nenek iblis itu selesai melihat keampuhan sang pemuda yang menghabisi nyawa raja iblis kelabang beracun dalam sekali ayunan pedang, dia tak berani banyak berkutik lagi. Suma Thian yu tidak memberi kesempatan lagi kepada lawannya, dengan cepat dia menerobos kedepan nenek iblis, pedang Kit hong kiamnya dengm jurus Tui san tiam hay (mendorong bukit membendung samudra) membacok ke muka. Cahaya biru berkelebat lewat, sebelum si nenek iblis sempat melakukan sesuatu tindakan, tahu-tahu sebuah lengannya sudah terpapas kutung menjadi dua bagian. Diiringi jerit kesakitan yang memilukan hati, nenek itu segera membalikkan badannya dan melarikan diri terbirit-birit. Suma Thian yu menarik kembali pedangnya, kepada si raja iblis ular beracun katanya: "Kau boleh pergi! Tapi ingat dengan pelajaran yang kau saksikan hari ini, bila dikemudian hari sikapmu masih tetap kejam dan tak berperikemanusiaan, inilah contoh yang paling baik untukmu" Pada mulanya si raja iblis ular beracun mengira Suma Thian yu tidak akan melepaskan pula dirinya setelah terdengar ucapan tersebut hatinya baru merasa lega.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Buru-buru dia menjura kepada Suma Thiah yu, kemudian membalikkan badan dan berlalu dari situ, dalam waktu singkat bayangan tubuh nya sudab lenyap dari pandangan mata. Memandang bayangan punggung orang itu, Suma Thian yu menghela napas panjang seraya berguman: "Moga-moga saja si raja iblis lebah beracun dan Ha hou sia sian dapat meniru sikap raja iblis ular beracun. Belum habis dia bergumam, terdengar Sin sian siangsu yang benda dibelakangnya telah menukas: "Hiantit, kau telah melanggar sebuah pantangan besar, masa depanmu selanjutnya akan banyak menjumpai bahaya maut" "Maksud ciaopwee...." tanya Suma Thian yu tercengang. "Aaai..." Sin sian siangsu menghela napas panjang, "menghadapi manusia liar seperti mereka kau hanya boleh menaklukan hati mereka dengan kata-kata, bukan dengan kekerasan. Mereka adalah manusia tak berbudaya yang tidak memandang penting arti kehidupan, dengan dibiarkannya mereka berlalu, itu berarti kau telah mengundang banyak kesulitan dikemudian hari" "Mengapa?" Suma Thian yu balik bertarya, "bukankah sewaktu berlalu tadi, si raja iblis ular beracun telah menunjukkan sikap yang begitu munduk dan hormat?" "Haaaah... haah.... haaah...ini merupakan suatu firasat yang salah dari hiantit, tahukah kau mengapa aku enggan melakukan pembunuhan? Misalkan saja, ketika aku menghadapi dua ekor harimau milik Hu hou sia sian dilembah lebah beracun serta dalam menghadapi si Raja iblis ular beracun tadi, aku selalu berusaha untuk mempertahankan suatu selisih jarak dengan tidak mau mencelakai mereka. Bahkan terhadap binatang peliharaan mereka pun aku sama saja enggan mengusiknya, mengertikah kau?" "Boanpwee bodoh dan tidak memahami teori tersebut" "Daerah dimana kita berada sekarang merupakan daerah kekuasaan mereka"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Manusia memang makhluk yang aneh, asalkan saja seorang ibu yang mengetahui anaknya berbuat kesalahan, andaikata anaknya di hukum mati, mereka pasti akan penasaran dan berusaha membelanya. Demikian juga dengan keadaan mereka, sekalipun raja iblis ular be racun sekalian terhitung manusia liar toh mereka mempunyai hubungan batin satu sama lainnya, apakah mereka rela membiarkan rekan nya diusik orang? Bila kejadian tersebut sampai menimbulkan amarah mereka sehingga turun tangan bersama, biar ada sayappun mungkin sulit bagi mu untuk melepaskan diri, mengerti?" "Aku mengerti" "Bagus sekali, kalau begitu mari kita berangkat, mumpung mereka belum sempat melakukan pengejaran kemari" "Chin Siau masih berada diangan orang, kita harus menolongnya secepat mungkin, bisa jadi selembar jiwanya terancam bahaya maut. Apa lagi bila kita tidak memasuki sarang harimau bagaimana mungkin bisa berhasil dengan sukses" Mendengar ucapan mana, diam-diam Sin sian siangsu mengagumi keberanian pemuda ini, diapun semakin kagum dengan kegagahan dan kesetiaan kawan-nya. "Hiantit, aku benar-benar takluk kepadamu" kata Sin sian siangsu kemudian sambil manggut-manggut, "terus terang saja, biarkan harus mengorbankan selembar jiwa tua ku, aku takkan menampik maksud baikmu itu, ayo berangkat, kita terjang kedalam!" Kedua orang itu segera menembusi hutan dan masuk kedalam sebuah rimba yang lebat. Anehnya hutan itu sangat teratur, bahkan besar kecilnya pun tidak jauh berbeda. Mendadak Sin sian siangsu menarik tangan Suma Thian yu sambil berbisik. "Hiantit, tunggu dulu, jangan sampai tersesat, kalau sampai terjebak oleh perangkap musuh, bisa berabe kita"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu dapat merasakan juga kalau keadaan rada kurang beres, dengan cepat dia amati sekejap sekeliling tempat itu, mendadak pada jarak tiga kaki disebelah kiri terlihat sebuah kain panjang yang berkibar terhembus angin. Tanpa berpikir panjang lagi dia melejit dan meluncur ke situ dengan kecepatan bagai kan anak panah yang terlepas dari busur. "Cianpwe, cepat kemari" teriaknya keras-keras, "gua air tersebut terletak didepan sana!" Dalam dua kali lompatan saja Sin sian siangsu sudah tiba didepan Suma Thian yu, mengikuti arah yang ditunjuk oleh pemuda itu, benar juga, dia saksikan sebuah gua muncul di tengah hutan. Dengan seksama Sin sian siangsu memperhatikan sekejap keadaan disekeliling itu, lalu sambil menggelengkan kepalanya dia berkata: "Kita sudah tertipu, gua itu bukan Jit yang sui tong!" "Dari mana kau bisa tahu?" tanya Suma thian yu dengan wajah tercengang. "Sederhana sekali, didepan gua Sui yang jit tong semestinya berdiri sebatang pohon siong, gua itu berada persis pada bagian akarnya...." "Mengapa cianpwee bisa mengetahui begitu jelas?" pemuda itu bertanya sambil tertawa hambar. Pertanyaan itu segera menimbulkan kesan kurang baik bagi Sin sian siangsu, dia merasa Suma Thian yu kelewat cerewet, segera tegurnya dengan marah: "Bila kau tidak percaya, turun saja sendiri untuk membuktikan keberaran dari perkataanku" Suma Thian yu tahu, pertanyaan yang ber lebihan darinya telah menimbulkan amarah dari kakek tersebut, maka diapun lantas bertanya: "Harap cianpwee sudi memberi petunjuk, bila kita tidak bertindak cepat, sampai terlambat Chin Siau bisa terancam bahaya"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ikutilah aku, sepanjang jalan tak usah banyak bertanya, kedua, bila menjumpai kejadian apapun harus minta persetujuan dariku sebelum melakukan suatu tindikan" Suma Thian yu mengiyakan berulang kali, dia tak berani berayal lagi dan berdua memasuki hutan menuju kearah gua. Siapa tahu, biarpun sudah berjalan dua jam lamanya, mereka masih belum berhasil juga menemukan mulut masuk menuju ke gua Jit yang sui tong itu. Suma Thian yu jadi habis ke sabarannya, tapi dia enggan banyak menimbrung, apa lagi selama ini Sin sian siangsu membungkam terus tanpa berbicara, terpaksa dia harus menahan diri sambil mengikutinya. Tapi lama kelamaan habis sudah kesabaran Suma Thian yu, mendadak dia bertanya: "Ciancwee, bukankah kau bilang mulut masuk menuju ke gua terletak pada bagian akar pohon siong?" "Ehmm...!" jawab Sin sian siangsu sekenanya, dia seperti lagi memusatkan segenap pikirannya untuk menemukan jalan tembus. "Aku lihat hutan ini seperti diaturr menurut berisan Pat kwa, susunannya sangat teratur" "Hmmm, memang benar" Kalau kita mesti berjalan terus dengan cara ini harus berjalan sampai kapan? Padahal senja telah tiba, bila malam sudah menjelang, mana mungkin kita bisa melanjutkan perjalanan?" "Dicoba saja, aku pikir tak menjadi soal" kembali jawaban dari Sin sian siangsu acuh tak acuh. "Mengapa kita tidak berusaha mencari jalan lain?" "Cara apa? Kecuali memecahkan barisan apakah meski memasuki tanah...!" Sin sian siangsu nampak amat kesal. "Biarpun masuk ketanah mustahil, kita kan bisa terbang kelangit...?" "Hei, jangan bergurau saja, masa dalam keadaan beginipun kau masih berniat untuk bergurau?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Biar kecil orangnya, besar sekali otak licik Suma Thian yu, sekali lagi dia tertawa. "Pohon siong yang berusia seribu tahun pasti tinggi menjulang ke angkasa, kalau kita menuju kepuncaknya, bukankah dengan cepat tempat tersebut akan ditemukan?" Mendengar perkataan itu Sin Sian Siansu segera berseru tertahan. "Aah, benar, suatu siasat yang bagus, suatu pemikiran yang sangat jitu" Dia lantas menepuk bahu Suma Thian yu sambil barkata lagi: "Hiantit, kau memang punya aksi bagus, yang tua begini memang sungguh tak becus, mengapa tidak kau katakan dari tadi? Bikin aku menjadi gelisah saja" "Aah, boanpwe hanya teringat secara tidak sebgaja saja...." Sin sian siangsu tidak banyak berbicara lagi, buru-buru dia menjejakkan kakinya ke tanah dan melejit ke puncak pohon dengan gerakan It bok ciong thian (burung bangau ter bang ke udara) Betul juga, tak jauh dari tempat itu, mereka menyaksikan sebuah pohon siong yang amat besar. "Itu dia!" Sin sian siangsu segera barteriak kegirangan, "disitu pohon yang kita cari, ayo cepat turun!" Tapi Suma Thian yu menggelengkan kepalanya berulang kali, ceegahnya: "Cianpwee, kita tak perlu turun, kalau kita berjalan melewati puncak pohon, bukankah keadaannya akan lebih gampang?" Sin sian siangsu yang mendengar perkataan ini menjadi kagum sekali atas kecerdasan otak pemuda itu. Begitulah, mereka berdua segera mergerahkan ilmu meringankan tubuh Cau sang hui (terbang diatas rumput) dan meluncur kearah pohon siong tadi dengan melalui puncak pohon. Suatu ketika, mendadak Suma Thian yu menjerit kaget: "Aah, tahan!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bagaikan burung elang yang menyambar kelinci, dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat dia segera meluncur kebawah. Sin sian siangsu dengan mengerahkan pula ilmu meringankan tubuh ceng sah lok eng (burung manyar hinggap dipasir) melompat turun pula keatas tanah. Ternyata mereka saksikan seorang kakek sedang bersiap sedia membunuh seorang pemuda, dan pemuda itu bukan lain adalah musuh Suma Thian yu, Chin Siau. Ketika mendengar bentakan tadi, si kakek tersebut kelihatan kaget dan berdiri melongo, saat itulah dua sosok bayangan manusia telah meluncur turun dengan kecepatan tinggi. Begitu mencapai permukaan tanah, Suma Thian yu langsung berjalan menuju kehadapan Chin Siau. Waktu itu sepasang tangan Chin Siau terikat kencang dan kesadarannya hampir punah, secepat kilat Suma Thian yu membebaskan belenggunya, membebaskan totokan jalan darahnya dan mengeluarkan dua butir pil sambil melancarkan peredaran darahnya. Chin Siau membuka matanya lebar-lebar, ketika menjumpai Suma thian yu, mendadak dia mencaci maki: Jilid : 26 BOCAH KEPARAT, mau apa kau datang kemari? Enyah, cepat enyah dari sini, aku orang she Chin tak sudi menerima kebaikanmu itu, aku tak sudi menerima uluran tanganmu...." Belum habis dia berkata, mendadak.... "Plaaak!" sebuah tamparan yang amat keras telah membuat kepala Chin Siau pening dan pipinya membengkak besar "Siapa kau?" teriak Chin Siu dengan mata melotot, "atas dasar apa kau memukulku?" "Binatang bedebah! Kau manusia berhati binatang yang tak tahu budi, dengan susah payah orang lain mengorbankan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

segala sesuatunya untuk datang menolongmu, kau malah membalas air susu dengan air tuba. Manusia keparat, kau pernah mendengar nama Yu Seng-see belum?" Itulah aku! Paras muka Chin Siau bebulah hebat, kepalanya tertunduk rendah-rendah dan tak berani diangkat kembali. Ternyata dari gurunya "Bu bok ceng" ia pernah mendapat tahu tentang Sin sian siangsu. Konon dia mempunyai hubungan yang amat akrab dengan perguruannya, berbicara soal tingkatan, Chin Siau semestinya menyebut "Susiok" atau paman guru kepadanya. Melihat Chin Siau sudah tak berbicara lagi, Sin sian siangsu baru membalikkan badan sambil mengawasi kakek itu. Sementara si kakek itu sudah mundur kesisi pohon siong dan duduk bersila disitu, sikapnya acuh tak acuh seakan-akan tidak ambil peduli terhadap orang yang hadir. Jelas terlihat tadi bahwa dia bersikap seakan-akan membunuh Chin Siau, mengapa setelah kehadiran kedua orang itu, bukan saja kakek itu tidak gusar, malahan mundur ke samping dan bersemedi? Suma Thian yu merasa tercengang sehingga tanpa terasa memandang sekejap lebih lama, dia lihat kakek itu berusia lima puluh tahunan, panca inderanya utuh, wajahnya tampan, jenggot hitamnya sepanjang dada dan mengenakan pakaian rapi, wajah alim tidak mirip kaum penjahat, tapi anehnya mengapa berhati kejam dan buas? Sin sian siangsu segera bertanya: "Siapakah kau? Apakah kau Jit yang san sin (dewa gunung Jit yang)....?" Dengan mata masih terpejam rapat, kakek itu menjawab dingin: "Jit yang san sin adalah guruku, aku sendiri bernama Jit yang sian ang (dewa sakti Jit yang) Bun Thian lui. Kalian berdua berani memasuki daerah terlarang, berarti kalian adalah orang kenamaan, ayo cepat sebutkan nama kalian untuk menerima kematian."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Baru saja Sin sian siangsu hendak menjawab, Chin Siau yang berada di belakang nya telah membentak nyaring: "Dia adalah saudara Tee, kalian jangan tertipu!" "Jadi dia adalah kakak seperguruanmu yang memberi pelajaran silat kepadamu? Kau tidak bohong?" tanya Sin sian siangsu sambil berpaling. "Aku tidak bohong kata Chin Siau bersungguhsungguh"coba kau linat saja sepasang matanya buta, dia adalah murid pertama guruku" Sin sian siangsu menjadi tertegun dan berdiri bodoh, sudah lama dia bersahabat dengan Bu bok ceng namun belum pernah mendengar kalau dia mempunyai murid, mengapa saat ini bisa muncul seorang muridnya...?" Jit yang sian ang Bun Thian lui tertawa dingin. "Benar, aku adalah murid pertama dari Bu bok ceng, cuma ini sudah berjalan lama sekali, lebih baik kalian tak usah menanyakan lebih jauh daripada menyesal dikemudian hari!" Tiba-tiba Sin sian siangsu mendongakkan kepalanya dan berpekik panjang: "Oooh, rupanya kau adalah murid penghianat dari Bu bok ceng yang lari kesini untuk menjadi muridnya Jit yang san sin, kalau begitu Jit yang san sin sudah tidak ada didunia lagi?" "Naco belo, dia orang tua masih menutup diri untuk melatih semacam kepandaian yang maha tinggi" "Mendengar itu, Sin sian siangsu tertawa terbahak-bahak. "Haaa.. haaa.. kau si anjing bedebah, selama Jit yang san sin masih hidup didunia ini, belum pernah dia membunuh orang dengan sembarangan, jelas dia sudah mati terbunuh olehmu, kau anggap tipu dayamu masih dapat mengelabuhi orang banyak?" Jit yang sian ang Bun thian hui menjadi tertegun, kemudian bentaknya keras: "Hei, siapa kau si setan tua?" Sin sian siangsu tertawa terbahak-bahak.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Haaa... haaa... aku she Yu, orang menyebutku sin sian siangsu, kepandaianku bisa meramalkan kejadian dimasa mendatang dan bisa tahu pula peristiwa yang sudah lewat" Kemudian setelah maju dua langkah, katanya lebih jauh: "Kalau dilihat dari jidatmu yang berwarna hijau, matamu yang merah darah, jelas banyak sudah kejahatan yang telah kau lakukan, pembunuhanpun sering kau lakukan ini mengakibatkan jalan kematianmu semakin dekat..." Belum habis perkataan itu diutarakan, Jit yang sian ang Bun Thian lui sudah membentak gusar, mendadak ia melompat bangun, telapak tangannya dilontarkan kedepan melepaskan sebuah pukulan dengan angin pukulan yang maha dahsyat. Tampaknya Sin sian siangsu sudah menduga sampai kesitu, padahal dia memang sengaja berkata begitu untuk membangkitkan amarah lawan, begitu melihat datangnya ancaman, ia lantas mengegos kesam ping dan berkata sambil tertawa: "Bun Thian lui, sukma-sukma penasaran didepan hutan sedang memanggilmu, coba kau lihat apa yang sedang mengepungmu dari empat penjuru...?" Jit yang sian ang Bun Thian lui adalah manusia licik, dia segera tertawa seram, sepasang telapak tangannya di lontarkan bersama ke depan, dua gulung angin pukulan segera bergabung menjadi satu dan menyambar ke tubuh Sin sian siangsu. Sejak berjumpa dengan Sin sian siangsu, belum pernah Suma Thian yu menyaksikan kemampuan dari orang itu, sewaktu bertarung melawan orang-orang pedalaman tadi, diapun merasa penampilan dari Sin sian siangsu kurang gagah, selalu menjaga diri sehingga tidak mencerminkan kegagahan seorang pendekar besar dari dunia persilatan. Mungkinkah dia menpunyai kesulitan yang tak bisa diutarakan? Ambil contoh ketika dia memasuki hutan tadi serta caranya memecahkan barisan, tidak seharusnya seorang pendekar menunjukkan penampilan seperti ini.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pokoknya, penampilan dari Sin sian siangsu amat sederhana tanpa suatu keistimewaan, bahkan banyak hal menunjukkan kelemahan. Dan sekarang merupakan kesempatan yang paling baik baginya untuk menguji kemampuan orang ini, Suma thian yu berharap dengan memanfaatkan kesempatan ini ia dapat menyaksikan kelihayan dari Yu seng see. Sayang sekali, dia hanya menghindarkan diri terus, meski kadangkala melepaskan serangan balasan, tapi tidak terlihat suatu keistimewaan apapun, hal mana membuat pemuda ini makin menggerutu. Jit yang sian ang Bun Thian lui memang buta sepasang matanya, ternyata hal itu tidak mempengaruhi gerak-geriknya, seringkali serangan-nya dilancarkan secara tepat dan jitu. dalam waktu singkat, kedua orang itu sudah bertarung sebanyak dua puluh gebrakan tanpa diketahui siapa unggul siapa kalah. Sementara itu Jit yang sian ang makin bertarung makin bertambah kosen, sebaliknya keadaan dari Sin sian siangsu tidak jauh berbeda, dia masih tetap bergerak selincah kupu lupu yang terbang diantara aneka bunga, saban kali menempuh bahaya, tiba-tiba dia sudah lolos dari tekanan. Makin dipandang, Suma thianyu makin paham, akhirnya dia berhasil melihat keadaan yang sebenarnya, hal ini segera menimbulkan rasa kekaguman. Perlu diketahui, setiap jurus serangan yang dilancarkan Jit yang sian ang hampir semuanya merupakan jurus-jurus mematikan, bila berganti orang lain, sudah pasti orang tua terluka sedari tadi. Tapi SIn sian siangsu tetap santai seperti sedia kala, dari sini dapat disimpulkan bahwa dia memang memiliki kemampuan yang melebihi siapapun. Mendadak Jit yang sian ang Bun thian lui membentak keras lalu mundur beberapa langkah, setelah itu dari punggungnya dia meloloskan sebilah pedang mestika. Terdengar dia membentak dengan penuh kegusaran:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Orang she yu, ayo kita tentukan kehebatan kita di ujung senjata....!" Sin sian singsu tertawa hambar. "Buat apa sih?" katanya, "senjata tidak bermata, terluka bahkan tewas bisa terjadi setiap saat, buat apa kita musti saling ngotot sehingga tak karuan?" Jit yang siang ang Bun Thian lui mendengus dingin. "Hmmm! Aku orang she Bun tak sudi mendengarkan obrolanmu yang palsu itu, ayo cepat loloskan senjatamu" Didesak terus menerus, akhirnya Sim sian siangsu menghela napas panjang, gumannya: "Yaa, kalau tetap keras kepala percuma saja aku mesti bersusah payah" Berguman sampai disini, mencorong sinar tajam dari balik matanya, di tatapnya Jit yang sian ang Bun Thian lui dengan penuh amarah, kemudian sambil menggertak gigi, bentaknya: "Kalau kesalahan yang tak disengaja bisa dimaafkan kalau kesalahan yang disengaja tak boleh diampuni, Bun Thian lui, kau gemar membunuh, maka hari ini akan merupakan saat terakhir bagimu untuk melaku kan kejahatan, aku terpaksa harus memenuhi keiginanmu, nah, lancarkan serangan mu!" "Selamanya aku orang she Bun tak akan menghabisi nyawa orang yang tak bersenjata!" Jit yang sian ang Bun thian lui tertawa seram. "Kali ini kau boleh membuat pergecualian, aku memang tak pernah bersenjata, sekalipun bertangan telanjang, aku yakin masih dapat menaklukkan dirimu" Begitu perkataan tersebut diutarakan, bukan hanya Jit yang sian ang Bun thian lui yang terkejut bercampur tercengang, bahkan Chin Siau dan Suma Thian yu pun turut terkejut. Bayangkan saja ilmu silat dari Chin Siau pun bisa dibilang setaraf dengan Suma Thian yu, sebagai kakak seperguruannya, sudah pasti Bun Thian lui memiliki keistimewaan tersendiri.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tapi kenyataannya, Sin sian siangsu berani menghadapinya dengan tangan kosong belaka, seandainya dia belum gila, keberanian orang ini benar-benar mengagumkan. Terdengar Jit yang sian ang Bun Thian lui membentak keras: "Kalau toh kau bosan hidup, jangan salahkan aku lagi!" Begitu selesai berkata, cahaya perak berkelebat lewat dan secepat kilat menusuk ketubuh Sin sian siangsu. Kali ini Sin sian siangsu tidak menghindar lagi, dia bergeser sambil mengawasi pedang lawan, sampai ujung pedang lawan hampir menyentuh tubuhnya, tiba-tiba tangannya balik mencengkeram,dua jari tangan kirinya dengan mengerahkan sepuluh bagian ilmu Lim kong ci khi menjepit gagang pedang lawan, semenara jari tangan kanannya secepat petir menotok jalan darah sian ki hiat ditubuh musuh. "Lepas tangan!" hardiknya. Mendadak terdengar Jit yang sian ang Bun Thian lui mendengus tertahan, pergelangan tangannya menjadi kaku dan pedang nya terlepas dari pegangannya. Menjepit pedang, menotok jalan darah, merampas senjata, semuanya dilakukan Sin sian singsu dengan cepat dan serentak, belum lagi orang melihat jelas, tahu-tahu peristiwa nya telah berlangsung hingga selesai. Sim sian siangsu menyambut pedang pusaka lalu munculnya di tengah udara, jalan darah Jit yang sian ang yang tertotok pun segera dibebaskan kembali. Jit yang siang ang yang secara tak sadar dibuat tak berkutik, seolah-olah baru saja mendapat impian yang buruk, begitu jalan darahnya dibebaskan, kontan saja dia mencaci maki kalang kabut: "Bajingan tua, kau hanya pandainya mengunakan ilmu sihir, mengapa tidak sekalian kau bunuh diriku?" Sin sian siangsu tertawa terbahak-bahak: "Haaahh... haaahh... haaahhh... membunuh orang palingpaling cuma mengedip kan mata apanya yang luar biasa? Aku

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ingin melihat sampai dimanakah kemampuan yang kau miliki, nih, sambutlah pedang tersebut" Sambil berkata, dia lantas melemparkan pedang itu ke depan. Jangan dilihat sepasang mata Jit yang sian ang buta, ternyata ia pandai sekali membedakan datangnva suara, sekali menyambar, pedang tersebut sudah digenggam olehnya. Tiba-tiba terdengar Sin sian siangsu berkata lagi: "Kau boleh menusuk jalan darah dise luruh tubuhku secara bebas sekehendak hati mu dengan batas sepuluh jurus, aku hendak membuat kau kalah secara benar-benar puas" Baru sslesai perkataan itu diuatakan, mendadak terdengar Jit yang sian ang meraung gusar, pedangnya dengan jurus perselisihan langit dan bumi menciptakan beribu-ribu titik hujan pedang yang semuanya mengurung seluruh tubuh Sin sian siangsu. Menyaksikan hujan pedang yang menyelimuti seluruh angkasa itu Sin sian siangsu malah tertawa keras, kemudian bentaknya nyaring: Jurus pertama, hati-hati dengan telinga mu!" Begitu ucapan terakhir diutarakan, bayangan tubuhnya seketika hilang lenyap dari arena sementara Suma Thian yu masih tertegun karena keheranan, mendadak terdengar Jit yang sian ang menjerit kelakitan, lalu sambil memutar badan pedang nya dimainkan semakin ketat lagi untuk mengurung seluruh badan Sin sian siangsu. "Bajingan tua, serahkan jiwa anjingmu!" umpatnya keraskeras. Ditengah gelak tertawa keras yang menggema lagi di angkasa, untuk kedua kalinya terdengar Jit yang sian ang menjerit kesakitan. Anehnya, kedua orang pemuda yang mengikuti jalannya pertarungan dari sisi arena itu hampir tak pernah melihat bayangan tubuh dari Sin sian siangsu. Diam-diam Suma Thian yu menggerutu didalam hatinya:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan-jangan dia memang benar-benar pandai ilmu sihir atau ilmu untuk melenyapkan badan? Kalau tidak, mengapa bayangan tubuhnya sama sekali tidak terlihat?" Dalam tertegun serta rasa herannya, tiba-tiba dia jumpai bayangan tubuh dari Sin sian siangsu sebentar nampak sebentar 1enyap dibalik kabut pedang yang menyelimuti angkasa itu. Kejadian mana dengan cepat menyadarkan Suma Thian yu akan apa yang sebenarnya telah terjadi, rupanya ia sudahmempelajari semacam ilmu gerakan tubuh yang benarbenar luar biasa. Dengan begitu Suma Thian yu menjadi sama sekali paham, bisa melihat ilmu simpanan dari Sin sian siangsu, dia merasa kagum disamping amat puas. Pikirnya kemudian dalam hati kecilnya: "Pertarungan semacam ini baru bisa dibilang suatu pertarungan yang benar-benar asli, ooah... benar-benar puas melihat kejadian tersebut...." Mendadak dari tengah arena berkumandang suara gelak tertawa yang amat keras, menyusul kemudian kedengaran Sin sian siangsu berteriak keras: "Jurus kesepuluh, Bun tayhiap, kau mesti berhati-hati dengan pedang mestikamu!" Jit yang sian ang membentak penuh amarah, pedangnya diputar membentuk lingkaran cahaya bianglala berwarna perak yang melindungi seluruh tubuhnya, ia berusaha mempertahankan diri mati-matian pada jurus yang terakhir itu. Mendadak terdengar suara bentakan keras menggelegar ditengah udara: "Lepas tangan!" Bayangan manusia nampak berkelebat lewar, Sin sian siangsu dengan senyuman dikulum telah mengundurkan diri kembali keposisi semula, malah dalam tangannya mencengkeram sebilah pedang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika memandang pula kearah Jit yang sian ang, dia seperti ayam jago yang kalah beradu, tubuhnya berubah menjadi marah karena darah yang mengucur keluar tiada hentinya, sepasang telinganya sudah terpapas kutung sehingga keadaannya sungguh mengenaskan. Melihat keadaan musuhnya itu, Sin sian Siangsu menjadi tak tega sendiri, ia serahan kembali pedang itu ketangan Jit yang sian ang, kemudian hiburnya: "Menang atau kalah adalah suatu kejadian yang lumrah dalam setiap pertarungan aku cuma berharap kau bisa bertobat serta kembali ke jalan yang benar, kembalilah kegurumu Bu bok ceng serta menyesali perbuatan mu dimasa lampau, aku tahu kau memang seorang lelaki yang gagah perkasa. Jit yang sian ang menerima kembali pedangnya dengan sepasang tangan gemetar keras, sepasang matanya yang pada dasarnya sudah berwarna merah, kini semakin merah membara. Ketika selesai berkata tadi, Sin sian siangsu segera membalikkan badan dan menghampiri Suma thian yu. Tiba-tiba Suma thian yu menjerit kaget: "Tahan!" Sin sian singasu mengira Jit yang sian ang melancarkan sergapan dari belakang, serentak dia membalikkan badan sambil bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tidak di inginkan. Namun dengan cepat dia mendapat tahu bahwa dugaannya tidak benar, sebab ditemuinya Jit yang sian ang sedang mundur sempoyongan, pedangnya telah menembusi perutnya sehingga darah dan usus berceceran dimana-mana, kemudian dia roboh terjengkang dan mati seketika.... Sin sian siangsu berniat untuk memberi pertolongan, sayang sekali tindakannya terlambat selangkah, dengan perasaan sedih ia segera menghampiri korban serta membangunkan tubuhnya, sayang sekali jiwa nya telah melayang.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Huuuh, tolol!" akhinya Sin sian siangsu hanya bisa mengumpat sambil menggigit bibir. Sementara hati kecilnya merasa sakit seperti ditusuk dengan jarum tajam, ia menyesal dan amat sedih. Suma Thian yu telah menghampiri pula Jit yang sian ang, sambil menggelengkan kepala dan menghela katanya kemudian: "Orang ini memang tak malu disebut seorang lelaki sejati, begitu kalah lantas merobek perut untuk bunuh diri, heran, mengapa sih jalan pemikiran orang ini tak bisa terbuka?" Sin sian singsu menghela napas panjang. "Perguruan yang dipimpin oleh pendeta buta Bu bok ceng memang mempunyai peraturan yang sangat ekstrim, barang siapa ilmu silatnya kalah dari orang dan mengakibatkan dirinya malu atau terhina, hanya kematian baru bisa menebus kejadian itu, gara-gara lupa akan hal ini, membuat aku jadi menyesal sekali. Aaaiii....biarpun aku tidak membunuh pek jin, pek jin justru mati karena aku, dosa..dosa.." Setelah mendengar perkataan tersebut, Suma thian yu jadi teringat kembali dengan Chin Siau, dia segera berpaling, tapi sayang bayangan tubuh Chin Siau sudah tak nampak lagi. Didalam gelisahnya, tanpa sadar Suma thian yu berteriak keras sekali. "Saudara Chin... saudara Chin...." "Dia sudah pergi, diteriakan sampai tenggorokanmu serak juga percuma" seru Sin sian siangsu sama sekali tanpa berpaling. "Cianpwe, darimana kau bisa tahu kalau dia sudah pergi meninggalkan kita?" "Apa susahnya? Kesalahan paham diantara kalian toh belum beres, mau apa dia tetap tinggal di sini?" "Jadi kalau begitu, dia masih membenci ku?" "Tentu saja, masa tidak kau lihat pancaran sinar amarah dibalik sorot matanya?" "Aaah, kalau begitu tindakan bunuh diri yang dilakukan Jit yang sian ang, tentu semakin mengobarkan amarahnya,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bagaimana baiknya sekarang? Andaikata gurunya main tuduh tanpa melakukan penyelidikan, bukankah berarti kita akan mendapat musuh baru?" "Betapapun besarnya masalah itu, biar aku si peramal nasib yang memutuskan, tanggung tak bakal terjadi masalah" kata Sin sian siangsu kemudian sambil tertawa, tampaknya ia sudah mempunyai suatu rencana yang matang. Lalu setelah berhenti sejenak, terusnya: "Mari kita kubur dulu jenasahnya sebelum berbicara lebih jauh!" "Mengapa tidak kita taruh dalam gua pohon disana? Kan lebih menghemat waktu dan tenaga?" seru Suma Thian yu kemudian sambil menunjuk gua yang berada dibagian batang pohon besar. "Suatu ide yang bagus sekali, hianit, aku paling suka dengan otakmu yang encer itu" Batang pohon siong yang berusia ribuan tahun itu besarnya mencapai dua puluh rangkulan manusia, pada dasar akar dengan batang terdapat sebuah gua setinggi manusia, gua inilah yang dinamakan gua air Jit yang sin tong. Memandang lubang pohon itu, Suma Thian yu kembali berkata: Orang persilatan memang suka sok aneh, sudah jelas gua itu merupakan sebuah lubang pohon, tapi mereka justru mengatakan sebagai gua air, sudah jelas gua ini sederhana tanpa sesuatu yang aneh, mereka justru mengatakan sebagai tempat yang berbahaya sekali, betul-betul membingungkan orang. Hari ini kita sudah berkunjung sendiri kemari, hitunghitung sebagai penambah pengalaman saja" Kemudian setelah memandang sekejap kearah Sin sian siangsu, terus lanjutnya: "Kalau dibilang sejak seratus tahun yang lampau tiada jago persilatan yang bisa ke luar dalam keadaan hidup, jelas itu omong kosong, aku sudah mencoba kemampuan Jit yang sian ang, ilmu silatnya sama sekali tiada yang aneh atau luar biasa,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

masakah orang-orang yang mampus disini mati di tangan Jit yang sian ang?" Perkataan itu seakan-akan diutarakan sebagai gumanan, padahal tujuannya hendak menyindir rekannya Sin sian siangsu. Sebagai seorang yang berpengalaman luas, tentu saja Sin sian siangsu dapat menangkap arti lain dibalik perkataan itu. Ia cuma tertawa hambar saja menanggapi sindiran mana, malah sama sekali tak memberikan tanggapannya. Suma thian yu berjalan menuju kedalam gua ditengah batang pohon itu serta melongok kedalam, suasana disitu gelap gulita dan tidak nampak sesuatu apapun. Maka kepada Sin sian siangsu katanya" "Gua ini begini kecil lagi sempit, bagaimana cara Jit yang sian ang melanjutkan hidupnya?" "Darimana kau bisa tahu?" sahut Sin sian siangsu tak sabar. "Benar-benar menghilangkan kegembiraan aku orang" kembali Suma thian yu berkata sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, "tahu begini, buat apa kita mesti menyerempet bahaya datang kemari?" Yu cianpwe, "ayo secepatnya kita letakkan jenazah Jit yang sian ang disitu lalu meninggalkan tempat ini selekasnya". Sin sian siangsu menganggap pemuda ini polos, lincah dan menarik, ada kalanya bahkan bersifat kekanak-kanakan, tapi cara kerjanya justru cekatan dan amat teratur. Dalam pergaulannya selama beberapa hari ini, Sin sian siangsu boleh dibilang sudah dapat meraba watak sebenarnya dari Suma thian yu, dia merasa pemuda ini berbakat baik, cerdas dan hatinya putih bersih seperti selembar kertas, setitik noda pun belum mengotori hatinya. Kalau dibilang dia mencelakai orang dengan siasat untuk kejadian semacam ini benar-benar suatu fitnahan yang keji. Begitulah, Sin sian siangsu segera membopong jenasah Jit yang sian ang dan masuk ke dalam gua pohon, Suma Thian yu mengikuti dibelakangnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebagai penerangan, dia mengeluarkan mutiara Ya beng yu, dengan ketajaman matanya yang bisa melihat dalam kegelapan pun ternyata kali ini gagal menyaksikan sesuatu. Dengan keheranan Suma Thian yu segera bertanya: "Cianpee, bagaimana mungkin Jit yang sian ang bisa hidup dalam gua yang begini gelap?" Tolol, sepasang mata Jit yang sian ang sudah buta, baginya gelap gulita atau terang benderang adalah sama saja, sama sekali tidak berpengaruh baginya. Suma Thian yu mengangkat mutiaranya tinggi-tinggi, suasana dalam ruang gua itu menjadi terang benderang seperti siang hari. Menggunakan cahaya itu, sang pemuda memeriksa sekejap sekitar situ, namun ia segera tertegun. Rupanya keadaan didalam ruang gua itu sangat lebar, keempat dindingnya terbuat dari batu granit, sedang dihadapannya terbentang sebuah lorong yang entah berhubungan sampai dimana? Segulung angin kencang berhembus lewat dari dalam lorong gua tersebut, udara menjadi sangat dingin dan mendirikan bulu roma.... Sin sian siangsu segera menurunkan jenazah Jit yang sian ang keatas tanah, lalu ujarnya kepada Suma thian yu: "lorong ini tembus sampai kemana, hingga kini belum diketahui siapa pun, sebab pernah pernah ada orang yang berhasil menembusinya. Tatkala Jit yang san sin menemukan gua ini dulu, untuk mencegah orang lain menyerempet bahaya, maka ia pun berdiam disini sambil berusaha membujuk orang lain agar tahu diri dan mengundurkan diri tetapi masih ada juga yang membandel, enggan menuruti nasehat dan nekad menyerempet bahaya, akhirnya mereka pun pergi untuk tak kembali lagi "Apakah ujung lorong tersebut adalah gua air Jit yang sui tong?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Menurut penyelidikan, lorong ini memang merupakan jalan utama menuju ke gua air Jit yang sui tong, bisa jadi ujung lorong tersebut adalah sungai perak!" Kata terakhir dari Sin sian siangsu itu tak lebih hanya katakata gurauan belaka namun Suma Thian yu menganggapnya sebagai sungguhan, pelan-pelan dia mulai bergeser menuju kearah lorong itu. Tiba-tiba terasa lagi segulung angin puyuh berhembus lewat membuat kulit tubuhnya terasa sakit. Terdorong oleh rasa ingin tahunya, Suma Thian yu meneruskan perjalanannya menuju kedalam lorong itu, dia ridak ingin pulang tanpa hasil setelah bersusah payah datang kesitu. Mendadak terdengar Sin sian siangsu menegur dengan marah: "Keponakan, kau sudah bosan hidup rupanya?" Suma Thian yu membuat wajah setan sambil membalikkan badan, ketika dia balik kesisi Sin sian siangsu dan mendongakkan kepaknya, mendadak dilihatnya dia atas dinding terdapat ukiran huruf. Cepat dia mengangkat tinggi mutiaranya dan berseru: "Cianpwee, cepat kau lihat, disini ada tulisan!" "Lebih baik kau jangan membaca tulisan itu, banyak orang yang telah menjadi korban gara-gara tulisan tersebut!" sahut Sin slan siangsu lagi dengan suara hambar. Suma Thian yu menjadi keheranan, segera pikirnya: "Sungguh aneh, masa tulisan pun bisa mencelakai orang, sungguh suatu lelucon besar, sayang aku justru tak akan percaya dengan kata-kata tersebut" Berpikir demikian, tanpa terasa ia mengangkat kepalanya dan memperhatikan tulisan itu dengan seksama. Diatas dinding tertera empat baris kalimat yang kesemuanya diukir dengan gaya tulisan yang kuat dan bertenaga, sudah jelas tulisan yang dibuat seorang jago persilatan dengan ilmu jari Kim kong ci.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bila dilihat dari ukiran kalimat yang mendesak sampai kedalam dinding batu tersebut dapat diketahui kalau tenaga dalam yang dimiliki orang tersebut amat sempurna. Adapun kalimat kalimat tersebut berbunyi begini: Dalam gua Jit yang tersimpan matahari dan rembulan. Matahari bersembunyi rembulan bergeser air mengalir. Bila ingin memperdalam ilmu dewa. Silahkan menyerempet bahaya menemui dewa" Dibawahnya tertanda "Wan wan cu" tiga huruf. Sementara Suma Thian yu masih mencoba untuk memikirkan arti yang sebenarnya dari kalimat diatas, mendadak terdengar Sin sian siangsu menjelaskan: "Yang dimaksud 'Dalam gua Jit yang tersimpan matahari dan rembulan' adalah didalam gua ini tersimpan sebilah pedang mestika yang dinamakan pedang matahari rembulan yakni pedang mestika yang berada ditangan Jit yang sian ang tersebut, sedang kalimat kedua mungkin mengartikan didasar lorong ini terdapat sebuah sumber air yang sangat dalam, barang siapa bisa memasuki sumber air itu, maka dia akan peroleh ilmu silat yang tinggi" oooOooo SUMA THIAN YU merasa gembira sekali sesudah mendengar penjelasan tersebut, buru-buru serunya: "Cianpwee, harap kau menunggu disini, biarboanpwe memasuki lorong tersebut untuk mmeeriksa keadaan yang sebenarnya" "Jangan, hal ini tidak dapat kau lakukan!" teriak Sin sian siangsu sambil melototkan matanya penuh amarah. Suma Thian yu segera memutar otak dan mencari akal, tubuhnya segera meluncur keluar dari gua itu tak selang berapa saat kemudian ia masuk kembali kedalam gua, hanya didalam tangannya telah bertambah dengan seutas tali rotan sepanjang sepuluh kaki.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tali rotan itu disambung-sambung satu dengan lainnya, sambil menyerahkan ujung yang satu kehadapan Sin sian singsu, ujar si anak muda tersebut: "Cianpwee, harap kau mengikat ujang yang satu itu disini, biar boanpwe menelusuri lorong tersebut sampai kedalam, jika menemui bahaya, aku akan menarik tali itu untuk memohon pertolongan, pada saat itu, kau boleh menarik tali tersebut, aku pikir dengan cara begini bisa terhindar dari segalamusibah yang tak diinginkan. Melihat ketidak puasan anak muda tersebut, Sin sian siangsu merasa mendongkol disamping geli, terpaksa dengan perasaan apa boleh buat dia menghela napas panjang serta menerima ujung tali rotan itu, kemudian katanya: "Hiantit, kau mesti berhati-hati, andaikata sampai terjadi sesuatu kesalahan, bagaimana aku bisa mempertanggung jawabkan diri terhadap Cong liong lo siansu?" "Boanpwee mengerti" Kemudian ia membuat lingkaran tali simpul pada ujung rotan yang lain yang mengikatnya diatas pinggang sendiri, kemudian dengan tangan kiri membawa mutiara Ya beng cu dia memasuki lorong tersebut selangkah demi selangkah.... Akan tetapi, ketika ia melihat dasar lorong yang rasanya begitu dalam dan tak berdasar, tiba-tiba muncul perasaan seram di dalam hati kecilnya. Segulung angin kencang seperti hembusan angin dingin yang menggidikan hati menerjang wajahnya yang menimbulkan rasa sakit seperti ditusuk dengan jarum yang amat tajam. Tapi operkataan seorang lelaki sejati yang telah diucapkan harus dilaksanakan, bila ia mundur dalam keadaan begini, sudah jelas perbuatannya itu akan ditertawakan orang. Tentu saja pemuda itu tak ingin dicemooh orang lain, maka tanpa ragu-ragu lagi, pelan-pelan dia melanjutkan perjalanannya menerobo lorong rahasia tersebut. Tiba-tiba.....

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Segulung angin kencang kembali berhembus lewat menyeret badan bagian bawahnya, begitu kencang angin itu berhembus sehingga tubuhnya bagaikan mengambang di udara dan tak dapat meluncur ke bawah lagi. Tak terlukiskan rasa gelisah Suma Thian yu menghadapi kejadian tersebut, buru-buru dia pergunakan ilmu bobot seribu untuk memaksa badannya merosot jatuh kebawah. Namun hembusan angin makin lama semakin kencang, kini pendengaran pemuda itu sudah dipenuhi oleh suara gemuruh yang memekikkan telinga, membuat dia seakan-akan kehilangan perasaan. Perasaan ngeri dan tak tenang mulai mencekam perasaan Suma Thian yu, ia mencoba untuk mendongakkan kepalanya, satu kaki di kejauhan sana terlihat olenhya awan hitam yang amat tebal, ketika diperiksa ke bagian bawah disitupun hanya kegelapan yang gulita. Hawa dingin mulai menyusup masuk lewat sepasang kakinya serta menimbulkan rasa sakit seperti ditusuk-tusuk dengan jarum, begitu hebatnya rasa dingin itu, membuat sekujur badannya gemetar keras. Seketika itu juga perasaan ngeri dan seram menyelimuti seluruh perasaannya, dia mulai menyesal mengapa tidak menuruti nasihat da ri Sin sian siangcu. Dalam keadian begini, sekali lagi terlintas ingatan untuk mengundurkan diri dari situ. Namun sebelum ingatan tersebut menjadi padam, ingatan yang lain kembali menyerang didalam benaknya. Belakangan di menggeretak gigi dan bertekad untuk melanjutkan usahanya untuk melakukan penyelidikan lebih jauh. Tiba-tiba saja hembusan angin puyuh terhenti secara tibatiba. Seketika juga Suma Thian yu tak dapat menahan tubuhnya lagi, bagaikan bintang yang jatuh, secepat kilat dia meluncur menuju kearah bawah.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendadak tubuhnya terhenti, agaknya rotan pemikat tubuhnya sudah habis digunakan padahal dia belum mencapai ujung dari lorong tersebut. Dengan demikian tubuhnya jadi bergelantungan ditengah udara. Suma Thian yu segera mengerti bahwa usahanya telah menemui kegagalan total, maka dia pun menarik tali rotan dengan maksud memberi tahu kepada Sin sian siangsu yang berada diatas agar mengereknya naik keatas. Tali rotan itu mulai bergerak, tubuh Suma Thian yu pelanpelan ikut terderek naik pula keatas. Mendadak dari balik lorong itu berkumandang suara hembusan angin yang amat ken cang, Suma Thian yu segera merasakan segulung tenaga hisapan yang sangat kuat menahan tubuhnya yang sedang bergerak naik. Kejadian tersebut membuat hatinya bergetar keras, sekuat tenaga dia menggoncang-goncangkan tali tersebut, maksudnya hendak memberitahukan kepada Sin sian siangsu agar mempercepat tarikannya. Sin sian siangsu yang berada diatas, agaknya sudah mendapat tanda bahaya tersebut, dengan cepat Suma thian yu tertarik lebih tinggi ke udara. Tapi sayang tenaga hisapan yang muncul dari balik lorong tersebut makin lama semakin bertambah kuat. "Tarik.....!" Mendadak dari balik lorong berkumandang suara yang amat nyaring. Rupanya tali rotan itu sudah putus menjadi dua, putus persis pada bagian tali simpulnya. Dengan begitu tubuh Suma thian yu pun kehilangan keseimbangan tubuhnya, tak ampun lagi tubuhnya segera merosot jatuh kebawah. Jeritan kaget yang penuh rasa kejut dan ngeri segera bergema dalam lorong itu, dari keras menjaidi kecil dan akhirnya hilang lenyap tak berbekas.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sin sian siangsu yang berada diatas lorong menjadi sedih sekali hatinya, dia berpekik panjang sementara air matanya jatuh bercucuran membasahi wajahnya. Sementara itu tubuh Suma Thian yu telah meluncur kedalam jurang dengan kecepatan luar biasa. Dalam kejut dan ngerinya, pemuda tersebut segera terjatuh tak sadarkan diri. Entah berapa lama sudah lewat, tiba-tiba saja Suma Thian yu merasakan sekujur badan-nya terasa dingin dan ia menjadi sadar kembali dari pingsannya. Sewaktu membuka matanya kembali, pemuda itu menemukan dirinya berbaring di dalam air. Pada mulanya dia masih mengira hal tersebut merupakan suatu impian belaka, namun setelah merasakan bagaimana tali rotan masih melilit pada punggungnya, dia baru sadar bahwa jiwanya telah selamat dari kematian. Tak kuasa lagi dia menghela napas panjang sambil bergumam: "Sungguh berbahaya! Untung saja ujung lorong ini terdapat air, coba kalau tidak, sudah dapat dipastikan tubuhku akan hancur berantakan tak karuan lagi wujudnya" Ternyata dasar dari lorong tersebut adalah sebuah sungai besar dibawa tanah, hembusan angin kencang tadi timbul karena desakan tekanan udara akibat pasangnya air sungai tersebut, dengan surutnya permukaan air sungai, dengan sendirinya hembusan angin puyuh itu pun merosot kebawah sehingga berubah menjadi tenaga hisapan. Apa yang dialami Suma Thian yu barusan tidak lain adalah gejala alam yang normal, pemuda itu hanya merasa bahwa sungai di bawah tanah ini membentang bagaikan samudra luas, sekilas pandangan tak nampak tepian, hal tersebut membuat perasaannya amat tak tenang... Dalam tubuhnya sekarang, selain tali rotan yang telah putus itu sudah tidak terdapat lagi benda lainnya, bila ia diharuskan berenang sampai ditepi daratan situ, dengan ilmu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berenangnya yang baru mencapai taraf permulaan, jelas hal ini tak mungkin bisa dilakukan olehnya. Mendadak.... Seekor ikan besar berenang siap menerkam tubuhnya..... "Mampus aku kali ini!" pekik Suma thian yu dengan perasan gelisah. Buru-buru dia membalikkan badannya berusaha untuk melarikan diri, siapa sangka baru berenang sejauh depa lebih tiba-tiba ia merasakan gerakan tubuhnya menjadi sangat berat. Serta merta dia berpaling, rupanya ikan besar tadi telah berhasil mengigit ujung tali rotan yang masih melilit diatas pinggangnya itu. Peluh dingin segera jatuh bercucuran membasahi tubuhnya, dia semakin ngeri lagi menghadapi kejadian seperti itu. Andaikata dia berada didarata, jangankan seekor ikan besar, biarpun sedang menghadapi sepuluh ekor harimau buas pun, dia masih mampu untuk melarikan diri. Tapi setelah didalam air, dia hanya bisa pasrahkan nasib pada kemauan takdir. Setelah menghela napas panjang, anak muda itu segera mengendorkan segenap kekuatan yang dimilikinya dan menyerahkan nasib pada kemauan ikan besar tadi. Ikan tersebut panjangnya mencapai dua kaki dan beratnya luar biasa, sambil menggigit ujung tali rotan tadi, dia membalikkan badan sambil berenang kedepan, dengan menyeret tubuh Suma thian yu, ikan tesebut meluncur ke muka dengan kecepatan luar biasa. Sepanjang tubahnya terseret, Suma thian yu hanya bisa menongolkan kepalanya untuk menarik napas, sekarang dia sudah menyerahkan soal mati hidupnyakepada takdir. Anggapannya, toh bagaimanapun dia mencoba meronta, mustahil keadaan yang berbahaya ini bisa diatasi olehnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam keadaan begitu, dia hanya bisa menanti perkembangan selanjunya, sebab banyak berpikir malah akan mendatangkan bibit bencana bagi diri serdiri. Matahari sudah tenggelam 1agi dibalik air, senja yang merah menyelimuti ketengah angkasa. Setelah seharian penuh dicekam perasaan tegang, Suma thian yu mulai terlelap tidur tanpa terasa. Sebaliknya ikan besar itu malah bergerak semakin lincah, kecepatan berenangnya bukan saja tidak berkurang, malah kian lama Kian bertambah cepat. Kini perasaan Suma Thian yu sudan semakin tenang, menurut pengamatannya selama satu harian itu, ikan besar yang menyeretnya itu hanya berenang terus ke depan tanpa menunjukkan gejala atau sikap yang tidak menguntungkan baginya. Bukan cuma begitu, atas perlindungan si ikan, banyak mara bahaya yang justru dapat ter atasi olehnya. Setiap kali terdapat ikan pemakan manusia berusaha mendekati tubuhnya, setelan melihat ikan besar tadi, si ikan ikan buas itu malah melarikan diri terbirit-birit. Hal tersebut membuat si ikan besar tanpa terasa sudah berubah menjadi sang pelindung keselamatan anak muda tersebut. Satu-satunya yang membuat ia menderita adalah tubuhnya yang mesti berendam sehari penuh didalam air, hal mana membuat tubuh bagian bawahnya menjadi kaku dan kesemutan. Selain itu, dia pun kuatir akan nasibnya setelah ini, samudra begitu luas, kemanakah dia hendak diseret oleh ikan besar tersebut,kalau seandainya ikan tersebut menyeretnya terus menerus, bukankah pada akhirnya dia bakal tewas juga. Matahari sudah mulai lenyap dibalik air, malampun mencekam seantero jagad. Angin malam berhembus kencang, ombaknya makin membesar, kian lama suasana kian bertambah mengerikan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma thian yu mencoba untuk memperhatikan keadaan di sekitar situ, tapi semuanya gelap gulita sekali, dia merasa seolah-olah sedang menghadapi dunia yang hampir kiamat. Mendadak....... Hembusan angin malam yang menyapu lewat membawa suara pekikkan panjang yang sangat nyaring, suara itu guntur yang menembusi angkasa, luas, begitu keras, nyaring dan memekikan telingga. Sungguh aneh, begitu mendengar suara pekikan tersebut, Suma Thian yu segera merasakan semangatnya bangkit kembali, rasa mengantuk yang semula mencekam perasaannya seketika hilang lenyap tak berbekas. Ketika si ikan besar tersebut mendengar suara pekikan tersebut, binatang itu segera timbul dari permukaan air dan menggerakkan ekornya dengan riang gembira, kemudian dengan gerakan cepat bergerak menuju ke arah mana berasalnya suara itu. Suma Thian yu menjadi tertegunmenghadapi keadaan begitu, satu ingatan segera melintas dalam benaknya, tanpa terasa pemuda itu berpikir dihati: "Jangan-jangan ikan besar itupun hasil pemeliharaan orang?" Sementara dia masih termenung, tiba-tiba terasa lagi segulung angin puyuh berhembus lewat disusul suara pekikan burung bangau yang keras. Dengan perasaan terkejut Suma Thian yu mendongakkan kepalanya, ternyata ada seekor burang bangau raksasa berwarna putih keperak-perakan sedang menukik kebawah. "Habi sudah riwayatku kali ini, bisa mampus aku bila diserang burung itu!" pekiik Suma Thian yu terkejut. Sepasang matanya segera dipejamkan rapat-rapat siap menerima kematian. Tahu-tahu punggungnya terasa amat sakit, sepisang cakar yang amat tajam mencengkeram pakaiannya dan membetotnya ketengah udara.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bersamaan itu pula si ikan besar yang menggigit ujung tali rotan tadi segera melepaskan gigitannya dan menyelam kedalam air, hanya sekejap saja bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata. Suma Thian yu merasa dirinya dibawah terbang bangau raksasa tadi, dalam keadaan begini dia hanya bisa berdiam diri saja pasrah kepada nasib, berapa kali dia mencoba untuk meronta, namun niat tersebut segera diurungkan kembali. Tak selang beberapa saat kemudian, bangau raksasa itu sudah berpekik keras sambil meluncur kebawah dan hinggap ditengah hutan yang lebat, begitu melepaskan anak muda ter sebut diatas tanah, burung bangau itu terbang kembali keudara dan lenyap dibalik awan. Suma Tnian yu cepat bangkit berdiri, namun sebelum ia sempat melakukan sesuatu, mendadak dari balakang tubuhnya terdengar seseorang tertawa tergelak dengan suara yang amat nyaring. Dengan perasaan terkejut Suma Thian yu membalikkan badan, ternyata dibelakang tubuhnya sudah berdiri seorang kakek berjenggot panjang berwarna perak. Kakek itu mempunyai sepasang mata yang memancarkan sinar tajam, sambil mengawasi anak muda itu dari atas sampai kebawah, pelan-pelan dia menegur: "Hei bocah cilik, siapa namamu?" "Aku She Suma bernama Thian yu, boleh aku tahu siapa nama besar locianpwee?" "Aku bernama Wan Wan cu" Begitu mendengar nama Wan Wan cu, Suma Thian yu segera merasakan hatinya menjadi tegang, dia segera teringat kembali dengan bait syair yang tertera diatas dinding Jit yang sui tong tadi, bukankah si pembuat itu pun mengaku bernama Wan Wan cu? Mungkinkah si kakek yang berada dihadapannya sekarang adalah Wan Wan cu si pembuat syair? Kalau memang begitu, sungguh aneh sekali, kalau toh dia berdiam di sini, mengapa pula harus meninggalkan syair nya di atas bukit Jit yang san?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Agaknya kakek itu dapat menebak suara hati Suma Thian yu, setelah tertawa dingin segera ujarnya: "Hei bocah, apakah kau datang kemari karena melihat tulisan yang ditinggalkan aku?" Sebenarnya Suma Thian yu hendak membenarkan, namun setelah menyaksikan sikap engkuh, dingin dan takabur dari si kakek tersebut, timbul perasaan antipati dalam hati kecilnya. "Bukan" jawabnya kemudian. Jawaban tersebut nampaknya sama sekali diluar dugaan si kakek berjenggot perak itu, dia tertegun beberapa saat, lalu bentaknya lagi: "Lantas, mengapa kau harus menyerempet bahaya?" "Aku hanya terdorong oleh perasaan ingin tahu, lain tidak!" Ternyata kakek berjenggot perak ini tak lain adalah Wan Wancu, seorang manusia aneh yang disegani manusia diri golongan putih maupun hitam dalam dunia persilatan enam puluh tahun berselang. Kakek ini berasal dari Khong tong pay, kepandiaan silatnya berasal dari aliran Khong tong pay yang kemudian secara kebetulan memperoleh pennemuan luar biasa, dimana ia berhasil mendapatkan sejilid kitab pusaka pe ninggalan seorang gembong iblis. Hanya sayangnya orang ini berwatak aneh dan berjiwa kejam, dia tak pernah berkedip bila membunuh orang. Karenanya, pembunuhan demi pembunuhan yang seringkali dilakukan olehnya lama kelamaan menimbulkan amarah bagi umat persilatan, akhirnya dalam suatu serangan yang tiba-tiba ia kena diusir dari keramaian dunia, waktu itu Wan Wancu melarikan diri ke bukit Jit yang san dan menemukan gua tersebut, dia sengaja menimbulkan syair diatas dinding gua mana dengan harapan kejadian ini bisa memancing datangnya kawanan jago lihay ke tempat tinggalnya. Dan dia sendiri segera memanfaatkan kesem patan yang sangat baik itu untuk membunuh mereka satu per satu sebagai rangka pembalasan dendamnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Titik kelemahan dari umat persilatan adalah kemaruk akan ilmu silat atau benda mestika serta sebangsanya, menurut kebiasaan pada umumnya, bila disuatu tempat terdapat memacam mestika, maka berbondong-bondong mereka akan mendatangi tempat tersebut dan berusaha untuk mendapatkannya, entah secara halal maupun tidak. Wan wancu justru telah mempergunakan titik kelemahan ini sebagai umpannya untuk memancing kedatangan kawanan manusia tersebut. Wan Wan cu benar-benar merasa tercengang dan diluar dugaan setelah melihat orang yang ditawan bangau raksasanya hari ini tak lebih hanya seorang pemuda, terutama seka1i setelah mendengar perkataannya, dia semakin bertambah curiga. Dari dalam sakunya diapun mengeluarkan sejilid kitab kecil berwarna kuning kemudian sambil diiming-imingkan dihadapan pemuda itu, katanya lagi sambil tertawa licik: "Bocah, aku tak menyangka kalau kau bisa sampai disini dalam keadaan selamat. Coba kau lihat, kitab kecil ini berisikan Ilmu silat yang luar bisa sekali, biar kuhadiahkan saja kepadamu sebagai tanda mata perjumpaan kita hari ini" "Terima kasih banyak atas kebaikan mu, sahut Suma Thian yu sambil menggelengkan kepalanya, "biarlah maksud baikmu kuterima didalam hati saja. Ilmu sakti tiada gunanya bagiku, yang kupersoalkan sekarang adalah bagaimana caranya untuk kembali ke daratan Tionggoan, harap cianpwe sudi memberi petunjuk" "Bocah, kau benar-benar tidak menghendaki kitab pusaka ini?" tanya Wan Wancu dengan wajah menyelidik. "Tidak, aku tidak membutuhkan benda itu" "Aaah..aaaah, sungguh aneh!" Wan Wancu menggelengan kepalanya berulang kali sambil menyatakan keheranannya. Suma Thian yu tertawa. "Pusaka ilmu silat atau pedang mestika hanya kan diperoleh mereka yang berbudi luhur, sedang aku sama sekali tidak berbudi, sedang dengan aku pun hanya berjumpa begini

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

saja, orang kuno bilang: Tiada pahala tak akan menerima balas jasa, apa sih yang perlu diherankan?" Wan Wancu segera tertawa terbahak: "Haah...haah...haah....haah... bagus sekali!, memang tanpa jasa jangan menerima pahala. Hei bocah, aku lihat kau pasti pernah belajar silat, siapa sih nama gurumu?" "Guruku adalah Put Gho chu" jawab pemuda itu tanpa berpikir panjang lagi. "Put Gho cu? dari Bu tong pay? tanya Wan Wancu dengan wajah diliputi selapis hawa dingin. Suma Thian yu sama sekali tak memperhatikan perubahan tersebut, kembali sahutnya: "Yaa betul, dia memang guruku!" Sekali lagi Wan Wan cu men dongakkan kepalanya sambil tertawa terbahak-bahak, suaranya begitu keras dan nyaring membuat seluruh bukit terasa bergoncang keras. Suma Thian yu merasa jantungnya berdebar keras oleh gelak tertawa ini, diam-diam pikirnya: "Sempurna amat tenaga dalam orang ini, agaknya kepandaian silat yang dimilikinya tidak berada dibawah kepandaian guruku" Ketika selesai tertawa, mencorons sinar buas di balik mata Wan Wancu, bagaik ular berbisa yang siap memagut mangsanya, dia mengawasi wajah Suma Thian yu lekat-lekat, kemudian serunya lagi: "Bocah, kau pernah mendengar nama ku ini? Dulu gurumu pernah memimpin kawanan manusia dari golongan putih untuk mengerubutiku dan memaksa aku hingga tak dapat menancapkan kaki lagi di daratan Tionggoan sehingga harus mengungsi disini. Beruntung sekali Thian telah mengirim kau kehadapanku hari ini, hmm, hmm, terpaksa kau harus mewakili gurumu untuk menerima hukuman!" Tiba-tiba saja Suma Thian yu merasakan sekujur badannya bergetar keras tanpa sadar dia mundur beberapa langkah kebelakang. Sambil tertawa seram kembali Wan Wancu berkata:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hei bocah, kau jangan mencoba untuk melarikan diri. Sejak dulu hinngga sekarang belum pernah ada seorang manusia pun yang dapat lolos dari bukit bangau putih ini dalam keadaan selamat. Percuma saja kau mencoba melakukan perlawanan, sebab hal semacam ini hanya akan menambah siksaan saja bagi dirimu" Suma Thian yu segera meraba gagang pedangnya sambil bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan, sorot matanya yang tajam mengawasi setiap gerak-gerik Wan Wancu tanpa berkedip, bilamana perlu, dia berniat melepaskan serangan yang mematikan untuk mengajak lawannya beradu jiwa. Wan Wancu tertawa seram, dengan sikap yang angkuh dia maju kedepan, sementara sekulum senyuman dingin menghiasi ujung bibirnya. "Lepaskan tanganmu, percuma kau lakukan kegiatan yang tak bermanfaat, sebab biarpun gurumu yang hadir sendiri ditempat ini pun, dia akan segera kutumpas, apalagi kau? Bila kau memang pintar, ayo cepat berlutut minta ampun, siapa tahu aku masih bersedia memberikan kematian yang memuaskan bagimu" Sembari berkata, selangkah demi selangkah dia maju terus kedepan.... Mendadak terdengar Suma Thian yu membentak keras: "Jangan sembarangan bergerak, bila kau berani maju lagi, sauya akan bertindak tegas kepadamu!" Wan Wancu mendengus dingin sambil maju melangkah lagi kedepan, dengan wajah menyeringai seram, serunya: "Cabut saja pedangmu, disaat pedangmu sebelum lolos dari sarung nanti, aku hendak menotok tiga buah jalan darah penting diatas tubuhmu!" Suma Thian yu segera menekan tombol rahasia pedangnya, diiringi kiluauan cahaya biru pedang tersebut sudah tercabut keluar, bersamaan waktunya dengan saat Wan Wancu menyelesaikan perkataannya. Orang kuno bilang: Diri gerakan seseorang, dapat diketahui apakah dia berilmu atau tidak.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wan Wancu menjadi tertegun setelah melihat cara Suma Thian yu meloloskan senjata nya, mau tak mau dia harus menilai kembali kemampuan anak muda tersebut. Sambil tertawa dingin, Suma Thian yu berkata lagi: "Kalau masalahnya sudah terjadi lama sekali, biarkan saja masalah itu mengalir lewat dengan begitu saja, buat apa sih kau masih memikirkannya dalam hati? Guruku sudah enam puluh tahan lamanya meninggalkan dunia persilatan dan hidup mengasingkan diri, jika cianpwe masih saja teringat akan dendam lama, tidakkah kau merasa bahwa cara pemikiranmu itu terlalu sempit?" Dengan penuh amarah Wan wancu segera menukas: "Kau mengerti apa bocah dungu? Kalau punya dendam tak mampu membalas, bukan lelaki namanya. Dulu aku mempunyai keluarga yang berbahagia, tapi gara-gara ulah Put gho cu, bukan saja isteri kabur anak hilang, aku pun tak dapat menancapkan kaki kembali di daratan Tionggoan, bayangkan saja apakah dendam kesumat semacam ini tak boleh kubalas?" "Aku tidak melarang atas niatmu untuk membalas dendam, tapi cara yang kau tempuh justru licik dan sangat memalukan, andaikata kau ingin membalas dendam, toh secara terangterangan kau bisa pergi ke Gi im hong untuk mencarinya dan menantangnya berduel, janganlah meniru cara kura kura, bersembunyi terus ditempat ini, tapi justru melakukan lempar batu sembunyi tangan, terhitung jagoan macam apakah diri mu itu...?" Wan Wan cu segera mendongakkan kepalanya sambil menyeringai seram: "Betul, betul sekali, bocah muda, aku memang berniat kembali ke daratan Tionggoan sambil membuat perhitungan, walau pun demikian, kau masih tetap tiada kesempatan untuk melanjutkan hidup" Sembari berkata tubuhnya bergerak maju, serangan telapak tangan berubah menjadi serangan jari, kelima jari

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tangannya di pentangkan lebar-lebar seperti cakar dan segera memenyerang kedepan. Lima gulung desingan angin jari dengan ddiikuti suara yang tajam langsung menyerang si anak muda itu. Buru-buru Suima Thian yu memutar pedangnya menciptakan lingkaran cahaya biru untuk melindungi badan. "Triiing, traaang, triing traang...." Suara dentingan nyaring berkumandang silih berganti, Suma Thian yu segera merasakan pergelangan tangannya yang menggenggam pedang menjadi kesemutan dan sakit sekali, kejadian ini membuatnya merasa sangat terkejut. "Betul-betul kuat sekali tenaga dalam yang dimiliki orang ini!" demikian dia berpikir. Rupanya dentingan nyaring tsdi terjadi karena jari tangan wan wan cu yang saling beradu dengan tubuh pedang, dari sini dapat diketahui bahwa tenaga dalam yang dimiliki wan wancu memang benar-benar sudah mencapai puncak kesempurnaan. Suma Thian yu segera berkerut kening, paras mukanya berubah hebat, dalam sekejap mata pemuda itu sudah dibuat terkesiap oleh kehebatan musuhnya. Wan wan cu segera dapat melihat perasaan takut dan ngeri yang mencekam perasaan Suma Thian yu, untuk kesekian kalinya di menyentilkan jari tangannya ke depan dan melepaskan lima gulung serangan jari lagi, seru nya kemudian sambil tertawa seram: "Ayo, sambutlah sebuah serangan lagi!" Suma Thian yu segera mengem bangkan ilmu pedang Kit hong kiam hoat ajaran paman wan nya untuk mempertahankan diri, disamping memaainkan selapis kabut pedang untuk melindungi badan, secara beruntun dia melepaskan tiga buah serangan berantai yang semuanya menggunakan tiga jurus mematikan dari ilmu pedang ajaran wan Liang. Wan wan cu tidak malu disebut seorang jagoan yang berilmu tinggi, dengan cekatan, dia segera mengegos kekiri

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menghindar kekanan. ke tiga serangan dahsyat tersebut dengan mudah sekali berhasil dihindari semua. Kemudian tiba-tiba ia menjerit kaget. "Aaaah...!" Dengan cepat dia melompat mundur ke belakang, kemudian hardiknya keras-keras: "Apa hubunganmu dengan Wan Liang?" Suma Thian yu semakin bergairah melepaskan serangannya setelah melancarkan tiga buah serangan lagi, lapisan hawa pedang segera menyelimuti seluruh angkasa, sembari memburu ke depan, sahurnya lantang: "Dia dalah paman dari sauyamu" Mendadak wan wan cu melepaskan dua pukulan dengan menggunakan sepasang telapak tanganya, dua gulung angin pukulan dengan cepat bersatu padu menggulung tubuh anak muda itu dengan kekuatan luar biasa. "Heehh... Heehh... Heehh... bocah keparat! serunya sambil tertawa seram, "dua dendam bergabung menjadi satu, kau lebih-lebih tiada kesempatan lagi untuk melanjutkan hiduppmu!" Bersamaan dengan selesainya perkataan itu, angin serangan telah menggulung tiba. Senjata Suma Thian yu kontan tersapu miring oleh tenaga pukulan lawan yang maha dahsyat tersebut, bahkan tubuhnya turut ter hantam sampai mundur sejauh beberapa langkah dengan sempoyongan, dia harus berupaya dengan segenap kemampuan sebelum akhirnya bisa berdiri tegak kembali. Namun dengan peristiwa tersebut Suma thian yu merasakan hatinya menjadi dingin separuh. Dengan mengandalkan kepandaian yang dimilikinya sekarang, nyatanya dia masihj belum mampu untuk menghadapi serangan musuh yang begitu sederhana, terpaksa dia menarik kembali pedangnya dan sambil menggertak gigi, bentaknya penuh amarah:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Setan tua, sauya akan beradu jiwa denganmu, pokoknya hari ini kalau bukan kau yang musti mampus, aku yang mampus!" "Bocah keparat, kau sedang bermimpi" jengek Wan Wancu sambil tertawa seram. Telapak tangan tunggalnya diputar setengah lingkaran diudara kemudian diayunkan kedepan. Ledakan keras segera berkumandang ditengah udara, menyusul kemudian desingan angin tajam menyebar ke empat penjuru dengan amat dahsyatnya. Belum pernah Suma Thian yu menjumpsi ilmu iblis yang begitu hebatnya, ia terkesiap, lalu sambil menghimpun tenaga dalamnya sebesar sepuluh bagian, ia lepaskan pula sebuah serangan dengan ilmu Sian poo shui hong ciang. Begitu serangan dilontarkan, desingan angin tajam segera membelah angkasa, empat penjuru seolah-olah dipenuhi dengan angin pukulaa yang mampu menenggelamkan kapal, di mana serangan tersebut bersama-sama meluncur serta menggulung tubuh Wan Wancu. Mendadak..... Kembali terjadi ledakan keras yang memekikkan telinga diudara, begitu dua gulungan tenaga pukulan itu saling beradu, terjadilah pusaran angin berpusing yang memancar keempat penjuru. Menyusul kemudian tampak pula dua sosok bayangan manusia terpental kebelakang: Untuk beberapa saat lamanya, suasana di sekelling tempat itu menjadi sangat kalut dan tak karuan lagi bentuknya. Pasir dan debu menyelimuti angkasa, burung dan binatang tercerai-berai ketakutan, dunia bagaikan menghadapi hari kiamat. Lambat laun.... Angin puyuh mulai mereda, suasana yang semula gaduh pun kian lama kian menjadi tenang kembali. Setitik cahaya mulai muncul disekitar tempat itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu nampak duduk disisi timur hutan dengan mata terpejam rapat, noda darah membasahi ujung bibirnya, ia kelihatan begitu lemah bagaikan baru sembuh dari sakit parah..... Disudut barat hutan duduklah Wan Wan cu. Sorot matanya nampak memudar, wajahnya hijau membesi, darah membasahi pula hidung serta bibirnya, keadaannya tidak jauh berbeda dengan Suma Thian yu, mengenaskan sekali. Jilid : 27 SiAN POO HUT HONG CIANG atau ilmu pukulan Angin puyuh bergelombang, merupakan ilmu pukulan hasil ciptaan dari Cong Liong Lo sianjin, manusia paling aneh didalam dunia persilatan. Kini Suma Thian yu telah mengerahkan tenaga dalamnya sebesar sepuluh bagian untuk menghadapi serangan musuhnya, bisa dibayangkan betapa hebatnya keadaan tesebut. Coba kalau kondisi badan Suma Thian yu tidak terpengaruh lebih dulu oleh keletihan akibat perjalanan sepanjang hari, hasil pengaruh yang dihasilkan dari serangannya tersebut tentu setingkat lebih hebat lagi. Gara-gara sikapnya yang memandang enteng musuh, Wan Wan cu telah menderita luka dalam yang sangat parah, dia sama sekali tak menyangka kalau bocah ingusan yang berada dihadapannya ini ternyata memiliki ilmu Silat yang luar biasa. Begitulah, kedua orang itu sama-sama duduk bersila sambil memejamkan matanya rapat-rapat, keadaan mereka tak jauh berbeda seperti dua orang pendeta tua yang sedang bersemedi. Suma Thian yu betul-betul kehabisan tenaga, dia memerlukan waktu yang cukup lama uutuk memulihkan kembali kekuatannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Luka pukulan yang di derita oleh Wan Wancu pun cukup parah, luka tersebut mustahil bisa dipulihkan kembali dalam waktu yang relatif singkat. Sementara kedua orang itu sedang bersemedi dan mencapai pada keadaan yang paling keritis... Mendadak dari kejauhan sana terdengar suara ujung baju yang terhembus angin, nampaknya ada seseorang sedang mendekat bahkan jumlahnya lebih dari satu orang saja. Mereka berdua sama-sama tidak menggubris mereka pun tak ambil pusing si pendatang itu musuh atau teman, karena keadaan yang dihadapi kedua orang itu sama-sama berbahaya. Selang beberapa saat kemudian.... Tiba-tiba dari luar hutan sana kedengaran seseorang berseru lantang: "Wan Wan cu locianpwee, Wi goan khusus datang menyambangi dirimu..." Bersamaan dengan bergemanya seruan tadi, suara ujung baju yang terhembus angin kedengaran semakin jelas. Suma Thian yu terkejut sekali setelah mendengar nama "Wi goan" disebutkan, dia tahu orang itu adalah musuh bebuyutannya, si Kun lun indah Siau Wi goan. Bila gembong iblis tersebut sudah menampakkan diri, maka bisa dipastikan Suma Thian yu lebih banyak menghadapi bencana daripada rejeki. Sementara Suma Thian yu masih gelisah bercampur cemas, dari balik hutan telah muncul dua sosok manusia, seorang tua dan seorang muda. Tatkala kedua orang itu menjumpai keadaan Suma Thian yu serta Wan Wan cu, mereka serentak menjerit kaget: "Aaaaah...!" Kemudian bersama-sama lari menuju ke arah Wan Wan cu berada. Kakek berusia lima puluh tahunan itu bukan lain adalah Kun lun indah Siau Wi goan, sedangkan sang pemuda adalah Siucay berwajah tampan Si Kok Seng.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan sikap yang hormat Kun lun indah berjalan menuju kehadapan Wan Wan cu, setelah memberi hormat diapun bertanya: "Apakah locianpwee menderita luka? Wi goan telah datang terlambat sehingga tak dapat membantu apa-apa, kejadian semacam ini benar-benar merupakan suatu dosa yang besar Wan Wan cu membuka sedikit matanya untuk memandang sekejap kearah Kun lun indah Siau Wi goan, lalu setelah tersenyum dia menjawab: "Hanya sedikit luka saja sih tak berarti apa-apa, Wi goan, suratmu sudah kuterima, memang isinya sesuai dengan jalan pemikiran ku, satelah bermalas-malasan cukup lama, memang aku harus berjalan-jalan dalam dunia persilatan, apalagi dendam sakit hati dimasa lampau pun sudah sepantasnya dibereskan. Selesai berkata, kembali dia tertawa terbahak-bahak. Namun isi perutnya segera mengalami goncangan keras, setelah mendehem beberapa kali, dengan cepat dia memejamkan matanya kembali sambil melanjutkan semedinya. Buru-buru Kun lun indah Siau Wi goan menghibur: "Luka yang locianpwee derita belum sembuh kembali, kau tak usah repot-repot, urusan disini biar diserahkan saja kepada Wi goan untuk menyelesaikan" Wan Wan cu mengangguk dan tidak berbicara lagi. Semua peristiwa itu terlihat semua oleh Suma Thian yu dengan jelas, diam-diam dia mengumpat kemunafikan dan kelicikan Sian Wi goan, dimana hari ini ekor rasenya baru kelihatan. Tiba-tiba ia melihat Kun lun indah Siau Wi goan bangkit berdiri dan berjalan menuju ke arah Suma Thian yu berada, Siucay berwajah tampan Si Kok seng mengikuti pula dibelakangnya. Diam-diam Suma Thian yu merasa amat gelisah dia tahu ke dua orang itu tidak bermaksud baik, mungkinkah dia harus mengorbankan selembar jiwanya disini?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setibanya didepan Suma Thian yu, Kun lun indah Sian Wi goan baru tertawa terbahak-bahak sambil serunya: "Suma siauhiap, kau sudah terluka, aaai... kau pun akan mengalami kejadian seperti hari ini, haaahh...haaahh... haaahh... Pada waktu itu kekuatan tubuh Suma Thian yu belum pulih kembali, ditambah pula dengan luka yang dideritanya, ia tahu bangkit berdiripun bakal mampus juga, maka diputuskan untuk tetap memejamkan matanya sambil tak ambil perduli. Melihat mimik wajah Suma Thian yu itu, Kun lun indah Siau Wi goan kembali tertawa bangga. Kemudian serunya dengan suara yang menyeramkan: "Suma siauhiap, sayang sekali kau dilahirkan pada jam yang sial sehingga akhirnya mesti bertemu aku disini, setelah terjatuh kembali ke tangan aku Siau Wi goan hari ini, anggaplah arwah nenek moyangmu memang tak melindungimu, haaahh... haaahh... sebentar, setibanya dihiadapan raja akhirat, kau boleh melaporkan semua perbuatan mu ini kepadanya. Haaah... haaa... haah... kok seng mengapa kau tidak segera turun tangan?" Siucay berwajah tampan Si Kok seng tertawa seram, tibatiba dia meloloskan pedangnya, lalu sambil menuding ke arah Suma Thian yu, serunya: "Orang she Suma, jangan lupa sekalian adukan juga sauyumu didepan raja Akhirat!" Selesai berkata pedangnya secepat sambaran petir langsung ditusukkan ke ulu hati Suma Thian yu. Dengan senyuman dikulum Suma Thian yu menantikan datangnya saat maut, jangan lagi gemetar, memandang sekejap kearah Si Kok seng pun tidak. Nampaknya ujung pedang itu segera akan menembusi dadanya... Di saat yang amat kritis inilah, tiba-tiba terdengar seseorang membentak keras" "Lihat serangan!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siucay berwajah tampan Si Kok seng tidak sempat lagi menghindarkan diri, tiba-tiba pergelangan tangan kanannya terasa kaku, tahu-tahu pedangnya sudah rontok keatas tanah. Kun lun indah Siau Wi goan menjadi tertegun melihat kejadian ini, dia tahu pasti sudah terjadi sesuatu yang tak beres. Dengan suatu lompatan cepat dia memburu ke sisi Siucay berwajah tampan Si Kok seng dan menariknya ke belakang, kemudian sambil mengawasi sekeliling tempat itu, bentaknya penuh amarah: "Siapa disitu? Jagoan dari manakah yang sudah datang? Ayo segera menampilkan diri!" Mendadak dari atas sebatang pohon dimana Suma Thian yu berada, melompat turun seorang pemuda, ternyata pemuda itu bukan lain adalah Chin Siau, orang yang dicari-cari Suma Thian yu selama ini... Dengan senyuman angkuhnya menghiasi bibir, Chin Siau berjalan santai menuju kehadapan Kun lun indah Siau Wi goan serta Siaucay berwajah tampan Si Kok seng Begitu melihat wajah Chin Siau, Siucay berwajah tampan Si kok seng segera berseru: Lapor susiok, orang ini pernah bersua dengan bibi, dia adalah orang sendiri. "Haahh...haahahha... jadi pendekar kecil yang dijumpai Lan eng sewaktu berada di bukit Ngo tan san adalah orang ini, kalau begitu kita memang orang sendiri, hampir saja saling gebuk-gebukan sendiri." 000oo000 Dari pembicaraan yang barusan berlangsung, Chin Siau segera mendapat tahu kalau orang yang berada dihadapannya sekarang adalah Kun lun indah Siau wi goan, tanpa terasa ia mendengus dingin: "Hmmm, kita tak pernah saling berkenalan, siapa bilang orang sendiri? Lagipula aku Chin Siau adalah seorang lelaki

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sejati, aku tak sudi melakukan perbuatan munafik seperti kaum pencoleng yang beraninya main licik, apalagi cara persekongkelan kalian berdua, huuuh! Bikin hatiku merasa muak saja" Kemudian setelah berhenti sejenak, dia melotot sekejap ke arah Siau Wi goan dengan sorot mata tajam, katanya lebih jauh: "Mungkin kau adalah Bengcu kaum hitam dan putih dari dunia persilatan, Kun lun indah Siau Wi goan? Sungguh hatiku meras pedih bagi kebutaan mata kawanan jago persilatan yang mendukung dirimu, aaai.. belakangan ini memang dunia sudah terbalik, mereka yang mempunyai mata terang justru lebih tolol ketimbang mereka yang matanya secara sungguhan" Sambil menggelengkan kepalanya berulang kali dia menghela napas, dari kata katanya yang penuh penghinaan, boleh di bilang ia kelewat memandang rendah orang-orang tersebut. Siucay berwajah tampan Si Kok seng tak bisa menahan cemoohan tersebut dengan begitu saja, tiba-tiba dia menyambar pedangnya lalu melompat ke hadapan Chin Siau teriaknya sambil mengumpat: "Bocah keparat, kau benar-benar tak tahu diri, sauya perlu memberi pelajaran kepadamu!" Kata 'mu' masih di mulut, pedangnya dengan jurus benih bunga baru tumbuh sudah melepaskan sebuah bacokan kilat. Chin siau sama sekali tak bergerak dari posisi semula, mengawasi datangnya sambaran ujung pedang lawan, ia tidak terburu-buru untuk meloloskan senjatanya. Menanti ujung pedang sudah berada dihadapannya ia berkelit kesamping secara tiba-tiba, kemudian sambil meloloskan pedang, dia menyapu dua inci diujung pedang Siucay berwajah tampan Si Kok seng dengan jurus menyapu rata seribu prajurit. Bukan begitu saja, bahkan secepat sambaran kilat pedangnya menyambar ke dalam mengancam lambungnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tampaknya seperti dua jurus, padahal bersamaan waktunya dengan serangan dari Si Kok seng, hanya tahu-tahu saja senjata itu sudah bersarang di perut lawan. Tahu-tahu Si Kok seng menjerit kesakitan, perutnya robek, ususnya berhamburan dan darah segar bercucuran ke manamana, sambil memegangi perutnya dengan ke dua belah tangan dia roboh terjengkang diatas tanah dan tak pernah berkutik lagi. Gerak serangan tersebut benar-benar cepat dan sangat luar biasa... Tanpa terasa Bi Kun lun indah Siau Wi goan menghembuskan napas dingin, seluruh tubuhnya menjadi dingin separuh. Bila kita mau perhatikan dengan seksama maka tidak sulit untuk mengetahui kunci keberhasilan Chin Siau barusan, yakni taktik menghadapi gerak dengan ketenangan, suatu taktik yang hebat sekali. Biarpun Kun lun indah Siau wi goan sudah hidup sekian puluh tahun, baru pertama kali ini ia saksikan ilmu pedang yang begitu aneh, cepat dan cekatan, hal ini membuatnya berdiri termangu-mangu sesaat sambil mengawasi pemuda tersebut. Mendadak satu ingatan melintas didalam benaknya: "Yaa, apabila jago pedang muda ini bersedia menggabungkan diri menjadi anak buahku, biar kehilangan Si Kok seng, aku toh tak akan merasa rugi sebab kepandaian orang ini nampaknya jauh lebih bebat dari padanya..." Berpikir begitu, bukan saja ia segera melupakan kematian dari Si Kok seng malahan dari marah dia menjadi tertawa. Sambil menunjukkan sikap serta mimik wajah yang sok alim dan lembut, segera pujinya kepada Chin Siau: Sebuah ilmu gerakan tubuh yang hebat, sunguh membuat aku Siauw wi goan merasa sangat kagum, bila Chin siauhiap tidak keberatan, wi goan memberanikan diri untuk mengajak kau mengangkat saudara..." Belum habis ia berkata, tiba-tiba Chin Siau menyela:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jadi kau tak akan menjadi marah karena kematian pemuda itu?" Kun lun indah Sini wi goan tertawa terbahak-bahak: "Haaa...haaa... dalam suatu pertarungan, luka atau tewas adalah kejadian yang lumrah, apalagi bagi oramg persilatan yang kehidupannya sehari-hari bergelimpangan di ujung golok, siapa sih yang dapat menjamin bakal panjang usia?" Mendengar perkataan tersebut, tanpa terasa lagi Chin Siau tertawa terbahak-bahak. "Haaa... haaa... barang siapa berteman denganmu, orang itu benar-benar lagi sial delapan keturunan, bila sang korban ini masih bisa mendapat tahu, dia tentu akan berubah jadi setan untuk memakan daging dan tulangmu. Orang she Siau, aku Chin Siau tak kenal dengan manusia macam dirimu itu, lebib baik padamkan saja niatmu tersebut!" Didamprat secara terang-terangan oleh pemuda itu, Kun lun indah Siau wi goan merasakan wajahnya menjadi panas karena jengah, ia betul-betul menderita sekali. Dari malunya, ia menjadi marah, selembar wajahnya berubah lagi menjadi beringas dengan hawa napsu membunuh menyelimuti di mukanya, ia berseru sambil tertawa seram: "Ternyata kau tak lebih hanya seorang cecunguk yang tak tahu diri, kuberitahukan kepada mu, lebih baik jangan menolak arak kemenangan dengan memilih arak hukuman, Siau wi goan bukan manusia yang gampang dihadapi. Walaupun Chin Siau belum cukup berpengalaman, namun ia masih dapat mengetahui sikap Kun lun indah yang panas dingin tak menentu itu, timbul perasaan jengah dan muakk dalam hati kecilnya. Ketika Siau Wi goan baru selesai berkata, ia sudah mencibirkan bibir sambil mengekek: "Bajingan tua yang munafik dan terkutuk, sauya tidak doyan dengan permainan macam itu, bila kau memang menganggap dirimu sebagai seorang lelaki sejati cabutlah pedangmu dan hadapilah aku secara jantan, bila tidak berani

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lebih baik sipat ekormu dan cepat menggelinding pergi, sauya tidak punya banyak waktu untuk berurusan denganmu lagi" Meledak hawa amarah Kun lun indah SiauWi goan sesudah diejek habis-habisan oleh lawan, dia berpekik nyaring, tahutahu diantara dentingan pedang tajam genggamannya telah bertambah dengan sebilah pedang mestika. Chin Siau hanya menyaksikan semua gerak-geriknya itu tanpa komentar, kemudian setelah mendengus sinis, dia alihkan pedangnya ketengah, lalu sambil melepaskan tusukan katanya: "Siau tayhiap, beginilah baru terhitung seorang lelaki sejati, sekarang waktu berharga sekali, silahkan kau lepaskan serang anmu...!" Selama ini Kun lun indah Siau Wi goan masih ragu-ragu melancarkan serangan karena terpengaruh oleh kehebatan Chin Siau terutama sekali kematian dari Si Kok seng boleh dibilang merupakan contoh yang terbaik baginya. Maka dari itu dia tidak berani memandang enteng musuhnya, ia selalu berjaga-jaga dengan ketat, sebab sedikit saja teledor dalam keadaan demikian, hal tersebut akan mengakibatkan kematian bagi dirinya. Itulah sebabnya Kun lun indah tidak berani bergerak secara sembarangan, dia kuatir bila sampai salah bertindak bisa jadi selembar jiwanya malah akan lenyap dibukit Pek hok nia tersebut. Sebagai pemuda yang pintar sudah barang tentu Chin Siau dapat melihat hal ini sambil mendengus dingin, kembali ejeknya: "Bagaimana? Ketakutan rupanya! Oya, aku bisa mendengar debaran jantungmu yang berdetak keras, yaa sudahlah, siau tayhiap memang ada baiknya kau pertahankan jiwamu itu agar bisa pulang kerumah untuk melakukan kesenangan hidup lebih lama!" Kata-kata ejekan semacam ini bagi pendengaran Kun lun indah merupakan pisau tajam yang menusuk-nusuk hatinya, menghancur lumatkan harga dirinya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ya, berbicara sejujurnya, dia memang ketakutan. Terutama sekali ketenangan dan sikap teguh yang diperlihatkan Chin Siau, benar-benar telah menggetarkan perasaannya. Sebab semakin tenang seseorang menghadapi ancaman, berarti semakin berbahaya manusia tersebut. Akhirnya Kun lun indah Siau Wi goan menurunkan pedangnya kembali.... Dia sudah kalah sama sekali, mati kutu. Suatu kekalahan yang benar-benar mengenaskan dan memalukan sekali. Seorang pemimpim dunia persilatan yang memimpin kaum hitam maupun putih ternyata keok dan menyerah kepada jagopedang yang masih muda beliau. Dengan penuh kebencian serta perasaan dendam ia mengundurkan diri dari situ, pikirannya sangat kalut, tak bisa disangkal lagi ia sedang menyusun suatu rencana busuk. Dia tidak mengaku sudah menyerah, bagi manusia yang pandai menyusun rencana keji macam dia, tak pernah ia letakkan pancing ikannya terlalu jauh. Atau dengan perkataan lain, dia menganggap dengan mundur mencari keberhasilan merupakan tindakan yang lebih tepat dari pada menerima kekalahan dan kerugian yang berada didepan mata. Malah kepada diri sendiri ia bersumpah: "Lihat saja nanti, coba kita buktikan siapakah yang akan muncul sebagai pemenang nya" Ia berjalan menuju ke hadapan Wan wancu, waktu itu Wan wancu juga telah selesai mengatur napas untuk menyembuhkan luka dalamnya. Kun lun indah Siau Wi goan segera memayang badan wan wancu sambil katanya: "Mari kita pergi saja!" Wan wancu mengawasi Chin Siau dan Suma Thian yu sekejap, kemudian bibirnya bergerak seperti hendak mengucapkan sesuatu, namun niat tadi segera diurungkan kembali.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kun lun indah Siau Wi goan yang melihat hal ini, dengan cepat berkata: "Mereka tak bakal balik ke daratan Tionggoan lagi, sebab disaat kaki mereka kembali daratan Tionggoan, maka saat itulah nyawa mereka akan berakhir! Kemudian dengan cepat dia melanjutkan perjalanannya meninggalkan tempat itu. Memandang bayangan punggung ke dua orang itu, Chin Siau tertawa senang, sejak terjun ke dunia persilatan baru pertama kali ini dia benar-benar dapat merasakan bagaimana enaknya suatu kemenangan. Setelah bayangan kedua orang tadi lenyap, tanpa berpaling lagi ke arah Suma Thian yu, Chin Siau segera beranjak pergi pula meninggalkan tempat tersebut. Mendadak dari arah belakang ia mendengar Suma Thian yu berteriak keras: "Saudara Chin, tunggu dulu!" Waktu itu Chin Siau telah berada di tepi hutan, mendengar seruan tersebut ia berhenti, lalu sambil membalikkan badan tanyanya: "Ada apa?" Suma thian yu berhasil memulihkan kembali kekuatannya, ia segera berjalan kehadapan Chin Siau, lalu sambil menjura katanya: "Terima kasih banyak atas pertolonganmu!" "Anggap saja sebagai balasanku atas sebuah hutangku kepadamu, tak usah berterima kasih" jawan Chin Siau ketus. "Tidak, aku perlu berterima kasih kepadamu, sebab bila kau tak muncul pada waktunya, mungkin habis sudah riwayatku" sewaktu berbicara, sekulum senyum menghiasi wajah Suma thian yu. "Hanya disebabkan perkataan inikah kau memanggilku?" tegur Chin Siau dingin, "kalau begitu aku tak bisa melayanimu lagi" Selesai berkata dia lantas membalikkan badan dan segera beranjak pergi.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Cepat-cepat Suma thian yu menyusul dibelakangnya sambil berteriak lagi: "Harap tunggu sebentar, masa kau masih membenciku?" Tiba-tiba Chin Siau membalikan tubuhnya, kemudian berseru dengan marah: "Jangan kau kira setelah kubantu dirimu untuk mengusir musuh tadi berarti aku telah memaafkan dirimu. pokoknya urusan diantara kita berdua bakal di selesaikan suatu ketika, sekarang kau tak usah banyak berbicara lagi, lebih-lebih tak perlu menggunakan berbagai muslihat untuk melemahkan hatiku!" Selesai berkata dia membalikan badan dan segera meninggalkan tempat itu. Suma Thian yu yang bermaksud bersahabat dengnnya ternyata harus menerima dampratan yang ibaratnya guyuran sebaskom air dingin, memandang bayangan punggung Chin Siau yang menjauh, dia hanya bisa nggelengkan kepalanya sambil menghela napas panjang, lalu gumamnya seorang diri: "Benar-benar seorang pemuda yaeg keras kepala, biarpun mendendam namun masih dapat membedakan mana yang benar mana yang salah, manusia seperti inilah baru dapat disebut seorang lelaki sejati..." Hari ini, Suma Thian yu telah kembali ke Eng bun kwan. Dari sini menuju ke propinsi Hopak, orang mesti melalui bukit Ngo tay san, terbayang kembali Manusia iblis penghisap darah Pi Ciang hay, ia segera merasa jalan tersebut merupakan sebuah jalan yang penuh resiko. Maka selewatnya Eng bun kwan, dia mengambil jalan menuju benteng Yang beng poo, menjelang magrib tibalah dikaki bukit Ki ciok san. Sepanjang perjalanan dalam benaknya ia teringat selalu ucapan dari Siau Wi goan dan Wan wancu, akibat ia kelewat berhati-hati sehingga setiap bayangan yang terlihat di anggapnya sebagai bayangan musuh. Tentu saja perjalanan yang ditempuh dalam suasana begini terasa berat sekali.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tapi didalam kenyataan dia memang harus berbuat begini, sebab bagi manusia durjana berhati hitam seperti Siau Wi goan, apa yang pernah diucapkan memang dapat pula dilaksanakan olehnya. Tapi dalam kenyataannya kemudian, selama beberapa hari dia selalu aman tenteram tidak menjumpai marusia yang mecurigakan. Biar begitu, Suma Thian yu sama sekali tidak berarti mengendorkan kewaspadaannya. Mendadak dari tengah jalan berkumandang suara keleningan, pada mulanya dia mengira suara keleningan kuda, tapi alhasil yang muncul dari tikungan halan adalah orang penjajah barang yang menarik sebuah pedati. Melihat orang itu cuma seorang pedagang kecil, akhirnya Suma Thian yu mengendorkan kembali kewaspadaannya. Jalanan dimana ia tempuh amat sempit, buru-buru Suma Thian yu menyingkir kesamping untuk memberi jalan. Apa mau dibilang, 'manusia tidak berniat melukai sang harimau, si harimau justru berniat mencelakai orang', pedagang itu justru mendorong keretanya langsung menumbuk ke tubuh Sama Thian yu. Menghadapi kejadian seperti ini, Suma Thian yu menjadi terkesiap, dengan cepat satu ingatan melintas didalam benaknya. Tergesa-gesa dia menggerakkan tubuhnya sambil mengegos ke samping, kemudian tegurnya: "Hei, kalau jalan kenapa tidak hati-hati?" Pedagang itu berusia tiga puluh tahun, bertubuh kekar dan bertelanjang dada sehingga kelihatan bulu dadanya yang lebat. Orang itu segera mendengus dingin: "Suruh aku berhati-hati? Hai bocah kunyuk, kenapa tidak kau cari kabar dari orang, apakah si penjual obat Kho Ciu sui dari bukti Ki ciok san adalah seorang manusia yang gampang diusik? Suruh aku berhati-hati....." "Hmm, nampaknya kau sudah meminjam nyali dari Lo Thian ya....?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selama beberapa hari belakangan ini, Suma Thian yu selalu dicekam perasaan murung dan kesal, ia menjadi teramat mendongkol atas perkataan si tukang jual obat tersebut, jawabnya kemudian ketus: "Biar pun aku tak pernah meminjam nyali dari Lo Thian ya, tapi aku justru dibesarkan karena selalu makan nyali beruang!" Mendadak si tukang obat Kbo Cui Sui meletakkan keretanya dan bertolak pinggang, hardiknya penuh amarah: "Bocah keparat, tak heran kalau kau berani memusuhi Siau tayhiap, rupanya kau memang punya tiga kepala enam lengan hanya sayang, kau salah jalan, sebab jalan ini adalah jalan kematian, kau sudah tidak memiliki kesempatan lagi untuk melanjutkan hidup" "Waah sungguhkah itu?" Suma Thian yu pura-pura kaget, "celaka... kalau begitu aku mesti kabur ke belakang..." Sambil berkata tiba-tiba saja dia membalikkan badan, tapi apa yang kemudian terlihat membuatnya kembali tertegun. Entah sejak kapan, ternyata dibelakang tubuhnya telah berhenti pula sebuah kereta, orang yang menarik kereta itu juga seorang lelaki kekar berusia tiga puluh tahunan yang berwajah mirip sekali dengan si penjual obai Kho Cui sui. Suma Thian yu mengira syarafnya kelewat tegang sehingga menimbulkan bayangan yang keliru, serta merta dia berpaling lagi, alhasil si penjual obat Kho Ciu sui masih tetap berdiri tegak ditempat semula. Ketika melihat pemuda itu berpaling dengan wajah tercengang, penjual obat Kho Cui sui segera berkata sambil tertawa angkuh: "Bocan keparat, toaya lupa memperkenalkan, si penjual obat yang berdiri dibelakang mu itu bernama Kho Tong sui, dia adalah adik kandung toaya mu, kenapa? Dengan ke munculan kami berdua, tentunya tak sampai mengecewakan kau bukan?" Mendengar perkataan tersebut, Suma Thian yu segera berpikir didalam hati:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dikolong langit ini menang banyak terdapat kejadiankejadian aneh, Wu san siang gi sudah terhitung sepasang saudara kembar yang luar biasa, nampaknya kedua orang ini pun merupakan saudara kembar juga" Berpikir demikian, dia lantas berseru sambil tertawa terbahak-bahak: Haah...haah... haah... kalau cuma sepasang siluman kerbau dan kuda mah masih belum cukup untuk menakut-nakuti sauya, kalau dilihat dari perbuatan kalian yang menghadang dari depan maupun dari belakang, tampaknya kalian benarbenar bermaksud untuk turun tangan?" Si penjual obat Kho cui sui tertawa seram: "Suma thian yu, sikap Siau tayhiap terhadapmu cukup baik, dengan berbagai cara dia berusaha mengajakmu masuk rombongan, tapi kenyataannya kau tak tahu diri dan selalu saja memusuhi dirinya, toaya benar-benar tidak mengerti, sebenarnya apa sih maksud tujuanmu?" Suma thian yu tertawa tergelak. "Setiap orang mempunyai cita-cita dan tujuan yang berbeda dan tiada orang yang dapat memaksakan kehendaknya, orang kuno bilang, mereka yang tak sepaham tak akan berkelompok, sauya tak ingin sampai sepasang tanganku turut berlepotan darah pula!" Apa maksudmu berkata demikian?" seru Kho cui sui keheranan, "Siau tayhiap adalah seorang lelaki yang berjiwa besar, penegak keadilan dan suka membantu kaum lemah, siapa yang tak kagum dan hormat kepadanya? Boleh dibilang setiap umat persilatan yang bergerak dalam dunia persilatan sama-sama menaruh hormat dan salut kepadanya, kau enggan berlepotan darah, apa kau anggap perbuataanmu itu tidak menodai tangan mu dengan darah?" Suma thian yu segera menggelengkan kepalanya sambil menghela napas setelah mendengar perkataan itu, ujarnya: "Perjalanan yang jauh akan memperlihatkan kekuatan kuda, pergaulan yang lama akan menunjukkan watak manusia. Bin kun lun Siau wi goan adalah seorang manusia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

licik yang berjiwa pengecut, munafik dan keji, dia hanya pandai berbicara serta memikat hati orang sehingga sembilan puluh persen umat persilatan tertipu olehnya serta bersedia menaati perintahnya. Ku anjurkan kepada kalian berdua biar tahu diri serta membatasi diri dalam pergaulannya dengan orang itu, kalau tidak, sekali tersesat kau akan menyesal sepanjang masa...." Mendengar perkataan tersebut, si penjual obat Kho cui sui segera tertawa seram, tiba-tiba ia mendorong keretanya kesisi jalan, lalu dari balik kotak kereta diambilnya sebuah senjata tajam. Diiringi suara gemerincing keras, tahu-tahu didalam genggaman Kho Ciu sui telah bertambah dengan sebuah senjata rantai besi. Kho Tong sui yang berdiri dibelakangnya tidak ambil diam, dari balik peti keretanya dia mengeluarkan sepasang palu gada, senjata tersebut paling tidak berbobot seratus kati, tapi dalam genggaman Kho Tong sui justru seperti enteng sekali. Melihat hal mana, Suma Thian yu tertawa lagi, katanya sambil menggelengkan kepala. "Tampaknya kalian berdua ada maksud untuk mencari gara-gara denganku? Baiklah, terpaksa aku akan menyertai kalian dengan pertaruhkan selembar jiwaku" Bersamaan dengan selesainya perkataan itu, mendadak terdengar suara gemerincingan nyaring berkumandang memecahkan keheningan, pedang Kit hong kiam telah digenggam dalam tangannya. Cahaya biru yang menyilaukan mata dengan cepat memancar ke empat penjuru. Ketika menjumpai pedang Kit hong kiam tersebut si penjual obat Kho Ciu sui nampak agak tertegun, menyusul kemudian serunya sambil tertawa tergelak: "Haaah...haah...haah...rupanya kau adalah ahli waris Wan Liang, tak heran kalau kelicikanmu luar biasa" Diiringi suara gemerincinq nyaring, dengan jurus naga panjang menghisap air' dia serang tubuh Suma Thian yu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan suatu pandangan kilat Suma Thian yu telah memperhatikan keadaan disekeliling tempat itu, dengan cepat ia sudah mempunyai suatu garis besar pandangan atas keadaan di sana Menghadapi serangan musuh yang mengcagatnya dijalan bukit yang sempit ini, tiba-tiba saja ia mendapatkan sebuah akal bagus untuk menghadapi kepungan ini. Mendadak dia melompat mundur sejauh dua langkah untuk menghindarkan diri dari sergapan tersebut, tapi desingan angin tajam telah menyapu tiba dari belakang punggungnya, Kho tong sui dengan memutar sepasang senjata palunya telah menyergap dari belakang tanpa menimbulkan sedikit suarapun. Tindakan ini sudah diduga sebelumnya oleh Suma thian yu dan justru cocok sekali dengan taktik pertarungannya. Serta merta pemuda itu merendahkan tubuhnya sampai separuh bagian, sepasang kakinya menjejak tanah lalu melejit ke udara dengan suatu gerakan yang luar biasa. Lejitan tersebut boleh dibilang mencapai ketinggian enam kaki, dari situ dia bertekuk pinggang sambil menjejakkan kakinya kebelakang, setelah berjumpalitan beberapa kali dan melewati kepala Kho Tong sui, dia melayang turun dibelakang tubuh mereka. Dengan demikian, Suma Thian yu telah terlepas dari kepungan lawan, dan sebagai akibatnya dua bersaudara Kho menjadi saling ber hadapan muka. Tapi dua bersaudara Kho pun bukan manusia sembarangan, dengan kepandaian silat yang mereka miliki, mereka merupakan jago kelas satu yang termashur dalam dunia persilatan. Dengan jurus pelangi panjang membungkus bulan, Kho Ciu sui mengayunkan rantai panjangnya menyerang dada Suma Thian yu dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat. Kho Tong sui tak berani berayal, dia membalikkan badan sambil memutar sepasang palunya, bayangan hitam segera menderu-deru diudara untuk mengacaukan pandangan lawan,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tujuannya untuk memecahkan perhatian musuh sehingga ia berkesempatan untuk mele paskan sergapan mautnya. Kerja sama kedua orang bersaudara dengan senjata panjang dan pendek yang berbeda ini boleh dibilang amat rapat dan luar biasa. Semenjak terjun kedalam dunia persilatan, belum pernah Suma Thian yu mendengar tentang nama sepasang bersaudara tersebut, mungkin juga hal ini disebabkan ia tak pernah berserak diwilayah San say. Oleh sebab itu dia selalu menggunakan sikap yang memandang enteng untuk menghadapi lawannya, dengan ilmu silatnya yang melebihi orang, memang tak ada salahnya memandang enteng lawan, cuma kali ini dia telah salah perhitungan. Sejak kecil dua saudara Kho telah menerima didikan ilmu silat dari tokoh sakti, mereka mempunyai kemampuan yang hebat terutama dalam pertarungan dimana mereka turun tangan bersama, kerja sama yang terbina oleh kedua orang itu sangat ketat dan kuat, ditambah lagi mereka berdua memiliki ilmu gerakan tubuh yang aneh tapi sakti, kesemuanya itu membuat mereka ganas bagaikan serigala. Seketika itu juga Suma Thian yu dipaksa mundur berulang kali, posisinya pun mulai goyah. Melihat kejadian ini, sambil meneruskan serangannya, Kho Ciu sui berkata: "Toaya mengira kau memiliki tiga kepala enam lengan, ternyata tak lebih cuma tombak terbuat dari lilin, sama sekali tak berguna.... Kemudian kepada adiknya Kho Tong sui serunya: "Adikku, kau mundur saja lebih dulu, biar aku seorang diri yang membekuk cunguk ini!" Kho Tong sui benar-benar mengundurkan diri. Kho Ciu sui segera memutar senjata rantainya menyelimuti seluruh angkasa, secara beruntun dia lepaskan tiga buah serangan berantai yang sekali lagi memaksa Suma Thian yu mundur sejauh beberapa langkah.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Atas desakan demi desakan yang menghimpitnya, meledak juga amarah Suma Thian yu, sebetulnya dia tak ingin menyusahkan lawannya selama urusan belum memerlukan. Sebab selama ini dia selalu menganggap ke dua Kho bersaudara itu belum bejad betul moralnya, asal diberi bimbingan yang benar mereka tentu akan mengerti dan sadar. Siapa tahu musuh malah mendesaknya semakin hebat, bahkan berniat untuk membunuhnya, jangan lagi Suma Thian yu tak mampu menahan diri lagi, biar manusia yang terbuat dari tanah liat pun akan naik darah juga dibuatnya. Disaat dia sudah bersiap melancarkan serangan yang mematikan, tiba-tiba terdengar Kho cui sui mengejek sambil tertawa. "Bocah keparat, kau masih belum juga mau menyerah?" Suma Thian yu segera memutar otak, kemudian sahutnya sambil tersenyum: "Kho tayhiap, kau mesti sadar bagaimana akibarnya bila mengikuti jejak Siau wi goan, kau bakal rusak nama dan kehilangan pamor, akhirnya keadaanmu sendiri akan mengenaskan" "Hmm!" Kho cui sui mendengus dingin, "lebih baik ucapan semacam itu kau utarakan bila sudah berhasil mengalahkan toayamu nanti" Melihat kekerasan kepala lawannya, Suma thian yu segera berpikir: "Tampaknya aku tak akan berhasil membujuknya hanya dengan perkataan belaka, kalau begitu aku mesti berusaha untuk menaklukkan mereka berdua lebih dulu" Berpikir demikian, Kit hong kiamnya segera diputar berganti jurus dan memainkan ilmu Kit hong kiam hoat ajaran Wan liang. Seketika itu juga cahaya pedang menyilaukan mata, hawa dingin menusuk tulang, bagaikan arus deras sungai Tiang kang, serangan tersebut serentak menggulung tubuh Kho Ciu sui.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekarang Kho Cui sui baru terperanjat, ia tak berani gegabah lagi, rantainya digetarkan menciptakan lapisan bayangan yang beratus-ratus banyaknya diudara, dimana bayangan tadi bersama-sama menyerang Suma Thian yu. Dalam sekejap mata itulah Suma Thian yu telah berhasil merebut posisi yang menguntungkan dan duduk diatas angin, sebaliknya si penjual obat Kho Ciu sui terdesak mundur berulang kali, biarpun ia telah mengerahkan segenap kekuatan yang dimiliki pun belum juga berhasil untuk memperbaiki posisinya. Dalam pada itu, Kho Tong sui yang menonton pertarungan dari sisi arena sudah kehabisan sabar, tidak menunggu sampai dipanggil kakaknya, dia memutar sepasang palunya dan menyerbu dari samping arena. Sayang sekali Suma Thian yu sudah bertekad hendak menaklukkan kedua orang itu sekarang, justru serangan yang digunakan semuanya ganas dan hebat, jurus demi jurus serangan dilancarkan untuk meneter lawan, betul pihak musuh bertambah seorang, namun mereka tak berhasil memperbaiki keadaan. Dalam waktu singkat bahu kanan Kho Cui sui sudah terluka, serangannya makin lambat dan kacau tak beraturan sebaliknva dada Kho Tong sui kena babatan pedang lawan sehingga muncul sebuah luka yang memanjang. Berhasil dengan serangannya itu, Suma Thian yu segera tertawa tergelak, serunya: "Tayhiap berdua terhitung manusia-manusia pintar, seharusnya kalian bisa membedakan mana yang benar dan mana yang jahat, mengapa sih kalian malah bersedia diperbudak oleh seorang manusia munafik yang berwajah Buddha tapi berhati ular berbisa?" "Tutup malut baumu bangsat!" bentak Kho Ciu sui marah, "urusan toaya biar diputuskan oleh toaya sendiri, kau tak usah banyak ngebacot, lihat serangan!" Sekali lagi rantai bajanya meluncur kedepan dengan kecepatan tinggi, ketika hampir mendekati wajah lawan, tiba-

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tiba rantai itu terlepas dan menyambar datang dengan kekuatan yang berlipat ganda. Suma Thian yu sangat terkejut, dia mencoba menangkis dengan pedangnya, tapi ia pun sadar bila hal ini dilakukan, rantai itu pasti akan membalik membelenggu senjatanya, alhasil Kho Tong sui akan memanfaatkan kesempatan baik ini untuk melepaskan serangan yang mematikan kearahnya. Ia lantas berpekik keras, satu ingatan melintas lewat, dengan mempergunakan jurus Naga dan burung hong berbahagia, sebuah jurus serangan dalam ilmu pedang tanpa nama ajaran ciong liong lo sianjin, ujung pedangnya mencukil kedepan dan secara jitu menutul diatas rantai yang sedang menyambar datang. Bukan saja ancaman yang datang dari sepasang palu itu berhasil dipunahkan, malahan diantara kilauan cahaya tajam, ia berhasil menghadiahkan sebuah bacokan pedang lagi dibawah dada kiri Kho tong sui. Gagal total dengan usahanya, bahkan menderita pula luka yang cukup parah, membuat dua bersaudara itu menjadi putus asa. Dengan mengerahkan tenaga dalamnya ke dalam ujung pedang tersebut, jangan dilihat cukilan itu enteng, tapi didalam kenyataan-nya berhasil mencongkel rantai tadi sehingga mercelat ke arah lain. Betul juga, pada saat itulah sepasang palu raksasa Kho Tong sui telah membacok tiba dari atas dan bawah dengan kekuatan serangan yang mengerikan. Suma Thian yu, pemuda bernyali besar yang berilmu hebat ini sama sekali tidak menjadi gugup, mengikuti gerak pedangnya dia mengeluarkan jurus Bintang dan rembulan berebut sinar, ternyata jurus ini merupakan gerak sambungan dari serangan sebelumnya. Pertama-tama Kho Cui sui yang menghentikan serangannya lebih dulu, kemudian sambil memunggut rantai miliknya dan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menatap Suma thian yu dengan sinar mata buas dan penuh amarah, katanya: "Kepandaian silat yang kau miliki memang sangat hebat, toaya merasa amat kagum, cuma sayang manusia seperti kau bukan melakukan perbuatan yang bajik, sebaliknya malah melakukan kejahatan". Belum habis perkataan itu diucapkan, Suma Thian yu telah menukas perkataan tersebut dengan cepat: "Percuma saja kau membedakan antara baik dan buruk secara sembarangan, karena aku percaya keadilan ada dihati manusia, suatu ketika semua orang akan menjadi paham siapa yang benar!" Sebenarnye Kho Ciu sui hendak membantah lagi tapi Kho Tong sui segera menimbrung:. "Toako, buat apa mesti kita ribut dengan keparat ini? Aku tak percaya dengan mengandalkan kemampuan kita berdua tak mampu untuk membekuknya" Selesai berkata dia lantas menubruk kedepan sambil menahan rasa sakit akibat luka yang dideritanya pada bagian dada, dia memainkan sepasang palunya mernciptakan dua bayangan yang rapat, kemudian diiringin dengan desiran angin kencang langsung menyambar kemuka. Suma Thian yu mendengus dingin, ia mengeluarkan ilmu langkah Cok tiong luan poh sin hoat untuk menghindarkan diri, hanya sedikit bahunya bergetar, tahu-tahu tubuhnya sudah menyelinap kebelakang punggung Kho Tong sui, ejeknya sambil tertawa dingin: Kho tayhiap, apakah kau masih saja tak mau sadar? Mengingat kalian berdua jujur dan berbudi luhur sedang perbuatan kalian sekarangpun tak lebih hanya terpengaruh oleh hasutan manusia laknat, aku tak tega untuk berbuat keji kepada kalian, ketahuilah bila aku betul-betul turun tangan, jangan harap kalian bisa bertahan sebanyak sepuluh gebrakan" Sebetulnya perkataan ini diucapkan dari hati sanubarinya yang jujur dan memang begitulah kenyataannya, namun bagi

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pendengaran dua bersaudara Kho tersebut justru merupakan sindiran yang tajam, hinaan yang membuat mereka menjadi kalap. Kh cui sui menjadi gusar, segera bentaknya keras: "Manusia keparat, kau benar-benar amat takabur, baik, hari ini ada kau tiada aku, Kho Ciu sui akan beradu jiwa denganmu!" Rantai besinya seperti naga sakti meluncur kedepan dengan cepat, tapi setibanya di tengah jalan tiba-tiba berubah arah dengan menyembar lewat samping. Sama Thian yu baru menyesal sekali setelah melihat kedua bersaudara Kho menjadi kalap oleh perkataan-nya itu, padahal maksudnya semula, ia berharap mereka tahu diri dan segera mengurungkan niatnya itu. Tentu saja kata-kata yang sudah diucapkan tak mungkin bisa ditarik kembali, setelah menghela napas panjang, diapun mengembangkan lagi ilmu pedang tanpa namanya. Bu Beng kiam boat merupakan hasil ciptaan Ciong liong lo sianjin yang merupakan seorang tokoh persilatan yang berilmu tinggi, tidak heran kalau jurus serangan ilmu pedang itu luar biasa hebatnya. Yang lebih istimewa lagi dengan ilmu tersebut adalah jurusjurus serangannya bisa digunakan sepotong-seporong untuk menyelamatkan diri sambil menyerang musuh, tapi bisa juga dipergunakan sebagai serangkaian serangan berantai yang ketat. Berhubung Suma Thian yu sudah terlanjur sesumbar untuk meraih kemenangan dalam sepuluh gebrakan saja, maka dia memilih untuk mempergunakan serangkaian serangan berantai, hal ini berarti cukup dalam enam gebrakan saja ia akan berhasil menggulung keok ke dua orang bersaudara Kho. Inupun berkat kebijaksanaan Suma Thian yu yang berhati luhur dan tak ingin menghancurkan pamor lawan yang dibentuk dengan susah payah, coba kalau tidak, semenjak tadi mereka berdua sudah mampus.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kadang kala manusia memang menjadi makhluk yang paling aneh, suatu sikap bermaksud baik seringkali disalah artikan oleh pihak lain seperti halnya dengan Suma thian yu sekarang, sesungguhnya dia berniat mengalah kepada musuhnya, siapa tahu sikap tersebut justru ditanggapi dua bersaudara Kho sebagai niat musuh untuk menghina dan mengejek diri mereka. Itulah sebabnya meski sudah terluka di badan, namun kedua orang itu tetap enggan berhenti. Tentu saja Suma Thian yu yang dibikin semakin gelisah, mendadak sambil berpekik keras teriaknya: "Hati-hati kalian sekarang, aku akan melancarkan serangan yang terakhir!" Dalam seruan mana suma thian yu sudah melejit keudara, Kit hong kiamnya menciptakan selapis bayangan pedang yang rapat mengurung kedua orang lawannya ditengah arena. Menghadapi kurungan lapisan bayangan pedang yang tertuju kearah mereka, dua bersaudara Kho itu menjadi terperanjat, pekik mereka tanpa terasa: "Habis sudah riwayatku kali ini!" Disaat yang kritis dan amat berbahaya itulah, mendadak Suma Thian yu merasakan datangnya segulung angin pukulan yang sangat kuat langsung menghantam belakang kepalanya. Bersamaan itu juga ia mendengar suara tertawa seram yang menggidikkan hati berkumandang menyusul datangnya ancaman ini. Apabila Suma Thian yu tidak membatalkan ancamannya terhadap dua bersandara Kho, niscaya dia sendiri akan termakan pula oleh ancaman maut yang datangnya dari belakang itu. Berada di dalam keadaan seperti ini, sudah barang tentu Suma Thian yu tidak mau mengambil resiko terlalu besar. Cepat dia menarik napas panjang, sepasang kakinya menjejak tanah keras-keras dan secepat sambaran kilat dia melewati atas kepala dua bersaudara Kho serta melayang turun di muka situ.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lolos dari ancaman bahaya maut, dua bersaudara Kho mandi peluh dingin, pekiknya dihati: "Ooh, syukur berhasil lolos dari maut" Dengan mengendornya ketegangan yang mencekam perasaan mereka, tiba-tiba saja mereka merasakan sakit yang luar biasa dari luka-luka yang dideritanya. Sementara itu orang yang menyergap Suma Thian yu secara licik tadi telah berdiri ditengah jalan. Begitu tahu siapakah orang itu, berkobar hawa amarah di dalam dada Suma thian yu, tegurnya ketus: "Kukira siapakah manusia yang telah melakukan perbuatan terkutuk ini, rupanya kau si mahkluk setan bermuka hijau!" Orang yang baru datang memang tak lain adalah Setan muka hijau Siang Tham. Dalam pada itu si setan muka hijau Siang Tham telah berjalan menghampiri dua bersau dara Kho, lalu tegurnya sambil tertawa seram: "Kalian berdua tentunya sudah dibikin kaget setengah mati? Silahkan untuk beristirahat dulu, biar aku orang she Siang yang membalaskan aib kalian berdua ini" Habis berkata, dengan senyuman angkuh dan wajah licik pelan-pelan ia mendekati Suma Thian yu, sambil berjalan mendekat, katanya: "Selamat berjumpa Suma siauhiap, walaupun dunia persilatan sangat lebar namun kita benar-benar selalu berjumpa dimana pun juga, sebelum aku orang she Siang datang kemari tadi, aku telah meramalkan nasibmu, dapat kudengar bahwa usia siauhiap sudah mendekati masa akhir karena hari naasmu kebetulan sekali jatuh pada hari ini!" Suma Thian yu tetap berdiri tenang, dengan seksama diawasinya si setan muka hijau Siang Tham itu lekat-lekat, ketika melihat sepucuk panji segitiga yang berada ditangan kirinya, satu ingatan segera melintas lewat, katanya kemudian sambil tertawa terbahak-bahak: "Haah...haah...haah... orang she Siang, sauya cukup mengetahui berapa banyak kemampuan yang kau miliki,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan mengandalkan barang rongsokan macam kau, belum tentu kau bisa berbuat banyak kepadaku. Kalau kau memang pintar, lebih baik cepat kau goyangkan panji mu itu untuk meminta bala bantuan, biarkuhadapi bantuan mu itu seorang demi seorang...." perkataan yang persis mengenai sasaran ini kontan saja membuat si Setan muka hijau Siang Tham kehilangan muka, dari malu dia menjadi naik darah, serunya kemudian sambi tertawa seram: "Bocah keparat, tak kusangka kau bisa menebak secara jitu, coba kau lihat dulu, seluruh bukit Ki ciok san telah penuh dengan kawanan jago yang mengepungmu, hari ini, biarpun kau bersayap pun jangan harap bisa lolos dalam keadaan selamat!" oooOooo Panji segi tiga itu segera dikibarkan ke tengah udara, bersamaan waktunya segera muncul beberapa sosok bayangan hitam yang meluncur datang dengan kecepatan tinggi, dalam wakta singkat diatas jalan raya tersebut telah bertambah dengan tiga orang. Melihat siapa yang bermunculan itu, Suma Thian yu kembali tertawa terbahak-bahak: "Haah... haah... haah... sudah kuduga sejak tadi pasti lah kawanan anjing budukan seperti kalian ini, kedatangan kamu semua memang kebetulan sekali!" Ternyata orang yanq datang adalah harimau angin hitam Lim Khong, si ular berekor nyaring Mo pun seng, serta kakek tujuh bisa Kwa lun. Yang membuat Suma Thian yu merasa terkejut adalah kemunculan si kakek tujuh bisa Kwa lun tersebut, mengapa dia bisa muncul di bukit Ki ciok san bersama harimau angin hitam Lim Khong sekalian? Keempat orang tersebut hampir semuanya merupakan jago-jago kelas satu dalam dunia persilatan, seorang saja

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

diantara mereka sudah cukup membuat Suma thian yu pusing menghadapinya, terutama sekali si kakek tujuh bisa Kwa lun dan si harimau angin hitam Lim Khong yang licik, banyak tipu muslihatnya dan berilmu silat tinggi. Biarpun Suma Thian yu masih tetap menampilkan sikap yang tenang, toh tak urung bergidik juga dalam hati kecilnya, ia mengeluh karena harus menghadapi serangan musuh yang begitu banyak. Berbareng dengan kemunculan tiga gembong iblis tersebut, dari balik gunung segera bermunculan bayangan manusia, ternyata orang-orang itu merupakan anak buah dari Kho Cui sui. Pertama-tama si kakek tujuh bisa Kwa Lun yang berbicara lebih dulu, katanya: "Bocah, ayo cepat serahkan kitab pusaka itu kepadaku" Suma Thian yu terkejut sekali setelah mendengar perkataan inim segera pikirnya: "Hmm, mengapa gembong iblis ini bisa tahu kalau kepergianku ke Tibet adalah dalam rangka mencari kitab? Jangan-jangan ada mata-mata didalam selimut?" Berpikir demikian, sahutnya kemudian: "Kitab pusaka? Tolong tanya apa maksud Kwa cianpwe dengan perkataan tersebut?" Kakek tujuh bisa Kwa Lun tertawa licik: "Bocah, kau masih ingin berlagak pilon. Siapa sih yang tak tahu kalau kepergianmu ke Tibet adalah dalam rangka mencari kitab pusaka?" Sambil mendengar perkataan itu, diam-diam Suma Tmian yu mencoba untuk mengawasi mimik wajah si kakek tujuh bisa Kwa Lun, me lihat sepasang matanya berkedip tak menentu, ia segera mengerti bahwa musuh sedang bermaksud menyelidik dan belum mengetahui duduk persoalan yang sesungguhnya. Maka diapun bilik bertanya: "Tolong tanya kitab pusaka apa yang kau maksudkan?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kakek tujuh bisa Kwa Lun seketika terbungkam dalam seribu bahasa, tapi selang sesaat kemudian katanya sambil tertawa dingin: "Bocah, bila kau tak ingin orang lain tahu kecuali dirinya, tidak berbuat, kuanjurkan kepadamu lebih baik serahkan saja kitab pusaka itu, mungkin dengan berbuat begini kau dapat membeli kembali selembar jiwamu, buat apa sih mesti mengorbankan jiwa dengan percuma?" "Kau benar-benar membuat sensasi yang tak lucu", Suma Thian yu tertawa tergelak, "aku tak punya benda apapun, mana mungkin datang sejilid kitab pusaka?" "Lantas mengapa kau jauh-jauh meninggalkan daratan Tionggoan menuju ke Tibet?" Suma Thian yu tersenyum. "Berbicara soal cengli, tak sepantasnya kau menanyakan soal urusan pribadiku ini, disamping itu akupun tidak berkepetingan untuk memberi tahukan sesuatu kepadamu, cuma bila kau ingin tahu tak salahnya kukatakan padamu, aku pergi ke Tibet karena hendak mem buktikan suatu persoalan" "Persoalan apa?" "Persoalan tentang Kun lun indah Siau Wi goan, setiap orang didunia ini mengatakan dia sebagai pendekar besar yang berhati bajik, tapi menurut hasil penyelidikanku dia justru seorang manusia laknat berwajah Buddha berhati ulat yang amat jahat dan berbahaya bagi keamanan dunia persilatan" Mendengar perkataan tersebut, si Harimau angin hitam Lim Khong segera membentak keras: "Bocah keparat, hati-hati jika berbicara, malaikat elmaut sudah didepan mata, kau masih berani bicara kurangajar!" Ular berekor nyaring Mo Pun ci yang selama ini hanya membungkam, mendadak mencorong sinar tajam dari balik matanya yang tungal, sambil menggertak gigi serunya: "Saudara Lin, waktu sudah siang, lebih baik kita secepatnya mengusir dia pergi, banyak bicara tak berguna, apalagi sampai membiarkan harimau ganas pulang kegunung, menyesal pun percuma"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tak usah gelisah" sahut Harimau angin hitam Lim Khong sambil tertawa 1icik, "keadaan-nya sekarang ibarat burung dalaam sangkar, biar punya sayap pun jangan harap bisa terbang lepas, bila sekali bacok menghabisi nyawanya itu mah terlalu keenakan bagi bocah keparat ini...." Ular berekor nyaring Mo pun ci segera menganggap ucapan tersebut ada benarnya, pemuda itu memang patut dicemooh dan permainkan lebih dulu sebelum menghabisi nyawanya, dengan begini semua rasa benci dan dendamnya baru dapat dilampiaskan. Dalam kenyataan Suma Thian yu sama sekali tidak terpengaruh oleh ejekan maupun cemoohan musuh, pengalaman memberitahukan kepadanya bahwa semakin berbahaya keadaan yang dihadapi, dia semakin wajib mempertahankan ketenangannya. Ia cuma tertawa hambar, tangannya meraba gagang pedang kemudian sambil mengawasi empat pontolan penyamun itu katanya sambil tertawa dingin: "Mo Pun ci, bila kau masih sayang dengan sisa sebiji matamu itu, kuharap kau segera menyingkir dari sini serta tutup bacotmu, tak usah menggersah tak usah pula membacot, kalau tidak, bila sepasang matamu sampai buta sehingga tak dapat melihat matahari lagi, tentu besar sekali penderitaannya" Kemudian setelah berhenti sejenak, katanya lagi kepada si Harimau angin hitam Lim Kong: "Lim tayhiap, aku hendak membacok kutung sepasang telingamu itu didalam sepuluh gebrakan!" Ular berekor nyaring Mo Pun ci yang dikatai demikian menjadi berkaok-kaok karena gusarnya, segera dia meraba ke pinggangnya dan neloloskan sebilah golok yang digembol. Diiringi suara desingan keras, golok itu menyambar ke muka dengan jurus Membacok karang bukit wu san, serangan itu langsung membacok pinggang Suma Thian yu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menghadapi datanggnya ancaman, Suma thian yu memutar pedangnya dengan jurus angin dingin memuji rembulan, begitu berhasil menahan ancaman tersebut, ia pun berkata: "Orang she Mo, sauya tentu akan memberi selembar kehidupan untukmu..." Belum selesai dia berkata, si ular berekor nyaring Mo Puon ci telah membalikkan pergelangan tangannya memainkan jurus serat emas membelit tangga, bagaikan sambaran petir cepatnya membacok pergelangan tangan anak muda itu. Suma Thian yu sama sekali tidak gugup ataupun gelisah, dia memutar tubuhnya sembari berkelit kesamping, lalu selanya: "Selama ini sauya mu selalu bekerja secara jujur dan terbuka, belum pernah ku tuduh orang baik secara sem barangan, sebelum kubuktikan bahwa kaulah manusia yang telah menghancurkan rumah tangga ku, aku tak akan menghabisi nyawamu itu!" Dua kali serangannya mengenai sasaran yang kosong, ditambah pula ejekan dan Suma Thian yu membuat amarahnya ibarat bensin bertemu api, ia menjadi nekad dan melupakan mati hidupnya. Secara beruntun goloknya diayunkan ke muka melepaskan tiga buah bacokan berantai, semua serangan boleh dibilang tertuju ke bagian tubuh lawan yang berbahaya. Siapa tahu kemampuannya memang sudah kalah setingkat, apalagi matanya buta sebelah hingga mempengaruhi daya pandangannya. Biarpun dia sudah berkeras hati untuk memperjuangkan sepenuh tenaga, alhasil untuk mencuwil ujung baju lawanpun tak mumpu. Harimau angin hitam Lim Khong yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi tidak sabar, dia segera berpekik nyaring, sepasang lengannya diayunkan dan menyerbu ke arena pertandingan. Kepalanya dengan jurus dunia gempar jagad bergetar, secara beruntun melepaskan pukulan beruntun ke jalan darah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tay yang hiat dikening lawan, deruan angin pukulan secara menusuk pendengaran. Suma Thian yu tertawa keras, dengan cekatan sekali dia menghindarkan diri ke samping kemudian serunya: "Mengapa kalian berdua tidak maju bersama-sama saja? Sauya masih mampu menyembelih kalian berdua dalam empat lima puluh gebrak an saja..." Benar-benar suatu ucapan yang sangat takabur, biarpun Cong liong lo sianjin hadir di arena pun belum tentu ia berani berkata demikian. Bayangkan saja, harimau angin hitam Lim Khong serta setan muka hijau Siang Tham adalah dua murid kebanggaan si mayat hidup Ciu jit wee, dalam kalangan kaum rimba hijau saat ini kecuali Kun see mo tau seorang, pada hakekatnya tak ada yang mampu menahan mereka. Terlepas kedua orang tua itu, pada dasarnya si ular berekor nyaring Mo Pun ci memang seorang penjahat pemetik bunga yang berilmu silat sangat hebat, dia malang melintang dalam dunia persilatan sambil memperkosa disana sini, belum pernah hamba negara berhasil membekuknya, setiap kali kaum pendekar berhasil mengurungnya, dia selalu berhasil pula lolos dengan selamat, dari sini dapat diketahui betapa licik, pandai dan lihaynya kemampuan orang ini. Kakek tujuh bisa Kwa Lun lebih-lebih terhitung seorang gembong iblis yang berhati hitam dan bertangan keji, dia sudah membunuh orang tak terhitung, dulu pun Sin sian siangsu pernah kalah di tangannya, ini menunjukkan kalau kemampuan yang dimilikinya tak boleh dipandang enteng. Dalam penghadangan yang diatur oleh Kun lun indah Siau wi goan sekarang dia telah mempersiapkan empat jago orang lihay pilihan tersebut untuk melaksanakan tugasnya, ia percaya kemenangan sudah pasti berada di pihaknya. Namun didalam kenyataannya, Suma Thian yu malah berani mengucapkan kata-kata sesumbar, jangan lagi keempat gembong iblis itu merasakan sebagai kata-kata yang menusuki

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pendengaran, bahkan seorang manusia misterius yang berada disekitar situ pun merasa tercengang bercampur geli. Tapi siapakah manusia misterius itu? Tak seorang pun diantara kawanan jago yang hadir tahu secara pasti, sebab mereka sedang memusatkan semua perhatiannya untuk mengawasi jalannya pertarungan ditengah arena. Dalam pada itu Kakek tujuh bisa Kwan lun serta Setan muka hijau Siang Tham telah ikut terjun pula ke dalam arena pertarungan. Mereka berempat mengambil posisi ditimur dan selatan sehingga mengepung Suma Thian yu ditengah arena. Bagaikan seekor singa jantan yang disekap didalam kerangkengan, Suma Thian yu membentak berulang kali, dia telah bertekad untuk mengerahkan seluruh kemampuan yang dipelajarinya selama puluhan tahun ini untuk melangsungkan pertarungan tersebut. Angin gunung tidak berhembus lagi, dahan dan ranting pun tidak lagi bergoyang. Suasana disekeliling tempat itu dicekam ke heningan, udara bagaikan berhenti mengalir. Dengan sorot mata yang mencorongkan sinar tajam Suma Thian yu mengawasi keempat musuhnya satu per satu, sementara dalam hati kecilnya dia pun mengambil sebuah keputusan. Bagaikan seorang panglima perang kawakan yang sedang mengatur siasat untuk menerjang lepas dari kepungan musuh dari empat penjuru! Akhirnya dia mengambil keputusan untuk bertindak. Dia tahu sikap yang terlampau berbelas kasihan dan berjiwa besar, kemungkinan besar akan mendatangkan bencana kematian untuk dirinya sendiri. Hanya dengan jalan melenyapkan semua musuh secara kejilah dirinya baru bisa di selamatkan. Membayangkan kesemuanya itu, diam-diam berpekik didalam hati: "Bunuh! Bunuh! Bunuh!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendadak terdengar Harimau angin hitam Lim Kong berpekik keras memecahkan keheningan yang mencekam sekeliling tempat itu. Jilid : 28 Menyusul pekikan ini, dia memutar sepasang lengannya dengan menyertakan tenaga dalamnya sebesar enam bagian, kemudian dengan jurus Bintang bergeser awan berubah dia lepaskan bacokan maut kearah Suma Thian yu. Suma Thian yu menggertak gigi kencang-kencang, mendadak pedang Kit hong kiamnya menciptakan berjuta-juta bunga pedang dengan jurus guntur menyambar kilat berkelebat, secepat petir angin dingin meluncur kedepan. Tahu-tahu si harimau angin hitam Lim Kong merasakan telinga kanannya menjadi dingin, sebuah telinganya sudah terpapas kutung dan terjatuh kebawah, darah segarpun bercucuran keluar dari mulut luka tersebut. Semua peristiwa berlangsung dalam sekejap mata, gerakan yang dilakukan kedua orang itupun bersamaan waktunya, sebelum ketiga orang rekannya melihat jelas apa yang terjadi, Harimau angin hitam kembali ketempat semula sambil meraba telinga kanannya, darah kental kelihatan bercucuran keluar dari sela jari tangannya. "Maaf Lim Khong!" jengek Suma Thian yu sambil tertawa dingin. Kakek tujuh bisa Kwa Lun nampak tertegun setelah menyaksikan si Harimau angin hitam kehilangan sebuah telinga kanannya, sebelum ia sempat turun tangan, mendadak terdengar ular berekor nyaring Mo pun ci telah membentak gusar, goloknya kembali dipakai untuk menyapu badan Suma Thian yu. Menyaksikan cara si ular berekor nyaring bertarung, Suma Thian yu segera dibuat tertegun. Perlu di ketahui, kedua orang itu sama-sama mempergunakan senjata ringan, kedua belah pihakpun

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

seharusnya sama-sama menggunakan gerakan tubuh yang ringan untuk meraih kemenangan, tapi kenyataannya sekarang, si ular berekor nyaring Mo Pun ci justru membacok pedang lawan dengan goloknya, dia berusaha menggunakan tehnik keras lawan keras untuk meraih kemenangan, cara seperti ini boleh dibilang belum pernah dijumpai sebelumnya. "Traaangg...!" Suara bentrokan nyaring segera berkumandang memecahkan keheningan, ketika dua batang senjata mestika itu saling beradu kekerasan tadi, masing-masing pihak merasakan pergelangan tangannya menjadi kaku dan tubuh mereka seketika tergetar mundur sejauh tiga langkah. Suma thian yu tertawa terbahak-bahak, mendadak ia menerjang maju kemuka, pedangnya dengan jurus Pelangi panjang mengurung matahari langsung menusuk kedada si ular berekor nyaring Mo pun ci. Mendadak terlihat sesosok bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu kakek tu juh bisa Kwa Lun dengan menggenggam sebilah kapak pendek telah mendesak kedepan serta melancarkan bacokan ketubuh anak muda tersebut. Sebagai seorang pemuda yang bersorot mata tajam, dalam sekilas pandangan Suma Thian yu sudah mendapat tahu kalau benda yang digenggam lawan merupakan sebilah senjata mestika. Serta merta dia memutar pergelanggan tangannya dan menarik kembali gerak serangan pedangnya secara paksa. Tentu saja Kakek tujuh bisa Kwa Lun tidak rela membiarkan musuhnya menghindar, sambil berpekik nyaring tangannya menari-nari lagi menciptakan selapis bayangan kapak yang semuanya mengurung batok kepala lawan. Memanfaatkan kesempatan yang ada, si ular berekor nyaring Mo Pun ci membentak pula. "Bocah keparat, serahkan jiwamu!" "Sreeeet...!". Goloknya kembali melepaskan sebuah bacokan kilat.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu menggertak gigi keras-keras, pedang Kit hong kiam nya dengan memainkan jurus awan gelap menutupi bulan menciptakan selapis cahaya biru yang tebal, kemudian kakinya dengan menggunakan langkah Ciok tiong luan poh menerobos masuk ditengah kabut golok dan kapak musuh. Mendadak terdengar dua kali jerit kesakitan bergema memecahkan keheningan, sinar tajam mereda. Kakek tujuh bisa Kwa Lun serta si ular berekor nyaring Mo Pun ci telah mundur bersama kebelakang. Tatkala semua orang mengalihkan pandangannya ke muka, ternyata ke dua orang itu sama-sama telah kehilangan sebuah telinganya. Setan muka hijau Siang Tham yang menyaksikan kejadian tersebut diam-diam menjadi bergidik dan ketakutan sendiri. Mendadak terdengar Suma Thian yu tertawa terbahakbahak: "Haaahh... haaahh... haaahh... Kwa cianpwee dan Mo tayhiap, hari ini aku sengaja mengampuni jiwa kalian dengan harapan menggunakan kejadian hari ini sebagai pelajaran, kalian bisa tahu diri dan menyesali kesalahan yang telah kalian buat..." Belum habis ia berkata, Harimau angin hitam Lim Kong yang mendendam karena kehilangan sebuah telinganya telah menyela: "Bocah keparat, hari ini aku akan mempertaruhkan jiwa raga ku untuk beradu jiwa denganmu, aku bersumpah akan membinasakan kau diatas bukit Ki ciok san ini" Selesai berkata ia bersiap-siap untuk mendesak maju ke depan. Mendadak.... Terdengar suara gelak tertawa yang amat nyaring bergema di angkasa dan menusuk pendengaran semua orang yang hadir disitu. Kaki kanan si harimau angin hitam Lim Kong yang sudah maju ke depan, tiba-tiba saja dibatalkan, kemudian dia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengalihkan pandangannya ke arah mana berasalnya suara itu. Tampak semak belukar disisi jalan bergoyang keras, kemudian tampak seorang pemuda berjubah panjang warna hijau pelan-pelan munculkan diri. Ketika Suma Thian yu melihat pemuda yang barusan munculkan diri ternyata adalah Chin Siau, ia menjadi terkejut, segera pikirnya dengan cepat: "Apabila orang ini berpihak kepada lawan, wah... posisiku akan semakin terdesak dan nasibku hari ini jelas lebih banyak bahayanya dari pada rejeki" Tiba-tiba terdengar Chin Siau berkata sambil tertawa: "Empat orang menganinya satu orang, sungguh merupakan suatu kejadian aneh di dunia ini, kalian berempat selain pengecut dan munafik juga sangat tak tahu malu, mari, mari, terhitung pula aku, biar kita dua melawan empat, ini lebih terasa adil namanya" Ke empat gembong iblis yang berada di dalam arena sekarang, pada hakekatnya tidak ada yang kenal dengan Chin Siau, melihat orang itu cuma seorang pemuda ingusan yang masih berbau tetek, tapi dipunggungnya justru menggembol sebilah pedang mestika, lagipula ucapannya sombong dan takabur, kontan saja membuat semua orang menjadi tertegun dan berdiri saling berpandangan. Diantara empat gembong iblis tersebut, setan bermuka hijau Siang Tham boleh dibilang merupakan satu-satunya orang yang berkedudukan paling rendah, berbicara soal ilmu silat pun deretannya pada urutan terakhir, maka setelah dilihatnya Chin Siau masih muda dan bisa dihadapi secara mudah, ia segera maju ke depan dan membentak penuh amarah: "Setan cilik, kau adalah anak jadah yang datang dari mana? Jika berani banyak bicara lagi, segera kubantai dirimu!" Chin Siau mengerling sekejap ke arahnya, namun sama sekali tidak memperhatikannya barang sekejap pun, malah kepada kakek tujuh bisa Kwa Lun katanya:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Biasanya orang yang semakin tua akan semakin sabar, hanya manusia yang sudah bosan hidup saja tak punya kesabaran, kalau kulihat dari tampangnya yang bengis dan buas, seakan-akan terburu napsu ingin melapor diri ke akhirat, aku jadi gemas rasanya. Jika kau benar-benar ingin secepatnya berangkat, biar pedang sauya membantumu untuk berangkat secepatnya" "Tanpa sebab kakek tujuh bisa didamprat dan dicaci maki lawan, kontan saja marahnya meledak, sambil mengayunkan kapaknya dia bersiap sedia untuk membacoknya. Mendadak terdengar si setan muka hijau Siang Tham membentak keras keras: "Saudara Kwa, untuk membunuh seekor ayam kenapa mesti memakai golok penjagal sapi? biar aku orang she Siang saja yang membereskan bocah keparat ini!" Sambil mencabut keluar pedangnya dengan jurus Delapan penjuru ramping dia bacok tubuh Chin Siau. Dengan cekatan sekali Chin Siau mengegos ke samping lalu katanya sambil mendengus: "Waaah, kalau kepandaian mu mah masih ketinggalan sangat jauh, dengan memandang tampangmu itu, biarpun belajar delapan sampai sepuluh tahun lagi pun kau masih pantasnya untuk mencucikan kaki sauya mu!" Gagal dengan serangannya, mendadak setan muka hijau Siang Tham membalikkan pergelangan tangannya, kemudian dengan berganti jurus awan teba1 menutup Wu san, secepat petir dia tusuk dada Chin Siau. Walaupun ancaman tersebut sangat berbahaya, ternyata Chin Siau tetap menghadapinya dengan tenang, katanya kemudian dengan tertawa merdu: "Jurus serangan ini merupakan jurus yang ke dua, Sauya akan mengalah sekali lagi kepadamu!" Ketika kata mu' keluar dari mulutnya, bayangan tubuh Chin Siau sudah lenyap dari depan mata si setan muka hijau. Dua kali serangan-nya mengenai sasaran yang kosong membuat setan muka hijau Siang Tham berkaok-kaok penuh

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

amarah, bila sekarang ia menjadi sadar, niscaya urusan selesai dengan begitu saja. Siapa sangka dia justru semakin sewot, pedangnya diputar kencang membuat selapis bayangan hijau yang rapat dan langsung embacok tubuh Chin Siau. Menghadapi ancaman macam begitu, Chin Siau cuma tertawa didalam hati, tidak gugup tidak gelisah ia menunggu sampai pedang lawan tiba dua depa saja dari hadapannya. kemudian baru berpekik nyaring. Diantara kilatan gerak tangannya tahu-tahu pedang mestika milik si Setan muka hijau Siang Tham telah terlepas dari tangannya dan dirampas orang. Tampaknya Chin Siau memang ada maksud untuk mendemontrasikan kemampuanya terutama sekali memberi suatu peringatan tanpa kata-kata terhadap Suma Thian yu. Begitu menerima pedang mestika si setaan muka hijau itu, tubuhnya segera majuke depan dan memainkan jurus petir menyambar di angkasa..... Semua orang yang hadir dalam arena hanya merasakan berkelebatnya cahaya hijau kemudian ditengah lapangan terdengar seseorang menjerit kesakitan. Ternyata setan muka hijau Siang Tham telah mundur beberapa langkah dari posisi semula dengan sepasang tangan memegangi perut, kemudian tubuhnya roboh terjungkal ke atas tanah dan tidak bangun lagi. Chin Siau tersenyum nyengir sambil membuang pedang mestika itu dia berjalan mendekati sisi tubuh setan muka hijau Siang Tham, kemudian katanya angkuh: "Barang siapa berani melakukan dosa, dia tak akan hidup terus, inilah contoh yang terutama bagi kalian semua!" Waktu itu si setan muka hijau Siang Tham sama sekali tidak mati, namun perutnya sudah robek sehingga darah segar memancar keluar membasahi lantai. Dengan cepat si harimau angin hitam Lim Kong berebut maju kedepan untuk membopong Siang Tham serta buru-buru mengobati luka yang diderita.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah itu dengan sorot mata yang bengis dan buas dia awasi wajah Chin Siau lekat-lekat, begitu selesai mengobati luka adik perguruannya, pelan-pelan ia bangkit berdiri lalu serunya kepada pemuda itu: "Kepandaian silatmu memang luar biasa cepat, ayo sebutkan siapa namamu, toaya sudah tak punya waktu lagi untuk banyak ngebacot, lagipula toaya tak suka mem bunuh manusia tak bernama..." Mendengar perkataan si harimau angin hitam yang masih kekanak-kanakan ini, Chin Siau tertawa tergelak: "Haaahh...haaahh... haaahh... pertanyaanmu itu terlalu kekanak-kanakan, sekalipun sudah mengetahui nama sauya mu toh kalian tak akan mampu berbuat apa-apa apalagi mengingat kedudukanmu, sungguh terasa geli bila kau ingin mengetahui siapa nama ku..." Harimau angin hitam Lim Kong semakin naik darah, namun amarahnya itu sama sekali tidak diperlihatkan keluar, cuma selangkah demi selangkah ia berjalan mendekati Chin Siau. Suma Thian yu menjadi amat tegang sekali melihat kejadian itu, sampai dimana kah watak Lim Kong sudah cukup dipahami olehnya yang dikuatirkan sekarang adalah disaat Chin Siau tak waspada, musuh menyerang secara tiba-tiba. Dengan suara lirih ia segera berbisik: "Saudara Chin, hati-hati dengan gembong iblis tersebut, agaknya mereka mempunyai rencana busuk!" Chin Siau mendengus dingin dan sama sekali tak mau menerima kebaikan tersebut, tak bisa disangkal lagi dalam hati kecilnya dia masih menaruh dendam terhadap Suma Thian yu. Mendadak terdengar si harimau angin hitam Lim Kong menbentak keras dengan penuh amarah: "Setan cilik, serahkan jiwamu!" Sepasang telapak tangannya disilangkan kemudian secara tiba-tiba melepas sebuah pukulan yang maha dahsyat ke atas dada Chin Siau... Dengan lincah sekali Chin Siau menghadapi serangan musuh itu tanpa gugup ataupun panik, pedangnya diputar

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

membentuk satu lingkaran cahaya, kemudian dengan cepat menciptakan selapis kabut pedang yang sangat tebal. Ketika angin pukulan dari Harimau angin hitam Lim Kong menyambar kedepan seakan-akan bertemu dengan selapis dinding baja yang tebal dan kuat, seketika itu juga terpental kembali dan memancar keempat penjuru. Menghadapi kejadian seperti ini, si harimau angin hitam merasa terkejut sekali, buru-buru dia melompat kedepan dengan segera, kemudian dengan wajah berubah hebat, tanyanya agak tercengang: "Apa hubunganmu dengan si pendeta tanpa nama?" "Dia adalah guruku" jawab Chin Siau sambil menarik kembali pedangnya. Sekali lagi harimau angin hitam Lim Khong tertegun. "Ooh, rupanya kau adalah si bocah keparat she Chin tersebut, benar-benar tak kusangka kita dapat bersua muka dengan tanpa bersusah payah. Siau tayhiap sedang berdaya upaya untuk membekukmu, hari ini ternyata kau telah datang menghantar diri, hmm... hmm...kalau begitu bukit Ki ciok san adalah tempatmu untuk berisrirahat selama lamanya.." Chin Siau tertawa hambar. "Lim khong" katanya, sauya mu sudah cukup memahami bagaimanakah watak orang she Siau tersebut, ternyata kalian adalah manusia komplotan-nya, hampir saja sauya kena tertipu. Aku Chin Siau adalah seorang lelaki sejati, bila kalian berempat memang merasa punya kemampuan, silahkan saja datang menyerang, sauya akan menghadapi kalian satu persatu!" Kakek tujuh bisa Kwa Lun tertawa seram: "Bocah keparat, kalau toh kau memang kepingin mampus aku akan segera memenuhi keinginanmu itu!" Selesai berkata, dia segera mengayunkan kapak pendeknya dengan jurus ular berbisa menunjukkan lidah, secepat sambaran petir langsung dibacokkan ke tubuh Chin Siau. Sesungguhnya tujuan Chin Siau adalah membangkitkan amarah musuh, dengan kepandaian ilmu pedangnya yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sempurna sesungguhnya tidak bsnyak manusia dalam dunii persilatan saat ini yang mampu menahan serangannya tersebut. Bu bek ceng adalah seorang pendekar dalam daratan Tionggoan, tapi bagaimanakah orangnya dan sampai dimanakah kehebatan ilmu silatnya belum pernah disaksikan dengan mata kepala sendiri. Sedang apa yang ditampilkan oleh Chin Siau saat inipun belum cukup memberi keterangan kepadanya. Oleh sebab itu jurus pertama yang digunakan kakek tujuh bisa Kwa Lun tidak lebih hanya bertujuan untuk memancing musuh, begitu mencapai tengah jalan, mendadak ia merubahnya menjadi jurus Seluruh angkasa penuh cahaya bintang. Tampak sinar kapaknya berkilat kilat seperti hujan badai yang datang dari empat arah delapan penjuru dan bersamasama menyambar tubuh Chin Siau. Gerak serangan yang sangat aneh ini boleh dibilang jarang dijumpai dalam kolong langit, entah siapapun yang sedang bertarung, biasanya cahaya kapak hanya bisa datang dari arah depan saja. Tapi dalam kenyataannya sekarang, dia dapat melancarkan ancamannya dari empat arah delapan penjuru, tidak heran kalau kemampuannya itu segera mengejutkan orang. Bagi orang yang berisi, sekali coba akan segera diketahui kemampuannya, kakek tujuh bisa Kwa Lun bisa menempatkan diri dalam urutan nama kelompok iblis da lam dunia persilatan sudah barang tentu kepandaian silat yang dimilikinya tak boleh dianggap enteng. Chin Siau merasa sedikit diluar dugaan menghadapi datangnya ancaman tersebut, hatinya terkesiap, pedangnya dengan jurus mengangkat api membakar langit membuat sapuan ke udara kemudian dengan ju rus selaksa lebah memetik putik, pedangnya menciptakan kabut pedang yang bergulung-gulung, ditengah udara segera muncul berjuta-juta titik cahaya tajam yang berkilauan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam waktu singkat, terdengarlah serangkaian suara dentingan nyaring yang memekikkan telinga. Tiba-tiba bayangan kapak dan cahaya pedang bilang lenyap tak berbekas, sedangkan kedua orang itu sama-sama mundur beberapa langkah dari posisi semula. "Ilmu pedang bagus!" puji kakek tujuh bisa Kwa Lun tanpa terasa. Chin Siau juga turut berseru: "Gerakan tubuh yang sangat indah!" Kedua orang itu sama-sama memiliki kelebihan sendiri, hingga dalam bentrokan yang barusan berlangsung, keadaan tetap seimbang dan tiada yang menang atau kalah. Tapi dihati kecil kakek tujuh bisa Kwa Lun timbul perasaan yang tak puas, sebab berbicara soal usia maupun tenaga dalam, seharusnya dia masih berada diatas kemampuan Chin Siu, tapi kenyataannya sekarang dia hanya mampu berimbang dengan seorang pemuda yang masih berbau tetek, andaikata kejadian ini sampai tersebar luas, bukankah orang akan mentertawakan dirinya sampai copot semua gigi mereka? Sebaliknya Chin Siau sendiripun diam, ini selain disebabkan perasaan tak puas, dia pun ingin memperlihatkan kehebatannya didepan Suma Thian yu, jika dia gagal merobohkan kakek tujuh bisa Kwa lun, maka melanjutnya dia tak akan berkesempatan lagi untuk mengangkat kepala. Mendadak dia meluruskan pedangnya ke depan kakek tuuh bisa, kemudian sambil tertawa hambar ia berkata: "Sambut baik-baik pedang ini! Dalam tiga jurus mendatang, sauya hendak memotong sisa telinga yang kau miliki..." Ketika kakek tujuh bisa Kwa Lun menyaksikan pedang itu disodorkan ke depan tanpa suatu keanehan, dihati kecilnya segera berpikir: "Asal kupuku1 pedang itu pelan, niscaya senjata tersebut akan terjatuh ke tanah, tapi apa maksud dan tujuannya berbuat demikian?" Jago yang ahli memang berbeda sekali dengan jagoan biasa, coba bila orang lain yang menjumpai keadaan demikian

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sudah pasti mereka akan berusaha untuk memukul rontok pedang tersebut. Berbeda sekali dengan kakek tujuh bisa, dia merasa semakin sederhana gerak posisi seseorang, semakin berbahaya sikap terse but karena di balik kesemuanya tentu mengandung suatu perubahan yang luar biasa. Akhirnya dia menjadi sangsi dan tak berani turun tangan secara sembarangan. Chin Siau tertawa mengejek, setelah melirik sekejap kearah Kwa Lun dengan pan dangan menghina ia berkata: "Bagaimana? Apakah kakek tujuh bisa yang termashur dalam rimba hijau sekarang menjadi cucu kura kura yang ketakutan?" Sambil berkata, tenaganya disalurkan kedalam pedang dan mencukil ujung senjata tersebut keatas sehingga hampir saja merobek dagu lawan. Buru-buru kakek tujuh bisa miringkan kepalanya untuk berkelit, kemudian kapaknya menyapu kedepan menghantam senjata Chin Siau. Begitu ia bergerak, Chin Siau turut bergerak, dia cepat, Chin Siau makin cepat pula. Tampak cahaya perak berkelebat lewat, Kakek tujuh bisa menjerit kesakitan dan telinga yang tinggal sepotong rontok ke tanah. Berhasil dengan perbuatannya itu, Chin Siau tertawa tergelak dengan wajah penuh kebanggaan katanya: "Maaf, maaf..." Sejak terjun kedunia persilatan sehingga setua ini belum pernah kakek tujuh bisa Kwa Lun menderita kekalahan sedemikian mengenaskannya, tidak heran kalau dia menjadi naik darah dan kalap setengah mati, tiba-tiba jeritnya: "Bangsat muda, terimalah seranganku!" Kapaknya segera disambit ke depan, diiringi cahaya tajam yang berkilauan senjata tersebut langsung menyambar kewajah Chin Siau. Bersamaan dengan di sambitnya kapak pendek itu, buruburu kakek tujuh bisa Kwa Lun merogoh kedalam sakunya dan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengambil bubuk penghenti darah untuk menghentikan darah dari mulut luka, menyusul kemudian ia menghimpun tenaga dalamnya dan sepasang tangan menari-nari melepaskan tiga buah serangan secara berantai. Chin Siau menangkis kapak itu dengan pedangnya, baru saja berhasil, ia segera merasakan datangnya segulung angin pukulan yang dahsyat menerjang dadanya. Begitu cepat datangnya ancaman tersebut seolah-olah dilepaskan bersamaan waktunya, Chin Siau menjadi amat terkejut, tergopoh-gopoh dia memutar senjatanya membentuk selapis kabut pedang. Siapa sangka baru saja pukulan pertama dilontarkan, menyusul kemudian pukulan yang kedua, akibatnya Chin Siau menjadi keletihan dan tak punya kesempatan lagi untuk berganti napas. Akibatnya dengan memaksakan diri ia berhasil juga mematahkan ancaman yang kedua tersebut tapi pukulan ketiga segera menyusul tiba. Secara beruntun kakek tujuh bisa Kwa Lun telah melepaskan tiga buah pukulan semua ancaman tersebut hebat, terutama sekali pukulan yang ketiga, tenaga yang di sertakan merupakan tenaga gabungan dari serangan pertama dan kedua. Sayang sekali Chin Siau tidak memahami rahasia itu, ia segera terjebak dalam siasat lawan, apalagi saat itu tenaganya sudah habis dan jurus serangannya sudah mendekati akhir. Tenaga pukulan Kwa Lun dengan amat dahsyatnya langsung menembusi kabut pertahanan dan menghantam dadanya. Tampaknya Chin Siau tak mungkin bisa menghindarkan diri lagi dari serangan tersebut dan pasti akan terluka. Mendadak terdengar seseorang membentak keras: "Cepat mundur!" Segulung angin lembut berhembus datang dari samping dan melemparkan tubuh Chin Siau sejauh satu kaki lebih dari

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

posisi semula, menyusul kemudian dari tengah udara kedengaran suara benturan yang memekikkan telinga. Blaaammm..! Ketika dua gulung tenaga pukulan saling beradu, angin puyuh menyapu permukaan tanah, kemudian bayangan manusia berkelebat lewat, tubuh si kakek tujuh bisa Kwa Lun bergeter keras sebelum akhirnya dapat berdiri tegak. Ketika ia mendongakkan kepalanya lagi, didepan mata telah berdiri Suma Thian yu. Sementara itu Chin Siua yang melihat orang yang telah menolongnya lagi-lagi Suma thian yu, bukan saja ia tidak merasa berterima kasih, malah sebaliknya amat murung dan tak senang hati. Tak terbayangkan amarah yang membara didalam dada kakek tujuh bisa Kwa Lun waktu itu, mencorong sinar buas dari balik matanya, dengan kening berkerut ia berseru sambil tertawa seram: "Bocah keparat, beranikah kau beradu tiga pukulan denganku?" "Bagaimana jika kau kalah?" tanya Suma Thian yu sambil tersenyum. Kakek tujuh bisa Kwa Lun tertawa seram: "Heeh... heeeh... heeh...bila kau yang menang aku bersedia kau cincang!" "Sungguhkah perkataanmu itu? Siapa yang bersedia menjadi saksi?" seru Suma Thian yu cepat, sementara matanya melirik sekejap ke arah si harimau angin hitam Lim Khong. Kakek tujuh bisa Kwa Lun tertawa seram: "Ucapan seorang lelaki bagaikan kuda, dicambuk sekali diucapkan selamanya tak bisa ditarik kembali" "Bagus sekali, kata Suma Thian yu sambil tersenyum dan manggut-manggut, silahkan kau mulai menyerang!" Sekulum senyuman licik segera menghiasi wajah Kakek tujuh bisa, ia mengambil posisi dan menghimpun segenap tenaga dalam yang yang dimilikinya kedalam tangan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suara gemerutuk keras segera terdengar menggema dari sendi sendi tulangnya. Tatkala Chin Siau memperhatikan dengan seksama, ia menjadi terperanjat, ternyata sepasang telapak tangan kakek tujuh bisa telah berubah menjadi hitam pekat. Kalau dilihat dari julukannya sebagai Kakek tujuh bisa. semestinya ia memiliki tujuh macam racun keji yang diserap kedalam telapak tangannya itu, setiap kali serangan dilontarkan maka sari racun pun akan turut berhembus keluar, barang keluar, barang siapa terkena pukulan itu, jiwanya segera akan melayang, jadi boleh dibilang berbahaya sekali! Sekarang, ia telah mengeluarkan ilmu simpanannya, pukulan tujuh bisa untuk memtaruhkan kedudukan serta pamornya. Melihat hal tersebut, diam-diam Suma Thian yu merasa terkejut juga di buatnya. Mendadak terdengar kakek tujuh bisa Kwa Lun membentak keras: "Lihat serangan!" Sepasang telapak tangannya segera di lontarkan kedepan, dua gulung angin pukulan yang dingin menusuk tulang pelanpelan menggulung kedepan di samping hawa dingin tersebut sesungguhnya tidak nampak sesuatu kehebatan lain yang menggidikkan hati. Suma Thian yu segera menghimpun pula tenaga dalamnya dan mendorong telapak tangan kirinya kedepan, segulung tenaga lembut segera meluncur kemuka menyongsong datangnya ancaman lawan. Menyaksikan dua jago kelas satu dari dunia persilatan saling berada kepandaian semua orang segera masang mata baik-baik mengikuti jalannya pertarungan tersebut. Mendadak....... "Blaaam, blaaammm...!" Ditengah ledakan keras, pukulan dari kakek tujuh bisa telah saling membentur dengan angin pukulan dari Suma

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Thian yu, seketika itu juga muncul selapis cahaya hijau yang membumbung ke angkasa dan menyebar ke mana-mana. Kuatir keracunan, segenap jago yang menonton jalannya pertarungan tersebut sama-sama menyingkir jauh-jauh dari tepi arena. Kedua orang itu masih tetap berdiri tegak ditempat semula, bergerak sedikitpun tidak. Paras muka kakek tujuh bisa Kwa Lun sama sekali tidak berubah, agaknya peristiwa tersebut sudah dalam dugaannya sehingga tidak terlalu mengejutkan. Mendadak terdengar ia membentak lagi: "Sambutlah pukulan ku ini!" Seperti gerakan semula, sepasang telapak tangannya pelan-pelan dilontarkan ke depan, hanya kali ini tenaga yang disertakan dalam serangan tersebut jauh lebih hebat. Baru saja angin pukulan dilontarkan, empat penjuru seperti tercekam oleh udara yang dingin membekukan, membuat setiap orang menggigil tanpa terasa karena kedinginan. Diam-diam Suma Thian yu melipatkan tenaga serangannya dengan dua bagian lagi, telapak tangan kanannya diayunkan keudara dan melepaskan sebuah pukulan pula. Ledakan nyaring bergema untuk kedua kalinya di angkasa, seperti juga bentrokan pertama, tubuh Suma Thian yu masih tetap berdiri kekar di posisi semula. Dua kali serangannya sama-sama menderita kegagalan, hal tersebut membuat perasaan kakek tujuh bisa Kwa Lun tak karuan lagi, dia sadar bila serangannya tidak disertakan dengan segenap kekuatan yang dimiliki, mungkin usahanya kembali akan sia-sia belaka, bukan cuma begitu, bisa jadi kapal samudra akan karam dalam selokan. Tatkala masih berada di bukit Kou teng san tempo hari ia sudah pernah menjajal kepandaian sakti dari Suma Thian yu, cuma pada waktu itu ia tidak menyertakan segenap kekuatan yang dimiliki. Tapi sekarang dihadapan sekian banyak jago lihay kaum rimba hijau, jangan lagi sampai keok ditangan seorang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pemuda, hasil seripun akan membuat pamornya merosot dan ditertawakan semua orang. Maka setelah dua buah pukulan lewat dan kini tinggal serangannya yang terakhir, ia bertekad untuk mempertahankan pamor, ke dudukan serta nama besarnya dalam serangan-nya yang terakhir ini bisa dibayang kan sudah barang tentu ia tak boleh berbuat ayal lagi Paras mukanya segera berubah menjadi serius, tulang persendiannya gemerutuk keras kini ia sudah menghimpun tenaga pukulannya sebesar dua belas bagian untuk menggencet mampus musuhnya. Siapa sangka luka baru pada telinganya belum merapat mungkin disebabkan pengerahan tenaga yang melampaui batas, akibatnya luka-luka itu pecah lagi, darah segera bercucuran keluar, dan tenaga murni yang telah terhimpun pun tahu-tahu sudah membuyar kembali. Kejadian tersebut amat mengejutkan hatinya, buru-baru dia menghimpun kembali tenaga dalamnya dan mengalirkan kembali hawa murni tersebut kedalam pusar. Seketika itu pula wajahnya berubah menjadi pucat pias, seluruh tubuhnya gemetar keras, sepasang tangannya gemetar keras, sudah jelas hawa racunnya telah membuyar bahkan bisa jadi merembes kearah lukanya itu.... Suma Thian yu yang menyaksikan kejadian ini segera menghembuskan napas lega. Dalam pada itu si harimau angin hitam Lim Khong juga telah merasakan keanehan pada rekannya, buru-buru dia mendekat pada si kakek tujuh bisa, lalu tanyanya dengan penuh perhatian: "Apakah saudara Kwa terluka?" Kakek tujuh bisa Kwa Lun menggeleng, sambil mendorong si harimau angin hitam Lim Khong, katanya sambil tetap keras kepala: "Tidak menjadi masalah, hari ini bila aku tak dapat memakan daging dan darah keparat ini, bagaimana mungkin aku bisa melampiaskan rasa dendam dihatiku?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Harimau angin hitam Lim Khong bukannya orang bodoh, ia tahu bahwa racun tujuh bisa yang dilatih si kakek tujuh bisa telah berbalik menghanyam tubuh sendiri, racun tersebut jelas sudah meresap ke dalam tubuhnya, apa bila keadaan seperti ini tidak ditolong dengan cepat, niscaya jiwanya akan terancam. Maka cepat-cepat dia menotok tiga buah jalan darah penting ditubuh kakek tujuh bisa, kemudian memerintahkan dua bersaudara Kho untuk membimbingnya pergi. Menyaksikan kekek tujuh bisa telah mundur sebelum bertarung, Suma Thian yu menghembuskan napas panjang pula sambil mundur dari situ. "Jangan mundur dulu!" tiba-tiba si harimau angin hitam Lim Khong membentak keras. Suma Thian yu membalikkan badannya, kemudian bertanya dengan suara hambar: "Lim tayhiap masih ada urusan apa lagi?" Harimau angin hitam tertawa anggkuh, katanya: "Toaya anjurkan kepada kalian berdua agar hapuskan saja niat kalian untuk tetap hidup, betul bukit Ki ciok san bukan sarang naga gua harimau, tapi kami telah mempersiapkan dua buah peti mati untuk kalian pergunakan!" Chin Siau segera berpaling, dengan penuh amarah ia berseru ketus: "Dengan mengandalkan kemampuanmu itu? Haah...haah...haah... orang she Lim, jangan sesumbar dulu, bila orang lain yang berkata begitu tentu saja aku tak berani bicara apa-apa, tapi jika kau yang hendak melawanku, lebih baik tak usah bermimpi lagi disiang hari bolong" Perkataan ini memang benar juga, dengan empat lawan dua, alhasil ke empat jago rimba hijau itu sama-sama keok, malah kakek tujuh bisa Kwa Lun dan setan muka hijau Siang Tham menderita luka yang teramat parah. Bila si Harimau angin hitam Lim Khong dan ular berekor nyaring Mo Pun ci menahan ke dua jago muda itu dengan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kekerasan jelas hal tersebut bukan pekerjaan yang gampang bagi mereka. Terutama sekali bagi si ular berekor nyaring Mo pun ci, ia lebih ketakutan lagi, orang bilang, Sekali terpagut ular, sepanjang tahun takut tali. Begitu pula keadaan Mo Pun ci, bertemu dengan Suma Thian yu ia lebih suka mengundurkan diri mencari selamat. Harimau angin hitam Lim Khong agak tertegun sejenak, lalu serunya sambil tertawa seram: "Setengah li di barat daya bukit ini terdapat sebuah tebing curam, disitulah sudah tersedia dua buah peti mati, bersediahkah kalian ke situ?" 00000o00000 MENDENGAR ucapan tersebut, Chin Siau segera mendengus dingin, serunya cepat: "Sauya ingin melihat sampai dimana sih kehebatan dari bukit Ki ciok san ini!" Seusai berkata, dia lantas membalikkan badan dan beranjak pergi dari situ, sekejap mata kemudian bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata. Menyaksikan keadaan tersebut, diam-diam Suma Thian yu menggelengkan kepalanya sambil menghela napas, kemudian membalikkan badan dan menyusul dibelakangnya. Siapa tahu meski sudah dikejar sekian waktu, belum nampak juga bayangan tubuh Chin Siau, padahal jarak sejauh setengah li tak cuma berapa menit dicapai. Setengah perminum teh kemudian ia sudah menuruni sebuah bukit, didepan situ terbentang sebuah jurang yang terjal. Suma Thian yu mencoba untuk memperhatikan sekeliling sana, namun alhasil ia belum juga menemukan bayangan tubuh Chian Siau. Tanpa terasa pemuda itu berpikir:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan-jangan dia sudah kabur? Aaaah.. tapi hal ini tak mungkin, dia bukan termasuk manusia yang berjiwa pengecut, bisa jadi ia justru telah terjebak dalam perangkap lawan" Pikir punya pikir kembali ia merasa hal ini tidak benar, antara dia dengan Chin Siau tak lebih hanya selisih selangkah, dengan jarak sejauh kira-kira setengah li, mustahil dapat terjerumus ke dalam perangkap lawan, ini berarti ia sudah tersesat atau lari kearah bukit yang lain. Tiba ditebing terjal tersebut, tiba-tiba Suma Thian yu menyaksikan diatas sebatang pohon besar, kulit pohon dikupas sebagian, ditengah kupasan itulah tertera beberapa huruf yang berbunyi. "Silahkan tuan masuk lembah" Lama sekali Suma Thian yu berdiri menungu disitu, sebelum akhirnya mengambil keputusan untuk meneruskan perjalanan menuju ke dasar tebing. Dibilang memang cukup aneh, baru saja berjalan berapa langkah, tiba-tiba ditemukan diantara semak belukar terdapat sebuah undak-undakan yang terbuat dari tenaga manusia. Buru-buru Suma Thian yu lari ke situ dan pelan-pelan turun ke lembah dengan menelusuri undak-undakan batu. Dssar lembah penuh tumbuhan rumput, Suma Thian yu berdiri termangu tapi dengan cepat ia berhasil menemukan jawaban kemana perginya Chin Siau, Bisa jadi Chin Siau telah memasuki lembah tersebut dan menyembunyikan diri dibalik rerumputan, oleh sebab itulah jejaknya tidak berbasil ditemukan. Berpikir sampai disitu, tanpa terasa ia berteriak keras: "Saudara Chin! Saudara Chin!" Tapi setelah berteriak berulang kali, tiba-tiba ia merasa geli sendiri, gumamnya: "Aku memang kelewat bodoh, bagaimana mungkin Chin Siau akan memperdulikan aku? Dia sudah membenciku hingga merasuk ke tulang sumsum, biarpun berada disekitar sini pun belum tentu dia akan memperdulikan aku...."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah berteriak kalang kabut tadi, Suma Thian yu pun kehilangan arah, hal tersebut membuatnya gelisah dan cepatcepat balik kembali ke tempat semula. Mendadak..... Suara tertawa seram berkumandang dari sekitar tempat itu. Tanpa terasa Suma Thian yu menegur: "Saudara Chin, dimana kau?" Mendadak terdengar ada orang menyahut dari belakang. "Bocah keparat, jalan ke surga enggan kau lewati, jalan menuju neraka malah kau kunjungi, Hmm... Hmm...satelah masuk ke dalam lembah ini jangan harap kau bisa keluar lagi dalam keadaan selumat....!" Suma Thian yu memperhatikan dengan seksama asal mula datangnya suara tersebut, ke mudian sepasang kakinya menjejak tanah dan melayang ke atas rumput dengan mengeluar kan ilmu meringankan tubuh terbang diatas rumput, secepat petir dia bergerak menuju ke arah mana datangnya suara tersebut. Siapa tahu tempat itu kosong dan tak nampak sesosok bayangan manusia pun. Suma Thian yu tahu orang itu tentu sudah melarikan diri dengan menelusuri rerumputan yang lebat, hal tersebut membuat hatinya amat gusar. Cepat-cepat dia melejit ke tengah udara lalu menghimpun tenaga murninya dan mem perhatikan sekejap ke sekeliling tempat tersebut. Namun kecuali angin yang berhembus lewat tak seorang manusia pun yang nampak bersembunyi disekitar sana. Dalam mendongkolnya Suma Thian yu segera mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya yang paling sempurna untuk melintasi padang ilalang itu dan menuju ke dasar tebing yang lain. Walaupun ia sudah lolos dari padang ilalang tersebut, namun jejak musuh masih belum juga kelihatan. Sementara Suma Thian yu masih ragu-ragu, mendadak dari belakang tubuhnya terdengar suara desingan angin tajam menyambar tiba.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ternyata sebuah senjata rahasia telah dibidikkan kebelakang batok kepalanya. Suma Thian yu cepat mundur dua langkah kemudian memutar badannya untuk menghindarkan diri dari ancaman senjata rahasia tersebut, setelah itu bentaknya keras-keras: "Siapa disitu? Bajingan tengik darimana yang beraninya main sembunyi dan melukai orang secara menggelap? Jika kau memang laki laki, ayo capat menampakkan diri!" Baru selesai ia berkata, mendadak dari balik rumput kedengaran seseorang berseru sambil tertawa dingin. "Untuk menghadapi manusia macam kau, terpaksa aku harus berbuat demikian, inilah yang dinamakan dengan cara yang sama untuk menghadapi orang yang sama, sambutlah baik-baik bocah keparat!" Mendadak rerumputan nampak bergoyang. "Sreeeet! sreeet! steeet!" Secara beruntun meluncur keluar panah-panah terbang yang menyelimuti seluruh angkasa, kemudian menyergap serta mengepung seluruh badan Suma Thian yu. Pemuda itu amat terkejut, mimpi pun dia tak menyangka kalau dibalik semak sudah disiapkan pemanah-pemanah tangguh. Serta merta dia mengebaskan ujung bajunya berulang kali melepaskan segulung angin puyuh yang membuyarkan panahpanah terbang itu. Mendadak terdengar suara bentakan keras bergema lagi di angkasa: "Lepaskan panah!" Seketika itu juga hujan panah berhamburan diangkasa dan meluncur ketubuh si anak muda tersebut bagaikan hujan deras. Suma Thian yu benar-benar naik pitam setelah dihadapkan dengan keadaaan seperti ini, ia tak berani menyambut serangan tersebut dengan kekerasan, cepat-cepat hawa murninya disalurkan mengelilingi seluruh badan, baru saja

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hawa murninya tebentuk, serangan panah sudah berhamburan datang. Mendadak terdengar si anak muda itu menjerit kesakitan, kemudian tubuhnya roboh terjengkang. Dengan robohnya pemuda itu, dari balik semak belukar segera melompat keluar dua orang lelaki setengah umur berwajah bengis, ketika mereka saksikan seluruh tubuh Suma Thian yu telah dipenuhi dengan tancapan panah terbang, salah seorang diantaranya segera tertawa terbahak-bahak, serunya: "Rasain sekarang, baru kini keparat tersebut tahu kalau lembah si hun kok bukan tempat yang boleh didatangi semau hati sendiri" Lelaki bengis yang lain turut tertawa licik katanya: "Saudara Him, sudah edan nampaknya kau? Keparat itu kan sudah mampus, kau lagi berbicara dengan siapa?" "Saudara Kou, kali ini kita dua bersaudara benar-benar akan memperoleh nama besar" "Kenapa?" "Aaaai, kau memang goblok... bayangkan saja pentolan kita berusaha dengan segala cara untuk mendapatkan keparat tersebut, tapi setiap kali keparat itu selain berhasil kabur meloloskan diri. Sedang kita berhasil membidiknya sampai mampus kini, berarti kita telah menyelesaikan sebuah tugas yang berat, jika berita ini sampai tersiar kedalam dunia persilatan, siapa yang tidak bakal memuji diri kita...? Hmm... hmmm..." Seusai berkata, kembali ia tertawa terbahak-bahak seperti orang kalap. Orang she Kou itu manggut-manggut, teriaknya kemudian: "Kita tak usah menunda-nunda waktu lagi, ayo segera kita gotong keparat itu untuk mendapat jasa!" Seraya berkata mereka berdua segera mendekati Suma Thian yu, baru saja hendak mengangkat tubuh pemuda itu, tiba-tiba terdengar suara tertawa dingin yang amat tak sedap bergema diudara.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tahu-tahu Suma Thian yu sudah melompat bangun, sedangkan panah-panah terbang yang semula menancap diatas tubuhnya, kini bagaikan dibidikkan secata langsung dari busur, secepat kilat menyambar bersama ke tubuh lelaki bengis she Kou itu, jarak diantara kedua orang itu sangat dekat, lagipula Suma Thian yu pun bertindak secara mendadak dan sama sekali diluar dugaan, tak sempit lagi lelaki bengis she Kou itu berteriak kaget, puluhan batang panah terbang itu sudah menancap semua diatas dada serta lambungnya. Terdengar jerit kesakitan yang memilukan hati bergema memecahkan keheningan, lelaki bengis itu roboh terjengkang keatas tanah dan tewas seketika. Suma Thian yu tak berani berayal lagi, bahunya bergerak dan secepat kilat ia terjang ke hadapan lelaki she Him itu, kemudian menotok jalan darahnya. Semua kejadian berlangsung dalam waktu singkat, hsnya dengan satu taktik yang sederhana, ia berhasil membereskan kedua orang itu bersamaan waktunya. Dengan langkah lebar Suma Thian yu berjalan mendekati lelaki she Him itu, kemudian setelah menekan badannya dengan tangan sebelah, tangan yang lain yang dipakai untuk membebaskan jalan darahnya, lalu bentaknya keras-keras: "Masih ada siapa lagi dibalik semak belukar?" Lelaki itu melototkan sepasang matanya dengan penuh kegusaran, dia hanya memandang sekejap kearah pemuda itu tanpa menjawab sepatah kata pun. "Ooooh, kau enggan berbicara?" jengek Suma Thian yu, "bagus sekali, aku pun tak akan memaksa dirimu!" Selesai berkata dia lantas memencet sebuah jalan darah yang berada di iga lelaki itu. Akibatnya sekujur badan lelaki itu gemetar keras, peluh jatuh bercucuran, mukanya dari merah berubah menjadi hijau, keadaan-nya nampak mengenaskan sekali. Sambil tersenyum Suma Thian yu kembali berkata:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ayo cepat berbicara, kalau tidak sauya akan bikin kau mampus tak bisa hidup pun tak dapat!" Sambil berkata dia siap-siap menotok lagi jalan darahnya. Kontan saja lelaki bengis itu dibuat ketakutan setengah mati, segera jeritnya: "Baik, baik, aku akan berbicara, didalam situ tiada orang lagi..." "Omong kosong!" bentak Suma Thian yu marah, "sudah jelas dibidikkan beribu-ribu batang anak panah, masa disini cuma ada kalian berdua saja?" "Aku berbicara sesungguhnya, kalau tidak percaya silahkan membuktikan sendiri, tadi kami membidikkan panah tersebut dengan Hoat si tay..." "Hoat si tay?" tanya Suma Thian yu keheranan, "sungguh nama yang sangat aneh, sudah sekian lama ssuya hidup didunia ini, belum pernah kudengar nama alat yang begini aneh, rupanya kau berniat membohongi diriku?" Sambil berkata kembali dia siap-siap menotok jalan darah ditulang iga lelaki tadi. Kontan saja lelaki itu menjerit ketakutan. "Eeeh.... tunggu dulu, kalau kau tidak percaya, segera kutunjukkan alat tersebut kepadamu!" Dari caranya berbicara maupun sikap serta gerak geriknya, Suma Thian yu segera mengetahui kalau lelaki itu tidak mem bohonginya, maka katanya kemudian" "Tidak usah, asal kau tidak membohongi aku, hal tersebut sudah lebih dari cukup. Kini aku ingin bertanya lagi kepadamu, bukankah si harimau angin hitam telah menyiapkan dua buah peti mati didalam lembah ini, di mana ia letakkan peti mati tersebut?" "Disana!" sahut lelaki itu sambil menunjuk ke arah barat lembah. "Cepat bawa aku ke sana!" Lelaki itu segera bangkit berdiri, tiba-tiba iganya terasa kaku dan semua penderitaan yang dialaminya tadi kini lenyap tak berbekas.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendadak terdengar Suma Thian yu berkata lagi: "Sekarang kau tak usah keburu bersenang hati, sebab sauya menotok sebuah Im hiat mu lagi asal kau telah membawaku ketempat tujuan, sudah barang tentu sauya akan melepaskan selembar jiwamu, jangan lupa, kecuali aku sendiri, tiada manusia lain dunia ini yang mampu membebaskan jalan darahmu itu" Ucapan tersebut membuat lelaki bengis itu merasakan hatinya dingin separuh, dia menghela napas sedih dan mengajak pemuda itu menuju kedepan sana. Setelah melewati padang ilalang yanglebat tersebut, tibatiba lelaki bengis itu menghentikan langkahnya seraya berkata: "Tempat itu terletak didepan sana, aku tak bisa maju lagi lebih kedepan, kalau tidak aku pasti akan mati" Suma Thian yu mencoba untuk menengok kedepan, benar juga tak jauh didepan sana benar-benar terdapat dua buah peti mati! Dengan suatu gerakan cepat dia lantas menotok bebas jalan darah Im hiat ditubuh lelaki itu, tapi pada saat yang sama dia menotok pula jalan darah tidurnya. Maka tak ampun lagi robohlah lelaki itu dan tertidur dengan sangat nyenyak. Dengan langkah yang sangat berhati-hati, Suma thian yu meloloskan pedang Kit hong kiam nya, kemudian selangkah demi selangkah dia mendekati peti mati itu. Tiba didepan peti mati, tiba-tiba terbaca olehnya pada papan tutup peti mati itu tertera beberapa tulisan yang berbunyi demikian: "Dipersembahkan untuk Suma siauhiap" Sedangkan pada peti mati sebelah kanan di tulis: "Semoga tuan beristirahat dengan tenang" Menyaksikan hal tersebut, tanpa terasa Suma thian yu mendongakkan kepalanya dan tertawa keras, pedang Kit hong kiamnya diayunkan kedepan dan... "Kraaakk!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Penutup peti mati yang pertama segera terbongkar, ternyata didalamnya hanya berisikan kertas perak. "Bedebah!" umpat Suma Thian yu dengan gusar. Pedangnya kembali diayunkan kedepan, penutup peti mati yang berada disebelah kanan pun segera tersambar hingga terbuka. Mendadak.... Berkumandang serentetan suara tertawa yang mengerikan dari balik peti mati itu. Suma Thian yu terkejut dan ngeri, tanpa terasa dia mundur beberapa langkah dengan bulu kuduknya pada bangun berdiri. Tiba-tiba dari balik peti mati itu muncul seorang kakek berambut panjang sebahu dan berwajah penuh bulu panjang, dengan melototkan sepasang matanya yang hijau bercahaya, dia awasi pemuda itu tanpa berkedip. "Bocah, kau masih kenal dengan aku?" Suma Thian yu mengamati lelaki tua itu dengan seksama, kemudian bertanya keheranan: "Siapakah kau?" Kakek itu tertawa seram, tiba-tiba dia mengayunkan tangannya dan melemparkan sebuah benda ke arah Suma Thian yu. "Itu ambillah, kau memang bedebah!" teriaknya. Serta merta Suma Thian yu menerima sambitan tadi, setelah disambut, paras mukanya berubah hebat, cepat-cepat benda itu dimasukkan ke dalam sakunya. "Jadi kau adalah Sam yap koay mo?" serunya kemudian terkejut. Ternyat benda yang disambitkan kearah Suma Thian yu itu tak lain adalah kitab pusasa tanpa tulisan bu ci cinkeng yang diidamkan Suma Thian yu selama ini, sementara kakek yang dihadapinya bukan lain adalah Sam yap koay mo. Ketika masih berada dipuncak Ning Im hong tempo hari, Suma Thian yu telah mempermainkan Sam yap koay mo serta manusia iblis berkepala ular Sin Moay him, bahkan menyerahkan kitab tanpa kata itu kepada Sim Moay him.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu pemuda tersebut tidak tahu kalau kitab tanpa kata itu merupakan kitab yang asli, karena itu hal mana tak terlalu dipikirkan dihati, tapi setelah tahu dari Ciong liong lo sianjin dan Keng sim taysu di Tibet bahwa benda itu sesungguhnya merupakan benda yang asli ia baru menyesalnya setengah mati, bahkan bertekad hendak me rebut secepat mungkin. Siapa tahu hari ini dia telah bertemu dengan Sam yap koay mo, bahkan tanpa buang banyak tenaga telah berhasil mendapatkan kembali kitab tersebut, tak heran kalau pemuda itu cepat-cepat menyimpannya kedalam saku dengan wajah gembira, seperti apa yang sudah diduga oleh Suma thian yu, sejak mendaparkan kitab pusaka tanpa kata, manusia iblis berkepala ular Sim Moay him berhasrat untuk mengakanggi benda tersebut seorang diri, tapi Sam yap koay mo ternyata jauh lebih licik dan keji, menggunakan kesempatan disaat lawannya tidak siap ia segera turun tangan menghabisi nyawa Sim Moay him dan merampas kitab pusaka tersebut. Tak terlukiskan rasa gembira Sam yap koay mo setelah berhasil mendapatkan kitab pusaka itu, dia pun segera berangkat kelembah Si hun kok dibukit Ki ciok san ini untuk mengasingkan diri dan menekuni isi kitab pusaka tersebut. Tapi akhirnya usaha tersebut sia-sia belaka, malah berakibat hampir saja dia mengalami jalan api menuju neraka. Sudah barang tentu dia tak akan mencapai hasil apa-apa karena tulisan Han yang tercantum dilembaran atas kertas kulit itu hanya bermaksud untuk mengelabuhi orang. Ketika Sam yap koay mo mengetahui bahwa usahanya gagal total, rasa benci dan dendamnya menjadi membara, ia bersumpah hendak mencari Suma Thian yu untuk membalas dendam. Kebetulan sekali pada saat itulah Kun lun indah Siau Wi goan dan Wan wan cu baru pulang dari perbatasan dengan membawa luka. Begitu ke tiga gembong iblis itu saling bertemu, dari mulut Siau Wi goan dapat diketahui bahwa Suma Thian yu akan kem bali ke daratan Tionggoan tak lama kemudian, mendengar

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kabar tersebut, Sam yap koay mo pun mengurungkan niatnya semula dengan tetap menantikan kedatangan pemuda tersebut disini. Kemarin ia mendapat laporan kalau Suma Thian yu akan melalui jalanan tersebut, maka dia pun mengatur segala sesuatunya untuk menyambut kedatangan musuh besarnya itu. Dalam pada itu, Sam yap koay mo telah melompat bangun dan dalam peti mati, kemudian sambil melejit keluar, ia menuding anak muda tersebut sambil melejit keluar, ia menuding anak muda tersebut sambil mencaci maki: "Bocah keparat, selembar kertas rongsokan telah membuang waktuku hampir separuh abad, hari ini aku hendak mencabut selembar jiwa anjingmu!" Suma Thian yu tertawa terbahak-bahak: Haaah... haahh... haaah... bencana itu datang lantaran serakah, kau mesti menyalahkan siapa? Tolong tanya bagaimana kabar adik angkatmu manusia she Sim tersebut?" Ketika Suma Thian yu tidak menjumpai kehadiran manusia iblis berkepala ular, bahkan melihat kitab pusaka tersebut sudah terjatuh ketangan Sam yap koay mo, hatinya menjadi terang benderang, ia tahu Sim Moay him tentu sudah mengalami musibah, karena itulah ia pun menyindir lawannya dengan sinis. Menyinggung soal manusia iblis berkepala ular Sim Moay him, tak beda mengorek hati Sam yap koay mo, ibarat api bertemu minyak, seketika itu juaga Sam yap koay mo mencakmencak kegusaran, sambil membentak keras, ia mengayunkan tangannya dan membacok tubuh Suma Thian yu dengan jurus Bukit Tay san menindih kepala. Suma Thian yu tersenyum, dengan cekatan dia menghindar ke samping, kemudian serunya sambil tertawa terbahakbahak: Haaah...haaah... haah... tampaknya ilmu silat peninggalan orang kuno memang amat dahsyat, cukup dilihat dari

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

seranganmu hari ini, bisa diduga banyak manfaat yang berhasil kau raih dari kitab pusaka tersebut!" Lagi-lagi perkataan tersebut menusuk perasaan Sam yap koay mo, hal mana semakin mengorbankan amarahnya, dengan setengah berteriak segera jeritnya: "Bocah keparat, aku menghendaki nyawa anjingmu!" Telapak tangannya dengan jurus guntur dan petir saling menyambar, menghajar tubuh Suma Thian yu. Menghadapi ancaman itu, Suma Thian yu pura-pura merasa terkejut bercampur keheranan, ia segera berseru tertahan: "Aduh celaka, ilmu silat yang tercantum dalam kitab tanpa kata benar-benar telah kau pelajari semua!" Sam yap koay mo semakin gusar, secara beruntun dia melancarkan sebuah serangan berantai, angin pukulan segera meluncur ketubuh anak muda itu bagaikan hujan badai. Menghadapi ancaman mana, Suma Thian yu segera menghindar kian kemari dengan cekatan, dengan andalkan ilmu ciok tong luan poh hoat, ia justru malah mempermainkan musuhnya habis-habisan. Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah bertarung puluhan jurus banyaknya, bagi Sam yap koay mo, pertarungan ini benar-benar terasa amat berat, jangan lagi merobohkan musuhnya yang masih muda itu, menjawil ujung bajunya pun tak sanggup. Sewaktu berada dipuncak Ning Im hong tempo hari, Sam yap koay mo sudah menjadi panglima yang pernah keok ditangan Suma Thian yu, kini meski kejadian tersebut sudah terlangsung banyak tahun, toh ia ia tetap menjadi bahan permainan anak muda tersebut. Makin bertarung Sam yap koay mo merasa semakin gelisah, sampai akhirnya ia mulai menyerang secara membabi buta dan mengeluarkan sebuah jurus-jurus serangannya yang beradu jiwa. Menghadapi orang nekad seperti ini, Suma Thian yu dibikin kerepotan juga, akhirnya dia terdesak mundur juga sejauh beberapa langkah....

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menghadapi keadaan tersebut, Suma Thian yu amat terkejut, sambil membentak keras ia segera melancarkan serangan balasan dengan jurus menyapu rata lima bukit! Melihat datangnya ancaman yang begitu tangguh, tiba-tiba Sam yap koay mo menjejakkan kakinya keatas tanah dan tubuhnya melejit ke udara, setelah terlepas dari babatan pedang pemuda itu, sepasang telapak tangan-nya dirubah menjadi serangan cengkeraman. Kesepuluh jari tangan yang dipentangkan lebar-lebar, dia menyerang Suma thian yu dengan jurus elang sakti menangkap kelinci, kekuatan yang disertakan dalam serangan tersebut pun tak boleh dianggap enteng. Sejak semula, biarpun Suma Thian yu menggenggam pedangnya, namun ia tak pernah mempergunakan untuk melancarkan serangan, apalagi ia saksikan Sim yap koay mo tidak mengegam secuil besipun, sudah barang tentu diapun sungkan mempergunakan pedangnya itu. Tiba-tiba ia mundur beberapa langkah untuk menghindarkan diri dari serangan lawan, setelah itu dia menyarungkan kmbali pedangnya, sementara telapak tangan kirinya di putar dan membabat kearah Sam yap koay me dengan sebuah pukulan dahsyat. Sim yap koay mo menjadi terkejut sekali karena tenaga pukulannya dipatahkan oleh serangan lawan yang begitu lembut, tergopoh-gopoh dia menghimpun tenaga dalamnya dan cepat melayang kembali keatas permukaan tanah. Suma Thian yu segera tertawa terbahak-bahak. "Haah... haah... haah... siluman tua, bagaimana kalau kau sambut sebuah pukulan sauya mu itu?" Telapak tangan kanannya diayunkan kedepan seolah-olah tidak menggunakan sedikit tenaga pun, serangan tersebut pun tidak menimbulkan angin, sehingga sepertinya tidak ada sesuatu apa pun. Tapi bagi Sam yap koay mo yang menyaksikan peristiwa tersebut menjadi amat kaget, ia tahu musuhnya sudah memiliki kepandaian silat yang telah mencapai puncak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kesempurnaan, bila ia kurang berhati didalam menghadapi ancaman tersebut, niscaya akan menderita kerugian yang teramat besar. Pada dasarnya ia memang seorang manusia licik yang berakal panjang, lagipula dia pandai memperhitungkan situasi, sebelum mengetahui secara pasti kemampuan yang dimiliki oleh lawannya, sudah barang tentu ia tak sudi menyerempet bahaya dengan begitu saja. Maka dengan cekatan tubuhnya berkelit ke samping untuk meloloskan diri dari ancaman tersebut, kemudian sepasang lengannya dia ayunkan melepaskan sebuah pukulan amat dahsyat. Kali ini Sim yap koay mo masih tetap menyerang dari samping, angin pukulan yang kuat langsung saja mendesak serangan dari si anak muda itu miring dari sasaran semula. "Blaaammm...!" Serangan dahsyat yang dilontarkan Suma Thian yu itu ternyata mengnantam diatas peti mati yang berada dibelakang Sim yap koay mo, alhasil hancurkan peti mati itu menjadi berkeping-keping. Suma Thian yu segera tertawa terbahak-bahbak "Haah...haah...haah... sayang, sungguh seribu kali sayang, terpaksa entar kau dikubur dalam tanah tanpa rumah lagi!" Sam yap koay mo betul-betul sewot, mau balas mendamprat, apa mau dibilang kemampuannya tak bisa melebihi orang, akibatnya dia semakin kalap lagi termakan ejekan musuh. Mendadak ia membalikkan badan dan menyambar penutup peti mati itu, lalu sambil diangkat ke atas bentaknya: "Bocah keparat, aku akan merenggut nyawa anjingmu!" Kemudian penutup peti mati itu ditimpuk ke depan.... "Weeesss!" penutup peti mati tersebut langsung meluncur ke arah Suma Thian yu dengan kekuatan yang dahsyat. Suma Thian yu tertawa dingin, ia menghimpun segenap tenaga yang dimilikinya kedalam telapak tangan, begitu melihat penutup peti mati itu menerjang datang, sepasang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

telapak tangannya segera menolak ke atas sambil melepaskan hisapan yang hebat. Jangan dilihat penutup peti mati itu beratnya mencapai lima puluhan kati, ditambah pula daya luncurnya yang begitu besar, tapi setelah terhisap oleh kekuatan pemuda itu, ibarat lalat yang menempel diatas gula-gula, benda itu tak mampu bergerak lagi. Kembali Suma Thian yu tertawa terbahak-bahak. "Haah... haah... haah... siluman tua kau jangan begitu ah, rumah sudah roboh masa pintu pun kau buang? Jika kulihat kekejian mu ini, tidak heran kalau saudara angkat sendiri pun kau bunuh secara mengerikan, aku bisa bayangkan mayatnya pasti kau buang dengan begitu saja tanpa liang kubur!" Jilid : 29 MERASA mendingan kalau Sam yap koay mo tidak mendengar perkataan tersebut, sindiran ini diterimanya dengan perasaan bagaikan disayat-sayat pisau tajam. Mendadak ia saksikan Suma Thian yu sedang mengangkat tangannya tinggi-tinggi sehingga pertahanan dadanya sama sekali terbuka, bila ia manfaatkan kesempatan ini untuk melepaskan pukulan, niscaya musuh akan tergeletak mampus. Berpikir demikian, tanpa terasa tubuhnya mendadak maju ke depan, diiringi hentakan menggeledek tiba-tiba telapak tangan-nya diayunkan ke muka menghajar dada lawan. Sejak permulaan tadi Suma Thian yu sudah menduga sampai kesitu, ia mendengus dingin, sepasang telapak tangannya segera didorong kemuka sementara tubuhnya melompat kebelakang. Penutup peti mati itu langsung melejit berapa depa ketengah udara kemudian menyambar batok kepala Sam yap koay mo. Padahal waktu itu Sam yap koay mo sedang menyerang, melihat datangnya peti mati tadi, serta merta dia pergunakan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tangan-nya yang sebelah mencoba menahan penutup peti mati itu. "Kraaakkk...!" Siapa sangka penutup peti mati itu hanya tersanggah ujung sebelahnya saja, sehingga hilanglah keseimbangan benda tersebut, tak ampun ujung penutup peti mati yang lain langsung menyambar ke kaki iblis itu dengan disertai sisa tenaganya. Sam yap koay mo menjerit kesakitan, ia mundur beberapa langkah dengan sempoyongan sedang paras mukanya berubah menjadi pucat pias seperti mayat. Lama-kelamaan Suma Thian yu menjadi bosan untuk mempermainkan musuhnya lebih lanjut, dia berniat untuk menghabisi saja jiwa iblis tua itu, maka sambil menerjang kemuka bentaknya: "Siluman tua, sauya akan penuhi harapanmu...." Mendadak dia mengayunkan tangan kanannya, segulung angin puyuh yang amat keras langsung menyerang tubuh Sam yap koay mo. Terkesiap sekali Sam yap koay mo menghadapi ancaman yang begitu dahsyat, dalam hati kecilnya ia berpekik: "Habis sudah riwayatku kali ini!" Dengan mernghimpun sisa kekuatan yang dimilikinya, ia lontarkan sepasang telapak tangannya kemuka dengan harapan bisa menolong selembar jiwanya dari ancaman tersebut. Pada detik-detik yang sangat keritis itulah mendadak terdengar suara tertawa seram yang sangat aneh berkumandang datang dari belakang punggung Suma Thian yu. Menyusul kemudian muncul setitik cahaya putih yang menyergap punggungnya. Dan balik semak belukar beberapa kaki dari mereka berada, kedengaran seseorang berseru dengan suara nyaring: "Suma Thian yu, lembah Si hun kok ini akan menjadi tempat kuburan untuk selamanya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian yu segera menghimpun tenaga murninya sambil melambung ke udara setinggi tiga kaki lebih, kemudian dengan gerak tubuh walet terbang naga sakti, tubuhnya meluncur lagi ke bawah setibanya ditengah angkasa, dengan demikian ia lolos dari sergapan senjata rahasia yang datangnya dari belakang itu. Melejit ke udara sambil membalikkan badan, sambil menyerang seraya menghindar, semua gerakan tersebut boleh dibilang hanya mengandalkan tenaga murni, bila seseorang tidak memiliki ilmu meringankan tubuh dan tenaga dalam yang sempurna, mustahil hal semacam itu dapat dilakukan olehnya. Diam-diam Sam yap koay mo bersorak memuji, pergelangan tangan kanannya segera digetarkan, sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan ke tubuh pemuda itu. Ketika sepasang kaki Suma Thian yu baru mencapai pemukaan tanah, angin pukulan dari Sam yap koay mo telah meluncur datang ke depan tubuhnya dengan di sertai desingan angin tajam. Tidak sampai tubuhnya berdiri tegak secara beruntun pemuda itu melontarkan tangan tunggalnya melepaskan tiga buah serangan hebat, sementara tubuhnya sendiri mundur berapa langkah. Menanti ia menengok lagi, ternyata orang yang berdiri disisi Sam yap koay mo adalah si harimau angin hitam Lim Khong. Tak ragu lagi orang yang menyergapnya dengan senjata rahasia tadi bukan lain ada lah Lim Khong si manusia laknat tersebut. Sementara pemuda itu hendak menyindirnya dengan beberapa patah kata, mendadak terdengar suara pekikkan nyaring bergema membelah keheningan di waktu senja itu, gelak tertawa menyusul pula dari puluhan kaki seputar arena. Dengan cepat Suma Thian yu berpaling, ia saksikan ada beberapa sosok bayangan manusia sedang meluncur datang dengan kecepatan luar biasa...

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Melihat siapa yang datang, Suma Thian yu tertawa terbahak-bahak serunya: "Haaa... haa... haaa... rupanya sudah berdatangan semua, beruntung sekali aku orang she Suma, ternyata sekali bisa menjumpai berapa orang jago lihay dari golongan hitam hari ini" Baru selesai dia berkata, ditengah arena telah melayang turun tiga sosok tubuh manusia, mereka adalah Kun lun indah Siau Wi goan, Wan wan cu serta si ular berekor nyaring Mo Pun ci. Jadi termasuk si harimau angin hitam Lim Khong serta Sam yap koay mo, pihak musuh menjadi lima orang. Kelima orang tersebut hampir semuanya merupakan jagojago lihay dari golongan rimba hijau, malah Kun lun indah Siau Wi goan merupakan pemimpin mereka. "Siau Wi goan!" Suma Thian yu segera berseru sambil tertawa dingin, kejahatan yang kau lakukan sudah terlampau hebat, kekejianmu juga sudah diketahui orang, masih punya mukakah kau untuk memimpin para pendekar dari gololgan putih?" "Heeehh...heeeh...sayang sekali kau sudah tak mampu untuk menyiarkan berita ini keluar!" jengek Kun lun indah Siau Wi goan sambil tertawa seram. Suma Thian yu merasa ucapan ini ada benarnya juga, bila ia tidak berusaha untuk meloloskan diri hari ini, mana mungkin perbuatan Siau Wi gon bisa diketahui orang lain? Tak heran kalau ia berani bersekongkol dengan kaum iblis untuk berusaha melenyapkan jiwanya, agaknya dia memang takut rahasia tersebut bocor sehingga ia su dah bersiap-siap menahannya disitu. Berpendapat demikian, diam-diam ia tertawa dingin, pikirnya: "Tidak sulit bila ingin menahan aku Suma Thian yu disini, cuma darah pasti akan bercucuran di lembah Si hun kok ini"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam pada itu pihak lawan sudah berdiri berjajar sambil mempersiapkan diri, terdengar Wan Wan cu berseru sambil tertawa seram: "Hei bocah, sewaktu ditebing Pek hok nia hampir saja aku jatuh dipecundangi olehmu, hari ini kita bersua kembali, maka aku akan menghabisi nyawamu disini untuk membalas sakit hatiku yang lalu" Suma Thian yu tertawa hambar: "Siluman tua yang tak tahu diri, hanya mengandalkan sedikit kemampuanmu itu masa kau ingin membalas dendam? Apakah kau tidak merasa bahwa perbuatanmu itu terlalu tak tahu diri? Terus terang saja sauya katakan kepadamu, tidak sulit bila ingin menahan sauya, cuma kalian berlima mesti turun tangan bersama-sama!" Belum selesai ia berkata, Kun lun indah Siau Wi Goan telah berseru sambil tertawa seram: "Tepat sekali ucapanmu itu, sebab toaya memang punya rencana untuk berbuat begitu Suma Thian yu tertawa terbahak-bahak. "Haah... haah... haah... hitung-hitung siauya terbuka sudah mataku, anjing peliharaan monyet, memang manusia macam kaulah yang sanggup melakukan perbuatan semacam ini!" Kun lun indah Siau Wi Goan tertawa seram, sebelum ia sempat menjawab, mendadak terdengar seseorang berseru dengan suara nyaring: "Sudah lama kudengar nama besar Kun lun indah, dalam anggapanku Kun lun indah tentulah seorang lelaki sejati yang berjiwa terbuka, siapa sangka aku si pengemis tua menelan kekecewaan heeh... heeh... kau ingin meraih kemenangan dengan mengandalkan jumlah yang banyak bukan? Sayang apa yang kau inginkan itu belum tentu bisa tercapai secara mudah" Kun lun indah Siau Wi goan menjadi amat terkesiap oleh perkataan tersebut, ketika ia berpaling tampak seorang pengemis tua yang berpakaian compang camping sedang munculkan diri dari balik semak dengan langkah pelan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia muncul sambil membawa poci arak, langkahnya gontai seperti orang yang sedang mabuk. Mengetahui siapa yang datang, Kun lun indah Siau Wi goan menjadi terkesiap, belum sempat ia menjawab, Wan wan cu yang berada disisinya telah berseru sambil tertawa seram: "Sudah lama kudengar saudara Wi menutup diri sambil memperdalam ilmu, sungguh tak nyana kau telah muncul pula disini!" Yang datang menang si pengemis Wi Kian, dengan mata yang sipit dia mengerling sekejap ke arah Wan wan cu, lalu berlagak kaget, serunya: "Ooh kikira siapa ternyata saudara Wan, kenapa sih kaupun bersedia menuruti perkataan orang dengan membantu manusia durjana melakukan kejahatan?" Didamprat lebih dulu oleh pengemis tersebut, Wan wan cu menjadi amat malu dan sedih, tapi dihati kecilnya ia mengumpat: "Pengemis busuk, kau tak usah banyak ngebacot, sebentar bila pertaruangan sudah berlangsung, pasti akan kusuruh kau tunjukan kejelekannya" Sedang diluaran, ia tertawa licik seraya berkata: "Saudara Wi memang gemar bergurau, bicaranya sekehendak hati, masih untung kita adalah sobat lama sehingga kata-kata semacam itu tak sampai kumasukan ke dalam hati, hmm...hmmm... saudara Wi masih tetap gagah seperti sedia kala, aku mesti mengucapkan selamat untukmu" Ucapan yang terakhir ini tidak genah dan tak pakai aturan membuat si pengemis Siau yau kay menjadi terkesiap, serunya kemudian sambil tertawa dingin: "Aku si pengemis tidak doyan yang lunak tidak pula yang keras, kau tak usah merayu ku dengan kata-kata yang lembut karena tidak cocok dengan seleraku, apakah kau sudah berubah kelamin sehingga menjadi si nona yang diperam kakinya?" Kata-kata dengan nada yang tajam itu kontan saja mengobarkan amarah Wan Wan cu, sebenarnya dia ingin

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

membantah, namun Siau yau kay sudah keburu berkata ke pada Kun lun indah: "Kau si telur busuk peliharaan anjing. Jika kau berani kasak kusuk dibelakang aku si pengemis tua nyalimu benar-benar amat besar, Hmm..hampir saja aku termakan oleh rencana busuk kalian..." Pengemis busuk, percuma saja kau banyak bicara" tukas Kun lun indah Siau Wi Goan dingin, "malam ini aku orang she Siau ingin mencoba sampai dimanakah kemampuanmu itu" "Tunggu dulu" Siau yau kay Wi Kian menggelengkan kepalanya berulang kali, "mau bertarung mau saling membunuh, tentu akan kulayani, cuma ingin kutanyakan dulu suatu masalah kepadamu" Berbicara sampai disini, Siau yau kay sengaja memperkeras suaranya, sedang biji matanya berputar memandang sekejap sekeliling sana, kemudian terusnya: "Aku mau tahu benarkah kau yang telah membunuh seluruh keluarga dari perusahaan Sin liong piaukiok, menfitnah Suma Thian yu, memakai rambut palsu menyaru sebagai perempuan untuk menggusarkan aku, menulis surat tantangan kepada Sip hiat jin mo serta pelbagai kejahatan lainnya?" Mendengar perkataan itu Kun lun Indah Siau wi goan segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahakbahak: "Kalau tidak keji bukan lelaki namanya, kapan sih dunia persilatan bisa reda dari pembunuhan? Dan pekerjaan yang manakah dapat dilakukan secara berhasil tanpa menggunakan otak dan tenaga? Apa yang dilakukan aku orang she Siau tak lebih cuma sebuah siasat kecil saja" Siau yau kay sama sekali tidak menggubris perkataan Siau Wi goan, kembali ia berkata: "Membasmi keluarga Chin, menfitnah Suma Thian yu sebagai pelakunya kemudian memperalat Chin Siau untuk membunuh Suma Thian yu, apakah perbuatan-perbuatan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terkutuk ini juga hasil perbuatan kau si manusia berhati binatang?" Mendengar perkataan ini bukannya marah Siau wi goan malah tertawa seram, jawabnya: "Benar, memang ini hasil perbuatanku, setan dedemit yang berotak licik setelah kau mengetahui segala perbuatanku ini berarti lembah Hun Kok akan menjadi kuburanmu!" Suma Thian yu yang mendengarkan pembicaraan tersebut semenjak tadi sudah tak mampu membendung hawa amarahnya, gemetar keras seluruh tubuhnya, sambil ber pekik nyaring ia meloloskan pedangnya dan menerjang kedepan serta melepaskan sebuah tusukan ketubuh Kun Lun indah. "Siau wi goan kau manusia laknat" teriaknya penuh amarah Jika aku membiarkan kau lolos dari pedangku hari ini, Suma Thian yu bersumpah tak akan menginjakan kaki didaratan Tionggoan lagi." Sebelum serangannya mencapai sasaran, tiba-tiba berkumandang suara bentakan nyaring. "Tahan" Suma Thian yu segera menarik serangannya dan mundur dua langkah, sewaktu berpaling ia jumpai seorang pemuda sedang melangkah keluar dari semak belukar, ternyata orang itu adalah Chin Siau. Berseri paras muka Siau Yau kay melihat kemunculan Chin Siau, rupanya teriakannya tadi hanya merupakan pancingan belaka dan alhasil Siau Wi Goan masuk perangkap. Betapa terkejutnya Kun lun indah Siau Wi guan menyaksikan kemunculan Chin Siau, ia melotot sekejap ke arah pengemis tua itu kemudian serunya penuh geram: "Oooh, rupanya begitu jadi kalian telah merencanakan kesemuanya ini?" Siau Yau Kay tertawa terkekeh-kekeh. Pengakuanmu secara langsung akan lebih berbobot dari pada kesaksian seratus orang, coba kalau aku Si pengemis tua tidak memakai akal, masa kau mau mengaku?", bukankah kau pernah berkata tadi, orang mesti pakai otak....

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

000O000 SEKETIKA itu juga Kun lun indah Siau Wi goan terbungkam dalam seribu bahasa. Sementara itu Chin Siau telah menampilkan diri dari tempat persembunyiannya. Ia tampak begitu tenang, seolah-olah kemenangan pasti berada ditangannya dan tidak kuatir Kun lun indah akan kabur dari situ. Tiba-tiba sekulum senyuman sinis menghiasi wajah Chin Siau yang hijau membesi, itulah senyuman yang angkuh dan penuh amarah. Kun lun indah Siau Wi goan sama sekali tidak gemetar, ini disebabkan seorang gembong iblis yang tangguh yaitu Wan wan cu berdiri disisinya, selain itu diapun yakin berlapis-lapis alat rahasia yang dipersiapkan didalam lembah Si Hun kok cukup mam u untuk mengatasi lawan-lawannya "Sobat cilik" ejeknya kemudian sambil tertawa dingin, "apa yang ingin kau ketahui telah kau ketahui semua, biar mampus pun tentunya kau dapat mampus dengan mata meram bukan? Sayang dari dua buah peti mati yang tersedia satu diantaranya sudah hancur, jadi terpaksa kau mesti dikubur tanpa rumah....." Mendengar ucapan tersebut, bukannya marah Chin Siau malah tertawa seram, suara tertawa sangat tak sedap didengar. "Bajingan she siau teriaknya dengan suara menyeramkan, kau ini manusia atau binatang?" "Tentu saja manusia" sahut Siau Wi goan tak tahu malu. "Kalau manusia memang lebih bagus, ku mohon cabutlah pedangmu dan bayarlah hutangmu padaku." Mendengar ucapan tersebut Kun lun indah Siau Wi Goan tertawa tergelak. "Haaah... haaahh... untuk menghadapi manusia macam kau, kenapa mesti menggunakan pedang?" Mendadak Chin Siau melepaskankan pedangnya, diantara kilauan pedang yang memancar ke mana-mana terdengar

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

suara desingan yang amat lirih, tahu-tahu sekilas cahaya perak telah menyambar kepala Kun lun indah secepat sambaran petir. Kun lun indah iau Wi Guan si manusia licik teIah menduga semenjak tadi, tiba-tiba badannya mundur beberapa langkah, setelah lolos dari serangan tersebut segera ejeknya: "Bocah keparat, aku orang she Siau sudah mencoba cakar kucingmu itu, tak nyana kalau kau masih punya muka berlagak serius, mengingat Thian maha baik sku masih bersedia mengalah tiga jurus kepadamu!" Waktu itu itu Chin Siau sudah kalap tak sepotong katapun yang terdengar dari mulutnya, begitu tangan-nya gagal ia menerjang ke depan sambil melepaskan sebuah serangan lagi dengan jurus Membunuh naga ditengah ombak. "Sreet, sreett.....". Serentetan desingan tajam menyebar kedepan. Kun Lun indah tidak membalas serangan tersebut dan dengan cara yang sama kembali ia meloloskan diri dari ancaman lawan, kemudian ejeknya: "Bocah keparat, selewatnya tiga jurus serangan nanti, akan kubuat kau keok, dari gentong nasi siapakah kau belajar ilmu si latmu?" Berhadapan muka dengan musuh besar pembunuh ayahnya, Chian Siau telah kehilangan kesadaran serta kejernihan otaknya, pedangnya diputar kencang bagai orang kalap, lingkaran cahaya pedang segera memenuhi angkasa dan bagaikan daun kering yang berguguran semuanya menyerang tubuh kun Lun indah. Suma Thian yu yang menyaksikan peristiwa ini bukan dibuat kagum oleh kehebatan pedang Chin siau sebaliknya ia malah dibuat terperanjat tanpa terasa ia menjerit keras: "Saudara Chin jangan gegabah, ayo cepat mundur!" Sambil berseru ia segera terjun ke arena. Waktu itu Chin Siau sudah menyerang bagaikan orang kalap, hatinya baru terkejut setelah mendengar peringatan tersebut.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan melambatnya gerak serangan, kejernihan pikirannya pun agak pulih. Sementara ia masih tertegun Kun lun indah Siau Wi goan telah menerjang dihadapan tubuhnya mengincar jalan darah Tam Tiong Hiat didadanya. Chin Siau berusaha untuk menghindar, sayang keadaan sudah terlambat tanpa terasa ia menarik napas dingin dan berpekik dalam hati: "Habis sudah riwayatku kali ini" Agaknya Chin Siau akan menderita luka parah akibat serangan tersebut... Untunglah disaat yang amat keritis Suma Thian yu telah menerjang datang dengan suara menggelegar ia membentak: "Mundur kau dari sini!" Kalau di ceritakan memang aneh, tidak nampak sesuatu gerak apapun pemuda tersebut, tapi sekujur badan Kun Lun indah Siau Wi Goan bagaikan menumbuk di atas selapis dinding baja yang amat kuat, tergetar mundur beberapa langkah dengan sempoyongan sebelum akhirnya dapat berdiri dengan tegak. Setelah dua tiga kali jiwanya di tolong Suma Thian yu, Chin Siau merasa harga dirinya terluka, ia menyesal maka jadi malu dan sangat tersiksa, sedemikian menderitanya sehingga tak terlukiskan dengan kata. Tiba-tiba ia menjura kepada Suma Thian yu lalu ujarnya: "Budi kebaikanmu tak akan kulupakan, terima kasih juga atas kesediaanmu untuk melupakan perbuatanku yang lalu, aku harus pergi dulu sekarang, tetapi kumohon kepadamu dengan sangat, dalam keadaan apa pun jiwa anjing orang she Siau ini harus tetap kau pertahankan sehingga suatu ketika aku dapat membunuh bajingan ini dengan tanganku sendiri!" Selesai berkata, tanpa menengok lagi kearah Kun Lun indah ia berlalu dari situ. Baru saja Chin Siau melangkah beberapa kaki, Sam Yap Koay Mo telah menghadang jalan perginya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bocah busuk, kau anggap semudah ini urusan dapat diselesaikan?" jengaknya sambil tertawa seram, lembah Si Hun Kok bukan rumah nenek moyangmu yang bisa kau datangi dan kau tinggalkan semaumu sendri, kalau hal ini kubiarkan bagaimana mungkin aku dapat bersua lagi dengan sobat-sobat persilatan?" Baru saja selesai Sam yap koat mo berkata, kembali sesosok bayangan manusia berkelebat lewat. Dengan wajah cengar-cengir Siau yau kay telah muncul dihadapannya sambil mengejek: "Wah, besar amat bacotmu, bercerminlah dahulu bagaimana tampangmu itu, dengan mukamu yang tiga bagian mirip manusia lima bagian mirip setan bisa-bisanya kau membacot setinggi langit, kau tidak kuatir ku tertawakan sampai gigiku pada copot?" Kemudian kepada Chin siau katanya pula: "Hei, bocah pergilah sana, pokoknya kalau gunung masih hijau jangan takut kehabisan kayu bakar, sebagai anak lelaki asal kau punya semangat jangan kuatir dendam sakit hatimu tak dapat terbalas! "Terima Kasih" seru Chin Siau sambil menjura. Tanpa memperdulikan orang lain lagi ia meninggalkan tempat itu, sebetulnya Sam yap koay mo ingin melakukan pengejaran ketika dilihatnya Siau yau kay lagi melotot besar, seluruh amarahnya segera dilampiaskan keatas tubuh pengemis tersebut. Tanpa mengucapkan sepatah katapun dia menghimpun tenaga dalamnya, langsung di bacokan keatas kepala Siau yau kay dengan jurus Menyembah pada pintu langit. berbicara soal tingkat kedudukan maupun soal usia kedua orang itu hampir seimbang, disaat Siau yau kay mulai terjun ke dunia persilatan dari kalangan Liok Lim pun muncul gembong-gembong iblis yang menamakan dirinya sebagai Ci san su mo (empat iblis dari bukit Ci). Hanya saja di satu pihak ilmu yang dipelajari bersumber pada aliran lurus, sedang dipihak lain lebih mengandalkan ilmu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sesat dari kalangan hitam, padahal kaum sesat tak akan mengungguli kaum lurus, karena itulah ilmu silat yang dimiliki Sam Yap Koay Mo tidak pernah berhasil melampaui Siau yau kay. Begitu melihat Sam Yap Koay Mo melancarkan serangan, Siau Yau Kay segera mendengus dingin, dengan mengeluarkan ilmu enam belas langkah pengacau pikiran ia mengegos kesamping. Dalam pada itu, Suma Thian yu yang telah menyelamatkan jiwa Chin Siau waktu itu telah saling berhadapan dengan Siau Wi goan. Begitu bertemu dengan Suma Thian yu, belum apa-apa Kun lun indah Siau Wi goan sudah menaruh perasaan jeri terhadap pemuda tersebut, ini bisa dimaklumi sebab ia pernah bertarung melawan pemuda itu, padahal saat tersebut suma Thian yu masih terhitung pemuda ingusan yang tanpa pengalaman tapi dengan keuletannya ia mampu bertarung seimbang melawannya, apalagi sekarang, sudah barang tentu keadaannya jauh berbeda, Suma Thian yu yang dihadapannya sekarang bukan saja berpengalaman luas dalam menghadapi berbagai macam pertarungan dengan petunjuk Ciong Liong Lo sianjin, ilmu silatnya telah mendapatkaan kemajuan teramat pesat. Dalam sekilas pandangan Suma Thian yu sudah dapat menebak jalan pikiran Kun lun indah, jengeknya: "Wahai Siau Wi goan, dimanapun kau bersembunyi, hukum langit tetap mengintaimu, benar semua perbuatanmu dapat kau simpan dan kau rahasiakan dengan amat rapat, tapi orang bilang sepandai-pandai tupai melompat akhirnya akan jatuh juga, dulu sauya tak berkutik karena kekurangan bukti, tapi kali ini kau telah mengakui semua perbuatanmu, terpaksa sauya akan menegakkan keadilan dengan meringkus kau si manusia laknat dari muka bumi!" Seusai berkata ia segera meloloskan pedang Kit Hong Kiamnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bocah keparat, apa yang ingin kau lakukan pada hakekatnya seperti orang dunggu yang lagi mengigau, jengek Kun lun indah sambil tertawa dingin. Aku berani mengakui perbuatanku tentu saja dengan perhitungan kau tak bakal lolos dari cengkera manku ini, ayo cepat letakkan pedangmu!" Suma Thian yu membentak penuh amarah, dengan jurus Naga sakti mementang cakar dia langsung menusuk jalan darah Hun Su hiat dilambung rusuk. Cepat-cepat Kun lun indah Siau Wi goan menggeserkan tubuhnya ke samping, ia bermaksud untuk melawan musuhnya dengan ilmu tangan kosong Ki Na Jin Hoat. Suma Thian yu mendengus dingin. "Bila kau memang ingin mampus, jangan salahkan kalau sauya akan berbuat kejam!" Sekali lagi ia melepaskan serangan yang amat dahsyat. Kun lun indah Siau Wi goan menyadari posisinya, ia tahu ilmu pedang yang di miliki Suma Thian yu amat sempurna, bila pedangnya tidak segera di loloskan, niscaya ia akan mengalami kekalahan total. Dengan perasaan terkesiap ia buru-buru mundur ke samping, kemudian pedangnya diloloskan, dengan jurus ular berbisa melilit badan, ia tusuk jalan darah Yu Bun Hiat lawannya dari samping. Sejak pertarungan berlangsung, kedua belah pihak samasama mengeluarkan ilmu pedang Kun Lun Pay yang hebat, sementara dilain pihak lebih mengandalkan pada ilmu pedang Kit Hong Kiam dari Wan Liang yang pernah menggetarkan dunia persilatan. Kedua belah pihak sama-sama menyerang dengan sekuat tenaga, bisa dibayangkan betapa seru dan hebatnya pertarungan itu. Tiba-tiba Wan Wan Cu dan si harimau angin hitam Lim Khong yang sedang menonton jalannya pertarungan dari sisi arena itu saling bertukar pandangan sekejap, kemudian harimau angin hitam Lim Khong mendekati Siau Yau Kay,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sedang Wan wan cu menghampiri Suma Thian yu yang sedang bertarung. Jangan dilihat Suma Thian yu bertarung sengit, padahal ia selalu memperhatikan gerak gerik kedua orang tersebut, diam-diam ia tertawa dingin kemudian sambil memutar otak, permainan pedangnya semakin dipergencar. Berbicara soal ilmu pedang Kit Hong Kiam hoat sesungguhnya ilmu pedang tersebut tidak terlalu asing bagi Siau Wi goan, sebagaimana diketahui semasa masih hidup dulu Wan Liang adalah saudara angkat Siau Wi goan, kedua orang itu sering latihan bersama maka tak heran kalau ia sangat menguasai ilmu pedang tersebut. Oleh sebab itulah sewaktu Suma Thian yu menggunakan ilmu pedang Kit Hong Kiam hoat untuk menghadapinya, diamdiam Siau Wi goan tertawa geli pikirnya: "Kau bocah keparat, memang punya mata tak berbiji, masih mendingan kalau kau menggunakan ilmu pedang lain untuk meng hadapiku tapi dengan menakai ilmu tersebut sama artinya kau sudah bosan hidup" Siapa tahu jurus kemudian keadaan sama sekali berubah, biarpun Suma Thian yu masih mempergunakan ilmu pedang yang sama namun gerakannya jauh berbeda dengan gerakan yang pernah dipergunakan Wan Liong semasa hidupnya dahulu, selain tiada kelemahan, jurus-jurus serangannya justru lebih sempurna. Dalam waktu singkat Kun Lun indah Siau Wi Guan sudah keteter hebat sehingga tidak mampu untuk memberikan perlawanan lagi. Semakin bertarung Siau Wi Guan semakin terkejut, semakin hatinya kecut, gerak annya makin kalut merasa dirinya terkepung rapat, permainannya jadi kacau tak beraturan lagi. Suma Thian yu segera merasakan datangnya kesempatan baik ia berpekik nyaring lalu serunya: "Siau wi goan, hari ini pada tahun esok akan menjadi hari ulang tahun kematian mu yang pertama!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ditengah pekikan yang amat nyaring Suma Thian yu melejit ketengah udara setinggi kaki, badannya berjumpalitan sehingga kepala berada dibawah dan kaki diatas. Kemudian dengan jurus Hujan bunga berguguran yang diiringi suara desingan nyaring dan bunga pedang yang menyebar keseluruh angkasa, ia mengurug seluruh tubuh Siau Wi goan rapat-rapat. Jurus serangan yang dipergunakan ini sebenarnya bukan jurus serangan dari ilmu pedang Kit Hong Kiam Hoat, yang benar adalah salah satu jurus ampuh dari ilmu pedang tanpa nama ajaran Ciong Liong Lo Siangjin, maka tak heran kalau gerakannya lain dari pada yang lain. Kun lun indah Siau Wi Guan terbelalak seketika, keringat dingin bercucuran membasahi seluruh tubuhnya. Sambil menarik napas dingin ia berpikir dalam hati: "Habis sudah riwayatku kali ini" Disaat yang begitu kritis, mendadak terdengar suara bentakan yang menggelegar: "Lihat serangan!" Sebatang senjata rahasia tahu-tahu melesat datang dan mengancam jalan darah Tay Hiang Hiat dikening Suma Thian yu, berada dalam posisi yang sulit kepalanya berada dibawah dengan kaki diatas, sedang pedang yang melancarkan serangan hampir saja menembus tulang dada Siau Wi Goan. Dalam keadaan demikian seandainya ia melanjutkan serangannya untuk menghabisi nyawa Siau Wi goan, ia sendiripun pasti terluka parah.... Jadi kedua belah akan sama-sama terluka parah. Tentu saja siapapun tak ingin mengorbankan diri dengan begitu saja. Sebaliknya kalau Sian Wi goan untuk mengatur diri, rasanya hal ini terlain sayang untuk dilakukan. Dengan demikian ia dihadapkan pada dua pilihan yang harus segera diputuskan dalam waktu yang singkat, tanpa iman yang kuat sulit rasanya orang mengambil keputusan dengan tepat.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Akhirnya Suma Thian yu mengambil keputusan. Mendadak ia berpekik nyaring ditengah, pekikan tersebut tubuhnya berjumpalitan di tengah udara kemudian secepat sambaran kilat ia menerjang lagi kemuka "Traaaaang......" Menyusul serentetan cahaya tajam yang menyerang tubuh Siau Wi goan, mendadak terdengar suara kesakitan yang menyayat hati ..... Bayangan manusia berkelebat, bagaikan seekor rajawali Suma Thian yu melayang turun ke atas tanah. Sebaliknya Siau Wi Goan sudah mundur kebelakang dengan darah segar bercucuran dari bahu kirinya, darah mengalir dengan deras sampai sekujur bajunya menjadi merah darah. Dalam sekejap mata bukan saja Suma Thian yu dapat menghindari sergapan yang mengancam jiwanya, bahkan ia mampu melukai Siau Wi goan, andaikata di sekitar arena ada penontonnya niscaya semua orang akan bersorak memuji. Diam-diam Wan Wan cu menghela napas panjang, bagaimanapun juga kepandian silat semacam itu belum pernah dijumpainya. Biarpun Suma Thian yu berhasil melukai lawan-nya secara telak, namun hatinya masih belum puas, baginya satu hari Siau Wi goan belum mampus dunia persilatan tak akan memperoleh ketenangan. Sekali lagi ia membentak penuh amarah, dengan jurus guntur menggelegar petir menyambar, dia tusuk tubuh Siau Wi goan sambil bentaknya: "Anjing keparat, manusia jadah macam kau tak boleh di ampuni, cepat serahkan nyawa bangsatmu!" Waktu itu pedang Siau Wi goan sudah terjatuh diatas tanah serta bahu kirinya terluka, tak heran semangat pertarungnya pun ikut padam, melihat Suma Thian Yu berniat menghabisi nyawanya, dengan wajah hijau membesi ia menghela napas panjang, lalu setelah mundur beberapa langkah, matanya dipejamkan sambil menanti datangnya elmaut. Mendadak...

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sambil melompat kedepan Wan Wan cu berpekik nyaring, dia menghadang diantara sang pemuda dan Siau Wi goan lalu bentaknya keras-keras" "Tahan!" "Kau ingin mencampuri urusanku?" bentak Suma Thian Yu sambil menarik serangannya. Wan Wan Cu tidak ambil perduli, kepada Kun Lun indah katanya: "Lote, pulanglah cepat untuk mengobati luka mu itu, biar aku seorang yang menghadapinya" Tak terlukiskan rasa gembira Siau Wi goan mendengar perkataan tersebut, ia tahu lukanya cukup parah, bila dibiarkan terus akhirnya dia tentu atan mati kehabisan darah, maka katanya: "Terima kasih atas bantuanmu!" Ia membalikkan badan dan segera beranjak pergi. Menanti Siau Wi Goan telah berlalu, Wan Wan Cu baru berpaling kearah Suma Thian Yu dan katanya sambil tertawa seram: "Membunuh itu mudah, tapi apa perlunya kau menghabisi nyawanya?" Suma Thian yu mendengus dingin. "Disaat anjing keparat she Siau itu membunuh orang memangnya ia pernah berpikir demikian?" Wan Wan Cu terbungkam dalam seribu bahasa, tapi ia segera mengalihkan pembicaraan kesoal lain, katanya: "Aku masih ingat dengan hadiah pukulanmu ketika berada ditebing bangau putih?" "Aku lihat inilah kesempatan terbaik bagiku untuk menagih hutang, bocah keparat bersiap-siaplah menerima pukulanku" Suma Thian Yu tertawa sinis, ketika ia hendak menyarungkan pedangnya kembali, tiba-tiba Wan Wan Cu menggoyangkan tangan-nya sambil berseru: "Eee... eeeee... tunggu dulu, aku ingin mencoba kelihayan ilmu pedangmu itu!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sementara pemuda itu masih keheranan, Wan wan cu telah mengeluarkan sejenis senjata dari sakunya dan ketika diamati lebih seksama ternyata benda itu merupakan Sam Ciat kun. Suma thian tertawa tergelak, pedangnya digetarkan menciptakan titik-titik bunga pedang lalu sambil tertawa dingin serunya: "Waah...rupanya kau pandai juga menggunakan sam ciat kun, kalau begitu sauya memang punya mata tak berbiji, silahkan!" Begitu selesai berkata pedangnya segera dibacokan ke tubuh Wan wan cu dengan jurus Dewa suci memetik bunga. "Hmm...hmm...bagus sekali seranganmu" jengek Wan wan cu dengan muka sinis. Dengan ujung Sam ciat kun yang sebelah, ia tangkis serangan tersebut, sementara ujung yang lain menerobos kedalam langsung membabat jalan darah tay yang hiat di kening lawan. Sesungguhnya Suma thian yu memang berniat memancing musuhnya masuk perangkap, melihat Wan wan cu menyerang dengan jurus-jurus yang tangguh, dalam sekilas pandangan saja ia sudah tahu bahwa ilmu silat yang dimiliki lawan benarbenar tak boleh dianggap enteng. Suma Thian Yu sama sekali tidak gugup, ia menunggu sampai senjata lawan mendekati kepalanya, lalu sembil membentak tubuhnya terputar bagai gangsingan, sementara pedangnya langsung membabat Wan Wan Cu dengan jurus gotong putus bukit wu. Dalam waktu itu pertarungan antara Siau Yau Kay dan Sam Yap Koay Mo sudah berlangsung seratus jurus lebih, kini mereka telah mencapai detik-detik penentuan. Kalau dibilang sesungguhnya Siau Yau Kay merupakan seorang tokoh silat yang hebat, tapi heran mengapa ia tak mampu mengungguli manusia macam Sam Yap Koay Mo walaupun telah bertarung sebanyak seratus jurus lebih. Mungkinkah nama besar Siau Yau Kay hanya nama kosong belaka...

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bila ada yang berpendapat demikian maka pandangan tersebut merupakan suatu pandangan yang keliru. Pengemis tua ini justru memiliki watak yang aneh sekali, yaitu gemar mencuri ilmu silat orang lain, dia tahu Sam Yap Koay Mo pernah mempelajari ilmu silat yang di peroleh dari kitab pusaka yang didapatnya dari Suma Thian Yu, dalam anggapannya ilmu silat yang dimiliki orang itu pasti amat hebat, oleh sebab itulah sejak pertarungan berlangsung ia selalu berada dalam posisi bertahan, dasar ilmu gerakan tubuhnya sangat tangguh sulit rasanya bagi lawan untuk berhasil melukainya. Dalam kenyataan memang begitulah, biar pun Sam Yap Koay Mo telah menyerang secara ngotot, jangan lagi melukai musuhnya, menjawil ujung bajunyapun tak mampu. Ini masih mendingan, yang lebih payah lagi hampir seluruh ilmu silat yang dimilikinya berhasil dicuri oleh Siau Yau Kay. Serarus jurus kemudian Siau Yiu Kay baru merasa Sam Yap Koay Mo tak lebih hanya seorang manusia bernama kosong, manusia yang benar-benar tak berguna, ini semua membuat hatinya amat kecewa. Maka sambil tertawa dingin ejeknya: "Hei, anak anjing budukan, rupanya kau hanya mampu menggunakan ilmu silat kucing kaki tiga, sialan benar kau ini, lalu kau kemanakan ilmu silat kucing yang kau pelajari dari kitab pusaka tersebut?" Sim Yap Koay Mo sudah amat mendongkol semenjak tadi, apalagi setelah mendengar ejekan tersebut, bagaikan minyak bertemu api, ia berkaok-kaok penuh amarah, bagaikan kalap ia lepaskan sebuah pukulan dengan sepenuh tenaga. Kembali Siau Yau Kay tertawa dingin....... "Hei, orang dungu kau tak usah memamerkan ilmu cakar kucing lagi" "Sampai di manakah kemampuan empat iblis dari bukit Ci sudah kuketahui amat jelas, yang ingin kuketahui hari ini ialah kepandaian silatmu yang berhasil kaupelajari dari kitab pusaka tanpa kata"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jika kau tidak menggunakannya lagi jangan menyesali jika nyawamu kucabut". Padahal seperti yang diketahui, Sam Yap Koay Mo tidak berhasil mempelajari apa-apa, perkataan lawan diterimanya bagaikan suatu ejekan, dari malu ia menjadi gusar dari gusar ia menjadi kalap. Sambil menubruk pengemis tersebut, umpatnya kalang kabut: "Kau pengemis busuk, pengemis anjing, bacotmu bau, biar kutonjok mulutmu itu sampai remuk" Siau Yay Kay tertawa terkekeh-kekeh, tubuhnya berputar dan bayangan tubuhnya lenyap dari hadapan Sam Yap Koay Mo. Sementara iblis tua itu masih tertegun, mendadak sebuah pukulan dahsyat telah mendarat dipunggungnya, uuaaak..uaak. Ia muntah darah segar lalu terjengkang dan roboh ke atas tanah. Sambil menunjukkan muka setan, Siau Yau Kay menggelengkan kepalanya dan tertawa terkekeh-kekeh, jengeknya: "Heeeh... heee...heeh...heeee... kau betul-betul gentong nasi yang tak berguna, jadi empat iblis dari bukit Ci adalah manusia-manusia gembos yang tak tahan pukulan, tau begini aku mah tak sudi bertarung dengan kalian" Sewaktu mengucapkan perkataan tersebut, Siau yau Kay melotot kearah Sam Yap koay mo, tapi sudah jelas perkataan itu sebetulnya ditujukan kepada harimau angin hitam Lim Khong yang berdiri tak jauh dari sana. Ejekan tersebut terlampau pedas..... Harimau angin hitam Lim Khong merasa hatinya tak karuan, tapi ia mengerti ilmu silat Siau Yau Kay terlampau tangguh dan mustahil dapat dihadapainya dengan begitu saja. Tapi sekarang sudah jelas orang lagi mengejeknya ia tidak terima kalau hal ini dibiarkan begitu saja.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sambil tertawa seram ia maju kedepan beberapa langkah, lalu teriaknya penuh rasa geram: "Pengemis sialan kau sudah mencaci maki Lim toaya?" Siau Yau kay segera mengangkat kepalanya dan pura-pura kaget. "Aaaah... masa ya?" Tapi kemudian sambil terkekeh-kekeh ia melanjutkan: "Aaaah... kau ini keliru mungkin, anak si mayat hidupkan semuanya tangguh, masa aku si pengemis berani menyindir? lagipula nama besarmu toh sudah termasyur diseantero dunia, si pengemis sih tak berani memandang rendahmu" Ucapan ini amat menggembirakan Harimau angin hitam Lim Khong, dia merasa bagaikan dibuai dibalik awan, enaknya bukan kepalang. Sebenarnya ia mau menjawab begini. "Aaah, masa...kau kelewat memuji...." Siapa tahu sebelum perkataan tersebut meloncat keluar, tiba-tiba Sau Yau Kay berseru kaget lagi: "Hei, kemana telingamu, kok hilang semua, apa sih yang terjadi?" Harimau angin hitam Lim Khong jadi melongo lalu berdiri dengan wajah tersipu-sipu, kalau bisa ia akan menangis keraskeras untuk menghilangkan perasaan kesal yang mencekam dirinya saat itu.... Dia tahu Siau Yau Kay hendak mempermainkannya, tapi apa mau dikata kepandaian lawan terlalu tangguh, sehingga perasaan mendongkolnya hanyadapat disimpan dalam hati. Siau Yau Kay menjadi amat geli menyaksikan keadaan lawannya itu, perutnya se perti dikilik-kilik, gelinya bukan buatan. Pada saat itulah tiba-tiba.... Beberapa pekikan nyaring bergema di kejauhan sana, ada suara lelaki ada juga suara perempuan. Tiba-tiba saja Suma Thian Yu merasa amat kenal akan suara pekikan itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bersama dengan suara pekikan tadi, dari balik lembah pun terdengar suara yang amat seram. Siau Yau Kay tertegun seketika, paras muka nya berubah amat hebat. Harimau angin hitam Lim Khong turut berpaling, tapi ia segera menjerit kaget: "Aaaah...!" Ternyata dari balik semak belukar muncul seorang kakek berusia delapan puluh tahunan yang berwajah aneh bagaikan siluman. Orang itu memakai jubah panjang yang berwarna warni, mukanya bulat seperti rembulan, pada jidatnya tumbuh daging tumor yang amat besar, inilah ciri khas dari gembong iblis yang paling menakutkan didunia persilatan yaitu manusia iblis penghisap darah Pi Ciang Hay. Tidak heran kalau Siau Yau Kay maupun si angin hitam Lim Khong dibuat terkesiap olehnya. Dalam pada itu pertarungan antara Suma Thian yu dengan Wan Wan Cu tertunda untuk sementara waktu, masing-masing pihak melompat ke belakang untuk melihat siapa gerangan yang datang, akhirnya Siau Yau Kay yang menegur dahulu sambil tertawa terkekeh-kekeh: "Eee... tumben, kau juga ikut kemari, apakah ikut mencari keramaian?" Manusia iblis penghisap darah Pi Ciang Hay tertawa seram... "Kau mundur sepuluh langkah kebelakang, tak usah ngebacot" bentaknya. Siapa pun tak akan tahan mendengar umpatan semacam itu, apalagi hati Siau Yau Kay yang termasuk jago kawakan dunia persilatan. Siapa tahu Siau Yau Kay justru menurut, tanpa membantah ia mundur sepuluh langkah kebelakang, benar-benar merupakan suatu ke jutan, atau mungkin pengemis ini memang berjiwa pengecut?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menyaksikan Siau Yau Kay sudah mundur, manusia iblis penghisap darah segera berpaling kearah si harimau angin hitam Lim Khong lalu serunya sambil menyeringai seram. "Kaupun juga!" Si harimau angin hitam Lim Khong mendengus dingin, tubuhnya sama sekali tidak bergerak dari posisi semula. Mencorong sinar tajam dari balik mata si manusia iblis penghisap darah, ditatapnya Lim Khong lekat-lekat, lalu jengeknya: "Bagus, kekerasan kepalamu memang sungguh mengagumkan sayang kau terlalu tak tahu diri, mau mundur tidak!" "Hmmm... kecuali guruku seorang, tiada orang manusiapun didunia ini yang sanggup memerintah aku!" "Huuh, kau anggap si mayat hidup kelewat hebat sehingga aku menjadi ketakutan? sekali lagi kuperingatkan, kau mau mundur tidak?" "Tidak!" jawab Lim Khong angkuh, matanya merah berapiapi penuh diliputi hawa kemarahan. Manusia iblis penghisap darah Pi Ciang Hay segera mengebaskan ujung bajunya kearah depan, angin puyuh yang maha dasyat pun serta merta menyambar ketubuh lawan. Berada dalam keadaan demikian, harimau angin hitam Lim Khong tetap kukuh dengan pendirianya, cepat-cepat ia mengerahkan ilmu bobot segenap tenaga dalam yang dimilikinya untuk memantekkan sepasang kakinya diatas tanah dengan mengerahkan ilmu bobot seribu. Siapa sangka biarpun harimau angin hitam Lim khong telah mengerahkan segenap kekuatan-nya namun ketika angin pukulan itu menyambar lewat, tubuhnya segera terangkat dan terlempar sejauh sepuluh kaki lebih. Manusia iblis penghisap darah Pi Ciang hay tertawa terbahak-bahak, katanya kemudian: "Lebih baik cepat cepatlah bersemedi untuk melindungi sepasang kakimu itu, sebab kalau tidak dua belas jam kemudian kakimu pasti akan menjadi cacad!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pada mulanya harimau angin hitam tidak merasakan apaapa, setelah mendengar ucapan tersebut secara diam-diam ia baru beusaha memeriksa, ternyata benar juga sepasang kakinya menjadi kaku, peredaran darah serasa tersumbat dan timbul rasa sakit bagai ditusuk-tusuk dengan jarum tajam. Tak terlukiskan rasa kaget dan takutnya, dalam keadaan demikian ia tak ambil peduli soal gangsi lagi, cepat-cepat ia duduk bersila dan mulai mengatur pernapasan. "Nah, inilah pelajaran bagi mereka yang keras kepala" ucap manusia iblis penghisap darah sambil tertawa. "Sekarang kau pulang dan beritahu kepada gurumu, beginilah watak dari Pi Ciang Hay, siapa yang menuruti perkataanku selamat dan siapa yang menentang mampus!" Selesai berkata tanpa memperdullkan orang-orang yang lain ia langsung menghampiri Sam Yap Koay Mo serta menggeledah sakunya, tiba-tiba paras mukanya berubah bebat, sambil menyadarkan Sam Yap Koay Mo dari pingsannya ia menegur dengan gelisah: "Mana kitab pusakanya?" Sam Yap Koay Mo yang baru sadar dari pingsan-nya setelah muntah darah menjadi mendongkol ketika ada orang menanyakan soal pusaka, tanpa melihat jelas siapa pembicaranya dia langsung mengumpat: "Telur busuk, siapa yang biang aku punya kitab pusaka!" Semenjak kecil sampai setua ini belum pernah manusia iblis penghisap darah dimaki sebagai telur busuk, kontan saja amarahnya meledak, dia langsung menampar wajah Sam Yap koay Mo keras-keras lalu bentaknya: "Cepat kau serahkan kitab pusaka itu" Sam Yap Koay Mo yang ditampar keras-keras tmenjadi pening dan berkunang-kunang, otot-ototnya pada menonjol keluar semua, sebetulnya dia hendak mencaci maki sehabishabisnya, tapi setelah mengetahui orang tersebut manusia iblis penghisap darah, semua umpatannya segera ditelan kembali ke dalam perut, kemudian katanya dengan nada lembut:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Oooh, rupanya locianpwee..." Pada dasarnya manusia iblis penghisap darah merupakan manusia yang tak sabaran, cepat-cepat ia menegur dengan tak sabaran, cepat-cepat ia menegur lagi: "Sebetulnya kitab pusaka itu kau simpan di mana?" Sam Yap Koay Mo menggelengkan kepalanya berulang kali. "Siapa bilang aku memperoleh kitab pusaka, aku tertipu mentah-mentah, yang kuperoleh cuma sekedar kertas rongsokan belaka!" "Kau tidak usah mengurus kertas rongsokan atau bukan, pokoknya jawab dulu dimana benda itu sekarang?" Terburu-buru Sam Yap Koay Mo celingukan disekeliling tempat itu seolah-olah kuatir kalau Suma Thian yu sudah keburu kabur, menjumpai si anak muda tersebut masih berada ditempat, cepat-cepat ia menuding kearahnya sambil berseru: "Itu dia berada ditangan si bocah keparat tersebut" Mendengar ucapan mana, manusia iblis penghisap darah segera melepaskan Sam Yap Koay Mo, mendadak ia bangkit berdiri lalu dengan sorot mata yang memancarkan kebuasan selangkah demi selangsah ia menghampiri Suma Thian yu. Dibalik sorot matanya yang buas tadi terselip hawa napsu membunuh yang mengerikan. Suasana diarena sangat hening, masing-masing diam dengan hati berdebar mengawasi manusia iblis penghisap darah serta Suma Thian yu bergantian. oooOooo oooOooo SUMA THIAN YU terkesiap, ketika sinar matanya saling beradu dengan sinar mata manusia iblis penghisap darah, ia merasa seolah-olah ada segulung aliran listrik yang kuat menembusi uluhatinya, membuat tubuhnya bergidik dan bersin beberapa kali.k "Lihay amat tenaga yang dimiliki iblis tua ini"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Biarpun di hati kecilnya pemuda itu menjerit kaget, tapi paras mukanya sama sekali tak berubah, ia masih berdiri ditempat semula dengan wajah tenang dan kalem. Manusia iblis penghisap darah Pi Ciang hay baru menghentikan langkahnya setelah berada lima enam langkah dihadapan Suma Thian yu, tiba tiba ia mengulurkan tangan-nya sambil berseru: "Bawa kemari!" "Apanya yang harus kuserahkan?" Tanya Suma Thian yu sambil keheranan. "Apa lagi, tentu saja kitab pusaka tanpa kata" "Ooo.... kitab itu rupanya yang kau inginkan, sayang seribu sayang kitab tersebut telah kuhancurkan" sahut Suma Thian yu. Sekali lagi Si manusia penghisap darah tertawa seram, suaranya tajam dan mengerikan bagaikan jeritan kuntilanak dimalam hari, selesai tertawa kembali serunya: "Ayo, cepat bawa kemari! aku tahu kitab tersebut belum kau musnahkan!" "Buat apa sih kau memerlukan kertas rongsokan itu" seru Suma Thian yu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kau tak perlu tahu, pokoknya cepat serahkan padaku, ingat peringatan ini untuk yang ke tiga kalinya!" Sekali lagi Suma Thian yu menggelengkan kepalanya sambil tertawa dingin. "Tak mungkin kuserahkan kitab ini padamu, sebab Ciong Liong Lo Sianjin yang menyerahkan kitab itu padaku, bila kau meng inginkannya, tunggulah sampai kuserahkan kembali pada Lo sianjin dan kau boleh langsung minta padanya" "Tak usah banyak bicara, kau tak perlu menggunakan nama Ciong Liong Lo sianjin untuk menggertakku, aku tahu si tua bangka itu sudah modar, berani kau menipuku?" Dari perkataan manusia iblis penghisap darah ini dapat disimpulkan bahwa ia pun menaruh perasaan keder terhadap Ciong Long lo sianjin.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mempergunakan titik kelemahan tersebut, Suma Thian yu segera menjawab. Dia orang tua hingga kini masih hidup sehat walafiat, bila kau benar-benar melarikan kitab pusaka ini dia tentu tak akan mengampuni dirimu!" "Omong kosong!" bentak manusia iblis penghisap darah penuh amarah. "Bocah keparat, kau anggap aku takut dengannya? manusia berdebah, aku justru mau mencoba samapi dimanakah kemampuannya?" Begitu selesai berkata ia pentangkan kelima jarinya dan menyambar tubuh Suma Thian yu. Sesungguhnya Suma Thian yu menang sudah merasa tak puas terhadap kesombongan dan kejumawaan manusia iblis penghisap darah, hanya saja selama ini ia belum mendapat kesempatan untuk menjajal kemampuannya, melihat datangnya cengkeraman tersebut ia berpikir: "Kalau kau tak menyerang lebih dahulu aku mati kutu tapi setelah kau menyerang lebih dahulu, hmm! gembong iblis ini mesti diberi pelajaran yang setimpal" Berpendapat demikian iapun tak bergerak dari posisi semula, menanti ke lima jari tangan manusia iblis penghisap darah hampir mencengkeram tubuhnya, sepasang lengannya baru bergerak cepat sambil bentaknya: "Pingin mampus rupanya kau?" Sambil mengkeram Pi Ciang Hay secepat sambaran kilat kepalan-nya yang lain menghantam bahu dari manusia iblis penghisap darah keras-keras. "Blaaammm...." Manusia iblis penghisap darah sama sekali tidak menduga akan datangnya serangan tersebut, seketika itu juga tubuhnya tergetar mundur sejauh tiga langkah, masih untung tenaga dalamnya cukup sempurna, ia tak sampat gelagapan ditengah kepanikan, dengan memaksaan diri ia berhasil menahan tubuhnya hingga tak sampai terjungkal keatas tanah.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Walaupun demikian, sempurna-sempurnanya tenaga dalam yang ia miliki, bahunya terasa sakit juga oleh pukulan Suma thian yu yang keras itu. Rasa terkejut dan gusar segera menyelimuti perasaannya, ia terkejut karena seumur hidupnya, kecuali dari orang- orang angkatan yang lebih tua belum pernah ada yang mampu mengganggu seujung rambatnya pun. Tapi kenyataannya sekarang Suma Thian yu yang masih muda ini, ibaratnya anak harimau yang baru turun gunung, ternyata berani menghadiahkan sebuah bogem mentah ke atas tubuhnya. Bayangkan saja bagaimana mungkin ia sampai tak menjadi marah. Siau Yau Kay yang melihat Suma Thian yu telah menghajar manusia iblis penghisap darah, diam-diam berpekik dihati: "Aduh celaka!" Tanpa terasa ia melejit kedepan menghampiri Suma Thian yu lalu dengan ilmu menyampaikan suara katanya: "Setan cilik kau sudah membuat gara-gara, kau anggap gembong iblis tua ini bisa dipermainkan sekehendak hatimu, ayo cepat kabur, biar aku si pengemis tua yang menahan dirinya, jika kau tidak menurut, masih mendingan kalau cuma nyawa yang hilang, bila kitab pusaka itu sampai terjatuh ketangan iblis tua ini, siapakah manusia didunia persilatan ini yang sanggup menaklukan dirinya itu" Jangan karena urusan kecil sehingga kita menderita kerugian besar, siapakah yang mampu memikul dosa sebesar itu nantinya?" Suma Thian yu menjadi tertegun, lalu timbul rasa menyesalnya, dia tahu bila sekarang tidak kabur, bila ingin meloloskan diri nanti mungkin akan lebih sulit dari pada mendaki kelangit. Semenara ia berpikir demikian, tiba-tiba Siau Yau Kau menuding kearahnya sambil mengumpat: "Cucu kura-kura, kau memang telur buruk yang goblok, aku si pergemis tua toh pernah memperingatkan dirimu, kau

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

anggap Pi locianpwe bisa di permankan sekehendak hatimu? kau manusia tak tahu diri, manusia goblok yang sudah pingin mampus, ayo cepat minta maaf pada Pi locianpwe!" Semua ucapan dari Siau Yau Kay ini disampaikan dengan nada sungguh-sungguh dan serius, tapi sepasang biji matanya justru berputar tiada hentinya memberi peringatan kepada sang pemuda agar cepat-cepat melarikan diri. Selama ini Suma Thian yu selalu merasa tidak mengerti apa sebabnya Siau yau kay mesti berbuat begini, tapi teringat bahwa dia membawa kitab pusaka yang tak ternilai harganya, jika benda itu sampai hilang niscaya dia akan menyesal sepanjang masa, maka dia tak berani berdiam terlalu lama lagi disitu. Dengan berlagak seakan-akan hendak memberi hormat kepada manusia iblis penghisap darah, diam-diam hawa murninya dihimpun menjadi satu, lalu sambil menarik napas, sepasang kakinya menjejak tanah keras-keras. Bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya, dia melejit ke udara dan langsung meluncur ke atas tebing. Waktu itu, si manusia iblis penghisap darah mengira Suma Thian yu bersungguh hati hendak minta maaf kepadanya, karena itu dia tidak mempersiapkan diri sebaik-baiknya, menanti pemuda itu sudah kabur, dia baru sadar akan hal tersebut namun sayang keadaan sudah terlambat. Tanpa terasa lagi dia berpekik penuh amarah, bagaikan petir yang menyambar di angkasa, ia segera melakukan pengejaran secara kencang.... Tentu saja Siau yau kay tak akan membiarkan dia kabur dengan begitu saja, bahunya bergetar dan ia hadang jalan perginya, lalu berkata dengan pelan: "Pi loji, buat apa sih mesti sewot dan mengumbar hawa amarah? Kalau orang sudah kabur yaa biarkan saja kabur, biarkan aku si pengemis tua yang bertanggung jawab menemukan-nya kembali, bukankah urusan sudah beres?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hawa amarah Manusia ib1is penghisap darah benar-benar meluap sehabis mendengar kan perkataan dari Siau yau kay itu, sambil berpekik penuh kegusaran serunya: "Kau si pengemis busuk, kau anggap aku masih belum memahami tipu muslihatmu itu?" Begitu selesai berkata, telapak tangan-nya diayunkan kedepan untuk membacok tubuh Siau yay kay. Sebagai pengemis yang cerdik Siau yay kay telab menduga sampai kesitu, maka begitu menjumpai Suma Thian yu sudah pergi jauh, diapun tak ingin membuat gara-gara dengan Pi Ciang hay, cepat-cepat dia mengegos kesamping dan menghindarkan diri dari sergapan tersebut. Sesungguhnya Pi Ciang hay sendiripnn tiada hasrat untuk menghadapi Siau yau kay, melihat pengemis itu sudah mengegos ke samping maka ia segera mengeluarkan ilmu meringankan tubuh elapan langkah mengejar comberet untuk menyusul kearah mana Suma Thian yu melarikan diri tadi. Siau yau kay kuatir Suma Thian yu menemui bahaya, diapun tak berani bertindak ayal, segera disusulnya pula dari belakang, tapi sayang keberangkatan-nya selangkah lebih lambat, menunggu dia sudah menyusul kemuka, bayangan tubuh Manusia iblis penghisap darah sudah lenyap dari pandangan. Mendadak dari arah depan melayang datang empat sosok bayangan manusia dan langsung menerjang kehadapan Siau yau kay. Menjumpai kedatangan bayangan manusia tersebut, Sian yau kay tertegun, menanti ia dapat melihat jelas si penghadang tersebut, sambil tertawa terbahak-bahak segera katanya: "Hai tua bangka, apakah kau datang untuk menghantar kematianmu?" Rupanya orang yang baru datang adalah si dewa peramal Yu Seng see beserta sastrawan pena baja Thia Cian, Toan im siancu Thia Yong dan Bi hong siancu wan pek lan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu bertemu dengan Siau yau kay, Sin sian siangsu segera menegur: "Kemana perginya Thian yu si bocah itu? Apakah kau telah berjumpa dengannya?" Rupanya Sin sian siangsu yang menjumpai rotan yang dipakai Suma Thian yu dalam gua Jit yang sui tong putus, dia mengira pemuda tersebut pasti mati, karena selama ini belum pernah ada orang yang bisa lolos dan goa air tersebut. Dengan membawa perasaan yang duka dan menyesal dia pun kembali ke daratan Tionggoan, teringat akan pesan Ciong liong lo sian Jin yang menyuruhnya melindungi keselamatan Suma Thian yu, dia menjadi malu dan menyesal sekali, bagaimana mungkin ia dapat memper-tanggung jawabkan diri dihadapan Ciong liong lo siaujin nanti? Semakin dipikir Sin sian siangsu merasakan hatinya makin kalut, seorang tokoh kenamaan ternyata tak mampu melindungi keselamatan seorang angkatan muda, peristiwa semacam ini benar-benar merupakan suatu, peristiwa yang memalukan. Jangan lagi Ciong liong lo sianjin tidak akan memaafkan dirinya, setiap umat persilatan pun tak akan mengampuni kesalahan-nya itu. Sewaktu memasuki Eng bun kwan, diapun bertemu dengan dua bersaudara Thia dan Wan Pek lan, adapun kedatangan mereka ber tiga dari bukit Kun san adalah untuk menjemput kedatangan pemuda itu. Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa Sin sian siangsu menceritakan semua pengalamannya.... Jilid : 30 Mendengar berita kematian dari Suma Thian yu, dua bersaudara Thian dan Wan pek lan merasa bagaikan disambar guntur disiang hari bolong, terutama Wan Pek lan, saking sedihnya dia sampai jatuh pingsan seketika. Dengan susah payah semua orang baru berhasil menyadarkan kembali Wan Pek lan, setelah sadar gadis itu

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bersikeras hendak pergi ke gua Jit yang sui tong untuk melihat keadaan, katanya, biarpun orangnya sudah mati, dia ingin melihat jenasahnya. Walaupun dua bersaudara Thian dan Sin sian siangsu telah berusaha untuk membujuknya dengan berbagai cara, namun tak mampu mengubah jalan pemikirannya, pada saat itulah Wu san siang gi siu (dua manusia bodoh dari bukit Wu) muncul secara tiba-tiba dihadapan mereka. Bertemu dengan sepasang manusia bodoh itu, Sin sian siangsu merasa amat lega, dia tahu ke dua manusia aneh tersebut tentu dapat membujuk Wan Pek lan. Siapa tahu Toa gi siu Khong Sian segera berseru begitu bertemu dengan Wan Pek lan. "Bocah perempuan, bukankah kau ingin pergi ke gua jit yang sui tong untuk mencari mayat? Kebetulan sekali, kami dua orang tua bangka pun ingin berpesiar pula ke situ, kita sejalan, sepanjang perjalanan tentu tak akan kuatir kesepian!" "Locianpwee memang baik sekali, siauli merasa amat bergembira dapat menempuh perjalanan bersama kalian" seru Bi hong siancu Wan Pek lan cepat-cepat. Toa gi siu Khong Sian segera tertawa terkekeh-kekeh: "Heee....heeh...ayolah berangkat, kalau sampai terlambat, tulang belulangpun sukar untuk dilihat lagi! Selesai berkata dia segera berangkat duluan, tanpa berpikir panjang, Wan pek lan segera mengikutinya dibelakang. Siapa tahu baru saja berjalan beberapa langkah, mendadak Tay gi sian Khong Sian menghentikan langkahnya sambil berseru lagi: Aah, ogah! Untuk kesitu kita mesti menempuh perjalanan jauh, paling tidak mesti ada tandu untuk menggantikan kaki sendiri" Dia membalikkan badan lalu berjalan kembali ketempat semula. Untuk sesaat Bi hong siancu dibuat bingung dan pusing tujuh keliling, dia hanya bisa berdiri bodoh ditempat sambil mengawasi Tay gi siu dengan termangu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendadak Si gi siu Khong Bong berteriak: "Eeei, aneh benar, aku seperti mengendus bau manusia!" "Bau manusia!", perkataan yang tiada ujung pangkalnya ini segera membuat semua orang tertegun dan serentak meroleh kearah Ji gi siu. Tay gi siu Khong Sian nampak manggut-manggut, kemudian bergumam seorang diri: "Yaa betul seperti bau badan si bocah itu, jangan-jangan dia sudah di panggang orang sampai hangus?" "Aah, tidak betul" kata Ji gi siu Khong seraya menggelengkan kepalanya berulang kali, tampaknya bau ini berasal dari arah lembah Si hun kok dibukit Ki ciok san, heran, bukankah bocah itu sudah mampus di gua Jit yang sui tong? Kenapa bisa muncul lagi dibukit Ki ciok san untuk menghantar kematian?" Tanya jawab yang dilakukan kedua orang itu bagaikan gumaman terhadap diri sendiri membuat para pendengar jadi bingung dan merasa tidak habis mengerti. Dua bersaudara Thian yang menyaksikan kejadian tersebut, segera salah menduga kalau Siang gi siu dari bukit Wu san ini sedang kumat sakit ingatannya terutama Thia Yong, hampir saja dia tertawa cekikikan saking gelinya. Sedangkan Sin sian siungsu yang mendengar perkataan itu, buru-buru bertanya: "Sungguhkah perkataan dari kalian berdua itu?" Tay gi siu Khong Sian miringkan kepalanya sambil memasang telinga, sejenak kemudian teriaknya secara tibatiba: "Aduuh celaka, bocah itu terancam bahaya!" "Ayo jalan, kita sambut dari belakang" sambung Ji gi siu Khong Bong cepat-cepat. Tanpa memperdulikan keempat orang yang masih hadir diarena lagi, kedua orang itu segera menggerakan tubuhnya dan seperti sambaran cahaya, tahu-tahu saja sudah meluncur kemuka, kemudian dalam beberapa kali lompatan saja

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bayangan tubuh mereka sudah lenyap dari pandangan semua orang. Sin sian siangsu yang menyaksikan kesemuanya itu hanya bisa menggelengkan ke palanya berulang kali sambil berkata: "Yaa, manusia aneh dengan watak yang aneh, empat puluh tahun berselang sudah begini, sekarang edannya makin bertambah hebatnya..." "Yu cianpwe, apakah kedua orang itu yang dikenal sebagai sepasang manusia bodoh dari bukit Wu? tiba-tiba Thin pit suseng Thia cuan bertanya dengan keheranan. "Ya benar, bukankah ucapan mereka berdua rada sinting dan tak genah?" Toan im siancu Thia Yong segera mendengus: "Hmm, aku lihat mereka berdua benar-benar sudah sinting dan edan semua..." "Bila kau berkata begini, maka ucapan mu itu keliru besar" ucap Sin sian siangsu sambil menggeleng, "orang kuno bilang, mereka yang amat cerdik justru mirip orang bodoh, tanpa mereka dari mana kita bisa tahu kalau Thian yu masih hidup sehat di dunia ini?" "Apa? Engkoh Yu belum mati?" Kejut dan gembira menyebabkan Bi hong siancu Wan Pek lan berteriak keras sehabis mendengar perkataan itu, namun setelah ucpan meluncur keluar, dia baru sadari kalau sudah khilaf, merah dadu wajahnya, cepat-cepat dia menunduk rendah-rendah. Sin sian siangsu manggut-manggut, katanya lagi: "Bila Wu san siang gi tidak berbohong, kemungkinan besar Suma Thian yu sedang terkurung di bukit Ki ciok san saat ini, kita tak boleh membuang waktu lagi, mari kita berangkat ke situ tntuk melihat lihat keadaan" "Aneh" Thi pit suseng Thian Cuan berseru pula, "aku dengar Ki ciok san berada dalam pengawasan dan kekuasaan dua bersaudara penjual obat, bagaimana mungkin Suma Thian yu dapat terkurung di situ?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sekarang, kita tak usah menggubris dulu soal-soal semacam itu, ayoh berangkat" tukas Sin sian siangsu cepat. Seusai berkata dia segera berangkat dulu menuju ke bukit Ki ciok san dengan kecepatan tinggi. Itulah sebabnya pula, begitu Sin sian siangsu bertemu dengan Siau yau kau, dia langsung menanyakan soal Suma Thian yu. Siau yau kay segera memperlihatkan sekulum senyuman yang amat misterius,lalu sahutnya: "Dia sudah kabur!" Biarpun hanya jawaban yang singkat namun bagi pendengaran Bi hong siancu Wan Pek lan, pada hakekatnya hal ini merupakan obat penenang yang sangat mujarab. Bukankah dengan ucapan tersebut berarti pula kalau Suma Thian yu belum tewas di gua air Jit yang sui tong? Agaknya Sin sian siangsu mempinyai jalan pemikiran yang sama, semua kemurungan dan kekuatiran yang selama ini mencekam perasaannya, seketika hilang lenyap tak berbekas. Terdengar Siau Yau kay berkata lebih jauh: "Mari kita mencarinya secepat mungkin, andaikata sampai tersusul oleh Manusia iblis penghisap darah mungkin akan lebih banyak bahayanya dari pada keberuntungan" Secara ringkas dia lantas menceritakan apa barusan yang terjadi kepada semua orang. Mengetahui kalau Suma thian yu berhasil lolos dari ancaman bahaya, tapi sekarang sedang dikejar-kejar gembong iblis nomor satu didunia, Bi hongsiancu Wan Pek lan kembali merasakan hatinya berdebar keras, perasaan tak tenang sekali lagi mencekam perasaannya. Dengan cepat dia bertanya ke arah mana pemuda itu melarikan diri, lalu tanpa membuang waktu lagi segera mengejar pula ke arah yang sama. Siau Yau kay yang menjumpai cucu keponakannya begitu terpengaruh oleh perasaan cinta, tentu saja tak tega membiarkan gadis itu menyerempet bahaya seorang diri, dengan cepat dia mengejar pula dari belakang...

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sin sian siangsu, dua bersaudara Thia semuanya tak mau ketinggalan, serentak mereka menggerakan tubuh masingmasing untuk bergerak menuju kedepan... 000O000 SUMA THIAN YU melarikan diri secepat-cepatnya menuju kedepan, tatkala tiba disebuah bukit, fajar sudah hampir menyingsing, tapi langit masih tetap gelap gulita bagaikan tinta, masih untung sepasang mata Suma thian yu mampu melihat dalam kegelapan sehingga dapat mengurangi banyak ancaman bahaya. Tiba diatas puncak bukit yang tak diketahui namanya itu, Suma Thian yu baru berpaling dan menengok ke bawah, ketika tak nampak manusia iblis penghisap darah menyusul dia baru dapat menghembuskan napas panjang dan duduk dilantai untuk bersemedi. Siapa tahu, baru saja dia berada dalam keadaan lupa diri, mendadak dihadapan-nya muncul seorang manusia yang berperawakan tinggi besar.... Orang itu adalah seorang hwesio berusia tujuh pulah tahunan, rambutnya sudah memutih semua, dia mengenakan pakaian padri yang sudah dekil, kaki kanannya cacad sedang dibawah ketiak kanannya mengembol sebuah tongkat kayu sebagai penyangga. Padri itu muncul dan berdiri dengan begitu saja dihadapan Suma Thian yu. Ketika menjumpai pemuda itu sedang duduk bersemedi, diapun tidak mengganggu sebaliknya berdiri disitu bagaikan sebuah patung saja, seakan-akan hendak menunggu sampai Suma Thian yu mendusin kembali dari semedinya. Lama kemudian Suma Thian yu baru selesai menyalurkan hawa murninya mengelilingi seluruh badan satu kali, semua rasa letih hilang lenyap dan sebagai gantinya dia merasakan tubuhnya menjadi segar bugar kembali.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika ia membuka matanya dan melihat ada seorang pemuda tua berdiri dihadapan-nya, dengan perasaan terkejut segera tegurnya: "Siapa kau?" Pendeta tua itu tersenyum. Pertanyaan tersebut seharusnya lolaplah yang mengajukan kepadamu, siau sicu siapa namamu? Mau apa datang ke puncak Pek Jin hong ini...?" Cepat-cepat Suma Thian yu bangkit berdiri kemudian setelah memberi hormat katanya: "Aku bernama Suma Thian yu, berhubung lagi dikejar-kejar orang maka tanpa sengaja sampai disini, harap kau sudi memaafkan" Hweesio tua itu manggut-manggut. "Ehmm, kalau dilihat dari mimik wajahmu, lolap memang sudah paham sebagian be sar, siapa sih yang sedang mengejarmu?" "Manusia iblis penghisap darah Pi Ciang hay!" "Oooh..." hweesio tua itu menjerit kaget, tanpa terasa ia memperhatikan lagi pemuda itu beberapa kejap, lalu terusnya, "apakah kau mempunyai sengketa atau perselisihan dengannya?" "Yaa, boanpwee telah menghadiahkan sebuah pukulan ketubuhnya" Mendengar pengakuan itu, si hweesio gegera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak: "Haaah...haaah... siau sicu pandai bergurau, kau taahu manusia macam apakah Manusia iblis penghisap darah itu? Kau mampu menghadiahkan sebuah pukulan ketubuhnya? Betul-betul sebuah berita besar yang aneh, apalagi jika kau mampu menghadapinya, mengapa pula mesti melarikan diri?" Sebenarnya Suma Thian yu ingin menceritakan semua pengalamannya kepada orang ini, tapi dia berpikir lebih jauh, apakah hweesio tua ini orang jahat atau orang baik pun belum diketahui olehnya, andaikata kisah sejujurnya justru

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mendatangkan kesulitan bagi diri sendiri, bukankah hal ini malah akan membuatnya penasaran? berpikir demikian maka segera jawabnya: "Sebetulnya boanpwee baru bisa menghajarnya disaat dia tak siap, begitu berhasil maka aku pun segera melarikan diri.." "Oooh rupanya begitu, kalau demikian sih memang tak aneh" Kita sudah berbincang-bincang sekian lama, tapi boanpwee belum sempat mengetahui siapa nama gelar taysu?" "Haah...haahh... lolap adalah Leng Khong" "Ooohh, rupanya Leng khong taysu, sudah lama kudengar akan nama besarmu, rupanya aku betul-betul punya mata tak berbiji, harap taysu sudi memaafkan" Biarpun dimulut dia berkata begini, sebaliknya dalam hati kecilnya dia mengumpat: "Kau keledai busuk, anjing gundul, justru paman Wan bisa tewas karena dicelakai oleh kalian manusia-manusia tengik yang munafik, setelah kuketahui kau berada disini, sebentar aku pasti akan menyuruh mu merasakan penderitaan, dengan begini rasa mendongkol dan benciku baru dapat terlampiaskan!" Sekalipun dihati kecilnya dia berpikir demikian, namun hal tersebut tak sampai diungkapkan keluar. Leng khong taysu adalah ketua Go bi pay, sejak dia berhasil mengepung Wan liang di Ciat thian tong dan sebuah kakinya dipapas kutung oleh Wan Liang, sejak itu pula menyerahkan kedudukan ciang bunjinnya kepada Seng khong taysu, seorang adik seperguruannya, sedang dia sendiri kabur ke Pek jin hong dan menutup diri untuk memperdalam ilmu Tat cun heng hoat kun nya. Tentu saja dia berbuat demikian dengan harapan bisa turun gunung lagi dan mencari Kit hong kiam Wan Liang untuk membalas sakit hatinya. Tapi dari mana Suma Thian yu bisa mengetahui tentang Leng khong taysu?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Rupanya sewaktu Wan Liang terjatuh ke dasar jurang tempo hari, dalam keadaan tak sadar dia selalu mengigaukan nama orang-orang yang pernah mengerubutinya, termasuk diantaranya nama Leng khong taysu, itulah sebabnya Suma Thian yu dapat mengingatnya hingga sekarang. Kedua orang itu sudah berbincang cukup lama, tapi selama ini Leng khong taysu tak pernah merasakan pedang Kit hong kiam yang tersoren dipunggung anak muda itu. Dalam pada itu matahari sudah condong ke barat, suasana magrib mulai menyelimuti puncak Pek jin hong. Melihat keadaan cuaca, Leng khong tayse segera berkata: "Sebentar lagi ada tamu yang akan berkunjung, inginkah siau sicu untuk berkenalan dengan teman baru?" Dengan gembira Suma Thian yu berseru: "Empat samudra adalah saudara, lebih banyak seorang teman berarti lebih banyak sebuah jalan" Leng khong taysu segera tertawa terbahak-bahak. "Haahh... haahh... haahh... perkataanmu memang betul, selama kita hidup dirumah, orang tualah tulang punggung kita, tapi se lama berada diluar rumah, temanlah tulang punggung kita. Bagi orang yang gemar berkelana macam kau makin banyak berteman memang semakin baik." "Sekalipun berteman itu penting, memilih teman baikpun merupakan syarat utama, selamanya boanpwe berhati-hati dalam memilih teman, sehingga tak sampai dicelakai oleh teman sendiri. Tujuan Suma Thian yu mengucapkan perkataan itu sudah jelas sekali, yakni hendak menyindir Leng khong taysu, sebab musibah yang menimpa Leng khong taysu saat ini tak lain karena dia percaya dengan perkataan orang sehingga menjual teman sendiri dan menempuh perjalanan sesat. Sayang sekali Leng khong taysu tidak memahami arti lain dibalik perkata tersebut. Tak lama kemudian fajar telah menyingsing, tiba- tiba dari bawah bukit sana terdengar dua kali pekikan nyaring bergema di angkasa.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Leng khong taysu tertawa terbahak bahak: "Aah mereka sudah datang suatu persa habatan memang mengutamakan pegang janji, mereka memang benar-benar manusia yang memegang janji, nyatanya perjanjian yang dibuat sepuluh tahun berselang tidak sampai mereka lupakan" Baru saja selesai ia berkata, dari puncak bukit sana telah meluncur dua bayangan manusia. Mereka bertekuk pinggang ditengah udara lalu dengan gerakan burung manyar terbang dipasir melesat keatas permukaan dengan enteng, dan tidak menimbulkan suara sedikitpun. Cukup ditinjau dari gerakan tubuh mereka dapat diketahui bahwa ilmu silat yang mereka miliki benar-benar amat hebat. Sekali lagi Leng khong taysu tertawa tergelak: "Haah... haahh...haaah...Ciong hiante memang amat memegang janji, bila kedatangan kalian tidak kusambut dari jauh, mohon kau sudi memaafkan" Ternyata yang datang adalah seorang kakek dan seorang pemuda. Si kakek berusia enam puluh tahunan, berjubah hitam, sepatu laras hitam dan bermata tunggal, gerakgeriknya sangat angkuh dan jumawa, sebaliknya pemuda yang datang bersamanya berusia dua puluh tiga, dua puluh empat tahunan, beralis tipis, mata sipit, hidungbengkok seperti paruh betet dan gerak-geriknya cabul. Ketika kakek itu melihat Suma Thian yu, ia lantas menegur pada Leng Kong taysu: "Toa suhu, apakah ia muridmu?" "Haaahh... haaahh... mari, mari kuperkenalkan kalian semua, dia adalah Ciong locianpwee yang disebut orang Malaikat sakti bermata tunggal, sedang yang seorang lagi muridnya Ciong locianpwee yang dise but harimau berwajah kemala Kok Ciu" Kemudian sambil berpaling kearah dua orang itu ia melanjutkan: "Sedang anak muda ini adalah tamuku, Suma Siauyap"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Malaikat sakti bermata tunggal Ciong Ing Hwie memperhatikan Suma Thian yu sekejap, ketika melihat pedang antik yang tersoren dipunggung anak muda tersebut ia berseru tertahaa: "Lote, aku lihat pedangmu seperti amat kukenal, boleh aku tahu apa nama pedang mu itu?" Suma Thian yu tertegun setelah mendengar pertanyaan itu, tapi ia segera ambil Keputusan dan menjawab: "Kit Hong Kiam!" Malaikat sakti bermata tunggal Ciong Ing hwie bertiga sama-sama terperanjat, lalu tegurnya dengan wajah tercengang: "Kit Hong Kiam? apa hubunganmu dengan Wan liang?" "Dia adalah suhuku" jawab Suma Thian yu seolah-olah seorang bocah yang tak tahu urusan. Leng Kong taysu segera mendongakkan kepalanya dan tertawa seram. Suaranya amat lengking dan tinggi sehingga membuat seluruh dataran itu bergetar keras. Seusai tertawa diapun berkata: Peristiwa ini benar-benar amat kebetulan, inilah yang dikatakan pepatah kuno sebagai: Dicari sampai sepatu jebol tidak ketemu akhirnya ditemukan tanpa sengaja, hemm, bocah, benarkah Wan Liang adalah gurumu?" "Eeii... buat apa aku musti berbohong?" "Bocah keparat!" seru malaikat sakti bermata tunggal Ciong Ing hwie sambil tertawa seram, jalan ke surga tidak kau lalui, jalan menuju ke neraka justru kau hampiri, cepat katakan padaku dimana Wan liang sekarang?" "Dia orang tua telah meninggal, tewas dicelakai seorang perempuan jalang yang tak tahu malu" Sewaktu mengucapkan perkataan itu, sikap Suma thian yu masih tenang-tenang saja, seolah-olah ia tidak sadar seakanakan tidak mengetahui kalau ke tiga orang yang berada dihadapannya berniat jahat terhadap dirinya. Leng Kong taysu menggelengkan kepala nya berulang kali setelah menyaksikan keadaan tersebut, diam-diam pikirnya:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Heran, mengapa orang she Wan itu memilih seorang gentong nasi sebagai murid nya" Berpikir demikian ia segera menegur lagi: "Benarkah Wan Liang telah mati?" "Benar, mengapa sih taysu bertanya terus?" Leng Kong taysu menghela napas panjang. Ia bukan bersedih hati karena kematian Wan Liang, melainkan menyesal karena tak mampu membalas dendam atas sakit yang diterimanya dulu, maka ujarnya kemudian: "Baiklah kalau begitu, akan kubunuh dirimu, kalau bagaimana mungkin rasa dendam yang sudah terpendam selama ini dapat terlampiaskan?" Sepasang matanya berkilat-kilat memancarkan sinar kebencian, selangkah demi selangkah dia mendekati pemuda itu, sikapnya seakan-akan seekor ular berbisa yang siap memagut mangsanya. Pada saat itulah tiba-tiba si harimau berwajah kemala Kok Cin berseru: "Silahkan mundur locianpwee, untuk membunuh seekor ayam kenapa harus memakai golok penjegal kerbau? serahkan saja bocah keparat ini pada boanpwee" Ceng Kong taysu tertawa dan manggut-manggut, katanya: Kalau begitu silakan keponakan mewakili ku, cuma ingat jangan sampai ia terbunuh!" "Oooh, itu mah boanpwee sudah tahu" jawab harimau berwajah kemala Kok Cin samil tertawa angkuh. Ia langsung menerjang kehadapan Suma Thian yu dan meloloskan sebatang senjata penggaris baja, kemudian bentaknya sinis: "Bocah keparat cabut keluar pedangmu!" Melihat senjata lawan. Suma Thian yu segera tertegun, sebab senjata penggaris adalah tandingan dari pedang, betapapun tajamnya sebatang pedang, bila sudah bertemu dengan senjata begini niscaya akan patah. Mengetahui akan alasan tersebut Suma Thian yu tidak meloloskan pedangnya, katanya kemudian sambil tersenyum:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Pedangku ini adalah pedang warisan mendiang guruku, bila keadaan tidak amat mendesak, aku rasa lebih baik kulayani diri mu dengan tangan kosong saja" Mendengar perkataan ini, si harimau berwajah kemala Kok Cin salah mengira bahwa perkataan ini diartikan menghina atau memandang rendah dirinya, dengan gusar ia membentak: "Bocah keparat, apa sih yang kau andalkan hingga berani memandang hina toaya mu, aku tidak percaya kalau kau punya tiga kepala enam lengan!" Sambil menerjang kedepan dia langsung membacok Suma Thian yu dengan jurus menyembah kepada pintu langit. Suma Thian yu tak ingin terlalu menonjolkan diri, apa lagi masih ada dua orang musuh yang mengincar dari sisi arena, ia tahu bila sikapnya terlalu jumawa, hal ini bisa memancing datangnya bencana, oleh karena itu ia berkelit kesamping menghindari serangan itu. Serungguhnya dalam serangannya ini si harimau berwajah kemala Kok Ciu hanya bermaksud mencoba kemampuan lawan, ia menjadi bergembira hati setelah menyaksikan gerakgerik lawannya yang terlalu lamban, cepat-cepat ia melancarkan sapuan lagi dengan jurus Angin berpusing menyapu salju. Tergopoh-gopoh Suma Thian yu berkelit kembali, lalu teriaknya: "Kau benar-benar ingin bertarung? Aku mengira kau cuma mau main main saja" Harimau berwajah kemala Kok citu tertawa seram.... "Bocah keparat, kamatian sudah didepan mata masih berbicara seenaknya, lihatlah nanti toaya akan membacok lengan kirimu sampai kutung!" Bersamaan dengan selesainya ucapan tersebut Suma Thian yu merasakan datangnya serangan yang membacok bahunya. Diam-diam pemuda itu tertawa dingin, ditunggunya sampai senjata lawan tinggal satu depa dari sisi bahunya, tiba-tiba ia

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

membungkukkan badan lalu dari arah bawah ia sodok lambung lawan keras-keras. "Bluuk...!" Sodokan Suma Thian yu bersarang telak dilambung Kok Ciu. Pemuda itu berniat merecoki musuhnya, maka ia hanya menggunakan tenaganya sebesar dua bagian saja. Kok Ciu yang terkena pukulan segera merasakan perutnya sakit, untung saja tenaga dalamnya cukup sempurna sehingga dia masih bisa mempertahankan diri. Tapi dengan terjadinya peristiwa ini meledeklah amarah si harimau berwajah kemala itu. Sambil meraung ia putar senjatanya kencang-kencang lalu secara beruntun melancarkan tiga buah pukulan. Suma thian yu mengeluarkan ilmu langkah delapan mabuk untuk menghindar dari serangan-serangan musuhnya, sikap pura-puranya ini diperankan dengan amat baik, sehingga Leng Kong taysu maupun malaikat bermata tunggal berhasil dikelabuhi habis-habisan. Kalau Leng Kong taysu mengira Suma thian yu seorang jagoan lemah yang tak berkepandaian maka berbeda pendapat dengan si harimau berwajah kumala Kok ciu, setelah beberapa kali serangannya hampir mengenai lawan selalu dapat dihindari secara manis dan tepat, makin bertarung ia semakin terkejut sehingga akhirnya ia membentak keras: "Bocah keparat, rupanya kau berlagak blo'on, kalau seorang lelaki sejati tunjukan semua kepaniaianmu" Suma Thian yu tertawa terbahak-bahak: "Haahaa...haah... kau terlalu sungkan, bila saudara Kok selalu mengalah padaku buat apa kira musti melanjutkan pertarungan ini?" Harimau berwajah kemala Kok Ciu membentak nyaring ia melompat kedepan lalu senjatanya diayunkan ketubuh Suma Thian yu berulang ulang dengan jurus berlaksa bunga pada mekar.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Keparat busuk aku akan beradu jiwa denganmu, pokoknya kalau hari ini kau tidak, mampus akulah yang mati!" teriaknya penuh emosi. Tiba-tiba Suma Thian yu menemukan titik kelemahan pada serangan lawannya, ia segera tertawa nyaring, tubuhnya segera menerjang kebalik kabut senjata lawan, lalu secara telak menghantam dada musuh. Kasihan si harimau berwajah kemala, belum sempat ia melihat bayangan musuh, dadanya sudah terasa sakit sekali, bagaikan tertindih batu besar, menyusul kemudian darah kental muntah dari bibirnya, wajahnya berubah menjadi pucat kehijau-hijauan, kemudian setelah mundur beberapa langkah dengan sempoyongan ia terjatuh keatas tanah dan tak sanggup merangkak bangun lagi. Biar mimpipun Malaikat sakti bermata tunggal Ciong Ing hwie tidak menyangka kalau murid kesayangannya dapat menderita kekalahan secara tragis ditangan seorang bocah muda yang masih berbau tetek, melihat muridnya terluka parah, meledaklah amarah nya, tanpa memperdulikan keadaan muridnya, ia berpekik nyaring dan melompat kehadapan Suma Thian yu, lalu sebuah pukulan yang maha dashyat disodokkan ketubuh lawan. Dengan langkah Ciok Tiong Loan Poh, Suma thian yu membalikkan badannya kemudian melenyapkan diri dari hadapan lawan-nya. Menyaksikan Ciong ing hwie sudah melancarkan serangannya, cepat-cepat leng Kong taysu berseru mencegahnya: "Ciong hiante, tunggu dulu, biar aku yang membereskan bajingan ini, aku lihat luka yang diderita muridmu cukup parah, kau harus segera merawatnya" Malaikat sakti bermata tunggal Ciong Ing Hwie segera meninggalkan lawannya lalu menghampiri Harimau berwajah kemala dan mengobati lukanya. Dalam pada itu Leng Kong taysu telah menyerobot maju kehadapan Suma Thian yu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sambil menunjuk kearah kaki Leng Kong taysu yang cacad Suma Thian yu berkata: "Taysu sekali bersalah jangan kauulangi kesalahan tersebut, sekalipun mempunyai dendam sakit hati sedalam lautan dengan guruku, toh orangnya sudah mati, sepantasnya bila budi dan dendam pun ikut dikubur bersama kematian-nya, masa kau membenci orang yang sudah mati?" Leng Kong taysu tertawa dingin: "Dendam sakit hati ini ibaratnya yang tak terukur dalamnya, biarpun aku dapat menggali keluar jenasahnya dan seribu kali membacok tubuhnyapun sakit hati ini belum dapat terlampiaskan, setelan kau menampilkan diri mewakili dirinya hari ini, terpaksa akupun akan melampiaskan dendam ku itu kepadamu Melihat kekerasan kepala lawannya, Suma Thian yu hanya bisa menghela napas panjang, ujarnya kemudian: "Bila murid kaum beragama keji semua seperti kau, entah bagaimana jadinya dunia ini? jelek-jelek taysu pernah terhitung seorang ketua dari suatu perguruan besar di masa lalu, sepantasnya bila kau memandang tawar semua budi dan dendam yang ada didunia ini, jangan lagi keikutsertaanmu dalam menumpas seorang pendekar besar sudah merupakan suatu kesalahan, kini kau pun enggan melepaskan orang yang telah meninggal, kemana kau letakkan perasaanmu?" "Tak usah ngebacot terus!" bentak Leng Koog taysu penuh amarah, dengan menghimpun tenaga dalam sebesar tujuh bagian ia lancarkan sebuah pukulan dahsyat ke tubuh Suma Thian yu. Menjumpai keadaan demikian Suma Thian yu menggelengkan kepalanya berulang kali. Ia segera menghimpun pula tenaga dalamnya dan melepaskan sebuah pukulan dengan gabungan tenaga Bu Siang Sin Kang dan Ciong Goan sim hoat. "Blaamm!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suatu ledakan yang amat dahsyat bergema memecahkan keheningan, bersamaan dengan terjadinya benturan tersebut, desingan angin puyuh berhamburan kemana-mana. Leng Kong taysu memang amat hebat, ditengah hembusan angin yang memacar kemana-mana itu ia justru mendesak Suma Thian yu dan melepaskan serangkaian pukulan dengan ilmu Tat Mo Hoa Kim hasil ciptaan-nya belum lama berselang. Suma Thian yu sangat terkejut, ia tak berani berayal lagi dan segera melancarkan serangan balasan dengan ilmu delapan jurus pembunuh naga (Tay Ong To Liong Pat Si). Dalam pada itu, malaikat sakti bermata tunggal telah selesai mengobati harimau berwajah kemala, melihat Leng Kong taysu telah bertarung sengit, apalagi menjumpai gerakgerik Suma Thian yu yang gagah perkasa, diam-diam ia mulai menguatirkan keselamatan dari rekannya. Karena itu secara diam-diam ia mempersiapken tiga batang jarum Bwe Hoa Ciam yang amat beracun dan siap dilancarkan ke arah lawan. 0000o0000 0000o0000 BEGITU Suma Thian yu mengeluarkan ilmu Tay Cing To Liong pat Si, segera terlihat betapa dahsyatnya ilmu pukulan ajaran Put Gho Cu ini, Leng Kong taysu segera merasakan dari arah delapan penjuru muncul angin pukulan dan bayangan serangan dari lawannya. Sungguhnya Leng Kong Jaysu bukan manusia sembarangan, ia dapat memimpin Go Bi Pay paling tidak mesti memiliki ilmu silat simpanan yang tangguh, kekalahan yang dideritanya sekarang tak lain karena ia tak dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Jika seseorang sudah berada dalam keadaan demikian, berarti ia sudah memasuki dari awal perbuatan dosa, karena manusia demikian ini paling gampang tertipu dan masuk perangkap.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sejak kakinya cacad dipuncak Ciat Thian hong, pendeta ini melalu menyembunyikan diri dipuncak Ciat Thian hong untuk mendalami ilmu pukulan Tat Hoa Mo Kun nya, sepuluh tahun bagaikan sehari, Leng Kong taysu tak pernah malas melatih ilmunnya. Tak heran kalau ilmu itu benar-benar mengerikan setelah dipergunakan olehnya hanya sayagnnya ia menderita cacad dikaki, sehingga gerak-geriknya kurang leluasa, ditambah lagi lengan kirinya harus memegang tongkat penyangga badan, kesemuanya ini membuat gerak-geriknya kurang leluasa dan lamban. Itulah sebabnya sejak awal pertarungan Suma Thian yu lah berada di posisi atas angin. Dalam pada itu, malaikat sakti bermata tunggal Ciong Ing Hwie telah membopong si harimau berwajah kemala Kok Ciu kesisi arena, kemudian ia menghampiri arena pertarungan dan mengikuti jalannya pertarungan tersebut dengan seksama. Mendadak terdengar Leng Kong taysu berpekik nyaring, telapak tangan dan tongkatnya dipergunakan bersama-sama, agaknya ia hendak mempergunakan segenap kemampuannya untuk beradu jiwa dengan lawan. Suma Thian yu segera berkata dengan hambar: "Taysu, kemampuanmu tidak lebih hanya begini-begini saja, sebelum terlambat kuanjurkan kepadamu untuk tahu diri" Sewaktu mengucapkan perkataan tersebut, ia berhasil menangkap tongkat Leng Kong taysu dan memandangnya dengan wajah sinis... Seketika itu juga Leng Kong taysu kehilangan keseimbangannya, dalam keadaan demikian asal Suma Thian yu membetot, kemudian mendorong tongkat itu niscaya Leng Kong taysu akan kehilangan keseimbangan badannya dan terjungkal keatas tanah. Tiba-tiba si malaikat sakti bermata tunggal Ciong Ing Hwie membentak keras: "Bocah keparat, lihat senjata rahasia!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bersama dengan ayunan tangannya, tiga batang jarum Bwee Hoa Ciam menyambar kedepan dan mengancam tubuh bagian atas, tengah dan bawah Suma Than yu. Suma Thian yu sama sekali tak menyangka kalau Ciong Ing Hwie bakal melakutan sergapan secara tiba-tiba, ia jadi tertegun setelah mendengar bentakan tersebut, tahu-tahu titik cahaya tajam telah menyambar dihadapan-nya. Untung saja Suma Thlan yu tidak gugup dalam menghadapi situasi demikian, cepat-cepat ia dorong tangan kanannya kemuka lalu mundur dua langkah kebelakang, nyaris ia termakan sergapan maut tersebut. Siapa tahu disaat Suma Thian yu belum sempat berdiri tegak, Leng Kong taysu telah membentak keras lalu melontarkan tongkatnya keerah pemuda tersebut. Tak terlukiskan kagetnya Suma thian yu menghadapi situasi yang demikian, cepat-cepat dia merubah gerakan tubuhnya, lalu melejit ke udara dan menyambut lemparan tongkat tersebut. Bagaimana diketahui Leng Kong taysu memiliki tenaga dalam yang sempurna, sudah barang tentu lemparan-nya tadi disertai tenaga dalam yang kuat, akibatnya sewaktu menyambut tongkat tadi pemuda tersebut merasakan pergelangan tangannya menjadi kesemutan, sedang tubuhnya ikut tergetar mundur beberapa langkah kebelakang dengan sempoyongan. Malaikat sakti bermata tunggal Ciong ing Hwie memang seorang manusia yang amat licik, melihat ada kesempatan yang amat ba gus ia segera menerobos kemuka serta melancarkan sebuah pukulan yang maha dahsyat kemuka. Ancaman bahaya yang berulang kali dialami Suma Thian Yu membuat pertahannya kocar-kacir dan napasnya tersengkalsengkal, tak bisa dibendung lagi tubuhnya mundur terus berulang kali, mundar punya mundur akhirnya dia tidak menyadari kalau tubuhnya telah berada disisi jurang, bila ia mundur selangkah lagi niscaya badannya akan terjerumus kedalam jurang tersebut.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kesampatan yang demikian baiknya ini tentu saja tak akan sia-siakan oleh siapapun, Leng Kong taysu segera melompat kedepan pemuda itu dan mendesaknya lebih jauh, sedang Malaikat sakti bermata tunggal Ciong Ing Hwie mendesak datang dari sebelah kiri. Posisi Suma thian yu saat ini benar-benar amat kritis, menghadapi desakan lawan yang datang dari muka dan terhadang jurang yang amat dalam, membuat pemuda itu gugup dan panik. Tiba-tiba malaikat sakti bermata tunggal Ciong Ing hwie tertawa dingin dan berkata: "Bocah keparat, segera kau loloskan pedang Kit Hong Kiam yang kau gembol itu, lalu lompat turun diri sini, dengan tenaga dalam yang kau miliki aku percaya kau masih bisa lolos dari kematian!" "Tapi kalau kau berani mengatakan kata tidak...hmm..." Mendadak Suma Thian yu berpekik nyaring dengan menghimpun tenaganya sebesar sepuluh bagian ia membentak nyaring: "Kau jangan bermimpi disiang bolong!" Bersamaan dengan bentakan itu, sepasang tangan dilontarkan kedepan, seketika itu juga muncul dua gulung angin pukulan yang maha dahsyat seperti amukan angin puyuh langsung menggulung ketubuh Ciong Ing Hwie. Kong taysu menarik napas dingin menyaksikan kejadian tersebut, jeritnya kaget: "Ciong hiante cepat kabur!" Bersamaan waktunya ia melepaskan sebuah pukulan yang maha dahsyat dari sisi arena, dengan maksud untuk mengurangi daya pengaruh dari tenaga pukulan lawan yang mempergunakan ilmu Bu Siang Sin Kang itu. Dipihak lain malaikat sakti bermata tunggal Ciong Ing Hwie pun tidak berpeluk tangan belaka. Dengan menghimpun segenap kekuatan yang dimilikinya dia sambut datangnya ancaman tersebut dengan ayunan tangannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebagaimana diketahui, ketiga orang ini merupakan jagojago yang tangguh dalam dunia persilatan dewasa ini, boleh dibilang semua memiliki ilmu silat yang amat tangguh, bisa dibayangkan bagaimana dahsyatnya suara ledakan yang timbul akibat bertemunya tiga kekuatan tersebut. "Blaam...!" Akibat dari ledakan yang amat keras itu, tiga gulung desingan angin dahsyat itu memancar ke empat penjuru, sedang Suma thian yu berasa baru seolah-olah bergetar keras. Dalam terkejutnya Leng kong taysu segera menjejakan kakinya keatas tanah dan secepat anak panah yang terlepas dari busurnya ia melompat dari arena. Malaikat sakti bermata tunggal Ciong Ing hwie pun tidak tinggal diam, secepat kilat ia mundur pula kebelakang. Disaat kedua orang itu berlompatan ke belakang daya ledakan nyaring sekali lagi bergemuruh di udara diikuti pula jeritan kaget yang makin lama semakin menjauh dan semakin lemah, sebelum akhirnya lenyap lama sekali. Lama... lama sekali akhirnya debupun membuyar dan langitpun bersih kembali. Leng liong taysu tidak menjumpai bayangan Suma thian yu, sedang tempat dimana pemuda itu berdiri tadi sudah tenggelam dan lenyap dari pandangan mata. Leng kong taysu segera menghela napas panjang, lalu mengangkat kepalanya dan tertawa terbahak-bahak, demikian pula dengan si malaikat sakti bermata tunggal Ciong Ing Hwei, dalam waktu yang singkat di seluruh arena hanya dipenuhi gelak tertawa yang panjang. Selang beberapa saat kemudian Leng Kong taysu berkata: "Takdir....takdir... bocah keparat itu memang sudah ditakdirkan harus mati demikian, heee...hehe... akupun tak usah repot-repot lagi membuang tenaga, cuma sayang..." "Apanya yang disayangkan?" tanya Malaikat sakti bermata tunggal Ciong Ing Hwie. "Sayang kita tak dapat menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana si keparat cilik itu merasakan siksaan yang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

paling hebat, ai.....ai ....tentu merupakan tontonan yang mengasikkan, sayang..... Dengan wajah masih tidak mengerti, Malaikat sakti bermata tunggal Ciong Ing Hwie bertanya lagi: "Siksaan yang paling keji apa maksudmu?" Leng Kong taysu tertawa seram: "Kau tau apa nama jurang yang berada dibelakang bukit sana?" Malaikat sakti bermata tunggal Ciong Ing Hwie menggelengkan kepala berulang kali lalu menjawab: "Aku tidak tahu, tolong berilah keterangan sejelasnya!?" "Kau pernah mendengar tentang lembah Put pui kok (lembah tidak kembali) yang namanya termashur dalam dunia persilatan?" "Aah...Put pui kok...heeeeh ..." Selesai mengucapkan kata tersebut si Malaikat sakti bermata tunggal Ciong Ing Hwie tertawa seram tiada hentinya. Hal ini menunjukan betapa gembiranya perasaan si iblis tua tersebut. Leng Kong taysu tak dapat menahan raga gembiranya pula, ia juga tertawa terba hak-bahak sambil katanya: "Inilah pembalasan yang harus dirasakan oleh ahli waris Wan Liang, aku benar-benar puas" "Memang patut disayangkan, bila kita dapat menyaksikan dengan mata kepala sendiri kematian bocah keparat itu, aku baru benar-benar gembira sekali" kata Malaikat sakti bermata tunggal Ciong Ing Hwie sambil menghela napas panjang. Baru selesai iblis itu berbicara, tiba-tiba terdengar dengusan dingin diudara: Kedua orang itu merasa amat terkejut, tanpa terasa Leng Kong taysu membentak gusar: "Siapa?" Tiba-tiba dari ujung bukit sana muncul dua orang kakek yang berwajah ketolol-tololan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu mengetahui pendatang itu adalah sepasang kakek bodoh dari bukit Wu san, Leng Kong taysu merasakan tubuhnya bergetar keras seraya berpekik di hati. Malaikat sakti bermata tunggal Ciong Ing Hwie turut terkesiap dibuatnya, tapi segera bentaknya: "Ada urusan apa kalian datang kemari?" Sekilas perubahan muncul diatas wajah Toa Gi Siu Khong siang yang dingin bagaikan es itu, tiba-tiba ujarnya sambil membentak: "Ayo kembalikan seorang Suma Thian yu kepadaku!" "Bocah keparat itu sudah sepantasnya menerima kematian, apalagi toh bukan aku yang mencelakainya, masa kau menyalahkan aku sekarang" ujar Leng Kong taysu hambar. Dengan suara yang dingin dan kaku kembali Toa Gi siu Khong Siang membentak: "Ayo cepat kembalikan seorang Suma Thian yu kepadaku!" Selama ini Toa Gi Siu Khong Siang ialah orang tokoh yang suka bergurau, akan tetapi saat ini wajahnya amat serius serta diliputi hawa napsu membunuh yang amat mengrikan. Setiap ucapannya diutarakan dengan suara dalam dan tegas. Leng Kong taysu segera tertawa seram: "Bagaimana cara mengembalikannya?" "Seorang diantara kalian harus membayar dengan nyawa!" Selama ini malaikat sakti bermata tunggal Ciong Ing Hwie hanya pernah mendengar nama besar Wu San Siang Gi, tapi belum pernah mengetahui sampai dimanakah ilmu silat yang dimiliki mereka, ketika mendengar ucapan Toa Gi Siu Khong Siang ia segera tertawa seram: "Hei... si tolol tua memangnya kau juga sudah bosan hidup?" Selesai berkata ia menerjang ke hadapan Toa Gi Siu, lalu dengan jurus Bocah dewa menunjuk jalan, secepat kilat ia membacok jalan darah dia Ki Koan Hiat di tubuh Toa Gi siu. Biarpun ia cepat ternyata Toa Gi siu Khong Siang lebih cepat dari pada gerakan tubuhnya, tampak tubuhnya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berkelebat ke depan dan pergelangan tangan si malaikat sakti bermata tunggal telah dicengkeramnya keras-keras. Kontan saja si malaikat sakti bermata tunggal menjerit kesakitan bagaikan ayam yang mau disembelih, peluh sebesar kacang kedelai membasahi seluruh jidat orang itu. Sementara itu Toa Gi siu Khong siang telah berkata lagi dengan suara yang dingin bagaikan es: "Kau telah mencelakai Suma Thian Yu, biar ada sepuluh orang Ciong Ing Hwie pun belum tentu bisa menggantinya, bila hari ini tidak kuberi pelajaran yang setimpal, rasanya semua perasaan dendamku belum terlampiaskan keluar!" Dengan sekuat tenaga ia menggencet pergelangan tangan lawan, kasihan Ciong Ing Hwie yang telah lanjut usia itu, ia segera melolong menjerit kesakitan. Toa Gi Siu Khong segera berpaling ke arah Leng Kong taysu seraya ujarnya pula: "Hei, keledai gundul yang berjiwa buaya, bukankah kau gemar melihat siksaan siksaan yang keji semacaam ini? nah sekarang nikmatilah sepuas hatimu, agar segala napsumu dapat terlampiaskan!" Sesungguhnya Leng Kong taysu cukup mengetahui akan kehebatan sepasang kakek bodoh dari bukit Wu san, namun setelah mengetahui rekannya menjumpai kesulitan, sudah barang tentu ia tak dapat berpeluk tangan belaka. Tiba-tiba ia menerjang kedepan sambil melepaskan sebuah sodokan kearah tubuh Toa Gi Siu. KaKek bodoh kedua Khong Bong mandengus dingin, ia mengebaskan pula ujung bajunya kedepan, segulung angin puyuh yang amat keras segera memunahkan angin pukulan Leng Kong taysu hingga lenyap tak berbekas. Akibat dari sapuan tersebut Leng Kong taysu segera terpental hingga mundur beberapa langkah. Dalam pada itu harimau berwajah kemala yang roboh tak sadarkan diri terbangun oleh jeritan gurunya, ketika menjumpai gurunya sedang disiksa olah kakek yang tak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dikenal, hawa amarahnya segera berkobar, bentaknya keraskeras: "Setan tua, lepaskan tanganmu!" Bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya, ia menyerbu kemuka secara kalap. Toa Gi Siu Khong Siang semakin gusar, ia menghimpun tenaga dalamnya kedalam telapak kiri, ketika melihat kedatangan lawan, menanti Kok Ciu sudah menerjang tiba seperti anjing gila, tenaga pukulannya segera dilontarkan kedepan. "Weess..." Bagaikan menerjang diatas se1apis baja yang sangat kuat, harimau berwajah kemala Kok ciu mendengus tertahan, kemudian roboh terjengkang keatas tanah dan jatuh tak sadarkan diri. Leng Kong taysu menjadi sangat panik setelah menyakitkan semua adegan tersebut. Dia tahu sepasang kakek bodoh dari Wu San adalah pendekar yang termasyur karena kewelas asihannya, semenjak terjun kedunia persilatan sampai kini belum pernah membunuh orang atau menyiksa seseorang, tapi kini hari ini ia telah melakukan berbagai perbuatan yang luar biasa, hal mana menunjukan bahwa ada sasuatu yang tak beres. Maka secsra diam-diam dia memungut tongkatnya dari atas tanah, kemudian melejit ke udara dan meelarikan diri dari tempat itu. Sebenarnya Ji Gi Siu Khong Bong hendak mengejar, tapi Toa Gi Siu Khong Siang segera memberi tanda kepadanya, maka ujarnya kemudian: "Apakah kita akan biarkan keledai gundul itu kabur dengan begitu saja?" "Akhirnya manusia semacam dia pasti akan mendapatkan ganjaran yang setimpal, apa gunanya kita musti memusuhi seluruh perguruan Go bi pay?" kata Toa Gi Siu. "Wah, kalau begitu terlalu keenakan si keledai gundul itu, bagaimana dengan manusia she Ciong ini?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pelan-pelan Toa gi Siu Khong Siang melepaskan cengkeramannya, kasihan si malaikat sakti bermata tunggal Ciong Ing Hwie yang namanya amat menggetarkan tujuh propinsi di utara itu, ia segera roboh keatas tanah dengan wajah penuh penderitaan. Toa Gi Siu Khong Siang segera mendengus dingin. "Hmm, tak nyana kau seorang tokoh yang termasyur dalam dunia persilatan, ternyata menggunakan cara yang rendah dan licik untuk menghadapi seorang pemuda yang masih ingusan, hari ini aku banya memberi sedikit pelajaran untukmu, tapi bila sampai terjatuh ketangan ku lagi, nanti akan kucabut selembar nyawa anjingmu!" Malaikat sakti bermata tunggal Ciong Ini HWie tidak berkata sepatah katapun, ia merasakan pergelangan tangannya amat sakit bagaikan disayat-sayat dengan pisau, sehingga tak sedikit kekuatanpun yang dapat dipergunakan lagi, hal ini membuatnya amat terperanjat, disangkanya Toa Gi Siu Khong Siang telah mencenderai dirinya. Dalam sekilas pandangan saja Toa Gi Siu Khong Siang dapat menebak suara hatinya, katanya kemudian sambil tertawa tergelak: "Kau tak usah kuatir, aku tak pernah mencederai orang secara licik dan munafik, sebentar lagi kau akan pulih lagi seperti biasa, aku hanya berharap gunakanlah rasa sakit yang kau derita sekarang sebagai suatu pelajaran, sehingga kau dapat kembali ke jalan yang benar" Seusai berkata, bersama Ji Gi Siu Khong Bong ia segera berlalu dari situ, sekejap mata kemudian bayangan tubuhnya telah lenyap di balik bukit sana. Memandang bayangan tubuh ke dua orang itu dengan pancaran sinar kebencian, Malaikat sakti bermata tunggal Ciong Ing Hwie menggertak gigi sambil bergumam: "Suatu ketika aku akan membuat kalian menderita merasakan sakit yang lebih keji baru kemudian akan kubunuh secara pelan-pelan agar kalian merasakan penderitaan..!" oooOoo oooOooo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

SUMA THIAN YU merasa kepalanya pusing dan matanya berkunang-kunang ketika terjatuh dari puncak bukit Pek Jin Hong, tahu-tahu ia sudah roboh tak sadarkan diri. Entah beberapa saat telah lewat. Ketika sadar kembali dari pingsannya, langit sudah gelap, sekeliling tubuhnya dicekam kegelapan yang amat pekat, dia hanya merasa sedang berbaring diatas tanah berumput, suasana disekeliling situ amat hening, sehingga suara angin pun tak kedengaran. Ia tahu sekarang bahwa dirinva sudah berada didasar jurang setelah terjatuh dari puncak bukit tadi. Ia mencoba bangkit dari tumpukan rumput, anehnya ia tak merasa kesakitan, ketika jari tangannya digigit terasa saku pula, ini menandakan kalau ia belum mati. Maka dengan mengandalkan ketajaman matanya ia mulai berjalan menelusuri kegelapan. Mendadak... Setitik bayangan hitam muncul di depan mata dan bayangan itu pelan-pelan bergerak menghampirinya. Gerakan itu amat lambat, lambat sekali. Mungkinkah ular? Suma Thian yu mulai berpikir. Maka iapun menghentikan langkahnya, aneh, ternyata bayangan hitam itupun berhenti. Tanpa terasa bulu romanya pada bangun berdiri, tapi terdorong oleh rasa ingin tahunya, kembali ia maju selangkah. Bayangan hitam itu pun turut maju, hanya kali ini ia tidak berhenti lagi, melainkan meneruskan langkahnya menghampirinya. Dengan perasaan tegang dan panik, Suma Thian yu segera menggenggam peredangnya lalu bersiap-siap seakan-akan menghadapi musuh yang tangguh. Akhirnya titik hitam itu mulai memasuki jarak pandangan matanya, ternyata dugaan-nya keliru, teryata bukan seperti seekor ular yang diduganya, melainkan seekor ayam alas.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma Thian ju menghembuskan napas lega, membayangkan sikap tegang yang barusan dialaminya tadi ia jadi geli sendiri. Pelan-pelan ia maju menghampirinya, sudah barang tentu ia tak usah merasa takut terhadap seekor ayam alas. Siapa tahu baru saja Suma Thian yu berjalan lima langkah, mendadak ayam alas itu mementangkan sayapnya dan menerjang ketubuhnya. Menanti Suma Thian yu sadar akan datangnya bahaya, tahu-tabu ayam alas itu sudah berada diatas kepalanya, sehingga terpaksa ia harus cepat-cepat menjatuhkan diri bertiarap. Bersamaan dengan mendesingnya angin tajam, tiba-tiba kepalanya terasa amat sakit, tahu-tahu ikat kepalanya sudah tersambar ayam alas itu hingga sobek, masih untung hanya beberapa lembar rambutnya yang ikut rontok, coba kalau kulit kepalanya yang tersambar niscaya akan muncul sebuah lubang besar disana. Suma Thian yu merasa mendongkol bercampur geli, ia tak menyangka kalau seekor ayam alaspun mempunyai kemampuan yang begitu hebat, dalam keadaan demikian timbul lagi sifat kekanak-kanakan-nya, serta merta ia membalikan badannya, dimana ayam alas itu masih berdiri sambil berkotek. Tiba-tiba Suma Thian yu merasa perutnya amat lapar, pikirnya kemudian: "Mengapa tidak kutangkap saja ayam alas sebagai penangsal perutku yang lapar, tentu enak sekali rasanya. Dengan berhati-hati sekali ia mendekati ayam alas itu. Mendadak ayam alas itu kembali berkotek, kemudian sambil mementangkan sayapnya ia menerjang Suma Thian Yu lagi. Kali ini Suma Thian yu telah membuat persiapan yang cukup matang, begitu si ayam melompat ke atas kepalanya, ia segera me rendahkan kepalanya serta menyambar kaki ayam tersebut.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika kakinya tertangkap pemuda itu, si ayam segera menundukan kepalanya dan mematuk pergelangan tangan Suma Thian yu sehingga terluka karena kesakitan, terpaksa pemuda itu melepaskan ayam tersebut. Melihat patukannya mendatangkan hasil, sekali lagi si ayam alas itu mementagkkan sayapnya sambil menerkam orang, kali ini ia siap mematuk sepasang mata Suma Thian yu. Tak terlukiskan amarah Suma Thian yu menghadapi kejadian ini, pedangnya segera diloloskan dan diantara berkelebatnya cahaya biru mendadak terdengar ayam alas itu berpekik kesakitan, tahu-tahu kepalanya terpapas potong jadi dua dan mati seketika..... Sama Thian yu menggelengkan kepalanya berulang kali sambil gumamnya: "Kalau cuma membunuh seekor ayam pun aku harus mengeluarkan tenaga sebesar ini, mana mungkin aku bisa menduduki kursi utama didalam dunia persilatan?" Dipungutnya bangkai ayam itu, lalu ia membuat api unggun untuk memanggang ayam tadi. Tiba-tiba..... Dari kejauhan sana terdengar suara orang yang merdu: "Kuur....kuur....a hoa....a hoa..." Dari dasar jurang bisa muncul seorang manusia pun sudah terhitung merupakan kejadian yang aneh, apalagi yang muncul seorang wanita, tanpa terasa Suma Thian yu mengalihkan pandangannya kearah datangnya suara tadi, tak lama kemudian muncul sebatang obor yang makin lama semakin mendekati ke arahnya. Ketika diamatinya dengan seksama ternyata orang itu adalah seorang gadis muda yang memegang sebatang obor sambil berjalan mendekat, nona itu tidak hentinya bersuara a...hoa a...hoa Suma Thian yu sengaja mendehem, tampaknya gadis itu sangat terkejut ketika menjumpai Suma Thian yu, iapun berseru tertahan sambil menegur: "Siapakah kau?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nona, aku sedang tersesat!" sahut Suma Thian yu cepat. "Tersesat?" dengus si nona sambil mendekati. "Hmm, kau legi ngaco belo, lembah ini terpenci1 lagi pula empat penjuru dikelilingi bukit yang terjal, bagaimana caramu masuk sampai disini? ayo Jawab sejujurnya, jangan sampai terjadi kesalah pahamam diantara kita!" Cepat-cepat Suma Thian yu menjura sambil berkata lagi: "Aku benar-benar terjatuh dari puncak bukit sana, harap nona jangan mentertawakan" Mendengar perkataan tersebut si nona tertawa cekikikan. "Ucapanmu lebih-lebih ngaco, mana mungkin ada orang dapat hidup setelah terjatuh dari puncak Pek Cin Hong, jangan lagi manusia, batu cadas yang amat keraspun akan hancur lebur, kau jangan mengigau di siang bolong." Sambil tertawa Suma Thian yu menggeleng-gelengkan kepalanya, katanya kemudian: "Nona, mau percaya atau tidak terserah, yang pasti persoalan ini toh tak perlu diperdebatkan lagi" Tiba-tiba si nona melihat bangkai ayam yang berada dibawah kaki Suma Thian yu, dengan wajah berubah ia segera menjerit kaget. "Aah, kaukah yang membunuh A Hoa....?" Suma Tnian yu tertegun, lalu sambil menunjuk bangkai ayam itu sambil berkata keheranan. "Apa, kau bilang nona? inikah A Hoa... Jadi A Hoa adalah ayam alas ini?" "Dia adalah A Hoa, bentak nona itu dengat penuh amarah, sedang matanya melorot besar, kau bajingan tengik, aku akan beradu jiwa dengan mu!", lantas dia mengayunkan tinjunya dan menghantam tubuh Suma thian yu. "Eeii tunggu dulu", sambil berkelit Suma Thian Yu menggoyangkan tangannya berulang kali. "Jangan menyerang dulu nona, kalau memang ada persoalan mari kita bicarakan secara baik-baik" Si nona menerjang lebih jauh sambil melepaskan pukulannya, bentaknya keras:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tak mau tau, pokoknya kau harus mengganti nyawa ayam alas itu!" Suma Thian yu tertawa terbahak-bahak. "Haha... haha... apa sih artinya seekor ayam alas? masa aku harus mengganti dengan nyawaku, memangnya kau anggap ayawa ku lebih tak berharga dari ayam itu?" Setelah beberapa terjangannya mengalami kegagalan, nona itu marah benar, hingga gemetar keras seluruh tubuhnya, cepat-cepat dia membuang obornya keatas tanah lalu mengeluarkan sebatang anak panah pendek dan dilontarkan ke udara. Diiringi suara desingan yang tajam, panah itu melesat ke udara dan menimbulkan suara desingan yang amat keras. Setelah melepaskan panah tadi si nona melancarkan serangan berantai, angin pukulan yang menderu-deru seketika menyelimuti angkasa. Suma Thian yu terkejut sekali melihat ancaman tersebut, segera pikirnya: "Hebat sekali tenaga dalam yang dimiliki perempuan ini, tak kusangka dengan usianya yang begini muda ia memiliki kepandaian yang sehebat ini!" Dengan mengembangkan ilmu langkah Ciok Tiong Luan poh pemuda itu berkelit kesamping, kemudian dengan mata yang jeli ia periksa di sekeliling tempat itu, sebab dari kemunculan si nona yang amat mendadak itu, serta tindakannya melepaskan panah bersuara, menunjukkan bahwa dibelakang nona ini masih banyak jago-jago yang hebat. Apa yang diduganya memang benar, mendadak terdengar dua pekikan aneh dari tempat kejauhan sana. Suara itu amat keras dan nyaring, hal ini menunjukkan bahwa tenaga dalam mereka amat sempurna. Sementara pekikan masih menggema diudara, tiba-tiba Suma Thian yu menyaksikan ada dua bayangan manusia meluncur datang secepat kilat. Jilid : 31

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

SEMENTARA ITU SI NONA TELAH melompat kesamping arena, sambil bercekak pinggang ia awasi Suma Thian yu dengan mata melotot besar. Sementara Suma Thian yu masih terkejut bercampur keheranan, diiringi dua kali bentakan keras, tahu-tahu ditengah arena telah bertambah dengan dua manusia aneh. Kedua orang itu mempunyai perawakan yang saling bertolak belakang, yang disebelah kiri berperawakan jangkung lagi ceking, usianya diantara empat puluh tahunan hanya saja saking kurusnya tubuhnya tinggal kulit pembukus tulang. Sebaliknya orang yang berada disebelah kanan berperawakan cebol lagi gemuk, mukanya bulat seperti rembulan, tubuhnya gemuk seperti gentong, sehingga mirip sekali dengan seekor babi yang siap disembelih, diapun berusia diantara empat puluhan. Begitu melihat munculnya ke dua orang itu si nona tadi segera berteriak: "Orang ini jahat sekali dia telah membunuh A hoa ku, paman Ko kau harus membalaskan dendam bagiku" Ternyata lelaki setengah umur yang berperawakan jangkung dan ceking itu bernama Ko Lip Kun, orang menyebutnya si monyet sakti berlengan panjang. Sedang si lelaki cebol lagi gemuk seperti babi itu bernama Si Tay Kong dengan julukan panglima langit penegak bumi. Monyet sakti berlengan panjang Ko Lip Kau nampak agak terkejut ketika melihat bangkai ayam tersebut, maka dengan wajah penuh amarah ia menegur: "Engkoh cilik, inikah hasil perbuatanmu?" Suma Thiau yu manggut-manggut, jawabnya: "Yaa, akulah yang membunuh ayam alas itu, maklumlah aku sedang kelaparan, aku tidak tahu kalau ayam alas itu sebenarnya binatang kesayangan nona ini" Monyet sakti berlengan panjang kembali mendengus dingin.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Engkoh cilik, kau telah membuat gara-gara yang besar, nona itu adalah putri kesayangan Kokcu kami, dan bila kau cuma menganggap ayam itu cuma seekor ayam alas saja maka dugaanmu itu keliru besar, kau tahu binatang tersebut adalah ayam berbulu emas sejenis unggas yang amat langka didunia saat ini!" Sekarang Suma Thian yu baru sadar bahwa ia telah melakukan suatu perbuatan yang amat salah, dari cerita Paman Wan nya dulu ia pernah mendengar kalau ayam berbulu emas termasuk jenis unggas yang langka, tak disangka sama sekali kalau ayam alas yang terbunuh sekarang ini sesungguhnya unggas yang berbulu emas. Seandainya kejadian ini berlangsung di siang hari, mungkin ia tak akan bertindak seceroboh ini, apa mau dikata malam begitu gelap, ia menjadi menyesal sekali atas terjadinya peristiwa ini, maka Suma Thian segera menjura sambil minta maaf, katanya: "Aku menyesal sekali telah membunuh ayam berbulu emas milik kalian itu, apapun yang kalian minta untuk mengganti kerugian itu tentu kupenuhi" "Engkoh cilik sekarang kau tak usah membicarakan itu, yang penting turutlah aku untuk menemui kokcu kami, segala sesuatunya akan diputuskan kokcu kami nanti" Mendengar perkataan ini Suma Thian yu menjadi sangat tercengang, tanyanya kemudian: "Tolong tanya lembah apakah ini dan siapakah kokcunya?" Monyet sakti berlengan panjang Ko LiP Kun menggelengkan kepalanya berulang kali. "Maaf aku tak dapat memberitahukan persoalan ini kepadamu, mari kita berangkat!" Ia segera mempersilahkan Suma Thian yu untuk berangkat mengikuti di belakang panglima langit penegak bumi Si Yay Kong, sementara Ko Lip Kun mengikuti di belakang anak muda tersebut. Dalam keadaan demikian Suma Thian yu menolak permintaan mereka niscaya akan terjadi suatu pertarungan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang amat seru, padahal pemuda itu tak ingin berbuat demikian. Dengan menelusuri dinding tebing yang amat curam mereka menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya panglima langit penegak bumi menghentikan langkahnya dan berpekik nyaring. Bersama dengan bergemanya pekikan tersebut Suma Thian yu melihat diturunkannya sebuah keranjang bambu dari puncak tebing tersebut. Keranjang bambu itu diikat dengan seutas tali yang amat besar. "Silahkan naik, engkoh cilik" kata monyet sakti berlengan panjang Ko Lip Kun, "kemudian kau akan disambut orang lain disana nanti" Kembali Suma Thian yu menurut dan segera duduk dalam keranjang itu tanpa banyak cing cong, ketika panglima langit penegak bumi berpekik lagi, keranjang bambu itu segera diangkat naik, keranjang bambu itu hanya muat satu orang saja, Suma Thian yu merasa hatinya berdebar keras, kemudian pikirnya dan dengan perasaan tak tenang: "Entah siapakah kelompok manusia-manusia ini, kalau dilihat dari gerak-geriknya aneh sekali, jangan-jangan mereka adalah sekelompok penyamun?" Masih ada satu hal lagi yang membuatnya keheranan, yaitu apakah orang-orang itu naik turun dengan menggunakan keranjang bambu semuanya tadi dengan nyata, nona itu muncul dari suatu tempat kegelapan dari bawah tebing, demikian pula dengan Si Lip Kun serta Si Tay Kong, mustahil mereka pun diturunkan dari atas tebing dengan keranjang bambu, tibatiba satu ingatan melintas didalam benaknya. "Aah benar, dibawah tebing sana pasti ada tempat rahasia yang menghubungkan lorong tersebut dengan puncak bukit..."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Berpikir sampai disitu, Suma Thian yu segera menunduk kebawah, benar juga ketiga orang lawannya sudah tidak nampak dikaki tebing itu, hal ini membuatnya semakin tegang. Keranjang bambu itu ditarik naik dengan gerakan yang amat lamban ibarat siput sedang merambat pohon, pemuda itu tak dapat membayangkan apa akibatnya andaikata tali keranjang itu tiba-tiba diputuskan oleh lawan. Entah berapa saat sudah lewat, akhirnya keranjang itu tiba juga di puncak bukit itu, ternyata tempat itu berupa sebuah tanah lapang yang luas, sepasukan lelaki bergolok dan bertombak telah siap berjajar-jajar disitu. Tiba-tiba muncul lelaki setengah umur yang berjalan kehadapannya, lalu berkata: "Atas perintah kokcu kau disuruh mengikuti kami!" Bagaikan seorang tawanan tanpa perlawanan, Suma Thian yu mengikuti rombongan itu menuju kesudut tebing yang lain. Sedangkan rombongan jago jago bergolok tadi dengan terbagi menjadi dua baris mengawal dari belakang. Dalam perjalanan itulah Suma Thian yu berpikir: "Yaa benar, mereka tentu sekelompok penyamun, sedangkan yang dimaksud sebagai kokcu tentulah kepala perampok, hmmm. begitu pun ada baiknya juga, bila apa yang ku duga memang benar, pasti akan kusapu mereka hingga lenyap dari muka bumi!" Setelah berjalan kaki kemudian, mendadak lelaki itu membalikkan badan dan berkata pada Suma Thian yu: "Maafkan kekasaran kami sesuai dengan peraturan di sini, setiap orang yang akan memasuki lembah, matanya harus ditutup dengan kain hitam" Sambil berkata ia mengeluarkan selembar kain hitam dan siap di tutupkan kewajah anak muda tersebut. Suma Thian yu segera mendongakan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak, katanya: "Soal ini tak perlu kau kuatirkan, aku tak akan membocorkan rahasia kalian, jadi kalian tak perlu pula menutupi sepasang mataku!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lelaki kekar itu segera menarik muka seraya membentak: "Peratuaran tetap peraturan, apalagi aku pun tak mungkin mengambilkan keputusan, jadi aku harap kau mau menuruti perkataanku ini" "Tidak bisa!" bentak Suma Thian yu peruh amarah. Ia tahu apabila sepasang matanya ditutup kain hitam oleh lawan berarti keselamatan jiwanya telah terjatuh ketangan musuh. Tentu saja ia tak ingin mempergunakan nyawanya sebagai barang permainan. "Tidak maupun kau harus mau!" bentak lelaki kekar itu sambil bersiap-siap hendak menutupi mata Suma Thian yu dengan kain hitam. Dengan cekatan Suma Thian yu berkelit kesamping lalu teriaknya penuh amarah: "Kau jangan turun tangan semaumu sendiri, bila kau tak tahu aturan dan nekad terus aku akan bertindak keji kepadamu" Baru saja ia selesai berkata, mendadak dari belakang tubuhnya berkumandang suara dengusan dingin yang amat menyeramkan. Suara itu begitu menyeramkan hingga mem buat bulu kuduk semua orang berdiri. Suma Thian yu menjadi tertegun setelah mendengar suara tertawa yang mengerikan itu, dengan cepat dia berpaling namun apa yang kemudian terlihat membuat pemuda tersebut menghembuskan napas dingin. Ternyata di belakang tubuhnya telah muncul seorang manusia dan seekor binatang, orang itu berperawakan setinggi lima depa rambutnya panjang selutut, kepalanya amat besar dan mengenakan topi lebar, usianya diantara delapan puluh tahunan, matanya yang berkilat kilat menandakan kalau dia adalah seorang jago lihay yang berkepandaian tinggi. Sedangkan disamping kakek itu berdiri seekor gorilla yang tinggi besar dan kekar, seluruh tubuhnya berbulu hitam, terutama sepasang matanya yang terlihat dibalik kegelapan, persis seperti dua bola lampu yang bersinar tajam.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika kawanan lelaki yang mengurung disekeiiling Suma Thian yu melihat kemunculan orang tersebut, serentak mereka mengundurkan diri selangkah ke belakang, kemudian menundukkan kepalanya rendah-rendah dan tak berani berpaling lagi. Dengan langkah pelan kakek itu berjalan menuju kehadapan Suma Thian yu, kemudian ujarnya: "Bocah muda, lembah ini disebut Lembah tidak kembali (Put kui kok). Semenjak delapan puluh tahun berselang belum pernah ada seorang manusia pun yang bisa keluar dari lembah ini dalam keadaan selamat, kini kau sudah datang kemari, berarti bagimu hanya tersedia dua jalan saja untuk dipilih, satu adalah jalan hidup sedangkan yang lain adalah jalan mati silahkan kau memilihnya sendiri!" Biarpun kakek itu sudah berusia lanjut, ternyata setiap patah kata tersebut dapat diutarakan dengan suara yang amat keras dan nyaring. Ketika kakek itu sudah menyelesaikan perkataannya, Suma Thian yu bertanya: "Bagaimana aku harus menempuh bila jalan kehidupan yang kupilih..?" Kakek itu segera tertawa tergelak. "Haah...haah... haah... ternyata orang di dunia ini mempunyai jalan pemikiran yang sama, hanya jalan kehidupan yang selalu di pilihnya, kalau begini terus keadaannya maka suatu ketika lembah Put kui kok ini pasti akan menjadi penuh juga!" Suma Tnian yu menjadi kebingungan dan berdiri dengan wajah tercengang dan penuh tanda tanya, untuk beberapa saat dia terbungkam dalam seribu bahasa. Dengan sorot mata yang tajam kakek itu mengawasi kembali wajah hingga kaki anak muda tersebut, kemudian sahutnya: "Apabila ingin hidup, maka janganlah memberikan perlawanan bila sepasang mata mu ditutup dengan kain hitam nanti"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba muncul rasa ingin tahunya didalam hati, Suma Thian yu segera bertanya lebih jauh: "Bagaimana seandainya membangkang?" "Maka kau bakal mampus!" "Seandainya orang itu memiliki kepandaian silat yang amat tinggi sehingga sukar untuk dikuasai, bagaimana jadinya?" "Apakah kau yakin bisa meloloskan diri dari lembah Put kui kok ini?" "Tidak, aku tidak mampu, aku hanya bertanya seandainya terdapat manusia macam begini?" Mendengar perkataan tersebut, kembali si kakek tertawa terbahak-bahak. "Haah... haah... haah... kau tidak usah memikirkan tentang orang lain, cukup dibiarkan berdasarkan kemampuanmu sendiri, apakah kau mempunyai keyakinan akan berhasil?" "Bagaimana andainya manusia sebangsa pendekar berkepandaian seperti dewa?" ngerocos Suma Thian yu terus. "Hmm, kata-kata yang tidak berbobot lebih baik tak usah diucapkan, ayo segera tutup mulutmu dengan kain" Perkataan dari kakek ini penuh berwibawa, membuat Suma Thian yu tidak membang kang dan tak berani membangkang lagi. Sudah barang tentu Suma Thian ya tidak akan benar-benar takut kepadanya, namun berbicara tentang keadaan yang terbenrang didepan mata sekarang, biarpun kau memiliki kepandaian yang luar biasa pun jangan harap bisa meninggalkan tebing tersebut dengan begitu saja. Sebagai seorang lelaki pintar yang pandai menilai keadaan, secara diam-diam Suma Thian yu menghimpun tenaga untuk bersiap siaga, sekalipun diluarnya dia tetap menunduk padahal begitu ada kesempatan baik dia akan berusaha untuk meloloskan diri. Tampaknya kakek itu mempunyai sorot mata yang amat tajam, dia seperti sudah mengetahui kalau Suma Thian yu mempunyai niat untuk melarikan diri bila kesempatan baik ada, oleh sebab itulah disaat sepasang matanya ditutup

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan kain hitam, dia segera melancarkan sentilan dari kejau han untuk menotok jalan darah tidurnya. Menanti Suma Thian yu merasakan datangnya sergapan tersebut dan berusaha untuk mengerahkan tenaganya melakukan perlawanan keadaan sudah terlambat, tahu-tahu badannya menjadi kaku dan hilangkah kesadarannya. Entah berapa lama sudah lewat, menanti dia membuka matanya kembali, empat penjuru disekeliling tempat itu sudah dikurung oleh busu-busu berpakaian ringkas yang membawa senjata. Dengan perasaan tercenggang bercampur kaget, Suma Thian yu segera melompat bangun dan memeriksa keadaan sekitar situ, ternyata dia telah berada ditengah sebuah ruangan yang luas dan lepas, dikursi utama duduklah seorang kakek berambut putih, di sebebh kanannya duduk seorang nenek, agaknya nenek itu adalah istrinya. Duduk disebelah kiri adalah si nona yang dijumpai di muka lembah tadi. Suuia Thian yu memandang lebih jauh, nonyet sakti berlengen panjang Ko Lip kun serta panglima langit penegak bumi Si Tay Kong terlihat pula disana, hanya si kakek aneh dengan gorilanya saja yang tidak nampak batang hidungnya. Pada saat itulah tiba-tiba terdengar kakek berambut putih yang duduk dikursi utama itu menegur dengan suara yang lembut lagi amat ramah: "Bocah cilik, silahkan berdiri" Suma Thian yu menurut dan segera bangkit berdiri, kemudian dengan suara terce ngang tanyanya: Aku berada dimana sekarang?" "Tempat ini adalah lembah Put kui kok" kata kakek tersebut samoil tersenyum, "sobat cilik sangat beruntung bisa berpesiar ke nirwana seperti ini, boleh dibilang ke semuanya ini merupakan rejekimu, apakah kau merasa tempat ini sangat menyenangkan?" Sama Thian yu menatap kakek tersebut lekat-lekat, kemudian jawabnya ketus:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sedikitpun tidak menyenangkan, aku rasa kau pasti kokcu dari lembah ini bukan?" "Benar, tolong tanya sobat mengapa kau menganggap tempat ini tidak menyenang kan?" "Sebab ada orang menutupi mataku kemudian menotok jalan darah tidurku, setelah itu aku baru digusur kemari, perbuatan semacam ini sangat memuakkan dan menjemukan, darimana bisa dibilang amat menye nangkan....?" Kokcu tersebut kembali dibuat tertegun tapi kemudian ia berpaling ke arah si nona yang berada disebelah kirinya dan bertanya: "Benarkah telah terjadi peristiwa semacam ini? Ide dari siapakah itu?" Nona tersebut segera menggeleng. "Bukankah ayah sendiri yang memenrintahkan begitu, barang siapa yang hendak memasuki lembah, maka dia wajib ditutupi matanya dengan kain hitam sebelum diantar masuk" "Oya.." Kokcu tua itu seperti baru teringat dengan perintahnya, dia segera berpaling kembali ke arah Suma Thian yu sambil katanya: "Ditengah malam buta begini sobat cilik memasuki lembah kami sebetulnya sedang mengembankan tugas rahasia apa?" "Tidak, aku tidak lagi melaksanakan tugas rahasia apa pun, aku benar-benar terjatuh dari atas puncak tebing dan pada hekekatnya aku tidak mengetahui kalau tempat ini bernama lembah Put kui kok" Kokcu tua itu segera menyimpitkan sepasang mata, kemudian tertawa dingin: "Hmmm.... setiap sobat yang sampai di tempat ini tak seorangpun yang bukan terjatuh dari puncak tebing, benarkah kejadian yang begitu kebetulan bisa terjadi secara berulangulang? Sobat cilik, jangan-jangan kau memang mempunyai misi rahasia tertentu?" Suma Thian yu segera tertawa terbahak-bahak: "Haaahh....haaahh.... haaahh.... mau percaya atau tidak terserah kepadamu, yang jelas aku bukan datang karena

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sedang menjalankan suatu misi rahasia tertentu, apa bila kau memang ingin membunuhku, silahkan saja dilaksanakan dengan segera!" Kokcu tua benar-benar merasa terkejut bercampur keheraran, tanpa terasa dia mengamati Suma Thian yu berapa kejap lagi kemudian baru katanya: "Kau memang sedikit rada berbeda dengan orang lain, yakin kau sama sekali tidak takut mati, apabila kau tidak bersedia mengungkapkan alasan kedatanganmu kemari, terpaksa selembar nyawamu harus kau tinggalkan disini!" Dengan pandangan dingin Suma Thian yu melirik sekejap kearah kokcu tersebut, kemudian katanya: "Sesuai dengan nama lembahmu, aku sudah bertekad tak akan kembali lagi ke dunia ramai, kaupun tidak usah banyak bicara lagi, aku sudah pasrah kepada nasib, cuma bila menginginkan nyawaku maka kalian harus membayar dengan mahal" Sikap dari Suma Thian yu yang kian lama kian bertambah keras ini segera menimbulkan perasaan kaget dan gusar bagi para hadirin lainnya. Mendadak kokcu tua itu melompat bangun dari tempat duduknya, lalu sambil menuding kemuka bentaknya penuh amarah: "Bekuk bajingan itu!" Suara bentakannya amat keras bagaikan guntur yang menyambar di siang hari bolong. Bersamaan dengan diturunkannya perintah tersebut, dua orang lelaki kekar segera maju ke depan dan menyeret tubuh Suma Thian yu dari sisi kiri dan kanan. Melihat kejadian tersebut, Suma Thian yu tertawa dingin berulang kali, ditunggunya sampai kedua orang itu mendekatinya, kemudian sepasang telapak tangannya dilontarkan bersama dengan menghimpun tenaga sebesar enam bagian. Terhajar oleh serangan yang maha dahsyat tersebut, tibatiba saja terdengar dua kali jeritan ngeri yang memilukan hati

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bergema memecahkan keheningan, belum lagi dua orang lelaki tersebut sempat me nyentuh ujung baju lawannya, mereka sudah mencelat kebelakang dan roboh binasa. Atas terjadinya peristiwa tersebut, semua orang menjadi amat terperanjat. Suma Thian yu segera mendongakkan kepalanya dan berpekik panjang, lalu dengan sepasang mata berapi-api ditatapnya kokcu tua itu tanpa berkedip, kemudian serunya: "Inilah contoh yang paling baik untukmu, bila kau mendesak diriku lagi, jangan salahkan bila darah segar akan berceceran diseluruh arena ini!" Tampaknya kokcu tua itu tidak dibuat gentar karena kematian kedua orang anak buahnya, malahan dengan sikap yang amat tenang dia berkata sambil tertawa terkekeh-kekeh: "Heeehh...heeehh... Suatu tindakan yang amat bagus, suatu sikap yang tegas, dengan demikian akupun tidak usah merasa rikuh terhadap mendiang guruku lagi. Pengawal, penggal kepala anjing keparat ini!" Perkataannya seperti perintah dari seorang kaisar saja membuat semua orang tak berani membangkang. Atas perintah tersebut, monyet sakti berlengan panjang Ko Lip kun dan panglima langit penegak bumi Si Tay kong segera turun kedalam arena, disusul kemudian lima orang lelaki yang berada dikedua belah sisi arena. Suma Thian yu masih tetap berdiri dengan senyuman dikulum, pada hakekatnya tak seorangpun diantara mereka yang dipandang sebelah mata olehnya, malah katanya dengan suara hambar: "Tempat ini terlampau sempit, tidak leluasa untuk bertarung, begini saja, bagaimana kalau kita langsungkan pertarungan di luar sana?" Monyet sakti berlengan panjang Ko Lip kun segera menyetujui dan melompat ke luar lebih dulu dari ruangan. Kelima orang lelaki lainnya segera mengikuti dibelakangnya, hanya panglima langit penegak bumi Si Tay kong seorang yang mengawasi musuhnya tanpa berkedip.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan sikap yang santai dan tenang Suma Thian yu pelan-pelan keluar dari dalam ruangan, dengan ketat panglima langit penegak bumi Si Tay kong mengikuti dibelakangnya, seakan-akan dia kuatir kalau pemuda itu berusaha melarikan diri. Baru saja Suma Thian yu melangkah menuju ketengah arena, para jago segera mengurungnya ketat-ketat, hal ini membuatnya sangat mendongkol, segera sindirnya: "Beginikah kemampuan dari orang-orang lemban Put kui kok? Bisanya hanya main keroyok dengan mengandalkan dengan jumlah yang banyak?" Monyel sakti berlengan tunggal Ko Cip kun nampak tertegun kemudian gelagapan dan tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Mendadak dari belakang tubuhnya terdengar suara seseorang menyahut: "Benar, kami memang merupakan manusia-manusia yang mencari kemenangan dengan mengandalkan jumlah banyak" Ketika Suma Thian yu melirik kesamping, ternyata orang yang mengucapkan perkataan tersebut tidak lain adalah si kokcu tua tersebut. Kontan saja dia tertawa terbahak-bahak, kemudian berseru: "Haaahh... haaah... kalau begitu hitung-hitung menambah pengetahuan Suma Thian yu kalau memang demikian, silahkan kalian maju semua bersama-sama!" Baru selesai dia berkata, mendadak tampak lima macam senjata tajam dibacokkan bersama ketubuhnya. Kelima macam senjata itu semuanya menyerang dengan mempergunakan jurus se rangan yang biasa, namun dilancarkan hampir bersamaan waktunya. Suma Thian yu tertawa dingin tiada hentinya, tiba-tiba ia merendahkan tubuhnya lalu mencabut keluar pedang Kit hong kiam dari dalam sarung.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tampak cahaya tajam berkelebat lewat, dengan jurus burung hong pulang kesarang dia babat musuhnya dengan gencar, sementara suara jeritan ngeri yang memilukan hati segera bergema memecahkan keheningan, diantara berkelebatnya cahaya pedang tersehat, seorang lelaki kekar tewas dengan kepala berpisah dari badan. Berada didalam keadaan seperti ini, terpaksa Suma Thian yu harus bertindak keji, tubuhnya maju selangkah kedepan, lalu dengan siasat memancing harimau meninggalkan bukit, pedangnya seakan-akan membacok lelaki yang berada ditengah, siapa tahu di tengah jalan tiba-tiba saja gerakan tubuhnya berubah, sambil membalikkan badan dia melepaskan sebuah bacokan ke seorang lelaki yang lain dengan jurus Burung hong menghadap sang surya. Semestinya jurus serangan itu dipergunakan amat tepat dan hebat, sayang sekali pihak lawan telah membuat persiapan yang amat bagus, kembali barisannya berubah dan serangan dari Suma Thian yu itu mengenai sasaran yang kosong. Monyet sakti berlengan panjang serta Panglima langit penegak bumi yang bertangan kosong belaka tidak langsung terjun ke arena, melainkan mereka selalu mencari peluang untuk melancarkan serangan dan menutup setiap kebocoran dan kelemahan yang ada. Dengan demikian Suma Thian yu segera merasakan tenaga yang menekan dirinya kian lama kian bertambah berat, apalagi dia seorang dikerubuti oleh empat jago lihay, keadaan benar-benar amat kritis dan berbahaya. Pada mulanya Suma Thian yu melakukan perlawanan dengan mempergunakan ilmu Pedang Kit hong kiam hoat, namun selanjutnya dia pergunakan ilmu pedang tanpa nama berusaha mencari kemenangan. Sayang sekali pihak musuh melancarkan serangan menurut barisan yang sudah diatur secara sempurna, hal ini membuat usaha Suma Thian yu sama sekali tidak mendatangkan hasil.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Diantara mereka, Ko Lip kun dan Si Tay kong dua orang yang menyerang paling gencar dan berbahaya. Jangan dilihat kedua orang itu sama sekali tidak bersenjata namun angin pukulan yang dilontarkan setajam sebatang pedang, ini semua membuat Suma Thian yu menjadi amat payah dan sama sekali tidak mampu memperlihatkan kebolehannya. Ditengah berlangsungnya pertarungan yang amat sengit inilah, tiba-tiba terdengar suara pekikan panjang bergema membelah angkasa. Suma Thian yu tertegun, sebab suara pekikan itu sudah jelas berasal dari kakek pendek diatas tebing tadi, apabila orang inipun turut terjun ke arena pertarungan, niscaya dia akan terkurung dan mati kutunya. Sementara dia masih tertegun, sesosok bayangan hitam telah menerobos masuk kedalam dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat... Belum sempat Suma Thian yu melihat pendatang itu dengan jelas, tiba-tiba saja dia merasakan daya tekanan yang menindih kepalanya bertambah berat, cepat-cepat Suma Thian yu mengayunkan tangan kirinya ke atas untuk mengurangi daya tekanan tersebut. Sementara pedang ditangan kanannya di putar menciptakan segulung kabut pedang yang segera membentuk selapis dinding kuat yang menghadang didepan dadanya. Yang dikatakan orang: Betapa pun rapatnya suatu pertahanan, toh pasti ada yang lupa, begitu juga keadaan Suma Thian yu sekarang. Kendatipun pertahanan tubuh bagian depannya amat ketat namun dia lupa dengan pertahanan belakang tubuhnya. Tiba-tiba saja pinggangnya terasa kaku, segenap kekuatan yang dimilikinya punah dan tak ampun tubuhnya segera roboh terjerembab ke atas tanah. Ternyata orang yang menyergapnya secara licik itu tak lain adalah kokcu tua berwajah mulia namun berhati licik dan keji itu...

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sejak terjun ke arena, pertarungan besar maupun kecil sudah dialami oleh Suma Thian yu, paling tidak beratus pertarungan, akan tetapi belum pernah ia jumpai siasat yang begitu licik dan rapat seperti apa yang dialaminya sekarang. Tampaknya kemunculan kakek cebol tadi tidak lebih hanya merupakan sebuah tipu muslihat saja dengan tujaan hendak memancing suma thian yu agar pecah perhatiannya. Dengan kepandaian kokcu tua yang amat lihay, begitu melihat musuhnya melalaikan pertahanan bagian belakang tubuhnya, secara diam-diam lantas dia menyelinap ke belakang tubuhnya lalu menotok jalan darah anak muda tersebut. ketika tubuhnya dikempit oleh kakek cebol tadi, suma Thian yu masih tetap ber otak jernih, hanya saja tubuhnya terasa begitu lemas seakan-akan sama sekali tak bertenaga. terdengar kokcu tua itu tertawa dingin kemudian berseru: "Penggal kepala bajingan cilik ini, manusia semacam ini hanya akan meninggalkan bencana saja bila dibiarkan tetap hidup dalam lembah kita" Kakek cebol itu sama sekali tidak mengucapkan sepatah katapun, sambil mengempit tubuh Suma thian yu dia segera beranjak pergi dari situ. Mendadak terdengar seseorang membentak keras: "Ay suhu, tunggu sebentar" Rupanya kakek cebol itu she aY bernama Siang, orang menyebutnya makhluk pembalik awan, ketika mendengar putri kesayangan kokcunya menghardik, diapun bertanya dengan suara dingin: "Keponakan masih ada urusan apa lagi?" Gadis itu sama sekali tidak menggubris pertanyaan si makhluk pembalik awan ay siang, kepada ayahnya dia lantas berseru: Ayah, orang ini pasti akan berguna bila dibiarkan tetap hidup, menurut perdapat siauli, lebih baik disekap didalam penjara saja, lama-kelamaan sikapnya akan melunak dengan sendirinya"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ay hiante, kita turuti saja perkataan siauli, coba kita lihat bagaimana perkembangan selanjutnya" Oleh karena kokcunya sudah berkata demikian, maka kakek cebol itu tidak banyak bicara lagi, sambil membanting tubuh pemuda itu keatas tanah, umpatnya: "Hitung-hitung kau si bocah keparat memang masih berumur panjang, rasakanlah hidup selama berapa hari lagi" Dia lantas membalikkan badan dan beranjak pergi dari situ. Buru-buru Kokcu tua memerintahkan malaikat langit penegak bumi Si Tay kong agar mengusir pergi Suma Thian yu dari situ. Si Tay kong memang sangat membenci terhadap pemuda ini karena barusan pemuda tersebut telah membunuh dua arang panglimanya, kini melihat ada kesempatan yang sangat baik untuk melampiaskan rasa bencinya, cepat-cepat dia mencengkeram tubuh Suma Thian yu lalu dibawa keluar ruangan. Suma Thian yu yang tertotok jalan darahnya sama sekali tak berkutik, dalam keadaan demikian dia hanya bisa pasrahkan diri pada nasib. Panglima langit penegak bumi Si Tay Kong membawa Suma thian yu menuju ke depan sebuah bukit, kemudian membantingnva keras-keras keatas tanah, setelah tertawa dingin katanya: "Bocah keparat setelah terjatuh ke tangan toaya, berarti kau telah bertemu dengan raja akhirat, membunuh orang barus membayar dengan nyawa, tentunya kau mengerti akan perkataan ini bukan? Nah sekarang toaya akan menyuruh kau merasakan dulu bagaimana enaknya nya bila otot dibetot dan tulang dikilir..." Sambil berkata dia lantas mengangkat tangan-nya dan siap ditotokkan keatas jalan darah Ki tiong hiat di depan dada pemuda tersebut. Seandainya torokan ini sampai dilakukan, niscaya Suma Thian yu akan tersiksa setengahmati, mau hidup tak bisa mau

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mati pun tak dapat....sepanjang hidup mungkin akan menderita terus. Disaat totokan hampir mengena ditubuh pemuda itulah, mendadak dari tengah udara terdengar seseorang membentak nyaring: "Si Tay kong, jangan tertindak kurang ajar!" Cepat-cepat Si Tay kong menarik kembali tangannya seraya berpaling, ternyata kokcu hujin dan putri kesayangan kokcu nya telah berditi disitu sambil mengawasi perbuatannya dengan sorot mata yang tajam dan mengerikan hati. Tak kuasa lagi peluh dingin membasahi seluruh tubuhnya karena terperanjat, dengan cepat dia berkata dengan sikap hormat: "Hujin, mengapa kau bisa berada disini?" Nyonya kokcu itu sudah berusia tujuh puluh tahunan, rambutnya telah berubah semua, mukanya juga penuh berkerut, kini dengan muka yang dingin dan kaku dia menegur sambil tertawa dingin: "Si Tay kong, cara kerjamu ini benar-benar licik dan munafik, cepat enyah dari sini, lain kali bila kau berani berbuat semacam ini lagi, jangan salahkan bila Linio akan membacok kepalamu sampai kutung...." Tanpa bercuit sekejap pun Malaikat langit penegak bumi Si Tay kong ngeloyor pergi bagaikan seekor anjing yang baru kena digebuk, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan. Nyouya kokcu segera menghampiri Suma Thian yu, mengempit tubuhnya lalu bersama sama putrinya berangkat menuju ke penjara bukit sana... . Yang dimaksudkan penjara bukit adalah sebuah gua dipunggung bukit yang bagian depannya ditutup dengan pintu besi dan dijaga oleh beberapa orang jago berilmu tinggi. Bila seseorang sudah dijebloskan ke dalam penjara bukit ini, maka biarpun kau bersayap pun jangan harap bisa terbang keluar dari situ, kecuali kau mampu menjebolkan pintu bajanya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setibanya didepan penjara bukit, nyonya kokcu segera membuka piutu besi dan mendorong pemuda itu kedalamnya, dalam sekejap mata itu pula nyonya kokcu telah membebaskan pula pengaruh totokan atas dirinya. Menanti Suuma Thian yu merasa jalan darahnya sudah bebas, tahu-tahu pintu baja telah tertutup rapat kembali, dalam keadaan begini biar pun kau akan berteriak sampai serak suaranya juga percuma. Suma Thian yu benar-benar merasa putus asa, habis sudah pengharapan-nya sekarang. Ketika beranjak masuk ke ruang penjara itu, tiba-tiba disudut ruangan itu dia menjumpai ada seseorang berbaring pula disitu, orang itu sedang tertidur nyenyak dengan muka menghadap ke dalam sehingga tidak ke lihatan raut wajah aslinya. Suma Thian yu tidak ingin membangunkan dirinya, maka sambil duduk disampmg orang itu, dia mulai duduk sambil melancarkan peredaran darah didalam tubuhnya. Lebih kurang setengah per minum teh kemudian, mendadak terdengar orang itu menjerit kaget kemudian berseru: "Hiante, mengapa kau pun bisa berada disini?" Mendengar orang itu menyebut dirinya sebagai hiante, Suma Thian yu turut menjadi terperanjat, ketika diamatinya lagi dengan seksama, dia segera berseru tertahan: "Tio toako, kau...." Kata selanjutnya belum sempat diteruskan, dia sesungguhnya tak mampu melanjutkan kembali kata-katanya. Maklumlah, siapa yang akan menyangka bekal bertemu orang yang dikenal di dalam penjara bukit semacam ini, apalagi orang itu adalah satu-satunya sobat karibnya, si pena baja bercambang Tio Ci Hui? Bagaimana pula dia tak dibuat terkejut, sedih dan gembira? Si Pena baja bercambang Tio Ci hui segera memeluk tubuh Suma Thian yu dan menangis tersedu-sedu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lama, lama kemudian, pena baja bercambang Tio Ci hui barulah berkata: "Hiante, mengapa kau pun terjatuh ke tangan kelompok manusia-manusia tersebut?" "Sekarang habis sudah riwayat kita, mengapa nasib kita harus mengalami nasib begini?" Suma Thian yu sendiripun amat sedih, secara ringkas diapun lantas menceritakan semua kisah pengalamannya selama ini, diantaranya dijelaskan pula sebab musabab sehingga sahabatnya menaruh kesalahan paham kepadanya. Ketika selesai dengan perjelasannya ini, dia pun bertanya kemudian: "Tio toako, apakah kau masih mencurigai diriku?" Malu dan menyesal bercampur aduk didalam hati si pena baja bercambang Tio Ci hui, segera jawabnya: "Hiante, kesemuanya ini memang kesalahan toako yang bertindak kurang teliti sehingga, menaruh kesalahan paham kepadaku, tapi berbicara sesungguhnya, keadaan pada saat ini memang benar-benar telah mengguncangkan jalan pikiranku, maafkan aku, aku memang tidak becus sehingga harus mencelakai dirimu sedemikian rupa" "Tio toako, peristiwa yang sudah lewat lebih baik kita lupakan saja, bukankah kau sendiripun mengalami nasib demikian gara-gara urusanku? Andaikata kau tidak meninggalkan perusahaan Sin liong piau kiok, kau pun tidak akan mengalami nasib seperti apa yang kau alami hari ini, bukankah hal ini sama artinya dengan akulah yang telah mencelakai dirimu?" Setelah perbincangan dilanjutkan, suasana menyeramkan yang semula mencekam penjara gunung itupun semakin berkurang. Mendadak Suma Thian yu teringat kembali dengan kitab pusaka tanpa kata yang berada dalam sakunya sekarang, tanpa terasa semangatnya berkobar kembali, dia akan mengajak rekannya pena baja bercambang untuk sama-sama membicarakan tentang kitab pusaka ini.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pena baja bercambang Tio Ci hui yang mendengar penuturan itu menjadi terkejut bercampur gembira, sehabis menepuk bahunya, dia lantas berseru: "Hiante, nampaknya ditengah kesulitan kita masih menjumpai jalan hidup, kita bakal tertolong sekarang....!" "Kenapa?" "Mengapa kau tidak menggunakan kesempatan yang sangat baik ini untuk mempelajari isi kitab pusaka tersebut didalam penjara ini, bukan saja dapat mengusir waktu, dapat juga menambah kepandaian silatmu, suatu ketika apabila ilmu tersebut telah berhasil kau kuasai, memangnya pintu baja tersebut mampu merintangi kita?" Suma Thian yu menjadi gembira sekali, inilah yang dikatakan orang sebagai: Say ang yang kehilangan kuda, siapa yang bisa menduga kalau ini bukan rejeki? Sekalipun kedua orang itu sudah terkurung didalam penjara bukit, namun justru karena hal ini mereka telah berhasil mempelajari isi kitab pusaka yang menggetarkan seluruh kolong langit, tentu saja hal semacam ini tak pernah diduga sama sekali oleh kokcu lembah Put kui kok tersebut. Diatas bukit tiada waktu, entah berapa waktu pemuda itu harus berdiam dalam penjara tersebut..... oooOooo oooOooo UNTUK sementara waktu baiklah kita tinggalkan dulu Suma Thian yu dan Tio Ci hui yang sedang melatih ilmu didalam penjara bukit lembah Put Kui kok. Sementara itu, suasana didalam dunia persilatan telah berubah kacau, badai pembunuhan berdarah pun mulai mengancam setiap orang di dunia ini. Keheningan sebelum menjelangnya suetu per tarungan besar terasa paling menyesakkan, paling mengerikan dan paling tidak menentramkan hati orang, seakan-akan seluruh jagad telah mampus semua....

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kaum iblis dari golongan hitam nampaknya sudah mulai berubah sasaran mereka, kini tiada yang mengusik atau mengganggu kaum rakyat kecil lagi, mereka saling menghimpun tenaga dan kekuatan masing-masing untuk bersama-sama menghadapi para jago dari golongan lurus. Kaum hitam kini telah mengangkat Kul lun indah Siau wi goan sebagai pemimpin mereka, sebaliknya dari pihak kaum lurus belum ditemukan seorang pemimpin pun, seakan-akan semua orang sedang menunggu kedatangan Suma Thian yu dari Tibet untuk memimpin mereka semua. Begitulah, siang malam para jago dari kaum lurus samasama berharap kedatangan pemuda itu dengan membawa serta kitab pusaka tanpa kata, mereka pun berharap kemampuan pemuda itu sanggup untuk melenyapkan ancaman badai pembunuh yang kian mengancam tiba. Hampir setiap orang mempunysi jalan pemikiran demikian, namun siapa pun tidak yakin Suma Thian yu dapat kembali terutama sekali bagi sepasang manusia bodoh dari bukit Wu san yang tahu pemuda itu sudah terjatuh ke dalam jurang. Dalam keadaan demikian, mau tidak mau para jago kaum lurus harus mempertimbangkan kembali pilihan mereka, dan akhirnya diusulkan mengangkat Hui im tongcu Gak say bwe sebagai pemimpin mereka. Semua peristiwa ini sudah barang tentu diselenggarakan dan diumumkan oleh masing-masing secara diam-diam dan rahasia, itulah sebabnya pula suasana didalam dunia tenteram. Siapakah yang menduga kalau dibalik ketenangan tersebut, suatu pertarungan antara kaum sesat dan lurus segera akan berkobar... Sesungguhnya ilmu silat yang dimiliki Kun lun indah Siau Wi goan tidak terhitung hebat, namun akal muslihat serta kecerdasan otaknya memang jauh lebih unggul dari siapa pun, terutama dengan silat lidahnya yang lihay, banyak kaum lurus yang terbujuk olehnya sehingga mau berpihak kepadanya,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

antara lain It cu hoa kiam dari Tiam cong pay dan lain sebagainya. Yang paling hebat lagi adalah Sip hiat jin mo atau manusia iblis penghisap darah serta si mayat hidup, dua tokoh kaum iblis yang berilmu tangguh pun bersedia menerima perintahnya, ini semua membuat pertentangan diantara mereka sendiri semakin berkurang, namun kerja sama mereka dalam menghadapi kaum lurus semakin bertambah kokoh dan menakutkan. Hingga kini, para gembong iblis kaum hitam sejak yang hebat sampai yang rendahpun telah berkumpul semua didalam gedung kediaman Siau Wi goan yang berada dalam kota Tiang an, sudah barang tentu orang-orang yang dapat diundang Siau Wi goan pastilah jago-jago kaum rimba hijau yang terpandang. Dengan gaya pimpinan Kun lun indah Siau Wi goan yang sudah mendendam terhadap para jago kaum lurus, secara otomatis semua perencanaannya yang licik ditunjuk kan untuk memusnahkan kaum dari muka bumi ini. Orang bilang: Bila tahu lawan bila tahu diri, maka setiap pertarungan pasti akan dimenangkan. Sepanjang masa ini tujuan dari Siau Wi goan adalah berupaya sedapat mungkin untuk menyelidiki gerak-gerik kaum lurus, agar di dalam penggebrakan selanjutnya pihaknya dapat meraih kemenangan dan keberhasilan besar. Itulah sebabnya dia mulai menyelidiki setiap orang yang dicurigai, terutama terbadap jago-jago pilihan seperti Siau yau kay Wi Kian,sepasang manusia bodoh dari Wu san, Bu lim ji ci dan Ciong liong lo sian jin sekalian. Kemudian setelah mengetahui kekuatan lawan serta kemampuan mereka, dia pun mulai mengatur, rencana untuk menggasak mereka sedemikian rupa sehingga semuanya dapat di tumpas habis. Sudah barang tentu untuk menyusun perencanaan semacam ini bukanlah suatu pekerjaan yang gampang sekali.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tapi bagi Kun lun lndah Siau wi goan yang licik, segala sesuatunya ternyata bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Satu-satunya manusia yang membuatnya merasa kuatir adalah jejak Suma Thian yu yang belum diketahui bagaimana nasibnya itu, ia benar-benar merasa menyesal terutama atas kegagalannya menumpas Suma Thian yu ketika berada di lembah Toan hun kot tempo hari, padahal saat tersebut dia mempunyai peluang yang bagus sekali. Setiap kali teringat akan Suma Thian yu, wajah berseri yang selalu menghiasi wajahnya pasti akan menghilang, hatinya pun seakan-akan dikalungi dengan beban besi yang berat sekali. Baginya sehari Suma Thian yu masih hidup berarti ancaman terhadap semua rencana belum hilang karena satu-satunya orang yang mampu mengobrrak-abrik semua perencanaannya ini hanya anak muda tersebut seorang. Selama ini Sau Wi goan sudah banyak mengirim orang untuk menyelidiki jejak pemuda itu, namun hasilnya masih tetap merupakan sebuah teka teki besar. Beberapa hari berselang dia mendapat tahu dari Leng kong kalau Suma Thian yu telah tewas terjatuh dalam jurang, berita ini mendatangkan kegembiraan yang singkat bagi Kun Lun indah, tapi dia pun kembali menjadi murung dan resah bila teringat bahwa mati hidup pemuda lawannya ini masih tetap merupakan suatu teka teki besar. Kaluu dibicarakan memang sangat mengherankan, dia bukannya merasa kuatir meng hadapi Ciong liong lo sianjin dan sekalian tokoh-tokoh tua yang lihay, mengapa justru merasa resah dan kuatir terhadap Suma Thian yu seorang bocah yang masih ingusan? Mungkinnah dia selalu beranggapan bahwa Suma Thian yu lah yang mampu menghancurkan semua usahanya ini? Yaa, setelah terjadi bentrokan beberapa kali, dia memang mulai sadar bahwa musuh sesungguhnya baginya adalah Suma Thian yu....

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ditambah lagi dengan perjalanan Suma Thian yu ke Tibet, dia semakin memahami beban tugas yang sedang diembankan pada pemuda tersebut, sudah pasti pemuda inilah yang diserahi tugas untuk mententeramkan dunia persilatan dari gangguan pihaknya. Ditambah pula ketika berada ditebing Toan hun say Suma Thian yu telah berhasil merebut kembali kitab pusaka tanpa kata dari tangan San yap koay mo, betul keaslian kitab pusaka itu masih merupakan sebuah tanda tanya besar, namun selama teka teki itu belum terungkap, berarti sudut ancaman pun belum bisa dihilangkan pula. Berdasarkan banyak alasan inilah, maka setiap hari Kun lun indah Siau Wi goan se lalu murung, resah dan tidak gembira... Suatu hari, ketika Bi kun lun Siau Wi goan masih duduk diruang tengah dengan resah, tiba-tiba dari luar muncul seorang petugas yang melaporkan: "Lapor tayjin, diluar datang utusan dari lembah Put kui kok yang mohon berjumpa" Mendengar kata "Put kui kok" paras muka Kun lun indah Siau Wi goan segera berubah hebat, bagaimanapun juga lembah Put kui kok merupakan sekelompok kekuatan yang tidak boleh dianggap remeh. Selama banyak tahun teraknir ini, belum pernah ada orang yang bisa munculkan diri setelah tiba dilembah Put Kui kok tersebut, tapi hari ini dari pihak Put kui kok telah muncul orang yang datang menghadap, bisa di duga urusannya pasti gawat sekali. Maka dia segera menurunkan perintahnya: "Undang utusan ini masuk!" Tak lama setelah kepergian petugas itu, seorang lelaki berusia empat puluh tahunan telah muncal dimuka ruangan, Kun kun indah segera turun dari singgasananya untuk me nyambut kedatangan tamu agungnya itu... Orang ini berusia empat puluh tahunan, bertubuh jangkung, bertangan panjagn dan berwajah serius, dia mengenakan pakaian ringkas yang amat ketat.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang tersebut bukan lain adalah monyet sakti berlengan panjang Ko Lip kun yang pertama kali dijumpai Suma Thian yu. Setelah berjumpa dengan Kun Lun indah Siau wi goan, si monyet sakti berlengan panjang Mo Lip kun segera memberi hormat sambil menyapa ramah: "Apakah anda adalah Siau tayhiap?" "Yaa betul" "Aku Ko Lip kun mendapat perintah dari Kokcu untuk datang menyampaikan kabar gembira" "Kabar gembira? Darimana datangnya kabar gembira buat aku Siau wi goan?" Kun lun indah Siau Wi goan balik bertanya dengan wajah keheranan. Monyet sakti berlengan panjang Ko Lip kun segera tertawa terbahak-bahak. "Haah...haah...haah...apakah selama berapa waktu belakangan ini Siau tayhiap sedang murungkan sesuatu persoalan....?" "Persoalan yang sedang kuhadapi kelewat banyak, bersediakah Ko tayhiap mengutarakan secara langsung saja?" "Sudahkah Siau tayhiap mendapat tahu kabar berita tentang Suma siauhiap?" Begitu mendengar nama 'Suma Thian yu' disebut orang, Kun lun indah, Siau wi goan segera merasakan kepalanya menjadi pusing dan dadanya seperti terhantam benda yang amat berat sekali, dengan agak gelagapan ia segera tertanya: "Apakah bocah keparat itu masih hidup hingga sekarang?" "Yaa, dia masih hidup..." "Dimana?" tukas Wi Siau wi goan lagi dengan perasaan panik dan tidak sabar. Sekali lagi monyet sakti berlengan panjang Ko Lip kun mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. Haah...haah... haah... dia berada di dalam lembah Put kui kok sekarang"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah mendengar jawaban tersebut, Kun lun indah Siau wi goan menjadi gembira setengah mati, dia ikut mendongakkan kepalanya dan tertawa tergelak. Mendadak dia seperti teringat akan sesuatu, segera tanyanya kembali. "Apakah mati hidupnya sudah ditetapkan?" "Belum. Cuma lebih banyak mampusnya daripada hidupnya, sebab saat ini dia sudah disekap didalam penjara bukit" Mendadak Kun lun indah Siau Wi goan menjerit kaget: "Aduh celaka, dia membawa benda mestika...." Ketika berbicara sampai disini Kun lun indah Siau Wi goan tidak melanjutkan kemkali kata-katanya, sebab dia memang sengaja berbuat demikian agar Suma Thian yu menjadi incaran orang-orang lembah Put kui kok dan cepat dibinasakan. Monyet sakti berlengan panjang Ko Lip kun kontan saja membelalakkan matanya lebar-lebar, kemudian berseru cepat: "Benda mestika apakah itu? Apakah Siau tayhiap bersedia memberi keterangan kepada kami?" Kun lun indah Siau Wi goan kembali menggelengkan kepalanya sambil menghela napas. "Aku tahu bocah keparat itu tidak akan menyerahkan benda mestika tersebut dengan begitu saja" "Sebenarnya mestika apakah itu?" "Kau pernah mendengar tentang kitab pusaka Kun tun kan kun kun huan siu cinkeng? Nah, mestika itulah yang berada disakunya" "Apa?" teriak monyet sakti berlengan panjang Ko Lip kun segera menjerit kaget, "kau maksudkan kitab pusaka tanpa kata?" "Benar, kitab pusaka tersebut berada di tangan bocah keparat tersebut" 000O000

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah mengetahui kalau Suma thian yu menggembol mestika yang tak ternilai harganya itu, Monyet berlengan panjang Ko lip kun menjadi sangat panik, dia segera memohon diri kepada tuan rumah dan segera berangkat kembali ke lembahnya. Menanti Ko Lip kun sudah berlalu, Kun lun indah Siau wi goan baru mendongakkan kepalanya dan tertawa tergelak, dalam anggapan-nya kali ini, biarpun Suma Thian yu mempunyai berapa buah batok kepala pun semuanya akan terpengal habis. Tiba-tiba suara tertawanya terhenti sampai ditengah jalan, lalu sambil bertepuk tangan serunya: "Cepat undang Lim tayhiap" Yang dimaksudkan Lim tayhiap adalah si harimau angin hitam Lim Khong, tak selang berapa saat kemudian Lim Kong telah muncul. Secara ringkas Siau wi goan lantas menceritakan tentang soal Suma Thian yu yang baru didengarnya, setelah itu katanya: "Hiante, ajaklah beberapa orang jago lihay dan segera berangkat, begitu ada kabar, segera kirim kabar kembali, bila bertemu dengan bocah keparat tersebut, bagaimana pun juga kau harus membunuhnya sampai mampus!" Harimau angin hitam Lim Kong tertawa seram. "saat itu tak usah toako kuatirkan, selama hayat masih dikandung badan, aku bersumpah akan bertarung dengan Suma Thian yu keparat itu hingga dia mampus!" Setelah mengundurkan diri dari ruangan, dia lantas memerintahkan kepada si ular berekor nyaring Mo Pun ci, Leng Kong taysu dan Hu hok cu sekalian agar bersiap sedia untuk berangkat, sedangkan dia sendiri berangkat kegedung timur untuk berpamitan dengan gurunya si mayat hidup Ciu jit hwee. Dengan mengikuti dibelakang si monyet sakti berlengan panjang, berangkatlah rombongan yang dipimpim harimau angin hitam Lim Khong menuju ke sekitar lembah Put kui kok

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan maksud berjaga-jaga bilamana Suma Thian yu sempat melarikan diri dari sana. Dalam pada itu, Suma thian yu dan pena baja bercambang Tio ci hui yang terkurung dalam penjara bukit, kecuali bersantap makanan yang dihidangkan oleh pihak Put kui kok, mereka selalu mempelajari ilmu silat secara tekun. Berkat kecerdasan otak dari Suma Thian yu, maka tidak sampai dua bulan kemudian semua isi kitab Kun tun kan kun cinkeng tersebut telah berhasil dipelajari dengan matang, yang sekarang tinggal melaksanakan secara praktek. Ilmu silat yang tercantum didalam kitab pusaka itu memang benar-benar merupakan ilmu sakti yang jarang ditemui dalam dunia persilatan, semuanya berjumlah tujuh jurus, dari setiap jurus mempunyai daya kekuatan yang luar biasa. Apabila ketujuh jurus seraTgan tersebut dipergunakan secara beruntun maka perubahan yang dapat dikembangkan akan meningkat, luar biasa biarpun harus bertarung sebanyak dua ratus gebrakan pun, orang tetap akan dibuat kebingungan. Tapi sekarang Suma Thian yu baru bisa mengingat-ingat cara mempergunakan ketujuh jurus serangan itu saja, sekalipun demikian, orang yang sanggup menghadapinya sekarang boleh dibilang hanya beberapa gelintir saja. Pena baka bercambang Tio Ci hui sendiri semenjak pertemuan-nya dengan Suma thian yu, ia nampak lebih ceria dan terbuka, keputusasaan yang semula mencekam perasaannya sudah lenyap tak berbekas, sedangkan harapan-nya untuk bisa hidup lebih jauh pun berkobar kembali... Oleh sebab itulah, selama Suma Thian yu mempelajari kitab pusaka tanpa kata, dia sendiri tidak mengganggu, satu demi satu semua ilmu silat yang dipelajarinya dulu dilatih kembali, bahkan dari Suma Thian yu pun dia berhasi mempelajari berbagai macam ilmu kepandaian.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hanya dalam dua bulan yang singkat, dasar tenaga dalam maupun ilmu silat yang dimiliki kedua orang ini telah memperoleh kemajuan yang pesat. Hari ini ketika mereka baru selesai sarapan, tiba-tiba pintu baja dibuka orang dan muncullah Monyet sakti berlengan panjang Ko lip kun serta panglima langit penakluk bumi Si tay kong. Sebenarnya suma Thian yu sedang berbaring, maka begitu berjumpa dengan kedua orang itu, diapun segera merintih dan bersikap seolah-olah menjadi lemah dan sekarat karena kekurangan makanan. Monyet sakti berlengan panjang Ko Lip kun hanya berdiri didepan pintu saja sambil mengawasi kedua orang itu sekejap, kemudian sambil mengawasi Suma Thian yu, tegurnya dingin: "Sahabat kecil, pelayanan Put kui kok terhadapmu tentunya tidak terlalu jelek bukan?" Suma Thian yu kembali merintih, lalu sambil duduk dengan wajah murung sahutnya" "Dua bulan ini hampir saja nyawaku turut lenyap, apakah pelayanan semacam ini pun kau anggap sebagai pelayanan yang baik? Kau benar-benar bedebah...." Monyet sakti berlengan panjang Ko Lip kun sama sekali tidak terpengaruh oleh kata-kata tersebut, lain dengan panglima langit penegak bumi Si Tay Kong, dia tak sanggup menahan diri lagi, sambil membentak gusar ia siap menerjang ke depan untuk menghajar Suma Thian yu, tapi niat tersebut segera dicegah oleh monyet sakti berlengan panjang. "Hiante, buat apa sih kita mesti bercekcok dengan setan cilik itu? Ingat saja apa tujuan kedatangan kita sekarang? Janganlah disebabkan urusan kecil sampai masalah besar pun turut terbengkelai, kenapa sih kau selalu mengumbar watak kerbaumu?" Dengan gemas dan penuh amarah panglima langit penegak bumi Si Tay kong segera mengumpat: "Kau bebedah keparat, anak jadah..."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Niatnya untuk memberi hajaran kepada pemuda tersebut pun segera diurungkan. Kemudian monyet sakti berlengan panjang Ko Lip kun baru berkata lagi dengan senyum an licik menghiasi wajahnya: "Sobat cilik, aku dengar kau membawa sejilid kitab pusaka yang tak ternilai harganya, bolehkah dipinjamkan sebentar kepadaku?" Suma thian yu amat terkejut setelah mendengar perkataan ini, sampai-sampai Pena baja bercambang yang berada di sampingnya pun turut merasa terkejut. Untung Suma Thian yu cukup cekatan, setelah berpikir sebentar ia segera dapat menebak jalan pemikiran orang, maka katanya kemudian: "Kitab pusaka apa sih? Aku tidak memilikinya" "Bocah keparat, kau masih bermaksud untuk berlagak pilon?" bentak panglima langit penegak bumi dengan gusar, "di hadapan orang pintar tidak usah berbohong, kami tahu kau menggembol kitab pusaka tanpa kata. Hmm, memangnya berusaha mau membohongi toaya mu?" "Didalam saku ku hanya terdapat selembar kertas rongsokan, benarkan kertas itu kitab pusaka atau bukan, aku sendiripun kurang tahu, apakah kalian berdua menginginkan kertas rongsokan itu?" Kemudian dengan ilmu menyampaikan suara dia berkata pada si Pena baja bercambang: "Toako, untuk sementara waktu kau hadapi seorang diantara mereka, jangan biarkan mereka kabur, sebab inilah satu-satunya ke sempatan buat kita untuk melarikan diri. Buru-buru pena baja bercambang menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya bersiap sedia untuk membunuh salah seorang musuhnya itu. Mendadak Suma Thian yu teringat kembati dengan perbuatannya sewaktu memper mainkan Sam yap koay mo dan manusia iblis berkepala ular tempo hari, maka dengan cara yang sama diapun berseru:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apakah kedatangan kalian berdua dikarenakan kertas rongsokan ini...?" Dia segera mengeluarkan kitab pusaka itu dan diperlihatkan di hadapan ke dua orang itu. Bagaikan kucing melihat ikan asin, Ko Lip kun dan Si Tay kong segera melototkan matanya besar-besar. Kembali Suma thian yu mengoceh: "Rupanya kalian berdua menginginkan kertas rongsokan ini, sayang seribu kali sayang, kertas ini hanya selembar saja, bagaimana cara untuk membaginya?" Dalam perkiraan Suma Thian yu, ke dua orang itu pasti akan saling berebut setelah mendengar perkataan itu. Siapa tahu kedua orang itu menjadi gusar sekali setelah mendengar ucapan yang bernada adu domba ini, Monyet sakti berlengan panjang Ko Lip kun segera mengumpat: "Bocah keparat, kau anjing licik, memangnya kau anggap dengan hasutanmu itu lantas kami akan saling bentrok sendiri? Toaya mu tak akan termakan oleh tipu muslihat anjing keparat macam kau!" SERAYA berkata dia lantas maju kedepan dan menghampiri Suma Thian yu. Sebaliknya panglima langit penegak bumi Si Tay kong menghampiri si pena baja bercambang. Tindakan yang dilakukan kedua orang tua itu justru merupakan apa yang diharapkan oleh pemuda tersebut, diamdiam ia menjadi kegirangan setengah mati. Mendadak terdengar Monyet sakti berlengan panjang Ko Lip kun menjulurkan tangannya kedepan sambil membentak penuh amarah: "Bawa kemari bocah keparat!" Suma Thian yu sengaja memperlihatkan kitab pusaka itu dihadapan lawannya kemudian dimasukkan kembali kedalam sakunya sambil mengejek sinis. "Tak akan semudah itu, kau anggap dikolong langit terdapat manusia bodoh yang mau menyerahkan mustikanya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan begitu saja? Huuh, kalau sauya enggan menyerahkan kepadamu lantas mau apa kau?" Meledaklah hawa amarah si Monyet sakti berlengan panjang Ko Lip kun sehabis mendengar perkataan ini, otototot hijaunya sampai menonjol keluar semua saking marahnya, sambil membentak keras, kelima jari tangannya dipentangkan lebar-lebar kemudian menyambar tubuh Suma Thian yu sambil umpatnya: "Kepingin mampus rupanya kau?" Siapa tahu belum sampai kelima jari tangan-nya mencapai sasaran, Suma thian yu sudah berkelebat lewat dan lenyap dari pandangan mata. Belum sempat Monyet sakti berlengan panjang Ko Lip kun membalikkan badannya, mendadak punggungnya terasa amat sakit, seluruh tulang belulangnya bergemerutuk keras, lalu diiringi jeritan ngeri yang memilukan hati tubuhnya roboh terkapar keatas tanah. Panglima langit penegak bumi Si Tay kong memang tidak malu disebut manusia licik, begitu menjumpai Ko Lip kun roboh keatas tanah ia tidak berusaha membantu kawannya malahan sebaliknya kabur keluar pintu. Pena baja bercambang Tio Ci hui kuatir musuhya itu berhasil melarikan diri, sudah barang tentu dia tak akan membiarkan lawannya lolos dengan begitu saja, sambil membentak dia melompat kedepan untuk mengejar. "Tunggu dulu!" Suma Thian yu pun tidak berani berayal sebab dia tahu setengah langkah saja dia terlambat, pintu penjara akan tertutup kembali, berarti dia harus berusaha lebih dulu sebelum berhasil lolos dari situ. Karenanya pada saat yang hampir bersamaan mereka berdua bersama-sama menerobos keluar dari pintu penjara. Setelah dua bulan tak bertemu sinar matahari, mereka merasakan semangatnya berkobar kembali setibanya dialam bebas, begitu melihat dua orang sipir penjara ada disitu, tanpa

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

banyak bicara, seorang satu mereka hajar lelaki penjaga bui itu sampai tewas. Dalam pada itu si pena baja bercambang Tio Ci hui telah berhasil mengejar hingga dibelakang Si Tay kong, menyadari kalau jalan untuk kabur telah tertutup, panglima langit penegak bumi ini segera membalikan badan dan mengayunkan telapak tangan-nya bersama-sama melancarkan sebuah pukulan dahsyat. Bagaimanapun juga pena baja bercambang adalah seorang piasu, ilmu silatnya biasa-biasa saja bila dibandingkan dengan musuhnya yang merupakan jago lihay kalangan rimba hijau, tentu saja selisihnya jauh sekali. Begitu melihat musuhnya membalikkan badan sambil melancarkan serangan ia menjadi gelagapan dibuatnya dan cepat-cepat menghindar ke samping.... Sudah barang tentu Si Tay kong tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang amat baik ini dengan begitu saja, mendadak ia merubah gerakan tubuhnya, lalu dengan jurus Naga sakti mengebaskan ekor, dia hantam batok kepala Tio Ci hui. Gerak serangan tersebut amat gencar lagi dahsyat, mustahil rasanya buat Tio Ci hui untuk meloloskan diri lagi, tak ampun lagi dia berseru tertahan dan memejamkan matanya menunggu kematian tiba. Di dalam detik yang amat kritis inilah, mendadak terdengar suara pekikan nyaring bergema memecahkan keheningan. Suma Thian yu dengan gerakan secepat sambaran petir menerobos masuk diantara kedua orang itu kemudian ia sambut serangan dari Si Tay kong tadi dengan kekerasan, sementara telapak tangan yang lain membacok tubuh lawannya ini. Di dalam serangan tersebut Suma Thian yu hanya, mempergunakan tenaga sebesar emapt bagian saja, tapi ilmu silat yang digunakan justru ilmu sakti dari kitab pusaka tanpa kata. Disamping berniat mencoba kemampuan ilmu silat tersebut, dia pun ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

membalas sakit hatinya terhadap Si Tay kong yang pernah memperlakukan dirinya sangat buruk dua bulan berselang. Biarpun niat yang sebenarnya hanya memberi hukuman kepada lawan sehingga menjadi cacad, apa mau dibilang kepandaian silat yang dihasilkan dalam serangan tersebut benar-benar luar biasa dahsyat dan hebatnya. Mimpi pun Si Tay kong tidak menyangka kalau Suma Thian yu bakal menggunakan serangan maut sedemikian dahsyatnya untuk menghadapi dirinya. Menanti angin pukulan lawan yang amat dahsyat dan tak terlawan itu sudah tiba didepan mata, terlambat sudah baginya untuk menarik kembali serangannya tersebut. "Blaaarr.....!" Suatu benturan dahsyat segera terjadi, menyusul kemudian ditengah udara bergema suara jeritan ngeri yang memilukan hati. Tubuh si panglima langit penegak bumi Si Tay kong segera mencelat seperti layang-layang yang putus benang dan terlempar ketengah udara, sewaktu terjatuh kembali ke bumi, kepalanya lebih dulu yang menembuk batu cadas. Tak ampun lagi, kepalanya sagera hancur berantakan, isi benaknya berhamburan kemana-mana, manusia tersebut tewas dalam keadaan yang benar sangat mengerikan. Suma Thian yu menjadi melongo dengan mata terbelalak besar setelah menyaksikan peristiwa ini, sampai lama sekali dia masih belum mampu mengucapkan sepatah katapun. Mendadak.... Ditengah udara berkunaandang lagi suara tertawa seram yang dingin dan menggidikkan hati: Suatu pembunuhan yang bagus sekali...hitung-hitung menambah pengetahuanku. Suma Thian yu menjadi sangat terperanjat setelah mendengar seruan tersebut, dengan cepat dia berpaling, ternyata si makhluk pembalik awan Ay Siang telah muncul pula disana.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan langkah pelahan Ay Siang mendekati pemuda tersebut, sementara dibelakangnya mengikuti gorilla hitam andalan-nya itu. Setelah berhasil membinasakan musuhnya barusan, rasa percaya pada kemampuan sendiri dari Suma thian yu semakin bertambah, dia tidak merasa jeri lagi terhadap kakek tersebut namun tetap merasa sangsi terhadap gorilla yang berada di belakangnya. Sementara itu makhluk pembalik awan Ay Siang telah berdiri tegak hanya enam langkah dihadapan si anak muda itu, setelah memandang sekejap kearah sang pemuda dengan pandangan hina, kemudian memandang pula ke arah Tio ci hui, katanya kemudian: "Nyali kalian berdua benar-benar amat besar, kau anggap lembah Put kui kok merupakan tempat yang gampang dibuat huru-hara? Hmm, bukan saja membunuh Ko Lip kun dan Si tay kong berdua kalian pun berani menyerbu keluar dari penjara. Hmm... boleh saja bila ingin keluar dari lembah Put kui kok ini, cuma kalian harus sanggup merobohkan diriku lebih dulu" Semua perkataan-nya diucapkan dengan nada tegas dan bertenaga, bukan saja kelewat mengunggulkan kemampuan sendiri, jumawanya bukan kepalang. Suma Thian yu segera menjawab dengan ketus: "Siapa yang akan menurut aku akan hidup, siapa yang menentang akan mati, setan tua kau jangan mencoba-coba hendak merintangi perjalananku ini" Begitu selesai berkata, dengan jurus dewa memetik buah dia menghantam tubuh Si makhluk pembalik awan Ay Siang keras-keras. Siapa tahu baru saja dia bergerak gorilla yang berada dibelakang Ay Siang turut bergerak pula, agaknya binatang tersebut cukup memahami maksud majikan-nya, begitu melihat ada orang menyerang majikan-nya, dia segera menghadapi serangan tersebut dengan cepat. "Blaaamnm..!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

serangan dahsyat dari Suma Thian yu itu nyaris menghantam diatas dada Gorilla tersebut. Biarpun serangan tersebut sangat dahsyat ternyata sama sekali tidak berpengaruh pada sang gorilla tersebut, jangan lagi terluka, bergetar pun tidak. Suma thian yu menjadi keder sendiri, dia melompat mundur dua langkah ke belakang, tapi gorilla itu sambil menggerakkan tangan-nya malahan mendesak lebih kedepan. Lama-kelamaan Suma Thian yu dibuat mendongkol dengan sendirinya, dia segera menarik napas panjang begitu melihat gorila itu sudah berada tiga langkah dihadapan-nya, dia lantas mengeluarkan ilmu pukulan Sian poo hwe hong ciang ajaran Ciong liong sianjin untuk menyerang binatang tersebut. Dalam pada itu, makhluk pembalik awan Ay Siang yang menyaksikan gorilanya sudah mencegat Suma thian yu, dia segera mengalihkan sasarannya ke arah pena baja bercambang Tio Ci hui. Sementara itu Tio Ci hui telah bersiap siaga dengan menghimpun segenap kekuatan yang dimilikinya ke dalam sepasang lengan, begitu melihat Ay Siang datang mendekat ia segera membentak keras: "Lihat serangan!" Serangan tersebut segera menumbuk dada si makhluk pembalik awan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat. "Serangan yang bagus!" jengek Ay Siang sambil tertawa dingin. Tubuhnya miring kesamping, lalu telapak tangan kirinya dilontarkan ke depan, dengan jurus Awan melintangi bukit Wu san, dia hantam pinggang Tio Ci hui. Dalam pada itu Tio Ci hui benar-benar sangat gelisah, dengan mengeluarkan semua kepandaian silat yang pernah dipelajarinya selama puluhan tahun terakhir ini dia bertarung sengit melawan makhluk pembalik awan. Bila dibicarakan sesungguhnya, keadaan Ay Siang dengan Tio Ci hui sekarang ibaratnya orang dewasa menghadapi anak

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kecil, pada hakekatnya dia hanya mempermainkan si pena baja bercambang itu saja. Berbeda dengan Tio Ci hui, dia telah mempergunakan seluruh kepandaian yang dimilikinya, setiap jurus, setiap gerakan semuanya disertai dengan tenaga penuh, sayang sekali kemampuannya memang kalah setingkat, biarpun dia sudah menggunakan segenap kemampuan yang dimilikipun sama sekali tak berguna. Di pihak lain, pertarungan antara Suma thian yu melawan gorilla itu pun berlangsung seru, berbicara soal tenaga dalam Suma Thian yu masih jauh lebih unggul apa lagi manusia berotak dan gorilla tidak, jadi posisi sungguhnya lebih menguntungkan bagi anak muda kita. Ketika ia melihat Ay Siang telah bertarung melawan Tio ci hui, hatinya mulai gelisah tak hentinya, ia mencoba mengamati jalan-nya pertarungan tersebut. Kalau tidak dilihat masih mendingan, begitu melihat keadaan tersebut, peluh dingin segera terjatuh bercucuran membasahi tubuhnya, ternyata Tio Ci hui sudah terdesak hebat, keadaannya berbahaya sekali, ibarat telur diujung tanduk. Buru-buru Suma Thian yu menghimpun segenap tenaga yang di milikinya dengan melangsungkan pertarungan cepat, semua pelajaran yang baru saja dipelajari dari kitab tanpa katapun di keluarkan semua. Bagaimana pun jua gorilla cuma seekor hewan, dia hanya mengandalkan kulit tubuh nya yang keras saja untuk menghadapi musuh, sadarlah Suma Thian yu, apa bila dia ingin meraih kemenangan, maka akallah yang harus digunakan. Maka dengan mengerahkan tenaga besar enam bagian dia hantam perut gorilla itu keras-keras. Termakan pukulan yang di lancarkan dengan ilmu sakti dari kitab tanpa kata ini, gorilla tersebut tidak mampu mempertahankan diri, begitu terhajar badannya segera terjungkal keatas tanah.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu hewan tersebut roboh, Suma thian yu tidak menyianyikan kesempatan baik yang ada, bersamaan waktunya dia cabut keluar pedagnya lalu menusuk tenggorok-kan binatang itu dengan kecepatan bagakan sambaran kilat. Mendadak terdengar gorilla itu menjerit kesakitan, dari tenggorokannya muncrat keluar darah segar yang menyembur ke mana-mana, setelah meronta berapa saat akhirnya lemas dan tewaslah binatang tersebut. Sementara itu makhluk pembalik awan Ay Siang yang sedang bertarung menjadi tertejut ketika mendengar jeritan ngeri dari binatang kesayangannyam ketika dia berpaling dan mengetahui binatang itu sudah mampus, hatinya menjadi sakit sekali seperti diiris-iris dengan pisau, serangannyapun secara otomatis turut terhenti. Padahal pada waktu itu napas si pena baja bercambang Tio Ci hui sudah ngos-ngosan seperti kerbau, melihat musuhnya meng-hentikan serangan secara tiba-tiba ia segera menganggap inilah kesempatan yang baik sekali. Dengan menghimpun segenap kekuatan yang dimilikinya, sebuah bacokan kilat segera dilontarkan ketubuh lawan. Makhluk pembalik awan Ay Siang adalah seorang jagoan yang berilmu sangat tinggi, sekalipun dia sedang terpengaruh oleh binatang kesayangannya, namun tidak lupa sedang menghadapi lawan. Baru saja angin serangan menerpa tubuhnya, dia telah sadar dari kekilafan tersebut. Terbakar oleh amarahnya karena kematian gorila kesayangannya, Ay Siang segera melampiaskan semua perasaan dendam, benci dan amarahnya itu kepada Tio Ci hui. Mendadak terdengar ia membentak keras: "Lebih baik kau temani dia masuk kubur saja!" Bersamaan dengan selesainya perkataan itu, sebuah pukulan dahsyat telah dilontarkan kedepan. Tio ci hui mengira musuhnya sama sekali tidak membuat persiapan apa-apa karena sedang terpengaruh oleh kematian

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

binatang kesayangannya, maka dia menyerang secara kalap dengan melupakan pertahanan diri. Menanti ia saksikan Ay Siang menyerang dengan amarah, terlambat sudah baginya untuk menjaga diri, tahu-tahu dadanya terasa sakit, pandangan matanya menjadi gelap kemudian roboh tak sadarkan diri. Ilmu pukulan yang digunakan makhluk pembalik swan Ay Siang adalah tenaga Im, bagi korban serangannya tidak akan merasakan kesakitan yang enteng akan segera roboh pingsan, sedang yang parah segera tewas dalam seketika. Barusan, makhluk pembalik Awan Ay Siang melancarkan serangan dalam keadaan gusar, otomatis dia menyerang dengan tenaga yang maha dahsyat, kasihan pena baja bercambang Tio Ci hui, dengan sudah payah dia meloloskan diri dari penjara, tapi siapa sangka sebelum keluar dari lembah Put kui kok, jiwanya keburu terbang ditangan Ay Siang Si setan tua ini! Disaat Suma Thian yu berhasil menghabisi nyawa gorila itu, tepat pada saatnya Tio Ci hui roboh termakan serangan, dia mau menolong sudah tak sempat lagi, segera teriaknya dengan kaget: "Tio toako!" Tubuhnya segera menerjang kedepan dan memeriksa denyut nadi Tio Ci hui tapi denyut nadi orang itu sudah berhenti. "Dia telah tewas!" dengan pedih Suma Thian yu bergumam. Kemudian ia bangkit berdiri, sorot matanya memancarkan sinar buas penuh hawa napsu membunuh, ditatapnya Makhluk pembalik Awan itu lekat-lekat, kemudian bentaknya sambil menggigit bibir: "Suma Thian yu bersumpah akan membunuhmu!" Makhluk pembalik awan Ay Siang mendesis sinis dengan angkuhnya dia berkata: "Hmm, dengan mengandalkan kemampuan sekecil itupun kau berani bicara besar...."

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Namun semua perkataan ini tak ada sepatah katapun yang masuk ketelinga Suma Thian yu, dia sudah hilang kesadarannya, kematian Tio Ci hui telah membuatnya kalap, karena Tio Ci hui adalah teman senasib sependeritaannya, sebab hanya Tio Ci hui yang mempercayai kesucian dirinya.... Makhluk pembalik awan Ay Siang melirik sekejap kearah Suma Thian yu yang masih termangu karena kesedihan yang memuncak, tiba-tiba timbul suatu ingatan jahat dalam hatinya, mengapa dia tidak menyergap dan membunuh pemuda itu selagi lawannya tidak siap? Berpendapat demikian, diam-diam dia lantas menghimpun segenap tenaga dalamnya sedalam lengan dan siap melancarkan serangan yang mematikan. Siapa tahu baru saja dia bergerak, Suma thian yu sudah merasakan hal tersebut, hanya saja dia tetap berlagak bodoh dan berdiri seperti keadaan semula. Diiringi bentakan keras penuh amarah dari Mahluk pembalik awan Ay Siang, sepasang telapak tangannya dengan menghim pun tenaga sebesar sepuluh bagian langsung dibabatkan kedada dan lambung si anak muda tersebut. Keadaan Suma Thian yu saat ini tak ubahnya seperti perasaan Ay Siang yang kehilangan gorilanya, rasa gusar, sedih dan kosong sedang menunggu sasaran pelampiasan, dan Ay Siang kebetulan merupakan satu-satunya sasaran pelampiasan. Suma Thian yu telah menghimpun tenaga dalamnya sebesar sepuluh bagian yang mengelilingi seluruh badan, dia tak mau memandang Ay Siang yang busuk dan munafik itu, maka pandangannya dialihkan ke tempat jauh sana. Tatkala serangan Ay Siang dengan telak menghajar diatas dada dan lambung Suma Thian yu, mendadak terdengarlah suara ledakan yang memekikkan telinga. Tubuh Suma Thian yu seolah-olah sudah tumbuh akarnya, sama sekali tidak bergerak sedikitpun, bagaimana dengan A Siang si setan tua itu?

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika sepasang tangan-nya menghantam tubuh lawan tadi, dia merasa seolah-olah menghajar diatas dinding baja yang kuat, sepasang lengan-nya menjadi sakit sekali hingga menusuk-nusuk tubuhnya, kemudian ia merasakan pula seguluag tenaga pantulan yang kuat melemparkan tubuhnya ke luar. Sekalipun selama berada diudara dia masih dapat merasakan segala sesuatunya, akan tetapi badannya seperti tidak bertenaga lagi, tubuhnya segera mencelat sejauh dua kaki lalu terbanting keras keatas diatas tanah dan tewas seketika. Begitulah nasib manusia yang berhati keji, siapa yang telah melakukan kejahatan, dia pasti akan menerima ganjaran yang setimpal dengan kejahatan yang pernah diperbuatnya. Setelah berhasil membunuh Ay Siang si mahkluk pembalik awan tersebut, perasaan Suma Thian yu sama sekali tidak riang, apalagi ketika sorot matanya memandang mayat Tio Ci hui yang membujur kaku diatas tanah, rasa sedih kembali mencekam perasaannya. Ketika dia membangunkan mayat Tio Ci hui, air matanya tak terbendung lagi, setetes demi setetes jatuh membasahi tubuh Tio Ci hui yang telah kaku. Tanpa tujuan pemuda itu membopong jenasah temannya dan selangkah demi selangkah berjalan ke depan. Untuk mencapai lembah depan, maka dia harus melewati sebuah tebing bukit yang dijaga ketat. Suma Thian yu segera membaringkan jenasah Tio Ci hui diatas tanah, membuat liang kubur disisi sebuah tebing dan mengubur jenasah rekannya itu disana. Ia teringat pula sumpah Tio Ci hui ketika dia bertekad hendak membalas dendam kepada penyamun berkerudung yang telah menewaskan tiga belas orang jagonya. Pemuda itu segera berlutut didepan pusara temannya yang masih baru itu, kemudian dengan sedih dia bersumpah: "Tio toako semoga arwahmu dialam baka dapat beristirahat dengan tenang. Lindungilah Thian yu agar secepatnya dapat

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menemukan penyamun pembegal barang kawalan itu. Thian yu bersumpah akan membalaskan dendam bagi dia dan sakit hatimu itu" Selesai berdoa dia bangkit dan pelan-pelan menuruni bukit tersebut, kematian dari Tio toako nya membuat pemuda itu cepat-cepat ingin kembali kedaratan Tionggoan. Sebenarnya dia hendak membantai semua orang dalam lembah Put kui kok tapi setelah teringat bahwa selain kokcu tua yang angkuh tersebut, nyonya kokcu serta putrinya pernah menyelamatkan dia dari siksa dan penderitaan, maka niat tersebut di urungkan kemudian. Disiang hari, penjagaan dalam lembah Put kui kok amat ketat, Suma thian yu menunggu sampai tibanya malam baru selangkah demi selangkah meninggalkan lembah tersebut kembali ke daratan Tionggoan. Ketika pemuda itu sudah tiba di kota Aun yang, mendadak didengarnya suatu berita yang mengejutkan, yaitu pertarungan antara kaum sesat dan lurus sudah tersiar sampai dimana-mana. Konon waktu pertarungan sudah ditentu kan pada malam Tiong ciu bulan delapan tanggal lima belas. Tempat pertarungan adalah puncak bukit Hoa san. Ketika Suma Thian yu menghitung dengan jari ternyata jarak sampai bulan delapan tanggal lima belas masih ada tiga puluh lima hari, hal ini membuat pemuda tersebut amat gelisah. Sebab bagaimana pun juga sebelum pertarungan itu diseleng-garakan, dia harus berangkat ke Hui im tong dan menyambangi Ciong liong lo sianjin sambil memberitahukan pengalamannya kepada orang tua itu. Berbicara dari situasi sekarang, biarpun Ciong liong lo sianjin berhasil mendapatkan kitab tanpa kata pun belum tentu mampu memadamkan kobaran api yang mulai membara itu. Suatu badai pembunuhan berdarah ternyata berhasil diramalkan oleh Ciong liong Lo sianjin secara tepat sekali.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiga puluh hari lagi malam liong Ciu akan tiba, bila golongan lurus dan golongan sesat mulai bertarung yang pasti darah akan berceceran d seluruh bukit Hoa san, tapi siapakah yang akhirnya akan muncul sebagai pemenang? Kota Hun Yang adalah sebuah kota yang besar dan ramai, tidak kalah bila dibandingkan dengan kota Tiang An. Suma thian yu yang baru memasuki kota tersebut segera terkesan oleh ramainya orang yang berlalu lalang di kota tersebut. Tiba-tiba ia melihat seorang tosu diantara kerumunan orang banyak, wajahnya seperti amat terkenal, tapi untuk sementara waktu ia lupa mengingat siapakah dia, sementara dia sedang berpikir, tosu itu telah membalikkan tubuhnya dan lenyap dikeramaian orang banyak. Cepat-cepat Suma Thian yu mengejar kedepan, tapi saking tegangnya tanpa sengaja ia menumbuk orang yang berjalan dibelakangnya. Orang itu segera menjerit kesakitan lalu mengumpat kalang kabut: "Setan cilik, kau sialan! kemana kau taruh sepasang matamu, mau menumbuk aku mati ya... aduh...tolong...aduh.... tolong kau si pembunuh cilik!" Kecut hati Suma Thian yu setelah mengetahui korbannya adalah seorang kakek tua berambut putih yang telah berusia kira-kira tujuh puluhan, kakek itu roboh terlentang sambil mengaduh tiada hentinya, sehingga mengenaskan sekali keadaannya. Cepat-cepat Suma Thian yu membimbing tangan kakek itu, lalu katanya dengan nada minta maaf: "Maaf pak tua, aku memang kelewat pikun sehingga tanpa sengaja menumbukmu hingga terjerembab, maaf, maaf sekali lagi maaf....." Kakek itu mengaduh tiada hentinya, lama kelamaan kemudian hal ini telah banyak menarik perhatian orang sehingga datang mengerubung. Tampaknva kakek itu mencari gara-gara, semakin banyak orang yang mengerubung jeritnya semakin menjadi-jadi,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mendadak ia mencengkeram baju Suma Thian yu dan mulai berkaok-kaok: "Coba kalian lihat bocah keparat ini mau menginjak-injak aku sampai mati, aduh biung... perutku sakit sekali, hei kunyuk... kauingin membunuh aku ya?" Sebenarnya Suma Thian yu sedang kalut pikirannya apalagi setelah mendengar kaokan kakek itu dan melihat orang-orang yang mengerubung semakin banyak, wajahnya menjadi merah padam seperti udang direbus. Ulah kakek itu semakin menjadi-jadi, melihat paras muka pemuda itu memerah, ia berteriak semakin keras. "Ayoh ganti, kau harus mengganti kerugian, aduh habis sudah uangku, tadi aku membawa lima tahil perak rupanya, bocah ini sudah mencomotnya sekaligus, aduh mak, aku tak mau hidup lagi" Mendengar kata-kata itu sadarlah Suma thian yu bahwa tujuan kakek tersebut dengan ulahnya adalah ingin memeras dia, coba kalau disana tiada orang lain apalagi memang ia yang tanpa sengaja menubruknya, sejak tadi kakek itu sudah ditempelengnya. Sekarang kakek tersebut hanya bermaksud minta uang saja, hal ini justru dianggap olehnya sebagai suatu yang kebetulan sekali, karenanya diapun memohon: "Lopek, maafkanlah aku, kalau kau tak punya uang, aku bersedia memberi lima tahil untukmu, cuma disini banyak orang, bagaimana katau kita minum dua cawan arak dirumah makan?" Agaknya kakek itu seperti tertarik, dia segera berhenti mengaduh dan mengawasi pemuda tersebut dengan mata melotot. "Baiklah, sekarang juga kita boleh berangkat" katanya kemudian. Dengan melepaskan diri dari kerumunan orang banyak, dia segera beranjak pergi lebih dulu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Para penonton yang menyaksikan kejadian tersebut bukan saja tiada yang menaruh simpatik, sebaliknya diam-diam malah menyumpai kakek tersebut. Suma Thian Yu dengan mulut membungkam mengikuti di belakangnya, ternyata kakek itu tidak menuju kepusat kota sebaliknya malahan pergi keluar kota. Melihat hal ini, Suma Thian Yu menjadi keheranan dan tak tahu obat apa yang sedang dipersiapkan kakek tersebut, tapi dia menduga tentu bukan mengandung maksud baik. Setelah keluar dari pintu kota, kakek itu membalikkan badan dan menghadang jalan perginya sambil berkata: "Setan cilik, apakah ingin menghantar kematianmu?" "Empek tua, aku tidak mengerti apa yang kau maksudkan!" "Kau mengejar terus tosu siluman tersebut, kalau bukan ingin mengantar kematian, lantas mau apa?" Suma Thian yu jadi tertelan setelah pendengar ucapan ini, diam-diam pikirnya: "Sungguh aneh, darimana dia tahu kalau aku sedang mengejar tosu tua itu? tampaknya dia adalah seorang manusia yang punya nama atau asal usul...." Meski begitu dia toh telah menyangkal: "Tidak, aku sedang meneruskan perjalananku..." "Meneruskan perjalanan? Hmm aku lihat kembali ke gua Hui im tong yang benar bukan?" Begitu ucapan tersebut diutarakan, Suma Thian yu semakin terkejut lagi, jangan-jangan dia telah bertemu dengan seorang dewa...? Kembali kakek itu berkata: "Ciong liong si tua bangka itu sudah tidak berada di Hu im tong lagi ke sana pun percuma saja. Bagaimana kalau aku memberi petunjuk kepadamu? Lebih baik kau berangkat ke perkampungan Lu ming ceng di kaki bukit Hoa san saja!" Suma thian yu segera sadar bahwa dibalik kesemuanya itu tentu ada hal-hal yang tak beres, cepat-cepat dia memberi hormat seraya berseru:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Terima kasih atas petunjuk dari cianpwe, bolehkah aku tahu siapa nama cianpwe?" Kakek itu segera tertawa terkekeh. "Aku tak punya nama, hidupku sederhana dan hambar, sampai nama sendiripun kulupakan" Semula Suma Thian yu tidak menangkap sesuatu dibalik ucapan tersebut, namun setelah berpikir lebih jauh, dia seperti teringat akan sesuatu, segera serunya: "Apakah locianpwee adalah Tam Pak cu?" kakek itu segera tertawa terbahak bahak: "Haaa... haaa... rupanya gurumu sudah pernah menyinggung diriku?" "Suhu boanpwee seringkali membicarakan tentang nama besar cianpwee, dan boanpwe pun sangat berharap dapat berjumpa dengan cianpwee, sunggah beruntung hari ini kita dapat bersua muka" "Cukup, cukup, kau tidak usah berkentut terus, buat apa kau membicarakan soal begini? Aku masih mempunyai banyak tugas dan tak ada waktu untuk berbicara betele-tele lagi, yang penting gurumu berada di perkampungan Lu ming ceng sekarang, sedangkan suhengmu Hian cing totiang berada dirumah penginapan Cing keng di sebelah selatan kota..." Mendapat kabar tentang suhengnya Hian ceng totiang, Suma Thian yu merasa girang di samping malu, dia girang karena gurunya put gho cu pernah berpesan agar dia mencari suhengnya itu sampai ketemu. Sebaliknya Tam pak cu adalah satu diantara dua tokoh dunia persilatan yang angkat nama bersama-sama dengan gurunya Put gho cu, sudah barang tentu kelihayan ilmu silatnya luar biasa sekali. Tanpa memberi kesempatan kepada lawannya untuk menjawab, dengan cepat Tam pak cu berkata lagi: "Adapun tosu yang kau kejar tadi tak lain adalah utusan dari Kun lun indah untuk mencabut nyawa mu, selanjutnya kau mesti berhati-hati, mara bahaya masih akan muncul diperjalanan selanjutnya, asalkan kau selalu waspada, sudah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tentu setiap bencana berubah menjadi rejeki. Nah, aku mau pergi dulu" Selesai berkata, dia segera bersajak pergi meninggalkan tempat tersebut. Suma Thian yu segera membalik-kan badan masuk kembali ke kota Hoa yang, dari orang ditepi jalan dia mencari tahu letak rumah penginapan Cing keng. Sebenarnya rumah penginapan adalah tempat untuk menginap para pelancoang yang se dang berkunjung, tetapi rumah penginapan Cing keng justru khusus disediakan bagi kaum tojin. Ketika Suma Thian yu sampai didepan pintu, dia masih mengira dirinya sudah salah alamat dan mendatangi sebuah pertokoan. Rumah penginapan Cing keng memang khusus dibangun menyerupai sebuah pertokoan. Seandainya didepan pintu tidak terpancang papan nama yang bertuliskan Cing keng, niscaya Suma Thian yu sudah pergi meninggalkan tempat itu. Sementara dia masih berdiri termangu, seorang seperti orang bodoh, dari balik rumah penginapan telah muncul seorang tosu kecil yang segera menegur: "Apakah tuan sedang mencari seseorang?" "Benar, aku sedang mengunjungi Hian cing tojin" Tosu kecil Itu memperhatikan seluruh badan Sumaa Thian yu dari atas sampai kebawah, kemudian baru katanya: "Silahkan masuk ke dalam" Ia mengajak Suma Thian yu menelusuri beranda menuju kesebuah kamar dipaling ujung, kemudian sembari menunjuk kamar itu, kata tosu kecil itu: "Itu dia kamarnya" Seusai berkata diapun beranjak pergi. Suma Thian yu segera mengetuk pintu kamar itu pelanpelan, dari balik kamar pun terdengar suara seseorang menegur: "Siapa disitu?" "Aku Suma Thian yu"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pintu kamar segera dibuka dan muncul seorang tosu tua yang berwajah penuh welas kasih. "Silahkan masuk" katanya lembut. Setelah melangkah masuk kedalam ruangan, Suma thian yu segera berseru lagi: "Bolehkah aku tahu apakah Hian cing totiang adalah...." "Yaa, pinto lah orangnya, siauhiap menyebut diri sebagai Suma Thian yu, apakah kau sute?" Suma Thian yu segera menjatuhkan diri berlutut sambil memberi hormat, tapi Hian Ceng totiang segera membangunkan pemuda itu dan tertawa terbahak-bahak. "Haah...haah...haah...silahkan bangun hiante, kita bukan orang luar, tak usah kelewat banyak adat" Setelah bangkit berdiri, Suma Thian yu baru berkata: "Sewaktu aku berpamitan dengan suhu tempo hari, suhu memerintahkan kepadaku untuk menyambangi suheng, sudah sepantasnya bila aku memberi hormat kepadamu setelah berjumpa, apalagi selama inipun aku belum sempat mencari suheng karena tugas yang bertumpuk, untuk itu harap suheng sudi memaafkan" Hian cing totiang sudah berusia enam puluh tahun, berwajah keren, gagah dan berwibawa, namun memancarkan pula sinar welas kasih, membuat siapapun yang berjumpa, segera timbul perasaan hormat dan kagum terhadapnya. Sesudah mempersilahkan Suma Thian yu duduk, Hian cing totiang baru berkata lagi: "Bulan berselang, suhu telah berkunjung ke Bu tong dan membicarakan soal hiante, saat itulah pinto baru tahu kalau hiante sudah pulang dari Tibet dengan selamat, sungguh tak disangka diluar dugaan hiante telah datang berkunjung" Suma Thian yu segera menuturkan pengalamannya secara ringkas bagaimana dia bertemu dengan Tam pak cu dan bagaimana dia diberi petunjuk untuk menjumpai Hian cing totiang, disamping itu dia pun menceritakan pula semula pengalamannya selama ini.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

000O000 Dengan cermat dan seksama Hian cing totiang mendengarkan semua penuturan tersebut, ketika mengetahui adik seperguruan telah berhasil mempelajari isi kitab tanpa kata, sudah barang tentu tosu itu manjadi amat girang. Pembicaraan diantara merekapun segera berlangsung lebih akrab dan santai, sementara Hian cing totiang menceritakan pula semua peristiwa yang belakangan ini terjadi didalam dunia persilatan kepada pemuda tersebut. Saat itulah Suma Thian yu baru mengetahui pangkal pokok perselisihan dari kaum lurus dan sesat. Sebetulnya pihak kaum lurus sama sama mengusulkan Ciang liong lo sianjin sebagai pimpinannya, namun usul ditolak oleh yang bersangkutan karena merasa dirinya sudah tua dan tak ingin terikat lagi, sehingga dalam pertarungan inipun dia enggan untuk turut menghadirinya. Namun setelah direcoki terus, akhirnya dia memberikan juga kesanggupannya untuk memberi bantuan. Disamping itu diapun mengusulkan agar Hui im tongcu sebagai pemimpin, sebab berbicara soal tingkatan kedudukan sudah sepantasnya jika Hui im tongcu sebagai pimpinan. Tapi kalau berbicara menurut keadaan situasi didalam dunia persilatan, maka Hian cing totiang yang terasa lebih cocok untuk menduduki jabatan tersebut. Bagaimana pun juga, Hian cing totiang adalah seorang ketua dari Bu tong pay, kedudukan maupun posisi Bu tong pay dalam mata masyarakat amat tinggi dan disegani. Namun Hian cing totiang tak ingin melibatkan segenap anak muridnya kedalam persoalan ini, dia hanya bersedia turut serta sebagai seorang preman yang yang terlepas dari ikatan. Sesungguhnya tindakan ini memang merupakan sebuah pilihan yang amat tepat, sebagai seorang ketua partai, memang sepantasnya bila dia mengutamakan keselamatan orang banyak lebih dulu, tentu saja dia tak ingin dikarenakan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ambisi pribadi sehingga menjerumuskan seluruh partai ke dalam posisi yang sulit. Kini segenap jago dari golongan lurus lelah berdatangan dari empat arah delapan penjuru untuk berkumpul di perkampungan Le ming ceng di kaki bukit Hoa san. Hui im tongcu Gak Say bwee dengan membawa Gak Sin liong yang binalpun telah pindah pula ke perkampungan Lu ming ceng. Sepintas lalu pertarungan antara golongan lurus dan sesat ini hanya biasa saja, padahal bencana tersebut tak ubahnya seperti pertempuran antara dua neraka besar. Begitulah, dari keterangan dan laporan yang diberikan Hian cing totiang kepadanya, Suma Thian yu banyak mendapat tahu tentang segala gerak gerik dan sepak terjang dari Kun lun indah belakangan ini. Ketika berpamitan dengan Hian ceng totiang, waktu sudah menunjukkan tengah malam, berhubung dia adalah seorang preman, maka ia tak diperkenankan berdiam dalam rumah penginapan Cing keng. Hian cing totiang sama sekali tidak menghantarnya sampai pintu, Suma thian yu muncul dari rumah penginapan seorang diri. Setelah menarik napas panjang, dengan kepala tersuruk dia melangkahkan kaki. Tak lama setelah meninggalkan rumah penginapan, pemuda itu segera merasa dirinya sedang diikuti orang, satu ingatan segera timbul didalam benaknya. "Mengapa tidak kugunakan sedikit akal untuk mempermalukannya?" Cepat-cepat dia berganti arah dan menuju keluar kota, setelah itu dia pun secara diam-diam memperhatikan apakah para penguntitnya masih mengikuti terus. Belum sampai setengah li, dia telah menjumpai bahwa orang yang menguntilnya bukan hanya seorang saja. Siang hari tadi, dari mulut Tam pak cu, ia mendapat tahu kalau si harimau angin hitam sekalian telah menyusul kesana,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

maka dia pun bisa menduga kalau orang yang menguntilnya sekarang sudah pasti merupakan jago-jago kelas satu. Maka diapun mempercepat langkahnya menuju keluar kota. Tak lama setelah meninggalkan kota, tiba-tiba dari belakang tubuhnya terdengar seseorang membentak keras: "Bocah keparat jangan pergi dulu!" Suma Thian yu memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, melihat tempat tersebut adalah sebuah jalan raya menuju kekota yang gampang menarik perhatian orang, maka dia segera bergerak meluncur kearah hutan di sebelah kanan jalan. Pada saat Itulah dari belakang tubuhnya terdengar suara desingan angin tajam, ketika Suma Thian yu berpaling, la jumpai ada tiga sosok bayangan manusia sedang meluncur datang dengan kecepatan luar biasa. Dalam sekilas pandangan saja Suma Thian yu segera mengenali ketiga orang itu sebagai si ular berekor nyaring Mo Pun ci yang merupakan musuh besarnya, lalu leng khong taysu dari Go bi pay dan seorang tosu lagi yang pernah dijumpainya waktu masuk kota pagi tadi, Hu hok cu adanya. Selesai memperhatikan orang-orang itu, Suma thian yu segera mendongakkan kepalanya dan tertawa keras, serunya: "Heeh... heeeh... heeeh... aku mengira sobat dari mana yang telah datang, rupanya tayhiap bertiga. Orang she Mo, perjumpaan kita hari ini benar-benar suatu kebetulan, jadi aku tak perlu mencarimu kemana-mana lagi" Sebelum si ular berekor nyaring Mo Pun ci menjawab, Leng khong taysu telah berseru lebih dulu: "Bocah keparat, tak kusangka kau belum mampus. Hmm, nyawanya sungguh amat panjang, sudah kukirim kau ke neraka kau justru kau balik lagi ke dunia, tampaknya kau ingin memilih cara kematianmu? Hmm, baiklah, terpaksa pinto harus mengirimmu sekali lagi" Sambil menjejakkan kakinya ke atas tanah, dia menerjang kedepan sambil mengayunkan tangan-nya melepaskan sebuah pukulan kearah tubuh Suma Thian yu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu berjumpa dengan Leng khong taysu, Suma thian yu pun merasakan darah panas mendidih dalam tubuhnya, ia bisa terkurung dalam lembah Put kui kok selama ini, tak lain adalah berkat hasil karya dari orang ini, dia merasa dendam sakit hati semacam ini harus dibalas. Berpikir demikian, dia menjadi nekad dan diam-diam mengerahkan tenaga dalamnya kedalam telapak tangan. Tapi satu ingatan kembali melintas didalam, ia berpikir: "Seandainya kubunuh Leng khong dalam sekali pukulan, niscaya perbuatanku ini akan mengejutkan yang lain dan sudah pasti si ular berekor nyaring dan Hu hok cu pasti akan melarikan diri ketakutan, mengapa aku tidak berbuat begini...begini saja?" Baru saja ingatan tersebut melintas lewat dalam benaknya, telapak tangan Leng kong taysu sudah mengancam didepan dada. Pemuda itupun segera berseru keras: "Sebuah serangan yang amat bagus!" Dia segera miringkan badan-nya kesamping lalu dengan mengeluarkan ilmu pukulan Tay ciong to liong ciang ajaran Put gho cu, dia melangsungkan pertarungan seru melawan musuhnya. Tempo hari Leng kong taysu sudah pernah merasakan kelihayan dari ilmu silat yang di miliki lawannya, oleh sebab itu begitu bertarung, dia segera mengeluarkan ilmu pukulan Go bi pay dan melepaskan serangkaian serangan yang mematikan ditujukan kebagian tumbuh yang mematikan dari lawannya. Suma Thian yu yang melihat musuhnya mengambil taktik pertarungan kilat, segera merasakan semangatnya turut berkobar pula, cepat-cepat dia memperkokoh pertahanan-nya terus dilawan dengan jurus, pukulan disambut dengan pukulan, dalam waktu singkat dua puluh gebrakan sudah lewat. Sementara itu si ular berekor nyaring Mo pun ci yang menonton jalan-nya pertarungan dari sisi arena mulai ragu setelah menyaksikan kesemuanya itu, dia berpikir nama besar

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suma thian yu sudah cukup termasyur dikolong langit, mengapa dia bertarung begitu? Padahal sewaktu bertempur ditelaga Tong ting tempo hari, pemuda itu perkasa seperti harimau ganas, atau mungkin selain permainan ilmu pedangnya, dia tak memiliki kemampuan yang lain? Hu Hok Ci pun turut bergembira oleh keadaan tersebut, sebab dia menganggap ilmu silat yang dimiliki lawan amat luar biasa, dalam anggapannya tidak akan sulit baginya untuk membekuk musuhnya. Sementara semua orang sedang merasa gembira, tiba-tiba dari arah arena bergema suara jeiitan ngeri yang memilukan hati, pada mulanya si ular berekor nyaring mengira Leng khong taysu telah berhasil memenangkan pertarungan itu, namun dia segera menjerit kaget: Aaaahhh!" Ternyata batok kepala Leng khong taysu sudah memar dan hancur berantakan, mayatnya tergelepar diatas tanah dalam keadaan yang amat mengerikan. Bagaimana mungkin Leng khong taysu bisa binasa? Ternyata mereka berdua tidak berhasil melihat keadaan tersebut secara jelas, padabal berbicara dari gerakan tubuh Suma Thian yu tadi, sudah jelas mustahil baginya untuk membunuh Leng khong taysu dalam sekejap mata. Padahal orang yang menghabisi nyawa Leng khong taysu bukan Suma Thian yu, melainkan Leng khong taysu sendiri, ketika dia sedang melancarkan pukulan kearah lawan-nya tadi, tahu-tahu segulung tenaga lembut yang sangat kuat telah menghadang tenaga serangannya, maka ketika tenaga pukulan itu memantul balik, akibatnya senjata makan tuan, ia dihajar mampus oleh tenaga pukulan sendiri. Menyaksikan Leng khong taysu mati mengenaskan, sebelum si ular berekor nyaring Mo pun ci sempat berbicara, Hu hok cu telah menerjang lima langkah ke depan Suma thian yu, lalu dengan mata merah membara, bentaknya keras:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bocah keparat, tak nyana kau masih mempunyai kepandaian juga, mari, mari, biar aku saja yang mengirimmu pulang ke neraka" Sambil menerjang kedepan, dia segera melepaskan sebuah pukulan dashyat keatas jalan darah ki hay hiat ditubuh Thian yu dengan jurus Guntur menggelegar petir menyambar. Melihat serangan tersebut, Suma Thian yu segera mendengus dingin, jengeknya: "Huuh...kau mah belum pantas untuk bertarung melawan diriku...!" Begitu kata terakhir diucapkan, tubuhnya sudah menyelinap ke belakang punggung Hu hok cu, lalu dengan jurus menyembah Buddha diruang emas, dia totok jalan darah Ki tong hiat di punggung lawan. Hu Hok cu bukan seorang jago yang bodoh, begitu serangan-nya mengenai sasaran kosong, tiba-tiba dia membalikkan badan lalu menyergap pusar lawan dengan jurus Burung merak pentang sayap. Pertarungan sengit pun segera berkobar dengan serunya, untuk sesaat sulit rasanya untuk menentukan siapa menang siapa kalah. Sementara itu si ular berekor nyaring Mo pun ci yang menonton jalan-nya pertarungan dari sisi arena pun sudah melihat kalau Suma Thian yu sedang menggunakan akal licik untuk membohongi mereka, tanpa terasa dia bergeser maju ke depan sambil mempersiapkan sebatang senjata rahasia beracun, dia bersiap-siap menyerang lawannya di saat pe muda itu sedang lengah nanti. Suma Thian yu pun bukan manusia bodoh, ia memiliki ketajaman mata yang melebihi siapapun, apalagi pertarungannya melawan Hu Kok cu ibarat orang yang sedang mempermainkan seekor monyet saja, semua dilakukan dengan seenaknya dan santai. Oleh sebab itulah segala gerak gerik dari si ular berekor nyaring dapat disaksikan olehnya dengan jelas, hal ini justru semakin mengobarkan perasaan dendam dari pemuda itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Maka dia pan berpekik nyaring, gerakan tubuhnya segera dirubah dan kali ini dia melancarkan serangan dengan ilmu pukulan angin pusing ajaran Cong liong lo sianjin. Kalau tadi Hu Hok cu masih dapat menghadapi serangan lawan dengan terpaksa, maka begitu lawan-nya berganti serangan, dia menjadi keteter hebat dan kelabakan setengah mati. Bayangan tubuh Suma Thian yu yang terlihat didepan matanya seakan-akan menjadi banyak, sebentar kekiri, sebentar lagi ke kanan, membuat Hu Hok cu menjadi pening dan kebingungan setengah mati, diam-diam dia mulai mengeluh. Ular berekor nyaring Mo pun Ci yang menyaksikan kejadian tersebut pun ikut menjadi gelisah, tiba-tiba dia membentak keras: "Lihat serangan!" Tangannya segera diayunkan kedepan, sekilas cahaya tajam bagaikan sambaran kilat cepatnya langsung menerjang ketubuh Suma Thian yu. Menyaksikan kejadian tersebut, Suma Thian yu segera tertawa terbahak-bahak, dengan gerakan tubuh Ciok tiong loan poh dia menyelinap kebelakang tubuh Hu Hok cu, bukan begitu saja, sepasang telapak tangan-nya segera dilontarkan pula kedepan, seketika itu juga muncul segulung angin pukulan yang melemparkan tubuh Hu Hok cu sejauh satu kaki lebih dari posisi semula. Ketika tubuh Hu hok cu terlempar kedepan, secara kebetulan pula senjata rahasia beracun dari si ular berekor nyaring sedang menyambar dengan kecepatan luar biasa. Tak ampun lagi, Hu Hok cu segera menjerit kesakitan dengan suara yang memilukan hati, sekujur badan-nya gemetar keras, disusul kemudian tubuhnya terbanting keatas tanah, muntah darah lalu berkelejetan sebelum ajalnya tiba. Tak terlukiskan rasa geram si ular berekor nyaring Mo pun ci melihat rekan-nya tewas oleh senjata rahasia sendiri, bagaikan orang kalap dia segera melompat kehadapan Suma

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

thian yu, kemudian tanpa banyak cincong mengayunkan kepalan-nya melepaskan sebuah pukulan ke depan. Dengan sangat cekatan Suma Thian yu mengegos kesamping untuk meloloskan diri dari ancaman tersebut, kemudian sambil tertawa dingin jengeknya: "Orang she Mo, jangan keburu menyerang, berbicara dulu sebelum bergebrak" "Tiada perkataan yang bisa di bicarakan lagi denganmu, bocah keparat, lihat serangan!" bentak si ular berekor nyaring Mo Pun ci sambil mengertak gigi. Lalu dengan jurus mencari hari berganti waktu, dia bacok ubun-ubun Suma Thian yu. Si anak muda itu sama sekali tidak memberikan perlawanan, dengan cekatan tubuhnya menyapu ke samping untuk menghindarkan diri dari ancaman tersebut. Si ular berekor nyaring segera mengira lawan-nya takut, tanpa terasa dia mendesak maju ke depan sambil menyarangkan sebuah pukulan lagi. Namun semua serangannya itu berhasil dipunahkan atau dihindari oleh Suma Thian yu secara gampang, andaikata si ular berekor nyaring cukup teliti, dia seharusnya tahu diri dan segera mengundurkan diri. Siapa tahu orang ini sudah dibikin kalap lantaran gusar dan dendamnya, bukannya berhenti, secara beruntun dia malah melancarkan tiga buah serangan lagi. Sebetulnya Suma Thian yu bermaksud menghabisi nyawa lawannya dalam satu gebrakan saja, namun berhubung masih banyak persoalan yang merupakan teka teki baginya, maka sembari melompat mundur, serunya: "Bajingan Mo, apakah kau masih belum juga mau sadar?" Si ular berekor nyaring Mo Pun ci tertawa dingin dengan suara yang menyeramkan: Heeh...heeh...heeeh bocah keparat, yang harus sadar adalah kau, toaya mendapat perintah untuk membereskan nyawa anjingmu, apakah kau masih belum juga mau menyerah?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bajingan Mo, jawab dulu, siapa yang telah membunuh ayahku?" kata Suma Thian yu dengan wajah serius. "Kalau toaya, mau apa kau?" jawab si ular berekor nyaring dengan angkuh. "Kau? Suma Thian yu melotot gusar, kau tidak berbohong?" Si ular berekor nyaring Mo Pun ci tertawa terbahak-bahak dengan suara yang menyeramkan. "Bocah keparat, toaya lah yang telah membunuh Suma Tiong ko, apakah kau kurang jelas? Kalau memang begitu menghadaplah kepada raja akhirat dan tanyakan sendiri kepada bapak anjingmu setibanya disana nanti, tanya kepada mereka apa betul aku she Mo yang melakukan perbuatan tersebut?" Suma Thian yu benar-benar amat gusar, dadanya mau meledak saja, kepalanya berputar, kesadarannya hampir saja punah. Sambil menancapkan kakinya keatas tanah, ia segera menggetarkan tangannya keras-keras sambil membentak nyaring, tulang belulang disekujur badannya segera berbunyi gemerutukan nyaring. Inilah gejala dari seseorang yang sedang menghimpun tenaga dalamnya, sebagai seorang yang berpengalaman sudah barang tentu si ular berekor nyairing dapat melihat akan hal ini. Maka diapun segera menghimpun tenaga dalamnya dan bersiap sedia melakukan suatu pertarungan beradu jiwa. Mendadak terdengar Suma Thian yu membentak keras: "Bajingan tengik, serahkan nyawamu!" Sepasang telapak tangannya segera dilontarkan bersama kedepan, segulung angin pukulan yang maha dahsyat langsung menyambar kearah tubuh si ular berekor nyaring Mo pun ci. Si ular berekor nyaring adalah seorang manusia licik yang berotak cerdas, melihat datangnya serangan, dia tak berani menyambut dengan kekerasan sebaliknya malah kabur untuk menghindarkan diri, dengan demikian angin serangan Suma

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Thian yu yang maha dahsyat itu pun menyapu lewat dari sisi tubuhnya. Meskipun demikian, sisa tenaga pukulan yang terpancar keluar toh cukup membuat sekujur badan si ular berekor nyaring Mo pun ci merasakan panas dan peri, rasanya benarbenar amat tak sedap. Atas kejadian ini, semangat si ular berekor nyaring Mo Pun ci menjadi luntur, sekujur tubuhnya bergetar keras, sambil tertawa dingin serunya: "Bocah keparat, tak kusangka kau mempunyai kepandaian yang cukup tangguh, sayang sekali kau telah salah mencari sasaran, selama berada dihadapan toaya, lebih baik kau serahkan saja nyawa mu tanpa melawan daripada toaya mesti repot-repot turun tangan" Suma Thian yu sama sekali tidak menggubris, ketika serangannya tidak mengenai sasaran, dia segera menerjang lebih kedepan sambil mengembangkan ilmu pukulan Siap poo bwee hong ciang. Dua buah pukulan beruntun yang dilancarkan memaksa si ular berekor nyaring Mo Pun ci merasakan daya tekanan yang amat berat menyiksa dadanya, hal ini membuatnya cepatcepat menghindarkan diri. Akan tetapi Suma Thian yu sama sekali tidak memberi kesempatan lagi baginya untuk berganti nafas, jurus demi jurus dilancarkan bagaikan air yang mengalir ke bawah, dia menguasahi seluruh keadaan dan kemenangan sudah berada ditangan-nya. Dengan demikian keadaan dari si ular berekor nyaring Mo Pun ci berubah sebagai sasaran pemukulan, bukan hanya dipihak yang terserang, sampai akhirnya hakekatnya dia bagaikan seekor anjing gila yang berada di dalam kerangkengan saja, sebentar harus berkelit kekiri sebentar lagi menghindar kekanan, namun belum berhasil juga meloloskan diri dari lingkaran angin pukulan Suma Thian yu. Berbicara soal tenaga dalam, perbedaan dari ular berekor nyaring dengan Suma Thian yu pada hakekatnya seperti langit

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan bumi, asalkan Suma Thian yu mengeluarkan jurus yang mana pun dari ilmu yang dipelajari dalam kitab tanpa kata, niscaya dia akan ber hasil membinasakan bajingan cabul ini. Namun dia tidak ingin berbuat begitu secepatnya, dia butuh penjelasan yang lebih banyak lagi tentang seluk beluk terbunuhnya ayahnya dan persoalan tentang dibasminya keluarga Suma. Itulah sebabnya dia mengambil keputusan untuk melancarkan serangkaian serangan yang gencar dan melelahkan, alhasil tindakan diambilnya ini memang sangat tepat, praktis semua gerakan si ular berekor nyaring Mo pun ci terbelenggu, dia tinggal menunggu saat ajalnya saja. Peluh sebesar kacang kedelai jatuh bercucuran membasahi seluruh tubuh si ular berekor nyaring, napasnya mulai tersengal-sengsal, kendatipun segenap kepandaian sakti yang dimilikinya telah dipergunakan semua, kenyataannya tak berhasil menjawil seujung baju pun dari lawannya. Sebaliknya dia sendiri justru sudah di penuhi dengan luka, akhirnya dengan perasaan putus asa dia membentak keras: "Bocah keparat, apabila kau punya keberanian, ayoh hadiahkan sebuah pukulan untuk membunuh toaya ini!" Suma Thian yu tertawa terbahak-bahak: "Haah...haah...haah, sauya justu mau menyiksamu habishabisan, mau apa kau?" Dengan mengeluarkan ilmu langkah Ciok tiong luan poh cap lak tui, tampak bayangan manusia berkelobat lewat dan menyelinap ke belakang tubuh si ular berekor nyaring, dimana kelima jari tangannya menyambar lewat, pakaian yang dikenakan segera sobek dan tubuhnya terlihat jelas. Si ular berekor nyaring Mo Pun ci segera membentak marah, sambil membalikkan badan-nya, dia balas melancarkan sebuah serangan ke tubuh lawan. Dengan cekatan Suma Thian yu mengibaskan bahunya menghindarkan diri dari ancaman tersebut, mala bersamaan waktunya dia sempat mencubit pinggang si ular berekor nyaring itu dengan sebuah cubitan yang keras.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tak heran kalau si ular berekor nyaring segera menjerit kesakitan dan mundur beberapa langkah sempoyongan. Suma thian yu segera bertindak lebih cepat, pada saat si ular berekor nyaring mundur ke belakang, pedang Kit hong kiam nya segera dicabut keluar dari punggungnya, di mana cahaya pedang menyambar lewat, bagaikan sekilas petir yang menyambar, tahu-tahu sudah meluncur mundur ke arah tubuh orang itu. Dalam sekejap mata ujang pedang Suma Thian yu sudah menempel diatas tenggorokan si ular berekor nyaring, dalam keadaan demikian Mo pun ci praktis mati kutunya, sekarang biarpun ada malaikat yang datang menolongnya pun tak ada gunanya lagi. Dengan suara dingin Suma thian yu segera membentak: "Orang she Mo, ayoh cepat terangkan hal ikhwal sampai mencelakai keluarga ku, asal kau bersedia menjawab dengan jujur, sauya pun akan memberi kematian yang memuaskan untukmu, kalau tidak, sebelum ajalmu tiba, mungkin kau harus merasakan dulu suatu penghidupan yang penuh siksaan" Sesungguhnya si ular berekor nyaring Mo Pun ci adalah seorang manusia keparat yang bernyali kecil, dia adalah bajingan cabul yang pengecut dan takut mati, berada dalam keadaan begini kembali timbul niatnya untuk membohongi pemuda tersebut. Dengan suara keras segera teriaknya: "Orang yang membunuh ayahmu adalah orang she Lim, bukan toaya mu...." Kalau tidak mendengar perkataan tersebut mungkin Suma thian yu masih kuat menahan diri, tapi begitu mendengar kata-kata tersebut, amarahnya segera berkobar kembali, pedangnya menyambar kebawah dengan cepat. Sebuah telingan si ular berekor nyaring Mo pun ci pun segera terkepas kutung dan rontok ke atas tanah. "Ayoh bicara, cepat bicara!" bentak Suma Thian ya dengan penuh kegusaran.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ular berekor nyaring Mo Pun ci kembali ngotot menuduh Lim khong sebagai pembunuhnya, Suma Thian yu yang semakin marah segera mengayunkan pedangnya sekali lagi, kali ini batang hidung ular berekor nyaring yang terpapas kutung sampai rata. Jeritan kesakitan segera bergema memenuhi angkasa berbareng dengan pancaran darah segar dari luka dihidung ular berekor nyaring tersebut... "Ayoh cepat berbicara, benarkah kau ingin mampus secara pelan-pelan?" ancam Suma Thian yu dengan suara keras. Ular berekor nyaring Mo Pun ci tak sanggup menahan rasa sakit yang mencekam dirinya lagi, ia segera berteriak: "Toaya yang membunuh" "Kau tidak bohong?" seru Suma Thian yu dengan perasaan bagaikan disayat-sayat setelah mendengar pengakuan itu. "Toaya yang telah melakukan pembunuhan itu, seorang lelaki sejati berani berbuat berani bertanggung jawab, seluruh keluarga Suma Thiong ko mati ditangan toaya seorang" Akhirnya Ular berekor nyaring Mo Pun ci mengaku juga secara berterus terang. Berhadapan dengan musuh besar pembunuh keluarganya, Suma Thian yu benar-benar merasa geram dan marah, sekujur badannya gemetar keras menaban emosi, pedangnya segera ditusukkan kedepan keras-keras.... Diiringi jeritan ngeri yang memilukan hati, darah segar muncrat keluar dari tenggorokan si ular berekor nyaring Mo pun ci dan memancar kemana-mana, tak selang berapa saat kemudian habis sudah riwayatnya. Menanti si ular berekor nyaring Mo Pun ci sudah mampus, Suma Thian yu baru merasakan hatinya amat lega, dia menyeka darah dari ujung pedangnya kemudian menyarungkan kembali, setelah itu dengan perasaan riang gembira dia berjalan kembali kekota Hun yang. Tak lama setelah Suma Thian yu berlalu, dari balik hutan muncul kembali seseorang, dia adalah si harimau angin hitam Lim Khong.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Semua peristiwa yang barusan terjadi dapat diikuti olehnya dengan jelas sekali, tapi mengapa ia tidak segera terjun kearena, sebaliknya baru muncul setelah ketiga orang rekannya terbunuh dan Suma Thian yu berlalu dari situ? Disinilah letak kelicikan dari harimau angin hitam Lim Kong kali ini, sebenarnya dia memperoleh perintah dari Kun lun indah Siau Wi goan untuk datang ke Hun yang dengan tujuan utama adalah menyelidiki jejak dari Suma Thian yu, kemudian kedua, bagaimana caranya menghadang, menyergap dan membinasakan pemuda tersebut. Dari kedua macam tugas yang di bebankan kepadanya satu diantaranya sudah berhasil dilaksanakan, sedangkan mengenai penyergapan dan membinasakan pemuda tersebut, ia tidak berani bertindak secara sem barangan, sebab dia tahu Suma Thian yu amat kosen bagaikan seekor harimau dan tak mungkin bisa dibunuh oleh mereka berempat. Oleh sebab iiu dia merasa tidak perlu mengorbankan diri secara percuma apalagi konyol, dia bertekad untuk melanjutkan hidupnya sambil menanti kesempatan untuk menbinasakan pemuda tersebut. Tatkala Leng khong taysu dan Hu hok cu terbunuh tadi, sebenarnya dia sudah bersiap sedia untuk turun tangan, tapi kemudian ia merasa lebih baik berpeluk tangan belaka membiarkan orang-orang itu mati konyol, sedangkan diapun bisa pulang dengan cerita-cerita hebat yang melukiskan kegagahan sendiri. Bagaimana pun juga dia beranggapan bahwa Kun lun indah tak mungkin akan memperdulikan persoalan-persoalan semacam itu. Bersahabat dengan bajingan, tak ubahnya seperti sekulit dengan harimau, rasanya ucapan ini memang tepat sekali. Jangan dilihat dihari-hari biasa mereka selalu berhubungan akrab seperti saudara sendiri, mati hidup bersama-sama, tapi bila salah satu pihak mulai terancam bahaya, maka kalau bisa kabur mereka pasti akan berusaha untuk melarikan diri.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitulah si harimau angin hitam Lim khong memeriksa sekejap ke tiga sosok mayat itu, kemudian beranjak pergi meninggalkan tempat tersebut. Dalam pada itu, Suma Thian yu menginap satu malam di kota Hun yang untuk kemudian pada keesokan harinya, sesuai dengan petunjuk dari Tam Pak cu berangkat menuju ke perkampungan Lu ming ceng di kaki bukit Hoa san. Hari ini Suma Thian yu menyeberangi sungai sampai di dusun Bun Siang, ketika melihat bahwa waktunya sampai bulan Tiong ciu nanti tinggal lima hari lagi, dan bilamana ditempuh dengan berjalan kaki mungkin akan terlambat sampai di perkampungan Lu ming ceng, maka di dusun tersebut dia membeli seekor kuda. Di dusun itu terdapat sebuah peternakan yang sangat besar, letaknya disebelah utara dusun, konon pemiliknya adalah seorang pedagang kuda terkenal dari Shoa tiang, atas petunjuk orang maka berangkatlah dia menuju kepeternak an tersebut. Ketika dia akan memasuki pintu gerbang peternakan itu, dari hadapannya muncul tiga ekor kuda yang berlarian amat kencang. Tergesa-gesa Suma Thian yu menghindar ke samping, namun apa yang kemudian terlihat membuat pemuda itu menjerit kaget. "Aaah, saudara Thia..." Atas panggilan tersebut ketiga orang penunggang kuda itu serentak melompat turun dari atas pelana dan melayang turun dihadapan anak muda tersebut. Ternyata mereka bertiga adalah sahabat-sahabat karib Suma Thian yu, mereka adalah sastrawan pena baja Thian Cuan serta Toan im siancu Thia Yong dan Bi hong siancu wan Pek lan. Sastrawan berpena baja Thian Cuan langsung berjalan menuju kehadapan Suma Thian yu kemudian digenggamnya tangan pemuda tersebut tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sampai lama kemudian, sastrawan berpena baja Thia Cuan baru berseru dengan suara gemetar: "Thian yu kau kah? aku tidak percaya...aku benar-benar tak berani percaya" Memandang sikap hangat dari sastrawan berpena baja itu, Suma Thian yu merasa amat terharu dan girang sehingga untuk beberapa saat pun dia tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Bi hong siancu Wan Pek lan dan Toan im siancu Thia Yong serentak mengerubungi pemuda itu pula, mereka turut terharu atas perjumpaan tersebut, sehingga keduanya sama-sama berdiri mematung tanpa mengucapkan sepatah katapun. "Kau belum mati? Ooooh, sungguh bagus, Thian yu bagus sekali...aku saigat merindukan dirimu..." "Saudara Thia..." Suma Thian yu pun hanya sanggup memanggil namanya, sebab kata-kata selanjutnya tertelan oleh suara sesenggukkan yang menyumbat kerongkongannya. "Aku bukan lagi bermimpi bukan, ooh...Thian yu, bukankah kau sudah terjerumus kedalam jurang? Sungguh suatu keajaiban, benar-benar suatu keajaiban, nampaknya nasib baik masih berada dipihakmu, oh Thian yu, aku benar-benar kelewat gembira" Setelah pembicaraan yang akrab, Sastrawan berpena baja Thia Cuan baru bertanya maksud tujuan Suma Thian yu datang kesana, Suma Thian yu menunggu sampai ketiga orang itu menjadi tenang kembali baru menceritakan semua pengalamannya secara ringkas. Mengetahui akan pengalaman yang dialami Suma Thian yu selama ini, Thia Cuan sekalian bertiga menjadi kegirangan setengah mati, maka mereka pun kembali ke peternakan untuk membelikan seekor kuda lagi bagi Thian yu kemudian baru berangkat meninggalkan dusun tersebut. Setibanya di Tong kwan, mereka meneruskan perjalanannya menuju ku Hoa im. Sastrawan berpena baja Thian Cuan segera mengusulkan untuk beristirahat semalam, sebenarnya Suma Thian yu merasa berat hati, karena dia ingin

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

cepat-cepat berangkat ke perkampungan Lu ming ceng dan menjumpai Ciong liong lo sianjin untuk menyerahkan kitab tanpa kata tersebut kepadanya. Tapi akhirnya ia merasa tak baik untuk menampik permintaan rekan-rekannya, maka diapun memberi persetujuannya. Sepanjang perjalanan, Bi hong siancu Wan Pek lan selalu tidak memperoeh kesempatan untuk menyampaikan rasa rindunya terhadap Suma Thian yu berhubung disampingnya hadir Thia Cuan bersaudara, ini menyebabkan perasaannya menjadi gelisah dan murung. Suma Thian yu yang sedang memikirkan persoalan lain tentu saja tak akan menemukan hal tersebut, tidak demikian dengan Thia Yong ia dapat menyaksikan kesemuanya itu dengan jelas. Biasanya kaum wanita memang berpikir lebih cermat terutama sekali Thia Yong yang sudah lama menaruh perasaan cinta terhadap Suma Thian yu, tidak heran kalau ia menaruh perhatian secara khusus. Tampaknya sastrawan berpena baja Thia Cuan pun dapat menjumpai keanehan itu, maka setelah termenung sejenak dia pun mencari alasan untuk menginap semalaman, disana diapun segera mengajak adiknya pergi ke kota untuk mengunjungi sanak keluarga. Dengan demikian didalam penginapan tinggal Suma Thian yu dan Bi hong siancu dua orang, sebagai seorang pemuda yang baru pertama kali mengunjungi kota tersebut ia segera mengajak Wan Pek lan untuk berjalan-jalan pula. Berangkatlah mereka keluar kota dan memasuki sebuah warung teh yang termashur disebelah utara kota, setelah mengambil tempat duduk mereka pun memesan air teh. Suasana hening untuk sesaat, tiba-tiba Bi hong siancu wan Pek lan berkata: "Engkoh Thian yu, bukankah tadi kau pernah membicaiakan soal paman Tio?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ya, kasihan Tio toako, dia telah menemui ajalnya di lembah Put kui kok" kata Suma Thian yu sedih, "bencana ini bisa terjadi gara-gara ulah ku, kalau diingat kembali sekarang aku benar-benar merasa menyesal sekali" Padahal wan Pek lan menyinggung soal Tio Ci hui tak lain karena hendak mencari alasan untuk mengajak pemuda itu berbincang-bincang. Siapa sangka Suma Thian yu tidak menduga sampai disitu, berbicara soal Tio Ci hui diapun berbicara terus tiada hentinya. Atas perkataan itu, boleh dibilang Wan pek lan sama sekali tidak memperhatikan-nya, barang sepatah kata pun dia tak menaruh perhatian..... Apa yang dikuatirkan wan Pek lan sekarang adalah bagaimana menggiring si anak muda untuk membicarakan persoalan diantara mereka, sedang mengenai tewasnya Tio Ci hui, dia tak ingin memperhatiannya untuk sementara waktu. Suma Thian yu yang sedang berbicara tiada hentinya, tibatiba saja menjumpai paras muka Wan Pek lan amat dingn dan hambar, ia menjadi tertegun dan segera bertanya keheranan: "Adik Lan, apakan kau merasa tak enak badan?" "Tidak" "Aku lihat paras muka mu rada tak beres, cepat katakan kepadaku, sebenarnya apa yang sedang kau murungkan?" "Kau!" "Aku?" Suma Thian yu terkejut di samping keheranan, menguatirkan aku....?" "Tapi sekarang sudah tidak kuatir lagi" Sejak berpisah dengan dirimu... dengan tersipu-sipu malu dia menundukkan kepalanya kembali. Suma Thian yu segera menggeserkan badan-nya mendekati gadis itu, kemudian bertanya lirih: "Adik Lan persoalan apa yang membuat hatimu sedih?" "Aku menguatirkan keselamatan jiwamu" "Bukankah sekarang aku berada dalam keadaan baik baik?" "Tapi..." "Tapi kenapa?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sewaktu kau pergi ke Tibet aku telah jatuh sakit" Suma Thian yu segera menjadi paham, digenggamnya tangan Wan Pek lan erat-erat lalu katanya: "Adik Lan, aku telah mencelakaimu, tapi aku pun mempunyai kesulitan ku sendiri yang tak dapat diutarakan kepada orang, sudahlah, kau tak usah bersedih hati lagi, aku toh sudah kembali kesisimu tanpa kekurangan sesuatu apa pun?" "Aku takut kehilangan kau" bisik Wan Pek lan tersipu-sipu, "engkoh Thian yu, masih ingatkah kau dengan sumpah dan janji kita dulu.....?" "Tentu saja masih ingat, adik Lan kau kelewat curiga, demi kau, aku telah pulang dengan menyerempet bahaya, kesemuanya ini kaulah yang memberikan semangat dan keberanian kepadaku, kini kita dapat berkumpul kembali untuk selamanya" Mendengar perkataan tersebut, Wan Pek lan menjadi tenang kembali bagaikan menelan obat penenang saja, pikiran dan perasaan-nya segera menjadi cerah kembali. Tapi bila teringat olehnya bahwa badai pembunuhan berdarah sudah makin mendekat, rasa murung dan sedih segera timbul kembali. "Aku selalu merasa takut" katanya kemudian, "berapa hari lagi, pertarungan antara kaum lurus dan sesat akan berlangsung, aku kuatir kau...." "Aai....adik Lan kau jangan terlalu menguatirkan persoalan itu" "Tidak, mungkin kau tak merasakan apa-apa, tapi aku sudah pernah merasakan bagaimana menderitanya akibat suatu perpisahan, aku tak ingin merasakan kembali siksaan akibat berpisah dalam kematian...." "Adik Lan, buat apa sih kau mengucapkan perkataan yang tidak mendatangkan keberuntungan seperti itu? Kau seharusnya mendorongku, memberi semangat kepadaku, kita adalah orang-orang persilatan yang memandang tawar soal mati hidup, apalagi badai berdarah itupun sudah merupakan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

suatu takdir yang tak mungkin bisa diselamatkan oleh setiap orang, sekali pun kita bakal tewas didalam pertarungan berdarah ini, kematian tersebut merupakan suatu kebanggaan, apa kau lupa dengan ucapan Bu Thian sang? Dari dahulu sampai sekarang manusia manakah yang sanggup menghindari kematian? Bila kita dapat mati secara kesatria demi kepentingan dan keadilan orang banyak, maka kematian kita itu merupakan suatu kematian yang terhormat, bukankah demikian?" Wan Pek lan segera tertunduk malu sesudah mendengarkan perkataan dari Suma Thian Yu yang gagah perkasa itu, tapi dari ini pula dapat di ketahui bahwa kekasihnya memang seorang pemuda gagah berjiwa besar, beruntunglah dia dapat memperoleh seorang calon suami yang begini gagah dan perkasa seperti Suma thian yu. Maka dia pun tersenyum, tersenyum manis sekali, cantik sekali dan menawan hati. Sementara mereka masih berbincang-bincang dengan riang gembira, mendadak dari samping meja mereka berdiri seorang lelaki kekar yang langsung berjalan menghampiri mereka. Lelaki kekar itu bertubuh tinggi besar dan berwajah menyeramkan, setibanya disamping wan pek lan, ia segera tertawa cengar-cengir sambil menegur: "Nona manis, apakah kau berasal dari luar daerah?" Wan Pek lan mendongakan kepalanya memandang sekejap ke arah orang itu, kemudian sama sekali tidak menggubris, kembali dia melanjutkan pembicaraannya dengan Suma Thian yu. Melihat wan Pek lan sama sekali tidak mengubris tegurannya, lelaki kekar itu menjadi amat gusar, dengan suara menggeledek ia segera membentak: "Nona manis, apakah kau tidak mendengar perkataan toaya mu? Ayoh bangkit berdiri, kau harus menemani toaya mu secara baik-baik, kalau tidak, toaya akan menghajar batok kepala mu sampai hancur berantakan"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Rupanya lelaki ini memang sengaja datang untuk mencari gara-gara, ketika dilihatnya kedua orang muda mudi itu berasal dari luar daerah, timbul niatnya untuk mempermainkan mereka, sayang seribu kali sayang, ia justru sudah salah mencari sasaran. Pelan-pelan wan pek lan bangkit berdiri, lalu dengan suara yang tetap lembut katanya: "Bangkit berdiri ya bangkit berdiri, mau apa kau?" Lelaki kekar itu diam-diam tertegun melihat korbannya sama sekali tidak takut, tapi segera bentaknya keras-keras: "Ayoh cepat menyembah kepada toako mu untuk minta maaf atau kalau tidak turut toaya pulang ke rumah, tanggung kau akan senang sepanjang hidup" Mendingan kalau tidak mendengar perkataan itu, paras muka Wan Pek lan segera berubah hebat, matanya melotot besar dan mukanya merah membara karena marah. Suma Thian yu yang berada disisinya kuatir nona itu mencari urusan, cepat-cepat dia menarik gadis itu sambil berkata: "Adik Lan, duduklah saja, buat apa kau mesti mencari garagara dengan anjing budukan semacam itu" "Bocah keparat, apa kau bilang!" teriak lelaki itu dengan kening berkerut dan mata mendelik, "toaya adalah anjing budukan? bagus sekali kau berani mencari gara-gara dengan toaya mu? Hmm tampaknya kau sudah bosan hidup!" Dia segera mengayunkan telapak tangan-nya membacok tubuh Suma Thian yu. Menghadapi serangan tersebut Suma Thian yu sama sekali tidak gugup, segera disambutnya ancaman itu lalu mencengkeram pergelangan tangannya kencang-kencang, tak ampun lagi lelaki itu segera menjerit kesakitan bagaikan ayam yang mau disembelih. Dengan wajah tetap tenang dan senyumaan dikulum, Suma Thian yu berkata: "Saudara kau benar-benar manusia bermata anjing, terus terang saja aku katakan, bila ingin mempermainkan orang,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lebih baik carilah korban yang lemah, jika berani membuat gara-gara dengan sauyamu, maka sama artinya kau lagi mencari penyakit buat diri sendiri!" Sementara itu si lelaki kekar tadi sudah mandi keringat, wajahnya menunjukkan penderitaan yang hebat, suara rintihannya yang semula keras makin lama semakin pelan dan akhirnya lirih sebagai gantinya dia mulai merintih dan merengek minta ampun. Suma Thian yu segera melepaskan kembali cengkeramannya dan duduk kembali ke tempat semula. Siapa tahu lelaki itu memang tak tahu diri, dia bukannya mundur teratur setelah peristiwa tersebut sebaliknya malahan mengayunkan telapak tangannya membacok batok kepala Suma Thian yu. Padahal jarak diantara mereka berdua amat dekat, apa lagi lelaki itupun menyerang disaat anak muda tersebut tidak siap akibatnya semua orang yang berada dirumah makan itu samasama menjerit tertahan karena kaget. Pada saat kepalan lelaki itu hampir mengenai batok kepala Suma Thian yu, tiba-tiba saja pemuda itu berkelit sambil mengayunkan kembali tangan-nya. "Enyah kau dari sini!" Lelaki kekar itu menjerit kesakitan, seluruh badan-nya terlempar ketengah udara bagaikan layang-layang putus benang, setelah melewati dua buah meja, badannya segera terbanting keras-keras diatas tanah. Sekali lagi lelaki tersebut mengerang kesakitan. Suma Thian yu yang menyaksikan masalahnya sudah berkembang semakin besar menjadi kehilangan kegairahnya untuk tetap berada disitu, ia segera menarik Wan Pek lan, membayar rekening dan segera beranjak dari situ. Baru saja kedua prang itu melangkag keluar dan pintu warung, mendadak terdengar seseorang membentak keras: "Berhenti, tunggu dulu!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika mendengar bentakan tersebut, Suma Thian yu mengira rekan-rekan dari lelaki kekar itu datang mencari garagara, dengan cepat ia berpaling. Tampak seorang kakek berbaju sastrawan yang kumal dan penuh tambalan, ternyata kakek berusia enam puluh tahunan itu tak lain adalah Sin sian siangsu Yu Seng see. Sejak berpisah digua Jit yang sian tong, baru kali ini Suma Thian yu berjumpa lagi dengan orang ini, dia segera berteriak gembira: "Yu locianpwee" Mengetahui siapa yang memanggilnya, Sin sian siangsu segera tertawa terbahak-bahak dengan gembiranya. "Haahh...haaahh...ternyata kau belum mati? Dunia persilatan pasti akan selamat, haaahh...haaahh..." Kemudian setelah melirik sekejap kearah Bin hong siancu, sambil tertawa misterius, terusnya: "Heeehh...heeehh...orang bilang kalau lolos dari kematian rejeki pasti akan berdatangan, tampaknya rejekimu sedang berdatangan semua...haaa... haaa.." Tapi ketika tertawa sampai setengah jalan, mendadak ia seperti teringat akan sesuatu, segera ujarnya lagi kepada Suma Thian yu: "Bocah cilik, mari kuperkenalkan seorang sahabat kepadamu" Tidak sampai Suma Thian yu menjawab, dia sudah berpaling sambil teriaknya: "Hey, setan cilik ayoh cepat keluar!" Suma Thian yu tidak tahu siapakah yang akan diperkenalkan kepadanya, sementara dia masih berpikir, dihadapan matanya telah muncul seorang pemuda yang amat tampan. Begitu bersua pemuda tadi, mula-mula Suma Thian yu merasa agak terkesiap, kemudian sambil tertawa terbahakbahak, katanya:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Saudara Chin" mengapa kau pun berada disini, tampaknya dunia memang bulat, di mana saja kita akan bersua, selamat berjumpa, baik-baik bukan dirimu selama ini?" Sin sian siangsu yang menyaasikan kejadian ini menjadi tercengang juga, serunya keheranan: "Hei, rupanya kalian adalah kenalan lama, kalau begitu aneh jadinya" Ternyata pemuda itu tak lain adalah Chin Siau, musuh bebuyutan dari Suma Thian yu. ooOoo TERDENGAR Chin Siau berkata: "Saudara Suma, siaute merasa kangen sekali denganmu, semua kesalahan paham di masa lampau kini sudah menjadi jelas, akulah yang salah sehingga mau percaya perkataan orang dengan begitu saja, hampir aku menyusahkan kau, harap kau sudi memaaafkan" "Aaah, mana, mana..." Suma Thian yu yang mendengar bahwa kesalahan paham sudah dapat diselesaikan tentu saja merasa amat gembira, senyuman yang menghiasi wajahnya pun nampak semakin tambah cerah. Tampaknya Chin Siau memang senang mengguyur orang dengan sebaskom air dingin, mendadak ia berkata lagi: "Namun siaute masih ingin mencoba sekali lagi kelihayan ilmu silatmu itu" "Apa? kau ingin bertaru lagi dengan ku?" Suma Thian yu termangu-mangu. "Benar, tapi niatku ini berlandaskan maksud baik, lagipula menentukan menang kalah dibawah syarat yang sangat adil, tanpa dilandasi rasa dendam ataupun sakit hati, kitapun bisa bertarung dengan memakai bambu sebagai pengganti pedang. Dengan begitu kitapun tidak usah saling melukai, saudara Suma, apakah kau bersedia memberi muka kepada siaute...?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Semua perkataan dari Chin Siau ini diutarakan dengan nada tulus dan bersungguh-sungguh. Sin sian siangsu yang berada disisinya, segera menyela pula: "Bagus, bagus sekali, aku si pelajar rudin yang setuju nomor satu, mari, mari, aku bersedia menjadi saksi, mari kita segera berangkat keluar kota" Suma Thian yu yang menghadapi kejadian ini hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil menghela napas, namun dia pun merasa kagum atas keinginan Chin Siau yang begitu mantap dan tidak tergoyahkan oleh pengaruh apa pun. Berangkatlah mereka berempat menuju keluar kota dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh masing-masing, tak selang berapa saat kemudian mereka sudah tiba diluar kota. Tampaknya Sin sian siangsu hapal sekali dengan daerah disekitar tempat itu, dia mengajak ketiga orang lain-nya menuju ketengah sebuah lapangan yang luas, kemudian katanya: "Ayoh cepat persiapkan pedang bambu, waktu sudah tak banyak lagi, bila sampai terlambat dan pintu kota sudah tutup, kita bakal kerepotan sendiri" Yang dimaksud sebagai pedang bambu tak lebih hanya sebatang bambu biasa, hampir pada saat yang bersamaan mereka berdua telah mempersiapkan sebuah bambu dan kembali ke tengah lapangan. Sin sian siangsu segera berkata lagi: "Apabila diantara kalian berdua tiada ikatan dendam ataupun sakit hati, lebih baik batasilah pertarurgan dengan saling menutul daripada pertarungan ini mesti berekor panjang dikemudian harinya, nah sekarang kalian boleh mulai!" Selesai berkata dia lantas mengajak Bi hong siancu wan pek lan mundur kesamping. Chin Siau segera melompat ke depan arena, sedangkan Suma Thian yu pun pelan-pelan berjalan ke depan lawannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Chin Siau adalah murid kesayangan Bu bok ceng (pendeta bermata buta), dia termashur karena ilmu pedang butanya. Ketika ia sudah mengetahui posisi dari Suma Thian yu, sepasang matanya segera dipejamkan rapat-rapat, pedang bambunya dilintangkan di depan dada, perhatian dipusatkan ke depan dan ia siap-siap melancarkan serangan pertama. Suma Thian yu segera menghimpun pula segenap perhatian dan pikirannya dengan, memusatkan pandangan ke ujung pedang, hatinya tenang bagaikan air dan tubuhnya kokoh bagaikan bukit Thay san. Sin sian siangsu yang menyaksikan kejadian ini segera berbisik kepada Bi hong siancu: "Chin Siau pasti kalah" "Darimana kau bisa tahu?" "Tunggu saja nanti, kau pasti akan mengetahui dengan sendirinya bahwa perkataanku ini tak bakal salah" Dalam pada itu, Chin siau telah turun tangan, dengan jurus naga sakti masuk samudra, secepat sambaran kilat dia melancarkan sebuah babatan ke wajah Suma thian yu. Menghadapi datangnya ancaman tersebut, Suma Thian yu sama sekali tidak gugup ataupun panik, ditunggunya serangan lawan dengan tenang, menanti ujung bambu itu hampir mencapai batok kepalanya, dia baru bertindak cepat membabat pinggang Chin Siau dengan jurus memetik tali pie pa. Sesungguhnya Chin Siau hanya bermaksud memancing musuhnya dengan jurus serangan tadi, karenanya ketika jurus pertama di lepaskan, ia telah mempersiapkan jurus kedua, karena itu serangan dari Suma Thian yu pun tidak berhasil mengenai sasaran. Secara beruntun kedua orang itu bertarung sampai tujuh gebrakan lebih, namun posisinya tetap setali tiga uang alias sama-sama kuat, siapapun tak berhasil meraih ke untungan dari lawannya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bagaimana pun juga Chin Siau adalah seorang pemuda yang ingin mencari menangnya sendiri, melihat usahanya gagal untuk meraih keuntungan, ia menjadi amat gelisah. Mendadak gerakan tubuhnya dirubah, pedangnya dengan jurus Nuri terbang Hong menari, secepat kilat menusuk keulu hati Suma Thian ya dengan kecepatan bagaikan sambaran petir. Siapa tahu waktu serangan tersebut mencapai tengah jalan, tiba-tiba gerakan-nya berubah dengan jurus selaksa bunga dipersembahkan Buddha, ia melepaskan serangan berikut. Suma Thian yu yang menyaksikan kejadian ini diam-diam tertawa geli, ia tahu untuk menaklukan pemuda ini satusatunya jalan adalah mengalah kepadanya dengan begitu hubungan diantara kedua belah pihak pun dapat terjalin dengan lebih akrab. Berpikir demikian, diapun segera merubah kembali serangannya. Mendadak terdengar dua kali jerit kesakitan bergema memecahkan keheningan, tahu-tahu orang yang sedang bertarung di tengah arena itu sudah berpisah satu sama lainnya. Sambil meraba bahu sendiri, Suma Thian yu segera berseru sambil tertawa: "Saudara Chin memang benar-benar memiliki kepandaian tanggung, aku benar-benar merasa kagum" Chin Siau sendiripun sedang memegang perut sendiri dengan kening berkerut, katanya kemudian sambil meringis: "Aku mengaku kalah, kalah dengan setulus hati, kagum, sungguh mengagumkan, apabila Suma heng tidak memberi muka kepadaku, sudah dapat di pastikan aku pasti akan semakin malu" "Aaaah, bila tidak menyerempet bahaya, mana mungkin aku bisa memukul saudara Chin" kata Suma Thian yu tetap merendah, "keberuntunganku kali ini tak lebih hanya karena saudara Chin sudi mengalah"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Saudara Suma, dengan ucapanmu itu aku merasa semakin malu sendiri" kata Chin Siau tertawa, "aku benar-benar sudah takluk, berbicara sesungguhnya aku dapat merasakan bahwa saudara Suma memiliki kepandaian silat yang amat tangguh, mau diserang tiada lubang kelemahan, kokoh dan tangguh bagaikan lapisan baja, betul-betul suatu kemampuan yang hebat" Sin sian siangsu yang menonton jalan-nya pertarungan itu dari samping pun segera menimbrung pula sambil tertawa tergelak. "Apa yang dikatakan Chin Siau memang benar, kali ini aku benar-benar merasa terbuka mataku, sampai aku sendiri pun dibuat kagum setengah mati, aku percaya diriku sendiripun tidak akan bisa menahan sebanyak sepuluh jurus di tangan setan cilik ini!" "Sudah, sudahlah, tak usah kalian tempeli emas diwajahku, mari kita masuk kekota!" Setelah kejadian hari ini, Chin siau semakin menaruh perasaan kagum dan hormat kepada Suma thian yu dan sejak itu pula persahabatan mereka berjalan semakin akrab dan rapat. Ketika Suma thian yu dan Bi hong siancu kembali kerumah penginapan, dua bersaudara Thia segera menyambut kedatangan mereka. Begitu bersua muka, sastrawan berpena baja Thin cuan segera menegur sambil tertawa tergelak. "Haah...haahh... gembira kah hiante berpesiar?" Dari pertanyaan tersebut Suma Thian yu tahu bahwa yang dimaksudkan dua bersaudara Thia adalah hubungannya dengan Wan pek lan, maka ia segera menggelengkan kepalanya sambil menghela napas: "Merusak kegembiraan saja...merusak kegembiraan saja.... "Apa? Kalian berdua....." "Bukan!" tukas Suma Thian yu segera. Secara ringkas dia pun segera menceritakan semua pengalaman yang baru saja dialaminya bersama wan pek lan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar kalau Suma Thian yu beradu kepandaian dengan Chin Siau, dua bersaudara Thia segera mendepakdepakan kakinya berulang kali sambil berseru: "Sayang, sungguh sayang kami tak punya rejeki untuk turut menyaksikan tontonan bagus itu, mengapa kau tak kembali dulu untuk mengundang kami?" "Aaah, mana mungkin? Baiklah biar aku perkenalkan dengan kalian besok pagi" Keesokan harinya Sin sian siangsu dengan mengajak Chin Siau telah berkunjung, ketika mereka berkumpul, pembicaraan pun segera berlangsung hangat. Yang paling hebat adalah Toan im siancu Thia yong segera tertarik pada ketampanan Chin Siau sejak pertemuan pertama sehingga dalam pembicaraan selanjutnya sorot matanya yang jeli sering melirik kearah Chin Siau. Begitu pula keadaan-nya dengan Chin Siau, ia segera terpikat oleh kecantikan wajah Toan im siancu sejak pertemuan pertama bertemu, seakan-akan tergetar oleh aliran listrik bertegangan tinggi, keduanya merasa tergetar dan cepat-cepat melengos kearah lain. Betapa gembiranya Sin sian siangsu yang menyaksikan peristiwa tersebut, dengan perasaan lega dia terbahak-bahak sambil katanya: "Kali ini aku si pelajar rudin benar-benar bisa hidup santai dan menganggur. Perkataan yang diutarakan sangat tiba-tiba ini kontan saja membuat Thia Cuan dan Suma Thian yu menjadi tertegun, apalagi setelah menyaksikan keadaan dari Sin sian siangsu itu, mereka semakin terheran-heran dibuatnya. Sin sian siangsu memandang sekejap ke arah Chin Siau dan Thia Yong berdua, kemudian sambil memejamkan matanya dan tertawa misterius ia berkata: "Ayoh berangkat, pertunjukan yang menarik selalu berlangsung belakangan disaat permainan akan berakhir, kini langkah pertama sudah mulai, berarti aku si pelajar rudin akan menyakstkan tontonan yang menarik hati"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Maka berangkatlah ke enam orang itu melanjutkan perjalanannya lagi. Menjelang tengah hari mereka sudah berada dua puluh li dari perkampungan Lu ming ceng dibawah kaki bukit Hoa san, itu berarti menjelang senja nanti mereka sudah akan mencapai tempat tujuan. Lu ming ceng disebut sebuah perkampungan, padahal yang benar hanya terdiri dari lima enam keluarga saja yang diharihari biasa hidup sebagai pemburu, diantaranya terdapat sebuah keluarga yang hidup terpisah dari kelompok keluarga lain-nya. Keluarga ini mendirikan bangunan-nya dibawah kaki bukit, selain megah pun indah dengan bunga dan bambu yang mengelilingi seputar bangunan. Pemiliknya berasal dari marga Chin, ia pindah ketempat tersebut sejak setahun berselang. Sebagai seorang kakek berusia enam puluh tahunan, dia sangat ramah terhadap semua penduduk perkampungan, hal ini dikarenakan kakek Chin ini memang seorang yang saleh, ramah dan suka menolong kaum yang lemah. Orang ini tak lain adalah Tay Hoa kitsu (pertapa dari Tay hoa) Chin leng hui, seorang pendekar besar dari Bu tong pay dimasa lalu, yang tak lain adalah ayah kandung dari Hu yong siancu Chin Lan eng, perempuan cabul yang berhati keji itu. Sejak disia-siakan anaknya yang menempuh jalan sesat, kakek ini menjadi tawar terhadap segala macam urusan keduniawian, sejak berdiam disini, saban hari dia menanam sayur di pagi hari dan melatih diri di malam hari, tak heran kalau ilmu silat yang dimilikinya dapat mencapai tingkatan yang lebih sempurna. Entah dari mana Ciong liong lo sianjin mendapat tahu tentang alamatnya itu, ternyata dia telah memilih tempat tersebut sebagai pusat berkumpulnya para jago dari golongan lurus dalam pertarungan antara kaum sesat dan lurus yang akan berlangsung tak lama kemudian.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika senja menjelang tiba, matahari sudah mulai tenggelam dibalik bukit sana. Suara burung yang berkicau kembali kesarangnya membuat suasana diperkampungan Lu ming ceng tersebut terasa lebih ramai dan meriah. Tiba-tiba dari dari luar perkampungan terdengar suara derap kaki kuda yang amat ramai, ternyata Suma Thian yu berenam telah tiba ditempat tersebut. Tampaknya penduduk perkampungan Lu ming ceng sudah terlatih secara ketat dalam hal begini, segera ada orang yang lari ketempat kediaman Chin Leng hui untuk melaporkan kedatangan rombongan tersebut. Tatkala Suma Thian yu sekalian sedang mencari tahu tempat tinggal dari Ciong liong lo sianjin dari penduduk setempat, Tay hoa kitsu Chin Leng hui dengan mengajak seorang bocah cilik telah muncul dimuka perkampungan. Begitu bersua dengan Suma Thian yu, bocah cilik itu segera berteriak gembira: "Engkoh Yu, kau telah membuatku menderita karena selalu memikirkan kau, aku harus meninjumu keras-keras" Dengan kepalan tinjunya dia segera memukul tubuh Suma Thian yu dengan perasaan gemas. Suma Thian yu sama sekali tidak membeti perlawanan, ia membiarkan dirinya dipukul, kemudian sambil tertawa tergelak baru katanya: "Adik Liong, sudab cukupkah kau memukuli aku?" "Belum puas" "Tapi kau toh mesti memberitahukan sebab musababnya lebih dahulu" Gak Sin liong, si bocah cilik itu menghentikan pukulannya, lalu sambil cemberut katanya: "Engkoh Yu, mengapa kau tidak memberi kabar secepatnya? Tahukah kau aku sudah setahun lebih menantikan kabarmu di dalam gua Hui im tong, hmm! Coba bayangkan sendiri pantaskah kau dipukul?" Mengetahui apa alasannya, Suma Thian yu segera tertawa terbahak-bahak, dia tangkap tubuh Gak Sin liong lantas

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

memukul pantatnya dua kali kemudian ia baru membawanya masuk kedalam. Sementara itu Tay hoa kitsu yang melihat kedatangan Sin sian siansu pu tampak gembira sekali, mereka sudah berangkat duluan kembali kerumahnya. Ketika semua orang menuju kerumah kediaman Tay hoa kitsu, tampak Siau yau kay berjongkok didepan pintu macam pengemis kelaparan saja, disisinya nampak cawan bobroknya itu. Sepasang manusia bodoh dari Wu san juga berada disitu, mereka hanya duduk ditepi sumur sedangkan didepan pintu berdiri seorang nyonya muda yang lembut dan cantik, dia adalah ibu dari Gak Sin liong, yakni Hui im tongcu Gak Say bwee. Ketika orang-orang itu melihat kemunculan Suma Thian yu yang sama sekali tak terduga itu, mula-mula tertegun bercampur keheranan, sebab dalam anggapan mereka semua, Suma Thian yu sudah tewas. Tak heran kalau mereka semua serentak maju mengerubungi Suma Thian yu. Sambil tersenyum Hui tim tongcu Gak Say bwee segera berseru: "Harap kalian masuk kedalam, mari kita berbincangbincang didalam saja" Mereka semua pun bersama-sama masuk kedalam ruangan tengah, sementara Hui im tongcu segera menitahkan kepada Gak Sin liong untuk masuk kedalam dan mengundang keluar sucou nya. Suasana dalam ruanganpun menjadi ramai sekali, semua orang berebut mengajukan pertanyaan kepada Suma Thian yu. Dalam keadaan beginilah tiba-tiba terdengar Gak Sin liong berseru keras: "Sucou ku datang!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Serentak semua orang menghentikan pembicaraan sambil berdiri disamping dengan serius, tampak dibelakang Gak Sin liong mengikuti Ciong liong lo sianjin yang segera manggutmanggutkan kepalanya dan berkata sambil tersenyum: "Silahkan duduk saudara sekalian, atas kehadiran kalian lolap ucapkan banyak terima kasih" Setelah semua orang duduk, Suma thian yu baru maju kedepan dan berlutut dihadapan ciong liong lo sianjin dan Put Gho cu sambil berkata: "Thian yu yang tidak berbakti baru sekaranng pulang kembali, untuk keterlambatan ini harap sudi dimaafkan" Ciong liong lo sianjin tertawa terbahak-bahak. "Haah...haah...haah... sudah kuduga kalau anak Thian yu dilindungi oleh rejeki dan umur panjang, ternyata dugaanku memang tidak meleset" Sebaliknya Put Gho cu yang menyaksikan murid kesayangan-nya dapat kembali dengan selamat pun segera memperlihatkan perasaan yang sangat gembira. Kedua orang tua itu segera memerintahkan kepada pemuda itu untuk duduk, menyusul kemudian Sin sian siangsu, Chin Siau, dua bersaudara Thia dan Bi hong siancu sekalian maju memberi hormat. Ketika didesak oleh semua orang, Suma Thian yu pun segera menceritakan kisah perjalanannya semenjak berangkat ke Tibet sampai pulang kembali kerumah. Selesai mendengarkan penuturan tersebut, Put Gho cu segera berkata: "Anak Yu, benarkan kokcu dari lembah put kui kok adalah Hui thian long cay (srigala bengis terbang kelangit) yang dulu pernah merajai wilayah See ih?" Suma Thian yu segera menggelengkan kepalanya berulang kali, sahutnya: "Tecu tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya, tapi tampang orang itu..." "Tak usah dikatakan lagi, aku kenal dengan orang ini, bila ucapanmu benar maka kokcu dari lembah Put kui kok tersebut

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sudah benar adalah srigala bengis terbang kelangit dan bininya pun sudah pasti San hoa popo" Ketika pembicaraan sampai disitu, Put gho cu pun menceritakan pula kisah pengalaman-nya dulu. Peristiwa tersebut terjadi pada lima puluh tahun berselang sewaktu Put gho cu sedang dalam perjalanan menuju kewilayah See ih, dia telah berkunjung kerumah srigala bengis itu. Tapi dalam suatu pembicaraan yang berbeda pendapat akhirnya kedua orang itu saling bermusuhan sendiri. Sementara itu nama besar Put Gho cu termashur dan menggetarkan seluruh dunia persilatan, bahkan namanya sempat termasyur sampai wilayah See ih, karena itulah Hui thian long pay atau srigala bengis ini sudah bersiap mengajaknya berduel. Akhir dari pertarungan tersebut, Put Gho cu menderita luka parah sedangkan serigala bengis itu terjerumus kedalam jurang dan tidak diketahui nasibnya. Sungguh tidak disangka lima puluh tahun kemudian ternyata srigala bengis itu masih hidup bahkan menjadi kokcu dalam lembah Put kui kok, peristiwa tersebut benar-benar jauh diluar dugaan siapa pun. Mendengar penuturan dari Put Gho cu tersebur, semua orang pun menaruh kesan yang lebih mendalam terhadap serigala bengis itu. Terdengar Hut Gho cu berkata lebih jauh: "Menurut pendapatku, sudah pasti srigala bengis terbang dilangit telah bersengkongkol dengan Kun lun indah untuk melakukan perbagai macam kejahatan" "Dari nana kau bisa tahu?" tanya Toa gi Khong Sian segera. "Hal ini menurut penilaianku saja, ketika Thian yu berhasil kabur dari penjara, dia telah membunuh pula ketiga orang jago dari srigala bengis itu, dalam keadaan demikian siapapun tak akan mampu menahan diri, apalagi bagi srigala bengis yang selalu angkuh dan tinggi hati"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kemudian setelah berhenti sejenak, dia pun berkata lebih jauh: "Sekalipun Kun lun indah tidak mengundangnyapun, dia sama saja akan mengajak anak buahnya untuk bergabung. Orang ini berhati keji dan buas, sudah pasti dia akan berusaha untuk membalas dendam dan tak akan melepaskan Thian yu dengan begitu saja" Sian yau kay segera tertawa terbahak-bahak: "Ha ha ha ha, kalau mau datang biarkan saja datang, kalau ingin pergi biarkan pergi, buat apa kita mesti merisaukan? Kali ini kita bertindak tegas, bukankah tujuannya untuk membersihkan dunia persilatan dari manusia-manusia kurcaci seperti mereka itu? Kalau dia datang sendiri kemari, hal ini malah kebetulan jadi kitapun tak usah repot-repot sendiri" "Benar sih benar" kata Put Gho cu kembali, "cuma kau mesti tahu, serigala bengis terbang dilangit adalah manusia yang tidak mudah dihadapi" "Bagi aku si pengemis, yang penting adalah menghabisi riwayat manusia durjana semacam itu, sampai waktunya aku si pengemis yang pertama-tama akan mencobanya" Begitulah setelah pembicaraan berlangsung amat asyik, Ciong liong lo sianjin pun segera memanggil Suma Thian yu agar mendekatinya, lalu berbisik: "Anak yu, mata kitab pusaka itu?" "Berada disaku anak Yu" cepat-cepat Suma Thian yu mengeluarkan kitab tersebut dari sakunya dan diserahkan kepada Cong liong lo sianjin. Setelah menerima kitab itu, Ciong liong lo sianjin pun tidak memeriksanya lagi, kepada semua orang dia berkata dengan suara dalam: "Saudara sekalian, badai berdarah yang mengancam dunia persilatan saat ini sesungguhnya timbul karena kitab pusaka ini, sepintas lalu saja peristiwa ini terjadi seakan-akan karena perselisihan antar pribadi yang kemudian dihimpun menjadi satu, padahal yang sebenarnya adalah disebabkan kitab pusaka tersebut"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali dia menyambung: "Nasiblah yang mempermainkan manusia, sejak kitab pusaka ini muncul kembali, suasana didalam dunia persilatan sudah dicekam ketakutan, tampaknya Thian telah mengutus Thian yu untuk bertanggung jawab atas badai pembunuhan ini" Kata-kata yang sederhana dari Ciong liong lo sianjin ini sesungguhnya kalau diperhatikan kembali justru mengandung arti yang lebih mendalam. Sebagai contoh adalah nasib Thian yu, sejak kecil sudah tertimpa bercana, lalu dia ikut Kit hong kiam kek, dan diterima sebagai murid oleh Put Gho cu, bahkan mendapat perlindungan dan kasih sayang dari kalian semua, hingga sekarang nasibnya boleh dibilang kurang bahagia atau lebih tepat dikatakan penuh diliputi kemisteriusan. Setelah beberapa kali menemui musibah, dia selalu berhasil lolos dalam keadaan hidup sampai akhirnya membawa kembali kitab pusaka yang hilang, bukankah kesemuanya ini merupakan permainan dari takdir? Ketika Ciong liong lo sianjin menyelesaikan kata-katanya, sorot mata semua orang pun bersama-sama dialihkan ke wajah Suma Thian yu, membuat wajah pemuda itu berubah menjadi merah padam bagai kepiting rebus. Tay gi Siu Khong Sian segera tertawa terbahak-bahak, serunya kemudian: "Haaah...haah... haah...untung saja setan cilik ini berhasil merebut kembali kitab pusaka itu, kalau tidak, akulah yang pertama-tama tak akan membiarkannya hidup" Kemudian sambil terpaling kearah adiknya Ji gi siu, terusnya: "Bukankah begitu adikku?" "Hmmmm" Ji gi siu segera menyahut. Sementara semua orang sedang berbincang-bincang dengan riang gembira, tiba-tiba dari belakang pintu muncul

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

seorang penduduk yang berseru dengan napas tersengkalsengkal. "Diluar ada tamu" Tay hoa Kitsu sebagai tuan rumah kembali bangkit berdiri siap beranjak keluar, tapi Siau yau kay segera memanggilnya sambil berseru: "Tak usah kesana, suruh saja dia mengajak kemari" Tay hoa kitsu Chin leng hui pun mengurungkan niatnya dan memerintahkan penduduk itu untuk mengajak tamu tersebut masuk. Tak lama kemudian penduduk itu sudah muncul kembali dengan seorang penunggang kuda, ketika Tay hoa kitsu melihat orang itu tak dikenal, diapun menjadi menyesal karena membiarkan tamu asing itu masuk sampai kedalam. Orang itu adalah seorang lelaki kekar berusia tiga puluh tahunan yang berpakaian ringkas dan menyoren golok dipunggungnya, ia menunggang kuda hitam yang amat kekar. Tiba di ruang depan, orang itu sama sekali tidak melompat turun dari kudanya, dia menjura kepada Tay hoa kitsu dengan hambar dan berseru lantang: "Aku mendapat perintah dari Siau tayhiap menyampaikan kabar, besok malam pada kentongan pertama, dia akan datang tepat pada waktunya di lapangan Koan jit Pang!" Sementara Tay hoa kitsu hendak menjawab, tiba-tiba Siau yau kay telah munculkan diri dan berseru kepada lelaki itu: "Hey, apakah orang she Siau sudah datang?" "Aku merasa kurang leluasa untuk menjawab pertanyaan itu!" "Aku bilang orang she Siau itu sudah datang belum?" sekali lagi Siau yau kay mengulangi lagi kata-katanya. "Aku tidak tahu!" "Sepulangnya nanti beritahu kepadanya, aku si pengemis menyuruh dia datang membawa dupa besok malam" seru Siau yau kay kemudian sambil tertawa ketolol-tololan.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar perkataan yang tak genah dari pengemis tua itu, lelaki tersebut tidak banyak bicara lagi, dia segera menggebrak kudanya dan berlalu dari situ. Tay hoa kitsu pun segera melaporkan kejadian ini kepada Ciong liong lo sianjin. Mendapat laporan itu, lo sianjin hanya manggut-manggut saja kemudian meneruskan kembali katakatanya. "Aku rasa isi dari kitab pusaka ini sudah dipelajari semua oleh Thian yu, dan dia pun sudah memahami semua rahasianya, berarti tak ada gunanya untuk disimpan lagi dari pada mendatangkan bencana dikemudian hari, maka lolap bermaksud hendak memusnahkan saja kitab ini" Semua orang merasa amat terkejut setelah mendengar ucapan ini, sedangkan Put Gho cu segera menimbrung pula. "Maksud cianpwe memang bagus, cuma kalau kita rusak kitab pusaka ini apakah tidak melanggar cita-cita dari Ku hay siansu yang dulu menciptakan kitab tersebut?" Ciong liong lo sinjin segera manggut-manggut. "Ketika Ku hay siansu membuat kitab ini sebenarnya dia bermaksud untuk menyiapkan kitab ini demi mengatasi bencana berdarah yang bakal terjadi, kini bila kitab tersebut tidak dimusnahkan, berarti pada generasi mendatang masih akan terjadi kekacauan demi kekacauan, sampai kapan dunia persilatan baru akan menjadi tenang?" Mendengar ini, samua orang pun memberikan persetujuannya, maka Ciong lo sianjin pun segera memusnahkan kitab pusaka tersebut. Sementara itu Hui im tongcu bangkit berdiri dan berkata sambil tersenyum: "Sekarang Suma hiantit sudah kembali dengan selamat, aku rasa kedudukan sebagai pemimpin rombongan pun harus dipikul oleh hiantit, entah bagaimana dengan pendapat kalian semua?" Cepat-cepat Suma Thian yu menampik usul tersebut, sedangkan semua orang pun berpendapat lebih baik Hui im tongcu saja yang meneruskan mamegang jabatan itu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebab ia sudah lama mempersiapkan diri, disamping itupun sudah mempunyai gambaran terhadap situasi pada umumnya, maka jabatan harus dialihkan kepada Thian yu, mereka kuatir hal ini justru akan ditunggangi musuh. Melihat semua orang masih tetap mendukungnya, terpaksa Hui im tongcu pun harus meneruskan kembali jabatan-nya untuk menjadi pemimpin rombongan. Maka dia pun membeberkan semua rencananya yang telah dipersiapkan selama ini. Mendadak ia merasa masih ada dua orang yang belum hadir, segera tanyanya: "Heran, mengapa Tam pak cu locianpwee dan Hian cing totiang belum nampak juga?" Suma Thian yu segera menceritakan pengalamannya sewaktu berjumpa dengan Hian cing suheng. Mendengar itu Put Gho cu berkata: "Mereka tak mungkin akan mengingkari janji, hanya masalahnya mereka terlalu nakal, sudah jelas telah datang, siapa tahu justru bersembunyi diatas tiang rumah jadi pencuri kecil, apakah hal ini tidak menggemaskan saja!" Mendengar perkataan itu semua orang segera mengangkat kepalanya dan memandang keatas, namun mereka tidak berbasil menemukan sesuatu apapun, maka tanpa terasa mereka pun mengalihkan kembali sorot matanya ke wajah Put Gho cu. Melihat hal ini, Put gho cu hanya tersenyum saja tanpa menjawab. Sebaliknya Ciong liong lo sianjin segera berkata sambil tertawa terbahak-bahak: "Haa...haa...haah...sudah, sudahlah, kalian tak usah bermain-main lagi, waktu yang tersedia buat kita sudah tak banyak lagi, harus segera berangkat" Semua orang mengira perkataan dari Ciong liong lo sianjin ini ditujukan kepada Put gho cu, siapa tahu Siau yau kay segera membentak keras:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hey, masih juga belum mau menampakan diri, apakah menunggu sampai aku si pengemis tua yang membekuk batang leher kalian?" Bersamaan dengan selesainya perkataan itu, tiba-tiba terdengar seseorang tertawa nyaring, lalu bersamaan dengan berkelebatnya bayangan manusia, Tam pak cu telah munculkan dirinya. Tay gi siu Kong Sian kontan saja mengumpat: "Main sembunyi macam tikus, rupanya kau hendak jadi mata-mata untuk menyelidiki kami?" "Haah... haaah... yang lagi menjadi mata-mata berada di dapan" Kemudian menghadap keluar pintu dia berteriak pula: "Hidung kerbau, mengapa kau belum masuk juga?" Ketika semua orang berpaling, tampak Hian cing tojin telah muncul didepan pintu, dibawah ketiaknya nampak menjepit seorang lelaki, ternyata lelaki itu tak lain adalah manusia yang mendapat perintah untuk menyampaikan kabar dari Siau wi goan tadi. Rupanya setelah meninggalkan tempat itu tadi, lelaki tersebut telah balik kembali dan secara diam-diam menyelundup masuk ke dalam. Siapa tahu gerak-geriknya itu sudah diamati terus oleh Tam Pak cu dan Hian cing to liang, belum lagi berhasil menyusup, ia sudah ditangkap oleh Hian cing tojin. Hui im tongcu berseru dengan gembira: "Tak nyana kalian bisa datang engan membawa hadiah, sungguh bagus sekali, totiang, letakkan bajingan itu ke tanah, silahkan minum secawan air teh sebagai jasa bagi jerih payahmu" Hian cing tojin meletakkan lelaki ke atas tanah, kemudian ia memberi hormat kepada Ciong liong lo sianjin, setelah itu baru memberi salam kepada gurunya, Put gho cu. Dalam pada itu, Hui im tongcu telah memberi tanda kepada Gak Sin liong agar menyekap lelaki itu ke dalam penjara, kemudian ia baru menanyakan banyak soal rahasia dari Tam

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pak cu sebagai persiapan untuk menghadapi musuh esok malam. Sesungguhnya bentrokan yang terjadi antara golongan lurus dan sesat dimasa lalu sudah seringkali terjadi, hanya saja belum pernah diselenggarakan secara besar-besaran seperti kali ini. Kalau dimasa lalu, pertarungan selalu diselenggarakan dipusat suatu partai atau perkumpulan, hanya kali ini kedua belah pihak setuju untuk melangsungkan pertarungan di lapangan Koan jit peng dipuncak bukit Hoa san. Dengan cara demikian, maka tiada kemungkinan bagi ke dua belah pihak untuk mempergunakan akal muslihat yang licik keji ataupun persiapan jebakan serta alat perangkap yang licik, semua pertarungan akan diselenggarakan dengan mengandalkan kekuatan yang murnii dan ilmu silat yang sejati. Disamping itu, pertarungan pun bukan di langsungkan demi memperebutkan semacam benda mustika atau dendam kesumat, seandainya adapun hanya merupakan urusan pribadi segelintir manusia saja, seperti misalnya Suma Thian yu terhadap Kun lun indah, Siau yau kay terhadap Kun lun indah dan Chin Siau terhadap Siau hu yong. Pertarungan yang berlangsung kali lni hanya boleh dibilang untuk mengadu kekuatan dan melihat siapa yang mampu merajai seluruh dunia persilatan, atau tegasnya pertarungan ini demi memperebutkan nama dan kedudukan. Begitulah, keesokan harinya setelah Hui im tongcu mengatur segala sesuatunya, berangkatlah dia bersama rombongan besar menuju ketebing Koan jit pang dibukit Hoa san. Bagi angkatan yang lebih tua, perjalanan ini ditempuh penuh dengan senda gurau, seakan-akan sedang berpesiar saja, sama sekali tidak dicekam oleh suasana tegang. Sedangkan kaum mudanya sama-sama menggosok kepalan sambil bersiap sedia menjajal kemampuan yang dimiliki, meski pun harus disertai dengan debaran jantung yang keras,

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

diantaranya Gak Sin liong yang memperlihatkan penampilan paling tegang. Sepanjang perjalanan tiada hentinya dia bertanya ini itu, sebentar berada disisi ibunya, sebentar lagi kembali kesisi Suma Thian yu, gerak-geriknya seperti tak ada tenang. Sedangkan Chin Siau, mungkin ilmu silat yang dipelajari termasuk ilmu yang bersifat tenang, maka sepanjang jalan dia hanya membungkam diri dengan sikap yang tenang sekali, sekalipun Toan im siancu beberapa kali mengajaknya berbincang-bincang, dia selalu menjawab dengan ringkas dan tak banyak bicara. Semakin demikian sikapnya, justru semakin besar perhatian Toan im siancu terhadapnya, olen sebab itu Toan im siancu belum pernah meninggalkan sisi tubuhnya. Berbeda sekali dengan Bi hong siancu, dia selalu menunjukkan sikap yang murung dan mulut yang terbungkam, seringkali dia melirik kearah Suma Thian yu sambil menghela napas panjang. Suma Thian yu yang menyaksikan kejadian tersebut, segera bertanya dengan penuh perhatian: "Adik Lan, apakah kau merasa tidak sehat?" "Tidak" "Lantas mengapa selalu bermuram durja?" "Aku....aku menguatirkan dirimu" Koan jit peng, terletak di puncak bukit Hoa san. Hui im tongcu memimpin kawanan jago mencapai tanah lapang dipuncak tersebut dan menuju ke arah barat laut, karena dari arah barat daya sudah dipenuhi pihak musuh. Sesudah masing-masing mengambil tempat duduk, Suma Thian yu pun mulai memperhatikan keadaan dari pihak lawan. Dari sekian jago yang hadir, diantara hanya seorang kakek aneh yang belum pernah dijumpai selama ini. Tapi kalau ditinjau dari dandanan serta potongan wajahnya, tak sulit untuk menduga orang itu sebagai raja iblis nomor wahid dari rimba hijau, si mayat hidup Ciu Jit bwe.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sementara itu, Kun lun indah, Siau wi goan telah tampil ke tengah lapangan dan memberi hormat kepada semua orang sambil berkata: "Sungguh gembira hatiku menyaksikan kehadiran anda sekalian tepat pada waktunya, malam ini udara cerah dan rembulan bersinar terang, sesunggulnya Wi goan sengaja memilih tempat ini dengan harapan tak ingin mengusik ketenangan orang lain. Baiklah, perkataan bertele-tele rasanya percuma untuk diutarakan, bagaimana kalau kita selesaikan saja masalahnya dengan kekerasan" Sambil berkata ia sudah bersiap sedia untuk mengundurkan diri dari situ Mendadak terdengar si harimau hitam Lim Kong berseru keras: "Siiau tayhiap, apakah kau telah memberikan keterangan kepada mereka?" "Oyaa..." Kun lun indah Siau Wi goan segera membalikkan badan dan berkata lagi: "Benar, hampir saja Wi goan melupakan suatu masalah besar, mumpung pertarungan belum dilangsungkan, aku memang merasa perlu untuk memberi penjelasan lebih dulu. Kita sebagai anggota persilatan sudah sewajarnya kalau bertindak jujur dan terbuka, maka didalam pertarungan nanti, lebih baik kita bertarung seorang melawan seorang saja daripada terjadi suatu pertarungan secara massal" Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali dia melanjutkan: "Umat persilatan sebenarnya berasal diri satu keluarga, tapi selanjutnya dikuasai oleh segolongan kaum yang mengangkat dirinya paling murni, akibatnya banyak pendekar yang terdesak sehingga menyebabkan terjadinya gontokmenggontok diantara sesama sendiri. Kuanjurkan dalam pertarungan nanti, harap kalian semua bisa mengeluarkan segenap ilmu silat yang dimilikinya tanpa sungkan-sungkan, sehingga biar matipun tak perlu sayang, entah bagaimanakah pendapat kalian semua...?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Segala sesuatunya kami akan turut perintah, silahkan Siau tayhiap mengutus orang untuk bertarung" kata Hui im tongcu mewakili golongan lurus. Siau wi goan segera mundur kembali ke barisan, tak lama muncullah seorang kakek ke arena, dia adalah Boan thian hui (terbang memenuhi angkasa) Ya Nu, seorang piausu yang berhianat dari perusahaan Sin liong piankiok. Orang ini langsung turun ke arena tanpa minta persetujuan lebih dulu dari Kun lun indah, sebenarnya Siau Wi goan hendak menghalanginya, namun niat tersebut kemudian diurungkan. Begitu bertemu dengan Ya Nu, amarah Bi hong siancu segera berkobar, baru saja dia akan tampilkan diri, mendadak tubuhnya di tarik seseorang dari belakang ketika ia berpaling ternyata orang itu adalah Gak Sin liong. Terdengar bocah itu berkata: "Enci Wan, bagaimana kalau Liong ji yang turun ke arena dalam babak pertama ini?" Melihat wajahnya yang patut dikasihani itu, Bi hong siancu segera mengangguk. "Adik Liong mesti berbaik hati, ketahuilah setan tua itu liciknya bukan kepalang" Melihat nona itu menyetujui, Gak Sin liong menjadi girang setengah mati, dia segara berjalan menuju ke tengah arena. Tak terlukiskan rasa gusar Ya Nu ketika melihat seorang bocah berusia dua tiga belas tahunan terjun ke arena untuk menghadapinya, dia mengira Hui im tongcu sengaja hendak membuatnya malu, hal ini segera menimbulkan niatnya untuk menghabisi nyawa bocah tersebut. Sementara itu Gak Sin liong sudah tiba didepan Ya Nu segera menjura seraya berkata: "Setan tua, ayoh sebutkan dulu namamu sebelum menerima kematian..." HAWA AMARAH YA NU semakin berkobar lagi setelah mendengar ucapan ini, dengan penuh amarah dia membentak:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Enyah kau dari sini!" Sebuah tendangan kilat langsung diarahkan keperut Liong ji, serangan tersebut dilancarkan sangat kuat dan dahsyat, didalam anggapannya dalam sekali serangan saja Gak Sin liong tentu akan terpental seperti sebuah bola karet. Siapa tahu perhitungannya sama sekali melesat, baru saja tendangan itu dilancarkan, tiba-tiba Sin Liong merendahkan tubuhnya sambil menyambut datangnya serangan, kemudian dengan tehnik meminjam tenaga memanfaatkan tenaga, dia betot tubuh Ya Nu lebih kemuka. Akibat dari betotan ini, Ya Nu menjadi kehilangan keseimbangan badannya sehingga tak ampun lagi tubuhnya segera terjerembab kearah depan. Gik Sin liong yang jeli dan pandai, sudah barang tentu tak mau menyia-nyiakan kesempatan itu lagi, begitu melihat Ya Nu sudah roboh, ia segera menerjang kedepan sambil balas melancarkan sebuah tendangan. "Duukk...!" Tendangan tersebut bersarang telak sekali membuat Ya Nu segera menjerit kesakitan dan muntah darah segar, seketika itu juga ia roboh tak sadarkan diri. Gak sin liong segera bertepuk tangan sambil tertawa tergelak, jengeknya: "Rupanya dia tak lain hanya seorang gentong nasi yang sama sekali tak berguna" Dia membalikkan badan siap mengundurkan diri. Mendadak terasa desingan angin tajam menyambar tiba dari belakang tubuhnya, menyusul kemudian tampak sesosok bayangan manusia melayang melewati atas kepalanya dan turun tepat dihadapannya. Ketika Gak Sin liong mencoba untuk mengamati orang itu, ternyata dia adalah lotoa dari Tiang pek sam sat, si makhluk berekor sembilan Li Gi. Sebagaimana diketahui, si makhluk berkepala sembilan Li Gi sudah pernah merasakan kekalahan secara tragis di tangan Gak Sin liong, itulah sebabnya begitu menghadang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dihadapannya, tanpa mengucapkan sepatah katapun dia mengayunkan kepalan-nya menghantam tubuh bocah tersebut. Biarpun Gak Sin liong belum cukup berpengalaman, bagaimanapun juga dia sudah terdidik oleh seorang guru kenamaan, ia sama sekali tidak gugup atau pun panik menghadapi datangnya ancaman, sambil miringkan badannya menghindarkan diri, segera ejeknya sambil tertawa cekikikan: "Hey, apakah kaupun kepingin mampus?" Makhluk berkepala sembilan Li Gi sama sekali tidak mengucapkan sepatah katapun, secara beruntun dia melancarkan dua buah serangan, tapi semuanya berhasil dihindari Gak Sin liong secara mudah, lama kelamaan Gak Sin Hong yang masih muda dan berdarah panas habis juga kesabaran-nya. Suatu ketika dia sengaja membuka pertahanan sendiri untuk memancing masuknya serangan dari Li Gi. Nampaknya nasib Li Gi harus berakhir secara tragis, sekalipun selama ini dia malang melintang dibukit Tiang pek san, namun mimpi pun dia tak pernah menyangka kalau seorang bocah cilik yang masih berbau tetek pun bisa mengambil resiko untuk mencari kemenangan. Begitu melihat pertahanan bocah itu terbuka, dia lantas menyangka lawannya masih kurang berpengalaman sehingga tanpa sadar membuka titik kelemahan sendiri, dengan perasaan girang ia segera menggempur Gak sin liong dengan jurus harimau hitam mencuri hati. "Serangan yang bagus!" bentak Gak Sin liong keras-keras. Dengan cekatan dia mundur kebelakang sambil miringkan tubuhnya, menyusul kemudian sepasang tangannya mencengkeram lengan Li Gi erat-erat dan membetotnya kemuka. Lalu dengan manfaatkan posisi badan lawan yang terhuyung kemuka, sebuah tendangan kilat langsung ditujukan kelambung musuh.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba saja terdengar Li Gi mengerang kesakitan, lambungnya pecah terkena tendangan yang menggeledek itu sehingga ususnya berhamburan keluar, tentu saja tubuhnya ikut roboh terkapar keatas tanah. Penampilan Gak Sin liong yang cemerlang dan berhasil merontokan dua orang jago lawan secara beruntun, segera disambut kawanan jago dari golongan lurus dengan tepuk sorak yang gegap gempita. Mimpipun Kun lun indah tak menyangka kalau bocah cilik itu memiliki kepandaian silat sedemikian hebatnya, dia merasa mendongkol di samping gelisah, cepat-cepat serunya kepada ketua perkumpulan Tiang ciau pang dari Hoang hoo yang bernama Kang Hong siang itu: "Saudara Kang, lebih baik kau saja yang turun arena, bilamana perlu bunuh saja keparat itu!" Kang Hong siang menyahut dan pelan-pelan menuju ke arena, siapa tahu pada saat itulah si malaikat sakti bermata tunggal Ciong Eng hui sudah memburu lebih dulu kedalam arena, terpaksa Kang Hong siang balik kembali ke tempat semula. Gak Sin liong sama sekali tidak kenal dengan malaikat sakti bermata tunggal, tapi dia sedang dibuat asyik oleh pertarungan, maklumlah bagi seorang bocah yang secara beruntun sanggup merobohkan dua orang lawan, rasa gembiranya tentu tak terlukiskan dengan kata-kata. Oleh sebab itu ia tak ambil peduli siapakah musuhnya kali ini, bahkan kendatipun lawan-nya adalah seekor harimau pun tak akan dipandang sebelah mata. Sambil bertolak pinggang dan mata melotot segera serunya: "Hey, apakah kaupun sudah bosan hidup?" Malaikat sakti bermata tunggal Ciong Eng hui sama sekali tidak menggubris, ditatapnya bocah itu dengan wajah dingin tapi serius, Kemudian setibanya di depan Sin liong sepasang tangannya segera dipentang lebar-lebar untuk mencengkeram tubuh bocah tersebut.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sepuluh gulung desingan angin tajam yang berhawa dingin dan menusuk tulang segera menyambar kedepan dengan kecepatan luar biasa. Tapi Gak Sin Liong adalah seorang bocah yang tak takut terhadap langit maupun bumi, dia menunggu sampai kesepuluh jari tangan lawan tiba didepan mata kemudian sepasang telapak tangannya baru di rangkap menjadi satu dan di angkat keatas, menyusul kemudian lengannya di rentangkan untuk menangkis kedua lengan Ciong Eng hui. Bukan begitu saja, menyusul gerak mata, sebuah lengannya dipakai untuk melindungi dada, lengan yang lain diayunkan ke depan melancarkan bacokan ke dada musuh. Gerakan itu panjang untuk diceritakan tapi cepat bagaikan kilat dalam kenyataan-nya, Ciong Eng hui benar-benar dibuat terkecoh oleh musuhnya, dia tidak menyangka kalau Gak Sin liong bakal mengambil tindakan tersebut, ketika sadar keadaan sudah terlambat, terpaksa ia sambut pukulan itu dengan kekerasan. "Blaaammm.....!" Sambil menggertak gigi menahan diri, Ciong Eng hui sambut serangan tersebut, namun akibatnya dia harus mundur beberapa langkah dengan sempoyongan, wajahnya berubah menjadi hijau membesi. Sekali lagi berhasil meraih kemenangan membuat Gak Sin Hong semakin percaya dengan kemampuan yang dimilikinya, namun dengan cepat, dia mendesak maju lebih ke muka, kemudian melepaskan sebuah bacokan lagi dengan jurus membunuh naga di balik ombak. Membara sorot mata tunggal Malaikat sakti bermata tunggal Ciong Eng hui, dia berkaok-kaok penuh amarah, gerakan tubuhnya segera dirubah, ia sambut serangan lawan dengan jurus angin menyapu sisa awan lalu sekejap kemudian dirubah menjadi serangan kepalan yang disodokkan kemuka dengan jurus menyambut datangnya gempuran ombak. Gak Sin liong bukan seorang bocah bodoh yang mudah dipecudangi lawan, dia meski kecil orangnya tapi lincah dan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

cerdas, akibatnya Ciong Eng hui benar-benar dibuat bulanbulanan oleh lawannya. Meski demikian pihak kaum lurus mengikuti pertarungan tersebut dengan perasaan yang berdebar juga, terutama sekali Bi hong siansu Wan Pek lan, dia benar-benar merasa kuatir sekali. Mendadak dari arena bergema suara jerit kesakitan yang memilukan hati, segera Bi hong siansu memandang kedepan, setelah mengetahui apa yang terjadi, dia baru menghela napas panjang sambil berbisik didalam hati. "Sungguh berbahaya" Menyusul kemudian dia baru bertepuk tangan sambil berseru: "Adik Liong, suatu prestasi yang bagus, ayoh kembali, kau harus menunggu giliran dilain saat" Sekali lagi Gak Sin liong berhasil menghajar malaikat sakti bermata tunggal Ciong Eng hui sehingga terluka parah dan roboh terjengkang diatas tanah. Adapun kepandaian yang dipergunakan bocah itu dalam serangannya kali ini tak lain adalah ilmu pukulan Sian poo hui hong ciang ajaran suciu nya, Ciong liong lo sian jin, tidak heran kalau tak seorang pun di antara lawan-lawannya berhasil meloloskan diri. Ketua Tiang ciau pang Kang Heng hui segera merasakan hatinya bergidik setelah menyaksikan malaikat sakti bermata tunggal kembali dibikin keok oleh musuhnya, tapi urusan sudah berkembang menjadi begini, tentu saja dia tak bisa mundur dengan begitu saja kalau tak ingin ditertawakan orang. Maka setelah mempersiapkan diri, pelan-pelan dia terjun kedalam arena. Hui im tongcu Gak Say bwee yang menyaksikan putra kesayangannya berhasil mengalahkan tiga musuh sekaligus, dalam hati kecilnya pun merasa gembira sekali, begitu melihat Kang Hong Siang tampilkan diri, ia kuatir Liong ji terluka, maka segera teriaknya:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Liong ji, ayoh kembali, kali ini harus tiba giliran dari enci Thia mu!" Mendengar namanya di sebut, Toan im sian segera melompat turun kearena, namun sesaat sebelum melangkah keluar dia sempat melirik sekejap kearah Chin Siau. Secara kebetulan Chin Siau pun sedang memandang kearahnya, maka ketika empat mata saling bertemu bagaikan di sambar aliran listrik, perasaan kedua orang itu sama-sama merasa nyaman. Setibanya ditengah arena, Toan im sian cu Thia Yong segera menjura sambil berkata: "Sudah lama kudengar nama besar Kang pangcu, sungguh beruntung kita dapat saling bersua pada malam ini" Kang Hong siang tertawa tergelak: "Haaaah...haaah...haaa... lebih baik nona Thia tak usah banyak bicara, cepat loloskan pedangmu!" Toam im siancu yang menghadapi musuhnya dengan sopan ternyata malah bibalas dengan sikap yang ketus membuat nona itu naik pitam, diapun tidak sungkan-sungkan lagi, sambil mencabut pedangnya ia berseru keras: "Lantas mengapa Kang pangcu tidak meloloskan senjatamu?" Sekali lagi Kong Hong siang tertawa tergelak: "Haaa...haah...haaah... biar kulayani dirimu dengan tangan kosong belaka, daripada ditertawakan orang sebagai orang tua yang menganiaya anak kecil" Amarah yang berkobar dalam dada Toan im siancu semakin membara, pikirnya: "Bagus sekali....kalau toh kau bersedia menghantar kematianmu, jangan salahkan kalau aku akan bertindak keji" Berpikir demikian, dia segera memusatkan seluruh perhatiannya sambil mengawasi lawan tanpa bergerak. Kang Hong sing benar-benar amat jumawa, dia berdiri seenaknya dan berkata sambil tertawa angkuh: "Silahkan melancarkan serangan!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Lihat pedang! bentak Toan im siancu Kemudian sambil menhimpun tenaga dalamnya kedalam lengan kanan. Lalu dengan jurus walet terbang mengejutkan naga, secepat kilat dia tusuk tubuh Kang Hong siang dengan diiringi desingan angin tajam. Dalam pertarungan yang berlangsung kali ini kedua belah pihak sama-sama mengandalkan kecepatan masing masing untuk saling menyambar, dalam sekejap mata bayangan kepalan dan cahaya pedang telah menyelimuti angkasa. Kang Hong siang dapat menjadi ketua terkumpulan Tiang ciau pang tentu saja memiliki kepandaian yang tangguh, buktinya dia sanggup menghadapi serangan pedang lawan dengan tangan kosong belaka. Tak selang beberapa saat kemudian, kedua orang itu sudah bergebrak dua puluh jurus, lambat laun kang hong siang mulai tak mampu menahan diri. Kun lun indah Siau Wi goan yang menyaksikan kejadian ini menjadi gelisah sekali, cepat-cepat dia memerintahkan si setan muka hijiu Siang Tham agar tampilkan diri untuk berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan yang tak diinginkan. Pelan-pelan Setan muka hijau Siang Tham bangkit berdiri dan berjalan menuju ke tengah arena. Hui im tongcu Gak Say bwee memang tak malu menjadi pemimpin wanita yang cekatan, melihat kejadian tersebut dia segera memerintahkan kepada sastrawan berpena baja Thia cuan untuk segera tampilkan diri pula kearena. Sementara itu setan muka hijau Siang Tham sudah tiba ditengah arena, sastrawan berpena baja Thia cuan segera melompat kehadapan-nya dan berseru sambil menjura: "Apablia saudara Siang punya keinginan untuk bermain, bagaimana kalau kita bermain-main sendiri?" "Persis dengan selera toayamu" jengek Siang Tham ketus. Dari sakunya Sastrawan berpena baja mengeluarkan sepasang senjata poan koan pit nya, maka pertarunganpun segera berlangsung.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setan muka hijau memutar goloknya dengan jurus dewa menunjuk jalan membacok ketubuh sastrawan berpena baja. Sebagai murid dari Heng see cinjin, sudah belasan tahun lamanya sastrawan berpena baja mendalami ilmu poan koan pit nya, boleh dibilang kepandaian tersebut telah dilatihnya mencapai puncak kesempurnaan, tentu saja ia tak mau unjuk kelemahan-nya, dengan cepat dia menangkis sambil melancarkan serangan balasan. Dengan demikian, setan muka hijau Siang Tham pun tidak mempunyai kesempatan lagi untuk memperhatikan keadaan dari Kang Hong siang. Dua pasangan yang sedang bertempur di arena sama-sama melangsungkan pertarungan-nya dengan amat seru. Kali ini Kang Hong siang sudah berada dalam keadaan hanya bisa menangkis tanpa berkemampuan melancarkan serangan balasan lagi, Toan im siancu yang menyaksikan peluang baik tersebut tentu saja tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut dengan begitu saja. Dia segera merubah gerakan tubuhnya, pedangnya diayunkan keangkasa dengan jurus bintang dan bulan saling bersinar untuk menciptakan beritik-titik cahaya bintang kemudian menusuk tubuh Kang Hong siang secara ganas. Mendadak saja Kang Hong siang merasakan sekujur badannya bergetar keras dan mundur dua langkah kebelakang. Siapa sangka jurus serangan dari toan im siancu ini justru bertujuan untuk memancing lawan, begitu melihat kang hong siang mundur, ia segera membentak keras: "Lihat serangan!" Ditengah jalan pedangnya berubah jurus dengan gerakan bintang bergerak awan berubah, lalu secepat sambaran petir, cahaya tajam itu menyambar kemuka. Tahu-tahu saja terdengar Kang Hong siang mengerang kesakitan: "Aduuh....!" Bunga darah segar memercik kemana-mana, ketua perkumpulan Tiang ciau pang yang sudah cukup lama malang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

melintang dalam dunia persilatan ini mati seketika dengan keadaan mengerikan. Belum habis jerit kesakitan dari Kang Hong siang, dari pihak lain terdengar pula suara jeritan kesakitan. Ketika mendengar suara jeritan tersebut, Toan im siancu segera merasakan tubuhnya bergetar keras, dengan cepat dia berpaling dan berseru kaget: "Aaah, toako!" Secepat kilat tubuhnya menerjang kearah arena pertarungan, rupanya sebuah lengan dari sastrawan berpena baja telah dipapas kutung oleh setan muka hiju Siang Tham, bahkan pada saat itu si setan muka hijau sudah siap mengayunkan goloknya untuk menghabisi nyawa lawan-nya. Untung saja Toan im siancu bertindak cepat dengan menangkis bacokan goloknya secara keras lawan keras. Sastrawan berpena baja Thia Cuan segera manfaatkan kesempatan itu untuk menjatuhan diri menggelinding ke samping, akhirnya ia berhasil juga menghindarkan diri dari ancaman bahaya. Hui im tongcu Gak Say bwee segera bertindak cepat dengan menyerobotnya dan membantu untuk menghentikan aliran darahnya. Dalam pada itu, Toan im siancu dan setan muka hijau telah terlibat dalam pertempuran yang amat seru. Sambil melancarkan serangkaian serangan-nya, Tham Siang mulai mencaci maki: "Bocah perempuan, kau sakit hati bukan? Heeh...heeeh... heeeh... berikut ini adalah giliranmu. Aai sayang, sayang sekali, seorang nona yang begitu cantik sebentar lagi harus kehilangan sebuah lengannya, apakah hal ini tidak patut dikasihani?" Perkataan dari Siang Tham ini semakin membangkitkan hawa amarah bagi Toan im siancu tapi menggusarkan pula Chin Siau yang sedang duduk menonton.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan cepat Chin Siau melompat bangun dan minta ijin kepada Hui im tongcu, kemudian melompat ketengah arena sambil serunya kepada Thia Yong: "Nona Thia, kau boleh mengundurkan diri, biar aku yang membalaskan dendam untukmu!" Toan im siancu merasa gembira sekali melihat kekasihnya turun tangan, dia segera melancarkan sebuah bacokan kemudian melompat mundur kebelakang. Melihat bocah perempuan itu mundur, semua amarah dari setan muka hijau Siang Tham segera dilampiaskan kepada Chin Siau, teriaknya dengan gusar: "Bocah keparat, kau ingin mencari mampus?" Dengan wajah serius Chin Siau tertawa tergelak sambil sahutnya cepat: "Lebih baik tak usah banyak bicara, kalau ingin mampus lebih baik pasang lehermu baik-baik untuk kubacok!" "Anjing sialan!" teriak setan muka hijau Siang Tham penuh amarah. Goloknya dengan jurus Angin puyuh menggetarkan ombak langsung membacok ketubuh Chin Siau. Menghadapi datangnya ancaman tersebut, Chin Siau tertawa dan tidak sampai golok musuh menyambar datang, pedangnya sudah ditutulkan keujung golok lawan sambil bentaknya: "Serahkan nyawamu!" tiba-tiba cahaya tajam berkilauan, setan muka hijau Siang Tham hanya merasakan pandangan matanya menjadi kabur, tahu-tahu tengkuknya terasa dingin. Belum sempat dia menjerit, darah segar sudah menyembur keluar dengan derasnya, tidak ampun tubuhnya segera roboh terjengkang keatas tanah dan tewas seketika. Tampaknya Chin Siau merasa lega hatinya sesudah berhasil membalaskan sakit hati kekasihnya, tanpa memperdulikan orang ia dia balik kembali ketempat duduknya. Sementara itu Toan im siancu telah kembali pula setelah menengok keadaan luka dari kakaknya, melihat mayat Siang Tham menggelepar diatas genangan darah, ia tahu kekasihnya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berhasil membunuh orang tersebut, hatinya benar-benar gembira sekali. Kalau bisa dia ingin segera memeluknya kencang-kencang dan memberikan sebuah ciuman sebagai perasaan terima kasihnya. "Ooooh saudara Chin, aku sangat berterima kasih kepadamu" serunya dengan gembira. Chin Siau tersenyum, dia merendah dulu kemudian baru mengambil tempat duduk. Dengan tewasnya setan muka hijau Siang Tham, maka peristiwa ini segera bangkitkan amarah dari si mayat hidup, demikian pula si harimau angin hitam Lim Khong, sekujur tubuhnya segera gemetar keras karena gusarnya, sambil membalikkan badan dia segera menerobos maju ketengah arena sambil bentaknya: "Orang she Chin, ayoh tampil ke depan untuk menerima kematian!" Chin Siau sama sekali tidak menggubris, dia duduk di tempat dengan sikap yang tenang sekali tanpa ambil perduli, sebab dalam hatinya hanya terdapat seorang musuh, orang itu adalah Siau hu yong Chin Lan eng yang banyak akal muslihat dan berdaya upaya untuk mencelakai dirinya. Itulah sebabnya terhadap umpatan dan tantangan dari harimau angin hitam Lim Khong, boleh dibilang dia menganggapnya sebagai angin berlalu saja. Tentu saja Hui im tongcu Gak Say bwee cukup mengetahui tentang maksud hati Chin Siau tersebut, ia segera meminta kepada Sin sian siangsu untuk menampilkan diri. Dengan langkah yang seenaknya, Sin sian siangsu segera tampil kedalam arena, sebaliknya harimau angin hitam segera merasa terkesiap setelah mengetahui siapa lawan-nya. Sin sian siangsu dengan lagaknya yang ketolol-tololan langsung menghampiri lawan-nya, lalu serunya sambil tertawa cekikikan: "Kita berdua harus bergaul dengan lebih akrab lagi, tentu saja Lim tayhiap tidak menampik bukan?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Baru selesai dia berkata, tiba-tiba dari arah lain telah berkumandang pula suara bentakan keras. "Lim lote, silahkan mundur dulu. Serahkan saja setan tua ini kepadaku" Sin sian siangsu segera berpaling, ternyata orang itu adalah musuh bebuyutannya, kakek tujuh bisa Kwa Lun. Tanpa terasa Sin sian siangsu tertawa terbahak-bahak: "Haaahh...haaahh...haaahh...hey musuh bebuyutanku, nampaknya sebelum seorang diantara kita mampus, pertarungan diantara kita berdua tak pernah akan berakhir, hiiiih...hiiiihh...hari ini kita mesti bermain sampai puas" Kakek tujuh bisa Kwa Lun tertawa seram pula. "Setan rudin, Koan jit peng adalah tempat untuk mengubur mayatmu, percuma banyak bicara, lihat kampak!" Begitu selesai berkata, dia lantas mengayunkan kampaknya kedepan dengan jurus menyapu rata lima bukit, serangan tersebut langsung membacok kearah batok kepalanya. Sin sian siangsu segera berteriak kesakitan sambil jeritnya: "Aduuh mak, besar nian kampakmu!" Dengan cekatan sekali dia menyelinap kesamping, memang benar, senjata yang di pergunakan kakek tujuh bisa Kwa Lun saat ini adalah sebuah kampak yang besar, panjang lagi berat. Gagal dengan serangan yang pertama, kakek tujuh bisa segera melepaskan sebuah bacokan lagi kearah pinggang. Sin sian siangsu segera merendahkan bahunya sambil menyelinap kebelakang, sebagai dua orang musuh bebuyutan, mereka sama-sama bergerak cepat dan jurus serangan pun seringkali ditujukan kebagian yang mematikan, hakekatnya semua ancaman merupakan serangan untuk beradu jiwa. Pada mulanya Sin sian siangsu masih dapat bergerak santai dan sekehendak hati sendiri, malah disertai pula dengan senyuman dan ejekan, namun kemudian ia segera terjerumus dalam suatu pertempuran yang amat seru, terpaksa dia mesti mengeluarkan segenap ilmu simpanannya untuk bertarung melawan kakek tujuh bisa.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan mengandalkan kampak raksasanya, dalam waktu singkat si kakek tujuh bisa telah berhasil menempati posisi diatas angin, dia selalu berada dipihak penyerang dan melancarkan serangannya dengan kekuatan yang luar biasa. Hui im tongcu Gak Say bwee yang menjumpai peristiwa ini diam-diam mengucurkan keringat dingin karena menguatirkan keselamatan Sin sian siangsu, katanya kemudian kepada Siau yau kay: "Saudara Wi, apakah kau ingin mencoba untuk melemaskan otot-ototmu?" Siau yau kay segera menggeleng: "Kekalahan sudah berada didepan mata Kwa Lun, kenapa aku mesti ikut kuatir?" "Benarkah begitu? Aku justru kuatir kalau dia sampai menderita kalah....." "Coba kau perhatikan, tidak sampai tiga gebrakan lagi Kwa lun sudah pasti akan keok!" Hui im tongcu mengalihkan sorot matanya mengikuti jalannya pertarungan di tengah arena, betul juga, tiba-tiba saja terdengar Sin sian siangsu berseru sambil tertawa keras: "Maaf, maaf...." Semua orang segera menjumpai diatas dada dari kakek tujuh bisa telah bertambah dengan sejumlah lubang sebesar jari tangan, terbukti bahwa Sin sian siangsu berhasil mengungguli lawan-nya. Sin sian siangsu adalah seorang tokoh silat kenamaan, begitu berhasil dengan serangan-nya, dia enggan mendesak lebih jauh, setelah memberi hormat dia pun membalik-kan badan dan mengundurkan diri. Siapa tahu baru saja berjalan dua langkah, mendadak terdengar dari para jago dari golongan lurus berteriak keras: "Hati-hati dengan belakangmu!" Sin sian siangsu terkejut, ia segera merasakan desingan angin tajam menyambar tiba dari belakang, tergopoh-gopoh dia menghindar kesamping.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siapa tahu gerakan itu toh masih terlambat setengah langkah, kakek tujuh bisa yang menyergap dari belakang dengan ayunan kampak raksasanya telah membacok secara telak. Sin sian siangsu yang terbokong oleh serangan lawan hanya merasakan bahunya sakit bukan main sehingga merasuk ke tulang, cepat ia menghimpun tenaga dalamnya sebesar sepuluh bagian kedalam lengan kanan-nya bersamaan dengan terkena serangan lawan, dia melancarkan pula serangan kilat. "Blaammm!" Diiringi suara benturan keras, tiba-tiba saja terdengar kakek tujuh bisa mengerang kesakitan, perutnya robek dan isi perutnya segera berhamburan keluar, tewaslah iblis tersebut seketika. Sin sian siangsu sendiripun segera mundur terhuyung dan roboh keatas tanah, darah segar mengucur keluar dengan deras dari bahu kirinya ditambah pula dia mesti menggunakan tenaga kelewat batas dalam seranggan-nya yang terakhir, maka begitu selesai menyerang, roboh pingsanlah si tukang ramal rudin ini. Dengan demikian, pertarungan babak ini diakhiri dengan keadaan sama-sama terluka. Siau yau kay segera melompat masuk ke dalam arena untuk menolong Sin sian siangsu, sedang pihak lawanpun muncul untuk menarik jenazah rekannya. Setelah arena dibersihkan, Sam yap koay mo dan dan wanita seribu tahun Bwee ciang terjun ke arena dan menantang para jago bertarung. Berdasarkan beberapa kali pertarungan yang berlangsung sebelumnya, bisa disimpulkan kalau taktik bertarung dari Kun lun indah Siau Wi goan sudah kehilangan bobotnya, persoalannya yaitu dia selalu mengutus orang lebih dulu untuk terjun ke arena, dengan begitu memberi kesempatan kepada Hui im tongcu untuk mengira-ngira dulu kekuatan lawan sebelum mengutus jago dari pihaknya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Demikian pula keadaannya dengan pertarungan kali ini, setelah Sam yap koay mo dan ibiis perempuan seribu tahun terjun ke arena, Hui im Tongcu segera mempertimbangkan dulu kekuatan lawannya, setelah itu ia baru mengutus sepasang manusia bodoh dari bukit Wu san untuk menghadapi pertarungan kali ini. Berbicara soal kekuatan dan kedudukan dari sepasang manusia bodoh bukit Wu san ini, sudah barang tentu masih jauh di atas kedua orang gembong iblis tersebut, hingga sebelum pertarungan dilangsungkan pun setiap orang sudah menduga kalau Sam yap koay mo dan iblis perempuan seribu tahun akan menderita kekalahan. Begitu melihat sepasang manusia bodoh dari Wu san yang terjun ke arena, Kun lun indah Siau wi goan menjadi panik, cepat-cepat dia memerintahkan si pedang bunga satu huruf Yu Liang gi agar terjun pula kedalam arena. Tay gi siu Khong Sian segera berpaling kepada Ji gi siu dan berkata: "Si nenek dan bocah muda itu kuserahkan kepadamu, jangan lupa untuk membendung gerakan mereka, menanti aku sudah selesai membereskan Sam yap koay mo, barulah kita beresi mereka secara bersama-sama" Ji gi siu tidak mengucapkan sepatah katapun, sesudah mengangguk dia langsung berjalan mendekati iblis perempuan seribu tahun dan pedang bunga satu huruf. Si pedang bunga satu huruf merupakan jago lihay angkatan kedua dari partai Thiam cong, pedangnya segera diloloskan dan tubuhnya menerjang kemuka sambil melancarkan serangan dengan jurus Seribu lelaki menuding, dia tusuk perut lawan-nya. Iblis perempuan seribu tahun pun tidak ambil diam, bersamaan waktunya dia melancarkan sebuah pukulan kearah Ji gi siu. Selama ini Ji gi siu jarang sekali berbicara dan suka membungkam diri dalam seribu bahasa, namun kepandaian

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

silat yang dimilikinya sudah mencapai tingkatan yang luar biasa. Melihat serangan gabungan dari kedua orang lawannya, dia segera mengembangkan ilmu gerakan tubuhnya, dalam sekali kelebatan saja tahu-tahu dia sudah lolos dari arena pertarungan. Bagaikan sedang menangkap kelinci liar saja, kedua orang tersebut menyerang Ji gi siu dari kiri dan kanan, tapi lawannya begitu cekatan dan selalu berhasil menghindar, maka terjadilah adegan saling kejar mengejar bagaikan anak kecil yang sedang bermain petak umpat. Dipihak lain Sam yap koay mo dan Tay gi siu pun sudah terlibat dalam suatu pertarungan yang seru, bila berbicara soal tenaga dalam maka kemampuan yang dimiliki sam yap koay mo masih ketinggalan jauh sekali. Tidak sampai sepuluh gebrakan kemudian sekujur badan Sam yap koay mo sudah penuh luka, darah bercucuran membasahi wajahnya dan pakaian yang pada dasarnya memang tak karuan semakin compang-camping dibuatnya sehingga boleh dibilang sama jeleknya dengan pakaian tambal sulam yang dikenakan si pengemis Siau yau kay. Tay gi siu merupakan tokoh silat yang termashur karena kebijaksanaan dan kebaikan hatinya, dia tak pernah membunuh orang tanpa alasan yang kuat, meski begitu siksaan yang diberikan kepada lawannya sekarang cukup mendatangkan penderitaan dan siksaan yang lebih hebat bagi Sam yap koay mo. Sambil tetap bertarung, Tay gi siu Khong sian mengejek sambil tertawa: "Hey tua bangka yang tidak mampus-mampus, apakah kau belum mau menyerah kalah? Cepatlah pulang kerumah untuk belajar beberapa tahun lagi, dengan mengandalkan kemampuan itu masih jauh dari cukup untuk menjagoi dunia persilatan, tidakkah kau rasakan bahwa kulit mukamu kelewat tebal?"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sam yap koay mo merasa amat sakit hati, begitu menderitanya dia hingga perasaan-nya bagaikan diiris-iris dengan pisau tajam, sambil meraung penuh amarah teriaknya: "Tolol, aku menginginkan nyawa anjing mu itu!" Bersamaan dengan selesainya teriakan mana secara membabi buta dia menubruk kedepan. Melihat kenekadan dan cara menyerang lawannya yang membabi buta, Tay gi siu Khong sian menggelengkan kepalanya berulang kali sambil menghela napas. Begitu tubrukan musuh tiba, dia segera mengegos kesamping, tapi serangan Sam yap koay mo sungguh teramat cepat, tahu-tahu saja dia sudah menerjang kembali kesisi tubuhnya. Dengan gusar Tay gi siu Khong Sian mengumpat: "Rupanya kau benar-benar sudah bosan hidup!" Secara beruntun dia lancarkan beberapa pikulan keatas panggung lawan, Sam yap koay segera berteriak: "Aduuuhh!" Sam yap koay mo menjerit kesakitan dan memuntahkan darah segar, tubuhnya segera terguling keatas tanah dengan selembar wajahnya menempel diatas permukaan tanah, lama sekali tubuh itu tak bergerak lagi, rupanye ia sudah tewas seketika. Dengan kematian dari Sam yap koay mo, Tay gi siu khong Sian segera berjalan menghampiri rekannya Ji gi siu. Sebaliknya ketika Ji gi siu menjumpai kawan-nya telah berhasil sukses, dia segara merubah gerakan tubuhnya, seperti seekor kupu-kupu dia mulai bergerak cepat diantara kedua orang lawan-nya. Tahu-tahu terdengar dua kali dengusan tertahan bergema memecahkan keheningan, Ji gi siu tertawa panjang dan mengundurkan diri kesisi Tay gi siu, rupanya dia telah berhasil menaklukkan pula kedua orang lawan-nya, demonstrasi kepandaian yang dilakukan sepasang manusia bodoh dari bukit Wu san ini, selain hebat, lagi pula sangat mengagumkan, justru karena kemuliaan dan kebajikan mereka inilah maka

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kedua orang itu disambut dengan perasaan kagum oleh setiap jago. Dengan senyuman gembira menghiasi wajahnya, Hui im Tongcu Gak Siy bwee segera menyambut kedatangan mereka berdua sambil berkata: "Kalian berdua tentu cukup lelah..." Dalam pada itu paras muka si Kun lun indah Siau Wi goan telah berubah menjadi merah padam seperti babi panggang. Sudah jelas terlihat sekarang bahwa pertarungan malam ini berakhir dengan kekalahan total di pihaknya, bila ia masih juga tak tahu diri serta tidak mau segera berganti lain haluan, sudah jelas lebih banyak ancaman bahaya baginya daripada keberuntungan. Maka dengan cepat dia mengajak si mayat hidup Ciu Jit hwe dan Manusia penghisap darah Pi Ciang hay untuk merundingkan situasi tersebut. Dengan wajah angkuh dan senyum dingin menghiasi wajahnya, si mayat hidup Ciu jit hwee segera berkata: "Biar aku yang turun ke gelanggang" "Tapi...tapi...hal ini mana boleh jadi? kata Kun lun indah Siau Wi goan dengan perasaan keberatan. "Atau kau bermaksud untuk turun tangan sendiri?" Kun lun indah Siau Wi goan semakin sangsi sehabis mendengar perkataan itu, untuk sesaat dia menjadi terbungkam. Melihat itu si mayat hidup Ciu Jit hwee segera berkata sambil tertawa dingin: "Aku cukup mengerti tentang perasaanmu sekarang, hmm! Andaikata kita bukan lagi menghadapi musuh tangguh, kaulah orang pertama yang ku bacok sampai mampus!" Keringat dingin segera bercucuran keluar membasahi seluruh tubuh Kun lun indah Siau wi goan sehabis mendengar perkataan ini, terutama sesudah menyaksikan mimik wajah si Mayat hidup Ciu Jit hwee yang begitu buas dan bengis, ia semakin terkesiap lagi dibuatnya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tanpa sadar dia segera bangkit berdiri dan bersiap-siap untuk terjun kearena. Dengan suara yang menyeramkan si Mayat hidup Ciu jit hwee kembali berkata: "Lebih baik kau terjun pada babak yang terakhir nanti, biar aku yang turun tangan lebih dulu untuk membereskan beberapa orang itu...." Dengan langkah pelan, si mayat bidup Ciu Jit hwe terjun kearena, setelah mengalihkan sorot matanya yang bengis untuk me mandang sekejap kawanan pendekar tersebut jengeknya dingin: "Siapa yang akan turun kegelanggang lebih dulu?" Menjumpai Si Mayat hidup Ciu Jit hwee turun tangan sendiri, diam-diam Hui im Tongcu dibuat panik, dia tak tahu siapa yang harus diutus untuk turun ke gelanggang kali ini. Mendadak tampak olehnya Siau yau kay bangkit berdiri, melihat pengemis tersebut, Hui im tongcu pun segera manggut-manggut menyatakan persetujuan-nya. Dengan langkah yang setengah terseret Siau yau kay terjun kearena pertarungan dan langsung menghampiri si mayat hidup Ciu Jit hwee, lalu katanya sambil tertawa: "Tua bangka Ciu, orang tua seusia mu sudah sepantasnya hidup santai sambil menikmati sisa hidup, buat apa sih kau mesti menampilkan diri untuk menyerempet bahaya?" Si mayat hidup Ciu Jit hwee sama sekali tidak menggubris ejekan tersebut, malahan bentaknya dengan marah: "Kembali kau!" "Hee...hee...hee...apakah aku si pengemis tua kurang pantas untuk melawanmu?" kembali Siau yau kay berseru sambil tertawa. "Betul, suruh Ciong liong si keledai gundul itu untuk keluar...!" "Waduh...waduuuh... kenapa sih mesti mengumbar hawa amarah dengan percuma? orang yang sudah tua, semestinya punya jiwa yang lebih terbuka dan watak lebih lembut, kalau dia yang keluar maka kehadiran-nya tak bakal

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mermenguntungkan dirimu, kalau pingin makan, silahkan mencicipi aku si tulang lembek saja" "Pergi kau dari sini! Dengan kedudukanmu dan kemampuanmu, kau masih belum berhak untuk bertarung melawanku" Sekalipun perkataan dari si Mayat hidup ini tidak kelewatan namun nadanya toh kedengaran rada jumawa, bayangkan saja bagaimana pun juga Siau yau kay termasuk seorang jago lihay yang punya nama dan kedudukan didalam dunia persilatan, berbicara soal kedudukan diapun hanya setingkat dibawah Ciong liong lo sianjin, tidak seharusnya dia menggunakan kata-kata semacam itu untuk menghadapinya. Akan tetapi Siau yau kay masih saja menunjukkan wajahnya yang penuh senyum sambil berkata: "Tua bangka, setelah hidup sekian lama didunia ini, aku si pengemis sudah bosan hidup, tolonglah kau suka berbuat kebajikan dengan memenuhi pengharapanku ini, berilah kematian kepadaka secepatnya, jasa dan budi mu itu tentu akan kuingat selalu" Si mayat hidup Ciu Jit hwee paling benci mendengarkan perkataan gila semacam itu, amarahnya semakin membara selesai mendengarkan perkataan tersebut, dengan wajah menyeringai seram dia segera menghimpun tenaga dalamnya lalu sambil membentak keras melontarkan telapak tangan-nya kemuka. Segulung angin serangan yang amat dahsyat pun segera menggelung dan meluncur ke depan. Sepintas lalu orang mengira Siau yau kay adalah manusia yang hidup semaunya sendiri, padahal dalam otaknya justru penuh siasat, begitu melihat datangnya serangan musuh, ia tak berani menyambut dengan kekerasan. Dengan cekatan tubuhnya berputar untuk menghindar sejauh dua kaki lebih, serta meloloskan diri dari ancaman tersebut. Si Mayat hidup Ciu Jit hwee tetap mempertahankan kewibawaan-nya dengan tidak mendesak musuhnya lebih

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jauh, ketika lawan-nya menghindar maka diapun segera menghentikan pula gerakan tubuhnya. Pelan-pelan Siau yau kay berjalan kembali menuju kehadapan-nya, lalu sambil tertawa katanya: "Tua bangka Ciu, tenaga yang kau pergunakan masih kurang kuat, kumohon kepadamu tolonglah memperketat seranganmu itu" Sesungguhnya si Mayat hidup Ciu Jit hwee memang tak pernah memandang sebelah matapun terhadap lawannya, tampak dia menggerakkan tubuhnya dan maju kedepan sambil melepaskan sebuah pukulan lagi. Siau yau kay Wi Kian pun tidak ambil diam, dengan cepat dia mengeluarkan ilmu gerakan tubuh andalannya Ciok tiong lun poh cap lak tui, dalam sekali berkelebatan saja tubuhnya sudah melesat maju kemuka. Tindak tanduk dari si mayat hidup Ciu jit bwee memang sangat aneh, seusai melepaskan sebuah serangan, dia tidak melanjutkan dengan serangan berikut, seakan-akan ilmu silat yang di milikinya terdiri dari jurus-jurus tunggal yang tidak bersambungan satu dengan lainnya. Tatkala Siau yau kay baru saja menghindar, Mayat hidup Ciu Jit bwee pun mengincar posisi musuhnya lalu melancarkan sebuah pukulan lagi, namun dengan cekatan pula Siau yau kay telah berkelit kembali. Secara beruntun si mayat hidup Ciu Jit bwee melancarkan tiga buah serangan, tapi semuanya berhasil dihindari Wi Kian secara mudah. Andaikata berganti orang lain, niscaya serangan lain akan dilepaskan secara beruntun untuk mendesak lawan-nya, namun tidak demikian dengan gembong iblis tua itu, oleh sebab itu suasana diarena tidak berlangsung seru, ibarat seorang guru yang sedang memberi pelajaran kepada muridnya saja, pertarungan berjalan tersendat-sendat. Siau yau kay sendiripun merasa sangat keheranan menghadapi kejadian seperti ini, maka sesudah berpikir sebentar dia segera berpekik nyaring, gerakan tubuhnya

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berubah secara tiba-tiba dan secepat sambaran kilat melepaskan sebuah pukulan dahsyat ke dada Ciu jit hwee. Jurus serangan tersebut sesungguhnya di maksudkan untuk memancing musuh masuk perangkap, betul juga, Ciu Jit bwee segera naik pitam, pikirnya dihati: "Kurang ajar benar pengemis sialan ini, aku tak ingin menghajarnya serta memberi kesempatan hidup untukmu, kau justru berani mencabut kumis harimau, tampaknya kalau tidak diberi pelajaran dia tak akan tahu diri...." Maka dengan cepat dia melancarkan serangan balasan dan secara beruntun melepas tiga jurus pukulan gencar, yang digunakan-nya gerakan tubuh yang amat cepat bagaikan sambaran kilat. "Pengemis busuk, kau benar-benar pingin mampus rupanya!" dia membentak dengan penuh amarah. Melihat musuhnya sudah turun tangan, Siau yau kay menjadi amat gembira, cepat-cepat dia mengeluarkan ilmu langkahnya yang luar biasa untuk bergerak kian kemari seperti orang yang mabuk kepayang, tahu-tahu saja dia sudah terlepas dari ancaman si mayat hidup Ciu jit hwee tersebut. Sementara itu si mayat hidup Ciu Jit bwee tidak bertindak santai lagi, begitu ketiga buah serangan-nya mengenai sasaran yang kosong, dia sudah dibuat amat gusar sampai jenggot putihnya pada berdiri kaku, mendadak muncul niat jahatnya. Diam-diam dia menyalurkan hawa beracun Hu si im tong ciang nya kedalam lengan, kemudian melepaskan pukulan gencar kedepan. Atas kejadian ini maka dibalik serangan itu segera terasa hawa dingin yang menusuk tulang, hal ini membuat sekujur tubuh Siau yau kay mengigil kedinginan. Sadarlah pengemis kita bahwa musuhnya telah menggunakan pukulan beracun-nya, dalam keadaan begini diapun tak berani ber tindak main-main lagi. Segenap hawa murni yang dimilikinya segera dihimpun kedalam tubuhnya, sementara itu langkah kakinya masih

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengeluarkan gerakan tubuh yang aneh untuk menghindari ancaman musuh. Orang kuno bilang: "Daripada berjaga lebih baik menyerang", sebab bila seseorang hanya berdiri melulu diarena niscaya banyak titik kelemahan yang akan terlihat, meskipun kau memiliki kepandaian yang hebat pun tak mungkin mampu menghadapi ancaman tersebut secara beruntun, kecuali musuhmu hanya seorang manusia kelas tiga, kalau tidak sudah pasti kekalahan berada dipihakmu. Adapun musuh yang dihadapi Siau yau kay sekarang adalah seorang gembong iblis yang memiliki kedudukan sangat tinggi didalam golongan hitam dunia persilatan dewasa ini, berarti dia harus mengandalkan kecepatan geraknya untuk meraih kemenangan, sebaliknya bila mempertahankan diri terus menerus, ini sama artinya dengan mencari kematian buat diri sendiri. Dalam pada itu, si mayat hidup Ciu Jit bwee melancarkan serangan untuk mempertahankan diri, pukulan demi pukulan semuanya dilancarkan dengan jurus-jurus maut yang mematikan, disamping, terselip pula hawa racun Hu si im tong ciang yang maha dahsyat, bisa dilihat betapa hebatnya ancaman tersebut. Tak sampai setengah seminuman teh kemudian, Siau yau kay hanya mampu menangkis belaka dan sama sekali tak berkemampuan lagi untuk melancarkan serangan balasan. Hui im tongcu Gak say hwee yang menyaksikan kejadian itu segera memohon kepada Put Gho cu untuk terjun kearena sambil berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan yang tidak diinginkan, tapi sebelum Put gho cu beranjak, Hian cing tojin telah menampilkan diri lebih dahulu. Sudah barang tentu Hui im Tongcu merasa kurang leluasa untuk menampik, maka dia pun mengangguk memberikan persetujuannya, maka Hian Cing tojin segera terjun kearena. Kun lun indah Siau Wi goan yang menyaksikan ketua Bu tong pay telah terjun kearena, buru-buru minta kepada An tay

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

cu untuk turun ke arena, tapi Leng gho cinjin yang merupakan gurunya telah terjun lebih dulu ke gelanggang. Hian cing tojin sedang bersiap sedia terjun ke arena untuk membantu Siau yau kay, ketika menjumpai Leng gho cinjin terjun kearena pula, ia menjadi tertegun dan untuk sesaat tak mampu berkata-kata. Sementara itu Leng gho cinjin telah menghampirinya dan berseru sambil tertawa seram. "Hian cing totiang, baik-baikkah kau selama ini? hutang piutang kita pada dua puluh lima tahun berselang seharusnya diselesaikan pula pada kesempatan ini" Diantara Hian cing tojin dengan Leng gho cinjin memang mempunyai perselisihan lama, sebagai seorang tosu yang pendiam terutama memandang hina terhadap Kun lun pay, maka Hian cing tojin tidak menanggapi perkataan dari Leng gho cinjin tersebut. Menyaksikan hal ini, mencorong sinar bengis dari balik mata Leng gho cinjin, serunya kemudian sambil tertawa licik: "Cabut keluar pedangmu, masih kita ulangi sistem pertarungan tempo dulu, bagaimana kalau bertarung lagi sebanyak ratusan jurus?" Dari punggungnya pelan-pelan Hian cing tojin meloloskan sebilah pedang, lalu sambil menatap musuhnya tajam-tajam ia menyahut denga suara hambar: "Bertarung bukan beradu mulut, silahkan!" Tak terlukiskan amarah Leng gho cinjin menghadapi sikap lawannya yang sombong dan tak memandang sebelah matapun kepadanya itu, dengan cepat dia meloloskan pedangnya lalu dengan menggunakan jurus Selaksa lebah keluar dari sarang, secepat sambaran kilat dia tusuk tubuh Hian cing tojin sambil teriaknya: "Hidung kerbau, lihat pedang!" "Serangan yang bagus!" dengus Hian cing tojin dingin. Pedangnya diputar dengan cepat sambil melakukan getaran, tiga kuntum bunga pedang segera memercik

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

diangkasa dan secara terpisah mengancam lawan-nya dari posisi atas, tengah dan bawah. Dalam sekali gebrakan saja, dia sudah mengancam tiga buah jalan darah penting ditubuh musuh. Bagi seorang ahli silat, satu gebrakan saja sudah cukup untuk mengetahui apakah lawan-nya berisi atau tidak, Hian cing tojin memang tenang seperti perawan, begitu bergerak segesit kelinci, serangan yang dilepaskan langsung menggunakan satu diantara tiga jurus maut dari Bu tong kiam hoat, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya ancaman tersebut... Sebaliknya Leng gho cinjin adalah ketua Kun lun pay, lagipula merupakan guru dari si Kun lun indah Siau Wi goan, sudah barang tentu kesempurnaan tenaga dalam maupun ilmu silatnya bukan sembarangan. Meski melihat datangnya ancaman, dia tak sampai gugup dan dihindari dengan mudah, menyusul kemudian ia balas melepaskan sebuah serangan dahsyat. Disaat kedua orang itu masih terlibat dalam pertarungan yang amat seru itulah, menndadak terdengar suara Siau yau kay sedang menjerit kesakitan. Hian cing tojin segera berpaling dengan perasaan terkejut, lalu serunya tertahan: "Aaaah!" ooo0ooo0ooo0oo0ooo Rupanya Siau yau kay telah menderita luka parah dan terduduk diatas tanah denga wajah pucat pias seperti mayat dan noda darah membasahi ujung bibirnya. Sementara itu si Mayat hidup Ciu Tit bwee masih melanjutkan langkahnya kedepan dan mendekati pengemis tersebut. Tatkala Hian cing tojin menjerit kaget karena menyaksikan peristiwa itu, Leng gho cinjin segera memanfaatkan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kesempatan yang sangat baik ini untuk melepaskan serangannya dari samping. Bagi jago-jago lihay yang bertarung, pikiran cabang merupakan pantangan yang amat besar, begitu Hian cing tojin terganggu kosentrasinya tadi, pihak musuh segera manfaatkan peluang itu melakukan penyerangan. Tahu-tahu saja sebuah tusukan pedang dari Leng gho cinjin telah dilepaskan. Serta merta Hian cing tojin memutar pedangnya berulang kali untuk memunahkan serangan mana dengan keras lawan keras, posisinya pun dari pihak penyerang menjadi pihak terserang... Begitu Leng gho cinjin berhasil menempati posisi sebagai penyerang, keangkuhan-nya segera timbul kembali, sambil berpekik nyaring dia getarkan pergelangan tangan-nya sambil berubah jurus dan mengembangkan permainan lima pedang Kun lun kiam hoatnya. "Sreet..sreet..sreet..!" Secara beruntun dia lancarkan tiga buah serangan pedang yang diarahkan ke atas, tengah dan bawah, kesempurnaan ilmu pedangnya memang mengagumkan, sedang gerakan tubuhnya sangat aneh, kekejiannya pun tak malu menjadi ketua Kun lun pay. Didalam keadaan demikian, Hian cing tojin tak berani berayal lagi, cepat-cepat dia lepaskan pula tiga jurus seraagan pedang untuk memunahkan ancaman mana, bahkan napsu ingin menangnya segera timbul kembali. Tiba-tiba saja dia melompat mundur sejauh beberapa langkah, kemudian sambil menjejakkan kakinya keatas tanah dan berpekik nyaring, tubuhnya melayang ditengah udara, lalu pedangnya digetarkan dan menggunakan jurus Bintang rembulan saling berpadu, secepat petir dia babat kepala Leng gho cinjin. Waktu itu Leng gho cinjin sedang dibuat keheranan karena melihat gerak mundur dari Hian cing tojin, belum habis rasa

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tercengangnya itu melintas lewat, tahu-tahu tubuh Hian cing tojin sudah melejit keudara dan menyambar batok kepalanya. Cepat-cepat Leng gho ciajin mengerutkan tulang sambil merendahkan badannya, sapuan pedang dari Hian cing tojin itu persis menyapu diatas kepalanya yang membuat rambutnya terpapas dan bergugutan keatas tanah. Menyusul kemudian Hian cing tojin melayang turun keatas tanah, pedangnya segera dicolokkan kemuka dengan jurus mendorong bukit membendung samudra dan menusuk Hoa kay hiat ditubuh Leng gho cinjin. "Huuuh, kepandaian silat kucing kaki tiga begitu mah belum pantas untuk dipamerkan dihadapan orang, saudara Leng gho, sudah tiba saatnya bagimu untuk beristirahat panjang!" Hijau membesi selembar wajah Leng gho cinjin seusai mendengar perkataan itu, namun mau tak mau dia harus menangkis serangan dari Hian cing tojin tiu dengan kekerasan. Siapa tahu dalam serangannya barusan Hian cing tojin hanya mengerahkan tenaga dalamnya sebesar dua bagian saja, begitu tertangkis, pedang itupun melejit kesamping. Tapi gara-gara untuk menangkis serangan pedang itu Leng gho cinjin telah menggunakan tenaga dalamnya sebesar puluhan bagian, akibatnya pertahanan tubuhnya menjadi terbuka sama sekali. Memang disinilah letak tujuan dari Hian cing cinjin, dengan siasatnya itu disaat pedangnya tertangkis, tidak tampak gerakan tubuh yang digunakan, tahu-tahu saja pedangnya sudah menusuk kembali ke dada lawan. Leng gho cinjin segera mendengus tertahan sambil mengeluh kesakitan, sedangkan Hian Cing tojin sudah melompat keluar dari arena dan berseru sambil tertawa: "Maaf, maaf....!" Sampai Hian cing tojin sudah mengundurkan diri dari arena, Leng gho cinjin masih tetap berdiri tegak di tempat semula dengan sepasang mata melotot besar lagi bulat.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendadak pedangnya terjatuh dari cekalan, menyusul kemudian tuabuhnya bagaikan batang pohon yang tumbang, tahu-tahu ikut roboh terjungkal keatas tanah. Menanti semua orang menengok kearahnya dengan pandangan terkejut ternyata Leng gho cinjin sudah menghembuskan napasnya yang penghabisan. Saat itu di arena tinggal si mayat hidup Ciu Jit bwee seorang masih tetap berdiri di situ, sementara Siau yau kay Wi Kian sudah ditolong orang untuk memperoleh pengobatan dari Ciong liong lo sianjin. Suma Than yu yang menjumpal si mayat hidup Ciu Jit hwee masih berdiri ditempat, maka diapun minta ijin kepada Hui im tongcu lalu melompat kehadapan gembong iblis itu sambil ujarnya: "Mohon petunjuk dari locianpwee!" Mayat hidup Ciu Jit bwee melirik sekejap searah Suma Thian yu, tiba-tiba saja paras muka setan-nya yang menyeramkan itu berubah menjadi dingin dan kaku bagaikan selapis baja, dengan suara geram bentaknya keras-keras: "Bocah dungu yang masih bau tetek, lebih baik pulang saja kerumah untuk minta ibumu menyusui, apa gunanya mencari kematian ditempat ini?" Baru saja perkataan itu selasai diutarakan, nampak si harimau angin hitam Lim Khong telah melompat keluar dari barisan dan memberi hormat kepada gurunya, si mayat hidup sambil berkata: "Suhu, untuk membunuh ayam buat apa memakai golok penjagal kerbau? Biar Lim khong saja yang membereskan bocah bau ini!" Si mayat hidup Ciu Jit hwee tertawa hambar dan mengundurkan diri dari situ. Sepeningga1 si mayat hidup, dari barisan lawan kembali tampil seseorang yang tak lain adalah si rasul garpu terbang Kiong Lui. Begitu tiba disamping Lim Khong, dia segera berseru dengan wajah menyeringai seram:

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Orang she Suma, toaya khusus datang untuk membuat perhitungan denganmu" Suma Thian yu memandang sekejap kearah dua orang lawan-nya ini, kemudian tanyanya sambil tersenyum: "Kalian berdua hendak maju bersama, atau kah...?" "Tentu saja maju bersama!" sahut si Rasul garpu terbang Kiong Lui dangan licik dan hina. Suma Thian yu tertawa panjang, dipandangnya sekejap orang itu dengan sinar mata menghina, lalu sahutnya sambil menggelengkan kepalanya berulang kali: "Baru pertama kali ini kujumpai manusia bermuka setebal kalian berdua, ayoh loloskan senjata kalian untuk bertarung!" Sedari tadi Rasul garpu terbang Kiong Lui memang sudah mempersiapkan senjata andalan-nya, tongkat kepala harimau ber bentuk rembulan, tampak ia membentak keras lalu merentangkan senjatanya di tengah udara, mulutnya yang lebar menyeringai memperlihatkan wajah yang menyeramkan, sementara hidungnya yang besar lagi tebal bergetar tiada hentinya. Harimau angin hitam Lim Khong pun meloloskan sebilah senjata yang berbentuk aneh dari pinggangnya, mereka berdua dengan sorot mata yang tajam menggidikkan mengawasi Suma Thian yu dengan pandangan penuh amarah. Sesungguhnya tujuan Suma Thian yu terjun ke arena tadi adalah untuk menghadapi si mayat hidup Ciu Jit hwee, sedang terhadap kedua orang ini boleh dibilang tak memandang sebelah matapun juga. Pelan-pelan dia meloloskan pedang Kit hong kiamnya dari punggung, lalu dia konsentrasikan diri pada ujung pedang dan mengunakan tenaga dalamnya untuk bersiap diri. Harimau angin hitam Lim Khong dan Rasul garpu terbang Liong Lui saling berpandangan sekejap, tiba-tiba rasul garpu terbang itu menggerakkan senjatanya, diiringi suara bentakan keras, toya kepala harimaunya segera dibabatkan ke depan. Senjata andalannya Suma Thian yu adalah pedang yang termasuk senjata ringan, bila dia harus menangkis serangan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tongkat kepala harimau lawan dengan kekerasan, niscaya akibatnya tak terlukiskan dengan kata-kata. Maka dengan cekatan dia melangkah kesamping untuk menghin-darkan diri dari ancaman tersebut. Harimau angin hitam Lim Khong jauh lebih licik dan munafik ketimbang rekan-nya, dia sama sekali tidak melepaskan serangannya mengarah kemuka, ditunggu sampai kesempatan baik tiba, serangan baru dilepaskan secara gencar. Begitulah ketika Suma Thian yu menghindar kekanan tadi, serta merta dia ayunkan senjatanya untuk membabat tubuh musuh. "Serangan bagus" jengek Suma thian yu sambil tertawa dingin, "orang she Lim, hari ini aku tak akan membiarkan kau hidup lebih lama" Secepat sambaran kilat, pedang Kit hong kiamnya ditusukkan ketubuh Lim khong, ketika serangan sampai ditengah jalan, tiba-tiba ia memutar badan sambil berganti gerakan, dengan membawa tenaga serangan yang kuat dan gerakan yang cepat, dia babat wajah si rasul garpu terbang. Taktik suara ditimur menyerang dibarat yang diterapkan pemuda tersebut memang sangat jitu lagipula tepat, Rasul garpu terbang dibuat gelagapan dan panik sehingga hampir saja termakan oleh ancaman Suma Thian yu tersebut, untung saja dia masih sempat mengegos kesamping untuk melepaskan diri. Siapa tahu taktik yang dipakai Suma thian yu merupakan taktin berantai yang mengandung maksud ganda, tujuan yang sesungguhnya dari serangan ini bukan Kiong lui melainkan harimau angin hitam Lim khong. Dia sengaja berpura-pura melancarkan serangan-nya kearah Kiong lui tak lain untuk menjebak kelengahan Lim Khong, dimana kekuatan dan sasaran yang sebenarnya tak lain adalah Lim Khong sendiri. Begitulah, secara tiba-tiba Suma Thian yu memutar badannya, segenap tenaga dihimpun kedalam lengan kanan

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lalu dengan jurus mengejar guntur membendung petir, dia serang Lim Khong secara mendadak. "Serahkan nyawsa anjingmu!" serunya sambil tertawa panjang. Mimpi pun si Harimau angin hitam Lim Khong tak menyangka kalau Suma Thian yu akan menggunakan taktik berantai untuk menjebak dirinya, melihat keadaan sudah mendesak dan tak mungkin lagi baginya untuk menghindar, dengan tubuh bergetar keras ia berpekik pedih: "Mati aku!" Suma Thian yu sangat membencinya karena peristiwa dilembah Cing im kok tempo hari, dimana dia dipaksa sampai tercebur ke air, maka kali inipun dia tidak ragu-ragu melepaskan tusukan-nya keperut Lim Khong. Pada saat itulah mendadak dari arah belakang terasa desingan angin tajam, ternyata Rasul garpu terbang telah menyergapnya dari belakang. Dalam keadaan begini, andaikata Suma Thian yu melanjutkan tusukan-nya ketubuh Lim Khong, niscaya dia sendiripun akan terserang oleh sergapan Kiong Lui. DlSAAT yang amat kritis inilah tiba-tiba melintas satu ingatan didalam benak Suma Thian yu, tiba-tiba saja dia mengegos kesamping sambil mengeluarkan ilmu langkah Ciok tiong luan poh nya. Dalam sekejap mata dia sudah menghindar dan menyelinap kepunggung Lim Khong, telapak tangan kirinya langsung didorong kemuka dengan kecepatan tinggi. Waktu itu si Harimau angin hitam Lim Khong telah memejamkan matanya sambil menunggu kematian, tiba-tiba saja dia merasakan pandangan matanya menjadi terang, ketika membuka matanya kembali ternyata bayangan tubuh Suma Thian yu sudah lenyap dari pandangan. Sebagai penggantinya dia justru melihat Kiong lui dengan tongkat kepala harimaunya sedang menerjang tiba.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia menjadi terkejut sekali, dalam anggapan-nya Kiong Lui telah berkhianat kepadanya, pagar makan tanaman dengan mengorbankan dirinya demi keuntungan sendiri. Sementara dia masih tertegun dan belum sempat melakukan sesuatu gerakan untuk menghindarkan diri, tahutahu dari belakang tubuhnya sudah menyambar datang segulung kekuatan yang menghantam badan-nya sehingga terhuyung kedepan. Atas kejadian tersebut, tubuh si harimau angin hitam Lim Khong pun secara otomatis terhuyung kemuka dan menyambut datangnya serangan maut tongkat kepala harimau dari si rasul garpu terbang Kiong lui, andaikata serangan tersebut mengenai tubuhnya sudah dapat dipastikan nyawanya akan melayang. Rasul garpu terbang pun bukan manusia sembarangan, ketika kehilangan jejak Suma thian yu dan melihat Lim khong sedang menyongsong kedatangannya, dia menjadi sangat terkejut, dalam keadaan demikian dengan sekuat tenaga tongkat kepala harimaunya dimiringkan kesamping, namun tubuh Lim khong masih tetap menerjang ke atas tubuhnya. Untuk menyelamatkan diri sendiri dari musibah yang tidak diinginkan, Rasul garpu terbang segera mendorongkan telapak tangannya kemuka dan menahan gerak terjangan Lim Kong secara paksa. Tapi pada saat itulah pedang Kit hong kiam dari Suma Thian yu telah menembusi punggung si harimau angin hitam itu sehingga tembus sampai kedadanya. Diiringi jeritan ngeri yang memilukan hati pelan-pelan tubuh Lim Khong roboh terjengkang ke atas tanah. Menyaksikan kecepatan gerak dari Suma Thian yu, sadarlah si Rasul garpu terbang Kiong Lui bahwa kepandaian silat yang dimiliki si anak muda itu kini telah mengalami kemajuan yang pesat dan bukan seperti dulu lagi. Dengan perasaan gusar dan benci yang bercampur aduk, si Rasul garpu terbang segera memutar tongkat kepala

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

harimaunya dan langsung dihantamkan ketubuh Suma Thian yu. Pada saat inilah si mayat hidup Ciu jit hwee yang semula telah mengundurkan diri, sekali lagi terjun kedalam arena. Melihat penampilan kembali si mayat hidup kedalam arena, Hui im Tongcu segera sadar bahwa gembong iblis ini tentu bertekad untuk bertarung sampai titik darah penghabisan dengan pemuda tersebut, hatinya menjadi amat gelisah. Mendadak..... Dari tengah udara berkumandang datang suara pekikan keras yang memekakkan telinga, mendengar suara itu Suma Thian yu segera mengundurkan diri dari arena. Tampak sesosok bayangan manusia melayang turun kedalam arena dengan kecepatan luar biasa, ternyata pendatang tersebut adalah Heng ci Cin jin, gurunya dua bersaudara Thia. Toan im siancu Thia Yong yang pertama-tama datang menyongsong disusul pula oleh Bi hong siancu Wan Pek lan. Dengan langkah yang pelan Heng si cin jin berjalan menuju kehadapan Hui im Tongcu, lalu katanya sambil tertawa ramah: "Apabila kedatangan pinto agak terlambat harap sudi dimaafkan!" Hui im tongcu merendah berulang kali serta mempersilahkan Heng si cinjin untuk mengambil tempat duduk. Tapi sambil tertawa Heng si Cinjin segera berkata: "Pinto sudah datang terlambat, oleh sebab itu sudah sepantasnya bila pinto yang menghadapi babak pertarungan ini sebagai penebus dosa" "Kalau begitu, merepotkan toheng untuk turun tangan" sahut Hui im tongcu Gak Say owee sambil tersenyum. Heng si cinjin segera melangkah masuk kedalam arena. Rasul garpu terbang Kiong Lui sadar kalau kepandaian silatnya tak akan mampu mengungguli Suma Thian yu, tapi lain halnya dengan bertarung melawan tosu tua tersebut, meskipun hasilnya belum ketahuan, paling tidak ia dapat

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

memaksa Suma Thian yu untuk bertarung melawan si mayat hidup Ciu Jit hwee. Berpikir demikian, dia segera menghadang jalan pergi Heng si cinjin, serunya: "Kiong Lui mohon petunjuk darimu!" "Haaah...haaah...haaah, kedatanganmu memang paling tepat, silahkan!" jawab Heng si cinjin sambil tertawa terbahakbahak. Dengan cepat Kiong Lui mengerahkan kembali tenaga dalamnya dan mengangkat senjata tongkat kepala harimaunya untuk melancarkan serangan, ditengah deruan angin serangan yang sangat kuat dan bayangan tongkat yang menyelimuti angkasa, ia langsung menerjang tubuh Heng si cinjin habishabisan. Dengan tangan kosong Heng si cinjin segera mengembangkan pula permainan silatnya untuk melayani serangan lawan. Dalam pada itu si mayat hidup Ciu jit hwee sudah tak sabar lagi untuk menunggu, tiba-tiba bentaknya: "Bocah keparat Suma, ayoh cepatan sedikit menyerahkan nyawa anjingmu!" Perlahan-lahan Suma Thian yu masuk kedalam arena, sahutnya hambar: Bertarung melawan manusia macam kau hanya akan mengotori tangan sauya mu saja, lebih baik suruh manusia she Siau itu yang keluar berbicara!" "Bocah keparat" tukas mayat hidup Ciu jit hwee dingin, "asalkan kau mampu bertarung sebanyak sepuluh jurus melawanku, kau tak usah kuatir" "Sepuluh jurus?" Suma Thian yu tertawa nyaring, "setan tua, kau terlalu memandang tinggi kemampuanmu itu, jangan lagi sepuluh jurus, seratus gebrakan pun masih sanggup sauya layani" Mencorong sinar buas dari balik mata mayat hidup Ciu Jit hwee sesudah mendengar perkataan ini, dengan wajah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyeringai seram seperti binatang buas yang siap menerkam mangsanya, dia awasi Suma Thian yu tanpa berkedip. Sebaliknya Suma Thian yu kembali mengejek sambil tersenyum: "Hey setan tua, aku dengar ilmu pukulan Hu si im tong ciang mu merupakan kepandaian tangguh diantara kalangan perampok, sauya mu ingin sekali mencoba kehebatan ilmu tersebut, bagaimana kalau kita beradu tiga pukulan lebih dulu?" Si Mayat hidup Ciu jit hwee segera mendongakkan kepalanya dan tertawa. "Haah...haah...haah... bagus, bagus sekali, memang tantanganmu paling bagus, sudah sekian lama aku hidup di dunia ini namun baru pertama kali ini ku jumpai bocah yang bernyali begitu besar seperti kau, bila tidak kupenuhi harapanmu itu, kau tentu mengira aku tidak memberi muka untuk mu, baiklah, bersiap-siaplah untuk menerima seranganku!" Sembari berkata dia segera bergerak mundur sejauh tujuh delapan langkah kebelakang sehingga jarak di antara kedua belah pihak menjadi satu kaki lebih lima depa. Suma Thian yu bukannya mundur malah maju lebih kedepan, jarak yang semula sudah jauh pun kini semakin diperpendek lagi. Mayat hidup Ciu Jit hwee segera duduk bersila diatas tanah, membusungkan dadanya dan mendongakkan kepalanya sambil mengawasi Suma thian yu dengan pandangan hina. Suma Thian yu yang menyaksikan kejadian ini menjadi gembira sekali, diam-diam dia ulangi lagi rahasia ilmu silat yang dipelajari dari kitab tanpa kata lalu turut bersila pula diatas tanah sambil menghimpun tenaga. "Setan cilik apa yang kau ragukan lagi?" tegur mayat hidup Ciu Jit hwee secara tiba-tiba dengan suara dingin. Suma thian yu tertawa hambar.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Yang ragu-ragu justru kau sendiri hey setan tua, meskipun ilmu pukulan Hu si im tong ciang dahsyatnya luar biasa, namun jangan harap bisa melukai sauyamu barang seujung rambutpun" Begitu ucapan mana diutarakan ke luar, semua hadirin sama-sama terperanjat, sorot mata setiap orangpun samasama dialihkan ke wajah Suma Thian yu. Bi hong siancu Wan Pek lan dengan mata berkaca-kaca mengawasi pula wajah kekasihnya dengan perasaan kuatir, panik dan penuh perhatian. Sepasang manusia bodoh dari bukit Wu san berpaling pula kearah Put gho Cu dan bertanya lirih: "Amankah anak Yu? Kami kuatir bocah ini hanya menuruti emosi sehingga tidak mikirkan keselamatan sendiri" Put gho cu menggelengkan kepalanya berulang kali: "Dengan tenaga dalam yang pinto miliki pun masih belum mampu untuk menandingi Ciu Jit hwee, tentu saja anak Yu pun tak akan mampu" "Bagaimana kalau kita panggil saja agar dia mundur?" tanya Tay gi siu Khong Sian dengan perasaan kuatir. Tiba-tiba terdengar Ciong liong lo sian jin berkata sambil tertawa terbahak-bahak. "Haaah...haaah...haaah... kalian bertiga terlalu menguatirkan keselamatan anak Yu, andaikata ia tak yakin bisa mengatasi musuhnya, tak mungkin bocah itu berbuat demikian, kalian toh tahu anak Yu tak pernah melakukan perbuatan yang menyerempet bahaya" Perkataan dari Ciong liong lo sianjin hanya dapat menenangkan perasaan para jago untuk sementara waktu, namun tak dapat menghilangkan perhatian mereka terhadap keselamatan si anak muda tersebut. Pada saat itu, kedua orang yang duduk saling berhadapan itu sudah saling menghimpun tenaga dalamnya. Tiba-tiba terdengar si Mayat hidup Ciu jit hwee membentak keras dengan suara yang menggeledek: "Lihat pukulan!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekilas cahaya biru segera menyelimuti angkasa disertai angin yang menderu-deru dengan kencangnya, diringi pula suara desingan angin tajam segera menyambar ketubuh Suma Thian yu. Tanpa sadar semua jago mengalihkan sorot matanya ke wajah Suma thian yu, tampak si anak muda itu meluruskan sepasang telapak tangan-nya ke depan dengan mata tangan menghadap keluar, sepasang matanya melotot tajam kearah sepasang tangan-nya, tidak terdengar suara bentakan, tidak jelas pula kemana larinya angin serangan yang dilepaskan. Mendadak terdengar suara ledakan keras yang memekikkan telinga berkumandang ditengah arena. "Blaaamm!" Dengan pandangan terkejut dan tertegun semua orang mengalihkan pandangan-nya ke arena. Suma Thian yu sama sekali tak bergerak dari posisi semula, hanya permukaan tanah dimana ia duduki telah amblas sedalam tiga inci lebih. Sebaliknya si mayat hidup Ciu Jit hwee masih tetap seperti keadaan semula, sama sekali tak berkutik dari posisinya. Hui im Tongcu Gak Say hwee yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi amat gelisah, cepat-cepat dia bertanya kepada Ciong liong lo siang jin: "Suhu, anak Yu...." "Tidak usah kuatir, dia tak akan menderita kalah!" "Tapi dia sudah...!" "Kau tak akan mengerti, tak usah banyak bertanya lagi" Hui tongcu segera berpaling kembali ke arena, tiba-tiba saja ia mendengar si Mayat hitam Ciu Jit hwee telah membentak lagi dengan penuh kegusaran: "Setan cilik, sambut lagi sebuah pukulan ku ini!" Angin serangan yang menyambar kedepan kali ini jauh lebih kencang dan dahsyat, cahaya biru yang menyelimuti angkasa pun, semakin tebal menggulung datang bagaikan awan hitam sebelum badai menjelang, dengan hebat dan dahsyatnya menggulung keseluruh badan Suma Thian yu.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Senyuman dingin yang tipis dan hambar segera tersungging di ujung bibir Suma Thian yu, sekali lagi sepasang telapak tangan-nya di lontarkan kedepan, tidak terdengar suara tiada pula sesuatu gerakan, semua orang menyaksikan udara menjadi cerah secara tiba-tiba dan tak kelihatan suatu gejala yang aneh pun. Tiba-tiba... "Blaamm...! Blaammm...!" Secara beruntun terdengar lagi suara dentuman keras yang bergema secara beruntun. Angin puyuh segera menderu-deru, awan gelap menyelimuti seluruh angkasa dan suasana menjadi amat kalut. Dalam waktu singkat bayangan tubuh kedua orang itu sudah terkurung oleh deruan angin yang memekikkan telinga itu. Beberapa orang yang hadir didalam arena hanya menangkap sekali suara dengusan kecil yang tertahan. Dengan perasaan kuatir Hui im tongcu dan Bi hong siansu segera berseru tertahan: Bagaimana ini? Bagaimana ini?" Diam-diam Ciong liong lo sianjin sendiri pun merasa gelisah sebab ditinjau dari suara dengusan tadi, mirip sekali dengan suara dari Suma Thian yu, hal ini membuat rasa percayanya pada diri sendiri menjadi goyah. Lambat lain pasir yang beterbanganpun mulai mereda, awan hitam mulai buyar dan keadaan dalam arena menjadi cerah kembali, apa yang kemudian terlihat membuat para jago berseru kaget. Ternyata kedua orang yang sedang bertarung itu tetap duduk kaku seperti patung, sama sekali tak bergerak barang sedikitpun jua, keadaan mereka tidak ubahnya seperti para hwesio yang sedang bersemedi. Tak lama kemudian Suma Thian yu menggerakkan badannya dan bangkit berdiri, lalu tanpa mengucapkan sepatah katapun kembali kerombongan-nya.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bi hong siancu Wan Pek lan yang menjumpai kekasihnya masih hidup menjadi amat gembira, cepat-cepat dia maju kemuka menyambut kedatangannya. Sementara itu para jago masih mengawasi si mayat hidup Ciu Jit hwee tanpa berkedip, mereka yang berpihak kepadanya berharap agar gembong iblis itu bangkit kembali, tetapi yang membencinya berharap agar ia tak pernah bisa bangkit kembali. Namun akhirnya si mayat hidup bergerak, namun ia bukan bangkit berdiri melainkan pelan-pelan roboh terjungkal keatas tanah dan tak berkutik lagi. Buih putih meleleh keluar dari ujung bibirnya dan buih itu sudah bercampur darah, wajahnya menjadi hijau membesi lalu putuslah nyawa iblis tersebut. Akhirnya si gembong iblis yang menjuluki diri sebagai mayat hidup itu tergeletak di atas tanah dan tak pernah berkutik lagi, ia benar-benar menjadi sesosok mayat. Kejadian ini kontan saja disambut dengan tepuk sorak yang gegap gempita dari pihak para pendakar. Bukti menunjukkan bahwa ilmu silat dari kitab tanpa kata mampu mengatasi keganasan Hu si im hong ciang yang amat beracun dan kini Suma Thian yu telah menjadi seorang pahlawan. Tiba-tiba terdengar kembali suara pekikan nyaring bergema memecahkan keheningan. Heng si cinjin dan Rasul rasul garpu terbang yang semula masih bertarung sengit, kini sudah lenyap entah pergi kemana. Namun tiada orang yang menaruh perhatian akan kejadian ini sebab perhatian semua orang telah ditujukan keatas wajah Sip hiat jin mo atau iblis manusia penghisap darah ini. Hui im tongcu sebagai pemimpin rombongan akhirnya juga turun tangan, Put gho cu dan Tam Pak cu bermaksud menghalangi tapi segera dicegah oleh Ciong Hong lo sianjin. Hui im tongcu merupakan nama yang asing bagi umat persilatan, kecuali para pendekar bahkan Kun lun indah

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sendiripun tak tahu tentang orang tersebut, tentu saja rasul garpu terbang tahu dengan jelas, hanya sayang dia tak sempat memperkenalkan-nya kepada si iblis penghisap darah. Ketika iblis manusia penghisap darah Pi Ciang hay melihat seorang perempuan yang terjun menghadapinya, dia menjadi mendongkol, timbul niat jahatnya untuk menghabisi nyawa perempuan ini. Siapa tahu Hui im tongcu yang tiba dihadapan Manusia iblis penghisap darah itu segera menjura dengan, hormat sambil menegur: "Empek Pi, mungkin kau sudah melupakan Say bwee?" Manusia iblis penghisap darah Pi Ciang hay tertegun dan mengawasi wajah Gak Say bwee tanpa mengucapkan sepatah katapun, dia merasa bingung karena perempuan asing ini menyebut empek kepadanya. Hui im tongcu Gak Say bwee kembali berkata sambil tertawa manis: "Tentu saja kau tak akan teringat kepada Say bwee, tapi kau pasti kenal dengan mendiang suamiku!" "Siapa yang kau maksud?" "Gak Cing thian!" Gak Say bwee segera menyebut nama suaminya. Paras muka manusia iblis penghisap darah segera berubah hebat sesudah mendengar nama itu, tanpa terasa dia berseru: "Kau...kau adalah... aku benar-benar hampir tak percaya" "Yaa, empek Pi pasti masih ingat bahwa kau pernah membopong seorang bayi perempuan loloskan diri dari cengkeraman maut" "Tentu masih ingat, peristiwa ini berlangsung empat puluh tahun berselang, aaai waktu berlalu amat cepat, aku sudah melupakan diriku sendiri apalagi orang lain?" Setelah menghela napas panjang dengan perasaan pedih, kembali dia berkata: "Yaa, aku masih ingat waktu itu kau berusia tiga tahun, kemudian sewaktu kita bersuara kembali, waktu itu kau sudah kawin dengan Cing thian..!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hui im tongcu Gak Say bwee mengangguk berulang kali, dia gembira karena pertarungan ini berhasil dihindari dan pertumpahan darah yang tak perlupun bisa dilewati. Dengan keputusan si Manusia iblis penghisap darah untuk melepaskan babak pertarungan ini maka Kun lun indah Siau Wi goan menjadi kelabakan setengah mati dan benar-benar mati kutunya apalagi setelah mengetahui bahwa korban dipihak dia amat besar, tiba-tiba saja timbul niatnya untuk melarikan diri. Secara diam-diam ia menarik ujung baju istrinya sambil berbisik lirih: "Adik Eng, kalau tidak angkat kaki sekarang juga, kita bakal kehilangan nyawa di sini" "Aku tak akan pergi dari sini!" tukas Hu yong tertawa Chin Lan eng sambil tertawa dingin, "paling tidak aku harus membunuh seseorang lebih dahulu sebelum dapat melampiaskan rasa dendamku!" "Adik Eng....kau...." "Kau tak usah turut campur, kau suami bedebah, kalau ingin kabur silahkan kabur lebih dulu, tapi aku perlu memberitahukan kepadamu, lebih baik kau tak usah bermimpi disiang hari bolong, dalam keadaan demikian kau hanya bisa menyelamatkan diri bila mau beradu jiwa...." Selesai berkata dia meloloskan pedangnya dan terjun kearena, umpatnya kepada para jago: "Kalau ada nyali ayoh segera terjun ke arena, dengan mengandalkan pedangku ini Chin Lan eng siap membantai kalian manuia manusia bedebah dari golongan lurus!" Tay hoa kitsun Chin Leng hui merasa sangat sedih melihat perbuatan putrinya itu, namun dia tak ingin menyaksikan putri kandungnya itu tewas ditangan orang lain, maka timbul tekadnya untuk membereskan sendiri nyawa putrinya yang sesat itu. Tanpa merundingkan persoalan ini dengan para jago lagi, ia segera terjun ke arena.

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Namun sebelum dia sempat bertindak, Chin siau sudah melompat kehadapan Chin lan eng lebih dulu sambil membentak marah: "Sauya akan menuntut balas hutang berdarahmu itu!" "Hutang berdarah? Hmm hutang darah apa?" "Hutang darah dari keenam anggota keluarga Chin!" "Apa urusannya dengan lonio? Kan perbuatan itu merupakan hasil karya dari bocah keparat Suma?" "Perempuan bedebah, kau masih ingin memfitnah orang?" umpat Chin Siau sangat gusar, "apakah kau masih juga melakukan perbuatan terkutuk ini menjelang kematianmu?" "Setan cilik, kau tak usah banyak bicara, lihat pedang!" Dengan jurus bangau putih pentang sayap, pedangnya ditusukkan kajalan darah Thian loh hiat ditubuh Chin Siau secara tiba-tiba. Chin Siau membentak keras, pedangnya dengan jurus walet sakti membalik awan, menyelinap ke samping sambil menangkis tusukan itu, kemudian dengan jurus naga muncul diempat samudra, dia melancarkan serangan balasan. Sementara melancarkan serangkaian serangan yang gencar tadi, diam-diam Chin lan eng telah merogoh kedalam sakunya dan mengeluarkan dua batang panah beracun. Waktu itu berhubung Chin Siau sedang memejamkan matanya sambil berkonsentrasi mengeluarkan ilmu pedang butanya, sudah barang tentu ia tidak sempat memperhatikan semua gerak-geriknya itu. Chin Lan eng sendiripun merupakan seorang jago pedang kenamaan, dia mempunyai kesempurnaan yang luar biasa dalam ilmu pedang terutama aliran Bu tong pay, karenanya pertarungannya melawan Chin Siau jadi seimbang dan untuk sesaat sukar untuk menentukan siapa yang lebih unggul diantaranya. Ditengah berlangsungnya pertarungan yang amat seru itu, mendadak terdengar Tay hoa kitsu berteriak keras: "Hati-hati siauhiap dengan senjata rahasia!"

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan perasaan terkejut para jago berpaling kearena, ternyata entah sejak kapan Hu yong senyum Chin Lan eng telah menyambit ke dua batang panah beracun-nya itu. Chin Siau amat terkesiap, cepat-cepat pedangnya diputar menciptakan selapis bunga pedang yang melindungi seluruh tubuhnya, lalu dengan cekatan mundur kebelakang. "Traanng! traaang!" Terdengar dua kali dentingan nyaring bergema memecahkan keheningan, kedua batang panah beracun itu sudah tertangkis semua, lalu nampak Chin Siau berpekik nyaring dan secepat kilat menerobos masuk kebalik lapisan pedang dari Chin Lan eng sambil membentak keras: "Perempuan bedebah, serahkan nyawamu!" Jeritan ngeri yang memilukan hati segera berkumandang memecahkan keheningan, suara itu berasal dari mulut Chin Lan eng dan bergema hingga menembusi angkasa. Ketika semua jago mengalihkan kembali perhatian-nya, tampak Chin Siau telah bermandi darah, sedangkan Chin Lan eng berdiri sambil menggunakan pedangnya untuk menopang badan, sepasang matanya melotot besar dan penuh penderitaan, dia mengawasi Chin siau tanpa berkedip, sementara darah bercucuran keluar dari dadanya. Lambat laun sinar mata yang melototi Chin Siau itu semakin memudar dan sayu, meski begitu dia masih mencoba untuk mempertahankan diri, sorot matanya dengan liar berkeliaran mengawasi sekitar arena seakan-akan tak rela mati sendirian sebelum suaminya ikut tewas pula. "Blaamm...!" akhirnya robohlah iblis perempuan ini ketanah dan tak bangun lagi untuk selamanya. Tay hoa kitsu segera menutup mukanya dengan kedua belah tangan-nya, dia tak tega menyaksikan perstiwa tersebut. Hatinya benar-benar hancur lebur. Dengan mata kepala sendiri ia saksikan putrinya lahir, dan sekarang diapun menyaksikan dengan mata kepala sendiri dia tewas, biarpun selama ini dia membenci perbuatan serta

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tingkah laku putrinya, bagaimanapun juga dia adalah tetap putri kandungnya, siapa yang tak merasa sedih? Setelah Siau hu yong Chin Lan eng tewas secara mengerikan maka sorot mata semua orang pun dialihkan kewajah Kun lun indah Siau Wi goan. Ternyata gembong iblis ini masih tetap duduk dengan tenang ditempat semula, bergerak sedikitpun tidak. Sekali lagi Suma Thian yu tampil kedepan arena sambil membentak keras: "Siau tayhiap, apakah kau hanya bersembunyi terus macam cucu kura kura?" Walaupun ia sudah berteriak berulang kali namun tak terdengar suara jawaban sekejap pun. Sementara semua orang merasa keheranan, pada saat itulah terdengar seorang berkata dengan lantang: "Anak Yu, dia telah tewas bunuh diri, Omintohud..." "Apa?" Suma Thian yu berseru tertahan. Ketika mengetahui orang itu adalah Heng si Cinjin, kembali dia berseru: "Locianpwe, mana si rasul garpu terbang?" "Ia sedang tidur, paling cepat besok baru bangun, tapi selama hidupnya jangan harap dia mampu memegang tongkatnya lagi!" "Kenapa? Apakah ilmu silatnya sudah punah?" tanya Suma thian yu keheranan. Sambil bertanya ia berpaling kearah Manusia iblis penghisap darah, sebab Kiong lui adalah muridnya, kejadian ini tentu akan menyebabkan Manusia iblis penghisap darah mendendam kepada Heng si cinjin, bahkan bisa menjadi timbul pertarungan yang seru dan mati-matian antara mereka berdua. Siapa tahu Manusia iblis penghisap darah sama sekali tidak menjadi gusar karena kejadian ini, malahan sambil tertawa terbahak-bahak katanya: "Haha ha ha ha....kalau sudah di punahkan ilmu silatnya malah kebetulan bagiku, sebab aku sendiripun memang

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bermaksud akan memunahkan kepandaian silat yang dimilikinya, dia berbakat jelek dan berotak bebal, kemajuan yang diperolehnya sangat lamban seperti jalan-nya siput, tak mungkin manusia semacam dia bisa berhasil dengan baik, malahan jadi rakyat biasa lebih baik baginya" Siapapun tak akan menyangka kalau seorang gembong iblis macam Manusia iblis Penghisap darah dapat mengucapkan perkataan seperti ini, opo tumon? Dengan tewasnya beberapa iblis itu, maka ancaman terhadap kedamaian dunia pun berakhir... Untuk sementara waktu suasana dalam dunia persilatan menjadi tenang kembali. Menyaksikan mayat-mayat yang bergelimpangan diatas tanah serta darah segar berceceran bagaikan anak sungai, para jago sama-sama menghela napas sedih. Mereka sama-sama sebagai manusia, mengapa ada satu golongan yang berbuat sesat, serta suka melakukan kejahatan sehingga harus berakhir secara demikian tragis? Bila tak ingin mengalami nasib seperti ini mengapa pula mereka melakukan perbuatan terkutuk semacam itu? Para jago bersama-sama berdiri serius di depan lapangan itu sambil berdoa bagi ketenangan arwah para gembong iblis tersebut, sekalipun orang-orang itu pernah menjadi musuh mereka, namun setelah mati berarti semua dosa dan kesalahan merekapun berakhir. Dan sampai disini pula kisah "KITAB PUSAKA" ini, sampai berjumpa kembali dalam kisah lain. TAMAT

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

You might also like