You are on page 1of 10

Kegiatan Ekonomi (KONSUMSI)

Disusun Oleh :
1. Abednego Kurniawan S. (Ketua) 2. Anissa Dwi Rahmadhanti 3. Hanifah Mappangara (Sekretaris) 4. Radin Aslaam A.

X-5

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 BALIKPAPAN DINAS PENDIDIKAN KOTA BALIKPAPAN TAHUN AJARAN 2011 2012

A. KONSUMSI
1. Pengertian Konsumsi Konsumsi adalah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan faedah suatu benda (barang dan jasa) dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan kepuasan secara langsung.. Selain untuk tujuan konsumsi (menghabiskan kegunaannya),suatu benda juga dipergunakan sebagai benda produksi. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali, maka dia disebut pengecer atau distributor. Pada masa sekarang ini bukan suatu rahasia lagi bahwa sebenarnya konsumen adalah raja sebenarnya, oleh karena itu produsen yang memiliki prinsip holistic marketing sudah seharusnya memperhatikan semua yang menjadi hak-hak konsumen. 2. Ciri Ciri dan Pembagian Benda Konsumsi Ciri-ciri benda konsumsi adalah sebagai berikut : y y y Benda-benda yang dikonsumsi adalah benda ekonomi atau benda yang untuk memperolehnya diperlukan pengorbanan. Barang yang dikonsumsi merupakan buatan manusia. Misalnya: sepeda motor atau mobil. Barang yang dikonsumsi ditujukan langsung untuk memenuhi atau memuaskan kebutuhan hidup manusia. Misalnya: manusia mengkonsumsi (membeli) motor untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu sebagai alat transportasi dari rumah ke tempat kerja. Barang yang dikonsumsi akan habis atau akan mengalami penyusutan yang pada akhirnya barang tersebut tidak dapat dimanfaatkan lagi. Misalnya: manusia menggunakan motor sebagai alat transportasi, lama kelamaan nilai guna ekonomi dari motor tersebut akan berkurang.

Atas dasar habis tidaknya suatu benda pada saat dikonsumsi, benda konsumsi dapat dibadakan sebagai berikut : y y Benda yang habis dalam sekali pemakaian. Contohnya adalah makanan, minuman, dan obat-obatan. Benda yang pemakaiannya berulang-ulang atau pemakaiannya dalam waktu relative lama. Contohnya adalah baju, sepatu, tas, sapu, ember, televise, dan rumah.

3. Tujuan Kegiatan Konsumsi Tujuan kegiatan konsumsi: 1. mengurangi nilai guna barang atau jasa secara bertahap. 2. menghabiskan nilai guna barang sekaligus 3. memuaskan kebutuhan secara fisik. 4. memuaskan kebutuhan rohani. 5. memenuhi kebutuhan hidup secara langsung. 6. Mempertahankan status sosial 7. Mempertahankan status keturunan 8. Mendapatkan kesimbangan hidup 9. Memberikan bantuan kepada orang lain (tujuan sosial) 10. Menjaga keamanan dan kesehatan 11. Keindahan dan seni 12. Demonstration effect (keinginan untuk meniru) Dalam menuju tujuan konsumsi tersebut manusia haruslah mencapainya dengan kerja keras. Pengeluaran konsumsi seseorang yang satu dengan yang lain berbeda ada yang lebih besar, ada yang sama dan ada yang lebih kecil dari pendapatannya yang menggunakan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dialah konsumen. 4. Jenis dan Jumlah Barang Konsumsi Siswa dan Keluarga Konsumsi barang dan jasa adalah kegiatan yang selalu dilakukan oleh manusia dari lahir hingga akhir, hidupnya. Masing-masing individu memiliki kebutuhan yang berbeda-beda sesuai kebutuhan hidupnya sehari-hari. Oleh karena itu, jenis dan jumlah barang yang dikonsumsi siswa maupun dalam sebuah rumah tangga yang satu dengan yang lain pasti terdapat perbedaan sesuai dengan kemampuan ekoncmi tiap individu, siswa, maupun keluarga. Faktor penentu jenis kebutuhan keluarga antara lain berikut. a. Jumlah anggota keluarga. d. Tingkatpendidikan. b. Umur anggota keluarga. e. Tingkat kemampuan perekonomian keluarga. c. Latar belakang sosial, budaya, dan agama. Ada banyak faktor yang menentukan pengeluaran konsumsi seseorang, oleh karena itu perlu melakukan kegiatan konsumsi secara bijaksana. Hal ini sebaiknya dilakukan oleh semua orang. Cara paling mudah dan efisien serta sederhana adalah dengan membuat terlebih dahulu daftar, jenis, dan jumlah barang yang akan dikonsumsi (dibeli) sesuai dengan urutan skala prioritas kebutuhan.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Faktor-faktor yang memengaruhi konsumsi terbagi dalam dua kelompok, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. a. Faktor internal Faktor intern adalah faktor yang datang dari dalam lingkungan pribadi seseorang, meliputi motivasi, sikap hidup, dan pendapatan. b. Faktor eksternal Faktor ekstern adalah faktor yang datang dari luar lingkungan pribadi seseorang, meliputi keluarga, kebudayaan, kelas sosial, lingkungan, dan harga barang atau jasa.

B. Teori Perilaku Konsumen


Konsumen adalah seseorang yang menggunakan barang atau jasa. Konsumen diasumsikan memiliki informasi atau pengetahuan yang sempurna berkaitan dengan keputusan konsumsinya. Mereka tahu persis kualitas barang, kapasitas produksi, teknologi yang digunakan dan harga barang di pasar.mereka mampu memprediksi jumlah penerimaan untuk suatu periode konsumsi. Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pendapatan, selera konsumen, dan harga barang, disaat kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya. 1. Pendekatan Perilaku Konsumen Merupakan pendekatan untuk mempelajari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang. Pendekatan perilaku konsumen dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Pendekatan Kardinal 2. Pendekatan Ordinal

1) Pendekatan Kardinal Disebut juga sebagai pendekatan marginal utility yang didasarkan pada asumsi bahwa tingkat kepuasan yang diperoleh dari konsumen dari konsumsi suatu barang dapat diukur atau kuatifikasi dengan satuan tertentu, seperti uang, jumlah, atau buah. Semakin besar jumlah barang yang dikonsumsi, semakin besar pula tingkat kepuasan konsumen. Kita akan membahas penelitian Herman Heinrich Gossen mengenai nilai guna total atau total utility dan nilai guna marjinal atau marginal utility yang terkandung dalam Hukum Gossen I dan Hukum Gossen II. Nilai guna total adalah kepuasan total yang dinikmati oleh konsumen dalam mengkonsumsi sejumlah barang atau jasa tertentu secara keseluruhan. Nilai guna marjinal adalah tambahan kepuasan yang dinikmati oleh konsumen dalam setiap tambahan barang atau jasa yang dikonsumsinya. y Hukum Gossen I

Berbunyi Jika pemenuhan kebutuhan akan suatu jenis barang dilakukan secara terus menerus maka rasa nikmatnya mula-mula akan tinggi, namun semakin lama kenikmatannya semakin menurun sampai akhirnya mencapai batas jenuh Karena hukum Gossen ini juga menyinggung nilai guna marjinal, kadang kadang hokum Gossen I disebut juga hukum nilai guna marjinal yang semakin menurun. y Hukum Gossen II

Berbunyi Konsumen akan melakukan konsumsi sedemikian rupa sehingga nilai guna marjinal setiap barang danj asa yang dikonsumsi akan sama Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia bukan mengonsumsi satu jenis barang tetapi menggunakan berbagai jenis barang. Karena pendapatan manusia terbatas, maka pemenuhan berbagai kebutuhan akan didasarkan pada pertimbangan mendesak atau tidaknya suatu kebutuhan (menurut tingkat intensitas).

Tabel Nilai Guna Total (TU) dan Nilai Guna Marjinal (MU) Menurut Hukum Gossen I

Qx
0 1 2 3 4 5 6 7

TUx
0 10 18 24 28 30 30 28

MUx

10 8 6 4 2 0 -2

Kurva :

Keseimbangan Konsumen Keseimbangan konsumen tercapai jika konsumen memperoleh kepuasan maksimum dari mengkonsumsi suatu barang. Syarat Keseimbangan: 1. MUx/Px = MUy/Py = .= MUn/Pn 2.Px Qx + Py QY + + Pn Qn = M

MU = marginal utility P M = harga = pendapatan konsumen

Q MUx MUy

1 16 11

2 14 10

3 12 9

4 10 8

5 8 7

6 6 6

7 4 5

8 2 4

Diketahui

: Px = 2

Py = 1 M = 12

Syarat Equilibrium: 1. MUx / Px = MUy / Py 12 / 2 = 6 / 1

2. Px Qx + Py QY = MPx Qx + Py QY = M (2) (3) + (1) (6) = 12 Total Utility = MUx QX + MUy QY = (12) (3) + (6) (6) = 72

2) Pendekatan Ordinal Pendekatan ordinal digunakan karena pendekatan cardinal memiliki beberapa kelemahan karena pendekatan cardinal bersifat subjektif dalam penentuan nilai guna total dan nilai guna marjinal. Sebagian besar ekonom saat ini menolak pendekatan cardinal yang hanya membahas konsumsi barang- barang sederhana. Mereka memperkenalkan pendekatan ordinal yang lebih member penekanan pada preferensi yaitu bahwa barang A lebih saya sukai daripada barang B. Pendekatan ordinal memberiperingkat (rangking) atau urutan-urutan kombinasi barang yang dikonsumsi. Pendekatan ordinal dilakukan dengan menggunakan analisis kurva indiferensi. Kurva indiferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai titik kombinasi dua barang yang memberikan kepuasan yang sama. Mengukur kepuasan konsumen melalui pendekatan ordinal dengan menggunakan kurva indiferens ididasarka npada 4 asumsi, yaitu sebagai berikut : 1. Konsumen mempunyai pola preferensi akan barang-barang konsumsi yang dinyatakan dalam peta indiferensi 2. Konsumen mempunyai pendapatan tertentu 3. Konsumen berusaha mendapat kepuasan maksimum dari barang-barang yang dikonsumsi 4. Kurva indiferensi yang semakin jauh dari titik nol (origin) menggambarkan kepuasan yang semakin tinggi. Kurva indiferensi mempunyai karakteristik atau ciri-ciri umum : 1. Mempunyai kemiringan yang negatif (konsumen akan mengurangi konsumsi barang yang satu apabila ia menambah jumlah barang lain yang di konsumsi) 2. Cembung ke arah titik origin (0), menunjukkan adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus ia korbankan untuk mengubah kombinasi jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi (marginal rate of substitution) 3. Tidak saling berpotongan, tidak mungkin diperoleh kepuasan yang sama pada suatu kurva indiferens yang berbeda.

y y y

Model utilitas secara ordinal (kepuasan konsumen tidak dapat diukur dalam satuan apapun) Utilitas Konsumen = f (barang X, Y, Z, ) Keseimbangan kepuasan konsumen (Y MUx ! (X MUy Maksimisasi Kepuasan konsumen dibatasi garis anggaran (budget line) MRSxy !

Kurva Indiferens :

Kurva Indiferens biasa juga disebut Kurva kepuasan sama.

Kelemahan pendekatan konsumen ordinal yaitu terletak pada anggapan yang digunakan bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dari satu kepuasan.Pada umunya kenyataan pengukuran semacam ini sulit untuk dilakukan karena tidak flexible dan jarang dilakukan.

Kelemahan pendekatan ordinal

Kepuasan konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Pada kenyataannya pengukuran semacam ini sulit dilakukan.

You might also like