You are on page 1of 6

PERANG PASIFIK

Oleh : Syifa M.N

SMA NEGERI 17 BANDUNG


KOTA. BANDUNG

2012

Perang Pasifik
Setelah pemerintah Jepang menerima memorandum pemerintah Amerika Serikat pada tanggal 2 Oktober 1941 tentang keharusan Jepang untuk menarik seluruh pasukannya dari daratan Cina dan Vietnam; menghentikan dukungan dan hubungannya dengan rezim boneka Wang di Cina (Chiang, 1979:202), pihak Jepang menyadari bahwa perundingan yang selama ini dijalankan dengan Amerika Serikat tidak akan memberikan keuntungan apapun bagi Jepang.1 Karena itu, satu-satunya jalan yang dapat mendukung gerakan Jepang untuk maju ke Selatan adalah dengan jalan perang menghadapi Amerika Serikat dan sekutunya (Mayer, 1984:43). Untuk merealisasikan rencana ini, pada tanggal 5 November 1941, Armada Angkatan Laut Jepang dipusatkan secara rahasia di Teluk Sahaku, kepulauan Kyushu (Toyama, 1974:203). Tujuan pemusatan ini tidak lain untuk bersamasama bertolak ke jurusan Timur dan menyerang Pangkalan Armada Angkatan Laut Amerika Serikat, Pearl Harbor, di kepulauan Hawaii. Setelah semua kapal kapal perang ini terkumpul, pada tanggal 26 November 1941, berangkatlah iring iringan Armada Angkatan Laut Jepang untuk melaksanakan misi rahasia, melakukan serangan pendadakan atas titik sasaran. Armada ini seluruhnya terdiri dari 353 pesawat terbang yang terdapat pada 6 buah kapal induk, 11 buah kapal perusak, 8 buah kapal tangker, 3 buah kapal penjelajah, 3 buah kapal selam, dan 2 buah kapal penempur. Operasi yang direncanakan oleh Laksamana Yamamoto Isoroku, pemimpin tertinggi seluruh Armada Angkatan Laut Jepang yang pernah belajar di Amerika Serikat ini (Fujimoto, 1975:91), dipimpin oleh Laksamana Nagumo, dan dibantu oleh Laksamana Kusaka, Kepala Staf Angkatan Laut Jepang. Pada tanggal 8 Desember waktu Jepang atau tanggal 7 waktu Hawaii tahun 1941 (Showa 16), jam 7 pagi di hari Minggu yang cerah, Pearl Harbor dibombardir dari laut dan udara. Dalam serangan ini Jepang berhasil menghancurkan 16 buah kapal perang dan 300 buah pesawat terbang Amerika Serikat (Toyama, 1974:207). Dengan terjadinya pembokongan terhadap Pearl Harbor ini, bermulalah Perang Pasifik yang menjadi bagian dari Perang Dunia II. Dengan gerak cepat Jepang berhasil menguasai dan menduduki daerah-daerah yang kaya akan minyak, dimulai dengan jatuhnya Malaya pada tanggal 9 Desember 1941, berturut-turut jatuh pula Singapura, Philipina, Indonesia (yang masih bernama Hindia Belanda) dan Hongkong ke tangan Jepang. Sehingga hanya dalam jangka waktu 6 bulan, bendera Hi no Maru berkibar antara Lashio di Birma sampai ke kepulauan Wake di Pasifik Tengah. Pada awal perang, Jepang nampaknya

berada dalam posisi yang ofensif. Tetapi, sejak pertengahan tahun 1942 situasi perang mulai berubah. Tepatnya ketika Jepang mengalami kekalahan dalam perang laut di Midway tanggal 3 sampai 6 Juni 1942. Sejak saat ini Jepang mulai berada dalam posisi yang defensif, kekalahan demi kekalahan dialami Jepang, dan mulailah sedikit demi sedikit tentara sekutu dibawah pimpinan Jendral Douglas MacArthur menapak maju untuk sampai ke daratan Jepang. Penyebab kekalahan Jepang ini tidak lain karena seluruh industri dalam negeri Amerika Serikat yang lebih baik keadaannya bila dibandingkan dengan Jepang, dipusatkan pada pembuatan alat-alat yang berguna bagi keperluan perang. Disamping itu, faktor penentu lainnya adalah terdapatnya perbedaan pendapat yang besar dalam tubuh Angkatan Perang Jepang, antara Angkatan Darat dan Angkatan Laut dalam memutuskan masalah-masalah politik nasional yang telah berlangsung sejak terjadinya insiden Jembatan Markopolo tanggal 7 Juli 1937 (Mayer, 1984:39). Selama berlangsungnya Perang Dunia II, kebijakan negara Sekutu adalah mengalahkan terlebih dahulu musuh yang berada di medan perang Eropah, setelah itu baru bersama-sama menghadapi Jepang di medan perang Pasifik (Eisenhower, 1948:657). Strategi ini tepat, karena letak Jerman dan Italia berada ditengah lingkungan negara Sekutu di Eropah, sehingga kedua negara ini akan dengan mudah dikepung dan diserang dari segala arah. Dalam pelaksanaan kebijakan ini, Amerika Serikat diberikan kebebasan untuk tetap dalam prinsip yang dianutnya, yakni, selain turut aktif membantu sekutu di medan perang Eropa, juga terus menghadapi Jepang di medan perang Pasifik (Eisenhower, 1948:55). Akibat menyerahnya Italia pada tahun 1943, situasi perang di medan Eropa mulai memperlihatkan hasil positif bagi kekuatan sekutu. Kondisi ini membuat posisi Jerman semakin terpojok, dikepung dan diserang dari berbagai arah, jatuhnya Jerman hanyalah tinggal soal waktu. Akhirnya apa yang diinginkan Sekutu berhasil dicapai, Jerman menyerah pada tanggal 7 Mei 1945. Denganberakhirnya perang di medan Eropah, memungkinkan pengalihan seluruh potensi perang sekutu untuk menghadapi Jepang di medan perang Pasifik. Melalui ofensif besar-besaran dari pasukan sekutu dibawah pimpinan Jendral Douglas MacArthur, kondisi Jepangpun mengarah pada hal yang sama, yakni, kalah. Setelah melakukan operasi yang banyak memakan korban jiwa, akhirnya bulan Juni 1945 tentara sekutu mendarat di pulau Okinawa. Pulau ini mempunyai arti yang sangat strategis bagi pasukan Jendral Douglas MacArthur, dimana tanpa bantuan kapal induk pun, seluruh kota-kota besar Jepang sudah berada dalam jangkauan pesawat-pesawat pembom berat sekutu yang berpangkalan di Okinawa.2 Sebaliknya, dengan jatuhnya Okinawa ini, rakyat Jepang pun sadar,

bahwa mereka bukan saja terancam bahaya, tapi sekaligus berada diambang kekalahan. Pada bulan November 1945, Jendral Douglas MacArthur merencanakan akan mendaratkan pasukannya di pulau-pulau utama Jepang. Pada saat daratan Jepang sedang dalam suasana kalut akibat serangan udara dan laut sekutu di bulan Juli 1945, para pemimpin pemerintahan negara sekutu yang memperkirakan bahwa akhir dari Perang Dunia II di medan perang Pasifik akan segera berakhir mulai berembuk dan mempersiapkan keputusan serta kebijakan politik apa yang akan mereka terapkan untuk menghadapi masa sesudah kekalahan Jepang nantinya.

Sejarah Perang Pasifik


Sejarah - Perang Pasifik, yang dikenal di Jepang dengan nama Perang Asia Timur Raya dan di Tiongkok sebagai Perang Perlawanan Terhadap Agresi Jepang ) ( kang-Ri zhanzheng ), terjadi di Samudra Pasifik, pulau pulaunya, dan di Asia. Konflik ini terjadi antara tahun 1937 dan 1945, namun peristiwa peristiwa yang lebih penting terjadi setelah 7 Desember 1941, ketika Jepang menyerang Amerika Serikat serta wilayah wilayah yang dikuasai Britania Raya dan banyak negara lainnya. Perang ini dimulai lebih awal dari Perang Dunia II yaitu pada tanggal 8 Juli 1937 oleh sebuah insiden yang disebut Insiden Jembatan Marco Polo Peristiwa tersebut menyulut peperangan antara Tiongkok dengan Jepang. Konflik antara Jepang dan Tiongkok dan beberapa dari peristiwa dan serangannya yang penting juga merupakan bagian dari perang tersebut.Perang ini terjadi antara Jepang dan pihak Sekutu (yang termasuk Tiongkok, Amerika Serikat, Britania Raya, Filipina, Australia, Belanda dan Selandia Baru ). Uni Soviet berhasil memukul mundur Jepang pada 1939 , dan tetap netral hingga 1945, saat ia memainkan peranan penting di pihak Sekutu pada masa masa akhir perang.

Thailand , setelah dijajah pada 1941 , dipaksa bergabung dengan pihak Jepang. Jerman Nazi dan Italia juga adalah sekutu Jepang, dan angkatan laut mereka beroperasi di Samudra Pasifik dan Hindia antara tahun 1940 dan 1945. Antara tahun 1942 dan 1945, terdapat empat wilayah otorita Sekutu yang berperang melawan Jepang: Tiongkok, wilayah Samudra Pasifik, Asia Tenggara dan wilayah Pasifik Barat Daya . Perang Pasifik berakhir pada 15 Agustus 1945 dan perjanjian menyerahnya Jepang ditandatangani oleh wakil dari sekutu yaitu Jendral Douglas McArthur dan Jepang diwakili oleh Mamoru Shigemitsu diatas kapal USS Missouri .

Berikut ini adalah beberapa akibat dari Perang yang terjadi antara tahun 1937 sampai 1945 ini: Kekalahan Jepang membuatnya kehilangan wilayah jajahannya seperti Manchuria, Korea, Asia Tenggara dan daerah mandat di kepulauan Pasifik yang diberikan pada akhir Perang Dunia I . Beberapa negara yang sebelumnya dijajah oleh negara negara Eropa berhasil memperoleh kemerdekaan seperti Indonesia. Kaisar Jepang kehilangan statusnya sebagai dewa. Amerika Serikat sebagai pemenang perang di Pasifik tidak ingin mengadili Hirohito, kaisar Jepang saat itu. Amerika Serikat membutuhkan daerah penyangga ( buffer ) untuk menahan arus pengaruh komunisme karena Rusia sudah mencapai kawasan timur Asia. Jepang tidak diperbolehkan mempunyai angkatan perang, kecuali pasukan pembela diri.

You might also like