Professional Documents
Culture Documents
KA A
NGAN A
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya saya dapat
o ong
ik o m t
k up Kalo im t
Penulisan laporan ini adalah salah satu tugas dan persyaratan untuk ujian mata pelajaran Fisika di SMA Negeri 1 Bontang. Dalam penulisan laporan praktikum ini saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini. Dalam penulisan makalah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada Ibu Dr a. Yuliana W dan Bapak Agus Hariyanto, S,Si yang telah memberikan pengarahan dan dorongan dalam laporan ini. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang dihara pkan dapat tercapai.
Penulis
DAF A
Kata Pengantar Daftar Isi JANGKA SORONG & MIKROMETER SEKRUP Pendahuluan A. Latar Belakang B. Tujuan Dasar Teori A. Pengkuran B. Pengkuran Panjang Benda 1. Dengan Mengunakan Jangka Sorong 2. Dengan Menggunakan Mikrometer Sekrup C. Ketidakpastian Dalam Pengukuran D. Angka Penting Metode Praktikum A. Alat dan Bahan B. Prosedur Praktikum Hasil Pengamatan A. Hasil Pengamatan 1. Pengukuran Menggunakan Jangka Sorong 2. Pengukuran Menggunakan Mikrometer Sekrup B. Tabel Analisa Data 1. Diameter Luar Tabung 2. Diameter Dalam Tabung 3. Kedalaman Tabung 4. Ketebalan Koin Penutup A. Kesimpulan B. Saran Kalorimeter Pendahuluan A. Latar Belakang B. Tujuan Dasar Teori A. Pengertian Metode Praktikum A. Alat dan Bahan B. Prosedur Praktikum Hasil Pengamatan A. Hasil Pengamatan B. Tabel Analisa Data i ii
1 1 2 3 3 4 5 6
7 7
9 9 9 9 9 10 11 12
13 13
14 15 16
19 19 21 21
26 26
PRAKTIKUM WAJIB
C MPUL RY PRACTICUM
B. B.
Tujuan Goal
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan prakt ikum ini adalah sebagai berikut : 1. Mempelajari penggunan alat-alat ukur dasar. 2. Menuliskan dengan benar bilangan-bilangan berarti dan hasil pengukuran/perhitungan. 3. Menghitung besaran-besaran lain berdasarkan ukuran-ukuran dasar. The goals to be achieved from the implementation of this practice are as follows : 1. Studying the use of basic measuring tools. 2. Correctly write the numbers mean, and the results of measurements / calculations. 3. Calculate other quantities based on measures of basic.
DA AR TEORI BA IC THEORY
A. A. Pengukuran Measurement
Untuk mencapai suatu tujuan tertentu, di dalam fisika,kita biasanya melakukan pengamatan yang diikuti dengan pengukuran. Pengamatan suatu gejala secara umum tidaklah lengkap bila tidak dilengkapi dengan data kuantitatif yang didapat dari hasil pengukuran. Lord Kelvin, seorang ahli fisika berkata, bila kita dapat mengukur apa yang sedang kita bicarakan dan menyatakannya dengan angka -angka, berarti kita mengetahui apa yang sedang kita bicarakan itu. Sedangkan arti dari pengukuran itu sendiri adalah membandingkan sesuatu yang sedang diukur dengan besaran sejenis yang ditetapkan sebagai satuan, misalnya bila kita mendapat data pengukuran panjang sebesar 5 meter, artinya benda tersebut panjangnya 5 kali panjang mistar yang memiliki panjang 1 meter. Dalam hal ini, angka 5 menunjukkan nilai dari besaran panjang, sedangkan meter menyatakan besaran dari satuan panjang. Dan pada umumnya, sesuatu yang dapat diukur memiliki satuan. Sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka kita sebut besaran. Panjang, massa dan waktu termasuk pada besaran karena dapat kita ukur dan dapat kita nyatakan dengan angka-angka. Akan tetapi kebaikan dan kejujuran misalnya. Tidak dapat kita ukur dan tidak dapat kita nyatakan dengan angka -angka. Tapi walaupun demikian, tidak semua besaran fisika selalu mempunyai satuan. Beberapa besaran fisika ada yang tidak memiliki satuan antara lain adalah indek bias, koefisien gesekan, dan massa jenis relatif. To achieve a certain goal, in physics, we usually observed followed by a measurement. The observation of a phenomenon in general is not complete if not equipped with quantitative data obtained from the measurement results. Lord Kelvin, a physicist said, if we can measure what we are talking about and express it in numbers, means we know what we are talking about it. Whilethe meaning the measurement itself is comparing something that is being measured with similar quantities defined as a unit , such aswhen we get the data of measuring the length of 5 meters , which means that the object is its length 5 times the length of the bar which has a length of 1 meter . In this case, figure 5 shows the value of length scale, while the meter states the amount of unit length. And in general, something that can be measured has units. Something that can be measured and expressed as the number we call the magnitude. Length, mass and time, including the scale because we can measure and can we stated with numbers. However, kindness and honesty, for example. We can not measure and we can not reveal the figures. But even so, not all physical quantities always have units. Some physical quantities exist which has no units include refractive index, coefficient of friction, and relative density.
Untuk me kukan pengukuran yang mempunyai kete itian 0 1 mm diperlukan jangka s rong. Jangka sorong mempunyai fungsi-fungsi pengukuran, yaitu : 1. Pengukuran panjang bagian luar benda. 2. Pengukuran panjang rongga bagian dalam benda. 3. Pengukuran kedalaman lubang dalam benda. Jangka sorong sendiri mempunyai bagian-bagian sebagai berikut : 1. Rahang yang tetap (biasa disebut rahang tetap), memiliki skala panjang yang disebut skala utama. 2. Rahang yang dapat digeser-geser (disebut rahang geser), yang memiliki skala pendek yang disebut nonius atau vernier. Rahan tetap terdapat skala-skala utama dalam satuan cm dan mm. Sedangkan pada rahan eser terdapat skala pendek yang terbagi menjadi 10 bagian yang sama besar. Skala inilah yang disebut sebagai nonius atau vernier. Panjang 10 skala nonius itu adalah 9 mm, sehingga panjang 1 skala nonius adalah 0,9 mm. Jadi selisih antara skala nonius dan skala utama adalah 0,1 mm.atau 0,01 cm. Sehingga dapat ketelitian jangka sorong adalah 0,1 mm. Contoh pengukuran dari jangka sorong adalah sebagai berikut. Bila diukur sebuah benda didapat hasil bahwa skala pada jangka sorong terletak antara skala 5,2 cm dan 5,3 cm. Sedangkan skala nonius yang keempat berimpit dengan salah satu skala utama. Mulai dari skala keempat ini ini kekiri, selisih antara skala utama dan skala nonius bertambah 0,1 mm atau 0,01 cm setiap melewati satu skala. Karena terdapat 4 skala, maka selisih antara skala utama dan skala nonius adalah 0,4 mm atau 0,04 cm. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan kalau panjang benda yang diukur tersebut adalah 5,2 cm+0,04 cm=5,24 cm. To make a measurement accuracy of 0.1 mm have needed shove. Shove has measurement functions, namely : 1. Measuring the length of the outside of the object. 2. Measuring the length of the inside body cavity. 3. Measurement of the depth of the hole in the body. Shove themselves have the parts as follows: 1. A fixed jaw (commonly called the jaw fixed), has a length scale called the major scale. 2. Jaw that slides-shear (called the sliding jaw), which has a short scale is called Nonius or Vernier. Jaw still have major scales in units of cm and mm. While on the slidin jaw there is a short scale which is divided into 10 e ual parts. Scale is called an Nonius or Vernier. Nonius scale length 10 it is 9 mm, so long a Nonius scale is 0.9 mm. So the difference between Nonius scale and major scale is 0.1 mm.atau 0.01 cm. So it can shove accuracy is 0.1 mm. Examples of shove measurements are as follows. When an object is measured the result that the
"
B B
sliding scale in term of scale lies between 5.2 cm and 5.3 cm. Meanwhile, a fourth-Nonius scale coincides with one of the major scale. Starting from the fourth scale is left, the difference between the main scale and the scale Nonius increased 0.1 mm or 0.01 cm per pass through a single scale. Because there are 4 scale, the difference between the main scale and the scale of Nonius is 0.4 mm or 0.04 cm. Thus, it can be deduced that the length of the measured object is 5.2 cm +0.04 cm = 5.24 cm. 2 Den an Men una an Mi ro eter Se rup 2 By Usin Micro eter Screws
Untuk mengukur benda-benda yang sangat kecil sampai ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm digunakan alat bernama mikrometer sekrup. Bagian utama dari mikrometer sekrup adalah sebuah poros berulir yang dipasang pada silinder pemutar yang disebut bidal. Pada ujung silinder pemutar ini terdapat garis-garis skala yang membagi 50 bagian yang sama. Jika bidal digerakan satu putaran penuh, maka poros akan maju (atau mundur) sejauh 0,5 mm. Karena silinder pemutar mempunyai 50 skala disekelilingnya, maka kalau silinder pemutar bergerak satu skala, poros akan bergeser sebesar 0,5 mm/50 = 0,01 mm atau 0,001 cm. Sangat perlu diketahui, pada saat mengukur panjang benda dengan mikrometer sekrup, bidal diputar sehingga benda dapat diletakan diantara landasan dan poros. Ketika poros hampir menyentuh benda, pemutaran dilakukan dengan menggunakan roda bergigi ag poros tidak menekan benda. ar Dengan memutar roda berigi ini, putaran akan berhenti segera setelah poros menyentuh benda. Jika sampai menyentuh benda yang diukur, pengukuran menjadi tidak teliti. To measure objects that are very small until the accuracy of 0.01 mm or 0.001 cm used a tool called the micrometer screw. The main part of the micrometer screw is a threaded shaft mounted on the cylinder player called a thimble. At the end of the cylinder player have the lines that divide the scale of 50 e ual parts. If the thimble is moved one full rotation, the shaft will forward (or backwards) as far as 0.5 mm. Because the cylinder surrounding the player has a 50 scale, so if a player moves one scale cylinder, the axis will be shifted by 0.5 mm/50 = 0.01 mm or 0.001 cm. Very important to know, when measuring the length of objects with micrometer screws, thimbles rotated so that the object may be positioned between the base and shaft. When the shaft is almost touching the object, the playback is done by using a toothed wheel shaft for not pressing the matter. By turning the toothed wheel, the rotation axis will stop immediately after touching the object. When it comes to touching objects that are measured, the measurement becomes inaccurate.
Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai fenomena yang terjadi di alam. Ilmu ini didasarkan pada pengamatan dan percobaan. Pengamatan merupakan pengkajian suatu gejala yang terjadi di alam. Hanya saja, sayangnya suatu gejala alam yang muncul secara alamiah belum tentu terjadi dalam waktu tertentu, sehingga menyulitkan pengamatan. Untuk mensiasati ini, maka dilakukan percobaan yang menyerupai gejala alamiah itu di bawah kendali dan pengawasan khusus. Tanpa
3 )
C C
& %
0 2
&
$$
' #
percobaan ini, ilmu fisika tak mungkin berkembang seperti saat sekarang ini. Dan selanjutnya, dalam suatu percobaan kita hrus berusaha menelaah dan mempelajarinya. Caranya, kita harus mempunyai data kuantitatif atas percobaan yang kita lakukan. Sanada dengan pendapat Lord Kelvin yang mengungkapkan kalau kita belum belajar sesuatu bila kita tak bisa mendapatkan sebuah data kuantitatif. Untuk itulah dalam fisika dibutuhkan sebuah pengukuran yang akurat. Akan tetapi, ternyata tak ada pengukuran yang mutlak tepat. Setiap pengukuran pasti memunculkan sebuah ketidakpastian pengukuran, yaitu perbedaan antara dua hasil pengukuran. Ketidakpastian juga disebut kesalahan, sebab menunjukkan perbedaan antara nilai yang diukur dan nilai sebenarnya. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa fakto r. Faktor itu dibagi dalam 2 garis besar, yaitu: ketidakpastian bersistem dan ketidakpastian acak. Physics is the science related to various phenomena that occur in nature. This science is based on observation and experiment. Observation is an appraisal of a phenomenon that occurs in nature. Only, unfortunately a natural phenomenon that comes naturally is not necessarily occur within a certain time, making it difficult observation. To anticipate this, then conducted an experiment that resembles a natural phenomenon that under control and supervision of special. Without this experiment, the science of physics can not be developed as today. And then, in an experiment we tried to examine and learn hrus. How, we must have quantitative data on the experiments we do. Sanada with Lord Kelvin that expresses an opinion if we have not learned anything if we can not obtain a quantitative data. For that reason in physics required an accurate measurement. However, there was no accurate absolute measurement. Every measurement must have led to an uncertainty of measurement, ie the difference between the two measurements. Uncertainty also called a mistake, because the difference between the measured value and actual value. This can be caused by several factors. Factors were divided into 2 major lines, namely: uncertainty and the uncertainty of a random collection system. 1. Ketidakpastian Bersistem - Kesalahan kalibrasi Kesalahan dalam memberi skala pada waktu alat ukur sedang dibuat sehingga tiap kalialat itu digunakan, ketidakpastian selalu muncul dalam tiap pengukuran. - Kesalahan titik nol Titik nol skala alat ukur tidak berimpit dengan titik nol jarum penunjuk alat ukur. - Kesalahan Komponen Alat Sering terjadi pada pegas. Biasanya terjadi bila pegas sudah sering dipakai. - Gesekan Kesalahan yangtimbul akibat gesekan pada bagian-bagian alat yang bergerak. - Paralaks Kesalahan posisi dalam membaca skala alat ukur. 2. Ketidakpastian Acak - Gerak Bro n molekul udara Menyebabkan jarum penunjuk skala alat ukur terpengaruh. 3. Adan a Nilai Skala Terkecil dari Alat Ukur 4. Keterbatasan dari Pengamat Sendiri 1. Uncertaint s stem - Error Calibration Errors in scaling the time measuring instruments are being created so that each time the device is used,
6 6
uncertainties always occur in every measurement. - Zero Point Error Zero-point scale measuring instrument does not coincide with zero gauge needle. - Error Component Tools Often occurs in spring. It usually occurs when the spring is often used. - Friction Errors that arise due to friction on the parts of a tool that moves. - Parallax Position errors in reading the meter scale. 2. Random Uncertaint - Bro nian motion of air molecules Cause the scale needle gauge affected. 3. The existence value of the Smallest Scale Measure Tool 4. Limitations of the Observer Self
D. D.
Angka Penting Important Figures Angka penting adalah angka yang diperhitungkan di dalam pengukuran dan pengamatan. Aturan angka penting : 1. Semua angka bukan nol adalah angka penting. 2. Angka nol yang terletak diantara angka bukan nol termasuk angka penting. Untuk bilangan desimal yang lebih kecil dari satu, angka nol yang terletak disebelah kiri maupun di sebelah kanan tanda koma, tidak termasuk angka penting. Deretan angka nol yang terletak di sebelah kanan angka bukan nol adalah angka penting, kecuali ada penjelasan lain.
Important figure is the number that are included in the measurement and observation. Rules of significant figures: 1. All nonzero digits are significant figures. 2. Zeros are located between nonzero digits including significant figures. For decimal numbers smaller than one, zeros are located on the left or the right of a comma, not including significant figures. Rows of zeros located on the right of non-zero digits are significant figures, unless there is another explanation.
B. B.
4. Measure the outside diameter of the tube, read the measurement results, and record the measurements in table data. Repeat again measure the outside diameter of the tube as much as 5 times, to get 5 data measurement outside diameter tube. 5. Measure the depth of the tube, read the measurement results, and record the measurements in table data. Repeat again measure the depth of the tube 5 times, up to get 5 tubes depth measurement data. 6. Measure the thickness of the plate coin plate, read the measurement results, and record the measurements in table data. Repeat back gauge plate thickness slab coin 5 times, to get 5 plate thickness measurement data plate coin. 7. Calculate the average value measured for each diameter inside, outside diameter, tube depth, and thickness of the plate coin plate. Write in the table of data processing. Calculate the measurement uncertainty of each diameter inside, outside, depth, and thickness of plate. 8. Calculate the percentage relative error of measurement. 9. Make a conclusion in accordance with the purpose of practical work. 10. Write the suggestions, and bibliography. 11. Include attachments
No
1 2 3 4 5
2. Pengukuran Lempengan Koin Menggunakan Mikrometer Sekrup 2. Measurement Using Slab Coins with Micrometer Screws
No
1 2 3 4 5
B. B.
a. Diameter Luar Tabung a. Outer Diameter Tube Menghitung rata-rata dari diameter luar tabung Calculating the average of the outer tube diameter
No 1 2 3 4 5 n=5 Diameter Luar (d luar) (mm) 70,8 69,6 69,6 69,7 70,5 ( d1) = 350,2 (d1)
2
!d
d luar =
1 1
Menghitung ketidak pastian pengukuran ( ) diameter luar tabung Calculating measurement uncertainty ( d) outside diameter tube
! di
1 1
! di
n 2 1 1
= = 0,2
mm
Menghitung prosentase Kesalahan Relatif pengukuran (KR) Calculating relative percentage error of measurement (KR)
KR
100 % =
b. Diameter Dalam Tabung b. Diameter of the tube Menghitung rata-rata dari diameter dalam tabung Calculating the average of diameter in the tube
No 1 2 3 4 5 n=5 Diameter Dalam (ddalam) (mm) 67,9 68,9 68,5 68,2 67,6 ( d2) = 341,1 (d2 )
2
ddalam =
!d
1 1
= 68,22 mm
Menghitung ketidak pastian pengukuran ( ) diameter dalam tabung Calculating measurement uncertainty ( d) in diameter tube
! di
1 1
! di
n 2 1 1
= 70 04 mm
= 0,254
100 % = 0,36 %
= 0,2
Menghitung prosentase Kesalahan Relatif pengukuran (KR) Calculating relative percentage error of measurement (KR)
= 0,22 mm
KR
100 % =
100 % = 0,32 %
!d
d =
1 1
= 80,28 mm
Menghitung ketidak pastian pengukuran ( ) kedalaman tabung Calculating measurement uncertainty ( d) tube depth
! di
1 1
! di
n 2 1 1
= = 0,2
= 0,048 mm
Menghitung prosentase Kesalahan Relatif pengukuran (KR) Calculating relative percentage error of measurement (KR)
KR
100 % =
100 % = 0,059 %
No
1 2 3 4 5
(t
2)
dalam mm
= 266,88
t =
!t
1
1 i
= 7,306 mm
Menghitung ketidak pastian pengukuran ( ) ketebalan koin Calculating measurement uncertainty ( t) coin thickness
1 !1 t 2
! t
n 2 1 1
= = 0,2
= 0,011 mm
Menghitung prosentase Kesalahan Relatif pengukuran (KR) Calculating relative percentage error of measurement (KR)
KR
100 % =
100 % = 0,15 %
PENUTUP CLOSING
A. A. Kesimpulan Conclusion
Dari hasil pengukuran dan pengolahan data di atas didapat ke simpulan : y Diameter Luar Tabung ( d ) = ( 70,04 0,254 ) mm, dengan kesalahan relatif = 0,36%
y Diameter Dalam Tabung
( d ( d ( t
) = ( 68,22 0,22 ) mm, dengan kesalahan relatif = 0,32% ) = ( 80,28 0,048 ) mm, dengan kesalahan relatif = 0,059% ) = ( 7,306 0,011 ) mm, dengan kesalahan relatif = 0,15%
From the results of measurement and data processing in the above could be concluded : y Outer Diameter Tubing ( d) = (70.04 0.254) mm, with a relative error = 0.36% y The diameter of the tube ( d) = (68.22 0.22) mm, with a relative error = 0.32% y Tube Depth ( d) = (80.28 0.048) mm, with a relative error = 0.059% y Plate thickness ( t) = (7.306 0.011) mm, with a relative error = 0.15%
B. B.
Saran Suggestion
Disarankan kepada siswa/siswi supaya dapat menguasai alat-alat pengukur dan bisa menggunakannya dengan benar sehingga dapat memperkecil kemungkinan ketidakpastian dalam pengukuran. Suggested to students in order to control the measuring instruments and can use them properly so as to minimize the possibility of uncertainty in measurement.
PRAKTIKUM PILIHAN
PRACTICUM SELECTION
PENDAHULUAN PRELIMINARY
A. A. Latar Belakang Background
Mudahlah bagi kita sekarang menerima gagasan bahwa kalor itu energi. Tidakdemikianlah halnya dua abad yang lampau. Pada waktu itu para cendekiawan masih mengira bahwa kalor itu suatu zat yang dapat mengalir dan data disimpan oleh benda. Pendapat ini menerangkan berbagai gejala perpindahan kalor dan penyerapan kalor. Berdasarkan pengamatannya waktu mengawasi permbuatan meriam, Count Rumford memperoleh kesimpulan bahwa tidak benar kalor itu zat . Anda telah mengetahui bahwa jika gelas berisi air ledeng dicelupkan sebagian ke dalam bak berisi air panas, air ledeng mengalami kenaikan suhu dan air panas mengalami penurunan suhu. Ini menunjukkan terjadinya perpindahan energi dari benda bersuhu tinggi (air panas) ke benda bersuhu rendah (air ledeng). Untuk lebih meyakinkan, Anda dapat mencelup gelas air ledeng yang sama ke dalam bak b erisi air es. Anda akan amati sekarang air ledeng mengalami penurunan suhu dan air es mengalami kenaikan suhu. Uraian tersebut dengan jelas mempertegas kesimpulan bahwa perpindahan energi secara alami selalu terjadi dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu lebih rendah. Joseph Black pada tahun 1760 merupakan orang pertama yang menyatakan perbedaan antara suhu dan kalor. Suhu adalah derajad panasnya atau dinginnya suatu benda yang diukur oleh termometer, sedangkan kalor adalah suatu yang mengalir dari benda panas ke benda lebih dingin untuk menyamakan suhunya. It is easy for us now accept the idea that heat is energy. Not the case the past two centuries. At that time, the scholars still thought that heat was a "substance" that can flow and data stored by the body. This opinion explains the various symptoms of heat transfer and absorption of heat. Based on observations of time watching permbuatan cannon, Count Rumford obtained a conclusion that does not really heat it "substance". You already know that if a glass of tap water dipped partially into a bath of hot water, piped water has increased temperature and hot water temperature decreased. This suggests the occurrence of energy transfer from high-temperature objects (hot water) to low-temperature objects (tap water). To be sure, you can douse the same glass of tap water into a tub of ice water. You will observe now decreasing temperature tap water and ice water temperature increases. The description is clearly reinforce the conclusion that natural energy transfer always occurs from objects at high temperature to lower temperature object. Joseph Black in 1760 was the first to express the difference between the temperature and heat. Temperature is the degree of heat or coldness of an object measured by the thermometer, while the heat is flowing from a hot object to a colder body to equalize the temperature.
B. B.
Tujuan Goal
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan prakt ikum ini adalah sebagai berikut : 1. Menentukan besarnya harga air (kapasitas) calorimeter. 2. Menentukan kapasitas kalor dari calorimeter. 3. Menentukan kalor jenis suatu zat. 4. Menentukan energi kalor yang diterima kalorimeter. The goals to be achieved from the implementation of this practice are as follows : 1. Determining the price of water (capacity) calorimeter. 2. Determining the heat capacity of calorimeter. 3. Determining the kind of heat a substance. 4. Determining the heat energy received by calorimeter.
adalah panas jenis, dan Tio adalah temperatur awal. Jika Tf adalah temperatur akhir benda dalam bejana air, maka panas yang keluar dari benda adalah :
Qkeluar ! c(Tio T f )`
Dengan cara yang sama, jika Tio adalah temperatur awal air dan wadahnya, dan Tf adala temperatur akhirnya (temperatur akhir benda dan air adalah sama, karena keduanya segera setimbang), maka panas yang diserap oleh air dan wadahnya adalah :
masuk
! ma ca (T f Tio ) mw c w (T f Tio )
Dengan ma dan ca = 4,18 kJ/kg.K adalah massa dan panas jenis air, dan mw dan cw adalah massa dan panas jenis wadah. Perhatikan bahwa dalam persamaan ini kita telah memilih untuk menuliskan beda temperatur agar panas yang masuk dan panas yang keluar merupakan besaran yangpositif. Karena jumlah panas ini sama, panas jenis c benda dapat dihitung dengan menuliskan panas yang keluar dari benda sama dengan panas yang masuk dari air dan wadah :
keluar
masuk
that is: 1 calorie is equivalent to 4.18 J or 1 J is equivalent to 0.24 calories. Heat type of a substance is the amount of heat needed to raise 1 kg of a substance its temperature 10 . According to the principle of Black if there are two things a different temperature then mixed together or there will be a flow of heat from high temperature objects toward the low-temperature objects. This flow will stop until there is thermal equilibrium (the temperature of the two objects same). Mathematically can be formulated : Q out = Q received. Which releases heat is a thing that high temperature and heat is the object that receives a low temperature. When these equations are converted it will be obtained
Qkeluar ! c(Tio T f )`
In the same way, if Tio is the initial temperature of the water and container, and Tf is the temperature of the end (the end of the body and water temperatures are the same, since both immediately equilibrium), then the heat absorbed by water and container are :
E E
D D
A A
1. 2. 3. 4. 5.
Siapkan Kalorimeter Timbang massa kalorimeter kosong (tanpa air dan termometer) = mka Isi tabung dengan air panas Timbang kalorimeter berisi air panas, catat selisih massanya sebagai massa air panas = map Ukur suhu air panas dalam kalorimeter dengan termometer, catat suhu air panas (tap)
6. Ambil gelas kosong kemudian timbanglah, catat massa gelas kosong 7. Isi gelas kosong dengan air dingin, kemudian timbang kembali gelas berisi air dingin, catat selisih massanya sebagai massa air dingin (mad) 8. Ukur suhu air dingin dan catat suhu air dingin (tap) 9. Tuang air dingin ke dalam kalorimeter, aduk-aduk selama 20 kali. Ukur suhu akhir campuran air panas dengan air dingin tersebut (tA), catat suhu akhirnya
10. Ulangi langkah 1 hingga 9 untuk 5 x percobaan, sehingga mendapatkan 5 data percobaan. Catat data tersebut ke dalam tabel data hasil pengamatan
P I I
B B
11. Buatlah analisa data (pengolahan data), dengan menghitung dan melengkapi isian tabel pengolahan data/ 12. Hitung rata-rata kalor jenis kalorimeter 13. Hitung ketidakpastian pengukurannya 14. Hitung prosentase Kesalahan relatif pengukurannya Prepare Calorimeter Weigh the mass of empty calorimeter (without water and a thermometer) = mka Fill the tube with hot water Weigh the calorimeter containing hot water, note the difference in mass as the mass of hot water = map Measure the temperature of hot water in the calorimeter with the thermometer, record the temperature of hot water (tap) 6. Take an empty cup and then weigh, record the mass of an empty glass 7. Fill the empty glass with cold water, then weigh again the glass of cold water, note the difference in mass as a mass of cold water (mad) 8. Measure the temperature of cold water and record the temperature of cold water (tap) 9. Pour cold water into the calorimeter, stir for 20 times. Measure the final temperature of hot water mixed with cold water (tA), record the temperature finally 10. Repeat steps 1 to 9 to 5 x trial, so get 5 experimental data. Write down the data into a data table observations 11. Make an analysis of data (data processing), with counting and complete field of data processing table 12. Calculate the average calorific calorimeter type 13. Calculate the measurement uncertainty 14. Calculate the percentage relative error of measurement 1. 2. 3. 4. 5.
B. B.
Hasil Analisa Analysis Percobaan 1 Experiment 1 Diketahui : map mad mka tap tad tA Ditanya Jawab a)
= 62 gr = 87 gr = 122 gr = 58 C = 26 C = 43 C
: a) Cka = ....... ? b) cka = ....... ? : Qserap Qairdingin mad Ca tad mad Ca (tA tad) 87 1 (43 26) 87 17 1479 1479 930 549
Q lepas = Qairpans + Qkalorimeter = map Ca tap + Cka tap = map Ca (tap tA) + Cka (tap tA) = 62 1 (58 43) + Cka (58 43) = 62 15 + Cka 15 = 930 + Cka 15 = Cka 15 = Cka 15 =
Cka = 36.6 b) Percobaan 2 Experiment 2 Diketahui : map mad mka tap tad tA Ditanya Jawab a)
= 158 gr = 75 gr = 122 gr = 59 C = 27 C = 50 C
Q lepas = Qserap Qairpans + Qkalorimeter = Qairdingin map Ca tap + Cka tap = mad Ca tad map Ca (tap tA) + Cka (tap tA) = mad Ca (tA tad) 158 1 (59 50) + Cka (59 50) = 75 1 (50 27) 158 9 + Cka 9 = 75 23 1422 + Cka 9 = 1725 Cka 9 = 1725 1422 Cka 9 = 303 Cka = 33,6
Jawab a)
Q lepas = Qserap Qairpans + Qkalorimeter = Qairdingin map Ca tap + Cka tap = mad Ca tad map Ca (tap tA) + Cka (tap tA) = mad Ca (tA tad) 133 1 (80 57) + Cka (80 57) = 115 1 (57 26)
133 23 + Cka 23 3059 + Cka 23 Cka 23 Cka 23 Cka b) Percobaan 4 Experiment 4 Diketahui : map mad mka tap tad tA Ditanya Jawab a)
= 121 gr = 55 gr = 122 gr = 71 C = 27 C = 64 C
Qlepas = Qserap Qairpans + Qkalorimeter = Qairdingin map Ca tap + Cka tap = mad Ca tad map Ca (tap tA) + Cka (tap tA) = mad Ca (tA tad) 121 1 (71 64) + Cka (71 64) = 55 1 (64 27) 121 7 + Cka 7 = 55 37 847 + Cka 7 = 2035 Cka 7 = 2035 847 Cka 7 = 1188 Cka = 169,7
= 100 gr = 93 gr = 122 gr = 80 C = 27 C = 63 C
Jawab a)
map Ca tap + Cka tap = mad Ca tad map Ca (tap tA) + Cka (tap tA) = mad Ca (tA tad) 100 1 (80 63) + Cka (80 63) = 93 1 (63 27) 100 17 + Cka 17 = 93 36 1700 + Cka 17 = 3348 Cka 17 = 3348 1700 Cka 17 = 1648 Cka = 96,9 b) Menghitung rata-rata kalor jenis kalorimeter Calculating the average calorific calorimeter type
c ka =
c ka = c ka =
c kai
Tabel Perhitungan Ketidakpastian Pengukuran Kalor Jenis Kalorimeter ( ka) Measurement Uncertainty Calculation Table Heat Type Calorimeter ( ka) Percobaan cka cka2 ke(kal/gr C) 1 0,30 0,090 2 0,27 0,0729 3 0,18 0,0324 4 1,39 1,932 5 0,79 0,6241 2 n=5 = ( )=
cka = x 1,138
cka = 0,2276
Menghitung Prosentase Kesalahan Relatif pengukuran (KR) Calculating relative percentage error of measurement (KR)
KR = KR = KR =
x 100% x 100% %
PENUTUP CLOSING
A. A. Kesimpulan Conclusion
Dari data hasil percobaan dan pengolahan data di atas, didapat kesimpulan akhir nilai kalor jenis kalorimeter adalah : ( c ka ka) = ( 0,586 0,2276 ) mm, dengan kesalahan relatif = 3,88% From the experimental data and processing data, final conclusions obtained calorimeter heating value types are : ( c ka ka) = ( 0,586 0,2276 ) mm, dengan kesalahan relatif = 3,88%
B. B.
Saran Suggestion
Disarankan kepada siswa/siswi supaya dapat menguasai alat-alat pengukur dan dalam pelaksanaan praktikum kali ini, kita harus berhati-hati dalam mengambil ketel uap karena panas. Selain itu terjalinnya kerjasama antara anggota sangat perlu agar tidak terjadi kesalahan dalam penelitian. Suggested to students in order to master the tools and gauges in the implementation of this lab, we must be careful in taking the boiler from the heat. In addition, establishment of cooperation between members is essential to avoid mistakes in the research.