You are on page 1of 42

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN AKUNTANSI SMK BERBASIS KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI REACT DAN METODE PEMBELAJARAN

Friday, April 30, 2010 4:54:49 PM

skripsi PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN AKUNTANSI SMK BERBASIS KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI REACT DAN METODE PEMBELAJARAN LCC-5E PADA MATERI POKOK LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN DAGANG

SKRIPSI

OLEH IKA LYDIA ASTUTIE NIM 103421465539

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI AGUSTUS 2007

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN AKUNTANSI SMK BERBASIS KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI REACT DAN METODE PEMBELAJARAN LCC-5E PADA MATERI POKOK LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN DAGANG

SKRIPSI Diajukan kepada Universitas Negeri Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Akuntansi

Oleh IKA LYDIA ASTUTIE NIM 1034214655139

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI 2007

Skripsi oleh Ika Lydia Astutie ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Malang, Agustus 2007 Pembimbing I

Dra. Endang Sri Andayani, S.E., M.Si., Ak. NIP 131652230

Malang, Agustus 2007 Pembimbing II

Sripujiningsih, S.E., M.Si., Ak. NIP 132206550

Skripsi oleh Ika Lydia Astutie ini

telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 23 Agustus 2007

Malang, Agustus 2007 Penguji Utama

Eka Ananta Sidharta, S.E, M.Si, Ak. , Ketua. NIP 132255165

Malang, Agustus 2007 Pembimbing I

Dra. Endang Sri Andayani, S.E, M.Si, Ak. , Anggota. NIP 131652230

Malang, Agustus 2007 Pembimbing II

Sripujiningsih, S.E., M.Si., Ak. , Anggota. NIP 132206550

Mengetahui, Mengesahkan, Ketua Jurusan Akuntansi Dekan Fakultas Ekonomi

Dra. Endang Sri Andayani, S.E, M.Si, Ak. Drs. Soetrisno, M.M NIP 131652230 NIP 130819407

ABSTRAK

Astutie, Ika Lydia. 2007. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Akuntansi SMK Dengan Strategi REACT Dan Metode Pembelajaran LCC-5E pada Materi Pokok Laporan Keuangan Perusahaan Dagang. Skripsi, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dra. Endang Sri Andayani, S.E., M.Si., Ak., (II) Sripujiningsih, S.E., M.Si., Ak.

Kata kunci: pengembangan, perangkat pembelajaran, strategi REACT, metode pembelajaran LCC-5E.

Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dapat berjalan dengan baik dibutuhkan suatu perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang digunakan dapat berupa silabus, sistem penilaian, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Ajar, dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran berbasis kontekstual dengan strategi REACT dan metode pembelajaran LCC-5E dengan materi pokok laporan keuangan perusahaan dagang. Pada penelitian ini, pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan prosedur penelitian model Dick & Carey. Langkah-langkah yang dilakukan adalah mengidentifikasi tujuan pembelajaran umum, melakukan analisis materi pokok, mengidentifikasi kemampuan dan karakteristik awal siswa, penulisan tujuan pembelajaran, menyusun tes acuan kriteria, memilih strategi pembelajaran, menyusun perangkat pembelajaran, melaksanakan evaluasi formatif atau validasi, melakukan revisi terhadap perangkat pembelajaran, dan memproduksi perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan terdiri dari dua bagian, yaitu bagian I adalah Teacher s Guide dan bagian II adalah Buku Siswa. Desain validasi yang dilakukan adalah validasi isi rancangan produk dan validasi empirik atau uji coba produk. Validasi isi rancangan produk dilakukan melalui validator ahli yang terdiri dari 2 orang dosen akuntansi Universitas Negeri Malang dan 2 orang guru akuntansi di SMK Negeri 2 Kediri. Sedangkan validasi empirik dilakukan di SMK Ahmad Yani Gurah-Kediri dengan validator 1 orang guru akuntansi dan 47 siswa kelas 1 jurusan akuntansi. Instrumen yang digunakan adalah angket. Teknik analisis data yang dipakai adalah analisis deskriptif dengan menghitung persentase. Dari hasil penilaian pada validasi isi produk adalah valid dengan persentase rata-rata total 93,98% yang berarti bahwa perangkat pembelajaran telah layak digunakan dalam pembelajaran akuntansi di kelas. Dari hasil penilaian validator pada validasi empirik berupa tanggapan dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran hasil pengembangan efektif digunakan dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan agar uji coba produk tidak hanya dilakukan pada satu sekolah saja untuk mengetahui tingkat keefektifan lebih lanjut karena tingkat kepahaman tingkat kepahaman tiap siswa berbeda-beda dan diperlukan pengembangan perangkat pembelajaran pada materi pokok yang lainnya.

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan sebuah karya yang tak akan terlupakan, yaitu skripsi dengan judul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Akuntansi SMK Berbasis Kontekstual Dengan Strategi REACT Dan Metode Pembelajaran LCC-5E Pada Materi Pokok Laporan Keuangan Perusahaan Dagang dengan sebaik-baiknya meskipun masih jauh dari sempurna. Salawat serta salam semoga selalu

terlimpahkan kepada Rasulullah SAW beserta keluarga, para sahabat, dan hamba Allah yang senantiasa berjuang dalam menegakkan Dien-Nya. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini membutuhkan arahan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, dengan rasa tulus hati dan kerendahan diri penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. H. Sutrisno, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang yang telah memberikan kemudahan selama penulis menjalani masa studi. 2. Ibu Dra. Endang Sri Andayani, S.E., M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi sekaligus Dosen Pembimbing I, yang selalu sabar dan penuh perhatian dalam membimbing, memotivasi, dan memberi petunjuk dari awal hingga akhir penulisan skripsi. 3. Ibu Sripujiningsih, S.E., M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing II, yang selalu sabar dalam membimbing dan memberi petunjuk setiap ada kesalahan dalam menyusun skripsi. 4. Bapak Eka Ananta Sidharta, S.E., M.Si., Ak. selaku Dosen Penguji, yang memberi kritik dan saran demi kesempurnaan dalam menyusun skripsi. 5. Seluruh validator yang membantu dalam menilai perangkat pembelajaran hasil pengembangan. 6. Keluarga tercinta mama Dayu dan papa Kambali, Mas Wiwit, Adekku Riske, dan mama Ira di Surabaya, terima kasih atas dukungan baik moril, materiil serta untaian doa yang tiada hentinya. 7. Keluarga besar di Kediri terima kasih telah memberi rasa kekeluargaan yang besar tanpa kalian mungkin penulis tidak akan pernah merasakan indahnya persaudaraan. 8. Teman-teman dikos 458A (hani, indah, sita, mardiana, esti, indah ndut, ratih, marta, nova, eka, fitri), terima kasih atas semuanya kalian adalah keluarga kedua yang tak akan pernah terlupakan. 9. Adekku Tutut dan Bule konco SMAku makasih printernya yang banyak membantu dalam menyusun perangkat pembelajaran. Maaf selalu merepotkan kalian. 10. Semua pihak yang membantu terselesaikannya skripsi ini. Malang, Agustus 2007

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK i KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iv DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 6 C. Tujuan Pengembangan 6 D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan 7 E. Manfaat Pengembangan 8 F. Keterbatasan Pengembangan 8 G. Definisi Istilah 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 10 B. Pembelajaran Kontekstual 16 C. Strategi REACT dalam Pembelajaran Kontekstual 22 D. Metode Daur Belajar (Learning Cycle) 24

E. Metode Pembelajaran Terpadu LCC-5E 27 F. Perangkat Pembelajaran 28 G. Tinjauan Materi 38 H. Model Pengembangan 44

BAB III METODE PENGEMBANGAN A. Model Pengembangan 49 B. Prosedur Pengembangan 60 C. Validasi Perangkat Pembelajaran 63

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN A. Penyajian Data Validasi 69 B. Analisis Produk Pengembangan 78 C. Revisi Produk Pengembangan 90

BAB V KAJIAN DAN SARAN A. Kajian Produk Yang Telah Direvisi 91 B. Kelebihan dan Keterbatasan Hasil Pengembangan 95 C. Saran 97

DAFTAR RUJUKAN 98 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN 100 LAMPIRAN - LAMPIRAN 101 RIWAYAT HIDUP 122

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 2.1 Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran Tradisional ......................................................................................... 21 3.1 Kriteria Validasi Analisis Persentase ................................................ 68 4.1 Ringkasan Data Hasil Penilaian Dari Validator Terhadap Perangkat Pembelajaran Hasil Pengembangan Berdasarkan Perhitungan Nilai Rata-rata ............................................................................................ 70

4.2 Ringkasan Data Hasil Penilaian Dari Validator Tentang Instrumen Yang Baik Terhadap Perangkat Pembelajaran Hasil Pengembangan Berdasarkan Perhitungan Nilai Rata-rata .......................................... 71

4.3 Ringkasan Saran dan Kritik Perangkat Pembelajaran Hasil Pengembangan ................................................................................... 72

4.4 Ringkasan Data Hasil Penilaian Dari Siswa Terhadap Buku Siswa Berdasarkan Perhitungan Nilai Rata-rata .......................................... 75

4.5 Pendapat Siswa Setelah Menggunakan perangkat Pembelajaran Hasil Pengembangan Dalam Pembelajaran Akuntansi ..................... 76

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1 Daur Belajar Learning Cycle 5E ....................................................... 26

2.2 Bagan Model Pembelajaran Learning Cycle-Cooperative 5E (LCC-5E) ........................................................................................... 27

2.2 Langkah - langkah Model Pengembangan Instruksional Gerlach

Dan Ely .............................................................................................. 30

2.3 Bagan Model Pengembangan Perangkat menurut Dick & Carey ...... 48

3.1 Contoh Halaman Depan ..................................................................... 49

3.2 Contoh Kata Pengantar ...................................................................... 50

3.3 Contoh Daftar Isi ............................................................................... 50

3.4 Contoh Petunjuk Penggunaan Buku Guru ........................................ 51

3.5 Contoh Silabus Yang Dikembangkan ................................................ 51

3.6 Komponen Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Yang Dikembangkan Bagian Identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator ...................................................... 52

3.7 Komponen Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Yang Dikembangkan Bagian Tujuan Pembelajaran, Materi Standar, Metode Pembelajaran, dan Kegiatan Pembelajaran ....................................... 52

3.8 Komponen Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Yang Dikembangkan Bagian Penilaian Dan Catatan .................................. 53

3.9 Contoh Instrumen Penilaian Kognitif Berupa Soal Kuis ................... 53

3.10 Contoh Instrumen Penilaian Afektif .................................................. 54

3.11 Contoh Instrumen Penilaian Psikomotorik ........................................ 54

3.12 Contoh Buku Guru ............................................................................. 55 3.13 Contoh Halaman Depan Buku Siswa ................................................. 56

3.14 Contoh Pendahuluan Pada Buku Siswa ............................................. 57

3.15 Contoh Engagement Pada Buku Siswa .............................................. 57

3.16 Contoh Exploration Pada Buku Siswa ............................................... 58

3.17 Contoh Explanation Pada Buku Siswa ............................................... 58

3.18 Contoh Uraian Materi Pada Buku Siswa ........................................... 59

3.19 Contoh Elaboration Pada Buku Siswa .............................................. 59

3.20 Contoh Evaluation Pada Buku Siswa ................................................ 60

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Angket .................................................................................................. 102

2. Data Hasil Penilaian Dari Validator Terhadap Perangkat Pembelajaran Hasil Pengembangan ............................................................................ 112

3. Data Hasil Penilaian Dari Validator Terhadap Perangkat Pembelajaran Hasil Pengembangan Berdasarkan Perhitungan Persentase ................. 116

4. Data Hasil Penilaian Dari Validator Tentang Instrumen Yang Baik Terhadap Perangkat Pembelajaran Hasil Pengembangan Berdasarkan Perhitungan Persentase ........................................................................ 120

5. Perangkat Pembelajaran Hasil Pengembangan .................................... 122

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dalam kehidupan manusia. Pada UU RI SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya, pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain, yang dikenal dan diakui oleh masyarakat . Dengan pendidikan manusia dapat meningkatkan kualitas sumber daya yang dimiliki sebagai pelaksana pembangunan. Adanya pendidikan

yang berkualitas dapat menentukan kualitas bangsa agar tidak tertinggal dengan bangsa lain. Untuk itu, pembaharuan pendidikan sangat dibutuhkan dan menjadi tuntunan dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Pemerintah khususnya DEPDIKNAS telah melakukan berbagai upaya pembaharuan pendidikan untuk memperbaiki mutu pendidikan nasional. Dalam konteks pembaruan pendidikan, ada tiga isu utama yang perlu disoroti yaitu pembaruan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan efektivitas metode pembelajaran (Nurhadi, 2004 : 1). Pembaharuan tersebut sangat dibutuhkan sebagai tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adanya pembaharuan pendidikan dapat meningkatkan kemampuan dan keunggulan bersaing secara nasional maupun internasional. Pembaharuan kurikulum dapat dilakukan dengan perubahan kurikulum. Pada saat ini perubahan kurikulum yang dilakukan adalah dengan memperbaharui Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun di masing-masing satuan pendidikan (Darmawan dan Nursalim, 2006 : 2). Perubahan kurikulum ini harus diantisipasi dan dipahami oleh berbagai pihak, karena kurikulum sebagai rancangan pembelajaran memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran yang akan menentukan proses dan hasil pendidikan (Mulyasa, 2004 : 3 4). Dampak adanya perubahan kurikulum dirasakan secara langsung baik oleh kepala sekolah, guru maupun peserta didik. Oleh karena itu, perubahan kurikulum ini harus disikapi secara positif dengan mengkaji dan memahami implementasinya di sekolah (Mulyasa, 2004 : 4). Dalam menghadapi perubahan kurikulum, seorang guru harus dapat meningkatkan kualitas hasil pendidikan dan harus ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas, yang lebih memperdayakan siswa (Nurhadi, 2004 : 2). Guru juga harus mempunyai kemampuan dalam menciptakan lingkungan yang kondusif pada pembelajaran. Hal tersebut berarti bahwa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dibutuhkan strategi pembelajaran yang efektif di kelas. Oleh karena itu, guru harus memiliki kemampuan dalam memilih strategi pembelajaran yang efektif agar kegiatan belajar siswa dapat berlangsung dengan baik dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Pembelajaran berbasis kontekstual dengan strategi REACT dan model pembelajaran Learning Cycle Cooperative 5E (LCC 5E) dapat dijadikan pilihan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar di mana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat (Nurhadi, 2003 : 13). Pembelajaran kontekstual dengan strategi REACT adalah suatu strategi pembelajaran yang dalam pelaksanaannya di kelas menerapkan Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transfering. Dalam penerapan strategi REACT digunakan model pembelajaran terpadu Learning Cycle-Cooperative 5E (LCC 5E) dengan langkah-langkah engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation serta cooperating.

Untuk menunjang penerapan pembelajaran berbasis kontekstual dengan strategi REACT dan model pembelajaran Learning Cycle-Cooperative 5E (LCC 5E) dibutuhkan suatu perangkat pembelajaran untuk memahami dan memperhitungkan kemampuan siswa yang berbeda-beda. Perangkat pembelajaran tersebut terdiri atas Buku Panduan Guru (Teacher s Guide) dan Buku Siswa. Di dalam buku guru (teacher s guide) dilengkapi dengan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, materi pelajaran, dan instrumen penilaian sedangkan pada buku siswa dilengkapi dengan materi pelajaran dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Buku Guru (Teacher s Guide) dan Buku Siswa termasuk dalam media pengajaran cetak. Dengan menggunakan media pengajaran, tenaga pengajar dapat memperkaya dan memperdalam proses belajar mengajar di kelas, misalnya untuk membangkitkan motivasi, memberikan orientasi, memberikan ilustrasi, mengadakan evaluasi, memberikan tugas, memberikan ringkasan dan seterusnya (Winkel, 1989 : 189). Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran akuntansi SMK pada mata pelajaran Siklus Akuntansi Kelas I Semester II. Peneliti hanya mengembangkan perangkat pembelajaran pada materi pokok laporan keuangan perusahaan dagang. Laporan keuangan perusahaan dagang termasuk dalam standar kompetensi menyelesaikan siklus akuntansi perusahaan dagang dan kompetensi dasar menyusun laporan keuangan. Laporan keuangan dalam akuntansi terdiri dari lima macam, yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan. Penelitian yang mendasari penelitian ini adalah penelitian swadana dengan judul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kimia SMP/MTs Berbasis Inkuiri Dan Kontekstual Dengan Strategi REACT Untuk Menunjang Implementasi Kurikulum 2004 , yang dilakukan oleh Drs. Prayitno, M.Pd dan Dra. Sri Rahayu, M.Ed. Hal yang membedakan dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan pembelajaran berbasis kontekstual dan pengembangan perangkat pembelajaran bertujuan untuk menunjang implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Selain itu, pengembangan tersebut bertujuan untuk menambah perangkat pembelajaran yang ada dan membantu guru agar lebih siap melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di kelas. Perangkat pembelajaran hasil pengembangan akan diuji kevalidannya dengan menggunakan validasi isi rancangan produk (evaluasi formatif) dan validasi empirik (evaluasi sumatif) atau uji coba produk. SMK Negeri 2 Kediri dipilih sebagai tempat penelitian uji validitas isi rancangan produk dengan validator dua orang guru akuntansi dan pertimbangan bahwa guru tersebut memiliki kriteria yang sesuai sebagai validator. Selain itu, dari hasil interview diperoleh informasi bahwa pada tahun ajaran 2007/2008 di SMK Negeri 2 Kediri akan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dan para guru sudah mulai merencanakan membuat perangkat pembelajaran dengan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sehingga penilaian terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti akan dapat membantu dalam menyusun perangkat pembelajaran di SMK Negeri 2 Kediri. Sedangkan untuk uji coba produk memilih SMK Ahmad Yani Gurah Kediri dengan validator 1 orang guru akuntansi dan 47 siswa jurusan akuntansi kelas 1. Adapun pertimbangan yang mendasari adalah dari hasil observasi diperoleh informasi bahwa pembelajaran akuntansi pada sekolah tersebut hanya

menggunakan 1 buah literatur sebagai sumber belajar siswa. Dan hasil interview menyatakan bahwa guru hanya menggunakan metode ceramah dalam mengajarkan akuntansi sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran di kelas. Selain itu, pada sekolah tersebut belum pernah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis kontekstual dengan strategi REACT dan metode LCC-5E. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti melakukan penelitian pengembangan dengan judul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Akuntansi SMK Berbasis Kontekstual dengan Strategi REACT dan Metode Pembelajaran LCC 5E Pada Materi Pokok Laporan Keuangan Perusahaan Dagang

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diketahui rumusan masalah sebagai berikut 1. Apakah perangkat pembelajaran yang dikembangkan menurut para ahli telah sesuai/layak untuk digunakan dalam pembelajaran Akuntansi SMK ? 2. Bagaimanakah tanggapan validator ahli terhadap perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan ? 3. Apakah perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat diterapkan secara efektif dalam pembelajaran Akuntansi SMK sesuai dengan acuan kriteria media yang baik ?

C. Tujuan Pengembangan Tujuan dari pengembangan perangkat pembelajaran ini adalah sebagai berikut 1. Mengetahui kelayakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan menurut para ahli. 2. Mengetahui tanggapan validator ahli terhadap perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan. 3. Mengetahui efektivitas penerapan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan sesuai dengan acuan kriteria media yang baik dalam pembelajaran Akuntansi SMK.

D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan Pengembangan perangkat pembelajaran ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu. 1. Buku Panduan Guru (Teacher s Guide). Komponen yang termuat dalam Buku Panduan Guru (Teacher s Guide) antara lain : pengantar, pendahuluan, bagian isi, dan penutup. Pengantar terdiri dari halaman depan (cover), kata pengantar, daftar isi, dan daftar gambar. Bagian isi terdiri dari silabus, rencana pembelajaran, instrumen penilaian yang berisi tentang cara penilaian (kognitif, afektif, dan psikomotorik), dan buku guru. Buku guru memuat buku siswa yang disertai dengan tambahan uraian

materi dan petunjuk dalam melaksanakan pembelajaran. Bagian penutup terdiri dari daftar pustaka, sumber gambar, dan lampiran. 2. Buku Siswa. Komponen dalam buku siswa terdiri dari pengantar, pendahuluan, bagian isi, dan penutup. Pengantar terdiri dari halaman depan (cover), kata pengantar, daftar isi, dan daftar gambar. Bagian isi terdiri dari uraian materi pelajaran dan Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS merupakan tuntunan bagi siswa dalam belajar yang berupa panduan diskusi dan soal-soal. Bagian penutup terdiri dari daftar pustaka, sumber gambar, dan lampiran. E. Manfaat Pengembangan Manfaat yang diharapkan dari pengembangan perangkat pembelajaran ini antara lain. 1. Bagi sekolah, perangkat pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan. 2. Bagi guru akuntansi, digunakan sebagai media pembelajaran akuntansi SMK. 3. Bagi siswa, diharapkan dapat digunakan sebagai sumber belajar. 4. Bagi peneliti dan pengembang lainnya, dapat digunakan untuk pengembangan selanjutnya, yaitu penerapan perangkat pembelajaran atau sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan perangkat pembelajaran dengan materi dan pendekatan yang lain.

F. Keterbatasan Pengembangan Adapun ruang lingkup dan keterbatasan dalam pengembangan perangkat pembelajaran ini adalah 1. Pengembangan perangkat pembelajaran terbatas pada bidang studi akuntansi dengan materi pokok laporan keuangan perusahaan dagang. 2. Pengembangan perangkat pembelajaran ini hanya membuat suatu perangkat pembelajaran kemudian divalidasikan dengan validasi isi (evaluasi formatif) dan diuji cobakan di dalam kegiatan pembelajaran di kelas (validasi empirik/sumatif) hanya pada satu sekolah SMK.

G. Definisi Istilah Agar tidak terjadi kesalahan persepsi, maka diberikan definisi istilah sebagai berikut 1. Pengembangan merupakan proses menerjemahkan spesifikasi rancangan ke dalam bentuk fisik, dalam hal ini diwujudkan dalam bentuk perangkat pembelajaran. 2. Perangkat pembelajaran merupakan suatu alat atau media yang digunakan untuk belajar. Perangkat pembelajaran ini berupa Buku Panduan Guru (Teacher s Guide) dan Buku Siswa.

3. Pengembangan perangkat pembelajaran akuntansi merupakan suatu proses sistematika penyusunan perangkat pembelajaran untuk bidang studi akuntansi. 4. Pembelajaran Kontekstual adalah konsep pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang telah dimiliki dengan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. 5. Strategi REACT adalah suatu strategi pembelajaran yang dalam pelaksanaannya di kelas menerapkan fase-fase Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transfering. 6. Model pembelajaran LCC 5E (Learning Cycle-Cooperative 5E) adalah model pembelajaran terpadu dengan langkah-langkah engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation serta cooperating.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diterapkan mulai tahun ajaran 2006/2007 yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih familiar dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan diharapkan memiliki tanggung jawab yang memadai (Mulyasa, 2006 : 9). Dengan adanya KTSP akan lebih memperdayakan guru karena guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menyusun kurikulum yang sesuai dan tepat bagi peserta didiknya. Hal tersebut membuat guru semakin pintar dan kreatif dalam merencanakan materi pelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Selain itu, KTSP dapat memberi keleluasaan pada sekolah untuk mengembangkan kurikulum sendiri dan memiliki otonomi untuk berdiskusi terkait dengan standar kompetensi yang dikembangkan. 1. Konsep Dasar KTSP

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi yang memberikan otonomi luas kepada setiap satuan pendidikan dan melibatkan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Pengembangan kurikulum dalam KTSP dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1) dan 2) sebagai berikut 1 ) Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional. 2 ) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Dalam Mulyasa (2007 : 20), beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut :KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan beserta silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang bertanggung jawab di bidang pendidikan. Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi dikembangkan dan diterapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. 2. Tujuan KTSP Tujuan KTSP secara umum adalah untuk memandirikan dan memperdayakan satuan pendidikan melalui pemberian wewenang (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam mengembangkan kurikulum. Secara khusus penerapan KTSP adalah untuk : 1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memperdayakan sumber daya yang tersedia.

2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam mengembangkan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama. 3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.

Dalam Mulyasa (2007 : 23) disebutkan bahwa KTSP perlu diterapkan oleh setiap satuan pendidikan, terutama berkaitan dengan tujuh hal sebagai berikut. 1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga ia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan lembaganya. 2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik. 3. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya. 4. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat. 5. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orang tua, peserta didik, dan masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran KTSP. 6. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orang tua, peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat. 7. Sekolah dapat secara cepat merespons aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat, serta mengakomodasikan dalam KTSP. 3. Landasan Pengembangan KTSP Landasan pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah undang undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Kelulusan. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan permendiknas Nomor 22 dan 23. 4. Karakteristik KTSP Karakteristik dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), antara lain a. Pemberian otonomi yang luas kepada sekolah dan satuan pendidikan KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, disertai seperangkat tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi setempat. Sekolah mempunyai wewenang untuk mengembangkan pembelajaran dan menggali serta mengelola sumber daya yang sesuai dengan prioritas kebutuhan. Melalui otonomi yang luas, sekolah dapat meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dengan menawarkan partisipasi aktif mereka dalam pengambilan keputusan dan tanggung jawab bersama dalam pelaksanaan keputusan yang diambil secara proporsional (Mulyasa, 2007 : 30).

b. Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi Pelaksanaan kurikulum dalam KTSP didukung oleh partisipasi masyarakat dan orang tua peserta didik yang tinggi. Orang tua peserta didik dan masyarakat tak hanya mendukung sekolah melalui bantuan keuangan, tetapi melalui komite sekolah dan dewan pendidikan merumuskan serta mengembangkan program program yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran (Mulyasa, 2007 : 30). c. Kepemimpinan yang demokratis dan profesional Pengembangan dan pelaksanaan dalam KTSP didukung oleh adanya kepemimpinan sekolah yang demokratis dan profesional. Dalam proses pengambilan keputusan, kepala sekolah mengimplementasikan proses bottom-up secara demokratis, sehingga semua pihak memiliki tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil beserta pelaksanaannya (Mulyasa, 2007 : 31). d. Tim kerja yang kompak dan transparan Keberhasilan pengembangan kurikulum dan pembelajaran dalam KTSP didukung oleh kinerja team yang kompak dan transparan dari berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan. Di samping beberapa karakteristik di atas, faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan KTSP adalah

1. Sistem informasi yang jelas dan transparan Dalam mengembangkan dan melaksanakan KTSP, sekolah dan satuan pendidikan membutuhkan informasi yang jelas tentang program yang netral dan transparan. Informasi tersebut sangat penting untuk memonitoring, evaluasi, dan akuntabilitas pembelajaran.

2. Sistem penghargaan dan hukuman Penyusunan sistem penghargaan (reward) dan hukuman (punishement) sangat diperlukan dalam mengembangkan dan melaksanakan KTSP. Hal tersebut dikarenakan sistem penghargaan dan hukuman dapat meningkatkan motivasi dan produktivitas warga sekolah, khususnya yang berkaitan dengan prestasi belajar peserta didik.

B. Pembelajaran Kontekstual 1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual diterapkan pertama kali di Amerika Serikat menurut pandangan ahli pendidikan klasik John Dewey pada tahun 1916. Filosofi pembelajaran kontekstual berakar dari paham progresivisme dan pokok pokok pandangan tersebut antara lain Siswa belajar dengan baik apabila mereka secara aktif dapat mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka tentang apa yang diajarkan oleh guru, Anak harus bebas agar bisa berkembang wajar, Penumbuhan minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang belajar Guru sebagai pembimbing dan peneliti, Harus ada kerja sama antara sekolah dan masyarakat, Sekolah progresif harus merupakan laboratorium untuk melakukan eksperimen. Ada beberapa pengertian penting tentang pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual merupakan proses pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa memperoleh arti dalam materi akademik yang sedang mereka pelajari dengan menghubungkan subyek akademik dengan konteks kehidupan sehari hari mereka, yaitu konteks pribadi, sosial, dan kehidupan budaya. Menurut Hatta (2003) pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka seharihari.

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning )adalah konsep belajar di mana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat (Nurhadi, 2003 : 13). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep pembelajaran di mana dalam kegiatan pembelajarannya guru menghadirkan kondisi dunia nyata siswa dan berusaha agar siswa dapat menghubungkan antara materi yang disampaikan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Menurut Johnson (dalam Nurhadi 2003 : 13-14) terdapat delapan karakteristik utama dalam sistem pembelajaran kontekstual, antara lain Membuat hubungan yang bermakna (making meaningful connection). Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat (learning by doing). Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work). Siswa membuat hubunganhubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota masyarakat. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning). Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan : ada tujuannya, ada urusannya dengan orang lain, ada hubungannya dengan penentuan pilihan, dan ada produknya/hasilnya yang sifatnya nyata. Bekerja sama (collaborating). Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi. Berpikir kritis dan kreatif (critical and creatife thinking). Siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif; dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan logika dan bukti-bukti. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual). Siswa memelihara pribadinya: mengetahui, memberi perhatian, memiliki harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri. Siswa tidak dapat berhasil tanpa dukungan orang dewasa. Siswa menghormati temannya dan juga orang dewasa. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards). Siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi: mengidentifikasikan tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya. Guru memperlihatkan kepada siswa cara mencapai apa yang disebut excellence .

Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment). Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk tujuan yang bermakna. Misalnya siswa boleh menggambarkan informasi akademis yang telah mereka pelajari dalam pelajaran sains, kesehatan, pendidikan, matematika, dan pelajaran bahasa Inggris dengan mendesain sebuah mobil, merencanakan menu sekolah, atau membuat penyajian perihal emosi manusia. 3. Fokus Pembelajaran Kontekstual Menurut Nurhadi (2003 : 19-20), terdapat tujuh fokus pembelajaran kontekstual, yaitu: a. Belajar Berbasis Masalah (Problem-Based Learning), yaitu suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Dalam hal ini siswa terlibat dalam penyelidikan untuk penyelesaian masalah yang mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari berbagai isi materi pelajaran. Pendekatan ini mencakup pengumpulan informasi yang berkaitan dengan pertanyaan, menyintesis, dan mempresentasikan penemuannya kepada orang lain (Moffit, 2001). b. Pengajaran Autentik (Authentic Instruction), yaitu pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna. Ia mengembangkan keterampilan berpikir dan pemecahan masalah yang penting di dalam konteks kehidupan nyata. c. Belajar Berbasis Inkuiri (Inquiry-Based Learning) yang membutuhkan strategi pengajaran yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna. d. Belajar Berbasis Proyek/Tugas (Project-Based Learning) yang membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa (kelas) didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengkonstruk (membentuk) pembelajarannya, dan mengkulminasikannya dalam produk nyata (Buck Institute for Education, 2001). e. Belajar Berbasis Kerja (Work-Based Learning) yang memerlukan suatu pendekatan pengajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali di tempat kerja. Jadi dalam hal ini, tempat kerja atau sejenisnya dari berbagai aktivitas dipadukan dengan materi pelajaran untuk kepentingan siswa. f. Belajar Berbasis Jasa-Layanan (Service Learning) yang memerlukan penggunaan metodologi pengajaran yang mengombinasikan jasa layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk merefleksikan jasa-layanan tersebut, jadi menekankan hubungan antara pengalaman jasa-layanan dan pembelajaran akademis. Dengan kata lain, pendekatan ini menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru yang diperlukan dan berbagai keterampilan untuk memenuhi kebutuhan di dalam masyarakat melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan lainnya (McPherson, 2001).

g. Belajar Kooperatif (Cooperative Learning) yang memerlukan pendekatan pengajaran melalui pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar (Holubec, 2001). 4. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran Tradisional Terdapat beberapa perbedaan antara pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran tradisional. Perbedaan tersebut dapat kita lihat pada tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran Tradisional No. Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran Tradisional 1. Siswa terlibat aktif Siswa sebagai penerima informasi yang pasif 2. Siswa memandang materi pelajaran relevan Siswa memandang aplikasi pelajaran tidak memiliki aplikasi relevan 3. Siswa belajar dengan teman melalui kerja sama, diskusi, kerja kelompok, dan saling mengoreksi (selfreflection) Siswa belajar secara individual, tidak ada diskusi dengan teman sebaya 4. Materi pelajaran dikaitkan dengan dunia nyata dan/atau topik yang disimulasi dan permasalahan yang bermakna Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis 5. Siswa diajak bertanggung jawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajarannya sendiri Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran 6. Menghargai keragaman konteks kehidupan siswa dan pengalaman terdahulu penting dalam pembelajaran Tidak mempertimbangkan pengalaman dan latar belakang siswa 7. Siswa didorong untuk berpartisipasi aktif bagi kemajuan masyarakat Siswa tidak didorong untuk terlibat dalam kemajuan masyarakat 8. Pembelajaran siswa dinilai dengan berbagai cara Pembelajaran hanya dinilai dengan bentuk penilaian tunggal terstandar 9. Pandangan dan pendapat siswa dihargai dan diperhatikan Pandangan siswa tidak diharapkan dan tidak dihargai 10. Guru bertindak sebagai fasilitator belajar siswa Guru mengontrol dan menentukan aspek aspek dalam lingkungan belajar siswa 11. Guru menerapkan berbagai teknik mengajar yang cocok Guru menerapkan teknik mengajar yang terbatas

Lanjutan Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran Tradisional 12. Lingkungan belajar dinamis dan mengasyikkan Lingkungan belajar statis dan monoton 13. Menekankan pada berpikir tingkat tinggi dan problem solving Pembelajaran banyak menggantungkan pada hafalan 14. Siswa dan guru siap untuk percobaan dengan pendekatan baru dan kreativitas siswa dianjurkan Pendekatan belajar dengan percobaan relatif kecil

15. Proses belajar sama pentingnya dengan materi yang dipelajari Asimilasi materi pelajaran dianggap paling penting 16. Pembelajaran terjadi dalam berbagai kontes dan situasi Belajar terjadi dalam satu lokasi misalnya kelas 17. Pengetahuan merupakan antar disiplin ilmu dan keluar dari batas-batas kelas pada umumnya Setiap disiplin ilmu diajarkan sendiri-sendiri 18. Guru menerima perannya sebagai pembelajar Guru dipandang sebagai sumber ilmu yang utama 19. Pembelajaran dalam berbagai konteks akan memudahkan siswa untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah dalam konteks baru (transfer) Siswa memiliki kesempatan yang terbatas untuk mentransfer pemahamannya dalam situasi atau konteks baru. Sumber : Rahayu, 2004 : 2 3

C. Strategi REACT dalam Pembelajaran Kontekstual Dalam penyusunan pembelajaran kontekstual sering kali menampakkan lima kondisi esensial belajar yang juga digunakan sebagai strategi dalam pembelajaran kontekstual. Center of Occupational Research add Development (CORD) menyampaikan lima strategi dalam rangka menerapkan pembelajaran kontekstual yang disingkat REACT, yaitu 1. Relating (mengaitkan) Belajar selalu ditekankan dengan konteks pengalaman hidup nyata, yaitu peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang dikaitkan dengan informasi baru yang didapat atau dikaitkan dengan masalah-masalah yang akan dipecahkan. Untuk itu, sebelum mengawali pembelajaran seharusnya guru memberi pertanyaan-pertanyaan atau fenomena-fenomena yang menarik dan akrab bagi siswa, sehingga siswa memiliki gambaran awal tentang materi yang akan dipelajari. 2. Experiencing (mengalami)

Belajar selalu ditekankan dalam konteks penggalian (exploration), penemuan (discovery), dan penciptaan (invention). Hal tersebut akan mendorong siswa untuk aktif dalam belajar dan belajar secara mandiri karena siswa benar-benar mengalami sendiri setiap langkah/kegiatan dalam pembelajaran dan bukan hanya teori-teori yang disampaikan oleh guru. 3. Applying (menerapkan) Belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan di dalam konteks pemanfaatannya. Dalam hal ini, siswa dituntun untuk menerapkan konsep-konsep yang sudah dipelajari ke dalam konteks pemanfaatannya di kehidupan nyata. Sehingga siswa akan lebih mudah memahami suatu materi pelajaran dan lebih termotivasi untuk belajar. 4. Cooperating (bekerja sama) Dalam pembelajaran kontekstual siswa belajar di dalam konteks pemakaian bersama (sharing) dan komunikasi interpersonal. Guru mengarahkan siswa untuk belajar dalam kelompok dan bekerja sama dengan kelompoknya sehingga hasil belajar akan lebih maksimal. 5. Transfering (memindahkan) Belajar di dalam konteks pengetahuan yang telah dimiliki atau memindahkan, menggunakan dan membangun di atas apa yang telah diketahui siswa. Hal tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk pemecahan masalah baru yang berbeda, tetapi masih terkait dengan materi yang dibahas. Selanjutnya siswa akan menerapkan atau memanfaatkan pengetahuan yang telah diperoleh ke dalam suatu konteks yang baru. D. Metode Daur Belajar (Learning Cycle) Metode daur belajar (learning cycle) adalah salah satu model pembelajaran yang berbasis pada paradigma konstrutivistik yang memungkinkan guru untuk mendorong siswa menjadi aktif dalam pembelajaran. Dasar pengembangan model tersebut adalah teori belajar Piaget yang menyatakan bahwa belajar merupakan organisasi-organisasi mental tingkat tinggi yang memudahkan individu untuk memecahkan masalah-masalah dalam lingkungan. Isi merupakan perilaku khas dan individu dalam merespon suatu masalah yang dihadapi. Sedangkan fungsi dalam perkembangan intelektual mencakup adaptasi dan organisasi (Arifin, dalam Dasna, 2005). Learning Cycle digunakan dalam memberi kesempatan bagi peserta didik untuk menyatakan pemahaman dan membuat argumentasi serta menguji argumentasi tersebut, yaitu untuk belajar mandiri (self-regulated) dan lebih mengkonstruksi konsep-konsep yang sesuai serta mengembangkan konsep tersebut pada alur pikir yang benar. Pada mulanya Learning Cycle terdiri dari 3 fase, yaitu exploration, invention, dan discovery yang dikembangkan oleh Robert Karplus dan Science Curriculum Imprevement Study (SCIS) di Universitas California, tahun 1970-an (Trowbridge dan Bybee, dalam Rahayu, 2001). Istilah pada tiga fase tersebut berubah menjadi exploration, concept introduction, dan concept. Meskipun istilah yang digunakan berbeda akan tetapi tujuan dan prinsipnya sama. Learning Cycle tiga fase dikembangkan lagi menjadi

Learning Cycle lima fase, yang terdiri dari engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation.

1. Engagement (pendahuluan) Kegiatan pada fase ini menekankan pemberian motivasi kepada siswa untuk menarik perhatian siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan perhatian siswa, mendorong kemampuan berpikirnya, dan membantu mereka mengakses pengetahuan awal yang dimilikinya. Hal tersebut sangat penting untuk menimbulkan rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. Pemberian motivasi dapat dilakukan dengan memberi contoh dan mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang fakta atau fenomena yang berhubungan dengan materi yang dipelajari. 2. Exploration (eksplorasi) Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk menemukan atau menguji apakah jawaban yang diungkapkan pada fase engagement sudah benar. Penemuan dan pengujian jawaban dapat dilakukan dengan cara mengamati dan mengumpulkan data dan mengkaji literatur yang dimiliki yang kemudian dibuat suatu kesimpulan. Dalam hal ini, guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa agar bekerja pada lingkup pemecahan masalah. 3. Explanation (penjelasan) Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan, dan mengembangkan konsep yang diperoleh siswa. Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan konsep yang dipahaminya dengan kata-kata mereka sendiri dan menunjukkan contoh yang berhubungan dengan konsep untuk melengkapi penjelasannya. Tugas guru mengarahkan siswa untuk melakukan diskusi antar kelompok agar dapat mengkritisi penjelasan konsep dari siswa yang satu dengan yang lainnya. 4. Elaboration (penerapan konsep) Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka ketahui dengan cara mengarahkan siswa untuk menerapkan konsep yang telah dipahami dan keterampilan yang dimiliki pada situasi baru. Pada fase ini diberikan soal-soal yang dipecahkan bukan pada tingkat pengetahuan atau pemahaman tetapi berupa pemecahan masalah. 5. Evaluation (evaluasi) Kegiatan pada fase ini berhubungan dengan penilaian kelas yang dilakukan pengajar meliputi penilaian proses dan evaluasi penguasaan konsep yang diperoleh siswa yang bertujuan untuk mengetahui pengalaman belajar yang telah diperoleh siswa dan refleksi untuk melakukan siklus lebih lanjut yaitu

untuk pembelajaran pada konsep berikutnya. Dalam fase ini penggunaan tes sangat dianjurkan untuk mengembangkan daya pikir siswa melalui suatu pemecahan masalah. Kelima fase tersebut dapat digambarkan dalam sebuah diagram pada gambar 2.1 berikut

Gambar 2.1 Daur Belajar Learning Cycle 5E Sumber: Lorsbach, 2001 E. Metode Pembelajaran Terpadu LCC 5E Metode pembelajaran Learning Cycle-Cooperative 5E merupakan metode yang di dalam penerapannya menggabungkan dua metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran Learning Cycle 5E dengan metode pembelajaran kooperatif. Seperti yang dijelaskan sebelumnya metode pembelajaran Learning Cycle 5E merupakan model pembelajaran yang terdiri dari lima fase, yaitu engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation. Sedangkan metode pembelajaran kooperatif merupakan suatu kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dengan cara bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap siswa berpartisipasi dalam tugas-tugas selektif yang telah ditentukan dengan jelas (Cohen, 2001). Perpaduan dua metode tersebut secara lebih jelas dapat dilihat dalam bagan pada gambar 2.2 di bawah ini.

Gambar 2.2 Bagan Model Pembelajaran Learning Cycle-Cooperative 5E (LCC-5E) Sumber: Rahayu & Prayitno, 2005b F. Perangkat Pembelajaran 1. Pengertian dan Komponen Komponen Perangkat Pembelajaran

Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada pembelajaran akuntansi SMK membutuhkan suatu perangkat pembelajaran yang akan membantu guru dalam mengajar di kelas dan dapat menambah perangkat pembelajaran yang dimiliki sekolah. Seperti yang kita ketahui, selama ini para siswa memperoleh materi pelajaran hanya dari literatur yang dimiliki dan penjelasan yang diberikan oleh guru. Dengan adanya perangkat pembelajaran diharapkan dapat menambah pengetahuan siswa tentang materi yang akan dipelajari, siswa akan lebih aktif, dan mandiri di dalam proses pembelajaran. Pengembangan perangkat pembelajaran didasari dengan suatu model pengembangan instruksional yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely yang dimaksudkan sebagai pedoman perencanaan mengajar. Adapun langkah-langkah dalam pengembangan tersebut terdiri dari: 1) Merumuskan tujuan instruksional 2) Menentukan isi materi pelajaran Isi materi pelajaran hendaknya disesuaikan TIK 3) Menentukan kemampuan awal peserta didik Untuk keperluan ini perlu diadakan pre-test. 4) Menentukan teknik dan strategi Strategi merupakan pendekatan yang dipakai guru dalam memanipulasi informasi, memilih sumbersumber, dan menentukan tugas/peranan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Jadi pada tahap ini guru harus menentukan cara untuk dapat mencapai tujuan instruksional secara baik. 5) Pengelompokan belajar Pada tahap ini guru harus menentukan bagaimana kelompok belajar akan diatur. 6) Menentukan pembagian waktu Dalam langkah ini guru harus menentukan alokasi waktu penyajian sesuatu strategi dan teknik yang digunakan. 7) Menentukan ruang Dalam menentukan ruang perlu memperhatikan jumlah peserta didik dan strategi yang digunakan, sehingga tujuan instruksional dapat tercapai secara efektif. 8) Memilih media instruksional yang sesuai Pemilihan media ini harus menunjang pencapaian tujuan instruksional dan sesuai dengan strategi dan teknik yang digunakan. 9) Mengevaluasi hasil belajar

Evaluasi ini untuk menilai sejauh mana tujuan instruksional tercapai, maka evaluasi dikembangkan berdasarkan tujuan instruksional. 10) Menganalisis umpan balik Umpan balik ini dilakukan dalam rangka untuk penyempurnaan/perbaikan instruksional. Analisis umpan balik ini hendaknya mencakup sejumlah komponen instruksional. Langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Langkah-langkah Model Pengembangan Instruksional Gerlach dan Ely Penentuan tujuan Analisis tujuan

Rincian tujuan Penyiapan evaluasi hasil belajar

Rumusan tujuan Sekuens dan jenjang belajar

Penentuan Kegiatan Belajar

Guru sebagai perancang kegiatan instruksional Tim pengembang instruksional Pemilihan media

Perencanaan KBM Pelaksanaan kegiatan instruksional

Evaluasi

Pemantauan pelaksanaan kegiatan yang direncanakan

Uji coba dan revisi evaluasi formatif

Evaluasi Sumatif Penentuan stimulus belajar

Pemilihan media Penentuan kondisi belajar

Perumusan strategi instruksional

Pengembangan media instruksional

Evaluasi formatif

Penyusunan pedoman pemanfaatan

Sumber : Haryanto, 2005 Perangkat pembelajaran yang dikembangkan terdiri dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kegiatan belajar siswa, serta instrumen penilaiannya. Berdasarkan macam macam perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat dirumuskan bahwa pengertian perangkat pembelajaran adalah suatu unit (satuan) paket pembelajaran yang berkenaan dengan satu pokok bahasan dari suatu mata pelajaran yang di dalamnya memuat panduan dalam mengajarkan suatu materi pelajaran.

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dibagi menjadi dua bagian, yaitu Buku Guru (teacher s guide) dan buku siswa. Pada buku siswa memuat tentang uraian materi dan panduan kegiatan belajar siswa yang dapat memberi tuntunan bagi siswa dalam belajar. Komponen pada buku guru (teacher s guide), meliputi. Silabus Silabus merupakan salah satu inovasi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dan kemudian disempurnakan oleh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Nurhadi (2003 : 102) menyatakan bahwa silabus berisi uraian program yang mencantumkan bidang studi yang diajarkan, tingkat sekolah, semester, pengelompokan kompetensi dasar (KD), materi pokok, indikator, strategi pembelajaran, alokasi waktu, dan strategi assesmentnya. Menurut Depdiknas (2003) unsur unsur silabus, antara lain jenis mata pelajaran, jenjang pendidikan, kelas, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, aspek/bentuk penilaian, alokasi waktu, dan sarana/sumber belajar. Dalam KTSP, silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian hasil belajar (Mulyasa, 2007 : 190). Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan (Mulyasa, 2007 : 199). Pengembangan silabus dalam KTSP diserahkan sepenuhnya kepada setiap satuan pendidikan dan disesuaikan dengan kondisi serta kebutuhan masing-masing. Dalam pengembangan silabus harus memperhatikan beberapa prinsip, antara lain : 1. Ilmiah Prinsip ilmiah dalam pengembangan silabus berarti bahwa keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar, logis, dan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan. 2. Relevan Relevan dalam pengembangan silabus berarti bahwa ruang lingkup, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, yakni : tingkat perkembangan intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik. Pengembangan silabus harus relevan secara internal dan eksternal. Relevan secara internal adalah kesesuaian antara silabus yang dikembangkan dengan komponen komponen kurikulum secara keseluruhan, yakni standar kompetensi, standar proses, dan standar penilaian. Sedangkan relevan secara eksternal adalah kesesuaian antara silabus dengan karakteristik peserta didik, kebutuhan masyarakat, dan lingkungannya (Mulyasa, 2007 : 192). 3. Fleksibel

Pengembangan silabus dalam KTSP harus fleksibel, baik sebagai suatu pemikiran pendidikan maupun sebagai kaidah dalam penerapan kurikulum. Fleksibel sebagai suatu pemikiran pendidikan berkaitan dengan dimensi peserta didik dan lulusan, sedangkan fleksibel sebagai suatu kaidah dalam penerapan kurikulum berkaitan dengan pelaksanaan silabus (Mulyasa, 2007 : 193). 4. Kontinuitas Kontinuitas atau kesinambungan mengandung arti bahwa setiap program pembelajaran yang dikemas dalam silabus memiliki keterkaitan satu sama lain dalam membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik (Mulyasa, 2007 : 193). Kontinuitas tersebut dapat secara vertikal, yakni dengan jenjang pendidikan yang ada di atasnya dan horizontal, yakni dengan program-program lain atau dengan silabus lain yang sejenis. 5. Konsisten Konsisten dalam pengembangan silabus KTSP, artinya bahwa antara standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memiliki hubungan yang konsisten (ajeg) dalam membentuk kompetensi peserta didik. 6. Memadai Memadai mengandung arti bahwa ruang lingkup, indikator, materi standar, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang dilaksanakan dapat mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. 7. Aktual dan Kontekstual Aktual dan kontekstual berarti bahwa ruang lingkup kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang dikembangkan memperhatikan perkembangan IPTEK dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata dan peristiwa yang sedang terjadi dan berlangsung di masyarakat. 8. Efektif Perkembangan silabus dalam KTSP harus efektif, yakni memperhatikan keterlaksanaan silabus dalam proses pembelajaran, dan tingkat pembentukan kompetensi sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan. 9. Efisien Efisien dalam silabus berkaitan dengan upaya untuk memperkecil atau menghemat penggunaan dana, daya, dan waktu tanpa mengurangi hasil atau kompetensi standar yang ditetapkan (Mulyasa, 2007 : 195). Format silabus dalam KTSP, dapat dilihat di bawah ini. FORMAT SILABUS KTSP

Nama Sekolah : .................................................................................. Mata Pelajaran : .................................................................................. Kelas / Semester : .................................................................................. Alokasi Waktu : .................................................................................. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Materi Standar Standar Proses (KBM) Standar Penilaian

Sumber : Mulyasa, 2007 : 208 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus (Mulyasa, 2007 : 212). RPP merupakan komponen penting dari Kurikulum Tingkat satuan pendidikan (KTSP), yang dalam pengembangannya guru diberi kewenangan secara leluasa untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan karakteristik dan kondisi sekolah, serta kemampuan guru itu sendiri. Pada hakikatnya RPP adalah perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan dan memproyeksikan tindakan yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran serta dikembangkan untuk mengoordinasikan komponen pembelajaran, yakni kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar, dan penilaian. Dalam KTSP, RPP mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi perencanaan dan fungsi pelaksanaan. 1. Fungsi Perencanaan Fungsi perencanaan RPP dalam KTSP adalah bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang (Mulyasa, 2007 : 217). 2. Fungsi Pelaksanaan

RPP berfungsi untuk mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan. Dengan pengembangan KTSP, RPP harus disusun secara sistemik dan sistematis, utuh dan menyeluruh, dengan beberapa kemungkinan penyesuaian dalam situasi pembelajaran yang aktual. Menurut Mulyasa (2007 :219) disebutkan beberapa prinsip yang diperhatikan dalam mengembangkan RPP untuk menyukseskan implementasi KTSP : 1. Kompetensi yang dirumuskan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran harus jelas; makin konkret kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat kegiatan kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut. 2. Rencana pelaksanaan pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, dan pembentukan kompetensi peserta didik. 3. Kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran harus menunjang, dan sesuai dengan kompetensi dasar yang akan diwujudkan. 4. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas pencapaiannya. 5. Harus ada koordinasi antarkomponen pelaksana program di sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim (team teaching) atau dilaksanakan di luar kelas, agar tidak mengganggu jam jam pelajaran yang lain. Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, dapat dilihat di bawah ini. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : .................................................................................. Satuan Pendidikan : .................................................................................. Kelas / Semester : .................................................................................. Pertemuan Ke : .................................................................................. Alokasi Waktu : .....................................................jam pembelajaran (isi sesuai dengan silabus)

Kompetensi dasar : 1. ................................................................................................................... 2. ...................................................................................................................

You might also like