You are on page 1of 18

PENDAHULUAN Proses belajar mengajar tidak terlepas dari berbagai factor guna mencapai tujuan yang benar-benar ingin

dicapai. Di antaranya adalah metode yang digunakan seorang guru dalam meyampaikan materi kepada para siswa. Bahkan menurut Prof. Mahmud Yunus (1942), metode lebih penting daripada materi. Metode itu sendiri adalah seperangkat cara, jalan dan teknik yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didika dapat mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kopetensi tertentu yang dirumuskan dalam silabus mata pelajaran. Ditinjau dari perjalanan sejarah pembelajaran bahasa asing, telah banyak metode yang digunakan di berbagai Negara termasuk dalam mempelajari bahasa Arab. Muh. Ali Alkhouly (1982: 20) menyebutkan setidaknya ada empat metode, yaitu; metode gramatika dan terjemah, metode langsung, metode audio lingual dan metode elektik (campuran). Selain keempatmetode tersebut, Kamal Ibrahim Badri menambahkan metode membaca, sehingga menjadi lima.1 Dan dalam makalah ini, penulis hanya akan membahas tentang metode langsung (mubasyaroh). Karna metode-metode yang lain sudah ada yang akan membahas.

Imam Makruf, S. Ag. M. Pd, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Aktif, (Semarang: Needs Press, 2009), Hlm. 49

PEMBAHASAN METODE LANGSUNG (THORIQOH MUBASYAROH) A. Pengertian Metode Secara etimologi, metode dalam bahasa arab dikenal dengan istilah thoriqoh yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan pendidikan, maka metode itu harus diwujudkan dalam proses pendidikan. Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam membelajarkan peserta didik saat berlangsungnya proses pembelajaran. Secara terminology, metode adalah seperangkat cara, jalan dan teknik yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam silabi mata pelajaran.2 Metode adalah suatu rancana menyeluruh dan tersusun untuk penyampaian bahasa, dan tidak dapat bertentangan, dan didasarkan atas pendekatan yang dipilih. Pendekatan bersifat aksioma dan metode adalah berkaitan dengan cara. Di dalam satu pendekatan, bisa terdapat berbagai metode.3 Metode adalah tingkat kedua setelah pendekatan. Pada tingkat metode, teori tentang hakikat bahasa, belajar bahasa dan mengajar bahasa dibawa ke dalam praktek untuk menentukan pilihan terhadap keterampilan yang akan diajarkan, materi yang akan diberikan, urutan materi yang akan disampaikan, mana yang mesti didahulukan. Metode merupakan suatu rencana secara keseluruhan yang berkaitan dengan pengajaran dan pembelajaran bahasa. Dalam pandangan filosofis pendidikan, metode merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat itu mempunyai fungus ganda, yaitu bersifat poli pragmatis dan monopragmatis. Polipragmatis bilamana metode mengandung kegunaan yang serba ganda, mislanya suatu metode tertentu pada suatu situasi kondisi tertentu dapat digunakan untuk membangun
Prof. Dr. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), Hlm. 184 Dr. Promadi, M. A. Ph. D, Cara Praktis Mengaplikasikan Comminicative Language Teaching dalam Pembelajaran Bahasa, (Pekanbaru: Suska Press, 2008), Hlm. 2.
3 2

atu memperbaiki sesuatu. Kegunaannya dapat tergantung pada si pemakai atau pada corak, bentuk, dan kemampuan metode sebagai alat. Sebaliknya monopragmatis bilamana metode mengandung satu macam kegunaan untuk satu macam tujuan.
B. Prinsip-prinsip Metode Mengajar.4

Agar dapat efektif, maka setiap metode harus memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:

Metode tersebut harus memanfaatkan teori kegiatan mandiri. Belajar merupakan akibat dari kegiatan peserta didik. Pada dasarnya belajar itu berujud melalui pengalaman, memberi reaksi dan melakukan.

Metode tersebut harus memanfaatkan hukum pembelajaran. Kegiatan metode dalam pembelajaran berjalan dengan cara tertib dan efisien sesuai denga hokumhukum dasar yang mengatur pengoprasiannya. Hokum-hukum dasar menyangkut kesiapan, latihan dan akibat, harus dipertimbangkan dengan baik dalam segala jenis pembelajaran. Pembelajaran yang baik member kesempatan terbentuknya motivasi, latihan, peninjauan kembali, penelitian dan evaluasi.

Metode tersebut harus berawal dari apa yang sudah diketahui peserta didik. Memanfaatkan pengalaman masa lampau peserta didik yang mengandung unsure-unsur yang sama dengan unsure-unsur materi pembelajaran yang dipelajari akan melancarkan pembelajaran.

Metode tersebut harus didasarkan atas teori dan praktek yang terpadu dengan baik yang bertujuan menyatukan kegiatan pembelajaran. Ilmu tanpa amal (praktek) seperti kayu tanpa buah.

Metode tersebut harus memperhatikan perbedaan individual dan menggunakan prosedur-prosedur yang sesuai dengan cirri-ciri pribadi seperti kebutuhan, minat serta kematangan mental dan fisik.

Metode harus merangsang berfikir dan nalar para peserta didik. Prosedurnya harus member peluang bagi kegiatan berfikir.

Prof. Dr. H. Ramayulis. Op. Cit, Hlm. 189

Metode

harus disesuaikan dengan kemajuan peserta didik dalam hal

keterampilan, kebiasaan, pengetahuan, gagasan dan sikap peserta didik, karena semua itu menjadi dasar dalam psikologi perkembangan. Metode tersebut harus menyediakan bagi peserta didik pengalaman-pengalaman belajar melalui kegiatan belajar yang banyak san bevariasi. Kegiatan-kegiatan yang benyak dan bervariasi tersebut diberikan untuk memastikan pemahaman.

Metode tersebut harus menantang dan memotivasi peserta didik ke arah kegiatan-kegiatan yang menyangkut proses pembelajaran. Proses penyatuan pengalaman sangat membantu dalam terbentuknya tingkah laku terpadu. Ini paling baik dicapai melalui penggunaan metode pengajaran terpadu.

Metode harus memberi peluang bagi peserta didik untuk bertanya dan menjawab pertanyaan.

Kelebihan suatu metode dapat menyempurnakan kekurangan/kelemahan metode lain. Kenyataan yang diterima secara umum bahwa metode yang baik merupakan sintesa dari banyak metode. Hal ini didasarkan atas prinsip bahwa pembelajaran terbaik terjadi apabila semakin banyak indra yang dapat diransang.

Satu metode dapat dipergunakan untuk berbagai jenis materi atau mata pelajaran, satu materi atau mata pelajaran memerlukan banyak materi.

C. Metode Pengajaran Bahasa Arab.

Ibnu khaldun berkata, Sesungguhnya pengajaran itu merupakan profesi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan kecermatan karena ia sama halnya dengan pelatihan kecakapan yang memerlukan kiat, strategi dan ketelatenan, sehingga menjadi cakap dan professional. Penerapan metode pengajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien sebagai media pengantar materi pengajaran bila penerapannya tanpa didasari dengan pengetahuan yang memadai tentang metode itu. Sehingga metode bisa saja akan menjadi penghambat jalannya proses pengajaran, bukan komponen yang menunjang pencapaian tujuan, jika tidak tepat aplikasinya. Oleh karena itu, penting sekali untuk

memahami dengan baik dan benar tentang karakteristik suatu metode. Secara sederhana, metode pengajaran bahasa Arab dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu: pertama, metode tradisional/klasikal dan kedua, metode modern. Metode pengajaran bahasa Arab tradisional adalah metode pengajaran bahasa Arab yang terfokus pada bahasa sebagai budaya ilmu sehingga belajar bahasa Arab berarti belajar secara mendalam tentang selukbeluk ilmu bahasa Arab, baik aspek gramatika/sintaksis (Qowaid nahwu), morfem/morfologi (Qowaid as-sharf) ataupun sastra (adab). Metode yang berkembang dan masyhur digunakan untuk tujuan tersebut adalah Metode qowaid dan tarjamah. Metode tersebut mampu bertahan beberapa abad, bahkan sampai sekarang pesantren-pesantren di Indonesia, khususnya pesantren salafiah masih menerapkan metode tersebut. Hal ini didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: Pertama, tujuan pengajaran bahasa arab tampaknya pada aspek budaya/ilmu, terutama nahwu dan ilmu sharaf. Kedua kemampuan ilmu nahwu dianggap sebagai syarat mutlak sebagai alat untuk memahami teks/kata bahasa Arab klasik yang tidak memakai harakat, dan tanda baca lainnya. Ketiga, bidang tersebut merupakan tradisi turun temurun, sehingga kemampuan di bidang itu memberikan rasa percaya diri (gengsi) tersendiri di kalangan mereka. Metode pengajaran bahasa Arab modern adalah metode pengajaran yang berorientasi pada tujuan bahasa sebagai alat. Artinya, bahasa Arab dipandang sebagai alat komunikasi dalam kehidupan modern, sehingga inti belajar bahasa Arab adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa tersebut secara aktif dan mampu memahami ucapan/ungkapan dalam bahasa Arab. Metode yang lazim digunakan dalam pengajarannya adalah metode langsung (tariqah al mubasysyarah). Munculnya metode ini didasari pada asumsi bahwa bahasa adalah sesuatu yang hidup, oleh karena itu harus dikomunikasikan dan dilatih terus sebagaimana anak kecil belajar bahasa. D. Macam-macam Metode. Kebanyakan metode yang dikembangkan beberapa abad lampau masih digunakan di beberapa bagian dunia meskipun dengan bentuk dan nama yang berbeda-beda tergantung kondisi dan situasi setempat. Dalam bukunya Language Teaching Analysis, William Francis Mackey mencatan 15 macam metode mengajar bahasa yang selama ini lazim digunakan, yaitu: direct method, natural method, psychological method, phonetic method, reading method, grammer method, translation method, grammer-translation method, eclectic

method, unit method, language-control method, mim-mem method, practice-theory method, cognat method dan dual-language method.5 Selain itu, ada beberapa pendapat lain yang diantaranya seperti yang telah desebutkan di pendahuluan. Yang jelas setiap metode memiliki kehususan, setiap kekurangan suatu metode merupakan kelebihan bagi metode yang lain. Artinya, setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Menurut Dr. Muhammad Ali Al-Khouli ada empat metode yang paling penting,6 yaitu metode qawaid dan tarjamah, metode mubasyaroh, metode samiah syafawiyah dan metode intiqoiyyah (campuran). Meskipun di makalah ini hanya memfokuskan pembahasannya tentang metode mubasyaroh, namun kesemuanya akan dijelaskan setiap kelebihan dan kekurangannya pada makalahmakalah yang lain. Kalau kita ikuti sejarah metode mengajarkan bahasa,7 maka kita pertama-tama mengenal dan mengikuti , yang pengajaran huruf-huruf abjad dengan metode yang tradisional kemudian mengajarakan menulis dan membaca. Sesudah itu murid menghafalkan kata-kata atau mufrodat dengan artinya dalam bahasa sendiri. Latihan pada umumnya dengan terjemah. Metode demikian ini adalah amat gersang dan membutuhkan waktu cukup lama. Hasilnya ternyata belum dapat mengucapkan dengan baik atau mengekpresikan pikiran dan perasaan secara lisan dan tulisan. Sesudah itu timbul metode lain, , yaitu metode yang dipusatkan pada pengajaran bahasa dengan metode se[erti cara mengajarkan bahasa murid sendiri. Tekniknya adalah dengan membuat suatu wilayah linngkungan bahasa dan tidak menggunakan bahasa murid atau bahasa perantara, tetapi mengemukakan gerak, gambar dan alat-alat peraga yang bermacam-macam untuk mengasosiakan lafadz dengan arti. Jadi kalau kita ajarkan bahasa arab menurut metode ini, maka kita sama sekali tidak menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, tetapi kita hanya menggunakan bahasa arab semata-mata sampai murid mengerti maksudnya. Menurut penelitian metode ini hasilnya amat lambat. Disamping itu guru berpura-pura tidak mengetahui adat istiadat murid dalam bahasanya sendiri.
Dr. Muljanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing Sebuah Tinjauan dari Segi Metodologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), Hlm. 32 6 Dr, Muhammad ali al-khouli. Asalibu At-Tadris Al-Lughoh Al-Arobiah, (Al-Mamlakah Al-Arobiah Assuudiah, 1982), Hlm. 20. 7 Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi Agama, (Jakarta: 1975), Hlm. 12
5

Kemudian ada lagi usaha-usaha untuk mengajarkan bahasa dengan metode-metode yang mengurangi kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekurangan metode sebelumnya, sehingga diciptakanlah , yaitu metode yang mengharuskan mulai dengan mengajarkan kesatuan bunyi dan pola-pola bunyi sebelum diajarkan membaca dan menulis, seraya menggunakan alat-a;at bantu audio visual, berisikan pita-pita rekaman dan film-film pengajaran bahasa arab. Metode ini tidak melarang digunakannya bahasa sendiri atau bahasa perantara.

E. Metode Mubasyaroh.

Diantara sekian banyak metode, metode langsung inilah yang paling banyak dikenal dan banyak menimbulkan pertentangan pendapat. Metode ini disebut metode langsung karena selama pelajaran guru langsung menggunakan bahasa asing yang diajarkan, sedangkan bahasa murid tidak boleh digunakan. Untuk menjelaskan arti suatu kata atau kelimat digunakan gambar-gambar atau peragaan. Metode ini juga disebut dengan direct method. Direct method atau model langsung yaitu suatu cara menyajikan materi pelajaran bahasa asing di mana guru langsung menggunakan bahasa asing tersebut sebagai bahasa pengantar, dan tanpa menggunakan bahasa anak didik sedikit pun dalam mengajar. Jika ada suatu kata-kata yang sulit dimengerti oleh anak didik, maka guru dapat mengartikan dengan menggunakan alat peraga, mendemontstrasikan, menggambarkan dan lain-lain. Metode ini berpijak dari pemahaman bahwa pengajaran bahasa asing tidak sama halnya dengan mengajar ilmu pasti alam. Jika mengajar ilmu pasti, siswa dituntut agar dapat menghafal rumus-rumus tertentu, berpikir, dan mengingat, maka dalam pengajaran bahasa, siswa/anak didik dilatih praktek langsung mengucapkan kata-kata atau kalimat-kalimat tertentu. Sekalipun kata-kata atau kalimat tersebut mula-mula masih asing dan tidak dipahami anak didik, namun sedikit demi sedikit kata-kata dan kalimat itu akan dapat diucapkan dan dapat pula mengartikannya. Demikian halnya kalau kita perhatikan seorang ibu mengajarkan bahasa kepada anakanaknya langsung dengan mengajarinya, menuntunnya mengucapkan kata per kata, kalimat

per kalimat dan anaknya menurutinya meskipun masih terihat lucu. Misalnya ibunya mengajar Ayah maka anak tersebut menyebut Aah dan seterusnya. Namun lama kelamaan si anak mengenali kata-kata itu dan akhirnya ia mengerti pula maksudnya Pada prinsipnya metode langsung (direct method) ini sangat utama dalam mengajar bahasa asing, karena melalui metode ini siswa dapat langsung melatih kemahiran lidah tanpa menggunakan bahasa ibu (bahasa lingkungannya). Meskipun pada mulanya terlihat sulit anak didik untuk menuirukannya, tapi adalah menarik bagi anak didik.8 Metode ini muncul berdasarkan dari beberapa pendekatan, diantaranya: 1. Pendekatan Sosiolinguistik Interaksi Masyarakat Kelas, apa yang sesungguhnya terjadi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas? Mata kuliah / pelajaran apa pun yang dipelajari atau di ajarkan di kelas pada hakikatnya merupakan transaksi, tukar-menukar informasi, gagasan, argumentasi dan lain sebagainya dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Dalam pengajaran apa saja, termasuk dalam pengajaran bahasa di kelas, selalu terdapat kemungkinan perubahan-perubahan variasi (ragam) bahasa dalam suatu pertemuan. Jadi antara guru dan siswa-siswi akan digunakan ragam beku, resmi, usaha, santai dan akrab secara bergantian tergantung dari tuntutan sesaat kegiatan di kelas. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa setiap kegiatan pengajaran di kelas akan selalu menampilkan corak komunikasi masyarakat multilingual, jika kita menganggap setiap ragam mewakili satu bahasa.9 2. Pendekatan psikolinguistik Gagasan pemunculan psikolinguistik sebenarnya sudah ada sejak tahun 1952, yaitu sejak Social Science Research Council di Amerika Serikat mengundang tiga orang linguis dan tiga orang psikolog untuk mengadakan konferensi interdisipliner. Secara formal istilah Psikolinguistik digunakan sejak tahun 1954 oleh Charles E. Osgood dan Thomas A. sebeok dalam karyanya berjudul sycholinguistics, A Survey of Theory and Research roblems. Sejak
http//blogspot, com, Metode Langsung, (5 Februari 2010) file:///C:/Documents and Settings/User/My Documents/ ~ Sosiolinguistik dalam Pembelajaran Bahasa ~ My World.htm
8 9

itu istilah tersebut sering digunakan. Psikolinguistik merupakan interdisiplin antara Linguistik dan Psikologi. Sebenarnya pengertian psikolinguistik sangat banyak sesuai dengan pendapat para pakar, namun di sini dapat disimpulkan bahwa psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari perilaku berbahasa, baik prilaku pemerolehan bahasa. Perilaku yang tampak dalam berbahasa adalah perilaku manusia ketika berbicara dan menulis atau ketika dia memproduksi bahasa, sedangkan prilaku yang tidak tampak adalah perilaku manusia ketika memahami yang disimak atau dibaca sehingga menjadi sesuatu yang dimilikinya atau memproses sesuatu yang akan diucapkan atau ditulisnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan ruang lingkup Psikolinguistik yaitu penerolehan bahasa, pemakaian bahasa, pemproduksian bahasa, pemprosesan bahasa, proses pengkodean, hubungan antara bahasa dan prilaku manusia, hubungan antara bahasa dengan otak. Berkaitan dengan hal ini Yudibrata, Andoyo Sastromiharjo, Kholid A. Harras(1997/1998: 9) menyatakan bahwa Psikolinguistik meliputi pemerolehan atau akuaisisi bahasa, hubungan bahasa dengan otak, pengaruh pemerolehan bahasa dan penguasaan bahasa terhadap kecerdasan cara berpikir, hubungan encoding (proses mengkode) dengan decoding (penafsiran/pemaknaan kode), hubungan antara pengetahuan bahasa dengan pemakaian bahasa dan perubahan bahasa). Musfiroh berpendapat (2002: 8) bahwa Psikolingusitik meliputi: a. Hubungan antara bahasa dan otak, logika, dan pikiran
b. Proses bahasa dalam komunikasi: produksi, persepsi dan komprehensi

c. Permasalahan makna d. Persepsi ujaran dan kognisi e. Pola tingkah laku berbahasa
f. Pemerolehan bahasa pertama dan kedua

g. Proses berbahasa pada individu abnormal Ranah Psikologi Menurut Utami Munandar (Syah, 2004: VI) hakikat pendidikan adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan setiap peserta didik mengembangkan bakat, minat, dan kemampuannya secara optimal dan utuh mencakup matra kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan demikian, pembelajaran bahasa pun ditujukan untuk mencapai ranah kognirif, afektif, dan psikomotor secara utuh.10
1. Ciri-ciri metode ini adalah:
10

http://educare.e-fkipunla.net Generated: Psikolinguistik dalam Pembelajaran Bahasa, 23 April, 2010,

02:33

Materi pelajaran terdiri dari kata-kata dan struktur kalimat yang banyak digunakan sehari-hari.

Gramatika diajarkan melalui situasi dan dilakukan secara lisan bukan dengan cara menghafalkan aturan-aturan gramatika.

Arti yang konkrit diajarkan dengan menggunakan benda-benda, sedangkan arti yang abstrak melalui asosiasi.

Banyak latihan-latihan mendengarkan dan menirukan dengan tujuan agar dapat dicapai penguasaan bahasa secara otomatis.

Aktivitas belajar banyak dilakukan di dalam kelas. Bacaan mula-mula diberikan secara lisan. Sejak permulaan murid dilatih untuk berfikir dalam bahasa asing.11

Ciri-ciri pokok metode langsung ini adalah: 1. Tujuan utamanya adalah penguasaan BT secara lisan agar pelajar bisa berkomunikasi dalam BT. 2. Materi pelajaran berupa: buku teks yang berisi kosa kata dan penggunaannya dalam kalimat. Kosa kata itu umumnya kongkrit dan ada di lingkungan siswa. Cirri buku teksnya adalah dipenuhi dengan tasmiyah ma: ha: dzama: dza: lika dan washf-sa: dzij kita:bun sami:kunmisthorotun thawi:latun serta pada umumnya bisa diperagakan. 3. Kaidah-kaidah bahasa diajarkan secara induktif, yaitu berangkat dari contohcontoh kemudian diambil kesimpulan. 4. Kata-kata kongkrit diajarkan melalui demonstrasi, peragaan, benda langsung dan gambar. Sedangkan kata-kata abstrak melalui asosiasi, konteks dan definisi.
11

Dr. Muljanto Sumardi, Op. Cit. Hlm. 33

10

5.

Kemampuan komunikasi lisan dilatih secara cepat melalui Tanya jawab yang terencana dalam pola interaksi yang bervariasi.

6. 7.

Kemampuan berbicara dan menyimak kedu-duanya dilatih. Guru dan pelajar sama-sama aktif, tapi guru berperan memberikan stimulus berupa contoh ucapan, peragaan dan pertanyaan, sedangkan siswa hanya merespon dalam bentuk menirukan, menjawab pertanyaan, meragakan dan lain sebagainya.

8. 9.

Ketepatan pelafalan dan tata bahasa di tekankan. BT digunakan sebagai bahasa pengantar secara ketat dan penggunaan bahasa ibu pelajar sama sekali dielakkan.

10. Kelas diciptakan sebagai mlieu BT buatan menyerupai kolam bahasa, tempat

siswa berlatih BT secara langsung.12 2. Langkah-langkah Penyajian Langkah-langkah penyajian dalam metode ini bisa bervariasi, namun secara umum adalah sebagai berikut: 1. Guru memulai penyajian materi secara lisan, mengucapkan satu kata dengan menunjuk bendanya atau gambar benda itu, memeragakan sebuah benda itu, memeragakan sebuah gerakan atau mimic wajah. Pelajar menirukan berkali-kali sampai benar pelafalannya dan faham maknanya. 2. Latihan berikutnya berupa Tanya jawab dangan kata Tanya ma, hal, ayna dan sebagainya, sesuai dengan tingkat kesulitan pelajaran, berkaitan dengan katakata yang telah disajikan. Model interaksi bervariasi, biasanya dimulai dengan klasikal dan akhirnya individual, baik guru-siswa maupun antar siswa. 3. Setalah guru yakin bahwa siswa menguasai materi yang disajikan, baik dalam pelafalan maupun pemahaman makna, siswa diminta membuka buku teks. Guru memberikan contoh bacaan yang benar kemudian siswa diminta membaca secara bergantian.
12

Ahmad Fuaf Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Misykat, 2004), Hlm.35

11

4.

Kegiatan berikutnya adalah menjawab secara lisan pertanyaan atau latihan yang ada dalam buku, dilanjutkan dengan mengerjakannya secara tertulis.

5.

Bacaan umum yang sesuai dengan tingkatan siswa diberikan sebagai tambahan, misalnya berupa cerita humor, cerita yang mengandung hikmah dan bacaan yang mengandung ungkapan ungkapan indah. Karena pendek dan menarik, biasanya siswa menghafalnya di luar kepala.

6. Tata bahasa diberikan pada tingkat tertentu secara induktif.13

3.

Kelebihan Metode Langsung metode langsung merupakan metode yang berusaha untuk mempelajari bahasa arab

tidak hanya dari ilmunya, tetapi secara prktis. Pembelajaran diarahkan untuk mengenalkan bahasa arab seasli mungkin, sehingga dalam proses pembelajaran tidak diperkenankan penggunaan bahasa ibu meskipun untuk menjelaskan materi. Metode ini memiliki beberapa kelabihan:14

Pertama kali yang diinginkan dari metode mubasyaroh adalah keterampilan berbicara ( ) sebagai ganti dari keterampilan membaca, menulis dan mengartiakan, ini berdasarkan bahwa bahasa adalah berbicara.

Metode ini menepikan penggunaan tarjamah dalam pembelajaran bahasa asing dan mengibaratkannya tidak bermanfaat, bahkan merupakan bahaya yang sangat fatal terhadap pengajaran bahasa yang diinginkan.

Bahasa ibu tidak memiliki tempat dalam pembelajaran bahasa arab. Menggabungkan secara langsung antara kata-kata dengan apa yang dimaksud dengan kata-kata tersebut.

Tidak manggunakan hokum-hukum nahwu. Menggunakan prinsip menghafal dan menirukan.

Kekuatan Metode Langsung15


13 14

Ibid. Imam Makruf, S. Ag. M. Pd, Op. Cit. Hlm. 50 15 Ahmad Fuaf Effendy, Lot. Cit.

12

1. 2. 3. 4.

Pelajar termpil menyimak dan membaca Pelajar menuasai pelafalan dengan baik seperti atau mendekati penutur asli. Pelajar mengetahui banyak kosa kata dan pemakainnya dalamkalimat. Pelajar memiliki keberanian dan spontanitas dalam berkomunikasi karena dilatih berfikir dalam BT sehingga tidak terhambat oleh proses penterjemahan.

5.

Pelajar menguasai tata bahasa secara fungsional tidak sekedar teoritis, artinya berfungsi untuk mengontrol kebenaran ujarannya.

4.

Kelemahan Metode Langsung Di samping beberapa kelebihan tersebut, metode ini juga memiliki kelemahan,

diantaranya: Metode ini lebih mementingkan keterampilan kalam dibanding keterampilan lainnya. Karena tidak menggunakan bahasa ibu, maka memerlukan lebih banyak keseriusan sehingga banyak waktu terbuang.

Seorang pengajar tidak boleh melakukan kesalahan nahwiyah dalam menyusun kalimat.

Kelemahannya: 1. Pelajar lemah dalam kemampuan membaca karena materi dan latihan ditekankan pada bahasa lisan. 2. Memerlukan guru yang ideal dari segi keterampilan berbahasa dan kelincahan dalam penyajian pelajaran. 3. 4. Tidak bisa dilaksanakan dalam kelas besar. Tidak diperbolahkannya pemakiaan bahasa ibu pelajar bisa berakibat terbuangnya waktu untuk menjelaskan makna satu kata abstrak, dan terjadinya kesalahan persepsi atau penafsiran pada siswa.

13

5.

Model latihan menirukan dan menghafalkan kalimat-kalimat yang kurang bermakna atau tidak realistis membosankan bagi orang dewasa.

6. Metode ini juga dikritik oleh para ahli dari segi kelemahan dasar teoritisnya,

yang menyamakan pemerolehan bahasa pertama dengan bahasa kedua /asing.16 Penekanan pada metode ini adalah pada latihan percakapan terus-menerus antara guru dan peserta didik dengan menggunakan bahasa Arab tanpa sedikitpun menggunakan bahasa ibu, baik dalam menjelaskan makna kosa kata maupun menerjemah, (dalam hal ini dibutuhkan sebuah media). Perlu menjadi bahan revisi disini adalah bahwa dalam metode langsung, bahasa Arab menjadi bahasa pengantar dalam pengajaran dengan menekankan pada aspek penuturan yang benar ( al Nutqu al Shahih), oleh karena itu dalam aplikasinya, metode ini memerlukan hal-hal berikut;17 .Materi pengajaran pada tahap awal berupa latihan oral (syafawiyah) .Materi dilanjutkan dengan latihan menuturkan kata-kata sederhana, baik kata benda ( isim) atau kata kerja ( fiil) yang sering didengar oleh peserta didik. Materi dilanjutkan dengan latihan penuturan kalimat sederhana dengan menggunakan kalimat yang merupakan aktifitas peserta didik sehari-hari. Peserta didik diberikan kesempatan untuk berlatih dengan cara Tanya jawab dengan guru/sesamanya. Materi Qiroah harus disertai diskusi dengan bahasa Arab, baik dalam menjelaskan makna yang terkandung di dalam bahan bacaan ataupun jabatan setiap kata dalam kalimat. Materi gramatika diajarkan di sela-sela pengajaran, namun tidak secara mendetail. Materi menulis diajarkan dengan latihan menulis kalimat sederhana yang telah dikenal/diajarkan pada peserta didik. Selama proses pengajaran hendaknya dibantu dengan alat peraga/media yang memadai. Penutup Sebagai penutup, bahwa alur makalah ini lebih menekankan tentang pentingnya: Seorang guru (pendidik) sebaiknya memahami prinsip prinsip dasar pengajaran bahasa Arab diatas sebagai bahasa asing dengan
16 17

Ahmad Fuaf Effendy, Op. Cit. hlm. 36 http. Google. Com, Metode Pengajaran Bahasa Arab.

14

menggunakan metode yang memudahkan peserta didik dan tidak banyak memaksakan peserta didik ke arah kemandegan berbahasa. Adapun bagi seorang siswa, bahwasanya belajar bahasa apapun, semuanya membutuhkan proses, banyak latihan dan banyak mencoba. 5. Contoh Materi

, , , , Dikutip dari buku Durus al-Lughoh al-Arobiyah jilid satu oleh Imam Zarkasyi. Sebagaimana disebutkan di muka, dalam metode langsung penggunaan bahasa ibu sangat dihindari. Oleh karena itu, materi disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan guru melakukan peragaan dan penunjukan langsung benda asli, gambar atau model ketika mengenalkan mufrodat dan struktur kalimat yang baru. Dalam metode ini, untuk tingkat pemula, nahwu tidak diajarkan secara khusu, tapi melaluui apa yang disebut dengan alnahwu al-wazhifi (nahwu fungsional) seperti dalam contoh berikut (dikutip dari buku yang sama).

15

- - - -

., , Dalam contoh di atas, materi nahwu mengenai ism tafdhil tidak dijelaskan definisinya atau cara-cara pembentukannya, tapi langsung pada contoh-contoh dan dilatihkan pemakaiannya dalam kalimat. Pada tingkat berikutnya (pra-menengah atau menengah), qawaid bisa diajarkan berdiri sendiri sebagai sebuah mata pelajaran tapi dengan cara induktif, yaitu dimulai dengan contoh-contoh, penjelasan, kemudian kesimpulan berupa kaidah dan diakhiri dengan latihan-latihan. 18

PENUTUP Bahasa merupakan sarana atau alat komunikasi dan memahami. Bahasa arab bagi seorang murid merupakan kunci untuk membuka berbagai khazanah literature Islam dan ilmu pengetahuan lainnya. Karena bahasa sebagai alat, maka cara paling efektif untuk mempelajari dan menguasainya adalah dengan menggunakan metode langsung, yaitu dengan penggunaan bahasa secara langsung dan intensif dalam berkomunikasi, baik dalam kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan lainnya di luar kelas. Dalam pembelajaran siswa pemula, metode ini juga dikenal dengan: . Metode ini dikembangkan atas dasar asumsi bahwa proses belajar bahasa asing sama dengan belajar bahasa ibu, yaitu dengan menyimak dan menirukan. Semakin sering anak menyimak, menirukan dan latihan semakin banyak kosa kata dan pola bahasa yang dimiliki.
18

Ahmad Fuaf Effendy, Op. Cit. Hlm.37

16

Tujuan utama metode ini adalah penguasaan bahasa pelajaran secara lisan agar siswa bisa berkomunikasi dalam bahasa tersebut. Namun walau bagaimanapun, tidak ada metode yang paling efektif, karena semuanya memiliki kelabihan dan kekurangan. Dan semua tergantung bagaimana seorang guru dan pendidik menggunakan semua unsure-unsur pembelajaran dengan baik.

REFERENSI

Al-kholili, Muhammad Ali. 1982. Asalibu At-Tadris Al-Lughoh Al-Arobiah. Al-Mamlakah Al-Arobiah Assuudiah. Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam. 2008. Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi Agama, dalam Pembelajaran Bahasa. Pekanbaru: Suska Press. Effendy, Ahmad Fuaf. 2004. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat. file:///C:/Documents and Settings/User/My Documents/ ~ Sosiolinguistik dalam Pembelajaran Bahasa ~ My World.htm http//blogspot, com, Metode Langsung, (5 Februari 2010) http://educare.e-fkipunla.net Generated: Psikolinguistik dalam Pembelajaran Bahasa, 23 April, 2010, 02:33 Makruf, Imam. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Aktif. Semarang: Needs Press.
17

Promadi. 2008. Cara Praktis Mengaplikasikan Comminicative Language Teaching. Pekanbaru: Suska Press. Ramayulis. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Sumardi, Muljanto. 1974. Pengajaran Bahasa Asing Sebuah Tinjauan dari Segi Metodologi. Jakarta: Bulan Bintang.

18

You might also like