You are on page 1of 4

METODE PEMBELAJARAN

BAHASA INGGRIS
Oleh Supangat M.A.

A. Pendahuluan
Mungkin sudah puluhan bahkan ratusan lembaga pendidikan setingkat TK
hingga SMA menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar dalam proses
pembelajaran, misalnya High Scope, Fajar Hidayah, Harapan Bangsa, Global
Jaya, Mutiara Bunda, Nurul Fikri dan seterusnya. Namun fenomena ini jelas tidak
sebanding dengan dunia kerja yang tidak hanya ratusan bahkan semua lembaga
bisnis mensyaratkan akan kemampuan bahasa inggris. Semua ini membuktikan
bahwa kebutuhan bahasa inggris dimasa sekarang merupakan suatu keharusan.
Yang menjadi pertanyaan besar adalah bagaimana mengajarkan bahasa
inggris ke anak didik dengan mudah, senang, efektif dan efisien?. Coba kita
melihat bagaimana bahasa inggris diajarkan baik di lembaga pendidikan formal
maupun non-formal (lembaga kursusan) terasa jauh dari harapan. Bertahun-tahun
anak didik kita sekolah dari SD hingga SMA ternyata tidak menghasilkan lulusan
yang mampu mengunakan bahasa inggris dengan baik.
Jikalau dibandingkan dengan seorang ibu yang mengajarkan bahasa ibunya
ternyata tidak lebih dari satu tahun si balita sudah mampu menggunakan bahasa
ibunya dengan baik, padahal hampir semua dari ibu tersebut tidak memiliki
metode pembelajaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Pertanyaannya kenapa kita yang berprofesi sebagai guru bahasa inggris tidak
mampu menformat metode yang hanya butuh beberapa minggu anak didik kita
mampu berbahasa ingris dengan baik?.
Tulisan ini akan menjelaskan tentang active learning sebagai salah satu
contoh metode pembelajan bahasa inggris yang anak didik dengan mudah, senang,
efektif dan efisien dalam belajar, yang tentunya di komunitas belajar yang
diasramakan (Boarding School)

B. Active learning
Metode pembelajaran active learning ini sebenarnya bukan metode baru jika
dibandingkan dengan perkembangan metode pembalajaran terkini misalnya
project-based learning. Namun kondisi masyarakat Indonesia dan sistem
kurikulum yang KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), bagi penulis terlihat
mensyaratkan penggunaan metode active learning tersebut. Ada beberapa asumsi
dalam pembelajaran active learning
1. Siswa/anak didik adalah subjek inti dalam proses pembelajaran,
sehingga merekalah yang aktif dengan mempertimbangkan
keseimbangan seluruh ranah afektif, kognitif dan psikomotorik mereka.
2. Guru merupakan sosok fasilitator yang membimbing anak didik untuk
belajar mandiri, guru bukanlah penceramah atau nara sumber.
3. Kurikulum seharusnya sesuai dengan kemampuan anak didik dan juga
sesuai dengan kebutuhan mereka dan KBK sedikit banyak mendukung
kondisi ini.
4. Lingkungan terutama kelas harus disetting sedemikian rupa sehingga
anak didik merasakan siap untuk belajar saat masuk didalamnya.
Dengan demikian pembelajaran bahasapun termasuk bahasa inggris harus
mampu mempertimbangkan empat item diatas ditambah dengan nilai atau norma
yang kita selipkan dalam proses pembelajaran dalam hal ini tentunya nilai-nilai
Islam. Bagi penulis ada lima tahap dalam pembelajaran bahasa inggris yaitu;
a. Settingan kelas, lembaga pendidikan seharusnya
memiliki kelas khusus untuk pembelajaran bahasa
(baik inggris, arab maupun yang lain) sehingga anak
didik yang masuk dalam ruangan tersebut sudah
sangat siap untuk belajar bahasa. Guru/kita bisa
meletakkan beberapa motto disana misalanya
‘English speaking area’, ‘be brave to speak English’,
‘do it now’ dan seterusnya.
b. Need Assessment (NA); proses NA ini seharusnya
dilakukan sebelum pembelajaran misalnya apa yang
akan kita ajarkan di pertemuan kedua kita bisa
melakukan NA di pertemuan pertama, hal ini
penting agar anak didik belajar sesuai dengan
kebutuhannya dan juga tahu apa yang akan
dipelajari dipertemuan selanjutnya.
c. Planning, seorang guru harus merancang apa yang
akan diajarkan yaitu misalnya berupa Lesson Plan
(satuan pembelajaran) dan harus dibuat sebelum
melakukan proses pembelajaran.
d. Implementation, disinilah inti dari proses
pembelajaran diawali dengan appersepsi, kemudian
guru mejelaskan apa yang akan dilakukan di
pertemuan itu, dan proses pembelajaran berlangsung
dengan mempertimbangkan keaktifan anak didik
serta ranah afektif, kognitif dan psikomotorik
mereka (lebih lengkap lihat dihalaman berikut
tentang contoh Lesson Plan)
e. Evaluation; proeses ini bisa dilakukan dengan
bentuk permainan, tetapi yang terpenting evaluasi
ini dapat digunakan sebagai Needs Assessment
untuk pertemuan yang mendatang (lebih lengkap
lihat dihalaman berikut tentang contoh Lesson Plan)
C. Contoh Penerapannya
Lesson Plan ini merupakan proses pembelajaran untuk anak didik kelas
VII (atau kelas satu SMP). Dikarenakan lesson plan tersebut ditulis dengan format
kertas yang berbeda, maka penulis dengan sengaja melampirkannya.
D. Penutup
Penjelasan singkat diatas hanyalah gambaran kecil dari sebuah proses
pembelajaran dengan menggunakan metode active learning. Penulis sangat sadar
tulisan ini sangat jauh dari sempurna, misalnya untuk menjawab bagaimana
mensetting kelas yang active learning? Apa bentuk verbal proses Need
Assessment? Apakah Lesson Plan cukup mewakili sebuah planning? Bagaimana
menformat sebuah metode yang mempertimbangkan ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik? Apakan UAN, UAS dan ulangan harian termasuk (PR) merupakan
bentuk evaluasi yang active learning? Semua pertanyaan ini perlu ada tulisan
lanjut. Walaupun demikian harapan penulis tulisan singkat yang kami buat ini
semoga bermanfaat. Amien.

You might also like