You are on page 1of 7

Dewan Keamanan Perpanjang Mandat PBB di Irak

Minggu, 31 July 2011, Pukul: 03:34:53

PBB, New York, - Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB) memperpanjang mandat misi PBB di Irak (UNAMI) untuk satu tahun ke depan dan menyambut baik situasi keamanan yang dinilai semakin baik di negara bekas pimpinan Saddam Hussein itu. Perpanjangan mandat UNAMI (United Nations Assistance Mission for Iraq) diputuskan melalui sebuah resolusi yang disahkan Dewan Keamanan dalam sidang yang berlangsung di Markas Besar PBB, New York, Kamis. Kendati mengisyaratkan puas dengan meningkatkan kondisi keamanan di Irak, melalui resolusi tersebut DK-PBB menekankan pentingnya upaya-upaya membuat kemajuan dalam bidang kemanusiaan, penghormatan hak asasi manusia serta aspek politik. Dewan beranggotakan 15 negara itu menekankan pentingnya UNAMI dalam 12 bulan mendatang membantu rakyat dan pemerintah Irak dalam memperkuat lembaga-lembaga demokrasi, meningkatkan dialog politik yang melibatkan semua pihak, rekonsiliasi nasional serta memfasilitasi dialog kawasan. Dalam resolusi, Dewan meminta Sekretaris Jenderal PBB untuk memberikan laporan setiap empat bulan menyangkut kemajuan yang dicapai UNAMI dalam menjalankan kewajibankewajibannya di Irak. UNAMI yang dibentuk tahun 2003, saat ini dipimpin oleh Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Irak, Ad Melkert. Dewan, berdasarkan permintaan Pemerintah Irak, akan melakukan peninjauan kembali terhadap mandat menyangkut UNAMI dalam waktu satu tahun atau sebelumnya. Sebelum Dewan Keamanan membuat keputusan tentang perpanjangan UNAMI, Sekjen PBB telah memberikan laporan kepada 15 anggota DK-PBB yang menggambarkan berbagai perkembangan penting bidang politik di Irak. Dalam laporannya, Sekjen menyatakan keprihatinan bahwa kebutuhan dasar rakyat Irak masih terlupakan, terutama terlihat dari indeks kemiskinan nasional Irak yang masih tinggi hingga mencapai 22,9 prosen. Sekjen Ban Ki-moon juga mencatat bahwa hampir tujuh bulan sejak Dewan Perwakilan Irak mengesahan pemerintah Irak saat ini dan 16 bulan setelah Irak menyelenggarakan pemilihan parlemen, masih terdapat berbagai masalah menyangkut pembentukan pemerintahan terutama posisi-posisi bidang keamanan. Laporan Sekjen PBB menyebut bahwa status Kirkuk dan wilayah-wilayah konflik lainnya masih berpotensi memecah belah kesatuan. (zl_mq)(ANT)

http://www.malaqbi.com/view_news.php?%20id=Dewan%20Keamanan%20Perpanjang%20Mandat%20 PBB%20di%20Irak

HAK ASASI MANUSIA DALAM KONFLIK KOSOVO DAN KONFLIK DI IRAK


February 21, 2009 Leave a Comment Pendahuluan Ketika umat manusia lahir ke dunia, maka sejak itulah hak asasi manusia melekat di dalam dirinya. Kita sering mendengar banyak hal yang berkaitan dengan hak asasi manusia, terutama pelanggaran hak asasi manusia yang belakangan ini marak terjadi. Tetapi apakah seluruh pelanggaran yang berkaitan dengan manusia sebagai individu selalu disebut sebagai pelanggaran hak asasi manusia ? untuk dapat memahaminya lebih jauh, perlu diperjelas batasan-batasan dan definisi dari hak asasi manusia itu sendiri. Menganalisis melalui isu-isu kontemporer merupakan salah satu cara yang dapat membantu kita memahami hak asasi manusia itu sendiri. Definisi dan Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia Hak asasi manusia sendiri dapat didefinisikan sebagai hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun.[1] Ide tentang hak asasi manusia yang berlaku saat ini merupakan hasil daripada proses yang terjadi di kancah Perang Dunia II. Dimana pada saat itu, selama perang, Hitler (Jerman) dianggap tidak memberikan perhatian terhadap kehidupan dan atas kebebasan manusia. Oleh karena itulah, muncul perlawanan atas keadaan tersebut sehingga negara-negara sekutu berusaha membela hak-hak tersebut dengan menyatakan diri di dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang terbit pada 1 Januari 1942, tentang definisi bahwa kemenangan adalah penting untuk menjaga kehidupan, kebebasan, independensi dan kebebasan beragama, serta untuk mempertahankan hak asasi manusia dan keadilan. Selain itu untuk mengembangkan apa-apa yang telah disampaikan dalam deklarasi PBB, Presiden Franklin D. Roosevelt mengidentifikasikan empat kebebasan yang diupayakan untuk dipertahankan di dalam perang tersebut, yakni kebebasan berbicara dan berekspresi, kebebasan beragama, kebebasan dari hidup berkekurangan, dan kebebasan dari ketakutan akan perang.[2] Pembunuhan besar-besaran dan kerusakan dahsyat yang disebabkan oleh terjadinya perang berkepanjangan, terutama Perang Dunia II pada akhirnya dapat menggugah sebuah tekad untuk melakukan sesuatu guna mencegah perang,

untuk membangun sebuah organisasi internasional yang sanggup meredam dan menyelesaikan konflikkonflik antar bangsa yang menyebabkan krisis intemasional serta menyediakan suatu forum untuk diskusi dan mediasi. Sebagai bentuk nyata dari usaha tersebut, didirikanlah organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 24 Oktober 1945. Organisasi inilah yang menjadi tombak perkembangan pengakuan atas hak asasi manusia selanjutnya. Semenjak pembentukan resmi daripada Organisasi PBB, dilakukan persiapan untuk

mengimplementasikan rencana-rencana tersebut sebagai langkah nyata dengan membuat sebuah pernyataan bersama tentang hak asasi manusia, yang kemudian disepakati oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948, pernyataan bersama ini lebih dikenal sebagai Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia atau Universal Declaration of Human Rights. Deklarasi ini dianggap sebagai langkah awal pencapaian standar yang berlaku umum tentang salah satunya adalah hak-hak atas pengajaran dan pendidikan. Selain Deklarasi ini, dikenal juga pernyataan bersama hak asasi manusia (Bill of Rights) yang juga terdapat dalam Konstitusi Amerika Serikat. Beberapa bagian daripada isi deklarasi tersebut memiliki kesamaan makna, yaitu berupa hak-hak sipil dan hak-hak politik yang meliputi hak atas perlindungan yang sama, perlindungan hukum dalam proses peradilan, privasi dan integritas pribadi, serta partisipasi politik.[3] Deklarasi universal ini menyatakan bahwa hak-hak asasi manusia tersebut berakar di dalam martabat dan harkat manusia, serta di dalam aturan-aturan yang diarahkan pada proses pembentukan perdamaian dan keamanan domestik maupun internasional. Deklarasi itu adalah untuk menampilkan hak-hak ini di dalam sistem hukum domestik maupun internasional, hak tersebut dipandang bukan sebagai hak-hak hukum (legal rights) melainkan sebagai hak-hak moral yang berlaku secara universal (universal moral rights).[4] Perkembangan Hak Asasi Manusia (Kontemporer) Dalam perkembangannya saat ini hak asasi manusia secara alami adalah politis. Melibatkan hubungan antara negara dengan individu, dimana untuk pelaksanaan serta pengawasannya diperlukan keinginan politis. Negara memiliki kewajiban untuk memerintah sesuai dengan aturan perundang-undangan dan menghormati hak-hak serta kebebasan warga negara secara individu. Warga negara juga secara konstan harus waspada jika mereka mendukung pemerintahan yang transparan dan dapat dipercaya.

Berikut ini adalah jenis-jenis hak asasi manusia yang telah diklasifikasikan berdasarkan kepentingannya, yaitu [5]: 1. Hak asasi pribadi / Personal Right - Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat - Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat - Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan - Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan yang diyakini masing-masing 2. Hak asasi politik / Political Right - Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan - hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan - Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik lainnya - Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi 3. Hak azasi hukum / Legal Equality Right - Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan - Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns - Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum 4. Hak azasi Ekonomi / Property Right - Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli - Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak - Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll - Hak kebebasan untuk memiliki sesuatu - Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak 5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights - Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan - Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan penyelidikan di mata hukum. 6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right - Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan - Hak mendapatkan pengajaran - Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat Konflik Kosovo Sebagai Bentuk Pelanggaran Hak Asasi Manusia Konflik di Kosovo terjadi karena adanya usaha melenyapkan etnis Albania yang merupakan etnis minoritas oleh etnis Serbia yang merupakan etnis mayoritas. Fanatisme dari etnis Serbia muncul tidak lepas dari usaha seorang tokoh antagonis di panggung sandiwara dunia, Presiden Yugoslavia Slobodan Milosovic yang beretnis Serbia. Presiden Yugoslavia memimpikan sebuah Serbia Raya , dan karena etnis Albania yang merupakan etnis minoritas dengan latar belakang mayoritas beragama Islam ingin memisahkan diri dengan etnis Serbia yang mayoritas dengan latar belakang mayoritas beragama Katolik. Slobodan Milosevic dengan segera mengadakan aksi kekerasan dengan kekuatan militer untuk menanggulangi pemisahan diri etnis Albania. Konflik yang terjadi di berbagai belahan bumi di dunia

tersebut juga tidak luput dari intervensi (campur tangan ) asing di luar pihak-pihak yang bersangkutan.[6] Isu dan status Kososvo merupakan masalah yang sangat sensitif di wilayah Balkan[7]. Salah satu alasan Kosovo ingin memerdekakan diri karena adanya perbedaan budaya dengan mayoritas penduduk Serbia. Sebenarnya tidak ada negara monokultur dalam tatanan dunia, bahkan negara-negara yang dianggap memiliki budaya homogen seperti Jepang, memiliki sub-kultur etnik, seperti etnis Okinawa, Korea, China, dan Ainu yang menggunakan bahasa Jepang yang berbeda untuk menunjukan perbedaan kebudayaan nasional dan sub-kultur sosial seperti kelas-kelas yang tidak tersentuh (Burakumin), korban bom atom (hibakusha) dan penduduk ras campur (konketsujin) dimana kebudayaan asli mereka dikesampingkan dan didiskriminasi.[8] Permasalahan yang terjadi antara Serbia dan Kosovo juga menyangkut masalah perbedaan etnis dan budaya. Jika dilihat dari konteks tersebut seharusnya hal tersebut tidak menjadi masalah, karena ternyata tidak ada negara yang monokultural. Tetapi konflik Kosovo mencuat karena adanya diskriminasi etnis di Serbia yang dilakukan oleh Slobodan Milosevic. Konflik tersebut semakin memuncak dan akhirnya etnis Kosovo memutuskan untuk memerdekakan diri dari Serbia. Apabila kita melihat bagaimana proses daripada konflik etnis di Kosovo ini, bisa dikategorikan sebagai bentuk pelanggaran atas hak asasi manusia. Bagaimana kita melihatnya ? tentu saja perlu dikaji dan dianalisis terlebih dahulu bagaimana konflik itu terjadi. Etnis Albania yang menjadi kaum minoritas di Kosovo tentu saja memiliki alasan tersendiri mengapa memutuskan untuk memerdekakan diri dari Serbia. Diskriminasi dan tidak adanya kebebasan serta pengakuan hak-hak atas personal rights, political rights, legal equality rights, serta property rights merupakan alasan bagi etnis Albania untuk memerdekakan diri dari Serbia yang notabene mayoritas beragama Katolik. Pelanggaran atas hak asasi manusia ditekankan dalam kasus ini yaitu dilakukan oleh pemerintahan Serbia yang tidak memberikan kebebasan kepada wilayah Kosovo untuk menjalankan apa-apa saja yang menjadi hak asasi manusia daripada rakyat Kosovo. Bentuk diskriminasi terhadap etnis Albania yang mayoritas merupakan warga muslim yang dilakukan oleh Serbia merupakan salah satu bentuk pelanggaran atas hak asasi manusia. Setelah Kosovo berusaha memerdekakan diri dan mendapatkan pengakuan dari Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya, adapun ketidakpastian akan status Kosovo atas Serbia ini menimbulkan berbagai masalah diberbagai aspek khususnya di wilayah Kosovo sendiri. Kondisi Keamanan Kosovo

pasca perang cenderung kurang stabil. Masalah lain yang muncul adalah kemacetan pertumbuhan perekonomian di Kosovo. Pabrik-pabrik di Kosovo belum berfungsi dan sedikitnya setengah dari penduduk Kosovo merupakan pengangguran. Adapun yang dibutuhkan Kosovo saat ini adalah kepastian status Kosovo sendiri, sehingga pelanggaran atau kelalaian pemerintah atau yang memiliki kewajiban atas pemenuhan hak-hak asasi manusia rakyat Kosovo bisa diminimalisir dan bahkan dihilangkan. Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Irak[9]

Misi PBB di Irak, United Nation Assistance Mission for Iraq (UNAMI) menyatakan, pelanggaran hak asasi manusia di Irak yang makin meluas sudah sampai pada level yang mengkhawatirkan. Laporan bulanan terbaru yang dirilis UNAMI, menyebutkan bahwa seranganserangan teror, keberadaan milisi, dan tindak kejahatan yang teroganisir telah menyebabkan meluasnya pembunuhan terhadap warga sipil tanpa pandang bulu. Yang menyebabkan rakyat Irak kehilangan integritas dan hak hidupnya. Setiap bulan, aparat kepolisian Irak menemukan ratusan mayat yang menunjukkan tandatanda adanya penyiksaan yang kejam dan pembunuhan dengan cara eksekusi. Mayat-mayat yang ditemukan dalam kondisi yang mengerikan, tubuh terbakar akibat bahan-bahan kimia, kulitnya melepuh, tulang belakang, tangan dan kaki patah, bola mata dan gigi hilang, serta lukaluka yang diakibatkan oleh mesin bor atau paku dan luka-luka yang disiram zat asam. UNAMI menyebutkan, penyiksaan menjadi hal yang lazim di penjara-penjara. Banyak rakyat Irak yang menjadi korban pembunuhan di luar hukum oleh kelompok milisi, pemberontak atau tentara-tentara bentukan pemerintah. Laporan UNAMI juga melaporkan makin banyaknya warga sipil yang berpindah tempat sehingga mempengaruhi kondisi wilayah di Irak. Makin meluasnya pelanggaran hak asasi manusia di negeri 1001 malam itu, menurut UNAMI, mengancam persatuan negara yang tercabik-cabik oleh invasi AS. Kondisi ini diperburuk dengan ketidakmampuan insitusi-institusi negara untuk menyeret para pelaku pelanggaran hak asasi manusia ke pengadilan dan ketidakmampuan negara memberikan perlindungan yang cukup bagi warga sipil. Kondisi ini menyebabkan rakyat Irak pada posisi yang tidak menentu dan mendorong mereka untuk melakukan pertahanan sendiri untuk menghadapi konfrontasi sektarian. Irak akan menjadi negara tanpa hukum, tulis UNAMI dalam laporannya.Di samping pelanggaran hak asasi manusia yang diakibatkan oleh tindak kejahatan umum, UNAMI juga menemukan kasus-kasus

pembunuhan terhadap kaum perempuan berdasarkan tradisi yang berlaku di kalangan masyarakat Irak dengan alasan menjaga kehormatan keluarga atau suami.Dalam laporan pelanggaran hak asasi manusia UNAMI bulan Agustus disebutkan, sekitar 3.009 warga sipil Irak tewas akibat sejumlah tindak kekerasan. Angka ini memang menurun dari data bulan Juli yang mencatat sekitar 3.590 warga sipil Irak tewas akibat situasi politik dan keamanan yang buruk di Irak. Kesimpulan Kedua kasus pelanggaran hak asasi manusia, yaitu yang terjadi di wilayah Kosovo dan wilayah Irak sendiri merupakan kedua kondisi serupa namun tak sama. Kedua-duanya sama-sama menyebabkan rakyat sebagai pihak yang terlibat harus menjadi korban atas tindakan-tindakan yang mengatasnamakan sebuah kepentingan. Perbedaan yang cukup mencolok adalah bagaimana pelanggaran atas hak asasi manusia di Kosovo terlihat sebagai sebuah kepentingan negara lain untuk melenyapkan dan membuat kekacauan yang terjadi di wilayah Kosovo (terhadap etnis Albania), ini merupakan bentuk diskriminasi etnis, dan ada kepentingan politik sendiri di dalamnya. Sementara apa yang terjadi di Irak, lebih kepada bagaimana terjadi akibat kejahatan serta tradisi (faktor internal negara) meskipun konflik eksternal juga ikut berpengaruh di dalamnya.
http://deitaardhetyaoemar.wordpress.com/

You might also like