You are on page 1of 17

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.Wr.Wb

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami sebagai mahasiswa STKIP PGRI PONTIANAK tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang PENGENALAN PGRI, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh kami sebagai mahasiswa dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri kami sebagai mahasiswa maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini memuat tentang Peranan PGRI dalam memelihara dan meningkatkan mutu ke organisasian PGRI yang menjelaskan bagaimana. Kami juga sebagai mahasiswa mengucapkan terima kasih kepada dosen Pengenalan PGRI (Bapak Drs. Wasli Syafei) yang telah membimbing dan memberi ilmu pengetahuan kepada kami sebagai mahasiswa sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang baik kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki banyak kekurangan,dan kami minta maaf karna makalah ini jauh dari kesempurnaan yang diinginkan. Terima kasih. Wasalamualaikum.Wr.Wb

Penulis

Kelompok V kelas A sore

Peranan PGRI dalam memelihara dan meningkatkan mutu ke organisasian PGRI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................1 BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 3 A. Latar Belakang................................................................................... 3 B. Perumusan Masalah........................................................................... 4 C. Tujuan................................................................................................ 4 D. Manfaat.............................................................................................. 4 BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 5 A. Keorganisasian... 5 B. Kesejahteraan..................................................................................... 7 C. Ketenagakerjaan.................................................................................10 D. Perundang-undangan..........................................................................10 E. Reformasi Pendidikan Nasional.........................................................11 F. Kemitraan Nasional dan Internasional............................................... 13 BAB III PENUTUP...................................................................................... 16 A. Kesimpulan........................................................................................ 16 B. Saran.................................................................................................. 16 DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 17

Peranan PGRI dalam memelihara dan meningkatkan mutu ke organisasian PGRI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Guru adalah figur yang sering menjadi sorotan utama dalam dunia pendidikan. Karena memegang fungsi dan peranan penting dan merupakan komponen yang paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan. Guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar di ruang kelas. Guru menjadi kreator dan penentu dalam usaha terciptanya proses dan hasil belajar yang berkualitas. Guru juga berperan sebagai model bagi peserta didik. Kebesaran jiwa, wawasan dan pengetahuan guru atas perkembaagan masyarakatnya akan mengantarkan para siswa untuk dapat berpikir melewati batas-batas kekinian, berpikir untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Tugas utama guru adalah mengembangkan potensi siswa secara maksimal lewat penyajian mata pelajaran. Setiap mata pelajaran, dibalik materi yang dapat disajikan secara jelas, memiliki nilai dan karakteristik tertentu yang mendasari materi itu sendiri. Oleh karena itu, pada hakekatnya setiap guru dalam menyampaikan suatu mata pelajaran harus menyadari sepenuhnya bahwa seiring menyampaikan materi pelajaran, ia harus pula mengembangkan watak dan sifat yang mendasari dalam mata pelajaran itu sendiri. Materi pelajaran dan aplikasi nitai-nilai terkandung dalam mata pelajaran tersebut senantiasa berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Agar guru senantiasa dapat menyesuaikan dan mengarahkan perkembangan, maka guru harus memperbaharui dan meningkatkan ilmu pengetahuan yang dipelajari secara terus menerus. Dengan kata lain, diperlukan adanya pembinaan yang sistematis dan terencana bagi para guru. Guru di Indonesia juga tidak jarang telah di posisikan mempunyai peran ganda bahkan multi fungsi. Mereka di tuntut tidak hanya sebagai pendidik yang harus mampu mentransformasikan nilai-nilai ilmu pengetahuan, tetapi sekaligus sebagai penjaga moral bagi 2 anak didik. Bahkan tidak jarang, para guru dianggap sebagai orang kedua, setelah orang tua anak didik dalam proses pendidikan secara

Peranan PGRI dalam memelihara dan meningkatkan mutu ke organisasian PGRI

global. Dalam masyarakat Jawa mengenal kata guru sebagai artian dari digugu lan ditiru (menjadi panutan), dan dalam Bahasa Indonesia juga dikenal peribahasa Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Itu artinya, semua perilaku guru akan menjadi panutan bagi anak didiknya. Sebuah posisi yang mulia dan sekaligus memberi beban psikologis tersendiri bagi para guru. Mutu pendidikan ditentukan oleh beberapa faktor penting, yaitu menyangkut input, proses, dukungan lingkungan, sarana dan prasarana. Penjabaran lebih lanjut mengenai faktor-faktor tersebut bahwa input berkaitan dengan kondisi peserta didik (minat, bakat, potensi, motivasi, sikap), proses berkaitan erat dengan penciptaan suasana pembelajaran, yang dalam hal ini lebih banyak ditekankan pada kreativitas pengajar (guru), dukungan lingkungan berkaitan dengan suasana atau situasi dan kondisi yang mendukung terhadap proses pembelajaran seperti lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar, sedangkan sarana dan prasarana adalah perangkat yang dapat memfasilitasi aktivitas pembelajaran, seperti gedung, alat-alat laboratorium, komputer dan sebagainya. Berkaitan dengan faktor proses, guru menjadi faktor utama dalam penciptaan suasana pembelajaran. Sudah banyak usaha-usaha yang dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya kualitas guru ,kesejahteraan dan pendidikan guru yang dilaksanakan oleh pemerintah. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan

memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas. B. Perumusan Masalah Menjelaskan peranan PGRI dalam memelihara dan meningkatkan mutu ke organisasian PGRI C. Tujuan Mendeskripsikan peranan PGRI dalam memelihara dan meningkatkan mutu ke organisasian PGRI D. Manfaat Bisa dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri pada khususnya dan meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya.

Peranan PGRI dalam memelihara dan meningkatkan mutu ke organisasian PGRI

BAB II PEMBAHASAN A. Keorganisasian Salah satu amanat Kongres XVIII dalam memasuki era reformasi adalah memperbaiki persepsi yang keliru terhadap PGRI yang selama ini telah terkontaminasi dalam proses perjalanan masa lalu. Hal itu perlu dilakukan mengingat masih banyaknya pihak yang belum memiliki wawasan yang komprehensif terhadap PGRI. Masih banyak pihak yang memandang PGRI hanya dari aspektertentu secara sempit dalam bentuk serpihan-serpihan yang tidak terpadu dan dilandasi oleh pentingan tertentu. Sebagai akibatnya adalah berkembangnya persepsi yang kurang tepat terhadap PGRI. Keadaan itu sudah tentu banyak menimbulokan hal yang kurang menguntungkan bagi PGRI dan terutama bagi anggotanya. Bagian ini ditunjukan untuk memberikan ramburambu yang dapat memberikan citra yang tepat bagi PGRI. Pada pasal 4 Anggaran Dasar PGRI dijelaskan bahwa PGRI merupakan Organisasi Nasional yang bersifat : 1. Unitaristik Yaitu mewadahi semua guru tanpa memandang ijazah, tempat bekerja, kedudukan, suku, jenis kelamin, agama, dan asal-usul. 2. Independen Yang berarti bahwa PGRI berlandaskan pada prinsip-prinsip kemandirian organisasi dengan berbagai pihak, 3. Non-Politik praktis Yaitu tidak terikat dan atau mengikatkan diri pada kekuatan organisasi/partai politik manapun. Perlu dimaklumi bahwa dalam perjalananya sejak kelahirannya lebih dari setengah abad yang lalu bersamaan dengan kelahiran Republik Indonesia, PGRI telah membuktikan dirinya sebagai organisasi yang masih lestasi hingga kini tentunya untuk masa-masa yang akan datang. Dalam menghadapi tantangan era global memasuki abad ke-21, PGRI harus tetap konsisten terhadap jati diri yang bersumber pada visi dan misi depannya, yaitu mewujudkan PGRI sebagai

Peranan PGRI dalam memelihara dan meningkatkan mutu ke organisasian PGRI

organisasi dinamis, mandiri, dan berwibawa yang dicintai oleh anggotanya, disegani oleh mitranya dan diakui keberadaannya oleh masyarakat luas. Dengan visi ini PGRI mengemban sejumlah misi yang harus diwudkan. y Misi pertama adalah misi nasional, yaitu misi untuk mempertahankan, mengisi dan mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dengan mewujudkan masyarakat adil dan makmur. y Misi kedua adalah misi pembangunan nasional, yaitu ikut berperan serta untuk menyukseskan pembangunan nasional sebagai bagian pengisian kemerdekaan. y Misi ketiga adalah misi pendidikan nasional, yaitu ikut berperan serta aktif dalam menyukseskan pendidikan nasional sebagai bagian pembangunan nasional khususnya dalam upaya mengembangkan sumber daya manusia. y Misi keempat adalah misi profesional, yaitu misi untuk memperjuangkan perwujudan guru profesional dengan hak dan martabatnya serta pengembangan kariernya. y Misi yang kelima adalah misi kesejahteraan, yaitu memperjuangkan tercapainya kesejahteraan lahir dan batin para guru dan tenaga kependidikan lainnya. Strategi dasar dalam reformasi organisasi adalah meningkatkan kualitas komunikasi organisasi dan peningkatan keberdayaan sumber daya manusia organisasi dalam berbagai jenjang. Untuk mewujudkan amanat tersebut, PGRI menggunakan empat strategi dasar dengan metode : 1. Intesifikasi silaturahmi secara vertikal, horizontal, dan diagonal baik internal maupun eksternal. 2. Optimalisasi kemitraan secara seimbang dengan berbagai pihak terkait atas dasar saling menghormati. 3. Aktualisasi program kerja yang lebih berpusat pada hak dan martabat anggota. 4. Transparansi manajemen organisasi dalam bebagai tingkatan organisasi. Secara ideal, pelaksanaan kerja PGRI menuntut dikembangkannya suatu Strategi yang sistemik, sinergik, dan simbiotik dalm mencapai tujuan yang
Peranan PGRI dalam memelihara dan meningkatkan mutu ke organisasian PGRI

diharapkan. Strategi sistemik adalah strategi yang memberikan pandangan dari sudut sistem dengan sub-sistem dan supra-sistemnya dalam arti hubungan struktural,funsional, dan interaktif, yang menyangkut masukan, proses dan keluaran. Strategi sinergik adalah strategi untuk mengembangkan diri secara lebih luas untuk memperoleh nilai tambah dalam hasilnya melalui perencanaan proaktif dan keterpaduan inovatif diantara berbagai tindakan nyata. Strategi

simbiotik adalah strategi untuk mencari keterlibatan kolaboratif, kemungkinan jaringan kerja dengan pihak terkait untuk mendapatkan manfaat bersama. Dalm berbagai kinerja organisasi, PGRI menempatkan diri sebagai organisasi dengan tiga kekuatan yaitu pressure power (kekuatan penekanan), thinking power (kekuatan memberikan pemikiran), dan control power (kekuatan untuk pengawasan) B. Kesejahteraan Kesejahteraan guru merupakan inti dari keseluruhan perjuangan PGRI khususnya dalam amanat Kongres XVIII. Kesejahteraan guru dapat berwujud kesejahteraan materiil maupun non-materiil yang ditompango leh lima pilar, yaitu a) Imbal jasa, b) Rasa aman, c) Kondisi kerja, d) Hubungan antar-pribadi, e) Kepastian karier. Beberapa aktifitas proses dan hasil program berkenaan dengan kesejahteraan antara lain sebagai berikut : 1. Tahun 1999 a. Pada bulan Juni 1999 PB-PGRI bekerjasama dengan RCTI dengan sponsor perusahaan B-29 dapat memberikan bantuan kepada sekitar 200 guru masingmasing Rp 1.000.000. data akurat belum diberikan kepada PB-PGRI sedangkan bantuan langsung disampaikan oleh RCTI B-29. b. Tanggal 18 November 1999 PB-PGRI bekerjasama dengan universitas

terbuka mendapat dana dari kantor menko kesra bagi 1000 orang guru untuk menempuh Program D-II Guru SD 1000 orang anak guru yang kuliah pada perguruan guru negri.

Peranan PGRI dalam memelihara dan meningkatkan mutu ke organisasian PGRI

c. Melakukan advokasi kepada Presiden BJ Habibie dan desakan ke DPR-RI yang kemudian membuahkan hasil seluruh pegawai negri mendapatkan tunjangan penghasilan sebesar Rp 150.000. 2. Tahun 2000 a. Mengadakan pertemuan dengan Wakil Presiden Megawati. PB-PGRI mengajukan agar anggaran pendidikan dinaikkan menjadi 25% dari APBN. b. Advokasi kepada Mendiknas dengan substansi yang sama. c. Advokasi kepada Ketua/Pimpinan DPR-RI untuk substansi sama dengan yang diajukan kepada Presiden. d. Karena Anggaran Pendidikan pada zaman Presiden Soeharto hanya 9% dari APBN, pada masa Presiden BJ Habibie dijanjikan 20%, tetapi pada masa Presiden KH. Abdurrahman Wahid anggaran pendidikan hanya 3,8% yang kemudian memicu PB-PGRI untuk berjuang lebih intensif. e. PB-PGRI membuat satuan Tugas yang dinamakan, Komite Perjuangan Perbaikan Kesejahteraan Guru disingkat KP2KG. Satgas ini bertugas secara khusus dan intensif untuk memperjuangkan kesejahteraan guru melalui berbagai pendekatan dan cara. f. Dengan KP2KG, PB-PGRI mengadakan advokasi ke Wapres Megawati, Mendiknas, Ketua Bappenas, Pimpinan DPR-RI dan 10 Fraksi di DPR-RI. Sambutan cukup baik meskipun dalam pelaksanaan kurang memberikan harapan yang nyata kepada PGRI. g. KP2KG menyerukan kesiapan perjuangan kepada KP2KG tingkat I dan II bahkan sampai anggota agar perjuangan butir-butir yang telah dirumuskan secara nasional dengan tema Guru Menggugat. Isi Guru Menggugat 1. Penghapuasan perlakuanyang berbeda terhadap tenaga guru, dosen, dan tenaga fungsional lainnya. 2. Peningkatan serta penambahan tunjangn fungsional guru sehingga tidak terlalu jauh berbeda dengan tunjangan fungsional yang lain dan dengan jumlah yang wajar.

Peranan PGRI dalam memelihara dan meningkatkan mutu ke organisasian PGRI

3. Pemberlakuan sistem penggajian guru dan tenaga kependidikan secata khusus. 4. Peningkatan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 25% dari APBN. 3. Tahun 2001 a. Keluarnya Keppres 64/2001 tentang kenaikan gaji (pokok gaji) dan kenaikan tunjangan fungsional yang diberlakukan mulai Januari 2001. b. Melalui kerjasama dengan Ditjen Dikdasmen (Direktorat Tenaga Kerja Pendidikan) dalam pelaksanaannya, PGRI disemua tingkatan diikutsertakan dalam komite pengelolaan. c. Menjelang peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2001, Presiden sangat peduli dengan kesejahteraan guru dan setuju apabila guru memiliki satu sistem penggajian tersendiri. d. Dalam kesempatan itu kesempatan itu PB-PGRI menyampaikan makalah yang berjudul Sistem Remunerasi Guru yang Berkeadilan yang mendapat respon positif. Lokakarya juga menyepakati bahwa sambil menata suatu sistem remunerasi yang khusus, akan diupayakan realisasi tunjangan fungsional guru. 4. Tahun 2002 a. PB-PGRI terus mendorong pemerintah dan DPR-RI agar semua komitmet yang telah dinyatakan di tahun 2001 segera direalisasikan. b. Menjelang sidang tahunan MPR, PB-PGRI melakukan lobi dan advokasi dengan berbagai unsur di DPR dan MPR dengan kaitan amandemen UUD 1945. hasil yang dicapai adalah adanya amandemen Pasal 31 UUD1945 termasuk hal yang berkenaan dengan dengan anggaran pendidikan (pasal 31 ayat 4). c. PB-PGRI terus memperjuangkan agar otonomi daerah desentralisasi pendidikan dapat dilaksakan dengan memposisikan pendidikan dan guru swbagai prioritas utama pembangunan daerah dalam kerangka kesatuan nasional.

Peranan PGRI dalam memelihara dan meningkatkan mutu ke organisasian PGRI

d. Bersama dengan Depdiknas, Depag, Kantor menpan, dan BKN sedang dikembangkan suatu sistem kenaikan pangkat para guru yang lebih berkeadilan dari segi pangkat, jabatan, golongan/ruang, dan tunjangan. C. Ketenagakerjaan Anggaran dasar PGRI Bab III pasal 3 tentang jatidiri produk keputusan Kongres PGRI 18 di Lembang, Jawa Barat menyatakan bahwa, PGRI adalah organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan. Dinyakan pula dalam Bab IV pasal 6 tentang tujuan huruf (e), menjaga, memelihara, membela, serta meningkatkan harkat dan martabat guru melalui peningkatan kesejahteraan anggota serta kesetiakawanan anggota serta

kesetiakawanan organisasi. Dalam Bab VII pasal 7 tentang tugas dan fungsi huruf (o), membina usaha kesejahteraan guru dalam arti yang luas dan membantu upaya pemerintah dalam memberikan pelayanan hak-hak anggota di bidang kepegawaian serta dalam huruf (p), melaksanakan prinsi-prinsip dan pendekatan trade union dalam upaya meningkatkan harkat dan martabat guru melalui peningkatan anggota. Karena PGRI telah menegaskan kembali sebagai organisasi Serikat Pekerja, maka PGRI telah bekerjasama dengan ILO proyek ACILS, FES, maupun ICFTU. Sebagai perwujudan kerjasma tersebut maka anggota PGRI telah disertakan dalam latihan, baik tingkat Training Of Trainers (TOT) maupun latihan dasar. Selain pelatihan, PGRI juga telah mendapat banyak dukungan moral dari serikat Pekerja lainnya, misalnya telah berhasil memenangkan tuntutan 95 orang guru dari Aceh senilai kurang lebih 3.700.000.000. D. Perundang-undangan Hal yang berkenaan dengan perundang-undangan merupakan salah satu amanat Kongres XVII, dan selama periode masa bhakti XVIII PB-PGRI telah, sedang, akan memperjuangkan : i. Revisi terhadap UU No. 2 tahun 1989 tentang sistem Nasional. Dalam peengrmbangan rencana peraturan pemerintah sebagai penjabaran dari RUU kesejahteraan

Peranan PGRI dalam memelihara dan meningkatkan mutu ke organisasian PGRI

10

Sisdiknas PB-PGRI ikut terlibat langsung dan memberikan masukanmasukan yang cukup bermakna. ii. gagasan tentang perlunya UU guru telah dilontarkan sejak awal masa bhakti XVIII PB-PGRI mulai dari Presiden (waktu itu adalah BJ Habibie) selama 3 tahun terakhir proses pengembangan, pembahasan dan sosialisasi telah dilakukan termasuk dengan komisi VI DPR-RI dan telah mendapatkan tanggapan positif. iii. PB-PGRI ikut serta secara aktif memberikan masukan kepada DPR dan kepada PB-MPR dalam upaya amandemen UUD 1945 khususnya yang berkenaan dengan pendidikan dan guru. iv. dalam kaitan implementasi UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, PB-PGRI ikut memberikan masukan dalam upaya pengamanan implementasi UU tersebut. Inti perjuangan PGRI ialah agar otonomi daerah berdasarkan UU No. 22/1999 tersebut mampu mengatasi berbagai permasalahan pendidikan khususnya Guru. E. Reformasi Pendidikan Nasional Dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan nasional, PBPGRI ikut berperan serta secara aktif dengan memberikan masukan kepada pemerintah agar berbagai agenda reformasi yang sedang dan akan dilaksanakan dapat terwujud dan tepat sasaran. Diantara program-program inovatif dalam upaya reformasi pendidikan yang sekarang sedang berjalan adalah pendekatan BBE (Broar-Based Education), atau pendidikan berbasis luas, Pendidikan Berorientasi Keterlampilan Hidup ( Life Skills Education), Pendidikan untuk Semua (Education For All), Kurukulum Berbasis Kompetensi, Manajemen Berbasis Sekolah, Pendidikan Berbasis Masyarakat, pembentukan Dewan Pendidikan Daerah dan Komite Sekolah, UAS (Ujian Akhir Sekolah) dan UAN ( Ujian Akhir Nasional) sebagai alternatif dari Ebtanas penilaian portofolio dan sebagainya. Meskipun konsep-konsep yang dikemukakan diatas sebenarnya bukan barang baru, namun sebagai inovasi hal-hal tersebut diharapkan mampu memperbaiki keadaan dan dapat direalisasikan secara efektif.

Peranan PGRI dalam memelihara dan meningkatkan mutu ke organisasian PGRI

11

Konsep pendidikan berorientasi keterampilan hidup mengisyaratkan agar pendidikan mampu memberikan bekal untuk hidup secara bermakna bagi semua peserta didik. Hal itu sebenarnya sudah tercantum dalam pasal 1 ayat (1) UU No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, yaitu : Pendidikan adalah sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui bimbingan pengajaran dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Sementara prinsip berbasis luas mengandung makns sebagai suatu paradigma pelaksanan pendidikan berorientasi luas yang menjadi wahana untuk memberikan pengalaman dalam proses pembelajaran dalam arti luas.hal itu sesuai dengan kecendrungan pergeseran pola-pola pembelajaran khususnya konsep empat pilar pembelajaran menurut UNESCO, yaitu : Learning to Know, Learning to do, Learning to be, Learning to life together. Upaya reformasi pendidikan nasional hanya akan berwujud apabila guru mendapat tempat yang sentral dan menjadi prioritas utama. Sebungan dengan itu, PGRI menekankan agar masalah guru dalam rangka reformasi pendidikan nasional PGRI mendapat perhatian dan prioritas utama mengingat peranan guru yang fundamental. Sesuai dengan kendala yang dihadapi oleh guru, antar lain : Pertama, pemerintah harus ada kemauan politik untuk menempatkan posisi guru di titik sentral keseluruhan pendidikan nasional. Penataan kembali berbagai perundang-undangan dan produk hukum yang berkaitan dengan pendidikan perlu dilakukan agar lebih sesuai dengan tuntutan yang berkembang. Dalam penataan ini dapat dilakukan perbaikan perundang-undangan yang telah ada dan menghasilkan produk hukum baru yang belum ada (misalnya ketentuan hukum mengenai perlindungan hukum bagi guru), Kedua. Mewujudkan suatu sistem managemen guru dan tenaga kependidikan lainnyayang mengikuti pengadaan, pengangkatan, pengelolaan, penempatan, pembinaan dan pengembangan secara terpadu yang sistemik, sinergik, dan simbiotik. Kemudian membenahi kembali sistem penempatan, pengelolaan, dan pembinaan guru dalam satu sistem pengelolaan tunggal yang terpadu, efektif, dan efisien,.

Peranan PGRI dalam memelihara dan meningkatkan mutu ke organisasian PGRI

12

Ketiga, pembenahan sistem pendidikan guru yang fungsional untuk lebih menjamin dihasilkannya kualitas profesional guru dan tenaga kependidikan lainnya. Dilihat dari posisi dan perananya, guru memerlukan kompetensi pribadi da profesi agar mampu melaksanakan proses pendidikan secara mendasar. Keempat, Pengembangan suatu sistem intensif (gaji dan tunjangan lainnya) bagi para guru secara adil, bernilai ekonomis, sehingga memiliki daya tarik sehingga merangsang para guru melakukan dengan penuh dedikasi dan memberikan kepuasan lahir dan batin.skala yang dipandang adil dan wajar serta bernilai ekonomi merupakan kulminasi dari berbagai variabel antara lain : pendidikan, pengalaman, beban kerja, jenjang pendidikan, tempat bertugas, kreativitas, lokasi, kepangkatan dan sebagainya. Intensif yang diperoleh guru (gaji dan tunjangan lainya) hendaknya merupakan fungsi dari kinerja profesional guru dalam dunia pendidikan. Kelima, PGRI harus menuntut kepada pemerintah dan DPR-RI agar jabatan guru diakui sebagai jabatan fungsional seperti dosen sehingga guru mendapatkan tunjangan fungsional bukan tunjangan kependidikan seperti sekarang ini. F. Kemitraan Nasional dan Internasional Kemitraan yang berimbang merupakan salah satu strategi perjuangan PGRI baik ditingkat internasional, nasional maupun daerah selama ini PGRI telah mengembangkan jaringan kemitraan sebagai berikut : Pertama, dengan pihak Legislatif (DPR-RI dan MPR-RI) telah dibina hubungan kemitraan yang konstruktif bagi upaya perjuangan PGRI, seperti melalui peningkatan anggaran pendidikan, kesejahteraan guru, perbaikan sistem perundang-undangan amandemen UUD 1945, RUU Sisdiknas, RUU guru, kebijakan pendidikan nasional dalam kerangka otonomi daerah, penyempunaan UU No. 22/1999 dan revisi PP tentang jabatan fungsional. Hingga saat ini hampir semua anggota DPR dan MPR telah sampai pada kesepakatan tentang pentingnya pendidikan dalam upaya pembangunan bangsa dan guru menjadi intinya. Kedua, dengan pihak eksekutif ( Depdiknas, dan departemen/lembaga terkait lainnya) telah, terjalin kerja sama yang cukup kondusif. Dengan Depdiknas telah berkembang kebersamaan dalam pelaksanaan peringatan Hari Guru Nasional,

Peranan PGRI dalam memelihara dan meningkatkan mutu ke organisasian PGRI

13

pemberian penghargaan dan perlindungan terhadap guru, penyusunan Draf RUU Guru, peningkatan kesejahteraan guru, penetapan Kode Etik Guru, dan sebagainya.dengan Depdargi, kerja sama yang terjalin adalah dalam upaya

pembenahan pendidikan dalam kerangka otonomi daerah.dengan kantor Menpan telah terbina Kerja sama dalam upaya pembenahan mengenai kesejahteraan guru, diantaranya upaya pengembangan remunerasi (sistem penggajian khusus) bagi guru, perjuangan untuk meningkatkan tunjangan tenaga kependidikan,dan sebagainya.dengan pihak BKN telah terjalin kerjasama dalam upaya penyesuaian struktur penggajian guru dan PNS umumnya dan menghasilkan peraturan penggajian berdasarkan Keputusan Presiden No. 64 tahun 2001. Ketiga, PB-PGRI telah terbina kemitraan dengan berbagai organisasi lain yang memiliki keterkaitan seperti PWI, PKK, IPPK, PKBI, Lembaga Perlidangan Anak, Komnas HAM, Kowani, LM3 ( Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok), Komnas PMM ( Komite Nasional Penanggulangan Masalah Merokok), dan Koalisi untuk Indonesia Sehat. Keempat, dalam konteks global, PGRI memiliki hubungan organisasi guru ditingkat Internasional dan Regional baik bilateral maupun unilateral. Pda tingkat regional PGRI menjadi bagian dan menjalin kerjasama dengan organisasi guru di kawasan ASEAN yang tergabung dalam ACT ( ASEAN Council of Teachers) juga pemrakarsa pertemuan guru nusantara, pada tingkat Internasional PGRI menjuadi bagian dari Education Internatinal (EI), yaitu persatuan guru-guru seluruh dunia ( sebanyak 304 organisasi guru dari 155 negara dan mengimpun 24 juta anggota). Perjungan PGRI telah mendapat dukungan dari dunia Internasional, seperti dari ILO, UNESCO, dan EI pada saat guru melakukan gerakan Guru Menggugat tahun 2000. diantanya adalah surat dari Sekjen EI, Fred van Leuwen, kepada Presiden RI dan Ketua DPR tentang perlunya memperhatikan isi perjuangan PGRI. Beberapa hasil dari jalinan kemitraan Internasional antara lain : y Adanya bantuan dari Ei melalui konsorsium organisasi guru Swedia, Kanada, Amerika Serikat, Norwegia, Jepang, Belanda, dan Australia. Bantuan ini berupa dukungan dana untuk pelatihan dipusat maupun di daerah dan telah berlangsung sejak tahun 1999 hingga sekarang.

Peranan PGRI dalam memelihara dan meningkatkan mutu ke organisasian PGRI

14

Ketua umum PB-PGRI duduk dalam kepengurusan EI untuk kawasan AsiaPasifik.

Perjuangan PGRI telah masuk dalam salah satu resolusi Konferensi EI AsiaPasifik di India tahun 2000 dan Kongres Guru se-Dunia di Thailand tahun 2001.

Dalam Konvensi ATC di Thailand, Hanoi, dan Brunei Darussalam, PGRI berperan secara aktif dalam penyajian materi dan country report.

PGRI telah menyampaikan kertas kerja dalam Pertemuan Guru Nusantara (PGN) di Brunei Darussalam tahun 2002.

Ketua umum PB-PGRI mendapat penghormatan untuk menjadi salah seorang pembicara dalam beberapa konferensi Internasional, antara lain konferensi tentang pendidikan nilai yang di adakan oleh EI Istambul, Turki, bulan April 2002. acara ini dilanjutkan lagi di Malta tahun 2002 dan dihadiri oleh WDF Rindorindo.

Dikawasan Asia Pasifik, utusan PGRI berperan serta dalam sejumlah konferensi Internasional, yaitu konferensi pendidikan yang diadakan oleh SEAMEO bulan April 2001 di Thailand, pengembangan managemen berbasis sekolah yang dilakukan oleh UNICEF di Thailand pada bulan Desember tahun 2000, seminar Internasional tentang desentralisasi pendidikan di Canberra,Australia, yang dilakukan oleh mahasiswa Indonesia di Australia National University dan KBRI di Canberra.

Disamping itu kerjasama bilateral telah terbina dengan STU ( Singapura), Kurusapha (Thailand), JTU ( Jepang), KFTA ( Korea Selatan), PGGMB (Brunei Darussalam), AEU (Australia), dan NUTP ( Malaysia).

Peranan PGRI dalam memelihara dan meningkatkan mutu ke organisasian PGRI

15

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional yakni dengan menciptakan guru yang profesional dalam upaya peningkatan mutu dan kualitas guru, sehingga masalah pendidikan di Indonesia dapat terselesaikan dengan baik, maka dibutuhkan peran serta dan keterlibatan langsung dari guru itu sendiri dan pemerintah. Kenyataan menunjukkan bahwa masih sebagian besar guru underqualified, tingkat penguasaan bahan ajar dan keterampilan dalam menggunakan metode pembelajaran yang inovatif masih kurang. Untuk itu perlu upaya peningkatan kualitas guru melalui berbagai cara antara lain : penentuan standar kompetensi, uji kompetensi dan sertifikasi guru, penilaian kinerja guru, penataran /pelatihan guru, peningkatan kesejahteraan dan profesionalisme guru, studi lanjut, peningkatan kualitas LPTK penghasil guru, dan lain-lain. B. Saran
a) Sebagai

tenaga

pendidik, diri,

guru hendaknya lebih termotivasi untuk profesionalitas diri dan

memberdayakan

mengembangkan

memutakhirkan pengetahuan mereka secara terus menerus- menerus dan berkelanjutan.


b) Para guru hendaknya meningkatkan keterampilan mereka dalam hal penulisan

karya ilmiah dan melakukan penelitian-penelitian kependidikan.


c) Para guru hendaknya lebih rajin mengikuti kegiatan-kegiatan atau pertemuan-

pertemuan kesejawatan untuk mengembangkan profesi.


d) PGRI,

sebagai

organisasi

profesi

guru

hendaknya

lebih

intens

menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu, professional, dan kualitas guru.
e) Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan nasib guru, dari segi ekonomi

dengan memberikan upah atau gaji yang layak dan memadai. Dan mengambil kebijakan-kebijakan relevan, nasional. guna mendukung kemajuan pendidikan

Peranan PGRI dalam memelihara dan meningkatkan mutu ke organisasian PGRI

16

DAFTAR PUSTAKA Kompas, Sabtu, 10 Oktober 2009 - http://pakguruonline.pendidikan.net/problematika_sptr_guru_26.html - http://id.shvoong.com/social-sciences/ - http://puterimissicobuata.wordpress.com

Peranan PGRI dalam memelihara dan meningkatkan mutu ke organisasian PGRI

17

You might also like