You are on page 1of 8

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri sekarang ini sudah semakin pesat dan merebak hingga diseluruh pelosok daerah. Industri pertambangan misalnya yang sampai saat ini, terus berkembang di seluruh daerah di Indonesia. Pertambangan merupakan salah satu upaya untuk dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, sehingga akan berpengaruh juga pada Pendapat Asli Daerah. Namun pada masa sekarang ini berbagai industri tambang baik milik perusahaan, maupun pertambangan rakyat menggunaan logam berat seperti merkuri dan sianida sebagai bahan baku dalam proses pengolahan. Merkuri digunakan untuk

mengikat dan pemisah biji emas dengan pasir, lumpur dan air. Sehingga apabila hal ini tidak diawasi maka akan membawa dampak negatif bagi penambang maupun masyarakat sekitar lokasi. Dalam suatu industri pertambangan baik yang berskala besar yang dikelolah perusahaan maupun yang berskala kecil yang dikelolah oleh rakyat ataupun pengusaha mepekerjakan ratusan tenaga kerja dalam setiap tahapan penambangan mulai dari penggalian material sampai pada pengolahannya. Pada Industri pertambangan emas kebanyakan para pekerja menggunakan merkuri dan sianida sebagai bahan baku. Sehingga mengakibatkan para pekerja tambang harus terpapar terus-menerus dengan logam berat ini. Keterpaparan terhadap zat ini terus terjadi selama penambang berada dalam lingkungan pekerjaannya terutama pada proses pencampuran material dengan sianida maupun merkuri (amalgamsi)

Industri Penambangan Emas di Provinsi Gorontalo sudah sangat merebak. Mulai dari industri penambangan milik perusahaan, Penambangan Rakyat, Maupun Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI).

Tabel 1. Data Pertambangan Emas Tanpa Ijin di Provinsi Gorontalo Tahun 2008 Bahan Jumlah Jumlah Muara Sungai No Lokasi PETI yang Penambang Tromol Aliran Limbah digunakan 1 2 3 4 5 6 1. Kabupaten 2250 61 S. Buladu Merkuri Gorontalo S. Wubudu dan Utara Desa S.Bumela Sianida Buladu S. Paguyaman 2. Kabupaten 2250 61 S. Buladu Merkuri Gorontalo S. Wubudu dan desa Bumela, S. Bumela Sianida Ilangata S. Paguyaman 3 Kabupaten 2200 62 Sungai Merkuri Pohuato Desa Taluduyunu Taluduyunu 4 Kabupaten Bone Bolango Desa Tombulilato, Mopuya Jumlah 1550 21 S. Bone S. Tombuilato Merkuri

6300

144

Sumber : Balihristi 2008

Penambangan emas di Desa Hulawa, Kecamatan Sumalata Timur, Kabupaten Gorontalo Utara merupakan Wilayah Penambangan Rakyat (WPR) yang diresmikan pada tahun 2007 oleh Distamben dengan nama WPR Bukit Pasolo. Lokasi penambangan ini dulunya masih termasuk dalam wilayah Desa Buladu, Namun setelah terjadinya pemekaran maka WPR Bukit Pasolo termasuk dalam wilayah kerja desa pemekaran yaitu desa Hulawa. Melalui survei

pendahuluan diketahui bahwa kegiatan penambangan emas dilakukan dengan cara tradisional tanpa teknik perencanaan yang baik dan peralatan seadanya, yaitu dengan sistem tambang bawah tanah dengan cara membuat terowongan dan sumur galian yang akan di ambil materialnya dan diperkirakan memiliki kadar emas tinggi. Material ini selanjutnya ditumbuk sampai berukuran kecil Kurang lebih 1 cm, selanjutnya digiling dengan alat gelundungan (Tromol) sampai berbentuk serbuk pasir. Kemudian diolah dengan teknik amalgamasi, yaitu mencampur serbuk pasir dengan Merkuri untuk membentuk amalgam. Amalgam kemudian dipisahkan melalui proses penggarangan (pemijaran) sampai didapat logam paduan emas dan perak (bullion), sebelumnya dicuci dengan

menyemprotkan air pada campuran amalgam

kemudian diperas dengan kain

payung (parasut). Semua proses pencampuran dengan menggunakan Hg seperti di atas, dilakukan oleh pekerja tanpa menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, sarung tangan karet, sepatu boot dan pakaian panjang. Seluruh proses yang dilakukan di atas, sampai dengan mendapatkan emas murni

dibutuhkan waktu sekitar 10 jam. Tailing atau limbah penambangan dari proses amalgamasi yang banyak mengandung Merkuri langsung dibuang ke lingkungan (sungai) tanpa diproses terlebih dahulu, sehingga sangat memungkinkan menyebabkan pencemaran bagi lingkungan. Selain itu, lingkungan yang terkontaminasi oleh merkuri dapat membahayakan kehidupan manusia karena adanya rantai makanan. Tahapan pengolahan yang berisiko tinggi terpapar Merkuri pada pengolahan emas tradisional adalah pada saat proses penyaringan dan pemijaran.

Pada proses penyaringan, Merkuri yang masih dalam bentuk anorganik akan diserap dan masuk ke dalam tubuh melalui kulit karena pada proses penyaringan dilakukan pencampuran, sedangkan pada proses pemijaran pengolah akan terpajan uap merkuri melalui udara yang dihirup. Hal ini dikarenakan bijih emas yang telah diikat dengan Merkuri akan dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi dan akan terjadi penguapan Merkuri. Dalam wawancara awal dengan para penambang, mereka mengatakan bahwa dari beberapa penelitian yang telah dilakukan terhadap mereka sebelumnya telah diketahui bahwa mereka sudah keracunan merkuri dengan kadar merkuri dalam tubuh yang melebihi batas aman. Walaupun mereka sudah mengetahui bahwa telah keracunan merkuri namun pekerjaan mereka tetap dilanjutkan, hal ini dikarenakan meskipun keracunan merkuri yang sudah melebihi ambang batas tetapi mereka belum pernah merasakan gejala apapun yang dapat membuktikan bahwa kadar merkuri dalam tubuh mereka sudah membahayakan. RI. Depkes, (dalam Sugeng, 2010: 5) menyatakan bahwa Tiga Kelompok Gejala Keracunan Merkuri An-organik adalah pemajanan kadar tinggi uap Merkuri, pemajanan berulang uap Merkuri dan Pemajanan senyawa Merkuri anorganik. Pemajanan ini berpotensi menimbulkan gejala klinik pada manusia berupa : Respiratory distress (bronkhitis, bronkhiolitis, pneumonitis interstitialis, sukar bernafas, batuk), kerusakan tubuli ginjal, kasus berat membawa kematian, gejala neurologi (tremor) dan irritability (tak dapat tidur, ketidakstabilan emosi dan lain - lain). Bila pemajanan tidak berlangsung lama bisa diharapkan penderita bisa pulih kembali. Keterpaparan merkuri dengan kosentrasi yang banyak dan dalam waktu yang lama akan menyebabkan gangguan kesehatan para pekerja karena dapat mengakibatkan keracunan merkuri. Menurut Stwertka (dalam Sugeng, 2010: 3) bahwa Kesehatan pekerja sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kerja. Berkaitan dengan faktor yang

mempengaruhi kondisi kesehatan, dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai potensi bahaya serta risiko yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara kerja, penggunaan mesin, alat dan bahan serta lingkungan di samping faktor manusianya. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan keracunan merkuri pada penambang. Penelitian ini didasarkan dari berbagai masalah-masalah kesehatan lingkungan kerja yang terjadi akibat penggunaan merkuri pada penambangan emas. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengatahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keracunan merkuri (Hg) pada penambang emas di Wilayah Penambangan Rakyat (WPR) Pasolo Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Timur, Kabupaten Gorontalo Utara. . 1.2 Identifikasi Masalah Sebagian besar pekerja tambang berdasarkan hasil penelitian sebelumnya sudah terdapat kandungan merkuri yang melebihi ambang batas di dalam tubuh. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah maka perlu diadakan penelitian lanjutan dengan topik faktor-faktor yang berhubungan dengan keracunan merkuri pada penambang emas di Wilayah Penambangan Rakyat (WPR) Pasolo Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Timur, Kabupaten Gorontalo Utara. Sehingga pertanyaan penelitian yang di ajukan adalah Faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan keracunan merkuri pada penambang emas di Wilayah Penambangan

Rakyat (WPR) Pasolo Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Timur, Kabupaten Gorontalo Utara ? 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penilitian ini dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus yaitu : 1.4.1 Tujuan Umum Menganalisis faktor - faktor yang berhubungan dengan keracunan merkuri pada pekerja tambang emas di Wilayah Penambangan Rakyat (WPR) Pasolo Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Timur, Kabupaten Gorontalo Utara. 1.4.2 Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik penambang emas di Wilayah

Penambangan Rakyat (WPR) Pasolo Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Timur, Kabupaten Gorontalo Utara. b. Mengidentifikasi rerata jumlah merkuri yang digunakan penambang emas di Wilayah Penambangan Rakyat (WPR) Pasolo Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Timur, Kabupaten Gorontalo Utara. c. Mengukur konsentrasi Merkuri (Hg) dalam darah penambang emas di Wilayah Penambangan Rakyat (WPR) Pasolo Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Timur, Kabupaten Gorontalo Utara. d. Mengukur masa kerja, jam kerja dan frekuensi kerja per minggu pada pekerja penambang emas di Wilayah Penambangan Rakyat (WPR)

Pasolo Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Timur, Kabupaten Gorontalo Utara. e. Mengidentifikasi kebiasaan penggunaan APD pada pekerja penambang emas di Wilayah Penambangan Rakyat (WPR) Pasolo Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Timur, Kabupaten Gorontalo Utara. f. Menganalisis hubungan antara jam kerja (lama kontak) dengan keracunan merkuri pada pekerja tambang emas di Wilayah

Penambangan Rakyat (WPR) Pasolo Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Timur, Kabupaten Gorontalo Utara. g. Menganalisis hubungan antara masa kerja dengan keracunan merkuri pada pekerja tambang emas di Wilayah Penambangan Rakyat (WPR) Pasolo Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Timur, Kabupaten Gorontalo Utara. h. Menganalisis hubungan antara frekuensi kerja dengan keracunan merkuri pada pekerja tambang emas di Wilayah Penambangan Rakyat (WPR) Pasolo Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Timur, Kabupaten Gorontalo Utara. i. Menganalisis hubungan antara penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan keracunan merkuri pada pekerja tambang emas di Wilayah Penambangan Rakyat (WPR) Pasolo Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Timur, Kabupaten Gorontalo Utara.

1.5 Manfaat Penelitian a. Memberikan informasi dan menambah pengetahuan tentang penambangan emas tradisional terhadap keracunan merkuri bagi para pekerjanya. b. Memberikan saran kepada pengusaha dan pekerja tambang emas untuk Memilih tehnik penggalian yang ramah lingkungan, dan tidak dapat membahayakan para pekerja yaitu menggunakan teknologi pemrosesan batuan tambang yang tidak menggunakan Hg, tetapi diganti dengan sianida atau menggunakan bioteknologi, yaitu pemrosesan pencucian menggunakan mikroba. c. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang keadaan kesehatan serta lingkungan yang berhubungan dengan penambangan emas. d. Memberikan manfaat bagi program kesehatan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut pada penambangan emas di daerah / tempat lain. e. Memberikan informasi pada instansi kesehatan masyarakat dalam pelayanan kesehatan yang paripurna (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif)

You might also like