You are on page 1of 3

KECERDASAN SPIRITUAL PERSPEKTIF ISLAM Rustam Effendi rustamafif@yahoo.co.

id disampaikan untuk tugas Orientasi Baru dalam Pendidikan Setiap manusia harus mampu menjalani kehidupan ini dengan baik sehingga kehidupannya memberi manfaat yang besar, tidak hanya bagi diri dan keluarganya, tapi juga bagi masyarakat luas. Untuk itu, diperlukan kecerdasan, baik kecerdasan intelektual maupun spiritual. Karenanya harus kita sadari bahwa kecerdasan yang sesungguhnya bukan semata-mata kecerdasan intelektual, apalagi bila ukurannya hanya sekedar gelar kesarjanaan. Kecerdasan emosi dan spiritual adalah memahami bahwa apapun yang dilakukan manusia dalam hidup di dunia ini akan memberi pengaruh dalam kehidupan sesudah kematian, yakni kehidupan akhirat. Karena itu, Rasulullah Saw bersabda:


Orang yang cerdas adalah orang yang menundukkan nafsunya dan beramal bagi kehidupan sesudah mati (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Hakim). Dari pengertian di atas, orang yang cerdas tidak hanya menjalani kehidupan untuk hidup di dunia ini, tapi juga untuk kehidupan akhirat yang membuatnya tidak akan menyimpang dari garis kehidupan yang telah ditentukan Allah Swt. Untuk itu dapat kita rumuskan ciri-ciri kecerdasan Spiritual sebagaimana yang digariskan di dalam Islam. 1. Berorientasi Pada Kebaikan. Kecerdasan emosi dan spiritual seorang muslim membuat dalam hidupnya selalu berorientasi pada kebenaran atau kejujuran. Kebenaran akan selalu mengarahkannya pada kebajikan dan kebajikan akan selalu mengarahkan seseorang pada kehidupan surgawi. Dalam satu hadits Rasulullah Saw bersabda:


Wajib atas kamu berlaku benar (jujur) karena kebenaran membimbing kamu kepada kebajikan dan kebajikan mengarahkanmu kepada surga (HR. Bukhari). Kebenaran yang akan ditunjukkan oleh seorang muslim yang memiliki kecerdasan spiritual adalah kebenaran dalam bicara, benar dalam pergaulan, benar dalam janji hingga benar dalam segala keinginan. Begitu penting sifat siddik ini kita tanamkan sehingga Allah Swt menegaskan kepada setiap mumin untuk bergaul, bergabung dan berjamaah dengan orang yang benar, Allah Swt berfirman: Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan hendaklah kamu selalu bersama dengan orang yang benar (QS 9:119). 2. Memberi Manfaat Dalam Kebaikan. Pada dasarnya, setiap manusia senang pada kebaikan dan merekapun telah mengenalnya, karenanya Al-Quran menyebutkan satu istilah untuk kebaikan yang disebut dengan maruf. Namun meskipun manusia sudah mengetahui tentang kebaikan, ternyata mereka masih belum mau juga berbuat baik, karenanya harus ada upaya memerintah manusia untuk melakukan kebaikan, inilah yang disebut dengan amar maruf. Spiritual manusia yang cerdas akan membuatnya menjadi sangat senang melakukan kebaikan, dia akan memberi kontribusi dalam kebaikan bahkan berlombalomba dalam kebaikan dan selalu ingin menjadi yang terbaik, ini semua disadari karena hidup di dunia hanyalah salah satu fase kehidupan, sedangkan fase akhirnya adalah kehidupan akhirat, Allah Swt berfirman: Dan tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat kebaikan). Dimana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha kuasa atas segala sesuatu (QS 2:148).

Manakala seorang mumin telah berorientasi pada kebaikan, maka seluruh aktivitas yang dijalaninya tidak akan mengandung kesia-siaan, semua memberi manfaat, baik bagi dirinya, keluarga maupun orang lain, bahkan bermanfaat bagi alam semesta, muin seperti inilah yang akan memperoleh banyak keberuntungan dalam hidupnya di dunia maupun di akhirat, Allah Swt berfirman: Sesungguhnya, beruntunglah orangorang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu dalam shalatnya dan orangorang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna (QS 23:1-3). 3. Bersyukur Atas Kesenangan. Bersyukur atas kebahagiaan dan kenikmatan yang diperoleh manusia merupakan sikap yang sangat mulia, karenanya hal ini menjadi ciri bagi orang yang memiliki kecerdasan rohani. Hal ini karena dengan begitu, seorang mumin menyadari bahwa segala kenikmatan merupakan anugerah atau pemberian dari Allah Swt. Manusia memang seharusnya menyadari bahwa usaha yang dilakukannya sebenarnya tidak seberapa besar, tapi Allah Swt memberikan balasan dengan balasan yang besar. Sikap seperti inilah yang membuat dirinya menjadi orang yang memiliki kepribadian yang mengagumkan, Rasulullah Saw bersabda:


Menakjubkan urusan orang beriman, sesungguhnya semua urusannya baik baginya dan tidak ada yang demikian itu bagi seseorang selain bagi seorang mumin. Kalau ia memperoleh kesenangan ia bersyukur dan itu baik baginya. Kalau ia tertimpa kesusahan, ia sabar dan itu baik baginya (HR. Ahmad dan Muslim). Sifat seorang mumin yang menunjukkan rasa syukur atas segala kenikmatan itu menunjukkan bahwa ia tidak akan lupa diri bila kenikmatan diperolehnya dalam kehidupan ini. Cara bersyukur yang ditunjukkan oleh seorang mumin adalah. Pertama, bersyukur dengan hati, yakni mengakui bahwa kenikmatan yang diperolehnya berasal dari Allah Swt, apa yang dilakukannya hanyalah sebab untuk mendapatkan kenikmatan yang banyak. Kedua, bersyukur dengan lisan, yakni mengucapkan hamdalah atas segala kenikmatan yang telah diperoleh, karenanya hamdalah itu diucapkan seorang mumin yang mengagumkan saat sesudah makan, bangun tidur hingga buang air besar, karena semua itu merupakan kenikmatan. Ketiga, bersyukur dengan amal, yakni apapun yang dilakukannya merupakan wujud dari rasa syukurnya sehingga amal itu dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah Swt. Dengan menunjukkan rasa syukur itulah, kenikmatan yang diperoleh seorang mumin akan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sehingga kenikmatan itu tidak hanya dirasakan oleh diri dan keluarganya, tapi juga oleh orang lain sehingga kenikmatan itu bertambah banyak, baik dari segi jumlahnya atau paling tidak rasanya, Allah Swt berfirman: Sesungguhnya, jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu kufur, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih (QS 14:7). 4. Sabar Atas Segala Musibah. Dari hadits di atas, kita juga bisa menangkap ciri kecerdasan spritual, yakni sabar atas segala musibah yang tidak menyenangkan. Kecerdasan dan kekuatan spritual membuat seorang muslim tidak mudah berputus asa, sesulit apapun keadaan yang menimpa dirinya, dia tetap optimis akan hari esok yang lebih baik, baginya yang penting adalah berusaha dan bertawakkal kepada Allah Swt. Orang yang berputus asa bukan hanya menjadi apatis, tidak memiliki semangat hidup hingga bunuh diri, tapi juga orang yang menghalalkan segala cara dalam meraih sesuatu. Karena itu, dalam kehidupan ini kesabaran merupakan seuatu yang sangat penting bagi keberhasilan dan kebaikan hidup yang kita jalani.

5. Memiliki Rasa Malu. Rasa malu bagi manusia merupakan sesuatu yang sangat penting, malu yang dimaksud adalah malu bila melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh Allah Swt dan Rasul-Nya. Hal ini karena, bila kita dan anggota masyarakat lainnya telah memiliki rasa malu seperti ini, maka tidak akan ada penyimpangan yang dilakukan. Oleh karena itu, sifat ini menjadi sesuatu yang sangat penting sehingga ia menjadi salah satu cabang dari iman. Karenanya, keimanan seseorang perlu kita pertanyakan apabila pada dirinya tidak ada perasaan malu. Dalam kehidupan kita, paling tidak malu dapat dibagi menjadi tiga bagian yang antara satu dengan lainnya saling berkaitan. Pertama, malu kepada diri sendiri, yakni malu kepada martabat pribadi dengan segala kedudukan, gelar atau sebutan yang kita sandang, sebagai apapun kita. Kedua, malu kepada orang lain, yakni malu bila kesalahan yang dilakukannya diketahui oleh orang lain, karenanya daripada kesalahan atau dosa yang dilakukan diketahui oleh orang lain, ia merasa lebih baik tidak melakukan dosa. Bukan malah ia lakukan dosa tapi ia menjadi malu bila hal itu diketahui oleh orang lain lalu ia berusaha menyembunyikan kesalahannya itu dengan berbagai cara meskipun dengan melakukan kesalahan-kesalahan berikutnya. Ketiga, malu kepada Allah Swt, yakni malu karena ia sudah mengakui Allah Swt sebagai Tuhannya, tapi ia berani melanggar ketentuan Allah dengan anggapan Allah tidak mengetahuinya, padahal sebenarnya Allah Swt Maha Tahu terhadap segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia. BERPUSAT DI HATI Untuk meraih kecerdasan spiritual, setiap muslim harus menyehatkan hatinya. Hal ini karena kebaikan dan keburukan manusia berpusat pada hatinya, dalam satu hadits Rasulullah Saw bersabda:


Ingatlah, didalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, apabila ia baik, baik pula anggota tubuh dan apabila dia buruk, buruk pula tubuh manusia. Ingatlah segumpal daging itu adalah hati (HR. Bukhari dan Muslim) Manakala hati manusia telah sehat, maka ia menjadi gemar dan senang terhadap segala bentuk kebaikan dan kebenaran yang berarti gemar dan senang juga melakukannya, demikian pula bila orang lain melakukan kebaikan dan kebenaran itu. Namun bila hati seseorang sakit, maka ia menjadi tidak suka pada nilai-nilai kebenaran yang datang dari Allah Swt dan ia menjadi sangat menderita bila hal itu harus dilakukannya.

You might also like