You are on page 1of 12

file:///D:/Downloads/Fatimah/Skripsi-Teaching-Speaking-by-Using-Communicative-Ap proach.htm Senin, 13 Oktober 2008 KEPATUHAN PERAWAT DALAM MENERAPKAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RS DR.

SOBIRIN KAB. MUSI TAWAS SUMATERA SELATAN TAHUN 2007 Jhon Feri, Lukman* Politeknik Kesehatan Depkes Palembang Jurusan Keperawatan ABSTRAK Kepatuhan adalah suatu prilaku manusia yang taat terhadap aturan, perintah, pros edur dan disiplin. Kepatuhan dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksterna l, seperti usia, pendidikan, pengetahuan, masa kerja, dan motivasi. Kurang patuh nya perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan akan berakibat rendahnya mutu as uhan itu sendiri. Penelitian ini dilakukan di RS dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawa s pada tahun 2007, yang melibatkan 44 orang perawat ruang rawat inap. Tujuan pen elitian adalah mengidentifikasi hubungan antar perawat, tanggung jawab, dan fasi litas kerja dengan kepatuhan perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Desain Penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan crosssect ional dan cara pengambilan sampel dengan simple random sampling. Analisis bivari at menggunakan uji nonparametrik Chi Square. Hasil penelitian membuktikan terdap at hubungan yang signifikan antara hubungan antar perawat dengan kepatuhan peraw at dalam menerapkan pendokumentasian askep (p= 0.011), terdapat hubungan yang si gnifikan antara tanggung jawab perawat dengan kepatuhan perawat dalam menerapkan pendokumentasian askep (p= 0.032), dan terdapat hubungan yang signifikan antara fasilitas kerja dengan kepatuhan perawat dalam menerapkan pendokumentasian aske p (p= 0.014) di RS dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas tahun 2007. Hasil di atas me mbutkikan bahwa terdapat hubungan antara tanggung jawab perawat, hubungan antar perawat, dan fasilitas kerja dengan kepatuhan perawat dalam pendokumentasian asu han keperawatan. Kepatuhan perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan perlu dit ingkatkan, misalnya dengan perumusan kebijakan khusus (seperti protap) tentang p endokumentasian askep, termasuk penghargaan dan sanksi bagi perawat yang belum m engaplikasikan asuhan keperawatan. Perlu diupayakan peningkatan kemampuan (penge tahuan dan keterampilan) mengaplikasikan asuhan keperawatan dengan baik dan bena r, melalui workshop penerapan askep yang melibatkan seluruh perawat. Diharapkan manajemen dapat menjamin terlaksananya pendokumentasian asuhan keperawatan yang baik, melalui penyediaan fasilitas yang cukup dan sesuai kebutuhan.

Kata Kunci perawatan. Pendahuluan

: Kinerja perawat, dokumentasi keperawatan, metodelogi ke

Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan baik indivi du, kelompok, maupun masyarakat, di kelompokkan menjadi empat faktor yaitu fakto r lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor keturunan, salah satu bentuk pelayanan kesehatan adalah keperawatan yang diberikan oleh ten aga keperawatan1. Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan kebutuhan dasar yang di berikan kepada individu baik sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Be

ntuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa peningkatan kemampuan yang ada pada individu, mencegah, memperbaiki dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan ya ng dipersepsikan sakit oleh individu2. Saat ini praktik pelayanan kesehatan di bangsa Indonesia belum mencerminkan prak tik pelayanan profesional. Asuhan keperawatan yang dilaksanakan belum dapat meme nuhi upaya pemenuhan kebutuhan klien. Melainkan tindakan keperawatan yang dilaku kan hanya sebagai pelaksana tugas. Indonesia juga mengembangkan Metode Praktik K eperawatan Profesional (MPKP) salah satunya dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Cip to Mangunkusumo (RSCM) sebagai rumah sakit rujukan nasional. Dengan mengembangka n (MPKP) di harapkan nilai praktik keperawatan profesional dapat di terapkan sec ara nyata, sehingga meningkatkan pelayanan keperawatan/asuhan keperawatan di lak ukan berdasarkan standar yang ada 3. Kelancaran pelaksanaan suatu model asuhan keperawatan yang berkualitas sangat di tentukan oleh motivasi perawat. Di rumah sakit Piringadi Medan, pada aspek moti vasi kerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan didapatkan bahwa dari 50 orang perawat yang diteliti hanya 29 (55,8%) responden yang memiliki motivasi ke rja4. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja perawat, penelitian Lukman5 yang m elibatkan 75 perawat di RS Kusta Sungai Kundur Palembang melaporkan kepemimpina n, kemampuan, dan kompensasi mempengaruhi kinerja perawat. Pengaruh kompensasi l ebih besar terhadap kinerja perawat bila dibandingkan dengan pengaruh faktor kep emimpinan dan kemampuan. Penilaian pendokumentasian asuhan keperawatan diruang rawat inap di tujuh ruanga n rawat inap rumah sakit Dr. Sobirin adalah: ruang Kenanga 70,03%, Nusa Indah 76 .51%, Melati 67,61%, Anggrek 53,86%, Pavilium 59,38%, ICU 73,46%, dan Cempaka 71 ,69%. Berdasarkan penilaian tersebut bahwa penerapan standar asuhan keperawatan di RS dr. Sobirin 2006 Kabupaten Musi Rawas belum mencapai 100%6. Hal tersebut d imungkinkan karena kurangnya kepatuhan tenaga keperawatan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Patuh adalah sikap positif individu yang ditunjukkan dengan adanya perubahan sec ara berarti sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Ketidakpatuhan merupakan suatu kondisi pada individu atau kelompok yang sebenarnya mau melakukannya, tetapi da pat dicegah untuk melakukannya oleh faktor-faktor yang menghalangi ketaatan terh adap anjuran. Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat terhadap suatu anjuran, prosedur atau peraturan yang harus dilakukan atau ditaati. Tingkat kepatuhan ada lah besar kecilnya penyimpangan pelaksanaan pelayanan dibandingkan dengan standa r pelayanan yang ditetapkan anjuran7. Kepatuhan adalah suatu prilaku manusia yang taat terhadap aturan, perintah, pros edur dan disiplin8. Nurbaiti7 mengemukakan kepatuhan dapat dipengaruhi oleh fakt or internal dan eksternal, seperti usia, pendidikan, pengetahuan dan masa kerja. Sementara keperawatan Notoatmodjo1, mengemukakan faktor yang mempengaruhi kepat uhan adalah pendidikan, usia, dan motivasi. Kurang patuhnya perawat dalam menera pkan asuhan keperawatan akan berakibat rendahnya mutu asuhan itu sendiri. Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek kepe rawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai pelayanan kesehatan d alam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia, dengan menggunakan metodologi pros es keperawatan yang terdiri dari lima tahap, berpedoman kepada standar keperawat an, dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab perawat9. Kelancaran pelaksanaan suatu model asuhan keperawatan yang berkualitas sangat di tentukan oleh motivasi perawat10. Dalam mewujudkan asuhan keperawatan bermutu di perlukan beberapa komponen yang harus dilaksanakan oleh tim keperawatan yaitu: a ) sikap caring perawat, b) hubungan perawat-klien, c) kemampuan perawat dalam me menuhi kebutuhan klien, dan d) kolaborasi/kemitraan.

Asuhan keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila per awat dapat memperlihatkan sikap caring kepada klien, dan bersikap caring sebagai media pemberi asuhan. Para perawat dapat diminta untuk merawat, namun mereka ti dak dapat diperintah untuk memberikan asuhan dengan menggunakan spirit caring. C aring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan perhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien. Sementara hubungan perawat-klien adalah hubungan professional, yang diprakasai o leh perawat melalui sikap empati dan keinginan berespon (sense of responsiveness ) serta keinginan menolong klien (sense of caring). Dalam membina hubungan profe sional, asuhan keperawatan juga merupakan media edukatif dimana suatu kekuatan i nternal yang kokoh dari seseorang perawat dapat mempengaruhi klien untuk meningk atkan perilaku dan kepribadian klien selama sakit ke arah kehidupan yang kreatif , konstruktif dan produktif. Keberhasilan hubungan profesional/terapeutik antara perawat dan klien sangat menentukan keberhasilan hasil tindakan yang diharapkan . Disamping itu, hubungan profesional yang baik antara perawat klien dapat mengh indari, memprediksi, dan mengantisipasi berbagai penyulit yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, berbagai peran di atas seyogyanya menjadi fokus perhatian peraw at ketika menolong klien melewati tahapan diam hubungan profesionalnya dengan pe rawat. Kemampuan perawat memenuhi kebutuhan klien dapat dipengaruhi oleh faktor antara lain: tingkat ketergantungan klien, sistem penugasan, kelengkapan fasilitas, kew enangan dan kompetensi yang dimiliki oleh tenaga keperawatan sebagai pelaksana d an kemampuan manajer keperawatan dalam mengorganisasikan pekerjaan kepada bawaha n. Disamping itu, dibutuhkan kolaborasi/kemitraan untuk menjamin terlaksananya a suhan keperawatan yang professional. Kolaborasi merupakan salah satu model inter aksi yang terjadi diantara dan antar praktisi klinik selama pemberian pelayanan kesehatan/ keperawatan. Kolaborasi meliputi kegiatan berkomunikasi parallel, ber fungsi parallel, bertukar informasi, berkoordinasi, berkonsultasi dan mengelola kasus bersama. Kolaborasi merupakan suatu pengakuan keahlian oleh orang lain di dalam maupun di luar profesi orang tersebut. Kolaborasi ini juga merupakan prose s interpersonal dimana dua orang atau lebih membuat suatu komitmen untuk berinte raksi secara kontruktif untuk menyelesaikan masalah klien dan mencapai tujuan, t arget atau hasil yang ditetapkan. Untuk menilai atau mengukur kaulitas pelayanan keperawatan kepada klien digunaka n standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksan akan asuhan keperawatan. Standar keperawatan dapat digunakan sebagai instrumen p enilaian kerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan mulai dari pengkaji an, diagnosa keperawatan, implementasi keperawatan sampai evaluasi keperawatan910. Doenges11 mengemukakan tujuan pendokumentasikan asuhan keperawatan adalah un tuk memudahkan menentukan kualitas perawat, klien, menjamin pendokumentasian kem ajuan dan hubungan dengan hasil yang berfokus pada klien dan memudahkan konsiste nsi antar disiplin dan mengkomunikasikan tujuan tindakan dan kemajuan. Sumber pe nilaian adalah dokumentasi keperawatan yang merupakan bukti tindakan keperawatan yang sudah dilakukan dan disimpan pada masing-masing status atau pada tempat kh usus, sebagai bukti tanggung jawab dan tanggung gugat. Manfaat dokumentasi keperawatan bagi perawat dan klien antara lain sebagai alat komunikasi, mekanisme petanggung gugatan. Metode pengumpulan data, saran pelayan an keperawatan secara individual, sarana evaluasi, sarana meningkatkan kerjasama antara tim kesehatan, sarana pendidikan lanjutan dan digunakan sebagai audit pe layanan keperawatan. Ada tiga metode dokumentasi keperawatan yaitu SOR (souurce oriented record), Kardex, dan POR (problem oriented record). SOR (Souurce Orient ed Record) merupakan tehnik dokumentasi yang dibuat oleh setiap anggota tim kese hatan yang secara umu berisi pesanan dari dokter. Sementara kardex, merupakan te hnik model dokumentasi yang menggunakan serangkai kartu dan membuat data penting tentang klien dengan menggunakan ringkasan problem dan terapi klien seperti yan

g digunakan pada rawat jalan. Dan POR (problem oriented record) merupakan tehnik model dokumentasi yang efektif untuk mendokumentasikan sistem pelayanan kesehat an yang berorientasi pada masalah klien9 Hidayat9 mengemukakan, cara mendokumentasikan proses keperawatan dengan prinsip efisiensi waktu dan data. Metode dokumentasi ini mempunyai karakteristik berupa: menghemat waktu, dilaksanakan dengan meningkatkan penggunaan, waktu perawatan, mengurangi waktu untuk menulis dokumentasi dan menambah waktu pasien secara lang sung sehingga dapat menghemat tenaga, ekonomis secara langsung sehingga dapat me nghemat tenaga, ekonomis dapat memudahkan pencatatan informasi yang relevan, rin gkas pencatatan dan pelaporan harus tersusun dengan baik dan memiliki kriteria k etepatan, ringkas, sempurna, teliti, terbaru, terorganisasi dan rahasia. Metode Penelitian Desain Penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan crosssecti onal study 1,12-14. Populasi penelitian adalah seluruh perawat di Intalasi rawa t inap kecuali rawat inap kebidanan yang berjumlah 93 orang. Sampel penelitian d idasarkan pada kriteria pendidikan minimal D III dan masa kerja satu tahun. Berd asarkan formula yang dikutip dari Nursalam13, maka jumlah sampel berjumlah 44 or ang. Cara pengambilan sampel dengan simple random sampling. Penelitian ini dilak ukan di RS dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas Sumatera Selatan. Analisis univariat dan bivariat dilakukan adalam pengolahan data. Analisis bivar iat menggunakan uji nonparametrik Chi Square, yang didasarkan kepada; jenis hipo tesis, skala pengukuran, dua kelompok atau lebih, berpasangan/tidak berpasangan, dan tabel baris kali kolom (B x K)15-17. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian berupa kuesioner yang berisi daftar pertanyaan dengan skal a Likert. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian lembar kuesioner yang telah disiapkan. Sedangkan, untuk data sekunder didapatkan dengan pencaria n data pada buku laporan tahunan dibagian kepegawaian dan sumber-sumber yang ada di ruang rawat inap Rumah Sakit Dr. Sobirin Lubuklingga Tahun 2007. Hasil Penelitian dan Pembahasan Sebanyak 34 responden (77,30%) dalam pendokumentasian asuhan keperawatan hubunga n antar perawatnya baik dan 10 responden (22,7%) dalam pendokumentasian asuhan k eperawatan (askep) hubungan antar perwawatnya kurang. Tanggung jawab perawat dal am pendokumentasian askep baik sebesar 84,01% dan kurang sebesar 15,09%. Masih ada perawat yang tanggung jawabnya kurang, hal ini dimungkinkan oleh kurangnya p engalaman pada beberapa perawat. Siswono3 menyatakan bahwa dalam melaksanakan ta nggung jawab terhadap tugas maka seseorang harus memiliki pengalaman sehingga da pat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dengan baik. Fasilitas kerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan, baik sebanyak 36 responden (81,8%) dan sebaliknya sebanyak 8 responden (18,2%). Fasilitas yan g kurang baik tidak menghambat pendokumentasian asuhan keperawatan, namun mempen garuhi kemampuan perawat dalam mengupayakan optimalisasi penerapana askep. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nursalam2 yang menyatakan bahwa kelengkapan fasi litas mempengruhi kemampuan perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien. Tabel 1.1. Karakteristik Responden

Karakteristik

n= 44 % Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Usia 22-25 tahun 26-30 tahun 31-35 tahun 36-40 tahun > 41 tahun Pendidikan Sarjana Keperawatan D III Keperawatan Status perkawinan Kawin Janda/duda Belum kawin Masa kerja 1-5 tahun 6-10 tahun > 10 tahun

11 33

9 17 11

4 3

1 43

33 2 9

15 17 12

25 75

20 39 25 9 7

2 98

75 20 5

34 39 27

Berdasarkan hasil observasi pendokumentasian askep pada 44 responden di tujuh ru angan rawat inap, diperoleh 25 responden (56,8%) perawat yang patuh dalam menera pkan pendokumentasian askep, sedangkan yang kurang patuh sebanyak 19 responden ( 43,2%). Masih adanya perawat yang kurang patuh dapat disebabkan oleh karena pera wat tidak sempat menulis cacatan asuhan keperawatan akibat banyaknya tindakan pe rawatan yang dilakukan, bahkan dikarenakan rasio perawat-pasien belum sesuai har apan. Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat terhadap suatu anjuran, prosedur atau peraturan yang harus dilakukan atau ditaati. Sebagaimana dikatakan oleh Nu rbaiti7 bahwa ketidakpatuhan merupakan suatu kondisi pada individu atau kelompok yang sebenarnya mau melakukannya, tetapi dapat dicegah untuk melakukannya oleh fakto-faktor yang menghalangi ketaatan terhadap anjuran. Tabel 1.2. Hubungan antar Perawat dengan Kepatuhan Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Hubungan antar perawat Kepatuhan Pendokumentasian Askep p Baik Kurang baik Baik 23 11 0.011 Kurang baik 2

Terdapat 34 perawat yang hubungannya dengan perawat lain baik, yaitu ada 23 oran g (67,6%) yang kepatuahn baik dan 11 orang (32,4%) kepatuhannya kurang baik. Sed angkan dari 10 perawat yang hubungannya dengan perawat lain kurang terdapat 2 or ang (20%) yang kepatuhan baik. Terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan antar perawat dengan kepatuhan perawat dalam menerapkan pendokumentasian askep (p= 0.011) di RS dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas tahun 2007 (Tabel 1.2). Meskip un hubungan antar perawatnya masih ada yang kurang akan tetapi dalam melakukan p endokumentasian asuhan keperawatan, perawat masih dapat membina hubungan yang ko ndusif antara sesama rekan kerja. Perawat diruang inap rumah sakit Dr. Sobirin d alam mentaati prosedur pendokumentasian asuhan keperawatan melakukan persaingan yang positif. Hal itu dapat dilihat disetiap ruangan rawat inap perawatnya berus aha untuk melakukan asuhan keperawatan yang berkualitas secara optimal dengan di dukung oleh insentif yang diberikan kepala ruangan kepada setiap perawat yang be kerja lebih baik. Sebagaimana dikemukakan oleh Nursalam2 bahwa dalam melakukan suatu pekerjaan pasti ada persaingan, baik yang positif maupun negatif. Persain gan yang tidak sehat (negatif) dapat mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam beke rja, sedangkan persaingan sehat (positif) mendorong seseorang untuk bekerjasama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai aturan secara optim al. Tabel 1.3. Hubungan Tanggung Jawab dengan Kepatuhan Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Tanggung Jawab Kepatuhan Pendokumentasian Askep p Baik Kurang baik Baik 24 13 0.032 Kurang baik

1 6

Penerapan pendokumentasian asuhan keperawatan di RS dr. Sobirin Kabupaten Musi R awas Tahun 2007 dilakukan dengan tanggung jawab yang baik oleh 37 orang perawat, dimana perawat yang patuh menerapkan pendokumentasian askep sebanyak 24 orang p erawat (64.9%) dan yang kurang patuh sebanyak 13 orang perawat (35.1%). Terdapat hubungan yang signifikan antara tanggung jawab perawat dengan kepatuhan perawat dalam menerapkan pendokumentasian askep (p= 0.032) di RS dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas tahun 2007 (Tabel 1.3). Dalam melaksanakan tanggung jawabnya terhadap tugas, perawat memiliki cara tersendiri untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas yang diberikan sangat di dukung oleh tingkat pendidikan dan pelatihan keperawatan, sehingga perawat lebih profesional dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan terutama dalam pendok umentasian asuhan keperawatan. Hal itu sesuai dengan pendapat yang menyatakan ba wha dalam melaksanakan ketaatanya dalam tugas dengan tanggung jawab, seorang aka n memiliki kebebasan dan keleluasan untuk memutuskan sendiri apa yang dihadapiny a dan bagaimana menyelesaikanya tugas-tugas yang diberikan3. Tabel 1.4. Hubungan Fasilitas Kerja dengan Kepatuhan Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Fasilitas Kerja Kepatuhan Pendokumentasian Askep p Baik Kurang baik Baik 24 12 0.014 Kurang baik

1 7

Terdapat 36 perawat yang menyatakan fasilitas kerjanya baik, dengan 24 orang (66 ,7%) yang kepatuhanya baik. Sedangkan dari 8 perawat yang menyatakan fasilitas k erja kurang terdapat 1 orang (12,5 %) yang kepatuhanya baik. Terdapat hubungan y ang signifikan antara fasilitas kerja dengan kepatuhan perawat dalam menerapkan pendokumentasian askep (p= 0.014) di RS dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas tahun 2 007 (Tabel 1.4). Fasilitas kerja yang kurang dapat mempengaruhi perawat diruang rawat inap dalam melakukan tindakan keperawatan. Ketersedian fasilitas kerja mer upakan salah satu tuntutan kelancaran perawat di suatu ruangan sehingga diperole h kepuasan kerja yang akan berpengaruh kepada kepatuahn perawat untuk bekerja le bih optimal2. Simpulan 1. Kepatuhan perawat ruang rawat inap Rs dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas t ahun 2007 dalam menerapkan pendokumentasian asuhan keperawatan adalah baik seban yak 25 repsponden (56.8%) dan yang tidak patuh sebanyak 19 responden (43,2%). 2. Tanggung jawab terhadap sutau tugas dipengaruhi oleh pengalaman seseoran g terhadap tugasnya. Sedangkan kemampuan seorang perawat dalam menerapkan pendok umentasian asuhan keperawatan dipengaruhi oleh kelengkapan akan fasilitas. Untuk dapat memberikan pelayanan yang berkualitas dan memuaskan pelanggan, hubungan a ntar perawat dalam bekerja sangat penting dan harus dibina dengan baik. 3. Terdapat hubungan yang signifikan hubungan antar perawat dengan kepatuh an perawat dalam pendokumentasian asuhan keperaweatan (p= 0.011). 4. Terdapat hubungan yang signifikan antara tangung jawab perawat dengan ke patuhan perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan (p= 0,032). 5. Terdapat hubungan yang signifikan antara fasilitas kerja perawat dengan kepatuhan perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan (p= 0,014). Saran 1. Kepatuhan , misalnya dengan masuk penghargaan rawatan (Prosedur perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan perlu ditingkatkan perumusan kebijakan khusus tentang pendokumentasian askep, ter dan sanksi bagi perawat yang belum mengaplikasikan asuhan kepe tetap).

2. Perlu diupayakan peningkatan kemampuan (pengetahuan dan keterampilan) me ngaplikasikan asuhan keperawatan dengan baik dan benar, melalui workshop penerap an askep yang melibatkan seluruh perawat. Sehingga tanggung jawab terhadap tugas dapat ditingkatkan. 3. Diharapkan manajemen dapat menjamin terlaksananya pendokumentasian asu han keperawatan yang baik, melalui penyediaan fasilitas yang cukup dan sesuai ke butuhan.

Daftar Pustaka

1. Notoatmodjo S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : J akarta 2. Nursalam. (2002). Manajemen Keperawatan dan Aplikasi Dalam Praktek keperawatan Profesional. Salemba Medika: Jakarta.

3. at

Siswono. (2002). Metode Praktek Keperawatan Profesional http://www.peraw blogspot.com : Jakarta.

4.

Nathalia. (2004). Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan. FK-USU: Medan.

5. p esehatan

Lukman. (2007). Pengaruh Kepemimpinan, Kemampuan, dan Kompensasi terhada Kinerja Perawat di RS Kusta Sungai Kundur Palembang. Majalah K Masyarakat Depkes No. 75. Tahun XXXIX/2007: hal.14-22.

6. was

RS dr. Sobirin. (2007). Profil Rumah Sakit Dr. Sobirin Kabupaten Musi Ra Tahun 2007.

7. Nurbaiti. (2004). Ilmu Perilaku dan Tingkat Kepatuhan. http://www.alnurs es.com: Jakarta.

8.

Ali M. (1993) Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Pustaka Utama: Jakarta.

9. rta.

Hidayat AA. (2001). Pengantar Dokumentasi Proses keperawatan. EGC: Jaka

10. Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawat an. Salemba Mediak : Jakarta.

11. Doenges ME. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

12. Arikunto S. (1998). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

13. Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawata n. Jakarta: Salemba Medika

14. Sastroasmoro S. (2002). Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.

15. Dahlan S. (2004). Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT. A rkans.

16. Hastono (2001). Analisa Data. FKMUI : Jakarta

17. Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian Bandung: CV. Alfabeta. http://lukmanrohimin.blogspot.com/2008/10/kepatuhan-perawat-dalam-menerapkan.htm l http://syehaceh.wordpress.com/2010/03/09/tahap-implementasi-keperawatan/ http://yenibeth.wordpress.com/2008/06/01/diagnosis-keperawatan-4/

You might also like