You are on page 1of 43

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyusun makalah dari tugas Hukum Perikanan dengan judul Otonomi Daerah dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan baik dalam bentuk moral maupun moril, demi mencapai cita cita yang penulis harapkan. 2. Dosen mata kuliah Hukum Perikanan yang telah banyak memberikan materi secara teoritik. 3. Teman teman yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian makalah ini tepat pada waktunya. Penulis sadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kejanggalan dan kekurangan baik dalam segi penulisan maupun penempatan kata-kata, untuk itu penulis mohon masukan yang sifatnya membangun agar bisa memperbaiki penulisan penulisan makalah maupun laporan yang akan datang.

Jember, 9 Oktober 2009

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2 BAB 2. PEMBAHASAN........................................................................................... 3 2.1 Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam ..3 2.2 Provinsi Sumatra Utara ................................................................................ 15 2.3 Kepulauan Riau .......................................................................................... 21 2.4 Provinsi Bengkulu ....................................................................................... 33 2.5 Provinsi Lampung........................................................................................ 37 BAB 3. PENUTUP.................................................................................................... 42 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 43

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Otonomi berasal dari dua kata : auto berarti sendiri, nomos berarti rumah tangga atau urusan pemerintahan. Otonomi dengan demikian berarti mengurus rumah tangga sendiri. Dengan mendampingkan kata otonomi dengan kata Daerah, maka istilah mengurus rumah tangga sendiri mengandung makna memperoleh kekuasaan dari pusat dan mengatur atau menyelenggarakan rumah tangga pemerintahan daerah sendiri. Berdasarkan Keputusan Mendagri dan Otonomi Daerah Nomor 50 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi menjadi dasar pengelolaan semua potensi daerah yang ada dan dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh daerah yang mendapatkan hak otonomi dari daerah pusat. Kesempatan ini sangat menguntungkan bagi daerah-daerah yang memiliki potensi alam yang besar untuk dapat mengelola daerah sendiri secara mandiri, dengan peraturan pemerintah yang dulunya mengalokasikan hasil hasil daerah 75% untuk pusat dan 25% untuk dikembalikan kedaerah membuat daerah-daerah baik tingkat I maupun daerah tingkat II sulit untuk mengembangkan potensi daerahnya baik secara ekonomi maupun budaya dan pariwisata. Dengan adanya otonami daerah diharapkan daerah tingkat I maupun Tingakat II mampu mengelola daerahnya sendiri. Untuk kepentingan rakyat demi untuk meningkatkan dan mensejahtrakan rakyat secara sosial ekonomi.

1.2 Tujuan mengetahui sejauh mana daerah-daerah khususnya Sumatra dalam mengelola dan menjalankan otonimi daerah yang telah di terapkan pemerintah. meningkattkan pengelolaan sumberdaya alam untuk kesejahtraan dan kemajuan daerah. menciptakan kemandirian daerah dari ketergantungan dari peraturan pusat khususnya tentang perekonomian daerah.

BAB 2. PEMBAHASAN

Otonomi daerah merupakan kesempatan besar untuk mengelola semua sumber daya alam dan membelanjakan keuangan daerah untuk kepentingan kemajuan daerah itu sendiri, sepertihalnya Sumatra yang terdiri dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatra Utara, Kepulauan Riau, Bengkulu dan lampung yang akan kita bahas dalam makalah ini. 2.1 Provinsi Nanggro Aceh Darussalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam berdiri pada tanggal 7 Desember 1959 dengan landasan pendirian berdasarkan UU No. 24 Tahun 1956 yang beribukota Banda aceh. Luas wilayah provinsi ini 57.365,57 km2 dengan posisi ( letak geografis ) 2 derajat 6 derajat lintang utara dan 95 derajat -98 derajat bujur timur dan berada dalam pulau sumatra dan memiliki 21 kabupaten. Lambang dari provinsi Nanggroe aceh Darussalam adalah pancacita. Provinsi ini mempunyai potensi yang sangat besar baik itu dari segi perikanan, pertanian dan perkebunan, industri, peternakan, pertambangan, dan kehutanan. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah salah satu provinsi yang telah menerapkan otonomi daerah dengan landasan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 dan prinsip-prinsip pemberian Otonomi Daerah dalam UU 22/1999 yaitu Penyelengaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman Daerah. Pelaksanaan Otonomi Daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertangung jawab. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam merupakan provinsi yang mempunyai potensi perikanan dan kelautan yang cukup besar. Hasil perikanan di Aceh terdiri dari perikanan darat dan laut. Potensi perikanan laut di daerah Aceh cukup potensial, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal. Data tahun 1997 menunjukkan bahwa hasil perikanan laut mencapai 110.817,1 ton dan perikanan darat mencapai 24.436,7 ton. Sedangkan pada tahun 1998 hasil produksi perikanan laut mencapai 114.778,4 ton dan perikanan darat mencapai 23.228,4 ton. Hasil potensi perikanan di Aceh akan lebih banyak lagi jika perikanan tersebut dikembangkan dengan menggunakan peralatan yang modern dan canggih. Potensi perikanan, termasuk perikanan laut di kawasan Zona Ekonomi Eksklusif

(ZEE) belum dimanfaatkan secara optimal. Sekitar 60% dari total potensi perikanan yang dimiliki oleh provinsi Nanggroe aceh Darussalam belum termanfaatkan an 40% lainnya juga belum termanfaatkan secaa optimal. Nanggroe Aceh Darussalam sejak tahun 1999 telah menerapkan otonomi daerah dal kepemerintahannya. Secara filosofis, ada dua tujuan utama yang ingin dicapai dari penerapan kebijakan desentralisasi atau otonomi daerah yaitu tujuan demokrasi dan tujuan kesejahteraan. Tujuan demokrasi akan memposisikan pemerintah daerah sebagai instrumen pendidikan politik di tingkat lokal yang secara agregat akan menyumbang terhadap pendidikan politik secara nasional sebagai elemen dasar dalam menciptakan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara serta mempercepat terwujudnya masyarakat madani atau civil society. Tujuan kesejahteraan mengisyaratkan pemerintahan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal melalui penyediaan pelayanan publik secara efektif, efesien. Otonomi daerah ini berarti pemerintah daerah mempunyai wewenang penuh dalam mengelola potensi yang dimiliki dan pembangunan. Selain itu pendapatan yang didapatkan oleh pemerintah daerah 80% kembali ke daerah yang digunakan sebagai kas daerah, pembangunan dan lain sebagainya dan 20% di salurkan kepemerintahan pusat. Hal ini akan membuat pemerintah daerah merasa diberlakukan dengan adil tanpa harus ada terjadinya kesenjangan-kesenjangan dengan pemerintah pusat. Salah satu aspek yang mempunyai potensi di Nanggroe Aceh Darussalam adalah perikanan dan kelautan yangterdiri dari perikanan darat yang meliputi budidaya dan perikanan laut yang meliputi pengangkapan dan juga budidaya. Peraturan yang mengatur perikanan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam bersumber pada 2 hal yaitu hukum adat dan perda ( peraturan daerah ) yang mana hal ini dikarenakan otonomi daerah sehingga daerah mempunyai wewenang untuk mengeluarkan peraturan yang menyangkut dengan daerahnya. Peraturan adat yang berlaku di Aceh di dikenal dengan nama hukom laot. Adapun peraturan daerah yang mengatur perikanan dan kelautan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam di sesuaikan dengan keadaan provinsi tersebut sehingga tidak bertentangan dengan hukum adat. Dengan adanya peraturan daerah yang dibuat diharapkan pemerintah dan segenap komponen masyarakat di Nanggroe Aceh

Darussalam dapat memanfaatkan potensi yang ada dengan optimal tanpa harus mengakibatkan ekploitasi yang berlebihan . Hukum adat yang ada diketuai oleh panglima laot. Panglima Laot merupakan suatu struktur adat di kalangan masyarakat nelayan di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yang bertugas memimpin persekutuan adat pengelola Hukm Adat Lat. Hukm Adat Lat dikembangkan berbasis syariah Islam dan mengatur tata cara penangkapan ikan di laut (meupayang), menetapkan waktu penangkapan ikan di laut, melaksanakan ketentuan-ketentuan adat dan mengelola upacara-upacara adat

kenelayanan, menyelesaikan perselisihan antar nelayan serta menjadi penghubung antara nelayan dengan penguasa (dulu uleebalang, sekarang pemerintah daerah. Struktur adat ini mulai diakui keberadaannya dalam tatanan kepemerintahan daerah sebagai organisasi kepemerintahan tingkat desa di Kabupaten Aceh Besar pada tahun 1977 (Surat Keputusan Bupati Aceh Besar No. 1/1977 tentang Struktur Organisasi Pemerintahan di Daerah Pedesaan Aceh Besar). Akan tetapi, fungsi dan kedudukannya belum dijelaskan secara detail. Pada tahun 1990, Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Aceh menerbitkan Peraturan Daerah No. 2/1990 tentang Pembinaan dan Pengembangan Adat Istiadat, Kebiasaan-kebiasaan Masyarakat beserta Lembaga Adat, yang

menyebutkan bahwa Panglima Lat adalah orang yang memimpin adat istiadat, kebiasaan yang berlaku di bidang penangkapan ikan di laut. Dengan adanya hukom laot ini dapat meminimalisir terjadinya ekploitasi yang berlebihan terhadap penangkapan ikan dan mencegah terjadi kepunahan ikan karena tata cara dalam menangkap ikan sudah diatur dalam hukom laot ini. Pada sesi ini akan kita bahas potensi alam yang ada di beberapa kabupaten NAD yaitu Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Biereun dan Kabupaten Aceh Singkil.

2.1.1 Kabupaten Aceh Timur Kabupaten Aceh Timur adalah sebuah kabupaten yang berada di sisi timur Aceh, Indonesia. Kabupaten ini juga termasuk kabupaten kaya minyak selain Aceh Utara dan Aceh Tamiang. Kawasan ini juga termasuk basis Gerakan Aceh Merdeka sebelum diberlakukannya Darurat Militer sejak Mei 2003. Sebelum penerapan Darurat Militer ini,

kawasan Aceh Timur termasuk kawasan hitam, terutama di kawasan Peureulak dan sekitarnya.

1. Tata letak kabupaten Aceh Timur Kabupaten Aceh Timur yang terletak pada 407' - 513'LU dan 9713'-9757'BT, memiliki luas wilayah 604.060 Ha. Batas-batas daerahnya meliputi Selat Malaka di sebelah utara, Kabupaten Aceh Tamiang dan Gayo Lues di sebelah selatan, Selat Malaka di sebelah timur, serta Kabupaten Aceh Utara dan Aceh Tengah di sebelah barat. Secara topografis wilayahnya terdiri dan daratan dan landai (0 - 2%) sekitar 34,14% dari luas wilayah, daerah landai agak miring (2 -15%) sekitar 13,66% dan daerah agak miring (15 - 40%) yang pada umumnya tidak ada perkampungan seluas 26,58% serta lereng-lereng curam di atas 405 sekitar 25,64%. Sedangkan tekstur tanahnya terdiri dari tekstur halus (liat dan liat berlempung), tekstur liat (lempung berdebu dan lempung berpasir) dan tekstur kasar (pasir-pasir berlempung dan pasir berdebu). Menurut tata guna lahan tanah di Aceh Timur terdiri dari tegalan, perkebunan besar, perkebunan rakyat, tambak, hutan bakau, hutan darat, padang alang-alang, rawa-rawa dan tain-lain. Iklimnya adalah iklim tropis dengan musim kemarau berkisar antara bulan Maret - Agustus dan penghujan antara SeptemberFebruari. Curah hujan rata-rata antara 1.000-1.500 mm setahun, dengan suhu antara 28 C - 32 C dan kelembaban nisbi sekitar 75%.

2. Prospek Investasi Daerah 1) Pertanian Kabupaten Aceh Timur memiliki lahan dan keadaan alam yang cukup potensial untuk pertanian. Komoditas pertanian yang dikembangkan adalah padi, kedelai, jagung, kacang hijau, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar dan lain-lain. Disamping itu, lahan pekarangan dan lahan kosong di desa-desa banyak ditanami buah-buahan seperti rambutan, langsat, durian, mangga, cempedak, nenas dan sebagainya.

2) Perkebunan Kabupaten Aceh Timur memiliki lahan perkebunan yang sangat potensial. Sebagian lahan tersebut merupakan perkebunan rakyat untuk tanaman karet, kelapa, coklat, nilam, kelapa sawit, randu, pinang dan lain-lain. Selebihnya diusahakan oleh perusahaan perkebunan besar yang kini hampir merata di semua kecamatan.

3) Peternakan Kabupaten Aceh Timur merupakan salah satu lumbung ternak di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dan masih memungkinkan untuk dikembangkan di masa mendatang. Dalam rangka mempercepat pertumbuhan peternakan, sampai dengan tahun 2002 telah dilakukan berbagai upaya seperti penyebaran bibit ternak, pengendalian penyakit hewan, penyebaran makanan ternak dan penyuluhan kepada masyarakat. Pemerintah Kabupaten Aceh Timur membuka kesempatan yang seluas-luasnya kepada investor yang ingin menanamkan modalnya di bidang ini.

4) Perikanan Pesisir pantai Aceh Timur yang menghadap ke Selat Malaka merupakan kawasan penangkapan ikan laut yang sangat strategis. Disamping itu, daerah ini juga memiliki lahan yang ditumbuhi rawa-rawa yang sangat potensial untuk pertambakan udang dan ikan bandeng. Sektor perikanan Aceh Timur merupakan harapan baik, karena selama ini warga setempat masih berkonsentrasi pada pengolahan tambak semata.

5) Kehutanan Pohon-pohon yang mempunyai nilai ekonomis tinggi seperti meranti, cengal, damar laut, semantok, merbau, keruing dan sebagainya banyak terdapat di Aceh Timur.Terdapat pula berbagai flora yang dilindungi seperti Rafflesia dan Daun Sang. Adapun di kawasan rawa-rawa dipenuhi oleh hutan bakau sebagai bahan baku arang maupun untuk bahan bangunan. Selain itu, terdapat juga berbagai jenis hewan liar yang menghuni rimba di AcehTimur.

6) Perindustrian Aktivitas perindustrian di Aceh Timur telah mampu membawa perubahan dalam struktur ekonomi daerah. Di Kabupaten Aceh Timur telah tumbuh industri kertas yang telah mampu menembus pangsa pasar ekspor antara lain ke Singapura, Malaysia, Hongkong, China, Korea Selatan, Jepang, Saudi Arabia dan Kuwait. Disamping itu, Pemerintah Kabupaten juga mengupayakan pembangunan industri kecil yang diarahkan untuk menciptakan struktur ekonomi yang berimbang terutama antara desa dan kota. Upaya untuk memacu pengembangan industri kecil melalui pembinaan termasuk wajib uji produksi industri kecil, serta pelatihan peningkatan mutu. Hasil produksi industri kecil tersebut berupa bahan sulaman dan bordiran dalam bentuk dompet, tas, keranjang kain, kopiah, aneka hiasan dan gantungan kunci. Selain itu terdapat juga anyaman pandan dan berbagai bentuk sulaman kasab, yang kesemuanya dapat dijadikan cenderamata oleh para wisatawan. 7) Pertambangan Berdasarkan hasil penelitian, di Aceh Timur terdapat berbagai jenis potensi energi dan bahan mineral yang tersebar di berbagai kecamatan seperti minyak bumi, gas alam, panas bumi dan sebagainya. Minyak bumi terdapat di beberapa lokasi seperti pada aliran Krueng Peureulak, Krueng Idi, sebelah selatan Peureulak, sebelah barat Bayeun, dan di pesisir utara - timur. Gas alam terdapat di Kecamatan Julok yang diperkirakan cadangannya lebih besar dari yang ada di Arun Aceh Utara. Sumber panas bumi terdapat di Alue Siwah Kecamatan Idi Rayeuk. Sedangkan timah hitam, dolomit, dan batu gamping terdapat di Kecamatan Serba Jadi.

8) Pariwisata Kabupaten Aceh Timur memiliki potensi pariwisata berupa wisata budaya, wisata sejarah, dan wisata alam. Wisata budaya meliputi Tarian Seudati, Tari Ranub Sigapu, Tari Bines, Tari Saman, Rapaii Daboih, Tari Laweut, Tari Ranub Lam Puan, dan Tari Tarek Pukat. Wisata sejarah terdiri dari beberpa bekas Kerajaan Islam dan makammakam bersejarah. Sedangkan obyek wisata alam yang dapat dikembangkan antara lain Bekas Kerajaan Islam Peureulak, Pantai Kuala Beukah, Pantai Idi Cut, Pantai Kuala Parek, Pantai Ujung Perling, Air Terjun Paya Bili, Pantai Kuala Simpang Ulim, Pantai

Kuala Gelumpang, Pantai Kuala Matang Ulim, Pantai Alur Dua Muka, Pantai Aramia, dan Air Terjun Terujak.

2.1.2 Kabupaten Biereun 1. Tata Letak Kabupaten Bireuen Kabupaten Bireuen terletak pada 40.54 -50.18 Lintang Utara dan 960.20 -970.21 Bujur Timur. Kabupaten Bireuen berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah utara, Kabupaten Aceh Tengah di sebelah selatan, Kabupaten Pidie disebelah barat dan Kabupaten Aceh Utara di sebelah timur dengan luas keseluruhan 1.901,21 Km2, yang terbagi menjadi 10 kecamatan.

2. Prospek Investasi Daerah Komoditas khas dari kabupaten ini adalah giri matang, buah sejenis jeruk bali. Buah ini hanya terdapat di Matang, ibu kota kecamatan Peusangan yang berjarak 10 kilometer dari Bireuen ke arah Medan. Berbatasan dengan Selat Malaka di bagian utara memungkinkan Bireuen memiliki potensi perikanan dan kelautan yang siap di manfaatkan dengan andalan ikan cakalang dan tuna. Setiap tahunnya hasil tangkapan ikan cakalang rata-rata 1.410 ton, sedangkan ikan tuna 665 ton. Dari hasil budidaya, Bireuen mengandalkan udang windu dan bandeng. Dengan budidaya intensif diperoleh lima ton udang windu per bulan. Hasga udang windu dan bandeng jika diekspor sangat mahal. Dari geografis, letak Kabupaten ini sangatlah strategis. Ia berada di titik persimpangan arus pergerakan manusia dan barang dari arah timur (Medan, Langsa, Lhokseumawe), maupun arah barat (Gayo dan Takengon) menuju Banda Aceh. Alam Kabupaten Bireun menyimpan potensi yang luar biasa, pertanian menjadi yang utama, selain penghasil beras, Bireun juga dikenal dengan komoditas kacang kedelai, Kedelai Peudada bahkan menjadi produk ekspor, sedang daerah pesisir di kecamatan Jeympa, Jangka, dan samalanga berpotensi dikembangkan sebagai pertambakan intensif. Di Beruen juga akan di bangun sebuah kawasan industri terpadu dengan sistem berikat sedang disiapkan di Cot Bale Glumpang, Kecamatan Pandrah dan Samalanga. Di daerah ini juga terdapat potensi wisata yang dapat dikembangkan antara lain waduk Paya Kareng di Cot Gapu.

3. No 1

Profil Komoditi Sektor / Komoditi Primer-Perkebunan:Kelapa Sawit Primer-Perkebunan:Kakao Unggulan / Tidak Unggulan Produksi Tahun Terakhir (2006) : 4,462.00 Ton Unggulan Produksi Tahun Terakhir (2006) : 2,394.00 Ton Deskripsi

Primer-Perkebunan:Karet

Unggulan Produksi Tahun Terakhir (2006) : 953.00 Ton

Primer-Perkebunan:Tebu

Unggulan Produksi Tahun Terakhir (2006) : 8.00 Ton

Primer-Perkebunan:Kopi

Unggulan Produksi Tahun Terakhir (2006) : 461.00 Ton

Primer-Perkebunan:Kelapa

Unggulan Produksi Tahun Terakhir (2006) : 17,562.00 Ton

Primer-Perkebunan:Cengkeh Non Unggulan Produksi Tahun Terakhir (2006) : 91.00 Ton

Primer-Perkebunan:Jambu Mete Primer-Perkebunan:Lada

Non Unggulan Produksi Tahun Terakhir (2006) : 9.00 Ton Non Unggulan Produksi Tahun Terakhir (2006) : 31.00 Ton

2.1.3 Kabupaten Aceh Singkil Usia Kabupaten Aceh Singkil tergolong muda. Empat tahun. Kabupaten ini hasil pemekaran Kabupaten Aceh Selatan. Sejak "melepaskan diri" dari kabupaten induk tahun 1999, Aceh Singkil berbenah diri. Salah satu yang menjadi perhatian pemerintah kabupaten adalah pengeluaran untuk bidang transportasi.

1. Pembangunan Pada realisasi pengeluaran pembangunan dalam anggaran 2000 yang hanya sembilan bulan terhitung bulan April sampai Desember pengeluaran untuk transportasi Rp 9,8 miliar. Jumlah ini merupakan pengeluaran terbesar dibandingkan dengan 20 jenis pengeluaran pembangunan lainnya. Nilainya setara dengan 38 persen dari seluruh pengeluaran pembangunan Rp 25,7 miliar. Dana untuk sektor transportasi antara lain untuk pembuatan marka jalan seperti rambu lalu lintas.

Sampai dua tahun kemudian, transportasi masih menjadi perhatian pemerintah setempat. Jumlah pengeluaran sektor ini terbesar kedua setelah sektor aparatur pemerintah dan pengawasan. Pada anggaran tahun 2002, dengan pengeluaran pembangunan tidak kurang dari Rp 108 miliar, Aceh Singkil mengalokasikan Rp 20,7 miliar untuk transportasi. Nilai ini selisih sekitar Rp 3,2 miliar dari sektor aparatur pemerintah dan pengawasan, Rp 23,9 miliar. 2. letak geografis Aceh Singkil berada pada 20.02-30.0 Lintang Utara dan 970.04-980.12 Bujur Timur. Sebagian besar jalan yang menghubungkan Singkil, ibu kota Aceh Singkil dengan Banda Aceh, ibu kota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang berjarak 710 kilometer, sudah beraspal hotmix. Kondisi serupa dijumpai pada jalan yang menghubungkan Singkil dengan Medan, ibu kota Provinsi Sumatera Utara. Melalui jalan yang lumayan halus itu, jarak tempuh kedua daerah ini sekitar 7 jam. Berbatasan dengan Samudera Hindia di sebelah Selatan membuat kabupaten ini memiliki potensi perikanan dan kelautan. Perairan di Aceh Singkil merupakan sarang ikan, udang, rumput laut, dan terumbu karang. Salah satu daerah produsen ikan laut adalah Pulau Banyak. Rata-rata per tahun daerah ini menghasilkan 6.500 ton ikan laut. Sedangkan produk ikan laut seluruh kabupaten 17.400 ton. Hasil tangkapan para nelayan

ini antara lain dipasarkan ke Sibolga dan Medan. Ikan-ikan itu dikapalkan melalui Pelabuhan Balai dengan waktu tempuh sekitar 18 jam. Ikan dari Aceh Singkil itu digunakan untuk mencukupi kebutuhan restoran atau warung-warung makan pada kedua kota di Provinsi Sumut itu. 3. Potensi Wilayah Aceh Singkil Meskipun jauh dari pusat kendali pemerintahan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) di Banda Aceh, kami tidak ingin terkucil. Oleh karena itu, pemerintah kabupaten didukung masyarakat Aceh Singkil, di era otonomi ini akan menggali optimal semua potensi daerah. Ini tidak muluk- muluk, karena Aceh Singkil memiliki potensi untuk itu, terutama sumber daya alam yang lumayan menjanjikan," tegas Wakil Bupati Aceh Singkil Muadz Vohry dengan nada optimis, ketika ditemui Kompas di Singkil, kota kabupaten yang tepat berada di depan Samudera Indonesia. Tekad untuk tidak terkucil dalam gerak pembangunan di NAD, wajar menjadi target masyarakat dan pelaksana pemerintahan di Aceh Singkil. Ada dua faktor yang dirasakan sebagai tantangan dalam membangun fisik, kemasyarakatan dan perekonomian daerah. Keduanya yakni, usianya yang baru empat tahun berdiri sebagai kabupaten, dan posisi geografis yang tidak terlalu menguntungkan. Aceh Singkil resmi menjadi

kabupaten pada 27 April 1999. Berdasarkan Undang Undang Nomor 14 Tahun 1999, Aceh Singkil lepas dari induknya Kabupaten Aceh Selatan. Adapun letak geografis, wilayah Singkil persis di pantai barat Sumatera, sekitar 680 km dari kota Banda Aceh, ibu kota Provinsi NAD. Untuk koordinasi pembangunan ke pusat dan provinsi serta akses ekonomi, jalur transportasi yang ditempuh penuh tantangan. Karena hanya mengandalkan satu-satunya jalan darat atau harus memutar ke Medan sejauh 300-an kilometer, kemudian menggunakan penerbangan ke Banda Aceh atau Jakarta. Beberapa faktor yang tidak menguntungkan ini, memberi inspirasi dan memotivasi masyarakat dan jajaran pemerintahan di daerah ini agar bisa secepatnya mandiri. Kemandirian Aceh Singkil diartikan secara konkret, yakni bagaimana bisa lepas dari bayang-bayang induknya Aceh Selatan, dan hidup dengan pendapatan sendiri. Dari kerangka itu, kita sepakat lima tahun pertama Aceh Singkil harus bangkit mengejar ketertinggalan dari kabupaten-kabupaten lain di NAD

Dari segi potensi alam yang dimiliki daerah kabupaten aceh singkil keinginan untuk mengejar ketertinggalan tersebut tidak sukar diwujudkan. Selain situasi keamanan yang relatif tenang tanpa konflik, Singkil memiliki potensi di sektor perkebunan dan perikanan yang lumayan besar. Di sektor perkebunan misalnya, di daerah ini tercatat sekitar 22 perusahaan besar perkebunan, sebagian sudah menanam modalnya dan sebagian lagi masih mengantongi izin prinsip. Komoditas yang dikembangkan adalah kelapa sawit. Hingga kini sedikitnya hampir 200.000 hektar (ha) areal kebun kelapa sawit yang sudah produktif di Aceh Singkil. Selain milik perusahaan besar, kebun sawit juga dimiliki rakyat (petani). Luas lahan kebun sawit milik rakyat ini mulai 5 ha hingga di atas 100 ha. Kepemilikan sawit rakyat tersebut semata-mata untuk mengurangi ekses, terutama menghindari kesenjangan dengan adanya perusahaan besar di daerah ini. Jadi, rakyat Singkil tak sekadar menonton, tapi juga ikut berkiprah dan memetik hasil langsung di sektor perkebunan, Tentang potensi perikanan di daerah kabupaten aceh singkil tidak terbantah lagi karena kabupaten ini memiliki wilayah perairan potensial. selama ini kekayaan perikanan tersebut dikuras oleh nelayan-nelayan asing. Justru itu agar dominasi nelayan asing bisa dihentikan, tengah diupayakan pembangunan industri perikanan terpadu skala besar yang akan memberdayakan sekitar 500 keluarga nelayan lokal. Sektor perikanan Aceh Singkil, kini tampak memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Salah satu pemodal besar di Tanah Air sudah menyatakan kesediaan membangun industri perikanan terpadu di daerah ini. 4. Pendapatan Daerah Seperti telah dijelaskan diatas setelah bupati aceh singkil mencoba untuk pisah yang sebelumnya masih ketergantungan pada aceh pusat (NAD) yang bertujuan untuk mencoba mendapatkan penghasilan dari kemandirian masyarakat tanpa ada bantuan dari pemerintah pusat maupun NAD. Dimana dapat kita ketahui potensi-potensi didaerah kabupaten aceh singkil tersebut, pendapatan penghasilan bagi masyarakat adalah dominasi dari hasil pertanian yang berupa tanaman kelapa sawit, dan penangkapan ikan juga budidaya sekala rumah tangga. Namun sampai saat ini masih kurangnya pendapatan terutama dari sumberdaya perikanannya, karena masih kurangnya perhatian dari PEMDA

setempat. Sehinga penghasilan maupun pendapatan masyarakat kabupaten aceh singkil saat ini hanya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari saja tidak lebih dari itu khusus para nelayan dan petani.

2.2 Provinsi Sumatra Utara Provinsi Sumatra utara terletak sebelah utara pulau Sumatra yang beribukota Medan, pada sesi ini akan khusus dibahas tentang kota medan.

1. Gambaran Umum Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi Sumatera Utara, Kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah. Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barang/jasa yang relatif besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2007 diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional/nasional.

2. Kota Medan Secara Geografis Secara administratif , wilayah kota medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota Medan didukung

oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lainlain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun kuar negeri (eksporimpor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

3. Kota Medan Secara Ekonomi Pembangunan ekonomi daerah dalam periode jangka panjang (mengikuti pertumbuhan PDRB), membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor non primer, khususnya industri pengolahan dengan increasing retunrn to scale (relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Ada kecenderungan, bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi membuat semakin cepat proses peningkatan pendapatan masyarakat per kapita, dan semakin cepat pula perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lain mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi, relatif tetap. Berdasarkan perbandingan peranan dan kontribusi antar lapangan usaha terhadap PDRB pada kondisi harga berlaku tahun 2005-2007 menunjukkan, pada tahun 2005 sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 70,03 persen, sektor sekunder sebesar 26,91 persen dan sektor primer sebesar 3,06 persen. Lapangan usaha dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran menyumbang sebesar 26,34 persen, sub sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65 persen dan sub sektor industri pengolahan sebesar 16,58 persen.

Kontribusi tersebut tidak mengalami perubahan berarti bila dibandingkan dengan kondisi tahun 2006. Sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 68,70 persen, sekunder sebesar 28,37 persen dan primer sebesar 2,93 persen. Masing-masing lapangan usaha yang dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran sebesar 25,98 persen, sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65 persen, industri jasa pengolahan sebesar 16,58 persen dan jasa keuangan 13,41 persen. Demikian juga pada tahun 2007, sektor tertier mendominasi perekonomian Kota Medan, yaitu sebesar 69,21 persen, disusul sektor sekunder sebesar 27,93 persen dan sektor primer sebesar 2,86 persen. Masing masing lapangan usaha yang dominan memberikan kontribusi sebesar 25,44 persen dari lapangan usaha

perdagangan/hotel/restoran, lapangan usaha transportasi/telekomunikasi sebesar 19,02 persen dan lapangan usaha industri pengolahan sebesar 16,28 persen.

4. Kota Medan Sebagai Daerah Otonom Secara konstitusional Negara Indonesia di bagi dalam daerah propinsi dan daerah yang lebih kecil (Kota-Kabupaten). Masing-masing daerah pada dasarnya memiliki sifat otonom dan atministratif. Adanya daerah, menjadikan adanya pemerintahan daerah, pertimbangan situasional, historis, politis, psikologis dan tehnis pemerintahan, merupakan latar belakang pemikiran strategis perlunya pemerintahan daerah di Indonesia. Pemerintah Daerah Kota Medan adalah Walikota Medan beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai unsur penyalenggara pemerintah daerah. Secara garis besar struktur organisasi Pemerintah Kota Medan, dapat digambarkan sebagai berikut:

Fungsi Pemerintah Kota Medan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam lima (5) sifat, yaitu : ( 1) Pemberian pelayanan, (2) Fungsi pengaturan (penetapan perda), (3) Fungsi pembangunan, (4) Fungsi perwakilan (dengan berinteraksi dengan Pemerintah Propinsi /Pusat), (5) Fungsi koordinasi dan perencanaan pembangunan kota. Dalamkaitannya dengan penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah, Pemerintah Kota Medan menyelenggarakan 2 (dua) bidang urusan yaitu : 1. Urusan pemerintahan teknis yang pelaksanaannya diselenggarakan oleh Dinas-dinas daerah (Dinas Kesehatan, Pekerjaan Umum) dan 2. Urusan pemerintahan umum, yang terdiri dari:

Kewenangan mengatur yang diselengarakan bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan, sebagi Badan Legislatif Kota.

Kewenagan yang tidak bersifat mengatur (segala sesuatu yang dicakup dalam kekuasaan melaksanakan kesejahteraan umum), yang diselenggarakan oleh Wlikota/Wakil Walikota, sebagai pimpinan tertinggi Badan Eksekutif Kota

Bersasarkan fungsi dan kewenagan tersebut, Walikota Medan membawahi (pimpinan Eksekutif tertinggi) seluruh Instansi pelaksana Eksekutif Kota.

5. Keuangan Daerah Diberlakukannya Undang-Undang No : 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor : 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan kewenangan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab. Adanya perimbangan tugas, fungsi dan peran antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah tersebut berkonsekuensi, masing- masing daerah harus memiliki penghasilan yang cukup, daerah harus memiliki sumber pembiayaan yang memadai untuk memikul tanggung jawab penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dengan demikian diharapkan masing-masing daerah akan dapat lebih maju, mandiri, sejahtera dan kompetitif. Untuk mendukung penyelenggaraan kewenangan, peran, fungsi, dan tanggung jawabnya. Pemerintah Kota Medan memiliki beberapa sumber pendapatan pokok, yaitu : (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), (2) Dana Perimbangan, (3) Pinjaman Daerah, (4) Lain- lain penerimaan yang sah. Sebagai daerah yang perkembangan ekonominya sangat didominasi sektor sekunder dan tertier, sumber pendapatan asli daerah sebagian besar diperoleh dari hasil pajak dan retribusi daerah. Bagi Pemerintah Kota Medan, pungutan pajak lebih didefinisikan sebagai cara memberikan kesejahteraan umum (redistribusi pendapatan) dari pada sekedar budgeter. Walaupun ada kecenderungan peningkatan volume dalam PAD, namun diakui 70% sumber penerimaan Kota Medan di sektor publik masih berasal dari alokasi pusat (dana perimbangan / dana alokasi umum). Hal yang menggembirakan dalam hal pembiayaan pembangunan kota adalah, jika sebelumnya sebagian besar program pembangunan yang disediakan oleh pemerintah pusat dialokasikan dalam bentuk dana Inpres (regional) maupun dana DIP (sektoral), maka saat ini sebagian besar sudah dalam bentuk bantuan spesifik (specific blok grant), dan blok grant yang lansung diterima dan dikelola oleh daerah.

Pemanfaatan sebagian besar dana perimbangan tersebut oleh Pemerintah Kota Medan digunakan untuk pengembangan jaringan infrastruktur kota terpadu, termasuk pemeliharaannya. Dengan keterpaduan tersebut infrastruktur yang dibangun benar benar memperlancar arus barang dan jasa antar daerah sehingga dapat menggerakkan kegiatan sosial ekonomi warga Kota Medan. Kegiatan ekonomi yang berkembang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Pemerintah Kota dalam pembiayaan pembangunan kota, sekaligus memperkecil ketergantungan Pemerintah Kota kepada Pemerintah Pusat.

2.3 Provinsi Kepulauan Riau Kepulauan Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia. Provinsi Kepulauan Riau berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja di sebelah utara; negara Malaysia dan Provinsi Kalimantan Barat di timur; Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Jambi di selatan; Negara Singapura, Malaysia, dan Provinsi Riau di sebelah barat. Secara keseluruhan Wilayah Kepulauan Riau terdiri dari 4 Kabupaten dan 2 Kota, 47 Kecamatan serta 274 Kelurahan/Desa dengan jumlah 2.408 pulau besar dan kecil dimana 30% belum bernama dan berpenduduk. Adapun luas wilayahnya sebesar 252.601 Km2, di mana sekitar 95% - nya merupakan lautan dan hanya sekitar 5% merupakan wilayah darat. Sedangkan untuk jumlah penduduknya 1.200.000 jiwa. Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi baru hasil pemekaran dari provinsi Riau. Provinsi Kepulauan Riau terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2002 merupakan Provinsi ke-32 di Indonesia yang mencakup Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Lingga. Pada umunya suku bangsa yang terdapat di provinsi kepulauan riau adalah melayu, bugis, jawa, arab, tionghoa, padang, batak dan flores. Sedangkan Bahasa yang dipakai adalah bahasa resmi yaitu Bahasa Indonesia dan ada juga yang menggunakan bahasa Melayu tetapi pada umunya menggunakan bahasa Indonesia karena kepulauan riau merakan 60 % transmigran dari pulau jawa dan sekitarnya.

1. Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Kepulauan Riau berbatasan dengan negara tetangga yaitu Singapura, Malaysia, dan Vietnam yang memiliki luas wilayah 251,810,71 km dengan 96 persennya adalah perairan dengan 1350 pulau besar dan kecil telah menunjukkan kemajuan dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Ibukota Provinsi Kepulauan Riau berkedudukan di Tanjung Pinang. Provinsi ini terletak pada jalur lalu lintas transportasi laut dan udara yang strategis dan terpadat pada tingkat internasional, serta pada bibir pasar dunia yang memiliki peluang pasar. 2. Sumber Daya Alam Kepri memiliki potensi sumber daya alam mineral dan energi yang relatif cukup besar dan bervariasi baik berupa bahan galian A (strategis) seperti minyak bumi dan gas alam, bahan galian B (vital) seperti timah, bauksit, dan pasir besi, maupun bahan galian golongan C seperti granit, pasir, dan kuarsa. 3. Potensi Daerah 1) Kelautan Sebagai Provinsi Kepulauan, wilayah ini terdiri atas 96 % lautan. Kondisi ini sangat mendukung bagi pengembangan usaha budidaya perikanan mulai usaha pembenihan sampai pemanfaatan teknologi budidaya maupun penangkapan. Di Kabupaten Karimun terdapat budidaya Ikan kakap, budidaya rumput laut, keramba jaring apung. Kota Batam, Kabupaten Bintan, Lingga dan Natuna juga memiliki potensi yang cukup besar dibidang perikanan. Selain perikanan tangkap di keempat Kabupaten tersebut, juga dikembangkan budidaya perikanan air laut dan air tawar. Di kota Batam tepatnya di Pulau Setoko, bahkan terdapat pusat pembenihan ikan kerapu yang mampu menghasilkan lebih dari 1 juta benih setahunnya.

2) Peternakan Potensi di bidang peternakan difokuskan pada ternak itik, ternak sapi, ternak ayam dan ternak kambing yang umumnya masih dilaksanakan oleh peternakan kecil. 3) Pertanian Hampir diseluruh wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau berpotensi untuk diolah menjadi lahan pertanian dan peternakan mengingat tanahnya subur. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis terutama di Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, dan Kota Batam. Disamping palawija dan holtikultura, tanaman lain seperti kelapa, kopi, gambir, nenas, cengkeh sangat baik untuk dikembangkan. Demikian juga di Kabupaten Kepulauan Riau dan Lingga sangat cocok untuk ditanami buah-buahan dan sayuran. Di beberapa pulau sangat cocok untuk perkebunan kelapa sawit. 4) Pariwisata Provinsi Kepulauan Riau merupakan gerbang wisata dari mancanegara kedua setelah Pulau Bali. Jumlah wisatawan asing yang datang berkunjung mencapai 1,5 juta orang pada tahun 2005. Objek wisata di Provinsi Kepulauan Riau antara lain adalah wisata pantai yang terletak di berbagai kabupaten dan kota. Pantai Melur, Pulau Abang dan Pantai Nongsa di kota Batam, Pantai Pelawan di Kabupaten Karimun, Pantai Lagoi, Pantai Tanjung Berakit, Pantai Trikora, dan Bintan Leisure Park di kabupaten Bintan. Kabupaten Natuna terkenal dengan wisata baharinya seperti snorkeling. Selain wisata pantai dan bahari, provinsi Kepulauan Riau juga memiliki objek wisata lainnya seperti cagar budaya, makam-makam bersejarah, tarian-tarian tradisional serta event-event khas daerah. Di kota Tanjung Pinang terdapat pulau Penyengat sebagai pulau bersejarah karena di pulau ini terdapat masjid bersejarah dan makam-makam Raja Haji Fisabililah dan Raja Ali Haji yang kedua-duanya adalah pahlawan nasional. 4. Perekonomian Daerah Dalam periode lima tahun terakhir (2001-2005) Perekonomian Provinsi Kepulauan Riau didominasi oleh sektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi (share) rata-rata sebesar 65,65% terhadap pembentukan PDRB (Atas Dasar Harga Konstan). Sedangkan pada tahun 2005 sektor industri pengolahan memberikan

kontribusi (share) sebesar Rp.20,249 triliun atau sebesar 67,24% terhadap pembentukan PDRB Provinsi Kepulauan Riau. Sementara itu sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2005 merupakan sektor kedua terbesar dalam memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB yaitu sebesar Rp.2,491 triliun atau sebesar 8,20%. Kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam lima tahun terakhir menunjukkan trend yang menaik dengan kontribusi rata-rata sebesar 7,99%. Sektor ketiga yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan PDRB adalah sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar Rp.2,082 triliun atau sebesar 6,86%. Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian dalam lima tahun terakhir cenderung mengalami penurunan, karena pada tahun 2001 sektor ini memberikan kontribusi sebesar 13,68% dan pada tahun 2004 kontribusinya menurun sehingga menjadi 7,40% terhadap pembentukan PDRB Provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan sektor keempat yaitu sektor pertanian, pada tahun 2005 memberikan kontribusi (share) sebesar Rp.1,46 triliun atau sebesar 4,82%. Sub sektor perikanan merupakan penyumbang terbesar terhadap pembentukan sektor ini yaitu sebesar Rp.1,056 triliun dan memberikan kontribusi sebesar 3,48% terhadap pembentukan PDRB. Kontribusi sektor pertanian pada tahun 2005 ini menurun apabila dibandingkan tahun 2004. Selama periode tahun 2001-2004 kontribusi sektor pertanian cenderung menaik dimana pada tahun 2001 adalah sebesar 4,72% dan pada tahun 2004 kontribusi adalah sebesar 4,87%. Sektor kelima yang memberikan kontribusi cukup signifikan terhadap PDRB daerah ini adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dimana pada tahun 2005 memberikan kontribusi (share) sebesar Rp.1,335 triliun atau sebesar 4,40%. Kontribusi sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dalam lima tahun terakhir menunjukkan trend yang menaik dimana pada tahun 2001 kontribusi sektor ini baru mencapai 3,93%.

5. Perekonomian yang Berkembang di Provinsi Kepulauan riau Berdasarkan perekonomian yang telah berkembang di Provinsi Kepulauan Riau telah memberikan dana APBD untuk perkembangan daerah. Adapun perekonomian daerahnya meliputi:

1) Perikanan Sebagai Provinsi Kepulauan, wilayah ini terdiri atas 96 % lautan. Kondisi ini sangat mendukung bagi pengembangan usaha budidaya perikanan mulai

usahapembenihan sampai pemanfaatan teknologi budidaya maupun penangkapan. Di Kabupaten Karimun terdapat budidaya Ikan kakap, budidaya rumput laut, kerambah jaring apung. Kota Batam, Kabupaten Bintan, Lingga dan Natuna juga memiliki potensi yang cukup besar dibidang perikanan. Selain perikanan tangkap di keempat Kabupaten tersebut, juga dikembangkan budidaya perikanan air laut dan air tawar. Di kota Batam tepatnya di Pulau Setoko, bahkan terdapat pusat pembenihan ikan kerapu yang mampu menghasilkan lebih dari 1 juta benih setahunnya.

Jenis Komoditas yang dikembangkan di Loka Budidaya Laut Batam


No 1 2 Jenis Produksi Kakap Putih Kakap Macan Produksi (benih) 500.000 80.000 Teknologi yang dihasilkan Produksi Massal Produksi Massal Peningkatan SR, saat SR -nya 5% Daerah Distribusi Propinsi Riau Propinsi Kepulauan Riau Propinsi Sumatera Barat Propinsi Kalimantan Selatan Propinsi Kalimantan Barat Propinsi DKI Jakarta Propinsi Sumatera Utara

Bawal Bintang

60.000

Kerapu Bebek

120.000

Peningkatan SR, saat SR -nya 1,25%


Pemeliharaan larva dan identifikasi pakan Pemeliharaan larva dan peningkatan SR, saat ini SRnya0,001% Produksi Massal Pemijahan Pemijahan Kegiatan TA 2006 Kegiatan TA 2006 Kegiatan TA 2006

Gonggong

Kakap Merah

7 8 9 10 11 12

Kakap Mata Kucing Kerapu Lumpur Kerapu Kertang Kerapu Sunu Rumput Laut Abalone

100.000 -

a. Perikanan Tangkap dan Budidaya Perikanan tangkap beroperasi di wilayah pengelolaan laut Cina Selatan, Natuna dan ZEEI. Selama ini pemanfaatan potensi kelautan dan perikanan didominasi oleh perikanan tangkap dilaut. Pada tahun 2004, produksi perikanan tercatat sebesar 178.802,7 ton. Sejumlah 177.967,8 ton (99,5%) berasal dari perikanan tangkap dilaut. Diikuti oleh produksi perikanan budidaya laut sebesar 827,2 ton (0,4%) dan produksi budidaya air payau (tambak) sebesar 7,7 ton (0,1%).

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Potensi Perikanan Tahun 2004


No
1

Jenis Ikan
Ikan Pelagis Kecil (Ikan Parang-parang, Ikan Teri, Ikan Selar, Ikan Kembung dan Ikan Tembang Ikan Demersal (Ikan Kakap, Ikan Pari,dll) Udang Paneid Lobster Cumi - cumi Ikan Karang (Ikan Ekor Kuning,Ikan Pisang-pisang,Ikan Baronang, Ikan Kerapu, Ikan Napoleon) Ikan Hias TOTAL

Sumberdaya tersedia (Ton)


513.000 656.000 11.000 400 2.697 27.656 293.595,5 1.504.348,5

Tingkat pemanfaatan (%)


65 75 100 60 90 75 -

2 3 4 5 6

Sampai akhir 2004, jumlah rumah tangga perikanan (RTP) tangkap sebesar 33.670 RTP. Sedangkan untuk perikanan budidaya jumlah RTP sebesar 6.126 RTP.

Jumlah Rumah Tangga Perikanan Tahun 2004


No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kabupaten/ Kota Bintan Lingga Natuna Karimun Tanjung Pinang Batam Jumlah Rumah Tangga Perikanan Tangkap Budidaya 8.010 200 5.256 300 9.986 3.000 1.567 1.000 1.240 90 7.591 1.536 33.670 6.126

Dalam tahun yang sama jumlah armada perikanan tercatat 28.453 buah terdiri dari Perahu Tanpa Motor (PTM) sejumlah 9.649 buah, Motor Tempel (MT) 2.701, Kapal GT sejumlah 15.166 dan Kapal 30 GT 937. 30

Jumlah Kapal Penangkap Ikan Tahun 2004


No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kabupaten/ Kota Kab. Bintan Kab. Lingga Kab. Natuna Kab. Karimun Kota Tanjung Pinang Kota Batam Jumlah Kapal Penangkap Ikan
PTM MT 30 GT 30 GT

Jumlah 7510 4.099 5.543 7.106 946 3.249 28.453

2.852 1.764 1.526 2.192 310 1.005 9.649

130 68 21 584 1.898 2.701

4.432 2.267 3.989 3.833 509 138 15.166

96 9 497 127 208 937

b. Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil tersebar di wilayah perairan Kabupaten Bintan, Natuna, Karimun, Lingga, Kota Batam dan Tanjungpinang.

Potensi Sumberdaya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil


No
1 2 3 4

Jenis Sumberdaya
Terumbu Karang Hutan Bakau(Mangrove) Padang Lamun Rumput Laut

Luas (Ha)
50.718,3 57.849,2 11.489,6 37.634,8

Wilayah Sebaran Ekosistem


Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Natuna dan Kabupaten Lingga Se- Provinsi Kepulauan Riau Se- Provinsi Kepulauan Riau Kabupaten Kepulauan Riau

2) Industri Industri manufaktur yang berskala kecil sampai sedang dan industri besar, terutama industri perkapalan, agroindustri dan perikanan. Saat ini industri yang paling banyak di Kepulauan Riau adalah industri elektronik seperti PCB, komponen komputer, peralatan audio dan video dan bagian otomotif. Industri ringan lainnya seperti industri barang-barang, garmen, mainan anak anak, peralatan rumah tangga. Industri lainnya fabrikasi baja, penguliran pipa, peralatan eksplorasi minyak, pra-fabrikasi minyak, jacket lepas pantai dan alat berat terdapat di Bintan, Batam dan Karimun. Disamping itu, kegiatan perdagangan di Kepulauan Riau difokuskan pada ekspor dan impor dengan total nilai ekspor di tahun 2004 mencapai USD 4.910 milyar dan impor

USD 4.175 milyar yang berasal dari kegiatan ekspor 95 perusahaan ke 60 negara. Nilai Ekspor melampaui nilai impor. Selanjutnya, untuk menyongsong Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Batam, Bintan, dan Karimun, nilai investasi asing yang telah ditanam mencapai US$ 543.200.000. Daftar investor asing di Kawasan BBK Tahun 2006
NO 1 2 3 4 5 6 NAMA PERUSAHAAN Batam Fast Indonesia, PT Neptune Marine, PT Cemara Intan Shipyard, PT Indo Multi Sarana Tiong Woon Co.Ltd Daeju Construction Engineering Co.Ltd JLH NAKER 105 205 202 1500 1000 5000 8057 BIDANG USAHA Angkutan Penyebrangan Pembuatan Kapal Pembuatan Kapal Pengembangan Industri Shipping, Kepelabuhanan Galangan Kapal, Perumahan NILAI INVESTASI (US$) 2.000.000 1.600.000 2.000.000 15.000.000 20.000.000 500.000.000 543.200.000 LOKASI Batam Batam Batam Batam Bintan Karimun

TOTAL

a. Minyak, Gas Bumi dan Kapal Tenggelam Minyak dan Gas Bumi terdapat di perairan Natuna (Kab. Natuna). Berdasarkan data dari hasil survey bahwa jumlah cadangan minyak bumi di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 291.81 MMBO dan produksi rata-rata pertahun 16,121 MMBO, sedangkan jumlah cadangan gas sebesar 55,3 TSCF. Barang muatan bekas kapal tenggelam banyak didapati di perairan bagian timur Kab. Kep. Riau, perairan Lingga dan Natuna

b. Industri Kelautan Industri Kelautan yang ada di Provinsi Kepulauan Riau, diantaranya adalah: 1. Industri pembuatan dan perawatan kapal 2. Industri penunjang kegiatan perkapalan , terdapat 105 industri perkapalan di seluruh wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

3) Peternakan Potensi di bidang peternakan difokuskan pada ternak itik, ternak sapi, ternak ayam dan ternak kambing yang umumnya masih dilaksanakan oleh peternakan kecil. Potensi Ternak di Provinsi Kepulauan Riau
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 Jenis Sapi Kerbau Kambing Babi Ayam Beras Ayam Petelur Ayam Pedaging Itik Populasi (ekor) 9.910 19.704 351 680.380 904.417 258.390 442.636 70.275 Jumlah Pemotongan (Ekor) 7.689 18 7.646 201.465 745.110 219.191 1.134.132 120.670 Daging (Kg) 10.021.351 3.397 94.239 8.426.640 904.593 492.335 1.508.394 136.652

4) Pertambangan Potensi sumber daya alam mineral dan energi yang relatif cukup besar dan bervariasi baik berupa bahan galian A (strategis); bahan galian B (vital) maupun bahan galian golongan C yang dapat dilihat sebagai berikut:

Jumlah Cadangan Bahan Galian di Provinsi Kepulauan Riau


No 1 2 3 4 Jenis Bahan Galian Minyak Bumi Gas Alam Timah Bauksit Kabupaten/Kota Natuna Natuna Karimun Lingga Bintan Karimun Lingga T. Pinang Lingga Natuna Lingga Natuna Karimun Bintan Natuna Lingga Karimun Lingga Bintan Karimun Bintan Karimun Natuna Lingga Natuna Natuna Lingga Natuna Karimun Natuna Lingga Lingga Lingga Natuna Natuna Jumlah Cadangan 298,81 MMBO 55,3 TSCF 11.360.500 m3 3.832.500 m3 1.150.000 m3 4.204.840 ton 19.662.288.605 m3 16.800.000 m3 - 7.164.348.267 ton 84.930.000 m3 882.000.000 20.000.000 m3 78.013.300.931 m3 43.240.000 m3 36.555.921.955 m

5 6 7 8

Pasir Besi Zircon Antimon Granit

Pasir Darat

10 11

Pasir Laut Kuarsa

12 13 14 15 16 17 18 19 20

Granulit Diorit Andesit Rijang Feldspar Kaolin Batu setengah permata Hornfels Batuan Ultrafamic

5) Pertanian Hampir diseluruh wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau berpotensi untuk diolah menjadi lahan pertanian dan peternakan mengingat tanahnya subur. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis terutama di Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, dan Kota Batam. Disamping palawija dan holtikultura, tanaman lain seperti kelapa, kopi, gambir, nenas, cengkeh sangat baik untuk dikembangkan. Demikian juga di Kabupaten Kepulauan Riau dan Lingga sangat cocok untuk ditanami buah-buahan dan sayuran. Di beberapa pulau sangat cocok untuk perkebunan kelapa sawit.

Luas Lahan menurut Jenis Lahan Tahun 2006


Kab/Kota Bintan Karimun Natuna Batam Tg.Pinang Lingga Total Potensi Lahan (Ha) 17.379 4.637,4 21.117 8.553,98 7.382 14.361 73.430,38 Komoditas (Ha) Perkebunan Buah Sayuran 6.652 8.707 2.020 805,5 3.377,8 454,1 5.386 8.308 7.423 355,04 6.906,6 1.292,34 363 6.766 253 500 13.426 435 14.061,54 47.491,4 11.877,44

Produksi Tanaman Buah-Buahan Tahun 2004


Kabupaten /Kota 01. 02. 03. 04. 05. 06. Bintan Batam Karimun Natuna Tg Pinang Lingga Pisang (Ton) 1.429 393,68 867 157 74 2.920 Durian (Ton) 423 62 522 3.532 4.539 Duku Lansium (Ton) 44 20 0 301 365 Mangga (Ton) 116 99 799 1.200 14 2.228 Jeruk (Ton) 25 73 200 581 879

Prov Kep.Riau

Kabupaten /Kota 01. 02. 03. 04. 05. 06. Bintan Batam Karimun Natuna Tg.Pinang Lingga

Rambutan (Ton)

Pepaya (Ton)

Nenas (Ton)

Jambu (Ton)

Lainnya (Ton)

559 420,29 103 402 29 1.513,29

533 150,15 101 240 74 1.098,15

7.520 159,39 14.330 31 13 22.053,39

48 7 87 142

531 48 122 1.324 64 2.089

Prov Kep.Riau

2.4 Provinsi Bengkulu Provinsi Bengkulu merupakan provinsi yang terletak di bagian Selatan Pulau Sumatra yang terdiri dari lima kabupaten, yang kita bahas dalam sesi ini adalah kabupaten Bengkulu selatan.

1. Pemekaran daerah Kebupaten Bengkulu Selatan Tanggal 25 Januari 2003 Kabupaten Bengkulu Selatan resmi dimekarkan menjadi tiga kabupaten, sesuai persetujuan DPR. Dua kabupaten baru itu, Kaur dengan ibu kotanya Bintuhan, dan Seluma dengan ibu kotanya Tais. dengan pemekaran tersebut secara otomatis wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan berkurang. Kendati demikian, pemekaran tersebut tidak membuat Pemkab Bengkulu Selatan mengurangi kegiatan pembangunan yang diarahkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kabupaten Bengkulu Selatan yang memiliki luas wilayah sekitar 5.947 km2 terdiri dari 18 kecamatan dengan 396 desa dan kelurahan. Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan sensus tahun 2000 tercatat 370.639. Sebagian besar warga Bengkulu Selatan menggantungkan mata pencaharian pada pertanian. Sebagian lagi pegawai, pedagang, nelayan, dan lain-lainnya.

2. Letak Daerah dan Kekayaan Alam Kabupaten yang berbatasan dengan Lampung Barat dan Kota Pagar Alam (Sumsel) ini memiliki banyak kekayaan alam. Di antaranya, pertanian terutama padi, kelapa sawit, cengkeh, karet, cokelat, kopi, lada, dan berbagai jenis tanaman lainnya. Hal ini disebabkan selain tanah cukup subur juga lahan untuk pengembangan tanaman keras masih cukup luas. Sebagai gambaran hingga saat ini luas perkebunan di Kabupaten Bengkulu 94.940 hektare, terdiri dari perkebunan rakyat 72.440 hektare dan perkebunan besar swasta 22.500 hektare. Sedangkan jenis tanaman yang dikembangkan, karet, kopi, lada, sawit, dan berbagai jenis tanaman keras lainnya. Selain itu, Kabupaten Bengkulu Selatan memiliki sumber daya alam (SDA) pertambangan berupa emas, batu bara, pasir kuarsa, gas, pasir besi, timbal dan seng, batu

gamping, batu granit, koalin, dan berbagai jenis bahan tambang lainnya. Cadangan batu bara diperkirakan 68,7 juta ton yang terdapat di Desa Padang Capo, Kecamatan Sukaraja, Hulu Air Seluma, dan Bukit Kubi, Kecamatan Seluma. Cadangan gas, pasir besi sebanyak 1 juta ton, timbal dan seng 100.000 ton, koalin 244.000 kubik, batu gamping 2,649 juta kubik, dan batu granit 347.000 kubik. Cadangan bahan galian tambang tersebut tersebar di sejumlah kecamatan. Namun, SDA pertambangan itu belum digarap secara maksimal oleh investor setempat dan pengusaha luar Bengkulu Selatan. Akibatnya, potensi tersebut belum dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah ini.

3. Preoritas yang Diperhatikan Bupati Bengkulu Selatan mengatakan, untuk menggarap kekayaan alam tersebut Pemkab Bengkulu Selatan telah menfokuskan kebijakan pembangunan pada tiga sektor yakni, pertanian, pertambangan, dan perikanan. Ketiga sektor ini jika digarap secara maksimal dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Alasannya, ketiga sektor ini memiliki potensi cukup besar, sehingga jika digarap secara maksimal bukan saja dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi, tapi juga meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Apalagi di era Otonomi Daerah (Otda) sekarang ini setiap daerah tingkat II dan tingkat I dituntut mencari sumber pendapatan daerah yang sebesar-besarnya guna mendanai berbagai pembangunan. Meskipun demikian sektor-sektor lainnya tetap menjadi perhatian Pemkab Bengkulu Selatan, seperti perhubungan, pendidikan, dan kesehatan. Ketiga sektor ini terus tingkatkan, terutama masalah pendidikan dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Tanpa SDM yang andal maka sebanyak apa pun kekayaan alam yang dimiliki Kabupaten Bengkulu Selatan percuma saja karena kesulitan untuk manggarapnya. Demikian juga roda pemerintahan tak akan jalan dengan baik tanpa SDM yang andal. 4. Peran Pemerintah Daerah bagi Masyarakat. 1) Sektor Pertanian Berkaitan dengan program pembangunan sektor pertanian, Pemkab Bengkulu Selatan setiap tahun berusaha meningkatkan berbagai sarana dan prasarana pertanian. Di

antaranya memperbaiki sejumlah irigasi teknis. Diharapkan dengan ditingkatkannya jaringan irigasi maka intensitas penanaman tidak tergganggu. Upaya lainnya, Pemkab Bengkulu Selatan meningkatkan pengetahuan petani melalui berbagai penyuluhan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh dinas teknis, dalam hal ini Dinas Pertanian Tanaman Pangan tingkat II. Tidak itu saja, kebijakan lainnya, Pemkab Bengkulu Selatan setiap tahun mengalokasikan dana untuk membantu petani baik dalam bentuk bibit maupun bantuan lainnya.

2) Sektor Perikanan. Sedangkan di sektor perikanan Pemkab Bengkulu Selatan antara lain melakukan pembinaan kepada nelayan tradisional. Pembinaan bukan hanya dalam bentuk peningkatkan pengetahuan, tapi juga dalam bentuk pemberian bantuan alat tangkap berupa jaring, kapal tempel, dan berbagai jenis alat tangkap lainnya. Khusus bantauan kapal motor tempel diberikan dalam bentuk kredit yang disalurkan melalui kelompok nelayan. Pembayaran kredit secara mencicil setiap bulan oleh masing-masing kelompok nelayan. Dengan bantuan tersebut diharapkan semua nelayan tradisional memiliki kapal motor tempel. Menurut Bupati, jika hasil tangkapan nelayan tradisional meningkat maka pelelangan ikan di Pusat Pelelangan Ikan (PPI) bisa berjalan lancar. Itu juga berarti retribusi hasil pelelangan dapat ditarik pemkab. Upaya lainnya yang dilakukan pemkab untuk meningkatkan hasil perikanan dengan memberikan kesempatan kepada para investor menggarap sektor ini.

3) Sektor Pertambangan Demikian juga di sektor pertambangan Pemkab Bengkulu Selatan memberikan kesempatan kepada investor luar untuk menggarap pertambangan batu bara, koalin, batu granit, gas, dan emas. Hingga saat ini belum ada pengusaha besar yang menggarap sumber daya alam pertambangan tersebut. Menurut Bupati, memang sudah ada investor yang berminat menggarap potensi pertambangan ini, tapi itu baru sebatas penjajakan. Pengusaha dari India itu berminat membangun pabrik semen. Namun, hingga sekarang belum ada tindak lanjutnya. Demikian juga rencana pengusaha asal Bengkulu yang berminat menggarap tambang emas di Muara Saung belum ditindaklanjuti, meskipun sudah beberapa kali melakukan survei di lapangan. Padahal, Pemkab Bengkulu Selatan berharap kedua investor itu merealisasikan rencana investasinya. Sebab, jika kedua investor tersebut benar-benar merealisasikan rencananya selain dapat menyerap tenaga kerja yang besar juga mempercepat pertumbuhan ekonomi Bengkulu Selatan. Tidak hanya itu, kata Bupati Iskandar, jika cadangan emas di Muara Saung digarap maka PAD daari sektor pertambangan akan meningkat pesat.

5. Pendapatan Daerah Menurut Bupati, PAD belum dapat diharapkan untuk membiayai berbagai pembangunan. Oleh karena itu meskipun Otda sudah untuk tahun yang ketiga bergulir, namun pembiayaan pembangunan di Bengkulu Selatan masih mengharapkan dana bantuan dari Pemerintah Pusat dan sumber-sumber lainnya. Jika semua potensi yang dimiliki daerah ini digarap secara maksimal oleh investor dapat dipastikan ketergantungan dana pembangunan dari Pemerintah Pusat dan lembaga keuangan internasional secara pelan-pelan berkurang. Berkaitan dengan ketiga program unggulan itu, Bupati Bengkulu Selatan mengharapkan dukungan dari DPRD dan masyarakat. Tanpa dukungan semua program pembangunan tidak akan dapat direalisasikan dengan baik. Dukungan DPRD terutama dalam hal mengalokasikan dana pembangunan pada APBD.

2.5 Provinsi Lampung Tepat 18 Maret 2009, Provinsi Lampung berusia 45 tahun. Tentu saja, masih banyak yang diharapkan masyarakat terhadap kemajuan daerah ini. Pada akhir tahun 2004 Provinsi Lampung masih menyandang gelar provinsi miskin nomor tiga si Indonesia. Namun, dengan kegigihan gubernur Provinsi Lampung pada masa preode itu maka provinsi Lampung berhasil naik menjadi menjadi provinsi berdaya saing nasional dengan provinsi yang sudah berkembang.

1. Potensi daerah Dalam rangka menarik investor asing maupun dalam negeri di bidang pariwisata, Pemerintah Provinsi Lampung menetapkan program jangka pendek dan jangka panjang, yaitu menginventarisasi peluang investasi di sektor pariwisata dan jasa. Selanjutnya, menjadikan data potensi tersebut dalam bentuk peluang investasi. Selain itu, Pemerintah Provinsi Lampung memiliki dokumen/blue print rencana induk pengembangan pariwisata Lampung dengan melibatkan sektor swasta dalam pelaksanaan pembangunan maupun pengelolaannya seperti Taman Wisata Alam Bumi Kedaton, wisata alam Pulau Krakatau, dan wisata alam di Way Kambas yang bekerja sama dengan Taman Safari Indonesia. Sedangkan wisata bahari berupa selancar di Pulau Pisang, Lampung Barat, dan wisata alam di Tampak Belimbing. Program jangka menengah akan dibangun Menara Siger di Bakauheni, Lampung Selatan. Selain itu pemerintah menata peruntukan wilayah yang terbagi menjadi peruntukan zone industri, perdagangan, dan lain sebagainya. Dalam hal pengembangan pariwisata di Provinsi Lampung tahun 2004 telah ada 8 PMA yang menanamkan modalnya di Lampung dengan investasi 280 juta dolar Amerika Serikat. Tahun 2005 sampai Maret, ada 4 PMA dengan nilai investasi 37 juta dolar AS. Berkaitan jaminan keamanan, pemerintah pusat melalui Tim Pengendali Pelaksanan Penanaman Modal di bawah koordinasi Menko Perekonomian membentuk Tim Peningkatan Ekspor dan Perlindungan Investasi dengan tugas utama mengatasi hambatan investasi dan pemecahan permasalahan. Sedangkan yang menjadi tugas

pemerintah daerah menciptakan iklim investasi yang kondusif, kepastian hukum, dan ketenangan berusaha bagi para investor.

2) Peran pemerintah bagi masyarakat. Untuk mengentaskan kemiskinan di Provinsi Lampung saya sudah

memprogramkan pelatihan untuk UMKM, industri kecil, dan sekaligus menyediakan bantuan dalam bentuk modal bergulir, serta memberikan pelatihan community leader dan pemberian modal awal pada kecamatan dan desa yang potensial. Selain itu, pemda juga menyiapkan pelatihan bagi TKI yang akan bekerja di luar negeri dengan demikian mereka memahami tuga-tugas yang harus dilaksanakan. Di bidang kerajinan Provinsi Lampung menyediakan pusat promosi industri di Panjang diharapkan hasil kerajinan industri dapat dipasarkan melalui pameran hasil kerajinan. Selain program di atas, bagi PNS yang akan memasuki masa purnabakti akan diberikan pelatihan dan bantuan modal kerja sehingga mereka lebih mandiri.

3) Program pemerintah lampung Ada dua target yang ingin dicapai sesuai dengan visi kami membangun Lampung sebagai provinsi unggulan di Indonesia. Pertama, pembangunan Lampung 2004-2009 secara makro. Target kedua, mempercepat pembangunan Lampung dengan program unggulan daerah. Pembangunan secara makro meliputi terciptanya target pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, yaitu rata-rata 5,36% dalam kurun waktu Juni 2004-Juni 2009. Lalu, tercapainya target pendapatan per kapita rata-rata Rp1,49 juta pada 2008 (atas dasar harga konstan 1993) yang setara dengan Rp5,14 juta berdasarkan harga berlaku 2008. Meningkatnya ekspor daerah Lampung sehingga tercapainya neraca perdagangan yang menguntungkan. Meningkatnya diversifikasi usaha dan daya saing ekonomi wilayah secara merata. Juga, meningkatnya jumlah unit usaha ekonomi lokal, kemitraan antara UKM dan pengusaha menengah dan besar, serta berkembangnya usaha kecil dan menengah seiring

dan sejajar bersama dengan usaha menengah dan besar dengan prinsip keadilan dan demokrasi ekonomi. Turunnya persentase jumlah penduduk miskin, KPS, dan meningkatnya jumlah keluarga sejahtera di Provinsi Lampung. Dan, mengurangi jumlah angkatan kerja yang menganggur. Sementara, target kedua, mempercepat pembangunan dengan program unggulan daerah, yaitu dengan program unggulan di bidang pendidikan. Setiap daerah kabupaten/kota harus mempunyai sekolah unggul. Selain itu saya menetapkan Lampung Tengah sebagai pusat pendidikan. Di sana akan dibangun SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi bertaraf internasional berbasis sains dan teknologi sekolah kemaritiman dan perikanan yang bertaraf nasional. Program Unggulan di bidang kesehatan, yaitu program yang dirancang untuk membebaskan masyarakat miskin dari biaya pengobatan, meningkatkan fasilitas dan pelayanan RSU agar mampu bersaing dengan swasta dan pemberantasan penyakit menular dengan pendekatan lingkungan dan hidup sehat menuju Lampung Sehat 2010. Selanjutnya, program unggulan bidang infrastruktur jalan dan jembatan. Tahun ini segera terwujud pembangunan tol Bakauheni-Terbanggibesar. Untuk tahap pertama akan dibangun jalan tol Babatan-Tegineneng dengan investor dari Korea. Lalu, membuka daerah yang terisolasi, yaitu membuka jalan Ulubelu-Suoh-Pajarbulan serta pemeliharaan jalan baik jalan negara maupun jalan provinsi.

a. Pembangunan sektor perhubungan Untuk menunjang program transportasi darat kami akan bangun Pelabuhan Srengsem dengan jalan bekerja sama dengan Departemen Perhubungan dan pihak swasta. Serta membuka jalur penyeberangan antara Srengsem di Provinsi Lampung dan Ciwandan, Banten. Beberapa waktu yang lalu saya menandatangani MoU pembangunan

perkeretaapian, diharapkan pembangunan tersebut dapat menghubungkan daerah-daerah seperti Pringsewu-Lamteng, Lamteng-Metro, Lamteng-Bandar Lampung.

Kini juga sedang dibuat masterplan pembangunan bandara perintis di Pesisir Tengah, Krui, sekaligus membuka Lambar dari keterisolasian. Sedangkan pembangunan Bandara Radin Intan II, yaitu perpanjangan landasan. Pada masa mendatang saya akan menjadikan bandara tersebut sebagai bandara pemberangkatan haji. Mengenai pembangunan pelabuhan seperti Pelabuhan Panjang, Kotaagung, Bengkunat, dan Mesuji kini masterplan pembangunannya sudah selesai. Di bidang permukiman, pemda merencanakan pembangunan kota baru (new city), rehabilitasi permukiman dengan bentuk target group, program padat karya pembangunan infrastruktur perdesaan, perumahan bagi PNS menyelesaikan kasus-kasus pertanahan mendorong penegakan hukum yang berbasis pada keadilan. Penataan program ini diharapkan dapat mengatasi kendala perkotaan seperti jalan macet, pembebasan daerah banjir, dan lain sebagainya. Di bidang olahraga kami akan kembangkan sarana olahraga guna menyiapkan tempat latihan atlet untuk mengikuti even-even tingkat nasional serta menyiapkan Lampung sebagai tuan rumah pada berbagai kegiatan olahraga. Di bidang budaya, kami berusaha mengembangkan budaya daerah dengan kreasi dan inovasi yang dilandasi budaya Lampung untuk dipentaskan pada tataran nasional sekaligus mengisi keragaman budaya Indonesia. Di bidang kepariwisataan, Pemda Provinsi Lampung akan mengembangkan kawasan wisata Bakauheni, yaitu pembangunan Menara Siger yang keberadaannya berhadapan dengan Pelabuhan Bakauheni yang akan ditunjang perhotelan, convention centre serta pusat informasi pembangunan Lampung dan atraksi budaya lainnya. Selain itu, pemda menetapkan ekowisata Kalianda, agrowisata kawasan wisata Way Pisang dan agrowisata BBI Pekalongan. Sedangkan pengembangan wisata Tahura Wan Abdul Rahman ke depan diprogramkan untuk penangkaran satwa langka, sedangkan Way Kambas, Lampung Timur, ke depan akan dikembangkan dan bekerja sama dengan Taman Safari Indonesia.

b. Di bidang pertanian, kehutanan, serta kelautan dan perikanan Pengembangan pertanian diarahkan pada pengembangan agrobisnis hortikultura serta menciptakan bibit unggul di bidang pertanian dan perkebunan untuk menunjang ketahanan ekonomi rakyat dengan menggandeng mitra keja di bidang pertanian dan ketahanan pangan sedangkan di bidang perikanan, Pemda akan memberikan pelatihan dan modal agar nelayan mendapatkan penghasilan tambahan. Di bidang peternakan, pemerintah menyosialisasi pengetahuan insiminasi buatan dan mengolah limbah pertanian dan perkebunan untuk dijadikan makanan ternak. Dengan demkian, dapat meningkatkan taraf hidup peternak. Di bidang konservasi dan kehutanan, Pemerintah Daerah menggalakkan penanaman hutan dalam bentuk reboisasi sekaligus mengatasi illegal logging yang dilakukan mereka yang tidak bertanggung jawab.

BAB 3. PENUTUP

Beberapa waktu belakangan semenjak bergulirnya gelombang reformasi, otonomi daerah menjadi salah satu topik sentral yang banyak dibicarakan dan diterapkan di kepemerintahan daerah. Sebenarnya otonomi daerah bukanlah suatu hal yang baru karena semenjak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia , konsep otonomi daerah sudah digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Bahkan pada masa pemerintahan kolonial Belanda, prinsip-prinsip otonomi sebagian sudah diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Semenjak awal kemerdekaan sampai sekarang telah terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kebijakan Otonomi Daerah. UU 1/1945 menganut sistem otonomi daerah rumah tangga formil. UU 22/1948 memberikan hak otonomi dan medebewind yang seluas-luasnya kepada Daerah. Selanjutnya UU 1/1957 menganut sistem otonomi ril yang seluas-luasnya. Kemudian UU 5/1974 menganut prinsip otonomi daerah yang nyata dan bertanggung. Sedangkan saat ini di bawah UU 22/1999 dianut prinsip otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab. Seperti yang kita ketahui Negara Indonesia memiliki daeah yang sangat luas yang terbagi dalam provinsi-provinsi, kabupaten-kabupaten, kecamatan-kecamatan dan sebagainya. Dengan adanya desentralisasi melalui penerapan otonomi daerah di harapkan dapat

mengoptimalkan pengelolaan daerah dan memeratakan pembangunan di daerah.

DAFTAR PUSTAKA

.2007. Tentang Aceh Singkil. didapat dari: http://www.acehsingkilkab.go.id (tanggal Akses 30 Agustus 2009). .2005. Lampung Mengejar Ketertinggalan. Didapat dari:

http://lampungpost.com/Lampung Mengejar Ketertinggalan.htm. (tanggal akses 7 Oktober 2009) Badan Pusat Statistik Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Aceh. 2005. Dalam Angka . Banda Aceh. Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan. 2007. Statistik Perkebunan Indonesia. Jakarta http://www. Wikipedia.com/ Kabupaten_Aceh_Timur.htm. (tanggal akses 9 oktober 2009) Portal nasional. 2009. Profil Kepulauan Riau. Republik Indonesia. No 3.

http://www.kepriprov.go.id. 9 Oktober 2009

You might also like