Professional Documents
Culture Documents
Bagi tiap kecepatan terdapat bermacam-macam jumlah molekul, demikian juga bagi komponen kecepatan itu. Penentuan jumlah molekul bagi tiap kecepatan merupakari persoalan distribusi kecepatan molekul. Salah seorang yang mencoba menentukan distribusi kecepatan ini adalah James Clerk Maxwell, dan hasil penentuannya dikenal sebagai distribusi Maxwell. Di samping 184
Maxwell, pada waktu dulu, terdapat juga distribusi lainnya, namun menurut Boltzmann bahwa pada dasamya distribusi Maxwell adalah satu-satunya distribusi yang stabil karena bentuk distribusi lainnya itu selalu hampir pasti dapat berubah oleh tubrukan sehingga mendekati bentuk distribusi Maxwell. Belakangan setelah teori mengenai distribusi berkembang, kita mengenal lagi distribusi melalui mekanika statistik atau statistik kuantum yang lebih baik lagi.
Gambar 64 Daerah kom p onen kecep atan mo/eku/ antara vx dan vx + dvx , vy dan
Di sini kita akan melihat dulu distribusi (komponen) kecepatan pada satu arah, yakni arah sumbu koordinat. Pandanglah suatu daerah kecepatan seperti pada gambar 64 dan daerah kecepatan ini meliputi perubahan kecepatan dvx' dv y' dan dvz yang terdiri dari molekul yang mempunyai komponen kecepatan terletak di antara v x dan vx + dv x vy dan vy + dvy vz dan v z + dv z
Misalkan dari seluruh jumlah molekul N, terdapat sejumlah dNyX molekul dengan komponen kecepatan antara vx dan vx + dvx itu. Demikian juga sejumlah dNyy dan dNyz mo1ekul yang mempunyai komponen kecepatan an tara vy dan vy + dv y serta antara v z dan
vz + dv. z Pada setiap arah kecepatan dengan kecepatan yang berbeda-beda, terdapat jumlah molekul yang berbeda-beda pula, sehingga jumlah molekul dengan komponen kecepatan ke tiap arah merupakan fungsi dari kecepatan bersangkutan, yakni f(vx), f(vy), dan f(vz)
yang disebut fungsi distribusi atau fungsi probabilitas.
185
dNy y
=N f(v)
=N
dvx (292)
= dN
yx
f(v) dv y y
demikian juga d2NyyyZ dNvy fey) dvz = d2Nyzyx dNvz f(v) dvx = Dan melalui substitusi dari (292), diperoleh d2Ny xy = N f(v x) f(v y ) dv x dv y Y d2NyyyZ N f(vy) f(v) dvy dvz = d2Nyzyx N fey) fey) dvz dvx = Ini merupakan fungsi dari kedua daerah kecepatan yang bersangkutan.
(293)
(294)
kecepatan pada daerah kecepatan dv x dan dvy dapat ditentukan bagian jumlah molekul komponen kecepatan yang sekaligus pada ketiga daerah kecepatan dvx ' dvy' dan dvz'
Bagian ini yakni dar d2NyXYyekaligus mempunyai komponen pada daerah kecepatan s dvz' dari d2NyyyZsekaligus berkomponen kecepatna pada daerah kecepatan dvx dan dari d2Nyzyx yang sekaligus mempunyai komponen kecepatan pada daerah kecepatan dvy adalah masing-masing
186
d3N YxYyYz
= d2NYxYy f (v z)
dv z
Substitusi dari (294), rnernberikan harga sarna bagi ketiga hasil ini, yakni d3NyXYyyZ f(v) f(v) f(v) dvx dvy+ dvz =N Bila disubstitusikan f (295)
= f(v x) f(v y)
f(v z) (297)
Temyata di sini bahwa f dv z dv y dv z rnerupakan bagian dari seluruh rnolekul yang rnernpunyai kornponen kecepatan sekaligus pada daerah kecepatan dv x , dv Y, dan dv l ,
{d" x dv y dvz
=1 = N JfJ f
dv x dv y dv z
N f dv x dv y dv z
=N
Jadi jurnlah rnolekul pada seluruh kornponen bagi seluruh kecepatan rnernberikan seluruh jurnlah rnolekul itu.
11= atau
=Nf
Perubahan rapat kecepatan atau diferensial total dari rapat kecepatan selanjutnya adalah
d11 = -
db
dV
x
d11 dv + -.dv
x
dV
d11 +dv
y
(300)
Z
dV
187
--
=N f(v
x)
dengan tanda aksen rnasing-rnasing sebagai turunan terhadap vx, vy dan v. z Di sarnping diferensial atau perubahan pada rapat kecepatan kita dapat juga rnenentukan diferensial atau perubahan pada besaran kecepatan, dari (291), yakni v dv = vx dvx + vy dvy + vz dvz (302)
Hubungan (301) dan (302) berlaku bagi tiap perubahan pada daerah kecepatan serta besaran kecepatan itu yakni seperti penggeseran ternpat pada gambar 64.
Penggeseran daerah kecepatan ini berlaku urnurn dan bleh karenanya seperti pada gambar 65, kita dapat rnenggeserkannya juga sepanjang daerah konsentris dari koordinat kecepatan itu. Ini berarti kita berpindah sepanjang daerah kecepatan yang sarna harganya atau perubahan harga besaran kecepatan dv = 0, dan dari (302) diperoleh vx dvx + vy dvy + vz dvz
=0
(303)
Kita tidak rnernpunyai pilihan arah kecepatan serta rapat kecepatan bagi arah kecepatan, sehingga arah kecepatan adalah seragarn dan bagi arah kecepatan ini dengan harga kecepatan yang sarna, rapat kecepatan juga sarna. Jadi perpindahan sepanjang daerah kecepatan yang sarna, yakni daerah kecepatan yang konsentris, perubahan rapat kecepatan dll = 0, sehingga dari (301), N f'(v x) f(v y) f(v z) dv x + N f(v x) f'(v y) f(v z) dv y + N f(v x) f(v y) f'(v)z
=<
(304)
188
=0
z
f (vx)
f(vY)
f(v z)
(305)
Perpindahan pada daerah kecepatan dengan harga kecepatan serta rapat kecepatan yang sarna adalah salah satu hal dalam penggeseran pada daerah kecepatan, sehingga perpindahan ini juga dapat rnernberikan hasil bagi bentuk fungsi distribusi. Jadi bentuk fungsi distribusi dapat ditentukan dari salah satu corak perpindahan dalarn kecepatan, juga untuk harga dan rapat kecepatan yang sarna, yakni dari (303) dan (305). Ketiga variabel dvx' dvy dan dvz pada (303) dan (305) dapat bebas tak bergantungan satu sarna lainnya tetapi dapat juga bergantungan. Oleh sebab itu baik kita selesaikan (303) dan (305) dengan metoda Lagrange, yakni rnengalikan suatu faktor A pada (303), sehingga AV dv + AV dv + Av dv = 0 x x y y z z Penjurnlahan dengan (305) niernberikan f'(v ) f'(v ) {~ + Av } dv + { ---2... + AV } dvy
f(v x)
x x
f(v y)
f'(v)
+ {~ f(v z) + AV } dv
z z
=0
(306)
Harga A dapat dipilih sehingga dapat dicarikan suatu harga A, dengan ketentuan
f'(v ) ~+AV f(VA) =0
x
(307)
dan sisanya
f(v z)
=0
z
Dari tiga variabel, dua di antaranya selalu dapat diarnbil bebas, sehingga kita dapat rnengambil dvy dan dv z yang bebas dan oleh karenanya, diperoleh
f'(v) f(v) y serta f'(vz) f(v) +AV
y
=0
(308)
+AV z =0
189
d f(v y)
=-
A.
f(v) y
d fey) f( vz)
vy dvy
vz dv z
(309)
=-
A.
=-
1/2 A. v2 x
fungsi lainnya dari (309) itu. Bentuk ini dapat ditulis dalarn bentuk eksponensial,
=a
_1/ 1..V2
= 1/2 A.
(311 )
_~2V2 Z
Jadi bentuk kornponen fungsi distribusi atau fungsi probabilitas adalah fungsi eksponensial dari kecepatan. Selanjutnya dari (296), diperoleh fungsi distribusi secara keseluruhan, yakni
f dan dari (291)
= f( vx)
f(vY) f(vZ)
= a3
e I-'
_ f.U( + v2 + v2) v2
x Y Z
(312)
Fungsi distribusi ini rnerupakan fungsi distribusi Maxwell, dan dengan fungsi ini dapat ditentukan distribusi kecepatan rnolekul rnenurut Maxwell. Dari (299) diperoleh rapat kecepatan,
190
_~2V2
11
=N
ex3 e
dengan bentuk grafik seperti pada gambar 66. Distribusi jumlah molekul untuk daerah kecepatan oleh karenanya menjadi d3Ny
Y xyz Y
= 11 dv x dv y dv z
=
_~2V2 N ex3e dv x dv Y dv z
(314 )
Dengan mengetahui harga parameter ex dan ~, distribusi kecepatan molekul untuk daerah kecepatan yang ditentukan dapat dihitung. Parameter ini tentunya bergantung kepada keadaan molekul terutama temperaturnya.
Gambar 66 Rapat kecepatan molekul terhadap kecepatan pada daerah kecepatan dv x dv y dv.z
= 41tNex3 v2 e
_~2V2 dv
(316)
dan dikenal sebagai distribusi Maxwell. Jadi rapat perubahan kecepatan oleh karenanya adalah
-WV2 11y= 41tN ex3v2e (317) 191
Karena harga kecepatan itu terbentang dari harga yang sangat kecil sarnpai harga yang sangat besar, maka sebagai limit kecepatan secara teoretis kita ambil dari 0 sampai
00,
sehingga
00
N=JdN
atau N
sehingga
00
= 41tN a3 J v2 e
o
00
_~2V2
dv
41t a3
J v2 e
-Wv2
dv
=1
1
...J1t
(318)
J v2 e
a=
-Wv2 dv
(319)
~
...J1t 4N
...J1t
(320)
=-
A3v2 e
p
_~2V2
dv
(321)
J v dNv
v=
N 192
atau
V Perhitungan
00
=-
133
f
0
00 V3
-J32V2
dv
--J1t
f v3 e o
dv
=-
(322)
2134
(323)
13=-dan
--J1tV 1 v
(324)
2 a=--=1t
V" : ~V' ~
atau
It
V:dN.
193
V4 e
-WV2
dv = -
J..J1t
(325)
8 ~3
=-~-
(326) 2
Jadi dari (326) dan (320) parameter fungsi distribusi dapat dinyatakan dengan kecepatan efektif yakni,
~=~~~
dan vef 2
(327)
a=~~~
vef 21t
c.
Hubungan kecepatan efektif dengan temperatur telah kita bicarakan di muka yakni seperti pada (259), _I 3 kT
m dengan m sebagai massa molekul.
vef =-v-
d. Hubungan parameter dengan temperatur Dari hubunganantara parameterdengan kecepatanefektif, kita dapat menentukan hubunganparameterdengan temperaturmelalui substitusi (327), yang memberikan
a=~
~=~
194
e. Hubungan kecepatan rata-ratadengan temperatur Telah kita ketahui hubunganantara parameterdengan kecepatanrata-ratadan juga dengan temperatur,sehinggadari padanya,yakni dari (324) dan (328), diperoleh
v="
8kT
1tm
(329)
Ternyata juga bahwa harga kecepatan rata-rata berbeda dengan kecepatan efektif.
-or
Gambar 68 Distribusi kecepatan bagi kecepatan dengan probabilitas rata, dan kecepatan efektif. tersebar, kecepatan rata-
f.
Bagi setiap kecepatan, terdapat sejumlah molekul tertentu, tetapi jumlah molekul ini berlain-lainan untuk kecepatan yang berbeda-beda. Pada tempeatur tertentu, kita mempunyai kecepatan yang dilakukan oleh jumlah molekul yang terbanyak atau jumlah molekul maksimum, vNm'seperti pada gambar 68. vNm berlain-lainan pada temperatur yang berlain-lainan dan oleh karenanya kita coba ini menentukan di sini hubungan vNm dengan temperatur. Dari (321), vNm dapat ditentukan dengan syarat d(d N ) ~=O dv atau (330) Dari hubungan ini dapat juga kita tentukan hubungan parameter tersebut dengan vNm yakni ini,
(331 )
~=~
vNm
195
g. Perbandinganjenis kecepatan Bandingkan hasil dari ketiga jenis kecepatan ini, dari (331), (329), dan (259), yakni
VNm= --J 2 kT m
v = --J 8 kT 1tm
ver- --J- 3 kT _ m maka dipero1eh perbandingan sebagai berikut : _ 2_1 vNm: v : ver = 1 : ..J1t : ~3/2= 1
1,128 : 1,224
(332)
Hal ini dapat juga dilihat pada gambar 68. Dari hasil dari a sampai g, telah kita lihat hubungan yang erat antara distribusi molekul dengan kecepatan serta temperatur, dan daripadanya kita mengetahui pengaruh panas pada distribusi molekul gas. Melalui substitusi (328) ke dalam (317) kita peroleh secara langsung pengaruh temperatur untuk rapat perubahan kecepatan molekul, mv2 -(333) Makin tinggi temperatur makin kecil harga rapat kecepatan molekul terutama bagi kecepatan yang kecil. Secara ilustratif, pada gambar 69, terlukis rapat perubahan kecepatan molekul terhadap kecepatan molekul itu bagi bermacam-macam temperatur.
Gambar 69 Rapat perubahan kecepatan Maxwell pada daerah kecepatan dv, untuk bermacam-macam temperatur.
196
Gambar 70 a. Jarak terdekat pusat ke pusat dari dua molekul. b. Jarak yang sama tetapi dengan menganggap salah satu molekul sebagai titik pada pusatnya.
Pandanglah suatu molekul A dengan daerah pengaruh berbentuk bola berdiameter cr dan molekul lainnya hanya dapat mendekatinya sampai jarak pusat ke pusat sebesar cr. Seperti pada penentuan kovolume b dari molekul gas sejati, kita dapat menganggap molekul lain B, mengecil sehingga merupakan titik tetap pada pusatnya, dan untuk kompensasi, molekul A dianggap membesar sehingga merupakan bola dengan jari-jari cr, seperti pada gambar 70a. Molekul A ini bergerak di antara molekul B yang statis, sehingga dalam waktu 't, jalan molekul A merupakan sHinder dengan panjang V'tjika kecepatan gerak molekul A adalah V.
197
dan semua molekul B statis yang berada dalarn sHinder ini akan ditubruk, sehingga dalam waktu 't itu akan terjadi tubrukan sebanyak molekul B tersebut. Apabila rapat molekul adalah p, maka jumlah tubrukan dalarn waktu 't adalah pV z
= 1tpvcr2't
(334)
= 1tpcr2v
Jalan bebas rata-rata adalah jalan rata-rata antara dua tubrukan yang berturut-turut. Dalarn satu satuan waktu molekul A menempuh jalan sepanjang v dan melakukan z tubrukan, sehingga panjang jalan rata-rata antara dua tubrukan berturut-turut adalah
A=-=-
v
Z
1 (335)
1tpcr2
Jalan bebas rata-rata berbanding terbalik dengan rapat molekul. Makin jarang molekul makin besar jalan bebas rata-rata atau makin bebas molekul bergerak dan sebaliknya.
128. JUMLAH TUDRUKAN RATA-RATA DAN JALAN DEDAS RATA-RATA PAD A MOLEKUL DERKECEPATAN TETAP.
Molekul sebenarnya semuanya bergerak, sehingga anggapan bahwa semua molekul B adalah statis tidak sesuai dengan hasil sesungguhnya. Untuk mendekati keadaan sesungguhnya, kita membuat pendekatan dengan menganggap bahwa semua molekul mempunyai kecepatan sarna dan tetap. Dengan anggapan ini pada tahun 1857, sebelum distribusi Maxwell ada, Clausius menentukan jumlah tubrukan dan jalan bebas rata-rata.
Gambar 71 Kecepatan relatif an tara dua mo/eku/ dengan kecepatan sarna dan tetap.
198
Dengan semua molekul berkecepatan tetap dan sarna, maka dalarn penentuan jumlah tubrukan dan jalan bebas rata-rata kita perlu menggantikan kecepatan molekul pada (334) dan (335) dengan kecepatan relatif vr di antara molekul itu. Kecepatan relatif ini bergantung kepada sudut antara kedua kecepatan bersangkutan, seperti pada gambar 71, sehingga vr mempunyai bennacam-macam harga. Apabila sudut antara kedua kecepatan adalah e, maka
v
r
= ""v2
e
+ v2 - 2v2 cos
e = 2 v sin -
e
2
(336)
2 jari diperoleh melalui mengalikan fungsi ini dengan suatu elemen luas dA seperti pada (234), mengintegrasikan untuk bola, dan membagikannya dengan seluruh luas bola, yakni
dari faktorsin -.
Harga rata-rata f(e, q pada koordinat bola, dengan satu satuan jari-
f(e,qr= e
Bagi sin 2
~,
4x
e (sin-)r
2
I = -
4x 0 0
~x e J sin 2
sin e de dq>
(sin_) = 2/
2
r
Vr
= 4/ 3 V
(337)
Jadi jumlah tubrukan rata-rata per satuan waktu pada molekul yang berkecepatan sarna dan tetap, menurut Clausius, dapat ditentukan dengan memasukkan harga (337) ke dalarn (334), (338) sedangkan jalan bebas rata-rata menurut Clausius, diperoleh dengan substitusi (337) ke dalarn (335), yakni
199
(339)
Jumlah tubrukan rata-rata per satuan waktu oleh karenanya bertambah dengan faktor
4/3 dan jalan bebas rata-rata berkurang dengan faktor
3/4,
129. JUMLAH TUBRUKAN RARA-RATA DAN JALAN BEBAS RATA-RATA MENURUT MAXWELL
Telah kita ketahui di muka bahwa menurut Boltzmann distribusi kecepatan molekul yang stabil adalah distribusi kecepatan menurut Maxwell. Oleh sebab itu kita dapat menentukan jumlah tubrukan rata-rata per satuan waktu serta jalan bebas rata-rata molekul menurut distribusi kecepatan Maxwell ini. Perhitungan tidak kita l~ukan di sini, tetapi menurut perhitungan, diperoleh jumlah tubrukan antar-molekul per satuan waktu, sebesar
=1tpcr2V " 2
(340)
sedikit lebih besar dari ketentuan Clausius. Jalan bebas rata-ratanya dengan demikian menjadi sebesar 1 (341) 1tpcr2"2 sedikit lebih kecil dari hasil Clausius. Dibandingkan dengan jalan bebas rata-rata Clausius, perbedaan jalan bebas rata-rata Maxwell adalah
A=
lebih besar, bagi jalan bebas rata-rata Clausius. Di samping penentuan jalan bebas rata-rata ini termasuk jalan bebas rata-rata menurut Clausius dan Maxwell masih dikenal juga jalan bebas lainnya seperti menurut Tait dan sebagainya lagi.
200
Bagi gas biasa dalam bejana dengan tekanan biasa yakni sekitar 1 atm. jalan bebas rata-rata molekul adalah kecil dan akan lebih kecillagi jika dibandingkan terhadap ukuran tabung bersangkutan. Jumlah tubrukan antara-molekul dengan sendirinya akan lebih besar daripada jumlah tubrukan antara molekul dan dinding ruang. Gas dalam keadaan demikian disebut gas biasa. Dengan memompa ke luar gas dari dalam bejana itu, rapat molekul gas itu akan berkurang dan akibatnya jalan bebas rata-rata bertambah, kesemuanya bergantung juga kepada kehampaan ruang itu. Apabila bejana cukup hampanya, maka jalan bebas ratarata molekul akan bertambah bahkan akan jauh lebih besar daripada ukuran ruangnya. Dengan sendirinya jumlah tubrukan antara molekul dengan dinding akan lebih besar daripada jumlah tubrukan antar-molekul. Gas dalam keadaan demikian disebut gas Knudsen. Gas Knudsen akan berpengaruh pada sifat gas berhubung dengan letak molekul yang berjauhan itu. Perjalanan molekul dalam hal ini praktis tidak terganggu oleh molekulmolekullain. lonisasi pun selanjutnya akan terjadi pada gas Knudsen seperti pada halnya Tubular Lamp (T.L.), tabung hampa, dan lain-lainnya.
=-
Pt N dx
(342) 201
=-
PI
x + konstanta
Karena untuk x =0 jumlah molekul adalah No' maka konstanta integrasi dapat ditentukan, dan setelah disubstitusikan diperoleh -Px N = No e I (343) atau setelah dimasukkan ke dalam (342),
dN
=-
PN I
-PIX e dx
(344)
Jumlah IdNladalah jumlah molekul yang mempunyai jalan bebas yang terletak antara x dan x + dx atau juga banyaknya jalan bebas yang terletak antara x dan x + dx. Jalan bebas rata-rata oleh karenanya, adalah A= f X dN No
dan karena jalan bebas mempunyai bermaeam-maeam harga dari keeil sampai besar
r
A= yakni A=-
-Px o -PIN 0 x e I dx No
1 (345) PI
Jadi jalan bebas rata-rata berbanding terbalik dengan probabilitas tubrukan. Makin besar jalan bebas makin keeil kesempatan bertubrukan dan sebaliknya. Substitusi (345) ke dalam (343) memberikan x N
= No e
(346)
sedangkan jumlah jalan bebas yang terletak antara x dan x + dx menurut (344) menjadi x No dN
--e
dx
(347)
Jumlah jalan bebas atau distribusi jalan bebas oleh karenanya bergantung kepada daerah jalan bebas yang kita pandang.
202
Gambar 72 Distribusi jalan bebas dan jumlah jalan bebas bagi suatu daerah jalan bebas antara Xl dan Xl + dx.
Misalkan
x2' maka
kita ingin menentukan jumlah jalan bebas yang terletak di antara Xl dan
(347), jumlah
menurut
tersebut
X A-
N0 N=
1__j2e
A- Xl
X2 -
dx
A-
-- Xl A-e )
yakni
N = N 0 (e
N -=(e N0
. 100%
Demikian juga apabila kita' ingin mengetahui jumlah jalan bebas yang lebih besar dari suatu haiga L, maka dengan (347) diperoleh
X
N=
-~re
A- L
A-dx
203
----
yakni sebanyak
= No e
Dan dengan jalan sarna kita dapat menentukan distribusi jalan bebas bagi daerah jalan bebas lainnya.
MEKANIKA STATISTIK
133. STATISTIK MAXWELL
- BOLTZMANN
Cara lain untuk menentukan distribusi molekul adalah melalui statistik dan bidang ini disebut mekanika statistik. Temyata bahwa mekanika statistik memberikan keterangan dan juga hasil yang lebih baik daripada metoda yang telah kita pergunakan. Di antara statistik dikenal suatu statistik yang agak klasik yakni statistik MaxwellBoltzmann. Pada statistik ini, dipandang enam dimensi dari pergerakan molekul, yakni tiga dimensi kedudukan dan tiga dimensi kecepatan. Ruang enam dimensi seperti yang dimaksudkan ini disebut ruang fasa. Selanjutnya ruang fasa ini masih dibagi lagi ke dalam volume kecil enam dimensi yang disebut sel. Molekul terbagi ke dalam sel ini dan terjadilah distribusi molekul menurut sel. Distribusi jumlah molekul dalam sel tanpa memandang molekul secara individu disebut status makro dari sistem sedangkan penentuan molekul tertentu (secara individu) dalam tiap status makro disebut status mikro dari sistem. Kemudian jumlah status mikro terhadap status makro tertentu dinamakan probabilitas termodinamik. Dalam metoda statistik ini dilakukan penentuan probabilitas termodinamik dan selanjutnya ditentukan pula hubungan dari probabilitas termodinamik dengan masalah tenaga-dalam untuk selanjutnya memperoleh jumlah molekul dalam sel. Penggunaan statistik Maxwell-Boltzmann dapat menerangkan antara lain soal panas jenis.
204
SOAL-SAOL
1. Suatu ruang hampa dengan suatu lobang keSil seluas A dimasukkan ke dalam suatu bejana berisi gas dengan tekanan p pada temperatur T. Jika berat molekul gas adalah M, tentukan jumlah molekul gas yang masuk ke dalam ruang itu satu jam kemudian. Tentukan juga setelah itu tekanan dalam ruang jika volume ruang adalah V. 2. Tentukan persentase jalan bebas yang lebih besar dari 10.000 kali diameter molekul pada tekanan p dan temperatur T.
205