You are on page 1of 20

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Diantara faktor faktor tersebut pengaruh perilaku terhadap status kesehatan , baik kesehatan individu maupun kelompok sangatlah besar.1 Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, serta adanya transisi demografi dan epidemiologi penyakit, maka masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cenderung akan semakin kompleks. Perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan, perbaikan pada lingkungan dan merekayasa kependudukan atau faktor keturunan, tetapi perlu memperhatikan faktor perilaku yang secara teoritis memiliki andil 30 - 35 % terhadap derajat kesehatan.1 Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 2025 atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan; mencegah risiko terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya; sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe community).2 PHBS dapat diterjemahkan sebagai sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas dasar kesadaran dari hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan mampu berperan-aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Untuk melihat keberhasilan dalam pembudayaan PHBS diukur dengan pencapai indikator rumah tangga sehat.3 Adapun indikator PHBS di Rumah Tangga adalah sebagai berikut: 1) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan; 2) ASI eksklusif; 3) penimbangan bayi dan balita; 4)Menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari; 5) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun; 6) menggunakan jamban sehat; 7) memberantas jentik nyamuk di rumah; 8)

makan buah dan sayur tiap hari; 9) melakukan aktivitas fisik/ olahraga; 10) tidak merokok di dalam rumah.3 Berdasarkan data diatas mengingat pentingnya masalah perilaku dalam

mempengaruhi kesehatan masyarakat, maka penulis tertarik untuk melakukan identifikasi masalah perilaku di wilayah kerja puskesmas Lubuk Kilangan.

1.2 Tujuan Penulisan a. Tujuan umum Memperoleh gambaran tentang masalah perilaku yang mempengaruhi kesehatan wilayah kerja puskesmas lubuk kilangan dan pengelolaan nya. b. Tujuan khusus mengetahui masalah perilaku masyarakat dalam menerapkan prilaku hidup bersih dan sehat di wilayah kerja puskesmas Lubuk Kilangan. sebagai salah satu syarat dalam menjalankan kepaniteraan klinik di bagian ilmu kesehatan masyarakat di

1.3 Batasan Masalah Makalah ini membahas tentang hubungan masalah perilaku hidup bersih dan sehat di wilayah kerja puskesmas lubukkilangan

1.4 Metode Penulisan Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai literature

BAB II ANALISIS SITUASI 2.1 Sejarah Puskesmas 4

Puskesmas Lubuk Kilangan ini didirikan diatas tanah wakaf yang diberikan KAN yang pada tahun 1981 dengan Luas tanah 270 M2 dan Gedung Puskesmas sendiri didirikan pada tahun 1983 dengan luas bangunan 140 M2 dimana saat itu Pimpinan Puskesmas yang pertama adalah dr.Meiti Frida dan pada tahun itu juga Puskesmas mempunyai 1 buah Pustu Baringin.
3

Saat sekarang kondisi bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan sudah permanen terdiri dari beberapa ruangan kantor seperti: BP, KIA, Gigi, Labor, KB, Apotik, Imunisasi dengan jumlah pegawai yang ada sebanyak 52 orang termasuk Pustu. Walaupun demikian bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan saat sekarang masih belum mempunyai gudang obat dan gudang gizi (PMT), ruangan khusus Pelayanan Lansia. Pelayanan Puskesmas Lubuk Kilangan yang diberikan saat ini adalah 6 pelayanan dasar yaitu: promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, KIA, gizi masyarakat, P2M, pengobatan. 2.2 Kondisi Geografis 4 Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi seluruh Wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan dengan luas daerah 85,99 Km2 yang terdiri dari 7 kelurahan dengan luas: a. Kelurahan Batu Gadang b. Kelurahan Indarung c. Kelurahan Padang Besi d. Kelurahan Bandar Buat e. Kelurahan Koto Lalang f. Kelurahan Baringin : 19.29 Km2 : 52.1 Km2 : 4.91 Km2 : 2.87 Km2 : 3.32 Km2 : 1.65 Km2 : 1.85 Km2

g. Kelurahan Tarantang 2.3 Kondisi Demografi 4

Jumlah Penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan adalah 43.532 Jiwa yang terdiri dari 10.707 KK dengan perincian sebagai berikut: a. Kelurahan Bandar Buat b. Kelurahan Padang Besi c. Kelurahan Indarung d. Kelurahan Koto Lalang e. KelurahanBatuGadang f. Kelurahan Baringin g. Kelurahan Tarantang : 11.172 jiwa dan 2.743 KK : 6.211 jiwa dan 1.610 KK : 10.669 jiwa dan 2.632 KK : 6.378 jiwa dan 1.550 KK : 5.828 jiwa dan 1.489 KK : 1.226 jiwa dan 244 KK : 2.048 jiwa dan 439 KK
4

Bandar Buat merupakan daerah padat penduduk dimana luas daerah kelurahan ini sangat kecil tetapi memiliki jumlah penduduk yang paling banyak dibandingkan dengan kelurahan lainnya sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan mayarakat di kelurahan Bandar buat sendiri Di lubuk kilangan terdapat 42RW dan 161 RT dengan perincian sebagai berikut: a. Kelurahan Batu Gadang b. Kelurahan Indarung c. Kelurahan Padang Besi d. Kelurahan Bandar Buat e. Kelurahan Koto Lalang f. Kelurahan Baringin g. Kelurahan Tarantang : 4 RW/ 18 RT : 12 RW/ 44 RT : 4 RW/ 20RT : 11 RW/ 40 RT : 7 RW/ 27 RT : 2 RW/ 5 RT : 2 RW/ 7 RT

Sasaran Puskesmas :  Jumlah penduduk  Bayi (0-11 Bulan)  Bayi (6-11 Bulan)  Anak Balita (24-60 Bulan)  Balita (0-60 Bulan)  Ibu Hamil (Bumil)  Ibu Nifas (Bufas)  Ibu Bersalin  Ibu meneteki (Buteki)  Lansia  WUS : 43.532 Jiwa : 904 : 542 : 3506 : 4410 : 995 : 949 : 949 : 1808 : 3138 : 9287
5

2.4 Sarana dan Prasarana 4 a. Sarana Pendidikan  SMU/SMK  SLTP  SD  TK b. Sarana Kesehatan Puskesmas Lubuk Kilangan memiliki sarana:  Puskesmas Induk  Puskesmas Pembantu Pustu Indarung Pustu Batu Gadang Pustu Baringin : 1 Unit : 1 Unit : 4 Unit : 2 Unit : 2 Unit : 1 Unit : 1 Unit : 1 Unit : 3 Unit : 3 Unit : 4 Unit : 23 Unit : 15 Unit

 Rumah Sakit PT Semen Padang  Mobil Puskesmas Keliling  Motor Dinas  Komputer  MesinTik  Laptop  LCD/Infocus

c.

Prasarana Kesehatan 4  Posyandu Balita  PosyanduLansia : 43 Buah : 11 Buah

 KaderKesehatan  PraktekDokterSwasta  PraktekBidanSwasta  Pos UKK  PengobatanTradisional  Toga

: 164 Orang : 5 orang : 21 orang : 3 Pos : 38 Buah : 27 Buah

2.5 Ketenagaan 4 a. Dokter Umum b. Dokter Gigi c. Sarjana Kesehatan Masyarakat d. Akper e. SPK f. Akbid g. Bidan (D I) h. Asisten Apoteker i. AKL j. AAK j. Perawat Gigi k. Pekarya Kesehatan l. SMA m. SMP : 4 Orang : 2 Orang : 3 Orang : 6 Orang : 6 Orang : 6 Orang : 13 Orang : 2 Orang : 1 Orang : 1 Orang : 2 Orang : 3 Orang : 2 Orang : 1 Orang

2.6 Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Penduduk 4 a. Kondisi Sosial dan Budaya Suku terbesar yang ada di Kecamatan Lubuk Kilangan adalah Suku Minang, juga ada beberapa suku lainnya yaitu Jawa dan Batak. Mayoritas agama yang dianut masyarakatnya adalah : y y y Islam Katolik Kristen : 43.451 Jiwa : 39 Jiwa : 41 Jiwa

b. Kondisi Ekonomi Mata Pencaharian Penduduk: a. Pegawai Negeri b. Swasta c. Buruh d. Tani

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi Perilaku Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manuasia pada hakekatnya adalah suatu tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas. Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prilaku pada manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati langsung dari pihak luar5,6 Prilaku dipengaruhi oleh genetik yang merupakan konsepsi dasar untuk perkembangan prilaku dan lingkungan yang merupakan kondisi untuk perkembangan prilaku tersebut. Mekanisme pertemuan keduanya dalam rangka terbentuknya prilaku disebut proses belajar (learning process) 6 Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku sebagai respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan tertentu dari luar subyek (teori S-O-R atau teori stimulus-organisme-respon) dan membedakannya: 5,6 1. Respondent response atau reflexife response : Respon yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu. Perangsang semacam ini disebut elicting stimuli karena menimbulkan respon yang relatif tetap misalnya makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat menyebabkan mata tertutup , menangis karena sedih, muka merah karena marah dan lain sebagainya. 2. Operant response atau instrumental response : respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu . Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer karena perangsang tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme. Oleh sebab itu perangsang ini mengikuti atau memperkuat perilaku yang sudah dilakukan. Sebagai contoh apabila seorang anak belajar atau sudah melakukan suatu perbuatan kemudian dia memperoleh hadiah maka dia akan lebih giat belajar atau lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut. Dengan kata lain respon yang diberikannya akan lebih intensif dan kuat.

Dalam kehidupan sehari-hari responden respons sangat terbatas keberadaannya pada manusia sehingga kemungkinan memodifikasinya kecil. Sedangkan operant respons merupakan bagian terbesar dari prilaku manusia sehingga kemungkinan memodifikasinya besar. 6 Menurut Respon terhadap stimulus, prilaku dibedakan kepada dua macam yaitu : 5,6 1. Perilaku tertutup (covert behavior) Adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain. Respon masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah penyakit tertentu, meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi. 2. Perilaku terbuka (overt behavior) Adalah perilaku yang jelas dapat di observasi atau diamati secara langsung dari luar dalam bentuk tindakan nyata atau terbuk misalnya dari contoh tadi si ibu membawa anaknya ke puskemas untuk imunisasi

3.2 Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman , serta lingkungan. Secara lebih rinci perilaku kesehatan mencakup :5,6 1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia merespon baik secara pasif maupun aktif sehubungan dengan sakit dan penyakit. Perilaku ini dengan sendirinya berhubungan dengan tingkat pencegahan penyakit y Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan misalnya makann makanan bergizi, dan olahraga. y Perilaku pencegahan penyakit misalnya memakai kelambu untuk mencegah malaria, pemberian imunisasi.Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang lain. y Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan misalnya usaha mengobati penyakitnya sendiri, pengobatan di fasilitas kesehatan atau pengobatan ke fasilitas kesehatan tradisional.
10

Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan setelah sembuh dari penyakit misalnya melakukan diet, melakukan anjuran dokter selama masa pemulihan.

2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan. Perilaku ini mencakup respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat obat yang terwujud dalam bentuk sikap,persepsi, pengetahuan ataupun penggunaan yankes. 3. Perilaku terhadap makanan. Perilaku ini mencakup pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek terhadap makanan serta unsur unsur yang terkandung di dalamnya., pengelolaan makanan dan lain sebagainya sehubungan dengan tubuh kita. 4. Perilaku terhadap lingkungan sehat adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai salah satu determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan.itu sendiri. 3.3 Faktor Penentu ( Determinan ) Perilaku 6 Perilaku kesehatan seperti halnya perilaku pada umumnya melibatkan banyak faktor. Menurut Lawrence Green ( 1980 ) kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua hal pokok yaitu factor perilaku dan di luar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu : Faktor pembawa ( predisposing factor ) didalamnya termasuk pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai nilai dan lain sebagainya Faktor pendukung ( enabling factor ) yang terwujut dalam lingkungan fisik, sumber daya, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan. Faktor pendorong ( reinforcing factor ) yang terwujut di dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan maupun petugas lain , teman, tokoh yang semuanya bisa menjadi kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Sebagai contoh, Seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya , dapat disebabkan karena dia memang belum tahu manfaat imunisasi ( predisposing factor ),.atau karena jarak posyandu dan puskesmas yang jauh dari rumahnya ( enabling factor ) sebab lain bisa jadi karena tokoh masyarakat di wilayahnya tidak mau mengimunisasikan anaknya ( reinforcing factor )
11

Model di atas dengan jelas menggambarkan bahwa terjadinya perilaku secara umum tergantung faktor intern ( dari dalam individu ) dan faktor ekstern ( dari luar individu ) yang saling memperkuat . Maka sudah selayaknya kalau kita ingin merubah perilaku kita harus memperhatikan faktor faktor tersebut di atas. 3.4 Upaya Perubahan Perilaku Kesehatan 5,6 Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang dimaksud bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour. Di dalam program program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma norma kesehatan diperlukan usaha usaha yang konkrit dan positip. Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku seperti:

1. Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau melakukan perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan peraturan / undang undang yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi biasanya tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran sendiri. Sebagai contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba / penilaian selesai banyak pagar yang kurang terawat.

2.Pemberian informasi Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan , cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya. Perubahan semacam ini akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat lebih langgeng.

12

3. Diskusi partisipatif Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini memakan waktu yang lebihlama dibanding cara kedua ataupun pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap. Ketiga factor ini tidak berjalan jika tidak didukung oleh pendidikan kesehatan seseorang itu sendiri. Hal ini dapat dilihat di diagram sebagai berikut Bagan 1.Modifikasi skema dari Blum dan Green :
Keturunan Keturunan

Pelayanan kesehatan

Status kesehatan
Status kesehatan

Lingkungan

Perilaku Perilaku

Predisposing Factors Predisposing Factors ( ( pengetahuan, sikap, pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, kepercayaan, tradisi, nilai, dan sebagainya) nilai, dan sebagainya)

Enabling Factors (ketersediaan sumber daya) /fasilitas)


Pem. Sosial

Reinforcing Factors Reinforcing Factors (sikap dan perilaku (sikap dan perilaku petugas) petugas,toma,toga)

komunikasi Pendidikan Kesehatan

training

13

3.3. Pengelolaan Terhadap Penyakit Yang Berhubungan Dengan Perilaku Kesehatan 5 3.3.1. Pendidikan Kesehatan Dalam Faktor-Faktor Predisposisi Ditujukan untuk menggugah kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan kesehatan baik bagi diri nya sendiri, keluarganya, maupun masyarakat.Contoh :penyuluhan kesehatan, pameran kesehatan, iklan layanan kesehatan, spanduk, dan sebagainya 3.3.2. Pendidikan Kesehatan Dalam Factor Enabling Karena faktor ini berupa fasilitas atau prasarana dan sarana kesehatan, maka bentuk pemberdayaan nya lebih kepada memberdayakan masyarakat agar mampumengadakan sarana dan prasarana kesehatan bagi mereka.Contoh : dengan melakukan pancingan melalui pembuatan jamban sehat yang sederhana. Diharapkan masyarakat akan mengikuti untuk membuat jamban sehat dirumah nya 3.3.3. Pendidikan Kesehatan Dalam Faktor Reinforcing Oleh karena factor ini adalah menyangut sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma) dan tokoh agama (toga) serta para petugas kesehatan, maka pendidikan yang tepat adalah.pelatihanpelatihan bagi toga, toma dan petugas kesehatan. Tujuan utama dari pelatihan ini adalah agar sikap perilaku petugas dapat menjadi acuan bagi masyarakat

14

BAB IV ANALISIS MASALAH PERILAKU DI PUSKESMAS LUBUK KILANGAN Tabel 1 . Data Pencapaian Indikator PHBS rumah tangga Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2011
Bandar Buat 97% 63% 59,2% 72% 74% 48% 45% 52% 65% 46% 62,1% Padang Besi 98,2% 66,1% 78,7% 89,6% 72,4% 47,1% 38,5% 91,3% 63,2% 40,2% 68,5% Koto Lalang 90% 43% 60% 74% 43% 23% 36% 32% 45% 51% 49,7% Batu Gadang 97,6% 64,5% 66,3% 88,2% 76,3% 51,2% 40% 71,1% 65,4% 50,8% 67,1%

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Indikator Persalinan nakes Asi Eksklusif Timbang Bayi Air Bersih Jamban Sehat CTPS 3M Plus Makan Buah Aktivitas Fisik Rumah Bebas Asap PHBS

Indarung 97,6% 72,1% 73,6% 98,6% 85,5% 73,9% 75% 80% 77,8% 72,8% 80,6%

Baringin Taratang Puskesmas 98% 81,8% 94,3% 11,9% 65,2% 55,1% 63,8% 60,9% 66% 68,2% 72,2% 80,3% 26,7% 44% 60,2% 35,3% 39,5% 45,2% 20,5% 39,9% 45,2% 48% 57,6% 61,7% 53% 56% 60,7% 49,3% 47,5% 68% 58,5% 54% 62,9%

1. Persalinan oleh tenaga kesehatan Persalinan oleh tenaga Kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten seperti bidan, dokter dan dokter spesialis. Menurut standar Pelayanan Minimal Bidang kesehatan kota padang target minimal 90%, dan standar yang dipakai oleh puskesmas 92%. Hasil pencapaian Persalinan oleh tenaga kesehatan di puskesmas lubuk kilangan secara rata-rata pada 7 kelurahan adalah 94,3 % dan sudah mencapai target. Tetapi beberapadaerah belum mencapai angka sesuai target dari puskesmas seperti di kelurahan koto lalang dan taratang Dalam rangka Upaya peningkatan Persalinan oleh tenaga kesehatan, Puskesmas melakukan penyuluhanakan pentingnya persalinan oleh tenaga kesehatan atau di sarana pelayanan kesehatan. Penyuluhan ini dapat diberikan lewat kunjungan posyandu, KIA,ataupun kelas ibu hamil. Untuk ibu miskin juga di sediakan layanan rujukan jampersal. 2. Asi Eksklusif Asi eksklusif adalah pemberian asi saja sejak anak lahir sampai berusia 6 bulan, tanpa makanan atau minuman lain. Menurut standar Pelayanan Minimal Bidang kesehatan kota padang target minimal 30%. Berdasarkan data PHBS Angka Pemberian asi eksklusif di lubuk kilangan yaitu 55,1%,dengan persentase terkecil di kelurahan baringin yaitu 11,9%.
15

Dalam rangka upaya peningkatan pemberian asi esklusif, puskesmas lubuk kilangan terus memberikan penyuluhan mengenai pentingnya asi ekslusif. Penyuluhan diberikan di posyandu, layanan KIA puskesmas, kunjungan neonatus dan nifas, kelas bumil ataupun melalui media leaflet yang disediakan di puskesmas. 3. Penimbangan Bayi Penimbangan bayi setiap bulannya bertujuan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan balita tiap bulannya. Penimbangan dapat dilakukan di posyandu. Dari Hasil survey PHBS didapatkan hasil rata-rata 66% dengan penimbangan terndah di Bandar Buat yaitu 59,2%. Jika dilihat data cakupan d/s posyandu hanya 42,5% dengan target 61,5%.

Dalam rangka upaya peningkatan kunjungan penimbangan bayi ini, puskesmas lubuk kilangan terus memberikan penyuluhan, dan melibatkan peran serta kader. 4. Penggunaan Air Bersih Penggunaan air bersih sangat penting sekali untuk menghindari adanya penyebaranpenyakit lewat air atau lingkungan yang tidak bersih. Pencapaian penggunaan air bersih di kecamatan lubuk kilangan yaitu 80,3%. Angka yang cukup tinggi ini salah satu faktor pendukungnya adalah pemberian bantuan Pamsimas oleh pemerintah.

5.Penggunaan Jamban Sehat Jamban merupakan suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdirin atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa
16

leher angsa (cemplung) yang dilengkapiunit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Berdasarkan data PHBS Angka Penggunaan jamban Sehat di lubuk kilangan yaitu 60,2%,dengan persentase terkecil di kelurahan baringin yaitu 26,7%.

6. Cuci Tangan Pakai Sabun Cuci tangan memakai sabun penting sebagai salah satu cara pemutusan rantai penularan penyakit. Berdasarkan data PHBS CTPS di lubuk kilangan yaitu 45,2%,dengan persentase terkecil di kelurahan koto lalang yaitu 23%. Dalam rangka upaya peningkatan CTPS ini, puskesmas terus mengadakan penyuluhan seperti penyuluhan dan pemasangan poster disekolah dan memasukan materi CTPS kedalam materi dokcil atau UKS ataupun lewat materi PHBS secara Umum.

7. 3M Plus 3M plus merupakan salah satu program pembrantasan jentik nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit seperti DBD. Kegiatan yang dilakukan yaitu, menguras, menutup,mengubur.Berdasarkan data PHBS Angka pembrantasan jentik di kecamatan lubuk kilangan yaitu 45,2%,dengan persentase terkecil di kelurahan baringin yaitu 20,5%. Dalam rangka upaya peningkatan penyuluhan 3M ini, puskesmas lubuk kilangan terus memberikan penyuluhan tentang DBD dengan 3M plus sebagai upaya pencegahannya. Tabel 2. Data laporan beberapa topik promosi kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2011
N O 1 Bulan Januari Kegiatan/tema leaflet penyuluhan dalam gedung Penyuluhan luar gedung leaflet penyuluhan dalam gedung Penyuluhan luar gedung leaflet penyuluhan dalam gedung Penyuluhan luar gedung leaflet penyuluhan dalam gedung Penyuluhan PHBS 1x (30 lb) 1x 1x ;sekolah 1x (30 lb) 1x 2x; kantor lurah Bahaya Rokok Diare 1x (30 lb) 1x 6x; posyandu 1x (30 lb) 1x Gizi Keluarga

1x

Februari

1x (30 lb) 1x 2x; kantor lurah 1x (30 lb) 1x

1x (30 lb)

maret

1x (30 lb) 1x 2x; posyandu 1x (35 lb) 1x 2x; posyandu

1x (35 lb) 1x 6x; posyandu

april

1x

17

luar gedung 5 mei leaflet penyuluhan dalam gedung Penyuluhan luar gedung leaflet penyuluhan dalam gedung Penyuluhan luar gedung leaflet penyuluhan dalam gedung Penyuluhan luar gedung leaflet penyuluhan dalam gedung Penyuluhan luar gedung leaflet penyuluhan dalam gedung Penyuluhan luar gedung leaflet penyuluhan dalam gedung Penyuluhan luar gedung leaflet penyuluhan dalam gedung Penyuluhan luar gedung leflet penyuluhan dalam gedung Penyuluhan luar gedung 1x (30 lb) 1x 6x; posyandu 1x (35 lb) 1x 6x; posyandu 1x (30 lb) 1x 12x; posyandu 2x (60 lb) 2x 8x; masjid 8x; masjid 1x (40 lb) 1x 2x; posyandu 1x (45 lb) 1x mesjid, sekolah 6x; posyandu 1x (40 lb) 1x posyandu(2) , sekolah 1x (30 lb) mesjid, sekolah 12x; posyandu posyandu(9),sekola h (7) 1x (35 lb) 1x 2x; sekolah 2x; sekolah 3x; posyandu 2x; kantor lurah 2x; posyandu 7x; posyandu 1x (35 lb) 1x 7x; posyandu 1x (40 lb) 1x 1x (30 lb) 1x

juni

1x (30 lb) 1x

1x (30 lb) 1x 1x; sekolah

juli

agustus

september

1x (35 lb) 1x 6x; posyandu

10

oktober

11

november

12

desember

18

8. Makan Buah dan sayur Makan buah dan sayur sangat penting untuk memenuhi asupan vitamin dan mineral.Dari Hasil survey PHBS didapatkan hasil rata-rata 61,7% dengan presentese terkecil di kelurahan baringin. Upaya peningkatan kebiasaan makan buah dan sayur ini dilakukan denganpeningkatan penyuluhan melalui penyuluhan gizi keluarga yang disampaikan di dalam gedung puskesmas ataupun di posyandu (tabel 2).

9. Aktivitas Fisik Melakukan aktivitas fisik setiap hari adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting untuk pemeliharaan kesehatan fisik,mental dan kualitas hidup. Dari Hasil survey PHBS dikelurahan lubuk kilangan, didapatkan hasil rata-rata 60,7% dengan penimbangan terndah di koto lalang yaitu 45%. Upaya yang dilakukan puskesmas adalah meningkatkan promosi untuk peningkatan aktivitas fisik ini dengan olah raga. Tetapi program ini masih berlangsung hanya di puskesmas dan dibeberapa posyandu lansia.

10. Rumah Bebas Asap Penyuluhan tentang bahaya rokok sudah sangat sering dilakukan, Dari Hasil survey PHBS di kecamatan lubuk kilanagn, didapatkan hasil rata-rata 54%.untuk mensukseskan program puskesmas telah meningkatkan upaya promosi tentang bahaya merokok, dan mungkin perlu dipikirkan peran serta kebijakan pemerintah dalam masalah ini.

Secara keseluruhan berdasarkan data diatas didapakan bahwa PHBS di kelurahan lubuk kilangan masih belum mencapai standar yaitu 62,9% dari standar pelayanan medis yang seharusnya yaitu 65%. Untuk itu direncanakan upaya pengelolaan berupa peningkatan penyuluhan dan kerjasama lintas sector berupa advokasi dengan pihak kecamatan.

19

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan, perbaikan pada lingkungan dan merekayasa kependudukan atau faktor keturunan, tetapi perlu memperhatikan faktor perilaku yang secara teoritis memiliki andil 30 - 35 % terhadap derajat kesehatan. Perubahan prilaku diperlukan agar masyarakat dapat memiliki kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sehingga pemecahan masalah kesehatan di lingkungan puskesmas dapat optimal. Adapun kesimpulan prilaku hidup bersih dan sehat di puskesmas Lubuk Kilangan Masih rendahnya persentasi PHBS rumah tangga pada beberapa kelurahan yang ada di Lubuk Kilangan. Dan perlu adanya peningkatan upaya dalam rangka perubahan prilaku masyarakat kearah prilaku masyarakat sehat.

5.2 Saran a. Diharapkan puskesmas lebih mengoptimalkan peran promosi kesehatan di lingkungan kerja puskesmas sebagai salah satu metode perubahan prilaku. b. Pemberian pelatihan khusus pada para kader untuk kepentingan pendataan dan nbantuan tenaga promosi. c. Diharapkan kerjasama lintas sektoral untuk dapat aktif dalam membina dan memberikan dukungan pada setiap program promosi kesehatan dalam rangkamewujudkan keluarga bersih dan sehat.

20

You might also like