You are on page 1of 10

UJIAN AKHIR SEMESTER 1

PENGANTAR ADMINISTRASI
Dosen : DR. Muh Taufik, DEA

20 Mei 2008

Oleh

Nyoman Rudana
NPM 08.D.040

Magister Administrasi Publik


Manajemen Pembangunan Daerah
STIA LAN Jakarta

1. Bagaimana praktek pemerintahan daerah mencerminkan reformasi birokrasi /


administrasi.
 Reformasi adalah perubahan yang mendasar menuju tatanan baru yang lebih baik.
 Birokrasi menurut Max Weber mempunyai cirri – cirri ::
1. Organisasi fungsi fungsi pemerintahan yang berlangsung terus menerus dan stabil yang
didasarkan pada peraturan.
2. Pembagian pekerjaan berdasarkan bidang bidang kompetensi yang terspesialisasi.
3. Fungsi fungsi organisasi yang ditata berdasarkan prinsip hirarki. Ini menggambarkan
sistem yang dominasi dan subordinasi tertata sedemikian rupa sehingga setiap post
berada dibawah kontrol seorang atasan.
4. Adanya peraturan baik bersifat yuridik mapun teknik yang menentukan pola sikap dan
pekerjaan. Untuk alasan ini maka pelatihan khusus dan terstandardisasi diperlukan
untuk menentukan kelayakan seorang staf dalam menduduki jabatan tertentu.
5. Pemisahan antara staf administratif dan sarana parasarana yang digunakan dalam
menjalankan tugasnya.
6. Tindakan, keputusan, dan peraturan administratif dilakukan secara tertulis.
7. Pemberian imbalan menurut jabatan dalam hirarki.

Reformasi administrasi / birokrasi menurut Montgomerry adalah merupakan suatu proses


politik yang dilakukan untuk menyesuaikan hubungan antara birokrasi dan komponen –
komponen lain dalam masyarakat, atau untuk memperbaiki kinerjanya sendiri, dimana tujuan
dan alasan dalam reformasi tsb bergantung kepada keadaan politik yang ada. Secara singkat
reformasi administrasi merupakan kemampuan administrasi dalam memenuhi harapan para
stakeholdernya, dalam hal ini menuju kesejahteraan rakyat.

Praktek pemerintahan daerah dapat mencerminkan reformasi birokrasi bilamana pemerintahan


daerah tsb melakukan suatu perubahan yang mendasar, terus menerus, tidak hanya kepada
struktur organisasinya saja namun yang terpenting adalah perubahan mindset -
reinventing government adalah :
1. pemerintah katalis.
2. pemerintah yang berorientasi kepada pelanggan.
3. pemerintah yang berorientasi kepada hasil.
4. pemerintah yang mendorong peraingan dalam penyediaan pelayanan publik.
5. pemerintah yang berorientasi kepada misi.
6. pemerintah partisipatif.
7. pemerintah yang terdesentralisir.
8. pemerintah yang memberdayakan pasar.
9. pemerintah yang memberdayakan pegawai.

Bila dicermati, maka ciri – ciri reinventing government di atas merupakan cara kerja
manajemen di sektor swasta. Oleh sebab itu pemerintah daerah perlu menerapkan New Public
Management yaitu penerapan prinsip dan cara kerja manajemen sektor swasta untuk
memperbaiki kinerja pemerintahan, yaitu dengan cara :

1. Memberdayakan peran para pelaksana sektor publik sebagai manager. Jadfi tidak hanya
menekankan unsur kepatuhan terhadap peraturan yang akhirnya hanya membelenggu
kreativitas dan menimbulkan mental ABS ( Asal Bapak Senang ).

Dalam kaitannya dengan pemberdayaan SDM, maka perlu dsususn pula sistem diklat yang
berorientasi kinerja. Utuk itu perlu dilakukan asessment terhadap PNS agar diketahi
pendidikan dan pelatihan apa yang sesungguhnya diperlukan.

2
2. Penyusunan standard dan pengukuran kinerja yang jelas, dengan menetapklan KPI ( key
Performance Indicator ) yang jelas dan terukur.

Sistem kepegawaian negara merupakan sistem karir yang tidak berfokus kepada
profesionalisme dan kinerja. Oleh sebab itu pemerintah daerah, di era otonomi daerah,
perlu melakukan terobosan dan inovasi, dengan melihat kembali potensi PNS dan potensi
daerah yang ada ( misal dengan analisa SWOT ), dengan merancang suatu sistem insentif
yang berbasis kinerja dengan fokus kepada pelayanan baik pelayanan publik ( external
customer ) maupun pelayanan antar instansi ( internal customer ), sehingga para PNS dapat
lebih perform karena hasil kerjanya dihargai.

3. Orientasi dan pengendalian terhadap output. Hal ini terkait dengan no 2, namun tetap harus
memperhatikan proses, sehingga para PNS tidak menghalalkan segala cara hanya untuk
mencapai hasil.

4. Disagregation unit – unit organisasi ( pemisahan fungsi pembuatan kebijakan dan


pelaksanaannya ). Hal ini dilakukan agar obyektivitas tetap terjaga dan tidak ada conflict of
interest antara pembuat kebijakan dan pelaksana.

5. Mendorong kompetisi sektor publik. Pemerintah daerah membuat kebijakan yang


mendorong bertumbuhnya sektor swasta, misalnya dengan memangkas pungli,
mempermudah pelayanan pengurusan ijin – ijin dll. Contoh : pemda Bali yag tergabung
dalam Bali Tourism Board, mempererat hubungan antara pemerintah dengan sektor swasta
dan sektor swasta mendorong terciptanya tourism government.

6. Penekanan kepada gaya manajemen sektor swasta, yang ditekankan kepada unsur
profesionalisme. Di era otonomi daerah,dimana kepala daerah dipilih langsung, hal ini
sangat memungkinkan, karena kepala daerah yang diangkat bisa saja berasal dari kalangan
swasta ( misalnya pebisnis ), sehingga gaya kepemimpinannya otomatis akan mengacu
kepada manajemen sektor swasta. Contoh : kabupaten Jembrana, dimana bupatinya
Prof.drg. Winasa telah berhasil membangun institusinya menjadi institusi yang efisien,
mislanya dengan penerapan pelayanan satu atap dalam pengurusan berbagai hal yang
menyangkut pelayanan publik.

7. Penguatan disiplin dalam penggunaan sumber daya. Termasuk di sini adalah pencegahan
penggelembungan anggaran dan praktek mark up dalam pengadaan barang dan jasa.

2. Bagaimana saudara menjelaskan penerapan prinsip – prinsip good governance


dalam penyelenggaraan lokasi yang saudara kunjungi. Jelaskan dengan data
dan fakta yang saudara peroleh.

Governance, yang diterjemahkan menjadi tata pemerintahan, adalah pengelolaan wewenang


ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola urusan – urusan negara pada semua tingkat.
Dadang Solihin, Good Governance suatu konsepsi tentang pemerintahan yang bersih,
demokratis, dan efektif sesuai penyelenggaraan dengan cita-cita terbentuknya suatu
masyarakat madani. merupakan suatu gagasan mengatur pola hubungan antara pemerintah,
dunia usaha swasta,νdan nilai untuk dan masyarakat.
Jadi pengertian good governance adalah adanya perimbangan antara negara , pasar dan
masyarakat. Good governance sangat terkait dengan dua hal yaitu :
1. good governance tidak dapat dibatasi hanya pada tujuan ekonomi

3
2. tujuan ekonomi tidak dapat dicapai tanpa prasyarat politik tertentu.

Prinsip – prinsip Good Governance menurut Bappenas :

1. Wawasan ke Depan (Visionary)


2. Keterbukaan & Transparansi (Openness &Transparency)
3. Partisipasi Masyarakat (Participation)
4. Tanggung Gugat / Akuntabilitas (Accountability) : pertanggungjawaban pihak yang diberi
mandat untuk memerintah kepada mereka yang memberi mandat.
5. Supremasi Hukum (Rule of Law)
6. Demokrasi (Democracy)
7. Profesionalisme & Kompetensi (Profesionalism & Competency )
8. Daya Tanggap (Responsiveness)
9. Keefisienan & Keefektifan (Efficiency & Effectiveness)
10. Desentralisasi (Decentralization)
11. Kemitraan dengan Dunia Usaha Swasta dan Masyarakat (Private Sector & Civil Society
Partnership)
12. Komitmen pada Pengurangan Kesenjangan (Commitment to Reduce Inequality)
13. Komitmen pada Lingkungan Hidup (Commitment to Environmental Protection)
14. Komitmen pada Pasar yang Fair (Commitment to Fair Market )

Pelaksanaan good governance pada Dinas Pariwisata Propinsi Bali diselaraskan dengan visi
dari Pemerintah Daerah Propinsi Bali yaitu Terwujudnya Bali Dwipa Jaya Berlandaskan
Tri Hita Karana. Bali Dwipa Jaya dalam konteks pembangunan, merupakan suatu proses
pembangunan yang dinamis dilandasi oleh nilai, norma, tradisi, dan kearifan lokal yang
bersumber pada budaya Bali yang dijiwai oleh Agama Hindu sehingga terwujud kesejahteraan
sosial (jagadhita), ekonomi, kelestarian budaya dan lingkungan hidup yang harmonis dan
berkesinambungan. Sedangkan filosofi Hindu Tri Hita Karana yang artinya hubungan yang
harmonis antara manusia dengan Tuhannya, antara manusia dengan sesamanya serta manusia
dengan alam sekitarnya, merupakan hal yang diterapkan juga dalam manajemen pemda Bali.
Hal tsb Nampak pada hal – hal di bawah ini :

1. Wawasan ke depan :
Menuju kepada tourism government, dan hal itu dibuktikan dengan berhasilnya Bali
sebagai tempat konvensi internasional seperti 116th IPU ( Inter Parliamentary Union )
Assembly, 29 April – 4 Mei 2007, UN Climate Change 3 – 14 Desember 2007.

Menggunakan media internet sebagai sarana informasi kepada masyarakat termasuk di


manca negara, dengan membuat website berbahasa Inggris..
(http://www.tourism.baliprov.go.id/index.htm ). yang juga dapat diakses dari situs resmi
Pemerintah Propinsi Bali ( http://www.baliprov.go.id/ ). Website ini cukup representatif
karena sangat ter update.

2. Beberapa best practices sebagai hasil nyata keberhasilan good governance terkait komitmen
kepada lingkungan hidup serta kemitraan dengan pihak masyarakat adalah :

a. Terpilihnya Bali sebagai World’s Best Island ( http://www.c151.net/press/bali-worlds-


best-island-2007.html ) selama enam kali berturut- turut versi majalah Travel and
Leisure, mengalahkan Hawaii dan Yunani meurpakan bukti yang nyata.

4
b. Beberapa wilayah di Bali, seperti Rice Terrace di Jatiluwih dan peninggalan sejarah
sepanjang sungai Pakerisan masuk menjadi World Cultural Heritage oleh Unesco.

c. Pemerintah daerah Bali juga mampu mendorong masyarakatnya sebagai living cultural
heritage yang dapat dilihat dari terselenggaranya berbagai upacara keagamaan yang
mampu diintegrasikan sebagai bagian dari atraksi budaya, dimana masyarakat yang
menjalani upacara tsb tetap dapat menjalankan ritual keagamaannya, dan wisatawan
dalam hal – hal tertentu dapat aktif berpartisipasi dan larut dalam kegiatan tsb dan tidak
hanya sebagai penonton / outsider.

3. Kemitraan dengan Dunia Usaha Swasta serta partisipasi masyarakat serta akuntabilitas :

a. Meningkatnya turis asing yang berkunjung ke Bali tentunya merupakan bukti berhasilnya
kemitraan antara pemerintah dnegan pihak swasta dan masyarakat. Periode 2002 pasca Bomb
Bali I ( 1 Oktober 2002 ) sampai degan pertengahan April 2006 ( 6 bulan pasca Bomb Bali II 12
Oktober 2005 ) merupakan periode yang kritis, namun dari tabel di bawah ini nampak bahwa
pemda Bali bersama dengan pelaku industri pariwisata, yang tergabung ke dalam Bali Tourism
Board ( BTB ) seperti yang dijelaskan pada alinea berikut, berhasil mengangkat kembali image
Bali di mata dunia. Hal ini ditandai dengan meningkatnya kunjungan wisatawan pada bulan
Mei 2006 sampai terakhir data didapat yaitu Maret 2008.

Jumlah Turis Asing ke Bali Per Bulan, 1997 - 2007

TAHUN JAN FEB MAR APR MAY JUNE JULY AUGUS SEPT OCT NOV DES TOTAL
T
1997 83,223 97,456 112,714 90,640 91,924 105,141 117,873 127,675 124,582 96,784 88,009 94,295 1,230,316
+/-
- - - - - - - - - - - - -
1998 88,582 87,377 87,241 92,936 66,326 67,446 105,352 127,030 126,281 120,607 111,200 106,775 1,187,153
+/-
6.44 -10.34 -22.60 2.53 -27.85 -35.85 -10.62 -0.51 1.36 24.61 26.35 13.24 -3.51
1999 102,280 105,240 117,172 104,028 104,526 119,357 143,920 146,209 134,688 104,251 87,763 86,365 1,355,799
+/-
15.46 20.44 34.31 11.94 57.59 76.97 36.61 15.10 6.66 -13.56 -21.08 -19.11 14.21
2000 92,604 104,083 110,582 109,634 103,939 122,352 142,946 144,324 140,008 129,932 110,145 102,290 1,412,839
+/-
-9.46 -1.10 -5.62 5.39 -0.56 2.51 -0.68 -1.29 3.95 24.63 25.50 18.44 4.21
2001 108,897 99,040 115,997 117,040 111,115 128,792 138,150 145,290 133,667 96,537 72,806 89,443 1,356,774
+/-
17.59 -4.85 4.90 6.76 6.90 5.26 -3.36 0.67 -4.53 -25.70 -33.90 -12.56 -3.97
2002 87,027 96,267 113,553 104,960 119,284 130,563 147,033 160,420 150,747 81,100 31,497 63,393 1,285,844
+/-
-20.08 -2.80 -2.11 -10.32 7.35 1.38 6.43 10.41 12.78 -15.99 -56.74 -29.12 -5.23
2003 60,836 67,469 72263 53,726 47,858 81,256 111,828 115,546 106,763 97,435 83,853 94,196 993,029
+/-
-30.10 -29.91 -36.36 -48.81 -59.88 -37.76 -23.94 -27.97 -29.18 20.14 166.23 48.59 -22.77
2004 104,062 84,374 99,826 111,022 117,191 131,707 148,117 155,628 141,952 128,399 110,506 125,525 1,458,309
+/-
71.05 25.06 38.14 106.64 144.87 62.09 32.45 34.69 32.96 31.78 31.79 33.26 46.85
2005 101,931 100,638 117,149 116,272 116,615 136,369 158,453 157,229 162,102 81,109 62,705 75,877 1,386,449
+/-
-2.05 19.28 17.35 4.73 -0.49 3.54 6.98 1.03 14.19 -36.83 -43.26 -39.55 -4.93
2006 79,721 73,430 84,109 103,886 101,776 109,651 121,988 118,104 118,331 112,629 113,844 122,848 1,260,317
+/-
-21.79 -27.04 -28.20 -10.65 -12.72 -19.59 -23.01 -24.88 -27.00 38.86 81.55 61.90 -9.10

5
2007 109,504 118,275 119,163 125,140 128,693 145,174 164,618 166,633 152,532 146,150 141,768 147,204 1,664,854
+/-
37.36 61.07 41.68 20.46 26.45 32.40 34.95 41.09 28.90 29.76 24.53 19.83 32.10
2008 139,872 153,465 153,216 446,553
+/-
27.73 29.75 28.58

Bermitranya Pemerintah Daerah Bali ( Dinas Pariwisata ) dengan pelaku bisnis pariwisata,
BUMD terkait, institusi pendidikan, asosiasi lain yang terkait pariwisata dalam Bali Tourism
Board ( BTB ), merupakan komitmen dari pemda Bali untuk menggerakkan pariwisata di Bali.

Dari bagan struktur organisasi di bawah ini nampak bahwa pemerintah, dalam hal ini Gubernur
Bali, bertindak sebagai patron, dalam arti, dalam organisasi BTB ini, pemerintah daerah tetap
menduduki peran utama sebagai pembuat kebijakan.

Selain itu dengan masuknya pemerintah ke dalam BTB membuat akuntabilitas khususnya
akuntabilitas kebijakan publik dapat dipertanggung jawabkan, mengingat ada mekanisme
kontrol dari pihak pengguna kebijakan yaitu para pengusaha industri pariwisata.

6
3. Sebutkan / jelaskan kelemahan / keterbatasan reformasi birokrasi /
administrasi yang dilakukan di pemerintah daerah yang saudara kunjungi.

Khusus untuk Propinsi Bali, yang walaupun belum masih jauh dari sempurna, merupakan
contoh nyata dari tourism government di Indonesia, peran pemerintah daerah diwakili oleh
Dinas Pariwisata Propinsi Bali, yang merupakan salah satu stakeholder dari Bali Tourism Board
( BTB ). BTB merupakan institusi penggerak pariwisata di Bali, yang terdiri dari tiga unsur
utama yaitu pemerintah, pelaku industri pariwisata dan masyarakat. BTB mempunyai misi
untuk :
1. mempromosikan, membangun dan mengelola Bali sebagai daerah tujuan wisata unggulan.
2. Sebagai koordinator dari asosiasi industri pariwisata di Bali dan memfungsikannya untuk
tujuan memperjuangkan kepentingan industri pariwisata.
3. Memperlihatkan dan mempromosikan Bali sebagai daerah tujuan wisata dengan jalan
memberikan masukan kepada pemerintah terhadap obyek-obyek wisata didaerahnya
sehingga dapat dipromosikan oleh industri pariwisata.

Pemerintah daerah Bali, melalui peran Dinas Pariwisatanya, belum sepenuhnya bisa
menjalankan fungsi sebagai tourism government, mengingat belum jelas terdefinisi apa yang
disebut dengan tourism government. Hal ini terkait dengan perubahan mindset yang harus
dilakukan, dari mindset birokrat yang mengurus pemerintahan menjadi pemerintah yang
mengutamakan pelayanan publik, khususnya dalam pariwisata. Adanya BTB sangat membantu
pemerintah daerah dalam membuat kebijakan -kebijakan yang pro pasar namun tetap
menjalnkan fungsinya sebagai pelindung masyarakat.

Reformasi birokrasi khususnya di dalam bidang kepariwisataan yang menjadi andalan utama
Bali haruslah difokuskan kepada perbaikan pelayanan publik. Beberapa keterbatasan /
kelemahan yang masih ada dalam pelaksanaan reformasi birokrasi di Propinsi Bali, khususnya
di Dinas Pariwisata nya adalah :
1. Belum sinkronnya kebijakan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah Bali, misalnya
terkait dengan :
a. Branding : Bali Shanti Shanti Shanti ( Bali Damai – Damai Damai ) yang dilansir 16 Juni
2007 pada pembukaan Bali Art Festival 2007 oleh Presiden SBY belum tersosialisasikan ke
masyarakat luas sehingga terkesan bahwa branding tsb hanya sebagai slogan dan tidak
terintegrasi dengan kegiatan pariwisatanya, termasuk pada Visit Indonesia Year 2008.
Dalam hal ini pemerintah Bali harus lebih proaktif dalam mencitrakan Bali sebagai tempat
wisata yang aman dan damai sebagaimana tersirat oleh branding tsb.

b. Diterapkannya visa on arrival sejak tahun 2002, setelah Bomb Bali I, dimana seharusnya
pemerintah pusat membuat kebijakan – kebijakan yang bisa memberi kemudahan bagi
wisawatan untuk berkunjung ke Bali. Di sini nampak kelemahan pemerintah daerah Bali
yang belum mampu meyakinkan pemerintah pusat.

c. Masih terkait dengan masalah visa on arrival, prosedur pembayaran VOA bagi pada
wisawatan terkesan lamban, dimana pihak imigrasi kurang mendukung pemda Bali dalam
menjalankan fungsinya sebagai tourism government. Dalam hal ini pemda Bali seharusnya
terus menerus memperjuangkan ke pemerintah pusat agar dibuat suatu sistem untuk
pelayanan VOA dengan bekerjasama dengan pihak imigrasi dan Angkasa Pura dengan
memanfaatkan teknlogi, mengingat playanan bandara merupakan hal yang mencerminkan
wajah dan karakter Bali yang pertama kali dirasakan oleh wisatawan manca negara.

7
d. Kurangnya pendidikan dan pelatihan bagi pegawai Dinas Pariwisata padahal ada anggaran
dari pusat ke daerah untuk diklat. Selain itu kebutuhan pendidikan dan pelatihan di daerah
tidak sinkron dengan jenis platihan yang disediakan oleh pusat, sehingga diklat yang
diperoleh kurang bisa meningkatkan kinerja.

2. Belum adanya kebijakan / Perda yang mengatur pemerataan kunjungan wisatawan ke


seluruh obyek wisata di Propinsi Bali dimana kunjungan obyek wisata difokuskan hanya
pada beberapa obyek – obyek wisata utama saja.

3. Perda yang dibuat oleh Pemprov Bali terutama yang menyangkut nilai ekonomis seringkali
diabaikan oleh pemerintah kabupaten, sebagai dampak negatif dari otonomi daerah, dimana
kewenangan ada di tingkat kabupaten /kota.

4. Belum dibentuknya sistem pelayanan satu atap, untuk melayani perijinan tempat hiburan,
hotel, restoran dll, dan hal – hal lain terkait dengan industri pariwisata, padahal sudah
dibentuk BTB yang menyatukan ketiga pilar utama pariwisata.

5. Masih kurangnya kerjasama antar dinas di Propinsi Bali, misalnya dengan Dinas Kesehatan
setempat, sehingga informasi adanya penyakit terutama penyakit menular seperti flu burung
dan traveller’s diseases seperti diare, kholera, demam berdarah kurang tersosialiasi ke
masyarakat, sehingga menimbulkan berbagai interpretasi mengenai tingkat kegawatannya,
serta kurang tersosialisasi pula cara pencegahannya.
Demikian juga misalnya antara Dinas Pariwisata dengan Dinas PU, terkait perbaikan
infrastruktur / jalan. Sebaiknya perbaikan sebelum hari libur / hari besar, sehingga tidak
mengganggu kelancaran transportasi para wisatawan.

6. Belum adanya sistem penilaian kinerja yang mampu mendukung peningkatan kinerja di
institusi birokrasi Propinsi Bali.

4. Bagaimana upaya yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah daerah untuk


mewujudkan prinsip – prinsip good governance secara sustainable.

Dalam upaya mewujudkan prinsip – prinsip good governance, atau lebih tepatnya good local
governance yang berkesinambungan , maka pemerintah harus melakukan reinventing
government, seperti yang sudah diuraikan pada jawaban no 1 dengan memfokuskan kepada
perannya sebagai good tourism government. Mengingat turisme adalah berfokus kepada
pelayanan, maka good tourism government haruslah merupakan good public serving
government, yaitu pemerintah daerah yang berbasis kepada pelayanan publik, dimana publik
ini menyangkut unsur masyarakat umum serta kalangan pelaku bisnis / investor, baik di bidang
pariwisata atau bidang lain. Konsep sustainable artinya berkesinambungan, untuk itu
pemerintah daerah Bali seharusnya menjalankan kebijakan dari pemda periode sebelumnya,
sehingga kebijakan dan program kerja pemerintah daerah sebelumnya dapat dilanjutkan,
tentunya dengan catatan bahwa program tsb baik dan ditujukan untuk mensejahterakan rakyat.
Sehingga tidak terjadi kebijakan serta program kerja yang sifatnya setengah – setengah hanya
karena menuruti ego pemdanya.

Untuk itu pemda Bali dapat melakukan perbaikan yang mengacu kepada prinsip – prinsip good
governance sbb :

8
1. Visionary : tetap berpegang kepada visi misi Propinsi Bali yaitu : Terwujudnya Bali Dwipa
Jaya Berlandaskan Tri Hita Karana. Visi misi ini dijabarkan ke dalam RPJM lima
tahunan dan apa yang sudah dilakukan sekarang, dengan mengacu kepada renstra 2004 –
2009 sudah cukup baik. Visi ini merupakan blue print yang harus dijabarkan dalam bentuk
program di tahun – tahun selanjutnya.

2. Keterbukaan & Transparansi (Openness &Transparency), yang dapat dicapai dengan


misalnya penggunaan media massa serta internet untuk melalukan pengumuman lelang
barang dan jasa sehingga masyarakat luas dapat mengetahuinya. Selain itu sudah
tersedianya wesbite dari Propinsi Bali serta masing - masing kabupaten / kota yang
senantiasa terupdate sudah merupakan suatu hal yang baik, terlebih bila dilengkapi dengan
website berbahasa Inggris. Ke depan media website ini harus mamopu m,enjadi sarana
komunikasi yang efektif antara pemerintah daerah dengan masyarakatnya, khususnya
masyarakat di daerahnya sendiri dan dapat bersifat intraktif ( masyarakat bertanya,
pemerintah menjawab ). Hal ini akan mendekatkan pemerintah daerah dengan masyarakat.

3. Partisipasi masyarakat.
Merupakan hal terpenting dalam keberhasilan pemerintah daerah Bali, mengingat
masyarakat merupakan living asset, dan wisawatan datang ke Bali untuk melihat langsung
ritual – ritual agama Hindu yang tentunya melibatkan masyarakat sebagai aktor utama.
Oleh sebab itu pemda Bali semakin jelas perannya dalam tourism government, dengan
meningjatkan pelayanan publik. Pelayanan publik yang baik, misalnya sistem pelayanan
satu atap dalam pengurusan ijin – ijin di kabupaten Jembrana merupakan contoh positif
yang dapat ditiru oleh kabupaten lain.

4. Menjalin kerjasama yang lebih baik dengan pemerintah pusat sehingg mampu
memperjuangkan hal – hal yang menjadi concern utama dalam hal perannya sebagai good
tourism government. Contoh : memperjuangkan pelayanan terpadu untuk pengelolaan visa
on arrival serta hal – hal terkait keimigrasian lain bersama dengan pihak Angkasa Pura dan
pihak Imigrasi, sehingga semua pihak bersama – sama mendukung terciptanya pelayanan
publik yang baik. Bandara Ngurah Rai sebagai pintu gerbang pariwisata merupakan wajah
yang pertama dilihat oleh wisawatan, oleh sebab itu kesan yang baik harus diciptakan pada
kesan pertama. Dalam kaitan dengan good governance, hal ini erat terkait dnegan
akuntabilitasnya kepada masyarakat pemberi mandat. Juga terkait dengan prinsip :
a. Profesionalisme & Kompetensi (Profesionalism & Competency )
b. Daya Tanggap (Responsiveness)
c. Keefisienan & Keefektifan (Efficiency & Effectiveness)

5. Supremasi Hukum :
Penegakan hukum merupakan hal utama dalam menegakkan keamanan yang kondusif di
Bali. Pengawasan yang ketat di bandara terutama dalam pengendalian narkoba merupakan
hal yang penting. Untuk itu diperlukan kerjasama yang baik dengan pihak kepolisian dan
institusi kepolisian serta intelijen asing. Selain itu pengendalian terorisme merupakan hal
yang sangat penting. Unsur pengamanan lokal ( pecalang ) harus tetap dilibatkan dan
mereka harus dibekali dengan pengetahuan terkait dengan bidang pengamanan. Diadilinya
para pelaku Bomb Bali merupakan contoh positif bagi penegakan hukum khsususnya di
Bali, mengingat peristiwa tsb berdampak internasional.

Adanya filosofi Karma Pala bagi masyarakat Bali dimana masyarakat Bali percaya hukum
karma, merupakan unsur yang memperrmudah diberlakukannya supremasi hukum, terlebih
di Bali berlaku juga hukum adat yang masih dihormati oleh masyarakatnya. Selain itu,

9
filosofi tsb juga mendukung terciptanya situasi keamanan di Bali sehingga tingkat kejahatan
di Bali relatif rendah dibandingkan dnegan daerah lain.

6. Demokrasi :
Pilkada yang berlangsung aman merupakan perwujudan demokrasi yang nyata, bahkan
seperti pemilihan anggota DPD tahun 2004 misalnya, kampaney dilakukan dengan pawai
ytang berlangsung damai sehingga kampanye yang berlangsung terintegrasi dengan
kegiatan pariwisata.

7. Melanjutkan penyusunan Sistem Integritas Publik di antara instansi – instansi


pemerintahan, yang sudah pernah diprakarsai oleh DPD RI dan diseminarkan di Bali bulan
Pebruari 2007 lalu, dengan bekerjasama dengan Griffith University of Melbourne, Australia.
Sistem Integritas Publik ini pada akhirnya mengintegrasikan instansi – instansi pemerinth
ke dalam suatu sistem, yang bersama – sama mencapai tujuan yang sama, yaitu Bali sebagai
tourism government. Apa nyang sudah dijelaskan pada ad. 4 terkait pula dengan hal ini.
Dengan demikian akuntabilitas pemerintah daerah dapat dipertanggung jawabkan dan
pelayanan publik dapat ditingkatkan.

8. Komitmen pada pengurangan kesenjangan :


Kemitraan BTB dengan industri kecil pendukung pariwisata termausk industri kerajinan
merupakan salah satu contohnya. Pemfokusan area – area ke dalam sentra industri tertentu
mislanyya Ubud yang terkenal dengan seni lukisnya, merupakan suatu upaya yang harus
dilestarikan, dengan catatan dilakukan upaya pembinaan dengan erat melibatkan unsur
swasta. Berdirinya galeri – galeri di Ubud yang bekerjasama dengan pelukis lokal dengan
ciri khasnya masing – masing misalnya, mendorong peningkatan kualitas lukisan dan pada
akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi setempat.

9. Komitmen pada Lingkungan Hidup


Pemerintah daerah Bali harus memperhatikan kelestarian lingkungan pada saat pembutan
kebijakan, terlebih kebijakan yang terkait dengan investasi bernilai besar namun berpotensi
merusak lingkungan. Dengan demikian image Bali yang terkenal dengan kelestarian alam
( termasuk lautan ), dapat dipertahankan. Konvensi Perubahan Iklim yang diselenggarakan
di Bali 3 – 14 Desember 2007 harus menjadi motivasi dan momentum bagi Pemda Bali
untuk membuat kebijakan dan program yang berpihak kepada pelestarian lingkungan,
dengan melibatkan partisipasi swasta dan masyarakat serta NGO – NGO asing.

10

You might also like