You are on page 1of 14

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Kesehatan merupakan keadaan sejahtera badan baik fisik maupun mental yang memungkinkan setiap orang hidup produktif tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat secara sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, kesehatan adalah hak dasar manusia dan merupakan faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia sehingga kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya serta dilindungi dari ancaman yang merugikan seperti mortalitas dan morbiditas. Mortalitas dan Morbiditas adalah masalah besar yang harus ditanggulangi karena akan berdampak pada kesejahteraan dan kelangsungan hidup manusia. Morbiditas Puerpuralis adalah kenaikan suhu badaan sampai 38 C atau lebihh selama 2 hari dalam 10 hari pertama postpartum, kecuali pada hari pertama. Suhu diukur 4 kali sehari secara oral. Secara fiisik, tubuh manusia mengalami perubahan yang signifikan sampai kondisi tersebut kembali pada saat sebelum kehamilan. Secara emosi, proses menjalin kembali hubungan antar-anggota keluarga serta hubungan kasih sayang akan meningkat seiring saat pasien dan anggota keluarga lainnya melibatkan bayi yang baru kedalam kehidupan mereka. Meski hal ini merupakan saat-saat yang menyehatkan bagi keluarga, komplikasi yang membutuhkan intervensi bahkan perujukan ke pemberi layanan yang lebih ahli tetap dapat terjadi. Komplikasi pada masa nifas biasanya jarang ditemukan selama pasien mendapatkan asuhan yang berkualitas, mulai dari masa kehamilan sampai dengan persalinannya. Jika pasien sering bertatap muka dengan bidan melalui pemeriksaan
1

antenatal maka bidan mempunyai lebih banyak kesempatan untuk melakukan penapisan terhadap berbagai kemungkinan komplikasi yang mungkin muncul pada masa in partu dan nifas. Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya

kuman-kuman kedalam alat genital pada waktu persalinan dan nifas. Infeksi nifas dapat meluas di sepanjang jalur pembuluh vena sehingga terjadi tromboflebitis. Haiban dan

Kobler (1919) melakukan otopsi pada 163 orang wanita yang meninggal dunia akibat infeksi nifas sebelum jaman antibiotic, dan melaporkan bahwa 82 kasus, atau sedikit melebihi separuhnya, mengalami tromboflebitis pelvic. Tromboembolisme pada vena diperkirakan terjadi pada 1:1000-2000 kehamilan. Trombosis vena profunda diperkirakan memengaruhhi 0,71 dalam setiap 1000 kehamilan, dengan angka kejadian 0,51/1000 kehamilan pada antenatal dan 0,21/1000 kehamilan yang terjadi saat demam setelah persalinan. Asuhan kebidanan merupakan suatu penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanaan kebidanan pada pasien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan, ibu pada masa hamil, nifas, dan bayi baru lahir serta keluarga berencana, berdasarkan latar belakang yang diatas penulis ingin mengkaji tentang konsep tromboflebitis yang semua itu dituangkan kedalam manajemen kebidanan dengan pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahaan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnose kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

B. Tujuan Penulis bertujuan untuk mengkaji literature-literatur yang ada tentang deteksi dini komplikasi pada masa nifas khususnya mengenai konsep tromboflebitis.

C. Manfaat Untuk dapat dipahami dan dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan maupun referensi bagi pembaca.

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Trombosis dapat terjadi saat kehamilan tetapi lebih sering ditemukan pada masa nifas jarang ditemukan di indonesia. Bahwa penyakit itu lebih banyak terdapat dalam hubungan dengan kehamilan, disebabkan oleh 3 hal; yaitu (a) perubahan susunan darah; (b) perubahan laju peredaran darah; (c) perlukaan lapisan intima pembuluh darah. Pada masa hamil, dan khususnya pada masa persalinan saat terlepasnya plasenta, kadar fibrinogen serta faktor-faktor pembekuan darah yang lain yang meningkat akan menyebabkan mudahnya terjadi pembekuan. Pada hamil tua peredaran darah kaki menjadi lambat karena tekanan uterus yang berisi janin serta berkurangnya aktivitas ibu. Kekurangan aktivitas ini tetap berlangsung sampai masa nifas. Pada persalinan, terutama yang diselesaikan dengan pembedahan, ada kemungkinan terjadi pembuluh darah, terutama di daerah pelvis. Trombosis bisa terdapat pada vena-vena di kaki, akan tetapi mungkin pula pada vena-vena di daerah paha. Dua golongan vena biasanya memegang peranan pada: 1. Vena-vena dinding rahim dan lig. Latum (vena ovarika, vena uterin, dan vena hipogastrik). 2. Vena-vena tungkai (vena femoralis, poplitea, dan safena). gangguan pada

Radang vena-vena golongan (1) disebut tromboflebitis pelvika dan infeksi vena-vena golongan (2) disebut tromboflebitis femoralis.

1. Tromboflebitis pelvika yang paling sering meradang ialah vena ovarika karena mengalirkan darah dan lika bekas plasenta di daerah fundus uteri. Penjalaran tromboflebitis vena ovarika kiri ialah ke venarenalis dan dari vena ovarika kanan ke vena kava inferior. Trombosis yang terjadisetelah peradangan bermaksud untuk menghalangi penjalaran mikroorganisme. Dengan proses ini, infeksi dapat sembuh, tetapi jika daya tahan tubuh kurang, trombus dapat menjadi nanah. Bagian-bagian kecil trombus terlepas dan terjadilah emboli atau sepsis dan te embolus ini mengandung nanah disebut juga pyaemia. Embolus ini biasanya tersangkut pada paru, ginjal, dan katup jantung. Pada paru dapat menimbulkan infark. Jika daerah yang mengalami infark luas, pasien meninggal dengan mendadak dan jika pasien tidak meninggal, dapat timbul abses paru. 2. Tromboflebitis femoralis Dapat terjadi tromboflebitis vena safena magna atau peradangan vena femoralis sendiri, penjalaran tromboflebitis vena uterina (vena uterina, vena hipogastrika, vena iliaka eksterna, vena femoralis), dan akibat parametritis. Tromboflebitis vena femoralis mungkin terjadi karena aliran darah lambat di daerah lipat paha karena vena tersebut, yang tertekan oleh lig. Inguinale, juga karena dalam masa nifas kadar fibrinogen meninggi.

Pada tromboflebitis femoralis terjadi edema tungkai yang mulai pada jari kaki, naik ke kaki, betis, dan paha, bila tromboflebitis mulai pada vena safena atau vena femoralis. Sebaliknya, bila terjadi sebagai lanjutan dari tromboflebitis pelvika, edema mulai terjadi pada paha dan kemudian turun ke betis. Biasanya hanya satu kaki yang bengkak, tetapi kadang-kadang keduanya. Tromboflebitis jarang menimbulkan emboli. Faktor-faktor yang merupakan predisposisi timbulnya trombosis adalah bedah kebidanan, usia lanjut, multiparitas, varices, dan infeksi nifas. Predisposisi pada wanita hamil untuk mengalami TE meliputi stasis, kerusakan pembuluh darah dan hiperkoagulabilitas. Trombi vena biasanya terbentuk dalam vena-vena yang relatif kecil dan kemudian meluas ke bagian tengah (hampir selalu pada tungkai bawah atau panggul) sepanjang vena kava inferior. Gejala dan tanda-tanda yang lazim (eritematus, nyeri tekan, vena kaku) biasanya tidak dijumpai pada DVT. Namun jika vena yang lebih besar di bagian proksimal terkena, timbul pembengkakan akut tungkai, nyeri sekitar panggul, perdarahan per vaginam dan kemungkinan nyeri sepanjang segitiga femoral. Tanda Homan tidak terlalu berarti. B. Gejala-Gejala Terjadi antara hari ke-10-20 yang ditandai dengan kenaikan suhu dan nyeri pada tungkai, biasanya yang kiri. Tungkai biasanya tertekuk dan terputar ke luar dan agak sukar digerakkan. Kaki yang sakit lebih panas dari kaki yang sehat. Kadangkadang trombosis menutup sama sekali vena femoralis dengan akibat timbulnya edema yang padat pada kaki dan rasa nyeri yang berlebihan. Keadaan ini dikenal

dengan nama flegmasia alba dolens. Sesudah keadaan menjadi tenang, bisa tertinggal sindroma pasca flebitis, terdiri atas edema, varices, eksema, dan ulkus pada kaki. Timbul edema yang jelas, yang biasanya mulai pada ujung kaki atau pada paha dan kemudian naik ke atas. Edema ini lambat sekali hilang. Palpasi menunjukkan adanya nyeri sepanjang salah satu vena kaki yang teraba sebagai alur yang keras biasanya pada paha. Keadaan umum pasien tetap baik. Kadang-kadang terjadi tromboflebitis pada kedua tungkai. Trombosis pada vena-vena yang dekat pada permukaan biasanya disertai peradangan, sehingga merupakan tromboflebitis. Gejala-gejala setempat

ialah nyeri, panas pada perabaan, dan kemerah-merahan. Gejala umum ialah kenaikan suhu. C. Diagnosis Diagnosis trombosis vena-vena yang terletak dalam kini dapat ditegakkan dengan flebografi, dengan penggunaan radio-isotop, dan dengan cara ultrasonik. Rasa sakit, Merah, dan Pembengkakan kaki. 1. Data subjektif a. Ibu mengatakan sakit pada tungkai bawah disertai dengan pembengkakan. b. Ibu mengatakan susah berjalan. 2. Data objektif a. Suhu badan subfebris selama 7 hari meningkat mulai hari ke-10 sampai hari 20, yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali. b. Pada kaki yang terkena akan menunjukkan tanda-tanda: y Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar, serta sukar bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki satunya.
7

ke-

Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas.

y y

Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha. Refleks tonik akan terjadi spasme arteri sehingga kaki sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih,nyeri, dan dingin.

Edema kadang terjadi sebelum atau setelah nyeri dan pada umumnya terdapat pada paha, tetapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki, kemudian mulai dari bawah keatas.

y 3.

Nyeri pada betis.

Pemeriksaan penunjang Cek lab darah (leukosit). Penanganan: 1. Perawatan: a. b. Kaki ditinggikan untuk mengurangi edema, lakukan kompresi pada kaki. Kaki dibalut dengan elastik.

2. Menyusui tetap dilanjutkan selama kondisi ibu masih memungkinkan. 3. Tirah baring. 4. Antibiotik dan analgetik. 5. Antikoagulansia untuk mencegah bertambah luasnya thrombus dan mengurangi bahaya emboli (misalnya, Heparin 10.000 satuan tiap 6 jam per infus, kemudian diteruskan dengan Warfarin per oral).

D. Profilaksis Dalam masa nifas, jalan lahir setelah persalinan mudah dimasuki kuman-kuman mengingat adanya perlukaan, tetapi jalan lahir terlindung terhadap kemasukan kumankuman karena vulva tertutup. Oleh karena itu, untuk mencegah infeksi janganlah kita membuka vulva atau memasukkan jari ke dalam vulva misalnya waktu membersihkan perineum.Irigasi tidak dibenarkan dalam 2 minggu pertama nifas. Semua pasien dengan infeksi hendaknya diasingkan supaya infeksi ini tidak menular kepada pasien lain.

E. Pengobatan Trombosis ringan, khususnya dari vena-vena di bawah permukaan, ditangani dengan istirahat dengan kaki agak tinggi dan dengan pemberian obat-obat seperti asidum asetilosalisilikum. Jika ada tanda peradangan, dapat diberi antibiotika. Segera setelah rasa nyeri hilang, penderita dianjurkan untuk mulai berjalan. Adanya antibiotik yang baik sekarang ini, mengubah prognosis infeksi puerperalis dan pengobatan infeksi puerperalis, dengan obat-obat tersebut merupakan tindakan yang utama. Dalam memilih satu antibiotik untuk mengobati infeksi, terutama infeksi yang berat seperti pada sepsis puerperalis, kita tentu menyadarkan diri atas hasil uji sensitivitas dari kuman penyebab. Akan tetapi, sambil menunggu hasil uji tersebut sebaiknya segera memberi dulu salah satu antibiotik dengan spektrum luas supaya tidak membuang waktu dalam keadaan yang begit gawat.
9

Pada saat ini penisilin G atau penisilin semisintesis (ampisilin) merupakan pilihan yang paling tepat (renaissance dari penicilline) karena penisilin bersifat bakterisid (bukan bakteriostatik, seperti tetrasiklin atau kloramfenikol) dan bersifat nontoksis. Karena sifat nontoksisnya ini, penisilin dapat diberikan dalam dosis yang sangat tinggi tanpa memberikan pengaruh toksis maka sebiknya diberikan penisilin G sebanyak 5 juta S tiap 4 jam dapat sampai 30 juta S setiap hari. Penisilin ini diberikan sebagai injeksi intravena atau secara infus pendek selama 5-10 menit. Penisilin dilarutkan dalam larutan glukosa 5% atau ringerlaktat. Dapat juga diberikan ampisilin 3-4 gr, mula-mula intravean atau intra muskular. Stafilokokus yang penicilline resistent tahan terhadap penisilin karena mengeluarkan enzim penisilinase. Preparat penisilin yang tahan penisilinase ialah oksasilin, dikloksasilin, dan metisilin. Disamping pemberian antibiotik dalam pengobatan infeksi puerperalis, masih diperlukan beberapa tindakan khusus untuk mempercepat pertumbuhan infeksi tersebut, antara lain: kaki ditinggikan dan pasien harus tinggal di tempat tidur selama seminggu sesudah demam sembuh. Setelah pasien sembuh, ia dianjurkan supaya jangan lama-lama berdiri dan dianjurkan memakai kaos elastis. Pada yang agak berat dan terutama jika vena-vena dalam ikut serta, perlu diberi antikoagulansia untuk mencegah bertambah luasnya trombus, dan mengurangi bahaya emboli. Terapi dapat dimulai dengan heparin melalui infus intravena sebanyak 10.000 satuan tiap 6 jam untuk kemudian diteruskan dengan koumarin (misalnya warfarin) yang dapat diberikan per os. Perlu dikemukakan bahwa koumarin tidak boleh diberikan pada waktu hamil karena dapat melewati plasenta dan dapat menyebabkan perdarahan pada
10

janin. Wafarin diberikan mula-mula 10 mg sehari, kemudian 3 mg sehari dan sebagai pengawasan pemeriksaan masa protrombin berulang, untuk mencegah timbulnya perdarahan. Pengobatan dilanjutkan selama 6 minggu untuk kemudian dikurangi dan dihentikan dalam 2 minggu. Trombosis bisa terdapat pada vena-vena di kaki, akan tetapi mungkin pula pada vena-vena di daerah panggul. Lokalisasi trombus pada kaki ialah pada vena-vena yang dekat pada permukaan dan/atau vena-vena yang terletak lebih dalam. Tekanan pada betis bisa menimbulkan rasa nyeri, demikian pula dorsofleksi ujung kaki (tanda homan). Embolisme paru-paru jarang sekali terjadi dari trombosis vena-vena kaki yang terletak dekat di bawah permukaan; lebih sering dari trombus vena-vena yang terletak dalam dan dari vena- vena di daerah panggul. Embolus kecil menimbulkan gejala-gejala dispnea dan pleuritis, embolus besar dapat menutup arteria pulmonalis serta dapat menimbulkan syok dan kematian.

F. Penanggulangan Pengobatan embolismus paru-paru terdiri atas usaha untuk menanggulangi syok dan pemberian antikoagulansia. Pada embolus kecil yang timbul berulang dapat dipertimbangkan mengikat vena di atas tempat trombus.

11

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Trombosis bisa terdapat pada vena-vena di kaki, akan tetapi mungkin pula pada venavena di daerah paha. Dua golongan vena biasanya memegang peranan pada: 1. Vena-vena dinding rahim dan lig. Latum (vena ovarika, vena uterin, dan vena hipogastrik). 2. Vena-vena tungkai (vena femoralis, poplitea, dan safena). Radang vena-vena golongan (1) disebut tromboflebitis pelvika dan infeksi vena-vena golongan (2) disebut tromboflebitis femoralis.

Faktor-faktor yang merupakan predisposisi timbulnya trombosis adalah bedah kebidanan, usia lanjut, multiparitas, varices, dan infeksi nifas. Gejala-gejala; Keadaan umum pasien tetap baik. Kadang-kadang terjadi tromboflebitis pada kedua tungkai. Trombosis pada vena-vena yang dekat pada permukaan biasanya disertai peradangan, sehingga merupakan tromboflebitis. Gejalagejala setempat ialah nyeri, panas pada perabaan, dan kemerah-merahan. Gejala umum ialah kenaikan suhu. Diagnosis trombosis vena-vena yang terletak dalam kini dapat ditegakkan dengan flebografi, dengan penggunaan radio-isotop, dan dengan cara ultrasonik.

12

Trombosis ringan, khususnya dari vena-vena di bawah permukaan, ditangani dengan istirahat dengan kaki agak tinggi dan dengan pemberian obat-obat seperti asidum asetilosalisilikum. Jika ada tanda peradangan, dapat diberi antibiotika. Segera setelah rasa nyeri hilang, penderita dianjurkan untuk mulai berjalan.

B. SARAN Diharapkan kepada mahasiswi untuk dapat paham serta mengerti masalah tromboflebitis dan mengetahui tentang diagnosis dan penanganan tromboflebitis serta dapat melakukan di lahan praktek.

13

DAFTAR PUSTAKA

Benson, Ralph C. 2008. Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi. EGC. Jakarta Sastrawinata, Sulaiman. 2006. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. EGC. Jakarta Sulistiawaty, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. ANDI OFFSET. Yogyakarta Walsh, Linda V. 2008. Buku ajar Kebidanan Komunitas. EGC, Jakarta Winkjosastro, Hanifa.2007. Ilmu Kebidanan. YBPSP, Jakarta

14

You might also like