You are on page 1of 4

Majelis Ta’lim Sabtu Shubuh

Kajian Management Nubuwwah


(Pengelolaan Hidup Berbasis Keteladanan Nabi Muhammad)
Oleh Ustadz H. Reza M. Syarief, MA,MBA
di Masjid Al-Fauzien Gema Pesona Depok
Kajian ke-9 tanggal 15-11-2008

Kemampuan / sifat yang dimiliki oleh RasuluLlah SAW yang mendukung kesuksesan
beliau adalah ::
1. IM (Intellectual Mastery) / fathonah, merupakan Competence Power
2. EM (Emotional Mastery) / tabligh, merupakan Communication Power
Kekuatan berkomunikasi (ukuran cerdas emosi)
3. AM (Adversity Mastery) / amanah, merupakan Leadership Power
Kemampuan mengatasi masalah
4. SM (Spiritual Mastery) / siddik, merupakan Character Power
Buah dari keimanan yang ditanamkan dalam hati. Bukan hanya hasil kepura-puraan.
5. MM (Motivation Mastery) / jamaah, merupakan Community Power
Dalam berjuang belaiu tidak sendirian tapi berjamaah, dengan para sahabat
Kelima kemampuan diatas bisa kita sebut MAHA INTELLEGENCE.

Pada kesempatan ini akan dibahas elemen pertama.


IM (Intellectual Mastery) / fathonah / Competence Power
Sasarannya bukan hanya sekedar tahu tentang Allah, RasuluLlah SAW, Islam atau
tentang alam tapi harus punya ilmunya. Hal inilah yang disebut dengan cerdas, sesuai
dengan QS:47:19.
Nabi bersabda bahwa agama hanya untuk orang yang berakal. Hukum agama untuk orang
yang berakal.

Intelektual :
Merupakan kerja otak bagian kiri dengan ciri:
- Logis
- Rasional
- Analitis
Sebagai muslim yang cerdas kita tidak hanya terbatas pada melihat fakta atau
mengumpulkan fakta tapi mampu untuk menganalisa sehingga menghasilkan kebenaran
atau mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Kompetensi (QS. 17:84)


Keahlian yang bersifat khusus. Kebanyakan kita bersekolah hingga tinggi adalah hanya
mengejar kemampuan kompetensi ini. Itupun tidak semua berhasil mendapatkannya
meskipun telah lulus sebagai sarjana.
Nabi bersabda serahkanlah segala urusan pada ahlinya.
Kompetensi harus dimanfaatkan pada tempat yang tempat, kalau tidak maka tidak akan
bermanfaat.

Langkah yang diperlukan akan menghasilkan manusia yang berkompeten adalah dengan
membudayakan gemar membaca (QS.96:1)
Kebanyakan kita dan anak kita lebih terbiasa dengan budaya menonton dimana hal ini
akan menghilangkan kegemaran membaca.
Dalam surat di atas, kata iqro (membaca) yang seharusnya secara tata bahasa harus
mempunyai obyek (apa yang harus dibaca) tetapi ternyata pada ayat tsb tidak diikuti
obyek. Menurut ahli tafsir hal tsb berarti menjadi sesuatu yang umum, yakni obyek yang
harus dibaca adalah ‘apa saja’ dengan filter “dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan”.
Karena ‘Bacalah’ merupakan kalimat perintah, maka hukumnya wajib.

Kita harus menanamkan kepada anak2 bahwa yang kita cari adalah dunia dan akhirat.
Apapun aktifitas duniawi kita, hendaklah itu kita putuskan atas dasar pertimbangan
kepentingan akhirat. Bahwa kebahagiaan didunia akan segera berakhir. Jika kita lalai
dengan akhirat maka kita akan mendapatkan siksa setelahnya, tetapi jika kita saat didunia
selalu beramal baik untuk Allah, maka kebahagiaan yang di dunia akan berlanjut juga di
akhirat.
Kita boleh berkeinginan menjadi orang yang kaya, menjadi pejabat, menjadi dokter,
menjadi ekonom tetapi semuanya harus berlandaskan niat ibadah karena Allah.

Tanya Jawab :
1. Bapak Buchori
a. RasuluLlah SAW adalah ummi (buta huruf). Padahal Allah telah memerintahkan
untuk iqra.
b. Mengapa hanya nabi Muhammad yang namanya disertai SAW, sedangkan nabi
yang lain hanya alaihis salam?
c. Apa pada masa kini masih perlu bertahanudz seperti jaman RasuluLlah SAW?
Jawaban :
a. RasuluLlah SAW adalah ummi yaitu orang yang tidak bisa membaca tulisan. Iqro
adalah tidak terbatas pada membaca tulisan, tetapi membaca apapun yang ada
dialam raya. Bahkan pada hakikatnya orang buta pun juga membaca. Ke-ummi-an
RasuluLlah SAW adalah memang disengaja oleh Allah agar ummat yakin bahwa
Al-quran bukan tulisan RasuluLlah SAW.
b. SAW bukanlah gelar yang diberikan pada RasuluLlah SAW, tetapi perintah
kepada kita agar bershalawat jika diucapkan nama Muhammad (QS.33:56). SAW
dimaksudkan sebagai sholawat (shollallahu ‘alaihi wassallam) kepada nabi
Muhammad jika namanya dituliskan (sebagai tulisan).
c. Atas nabi lain boleh juga kita tuliskan SAW, tetapi itu hanya sunnah. Sedangkan
jika kepada nabi Muhammad SAW kita hanya sampaikan AS (‘alaihi salam) maka
hal ini belum mencukupi karena belum termasuk bersholawat. Perintah ini adalah
sejak Muhammad SAW menjadi nabi bukan setelah isra miraj.
d. Tahanudz selalu diperlukan tentunya disesuaikan dengan kondisi. Hal ini juga
dimaksudkan untuk memperbanyak tafakur, serta untuk merenungi jalan
kehidupan kita dan rencana kehidupan kita.
Pada masa kini dalam bertahanudz, misalnya seorang ustad sebelum berceramah
maka dia tahanud dan tafakur sejenak untuk merenungi dan merenacakan apa yang
akan diceramahkan.
2. Ibu Rachmat Gunawan
Saya bekerja dalam institusi pendidikan. Institusi pendidikan saya disyaratkan audit
culture? Mohon sharing ustad tentang audit culture dalam kaitannya dengan
pengembangan kualitas pengelolaan institusi pendidikan.
Jawaban :
Dalam peningkatan kualitas suatu entitas, 7 aspek harus dikelola :
a. Environment / lingkungan
Lingkungan harus ditata. Meskipun kita bagus mendidik dirumah jika lingkungan
lainnya jelek maka berpengaruh jelek.
b. Culture / budaya
c. Education platform : meliputi visi, misi, strategi dan implementasi
d. Pengelolaan SDM
Meliputi guru, orang tua, yayasan, murid, tukang parkir, kebersihan. Dalam point
ini ada learning process. Ada empat hal yang terkait dengan learning process:
teaching (transfer knowledge), training (transfer skill), coaching (transfer
experience) dan mentoring (transfer success).
e. Information resource management (kekuatan dalam mengolah data)
f. Leadership, sehingga guru akan menjadi berwibawa dimata murid dan menjadi
panutan.
g. Struktur organisasi, sesuai kebutuhan. Tidak bisa asal menjiplak dengan dengan
sekolah lain yang sukses.
3. Ibu Dyah
Apa makna bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin.
Jawaban :
Allah saying pada orang baik dan orang jahat. Jika ada penerapan syariat islam yang
tidak indah (mengandung kekerasan, kerusakan, kemarahan, permusuhan dll), baik
kepada dalam Islam dan luar Islam, maka itu pasti bukan Islam yang sebenarnya atau
pasti ada kesalahan.
Keindahan itu harus ke dua sisi sekaligus, dalam Islam dan luar Islam. Adalah suatu
kesalahan juga jika penerapan suatu syariat ternyata baik / indah ke luar Islam tetapi
jelek ke dalam Islam.

You might also like