Professional Documents
Culture Documents
KERANGKA PEMIKIRAN
dan Squire (1978) dan Sing et al (1986) sehingga membentuk model dasar bagi
tersebut diadopsi antara lain oleh: Widyastuti (1994), Suminartika (1997), Reniati
(1998), Madirini (1998), Persulessy (1999), Pakasi dan Sinaga (1999), Nugrahadi
(2001), Herliana (2001) dan Negoro (2003). Dalam studi ini juga akan
konsumsi sebagai satu kesatuan dan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga
ditentukan oleh barang dan jasa yang diperoleh di pasar, tetapi juga ditentukan
kepuasan tidak hanya barang dan jasa, tetapi termasuk waktu. Ketiga, waktu dan
barang atau jasa dapat digunakan sebagai faktor produksi dalam aktivitas produksi
konsumen.
26
dan menjual seluruh produk yang dihasilkan ke pasar. Berbeda dengan pertanian
subsisten yang mengandalkan tenaga kerja keluarga, sehingga tidak ada marketed
surplus.
bahwa utilitas rumahtangga ditentukan oleh konsumsi atas barang dan jasa yang
dihasilkan oleh rumahtangga, konsumsi barang dan jasa yang dibeli di pasar, dan
Becker (1965), utilitas tidak tergantung pada jumlah barang dan jasa yang dibeli,
kualitas dan kuantitas anak, martabat, rekreasi, persahabatan, kasih sayang, status
dimana:
U = utilitas
Z = komoditas rumahtangga
X = komoditas pasar
t = waktu santai (non-work activity).
27
dirumuskan sebagai:
dengan kendala:
m k
∑p x = ∑w l
i i j j + v …………………………………………… … (3.4)
Ij + tj = T ………………………………………………………….. . (3.5)
dimana:
xi = komoditas pasar ke-i
pi = harga komoditas pasar ke-i
tj = waktu leisure
Ij = waktu kerja
T = waktu total,
v = property income
E = peubah lingkungan.
m k k
∑ p i x i +∑ w j t j =∑ w jT + v = S ………………………………… (3.6)
income.
beberapa anggota rumahtangga menjadi worse off. Dengan kata lain, yang penting
maksimum.
28
adalah:
MPti ≡ (∂Z/∂t i ) w i
= , untuk semua 0 < t < T …………………… (3.7)
MPtj ≡ (∂Z/∂t j ) w j
MPtk µ k
= ……………………………………………………… … (3.8)
MPtj w j
MPxi p
= i , untuk semua xi > 0 dan 0 < tj < T ………………… … (3.9)
MPtj w j
secara eksplisit antara waktu santai dengan waktu bekerja di rumahtangga. Ini
didasarkan pada beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ada reaksi yang
barang yang dibeli di pasar dan konsumsi waktu santai. Secara matematis
dimana:
Xa = konsumsi barang yang dihasilkan rumahtangga
Xm = konsumsi barang yang dibeli di pasar
Xl = konsumsi waktu santai
dihadapkan pada kendala pendapatan dan waktu, namun pada model yang
dikembangkan oleh Singh et al. tidak hanya dihadapkan pada kedua kendala
tersebut berturut-turut mulai dari kendala pendapatan, alokasi waktu dan produksi,
T = Xl + F … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (3.12)
dimana:
pm = harga barang yang dibeli di pasar
pa = harga barang yang dihasilkan rumahtangga
(Q-Xa) = surplus produksi yang akan dipasarkan
w = upah
L = total input tenaga kerja
F = input tenaga kerja keluarga
T = total waktu rumahtangga
A = jumlah faktor produksi tetap (lahan)
menyewa tenaga kerja luar keluarga, sebaliknya jika (L-F) negatif berarti
dimana:
π = keuntungan
untuk barang (Xm dan Xa) dan waktu (Xl) yang dikonsumsi dan sisi kanan
Becker (1965), dimana nilai waktu yang tersedia (wT) dicatat secara eksplisit.
dari barang yang dibeli di pasar (Xm), barang yang diproduksi oleh rumahtangga
(Xa), waktu yang dikonsumsi rumahtangga (X1) dan tenaga kerja (L) yang
input tenaga kerja, kondisi first order condition dapat diturunkan sebagai berikut:
produk marginal tenaga kerja) sama dengan upah, yang secara implisit
menyatakan fungsi permintaan input tenaga kerja. Karena derivasi yang dilakukan
lainnya, yaitu Xm, Xa dan Xl tidak terlihat karena dalam hal ini diasumsikan tidak
kerja, L) non kondisional sebagai fungsi dari harga barang yang dihasilkan
rumahtangga (pa), upah (w) dan faktor tetap (parameter teknologi fungsi produksi
dan lahan, A). Solusi pemecahan secara simultan dapat dinyatakan sebagai:
dimana:
Y* = full income saat keuntungan maksimum.
Persamaan (3.18) sekarang menjadi kendala baru dalam model, hasil perhitungan
first order condotion secara berturut-turut terhadap Xm, Xa dan X1 sebagai berikut:
∂U/∂Xm = λ pm … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (3.19)
∂U/∂Xa = λ pa … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (3.20)
∂U/∂Xl = λ w … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (3.21)
Dari persamaan (3.23), (3.24) dan (3.25) dapat dikatakan bahwa jumlah
permintaan (konsumsi) barang, barang dan jasa merupakan fungsi dari harga
harang itu, harga barang lain, upah, dan full income saat keuntungan maksimum.
rumahtangga (dalam hal ini produk jadi rotan) meningkat, maka akan memberikan
dX ∂X ∂X
a = a + a ∂Y * ………………………………… … (3.26)
dp ∂p ∂Y * ∂p
a a a
32
sebagai efek perubahan harga, dimana untuk kasus barang normal memiliki slop
negatif, artinya apabila harga meningkat maka permintaan terhadap barang dan
jasa tersebut akan menurun. Sementara itu, unsur kedua pada sisi sebelah kanan
akan meningkat, begitu juga halnya dengan full income rumahtangga tersebut
akan meningkat.
Janvry (1995) perlu memperhatikan dua hal, yaitu: Pertama, perlu ditekankan
bahwa harga barang dan jasa yang dikonsumsi rumahtangga dianggap sesuai
dengan harga pasar. Kedua, perlu dipastikan bahwa perilaku rumahtangga dalam
aktivitas produksi dan konsumsi bersifat sparable (terpisah) atau non sparable
(simultan). Apabila persamaan produksi, curahan tenaga kerja dan konsumsi yang
curahan tenaga kerja bersifat non sparable, maka teknik pendugaan yang lebih
menggunaan teknik pendugaan two stage least squares (2SLS) atau three stage
Salah satu studi model ekonomi rumahtangga industri produk jadi rotan
pengusaha dan pekerja industri produk jadi rotan di Kota Medan ini mengadopsi
tenaga kerja dibedakan atas tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga.
Kedua, memasukkan curahan kerja keluarga di luar usaha dan pendapatan dari
luar usaha industri produk jadi rotan. Ketiga, tidak dimasukkannya marketed
surplus, karena usaha ini bersifat komersial. Dan keempat, memasukkan investasi
dengan melakukan modifikasi, sehingga analisis dalam studi ini mencakup empat
industri produk jadi rotan dan di luar usaha. Ketiga, keputusan konsumsi
usaha (dalam hal ini industri produk jadi rotan) dengan harapan menghasilkan
jenis dan jumlah input yang digunakan, meliputi curahan kerja keluarga
pengusaha dalam usaha, penggunaan tenaga kerja luar keluarga pengusaha dalam
usaha, bahan baku rotan dan pajak usaha. Disamping itu, jumlah produksi yang
dihasilkan juga dipengaruhi oleh skala usaha dan pola usaha industri produk jadi
rotan. Fungsi produksi pada industri produk jadi rotan dapat dinyatakan sebagai:
dimana:
Q = produksi produk jadi rotan
CKPD = curahan kerja keluarga pengusaha dalam usaha
TKLP = penggunaan tenaga kerja luar keluarga pengusaha dalam usaha
BB = penggunaan bahan baku
TU = pajak usaha
SU = skala usaha
PU = pola usaha
35
Keputusan dalam mencurahkan tenaga kerja pada studi ini dibagi atas
(1) jumlah tenaga kerja keluarga yang dicurahkan dalam usaha rumahtangga
industri produk jadi rotan, (2) jumlah tenaga kerja keluarga yang dicurahkan pada
dan pola usaha. Fungsi curahan kerja keluarga pengusaha industri produk jadi
dimana:
CKPD = curahan kerja keluarga pengusaha dalam usaha
PTP = pendapatan total rumahtangga pengusaha
AKP = angkatan kerja rumahtangga pengusaha
PKP = pengalaman kerja pengusaha dalam usaha
tersebut akan mempekerjakan tenaga kerja dari luar keluarga. Penggunaan tenaga
baku, modal usaha dalam bentuk mesin dan alat usaha, skala usaha dan pola
usaha. Fungsi penggunaan tenaga kerja luar keluarga pengusaha industri produk
dimana:
MU = modal usaha
angkatan kerja pengusaha, umur pengusaha dan pendidikan pengusaha. Hal ini
dimana:
CKPL = curahan kerja keluarga pengusaha di luar usaha
UP = umur pengusaha
EP = pendidikan pengusaha
dalam dan luar usaha industri produk jadi rotan merupakan salah satu keputusan
kerja keluarga pekerja di dalam dan luar usaha merupakan fungsi dan dinyatakan
sebagai berikut:
dimana:
CKBD = curahan kerja keluarga pekerja di dalam usaha
CKBL = curahan kerja keluarga pekerja di luar usaha
AKB = angkatan kerja rumahtangga pekerja
PKB = pengalaman kerja pekerja dalam usaha
UB = umur pekerja
EB = pendidikan pekerja
Curahan kerja keluarga pekerja di dalam dan luar usaha industri produk
jadi rotan selain dipengaruhi oleh tingkat upah masing (dalam hal ini diproksi
pekerja. Mencurahkan waktu kerja di dalam usaha industri produk jadi rotan bagi
dan penggunaan tenaga kerja adalah upaya untuk memperoleh pendapatan yang
usaha industri produk jadi rotan adalah penerimaan bersih (keuntungan) yang
38
diperoleh, yaitu penerimaan kotor dari hasil usaha dikurangi biaya produksi.
Sedangkan pendapatan dari luar usaha merupakan fungsi curahan tenaga kerja
luar usaha, umur dan pendidikan pengusaha. Hubungan kedua jenis pendapatan
dimana:
PPD = pendapatan pengusaha dalam usaha
PPL = pendapatan pengusaha luar usaha
TBU = total biaya usaha industri produk jadi rotan
Pq = harga produk jadi rotan
pendapatan yang diterima rumahtangga pengusaha dari dalam dan luar usaha serta
pendapatan non kerja. Sementara itu, disposable income (pendapatan yang siap
dimana:
PPDP = pendapatan pengusaha yang siap dibelanjakan
PNKP = pendapatan non kerja pengusaha
TI = pajak pendapatan rumahtangga pengusaha
rumahtangga pekerja terdiri dari pendapatan dalam usaha industri produk jadi
rotan dan pendapatan di luar usaha. Pendapatan pekerja dalam usaha industri
produk jadi rotan merupakan fungsi dari curahan kerja keluarga pekerja pada
usaha industri produk jadi rotan, pengalaman kerja, umur, pendidikan dan upah.
curahan tenaga kerja luar usaha, umur dan pendidikan pekerja. Hubungan kedua
dimana:
PBD = pendapatan rumahtangga pekerja dalam usaha
PBL = pendapatan rumahtangga pekerja di luar usaha
U = upah
pendapatan yang diterima dalam dan luar usaha serta pendapatan non kerja.
pendapatan total dikurangi dengan pajak. Kedua hubungan ini dapat ditulis
sebagai berikut:
dimana:
PTB = pendapatan total pekerja
PBDP = pendapatan pekerja yang siap dibelajakan
PNKB = pendapatan non kerja pekerja
berikut :
dimana:
KPP = konsumsi pangan rumahtangga pengusaha
KNPP = konsumsi non pangan rumahtangga pengusaha
KTP = konsumsi total rumahtangga pengusaha
IEP = investasi pendidikan rumahtangga pengusaha
IUP = investasi usaha rumahtangga pengusaha
TABP = tabungan rumahtangga pengusaha
JANP = jumlah anggota keluarga rumahtangga pengusaha
EIP = pendidikan isteri pengusaha
JASP = jumlah anak sekolah rumahtangga pengusaha
SBT = suku bunga tabungan
KRP = pengeluaran rekreasi rumahtangga pengusaha
ADP = asal daerah pengusaha
Sementara itu, dari persamaan (3.42) dapat dinyatakan bahwa konsumsi non
yang siap dibelanjakan dan investasi pendidikan, juga merupakan fungsi dari
merupakan fungsi dari pendapatan yang siap dibelanjakan, konsumsi pangan dan
yang siap dibelanjakan, konsumsi pangan, investasi pendidikan dan asal daerah
41
3.46) merupakan fungsi dari pendapatan yang siap dibelanjakan, konsumsi total,
dan luar usaha ditambah dengan pendapatan non kerja, selanjutnya (setelah
pajak digunakan untuk konsumsi pangan, non pangan, investasi pendidikan dan
industri produk jadi rotan meliputi: konsumsi pangan, non pangan, investasi
dimana:
KPB = konsumsi pangan rumahtangga pekerja
KNPB = konsumsi non pangan rumahtangga pekerja
KRB = pengeluaran rekreasi rumahtangga pekerja
IEB = investasi pendidikan rumahtangga pekerja
JANB = jumlah anggota keluarga rumahtangga pekerja
EIB = pendidikan isteri pekerja
JASB = jumlah anak sekolah rumahtangga pekerja
ADB = asal daerah pekerja