You are on page 1of 4

Resensi Novel baru Andrea Hirata | Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas

Posted by irawan on Juni 27, 2010 Jika dikatakan bahwa novel ini (dwilogi Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas) untuk mejawab rasa penasaran sebagian besar pembaca karena kisah di dalam Maryamah Karpov tidak tuntas memang ada benarnya. Novel kedua yang berjudul Cinta di Dalam Gelas menurutku justeru lebih pantas diberi judul tersebut. Di novel inilah sepak terjang Maryamah digambarkan dengan jelas bukan hanya sekilas seperti dalam Maryamah Karpov

Jika dibandingkan dengan tetralogi sebelumnya, dwilogi ini terasa lebih nakal. Andrea membebaskan dirinya untuk bermain-main dengan bahasa yang lebih berani. Ini bisa dimaklumi mengingat spirit awal penulisan tetralogi Laskar Pelangi adalah sebagi persembahan kepada guru tercinta mereka Bu Muslimah. Sedangkan dwilogi ini sepertinya memanfaakan momentum dan latar Laskar Pelangi sebagai dasar cerita saja sehingga Andrea memiliki sedikit beban moral untuk bersantun dalam bahasa. Novel ini masih mengusung tema pergulatan seseorang yang tidak kenal menyerah dalam mengatasi kesulitan hidup. Dia yang sudah miskin secara struktural menjadi lebih terhimpit lagi ketika nasib tidak berpihak kepada dirinya. Ketika sandaran hidup mereka justru menginggalkan mereka maka dialah yang harus berjuang untuk melepaskan atau menahan himpitan kemiskinan tersebut. Hebatnya diantara pergulatan melawan himpitan kemiskinan tersebut dia masih memiliki resolusi hidup atau semacam life list (hal-hal penting yang ingin mereka capai dalam hidup) yang justeru melampaui status/kondisi sosialnya. Bayangkan seorang penambang timah tradisional memiliki keinginan dan kegigihan yang tinggi untuk belajar Bahasa Inggris. Meskipun untuk itu dia harus menempuh jarak sejauh 100 km di akhir pekan ke tempat kursus. Kesan yang mendalam dan mengaduk-aduk emosi justru kita temukan di awal, Mosaik 1 yang berjudul Lelaki Penyayang. Dari sebuah narasi menggelikan yang membuat kita terkekeh

(terutama jika kita pernah menaksir lawan jenis di usia remaja) berakhir dengan tragedi menyedihkan yang mebuat mata kita berkaca-kaca. Kejutan yang seharusnya menjadi saat paling membahagiakan bagi sebuah keluarga sederhana justeru berubah menjadi kejutan akibat malapetaka. Kisah Enong (nama panggilam Maryamah) saja sebenarnya layak dijadikan tema sentral Padang Bulan. Sementara kisah cinta Ikal dangan A Ling justeru menjadikan novel ini terasa bertele-tele. Nampaknya Andrea hendak memuaskan pembacanya sekaligus. Pertama rasa penasaran pembaca tentang Maryamah. Yang kedua akhir dari kisah cinta Ikal dan A Ling. Bagi mereka yang belum pernah membaca Laskar Pelangi beberapa bab/mosaik akan terasa membingungkan karena dia memakai alur balik. Beberapa bab/mosaik itu menceritakan saat-saat Ikal masih bersekolah di Sekolah Dasar. Seperti yang dikatakan Andrea Hirata ini adalah novel kultural yang hendak memotret kehidupan orang Melayu (Belitong). Hal itu tergambar secara sempurna dalam novel kedua Cinta di Dalam Gelas. Orang Melayu yang memiliki budaya lisan sangat tinggi menemukan tempat yang pas untuk melestarikan budaya tersebut di warung kopi. Lihatlah bagaimana penasarannya seorang isteri tentang rasa kopi dari warung kopi yang katanya lebih enak dari kopi buatannya. Kemudian diam-diam dia membeli kopi dari warung kopi dan membawanya pulang dengan harapan suaminya tidak ngopi di warung. Tapi apa kata suaminya, kopi tersebut tidak seenak kopi buatan warung kopi. Di novel kedua inilah Maryamah mendapatkan nama belakang Karpov karena memakai metode pertahanan permainan catur ala Anatoly Karpov. Maryamah memakai permainan catur sebagai medium perlawanan terhadap hegemoni atau kesewenang-wenangan beberapa orang (lelaki) terhadap dirinya di masa lalu. Kesewenang-wenangan yang mengakibatkan trauma berkepanjangan dalam hidupnya. Dengan kemenangan dari permainan catur itulah Maryamah mengusir trauma yang menghantui hidupnya sekian lama. Dua buah novel yang digabung menjadi satu (bundling) terhitung sebagai hal baru bagi dunia buku Indonesia, setidaknya dalam kurun terakhir ini. Dengan harga 76.500 (toko buku) atau 65.025 (toko buku online) terbilang cukup murah untuk novel yang lumayan tebal ini (lebih tebal dari Laskar Pelangi). Ia adalah lelaki yang baik dengan cinta yang baik. Jika kami duduk di beranda, ayahmu mengambil antip dan memotong kuku-kukuku. Cinta seperti itu akan dibawa perempuan sampai mati Jika kuseduhkan kopi, ayahmu menghirupnya pelan-pelan lalu tersenyum padaku. Meski tak terkatakan , anak-anaknya tahu bahwa senyum itu adalah ucapan saling berterima kasih antara ayah dan ibu mereka untuk kasih sayang yang balas membalas, dan kopi itu adalah cinta di dalam gelas.

Share this:

y y y

Facebook64

PADANG BULAN menceritakan Enong yang bertekad untuk belajar bahasa Inggris dengan ikut kursus di Tanjong Pandan. Enong tahu, umurnya akan menjadi tantangan paling besar karena dia harus bersaing dengan anak-anak muda. Sementara itu, Ikal terpukul oleh penolakan ayahnya. Cintanya kepada A Ling sudah bulat, namun ternyata ayahnya menolak mentah-mentah. Sementara, A Ling juga entah di mana. Akibatnya, Ikal merasa otaknya sedikit terganggu dan memutuskan untuk mencari pekerjaan ke Jakarta, menjadi pegawai berseragam yang memiliki uang pensiun seperti yang diinginkan ayah dan ibunya. Tepat sebelum nakhoda kapal mengangkat sauh, Ikal berubah pikiran. Ada yang belum tuntas ia selesaikan. Ia harus kalahkan Zinar dalam tanding catur! CINTA DI DALAM GELAS bertutur tentang tugas berat di pundak Ikal. Dia harus membantu Maryamah memenangkan pertandingan catur saat 17 Agustus nanti. Maryamah, yang menyentuh bidak catur saja belum pernah, harus mengalahkan juara catur selama dua tahun berturut-turut yang sekaligus juga mantan suaminya. Namun, lebih dari itu, jenis kelamin Maryamah menjadi tantangan berat untuk bisa mencebur ke dalam pertandingan penuh harkat bagi kaum lelaki ini. Bagi penonton yang pro maupun kontra, usaha Maryamah jelas sebuah suguhan yang sangat menarik. Begitu pulakah dengan Maryamah?

Sinopsis Padang Bulan . Entah karena penyakit apa atau karena apa saya menjadi seperti lelet untuk membaca edisi kedua karya Andrea Hirata yaitu Dwilogi Padang Bulan. Tapi, walaupun lelet, akhirnya bertepatan dengan Tragedi Trisakti 12 Mei kemarin saya mampu menyelesaikan kedua novel tersebut. Horeeeeeee ..!!!!! Sungguh bermakna sekali dua kejadian tersebut hahaha .. Singkat kata, dwilogi bagian pertama itu adalah Padang Bulan. Dwilogi bagian pertama ini secara garis besar menceritakan dua kisah. Kisah pertama adalah kisah masa kecil Enong Maryamah dengan segala bentuk perjuangan hidupnya yang sangat menyentuh. Ini adalah kisah baru yang diangkat Andrea. Kisah kedua adalah kisah lajutan Ikal dengan A Ling, sang pujaan hatinya. Bagi teman-teman yang mengikuti kisah Ikal di novel Maryamah Karpov tentu penasaran atau kepo bagaimana kelanjutan cerita setelah permintaan Ikal untuk menikahi A Ling di tolak oleh ayahnya.

Tapi yang pasti dari karya awal Andrea, teman-teman tidak hanya diajak untuk mengikuti kisah tapi lebih dari itu teman-teman akan dibawa kepada makna hidup dan pesan moral dari novel itu sendiri. Untuk karya yang satu ini teman-teman akan di jumpakan oleh Andrea dengan tokoh bernama Enong, seorang penambang timah wanita pertama di Belitong. Kisah hidup, perjuangan dan semangatnya yang tak pernah padam akan teman-teman temukan disana. Dwilogi bagian kedua adalah kelanjutan dari novel padang Bulan yang berjudul Cinta di Dalam Gelas. Disini dikisahkan kehidupan Ikal di kedai kopi milik pamannya. Selain itu Cinta di Dalam Gelas mengisahkan pula perjuangan Enong masa dewasa dengan berganti nama Maryamah dalam mengalahkan mantan suaminya Matarom dalam perlombaan catur 17 Agustus. Menilik kisah Maryamah dalam pertandingan catur, akhirnya saya menjadi mahfum dan sekaligus menjadi binggung terhadap tokoh bernama Maryamah. Mungkin kalau saya bisa bertemu dengan Andrea bolehlah kiranya saya meminta penjelasannya. Binggung Maryamah . Kebinggungan yang membuat saya galau itu adalah apakah tokoh Maryamah dalam novel Sang Pemimpi dan novel Cinta di Dalam Gelas itu sama??. Dalam novel yang berjudul Sang Pemimpi diceritakan Maryamah adalah seorang yang miskin dan memiliki anak bernama Nurmi yang kemudian dibantu keuangannya oleh Arai dan Ikal yang waktu itu masing kecil. Namun mengapa pada novel Cinta di Dalam Gelas yang diceritakan Ikal sudah dewasa, tokoh Maryamah malah belum punya anak yang bernama Nurmi itu. Kan jadinya kebalik .ya nggak?? Hehehe . Btw, Busway dibalik rasa kebinggungan itu saya tetap mengacungi dua jempol tangan buat bang Andrea Hirata (nggak pake jempol kaki lah yah, karena bau hehehe ). Karya-karya bang Andrea sangat keren, mantap dan mengispirasi. Saluto buat bang Andrea .

You might also like