Professional Documents
Culture Documents
Sofian Yahya
Ali Mashar
TEKNIK
PEMANFAATAN
TENAGA LISTIK
JILID 3
SMK
TEKNIK
PEMANFAATAN
TENAGA LISTIK
JILID 3
Untuk SMK
Penulis Utama : Prih Sumardjati
Sofian Yahya
Ali Mashar
Editor : Miftahu Soleh
Perancang Kulit : Tim
Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008,
telah melaksanakan penulisan pembelian hak cipta buku teks pelajaran
ini dari penulis untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui
website bagi siswa SMK.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK
yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses
pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12
tahun 2008.
Jakarta,
Direktur Pembinaan SMK
PENGANTAR
Sebagai jawaban terhadap kebutuhan dunia kerja, Pemerintah telah mengembang-
kan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi kurikulum berbasis kom-
petensi. Dengan kurikulum ini diharapkan SMK mampu menghasilkan lulusan-lulus-
an yang kompeten untuk menjadi tenaga kerja profesional di dunia kerja sehingga
dapat meningkatkan taraf hidup sendiri maupun keluarga serta masyarakat dan
bangsa Indonesia pada umumnya.
Kelompok Teknologi Bidang Teknik Listrik, yang merupakan salah satu bagian dari
Kelompok Teknologi yang dikembangkan di lingkungan SMK, telah mengklasifikasi-
kan lingkup kompetensinya menjadi empat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), yaitu: (1) KTSP Pembangkit Tenaga Listrik, (2) KTSP Transmisi Tenaga
Listrik, (3) KTSP Distribusi Tenaga Listrik, dan (4) KTSP Pemanfaatan Tenaga Lis-
trik.
KTSP Pembangkit Tenaga Listrik meliputi sumber energi dan proses konversinya
sampai menjadi energi listrik, KTSP Transmisi Tenaga Listrik menitikberatkan pa-
da aspek pengirimanan daya listrik dari pusat pembangkit sampai ke gardu distribu-
si, KTSP Distribusi Tenaga Listrik meliputi pendistribusian tenaga listrik dari gardu
distribusi ke pusat-pusat beban, dan KTSP Pemanfaatan Tenaga Listrik menca-
kup ranah bagaimana listrik dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan para pema-
kainya yang dampaknya dapat dirasakan secara langsung.
Buku Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik ini disusun berdasarkan profil kompetensi
KTSP Pemanfaatan Tenaga Listrik. Oleh karena itu, buku ini akan sangat memban-
tu para siswa SMK Teknik Listrik dalam mengenal dan memahami teknik pemanfa-
atan tenaga listrik di industri maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pema-
haman yang dimiliki, diharapkan dapat menyokong profesionalitas kerja para lulus-
an yang akan memasuki dunia kerja. Bagi para guru SMK, buku ini dapat digunakan
sebagai salah satu referensi sehingga dapat membantu dalam mengembangkan
materi pembelajaran yang aktual dan tepat guna. Buku ini juga bisa digunakan para
alumni SMK untuk memperluas pemahamannya di bidang pemanfaatan tenaga lis-
trik terkait dengan bidang kerjanya masing-masing.
Buku ini dibagi menjadi enam bab, yaitu: (1) Bahaya Listrik dan Sistem Pengaman-
annya, (2) Instalasi Listrik, (3) Peralatan Listrik Rumah Tangga, (4) Sistem Pengen-
dalian, (5) Mesin-mesin Listrik, dan (6) PLC. Bab-bab yang termuat di dalam buku
ini mempunyai keterkaitan antara satu dan lainnya yang akan membentuk lingkup
pemahaman pemanfaatan tenaga listrik secara komprehensif, yang dapat dianalogi-
kan sebagai sustu sistem industri, dimana tercakup aspek penyaluran tenaga listrik
secara spesifik ke sistem penerangan dan beban-beban lain (Instalasi Listrik), pe-
manfaatan tenaga listrik untuk keperluan rumah tangga (Peralatan Listrik Rumah
Tangga), penyediaan dan pemanfaatan tenaga tenaga listrik untuk sistem perme-
sinan industri (Mesin-mesin Listrik) dan saran pengendalian tenaga listrik yang
dibutuhkan dalam proses produksi (Sistem Pengendalian dan PLC) serta pemaham-
an terhadap cara kerja yang aman di bidang kelistrikan (Bahaya Listrik dan Sistem
Pengamannya).
Terlepas dari itu semua, penulis menyadari bahwa dengan segala keterbatasan pa-
da penulis, buku ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis harapkan
kritik dan saran masukan dari para pengguna buku ini, terutama para siswa dan gu-
ru SMK yang menjadi sasaran utamanya, untuk digunakan dalam perbaikannya
pada waktu mendatang.
Penulis mengucapkan terima kasih dan menyampaikan rasa hormat kepada Direk-
tur Pembinaan SMK, Kasubdit Pembelajaran, beserta staf atas kepercayaan dan
kerjasamanya dalam penulisan buku ini serta semua pihak yang telah memberi do-
rongan semangat dan bantuannya baik langsung maupun tidak langsung atas tersu-
sunnya buku ini. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dengan pahala
yang berlipat ganda.
Semoga buku ini bermanfaat bagi banyak pihak dan menjadi bagian amal jariah ba-
gi para penulis dan pihak-pihak yang terlibat dalam proses penyusunan buku ini.
Amin
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT PENULIS
¾ Penggunaan Transformator
Fluks yang sinusoidal akan mengkibat- Gambar 5.18 Arus Tanpa Beban
kan terbangkitnya tegangan induksi E1
dI Bentuk gelombang arus magnetisasi
e1 N 1 Volt (Gambar 5.18) yang berbentuk sinusoi-
dt dal akan berubah bentuk akibat penga-
d(I maks sin Zt )
e1 N1 N1ZI maks cos Zt ruh sifat besi (inti) yang tidak linear,
dt sehingga bentuk gelombang berubah
N1 2SfI maks seperti yang diperlihatkan pada Gambar
E1 4,44N1fI maks (5.1-4)
2 5.19.
maka pada sisi sekunder, fluks tersebut
Sebuah Transformator Ideal dalam
akan mengakibatkan timbulnya tega-
keadaan berbeban, seperti dieperlihat-
ngan E 2 .
kan pada gambar 5.20.
dI
e 2 N 2 Volt Bila Q 2 2 .V2 . sin Zt , dimana V2 nilai
dt
tegangan efektif dari terminal sekunder
e 2 N 2 ZI maks cos Zt Volt
V
E 2 4,44N 2 fI maks Volt............. (5.1 – 5) kemudian i 2 2. ( 2 ) sin(Zt M) , M
Z
adalah sudut impedansi dari beban.
Arus primer yang mengalir pada trans- Dalam bentuk phasor :
formator saat sekunder tanpa beban,
bukan merupakan arus induktif murni, V2
I2 I2 M
tetapi terdiri dari dua komponen arus Z
yaitu arus magnetisasi ( I m ) dan arus
Mesin Listrik 359
V2
dimana I 2 dan Z Z M
Z2
V V2
Q1 2 . 2 sin Zt , efektifnya V1
K K
sedangkan untuk arus :
i1 2 .I 2 .K sin(Zt M)
= 2I 1 . sin(Zt M)
Z
Z in ...............................(5.1 – 6)
K2
N 1I m N 1I 1 N 2 I 2
N 1I m N1 (I m I c2 ) N 2 I 2
N 1I m N1I m N1I c2 N 2 I 2 , maka
I1 N2
N1I c2 N 2 I 2 , nilai I '2 = I 1 bila I m dianggap kecil, sehingga …(5.1 – 7)
I2 N1
dengan asumsi M1 M2 M
Untuk kerja paralel transformator ini Gambar 5.34 Rangkaian Ekuivalen Paralel
diperlukan beberapa syarat : Transformator Satu Fasa
1. Kumparan primer dari transformator
harus sesuai dengan tegangan dan
frekuensi sitem suplai (jala – jala) ;
2. Polaritas transformator harus sama ;
3. Perbandingan tegangan harus sa-
ma ;
4. Tegangan impedansi pada keadaan
beban penuh harus sama ;
5. Perbandingan reaktansi terhadap
resistansi sebaiknya sama.
Gambar 5.35 Diagram Vektor Paralel
Transformator Satu Fasa
5.1.5.1 Paralel Dua Transformator
dalam Keadaan Ideal
masing transformator
I A , I B = Arus masing-masing
transformator
i Tangki Transformator
i Alat Pernapasan
i Tap Changer
i Alat Indikator
i Plat Nama
Primer:
VL1
Vph1 Volt dan I L1 I ph1
3
Sekunder:
VL 2 dan
Vph 2 Volt
3
Vph 2
I L2 I ph 2 Amp K
Vph1
i Hubungan Segitiga-Segitiga
Sekunder:
VL 2 Vph 2 dan I L2 3 I ph 2
Vph 2
K
Vph1
Primer :
VL1 Gambar 5.51 Hubungan Segitiga-
Vph1 Volt dan I L1 I ph1 Amp Bintang
3
Primer
I L1
VL1 Vph1 Volt dan Iph1 A
3
Sekunder:
VL 2
Vph 2 Volt dan I L 2 I ph 2 A
3
Vph 2
K
Vph1
Misal Tiga buah transformator satu fa- Gambar 5.53 Hubungan V-V atau
sa masing-masing mempunyai daya se- Open '
besar 10 KVA, bila dihubungkan V - V
(Gambar 5.53) karena salah satu
dilepas (sebelumnya dihubungkan
segitiga) maka dayanya tidak 2 x 10
KVA = 20 KVA, tetapi hanya 0,866 x 20
KVA = 17,32 KVA.
Hal ini bisa dibuktikan sebagai berikut :
5.4.1.4 Komutator
5.4.1.5 Jangkar
G = (8 – 18) 2p
S=2.k
Lilitan Gelung
Tabel 5.4
Hubungan Sisi Kumparan dengan Lamel
Lilitan Gelung
Gambar 5.67 Prinsip Lilitan Gelung
LAMEL SISI KUMPARAN LAMEL
Pada lilitan gelung kisar bagian Y2 mun- 1 1 - 10 2
dur atau negatif. Tiap kumparan mem- 2 3 - 12 3
punyai satu sisi benomor ganjil dan satu 3 5 - 14 4
sisi bernomor genap, karena itu Y1 dan 4 7 - 16 5
Y2 selamanya harus merupakan bila- 5 9 - 2 6
ngan ganjil. 6 11 - 4 7
7 13 - 6 8
Kisar bagian Y1 ditetapkan oleh Iebar 8 15 - 8 1
kumparan, diperkirakan sama dengan
jarak kutub-kutub . Bila lebar kumparan Lilitan Gelung Majemuk
dinyatakan dengan jumlah alur, biasa-
nya dinyatakan dengan kisar Yg . Lilitan Gelung Majemuk terdiri dari dua
lilitan gelung tunggal atau lebih yang
G G dililit secara simetris antara yang satu
Yg = Yg ¢ dengan yang lainnya. Pada lilitan
2p 2p gelung tunggal banyaknya cabang
paralel sama dengan banyaknya jumlah
Kisar bagian Y1 biasanya dinyatakan kutub (2p) dari mesin tersebut,
dengan sejumlah sisi kumparan yang sedangkan pada lilitan gelung majemuk
harus dilalui supaya dari sisi yang satu yang mempunyai m gelung tunggal,
sampai pada sisi berikutnya. Di dalam banyaknya cabang paralel adalah:
tiap-tiap alur dimasukkan sisi kumparan
2U dan secera serempak beralih dari a=m.p.
lapisan atas ke lapisan bawah karena itu Yc = m
Y2 = 2 . m – Y1
Y1 = 2 . U . Yg + 1
sedangkan untuk menentukan Y1 sama
Kisar bagian Y1 menentukkan cara seperti pada lilitan gelung tunggal.
menghubungkan ujung kumparan yang Untuk mendapatkan lilitan gelung
satu dengan kumparan berikutnya majemuk tertutup ujung lilitan terakhir
melalui lamel komutator, kisar Y2 biasa harus kembali lagi ke lamel permulaan.
Lilitan Gelombang k r1
Yc
p
Lilitan Gelombang Tunggal
kita ambil Yc = 10
G 21 1
YG 5 ,
2p 4 4
Y1 2 . u . YG + 1 = 2 .. 1.5 + 1 = 11
Gambar 5.69 Prinsip Lilitan Gelombang
dan
Y2 = 2 . Yc – Y1 = 2 . 10 – 11 = 9
Kisar bagian pada lilitan gelombang
mempunyai nilai positif(maju).
Em
Persamaan arus: Im
Rm 5.4.4.2 Generator Penguat
Ia = IL Sendiri
Persamaan arus :
Ia = Is = IL
Persamaan Tegangan :
E = V + Ia . Ra + Is . Rs + 2'e
= V + Ia (Ra + Rs) + 2'e
Is = IL
Ia = IL + Ish
Vcd
Ish =
Rsh
Persamaan Tegangan :
E = V . Ia . Ra + Is . Rs + 2'e
= Ia . Ra + Ish . Rsh + 2'e
Gambar 5.77 Generator Kompon
Panjang
5.4.5 Efisiensi
Persamaan arus :
Rugi – rugi yang terjadi dalam sebuah
Is = Ia generator arus searah dapat dibagi
Ia = IL + Ish sebagai berikut :
Persamaan Tegangan :
E = V . Ia (Ra + Rs) + 2'c
x Rugi Tembaga
a. Rugi Tembaga jangkar = Ia2 Watt
b. Rugi Tembaga Medan Shunt
= Ish2. Rsh Watt
c. Rugi Tembaga Medan Seri
= Is2 . Rs Watt
x Rugi Inti
a. Rugi Hysterisis , Ph D B max1.6 . f
b. Eddy Currents , Pe D B max2 . f2
x Rugi Mekanis
a. Rugi gesekan pada poros
b. Rugi angin akibat putaran jangkar.
c. Rugi gesekan akibat gesekan sikat
dengan komutator.
Gambar 5.78 Generator Kompon
Pendek
Efisiensi Total Kt
Daya Keluar Generator
x 100%
Daya Masuk Mekanis
b. Karakteristik Berbeban
c. Kecepatan Kritis
d. Karakteristik Luar
gaya magnit
Garis-garis
searah tergantung pada besarnya arus
yang melewati jangkar dan fluks magnit
dari medan magnit (penguat).
Bila belitan (jangkar) telah berputar,
maka dalam belitan itu akan timbul
suatu tegangan yang arahnya berlawa-
nan dengan tegangan yang disuplai
dari luar, dan ini disebut Ggl lawan.
Besarnya Ggl Lawan yang dibangkit-
kan :
I .Z . N P
E x Volt ...............(1)
60 A
V = E + Ia . Ra Volt .................(2)
Gambar 5.89 Prinsip Kerja Motor
Arus Searah
V E
Ia Ampere …………(3)
Ra
b. Motor Seri
Gambar 5.91 Rangkaian Motor Arus Gambar 5.93 Rangkaian Motor Arus
Searah Penguat Sendiri Shunt Searah Kompon Panjang
a. Karakteristik Putaran
Putaran motor pada mesin arus bolak-balik ditimbulkan oleh adanya medan putar
(fluksi yang berputar) yang dihasilkan dalam kumparan statornya. Medan putar ini
timbul bila kumparan stator dihubungkan dengan sumber tegangan tiga fasa.
(b)
(a)
(c) (d)
(b)
Seperti telah dijelaskan diatas, putaran Energi yang “dipindahkan” dari stator ke
rotor tidak akan sama dengan putaran rotor dilakukan berdasarkan azas imbas
medan stator, karena bila rotor berpu- elektromagnet(induksi) dengan bantuan
tar sama cepatnya dengan medan sta- fluksi bersama, karena itu rangkaian
tor, tidak akan timbul perbedaan kece- ekuivalen motor induksi digambarkan
patan sehingga tidak ada Ggl induksi seperti rangkaian ekuivalen transforma-
yang timbul pada rotor, tidak ada arus tor. Bagian stator membentuk sisi primer
dan tidak ada kopel yang mendorong dan rotor sebagai sisi sekunder.
rotor.
5.6.3.1 Rangkaian Ekuivalen Rotor
Itulah sebabnya rotor selalu berputar
pada kecepatan dibawah kecepatan
medan putar stator. Perbedaan kece-
patan tergantung pada besarnya beban
motor. Slip mutlak menunjukkan kece-
patan relatif rotor terhadap medan putar.
Slip Mutlak = Ns – Nr
120.f1 P.Ns
Ns dan f1
P 120
dan pada rotor berlaku hubungan :
f2
S f2 Sxf1 Gambar 5.102 Rangkaian Ekuivalen
f1 Rotor
Gambar rangkaian ekuivalen pada gambar 5.102 bisa disederhanakan lagi dengan
merefrensikannya pada sisi primer (stator) seperti terlihat pada gambar 5.103
E2 E2 3 S.E 2 2 .R 2
I2 T x
Z2 R 22 X22 2.S.Ns R 2 2 (S.X 2) ) 2
R2 R2
CosM ¾Torsi Maksimum saat Motor Ber-
Z2 R 22 X22
putar
Torsi Asut Ts k.E 2 .I 2 .CosM 2 Kondisi Torsi Maksimum pada saat
motor berputar bisa diperoleh dengan
mendeferen-tialkan persamaan Torsi
terhadap Slip S.
k.S.E 2 2 .R 2
Tmax
R 2 2 S 2 .X 2 2 Ts k.R 2 .E 2 2 2.X 2 2.R 2 .X 2
x
2 2
Tmax R 2 X2 k.E 2 R 22 X22
R
k. 2 .E 2 2 .R 2
X2 R2
2.
R X2 2.Sm
R 2 ( 2 ) 2 .X 2 =
2
X2 §R · 1 Sm 2
1 ¨¨ 2 ¸¸
k.E 2 2 © X2 ¹
2.X 2 ¾Torsi pada Rotor Lilit
k.S.R 2 .E 2 2
Tf
R 2 2 S 2 .X 2 2
k.E 2 2
Tmax
2.X 2 Gambar 5.106 Rangkaian Ekuivalen Motor
2 Induksi Rotor Lilit
Tf k.S.R 2 .E 2 2.X 2
? x
Tmax R 2 2 S 2 .X 2 2 k.E 2 2
R 2 Rx
CosM 2 R 2 Rx
(R 2 Rx) 2 ( X 2 ) 2 CosM 2
(R 2 Rx) 2 (S.X 2 ) 2
2
k.E 2 .( R 2 Rx)
T N-m k.S.E 2 2 .(R 2 Rx)
( R 2 Rx) 2 ( X 2 ) 2 T N-m
(R 2 Rx) 2 (S.X 2 ) 2
Diagram aliran daya dari sebuah Motor Induksi Tiga Fasa seperti diperlihatkan pada
gambar 5.106
Daya Masuk Stator = Daya Keluar Stator + Rugi Tembaga Stator
Daya Masuk Rotor = Daya Keluar Stator
Daya Keluar Rotor Kotor = Daya Masuk Rotor - Rugi Tembaga Rotor
Daya keluar rotor dikonversi ke dalam energi mekanis dan menghasilkan Torsi Tg.
Sebagian torsi yang dihasilkan Tg hilang karena gesekan dan angin di rotor disebut
Torsi Poros Tsh.
W0
Test tanpa beban dilakukan pada motor CosM 0
indukasi tiga fasa untuk memproleh data 3.V.I 0
daya masuk Wo, Io, dan Vo (V) seperti
yang diperlihatkan pada gambar 5.109
Pada gambar 5.109 b,kurva Wo ter-
potong sumbu vertikal pada titik A.
Tes ini dilakukan untuk : Whs = Total daya masuk saat hubung
x Arus hubung singkat saat tegangan Singkat
normal diberikan pada stator. VhsL = Tegangan Jala-jala saat hubung
x Faktor daya pada saat hubung Singkat.
singkat. I hsL = Arus Jala-jala saat hubung
x Reaktansi total X eq1 dari motor singkat
dengan refrensi sisi primer (stator). RugiTembagaTotal Whs Wint i
x Resistansi total R eq1 dari motor 3.I hs 2 .R eq1 Whs Wint i
dengan refrensi sisi primer.
Whs Wint i
Pada saat test dilakukan rotor ditahan ? R eq1
3.I hs
dan untuk jenis rotor belitan, kumparan
rotor dihubung singkat pada slipring. Vhs
Z eq1 ?X eq1 Z eq12 R eq12
I hs
Kurangi tegangan suplai (r 5 atau 20 %)
dari tegangan normal) dan diatur sampai
arus beban penuh mengalir dalam
5.6.6 Pengaturan Kecepatan
stator. Pada saat pengetesan dilakukan Motor Induksi Tiga
catat nilai arus, tegangan, dan daya Fasa
masuk yang terukur.
V Motor induksi akan berputar pada kece-
I hsN I hs x
Vhs patan konstan saat dihubungkan pada
tegangan dan frekuensi yang konstan,
I hsN = Arus hubung singkat diperoleh kecepatannya sangat mendekati kece-
saat tegangan normal diberikan. patan sinkronnya. Bila torsi beban ver-
I hs = Arus hunbung singkat diperoleh tambah, maka kecepatannya akan se-
dikit mengalami penurunan, sehingga
saat tegangan pengujuan diberi-
motor induksi sangat cocok digunakan
kan.
menggerakkan sistem yang membu-
Whs 3.VhsL .I hsL .CosM hs tuhkan kecepatan konstan.
Whs
CosM hs Namun dalam kenyataannya terutama di
3.VhsL .I hsL
industri terkadang dikehendaki juga ada-
¾ Penutup Motor
5.6.7 Pemilihan Motor
Penutup motor dirancang untuk membe-
rikan perlindungan terhadap bagian-
Sebelum menggunakan motor listrik un-
bagian yang ada didalam motor, tergan-
tuk menggerakan suatu beban, maka
tung pada lingkungan dimana motor ter-
terlebih dahulu kita harus mengetahui
sebut akan dipergunakan. Beberapa
karakteristik beban yang akan digerakan
jenis penutup yang umum dipergunakan
tersebut, seperti :
adalah :
¾ Apakah beban akan terhubung lang-
sung ke poros motor ?
ODP (Open Drip-Proof), jenis ODP
¾ Berapa besarnya daya yang dibu-
digunakan pada lingkungan yang
tuhkan ?
bersih dan memberikan toleransi ter-
¾ Bagaimana hubungan torsi beban
hadap tetesan cairan tidak lebih
dengan kecepatan ?
besar 15°secara vertikal. Pendi-
¾ Berapa besar torsi asut, torsi ke-
nginan untuk motor memanfaatkan
cepatan, torsi maksimum yang di-
udara sekitarnya.
butuhkan ?
Sebagai generator, beberapa mesin sin- Seperti telah diuraikan diatas, bahwa
kron sering dioperasikan secara paralel, untuk membangkitkan flux magnetik di-
seperti di pusat-pusat pembangkit. Ada- perlukan penguatan DC. Penguatan DC
pun tujuan dari paralel adalah adanya ini bisa diperoleh dari generator DC
pembagian beban antara generator penguatan sendiri yang seporos dengan
yang satu dengan lainnya. rotor mesin sinkron.
Pada mesin dengan kecepatan rendah,
Ada dua struktur medan magnet pada tetapi rating daya yang besar, seperti
mesin sinkron yang merupakan dasar generator Hydroelectric, maka gene-
keja dari mesin tersebut, yaitu kum- rator DC yang digunakan tidak dengan
paran yang mengalirkan penguatan DC penguatan sendiri tetapi dengan “Pilot
dan sebuah jangkar tempat dibang- Exciter”sebagai penguatan atau meng-
kitkannya ggl AC. Hampir semua mesin gunakan magnet permanen (penguat
sinkron mempunyai jangkar diam (statio- aktif).
ner) dan struktur medan berputar. Kum-
paran DC pada struktur medan yang
berputar dihubungkan pada sumber luar
melaui slipring dan sikat, tetapi ada juga
Gambar 5.117
Generator Sinkron Tiga Fasa dengan Sistem Penguatan “Brushless Exciter System”
Alternatif lainnya untuk penguatan ada- berputar dengan rotor, sehingga tidak
lah menggunakan dioda silicon dan thy- dibutuhkan sikat dan slipring.
ristor. Dua tipe sistem penguatan “Solid
state”adalah : x Bentuk Rotor
x Sistem statis yang mempunyai dioda
atau thyristor statis, dan arus dialirkan Untuk medan rotor yang digunakan ter-
ke rotor melalui Slipring. gantung pada kecepatan mesin, mesin
x “Brushless System”, pada sistem ini dengan kecepatan tinggi seperti turbo
penyearah diletakkan diporos yang generator mempunyai bentuk silinder,
sedangkan mesin dengan kecepatan
i Stator
P
D lis D mek
2
Gambar 5.119
Inti Stator dan Alur pada Stator
Kumparan jangkar yang diperlihatkan memiliki lebih dari satu putaran. Bagian
pada gambar 5.120 hanya mempunyai dari lilitan yang tidak terletak ke-dalam
satu lilitan per kutub per fasa, akibatnya alur biasanya disebut “Winding Over-
masing-masing kumparan hanya dua hang”, sehingga tidak ada tegangan
lilitan secara seri. Bila alur-alur tidak dalam winding overhang.
terlalu lebar, masing-masing penghan-
tar yang berada dalam alur akan mem- Faktor Distribusi
bangkitkan tegangan yang sama. Ma-
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa
sing-masing tegangan fasa akan sama
sebuah kumparan terdiri dari sejumlah
untuk menghasilkan tegangan per peng-
lilitan yang ditempatkan dalam alur se-
hantar dan jumlah total dari penghantar
cara terpisah. Sehingga, ggl pada termi-
per fasa.
nal menjadi lebih kecil bila dibanding-
kan dengan kumparan yang telah dipu-
Dalam kenyataannya cara seperti ini
satkan. Suatu faktor yang harus dikali-
tidak menghasilkan cara yang efektif
kan dengan ggl dari sebuah kumparan
dalam penggunaan inti stator, karena
distribusi untuk menghasil-kan total ggl
variasi kerapatan flux dalam inti dan
yang dibangkitkan disebut faktor distri-
juga melokalisir pengaruh panas dalam
busi Kd untuk kumparan. Faktor ini
daerah alur dan menimbulkan harmonik.
selalu lebih kecil dari satu.
Untuk mengatasi masalah ini, generator
Diasumsikan ada n alur per fasa per
praktisnya mempunyai kumparan terdis-
kutub, jarak antara alur dalam derajat
tribusi dalam beberapa alur per kutub
listrik, adalah :
per fasa. Gambar 5.122 memperlihat-
kan bagian dari sebuah kumparan jang- 180 derajat listrik
\
kar yang secara umum banyak diguna- n x m
kan. Pada masing-masing alur ada dua
dimana m menyatakan jumlah fasa.
sisi lilitan dan masing-masing lilitan
E E1 E 2 E 3 E 4
Jumlah Vektor E1 E 2 E 3 E 4
Kd
Jumlah Aljabar 4xE lili tan
(a)
a. Resistansi Jangkar IR IF I A
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk Perhatikan Gambar 5.142 b, pada ke-
memparalelkan dua buah alternator atau adaan ini:
lebih ialah : x L2 paling terang
x L1 terang
x Polaritas dari alternator harus sama x L3 terang
dan bertentangan setiap saat terha-
dap satu sama lainnya. Perhatikan gambar 5.142 c, pada ke-
x Nilai efektif arus bolak-balik dari te- adaan ini,
gangan harus sama. x L1 dan L2 sama terang
x Tegangan Alternator(mesin) yang di- x L3 Gelap dan Voltmeter=0 V
paralelkan mempunyai bentuk ge- Pada saat kondisi ini maka alternator
lombang yang sama. dapat diparalelkan dengan jala-jala
(alternator lain).
i Cara Otomatis
otomatis memonitor perbedaan fasa, te- Gambar 5.144 Motor Sinkron dua Kutub
gangan, frekuensi, dan urutan fasa.
Apabila semua kondisi telah tercapai
alat memberi suatu sinyal bahwa saklar Gambar 5.144 mengilustrasikan sebuah
untuk paralel dapat dimasukkan. motor sinkron dua kutub dengan asumsi
rotor dalam keadaan diam.
V4 Eb
I2 ……………………………………………………………………..(5.8-1)
Zs
Motor akan menyerap daya dari jala-jala untuk mengkompensasi kenaikan beban
poros, tanpa mengakibatkan perubahan pada kecepatan rata-ratanya. Tetapi
bilabeban bertambah terus, bisa Menga-kibatkan motor keluar dari keadaan sinkron
dan berhenti berputar.
V Eb
? I .Cos\ Cos (T D ) Cos T (5.8-3)
Zs zs
Substitusikan pers (5.8-3) ke pers(5.8-2)
ªV Eb º
Pm/fasa Eb « Cos T D Cos T »
¬ Zs Zs ¼
Eb .V Eb 2
Cos T D Cos T ............................... (5.8-4)
Zs Zs
Untuk menentukan nilai daya maksimum yang dihasilkan motor dapat diperoleh
dengan mendeferensialkan pers(3-6) terhadap sudut beban.
dPm Eb .V
? Sin T D atau Sin (T - D) = 0 T = D
dD Zs
? Nilai daya Maksimum
Eb .V Eb 2
Pm(max) CosD
Zs Zs
Eb .V Eb 2
Pm(max) CosD …………………………………..(5.8-5)
Zs Zs
Adapun kerugian-kerugian yang terjadi pada sebuah motor listrik bisa diilustrasikan
seperti pada gambar 5.148.
Pout
Efisiensi K x100% ……………………………….….(5.8-6)
Pout ¦ Rugi
Gambar 5.149, memperlihatkan diagram vektor sebuah motor sinkron dengan faktor
daya yang berbeda-beda pada keadaan beban tetap.
Gambar 5.149 Diagram Vektor dalam Keadaan Beban Tetap, dengan Faktor Daya Berbeda
Arus Ia yang disuplai dari jala-jala untuk motor sinkron nilainya akan besar saat
faktor daya “lagging” (penguatan kurang), kemudian menurun pada saat faktor daya
Langkah pengasutan sebuah motor sin- Pada saat periode pengasutan motor
kron supaya berputar pada kecepatan sinkron difungsikan seperti sebuah mo-
sinkronnya tidak semudah seperti kita tor induksi sampai putaran rotornya
melakukan pengasutan pada sebuah mendekati kecepatan medan putar (ke-
motor induksi. cepatan sinkron).
Rotor sebuah mesin sinkron seperti Berikut ini adalah langkah untuk penga-
telah dijelaskan pada sub bab sebelum- sutan motor sinkron yang dilengkapi
nya terdiri dari kumparan yang bila dengan kumparan peredam :
(b)
Tt Ts Ti
I2 2 .r2
Torsi arah maju : Ts
S
I 22 .r2
Torsi arah mundur : Ti
2S
Torsi total yang dibangkitkan :
Tt Ts Ti
Pada gambar 5.161 tahanan pengganti (rc) dirangkai secara seri dengan reaktansi
magnetik, maka :
r
(rc jx m ).( 2 jx 2 )
Impedansi maju Zs S
r2
rc j( x m x 2 )
S
r2
(rc jx m ).( jx 2 )
( 2 S)
Impedansi mundur Zi
r2
rc j( x m x 2 )
( 2 S)
1. Motor Kapasitor-Start
463
5.9.3 Motor Seri Satu Fasa (Universal)
Motor universal terdiri dari sebuah rotor Perawatan motor universal relatif mu-
yang biasa disebut armatur atau jang- dah, kebanyakan motor tidak berfungsi
kar, dengan lilitan kumparan sekeliling- dengan baik diakibatkan karena kontak
nya, dan diujung poros diletakkan ko- sikat karbon ke permukaan komutator
mutator yang dibagi atas beberapa la- tidak baik, ini bisa dilihat dengan ada-
mel. Pada permukaan komutator dile- nya spark pada permukaan komutator,
takan sikat karbon yang berfungsi untuk sehingga kontak listrik menjadi tidak
mengalir arus dari sumber luar ke dalam sempurna. Apabila hal seperti ini terjadi,
jangkar motor. Saat arus mengalir ke maka kita harus mengatur kembali posi-
dalam jangkar, maka di jangkar akan si sikat atau mengganti sikat dengan
timbul medan magnit, sehingga jangkar yang baru.
akan berputar diantara kutub magnit
yang berada di stator motor.
3. Sistem Pelumasan
5.10.3 Mengoperasikan
Fungsi sistem pelumasan adalah untuk Generator Set
mengurangi keausan mesin dengan
cara mengalirkan minyak pelumas dari
karter ke bagian-bagian yang memer- 5.10.3.1 Menganalisa Data
lukan pelumasan pada waktu mesin Pengoperasian
sedang beroperasi.
Saat melakukan pengoperasian genera-
4. Sistem Udara dan Gas Bekas tor set ada beberapa hal yang harus di-
perhatikan:
Fungsi sistem udara dan gas bekas
(buang) adalah untuk mengatur udara 1) Menerapkan prosedur pengoperasi-
pembakar ke dalam ruang bakar atau an generator set sesuai dengan
silider diwaktu langkah isap, udara ini kriteria unjuk kerja yang mencakup
dikompresikan waktu langkah kompresi peralatan yang berkaitan dengan
5.11.3 Membongkar
Kumparan Motor
Jawab :
¾ Jarak Alur dalam derajat listrik
360 0
x2 20 0
36
¾ Jumlah alur pada tiap fasa
36
12 alur
3
¾ Jumlah alur tiap fasa tiap kutub
b. Hubungan Paralel 36 / 3
3 alur
4
Gambar 5.187 Hubungan Kumparan
Berdasarkan perhitungan diatas setiap
Bentuk kawat ada dua macam yaitu ber- kutub akan dibentuk oleh 3 (tiga) buah
bentuk persegi panjang dan bulat. alur, setiap kumparan terdiri dari 6
Kawat dengan bentuk bulat banyak di- (enam) alur, dan setiap fasa mempunyai
gunakan pada motor dengan daya kecil 2(dua) kumparan.
dengan tegangan kerja rendah, sedang-
kan kawat bentuk persegi panjang digu- Untuk membentuk 4 (empat) buah kutub
nakan untuk motor daya besar dengan pada setiap fasanya, maka dapat dilaku-
tegangan kerja menengah. kan hubungan kumparan seperti terlihat
pada gambar 5.188 dan bentangan
Kawat yang digunakan untuk kumparan kumparan secara lengkapnya ditunjuk-
mempunyai standar ukuran berdasarkan kan pada gambar 5.189.
diameternya, seperti contoh berikut ini :
¾ LUMBER/PULP/PAPER
x Batch digesters
x Chip handling
x Coating
x Wrapping/stamping
¾ MANUFACTURING/MACHINING
x Assembly machines
x Boring
¾ AND
Instruksi ini diperlukan bila urutan kerja
(sekuensial) pada suatu sistem kontrol
memerlukan lebih dari satu kondisi logik
yang harus terpenuhi semuanya untuk
mengeluarkan satu keluaran. Logikanya
seperti kontak NO relai.
Gambar 6.21 Ilustrasi Proses Beberapa Eksekusi
Relai pada Diagram Tangga
Menginstal CX – Programmer
Untuk menginstal CX- programmer terbagi atas dua komponen yaitu CX- Server
dan Cx-Programmer. Fasilitas autorun, maka tahap instalasi dapat langsung
dilanjutkan dengan langsung memilih icon setup yang muncul pada layer pertama
kali. Kemudian dilanjutkan dengan memilih install Cx-Programmer yang selanjutnya
akan menampilkan pilihan bahasa. Setelah mengikuti instruksi yang ada lakukan
pengisian nomor lisensi yang dapat diisi dengan memasukan 16 angka yang
terdapat pada cover CD CX-Programmer. Selanjutnya proses penginstalan ber-
langsung.
Dengan menekan tombol START, motor penggerak akan bekerja dan konveyor
pembawa kotak (box) buah apel akan berjalan sampai mengenai limit swith (sen-
sor for box), apabila limit switch tersen-tuh kotak maka konveyor pemba-wa kotak
akan berhenti berjalan. Satu detik kemudian konveyor pembawa buah apel akan
berjalan dan menjatuhkan buah apel kedalam kotak.
Dibawah konveyor buah apel diletakan sensor cahaya yang berfungsi untuk
mendeteksi setiap apel yang jatuh kedalam kotak. Apabila apel yang dimasukan
kedalam kotak sudah berjumlah 10 (sepuluh) buah, maka konveyor buah apel akan
berhenti dan konveyor pembawa kotak kembali berjalan. Siklus operasi konveyor ini
akan terus berulang sampai Tombol STOP ditekan.
Penulis pernah menulis buku Petunjuk Praktikum Teknik Kendali (1996) dan
Petunjuk Praktikum Elektronika Daya (1996). Di samping itu, atas sponsor PEDC,
penulis pernah menterjemahkan buku Process Control Instrumentation Technology
(Curtis D. Johnson) dan Electric Machinery (Peter F. Ryff) dengan sponsor GTZ.
Penulis juga aktif dalam memberikan pelatihan-pelatihan profesional di bidang
ketenagalistrikan dan Industrial Safety bagi karyawan-karyawan industri maju di
Indonesia.