You are on page 1of 5

Gagasan Sabut kelapa merupakan hasil samping, dan merupakan bagian yang terbesar dari buah kelapa, yaitu

sekitar 35 persen dari bobot buah kelapa. Dengan demikian, apabila secara rata-rata produksi buah kelapa per tahun adalah sebesar 5,6 juta ton, maka berarti terdapat sekitar 1,7 juta ton sabut kelapa yang dihasilkan. Potensi produksi sabut kelapa yang sedemikian besar belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat meningkatkan nilai tambahnya. Sejak awal tahun 90-an, Cocofiber telah digunakan untuk campuran tanah pada proses penanaman. Tujuan pencampuran dengan Cocofiber adalah untuk meningkatkan efek kapiler pada media tumbuh yang sedang berkembang.Serat sabut kelapa, atau dalam perdagangan dunia dikenal sebagai Coco Fiber, Coir fiber, coir yarn, coir mats, dan rugs, merupakan produk hasil pengolahan sabut kelapa. Secara tradisionil serat sabut kelapa hanya dimanfaatkan untuk bahan pembuat sapu, keset, tali dan alat-alat rumah tangga lain. Perkembangan teknologi, sifat fisikakimia serat, dan kesadaran konsumen untuk kembali ke bahan alami, membuat serat sabut kelapa dimanfaatkan menjadi bahan baku industri karpet, jok dan dashboard kendaraan, kasur, bantal, dan hardboard. Serat sabut kelapa juga dimanfaatkan untuk pengendalian erosi. Serat sabut kelapa diproses untuk dijadikan Coir Fiber Sheet yang digunakan untuk lapisan kursi mobil, Spring Bed dan lain-lain. Serat sabut kelapa bagi negara-negara tetangga penghasil kelapa sudah merupakan komoditi ekspor yang memasok kebutuhan dunia yang berkisar 75,7 ribu ton pada tahun 1990. Indonesia walaupun merupakan Negara penghasil kelapa terbesar di dunia, pangsa pasar serat sabut kelapa masih sangat kecil. Kecenderungan kebutuhan dunia terhadap serat kelapa yang meningkat dan perkembangan jumlah dan keragaman industri di Indonesia yang berpotensi dalam menggunakan serat sabut kelapa sebagai bahan baku/ bahan pembantu, merupakan potensi yang besar bagi pengembangan industri pengolahan serat sabut kelapa. Hasil samping pengolahan serat sabut kelapa berupa butiran-butiran gabus sabut kelapa, dikenal dengan nama Coco Peat. Sifat fisika-kimianya yang dapat menahan kandungan air dan unsur kimia pupuk, serta dapat menetralkan keasaman tanah menjadikan hasil samping ini mempunyai nilai Hasil samping pengolahan serat sabut kelapa berupa butiran-butiran gabus sabut kelapa, dikenal dengan nama Coco Peat. Sifat fisika-kimianya yang dapat menahan kandungan air dan unsur kimia pupuk, serta dapat menetralkan keasaman tanah menjadikan hasil samping ini mempunyai nilai ekonomi. Coco Peat digunakan sebagai media pertumbuhan tanaman hortikultur dan media tanaman rumah kaca. Manfaat Sosial Ekonomi Bahan baku sabut kelapa merupakan hasil samping dari industri pengolahan kopra atau petani / pedagang buah kelapa. Keberadaan industri pengolahan serat ini menjadikan hasil samping sabut kelapa memberikan nilai ekonomis yang lebih baik, sehingga meningkatkan pendapatan petani/pedagang buah kelapa. Pemanfaatan sabut kelapa sebagai bahan baku industri sehingga menjadi komoditi perdagangan menyebabkan terbukanya kesempatan kerja baru, yaitu dalam bentuk adanya pedagang pengumpul sabut kelapa serta usaha jasa transportasi. Karakteristik usaha kecil industri pengolahan sabut kelapa secara umum tidak sepenuhnya menggunakan mesin / peralatan dalam proses produksinya, khususnya pada tahap pembersihan, penyaringan dan pengeringan. Pada kondisi teknologi produksi tersebut, usaha ini membutuhkan tenaga kerja paling sedikit sekitar 20 - 30 HOK, dengan jam kerja sekitar 6 - 8 jam per hari. Manfaat Regional Secara umum keberadaan dan pengembangan industri serat sabut kelapa memberikan dampak yang positif bagi wilayah. Terbukanya peluang kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat dan sekaligus peningkatan pendapatan daerah merupakan dampak positif bagi pengembangan

industry serat sabut kelapa. Serat sabut kelapa merupakan komoditi ekspor, sehingga akan memberikan kontribusi bagi pendapatan devisa negara dan sekaligus juga menghemat devisa. Oleh karena serat sabut kepala merupakan bahan baku bagi industry matras, jok mobil, tali dan lain-lain, maka pengembangan industri ini dapat mendorong berkembangnya industri pengguna serat sabut kelapa. b. Dampak Lingkungan Industri pengolahan serat sabut kelapa tidak menghasilkan limbah cair maupun gas. Limbah yang terjadi adalah dalam bentuk fisik, yaitu berupa hasil samping gabus sabut kelapa dalam jumlah atau volume yang besar.Setiap 1000 butir sabut kelapa yang diproses akan menghasilkan sekitar 100- 125 liter butiran gabus. Akan tetapi, hasil samping butiran gabus atau Coco Peat ini masih mempunyai nilai ekonomi, dalam pengertian dapat dijual apabila dilakukan proses penyaringan dan pengeringan serta dengan teknologi pengemasan sehingga memenuhi persyaratan mutu yang b. Dampak Lingkungan Industri pengolahan serat sabut kelapa tidak menghasilkan limbah cair maupun gas. Limbah yang terjadi adalah dalam bentuk fisik, yaitu berupa hasil samping gabus sabut kelapa dalam jumlah atau volume yang besar. Setiap 1000 butir sabut kelapa yang diproses akan menghasilkan sekitar 100- 125 liter butiran gabus. Akan tetapi, hasil samping butiran gabus atau Coco Peat ini masih mempunyai nilai ekonomi, dalam pengertian dapat dijual apabila dilakukan proses penyaringan dan pengeringan serta dengan teknologi pengemasan sehingga memenuhi persyaratan mutu yang dikehendaki konsumen. Coco Peat dapat digunakan sebagai media tanam antara untuk tanaman jamur. Gabus sabut kelapa dalam bentuk debu dari proses pemisahan dan sortasi serat berpotensi terhadap kesehatan tenaga kerja, apabila tenaga kerja tidak dilengkapi dengan pelindung atau masker. Akan tetapi karena ukuran partikelnya yang relatif besar, maka debu gabus kelapa ini tidak memberikan dampak yang negatif terhadap lingkungan sekitarnya.Industri pengolahan serat memberikan dampak lingkungan fisik yang positif oleh karena dapat mengurangi limbah sabut kelapa sebagai hasil samping dari kegiatan usaha perdagangan buah kelapa dan usaha pengolahan kopra.

Tak cuma sabut, serbuk kelapa pun tentunya setelah diolah terlebih dulu bisa menjadi komoditas ekspor yang menguntungkan. Tiap kilogram sabut kelapa (coco fiber), keuntungannya Rp300. Jangan anggap remeh, potensi permintaan coco fiber mencapai ratusan jutaan ton, tiap bulannya.Di Kabupaten Halmahera Barat (Halbar) dan Maluku Utara (Malut), sabut kelapa, yang selama ini hanya dikenal sebagai limbah, ternyata bisa diolah menjadi bahan jok mobil. Istimewanya, jok mobil itu kemudian diekspor ke China.Menurut Rizal Ismail, kabag Infokom Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat, ada pengusaha lokal Halbar yang berhasil mengekspor jok mobil dari sabut kelapa sebanyak tiga kontainer! Jok sabut kelapa itu ia ekspor ke China via Surabaya, terang Rizal, seperti dikutip beritadaerah.com. Saat ini, si pengusaha tengah berupaya meningkatkan kapasitas produksi jok mobil dari sabut kelapa. Sebab, permintaan ekspor terus melonjak. Sebagai negara kepulauan dan berada di kawasan tropis, Indonesia merupakan negara penghasil kelapa terbesar ketiga di dunia. Menurut catatan Departemen Pertanian, pada tahun 2000, luas areal tanaman kelapa di negeri ini mencapai 3,76 juta hektar. Sebanyak 95% di antaranya, merupakan perkebunan rakyat. Meski demikian, total produksi tiap tahunnya mencapai 14 miliar butir kelapa. Dari 14 miliar butir kelapa itu, tentu saja ada bagian-bagian yang tak terpakai. Seperti sabut kelapa, yang ternyata bobotnya mencapai sepertiga dari berat

sebutir kelapa. Apabila rata-rata produksi kelapa mencapai 5,6 juta ton per tahun, maka ada sekitar 1,7 juta ton sabut kelapa yang dihasilkan. Sayangnya, potensi produksi sabut kelapa yang besar ini belum semuanya dimanfaatkan.Salah satu pemain lokal yang mencoba mengambil peruntungan dari serat sabut kelapa adalah PT Roesmetrix, yang dimiliki oleh Roeswan Roesli, alumnus Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB). Sudah lebih dari sepuluh tahun, Roeswan mengekspor coco fiber ke Belgia, Korea Selatan (Korsel), dan China. Setidaknya, ia mengekspor satu kontainer coco fiber, yang setara dengan 22 ton, ke tiap negara itu tiap bulannya. Jangan keburu berpikir Roeswan memiliki pabrik besar, tidak, ia justru bekerja sama dengan produsen skala rumahan di Banten dan Ciamis. Ceritanya, Roeswan memberikan mesin pengolah sabut kelapa kepada komunitas petani di dua wilayah tersebut. Nantinya, seluruh produksi yang berupa serat sabut kelapa akan kami tampung untuk memenuhi permintaan ekspor, kata dia, seperti dikutip Trubus. Di pasar internasional, harga coco fiber mencapai US$200 hingga US$205 per ton. Selain Roeswan, ada Asli Malin dari Pariaman, Sumatera Barat. Ia mampu memproduksi 1,2 ton coco fiber hasil olahan 18.000 sabut kelapa, tiap harinya. Tiap tahun, Malin harus memenuhi permintaan importir Korsel sebanyak 10.000 ton per tahun. Malin mengaku, dari tiap kilogram coco fiber ia mendapatkan keuntungan Rp300. Kecil? Coba Anda hitung ulang. Dengan produksi 8,4 ton tiap minggu, Malin mendapatkan keuntungan hingga Rp10 juta per bulan. Itu baru keuntungan dari coco fiber. Padahal, produsen coco fiber pasti juga merupakan produsen coco peat alias serbuk kelapa. Sebab, Sebanyak 70% kulit kelapa terdiri atas serbuk. Adapun 30% sisanya serat sabut, terang Malin. Hasil samping pengolahan serat sabut kelapa (coco fiber) adalah bubuk gabus sabut kelapa (coco peat). Limbah kelapa ini memiliki sifat yang dapat menahan kandungan air dan menetralkan keasaman tanah. Itu sebabnya, coco peat sering digunakan sebagai media pertumbuhan tanaman hortikultura dan tanaman rumah kaca. Sejatinya, proses produksi coco fiber bisa menggunakan teknologi sederhana. Bahkan, mesinnya pun bisa diproduksi oleh bengkel setempat. Mesin penunjang produksi antara lain mesin pengurai, pemisah serat dari sabut kelapa, mesin pengerin, dan mesin press serat atau bubuk sabut kelapa. (AWN)

Cocopeat: Media Tanam Alternatif Selain Tanah Selasa, 14 April 2009 | 10:52 WIB Penulis: Anissa KOMPAS.com - Dalam bercocok tanam, tak hanya tanah yang bisa diandalkan sebagai media tanam. Masih ada media tanam lain, cocopeat salah satunya. Media tanam organik ini memiliki kualitas tak kalah dengan tanah. Cocopeat adalah media tanam yang dibuat dari sabut kelapa. Oleh karena itu, paling mudah ditemukan di negara-negara tropis dan kepulauan, seperti Indonesia.Banyak manfaat yang bisa didapat dengan menggunakannya. Baik untuk digunakan bersama tanah, atau berdiri sendiri. Cocopeat juga banyak dipilih sebagai pengganti tanah.Cocopeat memiliki sifat mudah menyerap dan menyimpan air. Ia juga memiliki pori-pori, yang memudahkan pertukaran udara, dan masuknya sinar matahari. Kandungan Trichoderma molds-nya, sejenis enzim dari jamur, dapat mengurangi penyakit dalam tanah. Dengan demikian, cocopeat dapat menjaga tanah tetap gembur dan subur.Meski disebut-sebut sebagai media tanam alternatif berkualitas sebaik tanah, namun unsur hara yang ada di tanah, tidak ada padanya. Oleh karena itu, cocopeat memerlukan tambahan pupuk sebagai penyubur. Tak perlu repot mencari sabut kelapa untuk dijadikan cocopeat. Banyak produsen menjual

cocopeat dalam bentuk siap guna. Bahkan ada pula yang menyediakan dalam bentuk padat (briket). Tinggal tambahkan air, cocopeat pun siap pakai. Cocopeat adalah serbuk sabut buah kelapa dengan tekstur seragam yang dipisahkan dari serat buah kelapa. Untuk dapat digunakan sebagai media tanam yang baik, cocopeat perlu melalui proses dekomposisi untuk menetralkan pH dan juga melalui proses pencucian dengan air tawar untuk menurunkan kadar garam yang terkandung di dalamnya. Cocopeat merupakan media tanam bersifat organik yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk media tanam tabulampot. Cocopeat sebagai media tanam dapat bertahan sampai 10 tahun sebelum terurai dan mampu menyerap dan menyimpan air serta pupuk. Cocopeat juga bersifat lentur dan gembur, sifat ini memudahkan oksigen dan sinar matahari masuk ke dalam tanah sehingga akar-akar tanaman dapat lebih aktif dan produktif. Sebagai media tanam, cocopeat dapat digunakan dalam kisaran 10-100%. Keuntungan yang dapat diperoleh adalah tanaman akan tumbuh maksimal dan sehat serta penggunaan pupuk dan pengairan akan lebih efisien karena cocopeat mampu menyimpan air dan pupuk 10 kali lipat melampaui kemampuan tanah .Keunggulan Cocopeat Sebagai media tanam: - Daya serap air tinggi sehingga hemat air dan nutrisi / pupuk tidak terbuang - Menggemburkan tanah dengan pH netral dan ramah lingkungan (> 10tahun) - Kadar garam rendah, serta bebas bakteri dan jamur yang merugikan - Mampu mengikat bau-bauan disekitarnya (terutama dikandang peternakan) - Menunjang pertumbuhan akar dengan cepat sehingga baik untuk pembibitan - Dianjurkan digunakan pada budi daya tanaman hydroponik dan anthurium Melihat keunggulan ini, maka cocopeat dapat dijadikan campuran untuk meningkatkan kesuburan tanah secara menakjubkan, unsur hara tidak tersedia di dalam cocopeat dapat diberikan melalui pemupukkan. Cocopeat sangat cocok digunakan dalam pembibitan tanaman perkebunan, pertanian bahkan untuk tanaman anthurium. Kelebihan sekam dan serbuk gergaji yang meningkatkan sirkulasi udara dan sinar matahari juga ada pada cocopeat, tapi kelemahanan sekam dan serbuk gergaji bersifat panas dan hanya mampu bertahan selama 6 bulan dapat dikalahkan oleh cocopeat yang memiliki sifat netral dan bertahan lama. Dalam usaha tanaman hias, sayur dan kultur jaringan penggunakan cocopeat mampu meningkatkkan produksi bibit. Dengan media cocopeat, perakaran bibit akan tumbuh lebih lebat sehingga bibit akan menjadi lebih kuat. Cocopeat sebagai media pengganti tanah akan menyehatkan tanaman. Sifat cocopeat yang menyimpan air dan banyak pori kaya udara akan menjadikan pertumbuhan bibit pada taraf germinasi berjalan dengan sangat baik. Media tanam yang selalu gembur akan menyebabkan akar baru tumbuh dengan cepat dan lebat yang akan berakibat bibit tidak rentan pada saat pemindahan ke lokasi alam terbuka.Hal yang mungkin perlu diingat dalam menjadikan cocopeat sebagai media tanam yang baik adalah melakukan pencucian pada cocopeat karena cocopeat segar umumnya cenderung memiliki nilai pH dan kadar garam yang cukup tinggi. Cocopeat Media Tanam Organik Saat ini dibutuhkan alternatif media tanam selain tanah mengingat terbatasnya luas pekarangan atau tanah. Salah satu media tanam organik yang sudah teruji baik untuk pertumbuhan tanaman adalah cocopeat.

Cocopeat terbuat dari serabut kelapa yang diolah menggunakan teknologi modern. Media tanam ini memiliki kelebihan dibanding dengan tanah, antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Daya serap air tinggi sehingga hemat air dan nutrisi (pupuktak terbuang). Menggemburkan tanah dengan pH netral dan ramah lingkungan ( > 10 tahun). Kadar garam rendah, bebas bakteri dan jamur. Mampu mengikat bau-bauan di sekitarnya. Menunjang pertumbuhan akar dengan cepat sehingga baik untuk pembibitan. Pada budi daya tanaman hydroponik anthrium dianjurkan menggunakan cocopeat.

Pembibitan sayuran dan tanaman hias menggunakan cocopeat mampu meningkatkan produktivitas bibit. Pembibitan menggunakan cocopeat terbukti menghasilkan bibit kuat dan pengakarannya lebat. Keunggulan cocopeat tak hanya menyimpan banyak air. Namun, cocopeat memiliki pori yang cukup banyak sehinga kaya akan udara dan menjadikan pertumbuhan bibit pada taraf germinasi sangat bagus karena tanah akan selalu gembur sehingga akar baru tumbuh dengan cepat dan lebat. Sehingga, ujung akar bibit tak rentan saat dipindahkan. Cocopeat berbeda dengan sekam dan serbuk gergaji. Sekam dan serbuk gergaji bersifat panas dan bertahan hanya enam bulan. Sedangkan cocopeat netral dan tahan lama. Sumber: coco.peat.tripod.com dan daunbagus.com

You might also like