You are on page 1of 13

LAPORAN PRAKTIKUM SIFAT-SIFAT KOLIGATIF

(Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kimia fisik)

Di Susun Oleh : Muhamad Anton (12107040 Muhamad Ardi Gunawan (1210704030) Misbah Zaenudin (1210704028) Siti Rahayu (1210704045) KIMIA/III

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2011

SIFAT-SIFAT KOLIGATIF

I.

TUJUAN 1. Menentukan keaktifan pelarut dan zat terlarut dengan menggunakan data penurunan titik beku (D-1). 2. Menentukan berat molekul zat terlarut dengan menggunakan data kenaikan titik didih (D-2). LATAR BELAKANG TEORI Secara termodinamika pembekuan dan penguapan merupakan kesetimbangan antara dua buah fasa seperti padat dengan cair atau cair dengan uap/gas. Bila terjadi kesetimbangan fasa syarat yang harus dipenuhi ialah kesamaan potensial kimia di kedua fasa itu, yaitu Untuk pembekuan   (1) Untuk penguapan   (2) Secara umum,      .. (3)  Untuk kesetimbangan fasa sistem berkomponen dan berfasa banyak. Diferensial potensial kimia pelarut dalam larutan dapat dinyatakan dengan,      

II.

(4)

Garis s adalah potensial kimia padat, l cair dan v uapnya pada tekanan tetap. Kemiringan kurva itu ditentukan oleh entropi molar   adalah titik beku dan Ta titik didih pada tekanan P. bila kedalam suatu cairan dilarutkan zat lain maka potensial kimia pelarut dalam larutan ideal.  + RT ln (5) Untuk larutan nyata,  + RT ln (6) Suku kedua ruas kanan Persamaan (5) dan (6) selalu negative sehingga potensial kimia pelarut dalam larutan lebih rendah dari pada potensial kimia pelarut murni dan digambarkan dengan kurva i. bila larutan encer mengalami pembekuan hamper tidak ada zat terlarut yang ikut mengkristal. Demikian pula uapnya tidak mengandung zat terlarut yang suhu menguap. Karena itu kurva s dan v juga menggambarkan potensial kimia pelarut pada fasa lain, yang ada dalam kesetimbangan dengan larutan. Perpotongan I dengan v menyatakan mendidihnya larutan. Pada gambar dapat dilihat bahwa titik beku larutan turun sedangkan titik didih larutan naik.

Untuk titik beku dapat dicari hubungan antara perbedaan titik beku dengan kemolaran sebagai berikut. Pada pembekuan, untuk pelarut dalam larutan : untuk pelarut murni :             (7) (8)

Penggabungan Persamaan (7) dan (8) menghasilkan,        (9)

Ruas kiri Persamaan (9) adalah perubahan potensial kimia fasa padat dari, ke pada P tetap yang diperoleh dengan integrasi sederhana suku pertama Persamaan (4) yaitu,        TI  Ruas kanan Persamaan (9) dapat diperoleh dengan integrasi ruas kanan Persamaan (4) pada P tetap dengan lintasan yang dipilih sebagai berikut,   +

Sehingga dari Persamaan (9) dapat diperoleh, (10) Ungkapan dengan . adalah perbedaan entropi molar pembekuan yang dapat diganti

Ruas kanan Persamaan (10) adalah perbedaan potensial kimia pelarut dalam larutan degan potensial pelarut murni dan dapat diganti dengan  Oleh karenanya Persamaan (10) menjadi, (11) Untuk larutan encer dapat digunakan pendekatan larutan ideal yaitu dengan deretan Taylor ruas kanan Persamaan (11) dapat diubah menjadi,  Dan bila kecil, maka ruas kiri menjadi dan

sehingga persamaan (11) menjadi

Dengan mengganti Akan diperoleh, 

(13)

Dengan cara yang sama dapat diturunkan pula kenaikan titik didih sebagai,  (14)

Bila larutan jauh dari ideal, Persamaan (13) dan (14) tidak dapat digunakan. Karena itu keaktifn pelarut harus dihitung melalui integrasi Persamaan (11) sebagai berikut. sepanjang trayek sampai disubstitusi menurut persamaan Kirchoff. Kemudian integrasi dilakukan dengan mengambil tetap sepanjang selang  sampai . Hasil integrasi dan pengganti dengan harga-harga numeriknya adalah sebagai berikut. Benzene Air Keaktifan zat terlarut berikut,  : :   (15) (16)

didapat dengan menggunakan persamaan Gibbs Duheim sebagai

(17)

Keaktifan zat terlarut dapat dinyatakan sebagai (18) Untuk keadaan tidak ideal, Bjerrumn mendefinisikan koefisien osmosis sebagai, (19) , diperoleh dengan pendekatan

Bila konsentrasi larutan kecil maka untuk koefisien osmosis sebagai,

(20)

Dengan mensubstitusi Persamaan (18) dan (19) ke dalam Persamaan (17) kemudian di integrasi akan menghasilkan, (21)

III.

PERALATAN YANG DIGUNAKAN D 1 Penurunan titik beku Termometer Beckman Kaca pembesar (loupe) Alat titik beku : 1 Buah : 1 Buah : 1 Set - Termos besar - Tabung reaksi besar - Tabung reaksi sedang : 1 Buah : 1 Buah

Stop Wacth Gelas ukur 50 ml Es Batu

Pelarut benzene 40 ml zat asam benzoate 200 mg dan 500 mg D 2 Kenaikan titik didih Alat Cottrel Termometer Beckman Kaca pembesar (loupe) Gelas ukur 100 ml Stop Watch Heating Mantel : 1 Buah : 1 Buah : 1 Buah : 1 Buah : 1 Buah : 1 Buah

Pelarut sikhloheksan 60 ml,zat naftalen 0,2 dan 0,4 gr IV. CARA KERJA D 1 Penurunan titik beku 1. Alat titik beku dibersihkan dan dikeringkan. 2. Sejumlah pelarut zat dimasukkan ke dalam alat titik beku. Kemudian dicatat berapa gram pelarut yang di masukan ke dalam alat itu. 3. Termometer Beckman dipasang beserta batang pengaduk pada tabung reaksi sedang, dan tabung reaksi sedang di masukkan ke tabung besar kemudian sebagian besar tabung reaksi di celupkan pada termos yang sudah di isi dengan es batu dan air.

4. Zat tersebut kemudian diaduk perlahan-lahan jangan sampai membeku, lihat air raksa apakah masih di reservoir atas, kurang dari 1 derajat diatas sumbat atau malah dibawah sumbat. Bila dari salah satu terjadi maka mintalah agar termometer itu di set lagi dan pekerjaan diulang dari nomor 1. 5. Suhu diamati dan bilamana air raksa mencapai maka stopwatch dihidupkan, suhu dicatat untuk tiap menit. Suhu akan menurun kemudian tetap. 6. Pengamatan dihentikan bila diperoleh suhu tetap selama 10 pengamatan. Ada fulktuasi di sekitar harga tertentu dapat terjadi. Pastikan dengan melihat bahwa pelarut keruh karena membeku. Keluarkan tabung reaksi sedang dari perangkat. 7. Zat terlarut yang akan digunakan ditimbang secara teliti terlebih dahulu, kemudian dimasukkan sejumlah zat terlarut kedalam pelarut, usahakan melarutkannya dengan pengaduk. 8. Langkah-langkah 5-7 diatas dilakukan. 9. Zat terlarut bisa ditambahkan bila dikehendaki dan pengamatan dilakukan dengan cara yang sama. (perhatikan bahwa sebaiknya jumlah zat terlarut tidak melampaui konsentrasi 3 molal). D-2 Kenaikan Titik Didih 1. Alat Contrell dibersihkan terlebih dahulu, termasuk pada bagian-bagian yang akan berada didalam alatnya. 2. Kemudian alat tersebut dipasang dengan petunjuk asisten. 3. 3-5 butir batu didih yang baru dimasukkan. 4. Dimasukkan pula sejumlah pelarut kedalam bagian corong terbalik terendam. Gram pelarut yang dimasukkan kemudian dihitung dengan menimbang sisa yang tidak digunakan. 5. Air pendingin dan Heating mantel dihidupkan. 6. Kemudian ditunggu sampai pelarut mendidih dan dilihat apakah pendidihan merata dan reservoir air raksa terbatasi oleh pelarut yang melalui pipa kecil. 7. Suhu pendidihan selama 10 kali setiap menit diamati dan dicatat. Bilamana tidak tetap maka pengamatan harus diperpanjang. 8. Aliran listrik Heating mantel dimatikan dan dinginkan alat Cottrell tersebut. Jangan membuka aliran listrik sebelum betul-betul dingin. 9. Zat terlarut yang digunakan kemudian ditimbang secara teliti, dan dimasukkan kedalam Cottrell. 10. Langkah-langkah 5-7 diatas dilakukan. 11. Zat terlarut bisa ditambahkan bila dikehendaki dan pengamatan dilakukan dengan cara yang sama.

V.

DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN Penurunan Titik Beku T1 = 2,61 T2 = 2,67 T2 = 3,00 waktu (menit) 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0 7,5 8,0 8,5 9,0 9,5 10,0 10,5 11,0 Tf Pelarut 0,33 0,76 1,09 1,38 1,54 1,68 1,83 1,96 2,05 2,13 2,21 2,29 2,35 2,41 2,47 2,52 2,55 2,57 2,60 2,61 2,61 2,61 Tf Pelarut + 7enzoate 1 1,39 1,87 2,13 2,33 2,36 2,45 2,52 2,57 2,61 2,64 2,67 2,67 2,67 Tf Pelarut + benzoat 2 1,34 1,78 2,00 2,21 2,31 2,42 2,53 2,60 2,67 2,74 2,82 2,86 2,87 2,91 2,94 2,97 2,98 2,99 2,99 3,00 3,00 3,00 W benzena = 34,4 gr W benzoate (1) = 0,2 gr W benzoate (2) = 0,5 gr

Keaktifan Pelarut     

 

   

 

          

 

 

   

     

 

Kemolalan Benzoat    

     

   

 

      

 

Koefisien Osmosis     

   

   

   

   

    

Koefisien Keaktifan  

Luas Trapesium


  

0.14 0.12 1-g/m 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 0 0.5 1 m 1.5 2 2.5 y = -0.039x + 0.169 R = 1

Koefisien Zat Terlarut    

grafik Tf terhadap waktu


3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 Tf t (menit) Tf pelarut Tf pelarut + zat 1 Tf pelarut + zat 2

Kenaikan Titik Didih T1 = 2,95 T2 = 2,94 T2 = 2,93 w sikloheksan = 46,4 gr w naftalen (1) = 0,2 gr w naftalen (2) = 0,5 gr

waktu (menit) 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7

Tb pelarut 1,92 2,44 2,62 2,64 2,71 2,61 2,74 2,75 2,72 2,78 2,77 2,81 2,87 2,87

Tb pelarut + naftalen (1) 0,95 1,99 2,54 2,79 2,92 2,93 2,94 2,94 2,94

Tb pelarut + naftalen (2) 1,2 2,36 2,75 2,89 2,92 2,93 2,93 2,93

7,5 8 8,5 9 9,5 10 10,5 11 11,5 12 y  

2,9 2,9 2,93 2,94 2,85 2,87 2,94 2,95 2,95 2,95  y   

     y y y Mr zat terlarut (1) 




    
     

 

   

   y Mr zat terlarut (2) 




 

 

 

 

 

   

 

   

  

 

 

 

 

Grafik Kenaikan Titik Didih


3.5 3 waktu (menit) 2.5 2 1.5 1 0.5 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 Tb Tb pelarut Tb pelarut + zat1 Tb pelarut + zat2

VI. Pembahasan

Dalam praktikum sifat koligatif kali ini, alat yang digunakan yaitu Termometer Beckman. Dimana terdapat dua jenis thermometer, yaitu thermometer untuk menghitung penurunan titik beku, dan thermometer untuk menghitung kenaikan titik didih. Dalam penggunaan thermometer Beckman ini, diperlukan kehati-hatian, baik dalam proses pemasangannya maupun saat penggunaan dan pembacaan skala. Dalam pemasangannya, thermometer untuk menghitung kenaikan titik didih jangan sampai tertukar dengan thermometer untuk menghitung penurunan titik beku, karena pada tiap thermometer memiliki cirri masing-masing. Cirri dari thermometer untuk menghitung kenaikan titik didih yaitu skala 0 terletak dibawah, dan larutan yang digunakannya yaitu sikloheksana, sedangkan pada thermometer untuk menghitung penurunan titik beku, skala 0 terletak dibagian atas, dan larutan yang digunakannya yaitu benzene. Dalam penyimpanannya pun, thermometer Beckman tidak boleh ditidurkan, tetapi harus disimpan dalam keadaan berdiri, karena apabila dibiarkan tertidur, raksa yang terdapat didalamnya akan terputus-putus sehingga harus di set ulang. Ketika pelarut benzene dimasukkan, maka larutan harus terus diaduk dengan perlahan, hal itu bertujuan untuk menghindari proses pengkristalan. Dalam pembacaan skala, digunakan loupe (kaca pembesar) dikarenakan skala yang terdapat pada thermometer berukuran sangat kecil, sehingga diperlukan alat bantu agar pembacaan skala lebih teliti. Selain itu, untuk mempermudah mengetahui kapan stopwatch mulai dinyalakan yaitu pada raksa mencapai skala 0. Dibutuhkan ketelitian ketika membaca skala, terutama setelah skala mencapai angka 0, karena laju raksa akan sangat cepat dibandingkan sebelumnya.

VII. Kesimpulan Setelah melakukan percobaan, dan mendapatkan data yang diinginkan, kita dapat menentukan dan menyimpulkan bahwa, pada penurunan titik beku : y Keaktifan pelarut :  y Kemolalan benzoate :      

y Koefisien osmosis :  y Koefisien zat terlarut :

Pada kenaikan titik didih : y Mr zat terlarut (1) = 36,19 gr/mol y Mr zat terlarut (2) = 90,47 gr/mol

VIII. Pustaka Sudiarti, Tety.2009.Penuntun Praktikum Kimia Fisik 1.Bandung : UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

You might also like