You are on page 1of 6

FORMULASI GEL PELEMBUT TUMIT DARI KOMBINASI EKSTRAK PEGAGAN (Centella asiatica L) DAN EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe

vera L) Fitria Farhatin Nisa; Boesro Soebagio; Soraya Ratnawulan Mita


Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Jatinangor Sumedang

ABSTRAK
Tumit kering dan pecah-pecah merupakan salah satu permasalahan kulit yang umum terjadi di masyarakat. Diperlukan suatu sediaan kosmetika yang mempunyai efek melembapkan dan merevitalisasi jaringan kulit yang rusak. Bahan alami yang diduga memberikan efek melembapkan dan merevitalisasi jaringan kulit yang rusak adalah pegagan (Centella asiatica L) dan lidah buaya (Aloe vera). Penelitian ini bertujuan untuk membuat formula sediaan gel pelembut tumit dengan berbagai variasi konsentrasi ekstrak pegagan dan lidah buaya serta dicari formula mana yang paling efektif. Formulasi sediaan gel dibuat dengan basis Carbopol 940 dengan konsentrasi 1,5%, kemudian dilakukan pemeriksaan kualitas sediaan meliputi organoleptis, pH, viskositas selama waktu penyimpanan, juga dilakukan pengujian cemaran mikroba, iritasi, dan pengujian efektivitas sediaan gel. Hasil penelitian menunujukkan bahwa formula sediaan gel memiliki kualitas fisik dan kimia yang baik, aman secara mikrobiologis, serta tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Hasil pengujian efektivitas gel pelembut tumit selama 28 hari menunjukkan bahwa sediaan gel dengan kombinasi ekstrak pegagan dan ekstrak lidah buaya memiliki peningkatan efektivitas dibandingkan dengan gel dengan ekstrak tunggal. Formula sediaan gel yang paling efektif adalah F7 dengan kombinasi ekstrak pegagan dan esktrak lidah buaya 7,5% : 7,5% b/b. Kata kunci : Pelembut Tumit, Gel, Pegagan, Lidah buaya

PENDAHULUAN Kulit merupakan bagian tubuh manusia paling luar yang berperan penting, baik dari segi kesehatan maupun segi kecantikan. Pemeliharaan kulit memerlukan perhatian khusus karena kulit merupakan organ yang sensitif terhadap perlakuan rangsangan. Setiap individu mempunyai jenis kulit berbeda yang dipengaruhi oleh kadar air, produksi minyak dalam kulit, kecepatan pergantian sel-sel lapisan tanduk, dan faktor lingkungan. Kulit berfungsi untuk melindungi tubuh dari panas, sinar radiasi, dan lingkungan luar (Anief, 2002; Pearce, 1992). Salah satu permasalahan pada kulit yang dapat terjadi di masyarakat adalah kulit kering dan bersisik khususnya pada bagian tumit. Ini dapat disebabkan oleh bertambahnya usia, kelenjar kering yang tidak aktif, kurangnya kadar air dalam kulit, pola makan yang tidak baik, dan penggunaan sabun yang berefek keras (Wasitaatmadja, 1997). Tumit yang pecah-pecah dan kasar dapat terjadi karena berjalan tanpa alas kaki, terlalu lama berdiri pada permukaan yang kasar, dan tekanan dari berat badan juga dapat menyebabkan penebalan lapisan kulit pada kaki sehingga menyebabkan retakan pada kulit kaki. Keadaan tersebut mempengaruhi penampilan serta menimbulkan ketidaknyamanan saat melakukan gerakan dan aktifitas karena pada kasus yang berat dapat terjadi perdarahan sehingga

menimbulkan rasa perih dan menyebabkan infeksi (Hartanto, 2008). Untuk mengatasi permasalahan tumit kering dan pecah-pecah, saat ini telah tersedia beberapa produk kosmetika. Berdasarkan bahan yang digunakan produk kosmetika terbagi menjadi dua yaitu yang menggunakan bahan alam dan sintetik. Penggunaan bahan alami dalam kosmetika memiliki beberapa keunggulan yaitu baik, aman, sehat untuk kulit, dan memiliki efek samping yang lebih kecil bahkan setelah penggunaan dalam jangka waktu yang lama (Kang, et al., 2007). Tumbuhan yang secara empiris biasa digunakan dalam perawatan kaki dengan tujuan untuk melembutkan dan melembapkan kulit pada bagian telapak kaki adalah pegagan. Kandungan triterpenoid terutama asiaticoside dari pegagan mampu untuk membentuk kembali jaringan kolagen dengan jumlah yang banyak dan kualitas yang baik, memperbaiki kekokohan jaringan dan berperan dalam menjaga elastisitas kulit, memperbaiki penampilan dan kelembutan kulit. Berdasarkan hal tersebut pegagan dibuat menjadi sediaan topikal untuk memperbaiki dan meregenerasi kulit dan penyejuk kulit (Bauman, 2006). Selain pegagan, tumbuhan yang secara tradisional berpotensi untuk mengatasi tumit kering dan pecah-pecah adalah lidah buaya. Lidah buaya sering digunakan untuk pelembut dan pelembap kulit, pembersih kulit, serta sumber vitamin bagi kulit. Lendir daun lidah buaya (Aloe vera L) mengandung 1

enzim oksidase, lipase, dan katalase yang dapat membantu memperbaiki jaringan kulit yang sakit akibat kerusakan tertentu (Furnawanthi, 2002). Penelitian menunjukkan bahwa aloe emodin yang terkandung dalam lidah buaya berguna untuk membantu penyembuhan dan perbaikan jaringan kulit yang rusak sehingga mempercepat penyembuhan kerusakan pada kulit (Purbaya, 2003). Zat lignin yang terdapat dalam lidah buaya diduga dapat menembus ke dalam kulit serta menahan hilangnya cairan dari permukaan kulit, sehingga kulit tidak cepat kering dan kelembapannya tetap terjaga (Morsy,1991). Salah satu bentuk sediaan farmasi yang banyak digunakan untuk sediaan topikal adalah sediaan gel. Sediaan gel disenangi oleh masyarakat karena tampilan gel menarik, elastis, dan tidak menyumbat pori-pori. Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan (Ansel, 2005). Pemilihan sediaan gel untuk sediaan pelembut tumit pada penelitian ini adalah dengan pertimbangan bahwa sediaan gel memiliki daya lekat tinggi, tidak menyumbat pori, tidak lengket, mudah tersebar dengan merata pada saat dioleskan, dan memberikan efek dingin pada kulit (Lachman et al, 1994 ; Syamsuni, 2006). Berdasarkan uraian kandungan dan khasiat masing-masing tanaman tersebut, maka penelitian untuk membuat sediaan gel pelembut tumit dari kombinasi ekstrak pegagan (Centella asiatica L) dan ekstrak lidah buaya (Aloe vera L) diharapkan dapat menghasilkan gel pelembut tumit yang efektif dan aman untuk digunakan.

(Brataco Chemical), viscolam SMC 20 dan Trietanolamin (TEA) (Brataco Chemical). Bahan yang digunakan dalam evaluasi sediaan adalah aquades, etil asetat (Merck), kloroform (Merck), kloramfenikol (KloramLandson). Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi timbangan digital (Mettler Toledo), mechanical stirer, pH spear (Oakton), viskotester Brookfield (Brookfield, DV II+ Pro), otoklaf (Hirayama), inkubator (Sakura, IF-4), oven (Memmert), lemari pendingin (Sharp), lampu UV 254 dan 366 nm, bejana pengembangan kromatografi lapis tipis (Camag), dan alat- alat gelas yang umum digunakan di Laboratorium Farmasetika, Mikrobiologi, dan Fitokimia. Metode Penelitian Pengujian Kualitatif Ekstrak meliputi : penapisan fitokimia ekstrak dan pengujian dengan KLT. Penapisan Fitokimia Ekstrak meliputi : pemeriksaan terhadap senyawa alkaloid, polifenol, tanin, flavonoid, monoterpenoid dan sesquiterpen, steroid dan triterpenoid, kuinon, dan saponin. Kromatografi Lapis Tipis (KLT): pengujian dilakukan terhadap ekstrak pegagan dan lidah buaya dengan fase diam silika gel GF 254 dengan kombinasi fase gerak atau pengembang untuk ekstrak pegagan menggunakan larutan pengembang kloroform: etil asetat dengan perbandingan 95 : 5 dan untuk ekstrak lidah buaya menggunakan larutan pengembang etil asetat : metanol : air dengan perbandingan 100: 16,5: 13,5 (Wagner, 2009). Pemilihan Basis Gel : pemilihan basis gel dilakukan dengan variasi gelling agent Carbopol 940 dan Viscolam SMC 20 dengan berbagai konsentrasi seperti yang tertera pada tabel 1 dan tabel 2. Tabel 1. Formula Basis Carbopol 940 Bahan Carbopol 940 Trietanolamin Propilengilkol Gliserin Acnibio Aquadest Konsentrasi (%) Fb 1 1 3 10 10 0,25 Ad 100 Fb 2 1,5 3 10 10 0,25 Ad 100

METODE PENELITIAN
Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan tanaman dan bahan kimia. Bahan Tanaman Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak pegagan yang diperoleh dari Lansida Herbal Technology, Yogyakarta dan ekstrak lidah buaya Exsymol dari Nardev Chemie, Jakarta. Bahan Kimia Bahan yang digunakan dalam penapisan fitokimia ekstrak adalah amil alkohol (Merck), amonia (Merck), aquades, asam klorida (Merck), asam sulfat (Merck), besi(III)klorida (Merck), eter (Merck), gelatin (Merck), kalium hidroksida (Merck), kloroform (Merck), pereaksi Bouchardat, pereaksi Dragendof Rf, pereaksi Lieberman, pereaksi Mayer, serbuk magnesium (Merck), dan vanilin (Merck). Bahan yang digunakan dalam formulasi sediaan adalah aquades, propilen glikol (Brataco Chemical), gliserin (Brataco Chemical), acnibio (Nardev Chemie), carbopol 940 2

Tabel 2. Formula Basis Viscolam SMC 20 Bahan Viscolam SMC 20 Trietanolamin Acnibio Aquadest Konsentrasi (%) Fb 1 Fb 2 2,5 3 3 3 0,25 0,25 Ad 100 Ad 100

14, 28 untuk melihat efektivitas dari masing-masing formula gel pelembut tumit. Penyebaran Angket Efikasi Gel Pelembut Tumit Setelah empat minggu penggunaan gel, sukarelawan diberi angket untuk menilai penampilan sediaan gel, efek yang terjadi pada tumit kaki masingmasing sukarelawan, dan hal-hal yang dirasakan selama penggunaan. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan metode rancangan acak lengkap dan uji lanjut Scheffe dan Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Hasil penapisan fitokimia ekstrak Pegagan (Centella asiatica L) dan ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera L) dapat dilihat pada tabel 5. Dari hasil penapisan fitokimia diketahui bahwa ekstrak pegagan mengandung triterpenoid, saponin, kuinon, tanin, polifenol dan flavonoid sedangkan ekstrak lidah buaya mengandung monoterpen sesquiterpen, saponin, flavonoid, kuinon, tanin, dan polifenol. Tabel 5. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Pegagan dan Lidah Buaya No. Golongan Senyawa Hasil P Hasil LD 1. Alkaloid 2. Polifenol + + 3. Tanin + + 4. Flavonoid + + 5. Monoterpenoid dan + Seskuiterpenoid 6. Steroid 7. Triterpenoid + 8. Kuinon + + 9. Saponin + + Keterangan : (+) = Terdeteksi ( - ) = Tidak terdeteksi P = ekstrak pegagan LD = ekstrak lidah buaya Hasil Pengujian Kualitatif Ekstrak dengan KLT Pada kromatogram lapis tipis ekstrak pegagan diperoleh tiga bercak dengan nilai Rf berbeda. Pada sinar UV 366 terlihat bercak berwarna biru keunguan. Berdasarkan literatur, bercak yang terlihat pada sinar UV 366 nm yang memberikan warna biru keunguan diduga mengandung senyawa asiaticoside golongan triterpenoid. Hal ini sesuai dengan hasil penapisan fitokimia ekstrak pegagan yang menunjukkan bahwa ekstrak pegagan mengandung senyawa triterpenoid. Hasil KLT ekstrak pegagan dapat dilihat pada tabel 6.

Formulasi Gel Pelembut Tumit Formulasi gel dilakukan menggunakan Carbopol 940 1,5% sebagai basis pembentuk gel. Formula gel dengan variasi konsentrasi ekstrak pegagan dan ekstrak lidah buaya dapat dilihat pada tabel 4. Pembuatan sediaan gel pelembut tumit : Carbopol 940 ditimbang sebanyak 1 gram, dikembangkan dalam aqua destilata sampai mengembang rata, kemudian diaduk perlahan dengan menggunakan mechanical strirer sambil ditambahkan TEA sedikit demi sedikit sampai terbentuk massa gel yang bening. Kemudian dimasukkan propilenglikol dan gliserin diaduk perlahan. Setelah basis gel terbentuk lalu ditambahkan acnibio sambil diaduk sampai homogen. Ke dalam basis gel ditambahkan ekstrak pegagan dan ekstrak lidah buaya dengan variasi konsentrasi sambil diaduk sampai homogen. Pemeriksaan Kualitas Sediaan Gel Pelembut Tumit Pemeriksaan kualitas sediaan gel meliputi organoleptis, pengukuran viskositas, pengukuran pH, dan uji cemaran mikroba. Pengujian Iritasi Gel Pelembut Tumit Pengujian iritasi sediaan gel dilakukan terhadap 21 orang sukarelawan dengan metode uji tempel tertutup (Patch Test). Pengujian Kualitatif Ekstrak dalam Sediaan Gel Pelembut Tumit Pengujian dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Pengujian dilakukan terhadap ekstrak pegagan dan ekstrak lidah buaya dengan fase diam silika gel GF 254 dan kombinasi fase gerak atau pengembang untuk ekstrak pegagan adalah kloroform : etil asetat dengan perbandingan 95 : 5 sedangkan ekstrak lidah buaya menggunakan kombinasi fase gerak etil asetat : metanol : air dengan perbandingan 100 : 16,5 : 13,5 (Wagner, 2009). Pola kromatogram dan nilai Rf ekstrak dan sediaan diamati serta dibandingkan. Pengujian Efektivitas Gel Pelembut Tumit Pengujian efektivitas sediaan gel dilakukan terhadap 32 orang sukarelawan dengan kondisi tumit kering dan pecah-pecah tipe sedang dan parah. Gel sebanyak 0,5 gram dioleskan setiap malam pada tumit kaki sukarelawan selama 28 hari. Tumit kaki sukarelawan diamati secara langsung pada hari ke 1,

Tabel 6. Hasil KLT Ekstrak Pegagan

tidak mengalami perubahan pada konsistensi, warna, dan bau selama waktu penyimpanan.

Pengamatan Penampak Hasil Pengukuran Viskositas Gel Pelembut Rf Tumit Selama Waktu Penyimpanan UV 254 nm UV 366 nm Bercak Hasil pengukuran viskositas gel pelembut (vanilin-sulfat) tumit selama waktu penyimpanan dapat dilihat pada 1 0.15 Abu-abu gambar 1. Biru 2 0.45 Hijau tua Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa semakin keunguan tinggi konsentrasi ekstrak pegagan dan ekstrak lidah 3 0.81 Merah Hijau buaya yang ditambahkan, menyebabkan penurunan nilai viskositas. Sediaan gel yang mengandung Hasil Pemilihan Basis Gel kombinasi ekstrak pegagan dan ekstrak lidah buaya Dari hasil pengamatan terlihat bahwa memiliki viskositas yang lebih rendah dibandingkan formula basis II dengan gelling agent Carbopol 940 tidak dengan gel dengan ekstrak tunggal. mengalami perubahan konsistensi, warna, dan bau Nilai viskositas tiap formula mengalami selama waktu penyimpanan. Berdasarkan pengamatan penurunan selama waktu penyimpanan disebabkan tersebut maka basis gel yang digunakan pada oleh viskositas ekstrak lebih rendah dibandingkan penelitian ini adalah formula basis II dengan dengan viskositas basis gel, penurunan pH sediaan konsentrasi Carbopol 940 sebesar 1,5%. gel karena karakter ekstrak yang relatif asam, perubahan suhu, kondisi penyimpanan pada waktu Hasil Formulasi Sediaan Gel Pelembut Tumit pengamatan, dan sistem buka tutup wadah sediaan dengan Variasi Konsentrasi Ekstrak Pegagan ketika akan melakukan pengukuran viskositas. Nilai dan Ekstrak Lidah Buaya viskositas sediaan gel yang dibuat masih berada dalam Hasil formulasi gel pelembut tumit dengan variasi rentang nilai viskositas untuk sediaan gel kosmetik konsentrasi ekstrak pegagan dan ekstrak lidah buaya yaitu 6000-50000 cP (SNI 16-4399-1996). dapat dilihat pada tabel 9. Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat Berdasarkan pengamatan organoleptis dapat perubahan viskositas yang nyata karena pengaruh dilihat bahwa kedelapan formula gel memiliki massa penambahan ekstrak pada sediaan dan tidak terdapat yang homogen, berbau khas, serta memiliki perubahan viskositas yang nyata selama waktu konsistensi dan warna yang berbeda tergantung pada penyimpanan. Formula yang memberikan pengaruh penambahan konsentraksi ekstrak. paling besar terhadap nilai viskositas adalah F6. Tabel 9. Hasil Formulasi Gel Pelembut Tumit 10000 dengan Variasi Konsentrasi Ekstrak Pegagan dan Ekstrak Lidah Buaya F0 9500 Formula Konsistensi Warna Bau 9000 F1 Gel 8500 F0 Kental +++ Bening Tb F2 F1 Kental ++ Hijau tua Khas 8000 F3 ++ 0 7 14 21Penyimpanan Hari ke28 35 42 49 56 F2 Kental + Hijau tua + Khas F3 Kental ++ Jernih Bl Gambar 1. Grafik nilai viskositas gel pelembut tumit F4 Kental ++ Jernih Bl F5 Kental + Hijau tua Khas ++++ F6 Kental + Hijau tua Khas +++++ Hasil Pengukuran pH Gel Pelembut Tumit Selama F7 Kental ++ Hijau +++ Bl Waktu Penyimpanan Hasil pengukuran pH sediaan gel pelembut Hasil Pemeriksaan Kualitas Sediaan Gel tumit selama waktu penyimpanan dapat dilihat Pelembut Tumit Gambar 2. Hasil pemeriksaan kualitas sediaan gel 7.6 7.4 meliputi hasil pengamatan organoleptis, hasil F0 7.2 pengukuran pH, hasil pengukuran viskositas, dan 7 6.8 F1 pengujian cemaran mikroba selama waktu 6.6 6.4 penyimpanan. F2 6.2 Hasil Pemeriksaan Secara Organoleptis Gel 6 Pelembut Tumit Selama Waktu Penyimpanan F3 0 7 Penyimpanan hari ke- 49 56 14 21 28 35 42 Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa gel pelembut tumit dengan ataupun tanpa penambahan ekstrak pegagan dan ekstrak lidah buaya Gambar .2 Grafik nilai pH gel pelembut tumit No Bercak pH Viscositas (cP)

Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai pH pada masingmasing formula. Perubahan yang terjadi pada pH selama masa penyimpanan dapat disebabkan oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal antara lain kondisi penyimpanan, suhu, dan kelembapan, sedangkan faktor internal adalah penambahan ekstrak yang bersifat asam yaitu ekstrak pegagan dengan pH 4,8 dan ekstrak lidah buaya dengan pH 5,3. Semakin banyak ekstrak yang ditambahkan ke dalam sediaan semakin menurunkan pH sediaan. Gel dengan kombinasi ekstrak pegagan dan ekstrak lidah buaya memiliki pH yang lebih rendah dibandingkan gel yang mengandung ekstrak tunggal. Sediaan gel ideal pada sediaan topikal menurut standar dipersyaratkan pada pH antara 6-8 (British Pharmacopeia, 1999). Hasil pengukuran pH dari berbagai variasi formula adalah pada rentang 67,6. Sehingga formula dengan variasi konsentrasi ekstrak pegagan dan ekstrak lidah buaya memenuhi persyaratan sebagai pH gel untuk sediaan topikal. Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat perubahan pH yang nyata karena pengaruh penambahan ekstrak pada sediaan dan tidak terdapat perubahan pH yang nyata karena pengaruh waktu penyimpanan. Formula yang memberikan pengaruh paling besar terhadap perubahan nilai pH adalah F6. Hasil Pengujian Cemaran Mikroba Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa sediaan gel pelembut tumit memenuhi persyaratan aman secara mikrobiologis karena angka cemaran bakteri dibawah 106 koloni/ml dan tidak terdapat pertumbuhan jamur pada semua formula sediaan gel. Standar batas cemaran mikroba yang ditetapkan oleh Depkes RI (1992), yaitu <104 koloni/ml untuk jamur dan <106 koloni/ml untuk bakteri. Berdasarkan hasil dari pengujian cemaran mikroba tersebut diperoleh bahwa penggunaan acnibio sebagai antimikroba mampu melindungi sediaan gel pelembut tumit selama penyimpanan dari cemaran mikroba.

ada dalam sediaan gel selama masa penyimpanan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam sediaan gel masih memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder yang sama dengan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak pegagan. Hasil Pengujian Efektivitas Gel Pelembut Tumit Pada tabel 12 ditampilkan skala perubahan tingkat keparahan tumit kering dan pecah-pecah sukarelawan menurut Rogers et.al. setelah pemakaian gel selama empat minggu. Berdasarkan pengamatan secara kualitatif dengan empat minggu pemakaian gel, kulit tumit sukarelawan menjadi lembap, lembut, pecah-pecah tidak melebar dan pecah-pecah yang semakin berkurang. Perubahan skala kelembutan tumit secara keseluruhan dari semua formula menunjukkan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan blangko (gel tanpa ekstrak). Dari hasil uji statististik anava satu arah menyatakan F hitung > F tabel, hal ini menunjukkan Selanjutnya dari hasil uji lanjut Scheffe diketahui bahwa F2, F5, F6, dan F7 memberikan efektivitas yang signifikan dibandingkan dengan F0. Sedangkan F1, F3, F4 tidak memberikan efektivitas yang signifikan dibandingkan dengan F0. Tidak terdapat perbedaan efektivitas yang signfikan antara F1 dan F2, F3 dan F4, F1 dan F3 serta F2 dan F4. Tidak terdapat perbedaan efektivitas yang nyata antara F5 dan F6, F6 dan F7, F7 dan F5. Hasil uji lanjut Duncan menyatakan bahwa F1 memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan F0. F2 dan F5 memiliki pengaruh yang sama dan lebih besar jika dibandingkan terhadap F0. Efektivitas yang paling besar terdapat pada F7. Urutan keefektifan gel pelembut tumit adalah F7>F6 > F5> F2> F3> F4>F1. Hasil Angket Efikasi Gel Pelembut Tumit Berdasarkan hasil angket yang telah disebarkan, sebanyak 67,86% sukarelawan memberikan pendapat bahwa penampilan gel sudah cukup baik dan 32,14% sukarelawan menyatakan penampilan gel yang dibuat baik. Sebanyak 100% sukarelawan menyatakan gel nyaman, tidak sulit untuk digunakan pada tumit kaki, dan anjuran pemakaian pada malam hari dianggap sudah tepat. Sebanyak 100% sukarelawan menyatakan pemakaian gel dapat memperbaiki penampilan tumit kaki serta tidak menimbulkan iritasi pada tumit kaki. Sebanyak 92,86% sukarelawan menyatakan tidak terdapat rasa kasar dan kering pada tumit kaki sedangkan 7,14% sukarelawan menyatakan masih terdapat rasa kasar dan kering pada tumit kaki. Sebanyak 100% sukarelawan menyatakan terdapat perbaikan pada tumit kaki setelah penggunaan gel. Sebanyak 82,14% sukarelawan menyatakan adanya sensasi dingin yang timbul pada saat pemakaian gel. Sebanyak 92,86% sukarelawan menyatakan waktu satu bulan sudah cukup untuk melembutkan tumit kaki. Pada 80% sukarelawan yang 5

Hasil Pengujian Iritasi Gel Pelembut Tumit Pengujian iritasi sediaan gel pelembut tumit dilakukan terhadap 21 orang sukarelawan dengan cara uji tempel tertutup (Patch Test). Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa gel pelembut tumit dengan kombinasi ekstrak pegagan dan ekstrak lidah buaya tidak menimbulkan iritasi pada kulit, sehingga sediaan gel pelembut tumit aman untuk digunakan. Hasil Pengujian Kualitatif Ekstrak Sediaan Gel Pelembut Tumit Hasil pengamatan KLT ekstrak pegagan dan sediaan gel dapat dilihat pada tabel 12. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa ekstrak dan sediaan gel memiliki warna bercak dan nilai Rf yang sama. Dengan membandingkan Rf sediaan gel dan Rf ekstrak, dapat diketahui bahwa ekstrak pegagan tetap

pernah menggunakan sediaan lain di pasaran untuk Bruce, David Leonard. 2006. Medicine at Your Feet : Healing Plants of The Hawaiian Kingdom. New York : PV. melembutkan tumit kaki menyatakan bahwa gel yang Dalimartha, Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Obat diberikan lebih baik dibandingkan dengan produk Indonesia Jilid 2. Jakarta: Trubus Agriwidya. yang pernah digunakan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan SIMPULAN DAN SARAN Republik Indonesia. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Furnawanthi, I. 2002. Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya dapat disimpulkan bahwa sediaan gel pelembut tumit Edisi Pertama. Jakarta: Agro Media. dengan berbagai variasi konsentrasi ekstrak pegagan dan ekstrak lidah buaya memiliki kualitas fisik danHartanto, B. 2008. Tumit Pecah-Pecah. Available at : http/www conectique.com/get_update/article [diakses tanggal 26 kimia yang baik serta aman secara mikrobiologis. Januari 2011]. Sediaan gel pelembut tumit secara organoleptis tidak mengalami perubahan selama waktu penyimpanan. Kang, Pil-Sung, J.H. Seok, Y.H. Kim, J.S. Eun, and S.H. Oh. 2007. Antimicrobial and Antioxidative Effects of Mengalami penurunan nilai pH dan nilai viskositas, Roselle (Hibiscus sabdariffa L.) Flower Extract and tetapi masih memenuhi nilai pH dan viskositas untuk Its Fractions on Skin Microorganisms and Oxidation. sediaan gel topikal. Hasil analisis statistik Food Science and Biotechnology. 16(3): 409-414. menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara waktu penyimpanan terhadap Lachman, L., H.A Lieberman., J.L Kanig. 1994 .Toeri Dan perubahan nilai viskositas dan pH sediaan gel selama Praktek Farmasi Industri II. Edisi 3. Penerjemah : Siti waktu penyimpanan. Hasil pengujian kualitatif Suyatmi . Jakarta: Universitas Indonesia Press. ekstrak pegagan dan ekstrak lidah buaya Morsy, E.M. 1991. The Final Technical Report on Aloe Vera menunjukkan bahwa gel yang telah disimpan selama Stabilization and Processing for The Cosmetic; Beverage and waktu penyimpanan masih mengandung metabolit Food Industries. New York: CITA International. sekunder yang sama dengan senyawa metabolitPearce, EC. 1992. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis Cetakan sekunder yang terkandung dalam ekstrak pegagan dan Keenam Belas Jakarta: Gramedia Pustaka utama. ekstrak lidah buaya. Purbaya, J.R. 2003. Mengenal dan Menfaatkan Khasiat Dari hasil pengujian iritasi menunjukkan Lidah Buaya. Jakarta: Pionir Jaya. bahwa sediaan gel yang dibuat tidak menimbulkanRogers, R.S., J. Callen, R.Wehr, and L.Krochmal. 1989. iritasi pada kulit sehingga sediaan gel pelembut tumit Comparative efficacy of 12% ammonium lactate aman untuk digunakan. lotion and 5% lactic acid lotion in the treatment of Hasil pengujian efektivitas menunujukkan moderate to severse xerosis. J. Am. Acad. Dermatol. bahwa sediaan gel dengan kombinasi ekstrak pegagan 21:714-716. dan ekstrak lidah buaya lebih efektif untuk Syamsuni, H. A. 2005. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku melembutkan tumit kering dan pecah-pecah Kedokteran EGC. dibandingan dengan gel yang mengandung ekstrak Wagner, H., Bladt, S., 1996, Plant Drug Analysis A tunggal. Dari kedelapan formula yang dibuat, formula Thin Layer Cromatography yang paling efektif adalah F7 dengan konsentrasi Atlas, 6, 151-152, 196-197, 306. Germany : Springer ekstrak pegagan dan ekstrak lidah buaya 7,5% : 7,5%. Verlag Berlin Heidelberg. Urutan keefektifan gel pelembut tumit adalah F7>F6 Wasitaatmaja, Syarif M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik. > F5> F2> F3> F4>F1. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan fraksinansi ekstrak pegagan untuk memperbaiki tampilan sediaan gel. Selain itu, disarankan untuk menambahkan parfum kedalam sediaan gel untuk menutupi bau khas ekstrak pegagan yang kurang menyenangkan. Daftar Pustaka Aiyer KN, Kolammal M. 2001. Centella asiatica. Bangalore : Natural Remedies Private limited. h.5-6. Anief, M. 1997. Formulasi Obat Topikal Dengan Dasar Penyakit Kulit. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press. Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Penerjemah : Farida Ibrahim. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Bauman, L.S. 2006. Centella Asiatica (Gotu Kola). Skin and Allergy News. British Pharmacopeia, 1999. British Pharmacopeia Volume III. London: The Stationery Office. 6

You might also like