You are on page 1of 22

SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan

SIG UNTUK MENCEGAH KEBAKARAN HUTAN

I. Pendahuluan
Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai arti penting bagi kelangsungan pembangunan nasional, hal ini disebabkan karena hutan merupakan salah satu sumber devisa yang potensial. Selain itu, hutan juga memegang peranan penting bagi lingkungan hidup, karena dengan adanya hutan dan terpeliharanya hutan, maka kemungkinan terjadinya banjir, tanah longsor, kepunahan berbagai spesies dan sebagainya dapat diperkecil. Hutan di Indonesia pada umumnya adalah hutan alam yang memiliki berbagai jenis vegetasi, namun belum dimanfaatkan secara optimum untuk pembangunan. Untuk itu, pemerintah memberikan suatu Hak Penguasaan Hutan (HPH) kepada pihak swasta. Hutan yang dikelola pihak swasta ini diantaranya dalam bentuk Hutan Tanaman Industri (HTI). Banyak hal yang dapat mengakibatkan kerugian dalam pengusahaan HTI, antara lain kebakaran hutan. Kerusakan yang diakibatkan kebakaran termasuk yang paling besar dan kejadiannya dapat berlangsung dalam waktu yang singkat. Untuk menghindari kerusakan akibat kebakaran hutan, salah satu upaya yang harus dilakukan adalah melakukan pemantauan terhadap areal hutan sehingga minimal kebakaran dapat dikendalikan. Seiring dengan perkembangan teknologi, kegiatan pemantauan hutan untuk mencegah kebakaran sudah dapat dilakukan dengan sistem komputerisasi, bukan sistem konvensional lagi. Dengan sistem komputerisasi, maka pemantauan hutan dapat dilakukan dengan cepat dan mudah, sekaligus dapat menentukan/memperkirakan lokasi-lokasi yang rawan kebakaran. Untuk pemantauan kebakaran yang terkomputerisasi, diperlukan suatu sistem, yaitu apa yang disebut Sistem Informasi Geografis (SIG), yang memiliki kemampuan untuk keperluan tersebut. Data yang terkait dengan kebakaran disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan informasi yang baik dan benar. Data yang dimaksud adalah data yang bersifat geografis (spasial) dan atributik.

SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan

Batasan Masalah 1. Ruang Lingkup Wilayah Dalam hal ini, kawasan hutan yang menjadi studi kasus pencegahan kebakaran adalah kawasan hutan di Propinsi Jambi, khususnya hutan budidaya/produksi. Komoditi hasil hutan merupakan sumber penghasilan propinsi ini sehingga pencegahan kebakaran hutan menjadi tugas yang sangat menentukan agar pendapatan asli daerah dari hasil hutan tidak menurun. Lokasi kawasan hutan budidaya di propinsi Jambi yang rawan kebakaran ditentukan dengan cara menentukan terlebih dahulu kawasan hutan budidaya mana yang masuk dalam kategori hutam produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan hutan produksi konversi. Untuk menentukan bahwa suatu kawasan hutan masuk dalam kategori hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, atau hutan produksi konversi digunakan kriteria fisik antara lain: kemiringan, jenis tanah, intensitas hujan. Kriteria tersebut kemudian diberi bobot yang dijabarkan dalam bentuk skore. Integrasi dari ketiga parameter tersebut (dalam index yang ditetapkan) akan menentukan apakah suatu kawasan hutan masuk daerah hutan produksi terbatas, tetap atau konversi. 2. Instansi Terkait Yang bertanggung jawab sebagai pelaksana pekerjaan ini adalah pihak BAPPEDAL tk.I. dari segi struktur, BAPPEDAL tk.I bertanggung jawab kepada Gubernur Jambi. Disamping bertanggung jawab kepada Gubernur Jambi, BAPPEDAL tk.I juga punya jalur koordinasi ke BAPPEDAL pusat, BAPPEDA tk.I, BAPPENAS dan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Organisasi BAPPEDAL tk.I terbagi dalam beberapa bidang dan bidang yang diserahi tanggung jawab untuk menangani masalah pencegahan kebakaran hutan adalah Bidang Pencegahan Kerusakan dan Pelestarian Lingkungan. Tugas BAPEDAL : Bapedal mempunyai tugas pokok membantu Presiden dalam mengendalikan dampak lingkungan yang meliputi pencegahan dan penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan, serta pemulihan kualitas, sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. Fungsi BAPEDAL : Bapedal mempunyai fungsi sebagai berikut :

SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan

1. 2. 3.

Penetapan

kebijaksanaan

teknis

pencegahan

dan

penanggulangan

pencemaran dan kualitas lingkungan serta pemulihan kualitas lingkungan Pengembangan kelembagaan dan peningkatan kapasitas pengendalian dampak lingkungan. Pengendalian kebijaksanaan teknis pencegahan dan penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan serta pemulihan kualitas lingkungan. 4. Pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan yang mungkin terjadi dari suatu rencana kegiatan tertentu atau pelaksanaannya dan pemulihan kualitas lingkungan yang bersangkutan. 5. Penyelenggaraan bimbingan teknis terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan serta pemulihan kualitas lingkungan. 6. 7. Pengelolaan analisis mengenai dampak lingkungan dan pembinaan teknis kemampuan pengendalian dampak lingkungan. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Presiden.

Menteri Negara LH

BAPPENAS

BAPPEDAL pusat

BAPPEDA tk.I

Penyedia Data

BAPPEDAL tk.I

Gubernur

USER

Hubungan antar Instansi yang terkait dengan pencegahan kebakaran hutan

SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan

3. Data yang Diperlukan Informasi yang digunakan untuk melakukan analisis pencegahan kebakaran hutan adalah: a. Data Spasial: Peta topografi kawasan hutan di Jambi Peta vegetasi Peta jalan Peta kawasan pemukiman Peta jenis tanah Data curah hujan Data populasi penduduk Data iklim Data arah dan kecepatan angin Data tingkat polusi

b. Data Atribut:

Data data tersebut dapat diperoleh dari: BAKOSURTANAL BMG Badan Pusat Statistik Depertemen Pertanian Departemen Kehutanan BAPPEDAL Depertemen Perhubungan

SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan

BAKOSURTANAL

BMG

Peta topografi Kontur Slope Data Curah Hujan Intensitas Hujan

Stasiun Pengamatan Data Iklim Data Meteorologi

Arah dan Kecepatan Angin

Dept. Kehutanan

Peta vegetasi

DATA SIG

Data tingkat polusi

BAPPEDAL tk.I

Jenis tanah Peta soil Agroklimat Dept. Pertanian Peta Kawasan Pemukiman BPS Alur data yang diperlukan untuk SIG pencegahan kebakaran hutan Data Populasi Peta jalan Dept. Perhubungan

2. Pembuatan SIG
Perancangan Basis Data Perancangan basis data secara umum dibagi menjadi 3 tahap, yaitu: 1. Identifikasi kebutuhan pengguna 2. Perancangan model konseptual 3. Perancangan model logikal

SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan

4. Perancangan model fisik (implementasi) Adapun tahapan perancangan basis data SIG untuk pencegahan kebakaran hutan adalah: 1. Identifikasi Keperluan Pemakai Informasi keluaran yang diperlukan oleh pihak pemakai, dalam hal ini adalah Pemda Jambi, adalah informasi mengenai lokasi kawasan hutan budidaya khususnya hutan produksi yang rawan terjadinya kebakaran. Informasi tersebut dapat disajikan baik dalam bentuk soft copy (tampilan dilayar komputer) maupun hard copy (tampilan dalam peta kertas). Dalam melaksanakan pekerjaan SIG ini Pemda Jambi telah menentukan untuk menggunakan software ARC/INFO. 2. Perancangan model konseptual Perancangan model konseptual antara lain meliputi penentuan data-data baik grafis maupun atribut yang dibutuhkan sebagai masukan untuk menghasilkan informasi tersebut. Penentuan data-data tersebut harus disesuaikan dengan output yang diinginkan pengguna dari hasil pelaksanaan tahap pertama. Penentuan data-data masukan Untuk menentukan suatu kawasan hutan di propinsi Jambi yang rawan kebakaran diperlukan data kategori/jenis hutan produksi dan data-data faktor penyebab kebakaran. Data kategori/jenis hutan produksi Data ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari proses overlaying tiga parameter (kemiringan, jenis tanah dan intensitas hujan) yang masing-masing telah ditentukan bobotnya. Dan dengan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam SK Menteri Pertanian dapat ditetapkan suatu kawasan hutan yang masuk dalam hutan produksi terbatas, tetap atau konversi. Data yang diperlukan adalah: peta topografi propinsi Jambi peta jenis tanah (peta soil) data curah hujan

SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan

Data faktor penyebab kebakaran

Data ini digunakan untuk menentukan kawasan hutan produksi manakah yang mempunyai tingkat kebakaran tinggi, sedang atau rendah. Data-data yang diperlukan: peta vegetasi peta kawasan pemukiman data populasi data polusi data arah dan kecepatan data iklim

angin -

MODEL KONSEPTUAL UNTUK PENENTUAN KAWASAN HUTAN YANG RAWAN KEBAKARAN


Data Masukan

Peta Tematik dalam Bentuk Digital beserta Data Atributnya

Data arah dan kecepatan angun

Peta vegetasi

Data populasi

Data iklim

Data polusi

Peta kawasan pemukiman

Kemiringan

Jenis tanah

Intensitas hujan

KRITERIA

BASIS DATA Kategori / Jenis Hutan

OUTPUT Informasi grafis dan atribut mengenai kawasan hutan yang rawan kebakaran

SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan

3. Perancangan Model Logikal Model logikal dapat dirancang dengan dasar model data relasional, hirarki, dan jaringan. Model logikal ini mengubungkan model data yang telah dibuat ke dalam suatu sistem pengelolaan basis data (DBMS=Data Base Management System). Hasil model ini berupa struktur basis data yang dapat diolah dengan sistem pengelolaan basis data. Dalam perancangan model logikal ini harus bisa menjelaskan hubungan antar entitas. 3.1 Penentuan Entitas yang dipakai Entitas adalah orang, tempat atau konsep yang informasinya direkam dan mempunyai karakteristik yang sama. Data pemantauan kebakaran hutan produksi disusun menjadi beberapa entitas. Entitas-entitas ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan hasil identifikasi keperluan pemakai, entitas yang disusun terdiri dari: 1. Jenis Tanah Atributnya adalah Tanah_ID, jenis tanah, tingkat erosi 2. Batas hutan Atributnya adalah batas identifier (batas_ID), jenis batas, lebar batas, lahan. 3. Kawasan hutan Atributnya adalah Hutan identifier (Hutan_ID), jenis hutan, jenis tanaman, jenis lahan, luas, batas, lahan. 4. Kontur Atributnya adalah kontur identifier (kontur_ID) dan ketinggian, lahan. 5. Iklim Atributnya adalah Iklim identifier (Iklim_ID), suhu, kelembaban, curah hujan, arah dan kecepatan angin, lahan. 6. Kecepatan angin Atributnya adalah Angin_ID, kecepatan, arah. 7. Polusi Atributnya adalah polusi identifier (polusi_ID), jenis polusi, tingkat polusi, lahan. 8. Pemukiman

SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan

Atributnya adalah kampung identifier (kampung_ID), populasi, luas kampung, mata pencaharian, lahan. 9. Jalan Atributnya adalah jalan identifier (jalan_ID), nama_jalan, jenis jalan, lebar jalan. 10. DAS Atributnya adalah DAS_ID, Nama sungai, Lebar. 3.2 Data yang tersedia : 1. Data batas hutan Data keadaan hutan ini sangat dibutuhkan untuk melihat batasan hutan produksi (budidaya) dengan kawasan lindung dan dengan yang lain 2. Data kawasan hutan Dibutuhkan untuk mengetahui jenis tanaman yang ada, menentukan luas hutan, menentukan jenis hutan, menentukan jenis lahan. 3. Jenis tanah Data jenis tanah sangat penting diketahui, hal ini berpengaruh pada tingkat erosi lahan serta menentukan suatu lahan termasuk jenis hutan produksi tertentu 4. Curah hujan Data curah hujan akan menentukan intensitas curah hujan disuatu kawasan, hal ini turut menentukan kelayakan penentuan jenis kawasan hutan produksi 5. Kemiringan Data kemiringan diturunkan dari data kontur. Kemiringan sangat berpengaruh kepada tingkat erosi suatu kawasan sehingga hal ini turut menentukan penentuan jenis kawasan hutan produksi Untuk penentuan jenis kawasan hutan produksi digunakan data data jenis tanah,curah hujan, dan kemiringan. 6. Iklim data musim di suatu kawasan akan sangat berpengaruh terhadap pemodelan untuk memperkirakan potensi kebakaran 7. 8. Kecepatan angin Data kecepatan angin serta arah angin akan kepada pola penyebaran kebakaran Pemukiman

DAS

Batas

Jalan

SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan

Data Pemukiman penduduk akan menunjukkan aktifitas kehidupan di suatu daerah


Kecepatan Kawasan (tingkat kepadatan), dan ini akan dapat menunjukkan tingkat potensi kebakaran di angin Hutan Jenis Tanah

suatu daerah. 9. Polusi Data polusi di suatu kawasan berisikan senyawa atau partikel tertentu yang dapat
Iklim mempercepat

terjadinya

Kontur proses pembakaran

Pemukiman sehingga diperlukan

untuk

memperkirakan potensi kebakaran di suatu wilayah 10. Daerah Aliran Sungai


Polusi Daerah aliran sungai sangat berguna dalam menghalangi penyebaran kebakaran

serta sebagai sumber air terdekat untuk pemadaman kebakaran. 11. Data jalan
hubungan many to many

Data jalan dibutuhkan untuk prasarana dalam usaha pemadaman kebakaran Secara skematik, model logikal dan entitas untuk keperluan pencegahan kebakaran hutan digambarkan sebagai berikut :

10

SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan

3.3 Entity Relationshipnya :

Kawasan Hutan

dilalui

DAS

Sebuah kawasan hutan bisa dilalui banyak DAS Satu DAS bisa melalui banyak kawasan hutan Tabel skeleton: Kawasan_hutan (Hutan_ID, jenis_hutan, jenis_tanaman, jenis_lahan, luas, batas) DAS (DAS_ID, nama_sungai, lebar_sungai) dilalui (Hutan_ID, DAS_ID, )

Kawasan Hutan

memilik i

Batas

Sebuah kawasan hutan bisa memiliki banyak batas Satu batas bisa dimiliki minimal dua kawasan hutan Tabel skeleton: Kawasan_hutan (Hutan_ID, jenis_hutan, jenis_tanaman, jenis_lahan, luas, batas) Batas (Batas_ID, jenis_batas, lebar_batas) memiliki (Hutan_ID, Batas_ID, )

Kawasan Hutan

dilalui

Jalan

Sebuah kawasan hutan bisa dilalui banyak jalan Satu jalan bisa melalui banyak kawasan hutan Tabel skeleton:
11

SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan

Kawasan_hutan (Hutan_ID, jenis_hutan, jenis_tanaman, jenis_lahan, luas, batas) Jalan (Jalan_ID, nama_jalan, jenis_jalan, lebar_jalan) dilalui (Hutan_ID, Jalan_ID, )
Kawasan Hutan mempuny ai Iklim

Sebuah kawasan hutan bisa mempunyai banyak Iklim Satu Iklim yang sama bisa terdapat di banyak kawasan hutan Tabel skeleton: Kawasan_hutan (Hutan_ID, jenis_hutan, jenis_tanaman, jenis_lahan, luas, batas) Iklim (Iklim_ID, suhu, kelembaban, curah hujan, arah dan kecepatan angin) mempunyai (Hutan_ID, Iklim_ID, )

Kawasan Hutan

memilik i

Jenis Tanah

Sebuah kawasan hutan bisa memiliki banyak jenis tanah Satu jenis tanah bisa dimiliki/terdapat di banyak kawasan hutan Tabel skeleton: Kawasan_hutan (Hutan_ID, jenis_hutan, jenis_tanaman, jenis_lahan, luas, batas) Jenis_tanah (Tanah_ID, jenis_tanah, tingkat_erosi) memiliki (Hutan_ID, Tanah_ID, )

Kawasan Hutan

dilalui

Kecepatan angin

Sebuah kawasan hutan bisa dilalui banyak kecepatan angin yang berbeda Satu kecepatan angin bisa melalui banyak kawasan hutan

12

SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan

Tabel skeleton: Kawasan_hutan (Hutan_ID, jenis_hutan, jenis_tanaman, jenis_lahan, luas, batas) Kecepatan_angin (Angin_ID, arah, kecepatan) dilalui (Hutan_ID, Iklim_ID, )

Kawasan Hutan

terdapat

Kontur

Sebuah kawasan hutan bisa terdapati banyak kontur yang berbeda Satu kontur yang sama bisa didapati di banyak kawasan hutan Tabel skeleton: Kawasan_hutan (Hutan_ID, jenis_hutan, jenis_tanaman, jenis_lahan, luas, batas) Kontur (Kontur_ID, ketinggian) terdapat (Hutan_ID, Kontur_ID, )

Kawasan Hutan

terdapat

Pemukiman

Sebuah kawasan hutan bisa terdapat banyak pemukiman Satu pemukiman bisa didapati di banyak kawasan hutan Tabel skeleton: Kawasan_hutan (Hutan_ID, jenis_hutan, jenis_tanaman, jenis_lahan, luas, batas) Pemukiman (Kampung_ID, populasi, luas, mata_pencaharian) terdapat (Hutan_ID, Kampung_ID, )

Pemukiman

dicemar i

Polusi

13

SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan

Sebuah pemukiman bisa dicemari oleh banyak polusi Satu polusi bisa mencemari banyak pemukiman Tabel skeleton: Pemukiman (Kampung_ID, populasi, luas, mata_pencaharian) Polusi (Polusi_ID, jenis_polusi, tingkat_polusi) dicemari (Pemukiman_ID, Polusi_ID, )

4. Implementasi Pada Perangkat Lunak ARC/INFO Ada beberapa jenis operasi yang dirancang berdasarkan model konseptual untuk memenuhi kebutuhan pemakai terhadap model aplikasi perangkat lunak ARC/INFO untuk menentukan kawasan hutan produksi yang rawan kebakaran, yaitu: a. Operasi penentuan kategori/jenis hutan produksi Operasi ini digunakan untuk menentukan kategori/jenis hutan produksi dari keseluruhan kawasan hutan di propinsi Jambi. b. Operasi pengelolaan data faktor-faktor penyebab kebakaran Operasi ini digunakan untuk mengelola data faktor-faktor penyebab kebakaran yang terdiri peta vegetasi, peta kawasan pemukiman, data populasi, data polusi, data arah dan kecepatan angin, dan data iklim. c. Operasi penyajian informasi grafis dan atribut Operasi ini digunakan untuk menggabungkan antara data grafis dan data atribut. d. Operasi tampilan. Operasi ini digunakan untuk menampilkan data yang sudah dihasilkan baik data atribut maupun data grafis dalam suatu peta yang bisa digunakan oleh pemakai.

14

SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan

Basis Data Spasial dan non-Spasial Kriteria Penentuan kawasan hutan produksi yang rawan kebakaran

Query 1

Query 2

Query 3

Query n

Model fungsional untuk penentuan lokasi hutan produksi yang rawan kebakaran

Tahap implementasi pada Arc/Info : 1. Pengumpulan data Data yang diperlukan untuk SIG harus berformat digital, untuk itu data yang masih berupa data grafis harus didigitasi atau di-scan. 2. Konversi data Peta tematik yang telah didigitasi (format AutoCAd, .DWG) harus dikonversi kedalam format yang bisa dibaca oleh Arc/Info.
.DWG .DXF (ASCII) Format Arc/Info

3. Pembentukan Topologi Topologi adalah suatu prosedur matematika yang secara eksplisit menggambarkan hubungan spasial antar objek. Pembentukan topologi ini berfungsi untuk membentuk hubungan spasial antara unsur-unsur geografis yang ada pada coverage. Proses ini juga dapat mengidentifikasi kesalahan-kesalahan digitasi yang mungkin timbul pada suatu coverage. Pada Arc/Info, pembentukan topologi menggunakan perintah BUILD/CLEAN. 4. Identifikasi kesalahan

15

SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan

Identifikasi kesalahan dapat dilakukan secara otomatis pada Arc/Info dengan menggunakan perintah LABELERROS dan NODEERRORS. 5. Editing Data Pada tahap ini, semua kesalahan-kesalahan yang terdeteksi diperbaiki. 6. Pembentukan kembali topologi 7. Pemasukan data atribut Supaya unsur-unsur geografis pada tabel atribut juga berisi informasi tematik, maka perlu dilakukan penambahan data atribut. Data atribut tersebut dihubungkan ke masing-masing unsur geografis yang sesuai berdasarkan suatu identifier yang unik. Pada Arc/Info, hal tersebut dilakukan dengan menggunakan fasilitas TABLES. 8. Overlay Dengan meng-overlay-kan 2 coverage yang mempunyai karakteristik sama (sistem proyeksi dan skala yang sama) dengan tema yang berbeda maka akan diperoleh suatu coverage baru yang unsur-unusur geografisnya merupakan perpotongan dari unsurunsur pada 2 coverage sebelumnya, sedangkan data atributnya merupakan gabungan dari 2 coverage sebelumnya. 9. Query Tujuan proses ini adalah mencari lokasi-lokasi di kawasan hutan yang rawan kebakaran. Lokasi-lokasi tersebut adalah lokasi yang memenuhi kriteria: potensi kebakaran tinggi bila: musimnya musim kering kecepatan angin rata-rata > 100 km/jam

polusi CO2 > 60 % ada 10 kampung di satu kawasan dengan kepadatan 100 orang/ha

potensi kebakaran sedang bila: musimnya musim hujan kecepatan angin rata-rata antara 50 - 100 km/jam

polusi CO2 antara 40 - 60 %

ada 5 - 10 kampung di satu kawasan dengan kepadatan 50 - 100 orang/ha potensi kebakaran rendah bila: musimnya musim hujan kecepatan angin rata-rata < 50 km/jam

16

SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan

polusi CO2 < 40 %

ada < 5 kampung di satu kawasan dengan kepadatan < 50 orang/ha

3. Konfigurasi Perangkat Keras


Sistem perangkat keras untuk SIG didukung oleh beberapa komponen perangkat keras, yaitu : a. Central Processing Unit (CPU) CPU digunakan untuk mengeksekusi program dan mengontrol operasi dari seluruh komponen. Spesifikasi standard CPU yang dapat digunakan untuk SIG : - Processor - Hard Disk - RAM Terdiri dari : Peralatan input : keyboard, mouse, digitizer, scanner, dll. : Pentium Celeron 233 MMX : 1,2 GB : 32 Mb

b. Peripheral/Perangkat tambahan

Peralatan output : monitor, printer, plotter, film recorder, dll. Memori tambahan : floppy disk, cd-rom, magnetik tape.

4. Proses Pelaksanaan Pekerjaan


Penentuan kategori/jenis hutan produksi Dilakukan dengan mengintegrasikan tiga parameter fisik, kemiringan, curah hujan dan jenis tanah yang telah diberi bobot. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam SK Menteri Pertanian dapat ditetapkan suatu kawasan hutan yang masuk dalam hutan produksi terbatas, tetap atau konversi.
Jenis Hutan Produksi Terbatas Tetap Konversi Kriteria Skore 125 174, diluar hutan suaka alam, hutan wisata, dan hutan konversi lainnya. Skore 124, diluar hutan suaka alam, hutan wisata, dan hutan konversi lainnya. Skore 124, diluar hutan suaka alam, hutan wisata, hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas dan hutan konversi lainnya.

Untuk lebih memudahkan dalam penentuan kategori hutan produksi dilakukan analisis overlay dalam bentuk matriks. - Overlay antara jenis lahan (soil) dan kemiringan (slope)
Soil Bobot 15 20 35 40 55 Slope 60 75 80 95 100 115

17

SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan


30 45 60 75 50 65 80 95 70 85 100 115 90 105 120 135 110 125 140 155 130 145 160 175

- Overlay antara (soil+slope) dan intensitas hujan


Bobot 35 50 65 80 95 55 70 85 100 115 75 90 Slope+ 105 Soil 120 135 95 110 125 140 155 115 130 145 160 175 10 45 60 75 90 105 65 80 95 110 125 85 100 115 130 145 105 120 135 150 165 125 140 155 170 185 Intensitas Hujan 20 30 40 55 75 95 70 90 110 85 105 125 100 120 140 115 135 155 75 95 115 90 110 130 105 125 145 120 140 160 135 155 175 95 115 135 110 130 150 125 145 165 140 160 180 155 175 195 115 135 155 130 150 170 145 165 185 160 180 200 175 195 215 135 155 175 150 170 190 165 185 205 180 200 220 195 215 235 50 125 140 155 170 185 145 160 175 190 205 165 180 195 210 225 185 200 215 230 245 205 220 235 250 265

Hutan produksi Terbatas

18

SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan

Penentuan lokasi hutan produksi yang rawan kebakaran :


Start

Pengumpulan Data

Data Atribut Data Spasial Data curah hujan Peta topografi Peta vegetasi Peta jalan Peta kawasan pemukiman Peta jenis tanah Data populasi penduduk Data iklim Data arah dan kecepatan angin Data tingkat polusi

Digitasi A Konversi Data ke Format Arc/Info

Proses Pembentukan Topologi

Identifikasi Kesalahan

Proses Editing

Pembentukan KembaliTopologi

Masih Ada Kesalahan TIDAK B

YA

19

SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan

Penggabungan Data Spasial dan Data Atribut

Koverage Kemiringan

Coverage Jenis Lahan

Coverage Curah Hujan

Overlay Kriteria Coverage Jalan Coverage polusi Coverage vegetasi Coverage iklim

Coverage Jenis Hutan Produksi Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Tetap Hutan Produksi Konversi

Coverage arah dan kecepatan angin

Coverage DAS

Coverage kawasan pemukiman

Kriteria

Query

Informasi Grafis dan Atribut Mengenai Lokasi Hutan Produksi yang Rawan Kebakaran

END

20

SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan

Contoh query-nya antara lain : -

Tampilkan kawasan hutan yang termasuk hutan produksi terbatas ? Tampilkan kawasan hutan yang termasuk hutan produksi tetap ? Tampilkan kawasan hutan yang termasuk hutan produksi konversi ? Tampilkan daerah yang mempunyai iklim musim kering pada bulan April ? Tampilkan daerah yang dilalui angin dengan kecepatan > 100 km/jam ? Tampilkan kawasan hutan yang mempunyai tingkat polusi CO2 > 60 % ? Tampilkan semua kampung yang terdapat di sekitar hutan ?

Saran-saran Perbaikan
Secara umum, fungsi SIG adalah untuk meningkatkan kemampuan analisis informasi spasial secara terintegrasi ( terpadu ). Integrasi ini diperlukan karena dalam proses analisis kita akan bekerja dengan beberapa kumpulan data dan lapisan informasi. Oleh karena itu dalam aplikasi SIG untuk pencegahan kebakaran hutan di Propinsi Jambi mesti dilakukan : Peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pembuat sistem, operator, penganalisis aplikasi aplikasi SIG. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan berbagai pelatihan pelatihan yang berhubungan dengan SIG. Untuk memperoleh hasil analisis yang baik, data yang digunakan harus selalu up-todate, teritama untuk data iklim, karena iklim selalu berubah-ubah tiap bulan. Membudayakan aplikasi SIG di Indonesia sehingga penanganan kebakaran hutan oleh instansi terkait lebih efisien dan efektif. Standardisasi format data untuk keperluan pencegahan kebakaran hutan sangat diperlukan. Karena hal ini akan memudahkan pekerjaan SIG di dalam proses analisis. Pemerintah sebagai pihak yang melaksanakan proyek SIG untuk pencegahan kebakaran hutan harus konsisten karena proyek SIG ini mencakup waktu yang lama dan berkelanjutan.

Secara fisik bumi mengalami perubahan perubahan. Artinya data yang mewakili gambaran yang berkaitan dengan muka bumi akan berubah pula. Tentunya data tersebut perlu di up date. Dengan kata lain, pemeliharaan data dalam basis data pun harus dilakukan.

21

SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan

REFERENSI : Aziz, T. Lukman (1998) : Membangun Basis Data Spasial SIG, Survey dan Pemetaan, edisi Juni 1998, ISI. Howe, D.R (1991) : Data Analysis for Data Base Design, Edward Arnold, 2nd edition, London. Sulistyo, Budi (1997) : Pengantar Sistem Informasi Geografis, Diktat Teori : Pelatihan Remote Sensing Dan Kartografi, BAPPEDA Jabar dan Lab. FKI Geodesi ITB. Wijaya, Fandi (1999) : Pemanfaatan SIG Untuk Analisa Lokasi dan Investasi Gedung Perpakiran Baru Di Kotamadya Bandung, Tugas Akhir, Teknik Geodesi ITB.

22

You might also like