You are on page 1of 327

ISBN 978-602-8937-18-4

351.770212
Ind
P

PROFIL
KESEHATAN INDONESIA
2009

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


JAKARTA
2010

Katalog Dalam Terbitan Kementerian Kesehatan RI


Ind

Indonesia. Kementerian Kesehatan. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi


Profil Kesehatan Indonesia 2009. - - Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI 2010
I. Judul

1. PROFIL KESEHATAN INDONESIA 2009

ISBN 978-602-8937-18-4
351.770212
Ind
P

Buku ini diterbitkan oleh


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jalan HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav 4-9, Jakarta 12950
Telepon no: 62-21-5229590, 5221432
Fax no: 62-21-5203874
E-mail: pusdatin@depkes .go.id
Web site: http://www.depkes.go.id
________________________________________________________________________

TIM PENYUSUN

Pengarah
dr. Ratna Rosita, MPH.M
Sekretaris Jenderal Kemenkes RI
Ketua
dr. Jane Soepardi
Kepala Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi
Editor
Hasnawati, SKM, MKes
drg. Vensya Sitohang, MEpid
Dra. Rahmaniar Brahim, Apt, MKes
Anggota
Sunaryadi, SKM,MKes; Iskandar Zulkarnain, SKM,MKes; Nuning Kurniasih, Apt,MSi;
Marlina Indah Susanti, SKM; Supriyono Pangribowo, SKM; Istiqomah, SS;
Athi Susilowati Rois, SKM; drg. Rudi Kurniawan, MKes; Margiyono, SKom;
Muslichatul Hidayah, Hanna Endang Wahyuni; Endang Kustanti; B.B. Sigit;
Sondang Tambunan; Hellena Maslinda; Doni Hadhi Kurnianto, SKom
Kontributor
dr. Leni Evanita; Lina Khasanah; dr. Rusmiyati, MQIH; Indah Susanti D,SSi,Apt;
dr. Lucas C Hermawan, MKes; Ingrat Padmosari; Mahmud Fauzi, SKM,MKes;
Linda Siti Rohaeti; drg. R. Edi Setiawan: Akhmad Rizky Taufik, SKom;
Ir. Ade Sutrisno,MKes; Astuti, SKM,MKes; dr. Theresia Hermin; Bunga Mayung DL ;
Dewi Minarni; Cipto Aris Purnomo; Indah Hartati; Heri Radison, SKM,MKM;
Nariyah Handayani; Ainol Mardhiah; Yopi Ananda; Anggi Ardhiasti, SKM;
Ira Oktaviani; Nelly Mustika Sari, SKM; Nurhayati Simanjuntak, SKom

KATA PENGANTAR

Profil Kesehatan Indonesia merupakan sarana penyaji data dan informasi kesehatan
serta yang berkaitan, yang menggambarkan potret status kesehatan masyarakat dan faktor faktor yang mempengaruhi, dari suatu wilayah/Indonesia, dalam satu kurun waktu tertentu
dalam hal ini tahunan dengan berbagai bentuk: tercetak dan digital (cd-rom, file di website,
dll). Profil kesehatan sebagai potretsaat ini lebih dinilai sebagai alat evaluasi daripada
sebagai alat pemantauan. Jika digunakan sebagai pemantau maka profil merupakan
pemantauan rencana jangka panjang, misal: Rencana lima tahun pembangunan kesehatan.
Sebagai bentuk penyajian, data diupayakan lengkap, baik jenis dan cakupannya. Jenis
data adalah data facility based dan data community based. Penyusunan Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2009 ini, seperti profil kesehatan pada tahun sebelumnya, sumber data
berasal dari profil provinsi, data sarana pelayanan kesehatan yang merupakan hasil
pengolahan data oleh Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi, yang berasal dari
kabupaten/kota, juga data yang berasal dari program.
Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi sebagai koordinator Penyusunan Profil
Kesehatan Indonesia bersama-sama dengan seluruh program terkait di Kementerian
Kesehatan berupaya menyusun bersama-sama, baik narasi maupun lampiran. Profil kesehatan
Tahun 2009 ini diupayakan disusun dengan tampilan yang lebih menarik, dan eye-catching
dan bertujuan memudahkan para pembaca dalam menggunakannya. Dalam Profil Kesehatan
Indonesia ini menggambarkan secara umum tentang kondisi derajat kesehatan, upaya
kesehatan, sumber daya kesehatan, dan faktor-faktor terkait lainnya, serta perbandingan
Indonesia dengan negara-negara anggota ASEAN dan SEARO.
Profil Kesehatan Indonesia harus tersusun secara sistematis, dimana analisis/narasi
menggunakan model/kerangka teori yaitu teori blum/teori host-environment-agent/teori lain.
Analisis diupayakan semaksimal mungkin, tidak hanya deskriptif, tetapi juga analisis
komparatif, analisis kecenderungan, analisis hubungan
Profil kesehatan harus menarik, narasi dikombinasi dengan bentuk-bentuk penyajian
lain, seperti tabel, grafik histogram/bar chart, frekuensi poligon, line diagram, bar
diagram, pie diagram, scater diagram, pictogram, dan peta.
Data dan Informasi dalam Profil Kesehatan Indonesia 2009 merupakan salah satu
wujud akuntabilitas dari kinerja Kementerian Kesehatan yang mencerminkan Pembangunan
Kesehatan secara menyeluruh. Tahun yang terdapat dalam judul profil kesehatan, disamakan
dengan tahun dari data dan informasi yang disajikan.
Profil Kesehatan Indonesia 2009 ini selain memuat data dan informasi kesehatan dan
faktor-faktor lain yang terkait, maka seperti profil kesehatan sebelumnya, juga memuat
kejadian-kejadian penting yang terjadi pada tahun 2009. Penyajian dalam Profil Kesehatan
Indonesia 2009 ini masih terdapat keterbatasan karena ada beberapa indikator masih
memuat data beberapa tahun ke belakang, termasuk kontribusi dari hasil Riset Kesehatan
Dasar Tahun 2007 yang diselenggarakan Balitbangkes Depkes. Beberapa data dan informasi
tahun 2009 yang belum terdapat dalam Profil Kesehatan Indonesia 2009 ini akan disajikan
dalam bentuk sajian lain, misalnya data dan informasi terplih lainnya.

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL

iii

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN

vii

BAB I

PENDAHULUAN

BAB II

GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK


A. Keadaan Penduduk
B. Keadaan Ekonomi
C. Keadaan Pendidikan
D. Keadaan Lingkungan
E. Keadaan Perilaku Masyarakat

5
6
9
14
19
24

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


A. Mortalitas
B. Morbiditas

26
27
33

BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN


A. Pelayanan Kesehatan Dasar
B. Pelayanan Kesehatan Rujukan
C. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
D. Perbaikan Gizi Masyarakat
E. Pelayanan Kesehatan dalam Situasi Bencana

58
59
83
88
106
115

BAB V

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


A. Sarana Kesehatan
B. Tenaga Kesehatan
C. Pembiayaan Kesehatan

117
118
133
137

BAB VI

PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN NEGARA ANGGOTA


ASEAN DAN SEARO
A. Kependudukan
B. Derajat Kesehatan
C. Upaya Kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

143
144
154
164
170

LAMPIRAN

***

vi

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2.1
Lampiran 2.2
Lampiran 2.3
Lampiran 2.4
Lampiran 2.5
Lampiran 2.6
Lampiran 2.7
Lampiran 2.8
Lampiran 2.9
Lampiran 2.10
Lampiran 2.11
Lampiran 2.12
Lampiran 2.13
Lampiran 2.14
Lampiran 2.15
Lampiran 2.16
Lampiran 2.17
Lampiran 2.18

Pembagian Wilayah Administrasi Pemerintahan Menurut Provinsi Tahun


2009
Hasil Sensus Penduduk 2010 dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Provinsi
Tahun 2010
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut
Provinsi Tahun 2009
Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi Tahun 1971 - 2010
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tertentu, Angka Beban
Tanggungan dan Provinsi Tahun 2009
Jumlah dan Persentase Daerah Tertinggal Menurut Provinsi Tahun 2006
2010
Garis Kemiskinan Menurut Provinsi dan Daerah Tahun 2009 (Maret
2009)
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi dan Daerah
Tahun 2009
Angka Melek Huruf Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas Menurut
Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2008 - 2009
Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin
Tahun 2008 - 2009
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Provinsi dan Usia Sekolah
Tahun 2008 - 2009
Persentase Keluarga Menurut Jenis Sarana Air Bersih yang Digunakan
Menurut Provinsi Tahun 2009
Proporsi Penduduk dengan Akses terhadap Air Minum yang Aman
Menurut Provinsi dan Wilayah Tahun 2009
Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut
Provinsi Tahun 2009
Proporsi Penduduk dengan Akses Sanitasi Dasar yang Layak Menurut
Provinsi dan Wilayah Tahun 2009
Persentase Rumah Sehat Menurut Provinsi Tahun 2009
Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat
Menurut Provinsi Tahun 2009
Persentase Institusi Dibina kesehatan Lingkungannya Menurut Provinsi
Tahun 2009
vii

Lampiran 2.19
Lampiran 2.20
Lampiran 2.21
Lampiran 3.1
Lampiran 3.2
Lampiran 3.3
Lampiran 3.4
Lampiran 3.5
Lampiran 3.6
Lampiran 3.7
Lampiran 3.8
Lampiran 3.9
Lampiran 3.10
Lampiran 3.11
Lampiran 3.12
Lampiran 3.13
Lampiran 3.14
Lampiran 3.15
Lampiran 3.16
Lampiran 3.17
Lampiran 3.18
Lampiran 3.19

Persentase Rumah/Bangunan yang Diperiksa dan Bebas Jentik Nyamuk


Aedes Menurut Provinsi Tahun 2009
Persentase Rumah Tangga Ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Menurut Provinsi Tahun 2009
Persentase Wanita Umur Perkawinan Pertama Menurut Provinsi Tahun
2009
Estimasi Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita Tahun 2007 dan
Angka Harapan Hidup Menurut Provinsi Tahun 2008
Indeks Pembangunan Manusia dan Komponen Menurut Provinsi Tahun
2007 - 2008
10 Besar Penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit Tahun 2009
10 Besar Penyakit Rawat Jalan Tahun 2009
Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Malaria Menurut Provinsi
Tahun 2009
Annual Parasite Incidence (API) Malaria di Jawa-Bali Tahun 2004 2009
Hasil Cakupan Penemuan Kasus Penyakit TB Paru Tahun 2009
Jumlah Kasus Baru TB Paru BTA Positif Menurut Jenis Kelamin dan
Provinsi Tahun 2009
Jumlah Kasus Baru TB Paru BTA Positif Menurut Kelompok Umur
(Tahun), Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 2009
Hasil Cakupan Pengobatan TB Paru Menurut Provinsi Tahun 2008
Jumlah Kumulatif Kasus AIDS, Meninggal, dan Angka Kumulatif Kasus
Per 100.000 Penduduk Menurut Provinsi s.d Desember 2009
Jumlah Kasus AIDS Kumulatif Per Triwulan Menurut Provinsi Tahun
2009
Jumlah dan Persentase Kasus AIDS Pada Pengguna NAPZA Suntikan
(IDU) Menurut Provinsi s.d 31 Desember 2009
Jumlah Kasus Pneumonia pada Balita Menurut Provinsi Tahun 2009
Jumlah Kasus Baru Kusta, Case Detection Rate (CDR), Kecacatan, dan
Proporsi Kasus pada Anak Menurut Provinsi Tahun 2009
Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum dan Faktor Risiko Menurut Provinsi
Tahun 2009
Jumlah Kasus Campak Per Bulan Menurut Provinsi Tahun 2009
Jumlah Kasus Campak Menurut Kelompok Umur dan Provinsi Tahun
2009
Jumlah Kasus, Meninggal, dan Incidence Rate Campak Menurut
Provinsi Tahun 2009
viii

Lampiran 3.20
Lampiran 3.21
Lampiran 3.22
Lampiran 3.23
Lampiran 3.24
Lampiran 3.25
Lampiran 3.26

Lampiran 3.27
Lampiran 3.28
Lampiran 3.29
Lampiran 3.30

Lampiran 3.31
Lampiran 3.32
Lampiran 3.33
Lampiran 3.34
Lampiran 3.35
Lampiran 4.1
Lampiran 4.2
Lampiran 4.3
Lampiran 4.4
Lampiran 4.5

Frekuensi KLB dan Jumlah Kasus pada KLB Campak Menurut Provinsi
Tahun 2009
KLB Campak Berdasarkan Konfirmasi Laboratorium Menurut Provinsi
Tahun 2009
Jumlah Kasus Difteri Menurut Kelompok Umur dan Provinsi Tahun
2009
Jumlah Kasus Difteri Per Bulan Menurut Provinsi Tahun 2009
Jumlah Kasus AFP, AFP Rate, dan Non Polio AFP Rate Menurut
Provinsi Tahun 2009
Jumlah Kasus AFP Menurut Kriteria Klasifikasi Klinis dan Provinsi
Tahun 2009
Jumlah Penderita, Case Fatality Rate (%), dan Incidence Rate Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD/DHF) Menurut Provinsi Tahun 2005 2009
Jumlah Kabupaten/Kota yang Terjangkit Demam Berdarah Dengue
Menurut Provinsi Tahun 2005 2009
Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare Menurut Provinsi Tahun 2005 - 2009
Jumlah Kasus Demam Chikungunya Menurut Provinsi Tahun 2009
Jumlah dan Persentase Kabupaten Terjangkit dan Jumlah Kasus Gigitan
Hewan Tertular Rabies serta Hasil Pemeriksaan Specimen Hewan
Menurut Provinsi Tahun 2009
Jumlah Penderita Filariasis Menurut Provinsi Tahun 2006 - 2009
Situasi Pes Menurut Provinsi Tahun 2009
Jumlah Kasus, Meninggal, dan Case Fatality Rate (CFR) Leptospirosis
Menurut Provinsi Tahun 2004 - 2009
Jumlah Kasus dan Meninggal Flu Burung Menurut Provinsi Tahun 2005
- 2009
Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas, Jumlah Korban Luka dan
Meninggal Menurut Provinsi Tahun 2009
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1, K4, dan Persalinan Ditolong Tenaga
Kesehatan Menurut Provinsi Tahun 2009
Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Terakhir dan Provinsi
Tahun 2009
Cakupan Kunjungan Neonatus, Pelayanan Kesehatan Bayi dan Anak
Balita Menurut Provinsi Tahun 2009
Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi, Anak Balita, dan Murid SD Kelas 1
dan Sederajat Menurut Provinsi Tahun 2009
Cakupan Penanganan Neonatal dan Obstetri Komplikasi Menurut
Provinsi Tahun 2009
ix

Lampiran 4.6
Lampiran 4.7
Lampiran 4.8
Lampiran 4.9
Lampiran 4.10
Lampiran 4.11
Lampiran 4.12
Lampiran 4.13
Lampiran 4.14
Lampiran 4.15
Lampiran 4.16
Lampiran 4.17
Lampiran 4.18
Lampiran 4.19
Lampiran 4.20
Lampiran 4.21

Lampiran 4.22
Lampiran 4.23
Lampiran 4.24
Lampiran 4.25
Lampiran 4.26

Jumlah dan Persentase Peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi


dan Provinsi Tahun 2009
Hasil Pelayanan Peserta KB Baru Menurut Metode Kontrasepsi dan
Provinsi Tahun 2009
Jumlah dan Persentase Peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi
dan Provinsi Tahun 2009
Jumlah dan Proporsi Peserta KB Baru Menurut Tempat Pelayanan dan
Provinsi Tahun 2009
Pencapaian Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
Menurut Provinsi Tahun 2007 - 2009
Cakupan Imunisasi Dasar pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2009
Drop Out Rate Cakupan Imunisasi Dpt1 - Campak pada Bayi Menurut
Provinsi Tahun 2006 - 2009
Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Menurut Provinsi Tahun 2009
Cakupan Imunisasi TT pada Wanita Usia Subur Menurut Provinsi Tahun
2009
Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Menurut Provinsi
Tahun 2008
Indikator Pelayanan Rumah Sakit Umum Kemeterian Kesehatan dan
Pemda Menurut Provinsi Tahun 2008 - 2009
Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Rumah Sakit Umum
Depkes dan Pemda Menurut Provinsi Tahun 2008
Jumlah Kunjungan Peserta Jamkesmas di Puskesmas Tahun 2009
Jumlah Kunjungan Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) Peserta
Jamkesmas Tahun 2009
Jumlah Kasus Rawat Inap Tingkat Lanjut (RITL) Peserta Jamkesmas
Tahun 2009
Cakupan TB Paru BTA Positif, Sembuh, Pengobatan Lengkap dan
Success Rate (Hasil Pengobatan Penyakit TB Tahun 2008) Menurut
Provinsi Tahun 2009
Jumlah Kasus Pneumonia pada Balita Menurut Provinsi Tahun 2009
Cakupan Pemberian Tablet Besi (Fe) pada Ibu Hamil Menurut Provinsi
Tahun 2009
Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A Menurut Provinsi Tahun 2009
Proporsi Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Umur 0-6 Bulan Menurut
Provinsi Tahun 2009
Persentase Rumah Tangga yang Mempunyai Garam Cukup Yodium
Menurut Provinsi Tahun 2007
x

Lampiran 4.27
Lampiran 4.28
Lampiran 4.29
Lampiran 4.30
Lampiran 4.31
Lampiran 5.1
Lampiran 5.2
Lampiran 5.3
Lampiran 5.4
Lampiran 5.5
Lampiran 5.6
Lampiran 5.7
Lampiran 5.8
Lampiran 5.9
Lampiran 5.10
Lampiran 5.11
Lampiran 5.12
Lampiran 5.13
Lampiran 5.14
Lampiran 5.15
Lampiran 5.16
Lampiran 5.17

Rekapitulasi Kejadian Bencana Menurut Jenis Bencana dan Jumlah


Korban Tahun 2009
Rekapitulasi Kecukupan Obat Menurut Provinsi Tahun 2009
Rekapitulasi Kecukupan Obat Menurut Provinsi Tahun 2009 (lanjutan)
Rekapitulasi Kecukupan Obat Menurut Provinsi Tahun 2009 (lanjutan)
Rekapitulasi Data Kecukupan Obat Nasional Tahun 2009
Jumlah Puskesmas dan Rasionya terhadap Penduduk 'Menurut Provinsi
Tahun 2005 - 2009
Jumlah Puskesmas Perawatan dan Puskesmas Non Perawatan Menurut
Provinsi Tahun 2005 - 2009
Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2009
Jumlah Rumah Sakit di Indonesia Menurut Pengelola dan Provinsi
Tahun 2009
Jumlah Rumah Sakit Umum dan Tempat Tidur Menurut Pengelola
Tahun 2005 - 2009
Jumlah Tempat Tidur di Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus
Menurut Kelas Perawatan dan Provinsi Tahun 2008
Jumlah Rumah Sakit Umum dan Tempat Tidur Milik Kemenkes/Pemda
Menurut Kelas Rumah Sakit dan Provinsi Tahun 2009
Jumlah Rumah Sakit Khusus dan Tempat Tidurnya Menurut Jenis
Rumah Sakit Tahun 2005 - 2009
Jumlah Sarana Produksi Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Menurut Provinsi Tahun 2007 - 2009
Jumlah Sarana Distribusi Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Menurut Provinsi Tahun 2009
Jumlah Institusi Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Menurut Jurusan dan
Provinsi Tahun 2009
Jumlah Jurusan/Program Studi Politeknik Kesehatan (Poltekkes)
Menurut Akreditasi dan Strata Tahun 2009
Jumlah Institusi Non Politeknik Kesehatan (Non-Poltekkes) Menurut
Jurusan/Program Studi dan Provinsi Tahun 2009
Jumlah Institusi Non Politeknik Kesehatan (Non-Poltekkes) Menurut
Akreditasi dan Strata Tahun 2009
Jumlah Institusi Diknakes Non-Poltekkes Menurut Status Kepemilikan
Tahun 2009
Rekapitulasi Data SDM Kesehatan Per Provinsi Keadaan Desember
2009
Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Menurut Jenis dan Provinsi
Tahun 2009
xi

Lampiran 5.18
Lampiran 5.19
Lampiran 5.20
Lampiran 5.21
Lampiran 5.22
Lampiran 5.23
Lampiran 5.24
Lampiran 5.25
Lampiran 5.26
Lampiran 5.27
Lampiran 5.28
Lampiran 5.29
Lampiran 5.30
Lampiran 5.31
Lampiran 5.32
Lampiran 5.33
Lampiran 5.34
Lampiran 5.35
Lampiran 5.36
Lampiran 5.37
Lampiran 5.38

Rasio Dokter, Dokter Gigi, Perawat dan Bidan terhadap Jumlah


Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2009
Rekapitulasi Keberadaan Dokter Umum Pegawai Tidak Tetap (PTT)
Aktif Tahun 2009
Rekapitulasi Keberadaan Dokter Gigi Pegawai Tidak Tetap (PTT) Aktif
Tahun 2009
Rekapitulasi Keberadaan Pegawai Tidak Tetap (PTT) Aktif Tahun 2009
Distribusi Tingkat Keterlibatan Institusi Diklat Kesehatan Seluruh
Indonesia dalam Kegiatan Kediklatan Tahun 2009
Distribusi Widyaiswara Institusi Diklat Kesehatan Seluruh Indonesia
Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009
Distribusi Frekuensi Pelatihan dan Jumlah Peserta di Institusi Diklat
Kesehatan Seluruh Indonesia Berdasarkan Jenis Diklat Tahun 2009
Rekapitulasi Peserta Didik Poltekkes Perjenis Tenaga Kesehatan Tahun
Ajaran 2009/2010
Rekapitulasi Peserta Didik Poltekkes Per Jenis Tenaga Kesehatan Tahun
Ajaran 2009/2010
Rekapitulasi Peserta Didik Non Poltekkes Per Jenis Tenaga Kesehatan
Tahun Ajaran 2009/2010
Lulusan Diknakes Poltekkes dan Non Poltekkes Berdasarkan Jenis
Tenaga Kesehatan Tahun 2009
Jumlah Lulusan Poltekkes Berdasarkan Jurusan/Program Studi Institusi
Diknakes Seluruh Indonesia Tahun Ajaran 2009/2010
Rekapitulasi Lulusan Non Poltekkes Diknakes Seluruh Indonesia
Berdasarkan Jenis dan Provinsi Tahun Ajaran 2009/2010
Alokasi dan Realisasi Kementerian Kesehatan RI Triwulan IV Tahun
2009
Data Cakupan Kepesertaan Jaminan Kesehatan Per Juni 2010
Rekapitulasi Pengangkatan Dokter Umum Pegawai Tidak Tetap (PTT)
Aktif Tahun 2009
Rekapitulasi Pengangkatan Dokter Gigi Pegawai Tidak Tetap (PTT)
Tahun 2009
Rekapitulasi Pengangkatan Bidan Pegawai Tidak Tetap (PTT) Tahun
2009
Keadaan Dokter Spesialis PTT Kemenkes yang Masih Aktif s.d Tahun
2009
Rekapitulasi Pengangkatan Dokter Umum PTT Tahun 2009
Rekapitulasi Pengangkatan Dokter Gigi PTT Tahun 2009
xii

Lampiran 5.39

Distribusi Pegawai Kementerian Kesehatan RI Dirinci Menurut Jenis


Pendidikan Tahun 2009

Lampiran 6.1

Perbandingan Beberapa Data Kependudukan di Negara-Negara ASEAN


& SEARO Tahun 2008
Angka Kelahiran, Angka Kematian, dan Indeks Pembangunan Manusia
di Negara-Negara ASEAN dan SEARO
Penduduk yang Menggunakan Sumber Air Bersih dan yang
Menggunakan Sarana Sanitasi Sehat di Negara-Negara ASEAN dan
SEARO Tahun 2007
Perbandingan Data Tuberkulosis di Negara-Negara ASEAN dan SEARO
Tahun 2007/2008
Angka Estimasi HIV dan AIDS di Negara-Negara ASEAN dan SEARO
Tahun 2008
Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
di Negara-Negara ASEAN & SEARO
Perbandingan Cakupan Imunisasi Dasar pada Bayi di Negara-Negara
ASEAN & SEARO Tahun 2008
Perbandingan Upaya Kesehatan di Negara-Negara ASEAN & SEARO
Tahun 2000-2009
Pembiayaan Kesehatan di Negara-Negara ASEAN & SEARO Tahun
2007

Lampiran 6.2
Lampiran 6.3

Lampiran 6.4
Lampiran 6.5
Lampiran 6.6
Lampiran 6.7
Lampiran 6.8
Lampiran 6.9

***

xiii

Kita sadari bahwa sistem informasi kesehatan yang ada saat ini masih jauh dari
kondisi ideal, yaitu belum mampu menyediakan data dan informasi kesehatan yang evidence
based sehingga belum mampu menjadi alat manajemen kesehatan yang efektif. Berbagai
masalah klasik masih dihadapi dalam penyelenggaraan sistem informasi kesehatan. Di
antaranya adalah kegiatan pengelolaan data dan informasi belum terintegrasi dan
terkoordinasi dalam satu mekanisme kerjasama yang baik. Adanya overlapping kegiatan
dalam pengumpulan dan pengolahan data, di mana masing-masing unit mengumpulkan
datanya sendiri-sendiri dengan berbagai instrumennya di setiap unit kerja baik di pusat
maupun di daerah. Penyelenggaraan sistem informasi kesehatan itu sendiri masih belum
dilakukan secara efisien, masih terjadi redundant data, duplikasi kegiatan, dan tidak
efisiennya penggunaan sumber daya. Hal ini sebagai akibat dari adanya sistem informasi
kesehatan yang ada saat ini masih terfragmentasi.
Situasi demikian menimbulkan tersendatnya pendistribusian informasi terutama dari
sumber data di unit pelayanan kesehatan atau kabupaten/kota ke provinsi dan pusat yang
mengakibatkan terjadinya krisis informasi di berbagai unit teknis di pusat. Di samping itu,
adalah terhambatnya aliran komunikasi data baik dari sumber data di daerah ke pengguna di
pusat atau sebaliknya, serta terhambatnya aliran komunikasi data antar pengguna atau bahkan
tertutupnya sumber informasi untuk diakses oleh pengguna lain sehingga menyebabkan
sulitnya memperoleh informasi yang memadai (lack of informations). Situasi yang demikian
pada akhirnya menyulitkan dalam pengambilan keputusan berdasarkan evidence based.
Satu-satunya alat yang dimiliki Kementerian Kesehatan adalah adanya Profil
Kesehatan Indonesia, yang berisi data tahunan dari hasil pembangunan kesehatan. Sedangkan
pembangunan kesehatan adanya upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa
yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Derajat
kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator angka
harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat.

Penyajian Profil Kesehatan Indonesia 2009, yang berasal dari profil kesehatan
provinsi ini selain sebagai alat ukur sampai dimana capaian indikator pembangunan
kesehatan setiap provinsi dibanding target nasional bahkan target MDG (Millenium
Development Goal), juga disajikan dalam bentuk peringkat dari tiap indikator, sehingga
provinsi dapat mengetahui dimana posisinya dalam setiap indikator pembangunan kesehatan
dibandingkan provinsi lainnya. Dalam penyajiannya, diusahakan untuk ditampilkan berbagai
data dan informasi yang menjawab Visi dan Misi serta berbagai data dan informasi yang
menjelaskan tentang reformasi Birokrasi, dengan menggunakan indikator yang sesuai,
dimana Kementerian Kesehatan memiliki Visi adalah Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
berkeadilan, dengan Misinya adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk swasta dan madani.
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan
paripurna, merata, bermutu, berkeadilan.
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.
4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
Reformasi Pembangunan Kesehatan tahun 2010-2014:
1. Revitalisasi pelayanan kesehatan.
2. Ketersediaan, distribusi, retensi dan mutu SDM.
3. Ketersediaan, distribusi, keamanan, mutu, efektivitas, keterjangkauan obat, vaksin,
dan alat kesehatan.
4. Jaminan kesehatan masyarakat.
5. Keberpihakan pada DTPK (Daerah Tertinggal Perbatasan dan Kepulauan) serta
DBK (Daerah Bermasalah Kesehatan).
6. Reformasi birokrasi.
7. World class health care.
Lima nilai Kementerian Kesehatan adalah:
1. Pro Rakyat (pro poor).
2. Inklusif (inclusive).
3. Responsif (responsive).
4. Efektif, efisien (effective, efficient).
5. Bersih (clean).
Untuk kelancaran proses Penyusunan Profil Kesehatan Indonesia yang merupakan
salah satu produk dari berhasilnya sistem informasi kesehatan yang terintegrasi, di masa
mendatang maka, strategi pertama yang perlu dilakukan adalah penguatan kebijakan dan
perencanaan di bidang sistem informasi kesehatan. Penguatan kebijakan sistem informasi
kesehatan dilakukan dengan menyusun aturan-aturan yang menjamin sistem informasi
kesehatan dapat diselenggarakan dengan baik. Pada pasal 168 Undang-undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang kesehatan telah diamanatkan bahwa penyelenggaraan sistem informasi
3

kesehatan diatur dalam peraturan pemerintah. Untuk ini, Pusat Data dan Surveilans
Epidemiologi bersama Biro Hukum dan Organisasi sedang menyiapkan bahan rancangan
peraturan pemerintah (RPP) tentang sistem informasi kesehatan. Demikian pula aturan-aturan
di bawahnya, seperti pedoman dan petunjuk teknis, sedang dalam proses penyusunan. Dalam
penguatan perencanaan sistem informasi kesehatan, juga Pusat Data dan Surveilans
Epidemiologi bersama unit-unit pengelola program dan lintas sektor terkait sedang menyusun
Rencana Strategis Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan.
Profil Kesehatan Indonesia 2009 ini terdiri atas 6 (enam) bab, yaitu:
Bab I - Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang latar belakang diterbitkannya Profil
Kesehatan Indonesia 2009 ini serta sistimatika penyajiannya.
Bab II - Situasi Umum dan Perilaku Penduduk. Dengan telah selesai dan dipublikasikannya
hasil sensus penduduk 2010 yang diselenggarakan oleh BPS, maka juga kami masukkan data
jumlah penduduk tahun 2010. Bab ini juga menyajikan tentang gambaran umum, yang
meliputi: kependudukan, perekonomian, pendidikan, dan lingkungan fisik; serta perilaku
penduduk yang terkait dengan kesehatan.
Bab III - Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang hasil-hasil pembangunan
kesehatan sampai dengan tahun 2009 yang mencakup tentang angka kematian, umur harapan
hidup, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat.
Bab IV - Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang upaya-upaya kesehatan yang
telah dilaksanakan oleh bidang kesehatan sampai tahun 2009, untuk tercapainya dan
berhasilnya program-program pembangunan di bidang kesehatan. Gambaran tentang upaya
kesehatan yang telah dilakukan itu meliputi pencapaian pelayanan kesehatan dasar,
pencapaian pelayanan kesehatan rujukan, pencapaian upaya pencegahan dan pemberantasan
penyakit, dan upaya perbaikan gizi masyarakat.
Bab V - Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sumber daya
pembangunan bidang kesehatan sampai tahun 2009. Gambaran tentang keadaan sumber daya
mencakup tentang keadaan tenaga, sarana kesehatan, dan pembiayaan kesehatan.
Bab VI - Perbandingan Indonesia dengan Negara Anggota ASEAN dan SEARO. Bab ini
menyajikan perbandingan beberapa indikator yang meliputi data kependudukan, Angka
Kelahiran, Angka Kematian, Indeks Pembangunan Manusia, data tuberkulosis, angka
estimasi HIV/AIDS, kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi, cakupan
imunisasi pada bayi dan upaya kesehatan.

***

Indonesia terbentang antara 6o garis Lintang Utara sampai 11o garis Lintang
Selatan, dan dari 97 o sampai 141o garis Bujur Timur serta terletak antara dua benua
yaitu benua Asia dan Australia. Posisi strategis ini mempunyai pengaruh yang sangat
besar terhadap kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi. Indonesia merupakan
negara kepulauan terbesar di Asia Tenggara, menurut data Bakosurtanal, jumlah
pulau di Indonesia 17.504 pulau. Jumlah pulau itu termasuk yang berada di muara
dan tengah sungai, serta delta. Fakta ini membuat Indonesia memiliki keragaman
budaya dan adat istiadat dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain.
Keragaman dalam berbagai aspek tersebut juga terkait dengan perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan.
Secara administratif wilayah Indonesia pada tahun 2009 terbagi atas 33
provinsi, 497 kabupaten/kota (399 kabupaten dan 98 kota), 6.543 kecamatan dan
75.226 kelurahan/desa. Jika dibandingkan dengan jumlah kabupaten/kota yang ada
pada tahun 2008, maka selama tahun 2009 telah terjadi pembentukan 2 kabupaten
baru. Pembagian wilayah Indonesia secara administratif menurut provinsi pada tahun
2009 dapat dilihat pada Lampiran 2.1
Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum Indonesia dan perilaku
penduduk pada tahun 2009 yang meliputi: keadaan penduduk, keadaan ekonomi,
keadaan pendidikan, keadaan lingkungan, dan perilaku penduduk yang berkaitan
dengan kesehatan.

A. KEADAAN PENDUDUK
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia
sebesar 237.556.363 orang, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783
perempuan (Lampiran 2.2). Secara nasional, rasio jenis kelamin penduduk Indonesia
tahun 2010 sebesar 101, yang artinya jumlah penduduk laki-laki satu persen lebih
banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan, atau setiap 100 perempuan
terdapat 101 laki-laki. Rasio jenis kelamin terbesar terdapat di Provinsi Papua yaitu
sebesar 113 dan yang terkecil terdapat di Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar 94.

Sedangkan pada tahun 2009, berdasarkan data estimasi penduduk Badan


Pusat Statistik (SUPAS 2005), jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2009 tercatat
sebesar 231.369.592 jiwa terdiri dari 115.817.945 laki-laki dan 115.551.647
perempuan (Lampiran 2.3). Berdasarkan distribusi penduduk menurut jenis kelamin
dan kelompok umur maka kita dapat memperoleh gambaran piramida penduduk
Indonesia tahun 2009 sebagai berikut.
GAMBAR 2.1
PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2009
(dalam ribu)

Sumber : Badan Pusat Statistik, Estimasi Penduduk Indonesia Dirinci Menurut Kelompok Umur
dan Jenis Kelamin Tahun 2008

Secara nasional, laju pertumbuhan penduduk Indonesia per tahun selama 2


dasawarsa terakhir adalah sebesar 1,49 persen. Laju pertumbuhan penduduk Provinsi
Papua adalah yang tertinggi dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di
Indonesia, yaitu sebesar 5,46 persen (SP 2010). Sedangkan provinsi dengan laju
pertumbuhan terendah yaitu Jawa Tengah sebesar 0,37%. Laju pertumbuhan
penduduk Indonesia secara rinci sejak Sensus Penduduk tahun 1971 sampai dengan
Sensus Penduduk tahun 2010 dapat dilihat dalam Lampiran 2.4.
Secara nasional, dengan luas wilayah Indonesia 1.910.931,32 km2 maka
tingkat kepadatan penduduk pada tahun 2009 sebesar 121 jiwa per km2. Tingkat
kepadatan yang tinggi masih didominasi oleh provinsi-provinsi di Pulau Jawa.
Provinsi yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah DKI Jakarta, yaitu
sebesar 13.890 jiwa per km2. Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah yang memiliki

kepadatan penduduk tertinggi ke-2 dengan kepadatan 1.173 jiwa per km2. Provinsi
dengan tingkat kepadatan tertinggi ke-3 yaitu DI Yogyakarta sebesar 1.118 jiwa per
km2. Kepadatan penduduk terendah di Papua, yaitu hanya 7 jiwa per km2, Papua
Barat merupakan provinsi dengan tingkat kepadatan penduduk terendah ke-2 yaitu
sebesar 8 jiwa per km2, yang kemudian diikuti oleh Kalimantan Tengah dengan
kepadatan 14 jiwa per km2.
Dari data distribusi penduduk menurut pulau dapat diketahui terdapat
ketimpangan persebaran penduduk antar pulau yang nyata. Lebih dari separuh
penduduk Indonesia berada di Pulau Jawa, yaitu sebesar 57,99%, dengan luas hanya
6,77% wilayah Indonesia. Selebihnya tersebar di Sumatera sebesar 21,44 %,
Sulawesi 7,25%, Kalimantan 5,65%, Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara 5,45%,
Maluku dan Papua 2,23%. Jumlah penduduk dan angka kepadatan penduduk per
provinsi tahun 2009 dapat dilihat pada Lampiran 2.3.
GAMBAR 2.2
PERSENTASE PERSEBARAN PENDUDUK INDONESIA
MENURUT KELOMPOK PULAU-PULAU BESAR TAHUN 2009

Sumber : Badan Pusat Statistik, Estimasi Penduduk Indonesia Tahun 2009,


http://www.depdagri.go.id.

Komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur, menunjukkan


bahwa penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 26,96%, yang berusia
produktif (15-64 tahun) sebesar 67,92% dan yang berusia tua (> 65 tahun) sebesar
5,12%. Dengan demikian maka Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio)
penduduk Indonesia pada tahun 2009 sebesar 47,23%.

Provinsi dengan persentase beban tanggungan tertinggi adalah Nusa


Tenggara Timur sebesar 59,45% diikuti oleh Sulawesi Tenggara sebesar 57,53% dan
Maluku sebesar 56,69%. Sedangkan provinsi dengan Angka Beban Tanggungan
terendah yaitu DKI Jakarta sebesar 37,26% diikuti oleh DI Yogyakarta sebesar
37,65% dan Jawa Timur sebesar 39,87%. Rincian jumlah penduduk menurut
kelompok umur, Angka Beban Tanggungan dan provinsi tahun 2009 dapat dilihat
pada Lampiran 2.5.
GAMBAR 2.3
ANGKA BEBAN TANGGUNGAN MENURUT PROVINSI
DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber: Badan Pusat Statistik, Estimasi Penduduk Indonesia Tahun 2009

B. KEADAAN EKONOMI
Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam
menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Perekonomian Indonesia
selama tahun 2006-2009 mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 5,5 persen
(2006), 6,3 persen (2007), 6,0 persen (2008) dan 4,5 persen (2009).
Mengkaji kondisi perekonomian tentu saja tidak terlepas dari tingkat inflasi,
inflasi dan pertumbuhan perekonomian sangat saling berkaitan. Apabila tingkat
inflasi tinggi, sudah dipastikan akan mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2009 diprakirakan tumbuh 4,5%, inflasi tercatat sebesar
2,78%. Rendahnya tingkat inflasi ini merupakan pencapaian terbaik dalam 10 tahun
terakhir.

Selama tahun 2009 kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
memberi kontribusi terbesar pada inflasi sebesar 7,81%. Kelompok lainnya dalam
tahun 2009 masing-masing kelompok sandang 6,00%, kelompok kesehatan,
kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga masing-masing memberikan kontribusi
yang sama 3,89%, kelompok bahan makanan 3,88%, perumahan, air, listrik, gas dan
bahan bakar menyumbang sebesar 1,83% pada inflasi nasional; dan kelompok
transportasi, komunikasi dan jasa keuangan -3,67%.
Dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,5% pada 2009, maka nilai Produk
Domestik Bruto (PDB) 2009 naik sebesar Rp 662,0 triliun. Dari Rp 4.951,4 triliun
pada 2008 menjadi sebesar Rp 5.613,4 triliun pada 2009. Pertumbuhan tertinggi
terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi 15,5%. Pertumbuhan terendah
terjadi di sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,1%. Sedangkan PDB
untuk non migas tumbuh 4,9%.
Untuk mengetahui tingkat pengangguran, dilakukan Survei Angkatan Kerja
Nasional (Sakernas). Sakernas merumuskan konsep pengangguran sebelum tahun
2001 sebagai angkatan kerja yang tidak bekerja/tidak mempunyai pekerjaan dan
sedang mencari pekerjaan. Sejak tahun 2001 konsep pengangguran menjadi angkatan
kerja yang tidak bekerja/tidak mempunyai pekerjaan, yang mencakup angkatan kerja
yang sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan
karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan/putus asa (sebelumnya
dikategorikan sebagai Bukan Angkatan Kerja) dan yang punya pekerjaan tetapi
belum mulai bekerja (sebelumnya dikategorikan sebagai Bekerja).
Persentase pengangguran terbuka adalah perbandingan antara jumlah pencari
kerja dengan jumlah angkatan kerja. Pengangguran terbuka disini didefinisikan
sebagai orang yang sedang mencari pekerjaan atau yang sedang mempersiapkan
usaha atau juga yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin lagi
mendapatkan pekerjaan, termasuk juga mereka yang baru mendapat kerja tetapi
belum mulai bekerja. Pengangguran terbuka tidak termasuk orang yang masih
sekolah atau mengurus rumah tangga.
Menurut Sakernas, definisi operasional Angkatan Kerja adalah penduduk usia
kerja yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan
penganggur. Sementara Bekerja menurut definisi Sakernas adalah kegiatan ekonomi
yang dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh
pendapatan atau keuntungan, paling sedikit satu jam (tidak terputus) dalam seminggu
yang lalu. Kegiatan itu termasuk juga kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu
dalam suatu usaha atau kegiatan ekonomi.
Berdasarkan data hasil Sakernas BPS tahun 2008-2010 ada penurunan angka
pengangguran. Hal ini disebabkan bertambahnya lapangan kerja pada sektor jasa
kemasyarakatan seperti jasa pertukangan, pembantu rumah tangga, transportasi dan

10

pertanian. Perkembangan angkatan kerja, penduduk yang bekerja dan pengangguran


pada Februari 2008 - Februari 2010 adalah sebagai berikut.
TABEL 2.1
PERKEMBANGAN ANGKATAN KERJA, PENDUDUK YANG BEKERJA
DAN PENGANGGURAN TERBUKA DI INDONESIA TAHUN 2008 2010
Feb 2008
(juta orang)
111,48

Feb 2009
(juta orang)
113,74

Feb 2010
(juta orang)
115,99

102,05

104,49

107,41

Pengangguran terbuka

9,43

9,26

8,59

Pengangguran terbuka (%)

8,46

8,14

7,40

Jumlah Angkatan Kerja


Jumlah penduduk yang bekerja

Sumber: BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional 2008-2010

Pembangunan ekonomi yang diupayakan diharapkan mampu mendorong


kemajuan, baik fisik, sosial, mental dan spiritual di segenap pelosok negeri terutama
wilayah yang tergolong daerah tertinggal. Suatu daerah dikategorikan menjadi
daerah tertinggal karena beberapa faktor penyebab, yaitu geografis, sumber daya
alam, sumber daya manusia, prasarana dan sarana, daerah rawan bencana dan konflik
sosial, dan kebijakan pembangunan. Keterbatasan prasarana terhadap berbagai
bidang termasuk di dalamnya kesehatan menyebabkan masyarakat di daerah
tertinggal mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.
Unit terkecil daerah tertinggal yang digunakan dalam Strategi Nasional
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (STRANAS PPDT) adalah wilayah
administrasi kabupaten. Menurut definisinya, daerah tertinggal adalah daerah
kabupaten yang relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala
nasional dan berpenduduk relatif tertinggal. Penetapan kriteria daerah tertinggal
dilakukan dengan menggunakan pendekatan berdasarkan pada perhitungan 6 (enam)
kriteria dasar yaitu: perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, prasarana
(infrastruktur), kemampuan keuangan lokal (celah fiskal), aksesibilitas dan
karakteristik daerah, serta berdasarkan kabupaten yang berada di daerah pedalaman,
kepulauan (pulau kecil dan gugus pulau), perbatasan antar negara, daerah rawan
bencana dan daerah rawan konflik dan sebagian besar wilayah daerah pesisir.
Berdasarkan pendekatan tersebut, maka ditetapkan 199 kabupaten yang
dikategorikan kabupaten tertinggal. Saat ini Indonesia memiliki 19 kabupaten
perbatasan, 33 pulau-pulau kecil terluar berpenduduk dan 183 daerah tertinggal
(termasuk terpencil). Tahun 2009 persentase daerah tertinggal adalah 40,04% dari
497 kabupaten/kota. Provinsi dengan persentase kabupaten tertinggal tertinggi
adalah Sulawesi Barat, yaitu sebesar 100%, diikuti oleh Sulawesi Tengah sebesar
81,82% dan Bengkulu 80,00%. Jumlah dan persentase kabupaten tertinggal menurut
provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.6.

11

GAMBAR 2.4
PROVINSI DENGAN PERSENTASE KABUPATEN TERTINGGAL
DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber: Strategi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan


termasuk kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
terkait dengan daya beli ekonomi. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam
pemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan
daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakitpenyakit tertentu. Fenomena gizi buruk dan kurang seringkali dikaitkan dengan
kondisi ekonomi yang buruk jika merujuk pada fakta bahwa keterbatasan pemenuhan
pangan dapat menyebabkan busung lapar, Kwashiorkor, penyakit kekurangan
vitamin seperti Xeropthalmia, Scorbut, dan Beri-beri.
Pada bulan Maret 2010, jumlah penduduk miskin menurun menjadi 31,02
juta (13,3%) dari 32,53 juta (14,15%) penduduk miskin pada bulan Maret 2009. Hal
ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan 1,51 juta penduduk miskin. Persentase
penduduk miskin dari tahun 2006-2010 disajikan pada Gambar 2.5 berikut ini.
GAMBAR 2.5
PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN 2006 2010

Sumber: BPS, Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2010

Berita Resmi Statistik, BPS 2008, No. 45/07/Th. XIII, 1 Juli 2010

12

Berdasarkan data jumlah penduduk miskin menurut provinsi dari BPS


(Lampiran 2.8) terdapat persebaran penduduk miskin antar pulau yang nyata
perbedaannya. Lebih dari separuh penduduk miskin di Indonesia berada di Pulau
Jawa yaitu 57,1% tahun 2008 dan menjadi 55,8% tahun 2010. Selebihnya tersebar di
Sumatera 21,4%, Sulawesi 7,6%, Kalimantan 3,3%, Bali dan Kepulauan Nusa
Tenggara 7,1%, Maluku dan Papua 4,8% (tahun 2010). Jumlah penduduk miskin dan
persentase penduduk miskin menurut kelompok pulau tahun 2008-2010 dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
TABEL 2.2
PERSEBARAN DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN
MENURUT KELOMPOK BESAR PULAU DI INDONESIA TAHUN 2008 2010

Kelompok Pulau
Sumatera
Jawa

Maret 2008
Jumlah
%
(juta)
7,3
20,9

Maret 2009
Jumlah
%
(juta)
5,3
17,3

Maret 2010
Jumlah
%
(juta)
6,7
21,4

19,9

57,1

18,1

59,1

17,3

55,8

Kalimantan

2,4

6,8

2,2

7,3

2,2

7,1

Bali dan Nusa Tenggara

1,2

3,5

1,0

3,3

1,0

3,3

Sulawesi

2,6

7,5

2,5

8,1

2,3

7,6

Maluku dan Papua


Total

1,5

4,2

1,5

4,9

1,5

4,8

34,9

15,4

32,5

14,2

31,0

13,3

Sumber: BPS, Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2010

Berita Resmi Statistik, BPS 2008, No. 45/07/Th. XIII, 1 Juli 2010

Dalam roadmap reformasi kesehatan masyarakat Kementerian Kesehatan ada


7 prioritas yang harus dikerjakan untuk mencapai sasaran strategis pembangunan
kesehatan. Salah satu di antaranya adalah mengatasi permasalahan pelayanan
kesehatan di Daerah yang Bermasalah Kesehatan (DBK) dengan pendekatan spesifik
yang tidak bisa disamakan dengan daerah lainnya. Penanggulangan Daerah
Bermasalah Kesehatan (PDBK) adalah upaya kesehatan terfokus, terintegrasi,
berbasis bukti, dilakukan secara bertahap di daerah yang menjadi prioritas bersama
kementerian terkait, dalam jangka waktu tertentu, sampai mampu mandiri dalam
menyelenggarakan kewenangan pemerintahan di bidang kesehatan seluas-luasnya.
Menurut definisi, Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK) adalah
keadaan/derajat kesehatan wilayah kabupaten/kota yang digambarkan melalui hasil
Riskesdas/SUSENAS dengan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM),
wilayah menurut Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Kemiskinan (Pendataan Sosial
Ekonomi/PSE BPS).
Hasil Riskesdas tahun 2007 menghasilkan instrumen pengukuran Indeks
Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM). Dengan IPKM, dapat diketahui
dimana daerah-daerah bermasalah tersebut dapat dipetakan berdasarkan peringkat

13

kabupaten/kota. Daerah yang mempunyai IPKM <0,337 merupakan Daerah


Bermasalah Kesehatan (DBK). Besaran IPKM setiap kabupaten/kota dirumuskan
berdasarkan 20 indikator kesehatan.
Berdasarkan beberapa kriteria yang telah ditetapkan di atas, dari 440
kabupaten/kota yang menjadi daerah pelaksanaan Riskesdas 2007 terdapat 117 DBK
yang berada di 22 provinsi. Tiga provinsi mempunyai jumlah kabupaten/kota DBK
terbanyak yaitu Aceh (16 kab/kota), Papua (15 kab/kota) dan Nusa Tenggara Timur
(12 kab/kota).
Kabupaten/kota bermasalah meliputi 32 DBK, 2 DBK dan Perbatasan, 71
DBK Berat dan Tertinggal, 7 DBK Berat, Tertinggal dan Kepulauan Terluar dan 5
DBK Berat, Tertinggal dan Perbatasan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
TABEL 2.3
JUMLAH KABUPATEN/KOTA DAERAH BERMASALAH KESEHATAN
DI INDONESIA TAHUN 2010

Kab/Kota

Berat,
Perbatasan

Berat

Berat,
Tertinggal
dan
Kepulauan
Terluar

Berat,
Tertinggal

Berat,
Tertinggal
dan
Perbatasan

Jumlah

Kabupaten

14

71

98

Kota

18

19

32

71

117

Jumlah Penduduk

37.741.501

Total

Sumber: Ditjen Binkesmas, Kemenkes, 2010

C. KEADAAN PENDIDIKAN
Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah
dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Melalui pengetahuan,
pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan yang
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus yang
berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat.
Angka buta huruf berkorelasi dengan angka kemiskinan. Sebab, penduduk
yang tidak bisa membaca secara tidak langsung mendekatkan mereka pada
kebodohan, sedangkan kebodohan itu sendiri mendekatkan mereka pada kemiskinan.
Jumlah penduduk buta huruf di Indonesia tidak hanya dialami satu generasi, tetapi
terdiri atas generasi muda dan tua.
Berdasarkan data BPS 2005-2009, persentase penduduk yang buta huruf
cenderung menurun karena akses terhadap pendidikan meningkat dalam 5 tahun
terakhir ini. Persentase terbesar penduduk yang buta huruf berada dalam kelompok
umur lebih dari 45 tahun, diikuti kelompok umur kurang dari 15 tahun. Dengan

14

demikian, pendidikan sebagai senjata utama penghapusan buta huruf itu senantiasa
harus menyentuh baik generasi muda maupun generasi tuanya.
GAMBAR 2.6
PERSENTASE PENDUDUK YANG BUTA HURUF MENURUT KELOMPOK UMUR
DI INDONESIA TAHUN 2005 2009

Sumber: BPS, www.bps.go.id

Tahun 2005-2009 persentase tertinggi penduduk yang buta huruf menurut


kelompok umur adalah penduduk dengan kelompok umur di atas 45 tahun dengan
persentase 22,83% pada tahun 2005 dan menurun setiap tahunnya menjadi 18,58%
pada tahun 2009.
Indikator pendidikan lainnya yang sejenis adalah Angka Melek Huruf (AMH)
yaitu persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis
serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari. Penggunaan
AMH adalah untuk (1) mengukur keberhasilan program-program pemberantasan
buta huruf, terutama di daerah perdesaan di Indonesia dimana masih tinggi jumlah
penduduk yang tidak pernah bersekolah atau tidak tamat SD. (2) menunjukkan
kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai
media. (3) menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis.
Sehingga angka melek huruf dapat berdasarkan kabupaten mencerminkan potensi
perkembangan intelektual sekaligus kontribusi terhadap pembangunan daerah.
AMH nasional adalah 92,58%; provinsi dengan persentase AMH tertinggi
adalah Sulawesi Utara (99,22%), DKI Jakarta (98,94%) dan Riau (98,11%).
Sebaliknya persentase AMH yang terendah adalah Papua (70,29%), NTB (80,18%)
dan Sulawesi Selatan (87,02%). AMH secara rinci menurut provinsi dapat dilihat
dalam Lampiran 2.9.

15

GAMBAR 2.7
ANGKA MELEK HURUF PENDUDUK BERUSIA 15 TAHUN KE ATAS MENURUT
PROVINSI DAN JENIS KELAMIN DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber: BPS, Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia, Mei 2010

Rata-rata lama sekolah mayoritas penduduk di Indonesia masih relatif rendah


yaitu 7,7 tahun pada tahun 2009 atau setara dengan kelas dua SMP.
Gambar di bawah ini menunjukkan rata-rata lama sekolah menurut jenis
kelamin secara nasional. Rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas pada
tahun 2006 mencapai 7,4 tahun, sedangkan tahun 2008 mencapai 7,5 tahun. Dilihat
dari jenis kelamin, rata-rata lama sekolah laki-laki (8,2 tahun) lebih besar daripada
perempuan (7,3 tahun),
GAMBAR 2.8
RATA-RATA LAMA SEKOLAH MENURUT JENIS KELAMIN
DI INDONESIA TAHUN 2006 2009

.
Sumber: BPS, Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia, Mei 2010

16

Rata-rata lama sekolah secara rinci menurut provinsi dapat dilihat dalam
Lampiran 2.10.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) dari BPS secara umum dikategorikan
menjadi 3 kelompok umur, yaitu 7-12 tahun mewakili umur setingkat SD, 13-15
tahun mewakili umur setingkat SLTP, dan 16-18 tahun mewakili umur setingkat
SLTA. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin rendah APS. Persentase angka
partisipasi sekolah menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.11.
Gambar di bawah ini merupakan APS nasional menurut usia sekolah dari
tahun 2005-2009, berdasarkan 4 kelompok umur dimana kelompok umur 19-24
tahun mewakili umur setingkat perguruan tinggi.
GAMBAR 2.9
PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH MENURUT USIA SEKOLAH
DI INDONESIA TAHUN 2005 2009

Sumber: BPS, www.bps.go.id

Terdapat dua ukuran partisipasi sekolah yang utama, yaitu Angka Partisipasi
Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Kedua ukuran tersebut mengukur
penyerapan penduduk usia sekolah oleh sektor pendidikan. Perbedaan di antara
keduanya adalah penggunaan kelompok usia "standar" di setiap jenjang pendidikan.
Usia standar yang dimaksud adalah rentang usia yang dianjurkan pemerintah dan
umum dipakai untuk setiap jenjang pendidikan
Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa, berapapun
usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah
penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. APK
menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan.
APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap
penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan
Gambar di bawah ini menunjukkan persentase APK tertinggi adalah pada
tingkat pendidikan SD/MI dan persentase APK yang terendah adalah pada tingkat

17

pendidikan perguruan tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin


rendah persentase APK. Nilai APK dalam kurun waktu 2005-2009 meningkat secara
perlahan untuk tingkat pendidikan SD/MI, SLTA dan perguruan tinggi, sedangkan
APK tingkat SLTP/MTs cenderung tidak banyak perubahan.
GAMBAR 2.10
PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI KASAR DI INDONESIA TAHUN 2005 2009

Sumber: BPS, www.bps.go.id

Berbeda dengan APK, Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan


banyaknya penduduk usia sekolah yang masih bersekolah pada jenjang pendidikan
yang sesuai dengan usianya. Jika dibandingkan APK, APM merupakan indikator
daya serap yang lebih baik karena APM melihat partisipasi penduduk kelompok usia
standar di jenjang pendidikan yang sesuai dengan standar tersebut. Semakin tinggi
tingkat pendidikan, semakin rendah APM.
GAMBAR 2.11
PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI MURNI DI INDONESIA TAHUN 2005 2009

Sumber: BPS, www.bps.go.id

18

Berdasarkan Gambar 2.11 di atas persentase APM tertinggi pun terdapat pada
tingkat pendidikan SD/MI dan APM yang terendah adalah pada tingkat pendidikan
perguruan tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin rendah
persentase APM. Nilai APM dalam kurun waktu 2005-2009 meningkat secara
perlahan untuk setiap jenjang pendidikan.
Gambar berikut di bawah ini menggambarkan perkembangan persentase
tingkat pendidikan tertinggi (TPT) yang ditamatkan. TPT bermanfaat untuk
menunjukkan pencapaian pembangunan pendidikan di suatu daerah. TPT juga
berguna untuk melakukan perencanaan penawaran tenaga kerja, terutama untuk
melihat kualifikasi pendidikan angkatan kerja di suatu wilayah. Menurut definisi,
TPT adalah persentase jumlah penduduk, baik yang masih sekolah ataupun tidak
sekolah lagi, menurut pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan.
GAMBAR 2.12
PERSENTASE PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN
PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DI INDONESIA TAHUN 2005 2009

Sumber: BPS, www.bps.go.id

D. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN


Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian
khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor
perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya
status derajat kesehatan masyarakat.
Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikatorindikator seperti; akses terhadap air bersih dan air minum yang aman, akses terhadap
sanitasi dasar, tempat umum dan pengelolaan makan (TUPM) sehat, institusi dibina
kesehatan lingkungannya, rumah sehat serta rumah/bangunan yang diperiksa dan
bebas jentik nyamuk Aedes.

19

1. Sarana Air Bersih yang Digunakan dan Akses Air Minum


yang Aman
Berdasarkan data profil kesehatan provinsi tahun 2009 dapat diketahui
persentase keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan. Secara nasional,
persentase tertinggi jenis sarana air bersih yang digunakan adalah sumur gali
(45,41%), diikuti ledeng (27,36%), sumur pompa tangan (10,11%), penampungan air
hujan (3,49%), air kemasan (2,29%), serta lain-lain (11,30%). Rincian persentase
keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan dapat dilihat dalam
Lampiran 2.12.
Proporsi penduduk yang memiliki akses terhadap sarana air minum yang
aman secara nasional adalah 47,71%, sedangkan menurut wilayah, akses air minum
yang aman di perkotaan 49,82% dan di perdesaan 45,72%. Persentase tertinggi akses
air minum yang aman terdapat di DI Yogyakarta (60,4%), Bali (60,0%), dan
Sulawesi Tenggara (59,1%). Sedangkan yang terendah terdapat di Banten (27,5%),
Aceh (30,6%) dan Bengkulu (33.0%)
Gambaran persentase akses air minum yang aman menurut provinsi dapat
dilihat dalam Gambar 2.13 di bawah ini.
GAMBAR 2.13
PERSENTASE AKSES AIR MINUM YANG AMAN
DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber: Ditjen P2PL, 2010

Secara rinci proporsi keluarga yang memiliki akses terhadap air minum yang
aman menurut wilayah (perkotaan dan perdesaan) dan provinsi dapat dilihat dalam
Lampiran 2.13.

20

2. Sarana dan Akses terhadap Sanitasi Dasar


Berdasarkan data profil kesehatan provinsi tahun 2009 dapat diketahui
persentase keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar. Secara nasional,
persentase tertinggi akses keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar adalah
kepemilikan terhadap jamban (81,03%), kepemilikan pengelolaan air limbah
(73,37%) serta kepemilikan tempat sampah (72,55%). Dari seluruh sarana sanitasi
dasar tersebut yang memiliki kriteria jamban sehat 55,72%, pengelolaan air limbah
sehat 55,30% dan tempat sampah sehat 53,46%. Rincian persentase keluarga dengan
kepemilikan sarana sanitasi dasar dan sehat menurut provinsi dapat dilihat dalam
Lampiran 2.14.
Proporsi penduduk yang memiliki akses terhadap sanitasi dasar yang layak
secara nasional sebesar 51,19%, sedangkan menurut wilayah, persentase akses
sanitasasi dasar yang layak sebesar 69,51% di perkotaan dan 33,96% di wilayah
perdesaan.
GAMBAR 2.14
PERSENTASE AKSES SANITASI DASAR YANG LAYAK
DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber: Ditjen P2PL, 2010

Secara rinci proporsi keluarga yang memiliki akses terhadap sanitasi dasar
yang layak menurut wilayah dan provinsi dapat dilihat dalam Lampiran 2.15.

21

3. Rumah Sehat
Berdasarkan profil kesehatan provinsi tahun 2009, persentase rumah sehat
secara nasional sebesar 63.49%. Provinsi yang memiliki persentase tertinggi adalah
DKI Jakarta (91,13%), Riau (81,51%) dan Bali (77,85%). Provinsi dengan persentase
rumah sehat yang rendah adalah Sulawesi Barat (35,21%), Papua (43,61%) dan Nusa
Tenggara Timur (50,54%).
GAMBAR 2.15
PERSENTASE RUMAH SEHAT
DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Tahun 2009

Persentase rumah sehat menurut provinsi secara rinci (data dari 429 kab/kota)
disajikan pada Lampiran 2.16.

4. Tempat Umum dan Pengelolaan Makan (TUPM) Sehat


Berdasarkan data profil kesehatan provinsi tahun 2009 dapat diketahui
gambaran tempat-tempat umum dan pengelolaan makanan yang sehat. Secara
nasional, dari keseluruhan TUPM, maka yang sudah diperiksa dan dinyatakan sehat
sebesar 64,84%. Sedangkan menurut jenis TUPM, persentase TUPM sehat yang
tertinggi adalah hotel sehat (84,58%), restoran/rumah makan sehat (70,69%), pasar
sehat (54,78%). dan TUPM lainnya (63,25%).
Rincian persentase tempat-tempat umum dan pengelolaan makanan yang
sehat menurut provinsi dapat dilihat dalam Lampiran 2.17.

22

5. Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya


Berdasarkan data profil kesehatan provinsi tahun 2009 dapat diketahui
gambaran institusi yang diberikan pembinaan kesehatan lingkungan seperti institusi
sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah, perkantoran, dan sarana lainnya.
Secara nasional, dari keseluruhan institusi yang ada telah dilakukan pembinaan
terhadap kesehatan lingkungan sebesar 64,41%. Sedangkan menurut jenis institusi,
persentase tertinggi institusi yang dibina kesehatan lingkungannya adalah sarana
kesehatan (77,02%), sarana pendidikan (67,52%), perkantoran (59,15%), sarana
ibadah (58,84%) dan sarana lainnya (62,26%). Rincian persentase institusi dibina
kesehatan lingkungannya menurut provinsi dapat dilihat dalam Lampiran 2.18.
6. Rumah/Bangunan yang Diperiksa dan Bebas Jentik Nyamuk
Aedes
Berdasarkan profil kesehatan provinsi tahun 2009, dari keseluruhan
rumah/bangunan yang ada, sudah dilakukan pemeriksaan terhadap 26%
rumah/bangunan. Dari seluruh rumah/bangunan yang diperiksa maka
rumah/bangunan yang sudah dinyatakan bebas jentik nyamuk Aedes sebesar 77,08%.
Provinsi yang persentase bebas jentik nyamuk Aedes tertinggi adalah DKI Jakarta
(89,08%), Bali (87,98%) dan Banten (87,44%). Sedangkan yang terendah
persentasenya yaitu NTT (39,82%), Papua (46,23%) dan Bengkulu (47,22%).
GAMBAR 2.16
PERSENTASE RUMAH BEBAS JENTIK NYAMUK AEDES
DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Tahun 2009

23

Persentase rumah/bangunan yang diperiksa dan bebas jentik nyamuk Aedes


menurut provinsi (data dari 322 kabupaten/kota) secara rinci disajikan pada
Lampiran 2.19.
E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT
Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh
terhadap kesehatan, akan disajikan beberapa indikator yaitu perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) dan usia wanita perkawinan pertama.
1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Berdasarkan profil kesehatan provinsi tahun 2009, persentase rumah tangga
yang ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) secara nasional sebesar 48,41%.
Provinsi yang memiliki persentase tertinggi adalah Jawa Tengah (88,57%), DI
Yogyakarta (87,38%) dan Kalimantan Timur (79,73%). Provinsi dengan persentase
PHBS yang rendah adalah Sumatera Barat (17,97%), Banten (21,37%) dan Papua
Barat (27,34%).
GAMBAR 2.17
PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Tahun 2009

Persentase rumah tangga yang memenuhi kriteria perilaku hidup bersih dan
sehat yang baik menurut provinsi secara rinci (data dari 373 kab/kota) disajikan pada
Lampiran 2.20.
2. Umur Perkawinan Pertama
Umur perkawinan pertama adalah umur pada saat wanita melakukan
perkawinan secara hukum dan biologis yang pertama kali.

24

Secara nasional, umur wanita yang menikah/kawin yang pertama kali paling
banyak terjadi pada umur 19-24 tahun sebesar 41,33%, kemudian persentase cukup
banyak terjadi pula pada umur yang relatif masih remaja (16-18 tahun) sebesar
33,41%.
GAMBAR 2.18
PERSENTASE WANITA MENURUT UMUR PERKAWINAN PERTAMA
DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber: BPS, Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia, Mei 2010

Persentase wanita menurut umur perkawinan pertama menurut provinsi


secara rinci disajikan pada Lampiran 2.21.
***

25

Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor


tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan
ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi,
pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya.
Situasi derajat kesehatan masyarakat dapat tercermin melalui angka morbiditas,
mortalitas dan status gizi. Pada bab berikut ini situasi derajat kesehatan di Indonesia
digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA),
Angka Kematian Ibu (AKI), dan angka morbiditas beberapa penyakit.
A. MORTALITAS
Mortalitas merupakan angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat
tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab
lainnya. Angka kematian yang disajikan pada bab ini yaitu AKB, AKABA, AKI, dan
Angka Kematian Kasar.
1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka Kematian Bayi (AKB) dapat didefinisikan sebagai banyaknya bayi yang
meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup
pada tahun yang sama.
AKB merupakan indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat
kesehatan masyarakat. Oleh karena itu banyak upaya kesehatan yang dilakukan dalam
rangka menurunkan AKB.
GAMBAR 3.1
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA TAHUN 1991 S.D TAHUN 2007

27

Sumber: BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007

Menurut hasil SDKI terjadi penurunan AKB sejak tahun 1991. Pada tahun 1991
diestimasikan AKB sebesar 68 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan hasil SDKI 2007
mengestimasikan AKB sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Hasil estimasi tersebut
memperhitungkan Angka Kematian Bayi dalam periode 5 tahun terakhir sebelum survei,
misalnya pada SDKI tahun 2007 diperoleh AKB untuk periode 5 tahun sebelumnya yaitu
tahun 2003-2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup.
Berbagai faktor dapat menyebabkan adanya penurunan AKB seperti yang
ditampilkan pada gambar di atas, diantaranya pemerataan pelayanan kesehatan berikut
fasilitasnya. Hal ini disebabkan AKB sangat sensitif terhadap perbaikan pelayanan
kesehatan. Selain itu, perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin dengan pendapatan
masyarakat yang meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi yang
berdampak pada daya tahan terhadap infeksi penyakit.
Hasil SDKI tahun 2007 juga mengestimasikan AKB pada tingkat provinsi. Provinsi
dengan AKB terendah adalah DI Yogyakarta sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti
Aceh sebesar 25 per 1.000 kelahiran hidup, dan Kalimantan Timur serta Jawa Tengah
sebesar 26 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB tertinggi terdapat di Provinsi
Sulawesi Barat sebesar 74 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti oleh Nusa Tenggara Barat
sebesar 72 per 1.000 kelahiran hidup dan Sulawesi Tengah sebesar 60 per 1.000 kelahiran
hidup. Gambaran AKB per provinsi dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut. Rincian AKB
menurut provinsi di Indonesia terdapat pada Lampiran 3.1.

GAMBAR 3.2
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2007

Sumber: BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007

28

2. Angka Kematian Balita (AKABA)


Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah anak yang meninggal
sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup.
AKABA merepresentasikan peluang terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan
sebelum umur 5 tahun.
Millenium Development Goals (MDGs) menetapkan nilai normatif AKABA, yaitu
sangat tinggi dengan nilai > 140, tinggi dengan nilai 71-140, sedang dengan nilai 20-70 dan
rendah dengan nilai < 20. SDKI tahun 2007 mengestimasikan nilai AKABA sebesar 44 per
per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini merupakan estimasi untuk periode 5 tahun sebelum
survei (2003-2007).
GAMBAR 3.3
ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA) PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA TAHUN 1991 2007

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008

Berdasarkan estimasi terhadap nilai AKABA pada tingkat provinsi, diketahui


bahwa provinsi dengan AKABA terendah terdapat di Provinsi DI Yogyakarta sebesar 22
per 1.000 kelahiran hidup, diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup
dan Kalimantan Tengah sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan provinsi dengan
AKABA tertinggi adalah Sulawesi Barat sebesar 96 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti oleh
Maluku sebesar 93 per 1.000 kelahiran hidup dan Nusa Tenggara Barat sebesar 92 per
1.000 kelahiran hidup. Gambaran AKABA menurut provinsi dapat dilihat pada gambar
berikut.

29

GAMBAR 3.4
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BALITA PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2007

Sumber : BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007

3. Angka Kematian Ibu (AKI)


Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang
meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan,
melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan
lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.
AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan.
Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama
kehamilan dan melahirkan. Sensitifitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan
menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.
AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan,
persalinan, dan nifas. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007
menyebutkan bahwa AKI untuk periode 5 tahun sebelum survei (2003-2007) sebesar 228
per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah dibandingkan AKI hasil SDKI tahun
2002-2003 yang mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup.
Pada Gambar 3.5 berikut nampak adanya kecenderungan penurunan AKI sejak
tahun 1994 sampai dengan tahun 2007.
30

GAMBAR 3.5
ANGKA KEMATIAN IBU (PER 100.000 KELAHIRAN HIDUP)
DI INDONESIA TAHUN 1994-2007

Sumber : Badan Pusat Statistik,2008

4. Angka Kematian Kasar (AKK)


Angka kematian kasar adalah jumlah kematian yang terjadi pada suatu waktu dan
tempat tertentu per 1.000 penduduk pada pertengahan tahun. Estimasi Angka Kematian
Kasar (AKK) berdasarkan hasil SUPAS 2005, menyebutkan bahwa AKK tahun 2007
sebesar 6,9 per 1.000 penduduk.
5. Angka Kematian di Rumah Sakit
Tabel berikut ini menyajikan 10 penyebab kematian terbanyak pada penderita rawat
inap di rumah sakit pada tahun 2008.
TABEL 3.1
10 PENYAKIT UTAMA PENYEBAB KEMATIAN DI RUMAH SAKIT
DI INDONESIA TAHUN 2008
Golongan Sebab Sakit
Pasien
CFR
No
Mati
(%)
1

Penyakit Sistem Sirkulasi Darah

23.163

11,06

Penyakit Infeksi dan Parasit Tertentu

16.769

2,89

Kondisi Tertentu yang Bermula pada Masa Perinatal

9.108

9,74

Penyakit Sistem Napas

8,190

3,99

Penyakit Sistem Cerna

6.825

2,91

Cedera, Keracunan, dan Akibat Sebab Luar Tertentu


Lainnya

5.767

2,99

Penyakit Endokrin, Nutrisi, dan Metabolik

5.585

6,73

Penyakit Sistem Kemih Kelamin

4.542

3,56

4.332

4,70

4.238

2,80

9
10

Neoplasma
Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik
Abnormal YTK

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Kemkes RI, 2009

31

Berdasarkan informasi pada tabel di atas, penyakit sistem sirkulasi darah


merupakan penyakit yang menempati urutan teratas sebagai penyakit utama penyebab
kematian di rumah sakit pada tahun 2008. Penyakit sistem sirkulasi darah pada tahun 2008
menyebabkan kematian sebanyak 23.163 orang dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar
11,06%.
6. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir
Derajat kesehatan masyarakat juga dapat diukur dengan melihat besarnya Umur
Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH). Selain itu, UHH juga menjadi salah satu indikator
yang diperhitungkan dalam menilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Kondisi UHH di
Indonesia dalam kurun waktu 2006-2008 menunjukkan peningkatan.
Berdasarkan data BPS, UHH di Indonesia pada tahun 2008 sebesar 69 tahun,
sedangkan pada tahun 2006 dan 2007 sebesar 68,5 tahun dan 68,7 tahun. Salah satu faktor
yang berperan dalam peningkatan UHH adalah upaya di bidang kesehatan sebagai bagian
dari pembangunan kesehatan.
Pada tahun 2008, provinsi dengan UHH tertinggi adalah DI Yogyakarta, yaitu
sebesar 73,1 yang diikuti oleh DKI Jakarta sebesar 72,9 dan Sulawesi Utara sebesar 72,0
tahun. Sedangkan, UHH terendah terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat, sebesar 61,5
tahun, yang diikuti oleh Kalimantan Selatan sebesar 63,1 tahun dan Banten sebesar 64,6
tahun. Gambaran UHH pada tahun 2007 dan 2008 menurut provinsi terdapat pada
Lampiran 3.2.
GAMBAR 3.6
UMUR HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2008

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa UHH merupakan salah satu
komponen dalam memformulasikan IPM. Berikut ini ditampilkan peringkat IPM 33
provinsi di Indonesia tahun 2008 yang disertai dengan nilai IPM.

32

GAMBAR 3.7
NILAI IPM MENUURT PROVINSI
DI INDONESIA TAHUN 2008

Sumber: BPS, 2010

Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa provinsi dengan IPM tertinggi adalah
DKI Jakarta, Sulawesi Utara, dan Riau. Sedangkan provinsi dengan IPM terendah adalah
Papua, diikuti oleh Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

B. MORBIDITAS
Morbiditas dapat diartikan sebagai angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen
dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi
pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat
kesehatan masyarakat.
1. Pola 10 Penyakit Terbanyak di Rumah Sakit
Pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit tahun 2009
menurut Daftar Tabulasi Dasar (DTD) menunjukkan bahwa kasus terbanyak merupakan
penyakit infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya dengan jumlah total kasus 488.794.
Rincian mengenai 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit dapat
dilihat pada tabel berikut.

33

TABEL 3.2
POLA 10 BESAR PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT JALAN
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2009
No

Kasus

Daftar Tabulasi dasar (DTD)

Laki-Laki

Perempuan

Total Kasus

Jumlah
Kunjungan

Infeksi saluran nafas bagian atas akut


lainnya
Demam yang sebabnya tidak
diketahui
Penyakit kulit dan jaringan subkutan
lainnya
Diare & gastroenteritis oleh
penyebab infeksi tertentu (kolitis
infeksi)
Gangguan refraksi dan akomodasi

67.231

89.429

156.660

203.021

Dispepsia

55.817

77.345

133.162

220.375

Hipertensi esensial (primer)

55.446

67.823

123.269

412.364

Penyakit pulpa dan periapikal

54.004

68.463

122.467

234.083

53.463

52.142

105.605

153.488

46.380

52.815

99.195

135.749

1
2
3
4

9
10

Penyakit telinga dan prosesus


mastoid
Konjungtivitis dan gangguan lain
konjungtiva

243.578

245.216

488.794

781.881

143.167

132.087

275.254

358.942

99.303

147.953

247.256

371.673

88.275

83.738

172.013

223.318

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes RI, 2009

Sedangkan pada pasien rawat inap, pola gambaran 10 penyakit terbanyak menunjukkan
pola yang sedikit berbeda. Diare dan Gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis
infeksi) memiliki jumlah kasus terbanyak yaitu 143.696 kasus.
TABEL 3.3
POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2009
No

Daftar Tabulasi Dasar (DTD)

Kasus
Laki-Laki

Perempuan

Total Kasus

Meninggal

CFR (%)

Diare & gastroenteritis oleh


penyebab infeksi tertentu
(kolitis infeksi)

74.161

69.535

143.696

1.747

1,22

Demam berdarah dengue

60.705

60.629

121.334

898

0,74

Demam tifoid dan paratifoid

39.262

41.588

80.850

1.013

1,25

Demam yang sebabnya tidak


diketahui

24.957

24.243

49.200

462

0,94

Dispepsia

18.807

28.497

47.304

520

1,10

Hipertensi esensial (primer)

15.533

21.144

36.677

935

2,55

Infeksi saluran napas bagian


atas akut lainnya

19.115

16.933

36.048

162

0.45

Pneumonia

19.170

16.477

35.647

2.365

6,63

Penyakit apendiks

13.920

16.783

30.703

234

0,76

10

Gastritis dan duodenitis

12.758

17.396

30.154

235

0,78

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes RI, 2009

34

Berdasarkan CFR, penyakit yang memiliki CFR paling tinggi di antara 10 penyakit
terbanyak pada pasien rawat inap di RS adalah Pneumonia sebesar 6,63%. Sedangkan
penyakit dengan CFR terendah adalah Infeksi Saluran Napas Bagian Atas Akut Lainnya
sebesar 0,45%.
2. Penyakit Menular
a. Malaria

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya


menjadi komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDGs). Malaria
disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Anopheles. Wilayah endemis malaria pada umumnya adalah desa-desa terpencil
dengan kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi yang sulit,
akses pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang
rendah, serta buruknya perilaku masyarakat terhadap kebiasaan hidup sehat.
Ditjen PP&PL Kementerian Kesehatan telah menetapkan stratifikasi endemisitas
malaria suatu wilayah di Indonesia menjadi 4 strata yaitu :
1. Endemis Tinggi bila API > 5 per 1.000 penduduk.
2. Endemis Sedang bila API berkisar antara 1 < 5 per 1.000 penduduk.
3. Endemis Rendah bila API 0 - 1 per 1.000 penduduki.
4. Non Endemis adalah daerah yang tidak terdapat penularan malaria (Daerah
pembebasan malaria) atau API = 0.
GAMBAR 3.8
STRATIFIKASI ENDEMISITAS MALARIA
DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemenkes RI, 2010

API nasional pada tahun 2009 adalah 1,85 per 1.000 penduduk dengan kisaran
provinsi 0,02- 27,66 per 1.000 penduduk. Angka ini jauh menurun dibandingkan API tahun
1990 yaitu 4.68 per 1.000 penduduk. Dihubungkan dengan target pencapaian MDGs, angka
API 2009 sudah memenuhi target.
Kasus malaria klinis tahun 2009 di Indonesia dilaporkan sebanyak 1.143.024 kasus.
Sebesar 75,5% dari kasus tersebut diperiksa sediaan darahnya, dan dihasilkan 23,1%
sediaan darah yang positif. Relatif tingginya cakupan pemeriksaan sediaan darah di
35

laboratorium tersebut merupakan pelaksanaan kebijakan nasional pengendalian malaria


dalam mencapai eliminasi malaria, yaitu semua kasus malaria klinis harus dikonfirmasi
laboratorium.
GAMBAR 3.9
ANNUAL PARASITE INCIDENCE MALARIA ()
DI JAWA BALI TAHUN 2004 2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemenkes RI, 2010

Indikator untuk upaya penemuan penderita di wilayah Jawa-Bali menggunakan


Annual Parasite Incidence (API) atau Angka Parasit Malaria per 1.000 penduduk. Pada
tahun 2009 API Jawa-Bali sebesar 0,17 per 1.000 penduduk. Angka ini telah mencapai
target yang ditentukan, yaitu di bawah 0,25 per 1.000 penduduk. Pada gambar di atas
nampak bahwa dari tahun 2004-2009, API senantiasa memenuhi target.
GAMBAR 3.10
ANNUAL MALARIA INCIDENCE ()
DI LUAR JAWA BALI TAHUN 2004 2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemenkes RI, 2010

Upaya pengendalian malaria untuk wilayah di luar Jawa-Bali menggunakan Annual


Malaria Incidence (AMI). Pada gambar di atas nampak bahwa AMI di wilayah luar Jawa-Bali
pada tahun 2005-2009 menunjukkan kecenderungan penurunan. Pada tahun 2005 AMI di luar
Jawa-Bali sebesar 24,75 per 1.000 penduduk. Angka ini terus turun hingga 12,27 per 1.000
penduduk pada tahun 2009. Namun, pada tahun 2004-2009 pencapaian AMI masih belum
36

memenuhi target, karena pada kurun waktu tersebut AMI berada di atas target yang telah
ditentukan. Rincian API dan AMI menurut provinsi tahun 2009 dapat dilihat pada Lampiran 3.5.
b. TB Paru

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi


bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang
yang telah terinfeksi basil TB. Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah
satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs
Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Detection
Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati
terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut.
Kementerian Kesehatan menetapkan target CDR minimal pada tahun 2009 sebesar 70%.
Berikut ini disajikan pencapaian CDR menurut provinsi tahun 2009.
GAMBAR 3.11
CAKUPAN CASE DETECTION RATE (CDR) TB DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemenkes RI, 2010

Pencapaian CDR pada tahun 2009 sebesar 73,1%. Angka ini telah memenuhi target
minimal yang telah ditetapkan yaitu sebesar 70%. Pada tingkat provinsi, CDR tertinggi terdapat
di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 85,2%, diikuti DKI Jakarta sebesar 81% dan Banten sebesar
77,7%. Sedangkan provinsi dengan CDR terendah adalah Kalimantan Tengah sebesar 30,6%
diikuti oleh Kalimantan Timur sebesar 31,1% dan Kepulauan Riau sebesar 32,3%. Pada gambar
di atas nampak bahwa terdapat 5 provinsi yang telah memenuhi target CDR 70%, yaitu
Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Banten, Maluku, dan Jawa Barat.
Dalam mengukur keberhasilan pengobatan TB digunakan Angka Keberhasilan
Pengobatan (SR=Success Rate) yang mengindikasikan persentase pasien baru TB paru
BTA positif yang menyelesaikan pengobatan, baik yang sembuh maupun yang menjalani
pengobatan lengkap diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat. Success Rate
dapat membantu dalam mengetahui kecenderungan meningkat atau menurunnya penemuan
pasien pada wilayah tersebut. Berikut ini ditampilkan SR tahun 2004-2008.

37

GAMBAR 3.12
SUCCESS RATE (SR) TB
DI INDONESIA TAHUN 2004-2008

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemenkes RI, 2010

Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa pencapaian Success Rate (SR) pada tahun
2004-2008 telah memenuhi target 85%. Namun demikian terjadi penurunan Success Rate (SR)
dari 91% pada tahun 2005 menjadi 87,6% pada tahun 2006. Angka ini kemudian kembali naik
menjadi 91% pada tahun 2007 dan 2008. Gambaran kasus TB dan keberhasilan pengobatannya
dapat dilihat pada Lampiran 3.7, 3.8, 3.9 dan 3.10.
c. HIV & AIDS

HIV & AIDS disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan penderita mengalami penurunan
ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.
Penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses hubungan
seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi secara bergantian, dan
penularan dari ibu ke anak dalam kandungan melalui plasenta dan kegiatan menyusui.
Kasus HIV dan AIDS menunjukkan trend peningkatan setiap tahun. Sampai dengan
Desember 2009 jumlah kumulatif kasus AIDS mencapai 19.973 kasus. Gambar berikut
menampilkan kasus baru dan kumulatif penderita AIDS yang terjadi sampai tahun 2009.

38

GAMBAR 3.13
JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF PENDERITA AIDS
YANG TERDETEKSI DARI BERBAGAI SARANA KESEHATAN
DI INDONESIA TAHUN 2001 2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemenkes RI, 2010

Pada gambar di atas nampak adanya peningkatan penemuan kasus baru yang cukup
signifikan pada tahun 2008, dari 2.947 kasus baru pada tahun 2007 menjadi 4.969 kasus
baru pada tahun 2008.
Besaran kasus juga dapat dilihat dengan menggunakan Case Rate AIDS yang
diperoleh dengan membandingkan jumlah kasus kumulatif terhadap jumlah penduduk per
100.000 penduduk. Pada tahun 2009, provinsi dengan Case Rate tertinggi adalah Papua
sebesar 133,1; diikuti oleh Bali sebesar 45,4; dan DKI Jakarta 31,7 per 100.000 penduduk.
GAMBAR 3.14
CASE RATE AIDS MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER TAHUN 2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemenkes RI, 2010

39

HIV/AIDS memiliki beberapa faktor risiko, yaitu hubungan seksual lawan jenis
(heteroseksual), hubungan sejenis melalui Lelaki Seks Lelaki (LSL), penggunaan Narkoba
suntik secara bergantian, transfusi darah dan perinatal. Berikut ini disajikan persentase
kasus kumulatif menurut faktor risiko.
GAMBAR 3.15
PERSENTASE KASUS KUMULATIF AIDS MENURUT CARA PENULARAN DI INDONESIA
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemenkes RI, 2010

Berdasarkan cara penularan, persentase kasus kumulatif tertinggi adalah melalui


hubungan heteroseksual sebesar 50,3%. Sedangkan persentase terendah adalah melalui
transfusi darah sebesar 0,1%.
Meskipun penggunaan IDU menempati urutan ke-2 terbesar, namun jika kita
melihat kecenderungan kasus baru AIDS pada pengguna NAPZA suntik menunjukkan
penurunan selama tahun 2006- 2009 seperti yang nampak pada gambar berikut. Hal ini
dapat disebabkan oleh adanya upaya promosi kesehatan pada kelompok pengguna NAPZA
suntik yang menyampaikan pesan bahwa penggunaan jarum suntik secara bergantian
merupakan perilaku risiko tinggi terhadap penularan HIV.
GAMBAR 3.16
JUMLAH KASUS BARU AIDS PADA PENGGUNA NAPZA SUNTIK
DI INDONESIA TAHUN 2005-2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemenkes RI, 2010

40

Pada tahun 2009 jumlah kasus baru AIDS yang menggunakan NAPZA suntik
sebanyak 1.156 kasus. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan tahun 2008 sebesar 1.255
kasus.
Berdasarkan jenis kelamin, proporsi kasus kumulatif AIDS laki-laki lebih besar
terhadap perempuan yaitu 73,7% berbanding 25,8%.
GAMBAR 3.17
PERSENTASE KASUS KUMULATIF AIDS MENURUT JENIS KELAMIN DI INDONESIA
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemenkes RI, 2010

Proporsi kasus kumulatif AIDS menurut kelompok umur menunjukkan gambaran


bahwa sebagian besar kasus kumulatif AIDS terdapat pada usia 20-29 tahun, 30-39 tahun,
dan 40-49 tahun. Kelompok umur tersebut memang termasuk ke dalam usia produktif yang
tentu saja juga aktif secara seksual.
GAMBAR 3.18
PERSENTASE KASUS KUMULATIF AIDS MENURUT KELOMPOK UMUR DI INDONESIA
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemenkes RI, 2010

41

Informasi lebih rinci tentang HIV/AIDS dapat dilihat pada Lampiran 3.11, 3.12, dan
3.13.
d. Pneumonia

Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi
dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat
kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang
Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau
orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).
Pada tahun 2009, cakupan penemuan Pneumonia pada balita sebesar 22,18%
dengan jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 390.319 kasus. Berikut ini ditampilkan
angka cakupan penemuan pneumonia balita menurut provinsi tahun 2009.
GAMBAR 3.19
CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA BALITA
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemenkes RI, 2010

Pada tingkat provinsi, dapat diketahui bahwa tiga provinsi dengan cakupan tertinggi
berturut-turut adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 71,45%, Jawa Barat sebesar
46,16% dan Kepulauan Bangka Belitung sebesar 41,41%. Sedangkan tiga provinsi dengan
cakupan terendah adalah Provinsi Kepulauan Riau sebesar 0,32%, Aceh sebesar 2,16%,
dan Kalimantan Barat sebesar 2,54%. Data cakupan masing-masing provinsi terdapat pada
Lampiran 3.14.
e. Kusta

Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri


Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan Kusta
menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan
mata. Diagnosis kusta dapat ditegakkan dengan adanya kondisi sebagai berikut :
a. Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan disertai mati rasa
b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa mati rasa dan
kelemahan/kelumpuhan otot.
42

c. Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA Positif).
Pada tahun 2009, dilaporkan terdapat kasus baru tipe Multi Basiler sebanyak 14.227
kasus dan tipe Pausi Basiler sebanyak 3.033 dengan Newly Case Detection Rate (NCDR)
sebesar 7,49 per 100.000 penduduk. Berikut ini disajikan kecenderungan kasus baru tipe
PB dan MB serta NCDR.
GAMBAR 3.20
JUMLAH KASUS BARU KUSTA TIPE PB DAN MB
DAN NCDR PER 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN 2005-2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemenkes RI, 2010

Penemuan kasus baru sejak tahun 2005-2009 menunjukkan kecenderungan


penurunan. Pada tahun 2005 NCDR sebesar 8,99 per 100.000 penduduk, angka ini turun
terus hingga 7,49 per 100.000 penduduk pada tahun 2009. Kecenderungan penurunan
tersebut juga terjadi pada jumlah kasus baru kusta tipe PB dan MB.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen
PP&PL) telah menetapkan 33 provinsi di Indonesia ke dalam 2 kelompok beban kusta,
yaitu provinsi dengan beban kusta tinggi (high endemic) dan beban kusta rendah (low
endemic). Provinsi dengan high endemic jika NCDR > 10 per 100.000 penduduk atau
jumlah kasus baru lebih dari 1.000, sedangkan low endemic jika NCDR < 10 per 100.000
penduduk.

43

GAMBAR 3.21
STATUS BEBAN KUSTA DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemenkes RI, 2010

Keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru dapat diukur dari tinggi rendahnya
proporsi cacat tingkat II, sedangkan untuk mengetahui tingkat penularan di masyarakat
digunakan indikator proporsi anak (0-14 tahun) di antara penderita baru. Proporsi cacat
tingkat II pada tahun 2009 sebesar 10,37%. Sedangkan proporsi anak di antara penderita
baru pada tahun 2009 sebesar 11,44%.
GAMBAR 3.22
PROPORSI CACAT TINGKAT II DAN PROPORSI ANAK DI ANTARA KASUS BARU KUSTA
DI INDONESIA TAHUN 2001-2009

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI 2009

Pada kurun waktu 2002-2009 terjadi kecenderungan peningkatan proporsi cacat


tingkat II. Sedangkan proporsi kusta pada anak di antara penderita baru nampak
berfluktuasi sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2005. Kecenderunggan peningkatan
proporsi pada anak nampak dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Informasi menurut
provinsi terkait penyakit kusta terdapat pada Lampiran 3.15.

44

2. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)


a.Tetanus Neonatorum

Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke
tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan
oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus TN banyak ditemukan di
negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
rendah.
Pada tahun 2009 dilaporkan terdapat 158 kasus dengan jumlah meninggal 76,
dengan demikian CFR Tetanus Neonatorum pada tahun 2009 sebesar 48,1%. Pada tahun
2009 kasus TN terjadi di 20 provinsi, dan 14 provinsi melaporkan adanya kasus meninggal.
Gambaran kasus Tetanus Neonatorum beserta persentase kasus berdasarkan faktor
risiko menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 3.16.
b.Campak

Campak merupakan salah satu penyakit PD3I yang disebabkan oleh virus campak.
Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak. Penularan dapat terjadi melalui udara
yang telah terkontaminasi oleh sekret orang yang telah terinfeksi. Berikut ini ditampilkan
Incidence Rate (IR) Campak menurut provinsi tahun 2009.
GAMBAR 3.23
INCIDENCE RATE (IR) CAMPAK PER 10.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI 2009

Pada tahun 2009 dilaporkan terdapat 18.055 kasus campak dengan Incidence Rate
sebesar 0,77 per 10.000 penduduk. Incidence Rate tertinggi pada tahun 2009 terdapat di
Provinsi Kepulauan Riau sebesar 3,52; diikuti oleh Sumatera Barat sebesar 2 per 10.000
penduduk, dan Kalimantan Selatan sebesar 1,98 per 10.000 penduduk. Sedangkan Maluku
dan Nusa Tenggara Barat memiliki IR sebesar 0 per 10.000 penduduk.
Informasi mengenai penyakit campak menurut provinsi terdapat pada Lampiran
3.17, 3.18, 3.19, 3.20, dan 3.21.
45

c. Difteri

Penyakit Difteri disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae yang


menyerang sistem pernafasan bagian atas. Penyakit ini memiliki gejala sakit leher, demam
ringan, sakit tekak. Difteri juga kerap ditandai dengan tumbuhnya membran kelabu yang
menutupi tonsil serta bagian saluran pernafasan.
Jumlah kasus Difteri pada tahun 2009 sebanyak 189 kasus, dengan Incidence Rate
per 10.000 penduduk menurut kelompok umur menunjukkan umur < 1 tahun memiliki IR
sebesar 0,01; umur 1-4 tahun sebesar 0,02 ; dan umur 5-14 tahun sebesar 0,02 per 10.000
penduduk.
GAMBAR 3.24
INCIDENCE RATE (IR) DIFTERI PER 10.000 PENDUDUK
MENURUT KELOMPOK UMUR DI INDONESIA TAHUN 2003-2009

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI 2009

Gambaran penyakit Difteri menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 3.22 dan
3.23.
d. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut)

Polio merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk ke dalam PD3I yang
disebabkan oleh virus yang menyerang sistem syaraf higga penderita mengalami
kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berumur 0-3 tahun ini
ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di
tungkai dan lengan.
Sedangkan AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami
penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas kemudian berakibat pada kelumpuhan.
Ditjen PP&PL Kementerian Kesehatan telah menetapkan indikator surveilans AFP yaitu
ditemukannya Non Polio AFP Rate minimal sebesar 2/100.0000 anak usia < 15 tahun. Pada
tahun 2009 non Polio AFP Rate sebesar 2,65 per 100.000 anak < 15 tahun.

46

GAMBAR 3.25
NON POLIO AFP RATE PER 100.000 ANAK < 15 TAHUN
DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI 2009

Provinsi dengan non Polio AFP Rate tertinggi adalah Gorontalo sebesar 8,4 per
100.000 anak < 15 tahun, diikuti oleh DIY dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 5,67
dan 5,64 per 100.000 anak < 15 tahun. Sedangkan provinsi dengan non Polio AFP Rate
terendah adalah Papua sebesar 1 per 100.000 anak < 15 tahun, diikuti oleh NTB dan
Kalimantan Tengah masing-masing sebesar 1,29 dan 1,57 per 100.000 anak < 15 tahun.
Informasi lebih rinci menurut provinsi terdapat pada Lampiran 3.24 dan 3.25.
3. Penyakit Potensial KLB/Wabah

Terdapat beberapa penyakit yang berpotensi KLB/wabah yang sering terjadi di


Indonesia, di antaranya adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), Diare dan Chikungunya.
Seluruh penyakit potensial KLB ini banyak mengakibatkan kematian dan kerugian secara
ekonomi.
a.Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue
dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak
berumur < 15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa.
Pada tahun 2009, terdapat 158.912 kasus dengan jumlah kematian 1.420 orang.
Dengan demikian, IR DBD pada tahun 2009 adalah 68,22 per 100.000 penduduk dan CFR
sebesar 0,89%. Angka-angka tersebut mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2008
dengan IR sebesar 59,02 per 100.000 penduduk dan CFR sebesar 0,86%.

47

GAMBAR 3.26
INCIDENCE RATE DBD PER 100.000 PENDUDUK
DAN CASE FATALITY RATE DBD
DI INDONESIA TAHUN 2005-2009

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI 2009

Meskipun CFR tahun 2009 lebih tinggi dibandingkan tahun 2008, namun sejak
tahun 2005 sampai dengan tahun 2008, nampak adanya kecenderungan penurunan CFR.
Kecenderungan penurunan tersebut tidak nampak pada IR per 100.000 penduduk.
Angka Insidens (IR) tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta, yaitu 313,41 per
100.000 penduduk, diikuti oleh Kalimantan Barat sebesar 228,3 per 100.000 penduduk dan
Kalimantan Timur sebesar 173,84 per 100.000 penduduk. Sedangkan IR terendah di
Provinsi NTT sebesar 8,44 dan Jambi sebesar 8,55 per 100.000 penduduk. Provinsi Maluku
melaporkan 0 kasus.
GAMBAR 3.27
INCIDENCE RATE DBD PER 100.000 PENDUDUK
DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI 2009

48

Pada tahun 2009, provinsi dengan CFR tertinggi adalah Kep. Bangka Belitung
sebesar 4,58%, diikuti oleh Bengkulu sebesar 3,08%, Gorontalo sebesar 2,2%. Sedangkan
CFR terendah terdapat di provinsi Sulawesi Barat, dimana tidak ada kasus meninggal, dan
DKI Jakarta sebesar 0,11%.
GAMBAR 3.28
CASE FATALITY RATE DBD DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI 2009

Pola perkembangan DBD pada tahun 2009 secara nasional menunjukkan terjadinya
peningkatan kasus dan kematian DBD dibandingkan tahun 2008. Puncak peningkatan
kasus tahun 2009 terjadi pada bulan Januari, Februari dan Maret, kemudian kasus menurun
kembali setelah bulan Juli dan mencapai titik terendah pada bulan September, namun
terjadi peningkatan sedikit pada bulan November dan Desember.
Jumlah kabupaten/kota terjangkit DBD sejak tahun 1968 sampai dengan 2009
cenderung mengalami peningkatan seiring dengan terjadinya pemekaran wilayah di
Indonesia. Puncak IR DBD terjadi pada tahun 1973, 1988, 1998 dan 2005. Jumlah
kabupaten/kota terjangkit DBD terus meningkat sampai tahun 1998, dan sedikit menurun
di tahun 1999, kemudian meningkat kembali sampai tahun 2007. Pada tahun 2008 sebesar
73,5% kabupaten/kota terjangkit, sedangkan tahun 2009 tercatat 384 Kabupaten/kota dari
497 Kabupaten/kota yang ada atau sebesar 77,26%.
GAMBAR 3.29
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA TERJANGKIT DBD
DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI 2009

49

Informasi lebih rinci menurut provinsi terkait dengan penyakit DBD dapat dilihat
pada Lampiran 3.26 dan Lampiran 3.27.

b. Diare

Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses
selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita Diare bila feses lebih
berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang
berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam.
Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare terjadi di 15 provinsi dengan jumlah penderita
sebanyak 5.756 orang, jumlah kematian sebanyak 100 orang atau CFR sebesar 1,74%. CFR
tahun 2009 tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, pada tahun 2008 CFR
Diare sebesar 2,48%. Kecenderungan CFR Diare pada periode tahun 2005-2009 terdapat
pada gambar berikut.
GAMBAR 3.30
CASE FATALITY RATE (CFR) DIARE
DI INDONESIA TAHUN 2005 2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemkes RI, 2010

Pada gambar di atas terlihat adanya penurunan CFR yang cukup signifikan pada
tahun 2006-2007, dari 2,52% menjadi 1,26%. Angka ini naik menjadi 2,48% pada tahun
2008. Angka ini turun menjadi 1,74% pada tahun 2009. Penurunan ini dapat disebabkan
oleh adanya perbaikan penatalaksanaan kasus Diare.
Berikut ini disajikan gambaran distribusi provinsi dengan KLB Diare pada tahun
2009.
GAMBAR 3.31
KLB DIARE DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemkes RI, 2010

50

Informasi lebih rinci menurut provinsi terkait Diare dapat dilihat pada Lampiran
3.28.

c.Chikungunya

Chikungunya adalah penyakit infeksi akut yang ditandai gejala utama demam, ruam
/bercak-bercak kemerahan di kulit dan nyeri persendian, penyakit disebabkan oleh infeksi
virus Chik yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Penyakit ini kerap dijumpai terutama di daerah tropis/subtropis dan sering
menimbulkan epidemi. Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya penyakit ini antara
lain rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat, kepadatan populasi nyamuk penular
karena banyaknya tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim
penghujan.
Pada tahun 2008 dilaporkan di Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, Sumbar
dan DI Yogyakarta dengan jumlah 3.592 kasus tanpa kematian. Sedangkan pada tahun
2009 dilaporkan di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan,
Bengkulu, Lampung, Kep. Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Bali, NTB, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur dengan
jumlah 83.756 kasus tanpa kematian.
Berikut ini disajikan gambaran kasus Chikungunya menurut provinsi pada tahun
2009.
GAMBAR 3.32
JUMLAH KASUS CHIKUNGUNYA DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemkes RI, 2010

Ada beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan kasus Chikungunya secara


signifikan pada tahun 2009 antara lain semakin banyaknya tempat-tempat perindukan
nyamuk penular, dan makin meningkatnya arus mobilisasi penduduk. Sebagaimana
diketahui bahwa pada tahun-tahun sebelumnya masih banyak daerah-daerah yang belum
melaporkan kejadian kasus Chikungunya. Gambaran kasus Chikungunya menurut provinsi
terdapat pada Lampiran 3.29.

51

d.Rabies

Rabies adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus rabies yang ditularkan
melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing, kelelawar, kera, musang dan serigala yang di
dalam tubuhnya mengandung virus Rabies.
Penyakit dengan CFR tinggi ini terus menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia.
Sampai akhir tahun 2009, daerah tertular rabies adalah 24 provinsi dari 33 provinsi di
Indonesia. Dengan demikian hanya 9 provinsi yaitu: Kep.Bangka Belitung, DKI Jakarta, DI
Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Kalimantan Barat, Papua Barat, dan Papua
yang masih dinyatakan sebagai daerah bebas rabies.
Terdapat beberapa indikator yang digunakan dalam memantau upaya pengendalian
Rabies, yaitu : GHPR (kasus Gigitan Hewan Penular Rabies), kasus yang divaksinasi
dengan Vaksin Anti Rabies (VAR), dan Lyssa. Berikut ini disajikan gambaran GHPR,
kasus divaksinasi, dan Lyssa pada tahun 2004-2009.
GAMBAR 3.33
JUMLAH KASUS GHPR, VAR
DAN LYSSA DI INDONESIA TAHUN 2004-2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemkes RI, 2010

Selama tahun 2004-2009, nampak adanya kecenderungan peningkatan jumlah kasus


GHPR dan kasus VAR. Kasus GHPR pada tahun 2004 dilaporkan sebanyak 14.996 dengan
7.895 kasus divaksinasi dan 109 kasus lyssa. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan kasus
GHPR menjadi 45.466 kasus dengan kasus divaksinasi 35.316 dan lyssa sebesar 195 kasus.
Pada tahun 2009 provinsi dengan kasus GHPR terbanyak adalah Bali, sedangkan
provinsi yang berhasil menekan jumlah lyssa menjadi 0 kasus pada tahun 2009 adalah
Jambi, Bengkulu, Jawa Barat, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Barat. Gambaran situasi
Rabies di Indonesia menurut provinsi pada tahun 2009 terdapat pada Lampiran 3.30.
Berikut ini ditampilkan peta wilayah endemis rabies tahun 2009

52

GAMBAR 3.34
WILAYAH TERTULAR RABIES DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemkes RI, 2010

Berdasarkan gambar di atas, maka provinsi yang bebas rabies pada tahun 2009 yaitu
Kep. Bangka Belitung, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB,
Kalimantan Barat, Papua Barat, dan Papua.
e. Filariasis

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing filaria, yang
terdiri dari Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Penyakit ini
menginfeksi jaringan limfe (getah bening). Filariasis menular melalui gigitan nyamuk yang
mengandung cacing filaria dalam tubuhnya. Dalam tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh
menjadi cacing dewasa dan menetap di jaringan limfe sehingga menyebabkan
pembengkakan di lengan dan organ genital.
GAMBAR 3.35
JUMLAH KASUS FILARIASI DI INDONESIA TAHUN 2003-2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemkes RI, 2010

Sampai tahun 2009 jumlah kasus klinis filariasis yang dilaporkan sebanyak 11.914
yang tersebar di 401 kabupaten/kota. Jumlah kasus klinis filariasis ini merupakan jumlah
kumulatif yang dilaporkan dari waktu ke waktu, baik penderita lama yang baru ditemukan
maupun penderita baru. Pada tahun 2008, jumlah kasus klinis yang dilaporkan sebanyak
11.699. Informasi lebih rinci terkait penyakit filariasis terdapat pada Lampiran 3.31.
53

f. Antraks

Penyakit Antraks adalah penyakit infeksi yang akut yang disebabkan oleh spora dari
bakteri Bacillus anthracis. Spora Bacillus anthracis dapat bertahan hidup di lingkungan
selama bertahun-tahun hingga mendapatkan host baru. Umumnya penyakit ini terjadi pada
mamalia herbivora baik yang liar maupun peliharaan, meskipun dapat juga menyerang
mamalia lain dan beberapa jenis unggas. Manusia dapat tertular Antraks melalui kontak
langsung maupun tidak langsung atau mengkonsumsi binatang yang terinfeksi atau produk
hewan yang terkontaminasi bakteri/spora Antraks.
Selama tahun 2009 telah dilaporkan kasus antraks pada manusia sebanyak 17 kasus
2 orang diantaranya meninggal (CFR 11,76%). Terdapat 2 kasus yang meninggal akibat
antraks tipe pencernaan yang bersifat sangat akut. Semua kasus berasal dari Kabupaten
Gowa Provinsi Sulawesi Selatan.
g. Pes

Penyakit pes atau bubonic plaque disebabkan oleh infeksi bakteri Pasteurella pestis
melalui hewan pengerat liar. Terdapat 4 wilayah yang merupakan wilayah fokus Pes yaitu
1. Provinsi Jawa Timur di Kabupaten Pasuruan, Kecamatan Tutur Nongkojajar
2. Provinsi Jawa Tengah di Kabupaten Boyolali, Kecamatan Selo dan Cepogo,
3. Provinsi DI Yogyakarta di Kabupaten Sleman, Kecamatan Cangkringan
4. Provinsi Jawa Barat di Kabupaten Bandung, Kecamatan Ciwidey.
Seluruh daerah tersebut adalah merupakan daerah pegunungan (daerah ketinggian)
seperti Kecamatan Tutur Nongkojajar di kaki Gunung Bromo, Kecamatan Selo & Cepogo
serta Cangkringan di Kaki Gunung Merapi, Kecamatan Ciwidey di daerah kawah putih
Ciwidey.
Surveilans aktif dan pasif terhadap rodent dan pinjalnya masih tetap dilakukan
secara rutin di empat daerah fokus Pes tersebut untuk mengantisipasi terjadinya KLB Pes
yang biasa terjadi setiap 10 tahun. KLB Pes terakhir terjadi pada tahun 2007 di Dusun
Sulorowo, Desa Kayukebek, Kecamatan Tutur Nongkojajar Kabupaten Pasuruan, Provinsi
Jawa Timur. Pada tahun 2009, provinsi yang masih melaporkan kegiatan trapping hanya
Jawa Timur, dimana terdapat 40 spesimen manusia dan 3.175 spesimen rodent yang
diperiksa di BLK Surabaya dan hasilnya menunjukkan negatif.
Berikut ini ditampilkan hasil surveilans aktif dan pasif pes pada manusia selama
tahun 2004-2009.

54

GAMBAR 3.36
HASIL SURVEILANS PES PADA MANUSIA
DI INDONESIA TAHUN 2004-2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemkes RI, 2010

Pada gambar di atas nampak terjadi peningkatan jumlah manusia yang diperiksa
maupun yang menunjukkan hasil positif pada tahun 2004-2007. Pada tahun 2008 dan 2009
tidak ditemukan lagi kasus positif pada manusia. Data dan Informasi mengenai penyakit
pes terdapat pada Lampiran 3.32.
h. Leptospirosis

Leptospirosis ditularkan melalui urin hewan pengerat yang telah terinfeksi bakteri
penyebab Leptospirosis. Manusia dapat terinfeksi jika terpapar dengan air, tanah basah
yang telah terkontaminasi urin tersebut. Penyakit ini ditandai dengan beberapa gejala
seperti flu sampai dengan gangguan serius yang dapat menyebabkan kematian. Kasus
Leptospirosis seringkali dilaporkan dari wilayah yang terkena banjir.
Pada tahun 2009 terdapat tiga wilayah yang melaporkan adanya kasus leptospirosis
yaitu Provinsi DKI Jakarta, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Pada tahun 2009 terjadi
peningkatan kasus Leptospirosis di Jawa Tengah pada bulan Januari sampai dengan April
2009, dimana sedang terjadi bencana banjir di wilayah tersebut. Secara nasional, pada
tahun 2009 terdapat 378 kasus dengan 23 kasus meninggal. Berikut ini ditampilkan
gambaran jumlah kasus, meninggal dan CFR Leptospirosis selama tahun 2004-2009.
GAMBAR 3.37
JUMLAH KASUS, MENINGGAL DAN CFR LEPTOSPIROSIS
DI INDONESIA TAHUN 2004-2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemkes RI, 2010

55

Gambar di atas menampilkan adanya peningkatan kasus pada tahun 2007 dengan
jumlah kasus 667 dan jumlah meninggal 57. Pada tahun 2007 memang terjadi banjir di
beberapa wilayah di Indonesia, khususnya Provinsi DKI Jakarta. Sedangkan CFR
menunjukkan kecenderungan penurunan pada tahun 2004-2006. Angka kematian ini naik
pada tahun 2007 dengan CFR 8,55%. Namun angka ini turun menjadi 6,08 pada tahun
2009. Informasi lebih rinci menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 3.33.
i. Flu Burung

Avian Influenza atau flu burung disebabkan oleh infeksi virus influenza tipe A
(H5N1) yang umumnya menginfeksi unggas dan sedikit kemungkinan menginfeksi babi.
Penyakit ini bisa menular kepada manusia dan dapat menimbulkan penyakit flu yang
berakibat kematian.
Kasus Flu Burung di Indonesia pada manusia pertama kali dilaporkan pada bulan
Juni tahun 2005. Berikut ini ditampilkan jumlah kasus, kasus meninggal dan CFR Flu
Burung tahun 2005-2009.
GAMBAR 3.38
JUMLAH KASUS, MENINGGAL DAN CFR FLU BURUNG
DI INDONESIA TAHUN 2005-2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemkes RI, 2010

Jumlah kasus Flu Burung dan jumlah meninggal dilaporkan terbanyak pada tahun
2006. Kecenderungan penurunan terjadi dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009.
Sedangkan CFR menunjukkan kecenderungan peningkatan sejak kasus pertama kali
ditemukan pada tahun 2005. Pada tahun 2009 dilaporkan kasus sebanyak 21 dengan kasus
meninggal sebanyak 19 dan CFR sebesar 90,48%. Angka CFR ini merupakan yang
tertinggi selama kurun waktu tahun 2005-2009.
Jika dilihat secara kumulatif sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009, tiga
provinsi dengan jumlah kasus Flu Burung tertinggi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat dan
Banten.

56

GAMBAR 3.39
JUMLAH KASUS DAN MENINGGAL AKIBAT FLU BURUNG
DI 13 PROVINSI TAHUN 2005-2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemkes RI, 2010

Berikut ini ditampilkan pemetaan kasus Flu Burung sampai dengan tahun 2009.
GAMBAR 3.40
WILAYAH PENYEBARAN KASUS FLU BURUNG
DI INDONESIA TAHUN 2005-2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemkes RI, 2010

Pada gambar di atas nampak bahwa sejak pertama kali dilaporkan pada tahun 2005
sampai dengan tahun 2009, flu burung telah menyebar ke beberapa Provinsi di Indonesia,
yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, dan Sulawesi Selatan.
Gambaran situasi Flu Burung menurut provinsi juga dapat dilihat pada Lampiran 3.34.

***

57

Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan
di masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat mencakup upaya-upaya promosi kesehatan,
pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular,
penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan
jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif dalam
makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya,
serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.
Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan
atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan
perorangan mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat
jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap
perorangan.
Berikut ini diuraikan situasi upaya kesehatan selama beberapa tahun terakhir, khususnya
untuk tahun 2009.
A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah penting dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan
cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat diatasi. Berbagai
pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan adalah sebagai berikut ini.
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan
perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil dapat
59

mempengaruhi kesehatan janin dalam kandungannya hingga kelahiran dan masa pertumbuhan
bayi dan anaknya.
Kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara khusus berhubungan
dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di
semua jenis fasilitas pelayanan kesehatan, dari posyandu sampai rumah sakit pemerintah
maupun fasilitas pelayanan kesehatan swasta.
Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian
Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan beberapa indikator status
kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan
dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2007, AKI sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000 kelahiran
hidup, AKN 19 per 1.000 kelahiran hidup, dan AKABA 44 per 1.000 kelahiran hidup.
Dalam upaya pencapaian MDGs dan tujuan pembangunan kesehatan, peningkatan
pelayanan kesehatan ibu diprioritaskan yaitu dengan menurunkan Angka Kematian Ibu
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 1992 (SKRT). Target Cakupan kesehatan ibu yang harus dicapai pada tahun
2009 masing-masing sebesar 94% untuk Akses Pelayanan Antenatal (cakupan ibu hamil K1),
84% untuk cakupan pelayanan ibu hamil sesuai standar (K4), dan 82% untuk cakupan
Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Pn).
Upaya untuk mempercepat penurunan AKI telah dimulai sejak akhir tahun 1980-an
melalui program Safe Motherhood Initiative yang mendapat perhatian besar dan dukungan
dari berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri. Pada akhir tahun 1990-an secara
konseptual telah diperkenalkan lagi upaya untuk menajamkan strategi dan intervensi dalam
menurunkan AKI melalui Making Pregnancy Safer (MPS) yang dicanangkan oleh pemerintah
pada tahun 2000.
a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K1 dan K4)

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu
selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Sedangkan tenaga kesehatan yang
berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil antara lain dokter spesialis
kebidanan, dokter, bidan dan perawat.
Pelayanan antenatal yang sesuai standar meliputi timbang berat badan, pengukuran
tinggi badan, tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas), tinggi fundus uteri,
menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus
dan memberikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat besi
minimal 90 tablet selama kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus,
serta temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K), serta KB pasca persalinan.
60

Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta
memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa distribusi frekuensi pelayanan antenatal
adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang
dianjurkan yaitu: minimal 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua, dan 2 kali
pada triwulan ketiga. Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan
komplikasi.
Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan
menggunakan indikator cakupan K1 dan K4 yang dihitung dengan membagi jumlah ibu hamil
yang melakukan pemeriksaan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan (untuk
penghitungan indikator K1) atau jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan
minimal 4 kali sesuai standar oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah pada kurun waktu
tertentu (untuk penghitungan indikator K4) dengan jumlah sasaran ibu hamil yang ada di
wilayah kerja dalam 1 tahun.
Gambar 4.1 memperlihatkan cakupan kunjungan K1 dan K4 pada ibu hamil
selama enam tahun terakhir. Terlihat bahwa cakupan K1 selama tahun 2004 sampai 2009
terus mengalami peningkatan dari 88,09% pada tahun 2004 menjadi 94,51% pada tahun 2009.
Sedangkan cakupan K4 pada tahun 2004-2008 cenderung meningkat, namun pada tahun 2009
sedikit menurun dari 86,04% pada tahun 2008 menjadi 85,45% pada tahun 2009.
GAMBAR 4.1
PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K1 DAN K4
DI INDONESIA TAHUN 2004 2009

Sumber : Ditjen Binkesmas, Kemenkes RI

Dari gambar tersebut di atas dapat dilihat kesenjangan yang terjadi antara cakupan K1
dan K4. Pada tahun 2004 terjadi selisih antara cakupan K1 dan K4 sebesar 11% kemudian
tahun 2006 menjadi 10% dan pada tahun 2008 semakin kecil, yaitu 6,6%. Namun, pada tahun
2009 kesenjangan kembali meningkat menjadi 9%. Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4
menunjukkan angka drop out K1-K4; dengan kata lain jika kesenjangan K1 dan K4 kecil
maka hampir semua ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayanan antenatal
61

meneruskan hingga kunjungan keempat pada triwulan 3, sehingga kehamilannya dapat terus
dipantau oleh petugas kesehatan.
Gambar 4.2 menyajikan hasil pencapaian cakupan K1 tahun 2009, yang menunjukkan
pencapaian indikator K1 sebesar 94,51%, yang berarti telah mencapai target K1 tahun 2009
yaitu sebesar 94%. Kepulauan Bangka Belitung dan DKI Jakarta merupakan provinsi dengan
pencapaian K1 100%. Sedangkan Papua adalah provinsi dengan pencapaian K1 terendah,
yaitu sebesar 57,85%.
GAMBAR 4.2
CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL (K1)
TAHUN 2009

Sumber : Ditjen Binkesmas, Kemenkes RI

Dari 33 provinsi di Indonesia, 16 provinsi telah mencapai target cakupan K1 sebesar


94%. Sementara provinsi yang lainnya telah mencapai cakupan K1 tidak kurang dari 80%,
kecuali provinsi Papua dan Sulawesi Barat dengan pencapaian masing-masing 57,85% dan
77,22%. Oleh karena itu perlu dilakukan percepatan peningkatan pelayanan kesehatan ibu di
Provinsi Papua dan Sulawesi Barat.
Pada tahun 2009, hasil pencapaian indikator cakupan pelayanan K4 di Indonesia
sebesar 85,45% yang berarti telah mencapai target K4 tahun 2009 yang sebesar 84%.
Sebanyak 18 provinsi telah mencapai target cakupan K4. Provinsi DKI Jakarta merupakan
provinsi dengan pencapaian K4 tertinggi (96,53%), diikuti provinsi Bangka Belitung
(94,11%) dan Jawa Tengah (93,39%). Sedangkan Papua adalah provinsi dengan pencapaian
K4 terendah (29,44%), diikuti Papua Barat (55,79%) dan Sulawesi Barat (57,04%). Untuk
lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 4.3 di bawah ini.
62

GAMBAR 4.3
CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K4
TAHUN 2009

Sumber: Ditjen Binkesmas, Kemenkes RI

Sedangkan cakupan pelayanan K4 menurut provinsi dapat dilihat melalui Gambar


4.4 di bawah ini. Terlihat bahwa hanya 7 provinsi di Indonesia dengan cakupan K4 lebih dari
90%, 20 provinsi memiliki cakupan antara 75% - 90%. Sebanyak 6 provinsi lainnya memiliki
cakupan kurang dari 75% dan semuanya merupakan bagian dari Kawasan Timur Indonesia.
Provinsi-provinsi tersebut adalah NTT, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat,
dan Papua.
GAMBAR 4.4
PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL
TAHUN 2009

Sumber: Ditjen Binkesmas, Kemenkes RI

63

b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi


Kebidanan (Pn)

Periode persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi besar terhadap
Angka Kematian Ibu di Indonesia. Kematian saat bersalin dan 1 minggu pertama diperkirakan
60% dari seluruh kematian ibu (Maternal Mortality: who, when, where and why; Lancet
2006). Sedangkan dalam target MDGs, salah satu upaya yang harus dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan ibu adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
1992 (SKRT) serta meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi 90%
pada tahun 2015 dari 40,7% pada tahun 1992 (BPS). Pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
dengan kompetensi kebidanan.
Gambar 4.5 memperlihatkan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
sejak tahun 2004 sampai tahun 2009 yang cenderung meningkat. Pada tahun 2009 cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Indonesia telah mencapai 84,38%.
GAMBAR 4.5
PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN
OLEH TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2004 2009

Sumber : Ditjen Binkesmas, Kemenkes RI

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) di Indonesia pada tahun 2009 yang
sebesar 84,38%, telah mencapai target K4 tahun 2009 yang sebesar 82%. Dari indikator
cakupan Persalinan oleh Nakes tahun 2009, dapat dilihat pada Gambar 4.6 bahwa DKI Jakarta
merupakan provinsi dengan pencapaian tertinggi (100%), diikuti Provinsi Kepulauan Riau
(96,24%) dan D.I Yogyakarta (95,90%). Sedangkan Papua merupakan provinsi dengan
pencapaian Pn terendah (39,30%), diikuti Provinsi Maluku Utara (61,75%) dan Sulawesi
Barat (62,45%).

64

GAMBAR 4.6
PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN
OLEH TENAGA KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

Sumber: Ditjen Binkesmas, Kemenkes RI

Pada tahun 2009 sebanyak 19 provinsi di Indonesia telah mencapai target cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yaitu 82%. Pada Gambar 4.6 terlihat bahwa
sebanyak 7 provinsi di Indonesia yang memiliki cakupan Pn di atas 90%, provinsi lainnya
memiliki pencapaian kurang sama dengan 90%. Sehingga dalam upaya peningkatan cakupan
persalinan perlu dilakukan melalui upaya pelaksanaan program unggulan kesehatan ibu, di
antaranya adalah Kemitraan Bidan Dukun, peningkatan persalinan di fasilitas Kesehatan
melalui jaminan program persalinan, model rumah tunggu di Kabupaten dengan Puskesmas di
daerah terpencil untuk pencegahan terhadap komplikasi yang terjadi selama persalinan,
revitalisasi Bidan Koordinator melalui pelaksanaan supervisi fasilitatif untuk peningkatan
mutu dan kualitas tenaga penolong persalinan, serta peningkatan kualitas surveilans kesehatan
ibu melalui pelaksanaan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA).
Kenyataan di lapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga
kesehatan dan dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan Susenas tahun
2008, masih terdapat 25,13% persalinan ditolong bukan oleh nakes dan lebih dari setengahnya
(53,9%) pertolongan persalinan dilakukan di rumah dengan fasilitas seadanya. Oleh karena itu
secara bertahap diupayakan seluruh persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten
dan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2009, sebesar 77,34%
kelahiran pada balita ditolong oleh tenaga kesehatan. Persentase penolong kelahiran pada
65

balita yang tertinggi adalah oleh bidan (61,24%), diikuti oleh dukun (21,29%) dan dokter
(15,28%). Dibandingkan dengan hasil survei yang sama pada tahun 2008, persentase
penolong kelahiran pada balita oleh tenaga kesehatan meningkat pada tahun 2009.
Perbandingan persentase penolong persalinan antara tahun 2008 dan 2009 dapat dilihat pada
Gambar 4.7 berikut ini.
GAMBAR 4.7
PERSENTASE BALITA MENURUT PENOLONG KELAHIRAN
TAHUN 2008-2009

Sumber : BPS, Susenas

Berdasarkan provinsi, persentase penolong kelahiran pada balita oleh tenaga kesehatan
di atas 90% pada tahun 2009 adalah DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan Bali. Sedangkan yang
terendah adalah Provinsi Maluku (42,48%), Maluku Utara (47,21%), dan Sulawesi Barat
(47,45%). Persentase balita menurut penolong kelahiran dan provinsi dapat dilihat pada
Lampiran 4.2.
c. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas (KF3)

Pelayanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam
sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada
ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan
kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu: 1) kunjungan nifas pertama
(KF1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari; 2) kunjungan nifas ke-2 (KF2) dilakukan
pada minggu ke-2 setelah persalinan; dan 3) kunjungan nifas ke-3 (KF3) dilakukan minggu
ke-6 setelah persalinan. Diupayakan kunjungan nifas ini dilakukan pada saat dilaksanakannya
kegiatan di posyandu dan dilakukan bersamaan pada kunjungan bayi.
Pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi: 1) pemeriksaan tekanan darah,
nadi, respirasi dan suhu; 2) pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya; 3)
pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan; 4) pemberian kapsul Vitamin A
200.000 IU sebanyak dua kali (2 x 24 jam); dan 5) pelayanan KB pasca persalinan.
66

Gambar 4.8 berikut ini menyajikan persentase pelayanan ibu nifas menurut provinsi di
Indonesia.
GAMBAR 4.8
PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN IBU NIFAS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

Sumber : Ditjen Binkesmas, Kemenkes RI

Cakupan kunjungan ibu nifas rata-rata pada tahun 2009 adalah 71,54%. Sementara
target cakupan kunjungan ibu nifas pada tahun 2015 adalah 90%.
Berdasarkan provinsi, Bali merupakan provinsi dengan pencapaian cakupan KF3
tertinggi (101.15%), kemudian Kep. Bangka Belitung (94.67%) dan Jawa Timur (93.51%).
Dari 30 provinsi yang melaporkan data, ketiga provinsi tersebut bahkan telah mencapai
cakupan 90% (target SPM tahun 2015). Provinsi dengan cakupan terendah adalah Riau
(16,54%), Kalimantan Timur (36,54%), dan Kalimantan Barat (40,52%). Sebanyak 14
Provinsi memiliki cakupan kunjungan ibu nifas 3 kali sebesar 50% - 75%.

d. Penanganan Komplikasi Obstetri dan Neonatal


Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan Puskesmas,
ibu hamil yang memiliki risiko tinggi (risti) dan memerlukan pelayanan kesehatan, karena
terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan, maka kasus tersebut perlu dilakukan
upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang memadai.
67

Risti/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung


menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Risti/komplikasi kebidanan meliputi
Hb < 8 g%, tekanan darah tinggi (sistole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg), oedeme nyata,
eklampsia, perdarahan per vaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan >
32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, dan persalinan prematur.
Gambar 4.9 memperlihatkan cakupan penanganan komplikasi kebidanan menurut
provinsi pada tahun 2009. Seluruh provinsi belum mencapai cakupan penanganan komplikasi
kebidanan 80%, kecuali Provinsi Jawa Timur yang mencapai 84,82%. Bahkan sebagian besar
provinsi memiliki cakupan kurang dari 50%.
GAMBAR 4.9
CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

Sumber : Ditjen Binkesmas, Kemenkes RI

Neonatus risti/komplikasi meliputi asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir,


BBLR (Berat Badan Lahir < 2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan dan kelainan
neonatal. Neonatus risti/komplikasi yang ditangani adalah neonatus risti/komplikasi yang
mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih yaitu dokter dan bidan di polindes,
puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit.
Pada tahun 2009 cakupan penanganan neonatal komplikasi yang dilaporkan sebesar
23,8%, dengan kisaran cakupan antar provinsi yang cukup lebar. Sementara target standar
pelayanan minimal bidang kesehatan untuk indikator tersebut yang harus dicapai pada tahun
68

2010 yaitu 80%. Gambaran cakupan penanganan komplikasi neonatal per provinsi dapat
dilihat pada Gambar 4.10 berikut ini
GAMBAR 4.10
CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATAL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

Sumber : Ditjen Binakesmas, Kemenkes RI

Pencapaian cakupan penanganan neonatal komplikasi tertinggi adalah NTT 76,2%,


Sulawesi Utara 63,3% dan DIY 58%. Sedangkan cakupan terendah adalah provinsi Maluku
Utara, Maluku, dan Sulawesi Tenggara.
e. Kunjungan Neonatal

Bayi sampai umur 28 hari merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan
kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut
antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan
kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal tiga kali, yaitu pada 6 jam - 48 jam setelah
lahir; pada hari ke 3 7 hari, dan hari ke 8 28 hari.
Dalam melaksanakan pelayanan neonatal, petugas kesehatan di samping melakukan
pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Pelayanan
tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan
hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali

69

pusat, kulit dan pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; Manajemen Terpadu Balita
Muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA.
Pencapaian target pelayanan kesehatan bayi berdasarkan laporan rutin tahun 2009
yaitu cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) yang sebesar 80,6%, masih belum
mencapai target yang diharapkan yaitu 82%. Gambar 4.11 memperlihatkan cakupan
kunjungan neonatal pertama (KN1) per provinsi di Indonesia tahun 2009.
GAMBAR 4.11
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL (KN1)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

Sumber: Ditjen Binakesmas, Kemenkes RI

Terdapat disparitas yang sangat lebar antar provinsi, cakupan KN1 tertinggi adalah
Provinsi Bali 99,8%, Kep. Babel 99,6%, dan Jawa Tengah 94,7%, cakupan terendah adalah
Provinsi Papua Barat 30%, Maluku Utara 31%, dan Papua 32,5%. Sebanyak 13 dari 33
provinsi di Indonesia telah mencapai target.
Kecenderungan cakupan kunjungan neonatal 2 kali (KN2) tahun 2003-2008 dapat
dilihat pada Gambar 4.12 berikut ini. Semenjak tahun 2006 hingga 2008 cakupan KN2 selalu
di atas 75%.

70

GAMBAR 4.12
PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL (KN2)
DI INDONESIA TAHUN 2003 2008

Sumber: Ditjen Binkesmas, Kemenkes RI

Sejak tahun 2008 terjadi perubahan kebijakan waktu pelaksanaan kunjungan dari
semula minimal 2 kali menjadi 3 kali, yang mulai disosialisasikan pada tahun 2008. Pada
tahun 2009 target cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN Lengkap) adalah sebesar 75%,
sementara cakupan yang dicapai baru sebesar 69,7%. Provinsi-provinsi yang telah mencapai
target dapat dilihat pada Gambar 4.13 berikut ini.
GAMBAR 4.13
PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

Sumber: Ditjen Binkesmas Kemenkes RI

71

Sebanyak 17 provinsi telah mencapai target cakupan KN Lengkap sebesar 75%.


Provinsi dengan cakupan KN Lengkap tertinggi adalah Provinsi Bali 99,5%, Kep. Bangka
Belitung 95,3% dan Jawa Timur 92,8%. Sedangkan cakupan terendah adalah provinsi
Kalimantan Tengah 21,2%, Kalimantan Barat 23,3% dan Kepulauan Riau 28%.
f. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi

Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan kunjungan bayi umur 29 hari 11 bulan di
sarana pelayanan kesehatan (polindes, pustu, puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit)
maupun di rumah, posyandu, tempat penitipan anak, panti asuhan dan sebagainya melalui
kunjungan petugas kesehatn. Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali
dalam setahun, yaitu satu kali pada umur 29 hari-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali
pada umur 6-9 bulan, dan 1 kali pada umur 9-11 bulan.
Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/
HB1-3, Polio 1-4, dan Campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK)
bayi, dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Indikator ini mengukur kemampuan
manajemen program KIA dalam melindungi bayi sehingga kesehatannya terjamin melalui
penyediaan pelayanan kesehatan.
Pada tahun 2009 cakupan pelayanan kesehatan bayi sebesar 81,4%, sementara target
SPM Kesehatan yang harus dicapai pada tahun 2010 sebesar 90%. Sebanyak 4 provinsi telah
mencapai target yaitu Bali, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten. Cakupan pelayanan
kesehatan bayi per provinsi dapat dilihat pada Gambar 4.14 berikut ini.
GAMBAR 4.14
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

Sumber: Ditjen Binkesmas, Kemenkes RI

72

Cakupan kunjungan bayi tertinggi adalah provinsi Bali 100,5%, Jawa Timur dan Jawa
Tengah 92,7%. Cakupan terendah adalah provinsi Papua Barat 21,8%, Maluku Utara 23,4%
dan Papua 27%. Pencapaian target cakupan kunjungan bayi sangat dipengaruhi oleh keaktifan
posyandu tiap bulannya dan partisipasi keluarga untuk membawa bayi ke posyandu, sehingga
provinsi yang memiliki wilayah sulit dijangkau mempunyai cakupan yang relatif rendah.
g. Pelayanan Kesehatan pada Balita

Pada tahun 2009 cakupan pelayanan kesehatan anak balita (1 - 4 tahun) sebesar
52,05%, sementara target yang harus dicapai 70%. Cakupan pelayanan kesehatan anak balita
per provinsi dapat dilihat pada Gambar 4.15 berikut:
GAMBAR 4.15
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

Sumber: Ditjen Binkesmas, Kemenkes RI

Pencapaian cakupan pelayanan kesehatan anak balita, dari 31 provinsi yang


menyampaikan laporan sebanyak 6 provinsi yang mencapai target 70%, yaitu Provinsi Jambi
92,4%, Sulawesi Tengah 82,1%, Sumatera Utara 80,5%, Bali 79,8%, Sulawesi Utara 71% dan
Sumatera Barat 70,9%. Provinsi dengan cakupan terendah adalah DI Yogyakarta, Bengkulu, dan
Kalimantan Tengah.

73

h. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan setingkat

Berbagai data menunjukkan bahwa masalah kesehatan anak usia sekolah semakin
kompleks. Pada anak usia sekolah dasar biasanya berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan
sabun. Beberapa masalah kesehatan yang sering dialami anak usia sekolah adalah karies gigi,
kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi.
Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 disebutkan bahwa untuk masalah kesehatan mata,
sebesar 1,1% anak usia 6-14 tahun mengalami kelainan refraksi dan 0,2% mengalami
kebutaan. Untuk proporsi masalah kesehatan gigi dan mulut, sebesar 21,6% terjadi pada anak
usia 5-9 tahun dan 20,6% pada anak usia 10-14 tahun. Sementara karies gigi aktif yang terjadi
pada anak usia 12 tahun adalah 29,8% dan anak di atas usia 12 tahun adalah 43,9%.
Sedangkan anak usia 12 tahun dengan karies gigi sebanyak 36,1% dan anak di atas usia 12
tahun sebanyak 72,1%. Untuk status gizi pada anak usia >15 tahun, yang kurus 14,8% adapun
yang obesitas 10,3%. Angka anemi pada anak usia <14 tahun 9,8%, sementara pada anak usia
>15 tahun, pada perempuan 19,7% dan pada laki-laki 13,1%. Hasil survei kecacingan 2009
oleh Ditjen P2PL menyebutkan 31,8 % siswa SD menderita kecacingan.
Gambar 4.16 memperlihatkan persentase murid SD kelas satu yang mendapatkan
pelayanan kesehatan.
GAMBAR 4.16
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN MURID KELAS SATU SD/SETINGKAT
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

Sumber: Ditjen Binkesmas, Kemenkes RI

74

Provinsi dengan capaian cakupan penjaringan murid SD dan setingkat tertinggi adalah
Jawa Barat (97,1%), Jawa Timur (90,1%), dan DI Yogyakarta (86%). Sedangkan yang
terendah adalah Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, dan NTT. Pencapaian nasional tahun
2009 sebesar 67,8%.
2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
Menurut hasil penelitian, usia subur seorang wanita biasanya antara 15 49 tahun.
Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran,
wanita/pasangan ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB.
Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana dapat dilihat dari cakupan peserta
KB yang sedang/pernah menggunakan alat kontrasepsi, tempat pelayanan KB, dan jenis
kontrasepsi yang digunakan akseptor. Proporsi wanita umur 15-49 tahun berstatus menikah
(pasangan usia subur/PUS) yang sedang dan yang pernah menggunakan/memakai alat KB
dapat dilihat pada Gambar 4.17 berikut ini.
GAMBAR 4.17
PROPORSI WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN BERSTATUS KAWIN
YANG SEDANG DAN YANG PERNAH MENGGUNAKAN ALAT KB
TAHUN 2004-2008

Sumber : BPS, Susenas 2008

Proporsi wanita umur 15-49 tahun berstatus kawin yang sedang menggunakan/
memakai alat KB menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2008 sebesar 56,62%, tidak
banyak mengalami perkembangan sejak tahun 2004. Berdasarkan data BKKBN, pada tahun
2009 peserta KB aktif sebesar 75,70%. Gambar 4.18 menyajikan persentase peserta KB aktif
menurut provinsi.

75

GAMBAR 4.18
PERSENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT PROVINSI
TAHUN 2009

Sumber : BKKBN

Provinsi dengan persentase peserta KB aktif tertinggi adalah Bengkulu (85,5%), Bali
(85,1%), dan DKI Jakarta (82%). Sedangkan persentase peserta KB aktif terendah adalah
Papua (33,9%), Maluku Utara (59,5%), dan Kepulauan Riau (64,3%).
Persentase peserta KB aktif menurut metode kontrasepsi yang sedang digunakan tahun
2009 terlihat dalam Gambar 4.19 berikut ini. Pada tahun 2009 suntikan dan Pil KB masih
banyak diminati sebagai alat KB oleh pasangan usia subur yaitu masing-masing sebesar
50,2% dan 28,3%. Sebaliknya, MOP (Metode Operasi Pria) dan MOW (Metode Operasi
Wanita) merupakan metode kontrasepsi yang terendah diminati oleh para akseptor KB.
GAMBAR 4.19
PERSENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT METODE KONTRASEPSI
TAHUN 2009

Sumber: BKKBN

76

Berdasarkan metode kontrasepsi menurut provinsi, alat kontrasepsi dalam rahim


(AKDR/IUD) banyak digunakan di Provinsi Bali dan DI Yogyakarta dengan persentase jauh
di atas provinsi yang lain yaitu masing-masing 47,88% dan 25,44%, sementara untuk
persentase terendah pemakaian IUD adalah 1,78% di Kalimantan Selatan dan persentase
nasional adalah 4,3%. Begitu pula untuk metode MOW kedua provinsi tersebut relatif lebih
tinggi dibandingkan provinsi lainnya yaitu 3,79% (Bali) dan 5,10% (DI Yogyakarta). Rincian
persentase KB aktif menurut metode kontrasepsi dan provinsi terdapat pada Lampiran 4.8.
Persentase tempat pelayanan peserta KB baru tahun 2006-2009 dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
GAMBAR 4.20
PERSENTASE TEMPAT PELAYANAN PESERTA KB BARU
DI INDONESIA TAHUN 2006 2009

Sumber : BKKBN

Sesuai dengan data BKKBN, tempat pelayanan peserta KB baru pada tahun 2009 tidak
jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Banyak peserta KB baru yang memanfaatkan
klinik KB pemerintah sebagai tempat pelayanan KB (62,94%). Selain klinik KB pemerintah,
sebesar 29,65% peserta KB baru memanfaatkan bidan praktek swasta sebagai tempat
pelayanan KB.
Berdasarkan provinsi, terdapat 4 provinsi dengan pemanfaatan klinik KB pemerintah
sebagai tempat pelayanan KB lebih dari 90%, yaitu NTT (97,61%), Maluku Utara (92,73%),
Sulawesi Tenggara (92,05%), dan Sulawesi Tengah (90,69%). Sebaliknya, di Provinsi DI
Yogyakarta, DKI Jakarta, dan Bali pemanfaatan klinik KB pemerintah sangat rendah, bahkan
kurang dari 40%. Ketiga provinsi tersebut lebih banyak memanfaatkan pelayanan KB swasta.
Data lebih rinci proporsi KB Baru menurut tempat pelayanan KB dan provinsi dapat dilihat
pada Lampiran 4.9.

77

3. Pelayanan Imunisasi
Bayi dan anak-anak memiliki risiko yang lebih tinggi terserang penyakit menular yang
dapat mematikan, seperti: Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Typhus, radang selaput otak, radang
paru-paru, dan masih banyak penyakit lainnya. Untuk itu salah satu pencegahan yang terbaik
dan sangat vital agar kelompok berisiko ini terlindungi adalah melalui imunisasi.
Pada saat pertama kali kuman (antigen) masuk ke dalam tubuh, maka sebagai
reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi. Pada umumnya, reaksi
pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai
"pengalaman." Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai
memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam
waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa
jenis penyakit yang dianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini
dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atau
seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal.
Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah
pemberian kuman atau kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk
merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi Polio atau
Campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar
antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum)
pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi
yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui
darah plasenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap Tetanus dan Campak.
a. Imunisasi Dasar pada Bayi
Program imunisasi dasar lengkap (LIL/Lima Imunisasi dasar Lengkap) pada bayi
meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, dan 1 dosis Campak.
Di antara penyakit pada balita yang dapat dicegah dengan imunisasi, campak adalah
penyebab utama kematian pada balita. Oleh karena itu pencegahan campak merupakan faktor
penting dalam mengurangi angka kematian balita. Dari beberapa tujuan yang disepakati
dalam pertemuan dunia mengenai anak, salah satunya adalah mempertahankan cakupan
imunisasi campak sebesar 90%. Target tersebut sejalan dengan target Renstra Kemenkes RI
yang menetapkan target cakupan imunisasi campak 90% pada tahun 2014. Di seluruh negara
ASEAN dan SEARO, imunisasi Campak diberikan pada bayi umur 9-11 bulan dan
merupakan imunisasi terakhir yang diberikan kepada bayi di antara imunisasi wajib lainnya.
Pada tahun 2009, Indonesia telah mencapai cakupan imunisasi campak sebesar
92,09%. Dengan demikian Indonesia telah mampu mencapai target imunisasi campak yang
78

telah ditetapkan oleh WHO dan target Renstra Kementerian Kesehatan RI tahun 2014. Angka
tersebut meningkat dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya yang sebesar 90,5%.
Gambar 4.21 berikut ini adalah peta cakupan imunisasi campak menurut provinsi
tahun 2009.
GAMBAR 4.21
PERSENTASE PENCAPAIAN IMUNISASI CAMPAK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemenkes RI

Dari 33 provinsi di Indonesia, 18 provinsi telah mencapai cakupan imunisasi campak


90%, 8 provinsi mencapai cakupan 80%-89,99%, dan 7 provinsi lainnya masih di bawah
80%, bahkan ada yang baru mencapai cakupan 65,64%. Dibandingkan tahun 2008 yang
terdapat 14 provinsi dengan cakupan imunisasi campak 90%, pada tahun 2009 terjadi
peningkatan cakupan provinsi yang mencapai target. Cakupan tertinggi dicapai DKI Jakarta,
DI Yogyakarta, dan Bali. Ketiga provinsi tersebut telah berhasil mencapai cakupan imunisasi
campak sebesar 100%. Sedangkan cakupan terendah adalah di Papua Barat (65,64%), Maluku
(72,76%), dan Riau (73,78%). Data mengenai cakupan imunisasi dasar pada bayi menurut
provinsi tahun 2009 terdapat pada Lampiran 4.11.
Menurut hasil Riskesdas 2007, pendidikan dan pengeluaran per kapita berhubungan
dengan persentase anak umur 12-23 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar termasuk juga
campak. Semakin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga maka semakin tinggi pula anak
mendapat imunisasi. Begitu pula dengan pengeluaran per kapita, bahwa semakin tinggi
tingkat pengeluaran per kapita semakin tinggi pula anak mendapat imunisasi dasar. Persentase
di perkotaan lebih tinggi daripada di perdesaan. Tabel 4.1 berikut ini menjelaskan hubungan
tersebut.

79

TABEL 4.1
PERSENTASE ANAK UMUR 12-23 BULAN YANG MENDAPATKAN IMUNISASI DASAR
MENURUT KARAKTERISTIK RESPONDEN, 2007
Karakteristik responden

BCG

Polio3

Tipe daerah
Perkotaan
92,4
Perdesaan
83,5
Pendidikan Kepala Keluarga
Tidak sekolah
78,6
Tidak tamat SD
79,3
Tamat SD
84,8
Tamat SMP
88,4
Tamat SMA
92,4
Tamat PT
95,7
Tingkat pengeluaran per kapita
Kuintil 1
83,0
Kuintil 2
85,7
Kuintil 3
87,2
Kuintil 4
89,6
Kuintil 5
91,9
Sumber: Balitbangkes Kemenkes RI, Riskesdas 2007

Jenis imunisasi
DPT3
HB3

Campak

78,7
66,2

74,9
63,1

71,0
57,3

86,0
78,8

61,9
62,4
67,4
71,6
79,7
82,6

54,0
59,1
63,3
68,2
76,9
81,8

50,5
53,7
57,5
62,8
72,3
75,9

71,6
74,1
78,2
82,3
88,6
93,1

66,6
68,1
72,8
73,6
77,6

62,9
64,7
69,1
71,0
74,7

58,7
59,7
63,2
65,5
70,9

78,1
78,5
83,1
84,3
86,8

Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proksi


terhadap cakupan atas imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0 -11 bulan). Desa UCI
merupakan gambaran desa/kelurahan dengan 80% jumlah bayi yang ada di desa tersebut
sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun. Target UCI tahun 2009
adalah 98%. Sedangkan standar pelayanan minimal menetapkan target 100% desa/kelurahan
UCI pada tahun 2010 untuk setiap kabupaten/kota.
Gambar 4.22 berikut menyajikan persentase desa/kelurahan UCI yang belum
menunjukkan perkembangan yang bermakna selama enam tahun terakhir. Pencapaian
tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 76,23%. Capaian tahun 2009 hanya sebesar
69,76% desa/kelurahan UCI di Indonesia, lebih rendah dibandingkan tahun 2008 yang sebesar
74,02%. Provinsi dengan capaian desa/kelurahan UCI tertinggi sekaligus mencapai target
cakupan desa/kelurahan UCI tahun 2009 (98%) adalah DKI Jakarta (100%), Bali (99,58%),
dan DI Yogyakarta (98,63%). Sementara 6 provinsi memiliki cakupan desa/kelurahan UCI
<50%, yaitu Papua Barat (21,15%), Papua (23,14%), Aceh (37,97%), Sulawesi Tenggara
(38,61%), Sulawesi Barat (42,11), dan Lampung (44,86). Rincian capaian desa/kelurahan UCI
menurut provinsi tahun 2007-2009 terdapat pada Lampiran 4.10.

80

GAMBAR 4.22
PERSENTASE PENCAPAIAN UCI DI TINGKAT DESA/KELURAHAN
DI INDONESIA TAHUN 2004-2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemenkes RI

Idealnya, seorang anak mendapatkan seluruh imunisasi dasar sesuai umurnya,


sehingga kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
dapat optimal. Namun kenyataannya, sebagian anak tidak mendapatkan imunisasi dasar
secara lengkap. Anak-anak inilah yang disebut dengan drop out imunisasi. Imunisasi DPT1Hb adalah jenis imunisasi yang pertama kali diberikan pada bayi. Sebaliknya, imunisasi
campak adalah imunisasi dasar yang terakhir diberikan pada bayi. Diasumsikan bayi yang
mendapat imunisasi campak telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Untuk itu maka
angka drop out imunisasi bayi dapat diketahui dengan perhitungan yang didasarkan atas
persentase penurunan cakupan imunisasi campak terhadap cakupan imunisasi DPT1-Hb.
Selama enam tahun terakhir, angka drop out nasional paling rendah terjadi pada tahun
2005 yaitu 1,4%. Angka drop out di Indonesia tahun 2009 sebesar 5,2%, provinsi dengan
angka drop out terendah adalah DI Yogyakarta dan yang tertinggi adalah Maluku. Hal
tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.23. Rincian tentang angka drop out menurut provinsi
dapat dilihat pada Lampiran 4.12.
GAMBAR 4.23
ANGKA DROP OUT CAKUPAN IMUNISASI DPT1Hb - CAMPAK PADA BAYI
DI INDONESIA TAHUN 2003-2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemenkes RI

81

b. Imunisasi pada Ibu Hamil


Tetanus disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh bakteri yang disebut Clostridium
tetani. Tetanus juga bisa menyerang pada bayi baru lahir (Tetanus Neonatorum) pada saat
persalinan dan perawatan tali pusat. Tetanus merupakan salah satu penyebab kematian bayi di
Indonesia.
Akan tetapi masih banyak calon ibu di masyarakat terutama yang tinggal di daerahdaerah terpencil berada dalam kondisi yang bisa disebut masih "jauh" dari kondisi steril saat
persalinan. Hal inilah yang bisa menimbulkan risiko ibu maupun bayinya terkena tetanus.
Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan program eliminasi
tetanus pada neonatal dan wanita usia subur termasuk ibu hamil. Strategi yang dilakukan
untuk mengeliminasi tetanus neonatorum dan maternal adalah 1) pertolongan persalinan yang
aman dan bersih; 2) cakupan imunisasi rutin TT yang tinggi dan merata; dan 3)
penyelenggaraan surveilans.
Beberapa permasalahan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada wanita usia subur yaitu
pelaksanaan skrining yang belum optimal, pencatatan yang dimulai dari kohort WUS (baik
kohort ibu maupun WUS tidak hamil) belum seragam, dan cakupan imunisasi TT2 bumil jauh
lebih rendah dari cakupan K4.
Dari Gambar 4.24 terlihat keadaan cakupan imunisasi TT2 selama tahun 2003-2007
tidak mengalami perkembangan, bahkan cenderung menurun. Namun sejak dua tahun terakhir
terjadi peningkatan cakupan imunisasi TT2+, dari 26% pada tahun 2007 menjadi 42,9% pada
tahun 2008, kemudian meningkat lagi menjadi 62,52% pada tahun 2009.
GAMBAR 4.24
CAKUPAN TT2+ PADA IBU HAMIL DI INDONESIA
TAHUN 2003-2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemenkes RI

Pada tahun 2009 provinsi dengan cakupan ibu hamil yang mendapat imunisasi TT2+
tertinggi adalah Provinsi Bali (101,02%) dan terendah adalah Papua (8,56%). Gambar 4.25
82

memperlihatkan bahwa dari 33 provinsi di Indonesia hanya 3 provinsi yang berhasil mencapai
cakupan imunisasi TT2+ pada ibu hamil >80% yaitu Bali, NTT, dan Banten. Sedangkan
provinsi dengan capaian 60%-80% sebanyak 10 provinsi. Sebanyak 20 provinsi lainnya
memiliki capaian <60%.
GAMBAR 4.25
CAKUPAN TT2+ PADA IBU HAMIL DI INDONESIA
TAHUN 2009

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI

Beberapa langkah yang perlu segera dilakukan adalah sosialisasi ke seluruh petugas
lapangan agar mengacu pada kriteria Antenatal Care (ANC) berkualitas, yang salah satunya
dengan imunisasi TT, dan semua sistem pencatatan dalam pelaksanaan imunisasi TT WUS
termasuk ibu hamil memakai sistem pencatatan yang sama, yaitu T1-T5.
B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
Beberapa kegiatan pokok upaya kesehatan perorangan adalah peningkatan pelayanan
kesehatan rujukan, pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di kelas III di rumah sakit,
cakupan pelayanan gawat darurat, dan lain-lain.
1. Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit

Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai
segi yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan tingkat efisiensi pelayanan. Beberapa
indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dipantau antara lain
pemanfaatan tempat tidur (Bed Occupancy Rate/BOR), rata-rata lama hari perawatan (Length
of Stay/LOS), rata-rata tempat tidur dipakai (Bed Turn Over/BTO), rata-rata selang waktu
pemakaian tempat tidur (Turn of Interval/TOI), persentase pasien keluar yang meninggal
(Gross Death Rate/GDR) dan persentase pasien keluar yang meninggal 48 jam perawatan
(Net Death Rate/NDR).
Berdasarkan data Ditjen Pelayanan Medik, tingkat pemanfaatan tempat tidur (BOR) di
rumah sakit umum (yang dikelola Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Daerah) selama
enam tahun terakhir cenderung meningkat setiap tahunnya walaupun pada tahun 2003-2006
83

belum mencapai angka ideal yang diharapkan (yaitu 60-85%). Pada tahun 2007 dan 2008
BOR nasional telah mencapai angka ideal. Namun pada tahun 2009 BOR mengalami
penurunan yang cukup besar, dari 79,8% pada tahun 2008 turun menjadi 58,7% pada tahun
2009. Dari 33 provinsi, sebanyak 17 provinsi telah mencapai BOR ideal. Sementara tidak ada
satu provinsi pun yang memiliki BOR lebih tinggi dari 85%. Hal itu berarti jumlah rumah
sakit di Indonesia untuk masing-masing provinsi relatif mencukupi kemampuannya dalam
menyediakan tempat tidur bagi pasien rawat inap. Data tentang pemanfaatan tempat tidur di
rumah sakit umum yang dikelola oleh swasta, TNI/POLRI, dan BUMN lainnya tidak tersedia.
Tingkat pemanfaatan tempat tidur di rumah sakit sejak tahun 2003-2009 dapat dilihat pada
Gambar 4.26 berikut ini.
GAMBAR 4.26
PENCAPAIAN BOR DAN BTO RSU KEMENKES DAN PEMDA
DI INDONESIA TAHUN 2003-2009

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Kemenkes RI

Keterangan:
BOR = Bed Occupation Rate/persentase pemanfaatan tempat tidur
BTO = Bed Turn Over/rata-rata tempat tidur dipakai selama setahun

BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode (biasanya satu tahun),
berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun,
satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Pada tahun 2009 BTO rumah sakit belum
mencapai angka ideal, yaitu hanya sebesar 25 kali. Padahal selama enam tahun sebelumnya
BTO di rumah sakit selalu berada pada kisaran 40-50 kali. Dari 31 provinsi yang
menyampaikan data, hanya 2 provinsi yang mencapai BTO ideal, yaitu Bali (45,7 kali) dan
Jambi (43,4 kali).
LOS adalah rata-rata lama rawat (hari) seorang pasien. Indikator ini di samping
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan,
apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang
lebih lanjut. Secara umum nilai LOS yang ideal antara 6-9 hari. Gambar 4.27 memperlihatkan
rata-rata LOS nasional di rumah sakit umum selama tahun 2003-2009 yang berkisar antara 484

5,3 hari dan belum mencapai angka ideal. Berdasarkan provinsi, Kalimantan Barat memiliki
LOS tertinggi (5,6 hari) dan Kep. Bangka Belitung memiliki LOS terendah (3,1 hari).
GAMBAR 4.27
PENCAPAIAN LOS DAN TOI RUMAH SAKIT DI INDONESIA
TAHUN 2003-2009

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Kemenkes RI

Keterangan:
LOS = Length of Stay/rata-rata hari rawat seorang pasien
TOI = Turn over Interval/rata-rata tempat tidur tidak dipakai antar dua episode pemakaian

Indikator pelayanan rumah sakit yang lain adalah TOI. TOI adalah rata-rata hari
dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah digunakan sampai saat digunakan kembali
(rata-rata lama tempat tidur kosong antar pasien satu dengan pasien berikutnya). Idealnya
tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Selama tahun 2003-2009 TOI di rumah
sakit berkisar antara 2,9-6,3 hari. Hanya pada tahun 2007 dan 2008 TOI mencapai angka ideal
1-3 hari. Pada tahun 2009 angka TOI tempat tidur rumah sakit di Indonesia memiliki selang
waktu 6,3 hari tempat tidur tidak terisi. Berdasarkan provinsi, hanya Bali (2 hari) dan Jambi
(2,6 hari) yang memiliki TOI ideal.
GDR adalah angka kematian umum untuk setiap 1.000 penderita keluar dari rumah
sakit. Pada GDR, tidak melihat berapa lama pasien berada di rumah sakit dari masuk sampai
meninggal. Nilai ideal GDR adalah < 45 per 1.000 pasien keluar. Pada tahun 2009 angka
GDR di Indonesia sebesar 36,5 kematian per 1.000 pasien keluar rumah sakit. Dari 31
provinsi yang menyampaikan laporan, 4 provinsi memiliki GDR > 45 per 1.000 pasien
keluar, yaitu Sumatera Utara (52), Jawa Timur (49,8), Sumatera Barat (48,5), dan Sulawesi
Barat (48,2).

85

GAMBAR 4.28
PENCAPAIAN NDR DAN GDR PER 1.000 PASIEN KELUAR RUMAH SAKIT
DI INDONESIA TAHUN 2003-2009

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Kemenkes RI

Keterangan:
NDR = Net Death Rate (per 1.000 pasien keluar)
GDR = Gross Death Rate (per 1.000 pasien keluar)

NDR adalah angka kematian pasien setelah dirawat 48 jam per 1.000 pasien keluar.
Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Asumsinya jika pasien
meninggal setelah mendapatkan perawatan 48 jam berarti ada faktor pelayanan rumah sakit
yang terlibat dengan kondisi meninggalnya pasien. Namun jika pasien meninggal kurang dari
48 jam masa perawatan, dianggap faktor keterlambatan pasien datang ke rumah sakit yang
menjadi penyebab utama pasien meninggal. Nilai NDR yang ideal adalah < 25 per 1.000
pasien keluar. NDR sejak tahun 2003 hingga 2009 berada pada kisaran 18-23,6 per 1.000
pasien keluar. Dengan demikian NDR telah mencapai angka ideal yaitu < 25 per 1.000 pasien
keluar.
2. Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat
Tujuan penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yaitu untuk
meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan
hampir miskin agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan
efisien. Melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat diharapkan dapat menurunkan
angka kematian ibu, menurunkan angka kematian bayi dan balita serta menurunkan angka
kelahiran di samping dapat terlayaninya kasus-kasus kesehatan bagi masyarakat miskin
umumnya. Program ini telah berjalan lima tahun, dan telah memberikan banyak manfaat bagi
peningkatan akses pelayanan kesehatan masyarakat miskin dan hampir miskin di puskesmas
dan jaringannya serta pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Sejak tahun 2005 hingga 2007 sasaran Jamkesmas (yaitu jumlah orang miskin dan
hampir miskin) terus bertambah kecuali sejak tahun 2007-2009 dengan jumlah sasaran sama
86

yaitu 76,4 juta jiwa. Provinsi dengan jumlah sasaran terbesar adalah Jawa Tengah, Jawa
Barat, dan Jawa Timur. Gambar 4.29 berikut ini menyajikan realisasi program JPKM tahun
2005-2009.
GAMBAR 4.29
REALISASI PROGRAM JPKM
TAHUN 2005 2009

Sumber: Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kemenkes RI

Pada tahun 2009, dari 76,4 juta sasaran masyarakat miskin dan hampir miskin,
sebanyak 23,60 juta memanfaatkan sarana kesehatan baik puskesmas maupun rumah sakit
sebagai pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama dan tingkat lanjut. Angka tersebut
lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 26,22 juta jiwa.
Rincian kujungan rawat jalan tingkat pertama dan tingkat lanjut menurut provinsi dapat
dilihat pada Lampiran 4.18 dan 4.19. Sedangkan jumlah kunjungan rawat inap tingkat lanjut
dapat dilihat pada Lampiran 4.20.
Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) Jamkesmas terdiri dari pelayanan kesehatan
dasar dan pelayanan kesehatan tingkat lanjut. Pemberi pelayanan kesehatan dasar Jamkesmas
adalah seluruh puskesmas dan jaringannya (pustu, polindes/poskesdes, pusling) yang
berjumlah 8.234 unit. Sedangkan pemberi pelayanan kesehatan Jamkesmas tingkat lanjut pada
tahun 2008 berjumlah 920 dengan rincian sebagai berikut: 56% rumah sakit pemerintah, 7%
rumah sakit TNI/POLRI, 33% rumah sakit swasta, dan 4% balai pengobatan seperti yang
terlihat pada Gambar 4.30.

87

GAMBAR 4.30
PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN JAMKESMAS TINGKAT LANJUT
TAHUN 2008

Sumber: Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kemenkes RI

Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur merupakan provinsi dengan
jumlah PPK tertinggi untuk pelayanan tingkat lanjut, yaitu masing-masing 140, 115, dan 80
PPK. Besarnya jumlah PPK di tiga provinsi tersebut juga disebabkan tingginya jumlah
sasaran Jamkesmas. Jika di provinsi lain, jumlah anggota masyarakat miskin dan hampir
miskin kurang dari 5 juta jiwa (bahkan beberapa di antaranya kurang dari 1 juta jiwa), namun
di tiga provinsi tersebut mencapai lebih dari 10 juta jiwa.
C. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT
1. Pengendalian Penyakit Polio
Pada tahun 1988, sidang ke-41 WHA (World Health Assembly) telah menetapkan
program eradikasi polio secara global (global polio eradication initiative) yang ditujukan
untuk mengeradikasi penyakit polio pada tahun 2000. Kesepakatan ini diperkuat oleh sidang
World Summit for Children pada tahun 1989, di mana Indonesia turut menandatangani
kesepakatan tersebut. Eradikasi dalam hal ini bukan sekedar mencegah terjadinya penyakit
polio, melainkan mempunyai arti yang lebih luas lagi, yaitu menghentikan terjadinya
transmisi virus polio liar di seluruh dunia.
Pengertian Eradikasi Polio adalah apabila tidak ditemukan virus polio liar indigenous
selama 3 tahun berturut-turut di suatu region yang dibuktikan dengan surveilans AFP yang
sesuai standar sertifikasi. Dasar pemikiran Eradikasi Polio adalah:
1. Manusia satu-satunya reservoir dan tidak ada longterm carrier pada manusia.
2. Sifat virus polio yang tidak tahan lama hidup di lingkungan.
3. Tersedianya vaksin yang mempunyai efektivitas > 90% dan mudah dalam pemberian.
4. Layak dilaksanakan secara operasional.
88

Di Indonesia, selama 10 tahun terakhir tidak ditemukan kasus AFP yang disebabkan
virus Polio liar. Surveilans AFP di Indonesia dilaksanakan sejak pertengahan tahun 1995.
Pencapaian kinerja sampai tahun 2002 berfluktuasi, namun sejak adanya tenaga khusus
(surveillance officer) di tingkat provinsi, kinerja menunjukkan peningkatan yang cukup
bermakna.
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan melalui gerakan
imunisasi polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi
secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok umur <15 tahun
dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus Polio liar yang
berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang
dijumpai. Berdasarkan kegiatan surveilans AFP pada penduduk <15 tahun selama tahun 2003
2009, secara nasional diperoleh gambaran seperti terlihat pada Gambar 4.31 berikut ini.
GAMBAR 4.31
PERSENTASE HASIL PENGIRIMAN SPESIMEN ADEKUAT
DAN NON POLIO AFP RATE TAHUN 2003 2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemenkes RI

Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi surveilans, akan
dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui ada tidaknya virus Polio liar yang
menyerang masyarakat. Gambar 4.31 menunjukkan bahwa persentase spesimen adekuat yang
dikirim untuk pemeriksaan virus Polio semakin meningkat, dengan demikian hasil
pemeriksaan yang dilakukan menjadi semakin mewakili kondisi di lapangan.
Target untuk non Polio AFP rate ditetapkan sebesar 2 per 100.000 anak umur < 15
tahun. Sedangkan untuk standar spesimen adekuat adalah >80%, artinya minimal 80%
spesimen tinja penderita harus sesuai dengan persyaratan yaitu diambil 14 hari setelah
kelumpuhan dan suhu spesimen 0-8C sampai di laboratorium. Dengan demikian sejak tahun
2003 hingga 2009 spesimen adekuat telah sesuai standar, kecuali pada tahun 2006 yaitu
79,10%.
89

Provinsi yang telah memenuhi target non polio AFP rate 2 per 100.000 anak umur <
15 tahun dan spesimen adekuat sesuai standar dapat dilihat pada Gambar 4.32 berikut ini.
GAMBAR 4.32a
NON POLIO AFP RATE/ 100.000 ANAK UMUR < 15 TAHUN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

GAMBAR 4.32b
PERSENTASE HASIL PENGIRIMAN SPESIMEN ADEKUAT
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemenkes RI

Sumber: Ditjen PP-PL, Kemenkes RI

2. Pengendalian TB-Paru
Tujuan utama pengendalian TB Paru adalah: 1) menurunkan insidens TB Paru pada
tahun 2015; 2) menurunkan prevalensi TB Paru dan angka kematian akibat TB Paru menjadi
setengahnya pada tahun 2015 dibandingkan tahun 1990; 3) sedikitnya 70% kasus TB Paru
BTA+ terdeteksi dan diobati melalui program DOTS (Directly Observed Treatment
Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan TB-Paru dengan pengawasan langsung oleh
Pengawas Menelan Obat (PMO); dan 4) sedikitnya 85% tercapai succes rate.
DOTS adalah strategi penyembuhan TB Paru jangka pendek dengan pengawasan
secara langsung. Dengan menggunakan strategi DOTS, maka proses penyembuhan TB Paru
dapat berlangsung secara cepat. DOTS menekankan pentingnya pengawasan terhadap
penderita TB Paru agar menelan obatnya secara teratur sesuai ketentuan sampai dinyatakan
sembuh. Strategi DOTS memberikan angka kesembuhan yang tinggi, dapat mencapai angka
95%. Strategi DOTS direkomendasikan oleh WHO secara global untuk menanggulangi TB
Paru.
a. Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif di antara Suspek yang diperiksa

Upaya Pemerintah dalam menanggulangi TB Paru setiap tahunnya semakin


menunjukkan kemajuan. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya jumlah penderita yang
ditemukan dan disembuhkan setiap tahun.
Gambar 4.33 memperlihatkan persentase TB Paru BTA+ terhadap suspek TB Paru
selama tahun 2001-2009. Selama tahun 2001-2009 persentase TB Paru BTA+ terhadap
suspek TB Paru tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu 13,01% dan terendah terjadi pada
tahun 2001 (8,43%)

90

GAMBAR 4.33
PERSENTASE BTA POSITIF TERHADAP SUSPEK
TAHUN 2001-2009

Sumber : Ditjen PP-PL, Kemenkes RI

Menurut standar, persentase BTA+ diperkirakan 10% dari suspek yang diperkirakan di
masyarakat dengan nilai yang ditoleransi antara 5-15%. Bila angka ini terlalu kecil (< 5%)
kemungkinan disebabkan penjaringan suspek terlalu longgar. Banyak orang yang tidak
memenuhi kriteria suspek atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (negatif palsu).
Sedangkan bila angka ini terlalu besar (> 15%) kemungkinan disebabkan penjaringan terlalu
ketat atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (positif palsu). Dengan demikian,
sejak tahun 2001-2009 persentase BTA+ terhadap suspek masih dalam batas yang ditolerir.
Berarti, petugas kesehatan mampu mendiagnosis kasus BTA+ sesuai standar.
Untuk hasil proporsi pasien TB Paru BTA Positif di antara suspek yang diperiksa per
provinsi tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar 4.34 berikut ini.
GAMBAR 4.34
PERSENTASE PASIEN TB PARU BTA+ TERHADAP SUSPEK YANG DIPERIKSA DAHAKNYA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI

91

Sebanyak 30 provinsi dengan persentase pasien TB Paru BTA+ di antara suspek yang
diperiksa per provinsi sebesar 5-15%. Sedangkan provinsi dengan persentase pasien TB Paru
BTA+ terhadap suspek yang diperiksa >15% sebanyak 3 provinsi yaitu Maluku Utara,
Maluku, dan DKI Jakarta.
b. Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ (Case Detection Rate) dan Angka
Keberhasilan Pengobatan (Success Rate)

Angka penemuan kasus TB Paru BTA+ memperlihatkan penemuan TB Paru BTA+


terhadap jumlah perkiraan TB Paru. Gambar 4.35 menyajikan kecenderungan angka
penemuan kasus baru (Case Detection Rate). Selama tahun 2000-2009, CDR mengalami
peningkatan yang berarti, dari 20% pada tahun 2000 menjadi 71,9% pada tahun 2009. CDR
tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 75,7%. Sementara standar CDR TB Paru
sebesar 70%. Dengan demikian sejak tahun 2006 sampai 2009 (kecuali tahun 2007) Indonesia
telah mampu mencapai target tersebut.
GAMBAR 4.35
PERSENTASE PENEMUAN KASUS BARU DAN
KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU
DI INDONESIA TAHUN 2000-2009

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI

Keberhasilan pengobatan TB paru ditentukan oleh kepatuhan dan keteraturan dalam


berobat, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Angka keberhasilan pengobatan semenjak 20002009 telah mencapai target keberhasilan pengobatan yang distandarkan oleh WHO yaitu
minimal 85%. Bahkan pada tahun 2009 keberhasilan pengobatan mencapai 91%
Angka keberhasilan pengobatan penderita pada tahun 2008 menurut provinsi dapat
dilihat pada gambar berikut:

92

GAMBAR 4.36
PERSENTASE KEBERHASILAN PENGOBATAN PENDERITA TB PARU (SUCCESS RATE)
TAHUN 2008 MENURUT PROVINSI

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI

Sebanyak 28 provinsi telah berhasil mencapai target keberhasilan pengobatan 85%


dengan SR tertinggi yaitu Bengkulu (97,41%), Maluku (97,29%), dan Gorontalo (97,11%).
Sedangkan provinsi yang belum mencapai target SR 85% adalah Papua Barat, Papua, DI
Yogyakarta, Maluku Utara, dan Riau.
3. Pengendalian Penyakit ISPA
ISPA merupakan penyebab kematian terbesar baik pada bayi maupun pada anak
balita. Hal ini dapat dilihat melalui hasil survei mortalitas subdit ISPA pada tahun 2005 di 10
provinsi, diketahui bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian bayi terbesar di
Indonesia, yaitu sebanyak 22,30% dari seluruh kematian bayi. Survei yang sama juga
menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada anak balita
yaitu 23,60%. Studi mortalitas pada Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa proporsi kematian
pada bayi (post neonatal) karena pneumonia sebesar 23,8% dan pada anak balita sebesar
15,5%.
Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan
yaitu Pneumonia dan yang bukan Pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya
penyakit yaitu Pneumonia berat dan Pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti
rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai
bukan Pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus
dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan
93

pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga
akut harus mendapat antibiotik.
Program pengendalian ISPA menetapkan bahwa semua kasus yang ditemukan harus
ditatalaksanakan sesuai standar, dengan demikian angka penemuan kasus pneumonia juga
menggambarkan penatalaksanaan kasus ISPA.
Secara nasional, angka cakupan penemuan penderita pneumonia pada balita hingga
saat ini masih belum mencapai target, seperti tampak pada Gambar 4.37 di bawah ini.
GAMBAR 4.37
CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA PADA BALITA
DI INDONESIA TAHUN 2005 2009

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI

Cakupan penemuan penderita pneumonia tetap rendah sejak tahun 2005 hingga 2009.
Hambatan yang ditemui dalam meningkatkan cakupan penemuan Pneumonia balita di
puskesmas yaitu:
a. Tenaga terlatih tidak melaksanakan MTBS/Tatalaksana Standar ISPA di puskesmas.
b. Pembiayaan (logistik dan operasional) terbatas.
c. Pembinaan (bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi) secara berjenjang masih sangat
kurang.
d. ISPA merupakan pandemi yang dilupakan/tidak prioritas sedangkan masalah ISPA
merupakan masalah multisektoral.
e. Gejala Pneumonia sukar dikenali oleh orang awam maupun tenaga kesehatan yang tidak
terlatih.
Rata-rata cakupan penemuan pneumonia pada balita tahun 2009 sebesar 22,18%, yang
berarti masih jauh dari target yang sebesar 86%. Provinsi NTB memiliki cakupan relatif tinggi
yaitu sebesar 71,45%. Provinsi dengan cakupan tertinggi berikutnya adalah Jawa Barat
(46,16%) dan Kep. Bangka Belitung (41,41%).
4. Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS dan PMS
Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan penyakit HIV/AIDS di
samping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan juga diarahkan pada upaya
94

pencegahan melalui penemuan penderita secara dini yang dilanjutkan dengan kegiatan
konseling.
Upaya penemuan penderita dilakukan melalui skrining HIV/AIDS terhadap darah
donor, pemantauan pada kelompok berisiko penderita Penyakit Menular Seksual (PMS)
seperti Wanita Penjaja Seks (WPS), penyalahguna obat dengan suntikan (IDUs), penghuni
Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) atau sesekali dilakukan penelitian pada kelompok berisiko
rendah seperti ibu rumah tangga dan sebagainya. Hasil pelaksanaan surveilans HIV/AIDS
selama tujuh tahun terakhir terlihat pada Tabel 4.2 berikut ini.
TABEL 4.2
PENEMUAN PENDERITA HIV/AIDS DI INDONESIA
TAHUN 2003 2009
Tahun

Pengidap HIV
Per tahun

Kumulatif

Penderita AIDS
Per tahun

Kumulatif

Penderita AIDS Meninggal


Per tahun

Kumulatif

2003

168

2.720

316

1.487

261

479

2004

649

3.369

1.195

2.682

361

740

2005

875

4.244

2.638

5.321

592

1.332

2006

986

5.230

2.873

8.194

539

1.871

2007

836

6.066

2.947

11.141

498

2.369

4.969

16.110

993

3.362

3.863

19.973

484

3.846

2008
2009

6.015

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI

Dalam perjalanan penyakit dari HIV positif menjadi AIDS dikenal istilah window
periods, yang tidak diketahui dengan pasti periodisasinya sehingga kelompok ini menjadi
sangat potensial dalam menularkan penyakit. Pada kelompok ini di samping dilakukan
pengobatan, yang lebih utama adalah dilakukan konseling untuk menumbuhkan rasa tanggung
jawab dalam ikut aktif mencegah terjadinya penularan lebih lanjut.
5. Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang
perjalanan penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat.
Penyakit ini merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian luar biasa
(KLB) di Indonesia.
Upaya pemberantasan demam berdarah terdiri dari 3 hal yaitu: 1) peningkatan
kegiatan surveilans penyakit dan surveilans vektor; 2) diagnosis dini dan pengobatan dini; dan
3) peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD. Upaya pemberantasan
vektor ini yaitu dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan pemeriksaan jentik berkala.
Keberhasilan kegiatan PSN antara lain dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ).
95

Apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau
dikurangi.
Metode yang tepat guna untuk mencegah DBD adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) melalui 3M plus (Menguras, Menutup dan Mengubur) plus menabur larvasida,
penyebaran ikan pada tempat penampungan air serta kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat
mencegah/memberantas nyamuk Aedes berkembang biak.
Angka Bebas Jentik (ABJ) sebagai tolak ukur upaya pemberantasan vektor melalui
PSN-3M menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD. Oleh karena itu
pendekatan pemberantasan DBD yang berwawasan kepedulian masyarakat merupakan salah
satu alternatif pendekatan baru.
Surveilans vektor dilakukan melalui kegiatan pemantauan jentik oleh petugas
kesehatan maupun juru/kader pemantau jentik (Jumantik/Kamantik). Pengembangan sistem
surveilans vektor secara berkala perlu terus dilakukan terutama dalam kaitannya dengan
perubahan iklim dan pola penyebaran kasus. Sejak tahun 2004 sampai dengan 2009 hanya
beberapa provinsi yang melaporkan data ABJ, hal ini dikarenakan kegiatan Pemantauan
Jentik Berkala (PJB) belum menjadi prioritas kegiatan program di sebagian besar wilayah.
Gambar 4.38 menyajikan perkembangan ABJ tahun 2004-2009. Sejak tahun 2005
sampai tahun 2008 ABJ cenderung meningkat, namun pada tahun 2009 menurun. Selama
jangka waktu 2004-2009 ABJ masih di bawah target 95%.
GAMBAR 4.38
PERBANDINGAN ANGKA BEBAS JENTIK
TAHUN 2004 2009

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI

Gambar 4.39 memperlihatkan bahwa persentase kasus DBD yang ditangani meningkat
setiap tahun, yakni 40% pada tahun 2006 menjadi 83,21% pada tahun 2008.

96

GAMBAR 4.39
CAKUPAN KASUS DBD DITANGANI
TAHUN 2006 2008

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI

Sejak tahun 2004 telah diperkenalkan suatu metode komunikasi/penyampaian


informasi/pesan yang berdampak pada perubahan perilaku dalam pelaksanaan PSN DBD
melalui pendekatan sosial budaya setempat yaitu metode Communication for Behavioral
Impact (COMBI). Kegiatan PSN dengan metode pendekatan COMBI tersebut menjadi salah
satu prioritas kegiatan dalam program P2DBD di masa yang akan datang.
6. Pengendalian Penyakit Malaria
Di Indonesia meningkatnya jumlah penderita malaria dan terjadinya kejadian luar
biasa malaria sangat berkaitan erat dengan beberapa hal sebagai berikut: 1) Adanya perubahan
lingkungan yang berakibat meluasnya tempat perindukan nyamuk penular malaria; 2)
Mobilitas penduduk yang cukup tinggi; 3) Perubahan iklim yang menyebabkan musim hujan
lebih panjang dari musim kemarau; 4) Krisis ekonomi yang berkepanjangan memberikan
dampak pada daerah-daerah tertentu dengan adanya masyarakat yang mengalami gizi buruk
sehingga lebih rentan untuk terserang malaria; 5) Tidak efektifnya pengobatan karena terjadi
Plasmodium falciparum resisten klorokuin dan meluasnya daerah resisten, serta 6)
Menurunnya perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap upaya penanggulangan malaria
secara terpadu.
Pemberantasan malaria digalakkan melalui gerakan masyarakat yang dikenal dengan
Gerakan Berantas Kembali Malaria atau Gebrak Malaria telah dicetuskan pada tahun 2000.
Gerakan ini merupakan embrio pengendalian malaria yang berbasis kemitraan dengan
berbagai sektor dengan slogan Ayo Berantas Malaria .
Pengendalian malaria di Indonesia yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 293/MENKES/SK/IV/2009 tanggal 28 April 2009 tentang
Eliminasi Malaria di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang hidup sehat,
yang terbebas dari penularan malaria secara bertahap sampai tahun 2030. Sasaran wilayah
eliminasi dilaksanakan secara bertahap sebagai berikut :
97

1. Kepulauan Seribu (Provinsi DKI Jakarta), Pulau Bali, dan pulau Batam pada tahun 2010;
2. Pulau Jawa, Provinsi Aceh, dan Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2015;
3. Pulau Sumatera (kecuali Provinsi Aceh dan Kepulauan Riau), Provinsi NTB, Pulau
Kalimantan, dan Pulau Sulawesi pada tahun 2020; dan
4. Provinsi NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua pada tahun 2030.
Kebijakan eliminasi malaria dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oleh
pemerintah, pemerintah daerah bersama mitra kerja pembangunan termasuk LSM, dunia
usaha, lembaga donor, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan dan masyarakat. Selain
itu eliminasi dilaksanakan secara bertahap dari kabupaten/kota, provinsi, dan dari satu pulau
atau ke beberapa pulau sampai ke seluruh wilayah Indonesia menurut tahapan yang
didasarkan pada situasi malaria dan kondisi sumber daya yang tersedia. Beberapa capaian
upaya pengendalian penyakit malaria disajikan pada uraian berikut ini.
a. Persentase penduduk yang menggunakan cara pencegahan yang efektif
untuk memerangi malaria

Situasi penduduk yang menggunakan cara pencegahan yang efektif untuk memerangi
malaria diketahui berdasarkan survei penduduk yang menggunakan cara pencegahan yang
efektif untuk memerangi malaria dengan kelambu. Pada tahun 2005 diketahui sebesar 1%,
dan pada tahun 2006 berdasarkan survei yang dilaksanakan di NTT (Alor, Sumba Barat, dan
Flores Timur) dan beberapa kabupaten di wilayah Sumatera rata-rata sebesar 24%. Pada tahun
2008 berdasarkan survei di Aceh, Sumut (Kab. Nias dan Nias Selatan) serta di 5 provinsi
wilayah timur diketahui bahwa persentase penduduk yang menggunakan kelambu yaitu pada
balita rata-rata sebesar 86,7% dan pada ibu hamil sebesar 87,75%. Target penduduk yang
menggunakan cara pencegahan yang efektif untuk memerangi malaria pada tahun 2009 adalah
sebesar 75%.
b. Persentase Penderita Malaria yang Diobati

Persentase penderita malaria yang diobati merupakan persentase penderita malaria


yang diobati sesuai pengobatan standar dalam kurun waktu 1 tahun dibandingkan dengan
tersangka malaria dan atau positif malaria yang datang ke sarana pelayanan kesehatan.
Persentase penderita malaria yang diobati sejak tahun 2003 hingga 2009 sebesar
100%, berarti semua penderita tersangka malaria dan/atau positif malaria yang datang ke
sarana kesehatan diobati sesuai pengobatan standar.
c. Pencapaian Pemeriksaan Sediaan Darah (Konfirmasi Laboratorium)

Berdasarkan cakupan konfirmasi laboratorium belum semua penderita klinis malaria


dilakukan pemeriksaan sediaan darahnya. Konfirmasi laboratorium 100% telah dilakukan di
Jawa dan Bali. Selama periode tahun 2004-2009 persentase pemeriksaan sediaan darah
98

dibandingkan kasus malaria klinis cenderung meningkat. Pada tahun 2004 sebesar 48%
menjadi 76% pada tahun 2009 seperti diperlihatkan pada gambar berikut ini.
GAMBAR 4.40
CAKUPAN KONFIRMASI LABORATORIUM/MIKROSKOP MALARIA
TAHUN 2004 - 2009

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI

7. Pengendalian Penyakit Kusta


Untuk menilai kinerja petugas dalam penemuan kasus penyakit kusta, digunakan
angka proporsi cacat tingkat II (cacat akibat kerusakan syaraf dan cacat terlihat). Tingginya
proporsi cacat tingkat II menunjukkan keterlambatan dalam penemuan kasus atau dengan kata
lain kinerja petugas yang rendah dalam menemukan kasus serta pengetahuan masyarakat yang
rendah.
Penderita cacat tingkat II selama tahun 2004-2007 relatif stabil (8,6%-8,7%), namun
pada tahun 2008 dan 2009 terjadi kenaikan yaitu 9,6% dan 10,27% seperti yang diperlihatkan
pada Tabel 4.3. Proporsi cacat tingkat II hingga tahun 2009 belum mencapai target program
yaitu < 5%. Hal itu berarti penularan masih terjadi di masyarakat dan kasus ditemukan
terlambat sehingga pada saat penemuan penderita sudah mengalami cacat tingkat II.
TABEL 4.3
HASIL PEMERIKSAAN PENDUDUK, PENEMUAN KASUS BARU (NCDR)
DAN PENDERITA CACAT TINGKAT II DI INDONESIA TAHUN 2004 - 2009
Tahun

Suspek Positif

Penderita Cacat
Tingkat II (%)

PB

MB

NCDR
(per 100.000 penduduk)

2004

3.615

12.957

7,8

8,6

2005

4 056

15 639

89

87

2006

3 550

14 750

83

86

2007

3.643

14.083

7,8

8,6

2008

3.113

14.328

7,41

9,6

2009

2.958

13.500

7,1

10,27

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI


Catatan : MB = Multi Basiller, PB = Pausi Basiller, NCDR = New Case Detection Rate

99

8. Pengendalian Penyakit Filariasis

Program eliminasi filariasis di Indonesia dilaksanakan atas dasar kesepakatan global


WHO tahun 2000 yaitu The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public
Health Problem the year 2020 yang merupakan realisasi dari resolusi WHA pada tahun
1997.
Program Eliminasi ini dilaksanakan melalui dua pilar kegiatan yaitu :
1. Pemberian obat massal pencegahan (POMP) filariasis kepada semua penduduk di
kabupaten/kota endemis filariasis dengan menggunakan DEC 6 mg/kg BB
dikombinasikan dengan Albendazole 400 mg sekali setahun selama 5 tahun, guna
memutuskan rantai penularan.
2. Tatalaksana kasus klinis filariasis guna mencegah dan mengurangi kecatatan.
Implementation Unit (IU) yang digunakan dalam program eliminasi filariasis sejak
tahun 2005 adalah Kabupaten/Kota. Satuan wilayah terkecil dalam program ini adalah
kabupaten/kota, baik untuk penentuan endemisitas maupun pemberian obat massal
pencegahan (POMP) filariasis. Bila suatu kabupaten/kota sudah endemis filariasis, maka
kegiatan POMP filariasis harus segera dilaksanakan untuk memutus rantai penularan, dengan
sasaran pemberian obat adalah semua penduduk di kabupaten/kota tersebut kecuali anak
berumur < 2 tahun, ibu hamil, orang yang sedang sakit berat, penderita kronis filariasis yang
dalam serangan akut, dan balita dengan marasmus/kwasiorkor dapat ditunda pengobatannya.
Kegiatan tatalaksana kasus klinis filariasis harus dilakukan pada semua penderita.
Tatalaksana ini bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kecacatan dan agar penderita
mandiri merawat diri. Setiap penderita mempunyai status rekam medis di puskesmas dan
mendapatkan kunjungan dari petugas kesehatan minimal 6 kali setahun.
Gambar 4.41 memperlihatkan kegiatan penatalaksanaan kasus klinis filariasis yang
cenderung meningkat. Pada tahun 2007 kasus klinis yang ditangani sebesar 29,40%,
sedangkan tahun 2008 mencapai 40,13% yang ditangani, dan pada tahun 2009 sebesar
40,00%. Diharapkan pada tahun-tahun selanjutnya kasus klinis filariasis yang ditatalaksana
meningkat lagi sebagaimana yang ditargetkan yaitu 90%.

100

GAMBAR 4.41
PERSENTASE PENATALAKSANAAN KASUS KLINIS FILARIASIS
TAHUN 2005-2009

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI

Dari 337 kabupaten/kota endemis filariasis pada tahun 2009, baru 97


kabupaten/kota yang tersebar di 26 propinsi melaksanakan pemberian obat massal
pencegahan filariasis (POMP Filariasis). Namun, belum semua kabupaten/kota dalam
pelaksanaannya sasaran penduduknya seluas kabupaten/kota, baru 59 kabupaten/kota
yang sasaran pengobatan massalnya seluas kabupaten/kota. Sejak tahun 2005 terjadi
peningkatan jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan POMP Filariasis setiap
tahunnya.
GAMBAR 4.42
JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG MELAKUKAN
PEMBERIAN OBAT MASSAL PENCEGAHAN (POMP) FILARIASIS
DI INDONESIA TAHUN 2005-2009

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI

Gambaran sebaran kabupaten/kota yang telah melaksanakan pengobatan massal


filariasis dapat dilihat pada gambar berikut ini.

101

GAMBAR 4.43
KABUPATEN/KOTA ENDEMIS FILARIASIS YANG MELAKSANAKAN
PENGOBATAN MASSAL DI INDONESIA, TAHUN 2009

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI

Pada tahun 2009, target pemberian obat massal pencegahan filariasis adalah sekitar 32
juta penduduk, sedangkan realisasinya sebanyak 16,3 juta penduduk (51%). Cakupan POMP
filariasis setiap tahunnya dari tahun 2005 sampai tahun 2009 terlihat ada peningkatan seperti
terlihat pada Gambar 4.44 berikut ini.
GAMBAR 4.44
CAKUPAN POMP FILARIASIS
DI INDONESIA, TAHUN 2005-2009

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI

9. Surveilans Vektor

Salah satu kegiatan yang harus diperhatikan dalam surveilans vektor adalah
monitoring resistensi vektor terhadap insektisida yang dapat digunakan sebagai acuan bagi
Dinas Kesehatan serta Unit Pelaksana Teknis (UPT) dalam kebijakan pengendalian vektor di
lapangan.
102

Pengendalian vektor yang dilakukan oleh swasta serta pemakaian insektisida rumah
tangga merupakan permasalahan tersendiri yang tidak bisa diabaikan, karena penggunaan di
masyarakat tidak terpantau yang akan dapat mempercepat terjadinya resistensi. Pengendalian
vektor saat ini identik dengan penggunaan insektisida, meskipun upaya pengendalian dengan
metode lain juga perlu dipertimbangkan. Dengan kondisi seperti itu, maka pengawasan atau
monitoring terhadap penggunaan insektisida dan dampaknya perlu dilakukan agar hasilnya
tetap efektif.
Kegiatan pengendalian vektor yang dilaksanakan antara lain monitoring efikasi dan
resistensi serta cakupan mutu pengendalian vektor malaria dan demam berdarah dengue.
Hasil pengendalian vektor sampai dengan tahun 2009 dapat dilihat pada beberapa
gambar berikut ini.
Pada Gambar 4.45 terlihat bahwa terjadi penurunan kegiatan pemberantasan vektor
malaria berdasarkan surveilans vektor. Pada tahun 2008 dan 2009 cakupan pemberantasan
vektor malaria berada di bawah target pada tahun tersebut.
GAMBAR 4.45
CAKUPAN PEMBERANTASAN VEKTOR MALARIA
BERDASARKAN SURVEILANS VEKTOR TAHUN 2005 - 2009

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI

Kegiatan yang dilakukan tahun 2007-2009 meliputi monitoring kerentanan vektor dan
efikasi insektisida serta evaluasi terhadap mutu pengendalian vektor malaria, demam berdarah
dengue, dan hasil survei jentik nyamuk demam berdarah dengue. Gambar 4.46 menyajikan
cakupan kerentanan vektor penyakit bersumber binatang tahun 2007 2009.

103

GAMBAR 4.46
CAKUPAN KERENTANAN VEKTOR PENYAKIT BERSUMBER BINATANG
TAHUN 2007 - 2009

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI

Gambar 4.47 menunjukkan bahwa selama tiga tahun (2007, 2008 dan 2009) mutu
pengendalian vektor malaria belum mencapai target, karena belum semua kabupaten/kota
melakukan pengendalian vektor berdasarkan fakta yaitu data entomologi dan faktor risiko
lingkungan.
GAMBAR 4.47
CAKUPAN EVALUASI MUTU PENGENDALIAN VEKTOR MALARIA
TAHUN 2007 - 2009

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI

Gambar 4.48 menunjukkan bahwa selama tiga tahun (2007, 2008 dan 2009) mutu
pengendalian vektor penyakit demam berdarah dengue (DBD) belum mencapai target, karena
belum semua kabupaten/kota melakukan pengendalian vektor berdasarkan informasi dan data
entomologi.
104

GAMBAR 4.48
CAKUPAN EVALUASI MUTU PENGENDALIAN VEKTOR DBD
TAHUN 2007 - 2009

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI

Untuk mengetahui peta penyebaran vektor penular penyakit malaria, dilakukan


kegiatan antara lain dengan melakukan pembedahan kelenjar ludah (konfirmasi saliva) dan uji
elisa terhadap nyamuk Anopheles. Dua cara tersebut dipakai untuk memastikan nyamuk yang
menjadi vektor penyakit malaria di suatu wilayah. Di Indonesia sejak tahun 1919 telah
dilakukan konfirmasi vektor. Sampai dengan tahun 2009 jumlah vektor penyakit malaria yang
tercatat di Subdit Pengendalian Vektor sebanyak 25 spesies yang dihimpun dari berbagai
sumber. Dari 25 spesies tersebut ada 7 spesies merupakan spesies langka dan konfirmasi
terakhir sebelum tahun 1960. Gambar 4.49 berikut ini menyajikan peta penyebaran vektor
malaria di Indonesia tahun 2009.
GAMBAR 4.49
PETA PENYEBARAN VEKTOR MALARIA TAHUN 2009

18
11

19
17

22

20

25

14
16

2
14

25

13

15

23

21

10

16

15

21

12
21

1
24
1

22

16

20

20

17
4

20
7

21

24

Keterangan :
1. An.aconitus
2. An.annularis
3. An.balabacensis
4. An.barbirostris
5. An.bancrofti

6. An.barbumbrosus
7. An. flavirostris
8. An.farauti
9. An.karwari
10. An.koliensis

11. An. kochi


12. An.punctulatus
13. An.ludlowi
14.An.letifer
15. An.leucosphyrus

105

16. An. Maculatus


17. An.minimus
18 An.nigerimus
19. An. parangensis
20. An. Sundaicus

21. An. subpictus


22. An. sinensis
23. An. umbrosus
24. An. vagus
25. An. tessellatus

D. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT


Upaya perbaikan gizi masyarakat dimaksudkan untuk menangani permasalahan gizi
yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan ditemukan
beberapa permasalahan gizi yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat antara lain
anemia gizi besi, kekurangan Vitamin A, dan gangguan akibat kekurangan yodium.
1. Pemberian Tablet Tambah Darah (Fe)

Anemia gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang
disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut. Di
Indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga
disebut anemia kekurangan zat besi atau anemia gizi besi.
Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan masalah gizi terutama
anemia gizi besi. Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001,
prevalensi anemia ibu hamil sebesar 40,1% dan pada tahun 2007 turun menjadi 24,5%
(Riskesdas, 2007). Namun demikian keadaan ini mengindikasikan bahwa anemia gizi besi
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penanggulangan masalah anemia gizi besi saat
ini terfokus pada pemberian tablet tambah darah (Fe) pada ibu hamil. Ibu hamil mendapat
tablet tambah darah 90 tablet selama kehamilannya.
Cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah (Fe) selama 4 tahun
terakhir dapat dilihat pada gambar berikut.
GAMBAR 4.50
PERSENTASE IBU HAMIL YANG MENDAPAT TABLET FE
TAHUN 2006 - 2009

Sumber: Ditjen Binkesmas Kemenkes RI

Cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah (Fe) selama tahun 20062008 terlihat ada kecenderungan turun setiap tahun baik cakupan Fe1 maupun Fe3, namun
meningkat pada tahun 2009. Cakupan Fe1 dan Fe3 tahun 2006 masing-masing sebesar 71,1%
106

dan 64,5%, sedangkan pada tahun 2008 turun menjadi 53,1% dan 48,1%. Pada tahun 2009
cakupan pemberian Fe1 naik menjadi 76,9% dan Fe3 naik menjadi 68,7%. Sebaran cakupan
pemberian tablet tambah darah (Fe3) pada ibu hamil menurut provinsi dapat dilihat pada
Gambar 4.51 berikut ini.
GAMBAR 4.51
PERSENTASE IBU HAMIL YANG MENDAPAT TABLET TAMBAH DARAH (FE3)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

Sumber: Ditjen Binkesmas Kemenkes RI

Provinsi dengan cakupan tertinggi adalah Provinsi Bali (90,43%), Kep. Bangka
Belitung (84,85%) dan Nusa Tenggara Barat (81,51%). Sedangkan cakupan terendah adalah
Provinsi Papua (31,57%), Sulawesi Tengah (36,12%), dan Sulawesi Barat (38,19%).
Cakupan pemberian tablet tambah darah terkait erat dengan antenatal care (ANC).
Analisis cakupan K4 dengan Fe3 sering menunjukkan adanya kesenjangan yang cukup besar,
hal ini disebabkan karena belum optimalnya koordinasi sistem pencatatan dan pelaporan antar
program terkait.
2. Pemberian Kapsul Vitamin A

Tujuan pemberian kapsul vitamin A pada balita adalah untuk menurunkan prevalensi
dan mencegah kekurangan vitamin A pada balita. Kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti
efektif untuk mengatasi masalah kekurangan vitamin A (KVA) pada masyarakat apabila
cakupannya tinggi. Bukti-bukti lain menunjukkan peranan vitamin A dalam menurunkan
secara bermakna angka kematian anak, maka selain untuk mencegah kebutaan, pentingnya
pemberian vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup, kesehatan dan
pertumbuhan anak.
107

Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan, serta meningkatkan
daya tahan tubuh. Anak-anak yang mendapat cukup vitamin A, bila terkena diare, campak
atau penyakit infeksi lain, maka penyakit-penyakit tersebut tidak mudah menjadi parah,
sehingga tidak membahayakan jiwa anak.
Sasaran pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi adalah bayi (umur 6-11 bulan)
diberikan kapsul vitamin A 100.000 SI, anak balita (umur 1-4 tahun) diberikan kapsul vitamin
A 200.000 SI, dan ibu nifas diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI, sehingga bayinya akan
memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI. Pada bayi (6-11 bulan) diberikan setahun
sekali pada bulan Februari atau Agustus; dan untuk anak balita enam bulan sekali, yang
diberikan secara serentak pada bulan Februari dan Agustus. Sedangkan pemberian kapsul
vitamin A pada ibu nifas, diharapkan dapat dilakukan terintegrasi dengan pelayanan
kesehatan ibu nifas. Namun dapat pula diberikan di luar pelayanan tersebut selama ibu nifas
tersebut belum mendapatkan kapsul vitamin A.
Persentase cakupan pemberian vitamin A balita dan ibu nifas, pada 3 tahun terakhir
dapat dilihat pada Gambar 4.52 berikut ini.
GAMBAR 4.52
PERSENTASE BALITA DAN IBU NIFAS YANG MENDAPAT KAPSUL VITAMIN A
TAHUN 2007 - 2009

Sumber: Ditjen Binkesmas Kemenkes RI

Cakupan pemberian vitamin A pada bayi dan balita tiga tahun terakhir sudah
menunjukkan angka diatas 80% dan relatif angka cakupannya tidak berbeda jauh dari tahun
ke tahun. Namun demikian untuk cakupan vitamin A ibu nifas angkanya masih di bawah
80%, walaupun demikian ada kecenderungan cakupannya makin meningkat selama tiga tahun
terakhir. Dengan demikian masih diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan cakupan
tersebut, antara lain melalui peningkatan integrasi pelayanan kesehatan ibu nifas, sweeping
pada daerah yang cakupannya masih rendah, dan kampanye pemberian kapsul vitamin A.
Masalah vitamin A pada balita secara klinis sudah tidak merupakan masalah kesehatan
masyarakat (prevalensi xeropthalmia < 0,5%). Hasil studi masalah gizi mikro di 10 kota pada
108

10 provinsi tahun 2006, diperoleh prevalensi xeropthalmia pada balita 0.13%, sedangkan hasil
survey vitamin A tahun 1992 menunjukkan prevalensi xeropthalmia sebesar 0,33%.
Namun demikian kekurangan vitamin A (KVA) subklinis, yaitu tingkat yang belum
menampakkan gejala nyata, masih menimpa masyarakat luas terutama kelompok balita. KVA
tingkat subklinis ini hanya dapat diketahui dengan memeriksa kadar vitamin A dalam darah di
laboratorium. Di samping itu sebaran cakupan pemberian vitamin A pada balita menurut
provinsi masih ada yang di bawah 80%. Dengan demikian kegiatan pemberian vitamin A
pada balita dan ibu nifas masih perlu dilanjutkan, karena bukan hanya untuk kesehatan mata
dan mencegah kebutaan, dan lebih penting lagi, vitamin A meningkatkan kelangsungan hidup
anak, kesehatan dan pertumbuhan anak.
Gambar berikut menyajikan persentase balita dan ibu nifas yang mendapat kapsul
vitamin A menurut provinsi.
GAMBAR 4.53
PERSENTASE BALITA YANG MENDAPAT KAPSUL VITAMIN A
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

Sumber: Ditjen Binkesmas Kemenkes RI

Hasil laporan Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2009, cakupan pemberian kapsul
vitamin A pada balita 83,3%. Provinsi dengan cakupan tertinggi, masing-masing: Jawa
Tengah (98,6%), DI Yogjakarta (96,1%) dan Kalimantan Selatan (93,2%). Sedangkan
provinsi yang cakupannya terendah, masing-masing: Papua Barat (29,1%), Papua (43,5%)
dan Maluku (65,0%).

109

GAMBAR 4.54
PERSENTASE IBU NIFAS YANG MENDAPAT KAPSUL VITAMIN A
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

Sumber: Ditjen Binkesmas Kemenkes RI

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2009, cakupan pemberian kapsul
vitamin A pada Ibu Nifas sebesar 63,0%. Provinsi dengan cakupan tertinggi, masing-masing:
Riau (100,0%), Bali (91,0%), Gorontalo (87,4%) dan Jawa Tengah (87,4%). Sedangkan
Provinsi yang cakupannya terendah, masing-masing Papua Barat (27,4%), Jambi (32,4%) dan
Aceh (33,2%).
3. Cakupan Konsumsi Garam Beryodium

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) adalah sekumpulan gejala yang


timbul karena tubuh seseorang kurang unsur Iodium secara terus-menerus dalam jangka
waktu lama. Kekurangan Iodium saat ini tidak terbatas pada gondok dan kretinisme saja,
tetapi ternyata kekurangan Iodium berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia secara
luas, meliputi tumbuh kembang, termasuk perkembangan otak sehingga terjadi penurunan
potensi tingkat kecerdasan (Intelligence Quotient=IQ).
Pemantauan GAKY dilakukan melalui Ekskresi Yodium dalam Urine (EYU) sebagai
refleksi asupan yodium dan cakupan rumah tangga mengonsumsi garam beryodium. Hasil
Studi Intensifikasi Penanggulangan GAKY (IP-GAKY) tahun 2003 dan Riskesdas 2007
menunjukkan bahwa rata-rata EYU <100 g/L sebesar 16,7% dan 12,9%, namun cakupan
rumah tangga dengan garam cukup Iodium rata-rata nasional baru mencapai 62,3%
(Riskesdas 2007). Terdapat disparitas antar daerah yang cukup tinggi seperti terlihat pada
Gambar 4.55 berikut ini.

110

GAMBAR 4.55
PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MENGKONSUMSI
GARAM BERYODIUM CUKUP MENURUT PROVINSI TAHUN 2007

Sumber: Ditjen Binkesmas Kemenkes RI

Provinsi dengan cakupan konsumsi garam cukup beryodium terendah adalah Nusa
Tenggara Barat (27,9%), Nusa Tenggara Timur (31,0%) dan Sulawesi Barat (34,2%),
sedangkan provinsi dengan cakupan tertinggi adalah Kep. Bangka Belitung (98,7%), Jambi
(94,4%) dan Sumatera Selatan (93,0%).
Masalah masih rendahnya cakupan konsumsi garam beryodium di masyarakat antara
lain karena belum optimalnya penggerakan masyarakat dan kampanye dalam mengkonsumsi
garam beryodium, serta dukungan regulasi yang belum memadai. Di samping itu masalah lain
adalah belum rutinnya pelaksanaan pemantauan garam beryodium di masyarakat secara terus
menerus.
4. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif

Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara
eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai
umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi
sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya.
Secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia berfluktuasi selama 3
tahun terakhir. Pada Gambar 4.56 terlihat bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi
05 bulan turun dari 62,2% tahun 2007 menjadi 56,2% pada tahun 2008, namun meningkat
lagi pada tahun 2009 menjadi 61,3%. Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi

111

sampai 6 bulan turun dari 28,6% pada tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008 dan naik
lagi menjadi 34,3% pada tahun 2009.
GAMBAR 4.56
PERSENTASE PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF 0-5 BULAN DAN 6 BULAN
TAHUN 2004 - 2009

Sumber: BPS, Susenas 2009

Cakupan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi beberapa hal, terutama masih sangat
terbatasnya tenaga konselor ASI, belum adanya peraturan perundangan tentang pemberian
ASI serta belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi, dan kampanye terkait
pemberian ASI maupun MP-ASI, masih kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana KIE
ASI dan MP-ASI dan belum optimalnya membina kelompok pendukung ASI dan MP-ASI.
Gambar 4.57 berikut ini menyajikan persentase cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi
0-5 bulan dan 6 bulan menurut provinsi tahun 2009.
GAMBAR 4.57
PERSENTASE PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF 0-6 BULAN
MENURUT PROVINSI 2009

Sumber: BPS, Susenas 2009

112

Berdasarkan data Susenas 2009, provinsi dengan cakupan pemberian ASI eksklusif 06 bulan bulan terendah adalah Jawa Timur (48,8%), Jawa Tengah (52,2%) dan Aceh (52,2%).
Sedangkan provinsi dengan cakupan tertinggi ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat (78.3%),
Bengkulu (75,8%) dan Nusa Tenggara Timur (75,2%).
Cakupan pemberian ASI eksklusif 6 bulan menurut provinsi dapat dilihat pada
Gambar 4.58 berikut ini.
GAMBAR 4.58
PERSENTASE PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF 6 BULAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

Sumber: Ditjen Binkesmas Kemenkes RI

Provinsi dengan cakupan pemberian ASI eksklusif 6 bulan terendah adalah Gorontalo
(14,3%), Papua Barat (16,7%) dan Kalimantan Barat (19,5%). Sedangkan provinsi dengan
cakupan tertinggi ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat (54.3%), Bengkulu (54,2%) dan
Maluku (53,1%).
Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif 0-5 bulan maupun 6 bulan dapat
disebabkan karena masih kurangnya pemahaman masyarakat bahkan petugas kesehatan
sekalipun tentang manfaat dan pentingnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi usia 0-5
bulan. Di lain pihak adanya promosi dan pemasaran yang begitu intensif terkait susu formula
yang kadang sulit untuk dikendalikan. Mungkin pula masih banyak Rumah Sakit (RS) yang
belum mendukung peningkatan pemberian ASI eksklusif, yang dapat ditandai dengan belum
melakukan rawat gabung antara ibu dan bayinya, dan belum atau masih rendahnya melakukan
inisiasi menyusui dini (IMD) serta masih bebas beredarnya susu formula di lingkungan RS.
Upaya terobosan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif
antara lain melalui upaya peningkatan pengetahuan petugas tentang manfaat ASI eksklusif,
penyediaan fasilitas menyusui di tempat kerja, peningkatkan pengetahuan dan keterampilan
ibu, peningkatan dukungan keluarga dan masyarakat serta upaya untuk mengendalikan
pemasaran susu formula. Selain itu perlu juga penerapan 10 (sepuluh) langkah menuju
113

keberhasilan menyusui (LMKM) di RS dan sarana pelayanan kesehatan lainnya yang


melakukan kegiatan persalinan.
Sepuluh langkah tersebut meliputi : 1) membuat kebijakan tentang menyusui; 2)
melatih staf pelayanan kesehatan; 3) KIE kepada ibu hamil tentang manfaat dan manajemen
menyusui; 4) membantu ibu untuk IMD dalam 60 menit pertama persalinan; 5) membantu ibu
cara menyusui dan mempertahankan menyusui meskipun ibu dipisah dari bayinya; 6)
memberikan ASI saja kepada bayi baru lahir kecuali ada indikasi medis; 7) menerapkan rawat
gabung ibu dengan bayinya sepanjang waktu (24 jam); 8) menganjurkan menyusui sesuai
permintaan bayi; 9) Tidak memberi dot kepada bayi; dan 10) mendorong pembentukan
kelompok pendukung menyusui dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut setelah keluar
dari sarana pelayanan kesehatan.
5. Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S)

Cakupan penimbangan balita di posyandu (D/S) merupakan indikator yang berkaitan


dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya
imunisasi serta prevalensi gizi kurang. Semakin tinggi cakupan D/S, semakin tinggi cakupan
vitamin A, semakin tinggi cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi gizi kurang.
Hasil Riskesdas 2007 menunjukan secara nasional cakupan penimbangan balita (anak
pernah ditimbang di Posyandu sekurang-kurangnnya satu kali selama sebulan terakhir) di
posyandu sebesar 74,5%. Frekuensi kunjungan balita ke posyandu semakin berkurang dengan
semakin meningkatnya umur anak. Sebagai gambaran proporsi anak 6-11 bulan yang
ditimbang di posyandu 91,3%, pada anak usia 12-23 bulan turun menjadi 83,6%, dan pada
usia 24-35 bulan turun menjadi 73,3%.
Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2009 cakupan penimbangan
balita di posyandu sebesar 63,9%. Cakupan penimbangan balita di posyandu menurut provinsi
tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar 4.59 berikut ini.

114

GAMBAR 4.59
PERSENTASE KUNJUNGAN BALITA YANG DITIMBANG DI POSYANDU (D/S)
MENURUT PROVINSI 2009

Sumber: Ditjen Binkesmas Kemenkes RI

Cakupan penimbangan balita di posyandu yang tertinggi ada di DI Yogjakarta


(75,6%), Jawa Timur (76,1%), dan Jawa Tengah (76,0%). Sedangkan cakupan terendah ada di
Provinsi Papua Barat (27,7%), Papua (35,3%) dan Kalimantan Timur (39,6%).
Masalah yang berkaitan dengan kunjungan posyandu antara lain: dana operasional dan
sarana prasarana untuk menggerakkan kegiatan posyandu; tingkat pengetahuan kader dan
kemampuan petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling; tingkat pemahaman
keluarga dan masyarakat akan manfaat posyandu; serta pelaksanaan pembinaan kader.
E. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA

Bencana di Indonesia dapat dikategorikan menjadi 2 macam yaitu bencana lingkungan


hidup dan bencana alam. Bencana lingkungan hidup terjadi akibat dari kerusakan lingkungan
seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, kecelakaan industri,
tumpahan minyak di laut; sedangkan bencana alam terjadi sebagai akibat aktivitas lapisan/kerak
bumi/fenomena alam seperti gempa bumi, gelombang tsunami, letusan gunung berapi, badai atau
angin ribut yang kejadiannya sulit diprediksi.
Berdasarkan hasil pemantauan Pusat Penanggulangan Krisis Kementerian Kesehatan
pada tahun 2009, banjir dan banjir bandang merupakan bencana yang paling sering terjadi dan
melanda 23 provinsi di Indonesia. Jumlah korban akibat bencana banjir dan banjir bandang
selama tahun 2009 sebanyak 157 meninggal, 53 luka berat yang memerlukan rawat inap, 37.706
luka ringan/rawat jalan, 15 korban hilang, dan sebanyak 229.854 pengungsi. Bencana alam yang
menelan korban yang paling banyak adalah gempa bumi, yang terjadi di 11 provinsi. Jumlah
115

korban akibat bencana gempa bumi selama tahun 2009 sebanyak 1,209 meninggal, 1.234 luka
berat yang memerlukan rawat inap, 9.224 luka ringan/rawat jalan, 27 korban hilang, dan
sebanyak 205.210 pengungsi. Rincian kejadian bencana menurut jenis dan jumlah korban pada
tahun 2009 dapat dilihat pada Lampiran 4.27.
Demikian gambaran mengenai situasi upaya kesehatan di Indonesia sampai dengan tahun
2009.

***

116

Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam


penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Pada bab ini, sumber daya kesehatan diulas dengan
menyajikan gambaran keadaan sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan
kesehatan.
A. SARANA KESEHATAN

Sarana kesehatan yang disajikan dalam bab ini meliputi: puskesmas, rumah sakit
(rumah sakit umum dan rumah sakit khusus), sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM), sarana produksi dan distribusi kefarmasian dan alat kesehatan,
serta institusi pendidikan tenaga kesehatan.
1. Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang biasa disebut Puskesmas merupakan salah
satu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Puskesmas sebagai unit
pelayanan kesehatan tingkat pertama dan terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan,
harus melakukan upaya kesehatan wajib (basic six) dan beberapa upaya kesehatan pilihan
yang disesuikan dengan kondisi, kebutuhan, tuntutan, kemampuan dan inovasi serta
kebijakan pemerintah daerah setempat. Puskesmas memiliki fungsi sebagai : 1) pusat
pembangunan berwawasan kesehatan; 2) pusat pemberdayaan masyarakat; 3) pusat
pelayanan kesehatan masyarakat primer; dan 4) pusat pelayanan kesehatan perorangan
primer.
Jumlah puskesmas di Indonesia sampai dengan akhir tahun 2009 sebanyak 8.737
unit, dengan rincian jumlah puskesmas perawatan 2.704 unit dan puskesmas non
perawatan sebanyak 6.033 unit. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui
keterjangkauan penduduk terhadap puskesmas adalah rasio puskesmas per 100.000
penduduk. Dalam kurun waktu 2005 hingga 2009, rasio ini menunjukkan adanya
peningkatan. Rasio puskesmas per 100.000 penduduk pada tahun 2005 sebesar 3,50, pada
tahun 2009 meningkat menjadi 3,78, seperti terlihat pada Gambar 5.1 berikut ini.

118

GAMBAR 5.1
RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2005-2009

Sumber : Ditjen. Binkesmas, Kemenkes


Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi, Kemenkes, 2010

Rasio puskesmas per 100.000 penduduk menurut provinsi menunjukkan bahwa


rasio tertinggi pada tahun 2009 adalah di Provinsi Papua Barat, yaitu sebesar 14,12,
sedangkan rasio terendah Provinsi Banten, yaitu sebesar 2,00. Gambaran rasio puskesmas
menurut provinsi pada tahun 2009 terdapat pada Gambar 5.2. Sedangkan rincian jumlah
dan rasio puskesmas per 100.000 penduduk menurut provinsi pada tahun 2009 terdapat
pada Lampiran 5.1.
GAMBAR 5.2
RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2009

Sumber : Ditjen Binkesmas, Kemenkes


Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi, Kemenkes, 2010

Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat di puskesmas,


beberapa puskesmas non perawatan telah ditingkatkan statusnya menjadi puskesmas
perawatan. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, yaitu tahun 2005-2009 telah terjadi
peningkatan jumlah puskesmas perawatan dari 2.077 unit pada tahun 2005 menjadi 2.704
119

unit pada tahun 2009. Perkembangan jumlah puskesmas perawatan dan non perawatan
pada tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Gambar 5.3. Rincian mengenai jumlah
puskesmas perawatan dan non perawatan menurut provinsi terdapat pada Lampiran 5.2.
GAMBAR 5.3
JUMLAH PUSKESMAS PERAWATAN DAN NON PERAWATAN
TAHUN 2005 2009

Sumber: Ditjen Binkesmas, Kemenkes


Pusat data dan Surveilans Epidemiologi, Kemenkes, 2010

Untuk meningkatkan jangkauan pelayanan puskesmas terhadap masyarakat di


wilayah kerjanya, puskesmas didukung oleh sarana pelayanan kesehatan berupa
puskesmas pembantu (pustu). Jumlah pustu pada tahun 2009 dilaporkan sebanyak 22.650
unit dengan rasio pustu terhadap puskesmas 2,6. Rincian jumlah pustu per provinsi tahun
2009 terdapat pada Lampiran 5.3.
2. Rumah Sakit

Ruang lingkup pembangunan kesehatan selain upaya promotif dan preventif, di


dalamnya juga terdapat pembangunan kesehatan bersifat kuratif dan rehabilitatif. Rumah
sakit merupakan pelayanan kesehatan pada masyarakat yang bergerak dalam kegiatan
kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit juga berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan
rujukan.
Pada tahun 2009 jumlah rumah sakit di Indonesia sebanyak 1.523 unit, yang
terdiri atas rumah sakit umum (RSU) berjumlah 1.202 unit dan rumah sakit khusus (RSK)
berjumlah 321 unit. Rumah sakit tersebut dikelola oleh Kementerian Kesehatan,
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, TNI/POLRI, kementerian lain/BUMN
serta sektor swasta.
Bila melihat perkembangan sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009, maka
terjadi peningkatan jumlah rumah sakit, baik rumah sakit umum maupun rumah sakit

120

khusus. Pada tahun 2005 terdapat 1.268 rumah sakit di Indonesia, jumlah ini naik 20,11%
menjadi 1.523 unit pada tahun 2009.
Tabel 5.1 berikut menampilkan perkembangan jumlah rumah sakit (umum dan
khusus) di Indonesia tahun 2005-2009. Sedangkan jumlah seluruh rumah sakit pada tahun
2009 menurut pengelola dan provinsi terdapat pada Lampiran 5.4.
TABEL 5.1
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (UMUM & KHUSUS)
DI INDONESIA TAHUN 2005 2009
No.

Pengelola/Kepemilikan

2005

2006

2007

2008

2009

Kementerian Kesehatan
dan Pemerintah Provinsi/
Kabupaten/Kota

452

464

477

509

552

TNI/POLRI

112

112

112

112

125

BUMN/Kementerian Lain

78

78

78

78

78

Swasta

626

638

652

673

768

1.268

1.292

1.319

1.372

1.523

Jumlah

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes, 2010

Selama kurun waktu 5 tahun terakhir (2005-2009) jumlah rumah sakit umum baik
yang dikelola oleh institusi pemerintah maupun sektor swasta mengalami peningkatan,
pada tahun 2005 terdapat 995 unit menjadi 1.202 unit pada tahun 2009. Jumlah rumah
sakit umum di Indonesia menurut pengelolanya dapat dilihat pada Lampiran 5.5. dan
jumlah rumah sakit umum dan khusus di Indonesia menurut provinsi dapat dilihat pada
Lampiran 5.4. Perkembangan RSU di Indonesia selama 5 tahun terakhir dapat dilihat
pada Gambar 5.4 berikut ini.
GAMBAR 5.4
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM
DI INDONESIA TAHUN 2005 2009

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes, 2010

121

Dari rumah sakit umum yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan dan
pemerintah daerah menunjukkan bahwa sebagian besar tergolong RSU kelas C. Dari
jumlah 465 RSU, terdapat 245 unit (52,69%) kelas C, 118 unit (25,38%) kelas B, 92 unit
(19,78%) kelas D dan 10 unit (2,15%) kelas A. Gambar 5.5 berikut ini menyajikan
persentase RSU menurut kelas.
GAMBAR 5.5
PERSENTASE RUMAH SAKIT UMUM
MILIK KEMENTERIAN KESEHATAN DAN PEMERINTAH DAERAH
MENURUT KELAS TAHUN 2009

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes, 2010

Terdapat 10 RSU milik Kementerian Kesehatan dan pemerintah daerah yang


termasuk kelas A, yang terdapat di 10 kota yaitu Medan, Jakarta, Bandung, Semarang,
Surakarta, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Denpasar dan Makassar. Informasi lebih rinci
mengenai jumlah RSU yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan dan pemerintah daerah
menurut kelas rumah sakit dan provinsi terdapat pada Lampiran 5.7. Informasi lebih rinci
mengenai jumlah RSU yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan, pemerintah daerah,
BUMN/kementerian lain dan swasta menurut kelas perawatan dan provinsi terdapat pada
Lampiran 5.6.
Jumlah rumah sakit khusus (RSK) baik milik pemerintah maupun swasta dalam
kurun waktu tahun 2005-2009 menunjukkan adanya peningkatan. Pada tahun 2005
terdapat 273 unit rumah sakit khusus, meningkat menjadi 321 pada tahun 2009.
Perkembangan jumlah RSK selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 5.6
berikut ini.

122

GAMBAR 5.6
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS
DI INDONESIA TAHUN 2005 2009

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes, 2010

Sebagian besar rumah sakit khusus tersebut adalah RS Ibu dan Anak sebanyak 95
unit dan RS Bersalin sebanyak 60 unit, seperti dapat dilihat pada Gambar 5.7. Jumlah
rumah sakit khusus beserta jumlah tempat tidurnya tahun 2005-2009 terdapat pada
Lampiran 5.8.
GAMBAR 5.7
JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS (RSK) DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes, 2010

Jumlah tempat tidur suatu rumah sakit dapat digunakan untuk menggambarkan
kemampuan rumah sakit tersebut dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Jumlah tempat tidur pada rumah sakit umum dan rumah sakit khusus dalam
5 tahun terakhir menunjukkan adanya peningkatan. Gambaran peningkatan tersebut dapat

123

dilihat pada Gambar 5.8 di bawah ini. Rincian jumlah tempat tidur pada rumah sakit
khusus dapat dilihat pada Lampiran 5.8.
GAMBAR 5.8
PERKEMBANGAN JUMLAH TEMPAT TIDUR
RUMAH SAKIT UMUM (RSU) DAN RUMAH SAKIT KHUSUS (RSK)
DI INDONESIA TAHUN 2005 2009

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes, 2010

Rasio tempat tidur rumah sakit terhadap penduduk juga dapat menggambarkan
tingkat ketersediaan sarana pelayanan kesehatan rujukan. Rasio tempat tidur per 100.000
penduduk dari tahun 2005-2009 juga mengalami peningkatan, rasio pada tahun 2005
sebesar 62,49 naik menjadi 70,74 pada tahun 2009. Gambar 5.9 menyajikan jumlah
tempat tidur dan rasio tempat tidur per 100.000 penduduk di rumah sakit pada tahun
2005-2009.
GAMBAR 5.9
JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT DAN
RASIONYA PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2005 2009

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes, 2010

124

Proporsi tempat tidur di rumah sakit umum dan rumah sakit khusus menurut kelas
perawatan menunjukkan gambaran bahwa sebagian besar adalah Kelas III, yaitu sebesar
39,5%, diikuti oleh Kelas II sebesar 20,2% dan Kelas I sebesar 10,6%. Selain tiga jenis
kelas perawatan tersebut, terdapat kelas VIP sebesar 7,5% dan tanpa kelas sebesar 22,1%.
Rincian mengenai jumlah dan persentase tempat tidur di RSU dan RSK menurut jenis
kelas perawatan dan provinsi terdapat pada Lampiran 5.6.
3. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

Salah satu kebijakan pelaksanaan dalam Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
adalah pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas
sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan dapat
digunakan untuk melihat kemampuan ketersediaan obat dan alat kesehatan bagi
masyarakat. Selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir terlihat adanya kecenderungan
peningkatan jumlah sarana produksi kefarmasian dan alat kesehatan. Hal tersebut dapat
dilihat pada Gambar 5.10. Jumlah sarana produksi di Indonesia pada tahun 2009 dirinci
menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.9.
GAMBAR 5.10
JUMLAH SARANA PRODUKSI KEFARMASIAN
DAN ALAT KESEHATAN TAHUN 2005-2009

Sumber: Ditjen Binfar & Alkes, Kemenkes, 2010

Jumlah sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan selama lima tahun
terakhir (2005-2009) terdapat pada Gambar 5.11. Jumlah sarana distribusi di Indonesia
pada tahun 2009 dirinci menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.10.

125

GAMBAR 5.11
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI KEFARMASIAN
DAN ALAT KESEHATAN 2005 -2009

Sumber: Ditjen Binfar & Alkes, Kemenkes, 2010

4. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan menerapkan


berbagai pendekatan, termasuk di dalamnya dengan melibatkan potensi masyarakat. Hal
ini sejalan dengan konsep pemberdayaan pengembangan masyarakat. Langkah tersebut
tercermin dalam pengembangan sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM). UKBM di antaranya terdiri dari Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes) di Desa Siaga, Tanaman Obat Keluarga (Toga), dan Pos
Obat Desa (POD).
Salah satu jenis UKBM yang telah sejak lama dikembangkan dan mengakar di
masyarakat adalah posyandu. Dalam menjalankan fungsinya, posyandu diharapkan dapat
melaksanakan 5 program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana,
perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare. Dalam rangka menilai kinerja dan
perkembangannya, posyandu diklasifikasikan menjadi 4 strata, yaitu Posyandu Pratama,
Posyandu Madya, Posyandu Purnama dan Posyandu Mandiri. Pada tahun 2009 terdapat
266.827 posyandu, dengan demikian maka rasio posyandu terhadap desa/kelurahan sebesar
3,55 posyandu per desa/kelurahan. Informasi selengkapnya mengenai rasio posyandu
menurut provinsi pada tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar 5.12 berikut ini.

126

GAMBAR 5.12
RASIO POSYANDU TERHADAP JUMLAH DESA/KELURAHAN TAHUN 2009

Sumber: Ditjen. Bina Kesmas, Kemenkes, 2010

Poskesdes merupakan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang dibentuk


di desa dalam rangka mendekatkan penyediaan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat
desa, dengan kata lain salah satu wujud upaya untuk mempermudah akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan. Kegiatan utama poskesdes yaitu pengamatan dan
kewaspadaan dini (surveilans perilaku berisiko, lingkungan dan masalah kesehatan
lainnya), penanganan kegawatdaruratan kesehatan dan kesiapsiagaan terhadap bencana
serta pelayanan kesehatan. Pelayanan yang diberikan poskesdes juga mencakup tempat
pertolongan persalinan dan pelayanan KIA. Poskesdes merupakan salah satu indikator
sebuah desa disebut desa siaga. Data menyebutkan bahwa pada tahun 2009 terdapat 51.996
unit poskesdes/desa siaga. Rasio poskesdes/desa siaga terhadap desa secara nasional pada
tahun 2009 sebesar 0,69. Jumlah desa siaga di Provinsi DKI Jakarta merupakan jumlah RW
siaga dan jumlah desa siaga di Provinsi Sumatera Barat merupakan jumlah desa siaga
ditambah nagari siaga. Gambar 5.13 berikut ini menyajikan rasio poskesdes menurut
provinsi pada tahun 2009 (tidak termasuk Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Sumatera
Barat). Sedangkan data mengenai sarana kesehatan tahun 2009 terdapat pada Lampiran 5.3.

127

GAMBAR 5.13
RASIO POSKESDES TERHADAP JUMLAH DESA DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber: Ditjen. Bina Kesmas, Kemenkes, 2010

5. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan


a. Jumlah, Jenis dan Persebaran Institusi

Pembangunan kesehatan berkelanjutan membutuhkan tenaga kesehatan yang


memadai baik dari segi jumlah maupun kualitas. Untuk menghasilkan tenaga kesehatan
yang berkualitas tentu saja dibutuhkan proses pendidikan yang berkualitas pula.
Kementerian Kesehatan merupakan institusi dari sektor pemerintah yang berperan di
dalam penyediaan tenaga kesehatan yang berkualitas tersebut. Dalam penyelenggaraan
pendidikan tenaga kesehatan jenjang pendidikan menengah dan Diploma (D-III) yang
berada di bawah pembinaan Kementerian Kesehatan dikelompokkan dalam Politeknik
Kesehatan (milik Kemenkes) dan Non Poltekkes (milik Swasta,TNI/POLRI dan Pemda).
Selain menyelenggarakan program D-III, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan juga
menyelenggarakan program D-IV.
Program pendidikan D-III institusi pendidikan tenaga kesehatan (Diknakes) saat ini
berkembang dengan pesat, baik jenis maupun jumlah di masing-masing provinsi. Sampai
dengan Desember 2009 jumlah institusi Diknakes sebanyak 1.140 institusi, yang terdiri dari
221 jurusan/program studi (yang berada pada 33 Poltekkes) dan 919 institusi Non
Poltekkes. Perkembangan jumlah program studi (prodi) pada institusi Poltekkes dan Non
Poltekkes terdapat pada Gambar 5.14 berikut ini.

128

GAMBAR 5.14
PERKEMBANGAN JUMLAH PROGRAM STUDI INSTITUSI DIKNAKES POLTEKKES DAN
NON POLTEKKES DI INDONESIA TAHUN 2002-2009

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes, 2010

Pada Gambar 5.14 dapat dilihat adanya peningkatan jumlah Jurusan/Prodi


Poltekkes setiap tahunnya, hal ini sesuai dengan kebutuhan jenis tenaga kesehatan dan
pemerataan produksi tenaga kesehatan. Tahun 2009 terjadi penambahan 7 prodi, dari 214
prodi pada tahun 2008 menjadi 221 prodi.
GAMBAR 5.15
JUMLAH PROGRAM STUDI PADA INSTITUSI POLTEKKES
DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes, 2010

Gambar 5.16 menunjukan jumlah program studi pada institusi Diknakes Non
Poltekkes; untuk prodi keperawatan terdiri dari keperawatan, kebidanan dan kesehatan
gigi; untuk prodi keterapian fisik terdiri dari fisioterapi, okupasi terapi, terapi wicara dan
129

akupunktur. Jika dilihat berdasarkan kepemilikan dari 919 institusi Diknakes Non
Poltekkes tahun 2009 sebanyak 793 institusi (86,29%) dengan status kepemilikan swasta
sedangkan selebihnya milik TNI/POLRI dan Pemda, untuk lebih rinci dapat dilihat pada
Lampiran 5.15.

GAMBAR 5.16
JUMLAH PROGRAM STUDI PADA INSTITUSI DIKNAKES NON POLTEKKES
DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes, 2010

b. Akreditasi Institusi

Dengan banyaknya institusi pendidikan tenaga kesehatan yang ada saat ini,
Kementerian Kesehatan berusaha melakukan upaya untuk terus meningkatkan kualitas
pendidikan. Akreditasi merupakan salah satu upaya pembinaan yang dilakukan pemerintah
terhadap institusi-institusi pendidikan kesehatan yang ada, selain itu juga untuk melihat
kualitas dari masing-masing institusi.
Akreditasi dilaksanakan bagi institusi baru yang telah menjalankan perkuliahan
sampai dengan semester V (lima), dan institusi lama yang telah habis masa berlaku
akreditasinya. Pada tahun 2002, institusi Diknakes milik Kemenkes mengalami
perubahan status kelembagaan dari Akademi menjadi Poltekkes. Untuk melihat
perubahan-perubahan yang terjadi pada Poltekkes, mulai tahun 2004 Pusdiknakes
melakukan akreditasi terhadap jurusan/program studi Poltekkes yang ada. Sampai tahun
2009 ada 180 prodi Poltekkes (81,45%) telah diakreditasi dan yang belum terakreditasi
sebanyak 32 prodi (18,55%). Dari jumlah yang sudah terakreditasi, terdapat 77 prodi
(42,8%) dengan strata A, 96 prodi (53,3%) dengan strata B dan 7 prodi (3,9%) dengan
strata C. Gambar 5.17 berikut ini menunjukkan persentase akreditasi program studi pada
institusi Poltekkes. Informasi selengkapnya mengenai jumlah dan persentase program
studi Poltekkes yang telah terakreditasi menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran
5.12.

130

GAMBAR 5.17
PERSENTASE STRATA AKREDITASI
PROGRAM STUDI POLTEKKES DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes, 2010

Akreditasi juga dilakukan pada institusi Diknakes Non Poltekkes. Jumlah institusi
yang telah terakreditasi sebanyak 546 institusi (59,41%) dan yang belum terakreditasi
sebanyak 373 institusi (40,59%). Dari jumlah yang sudah terakreditasi, terdapat 72
institusi (13,21%) dengan strata A, 428 institusi (78,53%) dengan strata B dan 46 institusi
(8,44%) dengan strata C. Gambar 5.18 berikut ini menunjukkan persentase strata
akreditasi institusi Diknakes Non Poltekkes pada tahun 2009. Sedangkan informasi
selengkapnya menurut provinsi terdapat pada Lampiran 5.14.
GAMBAR 5.18
PERSENTASE STRATA AKREDITASI
INSTITUSI DIKNAKES NON POLTEKKES DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes, 2010

Jumlah institusi Diknakes Non Poltekkes menurut status kepemilikan


menunjukkan sebagian besar institusi dimiliki oleh swasta, yaitu sebesar 86,29%,
131

sedangkan kepemilikan oleh Pemerintah Daerah sebesar 10,45% dan TNI/POLRI sebesar
3,26%. Informasi lebih rinci mengenai jumlah dan persentase institusi Diknakes Non
Poltekkes menurut kepemilikan dapat dilihat pada Lampiran 5.15.
c. Peserta didik

Jumlah peserta didik institusi pendidikan tenaga kesehatan baik poltekes maupun
non poltekkes jalur umum tahun ajaran 2009/2010 (296.132 orang) dibanding tahun
ajaran 2008/2009 (260.854 orang) mengalami kenaikan sebanyak 35.278 orang atau
13,5%. Hal ini disebabkan karena jumlah institusi pendidikan tenaga kesehatan yang juga
mengalami kenaikan.
Dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, diperlukan
tenaga kesehatan yang lebih berkualitas. Sehubungan dengan hal tersebut sejak tahun
2004, selain menyelenggarakan D-III Poltekkes juga menyelenggarakan program D-IV
dan Kelas Internasional. Pada tahun 2009 program D-IV yang ada di seluruh Indonesia
memiliki peserta didik sebanyak 2020.
Program D-IV mempunyai jenis institusi pendidikan yang lebih khusus bidang
keilmuannya yaitu untuk jenis institusi keperawatan, kebidanan dan kesehatan gigi. Jenis
institusi keperawatan terdiri dari keperawatan medical bedah, keperawatan gawat darurat,
keperawatan klinik kemahiran, keperawatan kardiovaskuler, keperawatan anestesi,
keperawatan jiwa, keperawatan intensive dan keperawatan anestesi reanimasi. Jenis
institusi kebidanan terdiri dari bidan pendidik dan kebidanan komunitas. Jenis institusi
kesehatan gigi terdiri dari kesehatan gigi, kesehatan gigi komunitas, kesehatan gigi
prothodansia, dental bedah mulut dan perawat gigi pendidik. Informasi lebih rinci
mengenai jumlah peserta didik program D-IV menurut jenis institusi pendidikan dapat
dilihat pada Lampiran 5.27.
d. Lulusan

Jumlah lulusan Poltekkes dan Non Poltekkes pada tahun 2009 adalah 62.371
orang, yang terdiri dari lulusan Poltekkes adalah 14.357 orang (23,02%) dan lulusan Non
Poltekkes sebanyak 48.014 orang (76,98%). Jumlah lulusan Poltekkes dan Non Poltekkes
terbanyak pada jurusan keperawatan sebanyak 29.920 orang kemudian jurusan kebidanan
sebanyak 18.545 orang.

132

TABEL 5.2
JUMLAH LULUSAN PROGRAM DIPLOMA III POLTEKKES DAN NON POLTEKKES
TAHUN 2002-2009
Rerata

Tahun
Jenis Tenaga

Total
2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

Lulusan
per
tahun

Keperawatan

17,139

18,722

25,329

22,943

23,811

25,200

26,446

28,835

188,425

23,553

3,488

3,957

6,250

5,951

8,264

13,337

9,131

18,545

68,923

8,615

439

711

627

773

742

857

1166

1,085

6,400

800

Kefarmasian

1,095

1,722

1,712

1,836

2,236

2,285

5,562

4,864

21,312

2,664

Kesehatan Lingkungan

1,573

1,691

1,923

1,855

1,557

1,396

1,870

1,685

13,550

1,694

Gizi

1,166

1,545

1,366

1,519

1,415

1,693

2,039

1,812

12,555

1,569

432

581

740

739

858

965

998

781

6,094

762

Kebidanan
Kesehatan Gigi

Keterapian Fisik
Keteknisian Medis
Jumlah

3,121

2,948

3,067

3,367

3,473

3,644

5,131

4,764

29,515

3,689

28,453

31,877

41,014

38,983

42,356

49,377

52,343

62,371

346,774

43,347

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes, 2010

Dari Tabel 5.2 di atas terlihat bahwa rata-rata selama 8 tahun terakhir lulusan
Diknakes Diploma III Poltekkes dan Non Poltekkes adalah 43.347 orang, dengan lulusan
terbanyak adalah D-III Keperawatan (rata-rata 23,553 orang), yang tersebar di semua
provinsi. Tiga provinsi yang menghasilkan lulusan tenaga kesehatan terbanyak (Poltekkes
dan Non Poltekkes) tahun 2009 adalah Provinsi Jawa Tengah (9.659 orang), Sumatera
Utara (8.349 orang) dan Jawa Timur (7.555 orang).
B. TENAGA KESEHATAN

Data Sumber Daya Masyarakat Kesehatan (SDM Kesehatan) yang terkumpul dari
33 Provinsi belum sepenuhnya dapat menggambarkan SDM Kesehatan secara lengkap,
dikarenakan:
1. Belum semua Provinsi mendapatkan data SDM Kesehatan dari semua Kabupaten/
Kota di wilayahnya.
2. Kabupaten/Kota belum memiliki data SDM Kesehatan secara lengkap, terutama data
rumah sakit baik milik pemerintah, TNI/POLRI dan Swasta.
3. Belum ada sistem yang handal yang mengatur manajemen pengumpulan data SDM di
daerah.
1. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan

Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan pembangunan kesehatan adalah
tenaga kesehatan yang bertugas di sarana pelayanan kesehatan di masyarakat. Menurut
pendataan Badan PPSDMK, jumlah dokter umum di Indonesia sebanyak 28.332 orang,
dengan rasio sebesar 12,25 dokter per 100.000 penduduk. Provinsi dengan rasio tertinggi
adalah Bali sebesar 33,60 dokter per 100.000 penduduk, sedangkan yang terendah adalah
Banten dengan rasio 3,54 dokter per 100.000 penduduk. Rasio dokter umum terhadap
133

jumlah penduduk di tiap provinsi pada tahun 2009 dijelaskan pada Gambar 5.19 berikut
ini.
GAMBAR 5.19
RASIO DOKTER UMUM TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes, 2010

Jumlah tenaga dokter gigi pada tahun 2009 sebanyak 9.774 orang dengan rasio
sebesar 4,22 dokter gigi per 100.000 penduduk. Provinsi dengan rasio tertinggi adalah DI
Yogyakarta sebesar 12,65 dokter gigi per 100.000 penduduk, sedangkan terendah adalah
Sumatera Selatan dengan rasio 0,73 dokter gigi per 100.000 penduduk.
Jumlah bidan pada tahun 2009 sebanyak 93.889 orang, sehingga rasionya
terhadap penduduk sebesar 40,58 bidan per 100.000 penduduk. Menurut Indikator
Indonesia Sehat 2010, rasio bidan terhadap penduduk pada tahun 2010 diharapkan
mencapai 100 bidan per 100.000 penduduk. Pada tahun 2009 terdapat 3 provinsi yang
telah mencapai rasio 100 bidan per 100.000 penduduk, yaitu Aceh sebesar 153,3,
Bengkulu sebanyak 123,64 dan Papua Barat sebanyak 111,18 bidan per 100.000
penduduk. Jumlah tenaga kesehatan dan non kesehatan tahun 2009 menurut provinsi
dapat dilihat pada Lampiran 5.16.
2. Persebaran Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan

SDM Kesehatan di daerah terdiri dari SDM Kesehatan yang bertugas di unit
kesehatan (sarana pelayanan dan non pelayanan) di Provinsi dan Kabupaten/Kota, dengan
status kepegawaian PNS, CPNS, PTT, TNI/POLRI dan swasta. SDM Kesehatan tersebut
bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi dan unit pelaksana teknis (UPT), Dinas
Kabupaten/Kota dan UPT, rumah sakit/poliklinik dan sarana kesehatan lainnya milik
pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta dan TNI/POLRI.
Dari data yang diterima tercatat sebanyak 519.599 orang yang terdiri dari 410.067
tenaga kesehatan dan 109.532 tenaga non kesehatan. Tenaga kesehatan terdiri dari 51.805
tenaga medis, 278.221 tenaga keperawatan (184.332 tenaga perawat dan perawat gigi,
134

93.889 tenaga bidan), 19.953 tenaga kefarmasian, 28.858 tenaga kesehatan masyarakat,
12.762 tenaga gizi, 2.985 tenaga keterapian fisik dan 15.483 keteknisian medis.
a. Tenaga Kesehatan di Puskesmas

Puskesmas yang merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan masyarakat,


kinerjanya sangat dipengaruhi ketersediaan sumber daya manusia yang dimiliki, terutama
ketersediaan tenaga kesehatan. Tahun 2009 tidak semua puskesmas terdata jumlah
tenaganya, hanya 8.509 puskesmas dari 8.737 puskesmas yang ada. Pada tahun 2009,
terdapat 245.311 orang yang bertugas di puskesmas dengan rincian 215.776 tenaga
kesehatan dan 29.535 tenaga non kesehatan. Dari seluruh jumlah tenaga kesehatan, dokter
umum yang bertugas di puskesmas sebanyak 13.701 orang. Bila dibandingkan antara
jumlah puskesmas yang terdata tenaganya (8.509 puskesmas) dengan jumlah dokter, maka
rasio dokter umum adalah 1,61 dokter umum per puskesmas. Rasio dokter umum terhadap
puskesmas tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta sebesar 13 dokter umum per
puskesmas (327 dokter umum pada 25 puskesmas yang terdata), diikuti oleh Kepulauan
Riau sebesar 3,13 dan Riau sebesar 3,03 dokter umum per puskesmas. Beberapa provinsi
memiliki tenaga dokter spesialis yang bertugas di puskesmas. Rasio dokter umum di
puskesmas terhadap jumlah puskesmas (yang terdata tenaganya) tahun 2009 dapat dilihat
pada Gambar 5.20 berikut ini.
GAMBAR 5.20
RASIO DOKTER UMUM DI PUSKESMAS TERHADAP JUMLAH PUSKESMAS
DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes, 2010

Jumlah dokter gigi pada tahun 2009 sebanyak 6.141 orang. Bila dibandingkan
dengan jumlah seluruh puskesmas maka dapat diartikan bahwa belum seluruh puskesmas
memiliki dokter gigi.

135

Pada tahun 2009 terdapat 160 dokter spesialis yang bertugas di puskesmas,
sebagian besar dokter spesialis tersebut berada di Provinsi DKI Jakarta dengan jumlah 84
orang (52,5%). Jumlah perawat di seluruh puskesmas sebanyak 76.940 orang, sehingga
rata-rata tiap puskesmas memiliki 9-10 orang perawat. Jumlah masing-masing tenaga
kesehatan di puskesmas dapat dilihat pada Gambar 5.21 di bawah ini. Rincian jumlah
tenaga kesehatan di puskesmas dapat dilihat pada Lampiran 5.17, sedangkan rasio dokter
umum, dokter gigi, perawat dan bidan terhadap jumlah puskesmas dapat dilihat pada
Lampiran 5.18.
GAMBAR 5.21
JUMLAH TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS
DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes, 2010

3. Tenaga Kesehatan dengan Status Pegawai Tidak Tetap (PTT)

Tenaga kesehatan dengan status PTT terdiri dari dokter spesialis, dokter umum,
dokter gigi dan bidan. Sampai dengan tahun 2009 terdapat 30.403 tenaga kesehatan PTT
Pusat yang masih aktif bertugas di daerah dengan kriteria Biasa, Terpencil, dan Sangat
Terpencil dengan komposisi dokter spesialis sejumlah 47 orang, dokter umum sejumlah
3.518 orang, dokter gigi sejumlah 1.054 orang, dan bidan sejumlah 25.784 orang.
Dokter spesialis PTT sebagian besar tersebar di daerah dengan kriteria Terpencil,
yaitu sejumlah 29 orang, sedangkan untuk daerah dengan kriteria Biasa dan Sangat
Terpencil masing-masing sejumlah 9 orang. Dokter umum PTT dan dokter gigi PTT
sebagian besar tersebar di wilayah dengan kriteria sangat terpencil yaitu 1.898 orang
dokter umum dan 666 orang dokter gigi, sedangkan bidan PTT sebagian besar tersebar di
wilayah biasa sejumlah 16.104 orang.
Provinsi dengan jumlah keberadaan dokter spesialis PTT terbanyak adalah
Sumatera Utara sebanyak 8 orang dan Provinsi Kalimantan Timur sebanyak 7 orang.
Keberadaan dokter umum PTT terbanyak di Nusa Tenggara Timur sejumlah 301 orang,
diikuti oleh Sumatera Utara sejumlah 288 orang dan Aceh sejumlah 282 orang,
sedangkan dokter gigi PTT terbanyak bertugas di Nusa Tenggara Timur sejumlah 118
136

orang, diikuti oleh Aceh sebanyak 75 orang dan Sumatera Utara sejumlah 66 orang.
Bidan PTT terbanyak bertugas di Sumatera Utara, yaitu sejumlah 4.807 orang, diikuti
Jawa Tengah sejumlah 4.395 orang dan Jawa Timur 3.234 orang.
Gambar 5.22 menampilkan keadaan tenaga PTT di Indonesia tahun 2009. Data
selengkapnya mengenai distribusi tenaga kesehatan PTT di seluruh provinsi dapat dilihat
pada Lampiran 5.19, 5.20 dan 5.21.
GAMBAR 5.22
KEBERADAAN DOKTER UMUM PTT, DOKTER GIGI PTT DAN BIDAN PTT
DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes, 2010

Pada tahun 2009 telah diangkat tenaga kesehatan PTT untuk daerah dengan
kriteria Biasa, Terpencil, dan Sangat Terpencil sebanyak 16.797 orang, yang terdiri dari
dokter spesialis PTT sejumlah 35 orang, dokter umum PTT sejumlah 4.487 orang, dokter
gigi PTT sebanyak 1.269 orang dan bidan PTT sejumlah 11.006 orang. Adapun
pengangkatan dokter umum PTT dan dokter gigi PTT terbanyak berada di Provinsi
Maluku dengan jumlah 420 orang dan 155 orang dengan pengangkatan untuk daerah
terpencil adalah sejumlah 406 orang untuk dokter umum dan 153 orang untuk dokter gigi
diikuti oleh Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan jumlah 373 dokter umum dan 149
dokter gigi.
Pengangkatan bidan PTT terbanyak berada di Provinsi Sumatera Utara sejumlah
1.598 orang dengan jumlah pengangkatan untuk daerah dengan kriteria Terpencil 806
orang dan 792 orang untuk daerah dengan kriteria Biasa diikuti provinsi kedua terbanyak
adalah Jawa Timur sejumlah 1.179 orang dengan pengangkatan untuk daerah dengan
kriteria Terpencil 77 orang dan 1.102 orang untuk daerah dengan kriteria Biasa. Gambar
5.23 dan 5.24 menampilkan pengangkatan tenaga PTT di Indonesia tahun 2009. Data
selengkapnya mengenai pengangkatan tenaga kesehatan PTT di seluruh provinsi dapat
dilihat pada Lampiran 5.33, 5.34 dan 5.35.

137

GAMBAR 5.23
PENGANGKATAN DOKTER UMUM PTT DAN DOKTER GIGI PTT
DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes, 2010

GAMBAR 5.24
PENGANGKATAN BIDAN PTT DI INDONESIA TAHUN 2009

Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes, 2010

4. Fasilitas Pelatihan Kesehatan

Fasilitas unit pelatihan kesehatan merupakan komponen yang sangat penting dari
penunjang kegiatan pelatihan. Ketersediaan fasilitas juga menentukan performance
kinerja unit pelatihan kesehatan. Kapasitas asrama, kelas, aula dan ruang diskusi untuk
unit Pelatihan Kesehatan UPT Pusat, masih beragam (belum standar/sama) khususnya
untuk unit pelatihan kesehatan Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK).
Kapasitas asrama yang terbesar di BBPK Ciloto (220), kapasitas kelas yang
terbanyak BBPK Jakarta, (260 kursi), kapasitas aula yang terbesar BBPK Ciloto, (400
kursi), kapasitas ruang diskusi terbesar di BBPK Ciloto, (50 kursi). Tidak terlihat
138

perbedaan yang jelas antara Kapasitas yang dimiliki oleh BBPK dan Bapelkes UPT
Pusat, ternyata Bapelkes Lemah Abang dan Bapelkes Salaman mempunyai kapasitas
yang lebih besar daripada BBPK Makassar.
Variasi yang cukup tinggi terlihat pada unit pelatihan kesehatan UPT daerah
untuk seluruh fasilitas unit pelatihan kesehatan dengan kapasitas asrama diatas atau sama
dengan 100 tempat tidur ada sebanyak 87,5% dan unit pelatihan kesehatan dengan
kapasitas asrama kurang dari 100 tempat tidur sebanyak 12,5%.
Unit pelatihan kesehatan UPT daerah dengan kapasitas terkecil adalah Bapelkes
Palu. Sebagian besar (87,5%) unit pelatihan kesehatan sudah diakreditasi oleh Pusdiklat
SDM Kesehatan, hanya 3 (12,5%) yang tidak terakreditasi (Bapelkes Jantho, Bapelkes
Provinsi Kalimantan Selatan, dan Bapelkes Provinsi Maluku).
Fasilitas sarana unit pelatihan kesehatan pada tahun 2009 sebagian besar
digunakan untuk kegiatan Kemenkes yaitu 69,76% (2298 kegiatan), swasta 20,86% (687
kegiatan), dan sisanya dipergunakan oleh institusi pemerintah non Kemenkes 9,38% (309
kegiatan). Dari pemanfaatan fasilitas tersebut, ternyata 68,11% (56,62% tahun 2008)
digunakan untuk kegiatan non pelatihan dan 31,89% (43,38% tahun 2008) digunakan
untuk kegiatan pelatihan. Sedangkan Seat Occupancy Rate (SOR) untuk kegiatan
pelatihan rata-rata 34,40% (30,74% tahun 2008) sedangkan non pelatihan 5,86% (3.78%
tahun 2008), dan Bed Occupancy Rate (BOR) 28,60% (28.24% tahun 2008).
Pemanfaatan Unit Pelatihan Kesehatan pada tahun 2009 sebagian besar 39,8%
dimanfaatkan sebagai tempat saja, tingkat libat 4 (tempat, pelatih, penyelenggara/oc dan
sc) sebanyak 26,5%. Sedangkan tingkat libat 5 (perancang pelatihan) hanya sebanyak
19,5%. Distribusi tingkat keterlibatan institusi diklat dalam kediklatan tahun 2009 dapat
dilihat pada Lampiran 5.23.
Distribusi tenaga Widyaiswara kesehatan sangat bervariasi mulai dari yang paling
sedikit yaitu 1 (satu) orang dan terbanyak 14 orang. Untuk unit pelatihan kesehatan UPT
pusat khususnya BBPK, jumlah Widyaiswara berkisar antara 6 sampai 14 orang.
Sedangkan unit pelatihan kesehatan UPT daerah, jumlah Widyaiswara berkisar antara 1
sampai 11 orang dengan rata-rata 5 orang.
Widyaiswara berdasarkan golongan kepangkatan jumlah terbanyak pada golongan
IVA (42 orang) dan tersedikit pada golongan IVE (3 orang). Berdasarkan kelompok
umur, jumlah terbanyak pada usia 51-60 tahun (86 orang), dan tersedikit di usia kurang
dari 40 tahun (16 orang). Diharapkan Widyaiswara unit pelatihan kesehatan banyak di
kelompok usia kurang dari 50 tahun. Berdasarkan pendidikan jumlah terbanyak di
kelompok pendidikan S2 (112 orang), tersedikit di S3 dan D-III masing-masing 2 orang.
Ternyata masih ada Widyaiswara yang berpendidikan D-III sebanyak 2 orang (3 orang di
tahun 2008).
Jumlah tenaga yang bekerja pada sektor kesehatan yang terlatih di Unit Pelatihan
Kesehatan pada tahun 2009 adalah sebanyak 46.136 orang. Jumlah peserta yang dilatih
selama tahun 2009 berdasarkan 5 jenis kategori pelatihan, berturut-turut mulai dari yang
terbanyak adalah pelatihan teknis kesehatan 50,64% (23.361 orang), pelatihan
manajemen 17,5% (7.867 orang), pelatihan prajabatan 13,29% (6.133 orang), pelatihan
fungsional 6,98% (3.222 orang), dan pelatihan penjenjangan 1,84% (851 orang). Jika
139

dilihat berdasarkan frekuensinya, datanya sama dengan berdasarkan jumlah peserta.


Distribusi Widyaiswara di setiap institusi diklat tahun 2009 dapat dilihat pada Lampiran
5.23.
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN

Salah satu komponen sumber daya yang diperlukan dalam menjalankan


pembangunan kesehatan adalah pembiayaan kesehatan. Pembiayaan kesehatan
bersumber dari pemerintah dan pembiayaan yang bersumber dari masyarakat. Berikut ini
diuraikan anggaran kesehatan yang dialokasikan untuk Kementerian Kesehatan dan
anggaran yang disediakan untuk pembiayaan pemeliharaan kesehatan masyarakat.
1. Anggaran Kementerian Kesehatan

Anggaran Kementerian Kesehatan dibagi berdasarkan program/kegiatan


kesehatan yang berjumlah 14 program/kegiatan, yang dikelompokkan dalam 4 kelompok
besar, yaitu program/kegiatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan preventif.
Program/kegiatan yang bersifat preventif antara lain penerapan kepemerintahan yang
baik, program obat dan perbekalan kesehatan, program pencegahan dan pemberantasan
penyakit, penelitian dan pengembangan kesehatan, program sumber daya kesehatan,
kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan dan program pendidikan kedinasan.
Program/kegiatan yang bersifat promotif yaitu promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat. Program/kegiatan yang bersifat kuratif yaitu program upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Sedangkan program/kegiatan yang bersifat
rehabilitatif yaitu perbaikan gizi masyarakat.
Kementerian Kesehatan pada tahun 2009 mengalokasikan anggaran sebesar Rp
20.535.418.220.000 dengan jumlah realisasi sebesar Rp 16.438.689.737.629 (80,05%).
Distribusi anggaran menurut program/kegiatan menunjukkan bahwa alokasi terbesar
untuk program yang bersifat kuratif dengan jumlah Rp 12.412.403.407.000 (60,44%),
sedangkan alokasi terkecil untuk program yang bersifat promotif sebesar Rp
117.494.400.000 (0,57%).
Realisasi anggaran tertinggi adalah program yang bersifat kuratif dengan jumlah
Rp 10.229.522.723.513 (62,23%), sedangkan realisasi terkecil untuk program yang
bersifat promotif sebesar Rp 86.003.491.006 (0,52%). Dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir terdapat peningkatan alokasi dan realisasi anggaran Kementerian Kesehatan.
Pada Tahun 2005 Kementarian Kesehatan memiliki alokasi anggaran sebesar Rp 10,67
trilyun dengan realisasi Rp 6,52 trilyun (61,11%), jumlah tersebut meningkat pada tahun
2009 menjadi Rp 20,54 trilyun dengan realisasi Rp 16,44 trilyun (80,04%). Peningkatan
tersebut dijelaskan dalam Gambar 5.25 di bawah ini. Informasi selengkapnya tentang
alokasi dan realisasi anggaran Kementerian Kesehatan tahun 2009 terdapat pada
Lampiran 5.31.

140

GAMBAR 5.25
ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN
TAHUN 2005 2009

Sumber: Biro Keuangan dan Perlengkapan, Kemenkes, 2010

2. Pembiayaan Jaminan Kesehatan Masyarakat

Menurut data Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Kementerian Kesehatan,


sampai Juni tahun 2010 hanya 55,95% penduduk yang tercakup oleh jaminan
pembiayaan/asuransi kesehatan. Persentase penduduk yang memiliki jaminan pembiayaan
kesehatan oleh program Jaminan pembiayaan/asuransi disajikan pada Gambar 5.26 di bawah
ini menurut sumber pembiyaan sampai pertengahan tahun 2010. Data mengenai persentase
penduduk yang memiliki jaminan pembiayaan/asuransi kesehatan menurut provinsi sampai
tahun 2010 terdapat pada Lampiran 5.32.
GAMBAR 5.26
PERSENTASE PENDUDUK YANG DILINDUNGI JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT/
ASURANSI KESEHATAN DI INDONESIA PER JUNI 2010

Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kemenkes, 2010

141

Peserta Jamkesmas mendapatkan pelayanan kesehatan komprehensif dan


berjenjang dari pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya hingga
pelayanan kesehatan rujukan di RS. Pada tahun 2009 terdapat 8.541 unit Puskesmas di
seluruh Indonesia yang melayani peserta Jamkesmas. Untuk pelayanan kesehatan rujukan
tersedia 946 RS/Balai/Klinik yang persentase terbesarnya merupakan RS umum dan
khusus milik Pemerintah sebanyak 538 RS (57%), diikuti RS swasta umum dan khusus
304 RS (32%), 40 Balai Kesehatan (4%) dan 63 RS TNI/POLRI (7%). Secara
keseluruhan peserta Jamkesmas dilayani oleh 9.541 PPK. Gambar 5.27 di bawah ini
menunjukkan persentase pemberi pelayanan kesehatan rujukan peserta Jamkesmas tahun
2009.
GAMBAR 5.27
PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN PESERTA JAMKESMAS
TAHUN 2009

Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kemenkes, 2010

Dalam upaya meningkatkan keterjangkauan masyarakat miskin dan hampir


miskin terhadap pelayanan kesehatan, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan
beberapa pemerintah daerah telah memberikan jaminan pelayanan kesehatan secara gratis
di puskesmas dan kelas III di rumah sakit bagi peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas). Jumlah penduduk yang ditanggung oleh program Jamkesmas pada tahun
2009 sebanyak 76.400.000 jiwa.
***

142

ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) merupakan sebuah organisasi


geopolitik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang bertujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan
negara-negara anggota, serta memajukan perdamaian di tingkat regional. Anggota ASEAN
ada 10 negara yaitu Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja (Cambodia), Laos
(Lao People's Democratic Republic), Malaysia, Myanmar, Singapura (Singapore), Thailand,
dan Vietnam.
Berdasarkan pengelompokan negara menurut WHO, Indonesia termasuk dalam
negara SEARO (South East Asia Region/SEARO) bersama 10 negara lainnya, yaitu
Bangladesh, Bhutan, Korea Utara (Democratic People's Republic of Korea), India, Maladewa
(Maldives), Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, dan Timor Leste.
Perbandingan antar negara, baik dengan negara-negara ASEAN maupun SEARO,
dilakukan untuk melihat posisi Indonesia terhadap negara-negara lain dalam kawasan yang
sama. Bab ini akan membahas perbandingan antara Indonesia dengan negara ASEAN dan
SEARO dari aspek yang berhubungan dengan kesehatan yaitu aspek kependudukan, derajat
kesehatan, dan upaya kesehatan.
A. KEPENDUDUKAN
Informasi tentang penduduk penting diketahui agar pembangunan dapat diarahkan
sesuai kebutuhan penduduk sebagai sasaran sekaligus pelaku pembangunan. Jumlah
penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban sekaligus juga modal dalam
pembangunan. Beberapa indikator yang digunakan untuk mengetahui keadaan penduduk

144

yaitu jumlah penduduk, kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, angka beban
tanggungan, dan angka kelahiran.
1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Menurut World Populations Data Sheet 2009, pada tahun 2009, Indonesia adalah
negara dengan penduduk terbanyak di antara negara anggota ASEAN lainnya dengan jumlah
penduduk 243,3 juta jiwa (data BPS menyatakan penduduk Indonesia tahun 2009 berjumlah
231,4 juta jiwa). Dengan wilayah negara terluas, Indonesia selalu menempati peringkat satu
negara dengan jumlah penduduk tertinggi di ASEAN. Sedangkan Brunei Darussalam
memiliki jumlah penduduk paling rendah yaitu sekitar 0,4 juta jiwa.
Jika di kawasan ASEAN, Indonesia menempati peringkat pertama dengan jumlah
penduduk terbesar, di kawasan SEARO Indonesia menempati peringkat kedua setelah India
(dengan jumlah penduduk 1.171 juta jiwa). Selain Bangladesh yang berpenduduk 162,2 juta
jiwa, 8 negara lainnya berpenduduk kurang dari 100 juta jiwa, bahkan terdapat 2 negara
dengan jumlah penduduk kurang dari 1 juta, yaitu Bhutan (0,7 juta), dan Maladewa (0,3 juta).
Jumlah penduduk di kawasan ASEAN dan SEARO dapat kita lihat pada Gambar 6.1.
GAMBAR 6.1
JUMLAH PENDUDUK DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2009

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2009

Bila dilihat berdasarkan kepadatan penduduk, Singapura tercatat sebagai negara yang
paling padat di kawasan ASEAN dengan kepadatan 7.486 penduduk per km2. Angka tersebut
145

jauh di atas negara anggota ASEAN lainnya. Sementara, negara dengan kepadatan penduduk
terendah adalah Laos dengan 27 penduduk per km2.
Di kawasan SEARO, Bangladesh memiliki kepadatan penduduk tertinggi dengan
1.127 jiwa per km2. Selanjutnya, walaupun memiliki jumlah penduduk terkecil, dengan luas
wilayah yang juga kecil, Maladewa merupakan negara dengan kepadatan penduduk tertinggi
kedua di wilayah SEARO, yaitu 1.057 jiwa per km2. Negara dengan kepadatan penduduk
terendah adalah Bhutan yaitu 15 jiwa per km2.
Kepadatan penduduk di Indonesia sebesar 128 jiwa per km2. Indonesia di kawasan ASEAN
berada pada peringkat ke lima terpadat. Sedangkan di kawasan SEARO, Indonesia
menempati peringkat ke delapan terpadat, atau peringkat ke empat untuk negara dengan
kepadatan paling rendah di antara 11 negara. Tingkat kepadatan penduduk negara-negara
ASEAN dan SEARO tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar 6.2 di bawah ini.
GAMBAR 6.2
KEPADATAN PENDUDUK DI NEGARA ASEAN & SEARO (Jiwa per km2)
TAHUN 2009

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2009

Secara nasional, kepadatan penduduk Indonesia menurut BPS tahun 2009 adalah 121
jiwa per km2.
2. Laju Pertumbuhan Penduduk

146

Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah


penduduk di suatu wilayah atau negara di masa yang akan datang. Dengan diketahuinya
jumlah penduduk yang akan datang, diketahui pula kebutuhan dasar penduduk di segenap
bidang kehidupan termasuk di bidang kesehatan. Indikator tersebut biasa dikenal dengan laju
pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi tiga faktor, yakni
kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Laju pertumbuhan penduduk di negara-negara
ASEAN dan SEARO dapat dilihat pada Gambar 6.3 di bawah ini.
GAMBAR 6.3
LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK PER TAHUN
DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 1998 - 2008

Sumber: The State of The Worlds Children, 2010

Pada periode 1998-2008, laju pertumbuhan penduduk per tahun yang tertinggi di
antara negara anggota ASEAN adalah Brunei Darussalam dengan laju pertumbuhan
penduduk 2,1%, sedangkan Myanmar merupakan negara dengan laju pertumbuhan penduduk
paling rendah yaitu 0,8%.
Pada negara-negara SEARO selama periode yang sama, laju pertumbuhan penduduk
berkisar antara 0,6% hingga 2,9%. Laju pertumbuhan penduduk terendah pada Korea Utara
dan tertinggi di Timor Leste.
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah 1,3%. Di kawasan ASEAN, Indonesia
menduduki peringkat ke-3 terendah (bersama dengan Vietnam) untuk laju pertumbuhan
penduduk. Sedangkan bila dilihat dari kawasan SEARO, Indonesia menduduki peringkat ke-5
dengan laju pertumbuhan penduduk terendah dari 11 negara. Data kependudukan negaranegara ASEAN dan SEARO tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 6.1.
147

3. Penduduk Menurut Kelompok Umur


Salah satu indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu
negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang adalah Angka
Beban Tanggungan (dependency ratio). Semakin tinggi persentase dependency ratio
menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif
untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif (kelompok umur 0-14 tahun) dan
tidak produktif lagi (kelompok umur 65 tahun keatas).
Persentase penduduk menurut kelompok umur non produktif (kelompok umur 0-14
tahun dan kelompok umur 65 tahun keatas) untuk keadaan tahun 2009, Laos merupakan
negara yang terbesar untuk kelompok umur tersebut dibandingkan negara-negara lain di
kawasan ASEAN yaitu 43% dari total penduduk. Sebaliknya Singapura merupakan negara
dengan komposisi penduduk kelompok umur non produktif terendah yaitu 27%.
Di antara negara-negara di kawasan SEARO, Timor Leste adalah negara dengan
komposisi penduduk usia non produktif tertinggi yaitu 48%. Sebaliknya, negara dengan
penduduk non produktif terendah di kawasan tersebut adalah Thailand yaitu 29%, yang dapat
dilihat pada Gambar 6.4 di bawah ini.
GAMBAR 6.4
KOMPOSISI PENDUDUK YANG PRODUKTIF DAN NON PRODUKTIF
DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2009

Sumber: World Population Data Sheet 2009, USAID

148

Dengan distribusi penduduk seperti yang telah digambarkan di atas, Laos merupakan
negara dengan Angka Beban Tanggungan tertinggi di kawasan ASEAN yaitu 75%.
Sedangkan Singapura merupakan negara dengan Angka Beban Tanggungan terendah yaitu
37%.
Di kawasan SEARO, Timor Leste merupakan negara dengan Angka Beban
Tanggungan tertinggi yaitu 92% sedangkan Thailand merupakan negara dengan Angka
Beban Tanggungan terendah yaitu 41%.
Sementara Indonesia memiliki Angka Beban Tanggungan sebesar 54%. Ini berarti
setiap 100 penduduk usia produktif di Indonesia menanggung 54 penduduk yang belum
produktif dan yang dianggap tidak produktif lagi.
Komposisi penduduk menurut kelompok umur serta besar Angka Beban Tanggungan
di negara-negara kawasan ASEAN dan SEARO dapat dilihat pada Lampiran 6.1.
4. Indeks Pembangunan Manusia
Human Development Index (HDI) merupakan suatu ukuran gabungan tiga dimensi
tentang pembangunan manusia, yaitu panjang umur dan menjalani hidup sehat (diukur dari
usia harapan hidup), terdidik (diukur dari angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah) dan
memiliki standar hidup yang layak (diukur dari penghasilan/pengeluaran riil per kapita).
Berdasarkan standar internasional, Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
dikategorikan sebagai berikut: kategori sangat tinggi, jika IPM > 0,900; kategori tinggi, jika
IPM > 0,800 0,899; kategori sedang, jika IPM 0,500-0,799; dan kategori rendah, jika IPM
<0,500.
Menurut kategori tersebut di atas, pada tahun 2007 terdapat 2 (dua) negara anggota
ASEAN masuk dalam kategori sangat tinggi, yaitu Singapura dan Brunai Darussalam.
Malaysia masuk dalam kategori tinggi, sedangkan 7 negara anggota ASEAN lainnya,
termasuk Indonesia, berada pada kategori IPM sedang. Bila dilihat dari peringkat di negara
ASEAN pada tahun yang sama, Singapura merupakan negara dengan peringkat IPM tertinggi
yaitu pada peringkat ke-24 dari 182 negara di dunia, dan yang terendah adalah Myanmar
dengan peringkat ke-138; sedangkan Indonesia berada pada peringkat ke-111.
IPM Indonesia pada tahun 2007 sebesar 0,734, bila dibandingkan dengan tahun 2006
IPM Indonesia mengalami peningkatan (IPM 2006 adalah 0,729).

149

GAMBAR 6.5
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI NEGARA-NEGARA
ASEAN & SEARO TAHUN 2007

Sumber: Human Development Report 2009

Pada tahun 2007 di kawasan SEARO, dari 11 negara (Korea Utara tidak ada data),
tidak ada negara yang memiliki IPM dengan kategori sangat tinggi dan tinggi, 9 negara
memiliki IPM dengan kategori sedang, dan satu negara yaitu Timor Leste masuk dalam
kategori rendah. Data IPM negara-negara di kawasan ASEAN dan SEARO tahun 2006 2007 dapat dilihat pada Lampiran 6.2.

5. Total Fertility Rate


Angka Fertilitas Total atau Total Fertility Rate (TFR) merupakan gambaran mengenai
rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang perempuan dari usia 15 sampai 49 tahun.
Perbandingan angka TFR antar negara dapat menunjukkan keberhasilan negara dalam
melaksanakan pembangunan sosial ekonominya. Angka TFR yang tinggi merupakan
cerminan rata-rata usia kawin yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah, terutama
perempuannya, tingkat sosial ekonomi rendah atau tingkat kemiskinan yang tinggi. Selain itu
tentu saja menunjukkan tingkat keberhasilan program keluarga berencana yang dilaksanakan
di negara tersebut.
150

Angka Fertilitas Total suatu negara dapat dipergunakan bagi para perencana program
pembangunan untuk meningkatkan rata-rata usia kawin, dan meningkatkan program
pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan ibu hamil dan perawatan anak.
Angka Fertilitas Total dapat diklasifikasikan menjadi 3 tingkatan yaitu rendah,
sedang, dan tinggi (ADB, Key Indicators 2002). Kesuburan rendah terjadi ketika angka
kesuburan wanita 2,1 atau kurang; kesuburan sedang antara 2,2 - 3,9; dan kesuburan tinggi
jika angka kesuburan wanita 4 atau lebih.
Dengan menggunakan klasifikasi tersebut, maka pada tahun 2008 ada 4 negara yang
termasuk dalam kategori angka kesuburan wanita rendah, yaitu Singapura (1,3), Thailand
(1,8), serta Brunei Darussalam dan Vietnam (masing-masing 2,1). Sedangkan Indonesia
masuk dalam kategori sedang dengan angka kesuburan wanita 2,2 yang berarti untuk setiap
wanita di Indonesia rata-rata memiliki anak 2 sampai 3 orang selama masa suburnya.
Pada tahun 2008, diantara 11 negara SEARO, Thailand, Korea Utara dan Maladewa
termasuk negara dengan Angka Fertilitas Total berkategori rendah. 7 negara (Indonesia,
Myanmar, Sri Lanka, Bhutan, India, Bangladesh, dan Nepal) masuk dalam kategori sedang.
Sedangkan Timor Leste merupakan satu-satunya negara di SEARO yang masuk dalam
kategori tinggi yaitu sebesar 6,5. Besaran Angka Fertilitas Total di negara ASEAN dan
SEARO dapat dilihat pada Gambar 6.6 berikut ini.
GAMBAR 6.6
ANGKA KESUBURAN WANITA DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2008

Layer 1
Sumber: World Population Data Sheet 2009, USAID

Data Angka Fertilitas Total di negara ASEAN dan SEARO dapat dilihat pada Lampiran 6.2.
151

6. Angka Kelahiran Kasar


Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) adalah angka yang menunjukkan
banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1.000 penduduk pada pertengahan tahun yang
sama.
Angka Kelahiran Kasar pada tahun 2008 di negara-negara ASEAN dengan kisaran 10
sampai 28 per 1.000 penduduk. Angka tertinggi terjadi di Laos dengan Angka Kelahiran
Kasar 28 per 1.000 penduduk dan diikuti oleh Filipina yaitu 26 per 1.000 penduduk.
Singapura memiliki Angka Kelahiran Kasar terendah yaitu 10 kelahiran per 1.000 penduduk.
Sedangkan Indonesia memiliki Angka Kelahiran Kasar sebesar 21 kelahiran untuk setiap
1.000 penduduk.
Pada tahun 2008, Angka Kelahiran Kasar di negara-negara SEARO berkisar antara 15
sampai 40 per 1.000 penduduk. Terendah di Thailand (15) dan Korea Utara (16) sedangkan
tertinggi di Timor Leste (40) dan Nepal (29).
Dengan 21 kelahiran per 1.000 penduduk, di kawasan ASEAN Indonesia menempati
peringkat ke-4 tertinggi, sedangkan di kawasan SEARO menempati peringkat ke-6 tertinggi
untuk Angka Kelahiran Kasar.
Gambar 6.7 memperlihatkan perbandingan Angka Kelahiran Kasar negara-negara
kawasan ASEAN dan SEARO. Data Angka Kelahiran Kasar di negara ASEAN dan SEARO
tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 6.2.
GAMBAR 6.7
ANGKA KELAHIRAN KASAR DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2008

152

Sumber: World Population Data Sheet 2009, USAID

7. Sosial Ekonomi
Pendapatan Nasional merupakan salah satu indikator untuk mengukur pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Pendapatan Nasional Bruto perkapita (Gross National Income) terdiri
atas sejumlah nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara, beserta pendapatan
yang diterima dari negara lain.
Pendapatan Nasional Bruto perkapita tertinggi di 2008 antara negara anggota ASEAN
adalah Brunei Darussalam (US$ 50.200 perkapita) diikuti oleh Singapura (US$ 47.940 per
kapita). Myanmar dan Kamboja merupakan negara dengan Pendapatan Nasional Bruto
perkapita terendah, yaitu masing-masing US$ 1.290 dan US$ 1.820. Sedangkan Indonesia
memiliki pendapatan nasional bruto perkapita sebesar US$ 3.830. Pendapatan Nasional Bruto
di negara ASEAN dan SEARO tahun 2008 dapat dilihat pada Gambar 6.8 di bawah ini.
GAMBAR 6.8
PENDAPATAN NASIONAL BRUTO DI NEGARA ANGGOTA ASEAN & SEARO
TAHUN 2008

Sumber: World Population Data Sheet 2009, USAID

Dari sepuluh negara di SEARO (tidak ada data untuk Korea Utara), seluruhnya
memiliki Pendapatan Nasional Bruto perkapita kurang dari US$ 6.000. Negara dengan
pendapatan nasional bruto perkapita tertinggi adalah Thailand yaitu sebesar US$ 5.990, dan
terendah adalah Nepal dengan US$ 1.120. Jika dibandingkan dengan 19 negara di ASEAN
dan SEARO, Indonesia berada di peringkat ke-6 tertinggi pendapatan nasional bruto per
kapita.

153

B. DERAJAT KESEHATAN
MORTALITAS
1. Angka Kematian Bayi
Angka kematian bayi diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu rendah jika
AKB kurang dari 20; sedang 20-49; tinggi 50-99; dan sangat tinggi jika AKB di atas 100 per
1.000 kelahiran hidup.
GAMBAR 6.9
ANGKA KEMATIAN BAYI DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2008

Sumber: World Population Data Sheet 2007, USAID

Sumber: World Health Statistics WHO, 2010

Gambar 6.9 menunjukkan bahwa pada tahun 2008, lima negara ASEAN yaitu
Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia,Vietnam dan Thailand termasuk negara dengan
Angka Kematian Bayi rendah. Tiga negara, yaitu Filipina, Indonesia dan Laos, termasuk
kelompok sedang, sementara 2 negara lainnya (Kamboja dan Myanmar) masuk dalam
kelompok negara yang memiliki Angka Kematian Bayi tinggi. Dari 10 negara anggota
ASEAN tidak ada yang masuk dalam kelompok angka kematian bayi sangat tinggi (>100 per
1.000 kelahiran hidup).
Berdasarkan klasifikasi yang sama maka 2 negara di SEARO, yaitu Sri Lanka dan
Thailand masuk dalam kategori negara dengan angka kematian bayi rendah dengan angka 13
per 1.000 kelahiran hidup. Lima Negara masuk kategori sedang dan selebihnya, yaitu 4
negara termasuk kategori tinggi.

154

Besaran Angka Kematian Bayi di negara-negara ASEAN dan SEARO berkisar antara
2 dan 75. Indonesia memiliki angka kematian bayi 31 per 1000 kelahiran hidup dan berada di
peringkat 9 di antara 18 negara tersebut. Data Angka Kematian Bayi di negara ASEAN dan
SEARO tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 6.2.
2. Angka Kematian Balita
Penurunan kasus kematian pada anak merupakan salah satu hal yang dianggap
penting dalam tujuan pembangunan milenium. Pada kasus kematian yang tinggi biasanya
jumlah kematian terbanyak terjadi pada usia balita saat mereka rentan terhadap penyakit.
Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian balita disebabkan diare, pneumonia,
campak, malaria, dan malnutrisi.
GAMBAR 6.10
ANGKA KEMATIAN BALITA (PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP)
DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2008

Sumber: World Health Statistics 2010

Data yang didapat dari World Health Statistics 2010 memperlihatkan perbedaan
yang mencolok Angka Kematian Balita di antara negara-negara anggota ASEAN pada tahun
2008. Angka Kematian Balita terendah dicapai Singapura yaitu 3 kematian per 1.000
kelahiran hidup, sedangkan yang tertinggi adalah di .Myanmar yaitu sebesar 122 kematian
per 1.000 kelahiran hidup. Sebagian besar negara ASEAN memiliki Angka Kematian Balita
kurang dari 50 per 1.000 kelahiran hidup, hanya Myanmar, Kamboja, dan Laos yang
memiliki Angka Kematian Balita di atas 50 per 1.000 kelahiran hidup.
Menurut sumber yang sama, Angka Kematian Balita di SEARO berkisar antara 14
sampai 122 per 1.000 kelahiran hidup. Seperti di ASEAN, Myanmar merupakan negara
dengan Angka Kematian Balita tertinggi, sedangkan terendah adalah Thailand. Jika di
ASEAN hanya terdapat 3 negara (dari 10 negara) dengan AKABA lebih dari 50 per 1.000
kelahiran hidup, sebaliknya di SEARO hanya 4 negara dengan AKABA kurang dari 50.

155

Pada Gambar 6.10 terlihat bahwa negara-negara ASEAN memiliki Angka Kematian
Balita relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara SEARO. Telah
dipaparkan sebelumnya bahwa sebagian besar kematian balita disebabkan oleh diare,
pneumonia, dan malnutrisi. Hal itu berarti negara-negara ASEAN mungkin memiliki sanitasi
dan keadaan ekonomi yang lebih baik dibandingkan negara-negara SEARO.
Pada tahun 2008, di Indonesia terdapat 41 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup
(menurut SDKI 2007 AKABA Indonesia adalah 44). Di kawasan ASEAN, Indonesia
menempati peringkat ke-4 tertinggi kematian balitanya, sedangkan pada kawasan SEARO,
Indonesia menempati peringkat ke-4 terendah kematian balita per 1.000 kelahiran hidup.
Data Angka Kematian Balita di negara ASEAN dan SEARO tahun 2008 dapat dilihat pada
Lampiran 6.2.
3. Angka Kematian Ibu
Berdasarkan klasifikasi Angka Kematian Ibu dari WHO adalah sebagai berikut; <15
per 100.000 kelahiran hidup; 15-199 per 100.000; 200-499 per 100.000; 500-999 per
100.000; dan 1.000 per 100.000.
GAMBAR 6.11
ANGKA KEMATIAN MATERNAL DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2005

Sumber: World Health Statistics 2009

Pada tahun 2005 hanya 2 negara ASEAN yaitu Brunei Darussalam dan Singapura
yang mencapai Angka Kematian Ibu <15 masing-masing 13 dan 14 per 100.000 kelahiran
hidup. Negara-negara dengan Angka Kematian Ibu > 500 di ASEAN ada 2 negara yaitu Laos
(660 per 100.000 kelahiran hidup) dan Kamboja (540 per 100.000 kelahiran hidup).
Pada tahun yang sama, negara-negara di SEARO tidak ada yang mencapai Angka
Kematian Ibu <15. Sekitar 55% memiliki Angka Kematian Ibu 200-499 per 100.000
156

kelahiran hidup. Dan 18% memiliki Angka Kematian Ibu >500, yaitu Nepal (830) dan
Bangladesh (570).
Di antara kedua kawasan tersebut, Indonesia berada di peringkat ke-12 (dari 18
negara di ASEAN dan SEARO) untuk Angka Kematian Ibu yaitu 420 per 100.000 kelahiran
hidup. Data Angka Kematian Ibu di negara ASEAN dan SEARO tahun 2005 dapat dilihat
pada Lampiran 6.2.
Sementara, berdasarkan data SDKI 2007, Angka nasional untuk Angka Kematian Ibu
di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup.
4. Angka Kematian Kasar
Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan berapa
besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1.000 penduduk. Pada
umumnya penduduk tua mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan
penduduk yang masih muda. Jika tidak ada indikator kematian yang lain angka ini berguna
untuk memberikan gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun
yang bersangkutan.
GAMBAR 6.12
ANGKA KEMATIAN KASAR (PER 1.000 PENDUDUK)
DI NEGARA ANGGOTA ASEAN & SEARO TAHUN 2008

Sumber: World Population Data Sheet 2009, USAID

Di antara negara-negara anggota ASEAN, pada tahun 2008 Myanmar merupakan


negara dengan Angka Kematian Kasar atau Crude Death Rate (CDR) tertinggi, yakni sebesar
10 per 1.000 penduduk. Keadaan Angka Kematian Kasar di negara-negara kawasan SEARO,
tidak berbeda jauh dengan negara-negara di kawasan ASEAN. Korea Utara dan Myanmar
merupakan negara dengan Angka Kematian Kasar tertinggi yaitu 10 per 1.000 penduduk,
sementara terendah adalah Maladewa dengan 4 kematian per 1.000 penduduk.
157

Pada tahun 2008, di Indonesia terdapat 6 kematian per 1.000 penduduk. Di kawasan
ASEAN, Indonesia menduduki peringkat ke-5 tertinggi Angka Kematian Kasar sedangkan di
kawasan SEARO, Indonesia menduduki peringkat ke-2 terendah. Data Angka Kematian
Kasar di negara ASEAN dan SEARO tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 6.2.
5. Angka Harapan Hidup
Angka Harapan Hidup merupakan indikator untuk mengevaluasi kinerja pemerintah
dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat
kesehatan pada khususnya.
Gambar 6.13 memperlihatkan bahwa pada tahun 2008 di antara sepuluh negara
anggota ASEAN, Singapura merupakan negara dengan Angka Harapan Hidup waktu lahir
(Expectation of Life at Birth) paling tinggi yaitu 81 tahun. Negara yang memiliki Angka
Harapan Hidup waktu lahir terendah adalah Myanmar yaitu 54 tahun.
GAMBAR 6.13
ANGKA HARAPAN HIDUP DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2008

Sumber: World Population Data Sheet 2009, USAID

Untuk kawasan SEARO, Maladewa merupakan negara dengan Angka Harapan Hidup waktu
lahir (Expectation of Life at Birth) paling tinggi yaitu 74 tahun. Negara yang memiliki umur
harapan hidup waktu lahir terendah adalah Myanmar yaitu 54 tahun.
Di kawasan ASEAN, Indonesia dengan Angka Harapan Hidup waktu lahir 67 tahun
menempati peringkat ke-4 terendah, sedangkan di kawasan SEARO menempati peringkat ke4 tertinggi. Data Angka Harapan Hidup di negara ASEAN dan SEARO tahun 2008 dapat
dilihat pada Lampiran 6.2.

158

MORBIDITAS
1. Prevalensi Tuberkulosis (TBC)
Data dari World Health Statistics 2010 menunjukkan besarnya perbedaan
prevalensi tuberkulosis per 100.000 penduduk dan kematian yang berhubungan dengan
tuberkulosis per 100.000 penduduk di negara-negara ASEAN dan SEARO. Angka prevalensi
tuberkulosis pada tahun 2008 di negara-negara anggota ASEAN berkisar antara 27 sampai
680 per 100.000 penduduk. Kamboja merupakan negara dengan prevalensi tuberkulosis
tertinggi di ASEAN yaitu 680 per 100.000 penduduk. Sedangkan Singapura dan Brunei
Darussalam memiliki prevalensi tuberkulosis di bawah 50 kasus per 100.000 penduduk yaitu
masing-masing 27 dan 43 kasus per 100.000 ribu penduduk.
Masih menurut sumber yang sama, kematian akibat tuberkulosis pada tahun 2008
tertinggi terjadi di Kamboja yaitu 79 per 100.000 penduduk. Sedangkan kasus kematian
akibat tuberkulosis terendah terjadi di Singapura dan Brunei Darussalam masing-masing 3
dan 4 kematian per 100.000 penduduk.
GAMBAR 6.14
PREVALENSI DAN KEMATIAN AKIBAT TUBERKULOSIS PER 100.000 PENDUDUK
DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2008

Sumber: World Health Statistics 2010

Seperti halnya negara-negara di ASEAN, angka prevalensi tuberkulosis pada tahun


2008 di negara-negara SEARO memiliki kesenjangan yang cukup besar, berkisar antara 13
sampai 660 per 100.000 penduduk. Negara dengan prevalensi tuberkulosis tertinggi tahun
2008 adalah Timor Leste (660 per 100.000 penduduk) dan terendah adalah Maladewa (13 per
100.000 penduduk).

159

Sedangkan kematian akibat tuberkulosis di negara-negara kawasan SEARO berkisar


antara 3 sampai 83 per 100.000 penduduk. Seperti angka prevalensi tuberkulosis, angka
kematian tertinggi akibat tuberkulosis juga terjadi di Timor Leste yaitu 83 kematian per
100.000 penduduk. Seperti halnya angka prevalensi, angka kematian akibat tuberkulosis yang
terendah juga di Maladewa (3 per 100.00 penduduk).
Di antara 18 negara di ASEAN dan SEARO, Indonesia dengan prevalensi 210 per
100.000 penduduk berada pada urutan ke-9 tertinggi yang dapat dilihat pada Lampiran 6.4.
2. Avian Influenza
Kemunculan strain virus influenza yang baru pada manusia (strain H5N1) pertama
kali terdeteksi di Hongkong. Akibatnya sebanyak 18 orang harus dirawat di rumah sakit, dan
6 diantaranya meninggal dunia. Ditemukan fakta pertama kali bahwa virus Avian Influenza
dapat menular langsung dari unggas ke manusia. Sebelum tahun 1997, ilmuwan meyakini
penularan virus influenza dari unggas ke manusia tidak terjadi secara langsung.
Avian Influenza pertama kali masuk ke wilayah ASEAN pada tahun 2003 melalui
Vietnam, 3 orang dinyatakan menderita penyakit tersebut dan seluruhnya meninggal. Sampai
dengan akhir tahun 2009, 6 negara di wilayah ASEAN telah terinfeksi Avian Influenza yaitu
Vietnam, Thailand, Indonesia, Laos, Myanmar dan Kamboja.
GAMBAR 6.15
JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA
DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2003-2009

160

Sumber: WHO, 2008

Gambar 6.15 memperlihatkan jumlah kasus dan kematian akibat Avian Influenza di
wilayah ASEAN sejak tahun 2003 sampai 2009. Kasus pertama kali menyerang Vietnam
dengan 3 korban yang keseluruhannya berakhir pada kematian. Tahun 2004 jumlah kasus
meningkat menjadi 46 dengan 32 kematian. Pada tahun tersebut selain Vietnam, Thailand
pun telah terinfeksi virus H5N1 ini. Akhir tahun 2005 jumlah penderita dan negara yang
terinfeksi Avian Influenza terus bertambah, 90 orang menjadi korban. Namun kali ini jumlah
kematian bisa ditekan, jika sebelumnya hampir 100% berakhir pada kematian, tahun 2005
dari 90 penderita 38 meninggal (42,22%). Semenjak itu jumlah kasus Avian Influenza terus
menurun, namun tidak demikian dengan angka kematiannya (CFR). Pada tahun 2008 terdapat
31 kasus dari 3 negara di ASEAN dengan 25 kematian (CFR = 80,65%). Tahun 2009, terjadi
peningkatan CFR menjadi 88,89% (27 kasus dengan 24 kematian).
TABEL 6.1
JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA
MENURUT NEGARA TAHUN 2003-2009
NEGARA
Kamboja
Laos
Vietnam
Indonesia
Myanmar
Thailand
Bangladesh
ASEAN
SEARO

2003
K
M
0
0
0
0
3
3
0
0
0
0
0
0
0
0
3
3
0
0

2004
K
M
0
0
0
0
29
20
0
0
0
0
17
12
0
0
46
32
17
12

2005
K
M
4
4
0
0
61
19
20
13
0
0
5
2
0
0
90
38
25
15

2006
K
M
2
2
0
0
0
0
55
45
0
0
3
3
0
0
60
50
58
48

2007
K
M
1
1
2
2
8
5
42
37
1
0
0
0
0
0
54
45
43
37

2008
K
M
1
0
0
0
6
5
24
20
0
0
0
0
1
0
31
25
25
20

2009
K
M
1
0
0
0
5
5
21
19
0
0
0
0
0
0
27
24
21
19

Total
K
M
9
7
2
2
112
57
162 134
1
0
25
17
1
0
311 217
189 151

Sumber: http://www.who.int/csr/disease/avian_influenza/country/cases_table_2010_03_16/en/index.html

Ket.: K = Kasus M = Meninggal

Tabel 6.1 memperlihatkan bahwa selama 2 tahun terakhir, virus Avian Influenza
menyebar di 3 negara ASEAN, yaitu Kamboja, Vietnam dan Indonesia. Di 3 negara yang
pernah terjangkit virus ini (Laos, Myanmar dan Thailand) sudah tidak menunjukkan adanya
penemuan kasus.

161

Penyakit flu burung mulai menyerang manusia di kawasan SEARO pada tahun 2004,
yaitu di Thailand. Negara-negara di SEARO yang terjangkit flu burung sejak 2004 adalah
negara-negara yang juga tergabung dalam ASEAN. Negara-negara tersebut adalah Thailand
dan Indonesia.

3. POLIO
Beberapa penyakit dapat berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa. Namun, di
antara penyakit-penyakit tersebut terdapat penyakit yang dapat dicegah dengan melakukan
imunisasi, atau biasa disebut dengan PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi).
Penyakit-penyakit tersebut adalah Tuberkulosis, Hepatitis B, Difteri, Pertusis, Tetanus,
Tetanus Neonatorum, Campak, dan Polio.
TABEL 6.2
JUMLAH KASUS POLIO PER NEGARA
TAHUN 2004-2008
NEGARA
2004
2005
2006
2007

2008

Kamboja
0
1
1
0
0
Laos
1
0
0
0
0
Indonesia
0
349
2
0
0
Myanmar
0
0
1
15
0
Bangladesh
0
0
18
0
0
India
134
66
676
873
559
Nepal
0
4
5
5
6
ASEAN
1
350
4
15
0
SEARO
134
419
702
893
565
Sumber: WHO vaccine-preventable disease monitoring system, 2009 global summary

Sejak tahun 2001 kasus polio tidak ditemukan di negara-negara di ASEAN. Namun,
pada tahun 2004 virus polio liar kembali menyerang penduduk di kawasan ASEAN.
Dilaporkan terdapat 1 kasus ditemukan di Laos. Pada tahun 2005 jumlah kasus polio
mencapai puncaknya, sebanyak 350 penduduk dari 2 negara di ASEAN yaitu Kamboja dan
Indonesia terserang penyakit polio, 349 di antaranya terjadi di Indonesia. Tahun 2006
penularan penyakit polio mulai dapat dikendalikan, sehingga hanya ditemukan 4 penderita di
kawasan ini, 2 penderita berasal dari Indonesia dan masing-masing 1 penderita berasal dari
Kamboja dan Myanmar. Pada tahun 2007, di antara negara-negara anggota ASEAN, hanya
Myanmar yang masih ditemukan kasus polio bahkan jumlahnya meningkat dibandingkan
tahun sebelumnya yang hanya ditemukan 1 kasus menjadi 15 kasus. Indonesia yang pada
tahun 2005 terjadi kejadian luar biasa dengan ditemukannya 349 kasus polio mampu
mengendalikan kejadian tersebut sehingga pada sejak 2007 tidak ditemukan lagi kasus polio.

162

Pada tahun 2008, wilayah ASEAN sudah tidak ditemukan lagi kasus Polio. Namun, di
SEARO masih ditemukan sebanyak 565 kasus dari 2 negara, yaitu India dan Nepal. India
mengalami penurunan 36% dari tahun sebelumnya, sementara Nepal mengalami kenaikan
20%.
GAMBAR 6.16
JUMLAH KASUS POLIO DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2004-2008

Sumber: WHO vaccine-preventable disease monitoring system, 2009 global summary

Jika dibandingkan dengan kawasan ASEAN, jumlah seluruh kejadian polio di


kawasan SEARO cukup tinggi sejak tahun 2002 dan tahun-tahun sebelumnya. Semenjak
2004 sampai 2006 jumlah kasus lambat laun kembali meningkat. Tingginya angka kejadian
ini karena kontribusi jumlah kasus yang sangat besar oleh India yang merupakan salah satu
dari 4 negara endemis polio. Walau pada 2008 India telah berhasil menekan jumlah kasus
polio, namun 99% kasus di SEARO terjadi di India.
4. Tetanus Neonatorum
Kasus tetanus banyak dijumpai di sejumlah negara tropis dan negara yang masih
memiliki kondisi kesehatan lingkungan rendah. Data organisasi kesehatan dunia WHO
menunjukkan, kematian akibat tetanus di negara berkembang adalah 135 kali lebih tinggi
dibanding negara maju. Tetanus adalah salah satu penyakit menular dan paling berisiko
mengakibatkan kematian.
Tetanus pada bayi, dikenal dengan istilah Tetanus Neonatorum, karena umumnya
terjadi pada bayi baru lahir atau usia di bawah satu bulan. Penyebabnya, spora Clostridium
tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak
memenuhi syarat kebersihan.
163

Pada tahun 2008, Tetanus Neonatorum terjadi di 8 negara ASEAN, dengan jumlah
kasus tertinggi di Indonesia dan Filipina yang melebihi 100 orang. Akan tetapi jika
dibandingkan dengan jumlah penduduk, angka tertinggi kasus tetanus neonatorum terjadi di
Kamboja, sementara Indonesia justru berada di urutan ke-5. Thailand merupakan negara
dengan kasus terendah, baik dari jumlah kasus maupun jika dibandingkan dengan jumlah
penduduk. Di Singapura dan Brunei Darussalam dilaporkan tidak ada kasus Tetanus
Neonatorum.
Berdasarkan Vaccine-Preventable Disease Monitoring System 2009, tahun 2008 pada
kawasan SEARO jumlah kasus tetanus neonatorum yang terjadi di India jauh melebihi kasus
di negara lain di kawasan ASEAN, yaitu 811 kasus. Indonesia dan Bangladesh menempati
urutan kedua dan ketiga terbesar dengan masing-masing 183 dan 152 kasus. Sedangkan di
Bhutan, Korea Utara dan Maladewa dilaporkan tidak ada kasus tetanus neonatorum.
Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk, India tetap menjadi negara di urutan
pertama dengan angka 1.158,57. Jumlah kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan
imunisasi di negara-negara ASEAN dan SEARO tahun 2008 secara lengkap dapat dilihat
pada Lampiran 6.6.

C. UPAYA KESEHATAN
1. Cakupan Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah kematian
pada bayi dengan memberikan vaksin. Beberapa imunisasi yang wajib diberikan pada bayi
adalah imunisasi polio, BCG, dan campak. BCG seringkali digunakan sebagai cerminan
proporsi anak-anak yang dilindungi dari bentuk tuberkulosis yang parah selama 1 tahun
pertama hidupnya, dan juga digunakan sebagai salah satu indikator akses ke pelayanan
kesehatan.
Selain BCG, vaksin lain yang wajib diberikan pada bayi adalah polio. Imunisasi polio
merupakan imunisasi untuk mencegah penyakit polio. Tidak seperti imunisasi BCG atau
campak yang membutuhkan 1 dosis, imunisasi polio membutuhkan 3 dosis. Maka untuk
mengukur keberhasilan upaya kesehatan yang digunakan adalah polio3 yaitu ketika bayi telah
mendapatkan imunisasi polio sebanyak 3 dosis (3 kali).
Di antara penyakit pada anak-anak yang dapat dicegah dengan imunisasi, campak
adalah penyebab utama kematian anak. Oleh karena itu pencegahan campak merupakan
faktor penting dalam mengurangi angka kematian balita. Dari 22 tujuan yang disepakati
dalam pertemuan dunia tentang anak, salah satunya adalah mempertahankan cakupan
imunisasi campak sebesar 90%. Di seluruh negara ASEAN dan SEARO, imunisasi campak
164

diberikan pada bayi usia 9-12 bulan dan merupakan imunisasi terakhir yang diberikan kepada
bayi di antara imunisasi wajib lainnya (BCG, DPT, Polio, Hepatitis, dan Campak). Dengan
demikian, diasumsikan bayi yang mendapatkan imunisasi campak telah mendapatkan
imunisasi lengkap. Berarti besarnya cakupan imunisasi campak juga menggambarkan
besarnya cakupan bayi yang telah mendapat imunisasi lengkap.
Jika dibandingkan dengan imunisasi lainnya pada Gambar 6.17, cakupan imunisasi
BCG pada bayi umumnya lebih tinggi. Hal tersebut terjadi karena jadwal pemberian
imunisasi BCG yang relatif lebih awal dibandingkan dengan imunisasi yang lainbahkan
beberapa negara memberikan imunisasi BCG sesaat setelah bayi dilahirkansehingga bayi
masih dalam pantauan petugas kesehatan. Pada tahun 2008 cakupan imunisasi BCG tertinggi
di antara negara anggota ASEAN dicapai Thailand dan Singapura 99% dan terendah Laos
68%.
Di kawasan SEARO, 7 dari 11 negara mencapai cakupan imunisasi BCG 90%.
Negara-negara tersebut adalah Thailand, Bangladesh, Bhutan, Korea Utara, Maladewa,
Indonesia dan Sri Lanka. Sedangkan Timor Leste merupakan negara dengan cakupan
imunisasi BCG terendah yaitu 68%.
GAMBAR 6.17
CAKUPAN BEBERAPA IMUNISASI DI NEGARA-NEGARA
ASEAN & SEARO TAHUN 2008

Sumber : WHO Immunization Summary, 2010: A Statistical Reference Containing Data through 2008

Pada tahun 2008, 7 dari 10 negara anggota ASEAN telah mencapai target cakupan
imunisasi polio3 sebesar 90%. Cakupan tertinggi dicapai oleh Brunei Darussalam dan
Thailand yaitu 99% dan terendah adalah Laos yaitu 60%. Menurut sumber yang sama, 6 dari
165

11 negara di kawasan SEARO telah mencapai cakupan imunisasi polio3 sebesar 90%.
Cakupan imunisasi polio tertinggi adalah Thailand 99% dan terendah adalah India dengan
67%.
Pada tahun yang sama, 6 negara anggota ASEAN juga telah mencapai target
imunisasi campak yaitu 90%. Negara-negara tersebut adalah Brunei Darussalam, Filipina,
Malaysia, Singapura, Vietnam dan Thailand. Thailand merupakan negara dengan cakupan
imunisasi campak tertinggi yaitu 98%. Sedangkan yang terendah adalah Laos dengan
cakupan campak sebesar 52%. Cakupan imunisasi Campak di Indonesia 2008 sebesar 83%.
Di kawasan SEARO, 5 dari 11 negara mencapai cakupan imunisasi Campak 90%.
Negara-negara tersebut adalah Thailand, Bhutan, Korea Utara, Maladewa dan Sri Lanka.
Sedangkan India merupakan negara dengan cakupan imunisasi Campak terendah yaitu 70%.
Hampir di seluruh negara ASEAN dan SEARO imunisasi hepatitis merupakan
imunisasi dasar yang diberikan pada bayi, namun tidak demikian halnya dengan yang terjadi
di India. Di India imunisasi hepatitis bukan merupakan imunisasi dasar, maka pada Lampiran
6.7 dapat dilihat hanya India yang merupakan negara dengan persentase rendah bayi yang
mendapat imunisasi hepatitis3, yaitu 21%. Sedangkan negara-negara lain telah mencapai
imunisasi tersebut di atas 60%, bahkan beberapa di antaranya telah melebihi 90%.
Sementara di Indonesia sebanyak 89% bayi telah mendapatkan imunisasi BCG, 77%
mendapatkan imunisasi polio3, dan 83% mendapatkan imunisasi campak. Cakupan 5
imunisasi dasar di ASEAN dan SEARO lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.7.

2. Pengendalian TB Paru
WHO telah menetapkan target untuk temuan kasus TB Paru melalui strategi DOTS
70% dan angka kesembuhan 85%. Sementara pencapaian secara global temuan kasus TB
Paru adalah 60% dan angka kesembuhan mencapai 84%. Hal tersebut berarti pencapaian
kedua indikator tersebut belum mencapai target walaupun untuk angka kesembuhan hampir
mencapai target.
Pada tahun 2008, 4 negara ASEAN telah mencapai target penemuan penderita yang
ditetapkan WHO yaitu 70%. Empat negara tersebut adalah Brunei Darussalam (87%),
Singapura (87%), Indonesia (80%), dan Malaysia (76%). Enam negara ASEAN lainnya
belum mencapai target penemuan penderita penyakit paru karena masih berkisar 43% - 67%.

166

Dari 11 negara-negara di kawasan SEARO hanya 6 negara yang sudah mencapai


target penemuan penderita Tuberkulosis. Negara dengan angka cakupan penemuan tertinggi
adalah Maladewa dengan 86%. Penemuan penderita tuberkulosis terendah terdapat di Timor
Leste dengan cakupan 33%.

GAMBAR 6.18
PENEMUAN PENDERITA TB PARU DI NEGARA ASEAN &
SEARO TAHUN 2008

GAMBAR 6.19
ANGKA KESEMBUHAN TB PARU DI NEGARA ASEAN &
SEARO TAHUN 2007

Sumber: World Health Statistic 2010

Sumber: World Health Statistic 2010

Menurut sumber yang sama, pada tahun 2007 terdapat 6 negara di ASEAN dengan
angka kesembuhan mencapai target (85%). Indonesia termasuk salah satu negara yang
mencapai target untuk angka kesembuhan ini, yaitu 91%. Brunei, Malaysia, Singapura, dan
Thailand termasuk negara yang belum mencapai target penyembuhan penderita. Angka
kesembuhan tertinggi dicapai Kamboja dengan 94% dan terendah adalah Malaysia dengan
72%.
Pada Gambar 6.19 terlihat bahwa 7 negara di kawasan SEARO telah mencapai angka
penyembuhan penderita. Tertinggi dicapai Buthan dengan angka kesembuhan 93% dan
terendah adalah Bangladesh dengan angka kesembuhan 62%. Ada penurunan angka drastis
pada tahun ini. Bangladesh yang pada tahun 2006 memiliki angka kesembuhan tertinggi
(92%) turun menjadi negara dengan angka kesembuhan terendah (62%) di tahun 2007.
Sementara itu, dari Gambar 6.18 dan 6.19 terlihat bahwa Indonesia telah mencapai
target yang ditetapkan terhadap indikator case detection rate (angka penemuan penderita) dan
167

succes rate (angka kesembuhan). Bahkan untuk angka kesembuhan, Indonesia mencapai
angka tertinggi ke-2 di kawasan SEARO.

3. Sumber Air Bersih dan Sanitasi


Pada tahun 2008, di antara 10 negara anggota ASEAN (Brunei Darussalam tidak ada
data), penduduk yang menggunakan sumber air bersih yang telah mencapai 80% atau lebih
sebanyak 6 negara. Hanya Kamboja, Laos dan Myanmar dengan persentase penduduk yang
memiliki akses terhadap air bersih kurang dari 80%. Persentase tertinggi dicapai Malaysia
dan Singapura yaitu 100% dan terendah Laos dengan 57%.
Pada tahun yang sama, di antara negara-negara di kawasan SEARO hampir seluruh
negara dengan penduduk yang menggunakan sumber air bersih 80% atau lebih, kecuali
Timor Leste dengan persentase sebesar 69%. Negara dengan persentase tertinggi adalah
Korea Utara yaitu 100%.
GAMBAR 6. 20
PERSENTASE PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN SUMBER AIR BERSIH DAN
SARANA SANITASI SEHAT DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2008

Sumber: World Health Statistics 2010

Berdasarkan Gambar 6.20 di atas terlihat bahwa di antara negara-negara di ASEAN


dan SEARO terdapat perbedaan persentase yang besar antar negara dengan penduduk yang
menggunakan sarana sanitasi sehat tertinggi dan yang terendah dengan kisaran 29% dan
100%. Negara dengan cakupan 29% adalah Kamboja dan negara dengan cakupan 100%
adalah Singapura. Dibandingkan persentase penduduk yang menggunakan sumber air bersih,
168

maka persentase penduduk yang menggunakan sarana sanitasi sehat relatif rendah, masih
terdapat 10 negara di kawasan ini dengan penduduk yang menggunakan sarana sanitasi sehat
di bawah 80%. Persentase penduduk yang menggunakan sumber air bersih dan sarana
sanitasi sehat di negara ASEAN dan SEARO tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 6.3.

4. Pelayanan Kesehatan Ibu


Dari 10 anggota ASEAN (Brunei, Laos, Malaysia dan Singapura tidak ada data),
Indonesia merupakan negara dengan persentase pemeriksaan ibu hamil (K4) tertinggi yaitu
sebesar 81%. Sedangkan yang terendah tercatat di Kamboja yaitu sebesar 27%. Untuk
kawasan SEARO cakupan pemeriksaaan ibu hamil (K4) tertinggi dicapai oleh Korea Utara
yaitu sebesar 95%, diikuti oleh Maladewa (91%), dan yang terendah adalah Bangladesh
sebesar 21 %.
Cakupan pertolongan persalinan di negara-negara ASEAN bervariasi dengan cakupan
tertinggi di Negara Singapura, Brunei Darussalam dan Malaysia masing-masing sebesar
100% dan yang terendah di Laos dengan cakupan 20%. Indonesia dengan cakupan salinakes
73% berada pada peringkat ke-6 dari 10 negara. Untuk kawasan SEARO cakupan salinakes
tertinggi dicapai oleh Thailand dan Sri Lanka yaitu sebesar 99% dan yang terendah di
Bangladesh sebesar 18%.
Persentase peserta KB aktif pada wanita subur tahun 2009 di negara-negara anggota
ASEAN (Brunei Darussalam dan Malaysia tidak ada data) yang tertinggi dicapai oleh
Thailand dengan cakupan sebesar 70%, dan yang terendah di Kamboja sebesar 27%.
Indonesia dengan cakupan peserta KB aktif sebesar 57% berada pada peringkat ke-3 dari 10
negara ASEAN. Untuk negara-negara anggota SEARO cakupan peserta KB aktif tertinggi
dicapai oleh Thailand sebesar 70% dan yang terendah di Bangladesh sebesar 18%.

***

169

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2006. Estimasi Parameter Demografi SUPAS 2005. BPS, Jakarta.
___________. 2006. Statistik Kesejahtraan Rakyat 2005. BPS, Jakarta.
___________. 2007. Statistik Kesejahtraan Rakyat 2006. BPS, Jakarta.
___________. 2008. Statistik Kesejahtraan Rakyat 2007. BPS, Jakarta.
___________. 2009. Statistik Kesejahtraan Rakyat 2008. BPS, Jakarta.
___________. 2005. Beberapa Indikator Penting Sosial-Ekonomi Indonesia 2005. BPS,
Jakarta.
___________. 2007. Beberapa Indikator Penting mengenai Indonesia. BPS, Jakarta.
___________. 2010. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia.
BPS, Jakarta.
___________. 2010. Analisis Dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan 2010. BPS, Jakarta.
___________. 2004. Statistik Indonesia 2003. BPS, Jakarta.
___________. 2005. Statistik Indonesia 2004. BPS, Jakarta.
___________. 2006. Statistik Indonesia 2005/2006. BPS, Jakarta.
___________. 2007. Statistik Indonesia 2007. BPS, Jakarta.
___________. 2004. Statistik Kesehatan 2004. BPS, Jakarta.
___________. 2008.. Pedoman Millenium Development Goals. BPS, Jakarta.
___________. 2008.. Press Release BPS 2008: Jumlah Kemiskinan. www.bps.go.id, Jakarta.
___________. 2010.. Berita Resmi Statistik, BPS, No. 45/07/Th. XIII, 1 Juli 2010.
___________. 2010.. Data Strategis BPS, BPS, Jakarta.
___________. 2010.. Hasil Sensus Penduduk 2010, Data Agregat Per Provinsi, BPS, Jakarta.
170

Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro International, 1998. Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 1997. Calverton, Maryland, USA.
___________. 2003. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003.
Calverton, Maryland, USA.
___________. 2008. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007. Macro.
Calverton, Maryland, USA.
Badan Pusat Statistik, BAPPENAS, UNFPA. 2005. Proyeksi Penduduk Indonesia (Indonesia
Population Projection 2000 - 2025). BPS, Jakarta.
Kementerian Dalam Negeri. 2010. Kode Dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan
2010. Depdagri, Jakarta.
www.depdagri.goid
Kementerian Kesehatan. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
___________. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS Indonesia Tahun
2007. Depkes, Jakarta.
___________. 2008. Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
2008. Depkes, Jakarta.
___________. 2008. Profil Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan 2007.
Depkes, Jakarta.
___________.2008. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
___________. 2006. Profil Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumberdaya Manusia
Kesehatan 2005. Depkes, Jakarta.
___________. 2006. Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 1: Kegiatan Pelayanan.
Depkes, Jakarta.
___________. 2006. Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 2: Ketenagaan. Depkes, Jakarta.
___________. 2006.Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 3:Morbiditas/Mortalitas.
Depkes, Jakarta.
___________. 2006. Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan Tahun 2006. Pusdiknakes, Depkes
RI, Jakarta.

171

___________. 2005. Publikasi Hasil Analisis Data Survei Kesehatan Nasional 2004. Badan
Litbangkes, Depkes RI, Jakarta.
___________.2005. Pencegahan dan Pemberantasan DBD di Indonesia, Dirjen PPPL
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
___________.2000. Indonesia Sehat 2010, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
___________.1996. Publikasi Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995. Badan
Litbangkes, Jakarta.
Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal RI, 2010. Strategi Nasional
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal 2004-2009. Jakarta.
USAID, 2008. The World Population Data Sheet. Population Reference Bureau.
The United Nations Development Programme. 2008. Human Development Report
2007/2008. UNDP, New York.
UNAIDS. 2008. 2008 Report on The Global AIDS Epidemic. UNAIDS/WHO.
UNICEF. 2008. The State of the Worlds Children 2008. UNICEF/WHO, New York.
___________. 2009. The State of the Worlds Children 2009. UNICEF/WHO, New York.
___________. 2008. Incidence Series Immunization 2007. UNICEF/WHO, New York.
___________. 2008. Immunization Summary: The 2007 Edition. UNICEF/WHO, New York.
WHO. 2008. World Health Statistics 2007. WHO Press, Geneva.
___________. World Health Statistics 2008. WHO Press, Geneva.
___________. 2008. WHO Vaccine Preventable Diseases, Monitoring System. WHO, New
York.

***

172

Lampiran 2.1

PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2009


No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

Indonesia
Sumber: Kementerian Dalam Negeri, 2010

Kabupaten

Kota

Pembagian Wilayah
Kabupaten + Kota

Kecamatan

Kelurahan + Desa

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

18
25
12
10
9
11
9
12
6
5
1
17
29
4
29
4
8
8
20
12
13
11
10
11
10
21
10
5
5
9
7
10
28

5
8
7
2
2
4
1
2
1
2
5
9
6
1
9
4
1
2
1
2
1
2
4
4
1
3
2
1
0
2
2
1
1

23
33
19
12
11
15
10
14
7
7
6
26
35
5
38
8
9
10
21
14
14
13
14
15
11
24
12
6
5
11
9
11
29

275
408
169
153
128
217
116
206
43
59
44
625
573
78
662
154
57
116
286
175
120
151
136
150
147
301
199
65
66
76
109
149
330

399

98

497

6,543

6,420
5,649
964
1,500
1,319
2,869
1,442
2,358
361
331
267
5,827
8,577
438
8,502
1,530
698
913
2,775
1,777
1,439
1,973
1,404
1,510
1,712
2,874
1,825
595
564
898
1,041
1,291
3,583

75,226

Lampiran 2.2

HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 DAN RASIO JENIS KELAMIN


MENURUT PROVINSI TAHUN 2010
No

Provinsi

Laki-Laki

Perempuan

Laki-Laki dan Perempuan

Rasio Jenis Kelamin

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Sensus Penduduk 2010, BPS

2,243,578
6,479,051
2,404,472
2,854,989
1,578,338
3,789,109
875,663
3,905,366
634,783
864,333
4,859,272
21,876,572
16,081,140
1,705,404
18,488,290
5,440,783
1,961,170
2,180,168
2,323,534
2,243,740
1,147,878
1,834,928
1,868,196
1,157,559
1,349,225
3,921,543
1,120,225
520,885
581,284
773,585
529,645
402,587
1,510,285
119,507,580

2,242,992
6,506,024
2,441,526
2,688,042
1,510,280
3,657,292
837,730
3,690,749
588,265
821,365
4,728,926
21,145,254
16,299,547
1,746,986
18,987,721
5,203,247
1,930,258
2,316,687
2,355,782
2,149,499
1,054,721
1,791,191
1,682,390
1,108,378
1,284,195
4,111,008
1,110,344
517,700
577,052
757,817
505,833
358,268
1,341,714
118,048,783

4,486,570
12,985,075
4,845,998
5,543,031
3,088,618
7,446,401
1,713,393
7,596,115
1,223,048
1,685,698
9,588,198
43,021,826
32,380,687
3,452,390
37,476,011
10,644,030
3,891,428
4,496,855
4,679,316
4,393,239
2,202,599
3,626,119
3,550,586
2,265,937
2,633,420
8,032,551
2,230,569
1,038,585
1,158,336
1,531,402
1,035,478
760,855
2,851,999
237,556,363

100
100
98
106
105
104
105
106
108
105
103
103
99
98
97
105
102
94
99
104
109
102
111
104
105
95
101
101
101
102
105
112
113
101

Lampiran 2.3

LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK DAN KEPADATAN PENDUDUK


MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

Indonesia

Luas
Wilayah
(Km) (a)
(3)

Jumlah Penduduk (Jiwa) [b]


Laki-laki
(4)

Perempuan
(5)

Total
(6)

Sex Ratio

Kepadatan
Penduduk
Per Km

Laju Pertumbuhan
Penduduk Tahun
2008-2009

(7)

(8)

(9)

57,956.00
72,981.23
42,012.89
87,023.66
50,058.16
91,592.43
19,919.33
34,623.80
16,424.06
8,201.72
664.01
35,377.76
32,800.69
3,133.15
47,799.75
9,662.92
5,780.06
18,572.32
48,718.10
147,307.00
153,564.50
38,744.23
204,534.34
13,851.64
61,841.29
46,717.48
38,067.70
11,257.07
16,787.18
46,914.03
31,982.50
97,024.27
319,036.05

2,171,369
6,594,082
2,380,755
2,794,607
1,444,753
3,650,602
847,246
3,819,463
600,438
737,759
4,520,075
20,926,688
16,316,924
1,759,886
18,491,980
4,939,056
1,792,353
2,120,090
2,298,945
2,181,554
1,087,617
1,753,149
1,654,268
1,135,202
1,262,695
3,814,177
1,045,510
497,584
530,018
678,496
493,415
389,989
1,087,200

2,192,110
6,654,309
2,447,223
2,511,925
1,389,412
3,572,035
819,670
3,672,485
537,695
777,539
4,702,934
20,574,877
16,547,646
1,741,987
18,794,266
4,843,725
1,758,659
2,313,930
2,320,716
2,137,588
998,199
1,742,983
1,510,531
1,093,661
1,217,572
4,094,350
1,072,788
486,372
517,725
661,006
481,579
353,868
1,010,282

4,363,479
13,248,391
4,827,978
5,306,532
2,834,165
7,222,637
1,666,916
7,491,948
1,138,133
1,515,298
9,223,009
41,501,565
32,864,570
3,501,873
37,286,246
9,782,781
3,551,012
4,434,020
4,619,661
4,319,142
2,085,816
3,496,132
3,164,799
2,228,863
2,480,267
7,908,527
2,118,298
983,956
1,047,743
1,339,502
974,994
743,857
2,097,482

99
99
97
111
104
102
103
104
112
95
96
102
99
101
98
102
102
92
99
102
109
101
110
104
104
93
97
102
102
103
102
110
108

75
182
115
61
57
79
84
216
69
185
13,890
1,173
1,002
1,118
780
1,012
614
239
95
29
14
90
15
161
40
169
56
87
62
29
30
8
7

1.17
1.45
1.43
3.46
1.83
1.69
1.52
1.20
2.64
4.27
1.10
1.68
0.57
1.29
0.79
2.12
1.34
1.13
2.13
0.81
1.31
1.78
2.88
1.21
1.46
1.11
1.70
1.86
1.80
1.55
2.01
3.43
2.60

1,910,931.32

115,817,945

115,551,647

231,369,592

100

121

1.35

Sumber: (a) http://www.depdagri.go.id


(b) Badan Pusat Statistik: Estimasi Penduduk Sasaran Program Kesehatan, dari "Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2007 - 2011", Depkes RI, 2009.

Lampiran 2.4

LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK


MENURUT PROVINSI TAHUN 1971 - 2010
No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

1971-1980

Laju Pertumbuhan Penduduk


1980-1990
1990-2000

2000-2010

(3)

(4)

(5)

(6)

2.93
2.60
2.21
3.11
4.07
3.32
4.39
5.77
3.93
2.66
1.64
1.10
1.49
1.69
2.36
1.95
2.31
3.43
2.16
5.73
2.31
3.86
1.74
3.09
2.88
2.67
2.31

2.72
2.06
1.62
4.30
3.40
3.15
4.38
2.67
2.42
2.57
1.18
0.57
1.08
1.18
2.15
1.79
2.65
3.88
2.32
4.42
1.60
2.87
1.42
3.66
2.79
3.46
1.98

1.46
1.32
0.63
4.35
1.84
2.39
2.97
1.17
0.97
0.17
2.03
0.94
0.72
0.70
3.21
1.31
1.82
1.64
2.29
2.99
1.45
2.81
1.33
2.57
1.49
3.15
1.59
0.08
0.48
3.22
1.49

1.35
1.11
1.34
3.59
2.55
1.85
1.66
1.23
3.14
4.99
1.39
1.89
0.37
1.02
0.76
2.79
2.15
1.17
2.06
0.91
1.74
1.98
3.80
1.26
1.94
1.17
2.07
2.24
2.67
2.78
2.44
3.72
5.46
1.49

Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, 2000, Sensus Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995 dan Sensus Penduduk 2010

Lampiran 2.5

JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN
DAN PROVINSI TAHUN 2009
Laki-laki
No

Provinsi

Perempuan

Kelompok Umur (Tahun)

Laki-laki + Perempuan

Kelompok Umur (Tahun)

Kelompok Umur

Jumlah
(1)

(2)

Aceh

Sumatera Utara

3
4

0-14

15-64

65+

(3)

(4)

(5)

(6)

Angka Beban

Jumlah
0-14

15-64

65+

(7)

(8)

(9)

(10)

Jumlah
0-14

15-64

65+

(11)

(12)

(13)

Tanggungan
(14)

(15)

678,602

1,410,898

81,869

2,171,369

655,199

1,434,504

102,407

2,192,110

1,333,801

2,845,402

184,276

4,363,479

53.35

2,115,500

4,245,001

233,581

6,594,082

2,048,201

4,318,503

287,605

6,654,309

4,163,701

8,563,504

521,186

13,248,391

54.71

Sumatera Barat

740,699

1,527,705

112,351

2,380,755

711,101

1,582,998

153,124

2,447,223

1,451,800

3,110,703

265,475

4,827,978

55.21

Riau

888,900

1,836,200

69,507

2,794,607

789,001

1,660,598

62,326

2,511,925

1,677,901

3,496,798

131,833

5,306,532

51.75

Jambi

426,902

968,901

48,950

1,444,753

410,200

930,599

48,613

1,389,412

837,102

1,899,500

97,563

2,834,165

49.21

Sumatera Selatan

1,111,501

2,411,901

127,200

3,650,602

1,057,101

2,374,500

140,434

3,572,035

2,168,602

4,786,401

267,634

7,222,637

50.90

Bengkulu

250,900

566,302

30,044

847,246

238,499

551,801

29,370

819,670

489,399

1,118,103

59,414

1,666,916

49.08

Lampung

1,090,601

2,568,801

160,061

3,819,463

1,061,399

2,451,703

159,383

3,672,485

2,152,000

5,020,504

319,444

7,491,948

49.23

Kepulauan Bangka Belitung

162,900

412,601

24,937

600,438

148,400

366,801

22,494

537,695

311,300

779,402

47,431

1,138,133

46.03

10

Kepulauan Riau

233,499

486,900

17,360

737,759

233,700

525,907

17,932

777,539

467,199

1,012,807

35,292

1,515,298

49.61

11

DKI Jakarta

1,106,500

3,264,701

148,874

4,520,075

1,085,800

3,454,499

162,635

4,702,934

2,192,300

6,719,200

311,509

9,223,009

37.26

12

Jawa Barat

5,797,601

14,158,499

970,588

20,926,688

5,591,400

13,969,299

1,014,178

20,574,877

11,389,001

28,127,798

1,984,766

41,501,565

47.55

13

Jawa Tengah

4,205,502

11,083,400

1,028,022

16,316,924

4,018,402

11,221,203

1,308,041

16,547,646

8,223,904

22,304,603

2,336,063

32,864,570

47.34

14

DI Yogyakarta

325,800

1,292,501

141,585

1,759,886

308,601

1,251,503

181,883

1,741,987

634,401

2,544,004

323,468

3,501,873

37.65

15

Jawa Timur

4,062,801

13,260,100

1,169,079

18,491,980

3,876,301

13,397,498

1,520,467

18,794,266

7,939,102

26,657,598

2,689,546

37,286,246

39.87

16

Banten

1,508,501

3,273,901

156,654

4,939,056

1,459,301

3,219,000

165,424

4,843,725

2,967,802

6,492,901

322,078

9,782,781

50.67

17

Bali

423,801

1,260,301

108,251

1,792,353

403002

1,229,300

126,357

1,758,659

826,803

2,489,601

234,608

3,551,012

42.63

18

Nusa Tenggara Barat

693,201

1,347,901

78,988

2,120,090

692,002

1,527,205

94,723

2,313,930

1,385,203

2,875,106

173,711

4,434,020

54.22

19

Nusa Tenggara Timur

772,400

1,425,504

101,041

2,298,945

735,301

1,471,799

113,616

2,320,716

1,507,701

2,897,303

214,657

4,619,661

59.45

20

Kalimantan Barat

672,200

1,433,402

75,952

2,181,554

657,200

1,405,199

75,189

2,137,588

1,329,400

2,838,601

151,141

4,319,142

52.16

21

Kalimantan Tengah

318,498

738,001

31,118

1,087,617

299,499

669,801

28,899

998,199

617,997

1,407,802

60,017

2,085,816

48.16

22

Kalimantan Selatan

489,501

1,203,203

60,445

1,753,149

468,999

1,197,902

76,082

1,742,983

958,500

2,401,105

136,527

3,496,132

45.61

23

Kalimantan Timur

462,000

1,149,702

42,566

1,654,268

442,802

1,028,298

39,431

1,510,531

904,802

2,178,000

81,997

3,164,799

45.31

24

Sulawesi Utara

275,200

801,202

58,800

1,135,202

262,503

760,801

70,357

1,093,661

537,703

1,562,003

129,157

2,228,863

42.69

25

Sulawesi Tengah

370,299

848,104

44,292

1,262,695

359,600

815,599

42,373

1,217,572

729,899

1,663,703

86,665

2,480,267

49.08

26

Sulawesi Selatan

1,138,101

2,507,806

168,270

3,814,177

1,122,201

2,748,100

224,049

4,094,350

2,260,302

5,255,906

392,319

7,908,527

50.47

27

Sulawesi Tenggara

352,199

660,700

32,611

1,045,510

352,301

683,998

36,489

1,072,788

704,500

1,344,698

69,100

2,118,298

57.53

28

Gorontalo

146,299

333,603

17,682

497,584

137,602

327,701

21,069

486,372

283,901

661,304

38,751

983,956

48.79

29

Sulawesi Barat

156,699

350,201

23,118

530,018

141,801

348,302

27,622

517,725

298,500

698,503

50,740

1,047,743

50.00

30

Maluku

220,400

432,301

25,795

678,496

210,600

422,600

27,806

661,006

431,000

854,901

53,601

1,339,502

56.69

31

Maluku Utara

162,003

317,298

14,114

493,415

156,799

308,503

16,277

481,579

318,802

625,801

30,391

974,994

55.80

32

Papua Barat

118,799

264,098

7,092

389,989

112,400

237,201

4,267

353,868

231,199

501,299

11,359

743,857

48.39

33

Papua

Indonesia

331,799

734,500

20,901

1,087,200

316,401

679,600

14,281

1,010,282

648,200

1,414,100

35,182

2,097,482

48.33

31,810,108

78,576,139

5,431,698

115,817,945

30,563,619

78,572,825

6,415,203

115,551,647

62,373,727

157,148,964

11,846,901

231,369,592

47.23

Sumber: Badan Pusat Statistik: Estimasi Penduduk Sasaran Program Kesehatan, dari "Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2007 - 2011", Kemenkes RI, 2009.

Lampiran 2.6

JUMLAH DAN PERSENTASE DAERAH TERTINGGAL


MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 - 2010
2006
No

Provinsi

(1)

(2)

Jumlah
Kab/Kota

Kabupaten
Tertinggal

2007

2008

(%)

Jumlah
Kab/Kota

Kabupaten
Tertinggal

(%)

Jumlah
Kab/Kota

Kabupaten
Tertinggal

(8)

2009

2010

(%)

Jumlah
Kab/Kota

Kabupaten
Tertinggal

(11)

(12)

(13)

(%)
(14)

Jumlah Kabupaten
Kab/Kota Tertinggal
(15)

(16)

(%)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(9)

(10)

Aceh

21

16

76.19

23

16

69.57

23

16

69.57

23

16

69.57

23

12

(17)

52.17

Sumatera Utara

25

24.00

28

21.43

33

18.18

33

18.18

33

18.18

Sumatera Barat

19

47.37

19

47.37

19

47.37

19

47.37

19

42.11

Riau

11

18.18

11

18.18

11

18.18

12

16.67

12

0.00

Jambi

10

20.00

10

20.00

11

18.18

11

18.18

11

0.00

Sumatera Selatan

14

42.86

15

40.00

15

40.00

15

40.00

15

46.67

Bengkulu

88.89

88.89

10

80.00

10

80.00

10

60.00

Lampung

10

50.00

11

45.45

14

35.71

14

35.71

14

28.57

Kepulauan Bangka Belitung

42.86

42.86

42.86

42.86

14.29

10

Kepulauan Riau

16.67

16.67

14.29

14.29

28.57

11

DKI Jakarta

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

12

Jawa Barat

25

8.00

26

7.69

26

7.69

26

7.69

26

7.69

13

Jawa Tengah

35

8.57

35

8.57

35

8.57

35

8.57

35

0.00

14

DI Yogyakarta

40.00

40.00

40.00

40.00

0.00

15

Jawa Timur

38

21.05

38

21.05

38

21.05

38

21.05

38

13.16

16

Banten

33.33

28.57

25.00

25.00

25.00

17

Bali

11.11

11.11

11.11

11.11

0.00

18

Nusa Tenggara Barat

77.78

66.67

10

60.00

10

70.00

10

80.00

19

Nusa Tenggara Timur

16

15

93.75

20

15

75.00

21

15

71.43

21

15

71.43

21

20

95.24

20

Kalimantan Barat

12

75.00

14

10

71.43

14

10

71.43

14

64.29

14

10

71.43

21

Kalimantan Tengah

14

50.00

14

50.00

14

50.00

14

50.00

14

7.14

22

Kalimantan Selatan

13

0.00

13

15.38

13

15.38

13

15.38

13

15.38

23

Kalimantan Timur

13

38.46

14

21.43

14

21.43

14

21.43

14

21.43

24

Sulawesi Utara

22.22

13

15.38

15

13.33

15

13.33

15

20.00

25

Sulawesi Tengah

10

90.00

10

90.00

11

81.82

11

81.82

11

10

90.91

26

Sulawesi Selatan

23

13

56.52

23

13

56.52

24

13

54.17

24

13

54.17

24

16.67

27

Sulawesi Tenggara

10

80.00

12

66.67

12

66.67

12

66.67

12

75.00

28

Gorontalo

80.00

66.67

66.67

66.67

50.00

29

Sulawesi Barat

100.00

100.00

100.00

5 100.00

100.00

30

Maluku

87.50

77.78

11

63.64

11

63.64

11

72.73

31

Maluku Utara

75.00

75.00

66.67

66.67

77.78

32

Papua Barat

77.78

77.78

10

70.00

11

63.64

11

72.73

33

Papua

Indonesia

20

19

95.00

21

19

90.48

29

19

65.52

29

19

65.52

29

27

93.10

440

199

45.23

465

199

42.80

495

199

40.20

497

199

40.04

497

183

36.82

Sumber: Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, 2010

Lampiran 2.7

GARIS KEMISKINAN MENURUT PROVINSI DAN DAERAH (MARET 2009)


No

Provinsi

(1)

(2)

Garis Kemiskinan (Rupiah/Kapita/Bulan)


Perkotaan

Perdesaan

(3)

(4)

Perkotaan + Perdesaan
(5)

Aceh

292,428

249,546

261,898

Sumatera Utara

234,712

189,306

210,241

Sumatera Barat

248,525

201,257

217,469

Riau

265,707

226,945

246,481

Jambi

244,516

178,107

199,623

Sumatera Selatan

247,661

190,109

212,381

Bengkulu

242,735

192,351

210,084

Lampung

224,168

175,734

188,812

Kepulauan Bangka Belitung

272,809

261,378

266,843

10

Kepulauan Riau

308,210

256,742

11

DKI Jakarta

316,936

283,965
316,936

12

Jawa Barat

203,751

175,193

191,985

13

Jawa Tengah

196,478

169,312

182,515

14

DI Yogyakarta

228,236

182,706

211,978

15

Jawa Timur

202,624

174,628

188,317

16

Banten

212,310

178,238

198,750

17

Bali

211,461

176,003

196,466

18

Nusa Tenggara Barat

213,450

164,526

185,025

19

Nusa Tenggara Timur

218,796

142,478

156,191

20

Kalimantan Barat

194,881

166,815

174,617

21

Kalimantan Tengah

209,317

199,157

202,612

22

Kalimantan Selatan

216,538

181,059

195,787
261,185

23

Kalimantan Timur

283,472

224,506

24

Sulawesi Utara

193,251

178,271

184,772

25

Sulawesi Tengah

217,529

182,241

189,653

26

Sulawesi Selatan

177,872

142,241

153,715

27

Sulawesi Tenggara

175,070

157,554

161,583

28

Gorontalo

173,850

156,873

162,189

29

Sulawesi Barat

175,901

156,866

163,224

30

Maluku

230,913

199,596

207,771

31

Maluku Utara

226,732

190,838

201,500

32

Papua Barat

304,730

269,354

277,416

33

Papua

285,158

234,727

222,123

179,835

246,225
200,262

Indonesia
Sumber: Berita Resmi Statistik No. 45/07/Th.XIII, 1 Juli 2010

Lampiran 2.8

JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MENURUT PROVINSI DAN DAERAH 2008 - 2010)
Maret Tahun 2008
No

Provinsi

(1)

(2)

Perkotaan
Jumlah (ribu)
(3)

Jumlah (ribu)
(5)

(4)

Maret Tahun 2010

Maret Tahun 2009


Perkotaan +
Perdesaan

Perdesaan
%

Jumlah (ribu)
(7)

(6)

Perkotaan

Jumlah (ribu)
(9)

(8)

Perkotaan +
Perdesaan

Perdesaan
%

Jumlah (ribu)
(11)

(10)

Jumlah (ribu)
(13)

(12)

Perkotaan

Jumlah (ribu)
(15)

(14)

Perkotaan +
Perdesaan

Perdesaan
%

Jumlah (ribu)
(17)

(16)

Jumlah (ribu)
(19)

(18)

%
(20)

Aceh

195.80

16.7

763.90

26.3

959.7

23.5

182.10

15.4

710.68

24.4

892.8

21.8

173.37

14.7

688.48

23.5

861.85

21.0

Sumatera Utara

761.70

12.9

852.10

12.3

1,613.8

12.6

688.04

11.5

811.64

11.6

1,499.7

11.5

689.00

11.3

801.89

11.3

1,490.89

11.3

Sumatera Barat

127.30

8.3

349.90

11.9

477.2

10.7

115.78

7.5

313.48

10.0

429.3

9.5

106.18

6.8

323.84

10.9

430.02

9.5

Riau

245.10

9.1

321.60

12.2

566.7

10.6

225.60

8.0

301.89

10.9

527.5

9.5

208.92

7.2

291.34

10.2

500.26

8.7

Jambi

120.10

13.3

140.20

7.4

260.3

9.3

117.29

12.7

132.41

6.9

249.7

8.8

110.82

11.8

130.79

6.7

241.61

8.3

Sumatera Selatan

514.70

18.9

734.90

17.0

1,249.6

17.7

470.03

16.9

697.85

15.9

1,167.9

16.3

471.22

16.7

654.50

14.7

1,125.72

15.5

Bengkulu

131.80

22.0

220.20

19.9

352.0

20.6

117.60

19.2

206.53

18.3

Lampung

365.60

17.9

1,226.00

22.1

1,591.6

21.0

349.31

16.8

1,208.97

21.5

324.1
1558.28

18.6

117.21

18.8

207.72

18.1

324.93

18.3

20.2

301.73

14.3

1,178.20

20.7

1,479.93

18.9

Kepulauan Bangka Belitung

36.50

7.6

50.20

9.5

86.7

8.6

28.78

5.9

47.85

8.9

76.6

7.5

21.85

4.4

45.90

8.5

67.75

6.5

10

Kepulauan Riau

69.20

8.8

67.10

9.6

136.4

9.2

62.58

7.6

65.63

9.0

128.2

8.3

67.08

7.9

62.59

8.2

129.67

8.1

11

DKI Jakarta

379.60

4.3

379.6

4.3

323.17

3.6

323.17

3.6

312.18

3.5

312.18

3.5

12

Jawa Barat

2,617.40

10.9

2,705.00

16.1

5,322.4

13.0

2,531.37

10.3

2,452.20

14.3

4,983.6

12.0

2,350.53

9.4

2,423.19

13.9

4,773.72

11.3

2,556.50

16.3

3,633.10

22.0

6,189.6

19.2

2,420.94

15.4

3,304.75

19.9

5,725.7

17.7

2,258.94

14.3

3,110.22

18.7

5,369.16

16.6

324.20

15.0

292.10

24.3

616.3

18.3

311.47

14.3

274.31

22.6

585.8

17.2

308.36

14.0

268.94

22.0

577.30

16.8

2,310.60

13.2

4,340.60

23.6

6,651.3

18.5

2,148.51

12.2

3,874.07

21.0

6,022.6

16.7

1,873.55

10.6

3,655.76

19.7

5,529.31

15.3

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

16

Banten

371.00

6.2

445.70

11.2

816.7

8.2

348.74

5.6

439.33

10.7

788.1

7.6

318.29

5.0

439.87

10.4

758.16

7.2

17

Bali

115.10

5.7

100.70

6.8

215.7

6.2

92.06

4.5

89.66

6.0

181.7

5.1

83.62

4.0

91.31

6.0

174.93

4.9

18

Nusa Tenggara Barat

560.40

29.5

520.20

19.7

1,080.6

23.8

557.54

28.8

493.41

18.4

1,051.0

22.8

552.62

28.2

456.74

16.8

1,009.36

21.6

19

Nusa Tenggara Timur

119.30

15.5

979.10

27.9

1,098.3

25.7

109.41

14.0

903.74

25.4

1,013.2

23.3

107.38

13.6

906.71

25.1

1,014.09

23.0

20

Kalimantan Barat

127.50

10.0

381.30

11.5

508.8

11.1

93.98

7.2

340.79

10.1

434.8

9.3

83.43

6.3

345.32

10.1

428.75

9.0

21

Kalimantan Tengah

45.30

5.8

154.60

10.2

200.0

8.7

35.78

4.5

130.08

8.3

165.9

7.0

33.23

4.0

130.99

8.2

164.22

6.8

22

Kalimantan Selatan

23

Kalimantan Timur

81.10

5.8

137.80

7.0

218.9

6.5

68.76

4.8

107.21

5.3

176.0

5.1

65.76

4.5

116.20

5.7

181.96

5.2

110.40

5.9

176.10

15.5

286.4

9.5

77.06

4.0

162.16

13.9

239.2

7.7

79.24

4.0

163.76

13.7

243.00

7.7

24

Sulawesi Utara

72.70

7.6

150.90

12.0

223.5

10.1

79.25

8.1

140.31

11.1

219.6

9.8

76.38

7.8

130.35

10.1

206.73

9.1

25

Sulawesi Tengah

60.90

11.5

463.80

23.2

524.7

20.8

54.67

10.1

435.17

21.4

489.8

19.0

54.22

9.8

420.77

20.3

474.99

18.1

26

Sulawesi Selatan

150.80

6.1

880.90

16.8

1,031.7

13.3

124.50

4.9

839.06

15.8

963.6

12.3

119.18

4.7

794.25

14.9

913.43

11.6

27

Sulawesi Tenggara

27.20

5.3

408.70

23.8

435.9

19.5

26.19

5.0

408.15

23.1

434.3

18.9

22.18

4.1

378.52

20.9

400.70

17.1

28

Gorontalo

27.50

9.9

194.10

31.7

221.6

24.9

22.19

7.9

202.43

32.8

224.6

25.0

17.84

6.3

192.05

30.9

209.89

23.2

29

Sulawesi Barat

48.30

14.1

122.80

18.0

171.1

16.7

43.51

12.6

114.72

16.7

158.2

15.3

33.73

9.7

107.61

15.5

141.34

13.6

30

Maluku

44.70

13.0

346.70

35.6

391.3

29.7

38.77

11.0

341.24

34.3

380.0

28.2

36.35

10.2

342.28

33.9

378.63

27.7

31

Maluku Utara

9.00

3.3

96.00

14.7

105.1

11.3

8.72

3.1

89.27

13.4

98.0

10.4

7.64

2.7

83.44

12.3

91.08

9.4

32

Papua Barat

9.50

5.9

237.00

43.7

246.5

35.1

8.55

5.2

248.29

44.7

256.8

35.7

9.59

5.7

246.66

43.5

256.25

34.9

33

Papua
Indonesia

31.60

7.0

701.50

46.0

733.1

37.1

28.19

6.1

732.16

46.8

760.4

37.5

26.18

5.6

735.44

46.0

761.62

36.8

12,768.50

11.7

22,194.80

18.9

34,963.3

15.4

11,910.53

10.7

20,619.44

17.4

32,530.0

14.2

11,097.77

9.9

19,925.62

16.6

31,023.39

13.3

Sumber: Berita Resmi Statistik No. 45/07/Th.XIII, 1 Juli 2010

Lampiran 2.9

ANGKA MELEK HURUF PENDUDUK BERUSIA 15 TAHUN KE ATAS


MENURUT PROVINSI DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2008-2009
No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

2008

2009

Laki-laki

Perempuan

Laki + Perempuan

Laki-laki

Perempuan

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

97,71
98,68
97,99
99,00
97,89
98,36
96,98
96,63
97,32
97,57
99,56
97,70
93,82
94,46
92,35
97,54
92,80
87,29
89,78
93,32
98,30
97,54
97,82
99,39
97,34
89,23
94,69
95,86
90,28
98,37
97,61
93,97
77,97
95,38

Sumber : Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia, BPS, 2010

94,28
95,46
95,45
96,50
92,69
95,73
92,18
90,43
93,24
94,18
97,96
93,37
84,89
84,64
82,64
92,88
81,20
73,47
85,68
83,55
96,19
92,70
94,77
98,90
93,96
84,15
87,89
95,17
84,55
96,28
93,24
90,17
66,61
89,10

95,94
97,04
96,66
97,76
95,31
97,05
94,60
93,63
95,34
95,81
98,74
95,53
89,24
89,45
87,31
95,21
86,94
79,85
87,66
88,52
97,27
95,08
96,36
99,15
95,68
86,53
91,25
95,51
87,31
97,31
95,44
92,15
72,47
92,19

97,95
98,61
98,24
98,95
98,09
98,41
97,46
97,27
97,65
98,68
99,59
97,76
94,02
95,26
92,96
97,74
92,92
87,07
90,24
94,13
98,50
97,49
98,19
99,43
97,04
90,29
94,97
95,66
90,87
98,26
97,62
95,57
75,52
95,65

Laki + Perempuan
(8)

94,99
95,79
95,50
97,25
92,97
96,04
92,35
91,41
93,16
93,38
98,34
94,25
85,26
85,53
83,09
94,14
81,80
74,56
85,85
85,35
96,29
93,45
95,51
99,02
94,50
84,19
88,28
95,77
84,41
96,63
93,88
90,13
64,89
89,68

96,36
97,15
96,81
98,11
95,51
97,21
94,90
94,37
95,41
96,08
98,94
95,98
89,46
90,18
87,80
95,95
87,22
80,18
87,96
89,70
97,39
95,41
96,89
99,22
95,78
87,02
91,51
95,71
87,59
97,42
95,74
92,94
70,29
92,58

Lampiran 2.10

RATA-RATA LAMA SEKOLAH (TAHUN) MENURUT PROVINSI DAN JENIS KELAMIN


TAHUN 2008-2009

No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Laki-laki

2008
Perempuan

Laki-laki+Perempuan

Laki-laki

2009
Perempuan

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

8,6
8,9
8,4
8,8
8,1
7,9
8,2
7,5
7,7
8,4
10,7
7,9
7,3
9,3
7,5
8,2
8,6
7,2
6,8
7,0
8,0
7,8
9,1
8,8
8,0
7,6
8,3
6,8
7,4
8,8
8,2
8,2
7,0
8,0

Sumber : Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia, BPS, 2010

7,9
8,1
8,1
8,2
7,2
7,2
7,5
6,8
7,0
7,9
9,7
7,0
6,4
8,1
6,4
7,2
7,0
6,0
6,1
6,1
7,4
7,0
8,2
8,7
7,6
7,0
7,2
7,0
6,6
8,2
7,5
7,1
5,6
7,1

8,3
8,5
8,3
8,5
7,6
7,6
7,8
7,2
7,4
8,1
10,2
7,5
6,9
8,7
7.0
7,7
7,8
6,5
6,4
6,6
7,7
7,4
8,7
8,7
7,8
7,3
7,7
6,9
7,0
8,5
7,9
7,7
6,3
7,5

9,0
9,0
8,6
8,8
8,1
8,0
8,6
7,9
7,7
8,4
10,8
8,2
7,6
9,5
7,8
8,6
8,6
7,3
6,9
7,1
8,2
8,0
9,1
8,8
8,1
7,8
8,4
7,0
7,3
8,8
8,7
8,6
7,0
8,2

Laki-laki+Perempuan
(8)

8,3
8,3
8,3
8,3
7,2
7,3
7,8
7,5
7,1
7,8
9,8
7,3
6,6
8,2
6,6
7,5
7,1
6,0
6,4
6,1
7,5
7,1
8,3
8,7
7,7
7,1
7,5
7,4
6,8
8,3
7,7
7,7
5,7
7,3

8,6
8,6
8,5
8,6
7,7
7,7
8,2
7,7
7,4
8,1
10,3
7,7
7,1
8,8
7,2
8,0
7,8
6,6
6,6
6,6
7,8
7,5
8,7
8,8
7,9
7,4
7,9
7,2
7,1
8,6
8,2
8,2
6,4
7,7

Lampiran 2.11

ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH*) MENURUT PROVINSI DAN USIA SEKOLAH (%)


TAHUN 2008-2009

No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

7-12 thn

2008
13-15 thn

16-18 thn

7-12 thn

2009
13-15 thn

16-18 thn

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

99,03
98,66
98,07
98,36
97,59
97,88
98,38
98,26
96,76
98,31
98,82
98,24
98,83
99,62
98,63
97,75
98,45
97,25
93,72
97,08
98,45
97,48
98,35
97,87
97,16
95,71
97,66
94,23
94,53
97,52
96,80
93,38
83,38
97,88

Sumber : Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia, BPS, 2010


Catatan : *) Termasuk Paket A, Paket B dan Paket C

94,15
91,10
88,70
91,83
84,78
84,55
87,42
85,10
79,71
91,10
90,53
81,00
84,27
92,91
86,54
81,28
88,07
85,57
77,76
84,50
86,42
79,68
90,78
88,46
81,13
78,99
85,62
77,68
75,75
91,20
89,20
88,55
78,22
84,89

72,73
65,87
65,73
64,11
55,72
54,27
58,64
50,69
47,31
64,62
61,86
47,58
53,36
72,46
58,14
50,35
63,36
57,22
49,67
50,73
53,64
50,30
64,71
56,84
50,75
52,29
59,17
50,17
45,68
71,95
63,39
58,15
54,13
55,50

99,07
98,70
98,02
98,55
98,11
97,80
98,53
98,53
96,90
98,95
99,06
98,22
98,80
99,65
98,57
97,85
98,52
98,12
95,99
96,94
98,50
97,59
98,42
97,82
97,22
96,53
97,69
96,55
95,71
97,87
96,85
93,35
76,09
97,95

94,31
91,43
88,79
91,58
85,10
84,65
87,47
85,92
79,98
91,26
90,75
81,85
84,59
93,42
88,00
80,86
88,43
85,81
79,28
83,92
86,64
79,83
91,55
88,40
83,41
80,96
87,20
80,94
77,09
91,98
90,02
88,59
73,68
85,47

72,74
66,34
65,25
63,92
55,13
54,12
58,80
50,44
46,70
64,62
61,53
47,06
52,84
72,26
58,44
49,96
64,59
56,92
47,95
49,83
53,65
49,43
64,07
56,56
49,30
51,67
59,19
48,77
43,58
72,28
63,38
57,95
47,51
55,16

Lampiran 2.12

PERSENTASE KELUARGA MENURUT JENIS SARANA AIR BERSIH YANG DIGUNAKAN


MENURUT PROVINSI TAHUN 2009
Jenis Sarana Air Bersih yang Digunakan
No

Provinsi

(1)

(2)

Jumlah
Keluarga
yang Ada
(3)

Jumlah
Keluarga
Diperiksa
(4)

% Keluarga
Diperiksa
(5)

Ledeng

Sumur Pompa Tangan

Sumur Gali

Penampungan Air Hujan

Air Kemasan

Lainnya

Total Sarana Air Bersih

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

1 Aceh

1,091,932

611,458

56.00

120,321

17.46

25,432

3.69

462,619

67.11

22,312

3.24

23,348

3.39

35,281

5.12

689,313

100.00

2 Sumatera Utara

3,031,974

1,628,649

53.72

601,752

38.88

98,061

6.34

556,718

35.97

85,425

5.52

9,608

0.62

196,073

12.67

1,547,637

100.00

3 Sumatera Barat

1,029,042

276,128

26.83

473,332

57.43

62,257

7.55

232,842

28.25

20,531

2.49

713,639

360,250

50.48

40,103

13.77

6,171

2.12

196,749

67.54

24,144

8.29

1,725

0.59

4 Riau
5 Jambi

35,167

4.27

824,129

100.00

22,432

7.70

291,324

100.00
100.00

734,563

256,710

34.95

61,289

16.82

4,057

1.11

235,354

64.59

52,775

14.48

5,270

1.45

5,637

1.55

364,382

1,824,070

1,376,632

75.47

224,680

24.03

28,336

3.03

564,093

60.32

88,477

9.46

4,266

0.46

25,338

2.71

935,190

100.00

7 Bengkulu

436,721

284,340

65.11

40,820

16.84

1,338

0.55

173,833

71.72

5,079

2.10

461

0.19

20,862

8.61

242,393

100.00

8 Lampung

1,952,369

1,225,508

62.77

101,383

8.27

64,731

5.28

746,734

60.93

32,691

2.67

745

0.06

279,232

22.78

1,225,516

100.00

341,069

98,196

28.79

6,428

7.12

1,250

1.38

73,315

81.21

324

0.36

0.01

8,953

9.92

90,279

100.00

576,539

281,468

48.82

209,649

68.42

1,397

0.46

53,231

17.37

20,899

6.82

1,351

0.44

19,866

6.48

306,393

100.00

6 Sumatera Selatan

9 Kepulauan Bangka Belitung


10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta

2,292,281

281,813

12.29

475,904

60.33

253,083

32.08

12,319

1.56

137

0.02

737

0.09

46,672

5.92

788,852

100.00

12 Jawa Barat

11,316,592

4,489,302

39.67

984,105

19.20

1,137,911

22.20

2,035,401

39.70

11,775

0.23

34,000

0.66

923,417

18.01

5,126,609

100.00

7,884,443

2,868,134

36.38

670,671

19.07

276,589

7.86

2,200,484

62.55

20,220

0.57

7,626

0.22

342,167

9.73

3,517,757

100.00

887,949

535,621

60.32

97,393

16.71

6,191

1.06

343,030

58.85

115,253

19.77

27

0.00

21,029

3.61

582,923

100.00

10,636,100

4,237,523

39.84

1,419,905

24.25

543,793

9.29

2,939,812

50.22

100,430

1.72

491,402

8.39

358,943

6.13

5,854,285

100.00

1,803,819

958,531

53.14

122,764

15.47

191,611

24.14

159,761

20.13

3,748

0.47

11,651

1.47

304,155

38.32

793,690

100.00

886,607

432,660

48.80

522,016

66.96

10,090

1.29

172,677

22.15

37,205

4.77

1,533

0.20

36,019

4.62

779,540

100.00

1,264,172

1,033,705

81.77

247,878

30.54

13,766

1.70

497,273

61.27

325

0.04

16,217

2.00

36,215

4.46

811,674

100.00

13 Jawa Tengah
14 DI Yogyakarta
15 Jawa Timur
16 Banten
17 Bali
18 Nusa Tenggara Barat
19 Nusa Tenggara Timur
20 Kalimantan Barat

867,563

290,984

33.54

195,261

44.77

10,589

2.43

166,989

38.28

19,060

4.37

499

0.11

43,783

10.04

436,181

100.00

1,019,476

375,515

36.83

102,125

22.78

3,437

0.77

73,627

16.42

185,883

41.46

2,216

0.49

81,101

18.09

448,390

100.00
100.00

21 Kalimantan Tengah

246,541

41,570

16.86

29,367

31.17

28,819

30.59

22,772

24.17

2,688

2.85

983

1.04

9,578

10.17

94,207

22 Kalimantan Selatan

1,408,017

1,166,780

82.87

196,791

45.38

28,869

6.66

168,625

38.89

9,208

2.12

207

0.05

29,931

6.90

433,631

100.00

607,792

328,518

54.05

358,503

52.27

26,424

3.85

127,501

18.59

86,877

12.67

30,452

4.44

56,142

8.19

685,899

100.00

23 Kalimantan Timur
24 Sulawesi Utara

582,511

340,347

58.43

134,201

49.32

8,351

3.07

87,895

32.30

3,150

1.16

13,532

4.97

24,995

9.19

272,124

100.00

25 Sulawesi Tengah

457,201

249,539

54.58

96,408

26.12

90,613

24.55

153,825

41.68

1,199

0.32

1,596

0.43

25,395

6.88

369,036

100.00

26 Sulawesi Selatan

1,973,945

1,312,994

66.52

279,932

23.63

37,892

3.20

607,618

51.30

10,827

0.91

7,841

0.66

240,312

20.29

1,184,421

100.00

27 Sulawesi Tenggara

520,075

322,474

62.01

88,320

43.81

5,667

2.81

79,787

39.58

23,044

11.43

27

0.01

4,737

2.35

201,582

100.00

28 Gorontalo

267,194

201,180

75.29

11,117

13.40

1,728

2.08

66,631

80.31

292

0.35

141

0.17

3,054

3.68

82,963

100.00

29 Sulawesi Barat

248,427

232,993

93.79

32,457

18.69

3,773

2.17

61,632

35.49

279

0.16

5,041

2.90

70,490

40.59

173,672

100.00

41,536

30 Maluku

419,166

201,772

48.14

61,219

46.65

9,239

7.04

31 Maluku Utara

167,198

97,876

58.54

31,542

42.65

462

0.62

32 Papua Barat

180,910

57,423

31.74

11,269

23.11

611

1.25

133,868
57,803,765

50,709
26,507,302

37.88
45.86

814
8,049,719

5.27

800
2,983,338

5.18

33 Papua
Indonesia
Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Tahun 2009

27.36

10.14

31.65

5,429

4.14

36

0.03

13,765

10.49

131,224

100.00

37.95

13,610

18.40

0.01

271

0.37

73,953

100.00

13,614

27.91

17,311

35.49

1,090

2.23

4,877

10.00

48,772

100.00

5,811
13,362,171

37.63

6,824
1,027,431

44.19

1,125
674,767

7.29

67
3,325,956

0.43

15,441

100.00

11.30

29,423,382

100.00

28,063

45.41

3.49

2.29

Lampiran 2.13

PROPORSI PENDUDUK DENGAN AKSES TERHADAP AIR MINUM


YANG AMAN MENURUT PROVINSI DAN WILAYAH TAHUN 2009
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

Perkotaan

(2)

(3)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen P2PL, Depkes RI

Perdesaan

Perkotaan + Perdesaan

(4)

34.19
62.45
58.14
35.83
63.59
59.66
43.15
37.71
34.31
36.22
34.81
41.04
61.54
57.61
54.06
27.54
51.63
49.76
76.97
76.28
53.03
76.64
65.10
43.79
49.01
63.38
71.13
61.47
65.01
74.72
66.56
55.20
53.56
49.82

(5)

29.20
41.33
40.53
39.46
45.44
41.91
27.60
41.20
39.18
39.46
39.77
55.28
65.85
57.25
27.35
71.42
41.51
39.00
45.71
28.56
34.79
40.54
45.03
43.13
43.74
55.50
37.18
32.28
48.59
34.16
45.12
30.29
45.72

30.60
51.04
46.62
40.96
51.19
48.53
33.02
40.29
36.84
37.74
34.81
40.51
58.30
60.38
55.70
27.47
59.99
44.96
45.45
54.02
36.89
51.97
55.71
44.49
44.36
50.13
59.12
44.85
42.92
55.50
43.75
48.08
35.44
47.71

Lampiran 2.14

PERSENTASE KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR


MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

Jumlah
KK
Diperiksa

Jumlah
KK
Memiliki

Jumlah
Sehat

% KK
Memiliki

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

66.59

25.23

462,860

173,173

47,139

37.41

27.22

541,010

265,133

85,460

2 Sumatera Utara

3,031,974

1,643,604

1,262,023

961,862

76.78

76.22

1,496,503

998,265

795,517

66.71

79.69

1,480,001

1,084,168

794,246

3 Sumatera Barat

1,028,608

251,717

177,007

232,390

163,980

242,276

172,965

4 Riau

713,639

310,462

340,387

250,452

109.64

73.58

295,951

270,327

237,863

91.34

87.99

293,551

224,935

179,102

76.63

79.62

5 Jambi

734,563

216,300

319,010

127,408

147.48

39.94

206,967

219,146

89,937

105.88

41.04

218,213

216,416

83,825

99.18

99.18

6 Sumatera Selatan

70.32

70.56

% Sehat

% Sehat

(8)

104,044

% KK
Memiliki

(7)

412,316

(3)

% Sehat

(6)

619,203

(2)

% KK
Memiliki

(5)

1,113,858

(1)

Jumlah KK

Jumlah
Sehat

(4)

1 Aceh

Provinsi

Jumlah
KK
Memiliki

Jumlah
Sehat

Pengelolaan Air Limbah

Jumlah
KK
Memiliki

Tempat Sampah
Jumlah
KK
Diperiksa

Jumlah
KK
Diperiksa

Jamban
No

(18)

49.01

32.23

73.25

73.26

71.39

1,824,070

929,508

1,028,243

514,475

110.62

28.20

41,575

71,490

32,786

171.95

45.86

665,778

753,539

376,855

113.18

50.01

7 Bengkulu

436,721

310,050

200,397

128,644

64.63

41.49

282,188

111,202

69,272

25.46

24.55

291,678

173,561

99,291

59.50

57.21

8 Lampung

1,952,369

1,151,247

669,598

471,594

58.16

70.43

880,429

622,012

414,417

70.65

66.63

1,011,625

624,315

566,339

61.71

90.71

341,069

110,449

106,746

71,869

96.65

67.33

91,999

73,323

35,836

79.70

48.87

109,141

80,520

45,231

73.78

56.17

163.73

30.67

9 Kepulauan Bangka Belitung


10 Kepulauan Riau

576,539

125,000

154,004

70,203

123.20

45.59

53,986

61,157

24,618

113.28

40.25

65,032

106,475

32,656

11 DKI Jakarta

2,292,281

406,190

500,398

189,321

123.19

37.83

335,001

760,195

101,995

226.92

13.42

195,837

699,569

100,675

12 Jawa Barat

14.39 357.22

11,316,592

4,485,368

4,258,234

2,186,643

94.94

51.35

4,471,552

3,474,853

1,571,722

77.71

45.23

3,976,164

3,441,345

2,191,430

63.68

86.55

13 Jawa Tengah

7,884,443

2,734,940

1,746,904

1,278,237

63.87

73.17

2,632,014

1,693,317

1,143,067

64.34

67.50

2,240,787

1,246,126

707,595

56.78

55.61

14 DI Yogyakarta

887,949

492,088

392,919

354,671

79.85

90.27

391,298

298,235

246,233

76.22

82.56

397,549

270,716

172,501

63.72

68.10

4,166,545

3,227,404

1,812,538

77.46

56.16

3,652,565

2,992,861

1,507,019

50.35

81.94
87.27

15 Jawa Timur
16 Banten

10,636,100

1,803,819

857,131

488,427

306,203

56.98

62.69

661,460

291,370

259,041

44.05

88.90

633,659

253,999

221,666

40.08

886,607

349,423

551,996

274,939

157.97

78.68

317,753

558,246

264,816

62.96

83.34

271,336

416,124

205,398

30.60

75.70

18 Nusa Tenggara Barat

1,264,172

753,203

372,910

240,383

49.51

64.46

659,680

260,891

205,583

39.55

78.80

939,598

349,676

197,206

74.33

37.22

19 Nusa Tenggara Timur

867,563

358,778

375,059

138,666

104.54

36.97

295,736

170,581

52,675

57.68

30.88

193,145

63,345

22,027

32.80

34.77

20 Kalimantan Barat

859,417

387,647

231,769

76,827

59.79

19.82

301,513

7,187

1,064

2.38

14.80

304,438

62,034

22,623

20.38

36.47

21 Kalimantan Tengah

246,541

42,461

31,023

12,510

73.06

40.32

29,668

14,549

8,393

49.04

57.69

27,122

8,164

6,183

75.73

30.10

22 Kalimantan Selatan

17 Bali

1,467,733

510,755

384,689

238,754

75.32

46.75

310,032

102,906

39,236

7.01

12.66

305,697

64,455

20,464

4.39

6.69

23 Kalimantan Timur

686,419

370,871

279,664

196,849

75.41

70.39

287,382

194,843

116,654

67.80

59.87

341,385

198,723

129,829

58.21

58.21

24 Sulawesi Utara

582,511

342,370

254,809

25 Sulawesi Tengah

457,201

278,913

205,791

131,997

26 Sulawesi Selatan

74.43

0.00

321,708

239,837

73.78

64.14

206,130

126,488

80,308

74.55

0.00

311,233

146,440

61.36

63.49

262,738

156,527

92,672

47.05

0.00

59.58

59.21

1,973,945

1,096,340

822,136

403,782

74.99

49.11

725,620

542,480

265,252

74.76

48.90

759,477

561,070

237,651

73.88

42.36

27 Sulawesi Tenggara

520,075

265,160

343,123

137,773

129.40

40.15

293,411

252,180

96,345

85.95

38.20

301,815

195,721

104,763

64.85

64.85

28 Gorontalo

267,194

202,885

51,504

18,654

25.39

36.22

106,259

30,831

18,860

29.01

61.17

98,814

40,688

16,654

41.18

41.18

29 Sulawesi Barat

248,427

118,912

92,119

46,898

77.47

50.91

81,514

66,981

27,885

82.17

41.63

79,304

58,852

29,428

74.21

74.21

30 Maluku

419,166

179,669

106,585

73,824

59.32

69.26

165,248

74,227

51,319

44.92

69.14

157,582

72,938

43,523

46.29

46.29

31 Maluku Utara

167,198

97,876

70,471

72.00

68.83

62,525

17,047

8,518

27.26

49.97

29,071

41.64

41.64

32 Papua Barat

180,910

56,050

28,060

15,400

50.06

54.88

43,691

15,697

9,733

35.93

62.01

37,646

14,005

5,806

37.20

41.46

120,309
57,789,982

45,640
20,100,210

28,847
16,287,167

4,221
9,075,607

63.21
81.0298

14.63
55.72

51,570
20,962,158

23,197
15,207,617

1,877
8,130,499

44.98
72.55

8.09
53.46

44,600
20,528,180

13,649
15,061,275

1,003
8,328,192

30.60
73.37

7.35
55.30

33 Papua
Indonesia
Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Tahun 2009

48,504

77,383

32,222

Lampiran 2.15

PROPORSI PENDUDUK DENGAN AKSES SANITASI DASAR YANG LAYAK


MENURUT PROVINSI DAN WILAYAH TAHUN 2009
No

Provinsi

Perkotaan

(2)

(3)

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen P2PL, Depkes RI

Perdesaan

Perkotaan + Perdesaan

(4)

73.03
72.88
65.73
75.60
63.53
73.10
59.16
57.60
77.04
75.43
80.37
62.12
67.20
84.99
69.51
77.03
85.72
49.51
35.43
81.23
56.13
64.31
75.69
78.84
70.41
85.38
78.87
73.17
66.59
70.50
85.50
56.05
54.03
69.51

(5)

29.96
34.09
25.19
29.96
30.48
22.71
21.55
31.71
45.51
12.24
0.00
38.47
41.76
56.26
33.63
30.10
62.60
32.86
10.80
24.77
10.11
25.05
30.69
51.89
34.49
44.18
35.98
30.31
35.13
27.27
25.39
22.89
12.45
33.96

42.03
51.92
39.21
52.75
40.93
41.48
34.66
38.43
60.66
45.78
42.03
52.17
54.06
75.35
51.07
58.82
75.95
39.83
14.98
40.12
25.78
41.16
58.48
63.59
42.02
57.58
45.91
43.84
45.35
38.69
43.18
32.63
21.65
51.19

Lampiran 2.16

PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT PROVINSI


TAHUN 2009

Rumah
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Tahun 2009

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Seluruhnya

Diperiksa

Diperiksa

Sehat

Sehat

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

690,509
2,747,062
894,328
687,315
744,559
1,467,106
375,675
1,578,509
257,240
479,343
1,098,427
11,316,592
6,102,744
766,580
9,142,216
1,582,107
838,257
1,112,835
705,888
948,210
516,024
741,959
775,879
494,251
522,883
1,580,103
468,884
196,479
116,634
266,296
122,648
110,204
68,236
49,515,982

380,635
1,420,549
354,613
280,048
222,603
1,074,657
303,722
623,160
100,268
128,569
344,484
4,025,048
2,281,263
223,959
3,195,782
887,941
292,055
523,836
347,031
311,963
116,275
509,181
313,487
341,059
337,577
702,463
294,361
155,666
65,534
150,611
98,437
44,717
30,706
20,482,260

55.12
51.71
39.65
40.75
29.90
73.25
80.85
39.48
38.98
26.82
31.36
35.57
37.38
29.22
34.96
56.12
34.84
47.07
49.16
32.90
22.53
68.63
40.40
69.01
64.56
44.46
62.78
79.23
56.19
56.56
80.26
40.58
45.00
41.36

204,194
1,035,950
224,436
228,257
161,351
716,796
187,521
332,475
58,123
71,267
313,937
2,406,349
1,518,102
148,978
2,063,378
500,866
227,368
324,307
175,402
170,526
62,741
270,590
230,000
242,345
208,185
431,903
178,608
97,787
23,075
88,371
63,329
23,291
13,390
13,003,198

53.65
72.93
63.29
81.51
72.48
66.70
61.74
53.35
57.97
55.43
91.13
59.78
66.55
66.52
64.57
56.41
77.85
61.91
50.54
54.66
53.96
53.14
73.37
71.06
61.67
61.48
60.68
62.82
35.21
58.67
64.33
52.09
43.61
63.49

Lampiran 2.17

PERSENTASE TEMPAT UMUM DAN PENGELOLAAN MAKANAN (TUPM) SEHAT MENURUT PROVINSI
TAHUN 2009

Jumlah yg
Ada

Jumlah
Diperiksa

Jumlah Sehat

% Sehat

% Sehat

Jumlah Sehat

Jumlah Sehat

Jumlah
Diperiksa

Jumlah
Diperiksa

Jumlah yg
Ada

Jumlah yg
Ada

% Sehat

(11)

(12)

(13)

(19)

(20)

(21)

(22)

61.83

760

697

97

13.92

9,055

6,608

3,983

60.28

10,936

8,236

4,946

60.05

2 Sumatera Utara

531

412

351

85.19

8,700

6,439

5,262

81.72

654

428

270

63.08

17,224

8,655

6,156

71.13

27,109

15,932

12,039

75.56

99

65

36

55.38

1,178

981

663

67.58

155

130

44

33.85

6,366

5,197

2,160

41.56

7,798

6,373

2,903

45.55

124

87

78

89.66

1,817

1,129

947

83.88

175

90

68

75.56

3,507

1,941

1,554

80.06

5,623

3,247

2,647

81.52

2,190

1,870

1,223

65.40

263

196

118

60.20

5,346

3,364

2,252

66.94

7,943

5,549

3,691

66.52

5,279

3,976

2,566

64.54

450

382

242

63.35

811

580

445

76.72

6,730

5,121

3,418

66.74

4 Riau

% Sehat

Jumlah Sehat

(10)

1,150

Jumlah
Diperiksa

(9)

1,860

Jumlah yg
Ada

(8)

2,239

% Sehat

(7)

86.21

3 Sumatera Barat

Jumlah Sehat

(6)

50

(2)

(5)

JUMLAH TUPM

58

(1)

(4)

TUPM Lainnya

149

Provinsi

(3)

Pasar

1 Aceh

No

Jumlah
Diperiksa

Restoran/R-Makan

Jumlah yg
Ada

Hotel

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

5 Jambi

144

119

98

82.35

6 Sumatera Selatan

190

183

165

90.16

7 Bengkulu

108

108

107

82.00

442

346

233

67.34

221

211

92

43.60

4,897

4,106

2,113

51.46

5,668

4,770

2,520

54.98

8 Lampung

133

102

86

84.31

1,975

1,282

925

72.15

572

367

187

50.95

2,490

1,210

867

71.65

5,170

2,961

2,065

69.74

9 Kepulauan Bangka Belitung

54

42

41

97.62

549

462

400

86.58

42

36

27

75.00

2,112

1,226

1,073

87.52

2,757

1,766

1,541

87.26

10 Kepulauan Riau

232

169

149

88.17

1,017

511

435

85.13

98

75

64

85.33

1,341

1,059

794

74.98

2,461

1,798

1,431

79.59

11 DKI Jakarta

291

137

85

62.04

5,981

1,487

943

63.42

151

107

65

60.75

4,505

1,315

668

50.80

10,928

3,046

1,761

57.81

12 Jawa Barat

996

680

546

80.29

7,322

3,921

2,988

76.21

799

563

333

59.15

66,265

38,477

24,096

62.62

75,382

43,641

27,963

64.08

13 Jawa Tengah

750

488

436

89.34

8,034

5,671

4,487

79.12

2,220

1,481

1,286

86.83

87,903

40,014

28,811

72.00

101,211

47,009

34,328

73.02

14 DI Yogyakarta

314

90

89

98.89

2,182

1,536

973

63.35

262

253

111

43.87

6,308

4,182

2,633

62.96

9,066

6,061

3,806

15 Jawa Timur

523

408

364

89.22

1,569

1,414

839

59.34

4,008

3,087

2,365

76.61

#VALUE!

#VALUE!

16 Banten

117

106

58

54.72

1,763

1,342

831

61.92

145

138

73

52.90

6,639

4,973

2,694

54.17

8,664

6,559

3,656

55.74

17 Bali

1,352

980

963

98.27

1,927

1,523

1,387

91.07

332

298

222

74.50

19,622

12,855

10,776

83.83

23,233

15,656

13,348

85.26

18 Nusa Tenggara Barat

352

258

230

89.15

1,244

918

706

76.91

209

202

103

50.99

3,076

2,202

1,475

66.98

4,881

3,580

2,514

70.22

19 Nusa Tenggara Timur

212

162

133

82.10

1,840

1,143

518

45.32

335

243

54

22.22

3,848

2,787

1,603

57.52

6,235

4,335

2,308

53.24

20 Kalimantan Barat

184

161

130

80.75

2,613

1,735

1,127

64.96

180

132

68

51.52

7,707

5,344

3,544

66.32

9,977

7,240

4,709

65.04

21 Kalimantan Tengah

114

87

54

62.07

441

331

217

65.56

103

88

19

21.59

2,353

1,023

646

63.15

3,011

1,529

936

61.22

22 Kalimantan Selatan

185

125

68

54.06

2,077

1,425

69

369.00

278

85

31

35.98

13,826

8,401

61

0.72

16,366

10,036

228

2.27

23 Kalimantan Timur

438

346

302

87.28

3,123

2,259

1,835

81.23

236

200

93

46.50

12,589

9,662

7,124

73.73

16,386

12,467

9,356

75.05

24 Sulawesi Utara

208

148

123

83.11

1,632

1,219

812

66.61

138

128

70

54.69

4,317

3,235

2,165

66.92

6,295

4,730

3,170

67.02

25 Sulawesi Tengah

166

128

107

83.59

1,385

1,332

1,062

79.73

267

249

129

51.81

3,094

2,309

1,494

64.70

4,912

4,018

2,792

69.49

26 Sulawesi Selatan

365

222

174

78.38

2,318

1,688

1,219

72.23

720

558

231

41.40

20,788

13,452

8,334

61.95

24,191

15,920

9,958

62.55

27 Sulawesi Tenggara

188

140

106

75.71

949

842

525

62.35

344

318

75

23.58

1,530

1,145

749

65.41

3,011

2,445

1,455

59.51

15

11

10

90.91

236

183

115

62.84

113

82

30

36.59

2,407

1,614

913

56.57

2,771

1,890

1,068

56.51

28 Gorontalo

#VALUE!

62.79
#VALUE!

51

20

12

60.00

365

257

157

61.09

191

112

32

28.57

19,407

5,502

1,633

29.68

20,288

5,869

1,813

30.89

30 Maluku

111

104

93

89.42

601

553

433

78.30

56

52

32

61.54

2,982

2,474

1,840

74.37

3,402

2,839

2,140

75.38

31 Maluku Utara

115

110

87

79.09

402

383

227

59.27

37

34

13

38.24

1,364

1,298

871

67.10

1,830

1,750

1,198

68.46

32 Papua Barat

59

54

38

70.37

402

402

298

74.13

34

34

24

70.59

985

904

807

89.27

1,480

1,394

1,167

83.72

29 Sulawesi Barat

33 Papua
Indonesia
Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Tahun 2009

61

44

30

68.18

498

408

200

49.02

25

23

34.78

1,539

962

574

59.67

2,123

1,437

812

56.51

8,931

6,354

5,399

84.96

72,721

49,414

34,933

70.69

12,134

9,406

5,150

54.75

350,211

201,163

127,273

63.27

443,997

266,337

172,753

64.86

Lampiran 2.18

PERSENTASE INSTITUSI DIBINA KESEHATAN LINGKUNGANNYA


TAHUN 2009
Sarana Pendidikan

Sarana Kesehatan
No

Sarana Ibadah

Perkantoran

Sarana Lain

Jumlah

Provinsi

(1)

(2)

Jumlah

Dibina

Jumlah

Dibina

Jumlah

Dibina

Jumlah

Dibina

Jumlah

Dibina

Jumlah

Dibina

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

1 Aceh

2,378

1,681

70.69

3,842

1,571

40.89

4,536

1,885

41.56

2,007

848

42.25

501

311

62.08

12,567

6,296

50.10

2 Sumatera Utara

7,076

5,278

74.59

9,854

6,667

67.66

18,275

10,209

55.86

3,822

2,414

63.16

1,415

878

62.05

38,644

25,446

65.85

3 Sumatera Barat

1,653

1,014

61.34

3,176

1,940

61.08

4,906

2,715

55.34

1,046

643

61.47

293

240

81.91

11,074

6,552

59.17

4 Riau

1,110

809

72.88

1,791

1,295

72.31

2,678

1,160

43.32

1,768

249

14.08

257

140

54.47

7,303

3,653

50.02

80.76

3,598

2,585

71.85

4,618

2,881

62.39

1,367

831

60.79

311

241

77.49

10,620

7,264

68.40

1,540

88.51

4,537

3,584

78.99

5,232

4,663

89.12

653

268

41.04

582

439

75.43

12,544

10,494

83.66

5 Jambi

899

726

6 Sumatera Selatan

1,740

7 Bengkulu

1,157

759

65.60

2,350

1,483

63.11

2,375

1,646

69.31

1,889

1,380

73.05

447

254

56.82

8,218

5,522

67.19

8 Lampung

1,669

1,167

69.92

7,483

4,072

54.42

10,613

5,075

47.82

5,497

2,140

38.93

1,370

811

59.20

23,956

12,465

52.03

732

503

68.72

1,152

945

82.03

1,198

857

71.54

680

529

77.79

1,629

844

51.81

5,162

3,678

71.25

537

353

65.74

1,248

800

64.10

1,854

838

45.20

435

304

69.89

1,670

1,595

95.51

5,560

3,890

69.96

9 Kepulauan Bangka Belitung


10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta

2,164

608

28.10

4,607

1,919

41.65

6,755

2,316

34.29

2,501

711

28.43

2,296

237

10.32

16,767.00

5,791.00

34.54

12 Jawa Barat

7,830

5,778

73.79

34,690

22,349

64.42

54,869

26,621

48.52

14,043

6,985

49.74

18,905

7,879

41.68

128,285.00

69,612.00

54.26

13 Jawa Tengah

7,342

6,075

82.74

25,534

18,570

72.73

66,350

39,908

60.15

11,415

8,160

71.49

7,345

4,396

59.85

116,719

77,109

66.06

14 DI Yogyakarta

1,214

999

82.29

3,412

2,424

71.04

7,214

4,702

65.18

1,129

840

74.40

1,316

643

48.86

14,070

9,608

68.29

84.03

3,928

3,165

80.58

7,365

6,097

82.78

15 Jawa Timur
16 Banten
17 Bali

2060

1731

1,316

1,003

76.22

1,961

1,685

85.93

16,301

13,681

83.93

662

623

94.11

3,165

2,474

78.17

5,264

3,833

72.82

1,445

1,256

86.92

641

515

80.34

11,177

8,701

77.85

18 Nusa Tenggara Barat

1 602
1,602

1 573
1,573

98 19
98.19

4 438
4,438

3 707
3,707

83 53
83.53

5 078
5,078

4 421
4,421

87 06
87.06

2 092
2,092

1 806
1,806

86 33
86.33

1 040
1,040

453

43 56
43.56

14 221
14,221

11 960
11,960

84 10
84.10

19 Nusa Tenggara Timur

1,660

1,302

78.43

4,412

2,736

62.01

4,274

2,303

53.88

3,133

1,759

56.14

4,278

1,354

31.65

17,723

9,474

53.46

20 Kalimantan Barat

50.57

1,532

1,060

69.19

3,887

2,089

53.74

5,278

2,219

42.04

1,729

797

46.10

440

230

52.27

12,603

6,373

21 Kalimantan Tengah

531

473

89.08

1,416

680

48.02

1,047

495

47.28

608

327

53.78

74

29

39.19

3,618

2,004

55.39

22 Kalimantan Selatan

2,081

1,889

90.77

5,499

4,817

87.60

7,769

6,578

84.67

1,944

1,198

61.63

2,310

2,142

92.73

19,411

16,624

85.64

23 Kalimantan Timur

1,345

1,169

86.91

3,290

2,346

71.31

5,208

3,720

71.43

2,350

1,515

64.47

1,055

516

48.91

13,072

9,266

70.88

813

680

83.64

3,082

2,335

75.76

3,499

2,581

73.76

1,689

1,124

66.55

467

341

73.02

9,417

7,061

74.98

25 Sulawesi Tengah

2,076

1,707

82.23

3,565

2,555

71.67

3,842

2,717

70.72

2,220

1,684

75.86

196

147

75.00

11,899

8,810

74.04

26 Sulawesi Selatan

3,137

2,510

80.01

9,623

6,859

71.28

11,286

7,638

67.68

4,069

2,815

69.18

3,292

1,516

46.05

31,407

21,339

67.94

27 Sulawesi Tenggara

24 Sulawesi Utara

1,593

1,543

96.86

3,088

2,516

81.48

2,148

1,709

79.56

2,495

1,752

70.22

96

94

97.92

9,370

7,614

81.26

28 Gorontalo

749

678

90.52

1,594

1,084

68.01

1,169

753

64.41

943

598

63.41

175

56

32.00

4,559

3,169

69.51

29 Sulawesi Barat

674

565

83.83

1,798

560

31.15

2,319

457

19.71

578

217

37.54

76

11.84

5,336

1,808

33.88

30 Maluku

490

349

71.22

1,742

1,202

69.00

1,656

1,125

67.93

747

461

61.71

708

487

68.79

5,202

3,624

69.67

31 Maluku Utara

297

232

78.11

969

730

75.34

1,085

737

67.93

752

583

77.53

36

32 Papua Barat

352

228

64.77

544

355

65.26

725

342

47.17

347

200

57.64

22,613

19,941

217

127

58.53

568

236

41.55

805

554

68.82

246

119

48.37

101

78

77.23

1,847

1,114

60.31

59,372

45,729

77.02

163,882

110,650

67.52

261,290

153,755

58.84

76,955

45,516

59.15

77,896

48,501

62.26

626,248

403,350

64.41

33 Papua
Indonesia
Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Tahun 2009

88.18

3,139

2,282

72.70

24,457

21,066

86.13

Lampiran 2.19

PERSENTASE RUMAH/BANGUNAN YANG DIPERIKSA DAN BEBAS JENTIK NYAMUK AEDES


TAHUN 2009

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Tahun 2009

Jumlah Rumah/Bangunan
yang Ada
(3)

921,935
2,747,062
930,891
496,081
734,563
1,605,114
375,675
872,052
182,784
479,343
1,098,427
11,316,592
6,102,744
766,580
9,148,900
1,704,448
838,257
971,262
418 799
418,799
737,665
516,024
741,959
450,696
414,263
305,316
1,580,103
468,884
196,479
116,634
266,296
116,096
110,204
58,749
47,790,877

Rumah/Bangunan Bebas Jentik

Rumah/Bangunan Diperiksa
Jumlah

(4)

(5)

100,568
559,690
392,616
239,711
90,961
321,733
173,006
74,725
36,598
265,014
893,483
t.a.d
2,005,589
226,953
3,623,391
934,376
348,877
170,517
163 081
163,081
157,460
39,065
98,591
291,342
193,474
43,095
489,768
193,919
116,131
25,596
58,142
86,934
8,157
4,283
12,426,846

10.91
20.37
42.18
48.32
12.38
20.04
46.06
8.57
20.02
50.58
81.34
t.a.d
32.86
29.61
39.60
54.82
41.62
17.56
38 94
38.94
21.35
7.57
13.29
64.64
46.70
14.11
31.00
41.36
59.11
21.95
21.83
74.88
7.40
7.29
26.00

Jumlah

(6)

(7)

63,349
466,741
225,030
204,772
75,096
226,903
81,701
55,990
22,203
170,324
795,958
t.a.d
1,503,077
178,100
3,031,671
817,032
306,933
148,518
64 936
64,936
99,377
19,654
61,930
194,826
128,642
24,516
337,529
103,807
71,368
17,272
28,590
44,837
5,833
1,980
9,578,494

62.99
83.39
57.32
85.42
82.56
70.53
47.22
74.93
60.67
64.27
89.08
t.a.d
74.94
78.47
83.67
87.44
87.98
87.10
39 82
39.82
63.11
50.31
62.82
66.87
66.49
56.89
68.92
53.53
61.45
67.48
49.17
51.58
71.51
46.23
77.08

Lampiran 2.20

PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT


TAHUN 2009

No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Tahun 2009

Rumah Tangga
Jumlah Dipantau

Ber PHBS *

(3)

(4)

237,085
1,182,858
108,018
93,812
183,511
881,649
196,708
755,463
39,112
18,764
461,934
7,848,995
1,469,774
346,685
1,006,824
407,986
126,643
112,331
242,617
94,408
30,933
63,037
115,209
244,268
140,035
855,253
233,432
136,243
44,145
85,235
26,066
22,275
17,787
17,829,095

%
(5)

111,955
738,701
19,407
45,750
105,669
409,897
108,007
375,838
21,866
6,850
276,026
2,973,236
1,301,822
302,923
330,984
87,173
66,292
56,349
118,942
42,905
15,861
38,629
91,860
123,824
91,537
525,020
91,248
88,804
13,620
37,454
10,883
5,681
7,611

47.22
62.45
17.97
48.77
57.58
46.49
54.91
49.75
55.91
36.51
59.75
37.88
88.57
87.38
32.87
21.37
52.35
50.16
49.02
45.45
51.28
61.28
79.73
50.69
65.37
61.39
39.09
65.18
30.85
43.94
41.75
25.50
42.79

8,642,625

48.47

Lampiran 2.21
PERSENTASE WANITA MENURUT UMUR PERKAWINAN PERTAMA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009
No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

10 - 15

Umur Wanita pada Perkawinan Pertama


16 - 18
19 - 24

(3)

Aceh
8,40
Sumatera Utara
4,08
Sumatera Barat
8,08
Riau
7,45
Kepulauan Riau
14,36
Jambi
11,08
Sumatera Selatan
11,14
Kep.Bangka Belitung
13,41
Bengkulu
7,00
Lampung
6,84
DKI Jakarta
6,97
Jawa Barat
19,65
Jawa Tengah
3,63
D.I. Yogyakarta
18,78
Jawa Timur
17,43
Banten
13,03
Bali
2,91
Nusa Tenggara Barat
5,84
Nusa Tenggara Timur
2,25
Kalimantan Barat
7,86
Kalimantan Tengah
10,25
Kalimantan Timur
10,02
Kalimantan Selatan
18,89
Sulawesi Utara
3,48
Sulawesi Tengah
13,01
Sulawesi Selatan
10,60
Sulawesi Tenggara
10,64
Gorontalo
10,14
Sulawesi Barat
7,85
Maluku
4,49
Maluku Utara
5,71
Papua Barat
10,22
Papua
8,02
Indonesia
13,40
Sumber: Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia, BPS

(4)

25+

(5)

32,38
23,61
27,25
27,20
38,02
34,24
33,96
35,77
30,95
22,21
21,71
37,02
24,55
36,54
36,79
36,96
20,87
37,53
19,05
31,91
36,20
28,16
36,31
23,74
31,05
35,30
35,45
31,45
29,83
21,01
29,63
32,72
25,29
33,41

(6)

46,15
53,78
47,16
49,97
38,08
43,07
44,29
41,89
47,58
50,23
48,64
34,97
51,26
35,57
36,12
40,05
57,76
47,65
54,41
46,80
43,24
47,16
35,74
53,76
40,78
42,88
42,27
44,31
46,76
54,38
50,91
45,72
51,27
41,33

13,07
18,53
17,51
15,37
9,53
11,61
10,61
8,93
14,47
20,73
22,69
8,36
20,56
9,12
9,66
9,96
18,46
8,98
24,29
13,42
10,31
14,66
9,06
19,02
15,15
11,23
11,64
14,11
15,56
20,12
13,75
11,34
15,42
11,86

Lampiran 3.1

ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI, ANGKA KEMATIAN BALITA TAHUN 2007


DAN ANGKA HARAPAN HIDUP TAHUN 2008 MENURUT PROVINSI

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Sumber:

Provinsi

*Angka Kematian Bayi


(IMR)

Estimasi
*Angka Kematian Balita
(AKABA)

Angka Harapan Hidup


(eo) 2008

(2)

(3)

(4)

(5)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
BPS, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007
* : Periode lima tahunan sebelum survei.
AHH :BPS, Indeks Pembangunan Manusia 2007-2008

25
46
47
37
39
42
46
43
39
43
28
39
26
19
35
46
34
72
57
46
30
58
26
35
60
41
41
52
74
59
51
41
36
34

45
67
62
47
47
52
65
55
46
58
36
49
32
22
45
58
38
92
80
59
34
75
38
43
69
53
62
69
96
93
74
62
64
44

68.5
69,2
69,0
71,1
68,8
69,2
69,4
69,0
68,6
69,7
72,9
67,8
71,1
73,1
69,1
64,6
70,6
61,5
67,0
66,3
71,0
63,1
70,8
72,0
66,1
69,6
67,4
66,2
67,4
67,0
65,4
67,9
68,1
69,0

Lampiran 3.2

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KOMPONEN MENURUT PROVINSI TAHUN 2007- 2008
2008

2007
No.

Provinsi

Angka Harapan
Hidup (tahun)

Rata-rata Lama
Sekolah (tahun)

Angka Melek
Huruf (%)

Pengeluaran Riil /
Kapita (Rp.000)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(1)

IPM

Peringkat

Angka Harapan
Hidup (tahun)

(7)

(8)

(9)

Rata-rata Lama
Sekolah (tahun)

Angka Melek
Huruf (%)

Pengeluaran Riil /
Kapita (Rp.000)

IPM

(10)

(11)

(12)

(13)

Reduksi
Peringkat Short Fall
(14)

(15)

Aceh

68.40

96.20

8.50

600.95

70.35

17

68.5

8,50

96,20

605,56

70,76

17

Sumatera Utara

69.10

97.03

8.60

624.12

72.78

69,2

8,60

97,08

629,97

73,29

1,39
1,90

Sumatera Barat

68.80

96.10

8.18

625.93

72.23

69,0

8,26

96,66

631,52

72,96

2,62

Riau

71.00

97.80

8.40

634.11

74.63

71,1

8,51

97,81

638,31

75,09

1,82

Jambi

68.60

96.00

7.63

622.99

71.46

12

68,8

7,63

96,05

628,25

71,99

13

1,85

Sumatera Selatan

69.00

96.66

7.60

617.59

71.40

13

69,2

7,60

97,05

623,49

72,05

12

2,28

Bengkulu

69.20

94.69

8.00

620.29

71.57

11

69,4

8,00

94,87

625,66

72,14

11

1,99

Lampung

68.80

93.47

7.30

610.09

69.78

20

69,0

7,30

93,63

615,03

70,30

20

1,74

Kepulauan Bangka Belitung

68.50

95.40

7.18

631.75

71.62

10

68,6

7,37

95,57

636,07

72,19

10

2,01

10

Kepulauan Riau

69.60

96.00

8.94

631.94

73.68

69,7

8,94

96,00

637,67

74,18

1,89

11

DKI Jakarta

72.80

98.76

10.80

620.78

76.59

72,9

10,80

98,76

625,70

77,03

1,86

12

Jawa Barat

67.60

95.32

7.50

623.64

70.71

15

67,8

7,50

95,53

626,81

71,12

15

1,38

13

Jawa Tengah

70.90

88.62

6.80

628.53

70.92

14

71,1

6,86

89,24

633,59

71,60

14

2,35

14

DI Yogyakarta

73.10

87.78

8.59

639.88

74.15

73,1

8,71

89,46

643,25

74,88

2,81

15

Jawa Timur

68.90

87.42

6.90

630.71

69.78

19

69,1

6,95

87,43

636,61

70,38

18

2,00

16

Banten

64.50

95.60

8.10

621.00

69.29

23

64,6

8,10

95,60

625,52

69,70

23

1,32

17

Bali

70.60

86.21

7.60

624.90

70.53

16

70,6

7,81

86,94

626,63

70,98

16

1,55

18

Nusa Tenggara Barat

61.20

80.10

6.70

630.48

63.71

32

61,5

6,70

80,13

633,58

64,12

32

1,14

19

Nusa Tenggara Timur

66.70

87.25

6.42

594.28

65.36

31

67,0

6,55

87,66

599,93

66,15

31

2,28
1,96

20

Kalimantan Barat

66.10

89.40

6.70

617.90

67.53

29

66,3

6,70

89,40

624,74

68,17

29

21

Kalimantan Tengah

70.90

97.50

8.00

624.79

73.49

71,0

8,00

97,67

628,64

73,88

1,47

22

Kalimantan Selatan

62.60

95.26

7.40

625.80

68.01

26

63,1

7,44

95,30

630,83

68,72

26

2,20

23

Kalimantan Timur

70.60

95.70

8.80

628.10

73.77

70,8

8,80

96,36

634,52

74,52

2,87

24

Sulawesi Utara

72.00

99.30

8.80

619.39

74.68

72,0

8,80

99,31

625,58

75,16

1,91
2,45

25

Sulawesi Tengah

65.90

94.94

7.73

616.98

69.34

22

66,1

7,81

95,68

622,35

70,09

22

26

Sulawesi Selatan

69.40

86.24

7.23

625.23

69.62

21

69,6

7,23

86,53

630,81

70,22

21

1,99

27

Sulawesi Tenggara

67.20

91.30

7.71

604.96

68.32

25

67,4

7,74

91,42

611,72

69,00

25

2,15

28

Gorontalo

65.90

95.75

6.91

615.94

68.83

24

66,2

6,91

95,75

619,70

69,29

24

1,46

29

Sulawesi Barat

67.20

86.40

6.51

622.90

67.72

28

67,4

6,99

87,31

625,04

68,55

27

2,59

30

Maluku

66.80

98.00

8.60

601.26

69.96

18

67,0

8,60

98,12

605,02

70,38

18

1,42

31

Maluku Utara

65.10

95.20

8.60

593.88

67.82

27

65,4

8,60

95,44

595,69

68,18

28

1,11

32

Papua Barat

67.60

90.32

7.65

592.07

67.28

30

67,9

7,67

92,15

593,13

67,95

30

2,05

33

Papua

67.90

75.41

6.52

593.00

63.41

33

68,1

6,52

75,41

599,65

64,00

33

1,62

68.70

91.87

7.47

624.37

70.59

69,0

7,52

92,19

628,33

71,17

Indonesia

Sumber: Badan Pusat Statistik, Indeks Pembangunan Manusia 2007-2008


Ket: Reduksi Short Fall : Percepatan pembangunan manusia untuk mencapai angka IPM ideal

1,98

Lampiran 3.3

10 BESAR PENYAKIT RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT TAHUN 2009


Kasus
No

Daftar Tabulasi Dasar (DTD)

Laki-laki

Perempuan

Total Kasus

Meninggal

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi


tertentu (kolitis infeksi)

74,161

69,535

143,696

1,747

Demam Berdarah Dengue

60,705

60,629

121,334

898

Demam tifoid dan paratifoid

39,262

41,588

80,850

1,013

Demam yang sebabnya tidak diketahui

24,957

24,243

49,200

462

Dispepsia

18,807

28,497

47,304

520

Hipertensi esensial (primer)

15,533

21,144

36,677

935

Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya

19,115

16,933

36,048

162

Pneumonia

19,170

16,477

35,647

2365

Penyakit apendiks

13,920

16,783

30,703

234

10

Gastritis dan duodenitis

12,758

17,396

30,154

235

Sumber: Ditjen Yanmed, Kemkes RI, 2010

Lampiran 3.4

10 BESAR PENYAKIT RAWAT JALAN TAHUN 2009


Kasus
No

Daftar Tabulasi Dasar (DTD)

(1)

(2)

Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya

Demam yang sebabnya tidak diketahui

Penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya

Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi


tertentu (kolitis infeksi)

Gangguan refraksi dan akomodasi

Dispepsia

Hipertensi esensial (primer)

Penyakit pulpa dan periapikal

Penyakit telinga dan prosesus mastoid

10

Konjungtivitis dan gangguan lain konjungtiva

Sumber: Ditjen Yanmed, Kemkes RI, 2010

Laki-laki

Perempuan

Total Kasus

Jumlah
Kunjungan

(3)

(4)

(5)

(6)

243,578

245,216

488,794

781,881

143,167

132,087

275,254

358,942

99,303

147,953

247,256

371,673

88,275

83,738

172,013

223,318

67,231

89,429

156,660

203,021

55,817

77,345

133,162

220,375

55,446

67,823

123,269

412,364

54,004

68,463

122,467

234,083

53,463

52,142

105,605

153,488

46,380

52,815

99,195

135,749

Lampiran 3.5

JUMLAH KASUS DAN ANGKA KESAKITAN PENYAKIT MALARIA


MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

Populasi Berisiko

Klinis

SD Periksa

Positif

API

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Jawa-Bali
Luar Jawa-Bali

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

4,260,934
8,995,264
2,453,986
4,132,768
2,843,135
5,350,075
1,353,159
6,295,088
1,074,949
1,244,515
1,093,568
14,538,939
2,016,834
3,755,848
3,864,897
1,391,449
4,421,385
4,083,866
4,025,946
1,966,171
2,530,536
1,706,472
1,642,001
2,536,473
6,202,816
2,204,242
765,841
685,561
1,384,940
966,268
701,435
2,206,849
102,696,210
26,661,535
76,034,675

20,849
73,275
6,325
12,644
44,873
29,212
39,885
37,294
58,148
8,096
33,401
83,572
3,040
38,920
4,403
13,635
49,030
168,478
10,859
23,883
9,922
14,654
27,063
51,709
9,386
11,726
10,674
8,213
54,907
49,683
93,973
41,292
1,143,024
176,971
966,053

15,953
15,196
3,459
6,813
24,017
13,052
22,818
20,968
51,759
6,888
33,401
83,572
3,040
38,920
4,403
13,635
45,932
165,572
5,283
6,888
8,308
5,812
11,580
21,082
5,189
2,292
5,136
769
44,531
40,949
75,647
60,648
863,511
176,971
686,540

2,039
2,274
1,015
957
5,380
2,389
5,895
4,928
8,461
1,392
397
1,220
67
2,651
543
24
8,516
63,792
2,168
2,074
2,676
3,487
5,530
3,424
1,933
483
3,160
391
12,376
8,606
19,402
21,927
199,577
4,902
194,675

AMI
(8)

0.48
0.25
0.41
0.23
1.89
0.45
4.36
0.78
7.87
1.12
0.36
0.08
0.03
0.71
0.14
0.02
1.93
15.62
0.54
1.05
1.06
2.04
3.37
1.35
0.31
0.22
4.13
0.57
8.94
8.91
27.66
9.94
1.85
0.17
2.47

4.89
8.15
2.58
3.06
15.78
5.46
29.48
5.92
54.09
6.51
30.54
5.75
1.51
10.36
1.14
9.80
11.09
41.25
2.70
12.15
3.92
8.59
16.48
20.39
1.51
5.32
13.94
11.98
39.65
51.42
133.97
18.71
10.59
6.05
12.27

Lampiran 3.6

ANNUAL PARASITE INCIDENCE (API) MALARIA


DI JAWA-BALI TAHUN 2004 - 2009
Tahun
No

Provinsi

(1)

(2)

2004

2005

2006

2007

2008

2009

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

DKI Jakarta

Jawa Barat

0.16

0.96

0.52

0.37

0.58

Jawa Tengah

0.51

0.06

0.13

0.12

0.07

DI Yogyakarta

0.97

0.06

0.10

0.05

0.03

Jawa Timur

0.08

0.47

0.18

0.18

0.71

Banten

0.00

0.02

0.05

0.17

Bali

0.03

0.02

0.55

0.42

0.03

0.02

0.15

0.15

0.19

0.16

0.16

0.17

Jawa-Bali
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

0
0.36
0.08
0.03
0.71
0.14

Lampiran 3.7.

HASIL CAKUPAN PENEMUAN KASUS PENYAKIT TB PARU


TAHUN 2009
Cakupan
No.

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kep. Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Papua Barat
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

Perkiraan Kasus Baru TB


Paru BTA Positif

Semua Kasus

Kasus Baru TB Paru BTA


Positif

Case Detection Rate (CDR) %

(3)

(4)

(5)

(6)

6,982
21,197
7,725
8,490
4,535
11,556
2,667
11,987
1,821
2,424
9,869
44,407
35,165
2,241
39,896
10,468
2,273
9,311
9,701
9,070
4,380
7,342
6,646
4,681
5,209
16,608
4,448
2,066
2,200
2,813
2,048
4,405
1,562

3,966
16,815
5,482
4,325
3,291
7,779
1,941
7,266
1,229
1,695
25,074
61,964
34,671
2,345
38,010
15,629
3,227
5,346
5,302
5,499
2,090
4,609
3,694
4,989
2,397
8,223
2,663
1,620
1,179
2,702
1,096
7,054
1,559

3,065
13,897
3,732
2,880
2,745
5,181
1,588
4,943
951
784
7,989
31,433
16,906
1,155
22,598
8,134
1,517
3,089
3,369
4,156
1,339
2,891
2,065
3,988
1,918
6,428
2,296
1,370
942
2,014
708
2,504
638

43.9
65.6
48.3
33.9
60.5
44.8
59.5
41.2
52.2
32.3
81.0
70.8
48.1
51.5
56.6
77.7
66.7
33.2
34.7
45.8
30.6
39.4
31.1
85.2
36.8
38.7
51.6
66.3
42.8
71.6
34.6
56.8
40.8

231,370

294,731

169,213

73.1

Lampiran 3.8

JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF


MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2009
Jenis Kelamin
No

Laki-laki

Provinsi

Laki-laki+ Perempuan
%

Jumlah
(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kep.Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

Perempuan

(3)

Jumlah

(4)

2,022
9,057
2,433
1,828
1,695
3,207
982
2,951
614
480
4,866
17,994
9,368
695
12,377
4,907
889
1,862
1,881
2,673
793
1,700
1,278
2,472
1,135
3,797
1,334
777
559
1,087
437
1,397
391
99,938

(5)

65.97
65.17
65.19
63.47
61.75
61.90
61.84
59.70
64.56
61.22
60.91
57.25
55.41
60.17
54.77
60.33
58.60
60.28
55.83
64.32
59.22
58.80
61.89
61.99
59.18
59.07
58.10
56.72
59.34
53.97
61.72
55.79
61.29
59.06

(6)

1,043
4,840
1,299
1,052
1,050
1,974
606
1,992
337
304
3,123
13,439
7,538
460
10,221
3,227
628
1,227
1,488
1,483
546
1,191
787
1,516
783
2,631
962
593
383
927
271
1,107
247
69,275

(7)

34.03
34.83
34.81
36.53
38.25
38.10
38.16
40.30
35.44
38.78
39.09
42.75
44.59
39.83
45.23
39.67
41.40
39.72
44.17
35.68
40.78
41.20
38.11
38.01
40.82
40.93
41.90
43.28
40.66
46.03
38.28
44.21
38.71
40.94

3,065
13,897
3,732
2,880
2,745
5,181
1,588
4,943
951
784
7,989
31,433
16,906
1,155
22,598
8,134
1,517
3,089
3,369
4,156
1,339
2,891
2,065
3,988
1,918
6,428
2,296
1,370
942
2,014
708
2,504
638
169,213

Lampiran 3.9

JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF


MENURUT KELOMPOK UMUR (TAHUN), JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2009

No

0 - 14

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kep.Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

15 - 24

25 - 34

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

24
65
17
13
12
15
6
26
3
4
29
145
65
1
99
38
2
11
16
29
9
22
14
26
14
10
11
4
7
37
6
23
8

19
92
27
19
16
24
6
47
2
56
168
95
7
135
42
5
11
27
24
12
15
10
26
16
25
12
5
5
59
1
41
5

229
1,206
340
241
206
420
131
377
82
81
1,025
3,578
1,518
115
1,580
954
128
253
279
307
111
197
174
334
128
540
224
119
71
199
85
397
92

161
943
291
172
163
334
99
330
67
71
765
3,226
1,557
103
1,762
820
107
187
271
252
93
204
159
273
134
388
187
121
65
177
79
391
87

415
1,914
561
537
369
705
194
640
150
129
1,515
4,692
2,017
162
2,306
1,266
215
375
405
552
175
380
280
516
222
837
254
177
140
236
110
445
120

223
1,168
273
310
248
447
148
450
82
113
918
3,655
1,865
91
2,216
799
183
245
350
341
126
229
210
320
179
611
202
121
87
197
72
361
74

811

1,054

15,721

14,039

23,011

16,914

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

K e l o m p o k U m u r ( t a h u n)
35 - 44
45 - 54
55 - 64
P
P
L
L
P
L

> 65
L

Total
P

(9)

(15)

(17)

(18)

(19)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

398
1,946
428
434
345
642
178
585
113
107
936
3,470
1,660
122
2,416
1,055
172
347
330
503
147
355
270
469
266
733
273
148
96
196
73
238
72

206
926
222
247
223
417
117
394
69
47
624
2,516
1,424
88
2,072
654
117
248
244
263
113
273
166
314
161
531
199
111
87
164
54
152
38

443
2,057
454
309
343
640
201
576
123
82
746
2,931
1,810
104
2,738
826
150
396
345
542
188
379
250
480
240
682
246
169
109
169
75
172
51

209
880
227
163
188
400
114
359
70
39
455
2,076
1,277
77
2,087
511
86
259
241
291
123
267
132
273
143
491
156
108
72
152
38
95
28

384
1,394
397
220
281
519
199
463
87
48
463
2,182
1,520
105
2,300
574
141
351
299
530
117
275
199
406
196
653
231
122
93
150
64
99
29

169
608
173
97
159
248
92
277
37
21
220
1,353
949
58
1,491
325
86
228
228
230
61
144
85
192
115
418
148
90
57
108
19
58
14

129
475
236
74
139
266
73
284
56
29
152
996
778
86
938
194
81
129
207
210
46
92
91
241
69
342
95
38
43
100
24
23
19

2,022
9,057
2,433
1,828
1,695
3,207
982
2,951
614
480
4,866
17,994
9,368
695
12,377
4,907
889
1,862
1,881
2,673
793
1,700
1,278
2,472
1,135
3,797
1,334
777
559
1,087
437
1,397
391

1,043
4,840
1,299
1,052
1,050
1,974
606
1,992
337
304
3,123
13,439
7,538
460
10,221
3,227
628
1,227
1,488
1,483
546
1,191
787
1,516
783
2,631
962
593
383
927
271
1,107
247

3,065
13,897
3,732
2,880
2,745
5,181
1,588
4,943
951
784
7,989
31,433
16,906
1,155
22,598
8,134
1,517
3,089
3,369
4,156
1,339
2,891
2,065
3,988
1,918
6,428
2,296
1,370
942
2,014
708
2,504
638

19,523

13,481

19,026

12,087

15,091

8,558

6,755

99,938

69,275

169,213

Lampiran 3.10

HASIL CAKUPAN PENGOBATAN TB PARU MENURUT PROVINSI TAHUN 2008

Semua Kasus

BTA Pos

Jumlah

Jumlah

Sembuh &
Pengobatan
Lengkap

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

3,828
17,133
5,403
3,478
2,960
8,284
1,598
7,592
1,210
1,500
25,490
61,557
35,951
2,461
39,113
17,896
3,159
5,688
5,315
5,558
1,881
4,990
3,829
4,858
2,781
8,303
2,724
1,451
1,298
2,279
981
6,521
1,259
298,329

2,831
14,158
3,701
2,205
2,227
5,244
1,276
4,771
958
685
8,372
30,072
16,752
1,141
23,655
8,080
1,434
3,134
3,360
4,189
1,251
3,164
2,088
4,155
2,120
6,170
2,312
1,176
1,060
1,109
540
2,461
525
166,376

2,399
13,241
2,884
1,601
1,860
4,566
1,181
4,096
813
462
5,818
25,604
14,033
894
19,582
6,905
960
2,468
2,709
3,721
1,002
2,840
1,413
3,618
1,711
5,329
1,864
945
790
989
282
1,217
202
137,999

84.7
93.5
77.9
72.6
83.5
87.1
92.6
85.9
84.9
67.4
69.5
85.1
83.8
78.4
82.8
85.5
66.9
78.7
80.6
88.8
80.1
89.8
67.7
87.1
80.7
86.4
80.6
80.4
74.5
89.2
52.2
49.5
38.5
82.9

238
366
377
249
195
364
62
332
22
144
1,351
2,059
1,060
47
1,509
547
264
408
339
173
159
131
374
406
288
215
345
197
131
90
168
677
168
13,455

8.4
2.6
10.2
11.3
8.8
6.9
4.9
7.0
2.3
21.0
16.1
6.8
6.3
4.1
6.4
6.8
18.4
13.0
10.1
4.1
12.7
4.1
17.9
9.8
13.6
3.5
14.9
16.8
12.4
8.1
31.1
27.5
32.0
8.1

2,637
13,607
3,261
1,850
2,055
4,930
1,243
4,428
835
606
7,169
27,663
15,093
941
21,091
7,452
1,224
2,876
3,048
3,894
1,161
2,971
1,787
4,024
1,999
5,544
2,209
1,142
921
1,079
450
1,894
370
151,454

93.1
96.1
88.1
83.9
92.3
94.0
97.4
92.8
87.2
88.5
85.6
92.0
90.1
82.5
89.2
92.2
85.4
91.8
90.7
93.0
92.8
93.9
85.6
96.8
94.3
89.9
95.5
97.1
86.9
97.3
83.3
77.0
70.5
91.0

66
167
117
34
84
63
14
100
37
9
135
400
285
45
557
80
77
133
121
76
17
72
51
76
46
185
53
19
59
4
18
50
21
3,271

2.3
1.2
3.2
1.5
3.8
1.2
1.1
2.1
3.9
1.3
1.6
1.3
1.7
3.9
2.4
1.0
5.4
4.2
3.6
1.8
1.4
2.3
2.4
1.8
2.2
3.0
2.3
1.6
5.6
0.4
3.3
2.0
4.0
2.0

Cakupan Tahun 2008


No.

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kep. Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Papua Barat
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

Sembuh

Pengobatan Lengkap

Success Rate
(%)

Meninggal

Lampiran 3.11

JUMLAH KUMULATIF KASUS AIDS, MENINGGAL, DAN ANGKA KUMULATIF KASUS PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER 2009
Jumlah Kasus
No

Provinsi

(1)

(2)

Case Rate
Meninggal

Kumulatif
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

Per 100.000 Penduduk

(3)

(4)

(5)

43
485
330
475
165
219
91
144
117
333
2,828
3,598
717
290
3,227
318
1,615
119
138
794
21
27
11
173
12
591
21
3
192
10
58
2,808

11
93
81
131
50
38
21
42
18
130
426
634
246
81
691
54
283
63
25
107
2
5
10
62
6
62
5
1
70
8
19
371

1.05
3.71
7.32
8.36
5.77
3.04
5.20
1.86
11.36
22.23
31.67
8.60
2.22
8.51
8.93
3.06
45.45
2.57
3.17
16.91
0.88
0.78
0.35
7.69
0.46
6.65
0.91
0.33
14.21
1.04
8.93
133.07

19,973

3,846

8.66

Lampiran 3.12

JUMLAH KASUS AIDS KUMULATIF PER TRIWULAN


MENURUT PROVINSI TAHUN 2009
No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kep.Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Jumlah

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

Triwulan I
(3)

30
485
234
368
165
184
52
144
111
325
2,807
3,162
573
246
2,652
78
1,263
92
117
730
10
27
11
173
12
143
11
3
190
9
58
2,499
16,964

Jumlah Kasus AIDS Kumulatif


Triwulan II
Triwulan III
(4)

48
485
410
477
166
219
113
144
120
341
3,740
3,710
819
290
3,540
323
1,747
142
139
794
40
27
11
173
12
591
22
3
192
16
58
2,858
21,770

(5)

36
485
293
371
165
219
85
144
117
333
2,811
3,233
669
247
3,133
275
1,506
107
138
730
15
27
11
173
12
143
20
3
192
10
58
2,681
18,442

Triwulan IV
(6)

43
485
330
475
165
219
91
144
117
333
2,828
3,598
717
290
3,227
318
1,615
119
138
794
21
27
11
173
12
591
21
3
192
10
58
2,808
19,973

Lampiran 3.13

JUMLAH DAN PERSENTASE KASUS AIDS PADA PENGGUNA NAPZA SUNTIKAN (IDU)
MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2009
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

Jumlah Kasus

Jumlah Kasus Kumulatif

Persentase Kasus Kumulatif

Kumulatif

Pada IDU

Pada IDU

(3)

(4)

(5)

43
485
330
475
165
219
91
144
117
333
2,828
3,598
717
290
3,227
318
1,615
119
138
794
21
27
11
173
12
591
21
3
192
10
58
2,808

17
209
224
135
96
104
47
112
40
30
2,002
2,628
152
132
1,022
199
261
46
12
132
7
9
4
40
6
209
1
2
79
2
5
2

39.50
43.10
67.90
28.40
58.20
47.50
51.60
77.80
34.20
9.00
70.80
73.00
21.20
45.50
31.70
62.60
16.20
38.70
8.70
16.60
33.30
33.30
36.40
23.10
50.00
35.40
4.80
66.70
41.10
20.00
8.60
0.10

19,973

7,966

39.90

Lampiran 3.14

JUMLAH KASUS PNEUMONIA PADA BALITA


MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

No.

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

Realisasi Penemuan Penderita Pneumonia Balita

Jumlah Penduduk Usia


Balita Wil. PKM
Program

Target Penemuan
Pneumonia Balita
(10%)

< 1 Tahun

1 - 4 Tahun

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(8)

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

(6)

(7)

568,657
1,306,660
469,766
449,139
211,873
690,344
185,621
748,682
113,130
161,752
896,521
4,062,083
344,384
2,491,593
1,072,458
354,310
429,249
434,332
424,914
197,014
323,701
201,175
725,575
233,915
95,781
111,912
98,191
-

56,866
130,666
46,977
44,914
21,187
69,034
18,562
74,868
11,313
16,175
89,652
425,985
34,438
249,159
107,246
35,431
42,925
43,433
42,491
19,701
32,370
20,118
72,558
23,392
9,578
11,191
9,819
-

494
11,271
1,989
3,126
223
4,369
1,806
3,315
1,078
13
6,010
67,621
11,566
3,552
1,277
11,829
1,677
372
309
1,153
890
1,261
732
518
258
183
-

732
16,905
5,387
6,329
589
7,624
2,075
7,034
3,607
38
11,296
129,034
20,721
6,328
2,318
18,842
1,915
709
758
2,380
1,749
2,646
1,524
842
404
387
-

1,226
28,176
7,376
9,455
812
11,993
3,881
10,349
4,685
51
17,306
196,655
32,287
9,880
3,595
30,671
4,846
1,081
1,067
3,533
2,639
3,907
2,256
1,360
662
570
-

2.16
21.56
15.70
21.05
3.83
17.37
20.91
13.82
41.41
0.32
19.30
46.16
12.96
9.21
10.15
71.45
11.16
2.54
5.42
10.91
13.12
5.38
9.64
14.20
5.92
5.81
-

17,402,735

1,760,050

136,892

252,173

390,319

22.18

Lampiran 3.15

JUMLAH KASUS BARU KUSTA, CASE DETECTION RATE (CDR),


KECACATAN, DAN PROPORSI KASUS PADA ANAK MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

No.
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

PB

MB

(3)

Jumlah

(4)

121
37
13
44
4
20
2
24
6
3
102
208
226
13
944
65
15
51
34
7
9
12
19
85
83
233
29
19
55
72
105
108
265
3,033

(5)

Case Detection Rate


Per 100.000 Penduduk
(6)

Cacat Tkt. 2
Jumlah
(7)

0 - 14 Tahun
Jumlah
%

%
(8)

359
163
65
151
59
200
9
87
27
7
471
1351
1348
39
4979
434
69
216
159
97
90
188
180
340
230
1003
220
174
140
325
286
139
622

480
200
78
195
63
220
11
111
33
10
573
1,559
1,574
52
5,923
499
84
267
193
104
99
200
199
425
313
1,236
249
193
195
397
391
247
887

11.00
1.55
1.71
4.05
2.26
3.05
0.63
1.42
2.98
0.60
6.33
3.69
4.91
1.51
15.82
5.05
2.53
6.02
3.85
2.42
4.89
6.16
6.78
18.79
12.93
16.20
11.62
19.08
14.62
27.56
40.35
33.01
40.06

48
33
0.00
20
15.00
47
0
33
1.00
0
13.00
206
236.00
6
651.00
83
1.00
21
21.00
7
11.00
31
11.00
25
30.00
143
11.00
18
8.00
13
35.00
10
24.00

14,227

17,260

7,49

1,812

(9)

0.10
0.17
0.10
0.24
0.21
0
0.30
0.02
0
0.02
0.13
0.15
0.12
0.11
0.17
0.01
0.08
0.11
0.07
0.11
0.16
0.06
0.06
0.10
0.12
0.04
0.09
0.04
0.03
0.09
0.04
0.03
10.37

(10)

40
14
6.00
35
0
9
0
17
5.00
0
42.00
188
151.00
3
710.00
62
1.00
45
13.00
14
6.00
10
10.00
56
30.00
133
17.00
25
25.00
51
65.00
72
219.00
2,074

0.08
0.07
7.69
0.18
0
0.04
0
0.15
0.07
0
0.07
0.12
0.10
0.06
0.12
0.12
0.01
0.17
0.07
0.13
0.06
0.05
0.05
0.13
0.10
0.11
0.07
0.13
0.13
0.13
0.17
0.29
0.25
11.44

Lampiran 3.16

JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM DAN FAKTOR RISIKO


MENURUT PROVINSI TAHUN 2009
Faktor Risiko

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5

Tidak Diketahui

Ya

Tidak

Tidak Diketahui

(14)

0
0
1
0
1
3
0
2
0
0
0
6
0
0
12
2
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
31

Lain-lain

(13)

5
0
0
0
3
3
1
5
2
0
0
11
5
0
0
31
0
0
0
14
0
0
1
0
0
0
1
2
0
0
0
0
1
85

Bambu

(12)

0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
5
2
0
5
4
0
0
0
2
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
21

Gunting

(11)

1
0
0
0
0
0
0
5
0
0
0
1
0
0
6
6
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
0
0
0
0
0
0
0
22

Tidak Diketahui

(10)

1
0
0
0
1
3
0
2
0
0
0
7
0
0
1
2
0
0
2
6
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
28

Lain-lain

(9)

0
0
0
0
2
3
1
0
0
0
0
4
2
0
2
12
0
0
0
3
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
30

Tradisional

(8)

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
0
6
2
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
13

Dirawat di RS

Alkohol/Iodium

Dokter

(7)

5
0
1
0
1
1
0
10
2
0
0
10
3
0
11
27
0
0
0
7
0
0
0
0
1
2
0
3
0
0
0
0
0
84

Pemotongan Tali Pusat

Tidak Diketahui

Tidak Diketahui

(6)

Perawatan Tali Pusat

Bidan/Perawat

Tidak Diimunisasi

(5)

TT1

Dokter
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

1
0
1
0
2
4
0
8
0
0
0
10
3
0
15
17
0
0
2
8
0
0
0
0
0
2
0
2
0
0
0
1
0
76

TT2+

(4)

6
0
1
0
4
7
1
12
2
0
0
23
7
0
22
43
0
0
3
16
0
0
1
0
2
2
1
3
0
0
0
1
1
158

Tidak Diketahui

(3)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Bara
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Bara
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Tanpa pemeriksaan

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Penolong Persalinan

Tradisional

Meninggal

(1)

No

Status Imunisasi

Bidan/Perawat

Provinsi

Total

Pemeriksaan Kehamilan

(15)

(17)

(18)

(19)

(20)

(21)

(22)

(23)

(24)

(25)

(26)

(27)

(28)

3
0
1
0
1
1
0
2
0
0
0
2
1
0
6
3
0
0
0
6
0
0
0
0
1
1
0
2
0
0
0
0
0
30

0
0
0
0
1
3
0
2
0
0
0
7
0
0
0
2
0
0
3
3
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
23

0
0
0
0
1
0
0
5
0
0
0
3
0
0
14
9
0
0
0
3
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
37

0
0
0
0
2
3
1
3
0
0
0
0
3
0
6
16
0
0
1
10
0
0
1
0
0
0
1
3
0
0
0
0
0
50

0
0
0
0
0
1
0
2
2
0
0
11
3
0
1
17
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
39

6
0
1
0
1
3
0
2
0
0
0
9
1
0
1
1
0
0
2
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
32

3
0
1
0
1
0
0
5
2
0
0
12
5
0
15
27
0
0
0
6
0
0
0
0
2
2
1
2
0
0
0
0
0
84

2
0
0
0
2
2
1
4
0
0
0
1
0
0
2
8
0
0
0
5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
27

1
0
0
0
0
2
0
2
0
0
0
2
2
0
2
8
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
21

6
0
0
0
0
1
0
0
1
1
3
3
0
1
1 12
0
2
0
0
0
0
8 15
0
7
0
0
3 21
0 35
0
0
0
0
2
1
5
9
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
2
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
26 121

0
0
0
0
2
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
8
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
2
0
0
0
0
0
17

0
0
0
0
1
3
0
0
0
0
0
7
0
0
0
0
0
0
2
6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
20

Lampiran 3.17

JUMLAH KASUS CAMPAK PER BULAN


MENURUT PROVINSI TAHUN 2009
Jumlah Kasus per Bulan
No.
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

Total

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

163
132
61
72
0
88
21
121
3
39
17
429
135
21
164
138
5
0
8
18
8
72
3
16
10
45
3
16
8
0
0
0
0
1,816

75
100
82
136
0
82
13
145
5
53
62
501
176
4
154
204
4
0
0
19
11
99
5
20
8
103
14
17
5
0
26
3
2
2,128

81
121
74
130
34
87
16
182
8
40
45
121
216
0
201
199
0
0
3
26
11
112
9
2
9
181
7
5
3
0
0
4
0
1,927

112
18
102
99
93
75
25
219
9
28
67
62
297
0
103
194
1
0
2
36
9
88
12
17
5
139
27
5
8
0
0
1
0
1,853

53
41
125
105
35
117
36
176
20
39
98
120
254
0
98
190
4
0
4
14
20
90
38
11
1
80
5
19
4
0
0
6
4
1,807

67
47
101
34
56
88
32
133
3
30
85
65
338
1
58
104
8
0
1
20
19
88
11
3
10
77
41
4
1
0
0
11
0
1,536

43
8
62
35
29
83
10
87
7
56
130
35
219
3
58
105
12
0
0
17
15
35
0
21
7
76
20
8
0
0
2
0
0
1,183

19
0
66
7
10
63
14
78
6
32
83
0
228
0
71
105
10
0
13
16
10
65
9
19
3
30
6
4
3
0
0
2
0
972

3
0
37
44
0
63
13
50
0
40
120
0
296
3
40
80
0
0
0
13
6
24
0
34
7
24
2
1
0
0
0
0
0
900

2
9
104
55
67
24
9
81
3
59
106
0
320
5
93
169
47
0
5
32
10
14
7
14
0
76
3
0
0
0
0
0
0
1,314

24
0
84
49
100
46
15
71
2
67
0
0
402
0
94
178
25
0
0
22
13
3
0
9
1
100
2
15
0
0
5
16
0
1,343

51
0
66
32
86
56
15
104
6
50
0
0
400
2
63
128
49
0
9
25
1
3
0
25
16
59
0
14
0
0
0
16
0
1,276

693
476
964
798
510
872
219
1,447
72
533
813
1,333
3,281
39
1,197
1,794
165
0
45
258
133
693
94
191
77
990
130
108
32
0
33
59
6
18,055

Lampiran 3.18

JUMLAH KASUS CAMPAK


MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2009
Jumlah Kasus Menurut Kelompok Umur (Tahun)
No.

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

<1

1-4

10-14

5-9

> 14

Divaksinasi

Total

Divaksinasi

Total

Divaksinasi

Total

Divaksinasi

Total

Divaksinasi

Total

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

Total
Divaksinasi

Total Kasus

(13)

(14)

3
42
20
35
8
22
11
35
1
10
0
0
92
0
84
12
2
0
3
4
5
37
4
7
1
58
2
4
1
0
3
1
0

78
101
79
98
50
114
30
123
7
66
86
134
236
3
148
229
3
0
2
19
28
67
17
15
11
106
9
12
3
0
4
10
2

26
73
109
85
66
105
11
172
4
14
0
0
333
1
179
130
6
0
10
41
24
85
24
23
5
188
23
17
8
0
6
7
0

283
143
211
209
95
220
27
240
10
146
318
300
602
14
211
542
6
0
12
55
29
129
29
46
27
217
33
21
9
0
18
25
0

29
89
154
92
77
98
37
340
10
13
0
0
574
0
321
126
37
0
6
28
21
143
14
50
4
206
33
24
6
0
0
5
3

197
154
290
210
129
228
78
496
20
160
156
453
1277
4
374
582
39
0
16
64
30
246
19
82
21
260
46
35
7
0
6
16
3

7
12
90
46
48
67
13
188
6
11
0
0
252
0
198
43
62
0
7
18
8
78
14
11
1
159
8
14
7
0
1
0
0

72
38
169
105
97
147
44
324
12
49
97
251
672
3
250
234
71
0
13
38
13
155
14
24
9
197
25
26
7
0
5
3
0

4
17
53
22
11
44
10
109
2
6
0
0
115
0
115
18
28
0
0
7
10
4
4
14
0
142
3
4
6
0
0
2
0

63
40
215
176
139
163
40
264
23
112
156
195
494
15
214
207
46
0
2
82
33
96
15
24
9
210
17
14
6
0
0
5
1

69
233
426
280
210
336
82
844
23
54
0
0
1366
1
897
329
135
0
26
98
68
347
60
105
11
753
69
63
28
0
10
15
3

693
476
964
798
510
872
219
1,447
72
533
813
1,333
3,281
39
1,197
1,794
165
0
45
258
133
693
94
191
77
990
130
108
32
0
33
59
6

507

1,890

1,775

4,227

2,540

5,698

1,369

3,164

750

3,076

6,941

18,055

Lampiran 3.19

JUMLAH KASUS, MENINGGAL, DAN INCIDENCE RATE CAMPAK


MENURUT PROVINSI TAHUN 2009
Laporan Rutin
No.
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

Meninggal
(3)

0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2

Kasus

IR (per 10.000 penduduk)

(4)

(5)

693
476
964
798
510
872
219
1,447
72
533
813
1,333
3,281
39
1,197
1,794
165
0
45
258
133
693
94
191
77
990
130
108
32
0
33
59
6
18,055

1.59
0.36
2.00
1.50
1.80
1.21
1.31
1.93
0.63
3.52
0.88
0.32
1.00
0.11
0.32
1.83
0.46
0.00
0.10
0.60
0.64
1.98
0.30
0.86
0.31
1.25
0.61
1.10
0.31
0.00
0.34
0.79
0.03
0.77

Lampiran 3.20

FREKUENSI KLB DAN JUMLAH KASUS PADA KLB CAMPAK


MENURUT PROVINSI TAHUN 2009
Laporan KLB
No.

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

Total KLB

Frek. KLB
Dengan Spesimen > 5

Frek. KLB
Dengan Investigasi Penuh

Frek. KLB
Dgn Laporan ke Pusat

Total
Kasus

Meninggal

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

5
5
8
1
17
8
2
24
3
0
3
26
25
6
8
8
0
0
0
1
2
2
2
6
0
4
3
3
0
1
5
4
8
190

4
3
7
1
9
8
2
20
2
0
2
20
21
6
6
7
0
0
0
1
2
2
1
4
0
4
3
3
0
0
5
2
3
148

0
1
5
0
9
4
0
20
2
0
0
17
0
4
0
7
0
0
0
1
1
2
1
4
0
4
3
2
0
0
4
2
1
94

0
1
5
0
17
4
0
24
2
0
0
23
0
4
0
8
0
0
0
1
1
2
2
6
0
4
3
3
0
0
4
4
3
121

28
38
185
5
167
70
17
409
30
0
14
280
122
50
49
221
0
0
0
17
45
20
18
63
0
30
66
26
0
2
100
68
630
2,770

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
34
42

Lampiran 3.21

KLB CAMPAK BERDASARKAN KONFIRMASI LABORATORIUM


MENURUT PROVINSI TAHUN 2009
Konfirmasi Laboratorium
No.

Provinsi

(1)

(2)

Campak

Total Darah

(Serum) Sampel Frekuensi


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

(3)

(4)

Gabungan (Campak
dan Rubella)

Rubella

Negatif

Tanpa Spesimen

Pending Lab.

Kasus

Frekuensi

Kasus

Frekuensi

Kasus

Frekuensi

Kasus

Frekuensi

Kasus

Frekuensi

Kasus

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

28
23
40
5
71
43
17
115
13
0
14
136
122
48
48
46
0
0
0
5
10
10
9
28
0
21
17
15
0
2
26
12
37

2
4
3
0
3
0
0
0
0
0
2
6
2
3
1
6
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
2
0
0
1
5
1
2

9
34
48
0
18
0
0
0
0
0
9
70
9
23
11
183
0
0
0
0
0
0
0
37
0
0
49
0
0
2
100
30
544

1
0
3
1
7
1
1
19
2
0
1
13
21
2
7
2
0
0
0
1
2
1
1
2
0
3
1
3
0
0
0
0
3

6
0
127
5
81
12
12
325
27
0
5
159
107
22
38
38
0
0
0
17
45
14
8
19
0
23
17
26
0
0
0
0
18

1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1

8
0
0
0
6
0
5
0
0
0
0
7
6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
0
0
0
0
0
0
0
7
3

1
1
2
0
6
7
0
2
1
0
0
4
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0

5
4
10
0
62
58
0
52
3
0
0
30
0
5
0
0
0
0
0
0
0
6
10
0
0
7
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2

0
0
0
0
0
0
0
32
0
0
0
14
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
31
65

961

46

1,176

98

1,151

49

28

252

142

Lampiran 3.22

JUMLAH KASUS DIFTERI MENURUT KELOMPOK UMUR


MENURUT PROVINSI TAHUN 2009
Jumlah Kasus Menurut Kelompok Umur (Bulan)
No.

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
5
0
1
0
0
1
1
6
0
32
1
0
0
0
2
0
0
0
0
0
4
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
3
8
0
60
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
5
3
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
1
0
23
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
5
0
3
0
0
0
0
1
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
5
0
1
0
0
3
12
24
0
119
4
0
0
0
4
0
4
0
0
0
10
3
0
0
0
0
0
0

Indonesia

53

84

29

17

189

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

<1

1-4

5-9

10-14

> 15

Total

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Lampiran 3.23

JUMLAH KASUS DIFTERI PER BULAN


MENURUT PROVINSI TAHUN 2009
Jumlah Kasus per Bulan
No.

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

Total

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
3
0
14
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
9
2
0
9
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
5
0
11
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
3
0
12
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
3
0
14
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
2
0
13
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
10
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
11
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
3
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
9
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
5
0
1
0
0
3
12
24
0
119
4
0
0
0
4
0
4
0
0
0
10
3
0
0
0
0
0
0

Indonesia

19

22

22

22

20

19

13

17

12

189

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

Lampiran 3.24

JUMLAH KASUS AFP, AFP RATE DAN NON POLIO AFP RATE
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

Minimal Kasus per Tahun

Jumlah Kasus AFP

AFP Rate / 100.000 penduduk

Non Polio AFP Rate / 100.000 penduduk

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

24
80
26
37
7
17
10
42
6
43
42
62
224
162
12
151
28
14
18
17
11
5
15
43
7
15
17
28
27
8
6
4
12

35
95
40
69
19
85
18
57
10
12
62
246
188
35
241
84
25
19
58
30
11
23
29
31
14
66
22
21
7
9
7
8
6

2.80
2.38
2.96
3.83
2.24
3.95
3.60
2.59
4.00
3.43
2.95
2.21
2.31
5.83
3.15
2.75
3.13
1.36
4.30
2.14
1.57
2.42
3.41
5.64
1.87
2.93
2.93
8.40
2.00
2.25
2.33
4.00
1.00

2.80
2.38
2.96
3.72
2.00
3.91
3.60
2.59
3.60
3.43
2.62
2.06
2.20
5.67
3.01
2.75
3.13
1.29
4.15
2.14
1.57
2.21
3.29
5.64
1.73
2.80
2.93
8.40
2.00
2.00
2.33
4.00
1.00

1,220

1,682

2.75

2.65

Lampiran 3.25

JUMLAH KASUS AFP MENURUT KRITERIA KLASIFIKASI KLINIS


DAN PROVINSI TAHUN 2009
Klasifikasi Klinis
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

Virus Polio Liar

Kompatibel

Bukan Polio

(3)

(4)

(5)

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

35
95
40
67
12
17
18
85
9
59
55
84
234
186
34
230
30
11
21
28
31
21
13
63
7
22
25
18
56
8
7
8
7
1,636

Lampiran 3.26

JUMLAH PENDERITA, CASE FATALITY RATE (%), DAN INCIDENCE RATE PER 100.000 PENDUDUK DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD/DHF)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 - 2009
No.

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

2005
CFR

IR

2006
CFR

IR

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

629
3,657
1,154
1,850
353
1,621
61
736
46
746
23,466
18,590
6,583
971
15,251
2,045
3,596
1,062
735
1,220
491
341
3,165
1,926
780
2,822
758
206
27
0
24
184
183

1.59
1.80
1.99
1.73
3.12
0.56
3.28
1.63
4.35
3.49
0.34
1.53
2.29
1.24
1.74
1.27
0.50
1.41
1.36
1.07
0.81
2.35
2.59
1.35
1.00
1.81
2.90
0.00
2.00
0.00
4.17
3.26
1.09

95,279

1.36

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

14.86
30.75
25.89
41.19
13.38
18.38
3.60
10.54
4.60
57.58
296.87
47.50
19.61
29.44
42.94
23.87
108.97
26.62
17.75
31.92
26.75
9.29
121.74
119.89
31.73
34.65
39.25
23.50
2.66
0.00
2.65
32.62
11.02

758
2,125
1,067
948
365
2,272
129
1,402
58
969
24,932
25,851
10,924
2,184
20,374
2,306
5,629
623
251
2,659
513
455
2,714
1,290
492
2,612
95
302
31
0
138
128
60

43.42 114,656

1.98
1.60
1.22
1.90
3.01
0.09
0.78
1.00
0.00
2.89
0.16
1.06
2.01
1.05
1.21
1.52
0.53
0.64
1.20
1.32
0.78
1.54
2.80
1.47
2.24
0.84
3.16
0.66
3.23
0.00
2.90
0.00
0.00

19.43
16.86
23.87
21.04
13.83
32.48
7.61
20.08
5.80
74.79
316.17
66.08
33.72
66.22
56.19
26.92
170.57
15.59
6.36
65.94
27.42
12.40
103.64
59.62
20.01
35.03
4.73
32.90
3.06
0.00
16.09
22.69
3.55

2007
M
CFR
(10)

1,569
3,990
2,189
795
309
3,480
274
4,470
145
950
31,836
30,536
20,391
2,462
25,950
5,587
6,375
720
518
508
696
1,321
5,341
1,865
1,338
2,732
944
236
2
0
275
208
103

13
34
24
15
5
13
7
23
2
11
86
288
327
26
372
98
14
2
11
7
8
16
102
24
17
30
7
4
0
0
7
2
4

1.04 52.48 158,115

1,599

(11)

0.83
0.85
1.10
1.89
1.62
0.37
2.55
0.51
1.38
1.16
0.27
0.94
1.60
1.06
1.43
1.75
0.22
0.28
2.12
1.38
1.15
1.21
1.91
1.29
1.27
1.10
0.74
1.69
0.00
0.00
2.55
0.96
3.88

IR

(12)

(13)

38.92
31.66
48.05
18.46
11.20
48.17
15.62
64.01
13.67
73.33
392.64
78.05
61.96
74.65
69.95
65.22
193.18
16.90
13.13
12.98
35.54
35.59
193.15
86.15
54.02
36.79
48.20
25.71
0.20
0.00
29.22
28.76
6.09

2008
M
(14)

2,436
4,454
1,907
828
245
2,360
339
4,807
34
1,724
28,361
23,248
19,235
2,119
17,310
3,954
6,254
777
695
947
531
576
5,762
1,430
1,389
3,538
1,006
172
43
0
250
510
228

32
49
11
10
9
3
1
40
22
26
231
228
21
168
53
19
4
22
32
7
11
105
16
17
27
9
4
0
0
7
2
1

1.01 71.78 137,469

1,187

CFR

(15)

(17)

1.31
1.10
0.58
1.21
3.67
0.13
0.29
0.83
0.00
1.28
0.09
0.99
1.19
0.99
0.97
1.34
0.30
0.51
3.17
3.38
1.32
1.91
1.82
1.12
1.22
0.76
0.89
2.33
0.00
0.00
2.80
0.39
0.44

2009
M
CFR
(18)

1,573
4,697
2,813
1,563
254
1,854
260
1,862
349
1,828
28,032
37,861
17,881
2,203
18,631
5,250
5,810
615
399
9,792
1,309
1,113
5,244
1,640
952
3,411
692
91
149
0
384
204
196

20
58
18
27
5
6
8
20
16
14
32
307
248
15
185
70
9
4
7
171
16
20
68
20
7
23
12
2
0
0
7
2
3

0.86 158,912

1,420

(19)

1.27
1.23
0.64
1.73
1.97
0.32
3.08
1.07
4.58
0.77
0.11
0.81
1.39
0.68
0.99
1.33
0.15
0.65
1.75
1.75
1.22
1.80
1.30
1.22
0.74
0.67
1.73
2.20
0.00
0.00
1.82
0.98
1.53

IR
(20)

36.36
35.7
59.75
29.29
8.55
25.67
15.44
24.85
31.54
115.6
313.4
89.41
54.81
63.89
50.03
56.39
167.4
13.72
8.44
228.3
65.25
29.3
173.8
68.79
36.5
44.71
31.86
9.19
13.74
0
38.89
28.21
10.93
0.89 68.22

Lampiran 3.27

JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG TERJANGKIT DEMAM BERDARAH DENGUE


MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 - 2009

No.
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

Tahun

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Kab/Kota

Kab/Kota

Kab/Kota

Kab/Kota

2005/2006

2007

2008

2009

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

21
25
19
11
10
14
9
10
7
6
6
25
35
5
38
6
9
9
16
12
14
13
13
9
10
23
10
5
5
8
8
9
20
440

23
28
19
11
10
15
9
11
7
6
6
26
35
5
38
7
9
9
20
14
14
13
14
13
10
23
12
6
5
9
8
9
21
465

23
30
19
11
11
15
10
11
7
7
6
26
35
5
38
7
9
10
20
14
14
13
14
15
11
24
12
6
5
11
8
9
27
483

23
33
19
12
11
15
10
14
7
7
6
26
35
5
38
8
9
10
21
14
14
13
14
15
11
24
12
6
5
11
9
11
29
497

2005

12
17
10
11
7
9
3
10
6
5
5
25
35
5
38
6
9
9
7
7
6
13
12
9
10
21
6
5
1
0
3
4
4
330

2006

2007

2008

2009

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

57.14
68.00
52.63
100.00
70.00
64.29
33.33
100.00
85.71
83.33
83.33
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
43.75
58.33
42.86
100.00
92.31
100.00
100.00
91.30
60.00
100.00
20.00
0.00
37.50
44.44
20.00
75.00

15
19
12
11
10
9
7
10
5
3
5
25
35
5
38
6
9
8
1
10
6
12
13
9
7
20
5
5
2
0
3
2
3
330

71.43
76.00
63.16
100.00
100.00
64.29
77.78
100.00
71.43
50.00
83.33
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
88.89
6.25
83.33
42.86
92.31
100.00
100.00
70.00
86.96
50.00
100.00
40.00
0.00
37.50
22.22
15.00
75.00

15
20
15
11
8
12
9
10
7
4
6
25
35
5
38
6
9
8
5
10
12
13
13
9
9
21
7
5
1
0
6
3
4
361

65.22
71.43
78.95
100.00
80.00
80.00
100.00
90.91
100.00
66.67
100.00
96.15
100.00
100.00
100.00
85.71
100.00
88.89
25.00
71.43
85.71
100.00
92.86
69.23
90.00
91.30
58.33
83.33
20.00
0.00
75.00
33.33
19.05
77.63

17
22
17
10
9
9
9
10
6
4
6
26
35
5
38
6
9
8
5
10
9
13
13
9
9
21
3
6
1
0
4
0
6
355

73.91
73.33
89.47
90.91
81.82
60.00
90.00
90.91
85.71
57.14
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
85.71
100.00
80.00
25.00
71.43
64.29
100.00
92.86
60.00
81.82
87.50
25.00
100.00
20.00
0.00
50.00
0.00
22.22
73.50

17
22
16
11
7
12
10
11
7
5
6
26
35
5
38
8
9
7
6
14
13
13
13
11
9
22
6
5
4
0
4
5
7
384

Lampiran 3.28

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DIARE


MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 - 2009

No.

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

2005

2006

2007

2008

2009

CFR

CFR

CFR

CFR

CFR

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(17)

267
145
95
95
148
48
1,371
2,194
69
133
486

6
6
1
2
1
0
26
28
13
7
37

2.25
4.14
1.05
2.11
0.68
0.00
1.90
1.28
18.84
5.26
7.61

163
401
40
46
218
880
226
102
1,223
488
50
269
177
20
133
6,544

5
13
6
12
1
1
45
7
1
7
12
3
6
158

3.07
3.24
2.75
1.36
0.44
0.98
3.68
1.43
2.00
2.60
6.78
15.00
4.51
2.41

390
1,468
1,057
104
120
163
66
293
-

7
8
3
3
3
6
11
5
-

1.79
0.54
0.28
2.88
2.50
3.68
16.67
1.71
-

178
636
380
216
362
1,047
814
217
106
41
584
2,023
130
169
1,540

0
12
2
1
9
4
1
3
2
1
13
23
18
14
106

0.00
1.89
0.53
0.46
2.49
0.38
0.12
1.38
1.89
2.44
2.23
1.14
13.85
8.28
6.88

45
86
11
1,425
95
351
1,147
416
437
37
423
205
605
473

6.67
0
18
1
6
3
0
4
5
3
2
1
0
1

5,051

127

2.51

10,980

277

2.52

3,661

46

1.26

8,443

209

2.48

5,756

1.74

Lampiran 3.29

JUMLAH KASUS DEMAM CHIKUNGUNYA


MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

No.
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Kasus

Provinsi
(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

Jumlah Wilayah Terjangkit

(3)

(4)

3,355

Periode

Kab/Kota

Kecamatan

Desa/Kelurahan

(5)

(6)

(7)

(8)

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
-

1
7
7
8
7
7
2
17
1
3
-

8
24
25
2
1
1
2
-

12
88
70
2
1
2
6
-

83,756

60

63

181

5,609
528

12,742

8,045
6,862

7,622
24,291

117

2,759
5,095

1,982

103

814
-

458
-

3,098
276

Jan - Sept
Mei - Juni
Okt
Jan - Nov
Feb - Des
Apr - Des
Jan - Des
Jan -Des
Jan - Feb
Jan - Des
Jan - Des
Des
Jan - Mei
Feb- Des
Okt
Nov - Des
Nov - Des
-

Lampiran 3.30

JUMLAH DAERAH TERTULAR RABIES DAN JUMLAH KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (GHPR)
SERTA HASIL PEMERIKSAAN SPECIMEN HEWAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

No.

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

Jumlah Daerah Tertular

Jumlah Kabupaten/Kota

Jumlah Kasus

Desa

Kecamatan

Seluruhnya

Terjangkit

GHPR

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Pemberian
VAR

Lyssa

(9)

(10)

Jumlah Specimen Hewan


Diperiksa

Positif

(11)

(12)

12
26
18
11
10
2
10
1
1
12
1
9
8
10
10
8
13
8
23
8
6
2
2
5
-

329
2,386
2,818
653
502
2,123
575
1,274
9
288
264
21,806
3,882
629
110
240
1,859
605
1,994
947
284
325
1,288
276
-

294
1,718
2,061
636
303
1,518
422
1,095
0
83
105
18,825
3,237
346
104
173
689
512
805
827
139
215
933
276
-

5
18
14
5
0
9
0
7
1
0
2
28
33
1
0
1
12
4
4
3
5
0
35
8
-

12
39
275
35
40
211
0
7
0
2
0
0
65
0
1
0
0
7
0
0
0
0
534
0
-

216

45,466

35,316

195

1,228

Lampiran 3.31

JUMLAH PENDERITA FILARIASIS


MENURUT PROVINSI TAHUN 2006 - 2009

No.

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

Tahun
2006

2007

2008

2009

(3)

(4)

(5)

(6)

2,359
104
231
532
255
191
94
74
151
31
53
252
224
5
207
67
18
62
1,682
232
202
385
409
30
451
60
181
224
92
70
12
355
1,132

2,359
104
274
532
255
191
94
74
207
31
53
265
395
37
238
67
18
69
1,682
244
226
385
409
30
451
60
208
224
92
70
12
985
1,132

2,359
141
274
532
257
210
94
74
207
31
53
404
395
37
219
91
18
71
1,682
253
225
385
409
30
451
60
208
224
96
70
27
985
1,127

2,359
141
274
532
257
210
94
74
207
31
53
474
412
37
219
76
18
71
1,730
253
225
385
409
30
451
128
201
224
96
70
27
988
1,158

10,427

11,473

11,699

11,914

Lampiran 3.32

SITUASI PES MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

No.
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

Kabupaten/Kota
(3)

Bandung
Boyolali
Sleman
Pasuruan
-

Jumlah Spesimen Diperiksa

Hasil Spesimen Positif

Spesimen Pool

Human

Rodent

Human

Rodent

Diperiksa

Positif

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

0
0
0
40
-

0
0
0
3,175
-

0
0
0
0
-

0
0
0
0
-

0
0
0
0
-

0
0
0
0
-

40

3,175

Lampiran 3.33

JUMLAH KASUS, MENINGGAL, DAN CASE FATALITY RATE (CFR) LEPTOSPIROSIS


MENURUT PROVINSI TAHUN 2004 - 2009
2004
No.

Provinsi

(1)

(2)

2005

2006

2007

2008

2009

CFR

CFR

CFR

CFR

CFR

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

CFR
(20)

Aceh

49

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Kep. Bangka Belitung

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

78

62

51

470

34

37

25

12

Jawa Barat

11

13

Jawa Tengah

40

10

25

34

10

29

35

26

70

11

72

13

275

14

14

DI Yogyakarta

20

25

33

125

95

15

Jawa Timur

65

29

14

16

Banten

34

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

21

Kalimantan Tengah

22

Kalimantan Selatan

23

Kalimantan Timur

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Tengah

26

Sulawesi Selatan

18

44

44

100

16

31

27

Sulawesi Tenggara

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua Barat

33

Papua

166

25

15,06

114

16

14,04

138

11

7,97

667

57

8,55

263

16

6,08

378

23

6,08

Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010
Keterangan : K= Kasus, M= Meninggal

Lampiran 3.34

JUMLAH KASUS DAN MENINGGAL FLU BURUNG


MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 - 2009
2005
No.

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010


Keterangan : K= Kasus, M= Meninggal

2006

2007

2009

2008

2005-2009

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
8
3
1
0
0
5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
2
0
0
0
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
7
2
0
0
0
0
0
0
0
11
22
3
0
5
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0

0
6
0
0
0
0
0
0
0
0
10
18
3
0
3
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0

0
1
1
6
0
1
0
0
0
0
8
5
5
0
2
11
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
1
1
5
0
1
0
0
0
0
8
4
5
0
1
9
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
7
4
2
0
0
9
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
4
2
0
0
9
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
10
6
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
8
6
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
8
4
8
0
1
0
3
0
0
44
40
12
1
8
30
2
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0

0
7
1
6
0
1
0
0
0
0
38
34
11
1
5
27
2
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0

20

13

55

45

42

37

24

20

21

19

162

134

Lampiran 3.35

JUMLAH KEJADIAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN JUMLAH KORBAN LUKA DAN MENINGGAL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

No.
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Jumlah Korban

Jumlah
Kecelakaan

Meninggal

(3)

(4)

(5)

608
3,170
2,407
1,574
617
2,210
727
4,278
218
218
4,126
2,907
4,278
12,245
811
1,794
792
666
848
987
513
1,022
1,087
1,244
1,675
678
495
438
263
765
53,661

499
1,571
749
759
415
1,051
318
203
158
189
-

Sumber: Ditlantas Babankam, Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia, 2010

Jumlah

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

27.69
33.57
30.91
51.96
33.61
35.45
20.15
14.44
24.44
24.16
-

378
20,456

561
2,485
2,134
381
1,626
859
5,929
145
150
-

19.40
10.62
14.44
13.07
35.09
30.09
27.46
28.18
26.57
12.36
18.50
24.02
26.10
18.97
19.42
27.07
24.40

118
118
-

22.17
18.46

Luka Ringan

1,397
1,368
1,035
2,697
565
1,013
444
339
461
226
182
360
492
348
512
252
173

20.48
23.16
-

406
2,050
1,290
821
403
1,470
297
1,035
98
108
-

257
18,448

(6)

22.10
9.08
2.83
17.87
12.11
17.02
28.20
28.35
26.69
15.81
42.07
31.62
18.83
19.96
42.15
28.79
17.91

111
85
-

Berat

34.04
25.73
17.95
48.04
34.61
25.34
21.57
2.83
39.40
42.28

1,592
1,169
203
3,687
195
573
456
341
463
289
414
474
355
366
1,111
268
127
-

Luka

21.77
32.15
32.61
20.47

4,213
10,341
5,929
14,254
850
1,781
717
523
811
1,313
388
665
1,038
1,120
1,013
411
409
313
164
524
61,047

38.27
40.70
51.14
31.78
39.21
58.28
82.73
36.16
33.56
-

1,466
6,106
4,173
1,580
1,199
4,147
1,474
7,167
401
447
-

58.50
80.30
82.73
69.07
52.80
52.90
44.34
43.47
46.74
71.83
39.43
44.36
55.07
61.07
38.43
44.15
57.69
57.75
44.69
45.21
61.08

7,202
12,878
7,167
20,638
1,610
3,367
1,617
1,203
1,735
1,828
984
1,499
1,885
1,834
2,636
931
709
542
367
1,159
99,951

100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00

Lampiran 4.1

CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K1, K4, DAN PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009
Ibu Hamil
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen Binkesmas, Kemenkes RI

Jumlah

K1

% K1

K4

% K4

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

113.761
322.257
115.410
145.169
77.320
185.060
49.693
183.799
27.032
42.450
174.792
1.037.443
632.590
50.421
665.616
206.496
67.554
118.412
118.130
108.105
58.533
77.215
83.552
43.480
56.595
180.081
53.425
28.170
27.488
38.506
25.256
18.067
51.051
5.182.927

102.793
303.097
107.354
139.359
73.129
175.637
45.629
171.723
27.769
38.053
177.541
967.339
624.664
49.898
638.472
202.456
65.864
109.883
107.179
96.285
53.708
73.594
77.104
42.823
55.474
176.320
48.186
26.173
21.226
31.611
20.551
17.946
29.534
4.898.374

90,36
94,05
93,02
96,00
94,58
94,91
91,82
93,43
102,73
89,64
101,57
93,24
98,75
98,96
95,92
98,04
97,50
92,80
90,73
89,07
91,76
95,31
92,28
98,49
98,02
97,91
90,19
92,91
77,22
82,09
81,37
99,33
57,85
94,51

93.055
290.979
103.878
131.100
68.064
162.880
42.277
158.240
25.441
33.569
168.734
884.412
590.804
45.235
571.788
164.507
62.060
99.028
75.275
87.687
47.178
64.541
67.142
36.895
47.563
152.114
45.071
23.283
15.678
26.833
18.211
10.079
15.031
4.428.632

81,80
90,29
90,01
90,31
88,03
88,01
85,08
86,09
94,11
79,08
96,53
85,25
93,39
89,71
85,90
79,67
91,87
83,63
63,72
81,11
80,60
83,59
80,36
84,86
84,04
84,47
84,36
82,65
57,04
69,69
72,11
55,79
29,44
85,45

100.127
308.162
110.054
125.049
72.158
176.845
46.032
175.444
25.817
40.418
155.612
990.287
605.238
45.763
611.261
221.849
64.455
113.711
104.402
103.161
54.945
77.215
76.678
41.647
54.017
163.710
46.859
26.555
26.213
36.757
24.205
17.245
50.921
4.892.812

Ibu Bersalin
Ditolong
Nakes

% Ditolong
Nakes

(9)

(10)

85.362
271.992
95.766
107.763
61.867
153.402
37.845
143.491
24.198
38.900
155.612
745.464
563.032
43.889
568.214
176.000
61.719
86.370
89.308
75.550
42.681
65.692
61.516
35.645
43.489
144.185
37.652
22.204
16.371
24.663
14.947
13.517
20.012
4.128.318

85,25
88,26
87,02
86,18
85,74
86,74
82,21
81,79
93,73
96,24
100,00
75,28
93,03
95,90
92,96
79,33
95,76
75,96
85,54
73,24
77,68
85,08
80,23
85,59
80,51
88,07
80,35
83,62
62,45
67,10
61,75
78,38
39,30
84,38

Ibu Nifas
Kunjungan
% KF3
Nifas 3 kali
(9)

56.327
62.727
11.036
47.063
32.239
32.686
140.423
23.345
24.790
137.452
425.811
409.505
32.968
566.039
126.648
62.096
90.422
71.592
39.731
59.838
3.807
32.875
39.179
83.963
29.457
19.520
12.264
22.516
15.645
7.658
2.707.358

(10)

59,28
61,37
17
66,58
76
74,35
84
94,67
64
85,75
48
73,38
75
93,51
74
101,15
84
70,21
41
87
36,54
81
76,16
51
63,52
75
52,73
64
67,58
47
71,54

Lampiran 4.2

PERSENTASE BALITA MENURUT PENOLONG KELAHIRAN TERAKHIR DAN PROVINSI


TAHUN 2009
Perkotaan + Perdesaan
No

Provinsi

(1)
1

(2)

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh

Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber : BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat

Penolong Waktu Lahir


Dokter

Bidan

Tenaga Medis Lain

Dukun

Famili

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Jumlah
(8)

8,77

76,51

0,58

13,30

0,82

100

12,74
17,29
15,67
8,86
13,70
12,88
8,88
15,86
21,46
35,44
13,97
15,53
36,86
18,84
15,60
37,70
8,07
6,98
6,70
5,59
12,48
20,75
31,40
8,60
10,84
5,61
13,79
5,45
7,39
9,16
12,25
12,31
15,28

75,41
70,58
66,43
61,00
64,24
71,47
66,40
68,75
65,25
62,00
55,54
68,39
60,08
67,01
52,84
58,19
62,76
41,40
49,98
54,62
62,92
63,18
49,58
50,23
57,78
42,22
47,46
40,93
33,69
36,48
42,53
32,97
61,24

0,54
0,99
0,61
0,65
0,78
0,86
1,08
0,76
0,74
0,69
0,67
0,38

9,14
10,44
16,53
29,15
20,53
14,10
23,05
14,06
12,44
1,70
29,62
15,53
2,95
13,35
30,91
2,44
27,71
40,51
39,65
35,88
23,47
13,98
16,41
33,63
27,64
50,60
35,59
48,85
55,40
49,39
27,26
14,79
21,29

1,87
0,53
0,27
0,25
0,62
0,65
0,43
0,41
0,11
0,11
0,13
0,13

100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
99
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
99
99
100

0,48
0,42
0,33
0,49
1,47
2,38
3,34
0,61
1,31
1,83
3,64
0,86
0,89
1,92
1,07
1,40
1,57
5,65
3,80
0,82

0,18
0,06
1,32
0,91
9,04
1,15
0,51
0,38
0,71
0,52
3,74
2,59
0,61
1,19
3,30
1,83
3,32
11,20
34,94
1,22

Lampiran 4.3

CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS, PELAYANAN KESEHATAN BAYI DAN ANAK BALITA


MENURUT PROVINSI TAHUN 2009
KUNJUNGAN NEONATUS
NO

PROVINSI

JUMLAH BAYI

(1)

(2)

(3)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen Binkesmas, Kemenkes RI

KN1

% KN1

KN LENGKAP

%KN LENGKAP

(4)

(5)

(6)

(7)

98.244
299.401
104.505
118.714
58.807
144.371
33.854
150.590
22.434
38.681
170.380
807.552
563.920
44.303
547.925
196.741
49.104
107.754
121.972
99.584
42.310
71.554
65.391
37.041
54.344
171.819
53.114
19.888
21.765
33.222
23.477
18.524
51.661

77.318
273.653
87.157
101.619
54.449
130.223
27.391
132.971
22.344
31.525
157.278
688.842
534.201
40.316
518.885
170.574
48.991
87.065
93.431
80.763
35.202
66.724
54.667
30.670
43.964
152.232
43.819
15.632
14.865
23.422
7.278
5.576
16.805

78,70
91,40
83,40
85,60
92,59
90,20
80,91
88,30
99,60
81,50
92,31
85,30
94,73
91,00
94,70
86,70
99,77
80,80
76,60
81,10
83,20
93,25
83,60
82,80
80,90
88,60
82,50
78,60
68,30
70,50
31,00
30,10
32,53

66.786
269.161
77.344
92.953
48.663
119.366
23.986
112.943
21.386
10.831
153.598
696.110
426.887
38.101
508.474
155.752
48.858
79.953
90.015
23.153
8.970
43.362
48.095
27.040
41.084
133.503
44.462
15.493
14.058
22.857
7.747
5.687
18.376

67,98
89,90
74,01
78,30
82,75
82,68
70,85
75,00
95,33
28,00
90,15
86,20
75,70
86,00
92,80
79,17
99,50
74,20
73,80
23,25
21,20
60,60
73,55
73,00
75,60
77,70
83,71
77,90
64,59
68,80
33,00
30,70
35,57

4.442.946

3.582.751

80,64

3.098.600

69,74

Lampiran 4.4

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI, ANAK BALITA, DAN MURID SD KELAS 1 DAN SEDERAJAT
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

NO

PROVINSI

JUMLAH BAYI

(1)

(2)

(3)

Aceh

Sumatera Utara

CAKUPAN PELAYANAN
KESEHATAN BAYI
JUMLAH

(4)

(5)

JUMLAH ANAK
BALITA
(6)

CAKUPAN PELAYANAN
JUMLAH MURID CAKUPAN PELAYANAN MURID
SD KELAS SATU
KESEHATAN ANAK BALITA
SD KELAS
SATU
JUMLAH
%
JUMLAH
%
(7)

(8)

(9)

(10)

98.244

65.823

67,00

363.556

191.085

52,56

299.401

242.515

81,00

1.124.299

905.061

80,50

2.121.111

Sumatera Barat

104.505

78.776

75,38

388.594

275.552

70,91

804.131

Riau

118.714

90.816

76,50

470.387

217.507

46,24

844.933

Jambi

Sumatera Selatan

58.807

47.198

80,26

224.694

207.617

92,40

426.417

144.371

119.539

82,80

579.829

386.166

66,60

1.093.984

Bengkulu

33.854

23.339

68,94

132.845

10.136

7,63

242.199

Lampung

150.590

120.020

79,70

574.110

243.537

42,42

1.108.154

54,22

30.471

37.234

Kepulauan Bangka Belitung

22.434

15.704

70,00

86.567

46.937

10

Kepulauan Riau

38.681

27.077

70,00

140.419

(11)

76,45

608.620

352.148

57,86

1.107.252

811.726

81,00

3.136.549

1.435.912

45,78

5.324.137

5.171.867

13

Jawa Tengah

563.920

522.867

92,72

2.219.780

821.097

36,99

3.806.965

14

DI Yogyakarta

44.303

39.341

88,80

169.197

7.952

4,70

312.358

92,70

2.083.876

1.334.514

64,04

4.333.031

91,79

790.659

450.676

57,00

1.407.649

17

Bali

49.104

49.359

100,52

216.198

172.591

79,83

432.672

18

Nusa Tenggara Barat

107.754

84.587

78,50

389.246

155.115

39,85

117.390

19

Nusa Tenggara Timur

121.972

79.526

65,20

421.028

138.013

32,78

125.695

20

Kalimantan Barat

99.584

79.667

80,00

364.816

137.937

37,81

101.338

21

Kalimantan Tengah

42.310

30.463

72,00

166.588

16.326

9,80

200.238

22

Kalimantan Selatan

71.554

58.417

81,64

260.745

169.067

64,84

153.234

23

Kalimantan Timur

65.391

48.298

73,86

244.909

115.009

46,96

411.571

24

Sulawesi Utara

37.041

29.633

80,00

140.160

99.514

71,00

227.693

25

Sulawesi Tengah

54.344

41.845

77,00

196.455

161.250

82,08

344.133

26

Sulawesi Selatan

171.819

125.600

73,10

620.682

320.768

51,68

1.222.778

27

Sulawesi Tenggara

53.114

40.085

75,47

195.786

76.963

39,31

300.504

28

Gorontalo

19.888

15.871

79,80

74.513

48.977

65,73

122.352

29

Sulawesi Barat

21.765

14.017

64,40

80.935

29.493

36,44

207.141

30

Maluku

33.222

28.106

84,60

116.578

56.540

48,50

232.984

31

Maluku Utara

23.477

5.494

23,40

84.923

18.870

32

Papua Barat

18.524

4.038

21,80

66.376 -

33

Papua

51.661
Indonesia

Sumber: Ditjen Binkesmas, Kemenkes RI

4.442.946

13.943
3.614.851

26,99
81,36

184.840 16.527.124

22,22
-

8.602.330

47
86,00

3.902.761

90

929.048

66,00

351.935

81

86.206

73,44

28.809

23

42.562

42,00

60.071

30

65.768

42,92

123.471

30

178.124

78,23

206.480

60

331.495

27,11

14.484

41.844

34,20

45.571

22

88.534

38,00

38.000

36
-

27.305.304

73
97,14

268.628

52,05

82,25

1.779.375

105.555
-

66

30.623

130.256

507.926

38,90

20.001

654.117

180.589

46

431.072

170.380

196.741

38,10

110.927

807.552

547.925

54

416.808

DKI Jakarta

Jawa Timur

62,62

230.137

Jawa Barat

Banten

46

529.097

11

15

85,00

369.900

12

16

1.802.944

18.508.272

67,78

Lampiran 4.5

CAKUPAN PENANGANAN NEONATAL DAN OBSTETRI KOMPLIKASI


MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

NO
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

PROVINSI

JUMLAH BAYI

NEONATAL
KOMPLIKASI

(2)

(3)

(4)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen Binkesmas, Kemenkes RI

CAKUPAN PENANGANAN NEONATAL


KOMPLIKASI
JUMLAH
%
(5)

(6)

OBSTETRI
KOMPLIKASI
(4)

CAKUPAN PENANGANAN OBSTETRI


KOMPLIKASI
JUMLAH
%
(5)

(6)

98.244
299.401
104.505
118.714
58.807
144.371
33.854
150.590
22.434
38.681
170.380
807.552
563.920
44.303
547.925
196.741
49.104
107.754
121.972
99.584
42.310
71.554
65.391
37.041
54.344
171.819
53.114
19.888
21.765
33.222
23.477
18.524
51.661

14.737
44.910
15.676
17.807
8.821
21.656
5.078
22.589
3.365
5.802
25.557
121.133
84.588
6.645
82.189
29.511
7.366
16.163
18.296
14.938
6.347
10.733
9.809
5.556
8.152
25.773
7.967
2.983
3.265
4.983
3.522
2.779
7.749

5.743
13.563
792
4.897
2.181
2.988
554
4.879
215
1.926
5.165
39.732
22.390
3.854
27.122
8.558
3.238
5.140
13.941
4.422
812
1.260
638
3.517
2.445
3.737
271
119
843
164
14
225
625

39,0
30,2
5,1
27,5
24,7
13,8
10,9
21,6
6,4
33,2
20,2
32,8
26,5
58,0
33,0
29,0
44,0
31,8
76,2
29,6
12,8
11,7
6,5
63,3
30,0
14,5
3,4
4,0
25,8
3,3
0,4
8,1
8,1

22.752
64.451
23.082
29.034
15.464
37.012
9.939
36.760
5.406
8.490
34.958
207.489
126.518
10.084
133.123
41.299
13.511
23.682
23.626
21.621
11.707
15.443
16.710
8.696
11.319
36.016
10.685
5.634
5.498
7.701
5.051
3.613
10.210

11.144
15.661
16.815
9.693
6.117
6.913
4.403
8.898
1.206
4.211
4.656
86.478
52.849
6.354
112.918
17.481
7.108
12.162
10.670
4.682
781
2.073
2.142
2.065
2.527
18.104
1.318
1.846
1.911
1.031
1.381
1.621
3.363

48,98
24,30
72,85
33,39
39,56
18,68
44,30
24,21
22,31
49,60
13,32
41,68
41,77
63,01
84,82
42,33
52,61
51,35
45,16
21,65
6,67
13,42
12,82
23,75
22,33
50,27
12,34
32,77
34,76
13,39
27,34
44,86
32,94

4.442.946

666.442

158.593

23,8

1.036.585

440.582

42,50

Lampiran 4.6

JUMLAH DAN PERSENTASE PESERTA KB AKTIF


MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN PROVINSI TAHUN 2009

No

Provinsi

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber : BKKBN, 2010

Peserta KB Baru

Jumlah PUS
(3)

Peserta KB Aktif

Jumlah

Jumlah

(4)

(5)

(6)

(7)

742.659
2.075.286
784.819
688.486
592.366
1.488.525
369.228
1.526.467
215.997
284.099
1.211.367
8.606.098
6.487.025
549.313
7.745.030
1.910.538
642.968
915.959
653.487
787.006
392.731
726.728
584.073
419.791
490.480
1.264.471
386.882
198.271
166.366
261.737
66.628
43.224
391.787

179.328
368.377
139.445
162.642
119.345
424.538
101.216
452.218
46.093
57.402
352.793
1.451.359
882.504
50.876
1.030.354
306.735
63.707
165.961
106.666
138.614
71.204
128.933
89.045
92.560
77.501
311.352
72.895
37.230
39.731
62.600
37.214
20.813
37.416

24,15
17,75
17,77
23,62
20,15
28,52
27,41
29,63
21,34
20,20
29,12
16,86
13,60
9,26
13,30
16,05
9,91
18,12
16,32
17,61
18,13
17,74
15,25
22,05
15,80
24,62
18,84
18,78
23,88
23,92
55,85
48,15
9,55

558.437
1.404.182
575.371
493.003
474.040
1.148.297
315.684
1.072.706
164.935
182.668
993.778
6.995.287
5.080.580
432.024
5.836.266
1.273.832
547.348
638.916
455.073
554.480
305.203
551.462
418.301
339.396
367.076
910.346
287.960
157.724
117.311
198.581
39.664
35.166
132.675

75,19
67,66
73,31
71,61
80,02
77,14
85,50
70,27
76,36
64,30
82,04
81,28
78,32
78,65
75,35
66,67
85,13
69,75
69,64
70,45
77,71
75,88
71,62
80,85
74,84
71,99
74,43
79,55
70,51
75,87
59,53
81,36
33,86

43.669.892

7.678.667

17,58

33.057.772

75,70

Lampiran 4.7

HASIL PELAYANAN PESERTA KB BARU


MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN PROVINSI TAHUN 2009

No

Provinsi

(1)

(2)

IUD

Metode Kon trasepsi


Kondom
Implan
Jumlah
%
Jumlah

MOP

MOW

Jumlah

Jumlah

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(11)

1.854

1,03

354

0,20

16

0,01

Sumatera Utara

17.748

4,82

9.112

2,47

1.356

0,37

85.583

23,23

Sumatera Barat

6.577

4,72

991

0,71

180

0,13

20.990

15,05

Riau

3.063

1,88

814

0,50

51

0,03

9.003

5,54

Jambi

2.180

1,83

197

0,17

73

0,06

4.362

3,65

Sumatera Selatan

3.401

0,80

1.470

0,35

777

0,18

40.813

Bengkulu

2.186

2,16

740

0,73

74

0,07

Lampung

9.267

2,05

809

0,18

1.472

Kepulauan Bangka Belitung

589

1,28

181

0,39

11

10

Kepulauan Riau

1.297

2,26

230

0,40

11

DKI Jakarta

27.596

7,82

1.700

12

Jawa Barat

107.059

7,38

13

Jawa Tengah

32.675

3,70

14

DI Yogyakarta

9.024

15

Jawa Timur

52.208

16

Banten

17

Bali

18

Aceh

2
3

29.482

(10)

16,44

2.706

Suntikan
Jumlah
%

%
(12)

(13)

(14)

Pil
Jumlah

(15)

(16)

Total
(17)

1,51

79.362

44,26

65.554

36,56

179.328

26.462

7,18

115.464

31,34

112.652

30,58

368.377

16.919

12,13

67.469

48,38

26.319

18,87

139.445

10.137

6,23

85.072

52,31

54.502

33,51

162.642

10.469

8,77

61.052

51,16

41.012

34,36

119.345

9,61

38.464

9,06

191.091

45,01

148.522

34,98

424.538

8.040

7,94

10.377

10,25

46.299

45,74

33.500

33,10

101.216

0,33

68.994

15,26

27.088

5,99

175.863

38,89

168.725

37,31

452.218

0,02

7.349

15,94

2.300

4,99

20.481

44,43

15.182

32,94

46.093

39

0,07

14.243

24,81

2.382

4,15

21.828

38,03

17.383

30,28

57.402

0,48

733

0,21

25.378

7,19

13.036

3,70

176.716

50,09

107.634

30,51

352.793

15.299

1,05

2.337

0,16

52.289

3,60

80.602

5,55

752.764

51,87

441.009

30,39

1.451.359

17.328

1,96

1.916

0,22

45.953

5,21

97.208

11,02

537.150

60,87

150.274

17,03

882.504

17,74

1.612

3,17

525

1,03

4.113

8,08

3.625

7,13

26.819

52,71

5.158

10,14

50.876

5,07

12.839

1,25

3.510

0,34

43.939

4,26

66.941

6,50

617.338

59,92

233.579

22,67

1.030.354
306.735

9.701

3,16

1.295

0,42

425

0,14

13.652

4,45

22.931

7,48

158.671

51,73

100.060

32,62

12.570

19,73

1.718

2,70

211

0,33

5.323

8,36

1.809

2,84

34.010

53,39

8.066

12,66

63.707

Nusa Tenggara Barat

6.036

3,64

1.174

0,71

155

0,09

10.693

6,44

18.310

11,03

103.112

62,13

26.481

15,96

165.961

19

Nusa Tenggara Timur

5.898

5,53

2.587

2,43

355

0,33

5.704

5,35

12.643

11,85

63.417

59,45

16.062

15,06

106.666

20

Kalimantan Barat

1.990

1,44

853

0,62

112

0,08

18.757

13,53

5.593

4,03

64.528

46,55

46.781

33,75

138.614

21

Kalimantan Tengah

440

0,62

255

0,36

52

0,07

5.484

7,70

5.087

7,14

34.075

47,86

25.811

36,25

71.204

22

Kalimantan Selatan

1.481

1,15

659

0,51

119

0,09

6.672

5,17

8.430

6,54

57.072

44,26

54.500

42,27

128.933

23

Kalimantan Timur

3.016

3,39

961

1,08

101

0,11

11.927

13,39

4.147

4,66

43.170

48,48

25.723

28,89

89.045

24

Sulawesi Utara

3.590

3,88

809

0,87

242

0,26

12.226

13,21

10.999

11,88

41.142

44,45

23.552

25,45

92.560

25

Sulawesi Tengah

2.133

2,75

512

0,66

226

0,29

8.777

11,33

7.463

9,63

28.960

37,37

29.430

37,97

77.501

26

Sulawesi Selatan

4.674

1,50

2.058

0,66

153

0,05

56.342

18,10

19.746

6,34

127.733

41,03

100.646

32,33

311.352

27

Sulawesi Tenggara

28

Gorontalo

29

819

1,12

453

0,62

191

0,26

8.863

12,16

7.416

10,17

28.243

38,74

26.910

36,92

72.895

2.684

7,21

322

0,86

213

0,57

2.574

6,91

6.150

16,52

14.980

40,24

10.307

27,68

37.230

Sulawesi Barat

407

1,02

130

0,33

50

0,13

10.874

27,37

2.940

7,40

11.991

30,18

13.339

33,57

39.731

30

Maluku

823

1,31

452

0,72

68

0,11

10.052

16,06

5.281

8,44

27.185

43,43

18.739

29,93

62.600

31

Maluku Utara

595

1,60

233

0,63

97

0,26

3.487

9,37

6.618

17,78

16.990

45,65

9.194

24,71

37.214

32

Papua Barat

256

1,23

64

0,31

41

0,20

5.703

27,40

1.081

5,19

8.422

40,47

5.246

25,21

20.813

33

Papua

298

0,80

624

1,67

24

0,06

10.441

27,91

2.719

7,27

16.016

42,81

7.294

19,49

37.416

334.135

4,35

78.835

1,03

15.905

0,21

668.082

8,70

558.079

7,27

3.854.485

50,20

2.169.146

28,25

7.678.667

Indonesia
Sumber: BKKBN, 2010

Lampiran 4.8

JUMLAH DAN PERSENTASE PESERTA KB AKTIF


MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN PROVINSI TAHUN 2009

No

Provinsi

(1)

(2)

Aceh

Jumlah
PUS
(3)

Peserta

KB Aktif

IUD

Jumlah

Jumlah

(4)

(5)

(6)

(7)

MOW
Jumlah
(8)

MOP
%

Jumlah

(9)

(10)

(11)

Metode Kontrasepsi
Kondom
Implan
Jumlah
%
Jumlah
%
(12)

(13)

(14)

Suntikan
Jumlah
%

(15)

(16)

(17)

Pil
Jumlah

(18)

(19)

742.659

558.437

75,19

11.742

2,10

3.927

0,70

140

0,03

40.684

7,29

9.452

1,69

260.648

46,67

231.844

41,52

Sumatera Utara

2.075.286

1.404.182

67,66

142.894

10,18

110.179

7,85

4.299

0,31

77.967

5,55

118.500

8,44

464.648

33,09

485.695

34,59

Sumatera Barat

784.819

575.371

73,31

53.853

9,36

16.145

2,81

420

0,07

20.741

3,60

71.063

12,35

299.766

52,10

113.383

19,71

Riau

688.486

493.003

71,61

33.364

6,77

7.089

1,44

3.378

0,69

24.341

4,94

55.905

11,34

209.613

42,52

159.313

32,31

Jambi

592.366

474.040

80,02

31.222

6,59

4.192

0,88

1.108

0,23

7.274

1,53

61.017

12,87

198.173

41,81

171.054

36,08

Sumatera Selatan

1.488.525

1.148.297

77,14

45.339

3,95

39.224

3,42

4.381

0,38

50.939

4,44

196.212

17,09

477.552

41,59

334.650

29,14

Bengkulu

369.228

315.684

85,50

20.369

6,45

6.400

2,03

872

0,28

8.229

2,61

42.476

13,46

144.454

45,76

92.884

29,42

Lampung

1.526.467

1.072.706

70,27

123.031

11,47

14.354

1,34

12.701

1,18

16.386

1,53

142.208

13,26

389.221

36,28

374.805

34,94

Kepulauan Bangka Belitung

215.997

164.935

76,36

5.746

3,48

4.960

3,01

83

0,05

4.456

2,70

13.304

8,07

73.882

44,79

62.504

37,90

284.099

182.668

64,30

11.216

6,14

1.986

1,09

232

0,13

9.164

5,02

7.996

4,38

84.496

46,26

67.578

36,99

11 DKI Jakarta

1.211.367

993.778

82,04

211.752

21,31

34.534

3,48

10.925

1,10

23.959

2,41

66.788

6,72

384.280

38,67

261.540

26,32

12 Jawa Barat

8.606.098

6.995.287

81,28

756.317

10,81

149.012

2,13

65.507

0,94

57.700

0,82

283.701

4,06

3.243.113

46,36

1.850.437

26,45

13 Jawa Tengah

6.487.025

5.080.580

78,32

445.718

8,77

293.264

5,77

63.367

1,25

87.083

1,71

488.018

9,61

2.834.891

55,80

868.239

17,09

549.313

432.024

78,65

109.901

25,44

22.049

5,10

2.649

0,61

22.733

5,26

23.622

5,47

196.284

45,43

54.786

12,68

15 Jawa Timur

7.745.030

5.836.266

75,35

845.978

14,50

303.896

5,21

21.663

0,37

59.645

1,02

445.413

7,63

2.833.995

48,56

1.325.676

22,71

16 Banten

24,91

10 Kepulauan Riau

14 DI Yogyakarta

1.910.538

1.273.832

66,67

139.836

10,98

22.368

1,76

17.964

1,41

14.208

1,12

76.829

6,03

685.363

53,80

317.264

17 Bali

642.968

547.348

85,13

262.083

47,88

20.749

3,79

2.720

0,50

13.063

2,39

6.791

1,24

194.227

35,49

47.715

8,72

18 Nusa Tenggara Barat

915.959

638.916

69,75

73.748

11,54

14.875

2,33

2.172

0,34

7.257

1,14

81.273

12,72

319.016

49,93

140.575

22,00

19 Nusa Tenggara Timur

653.487

455.073

69,64

55.482

12,19

16.771

3,69

4.653

1,02

7.855

1,73

41.605

9,14

251.993

55,37

76.714

16,86

20 Kalimantan Barat

787.006

554.480

70,45

33.867

6,11

8.759

1,58

4.030

0,73

19.119

3,45

31.128

5,61

221.071

39,87

236.506

42,65

21 Kalimantan Tengah

392.731

305.203

77,71

5.476

1,79

3.021

0,99

372

0,12

4.123

1,35

27.780

9,10

134.210

43,97

130.221

42,67

22 Kalimantan Selatan

726.728

551.462

75,88

9.830

1,78

6.722

1,22

569

0,10

8.322

1,51

34.718

6,30

186.495

33,82

304.806

55,27

23 Kalimantan Timur

584.073

418.301

71,62

43.127

10,31

9.739

2,33

1.255

0,30

8.838

2,11

20.406

4,88

160.416

38,35

174.520

41,72

24 Sulawesi Utara

419.791

339.396

80,85

39.768

11,72

7.622

2,25

458

0,13

5.105

1,50

47.143

13,89

137.028

40,37

102.272

30,13

25 Sulawesi Tengah

490.480

367.076

74,84

19.103

5,20

7.838

2,14

436

0,12

6.168

1,68

34.485

9,39

149.479

40,72

149.567

40,75

26 Sulawesi Selatan

1.264.471

910.346

71,99

40.811

4,48

15.170

1,67

409

0,04

52.365

5,75

80.863

8,88

394.662

43,35

326.066

35,82

27 Sulawesi Tenggara

386.882

287.960

74,43

7.021

2,44

5.591

1,94

619

0,21

10.757

3,74

38.462

13,36

111.591

38,75

113.919

39,56

28 Gorontalo

198.271

157.724

79,55

19.525

12,38

2.340

1,48

329

0,21

1.782

1,13

21.896

13,88

57.170

36,25

54.682

34,67

29 Sulawesi Barat

166.366

117.311

70,51

3.580

3,05

1.006

0,86

103

0,09

6.093

5,19

8.355

7,12

40.566

34,58

57.608

49,11

30 Maluku

261.737

198.581

75,87

7.459

3,76

4.147

2,09

1.072

0,54

16.982

8,55

16.753

8,44

98.305

49,50

53.863

27,12

66.628

39.664

59,53

1.122

2,83

1.164

2,93

224

0,56

2.278

5,74

5.882

14,83

19.594

49,40

9.400

23,70
30,14

31 Maluku Utara
32 Papua Barat
33 Papua
Indonesia
Sumber : BKKBN, 2010

43.224

35.166

81,36

2.633

7,49

1.324

3,77

115

0,33

1.564

4,45

1.136

3,23

17.796

50,61

10.598

391.787

132.675

33,86

3.811

2,87

4.423

3,33

307

0,23

14.689

11,07

9.551

7,20

65.519

49,38

34.375

25,91

43.669.892

33.057.772

75,70

3.616.724

10,94

1.164.840

3,52

229.532

0,69

711.869

2,15

2.610.731

7,90

15.339.517

46,40

8.795.059

26,61

Lampiran 4.9

JUMLAH DAN PROPORSI PESERTA KB BARU


MENURUT TEMPAT PELAYANAN DAN PROVINSI TAHUN 2009
Klinik KB
No

Provinsi

(1)

(2)

Pemerintah
Peserta
%
(3)

Swasta
Peserta

(4)

(5)

Dokter Praktik Swasta

Bidan Praktik Swasta

Peserta

Peserta

Peserta

Jumlah
%

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

Aceh

126.296

70,43

4.627

2,58

3.107

1,73

45.298

25,26

179.328

100,00

Sumatera Utara

273.859

74,34

30.364

8,24

9.975

2,71

54.179

14,71

368.377

100,00

Sumatera Barat

93.163

66,81

1.061

0,76

1.652

1,18

43.569

31,24

139.445

100,00

Riau

94.303

57,98

5.636

3,47

6.435

3,96

56.268

34,60

162.642

100,00

Jambi

Sumatera Selatan

80.678

67,60

393

0,33

3.958

3,32

34.316

28,75

119.345

100,00

304.392

71,70

18.530

4,36

8.388

1,98

93.228

21,96

424.538

100,00

Bengkulu

71.091

70,24

708

0,70

2.630

2,60

26.787

26,47

101.216

100,00

Lampung

268.930

59,47

30.856

6,82

14.443

3,19

137.989

30,51

452.218

100,00
100,00

Kepulauan Bangka Belitung

29.728

64,50

1.199

2,60

228

0,49

14.938

32,41

46.093

10

Kepulauan Riau

27.982

48,75

6.747

11,75

3.354

5,84

19.319

33,66

57.402

100,00

11

DKI Jakarta

136.652

38,73

15.805

4,48

38.709

10,97

161.627

45,81

352.793

100,00

12

Jawa Barat

846.770

58,34

101.131

6,97

31.722

2,19

471.736

32,50

1.451.359

100,00

13

Jawa Tengah

457.116

51,80

36.699

4,16

27.036

3,06

361.653

40,98

882.504

100,00

14

DI Yogyakarta

18.989

37,32

8.937

17,57

400

0,79

22.550

44,32

50.876

100,00

15

Jawa Timur

610.404

59,24

25.862

2,51

19.456

1,89

374.630

36,36

1.030.352

100,00

178.597

58,23

18.868

6,15

10.631

3,47

98.639

32,16

306.735

100,00

24.185

37,96

1.838

2,89

2.381

3,74

35.303

55,41

63.707

100,00

3.508

2,11

1.182

0,71

12.681

7,64

165.961

100,00

16

Banten

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

148.590

89,53

19

Nusa Tenggara Timur

104.121

97,61

416

0,39

504

0,47

1.625

1,52

106.666

100,00

20

Kalimantan Barat

84.984

61,31

6.935

5,00

4.935

3,56

41.760

30,13

138.614

100,00

21

Kalimantan Tengah

53.540

75,19

3.581

5,03

1.515

2,13

12.568

17,65

71.204

100,00

22

Kalimantan Selatan

84.142

65,26

2.119

1,64

1.771

1,37

40.901

31,72

128.933

100,00

23

Kalimantan Timur

51.818

58,19

3.597

4,04

2.565

2,88

31.065

34,89

89.045

100,00

24

Sulawesi Utara

59.666

64,46

8.577

9,27

3.972

4,29

20.345

21,98

92.560

100,00

25

Sulawesi Tengah

70.282

90,69

1.271

1,64

1.096

1,41

4.852

6,26

77.501

100,00

26

Sulawesi Selatan

268.133

86,12

2.564

0,82

3.717

1,19

36.938

11,86

311.352

100,00
100,00

27

Sulawesi Tenggara

67.098

92,05

939

1,29

849

1,16

4.009

5,50

72.895

28

Gorontalo

31.028

83,34

1.930

5,18

573

1,54

3.699

9,94

37.230

100,00

29

Sulawesi Barat

34.640

87,19

763

1,92

151

0,38

4.177

10,51

39.731

100,00

30

Maluku

51.942

82,97

3.104

4,96

1.083

1,73

6.471

10,34

62.600

100,00

31

Maluku Utara

34.507

92,73

1.185

3,18

83

0,22

1.439

3,87

37.214

100,00

32

Papua Barat

18.163

87,27

2.032

9,76

45

0,22

573

2,75

20.813

100,00

33

Papua

27.235

72,79

7.308

19,53

1.421

3,80

1.452

3,88

37.416

100,00

4.833.024

62,94

359.090

4,68

209.967

2,73

2.276.584

29,65

7.678.665

100,00

Indonesia
Sumber: BKKBN, 2010

Lampiran 4.10

PENCAPAIAN DESA/KELURAHANUNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT PROVINSI


TAHUN 2007 - 2009

No

Provinsi

(1)

(2)

Tahun 2007

Tahun 2008

Tahun 2009

Jumlah Desa

Desa UCI

Jumlah Desa

Desa UCI

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Jumlah Desa Desa UCI


(9)

(10)

%
(11)

Aceh

6.199

5.316

85,76

6.483

1.841

28,40

6.436

2.444

37,97

Sumatera Utara

5.643

4.097

72,60

5.772

4.079

70,67

5.978

4.150

69,42
95,55

Sumatera Barat

3.127

2.273

72,69

3.380

2.297

67,96

3.437

3.284

Riau

1.508

1.082

71,75

1.559

1.171

75,11

1.642

935

56,94

Jambi

1.252

1.065

85,06

1.271

1.095

86,15

1.329

1.116

83,97

Sumatera Selatan

2.919

2.606

89,28

3.012

2.466

81,87

3.103

2.559

82,47

Bengkulu

1.295

926

71,51

1.325

1.054

79,55

1.461

1.114

76,25
44,86

Lampung

2.155

1.883

87,38

2.310

1.511

65,41

2.247

1.008

Kepulauan Bangka Belitung

321

269

83,80

339

294

86,73

346

311

89,88

10

Kepulauan Riau

291

176

60,48

317

222

70,03

333

222

66,67
100,00

11

DKI Jakarta

282

211

74,82

282

234

82,98

267

267

12

Jawa Barat

5.828

3.893

66,80

6.000

3.933

65,55

5.877

4.754

80,89

13

Jawa Tengah

8.569

7.167

83,64

8.560

7.433

86,83

8.559

7.886

92,14

14

DI Yogyakarta

438

428

97,72

438

414

94,52

438

432

98,63

15

Jawa Timur

6.359

5.305

83,43

8.492

6.272

73,86

8.505

6.842

80,45

16

Banten

1.481

881

59,49

1.504

875

58,18

1.454

986

67,81

17

Bali

702

702

100,00

707

705

99,72

715

712

99,58

18

Nusa Tenggara Barat

803

700

87,17

885

793

89,60

897

823

91,75

19

Nusa Tenggara Timur

2.745

2.318

84,44

2.813

1.968

69,96

2.813

2.194

78,00
62,49

20

Kalimantan Barat

1.603

1.223

76,29

1.520

1.057

69,54

1.858

1.161

21

Kalimantan Tengah

1.389

885

63,71

1.456

1.045

71,77

1.479

1.012

68,42

22

Kalimantan Selatan

1.962

1.269

64,68

1.965

1.419

72,21

1.958

1.377

70,33

23

Kalimantan Timur

1.345

1.106

82,23

1.410

1.085

76,95

1.417

828

58,43

24

Sulawesi Utara

1.082

717

66,27

1.435

1.096

76,38

1.546

1.097

70,96

25

Sulawesi Tengah

1.591

1.080

67,88

1.634

1.221

74,72

1.710

1.189

69,53

26

Sulawesi Selatan

2.866

2.369

82,66

2.898

2.370

81,78

2.941

2.459

83,61

27

Sulawesi Tenggara

1.709

1.405

82,21

1.939

1.277

65,86

1.989

768

38,61

28

Gorontalo

493

250

50,71

601

371

61,73

606

399

65,84

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua Barat

33

Papua
Indonesia

Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI

496

74

14,92

543

196

36,10

558

235

42,11

1.048

726

69,27

1.069

572

53,51

893

579

64,84

827

451

54,53

967

476

49,22

967

499

51,60

1.221

448

36,69

683

98

14,35

1.253

265

21,15

1.606

874

54,42

2.361

503

21,30

3.380

782

23,14

71.155

54.175

76,14

75.930

51.443

67,75

78.392

54.689

69,76

Lampiran 4.11

CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI


MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

NO

PROVINSI

(1)

(2)

SASARAN
(3)

BCG

DPT/HB(1)
JUMLAH
%

HB0

JUMLAH

(4)

(5)

JUMLAH

(6)

(7)

(8)

(9)

IMUNISASI PADA BAYI


POLIO1
DPT/HB(3)
JUMLAH
%
JUMLAH
%
(10)

(11)

(12)

(13)

POLIO3
JUMLAH
%
(14)

(15)

POLIO4
JUMLAH
%
(16)

(17)

CAMPAK
JUMLAH
%
(18)

(19)

Aceh

105.565

88.464

83,80

33.868

32,08

89.567

84,85

81.607

77,30

95.607

90,57

86.619

82,05

84.821

80,35

83.605

79,20

Sumatera Utara

325.137

292.603

89,99

157.031

48,30

303.135

93,23

291.148

89,55

311.221

95,72

292.408

89,93

289.453

89,02

286.978

88,26

Sumatera Barat

106.599

92.305

86,59

45.826

42,99

94.434

88,59

89.517

83,98

97.379

91,35

90.844

85,22

86.532

81,18

85.988

80,66

Riau

137.969

96.512

69,95

60.672

43,98

110.406

80,02

105.676

76,59

112.875

81,81

105.351

76,36

102.561

74,34

101.791

73,78

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

40.604

39.393

Lampung

173.733

140.489

71.305

70.677

99,12

35.916

50,37

72.274

101,36

69.677

97,72

73.929

103,68

80.005

112,20

68.921

96,66

69.661

97,69

172.536

165.191

95,74

97.397

56,45

171.143

99,19

166.031

96,23

171.904

99,63

167.106

96,85

164.796

95,51

161.169

93,41

97,02

23.732

58,45

38.951

95,93

36.995

91,11

40.812

100,51

38.020

93,64

36.948

91,00

37.773

93,03

80,86

80.402

46,28

147.706

85,02

143.758

82,75

147.743

85,04

144.131

82,96

139.429

80,25

134.298

77,30
94,25

Kepulauan Bangka Belitung

24.660

23.937

97,07

19.948

80,89

24.183

98,07

23.693

96,08

24.067

97,60

23.907

96,95

23.098

93,67

23.242

10

Kepulauan Riau

38.004

34.747

91,43

20.204

53,16

37.040

97,46

34.820

91,62

35.706

93,95

35.528

93,48

34.261

90,15

34.998

92,09

11

DKI Jakarta

188.944

219.321

116,08

117.149

62,00

230.882

122,20

222.060

117,53

230.733

122,12

220.110

116,49

214.898

113,74

215.060

113,82

12

Jawa Barat

931.053

877.156

94,21

574.437

61,70

907.554

97,48

873.157

93,78

925.172

99,37

874.795

93,96

857.429

92,09

868.188

93,25

13

Jawa Tengah

577.804

589.569

102,04

505.143

87,42

582.908

100,88

572.186

99,03

594.134

102,83

589.982

102,11

572.754

99,13

558.513

96,66

14

DI Yogyakarta

43.676

48.790

111,71

36.906

84,50

44.869

102,73

42.971

98,39

47.025

107,67

45.012

103,06

44.038

100,83

45.329

103,78

15

Jawa Timur

605.960

607.378

100,23

532.127

87,82

613.233

101,20

598.679

98,80

621.480

102,56

605.601

99,94

599.102

98,87

586.974

96,87

16

Banten

206.281

200.343

97,12

150.480

72,95

208.325

100,99

197.663

95,82

212.399

102,97

201.702

97,78

196.292

95,16

195.510

94,78

17

Bali

61.212

62.550

102,19

54.908

89,70

62.994

102,91

60.933

99,54

62.636

102,33

61.042

99,72

61.067

99,76

61.697

100,79

18

Nusa Tenggara Barat

105.282

101.359

96,27

71.761

68,16

104.640

99,39

102.046

96,93

102.480

97,34

101.984

96,87

101.986

96,87

100.434

95,40

19

Nusa Tenggara Timur

127.440

119.763

93,98

40.597

31,86

119.107

93,46

117.242

92,00

118.849

93,26

117.034

91,83

116.218

91,19

117.662

92,33

20

Kalimantan Barat

99.148

88.943

89,71

37.429

37,75

93.144

93,94

86.449

87,19

96.966

97,80

88.128

88,89

84.778

85,51

85.395

86,13

21

Kalimantan Tengah

52.494

49.668

94,62

12.861

24,50

49.317

93,95

47.386

90,27

50.950

97,06

47.667

90,80

47.036

89,60

46.581

88,74

22

Kalimantan Selatan

71.062

69.183

97,36

28.421

39,99

68.020

95,72

64.086

90,18

69.792

98,21

64.943

91,39

63.120

88,82

64.119

90,23

23

Kalimantan Timur

77.165

71.307

92,41

39.377

51,03

73.333

95,03

70.789

91,74

73.663

95,46

69.813

90,47

67.176

87,06

67.965

88,08

24

Sulawesi Utara

45.527

40.618

89,22

14.201

31,19

40.681

89,36

40.648

89,28

40.643

89,27

39.201

86,10

38.607

84,80

38.925

85,50

25

Sulawesi Tengah

53.890

51.943

96,39

23.931

44,41

52.753

97,89

49.408

91,68

54.905

101,88

49.395

91,66

49.397

91,66

49.065

91,05

26

Sulawesi Selatan

168.566

165.611

98,25

119.535

70,91

162.885

96,63

160.202

95,04

168.959

100,23

159.234

94,46

159.408

94,57

156.199

92,66

27

Sulawesi Tenggara

53.534

50.736

94,77

14.104

26,35

49.467

92,40

45.627

85,23

51.853

96,86

46.121

86,15

44.238

82,64

44.762

83,61

28

Gorontalo

25.937

24.219

93,38

11.075

42,70

24.627

94,95

24.313

93,74

25.138

96,92

24.114

92,97

24.207

93,33

23.934

92,28

29

Sulawesi Barat

24.981

21.627

86,57

5.170

20,70

22.297

89,26

20.235

81,00

22.360

89,51

20.737

83,01

20.176

80,77

19.581

78,38

30

Maluku

36.405

28.753

78,98

6.555

18,01

31.459

86,41

26.533

72,88

31.163

85,60

27.972

76,84

25.500

70,05

26.487

72,76

31

Maluku Utara

23.487

19.990

85,11

6.308

26,86

21.374

91,00

19.723

83,97

21.879

93,15

20.058

85,40

19.647

83,65

20.670

88,01

32

Papua Barat

20.481

13.888

67,81

2.020

9,86

14.349

70,06

11.868

57,95

15.899

77,63

11.980

58,49

11.757

57,40

13.443

65,64

33

Papua

49.872

37.005

74,20

7.940

15,92

38.279

76,75

33.066

66,30

39.552

79,31

32.370

64,91

31.219

62,60

36.826

73,84

4.846.313

4.604.038

95,00

2.987.431

61,64

4.705.336

97,09

4.530.192

93,48

4.789.873

98,84

4.582.914

94,56

4.480.870

92,46

4.462.822

92,09

Indonesia
Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2010

Lampiran 4.12

DROP OUT RATE CAKUPAN IMUNISASI DPT1 - CAMPAK PADA BAYI MENURUT PROVINSI
TAHUN 2006 - 2009
NO

PROVINSI

(1)

(2)

Aceh

2
3

TAHUN
2006

2007

2008

(3)

(4)

(5)

2009
(6)

10,7

21,6

13,2

Sumatera Utara

1,3

4,4

6,7
5,3

Sumatera Barat

9,9

15,0

7,8

8,9

Riau

2,0

7,2

6,8

7,8

Jambi

1,4

7,8

5,5

3,6

Sumatera Selatan

Bengkulu

21,8

6,9

4,7

5,8

3,2

17,8

4,9

3,0
9,1

Lampung

(1,1)

2,7

Kepulauan Bangka Belitung

4,0

7,3

3,9

10

Kepulauan Riau

10,7

9,6

5,5

11

DKI Jakarta

23,0

0,6

8,2

6,9

12

Jawa Barat

21,5

5,7

4,7

4,3

13

Jawa Tengah

4,0

4,3

3,2

4,2

14

DI Yogyakarta

0,4

(0,8)

(0.8)

(1,0)

15

Jawa Timur

4,8

5,9

4,3

4,3

16

Banten

15,1

1,4

5,4

6,2

17

Bali

8,5

4,5

10,8

2,1

18

Nusa Tenggara Barat

3,4

4,0

3,1

4,0

19

Nusa Tenggara Timur

22,7

11,6

1,2

20

Kalimantan Barat

8,1

13,1

5,1

8,3

21

Kalimantan Tengah

1,7

3,3

5,4

5,5

22

Kalimantan Selatan

8,2

7,0

6,1

5,7

23

Kalimantan Timur

7,8

4,3

7,8

7,3

24

Sulawesi Utara

4,3

10,6

4,5

4,3

25

Sulawesi Tengah

9,8

11,0

8,2

7,0

26

Sulawesi Selatan

8,4

4,2

5,4

4,1

27

Sulawesi Tenggara

4,0

5,8

6,4

9,5

28

Gorontalo

11,1

6,8

7,1

2,8

29

Sulawesi Barat

15,8

(1.5)

9,8

12,2

30

Maluku

5,0

3,4

8,6

15,8

31

Maluku Utara

5,4

7,2

13,9

3,3

32

Papua Barat

7,6

19,8

19,9

6,3

33

Papua

21,6

13,8

3,8

9,3

6,1

5,4

5,2

Indonesia
Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2010

Lampiran 4.13

CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL


MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

No

Provinsi

(1)

Jumlah Ibu
Hamil

(2)

(3)

TT1

Ibu Hamil Diimunisasi


TT3
%
Jumlah

TT2

Jumlah

Jumlah

Jumlah

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

TT4

(10)

TT5

TT2+

Jumlah

Jumlah

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

Aceh

110.239

48.494

43,99

46.261

41,96

16.942

15,37

10.912

9,90

7.625

6,92

54.466

49,41

Sumatera Utara

357.651

144.961

40,53

129.419

36,19

69.707

19,49

50.965

14,25

41.266

11,54

247.343

69,16

Sumatera Barat

115.825

32.951

28,45

28.026

24,20

15.217

13,14

12.808

11,06

8.089

6,98

52.766

45,56

Riau

151.763

39.966

26,33

40.329

26,57

28.294

18,64

24.960

16,45

21.921

14,44

115.504

76,11

Jambi

Sumatera Selatan

79.641

55.057

69,13

49.806

62,54

10.172

12,77

8.551

10,74

225

0,28

47.456

59,59

188.974

155.966

82,53

147.169

77,88

0,00

0,00

0,00

147.169

77,88

Bengkulu

43.571

22.670

52,03

20.850

47,85

268

0,62

292

0,67

170

0,39

21.580

49,53

Lampung

189.384

83.919

44,31

82.171

43,39

25.029

13,22

21.182

11,18

16.216

8,56

136.339

71,99

Kepulauan Bangka Belitung

26.973

13.562

50,28

84.009

311,46

2.318

8,59

0,00

0,00

20.541

76,15

10

Kepulauan Riau

41.446

19.862

47,92

753.753

1.818,64

91.002

219,57

58.438

141,00

50.515

121,88

21.945

52,95

11

DKI Jakarta

158.351

89.342

56,42

234.592

148,15

100.607

63,53

86.935

54,90

82.103

51,85

71.385

45,08

12

Jawa Barat

1.024.158

822.578

80,32

13.721

1,34

11.169

1,09

7.603

0,74

4.415

0,43

686.214

67,00

13

Jawa Tengah

924.124

234.976

25,43

43.593

4,72

52.169

5,65

74.773

8,09

76.443

8,27

493.623

53,42

14

DI Yogyakarta

48.210

16.984

35,23

37.909

78,63

13.155

27,29

11.285

23,41

11.317

23,47

29.754

61,72

15

Jawa Timur

338.799

42.453

12,53

34.434

10,16

2.209

0,65

1.081

0,32

880

0,26

244.681

72,22

16

Banten

225.565

160.197

71,02

49.114

21,77

3.617

1,60

286

0,13

1.930

0,86

199.909

88,63

17

Bali

67.340

2.528

3,75

19.270

28,62

10.089

14,98

6.963

10,34

6.155

9,14

68.028

101,02

18

Nusa Tenggara Barat

115.810

102.880

88,84

29.073

25,10

2.839

2,45

1.567

1,35

530

0,46

78.026

67,37

19

Nusa Tenggara Timur

134.031

32.733

24,42

42.632

31,81

680

0,51

140

0,10

72

0,05

108.228

80,75

20

Kalimantan Barat

106.955

41.289

38,60

111.078

103,85

10.933

10,22

6.750

6,31

5.021

4,69

37.429

35,00

21

Kalimantan Tengah

56.401

38.956

69,07

19.301

34,22

9.622

17,06

7.908

14,02

7.265

12,88

26.735

47,40

22

Kalimantan Selatan

78.321

56.455

72,08

2.482

3,17

4.515

5,76

18.777

23,97

45.836

58,52

44.527

56,85

23

Kalimantan Timur

85.024

21.330

25,09

97.093

114,19

0,00

0,00

0,00

34.194

40,22

24

Sulawesi Utara

50.590

32.032

63,32

32.486

64,21

29.410

58,13

23.702

46,85

23.159

45,78

22.381

44,24

25

Sulawesi Tengah

59.764

46.725

78,18

13.213

22,11

1.130

1,89

231

0,39

245

0,41

30.335

50,76

26

Sulawesi Selatan

198.602

124.530

62,70

4.142

2,09

406

0,20

98

0,05

109

0,05

133.782

67,36

27

Sulawesi Tenggara

59.202

20.333

34,35

145.177

245,22

29.116

49,18

19.786

33,42

13.521

22,84

33.146

55,99

28

Gorontalo

28.018

21.328

76,12

14.812

52,87

2.468

8,81

1.269

4,53

1.035

3,69

16.609

59,28

29

Sulawesi Barat

27.174

17.942

66,03

18.309

67,38

3.331

12,26

2.065

7,60

1.550

5,70

10.658

39,22

30

Maluku

33.958

16.132

47,51

12.188

35,89

4.049

11,92

2.613

7,69

1.691

4,98

9.085

26,75

31

Maluku Utara

25.836

16.879

65,33

3.382

13,09

1.994

7,72

962

3,72

605

2,34

14.671

56,79

32

Papua Barat

23.210

4.721

20,34

15.383

66,28

4.668

20,11

3.264

14,06

2.874

12,38

6.943

29,91

33

Papua

55.553

5.391

9,70

9.893

17,81

550

0,99

111

0,20

104

0,19

4.755

8,56

5.230.462

2.586.122

49,44

2.385.070

45,60

557.675

10,66

466.277

8,91

432.887

8,28

3.270.207

62,52

Indonesia
Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2010

Lampiran 4.14

CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA SUBUR


MENURUT PROVINSI TAHUN 2009
NO

JUMLAH
WUS

PROVINSI

(1)

(2)

Aceh

Sumatera Utara

TT1

(3)

TT2

JUMLAH

JUMLAH

(4)

(5)

(6)

(7)

WANITA USIA SUBUR DIIMUNISASI


TT3
JUMLAH
%
JUMLAH
(8)

(9)

TT5

TT4

(10)

JUMLAH

(11)

(12)

(13)

913.478

62.401

6,83

59.043

6,46

36.362

3,98

23.822

2,61

18.933

2,07

2.503.934

20.456

0,82

18.633

0,74

11.547

0,46

12.866

0,51

7.870

0,31
1,81

953.877

10.754

1,13

8.407

0,88

10.540

1,10

9.093

0,95

17.293

1.010.357

12.014

1,19

10.702

1,06

9.072

0,90

7.019

0,69

5.371

0,53

650.404

20.265

3,12

12.959

1,99

2.174

0,33

2.174

0,33

2.112

0,32

Sumatera Barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

191.967

228

0,12

127

0,07

130

0,07

221

0,12

216

0,11

Lampung

1.735.373

10.151

0,58

8.044

0,46

6.145

0,35

5.570

0,32

4.604

0,27

Kepulauan Bangka Belitung

247.358

1.984

0,80

1.261

0,51

780

0,32

392

0,16

196

0,08

10

Kepulauan Riau

387.221

7.127

1,84

6.264

1,62

1.098

0,28

776

0,20

789

0,20

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

15

691.201
-

33.449
-

31.629

4,84
-

50.098

4,58
-

97.111

7,25
-

134.477

14,05
-

19,46
-

6.839.944

508.824

7,44

442.174

6,46

474.766

6,94

484.561

7,08

760.109

11,11

5.714

5.794

101,40

880

15,39

811

14,19

243

4,26

901

15,77

Jawa Timur

5.674.310

38.875

0,69

24.345

0,43

58.248

1,03

65.835

1,16

94.036

1,66

16

Banten

2.156.550

30.756

1,43

31.433

1,46

61.789

2,87

43.681

2,03

31.871

1,48

17

Bali

715.965

989

0,14

1.162

0,16

2.688

0,38

9.447

1,32

13.717

18

Nusa Tenggara Barat

1,92
-

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

845.020

8.401

0,99

10.939

1,29

12.014

1,42

11.966

1,42

17.833

2,11

21

Kalimantan Tengah

244.086

7.390

3,03

4.662

1,91

514

0,21

433

0,18

437

0,18

22

Kalimantan Selatan

673.932

30.869

4,58

23.266

3,45

7.125

1,06

1.544

0,23

949

0,14

23

Kalimantan Timur

526.438

14.843

2,82

13.189

2,51

10.874

2,07

8.887

1,69

11.022

2,09

24

Sulawesi Utara

443.110

2.557

0,58

1.500

0,34

598

0,13

172

0,04

47

0,01

25

Sulawesi Tengah

538.665

843

0,16

252

0,05

0,00

0,00

0,00

26

Sulawesi Selatan

1.428.649

12.055

0,84

5.135

0,36

3.019

0,21

2.060

0,14

1.868

27

Sulawesi Tenggara

0,13
-

28

Gorontalo

194.924

4.544

2,33

4.126

2,12

3.033

1,56

1.674

0,86

1.409

29

Sulawesi Barat

208.513

181

0,09

203

0,10

417

0,20

345

0,17

13

0,01

30

Maluku

173.138

12.538

7,24

8.815

5,09

7.122

4,11

3.921

2,26

2.609

1,51

0,72

31

Maluku Utara

251.169

2.399

0,96

2.171

0,86

4.097

1,63

2.673

1,06

2.054

0,82

32

Papua Barat

148.844

1.046

0,70

1.253

0,84

1.304

0,88

1.530

1,03

2.037

1,37

33

Papua

433.959

3.021

0,70

2.697

0,62

1.695

0,39

980

0,23

1.387

0,32

30.788.100

864.754

2,81

735.271

2,39

778.060

2,53

798.997

2,60

1.134.160

3,68

Indonesia
Sumber : Ditjen PP & PL, Kemkes RI, 2010

Lampiran 4.15

JUMLAH KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT


MENURUT PROVINSI TAHUN 2008

No

Provinsi

Pasien Keluar Mati

Pasien Keluar Hidup

<48 jam
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Kemkes RI

(3)

Lama Dirawat

Hari Perawatan

Total Kunjungan

(6)

(7)

(8)

48 jam

(4)

(5)

37.994
56.907
30.115
41.463
23.998
89.956
4.806
70.137
10.459

809
2.028
701
611
597
2.353
11
1.737
245

753
2.727
508
714
268
1.558
4
1.438
140

192.990
352.237
185.269
178.071
119.294
505.442
11.109
279.436
36.162

188.564
383.601
182.370
189.492
115.606
417.028
11.207
297.129
43.063

417.866
978.164
747.710
510.750
217.558
614.752
3.886
409.408
21.358

161.038
205.736
225.264
27.341
186.833
44.539
52.514
48.277
25.744
37.955
8.553
21.901
52.230
46.224
20.576
61.142
13.934

2.292
3.409
5.403
472
6.063
1.164
1.162
1.277
455
893
168
586
822
755
337
1.127
264

3.651
3.885
5.413
405
5.971
989
1.306
1.223
374
812
126
492
796
652
223
748
281

909.088
844.954
1.239.003
130.481
1.247.191
209.902
185.352
185.236
96.000
182.941
33.497
93.987
263.756
212.891
79.358
275.188
59.124

931.280
855.122
1.154.886
118.728
1.098.974
194.338
195.571
206.999
92.259
256.549
31.452
97.306
316.332
283.893
83.806
278.867
73.614

4.380.132
1.707.772
2.924.134
1.145.850
3.336.252
550.930
1.028.784
443.374
163.808
301.864
153.766
258.488
496.402
302.472
126.944
466.886
247.074

15.920

128

377

97.094

82.433

65.262

5.254

44

46

27.704

29.550

19.084
331.420

1.626.810

35.913

35.880

8.232.757

8.210.019

22.372.150

Lampiran 4.16

INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT UMUM DEPKES DAN PEMDA


MENURUT PROVINSI TAHUN 2008-2009

No

Bed Occupancy Rate (BOR)

Provinsi

(1)

(2)

Length of Stay (LOS)

Bed Turn Over (BTO)

2008

2009

2008

2009

2008

2009

Turn Over Interval (TOI)


2008

2009

Gross Death Rate (GDR)


2008

2009

Net Death Rate (NDR)


2008

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

2009
(14)

Aceh

92,8

69,0

4,7

66

29,4

4,4

36

39,5

18

20

Sumatera Utara

64,5

47,9

4,8

26

11,9

18,0

54

52,0

30

29

Sumatera Barat

57,1

48,0

4,5

30

21,4

8,1

36

48,5

16

25

Riau

68,7

59,9

3,8

40

18,9

10,0

38

31,4

18

11

Jambi

77,4

67,9

3,4

58

43,4

2,6

35

25,3

11

Sumatera Selatan

55,3

63,9

4,7

44

32,6

3,7

48

42,9

15

18

Bengkulu

45,0

58,8

3,9

50

26,9

5,6

37,2

Lampung

74,7

62,9

3,8

34

35,8

3,6

46

41,7

20

19

82,6

3,1

26

17,1

12,6

42

35,9

15

14

91,0

Kepulauan Bangka Belitung

53,3 -

3,3 -

31,8 -

5,0 -

13

27,5 -

14

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

69,7

53,7

4,4

34

28,1

4,9

44

29,5

26

18

12

Jawa Barat

85,7

63,9

4,2

41

28,8

5,0

39

29,2

18

16

13

Jawa Tengah

69,5

62,2

4,4

39

29,9

4,7

45

37,8

22

19

14

DI Yogyakarta

79,6

49,6

5,1

45

19,2

9,0

42

39,1

21

23

15

Jawa Timur

96,0

67,9

4,9

44

20,7

8,6

58

49,8

28

25

16

Banten

97,3

61,0

4,1

47

16,6

11,8

46

27,1

22

14

17

Bali

80,1

58,6

3,6

50

45,7

2,0

45

35,9

24

20

18

Nusa Tenggara Barat

50,3

66,3

3,6

32

32,4

4,6

40

43,0

19

19

19

Nusa Tenggara Timur

59,7

57,8

3,9

31

28,1

5,7

31

30,9

14

15

20

Kalimantan Barat

73,2

70,1

5,6

51

28,3

3,1

51

35,0

15

16

21

Kalimantan Tengah

47,0

52,1

3,5

20

14,8

14,8

26

28,0

11

12

22

Kalimantan Selatan

76,8

69,3

3,7

38

21,7

8,3

44

41,5

18

16

23

Kalimantan Timur

99,5

75,9

4,2

51

25,8

5,0

26

21,3

13

10

24

Sulawesi Utara

83,0

52,4

3,6

37

21,8

7,7

30

30,6

13

13

25

Sulawesi Tengah

83,3

42,7

3,6

45

14,8

14,7

31

32,0

11

14

26

Sulawesi Selatan

92,2

63,8

4,2

43

34,7

3,5

30

31,0

12

14

27

Sulawesi Tenggara

71,5

61,6

3,9

39

22,4

7,2

32

40,6

16

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua Barat

74,0

67,9

3,4

27

11,0

21,0

17

19,7

10

33

Papua

51,0

59,1

4,1

16

6,6

36,9

48

36,2

35

19

79,8

58,7

4,3

42

25,2

6,3

42

36,5

19

18

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Kemenkes RI

60,6 36,0

Indonesia

34,5
-

3,9 4

4,7
-

9,2 22

11,0
-

24,8 8

19,8
-

19
-

48,2 40

33,2
-

12
29

29
-

Lampiran 4.17

PEMERIKSAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA RUMAH SAKIT UMUM DEPKES DAN PEMDA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2008

Provinsi

Tumpatan
Gigi
Tetap

Tumpatan
Gigi
Sulung

Pengobatan
Pulpa/
tumpatan
Sementara

Pencabutan
Gigi
Tetap

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

1.723
2.690
4.106
2.980
644
4.321

408
433
1.912
446
160
848

4.082
2.939
6.650
3.921
1.999
3.973

4.449
3.443
4.076
2.496
1.270
3.458

1.233
1.115
1.705
737
641
3.633

955
2.487
1.240
656
871
3.698

478
1.030
1.006
422
373
1.320

1.840
1.958
1.011
611
268
647

861
466
4.760
39.949
31.694
23.950
4.842
21.282
2.977
5.005
826
318
2.749
581
1.550
2.626
607
408
4.891
1.079

108
80
1.571
10.899
8.871
2.343
420
1.685
792
642
111
51
109
356
173
288
67
7
281
292

1.494
379
3.049
29.273
41.898
24.147
6.031
35.775
2.270
5.866
1.905
844
2.123
1.115
1.744
8.619
858
407
4.708
2.624

2.377
1.030
2.967
17.805
15.501
17.287
4.772
15.423
2.919
3.543
1.356
779
3.905
720
826
2.465
1.342
1.190
5.302
1.230

660
210
1.614
5.764
9.294
6.413
1.248
7.140
994
2.609
709
215
517
502
611
1.530
406
560
2.179
769

1.569
99
877
7.814
11.217
12.875
6.756
16.250
1.070
1.538
1.379
1.130
1.528
1.164
985
1.690
413
694
2.687
1.469

698
97
494
5.031
8.526
5.897
1.548
6.621
800
1.772
1.339
360
649
159
309
732
233
290
1.675
686

262
130
1.514
17.346
9.217
6.539
1.729
8.692
5.658
1.366
553
365
589
191
174
648
87
66
1.958
119

53

121

362

901

275

345

87

90

26
222
168.186

8
83
33.565

149
661
199.865

334
250
123.416

102
124
53.509

79
421
83.956

48
225
42.905

3
149
63.780

No

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Kemenkes RI

Pencabutan
Pengobatan Pengobatan
Gigi
Periodontal
Abses
Sulung
(7)

(8)

(9)

Pembersihan
Karang
Gigi

Prothese
Lengkap

Prothese
Sebagian

Prothese
Cekat

Orthodonsi

Bedah
Mulut

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

221
30

29

9
31
4
55
34
86

15

77

21
140
28

15
1

67
1.069
2.422
396
106
560
48
94
26

7
159
172
4
56

1
101
15.128
3.625
623
666
755
851
1.220
121
3
1

109
439
473
235
36
433
175
23
14
14
1

881
3.264
1.218
781
374
1.933
24
183
6

45
230
2

14
10
4

179

7
5

15

13

231

24

275
123
713
500
218
41
314
74
563
5.487
5.092
2.854
1.692
1.617
1.723
531
130
61
132
181
146
567
25
107
482
80

21

2.477

10
9.035

5.236

23.736

124
23.873

Lampiran 4.18

JUMLAH KUNJUNGAN PESERTA JAMKESMAS DI PUSKESMAS


TAHUN 2009

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

RJTP

RITP

(2)

(3)

(4)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

2.364.892
396.693
-

Rujukan

Persalinan oleh
Tenaga Kesehatan

(6)

(7)

(8)

65.305
7.121

283
914
291
1.025
6.295
247
8.564

2.017.292
949.575
736.850
4.142.121
1.161.558
193.430
340.023
2.556.306
61.941
279.113
402.356
7.447
36.134
444.339
478.767
822.756
144.792

Kunjungan Neonatus
(KN2)

(5)

249.866
421

21.593
147.260
150.500
174.447
567.827
19.952
210.649

Kunjungan Ibu Hamil


(K4)

253
6.836
14.800
7.368
16.321
1.968
7.201

28.363
16.754
7.533
130.211
3.050
487
6.910
46.058
335
2.517
4.781
547
91
2.770
3.515
5.708
1.130

1.131
2.201
1.004
577
3.309
383
396
103
1.438
-

130.027
68.953
45.154
289.376
50.909
20.225
8.711
22.689
7.365
6.753
20.303
766
3.073
14.268
13.467
19.717
5.962
-

5
5.417
11.091
5.417

62
343
9
343

19.182.307

1.058.377

876.821

94.161

703
302
1.649
151
138
18
293
-

1.705
1.680
21.679
4.675
2.872
368
3.193
5.388
392
781
1.644
44
118
1.204
1.040
59
194
-

87
1.166
527.342
1.116

743
1.139

943
277
2.130
292
459
21
9.378

3.167
2.855
22.795
30.154
6.772
1.154
3.069
4.609
699
1.224
2.252
176
1.849
1.939
148

50
179.804
4.162
169.678

Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Kemenkes RI (dari 284 kabupaten/kota)
Keterangan: RJTP = Rawat Jalan Tingkat Pertama

1.413
1.334

70
393

1.212
10.295
11.481
3.863
4
256
2.285
4.763
1.757
655
1.429
42
25
1.301
838
98
-

393

28
414
1
414

64.139

46.297

Lampiran 4.19

JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN TINGKAT LANJUT (RJTL)


PESERTA JAMKESMAS TAHUN 2009
No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Kepulauan Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Kep.Bangka Belitung
Bengkulu
Lampung
DKI Jakarta
Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
D.I.Yogyakarta
Jawa Timur
Bali
Nusa Tenggara Barat
NusaTenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
TOTAL

Jumlah Rawat Jalan Tingkat Lanjut


P

L+P

(3)

(4)

(5)

111.201
107.801
71.901
19.197
8.310
15.470
66.635
4.843
12.662
43.575
37.450
328.379
52.591
387.708
59.642
251.516
30.512
40.326
38.672
42.388
10.801
22.935
37.958
18.004
7.797
17.089
82.917
5.729
18.162
8.757
3.745
33.396
14.827

142.057
114.784
88.667
25.352
10.041
17.627
71.450
5.601
13.208
48.294
45.587
402.371
55.834
474.846
73.350
318.029
25.125
42.583
42.815
39.304
11.151
21.579
33.660
20.972
8.145
21.963
94.630
7.722
22.418
9.429
4.570
36.426
17.237

253.258
222.585
160.568
44.549
18.351
33.097
138.085
10.444
25.870
91.869
83.037
730.750
108.425
862.554
132.992
569.545
55.637
82.909
81.487
81.692
21.952
44.514
71.618
38.976
15.942
39.052
177.547
13.451
40.580
18.186
8.315
69.822
32.064

2.012.896

2.366.827

4.379.723

Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Kemenkes RI (dari 284 kabupaten/kota)

Lampiran 4.20

JUMLAH KASUS RAWAT INAP TINGKAT LANJUT (RITL)


PESERTA JAMKESMAS TAHUN 2009
No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Jumlah Rawat Inap Tingkat Lanjut


P

L+P

(3)

(4)

(5)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Kepualauan Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Kep.Bangka Belitung
Bengkulu
Lampung
DKI Jakarta
Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
D.I.Yogyakarta
Jawa Timur
Bali
Nusa Tenggara Barat
NusaTenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat

26.220
25.338
19.533
5.501
1.948
4.700
12.194
899
5.231
16.092
2.629
59.199
11.398
99.441
11.205
48.365
6.096
14.057
18.272
18.398
3.520
5.610
10.556
5.667
4.818
6.990
21.783
1.863
5.541
3.702
1.597
5.633
3.420

33.788
32.351
26.448
7.895
2.872
5.959
17.630
1.259
5.376
20.889
2.983
83.409
12.874
128.390
15.130
73.798
7.955
19.114
27.501
17.824
3.948
6.933
10.985
7.215
5.479
9.039
27.495
2.701
8.951
5.138
2.494
7.749
5.768

60.008
57.689
45.981
13.396
4.820
10.659
29.824
2.158
10.607
36.981
5.612
142.608
24.272
227.831
26.335
122.163
14.051
33.171
45.773
36.222
7.468
12.543
21.541
12.882
10.297
16.029
49.278
4.564
14.492
8.840
4.091
13.382
9.188

TOTAL

487.416

647.340

1.134.756

Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Kemenkes RI (dari 284 kabupaten/kota)

Lampiran 4.21

CAKUPAN TB PARU BTA POSITIF, SEMBUH, PENGOBATAN LENGKAP


DAN SUCCES RATE (HASIL PENGOBATAN PENYAKIT TB TAHUN 2008) MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

No.

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
INDONESIA

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2010

Cakupan TB 2008

Sembuh

Pengobatan Lengkap

Semua Kasus

BTA Pos

Jumlah

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

905
4.065
1.253
801
878
2.044
393
1.799
325
309
6.481
18.486
9.257
579
11.288
4.068
811
1.349
1.289
1.363
403
1.375
868
1.201
732
2.230
760
395
320
489
209
432
1.470
78.627

707
3.353
873
537
696
1.334
333
1.158
270
139
2.157
8.861
4.229
276
6.808
1.876
378
734
820
1.044
298
841
487
1.064
587
1.743
672
308
263
244
115
177
544
43.926

608
2.928
664
398
504
772
180
945
233
701
5.502
3.611
223
5.513
36
258
588
454
645
205
765
320
893
97
1.493
537
225
183
166
68
213
29.928

86,00
87,32
76,06
74,12
72,41
57,87
54,05
81,61
86,30
32,50
62,09
85,39
80,80
80,98
1,92
68,25
80,11
55,37
61,78
68,79
90,96
65,71
83,93
16,52
85,66
79,91
73,05
69,58
68,03
38,42
39,15
68,13

62
86
71
37
58
38
8
66
12
80
419
250
14
429
64
96
58
47
18
28
70
143
19
79
76
74
47
20
60
69
2.598

8,77
2,56
8,13
6,89
8,33
2,85
2,40
5,70
4,44
3,71
4,73
5,91
5,07
6,30
16,93
13,08
7,07
4,50
6,04
3,33
14,37
13,44
3,24
4,53
11,31
24,03
17,87
8,20
33,90
12,68
5,91

Sembuh &
Pengobatan
Lengkap

Success Rate
(%)

(9)

(10)

670
3.014
735
435
562
810
188
1.011
245
781
5.921
3.861
237
5.942
36
322
684
512
692
223
793
390
1.036
116
1.572
613
299
230
186
128
282
32.526

94,77
89,89
84,19
81,01
80,75
60,72
56,46
87,31
90,74
36,21
66,82
91,30
85,87
87,28
1,92
85,19
93,19
62,44
66,28
74,83
94,29
80,08
97,37
19,76
90,19
91,22
97,08
87,45
76,23
72,32
51,84
74,05

Lampiran 4.22

JUMLAH KASUS PNEUMONIA PADA BALITA


MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

No.
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI

Jumlah Penduduk Usia


Balita Wil. Puskesmas
Program

Target Penemuan
Pneumonia Balita
(10%)

< 1 Tahun

1 - 4 Tahun

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

568.657
1.306.660
469.766
449.139
211.873
690.344
185.621
748.682
113.130
161.752
896.521
4.062.083
2.491.593
1.072.458
354.310
429.249
434.332
424.914
197.014
323.701
201.175
725.575
233.915
95.781
111.912
98.191
17.402.735

56.866
130.666
46.977
44.914
21.187
69.034
18.562
74.868
11.313
16.175
89.652
425.985
249.159
107.246
35.431
42.925
43.433
42.491
19.701
32.370
20.118
72.558
23.392
9.578
11.191
9.819
1.760.050

Realisasi Penemuan Penderita Pneumonia Balita

494
11.271
1.989
3.126
223
4.369
1.806
3.315
1.078
13
6.010
67.621
11.566
3.552
1.277
11.829
1.677
372
309
1.153
890
1.261
732
518
258
183
136.892

732
16.905
5.387
6.329
589
7.624
2.075
7.034
3.607
38
11.296
129.034
20.721
6.328
2.318
18.842
1.915
709
758
2.380
1.749
2.646
1.524
842
404
387
252.173

1.226
28.176
7.376
9.455
812
11.993
3.881
10.349
4.685
51
17.306
196.655
32.287
9.880
3.595
30.671
4.846
1.081
1.067
3.533
2.639
3.907
2.256
1.360
662
570
390.319

2,16
21,56
15,70
21,05
3,83
17,37
20,91
13,82
41,41
0,32
19,30
46,16
12,96
9,21
10,15
71,45
11,16
2,54
5,42
10,91
13,12
5,38
9,64
14,20
5,92
5,81
22,18

Lampiran 4.23

CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI (Fe) PADA IBU HAMIL


MENURUT PROVINSI TAHUN 2009
Cakupan Fe Ibu Hamil
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber : Ditjen Binkesmas, Kemenkes RI

Jumlah Ibu Hamil


(3)

113.358
330.667
115.410
151.763
80.427
180.499
49.693
194.600
28.202
43.387
162.985
1.037.443
311.451
48.585
665.150
212.873
67.794
118.114
4.973
107.556
58.058
76.914
78.475
44.832
46.836
196.625
58.714
28.093
27.351
35.744
25.352
22.104
58.069
4.782.097

Fe-1

Fe-3

Jumlah

Jumlah

(4)

(5)

(6)

(7)

84.357
239.504
106.453
115.064
60.293
148.979
41.253
159.788
25.182
28.422
134.500
806.396
246.254
45.061
529.905
180.458
64.667
106.359
2.684
76.886
48.882
71.469
49.816
40.028
19.540
93.337
32.212
25.314
13.973
29.564
21.150
11.034
22.122
3.680.906

74,42
72,43
92,24
75,82
74,97
82,54
83,02
82,11
89,29
65,51
82,52
77,73
79,07
92,75
79,67
84,77
95,39
90,05
53,97
71,48
84,20
92,92
63,48
89,28
41,72
47,47
54,86
90,11
51,09
82,71
83,43
49,92
38,10
76,97

73.628
199.057
90.340
109.244
53.429
137.066
37.110
148.885
23.928
24.707
115.764
711.474
245.282
38.771
488.664
158.942
61.303
96.269
2.775
67.787
44.755
62.266
42.600
34.693
16.915
75.715
30.979
18.963
10.445
16.653
17.715
8.690
18.330
3.283.144

64,95
60,20
78,28
71,98
66,43
75,94
74,68
76,51
84,85
56,95
71,03
68,58
78,75
79,80
73,47
74,67
90,43
81,51
55,80
63,02
77,09
80,96
54,28
77,38
36,12
38,51
52,76
67,50
38,19
46,59
69,88
39,31
31,57
68,65

Lampiran 4.24
CAKUPAN DISTRIBUSI KAPSUL VITAMIN A
MENURUT PROPINSI TAHUN 2009

No

PROPINSI
6-11bln

(1)

(2)

Aceh

Sumatera Utara

(3)

Sasaran
Balita
12 - 59 bln
6-59 bln

Cakupan Vitamin A
Ibu Nifas

6-11bln

(7)

(8)

Balita
12 - 59 bln

(9)

(10)

Ibu Nifas
Jumlah

6-59 bln

(11)

(12)

(13)

(4)

(5)

(6)

70.249

373.091

443.340

106.201

53.382

75,99

306.760

82,22

360.142

81,23

35.238

(14)

33,18

236.212

1.082.035

1.318.247

213.930

170.962

72,38

850.480

78,60

1.021.442

77,48

75.655

35,36

Sumatera Barat

61.778

400.260

462.038

104.696

56.781

91,91

318.207

79,50

374.988

81,16

81.871

78,20

Riau

89.090

551.027

640.117

144.866

69.331

77,82

431.504

78,31

500.835

78,24

144.866

100,00

Jambi

Sumatera Selatan

44.059

247.491

291.550

73.609

36.693

83,28

208.704

84,33

245.397

84,17

23.817

32,36

115.804

609.021

724.825

166.050

84.443

72,92

510.767

83,87

595.210

82,12

112.520

67,76

Bengkulu

46.271

139.574

185.845

45.057

21.837

47,19

114.718

82,19

136.555

73,48

33.115

73,50

10

Lampung

178.020

763.244

941.264

185.754

143.948

80,86

727.196

95,28

871.144

92,55

141.024

75,92

Kepulauan Bangka Belitung

13.569

104.865

118.434

26.559

12.080

89,03

81.728

77,94

93.808

79,21

21.620

81,40

Kepulauan Riau

33.035

150.434

183.469

40.758

21.283

64,42

120.271

79,95

141.554

77,15

19.147

46,98

11

DKI Jakarta

80.146

611.241

691.387

154.076

77.143

96,25

460.528

75,34

537.671

77,77

57.613

37,39

12

Jawa Barat

471.786

2.887.084

3.358.870

957.435

393.098

83,32

2.289.155

79,29

2.682.253

79,86

584.842

61,08
87,43

14

Jawa Tengah

304.526

1.912.754

2.217.280

504.381

301.604

99,04

1.884.830

98,54

2.186.434

98,61

440.969

15

DI Yogyakarta

31.809

175.040

206.849

43.603

27.617

86,82

171.178

97,79

198.795

96,11

31.876

73,11

16

Jawa Timur

316.028

2.433.098

2.749.126

613.934

306.231

96,90

2.076.384

85,34

2.382.615

86,67

321.156

52,31
56,08

13

Banten

128.896

772.825

901.721

226.851

118.612

92,02

651.982

84,36

770.594

85,46

127.228

17

Bali

35.446

236.552

271.998

64.455

34.184

96,44

212.484

89,83

246.668

90,69

58.622

90,95

18

Nusa Tenggara Barat

60.467

397.868

458.335

114.380

55.752

92,20

358.976

90,22

414.728

90,49

91.455

79,96

19

Nusa Tenggara Timur

63.079

420.462

483.541

101.592

53.053

84,11

329.575

78,38

382.628

79,13

41.969

41,31

20

Kalimantan Barat

88.602

457.423

546.025

100.315

56.292

63,53

330.333

72,22

386.625

70,81

53.782

53,61

21

Kalimantan Tengah

34.090

204.013

238.103

63.907

24.293

71,26

153.156

75,07

177.449

74,53

40.570

63,48

22

Kalimantan Selatan

40.503

285.531

326.034

70.458

38.091

94,05

265.894

93,12

303.985

93,24

61.000

86,58
55,45

23

Kalimantan Timur

48.524

336.171

384.695

75.272

39.357

81,11

237.246

70,57

276.603

71,90

41.738

29

Sulawesi Utara

24.622

143.550

168.172

41.601

21.351

86,72

126.753

88,30

148.104

88,07

33.473

80,46

26

Sulawesi Tengah

40.922

206.903

247.825

33.953

35.532

86,83

180.604

87,29

216.136

87,21

23.212

68,37

24

Sulawesi Selatan

118.225

613.489

731.714

31.331

91.087

77,05

518.788

84,56

609.875

83,35

23.400

74,69

27

Sulawesi Tenggara

33.817

224.409

258.226

51.862

23.689

70,05

169.040

75,33

192.729

74,64

26.537

51,17

28

Gorontalo

16.054

87.724

103.778

26.531

11.904

74,15

71.233

81,20

83.137

80,11

23.201

87,45

25

Sulawesi Barat

19.283

88.055

107.338

10.031

15.945

82,69

65.855

74,79

81.800

76,21

6.276

62,57

30

Maluku

32.494

188.950

221.444

34.120

31.624

97,32

112.331

59,45

143.955

65,01

13.776

40,38

31

Maluku Utara

8.624

74.176

82.800

24.433

6.502

75,39

54.333

73,25

60.835

73,47

15.057

61,63
27,39

32

Papua Barat

33

Papua
INDONESIA

6.191

40.405

46.596

10.026

3.285

53,06

10.276

25,43

13.561

29,10

2.746

24.815

211.562

236.377

44.514

12.799

51,58

90.127

42,60

102.926

43,54

28.750

64,59

2.917.031

17.430.327

20.347.358

4.506.541

2.449.778

83,98

14.491.396

83,14

16.941.174

83,26

2.838.121

62,98

Sumber: Dit.Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesmas Kemenkes RI

Lampiran 4.25
PROPORSI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009
No
(1)

Provinsi

(2)
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
INDONESIA
Sumber : BPS, Susenas 2009
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Jumlah Sampel Bayi


0 - 6 bulan
(3)
341
769
448
246
208
317
186
272
129
118
208
608
734
82
814
191
151
207
602
273
182
241
249
188
251
534
320
146
128
206
120
97
189
9.755

ASI Eksklusif 0-6 bulan


Jumlah
(%)
(4)
(5)
178
424
319
141
132
204
141
150
80
67
122
390
383
52
397
112
82
162
453
144
115
157
165
103
157
375
200
84
94
141
74
58
127
5.983

52,20
55,14
71,21
57,32
63,46
64,35
75,81
55,15
62,02
56,78
58,65
64,14
52,18
63,41
48,77
58,64
54,30
78,26
75,25
52,75
63,19
65,15
66,27
54,79
62,55
70,22
62,50
57,53
73,44
68,45
61,67
59,79
67,20
61,33

Lampiran 4.26
PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MEMPUNYAI GARAM CUKUP YODIUM
MENURUT PROVINSI TAHUN 2007
No

Provinsi

Rumah Tangga Mempunyai Garam Cukup Yodium

(1)

(2)

(3)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
INDONESIA
Sumber : Riskesdas 2007

47,3
89,9
90,3
82,8
94,4
93,0
69,7
76,8
98,7
89,1
68,7
58,3
58,6
82,7
45,1
46,4
45,1
27,9
31,0
84,4
88,7
76,2
83,8
89,2
62,3
61,0
43,5
90,1
34,2
45,1
83,0
90,9
86,2
62,3

Lampiran 4.27

REKAPITULASI KEJADIAN BENCANA MENURUT JENIS BENCANA DAN JUMLAH KORBAN


TAHUN 2009

No

Jenis Bencana

Jumlah Provinsi

(1)

(2)

(3)

Jumlah Korban
Luka Berat/
Luka Ringan/
Rawat Inap
Rawat Jalan

Meninggal
(4)

(5)

Pengungsi

Hilang

(6)

(7)

(8)

1 Banjir

23

30

25

33.771

205.254

2 Banjir Bandang

11

127

28

3.935

13

24.600

4
\
73

95

44

9.194

3 Banjir disertai Tanah Longsor


4 Tanah Longsor
5 Gelombang Pasang

13
1

3.564

24
-

6.788
132

6 Angin Siklon Tropis (Angin Kencang dan


Angin Puting Beliung)

13

31

222

2.971

7 Gempa Bumi

11

1.209

1.234

9.224

27

205.210

8 Letusan Gunung Api

9 Kecelakaan Industri

33

17

50

10 Kegagalan Teknologi

11

11 Ledakan (bom, tabung gas, dll)

60

12 Konflik

16

45

12

13 Kebakaran

60

10.083

14 Banjir Lahar Dingin

Jumlah
Sumber : Pusat Penanggulangan Krisis, Kemenkes RI

75

1.513

1.495

56.651

89
5

72

696

459.387

Lampiran 4.28
REKAPITULASI KECUKUPAN OBAT MENURUT PROVINSI
TAHUN 2009

Provinsi

No.
(1)

(2)

Antasida DOEN Antalgin tablet


Amoksisilin
Amoksisilin
tablet
500 mg
sirup kering 125 kapsul 500 mg
Btl 60 ml
Ktk @ 120 kap Btl @ 1000 tab Btl @ 1000 tab

Tingkat Kecukupan Obat (Bulan) per Jenis Obat


Deksametason Dekstrometorfa Dekstrometorfa Difenhidramin
inj 5 mg/ml
n Sirup 10
n Tab 15 mg
HCl inj 10
Ktk @ 100
Btl 60 ml
Btl @ 1000 tab
Ktk @ 100

Gliserin
Guaiakolat tab
Btl @ 1000 tab

Glukosa
Ibuprofen tablet Kloramfenikol
Larutan Infus 5
200 mg
kapsul 250 mg
Btl 500 ml
Btl @ 100 tab
Btl @ 250

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

Aceh

4,98

5,76

5,13

7,64

3,97

5,05

10,06

6,93

6,99

5,98

4,41

5,72

Sumatera Utara

9,55

14,64

18,56

5,38

10,19

15,37

14,15

7,29

14,12

9,39

8,79

8,70

Sumatera Barat

9,50

14,14

23,57

19,02

9,76

14,62

81,48

15,25

24,68

16,43

17,89

76,53

Riau

13,18

2,68

2,93

3,17

10,65

8,12

7,35

8,13

4,48

7,83

2,06

6,00

Jambi

10,94

3,75

0,17

0,07

18,68

9,44

0,29

13,59

0,25

33,90

13,77

0,28

Bengkulu

9,20

15,41

12,91

20,07

18,30

10,49

24,70

23,16

0,84

5,06

19,33

0,87

Sumatera Selatan

7,76

17,64

11,05

5,00

17,90

5,82

13,23

14,50

15,40

8,83

8,87

6,64

Lampung

12,56

22,83

6,25

13,09

10,17

16,55

11,71

14,99

17,76

4,81

14,95

7,10

Kep. Bangka Belitung

14,17

9,98

8,18

17,52

0,60

11,28

21,74

22,70

15,30

11,23

24,39

25,43

10

Kepulauan Riau

11,78

4,91

24,56

49,16

27,50

14,98

44,73

10,42

42,24

12,09

19,02

13,10

11

DKI Jakarta

4,87

16,33

90,11

12,23

9,90

5,22

22,41

2,71

14,09

1,85

14,01

20,10

12

Jawa Barat

8,55

8,39

48,11

15,29

18,23

10,52

68,95

11,88

10,46

9,97

22,09

71,57

13

Jawa Tengah

9,71

8,75

5,80

7,91

13,84

5,70

19,07

13,03

7,08

10,03

7,12

6,12

14

DI Yogyakarta

8,19

15,02

10,15

12,62

77,03

8,95

18,55

21,34

13,47

11,52

10,81

42,30

15

Jawa Timur

10,84

18,04

12,56

17,56

14,50

14,19

20,59

29,34

5,49

10,06

35,26

19,83

16

Banten

7,42

16,08

9,50

23,64

14,51

10,33

34,95

17,35

19,33

15,34

22,64

24,19

17

Bali

33,24

19,06

18,70

10,68

26,93

12,41

41,80

20,94

24,33

15,28

10,88

13,10

18

Nusa Tenggara Barat

14,50

8,89

13,53

4,08

14,33

14,36

20,64

35,42

11,52

14,90

18,78

21,67

19

Nusa Tenggara Timur

12,81

17,42

18,17

13,58

17,67

16,26

18,76

10,50

10,35

26,62

42,23

30,64

20

Kalimantan Barat

11,22

5,08

9,47

15,53

459,95

18,06

16,32

36,15

20,07

11,86

7,45

20,11

21

Kalimantan Tengah

12,37

17,60

15,58

28,30

25,46

15,74

15,14

13,75

14,44

15,26

19,97

21,20

22

Kalimantan Timur

9,19

17,55

28,88

10,45

17,50

16,63

14,31

9,26

38,64

17,51

26,79

22,14

23

Kalimantan Selatan

9,20

15,88

19,83

25,00

16,96

5,01

29,89

39,35

13,21

19,41

13,93

22,95

24

Sulawesi Utara

5,64

10,78

16,72

14,53

19,80

21,25

24,52

68,96

19,75

7,08

18,03

13,43

25

Sulawesi Tengah

4,54

3,22

1006,68

2,17

9,37

1,14

2753,86

20,81

2227,28

6,85

140,65

601,83

26

Sulawesi Tenggara

27

Sulawesi Selatan

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

10,43

9,53

18,51

11,62

5,71

9,46

10,90

32,06

27,91

7,64

6,69

9,42

9,12

21,15

12,48

21,12

9,90

11,73

25,25

14,04

10,38

16,42

17,39

36,00
33,61

6,73

28,39

42,59

45,05

32,22

13,43

108,66

142,70

32,65

15,00

13,88

34,57

20,46

8,10

26,13

39,28

10,29

19,68

97,79

14,52

28,00

8,05

47,00

Maluku

6,84

10,24

16,25

11,79

11,18

5,55

16,99

11,29

9,30

5,21

9,12

14,90

31

Maluku Utara

4,08

3,02

8,98

6,23

10,68

10,66

24,11

15,70

17,20

6,60

9,24

6,35

32

Papua Barat

6,13

9,37

1,87

7,49

26,60

4,25

19,63

7,60

10,62

61,78

4,67

12,43

33

Papua

4,85
7,56

12,84

12,81

6,51

14,27

9,92

17,18

9,62

7,55

12,73
7,87

14,94
13,98

10,07
14,32

12,08
9,84

13,75
10,37

5,69
7,42

13,68
10,58

Indonesia

Sumber: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alkes, Kemenkes RI

Lampiran 4.29
REKAPITULASI KECUKUPAN OBAT MENURUT PROVINSI
TAHUN 2009
Tingkat Kecukupan Obat (Bulan) per Jenis Obat

No.

Provinsi

(1)

(2)

Kotrimoksazol
tablet 480 mg
Btl @ 100 tab

Kotrimoksazol
tablet 120 mg
Btl @ 100 tab

Kotrimoksazol
Sirup
Btl 60 ml

Klorfeniramini Kloroquin tablet Natrium Klorida Parasetamol


Maleat tab 4
Tablet 500 mg
Infus 0,9 %
Tablet
Tablet
Btl 500 ml
Btl @ 1000 tab

Ringer Laktat
Infus steril
Btl 500 ml

Vitamin B
Kompleks
Btl @ 1000

Retinol
200.000 IU
Btl @ 30

Tablet Tambah
darah
Ktk @ 30

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

5,61

8,98

4,54

7,55

6,25

5,34

5,40

4,52

6,25

9,24

7,38

11,53

10,00

8,66

21,25

11,85

32,83

21,80

480,46

9,88

39,22

10,36

58,05

15,51

45,13

Aceh

Sumatera Utara

16,39

4,61

15,83

Sumatera Barat

27,91

20,21

11,31

Riau

Jambi

6
7

4,53

4,03

2,40

8,74

4,94

4,47

9,31

4,49

4,03

6,40

21,05

9,57

17,62

20,61

9,10

0,21

25,11

42,72

0,24

32,08

0,06

243,04

30,05

Bengkulu

3,75

10,88

8,66

0,92

8,85

4,74

1,74

7,65

15,61

16,47

34,93

Sumatera Selatan

5,04

5,23

8,68

15,26

11,55

6,03

11,55

7,12

10,60

9,00

10,06

Lampung

2,04

2,75

8,52

36,35

25,76

10,70

2,50

22,85

25,00

Kep. Bangka Belitung

10,79

2,98

34,30

18,73

2,04

3,52

19,95

18,01

26,08

38,72

10

Kepulauan Riau

12,23

16,53

5,97

23,17

10,65

10,98

17,42

4,86

16,90

57,74

34,51

11

DKI Jakarta

41,78

30,33

4,13

11,92

0,65

4,13

18,69

4,83

141,31

58,01

19,32

12

Jawa Barat

42,84

24,98

21,05

19,16

54,33

10,89

77,81

11,24

12,92

8,04

29,54

13

Jawa Tengah

11,48

25,77

5,31

8,61

42,28

7,10

8,90

4,36

7,61

2,06

25,52

14

DI Yogyakarta

18,38

37,55

9,18

11,41

193,63

14,79

5,93

7,47

20,42

6,75

5,83

15

Jawa Timur

15,85

22,68

10,37

11,16

31,35

14,99

12,60

8,23

11,26

58,18

13,01

16

Banten

25,78

158,78

20,70

18,86

16,06

22,70

13,99

23,46

2234,36

28,31

17

Bali

20,89

34,25

11,56

14,96

199,99

21,46

13,13

39,18

16,65

9,43

114,70

18

Nusa Tenggara Barat

16,90

14,65

13,02

10,17

27,96

15,64

16,68

14,00

13,03

28,05

3,07

19

Nusa Tenggara Timur

14,62

20,69

15,93

12,03

11,98

23,81

10,08

11,00

11,75

14,22

16,89

20

Kalimantan Barat

6,84

26,63

7,73

18,38

10,44

18,46

10,88

9,56

9,14

6,52

57,05

21

Kalimantan Tengah

17,85

10,77

14,39

15,50

16,30

5,16

16,45

13,47

17,50

22

Kalimantan Timur

18,52

17,67

12,49

22,34

26,00

14,90

18,84

15,47

15,42

16,53

13,00

23

Kalimantan Selatan

13,53

63,24

11,05

20,51

34,20

50,39

14,47

21,31

16,38

9,80

11,54

24

Sulawesi Utara

14,65

8,17

7,26

21,79

9,17

11,28

16,71

7,08

25,89

3,83

8,80

25

Sulawesi Tengah

260,77

5,15

2,44

929,10

3,95

7,95

7,51

736,05

30,92

53,18

26

Sulawesi Tenggara

10,29

9,58

7,59

8,44

1,92

10,60

7,11

6,58

5,81

139,17

39,89

27

Sulawesi Selatan

23,67

2,55

14,33

22,67

17,15

9,98

12,27

16,69

61,68

31,42

28

Gorontalo

24,62

48,04

9,86

33,19

48,83

13,45

49,10

11,92

14,47

12,90

29,94

29

Sulawesi Barat

10,75

15,38

11,00

19,68

39,84

12,36

12,91

10,84

17,42

30

Maluku

23,51

6,02

7,05

9,87

30,28

4,68

8,06

5,14

16,18

8,90

11,25

31

Maluku Utara

9,69

0,38

7,66

14,17

16,22

5,76

8,92

4,89

13,75

45,54

17,71

32

Papua Barat

6,09

9,97

7,61

16,40

5,25

122,84

9,72

52,50

8,91

3,00

17,34

33

Papua

16,00

12,78

12,93

10,94

14,10

10,69

11,51
12,64

12,53
7,81

10,93
21,96

2,66
9,36

8,13
15,40

Indonesia

6,79
11,15

Sumber: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alkes, Kemenkes RI

10,79

7,89

25,35

Lampiran 4.30
REKAPITULASI KECUKUPAN OBAT MENURUT PROVINSI
TAHUN 2009

No.

Provinsi

(1)

(2)

Aceh

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Riau

Jambi

Bengkulu

Sumatera Selatan

Lampung

Kep. Bangka Belitung

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

16

Banten

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

21

Kalimantan Tengah

22

Kalimantan Timur

23

Kalimantan Selatan

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Tengah

26

Sulawesi Tenggara

27

Sulawesi Selatan

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua Barat

33

Papua

Indonesia

Multivitamin
Sirup
Btl @ 100 tab

Garam Oralit

OAT Kat 1

OAT Kat 2

Btl @ 100 tab

Btl 60 ml

Tablet

(3)

(4)

(5)

(6)

23,06
0,43
11,68
18,88
8,93
15,36
5,18
7,38

4,27
8,23
55,75
4,34
10,38
7,24
6,40
25,83
7,57
18,37
2,78
13,79
12,00
16,20
9,68
30,62
19,61
10,83
15,99
8,76
16,30
13,03
35,95
24,76
27,83
16,83
11,46
28,60
8,36
9,37
6,98
4,71

11,79
7,80
6,94
14,89
18,07
6,48
13,25
4,50
2,02
2,03
7,00

15,09
25,03
4,75
6,79
17,85

6,81

Sumber: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alkes, Kemenkes RI

Tingkat Kecukupan Obat (Bulan) per Jenis Obat


OAT Kat 3
OAT Kat
OAT Kat Anak
Sisipan
Tablet
Botol
Bungkus
(7)

(8)

(9)

7,44
5,01
4,55

13,00
0,92

5,48
27,00

7,44
18,50
12,25

20,63

3,50

1,67

35,50

20,00
22,29
14,00

144,00
35,87
2,17

7,17
18,26
3,29
11,62
8,12
317,85
7,30
3,20
34,30
14,09
11,18
13,90
3,16
19,32
7,73
4,38
8,58
3,00
11,72
0,40
2,85
3,98
2,86
7,00
9,03

2,19
7,06
3,24

24,56

4,34

3,72

1,17

0,22
0,92
9,33

4,67
0,36
10,54

9,00
0,29
0,90

10,11
24,63
2,55
10,88

9,24

0,30
2,00

0,51
32,00

0,63

3,03
0,14
3,00
16,00
3,08

3,27

7,00

7,00
12,78
13,83

3,00
12,93
5,48

1,00

4,00
0,29
15,95
7,64
48,82
6,49
5,53
5,63
12,50
14,58
28,50
0,49
8,63
18,41
4,69
45,00
1,00
4,16
9,50
3,23
8,60
3,00
11,51
7,87

Infus set anak

Pkt

Infus set
dewasa
Pkt

(11)

(12)

(13)

9,58
10,28
37,87
24,66
8,98
4,06
6,67
12,12
2,82
7,20
9,40
29,14
24,95
18,20
12,41
16,83
52,30
14,12
24,75
6,76

8,42
8,36
27,76
41,37
25,10
13,41

5,04
13,80
11,79
29,11
52,52
10,81
9,00

14,42
17,00
3,31
2,02
4,45

0,93
32,93
33,39
131,22
13,26
10,56
5,15
22,21
7,33
34,13
7,05
10,93
17,22

5,77
11,81
7,77
19,50
24,29
9,41
9,62
0,51
45,68
14,16
4,48
7,96
4,89
10,18
12,82
10,16
27,39
14,92
13,96
6,79
12,85
17,18
19,18
8,28
8,85
9,41
14,49
7,51
13,19
5,70
7,85
5,45
2,66
10,04

Pyrantel
Pamoat 125
Pkt

Salep 2-4

(10)

181,83
34,14
8,66
21,16
11,88
12,53
12,18

26,51
31,40
38,50
7,98
12,96
11,45
17,03
49,17
28,16
28,28
33,68
15,48
17,13

Pkt

21,93
11,39
8,36
7,63
102,20
11,30
13,05
32,96
46,55
15,16
16,39
14,19
16,05
19,77
23,14
9,00
12,30
10,06
3,20
6,34
36,81
4,08
15,38
5,11
8,13
12,58

Lampiran 4.31

REKAPITULASI DATA KECUKUPAN OBAT NASIONAL


TAHUN 2009
Rekap Nasional
No.

Nama Obat

Satuan

(1)

(2)

(3)

1
Amoksisilin sirup kering 125 mg/ml
Btl 60 ml
Amoksisilin kapsul 500 mg
Ktk @ 120 kap
2
Antasida DOEN tablet
Btl @ 1000 tab
3
Antalgin tablet 500 mg
Btl @ 1000 tab
4
Ktk @ 100 ampul
5
Deksametason inj 5 mg/ml 2ml
Btl 60 ml
6
Dekstrometorfan Sirup 10 mg/5ml
Btl @ 1000 tab
7
Dekstrometorfan Tab 15 mg
Ktk @ 100 ampul
8
Difenhidramin HCl inj 10 mg/ml-1ml
Btl @ 1000 tab
9
Gliserin Guaiakolat tab 100 mg
Btl 500 ml
10
Glukosa Larutan Infus 5 % steril
Btl @ 100 tab
11
Ibuprofen tablet 200 mg
Btl @ 250 Kapsul
12
Kloramfenikol kapsul 250 mg
Btl @ 100 tab
13
Kotrimoksazol tablet 480 mg
Btl @ 100 tab
14
Kotrimoksazol tablet 120 mg
Btl 60 ml
15
Kotrimoksazol Sirup
Tablet
16
Klorfeniramini Maleat tab 4 mg
Tablet
17
Kloroquin tablet
Btl 500 ml
18
Natrium Klorida Infus 0,9 % steril
Btl @ 1000 tab
19
Parasetamol Tablet 500 mg
Btl 500 ml
20
Ringer Laktat Infus steril
Btl @ 1000 Kapsul
21
Vitamin B Kompleks Kapsul
22
Retinol 200.000 IU
Btl @ 30 Kapsul
Ktk @ 30 Tablet
23
Tablet Tambah darah
Botol
24
Multivitamin Sirup
Bungkus
25
Garam Oralit
26
OAT Kat 1
Pkt
27
OAT Kat 2
Pkt
28
OAT Kat 3
Pkt
Pkt
29
OAT Kat Sisipan
Pkt
30
OAT Kat Anak
Btl @ 1000 Tablet
31
Pyrantel Pamoat 125 mg tablet
Pot
32
Salep 2-4
Kantong
33
Infus set dewasa
Kantong
34
Infus set anak
Sumber: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alkes, Kemenkes RI

Stok Obat

Pemakaian Rata-rata/
Bulan

(4)

(5)

8.729.542
77.224.056
155.867.080
50.816.366
1.873.486
2.977.337
45.698.234
1.924.635
80.469.968
2.453.883
12.719.989
24.455.555
36.298.782
6.048.772
4.113.655
215.728.121
11.210.338
671.335
157.130.762
2.707.552
163.977.827
5.456.758
58.931.304
4.075.990
12.145.159
419.572
2.398
10.776
1.717
8.579
1.758.000
1.168.810
1.027.151
464.386

Tingkat Kecukupan
(Bulan)
(6)

1.154.438
7.787.848
9.074.593
5.281.798
248.222
378.364
3.269.031
134.434
8.179.942
236.598
1.714.119
2.310.773
3.256.066
560.427
521.626
19.717.668
795.213
62.792
12.428.275
346.705
7.468.054
582.858
3.827.263
228.370
1.782.860
6.378
780
779
314
1.090
144.393
67.880
102.348
36.911

7,56
9,92
17,18
9,62
7,55
7,87
13,98
14,32
9,84
10,37
7,42
10,58
11,15
10,79
7,89
10,94
14,10
10,69
12,64
7,81
21,96
9,36
15,40
17,85
6,81
9,03
3,08
13,83
5,48
7,87
12,18
17,22
10,04
12,58

Kisaran Tingkat
Kecukupan MinMaks (Bulan)
(7)

4,08 2,68 0,17 0,07 0,60 1,14 0,29 2,71 0,25 1,85 2,06 0,28 3,75 0,38 2,44 0,21 0,65 3,52 0,24 2,50 0,06 2,06 3,07 0,43 2,78 0,40 0,30 0,36 0,63 0,29 2,02 0,93 0,51 3,20 -

24,00
24,00
24,00
24,00
24,00
21,25
24,00
24,00
24,00
24,00
24,00
24,00
24,00
24,00
24,00
24,00
24,00
24,00
24,00
24,00
24,00
24,00
24,00
24,00
24,00
24,00
22,29
24,00
24,00
24,00
24,00
24,00
24,00
24,00

Lampiran 5.1

JUMLAH PUSKESMAS DAN RASIONYA TERHADAP PENDUDUK


MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 - 2009

No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Jumlah Puskesmas
2005

2006

2007

2008

2009

2005

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Rasio Puskesmas
per 100.000 Penduduk
2006
2007
2008
(9)

(10)

(11)

2009
(12)

266
426
214
150
135
242
113
224
47
41
335
996
853
117
919
173
110
128
228
207
134
192
187
119
139
347
139
45
50
109
56
60
168

274
445
224
154
140
249
126
235
47
45
342
999
858
117
930
177
110
130
251
205
154
201
186
130
144
362
159
55
62
125
62
81
236

311
463
228
156
148
259
140
248
51
51
341
1.002
871
117
929
180
112
134
253
211
163
204
192
142
145
374
153
55
66
142
64
83
246

301
495
227
183
158
278
142
253
50
59
351
999
842
120
940
194
114
142
278
224
169
214
205
144
144
395
208
73
70
153
91
96
236

309
500
242
176
163
284
167
264
55
61
339
1.008
849
119
944
196
114
145
288
229
169
213
207
159
165
395
223
75
77
135
96
105
266

6,60
3,42
4,69
3,28
5,12
3,57
7,29
3,15
4,50
3,22
3,78
2,56
2,67
3,50
2,53
1,92
3,25
3,06
5,35
5,11
7,00
5,85
6,56
5,59
6,06
4,09
7,08
4,88
8,71
6,33
6,67

6,73
3,52
4,84
2,52
5,22
3,61
8,04
3,26
4,37
3,36
3,82
2,52
2,67
3,45
2,54
1,92
3,21
3,05
5,76
4,98
7,95
6,01
6,34
6,02
6,13
4,20
7,94
5,84
6,25
9,83
6,75
11,77
8,87

7,36
3,61
4,85
3,08
5,40
3,69
8,66
3,40
4,61
3,66
3,76
2,48
2,69
3,41
2,52
1,91
3,22
3,12
5,69
5,05
8,04
6,01
6,35
6,49
6,05
4,86
7,53
5,73
6,49
10,91
6,78
11,59
2,05

7,01
3,80
4,77
3,53
5,67
3,90
8,65
3,42
4,45
4,06
3,84
2,44
2,58
3,46
2,53
2,02
3,24
3,25
6,13
5,27
8,21
6,21
6,62
6,52
5,91
5,06
10,02
7,51
6,78
11,58
9,48
13,15
11,48

7,08
3,77
5,01
3,32
5,75
3,93
10,02
3,52
4,83
4,03
3,68
2,43
2,58
3,40
2,53
2,00
3,21
3,27
6,23
5,30
8,10
6,09
6,54
7,13
6,65
4,99
10,53
7,62
7,35
10,08
9,85
14,12
12,68

7.669

8.015

8.234

8.548

8.737

3,50

3,61

3,65

3,74

3,78

Sumber: Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi, Kemenkes, 2009

Lampiran 5.2

JUMLAH PUSKESMAS PERAWATAN DAN PUSKESMAS NON PERAWATAN


MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 - 2009

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Jumlah Puskesmas Perawatan

Provinsi

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

2005

2006

2007

2008

2009

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

89
98
64
39
43
75
24
31
14
17
50
132
218
32
310
18
23
46
72
70
35
33
70
56
59
147
45
14
19
31
17
22
64
2.077

Sumber: Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi, Kemenkes, 2009

85
145
81
46
41
76
34
39
17
16
50
142
241
38
336
34
22
44
124
71
52
36
87
59
64
179
52
17
22
54
31
41
121
2.497

125
122
84
49
59
86
35
80
19
17
50
150
269
38
365
34
23
58
111
71
54
40
82
65
64
189
48
18
24
59
30
33
132
2.683

66
144
68
45
51
77
35
37
14
24
54
140
232
41
392
42
24
86
69
82
47
42
96
66
67
168
63
17
22
29
27
26
45
2.438

115
129
81
51
56
80
37
51
20
24
51
171
234
41
365
46
27
80
93
94
55
46
100
72
63
205
69
22
31
48
27
36
84
2.704

Puskesmas
PONED 2009
(8)

50
62
73
32
43
45
23
55
10
18
17
143
145
27
217
42
29
39
61
18
26
54
41
34
54
67
29
19
16
26
16
0
6
1.537

Jumlah Puskesmas Non Perawatan


2005

2006

2007

2008

2009

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

177
328
150
111
92
167
89
193
33
24
285
864
635
85
609
155
87
82
156
137
99
159
117
63
80
200
94
31
31
78
39
38
104
5.592

189
300
143
108
99
173
92
196
30
29
292
857
617
79
594
143
88
86
127
134
102
165
99
71
80
183
107
38
40
71
31
40
115
5.518

186
341
144
107
89
173
105
168
32
34
291
852
602
79
564
146
89
76
142
140
109
164
110
77
81
185
105
37
42
83
34
50
114
5.551

235
351
159
138
107
201
107
216
36
35
297
859
610
79
548
152
90
56
209
142
122
172
109
78
77
227
145
56
48
124
64
70
191
6.110

194
371
161
125
107
204
130
213
35
37
288
837
615
78
579
150
87
65
195
135
114
167
107
87
102
190
154
53
46
87
69
69
182
6.033

Lampiran 5.3

JUMLAH SARANA KESEHATAN MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2009

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

Jumlah Desa /
Kelurahan

Puskesmas
Pembantu

Desa / Kelurahan /
RW Siaga /
Poskesdes

Kader / Toma
Terlatih

Posyandu

Rasio Desa
Siaga/Poskesdes
terhadap Desa/Kel

Rasio Posyandu
terhadap Desa/Kel

(2)

(3)

(4)

(6)

(5)

(9)

(10)

(11)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber :
Ditjen. Bina Kesehatan Masyarakat, Kemenkes, 2010
Pusat Promosi Kesehatan., Kemenkes, 2010

6.420
5.649
964
1.500
1.319
2.869
1.442
2.358
361
331
267
5.827
8.577
438
8.502
1.530
698
913
2.775
1.777
1.439
1.973
1.404
1.510
1.712
2.874
1.825
595
564
898
1.041
1.291
3.583
75.226

919
1.797
822
668
547
937
497
733
121
189
2
1.506
1.737
318
2.373
256
503
481
846
779
745
574
613
447
702
1.134
499
235
289
340
242
249
550
22.650

2021
3660
2328
1142
854
2362
1274
1371
275
192
1176
5378
7529
420
8446
508
462
888
574
1014
410
1668
636
984
1080
2610
1008
280
79
574
211
532
50
51.996

4500
3548
200
1950
4754
1878
4050
714
1059
990
4500
3750
714
4086
1800
780
2664
600
199
515
1770
4459
2520
1968
612
660
1248
360
1200
58.048

7.039
13.861
6.680
4.679
2.992
5.775
1.812
7.480
948
903
4.190
45.632
47.763
5.654
46.060
9.548
4.719
6.133
5.792
4.057
2.262
3.538
4.455
2.226
3.015
8.097
2.324
1.228
1.441
1.894
1.318
1.122
2.190
266.827

0,31
0,65
2,41
0,76
0,65
0,82
0,88
0,58
0,76
0,58
4,40
0,92
0,88
0,96
0,99
0,33
0,66
0,97
0,21
0,57
0,28
0,85
0,45
0,65
0,63
0,91
0,55
0,47
0,14
0,64
0,20
0,41
0,01
0,69

1,10
2,45
6,93
3,12
2,27
2,01
1,26
3,17
2,63
2,73
15,69
7,83
5,57
12,91
5,42
6,24
6,76
6,72
2,09
2,28
1,57
1,79
3,17
1,47
1,76
2,82
1,27
2,06
2,55
2,11
1,27
0,87
0,61
3,55

Lampiran 5.4

JUMLAH RUMAH SAKIT DI INDONESIA


MENURUT PENGELOLA DAN PROVINSI TAHUN 2009
No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes, 2010

Kemenkes/Pemda
RS
RS
Jumlah
Umum Khusus
(3)

(4)

(5)

RS
Umum
(6)

TNI/POLRI
RS
Jumlah
Khusus
(7)

(8)

Kementerian Lain/BUMN
RS
RS
Jumlah
Umum Khusus
(9)

(10)

(11)

RS
Umum

Swasta
RS
Khusus

(12)

(13)

Jumlah

RS
Umum

(14)

(15)

Semua RS
RS
Jumlah
Khusus
(16)

(17)

21
31
18
13
11
18
9
10
7
7
8
34
46
6
48
5
9
7
16
13
14
13
15
8
11
25
9
4
3
9
8
5
12

3
5
2
1
1
4
1
1
1
0
7
8
9
1
8
1
2
3
0
3
0
1
3
1
1
7
1
1
0
1
0
0
2

24
36
20
14
12
22
10
11
8
7
15
42
55
7
56
6
11
10
16
16
14
14
18
9
12
32
10
5
3
10
8
5
14

4
8
3
3
2
2
2
2
0
2
8
12
11
2
20
2
2
2
2
3
1
4
3
3
1
6
2
0
0
3
2
3
3

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

4
8
3
3
2
2
2
2
0
2
9
12
11
2
21
2
2
2
2
3
1
4
3
3
1
6
2
0
0
3
2
3
3

3
17
1
4
2
5
0
0
0
2
5
6
3
0
13
2
0
0
0
1
0
2
2
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0

0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0

3
18
1
4
2
5
0
0
0
2
6
7
3
1
15
2
0
0
0
1
0
2
2
0
0
2
1
0
0
0
0
1
0

8
69
9
10
3
7
1
15
2
7
57
73
87
13
62
14
17
4
10
7
0
4
9
14
4
12
3
0
1
6
1
2
4

2
7
10
3
1
2
0
2
0
2
41
36
43
18
25
11
7
0
1
3
0
4
1
0
4
8
1
0
0
1
0
0
0

10
76
19
13
4
9
1
17
2
9
98
109
130
31
87
25
24
4
11
10
0
8
10
14
8
20
4
0
1
7
1
2
4

36
125
31
30
18
32
12
27
9
18
78
125
147
21
143
23
28
13
28
24
15
23
29
25
16
44
15
4
4
18
11
11
19

5
13
12
4
2
6
1
3
1
2
50
45
52
20
36
12
9
3
1
6
0
5
4
1
5
16
2
1
0
2
0
0
2

41
138
43
34
20
38
13
30
10
20
128
170
199
41
179
35
37
16
29
30
15
28
33
26
21
60
17
5
4
20
11
11
21

473

79

552

123

125

71

78

535

233

768

1.202

321

1.523

Lampiran 5.5

JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM DAN TEMPAT TIDUR


MENURUT PENGELOLA TAHUN 2005 - 2009
Tahun 2005
No

Tahun 2006

Tahun 2007

Tahun 2008

Tahun 2009

Pengelola

(1)

(2)

Jumlah

Tempat Tidur

Jumlah

Tempat Tidur

Jumlah

Tempat Tidur

Jumlah

Tempat Tidur

Jumlah

Tempat Tidur

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

Kementerian Kesehatan

13

8.483

13

8.784

13

8.777

13

9.044

13

9.131

Pemerintah Provinsi

43

12.902

43

12.834

43

13.182

43

13.605

44

14.029

Pemerintah Kab/Kota

322

33.896

334

35.375

345

37.575

375

41.285

416

47.811

TNI/POLRI

110

10.814

110

10.842

110

10.836

110

10.907

123

11.821

Kementerian Lain / BUMN

71

6.827

71

6.880

71

6.851

71

6.643

71

6.747

Swasta

436

43.364

441

43.789

451

45.074

467

47.266

535

52.064

995

116.286

1.012

118.504

1.033

122.295

1.079

128.750

1.202

141.603

Jumlah
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes, 2010

Lampiran 5.6

JUMLAH TEMPAT TIDUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAN RUMAH SAKIT KHUSUS
MENURUT KELAS PERAWATAN DAN PROVINSI TAHUN 2009

No

Provinsi

(1)

(2)

Aceh

Total Tempat
Tidur
(3)

VIP
Jumlah

(4)

Kelas Perawatan
Kelas II
Jumlah
%

Kelas I
Jumlah

(5)

(6)

(7)

(8)

Kelas III

(9)

Jumlah

(10)

(11)

Tanpa Kelas
Jumlah
%
(12)

(13)

3.351

129

241

556

17

1.247

37

1.178

35

Sumatera Utara

13.544

638

1.334

10

2.315

17

6.163

46

3.094

23

Sumatera Barat

4.312

350

442

10

1.069

25

1.909

44

542

13

Riau

2.983

266

303

10

600

20

1.160

39

654

22

Jambi

1.662

151

210

13

300

18

571

34

430

26

Sumatera Selatan

4.727

322

588

12

840

18

2.198

46

779

16

Bengkulu

987

55

56

130

13

210

21

536

54

Lampung

3.091

253

251

551

18

1.450

47

586

19

Bangka Belitung

861

32

52

211

25

377

44

189

22

10

Kepulauan Riau

1.588

91

166

10

270

17

647

41

414

26

11

DKI Jakarta

16.998

1.974

12

2.126

13

3.650

21

5.886

35

3.362

20

12

Jawa Barat

19.368

1.404

2.142

11

4.491

23

7.167

37

4.164

21

13

Jawa Tengah

23.574

2.294

10

2.936

12

5.265

22

7.523

32

5.556

24

14

D.I. Yogyakarta

4.141

323

506

12

911

22

1.432

35

969

23

15

Jawa Timur

22.268

1.601

2.171

10

5.041

23

9.952

45

3.503

16

16

Banten

3.319

154

411

12

693

21

1.191

36

870

26

17

Bali

3.473

392

11

457

13

636

18

1.123

32

865

25

18

Nusa Tenggara Barat

1.602

112

167

10

289

18

818

51

216

13

19

Nusa Tenggara Timur

2.448

129

273

11

426

17

1.039

42

581

24

20

Kalimantan Barat

3.254

123

291

563

17

1.547

48

730

22

21

Kalimantan Tengah

1.054

92

88

150

14

394

37

330

31

22

Kalimantan Selatan

2.439

247

10

230

464

19

994

41

504

21

23

Kalimantan Timur

3.575

280

327

702

20

1.458

41

808

23

24

Sulawesi Utara

3.218

85

284

642

20

1.542

48

665

21

25

Sulawesi Tengah

1.708

73

196

11

279

16

712

42

448

26

26

Sulawesi Selatan

7.447

473

764

10

1.186

16

2.756

37

2.268

30

27

Sulawesi Tenggara

1.211

57

108

161

13

479

40

406

34

28

Gorontalo

510

35

24

81

16

204

40

166

33

29

Sulawesi Barat

279

28

10

22

58

21

125

45

46

16

30

Maluku

1.653

48

68

192

12

894

54

451

27

31

Maluku Utara

696

20

20

83

12

214

31

359

52

32

Papua Barat

686

53

22

66

10

445

65

100

15

33

Papua

1.653

21

98

229

14

824

50

481

29

Indonesia
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes, 2010

163.680

12.305

7,5

17.374

10,6

33.100

20,2

64.651

39,5

36.250

22,1

Lampiran 5.7

JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM DAN TEMPAT TIDUR MILIK KEMENKES/PEMDA


MENURUT KELAS RUMAH SAKIT DAN PROVINSI TAHUN 2009
Kelas A
No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes, 2010

Kelas B

Kelas C

Kelas D

Total

Jumlah

Tempat Tidur

Jumlah

Tempat Tidur

Jumlah

Tempat Tidur

Jumlah

Tempat Tidur

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

Tempat Tidur
(12)

0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
2
1
2
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0

0
600
0
0
0
0
0
0
0
0
1.034
852
1.361
673
2.264
0
698
0
0
0
0
0
0
0
0
580
0
0
0
0
0
0
0

3
9
2
1
1
2
1
2
0
0
6
16
18
3
23
4
4
1
1
2
2
2
5
1
2
3
1
1
0
1
0
0
1

525
1.640
1.056
415
273
905
332
812
0
0
2.051
3.809
4.290
504
4.960
903
593
289
284
458
329
565
1.152
648
441
640
212
282
0
353
0
0
348

14
18
14
8
9
9
3
6
3
7
1
15
20
2
19
1
4
6
4
7
5
10
8
4
6
20
5
1
2
2
3
4
5

1.023
1.309
1.382
594
586
965
179
533
296
480
214
1.793
3.440
442
2.349
86
367
761
502
544
386
790
602
466
458
1.657
299
68
119
147
278
394
522

4
3
2
4
1
7
4
2
4
0
0
2
6
0
4
0
0
0
11
4
7
1
1
1
3
1
3
2
1
5
4
0
5

204
133
127
265
50
340
200
100
220
0
0
92
372
0
220
0
0
0
790
200
265
50
50
75
153
26
150
100
102
265
200
0
292

21
31
18
13
11
18
8
10
7
7
8
34
46
6
48
5
9
7
16
13
14
13
14
6
11
25
9
4
3
8
7
4
11

1.752
3.682
2.565
1.274
909
2.210
711
1.445
516
480
3.299
6.546
9.463
1.619
9.793
989
1.658
1.050
1.576
1.202
980
1.405
1.804
1.189
1.052
2.903
661
450
221
765
478
394
1.162

10

8.062

118

29.069

245

24.031

92

5.041

465

66.203

Lampiran 5.8

JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS DAN TEMPAT TIDURNYA


MENURUT JENIS RUMAH SAKIT TAHUN 2005 - 2009

No

Jenis Rumah Sakit

(1)

(2)

Tahun 2005

Tahun 2006

Tahun 2007

Tahun 2008

Tahun 2009

RS

TT

RS

TT

RS

TT

RS

TT

RS

TT

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

RS Jiwa

51

8.527

51

8.630

51

8.726

51

8.781

51

9.206

RS Kusta

22

2.446

22

2.137

22

2.133

22

2.168

22

2.224

RS Tuberkulosa Paru

766

718

10

757

11

782

10

731

RS Mata

10

475

10

459

10

418

10

418

11

423

RS Ortopedi

187

187

187

187

127

RS Penyakit Infeksi

127

144

144

144

144

RS Jantung

234

234

234

239

222

RS Kanker

129

172

172

172

172

RS Bersalin

56

2.533

57

2.458

57

2.635

57

2.577

61

2.475

10

RS Ibu dan Anak

64

3.629

69

3.388

74

3.556

79

3.804

95

4.591

11

RS Khusus Lainnya

56

1.427

57

1.420

57

1.450

57

1.516

66

1.762

273

20.480

280

19.947

286

20.412

292

20.788

321

22.077

Jumlah
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Kemenkes, 2010

Lampiran 5.9

JUMLAH SARANA PRODUKSI


BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2007-2009

NO

PROVINSI

(1)

(2)

Industri Farmasi

Industri Kecil Obat Tradisional


(IKOT)

Industri Obat Tradisional (IOT)

Perbekalan Kesehatan dan Rumah


Tangga (PKRT)

Produksi Alat Kesehatan

Industri Kosmetika

2007

2008

2009

2007

2008

2009

2007

2008

2009

2007

2008

2009

2007

2008

2009

2007

2008

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

2009
(20)

Aceh

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Kepulauan Riau

Riau

Kepulauan Bangka Belitung

Jambi

Bengkulu

Sumatera Selatan

10

Lampung

11

Banten

12

DKI Jakarta

22

22

23

28

28

116

29

37

46

84

103

120

99

20

70

13

Jawa Barat

76

77

91

32

32

32

184

184

184

49

63

80

137

162

192

108

108

107

14

Jawa Tengah

31

31

25

36

36

282

11

14

18

42

50

55

45

45

26

15

DI Yogyakarta

42

42

40

16

Jawa Timur

59

54

54

17

17

17

343

411

388

13

17

25

55

64

80

150

150

151

17

Bali

13

13

12

24

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

10

21

Kalimantan Tengah

22

Kalimantan Selatan

24

26

29

18

19

20

23

Kalimantan Timur

11

15

15

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Barat

26

Sulawesi Tengah

27

Gorontalo

28

Sulawesi Selatan

10

13

29

Sulawesi Tenggara

30

Maluku Utara

31

Maluku

32

Papua Barat

33

Papua

231

232

238

60

67

78

862

951

1.293

125

164

214

416

507

600

515

453

492

TOTAL
Sumber: Ditjen Binfar dan Alkes, Kemenkes, 2010

10

10

10

78

78

79

13

22

26

37

39

41

41

11

11

13

15

13

30

30

28

17

43

47

54

15

20

56

76

87

38

38

37

Lampiran 5.10

JUMLAH SARANA DISTRIBUSI


BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2009
Pedagang Besar Farmasi
NO

PROVINSI

(1)

(2)

Toko Obat

Apotek

Penyalur Alat Kesehatan (PAK)

Sub Penyalur Alat Kesehatan


(Sub PAK)

2007

2008

2009

2007

2008

2009

2007

2008

2009

2007

2008

2009

2007

2008

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

Aceh

Sumatera Utara

Sumatera Barat

71

Kepulauan Riau

20

Riau

44

Kepulauan Bangka Belitung

Jambi

31

Bengkulu

2009
(17)

58

51

52

119

170

209

534

576

560

98

99

125

110

103

106

386

769

768

259

738

737

10

13

15

128

128

74

81

193

296

295

361

482

478

101

57

89

28

33

98

129

160

286

336

377

19

38

55

81

91

269

313

346

290

328

546

195

235

235

10

14

46

62

70

72

79

92

28

30

30

47

49

121

151

166

137

167

176

85

44

55

17

17

19

77

96

99

104

95

90

64

72

72

Sumatera Selatan

88

95

95

175

225

243

97

95

114

91

106

106

10

Lampung

74

48

53

162

212

225

123

157

113

39

65

65

11

Banten

34

79

81

137

137

401

25

31

37

12

12

20

12

DKI Jakarta

521

279

283

807

1.162

1.746

349

732

604

435

499

618

268

268

268

13

Jawa Barat

343

365

393

1.230

2.256

2.256

420

872

872

43

58

73

295

244

244

14

Jawa Tengah

328

329

325

522

522

1.820

361

361

361

13

17

23

15

DI Yogyakarta

55

42

44

123

355

359

43

52

57

28

96

96

16

Jawa Timur

370

461

461

890

1.586

1.586

218

218

217

22

27

34

399

274

274

17

Bali

81

81

82

179

383

462

104

159

165

52

109

96

18

Nusa Tenggara Barat

31

38

38

34

162

173

100

102

102

92

92

19

Nusa Tenggara Timur

27

27

28

39

103

103

81

183

183

99

153

153

20

Kalimantan Barat

67

69

74

99

130

160

244

270

337

82

97

107

21

Kalimantan Tengah

11

14

15

80

84

126

148

162

141

49

50

22

Kalimantan Selatan

69

59

61

134

171

199

233

433

460

135

154

159

23

Kalimantan Timur

45

52

47

197

263

349

315

300

336

80

111

152

24

Sulawesi Utara

43

43

43

100

122

139

49

40

73

82

109

143

25

Sulawesi Barat

29

28

45

33

33

44

26

Sulawesi Tengah

31

23

24

41

124

148

112

112

174

35

102

103

27

Gorontalo

28

Sulawesi Selatan

29

Sulawesi Tenggara

30

Maluku Utara

31

Maluku

32

Papua Barat

13

13

13

57

71

75

45

44

46

33

Papua

36

38

37

83

127

142

94

13

14

108

151

212

2.789

2.743

2.821

6.816

10.931

13.671

5.915

7.940

7.953

567

667

826

2.611

3.296

3.566

TOTAL
Sumber: Ditjen Binfar dan Alkes, Kemenkes, 2010

36

55

61

42

41

40

41

25

18

123

134

134

210

468

518

451

436

116

59

150

150

19

13

13

62

105

109

96

165

165

64

90

139

34

34

54

25

25

29

12

64

42

15

18

19

47

60

59

80

125

125

32

62

77

Lampiran 5.11

JUMLAH INSTITUSI POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKKES)


MENURUT JURUSAN DAN PROVINSI TAHUN 2009
Jurusan / Program Studi

(1)

(2)

(3)

(4)

(6)

(7)

(8)

(9)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

Perekam
Informasi
Kesehatan

Ortotik
Prostetik

Teknik Gigi

Teknik
Radiodiagnostik

Teknik
Elektromedik

Akupunktur

Terapi Wicara

Okupasi Terapi

(10)

KETEKNISIAN MEDIS
Analis Kesehatan

KETERAPIAN FISIK

GIZI

Gizi

Kesehatan
Lingkungan

Analis Farmasi &


Makanan

Farmasi

(5)

KESMAS

Fisioterapi

KEFARMASIAN
Kesehatan Gigi

Poltekkes

Kebidanan

No

Keperawatan

KEPERAWATAN

(17)

(18)

(19)

TOTAL

(20)

Banda Aceh

10

Medan

Pekanbaru

Padang

Jambi

Bengkulu

Palembang

Tanjung Karang

Jakarta I

10

Jakarta II

11

Jakarta III

12

Bandung

12

13

Tasikmalaya

14

Yogyakarta

13

15

Semarang

16

Surakarta

17

Surabaya

12

18

Malang

19

Denpasar

20

Mataram

21

Kupang

22

Pontianak

23

Palangkaraya

24

Samarinda

25

Banjarmasin

26

Palu

27

Makassar

28

Kendari

29

Manado

30

Gorontalo

31

Ambon

32

Ternate

33

Jayapura

12

TOTAL
%
Sumber: BPPSDM Kesehatan, Kemenkes, 2010

67

52

18

21

26

15

221

30,3

23,5

8,1

3,2

0,5

9,5

11,8

0,9

0,5

0,5

0,5

6,8

0,9

1,4

0,5

0,9

0,5

100

Lampiran 5.12

JUMLAH JURUSAN/PROGRAM STUDI POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKKES)


MENURUT AKREDITASI DAN STRATA TAHUN 2009
Strata
No

Poltekkes

Jumlah
Jurusan/Program Studi

(1)

(2)

(3)

Jurusan Terakreditasi

Belum Terakreditasi
A

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(12)

(13)

(14)

(15)

Banda Aceh

10

70

14

86

Medan

100

22

56

22

Pekanbaru

86

83

17

14

Padang

40

100

60

Jambi

100

50

50

Bengkulu

100

100

Palembang

33

100

33

Tanjung Karang

88

100

13

Jakarta I

75

67

33

10

Jakarta II

100

57

43

11

Jakarta III

100

100

12

Bandung

12

11

92

82

18

13

Tasikmalaya

100

100

14

Yogyakarta

100

67

33

15

Semarang

13

11

85

82

18

15

16

Surakarta

57

50

50

43

17

Surabaya

12

12

100

58

42

18

Malang

100

71

29

19

Denpasar

71

40

60

20

Mataram

100

60

40

21

Kupang

88

100

13

22

Pontianak

67

50

50

33

23

Palangkaraya

67

100

33

24

Samarinda

100

50

50

25

Banjarmasin

50

50

50

50

26

Palu

67

100

33

27

Makassar

28

Kendari

100

100

29

Manado

89

13

88

11

30

Gorontalo

100

100

31

Ambon

100

67

33

32

Ternate

33

Jayapura
Jumlah

Sumber: BPPSDM Kesehatan, Kemenkes, 2010

30

67

100

33

12

42

100

58

221

180

81,45

77

42,8

96

53,3

3,9

32

14,48

Lampiran 5.13

JUMLAH INSTITUSI NON POLITEKNIK KESEHATAN (NON-POLTEKKES)


MENURUT JURUSAN/PROGRAM STUDI DAN PROVINSI TAHUN 2009

(4)

(8)

(9)

(10)

(12)

(13)

(14)

(15)

(17)

(18)

(19)

(20)

(21)

(22)

D-III
Kardiovaskuler

D-I PTTD

ATEM

APIKES

ARO

AAK

ATG

SMAK

(16)

ATRO

Keteknisian Medis

D-III AKUPUNTUR

ATW

AKFIS

AKL

(11)

Keterapian Fisik

Gizi

AKZI

Kesmas

AKFAR

(7)

AKAFARMA

(6)

SMKF

(5)

SMF

AKG

(3)

AKBID

(2)

(1)

Kefarmasian

AKPER

Provinsi

SPRG

No

SPK

Keperawatan

(23)

(24)

Jumlah

(25)

(26)

Aceh

14

33

57

Sumatera Utara

42

53

114

Sumatera Barat

13

10

34

Riau

20

34

Jambi

Sumatera Selatan

15

Bengkulu

12

16

35

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

10

17

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

31

21

84

12

Jawa Barat

14

12

40

78

13

Jawa Tengah

44

52

12

142

14

DI Yogyakarta

15

15

Jawa Timur

19

16

Banten

42

27

96

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

16

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

11

21

Kalimantan Tengah

22

Kalimantan Selatan

15

23

Kalimantan Timur

16

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Tengah

26

Sulawesi Selatan

24

19

52

27

Sulawesi Tenggara

12

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua Barat

33

Papua

10

319

329

33

44

15

43

13

16

22

20

919

JUMLAH
Sumber: BPPSDM Kesehatan, Kemenkes, 2010

Lampiran 5.14

JUMLAH INSTITUSI NON POLITEKNIK KESEHATAN (NON-POLTEKKES)


MENURUT AKREDITASI DAN STRATA TAHUN 2009
Strata

Institusi yang
Belum Terakreditasi

No

Provinsi

Jumlah Institusi

(1)

(2)

(3)

telah terakreditasi

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

Aceh

Sumatera Utara

57

21

75

21

28

49

29

51

114

61

75

16

20

81

71

33

29

Sumatera Barat

34

10

16

Riau

34

13

13

76

14

21

62

13

38

87

15

44

19

56

Jambi

Sumatera Selatan

15

100

100

60

Bengkulu

35

13

15

65

22

23

66

40

12

34

Lampung

20

80

56

44

Kepulauan Bangka Belitung

17

10

91

11

65

35

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

100

50

50

84

10

65

89

73

87

11

13

12

Jawa Barat

78

19

13

81

16

21

62

79

13

Jawa Tengah

142

16

17

71

76

93

65

49

35

14

DI Yogyakarta

16

11

89

56

44

15

Jawa Timur

99

20

27

54

72

75

76

24

24

16

Banten

15

20

80

33

10

67

17

Bali

100

43

57

18

Nusa Tenggara Barat

16

25

75

25

12

75

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

21

Kalimantan Tengah

22

Kalimantan Selatan

15

23

Kalimantan Timur

16

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Tengah

26

Sulawesi Selatan

52

27

Sulawesi Tenggara

12

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

100

60

40

11

25

75

73

27

100

43

57

40

60

10

67

33

25

63

13

50

50

80

20

100

14

71

14

100

14

74

21

19

37

33

63

100

58

42

100

50

50

Maluku

100

100

31

Maluku Utara

100

32

Papua Barat

33

Papua

100

33

67

919

72

13,2

428

46

8,4

546

59,41

373

40,59

Jumlah
Sumber: BPPSDM Kesehatan, Kemenkes, 2010

78,4

Lampiran 5.15

JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES NON-POLTEKKES MENURUT STATUS KEPEMILIKAN TAHUN 2009

No.

Jenis Tenaga Kesehatan

Pemda

TNI / Polri

Swasta

Jumlah

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(1)

KEPERAWATAN
1
Sekolah Perawat Kesehatan (SPK)
2
Akademi Keperawatan (AKPER)
3
Akademi Kebidanan (AKBID)
4
Sekolah Pengatur Rawat Gigi (SPRG)
5
Akademi Kesehatan Gigi (AKG)
Sub Total
KEFARMASIAN
1
Sekolah Menengah Farmasi (SMF)
2
SMKF
3
Akademi Analis Farmasi dan Makanan (AKAFARMA)
4
Akademi Farmasi (AKFAR)
Sub Total
KESEHATAN MASYARAKAT
1 Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL)
Sub Total
GIZI
1
Akademi Gizi (AKZI)
Sub Total
KETERAPIAN FISIK
1
Akademi Fisioterapi (AKFIS)
2
Akademi Okupasi Terapi (AOT)
3
Akademi Terapi Wicara (ATW)
4
Akademi Akupunktur
Sub Total
KETEKNISIAN MEDIS
1
Sekolah Menengah Analis Kesehatan (SMAK)
2
Akademi Analis Kesehatan (AAK)
3
Akademi Tekniker Gigi (ATG)
4
D-I Pendidikan Teknik Transfusi Darah (PTTD)
5
Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO)
6
Akademi Perekam Informasi Kesehatan (APIKES)
7
Akademi Teknik Elektromedik (ATEM)
8
Akademi Refraksionis Optisi (ARO)
9
Akademi Teknik Kardiovaskuler
Sub Total
Total
%

Sumber: BPPSDM Kesehatan, Kemenkes, 2010

2
69
18
0
0
89

3
16
1
3
0
23

5
234
310
1
1
551

10
319
329
4
1
663

0
0
0
2
2

3
0
0
1
4

30
44
15
40
129

33
44
15
43
135

1
1

0
0

12
12

13
13

1
1

0
0

8
8

9
9

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

16
0
1
3
20

16
0
1
3
20

1
2
0
0
0
0
0
0
0
3
96
10,45

1
0
1
0
0
0
1
0
0
3
30
3,26

6
20
1
2
8
20
6
9
1
73
793
86,29

8
22
2
2
8
20
7
9
1
79
919
100

Lampiran 5.16
REKAPITULASI DATA SDM KESEHATAN PER PROVINSI
KEADAAN DESEMBER 2009

MEDIS
NO

KEPERAWATAN

KEFARMASIAN

PROVINSI
Dokter
Spesialis

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
NTB
NTT
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Barat
Gorontalo
Maluku
Maluku Utara

32

Papua Barat

33

Papua

Dokter
Umum

Dokter Gigi

Perawat

Perawat Gigi

Bidan
6.686
7.023
3.563
3.186
1.755
2.319
2.061
2.975
563
794
1.317
9.862
12.449
1.364
12.025
3.086
2.275
1.308
2.908
1.887
1.480
2.145
1.467
1.279
1.083
1.113
1.255
352
361
1.244
893

Sarjana
Farmasi &
Apoteker
460
851
204
259
132
142
94
197
42
74
758
252
1.473
640
632
95
112
102
168
78
101
121
204
112
228
122
133
26
45
47
208

KESMAS
Tenaga Gizi

Asisten
Aptoteker
368
166
654
388
428
120
208
287
140
114
108
991
837
763
2.394
308
395
155
467
237
106
442
363
242
171
256
148
37
41
53
46

Sarjana
Kesmas
1.165
776
789
493
532
611
673
115
255
168
236
1.298
1.456
456
988
516
437
402
435
203
236
474
305
296
337
618
728
151
139
170
451

Keterapian
Fisik

Keteknisian
Medis

Jumlah
Nakes

SDM Non
Nakes

Total SDM
Kesehatan

Sanitarian

467
626
523
315
118
34
27
231
20
176
1.988
1.337
1.971
995
2.656
200
423
155
44
132
90
128
297
79
85
267
23
46
38
40
44

1.002
2.659
895
938
521
282
395
785
228
456
896
2.851
3.253
952
3.948
346
1.193
445
493
575
416
530
831
599
352
981
233
150
172
345
203

188
1.119
322
348
138
53
80
209
52
135
725
946
976
443
1.582
297
370
115
176
199
90
167
269
61
59
297
64
39
62
97
36

8.905
8.613
5.399
6.048
3.775
2.419
2.574
2.071
1.801
4.067
6.543
13.765
21.470
4.706
20.826
6.291
6.234
2.994
5.489
4.303
3.086
3.588
5.387
3.602
1.917
3.436
2.906
1.182
850
2.646
1.951

583
616
361
368
299
151
103
178
90
60
180
1.007
1.531
314
903
225
380
153
474
329
247
384
158
284
28
498
134
79
48
18
37

685
564
335
233
420
351
207
260
95
56
83
1.155
1.188
258
1.153
222
380
386
604
337
243
449
332
427
326
393
450
79
75
236
102

544
729
477
293
171
203
140
241
109
106
354
946
1.401
294
1.394
337
371
433
381
372
246
454
261
375
102
452
540
77
70
221
239

311
96
112
83
48
44
30
55
17
23
195
103
583
115
243
192
76
37
88
29
28
41
71
92
22
98
30
18
34
17
39

1.035
954
634
547
368
120
206
524
156
160
573
1.027
2.957
1.007
1.433
183
364
266
520
351
232
501
465
18
86
214
142
41
95
29
130

22.399
24.792
14.268
13.499
8.705
6.849
6.798
8.128
3.568
6.389
13.956
35.540
51.545
12.307
50.177
12.298
13.010
6.951
12.247
9.032
6.601
9.424
10.410
7.466
4.796
8.745
6.786
2.277
2.030
5.163
4.379

3.234
2.666
2.395
2.715
968
1.068
1.119
3.072
509
570
6.956
10.490
20.385
5.326
21.763
840
4.532
2.035
2.436
2.150
975
2.521
4.036
1.191
785
1.957
517
298
280
674
238

25.633
27.458
16.663
16.214
9.673
7.917
7.917
11.200
4.077
6.959
20.912
46.030
71.930
17.633
71.940
13.138
17.542
8.986
14.683
11.182
7.576
11.945
14.446
8.657
5.581
10.702
7.303
2.575
2.310
5.837
4.617

54

192

28

2.119

35

827

73

66

179

178

144

47

3.947

342

4.289

53
13.682

215
28.332

32
2.985
129
TOTAL
9.774
173.948
10.384
TOTAL PER KATEGORI
51.788
Sumber : Dinas Kesehatan seluruh Indonesia, melalui pengumpulan data Badan PPSDMK, Kemenkes, 2010

984
93.889
278.221

106
8.291

163
11.662
19.953

253
16.341

255
12.517
28.858

285
12.762
12.762

10
2.985
2.985

98
15.483
15.483

5.568
410.050
410.050

489
109.532
109.532

6.057
519.582

Lampiran 5.17

JUMLAH TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS


MENURUT JENIS DAN PROVINSI TAHUN 2010

No

Provinsi

Jumlah
Puskesmas
yang terdata
tenaganya

(2)

(3)

(1)

Dokter
Umum

Dokter
Gigi

Perawat

Perawat
Gigi

Bidan

Apoteker
& S1
Farmasi

Asisten
Apoteker

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

Kesmas Sanitarian
(13)

(14)

Keterapian Keteknisia
Fisik
n Medis

Gizi
(15)

(16)

(17)

Jumlah

JUMLAH TENAGA
NON KESEHATAN

TOTAL SDM
KESEHATAN

(19)

(20)

(21)

Aceh

291

534

97

4,188

344

5,680

158

163

552

482

277

38

203

12,716

957

13,673

Sumatera Utara

513

1,081

447

3,981

300

6,252

41

577

239

268

358

36

165

13,746

409

14,155

Sumatera Barat

245

442

207

1,862

237

2,796

12

278

188

205

200

173

6,603

626

7,229

Riau

174

527

196

2,385

129

2,164

36

178

117

137

123

109

6,109

350

6,459

Jambi

163

85

85

1,728

224

1,549

11

167

76

212

86

15

178

4,417

290

4,707

Sumatera Selatan

214

188

39

1,730

118

2,151

76

65

269

214

133

11

48

5,042

564

5,606

Bengkulu

152

173

68

2,461

86

1,621

111

54

174

264

117

46

5,177

244

5,421

Lampung

267

411

141

2,053

194

2,213

34

75

170

240

134

69

5,737

499

6,236

Kepulauan Bangka Belitung

55

113

32

703

67

414

35

25

65

54

64

43

1,615

158

1,773

10

Kepulauan Riau

64

200

60

1,115

36

564

30

54

33

49

63

47

2,259

286

2,545

11

DKI Jakarta

25

327

292

582

80

535

22

63

30

52

201

32

2,305

591

2,896

12

Jawa Barat

1,025

1,665

762

7,024

886

7,452

422

262

438

814

721

351

20,820

3,509

24,329

13

Jawa Tengah

871

1,744

607

6,486

1,092

10,672

393

274

422

727

706

69

624

23,822

5,112

28,934

14

DI Yogyakarta

120

321

169

801

237

762

90

73

78

151

137

221

3,049

919

3,968

15

Jawa Timur

942

1,673

1,181

7,468

711

10,253

121

722

265

800

778

19

654

24,659

7,394

32,053

16

Banten

205

379

202

1,591

154

2,133

43

20

161

123

128

47

4,986

742

5,728

17

Bali

117

346

192

1,140

230

1,405

10

104

67

233

116

66

3,910

530

4,440

18

Nusa Tenggara Barat

149

250

87

2,067

174

2,310

30

98

171

344

322

160

6,018

799

6,817

19

Nusa Tenggara Timur

300

260

130

2,662

379

2,337

41

262

160

481

267

13

178

7,170

788

7,958

20

Kalimantan Barat

227

225

58

2,273

306

1,481

19

118

100

265

266

228

5,346

543

5,889

21

Kalimantan Tengah

176

258

58

1,950

184

1,159

196

115

57

161

189

60

4,387

228

4,615

22

Kalimantan Selatan

188

256

118

1,505

280

1,567

36

203

143

306

256

160

4,835

788

5,623

23

Kalimantan Timur

224

427

179

2,338

122

1,071

30

105

128

195

147

91

4,833

777

5,610

24

Sulawesi Utara

165

332

46

2,040

228

1,011

29

141

121

297

257

40

4,546

226

4,772

25

Sulawesi Tengah

178

164

53

1,835

82

1,401

60

53

180

283

90

47

4,248

322

4,570

26

Sulawesi Selatan

393

318

270

2,995

360

1,370

85

221

509

365

353

44

159

7,054

723

7,777

27

Sulawesi Tenggara

233

230

56

2,130

298

906

45

84

331

329

338

19

4,766

337

5,103

28

Gorontalo

61

75

35

587

36

312

22

17

52

44

45

23

1,254

78

1,332

29

Sulawesi Barat

101

100

21

689

62

422

22

26

132

185

135

1,796

165

1,961

30

Maluku

159

94

152

1,691

133

808

18

25

30

128

174

13

3,270

210

3,480

31

Maluku Utara

105

101

18

842

23

551

50

22

137

78

119

23

1,973

91

2,064

32

Papua Barat

120

103

13

1,393

21

622

36

26

52

75

98

10

2,451

66

2,517

33

Papua

287

299

70

2,645

34

1,198

15

73

97

128

146

145

4,857

214

5,071

8,509

13,701

6,141

76,940

7,847

77,142

2,379

4,743

5,744

8,689

7,544

350

4,396

215,776

29,535

245,311

TOTAL
Sumber : BPPSDM Kesehatan, Kemenkes, 2010

Lampiran 5.18

RASIO DOKTER UMUM, DOKTER GIGI, PERAWAT DAN BIDAN TERHADAP JUMLAH PUSKESMAS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2009

No

Provinsi

Jumlah Puskesmas
yang terdata
tenaganya

Dokter Umum

Dokter Gigi

(2)

(3)

(4)

(5)

(1)

Perawat

Bidan

(6)

(7)

Rasio Dokter
Umum

Rasio Dokter Gigi

Rasio Perawat

Rasio Bidan

(8)

(9)

(10)

(11)

Aceh

291

534

97

4.188

5.680

1,84

0,33

14,39

19,52

Sumatera Utara

513

1.081

447

3.981

6.252

2,11

0,87

7,76

12,19

Sumatera Barat

245

442

207

1.862

2.796

1,80

0,84

7,60

11,41

Riau

174

527

196

2.385

2.164

3,03

1,13

13,71

12,44

Jambi

163

85

85

1.728

1.549

0,52

0,52

10,60

9,50

Sumatera Selatan

214

188

39

1.730

2.151

0,88

0,18

8,08

10,05

Bengkulu

152

173

68

2.461

1.621

1,14

0,45

16,19

10,66

Lampung

267

411

141

2.053

2.213

1,54

0,53

7,69

8,29

Bangka Belitung

55

113

32

703

414

2,05

0,58

12,78

7,53

10

Kepulauan Riau

64

200

60

1.115

564

3,13

0,94

17,42

8,81

11

DKI Jakarta

25

327

292

582

535

13,08

11,68

23,28

21,40

12

Jawa Barat

1.025

1.665

762

7.024

7.452

1,62

0,74

6,85

7,27

13

Jawa Tengah

871

1.744

607

6.486

10.672

2,00

0,70

7,45

12,25

14

DI Yogyakarta

120

321

169

801

762

2,68

1,41

6,68

6,35

15

Jawa Timur

942

1.673

1.181

7.468

10.253

1,78

1,25

7,93

10,88

16

Banten

205

379

202

1.591

2.133

1,85

0,99

7,76

10,40

17

Bali

117

346

192

1.140

1.405

2,96

1,64

9,74

12,01

18

Nusa Tenggara Barat

149

250

87

2.067

2.310

1,68

0,58

13,87

15,50

19

Nusa Tenggara Timur

300

260

130

2.662

2.337

0,87

0,43

8,87

7,79

20

Kalimantan Barat

227

225

58

2.273

1.481

0,99

0,26

10,01

6,52

21

Kalimantan Tengah

176

258

58

1.950

1.159

1,47

0,33

11,08

6,59

22

Kalimantan Selatan

188

256

118

1.505

1.567

1,36

0,63

8,01

8,34

23

Kalimantan Timur

224

427

179

2.338

1.071

1,91

0,80

10,44

4,78

24

Sulawesi Utara

165

332

46

2.040

1.011

2,01

0,28

12,36

6,13

25

Sulawesi Tengah

178

164

53

1.835

1.401

0,92

0,30

10,31

7,87

26

Sulawesi Selatan

393

318

270

2.995

1.370

0,81

0,69

7,62

3,49

27

Sulawesi Tenggara

233

230

56

2.130

906

0,99

0,24

9,14

3,89

28

Gorontalo

61

75

35

587

312

1,23

0,57

9,62

5,11

29

Sulawesi Barat

101

100

21

689

422

0,99

0,21

6,82

4,18

30

Maluku

159

94

152

1.691

808

0,59

0,96

10,64

5,08

31

Maluku Utara

105

101

18

842

551

0,96

0,17

8,02

5,25

32

Papua Barat

120

103

13

1.393

622

0,86

0,11

11,61

5,18

33

Papua

287

299

70

2.645

1.198

1,04

0,24

9,22

4,17

8.509

13.701

6.141

76.940

77.142

1,61

0,72

9,04

9,07

TOTAL
Sumber : BPPSDM Kesehatan, Kemenkes, 2010

Lampiran 5.19

REKAPITULASI KEBERADAAN DOKTER UMUM PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF TAHUN 2009
Biasa
No

Terpencil

Sangat Terpencil

Provinsi

Jumlah Total
Jumlah

(1)

(2)

(3)

(4)

Jumlah

(5)

(6)

6 Bln

12 Bln

(7)

(8)

Jumlah

(9)

(10)

(11)

Aceh

13

103

37

161

166

59

282

Sumatera Utara

96

33

141

49

24

27

51

18

288

Sumatera Barat

13

11

62

54

17

23

40

35

115

Riau

41

39

44

42

20

20

19

105

Jambi

20

17

54

47

42

42

36

116

Sumatera Selatan

11

19

45

76

59

Bengkulu

51

55

41

41

45

92

Lampung

15

17

54

62

18

18

21

87

Kepulauan Bangka Belitung

20

40

40

10

10

Kepulauan Riau

14

15

31

27

27

55

49

11

DKI Jakarta

14

100

14

12

Jawa Barat

63

100

63

13

Jawa Tengah

135

100

135

14

DI Yogyakarta

19

100

19

15

Jawa Timur

106

100

106

16

Banten

26

100

26

17

Bali

20

100

20

18

Nusa Tenggara Barat

14

30

54

18

18

32

56

19

Nusa Tenggara Timur

28

29

244

273

91

301

20

Kalimantan Barat

28

22

99

99

78

127

21

Kalimantan Tengah

30

37

52

52

63

82

22

Kalimantan Selatan

51

42

71

71

58

122

23

Kalimantan Timur

43

54

30

30

38

80

24

Sulawesi Utara

45

42

63

63

58

108

25

Sulawesi Tengah

20

17

63

37

100

83

120

26

Sulawesi Selatan

18

22

44

53

17

21

25

83

27

Sulawesi Tenggara

18

11

34

116

150

89

169

28

Gorontalo

17

44

44

83

53

29

Sulawesi Barat

26

24

50

91

55

30

Maluku

10

174

174

94

186

31

Maluku Utara

13

55

55

87

63

32

Papua Barat

13

12

99

99

88

112

33

Papua
Jumlah

Sumber : Biro Kepegawaian, Kemenkes, 2010

28

13

184

187

87

215

637

18,11

983

27,94

714

1.184

1.898

53,95

3.518

Lampiran 5.20

REKAPITULASI KEBERADAAN DOKTER GIGI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF TAHUN 2009
Biasa
No

Terpencil

Sangat Terpencil

Provinsi

Jumlah Total
Jumlah

(1)

(2)

(3)

Jumlah

(4)

(5)

6 Bln

(6)

12 Bln

(7)

Jumlah

(8)

(9)

(10)

(11)

Aceh

13

17

57

62

83

Sumatera Utara

75

15

23

38

58

13

20

66

Sumatera Barat

13

30

20

29

66

44

Riau

18

51

15

15

43

35

Jambi

20

20

20

80

25

Sumatera Selatan

50

50

Bengkulu

16

16

94

17

Lampung

16

37

47

19

Kepulauan Bangka Belitung

40

60

10

Kepulauan Riau

11

46

12

12

50

24

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

15

100

15

13

Jawa Tengah

30

100

30

14

DI Yogyakarta

13

100

13

15

Jawa Timur

83

100

83

16

Banten

17

Bali

18

100

14

100

14

Nusa Tenggara Barat

26

39

35

23

19

Nusa Tenggara Timur

23

89

112

95

118

20

Kalimantan Barat

38

38

97

39

21

Kalimantan Tengah

22

22

96

23

22

Kalimantan Selatan

18

32

32

82

39

23

Kalimantan Timur

12

32

24

24

63

38

24

Sulawesi Utara

20

80

25

Sulawesi Tengah

15

23

96

24

26

Sulawesi Selatan

14

28

56

12

15

30

50

27

Sulawesi Tenggara

13

33

46

92

50

28

Gorontalo

17

17

94

18

29

Sulawesi Barat

13

16

29

91

32

30

Maluku

63

64

100

64

31

Maluku Utara

16

16

100

16

32

Papua Barat

17

17

100

17

33

Papua
Jumlah

Sumber : Biro Kepegawaian, Kemenkes, 2010

20

16

16

80

20

198

18,79

190

18,03

197

469

666

63,19

1.054

Lampiran 5.21

REKAPITULASI KEBERADAAN BIDAN PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF TAHUN 2009
Biasa
No

Terpencil

Sangat Terpencil

Provinsi

Jumlah Total
Jumlah

(1)

(2)

(3)

(4)

Jumlah

(5)

(6)

Jumlah

(7)

Aceh

Sumatera Utara

Sumatera Barat

942

82,70

196

0,17

Riau

260

26,08

737

0,74

Jambi

128

17,75

593

0,82

Sumatera Selatan

409

67,38

198

Bengkulu

46

10,60

388

Lampung

1.084

89,00

(8)

(9)

212

9,01

2.036

0,87

105

4,46

2.353

2.174

45,23

2.633

0,55

0,00

4.807

0,09

1.139

0,00

997

0,00

721

0,33

0,00

607

0,89

0,00

434

134

0,11

0,00

1.218

Kepulauan Bangka Belitung

55

93,22

0,07

0,00

59

10

Kepulauan Riau

37

21,89

132

0,78

0,00

169

11

DKI Jakarta

0,00

0,00

0,00

12

Jawa Barat

1.581

86,11

251

0,14

0,22

1.836

13

Jawa Tengah

4.392

99,93

0,00

0,00

4.395

14

DI Yogyakarta

220

100,00

0,00

0,00

220

15

Jawa Timur

3.113

96,26

107

0,03

14

0,43

3.234

16

Banten

468

65,64

245

0,34

0,00

713

17

Bali

345

98,57

0,01

0,00

350

18

Nusa Tenggara Barat

91

61,07

57

0,38

0,67

149

19

Nusa Tenggara Timur

1,98

240

0,95

2,78

252

20

Kalimantan Barat

1,44

271

0,97

1,08

278

21

Kalimantan Tengah

1,47

61

0,90

8,82

68

22

Kalimantan Selatan

0,57

174

0,99

0,00

175

23

Kalimantan Timur

32

64,00

18

0,36

0,00

50

24

Sulawesi Utara

3,13

31

0,97

0,00

32

25

Sulawesi Tengah

2,06

186

0,96

2,06

194

26

Sulawesi Selatan

27

Sulawesi Tenggara

28

64

25,30

189

0,75

0,00

253

427

59,97

283

0,40

0,28

712

Gorontalo

12,00

14

0,56

32,00

25

29

Sulawesi Barat

1,83

200

0,91

15

6,85

219

30

Maluku

1,67

48

0,80

11

18,33

60

31

Maluku Utara

0,00

50

0,93

7,41

54

32

Papua Barat

0,00

1,00

0,00

33

Papua

0,00

10

185

0,72

25.784

Jumlah
Sumber : Biro Kepegawaian, Kemenkes, 2010

0,00

10

16.104

62,46

9.495

1,00
0,37

LAMPIRAN 5.22
DISTRIBUSI TINGKAT KETERLIBATAN INSTITUSI DIKLAT KESEHATAN SELURUH INDONESIA
DALAM KEGIATAN KEDIKLATAN TAHUN 2009
NO

INSTITUSI DIKLAT

FREQUENSI
PELATIHAN

II

TINGKAT LIBAT (FREQ)


III

IV

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

TDK Jelas
(9)

Pusdiklat SDM Kesehatan

74

10

BBPK Cilandak

33

BPPK Ciloto

46

Bapelkesnas Lemahabang

16

Bapelkesnas Salaman Magelang

19

10

Bapelkesnas Makasar

19

19

207

60

130

BLTKM Jantho

25

23

Bapelkes Prov.Sumatera utara

36

30

Bapelkes Prov.Sumatera Barat

87

63

14

SUB TOTAL

58

32

42

10 Bapelkes Prov.Riau

15

11 Bapelkes Prov.Jambi

40

18

13

12 Bapelkes Prov.Bengkulu

52

37

13 Bapelkes Prov.Lampung

28

22

14 Bapelkes Prov.Sumatera Selatan

41

23

11

15 BPTKM Dinkes Prov. Jawa Barat

62

62

16 BPTPK Gombong

22

22

17 Bapelkes Yogja

21

18 Bapelkes Bendul Merisi Murnajati

61

26

30

19 UPTD BPKKTK Prov. Bali

25

17

20 Bapelkes Mataram

62

50

21 UPTD Pel. Tenaga Kes kupang

28

13

22 Upelkes Prov. Kalimantan Barat

41

29

23 Bapelkes Prov. Kalimantan Tengah

24

14

24 Bapelkes Prov. Kalimantan Timur

35

17

25 Bapelkes Prov. Kalimantan Selatan

28

20

26 Bapelkes Prov. Sulawesi Utara

33

24

27 Bapelkes Palu

29

18

28 Bapelkes Prov. Sulawesi Tenggara

20

29 Bapelkes Prov. Maluku

11

10

30 Bapelkes Prov. Papua

19

13

SUB TOTAL

845

418

34

89

219

75

10

TOTAL

1052

419

36

98

279

205

15

Sumber : BPPSDM Kesehatan, Kemenkes, 2010

LAMPIRAN 5.23
DISTRIBUSI WIDYAISWARA INSTITUSI DIKLAT KESEHATAN SELURUH INDONESIA
BERDASARKAN KELOMPOK UMUR TAHUN 2009
UMUR
NO

INSTITUSI DIKLAT

JUMLAH

TIDAK JELAS
< 40

(1)

(2)

(3)

41 - 50

(4)

51 - 60

(5)

KETERANGAN

> 60

(6)

(7)

(8)

(9)

Pusdiklat SDM Kesehatan

14

10

BBPK Cilandak

11

BPPK Ciloto

Bapelkesnas Lemahabang

Bapelkesnas Salaman Magelang

12

Bapelkesnas Makasar

SUB TOTAL

58

12

34

10

BLTKM Jantho

Bapelkes Prov.Sumatera utara

Bapelkes Prov.Sumatera Barat

10

Bapelkes Prov.Riau

11

Bapelkes Prov.Jambi

12

Bapelkes Prov.Bengkulu

13

Bapelkes Prov.Lampung

10

14

Bapelkes Prov.Sumatera Selatan

15

BPTKM Dinkes Prov. Jawa Barat

16

BPTPK Gombong

17

Bapelkes Yogja

10

18

Bapelkes Bendul Merisi Murnajati

19

UPTD BPKKTK Prov. Bali

20

Bapelkes Mataram

11

21

UPTD Pel. Tenaga Kes kupang

22

Upelkes Prov. Kalimantan Barat

23

Bapelkes Prov.Kalimantan Tengah

24

Bapelkes Prov. Kalimantan Timur

25

Bapelkes Prov.Kalimantan Selatan

26

Bapelkes Prov.Sulawesi Utara

27

Bapelkes Palu

28

Bapelkes Prov.Sulawesi Tenggara

29

Bapelkes Prov.Maluku

30

Bapelkes Prov.Papua

SUB TOTAL

114

14

30

52

11

TOTAL

172

16

42

86

21

Sumber : BPPSDM Kesehatan, Kemenkes, 2010

Lampiran 5.24
DISTRIBUSI FREKUENSI PELATIHAN DAN JUMLAH PESERTA DI INSTITUSI DIKLAT KESEHATAN SELURUH INDONESIA
BERDASARKAN JENIS DIKLAT TAHUN 2009
Total
No

Prajabatan

Penjenjangan

Manajemen

Teknis

Fungsional

Dan Lain-lain

Institusi Diklat

(1)

(2)

Jumlah

Frekuensi

Jumlah

Frekuensi

Jumlah

Frekuensi

Jumlah

Frekuensi

Jumlah

Frekuensi

Jumlah

Frekuensi

Jumlah

Frekuensi

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

Pusdiklat SDM Kesehatan

2385

74

752

22

204

453

10

396

14

557

18

23

BBPK Cilandak

1093

33

356

171

514

18

52

BPPK Ciloto

3438

46

2001

16

25

944

18

110

358

Bapelkesnas Lemahabang

1325

16

758

537

30

Bapelkesnas Salaman Magelang

1549

19

1549

19

Bapelkesnas Makasar
SUB TOTAL

779

19

58

568

15

153

10569

207

3925

54

375

11

478

11

2959

74

850

25

1982

32

BLTKM Jantho

3854

25

60

225

3569

18

Bapelkes Prov.Sumatera utara

1099

36

77

150

842

27

30

Bapelkes Prov.Sumatera Barat

3014

87

56

151

1239

25

913

32

78

577

22

10

Bapelkes Prov.Riau

439

15

69

60

120

190

11

Bapelkes Prov.Jambi

906

40

575

25

236

11

75

20

12

Bapelkes Prov.Bengkulu

1827

52

40

290

829

24

668

18

13

Bapelkes Prov.Lampung

2749

28

60

2399

25

290

14

Bapelkes Prov.Sumatera Selatan

1420

41

198

30

1132

34

60

15

BPTKM Dinkes Prov. Jawa Barat

2355

62

961

16

1235

41

159

16

BPTPK Gombong

1165

22

860

12

204

101

17

Bapelkes Yogja

18

Bapelkes Bendul Merisi Murnajati

19

UPTD BPKKTK Prov. Bali

20

Bapelkes Mataram

21

UPTD Pel. Tenaga Kes kupang

22

Upelkes Prov. Kalimantan Barat

23

Bapelkes Prov.Kalimantan Tengah

923

24

Bapelkes Prov. Kalimantan Timur

757

35

25

Bapelkes Prov.Kalimantan Selatan

1417

28

816

21

50

766

20

3327

61

401

42

606

11

1661

34

617

10

1033

25

89

30

551

12

363

1947

62

385

12

1157

37

30

375

12

666

28

209

457

20

1974

41

1782

36

112

80

24

140

160

623

18

35

387

15

195

16

30

110

161

145

1088

24

23

26

Bapelkes Prov.Sulawesi Utara

1070

33

86

115

71

798

27

27

Bapelkes Palu

1014

29

85

649

22

102

178

28

Bapelkes Prov.Sulawesi Tenggara

565

20

394

14

171

29

Bapelkes Prov.Maluku

356

11

356

11

30

Bapelkes Prov.Papua

874

19

93

60

691

15

30

SUB TOTAL

35567

845

2208

42

476

7389

181

20402

478

2372

56

2720

79

TOTAL

46136

1052

6133

96

851

20

7867

192

23361

552

3222

81

4702

111

Sumber : BPPSDM Kesehatan, Kemenkes, 2010

Lampiran 5.25
REKAPITULASI PESERTA DIDIK POLTEKKES
PERJENIS TENAGA KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2009/2010
P0LTEKKES
NO
(1)

JENIS PROFESI
(2)

KEPERAWATAN
SPK
AKPER
AKBID
SPRG
AKG
SUB TOTAL
KEFARMASIAN
SMF
AKAFARMA
AKFAR
SUB TOTAL
KESEHATAN MASYARAKAT
AKL
SUB TOTAL
GIZI
AKZI
SUB TOTAL
KETERAPIAN FISIK
AKFIS
AOT
ATW
AKUPUNKTUR
SUB TOTAL
KETEKNISIAN MEDIS
SMAK
AAK
ATG
PTTD
ATRO
APIKES
ATEM
ARO
AOP
KARDIOVASKULER
SUB TOTAL
TOTAL

Sumber : BPPSDM Kesehatan, Kemenkes, 2010

JUMLAH
TINGKAT I

TINGKAT II

TINGKAT III

(3)

(4)

(5)

(6)

0
7476
5025
0
1655
14.156

0
7476
5298
0
1530
14.304

0
4705
3600
0
1035
9.340

0
19657
13923
0
4220
37.800

0
125
625
750

0
125
625
750

0
125
285
410

0
375
1535
1.910

2065
2.065

2065
2.065

1380
1.380

5510
5.510

2265
2.265

2353
2.353

1250
1.250

5868
5.868

190
50
0
40
280

190
50
40
40
320

102
80
60
0
242

482
180
100
80
842

0
1105
100
0
100
0
225
0
20
0
1.550
21.066

0
1105
100
0
160
0
225
0
20
0
1.610
21.402

0
615
100
0
190
0
225
0
60
0
1.190
13.812

0
2825
300
0
450
0
675
0
100
0
4.350
56.280

Lampiran 5.26
REKAPITULASI PESERTA DIDIK NON POLTEKKES
PERJENIS TENAGA KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2009/2010
NON POLTEKKES
NO
(1)

JUMLAH

JENIS PROFESI
(2)

KEPERAWATAN
SPK
AKPER
AKBID
SPRG
AKG
SUB TOTAL
KEFARMASIAN
SMF
AKAFARMA
AKFAR
SUB TOTAL
KESEHATAN MASYARAKAT
AKL
SUB TOTAL
GIZI
AKZI
SUB TOTAL
KETERAPIAN FISIK
AKFIS
AOT
ATW
AKUPUNKTUR
SUB TOTAL
KETEKNISIAN MEDIS
SMAK
AAK
ATG
PTTD
ATRO
APIKES
ATEM
ARO
AOP
KARDIOVASKULER
SUB TOTAL
TOTAL

Sumber : BPPSDM Kesehatan, Kemenkes, 2010

TINGKAT I

TINGKAT II

TINGKAT III

(3)

(4)

(5)

(6)

1760
31980
28908
400
100
63.148

1280
30795
41016
400
40
73.531

1425
30026
13816
400
0
45.667

4465
92801
83740
1200
140
182.346

6013
1655
3780
11.448

4790
1490
2840
9.120

3320
1545
2740
7.605

14123
4690
9360
28.173

1100
1.100

1180
1.180

1020
1.020

3300
3.300

605
605

605
605

605
605

1815
1.815

1320
0
100
220
1.640

1260
0
100
160
1.520

1140
0
100
120
1.360

3720
0
300
500
4.520

950
1950
200
160
800
1589
640
680
0
60
7.029
84.970

890
1890
200
160
700
1669
520
680
0
60
6.769
92.725

800
1705
200
0
650
1285
480
720
0
60
5.900
62.157

2640
5545
600
320
2150
4543
1640
2080
0
180
19.698
239.852

Lampiran 5.27
JUMLAH PESERTA DIDIK PROGRAM DIPLOMA IV
BERDASARKAN JENIS INSTITUSI PENDIDIKAN TAHUN 2007- 2009
Tahun
No

JENIS INSTITUSI

(1)

(2)

2007

2008

2009

(3)

(4)

(5)

III

KEPERAWATAN
Keperawatan Medical Bedah
Keperawatan Gawat Darurat
Keperawatan Klinik Kemahiran
Keperawatan Kardiovaskuler
Keperawatan Anestesi
Keperawatan Jiwa
Keperawatan Intensive
Keperawatan Anestesi Reanimasi
Sub Total
KEBIDANAN
Bidan Pendidik
Kebidanan Komunitas
Sub Total
KESLING

IV

GIZI

30

580

280

FISIOTERAPI

40

80

40

VI

TEHNIK ELEKTROMEDIK

80

40

VII

RADIOLOGI

40

80

40

40

160

80

20

0
0
0
0
0
0
570

0
0
0
0
0
0
2997

60
20
20
20
20
140
2020

II

VIII ANALIS KESEHATAN


IX

PROMOSI KESEHATAN

KESEHATAN GIGI
Kesehatan Gigi
Kesehatan Gigi Komunitas
Kesehatan Gigi Prothodansia
Dental Bedah Mulut
Perawat Gigi Pendidik
Sub Total
TOTAL

Sumber : BPPSDM Kesehatan, Kemenkes, 2010

170
70
0
0
0
0
0
0
240

657
400
40
40
40
0
0
0
1177

380
280
20
20
0
20
20
20
760

80
0
80
100

520
0
520
320

440
20
440
180

Lampiran 5.28
LULUSAN DIKNAKES POLTEKKES DAN NON POLTEKKES
BERDASARKAN JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN 2009
TAHUN 2009
NO
(1)

JENIS PROFESI
(2)

KEPERAWATAN
SPK
AKPER
AKBID
SPRG
AKG
SUB TOTAL
KEFARMASIAN
SMF
AKAFARMA
AKFAR
SUB TOTAL
KESEHATAN MASYARAKAT
AKL
SUB TOTAL
GIZI
AKZI
SUB TOTAL
KETERAPIAN FISIK
AKFIS
AOT
ATW
AKUPUNKTUR
SUB TOTAL
KETEKNISIAN MEDIS
SMAK
AAK
ATG
PTTD
ATRO
APIKES
ATEM
ARO
AOP
KARDIOVASKULER
SUB TOTAL
TOTAL

Sumber : BPPSDM Kesehatan, Kemenkes, 2010

JUMLAH
POLTEKKES

NON POLTEKKES

(3)

(4)

(5)

855
10111

38354

929
27906
18545
230
855
48465

80
462
542

2594
469
1259
4322

2594
549
1721
4864

973
973

712
712

1685
1685

1388
1388

424
424

1812
1812

79
50

571

650
50
30
51
781

4743
4513

129

696
64
243
181

929
23163
14032
230

30
51
652
553
1013
90
104
256
805
223
506

553
1709
154
104
499
805
404
506
30

3550
48.014

4764
62.371

30
1214
14.357

Lampiran 5.29

JUMLAH LULUSAN POLTEKKES BERDASARKAN JURUSAN/PROGRAM STUDI INSTITUSI DIKNAKES SELURUH INDONESIA
TAHUN AJARAN 2009/2010
Jurusan / Program Studi
No

Poltekkes

(1)

(2)

Banda Aceh

Keperawatan

Kebidanan

Kesehatan
Lingkungan

(3)

(4)

(5)

Gizi

Kesehatan
Gigi

(6)

(7)

Farmasi

Analisis
Kesehatan

Teknik
Elektromedik

Teknik
Diagnostik

Teknik Gigi

AKAFARMA

Fisioterapi

Okupasi
Terapi

Ortotik
Prostetik

Terapi
Wicara

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

Jumlah
(18)

204

82

95

107

493

Medan

85

410

40

90

129

60

814

Padang

187

177

69

56

48

537

Pekanbaru

96

203

47

346

Jambi

104

53

38

195

Bengkulu

114

181

74

369

Palembang

238

110

63

35

79

38

563

Tanjung Karang

159

214

17

37

90

517

Jakarta I

60

114

19

193

10 Jakarta II

85

94

113

112

64

80

596

11 Jakarta III

135

167

36

338

12 Bandung

503

211

177

52

80

1.030

159

50

209

14 Semarang

214

145

84

81

69

131

724

15 Surakarta

79

56

40

50

30

255

13 Tasikmalaya

16 Yogyakarta

48

39

198

84

82

403

17 Malang

219

385

108

80

792

18 Surabaya

270

284

85

31

86

68

824

19 Denpasar

99

40

35

46

220

20 Mataram

96

37

37

36

84

290

21 Kupang

265

57

60

72

34

70

558

99

140

67

73

50

429

23 Palangkaraya

112

34

30

68

244

24 Banjarmasin

308

37

41

56

47

489

25 Samarinda

166

171

44

43

424

26 Manado

100

24

20

19

163

165

39

51

255

138

163

47

49

90

39

526

29 Kendari

98

326

98

522

30 Ambon

191

36

47

274

31 Ternate

90

17

29

136

32 Gorontalo

152

107

46

305

33 Jayapura

227

51

46

324

4743

4513

973

1388

855

462

696

181

243

64

80

79

50

30

14357

22 Pontianak

27 Palu
28 Makassar

Jumlah

Sumber : BPPSDM Kesehatan, Kemenkes, 2010

Lampiran 5.30
REKAPITULASI LULUSAN NON POLTEKKES DIKNAKES SELURUH INDONESIA BERDASARKAN JENIS DAN PROVINSI
TAHUN AJARAN 2009/2010
Keperawatan
No

Provinsi

(1)

(2)

Kefarmasian

SPK

SPRG

AKPER

AKBID

AKG

SMF

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Aceh

Sumatera Utara

Sumatera Barat

1.062

365

Riau

605

703

Jambi

298

50

Sumatera Selatan

1.082

656

60

Bengkulu

372

65

79

Lampung

435

221

205

60

94

34

2.135

776

900

1.463

220

2.944

3.420

(9)

10 Kepulauan Bangka Belitung

80

AKAFAR
AKFAR
MA

80

Kepulauan Riau

11 DKI Jakarta

49

100

12 Jawa Barat
13 Jawa Tengah

160

15 DI Yogyakarta
80

14 Banten
17 Bali

695

23 Kalimantan Timur

411

24 Sulawesi Utara

387

25 Sulawesi Tengah

451

26 Sulawesi Selatan

80

50

27 Sulawesi Tenggara

1.361

ATEM

PTTD

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

(21)

(22)

(23)

(24)

67
120

90

60

50

39

99

(25)

(26)

Jumlah
(27)

14

80

67

38

80

2.127

63

61

23

1.615

41

28

500

60

2.105

80

26

28

KARDIOV ORTOTIK
ASKULER PROSTETIK

35

83

60
80

109

50

2.796

36

7.535

516
12

21

689
345
128

420

26

81

109

168

147

106

48

134

85

103

50

49

78

30

140

10

19
340

152
80

44

60

80

266
17

725

54

115

5.939

104
160

251

36
6

79

26
51

80

80

231

64

20

104

4.241
2.043

57

8.678

14

149

22 Kalimantan Selatan

APIKES

(11)

17

310

192

ARO

210

395

21 Kalimantan Tengah

ATRO

60

412

490

AAK

29

1.284

20 Kalimantan Barat

ATG

80

3.140

179

SMAK

88

337

100

AKUPUN
KTUR

35

420

19 Nusa Tenggara Timur

ATW

27

502

392

AOT

58

3.354

100

AKFIS

80

908

18 Nusa Tenggara Barat

AKZI

51

3.034

60

Keteknisian

Gizi

AKL

28
340

568

16 Jawa Timur

(10)

Keterapian

Kesmas

719

80

289

120

23

635
279

179

48

717

18
174

27

237

42
100

52

911
17

580
27

414

97
147

100

379

548

45

23

50

82

53

40

44

80

60

2.040
554

28 Gorontalo

29 Maluku

30 Maluku Utara

31 Papua

49
JUMLAH

Sumber : BPPSDM Kesehatan, Kemenkes, 2010

929

230

23.163

30
14.032

2.594

469

1.259

30
712

424

571

30

51

553

109
90

1.013

256

506

805

223

104

48.014

Lampiran 5.31

ALOKASI DAN REALISASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI TRIWULAN IV TAHUN 2009


No.

Kementerian/Fungsi/Sub Fungsi/Program/Kegiatan

(1)

(2)

1.1.1

Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik

1.1.2

Pagu Revisi (Rp.)


(4)

Total Realisasi (Rp.)

(5)

(6)

Sisa Anggaran (Rp.)


(7)

%
(8)

2.405.889.226.000

1.803.797.638.360

74.97

602.091.587.640

25.03

Program Peningkatan Pengawasan & Akuntabilitas Aparatur Negara

50.884.700.000

26.743.351.714

52.56

24.141.348.286

47.44

1.1.3

Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aaparatur

61.817.629.000

39.401.498.146

63.74

22.416.130.854

36.26

2.1.1

Program Lingkungan Sehat

231.462.551.000

187.576.202.821

81.04

43.886.348.179

18.96

3.1.1

Program Obat & Perbekalan Kesehatan

992.500.000.000

922.300.541.654

92.93

70.199.458.346

7.07

3.2.1

Program Upaya Kesehatan Perorangan

10.082.608.563.000

8.563.483.753.491

84.93

1.519.124.809.509

15.07

3.3.1

Program Promosi Kesehatan & Pemberdayaan Masyarakat

117.494.400.000

86.003.491.006

73.20

31.490.908.994

26.80

3.3.2

Program Upaya Kesehatan Masyarakat

2.329.794.844.000

1.666.038.970.022

71.51

663.755.873.978

28.49

3.3.3

Program Pencegahan & Pemberantasan Penyakit

726.946.541.000

582.561.319.839

80.14

144.385.221.161

19.86

3.3.4

Program Perbaikan Gizi Masyarakat

449.038.000.000

186.537.938.046

41.54

262.500.061.954

58.46

3.4.1

Program Penelitian & Pengembangan Kesehatan

165.181.117.000

128.137.671.235

77.57

37.043.445.765

22.43

3.5.1

Program Sumber Daya Kesehatan

873.525.251.000

633.866.080.710

72.56

239.659.170.290

27.44

3.5.2

Program Kebijakan & Manajemen Pembangunan Kesehatan

748.275.398.000

494.328.215.699

66.06

253.947.182.301

33.94

4.1.1

Program Pendidikan Kedinasan

1.300.000.000.000

1.117.913.064.886

85.99

182.086.935.114

14.01

20.535.418.220.000

16.438.689.737.629

80.05

4.096.728.482.371

19.95

KEMENTERIAN KESEHATAN
Sumber: Biro Perencanaan dan Anggaran, Kemenkes, 2010

Lampiran 5.32

DATA CAKUPAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2010


PER JUNI 2010
Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (Jiwa)
No

Provinsi

(1)

(2)

Jumlah
Penduduk

Jamkesmas

(3)

(4)

Askes PNS

Jpkm /
Bapel

(5)

(6)

Aceh

Sumatera Utara

Sumatera Barat

4.697.764

Riau

5.422.961

Jambi

2.840.265

784.842

234.692

Sumatera Selatan

7.259.338

2.793.317

449.672

Bengkulu

1.717.789

632.098

173.427

Lampung

8.129.250

3.164.184

405.676

Kepulauan Bangka Belitung

Jamkesmas Non Quota (Jamkesda)

Dana Sehat

Asuransi
Komersial

TNI /
POLRI

Jamsostek

(7)

(8)

(9)

(10)

Bapel / Uptd

P.T. Askes

Pemda

Lain-lain

(11)

(12)

(13)

(14)

Total
Total Jaminan
Jamkesda
(15)

(16)

%
(17)

4.670.647

2.308.261

496.281

202.248

3.006.790

64,38

13.042.317

3.946.715

924.302

41.156

100.207

565.473

565.473

5.577.853

42,77

1.350.399

527.089

10.000

98.829

8.300

103.797

112.097

2.098.414

48,23

1.233.911

277.992

87.910

48.000

167.175

3.774.576

3.941.751

5.589.564

100,00

18.732

6.474

10.080

524.391

534.471

1.579.211

55,60

4.016.349

4.016.349

7.259.338

100,00

13.488

147.857

147.857

966.870

56,29

199.517

339.594

339.594

4.108.971

50,55

1.135.891

111.809

84.468

60.000

1.472

21.982

39.004

493.710

88.516

621.230

900.961

79,32

10 Kepulauan Riau

1.711.972

277.589

82.464

1.002.000

1.002.000

1.362.053

79,56

11 DKI Jakarta

9.146.181

909.021

1.560.213

2.469.234

27,00

12 Jawa Barat

42.693.951

10.700.175

2.388.067

175

304.689

353.043

4.649.749

5.002.792

18.395.898

43,09

13 Jawa Tengah

32.770.455

11.715.881

2.160.358

67.792

323.095

89.390

1.079.002

4.483

1.172.875

15.440.001

47,12

3.434.533

942.129

398.825

323.000

27.477

57.133

98.086

106.071

204.157

1.952.721

56,86

15 Jawa Timur

37.432.020

10.710.051

2.206.723

1.596.912

708.599

35.070

1.256.811

1.291.881

16.514.166

44,12

16 Banten

14 D.I. Yogyakarata

10.579.005

2.910.506

395.623

6.164

16.666

21.312

37.978

3.350.271

31,67

17 Bali

3.516.000

537.776

328.001

17.032

87.904

2.535.886

2.535.886

3.506.599

99,73

18 Nusa Tenggara Barat

4.434.012

2.028.491

288.679

366

7.844

572.976

572.976

2.898.356

65,37

19 Nusa Tenggara Timur

4.540.053

2.798.871

344.988

4.099

107.870

437.505

545.375

3.693.333

81,35

20 Kalimantan Barat

4.319.142

1.584.451

308.587

78.961

4.443

67.398

337.833

405.231

2.381.673

55,14

21 Kalimantan Tengah

2.236.278

613.370

218.010

20.310

8.290

217.252

204.710

421.962

1.281.942

57,32

22 Kalimantan Selatan

3.588.444

843.837

310.680

14.119

5.429

47.624

223.351

12.617

744.880

980.848

2.202.540

61,38

23 Kalimantan Timur

3.016.800

777.167

310.605

60.393

63.622

298.390

939.299

3.364

129.964

1.072.627

2.582.804

85,61

24 Sulawesi Utara

2.228.856

485.084

265.884

134.078

23.202

80.205

114.210

114.210

1.102.663

49,47

25 Sulawesi Tengah

2.396.224

851.027

241.074

10.536

3.618

14.849

80.716

136.573

115.768

333.057

1.454.161

60,69

26 Sulawesi Selatan

7.868.358

2.449.737

730.605

86.233

4.576.525

25.043

4.601.568

7.868.143

100,00

27 Sulawesi Tenggara

1.953.478

1.144.447

205.225

60.683

10.476

89.643

89.643

1.510.474

77,32

28 Gorontalo

1.143.645

431.659

85.145

559

517.363

45,24

29 Sulawesi Barat

1.163.342

473.817

84.498

100.891

14.500

14.500

673.706

57,91

30 Maluku

2.498.581

1.113.034

169.601

6.268

40

714.969

714.969

2.003.912

80,20

31 Maluku Utara

1.046.951

306.135

95.358

6.268

40

170.649

170.649

578.450

55,25

729.962

521.558

75.264

596.822

81,76

2.640.760

1.963.014

179.535

2.142.549

81,13

32 Papua Barat
33 Papua
Pusat

NASIONAL

236.005.225

Sumber: Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kemenkes, 2010

3.894.658
76.400.000

16.356.419

405.539

279.809

2.054.166

854.854
854.854

4.402.525

1.388.756

5.358.193

24.569.051

248.006

0
31.564.006

4.749.512
132.317.318

2,01
55,95

Lampiran 5.33

REKAPITULASI PENGANGKATAN DOKTER UMUM PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF TAHUN 2009

No

Biasa

Provinsi

(1)

(2)

Aceh

Terpencil

Sangat Terpencil

Jumlah

Jumlah

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Jumlah Total
(9)

2,04

139

40,52

197

57,43

343

Sumatera Utara

50

16,03

171

54,81

91

29,17

312

Sumatera Barat

14

10,45

75

55,97

45

33,58

134

Riau

18

18,00

56

56,00

26

26,00

100

Jambi

17

11,89

77

53,85

49

34,27

143

Sumatera Selatan

13,73

41

80,39

5,88

51

Bengkulu

0,00

64

59,26

44

40,74

108

Lampung

8,65

76

73,08

19

18,27

104

Kepulauan Bangka Belitung

18,18

36,36

45,45

11

10

Kepulauan Riau

13,56

25

42,37

26

44,07

59

11

DKI Jakarta

15

100,00

0,00

0,00

15

12

Jawa Barat

62

100,00

0,00

0,00

62

13

Jawa Tengah

125

100,00

0,00

0,00

125

14

DI Yogyakarta

23

100,00

0,00

0,00

23

15

Jawa Timur

64

100,00

0,00

0,00

64

16

Banten

20

100,00

0,00

0,00

20

17

Bali

22

100,00

0,00

0,00

22

18

Nusa Tenggara Barat

11,48

35

57,38

19

31,15

61

19

Nusa Tenggara Timur

0,00

36

9,65

337

90,35

373

20

Kalimantan Barat

0,00

31

21,99

110

78,01

141

21

Kalimantan Tengah

0,00

37

35,58

67

64,42

104

22

Kalimantan Selatan

0,00

51

40,80

74

59,20

125

23

Kalimantan Timur

10

11,36

42

47,73

36

40,91

88

24

Sulawesi Utara

0,00

52

42,62

70

57,38

122

25

Sulawesi Tengah

0,00

25

13,23

164

86,77

189

26

Sulawesi Selatan

17

16,50

57

55,34

29

28,16

103

27

Sulawesi Tenggara

0,45

20

8,97

202

90,58

223

28

Gorontalo

0,00

12

18,75

52

81,25

64

29

Sulawesi Barat

0,00

12

13,19

79

86,81

91

30

Maluku

0,48

12

2,86

406

96,67

420

31

Maluku Utara

0,00

11

8,80

114

91,20

125

32

Papua Barat

0,00

13

6,13

199

93,87

212

33

Papua

0,00

19

5,43

331

94,57

350

500

11,14

1.193

26,59

2.794

62,27

4.487

Jumlah
Sumber : Biro Kepegawaian, Kemenkes, 2010
Catatan :
* Gabungan Pengangkatan + Pengangkatan Kembali

Lampiran 5.34

REKAPITULASI PENGANGKATAN DOKTER GIGI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) TAHUN 2009

No

Biasa

Provinsi

(1)

(2)

Terpencil

Sangat Terpencil

Jumlah

Jumlah

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Jumlah Total
(9)

Aceh

0,00

14

16,28

72

83,72

86

Sumatera Utara

12,86

39

55,71

22

31,43

70

Sumatera Barat

5,88

14

27,45

34

66,67

51

Riau

2,56

23

58,97

15

38,46

39

Jambi

0,00

19,23

21

80,77

26

Sumatera Selatan

0,00

60,00

40,00

10

Bengkulu

0,00

5,56

17

94,44

18

Lampung

0,00

11

55,00

45,00

20

Kepulauan Bangka Belitung

0,00

40,00

60,00

10

Kepulauan Riau

7,69

12

46,15

12

46,15

26

11

DKI Jakarta

0,00

0,00

0,00

12

Jawa Barat

15

100,00

0,00

0,00

15

13

Jawa Tengah

29

100,00

0,00

0,00

29

14

DI Yogyakarta

13

100,00

0,00

0,00

13

15

Jawa Timur

46

100,00

0,00

0,00

46

16

Banten

100,00

0,00

0,00

17

Bali

100,00

0,00

0,00

18

Nusa Tenggara Barat

20,83

11

45,83

33,33

24

19

Nusa Tenggara Timur

0,00

3,36

144

96,64

149

20

Kalimantan Barat

0,00

2,50

39

97,50

40

21

Kalimantan Tengah

0,00

7,14

26

92,86

28

22

Kalimantan Selatan

0,00

18,60

35

81,40

43

23

Kalimantan Timur

4,65

11

25,58

30

69,77

43

24

Sulawesi Utara

0,00

33,33

66,67

25

Sulawesi Tengah

0,00

5,71

33

94,29

35

26

Sulawesi Selatan

9,09

31

56,36

19

34,55

55

27

Sulawesi Tenggara

0,00

6,90

54

93,10

58

28

Gorontalo

0,00

5,00

19

95,00

20

29

Sulawesi Barat

0,00

11,11

40

88,89

45

30

Maluku

0,00

1,29

153

98,71

155

31

Maluku Utara

0,00

0,00

30

100,00

30

32

Papua Barat

0,00

3,03

32

96,97

33

33

Papua

0,00

7,89

35

92,11

38

143

11,27

216

17,02

910

71,71

1.269

Jumlah
Sumber : Biro Kepegawaian, Kemenkes, 2010
Catatan :
* Gabungan Pengangkatan + Pengangkatan Kembali

Lampiran 5.35

REKAPITULASI PENGANGKATAN BIDAN PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) TAHUN 2009

No

Biasa

Provinsi

(1)

(2)

Terpencil

Jumlah Total

Jumlah

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Aceh

109

9,28

1065

90,72

1174

Sumatera Utara

792

49,56

806

50,44

1598

Sumatera Barat

366

69,06

164

30,94

530

Riau

86

27,92

222

72,08

308

Jambi

59

17,35

281

82,65

340

Sumatera Selatan

172

72,57

65

27,43

237

Bengkulu

18

9,23

177

90,77

195

Lampung

515

84,98

91

15,02

606

Kepulauan Bangka Belitung

32

80,00

20,00

40

10

Kepulauan Riau

13

18,84

56

81,16

69

11

DKI Jakarta

0,00

12

Jawa Barat

681

83,15

138

16,85

819

13

Jawa Tengah

1732

100,00

1732

14

DI Yogyakarta

113

100,00

113

15

Jawa Timur

1102

93,47

77

6,53

1179

16

Banten

201

59,12

139

40,88

340

17

Bali

184

96,84

3,16

190

18

Nusa Tenggara Barat

55

58,51

39

41,49

94

19

Nusa Tenggara Timur

0,00

120

100,00

120

20

Kalimantan Barat

0,00

186

100,00

186

21

Kalimantan Tengah

0,00

23

100,00

23

22

Kalimantan Selatan

0,00

118

100,00

118

23

Kalimantan Timur

21

46,67

24

53,33

45

24

Sulawesi Utara

0,00

21

100,00

21

25

Sulawesi Tengah

0,00

125

100,00

125

26

Sulawesi Selatan

295

58,07

213

41,93

508

27

Sulawesi Tenggara

0,90

110

99,10

111

28

Gorontalo

42,86

57,14

29

Sulawesi Barat

0,00

109

100,00

109

30

Maluku

0,00

29

100,00

29

31

Maluku Utara

0,00

34

100,00

34

32

Papua Barat

0,00

100,00

33

Papua

0,00

6.550

59,51

4.456

Jumlah
Sumber : Biro Kepegawaian, Kemenkes, 2010
Catatan :
* Gabungan Pengangkatan + Pengangkatan Kembali

40,49

0
11.006

Lampiran 5.36

KEADAAN DOKTER SPESIALIS PTT DEPKES YANG MASIH AKTIF


SAMPAI DENGAN TAHUN 2009
PENGANGKATAN TAHUN 2008
NO

PROVINSI

(1)

(2)

APRIL

PENGANGKATAN TAHUN 2009


JUNI

APRIL

JUNI

TOTAL

PERPANJANGAN APRIL
TAHUN 2009

SEPTEMBER

ST

JML

ST

JML

ST

JML

ST

JML

ST

JML

ST

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

(21)

(22)

(23)

(24)

(25)

ST

(26)

(27)

(28)

(29)

Aceh

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

16

Banten

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

21

Kalimantan Tengah

22

Kalimantan Selatan

23

Kalimantan Timur

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Tengah

26

Sulawesi Selatan

27

Sulawesi Tenggara

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua Barat

33

Papua

10

17

10

12

29

47

TOTAL
Sumber : Biro Kepegawaian, Kemenkes, 2010

Lampiran 5.37

REKAPITULASI PENGANGKATAN DOKTER UMUM PTT


TAHUN 2009

No

Provinsi

(1)

(2)

Kebutuhan
Kriteria
Jumlah
T
ST
(3)

(4)

(5)

April
Realisasi
Kriteria
Jumlah
T
ST
(6)

(7)

(8)

Persentase
Kriteria
Jumlah
T
ST
(9)

(10)

(11)

Kebutuhan
Kriteria
Jumlah
T
ST
(12)

(13)

(14)

Juni
Realisasi
Kriteria
Jumlah
T
ST
(15)

(16)

(17)

Persentase
Kriteria
Jumlah
T
ST
(18)

(19)

(20)

Kebutuhan
Kriteria
Jumlah
T
ST
(21)

(22)

(23)

September
Realisasi
Kriteria
Jumlah
T
ST
(24)

(25)

(26)

Persentase
Kriteria
Jumlah
ST

(27)

(28)

(29)

Aceh

43

42

85

39

42

81

90.7

100.0

95.3

18

18

36

18

18

36

100.0

100.0

100.0

45

25

70

40

25

65

88.9

100.0

92.9

Sumatera Utara

16

12

28

16

12

28

100.0

100.0

100.0

28

29

28

29

100.0

100.0

100.0

18

22

18

22

100.0

100.0

100.0

Sumatera Barat

22

19

41

22

16

38

100.0

84.2

92.7

22

31

22

31

100.0

100.0

100.0

21

28

21

28

100.0

100.0

100.0

Riau

13

18

13

18

100.0

100.0

100.0

13

17

13

17

100.0

100.0

100.0

10

10

100.0

100.0

100.0

Jambi

18

13

31

18

13

31

100.0

100.0

100.0

19

26

19

26

100.0

100.0

100.0

19

21

19

21

100.0

100.0

100.0

Sumatera Selatan

11

13

11

13

100.0

100.0

100.0

12

12

12

12

100.0

0.0

100.0

100.0

0.0

100.0

Bengkulu

28

13

41

22

13

35

78.6

100.0

85.4

22

12

34

22

12

34

100.0

100.0

100.0

16

20

16

20

100.0

100.0

100.0

Lampung

26

34

26

34

100.0

100.0

100.0

26

27

26

27

100.0

100.0

100.0

14

15

14

15

100.0

100.0

100.0

Kep. Bangka Belitung

66.7

100.0

77.8

0.0

100.0

100.0

0.0

0.0

0.0

17

17

100.0

100.0

100.0

13

13

100.0

100.0

100.0

10

10

100.0

100.0

100.0

10 Kepulauan Riau
11 Nusa Tenggara Barat

14

18

12

57.1

100.0

66.7

14

18

11

15

78.6

100.0

83.3

13

11

100.0

60.0

84.6

12 Nusa Tenggara Timur

14

73

87

13

72

85

92.9

98.6

97.7

12

54

66

54

62

66.7

100.0

93.9

60

67

58

64

85.7

96.7

95.5

13 Kalimantan Barat

21

24

45

19

27

38.1

79.2

60.0

11

21

32

21

27

54.5

100.0

84.4

23

32

23

32

100.0

100.0

100.0

14 Kalimantan Tengah

20

17

37

14

23

45.0

82.4

62.2

23

26

49

26

32

26.1

100.0

65.3

16

13

29

11

13

24

68.8

100.0

82.8

15 Kalimantan Selatan

28

18

46

14

18

32

50.0

100.0

69.6

21

28

16

42.9

100.0

57.1

14

23

13

22

92.9

100.0

95.7

16 Kalimantan Timur

19

15

34

14

15

29

73.7

100.0

85.3

11

16

14

81.8

100.0

87.5

13

21

13

21

100.0

100.0

100.0

17 Sulawesi Utara

27

31

13

17

48.1

100.0

54.8

35

21

56

11

21

32

31.4

100.0

57.1

35

42

19

26

54.3

100.0

61.9

18 Sulawesi Tengah

12

25

37

25

26

8.3

100.0

70.3

16

20

36

19

26

43.8

95.0

72.2

10

17

27

10

12

20.0

58.8

44.4

19 Sulawesi Selatan

16

23

12

19

75.0

100.0

82.6

19

24

12

17

63.2

100.0

70.8

24

27

16

19

66.7

100.0

70.4

20 Sulawesi Tenggara

17

46

63

45

51

35.3

97.8

81.0

12

21

33

21

28

58.3

100.0

84.8

10

37

47

37

44

70.0

100.0

93.6

21 Gorontalo

16

15

31

15

16

6.3

100.0

51.6

10

19

14

50.0

100.0

73.7

13

22

12

23.1

100.0

54.5

10

18

10

13

37.5

100.0

72.2

11

17

10

36.4

100.0

58.8

100.0

100.0

100.0

22 Sulawesi Barat
23 Maluku
24 Maluku Utara
25 Papua Barat

39

39

37

37

0.0

94.9

94.9

45

51

43

49

100.0

95.6

96.1

36

38

36

37

50.0

100.0

97.4

15

12

27

12

15

20.0

100.0

55.6

23

26

23

26

100.0

100.0

100.0

22

27

22

27

100.0

100.0

100.0

41

47

41

44

50.0

100.0

93.6

0.0

100.0

100.0

37

39

37

39

100.0

100.0

100.0

30

99

129

10

89

99

33.3

89.9

76.7

34

42

34

36

25.0

100.0

85.7

10

60

70

37

40

30.0

61.7

57.1

425
Sumber : Biro Kepegawaian, Kemenkes, 2010

475

900

288

460

748

67.8%

96.8

83.1

368

335

703

268

332

600

72.8

99.1

85.3

320

342

662

262

331

593

26 Papua
Jumlah

81.875 96.78363 89.57704

Lampiran 5.38

REKAPITULASI
PENGANGKATAN DOKTER GIGI PTT
TAHUN 2009

No

Provinsi

(1)

(2)

Kebutuhan
Kriteria
Jumlah
T
ST
(3)

(4)

(5)

April
Realisasi
Kriteria
Jumlah
T
ST
(6)

(7)

(8)

Persentase
Kriteria
Jumlah
T
ST
(9)

(10)

(11)

Kebutuhan
Kriteria
Jumlah
T
ST
(12)

(13)

(14)

Juni
Realisasi
Kriteria
Jumlah
T
ST
(15)

(16)

(17)

Persentase
Kriteria
Jumlah
T
ST
(18)

(19)

(20)

Kebutuhan
Kriteria
Jumlah
T
ST
(21)

(22)

(23)

September
Realisasi
Kriteria
Jumlah
T
ST
(24)

(25)

(26)

Persentase
Kriteria
Jumlah
ST

(27)

(28)

Aceh

44

37

81

12

15

0,1

0,3

0,2

30

22

52

11

14

0,1

0,5

0,3

21

25

46

16

18

0,1

Sumatera Utara

15

24

10

0,3

0,7

0,4

20

22

11

0,5

1,0

0,5

17

17

0,4

Sumatera Barat

21

13

34

0,1

0,5

0,3

29

16

45

16

18

0,1

1,0

0,4

15

19

Riau

15

18

12

0,6

1,0

0,7

0,2

1,0

0,4

Jambi

12

12

0,1

0,1

21

11

32

0,0

0,5

0,2

20

24

Sumatera Selatan

11

13

0,4

1,0

0,5

0,0

0,0

Bengkulu

26

11

37

0,0

0,5

0,1

27

11

38

0,0

0,3

0,1

14

10

24

Lampung

28

31

0,1

1,0

0,2

28

29

0,1

1,0

0,1

13

13

Kepulauan Bangka Belitung

0,0

1,0

0,4

1,0

1,0

1,0

10 Kepulauan Riau

(29)

0,6

0,4

0,4

0,5

0,4

0,7

1,0

0,9

0,2

0,8

0,3

0,2

1,0

0,4

0,1

0,6

0,3

0,5

10

0,4

1,0

0,7

12

0,4

1,0

0,6

0,6

11 Nusa Tenggara Barat

14

18

0,1

1,0

0,3

17

19

0,2

0,5

0,3

0,0

12 Nusa Tenggara Timur

16

72

88

26

27

0,1

0,4

0,3

15

54

69

21

21

0,0

0,4

0,3

41

49

21

22

0,1

0,4

0,5

1,0

0,7

0,5

0,4

0,0

13 Kalimantan Barat

13

15

28

0,0

0,6

0,3

20

11

31

0,0

0,4

0,1

13

12

25

0,0

0,3

0,2

14 Kalimantan Tengah

21

22

43

0,0

0,3

0,1

35

30

65

0,0

0,2

0,1

12

20

0,1

0,2

0,2

15 Kalimantan Selatan

34

41

0,1

0,6

0,2

30

37

0,0

1,0

0,2

14

0,3

0,7

0,5

16 Kalimantan Timur

19

18

37

12

0,2

0,4

0,3

21

30

0,0

0,6

0,2

12

12

24

13

0,4

0,7

0,5

17 Sulawesi Utara

22

26

0,0

0,3

0,1

14

0,0

0,0

0,0

13

0,1

0,0

0,1

18 Sulawesi Tengah

16

26

42

0,0

0,2

0,1

10

18

0,0

0,2

0,1

16

25

0,0

0,4

0,3

19 Sulawesi Selatan

14

18

11

0,5

1,0

0,6

23

24

0,3

1,0

0,4

16

21

12

0,5

0,8

0,6

20 Sulawesi Tenggara

11

31

42

13

14

0,1

0,4

0,3

0,0

0,8

0,4

21

27

11

12

0,2

0,5

0,4

21 Gorontalo

14

22

0,0

0,4

0,1

20

27

0,0

0,9

0,2

14

0,2

0,3

0,2

12

0,2

0,8

0,5

0,3

0,7

0,6

1,0

0,5

0,7

23 Maluku

40

40

23

23

0,6

0,6

40

40

18

18

0,5

0,5

1,0

1,0

24 Maluku Utara

11

0,6

0,3

10

0,3

0,2

10

12

0,0

0,7

0,6

25 Papua Barat

13

13

0,7

0,7

13

15

0,0

0,3

0,3

18

14

32

0,2

0,3

0,2

13

18

0,0

0,4

0,3

18

21

0,0

0,1

0,0

386

360

746

48

168

216

12,4

46,7

29,0

385

262

647

36

126

162

9,4

48,1

25,0

219

225

444

53

121

174

24,2

53,8

39,2

22 Sulawesi Barat

26 Papua
Jumlah
Sumber : Biro Kepegawaian, Kemenkes, 2010

0,0

0,0

Lampiran 5.39

DISTRIBUSI PEGAWAI KEMENTERIAN KESEHATAN RI


DIRINCI MENURUT JENIS PENDIDIKAN TAHUN 2009
PENDIDIKAN
No

Nama Satuan Organisasi

(1)

(2)

IV

VI

VII

SPESIALIS
1/2/AV

S1

D III

D1

SMA

SMP

SD

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

JUMLAH
(21)

0
0,7

UPT

0,0

3,0

DPK/DPB

0,0

711

67,6

10

0,4

984

35,9

0,4

123

KANTOR PUSAT

0,0

UPT

0,0

SUBTOTAL

0,0

INSPEKTORAT JENDERAL

266

18,3

11

0,8

421

28,9

180

12,4

0,0

110

46,4

88

37,1

29

2,8

40

3,8

215

20,4

11

40

1,5

571

20,8

483

17,6

15

51,3

0,8

75

31,3

12

5,0

152

36,0

0,7

134

31,8

35

86

17,7

1,2

84

17,3

173

238

26,2

1,0

218

24,0

208

22,9

0,3

489

33,6

28

1,9

46

3,2

1455

0,0

28

11,8

1,0

43

4,1

0,8

0,8

237

0,3

0,0

1052

0,5

560

20,4

33

1,2

48

1,7

2744

0,0

24

10,0

0,8

0,4

240

8,3

0,2

82

19,4

1,7

1,9

422

35,7

0,2

123

25,4

1,6

0,8

485

0,2

205

22,6

15

1,7

12

1,3

907

DITJEN BINA BINKESMAS

DITJEN BINA YANMED


KANTOR PUSAT

S2

10

SUBTOTAL

III

SETJEN
KANTOR PUSAT

II

S3

0,4

155

30,5

1,6

160

31,5

39

7,7

0,2

133

26,2

0,8

1,2

508

UPT

24

0,1

1734

5,6

1370

4,4

3655

11,8

11182

36,0

262

0,8

10845

34,9

1274

4,1

721

2,3

31067

SUBTOTAL

26

0,1

1889

6,0

1378

4,4

3815

12,1

11221

35,5

263

0,8

10978

34,8

1278

4,0

727

2,3

31575

DITJEN PP DAN PL
KANTOR PUSAT

0,5

192

29,1

0,5

215

32,6

54

8,2

1,2

155

23,5

13

2,0

17

2,6

660

UPT

0,1

345

10,2

20

0,6

881

26,0

1077

31,7

127

3,7

796

23,5

76

2,2

69

2,0

3393

SUBTOTAL

0,1

537

13,2

23

0,6

1096

27,0

1131

27,9

135

3,3

951

23,5

89

2,2

86

2,1

4053

DITJEN BINA KEFARMASIAN DAN ALKES

0,0

108

50,2

0,0

35

16,3

40

18,6

0,0

31

14,4

0,5

0,0

215

BADAN PPSDM KESEHATAN


KANTOR PUSAT

0,0

98

18,6

0,2

176

33,5

51

9,7

0,0

149

28,3

20

3,8

31

5,9

526

UPT

14

0,2

1909

22,3

37

0,4

3120

36,5

998

11,7

51

0,6

1722

20,1

375

4,4

322

3,8

8548

SUBTOTAL

14

0,2

2007

22,1

38

0,4

3296

36,3

1049

11,6

51

0,6

1871

20,6

395

4,4

353

3,9

9074

30

3,7

212

26,1

1,0

233

28,7

66

8,1

0,0

202

24,9

26

3,2

35

4,3

812

0,2

58

13,3

0,0

140

32,1

116

26,6

1,1

78

17,9

16

3,7

22

5,0

436

31

2,5

270

21,6

0,6

373

29,9

182

14,6

0,4

280

22,4

42

3,4

57

4,6

1248

VIII BADAN LITBANGKES


KANTOR PUSAT
UPT
SUBTOTAL

TOTAL
Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes, 2010

87

0,2

6.156

12,3

1.498

3,0

9.479

18,9

14.326

28,6

471

0,9

14.900

29,8

1.855

3,7

1.284

2,6

50.056

Lampiran 6.1

PERBANDINGAN BEBERAPA DATA KEPENDUDUKAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO


TAHUN 2009

No

Negara

Jumlah
Penduduk
(Juta Jiwa)

(1)

(2)

(3)

Brunei Darussalam

Kepadatan
Penduduk
(per Km)

Persentase
Penduduk di
Daerah
Perkotaan

(4)

(5)

Laju
Persentase
Persentase
Persentase
Angka Beban GNI PPP per
Pertumbuhan
Penduduk Usia
Penduduk Usia Penduduk Usia
Tanggungan kapita (US$)
Penduduk
65 Tahun Ke
0-14 Tahun
15 - 64 Tahun
(%)
Tahun 2008
1998-2008
Atas
(%)
(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

0,4

66

75

2,1

26

70

43

50.200

Filipina

92,2

307

65

1,9

35

61

64

3.900

Kamboja

14,8

82

22

1,7

35

62

61

1.820

Laos

6,3

27

31

1,8

39

57

75

2.060

Malaysia

28,3

86

70

2,0

32

64

56

13.740

Singapura

5,1

7.486

100

1,9

18

73

37

47.940

Vietnam

87,3

263

28

1,3

26

67

49

2.700

Indonesia

243.3 *

128

52

1,3

29

65

54

3.830

Myanmar

50,0

74

33

0,8

27

68

47

1.290

10

Thailand

67,8

132

33

0,9

22

71

41

5.990

11

Bangladesh

162,2

1.127

27

1,6

32

64

56

1.440

12

Bhutan

0,7

15

35

2,6

32

63

59

4.880

13

India

1171,0

356

29

1,6

32

63

59

2.960

14

Korea Utara

22,7

188

63

0,6

22

69

45

15

Maladewa

0,3

1.057

38

1,5

30

65

54

5.280

16

Nepal

27,5

187

17

2,1

37

59

69

1.120

17

Sri Lanka

20,5

312

15

0,8

26

67

49

4.480

18

Timor Leste

1,1

76

27

2,9

45

52

92

4.690

Sumber : - World Population Data Sheet, USAID, 2009


- The State of The Worlds Children, 2010 : Laju pertumbuhan penduduk
Ket:
*) pada data BPS, jumlah penduduk Indonesia tahun 2009 adalah 231,4 juta jiwa

Lampiran 6.2

ANGKA KELAHIRAN, ANGKA KEMATIAN, DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA


DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO

No

Negara

Indeks
Pembangunan
Manusia

Peringkat
IPM dunia

Peringkat IPM
dunia

2006
(1)

(2)

Brunei Darussalam

(3)

Usia Harapan Hidup Waktu


Angka Kelahiran Angka Kematian
Total Fertility
Lahir
Kasar per 1000
Kasar per 1000
Rate (TFR)
Penduduk
Penduduk
L
P
L+P

Indeks
Pembangunan
Manusia

2007
(4)

(5)

Angka Kematian Bayi


(AKB)

Angka Kematian Balita


(AKABA)

L+P

L+P

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

2008
(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

Angka Kematian
Maternal (per 100.000
lahir hidup)
2005

(12)

(19)

30

0,919

30

0,920

75

77

76

2,1

16

13

Filipina

105

0,747

105

0,751

67

74

70

3,1

26

30

22

26

38

27

30

230

Kamboja

137

0,584

137

0,593

59

64

62

2,9

25

76

62

69

97

82

89

540

Laos

133

0,613

132

0,619

61

63

62

3,5

28

53

41

48

65

58

61

660

Malaysia

66

0,825

66

0,829

71

76

73

2.6

21

62

Singapura

23

0,942

24

0,944

79

83

81

1,3

10

14

Vietnam

116

0,72

115

0,725

70

75

73

2,1

17

12

12

12

14

13

14

150

Indonesia

111

0,729

111

0,734

66

69

67 *

2,2

21

34

28

31 *

44

37

41 *

420 *

Myanmar

138

0,584

138

0,586

53

56

54

2,3

21

10

85

66

76

133

111

122

380

10

Thailand

86

0,783

87

0,78

66

74

70

1,8

15

14

11

13

16

12

14

110

11

Bangladesh

146

0,535

148

0,543

64

65

65

2,3

23

45

40

43

56

53

54

570

12

Bhutan

132

0,608

133

0,619

61

65

63

2,6

25

58

49

54

87

75

81

440

13

India

134

0,604

134

0,612

63

66

64

2,7

23

52

53

52

65

73

69

450

14

Korea Utara

65

69

67

1,9

16

10

43

41

42

57

53

55

370

15

Maladewa

97

0,765

95

0,771

73

75

74

2,0

22

27

21

24

30

25

28

120

16

Nepal

144

0,547

144

0,553

63

64

63

2,9

29

41

41

41

52

51

51

830

17

Sri Lanka

102

0,755

102

0,759

63

76

69

2,3

19

15

12

13

19

15

17

58

18

Timor Leste

162

0,484

162

0,489

59

64

62

6,5

40

84

65

75

105

80

93

380

Sumber : - World Population Data Sheet, USAID, 2009


- Human Development Report 2009: Indeks Pembangunan Manusia
- World Health Statistics 2010 WHO: AKABA, Angka kematian maternal

Lampiran 6.3

PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN SUMBER AIR BERSIH DAN YANG MENGGUNAKAN SARANA SANITASI SEHAT
DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2008
(%)
No

Negara

(1)

(2)

Brunei Darussalam

Filipina

Kamboja

Laos

Malaysia

Singapura

Vietnam

Indonesia

Myanmar

10

Thailand

11

Bangladesh

12

Bhutan

13

India

14

Korea Utara

15

Maladewa

16

Nepal

17

Sri Lanka

18

Timor Leste

Sumber : World Health Statistics 2010, WHO

Penduduk
Yang Menggunakan Sumber Air Bersih

(%)

Penduduk
Yang Menggunakan Sarana Sanitasi Sehat

Perkotaan

Perdesaan

Total

Perkotaan

Perdesaan

Total

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

93

87

91

80

69

76

81

56

61

67

18

29

72

51

57

86

38

53

100

99

100

96

95

96

100

100

100

100

99

92

94

94

67

75

89

71

80

67

36

52

75

69

71

86

79

81

99

98

98

95

96

96

85

78

80

56

52

53

99

88

92

87

54

65

96

84

88

54

21

31

100

100

100

99

86

91

100

96

98

93

87

88

51

27

31

98

88

90

88

92

91

86

63

69

76

40

50

Lampiran 6.4

PERBANDINGAN DATA TUBERKULOSIS DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO


TAHUN 2007/2008

No

Negara

Prevalensi TB Paru
per 100.000 Penduduk

Insidens TB Paru
per 100.000 Penduduk

2008
(1)

(2)

Brunei Darussalam

(3)

(4)

Kematian yang berhubungan dengan TB Paru per


100.000 Penduduk

Proporsi Kasus TB Paru melalui DOTS


Case Detection Rate

Succes Rate

2007

2008

2008

2007

(6)

(7)

(8)

(9)

43

65

4,2

87

76

Filipina

550

280

41

52

67

89

Kamboja

680

490

77

79

56

94

Laos

260

150

22

32

67

92

Malaysia

120

100

13

15

76

72

Singapura

27

39

2,5

87

81

Vietnam

280

200

20

34

62

92

Indonesia

210

190

37

27

80

91

Myanmar

470

400

11

57

43

85

10

Thailand

160

140

15

19

64

83

11

Bangladesh

410

220

44

50

72

62

12

Bhutan

96

160

43

15

64

93

13

India

190

170

26

23

70

87

14

Korea Utara

270

340

65

39

70

87

15

Maladewa

13

42

2,9

86

68

16

Nepal

170

160

22

22

64

88

17

Sri Lanka

73

66

9,6

73

86

18

Timor Leste

660

500

47

83

33

84

Sumber : World Health Statistics 2010, WHO


Keterangan : - CDR = Case Detection Rate (Penemuan kasus baru)
- SR = Succes Rate (Angka kesembuhan)

Lampiran 6.5

ANGKA ESTIMASI HIV DAN AIDS DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO


TAHUN 2007
1. Angka Estimasi HIV

No

Negara

(1)

(2)

Dewasa dan Anak-anak

Dewasa (15+)

2. Kematian Akibat AIDS

Dewasa (1549) Rate (%)

Wanita (15+)

Dewasa dan Anak-anak

Estimasi

(estimasi rendah
estimasi tinggi)

Estimasi

(estimasi rendah
estimasi tinggi)

Estimasi

(estimasi rendah
estimasi tinggi)

Estimasi

(estimasi rendah
estimasi tinggi)

Estimasi

(estimasi rendah
estimasi tinggi)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

Brunei Darussalam

Filipina

Kamboja

Laos

Malaysia

Singapura

Vietnam

290.000

Indonesia

270.000

[ 190.000 - 400.000 ]

270.000

[ 190.000 - 400.000 ]

0,2

Myanmar

240.000

[ 160.000 - 370.000 ]

240.000

[ 150.000 - 360.000 ]

10

Thailand

610.000

[ 410.000 - 880.000 ]

600.000

[ 400.000 - 860.00 ]

1,4

11

Bangladesh

12.000

12

Bhutan

< 500

13

India

14

Korea Utara

[ <100 ]

15

Maladewa

[ <100 ]

16

Nepal

17

Sri Lanka

18

Timor Leste

8.300

[ 6.000 - 11.000 ]

8.200

[ 5.900 - 11.000 ]

[ < 0.1 ]

2.200

[ 1.600 - 3.100 ]

< 200

75.000

[ 67.000 - 84.000 ]

70.000

[ 63.000 - 80.000 ]

0,8

[ 0,7 - 0,9 ]

20.000

[ 17.000 - 23.000 ]

5.500

[ 3.300 - 13.000 ]

5.400

[ 3.300 - 13.000 ]

0,2

[ 0,1 - 0,4 ]

[ <1.000 - 3.100 ]

<100

80.000

[ 52.000 - 120.000 ]

79.000

[ 51.000 - 120.000]

0,5

[ 0,3 - 0,8 ]

21.000

[ 13.000 - 34.000 ]

4.200

[ 2.600 - 7.300 ]

4.100

[ 2.500 - 7.200 ]

0,2

[ 0,1 - 0,3 ]

1.200

[ <1.000 - 2.100]

[ 180.000 - 470.000 ]

[ 7.700 - 19.000 ]
[ <1000 ]

2.400.000 [ 1.800.000 - 3.200.000 ]

280.000

12.000

[ 170.000 - 470.000]

0,5

[ 0,3 - 0,9 ]
[ 0,1 - 0,3 ]

[ 0,9 - 2,1 ]

1 300

3.100
< 200

[ <100 - <500 ]

[ <200 ]
[ 2.100 - 4.500 ]
[ <100 - <500 ]

76.000

[ 46.000 - 120.000 ]

20.000

[ 12.000 - 33.000 ]

54.000

[ 36.000 - 87.000 ]

8.700

[ 4.900 - 13.000 ]

[ 1.200 - 3.400 ]

< 500

[ <1000 ]

[ < 200 ]

[ <100 ]

880.000 [ 670.000 - 1.200.000 ]

250.000

[ 170.000 - 360.000 ]

[ 7.600 - 19.000 ]

[ < 0,1 ]

[ <1000 ]

0,1

[ < 0,1 - 0,2 ]

2.300.000 1.700.000 - 3.100.000 ]

0,3

[ 0,2 - 0,5 ]

[ <100 ]

[ < 0,1 ]

[ <100 ]

[ <100 ]

[ <100 ]

[ < 0,1 ]

[ <100 ]

[ <100 ]

< 500

2.000

< 100

70.000

[ 50.000 - 99.000 ]

68.000

[ 49.000 - 97.000 ]

0,5

[ 0,4 - 0,7 ]

17.000

[ 12.000 - 25.000 ]

4.900

[ 3.400 - 7.300 ]

3.800

[ 2.800 - 5.100 ]

3.700

[ 2.800 - 5.000 ]

[ < 0,1 ]

1.400

[ 1.000 - 1.800 ]

< 500

Sumber: 2008 Report on the global AIDS epidemic, UNAIDS/WHO

Lampiran 6.6

JUMLAH KASUS PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI


DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO
TAHUN 2008

No

Negara

Difteri

Pertusis

Tetanus

Tetanus
Neonatorum

Campak

Polio

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Brunei Darussalam

Filipina

65

46

813

132

341

Kamboja

1212

324

34

4211

Laos

26

12

174

Malaysia

11

29

13

334

Singapura

33

18

Vietnam

17

280

221

34

352

Indonesia

219

183

183

15.369

Myanmar

147

25

333

10

Thailand

18

137

7.016

11

Bangladesh

43

33

943

152

2.660

12

Bhutan

13

India

6.081

44.180

3.714

811

48.181

559

14

Korea Utara

395

82

15

Maladewa

16

Nepal

149

2.297

308

53

2.089

17

Sri Lanka

29

33

18

Timor Leste

A S E A N

324

1.633

1.866

431

28.151

S E A R O

6.502

46.937

5.477

1.231

75.770

565

Sumber : WHO vaccine - preventable diseases: monitoring system, 2009

Lampiran 6.7

PERBANDINGAN CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI


DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO TAHUN 2008

No

Negara

BCG (%)

DPT3 (%)

Polio3 (%)

Campak (%)

Hepatitis B3 (%)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Brunei Darussalam

96

99

99

97

99

Filipina

93

91

91

92

88

Kamboja

98

91

91

89

91

Laos

68

61

60

52

61

Malaysia

90

90

90

95

90

Singapura

99

97

97

95

96

Vietnam

92

93

93

92

87

Indonesia

89

77

77

83

78

Myanmar

88

85

85

82

84

10

Thailand

99

99

99

98

98

11

Bangladesh

98

95

95

89

95

12

Bhutan

99

96

96

99

96

13

India

87

66

67

70

21

14

Korea Utara

97

92

98

98

92

15

Maladewa

99

98

98

97

98

16

Nepal

87

82

82

79

82

17

Sri Lanka

99

98

98

98

98

18

Timor Leste

85

79

79

73

79

Sumber : WHO Immunization Summary, 2010: A Statistical Reference Containing Data through 2008

Lampiran 6.8

PERBANDINGAN UPAYA KESEHATAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO


TAHUN 2000 - 2009

No

Negara

(1)

(2)

Brunei Darussalam

Persentase KB aktif pada PUS

Pemeriksaan antenatal
kali)

(4

Persalinan oleh tenaga


kesehatan

Anak dengan ASI eksklusif (6


bulan)

2009

2000 - 2009

2000 - 2008

2000 - 2009

(3)

(4)

(5)

(6)

100

Filipina

34

78

62

34

Kamboja

27

27

44

66

Laos

29

20

26

Malaysia

100

Singapura

55

100

Vietnam

68

29

88

17

Indonesia

57

81

73

32

Myanmar

33

66

57

11

10

Thailand

70

74

99

11

Bangladesh

48

21

18

43

12

Bhutan

31

51

10

13

India

49

37

47

46

14

Korea Utara

58

95

97

65

15

Maladewa

34

91

84

10

16

Nepal

44

29

19

53

17

Sri Lanka

53

99

76

18

Timor Leste

30

19

31

Sumber : - World Health Statistics 2010, WHO


- World Population Data Sheet, USAID, 2009 : Persentase KB aktif

Lampiran 6.9

PEMBIAYAAN KESEHATAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN & SEARO


TAHUN 2007
Persentase Pengeluaran
Pemerintah di Bidang
Kesehatan terhadap
Seluruh Pengeluaran di
Bidang Kesehatan

Persentase Pengeluaran
Sektor Swasta di Bidang
Kesehatan terhadap
Seluruh Pengeluaran di
Bidang Kesehatan

Persentase Pengeluaran
Pemerintah di Bidang
Kesehatan terhadap
Seluruh Pengeluaran
Pemerintah

Pengeluaran per Kapita di


Bidang Kesehatan Oleh
Pemerintah (PPP int. $)

No

Negara

Persentase Keseluruhan
Pengeluaran di Bidang
Kesehatan terhadap Produk
Domestik Bruto

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Brunei Darussalam

2,4

81,5

18,5

6,7

958

Filipina

3,9

34,7

65,3

6,7

45

Kamboja

5,9

29

71

11,2

31

Laos

18,9

81,1

3,7

16

Malaysia

4,4

44,4

55,6

6,9

268

Singapura

3,1

32,6

67,4

7,2

536

Vietnam

7,1

39,3

60,7

8,7

72

Indonesia

2,2

54,5

45,5

6,2

44

Myanmar

1,9

11,7

88,3

0,9

10

Thailand

3,7

73,2

26,8

13,1

209

11

Bangladesh

3,4

33,6

66,4

14

12

Bhutan

4,1

80,3

19,7

10,7

151

13

India

4,1

26,2

73,8

3,7

29

14

Korea Utara

15

Maladewa

9,8

65,4

34,6

10,5

336

16

Nepal

5,1

39,7

60,3

10,9

21

17

Sri Lanka

4,2

47,5

52,5

8,5

85

18

Timor Leste

13,6

84,6

15,4

14,9

98

Sumber : World Health Statistics 2010, WHO

You might also like