You are on page 1of 6

PEMBAHASAN ISOLASI Pemurnian protein merupakan tahap yang harus dilakukan untuk mempelajari sifat dan fungsi protein.

Protein dapat dipisahkan dari protein jenis lain atau dari molekul lain berdasarkan ukuran, kelarutan, muatan dan aktivitas ikatan. Tetapi kami melakukan dengan cara pengendapan dan dari kelarutannya. Pengendapan pada susu tersebut karena adanya berbagai gugus fungsional (NH2, NH, OH, CO) dan bentuk ion ganda (switzer ion) yang terdapat dalam struktur protein sehingga dapat menyebabkan terjadi pengendapan protein. Gugus-gugus fungsional tersebut mampu mengikat molekul air melalui pembentukan ikatan hydrogen. Reaksi pengendapan dapat terjadi dikarenakan penambahan pelarut organik yang dapat merubah sifat kelarutan protein dalam air. Pengendapan sampel protein dengan asam asetat (CH3COOH) sebanyak 0,5 mL (10 tetes), Setelah asam asetat dimasukkan tetes demi tetes perlahan-lahan terbentuklah endapan putih. Pengendapan sampel protein (globulin) oleh logam Mg berlangsung lebih cepat dan menghasilkan produk dalam jumlah yang lebih banyak. Hal ini terjadi karena tetapan disosiasi MgSO4 lebih besar daripada asam asetat. Pada saat ditambahkan ke dalam larutan sampel uji, MgSO4 akan terionisasi dan lebih banyak dalam bentuk Mg2+ sehingga protein berlebih yang terdapat dalam sampel uji lebih cepat bereaksi dengan Mg2+ tersebut dan menghasilkan endapan dalam jumlah yang lebih banyak ketimbang pengendapan oleh asam asetat. UJI KELARUTAN GLOBULIN  Mengambil sebagian Globulin ke dalam air panas sambil Mengaduk, Globulin tak bisa larut dalam air panas tetapi kenyal saat dipegang  Mengambil sebagian Globulin ke dalam larutan garam sambil menganduk, Globulin larut dalam larutan garam  Mengambil sebagian Globulin ke dalam kedalam Kloroform (CHCl3) sambil Mengaduk, Globulin larut dalam Kloroform (CHCl3)  Mengambil sebagian Globulin ke dalam air dingin sambil Mengaduk, Globulin sedikit larut dalam air dingin. Karena memang dari sifat kelarutan Globulin terkoagulasi setelah pemanasan. Semua jenis protein terkoagulasi oleh asam dan panas. Sedikit larut dalam air tetapi larut dalam larutan garam. Tidak mempunyai asam amino khusus. NO. A. PERLAKUAN ISOLASI PROTEIN DARI SUSU 1. Menyiapkan susu . 2. Mengukur susu sebanyak 50 mL kemudian memasukkan kedalam gelas Kimia 300 mL 3. Mengukur aquades sebanyak 50 mL, kemudian memasukkan kedalam gelas Kimia 300 mL yang berisi susu. 4. Memasukkan asam asetat (CH3COOH) sebanyak 0,5 mL (10 tetes) kedalamnya, sambil di aduk sampai diperkirakan ada endapan yang terbentuk. 5. Mendiamkan selama 20 menit. 6. Memisahkan endapan menggunakan kertas saring. dengan filtratnya PENGAMATAN

 

 

 7. Setelah diperoleh endapan, dikeringkan dalam desikator kemudian ditimbang menggunakan Neraca Digital. 8. Mengukur jumlah filtrat menggunakan gelas ukur. B. ISOLASI GLOBULIN 1. Menyiapkan susu. 2. Mengukur susu sebanyak 50 mL kemudian memasukkan kedalam gelas Kimia 300 mL. 3. Mengukur aquades sebanyak 50 mL, kemudian memasukkan kedalam gelas Kimia 300 mL yang berisi susu. 4. Menjenuhkan dengan Kristal MgSO4 kedalamnya, sambil di aduk sampai diperkirakan ada endapan yang terbentuk.. 

Aquades dan susu tersebut Tercampur, warna putih susu. Setelah asam asetat dimasukkan tetes demi tetes perlahan-lahan terbentuklah endapan putih. Diperoleh endapan Saat penyaringan diperoleh endapan yang berwarna putih cream, sedangkan filtratnya berupa cairan bening agak kekuningan. Diperoleh endapan yang sudah kering yang massanya sebesar 5,6 gram. Diperoleh filtratnya sebanyak 73 mL.

 Aquades dan susu tersebut Tercampur, warna putih susu.  Setelah Kristal MgSO4 sedikit demi sedikit perlahan-lahan terbentuklah endapan putih, dan terdapat

busa serta mengental.

larutan

5.

Mendiamkan selama 19 jam untuk mendapatkan endapan yang lebih banyak. Memisahkan endapan menggunakan kertas saring. dengan filtratnya

 Diperoleh endapan lebih banyak dari sebelumnya.  Saat penyaringan diperoleh endapan yang berwarna putih cream, sedangkan filtratnya berupa cairan bening agak kekuningan.  Setelah kering endapan ditimbang dan diperoleh endapan yang massanya sebesar 5,2 gram.  Diperoleh filtratnya sebanyak 75 mL.  Globulin tak bisa larut dalam air panas tetapi kenyal saat dipegang  Globulin larut dalam larutan garam  Globulin larut Kloroform (CHCl3) dalam

6.

7.

Setelah diperoleh endapan, dikeringkan dalam desikator kemudian ditimbang menggunakan Neraca Digital.

C.

8. Mengukur jumlah filtrat menggunakan gelas ukur. UJI KELARUTAN GLOBULIN 1. Mengambil sebagian Globulin ke dalam air panas sambil Mengaduk 2. Mengambil sebagian Globulin ke dalam larutan garam sambil menganduk. Mengambil sebagian Globulin ke dalam kedalam Kloroform (CHCl3) sambil Mengaduk Mengambil sebagian Globulin ke dalam air dingin sambil Mengaduk

3. 4.

 Globulin sedikit larut dalam air dingin.

PEMBAHASAN MINYAK JERUK (DESTILASI) Pertama-tama dalam percobaan ini adalah menyipakan kulit buah jeruk manis yang masih segar. Kemudian merajangnya dengan pisau agar pada saat didestilasi, mempercepat keluarnya minyak. Potongan-potongan kulit jeruk tersebut kemudian dimasukkan kedalam labu bulat dan menambahkannya dengan 100 mL air sebagai pelarunya. Kemudian kulit jeruk manis tersebut didestilasi selama 2 jam hingga diperoleh minyak atsiri dan juga airnya yang tidak saling bercampur. Tujuan destilasi disini karena pada saat kulit jeruk didestilasi fase uap yang mengandung lebih banyak komponen yang lebih mudah menguap relatif terhadap fase cair, berarti menunjukkan adanya suatu pemisahan. Dengan uap air yang dialirkan kedalam tumpukan jaringan kulit jeruk (yang sudah dihancurkan) sedemikian rupa sehingga minyak kulit jeruk teruapkan bersama dengan uap air. Setelah pengembunan, minyak kulit jeruk akan membentuk lapisan yang terpisah dari air yang selanjutnya dapat dikumpulkan. Minyak dan air tersebut dipisahkan dengan menggunakan corong pisah. Pada lapisan atas adalah minyak atsirinya sedangkan pada bagian bawahnya adalah air. Karena berat jenis minyak atsiri tersebut lebih kecil dari pada air. Setelah dipisahkan, mianyak kulit jeruk tersebut ditambahkan dengan Na2SO4 anhidrous kemudian didekantir sehingga minyak kulit jeruk tersebut terbebas dari air sehingga diperoleh minyak atsiri atau minyak jeruk yang bening dan wangi. Minyak atsiri pada kulit jeruk ini ternyata dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti minyak pada percobaan ini, minyak atsiri tersebut diuji nyalanya yaitu dengan meneteskan sebagian dari minyak atisiri tersebut pada kapas atau sumbu yang masih baru lalu meyalakanya dengan api. Pada saat sumbu dibakar, maka akan diperoleh nyala api yang berasal dari pembakaran minyak atsirinya bukan terbakanya sumbu dan menghasilkan aroma pembakaran yang wangi. Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak sensial, minyak terbang, serta minyak aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga mem-berikan aroma yang khas. Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu, susunan senyawa komponennya kuat mempengaruhi saraf manusia (terutama di hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu (baunya kuat). Secara kimiawi, kulit jeruk mengandung atsiri yang terdiri dari berbagai komponen seperti terpen, sesquiterpen, aldehida, ester dan sterol 3 .Rincian komponen minyak kulit jeruk adalah sebagai berikut: limonen (94%), mirsen (2%), llinalol (0,5%), oktanal (0,5%), dekanal (0,4%), sitronelal (0,1%), neral (0,1%), geranial (0,1%), valensen (0,05%), -sinnsial (0,02%), dan -sinensial (0,01%). Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak atau lipofil. Minyak kulit jeruk ini mempunyai massa jenis ( ) = 0,8235 dan Indeks Bias = 1,4673. Sehingga saat bercampur dengan air tidak terjadi mencampur secara homogen yang diosebabkan oleh perbedaan massa jenis nya. Bahan aktif yang berperan terutama senyawa limonen yang dikandung minyak atsiri kulit jeruk. Limonen berfungsi melancarkan peredaran darah, meredakan radang tenggorokan dan batuk, dan bahkan bisa menghambaat pertumbuhan sel kanker. Selain limonen, minyak atsiri kulit jeruk juga mengandung lonalol, linalil dan terpinol yang berfungsi sebagai penenang (sedative). Ada pula senyawa sitronela yang berfungsi sebagai penenang dan dapat digunakan sebagai pengusir nyamuk.

No. 1.

2. 3. 4.

Perlakuan Kulit jeruk manis yang diperoleh dari 1 Kg jeruk yang masih segar dirajang lalu memasukkanya kedalam labu bulat. Ditambahkan dengan 100 mL akuades Didestilasi dengan menggunakan destilasi Uap selama 2 jam. Setelah destilasi minyak kulit jeruk yang masih bercampur dipisahkan dengan corong pisah.

Pengamatan kulit buah jeruk manis halus.

Diperoleh cairan yang tidak homogen. Minyak kulit jeruk terdapat pada lapisan atas sedangkan airnya terdapat dibagian bawahnya dan akhirnya diperoleh minyak yang bening. Setelah didekantir minyak yang diperoleh terbebas dari air sehingga diperoleh minyak yang sudah murni Minyak ini dinamakan dengan minyak atsiri. Saat minyak tersebut diteteskan pada kapas dan disulut dengan api, kapas tersebut langsung menyala seperti pada saat pembakaran minyak tanah dan asap dari hasil pembakaran tersebut berbau wangi.

Pada minyak yang sudah dipisahkan ditambahkan lagi dengan natrium sulfat yang fungsinya untuk mengikat moleku-molekul air yang masih terdapat pada minyak tersebut.

Menguji nyala minyak kulit jeruk tersebut untuh membuktikan fungsinya sebagai bahan bakar.

I.

PEMBAHASAN PROTEIN Pertama-tama dalam percobaan ini adalah menyiapkan protein yang akan diuji. A. Uji biuret 1. Uji biuret pada putih telur Putih telur disiapkan kedalam tabung reaksi sebanyak 2 mL kemudian ditambahkan dengan 2 mL NaOH. Pada saat ditambahkan dengan NaOH tidak terjadi perubahan pada putih telur tersebut. Kemudian pada putih telur tersebut ditambahkan lagi dengan CuSO4. Saat penambahan CuSO4 secara perlahan pada bagian atas permukaan putih telur terdapat endapan dan berwarna ungu. Kemudian ditambahkan lagi dengan penguji biuret yang terbuat dengan memanaskan urea. Saat ditambahkan Urea yang sudah bercampur dengan air, maka warna ungu pada putih telur tersebut semakin bertambah banyak. Hal ini dapat terjadi karena reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus peptida (- CO NH -) dan protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu karena terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida. Gambar : Cara Kerja Uji Biuret

2.

3.

Uji biuret pada susu Disiapkan susu instan yang sudah diencerkan dengan air kedalam tabung reaksi sebanyak 2 mL kemudian ditambahkan dengan 2 mL NaOH. Pada saat ditambahkan dengan NaOH tidak terjadi perubahan pada susu tersebut. Kemudian pada susu tersebut ditambahkan lagi dengan CuSO4. Saat penambahan CuSO4 pada susu tersebut terjadi perubahan warnanya, yaitu perubahan warna susu yang awalnya putih berubah menjadi berwarna biru. Kemudian ditambahkan lagi dengan penguji biuret yang terbuat dengan memanaskan urea. Saat ditambahkan Urea yang sudah bercampur dengan air, secara perlahan pada susu tersebut terdapat perubahan warna menjadi biru keungu-unguan. Hal ini sama halnya yang terjadi pada pengujian putih telur yang disebabkan karena reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus peptida (- CO NH -) dan protein. Pada reaksi ini kemungkinan terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dengan pasangan elektron bebas dari gugus -NH ataupun gugus -CO dari rantai polipeptida. Syarat untuk dapat terjadi reaksi ini adalah adanya minimal dua ikatan peptida. Uji Biuret pada Tempe Menyiapkan sari pati tempe yang sudah dihaluskan sebanyak 2 mL kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan 2 mL NaOH. Pada saat ditambahkan dengan NaOH tidak terjadi perubahan pada tempe tersebut. Kemudian pada tempe tersebut ditambahkan lagi dengan CuSO4. Saat penambahan CuSO4 pada tempe tersebut terjadi perubahan warnanya, yaitu perubahan warna menjadi berwarna biru. Kemudian ditambahkan lagi dengan penguji biuret yang terbuat dengan memanaskan urea. Saat ditambahkan Urea yang sudah bercampur dengan air, secara perlahan pada temepe tersebut terdapat perubahan warna menjadi biru keungu-unguan. Hal ini sama halnya yang terjadi pada pengujian

putih telur yang disebabkan karena reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus peptida (- CO NH -) dan protein. Pada reaksi ini kemungkinan terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dengan pasangan elektron bebas dari gugus -NH ataupun gugus -CO dari rantai polipeptida. Syarat untuk dapat terjadi reaksi ini adalah adanya minimal dua ikatan peptida. B. Uji Dengan Asam Nitrat 1. Uji Dengan Asam Nitrat Dengan Putih Telur Ketika 2 mL putih telur ditambahkan larutan asam nitrat pekat maka putih telur dalam tabung reaksi tersebut menggumpal dan terjadi perubahan warna pada putih telur menjadi berwarna kuning. 2. Uji Dengan Asam Nitrat Dengan Susu Ketika 2 mL susu ditambahkan larutan asam nitrat pekat maka susu yang terdapat dalam tabung reaksi tersebut menghasilkan endapan yang berwarna putih. Terbentuknya endapan pada susu yang ditambahkan asam nitrat pekat tersebut karena terbentuknya senyawa garam dari reaksi asam dengan gugus amino protein. Pengaruh lainya dapat terjadi denaturasi irreversibel dan diperoleh endapan protein. Endapan yang diperoleh dari susu lebih sedikit di bandingkan dengan telur karena protein dalam susu lebih sedikit di bandingkan dengan telur.

No. A.

Perlakuan UJI BIURET Identifikasi Protein Dari Putih Telur 1. 2 mL putih telur di masukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 2 mL larutan NaOH dan ditambahkan 5 tetes CuSO4. 2. Memanaskan urea di dalam tabung reaksi di atas api kecil, tetapi jangan sampai menjadi arang. 3. Melarutkan isi tabung yang berisi urea dengan menambahkan air secukupnya. 4. Menambahkan larutan urea kedalam campuran tersebut dan mengamati perubahan warna yang terjadi Identifikasi Protein Dari susu 1. 2 mL susu di masukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 2 mL larutan NaOH dan ditambahkan 3 tetes CuSO4. 2. Memanaskan urea di dalam tabung reaksi di atas api kecil, tetapi jangan sampai menjadi arang. 3. Melarutkan isi tabung yang berisi urea dengan menambahkan air secukupnya. 4. Menambahkan larutan urea kedalam campuran tersebut dan mengamati perubahan warna yang terjadi Identifikasi Protein Dari tempe 1. 2 mL tempe di masukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 2 mL larutan NaOH dan ditambahkan 3 tetes CuSO4. 2. Memanaskan urea di dalam tabung reaksi di atas api kecil, tetapi jangan sampai menjadi arang. 3. Melarutkan isi tabung yang berisi urea dengan menambahkan air secukupnya. 4. Menambahkan larutan urea kedalam campuran tersebut dan mengamati perubahan warna yang terjad UJI DENGAN ASAM NITRAT Identifikasi Protein Dari Putih Telur 2 mL putih telur dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian menambahkan beberapa tetes larutan asam nitrat pekat sampai terbentuk endapan. Identifikasi Protein Dari susu 2 mL susu dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian menambahkan beberapa tetes larutan asam nitrat pekat sampai terbentuk endapan.

Hasil pengamatan Saat ditambahkan dengan NaOH tidak terjadi perubahan namun pada saat ditambahkan dengan larutan CuSO4 terjadi perubahan warna pada putih telur tersebut berubah warnanya menjadi Ungu pada permukaanya. Tetapi saat diuji atau ditambahkan dengan urea maka warna ungu pada putih telur tersebut bertambah banyak.

B.

Saat ditambahkan dengan NaOH tidak terjadi perubahan namun pada saat ditambahkan dengan larutan CuSO4 terjadi perubahan warna pada susu tersebut berubah warnanya menjadi Ungu pada permukaanya. Tetapi saat diuji atau ditambahkan dengan urea maka warna ungu pada putih telur tersebut bertambah banyak. Saat ditambahkan dengan NaOH tidak terjadi perubahan namun pada saat ditambahkan dengan larutan CuSO4 terjadi perubahan warna pada tempe tersebut berubah warnanya menjadi Ungu pada permukaanya. Tetapi saat diuji atau ditambahkan dengan urea maka warna ungu pada putih telur tersebut bertambah banyak.

C.

A.

Ketika ditambahkan dengan asam nitrat pekat, maka putih telur yang terdapat dalam tabung tersebut menggumpal dan warnanya berubah menjadi warna kuning. Ketika ditambahkan dengan asam nitrat pekat, maka susu yang terdapat dalam tabung reaksi tersebut menghasilkan endapan yang berwarna putih.

B.

PEMBAHASAN NITROBENZEN Pertama-tama dalam percobaan ini adalah menyiapkan asam nitrat pekat sebanyak 35 mL kedalam labu alas bulat. Labu tersebut didinginkan kedalam bak sudah terisi dengan air es dengan suhu dibawah 10 0C. Sesudah itu menambahkannya dengan Asam sulfat pekat secara bertetes-tetes (2-3 mL) sebanyak 40 mL sambil dikocok. Campuran tersebut dijaga tetap dingin. Pada saat ditambahkan dengan asam sulfat pada asam nitrat tersebut tidak terjadi perubahan. Kemudian campuran tersebut ditambahkan dengan benzena sebanyak 30 mL bertetes-tetes sambil dikocok. Dengan ketentuan bahwa suhu campuran tersebut tidak boleh lebihg dari 35 0C. Saat ditambahkan benzena, campuran tersebut berubah warnanya menjadi kuning dan campuran dalam labu alas bulat tersebut sangat panas. Fungsi penambahan H2SO4 pada percobaan ini adalah untuk mengkatalisis reaksi asam nitrat dengan benzena untuk menghasilkan nitrobenzena. Setelah penambahan benzena selesai, maka campuran tersebut diguncangkan dengan kuat sehingga diperoleh campuran yang berwarna kuning dan terdapat molekul atau gelembung-gelembung seperti minyak goreng pada campuran tersebut yang diakibatkan oleh terjadinya reaksi asam nitrat dengan benzena. Kemudian campuran tersebut dituangkan kedalam gelas piala yang sudah terisi dengan akuades dengan perbandingan 1 : 1 dan diaduk dengan baik untuk mencuci sisa-sisa asam. Lalu larutan didiamkan dan pada lapisan bawah akan diperoleh nitrobenzena. Lapisan atas dipisahkan dengan lapisan bawah dimasukan kedalam corong pisah untuk memperoleh nitrobenzenanya. Kemudian larutan (nitrobenzena ) yang peroleh ditambahkan 50 mL aquades dan dikocok kuat, dimana lapisan nitrobenzena dipisahkan dan dimasukkan kedalam labu kecil (100 mL) kemudian dikeringkan dengan 3 gram Kalsium Klorida Anhidrous, sehingga larutan menjadi lebih bening berwarna kekuningan. Ketika Kalsium klorida Anhidrous bereaksi dengan larutan nitrobenzena terjadi ledakan kecil menghasilkan nyala putih pada larutan yang menandakan larutan tersebut eksplosif. Selanjutnya menyaring campuran menggunakan kertas saring, kemudian didestilasi selama 2 jam sehingga diperoleh campuran atau larutan yang terdapat dalam labu alas bulat yang tidak mendidih lagi dengan kisaran suhu 215 0C. Saat mendestilasi jangan melebihi suhu 214 C karena akan diperoleh m-nitrobenzena dan nitrobenzena jenis lain yang mudah meledak (eksplosif). Hasilnya berupa cairan bening berwarna kekuning-kuningan dengan titik didih 210 C . Kemudian cairan yang terdapat dalam labu alas bulat tersebut dimasukkan kedalam corong pisah dan terdapat 2 lapisan bagian atas terdapat nitobenzenanya. Nitrobenzena tersebut kemudian dipisahkan dan diperoleh cairan yang memiliki bau rangsang dan bersifat seperti minyak (kental) yang berwarna jernih kekuning-kuningan. Reaksi benzena ini merupakan reaksi subtitusi atom H dari senyawa aromatik dengan suatu elektrofil. Reaksi ini dimulai dengan bergabungnya elektrofil (E+) dengan sistem elktron pada cincin aromatis. Selanjutnya terbentuk suatu ion benzonium (suatu karbokation) dimana E+ terikat pada atom C tertentu dan diikuti langkah pelepasan proton untuk menghasilkan reaksi subtitusi elektrofilik. Sehingga persamaan reaksi pada pada pembuatan nitrobenzena ini dapat dituliskan sebagai berikut :

+ HNO3

H2SO4

NO2 +

H2

Pereaksi yang dapat bertindak sebagai elektrofil harus mempunyai sifat umum sebagai asam lewis. Macammacam elektrofil yang sering digunakan dalam reaksi subtitusi elektrofilik adalah : Br+, Cl+, NO2+, SO3 atau H2SO3-, R+, dan RCO+. Laju reaksi elektrofilik aromatik sangat bergantung pada kemampuan memberikan pasangan elektron (basa lewis) dari cincin dan keasaman elektrofil (E+). Kebasaan cincin akan meningkat apabila mendapatkan induksi positif (1+) dari gugus yang diikatnya. Dari hasil percobaan yang dilakukan pada pembuatan nitrobenzena ini dapat disimpulkan bahwa gugus penarik elektron (1-) pada NO2- yang terikat pada cincin aromatis akan memperlambat laju reaksi subtitusi elektrofilik. Disamping mempengaruhi laju reaksi subtitusi elektrofilik, gugus yang telah terikat pada cincin aromatik sangat menentukan posisi elektrofil kedua yang akan masuk. Gugus penarik elektron yang terikat pada cincin akan mengarahkan gugus E+ pada posisi meta. Sedangkan gugus pemberi elektron akan mengarahkan gugus E+ pada posisi orto dan para.

PERLAKUAN 1. 2. Menyiapkan 100 gram (70 mL) asam nitrat pekat kemudian dimasukan kedalam labu alas bulat 500 mL, lalu didinginkan sampai suhu 10-15 C Menambahkan bertetes tetes 148 gram (80 mL) asam sulfat pekat sambil dikocok, menjaga campuran tetap dingin lalu menambahkan kedalamnya 552 gram (Benzena) bertetes-tetes sambil dikocok. Menjaga suhu campuran tidak boleh lebih dari 55 C , bila perlu dapat didinginkan dengan pendingin refluks dengan suhu tidak boleh lebih dari 60 C, setelah waktu refluks mencapai 15 40 menit, lalu dikocok dengan kuat diatas pemanas air sehingga diperoleh campuran yang tidak bercampur (immiseible), selanjutnya mendinginkan campuran tersebut. Menuang campuran kedalam gelas piala 1 : 1 yang berisi air dingin sebanyak 90 mL dan diaduk dengan baik untuk mencuci sisa-sisa asam, kemudian larutan didiamkan dan pada lapisan bawah akan diperoleh nitrobenzena. Lapisan atas dipisahkan dengan lapisan bawah dimasukan kedalam corong pisah. Kemudian ditambahkan 50 mL aquades dan dikocok kuat, dimana lapisan nitrobenzena dipisahkan dan dimasukkan kedalam labu kecil (100 mL) kemudian dikeringkan dengan 3 gram Kalsium Klorida Anhidrous. Bila nampak masih keruh (karena terjadi emulsi air) campuran dipanaskan dengan penangas air sambil dikocok, maka kekeruhan air akan hilang. Menyaring campuran menggunakan kertas saring, kemudian didestilasi jangan melebihi suhu 214 C karena akan diperoleh m-nitrobenzena dan nitrobenzena jenis lain yang mudah meledak (eksplosif). Hasilnya berupa cairan bening berwarna kekuning-kuningan dengan titik didih 210 C . 1.

PENGAMATAN Larutan asam nitrat pekat berwarna bening (tidak berwarna), lalu untuk mendinginkan larutan labu alas bulat yang berisi larutan asam nitrat dimasukkan kedalam ember berisi air + balok Es batu dengan suhu 10-15 C. Tampak larutan tetap bening. Ketika ditambahkan larutan Asam Sulfat berlahanlahan sebanyak 80 mL Larutan menjadi berwarna putih (dapat dikatakan larutan menjadi keruh). pada saat labu alas bulat yang berisi campuran larutan kedalam ember berisi air + balok Es batu bertujuan agar suhu larutan yang bereaksi dengan larutan H2SO4 tidak terlalu panas (suhunya terlalu tinggi) warna larutan tetap keruh (putih) dan mencul asap dari reaksi H2SO4. Pada saat larutan ditambahkan tetes-demi tetes 60 mL larutan Benzena sambil dikocok warna larutan menjadi kekuningan dan keruh, serta menimbulkan bau yang tak sedap disertai asap. Suhu campuran Larutan semakin tinggi dan menjaga agar suhu larutan tidak lebih tinggi dari 55 C, untuk menghindari suhu larutan tidak lebih tinggi lagi, larutan diletakkan pada pendingin refluks dengan menjaga suhu larutan tidak lebih dari 60 C dikocok. Lama-kelamaan warna larutan tetap kuning dan keruh. Tampak diperoleh larutan (dalam labu bulat) larutan yang tidak bercampur (immisaible). Ketika campuran dituang kedalam gelas piala dengan perbandingan 1:1 lama-kelamaan didiamkan pada lapisan bawah terbentuk lapisan nitrobenzena. lalu campuran kembali dipisahkan menggunakan corong pisah sehingga diperoleh nitrobenzena yang tidak bercampur dengan pelarutnya, dengan warna campuran kekuningan. Nitrobenzena yang diperoleh dilarutkan dalam 50ml aquades dalam labu 100ml lalu ditambahkan dengan 3gram kalsium terjadi ledakan kecil pada larutan berupa nyala putih. Lama-kelamaan larutan menjadi kekuningan dan bening. Ketika campuran disaring diperoleh larutan berwarna kekuningan sangat bening, kemudian didestilasi selama 2 jam, setelah 2 jam diperoleh larutan berwarna kekuningan dalam labu alas bulat. larutan dalam labu alas bulat tersebut kembali dimasukan dalam corong pisah sehingga didapat larutan m-nitrobenzena murni yang diinginkan pada bagian atas larutan.

2.

3.

4.

3.

5.

4.

6.

5.

6.

You might also like