You are on page 1of 89

PENGARUH PRAKTEK MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP PENETAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)

NATALIA STIN SAGITA 2006310039

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA 2010

PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI


Nama Tempat, Tanggal Lahir N.I.M Jurusan Program Pendidikan Konsentrasi Judul : : : : : : : NATALIA STIN SAGITA Tulungagung, 9 Desember 1987 2006 310 039 Akuntansi Strata I Akuntansi Keuangan Pengaruh Praktek Manajemen Laba dan Kinerja keuangan Perusahaan terhadap penetapan Good Corporate Governance (GCG)

Disetujui dan diterima baik oleh :

Dosen Pembimbing, Tanggal :

(Nurul Hasanah UD,SE.,MSi)

Ketua Jurusan Akuntansi Tanggal :

(Supriyati, SE.,AK.,M.Si)

ii

PENGARUH PRAKTEK MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP PENETAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)

Diajukan oleh :

Natalia Stin Sagita


2006310039

Skripsi ini telah dibimbing dan dinyatakan siap diujikan

Dosen Pembimbing, Tanggal :

Nurul Hasanah UD, SE, M.SI

iii

SKRIPSI
PENGARUH PRAKTEK MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP PENETAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)
Disusun oleh

Natalia Stin Sagita


2006310039

Dipertahankan di depan Tim Penguji dan dinyatakan Lulus Ujian Skripsi Pada tanggal 25 Agustus 2009

Tim Penguji

Ketua

: (Pepie Diptyana,SE.,Ak.,MSi)

Sekretaris

: (Nurul Hasanah UD, SE.,MSi)

Anggota

: (Nanang Sonhaji)

iv

PENGESAHAN SKRIPSI
Nama Tempat, Tanggal Lahir N.I.M Jurusan Program Pendidikan Konsentrasi Judul : : : : : : : NATALIA STIN SAGITA Tulungagung, 9 Desember 1987 2006310039 Akuntansi Strata I Akuntansi Keuangan Pengaruh Praktek Manajemen Laba dan Kinerja keuangan Perusahaan terhadap penetapan Good Corporate Governance (GCG)

Disetujui dan diterima baik oleh :

Ketua Jurusan Akuntansi Tanggal :

Dosen Pembimbing, Tanggal :

(Supriyati, SE.,AK.,M.Si)

(Nurul Hasanah UD, SE, M.SI)

PENGESAHAN RANGKUMAN SKRIPSI


Nama Tempat, Tanggal Lahir N.I.M Jurusan Program Pendidikan Konsentrasi Judul : : : : : : : NATALIA STIN SAGITA Tulungagung, 9 Desember 1987 2006310039 Akuntansi Strata I Akuntansi Keuangan Pengaruh Praktek Manajemen Laba dan Kinerja keuangan Perusahaan terhadap penetapan Good Corporate Governance (GCG)

Disetujui dan diterima baik oleh : Dosen Pembimbing, Tanggal : ..

(Nurul Hasanah UD, SE, M.SI) Ketua Jurusan Akuntansi, Tanggal : ..

(Supriyati, SE.,AK.,M.Si)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah hirobbilalamin dengan segala kerendahan hati penulis memanjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan dan mencukupi nikmat, iman, rahmat, hidayah serta sholawat dan salam senantiasa penulis tuturkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai pembawa rahmat bagi seluruh ala mini sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Praktek Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Penerapan Good Corporate Governance Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi ketentuan bagi setiap mahasiswa jurusan Akuntasi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya dalam mencapai gelar sarjana ekonomi. Bantuan dan dukungan yang penulis terima dari banyak pihak dalam penyusunan skripsi ini, mengingat penulis memiliki banyak kesalahan dan keterbatasan maka, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik beserta saran yang membangun dai semua pihak sehingga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua

Surabaya, September 2010

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI ......................... HALAMAN PERSETUJUAN SIAP DIUJI .......................................... HALAMAN LULUS UJIAN SKRIPSI ................................................. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................ HALAMAN PENGESAHAN RANGKUMAN SKRIPSI .................... HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN (Jika ada) ........................ KATA PENGANTAR ........................................................................... DAFTAR ISI .......................................................................................... DAFTAR TABEL (Jika ada) ................................................................. DAFTAR GAMBAR (Jika ada) ............................................................ DAFTAR LAMPIRAN (Jika ada) ......................................................... ABSTRAK/RINGKASAN .................................................................... BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1.1 Latar Belakang Masalah ................................... 1.2 Perumusan Masalah ......................................... 1.3 Tujuan Penelitian ............................................. 1.4 Manfaat Penelitian ........................................... 1.6 Sistematika Penulisan Proposal ........................ i ii iii iv v vi vii viii ix x xi xiv xxi 1 1 10 10 10 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA .................................................... 2.1 Penelitian Terdahulu ........................................ 2.2 Landasan Teori ................................................. 2.2.1 Agency Theory ....................................... 2.2.2 Good Corporate Governance .................. 2.2.3 Manajemen Laba (Earning Manajement) 2.2.4 Kinerja Keuangan Perusahaan ................ 2.2.5 Hubungan Good Corporate Governance Dengan manajemen laba ......................... 2.2.6 Hubungan Good Corporate Governance Dengan Kinerja Keuangan perusahaan ... 2.3 Kerangka Pemikiran ......................................... 2.4 Hipotesis Penelitian .......................................... METODE PENELITIAN ................................................. 3.1 Rancangan Penelitian ....................................... 3.2 Batasan Penelitian ............................................ 3.3 Indentifikasi Variabel ....................................... 3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran

13 13 19 19 21 29 37 43 44 45 45 47 47 48 48

BAB III

vii

BAB IV

Variabel ............................................................ 48 3.5 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .............................................................. 51 3.6 Data dan Metode Pengumpulan Data ............... 51 3.7 Teknik Analisis Data ........................................ 51 GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Gambaran Subjek Penelitian ............................. 55 4.2 Analisi Data ....................................................... 55 4.3 Pembahasan ....................................................... 56 65 65 66 66

BAB V PENUTUP ................................................................................ 5.1 Kesimpulan ....................................................... 5.2 Keterbatasan Penelitian ..................................... 5.3 Saran ..................................................................

viii

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 : Jumlah Sampel yang Dipergunakan ............................... 55 56 57 60 61

Tabel 4.1.1 : Daftar Sampel Perusahaan .............................................. Tabel 4.2.1 : Descriptive Statistics ....................................................... Tabel 4.2.2 : One-Sample kolmogrov-Smirnov Test ........................... Tabel 4.2.3 : Rekapitulasi Analisis Regresi Linear Berganda ............. Tabel 4.2.4 : Tabel T ...........................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1..: Kerangka Pemikiran ...................................................... 45

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Tabulasi Data ................................................................... Lampiran 2 : Hasil Analisis Statistik ....................................................

xv xvii

xi

ABSTRACT Influence of Earning Management and Financial Performance to assembling Good Corporate Governance

The objective of this study is to examine the influence of corporate governance mechanism, namely institutional ownership and managerial ownership. This study also examines influence concequensies of director to earning management to financial performance. This study take sample from 20 companies in the CGPI 2008, which were published in financial report from 2006, 2007 and 2008. the method of analysis of this research used multi regression and single regression. The results of this study that (1) institutional ownership had positive significant influence to earning management. (2) managerial ownership had negative significant influence to earning management. (3) institutional ownership had positive significant influence to financial performance ( ROA, ROE, TobinsQ). (4) managerial ownership had negative significant influence to financial performance (ROA, ROE, TobinsQ).

Key Words : Good Corporate Governance, Earning Managemant, Financial Performance.

xii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG Perusahaan didirikan tidak hanya untuk menghasilkan suatu produk ataupun

jasa, perusahaan juga dituntut untuk dapat terus bertahan dan melangsungkan hidup (going concern). Memperoleh laba besar atas produk atau jasa yang dihasilkan adalah harapan setiap perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Brigham Gapensi, 1996 dalam Yuliana, 2007). Untuk mewujudkan tujuan perusahaan, maka perusahaan akan merencanakan dengan sebaik-baiknya segala sesuatu yang akan dilakukan untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang. Multi krisis yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 mengakibatkan keterpurukan di berbagai bidang. Kelemahan dan keterbatasan pemerintah serta perkembangan lingkungan global berujung pada ketidak percayaan masyarakat kepada pemerintah. Setelah era reformasi diawali, pemerintah mulai melakukan perubahan paradigma pemerintahan yang dipakai selama ini yaitu dari paradigma goverment (pemerintahan) ke governance (kepemerintahan). Perubahan ini ditunjukkan untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih (good governance), yang pada umumnya berlangsung pada masyarakat yang memiliki kontrol sosial efektif yang merupakan ciri masyarakat demokratis.

Pada tahun 1999 krisis ekonomi yang melanda Asia Timur mulai mengalami kepulihan, namun tidak halnya dengan negara kita Indonesia. Mengapa ? untuk menjawab hal tersebut, perlu kita pahami terlebih dahulu pendapat Philip Kotler dan Gary Hamel, bahwa kompetensi global adalah bukan kompetisi antar negara melainkan kompetisi antar korporat di negara-negara tersebut (Djoko Santoso M., 2005 dalam Yuliana, 2007). Oleh sebab itu dapat dikatakan baik atau tidaknya perekonomian suatu negara tergantung dari korporat-korporatnya. Pemahaman tentang itu membuka pengetahuan bahwa korporat-korporat yang ada di Indonesia belum menjalankan governansi. Menyadari situasi dan kondisi yang demikian, pemerintah melalui kementrian negara BUMN mulai memperkenalkan konsep good corporate governence ini dilingkungan BUMN, sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki kinerja BUMN yang memiliki nilai aset yang demikian besar untuk mendukung pencapaian penerimaan/pendapatan negara, sekaligus menghapuskan berbagai bentuk praktek inefisiansi, korupsi, kolusi, nepotisma dan penyimpangan lainnya untuk memperkuat daya saing BUMN menghadapi pasar global. Setelah reformasi good corporate governance menjadi sebuah imperative baru bagi setiap perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan besar dan BUMN, tetapi mengapa masih ada tragedi skandal BNI 46 yang melibatkan pejabat di BNI dengan pejabat bisnis perusahaan ekspor hingga mencapai lebih dari 1,7 triliun. Tidak hanya bank BNI yang kebobolan namun juga bank Mandiri harus menaggung kerugian karena juga kebobolan beberapa triliun rupiah. Hal ini

disebabkan adanya pinjaman yang sebetulnya tidak bankable tetapi dipaksakan menjadi kecurangan pinjaman. Mereka memang mempunyai instrumen untuk Good Corporate Governance (GCG) dan juga telah bekerja secara profesional namun ternyata masih juga mengalami penyimpangan yang sangat mencegangkan. Selain hanya bank BRI dan Astra di Indonesia maupun Singapura Airlines atau Mc Donald yang dapat dijumpai dimana saja atau perusahaan yang lebih besar lainnya, mereka tetap menjadi perusahaan besar yang disegani, padahal mereka juga pernah mengalami masalah yang terjatuh, mereka sama-sama menerapkan Good Corporate Governance (GCG) beserta segenap instrumennya. Good corporate governance bisa dijadikan tolak ukur untuk melihat kesetabilan perusahaan. pasalnya, didalam Good Corporate Governance diterapkan aspek-aspek yang meliputi transparansi, akuntanbilitas, responsibilitas dan fairness. kadang, perusahaan yang sudah bagus atau estabilsh sejak lama, tetapi masih lemah dalam penerapan Good Corporate Governance-nya bisa rontok dalam sekejap. Disinilah perlunya peran pihak lain dari luar perusahaan seperti investor publik, para analis dam masyarakat yang bisa memberikan suatu keseimbangan pengawasan perusahaan. keterbukaan sangatlah diperlukan, terutama untuk melindungi kepentingan investor. karena jika dirugikan, para pemegang saham juga akan terkena dampaknya , kata Narico Gaman, analis PT.BNI Scurities dalam SWA Sembada,2008. Biasanya perusahaan publik yang tidak menerapkan Good Corporate Governance dengan baik akan melakukan aksi korporasi yang tidak diketahui

publik. Setelah mengalami kesulitan baru diumumkan kepada investor publik. terkadang penerapan Good Corporate Governance pada perusahaan publik istilahnya seperti komestik belaka. Juga, laporan seolah-olah dibuat sebagus mungkin, tapi sangat mengalami krisis barulah terungkap borok-boroknya. Perusahaan juga tidak memberikan informasi secara benar sesuai dengan fakta yang ada. pihak manajemen terlalu memoles kinerja keuangan perusahaan sehingga perusahaan tersebut seperti mendapat keuntungan yang signifikan dari tahun ke tahun. Dalam pandangan investor dan analis, perusahaan publik yang dianggap telah menjalankan GCG dengan baik adalah perusahaan yang menjalankan sepuluh aspek dalam penilaian penerapan GCG yaitu : 1. Komitmen 2. Transparansi 3. Akuntanbilitas 4. Responsibilitas 5. Independensi 6. Fairness 7. Kompetensi 8. Pernyataan misi 9. Kepemimpinan 10. Kolaborasi Staf agar semua aspek dapat berjalan dengan maksimal, diperlukan sistem yang kondusif , yang disebut juga governance mechanism. Sistem yang kondusif adalah

aturan main dan kejelasan deskripsi tugas serta fungsi setiap organ, khususnya komisaris dan direksi (Hardjapamekas Riyana E, 2008 dalam SWA

Sembada,2008). Sistem yang kondusif ini sangat penting diciptakan agar proses penerapan aspek-aspek diatas dapat berjalan dengan baik dan apabila struktur, sistem, serta proses tersebut bisa benar-benar beroperasi secara maksimal, maka perusahaan memiliki pondasi yang kuat untuk kelanjutan bisnisnya. ini akan tercipta kondisi check and balance antar organ yang ada, sehingga potensi tindak kecurangan yang dikatakan oleh pihak tertentu dapat diminimalisir. Perspektif ini dapat dijadikan sebagai pemandu dasar untuk memahami dimana letak Good Corporate Governance harus menjadi imperatif baru bagi perusahaan-perusahaan yang ingin melaksanakan Good Corporate Governance nya dengan baik, dan manajemen yang berkinerja secara optimal serta perusahaan mampu memberikan nilai kepada masyarakat kemudian menjadikan perusahaan yang mempunyai nilai korporasi yang tinggi, khususnya dapat dilihat dari kinerja bisnisnya. Adapun Good Corporate Governace menurut sebagian besar pedoman yang dikeluarkan oleh organisasi internasional seperti The Organization for economic cooperation and development (OECD) atau negara-negara maju dalam tatanan common law system, mengacu kepada pembagian kewenangan antara semua pihak yang menentukan arah dan performen suatu perusahaan. Manajer dapat melakukan perilaku menyimpangan dalam menunjukkan informasi laba yang disebut dengan Earning Management (manajemen laba), yaitu pilihan bagi manejer dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai tujuan tujuan tertentu (Scoot, 1997:369 dalam Warner, 2007).

Manajemen laba dapat berfungsi positif bagi pemegang saham bilamana praktek manajemen laba tersebut dilakukan untuk menginformasikan hal-hal yang belum terkandung dalam laporam keuangan perusahaan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Arya et al,2003 dalam Warner, 2007 menunjukkan bahwa saat ini terjadi kondisi desentralisasi organisasi yang menyebabkan informasi semakin tersebar dimana setiap orang memiliki informasi yang berbeda dan tidak ada satupun yang memiliki informasi yang lengkap. Dalam kondisi seperti ini, perusahaan yang melakukan manajemen laba dapat memberikan informasi yang lebih lengkap daripada perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba. Namun disisi lain, manajemen laba juga dapat digunakan oleh pihak manajemen yang dapat merugikan kepentingan pemegang saham seperti dalam bentuk manipulasi kinerja agar memperoleh kontrak kerja dan kompensasi sehingga akan muncul konflik keagenan antara manajemen dan pemegang saham (Holthausen et al., 1995). Motif utama yang dari dilakuaknnya praktik earning manajemen ini adalah untuk mislead bagi pengguna informasi keuangan dan untuk

mempengaruhi kontrak-kontrak yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Pihak yang mungkin berpengaruh dari praktek manajemen laba ini sudahlah tentu para pengguna laporan keuangan. Salah satu upaya untuk mengurangu praktik manajemen laba adalah untuk terus meningkatkan penerapan Good Corporate Governance (GCG). (Klien, 2002; Warfield, Wild, and Wild,1995; Dechow, Sloan, Sweeney, 1996 dalam Warner, 2007). Kriteria penilaian good corporate governance pada penelitian ini menurut Forum for Corporate Governance in Indonesian (FCGI ) dispesifikasikan antara lain :

1. Komisaris Independen Berdasarkan keputusan direksi BEI nomor/ 07-2001 yaitu peraturan pencatatan efek nomer 1-A, komisaris independen bertanggung jawab untuk mengawasi kebijakan dan tindakan direksi, dan memberikan nasehat kepada direksi jika diperlukan. 2. Komite Audit Berdasarkan keputusan direksi BEI nomor : KEP_399/BEJ/O7-2001 yaitu peraturan pencatatan efek nomor I-A huruf C, Keanggotan komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang anggota komite audit bertugas untuk memberikan pendapatan profesional yang independen komisaris terhadap laporan yang disampaikan oleh direksi kepada dewan direksi. 3. Sekretaris Perusahaan Berdasarkan keputusan direksi BEI nomor : KEP_399/BEJ/07/2001 huruf C fungsi sekretaris perusahaan harus dilaksanakan oleh seorang direktur perusahaan tercatat atau pejabat perusahaan tercatat yang khusus ditunjuk melaksanakan fungsi tersebut. 4. Struktur Kepemilikan Terkonsentrasi Dapat diukur dengan menggunakan herfindahl index (HI). Nilai harfindahl index diperoleh dengan menghitung jumlah kuadrat kepemilikan saham masing-masing perusahaan.

5. Kepemilikan Institusional Ditunjukan dengan presentase kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan. 6. Pengungkapan Digunakan untuk menilai apakah perusahaan telah menyediakan akses yang sama bagi pemegang saham dan analisis keuangan, memberikan penjelasan yang memadai mengenai risiko usaha, mengungkapkan kompensasi direksi dan komisaris secara memadai, dan lain-lain. 7. Hak-hak Pemegang Saham Penilaian dilakukan terhadap apakah perusahaan telah melaksanakan RUPS tahunan dalam jangka waktu 6 bulan sesudah akhir tahun buku sesuai dengan pasal 65 ayat 2 UU perseroan terbatas, menyampaikan kepada pemegang saham pemberitahuan mengenai RUPS minimal 28 hari sebelum pelaksanaan RUPS tersebut, memberikan dorongan kepada para pemegang saham untuk menghadiri RUPS dan menggunakan hak suaranya dan lain sebagainya. Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Salah satu jenis laporan keuangan yang mengukur keberhasilan operasional perusahaan untuk suatu periode tertentu adalah laporan laba rugi. Akan tetapi angka laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi sering kali dipengaruhi olah metode akuntansi yang digunakan (Kieso dan Weygandt, 1995 dalam Muh Arif dan Bambang Agus, 2007), sehingga laba yang tinggi belum tentu mencerminkan kas yang besar. Dalam hal ini arus kas

memiliki nilai yang lebih menjamin kinerja perusahaan dimasa mendatang. Arus kas (cash flow) menunjukkan hasil opeasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan (Pradhono, 2004 dalam Muh Arif dan Bambang Agus, 2007). Good Corporate Governance merupakan konsep yang didasari pada teori keagenen, dan diharapkan dapat berfungsi sebagai alat unruk meyakinkan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. GCG berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan menggelapkan atau menginvestasiksn ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungakan yang berkaitan dengan dana yang telah ditanamkan oleh investor dan berkaitan bagaimana para investor mengontrol manajer (Shleifer dan Vishny, 1997 dalam Muh Arif dan Bambang Agus, 2007). Dengan kata lain Good Corporate Governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenen (agency cost). Namun ada ciri utama dalam lemahnya praktek Good Corporate Governance adalah adanya tindakan mementingkan diri sendiri di pihak para manajer perusahaan. Jika para manajer perusahaan melakukan tindakan tersebut dengan mengabaikan kepentingan investor, maka akan menyebabkan jatuhnya harapan para investor tentang pengembalian (return) atas investasi yang telah mereka tanamkan. Dengan uraian latar belakang diatas maka dapat disimpulakan bahwa penelitian ini diberi judul PENGARUH PRAKTEK MANAJEMEN LABA DAN
KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP PENETAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG).

10

1.2

PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulakan rumusan masalah sebagai berikut : Apakah praktek manajemen laba dan kinerja keuangan perusahaan berpengaruh terhadap penetapan Good Corporate Governance ( GCG ).

1.3

TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah : Adanya pengaruh penetapan Good Corporate Governance terhadap praktek manajemen laba dan kinerja keuangan perusahaan.

1.4

MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Perusahaan Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perusahaan dalam praktek manajemen laba dan kinerja keuangan perusahaan agar dapat melaksanakan penetapan Good Corporate Governance dengan baik 2. Bagi Investor Untuk memberikan informasi, sehingga dapat meningkatkan

kepercayaan dan kemampuan untuk memprediksi arus kas masa mendatang dan sebagai pertimbangan dalam keputusan investasi, khususnya dalam memilih perusahaan. 3. Bagi Pembaca Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan alternatif sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ber investasi.

11

4. Bagi Penulis Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai pengaruh penetapan Good Corporate Governance terbaik terhadap praktik manajeman laba dan kinerja keuangan perusahaan sesuai literatur yang ada. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian berikutnya yang mengambil judul yang sama sebagai bahan penelitian. 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI Adapun sistematika penulisan skripsi terdiri dari : BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diuraikan mengenai penelitian terdahulu, landasan teori, kerangka pemekiran dan hipotesis penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan tentang rancangan penelitian, batasan penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional dan pengukuran variabel, populasi, sampel dan teknik pengambilan

12

sampel, data dan metode pengumpulan data, serta teknik/metode analisis data. BAB IV GAMBAR SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Dalam sub bab ini dijelaskan secara garis besar tentang populasi dan penelitian serta aspek-aspek dari sampel yang akan dianalisis. BAB V PENUTUP Pada sub bab ini dijelaskan tentang kesimpulan penelitian yang berisikan jawaban atas rumusan masalah dan pembuktian

hipotesis serta dapat ditambah dengan temuan-temuan penting lain yang diperoleh.

13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini : 1. Warner R. Murhadi (2009) Penelitian ini berjudul Studi Pengaruh GCG Terhadap Praktek Earning Manajemen Pada Perusahaan yang Terdaftar Di BEI Dalam penelitian ini populasinya adalah semua perusahaan yang terdaftar di BEI dengan menggunakan sampel perusahaan yang tergabung dalam sektor manufaktur dalam periode 2005-2007. Adapun variabel dari penelitian ini adalah earning manajemen dan GCG, untuk menguji apakah ada praktek EM peneliti menggunakan uji t dengan kriteria ACC=0 bila tidak terdapat EM, selanjutnya menggunakan metode OLS untuk mengetahui pengaruh dari GCG dan variabel kontrol terhadap praktek EM. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa praktek GCG berpengaruh signifikan terhadap praktek EM yang dilakukan oleh perusahaan. namun dari lima indikator GCG yakni komite audit, komisaris independen, CEO duality, top share dan koalisi pemegang saham dan yang berpengaruh signifikan hanya dua yakni CEO duality dan top

13

14

share. Dalam penelitian ini juga menemukan bahwa coverage analist dan penggunaan hutang ternyata tidak berpengaruh terhadap praktek EM, hasil penelitian ini juga menmukan bahwa perusahaan di Indonesia banyak yang melakukan EM dengan kecenderungan negatif, hal ini berarti perusahaan berupaya untuk memperkecil pendapatan yang diterimanya karena faktor pajak. Persamaan dengan penelitian sekarang adalah: sama-sama meneliti tentang GCG dan kaitannya dengan praktek manajemen laba, sama-sama menggunakan data sekunder yaitu berupa laporan keuangan tahunan perusahaan. Perbedaan dengan penelitian sekarang adalah: Pada penelitian terdahulu menggunakan periode waktu dari tahun 2005-2007 sedangkan penelitian sekarang menggunakan periode 2006-2009. Data penelitian terdahulu menggunakan data perusahaan yang go publik yang terdaftar di BEI, sedangkan pada penelitian sekarang hanya menggunakan perusahaan yang masuk dalam kriteria CGPI. 2. Muh. Arief Ujiyantho (2007) Penelitian ini berjudul Mekanisme GCG, manajemen laba dan kinerja keuangan perusahaan Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ujiyantho ini betujuan untuk mengetahui apakah mekanisme corporate governance berpengaruh terhadap manajemen laba dan

15

sebagai konsekuensi, apakah manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan. populasi pada penelitian tersebut adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan periode pengamatan dari tahun 2002-2004. variabel dalam penelitian ini adalah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan

manajemen laba. Pada penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik Hasil dari penelitian ini adalah kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan dengan manajemen laba, kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba, jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan dengan manajemen laba, pengaruh kepemilikan

institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan jumlah dewan komisaris secara bersama-sama teruji dengan tingkat pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba, manajemen laba tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan. Persamaan penelitian ini adalah: Sama-sama menggunakan data sekunder yang diambil dari laporan keuangan tahunan, sama-sama menguji menggunakan uji asumsi klasik.

16

Perbedaannya adalah: Penelitian diatas periode waktu dari tahun 2002-2004 sedangkan penelitian ini menggunakan periode 2006-2009. Dalam penelitian terdahulu menggunakan data dari seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI , sedangkan pada penelitian ini hanya menggunakan perusahaan yang terdaftar dalam corporate governance perception index (CGPI). 3. Allan Chang Aik Leng (2004) Penelitian ini berjudul The impact of corporate governance practices on firm, financial performance) Dalam penelitian ini sang peneliti ingin mengetahui dampak perusahaan terhadap praktek GCG dengan melihat kinerja keuangan perusahaan sebagai indikatornya dan meneliti perusahaan yang ada di Malaysia. Dampak kinerja perusahaan yang berasal daro praktek-praktek perusahaan yang spesifik. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui faktor-faktor penting yang berkaitan dengan GCG yang bisa mempengaruhi ekuitas pada perusahaan publik yang ada di Malaysia. Menurut penelitian ini hal yang mempengaruhi GCG adalah proporsi dewan komisaris, kepemilikan institusional, CEO audit dan peran ketua komite audit. Penelitian ini mengambil sampel 77 perusahaan di Malaysia yang go publik. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa, GCG secara signifikan

mempengaruhi ekuitas, dengan tingginya tingkat hutang yang ditanggung maka perusahaan juga akan lebih besar dalam beresiko,

17

ukuran perusahaan juga diidentifikasi berpengaruh positif terhadap pengembalian ekuitas. Persamaan : Meneliti dampak dari GCG untuk kelangsungan hidup perusahaan Menggunakan data sekunder yang berasal dari laporan keuangan perusahaan tahunan dengan periode tertentu Perbedaan : Penelitian ini meneliti perusahaan yang go publik yang ada di Malaysia, sedangkan pada penelitian sekarang hanya meneliti perusahaan yang terdaftar dalam CGPI. Peneliti terdahulu menggunakan periode 1996-1999, sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan data pada periode 2006-2008. Pada penelitian terdahulu ukuran perusahan dan rasio hutang sebagai variabel independen, sedangkan pada penelitian sekarang yang menjadi variabel independen adalah praktek manajemen laba, kinerja keuangan dan kelengkapan

pengungkapan CSR. 4. Klaus Gugler, Dennis C. Mueller dan B. Yurtoglu Burcin (2003) Dalam jurnal yang berjudul The Impact Of Corporate Governance on Invesment Returns in Developing Countries Dalam penelitian ini, si peneliti ingin pengetahui dampak tata kelola GCG terhadap

18

pengembangan return atas investasi di negara-negara berkembang. Dari penelitian ini dapat disimpulkan investasi yang berbeda menghasilkan pengembalian yang berbeda pula karena manajer mengalami kendala yang berbeda-beda untuk mencapai tijuan perusahaan, di negara-negara yang menggunakan GCG, perusahaan yang besar lebih mengandalkan arus kas internal untuk membiayai investasinya. Mereka menemukan bukti bahwa 1). Adanya

peningkatan yang besar dalam hal pembiayaan ekuitas. 2). Ekuitas internal lebih penting sebagai sumber keuangan di negara yang berkembang. 3). Penggunaan dana dari ekuitas dipasar menurun sehingga muncul standar akuntansi yang lebih baik. Persamaan: Sama-sama menggunakan data sekunder dengan laporan keuangan perusahaan pada periode tertentu. Menjadikan GCG sebagai variabel dependen.

Perbedaan : Penelitian ini meneliti pengaruh GCG terhadap return, sedangkan pada penelitian sekarang meneliti tentang pengaruh Praktek Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Penetapan Good Corporate Governance (GCG)

19

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Agency Theory Telah diketahui bahwa manajer memiliki tujuan pribadi yang bersaing dengan tujuan memaksimalkan kasejahtaeraan pemegang saham.

Manajer diberi kekuasaaan oleh pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham, untuk membuat keputusan dan hal ini menciptakan konflik potensial atas kepentingan yang disebut teori agen (agency theory) (Houston dan Brigham, 1991:22 dalam Yuliana, 2007)). Hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Jensen dan Meckling ,1976 yang dikutip oleh Mardiah (2003:105) dalam Yuliana, 2007 menyatakan : hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak dimana satu atau lebih principal menyewa orang lain (agen) untuk melakukan beberapa jasa untuk kepentingan mereka dan mendelegasikan beberapa wewenang untuk membuat keputusan agen . Dalam teori agensi, principal (pemilik) dan agent (manajer) mempunyai kepentingan yang berbeda. Manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan sendiri dan tidak berdasarkan memaksimalisasi nilai dalam pengambilan keputusan pendanaan. Hal ini terjadi karena adanya pemisahan fungsi pengolahan dengan fungsi kepemilikan . Pemisahan ini yang menimbulkan konflik agency. Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu sematamata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Menurut Latuheru (2005:118) dalam

20

Yuliana 2007: agency theory dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan antara agent dengan principal yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau memepertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki. Teori keagenan mengimplikasikan adanya asimatri informasi antara manajer sebagai agen dan pemegang saham sebagai principal. Asimetri formasi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibandingakan pemegang saham dan stakeholder lainnya ( Orbaningsih, 2003 : 153 dalam Yuliana, 2007). Menurut Widyaningdiyah (2001:92) dalam Yuliana,2007: Principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agent. Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas dari lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan. Hal ini yang mengakibatkan adanya ketidaksinambungan informasi yang dimiliki oleh principal dan agent. Ketidaksinambungan informasi inilah yang disebut dengan asimetri informasi. Manajemen dalam menjalankan operasi harus mengutamakan kepentingan pemilik, yaitu meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham atau lebih dikenal dengan masalah keagenan (agency theory). Menurut Jansen dan Meckling, 1976 dalam Yuliana, 2007 : Agency problem akan terjadi bila proporsi kepemilikan manajemen atas saham perusahaan kurang dari 100%. Kondisi seperti itu mendorong manajemen cenderung untuk mengejar kepentingan dirinya sendiri dan sudah tidak berdasar maksimalisasi nilai dalam pengambilan keputusan pendanaan. Manajemen tidak

21

mengandung resiko atas kesalahan dalam pengambilan keputusan karena resiko tersebut sepenuhnya ditanggung oleh pemegang saham. Oleh karena itu, manajemen cenderung melakukan pengeluaran yang bersifat konsumtif dan tidak produktif untuk kepentingan pribadinya sepertu peningkatan gaji dan status. Kondisi tersebut merupakan konsekuensi dari pemisah fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan. Menurut teori keagenan Jensen dan Meckling, 1976 dalam Yuliana (2007) Penyebab konflik antara manajer dengan pemegang saham diantaranya adalah pembuatan keputusan yang berkaitan dengan satu aktivitas pencarian dana (financial decision) dan yang kedua, pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bgaimana dana yang diperoleh tersebut diinvestasikan . Para pemegang saham hanya peduli terhadap resiko sistematis dari saham perusahaan, karena mereka melakukan investasi pada portofolio yang terdiversifikasi dengan baik. Namun manajer sebaiknya lebih peduli pada resiko perusahaan secara keseluruhan. 2.2.2 Good Corporate Governance (GCG) Good Corporate Governance dapat diartikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan untuk meningkatkan keberhasilan usaha, dan akuntabilitas perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan dalam jangka panjang dengan memperhatikan kepentingan stakeholders serta berlandaskan peraturan perundang-undangan, moral dan nilai etika. Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa dalam Good Corporate Governance, terdapat beberapa hal penting yaitu :

22

1. Efektivitas yang bersumber dari Budaya Perusahaan, Etika, Nilai, Sistem, Proses bisnis, Kebijakan dan Struktur organisasi perusahaan yang bertujuan untuk mendukung dan mendorong pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya dan resiko secara lebih efektif dan efisien, pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan stakeholders lainnya. 2. Seperangkat prinsip, kebijakan dan sistem manajemen perusahaan yang diterapkan bagi terwujudnya operasional perusahaan yang efisien, efektif dan profitable dalam menjalankan organisasi dan bisnis perusahaan untuk mencapai sasaran strategis yang memenuhi prinsip-prinsip praktek bisnis yang baik dan penerapannya sesuai dengan peraturan yang berlaku, peduli terhadap lingkungan serta dilandasi oleh nilai-nilai sosial budaya yang tinggi. 3. Seperangkat peraturan dan ataupun sistem yang mengarahkan kepada pengendalian perusahaan bagi penciptaan pertambahan nilai bagi pihak pemegang kepentingan (Pemerintah, Pemegang saham, Pimpinan perusahaan dan Karyawan) dan bagi perusahaan itu sendiri Menurut Kartiwa (2004 : 8.7) terdapat dua perspektif tentang Good Corporate Governance: 1. Perspektif yang memandang Corporate Governance sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dalam rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan.

2. Perspektif yang lain Good Corporate Governance menekankan pentingnya pemenuhan tanggung jawab badan usaha sebagai entitas bisnis dalam masyarakat kepada stakeholder.

23

Menurut Forum For Corporate Governance in indonesia (FCGI) (tanpa tahun penerbitan) mendefinisikan Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pegawai, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya. Sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Definisi juga dinyatakan oleh

Corporate

Governance

Hardjapamekas, (2001) dalam Parwoto, (2001)mengemukakan bahwa sistem untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan, menetapkan hak dan tanggung jawab di antara berbagai pihak yang berperan serta di dalam perusahaan, seperti pengawasan, pengurus, pemegang saham dan pihak-pihak lainnya yang berkepentingan (Stakeholders), serta merupakan struktur untuk menetapkan sasaran, cara mencapai sasaran, serta memantau kinerja perusahaan. Tujuan corporate governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholder). Praktek tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG), bagi investor ataupun manajer investasi, tentulah hal yang sangat penting. Bagi mereka, kemudahan dalam mendapatkan informasi perusahaan publik karena adanya keterbukaan emiten, memudahkan mereka untuk menganalisis dan memilih saham perusahaan yang diperdagangkan di lantai bursa. Mereka memang sangat berkepentingan dengan praktik GCG yang dilakukan perusahaan publik. Pada april 1998, (OECD) telah mengeluarkan seperangkat prinsip good corporate governance yang dikembangkan seuniversal mungkin ( Herwidayatmo,

24

2000 : 25). Hal ini mengingat bahwa prinsip ini disusun untuk digunakan sebagai referensi daberbagai negara yang mempunyai karakteristik sistem hukum, budaya, dan lingkungan yang berbeda. Dengan demikian, prinsip yang universal tersebut akan dapat dijadikan pedoman oleh semua negara atau perusahaan namun diselaraskan dengan sistem hukum, aturan, atau nilai yang berlaku di negara masing-masing bilamana diperlukan. Prinsip-prinsip GCG yang dikembangkan OECD meliputi 5 hal sebagai berikut : 1 2 3 4 5 Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham. Persamaan perlakuan terhadap seluruh pemegang saham. Peranan stakeholders yang terkait dengan perusahaan Keterbukaan dan transparansi. Akuntanbilitas dewan komisaris (board of director)

Indikator Good Corporate Governance Penelitian ini dimitivasi oleh peneliti Cornet et al, 2006 di Amerika Serikat, dengan objek penelitian pada perusahaan yang terdaftar di CGPI. Konsep indikator mekanisme good corporate governance terdiri dari: 1. Kepemilikan Institusional Adanya kepemilikan oleh investor institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan oleh instusi lain akan mendorong

25

peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen (Wahidahwatti, 2001 : 1085). Semakin tinggi kepemilikan institusioanal maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan dan mengurangi agency cost (Wahyudi dan Prawesti, 2006:3). Dengan adanya kontrol yang ketat, menyababkan manajer menggunakan hutang pada tingkkat yang rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress dan resiko kebangkrutan (Crutcley, 1999 dalam Wahyudi dan Prawesti 2006 :3). Jensen dam Meckling, 1976 menyatakan bahwa salah satu alat monitoring yang digunakan untuk mengurangi agency conflict adalah dengan meningkatkan kepemiliakan institusional. Dengan kata lain, peningkatan kepemilikan

institusioanal akan menggantikan peranan kepemilikan manajerial dalam rangka meminimalisir agency cost dalam perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam peningktan presentase kepemilikan institusional dapat menurunkan presentase kepemilikan manajerial. Peningkatan kepemilikan intitusional menyebabkan kinerja manajemen diawasi secara optimal sehingga manajemen menghindari perilaku yang merugikan principal (Ismiyati dan Hanafi, 2003:227). Semakin besar kepemilikan intitusional maka semakin kuat kendali yang dilakukan oleh pihak eksternal terhdap perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilika intitusioanal efektif digunakan sebagai alat monitoring manajemen (Ismiyati dan Hanafi, 2003:272). Steiner(1996) dalam Suratna dan Machfoedz (2003:215) memberikan bukti bahwa kepemiliakan intitusional dan Tobins Q memiliki hubungan yang signifikan. Steiner (1996) dalam menggambarakan mekanisme monitoring oleh

26

investor intitusional ini melalui mekanisme takeover. Penelitian yang lain juga telah memberikan bukti yang kuat dimana selain memiliki peran dalam mengontrol manajer, kepemilikan institusional juga merupakan subtitusi bagi kepemilikan manajerial (Barnhard dan Rosentein. 1998, Wahidahwati. 2001 dalam Suratna dan Machfoedz, 2003:4). Kepemilikan institusional dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

Jumlah saham pihak instusi + blockholder Kep. Inst = Saham yang beredar

2.

Kepemilika Manajerial Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham dari para

pemegang saham (direksi dan komisaris) yang berperan aktif dalam pengambilan keputusan. Menggunakan dummy karena untuk menunjukkna adanya kepemilikan manajerial. Mahadarwatha (2000) dalam Yuliana (2007) menemukan

kecenderungan data di Indonesia bersifat binomial(ada atau tidak). Hal ini mendukung digunakannya dummy variable. Kepemilikan manajerial merupakan bonding mechanism yang digunakan untuk mengurangi konflik keagenan antara manajemen dengan pemegang saham (Megiggnson, 1997:375) dalam Yuliana (2007). D=1 untuk perusahaan yang terdapat kepemilikan manajerial dan D=0 untuk perusahaan yang tidak ada kepemilikan manajerial. Menurut Corporate Governance Perception Index (CGPI) ada beberapa tahapan penilaian yang maliputi :

27

1)

Self-Assessment Pada tahap ini perusahaan diminta mengisi kuisioner Self-Assessment seputar penerapan konsep Corporate Governance di perusahaannya. Kuisioner SelfAssessment meliputi 40 pertanyaan dengan 9 kriteria pemeringkatan dimana pertanyaan-pertanyaan tersebut mempunyai bobot persentase sesuai dengan efektifitasnya dalam Good Corporate Governance. Selain itu, setiap pertanyaan mempunyai empat jawaban yaitu A, B, C, D dimana A berarti paling baik/sesuai dengan praktek Good Corporate Governance Hingga D yang berarti paling buruk/tidak sesuai dengan praktek Good Corporate Governance. Untuk jawaban A diberi nilai 4, B dengan nilai 3, C dengan nilai 2, D dengan nilai 1, Apabila tidak ada jawaban diberi nilai 0. Selanjutnya, nilai jawaban dikalikan dengan persentase bobot setiap pertanyaan dan kriteria. Kemudian niali dari ke-40 pertanyaan dijumlahkan yang nantinya akan digunakan untuk menentukan skor Corporate Governance Perception Index (CGPI). Masing-masing item pertanyaan memiliki skala dari 0 (paling rendah kualitas Corporate Governancenya) sampai dengan 100 (paling tinggi kualitas Corporate Governancenya). Adapun Kategorisasi prestasi pemenang Corporate Governance Perception Index (CGPI) berdasarkan skor meliputi : 1. Skor 85 100 2. Skor 70 84 3. Skor 55 69 : Sangat Terpercaya : Terpercaya : Cukup Terpercaya

28

2)

Pengumpulan dokumen perusahaan Pada tahap ini perusahaan diminta untuk mengumpulkan dokumen dan bukti yang mendukung penerapan Corporate Governance di perusahaannya.

3)

Pembuatan makalah dan persentasi Pada tahap ini perusahaan diminta untuk membuat penjelasan kegiatan perusahaan dalam menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.

4)

Observasi ke perusahaan Pada tahap ini tim peneliti Corporate Governance Perception Index (CGPI) akan berkunjung ke lokasi perusahaan peserta untuk menelaah kepastian penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.

Manfaat Penerapan Corporate Governance Menurut FCGI (2003), Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan menerapkan corporate governance, yaitu: 1. Meningkatkan efisiensi dalam hal pengambilan keputusan yang lebih baik dan meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta meningkatkan layanan kepada stakeholders. 2. Melancarkan akses terhadap pendanaan yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value. 3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. 4. Meningkatkan kepuasan pemegang saham karena adanya peningkatan shareholderss value dan dividen.

29

2.2.3 Manajemen Laba (Earning Manajemen) Menurut Schipper dalam Astri Afiani N.K. dan Noer Sasongko (2005) Earning Management adalah suatu interverensi manajemen dengan tujuan tertentu dalam proses penyusunan laporan keuangan eksternal untuk memperoleh beberapa keuntungan sepihak. Sedangkan menurut Sugiri, (1998:2) pengertian Earning Management dibedakan menjadi dua 1. Definisi sempit Earning Management dalam artian sempit didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk melakukan pengolahan dengan komponen discreonary accruals dalam menentukan besarnya Earnings.dalam hal ini earning management hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. 2. Definisi Luas Earning management merupakan tindakan manajer untuk

meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggungjawab, tanpa

mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut. Definisi yang dikemukakan diatasmerupakan definisi earning management secara teknis, maka Surifah (1999) memberikan pendapatnya mengenai dampak earning management terhadap kredibilitas laporan keuangan. Menurut Surifah, earning

management dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan

30

apabila digunakan untk pengambilan keputusan, karena earning managenent merupakan suatu bentuk manipulasi atas laporan keuangan yang menjadi sarana komunikasi antara manajer dan pihak eksternal perusahaan (Surifah,1999). Ortega dan Grant (2003) mengemukakan bahwa earning

manajemen dimungkinkan karena adanya fleksibilitas dalam pembuatan laporan keuangan dalam rangka mengubah hasil keuangan operasional suatu perusahaan. Dengan kata lain, Abdelghany (2005) menjelaskan bahwa manajemen laba merupakan manipulasi pendapatan yang dilakukan untuk memenuhi target yang ditetapkan manajemen. sedangkan, Lo (2008) menghubungkan antara earning manajemen dan earning quality, dimana perusahaan yang banyak melakukan manajemen laba memiliki kualitas manajemen yang buruk. Namun, perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba bukan berarti perusahaan tersebut kualitas labanya bagus, karena banyak faktor yang memepengarui kulitas laba. Pendapat tersebut didukung oleh Schipper dan Vincent (2003) yang menyatakan bahwa manajemen laba akan berpengaruh terhadap kualitas laba. Praktek manajemen laba yang sering kali dilakukan perusahaan meliputi (abdelghany, 2005) : 1. Big Bath, merupakan pengakuan terhadap biaya dilakukan melalui one time restucturing charge. dimana hal ini akan berakibat perusahaan akan mengalami pembebanan biaya secara besar-basran

31

pada tahun ini, dan dampaknya pada tahun berikutnya perusahaan akan mengalami profit yang besar. 2. Abuse of materiality, yakni dengan mamanipulasi laba melalui penerapan materiality, dimana tidak terdapat rangae yang spesifik mengenai material atau tidaknya suatu transaksi. 3. Cookie jar, kadang disebut rainy jar atau contigency reserve dimana dalam periode kondisi keuangan yang baik maka perusahaan dapat mengurangi laba dengan melakukan pencadangan yang lebih banyak, pembebanan biaya yang lebih besar dan menggunakan satu kali write offs. bila kondisi keuangan memburuk maka akan dilakukan hal yang sebaliknya. 4. Round tripping, back to back dan swap, dimana hal ini dilakukan dengan menjual suatu aset atau unit usaha ke perusahaan lain dengan perjanjian untuk membelinya kembali pada harga tertentu, dimana hal ini akan memberikan dampak pada peningkatan pemasukan perusahaan. 5. Voluntary accounting changes, dilakukan dengan mengubah kebijakan akuntansi yang digunakan perusahaan. 6. Conservative accounting, dilakukan dengan memilih metode akuntansi yang paling konservative seoerti LIFO dan pembebenan biaya R&D daripada mengkapitalisasi. 7. Using the derivative, dimana manajer dapat memenipulasi earning melalui pembelian instrument hedging.

32

Untuk mengukur manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan, maka metode yang paling sering digunakan adalah dengan menggunakan discretionary accrual. laba memiliki dua komponen utama yakni kas dan accounting adjustment yang disebut accrual. Penentuan arah dan pengukuran dari akrual sangat dipengaruhi oleh pertimbangan pihak manajemen, sehingga akrual sangat mudah untuk dimanipulasi. Total akrual dibagi menjadi dua komponen yakni discretionary accrual dan nondiscretionary accrual. Bentuk bentuk atau pola earning managenent 1. Taking a bath Taking a bath dilakukan dengan cara mengakumulasi semua kerugian dimasa depan ke periode berjalan agar laba dimasa depan meningkat atau menunda pendapatan diperiode berjalan untuk diakumulasikan ke pendapatan depan untuk meningkatkan laba dimasa depan. 2. Income Minimization Cara ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara hipolis. Income Minimization ini biasanya dilakukan dengan membuat kebijakan yang berupa penghapusan atas barang modal dan aktifa tak berwujud, riset dan pengembangan yang cepat, dan sebagaimana dengan tujuan untuk mencapai tingkat pengembalian modal tertentu.

33

3.

Income maximization Maksimasi laba dimaksudkan untuk memperoleh bonus yang lebih besar, dimana laba yang dilaporkan tetap dibawah cap.

4.

Income Smooting Income Smooting didefinisikan sebagai alat yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi jumlah variabilitas pendapatan/laba yang dilaporkan untuk tujuan tertentu dengan cara memanipulasi variabel artificial (akuntansi) atau real (transaksi).

Tujuan dari manajemen laba menurut Foster (1986) dalam Muhammad Yusuf dan Soraya (2004) adalah sebagai berikut : 1. Memperbaiki citra perusahaan dimata pihak luar bahwa perusahaan tersebut telah memiliki resiko yang rendah. 2. Memberikan informasi yang relevan dalam malakukan prediksi terhadap laba di masa yang akan datang. 3. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis, meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemempuan menejemen. 4. Meningkatkan kompensasi bagi pihak menejemen.

Barnet et al dalam Syailendra (2007), membedakan tiga dimensi perataan laba, sebagi berikut: 1. Perataan melelui terjadinya peristiwa dan atau pengakuan : menejemen dapat menentukan waktu terjadinya transaksi

sedemikian rupa sehingga efek transaksi tersebut terhadap income cenderung memperkecil variasinya dari waktu ke waktu.

34

2.

Perataan melalui alokasi dari waktu ke waktu : berkaitan dengan terjadinya dan pengakuan suatu peristiwa, menejemen memiliki kebebasan yang lebih untuk mengendalikan penentuan periode yang dipengaruhi oleh kuantifikasi peristiwa tersebut.

3.

Perataan

melalui

klasifikasi

(sehingga

disebut

perataan

klasifikatori) : ketika statistik laporan income selain income bersih (nilai bersih semua pendapatan dan biaya) merupakan obyek perataan, menejemen dapat mengklasifikasi elemen elemen dalam laporan income untuk mengurangi variasi dari waktu ke waktu dalam statistik tersebut. Menurut Gaundenberg dan Tirole (1995) dalam Syailendra (2007), terdapat dua metode yang dapat dilakuakn untuk meratakan laba, yaitu : 1. Penggunaan fleksibilitas yang diperbolehkan untuk generally accepted accuonting procedures (GAAP) atau prinsip akuntansi berterima umum (PABU) untuk mengubah pelaporan laba tanpa mengubah arus kas. Contoh dari pelaksanaan metode ini adalah penyesuaian dari cadangan untuk kerugian (keusangan persediaan dan piutang tak tertagih), pemilihan waktu pengakuan penjualan, dan pengalihan antara biaya dan akun modal. Eckel (1981) dalam Salno dan Baridwan (2000) dalam Syailendra (2007) menyarankan bahwa dalam pemilihan metode akuntansi, pilihlah yang dapat merakan penghasilan.

35

2.

Merubah kegagalan operasional untuk meratakan aliran kas yang terjadi. Contoh dari metode ini adalah melalui pemilihan waktu penjualan barang. Manajer yang termotivasi dalam melakukan manajemen laba pada dasarnya ingin mendapatkan berbagai keuntungan ekonomi dan psikologis, yaitu :

a. b.

Mengurangi total pajak hutang. Meningkatkan hubungan antara manajer dengan karyawan (atau lebih tepatnya untuk mengurangi gejolak) karena pelaporan laba yang meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan kenaikan gaji atau upah.

c.

Meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan karena laba yang stabil mendukung kebijakan dividen yang stabil pula.

d.

Siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat ditandingkan dan golombang optimisme dan pesimisme dapat dilunakkan.

Dalam praktek manajemen laba, untuk mengetahui adanya praktek manajemen laba dapat digunakan metode discretionary accrual sesuai dengan metode yang dikembangkan oleh De Angelo(1986) dan Friedlan (1994) dalam Yuliana (2007). Metode tersebut membandingkan akrual pada periode pengujian dan akrual pada periode dasar, dan

pengatribusikan selisihnya sebagai accounting discreation. Menurut Friedlan(1994) dalam Yuliana (2007) metode ini mengasumsikan bahwa perubahan jumlah akrual antara dua periode terdiri dari dua komponen

36

yaitu: 1) Perubahan karena pertumbuhan perusahaan; 2) Perubahan lainnya yang bukan karen pertumbuhan perusahaan melainkan berkaitan dengan pilihan-pilihan kebijakan akuntansi oleh perusahaan. Asumsi tersebut berdasarkan pemikiran bahwa ketika perusahaan bertumbuh, seharusnya terjadi perkembangan akrual yang sebanding dengan pertumbuhan perusahaan. Perkembangan yang sebanding ini disebut nondiscretionary accrual. Untuk mengetahui besarnya nilai akrual dilakukan dengan menghitung nilai total akrual yang dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut : TACt = Nit- CFOt Keterangan : TACt : Total akrual pada periode t Nit : Laba bersih operasi (net operating income) yang juga merupakan income before extraordinary items pada periode t CFOt : Aliran kas dari aktivitas operasi (cash flow from operating activities) pada periode t. Jumlah total accrual yang didistribusikan sebagai discretionary accruals adalah merupakan perbedaan antara total accrual pada periode yang diuji yang distandardisasi dengan penjualan pada periode yang diuji, dengan total accrual pada periode dasar yang distandarrisasi dengan penjualan pada periode dasar. Untuk mendapatkan angka akrual yang didapat bukan dari pertumbuhan perusahaan dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

37

DACpt = (TACpt/SALEpt)-(TACpd/SALEpd) Keterangan: DACpt TACpt SALEpt TACpd SALEpd : Discretionary accruals pada periode tes : Total accrual pada periode tes : Penjualan pada periode tes : Total accruals pada periode dasar : Penjualan pada periode dasar

Indikasi bahwa terjadi manajemen laba ditunjukkan oleh koefisien DAC yang positif, sebaliknya bila koefisien negatif atau nol maka tidak ada indikasi bahwa manajemen telah melakukan upaya untuk menaikkan keuntungan melalui income-increasing 2.2.4 Kinerja Keuangan Perusahaan Pengukuran kinerja dapat didefinisikan sebagai performing measurement (pengukuran kinerja ) adalah kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen atau keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Dengan demikian pengertian kinerja adalah suatu usaha formal yang dilaksanakana perusahaan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu (Hanai, 2003:63). Kinerja perusahaan yang baik sangat berpengaruh terhadap masa depan perusahaan, kemudahan perusahaan dalam memperoleh kreditur dan juga dapat mempengaruhi keputusan investor dalam menanamkan modalnya. Berdasarkan berbagai alasan tersebut, maka penting bagi perusahaan untuk terus meningkatkan kinerjanya.

38

Pengertian kinerja perusahaan menurut Stoner (1996 : 9) adalah ukuran seberapa efisien dan efektif seorang manajer atau sebuah perusahaan, seberapa baik manajer atau perusahaan tersebut mencapai tujuan yang memadai. Dengan kata lain kinerja (performance) adalah hasil dari banyak keputusan yang dibuat secara terus-menerus oleh manajemen untuk mencapai tujuan tertentu secara efisien dan efektif. Menurut Dian Meriewati dkk dalam Simposium Nasional Akuntansi VIII (2005) yang berjudul Analisis rasio keuangan terhadap perubahan kinerja pada perusahaan industri food and beverage. Kinerja perusahaan adalah pengukuran prestasi perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen yang komplek dan sulit, karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal, efisiensi dari rentabilitas dari kegiatan perusahaan. Kinerja perusahaan diwujudkan dalam berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan karena setiap kegiatan tersebut memerlukan sumber daya, maka kinerja perusahaan tercermin dari penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan perusahaan. Menurut Robert & Vijay (2005: 173-174), ada beberapa sistem ukuran kinerja yaitu : Balance Scorecard Diukur dari empat perspektif berikut ini : a. Keuangan ( contohnya : margin laba, tingkat pengembalian atas aktiva, arus kas) b. Pelanggan (contohnya : pangsa pasar, indeks kepuasan pelanggan )

39

c. Bisnis internal (contohnya : retensi karyawan, pengurangan waktu siklus) d. Inovasi dan pembelajaran (contohnya : persentase penjualan dari produk baru). Ini merupakan alat yang membantu fokus perusahaan, memperbaiki komunikasi, menetapkan tujuan organisasi dan menyediakan umpan balik atas strategi. Suatu sistem penilaian kinerja berusaha untuk memenuhi kebutuhan dari pihak pemangku kepentingan (stakeholders) yang berbeda dan organisasi perusahaan dengan menciptakan campuran dari ukuranukuran strategi : a. Ukuran Hasil dan Pemicu Ukuran hasil mengidentifikasikan hasil dari suatu strategi (misalnya : meningkatkan pendapatan). Ukuran ini biasanya merupakan indikator terlambat , yang memberitahu manajemen mengenai apa yang telah terjadi. Sebaliknya, ukuran pemicu merupakan indikator yang

mendahului (leading indicator) yang menunjukan kemajuan dari bidangbidang kunci dalam mengimplementasikan suatu strategi. b. Ukuran Keuangan dan NonKeuangan Ukuran kinerja dilihat dari ukuran keuangan dapat dilihat dari laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan, sedangkan ukuran nonkeuangan dapat dilihat dari faktor kunci keberhasilan, yaitu :

40

1.

Variabel kunci berfokus pada pelanggan meliputi : pemesanan, pesanan tertunda, pangsa pasar, pesanan dari pelanggan kunci, kepuasan pelanggan, retensi pelanggan (lamanya hubungan dengan pelanggan) dan loyalitas pelanggan.

2.

Variabel kunci yang berkaitan dengan proses bisnis internal, meliputi : utilitas kapasitas (misalnya dalam suatu hotel, persentase kamar yang terisi setiap harinya tingkat hunian adalah ukuran utilitas kapasitas), pengiriman tepat waktu, perputaran persediaan, kualitas dan waktu siklus.

c.

Ukuran Internal dan Eksternal Perusahaan harus mencapai keseimbangan antara ukuran-ukuran eksternal, seperti kepuasan pelanggan, dengan ukuran-ukuran dari bisnis internal untuk memperoleh hasil eksternal atau mengabaikan seluruh hasil eksternal, karena secara tidak benar meyakini bahwa ukuran internal yang bagus sudah mencukupi. Dalam penelitian ini kinerja perusahaan dapat dibedakan menjadi : 1. Kinerja Operasional Perusahaan Kinerja operasional dapat dinilai dengan melakukan analisa terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan. Dalam penelitian ini rasio keuangan perusahaan yang digunakan adalah rasio profitabilitas yaitu return on equity (ROE) dan return on asset (ROA) a. Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) menunjukan kemampuan perusahaan dalam

41

menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.
ROE = LabaBersih x100% ModalSaham

b. Return on Asset (ROA) Suatu indikator keuangan yang menggambarakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin besar rasio ini semakin baik, karena manajemen perusahaan mampu menghasilkan laba sebagai kemungkina atas aset yang dimiliki

Laba bersih ROA = Total aset x 100%

2.

Kinerja Pasar Perusahaan Kinerja pasar dapat dinilai dengan melihat harga saham di pasar modal. Dalam penelitian ini kinerja pasar dapat diukur menggunakan Tobins Q.

a.

Tobins Q Tobins Q , pengukuran kinerja pasar menggunakan metode Tobins Q (Klapper dan Love : 2003, Darmawati : 2004). Metode Tobins Q dikembangkan oleh Chung dan Pruitt (1994) tetapi oleh Darmawati,

42

Khomsiyah dan Rahayu (2004) telah di sesuaikan dengan kondisi transaksi keuangan di Indonesia. Tobins Q ini digunakan untuk mengukur pengaruh corporate governance terhadap harga saham perusahaan di pasar modal. Alasan penggunaan metode Tobins Q untuk mengetahui kinerja pasar perusahaan yaitu karena dalam perhitungannya memasukkan komponen harga penutupan saham diakhir tahun buku, jumlah saham yang beredar, total aktiva dan total perusahaan, sehingga dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam harga saham di pasar modal. Tobin' sQ = Keterangan : MVE : Harga penutupan saham diakhir tahun buku x banyaknya saham biasa yang beredar. MVE + ( NilaiBukuTotalAktiva NilaiBukuEkuitas NilaiBukuTotalAktiva

Tujuan dari pengukuran kinerja perusahaan menurut S. Munawir (1995 : 31) antara lain : 1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas perusahaan yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan saat ditagih. 2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang maupun kewajiban jangka pendek. 3. Untuk mengetahui tingkat profitabilitas yaitu untuk menunjukkan kemampuan laba perusahaan selama periode tertentu.

43

4. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas usaha yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil. Diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa hambatan. 5. Untuk mengetahui nilai tambah ekonomis yaitu kemampuan perusahaan untuk mengukur nyata dari operasional perusahaan.

2.2.5 Hubungan Good Corporate Governance dengan Manajemen Laba


Praktek manajemen laba memungkinkan terjadi di Indonesia mengingat kepemilikan perusahaan Indonesia cenderung dimiliki oleh sekelompok tertentu yang merupakan satu keluarga dan bertindak sebagai controlling shareholder. Pihak kontroling dapat menggunakan

pengaruhnya kepada pihak manajemen untuk melakukan praktek manajemen laba, sehingga mendorong timbulnya konflik keagenan. Apabila dalam perusahaan tidak ada controling shareholder, maka praktek manajemen laba dapat dilakukan oleh pihak manajemen yang dapat mengakibatkan kerugian pada pemegang saham. Salah satu upaya untuk dapat mengurangi praktek manajemen laba adalah dengan diterapkannya Good Corporate Governance.

2.2.6 Hubungan Good Corporate Governance dengan Kinerja Keuangan Perusahaan


Beberapa penelitian yang secara khusus menguji hubungan antara penerapan Good Corporate Governanace dengan kinerja keuangan

44

perusahaan menemukan

yang

telah

dilakukan

oleh

Deni antara

Darmawati(2004) Good Corporate

adanya

hubungan

positif

Governance dengan kinerja operasional dan kinerja pasar perusahaan. Variabel Good Corporate Governance belum mampu mempengaruhi kinerja pasar perusahaan. Hal ini dimungkinkan respon pasar terhadap implementasi Good Corporate Governance tidak secara langsung akan tetapi membutuhkan waktu. Dwi dan bambang, (2005) menunjukkan bahwa variabel Good Corporate Governance yang berupa tingkat transparasi Good Corporate

Governance dan karakteristik dewan memiliki hubungan dengan nilai pasar perusahaan. Semakin tinggi tingkat transparansi perusahaan, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. menurut investor hal ini disebabkan karena investor bersedia memberikan transparansi atas Good Corporate Governance di laporan tahunan mereka.

2.3 Kerangka Pemikiran


Untuk memperjelas bagaimana hubungan dan keterkaitan antar variabel Good Corporate Governance terhadap praktek manajemen laba dan kinerja keuangan perusahaan, maka berikut akan digambarkan kerangka pemikiran dan faktor-faktornya sebagai berikut:

Variabel Independen :
Manajemen laba Kinerja Keuangan perusahaan

Variabel Dependen : Good Corporate Governance (GCG)

44

45

GAMBAR 2.1 Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis Penelitian


Hipotesis penelitian adalah perumusan jawaban sementara terhadap suatu masalah yang akan diteliti. Kemudian hipotesis harus diuji dan di buktikan kebenaranya berdasarkan fakta yang diperoleh dari penelitian, maka hipotesis diajukan sebagai alternative untuk di terima atau ditolak. Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori yang dikemukakan maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut : H1 : Terdapat pengaruh antara penetapan Good Corporate Governance terhadap praktek manajemen laba. H2 : Terdapat pengaruh antara penetapan Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan perusahaan.

46

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang penulis lakukan saat ini ditinjau dari dua aspek, yaitu: 1. Penelitian Menurut Tujuannya Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh praktek manajemen laba dan kinerja keuangan perusahaan terhadap penetapan GCG oleh beberapa perusahaan yang terdaftar dalam CGPI 2008. Penelitian ini disebut dengan penelitian terapan karena menekankan pada masalah-masalah yang praktis (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 1999:24) 2. Penelitian Menurut Karakteristik Masalah Penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian historis karena merupakan penelitian terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena masa lalu (Historis). Sumber data penelitian berupa sumber sekunder berupa yang berasal dari pengamatan orang lain (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 1999:25) 3. Penelitian Menurut Jenis Data Penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian arsip dengan penelitian terhadap fakta tertulis (dokumen) atau berupa arsip data. Proses pengumpulan data berupa dokumen atau arsip dapat dikerjakan sendiri oleh peneliti (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 1999:30).

46

47

3.2 Batasan Penelitian


Beberapa batasan-batasan yang dibuat oleh peneliti dalam penelitian ini meliputi penggunaan sampel pada perusahaan yang terdaftar dalam CGPI pada periode tahun 2006, 2007, dan 2008

3.3 Identifikasi Variabel


Berdasarkan landasan teori dan hipotesis penelitian, variabel dalam penelitian ini akan diidentifikasikan sebagai berikut : 1. 2. Variabel dependen (Y) adalah good corporate governance Variabel independen : X1 : Manajemen Laba X2 : ROA X3 : ROE X4 : TobinsQ

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


Penelitian ini yang mana variabel-variabelnya dapat didefinisikan sebagai berikut :

3.4.1 Variabel Dependen


Variabel dependen disini diwakili oleh good corporate governance diukur dengan menggunkan dua komponen dari Good Corporate Governance yaitu kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial

48

Kepemilikan institusional diukur dengan menggunakan rumus : Jumlah saham pihak instusi + blockholder Kep. Inst = Saham yang beredar

kepemilikan manjerial diukur menggunakan veriabel dummy, apabila ada kepemilikan manjerial maka D=1 dan apabila tidak ada kepemilikan manajerial maka D=0

3.4.2 Variabel Independen dalam penelitian ini adalah :


A. Manajemen laba yang dihitung dengan menggunakan rumus discretionary accruals yaitu : TACt = Nit- CFOt.....................................(1) Keterangan : TACt : Total akrual pada periode t Nit : Laba bersih operasi (net operating income) yang juga merupakan income before extraordinary items pada periode t CFOt : Aliran kas dari aktivitas operasi (cash flow from operating activities) pada periode t. DACpt = (TACpt/SALEpt)-(TACpd/SALEpd)............................(2) Keterangan: DACpt TACpt SALEpt TACpd : Discretionary accruals pada periode tes : Total accrual pada periode tes : Penjualan pada periode tes : Total accruals pada periode dasar

49

SALEpd

: Penjualan pada periode dasar

B. Kinerja laporan keuangan dapat diukur dengan menggunakan TobinsQ, ROE dan ROA Tobin' sQ = MVE + ( NilaiBukuTotalAktiva NilaiBukuEkuitas ) ..(1) NilaiBukuTotalAktiva

Keterangan : MVE : Harga penutupan saham diakhir tahun buku x banyaknya saham biasa yang beredar. Return on equity (ROE) merupakan alat untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Dan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

ROE =

LabaBersih x100% ............................................................(2) ModalSaham

Return on the asset (ROA) merupakan Suatu indikator keuangan yang menggambarakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin besar rasio ini semakin baik, karena manajemen perusahaan mampu menghasilkan laba sebagai kemungkina atas aset yang dimiliki Laba bersih ROA = Total asset x 100%..........................................................(3)

50

3.5 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 3.5.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar pada CGPI 2008.
3.5.2 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar pada CGPI 2008 dengan periode 2006-2008.
3.5.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan metode purposeive sampling, yaitu teknik sampling dengan menggunkan pertimbangan dan batasan tertentu sehingga sampel yang dipilih relevan dengan tujuan penelitian. Peneliti menetapkan kriteria pemilihan sampel yang akan diteliti adalah perusahaan yang terdaftar dalam CGPI dengan periode 2006, 2007 dan 2008
3.6 Data dan Metode Pengumpulan Data 3.6.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, sedangkan metode yang digunakan adalah metode dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data dengan mengambil data dari perpustakaan dan dari internet dan data lainnya yaitu berupa data pasar dan keuangan yang diperoleh dari Indonesia stock execange (IDX).
3.7 Teknik Analisis Data

1.

Menghitung nilai masing-masing variabel independen, terdapat empat variabel dependen yaitu kinerja operasional perusahaan diukur dengan

51

menggunakan return on equity (ROE) dan return on asset (ROA) dan menggunkan Tobins Q. Sedangkan manajemen laba diukur menggunakan rumus discretionary accrual. Pada variabel dependen dihitung dengan kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional perusahaan tersebut. 2. Melakukan analisis data dengan menggunkan statistik deskriptif dengan cara menghitung rata-rata masing-masing variabel beserta standart deviasinya. 3. Melakukan pengajuan asumsi klasik. Jika asumsi klasik tidak terpenuhi maka akan menyebabkan bias pada hasil penelitian, asumsi klasik yang perlu di uji adalah normalitas. Uji Normalitas dilakukan dengan uji statistik nonparametik Kolmogrov-Smirnov. Uji Kolmogrov-Smirnov dilakukan dengan membuat hipotesis : Ho : data residual berdistribusi normal Hi : data residual tidak berdistribusi normal Pengambil keputusan : Jika nilai profitabilitas < 0,05 maka Ho ditolak, dan Jika nilai profitabilitas 0,05 maka Ho tidak dapat ditolak, yang berarti data residual n berdistribusi normal. 4. Melakukan Uji F dan Uji t digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel independen secara serempak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain konstan. Uji F dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

52

a. Perumusan Hipotesis H0 : b0 = 0, diduga variabel independen (Y) yaitu Corporate Governance secara bersama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (X) yaitu EM, ROA, ROE dan Tobins Q. H1 : b1 = 0, diduga variabel independen (Y) yaitu Corporate Governance secara bersama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (X) yaitu EM, ROE, ROA dan Tobins Q. b. Menentukan level signifikan ( ) sebesar 0,05 : 1.Menerima H0 jika angka signifikansi lebih besar dari = 0,05 2.Menolak H0 jika angka signifikansi lebih kecil dari = 0,05 c. Uji statistik untuk mencari F hitung, dengan rumus :
Fhitung = JK (Re g ) / k JK ( S )(n k 1)

Dimana : JK (Reg) K JK (S) n : Jumlah kuadrat regresi : Jumlah variabel : Jumlah Kuadrat : Jumlah Sampel

53

d. Menentukan daerah penerimaan dan penolakan Ho

daerah penolakan Ho

Daerah penerimaan Ho

F (1,k;n-k-1) Gambar 3.1 e. Membandingkan F hitung Dengan F tabel dengan ketentuan sebagai berikut : 1) 2) Jika F hitung > F tabel Atau p < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima Jika F hitung F tabel Atau p 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

54

BAB IV GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN DAN ANALIS DATA

4.1 Gambaran Subjek Penelitian


Subjek dari penelitian ini adalah perusahaan peserta CGPI pada tahun 2008. CGPI tahun 2008 merupakan survey yang digelar oleh lembaga swadaya masyarakat dibawah naungan Masyarakat Transparansi Indonesia. Tujuan dilakukannya survey, untuk mengetahui penerapan GCG di lingkungan perusahaan publik yang ada di Indonesia pasca terjadinya krisis keuangan. GCG diperoleh melalui dua pendekatan yaitu kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial. Pada variable manajemen laba menggunakan pendekatan discretionary accrual dan kinerja keuangan perusahaan menggunakan ROA, ROE dan TobinsQ. Tabel 4.1 Jumlah Sampel yang Digunakan Keterangan Jumlah perusahaan peserta CGPI 2008 Jumlah perusahaan yg tidak lengkap Jumlah sample yang didapat Jumlah 20 Perusahaan (1) perusahaan 19 perusahaan

54

55

Tabel 4.1.1 DAFTAR SAMPEL PERUSAHAAN


No. Nama Perusahaan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

PT. Adhi Karya (Persero) Tbk PT. Aneka Tambang Tbk PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk PT. Bakrieland Development Tbk PT. Bank CIMB Niaga Tbk PT. Bumi Resources Tbk PT. Elnusa Tbk PT. Jasa Marga (Persero) Tbk PT. Panorama Transportasi Tbk PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk PT.Tambang Batubara Bukit Asam Tbk PT. United Tractors Tbk PT. Indosat PT. BFI Finance PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) PT. Wijaya Karya PT. Pembangunan Jaya Ancol PT. Citra Marga Nusaphala Persada

4.2 Analisi Data


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh praktek manajemen laba dan kinerja perusahaan terhadap penetapan GCG. Analisi data ini terdiri dari analisis deskriptif, penentuan sample perusahaan serta pengujian hipotesis terhadap permasalahan dari hipotesis yang telah dikemukakan.

56

4.2.1 Analisis Deskriptif


Analisis deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata(mean), standart deviasi, variant, maximum dan minimum( Imam Gozali, 2006 hal 19). Sebelum dilakukan analisis tentang pengaruh praktek manajemen laba dan kinerja perusahaan terhadap penetapan GCG, maka terlebih dahulu akan dilakukan analisis deskriptif terhadap variable-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam analisis ini akan akan ditunjukkan hasil pengolahan data sesuai dengan rumus-rumus yang ada untuk menentukan nilai masing-masingmasing variable yang diteliti sebagai berikut : Tabel 4.2.1
Descriptive Statistics Std. Deviation ,98414 ,59981 ,86369 1,21963

N EM ROA ROE TOBING Valid N (listwise) Sumber : lampiran 2 diolah 28 57 57 57 28

Min -2,75 -3,21 -3,28 7,61

Max 1,32 -,37 ,73 14,21

Mean -,8458 -1,4060 -,6625 11,2024

1. Manajemen Laba Dalam penelitian ini manajemen laba dapat diukur menggunakan suatu metode yang dikenal sebagai metode discretionary accrual, sesuai metode yang dikembangkan oleh De Angelo (1986) dan Friedlan (1994). Metode tersebut membandingkan akrual pada periode pengujian dengan akrual pada periode dasar, dan memdistribusikan selisihnya sebagai accounting discreation. Menurut Friedlan (1994) metode ini mengasumsikan bahwa

57

perubahan jumlah akrual antara dua periode terdiri dari dua komponen yaitu : 1) perubahan karena partumbuhan perusahaan; dan 2) perubahan lainnya yang bukan karena pertumbuhan perusahaan melainkan berkaitan dengan pilihan-pilihan kebijakan akuntansi oleh perusahaan. Dari data table 4.2.1 menunjukkan bahwa rata-rata EM (manajemen laba) adalah ,8458 dengan standart deviasi ,98414. nilai minimum adalah -2,75 dan nilai maksimum adalah 1,32 2. Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan ada dua macam yaitu kinerja operasional perusahaan dan kinerja pasar perusahaan. Kinerja operasional perusahaan pada penelitian ini diukur menggunakan return on asset (ROA).

Penggunaan rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan yang termasuk dalam CGPI 2008 dalam menghasilkan laba atau keuntungan untuk pemegang saham dengan menggunakan aktiva yang ada.sedangkan pada kinerja pasar perusahaan pada penelitian ini diukur menggunakan tobins Q dan return on equity(ROE) penggunaan kedua rasio ini menunjukkan persepsi investor di pasar modal terhadap kemempuan perusahaan dalam menciptakan kinerja perusahaan. Tobins Q, ROE dan ROA dari perusahaan yang terdaftar sebagai peserta CGPI 2008. Dari data tabel 4.2.1 menunjukkan bahwa rata-rata kinerja keuangan perusahaan yang didasarkan pada ROA, ROE dan TobinsQ yang menunjukkan nilai rata-rata masing-masing -1,4060; -,6625 dan 11,2024 dengan standart deviasi masing-masing ,59981; ,86369 dan 1,21963. nilai

58

minimumnya adalah -3,21; -3,28 dan 7,61 dan nilai maksimum dari masing-masing adalah -,37; ,73 dan 14,21 3. Good Corporate Governance GCG merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Baik kinerja operasional yang dilihat dari sudut pengelolaan manajemen maupun dari kinerja pasar yang dipandang dari sudut pemegang saham. Kinerja perusahaan akan menjadi baik jika perusahaan menerapkan GCG dengan baik pula. Dalam penelitian ini GCG dinilai melalui dua hal yang pertama :1) kepemilikan manajerial; 2) kepemilikan institusional. Nilai rata-rata dari kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial adalah ,0001 dan ,6786 dan standar deviasinya adalah ,00037 dan ,47559

4.2.2 Uji Asumsi Klasik (normalitas)


Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai

residual mengikuti distribusi normal.nilai dari uji normalitas dapat dilihat dalam table berikut :

59

Tabel 4.2.2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test EM N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Test distribution is Normal. b Calculated from data. 28 -,8458 ,98414 ,099 ,097 -,099 ,526 ,945 ROA 57 -1,4060 ,59981 ,110 ,057 -,110 ,827 ,500 ROE 57 -,6625 ,86369 ,137 ,086 -,137 1,033 ,237 TOBING 57 11,2024 1,21963 ,081 ,081 -,076 ,608 ,853

Sumber: lampiran 2 diolah

Hasil uji normalitas dalam kajian penelitian ini menggunakan One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test. Besarnya nilai dari Kolmogrov-Smirnov dari masing-masing variabel adalah ,526; ,827; 1,033 dan ,608 dan signifikan pada ,945; ,500; ,237 dan ,853 yang nilainya > 0,05. Hal ini berarti H0 diterima berarti data residual terdistribusi normal.

4.2.3 Analisis Regresi Linear Berganda


Untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang diajukan, maka penelitian ini menggunakan alat analisis regresi berganda dengan memanfaatkan bantuan software SPSS sebagai berikut :

60

Tabel 4.2.3 REKAPITULASI ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA

Variabel Constanta EM (X1) ROA (X2) ROE (X3) TobinsQ (X4)

Coef. Regresi 1,856 -,060 ,199 -,041 -,087

= 5% t hitung 1,870 -,610 1,057 -,404 -,200 Sig. ,074 ,058 ,302 ,690 ,322 F hitung= ,749 Sig. = ,569 t table = 1,7011 N = 28 R2=,115

Variabel Constanta EM (X1) ROA (X2) ROE (X3) TobinsQ (X4)

Coef. Regresi ,001 ,000 ,000

= 5% t hitung 1,971 3,207 ,931 Sig. ,061 ,004 ,362 ,997 ,205 Sig.= ,036 F hitung = 3,082 t table= 1,7011 N=28 R2=,349

,000000256 ,004 ,00007550 -1,303

Sumber : lampiran 1 diolah

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda yang telahh dilakukan, maka pada penelitian ini didapatkan model fungsi regresi sebagai berikut : Y=1,856 - 0,060EM + 0.199ROA - 0,041ROE - 0,087TobinsQ + error Y=0,001 + 0,000EM+0,000ROA +0,00000256ROE + 0,0000755TobinsQ + error Setelah hasil regresi diatas, maka dapat diartikan :

61

a) Konstanta sebesar 1,856 dan 0,001 artinya bilamana variabel-variabel bebas dalam penelitian ini yang terdiri dari EM, ROA, ROE dan TobinsQ maka kepemilikan manajerial (Y1) dan Kepemilikan Institusional (Y2) akan sebesar 1,856 dan 0,001. b) b 1= -0,060 dan 0,000EM maka jika EM naik sebasar 1 satuan maka akan mengakibatkan kenaikan praktek EM sebesar -0,6% dan 0% dengan asumsi variabel lain konstan. c) b 2 = 0,199 dan 0,000 artinya jika ROA naik sebesar 1 satuan nilai maka akan menambah nilai ROA sebasar 0,199 dan 0,000 poin d) b 3 = -0,041 dan 0,000000256 artinya jika ROE naik sebesar 1 satuan nilai maka akan menambah nilai ROE sebesar -0,041 dan 0,000000256 poin. e) b 4 = -0,087 dan 0,0000755 artinya jika nilai TobinsQ naik sebaesar 1 satuan nilai maka akan mengurangi nilai TobinsQ sebesar -0,087 dan 0,0000755.

4.3 PEMBAHASAN
Berkaitan dengan hasil penelitian yang diperoleh dan kemudian dianalisa secara kuantitatif, menunjukkan bahwa dari keempat variabel independent yang diteliti yaitu EM, ROA, ROE dan TobinsQ secara simultan mempunyai pengaruh yang negative secara signifikan terhadap Kepemilikan Instirusional(KI). Pada penelitian yang dilakukan oleh Muh. Arif dan Bambang Agus, 2007 menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap variabel EM dan berpengaruh

62

terhadap variabel ROA, ROE dan TobinsQ. penelitian ini ini sejalan dengan pandangan atau konsep yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional adalah pemilik yang lebih memfokuskan pada current earning akibatnya manajer lebih cenderung melakukan tindakan yang dapat meningkatkan laba jangka pendek, misalnya dengan memanipulasi laba. Variabel kepemilikan manajerial berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap variabel EM. Sehingga hipotesis kepemilikan

manajerial berpengaruh negative terhadap manajemen laba diterima. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Muh Arif dan Bambang Agus(2007) yang menemukan adanya pengaruh negative signifikan, hasil menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial mampu menjadi mekanisme corporate governance yang dapat mengurangi ketidak selarasan

kepentingan antara manajemen dengan pemilik atau pemegang saham. Hal ini dibuktikan dengan hasil perolehan F kecil dari F
table hitung

sebesar 0,749 yang lebih

1,7011 dengan signifikan 0,569. nilai ini menunjukkan

bahwa 0,115 dari EM, ROA, ROE dan TobinsQ terhadap KI dan KM , sedangkan sisanya dipengaruhi oleh factor yang lain. a) Manajemen Laba Dari hasil yang diperoleh bahwa manajemen laba memberikan

pengaruh yang positif yang tidak signifikan terhadap KI dan KM. hal ini dikarenakan kemungkinan praktek manajemen laba telah banyak dilakukan oleh perusahaan perusahaan namun tidak memberikan dampak yang menonjol.

63

b) Kinerja Keuangan Perusahaan Dari hasil yang diperoleh bahwa kinerja keuangan perusahaan yang diukur menggunakn ROA, ROE dan TobinsQ memberikan pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap Kepemilikan

Manajerial(KM) dan Kepemilikan Institusional (KI). Hal tersebut mungkin disebabkan karena sulitnya diterapkan GCG karena factor dari penerapan hukum di Indonesia yang belum mapan.

64

BAB V PENUTUP

5.1

Kesimpulan
Berdasrkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Dari hasil pengujian menggunakan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, menunjukkan bahwa secara parsial variabel

kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh secara signifikan terhadap variabel manajemen laba ( discretionary accrual) dan kinerja keuangan perusahaan (ROA, ROE dan TobinsQ) karena nilai signifikansi dari masing-masing variabel tersebut > 0,05. 2. Dari hasil pengujian analisis regresi linear berganda (uji F dan uji t), menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial

berpengaruh terhadap manajemen laba dan kinerja keuangan perusahaan (ROA, ROE, TobinsQ) namun tidak signifikan hal ini disebabkan karena nilai t
hitung

sebesar 0,749 lebih kecil dari t

tabel

yaitu 1,7011 atau (0,749 < 1,7011). Dan pada variabel kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba dan kinerja keuangan perusahaan (ROA, ROE, TobinsQ) dan signifikan hal tersebut disebabkan karena nilai t
hitung

sebesar 3,082 lebih besar

dari t table dengan nilai 1,7011 atau (3,082 > 1,7011).

64

65

5.2

Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menghadapi beberapa keterbatasan antara lain : 1. Periode penelitian yang relatif pendek hanya tiga tahun yaitu 2006, 2007 dan 2008 2. Sampel penelitian hanya menggunakan perusahaan yang terdaftar di CGPI 2008 dengan predikat terpercaya. 3. Sedikitnya jumlah sampel yang digunakan memungkindan data yang diambil jadi tidak normal sehingga harus ada eliminasi sehingga sampel juga manjadi berkurang agar hasilnya normal.

5.3

Saran
Meskipun memiliki berbagai kelemahan, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait. Adapun yang dapat diberikan terkait dengan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Emiten Dari kesimpulan diatas mencerminkan masih lemahnya tingkat kepercayaan investor di pasar terhadap perusahaan-perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance. Oleh karena itu, sebaiknya emiten dipasar modal berupaya dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas penerapan Good Corporate Governance (GCG) untuk pemulihan kepercayaan investor di pasar modal khususnya dan pemulihan ekonomi negara pada umumnya.

66

2. Investor Bagi investor yang ingin melakukan investasi dalam bentuk saham sebaikknya investor berhati-hati dalam melihat penerapan Good Corporate Governance (GCG) sebagai faktor untuk melihat praktekpraktek manajemen laba dan kinerja keuangan

perusahaan. 3. Penelitian Berikutnya Bagi peneliti berikutnya yang menggunakan topik yang sama, hal yang perlu dilakukan antar lain : a. Menggunakan survei sendiri terhadap penerapan prinsipprinsip Good Corporate Governance pada perusahaan go publik yang terdaftar di BEI agar sample lebih banyak. b. Perpektif manajemen laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah perspektif opportunities. Untuk peneliti

selanjutnya diharapkan manajemen laba ditinjau dari perspektif yang lain, misalnya perspektif efisiensi.

Perspektif efisiensi menyatakan bahwa manajer melakukan pilihan atas kebijakan akuntansi untuk memberikan informasi yang lebih lain tentang arus kas bebas yang akan datang untuk meminimalisir agency cost yang terjadi karena konflik kepentingan antar stakeholder dan manajer ( Jiambalvo, 1996 dalam muh. Arif ujiyanto, 2007)

67

c. Menggunakan ukuran kinerja keuangan perusahaan yang lain dalam melihat pengaruhnya dengan penetapan Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan

perusahaan (selain ROA, ROE dan TobinsQ)

DAFTAR PUSTAKA

Aik Leng, Allan Chang., 2004. The Impact of Corporate Governance Practices on Firm Financial Performance, Evidence from Malaysia Companies. ASEAN Economic Bulletin Vol. 21, no. 3(2004). Pp 308-18 Blackweel, Willey., 2003. The Impotant of Corporate Governance and Invesment Return in Developing Countries. The Economic Journal. Vol 113 no. 491, Feature (Nov, 2003). Pp F511-F539 Edi Suharto, PHD. Initiating Audit Standart of CSR program. 2008 (suharto@policy.hu) Ghozali Imam, 2002, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Kinerja Keuangan Perusahaan. http://digilib.unnes.ac.id/gcdi/archive/HASHbe41.dir/doc.pdf Manajemen Laba http://journal-sdm.blogspot.com/2009/08/teori-earningmanajemen-definisi-pola.html Sutarto.Penelitian yang Berkaitan dengan CSR. http://jurnal.diskopjatim.go.id/index.php/index.php/. Muh. Arief Effendi, Implementasi GCG melalui CSR. Weeklypedia, 2006 Muh. Arief Ujiayanto & Bambang Agus Pramuka., 2007., Mekanisme Good corporate governance, manajemen laba dan kinerja keuangan. Symposium Nasional Akuntansi AKPM01 Ni Wayan Yuniarsih & Made Gede Wirakusuma., 2006., Pengaruh KInerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Social Responsibility dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi.http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/ok wirakusumayuniarsih.pdf Pranata Yudha.2007. Pengaruh Penetapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan.UII Yogyakarta Swasembada (Jakarta). Kajian Utama GCG 8 Desember 2008, hal 84-109. The Indonesian Institute For Corporate Governance dan SWA Swasembada.20 Peringkat Perusahaan Terpercaya 2008. No 27/XXIV/18 Desember 2008

Thomas S, Kaihatsu, 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia. (tkaihatul@petra.ac.id) Warner R. Murhadi.2007. Strudi Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Praktek Earning Manajemen pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI. (Werner@ubaya.ac.id) Yuliana.2007.Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial dan Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan.STIE Malang Kucecwara

LAMPIRAN 1 REKAPITULASI INPUT DATA PENELITIAN


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 EM (x1) 13.82372 -0.05507 -0.09321 -1.79661 0.060599 0.720726 0.072334 -0.54048 0.001773 -0.00479 0.00866 -0.00837 -0.06173 -0.06173 0.123316 -0.10741 0.004409 -0.03295 -0.03773 20.83617 0.3021 -3.39224 0.52002 -0.32886 -0.96413 0.23834 -1.48295 0.00817 0.08127 -0.06339 0.11259 0.06007 0.05935 1.77289 -0.04141 0.11286 0.03517 0.1538 -18.0858 -0.28696 0.568754 ROA (x2) 0.0333 0.21297 0.00905 0.01137 0.02945 0.00146 0.08844 0.05683 0.04524 0.00078 0.14647 0.15628 0.08272 0.04121 0.11423 0.00351 0.03518 0.13223 0.00062 0.025755 0.425035 0.013621 0.006914 0.023508 0.014038 0.279846 0.046374 0.020075 0.040174 0.156681 0.182503 0.114826 0.045073 0.079307 0.03842 0.031245 0.051856 0.044395 0.015898 0.133346 0.016242 ROE (x3) 0.000531 1.59646 0.234732 0.27347 0.060365 0.069697 0.158708 0.176055 0.462567 0.082104 0.000546 0.421564 1.305049 2.594978 0.428651 0.00935 1.343403 0.315534 0.121522 0.619553 5.366682 0.418922 0.162742 0.053202 0.803501 0.563287 0.171517 0.081759 0.006491 0.203951 0.630355 1.79512 3.757949 0.526529 0.099531 0.220895 0.352168 0.120598 0.452349 1.432243 0.556962 Tobing (X4) 21.700.000.000 10.500.000.000 160.600.000.000 500.000.000.000 525.000.000.000 10.552.420.000 10.000.000.000 10.501.000.000 9.500.000.000 7.680.000.000 25.200.000.000 18.113.000.000 15.456.000.000 10.000.000.000 228.100.000.000 60.000.000.000 18.462.000.000 16.000.000.000 50.000.000.000 21.700.000.000 20.170.000.000 89.749.000.000 74.709.000.000 39.000.000.000 40.158.833.000 29.000.000.000 58.400.000.000 10.200.000.000 7.681.500.000 62.400.000.000 154.560.000.000 56.462.000.000 10.000.000.000 28.100.000.000 400.000.000.000 184.620.000.000 160.000.000.000 50.000.000.000 6.650.100.000 30.000.000.000 248.720.000.000 KM (Y1) 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 KI (Y2) 0.00061438 0.00034073 0.00000091 0.00000375 0.00000553 0.00000534 0.00000246 0.00010257 0.00011 0.00006935 0.00000192 0.00002822 0.0000205 0.00000663 0.00001769 0.0000327 0.00000179 0.00001154 0.00000318 0.00188281 0.00052419 0.00105422 0.00000302 0.00000101 0.00000483 0.00001495 0.00002043 0.00000309 0.0000527 0.00000205 0.00002822 0.0000205 0.00000719 0.00002448 0.0000981 0.00000215 0.00001212 0.00000291 0.00191641 0.00052413 0.00000209

vii

42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57

1.002202 2.073197 1.059899 -0.01414 -0.04261 -0.00597 0.006495 -0.02449 -0.141 -0.00702 -0.12956 -1.68831 0.101703 -0.07072 -0.041 0.030691

0.009292 0.032645 0.006572 0.12605 0.040319 0.048338 0.045358 0.11637 0.279649 0.116455 0.03634 0.065642 0.023984 0.288156 0.099327 0.026048

0.240654 0.106638 0.436859 0.46074 0.22912 0.020818 0.109544 0.000527 1.482355 3.199084 3.457023 0.609625 0.063956 0.266901 0.330583 0.072442

74.709.000.000 392.000.000.000 39.494.000.000 47.898.000.000 58.400.000.000 27.600.000.000 3.136.000.000 62.400.000.000 18.112.000.000 56.462.000.000 1.000.000.000 228.100.000.000 100.000.000.000 18.462.000.000 16.000.000.000 50.000.000.000

1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1

0.00000302 0.00000104 0.00000239 0.00005978 0.00000435 0.00000423 0.00004248 0.00000206 0.00000028 0.00000537 0.00000119 0.00002473 0.0000981 0.00000214 0.00001212 0.00000416

viii

LAMPIRAN 2

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test EM N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Test distribution is Normal. b Calculated from data. 28 -,8458 ,98414 ,099 ,097 -,099 ,526 ,945 ROA 57 -1,4060 ,59981 ,110 ,057 -,110 ,827 ,500 ROE 57 -,6625 ,86369 ,137 ,086 -,137 1,033 ,237 TOBING 57 11,2024 1,21963 ,081 ,081 -,076 ,608 ,853

Descriptive Statistics Mean ,6786 -,8458 -1,4123 -,7591 11,2599 Std. Deviation ,47559 ,98414 ,51771 ,93005 1,09725 N 28 28 28 28 28

KM (Y1) EM ROA ROE TOBING

Correlations KM (Y1) 1,000 -,169 ,244 -,015 -,200 . ,195 ,105 ,471 ,153 28 28 28 28 28 EM -,169 1,000 -,245 -,049 -,016 ,195 . ,105 ,403 ,468 28 28 28 28 28 ROA ,244 -,245 1,000 ,167 -,055 ,105 ,105 . ,198 ,391 28 28 28 28 28 ROE -,015 -,049 ,167 1,000 -,121 ,471 ,403 ,198 . ,270 28 28 28 28 28 TOBING -,200 -,016 -,055 -,121 1,000 ,153 ,468 ,391 ,270 . 28 28 28 28 28

Pearson Correlation

KM (Y1) EM ROA ROE TOBING

Sig. (1-tailed)

KM (Y1) EM ROA ROE TOBING

KM (Y1) EM ROA ROE TOBING

ix

Variables Entered/Removed(b) Variables Entered TOBING, EM, ROE, ROA(a) Variables Removed .

Model 1

Method Enter

a All requested variables entered. b Dependent Variable: KM (Y1)

Model Summary Adjusted R Square -,039 Std. Error of the Estimate ,48470

Model 1

R ,339(a)

R Square ,115

a Predictors: (Constant), TOBING, EM, ROE, ROA

ANOVA(b) Sum of Squares ,704 5,404

Model 1

df 4 23

Regression Residual Total

Mean Square ,176 ,235

F ,749

Sig. ,569(a)

6,107 27 a Predictors: (Constant), TOBING, EM, ROE, ROA b Dependent Variable: KM (Y1)

Coefficients(a) Stand ardize d Coeffi cients Beta -,123 ,217 -,081 -,200

Model

Unstandardized Coefficients Std. B Error (Constant) EM ROA ROE TOBING 1,856 -,060 ,199 -,041 -,087 ,992 ,098 ,188 ,102 ,086

t Zeroorder 1,870 -,610 1,057 -,404 -1,013

Sig. Partial ,074 ,548 ,302 ,690 ,322 Part

Correlations B -,126 ,215 -,084 -,207 Std. Error -,120 ,207 -,079 -,199

-,169 ,244 -,015 -,200

a Dependent Variable: KM (Y1)

Descriptive Statistics Mean ,0001 -,8458 -1,4123 -,7591 11,2599 Std. Deviation ,00037 ,98414 ,51771 ,93005 1,09725 N 28 28 28 28 28

KI (Y2) EM ROA ROE TOBING

Correlations KI (Y2) 1,000 ,520 ,040 ,028 -,239 . ,002 ,420 ,444 ,110 28 28 28 28 28 EM ,520 1,000 -,245 -,049 -,016 ,002 . ,105 ,403 ,468 28 28 28 28 28 ROA ,040 -,245 1,000 ,167 -,055 ,420 ,105 . ,198 ,391 28 28 28 28 28 ROE ,028 -,049 ,167 1,000 -,121 ,444 ,403 ,198 . ,270 28 28 28 28 28 TOBING -,239 -,016 -,055 -,121 1,000 ,110 ,468 ,391 ,270 . 28 28 28 28 28

Pearson Correlation

KI (Y2) EM ROA ROE TOBING

Sig. (1-tailed)

KI (Y2) EM ROA ROE TOBING

KI (Y2) EM ROA ROE TOBING

Variables Entered/Removed(b) Variables Entered TOBING, EM, ROE, ROA(a) Variables Removed .

Model 1

Method Enter

a All requested variables entered. b Dependent Variable: KI (Y2)

Model Summary Adjusted R Square ,236 Std. Error of the Estimate ,00033

Model 1

R ,591(a)

R Square ,349

a Predictors: (Constant), TOBING, EM, ROE, ROA

xi

ANOVA(b) Sum of Squares ,000 ,000 ,000 Mean Square ,000 ,000

Model 1

Regression Residual Total

df 4 23 27

F 3,082

Sig. ,036(a)

a Predictors: (Constant), TOBING, EM, ROE, ROA b Dependent Variable: KI (Y2)

Coefficients(a) Standar dized Coefficie nts Beta

Mode l

Unstandardized Coefficients Std. B Error (Constant ) EM ROA ROE ,001 ,000 ,001 ,000

t Zeroorder 1,971

Sig. Partial ,061 ,004 ,362 ,997 ,205 ,520 ,040 ,028 -,239 Part

Correlations B Std. Error

,557 ,164 ,001 -,221

3,207 ,931 ,004 -1,303

,556 ,191 ,001 -,262

,540 ,157 ,001 -,219

,000 ,000 2,561E,000 07 TOBING -7.55E,000 005 a Dependent Variable: KI (Y2)

Descriptive Statistics N 28 57 57 57 28 Minimum -2,75 -3,21 -3,28 7,61 Maximum 1,32 -,37 ,73 14,21 Mean -,8458 -1,4060 -,6625 11,2024 Std. Deviation ,98414 ,59981 ,86369 1,21963

EM ROA ROE TOBING Valid N (listwise)

xii

Tabel T

df 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

2,5%
12,7062 4,3027 3,1824 2,7764 2,5706 2,4469 2,3646 2,3060 2,2622 2,2281 2,2010 2,1788 2,1604 2,1448 2,1314 2,1199 2,1098 2,1009 2,0930 2,0860 2,0796 2,0739 2,0687 2,0639 2,0595 2,0555 2,0518 2,0484

5,0%
6,3138 2,9200 2,3534 2,1318 2,0150 1,9432 1,8946 1,8595 1,8331 1,8125 1,7959 1,7823 1,7709 1,7613 1,7531 1,7459 1,7396 1,7341 1,7291 1,7247 1,7207 1,7171 1,7139 1,7109 1,7081 1,7056 1,7033 1,7011

10,0%
3,0777 1,8856 1,6377 1,5332 1,4759 1,4398 1,4149 1,3968 1,3830 1,3722 1,3634 1,3534 1,3502 1,3450 1,3406 1,3368 1,3334 1,3304 1,3277 1,3253 1,3232 1,3212 1,3195 1,3178 1,3163 1,3150 1,3137 1,3125

You might also like