You are on page 1of 40

MAKALAH METABOLISME ZAT GIZI

KARBOHIDRAT DAN METABOLISMENYA

OLEH KELOMPOK I 1. FAUZIAH HAMID 2. OETARI YUNITA 3. CHICA RISKA ASHARI 4. EKA ISMA LILIANY 5. A. MARDIYAH IDRIS (K21110002) (K21110003) (K21110004) (K21110006) (K21110007)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2011 KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Sesungguhya tiada sesuatu yang sempurna kecuali yang Maha. Maka dari itu, kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan pemikiran kami. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Makassar, Oktober 2011

Kelompok Satu

BAB I PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG Karbohidrat menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh makhluk hidup. Monosakarida, khususnya glukosa, merupakan nutrien utama sel. Sel-sel tubuh menyerap glukosa dan mengambil tenaga yang tersimpan di dalam molekul tersebut pada proses respirasi seluler untuk menjalankan sel-sel tubuh. Selain itu, kerangka karbon monosakarida juga berfungsi sebagai bahan baku untuk sintesis jenis molekul organik kecil lainnya, termasuk asam amino dan asam lemak. Karbohidrat sangat penting untuk proses fisiologi dan metabolisme dalam sel tubuh makhluk hidup. Oleh karena itu perlu diketahui mengenai sifat-sifat karbohidrat, jenis-jenis karbohidrat, struktur karbohidrat, dan segala hal tentang karbohidrat. Studi kasus diperlukan untuk menganalisis kelainan dan penyakit pada tubuh akibat terganggunya hipoglikemia. proses metabolisme karbohidrat, khususnya pada penyakit

I.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apa itu karbohidrat dan jenis-jenis karbohidrat? 2. Bagaimana metabolisme karbohidrat dalam tubuh? 3. Bagaimana hipoglikemia? gangguan metabolisme karbohidrat khususnya penyakit

BAB II ISI

1. Pengertian Karbohidrat, dan Jenis Karbohidrat Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau polihidroksilketon dari alkohol polihdrik (lebih dari satu gugus OH), atau senyawa yang menghasilkan derivat-derivat ini pada dihidrolisis. Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan banyak gugus hidroksil. Rumus empiris senyawa karbohidrat adalah Cn(H2O)n, yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air. Karbohidrat merupakan senyawa makromolekul (polimer) alam yang disebut polisakarida (mengikat banyak sekali gugus-gugus sakarida). Sakarida merupakan molekul gula sederhana. Sebagian besar karbohidrat yang ditemukan di alam terdapat sebagai polisakarida dengan berat molekul tinggi. Beberapa polisakarida berfungsi sebagai bentuk penyimpanan bagi monosakarida, sedangkan yang lain sebagai penyusun struktur di dalam dinding sel dan jaringan pengikat. Karbohidrat terdiri dari unsur karbon (C), oksigen (O), dan hidrogen (H). Rumus molekul karbohidrat adalah Cn(H2O)n. Pada tumbuhan, karbohidrat dibentuk oleh sel-sel berhijau daun (kloroplas yang mengandung klorofil) melalui proses fotosintesis. Karbohidrat sangat penting untuk proses fisiologi di dalam sel makhluk hidup. Berdasarkan fungsinya, karbohidrat dapat dikelompokkan menjadi: 1. Karbohidrat sederhana sebagai sumber energi dalam sel. 2. Karbohidrat rantai panjang sebagai cadangan energi. 3. Karbohidrat rantai panjang sebagai komponen struktural organel dan bagian sel lainnya. Karbohidrat yang dihasilkan tumbuhan dari hasil fotosintesis mencakup selulosa yang merupakan rangka tumbuh-tumbuhan serta pati dari sel-sel tumbuhtumbuhan. Pada tumbuhan, karbohidrat di sintesa dari CO2 dan H2O melalui proses fotosintesis dalam sel berklorofil dengan bantuan sinar matahari. Karbohidrat yang dihasilkan merupakan cadangan makanan yang disimpan dalam akar, batang, dan biji sebagai pati (amilum).

Karbohidrat dalam tubuh hewan dibentuk dari beberapa asam amino, gliserol lemak, dan sebagian besar diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuhtumbuhan. Karbohidrat dalam sel tubuh disimpan dalam hati dan jaringan otot dalam bentuk glikogen. Hewan dapat mensisntesis sebagian karbohidrat dari lemak dan protein, tetapi jumlah terbesar karbohidrat dalam jaringan tubuh hewan berasal dari tumbuhan. Karbohidrat dibagi menjadi 3 golongan utama, yaitu Monosakarida, Disakarida, dan Polisakarida. Berikut penjelasan mengenai 3 jenis-jenis karbohidrat. a. Monosakarida Monosakarida atau sering disebut sebagai gula sederhana adalah sakarida yang tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih sederhana lagi. Monosakarida adalah karbohidrat sederhana yang namanya ditentukan oleh jumlah atom C pada molekulnya. Karbohidrat sederhana ini dapat lagi dibagi menjadi triosa, terosa, pentosa, heksosa, atau tergantung dari jumlah atom karbon yang mereka miliki, dan dalam aldosa atau ketosa, jadi tergantung pada gugus aldehida atau ketonnya. Contoh monosakarida adalah triosa pentosa, dan heksosa. 1. Triosa Memiliki 3 atom C, terdapat di dalam sel sebagai hasil atau metabolit pada oksidasi heksosa dan pentosa. 2. Pentosa Memilliki 5 atom C, terdapat pada asam nukleat (DNA dan RNA) dan beberapa koenzim. 3. Heksosa Memiliki 6 atom C. Contohnya adalah glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi kearah kanan. Di alam, terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Di alam, glukosa dihasilkan dalam reaksi antara karbondioksida dalam air disebut fotosintesis dan glukosa yang terbentuk terus digunakan untuk pembentukan amilum atau selulosa. Adapun fruktosa mempunyai rasa lebih manis dari pada glukosa dengan pereaksi seliwanoff. Pereaksi ini khas untuk menunjukkan adanya ketosa. Fruktosa berkaitan dengan glukosa membentuk sukrosa.

b. Disakarida Disakarida adalah karbohidrat yang jika dihidrolisis akan menghasilkan dua molekul monosakarida yang sama atau berbeda. Contoh disakarida adalah maltosa, laktosa, dan sukrosa. Maltosa merupakan contoh disakarida. Pada umumnya senyawa ini dihasilkan dari hidrolisis pati. Terdiri dari dua satuan monosakarida yaitu glukosa dan glukosa. Bila konfigurasi utama adalah @ maka ikatan tersebut adalah 1,4 @. Oleh karenanya atom C nomor 1 pada glukosa utamanya mengikat gugus maka daya mereduksi satuan tersebut menjadi hilang. c. Polisakarida Polisakarida merupakan senyawa kompleks karbohidrat dengan rumus molekul (C6H10O5)n. Ada dua macam polisakarida, yaitu homopolisakarida dan heteropolisakarida. Contoh polisakarida adalah amilum, glikogen, dekstrin, dan selulosa. Pati adalah contoh polisakarida. Senyawa ini merupakan cadangan makanan dalam tumbuh-tumbuhan, misalnya pada gandum, kacang, umbi, dsb. Pati yang terdapat di alam tidak larut air dan memberi warna biru dengan iodium. Bentuk mikroskopik butir-butir pati berlainan menurut sumbernya. Polisakarida ini disebut juga glukosa karena pada hidrolisisnya hanya dibentuk glukosa sebagai zat terakhir. Pada umumnya, karbohidrat berupa serbuk putih yang mempunyai sifat sukar larut dalam pelarut nonpolar tetapi mudah larut dalam air kecuali, polisakarida bersifat tidak larut dalam air. Amilum dengan air dingin akan membentuk suspensi dan bila dipanaskan akan membentuk pembesaran berupa pasta dan bila didinginkan akan membentuk koloid yang kental semacam gel. Suspensi amilum akan memberikan warna biru dengan larutan iodium. Hal ini dapat digunakan untuk mengidentifikasikan adanya amilum dalam suatu bahan. Hidrolisis sempurna amilum oleh asam atau enzim akan menghasilkan glukosa. Semua jenis karbohidrat, baik monosakarida, disakarida, maupun polisakarida akan berwarna merah-ungu bila larutannya dicampur beberapa tetes pereaksi molisch dan ditambahkan asam sulfat pekat, sehingga tidak bercampur. Warna ungu akan tampak pada di bidang batas antara kedua cairan. Sifat ini dipakai sebagai

dasar uji kualitatif adanya karbohidrat dalam suatu bahan dan dikenal degan uji molisch. Monosakarida dan disakarida memiliki rasa manis, sehingga sering disebut gula. Rasa manis dari gula disebabkan oleh gugus hidroksilnya. Kebanyakan monosakarida dan disakarida, kecuali sukrosa, adalah gula pereduksi. Sifat mereduksi disebabkan adanya gugus aldehida atau keton bebas dalam molekulnya. Larutan gula bereaksi positif dengan pereaksi Fehling, pereaksi Tollens, maupun pereaksi benedict. Glikogen mempunyai struktur empiris yang serupa dengan amilum pada pertumbuhan. Pada proses hidrolisis, glikogen menghasilkan pula glukosa karena, baik amilum maupun glikogen, tersusun dari sejumlah satuan glukosa. Glikogen dalam air akan membentuk koloid dan memberikan warna merah dengan larutan iodium. Pembentukan glikogen dari glukosa dalam sel tubuh diatur oleh hormon insulin dan prosesnya disebut glikogenesis. Sebaliknya, proses hidrolisis glikogen menjadi glukosa disebut glikogenolisis. 2. Metabolisme Karbohidrat Keterkaitan metabolisme karbohidrat, bahwa zat tersebut dapat digunakan untuk menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Tahap awal pemecahan karbohidrat dan zat makanan lainnya berbeda-beda, tetapi masing-masing produknya akan masuk ke dalam siklus krebs atau siklus asam trikarboksilat atau siklus asam sitrat pada beberapa tempat-tempat kemudian dipecah guna pembentukan energi. Karbohidrat mengalami perombakan menjadi glukosa (monosakarida).

Kemudian, melalui proses glikolisis glukosa dirombak menjadi gliseraldehid fosfat dan selanjutnya menjadi asam piruvat. Proses berikutnya, asam piruvat masuk ke mitokondria untuk diubah menjadi asetil koenzim A. Asetil koenzim A kemudian masuk ke siklus krebs untuk menghasilkan ATP. Di dalam tubuh, senyawa polisakarida dan disakarida dicerna dengan bantuan enzim menjadi molekul sederhana, yaitu glukosa. Glukosa dalam tubuh diuraikan sehingga menghasilkan energi, yang digunakan tubuh untuk melakukan berbagai aktivitas. Jika jumlah glukosa dalam tubuh berlebih, tidak sesuai dengan jumlah aktivitas yang dilakukan, maka glukosa yang ada akan diubah oleh tubuh menjadi glikogen

dan disimpan sebagai cadangan makanan. Glukosa yang berlebih dapat diubah menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan adipose (jaringan lemak). Manusia tidak dapat mencerna selulosa sehingga serat selulosa yang dikonsumsi manusia hanya lewat melalui saluran pencernaan dan keluar bersama feses. Serat-serat selulosa mengikis dinding saluran pencernaan dan merangsangnya mengeluarkan lendir yang membantu makanan melewati saluran pencernaan dengan lancar sehingga selulosa disebut sebagai bagian penting dalam menu makanan yang sehat. Contoh makanan yang sangat kaya akan serat selulosa ialah buah-buahan segar, sayur-sayuran, dan biji-bijian. Selain sebagai sumber energi, karbohidrat juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam basa di dalam tubuh, berperan penting dalam proses metabolisme dalam tubuh, dan pembentuk struktur sel dengan mengikat protein dan lemak. Karbohidrat menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh makhluk hidup. Monosakarida, khususnya glukosa, merupakan nutrien utama sel. Sel-sel tubuh menyerap glukosa dan mengambil tenaga yang tersimpan di dalam molekul tersebut pada proses respirasi seluler untuk menjalankan sel-sel tubuh. Selain itu, kerangka karbon monosakarida juga berfungsi sebagai bahan baku untuk sintesis jenis molekul organik kecil lainnya, termasuk asam amino dan asam lemak. Sebagai nutrisi untuk manusia, 1 gram karbohidrat memiliki nilai energi 4 Kalori. Dalam menu makanan orang Asia Tenggara termasuk Indonesia, umumnya kandungan karbohidrat cukup tinggi, yaitu antara 7080%. Bahan makanan sumber karbohidrat ini misalnya padi-padian atau serealia (gandum dan beras), umbiumbian (kentang, singkong, ubi jalar), dan gula. Namun demikian, daya cerna tubuh manusia terhadap karbohidrat bermacam-macam bergantung pada sumbernya, yaitu bervariasi antara 90%98%. Serat menurunkan daya cerna karbohidrat menjadi 85%. A. Glikolisis Glikolisis adalah proses oksidasi glukosa menjadi piruvat (aerob) dan laktat (anaerob). Proses ini berlangsung di seluruh sitosol/ jaringan.

Glikolisis aerob, piruvat yang dihasilkan dapat diubah menjadi asetil KoA selanjutnya dioksidasi di TCA (Tri Carboxylic Acid atau siklus asam sitrat) menghasilkan lebih banyak NADH dan FADH2. Sebuah Molekul ATP dibutuhkan untuk mengkonversi glukosa menjadi glukosa 6 fosfat. Reaksi ini disebut fosforilasi substrat dengan bantuan enzim heksosinase sehingga menjaga kadar gula dalam sitoplasma tetap rendah sebagai stimulus agar asupan ke dalam sitosol tetap mengalir dan mencegah glukosa untuk keluar kembali ke dalam periplasma. Glikolisis anaerob, rantai transport electron tidak dapat berlangsung. Reoksidasi NADH menjadi NAD terjadi melalui reduksi piruvat menjadi laktat. Terjadi reduksi asam piruvat menjadi asam laktat menghasilkan NAD+ dan menggunakan NADH. NAD+ dapat dipakai oleh enzim glisraldehid, dehidrogenase, shingga glikolisis dapat berjalan biarpun tidak ada oksigen (anaerob). B. Glikogenesis Glikogenesis adalah proses perubahan glukosa menjadi glikogen. Fungsi glikognesis adalah untuk mempertahankan kadar gula darah.

Reaksi pertama glukosa dan ATP melalui enzim glukokinase dan heksokinase, akan menghasilkan glukosa 6 fosfat dan ADP. Glukosa 6 fosfat ini melalui proses dengan enzim fosfoglukomutase akan menjadi glukosa 1 fosfat. Enzim glikogen sintetase membentuk ikatan alfa 1,4 glikosidik (rantai lurus) dari glikogen. Enzim pencabang (branching enzyme) akan membentuk ikatan alfa 1,6 (rantai cabang) dari glikogen.

C. Glikogenolisis

Glikogenolisis adalah proses pemecahan glikogen. Dalam otot, proses ini bertujuan untuk mendapatkan energy pada otot. Dalam hati, tujuannya adalah untuk mempertahankan kadar glukosa. Glikogenolisis merupakan kebalikan proses dari glikogenesis.

D. Glukoneogenesis

Glukoneogenesis adalah suatu proses perubahan prekusor menjadi glukosa atau glikogen. Jaringan utama tempat berlangsungnya glukoneogenesis adalah hati dan ginjal. Organ yang peka terhadap glukosa adalah eritrosit dan system saraf. Fungsi dari glukoneogenesis adalah meningkatkan kadar glukosa darah untuk kebutuhan normal sel.

STUDI KASUS

KASUS 1 HIPOGLIKEMIA Pasien perempuan usia 65 tahun datang dengan keluhan pasien mengeluhkan lemas, pusing. 1 hari sebelum masuk RS pasien pingsan 2 kali. Pasien tidak mau makan dan mengeluhkan perutnya sakit. Sesak (-), mual (+), muntah (-), minum (+) normal, belum BAB 2 hari, BAK (+) normal jernih Riwayat penyakit dengan keluhan serupa disangkal. Riwayat keluarga dengan penyakit atau keluhan serupa disangkal. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, compos mentis, gizi cukup, tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 90 x/menit regular, respirasi 22 x/menit tipe thoracoabdominal dan suhu 36o C. Pemeriksaan kepala-leher, konjungtiva anemis +/+, sklera tidak ikterik, hidung, mulut, mandibula tidak didapatkan kelainan. Pemeriksaan thorak, dan ekstremitas tidak didapatkan kelainan. Pemeriksaan abdomen auskultasi bising ususperistaltik (+) normal, timpani pada perkusi, dari palpasi supel, terdapat nyeri tekan pada regio abdomen terutama regio epigastrium, hepar dan lien tidak teraba, tidak terdapat nyeri ketok sudut kostovertebra. Pemeriksaan penunjang : darah lengkap Hb 12,0 gr/dl, Hmt 38.4%; Angka Leukosit 14.72 . 103/Ul; Angka Eritrosit 4.11 .106/Ul; Angka Trombosit 309 .103/Ul; GDS 29 Mg%; Urea 60.5 Mg%; Creatin 1.61 Mg%. Diagnosis Hipoglikemia, Diabetes Melitus Tipe 2, Hipertensi stage I Terapi Infus D5% , Injeksi Ranitidin 2 x 1 gr, Injeksi Antasida 3 x 1, Injeksi Sotatic 3 x 1 mg, Captopril 2 x 25 mg Dibuat Oleh Anggita Wara A. Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Tidar Magelang. Sumber kasus: http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=Penanganan+Hipoglikemia+Diab etika

PENYELESAIAN KASUS: A. Definisi, penyebab, dan gejala hipoglikemia

Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) dalam tubuh secara abnormal rendah. Walaupun kadar glukosa plasma puasa pada orang normal jarang melampaui 99 mg%, tetapi kadar <108 mg% masih dianggap normal. Kadar glukosa plasma kira kira 10 % lebih tinggi dibandingkan dengan kadar glukosa darah keseluruhan (whole blood) karena eritrosit mengandung kadar glukosa yang relative lebih rendah. Kadar glukosa arteri lebih tinggi dibandingkan dengan vena, sedangkan kadar glukosa darah kapiler di antara kadar arteri dan vena. Hipoglikemia spontan yang patologis mungkin terjadi pada tumor yang mensekresi insulin atau insulin- like growth factor (IGF). Dalam hal ini diagnosis hipoglikemia ditegakkan bila kadar glukosa <50mg% atau bahkan <40 mg%. Walaupun demikian berbagai studi fisiologis menunjukkan bahwa gangguan fungsi otak sudah dapat terjadi pada kadar glukosa darah 55 mg%. Lebih lanjut diketahui bahwa kadar glukosa darah 55 mg% yang terjadi berulang kali dapat merusak mekanisme proteksi endogen terhadap hipoglikemia yang lebih berat. Gula darah kadarnya dipertahankan dalam range yaitu setelah makan 6,5 7,2 mmol/L.Hipoglikemia didefinisikan seperti berikut. ringan, jika kadar gula darahnya (4060mg/dl) sedang,jika kadar gula darahnya (20-40mg/dl) berat, jika kadar gula darahnya (<20mg/dl) Hipoglikemia yang tidak berhubungan dengan obat dapat dibagi menjadi: 1. Hipoglikemia karena puasa, dimana hipoglikemia terjadi setelah berpuasa 2. Hipoglikemia reaktif, dimana hipoglikemia terjadi sebagai reaksi terhadap makan, biasanya karbohidrat. Penyebab hipoglikemia adalah: 1. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas 2. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya 3. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal. Puasa yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia hanya jika terdapat penyakit lain (terutama penyakit kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal). Cadangan karbohidrat di hati bisa menurun secara perlahan sehingga tubuh tidak dapat mempertahankan kadar gula darah.

4. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati. Pemeriksaan fisik khusus yang dilakukan untuk mengenali adanya hipoglikemia antara lain : pucat, tekanan darah, frekuensi denyut jantung, dan penurunan kesadaran. Gejala dan tanda klinis : Stadium parasimpatik : lapar,mual,tekanan darah turun. Stadium gangguan otak ringan : lemah lesu ,sulit bicara, kesulitan menghitung sementara. Stadium simpatik : keringat dingin pada muka ,bibir atau tangan gemetar. Stadium gangguan otak berat : tidak sadar,dengan atau tanpa kejang.

B. MEKANISME HIPOGLIKEMIA

PATOFISIOLOGI

SEHINGGA

MENGAKIBATKAN

Hipoglikemia merupakan keadaan dimana kadar gula dalam darah itu dibawah normal. Hal ini diakibatkan pelepasan berlebihan insulin oleh pancreas serta kelainan pembentukan glukosa di hati. Jadi, hipoglikemia ini berkaitan dengan mekanisme glikogenesis pada tubuh. Tahap glikogenesis yaitu pembentukan glikogen dari glukosa. Tahap pertama yaitu alfa-D-glukosa dengan ATP melalui enzim glukokinase dan heksokinase, akan menghasilkan glukosa 6 fosfat dan ADP. Tahap kedua glukosa 6 fosfat ini melalui proses dengan enzim fosfoglukomutase akan menjadi glukosa 1 fosfat. Tahap ketiga glukosa 1 fosfat dan UTP (Uridin Tri Pospat) akan menghasilkan UTP-glukosa dan piroposfat (Ppi). Tahap empat UDP glukosa dan glikogen primer akan menghasilkan glikogen tidak bercabang. Tahap lima enzim glikogen sintetase membentuk ikatan alfa 1,4 glikosidik (rantai lurus) dari glikogen. Tahap terakhir enzim pencabang (branching enzyme) akan membentuk ikatan alfa 1,6 (rantai cabang) dari glikogen. Glikogenesis merupakan pembentukan glikogen dari glukosa yang dikonversi. Glikogen bisa menjadi sumber energy dan sangat erat kaitannya dengan kondisi fisik dan emosional. Insulin glikogen disintesis melalui stimulus de fosforilas dari sintesis glikogen. Terjadinya hipoglikemia adalah ketika pembentukan glukosa atau glikogen yang (glikogenesis) tanpa disertai dengan proses glikogenolisis yang merombak glukosa. Akibatknya, insulin terus terpacu untuk bertambah stimulusnya sehingga

mengakibatkan penderita hipoglikemia mengalami gula darah rendah. Hipoglikemia terjadi karena gula sangat cepat diserap sehingga merangsang pembentukan insulin yang berlebihan. Kadar insulin yang tinggi menyebabkan penurunan kadar gula darah yang cepat.

C. PENANGANAN HIPOGLIKEMIA DAN NUTRISI BAGI PENDERITANYA Prinsip dari penanganan hipoglikemia adalah menaikkan kembali kadar gula darah yang rendah sehingga mencapai kadar normalnya. Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Penderita nondiabetes yang sering mengalami hipoglikemia, dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.

KASUS 2 OBESITAS

Kasus: Seorang ibu yang mengalami kenaikan berat badan sebanyak 28 kg setelah melahirkan. Ketika itu dia berolahraga dan berat badannya turun perlahan-lahan,

namun sampai di titik tertentu tidak mau turun lagi. Keluhan yagn pasti yaitu ia tidak percaya diri dan itu merupakan keluhan utama. Dia banyak bekerja dan beraktifitas yang banyak bertemu dengan orang lain, misalnya training, seminar, penyuluhan dan lain-lain. Dia merasa kurang fit, gampang capek dan badan terasa berat. Dia bingung untuk menggunakan pakaian karena semua terasa sempit. Semua jenis diet, semua jenis obat diet, semua terapi sudah pernah dia lakukan, mulai dari diet macan yang hanya makan daging, diet hanya makan sayur dan buah-buahan, food combining diet berdasarkan golongan darah. Dia mulai mengkonsumsi obat-obatan mulai dari yang berbentuk jamu, pil, kapsul, dll. Mulai dari obat pencahar, penahan lapar, pemecah lemak sampai yang mengandung ampetamin. Dia juga sudah mecoba teknik akupuntur dua kali. Teknik ini lumayan efektif dan tidak ada efek sampingnya . berat badannya turun banyak namun di saat melakukan akupuntur yang kedua kali dia tetap tidak menahan lapar dan alhirnya perogramnya gagal.

DEFINISI Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelebihan lemak dalam tubuh. Secara klasik obesitas telah diidentifikasi bobot yang lebih besar dari 20% bobot yang layak bagi wanita dan pria untuk tinggi tertentu. Obesitas disebabkan oleh ketidak seimbangan antara konsumsi dan kebutuhan energi, dimana energi terlalu banyak dibanding kebutuhan atau pemakaian energi. Kelebihan energi dalam tubuh disimpan dalam bentuk jaringan lemak pada keadaan normal, jaringan lemak ditimbun dibeberapa tempat tertentu, diantaranya dalam jaringan subkutan dan didalam jaringan tirai usus (omentum). Obesitas itu sendiri adalah istilah untuk menyatakan badan. Obesitas berarti lemak tubuh yang dapat membahayakan kesehatan, sedangkan overweight menggambarkan kelebihan dibandingkan berat badan normal.

GEJALA Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernapasan dan sesak napas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan

pernapasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernapasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk. Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.

PENYEBAB Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas. Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor:
y

Faktor genetik. Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.

Faktor lingkungan. Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.

Faktor psikis. Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa memengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.

Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial. Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari.
y

Faktor kesehatan. Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:


o o o o

Hipotiroidisme Sindroma Cushing Sindroma Prader-Willi Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.

Obat-obatan Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan penambahan berat badan.

Faktor perkembangan. Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.

Aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori.

Seseorang yang cenderung mengonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.

MEKANISME PATOLOGI Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh faktor eksogen (obesitas primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor endogen (obesitas sekunder) akibat adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik (meliputi 10%). Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu : pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi dan regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan adipose, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi. Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptide Y (NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan.

PENGOBATAN Dalam usaha mencegah dan mengobati tumbuhnya obesitas, diperlukan pengetahuan tentang penyebab munculnya kelebihan lemak dalam tubuh. Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya obesitas, yaitu: 1. Olahraga 2. Mengurangi konsumsi lemak 3. Lebih banyak mengkonsumsi protein 4. Banyak mengkonsumsi serat makanan. Secara umum pengobatan obesitas dapat dilakukan melalui: 1. Diet khusus yaitu diet rendah kalori, dimana terdapat pada makanan yang kaya akan serat dan rendah lemak, dimana makanan yang kaya serat akan menyebabkan gastric emptlyng tinggi (tahan lama dalam lambung), mengikat lemak atau kolesterol, transit time (waktu tinggal di usus) rendah dan mengakibatkan rasa kenyang yang lama. 2. Latihan fisik, dimana sangat efektif untuk menurunkan berat badan, apabila didampingi dengan pembatasan masukan kalori. 3. Pengubahan perilaku dimana diet dapat dilakukan dengan mengubah nafsu makan dengan menginduksikan suatu keadaan metabolic yang merangsang anoreksia yang disertai dengan mobilisasi lipid. 4. Pembedahan 5. Farma kologik Pengobatan obesitas bertujuan untuk menurunkan berat badan atau mempertahankan berat badan normal. Umumnya, target penurunan berat badan yang dianjurkan pada tahap pertama adalah 10 persen dari berat badan dalam kurun waktu enam bulan. Penurunan berat badan yang dianjurkan 0,5 -1 Kg setiap minggu. Penurunan berat badan berlebihan tidak dianjurkan karena umumnya tidak bertahan lama. Pengobatan obesitas yang dianjurkan adalah modifikasi diet, peningkatan aktivitas fisik, dan perubahan perilaku. Pemberian obat hanya dianjurkan pada penderita obesitas berisiko tinggi yaitu pada penderita dengan IMT 25-29,9 atau penderita dengan lingkar pinggang yang lebih dari normal dengan dua atau lebih faktor risiko, dan penderita dengan IMT = 30.

Terapi diet yang dianjurkan adalah diet rendah kalori. Besarnya energi yang diberikan 500-1.000 kalori lebih rendah dibandingkan rata-rata asupan energi per hari. Penurunan asupan energi sebesar 500-1.000 kalori per hari akan menurunkan berat badan 0,5-1 kg per minggu. Diet rendah kalori sebaiknya dengan jenis jenis makanan berderajat kekenyangan tinggi sehingga dapat membantu penderita tetap taat. Pemilihan jenis makanan sebaiknya disesuaikan dengan jenis makanan penderita sebelumnya, hanya jumlah kalorinya dibatasi. Cara paling mudah adalah dengan mengurangi frekuensi makan di luar waktu makan utama atau mengurangi camilan, terutama yang padat kalori. Memilih jenis makanan rendah lemak dan mengganti dengan makanan tinggi serat seperti buah dan sayuran. Namun, asupan vitamin dan mineral harus dijaga agar mencukupi kebutuhan harian. Latihan fisik pada penderita obesitas harus dilakukan bersama dengan diet rendah kalori untuk meningkatkan pembakaran lemak, latihan fisik sangat membantu mempertahankan berat badan agar tidak mudah naik kembali. Yang dianjurkan adalah olah raga dengan intensitas sedang selama minimal 30 menit dengan frekuensi 3-5 kali per minggu. Sebaiknya juga memperbanyak aktivitas fisik seperti jalan, membersihkan rumah, serta mengurangi pola hidup sedentary seperti menonton televisi dan bermain video games. Penggunaan obat harus di bawah pengawasan dokter yang mengerti benar penangganan obesitas karena tidak semua penderita obesitas memberi reaksi positif terhadap obat. Banyak permasalahan yang timbul bila penderita obesitas hanya

mengandalkan diet saja seperti penderita sudah mencoba berbagai macam diet dan membatasi berbagai macam asupan makanan, penderita obesitas merasa makanannya sudah sedikit dan sangat susah mengurangi yang sudah sedikit tersebut. Penderita pun kadang lebih tersiksa dengan program dietnya dari pada masalah kegemukannya sendiri. Pergi berkonsultasi dengan dokter keluarga pun kadang tidak membantu. Salah satu penelitian besar menunjukkan bahwa lebih dari setengah yang menjalani diet mengatakan adalah menghabiskan waktu dengan mengunjungi dokter untuk menanyakan saran melangsingkan badan. Penelitian

lainnya menunjukkan bahwa hampir sepertiga dari dokter keluarganya sendiri mempunyai masalah kelebihan berat badan.

KASUS 3 DIABETES MELLITUS

IDENTITAS

Nama Umur Pekerjaan Status Alamat

: Bpk. Maryono : 70 tahun : Pensiunan Pegawai Puskesmas : Menikah : Kenayan RT 1 RW 15, Borobudur, Magelang

Keluhan Utama : Lemas

Riwayat Penyakit Sekarang Dua tahun yang lalu mengeluh badan terasa lemas. Pernah sembuh, 1 bulan lalu terasa sakit lagi. Sudah diobati keluhan utama hilang. Sebelum diobati nafsu makan meningkat dan BAK 9x tiap malam, setelah diobati hanya BAK 2x. Gelisah, keringatan juga disangkal. Pasien banyak minum. Waktu sakit pernah mengalami penurunan berat badan. Dokter memberi obat 2 macam jenis.

Anamnesis Sistem y y y y Cerebrospinal Cardiovascular Respirasi Digesti : Demam(-), Nyeri kepala(-), Pusing(-), Pingsan(-) : Berdebar-debar(-), Ngantuk(+), nyeri dada (-) : Sesak nafas(-), Batuk (-), pilek(-) : Mual(-), Muntah(-), Nafsu makan menurun(-),

Nyeri perut(-), BAB(N), penurunan BB(+) y y y Uropoetika Musculoskeletal Integumentum : BAK (-) : Lemas(+), nyeri sendi(-) : Kulit jari tangan kanan putih(+)

Riwayat Penyakit Dulu y Riwayat teknan darah tinggi disangkal. y Dua tahun yang lalu pernah mengalami keluhan lemas.

y Tidak ada riwayat alergi. y Tidak ada konsumsi obat tertentu. y Belum pernah mondok dirumah sakit sebelumnya. Riwayat Penyakit Keluarga y y y Tidak ada keluarga yang mmenderit penyakit gula darah. Tidak ada keluarga yang alergi. Tidak ada keluarga yang hipertensi.

Kebiasan/Lingkungan y y y y Kebiasaan merokok dan minum alkohol disangkal. Lingkungan sekitar bersih. Makan teratur. Pasien sering berolahraga jalan pagi.

Pemeriksaan Fisik y y y Keadaan Umum Kesadaran Vital Sign Tekanan darah Nadi Respirasi Suhu BB/TB Kepala Leher : 140/80 mmHg :73 x/menit : 14 x/ menit : 35,70C : 50kg/ 167 cm : Conjungtiva anemis(-), sclera ikterik(-) : Limfonodi leher tidak teraba, : Cukup : Composmentis

pembesaran kelenjar tiroid (-) Abdomen Kulit Ekstremitas : (-) : Telapak tangan basah(-), berkeringat(-) : Akral dingin(+), edema pretibial(-), tremor(-)

PEMBAHASAN Pasien, 70 tahun, pensiunan pegawai puskesmas, pasien mengeluhkan lemas. Lemas dirasakan sejak 2 tahun yang lalu, keluhan sempat sembuh dan dirasakan lagi sejak 1 bulan yang lalu. Pasien sudah pergi ke dokter dan dinyatakan menderita diabetes mellitus. Sebelum diobati nafsu makan meningkat dan pasien BAK 9x tiap malam, namun ketika sudah diobati BAK 2x sehari. Pasien mengkonsumsi 2 macam jenis obat. Pasien sering merasakan ngantuk sehabis makan dan kulit pada jari tangan kanan terdapat warna putih yang tidak gatal sejak 3 bulan yang lalu.

Sumber : http://www.scribd.com/doc/46147101/Kasus-Diabetes-Melitus

PENJELASAN

1. Pengertian Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: , diabanein, tembus atau

pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis. Pengertian diabetes melitus adalah suatu penyakit atau gangguan kesehatan yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula dalam darah. Tingginya kadar gula karena kurang maksimalnya pemanfaatan gula oleh tubuh sebagai sumber energi karena kurangnya hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas atau tidak berfungsinya hormon insulin dalam menyerap gula secara maksimal oleh sebab itu penyakit ini juga biasa disebut atau didefinisikan sebagai penyakit gula darah. Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses) karbohidrat,

lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah. Ada dua tipe Diabetes, yaitu: 1. Diabetes mellitus tipe 1, diabetes anak-anak (bahasa Inggris: childhood-onset diabetes, juvenile diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM) adalah diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau

Langerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa. Sampai saat ini, IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan, bahkan dengan diet maupun olah raga. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal. 2. Diabetes Melitus tipe 2 dikenal sebagai penyakit gula yang tidak tergantung Insulin. Diabet tipe 2 ini berkembang ketika tubuh masih mampu menghasilkan insulin tetapi tidak cukup dalam pemenuhannya atau bisa juga disebabkan karena insulin yang dihasilkan mengalami resistance insulin dimana insulin tidak bekerja secara maksimal.Sekitar 90-95% penderita diabetes

melitus termasuk dalam tipe diabetes 2. Penderita dirawat dengan mangatur pola makan, latihan dan menyuntikkan insulin untuk mencapai kadar gula dan tekanan darah yang senormal mungkin. sedangkan 5-10 adalah diabetes melitus gestational dan diabet tipe 1.

Pada studi kasus ini, pasien menderita penyakit diabetes tipe 2. DM tipe 2 adalah suatu kelompok penyakit metabolic yang disifati olehhperglikemia akibat kelainan sekresi insulin oleh sel beta pancreas, gangguankerja insulin atau keduannya. Disebut diabetes jika kadar GDP > 126 mg/dl atau

kadar TTGO > 200 mg/dl. Pada DM tipe 2 terjadi resistensi insulin yaituketidaksanggupan insulin memb er efek biologi yang normal pada gula darahtertentu, dikatakan resisten insulin bila d ibutuhkan yang lebih banyak untuk mencapai kadar gula darah normal.Pada

awalnya resistensi insulin belum menyebabkan diabetes klinis.

Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.

2. Gejala Ada beberapa gejala yang dapat anda kenali sebagai gejala umum yang terjadi pada penderita Diabetes Melitus yaitu penderita akan senantiasa merasa haus sehingga banyak minum, kemudain penderita juga menjadi sering berkemih, dan yang terakhir ada penurunan berat bada yang drastis. Mungkin awalnya penderita mengalami kenaikan berat badan yang disebabkan oleh tingginya kadar gula pada tubuh. Jadi, harus diwaspadai jika kita selalu merasa haus dan selalu berasa lapar. Gejala lainnya yaitu adanya gangguan syaraf pada kaki dalam bentuk sering terjadi kesemutan di malam hari, turunnya daya penglihatan, berasa gatal pada kemaluan, luka yang sulit sembuh, adanya gangguan saat ereksi serta adanya keputihan pada wanita. y Gejala Awal Diabetes Melitus Gejala awal Diabetes Melitus biasa disebut dengan 3 P, yaitu: 1. Poliuria (banyak kencing) Hal ini terjadi ketika kadar gula melebihi ambang ginjal yang mengakibatkan glukosa dalam urin menarik air sehingga urin menjadi banyak. Maka acapkali para penderita diabetes mengalami buang air kecil dengan intensitas durasi melebihi volume normal (poliuria). 2. Polidipsi (banyak minum) Karena sering buang air kecil, acapkali para pasien diabetes (diabetesein) akan banyak minum, (polidipsi). Karena demikianlah kita sering mendapati para diabetesein mengalami keluhan lemas, banyak makan (polifagi). 3. Polifagi (banyak makan) Seorang diabetesein yang baru makan akan mengalami ketidakcukupan hormon insulin untuk memasukkan glukosa ke dalam sel, hal ini akan menyebabkan tubuh

akan selalu

merasa kelaparan, sehingga

tubuh sering terasa lemah.

Kompensasinya seseorang diabetesein akan makan lebih banyak lagi. y Gejala Lanjutan Diabetes Melitus 1. Berat badan berkurang Ketika proses sekresi pankreas kurang mencukupi jumlah hormon insulin untuk mengubah gula menjadi tenaga, tubuh akan menggunakan simpanan lemak dan protein yang ada. Pengurasan simpanan lemak dan protein di tubuh ini menyebabkan berkurangnya berat badan. 2. Penglihatan Menjadi Kabur Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan perubahan pada lensa mata sehinggga penglihatan kabur walaupun baru saja mengganti kaca mata. 3. Cepat Lelah Karena gula di dalam darah tidak dapat diubah menjadi tenaga sel-sel tubuh, maka badan ceoat merasa lelah, kurang bertenaga dan bahakan acapkali mengantuk. 4. Gatal Di Daerah Kemaluan Infeksi jamur disekitar kemaluan menyebabkan rasa gatal terutama pada wanita. 5. Luka Sulit Sembuh Pada diabetesein, terjadi penurunan daya tubuh terhadap infeksi sehingga bila sulit timbul luka akan sulit sembuh. Tidak menutup kemungkinan, jika terjadi infeksi berat di daerah kaki, akan berpotensi untuk diamputasi hingga kecacatan permanen. y Gejala Kronis Diabetes Melitus 1. Impoten / Disfungsi Ereksi & Kesemutan di Kaki Diabetes mampu merusak jaringan saraf dan pembuluh darah baik pada kemaluan maupun kaki, sehingga dapat menyebabkan impoten dan kesemutan di kaki. 2. Kerusakan ginjal. 3. Gangren (infeksi berat pada kaki hingga membusuk). 4. Kebutaan. 5. Serangan Stroke. 6. Serangan Jantung Koroner.

7. Kematian Mendadak Diabetes Melitus tidak menakutkan bila diketahui lebih awal. Gejala-gejala yang timbul sangat tidak bijaksana untuk dibiarkan, karena justru akan menjerumuskan ke dalam komplikasi yang lebih fatal. Lakukan pemeriksaan dini pada tubuh, tidak perlu menunggu hingga timbul gejala. Karena dengan dilakukan diagnosis dini, dokter dan pasien dapat menanggulangi diabetes melitus dengan baik agar kita mampu mencegah tersebut sebaik-baiknya. Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 - 150 mg/dL {millimoles/liter (satuan unit United Kingdom)} atau 4 8 mmol/l

{milligrams/deciliter (satuan unit United State)}, Dimana 1 mmol/l = 18 mg/dl. Namun demikian, kadar gula tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan mengalami penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan mengalami hyperglycemia apabila kadar gula dalam darah jauh diatas nilai normal, sedangkan hypoglycemia adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami penurunan nilai gula dalam darah dibawah normal. Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa mencapai level 126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa (minimal 8 jam) mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl.

3. Penyebab Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap insulin, diantaranya faktor kegemukan (obesitas). Pada penderita diabetes tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan pemberian tablet diabetik. Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon penanganan level gula dalam darah, maka obat suntik mulai dipertimbangkan untuk diberikan. Penyakit kencing manis pada umumnya diakibatkan oleh konsumsi makanan yang tidak terkontrol atau sebagai efek samping dari pemakaian obat-obat tertentu,

berikut ini faktor yang dapat menyebabkan seseorang beresiko terkena diabetes (penyebab diabetes melitus ) :
y Faktor keturunan y Kegemukan / obesitas biasanya terjadi pada usia 40 tahun y Tekanan darah tinggi y Angka Triglycerid (salah satu jenis molekul lemak) yang tinggi y Level kolesterol yang tinggi y Gaya hidup modern yang cenderung mengkonsumsi makanan instan y Merokok dan Stress y Terlalu banyak mengkonsumsi karbohidrat y Kerusakan pada sel pankreas

4. Patogenesis Sekresi insulin pada orang non diabetes meliputi 2 fase yaitu fase dini (fase 1) atau early peak yang terjadi dalam 3-10 menit pertama setelah makan. Insulin yang disimpan yang disekresi pada fase ini adalah insulin yang disimpandalam sel beta: dan Fase lanjut (fase 2) adalah sekresi insulin dimulai 20 menit

setelah stimulasi glukosa. Pada fase 1, pemberian glukosa akan meningkatkansekres i insulin untuk mencegah kenaikan kadar glukosa darah, dan kenaikanglukosa darah selanjutnya akan merangsang fase 2 untuk meningkatkan produksiinsulin. Makin tinggi kadar glukosa darah sesudah makan makin banyak pulainsulin yang dibutuhkan, akan tetapi kemampuan ini hanya terbatas pada glukosadarah dalam batas normal. Pada DM tipe 2, sekresi insulin di fase 1 tidak dapat menurunkan glukosadarah sehingga merangsang fase 2 untuk menghasilkan insulin lebih banyak. Tetapi sudah tidak mampu meningkatkan sekresi insulin sebagaimana pada orang normal. Gangguan sekresi sel beta menyebabkan sekresi insulin pada fase 1 tertekan,

kadar insulin dalam darah turun menyebabkan produksi glukosa hati meningkat, sehingga kadar glukosa meningkat. Secara berangsur kemampuan fase2 untuk menghasilkan insulin akan menurun. Dengan demikian perjalanan DM tipe, dimulai dengan gangguan fase 1 yang menyebabkan hiperglikemia

danselanjutnya gangguan fase gangguandi sel beta.

2 tidak

terjadi hiperinsulinemia

akan tetapi

Faktor-faktor yang dapat menurunkan fungsi sel beta diduga merupakanfactor yang didapat (acquired ) antara lain menurunnya massa sel betea, malnutrisimasa kandungan dan bayi, adanya deposit amilyn dalm sel beta dan efek toksik glukosa (glucose toxicity). Dua defek metabolic yang menandai diabetes tipe 2 adalah gangguansekresi in sulin pada sel beta dan ketidakmampuan jaringan perifer berespons terhadap insulin (resistensi insulin). Pada awal perjalanan penyakit diabetes tipe 2, sekresi insulin tampak normal

dan kadar insulin plasma tidak berkurang. Namun polasekresi insulin berdenyut dan osilatif lenyap, dan fase pertama sekresi insulin 9 yang cepat yangdipicu oleh glukosa menurun. Secara kolektif, hal ini adanya gangguan sekresiinsulin yang ditemukan pada awal diabetes tipe 2 dan bukan defisiensi insulin. Namun, pada perjalanan penyakit selanjutnya, terjadi defisiensi insulin absolute yang ringan sampai sedang, yang lebih ringan dibandingkan dengan diabetes tipe 1. Penelitian terakhir menunjukkan adanya suatu protein mitokondriayang memisahkan respirasi biokimia dari fosforilasi oksidatif. Protein ini yangdisebut uncoupling protein 2 (UPC2), diekspresikan pada sel beta. Kadar UPC2intrasel yang tinggi menumpulkan respon insulin, sedangkan kadar yang rendahmemperkuatnya. Mekanisme lain kegagalan sel beta pada DM tipe 2 dilaporkan berkaitandengan pengendapan amiloid di islet. Pada 90% pasien DM tipe 2 ditemukan endapan amiloid pada autopsy. Amilin, komponen utama amiloid yang mengendap ini, secara normal dihasilkan oleh sel beta pankreas dan

disekresikan bersama dengan insulin sebagai respon terhadap pemberian glukosa. Hiperinsulinemia yang disebabkan oleh resistensi insulin pada fase awal DM tipe 2 menyebabkan peningkatan produksi amilin, yang kemudian

mengendapsebagai amiloid di islet. Amilin yang mengelilingi sel beta mungkin menyebabkansel beta agak refrakter dalam menerima sinyal glukosa. Amiloid bersifat toksik bagi sel beta yang ditemukan pada DM tipe 2 tahap lanjut.

5. Terapi Non Farmakologis y Terapi Gizi Medis Terapi salah satu terapi non farmakologis yang sangat direkomendasikan bagi penyandang Diabetes. Terapi ini adalah melakukan pengaturan pola makan yang didasarkan pada status gizi diabetes dan melakukan modifikasi diet berdasarkan kebutuhan individual. Tujuan dari terapi Gizi medis Untuk mencapai dan mempertahankan: 1. Kadar glukosa darah mendekati normal y Glukosa puasa berkisar 90-130 mg/dl y GD2PP < 180 mg/dl y Kadar Hb A1c <7 %2.Takanan Darah < 130/80 mmHg3.Profil lipid y Kolesterol LDL < 100 mg.dl y Kolesterol HDL > 40 mg.dl y Trigliserida < 150 mg/dl4.Berat badan senormal mungkin. Komposisi bahan makanan terdiri dari makronutrien dan mikronutrien harus diatur sedemikian mungkin sehingga memenuhi kebutuhan diabeteis secara tepat. Jenis Bahan Makanan - Karbohidrat: Diberikan tidak lebih dari 55-65 % dari total kebutuhanenergi sehari atau tidak boleh lebih dari 70 % jika dikombinasi dengan pemberian asam lemak tidak jenuh rantai tunggal ( MUFA ). - Protein: Jumlah kebutuhan protein sekitar 10-15 % dari total kalori per hari. - Lemak: Konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh, jumlahmaksimal 10% dari total kebutuhan kalori per hari. y Latihan Jasmani Prinsip latihan jasmani, yaitu memenuhi hal seperti: Frekuensi, intensitas, durasi, dan jenis. - Frekuensi : Jumlah olahraga perminggu sebaiknya dilakukan denganteratur kali per minggu. - Intensitas: Ringan-sedang ( 60-70% Maximum Heart Rate). - Durasi: 30-60 menit. 3-5

- Jenis: Latihan jasmani enduransKemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berena


ng, dan bersepeda.

6. Terapi Farmakologis y y Obat hipoglikemik oral diindikasikan pada diabetes tipe 2. Sulfonilurea: Glikazid, Glibenclamid, Talbumid dapat meningkatkan pelepasan i nsulin dari sel pancreas ( dengan depolarisasi sel ). y y Biguanid: Metformind. Inhibitor -glukosidase: Akarbosa menghambat pencernaankarbohidrat, mengurangi absorpsi glukosa di usus. y y y Regulator glukosa setelah makan: Repaglinid menstimulasi pelepasaninsulin. Tiazolidinedion: rosglitazon, Pioglitazon. Insulin diberikan melalui subkutan dan digunakan pada semua diabetestipe 1 dan sebagian pada pasien diabetes tipe 2. menutup saluran K+, menyebabkan

KASUS 4 LAKTOSA INTOLERANCE Kasus: Sita merasa bingung. ASI-nya tak mau keluar. Padahal, anaknya, Dea, belum lagi berusia 6 bulan. Ia kemudian menggantinya dengan susu formula. Namun, Dea malah mengalami diare dan warna kemerahan di kulitnya. Setelah berkonsultasi ke dokter, baru ketahuan kalau Dea alergi susu (laktosa intolerance). Penjelasan Kasus: Definisi Enzim laktase adalah enzim yang terikat pada membran sel di daerah microvilli sel epithelium intestinum. Fungsi enzim laktase adalah untuk menghidrolisis laktosa menjadi monosakarida glukosa dan galaktosa, yang kemudian diangkut melintasi lapisan usus kecil. Ada metode untuk menentukan seseorang apakah intoleran laktosa atau tidak. Orang diuji diminta untuk menelan 50 g laktosa,apabila orang tersebut intoleran laktosa akan diikuti keadaan ketidaknyamanan perut dan terjadi peningkatan glukosa darah kurang dari 20 mg/dL. Pada orang yang intoleran laktosa individu, laktosa tidak tidak dicerna tetapi difermentasi oleh bakteri usus besar yang menghasilkan asam laktat dan asam organik rantai pendek, metana, karbon dioksida dan gas hidrogen (H2). H2 diserap oleh lapisan usus, menuju ke sistem peredaran darah dan dikeluarkan melalui paru-paru. Sehingga terjadi peningkatan H2 yang keluar, dan dapat dideteksi. Sehingga intolenran laktosa dapat menguji peningkatan hidrogen yang dihembuskan. Pengujian intoleran laktosa bayi atau anak penting, untuk menghindari penderita mengalami dehidrasi parah sebagai menderita diare. Penyebab Untuk bayi yang baru lahir hingga pada umur tertentu, susu merupakan sumber asupan energi yang utama baginya pada masa seperti itu. Lebih dari 50% dari seluruh sumber energy diperolehnya pada ASI. Namun sering juga kita mendapati beberapa bayi yang dilahirkan dengan kondisi yang tidak toleran terhadap susu. Saat susu diberikan pada si bayi, tubuh mereka langsung menunjukkan gejala-gejala klinis

yang mengkhawatirkan. Misalnya kembung, diare, laktosuria, galaktosuria, kejang perut, hingga gejala keracunan hati dan ginjal yang terkadang parah karena si bayi kurang mampu untuk mencerna hidrat arang. Jika sudah begini, apa yang harus dilakukan?

Ada beberapa bayi yang kondisinya pada saat dilahirkan mempunyai sifat menolak tipe karbohidrat tertentu yang terdapat dalam makanan. Salah satu jenis yang sering terlibat ialah laktosa (gula susu). Sering kali kelainan ini disebabkan oleh metabolisme yang bersifat bawaan, karena tidak adanya aktifitas beberapa enzim tertentu yang berperan pada proses metabolisme. Laktosa merupakan sumber karbohidrat utama untuk bayi yang baru lahir. Disakarida yang tidak dapat difermentasi ini terdapat pada susu dan hasil olahannya. Hampir semua susu dari mamalia mengandung gula susu, kecuali susu singa laut.

Gejala Laktosa yang tidak tercerna akan menumpuk di usus besar dan terfermentasi, menyebabkan gangguan pada usus seperti nyeri perut, keram, kembung dan bergas, serta diare, sekitar setengah jam sampai dua jam setelah mengkonsumsi produk laktosa. Gejala-gejala ini kadang-kadang disalahartikan sebagai gangguan saluran pencernaan. Tingkat keparahan gejala-gejala tersebut bergantung pada seberapa banyak laktosa yang dapat ditoleransi oleh masing-masing tubuh. Gejala-gejala ini mirip dengan reaksi alergi susu, namun pada kasus alergi, gejala-gejala ini timbul lebih cepat, kadangkala hanya dalam hitungan menit. Jika seseorang yang menderita defisiensi lactase tidak menghindari produkproduk yang mengandung laktosa, lama kelamaan orang tersebut dapat kehilangan berat badan dan menderita malnutrisi. Orang dewasa yang menderita intoleran laktosa, biasanya pada masa anakanak adalah toleran. Gejala intoleransi laktosa orang dewasa sebagai akibat dari defisiensi laktase pada saat dewasa bersifat menurun, dan diwariskan oleh gen yang bersifat resesif. Gen laktase dalam individu intoleran dan toleran laktosa tampaknya normal. Sehingga beberapa peneliti berpendapat bahwa masalah intoleransi laktosa

diakibatkan proses pasca-transkripsi, dan peneliti lain sebagai akibat proses pascatranslasi. Pada masa balita, anak-anak memiliki aktivitas laktase berlimpah, tetapi setelah dewasa aktivitas laktase kurang signifikan dalam membran dari mikrovili usus, dan menyebabkan seseorang menjadi intoleran laktosa. Jika pada defisiensi lactase terjadi ketidaknormalan produksi enzim pencerna gula susu, maka pada intoleransi laktosa berat aktivitas lactase usus justru berlangsung normal. Tapi laktosa yang diserap oleh lambung memang dalam keadaan tidak mengalami proses hidrolisis. Akibatnya gula susu akan

mempengaruhi kerja hati dan ginjal. Tidak heran jika penyakit ini ditandai dengan adanya laktosa pada urin (laktosuria) dan gejala keracunan pada kedua organ tersebut. Kelainan ini sebenarnya akan hilang dengan sendirinya setelah lewat beberapa waktu. Tapi jika seorang bayi sudah mengidap kelainan ini saat lahir, ia tidak akan bisa bertahan hidup tanpa pemberian makanan yang sesuai. Mungkin penyakit ini yang cukup berat akibatnya bagi bayi dibanding penyakit yang lain. Tidak memiliki nafsu makan, diare, dan muntah-muntah adalah gejala klinis yang muncul selain ikterus (warna kuning pada kulit dan membrane mukosa dikarenakan kelebihan pigmen empedu), pembesaran ukuran hati, dan gejala kekacauan metabolisme yang parah. Ini disebabkan oleh enzim galaktosa-1-fosfat uridil transferase yang tidak aktif sehingga kadar galaktosa dalam darah menjadi tinggi. Jika laktosa masih disertakan pada menu diet, penderita akan meninggal dalam beberapa hari setelah dilahirkan. Meskipun masih bisa bertahan hidup, adanya laktosa dalam diet akan menimbulkan keterbelakangan mental dan katarak.

Metabolisme Patofisologi Melalui kelenjar susu, laktosa dibentuk dari gula darah (glukosa). Saat susu diminum oleh bayi, laktosa akan mengalami hidrolisis dalam usus halus menjadi glukosa dan galaktosa. Dalam hati, galaktosa lalu diubah dengan cepat menjadi glukosa. Begitu cepatnya proses tersebut sehingga galaktosa biasanya tidak bisa terdeteksi pada darah bayi, kecuali si bayi mengalami kerusakan hati. Jika terdapat kesalahan bawaan pada metabolism, laktosa diserap melalui lambung tanpa mengalami proses

hidrolisis yang kemudian akan mempengaruhi fungsi hati dan ginjal. Terkadang ini menimbulkan keterbelakangan mental dan katarak. Kelainan turunan ini bisa berupa defisiensi lactase, intoleransi laktosa berat, galaktosemia klasik, atau defisiensi galaktokinase.

Dibandingkan jenis kelainan metabolisme turunan lainnya, defisiensi laktase genetik (kekurangan produksi enzim yang dibutuhkan untuk proses hidrolisasi gula susu menjadi glukosa dan galaktosa) jarang sekali ditemukan. Yang sering ditemukan justru defisiensi akibat kerusakan mukosa usus. Misalnya pada radang usus atau kelainan usus halus akut. Pada bayi yang menderita kelainan ini gula susu tidak bisa diubah seluruhnya menjadi monosakarida sehingga sebagian tertinggal didalam usus halus dan difermentasi oleh kuman-kuman penghuni usus yang berakibat timbulnya osmostik dan diare. Karena kandungan laktosa yang tinggi dan ketergantungan bayi terhadap ASI sebagai makanan utama, kekurangan laktase akan menimbulkan diare yang parah pada bayi. Farmakologi Cara untuk mengobati penderita kelainan-kelainan yang sudah disebut tadi adalah menghilangkan atau mengurangi karbohidrat pencetus intoleransi yang

bersangkutan. Pada kasus kekurangan lactase, penderita biasanya diberi susu formula yang rendah kandungan laktosa selama maksimum tiga bulan. Setelah tiga bulan, laktosa diberikan secara bertahap sesuai dengan pertumbuhan anak. Ini sangat disarankan karena laktosa penting bagi pertumbuhan sel otak. Pada intoleransi laktosa berat, galaktosemia kalsik, dan defisiensi galaktokinase, bisa dibantu dengan pemberian formula kedelai kepada penderita. Meskipun

mengandung galaktosa, karbohidrat dalam formula tersebut bukan berbentuk laktosa, tapi berbentuk sukrosa atau karbohidrat lain yang mudah dicerna oleh bayi.

Terapi Diet Pada diet untuk anak dengan pemberian menu bebas galaktosa, menu diberikan hingga perkembangan syaraf otaknya selesai. Yaitu pada saat sudah berusia dua tahun agar tidak terjadi hambatan perkembangan mental. Menu yang tidak boleh diberikan antara lain bit dan kacang polong.

Cara yang tepat adalah menghindari laktosa, dan mengganti dengan Susu yang terbuat dari kedelai yang tidak mengandung laktosa. Tapi masalahnya, susu adalah jenis asupan yang bernutrisi tinggi, salah satunya mengandung kalsium untuk pembentukan tulang dan pemeliharaan pertulangan. Bila tidak mengkonsumsi susu, maka kalsium, dapat diganti dari sayuran brokoli dan sayuran hujau yang lain. Atau misalnya harus mengkonsumsi susu, penderita intoleran laktosa harus mengunyah tablet enzim laktase, sehingga laktosa dapat dihidrolisis menjadi glukosa dan galaktosa untuk kebutuhan energi, dan kebutuhan akan kalsium juga terpenuhi. Walaupun kondisi intoleransi laktosa tidak terbilang berbahaya bagi kesehatan, namun kondisi ini cukup mengganggu si penderita. Oleh karena itu, penderita intoleransi laktosa sebaiknya belajar memilah-milah makanan atau minuman mana saja yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi. Kurangi, atau jika intoleransi demikian parah, hindari konsumsi produk-produk mengandung laktosa. Jika tidak sanggup hidup tanpa susu, ada baiknya mengkonsumsi suplemen berisi enzim lactase tiap kali mengkonsumsi produk-produk beresiko, tentunya dengan pengawasan dokter. Bagi wanita usia lanjut yang beresiko osteoporosis, atau anak-anak yang berada dalam usia pertumbuhan yang terpaksa harus menghindari produk-produk mengandung susu, kebutuhan kalsium dapat dipenuhi dari banyak makan sayuran hijau, ikan, dan produk kaya kalsium yang bebas laktosa. Yang terpenting adalah berhati-hati dalam pemilihan pola makan, dan rekomendasi suplemen dari dokter adalah kunci dalam mengurangi gejala-gejala dan memberikan perlindungan kesehatan terhadap si penderita.

Sumber: http://intolerance-terhadap-glukosa-susu.herryharyanto.htm http://mediasehat-serba-serbi-intoleransi-laktosa.htm http://mengatasi-masalah-saat-bayi-menolak-susu.www.bunyu.com

BAB III PENUTUP

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari pemaparan teori di atas adalah: 1. Karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-keton dari alkohol polihdrik (lebih dari satu gugus OH), atau senyawa yang menghasilkan derivatderivat ini pada dihidrolisis. Rumus empiris senyawa karbohidrat adalah Cn(H2O)n, yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air. Karbohidrat terbagi atas monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida. 2. Metabolisme karbohdirat dalam tubuh dapat melalui berbagai proses, yaitu glikolisis, glikogenesis, glikogenolisis, dan glukonogenesis. 3. Gangguan metabolisme karbohidrat dapat menyebabkan kasus hipoglikemia, obesitas, diabetes mellitus, dan laktosa intolerance.

DAFTAR PUSTAKA

1. Riandari, Henny. 2009. Theory of Application of Biology. Solo: Bilingual.

2. Sirajuddin, S., Ulfa Najamuddin. 2010. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar: Tim Dosen Biokimia Fakultas Kesehatan Masyarakat.

3. Sri Iswari, Retno., Ari Y. 2006. Biokimia. Jakarta: Graha Ilmu.

4. James L. Groof. 1999. Advance Nutrition and Human Metabolism third edition. USA: University New Castle Library.

You might also like