You are on page 1of 18

SENI TARI TOPENG MALANG

MAKALAH
Diajukan untuk mengikuti LPIR 2005
Bidang ebudayaan
Tingkat SMp/MTs se-Kota Malang

TIM PENELITI :
ASHARINA DWI P.
NAVIDA KUSUMA W.
ROSYADIAH ANDINI A.

DEPARTEMEN AGAMA
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI MALANG I
MEI 2005

KATA PENGANTAR

1
Assalamualaikum wr. Wb

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat dan
hidayah- Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang Seni Tari
Topeng Malang, tak lupa ucapan terima kasih juga kami tujukan pada guru- guru,
orang tua, dan pihak lain yang telah membantu kami menyelesaikan tugas ini.
Makalah ini dibuat untuk mengetahui sejarah Seni Tari Topeng Malang dan
mengetahui cara melestarikannya. Karena seni Tari Topeng di Malang mulai
berkurang peminatnya. Padahal dahulu tari ini banyak digemari oleh masyarakat.
Biasanya tari ini dipakai oleh orang Jawa untuk ritual/ sembahyang memuja arwah
nenek moyang , upacara di Hari Besar, dan penyambutan para tamu.
Kami berharap, semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua, dan kami
juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini , sehingga saran
dan kritiik yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa yang
akan datang.

Wassalamualaikum wr. Wb

Malang, Juni 2005

Tim Penulis

DAFTAR ISI
halaman
1. KATA PENGANTAR……………………………………… ii

2
2. DAFTAR ISI………………………………………………… iii
3. DAFTAR TABEL……………………………………………. iv
4. ABSTRAK…………………………………………………… v
5. BAB I PENDAHULUAN …………………………………... 1
1.1 Latar Belakang………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………. 2
1.3 Hipotesis…………………………………………………. 2
1.4 Tujuan Penelitian……………………………………….. 3
1.5 Manfaat Penelitian…………………………………….... 3
4. BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………….. 4
2.1 Sejarah Tari Topeng…………………………………… 4
2.2 Macam –Macam Topeng……………………………….. 6
5. BAB III METODE PENELITIAN ………………………... 8
3.1 Rancangan Penelitian………………………………….. 8
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian………………………… 8
3.3 Variabel Penelitian …………………………………… 8
3.4 Alat dan Bahan………………………………………… 8
3.5 Cara Kerja……………………………………………… 8
6. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…. 10
7. BAB V PENUTUP…………………………………………. 12
5.1 Kesimpulan …………………………………………… 12
5.2 Saran…………………………………………………… 12
8. DAFTAR PUSTAKA……………………………………… 13

DAFTAR TABEL

halaman

4.1 Daftar Tabel tentang Angket Tari Topeng malang…………. 10

3
ABSTRAK

Paramita, Asharina Dwi, dkk. 2005. Makalah Tentang Seni Tari Topeng Malang.

4
Kata kunci: tari topeng, malang

Kekayaan etnik dan budaya yang dimiliki Kota Malang berpengaruh terhadap
kesenian tradisonal yang ada. Salah satunya yang terkenal adalah tari topeng , namun
kini semakin terkikis oleh kesenian modern. Gaya kesenian ini adalah wujud
pertemuan gaya kesenian Jawa Tengahan (Solo, Yogya), Jawa Timur-Selatan
(Ponorogo, Tulungagung, Blitar) dan gaya kesenian Blambangan (Pasuruan,
Probolinggo, Situbondo, Banyuwangi).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sejarah seni tari topeng
malangan. Selain itu bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara melestarikan seni
tari topeng malangan dan untuk mengetahui bagaimana minat masyarakat terhadap
seni tari topeng malangan.
Hasil dari penelitian ini adalah sejarah tari topeng berawal dari Airlangga
(erajaan Kediri)menciptakan tari ini dan akhirnya berkembang sampai ke Malang.
Cara melestarikan tarian ini agar tidak semakin tenggelam adalah dengan
mempelajari, menyebarkannya lewat dunia pendidikan, dan terus mengembangkan
tarian tersebut. Minat masyarakat terhadap tari topeng masih kurang. Oleh karena itu
pemerintah kota perlu melakukan upaya-upaya pengembangan seni pada masyarakat.

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kota Malang adalah kota yang sebagian besar wilayahnya berupa dataran tinggi
disertai panorama yang indah. Sejak jaman kolonial, kota ini sudah dijuluki
Switzerland of Indonesia atau Paris of East Java. Terbukti dengan banyaknya taman
yang asri serta bangunan arsitektur Eropa yang sampai kini masih tetap
dipertahankan. Banyaknya objek wisata menarik disertai pelayanan masyarakat yang
sangat memuaskan.
Jumlah penduduk Kota Malang kira-kira mencapai 700.000 dengan luas sekitar
124.456 kilometer persegi. Kepadatan penduduk mencapai 5.000-12.000 jiwa
perkilometer persegi. Masyarakat Malang terkenal religius,dinamis, suka bekerja
keras dan bangga dengan identitasnya sebagai AREMA (arek Malang). Mereka
berasal dari berbagai etnik ( terutama suku Jawa, Madura, sebagian kecil arab dan
china)
Letak Kota Malang memang sangat strategis dan merupakan titik temu dari
sejumlah budaya kerajaan besar di Jawa Timur. . Di sebelah utara terdapat Gunung
Arjuna yang memisahkan penyebaran budaya Majapahit. Di sebelah timur terdapat
Pegunungan Tengger, Pegunungan Bromo, dan Pegunungan Semeru. Sebelah selatan
terdapat Segara Kidul yang bercorak budaya Mataram. Dan di bagian barat terdapat
Gunung Kawi sebagai tonggak pertumbuhan budaya perang Majapahit.
Kekayaan etnik dan budaya yang dimiliki Kota Malang berpengaruh terhadap
kesenian tradisonal yang ada. Salah satunya yang terkenal adalah tari topeng , namun
kini semakin tenggelam oleh kesenian modern. Gaya kesenian ini adalah wujud
pertemuan gaya kesenian Jawa Tengahan (Solo, Yogya), Jawa Timur-Selatan
(Ponorogo, Tulungagung, Blitar) dan gaya kesenian Blambangan (Pasuruan,
Probolinggo, Situbondo, Banyuwangi).
Perpaduan itu beberapa budaya itu menyebabkan akar gerakan tari ini

6
mengandung unsur kekayaan dinamis dan musik dari etnik Jawa, Madura dan Bali.
(sitar Jawa) seruling Madura (yang mirip dengan terompet Ponorogo) dan karawitan
model Blambangan.

Tari Topeng diperkirakan muncul pada masa awal abad 20 dan berkembang luas
semasa perang kemerdekaan. Tari ini adalah perlambang bagi sifat manusia,
karenanya banyak model topeng yang menggambarkan situasi yang berbeda,
menangis, tertawa, sedih, malu dan sebagainya. Bisanya tari ini ditampilkan dalam
sebuah fragmentasi hikayat atau cerita rakyat setempat tentang berbagai hal terutama
bercerita tentang kisah2 panji.

Sampai saat ini Tari Topeng masih bertahan dan masih memiliki sesepuh yaitu
Mbah Karimun yang tidak hanya memiliki keterampilan memainkan tari ini namun
juga menciptakan model - model topeng dan menceritakan kembali hikayat yang
sudah berumur ratusan tahun. Tari Topeng sudah mendekati kepunahan walaupun
masih tetap mengikuti even-even penting kesenian tradisional tingkat nasional.

1.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah sejarah seni Tari Topeng Malang ?
2. Bagaimanakah cara melestarikan seni Tari Topeng Malang ?
3. Bagaimana minat masyarakat terhadap seni Tari Topeng Malang?

1.2 Hipotesis
1. Sejarah Tari Topeng Malangan berawal dari Prabu Airlangga putra dari
Darmawangsa Raja dari Kerajaan Kediri. Kemudian ia menyebarkannya ke
seluruh pelosok negeri termasuk Malang.
2. Cara melestarikan Seni Tari Topeng Malang adalah dengan mempelajari tarian
tersebut, menyebarkannya lewat daerah-daerah atau lembaga pendidikan, dan
memberi motivasi pada anak cucu untuk belajar menari.

7
3. Minat masyarakat pada Seni Tari Topeng kini masih kurang.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui sejarah seni Tari Topeng Malang.
2. Untuk mengetahui cara melestarikan seni Tari Topeng Malang.
3. Untuk mengetahui minat masyarakat terhadap seni Tari Topeng Malang.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat diadakannya penelitian ini adalah :
1. Dapat mengetahui sejarah seni Tari Topeng Malang.
2. Dapat mengetahui cara melestarikan seni Tari Topeng Malang.
3. Dapat mengetahui minat masyarakat terhadap seni Tari Topeng Malang.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Tari Topeng

8
Keberlangsungan seni tradisi memang sangat memerlukan peran penguasa.
Bahkan, jika penguasa mau berkesenian tradisi, bukan hanya menambah keagungan
diri, tetapi ia membuat rakyat tersuguhi kenikmatan pandang dari sebuah ritual, yang
dapat menjalar pada peresapan maknanya. Pada akhirnya, rakyat makin tercerahkan
oleh semangat keselarasan hidup dari tata nilai ritual seni tradisi itu.

Usai mengenyam ritual seni tradisi yang dipelopori oleh panutan rakyat,
maka rakyat makin terhidupi oleh roh harmonisasi, roh keselarasan. Rakyat akan
dengan enak bekerja. Rakyat akan dengan enak mengembangkan dialektika. Dan,
rakyat dengan enak pula, bahkan boleh bermimpi menjadi penguasa. (Kompas,
Jum`at 4 Januari 2002).

Rakyat juga bisa melestarikan kesenian tradisi yang bertaburan tata nilai
universal itu. Lalu, ketenteraman menjadi harta murah yang dapat terbeli oleh setiap
orang. Tetapi, sekarang para penguasa tidak begitu peduli pada kesenian, dan
akibatnya banyak seni tradisi yang hampir tenggelam.

Misalnya, Tari Topeng Malang . Tari ini dulu dipakai sebagai ritual, suguhan
untuk para tamu, dan drama tari. Namun sekarang mulai terkikis oleh kesenian
modern, misalnya, Dance Modern, Cheerleader, Balet, dll. Hal ini dapat terjadi
karena upaya pelestarian dan pengembangan Tari Topeng kurang maksimal.
(Soedarsono. 1979.( Beberapa Catatan Tentang Seni Pertunjukan Indonesia.
Yogyakarta : Konservatori)

.Meskipun demikian, masih disyukuri lantaran di Jatim masih ada juga


perguruan tinggi yang membuka Jurusan Seni Tari seperti UM, UNIBRAW, dan
UNMER. Seandainya hal itu tidak ada, tari tradisional mungkin tidak berumur
panjang. Sebab itu dia sangat mengharapkan, agar kalangan seniman yang
berkecimpung dalam dunia tari dapat mengembangkan lebih banyak lagi kreasi atau
kaderisasi.

Tari Topeng Malang sangat khas karena merupakan hasil perpaduan antara

9
budaya Jawa Tengahan, Jawa Kulonan dan Jawa Timuran (Blambangan dan Osing)
sehingga akar gerakan tari ini mengandung unsur kekayaan dinamis dan musik dari
etnik Jawa, Madura dan Bali. Salah satu keunikannya adalah pada model alat musik
yang dipakai seperti rebab (sitar Jawa) seruling Madura (yang mirip dengan terompet
Ponorogo) dan karawitan model Blambangan. (Claire Holt. 2000. Melacak Jejak-
jejak Perkembangan Seni Indonesia).

Tari Topeng sendiri diperkirakan muncul pada masa awal abad 20 dan
berkembang luas semasa perang kemerdekaan. Tari Topeng adalah perlambang bagi
sifat manusia, karenanya banyak model topeng yang menggambarkan situasi yang
berbeda, menangis, tertawa, sedih, malu dan sebagainya ( Drs. Sumarwahyudi, dkk.
1999. Kerajinan Topeng).
Berdasarkan wawancara kepada Pak Karimun ( pengrajin Topeng Malang ),
telah kami peroleh informasi tentang sejarah tari ini. Menurutnya, Tari Topeng
diciptakan oleh Airlangga ( putra dari Darmawangsa Beguh) dari Kerajaan Kediri. Ia
kemudian menyebarkan seni tari itu sampai ke Kerajaan Singosari yang dipimpin
oleh Ken Arok.
Raja Singosari itu kemudian menggunakan Tari Topeng untuk upacara adat,
drama tari yang terdiri dari kisah Ramayana, Mahabarata, dan Panji. Selain itu, Tari
topeng juga digunakan untuk penghormatan pada para tamu dan ritual memuja arwah
nenek moyang.
Kemudian pada awal penyebaran agama islam di Indonesia, para Wali Sanga
mencoba memperbaiki tari topeng agar dapat disesuaikan dengan aturan agama
islam. Diantaranya adalah dengan merubah tata busana Tari Topeng menjadi lebih
sopan dan juga mengganti bahan alat musik Tari Topeng ( gamelan ) yang semula
dari besi kemudian diganti kuningan.
Tujuan penggantian bahan gamelan Tari Topeng menjadi kuningan adalah
untuk memperkeras alunan musik tari tersebut. Karena dengan alunan yang keras,
banyak rakyat yang akan datang ke tempat tarian itu. Dan para Wali Sanga dapat
menyebarkan agama islam di tempat itu.

10
Pada saat zaman penjajahan, tari topeng sudah hampir punah. Dan hanya
pejabat-pejabat tinggi atau pemerintah Kolonial Belanda saja yang mengerti tentang
Tari Topeng. Tetapi ada seorang pelayan Belanda bernama Panji Reni yang
ditugaskan mencuci topeng . Ia kemudian tertarik untuk mempelajari tari tersebut.
Akhirnya, ia mencoba membuat topeng di Polowijen, Blimbing dan ternyata
hasilnya sangat memuaskan. Kemudian, ayah Pak Karimun ( Ki Man ) juga
mempelajari Tari Topeng tersebut dan mencoba membuat topeng di Kedung
Monggo, kec.Pakisaji, Malang.
Dan pada tahun 1933, Pak Karimun belajar menari topeng bersama ayahnya.
Dan akhirnya ia menjadi pengrajin topeng serta pendiri sanggar tari karena takut Tari
Topeng akan punah.

2.2 Macam – Macam Topeng

Tari Topeng adalah perlambang bagi sifat manusia, karenanya banyak model
topeng yang menggambarkan situasi yang berbeda, menangis, tertawa, sedih, malu
dan sebagainya.Tokoh –tokoh dalam tari topeng yang terkenal ada 3 pasangan. Yaitu
topeng Panji Asmara Bangun yang berwarna hijau dengan Sekartaji yang berwarna
putih. Pasangan kedua adalah topeng Gunung Sari yang berwarna putih dengan Sang
Ayu Ragil kuning yang warnyanya kuning. Serta Klono Topeng dengan Topeng
Bapang yang berwarna merah.

Arti warna putih adalah suci, warna hijau artinya kemakmuran, sedangkan
kuning berarti kebersihan dan warna merah berarti keras, murka, dan licik. Dalam
tari Topeng juga ada topeng yang bentuk hidungnya panjang, dan ini berarti laki-
laki suka mencium perempuan, juga yang mata keranjang. (Soedarsono. 1979.
Beberapa Catatan Tentang Seni Pertunjukan Indonesia. Yogyakarta : Konservatori).

11
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode survei. Informasi dan data diperoleh dari

12
wawancara dengan seniman tari dan pembuat topeng, pengamatan di sanggar tari dan
menyebarkan angket tentang respon masyarakat Malang terhadap keberadaan
kesenian tari topeng. Selanjutnya data yang diperoleh dideskripsikan secara
sistematis menggunakan kaidah-kaidah ilmiah.
3.2 Waktu dan Tempat Peneliti an
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 20 Mei 2005 dengan menggunakan
waktu sore hari efektif , hari libur nasional dan Minggu. Angket disebar di daerah
Dinoyo, Landungsari dan Tlogomas.
3.3 Alat dan Bahan
1. Angket yang berisi pertanyaan tentang Tari Topeng Malang.
2. Bolpoin.
3. Buku Catatan.
3.3. Variabel Penelitian
1. Sejarah Seni Tari Topeng Malangan.
2. Cara melestarikan seni Tari Topeng Malangan.
3. Minat masyarakat terhadap seni Tari Topeng Malangan.
3.4 Cara Kerja
a.1. Membuat angket tentang Tari Topeng Malang.
2. Menyebarkan angket pada responden yang terpilih.
3. Mentabulasi hasil angket yang telah dijawab.
b.1. Melakukan wawancara dengan tokoh sejarahwan Topeng Malang di Desa
Kedung Monggo, kec. Pakisaji, Malang.
2. Mencatat hasil wawancara.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

a. Jawaban dari angket tentang Tari Topeng Malang :

13
NO PERTANYAAN A B C
1. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang Tari Topeng 50% 15% 35%
Malang
2. Tingkat belajar masyarakat pada Tari Topeng Malang 40% 60% -
3. Tempat pembelajaran Tari Topeng Malang 43% 14% 57%
4. Minat masyarakat yang tidak pernah belajar menari 41% 58% -
untuk mempelajarinya
5. Tingkat kemauan masyarakat untuk melestarikan Tari 65% 35% -
Topeng Malang
6. Upaya masyarakat untuk melestarikan Tari Topeng 46% 15% 38%
Malang
Jumlah Responden: 20

Keterangan:
1. Pilihan jawaban A: Tahu 4. Pilihan jawaban A: Ya
Pilihan jawaban B: Sedikit tahu Pilihan jawaban B: Tidak
Pilihan jawaban C: Tidak tahu 5. Pilihan jawaban A: Ya
2. Pilihan jawaban A: Pernah Pilihan jawaban B: Tidak
Pilihan jawaban B: Tidak pernah 6. Pilihan jawaban A: Belajar menari
3. Pilihan jawaban A: Sanggar Pilihan jawaban B: Mengembangkan
Pilihan jawaban B: Rumah (privat) Pilihan jawaban C: Menyebarkan tari mell lbg. pendidikan
Pilihan jawaban C: Sekolah Pilihan jawaban D: Lain-lain

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa:


• Untuk pertanyaan pertama tentang pengetahuan masyarakat tentang Tari
Topeng, sebanyak 50% responden menjawab tahu, 35 % sedikit tahu, dan 35%
menjawab tidak tahu. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sedikit masyaralat
yang tahu tentang Tari Topeng Malang. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengenalan oleh pemerintah tentang Tari Topeng Malang. Misalnya,
mengadakan Pentas Seni atau Perlombaan Tari Topeng Malang.
• Untuk pertanyaan kedua tentang tingkat belajar masyarakat terhadap Tari
Topeng Malang, sebanyak 40% responden menjawab pernah dan sebanyak 60%
responden menjawab tidak pernah. Ini menunjukkan bahwa masyarakat yang
pernah mempelajari Tari Topeng lebih sedikit daripada yang tidak pernah.
• Untuk pertanyaan ketiga tentang tempat pembelajaran Tari Topeng Malang,
sebanyak 43% responden menjawab belajar di sanggar tari, 14% menjawab di
rumah ( privat ), dan 57% menjawab di sekolah.
• Untuk pertanyaan keempat tentang minat masyarakat untuk mempelajarinya,

14
sebanyak 58% menjawab Ya, dan 41% reponden menjawab Tidak. Hal ini
menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang belum mengerti tentang
arti seni. Dan sebaiknya Pemerintah Kota Malang perlu mengadakan seminar
agar masyarakat bisa lebih tertarik untuk belajar menari.
• Untuk pertanyaan kelima tentang tingkat kemauan masyarakat untuk
melestarikan tari, sebanyak 65% responden menjawab Ya, dan sebanyak 35%
menjawab tidak. Sebagian Masyarakat Malang memang belum menyadari
pentingnya Seni Tari. Mereka menganggap Seni Tari hanya sebagai hiburan saja.
• Dan untuk pertanyaan keenam tentang upaya masyarakat dalam melestarikan
Tari Topeng Malang sebanyak 46% responden menjawab belajar menari,
15%mengembangkan Tari Topeng Malang, dan 38& menjawab menyebarkan
tari lewat lembaga pendidikan

b. Hasil wawancara tentang sejarah dan cara pelestarian Tari Topeng pada
bapak Karimun, tokoh sejarahwan Topeng Malang:

Tari Topeng diciptakan oleh Airlangga ( putra dari Darmawangsa Beguh) dari
Kerajaan Kediri. Ia kemudian menyebarkan seni tari itu sampai ke Kerajaan
Singosari yang dipimpin oleh Ken Arok.
Raja Singosari itu kemudian menggunakan Tari Topeng untuk upacara adat,
drama tari yang terdiri dari kisah Ramayana, Mahabarata, dan Panji. Selain itu, Tari
topeng juga digunakan untuk penghormatan pada para tamu dan ritual memuja arwah
nenek moyang.
Kemudian pada awal penyebaran agama Islam di Indonesia, para Wali Songo
mencoba memperbaiki tari topeng agar dapat disesuaikan dengan aturan agama
islam. Diantaranya adalah dengan merubah tata busana Tari Topeng menjadi lebih
sopan dan juga mengganti bahan alat musik Tari Topeng ( gamelan ) yang semula
dari besi kemudian diganti kuningan.
Tujuan penggantian bahan gamelan Tari Topeng menjadi kuningan adalah
untuk memperkeras alunan musik tari tersebut. Karena dengan alunan yang keras,
banyak rakyat yang akan datang ke tempat tarian itu. Dan para Wali Sanga dapat

15
menyebarkan agama islam di tempat itu.
Pada saat zaman penjajahan, tari topeng sudah hampir punah. Dan hanya
pejabat-pejabat tinggi atau pemerintah Kolonial Belanda saja yang mengerti tentang
Tari Topeng. Tetapi ada seorang pelayan Belanda bernama Panji Reni yang
ditugaskan mencuci topeng . Ia kemudian tertarik untuk mempelajari tari tersebut.
Akhirnya, ia mencoba membuat topeng di Polowijen, Blimbing dan ternyata
hasilnya sangat memuaskan. Kemudian, ayah Pak Karimun ( Ki Man ) juga
mempelajari Tari Topeng tersebut dan mencoba membuat topeng di Kedung
Monggo, kec.Pakisaji, Malang.
Dan pada tahun 1933, Pak Karimun belajar menari topeng bersama ayahnya.
Dan akhirnya ia menjadi pengrajin topeng serta pendiri sanggar tari karena takut Tari
Topeng akan punah.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Sejarah Tari Topeng Malangan berawal dari Prabu Airlangga putra dari
Darmawangsa Raja dari Kerajaan Kediri, kemudian ia menyebarkannya ke
seluruh pelosok negeri termasuk Malang.
2. Cara melestarikan Seni Tari Topeng Malang adalah dengan mempelajari

16
tarian tersebut secara intensif, dan menyebarkannya lewat daerah-daerah atau
lembaga pendidikan, serta memberi motivasi pada anak cucu untuk belajar
menari.
3. Minat masyarakat pada Seni Tari Topeng

5.2 Saran
1. Memasukkan pelajaran ekstrakurikuker tentang kesenian Tari Topeng
Malangan ke dalam materi wajib belajar 9 tahun, supaya tari ini tidak punah.
2. Sering mengadakan pertunjukan seni Tari Topeng Malangan, untuk
menambah minat masyarakat Malang terhadap tari ini.

DAFTAR PUSTAKA

- Dra. H.A.R.D. Kemalawati dan Dra. Kapti Asiatun. Oktober 1990. Tarian
Daerah.
- Koentjaraningrat. 1979. Skripsi.
- Drs. Sumarwahyudi, dkk. 1999. Kerajinan Topeng.
- Edi Setyawati. 2002. Indonesian Heritage. Jakarta : Groiler
International.
- Sutirjo, dkk. Karya Ilmiah Remaja. Malang : Citra Mentari.
- Soedarsono. 1979. Beberapa Catatan Tentang Seni Pertunjukan

17
Indonesia. Yogyakarta : Konservatori.
- Claire Holt. 2000. Melacak Jejak-jejak Perkembangan Seni
Indonesia. Diterjemahkan oleh Soedarsono. Bandung : MSPI.
- Kompas. Jum’at, 4 Januari 2002.

18

You might also like