You are on page 1of 18

Laporan Keikutsertaan pada Konfrensi Perpustakaan Digital Indonesia ke 4,

bertempat di Hotel Mesra International Samarinda, 08-10 Nopeber 2011

Oleh Rachmawati

I.

SEJARAH PENYELENGGARAAN KONFRENSI PERPUSTAKAAN DIGITAL

International Conference on Asia-Pacific Digital Libraries (ICADL) yang diselenggarakan setiap tahun merupakan forum penelitian dan pengkajian perpustakaan digital yang cukup penting. Forum ini membuka peluang bagi para peneliti, pengajar, dan praktisi di bidang perpustakaan, khususnya perpustakaan digital, untuk berbagi pengalaman. ICADL selalu terbuka untuk membahas tema-tema yang berkaitan dengan berbagai perspektif perpustakaan digital. Dalam konferensi-konferensi dibahas sejumlah topik, mencakup ilmu komputer, ilmu perpustakaan dan informasi, manajemen pengetahuan (knowledge management), dan berbagai bidang ilmu sosial dan humaniora. Konferensi berskala nasional ini dilselenggarakan secara berkala setiap tahun dan diharapkan akan menjadi wadah bagi para penyelenggara perpustakaan dan pustakawan Indonesia untuk saling bertukar pikiran dan pengalaman tentang berbagai aspek perpustakaan digital. Melalui KPDI diharapkan akan dihasikan rekomendasi untuk pengembangan Kerangka Kerja Nasional Perpustakaan Digital Indonesia. Peserta adalah Pengelola berbagai jenis perpustakaan, Pustakawan dan tenaga perpustakaan di perpustakaan umum, khusus dan perguruan tinggi, Akademisi, peneliti, pengajar dan mahasiswa ilmu perpustakaan dan informasi bseluruh Indonesia, Penerbit sumber informasi digital (E-publishers), Perusahaan penyedia informasi (information providers), Seluruh stakeholders dalam bisnis multimedia

II. 1.

Tema dan Tempat Pelaksanaaaan Konfrensi Perpustakaan Digital Indonesia.

Konfrensi Perpustakaan Digital (KPDI) I yang diselenggarakan di Kuta, Bali pada tanggal 02 05 Desember 2008 mengusung tema : "Digital Libraries: Universal and Ubiquitous Access to Information". Tema ini diharapkan akan memberikan kesempatan bagi komunitas perpustakaan digital di seluruh dunia, khususnya di Asia-Pasifik untuk menyampaikan kemajuan yang telah dicapai dalam mewujudkan perpustakaan digital yang mampu mendukung masyarakat untuk menemukan dan memanfaatkan informasi yang diperlukannya. Tempat Penyelenggaraan Acara. DISCOVERY KARTIKA PLAZA HOTEL, Jl. Kartika Plaza Kuta, Bali, Indonesia, Telp. (62 361) 751067 Fax. (62 361) 753988

2.

KPDI Ke-2 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 10 12 Desember 2009, mengusung tema : Perpustakaan dan Pelestarian Khasanah Budaya Bangsa dalam Format Digital. Dengan tema ini diharapkan bahwa para peserta dapat saling berbagi pengetahuan dan pengalaman mengenai apa yang dimaksud dengan dan pentingnya

melestarikan khasanah budaya dalam format digital (cultural digital heritage), serta peran perpustakaan dalam pelestarian khasanah budaya tersebut. Perpustakaan digital bukan topik baru di dunia perpustakaan baik di Indonesia, apalagi di lingkup internasional. Inisiatif pembangunan World Digital Library (WDL) yang dibahas dalam UNESCO Experts Meeting on the World Digital Library mengisyaratkan agar Indonesia memulai pembangunan perpustakaan digital yang nantinya diharapkan akan menjadi bagian dari World Digital Library (WDL) juga diharapkan akan didapatkan kesamaan persepsi di antara para peserta mengenai Perpustakaan Digital Nasional dan mengenai bentuk Kerangka Kerja Nasional Perpustakaan Digital Indonesia yang menjadi acuan dalam pelaksanaan kerjasama antar perpustakaan dan antar jaringan yang sudah ada. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, melalui KPDI Ke-2 akan dibentuk Komisi Perpustakaan Digital Nasional yang menentukan arah pembangunan Perpustakaan Digital Nasional dan bertanggung jawab atas keberlangsungan KPDI secara berkala setiap tahun.
Tempat Penyelenggaraan Acara, Milenium Hotel Sirih Jakarta, Jl. Fachrudin 3 jakarta 10250 Telp. (021) 230 3636, Faks. (021) 230 0880 3. KPDI ke 3 yang diselenggarakan di Bandung pada tanggal 02 04 November 2010 Mengusung tema : Perpustakaan Digital: Isu-Isu Teknis, Strategis dan Masa Depan. Dengan tema ini diharapkan di Indonesia telah terbentuk beberapa jaringan-jaringan perpustakaan digital, baik yang dibangun berdasarkan kesamaan jenis perpustakaan, layanan, maupun koleksinya. Tempat Penyelenggaraan : Hotel Horison Bandung, Jl. Pelajar Pejuang 45 no. 121, Buah batu, Bandung 1234, Jawa Barat, Indonesia. PHONE : (022)7305000, 7305462, FAX : (022)7304711 4. Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia Ke-4 (KPDI-4) yang diselenggarakan di Samarinda, pada Tanggal 08 10 November 2011, mengusung tema Interoperabilitas Sistem Perpustakaan Digital. Tujuan : Saat ini di Indonesia telah terbentuk beberapa jaringan-jaringan perpustakaan digital, baik yang dibangun berdasarkan kesamaan jenis perpustakaan, layanan, maupun koleksinya. Melalui KPDI-4 diharapkan akan semakin terbangun kesadaran para pengelola perpustakaan akan pentingnya mewujudkan interoperabilitas antaranggota jejaring agar Perpustakaan Digital Nasional Indonesia segera dapat terwujud dan berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Tempat Penyelenggaraan, Hotel Mesra, Jl. Pahlawan 1, Samarinda, Telp. (0541) 732772 Fax. (0541) 741017, Website : www.hotelmesra.com

Pada acara pembukaan Konfrensi Perpustakaan Digital Indonesia ke 4, laporan panitia disampaikan oleh Kepala Bapusprov.Kaltim Bapak Syafruddin Pernyata, dilanjutkan sambutan oleh Kepala Perpusnas Dra. Hj. Sri Silarsih, M.Si dan peresmian acara konfrensi oleh Bapak Gubernur Awang Faroek Ishak, bertempat di Ball Room Hotel Mesra International.

Acara dilanjutkan dengan penyampaian materi (Terlampir jadwal Acara KPDI-4)

III.

HASIL KONFERENSI

Tujuan Konferensi Perpustakaan Digital ke 4 Perkembangan TIK membuka peluang bagi setiap perpustakaan konvensional untuk mulai membangun koleksi bahan perpustakaan digitalnya untuk dilayankan kepada pemakainya. Teknologi jaringan juga membuka peluang bagi perpustakaan untuk memanfaatkan bersama (sharing) sumber informasi digital yang dimiliki, yaitu dengan menyediakan akses bagi perpustakaan lain ke koleksi digital miliknya dan sebaliknya, mengakses koleksi digital milik perpustakaan lain. Dengan demikian peluang suatu perpustakaan untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi pemustaka masing-masing semakin besar.

Peningkatan Efisiensi & Efektivitas Melalui Interoperabilitas Perpustakaan Digital,


Dampak Trend TIK ke perpustakaan Semakin banyak koleksi perpustakaan tersedia dalam bentuk digital. Semakin dituntut layanan-2 perpustakaan berorientasi ke pengguna untuk: searching, browsing, dan referencing. Sistem perpustakaan semakin heterogen karena dibangun oleh platform dan protocol yang berbeda-beda. Sistem perpustakaan semakin terdistribusi melalui internet, tetapi terintegrasi. Kontributor koleksi perpustakaan digital semakin bervariasi: individu, komunitas, organisasi.

Mengapa Perlu Interoperabilitas Sistem Perpustakaan? Kondisi system perpustakaan yang dibangun saat ini menghasilkan pulau-pulau (Silo System). Kondisi system perpustakaan yang tersedia sekarang beraneka ragam (Heterogeneous System). Kebutuhan akan fungsionalitas antar system perpustakaan pada prinsipnya sama. Akibatnya, satu sistem perpustakaan dengan sistem perpustakaan yang lain tidak bisa berkomunikasi dan tidak bisa sharing sumber dayanya Pengertian Interoperabilitas The Ability of two or more systems or components to exchange information and to use the information that has been exchanged (IEEE).

The capability to communicate, execute programs, or transfer data among various functional units in a manner that requires the user to have little or no knowledge of the unique characteristics of those units (ISO/IEC 2382-01). Intinya: Interoperabilitas menyebabkan dua atau lebih sistem bisa sharing sumberdayanya.

Manfaat Interoperabilitas Sistem Perpustakaan Memudahkan proses tukar menukar data koleksi digital antar sistem perpustakaan. Meningkatkan pelayanan sistem perpustakaan, karena kemampuan searching, browsing, dan referencing semakin luas. Meningkatkan efesiensi, efektifitas, dan produktivitas kinerja perpustakaan, karena masingmasing perpustakaan bisa fokus dikekuatannya (strength). Lapisan dari Interoperabilitas (Sumber: European Interoperability Framework) Technical Interoperability: Meliputi isu teknis pada keterhubungan sistem dan servis: open interface, interconnection services, data integration and middle ware, data presentation dan exchange, accessibility dan security services. Organizational Interoperability: Pendefinisian tujuan kegiatan, permodelan kegiatan dan membawa ke level administrasi untuk pertukaran informasi. Bermuara kepada pemenuhan kebutuhan pelayanan masyarakat Kebijakan. Symantic Interoperability: Memungkinkan sistem untuk mengkombinasikan informasi yang diterima dari berbagai sumber lain untuk diproses menghasil sesuatu yang berarti. Prinsip-prinsip dari Interoperabilitas (Sumber: European Interoperability Framework) Accessibility: Akses yang sama dan kesempatan yang sama. Multilingualism: Menggunakan bahasa yang dimengerti. Security: Pertukaran data menjamin tingkat keamanan. Privacy: Pertukaran informasi mengedepankan kerahasiaan Subsidiary: Menjamin penerapan interoperabilitas dari para pemangku kepentingan Use of Open Standards: Menggunakan sistem yang terbuka, agar mudah dikembangkan lebih lanjut Assess the benefits of Open Source Software: memanfaatkan keuntungan dari perangkat lunak open sources. Use of Multilateral Solutions : interoperbilitas harus mendukung solusi dengan multi aktor atau multi solusi.

QALIS Quadra Automation Library Information System

Perpustakaan Nasional RI Medan Bukit Tinggi Padang Aceh Papua

ISP Global Lokal

Ambon 5,5 MBPS Maluku 1,5 512 2 MBPS MBPS 1,5 512 Kupang KBPS Bengkulu MBPS KBPS 512 Mataram KBPS 1 MBPS Riau 2 MBPS2 MBPS Manado 1 MBPS 2 MBPS 1 MBPS Jambi Gorontalo 2 MBPS 1 MBPS Palembang 1 MBPS Mamuju 1,5 2 MBPS MBPS Lampung Kendari 1,5 MBPS 2 MBPS 1,5 Makasar 2 MBPS MBPS Banten 1 MBPS 2 MBPS Samarinda 1,5 1 MBPS DKI Jakarta 2 MBPS MBPS 2 MBPS 2 MBPS 2 MBPS Palangkaraya Bandung 2 MBPS 2 MBPS2 MBPS Pontianak Semarang Yogyakarta Kulon Progo Blitar Bali Banjarmasin 2 MBPS

MPLS

Surabaya Malang

Standard dan Interconnectivity Untuk Interoperability Standard for electronic resources (metadata): Dublin Core Standard Protocol untuk interconnectivity 1. OPEN Archive Initiative (OAI)-PMH 2. Z39.50 Standard data interchange in the Web: XML (eXtensible Markup Language)

Produksi Bahan Pustaka Digital Pertama kali di ciptakan sudah dalam bentuk elektronis (e-book, e-journal, e-foto, tesis, disertasi, dll) Alih media dari tercetak ke digital 1. Proses digitalisasi: scanning, editing 2. Konservasi dan preservasi Sudah tersedia dalam bentuk elektronis dari sumber atau situs lain Electronic databases Kelebihan Koleksi Digital Adanya koleksi digital, dapat memperpanjang usia koleksi fisik dan mengurangi resiko rusaknya koleksi fisik. Informasi koleksi digital lebih mudah disimpan di dalam suatu media penyimpanan (repositori budaya). Informasi koleksi digital lebih mudah diakses, disebarluaskan / dipublikasikan, dan dimanfaatkan. Koleksi digital tidak membutuhkan perawatan fisik (konservasi), yang biasanya membutuhkan biaya besar.

Kendala Interoperabilitas Kurangnya sosialisasi pemahaman visi interoperabilitas di tingkat pengambil keputusan. 1. Akibatnya, masih banyak kebijakan dan peraturan yang perlu disempurnakan dan dilengkapi Sistem perpustakaan digital yang dikembangkan, belum mengacu ke sistem standar terbuka. 1. Akibatnya, sistem yang terbangun bersifat silo, atau jalan sendiri-seindiri. 2. Incompatible peralatan Teknologi informasi dan Komunikasi. Konten digital di Indonesia masih sangat kurang. Landasan Hukum Perpustakaan Digital 1. UU No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan Nasional 2. UU No. 4 Tahun 1990 Tentang Deposit 3. Kepres No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen 4. SK Kaperpusnas No. 03 Tahun 2001 Tentang Organisasi Perpusnas 5. Hasil Rakornas di Lembang , akhir tahun 2008 6. RUU Tentang Cagar Budaya 7. UU ITE 8. UU Perlindungan Hak Cipta

Pemanfaatan ICT (Information and Communication Technology) Di Perpustakaan Di era globalisasi ini memungkinkan banyaknya akses untuk mencari informasi dari segala penjuru dunia. Salah satunya adalah melalui perpustakaan. Dengan adanya perpustakaan kita dapat mencari, mengolah ataupun menyimpan data, yang kini telah berkembang dalam bentuk digital, atau yang dikenal dengan perpustakaan digital. Teknologi informasi atau Information and Communication Technology (ICT) telah membawa perubahan dalam berbagai sektor, termasuk perpustakaan. Perubahan penting dan mendasar bagi pengelolaan perpustakaan, baik dalam memberikan layanan maupun dalam menjalin hubungan antar lembaga, unit atau institusi. Terjadinya perubahan pola pikir tentang perpustakaan, yaitu penyediaan koleksi yang dimiliki ke arah konsep tidak harus memiliki akan tetapi dapat memberikan informasi, telah menjadikan jalinan kerjasama antar perpustakaan dalam menampilkan koleksi yang dapat memudahkan penyampaian informasi, semakin mudah untuk diwujudkan, apalagi dengan adanya ICT. Maka konsep gedung yang besar dan mewah serta banyaknya koleksi bukan merupakan sesuatu yang ideal lagi. Oleh karena itu pengembangan perpustakaan yang berbasis ICT atau teknologi informasi dan komunikasi bagi tenaga pengelola perpustakaan, dapat membantu pekerjaan di perpustakaan melalui fungsi sistem otomasi perpustakaan, sehingga proses pengelolaan perpustakaan lebih efektif dan efisien.

Manfaat ICT di Dunia Perpustakaan

Hampir sebagian kehidupan kita dikelilingi oleh teknologi informasi baik yang sederhana maupun yang canggih. Saat kita ingin menyampaikan pesan yang sangat penting ke tempat yang jauh, tak terbayangkan bila informasi tersebut harus kita sampaikan dengan daun lontar atau dikirim melalui burung merpati pos. Penggunaan telepon sangat memudahkan kita untuk menyampaikan informasi sepenting apapun dalam waktu yang singkat apalagi dengan perkembangan telepon genggam dengan fitur dan kelengkapan fungsi yang semakin beragam. Perpustakaan dengan berbagai ciri khas dan kemampuannya dalam mengelola informasi, mempunyai alasan tersendiri mengapa perpustakaan perlu menggunakan ICT sebagai alat bantu, di antaranya:

1.

Sistematika informasi : terjadinya ledakan informasi yang membanjiri dunia saat ini membutuhkan pengelolaan yang lebih sistematis. Hampir semua Perguruan Tinggi di Indonesia menggunakan ICT dalam pengelolaan data base perpustakaan. Tingginya akses informasi: kebutuhan pengguna untuk mencari dan menemukan kembali informasi lebih mudah jika difasilitasi dengan sarana ICT . Katalog online memungkinkan pustakawan dan pengguna untuk mendapatkan informasi dari berbagai sumber. Sudah menjadi hal yang lumrah untuk menyusun pengajuan daftar pustaka baru dengan mengunjungi dan menggunakan data-data di http://www.amazon.com Efisiensi pekerjaan: komputer di perpustakaan membantu pekerjaan menjadi lebih cepat. Pencatatan buku-buku baru serta pengolahan akan lebih mudah jika disimpan dalam berkas komputer. Pengkatalogan tidak hanya dengan DDC atau AACR juga bisa secara online ke http://www.bl.uk Memudahkan tukar-menukar informasi dalam bentuk data. Katalog induk yang disusun Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Jawa Barat sudah on-line di http://cobian.lib.itb.ac.id/fpptjabar/ Salinan data atau informasi yang dibuat dapat diseragamkan sehingga memudahkan pengguna (user friendly). Konsep MARC yang populer tahun 90an masih digunakan dalam rangka menyeragamkan penentuan tag (ruas) data bibliografi pustaka. Penyajian informasi dan data yang menarik, sekaligus sebagai promosi perpustakaan. Tampilan informasi di http://www.lib.itb.ac.id merupakan upaya dalam rangka promosi perpustakaan dengan penampilan data yang bervariasi. Pengguna dapat belajar dan mencari sendiri informasi yang dibutuhkan dengan bantuan sarana ICT, khususnya komputer.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Dampak Penggunaan ICT Kehadiran ICT di perpustakaan, selain menguntungkan juga berdampak sampingan di antaranya:

Dapat menimbulkan pengangguran: penggunaan komputer bertujuan memperingan dan mempercepat pekerjaan, sehingga terjadi efisiensi pekerjaan karena beban kerja yang berkurang. Hak pribadi : kemungkinan adanya penyalahgunaan data untuk kepentingan pribadi. Adanya peluang untuk memindahkan data yang tadinya milik pribadi atau rahasia, dapat diakses oleh orang lain. Data di http://ftpsearch.itb.ac.id dengan mudahnya dapat diakses dan didownload untuk kepentingan kantor atau pribadi. Hak cipta : perlindungan hak cipta seseorang sulit diwujudkan. Sebuah karya atau kumpulan data dapat dengan mudah dikopi dan dimiliki oleh orang lain tanpa seizin pemiliknya. Terlebih jika bertujuan untuk mencari keuntungan pribadi. Ceramah-ceramah ramadan dengan mudahnya kita dapatkan di situs http://www.pesantrenvirtual.com Data tidak dapat diakses: ketergantungan pada komputer menimbulkan kelemahan bila listrik mati atau komputer terserang virus, maka data tidak dapat diakses. Fenomena pemadaman listrik akhir-akhir ini, bukan sekedar menghambat akses data, tetapi juga menimbulkan pengangguran selama listrik mati. Serangan virus brontok dan turunanya menjadikan data dan folder sulit di akses kembali. Menghambat pekerjaan : ketidakmampuan dan ketidakmauan pustakawan dalam menguasai teknologi dapat menimbulkan kendala dan memunculkan anggapan bahwa teknologi justru menghambat pekerjaan.

Implementasi Pemanfaatan ICT di Perpustakaan. Implementasi ICT di perpustakaan perlu direncanakan secara matang karena memerlukan pendanaan yang tidak murah, apalagi perkembangan teknologi khususnya komputer terus berubah dengan sangat cepat. Hal ini untuk mengantisipasi kinerja aplikasi ICT dapat dioptimalkan. Kesia-siaan dapat terjadi karena perencanaan yang kurang baik yang dapat mengakibatkan pemborosan. Beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan dalam rangka penerapan ICT pada perpustakaan, yakni: Adanya dukungan dari semua pihak terutama pimpinan. Aplikasi ICT tidak hanya instalasi sistem, tetapi mengisi data dan menjalankan sistem, maka perlu adanya kesinambungan pekerjaan yang dilakukan pustakawan. Perawatan (maintenance) harus menjadi bagian dari aplikasi ICT. Penyiapan sumber daya pustakawan dalam berbagai unit kerja di perpustakaan, terutama pembekalan keterampilan IT untuk pustakawan. Infrastruktur pendukung seperti listrik, ruang/gedung, furniture, desain interior. Ketersediaan Jaringan komputer. Profil pengguna perpustakaan perguruan tinggi relatif seragam, sehingga sosialisasi aplikasi ICT lebih mudah.

Adapun penerapan teknologi informasi di perpustakaan dapat difungsikan dalam bentuk: 1. Automasi Perpustakaan: Konsep Sistem Informasi Manajemen (SIM) perpustakaan, yang menekankan aplikasi ICT antar sub sistem informasi perpustakaan pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, sirkulasi, pengelolaan anggota, dan statistik dalam bentuk terintegrasi. Model otomasi perpustakaan di http://otomasi.lib.itb.ac.id merupakan model dengan studi kelayakan yang cukup panjang. Perpustakaan Digital : Penerapan teknologi informasi sebagai sarana untuk menyimpan, mendapatkan dan menyebarluaskan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi lokal secara full text dalam format digital seperti tugas akhir (skripsi, tesis, disertasi), laporan penelitian, artikel majalah ilmiah, dapat dilihat di http://digilib.itb.ac.id

2.

3.

4.

Publikasi e-books : Publikasi buku elektronik untuk kepentingan lokal (internal), dimaksudkan untuk kemudahan dalam pencarian dan mendapatkan kembali secara utuh sesuai dengan format aslinya. Koleksi berupa buku lokal atau buku terbitan asing dapat dilihat di http://e.lib.itb.ac.id. Buku Sekolah Elektronik (BSE) terbitan DIKNAS, dapat didownload pada alamat http://www.diknas.info/category/bse-sd. Bentuk koleksi *.pdf dipublikasikan secara bebas dalam rangka mendukung buku murah. Buku-buku tersebut telah dibeli hak ciptanya oleh DIKNAS.

Ketiga fungsi penerapan teknologi informasi ini dapat terpisah maupun terintegrasi dalam suatu sistem informasi, tergantung dari kemampuan software yang digunakan, sumber daya manusia, dan infrastruktur peralatan teknologi informasi yang mendukung ketiganya. Hal-hal tersebut di atas akan menentukan sejauh mana penerapan ICT di perpustakaan dapat berjalan dengan baik, khususnya pada unit layanan perpustakaan.

Peran Internet Orang sudah tidak asing lagi untuk menggunakan internet dalam kehidupannya. Untuk itu perpustakaanpun harus dapat memberikan layanan melalui media ini. Melalui media web, perpustakaan memberikan informasi dan layanan kepada penggunanya. Selain itu, perpustakaan juga dapat menyediakan akses internet baik menggunakan computer station maupun WIFI. Access Poin Cyberlib yang tersedia di perpustakaan pusat ITB, dapat digunakan pengguna sebagai bagian dari layanan yang diberikan oleh perpustakaan. Perpustakaan juga bisa menggunakan fasiltas web-conferencing untuk memberikan layanan secara interaktif kepada pengguna perpustakaan. Web-Conferencing ini dapat juga dimanfaatkan oleh dosen dalam rangka kuliah jarak jauh. Awal tahun 2008, perpustakaan ITb mendapat hibah peralatan Tele Conference dari keduataan Amerika. OPAC atau Online Public Access Catalog atau Katalog Perpustakaan merupakan bagian penting dalam sebuah perpustakaan, untuk itu perpustakaan perlu menyediakan akses yang lebih luas baik itu melalui jaringan lokal, internet maupun intranet, Registrasi online sudah mejadi bagian layanan di perpustakaan seperti Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Propinsi Kaltim, ITB, UGM dan UI

Copy cataloging vs original cataloging


Selama ini semua jenis perpustakaan di Indonesia umumnya melakukan pengolahan bahan perpustakaan dengan metoda original cataloging. Ini berarti masing-masing perpustakaan selalu melakukan katalogisasi dan klasifikasi bahan perpustakaan mereka secara sendiri-sendiri. Oleh karena itu satu buku (bahan perpustakaan) mungkin saja diolah (katalogisasi dan klasifikasi) sampai ribuan kali, yang hasilnya sudah barang tentu banyak yang tidak sama dan tidak standar sesuai aturan katalogisasi dan klasifikasi. Semua ini secara nasional tentu merupakan pemborosan dana, tenaga dan waktu. Sementara itu di luar negeri praktek Copy cataloging sebagai lawan dari Original Cataloging, yaitu perpustakaan hanya menyalin deskripsi katalog buku dari suatu pusat layanan katalog, sudah puluhan tahun dilakukan. Praktek Copy cataloging sangat menghemat biaya dan waktu, serta hasilnya dapat dikatakan standar, karena dilakukan oleh tenaga professional dan dapat diedit oleh banyak orang.

Metoda ini pun dapat membantu perpustakaan yang belum punya tenaga professional dalam bidang katalogisasi dan klasifikasi atau perpustakaan yang sering kesulitan dalam menggunakan sistem klasifikasi standar, karena harga buku skema klasifikasi lengkap sangat mahal. Praktek copy cataloging sudah lama menjadi wacana di Indonesia, namun sampai saat ini belum ada satu pun instansi yang melakukannya secara formal dan bersistem, dengan memanfaatkan teknologi informasi secara tepat yang kini sudah berkembang dengan pesat. MySIPISIS sebagai sebuah aplikasi perpustakaan karya anak negri yang kini sudah berusia 21 tahun hadir menginisiasi sebuah server komunitas copycataloging.com. Setiap aplikasi perpustakaan, apapun merknya seharusnya dapat meng-copy-cataloging dengan mengambil/kopi data bibliografis ke server ini. Setiap aplikasi harus mendukung protokol pertukaran data baik itu Z39.50 maupun OAI. Karena copy cataloging.com merupakan server komunitas maka setiap perpustakaan, pustakawan, toko buku, penerbit bisa menyumbangkan aksi catalogingnya yang nantinya akan diperbaiki bersama-sama menggunakan konsep semacam wiki. Sehingga sekali sebuah kataloging itu benar, maka setiap perpustakaan bisa meng-kopinya ke dalam database tanpa harus bersusah-payah melakukan oroginalcataloging.

Strategi Implementasi Union Catalog Jaringan Perpustakaan


Katalog perpustakaan adalah suatu daftar bahan perpustakaan yang dimiliki oleh suatu pusat dokumentasi, informasi dan perpustakaan yang disusun secara sistematis dan digunakan sebagai sarana temu kembali informasi. Katalog induk mengacu pada gabungan beberapa katalog dari beberapa perpustakaan yang ada tergabung dalam suatu jaringan. Suatu instansi ordinat (pusat/yang lebih tinggi hirarkinya) biasanya ingin menggabungkan katalog perpustakaan-perpustakaan subordinat yang ada di bawahnya menjadi suatu katalog induk, terkadang disebut Integrated Library. Perpustakaan-perpustakaan subordinat biasanya tersebar di berbagai wilayah dengan beragam jenis aplikasi (katalog) sistem perpustakaan yang berbeda-beda. Database yang digunakan untuk menyimpan data bibliografis pun beragam, mulai dari CDS/ISIS maupun MySQL. Meskipun sama-sama MySQL pun struktur data penyimpanannya pun bisa sangat jauh berbeda. Selain itu, kondisi konektivitas aksesibliti dari masing-masing katalog pun masih beragam, mulai dari katalog yang biasa ditelusur pada sebuah computer tanpa LAN, tertelusur melalui sistem LAN, sampai yang sudah tersedia di jaringan internet. Secara ideal, catalog induk (union catalog) mewajibkan masing-masing entitas perpustakaan memiliki format data yang sama atau bahkan aplikasi manajemen perpustakaan yang sama. Namun, saat ini beberapa lembaga internasional berinisiatif untuk membentuk standarisasi format pertukaran data. Jadi, dengan adanya standarisasi ini, perpustakaan-perpustakaan yang ingin tergabung dalam union katalog (searchable from other libraries) harus mengimplementasikan standar yang berlaku umum pada sistem manajemen/otomasi perpustakaannya. Paling tidak terdapat dua buah standar protokol (aturan) pertukaran data yang seharusnya atau idealnya diterapkan dalam setiap software/aplikasi/sistem manajemen perpustakaan. Dua protokol itu adalah Z39.50 dan OAI-PMH (Open Archive Initiative Protocol for Metadata Harvesting).

Protokol Z39.50 Protokol ini dimotori oleh Library of Congress dan sudah ada sejak tahun 1970an. Z39.50 merupakan protokol yang menganut pola interaksi client-server yang digunakan untuk mengatur proses searching dan retrieving informasi dari database komputer lain. Jadi, isinya sebenarnya adalah sekumpulan perintah (berupa url command) yang digunakan untuk melakukan aksi search, retrieve, sort, dan browse pada computer lain (yang lokasinya jauh, tidak dalam satu sistem jaringan lokal, seperti di internet). Library of Congress menggunakan protocol ini sehingga LoC dapat melayani (LoC sebagai server) setiap query (Z39.50 mendefinisikan Common Query Language) dari komputer lain melalui jaringan internet. Sebagai ilustrasi, sebuah perpustakaan pusat memiliki link perpustakaan.pusat.go.id/union-opac yang bertindaksebagi server (pelayan) bagi setiap request/pertanyaan penelusuran oleh khalayak umum. Namun, segera setelah pertanyaan penelusuran itu diterima oleh server pusat, ia berubah dan bertindak sebagai client yang akan bertanya (melakukan query) kepada server-server di perpustakaan-perpustakaan subordinat di bawahnya. Dan setiap perpustakaan di setiap satker akan memasang server Z39.50. Sementara itu, Pusat sendiri juga menjadi server Z39.50 yang ditanya oleh dirinya sendiri.

Protokol OAI-PMH OAI-PMH yang diiinisiasi oleh OAI di awal tahun 2001, pada dasarnya sama dengan protokol Z39.50. Kehadirannya bukan untuk menggantikan Z39.50, namun hanya menyediakan cara yang lebih mudah diimplementasikan. Protocol Z39.50 memiliki fasilitas session management, memfilter record yang dihasilkan dan fitur kompleks lainnya namun OAI-PMH hadir dengan tujuan mengurangi kendala teknis sehingga kendala interoperabilitas menjadi rendah. Salah satu kemudahan OAI adalah OAI-PMH mewajibkan pertukaran data menggunakan metadata Dublin Core (oai-dc xml). Inilah satu kendala teknis yang biasa menghalangi interoperabilitas antar beragam format metadata. Misalkan saja, ada USMARC, INDOMARC, unstructured metadata dan memetakan antar metadata ini akan menjadi berformat Dublin Core yang lebih bersifat general dan multi disipliner ilmu. OAI-PMH menggunakan istilah data provider untuk penyedia data dan service provider untuk penyedia layanan penelusuran ke sejumlah data provider.

Strategi Implementasi Untuk dapat mengimplementasikan union catalog sebenarnya mutlak diperlukan implementasi salah satu dari standar-standar di atas. Dengan adanya standar, maka kendala-kendala teknis menyangkut mapping metadata masing-masing penyedia data dapat denga mudah dilakukan. Untuk meminimalisir dan membuat union catalog menjadi mungkin dilakukan, maka perlu dilakukan tahapan evaluasi berikut: 1. Investigasi Sistem, konektivitas dan Format Data setiap Provider Data 2. Pemetaan Seluruh Format Data dari setiap Provider Data 3. Penjajakan konvergensi format data melalui kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya sbb:

* Penambahan fasilitas konversi ke format data yang seragam pada sistem manajemen perpustakaan yang ada di setiap Provider Data namun belum mengimplementasikan format standar interoperabilitas. * Pemilihan alternative penyeragaman Sistem Manajemen Perpustakaan setiap data provider * Implementasi Sistem Manajemen Perpustakaan yang mendukung protocol pertukaran data kepada data provider yang belum memiliki sistem manajemen perpustakaan (baru memiliki data saja) * Memasang konektivitas melalui jaringan internet untuk provider data yang sudah menggunakan standar format data yang mendukung interoperabilitas namun belum online (terkoneksike internet) * Memiliki konektivitas (opac online internet) namun tidak memiliki format data standar interoperabilitas dan tidak mungkin ditambahkan fitur konversi data dinamis. Konsekuensi yang paling besar barrier interoperability-nya karena harus dilakukan crawling, parsing, dan indexing pada dokumen HTML yang dihasilkan dari OPAC internet setiap data provider. Pilihan ini sangat sulit dan seharusnya menjadi pilihan terakhir apabila alternatif di atas sudah tidak memungkinkan. Kerja Tim Di dalam era global saat ini tidak ada satupun profesi yang terkucil sendiri, akan tetapi perkembangan teknologi telah menawarkan kesempatan unik untuk bekerjasama lintas disiplin dengan profesional lainnya. Misalnya, IT sebagai pakar komputer yang bertanggung jawab pada pusat computer; pakar teknologi yang bertanggung pada infrastruktur teknologi, jaringan dan aplikasi; pakar informasi (pustakawan) yang mempunyai kemampuan dan pengalaman untuk mengorganisasi pengetahuan dalam sistem dan struktur yang memfasilitasi penggunaan sumber informasi dan pengetahuan, dapat tergabung dalam sebuah teamwork. Diharapkan dengan team work, berbagai tekanan yang muncul di era industri informasi saat ini dapat dipecahkan.

IV. KESIMPULAN Kemajuan teknologi dari statis ke mobile, menuntut tersedianya informasi yang bisa di akses dari mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Perpustakaan digital harus berorientasi ke pengguna. Interoperabilitas menjamin setiap perpustakaan bersifat otonom, tetapi pada saat yang bersamaan sumberdaya yang dimilikinya dapat dimanfaatkan secara bersama (resource sharing). Interoperabilitas akan meningkatkan kinerja perpustakaan digital: efisiensi, efektivitas, dan produktivitas. Informasinya: Available, Accessible, Affordable, High Quality, dan menjangkau seluruh daerah. Implementasi Interoperabilitas Perpustakaan Digital dalam layanan perpustakaan dari waktu ke waktu akan terus berkembang sesuai dengan tuntutan. Baik tuntutan selaku pengelola (pustakawan) maupun sebagai pengguna (user) informasi. Interoperabilitas Sistem Perpustakaan Digital memberikan kemudahan kepada pengguna untuk mengakses informasi lintas batas (transborder data-flow), yang tidak dibatasi oleh batas negara, ruang dan waktu. Interoperabilitas Perpustakaan Digital dapat memberikan kemudahan bagi pengelola informasi untuk mengolah, menyimpan dan menyebarkannya secara cepat dan tepat. Interoperabilitas Perpustakaan Digital menjadi sarana membangun perpustakaan berbasis teknologi yang kehadirannya tidak bisa dihindari.

Interoperabilitas Perpustakaan Digital seperti juga teknologi lainnya merupakan alat bantu manusia untuk mencapai tujuan, maka optimasi dan antisipasinya perlu disikapi secara terencana. Perpustakaan Digital sebagai sarana terbentuknya jaringan teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan, akan memberikan akses yang besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan masa kini dan masa yang akan datang

V. PENUTUP Bagus tidaknya pengelelolaan sebuah perpustakaan tergantung dari keahlian diri dan Kesiapan Pustakawan. Pustakawan adalah mitra intelektual yang memberikan jasanya kepada pengguna. Kemampuan tentang komputer saja tidaklah cukup untuk mencapai sukses, karena itu dibutuhkan keahlian diri yang cukup yaitu: 1. Pemecahan masalah (kreatif, pencair konflik); 2. Etika (diplomatis, jujur, profesional); 3. Terbuka (fleksibel, berwawasan bisnis, berpikir positif); 4. Penutur dan pendengar yang baik (ketrampilan berkomunikasi lisan dan mendengarkan, penuh perhatian) 5. Kepemimpinan (bertanggung jawab dan mempunyai motivasi); 6. Berminat belajar (haus akan pengetahuan dan perkembangan). Semoga Hasil Konferensi ini menjadi bahan yang dapat dipelajari, yang pada gilirannya dapat diterapkan disekolah kita dimasa yang akan datang. Insyaallah. Semoga apa yang kita lakukan bersama untuk menjadikan sekolah ini lebih baik lagi selalu mendapat restu dan ridho Alla SWT. Samarinda, 10 Nopember 2011 Penyusun,

Rachmawati Nik. 009.10.0.088

Tembusan Kepada : 1. Yayasan Bunga Bangsa Islamic School 2. Kepala Sekolah Dasar Islam Bunga Bangsa 3. Kepala Sekolah SMP Islam Bunga Bangsa 4. Wakasis SDI Bunga Bangsa 5. Wakasis SMPI Bunga Bangsa

DAFTAR PUSTAKA

Peningkatan Efisiensi dan Efektivitas Melalui Interoperabilitas Perpustakaan Digital, Presentasi Oleh : Zainal A. Hasibuan, Ph.D, Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia (KPDI

4), Samarinda, 8-10 November, 2011


Makalah Pemanfaatan ICT (Information and Communication Technology) Di Perpustakaan*Drs. Mahmudin, S.IP, disampaikan pada .......di Comlabs ITB, 24 Oktober 2008.

You might also like